PENGARUH REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR FIQIH SISWA MTs ISLAMIYAH CIPUTAT Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Ari Noer Khoiriyah NIM 111400110000063 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/ 1404 H
129
Embed
PENGARUH REWARD DAN PUNISHMENT - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43119/1/ARI NOER KHOIRIYAH.pdf · Reward dan punishment merupakan dua bentuk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH REWARD DAN PUNISHMENT
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR FIQIH SISWA
MTs ISLAMIYAH CIPUTAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh
Ari Noer Khoiriyah NIM 111400110000063
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/ 1404 H
i
ABSTRAK
Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Motivasi Belajar Fiqih Siswa
MTs Islamiyah Ciputat.
Kata Kunci : Reward dan Punishment, Motivasi Belajar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh reward dan
punishment terhadap motivasi belajar fiqih siswa. Penelitian ini dilaksanakan di
MTs Islamiyah Ciputat. Metode penelitian yang diguanakan adalah kuesioner
(angket). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random
sampling. Sampel penelitian berjumlah 30 siswa. Teknik analisis data dalam
penelitian ini yaitu analisis regresi liniear berganda. Analisis statistik
mendapatkan korelasi berganda antara reward dan punishment secara simultan
(bersama-sama) dan parsial (terpisah) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
motivasi belajar fiqih. Data diambil dari hasil analisis parsial dimana thitung X1 dan
thitung X2 lebih besar dari ttabel (3,812 dan 2,248 > 2,048) pada taraf signifikan 5%.
Hasil analisis simultan dimana fhitung lebih besar dari ftabel (16,134 > 3,35) pada
taraf signifikan 5%. Kemudian adjustend R square yaitu 0,544 atau 54,4%. Oleh
karena itu motivasi belajar fiqih di MTs Islamiyah Ciputat bisa dijelaskan oleh
kedua variabel independen yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan antara reward dan punishment terhadap motivasi belajar fiqih
siswa. Berikut hasil persamaan regresinya:
Y = 0, 2395 + X1 0,657 + X2 0,319
ARI NOER KHOIRIYAH
ii
ABSTRAC
Effect of Reward and Punishment Against Student Fiqh Motivation MTs
Islamiyah Ciputat.
Keywords: Reward, Punishment, Motivation
This study aims to detemine the effect of reward and punishment to the
students’ learning fiqh motivation. This study was conducted in MTs Islamiyah
Ciputat. The method used is questionnaire (questionnaire). Sampling was done using
random sampling technique.The research sample was 30 students. The date analysis
techniques in this study are multiple linear regression analysis. Statistical analysis
gets multiple correlastion between reward and punishment simultaneously
)simultaneously) and partially (partially) has a positive and significant effect on
learning fiqh motivation. Data is taken from partial analysis where t count X1 and t
count X2 sgreater than t table (3,812 and 2,248 > 2,048) at a significant level of 5%.
The result of simultaneous analysis where f count is greater than f table (16,134 >
3,35) at a significant level of 5%. Therefore the motivation to learn fiqh in MTs
Islamiyah Ciputat can be explained by the two independent variables used. This
showsthat there is significant influence between reward and punishment to the
students’ learninng fiqh motivation. Below the regression equation result:
Y = 0,2395 + X1 0,657 + X2 0,319
ARI NOER KHOIRIYAH
iii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الر حمن الر حيم
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil ‘aalamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmat, dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan skipsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW, yang selalu mencintai dengan kasih sayang Aamiin.
Alhamdulillah, atas karunia dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul PENGARUH REWARD dan
PUNISHMENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR FIQIH SISWA MTs
ISLAMIYAH CIPUTAT.
Terimakasih yang teramat banyak kepada orang tua tecinta Ayahanda
Mahdi Hidayat dan Ibunda Mursidah, atas segala pengorbanan dan kasih
sayang yang tercurahkan, yang telah mengajarkan penulis kebaikan, makna hidup,
dan telah mendidik penulis dengan kasih sayang sejak kecil.
Selama proses skripsi ini, penulis menyadari banyak kesulitan dan
hambatan yang dihadapi. Namun atas bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak
penulis dapat menyelesaikannya. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih juga kepada:
1. Prof. Dr. Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakata.
2. Dr. Abdul Majid Khon, MA Ketua Jurusan dan Dosen Penasihat
Akademik Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Marhamah Shaleh, Lc, MA Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Rusdi Jamil, M. Ag Dosen pembimbing Skripsi yang selalu
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis.
iv
5. Aep Saepullah, S. Pd Kepala Sekolah MTs Islamiyah Ciputat, yang telah
membeikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di MTs
Islamiyah Ciputat.
6. Drs. Aris Herdiana Guru Fiqih Kelas VII VIII IX di MTs Islamiyah
Ciputat, yang telah memberikan izin dan menyediakan waktu untuk
penulis teliti di MTs Islamiyah Ciputat.
7. Khopipatun Shofwa dan Abdul Rofi adik tersayang, serta keluarga besar
tersayang yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis.
8. Partner yang selalu memberi semangat, membantu, dan mendoakan
Syahruli.
9. Sahabat-sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan semangat,
kasih sayang, serta teman-teman seperjuangan PAI anggkatan 2014 UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya PAI B yang telah memberikan
semangat selama ini.
Serta semua pihak yang berjasa, mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dan
doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah
SWT. didunia dan akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya.
Jakarta,03 Desember2018
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRAC ............................................................................................................... ii
KATAPENGANTAR ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................... viii
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
F. Kegunaan Penelitian .................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Reward ............................................................ 8
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara, dan hal itu dapat dilaksanakan di dalam dan di luar sekolah
berlangsung seumur hidup.2
Proses pendidikan dikatakan seumur hidup sebab pendidikan adalah
kehidupan. Artinya, pendidikan adalah pengalaman belajar diberbagai
1 Syaifurrahman, DKK, Manajemen dalam Pembelajaran, (Jakarta: PT Indeks, 2013), h.
51. 2 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I, h.
5-8.
2
lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi
perkembangan individu.3
Pembelajaran merupakan suatu proses dimana berbagai pengalaman
diberikan dan dialami oleh siswa sehingga menghasilkan perubahan yang
relatif permanen pada tingkah laku baru yang nampak, melainkan ada
perubahan dalam segi kognitif maupun afektif yang belum atau tidak muncul
pada tingkah laku nyata.4
Untuk mendukung pendidikan dan proses pembelajaran agar tercapai
tujuan pendidikan, dibutuhkan motivasi yang tinggi untuk siswa. Motivasi
adalah kesiapan untuk belajar.5 Motivasi anak-anak untuk belajar terletak pada
pencapaian sukses di dalam sekolah. Karena kemajuan teknologi yang pesat,
basis pengetahuan yang selalu berubah dan kebutuhan tempat kerja yang
bergeser, motivasi terus-menerus untuk belajar menjadi ciri dari prestasi
individu sepanjang hayat mereka.6 Motivasi belajar timbul karena faktor
ekstrinsik dan intrinsik. Motivasi ekstrinsik, motivasi yang timbul karena ada
rangsangan dari luar, sementara motivasi intrinsik, dorongannya dari individu
itu sendiri tanpa ada dorongan dari luar.7
Pendapat diatas mengisyaratkan betapa pentingnya motivasi dalam
belajar, begitu pula pembelajaran fiqih perlu ada yang mendorong agar siswa
mau tekun belajar, sehingga terampil dalam melaksanakan pekerjaan yang
berkenaan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu motivasi perlu
ditanamkan kepada siswa, yang diharapkan dapat memberikan energi positif
siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.
3 Tatang Syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 27. 4 Fadhilah Suralaga, Dkk, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah, 2010), h. 94. 5 Wendy L. Ostroff, Memahami Cara Anak-anak Belajar, Terj. B. Endra Tanidjaja,
(Jakarta: PT Indeks, 2013), h. 7. 6 Paul Eggen, DKK, Strategi dan Model Pembelajaran, Terj. Hermawan, (Jakarta: PT
Indeks, 2012), h. 67. 7 Ade Yuliasari dan Nanang Indiarsa, Peran Dominan Moitvasi Intrinsik dan Motivasi
Ekstrinsik Siswa Putri dalam Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Futsal, Jurnal Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan, Vol. 01, 2013. h. 315.
3
Reward dan punishment merupakan dua bentuk alat dalam memotivasi
seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Kedua
alat pembelajaran ini sering digunakan dalam dunia pendidikan, tidak hanya di
dunia pendidikan Islam juga mengenal reward dan punishment sebagai pahala
dan dosa.
Dalam dunia pendidikan, kita sering menjumpai anak dengan karakter
yang berbeda-beda. Ada anak yang mudah dibina, dan ada yang sulit dibina,
sebagian anak ada yang giat belajar dan sebagian yang lain malas belajar,
sebagian mereka belajar untuk maju dan meraih cita-cita di masa depan dan
sebagian lain belajar hanya untuk terhindar dari hukuman. Pada pembelajaran
fiqih anak masih sulit dibina ketika pratik ibadah masih merasa malu dan
bermalas-malasan. Sikap anak tersebut hadir karena kurangnya peringatan
sejak dini dan apabila kita menyepelehkan kesalahan-kesalahan kecil dari anak
maka akan berakibat kesalahan yang besar.
Maka dari itu pembelajaran harus disajikan dengan alat pembelajaran
yang menarik yang melibatkan siswa secara aktif. Belum lagi Untuk itu
diperlukan alat belajar yang sesuai dan dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa salah satunya dengan menerapkan alat pembelajaran yaitu reward dan
punishment.
Reward adalah penghargaan, penghargaan disini adalah sesuatu yang
menyenangkan yang dijadikan sebagai hadiah bagi anak yang berprestasi baik
dalam belajar maupun sikap berperilaku.8 Sedangkan punishment adalah
hukuman, hukuman diberikan karena adanya pelanggaran yang dilakukan oleh
peserta didik yang dilakukan secara berulang-ulang maupun tidak.9
Di dalam al-Qur’an banyak ayat yang menjelaskan tentang
penghargaan atau reward dan hukuman. Reward dan hukuman ini di dalam
Islam dijadikan metode dakwah guna memotivasi umat Islam untuk selalu
8 Ramayulis, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta:P Kalam Mulia, 2015), h. 223.
9 Ibid, h. 223.
4
berperilaku amar ma’ruf nahi munkar (mengerjakan yang baik dan
meninggalkan yang buruk).
Ayat yang berkaitan dengan reward (reward) diantaranya Allah SWT
memberi reward pahala 10 kali lipat bagi orang yang berbuat baik agar
hambaNya termotivasi untuk selalu beramal shalih yaitu dalam al-Qur’an surat
al-An’am [6]: 160.
Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali
lipat amalnya dan Barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka Dia
tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang
mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).10
Adapun ayat yang berkaitan dengan punishment (hukuman) salah
satunya yang berbicara tentang hukuman bagi orang kafir, terdapat dalam
surat al-Anfal [8]: 13.
(Ketentuan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka
menentang Allah dan Rasul-Nya; dan Barangsiapa menentang Allah dan
Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya Allah Amat keras siksaan-Nya.11
10
Kemenag. RI, Al-Qur’an dan Terjemah Untuk Wanita, (Bandung, Oasis Terrace
Recident, 2012), h. 150. 11
Ibid., h. 178.
5
Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa reward dan punishment tidak
hanya terjadi di dunia pendidikan formal saja, di dalam kehidupan manusia
reward dan punishment diajarkan agar kita selalu termotivasi agar tujuan
hidup tercapai ke arah yang baik. Begitu juga dalam dunia pendidikan formal
reward dan punishment dijadikan alat pendidikan sebagai suatu tindakan atau
atau situasi yang sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan
menerapkan reward dan punishment ini diharapkan dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa sehingga siswa lebih antusias dalam belajar.
Dalam memberikan reward banyak guru yang tidak berhasil, karena
saat memberi ganjaraan kenyataannya masih banyak siswa yang iri hati
dengan siswa lain yang diberi reward. Juga dengan hukuman, hukuman adalah
hal yang lebih sensitif dibandingkan dengan reward, akhir-akhir ini dunia
pendidikan mendapat sorotan karena hukuman. Berita mengabarkan, guru di
Sampang menjadi korban kekerasan murid, karena pada saat pelajaran siswa
tidak mendengarkan pelajaran, dan justru mengganggu teman-temannya
dengan mencoret-coret lukisan temannya, kemudian sang guru memberi
hukuman yang baik dengan menegur si murid, tetapi murid justru semakin
menjadi-jadi, akhirnya guru memberi hukuman yang kedua dengan mencoret
bagian pipi siswa dengan lukisan dan siswa tidak terima hingga memukul guru
tersebut.12
Seorang guru memiliki peran penting untuk membangkitkan kembali
keinginan belajar siswa dan menertibkan siswa, pemberian rangsangan yang
diberikan oleh guru dapat membentuk motivasi siswa. Dengan adanya alat
pembelajaran berupa reward disini diharapkan bisa menimbulkan energi
dalam belajar dan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
dengan diberikan punishment diharapkan dapat menertibkan siswa yang dalam
proses belajar juga menjadikan perbaikan-perbaikan terhadap kesalahan
murid.
12
Lukman Hakim, “Guru di Sampang Meninggal Setelah dipukul Siswanya”, Sindo
News, Surabaya: 2 Februari 2018.
6
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “PENGARUH REWARD DAN PUNISHMENT
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR FIQIH SISWA MTs ISLAMIYAH
CIPUTAT”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Kurang maksimalnya penerapan reward terhadap siswa pada saat proses
pembelajaran.
2. Kurang maksimalnya penerapan punishment terhadap siswa pada saat
proses pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti memberikan pembatasan
masalah sebagai ruang lingkup dalam penelitian yang dilakukan, yaitu:
1. Penerapan reward sebagai upaya memotivasi belajar fiqih siswa di kelas
VIII MTs Islamiyah Ciputat
2. Penerapan punishment sebagai upaya memotivasi belajar fiqih siswa di
kelas VIII MTs Islamiyah Ciputat
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan reward dalam pembelajaran fiqih di MTs
Islamiyah Ciputat?
2. Bagaimana pelaksanaan punishment dalam pembelajaran fiqih di MTs
Islamiyah Ciputat?
3. Apakah reward dan punishment memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap motivasi belajar siswa di MTs Islamiyah Ciputat?
7
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan reward dalam pembelajaran fiqih di MTs
Islamiyah Ciputat?
2. Untuk mengetahui pelaksanaan punishment dalam pembelajaran fiqih di
MTs Islamiyah Ciputat?
3. Untuk menguji Pengaruh reward dan punishment terhadap motivasi
belajar motivasi belajar siswa di MTs Islamiyah Ciputat?
F. Kegunaan Penelitian
Suatu penelitian mempunyai harapan bahwa hasil dari penelitian akan
berguna bagi orang lain. Dalam penelitian ini ada beberapa kegunaan yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
Secara umum, penelitian ini memberikan sumbangan kepada dunia
pendidikan dalam pengajaran fiqih terutama dalam hal penggunaan alat
pembelajaran berupa reward dan punishment.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan khususnya yang
terkait dengan penggunaan alat belajar reward dan punishment.
b. Bagi Guru
Mendapat pengalaman menggunakan alat pembelajaran reward dan
punishment dan mendapat motivasi untuk terus berkreasi untuk
meningkatkan kualifikasi propesionalisme.
c. Bagi Siswa
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan kreatif,
memotivasi siswa membangun kepercayaan diri, serta
mengembangkan potensi siswa mengarah pada pembentukan
kemampuan sikap agar lebih mentaati peraturan disekolah maupun
diluar sekolah.
8
d. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan informasi bagi
pembenahan sistem belajar fiqih guna peningkatan motivasi belajar
siswa, profesionalisme guru dan pada akhirnya kualitas sekolah.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Dekripsi Teoretik
1. Tinjauan Tentang Reward
a. Pengertian Reward
Menurut Tatang S, “Reward adalah menawarkan hadiah bagi anak
didik yang melaksanakan berbagai perintah dan meningalkan larangan”.1
Reward juga dapat diartikan sebagai alat pendidikan represif yang
menyenangkan, reward disini diberikan kepada anak-anak yang
menunjukkan prestasi baik dalam prestasi belajarnya maupun prestasi
kepribadiannya seperti kelakuannya baik, kerajinannya, dan sebagainya.2
Menurut Ngalim Purwanto, reward disini merupakan salah satu alat
pendidikan, dimana alat ini untuk mendidik anak-anak agar anak
merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat
penghargaan. Umumnya anak mengetahui bahwa pekerjaan dan
perbuatannya yang menyababkan ia mendapatkanm reward yang
baik. Selanjutnya sebagai pendidik bermaksud dengan adanya reward
tersebut anak lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau
mempertinggi prestasi yang telah dapat dicapainya. Dengan
kata lain anak menjadi lebih keras kemauannya untuk bekerja atau
berbuat baik lagi.3
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan reward adalah
segala sesuatu berupa penghargaan yang menyenangkan yang diberikan
kepada siswa dari hasil pekerjaannya dalam pendidikan yang baik dengan
tujuan agar siswa selalu berbuat baik.
1Tatang S., Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 97.
2 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I, h. 60.
3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoreti dan Praktis, (Jakarta: Roda Karya, 2007), h
.182.
9
Jadi, penghargaan disini yang terpenting bukanlah hasilnya yang
dicapai oleh peserta didik melainkan bertujuan membentuk kemauan yang
tinggi serta kerja keras yang lebih dari hasil yang dicapai peserta didik.
reward bagi seorang pendidik mengajarkan kita untuk berbuat baik dan
berbudi luhur, dalam Islam juga mengenal adanya reward yakni berupa
pahala, pahala dapat diberikan kepada hamba Allah SWT yang
mengerjakan kebaikan, dijelaskan dalam al-Qur‟an al-Zalzalah [99] ayat
7:
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya
Dia akan melihat (balasan)nya.4
Di dalam al-Qur‟an juga dijelaskan bahwa kita dianjurkan untuk
selalu berbuat kebaikan, yaitu dalam Q.S al-Baqarah [2] ayat 261 yang
berbunyi:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (reward) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.5
4 Kemenag. RI, Al-Qur‟an dan Terjemah Untuk Wanita, (Bandung: Oasis Terrace Recident,
2012), h. 599. 5 Ibid., h. 44.
10
Ayat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Islam diperintahkan
untuk selalu berbuat baik, begitu juga dalam dunia pendidikan reward
dapat melatih anak untuk melakukan pekerjaan dan perbuatan yang baik
bagi siswa agar tujuan belajarnya tercapai, begitu juga bagi guru reward
dapat mengajarkan seorang guru berbuat kebaikan kepada murid,
menyayangi murid, dan melatih murid senantiasa berbuat baik. Reward
tidak hanya dijelaskan dalam dunia pendidikan, dalam Islam reward
dikenal sebagai pahala, pemberian reward dalam konteks pendidikan
dapat diberikan bagi siapa saja yang berprestasi dan lebih giat dalam
belajar sehingga siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk selalu
berusaha menjadi lebih baik lagi, sebagaimana yang telah dilakukan oleh
Rasulullah dalam sebuah hadis berikut:
اعة ت فضل عن عبد الله بن عمر أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال صلة الم صلة الفذ بسبع وعشرين درجة
Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam
bersabda,”Shalat berjama‟ah mengungguli shalat sendirian dua puluh
tujuh derajat. (H.R Bukhari dan Muslim)6
b. Jenis-jenis Reward
Reward tidak hanya diberikan semena-mena, guru harus bisa
memilah manakah reward yang baik diberikan kepada siswa. Sebagai alat
pendidikan banyak sekali macam-macam reward, disini ada beberapa
macam reward diantaranya :
6 „Aidh Al-Qorni, Bulughul Maram Hadis-hadis Pilihan Tentang Islam, (Jakarta: Qithi Press
2006), h.
11
1) Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu
jawaban yang diberikan oleh anak.
2) Guru memberikan kata berupa pujian seperti “Tulisanmu sudah baik
nak, kalau terus berlatih, tentu akan lebih baik lagi”.
3) Pekerjaan juga merupakan reward, misalnya ketika anak sudah cukup
baik mengerjakan satu soal, kemudian diberikan soal tambahan yang
lebih sukar.
4) Reward tidak hanya perorangan bisa diberikan kepada seluruh kelas,
dengan membolehkan mereka bernyanyi di dalam kela bersama, atau
pergi berdarmawisata.
5) Reward yang satu ini sering diberikan kepada anak yakni berupa
benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak, misalnya
penil, buku tuli, permen, atau makanan lainnya.7
Dari uraian diatas Reward bisa dilakukan dari hal yang paling
mudah dari menggunakan isyarat tubuh, kata-kata pujian,
pekerjaan/latihan, benda-benda, seni, wisata berpendidikan. Selain itu
macam-macam reward menurut Alisuf Sabri secara garis besar dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
Reward yang diberikan oleh pendidik kepada anak didik berupa: (a)
pujian, adalah bentuk reward yang paling mudah karena hanya
berupa kata-kata seperti baik sekali, bagus, atau dapat berupa kata-
kata sugesif “lain kali hasilnya akan lebih bagus lagi”, (b)
peghormatan, reward yang berbentuk penghormatan ini ada dua
macam, pertama beberbentuk semacam penobatan yaitu anak dapat
reward diumumkan di depan teman-temannya, kedua penghormatan
berbentuk pemberian kesempatan misalnya anak yang dapat
mengerjakan pr sulit disuruh mengerjakan di depan papan tulis agar
dilihat teman-temannya, (c) hadiah, reward yang diberikan dalam
bentuk barang seperti alat-alat keperluan sekolah misalnya pensil,
pulpen, penggaris atau dapat berbentuk barang seperti kaos, baju, alat
7 Ngalim Purwanto, op. cit., h.183.
12
permainan dan sebagainya. reward dalam bentuk barang ini sering
mendatangkan pengaruh negatif dalam belajar yaitu anak belajar
bukannya karena ingin mengejar pengetahuan tetapi semata-mata
karena ingin mendapat hadiah, akibatnya apabila dalam belajarnya
tidak memperoleh hadiah maka anak menjadi malas, (d) tanda
penghargaan, reward yang bukan dalam bentuk barang tetapi bentuk
surat/sertifikat sebagai simbol atas prestasi yang dicapai oleh si anak.
reward simbolis ini besar sekali pengaruhnya terhadap kehidupan
pribadi anak sehingga dapat menjadi pendorong bagi perkembangan
anak selanjutnya.8
Dari berbagai macam reward diatas, pendidik dapat menggunakan
reward dalam penerapan pembelajaran dikelas guna memancing motivasi
siswa dan memberi penghargaan kepada siswa, tentunya sebelum
memberikan reward pendidik harus mengerti karakter siswa terlebih
dahulu dan harus melihat kondisi yang baik pula saat memberikan
penghargaan. Selain menggunakan berbagai macam dalam memberikan
reward, ada hal-hal penting saat memberikan reward yakni syarat-syarat
dalam memberikan reward.
c. Syarat-syarat Reward
Banyak para ahli mengatakan bahwa reward itu dapat
menimbulkan persaingan yang tidak sehat pada murid-murid, oleh karena
itu pendidik harus memperhatikan beberapa syarat di bawah ini saat
memberi reward:
1) Saat memberi reward guru harus mengenal betul-betul murid-
muridnya dan tahu menghargai dengan tepat, sebab reward dan
penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang
tidak diinginkan.
2) Reward yang diberikan kepada anak janganlah menimbulkan rasa
cemburu atau iri hati bagi anak yang lain.
8 Alisuf Sabri, op.cit., h. 60-61.
13
3) Memberi reward hendaknya hemat, terlalu sering memberi reward
atau penghargaan akan menjadi hilang arti reward itu sebagai alat
pendidikan.
4) Ketika memberi rewardg, janganlah menjanjikan terlebih dahulu
sebab hanyalah akan membuat anak-anak berburu-buru dalam bekerja
dan akan membawa kesukaran-kesukaran bagi anak yang kurang
pandai.
5) Pendidik harus berhati-hati saat memberi reward, jangan sampai
reward yang diberikan anak-anak diterimanya sebagai upah dari jerih
payah yang dilakukannya.9
Agar reward dapat berjalan dengan baik dan benar, hendaknya
reward yang diberikan pendidik itu memenuhi syarat-syarat yang telah
dipaparkan diatas. Berdasarkan syarat-syarat diatas, dalam memberikan
reward seorang guru dan pihak sekolah tentunya mengetahui siapa yang
berhak diberikan reward, reward disini diberikan guru atau pihak sekolah
dengan cara yang bijaksana agar tidak timbul iri hati kepada siswa yang
lain, yang tidak mendapatkan reward.
d. Tujuan Pemberian Reward
Tujuan diadakan reward adalah sebagai berikut:
Reward bertujuan untuk mendidik anak-anak agar dapat merasa
senang karena perbuatannya mendapatkan penghargaan, kemudian dengan
adanya reward anak menjadi giat lagi dalam belajar, memperbaiki atau
mempertinggi prestasiyang telah dicapainya. Reward juga menjadikan
anak lebih keras lagi kemaunnya untuk berbuat yang lebih baik lagi,
9 Ngalim Purwanto, op. cit., h. 184.
14
sehingga terbentuk kata hati dan kemauan yang baik dan lebih keras lagi
terhadap anak.10
Kemudian reward dapat diartikan penghargaan terhadap usaha
atau kerja keras dan prestasi yang telah dicapai oleh anak didik, selain itu
juga reward (reward) diadakan untuk penguatan positif agar anak didik
dapat memperkuat usahanya sehingga dapat mempertahankan dan
meningkatkan prestasi yang dicapai.11
Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa reward
diadakan bertujuan untuk:
1) Reward bertujuan untuk memotivasi anak agar anak selalu berbuat
baik dan menyadari anak disetiap perbuatan baiknya itu memiliki
reward.
2) Reward bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi
yang telah dicapai anak didik.
2. Tinjauan Tentang Punishment
a. Pengertian Punishment
Menurut Tatang. S, “Punishment dapat diartikan menetapkan sanksi
hukum yang bersifat mendidik bagi semua anak didik yang melanggar
peraturan, baik dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan sekitarnya”.12
Hukuman merupakan alat pendidikan terakhir dilakukan apabila
teguran dan peringatan tidak mampu lagi untuk mencegah terjadinya
pelanggaran, hukuman dilakukan dengan sengaja dan secara sadar kepada
anak didik yang melakukan suatu kesalahan, agar anak didik tersebut
10
Ibid., h. 182. 11
Alisuf Sabri, op.cit., h. 60. 12
Tatang S., op. cit., h. 97.
15
menyadari kesalahannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak
mengulanginya.13
Dalam dunia pendidikan Islam melarang keras adanya hukuman
yang bersifat keras dan kekasaran terhadap subyek didik, karena paksaan
terhadap fisik di dalam upaya pendidikan sangat membahayakan subyek
didik, terutama anak-anak yang masih kecil. Salah satu tokoh pendidikan
Islam, Ibnu Khaldun seorang ahli dari Islam yang mengecam, bahkan anti
kekerasan dan kekasaran dalam pendidikan. Menurutnya, hukuman dalam
pendidikan belum tentu menjadi alat yang efektif, tetapi sebaliknya justru
menjadi semakin besarnya efek negative dalam diri peserta didik.14
Islam mengenal punishment sebagai larangan dan dosa, di dalam al-
Qur‟an banyak ayat yang menjelaskan punishment (hukuman), salah
satunya yaitu al-Qu‟an surat al-Zalzalah [99 ] ayat 8:
Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.15
Kemudian Islam melarang keras kepada umatnya berbuat dosa,
sesuai dengan yang dijelaskan dalam al-Qur‟an surat al-An‟am [6] ayat
120:
13
Aliuf Sabri, op. cit., h. 57. 14
Warul Walidin, Konstelasi Pemikiran Pedailgogik Ibnu Khaldun Perspektif Pendidikan
Modern, (Yogyakarta: Suluh Press, 2005), Cet. II, h. 105-106. 15
Kemenag., op. cit., h. 599.
16
Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi.
Sesungguhnya orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi
pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang mereka telah
kerjakan.16
Kedua ayat tersebut menjelaskan dalam Islam punishment itu ada
jika seseorang melakukan perbuatan dosa, begitu juga dalam dunia
pendidikan punishment ada karena anak didik telah melanggar peraturan
yang tidak sesuai dengan norma, dengan adanya punishment mengajarkan
kita akan kesadaran untuk meninggalkan hal-hal yang buruk dan
memotivasi diri untuk selalu berbuat kebaikan.
Dalam dunia pendidikan punishment atau hukuman dijatuhkan atas
perbuatan-perbuatan yang jahat atau buruk yang telah dilakukan peserta
didik. Semua orang bisa bebas memberi hadiah atau reward tetapi tidak
semua orang bebas menghukum peserta didik. Menghukum disini hanya
diberikan kepada seorang yang mempunyai fungsi khusus, seperti hakim,
orang tua, dan guru. Karena dari hukuman ini berakibat lebih berat
dibandingkan dengan reward atau hadiah oleh karenanya hukuman adalah
perbuatan yang selalu mendapat pengawasan (dikontrol), baik oleh undang-
undang dan peraturan, maupun oleh masyarakat atau badan-badan
kemasyarakatan yang memang bertugas untuk hal tersebut.17
Oleh karena itu sebagai salah satu seseorang yang berhak
memberikan hukuman, pendidik tidak semena-mena dalam menghukum
sebab semua selalu diawasi oleh undang-undang maupun masyarakat,
belum lagi dalam dunia pendidikan di zaman sekarang banyak orang tua
yang tidak terima dengan hukuman yang diberikan dari pihak sekolah.
16
Ibid., h. 143. 17
Ngalim Puranto, op. cit., h. 186-187.
17
Sebagai pendidik kita harus lebih hati-hati dalam memberi hukuman,
tentunya hukuman tersebut harus bersifat mendidik, dan memperhatikan
perbedaan-perbedaan yang dimiliki peserta didik, ada peserta didik
memiliki tempramen yang tenang, adapula yang memiliki emosional yang
tinggi. Berdasarkan perbedaan prilaku tersebut sebagai seorang guru
berbeda pula memberi punishment terhadap murid, mungkin ada yang
hanya diberikan sindiran saja, ada yang diberikan bentakan, semua
punishment tentunya diberikan sesuai dengan tingkat kesalahan. Sesuai
dengan sabda Rasul di bawah ini:
عن عمرو بن شعيب عن ابيو عن جده عبد اهلل بن عمرو عن رسول اهلل نة فال ص انو سئل عن الثمر المعلق ف قال: ما ر متخذ خب اصاب من ذي حاجة غي
و شيء عليو. و من خرج بشيء منو ف عليو غرامة مث ليو و العقوبة. و من سرق شيئا من القطع ب عد ان ي ؤويو الجرين ف ب لغ ثمن المجن ف عليو و من سرق دون ذلك ف عليو .
غرامة مث ليو و العقوبة. النسائىDari „Amr bin Syu‟aib, dari ayahnya, dari kakeknya yakni „Abdullah bin
„Amr, dari Rasulullah SAW, bahwasanya beliau pernah ditanya tentang
buah yang dicuri ketika masih di pohon, beliau bersabda, “Bila seseorang
mencuri buah karena terpaksa, maka ia tidak dikenakan hukuman apapun,
selagi ia tidak membawanya pulang. Tetapi barangsiapa yang membawa
pulang, maka ia dikenakan denda dua kali lipat dari harga barang yang
dicurinya, dan diberi hukuman sebagai peringatan. Dan barangsiapa yang
mencuri buah yang telah berada di tempat penjemuran, sedangkan buah
18
yang dicuri itu harganya mencapai harga sebuah perisai, maka tangannya
harus dipotong. Tetapi barangsiapa yang mencurinya kurang dari itu,
maka ia dikenakan denda dua kali lipat dan harus diberi hukuman sebagai
peringatan”.18
(HR. Nasaiy)
b. Macam-macam Punishment
Sebaiknya dalam memberikan hukuman jangan menggunakan
hukuman badan, dan jangan menggunakan hukuman perasaan sebab hal itu
dapat menggangu hubungan kasih sayang antara pendidik dan anak didik.19
Bahkan juga sering terjadi jika hukuman perasaan dan hukuman badan
dilakukan dapat mengganggu hubungan baik antara pendidik dengan wali
murid, banyak yang terjadi orang tua tidak terima jika anaknya diberi
hukuman di sekolah, dan jangan sampai hukuman mengganggu psikologi
anak di sekolah misalnya trauma atau malu karena di ejek oleh teman.
Seharusnya dalam memberikan hukuman harus disesuaikan dengan
tingkat perkembangan anak, berikut ada tiga macam hukuman yang
disesuaikan perkembangan anak:
1) Hukuman Asosiatif
Hukuman Asosiatif yaitu mengasosiasikan antara hukuman dan
anak didik yang diakibatkan oleh hukuman yang dilakukan.
Untuk menyingkirkan hukuman tersebut, biasanya peserta didik
menjauhi perbuatan yang tidak baik atau yang dilarang.
2) Hukuman Logis
Hukuman ini dipergunakan kepada anak-anak yang telah besar.
Diadakan hukuman anak mengerti bahwa hal itu terjadi sebab
dari pekerjaan atau perbuatan yang tidak baik. Anak mengerti
18
„Aidh Al-Qorni, op. cit., h. 373. 19
Aliuf Sabri, op. cit., h. 58.
19
bahwa ia mendapat hukuman itu akibat dari kesalahan yang
diperbuatnya.
3) Hukuman Normatif
Hukuman normatif adalah hukuman yang bermaksud
memperbaiki moral anak-anak. Hukuman ini dilakukan
terhadap pelanggaran-pelanggaran mengenai norma etika,
seperti berbohong, menipu, dan mencuri. Dengan adanya
hukuman ini pendidik berusaha mempengaruhi kata hati anak,
menginsafkan anak terhadap perbuatannya yang salah, dan
memperkuat perlakuannya untuk selalu berbuat baik.20
Disamping itu hukuman dapat dibedakan menjadi dua macam
yakni:
1) Hukuman alam
Yang menyebab anak itu rusak yaitu masyarakat dan manusia itu
sendiri. Maka dari itu anak didik biarlah alam yang
menghukumnya. Seperti anak bermain pisau kemudian tersayat
tangannya, anak yang bermain di air kotor kemudian gatal-gatal.
Ditinjau secara pedagogis hukum alam ini tidak mendidik, karena
tidak dapat mengetahui norma-norma etika. Anakpun tidak dapat
berkembang kearah cita-cita dan tujuan pendidikan. Hukuman alam
itu sangat membahayakan bagi dunia pendidikan bahkan
membinasakan.
2) Hukuman yang disengaja
20
Ngalim Purwanto, op. cit., h. 190.
20
Hukuman ini lawan dari hukum alam, ia dilakukan sengaja dan
bertujuan. Seperti contoh hukuman yang dilakukan oleh si pendidik
terhadap anak didik.21
c. Syarat-syarat Punishment yang pedagogis
Menurut Ngalim Purwanto, syarat-syarat hukuman yang
pedagogis itu ialah: (a) hukuman hendaknya dapat dipertanggung
jawabkan. berarti hukuman tidak boleh dilakukan dengan
sewenang-wenang. biarpun dalam hal ini seorang guru atau
orang tua agak bebes menetapkan hukuman yang akan diberikan
kepada anak didik. tetapi harus pada batasan-batasan yang
ditentukan oleh pendapat umum, (b) hukuman itu sedapatnya
bersifat memperbaiki berarti bahwa ia harus memiliki nilai didik,
(c) hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau balas dendam
yang bersifat persorangan karena hukuman ini dapat memberikan
hubungan tidak baik antar peserta didik dan pendidik, (d) jangan
menghukum pada waktu kita marah, kemungkinan besar
hukuman itu tidak adil atau berat, (e) hukuman harus standar dan
sudah diperhitungkan atau dipertimbangkan terlebih dahulu, (f)
bagi si terhukum atau anak, hukuman dirasakan sebagai
kedukaan, karena dengan hukuman anak menyesal dan merasa
bahwa untuk sementara waktu ia merasakan kehilangan kasih
sayang pendidiknya, (g) jangan melakukan hukuman badan
sebab dilarang oleh negara, tidak sesuai dengan keprimanusiaan,
dan merupakan penganiayaan terhadap makhluk. dengan
hukuman badan tidak meyakinkan adanya perbaikan pada si
terhukum tetapi hanya menimbulkan dendam dan sikap suka
melawan, (h) hukuman tidak boleh merusakkan hubungan baik
antara si pendidik dan anak didiknya, hukuman diadakan yang
dapat dimengerti dan dipahmi oleh anak, (i) kesanggupan
memberi maaf dari si pendidik, agar dapat terhindar perasaan
atau sakit hati yang mungkin timbul pada anak.22
Kemudian ada beberapa persyaratan penting yang harus
diperhatikan oleh pendidik diantaranya sebagai berikut:
21
Ibid., h. 190-191. 22
Ibid., h. 191-192.
21
1) Hukuman harus diberikan atas dasar cinta kasih sayang. Bukan karena
benci ataupun balas dendam atau karena ingin menyakiti anak. Tetapi
pendidik menghukum demi kebaikan anak dan masa depan anak.
2) Hukuman diberikan karena keharusan, karena sudah tidak bisa lagi
ditegur dan diperingati maka alat pendidikan yang terakhir dilakukan
adalah hukuman.
3) Memberikan hukuman harus memberikan kesan kesadaran dan
penyesalan dalam hati anak didik, dengan hukuman anak menjadi
insyaf, menyadari kesalahannya. Jangan sampai hukuman memberikan
kesan negatif seperti rasa putus asa, rendah diri, atau benci kepada
pendidiknya.
4) Hukuman akhirnya harus diikuti dengan pemberian ampunan, setelah
anak didik selesai diberi hukuman guru harus terbebas dari rasa yang
menjadi beban batin anak sehingga anak dapat melaksanakan tugasnya
dengan perasaan lega. Kemudan pendidik memberi kepercayaan kepada
anak didik bahwa anak tersebut akan mampu berbuat baik.23
d. Tujuan Pemberian Punishment
Punishment atau hukuman perlu dilakukan, tentunya sesuai dengan
syarat dan ketentuan hukuman dalam dunia pendidikan. Semua tidak
semata-mata dilakukan, ada berbagai dasar dan tujuan mengenai perlunya
pemberian hukuman, yaitu sebagai berikut:
1) Memperbaiki kesalahan yang diperbuat oleh peserta didik.
2) Mengganti kerugiaan akibat perbuatan peserta didik.
3) Melindungi masyarakat atau orang sekitar agar tidak mengikuti
perbuatan yang salah.
23
Aliuf Sabri, op. cit., h. 58-59.
22
4) Menjadikan anak didik takut mengulangi perbuatan yang mereka yang
salah.24
Maksud dan tujuan seseorang dalam memberikan hukuman itu
berbeda-beda, hal ini berkaitan erat dengan pendapat orang tentang teori-
teori hukuman di bawah ini:
1) Teori Pembiasaan
Teori ini muncul paling tertua, ia menjelaskan bahwa diadakan
hukuman ialah sebagai pembalasan dendam terhadap keburukan dan
pelanggaran yang telah dilakukan oleh peserta didik. Teori ini di dalam
dunia pendidikan di sekolah tidak dibolehkan.
2) Teori Perbaikan
Teori ini menjelaskan, hukuman diadakan membasmi kejahatan. Yaitu
untuk memperbaiki si terhukum agar tidak mengulang kesalahan yang
sama. Teori ini bersifat pedagogis karena bermaksud memperbaiki,
baik lahiriyah maupun bathiniyah.
3) Teori Perlindungan
Menurut teori ini hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat dan
anak didik dari kejahatan-kejahatan dan perbuatan-perbuatan yang
tidak wajar.
4) Teori Ganti Kerugian
Teori ini dilakukan datang dalam masyarakat dan pemerintahan, sebab
hukuman ini diadakan untuk mengganti kerugian-kerugian yang telah
diderita akibat dari kejahatan-kejahatan atau pelanggaran. Dalam dunia
pendidikan teori ini masih belum cukup, sebab dengan hukuman ganti
24
Ibid., h. 58.
23
rugi ini anak merasa tidak bersalah karena kesalahannya itu telah
terbayar.
5) Teori Menakut-nakuti
Teori menakut-nakuti diadakan untuk menimbulkan rasa takut kepada
si pelanggar, sehingga ia marasa akan selalu takut untuk melakukan
perbuatan yang merugikan itu dan mau meninggalkannya. Teori ini
masih membutuhkan perbaikan, sebab anak meninggalkan keburukan
dikarenakan takut, bukan atas kesadaran atau keinsafan.25
Dari uraian diatas dapat disimpulkan tiap pendidik memberikan
hukuman dengan tujuan yang berbeda-beda, tentunya tujuan tersebut
mengarahkan kepada kebaikan anak didiknya agar selalu berbuat baik dan
meninggalkan hal yang buruk agar tujuan pembelajaran tercapai. Dan pada
tiap-tiap teori diatas masih belum lengkap karena hanya mencakup satu
aspek saja, tiap-tiap teori diatas saling membutuhkan kelengkapan dari
teori-teori lain.
Dengan singkat, dapat kita katakan bahwa tujuan pedagogis dari
pemberian hukuman adalah untuk memperbaiki tabiat dan tingkah laku
anak didik, untuk mendidik anak ke arah kebaikan.
e. Konsep Hukuman dalam Pendidikan Islam Perspektif Abdullah
Nashih Ulwan
Seorang pendidik yang sadar akan selalu berusaha menciptakan
pembelajaran yang efektif, dan kaidah-kaidah pendidikan yang
berpengaruh guna mempersiapkan akidah dan akhlak anak untuk
membentuk ilmu.
25
Ngalim Purwanto, op. cit., h. 188.
24
Menurut Abdullah Nashih Ulwan kaidah-kaidah yang berpengaruh
terhadap akidah dan akhlak anak untuk membentuk ilmu adalah sebagai
berikut:
1) Pendidikan dengan teladan
2) Pendidikan dengan pembiasaan
3) Pendidikan dengan nasihat
4) Pendidikan dengan memberi perhatian
5) Pendidikan dengan memberi hukuman26
Apabila kita mendengar kata “hukuman” pasti mengandung unsur
negatif. Akan tetapi Abdullah Nashih Ulwan memiliki cara yang efektif
agar orang dewasa maupun anak-anak mendapat pelajaran atau makna
yang dapat membuat mereka paham bahwa hukuman dapat membimbing
seseorang ke arah yang lebih baik lagi. Beliau membedakan antara
hukuman orang dewasa dengan anak-anak karena ada batas-batas antara
keduanya.
Hukuman bagi orang dewasa meliputi: hudud dan ta‟zir sedangkan
hukuman bagi anak meliputi: terapi bertahap (dari yang ringan ke yang
berat), yaitu dengan lemah lembut, melihat karakter anak, terapi bertahap
(pengarahan, isyarat, kecaman, boikot, dan pukulan).
1) Hudud
Abdullah Nashih Ulwan mengatakan bahwa “Hudud adalah hukuman
yang telah ditentukan oleh syariat yang merupakan hak Allah ta‟ala.
Hudud tersebut meliputi: hukuman bagi orang murtad, bagi orang
26
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Pendidikan Anak dalam Islam, Terjemahan
Emiel Ahmad, (Jakarta: Khatulistiwa Press, 2013), h. 363.
25
membunuh, bagi orang yang mencuri, menuduh orang berzina, membuat
kerusakan di Bumi, dan peminum khamr”.27
Hukuman bagi orang yang murtad yaitu dibunuh, hukuman bagi orang
yang membunuh manusia adalah dibunuh, hukuman bagi orang yang
mencuri adalah dipotong tangannya, hukuman bagi yang menuduh orang
baik-baik berzina adalah dicambuk delapan puluh kali dan kesaksiannya
tidak diterima, hukuman bagi orang yang berzina adalah dicambuk
seratus kali bagi yang belum menikah, sedangkan yang sudah menikah
ialah dirajam hingga mati, hukuman bagi orang yang membuat
kerusakan di bumi adalah dibunuh atau disalib atau dipotong kaki dan
tangannya bersilang atau di usir (diasingkan), hukuman bagi peminum
khamr adalah dicambuk empat puluh hingga delapan puluh kali.28
2) Ta‟dzir
Hukuman yang tidak ditentukan oleh syariah sebagai hak Allah, atau
hukuman bagi manusia yang melakukan pelanggarn yang tidak ada
ketentuan had dan kafarat (penghapusannya). Hukuman diberikan untuk
perbaikan bagi umat. Di sini hakimlah yang menentukan hukuman yang
sesuai, bisa hanya dengan celaan, pukulan, penjara, atau dengan
penyitaan29
.
Adapun hukuman yang diberikan kepada anak-anak adalah
sebagai berikut:
1) Lemah lembut
Diriwayatkan dalam Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad, “Kalian harus
bersikap lemah lembut dan hindari bersikap keras dan keji”.
Apabila pendidik bersikap lemah lembut kepada anak didik maka anak
didik akan mendengarkan ucapan pendidik dan biasanya komunikasi
27
Ibid., h. 435. 28
Ibid., h. 435-436. 29
Ibid., h. 437.
26
dengan cara ini membuat anak mengerti dan memahami maksud yang
disampaikan pendidik.
2) Memperhatikan karakter anak yang bersalah sebagai dasar
pemberlakuan hukuman
Nabi mengajarkan apabila peserta didik melakukan kesalahan kita harus
tahu dahulu karakter anak, karakter anak ada yang tenang damai, tapi
ada juga yang mosional dan agresif.
3) Terapi bertahap dari yang ringan ke yang berat
Metode yang diberikan Rasulullah dalam menghukum anak melalui
tahapan berikut:
a) Memperbaiki kesalahan dengan pengarahan
Setelah memberi kasih sayang dan perhatian kepada seorang anak,
maka pemberian pengarahan dan nasihat dalam mendidik anak
adalah suatu yang harus diperhatikan seorang pendidik, terlebnih
kepada anak permpuan, para pendidik hendaknya tidak
menggunakan kekerasan apalagi sampai memukul wajah, juga tidak
mencaci dan menjelekkan anak didik. Jika anak didik melakukan
kesalahan maka langkah awal ialah memberi nasihat dan
pengarahan.
b) Memperbaiki kesalahan dengan isyarat
Rasulullah mengajarkan kepada anak agar ketika anak tersebut
bersalah maka hukumannya dengan menggunakan isyarat. Isyarat
disini bisa menggunakan mimik muka , mimik muka yang tidak
biasanya akan membuat anak mengerti bahwa apa yang dilakukan
anak itu salah dan akan memperbaiki kesalahannya dengan bertanya
atau mencari tahu sendiri penyebabnya.
c) Memperbaiki kesalahan dengan kencaman
27
Ulwan berpendapat bahwa ketika anak melakukan kesalahan maka
boleh dengan menggunakan celaan karena jika menggunakan celaan
dapat memperbaiki sifat seseorang yang sering mencela orang lain.
d) Menunjukkan kesalahan dengan boikot
Rasulullah dan para sahabat memberi hukuman boikot untuk
memperbaiki kesalahan dan meluruskan penyimpangan mereka agar
kembali kepada kebenaran. Diboikot disini yaitu didiamkan saja agar
kesalahan yang ia lakukan memang salah dan harus diperbaiki. Bila
perlu memang dijauhi dan jangan bergaul lagi sebelum kesalahan
diperbaiki. Akan tetapi ketika orang yang diboikot sudah menyadari
kesalahannya dan meminta maaf maka sebagai umat Islam yang baik
memang harus dimaafkan.
e) Memperbaiki kesalahan dengan pukulan
Ulwan mengatakan sanksi pukulan adalah salah satu cara yang telah
ditetapkan oleh Islam. Namun, cara ini ditetapkan pada tahap akhir
setelah nasihat dan boikot sudah tidak lagi mempan. Fungsi
rangkaian urutan ini adalah agar pendidik tidak menggunakan cara
yang lebih keras, maka pendidik tidak boleh menggunakannya
kecuali bila seluruh cara lain untuk melakukan dan memperbaiki
ternyata gagal. Sedangkan Rasulullah tidak perna sekalipun
memukul wanita.30
3. Persamaan dan Perbedaan Reward dan Punishment
a. Persamaan Reward dan Punishment
Reward dan punishment memiliki tujuan yang sama yaitu ingin
mengubah tingkah laku anak. Respon poitif seperti reward bertujuan agar
tingkah laku yang sudah baik (bekerja, belajar, berprestasi, dan memberi)
itu frekuensinya akan berulang dan terus bertembah. Sedangkan respon
30
Ibid., h. 439-442
28
yang negatif seperti hukuman bertujuan agar prilaku yang kurang baik itu
frekuensinya berkurang atau hilang.31
b. Perbedaan Reward dan Punishment
Perbedaan reward dan punishment adalah reward dalam proses
belajar mengajar dipelukan hadiah untuk menghargai hasil pekerjaan
siswa, pemberiaan penghargaan psikologis akan berpengaruh terhadap
tingkah laku anak. Sedangkan punishment diberikan anak karena telah
melanggar aturan seperti mencuri, menyontek, tidak mengerjakan tugas,
datang terlambat dan lain-lain, yang akan berpengaruh terhadap orang
yang menerima hukuman.32
4. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi adalah kesiapan untuk belajar.33
Motif dan motivasi itu
tidak dapat dipisahkan. Motif merupakan suatu tenaga potensial untuk
terjadinya prilaku atau tindakan, sedangkan motivasi merupakan proses
pengarahan dan penguatan motif itu untuk diaktualisasikan dalam
perbuatan nyata. Dalam kaitannya dengan prilaku maka motif dan
motivasi ini tidak dapat dipisahkan.34
Motivasi menurut para ahli pendidikan tentunya berbeda-beda,
berikut pengertian motivasi dijelaskan:
31
Alfattory Rheza Syahrul, Reward, Punishment terhadap Motivasi Belajar Siswa IPS
Terpadu Kls VIII MTsN Punggasan, Jurnal Curricula, Vol. 2, 2017, h. 3. 32
Ibid., h. 3. 33
Wendy L. Ostroff, Memahami Cara Anak-anak Belajar, Terj. B. Endra Tanidjaja, (Jakarta:
PT Indeks, 2013), h. 7.
34 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h.
27.
29
1) Menurut Zakiah Darajat, yang dikemukakan oleh S. Nasution, “To
Motivate a child to arrange condition so that the wants to do what he is
capable doing”.35
Memotivasi murid adalah menciptakan kondisi
sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat
dilakukan.
2) Menurut Salahudin, yang dikemukakan oleh Hasan Langgulung,
“Motivasi adalah keadaan psikologis yang merangsang dan
memberikan arah aktivitas manusia. Motivasi itulah yang
menggerakkannya dan membimbing ke arah tujuan dan aktivitas-
aktivitas seseorang”.36
3) Menurut salahudin, yang dikemukakan oleh M. Utman Najati,
“Motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan kegiatan
dalam diri makhluk hidup memotori tingkah laku serta
mengarahkannya pada suatu tujuan atau berbagai tujuan”.37
Dari berbagai penjelasan di atas mengenai pengertian motivasi,
sebagai seorang guru senantiasa mampu mempelajari bagaimana
melaksanakan motivasi secara efektif. Tentunya sebagai seorang guru
memotivasi murid dengan kesabarannya, pemahaman bagaimana
memotivasi murid, dan memotivasi dengan ketulusan hati. Tidak hanya
guru saja orang tua juga berperan untuk memberi panduan kepada anak,
bahwa motivasi dalam pendidikan Islam dapat membangun peradaban dan
kehidupan semua makhluk merupakan wawasan yang rahmatan lil
„alamin, yaitu memberikan kemaslahatan bagi kehidupan seluruh makhluk
ciptaan Allah, dan tidak ada yang makhluk yang tersakiti dari kreativitas
yang peserta didik kembangkan.
35
Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
Cet. 1, h. 140. 36
Anas Salahudin, dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis
Agama dan Budaya), (Jakarta: Pustaka Setia, 2013), h. 330. 37
Ibid., h. 330.
30
Menurut Trianto, “belajar bukan sesuatu yang benar-benar belum
diketahui tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah
ada dengan pengetahuan baru”.38
Sedangkan Menurut Slameto, “belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.39
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan
dengan tujuan dan bahan acuan interaksi baik yang bersifat nyata maupun
tersembunyi, dalam pembelajaran tersebut siswa menggunakan
kemampuan pada ranah, kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan
dengan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesi, dan
evaluasi. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi,
yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap,
organisasi, dan pembentukan pola hidup. Psikomotorik yaitu kemampuan
yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan,
gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian
pola gerak dan kreativitas.40
Jadi, motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan prilaku, motivasi
belajar adalah poses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan
pelaku.
38
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), h.
15. 39
Slameto, belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
h. 2. 40
Syaifurrahman, Dkk, Manajemen Dalam Pembelajaran, (Jakarta: PT Indeks, 2013), h. 55-
56.
31
b. Jenis-jenis Motivasi
1) Jenis motivasi berdasarkan fungsinya
a) Motif Intrinsik, yaitu motif yang muncul tanpa perlunya
reward atas perbuatan, dan tidak perlu hukuman untuk tidak
melakukannya. Misalnya siswa tekun belajar karena sadar akan
pentingnya belajar. Motif ini tanpa perlu rangsangan dari luar.
41 Macam-macam motivasi intrinsik terdiri dari aspek perasaan,