Top Banner
1 PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH SURAKARTA Rochmad Agus Setiawan 1) , Wahyuningsih Safitri 2), Ari Setiyajati 3) 123 Prodi S-1Keperawatan, STIkes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Demensia merupakan sindroma klinis yang meliputi hilangya fungsi intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi dalam kehidupan sehari- hari. Senam otak adalah metode gerak aktif dan latih otak untuk mengaktifkandua belah otak dan memadukan fungsi semua bagian otak sehingga dapat meningkatkan fungsi kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam otak dengan fungsi kognitif pada lansia demensia.Desain penelitian ini adalah quasy experiment dengan pre and post test without control dengan tehnik total sampling, yaitu tehnik pengambilan sample dimana jumlah sample sama dengan populasi.Sample dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta sebanyak 15 orang. Alat pengumpulan data yangdigunakan kuesioner Mini Mental Status Examination. Analisis uji statistik ini menggunakan Paired sample t test. Hasil penelitian ini menunjukkan t hitung (8,500) > dari t table (6,714) dan p value (0,000) < dari α(0,05) sehingga Ho ditolak artinya ada pengaruh senam otak dengan fungsi kognitif lansia demensia.Senam otak efektif untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia demensia. Diharapkan lansia dapat melakukan senam otak secara teratur. Kata Kunci : Senam otak, Lansia, Fungsi Kognitif, Demensia ABSTRACT Dementia is a clinical syndrome which includes the severe loss of intellectual function and memory so that it causes dysfunctions in their daily life. Brain gymnastics is an active motion method and a brain exercise to activate the two halves of the brain and to integrate all of the functions of the two halves so as to improve the cognitive functions. The objective of this research is to investigate the effect of brain gymnastics on cognitive function of the dementia elderly.This research used the quasi experimental research method with the pretest and posttest without control design. The samples of the research were taken by using the total sampling technique. They consisted of the dementia elderly as many as 15 person living in Darma Bakti Kasih Nursing Home of Surakarta. The data of the research were gathered through questionnaire of Mini Mental Status Examination. The data of the research were statistically analyzed by using the paired sample t test. The result of the research shows that the value of t count is 0.000, which is smaller than that of α =0.05 so that H o is rejected, meaning that there is an effect of brain gymnastics on cognitive function of the dementia elderly.Thus, a conclusion is drawn that the brain
29

PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

Feb 02, 2018

Download

Documents

trinhthu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

1

PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA

DEMENSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH

SURAKARTA

Rochmad Agus Setiawan 1)

, Wahyuningsih Safitri

2), Ari Setiyajati

3)

123Prodi S-1Keperawatan, STIkes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Demensia merupakan sindroma klinis yang meliputi hilangya fungsi intelektual dan

memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Senam otak adalah metode gerak aktif dan latih otak untuk mengaktifkandua belah

otak dan memadukan fungsi semua bagian otak sehingga dapat meningkatkan fungsi

kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam otak dengan fungsi kognitif pada lansia demensia.Desain penelitian ini adalah quasy experiment dengan pre

and post test without control dengan tehnik total sampling, yaitu tehnik pengambilan

sample dimana jumlah sample sama dengan populasi.Sample dalam penelitian ini adalah

lansia yang berada di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta sebanyak 15 orang. Alat pengumpulan data yangdigunakan kuesioner Mini Mental Status Examination.

Analisis uji statistik ini menggunakan Paired sample t test. Hasil penelitian ini

menunjukkan t hitung (8,500) > dari t table (6,714) dan p value (0,000) < dari α(0,05) sehingga Ho ditolak artinya ada pengaruh senam otak dengan fungsi kognitif lansia

demensia.Senam otak efektif untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia demensia.

Diharapkan lansia dapat melakukan senam otak secara teratur.

Kata Kunci : Senam otak, Lansia, Fungsi Kognitif, Demensia

ABSTRACT

Dementia is a clinical syndrome which includes the severe loss of intellectual function

and memory so that it causes dysfunctions in their daily life. Brain gymnastics is an

active motion method and a brain exercise to activate the two halves of the brain and to integrate all of the functions of the two halves so as to improve the cognitive functions.

The objective of this research is to investigate the effect of brain gymnastics on cognitive

function of the dementia elderly.This research used the quasi experimental research

method with the pretest and posttest without control design. The samples of the research were taken by using the total sampling technique. They consisted of the dementia elderly

as many as 15 person living in Darma Bakti Kasih Nursing Home of Surakarta. The data

of the research were gathered through questionnaire of Mini Mental Status Examination. The data of the research were statistically analyzed by using the paired sample t test.

The result of the research shows that the value of tcount is 0.000, which is smaller than that

of α =0.05 so that Ho is rejected, meaning that there is an effect of brain gymnastics on cognitive function of the dementia elderly.Thus, a conclusion is drawn that the brain

Page 2: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

2

gymnastics is effective to improve the cognitive function of the dementia elderly. The

elderly are expected to carry out the brain gymnastics regularly.

Keywords: Brain gymnastics, elderly, cognitive function, and dementia

PENDAHULUAN

Perkembangan jumlah penduduk

lanjut usia di dunia, menurut

perkiraan World Healt Organitation

(WHO) akan meningkat pada tahun

2025 dibandingkan tahun 1990

dibeberapa Negara dunia seperti

China 220%, India 242%, Thailand

337%, dan Indonesia 440% (Wiwin

2011). Asia merupakan wilayah yang

paling banyak mengalami perubahan

komposisi penduduk dan

diperkirakan pada tahun 2025,

populasi lanjut usia akan bertambah

sekitar 82%. Penduduk lanjut usia di

Indonesia 2008 sebesar 21,2 juta

jiwa, dengan usia harapan hidup 66,8

tahun, tahun 2010 sebesar 24 juta

jiwa dengan usia harapan hidupnya

67,4 tahun dan pada tahun 2020

jumlah lansia diperkirakan sebesar

28,8 juta jiwa dengan usia harapan

hidup 71,1 tahun (Arita, 2011).

Jumlah penduduk lanjut usia di

DI.Yogyakarta mencapai 5 juta jiwa

dan Jawa tengah mencapai 3 juta.

Jumlah Lansia di Puskesmas Weru

sebanyak 16.191 orang. Surakarta

menunjukkan penduduk yang berusia

65 tahun keatas sebanyak 23.496

orang (Badan Pusat Statistika 2012).

Meningkatnya populasi lansia

akan dapat menimbulkan masalah –

masalah penyakit pada usia lanjut.

Menurut Departemen Kesehatan

tahun 1998, terdapat 7,2 % populasi

usia lanjut 60 tahun keatas untuk

kasus demensia. Sebanyak 5 % usia

lanjut 65 – 70 tahun menderita

demensia dan akan meningkat dua

kali lipat setiap 5 tahun mencapai

lebih 45% pada usia diatas 85 tahun

(Nugroho, 2008). Demensia

merupakan suatu gangguan fungsi

daya ingat yang terjadi perlahan –

lahan, serta dapat mengganggu

kinerja dan aktivitas kehidupan

sehari – hari (Atun 2010).

Demensia di tandai dengan

adanya gangguan mengingat jangka

pendek dan mempelajari hal – hal

baru, gangguan kelancaran berbicara

(sulit menyebutkan nama benda dan

mencari kata – kata untuk

diucapkan), keliru mengenai tempat -

waktu – orang atau benda, sulit

hitung menghitung, tidak mampu

lagi membuat rencana, mengatur

kegiatan, mengambil keputusan, dan

lain – lain (Sumijatun 2005).

Beberapa tindakan yang dapat

digunakan untuk mengatasi demensia

antara lain dengan mengenal

kemampuan-kemampuan yang masih

dimiliki, terapi individu dengan

melakukan terapi kognitif, terapi

aktivitas kelompok dan senam otak

(Stuart & Laraia 2010).

Senam otak adalah suatu usaha

alternative alami yang sehat untuk

menghadapi ketegangan dan

menghadirkan relaksasi dalam

kehidupan sehari-hari. Senam otak

bertujuan meningkatkan rasa percaya

diri, menguatkan motivasi belajar,

merangsang otak kiri dan kanan,

merelaksasi otak dan dapat

meningkatkan fungsi kognitif (Andri

2013).

Kegiatan senam otak ditujukan

untuk merelaksasi dimensi

pemusatan, menstimulasi (dimensi

lateralis) dan meringankan (dimensi

pemfokusan). Dengan senam otak

Page 3: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

3

diharapkan lansia demensia yang

mengalami penurunan fungsi

kognitif dapat meningkat, lebih

bersemangat serta meningkatkan

konsentrasi(Dennison 2010).

Prinsip senam otak adalah

mengaktifkan 3 dimensi otak,

dimensi pemusatan dapat

meningkatkan aliran darah ke otak,

meningkatkan penerimaan oksigen

sehingga dapat membersihkan otak,

dimensi lateralis akan menstimulasi

koordinasi kedua belahan otak yaitu

otak kiri dan kanan (memperbaiki

pernafasan, stamina, melepaskan

ketegangan dan mengurangi

kelelahan), dimensi pemfokusan

untuk membantu melepaskan

hambatan fokus dari otak

(memperbaiki kurang perhatian,

kurang konsentrasi) (Dennison dalam

Anton 2010).

Berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti

di Panti Wredha Darma Bakti Kasih

Surakarta terdapat jumlah lansia 52

orang dan yang mengalami demensia

berjumlah 15 orang. Hasil

wawancara dari 15 orang lansia di

Panti Wredha Darma Bakti Kasih

Surakarta yang mengalami demensia

mengatakan keluhan yang sering

dirasakan lansia di panti yaitu sering

lupa saat menaruh barang, mudah

lupa dengan nama sesama lansia di

panti dan sering kebingungan saat di

tanya seseorang. Hal yang mendasari

tempat penelitian di Panti Wredha

Darma Bakti Kasih Surakarta

dikarenakan di panti tersebut

terdapat paling banyak lansia yang

mengalami demensia dari panti yang

lain.

Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh senam

otak dengan fungsi kognitif pada

lansia demensia.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan

rancangan quasi eksperiment. Desain

penelitian yang digunakan yaitu

kuantitatif dengan pre and post test

without control. Penelitian

dilaksanakan pada tanggal 10

Februari sampai dengan 1 Maret

2014 di Panti Wredha Darma Bakti

Kasih Surakarta. Populasi dalam

penelitian ini adalah lansia yang

mengalami demensia berjumlah 15

orang. Penelitian ini menggunakan

teknik total sampling. Alasan

peneliti mengambil total sampling

karena jumlah populasi hanya 15

orang yang memenuhi kriteria yang

diinginkan yaitu lansia dengan

demensia. Jumlah populasi yang

hanya 15 menjadi alasan peneliti

mengambil tehnik total sampling

agar hasil yang didapatkan lebih

signifikan. Berdasarkan studi

pendahuluan lansia yang berada di

panti wredha berjumlah 52 lansia

dari krieteria lansia yang telah

ditentukan lansia yang mengalami

demensia didapatkan berjumlah 15

orang, untuk memastikan lansia

tersebut mengalami demensia

peneliti menggunakan data rekam

medik dari diagnosa dokter. Setelah

itu peneliti mengajukan surat izin

penelitian dari ketua STIKes

Kusuma Husada Surakarta dan

kepala Panti Wreda Darma Bakti

Kasih Surakarta.

Peneliti bekerja sama dengan

perawat Panti wreda untuk

menghubungi lansia dengan tujuan

menjelaskan penelitian yang akan

dilakukan yaitu tentang terapi senam

otak serta tujuan penelitian, apabila

Page 4: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

4

lansia bersedia maka peneliti

memberikan lembar persetujuan

menjadi responden penelitian untuk

ditandatangani serta kontrak waktu

untuk melakukan senam otak. Lansia

yang bersedia menjadi responden di

lakukan pre test terlebih dahulu

dengan diberikan kuesioner Mini

Mental Status Examination untuk

menilai fungsi kognitif, dalam

kuesioner tersebut terdapat 11

pertanyaan yang harus dijawab oleh

lansia untuk mengetahui skor fungsi

kognitif. Setelah dilakukan pre test,

selanjutnya peneliti dan perawat

memanggil responden untuk

berkumpul diaula panti untuk

diberikan perlakuan senam otak

dengan alat bantu video selama ± 15

menit selama 3 minggu dari tanggal

10 Februari-1Maret 2014. Post test

dilakukan 3 hari setelah perlakuan

dengan menggunakan pertanyaan

dari kuesioner Mini mental status

eximinitation untuk mengetahui

fungsi kognitif pada lansia.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik jumlah responden

yang melakukan senam otak

berjumlah 15 orang yang akan

disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan umur (n = 15)

Usia (tahun) Jumlah (n) Persentase %

60-74 tahun (lanjut usia dini)

11 53

75-90 tahun

(lanjut usia tua)

4 27

Jumlah 15 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui

bahwa usia responden terbanyak

adalah usia 60-74 tahun (53%)

sebanyak 11 orang dan usia 75-90

tahun (27%) sebanyak 4 orang. Hal

ini sejalan dengan hasil penelitian

terdahulu bahwa jumlah lansia yang

mengalami demensia lebih besar

pada umur 60-75 tahun yaitu (75%)

(Marhamah 2009).

Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin (n = 15)

Berdasarkan Tabel 2 dapat

ketahui bahwa responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak

4 responden (27%), sedangkan

responden berjenis kelamin

perempuan sebanyak 11 responden

(73%). Hasil penelitian ini didukung

oleh hasil penelitian Rekawati

(2004), yang menyatakan bahwa usia

harapan hidup perempuan lebih lama

dibandingkan dengan laki-laki.

Semakin tinggi usia harapan hidup

perempuan maka semakin lama

kesempatan lansia perempuan untuk

hidup, sehingga semakin besar

kemungkinan mengalami demensia.

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

Laki-laki 4 27

Perempuan 11 73

Jumlah 15 100

Page 5: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

5

Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan (n = 15)

Pendidikan Jumlah (n) Persentase %

Tidak sekolah 2 20

SD 6 40 SMP 5 27

SMA 2 13

Total 15 100

Berdasarkan Tabel 3 dapat

diketaui tingkat pendidikan

responden yang tidak bersekolah

sebanyak 2 responden (20%),

pendidikan SD sebanyak 6

responden (40%), pendidikan SMP

sebanyak 5 responden (27%) dan

pendidikan SMA sebanyak 2

responden (13%). Hasil penelitian ini

sesuai dengan hasil penelitian

Rekawati (2004) yang menyatakan

bahwa lansia yang berpendidikan

rendah mempunyai risiko terjadinya

demensia sebesar 2,025 kali lebih

dibandingkan dengan usia lanjut

yang berpendidikan tinggi, karena

jika seseorang jarang

menggunakan otak untuk berfikir

akan menimbulkan risiko terjadinya

penurunan kognitif.

Tabel 4 Distribusi fungsi kognitif MMSE sebelum dilakukan senam otak (n=15)

Klasifikasi Jumlah (n) Persentase %

Normal 0 0

Kognitif Ringan 3 20

Kognitif Sedang 7 47

Kognitif Berat 5 33

Jumlah 15 100

Berdasarkan Tabel 4 dapat

diketahui bahwa nilai kognitif

responden sebelum diberikan terapi

senam otak dengan nilai kognitif

ringan sebanyak 3 responden (20%),

nilai kognitif sedang sebanyak 7

responden (47%) dan nilai kognitif

berat sebanyak 5 responden (33%).

Hasil ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang menunjukan nilai

kognitif sebelum diberikan senam

otak adalah kognitif sedang sebanyak

(60%) (Festi 2010).

Menurut Pudjiastuti (2003)

bahwa menurunnya kemampuan

fungsi kognitif lansia dikarenakan

susunan saraf pusat pada lansia

mengalami perubahan morfologis

dan biokimia, berat otak lansia

berkurang berkaitan dengan

berkurangnya kandungan protein dan

lemak pada otak sehingga otak

menjadi lebih ringan. Akson,

dendrite dan badan sel saraf

mengalami banyak perubahan,

dendrit yang berfungsi sebagai

sarana untuk komunikasi antar sel

saraf mengalami perubahan menjadi

lebih tipis dan kehilangan kontak

antar sel saraf, daya hantar saraf

mengalami penurunan sehingga

gerakan menjadi lamban.

Page 6: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

6

Tabel 5 Distribusi Fungsi kognitif MMSE sesudah dilakukan senam otak (n = 15)

Klasifikasi Jumlah (n) Persentase %

Normal 0 0

Kognitif Ringan 8 53

Kognitif Sedang 5 33

Kognitif Berat 2 14

Jumlah 15 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat

diketahui bahwa nilai kognitif

responden sesudah diberikan terapi

senam otak dengan nilai kognitif

ringan sebanyak 8 responden (53%),

nilai kognitif sedang sebanyak 5

responden (33%) dan nilai kognitif

berat sebanyak 2 orang (14%).

Menurut teori senam otak pada buku

brain gym Paul dan Gail E. dennison

menyatakan bahwa gerakan senam

otak dapat merangsang seluruh

bagian otak untuk bekerja sehingga

dapat meningkatkan kemampuan

kognitif. Gerakan senam otak juga

mempunyai fungsi meningkatkan

kewaspadaan, konsentrasi dan

memori misalnya dengan gerakan 8

tidur (lazy 8 yang berfungsi untuk

meningkatkan konsentrasi dan

memori. Hasil wawancara peneliti

pada 15 ketika ditanya menyebutkan

nama benda, pengurangan angka dan

nama bulan dapat menjawab dengan

baik dan tepat.

Ada beberapa cara untuk

mengatasi terjadinya demensia pada

lansia baik secara farmakalogis

maupun nonfarmakalogi. Pada

penelitian ini menggunakan cara non

farmakalogi yaitu terapi senam otak

diberikan selama 15 menit setiap hari

selama 2 kali secara teratur selama 3

minggu. Selain itu peneliti ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh

seorang ahli yang menemukan

gerakan senam otak di Amerika yang

menyatakan bahwa terapi senam otak

yang dilakukan selama 2 xsehari

dalam 15 menit selama 3 minggu,

secara teratur dapat mengurangi

terjadinya penurunan fungsi kognitif

(Denisson 2009).

Sebelum dilakukan analisis

bivariat, dilakukan uji normalitas

untuk mengetahui data berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas

dalam penelitian ini menggunakan

uji Shapiro- wilk karena sample data

kurang dari 50 (Sopiyudin 2013).

Hasil uji normalitas Shapiro-wilk

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Uji Normalitas Shapirowilk (n = 15)

Variabel Shapiro- wilk

P value

Pre test 0,484

Post test 0,637

Page 7: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

7

Berdasarkan Tabel 6, uji shapiro

wilk test diperoleh p value sebelum

intervensi 0,484 dan p value sesudah

intervensi 0,637 sehingga p value

yang diperoleh > 0,05 maka

berdistribusi normal dan uji statistik

yang digunakan adalah statistik

parametrik dengan uji Paired Sample

t- test.

Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa ada pengaruh senam

otak dengan fungsi kognitif lansia

demensia. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan Lisniani

(2010) bahwa senam otak dapat

meningkatan fungsi kognitif dengan

nilai yang signifikan sebelum 9,15

dan sesudah 15,85 dengan selisih

6,7. Hasil ini sesuai dengan

penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa senam otak dapat

meningkatkan daya ingat lansia

dengan nilai signifikan yaitu p=0,005

(p<0,05)

(Paula 2010). Senam otak juga dapat

memberikan manfaat yaitu stress

emosional berkurang, pikiran lebih

jernih, hubungan antar manusia dan

suasana belajar/kerja lebih rileks dan

senang, kemampuan berbahasa dan

daya ingat meningkat, orang menjadi

lebih bersemangat, lebih kreatif dan

efisien, orang merasa lebih sehat

karena stress berkurang, prestasi

belajar dan bekerja meningkat

(Denisson 2009).

Prinsip senam latih otak

adalah mengaktifkan otak kedalam

tiga fungsi yakni, dimensi silateralis

(otak kiri-kanan), dimensi

pemfokusan (otak depan-belakang),

dimensi pemusatan (otak atas-

bawah), masing-masing dimensi

memiliki tugas tertentu, sehingga

gerakan senam yang harus dilakukan

dapat bervariasi (Denisson 2009).

Gerakan-gerakan ringan dengan

permainan melalui olah tangan dan

kaki dapat memberikan rangsangan

atau stimulus pada otak. Gerakan

yang menghasilkan stimulus tersebut

merupakan gerakan yang dapat

meningkatkan kemampuan kognitif

(kewaspadaan, konsentrasi,

kecepatan, persepsi, belajar, memori,

pemecahan masalah dan kreativitas).

selain itu kegiatan – kegiatan yang

berhubungan dengan spiritual

sebaiknya digiatkan agar dapat

memberi ketenangan pada lansia

(Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2008).

Menurut Penelitian

Sapardjiman (2007) menyatakan

bahwa senam otak juga bermanfaat

untuk membuka bagian-bagian otak

yang sebelumnya tertutup atau

terhambat sehingga kegiatan belajar

Tabel 7 Uji Paired Sample t-test (n=15)

Variabel Mean T P value

Pre test fungsi kognitif 19.20

8.500

.000

Post test fungsi kognitif 20.33

Page 8: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

8

atau bekerja berlangsung

menggunakan seluruh otak (whole

brain), mengurangi stress emosional

dan pikiran lebih jernih, menjadikan

orang lebih bersemangat, lebih

konsentrasi, lebih kreatif dan efisien,

kemampuan berbahasa dan daya

ingat meningkat, hubungan antar

manusia dan suasana belajar/bekerja

lebih rileks dan senang.

Hasil dari uji Paired Sample t-

test didapatkan mean pre test 19.20

dan untuk mean post test 20.33

sehingga dapat dilihat adanya

peningkatan fungsi kognitif sebelum

dan sesudah perlakuan 1,13. Hasil t

hitung sebesar 8,500 > t table 6,714

dengan nilai p value 0,000 sehingga

Ho ditolak artinya ada pengaruh

sebelum dan sesudah senam otak

dengan fungsi kognitif lansia

demensia di Panti Wredha Darma

Bakti Kasih Surakarta. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa

senam otak secara signifikan

bermanfaat dalam meningkatkan

fungsi kognitif lansia yang

mengalami demensia dibuktikan

dengan hasil yang bermakna skor

nilai fungsi kognitif setelah

dilakukan senam otak.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Mayoritas usia responden

yang mengalami demensia

paling banyak berumur 60-

74 tahun sebanyak 11

responden (53%).

2. Jenis kelamin responden

paling banyak adalah

berjenis perempuan

sebanyak 11 responden

(73%).

3. Tingkat pendidikan

responden paling banyak

adalah pendidikan SD

sebanyak 6 responden

(40%).

4. Nilai kognitif responden

sebelum diberikan senam

otak terbanyak adalah skor

nilai kognitif sedang

sebanyak 7 responden

(33%).

5. Nilai kognitif responden

sesudah diberikan senam

otak terbanyak adalah skor

nilai kognitif ringan

sebanyak 8 responden

(53%).

6. Ada pengaruh sebelum dan

sesudah diberikan senam

otak dengan fungsi kognitif

lansia demensia dengan p

value 0,000.

SARAN

Hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi refensi

penanganan pada lansia yang

mengalami demensia di Panti

Wredha yaitu dengan senam otak dan

menjadi dasar dalam pengembangan

ilmu yaitu dengan penelitian dan

seminar sebagai upaya untuk

mengetahuipengaruh senam otak

dengan fungsi kognitif lansia

demensia. Penelitian yang

selanjutnya disarankan lebih terfokus

pada pengaruh senam otak yang

dapat meningkatkan fungsi kognitif.

DAFTAR PUSTAKA

Andri S. 2013. Metode Dan

Pelaksanaan Senam Otak,

Mulia Medika, Jakarta. Anton surya prasetya. 2010,.Pengaruh

terapi kognitif dan senam latih

otak terhadap depresi dengan

Page 9: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

9

harga diri rendah pada klien

Lansia di Panti tresna whreda

bakti yuswa natar Lampung,

Fakultas ilmu keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta.

Arita Murwani dan Wiwin Priyantari.

2011. Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Home

Care dan Komunitas,

Fitramaya, Yogyakarta.

Atun M. 2010. Lansia Sehat Dan Bugar, Kreasi Wacana, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. (2010). Data

Statistik Indonesia: Jumlah

Penduduk menurut Kelompok

Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota,2005.

Bandiah S. 2009. Lanjut Usia dan

Keperawatan Gerontik, Mulia Medika, Jakarta.

Dennison Paul E dan Gail E. Dennison

2008. Buku Panduan Lengkap

Brain Gym Senam Otak, Grasindo, Jakarta.

Dwi Handayani dan Wahyuni. 2012. Hubungan Keluarga Dengan

Kepatuhan Lansia Dalam

Mengikuti Posyandu Lansia Di Posyandu Lansia Jetis Desa

Krajan Kecamatan Weru

Kabupaten Sukoharjo, Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta, Surakarta.

Hendrie H.C. (2003). Prevalence of

Alzheimer’s Disease and

Dementia in Two

Communities: Nigerian

Africans and African

Americans, American Journal. Japardi Iskandar. 2003. Gangguan

Tidur, Fakultas Kedokteran

Bagian Bedah, USU, Jakarta. Johnson, M.H. 2005.

Developmental cognitive

neuroscience, Edisi 2. Oxford : Blacwell publishing.

Kusumoputro Sidiarto. 2004. Mengenal

Awal Pikun Alzheimer, UI-

Press, Jakarta. Lisnaini. 2012. Senam Vitalisasi Otak

Dapat Meningkatkan Fungsi

Kognitif Usia Dewasa Muda, Fisioterapi Universitas Kristen

Indonesi, Jakata.

Marhamah. (2009). Asam Folat Berpotensi Kurangi Gangguan

Kognitif pada

Lansia,http://www2.kompas.co

m/kompascetak/0410/28/ilpeng/1352062.htm diperoleh 10

Juni2014.

Markam. S dan Mayza. A Pujiastuti. H. Erdat. M. S. Suwardhana

Solichien A. 2005. Latihan

vitalisasi otak, Grasindo, Jakarta

Maryam. 2008. Asuhan keperawatan

Dan Kesehatan Pada Usia

Lanjut, EGC, Jakarta. Maryam. Fatma. Rosidawati. Jubaedu.

Batubara. 2011. Mengenal

Usia Lanjut Dan Perawatannya, Salemba

Medika, Jakarta.

Murwani. priyantari 2011. Gerontik Konsep Dasar Dan Asuhan

Keperawatan Home Care,

Fitramaya, Yogyakarta. Nugroho. W. 2008. Keperawatan

Gerontik Dan Geratrik, EGC,

Jakarta. Paula. 2010. Pengaruh senam otak

terhadap peningkatan daya

ingat lansia i Panti Werdha

Karya Kasih Mongonsidi Medan, Fakultas Keperwatan

Universitas Sumatera Utara.

Pipit. Festi 2010. Pengaruh brain gym terhadap peningkatan fungsi

kognitif lansia di Karang

Werdha Peneleh Surabaya, FIK UM, Surabaya.

Purwaningsih. W. 2010. Asuhan

Keperawatan Jiwa, Nuha

Medika, Yogyakarta.

Page 10: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

10

R. Boedhi Darmojo dan H. Hadi-

Marton0. Ilmu Ksehatan Usia

Lanjut, FKUI, Jakarta.

Rekawati. E (2004). Faktor-faktor sosiodemografi yang

berhubungan dengan

terjadinya kepikunan pada usia lanjut di Indonesia

berdasarkan data Susenas

tahun 2001, tesis magister

FKM UI, Jakarta, tidak dipublikasikan.

Ros Endah. H.P 2009. Perbedaan

Karakteristik Lansia dan Dukungan Keluarga Terhadap

Tipe demensia pada lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo, Fakultas

Ilmu Kedokteran UI , Jakarta.

Stanley. 2010. Buku Ajar Keperawatan,

EGC, Jakarta. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk

Penelitian, CV Alfabeta

Bandung, Bandung. Sunaryo. 2013. Psikologi Untuk

Keperawatan, EGC, Jakarta.

Supardjiman 2003, Aplikasi Senam

Otak, Salemba Medika,

Jakarta.

Watson, 2003, Perawatan Pada

Lansia, EGC, Jakarta.

Wiwin Priyantari 2011, Konsep

Dasar dan Asuhan

Keperawatan Home Care

dan Komunitas, Fitramaya,

Yogyakarta.

Zulsita 2010, Pengaruh senam otak

terhadap peningkatan daya

ingat lansia di Panti Werdha

Karya Kasih Mongonsidi

Medan, Fakultas

Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

Page 11: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

1

Teknik Relaksasi Nafas Dalam pada Pasien Pasca Operasi Fraktur Cruris di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta

Yunuzul Demo Satriya1)

, Prof. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd2)

, bc. Yeti Nurhayati, M.Kes3)

1,2,3) Prodi S-I Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta

Abstrak

Insiden fraktur di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya, sehingga

menyebabkan pasien merasakan nyeri. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui

teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien pasca operasi

fraktur cruris.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain case study.

Responden penelitian ini terdiri dari 4 responden pasien pasca operasi fraktur di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian berlangsung dari tangal 1 April- 15 Mei 2014. Teknik

pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini ialah wawancara mendalam dan

observasi. Analisis data yang digunakan ialah analisis interaktif.

Temuan hasil penelitian ini antara lain respon nyeri pasien pasca operasi fraktur

berbeda-beda mulai dari skala, kualitas dan durasi. Respon pasien terhadap pemberian

teknik relakasasi nafas dalam dapat menurunkan skala nyeri pasien dari skala sedang

menjadi ringan. Kendala pasien dalam melakukan teknik relaksasi nafas dipengaruhi oleh

tingkat konsentrasi dan keadaan lingkungan sekitar pasien. Simpulan dari penelitian ialah

bahwa teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan skala nyeri yang dirasakan oleh

pasien pasca operasi fraktur, namun hanya sebagai terapi pendamping medis.

Kata Kunci : Teknik Relaksasi Nafas Dalam, Nyeri, Pasien Pasca Operasi Fraktur.

Daftar pustaka : 23 (2001-2013)

DEEP BREATHING RELAXATION TECHNIQUE OF THE POSTOPERATIVE

CLIENTS WITH FRACTURE OF THE LOWER LEG AT DR. MOEWARDI

LOCAL GENERAL HOSPITAL OF SURAKARTA

ABSTRACT

The incidence of fracture in Indonesia increases every year so that the clients feel

painful. The objective of this research is to investigate the deep breathing relaxation

technique to relief the pain intensity of the postoperative clients with facture of the lower

leg (fractura cruris).

This research used the qualitative method with the case study design. It was

conducted from April 1st to May 15

th 2014. The respondents of the research consisted of

four postoperative clients with fracture of the lower leg at Dr. Moewardi Local General

Hospital of Surakarta. The data of the research were gathered through in-depth interview

and observation. They were analyzed by using the interactive model of analysis.

Page 12: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

2

The findings of the research are as follows. The pain responses of the postoperative

clients with fracture of the lower leg are different in terms of scale, quality, and duration.

The clients’ response to the extension of deep breathing relaxation technique can decrease

the scales of their pain from moderate to light ones. The constraints encountered by the

clients to conduct the deep breathing relaxation technique are influenced by their

concentration level and their surrounding condition. Thus, a conclusion is drawn that the

deep breathing relaxation technique can decrease the scales of pain felt by the

postoperative clients with fracture of the leg, but it only functions as complimentary

therapy to medical one.

Keywords: Deep breathing relaxation technique, pain, postoperative clients with

fracture of the lower leg.

References: 25 (2001-2013)

PENDAHULUAN

Kecelakaan lalu lintas

menewaskan hampir 1,3 juta jiwa di

seluruh dunia atau 3000 kematian setiap

hari dan menyebabkan cedera sekitar 6

juta orang setiap tahunnya (Depkes 2007

& WHO 2011). World Health

Organitation (WHO) mencatat pada

tahun 2005 terdapat lebih dari tujuh juta

orang meninggal karena kecelakaan dan

sekitar dua juta mengalami kecacatan

fisik. Kecelakaan di Indonesia

berdasarkan laporan kepolisian

menunjukan peningkatan 6,72% dari

57.726 kejadian di tahun 2009 menjadi

61.606 insiden di tahun 2010 atau

berkisar 168 insiden setiap hari dan

10.349 meninggal dunia atau 43,15%

(WHO 2011).

Kejadian fraktur di Indonesia

yang dilaporkan Depkes RI (2007)

menunjukkan bahwa sekitar delapan juta

orang mengalami fraktur dengan jenis

yang berbeda. Insiden fraktur di

Indonesia 5,5% dengan rentang setiap

provinsi antara 2,2% sampai 9% (Depkes

2007). Fraktur ekstremitas bawah

memiliki prevalensi sekitar 46,2% dari

insiden kecelakaan. Hasil tim survey

Depkes (2007) didapatkan 25% penderita

mengalami kematian, 45% mengalami

kecacatan fisik, 15% mengalami stres

psikologis dan bahkan depresi, serta 10%

mengalami kesembuhan dengan baik.

Page 13: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

3

Hasil pra penelitian yang

dilakukan oleh peneliti di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta pada tanggal 30

November 2013 didapatkan data bahwa

pada tahun 2011 penderita fraktur

ekstremitas bawah terbanyak ialah

fraktur tibia fibula sebesar 53 kasus,

sementara hasil pada bulan Oktober

sampai November 2013 terdapat

peningkatan kejadian fraktur fibula tibia

sebanyak 310 kasus.

Fraktur adalah terputusnya

kontinuitas jaringan tulang dan tulang

rawan yang disebabkan oleh cedera,

trauma yang dapat menyebabkan fraktur

dapat berupa trauma langsung dan tidak

langsung (Sjamsuhudajat dan Jong 2005).

Penanganan fraktur pada ekstremitas

bawah dapat dilakukan secara konservatif

dan operasi sesuai tingkat keparahan

fraktur (Smeltzer & Bare 2002). Prosedur

pembedahan yang dilakukan pada fraktur

meliputi reduksi terbuka dengan fiksasi

interna (Open Reduction and Internal

fixation/ ORIF) sasaran pembedahan

digunakan untuk memperbaiki fungsi

dengan mengembalikan gerakan,

stabilitas, mengurangi nyeri dan

disabilitas (Smeltzer & Bare 2002).

Pembedahan dan anestesi dapat

menyebabkan ketidaknyamanan bagi

pasien. Pembedahan dapat menyebabkan

trauma bagi penderitanya, sedangkan

anestesi dapat menyebabkan kelainan

yang dapat menimbulkan berbagai

keluhan gejala. Keluhan harus

didiagnosis agar dasar patologinya dapat

diobati. Keluhan dan gejala yang sering

dikemukakan adalah nyeri

(Sjamsuhidayat & Jong 2005).

Nyeri pasca operasi mungkin

sekali disebabkan oleh luka operasi,

tetapi kemungkinan sebab lain harus

dipertimbangkan. Pencegahan nyeri

sebelum operasi sebaiknya direncanakan

agar penderita tidak terganggu oleh nyeri

setelah pembedahan. Cara

pencegahannya tergantung pada

penyebab dan letak nyeri dan keadaan

Page 14: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

4

penderitannya (Sjamsuhidayat & Jong

2005).

Proses keperawatan selama

periode pasca operatif diarahkan untuk

menstabilkan kembali keadaan fisiologi

pasien, menghilangkan rasa nyeri dan

pencegahan komplikasi. Pengkajian yang

cermat dan intervensi segera membantu

pasien kembali pada fungsi yang optimal

dengan cepat, aman, dan senyaman

mungkin. Nyeri setelah pembedahan

normalnya dapat diramalkan hanya

terjadi dalam durasi yang terbatas, lebih

singkat dari waktu yang diperlukan untuk

perbaikan alamiah jaringan-jaringan yang

rusak (Smeltzer & Bare 2002).

Individu yang merasakan nyeri

merasa tertekan atau menderita dan

mencari upaya untuk menghilangkan

nyeri. Perawat menggunakan berbagai

intervensi untuk menghilangkan nyeri

atau mengembalikan kenyamanan.

Perawat tidak dapat melihat atau

merasakan nyeri yang klien rasakan

(Smeltzer & Bare 2002).

Tindakan untuk mengatasi nyeri

dapat dibedakan dalam dua kelompok

utama, yaitu tindakan pengobatan

(farmakologi) dan tindakan non

faramakologi (tanpa Pengobatan)

(Tamsuri 2012). Penatalaksanaan non

farmakologis terdiri dari berbagai

tindakan penanganan nyeri berdasarkan

stimulasi fisik maupun perilaku kognitif.

Intervensi kognitif meliputi tindakan

distraksi, teknik relaksasi, imajinasi

terbimbing, umpan balik biologis,

hypnosis, dan sentuhan terapeutik, selain

itu stimulasi kulit dapat memberikan efek

penurunan nyeri yang efektif. Tindakan

ini mengalihkan perhatian klien sehingga

klien berfokus pada stimulasi taktil dan

mengabaikan sensasi nyeri, yang pada

akhirnya dapat menurunkan persepsi

nyeri (Tamsuri 2012).

Pengendalian nyeri secara

farmakologi efektif untuk nyeri sedang

dan berat. Pemberian farmakologi ini

tidak bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan klien sendiri untuk

Page 15: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

5

mengontrol nyerinya, maka di butuhkan

kombinasi farmakologi untuk mengontrl

nyeri dengan non farmakologi agar

sensasi nyeri dapat berkurang serta masa

pemulihan memanjang.

Metode non farmakologi

tersebut bukan merupakan pengganti

untuk obat-obatan, tindakan tersebut

diperlukan untuk mempersingkat

frekuensi nyeri yang berlangsung hanya

berapa detik atau menit, terutama saat

nyeri hebat yang berlangsung selama

berjam-jam atau berhari-hari.

Mengkombinasikan metode non

farmakologi dengan obat-obatan

mungkin cara yang paling efektif untuk

mengontrol nyeri. Pengendalian nyeri

non farmakologi menjadi lebih murah,

sederhana, efektif dan tanpa efek yang

merugikan (Potter & Perry 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh

Nurdin dkk (2013) menyebutkan bahwa

ada pengaruh teknik relaksasi terhadap

perubahan intensitas nyeri pada pasien

pasca operasi fraktur yang ditandai

dengan sebelum diberikan tindakan terapi

relaksasi yaitu nyeri ringan 1 orang, nyeri

sedang 8 orang dan nyeri hebat terkontrol

11 orang, sementara tingat nyeri pasca

operasi setelah diberikan teknik relaksasi

menurun menjadi tidak nyeri 1 orang,

nyeri ringan 9 orang dan nyeri sedang 10

orang.

Serupa dengan penelitian di atas

Carney (1983) menjelaskan bahwa

pelatihan relaksasi dapat dilakukan

untuk jangka waktu yang terbatas dan

biasanya tidak memiliki efek samping.

Carney mencatat penelitian yang

menunjukan bahwa 60%-70% pada klien

dengan nyeri kepala yang disertai

ketegangan dapat mengurangi aktivitas

nyeri sampai 50% dengan melakukan

relaksasi (Potter & Perry 2006).

Penelitian di atas didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Dewi dkk

(2009) yang menyebutkan bahwa

pengukuran rata-rata tingkat nyeri

sebelum diberikan teknik relaksasi nafas

dalam setelah di klasifikasi dari 10

Page 16: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

6

responden, 4 orang (40%) mengalami

nyeri ringan, dan 6 orang (60%) nyeri

sedang. Hasil pengukuran tingkat nyeri

rata-rata setelah pemberian teknik

relaksasi nafas dalam dari 10 responden 5

orang (50%) mengalami nyeri ringan,

dan 5 orang lagi masih mengalami nyeri

sedang. Bila dilihat dari sskala nyeri

masing-masing responden, semua

responden (100%) mengalami penurunan

persepsi nyeri. Ada perbedaan hasil

pengukuran skala nyeri sebelum dan

sesudah pemberian teknik relaksasi nafas

dalam pada lansia dengan arthritis

rheumatoid.

Tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui teknik relaksasi nafas dalam

untuk menurunkan intensitas nyeri pada

pasien pasca operasi fraktur cruris.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan desain case

study. Penelitian ini berlangsung dari

bulan November 2013 sampai dengan

Juni 2014 di Ruang Mawar II RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Peneliti

menggunakan 4 pasien pasca operasi

fraktur cruris dan 1 perawat yang

memberikan teknik relaksasi nafas

dalam. Teknik pengumpulan data yang

digunakan pada penelitian ini ialah

wawancara mendalam dan observasi.

Analisis data yang digunakan ialah

analisis interaktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemberian teknik relaksasi nafas

dalam pada pasien pasca operasi fraktur

cruris di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

dilakukan kepada 4 pasien. Pengumpulan

data dengan menggunakan metode

wawancara dilakukan kepada 4 orang

pasien dan perawat. Wawancara ini

dilakukan untuk memperoleh data

tentang teknik relaksasi nafas dalam pada

pasien pasca operasi fraktur cruris

meliputi : (1) respon nyeri pasien yang

mengalami pasca operasi fraktur cruris,

(2) respon pasien terhadap pemberian

teknik relaksasi nafas dalam, (3) kendala

pasien dalam pelaksanaan teknik

Page 17: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

7

relaksasi nafas dalam untuk mengurangi

intensitas nyeri pasca operasi fraktur

cruris, (4) kendala parawat dalam

pemberian teknik relaksasi nafas dalam

kepada pasien pasca operasi fraktur

cruris.

a. Respon nyeri pasien yang

mengalami pasca operasi fraktur

cruris

Pada penelitian ini peneliti

menggunakan pengkajian nyeri

Provocate, Quality, Regio, Scale, Time

(PQRST). Provocate adalah pengkajian

untuk mengetahui penyebab nyeri,

quality adalah pengkajian untuk

mengetahui kualitas nyeri, regio adalah

pengkajian untuk mengetahui daerah atau

tempat yang nyeri, scale adalah

pengkajian untuk mengetahui skala nyeri

pasien dan time adalah pengkajian

mengenai durasi nyeri yang dirasakan.

Selain menggunakan pengkajian PQRST

data juga didapatkan dari hasil observasi

peneliti.

Pengkajian PQRST didapat hasil

nyeri secara subjektif di antaranya

penyebab nyeri, kualitas nyeri, lokasi

nyeri, skala nyeri dan durasi lamanya

nyeri. Hasil observasi nyeri yang dapat

diketahui melalui ekspresi wajah pasien.

Berdasarkan pengalaman pasien dan

pengamatan peneliti dapat ditunjukkan

skala nyeri rata-rata skala 5 hingga 7.

Skala nyeri 0 atau tidak nyeri

terlihat dari ekspresi wajah, meliputi

wajah tenang, pasien terlihat rileks, dan

dapat melakukan aktivitas seperti biasa.

Pada skala 1-3 yang termasuk dalam

kategori nyeri ringan pasien menunjukan

ekspresi wajah tampak merintih

kesakitan, mengusap daerah nyeri atau

melokalisir nyeri, dan pasien masih bisa

melakukan aktivitas sehari-hari.

Sementara pada skala 4-6 yang termasuk

kategori nyeri sedang, dapat ditunjukan

dengan karakteristik wajah pasien

mengerutkan dahi, wajah tampak tegang,

mengaduh, “nggeget untu”, gerakan

melindungi bagian nyeri, nyeri terasa

Page 18: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

8

cenut-cenut, merintih kesakitan dan

berkeringat. Skala nyeri 7-9 yang

termasuk kategori nyeri berat

ditunjukkan dengan karakteristik pasien

terlihat emosional, sesak nafas menggigit

bibir, imobilisasi, menghindari

percakapan, nyeri terasa seperti ditusuk

dan pasien terlihat gelisah. Pada skala 10

yang termasuk kategori nyeri tidak

terkontrol terlihat dengan ekspresi wajah

pasien menangis kesakitan, gelisah,

pucat, focus untuk menurunkan nyeri,

berkeringat, berteriak dan melakukan

gerakan yang tidak terkontrol.

Berdasarkan hasil pengamatan

dan wawancara dengan pasien pasca

operasi fraktur cruris diperoleh hasil

bahwa kualitas nyeri pasien pasca operasi

fraktur cruris adalah rasa cenut-cenut

dialami oleh 2 pasien yaitu pasien 1 dan

pasien 3, sementara pasien 2 dan pasien 4

merasakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.

Berikut adalah pernyataan pasien saat

diwawancarai :

Pasien 1 : “Nyerinya muncul setelah

operasi mas, rasanya ya

cenut- cenut gitu mas”

Pasien 2 : “Ya nyerinya abis operasi mas,

rasanya kaya ditusuk

apalagi kalau malem”

Intensitas nyeri pasien pasca

operasi fraktur cruris didapatkan hasil

dari observasi bahwa sebelum

mengkaji nyeri pasien peneliti

memberikan penjelasan terhadap

skala nyeri, sehingga pasien dapat

menjelaskan nyeri yang dirasakan.

Intensitas skala nyeri pasien termasuk

dalam kategori nyeri sedang dengan skala

5 dialami oleh 3 pasien, yaitu pasien 1,

pasien 2 dan pasien 3 yang ditandai

dengan pasien terlihat merintih kesakitan,

pasien terlihat mengerenyutkan dahi saat

nyeri yang dirasakan muncul dan

melindungi daerah nyeri. Pasien 4

mengalami nyeri berat dengan skala 7

yang ditandai dengan pasien terlihat

imobilisasi dan menghindari percakapan.

Berikut ini pernyataan pasien mengenai

skala nyeri yang dirasakan :

Page 19: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

9

Pasien 1 : “kalo disuruh memilih angka

ya kira-kira nyerinya di

angka 5 mas”

Pasien 4 : ”kalau disuruh milih angka 0-

10 ya saya rasa angka 7 untuk

nyeri saya”.

Tindakan yang biasa digunakan

pasien untuk mengurangi nyeri ialah

dengan cara mengipas bagian luka

dilakukan oleh 1 pasien yaitu pasien 3

dan mengelus bagian yang nyeri

dilakukan oleh 3 pasien, yaitu pasien 1,

pasien 2 dan pasien 4. Berikut ini adalah

hasil wawancara mengenai tindakan

pasien untuk mengurangi nyeri yang

dialami :

Pasien 1: “hmmm yo paling dielus-elus

mas biar gak sakit”

Pasien 3 : ”Paling dikipas-kipas aja sih

mas biar gak terasa sakit”

Penelitian yang dilakukan oleh

Ardinata (2007), menjelaskan bahwa

kualitas nyeri yang dirasakan berkaitan

dengan bagaimana nyeri itu sebenarnya

dirasakan individu. Kualitas nyeri sering

kali digambarkan dengan berdenyut,

menyebar, menusuk, terbakar, dan gatal.

Tindakan pembedahan adalah

suatu tindakan yang dapat mengancam

integritas seseoramg, baik bio-psiko-

sosial maupun spiritual, yang bersifat

potensial ataupun aktual. Setiap tindakan

pembedahan dapat menimbulkan respon

ketidaknyamanan berupa rasa nyeri.

Nyeri adalah suatu keadaaan subjektif

dimana seseorang memperlihatkan

ketidaknyamann secara verbal maupun

non verbal (Engram dalam Solehati

2008). Tamsuri (2012), menjelaskan

bahwa faktor yang dapat meningkatkan

dan menurunkan nyeri dapat dilihat dari

berbagai perilaku yang dilakukan oleh

pasien dalam mengubah intensitas nyeri

(misal dengan aktivitas, istirahat,

pengarahan tenaga, mengatur posisi

tubuh, penggunaan obat-obatan, dan

lainnya), dan apa yang diyakini klien

dapat membantu dirinya. Perilaku ini

sering didasarkan pada upaya try and

error.

Tidak semua orang yang terpajan

stimulus yang sama (appendicitis,

sebagai contoh) mengalami intensitas

nyeri yang sama. Sensasi yang sangat

Page 20: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

10

nyeri bagi seseorang mungkin hampir

tidak terasa bagi orang lain. Lebih jauh

lagi, suatu stimulus dapat mengakibatkan

nyeri pada suatu waktu tetapi tidak pada

waktu lain (Smeltzer & Bare 2002).

b. Respon pasien terhadap

pemberian teknik relaksasi nafas

dalam

Proses teknik relaksasi nafas

dalam diberikan kepada pasien pasca

operasi fraktur cruris hari kedua.

Pemberian teknik relaksasi nafas dalam

dilakukan sebelum pasien diberikan obat

analgesik oleh perawat. Sebelum

diberikan teknik relaksasi nafas dalam,

perawat terlebih dahulu memberikan

contoh kepada pasien tentang prosedur

teknik relaksasi nafas dalam setelah itu

perawat menganjurkan pasien untuk

melakukan teknik relaksasi nafas dalam

secara mandiri kemudian perawat

mengevaluasi pemberian teknik relaksasi

dan memotivasi pasien untuk melakukan

teknik relaksasi nafas dalam saat

merasakan nyeri. Teknik relaksasi nafas

dalam dievaluasi setiap dua kali sehari.

Respon pasien pasca operasi

fraktur cruris terhadap pemberian teknik

relaksai nafas dalam didapatkan data

bahwa setelah melakukan teknik

relaksasi nafas dalam, nyeri yang

dirasakan oleh pasien mulai berkurang

pada hari ketiga dan keempat. Skala nyeri

psien berkurang dari sklala 5 menjadi 4

dialami oleh 2 pasien yaitu pasien 1 dan

pasien 2, penurunan skala 5 menjadi 3

dialami oleh satu pasien yaitu pasien 3.

Pernyataan tersebut dapat diketahui dari

hasil wawancara berikut ini :

Pasien 1 : “relaksasi itu bisa mengurangi

nyeri tapi cuma sedikit, kalo

pas nyeri banget ya gak

mempan mas. Sekarang sih

nyerinya jadi 4 mas kurang

lebih”

Pasien 3 : “Ya kira-kira nyerinya

sekarang jadi 3an mas”

Sedangkan pada pasien 4 tidak

menunjukan adanya penurunan skala

nyeri dan tetap pada skala 7 karena

pasien terlihat kurang konsentrasi dan

Page 21: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

11

lebih fokus pada nyeri yang

dirasakannya. Berikut pernyataan pasien :

Pasien 4 : “Tapi relaksasinya itu kurang

mempan mas, saya udah

bolak balik pake kayak yang

dibilangin mbaknya kemarin

itu tapi sama aja tu,

nyerinya gak berkurang

mas. Ya kurang lebih masih

sama mas 7an”

Hasil observasi menunjukkan

bahwa penuruan skala nyeri 5 menjadi

skala 3 dapat dilihat dari perubahan

ekspresi pasien yang semula

mengerutkan dahi, mengaduh dan

“nggeget untu”, setelah diberikan

relaksasi kini menjadi merintih kesakitan

dan mulai dapat melakukan aktivitas.

Sementara pada pasien dengan skala

nyeri 5 yang turun menjadi 4 tidak

terlihat adanya perubahan ekspresi wajah

seperti tetap mengerutkan dahi,

mengaduh dan melindingi daerah nyeri,

begitu juga dengan pasien yang

mengalami skala nyeri 7 yaitu responden

4 yang terlihat menahan nafas, pasien

terlihat lebih fokus pada nyeri yang

dirasakan, pasien juga terlihat gelisah dan

berkeringat. Hal ini menunjukan bahwa

teknik relaksasi nafas dalam hanya dapat

menurukan intensitas nyeri pada kategori

nyeri sedang.

Nyeri pasca operasi akan

meningkatkan stres pasca operasi dan

memiliki pengaruh negative pada

penyembuhan nyeri. Kontrol nyeri sangat

penting sesudah pembedahan, nyeri yang

dibebaskan dapat mengurangi

kecemasan, bernafas lebih mudah dan

dalam, dapat mentoleransi mobilisasi

yang cepat. Pengkajian nyeri dan

kesesuaian analgesik harus digunakan

untuk memastikan bahwa nyeri pasien

pasca operasi dapat dibebaskan (Torrance

dan Serginson dalam Farida 2010).

Relaksasi adalah teknik untuk

mengurangi ketegangan nyeri dengan

merelaksasikan otot. Beberapa penelitin

menyatakan bahwa teknik relaksasi

efektif dalam menurunkan skala nyeri

pasca operasi (Tamsuri 2012).

Relaksasi nafas dalam dipercaya

dapat menurunkan nyeri dengan cara

merelaksasikan ketegangan otot yang

Page 22: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

12

mendukung rasa nyeri. beberapa

penelitian menunjukan bahwa relaksasi

efektif dalam menurunkan nyeri pasca

operasi. Tindakan relaksasi dapat

dipandang sebagai upaya pembebasan

mental dan fisik dari tekanan dan stres.

Dengan relaksasi, klien dapat mengubah

persepsi terhdap nyeri. kemampuannya

dalam melakukan relaksasi fisik dapat

menyebabkan relaksasi mental. Relaksasi

memberikan efek secara langsung

terhadap fungsi tubuh seperti penurunan

tekanan darah, nadi, dan frekuensi

pernafasan, penurunan konsumsi oksigen

oleh tubuh serta penurunan tegangan otot

(Smeltzer & Bare 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh

Ernawati, Hartiti Tri, dan Hadi Idris

(2010) menjelaskan bahwa dari 50

sampel yang menglami nyeri saat

disminore, sebelum diberikan relaksasi

nafas dalam terdapat nyeri sedang

sebanyak 31 orang (62,0%) dan sesudah

dilakukan teknik relaksasi sebagian besar

kategori nyeri ringan sebanyak 35 orang

(70,0%). Dapat disimpilkan bahwa teknik

relaksasi nafas dalam dapat menurunkan

skala intensitas nyeri pada mahasiswi

yang mengalami disminore di Universitas

Muhamadiyah Semarang.

Penelitian yang dilakukan oleh

Pinandita Iin, Purwanti E dan Utoyo B

(2012) mengatakan bahwa pengendalian

nyeri secara farmakologi lebih sering

digunakan untuk mengurangi intensitas

skala nyeri dibandingakan dengan terapi

nonfarmakologi. Namun demikian, terapi

farmakologi tidak bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan klien dalam

mengontrol nyeri, sehingga dibutuhkan

kolaborasi dengan terapi nonfarmakologi

agar sensari nyeri dapat berkurang serta

masa pemulihan tidak memanjang.

Pengendalian nyeri nonfarmakologis

menjadi lebih murah, simple, efektif, dan

tanpa efek yang merugikan.

c. Kendala pasien dalam

pelaksanaan teknik relaksasi

nafas dalam untuk mengurangi

Page 23: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

13

intensitas nyeri pasca operasi

fraktur cruris

Pasien pada penelitian ini dapat

melakukan teknik relaksasi nafas dalam

sesuai dengan yang diajarkan perawat.

Selama melakukan teknik relaksasi nafas

dalam peneliti tidak menemukan adanya

kendala yang dialami oleh pasien, tetapi

satu pasien terlihat tidak dapat

berkonsentrasi saat melakukan teknik

relaksasi nafas dalam sehingga nyeri

yang dialami tidak menurun. Kondisi

lingkungan juga mempengaruhi pasien

terhadap pelaksanaan teknik relaksasi

nafas dalam. Lingkungan yang ramai

seperti pada penelitian ini yaitu ruang

Mawar II RSUD Dr. Moewardi

Surakarta yang merupakan ruang kelas 3.

Satu kamar pada bangsal ini terdapat 11

tempat tidur pasien, sehingga kondisi

ruangan terlihat sangat ramai dan kondisi

ini mempengaruhi pasien dalam

berkonsentrasi saat melakukan teknik

relaksasi nafas dalamnya.

Hasil wawancara yang dilakukan

kepada pasien mengenai kendala pasien

dalam melakukan teknik relaksasi nafas

dalam untuk mengurangi nyeri pasca

operasi fraktur cruris didapatkan bahwa

ketiga pasien tidak mengalami kendala

saat melaksanakan teknik relaksasi nafas

dalam yaitu pasien 1, pasien 2 dan pasien

3. Berikut pernyataan yang disampaikan

salah satu pasien tersebut:

pasien 3 :“Gak ada kendalanya mas itu

gampang kok, tinggal

tangannya ditaruh diatas dan

diperut trus tarik nafas lewat

hidung keluarin mulut sambil

badannya dirilekskan”

Kecuali pada responden 4 yang

menyatakan bahwa teknik relaksasi nafas

dalam tidak dapat menurunkan nyeri

yang dirasakan. Berikut pernyataan

responden 4 yang menunjukkan bahwa

teknik relaksasi nafas dalam tidak dapat

menurunkan nyeri yang dirasakannya :

Pasien 4 :“Gak ada mas, tapi relaksasinya

itu kurang mempan mas, saya

udah bolak-balik pake kayak

yang dibilangin mbaknya

kemarin itu tapi sama aja tu,

nyerinya gak berkurang mas.

Ya kurang lebih masih sama

mas 7an”

Page 24: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

14

Hasil observasi menunjukan

bahwa pasien yang tidak mengalami

kendala pasien tampak rileks, pasien

tampak melakukan teknik relaksasi nafas

dalam sesuai dengan urutan yang telah

diajarkan perawat. Sedangkan pada

responden 4 dapat melakukan teknik

relaksasi nafas dalam sesuai dengan

prosedur, namun pasien tampak kurang

kooperatif dan terfokus pada nyeri yang

dirasakannya, pasien juga terlihat

menghidari percakapan dan tampak

menggigit bibir yang menandakan

kesakitan. Kondisi kamar pasien yang

ramai dan berisik juga berperan pada

tidak turunnya intensitas nyeri pasien.

Kendala pasien saat melakukan teknik

relaksasi nafas dalam dipengaruhi oleh

tingkat konsentrasi seseorang dan

lingkungan.

Metode non-farmakologi yang

dimaksud ialah bukan dengan pemberian

obat-obatan, tindakan yang dilakukan

hanyalah untuk mengurangi nyeri yang

berlangsung beberapa menit saja. Dalam

hal ini, mengkombinasikan terapi non-

farmakologi dalam menurunkan

intensitas nyeri merupakan cara yang

optimal. Pengendalian nyeri dengan

terapi non-farmakologi yang berupa

teknik relaksasi nafas dalam dapat

digunakan kapan saja, efisien, murah dan

tidak terdapat efek samping pada

penggunanya (Potter & Perry 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh

Dewi D, Setyoadi, dan Widastra NM

(2009) menyatakan bahwa relaksasi nafas

dalam dapat menurunkan skala nyeri

sedang pada lansia yang menderita

arthritis rheumatoid menjadi skala nyeri

ringan. Sehingga teknik relaksasi

dianggap efektif dalam menurunkan

intensitas nyeri pasien dan teknik ini

dapat digunakan sewaktu-waktu secara

mandiri dikarenakan gerakannya yang

sederhana.

Supaya relaksasi dapat dilakukan

dengan efektif, maka diperlukan

partisipasi individu dan kerja sama.

Teknik relaksasi diajarkan hanya saat

Page 25: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

15

klien sedang tidak merasakan rasa tidak

nyaman yang akut hal ini dikarenakan

ketidakmampuan berkonsentrasi

membuat latihan menjadi tidak efektif

(Potter & Perry 2006).

d. Kendala parawat dalam pemberian

teknik relaksasi nafas dalam

kepada pasien pasca operasi

fraktur cruris.

Pada hasil wawancara dengan

perawat mengenai kendala perawat saat

memberikan teknik relaksasi nafas dalam

kepada pasien pasca operasi fraktur cruris

didapatkan data bahwa perawat tidak

menemukan kendala dalam melakukan

prosedur teknik relaksasi nafas dalam.

Akan tetapi kendala perawat ditemukan

pada pasien yang tidak kooperatif saat

diajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

Berikut pernyataan perawat yang

menunjukkan bahwa perawat tidak

menemukan kendala dalam prosedur

pemberian teknik relaksasi nafas dalam :

Perawat : “Gak ada kendalanya mas

untuk prosedur teknik

relaksasi nafas dalam,

perawat memberikan teknik

relaksai nafas dalam kepada

pasien ya sesuai prosedur,

yang membuat kendala ya

biasanya pasien itu sendiri

karena pasien kadang tidak

kooperatif untuk diajarkan

teknik relaksasi”

Untuk mengatasi kendala pada

pasien yang tidak kooperatif dalam

melakukan teknik relaksasi, perawat

memberikan motivasi kepada pasien dan

keluarga pasien. Berikut pernyataan

perawat mengenai cara mengatasi

kendala :

Perawat : “emmm, ya caranya kita

motivasi ke pasien sama

keluarga untuk melakukan

teknik relaksasi nafas dalam

secara mandiri”

Hasil observasi yang peneliti

lakukan untuk kendala perawat dalam

melakukan pemberian teknik relaksasi

nafas dalam ialah tidak ada kendala yang

ditemui saat mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam kepada responden,

perawat terlihat mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam sesuai prosedur,

perawat terlihat memotivasi pasien agar

melakukan teknik relaksasi nafas dalam

secara mandiri untuk mengurangi nyeri.

Page 26: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

16

Teknik relaksasi nafas dalam

merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat

mengajarkan kepada klien atau pasien

bagaimana cara melakukan nafas dalam,

nafas lambat (menahan inspirasi secara

maksimal) (Smeltzer & Bare 2002).

Perawat sebagai pemberi asuhan

keperawatan kepada klien diberbagai

keadaan dan situasi, yang memberikan

intervensi untuk meningkatan

kenyamanan. Perawat bertanggung jawab

secara etis untuk mengontrol nyeri dan

menghilangkan penderitaan nyeri klien.

Penting bagi perawat untuk memahami

makna nyeri bagi setiap individu.

Penatalaksanaan nyeri lebih dari sekedar

pemberian analgesic. Dengan memahami

nyeri lebih holistic, maka perawat dapat

mengembangkan strategi yang lebih baik

pada penanganan nyeri yang berhasil

(Potter & Perry 2006).

Apabila klien merasa terganggu

atau menjadi tidak nyaman, maka

perawat akan menghentikan latihan

tersebut. Apabila klien tampak

mengalami kesulitan dan mengalami

relaksasi hanya pada sebagian tubuh,

maka perawat memperlambat kemajuan

latihan dan berkonsentrasi pada bagian

tubuh yang tegang. Klien juga harus

mengetahui sejak awal bahwa latihan ini

dapat dihentikan setiap waktu. Dengan

melakukan latihan, klien dapat dengan

segera melakukan latihan relaksasi

dengan mandiri (Tamsuri 2012).

SIMPULAN

a. Respon nyeri pasien yang

mengalami pasca operasi fraktur

cruris di RSUD Dr. Moewardi

surakarta

Nyeri merupakan suatu

pengalaman persepsi dan emosional

dari individu yang bersifat subjektif

dan kurang menyenangkan. Untuk

mengetahui intensitas skala dan

kualitas nyeri perawat harus

melakukan pengkajian dengan

menanyakan intensitas nyeri yang

Page 27: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

17

dirasakan oleh pasien. Respon

individu terhadap nyeri dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain usia,

jenis kelamin, kebudayaan makna

nyeri, perhatian, ansietas, keletihan,

pengalaman sebelumnya, gaya koping

dan dukungan keluarga dan sosial.

b. Respon pasien pasca operasi

fraktur cruris terhadap

pemberian teknik relaksasi nafas

dalam

Teknik relaksasi nafas dalam

dapat menurunkan intensitas skala

nyeri dikarenakan dengan relaksasi

nafas dalam dapat merelaksasikan

ketegangan otot yang mendukung

rasa nyeri, sehingga nyeri yang

dirasakan oleh responden dapat

berkurang. Selain itu faktor yang

mendukung keberhasilan teknik

relaksasi nafas dalam guna untuk

menurunkan intensitas nyeri adalah

tahapan relaksasi nafas dalam, yang

baik dan benar, tingkat konsentrasi

individu dan lingkungan yang

nyaman. Teknik relaksasi nafas dalam

yang termasuk dalam terapi

nonfarmakologis hanya digunakan

sebagai pendamping dari pengobatan

utama atau medis.

c. Kendala pasien dalam

pelaksanaan teknik relaksasi

nafas dalam untuk mengurangi

intensitas nyeri pasca operasi

fraktur cruris

Teknik relaksasi nafas dalam

merupakan teknik yang sederhana dan

dapat digunakan secara mandiri,

sehingga tidak ditemukkannya

kendala secara prosedur pada saat

melakukan relaksasi nafas dalam. Hal

tersebut dikarenakan gerakan yang

digunakan pada relaksasi nafas dalam

merupakan gerakan yang sederhana

dan umum digunakan oleh semua

orang.

Page 28: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

18

d. Kendala perawat dalam

pemberian teknik relaksasi nafas

dalam kepada pasien pasca

operasi fraktur cruris

Banyaknya jumlah waktu

yang dimiliki perawat dalam

melakukan asuhan keperawatan,

sehingga memudahkan perawat untuk

melakukan intervensi secara mandiri

untuk membantu pasien dalam

mengurangi rasa nyeri yang dimiliki

sehingga pada pelaksanaan pemberian

teknik relaksasi tidak ditemukannya

kendala pada perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Ardinata, 2007.’Multidimensional

nyeri’. Jurnal keperawatan rufaidah

Sumatera Utara. Vol. 2. No. 2.

Creswell, J.W, 2010. Research design

pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan

mixed. Edisi 3. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta.

Departemen Kesehatan RI 2007. Riset

kesehatan dasar. diakses 3 November

2013. <http://www.depkes.co.id >.

Dewi, D, Setyoadi, dan Widastra, NM

2009. ‘Pengaruh teknik relaksasi

nafas dalam terhadap penurunan

persepsi nyeri pada lansia dengan

arthritis rheumatoid’. jurnal

keperawatan soedirman. Vol. 4.

No.2. Hal 46.

Farida, A, 2010. ‘efektifitas terapi

musik terhadap penurunan nyeri post

operasi pada anak usia sekolah di

RSUP Haji Adam Malik Medan’.

Skripsi. Universitas Sumatra utara.

Sumatra utara.

Fathoni, A, 2006. Metodologi

penelitian dan teknik penyusunan

skripsi. Asdi Mahasatya. Jakarta.

Helmi, Z.N, 2011. Buku ajar

gangguan musculoskeletal. Salemba

Medika. Jakarta.

Helmi, Z.N, 2012. Buku saku

kedaruratan dibidang bedah ortopedi.

Salemba Medika, Jakarta

Nurdin, S, Kiling, M dan Rottie, J,

2013. ‘Pengaruh teknik relaksasi

nafas dalam terhadap intensitas nyeri

pada pasien post operasi fraktur di

ruang irina a blu RSUP Prof. DR. R.D

kandou Manado’. ejurnal

keperawatan (e-kp), Vol 1. No. 1. Hal

1.

Patasik C.K, Tongka J dan Rottie J,

2013.’Efektifitas teknik relaksasi

nafas dalam dan guided imagery

terhadap penurunan nyeri pada pasien

post operasi section caesarea di Irina

D BLU RSUP Prof. Dr. R D Kandou

Manado’. ejurnal keperawatan (e-

Kp). Vol. 1. No. 1.

Pinandita I, Purwanti E dan Utoyo B,

2012.’Pengaruh teknik relaksasi

genggam jari terhadap penurunan

intensitas nyeri pada pasien post

Page 29: PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF  · PDF filemerupakan suatu gangguan fungsi ... pernafasan, stamina ... Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rekawati

19

operasi laparatomi’. jurnal ilmiah

kesehatan keperawatan. Vol. 8. No. 1.

Potter, P.A & Parry, A.G, 2005. Buku

ajar fundamenta keperawatan konsep,

proses, praktik. Edisi 4. EGC. Jakarta.

Reeves, C.J, Roux, G and lockhart, R,

2001. Keperawatan medical bedah.

Edisi 1. Salemba Medika. Jakarta.

Sjamjuhidajat, R & Jong, D.W, 2005.

Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. EGC.

Jakarta.

Smeltzer, S.C & Barre, B.G, 2002.

Buku ajar keperawatan medikal

bedah bruner & suddart. Edisi 2. Vol

1. EGC. Jakarta.

Smeltzer, S.C & Barre, B.G, 2002.

Buku ajar keperawatan medikal

bedah bruner & suddart. Edisi 2. Vol

3. EGC. Jakarta.

Solehati, T, 2008. ‘Pengaruh latihan

teknik benso relaksasi terhadap

intensitas nyeri dan kecemasan klien

post operasi section caesare di RS

Cibabat Cimahi dan RS San tika

Asih Bandung’. Tesis. Universitas

Indonesia. Jakarta.

Sugiyono, 2013. Memahami

penelitian kualitatif. Cetakan

kedelapan. Alfabeta. Bandung.

Sumantri, A, 2013. Metodologi

penelitian kesehatan. Edisi 1.

Kencana Prenada Media Group.

Jakarta.

Sutopo, H.B, 2006. Metodologi

penelitian kualitatif dasar teori dan

terapannya dalam penelitian. Edisi 2.

Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Tambunan, E, 2009. Panduan praktik

kebutuhan dasar manusia I berbasis

kompetensi. Salemba Medika. Jakarta.

Tamsuri, A, 2012. Konsep &

penatalaksanaan nyeri. EGC. Jakarta.

Waher, A, Salmond, S and Pellino, T,

2002. Orthopaedic nursing. Edisi 3.

PA. WB Saunders Co. Philadelphia.

Wirya I dan Sari M.D, 2013.

‘Pengaruh pemberian masase

punggung dan teknik relaksasi nafas

dalam terhadap penurunan intensitas

nyeri pada pasien post appendiktomi

di zaal C RS HKBP Balige tahun

2011’. Jurnal Keperawatan HKBP

Balige. Vol. 1. No. 1.

WHO, 2011. ‘Decade of action or

road safety: Indonesia’. diakses 6

November 2013.

<www.who.searo/int>.