PENGARUH SIFAT MACHIAVELLIAN DALAM MEMODERASI HUBUNGAN KOMPLEKSITAS TUGAS DAN LOCUS OF CONTROL SEBAGAI ANTESEDEN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Andara Utami Riandanu 11140820000076 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M
195
Embed
PENGARUH SIFAT MACHIAVELLIAN DALAM LOCUS OF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39842/2/ANDARA UTAMI-FEB.pdf · pengaruh sifat machiavellian dalam memoderasi hubungan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH SIFAT MACHIAVELLIAN DALAMMEMODERASI HUBUNGAN KOMPLEKSITAS TUGAS DAN
LOCUS OF CONTROL SEBAGAI ANTESEDEN PERILAKUDISFUNGSIONAL AUDIT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Andara Utami Riandanu
11140820000076
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
ii
PENGARUH SIFAT MACHIAVELLIAN DALAM MEMODERASIHUBUNGAN KOMPLEKSITAS TUGAS DAN LOCUS OF CONTROL
SEBAGAI ANTESEDEN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:Andara Utami Riandanu
NIM. 11140820000076
Di bawah Bimbingan
Pembimbing
JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1439 H/2018 M
NIDN : 2004068701
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 08 Maret 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Andara Utami Riandanu2. NIM : 111408200000763. Jurusan : Akuntansi (Audit)4. Judul Skripsi Pengaruh Sifat Machiavellian dalam Memoderasi
Hubungan Kompleksitas Tugas dan Locus of ControlSebagai Anteseden Perilaku Disfungsional Audit
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan komprehensif ini diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 08 Maret 2018
1. Reskino,SE.,M.Si.,Ak.,CA.NIP :19740928 200801 2 004 Penguji I
2. Masrul Huda,SE.,M.SiNIP :19630506 201411 1 001 Penguji II
::
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 7 Juni 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Andara Utami Riandanu2. NIM : 111408200000763. Jurusan : Akuntansi4. Judul Skripsi Pengaruh Sifat Machiavellian dalam Memoderasi
Hubungan Kompleksitas Tugas dan Locus of ControlSebagai Anteseden Perilaku Disfungsional Audit
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Reskino,SE.,M.Si.,Ak.,CANIP :19740928 200801 2 004 Penguji Ahli
3. Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc.NIDN : 2004068701 Pembimbing
::
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Andara Utami Riandanu
Nomor Induk Mahasiswa : 11140820000076
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan
sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telahmelalui pembuktian yang dapat di pertanggungjawabkan, ternyata memangditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siapuntuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi danBisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Mei 2018
Yang menyatakan,
(Andara Utami Riandanu)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Andara Utami Riandanu
2. Tempat, Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 22 April 1997
1. Anggota PMR (Palang Merah Remaja) SMPN 87 Jakarta Tahun
2009-2011
2. Anggota ekstrakulikuler English Club Conversation SMAN 29
Jakarta Tahun 2011-2012
3. Ketua ekstrakulikuler Jurnalistik SMAN 29 Jakarta Tahun 2012-
2013
4. Anggota Divisi Humas Data & Informasi HMJ Akuntansi Tahun
2015-2016
5. Anggota Marketing & Communication Tax Center UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2016-2017
6. Kepala Divisi Marketing & Communication Tax Center UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017-2018
viii
THE INFLUENCE OF MACHIAVELLIAN TO MODERATE TASKCOMPLEXITY AND LOCUS OF CONTROL AS ANTESEDEN OF
DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of Machiavellian tomoderate task complexity and locus of control as anteseden of dysfunctional auditbehavior. This research was done in Public Accounting Firm of the DKI JakartaProvince. This research was using eighty sevent respondents as sample. Data wereanalyzed using moderate regression analyzed in SPSS.
The result of this research showed that task complexity and locus of controlpartially effect to the dysfunctional audit behavior. Machiavellian can be amoderating for task complexity and dysfunctional audit behavior. ButMachiavellian can’t be a moderating for locus of control and dysfunctional auditbehavior.
Keywords: task complexity, locus of control, Machiavellian, dysfunctional auditbehavior
ix
PENGARUH SIFAT MACHIAVELLIAN DALAM MEMODERASIHUBUNGAN KOMPLEKSITAS TUGAS DAN LOCUS OF CONTROL
SEBAGAI ANTESEDEN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh sifat Machiavelliandalam memoderasi pengaruh hubungan kompleksitas tugas dan locus of controlsebagai anteseden perilaku disfungsional audit. Penelitian ini dilakukan padaauditor yang bekerja di wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan sampelsebanyak 87 responden. Data dianalisis menggunakan metode analisis regresimoderat dengan bantuan program SPSS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompleksitas tugas dan locus ofcontrol secara parsial berpengaruh terhadap perilaku disfungsional audit. SifatMachiavellian dapat memoderasi hubungan kompleksitas tugas terhadap perilakudisfungsional audit, tetapi sifat Machiavellian tidak dapat memoderasi hubunganlocus of control terhadap perilaku disfungsional audit.
Kata Kunci: Kompleksitas tugas, locus of control, sifat Machiavellian, perilakudisfungsional audit.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Sifat Machiavellian dalam
Memoderasi Hubungan Kompleksitas Tugas dan Locus Of Control Sebagai
Anteseden Perilaku Disfungsional Audit.”. Shalawat serta salam senantiasa
penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya
menuju jalan kebenaran.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna
meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah
penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah menganugerahkannya.
Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tuaku tercinta, Bapak Andry Soelistyarto dan Ibu Nurul Husna yang
selalu meningatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini serta memberikan
dukungan, kasih sayang, semangat dan doa yang tiada henti.
2. Ketiga saudara perempuanku Ratih Putri Andanu, Indira Kayana Riandanu, dan
Azaria Ramadhani Riandanu yang telah memberikan semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian .............................................................. 53
Tabel 4.3 Deskripsi responden berdasarkan Jenis Kelamin....................... 54
Tabel 4.4 Deskripsi responden berdasarkan Pengalaman Kerja ................ 55
Tabel 4.5 Deskripsi responden berdasarkan Tingkat Pendidikan .............. 56
Tabel 4.6 Deskripsi responden berdasarkan Jabatan Terakhir................... 56
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif...................................................... 57
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Kompleksitas Tugas .................................... 59
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Locus of Control ......................................... 59
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Locus of Control (Kedua) ........................... 60
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Locus of Control (Ketiga) ........................... 61
Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Locus of Control (Keempat) ....................... 62
Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Sifat Machiavellian ..................................... 63
Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Perilaku Disfungsional Audit...................... 63
Tabel 4.15 Hasil Uji Realiabilitas ................................................................ 64
Tabel 4.16 Hasil Uji Kolmogrof Smirnov .................................................... 68
Tabel 4.17 Hasil Uji Multikoliniaritas ......................................................... 69
xvii
Tabel 4.18 Hasil Uji Glejser ........................................................................ 71
Tabel 4.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................... 72
Tabel 4.20 Hasil Uji Statistik F................................................................... 72
Tabel 4.21 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Statistik t) ................................. 73
Tabel 4.22 Hasil Pengujian Hipotesis ......................................................... 83
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran .................................................... 35
Gambar 4.1 Grafik Histogram..................................................................... 66
Gambar 4.2 Grafik P-Plot ........................................................................... 67
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot ................... 70
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Pengisian Kuesioner................................. 93
Lampiran 2 Surat Penelitian Skripsi .......................................................... 95
Lampiran 3 Surat Keterangan dari KAP .................................................... 104
Lampiran 4 Kuesioner Pilot Test ............................................................... 113
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian yang Disebar......................................... 118
Lampiran 6 Daftar Identitas dan Jawaban Responden............................... 123
Lampiran 7 Ouput Hasil Validitas dan Realiabilitas Pilot Test .................. 142
Lampiran 8 Ouput Hasil Pengujian Data .................................................... 158
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan akan jasa akuntan publik dewasa ini semakin meningkat,
karena banyak perusahaan di Indonesia yang mulai berkembang, hal ini
menimbulkan persaingan yang cukup ketat dalam dunia usaha. Banyak
perusahaan berusaha menarik perhatian investor agar menanamkan
modalnya di perusahaan mereka. Namun sebelum menanamkan modalnya,
para investor mencari informasi mengenai kondisi perusahaan tersebut.
Salah satu informasi yang dibutuhkan ialah laporan keuangan. Laporan
keuangan merupakan salah satu indikator, dimana perusahaan dapat
berjalan dengan baik dan optimal (Dharmawan, 2015). Dalam hal ini jasa
akuntan publik dibutuhkan untuk memberikan keyakinan bahwa laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen telah bebas dari salah saji yang
material.
Akuntan publik sebagai pihak ketiga antara manajemen perusahaan
dan pihak eksternal, sehingga laporan keuangan yang telah diaudit oleh
akuntan publik dianggap sebagai laporan keuangan yang teruji secara
independen (Winanda dan Wirasedana, 2017). Audit laporan keuangan
yang dilakukan oleh akuntan publik sering disebut sebagai assurance
service, yaitu jasa profesional independen yang dapat meningkatkan
kualitas informasi bagi pengambil keputusan (Dharmawan, 2015).
2
Seorang akuntan publik dalam menjalankan tugasnya dituntut untuk
menjalankan tugasnya dengan profesional agar menghasilkan laporan audit
yang berkualitas sehingga dapat memberikan keyakinan yang memadai bagi
penggunanya. Hal ini dikarenakan akuntan publik dipercaya sebagai orang
yang berperilaku profesional dan etis sehingga hasil pekerjaanya dapat
dipercaya, relevan dan handalan (Laitupa dan Usmany, 2017). Salah satu
sikap profesional akuntan publik dapat diwujudkan dalam bentuk
menghindari perilaku menyimpang dalam audit (Septiani dan Sukartha,
2017). Namun, dalam kenyataannya kasus pelanggaran terhadap kode etik
profesi dan penyimpangan audit masih sering terjadi.
Salah satu kasus penyimpangan audit yang terjadi di Indonesia
adalah kasus KAP Purwantono, Sungkoro dan Surja. Bulan Februari 2017
lalu Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) melalui situs
resminya mengumumkan bahwa PCAOB memberikan denda sebesar US $
1 Juta atau sekitar Rp 13 Miliar kepada KAP Purwantono, Sungkoro dan
Surja yang merupakan afiliasi dari Ernst and Young Global. Sanksi ini
diberikan karena KAP Purwantono, Sungkoro dan Surja memberikan opini
wajar tanpa pengecualian terhadap laporan keuangan tahun 2011 PT.
Indosat Tbk Opini tersebut diberikan tanpa didukung bukti yang memadai
mengenai perhitungan sewa guna usaha 4.000 menara seluler yang dimiliki
oleh PT. Indosat Tbk (https://pcaobus.org/News/Releases/Pages/EY-
Indonesia-enforcement-2-9-16.aspx, diakses pada tanggal 10 Mei 2017).
3
Roy Iman Wirahadrja selaku partner yang memimpin audit terhadap
PT. Indosat Tbk, juga dijatuhkan sanksi yaitu denda sebesar US $ 20.000
dan dilarang berhubungan dengan firma akuntan publik yang terdaftar pada
PCAOB selama 5 tahun. Sanksi ini dijatuhkan karena Wirahardja
memberikan opini wajar tanpa pengecualian padahal tidak terdapat bukti
yang memadai, selain itu Wirahardja juga gagal bekerjasama dengan pihak
PCAOB ketika melakukan pemeriksaan. Wirahardja membuat memo dan
bukti tambahan yang seakan-akan bukti tersebut dibuat saat waktu audit
berlangsung. Selain itu sanksi juga diberikan kepada James Randall Leali
yang merupakan mantan direktur praktik professional untuk wilayah Asia
Pasifik, dalam hal ini Leali memberikan wewenang kepada Wirahardja
untuk merilis laporan audit dengan opini wajar tanpa pengeculian padahal
Leali mengetahui bahwa tidak ada bukti yang memadai untuk opini tersebut.
Karena hal ini Leali dikenakan sanksi sebesar US $ 10.000 dan larangan
berpraktik selama satu tahun (https://pcaobus.org/News/Releases/Pages/EY
Indonesia-enforcement-2-9-16.aspx, diakses pada tanggal 10 Mei 2017).
Kasus yang terjadi pada KAP Purwantono, Sungkoro dan Surja
bukan merupakan satu-satunya kasus penyimpangan yang terjadi di
kalangan profesi akuntan publik. Pada bulan Desember tahun 2016 lalu
PCAOB juga menjatuhkan sanksi sebesar US $ 750.000 kepada Deloitte
Mexico karena gagal melaksanakan kebijakan dan prosedur pengendalian
mutu untuk dokumentasi audit (https://pcaobus.org/News/Releases/Pages/
Indonesia-enforcement-2-9-16.aspx, diakses pada tanggal 10 mei 2017).
4
Kasus lain yang ada di Indonesia adalah dikenakannya sanksi pembekuan
akuntan publik yang disebabkan oleh pelanggaran-pelanggaran terhadap
Standar Auditing (SA) dan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Tabel 1.1 menyajikan daftar akuntan publik yang dikenakan sanksi
pembekuan izin selama tahun 2017 sampai dengan 2018.
Tabel 1.1Daftar Akuntan Publik yang Dikenakan Sanksi Pembekuan
Izin selama tahun 2017 sampai dengan 2018
No Akuntan Publik Keterangan1. Hans Burhanuddin
MakaraoPembekuan izin akuntan publik yangditetapkan pada tanggal 3 April 2018,untuk jangka waktu 3 bulan denganalasan tidak mematuhi SA dan SPAPatas pelaksanaan audit atas laporankeuangan PT. Rima Bintuni LestariTahun Buku 2016 karena belumsepenuhnya memperoleh bukti audityang cukup dan tepat dalammenyakini kewajaran saldo akunpersediaan, asset tetap, utang usaha,utang bank, pendapatan, dan bebanpokok pendapatan.
2. Biasa Sitepu Pembekuan izin akuntan publik yangditetapkan pada tanggal 3 April 2018,untuk jangka waktu 6 bulan denganalasan belum sepenuhnya mematuhiSA dan SPAP dalam pelaksananaanaudit atas laporan keuangan PT JuiShin Indonesia Tahun Buku 2016karena tidak melakukan pengujiansaldo awal dan tidak memperolehbukti audit yang cukup dan tepatdalam menyakini kewajaran saldoakun Penjualan, Piutang Usaha,Utang Usaha, Aset tetap, persediandan Harga Pokok Penjualan.
Bersambung ke halaman berikutnya
5
Tabel 1.1 (Lanjutan)No Akuntan Publik Keterangan3. Meilina Pangaribuan Pembekuan izin akuntan publik yang
ditetapkan pada tanggal 15 Februari2018, untuk jangka waktu 12 bulandengan alasan belum sepenuhnyamematuhi SA dan SPAP khususnyaterkait tidak adanya bukti audit atasakun penjualan, harga pokokpenjualan dan hutang pajak dalampelaksanaan audit atas LaporanKeuangan PT Jui Shin Indonesiatahun buku 2015.
4. Drs. Arthawan Santika,Ak., MM, CPA
Pembekuan izin akuntan publik yangditetapkan pada tanggal 12 Juni 2017,untuk jangka waktu 12 bulan denganalasan terdapat 5 laporan auditorindependen yang tidak didukungkertas kerja.
Sumber: IAPI.or.id
Masih banyaknya kasus pelanggaran atau ketidakjujuran yang
dilakukan oleh akuntan publik membuat para pemakai informasi keuangan
meragukan informasi yang tersaji dalam laporan yang telah di audit. Hal ini
dikhawatirkan dapat menimbulkan krisis kepercayaan dan hilangnya
kredibilitas terhadap profesi akuntan publik dalam memproses dan
menyajikan informasi keuangan (Laitupa dan Usmany, 2017). Dalam
konteks audit, manipulasi atau sikap ketidakjujuran akan menimbulkan
perilaku disfungsional audit (Burhanuddin dan Kusuma, 2016).
Perilaku difungsional audit merupakan perilaku auditor selama
proses audit dimana terdapat ketidaksesuaian antara program audit yang
telah ditetapkan dengan program audit yang terlaksana (Anita,
Anugerah,dan Zulbahridar,2016). Perilaku disfungsional audit juga dapat
didefinisikan sebagai peribab laku yang membenarkan terjadinya
6
penyimpangan dalam audit yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas
audit, baik secara langsung maupun tidak langsung (Pratiwi, 2017). Perilaku
disfungsional audit seperti premature sign off, gathering of insufficient,
altering, dan underreporting of time mempunyai dampak negatif bagi
profesi audit (Donnelly, 2003).
Perilaku seseorang pada hakikatnya berasal dari dalam dirinya
sendiri (faktor internal) dan faktor lingkungan atau situasional (eksternal)
yang mendukukung seseorang dalam membuat seseorang melakukan suatu
perbuatan (Pratiwi,2017). Ketika seorang akuntan publik melakukan
perbuatan menyimpang juga disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Dalam
penelitian ini berfokus untuk meneliti locus of control, sifat
Machiavellian,dan kompleksitas tugas sebagai penyebab perilaku
disfungsional audit.
Kompleksitas tugas adalah keadaan dimana seseorang dihadapkan
pada persoalan yang kompleks dalam menjalankan tugasnya (Dewi dan
Wirasadena, 2015). Namun tugas yang terasa kompleks bagi satu orang
belum tentu terasa kompleks juga untuk orang lain (Rustiarini, 2013). Hal
tersebut didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas
audit (Septiani dan Sukartha, 2017). Persepsi mengenai kompleksitas tugas
juga di pengaruhi oleh karakteristik pribadi seseorang, apabila dia tidak
dapat mengendalikan situasi yang ia hadapi maka ia akan berasumsi bahwa
tugas yang dihadapi sangat kompleks. Cara seseorang mengendalikan
segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya disebut locus of control.
7
Spector (1988) mendefinisikan locus of control sebagai cerminan
dari sebuah kecenderungan seorang individu untuk percaya bahwa dia
mengendalikan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya atau kendali atas
peristiwa yang terjadi dalam hidupnya itu berasal dari hal lain, misalnya
kuasa orang lain. Seseorang yang percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi
dalam hidupnya terjadi karena hal ini cenderung tidak bisa memastikan dan
mengendalikan kejadian yang dialami karena hal tersebut dianggap sebagai
faktor nasib, takdir maupun keberuntungan (Spector, 1982). Individu
dengan karakteristik tersebut akan menyalahkan lingkungan jika terjadi
sesuatu yang tidak sesuai dengan harapannya.
Sifat Machiavellian merupakan sikap menghalalkan segala cara
untuk mencapai tujuannya. Seseorang yang memiliki sifat Machiavellian
tinggi cenderung memanfaatkan situasi dan kondisi demi kepentingan
pribadi mereka, sehingga mereka tidak peduli akan pentingnya nilai
kejujuran dan integritas (Ghost dan Chrain, 1995 dalam Devi dan Ramantha
2017). Machiavelliansim merupakan dimensi kepribadian seseorang yang
mencerminkan tingkat ketidakberesan, termasuk usaha kuat seseorang
untuk mencapai kepentingan pribadinya (Simic, Matovic, dan Stojkovic,
2015). Sifat ini memungkinkan seorang auditor melakukan manipulasi
proses audit untuk mencapai tujuan kinerja yang diinginkan (Bryan, Quirin,
dan Donnelly, 2005)
Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian ini karena, pertama temuan mengenai perilaku disfungsional
8
audit merupakan keprihatinan yang berkelanjutan untuk profesi audit
(Paino, Smith dan Ismail,2012). Kedua, perilaku disfungsional audit adalah
hal yang harus dihindari karena dapat menurunkan kualitas audit, padahal
laporan audit sangat penting bagi para penggunanya. Ketiga, penelitian
terhadap perilaku disfungsional audit masih jarang yang menggunakan
variabel Sifat Machiavellian, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti
variabel tersebut.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Devi dan
Ramantha (2017). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yaitu variabel tekanan anggaran waktu dan pelatihan auditor diganti dengan
variabel kompleksitas tugas sesuai dengan saran yang diajukan oleh peneliti
sebelumnya, sedangkan untuk variabel sifat Machiavellian yang awalnya
adalah variabel independen diubah menjadi variabel moderasi dalam
penelitian ini. Selain itu objek penelitian ini juga berbeda,jika penelitian
sebelumnya dilakukan di BPKP RI Provinsi Bali, penelitian kali ini
dilakukan pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di DKI Jakarta.
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap agar penelitian ini
dapat menjadi sumber informasi mengenai perilaku disfungsional audit,
sehingga para akuntan publik dapat menekan perilaku disfungsional audit.
Dengan demikian peneliti memberi judul skripsi ini sebagai “Pengaruh sifat
Machiavellian dalam Memoderasi Hubungan Kompleksitas Tugas, dan
Locus of Control Sebagai Anteseden Perilaku Disfungsional Audit.”
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah kompleksitas tugas berpengaruh terhadap perilaku
disfungsional audit?
2. Apakah locus of control berpengaruh terhadap perilaku
disfungsional audit?
3. Apakah sifat Machiavellian dapat memoderasi pengaruh
kompleksitas tugas terhadap perilaku disfungsional audit?
4. Apakah sifat Machiavellian dapat memoderasi pengaruh locus
of control terhadap perilaku disfungsional audit?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan
untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal berikut :
1. Pengaruh kompleksitas tugas terhadap perilaku disfungsional
audit.
2. Pengaruh locus of control terhadap perilaku disfungsional audit.
3. Pengaruh sifat Machiavellian dalam memoderasi pengaruh
kompleksitas tugas terhadap perilaku disfungsional audit.
4. Pengaruh sifat Machiavellian dalam memoderasi pengaruh locus
of control terhadap perilaku disfungsional audit.
10
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
Manfaat Teoritis
1. Untuk penulis, sebagai bentuk dari aplikasi pengetahuan yang selama
ini diperoleh dalam perkuliahan serta untuk menambah pengetahuan
mengenai perilaku auditor.
2. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kompleksitas tugas,
locus of control, terhadap penyebab perilaku disfungsional audit, dan
apakah sifat Machiavellian dapat memoderasi hubungan kompleksitas
tugas dan locus of control terhadap penyebab perilaku disfungsional
audit.
3. Untuk peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
bahan referensi untuk penelitian sejenis dimasa mendatang.
Manfaat Praktisi
1. Memberikan gambaran mengenai perilaku disfungsional audit, bagi
para auditor eksternal yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP)
sehingga para auditor bisa merencanakan prosedur dan penugasan audit
dengan lebih matang pada periode berikutnya.
11
2. Sebagai acuan dalam usaha evaluasi profesi akuntan publik untuk
meningkatkan kualitas audit dan mengetahui cara mencegah terjadinya
perilaku disfungsional audit, yang dapat merugikan beberapa pihak.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Atribusi
Dalam psikologi sosial, istilah atribusi memiliki dua makna. Pertama,
atribusi berarti penjelasan tentang perilaku (jawaban dari pertanyaan
mengapa). Kedua, sebagai kesimpulan atau askripsi misalnya
menyimpulkan sifat dari perilaku (Malle, 2011). Teori Atribusi
memberikan penjelasan mengenai penyebab perilaku seseorang (Basudewa
dan Merkusiwati, 2015). Fatemi dan Asghari (2012) menjelaskan, teori
atribusi adalah teori yang menjelaskan mengenai apa yang terjadi dibalik
perilaku seseorang baik karena faktor internal maupun eksternal.
Teori Atribusi berkembang melalui tulisan Fritz Heider (1958) yang
menggambarkan apa yang disebutnya “Native Theory of Action”, yaitu
kerangka kerja konseptual yang menafsirkan, menjelaskan dan meramalkan
tingkah laku seseorang. Heider bekata atribusi adalah proses
penggambaran. Karena kita melihat bagaimana seseorang bertindak dan
dapat menarik kesimpulan dari perilaku tersebut (Istiqomah, 2013).
13
Menurut Heider ada dua sumber atribusi tingkah laku. Pertama sumber
atribusi internal atau atribusi disposisional yang menyimpulkan bahwa
tingkah laku seseorang disebabkan oleh sifat-sifat seseorang atau disposisi
(unsur psikologis) dan kedua, yaitu sumber eksternal (Istiqomah, 2013).
Penyebab internal atau disposisional biasanya disebabkan karena sesuatu
yang telah ada dalam diri seseorang seperti sifat pribadi, persepsi diri,
kemampuan dan motivasi. Sedangkan penyebab eksternal biasanya
disebabkan oleh lingkungan sekitar individu tersebut, seperti kondisi sosial,
nilai sosial dan pandangan masyarakat (Mindarti, 2015).
Teori atribusi memberikan perhatian terhadap penyebab kesuksesan dan
kegagalan seseorang (Hunter and Barker, 1987). Menurut Weiner (1986)
dalam Fatemi dan Asghari (2012) terdapat 4 set atribusi untuk kesuksesan
dan kegagalan seseorang, yaitu : kemampuan, usaha, keberuntungan dan
kompleksitas tugas. Kemampuan dan usaha merupakan faktor internal yang
datang dari dalam diri seseorang, sedangkan keberuntungan dan
kompleksitas tugas merupakan faktor eksternal atribusi.
Dalam teori atribusi Correspondent Inference yang dikembangkan oleh
Edward Jones dan Keith Davis, perilaku berhubungan dengan sikap atau
karakteristik personal, yang apabila kita melihat perilaku seseorang kita
dapat mengetahui karakteristik orang tersebut dan dapat memprediksi
perilaku seseorang dalam menghadapi situasi. Untuk melindungi dan
mempromosikan diri mereka, jika terdapat sesuatu hal yang baik mereka
14
menghubungkannya dengan faktor internal, namun ketika menerima
sesuatu yang buruk mereka cenderung menghubungkannya dengan atribusi
eksternal (Fathemi, 2012).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa teori atribusi
adalah teori yang menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu dan apa
yang terjadi dibaliknya. Perilaku tersebut bisa disebabkan karena faktor
internal (seperti : sifat pribadi, persepsi, dan kemampuan) dan faktor
eksternal (seperti : lingkungan, pandangan masyarakat, kondisi sosial, dll).
Oleh karena itu teori ini dianggap relevan dengan judul penelitian ini,
karena penelitian ini ingin mengetahui alasan yang menyebabkan seseorang
melakukan perilaku disfungsional audit. Karena ketika seorang akuntan
publik melakukan perilaku menyimpang juga disebabkan oleh faktor
internal maupun eksternal. Dalam penelitian ini ingin melihat apakah
kompleksitas tugas, locus of control dan sifat Machiavellian yang ada pada
diri akuntan publik dapat menyebabkan perilaku disfungsional audit.
2. Kompleksitas Tugas
Tugas didefinisikan sebagai kegiatan yang harus dilakukan oleh
seseorang untuk memindahkan pekerjaan dan kehidupannya. Tugas adalah
salah satu komponen yang paling penting dalam mempelajari kinerja dan
perilaku manusia. Kinerja manusia diyakini bergantung pada interaksi
antara karakteristik tugas, karakteristik pelaku tugas (misalnya,
15
pengetahuan dan keterampilan, dan karakteristik lingkungan. Kompleksitas
tugas telah ditemukan sebagai faktor penting yang mempengaruhi dan
memprediksi kinerja dan perilaku manusia (Liu dan Li, 2012).
Berikut ini disajikan pengertian kompleksitas tugas oleh Mahdy dan
Ghozaly (2012) yang mengatakan bahwa kompleksitas tugas merupakan
suatu tugas yang kompleks dan rumit, sehingga membuat seseorang harus
meningkatkan kemampuan daya pikir dan kesabaran dalam menghadapi
masalah didalam tugas tersebut. Kompleksitas tugas juga dapat diartikan
sebagai keadaan dimana seorang auditor dihadapkan pada persoalan yang
kompleks dalam menjalankan tugasnya dan individu tersebut memiliki
keterbatasan kemampuan untuk menyelesaikannya (Dewi dan Wirasadena,
2015). Jamilah et al (2007) mengatakan bahwa kompleksitas tugas
merupakan persepsi individu tentang suatu tugas karena adanya
keterbatasan kapabilitas dan daya ingat, serta kemampuan untuk
mengintegrasikan masalah yang dimiliki pembuat keputusan.
Persepsi mengenai tingkat kesulitan tugas, dirasakan berbeda oleh
masing-masing individu. Oleh karena itu setiap individu memiliki ukuran
masing-masing untuk menentukan seberapa kompleks tugas yang mereka
hadapi (Wibowo, 2015).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kompleksitas tugas ialah
keadaan seseorang menghadapi tugas yang kompleks dan rumit dalam
16
melakukan pekerjaanya, akan tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah
apabila individu tersebut mempunyai kemampuan yang cukup. Tugas yang
dirasa rumit oleh seseorang, bisa saja dirasa mudah bagi orang lain. Hal
tersebut merupakan persepsi dari masing-masing individu.
Pekerjaan yang kompleks, tidak hanya membuat auditor bekerja lebih
keras, tetapi seorang auditor dituntut untuk memperoleh pengetahuan yang
lebih untuk menyelesaikan penugasan audit (Rustiarini, 2013).
Kompleksitas tugas dapat mempengaruhi usaha auditor, karena hal tersebut
membuat auditor terjebak dalam situasi yang dilematis. Disatu sisi auditor
harus bersikap independen, namun disisi lain auditor juga harus memenuhi
keingin klien agar puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasa
auditor dimasa yang akan datang (Septiani dan Sukartha, 2017).
Kompleksitas tugas disebabkan karena adanya tingkat kesulitan dari
tugas auditor dan adanya variabilitas tugas audit yang semakin tinggi
(Septiani dan Sukartha, 2017). Selain itu menurut Artha, Herawati dan
Darmawan (2014) kompleksitas tugas juga dapat disebabkan oleh
ambiguitas dan struktur yang lemah. Sehingga membuat seorang auditor
menjadi tidak konsisten dan tidak akuntabel.
Kompleksitas tugas tidak selalu diterima sebagai hal yang negatif.
Namun, kompleksitas tugas bisa menjadi salah satu faktor yang memotivasi
auditor untuk bekerja secara lebih berkualitas. Walaupun kebanyakan
17
auditor menghadapi situasi kompleksitas tugas dengan stress karena
menganggap kerja dibawah tekanan, namun jika auditor tersebut memiliki
jiwa yang tangguh dan mau belajar, maka tugas yang kompleks dianggap
sebagai sarana menambah pengetahuan dan pengalaman baru baginya
(Wibowo, 2015).
3. Locus of Control
Locus of control merupakan variabel yang digunakan untuk
menjelaskan perilaku manusia dan melihat bagaimana seseorang dalam
menghadapi peristiwi yang terjadi dalam hidupnya. Dalam organisasi locus
of control dikaitkan dengan motivasi, usaha, kinerja, kepuasaan, dan
persepsi pekerjaan. Terdapat dua jenis locus of control yang umumnya
berada pada suatu individu yaitu locus of control eksternal dan locus of
control internal (Spector, 1982).
Seseorang yang memiliki locus of control eksternal percaya bahwa
mereka tidak dapat mengendalikan suatu kejadian atau hasil yang mereka
peroleh. Sedangkan seseorang yang memiliki locus of control internal
percaya bahwa suatu kejadian berada dibawah kendali mereka, sehingga
dapat mereka kendalikan tergantung pada usaha yang mereka lakukan
(Alkautsar, 2014). Selain itu seseorang dengan locus of control eksternal
lebih bergantung pada orang lain, dan percaya bahwa segala sesuatu
dikendalikan oleh kekuatan yang berasal dari luar mereka seperti
18
keberuntungan, sehingga individu seperti ini sering kali mencari dan
memilih kondisi yang menguntungkan (Limawan dan Mimba, 2016).
Dalam situasi dimana seseorang yang memiliki locus of control eksternal
tidak mendapat dukungan yang dibutuhkan, mereka memandang
manipulasi sebagai strategi yang tepat untuk bertahan (Anita et al, 2016).
Locus of control internal cenderung lebih sukses dalam karir karena
mereka mempunyai level kerja yang tinggi dan memiliki kepuasaan yang
lebih tinggi terhadap hasil pekerjaan mereka, selain itu mereka juga lebih
mampu mengendalikan stress dibandingkan dengan seseorang yang
memiliki locus of control eksternal ( Devi dan Ramantha, 2017). Donnely
et al (2003) juga menyatakan bahwa dalam mengembangkan harapan dalam
menghadapi keberhasilan dalam situasi tertentu bergantung pada perilaku
individu itu sendiri apakah individu tersebut lebih percaya dengan
kemampuan mereka atau sesuatu yang dikendalikan dengan keberuntungan.
Individu dengan locus of control internal cenderung bisa mengandalkan
kemampuan mereka dan mengetahui apa yang benar dan salah sehingga
mereka lebih bertanggung jawab atas perilaku mereka.
4. Sifat Machiavellian
Sifat Machiavellian merupakan suatu persepsi atau keyakinan yang
diyakini tentang hubungan antar personal. Persepsi ini akan membentuk
suatu kepribadian yang menjadi dasar untuk menentukan sikap dalam
19
berhubungan dengan orang lain (Setyaniduta dan Hermawan, 2016). Sifat
Machiavellian diperkenalkan oleh seorang ahli filsuf politik dari Itali
bernama Niccolo Machiavellian (1469 – 1527). Hunt dan Chonko (1984)
menyatakan bahwa sifat Machiavellian cenderung mengarah kepada
perilaku negatif, seperti menunjukkan cara yang tidak etis untuk
memanipulasi orang lain untuk mencapai tujuan. Hal serupa juga
disampaikan oleh Simic et al (2015) yang mengatakan bahwa
Machiavellianism merupakan dimensi kepribadian seseorang yang
mencerminkan tingkat ketidakberesan, termasuk usaha seseorang untuk
mencapai kepentingan pribadinya.
Sifat Machiavellian dalam dunia bisnis yang memberikan reward untuk
kemenangan merupakan sifat yang dapat diterima, namun dalam profesi
auditor sifat Machiavellian merupakan sifat yang negatif (Saputri dan
Wirama, 2015). Hal serupa juga diungkapkan oleh Ghost dan Chrain (1995)
dalam Devi dan Ramantha (2017) yang menyatakan seseorang yang
memiliki sifat Machiavellian tinggi, cenderung tidak peduli akan
pentingnya nilai kejujuran dan intergritas, selain itu juga cenderung tidak
patuh pada peraturan. Hal tersebut dapat menyebabkan seorang auditor
melakukan manipulasi proses audit untuk mencapai tujuan kinerja yang
diinginkan (Bryan et al, 2005).
20
Sifat Machiavellian dapat mempengaruhi secara langsung terhadap
independensi auditor. Karena semakin tinggi sifat Machiavellian seorang
akuntan maka semakin tinggi juga kemungkinan untuk dapat menerima
perilaku dilematis yang menyebabkan terjadinya penyimpangan (
Setyaniduta dan Hermawan, 2016). Bulutoding dan Paramitasari (2017)
juga menyatakan bahwa sifat Machiavellian cenderung merasionalisasi
atau membenarkan kebohongan demi keuntungan pribadi, oleh karena itu
sifat Machiavellian dapat berpengaruh terhadap perilaku etis. Individu
dengan sifat Machiavellian yang tinggi cenderung lebih suka berbohong
dan kurang bermoral, dan lebih manipulatif sehingga cenderung melakukan
perilaku yang tidak etis. Profesi akuntan (auditor) dituntut untuk
mempunyai tanggung jawab etis agar mampu menghindari sifat
Machiavellian (Laitupa dan Usmany, 2017).
5. Perilaku Disfungsional Audit
Perilaku disfungsional audit didefinisikan sebagai perilaku yang
membenarkan terjadinya penyimpangan dalam audit yang dapat
menurunkan kualitas audit, baik secara langsung maupun tidak langsung
(Pratiwi, 2017). Perilaku disfungsional juga dapat didefinisikan sebagai
perilaku auditor yang menyimpang dari standar auditing dalam
melaksanakan penugasan audit yang dapat menurunkan kualitas audit
21
(Pujaningrum dan Sabeni, 2012). Dharmawan (2015) menyatakan
beberapa tindakan yang dapat mengurangi kualitas audit :
a. Penghentian premature terhadap langkah audit dalam program
audit.
b. Mengurangi jumlah pekerjaan yang dikerjakan dalam langkah
audit yang dianggap beralasan oleh auditor.
c. Tidak melakukan penelitian terhadap prinsip akuntansi.
d. Tidak melakukan review dengan sungguh-sungguh terhadap
dokumen klien.
e. Menerima penjelasan klien yang lemah.
Sedangkan menurut Anita et al (2016) perilaku disfungsional audit
adalah perilaku yang terjadi selama proses dimana terjadi ketidaksesuaian
antara program audit yang telah ditetapkan dengan program audit yang
dilaksanakan, atau dengan kata lain menyimpang dari standar yang telah
ditetapkan. Perilaku disfungsional dilakukan oleh auditor agar dapat meraih
target kerjanya (Dewi dan Wirasadena, 2015). Perilaku disfungsional
auditor disebabkan karena adanya konflik kepentingan antara kantor
akuntan, klien dan auditor (Sujana, 2010 dalam Dharmawan, 2015). Hal ini
dapat terjadi karena, klien adalah perusahaan yang membayar auditor untuk
melakukan audit dan berharap bahwa auditor akan memberikan opini
terbaik untuk laporan keuangan perusahaanya. Namun, dalam hal ini
22
auditor merupakan seseorang yang harus bersikap independen sesuai
dengan Standar Audit dan Kode Etik Akuntan, yang harus memberikan
opini apa adanya (Dharmawan, 2015).
Akuntan publik dikatakan profesional apabila ia dapat menghindari
perilaku menyimpang dalam audit (Septiani dan Sukartha, 2017). Karena
perilaku ini dapat mempengaruhi kualitas audit baik secara langsung
maupun tidak langsung. Perilaku yang dapat mempengaruhi kualitas audit
secara langsung diantaranya adalah premature sign off atau pemberhentian
prosedur audit secara dini. Sedangkan perilaku yang mempengaruhi
kualitas audit secara tidak langsung adalah underreporting of time.
Premature sign off yaitu suatu keadaan dimana seorang auditor
menghentikan satu atau beberapa langkah audit yang diperlukan dalam
prosedur audit tanpa menggantikan dengan langkah audit yang lain (Laitupa
dan Usmany, 2017). Jika hal ini dilakukan dapat menyebabkan kegagalan
audit karena auditor tidak melaksanakan seluruh prosedur audit secara
cermat dan seksama serta tidak mengevaluasi bukti audit sesuai dengan
standar audit. Sementara itu underreporting of time adalah perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh auditor karena tidak melaporkan waktu
yang sebenarnya dalam mengerjakan prosedur audit. Contoh dari perilaku
ini adalah seorang auditor datang lebih awal atau tetap bekerja pada saat
makan siang tanpa menuliskan extra hours pada time sheet. Dengan hal
23
tersebut terkesan seorang auditor melaksanakan tugasnya dengan waktu
yang telah dianggarkan, padahal terdapat jam-jam dalam melakukan
pengauditan yang tidak dicantumkan. Dengan kata lain, auditor
memanipulasi waktu agar terlihat baik di mata supervisinya (Laitupa dan
Usmany, 2017). Perilaku-perilaku tersebut mengakibatkan efek negatif,
yaitu menurunnya kualitas audit yang berdampak pada ketidakpuasan,
berkurangnya keyakinan, dan diragukannya kebeneran informasi yang ada
dalam laporan keuangan yang telah diaudit, sehingga berkurangnya
kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor (Wibowo, 2015).
Berdasarkan uraian diatas perilaku disfungsional audit dapat
menyebabkan banyak kerugian bagi klien maupun kelangsungan profesi
audit. Maka perilaku disfungsional audit perlu diteliti lebih lanjut untuk
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perilaku disfungsional audit,
sehingga nantinya akuntan publik dapat mengambil tindakan untuk
mencegah perilaku disfungsional audit untuk menjaga kepercayaan
masyarakat terhadap profesi audit.
B. Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil – hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan
penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1
24
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Devi danRamantha (2017)
Tekanan Anggaran Waktu,Locus of Control, SifatMachiavellian,PelatihanAuditor Sebagai AntesedenPerilaku DisfungsionalAuditor
Variabel locus of control,variabel perilakudisfungsional auditor,penelitian kuantitatif,menggunakan kuisioner.
Variabel anggaranwaktu dan variabelpelatihan auditor,variabel machiavelliansebagai variabelindependen, respondendan lokasi penelitian,metode pengambilansample.
Tekanan anggaranwaktu, locus ofcontrol, dan sifatMachiavellian secaraparsial berpengaruhpositif signifikan pdaperilaku disfungsionalauditor. Sementarapelatihan auditorsecara parsial tidakberpengaruh padaperilaku disfungsionalaudit.
Variabel locus of control,variabel perilakudisfungsional auditor,penelitian kuantitatif,menggunakan kuisioner.
Variabel pengalamankerja, variabel job stressdan variabelunderreporting of time,responden dan lokasipenelitian,menggunakansoftware StructuralEquation Model (SEM)
Locus of control,pengalaman kerja,underreporting of timedan job stressberpengaruh positifterhadap perilakudisfungsional audit
25
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Septiani danSukartha (2017)
Pengaruh KompleksitasAudit dan SkeptismeProfesional Auditor padaPenerimaan PerilakuDisfungsional Audit
Variabel kompleksitastugas, variabel perilakudisfungsional auditor,penelitian kuantitatif,menggunakan kuisioner.
Variabel skeptismeprofesional auditor,responden dan lokasipenelitian, metodepengambilan sample.
Sifat Machiavellian,Perkembangan Moral,Locus of Control danPengaruhnya TerhadapDysfunctional AuditBehavior
Variabel locus of control,variabel sifatMachiavellian, danvariabel perilakudisfungsional audit,penelitian kuantitatif,menggunakan kuisioner,
Variabel perkembanganmoral, responden danlokasi penelitian,metode pengambilansample
Sifat Machiavellian,perkembangan moraldan locus of controlmemiliki hubunganyang kuat dan searahterhadap dysfunctionalaudit behavior
26
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan)No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5. Kusuma danBurhanuddin(2016)
Pengaruh KarakteristikPersonal Auditor TerhadapPenerimaan PerilakuDisfungsional Audit (StudiEmpiris pada AuditorPemerintah yang Bekerjadi BPK PerwakilanSumatera Bagian Selatan)
Variabel locus of control,variabel perilakudisfungsional auditor,penelitian kuantitatif,menggunakan kuisioner,metode pengambilansample
Variabel performance,variabel komitmenorganisasi, variabelkomitmen profesionaldan variabel turnoverintention, responden danlokasi penelitian
External locus ofcontrol dan turnoverintention bepengaruhpositif terhadapperilaku disfungsionalaudit. Sementaraperformance,komitmen organisasitidak bepengaruhsignifikan terhadapperilaku disfungsionalaudit.
6. Anita et al.(2016)
Analisis PenerimaanAuditor Atas DysfunctionalAudit Behavior : SebuahPendekatan KarakteristikPersonal Auditor (StudiEmpiris pada KAP diWilayah Sumatera)
Variabel locus of control,dan variabel perilakudisfungsional audit,penelitian kuantitatif,
Variabel kinerja auditor,variabel turnoverintention dan variabelkomitmen organisasi ,metode survey, lokasipenelitian, softwareSmart PLS Versi 2.0M3.
Locus of control danturnover intentionberpengaruh positifterhadap penerimaanatas dysfunctional auditbehavior. Sementarakinerja auditor dankomitmen organisasiberpengaruh negatifterhadap penerimaandysfunctional auditbehavior.
27
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7. Dharmawan(2015)
Studi Analisis FaktorPenyebab DisfungsionalAuditor dan UpayaPenanggulanganDisfungional AuditorTerhadap Kualitas Auditpada Kantor AkuntanPublik di Provinsi Bali(Studi Kasus pada KantorAkuntan Publik ‘X’ diWilayah Denpasar, Bali)
Meneliti penyebabperilaku disfungsionalaudit, responden auditoryang bekerja di KantorAkuntan Publik (KAP)
Perilaku disfungsionalauditor disebabkankarena adanya konflikkepentingan antarpihak yang terkaitdalam penugasanaudit, tekanananggaran waktu dankeinginan perpindahanaudior.
8. Dewi danWirasadena(2015)
Pengaruh Time BudgetPressure, LOC, dan TaskComplexity padaDysfunctional AuditBehavior Akuntan Publik
Variabel LOC, Variabelkompleksitas tugas, danvariabel perilakudisfungsional audit,menggunakan kuisioner
Variabel time budgetpressure. Menggunakanteknik non probabilitysampling, lokasipenelitian
Terdapat pengaruhpositif dari timebudget pressure, locusof control dan taskcomplexity padadysfunctional auditbehavior
28
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan)No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Meneliti tentang perilakudisfungsional audit,variabel independenlocus of control,responden yangdigunakan akuntanpublik. Metode samplingyang digunakanconvenience sampling
Variabel independenyang digunakankomitmen organisasi,turnover intention,kinerja, tekanananggaran waktu dan feeaudit. Penelitiandilakukan di KAP yangberada di kota Semarang
Hasil penelitianmenunjukkan locus ofcontrol, komitmenorganisasi, turnoverintention, kinerja,tekanan anggaranwaktu dan fee auditberpengaruh terhadapperilaku disfungsionalaudit.
10. Alkautsar (2014) Locus of Control,Commitment Profesionaland Dysfunctional AuditBehaviour
Meneliti tentang perilakudisfungsional auditdengan variabelindependen locus ofcontrol menggunakanresponden akuntan publikyang bekerja di KAP,data diambil denganmelakukan penyebarankuesioner.
Variabel komitmenprofesional tidakdigunakan dalampenelitian ini, penelitiandilakukan di 4 kota yangada di Indonesia yaituJakarta, Bandung,Surabaya, danSemarang.
Hasil penelitianmenunjukkan locus ofcontrol dan komitmenprofesionalmempunyai pengaruhpositif signifikanterhadap perilakudisfungsional audit.
29
Tabel 2.1(Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
11. Painio et al.(2012)
Auditor acceptance ofdysfunctional behavior (Anexplanatory model usingindividual factors)
Meneliti penyebabperilaku disfungsionalauditor, variabel locus ofcontrol
Menggunakan analisispath, metode survey
Auditor yangmenerima perilakudisfungsional auditadalah auditor yangmemiliki locus ofcontrol eksternal danmemiliki tingkatturnover intentionsyang tinggi
12. Donnelly et al.(2003)
Attitudes TowardDysfunctional AuditBehavior : The Effects ofLocus of Control,OrganizationalCommitment and Position
Variabel locus of control,variabel perilakudisfungsional audit,
Variabel organizationalcommitment danvariabel position.Menggunakan teknikanalisis path, lokasipenelitian.
Locus of controlmempunyai peran yangsignifikan terhadapperilaku auditor,komitmen organisasimempunyai pengaruhpenting terhadapperilaku disfungsionalauditor
30
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Kompleksitas Tugas terhadap Perilaku Disfungsional
Audit
Dalam menjalankan tugasnya, auditor seringkali menghadapi
peristiwa yang dilematis, seperti kompleksitas tugas. Kompleksitas
tugas audit merupakan persepsi seorang auditor mengenai kesulitan
akan suatu tugas tugas audit. Kompleksitas tugas audit merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit (Septiani dan Sukartha,
2017). Penugasan audit menjadi semakin kompleks karena auditor
dihadapkan pada tingkat kesulitan yang tinggi dan variabilitas tugas
audit yang semakin tinggi (Septiani dan Sukartha, 2017).
Kompleksitas tugas membuat auditor memikirkan banyak hal
yang mengakibatkan seorang auditor tidak dapat menyelesaikan
tugasnya dengan baik, dan malah justru mengurangi kualitas kerjanya
(Rustiarini, 2013). Tingkat kompleksitas tugas yang tinggi
mengakibatkan auditor melakukan perilaku penyimpangan.
Pernyataan diatas dibuktikan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Septiani dan Sukartha (2017), yaitu bahwa variabel
kompleksitas tugas audit berpengaruh positif pada penerimaan perilaku
disfungsional audit. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan
Wirasadana (2015) juga menunjukkan hasil serupa, bahwa kompleksitas
tugas auditor berperan dalam menerima perilaku disfungsional auditor.
Ia megatakan bahwa semakin kompleks suatu tugas audit, maka
31
semakin tinggi pula toleransi auditor terhadap perilaku disfungsional
audit. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis pertama yang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
H1 : Kompleksitas tugas berpengaruh terhadap perilaku
disfungsional audit.
2. Pengaruh Locus of Control terhadap Perilaku Disfungsional Audit
Dalam literatur akuntansi, menunjukkan bahwa locus of control
memiliki peran penting dalam menjelaskan perilaku akuntan dalam
berbagai kondisi (Alkautsar, 2013). Dalam konteks auditing, manipulasi
atau penipuan merupakan bentuk perilaku disfungsional audit, sebagai
sarana untuk mencapai tujuan kinerja individu. Hal tersebut dianggap
sebagai pengorbanan agar individu tersebut dapat bertahan
dilingkungan audit.
Gable dan Dangello (1994), menyatakan bahwa adanya
hubungan positif antara individu dengan locus of control eksternal
dengan keinginan menggunakan kecurangan atau manipulasi agar
mencapai kepentingan pribadi. Pernyataan tersebut didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Donnelly et al (2003) yang menunjukkan
bahwa locus of control mempunyai peran yang signifikan terhadap
perilaku auditor. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa seseorang
yang memiliki locus of control internal kurang menerima perilaku
disfungsional audit.
32
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wibowo (2015)
menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara
locus of control terhadap perilaku disfungsional audit. Hasil penelitian
oleh Basudewa dan Merkusiwati (2015) juga menunjukkan bahwa locus
of control berpengaruh positif dan singifikan terhadap perilaku
menyimpang dalam audit. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut :
H2 : Locus of Control berpengaruh terhadap perilaku disfungsional
audit.
3. Pengaruh Sifat Machiavellian dalam Memoderasi Pengaruh
Kompleksitas Tugas terhadap Perilaku Disfungsional Audit
Tingginya kompleksitas tugas dalam mengaudit dapat
menyebabkan seorang auditor melakukan perbuatan menyimpang yang
dapat menurunkan kualitas audit (Riny, 2015). Tugas audit dirasa
semakin kompleks ketika auditor mengalami situasi yang dilematis,
yaitu auditor harus memenuhi berbagai kepentingan. Situasi tersebut
bisa saja terjadi ketika seorang auditor dihadapkan pada pilihan harus
bersikap independen untuk memberikan pendapat apa adanya tanpa
adanya campur tangan dari pihak manajemen, atau memenuhi tuntutan
yang diinginkan oleh klien, agar klien merasa puas dengan pekerjaannya
dan tetap menggunakan jasa auditor di masa yang akan datang. Namun,
bisa saja untuk memenuhi keinginan klien tersebut seorang auditor harus
33
melakukan perbuatan yang menyimpang dari kode etik dan standar
audit.
Menurut Gable dan Dangello (1994) seseorang yang bersedia
mengorbankan nilai etika, sehingga melakukan perilaku penyimpang
berarti memiliki sifat machiavellian. Dalam konteks audit, seseorang
melakukan perilaku disfungsional audit agar dapat bertahan dalam
lingkungan audit yang penuh dengan tekanan (Donnelly et al, 2003).
Sifat Machiavellian merupakan sifat yang negatif, karena mengabaikan
nilai kejujuran dan integritas demi mencapai tujuan pribadinya.
Seseorang dengan sifat Machiavellian yang tinggi cenderung
melakukan pelanggaran terhadap etika profesi yang menyebabkan
terjadinya perilaku disfungsional (Saputri dan Wirama, 2015). Hal
tersebut dibuktikan penelitian yang dilakukan oleh Saputri dan Wirama
(2015), yang menunjukkan bahwa seseorang dengan sifat Machiavellian
yang tinggi cenderung berperilaku disfungsional. Berdasarkan uraian
diatas, hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H3 : Sifat Machiavellian dapat memoderasi pengaruh kompleksitas
tugas audit terhadap perilaku disfungsional audit.
4. Pengaruh Sifat Machiavellian dalam Memoderasi Pengaruh Locus
of Control terhadap Perilaku Disfungsional Audit
Locus of control mempunyai hubungan yang erat dengan
Machiavellianism (Gable dan Dangello, 1994 ; Comer 1985; Solar dan
34
Bruehl, 1971). Hal tersebut juga diungkapkan oleh Mudrack (1989)
yang mengatakan bahwa seseorang yang memiliki locus of control
eksternal cenderung bersikap Machiavellian. Seseorang yang memiliki
sifat Machiavellian cenderung melakukan perilaku disfungsional audit
untuk menghadapi tekanan yang ada di lingkungan audit.
Hal serupa juga dikatakan oleh Setyaniduta dan Hermawan
(2016) yang mengatakan bahwa sifat Machiavellian berpengaruh secara
langsung terhadap independensi auditor dan cenderung menerima
perilaku yang dilematis secara etis yang menimbulkan perilaku
difungsional audit. Perkataan tersebut dibuktikan dengan hasil
penelitian Setyaniduta dan Hermawan (2016), yaitu sifat Machiavellian
memiliki hubungan yang kuat dan searah serta memiliki prosentanse
yang tinggi terhadap perilaku disfungsional audit.
Penelitian terhadap sifat Machiavellian juga dilakukan oleh
Usmany dan Laitupa (2017), hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa sifat Machiavellian memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap perilaku disfungsional audit. Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis kelima yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H4 : Sifat Machiavellian dapat memoderasi pengaruh locus of
control terhadap perilaku disfungsional audit.
35
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar
2.1.
Seorang auditor harus bekerjaprofesional dan bersikap independenagar tidak melakukan perilakumenyimpang dan menghasilkanlaporan audit yang berkualitas.
Adanya perilaku auditor baik yangdipengaruhi faktor internal maupuneksternal yang menyebabkanterjadinya perilaku penyimpangandan menurunkan kualitas audit
GAP
Pengaruh sifat Machiavellian dalam memoderasi hubungan kompleksitas tugas,dan locus of control sebagai anteseden perilaku disfungsional audit.
Basis Teori : Teori Atribusi
Metode Analisis : Analisis Regresi Moderate
Hasil yang diharapkan
Kesimpulan, saran, dan keterbatasan
Kompleksitas TugasAudit
Locus Of Control
Perilaku DisfungsionalAudit
Machiavelllian
36
Akuntan publik mempunyai peran dan tanggungjawab penting dalam
pemeriksaan laporan keuangan sebuah perusahaan.keuangan sebuah perusahaan.
Laporan keuangan yang telah diaudit memberikan nilai tambah untuk sebuah
perusahaan, karena di dalam laporan tersebut terdapat opini mengenai kewajaran
dari laporan keuangan perusahaan tersebut. Dalam menjalankan tugasnya, seorang
akuntan publik harus bersikap profesional dan independen agar menghasilkan
laporan audit yang berkualitas. Disamping itu seorang akuntan publik harus
menghindari perilaku menyimpang, karena hal tersebut dapat menurunkan kualitas
audit. Namun, dalam kenyataannya masih terdapat perilaku akuntan publik yang
menyimpang yang menyebabkan kualitas audit menurun. Hal ini menimbulkan
GAP antara perilaku yang seharusnya terjadi dengan kenyataan yang terjadi.
Perilaku menyimpang auditor (disfungsional) bisa disebabkan oleh faktor eksternal
dan internal. Dalam penelitian ini faktor – faktor yang diduga dapat menyebabkan
perilaku disfungsional auditor adalah kompleksitas tugas, locus of control, dan sifat
Machiavellian. Sehingga penelitian ini diberi judul “Pengaruh Sifat Machiavellian
dalam Memoderasi Hubungan Kompleksitas Tugas, dan Locus of Control sebagai
Anteseden Perilaku Disfungsional Audit”.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori atribusi, karena teori
tersebut menjelaskan alasan dibalik perilaku seseorang. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan seorang auditor
melakukan perbuatan menyimpang, apakah hal tersebut disebabkan oleh faktor
internal ataukah faktor eksternal. Karena alasan tersebut maka teori atribusi
dianggap relevan dengan penelitian ini. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian
37
ini akan diuji melalui analisis regresi moderate untuk mengetahui apakah variabel
independen dapat berpengaruh terhadap variabel dependen dan mengetahui apakah
sifat Machiavellian berhasil memoderasi pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen yang ada. Dari pengujian tersebut diharapkan dapat memberikan
hasil yang dapat mengambarkan pengaruh antar variabel tersebut, sehingga
nantinya akan didapatkan kesimpulan yang tepat dari penelitian ini. Selain itu
penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran bagi auditor agar dapat
menghindari perilaku menyimpang dan saran untuk penelitian selanjutnya
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk
menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu kompleksitas tugas, dan
locus of control terhadap variabel dependen, yaitu perilaku disfungsional
audit dengan sifat Machiavellian sebagai variabel moderasi. Ruang lingkup
pada penelitian ini difokuskan pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
berada di wilayah DKI Jakarta yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta
Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah akuntan
publik yang bekerja di KAP. Sedangkan sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah akuntan publik atau auditor eksternal yang bekerja
pada Kantor Akuntan Publik (KAP) wilayah DKI Jakarta.
2. Metode Pengambilan Sampel
Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode convenience sampling. Convenience sampling
merupakan metode pengumpulan informasi dari anggota populasi yang
dengan sukarela bersedia memberikannya atau dengan kata lain subjek
39
dalam metode ini paling mudah diakses (Sekaran dan Bougie, 2013 :
252).
Metode convenience sampling ini dipilih karena mempunyai
beberapa keuntungan yaitu, cepat, mudah, dan tidak mahal (Sekaran dan
Bougie, 2013 : 252). Hal ini sebagai upaya antisipasi menghadapi
kemungkinan terjadinya penolakan dari Kantor Akuntan Publik (KAP)
yang ada di DKI Jakarta karena waktu penyebaran dilakukan saat peek
season sehingga banyak KAP yang menolak untuk menerima kuisioner
karena para akuntan publik masih berada di kantor klien.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Untuk memperoleh data – data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan.
Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari pihak pertama melalui
penelitian lapangan. Data diperoleh melalui kuisioner yang dikirim ke
kantor akuntan publik (KAP) yang ada di wilayah DKI Jakarta, baik
secara langsung maupun perantara. Subjek dalam penelitian ini adalah
auditor eksternal yang bekerja di kantor akuntan publik (KAP).
Kuisioner yang disebarkan menggunakan daftar pertanyaan
yang dibuat secara terstruktur dengan tujuan mendapatkan informasi
40
dari auditor eksternal (reponden) yang bekerja di kantor akuntan publik.
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui pengisian kuisioner
yang didalamnya terdapat skor untuk masing – masing indikator yang
berkaitan dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan defisini dari masing – masing
variabel yang digunakan, berikut dengan opeasional dan cara
pengukurannya.
1. Kompleksitas Tugas
Kompleksitas tugas ialah suatu kondisi dimana seorang auditor
dihadapkan oleh tugas yang kompleks dan rumit dalam menjalankan
penugasannya. Namun, suatu tugas yang dirasa rumit oleh seorang auditor
bisa saja terasa mudah oleh auditor yang lain. Hal tersebut bisa saja terjadi
karena persepsi masing – masing auditor tergantung kemampuan auditor itu
sendiri (Mahdy dan Ghozali, 2012; Jamilah et al, 2007).
Dalam penelitian ini kompleksitas tugas diukur dengan
menggunakan kuisioner yang dibuat berdasarkan instrument yang ada
dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Liu dan Li (2012). Pernyataan
diukur dengan menggunakan skala Likert, 1 sampai 5, yang dibuat skor
yaitu : nilai (1) untuk jawaban sangat tidak setuju, (2) untuk jawaban tidak
setuju, (3) untuk jawaban netral,(4) untuk jawaban setuju, dan (5) untuk
jawaban sangat setuju.
41
2. Locus of Control
Locus of control ialah kemampuan individu dalam menghadapi
segala situasi yang terjadi didalam hidupnya, baik itu kesuksesan maupun
kegagalan. Locus of control dibagi menjadi dua, yaitu (1) locus of control
internal dimana individu dengan tipe ini percaya bahwa segala sesuatu yang
terjadi dalam hidupnya dapat mereka kendalikan dengan usaha mereka, dan
(2) locus of control eksternal, individu dengan tipe ini percaya bahwa segala
sesuatu yang terjadi dalam hidup mereka adalah sesuatu yang tidak dapat
mereka kendalikan yang disebabkan oleh takdir, keberuntungan, nasib, dll
(Alkautsar, 2014; Limawan dan Mimba, 2016).
Dalam penelitian ini locus of control diukur dengan menggunakan
kuisioner yang dikembangkan oleh Spector (1988). Pernyataan diukur
dengan menggunakan skala Likert yang dibuat skor yaitu : (1) untuk
jawaban sangat tidak setuju, (2) untuk jawaban tidak setuju, (3) untuk
jawaban netral, (4) untuk jawaban setuju, dan (5) untuk jawaban sangat
setuju. Namun untuk pernyataan nomor 1,2,3,4,7,11,14,15 skor yang
diberikan dibalik.
3. Sifat Machiavellian
Sifat Machiavellian adalah sikap menghalalkan segala cara demi
mencapai tujuan yang diinginkan. Sifat ini cenderung mengarah kepada
perilaku yang negatif, karena mereka tidak peduli dengan pentingnya nilai
42
kejujuran dan integritas ( Simic et al, 2015 ; Ghost dan Chrain 1995 dalam
Devi dan Ramantha, 2017).
Dalam penelitian ini sifat Machiavellian diukur dengan
menggunakan kuisioner yang dikembangkan oleh Dahling (2009).
Pernyataan diukur dengan menggunakan skala Likert yang dibuat skor yaitu
: (1) untuk jawaban sangat tidak setuju, (2) untuk jawaban tidak setuju, (3)
untuk jawaban netral,(4) untuk jawaban setuju, dan (5) untuk jawaban
sangat setuju.
4. Perilaku Disfungsional Audit
Perilaku disfungsional audit adalah perilaku yang terjadi selama
proses dimana terjadi ketidaksesuaian antara program audit yang telah
ditetapkan dengan program audit yang dilaksanakan, atau dengan kata lain
menyimpang dari standar yang telah ditetapkan. (Anita et al, 2016 ;
Pujaningrum, 2012).
Dalam penelitian ini perilaku disfungsional audit diukur dengan
menggunakan kuisioner yang digunakan oleh Donnely (2003). Pernyataan
diukur dengan menggunakan skala Likert yang dibuat skor yaitu : (1) untuk
jawaban sangat tidak setuju, (2) untuk jawaban tidak setuju, (3) untuk
jawaban netral,(4) untuk jawaban setuju, dan (5) untuk jawaban sangat
setuju..
43
Tabel 3.1Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator No. ButirPertanyaan
SkalaPengukuran
KompleksitasTugas (X1)(Liu dan Li2012)
Kejelasan tujuan tugas 1 LikertKejelasan input tugas 2Kejelasan prosespenyelesaian tugas
3
Konflik prosespenyelesain tugas
4
Konflik tujuan tugas 5Redudansi 6Kemampuan yang tidakdapat diandalkan
7
Tidak teliti dalammengerjakan tugas
8
Data yang tidak dapatdiandalkan
9
Konkurensi 10Tekanan Waktu 11,12
Locus ofControl (X2)(Spector:1988)
Locus of control internal 1,2,3,4,7,11,14dan 15
Likert
Locus of controleksternal
5,6,8,9,10,12,13,dan 16
SifatMachiavellian(X3)(Dahling :2009)
Amorality 29,30,31,32,33 LikertKeinginan untukmengendalikan sesuatu
34,35,36
Keinginan terhadapstatus
37,38,39
Ketidakpercayaanterhadap orang lain
40,41,42,43,44
PerilakuDisfungsionalAudit (Y)(Donnelly:2003)
Tingkat penerimaanauditor untuk melakukanPremature Sign Off
45,46,47,48 Likert
Tingkat penerimaanauditor untuk melakukanUnder reporting of Time
49,50,51,52
Tingkat penerimaanauditor untuk melakukanaltering/replacement ofaudit procedure
53,54,55,56
Bersambung pada halaman selanjutnya
44
E. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini metode analisi data yang digunakan adalah
statistik deskriptif, uji kualitas data dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpa atas variabel
kompleksitas tugas sebesar 0,727, variabel locus of control sebesar 0,885,
variabel sifat Machiavellian sebesar 0,802 dan variabel perilaku
disfungsional audit sebesar 0,813. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa seluruh pernyataan dalam kuesioner reliabel karena mempunyai nilai
Cronbach Alpha di atas 0,7.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji
normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikoliniaritas. Berikut
disajikan hasil uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Hasil Uji Normalitas
Analisis Grafik
Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram
dan P-Plot. Gambar 4.1 menunjukkan hasil analisis grafik
histogram untuk menguji normalitas dalam penelitian ini.
66
Gambar 4.1Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2018
Berdasarkan gambar 4.1 grafik histogram memberikan pola
distribusi data yang normal. . Hal ini bisa terlihat dari grafik
histogram yang menggambarkan bentuk lonceng dan mengikuti
arah garis grafik histogramnya. Hal ini sesuai dengan dasar
pengambilan keputusan untuk menentukan apakah model
regresi memenuhi asumsi normalitas. Model regresi dikatakan
memenuhi asumsi normalitas apabila data mengikuti arah garis
grafik histogramnya (Ghazali, 2013: 163). Gambar 4.2
menunjukkan hasil analisis grafik P-Plot.
67
Gambar 4.2Hasil Uji Normalitas dengan P-Plot
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2018
Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa grafik normal
P-Plot memberika pola distribusi data yang normal. Hal ini bisa
terlihat dari grafik normal P-Plot yang menunjukkan bahwa
titik-titik mendekati garis diagonal. Hal ini sesuai dengan dasar
pengambilan keputusan untuk menentukan apakah model
regresi memenuhi asumsi normalitas. Model regresi dikatakan
memenuhi asumsi normalitas apabila data menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal (Ghazali,
2013: 163).
68
Analisis Statistik
Analisis statistik yang digunakan untuk melihat apakah data
sudah terdistribusi dengan normal melakukan pengujian Kolmogrof
Smirnov. Tabel 4.16 menunjukkan hasil uji Kolmogrof Smirnov.
Tabel 4.16Hasil Uji Kolmogrof Smirnov
Berdasarkan tabel 4.16 Hasil pengujian Kolmogrof Smirnov
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,200. Hal tersebut
menunjukkan bahwa H0 diterima dan dengan demikian dapat
dikatakan bahwa data telah terdistribusi dengan normal karena nilai
signifikasi berada diatas 0,05 (Ghazali, 2013: 165).
One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestUnstandardized
ResidualN 87Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std.Deviation
4,38956293
Most ExtremeDifferences
Absolute ,059Positive ,059Negative -,041
Test Statistic ,059Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.c. Lilliefors Significance Correction.d.This is a lower bound of the true significance.Sumber: Data Primer yang Diolah, 2018
69
b. Hasil Uji Multikoliniaritas
Uji multikoliniaritas dilakukan untuk melihat apakah terjadi
korelasi antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Tabel 4.17
menujukkan hasil uji Multikoliniaritas.
Tabel 4.17Hasil Uji Multikoliniaritas
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2018
Berdasarkan hasil uji multikoliniaritas pada tabel 4.17 dapat
terlihat bahwa penelitian ini terbebas dari mulitikoliniaritas karena
memiliki nilai Tolerance ≥ 0,1 dan VIF ≤ 10. Maka dapat dikatakan
tidak terjadi gejala multikoliniaritas antar variabel.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan
analisis grafik dengan scatterplot dan analisis statistik.
Analisis Grafik
Analisis grafik untuk menguji heteroskedastisitas dalam
penelitian ini menggunakan grafik Scatterplot. Gambar 4.3
menyajikan hasil uji heteroskedastisitas dengan grafik Scatterplot.
Model
CollinearityStatistics
Tolerance VIF1 (Constant)
TOTALKTTOTALLOCTOTALM
,660,568,596
1,5161,7591,677
70
Gambar 4.3Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
``
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2018
Dari gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak dan tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu
Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi (Ghozali, 2013: 141).
Analisis Statistik
Analisis statistik yang digunakan untuk melihat adakah
terjadinya Heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji
glejser. Tabel 4.18 menunjukkan hasil Uji Glejser.
71
Tabel 4.18Hasil Uji Glejser
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2018
Berdasarkan hasil uji glejser pada tabel 4.18 dapat terlihat
bahwa untuk variabel kompleksitas tugas memiliki nilai signifikansi
0,977, variabel locus of control memiliki nilai signifikasi 0,902 dan
variabel Machiavellian memiliki nilai signifikansi 0,451. Model
regresi dikatakan terbebas dari heteroskedastisitas jika memiliki
nilai signifikansi di atas 0,05 (Ghazali, 2013: 143). Maka dapat
disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya
heteroskedastisitas.
4. Hasil Uji Hipotesis
Uji Analisis Regresi Moderate
1) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)
Tabel 4.19 menyajikan hasil uji koefisien determinasi
(Adjusted R-Square) untuk penelitian ini.
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant)TOTALKTTOTALLOCTOTALM
4,995-,002,008
-,049
2,129,079,067,065
-,004,018
-,107
2,346-,029,123
-,758
,021,977,902,451
a. Dependent Variable: AbsUt
72
Tabel 4.19Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber: Data Primer yang diolah, 2018
Tabel 4.19 menunjukkan bahwa variabel perilaku
disfungsional audit dapat dijelaskan oleh variabel kompleksitas
tugas, locus of control, dan interaksi antara variabel independen
dengan moderasi sebesar 0,461 atau 46,1%. Sedangkan sisanya
sebesar 0,539 atau 53,9% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak
disertakan dalam model penelitian ini seperti turnover intention,
role stress, komitmen organisasi, time budget pressure.
2) Uji Statistik F
Tabel 4.20 di bawah ini menyajikan hasil uji statistik F untuk
penelitian ini.
Tabel 4.20Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.
1 RegressionResidualTotal
1461,9211547,8263009,747
48286
365,48018,876
19,362 ,000b
a. Dependent Variable: Perilaku Disfungsional Audit
kepentingan yang harus dipenuhi. Berbagai kasus yang terjadi
mengindikasikan kegagalan auditor dalam mengatasi kompleksitas tugas.
Terkait dengan kegiatan pengauditan tingginya kompleksitas tugas audit
dapat menyebabkan auditor berprilaku disfungsional.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Winanda dan Wirasadena (2017) dan juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dewi dan Wirasadena (2015), yang mengatakan bahwa
semakin tinggi tingkat kompleksitas suatu tugas maka penerimaan auditor
terhadap perilaku disfungsional audit juga semakin tinggi. Sebaliknya
semakin rendah tingkat kompleksitas suatu tugas maka tingkat penerimaan
auditor terhadap perilaku disfungsional audit juga rendah. Hal ini
77
menunjukkan bahwa peningkatan kompleksitas suatu tugas akan
menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu. Dalam dunia pengauditan,
tingginya kompleksitas tugas audit bisa memicu terjadi perilaku
disfungsional audit yang akan menyebabkan kualitas audit menurun.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wibowo (2015), hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap perilaku disfungsional
audit.
2. Pengaruh Locus of Control terhadap Perilaku Disfungsional Audit
Hasil uji dari Hipotesis kedua (H2) membuktikan bahwa locus of
control memiliki pengaruh terhadap perilaku disfungsional audit. Hal ini
berarti penelitian ini mendukung hipotesis kedua (H2). Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Devi dan Ramantha (2017)
yang menunjukkan hasil penelitian locus of control secara parsial
berpengaruh positif signifikan pada perilaku disfungsional audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2017) juga menunjukkan
bahwa locus of control berpengaruh terhadap perilaku disfungsional audit.
Hal ini berarti auditor yang memiliki locus of control akan menimbulkan
perilaku disfungsional audit. Penelitian yang dilakukan oleh Setyaniduta
dan Hermawan (2016) juga menunjukkan bahwa locus of control
berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional audit. Perilaku
semacam ini berarti auditor memanipulasi proses audit untuk mencapai
kepentingan pribadinya. Perilaku disfungsional audit bisa terjadi karena
78
auditor tidak yakin dengan kemampuan yang dia miliki sehingga hal
tersebut dilakukan untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga mereka
percaya bahwa keberhasilan suatu pekerjaan merupakan akibat adanya
peluang atau kemujuran dibandingkan dari usaha mereka sendiri. Hal ini
menyebabkan mereka tidak mempunyai keyakinan terhadap kemampuan
mereka dan mudah merasa tidak berdaya dalam memecahkan masalah yang
terjadi (Setyaniduta dan Hermawan, 2016).
Hal serupa juga dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Kiryanto dan Tyas (2015) yang menyatakan bahwa ketika seorang auditor
memiliki locus of control dan mengalami tuntutan pekerjaan, ia akan
merasa cemas sehingga akan melakukan apapun untuk mengurangi rasa
cemasnya tersebut dengan cara melakukan perbuatan menyimpang.
3. Pengaruh Sifat Machiavellian dalam Memoderasi Pengaruh
Kompleksitas Tugas terhadap Perilaku Disfungsional Audit
Hasil uji dari Hipotesis ketiga (H3) membuktikan bahwa sifat
Machiavellian dapat memoderasi hubungan antara variabel independen
kompleksitas tugas terhadap variabel dependen perilaku disfungsional
audit. Artinya dengan adanya sifat Machiavellian maka akan memperkuat
hubungan kompleksitas tugas sebagai penyebab perilaku disfungsional
audit. Hal ini berarti penelitian ini mendukung hipotesis ketiga (H3).
Seorang auditor yang mempunyai tingkat sifat Machiavellian yang
tinggi lebih berpotensi untuk menerima sikap-sikap dilematis yang
berhubungan dengan etika profesinya. Seseorang yang memiliki sifat
79
Machiavellian akan mengabaikan pentingnya nilai kejujuran dan integritas
dan merasa bahwa etika dan tanggung jawab sosial tidak penting (Saputri
dan Wirama, 2015). Sehingga seorang auditor yang mempunyai kepribadian
Machiavellian cenderung melakukan manipulasi untuk meraih tujuan
personal.
Kompleksitas tugas audit merupakan persepsi seorang auditor
mengenai kesulitan akan suatu tugas audit. Pekerjaan yang kompleks, tidak
hanya membuat auditor bekerja lebih keras, tetapi seorang auditor dituntut
untuk memperoleh pengetahuan yang lebih untuk menyelesaikan penugasan
audit (Rustiarini, 2013). Kompleksitas tugas dapat mempengaruhi usaha
auditor, karena hal tersebut membuat auditor terjebak dalam situasi yang
dilematis. Disatu sisi auditor harus bersikap independen, namun disisi lain
auditor juga harus memenuhi keinginan klien agar puas dengan
pekerjaannya dan tetap menggunakan jasa auditor dimasa yang akan datang
(Septiani dan Sukartha, 2017).
Akuntan publik yang merasa mengerjakan tugas yang kompleks
berarti memiliki kemampuan yang terbatas. Akuntan Publik yang merasa
mengerjakan tugas yang kompleks, membuat ia memikirkan banyak hal
yang akan membuatnya merasa tidak dapat menyelesaikan tugas dengan
baik. Jika akuntan publik yang mengalami situasi kompleksitas tugas ini
memiliki sifat Machiavellian maka akan semakin meningkatkan timbulnya
perilaku disfungsional audit. Hal tersebut disebabkan karena ia merasa
khawatir jika ia tidak dapat mencapai target kerjanya sehingga ia melakukan
80
perilaku menyimpang agar akuntan publik tersebut tetap dapat mencapai
tujuan kinerjanya.
Kasus kasus yang menyebabkan izin akuntan publik dibekukan
merupakan akibat dari melakukan perilaku penyimpangan audit. Salah satu
kasus yang menimpa Bias Sitepu disebabkan oleh karena tidak melakukan
pengujian saldo awal dan tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat dalam menyakini kewajaran saldo akun Penjualan, Piutang Usaha,
Utang Usaha, Aset tetap, persedian dan Harga Pokok Penjualan. Tidak
melakukan pengujian saldo awal merupakan akibat dari seorang auditor
menghentikan satu atau beberapa langkah audit yang diperlukan dalam
prosedur audit tanpa menggantikan dengan langkah audit yang lain
Menghentikan langkah audit merupakan salah satu perilaku
disfungsional audit yang dikenal dengan premature sign off/. Hal ini bisa
saja dilakukan karena auditor tersebut khawatir ia tidak dapat
menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah diberikan.
Sehingga ia menghilangkan langkah audit agar dapat menyelesaikan
tugasnya tepat waktu. Hal ini dilakukan agar auditor dapat memenuhi
ekspetasi yang telah diberikan oleh atasanya. Donelly et al. (2003)
menyatakan jika seseorang yang merasa bahwa kinerja mereka tidak sesuai
dengan ekspetasi yang diharapkan oleh atasannya cenderung akan
melakukan perilaku disfungsional audit. Perilaku disfungsional audit
tersebut dilakukan agar auditor tersebut dapat mencapai target kinerjanya
tanpa memperhatikan nilai kejujuran dan menjunjung nilai integritas.
81
Seseorang yang menunjukkan cara yang tidak etis untuk memanipulasi
orang lain untuk mencapai tujuan berarti memiliki sifat Machiavellian.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa sifat Machiavellian
dapat menjadi variabel moderasi antara variabel kompleksitas tugas
terhadap perilaku disfungsional audit.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Devi dan Ramantha (2017) yang menunjukkan bahwa sifat
Machiavellian berpengaruh terhadap perilaku disfungsional audit. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Setyaniduta dan Hermawan (2016) juga
menunjukkan sifat machiavellian berpengaruh terhadap perilaku
disfungsional audit.
4. Pengaruh Sifat Machiavellian dalam Memoderasi Pengaruh Locus of
Control terhadap Perilaku Disfungsional Audit
Hasil uji dari Hipotesis keempat (H4) membuktikan bahwa sifat
Machiavellian tidak dapat memoderasi hubungan antara variabel
independen locus of control terhadap variabel dependen perilaku
disfungsional audit. Hal ini berarti penelitian ini tidak mendukung hipotesis
keempat (H4).
Dalam penelitian ini sifat Machiavellian tidak dapat menjadi
variabel moderasi antara locus of control dan perilaku disfungsional audit.
Dengan kata lain, terlepas dari apakah seorang akuntan publik memiliki
sifat Machiavellian atau tidak maka locus of control yang dimiliki
responden dalam penelitian ini cenderung akan melakukan perilaku
82
disfungsional audit. Hal ini dapat terjadi karena, jawaban responden dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa mereka lebih memiliki locus of control
eksternal dibandingkan dengan locus of control internal.
Seseorang yang cenderung memiliki locus of control eksternal lebih
bergantung pada orang lain, dan percaya bahwa segala sesuatu dikendalikan
oleh kekuatan yang berasal dari luar mereka seperti keberuntungan,
sehingga individu seperti ini sering kali mencari dan memilih kondisi yang
menguntungkan (Limawan dan Mimba, 2016). Berbeda dengan seseorang
yang memiliki locus of control internal mereka lebih bisa mengendalikan
situasi yang mereka hadapi. Hal ini disebabkan karena mereka yakin dengan
kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu seseorang dengan locus of
control internal percaya jika segala sesuatu yang terjadi dalam hidup mereka
merupakan hasil dari usaha yang telah dilakukan.
Seseorang dengan locus of control eksternal lebih merasa dirinya
mudah terancam dibandingkan dengan seseorang dengan locus of control
internal. Hal ini karena locus of control internal percaya bahwa ia memiliki
kemampuan dalam menghadapi ancaman yang timbul sehingga ia akan
berusaha memecahkan masalah dengan kemampuan yang dimilikinya. Oleh
karena itu, seseorang dengan locus of control eksternal cenderung reaktif
dalam menyelesaikan suatu masalah karena lebih mudah merasa terancam.
Donelly et al. (2003) menyatakan jika seseorang yang merasa bahwa
kinerja mereka tidak sesuai dengan ekspetasi yang diharapkan oleh
atasannya cenderung akan melakukan perilaku disfungsional audit. Hal ini
83
disebabkan karena individu tersebut merasa bahwa usaha yang mereka
lakukan tidak dapat mencapai tujuan kinerja mereka, sehingga perilaku
disfungsional audit dianggap sebagai sebuah cara untuk menghadapi situasi
tersebut untuk mencapai tujuannya. Devi dan Ramantha (2017) juga
menyatakan apabila auditor merasa tuntutan pekerjaan mereka tidak
sepadan dengan kemampuannya, maka auditor akan melakukan tindakan
disfungsional untuk mempertahankan kedudukannya.
Tabel 4.22Hasil Pengujian Hipotesis
No. Hipotesis Hasil PengujianHipotesis
1. H1 : Kompleksitas tugas berpengaruhterhadap perilaku disfungsional audit
Diterima
2. H2 : Locus of Control berpengaruhterhadap perialku disfungsional audit
Diterima
3. H3 : Sifat Machiavellian dapatmemoderasi pengaruh kompleksitastugas terhadap perilaku disfungsionalaudit
Diterima
4. H4 : Sifat Machiavellian dapatmemoderasi pengaruh locus of controlterhadap perilaku disfungsional audit
Ditolak
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sifat
Machiavellian dalam memoderasi hubungan kompleksitas tugas dan locus
of control sebagai anteseden perilaku disfungsional audit. Responden dalam
penelitian ini berjumlah 87 auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang berada di wilayah DKI Jakarta yaitu Jakarta Pusat, Jakarta
Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Berdasarkan data
yang telah diperoleh dan hasil pengujian yang telah dilakukan
menggunakan uji regresi moderate dengan menggunakan bantuan SPSS 24,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kompleksitas tugas memiliki pengaruh terhadap terjadinya perilaku
disfungsional audit. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Winanda dan Wirasedana (2017). Namun, penelitian ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2015)
yang menyatakan kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap
perilaku disfungsional audit.
2. Locus of control memiliki pengaruh terhadap terjadinya perilaku
disfungsional audit. Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Devi dan Ramantha (2017) yang menunjukkan
85
hasil penelitian locus of control secara parsial berpengaruh positif
signifikan pada perilaku disfungsional audit.
3. Sifat Machiavellian dapat memoderasi hubungan kompleksitas tugas
dengan perilaku disfungsional audit. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Devi dan Ramantha (2017) serta
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Setyaniduta dan Hermawan
(2016).
4. Sifat Machiavellian tidak dapat memoderasi hubungan locus of control
dengan perilaku disfungsional audit. Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Devi dan Ramantha (2017).
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan kesimpulan diatas hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu audit yang khususnya
membahas perilaku disfungsional audit, yaitu :
1. Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya perilaku disfungsional audit. Dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa kompleksitas tugas dan locus
of control dapat menyebabkan perilaku disfungsional audit oleh
karena itu seorang akuntan publik harus meningkatkan
kemampuannya dan yakin terhadap kemampuan yang dimiliki
agar dapat mengerjakan tugasnya dengan baik. Jika akuntan
publik mempunyai kemampuan yang baik ia tidak akan merasa
tugas yang dikerjakannya kompleks dan merasa tugas yang ia
86
hadapi merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuannya
agar lebih baik lagi.
2. Para akuntan publik harus menyadari bahwa perilaku
disfungsional audit masih sering terjadi, sehingga perilaku ini
harus dihindari karena dapat merugikan banyak pihak dan
menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi
akuntan publik.
C. Keterbatasan
1. Terbatasnya sumber informasi dan penelitian terdahulu terhadap
beberapa hipotesis dan belum ada penelitian yang membahas sifat
Machiavellian sebagai variabel moderasi terhadap perilaku
disfungsional audit.
2. Dalam penelitian ini hanya menggunakan dua variabel independen,
yaitu hanya terbatas pada kompleksitas tugas dan locus of control.
3. Penelitian ini hanya mencakup KAP di wilayah DKI Jakarta yaitu
Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Jakarta
Barat sehingga hasil penelitian terbatas generalisasinya. Selain itu
mayoritas responden dalam penelitian ini hanya junior auditor.
4. Jumlah data yang dikumpulkan belum maksimal karena penyebaran
data dilakukan pada bulan Mei-April yang merupakan masa sibuk
auditor sehingga banyak KAP yang menolak untuk menerima kuesioner
dengan alasan auditor yang bersangkutan masih berada di kantor klien
atau bahkan di luar kota.
87
D. Saran
Penulis menyadari bahwa masih terdapat keterbatasan dalam
pengetahuan dan pengalaman penulis baik secara teoritis maupun praktisi.
Oleh karena itu untuk menghasilan hasil penelitian yang lebih berkualitas
dimasa mendatang, terdapat beberapa masukan untuk peneliti berikutnya
diantaranya:
1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mencari lebih banyak literatur
yang relevan dengan topik penelitian yang diambil.
2. Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan topik serupa disarankan
untuk menambah variabel independen lain diluar penelitian ini seperti
role stress, time budget pressure, dan turnover intention guna
meningkatkan kualitas hasil penelitian.
3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas daerah penyebaran
kuesioner tidak hanya di DKI Jakarta saja tapi juga di JABODETABEK,
sehingga hasil penelitian memiliki kemampuan generalisasi yang lebih
luas. Selain itu juga penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menggunakan metode sampling yang lain agar responden dalam
penelitian ini tidak hanya terbatas sampai junior dan senior auditor saja,
tetapi sampai ke tingkat partner.
4. Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penyebaran kuesioner
di bulan Juli hingga November, karena bulan-bulan tersebut bukan
merupakan waktu sibuk auditor. Sehigga peneliti selanjutnya
88
diharapkan dapat memperoleh responden lebih banyak dan agar data
yang didapatkan lebih relevan.
89
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Rizqa., Rita Anugerah, dan Zulbahridar. 2016. “Analisis PenerimaanAuditor Atas Dysfunctional Audit Behavior : Studi Empiris Pada KantorAkuntan Publik di Wilayah Sumatera”. Jurnal Akuntansi, Vol 4, No.2 : 114– 128.
Anonim. “Order Instituting Disciplinary Proceedings, Making Findings, AndImposing Sanctions In the Matter of KAP Purwantono, Sungkoro & Surja,Roy Iman Wirahardja, and James Randall Leali”. Diakses melaluihttps://pcaobus.org, pada tanggal 10 Mei 2017.
Alkautsar, Muslim. 2014. ”Locus of Control, Commitment Profesional andDysfunctional Audit Behaviour”. International Journal of Humanities andManagement Sciences (IJHMS), Vol 2, No.1.
Artha, I Made Angga Parama Artha., Nyoman Trisna Herawati, dan Nyoman AriSurya Dharmawan. 2014. “Pengaruh Keahlian Audit, Konflik Peran danKompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgement (Studi Kasus padaInspektorat Pemerintah Kabupatem Gianyar dan Kabupaten Bangli)”. E-Journal S1 Ak Univeritas Pendidikan Ganesha, Vol 2, No.1.
Basudewa, Dewa Gede Agung dan Ni Kt.Lely Aryani Merkusiwati. 2015.“Pengaruh Locus of Control,Komitmen Organisasi, Kinerja Auditor, danTurnover Intention pada Perilaku Menyimpang Dalam Audit” . E-JurnalAkuntansi Universitas Udayana, Vol 13, No.3: 944 – 972.
Bryan, D., Quirin. J.J, dan Donnelly. D.P. 2005. “Locus of Control andDysfunctional Audit Behavior”. Journal of Business & Economic Research,Vol 3, No.10 : 9 – 14.
Burhanuddin., dan Gumulya Sonny Macrel Kusuma. 2016. “PengaruhKarakteristik Personal Auditor Terhadap Penerimaan PerilakuDisfungsional Audit (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah yang Bekerjadi BPK Perwakilan Sumatera Bagian Selatan). Simposium NasionalAkuntansi XIX
Bulutoding Lince, dan Rika Dwi Ayu Paramitasari. 2017. ”Pengaruh SifatMachiavellian dan Love of Money Terhadap Perilaku Etis Auditor”. JurnalIlmiah Akuntansi Peradaban.
Comer, J. M. 1985. “Machiavellianism and Inner vs Outer Directedness: A Studyof Sales Managers”. Psychological Reports 56: 81-82.
90
Dahling, Jason J., Whitaker, Brian G, dan Levy, Paul E. 2009. “The Developmentand Validation of a New Machiavellianism Scale”. Journal of Management,Vol 35, No. 2: 219 – 257.
Devi, Ni Putu Arista Devi., dan I Wayan Ramantha. 2017. “Tekanan AnggaranWaktu, Locus of Control, Sifat Machiavellian, Pelatihan Auditor SebagaiAnteseden Perilaku Disfungsional Auditor”. E-Jurnal Akuntansi UniversitasUdayana, Vol 18, No.3: 2318 – 2345.
Dewi, Ni Made Nia Riska., dan I Wayan Pradnyantha Wirasedana. 2015.”Pengaruh Time Budget Pressure, Locus of Control, dan Dysfunctionalpada Dysfunctional Audit Behavior Akuntan Publik”. E-Jurnal AkuntansiUniversitas Udayana, Vol 11, No.1: 1-14.
Dharmawan, Nyoman Ari Surya. 2015. “Studi Analisis Penyebab DisfungsionalAuditor dan Upaya Penanggulangan Disfungsional Auditor TerhadapKualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Provinsi Bali”. Jurnal IlmuSosial dan Humaniora, Vol 4, No.1: 545 – 556
Donnelly, D.P, Jeffrey, J.Q, dan David, O. 2003. “Attitudes Towards DysfunctionalAudit Behavior : The Effects of Locus of Control,OrganizationalCommitment, and Position”. The Journal of Applied Business Research, Vol19, No.1: 95 – 108.
Fatemi, A.H, dan Arezoo, A. 2012. “Attribution Theory, Personality Traits danGender Differences among EFL Learnes”. International Journal ofEducation, Vol 4, No.2: 181 – 201.
Gable, M. and F. Dangello. 1994. “Locus of Control, Machiavellianism, andManagerial Job Performance”. The Journal of Psychology 128: 599-608.
Ghozali, Imam. 2013. ”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS21”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Edisi 7.
Hunter, M., dan Barker., G. 1987. “If at First : Attribution Theory in theClassroom”. Educational Leadership : 51 – 53.
http://iapi.or.id/Iapi/detail/255, diakses pada April 2018
Istiqomah. 2013. “Atribusi Sosial”. Modul Psikologi Sosial I Fakultas PsikologiUniversitas Mercu Buana.
Jamilah, Siti., Zaenal Fanani, dan Grahita Chandrarin. 2007. “Pengaruh Gender,Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgement”.Simposium Nasional Akuntansi X.
Kiryanto dan Ayu Ning Tyas. 2015. “Anteseden dan Konsekuensi PerilakuDisfungsional Auditor”. 2nd Conference in Busineess, Accounting, andManagement, Vol 2, No.1: 370 – 381.
91
Laitupa, Muhammad F., dan Paul Usmany. 2017. “Efek Interaksi SifatMachiavellian dan Locus of Control Internal Terhadap PerilakuDisfungsional Auditor”. Jurnal SOSOQ, Vol 2, No.4: 1-16.
Limawan, Yeni Fransisca., dan Ni Putu Sri Harta Mimba. 2016. “PengaruhKomitmen Organisasi, Locus of Control, dan Tekanan Anggaran WaktuAudit pada Penerimaan Underreporting of Time”. E-Jurnal AkuntansiUniversitas Udayana, Vol 15, No.1: 799 – 831.
Liu, Peng., dan Zhizhong Li. 2012. “Task Complexity : A Review andConceptualization Framework.” International Journal of IndustrialErgonomics, 42: 553 – 568.
Mahdy, Emiral., dan Imam Ghozali. 2012. “Analisis Pengaruh Locus of Controldan Kompleksitas Tugas Audit Terhadap Kinerja Auditor Internal ( Studipada Auditor Internal Pemerintah yang Bekerja pada Inspektorat ProvinsiJawa Tengah)”.
Malle, B. F. 2011. “Attribution Theories How People Make Sense of Behavior” : 72- 95.
Mindarti, Ceacilia Sri. 2015. “Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap KinerjaAuditor”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol XVIII, No.3: 59 – 74.
Mudrack, P. E. 1989. “Machiavellianism and Locus of Control: A Meta-analyticReview”. The Journal of Social Psychology, 130: 125-126.
Paino, H., Malcolm Smith, dan Zubaidah Ismail. 2012. “Auditor Acceptance ofDysfunctional Behaviour”. Journal of Applied Accounting Research, Vol 13,No.1.
Pratiwi, Rizki., 2017. “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Personal AuditorIndependen Terhadap Perilaku Disfungsional Audit (Studi Empiris padaAuditor di KAP Pekanbaru dan Padang)”. JOM Fekon, Vol 4, No.1: 714 –723.
Pujaningrum, Intan., dan Arifin Sabeni. 2012. “Analisis Faktor – Faktor yangMempengaruhi Tingkat Penerimaan Auditor Atas Penyimpangan Perilakudalam Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang)”.Diponegoro Journal of Accounting, Vol 1, No.1: 1 – 15.
Riny, Pretty Sakta. 2015. “Pengaruh Kompleksitas Audit, Locus of Control, RisikoKesalahan Terhadap Penurunan Kualitas Audit dengan PerilakuDisfungsional Auditor Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus padaKantor Akuntan Publik di Sumatera Bagian Tengah)”. JOM FEKON, Vol 2,No.2: 1 – 15.
Rustiarini, Ni Wayan. 2013. “Pengaruh Kompleksitas Tugas, Tekanan Waktu, danSifat Kepribadian pada Kinerja”. Makara Seri Sosial Humaniora, Vol 17,No.2: 126 – 138.
92
Saputri, I.G.Agung Yuli., dan Dewa Gede Wirama. 2015. ”Pengaruh SifatMachiavellian dan Tipe Kepribadian Pada Perilaku Disfungsional Auditor”.E – Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol 13, No.2: 368 – 386.
Sekaran, Uma., dan Roger Bougie. 2013. “Research Methods for Business”. UnitedKingdom: Jhon Wiley & Sons Ltd.
Septiani, Ni Made Indri., dan I Made Sukartha. 2017. “Pengaruh KompleksitasAudit dan Skeptisme Profesional Auditor pada Penerimaan PerilakuDisfungsional Audit”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol 18,No.1: 471 – 499.
Setyaniduta, Galuh Indria Putri., dan Sigit Hermawan. 2016. ”Sifat Machiavellian,Perkembangan Moral, Locus of Control dan Pengaruhnya TerhadapDysfunctional Audit Behavior”. National Seminar on Accounting andFinance.
Simic, I., Matovic. I. S., dan Stojkovic. N. 2015. “Analysis of MachiavellianBehavior of Students In The Republic of Serbia”. Facta Universitatis Series :Economics and Organization, Vol 12, No.3: 199 – 208
Spector, Paul E. 1988. “Development of the Work Locus of Control Scale”. Journalof Occuptional Psychology. 61 : 335-340.
Spector, Paul E. 1982. “Behavior in Organization as a Function of Employee’sLocus of Control”. Psychological Bulletin, 91: 482-497.
Trianingsih, Sri. 2010. “Kompleksitas Tugas, Keahlian Audit dan TekananKetaatan Pengaruhnya Terhadap Audit Judgement”. Jurnal StrategiAkuntansi, Vol 2, No. 2.
Wibowo, Monica Meisa Yunita. 2015. “Pengaruh Locus of Control, KomitmenOrganisasi, Kinerja, Turnoverintention,Tekanan Anggaran Waktu, GayaKepemimpinan dan Kompleksitas Tugas terhadap Perilaku DisfungsionalAuditor”. Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol XIV, No.27: 92-110.
Winanda, I Komang Hendra., dan I Wayan Pradnyantha Wirasedana. 2017.“Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu, Sifat Machiavellian danKompleksitas Tugas Terhadap Perilaku Audit Disfungsional”. E – JurnalAkuntansi Universitas Udaya, Vol 18, No.1: 500 – 528.
93
LAMPIRAN 1
Surat Permohonan Pengisian Kuesioner
94
Kepada Yth.:
Bapak/Ibu AuditorDi Jakarta
Dengan Hormat,
Kami adalah Dosen dan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta yang saat ini sedang melakukan penelitian.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas penelitian sebagai Dosen dan
Mahasiswa. Penelitian ini dilakukan dengan komposisi tim sebagai berikut:
1. Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc. (Ketua)
2. Andara Utami Riandanu (Anggota)
Berkaitan dengan hal tersebut, kami memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk
mengisi kuesioner yang terlampir berikut ini. Semua pendapat yang telah Bapak/Ibu
berikan dalam kuesioner akan dijamin kerahasiaannya. Hal ini semata-mata untuk
kepentingan penelitian ilmiah. Hanya ringkasan dan hasil analisis secara keseluruhan
yang akan dilaporkan atau dipublikasikan.
Jika Bapak/Ibu memerlukan informasi terkait dengan kuesioner terlampir,
silakan hubungi Andara Utami Riandanu di nomor telepon 0815 1334 3298 atau
Kami memohon kuesioner diisi dengan lengkap. Atas bantuan dan kerjasama
Bapak/Ibu, kami mengucapkan terima kasih. Tanpa bantuan Bapak/Ibu, penelitian ini
tidak mungkin terselesaikan.
Salam Hormat.
Peneliti.
95
LAMPIRAN 2
Surat Penelitian Skripsi
96
97
98
99
100
101
102
103
104
LAMPIRAN 3
Surat Keterangan dari Kantor Akuntan Publik
105
106
107
108
109
110
111
112
113
LAMPIRAN 4
Kuesioner Pilot Test
114
DAFTAR PERTANYAAN
NO PERNYATAAN STS TS N S SS
1 Saya sering merasa mengerjakan sejumlahtugas yang tidak penting dan tidak terkaitdengan tugas saya sehari-hari.
2 Saya sering mengesampingkan tugas yang laindemi mencapai tujuan suatu tugas.
3 Saya sering merasa kesulitan mengerjakansuatu tugas apabila informasi yang ada tidakjelas.
4 Saya merasa tugas yang saya kerjakan tidaksesuai dengan kemampuan saya.
5 Saya kurang teliti dalam mengerjakan tugas.
6 Saya kesulitan mengerjakan suatu tugas apabiladata yang tersedia tidak akurat.
7 Saya kesulitan menyelesaikan beberapa tugasdalam waktu yang bersamaan.
8 Adanya keterbatasan waktu dalammenyelesaikan tugas dapat mempengaruhikinerja saya.
9 Saya merasa tertekan apabila diberikan jangkawaktu untuk menyelesaikan tugas.
13. Saya melakukan pekerjaan untuk menghasilkansesuatu yang berguna untuk saya.
14. Saya dapat mencapai sesuatu yang sayainginkan melalui pekerjaan.
15. Saya dapat mengerjakan suatu tugas denganbaik, jika didukung dengan perencanaan yangbaik.
Untuk menjawab pernyataan yang tertera, Bapak/Ibu dimohon untuk memilihsalah satu dari pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan persepsiatau pilihan Bapak/Ibu, dengan memberi tanda (√) pada jawaban yangBapak/Ibu anggap paling sesuai dengan kriteria jawaban :Skor / Nilai 1 : Sangat Tidak Setuju (STS)Skor / Nilai 2 : Tidak Setuju (TS)Skor / Nilai 3 : Netral (N)Skor / Nilai 4 : Setuju (S)Skor / Nilai 5 : Sangat Setuju (SS)
115
NO PERNYATAAN STS TS N S SS
16. Saya tetap memberikan usulan meskipun sayamerasa tidak puas dengan keputusan yangdibuat oleh atasan saya.
17. Mendapatkan pekerjaan yang saya inginkanmerupakan suatu keberuntungan.
18. Bagi saya mendapatkan uang adalah sebuahkeberuntungan.
19. Saya mampu mengerjakan tugas dengan baik,jika berusaha dengan sungguh-sungguh.
20. Saya harus mempunyai anggota keluarga ataukerabat dengan jabatan tinggi dalam suatuperusahaan untuk mendapatkanpekerjaan/jabatan yang bagus.
21. Mendapatkan promosi dalam berkarir, adalahsebuah keberuntungan bagi saya.
22. Untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuailebih dibutuhkan kenalan atau temandibandingkan kemampuan yang saya miliki.
23. Saya mendapatkan promosi dalam berkarirkarena kinerja saya yang baik.
24. Saya harus mempunyai kenalan atau teman yangtepat untuk mendapatkan uang.
25. Saya membutuhkan keberuntungan untukmenjadi karyawan yang berprestasi.
26. Saya akan mendapatkan imbalan yang sesuaijika melakukan pekerjaan dengan baik.
27. Karyawan lebih mudah terpengaruh olehsupervisor dibandingkan dengan pikirannyasendiri.
28. Menurut saya, keberuntungan merupakanfaktor seseorang untuk mendapatkan banyakatau tidaknya uang.
29. Saya berbohong untuk mempertahankankeunggulan kompetitif saya.
30. Saya berbicara dengan orang lain untukmendapatkan informasi yang menguntungkansaya.
31. Saya bersedia bersikap tidak etis jika itudapat membantu saya sukses.
32. Saya akan menyabotase usaha orang lain jikahal tersebut dapat mengancam pencapaiantujuan saya.
116
NO PERNYATAAN STS TS N S SS33. Saya berani melakukan penipuan jika resiko
untuk ketahuan kecil.34. Saya senang memberi perintah dalam keadaan
tidak formal.35. Saya merasa senang jika dapat mengendalikan
orang-orang di sekitar saya.36. Saya senang jika dapat mengendalikan situasi.37. Jika saya mendapatkan jabatan yang bagus,
menandakan hidup saya akan sukses.38. Tujuan hidup saya yang paling penting adalah
mengumpulkan kekayaan.39. Saya ingin menjadi kaya dan berkuasa suatu
hari nanti.40. Orang akan termotivasi untuk melakukan
sesuatu jika akan mendapatkan keuntungan.41. Saya tidak akan berkomitmen pada suatu
kelompok jika saya tidak mempercayai mereka.42. Suatu tim akan maju apabila anggotanya saling
mendukung.43. Jika saya memperlihatkan kelemahan ketika
bekerja, maka saya akan dimanfaatkan oranglain.
44. Orang lain akan membuat rencana untukmengambil keuntungan dari usaha yang sayalakukan.
Saya melakukan premature sign-off apabila:45 Saya percaya jika prosedur audit dihentikan
maka tidak akan ditemukan kesalahan.46 Tidak ditemukan masalah di bagian atau sistem
pencatatan klien pada audit sebelumnya.47 Supervisor audit sangat memperhatikan
kelebihan penggunaan waktu dalammenyelesaikan prosedur audit dan memberikantekanan atas pelaksanaannya.
117
NO PERNYATAAN STS TS N S SS48. Saya percaya bahwa prosedur audit tersebut
tidak diperlukan.Saya melakukan under reporting of time apabila:
49. Dapat meningkatkan kesempatan mereka untukmendapatkan promosi atau naikpangkat/jabatan.
50. Dapat meningkatkan evaluasi kinerja saya.51. Hal ini disarankan oleh atasan saya langsung.
52. Yang lain tidak melaporkan waktu mereka danhal tersebut diperlukan untuk dapat bersaingdengan mereka.
Saya merubah atau Mengganti prosedur audit (altering/replacement ofaudit procedure) dalam suatu penugasan apabila:
53. Saya percaya bahwa prosedur audit yangsesungguhnya itu tidak diperlukan.
54. Pada audit sebelumnya tidak terdapatpermasalahan dengan sistem pencatatan klien.
55. Saya tidak percaya bahwa prosedur yangsesungguhnya akan menemukan sesuatu yangsalah.
56. Saya sering mengalami tekanan waktu dalammenyelesaikan audit.
118
LAMPIRAN 5
Kuesioner Penelitian yang Disebar
119
DAFTAR PERTANYAAN
NO PERNYATAAN STS TS N S SS
1 Saya sering merasa mengerjakan sejumlahtugas yang tidak penting dan tidak terkaitdengan tugas saya sehari-hari.
2 Saya sering mengesampingkan tugas yang laindemi mencapai tujuan suatu tugas.
3 Saya sering merasa kesulitan mengerjakansuatu tugas apabila informasi yang ada tidakjelas.
4 Saya merasa tugas yang saya kerjakan tidaksesuai dengan kemampuan saya.
5 Saya kurang teliti dalam mengerjakan tugas.
6 Saya kesulitan mengerjakan suatu tugasapabila data yang tersedia tidak akurat.
7 Saya kesulitan menyelesaikan beberapa tugasdalam waktu yang bersamaan.
8 Adanya keterbatasan waktu dalammenyelesaikan tugas dapat mempengaruhikinerja saya.
9 Saya merasa tertekan apabila diberikanjangka waktu untuk menyelesaikan tugas.
10 Sesuatu yang sedang saya lakukan disebutpekerjaan.
11 Saya dapat mencapai sesuatu yang sayainginkan melalui pekerjaan.
12 Jika saya tahu akan mendapat imbalan darisuatu pekerjaan, saya akan mencaripekerjaan tersebut
Untuk menjawab pernyataan yang tertera, Bapak/Ibu dimohon untuk memilihsalah satu dari pilihan jawaban atas pernyataan berikut sesuai dengan persepsiatau pilihan Bapak/Ibu, dengan memberi tanda (√) pada jawaban yangBapak/Ibu anggap paling sesuai dengan kriteria jawaban :Skor / Nilai 1 : Sangat Tidak Setuju (STS)Skor / Nilai 2 : Tidak Setuju (TS)Skor / Nilai 3 : Netral (N)Skor / Nilai 4 : Setuju (S)Skor / Nilai 5 : Sangat Setuju (SS)
120
NO PERNYATAAN STS TS N S SS
13 Mendapatkan pekerjaan yang saya inginkan, sebagianbesar adalah masalah keberuntungan.
14 Menurut saya memperoleh uang pada dasarnya adalahmasalah keberuntungan
15 Kebanyakan orang mampu melakukan pekerjaan merekadengan baik jika mereka berusaha.
16 Untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, saya harusmempunyai kerabat dengan jabatan yang tinggi.
17 Mendapatkan promosi dalam berkarir, adalah sebuahkeberuntungan bagi saya.
18 Ketika merekomendasikan suatu pekerjaan,orang terdekat lebih penting untukdirekomendasikan daripada orang lain.
19 Saya harus mempunyai kenalan atau teman yang tepatuntuk mendapatkan uang.
20 Menurut saya untuk menjadi karyawan yangterbaik di setiap pekerjaan, dibutuhkan banyakkeberuntungan.
21 Karyawan lebih mudah terpengaruh oleh supervisordibandingkan dengan pikirannya sendiri.
22 Perbedaan utama antara orang yang memperolehbanyak uang dan orang yang memperoleh sedikituang adalah keberuntungan.
23 Saya berbicara dengan orang lain untuk mendapatkaninformasi yang menguntungkan saya.
24 Saya bersedia bersikap tidak etis jika itu dapatmembantu saya sukses.
25 Saya merasa senang jika dapat mengendalikan orang-orang di sekitar saya.
26 Saya senang jika dapat mengendalikan situasi.27 Jika saya mendapatkan jabatan yang bagus, menandakan
hidup saya akan sukses.28 Tujuan hidup saya yang paling penting adalah
mengumpulkan kekayaan.29 Saya ingin menjadi kaya dan berkuasa suatu hari nanti.30 Orang akan termotivasi untuk melakukan sesuatu jika
akan mendapatkan keuntungan.31 Suatu tim akan maju apabila anggotanya saling
mendukung.32 Jika saya memperlihatkan kelemahan ketika bekerja,
maka saya akan dimanfaatkan orang lain.33 Orang lain akan membuat rencana untuk mengambil
keuntungan dari usaha yang saya lakukan.
121
Untuk menjawab pernyataan selanjutnya, bacalah ilustrasi berikut.Perilaku disfungsional audit dapat didefinisikan sebagai perilaku yang membenarkan
terjadinya penyimpangan dalam audit yang dapat mengakibatkan penurunan kualitasaudit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku disfungsional audit yangumumnya dilakukan oleh auditor adalah :
1. Premature sign off2. Underreporting of time3. Replacing of audit procedures
Ilustrasi Berikut untuk menjawab pernyataan nomor 38-41. Premature sign offyaitu, Premature sign-off (PMSO) terjadi saat penghentianysatu langkah ataubeberapa langkahydilakukan oleh auditor tanpaydigantikan dengan tindakan laindalam proses audit. Saya melakukan premature sign-off apabila:34 Saya percaya jika prosedur audit dihentikan maka tidak akan
ditemukan kesalahan.35 Tidak ditemukan masalah di bagian atau sistem pencatatan klien
pada audit sebelumnya36 Supervisor audit sangat memperhatikan kelebihan penggunaan
waktu dalam menyelesaikan prosedur audit dan memberikantekanan atas pelaksanaannya.
37 Saya percaya bahwa prosedur audit tersebut tidak diperlukan.Ilustrasi Berikut untuk menjawab pernyataan nomor 42-45. Underreporting oftime muncul saat tindakan auditor melaporkan waktu audit dengan total waktu yanglebih pendek daripada waktu yang sebenarnya. Perilaku ini terjadi karena auditortidak melaporkan dan tidak membebankan seluruh waktu yang digunakan untukmelakukan tugas audit tertentu. Tindakan ini dilakukan auditor dengan caramengerjakan program audit dengan menggunakan waktu personal, dan tidakmelaporkan waktu lembur yang digunakan dalam pengerjaan program audit. Sayamelakukan under reporting of time apabila:38 Dapat meningkatkan kesempatan mereka untuk mendapatkan
promosi atau naik pangkat/jabatan.39 Dapat meningkatkan evaluasi kinerja saya.40 Hal ini disarankan oleh atasan saya langsung.
41 Yang lain tidak melaporkan waktu mereka dan hal tersebutdiperlukan untuk dapat bersaing dengan mereka.
122
Replacing of audit procedures tindakan auditor mengganti proseduryaudit yangtidak semestinya dalam standaryauditing. Tindakan ini dilakukan karenayauditormenganggap prosedur yang sudah ditetapkan memerlukaniwaktu lebih lama untukmenyelesaikannya. Saya merubah atau Mengganti prosedur audit(altering/replacement of audit procedure) dalam suatu penugasan apabila:42 Saya tidak percaya bahwa prosedur yang sesungguhnya akan
menemukan sesuatu yang salah.43 Saya sering mengalami tekanan waktu dalam menyelesaikan audit.
123
LAMPIRAN 6
Daftar Identitas dan Jawaban Responden
124
IDENTITAS RESPONDEN
No JenisKelamin
LamaBekerja
PendidikanTerakhir
JabatanTerakhir
1 Perempuan 1-3Tahun S1 Junior auditor2 Laki-Laki 1-3Tahun S1 Senior Auditor3 Laki-Laki 1-3Tahun S1 Senior Auditor4 Laki-Laki 1-3Tahun S1 Senior Auditor5 Perempuan ≤1 Tahun S1 Junior Auditor6 Perempuan ≤1 Tahun D3 Junior Auditor7 Laki-Laki 1-3Tahun S1 Senior Auditor8 Laki-Laki 1-3Tahun S1 Senior Auditor9 Perempuan ≤1 Tahun D3 Junior Auditor10 Laki-Laki 1-3Tahun S1 Junior Auditor11 Perempuan 1-3Tahun S1 Senior Auditor12 Perempuan ≤1 Tahun S1 Junior Auditor13 Laki-Laki 1-3Tahun S1 Junior Auditor14 Laki-Laki ≤1 Tahun S1 Junior Auditor15 Laki-Laki ≤1 Tahun S1 Junior Auditor16 Perempuan 1-3Tahun S1 Senior Auditor17 Perempuan 1-3Tahun S1 Junior Auditor18 Laki-Laki 1-3Tahun S1 Senior Auditor
19 Laki-Laki 4-6Tahun S1ManajerAuditor
20 Laki-Laki 1-3Tahun S1 Senior Auditor21 Laki-Laki ≤1 Tahun S1 Junior Auditor22 Laki-Laki ≥10 Tahun D3 Senior Auditor
23 Laki-Laki ≥10 Tahun S1ManajerAuditor
24 Perempuan 1-3Tahun S1 Junior Auditor25 Laki-Laki ≤1 Tahun S1 Junior Auditor26 Perempuan 1-3Tahun S1 Junior Auditor27 Laki-Laki 1-3Tahun S1 Junior Auditor28 Perempuan 4-6Tahun S1 Senior Auditor29 Perempuan ≤1 Tahun D3 Junior Auditor30 Perempuan 1-3Tahun S1 Junior Auditor31 Perempuan ≤1 Tahun D3 Junior Auditor32 Laki-Laki 1-3Tahun D3 Junior Auditor33 Perempuan 1-3Tahun S1 Junior Auditor34 Laki-Laki 1-3Tahun S1 Junior Auditor35 Perempuan ≤1 Tahun D3 Junior Auditor36 Laki-Laki ≤1 Tahun D3 Junior Auditor37
Perempuan ≤1 Tahun S1 Junior Auditor
125
NoJenis
KelaminLama
BekerjaPendidikan
TerakhirJabatanTerakhir
38 Perempuan 1-3Tahun S1 Junior Auditor39 Laki-Laki ≤1 Tahun S1 Junior Auditor40 Laki-Laki ≤1 Tahun S1 Junior Auditor41 Laki-Laki 1-3 Tahun S1 Senior Auditor42 Perempuan ≤1 Tahun D3 Junior Auditor43 Perempuan ≤1 Tahun D3 Junior Auditor44 Perempuan ≤1 Tahun D3 Junior Auditor45 Perempuan ≤1 Tahun S1 Junior Auditor46 Perempuan ≤1 Tahun S1 Senior Auditor47 Laki-Laki 4-6 Tahun S1 Senior Auditor48 Laki-Laki 1-3Tahun S1 Junior Auditor49 Laki-Laki 4-6 Tahun S1 Senior Auditor50 Laki-Laki 1-3 Tahun S1 Junior Auditor51 Laki-Laki 4-6 Tahun S2 Senior Auditor52 Laki-Laki 1-3 Tahun S1 Junior Auditor
53 Laki-Laki ≥ 10 Tahun S1ManajerAuditor
54 Perempuan 4-6 Tahun S1 Senior Auditor55 Laki-Laki ≤1 Tahun S1 Junior Auditor56 Laki-Laki ≤1 Tahun S1 Junior Auditor57 Laki-Laki ≤1 Tahun D3 Junior Auditor58 Laki-Laki 1-3 Tahun S1 Junior Auditor59 Perempuan 4-6 Tahun S1 Senior Auditor60 Perempuan 4-6 Tahun S1 Junior Auditor61 Laki-Laki ≤1 Tahun S1 Junior Auditor62 Perempuan ≤1 Tahun S1 Junior Auditor63 Perempuan ≤1 Tahun S1 Junior Auditor64 Perempuan ≤1 Tahun S1 Junior Auditor65 Perempuan ≤1 Tahun S1 Junior Auditor66 Perempuan 1-3 Tahun S1 Junior Auditor67 Perempuan ≤1 Tahun S1 Junior Auditor68 Perempuan ≤1 Tahun S1 Junior Auditor69 Perempuan ≤1 Tahun S1 Junior Auditor70 Perempuan 1-3 Tahun S1 Junior Auditor71 Laki-Laki ≥ 10 Tahun S1 Supervisor72 Perempuan 1-3 Tahun S1 Senior auditor73 Perempuan 1-3 Tahun S1 Junior Auditor74 Perempuan ≤1 Tahun S1 Junior Auditor75 Perempuan 1-3 Tahun S1 Junior Auditor76 Laki-Laki 4-6 Tahun S1 Senior Auditor
126
NoJenis
KelaminLama
BekerjaPendidikan
TerakhirJabatanTerakhir
77 Perempuan ≤1 Tahun S1 Junior Auditor78 Laki-Laki 4-6 Tahun S1 Senior Auditor79 Laki-Laki 1-3 Tahun S1 Junior Auditor
80 Laki-Laki 1-3 Tahun S1ManajerAuditor
81 Laki-Laki 1-3 Tahun S1 Junior Auditor82 Laki-Laki 1-3 Tahun S1 Junior Auditor83 Laki-Laki 1-3 Tahun S1 Junior Auditor84 Laki-Laki 4-6 Tahun S2 Supervisor85 Laki-Laki 1-3 Tahun S1 Junior Auditor86 Laki-Laki ≤1 Tahun S1 Junior Auditor87 Laki-Laki ≤1 Tahun S1 Junior Auditor