Page 1
PENGARUH REMINISCENCE THERAPY TERHADAP TINGKAT STRES
PADA LANSIA DI PSTW UNIT BUDI LUHUR, KASONGAN, BANTUL,
YOGYAKARTA
Naskah Publikasi
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas MuhammadiyahYogyakarta
Disusun Oleh:
NIKEN AYU ARUMSARI
20100320133
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
Page 4
Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap Tingkat Stress pada Lansia di
PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta
Niken Ayu Arumsari1, Sutantri2, Suharsono3.
Karya TulisIlmiah, ProgramStudiIlmu KeperawatanUniversitas
Muhammadiyah Yogyakarta
INTISARI
Latar Belakang: Data dari Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
(2010) menunjukkan bahwa prevalensi jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di
Indonesia yang berusia 60 tahun keatas berjumlah sekitar 7,18%. Pada tahun 2020
diperkirakan jumlah lansia di Indonesia akan meningkat sebesar 28,8 juta (11,34%)
dengan usia harapan hidup 71 tahun. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan
propinsi dengan lansia terbanyak yaitu sekitar 9,36% dari total pendudukdi
Indonesia. Orang-orang yang berusia lanjut merupakan populasi rentan yang mudah
mengalami stress. Reminiscence Therapy adalah suatu metode yang berhubungan
denganmemori, berguna untuk meningkatkankesehatan mental dankualitashidup
lansia.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan tingkat stress pada
lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental,
dengan menggunkan rancangan penelitian yang bersifat quasi eksperimen dengan
rancang pretest-posttest with control group design dengan jumlah sampel berjumlah
38 orang lansia yang terbagi atas dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling. Analisis yang akan dilakukan dengan uji statistik Paired Sample T-Test
dan Independent Sample T-Tes.
Hasil Penelitian: Tingkat stress lansia pada kelompok intervensi mengalami
penurunan yang signifikan setelah mendapatkan intervensi berupa Reminiscence
Therapysebanyak 3,47 poin (p=0,005), dan pada kelompok kontrol terdapat
peningkatan yang bermakna sebanyak 2,32 poin (p=0,004). Hasil uji statistik kedua
kelompok setelah postest didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna dengan
nilai p value 0,000.
Kesimpulan: Reminiscence Therapy berpengaruh secara signifikan dapat
meningkatkan menurunkan tingkat stress pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur,
Kasongan, Bantul, Yogyakarta
KataKunci: Reminiscence Therapy, lansia, stress
1 Mahasiswa PSIK Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UMY
2Dosen PengajarPSIKUMY
3Dosen PengajarPSIKUMY
Page 5
The Effect of Reminiscence Therapy on Level of Stress in the Elderly at PSTW
Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta
Niken AyuArumsari1, Sutantri
2, Suharsono
3
Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas
MuhammadiyahYogyakarta
ABSTRACT
Background: The data from Coordinating Ministry for People's Welfarein 2010
showed that the prevalence ofthe population of elderly in Indonesia who have an
aged over 60 years amounted to approximately 7.18%. In 2020, estimated number of
elderly in Indonesia would increased became 28.8million (11.34%) with a life
expectancy of 71years. Special Regionof Yogyakarta(DIY) was a province with has a
highest elderly which is about 9.36% of the total population in Indonesia. The
elderly was a vulnerable population that susceptibled to stress. Reminiscence
therapyis a method that is associated with memory, useful for improving mental
health and quality of life ofthe elderly.
Objective:This study aimed to reduce the level of stress in the elderly in PSTW Unit
Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta
Methods:This study used an experimental research method, by using the research
desiged was quasi-experimental design with pretest-posttest control group design
with the number of samples were 38 elderly peoples, it divided into twogroups: the
intervention group and the control group. The sampling technique using purposive
sampling. The analysis would carried outwith the statistical test Paired SampleT-
Test and Independent Sample T-Test.
Results:Elderly stress levels in the intervention group has a significant decreased
after gave an intervention Reminiscence Therapyas much as 3.47 points (p =0.005),
and the control group has a significantly increased as much as 2.32 points (p
=0.004). The results of statistical tests both groups after posttest showed that there
were significant differences with p value of 0.000.
Conclusion: Reminiscence Therapy has an effect can significantly decrease the level
of stress in the elderly at PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta.
Keywords: Reminiscence Therapy, elderly, stress
1Students of PSIK Faculty of Medicine and Health Sciences in University
Muhammadiyah of Yogyakarta 2Teachers of PSIK UMY
3Teachers of PSIK UMY
Page 6
LATAR BELAKANG
Prevalensi jumlah lansia di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat1.
Menurutdata dari Kementrian Bidang Kesejahteraan Rakyat2, penduduk lansia di
Indonesia merupakan nomor empat terbesar di dunia setelah China, India, dan
Amerika. Di Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan propinsi
dengan lansia terbanyak yaitu sekitar 9,36% dari total pendudukdi Indonesia3.
Pada tahun 2006 jumlah lansia di Indonesia berjumlah kurang lebih 19 juta orang,
dengan usia harapan hidup 66 tahun. Pada tahun 2009 jumlah lansia sebanyak
14.439.967 jiwa (7,18%) dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi
23.992.553 jiwa (9,77%) sementara pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20
juta jiwa (9,51%), dengan usia harapan hidup 67 tahun dan pada tahun 2020
diperkirakan akan meningkat sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan
hidup 71 tahun2.
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia dewasa tua yang dimulai
setelah masa pensiun atau pada usia 65-75 tahun4. Meskipun jumlah lansia besar
namun tetaplah menjadi kaum minoritas di lingkungannya karena akibat dari
sikap sosial yang tidak menyenangkan. Faktor yang menyebabkan lansia sebagai
kaum minoritas adalah usia lanjut merupakan periode kemunduran, terjadinya
perubahan fisik, dan kurangnya adaptasi lansia yang buruk pada lingkungannya5.
Keterbatasan dan perubahan yang muncul pada lansia seperti bergantung
kepada orang lain, proses untuk mencari nafkah terhenti dan sulit untuk
berinteraksi secara luas menjadikan sumber masalah dan keputusasaan ketika
seorang lansia tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi perubahan-perubahan
tersebut6. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut menyebabkan lansia
mudah mengalami stres5.
Stres adalah suatu respons adaptif terhadap situasi yang dirasakan
menantang atau mengancam kesehatan seseorang7. Insidensi stres di Indonesia
pada tahun 2008 tercatat sebesar 10% dari total penduduk Indonesia. Tingginya
tingkat stres umumnya diakibatkan oleh tekanan ekonomi atau kemiskinan8.
Stres pada lansia dapat diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu masalah yang
disebabkan oleh perubahan hidup dan kemunduran fisik, Kedua, mengalami
kesepian yang disebabkan oleh putusnya hubungan dengan orang-orang yang
Page 7
paling dekat dan disayangi, dan post power syndrome, hal ini banyak dialami
lansia yang baru saja mengalami pensiun, kehilangan kekuatan, penghasilan dan
kebahagiaan9.
Untuk mengatasi stres, diperlukan terapi psikofarmaka dan psikoterapi yang
tepat. Anti-cemas dan anti-depresi diberikan sebagai terapi medik dan psikoterapi
untuk keperawatan jiwanya. Ada beberapa terapi yang dapat digunakan untuk
mengurangi tingkat stres, seperti terapi kognitif10
, SEFT11
, terapi warna hijau12
,
dan reminiscence13
.
Reminiscence Therapy adalah suatu metode yang berhubungan dengan
memori, berguna untuk meningkatkan kesehatan mental dan kualitas
hidup.Reminiscence Therapy tidak hanya kegiatan mengingat peristiwa masa lalu
tetapi juga merupakan proses yang terstruktur secara sistematis dan berguna
untuk merefleksikan kehidupan seseorang untuk mengevaluasi ulang,
menyelesaikan konflik dari masa lalu, menemukan makna kehidupan, dan menilai
koping adaptif sehingga akan memotivasi seseorang dan sebagai upaya untuk
menyelesaikan masalah13
.
METODOLOGI
Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu pemberian
intervensi berupa Reminiscence Therapy pada lansia. Penelitian yang dilakukan
merupakan studi intervensi dengan rancang pretest-posttest control group design.
Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia yang tinggal di PSTW Unit Budi
Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel ini
menggunakan Purposive Sampling yaitu cara penetapan sampel berdasaran
kriteria inkusi dan eksklusi14
. Sampel diambil sebanyak 38 responden yang
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kontrol yang masing-
masing berjumlah 19 orang.
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat stress pada lansia di PSTW
Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Tingkat stres lansia diukur saat
pre-test dan post-test. Hasil pengukuran dikategorikan dengan skala rasio.
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner DASS 42 (Deppression Anxiety Stress
Scale) terkait stress yang terdiri dari 14 pertanyaan15
.
Ujistatistikyang digunakan untuk mengetahui perbedaan peningkatan
pengetahuan sebelum dan setelah diberikan intervensi berupa Reminiscence
Page 8
Therapy adalah Paired t-test (Uji Parametrik) karena distribusidata yang
digunakannormal. Untuk mengetahuidan membandingkan hasilpengukuran pola
asuh pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol digunakan ujiindependent
t-test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden dalam penelitian ini berjumlah 38 orang lansia yang tinggal di
PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Dari 38 orang lansia ini
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 19 orang pada kelompok intervensi dan 19
orang pada kelompok kontrol.
Tabel 1.
Distribusi Karakteristik Lansia pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta (N=38)
Variabel Kategori Intervensi
(n=19)
Kontrol (n=19) Jumlah
N % N % N %
Jenis
Kelamin
Laki-laki 8 42,2 8 42,2 16 42,2
Perempuan 11 57,8 11 57,8 22 57,8
Usia 45-59 tahun 0 0 0 0 0 0
60-74 tahun 13 68,4 8 42,1 21 55,3
75-90 tahun 6 31,5 10 52,6 16 42,1
>90 tahun 0 0 1 5,3 1 2,6
Status
Perkawinan
Belum
Menikah
0 0 1 5,3 1 2,6
Menikah 4 21 3 15,8 7 18,4
Janda/ Duda 15 79 15 79 30 79
Riwayat
pendidikan
Tidak Sekolah 0 0 12 63,2 12 31,6
SD atau
Sederajat
10 52,6 3 15,8 13 34,2
SMP atau
Sederajat
4 21 3 15,8 7 18,4
SMA atau
Sederajat
4 21 1 5,2 5 13,2
Perguruan
Tinggi
1 5,4 0 0 1 2,6
Riwayat
Pekerjaan
Tidak Bekerja 2 10,6 1 5,2 3 7,9
PNS/TNI/POL
RI
1 5,2 3 15,8 4 10,5
Petani 6 31,6 12 63,2 18 47,3
Pegawai
Swasta/Buruh
10 52,6 5 26,4 15 34,3
Alasan
Masuk Panti
Kemauan
Sendiri
6 31,6 10 52,6 16 42,7
Kemauan 12 63,2 7 36,8 18 47,4
Page 9
Keluarga
Alasan Lain 1 5,2 2 10,6 3 7,9
Lama
Tinggal di
Panti
0-5 tahun 15 79 18 94,7 32 84,2
6-10 tahun 2 10,5 1 5,3 4 10,5
>10 tahun 2 10,5 0 0 2 5,3
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel diatas diketahui bahwa
jenis kelamin secara keseluruhan paling banyak adalah perempuan yakni 22 orang
(57,8%). Menurut BPS-RI16
, angka harapan hidup penduduk perempuan
Indonesia lebih tinggi dibanding laki-laki; yaitu sekitar 72,9 tahun sedangkan
angka harapan hidup untuk penduduk laki-laki hanya sekitar 69 tahun.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa usia responden paling banyak
berusia 60-74 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usialansia berada pada
kelompok lanjut usia (elderly) yaitu usia antara 60 sampai 74 tahun. Menurut
WHO, kelompok umur rata-rata usia responden 74,79 tahun berada pada
kelompok lansia (elderly).
Status perkawinan lansia paling banyak adalah dengan status janda/duda
yaitu 30 orang (79%). kesejahteraan sosial lansia pada masa tuanya adalah
keberadaan pasangan hidup. Pasangan hidup memiliki fungsi sebagai supporting
dalam berbagai hal misalnya emosi, problem solving, keuangan, maupun
pengasuhan17
. Pada saat ditinggalkan oleh pasangan, lansia mengalami rasa
kesepian, kebosanan sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan fisik
dan kesehatan jiwa18
.
Status perkawinan lansia paling banyak adalah dengan status janda/duda
yaitu 30 orang (79%). kesejahteraan sosial lansia pada masa tuanya adalah
keberadaan pasangan hidup.Pasangan hidup memiliki fungsi sebagai supporting
dalam berbagai hal misalnya emosi, problem solving, keuangan, maupun
pengasuhan17
.Pada saat ditinggalkan oleh pasangan, lansia mengalami rasa
kesepian, kebosanan sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan fisik
dan kesehatan jiwa18
.
Riwayat pendidikan lansia paling banyak adalah tamatan SD atau
sederajat yaitu sebanyak 13 orang (34,2%). Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka semakin bagus pula mekanisme koping yang digunakan untuk
beradaptasi dengan stressor begitupun sebaliknya. Kesadaran untuk mencari dan
mengakses informasi menyebabkan personal control meningkat sehingga individu
Page 10
dapat merubah lifestyle, beradaptasi dengan stressor dan survive dengan
hidupnya21
.
Riwayat pekerjaan lansia paling banyak adalah bekerja sebagai petani
yaitu sebanyak 18 orang (47,3%). Pendapatan yang rendah berdampak pada
peningkatan stressor psikososial, penurunan status kesehatan, dan buruknya
kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan merupakan salah satu faktor
terjadinya gangguan mental20
.
Alasan lansia masuk panti paling banyak adalah kemauan keluarga yaitu
sebanyak 18 orang (47,4%) dan lama tinggal lansia dipanti secara keseluruhan
memiliki rata-rata tinggal selama 3,39 tahunPara lansia yang dititipkan oleh
keluarganya dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa ketidakmauan keluarga
dalam merawat lansia, serta sibuknya anak maupun saudaranya merupakan faktor
yang menyebabkan lansia dititipkan di panti sosial. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya stress pada lansia antara lainputusnya hubungan dengan
orang-orang yang paling dekat5 dan disayangi serta ketidakpedulian keluarga
terhadap lansia9. Namun berdasarkan penelitianLestari (2012), sebagian besar
alasan lansia masuk ke panti atas kemauan sendiri.Hal ini disebabkan karena
lansia sudah tidak mempunyai keluarga lagi19
.
Tabel 2.
Distribusi frekuensi tingkat stresspada kelompok intervensi dan kontrol sebelum
diberikan Reminiscence Therapy.
Tingkat Stres Pre-test kelompok
Intervensi
Pre-test kelompok Kontrol
N % N %
Normal 12 63,2 10 52,6
Ringan 2 10,5 4 21,1
Sedang 0 0 0 0
Berat 3 15,8 4 21,1
Sangat Berat 2 10,5 1 5,3
Total 19 100 19 100
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa tingkat stress pada
kelompok intervensi saat pretest sebelum diberikan Reminiscence Therapy yang
terbanyak adalah tingkat stress dalam rentang normal yaitu 12 orang (63,2%),
sedangkan tingkat stress pada kelompok kontrol saat pretest paling banyak yaitu
tingkat stress dalam rentang normal yaitu sebanyak 10 orang (52,6%).
Page 11
Tabel 4
Distribusi frekuensi tingkat stress pada kelompok intervensi setelah mendapat
Reminiscence Therapydan kelompok kontrol yang tidak mendapat Reminiscence
Therapy
Tingkat
Stres
Post-test kelompok
Intervensi
Post-test kelompok
Kontrol
N % N %
Normal 17 89,5 6 31,6
Ringan 0 0 0 0
Sedang 1 5,3 7 36,8
Berat 1 5,3 5 26,3
Sangat
Berat
0 0 1 5,3
Total 19 100 19 100
Sumber: Data Primer, 2014
Tabel diatas menunjukkan tingkat stress pada kelompok intervensi setelah
diberikan Reminiscence Therapy selama 3 sesi. Dari hasil postest, diketahui bahwa
tingkat stressresponden paling banyak adalah tingkat stressdalam rentang normal
yaitu sebanyak 17 orang (89,5%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak
diberikan Reminiscence Therapy diketahui bahwa tingkat stress responden paling
banyak adalah tingkat stress sedang yaitu sebanyak 7 orang (36,8%).
Tabel 5
Analisa Sebelum dan Sesudah dilakukanReminiscence Therapy pada kelompok
intervensi dan kontrol pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan,
Bantul, Yogyakarta dengan uji Paired Samples T-test (N=38)
Variabel Kelompok Mean
Sebelum
Mean
Sesudah
Mean
Selisih
SD
Selisih
P Value
Tingkat Stress Intervensi 7,47 4,00 3,47 2,406 0,005
Kontrol 8,26 10,58 -2,32 1,2 0,004
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 5, menjelaskan bahwa uji statistik yang dilakukan pada
kelompok intervensi terdapat penurunan tingkat stres yang bermakna setelah diberi
Reminiscence Therapy sebesar 3,47 poin (8,3%) dengan p value sebesar 0,005
Comment [S1]: Penjelasan sama seperti yang dibawah
Page 12
(P<0,05). Pada kelompok kontrol yang tidak diberi Reminiscence Therapy, tingkat
stress mengalami peningkatan sebesar 2,32 poin (5,5%) dengan p value sebesar
0,004 (P<0,05).
Tabel 6
Perbandingan Hasil Posttest antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
terhadap Tingkat Stress lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul,
Yogyakarta dengan Uji Independent Sample T-test (N=38)
Variabel Tingkat
Stress
Mean T Hitung df p value
Kelompok Intervensi 4,0000
5,302 36 0,000
Kelompok Kontrol 10,5789
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 8, menunjukkan bahwa nilai probabilitas sig (2-tailed)
sebesar 0,000 (p<0,05), nilai ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok intervensi yang diberi Reminiscence Therapy dengan
kelompok kontrol yang tidak diberi Reminiscence Therapy.
KESIMPULANDAN SARAN
A. Kesimpulan
Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pemberian intervensi berupa
Reminiscence Therapy terhadap penurunan tingkat stress pada lansia di PSTW
Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta.
B. Saran
Pemberian Reminiscence Therapy sebagai terapi penurun stress ini sangat mudah,
murah, dan efektif sehingga pengelola PSTW dapat menerapkannya di Panti
Sosial sebagai kegiatan rutinsehingga harapannya dapat meningkatkan kualitas
hidup lansia di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nugroho (2008). Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran EGC: Jakarta
2. Situs Resmi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2010.
Peraturan Perundang-Undangan Tentang Lanjut Usia. Retrivied 28 Desember
2013
Page 13
3. Wahyuningsih, M. (2011). Ini Dia 5 Provinsi dengan Jumlah Lansia Paling
Banyak. Detik Health. Diakses dari http://www.detikhealth.com pada 28
Desember 2013
4. Potter, P A, Perry, A G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik, Vol. 1. E/4. EGC: Jakarta.
5. Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011) .Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik).
Yogyakarta: Graha Ilmu.
6. Indriana, Yeniar.,Kristiana, Ika Febrian., Sonda, Andrewinata A., Intanirian,
Annisa.(2010).Tingkat Stres lansia di Panti Wreadha “Pucang Gading”
Semarang. Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, No. 2, Oktober 2010
7. Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi, Andi, Yogyakarta
8. Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
9. Hidayati, L.N. (2009). Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Depresi
pada Lansia di Kelurahan Daleman Tulung Klaten. Skripsi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
10. Yusuf U, Setianto L. (2013). Efektifitas “Cognitive Behavior Therapy”
terhadap Penurunan Derajat Stress. Retrieved 3 Juli 2014. Mimbar, Vol. 29,
No. 2 hal 175-186.
11. Yuswikarini, Saraswati Eva. (2010). Terapi SEFT untuk Menurunkan Tingkat
Stres Pada Lansia Penderita Hipertensi. Thesis di Universitas
Muhammadiyah Malang
12. Devi, P.S., Sawitri, K.A., Nurhesti, P.O.Y.(2012). Pengaruh Terapi Warna
Hijau Terhadap Stress pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana
Seraya Denpasar. Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Retrivied 28 Juni 2014
13. Chen, ting-ji., Li, Hui-jie., and Li, Juan., (2012). The effects of Reminiscence
Therapy on Deppresive symptoms of Chinese elderly: study protocol of a
randomized controlled trial. Retrieved Febuary 12, 2014. BMC Psychiatry
14. Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung
Alfabeta.
15. Damanik, Evelina Debora. (2011). The Measurement of Reliability, Validity,
Items Analysis and Normative Data of Depression Anxiety Stress Scale
(DASS). Thesis di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Indonesia.
Page 14
16. Badan Pusat Statistik (2010), Pedoman Pencacahan Susenas Kor 2010. BPS,
Jakarta.
17. Papalia, D.E., Olds, S.W & Feldman, R.D.(2008). Human development (9th
ed).New York: Mc Graw Hill
18. Sigurdardottir, S. H., et al. (2012). Needs and care of older people living at
home in Iceland. Scandinavian Journal of Public Health, 40, 1–9
19. Lestari, Dhian Ririn. (2012). Pengaruh terapi Telaah Pengalaman Hidup
terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Martapura dan Banjarbaru Kalimantan Selatan. Thesis pada Keperawatan
Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Jurusan Magister Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia, Indonesia.
20. Rogers, Richard G., Everett, Bethany G., Zajacova, Ana., Hummer, Robert A.,
(2010). Educational Degrees and Adult Mortality Risk in The United States.
Retrieved 28 Juni 2014. NIH Public Access.
21. Sriwattanakomen et al., (2010). A Comparison of The Frequencies of Risk
Factors for Depresion in Older Black and White Participants in a Study of
Indicated Prevention. Internal Psychogeriatrics (2010), 22:8, 1240-1247 C
International Psychogeriatrics Associations. Retrived 28 Juni 2014.
http://search.proquest.com/psyarticles/docview
Page 15
PENGARUH REMINISCENCE THERAPY TERHADAP TINGKAT STRES
PADA LANSIA DI PSTW UNIT BUDI LUHUR, KASONGAN, BANTUL,
YOGYAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana
Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
HALAMAN JUDUL
Disusun oleh:
NIKEN AYU ARUMSARI
20100320133
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
Page 17
iii
MOTTO KEHIDUPAN
“Our parents are the greatest gift in a life”
“Sesungguhya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali
kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang pada diri mereka”
(Ar-ra’du:11)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan”
(al-insyirah:5)
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar”
(AnNisa 3:146)
“Jangan pikirkan kegagalan kemarin, hari ini sudah lain, sukses pasti
diraih selama semangat masih menyengat”
(Mario teguh)
“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah”
(Lessing)
"Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important thing is not to stop questioning"
(Albert Einsttein)
“To get a success, your courage must be greater than your fear”
“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru
yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik”
(Evelyn Underhill)
“Many failures in life because people don’t realize how close they were to success when they gave up”
(Thomas Alva Edison)
Page 18
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Yang Pertama dan Utama dari Segalanya,
Sembah sujud serta syukur Kepada Allah SWT. Atas limpahan kasih sayang, cinta, dan
Rahmat-Mu telah menjadikan hamba-Mu yang lemah ini untuk menjadi hamba yang kuat
akan ujian yang telah Engkau rencanakan untuk hamba. Berkat kasih sayang dan cinta-Mu
ya Allah yang telah membekali hamba dengan ilmu yang sangat berharga inis ebagai amal
yang tidak akan berakhir. Atas kerunia serta kemudahan yang terus Engkau berikan pada
hamba sehingga hamba dapat menyelesaikan KTI ini. Sholawat dan salam selalu terlimpah
kepada kekasih tercinta Allah: Rasulullah Muhammad SAW, yang mana telah mengajarkan
banyak kebaikan kepada para umatnya.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.
Bapak dan Ibu tercinta,
Dengan penuh air mata kutuliskan rasa terima kasih dan sayanku kepada Bapak (M. Fajar
Muafif) dan Ibu (Sri Winarti); sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terimakasih yang tak
terhingga kupersembahkan karya ini untukmu yang telah memberikanku bekal dalam hidup,
member kasih sayang yang tak akan pernah habis, selalu mendoakanku setiap waktu dan
menyempurnakan setiap doaku. Sebuah karya ini tidak akan dapat membalas semua jasa dan
pengorbanan kalian yang selalu berjuang demi anakmu ini. Untuk Bapak danIbu yang selalu
menjadi pemacu motivasiku, pelega dalam setiap masalahku, penasehat dalam setiap
perbuatanku, dan pemberi contoh teladan untukku, terimakasih yang tulus kuucapkan
untukmu.
Kedua Adikku,
Kintan Ayu Kartika Putri dan Anggun Prameswari Kartika Putri, bersama kalian selalu
menyenangkan walaupun sering bertengkar dan berselisih paham tapi itulah yang menjadikan
warna didalam keluarga kita yang tidak bisa tergantikan. Terima kasih untuk semua doa,
dukungan, dan motivasinya selama ini baik dukungan material maupun emosional yang
menjadikan aku semangat untuk segera menyelesaikan KTI ini. Aku sayang kalian.
Page 19
v
My Best Ever,
Satriya Cahaya Hutama. Terimakasih atas segala bantuan, dukungan, motivasi, semangat,
serta doanya selama ini.Maaf udah ngrepotin, anter buat urus sana-sini ini-itu dari pagi
hingga malam hari. Semoga kelak kita akan menjadi orang yang berhasil dan membuat bangga
kedua orang tua kita. Amin..
My Friends,
Buat sahabat-sahabatku yang selalu kalian banget: Ninndut, Dhatu, Nophy, Anna, Ebb,
Zulfa, Vira,Abun,Wulan, Lingga,Rahma, dan Asty. Terimakasih banyak atas motivasi,
dukungan, semangat,dan candaannya selama 4 tahun ini (semoga bisa long lasting yaa).
Seneng, sedih, galau, marah, nangis, dan ngambek-ngambekannya udah pernah kita rasain
bareng. Satu kata buat kalian, YOU’RE ROCK!\m/
Buat teman satu bimbingan yang luar biasa: Selvy, Ayu, Intan, Diyanah, Eliana, Ramdhan,
dan Dhani; mungkin tanpa kalian KTI ini tidak akan selesai jika tidak ada dukungan,
motivasi, dan doadari kalian semua.
Buat keluarga PSIK UMY 2010 :terima kasih atas kebaikan, dukungan, motivasi dan doa
kalian semua selama kita kuliah bersama di PSIK UMY ini. Tawa dan canda yang selalu
berhasil sebagai moodbooster dikala down. Moment kuliah 4 tahun takkan pernah akan bisa
dilupakan, serta akan selalu dirindukan.
Page 20
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Niken Ayu Arumsari
NIM : 20100320133
Program Studi : S1 Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam DaftarPustaka di bagian akhir
Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah
ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 11 Agustus 2014
Yang membuat pernyataan,
Tanda tangan
Niken Ayu Arumsari
Page 21
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia dan hidayah-
Nya, dan Sholawat senantiasa tercurahkan kepada Rasullullah Muhammad SAW.
Atas kemudahan dan rahmat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan baik.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh derajat sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Adapun judul dari Karya
Tulis Ilmiah ini adalah: “PENGARUH REMINISCENCE THERAPY
TERHADAP TINGKAT STRESS PADA LANSIA DI PSTW UNIT BUDI
LUHUR, KASONGAN, BANTUL, YOGYAKARTA”
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada berbagai pihak yang selama ini telah memberikan dukungan, bantuan,
bimbingan dan doanya daam menyelesaikan laporan karya tulis ilmiah ini. Untuk
itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Page 22
viii
2. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep,.Sp.Mat.,HNC selaku Kaprodi
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. Ibu Sutantri, S.Kep., Ns., M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis
selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
4. Bapak Suharsono, MN selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak
saran, masukan, bimbingan serta kritik agar lebih baik untuk karya tulis
ilmiah ini
5. Para Dosen dan Asisten dosen yang telah mengajarkan ilmu yang
bermanfaat kepada penulis.
6. Seluruh Karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
7. Keluarga tercinta yang telah membantu penulis dengan doa dan dukungan
dalam berbagai hal.
8. Rasa terima kasih juga saya sampaikan kepada semua karyawan dan lansia
di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta yang telah
bersedia membantu dalam penelitian ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan bantuan, masukan,
kritikan dan saran-saran.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini dan
penyelesaian karya tulis ilmiah yang tidak dapat penulis ucapkan satu
persatu.
Page 23
ix
Kesempurnaan adalah harapan, penulis hanya dapat berusaha semaksimal
mungkin untuk membuat laporan karya tulis ilmiah ini lebih bermutu. Oleh karena
itu, dengan kerendahan hati penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam
pengerjaan laporan penelitian ini. Semoga hasil karya kecil ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Yogyakarta, 11 Agustus 2014
Penulis
Niken Ayu Arumsari
Page 24
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN KTI ...................................................................... ii
MOTTO KEHIDUPAN ................................................................................... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................................. vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
KETERANGAN GAMBAR ............................................................................ xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv
INTISARI ......................................................................................................... xvi
ABSTRACT ....................................................................................................... xvii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
1. Tujuan Umum ................................................................................ 6
2. Tujuan Khusus ............................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
E. Penelitian Terkait ................................................................................. 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 10
A. Landasan Teori ..................................................................................... 10
1. Lansia ............................................................................................. 10
a. Definisi ..................................................................................... 10
Page 25
xi
b. Batasan Lanjut Usia ................................................................. 11
c. Tugas Perkembangan Lansia.................................................... 12
d. Tipe-tipe Lansia ....................................................................... 12
2. Proses Menua ................................................................................. 13
a. Definisi ..................................................................................... 13
b. Teori-teori tentang penuaan ..................................................... 14
c. Aspek-aspek yang mempengaruhi penuaan ............................. 15
3. Stres ................................................................................................ 16
a. Definisi ..................................................................................... 16
b. Etiologi ..................................................................................... 16
c. Jenis-jenis stres ........................................................................ 19
d. Manifestasi klinis ..................................................................... 19
e. Tingkat stres ............................................................................. 20
f. Tahapan stres ............................................................................ 20
g. Stres pada lansia ....................................................................... 22
h. Penatalaksanaan Stress ............................................................. 23
4. Reminiscence Therapy ................................................................... 25
a. Definisi ..................................................................................... 25
b. Manfaat .................................................................................... 26
c. Tipe-tipe kelompok .................................................................. 26
d. Media........................................................................................ 27
e. Penatalaksanaan ....................................................................... 27
B. Kerangka Konsep ................................................................................. 30
C. Hipotesis ............................................................................................... 31
BAB III
METODE PENELITIAN ................................................................................. 32
A. Desain penelitian .................................................................................. 33
B. Populasi dan sampel penelitian ............................................................ 33
C. Lokasi dan waktu penelitian................................................................. 34
1. Lokasi ............................................................................................. 34
2. Waktu ............................................................................................ 34
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 34
E. Definisi Operasional ............................................................................ 34
1. Tingkat stres pada lansia ................................................................ 34
2. Reminiscence Therapy ................................................................... 34
F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 35
G. Cara Pengumpulan Data dan Cara Kerja ............................................. 36
H. Uji Validitas dan Realibilitas ............................................................... 38
Page 26
xii
I. Analisis data......................................................................................... 38
1. Analisis Univariat........................................................................... 38
2. Analisis Bivariat ............................................................................. 38
J. Kesulitan penelitian ............................................................................. 39
K. Etik penelitian ...................................................................................... 39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 40
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 40
1. Gambaran umum lokasi penelitian ................................................. 40
2. Karakteristik penelitian .................................................................. 41
3. Tingkat stress lansia ....................................................................... 43
4. Perubahan tingkat stress lansia ....................................................... 44
B. Pembahasan
1. Analisis Univariat........................................................................... 45
a. Karakteristik Responden .......................................................... 45
b. Tingkat Stress pada Lansia....................................................... 50
2. Analisis Bivariat ............................................................................. 51
a. Perubahan Tingkat Stress Lansia saat Pretest dan Posttest ..... 51
b. Perbedaan Hasil Posttest pada Kedua Kelompok .................... 53
C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian
1. Kekuatan ........................................................................................ 55
2. Kelemahan...................................................................................... 56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 57
A. Kesimpulan .......................................................................................... 57
B. Saran ..................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59
LAMPIRAN ..................................................................................................... 64
Page 27
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Desain Penelitian .............................................................................. 32
Tabel 2. Definisi Operasional .......................................................................... 34
Tabel 3. Distribusi Karakteristik Lansia pada Kelompok Intervensi dan
Kontrol di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul,
Yogyakarta....................................................................................... 42
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Stress pada Kelompok Intervensi
Sebelum dan Sesudah ...................................................................... 43
Tabel 5. Distribusi frekuensi tingkat stress pada Kelompok Kontrol saat
Pretest dan Posttest ......................................................................... 44
Tabel 6. Analisa Sebelum dan Sesudah dilakukan Reminiscence
Therapy pada kelompok intervensi dan kontrol pada lansia di
PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta
dengan uji Paired Samples T-test .................................................... 44
Tabel 7. Perbedaan Hasil Posttest antara Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol terhadap Tingkat Stress lansia di PSTW
Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta dengan Uji
Independent Sample T-test .............................................................. 45
Page 28
xiv
KETERANGAN GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian “Pengaruh Reminiscence Therapy
terhadap penurunan tingkat stress pada lansia di PSTW Unit Budi
Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta .................................................... 30
Page 29
xv
DAFTAR SINGKATAN
APBD: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Depkes RI: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Depsos: Departemen Sosial
DIY: Daerah Istimewa Yogyakarta
GDS: Geriatric Depression Syndrome
Lansia: Lanjut Usia
KMS: Kartu Menuju Sehat
MMSE: Mini-Mental State Examination
PSTW: Panti Sosial Tresna Wredha
UU: Undang-undang
WHO: World Health Organization
Page 30
xvi
Arumsari, Niken Ayu. (2014). Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap
Tingkat Stress pada Lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul,
Yogyakarta
Pembimbing:
Sutantri, S. Kep., Ns., M.Sc
INTISARI
Latar Belakang: Data dari Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat (2010) menunjukkan bahwa prevalensi jumlah penduduk lanjut usia
(lansia) di Indonesia yang berusia 60 tahun keatas berjumlah sekitar 7,18%. Pada
tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia di Indonesia akan meningkat sebesar 28,8
juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71 tahun. Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) merupakan propinsi dengan lansia terbanyak yaitu sekitar 9,36% dari total
penduduk di Indonesia. Orang-orang yang berusia lanjut merupakan populasi
rentan yang mudah mengalami stress. Reminiscence Therapy adalah suatu metode
yang berhubungan dengan memori, berguna untuk meningkatkan kesehatan
mental dan kualitas hidup lansia.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan tingkat stress pada
lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental,
dengan menggunkan rancangan penelitian yang bersifat quasi eksperimen dengan
rancang pretest-posttest with control group design dengan jumlah sampel
berjumlah 38 orang lansia yang terbagi atas dua kelompok yaitu kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling. Analisis yang akan dilakukan dengan uji statistik
Paired Sample T-Test dan Independent Sample T-Tes.
Hasil Penelitian: Tingkat stress lansia pada kelompok intervensi mengalami
penurunan yang signifikan setelah mendapatkan intervensi berupa Reminiscence
Therapy sebanyak 3,47 poin (p=0,005), dan pada kelompok kontrol terdapat
peningkatan yang bermakna sebanyak 2,32 poin (p=0,004). Hasil uji statistik
kedua kelompok setelah postest didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna
dengan nilai p value 0,000.
Kesimpulan: Reminiscence Therapy berpengaruh secara signifikan dapat
meningkatkan menurunkan tingkat stress pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur,
Kasongan, Bantul, Yogyakarta
Kata kunci: Reminiscence Therapy, lansia, stress
Page 31
xvii
Arumsari, Niken Ayu. (2014). The Effect of Reminiscence Therapy to the Level
of Stress in Elderly in PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul,
Yogyakarta
Advisor:
Sutantri, S.Kep., Ns., M.Sc
ABSTRACT
Background: The data from Coordinating Ministry for People's Welfare in 2010
showed that the prevalence of the population of elderly in Indonesia who have an
aged over 60 years amounted to approximately 7.18%. In 2020, estimated number
of elderly in Indonesia would increased became 28.8 million (11.34%) with a life
expectancy of 71 years. Special Region of Yogyakarta (DIY) was a province with
has a highest elderly which is about 9.36% of the total population in Indonesia.
The elderly was a vulnerable population that susceptibled to stress. Reminiscence
therapy is a method that is associated with memory, useful for improving mental
health and quality of life of the elderly.
Objective: This study aimed to reduce the level of stress in the elderly in PSTW
Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta
Methods: This study used an experimental research method, by using the research
desiged was quasi-experimental design with pretest-posttest control group design
with the number of samples were 38 elderly people, it divided into two groups: the
intervention group and the control group. The sampling technique using
purposive sampling. The analysis would carried out with the statistical test Paired
Sample T-Test and Independent Sample T-Test.
Results: Elderly stress levels in the intervention group has a significant decreased
after gave an intervention Reminiscence Therapy as much as 3.47 points (p =
0.005), and the control group has a significantly increased as much as 2.32 points
(p = 0.004). The results of statistical tests both groups after posttest showed that
there were significant differences with p value of 0.000.
Conclusion: Reminiscence Therapy has an effect can significantly decrease the
level of stress in the elderly at PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul,
Yogyakarta.
Keywords: Reminiscence Therapy, elderly, stress
Page 32
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan dalam bidang kesehatan, sosial-ekonomi, dan
pengetahuan masyarakat berpengaruh terhadap meningkatnya
kesejahteraan rakyat yang menyebabkan jumlah penduduk dari tahun ke
tahun meningkat. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah
233.477.400 jiwa, 2011 sebesar 236.331.300 jiwa, kemudian pada tahun
2012 sebesar 239.174.300, dan data terakhir tahun 2013 menunjukkan
adanya peningkatan jumlah penduduk Indonesia sebesar 242.013.800 jiwa
(Statistik Indonesia, 2013). Akibatnya, jumlah penduduk lansia dan usia
harapan hidup lansia semakin meningkat (Nugroho, 2008).
Menurut UU nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia, yang dimaksud dengan lansia adalah penduduk yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan data Kementrian
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2010), prevalensi jumlah
penduduk lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun keatas sekitar 7,18%.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan propinsi dengan lansia terbanyak
yaitu sekitar 9,36% dari total penduduk di Indonesia (Wahyuningsih,
2011).
Page 33
2
Jumlah penduduk lansia di Indonesia berada di nomor empat
terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika. Meskipun jumlah
lansia besar namun tetaplah menjadi kaum minoritas di lingkungannya
karena akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan. Selain itu faktor
yang menyebabkan lansia sebagai kaum minoritas adalah usia lanjut yang
merupakan periode kemunduran, terjadinya perubahan fisik, dan
kurangnya adaptasi lansia yang buruk pada lingkungannya (Azizah, 2011).
Ketika seseorang memasuki masa lansia maka akan timbul
keterbatasan-keterbatasan dimana dirinya akan lebih bergantung kepada
orang lain, proses untuk mencari nafkah terhenti dan sulit untuk
berinteraksi secara luas. Perubahan-perubahan yang menyertai proses
perkembangan menuju tahap lansia dapat menjadikan sumber masalah dan
keputusasaan ketika seorang lansia tidak memiliki kesiapan dalam
menghadapi perubahan-perubahan tersebut (Indriana, 2008). Dengan
adanya perubahan-perubahan yang dialami lansia, seperti perubahan pada
fisik, psikologis, spiritual, dan psikososial menyebabkan lansia mudah
mengalami stres (Azizah, 2011). Stres adalah salah satu dampak yang
terjadi pada lansia saat memasuki periode masa tuanya. Stres adalah suatu
respons adaptif terhadap situasi yang dirasakan menantang atau
mengancam kesehatan seseorang (Sophiah, 2008). Insidensi stres di
Indonesia pada tahun 2008 tercatat sebesar 10% dari total penduduk
Indonesia. Tingginya tingkat stres umumnya diakibatkan oleh tekanan
ekonomi atau kemiskinan (Depkes, 2009). Faktor yang mempengaruhi
Page 34
3
stres pada lansia ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal adalah sumber stres yang berasal dari diri seseorang sendiri,
seperti penyakit dan konflik. Sedangkan faktor eksternal adalah sumber
stres yang berasal dari luar diri seseorang seperti keluarga dan lingkungan.
Stres juga dapat menimbulkan dampak negatif, misalnya: pusing, tekanan
darah tinggi, mudah marah, sedih, sulit berkonsentrasi, nafsu makan
berubah, tidak bisa tidur ataupun merokok terus menerus (Haryadi, 2012).
Untuk mengatasi stres, diperlukan terapi psikofarmaka dan
psikoterapi yang tepat. Anti-cemas dan anti-depresi diberikan sebagai
terapi medik dan psikoterapi untuk keperawatan jiwanya. Ada beberapa
terapi yang dapat digunakan untuk mengurangi tingkat stres, seperti terapi
kognitif, musik, spiritual, teknik relaksasi nafas dalam, dan reminiscence.
Reminiscence Therapy merupakan salah satu terapi yang digunakan untuk
menurunkan tingkat stres sebelum terjadinya depresi. Terapi ini
merupakan salah satu perawatan psikologis yang digunakan sebagai terapi
bagi lansia yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan mental
mereka dengan mengingat dan menilai mereka yang sudah ada memori
(Chen et al., 2012). Terapi ini merupakan intevensi yang berkaitan dengan
tahap pencapaian tahap kehidupan psikososial Erickson yang bermanfaat
untuk menyeimbangkan konflik kehidupan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidupnya (Sirey et al., 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Chen et al., pada tahun 2012, Reminiscence dapat digunakan untuk
Page 35
4
meningkatkan harga diri, kepuasaan hidup, meningkatkan kesejahteraan
psikologis, penguasaan pribadi, dan kesepian.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada hari Jumat
tanggal 6 Desember 2013, di PSTW unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul,
Yogyakarta; jumlah lansia yang tinggal dipanti sebanyak 88 orang. Di
PSTW Unit Budi Luhur ini mempunyai 4 program kegiatan, yaitu program
rutin terdapat 75 orang lansia (Program rutin adalah program yang
memberikan pelayanan kepada lansia yang mengalami permasalahan baik
sosial maupun ekonomi yang berada didalam panti, semua biaya hidup
ditanggung pemerintah melalui dana APBD Provinsi DIY), program
pelayanan khusus sebanyak 13 orang (Program pelayanan khusus adalah
model pelayanan dengan cara memanfaatkan panti (institutional system)
pemerintah bagi pelayanan lansia mampu melalui konstribusi/iuran yang
diperoleh dari lansia mampu, keluarga, dan atau pihak lain dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan lansia yang mampu maupun lansia
lainnya yang kurang mampu), program Day Care Service adalah kegiatan
dilaksanakan di dalam panti dengan waktu maksimal 8 jam/hari dan tidak
menetap di dalam panti yang meliputi pelayanan kesehatan. Kegiatan ini
dilakukan setiap hari Selasa dan Sabtu berupa pelayanan posyandu lansia,
dan yang terakhir adalah Program Trauma Center, yaitu penangan pada
lanjut usia yang mengalami kekerasan baik secara fisik, sosial, psikologis,
spriritual dan korban bencana yang dananya didapat dari Dana APBN
Provinsi Yogyakarta, saat ini tidak ada lansia yang mengikuti program
Page 36
5
Trauma Center. Lansia yang berada di PSTW unit Budi Luhur ini masuk
dengan alasan yang bervariasi antara lain adanya keterlantaran sosial dan
atau ekonomi, sengaja dititipkan oleh keluarganya, dan ada juga yang atas
keinginan sendiri. Dalam wawancara dengan Kepala Pekerja Sosial PSTW
Unit Budi Luhur, Ibu Surantini, beliau mengatakan bahwa mereka ada dan
pernah mengalami stres selama tinggal di PSTW ini. Penyebab stres
mereka antara lain kangen dengan keluarga mereka karena jarang
dijenguk, tidak cocok dengan teman sewisma, dan merasa tidak
dipedulikan sanak saudara serta keluarga mereka. Para lansia di PSTW
biasanya mengatasi stres mereka dengan cara ikut aktif dalam kegiatan,
menonton televisi, dan ada juga yang hanya dipendam sendiri.
“Allah, Dia-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian menjadikan kamu sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat,
kemudian Dia menjadikan kamu sesudah kuat itu lemah kembali dan
beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya Dia-lah yang Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS.30 (Ar-Rum): 54)
“Dan Allah yang menciptakan kamu (dari tiada kepada ada)
kemudian Ia menyempurnakan tempuh umur kamu (maka ada di antara
kamu yang disegerakan matinya), dan ada pula di antara kamu yang
dikembalikannya kepada peringkat umur yang lemah (peringkat tua
kebudak-budakan), sehingga menjadilah ia tidak ingat akan sesuatu yang
telah diketahuinya, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha
Kuasa.” (QS. An-Nahl 70)
Page 37
6
Berdasarkan uraian masalah diatas peneliti tertarik dan ingin
meneliti tentang Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat stres
pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka
dirumuskan masalah sebagai berikut, “Apakah ada pengaruh Reminiscence
Therapy terhadap tingkat stres lansia pada kelompok kontrol dan
eksperimen di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat stres
lansia pada kelompok kontrol dan eksperimen di PSTW Unit Budi
Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi Luhur,
Kasongan, Bantul, Yogyakarta sebelum diberi Reminiscence
Therapy (pre-test) pada kelompok eksperimen.
b. Mengetahui tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi Luhur,
Kasongan, Bantul, Yogyakarta pada observasi awal (pre-test)
dalam kelompok kontrol.
c. Mengetahui tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi Luhur,
Kasongan, Bantul, Yogyakarta sesudah diberi Reminiscence
Therapy (post-test) pada kelompok eksperimen.
Page 38
7
d. Mengetahui tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi Luhur,
Kasongan, Bantul, Yogyakarta pada observasi akhir (post-test)
dalam kelompok kontrol.
e. Mengetahui perbedaan tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi
Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta setelah diberi intervensi dan
observasi akhir pada kelompok kontrol dan eksperimen.
D. Manfaat Penelitian
1. Institusi Pendidikan Keperawatan
Memberikan masukan tentang pentingnya membekali perawat
dengan pendidikan dan keahlian khususnya untuk menangani
masalah stres pada lansia dengan menggunakan Reminiscence
Therapy.
2. Bagi Pengelola PSTW
Dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan pengetahuan
dan program baru untuk mengatasi stres pada lansia di PSTW Unit
Budi Luhur.
3. Bagi Pendamping Lansia
Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal untuk
mengatasi tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi Luhur.
4. Bagi Peneliti lain
Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti
pengaruh Reminiscence Therapy untuk mengatasi tingkat stres
pada lansia.
Page 39
8
E. Penelitian Terkait
1. Syarniah (2010), meneliti tentang Pengaruh Terapi Kelompok
Reminiscence terhadap depresi pada lansia di PSTW Budi Sejahtera
Kalimantan selatan dengan menggunakan metode penelitian Quasy
Experimental pretest dan post-test control group dengan sampel 75
orang lansia (38 orang pada kelompok intervensi dan 37 orang pada
kelompok kontrol). Dari hasil penelitian menyatakan bahwa dengan
Reminiscence Therapy terdapat penurunan yang bermakna pada
tingkat depresi, harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan,
dan isolasi sosial pada lansia dikelompok intervensi (Pvalue≤α) dan
pada kelompok kontrol terdapat penurunan tetapi tidak bermakna
(Pvalue≥α). Maka dapat disimpulkan bahwa Reminiscence Therapy
dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat depresi, harga diri
rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan, dan isolasi sosial pada lansia.
2. Banon (2011), meneliti tentang Pengaruh terapi Reminiscence dan
Psikoedukasi keluarga terhadap Kondisi Depresi dan Kualitas Hidup
lansia di Katulampa Bogor dengan menggunakan metode Quasi
Experimental dengan pendekatan pretest dan post-test with control
group, dengan populasi penelitian sebanyak 72 orang (36 orang pada
kelompok intervensi dan 36 orang pada kelompok kontrol) pemilihan
sampel menggunakan system random sampling. Alat yang digunakan
sebagai pengumpul dan pengukuran data adalah kuesioner skala
depresi dan kuesioner Quality of Life WHO yang telah dimodifikasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan adanya penurunan
Page 40
9
yang bermakna pada kondisi depresi, ketidakberdayaan, keputusasaan,
dan isolasi sosial pada lansia (p value <0,05) dan peningkatan yang
bermakna pada peningkatan harga diri dan kualitas hidup pada lansia
(p value<0,05) antara kelompok intervensi yang mendapat terapi
Reminiscence dan psikoedukasi keluarga dibandingkan dengan
kelompok yang hanya mendapat psikoedukasi keluarga.
3. Chen et al., (2012), dalam jurnal yang berjudul “The effects of
Reminiscence Therapy on depressive symptoms of Chinese elderly:
Study protocol of a randomized contolled trial” meneliti dengan
menggunakan desain penelitian pre-post test dibandingkan dan uji
coba terkontrol secara acak, dengan sampel sebanyak 60 orang lansia
dengan tingkat depresi ringan sampai sedang (30 orang pada kelompok
kontrol dan 30 orang pada kelompok intervensi). Klien dalam
kelompok intervensi akan menerima terapi Reminiscence di bawah
protokol Watt dengan adaptasi terhadap budaya Cina yang terdiri dari
enam sesi mingguan masing-masing 90 menit, sedangkan kelompok
kontrol akan diperlakukan seperti sebelumnya. Metode penilaian pada
kelompok intervensi dilakukan dengan cara penilaian sebelum
pengobatan, setelah pengobatan segera, dan tiga bulan setelah
pengobatan. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa Reminiscence
Therapy efektif untuk menurunkan tingkat depresi pada lansia di
China.
Page 41
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. LANSIA
a. Definisi
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia dewasa
tua yang dimulai setelah masa pensiun atau pada usia 65-75 tahun
(Potter and Perry, 2005). Lansia merupakan kelanjutan dari usia
dewasa yang terdiri dari fase prasenium yaitu lansia yang berusia
antara 55-65 tahun, dan fase senium yaitu lansia yang berusia lebih
dari 65 tahun (Nugroho, 2008). Pada masa ini, periode dimana sel-
sel dalam tubuh telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi
dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada
beberapa pendapat mengenai usia kemunduran yaitu sekitar usia 60
tahun, 65 tahun dan 70 tahun (Akhmadi, 2009).
Menurut Depsos (2007) menyebutkan bahwa lansia terbagi
dalam 2 jenis yaitu potensial dan non potensial. Potensial adalah
lansia yang masih dapat melakukan kegiatan sehari, sedangkan non
potensial adalah lansia yang tidak bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya dan atau begantung dengan orang lain.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulakan bahwa
lansia adalah seseorang yang telah memasuki masa pensiun atau
Page 42
11
berusia diatas 60 tahun dan ditandai dengan masa kemunduran
dimana sel-sel dalam tubuh telah mencapai kemasakan dalam hal
ukuran dan fungsi sehingga menyebabkan penurunan dalam hal
menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari.
b. Batasan Lanjut Usia
Menurut Depkes RI (2009), kelompok lansia dibagi dalam 3
kelompok yaitu kelompok usia presenelis (45-59 tahun), kelompok
usia lanjut (diatas 60 tahun), dan kelompok usia resiko tinggi (diatas
70 tahun atau usia diatas 60 tahun dengan masalah kesehatan).
Organisasi kesehatan dunia, WHO, menyebutkan ada empat tahap
yaitu Usia Pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai
59 tahun, lansia (elderly) ialah antara 60 dan 74 tahun, Lansia Tua
(old) ialah antara 75 dan 90 tahun, Lansia Sangat Tua (very old)
ialah di atas 90 tahun.
Sedangkan menurut Maryam., et al (2008) lansia dibagi
dalam lima klasifikasi, yaitu Pralansia yaitu seseorang yang berusia
antara 45–59 tahun, Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih, Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70
tahun atau lebih, Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu
melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/jasa, dan Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak
Page 43
12
berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain.
c. Tugas Perkembangan Lansia
Seiring tahap kehidupan, lansia mempunyai tugas
perkembangan khusus. Ada tujuh kategori tugas perkembangan
utama lansia, yaitu (Potter and Perry, 2005):
1) Menyesuaikan terhadap penurunan fisik dan kesehatan
2) Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan
pendapatan
3) Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
4) Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
5) Mempertahankan kepuasaan pengaturan hidup
6) Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
7) Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
d. Tipe-tipe Lansia
Menurut Azizah (2011), lansia dalam mempresepsikan hidup
saat menghadapi masa tua bermacam-macam pemikirannya. Ada
lima tipe lansia yang akan dijelaskan dibawah ini, yaitu:
1) Tipe arif bijaksana. Pengalaman yang baik dapat membantu
lansia dalam menghadapi masa tuanya. Mereka dapat
menyesuaikan diri, menyibukkan diri, bersikap ramah,
sederhana, dll.
Page 44
13
2) Tipe mandiri. Lansia mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan yang baru yang selektif dan bermanfaat.
3) Tipe tidak puas. Lansia mempunyai konflik lahir batin yang
menentang proses ketuaan karena adanya perubahan-perubahan
yang bersifat menurun.
4) Tipe pasrah. Tipe lansia ini bersikap menerima semua nasib
yang menimpa dirinya.
5) Tipe bingung. Kaget, merasa kehilangan kepribadian masa
mudanya dulu yang perlahan hilang yang menyebabkan lansia
merasa minder dan mengasingkan diri.
2. PROSES MENUA
a. Definisi
Proses menua adalah menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti fungsinya secara perlahan-
lahan sehingga mengakibatkan peka terhadap infeksi dan kesulitan
dalam memperbaiki kerusakan (Darmojo, 2004). Proses ini pasti
akan dilalui oleh setiap orang, tidak hanya dimulai dari suatu ke
waktu tertentu, tetapi sudah dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alami dan menua bukanlah suatu
penyakit tetapi berkurangnya daya tahan tubuh terhadap rangsangan
dari dalam maupun dari luar. (Haigis et al., 2010). Pada usia tua
terdapat banyak kemunduran yang dialami manusia, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang keriput, rambut
Page 45
14
memutih, gigi tanggal, penurunan pendengaran, mata rabun, gerakan
lamban, dan bentuk tubuh berubah (Nugroho, 2008).
b. Teori-teori tentang proses penuaan
Menurut Donlon (2007), teori-teori tentang proses penuaan
ada 2, yaitu teori Biologis dan Psikologis.
1) Teori Biologis
a) Teori jam genetik. Sel-sel yang berada didalam tubuh
manusia hanya mampu membelah beberapa kali yang
kemudian akan mengalami deteriorasi.
b) Teori interaksi seluler. Sel-sel didalam tubuh manusia
saling berinteraksi satu sama lain selama keadaannya baik-
baik saja. Namun setelah sel-sel sudah menurun fungsinya
maka interaksi sel satu dengan yang lainnya juga akan
melambat dan sel mengalami degenerasi.
c) Teori mutagenesis somatis. Setelah terjadi pembelahan sel
(mutasi) yang terjadi secara terus-menerus dan akhirnya
akan terjadi kematian sel.
d) Teori pemakaian dan keausan. Secara biologis, sel-sel dan
organ-organ manusia akan semakin berkurang dan menurun
fungsinya akibat terjadinya keausan dan pemakaian (tear
and wear) lalu menimbulkan deteriorasi.
Page 46
15
2) Teori Psikososial
a) Disengagement theory. Makin tua, biasanya seseorang akan
menarik diri dari lingkungannya dan berfokus pada dirinya
sendiri.
b) Teori aktivitas. Konsep diri seseorang bergantung pada
aktivitasnya. Semakin sedikit aktivitas semakin berkurang
pula kepuasaan hidupnya.
c) Teori kontinuitas. Kepribadian lansia tergantung dari
penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi pada
hidupnya.
d) Teori subkultur. Lansia yang dapat menyalurkan aspirasi
dan menjalin hubungan baik antar peer-group dapat
meningkatkan penyesuaian pada masa lansia.
e) Teori stratikasi usia. Lansia dan masyarakat lingkungannya
saling mempengaruhi dan berkaitan terhadap perubahan-
perubahan dalam masyarakat.
c. Aspek-aspek yang mempengaruhi penuaan
Banyak aspek yang mempengaruhi proses penuaan pada
seseorang dimasa tuanya (Azizah, 2011), antara lain:
1) Aspek Psikologi. Komponen yang berperan dalam kapasitas
penyesuaian lingkungan adalah pembelajaran, daya ingat,
perasaan, kecerdasan, dan motivasi.
Page 47
16
2) Aspek Biologis. Semakin tua, sel-sel dan organ-organ yang ada
didalam diri lansia akan semakin menurun. Semakin bagus
kondisi kesehatan lansia, maka akan semakin bagus proses
adaptasinya.
3) Aspek Sosiologis. Lingkungan sosial sangat mempengaruhi
proses penuaan. Lansia yang berasal dari tempat yang sama
akan memiliki pengalaman hidup yang sama pula.
3. STRES
a. Definisi
Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor
psikososial dan gangguan pada tubuh, pikiran dan kondisi seseorang
dimana kendala, keinginan atau tuntutan yang dikaitkan dengan
kemauan yang diinginkan tidak sesuai dengan harapan sehingga
menimbulkan ketidaksepadanan antara sumber daya biologis,
psikologis, dan sosial. (Suliswati et al., 2005; Yosep, 2007;
Chairunnisa, 2009). Stres dipengaruhi oleh lingkungan maupun
penampilan individu di dalam lingkungan tersebut yang akan
menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang (Looker dan
Gregson, 2005).
b. Etiologi
Menurut Nasir et al., (2011) stresor dibedakan menjadi 3 golongan,
yaitu:
Page 48
17
1) Stresor fisik-biologis
Beberapa faktor fisik dan biologis yang dapat menyebabkan
stres antara lain, yaitu:
a) Genetika. Masa kehamilan merupakan masa rentan stres
pada anak apabila ibunya seorang perokok, alkoholik,
dan penggunaan obat-obatan yang dilarang selama hamil.
b) Tidur. Tidur yang cukup memberikan tambahan energi,
semangat dan gairah pada setiap aktivitas yang
dilakukannya.
c) Postur tubuh. Postur tubuh berperan sebagai stresor.
Seperti, cacat bawaan, dan kecelakaan yang
mengakibatkan anggota tubuhnya hilang atau rusak.
d) Penyakit. Khususnya untuk penyakit yang kronis, seperti
TBC (Tuberculosis), kanker, impotensi, stroke, Diabetes
Militus, dan lain sebagainya.
2) Faktor Psikologis
Berikut ini adalah beberapa faktor psikologis yang dapat
menyebabkan stres, seperti:
a) Persepsi. Persepsi orang satu dengan yang lainnya
tentang stres berbeda-beda, tergantung bagaimana
individu tersebut menyikapinya.
Page 49
18
b) Emosi. Perbedaan kemampuan untuk mengenal dan
membedakan setiap perasaan emosi sangat bepengaruh
terhadap stres yang dialaminya.
c) Situasi Psikologis. Hal-hal yang mempengaruhi konsep
berpikir (kognitif) dan penilaian terhadap situasi dapat
menjadi pemicu timbulnya stres.
d) Pengalaman hidup. Pengalaman hidup merupakan
keseluruhan kejadian yang dapat menyebabkan stres,
seperti perubahan hidup, masa transisi, dan krisis
kehidupan.
3) Faktor Lingkungan
a) Lingkungan fisik. Kondisi atau kejadian yang berada
disekeliling individu atau yang dialami individu dapat
menjadi stresor, seperti bencana alam, cuaca, macet, dan
lingkungan yang kotor.
b) Lingkungan Biotik. Gangguan yang berasal dari makhluk
makroskopik seperti virus atau bakteri. Seperti, penderita
alergi apabila bertempat tinggal di kawasan kumuh yang
dapat menimbulkan adanya bakteri atau virus akan stres.
c) Lingkungan sosial. Hubungan yang buruk dengan
lingkungan sekitar, seperti tetangga, orangtua, dan
kerabat dapat menjadi pemicu stresor.
Page 50
19
c. Jenis-jenis Stres
Menurut Nasir et al., (2011) mengkategorikan stres dalam
dua jenis, yaitu:
1) Stres yang baik (Eustres)
Stres dikatakan baik apabila individu dapat memenuhi
tuntutan dan menyikapi masalah dengan baik. Hal ini tidak
hanya menguntungkan bagi diri sendiri tetapi juga orang lain.
Dengan dapat menyikapi stres yang baik, dapat memberikan
kesempatan untuk berkembang dan memotivasi dirinya untuk
mencapai arah yang lebih baik (positive thinking).
2) Stres yang buruk (Distres)
Distres terjadi karena stimulus yang digunakan dalam
pemaknaan atau penilaian sesuatu yang buruk dimana respon
yang digunakan selalu negatif sehingga diartikan sebagai sebuah
ancaman dan menyebabkan organ tubuh menjadi terganggu.
d. Manifestasi Klinis
Menurut Potter (2005), gejala stres atau indikator stres
meliputi:
1) Indikator Fisiologis
2) Emosional (Psikologis)
3) Perilaku stress
Page 51
20
e. Tingkat stres
Menurut Potter and Perry (2005), stres dibagi menjadi tiga
tingkatan, yaitu:
1) Ringan
Stres dikatakan ringan apabila stres yang dihadapi
seseorang teratur dan tidak menyebabkan gangguan pada
perubahan hidupnya dan berlangsung beberapa menit atau jam.
Tanda dan gejalanya mulai sedikit tegang dan was-was.
2) Sedang
Stres dikatakan sedang apabila stres yang muncul
berlangsung lebih lama dari tingkat ringan, berlangsung
beberapa jam sampai hari. Tanda dan gejalanya yaitu mulai
kesulitan tidur, sering menyendiri, dan tegang.
3) Berat
Tergolong stres berat apabila berlangsung beberapa
minggu sampai beberapa tahun dan bersifat situasi kronis. Pada
situasi ini, individu sudah mulai ada gangguan fisik dan mental.
f. Tahapan Stres
Gejala stres terkadang tidak disadari oleh seseorang namun
cepat atau lambat akan dirasakan, seperti fungsi kehidupan sosial
dikantor, rumah, ataupun lingkungannya sudah tidak seperti biasa.
Tahapan stres ini menurut Chairunnisa (2009), dibagi menjadi 6
kategori, yaitu:
Page 52
21
1) Tahapan stres tingkat I
Merupakan tahapan stres paling ringan, biasanya disertai
dengan perasaan-perasaan seperti semangat kerjanya menjadi
berlebihan, pekerjaan dapat diselesaikan lebih bagus dan cepat
dari biasanya. Namun hal ini tanpa disadari menguras energi
yang begitu besar sehingga cadangan energinya semakin
menipis.
2) Tahapan stres tingkat II
Tahap ini merupakan dampak dari tingkat stres yang
pertama. Ketika semua energi sudah dikuras dan cadangan
energi semakin menipis, maka akan timbul keluhan-keluhan
seperti merasa mudah lelah, capai, takikardi, tegang, dll.
3) Tahapan stres tingkat III
Apabila tidak menghiraukan keluhan-keluhan yang
sudah dirasakan, maka akan timbul keluhan, seperti tegang otot,
insomnia, perasaan tidak tenang, dan keadaan tubuh menurun.
4) Tahapan stres tingkat IV
Apabila memeriksakan diri ke Rumah Sakit, maka tidak
ditemukan kelainan pada tubuhnya dan dinyatakan sehat. Jika
orang tersebut masih belum menyadari dan tetap memaksakan
aktivitas, akan timbul gejala seperti merasa amat lelah,
pekerjaan terasa susah, sulit berkonsentrasi, serta adanya
gangguan tidur.
Page 53
22
5) Tahapan stres tingkat V
Apabila keadaan berlanjut maka akan terjadi kondisi
yang semakin memburuk, yang ditandai dengan kelelahan fisik
dan mental yang sangat mendalam.
6) Tahapan stres tingkat VI
Tahap ini merupakan tahapan paling klimaks stres,
seperti debaran jantung yang sangat kencang, kehilangan tenaga,
badan terasa gemetar, dan keringat dingin bercucuran.
g. Stres pada Lansia
1) Kematian
Kehilangan pasangan karena kematian merupakan faktor
tertinggi penyebab stres pada lansia. Kematian atau kehilangan
saudara dekat atau teman-teman juga dapat meningkatkan stres
karena berkurangnya dukungan sosial terhadap mereka (Hawari,
2001).
2) Pensiun
Pensiun merupakan penyebab terjadinya stres karena
adanya perubahan dalam hidup seperti tidak dapat lagi
mencukupi kebutuhannya sehingga menghasilkan situasi yang
tidak menyenangkan yang menyebabkan kekacauan mental dan
emosional (Ninawati, 2000).
Page 54
23
3) Isolasi sosial
Lansia sering dikonotasikan sebagai kaum minoritas di
lingkungannya. Tipe isolasi sosial antara lain berupa isolasi
sikap, penampilan, perilaku, dan geografis (Potter and Perry,
2005).
4) Perubahan Ekonomi
Menurunnya penghasilan setelah masa pensiun dan
berkurangnya kemampuan bekerja menyebabkan lansia menjadi
stres (Potter and Perry, 2005).
5) Rumah tempat tinggal dan lingkungan
Perubahan peran sosial, tanggung jawab, dan status
kesehatan berpengaruh pada perubahan kehidupan lansia. Ada
beberapa lansia yang memilih tinggal sendiri dan ada pula yang
meminta untuk tinggal bersama anak atau saudaranya. (Potter
and Perry, 2006).
h. Penatalaksanaan stres
Penatalaksanaan stres adalah suatu strategi yang
memfasilitasi kemampuan klien untuk menghadapi stres yang
dihadapi orang-orang dalam masyarakat sekarang ini secara efektif.
Para lansia biasanya menggunakan beberapa teknik terapi untuk
mengurangi stres mereka, anatara lain:
Page 55
24
a) Terapi kognitif
Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek, berorientasi
pada masalah saat ini, dan bersifat individu yang bertujuan
untuk meredakan gejala-gejala penyakit serta membantu klien
agar dapat mempelajari cara yang efektif untuk mengatasi
masalah yang menyebabkan stres. (Setyoadi et al., 2011).
b) Terapi musik
Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang
menggunakan musik di mana tujuannya adalah untuk
meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif,
dan sosial bagi individu (Setyoadi et al., 2011). Jenis musik
yang digunakan adalah disesuaikan dengan keinginan tiap
individdu, seperti musik klasik, keroncong, orchestra, atau
musik-musik modern (Potter, 2005).
c) Terapi spiritual
Terapi spiritual adalah terapi dengan pendekatan
terhadap kepercayaan yang dianut oleh klien yang bertujuan
untuk memperkuat mentalitas dan konsep diri klien,
mengembalikan persepsi yang buruk mengenai pandangannya,
serta dapat menurunkan stres. Terapi spiritual ini biasanya
dengan menggunakan doa dan dzikir untuk kaum muslim
(Setyoadi et al., 2011).
Page 56
25
d) Terapi relaksasi nafas dalam
Relaksasi nafas dalam adalah pernafasan abdomen
dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama, dan yang
nyaman dengan memejamkan mata (Brunner dan Suddart, 2002
dalam Setyoadi et al., 2011). Teknik relaksasi ini merupakan
metode untuk mengurangi ketegangan, mengurangi rasa nyeri,
mendapatkan perasaan yang tenang dan nyaman, mengurangi
kecemasan serta mengurangi stres.
4. REMINISCENCE THERAPY
a. Definisi
Suatu metode yang berhubungan dengan memori, berguna
untuk meningkatkan kesehatan mental dan kualitas hidup.
Reminiscence tidak hanya kegiatan mengingat peristiwa masa lalu
tetapi juga merupakan proses yang terstruktur secara sistematis dan
berguna untuk merefleksikan kehidupan seseorang untuk
mengevaluasi ulang, menyelesaikan konflik dari masa lalu,
menemukan makna kehidupan, dan menilai koping adaptif mana
yang sebaiknya digunakan. Terapi ini dilakukan dengan cara diskusi
tentang kejadian masa lalu yang dialami seseorang kemudian
disharingkan kepada keluarga, kelompok, atau staf keperawatan.
Dari diskusi kelompok tersebut akan memotivasi seseorang dan
sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah (Chen et al., 2012).
Terapi ini juga sebagai proses mengingat kejadian dimasa lalu yang
Page 57
26
menyenangkan dan indah sehingga dapat meningkatkan harga diri
seseorang (Mackin and Arean cit. Wheller, 2008).
b. Manfaat Reminiscence Therapy
Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, didapatkan
beberapa manfaat dari Reminiscence Therapy, antara lain (Mackin
and Arean cit. Wheller, 2008):
1) Meningkatkan harga diri
2) Membantu individu mencapai kesadaran diri
3) Memahami dirinya sendiri
4) Meningkatkan kepuasan hidup
5) Dapat beradaptasi dengan stress
c. Tipe-tipe kelompok Reminiscence Therapy
Menurut Kennard, 2006 cit. Syarniah, 2010, ada 3 tipe
Reminiscence, antara lain:
1) Simple atau Positive Reminiscence. Terapi tipe ini adalah
menceritakan kejadian masa lalu yang menyenangkan dengan
cara terapis memberikan pertanyaan secara langsung. Tujuan
dari terapi tipe ini adalah membantu klien beradaptasi terhadap
kehilangan dan meningkatkan harga diri.
2) Evaluative Reminiscence. Tipe ini merupakan terapi dalam
menyelesaikan konflik.
3) Offensive Defensive Reminiscence. Terapi tipe ini adalah
menceritakan kejadian masa lalu yang kurang menyenangkan,
Page 58
27
sehingga sering menimbulkan perilaku yang destruktif dan
emosi.
d. Media Reminiscence Therapy
Media merupakan alat atau benda yang dapat digunakan
untuk menunjang ingatan klien dalam mengingat kejadian-kejadian
masa lalu sehingga klien dapat mengikuti terapi Reminicence.
Menurut Collins (2006), media yang dapat digunakan adalah:
1) Reminiscence Kit (kotak yang berisi alat atau benda yang dapat
membantu dalam mengingat masa lalu; seperti majalah, alat
untuk memasak, alat untuk menjahit, dan membersihkan)
2) Album foto, musik, video
3) Stimulus bau dan rasa (keju, cuka, coklat, jeruk)
4) Bahan-bahan yang dapat menstimulasi sensori (bulu binatang,
wol, flannel)
e. Penatalaksanaan Reminiscence Therapy
Menurut Kennard (2006) cit. Syarniah (2010), terapi
Reminiscence dapat dilakukan dalam kelompok atau individual.
Akan tetapi untuk pemberian terapi secara kelompok dapat
memberikan keuntungan yang lebih, antara lain kesempatan yang
sama untuk saling berbagi pengalaman, meningkatkan komunikasi
dan sosialisasi antar lansia, dan efektivitas waktu, biaya, dan energi.
Terapi Reminiscence dapat dilakukan dalam beberapa
pertemuan (sesi). Terapis dapat menentukan jumlah sesi yang akan
Page 59
28
digunakan dalam kegiatan terapi tersebut (Syarniah, 2010). Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan 3 sesi, yang terdiri dari
Reminiscence Therapy pada masa anak-anak, masa remaja, dan masa
dewasa (tua) dan kejayaannya.
Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh perawat dalam
Reminiscence Therapy dan pengalaman lansia, yaitu (Haights, 1989
dalam Collins, 2006):
1) Masa kanak-kanak
a) Hal apa yang diingat pada masa kecil saudara?
b) Masa kecil yang seperti apa yang anda alami?
c) Seperti apa orang tua anda saat anda kecil? Keras atau
lemah?
d) Apakah anda mempunyai saudara? Sebutkan nama dan
ceritakan tentang mereka satu persatu?
2) Masa Remaja
a) Apa yang anda ingat saat anda memasuki usia remaja? Lalu
apa yang dirasakan tentang diri dan hidup anda?
b) Hal apa saja yang paling terekam dalam memori saat anda
remaja?
c) Adakah orang yang dekat dengan anda saat itu? Ceritakan
pada saya
d) Bagian apa saja yang menyenangkan dan tidak meyenangkan
saat anda remaja? Coba ceritakan pada saya.
Page 60
29
3) Masa dewasa dan kejayaannya
a) Bagaimana hidup anda saat memulai dewasa? Dimulai saat
umur 20an. Ceritakan pada saya.
b) Dari semua kehidupan anda, kehidupan mana yang paling
anda sukai? Saat usia berapa dan apa alasannya?
c) Apakah anda menikah? Mempunyai anak? Dan bekerja?
Coba ceritakan pada saya.
d) Orang seperti apakah anda ini? Apakah anda menikmatinya?
Page 61
30
B. KERANGKA KONSEP
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian “Pengaruh Reminiscence Therapy
terhadap penurunan tingkat stres pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur,
Kasongan, Bantul, Yogyakarta.
Faktor yang
mempengaruhi
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Status Pernikahan
d. Pendidikan
Terakhir
e. Pekerjaan
sekarang
f. Lama tinggal
dipanti
g. Alasan tinggal
dipanti
Penatalaksanaan
1. Terapi kognitif
2. Terapi musik
3. Terapi spiritual
4. Terapi relaksasi
nafas dalam
Stres
a. Definisi
b. Etiologi stress
c. Jenis-jenis stress
d. Manifestasi klinis
stress
e. Tingkatan stres
f. Tahapan stress
g. Penatalaksanaan
h. Instrumen
pengukur stress
Lanjut Usia
a. Proses penuaan
b. Batasan lanjut
usia
c. Perubahan
akibat proses
menua
d. Faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
kesehatan jiwa
lansia
Perubahan
tingkat
stres
Sedang
Berat
Sangat berat
Normal
Ringan
Reminiscence
Page 62
31
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
C. HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiyono, 2009). Penelitian ini terdapat dua kemungkinan hasil hipotesa,
yaitu:
H0: Tidak ada pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat stress
pada lansia kelompok intervensi dan kontrol di PSTW Unit Budi
Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta.
H1: Ada pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat stress pada
lansia kelompok intervensi dan kontrol di PSTW Unit Budi
Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta.
Page 63
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental
dengan rancangan Quasy Eksperiment (penelitian eksperimen semu) yang
menggunakan pre-test and post-test with control group design, yaitu pada
kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan pada kelompok kontrol
tidak. Pada penelitian ini perlakuan yang dilakukan berupa pemberian
Reminiscence Therapy yang akan diberikan pada kelompok eksperimen
untuk dianalisis pengaruhnya terhadap penurunan tingkat stres pada lansia.
Sebelumnya pada kedua kelompok diawali dengan diberikan pre-test dan
setelah pemberian perlakuan dilakukan pengukuran kembali (post-test).
Tabel 1. Desain Penelitian
Subjek Pre-test Perlakuan Post-Test
K-A O I OI-A
K-B O - OI-B
Keterangan:
K-A : Subjek (lansia) pada kelompok eksperimen
K-B :Subjek (lansia) pada kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan
O : Pengukuran tingkat stress sebelum dilakukan perlakuan
(Reminiscence Therapy)
Page 64
33
I : Perlakuan (Reminiscence Therapy)
O1 (A+B): Pengukuran kembali tingkat stres setelah diberikan perlakuan
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
B. Populasi dan Sampel penelitian
Populasi penelitian pada tahap pertama adalah semua lansia yang
tinggal di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta.
Berdasarkan data Januari 2014 didapatkan bahwa lansia yang tinggal di
PSTW Unit Budi Luhur sebanyak 88 orang. Setelah dilakukan skrining
dengan tes GDS dan MMSE pada semua lansia didapatkan jumlah sampel
lansia yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 38 orang. Batasan usia
lansia adalah ≥60 tahun sesuai dengan klasifikasi usia menurut WHO.
Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu 19 orang pada kelompok
intervensi dan 19 orang pada kelompok kontrol.
Kriteria inklusi yang diterapkan yaitu populasi lansia dengan usia
≥60 tahun, kesadaran kompos mentis, kooperatif, dapat diajak
berkomunikasi dengan baik, dan bersedia menjadi responden serta
sanggup mengikuti Reminiscence Therapy selama 3 sesi. Sedangkan
kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah lansia yang berada diruang
isolasi, sulit mendengar (tuli), lansia dengan demensia berat (skor MMSE
≤16), dan lansia dengan depresi berat (skor GDS 10-15).
Page 65
34
C. Lokasi dan Waktu penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul,
Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Pengambilan data penelitian ini berlangsung selama bulan Maret-
April.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah pemberian Reminiscence Therapy pada lansia.
Definisi operasional variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
E. Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat ukur Skala
pengukuran
Hasil
1
2
Tingkat
Stres
Reminisc
ence
Therapy
Skala penilaian
terhadap peristiwa
kehidupan yang
muncul dalam
kehidupan lansia
(yang tinggal di
PSTW Unit Budi
Luhur) yang
dapat
membahayakan
kesejahteraan
Proses yang
terstruktur secara
sistematis dan
berguna untuk
merefleksikan
kehidupan lansia
untuk
DASS-42
Modul
Reminiscence
Therapy
Terdapat 3
sesi dalam
pemberian
intervensi ini,
Rasio
Nominal
Perbedaan nilai
sebelum dan
sesudah
intervensi
Pemberian
intervensi
Reminiscence
Therapy dan
tidak diberi
intervensi
Reminiscence
Page 66
35
mengevaluasi
ulang,
menyelesaikan
konflik dari masa
lalu, menemukan
makna kehidupan,
dan menilai
koping adaptif
mana yang
sebaiknya
digunakan
yaitu sesi
pertama
responden
menceritakan
masa anak-
anaknya, sesi
kedua
responden
menceritakan
tentang masa
remajanya,
dan sesi
ketiga
responden
menceritakan
tentang masa
dewasa dan
kejayaannya.
Therapy
F. Instrumen Penelitian
Data yang dikumpulkan pada tahap ini adalah tingkat stress pada
lansia sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Hasil penelitian adalah untuk
melihat perbedaan tingkat stress sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
pada kelompok intervensi, dan melihat tingkat stress saat pretest dan
posttest pada kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Alat yang
digunakan untuk mengukur tingkat stress lansia adalah kuesioner
demografi yang berisi tentang identitas dan karakteristik responden, serta
kuesioner DASS-42 untuk skala stress yang terdiri dari 14 pertanyaan
yaitu nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, dan 39.
Pengisian dilakukan dengan cara memberikan cek list (V) pada pilihan
yang tersedia kemudian dilakukan penskoran dalam bentuk skala likert.
Setiap item pertanyaan diberikan nilai tidak pernah (skor 0), kadang-
Page 67
36
kadang (skor 1), sering (skor 2) dan hampir setiap saat (skor 3). Nilai dari
tiap item pertanyaan dijumlahkan, kemudian dikategorikan menjadi 5
kategori diadaptasi dari Depression Anxiety and Stress Scale (DASS)-42.
Skor total menunjukan tingkat stress responden. Skor 0-14 (normal), skor
15-18 (stres ringan), skor 19-25 (stres sedang), skor 26-33 (stres berat),
dan skor diatas 34 (stres sangat berat).
G. Cara Pengumpulan Data dan Cara Kerja
Data yang didapatkan pada penelitian ini adalah tingkat stress
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa Reminiscence Therapy.
Pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu dengan melakukan perijinan
antara pihak peneliti dengan pihak-pihak terkait seperti UMY, Sekda
Yogyakarta, Sekda Bantul, Dinsos Yogyakarta, Dinsos Bantul, Dinkes
Bantul, Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Bantul, dan PSTW Unit Budi
Luhur Yogyakarta.
Setelah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian, maka peneliti
dibantu dengan 4 asisten peneliti yaitu 3 orang dari PSIK UMY dan 1
orang dari KU UMY melakukan skrining untuk menentukan kriteria
inklusi dan eksklusi dengan menggunakan tes GDS untuk melihat tingkat
depresi lansia dan tes MMSE untuk melihat tingkat demensia lansia.
Setelah mendapatkan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi,
kemudian peneliti membagi responden dalam kelompok intervensi dan
kontrol dengan menggunakan metode acak, yaitu sebanyak 19 orang untuk
kelompok intervensi dan 19 orang untuk kelompok kontrol.
Page 68
37
Setelah didapatkan jumlah sampel yang sesuai, kemudian peneliti
melakukan Informed Concent pada lansia untuk mengikuti kegiatan
Reminiscence Therapy selama 3 sesi. Sebelum terapi dimulai, peneliti
memberikan kuesioner DASS-42 terkait tingkat stress untuk melihat nilai
tingkat stress sebelum diberikan perlakuan. Untuk menyamakan persepsi
terkait tentang pemberian Reminiscence Therapy antara peneliti dan
asisten peneliti, peneliti menjelaskan terlebih dahulu tentang pengertian,
manfaat, metode yang digunakan, dan cara melakukan Reminiscence
Therapy. Kemudian peneliti dan asisten peneliti melakukan Reminiscence
Therapy selama 3 sesi pada kelompok intervensi.
Reminiscence Therapy merupakan metode yang berhubungan
dengan memori, dimana para lansia mendiskusikan mengenai pengalaman
masa lalu yang menyenangkan saat anak-anak, dewasa, dan dewasa/masa
tuanya. Dalam penelitian ini lansia dibagi menjadi 4 kelompok yaitu 5
orang, 5 orang, 5 orang, dan 4 orang. Setiap sesi dilakukan selama 90
menit dan masing-masing kelompok didampingi oleh 1 orang fasilitator
yaitu peneliti atau asisten peneliti. Pada akhir perlakuan, peneliti kembali
mengukur tingkat stress pada lansia pada kelompok intervensi dan kontrol.
Setelah selesai mengukur tingkat stress pada kedua kelompok, peneliti dan
asisten peneliti melakukan Reminiscence Therapy selama 3 sesi kepada
kelompok kontrol. Pembagian kelompok masing-masing 5 orang dalam 3
kelompok dan 1 kelompok berjumlah 4 orang. Setiap sesi selama 90
menit.
Page 69
38
H. Uji Validitas dan Relaibilitas
Uji validitas dan reabilitas tidak dilakukan kembali karena kesamaan data
adopsi dengan penelitian sebelumnya yaitu semua instrumen valid dengan
nilai reliabilitas 0,8806 (Damanik, 2011).
I. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Penelitian ini menggunakan analisis univariat yang berguna
untuk mendiskripsikan distribusi dari masing-masing variabel yang
diteliti. Variabel yang didiskripsikan adalah karakteristik lansia
meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, riwayat
pekerjaan, alasan masuk ke panti werdha dan lama tinggal di panti
werdha.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui perbedaan tingkat stress antara pretest dan posttest
pada masing-masing kelompok, yaitu kelompok intervensi dan
kelompok kontrol dengan menggunakan uji Paired Samples T-test
dengan tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan untuk mengetahui
perbedaan tingkat stress antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol menggunakan uji Independent Samples T-test. Kedua uji
statistik tersebut diolah dengan menggunakan program komputer.
Page 70
39
J. Kesulitan Penelitian
Kesulitan dalam penelitian ini adalah sebagian besar respondennya
kesulitan dalam membaca atau mengisi kuesinoner sehingga peneliti harus
membantu responden dalam mengisikan kuesioner. Peneliti menggunakan
metode wawancara langsung. Apabila ada pertanyaan yang kurang atau tidak
dipahami oleh responden maka pertanyaan tersebut diubah atau dimodifikasi
dengan bahasa yang lebih dipahami kalimatnya tanpa menghilangkan maksud
dan tujuan dari pertanyaan.
K. Etik Penelitian
Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam
pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus
diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian.
Etika penelitian diproses dan didapatkan dari Komisi Etik dan Penelitian
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY.
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan permohonan dan
persetujuan dari instansi, badan/ lembaga yang terkait untuk melaksanakan
penelitian. Kepada responden penelitian, peneliti memberikan penjelasan
mengenai tujuan penelitian, kesediaan menjadi repsonden penelitian dengan
menyetujui lembar persetujuan (Informed Consent) dan menjaga kerahasiaan
responden.
Page 71
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
A.
B.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PSTW (Panti Sosial Tresna Wredha)
Budi Luhur yang menjadi salah satu unit yang dimiliki oleh PSTW di
Yogyakarta. PSTW Budi Luhur terletak di Kasongan, Bangunjiwo, Bantul,
Yogyakarta. PSTWini merupakan salah satu lembaga sosial milik
pemerintah yang berada dibawah naungan Dinas Sosial (Dinsos) Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Berdasarkan keputusan Gubernur
DIY Nomor 160 Tahun 2002 Tentang Uraian dan Tata Kerja Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Propinsi
DIY, maka PSTW Budi Luhur mempunyai fungsi sebagai pusat pelayanan
pendampingan dan perlindungan bagi lanjut usia, pusat informasi tentang
kesejahteraan sosial lanjut usia, pengembangan ilmu pengetahuan tentang
lanjut usia.
Fasilitas yang dimiliki PSTW Budi Luhur antara lain berupa 8
buah wisma pelayanan, 1 buah wisma isolasi, 1 buah gedung berlantai 2
yang berfungsi sebagai kantor, 1 rumah dinas, 1 ruang poliklinik, 1 ruang
dapur, dan 1 masjid. Total luas bangunanannya adalah 6.521 m2. Sarana-
prasarana di PSTW Budi Luhur antara lain kesenian gamelan, dendang ria,
serta olahraga untuk menunjang aktivitas dan kesehatan lansia.
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold
Formatted: Numbered + Level: 1 +Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indentat: 0.5"
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold
Formatted: Indent: Left: 0.49", Hanging: 0.49", Numbered + Level: 1 + NumberingStyle: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left+ Aligned at: 1.5" + Indent at: 1.75"
Page 72
41
PSTW Budi Luhur memiliki beberapa program, yaitu pelayanan
regular (rutin), pelayanan subsidi silang, pelayanan harian lansia (Day
Care Service), trauma service, pelayanan perawatan rumah (Homecare
Service), dan pelayan tinggal sementara. Aktivitas yang dilakukan di
PSTW Budi Luhur antara lain, Pemenuhan ADL (Activity Daily Living)
atau aktifitas kehidupan sehari-hari, bimbingan sosial dan rohani,
kesenian, senam, serta rekreasi setiap 2 tahun sekali.
Posyandu lansia dilaksanakan pada setiap hari Rabu dibawah
naungan Puskesmas Kasihan 1 Bantul yang mempunyai tugas melakukan
pengukuran tTinggi bBadan, bBerat bBadan, dan tTekanan dDarah,
kemudian dilakukan pencatatan di KMS lansia secara rutin meliputi,
Indeks Masa Tubuh, Tekanan Darah, Berat Badan, Tinggi Badan.
Penyuluhan kesehatan peroangan berdasarkan KMS, seperti perencanaan
diet harian dan pemberian makanan tambahan, yang terakhir adalah
pemeriksaan dan pengobatan ringan (Dinas Sosial DIY, 2008).
C.2. Karakteristik Sampel Penelitian
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 38 orang, yaitu 19
orang dalam kelompok intervensi dan 19 orang dalam kelompok kontrol.
Kriteria dalam penelitian ini adalah responden dengan usia ≥ 60 tahun,
dapat diajak berkomunikasi, tingkat stres berada dalam rentang ringan dan
sedang, tingkat depresi berada dalam rentang ringan dan sedang,
sertatinggal di PSTW Budi Luhur.Kelompok intervensi diberi perlakuan
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold
Formatted: Indent: Left: 0.49", Hanging: 0.49", Numbered + Level: 1 + NumberingStyle: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left+ Aligned at: 1.5" + Indent at: 1.75"
Formatted: Strikethrough
Page 73
42
berupa Reminiscence Therapy, sedangkan kelompok kcontrol….. tidak
diberikan perlakuan berupa Reminiscence Therapy.
Gambaran responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini
disajikan pada tabel 3.bel 1. Tabel berapa?
Tabel 31. Analisa Usia Lansia dan Lama Tinggal di Panti PadaDistribusi
Karakteristik Lansia pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta (N=38)
Sumber: Data Data: Primer, 2014
Berdasarkan tTabel 3l 1, menunjukkan bahwa usia responden ssecara keseluruhan
memiliki rata-rata berusia 74,719 tahun, dengan usia termuda 60 tahun
dan usia tertua 92 tahun. Hasil analisis karakteristik lansia usia ini dapat
disimpulkan bahwa lansia paling banyak berada pada kelompok lanjut
usia (elderly) yaitu usia antara 60 dan sampai 74 tahun.
Hasil analisis uji statistik kesetaraaan berdasarkan tabel 3 1 menunjukkan bahwa
rata-rata usia lansia tidak ada perbedaan yang bermakna antara lansia
pada kelompok intervensi dan kontrol dengan p P valuerValue=0,115
(pP>0,05) yang berarti rata-rata usia lansia pada kedua kelompok adalah
homogen atau setara.
Hasil analisa lansia lama tinggal dipanti secara keseluruhan lansia memiliki rata-
rata tinggal di panti selama 3,39 tahun, dengan lama tinggal paling
pendekbarubaru selama 1 tahun dan paling lama selama 12 tahun.
Berdasarkan tabel 3 1, menunjukkan bahwa hasil uji statistik rata-rata lansia
tinggal di panti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lansia pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p PvValue=0,258
Formatted: Font: Italic
Formatted: Justified, Indent: Left: 0"
Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.59"
Formatted: Indent: Hanging: 0.59"
Comment [S1]: Rata-rata usia responden maksudnya?
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted: Indent: Hanging: 0.59", SpaceBefore: 0 pt
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Page 74
43
(pP>0,05) yang berarti rata-rata lama lansia tinggal di panti pada kedua
kelompok homogen atau setara.
Tabel 42. Distribusi Karakteristik dan Prosentase Responden Llansia Berdasarkan
Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Riwayat Pendidikan, Riwayat
Pekerjaan, dan Alasan masuk panti, pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol (n=38)
Variabel Kategori Intervensi
(n=19)
Kontrol
(n=19)
Jumlah
N % N % N %
Jenis
Kelamin
Laki-laki 8 42,2
%
8 42,2% 16 42,2%
Perempuan 11 57,8
%
11 57,8% 22 57,8%
Usia 45-59 tahun 0 0 0 0 0 0
60-74 tahun 13 68,4 8 42,1 21 55,3
75-90 tahun 6 31,5 10 52,6 16 42,1
>≥ 90 tahun 0 0 1 5,3 1 2,6
Status
Perkawinan
Belum
Menikah
0 0% 1 5,2% 1 2,6%
Menikah 4 21% 3 15,8% 7 18,4%
Janda/Duda 15 79% 15 79% 30 79%
Riwayat
Pendidikan
Tidak
Sekolah
0 0% 12 63,2% 12 31,66%
SD atau
Sederajat
10 52,6
%
3 15,8% 13 34,2%
SMP atau
Sederajat
4 21% 3 15,8% 7 18,4%
SMA atau
Sederajat
4 21% 1 5,2% 5 13,2%
Perguruan
Tinggi
1 5,4
%
0 0% 1 2,6%
Riwayat
Pekerjaan
Tidak
Bekerja
2 10,6
%
1 5,2% 3 7,9%
PNS/TNI/PO
LRI
1 5,2
%
3 15.8% 4 10,5%
Petani 6 31,6
%
12 63,2% 18 47,3%
Pegawai
Swasta/Buru
h
10 52,6
%
5 26,4% 15 34,3%
Formatted ...
Formatted ...
Formatted: Font: Bold
Formatted Table
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted: Centered, Space After: 0 pt
Formatted ...
Comment [S2]: Prosentase tidak usah dituliskan ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Page 75
44
Alasan
Masuk
Panti
Kemauan
Sendirii
6 31,6
%
10 52,6% 16 42,7%
Kemauan
Keluarga
12 63,2
%
7 36,8% 18 47,4%
Alasan Lain 1 5,2
%
2 10,6% 3 7,9%
Lama
Tinggal di
Panti
0-5 tahun 15 79 18 94,7 32 84,2
6-10 tahun 2 10,5 1 5,3 4 10,5
>10 tahun 2 10,5 0 0 2 5,3
Sumber: Data: Primer, 2014
Berdasarkan hasil analisis karakteristik pada tabel 342 diketahui
bahwa jenis kelamin secara keseluruhan paling banyak adalah
perempuan yakni 22 orang (57,8%). Usia lansia paling banyak adalah
usia 60-74 tahun (55,3%). Status perkawinan lansia paling banyak
adalah dengan status janda/duda yaitu 30 orang (79%). Riwayat
pendidikan lansia paling banyak adalah tamatan SD atau sSederajat
yaitu sebanyak 13 orang (34,2%). Riwayat pekerjaan lansia paling
banyak adalah bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 18 orang (47,3%).
Alasan lansia masuk panti paling banyak adalah kemauan keluarga
yaitu sebanyak 18 orang (47,4%). Lama tinggal dipanti paling banyak
adalah 0-5 tahun (84,2%).
Berdasarkan hasil statistik pada tabel 4, 2 diketahui bahwa ada
perbedaan yang bermakna pada proporsii status perkawinan (p
PvValue=0,000), riwayat pekerjaan (P Valuep value=0,000), dan alasan
masuk panti (p PvValue=0,003) pada kelompok intervensi dengan
Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single
Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Linespacing: single
Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Linespacing: single
Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Linespacing: single
Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single
Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single
Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single
Formatted: Normal, Indent: Left: 0.49", Firstline: 0.3"
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Left, Indent: Left: 0.49", Firstline: 0.3", Line spacing: single, Adjust spacebetween Latin and Asian text, Adjust spacebetween Asian text and numbers, Tab stops: 0.7", Left
Formatted: Indent: Left: 0.69", First line: 0.3"
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Comment [S3]: Value karena serapan asing maka tolong semua ditulis miring, V tidak perlu capital
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Page 76
45
kelompok kontrol atau dengan kata lain variabel tersebut tidak
homogen atau tidak setara (pP<0,05).
Sedangkan untuk jenis kelamin (P Valuep value=0,330) dan
riwayat pendidikan lansia (p PvValue=0,11) diketahui tidak ada
perbedaan yang bermakna antara kelompok intervensi dan kontrol atau
dengan kata lain kedua kelompok homogen atau setara (pP>0,05).
3. Tingkat Sstres pada Lalansia
Tabel 45. Distribusi frekuensi tingkat stress pada kelompok intervensi
sebelum dan sesudah Reminiscence Therapy
Tingkat
Stress
Pre-test kelompok
Intervensi
Post-Test kelompok
Intervensi
N % N %
Normal 12 63,2 17 89,5
Ringan 2 10,5 0 0
Sedang 0 0 1 5,3
Berat 3 15,8 1 5,3
Sangat Berat 2 10,5 0 0
Total 19 100 19 100
Sumber: Data Primer, 2014Tingkat stress sebelum dilakukan intervensi
Tabel 45, menunjukkan bahwa tingkat stress pada kelompok
intervensi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0",Hanging: 0.39", Numbered + Level: 1 +Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 1.5" + Indent at: 1.75"
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: List Paragraph, Left, Indent: Left: 0.98", Hanging: 0.69", Line spacing: single
Formatted: List Paragraph, Left, Indent: Left: 0.16", Hanging: 0.53", Line spacing: single
Formatted: Font: (Default) +Body (Calibri),11 pt
Page 77
46
Reminiscence Therapy yang terbanyak adalah tingkat stress dalam
rentang normal yaitu sebanyak 12 orang (63,2%), sesudah diberikan
perlakuan berupa Reminiscence Therapy, tingkat stress dalam rentang
normal meningkat menjadi 17 orang (89,5%).
Komentar: ketika mendeskripsikan table tidak usah semua
data dibaca dan ditulis ulang, toh pembaca juga sudah
bisa membaca.
Tabel 56. Distribusi frekuensi tingkat stress pada kelompok kontrol saat
pretest dan posttest
Tingkat Stres Pre-Test kelompok
Kontrol
Post-test kelompok
Kontrol
N % N %
Normal 10 52,6 6 31,6
Ringan 4 21,1 0 0
Sedang 0 0 7 36,8
Berat 4 21,1 5 26,3
Sangat Berat 1 5,3 1 5,3
Total 19 100 19 100
Data: Sumber Primer, 2014Perubahan tingkat stress pada kelompok yang
mendapat terapi reminiscence dan tidak mendapat
Tingkat Stres Post-test kelompok
Intervensi
Post-test kelompok
Kontrol
N % N %
Tabel 56, menunjukkan tingkat stress pada kelompok kontrol
saat pretest dan posttest didapatkan bahwa tingkat stress paling banyak
adalah rentang normal yaitu sebanyak 10 orang (52,6%), kemudian
setelah dilakukan posttest tingkat stress rentang normal menurun
menjadi 6 orang (31,6%) dan tingkat stress sedang meningkat menjadi 7
orang (36,8%).
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Comment [S4]: Bukanya yang 15.8% ini tingkat stres nya berat?
Formatted: Font: Bold
Formatted: Indent: Left: 1.08", Hanging: 0.3", Space After: 10 pt, Adjust space betweenLatin and Asian text, Adjust space betweenAsian text and numbers
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted Table
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.69", First line: 0"
Formatted: Font: 11 pt, Italic
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Italic
Formatted: Font: Bold
Formatted: Centered, None, Space Before: 0pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Don'tkeep with next, Don't keep lines together
Formatted Table
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold
Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Linespacing: single
Formatted: Centered, None, Space Before: 0pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Don'tkeep with next, Don't keep lines together
Formatted: Font: Bold
Formatted: Indent: Left: 0.69", First line: 0.49"
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Page 78
47
4. Perubahan Tingkat Stress Lansia saat Pretest dan Posttest
Tabel 3.Analisis Perubahan Tingkat Stress pada Lansia di PSTW Unit
Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta dengan uji
Independent Sample T-Test(N=38)
Variabel Intervensi Kontrol
N Mea
n
SD P
Valu
e
Mean SD P
Value
Tingkat Stres 0,000 0,669
Sebelum 19 7,47 6,086 8,26 5,16
Sesudah 19 4,00 3,68 10,58 3,96
Selisih 19 3,47 2,406 -2,32 1,2
Tabel 3menunjukkan gambaran perubahan tingkat stress pada
lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta pada
kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan Reminiscence
Therapy dan kelompok kontrol yang tidak diberi intervensi berupa
Reminiscence Therapy.Pada kelompok intervensi terlihat adanya
penurunan yang bermakna pada tingkat stress sebesar 3,47point (8,3%).
Hasil analisa statistik pada tabel 3menunujukkanterjadi penurunan yang signifikan
pada tingkat stress pada lansia yang mendapat Reminiscence Therapysebesar
0,000 (P Value<0,05).
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Indent: Left: 0.2", Hanging: 0.3", Numbered + Level: 1 + Numbering Style:1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left +Aligned at: 1.5" + Indent at: 1.75"
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.49"
Formatted: Font: Bold
Formatted Table
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Indent: Left: 0.39"
Formatted: Indent: Left: 0.59", First line: 0.41", Line spacing: Double
Formatted: Indent: Left: 0", First line: 0"
Page 79
48
Pada kelompok kontrol terlihat adanyaperubahan yang signifikan terhadap
peningkatantingkat stress pada lansia yang tidak mendapat Reminiscence Therapy,
yaitu sebesar 2,32 point (5,5%)dengan P Value sebesar 0,669 (P Value>0,05).
Pada selisih kelompok intervensi dan kontrol terlihat ada perbedaan.....
3. Penurunan tingkat stress…. Bla bla Tabel Tabel 674. Analisa Sebelum dan Sesudah dilakukan Reminiscence
Therapy pada kelompok intervensi dan kontrol pada lansia di
PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta dengan
uji Paired Samples T-test (N=38)
Variabel Kelompok Mean
Sebelum
Mean
Sesudah
Mean
Selisih
SD
Selisih
pP
vValue
Tingkat
Stress
Intervensi 7,47 4,00 3,47 2,406 0,005
Kontrol 8,26 10,58 -2,32 1,2 0,004
Berdasarkan tabel 67, 4menjelaskan bahwa uji statistik yang
dilakukan pada kelompok intervensi terdapat perubahan penurunan tingkat
stress yang bermakna setelahsesudah diberi Reminiscence Therapy yaitu
sebesar 3,47 point (8,3%) dengan P Valuep value sebesar 0,005 (pP<0,05).
Sedangkan pPada kelompok kontrol yang tidak diberi Reminiscence
Therapy, tingkat stress mengalamiterdapat peningkatan yang bermakna
meningkatsebesar 2,32 point (5,5%) dengan P Valuep value sebesar 0,004
(pP<0,05).
Comment [S5]: Bermakna???
Comment [S6]: Bermakna tidak ini?
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Strikethrough
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0",First line: 0", Numbered + Level: 1 +Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Strikethrough
Comment [S7]: Penjelasan sama seperti yang dibawah
Formatted ...
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Bold
Formatted: Indent: Hanging: 0.79"
Formatted: Font: Bold
Formatted Table
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Bold, Italic
Formatted: Font: Bold, Italic
Formatted: Font: Bold, Italic, English (U.S.)
Formatted ...
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Not Italic
Formatted: Font: Not Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Not Bold
Formatted ...
Formatted ...
Page 80
49
Tabel 7 8. Perbandinganedaan Hasil Posttest antara Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol terhadap Tingkat Stress lansia di PSTW
Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta dengan Uji
Independent Sample T-test (N=38)
Variabel Tingkat
Stress
Mean T Hitung df p value
Kelompok Intervensi 4,0000
5,302 36 0,000
Kelompok Kontrol 10,5789
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 78, menunjukkan bahwa nilai probabilitas sig
(2-tailed) sebesar 0,000 (p<0,05), nilai ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan tingkat stress yang signifikan antara kelompok intervensi yang
diberi Reminiscence Therapy dengan kelompok kontrol yang tidak diberi
Reminiscence Therapy.
B. Pembahasan
a. Analisis Univariat
1.
Karakteristik Responden
a.
Berdasarkan distribusi frekuensi dan prosentase
karakteristik responden ditemukan bahwa usia lansia rata-
rataterbanyak adalah elderly, yaitu usia rentang kelompok
intervensi adalah60-74 berusia 74,79 tahun. Menurut WHO,
terdapat empat tahap batasan usia lansia yaitu usia pertengahan
Formatted: Left
Formatted: Font: Bold
Formatted: Left, Indent: Left: 0.49",Hanging: 0.59"
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Bold
Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Linespacing: single
Formatted Table
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Formatted: Font: Bold, Italic
Formatted: Font: Bold, Italic, English (U.S.)
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted: Font: Italic
Formatted ...
Formatted: No underline
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Formatted ...
Formatted: Indent: First line: 0.41"
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted: Font: Italic
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Page 81
50
(middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lansia
(elderly) ialah antara 60 sampaidan 74 tahun, Lansia Tua (old)
ialah antara 75 dan sampai 90 tahun, lansia sangat tua (very
old) ialah di atas 90 tahun. Sehingga berdasarkan tabel 3, rata-
rata usia tahapan usia responden paling banyak berada di usia
lansia (elderly)tahapan lansia sangat tua. Hasil penelitian ini
sejalan dengan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2009
dimana jumlah lansia terbanyak berada pada rentang 60 sampai
74 tahun (U.S. Cencus Bereau, International Data Base, 2009;
dalam Putri, Zulfitri & Karim, 2012).
Dengan adanya perubahan-perubahan yang dialami
lansia, seperti perubahan pada fisik, psikologis, spiritual, dan
psikososial menyebabkan lansia mudah mengalami stres
(Azizah, 2011).
Stress terjadi karena adanya aktifvasi hipotalamus
yang mengendalikan sistem parasimpatis dan sistem korteks
adrenal (Sriati, 2007). Penuaan pada otak lansia juga
merupakan salah satu faktor terjadinya stressSeseorang yang
berusia 70 sampai 80 tahun sangat rentan terhadap terjadinya
stress akibat adanya penuaan pada otak. Halini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya faktor genetik. Hormon
adrenalin didalam otak seperti kortisol, sitokinin, dan
neurotransmitter akan aktif sehingga menyebabkan turunnya
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Comment [S8]: Ini kok tidak konsisten, di atas disebutkan responden paling banyak berada di tahapan elderly, disini kok jadi very old?? Konsistensi tolong diperhatikan.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Indent: Left: 1.28"
Formatted: Font: Times
Formatted: Font: (Default) Times, 12 pt
Formatted: Indent: Left: 1.28"
Formatted: Font: (Default) Times, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times, 12 pt
Formatted: Font: Times, 12 pt
Page 82
51
imunosupresan, disfungsi otot perifer, dan kematian sel. Jika
tidak ada penyeimbang yang baik dapat mempercepat penuaan
otak dan meningkatkan tingkat stres lansia (Garrido, 2011).
Selain itu,Mmenurut Tsukamoto and Machida (2012)
menyebutkan bahwa stress pada lansia dikarenakan adanya
penurunan fungsi neutrofil dalam tubuh. Hal-hal yang
mempengaruhi penurunan neutrofil diantaranya adalah
turunnya antibodi dalam diri seseorang. Turunnya antibodi
menyebabkan bakteri yang berguna untuk menangkaln virus
yang diproduksi oleh sel B ikut menurun. Antibodi yang
menurun menyebabkan penurunan aktivitas fagositosis
neutrofil myang berhubungan dengan penurunan produksi
superoksida, yang dapat menyebabkan kerentanan pada lansia
sehingga memudahkan berbagai macam penyakit mudah
masuk. Hal inilah yang menjadi salah satu lansia mudah
mengalami stress.
Berdasarkan analisa karakteristik responden menurut
lama tinggal dipanti dan alasan tinggal dipanti adalah, rata-rata
lansia paling banyak tinggal di panti adalah selama 3,39
tahun0-5 tahun dan sebanyak 47,4% lansia masuk panti atas
kemauan keluarga. Para lansia yang dititipkan oleh
Formatted: Font: 12 pt
Formatted: Default, Indent: Left: 1.28",Space After: 10 pt, Don't add space betweenparagraphs of the same style
Formatted: Font: 12 pt
Formatted: Indent: Left: 1.28"
Formatted: Default, Indent: Left: 1.28", Firstline: 0.63", Space After: 10 pt, Don't addspace between paragraphs of the same style
Comment [S9]: Mungkin disini sebaiknya Niken bandingkan dulu hasil penelitian ini dengan peneilitian lain terkait dengan masa tinggal di panti dan alas an lansia tinggal di panti. Apakah hasilnya sama atau berbeda? Kenapa? Baru nanti dihubungkan dengan stressnya.
Page 83
52
keluarganya dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa
ketidakmauan keluarga dalam merawat lansia, serta sibuknya
anak maupun saudaranya merupakan faktor yang
menyebabkan lansia dititipkan dipanti sosial. Beberapa
Menurut Garrido (2011), ffaktor yang mempengaruhi
terjadinya stress pada lansia adalah adanya penuaan pada otak,
faktor genetik, danantara lain faktor lingkungan.putusnya
hubungan dengan orang-orang yang paling dekat dan disayangi
serta ketidakpedulian keluarga terhadap lansia (Azizah, 2011;
Darmawan, 2003 dalam Hidayati, 2009). Namun berdasarkan
penelitian Lestari (2012), sebagian besar alasan lansia masuk
ke panti atas kemauan sendiri. Hal ini disebabkan karena lansia
sudah tidak mempunyai keluarga lagi (Lestari, 2012).Lansia
yang tidak dapat menyeimbangkan antara ketiga faktor
tersebut sangat rentan terjadinya stress.Genetik bukan satu-
satunya hal yang dapat membuat stress apabila lingkungan
sekitarnya baik, namun sebaliknya lansia akan menjadi stress
jika lingkungan tidak mendukung.Hal ini dibuktikan dengan
dititipkannya lansia hampir 50% ke PSTW Unit Budi Luhur,
Kasongan, Bantul, Yogyakarta oleh keluarganya.
BSedangkan berdasarkan karakteristik responden
menurut jenis kelamin paling banyak adalah perempuan,
Comment [S10]: Ini kalimatnya agak kurang nyambung dengan kalimat pertama. Coba langsung dihubungkan dengan data penelitian misalnya di Indonesia apa alas an lansia masuk ke panti? Kemauan keluarga? Lama tinggal berapa tahun kira-kira yang bisa mempengaruhi munculnya stress?
Comment [S11]: Sumber?
Comment [S12]: BUKTI apa ini? Tolong dipertajam lagi untuk pembahasan part ini ya.
Formatted: Font:
Formatted: Default, Indent: Left: 1.28",Space After: 10 pt, Don't add space betweenparagraphs of the same style
Formatted: Default, Justified, Indent: Left: 1.28", First line: 0.63", Space After: 10 pt,Don't add space between paragraphs of thesame style, Line spacing: Double, Adjust spacebetween Latin and Asian text, Adjust spacebetween Asian text and numbers
Page 84
53
masing-masing sebanyak 11 orang (57,8%) pada kelompok
intervensi dan kontrol. Hal ini membuktikan bahwa angka
harapan hidup penduduk perempuan Indonesia lebih tinggi
dibanding laki-laki; yaitu sekitar 72,9 tahun sedangkan angka
harapan hidup untuk penduduk laki-laki hanya sekitar 69 tahun
(BPS RI-Susenas, 2010).
Berdasarkan data frekuensi karakteristik menurut status
perkawinan terbanyak adalah janda/duda, yaitu sebanyak 15
orang (79%) pada kelompok intervensi maupun kontrol.
Perubahan sosial yang terjadi dan dapat berpengaruh dalam
kesejahteraan sosial lansia pada masa tuanya adalah
keberadaan pasangan hidup. Pasangan hidup memiliki fungsi
sebagai supporting dalam berbagai hal misalnya emosi,
problem solving, keuangan, maupun pengasuhan (Carstensen,
Gilford, dalam Papalia, 2008). Pada saat ditinggalkan oleh
pasangan, lansia mengalami rasa kesepian, kebosanan sehingga
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan fisik dan
kesehatan jiwa (Sigurdardottir et al., 2012).
b. Berdasarkan data frekuensi karakterisitik menurut
riwayat pekerjaan, jumlah riwayat pekerjaan terbanyak adalah
petani/ buruh yaitu sebanyak 18 orang (47,3%). Pendapatan
dan pendidikan yang rendah berdampak pada peningkatan
stressor psikososial, penurunan status kesehatan, dan
Formatted: Font: Italic
Page 85
54
buruknya kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan
merupakan salah satu faktor terjadinya gangguan mental
(Sriwattanakomen, 2010).
Berdasarkan data frekuensi karakteristik menurut
riwayat pendidikan, pendidikan terbanyak yang ditempuh
pada kelompok intervensi adalah SD atau sederajat dan tidak
sekolah pada kelompok kontrol. Menurut BPS RI-Susenas
(2010), pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk
berumur 15 tahun keatas dengan persentase paling tinggi pada
jenjang SD/sederajat yaitu 29,72% dan persentase yang paling
rendah pada jenjang perguruan tinggi yaitu 6,87%. Tingkat
pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat kesehatan seseorang (Montez and Hayward, 2010).
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
bagus pula mekanisme koping yang digunakan untuk
beradaptasi dengan stressor. Kesadaran untuk mencari dan
mengakses informasi menyebabkan personal control
meningkat sehingga individu dapat merubah lifestyle,
beradaptasi dengan stressor dan survive dengan hidupnya
(Mirowsky and Ross, 1998 dalam Roger et al., 2011).
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Normal, Indent: Left: 1.28", Firstline: 0.49"
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Italic
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Page 86
55
c.b.Hasil Uji StatistikTingkat Stress pada Lansia
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa
gambaran tingkat stress lansia pada kelompok intervensi
sebelum diberikan Reminiscence Therapy paling banyak
berada pada rentang normal yaitu sebanyak 12 orang (63,2%).
Setelah diberikan perlakuan berupa Reminiscence Therapy
sebanyak 3 sesi masing-masing selama 90 menit, tingkat stress
dalam rentang normal meningkat menjadi 17 orang (89,5).
Sedangkan pada kelompok kontrol saat pretest tingkat
stress paling banyak berada dalam rentang normal yaitu
sebanyak 10 orang (52,6%), Kemudian pada kelompok kontrol
yang tidak mendapat perlakuan berupa Reminiscence
TherapyNamu demikianNamun hasil pengukuarnpada
kelompokcontrol pada saat posttestposttest menunjukkan
adanya peningkatan menjadi bahwa paling banyak menjadi
seda7 orang (36,8%) berada dalam tingkat stress… sedang,
kemudian stress dalam rentang normal menurun menjadi 6
orang (31,6%).
Formatted: Default, Indent: Left: 1.28", Firstline: 0.49", Space After: 10 pt, Don't addspace between paragraphs of the same style, No bullets or numbering
Formatted: Normal, Indent: Left: 1.28", Firstline: 0.49"
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Font: 12 pt, Bold
Formatted: Default, Space After: 10 pt, Don'tadd space between paragraphs of the samestyle, Numbered + Level: 1 + Numbering Style:a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left +Aligned at: 1" + Indent at: 1.25"
Formatted: Font: Bold
Formatted: Indent: Left: 1.28"
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Comment [S13]: Meningkat tapi kok prosentasenya malah menurun? Tolong di cek!
Formatted: Indent: Left: 1.28", First line: 0.28"
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Page 87
56
Masing-masing responden memiliki tingkat stress
berbeda-beda karena stress bersifat subjektif dan dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor (Devi et al., 2012). Setiap
orang juga mempunyai respon yang berbeda-beda dalam
menghadapi stressor, respon bergantung pada fungsi
psikologis, kepribadian, dan sifat dari stressor itu sendiri
(Potter and Perry, 2005).blab la
Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa terapi SEFT
(Spiritual Emotional Freedom Technique) juga terbukti dapat
menurunkan tingkat stress pada lansia pada kelompok
intervensi sebesar 23,286 poin dengan nilai p value 0,000
(p<0,05), sedangkan pada kelompok kontrol terjadi
peningkatan yang signifikan sebesar 4,429 dengan nilai
sebesar 0,001 (p<0,05) (Yuswikarini, 2011). Terapi SEFT
merupakan gabungan antara spiritual power dan energy
psychology (Zainuddin, 2012). Terapi ini berhasil karena
mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari; seperti
kegiatan mendekatkan diri kepada Tuhan YME (Yuswikarini,
2011), dan merangsang titik-titik kunci sepanjang 12 jalur
energi yang berpengaruh pada kesehatan tubuh (Zainuddin,
2012).
2. Analisis Bivariat
Formatted: Indent: Left: 1.28"
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Indent: Left: 1.28", First line: 0.49"
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Bold, Font color: Auto
Formatted: Indent: Left: 0.49", Hanging: 0.49", Numbered + Level: 1 + NumberingStyle: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left+ Aligned at: 1" + Indent at: 1.25"
Formatted: Font: Bold
Page 88
57
a. Perubahan Tingkat Stress Lansia saat Pretest dan
PosttestCoba compare dengan hasil penelitian tingkat stress
pada lansia. Bagaimana hasilnya? Apakah sama? Atau
berbeda? Explain why!
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji
Paired T-test diketahui bahwa ada perbedaanperubahan yang
bermakna padaantara tingkat stress pada kelompok intervensi
setelah diberikan perlakuan berupa Reminiscence Therapy
dengan p value=0,005 (p<0,05), dandan pada kelompok
kontrol yang tidak mendapat perlakuan berupa Reminiscence
Therapy juga terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat
stress dengan nilai p value=0,004 (p<0,05).
PerubahanBerdasarkan penjelasan diatas menunjukkan
adanya penurunan yang bermakna pada tingkat stress pada
kelompok intervensi, dan adanya peningkatan tingkat stress
yang bermakna pada kelompok kontrol. dan peningkatan yang
bermakna pada tingkat stress pada kelompok
kontrolmenunjukkan adanya penurunan yang bermakna. Hasil
analisis perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol menunjukkan pula adanya perbedaan yang bermakna
signifikan setelah diberikan Reminiscence Therapy pada
kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol
yang tidak diberikan intervensi.
Formatted: Font: Bold, Font color: Auto
Formatted: Font: Bold, Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Bold, Font color: Auto
Formatted: Font: Bold, Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold, Italic
Formatted: Indent: Left: 1.28"
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Comment [S14]: Paparkan dulu terkait tingkat ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Page 89
58
Penurunan tingkat stress pada kelompok intervensi
yang diberikan Reminiscence Therapy sebesar 3,47 point dan
peningkatan tingkat stress pada kelompok kontrol yang tidak
diberikan Reminiscence Therapy pada peningkatan sebesar
2,32 point. Berdasarkan perhitungan diketahui pengaruh
Reminiscence Therapy terhadap penurunan tingkat stress
sebesar 8,3%.
Nilai p value pada tabel 6 menunjukkan bahwa nilai p
value pada kelompok kontrol lebih besar daripada kelompok
intervensi. Menurut pendapat peneliti, hal ini disebabkan
karena adanya beberapa faktor antara lain adanya faktor
pengganggu dan kontaminasi terkait pemberian Reminiscence
Therapy terhadap kelompok kontrol.
Faktor pengganggu yang dapat mempengaruhi
terjadinya peningkatan stress pada lansia antara lain seperti
kondisi kesehatan fisik, kondisi psikologi lansia yang sedang
tidak baik, faktor keluarga, dan faktor lingkungan. Dari
beberapa faktor penyebab yang muncul tidak diimbangi
dengan pemberian terapi untuk menurunkan tingkat stress.
Diketahui bahwa pada kelompok kontrol dalam penelitian ini
tidak diberikan perlakuan Reminiscence Therapy untuk
menurunkan tingkat stress pada lansia.
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 1.28", First line: 0.53"
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: Not Italic, Font color: Auto
Formatted: Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Indent: Left: 1.28"
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Page 90
59
Kemungkinan penyebab yang kedua adalah adanya
kontaminasi terhadap kelompok kontrol. Diketahui bahwa
pemberian Reminiscence Therapy kepada kelompok kontrol
dilakukan setelah pemberian Reminiscence Therapy kepada
kelompok intervensi. Sedangkan responden antara kedua
kelompok tercampur dalam satu wisma. Jadi, kemungkinan
besar kontaminasi terkait Reminiscence Therapy sangat besar.
b. Perbedaan Hasil Posttest pada Kelompok Intervensi dan
Kontrol
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan
Independent Samples T-test diketahui bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna pada tingkat stress lansia pada
kedua kelompok.
Dari penjelasan diatas menujukkan bahwa terdapat
perbedaan tingkat stress antara kelompok intervensi yang
diberi perlakuan berupa Reminiscence Therapy dan pada
kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan berupa
Reminiscence Therapy dengan nilai p value 0,000 (p<0,05).
DSedangkan dalam penelitian Syarniah (2010) juga
disebutkan bahwa Reminiscence Therapy dapat digunakan
untuk menurunkan tingkat depresi sebesar 6,37 point (42,5%)
dan sedangkandalam penelitian Banon (2011) didapatkan hasil
penurunan tingkat depresi dengan menggunakan Reminiscence
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font color: Auto
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.98", Hanging: 0.3", Numbered + Level: 1 +Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 1.25" + Indentat: 1.5"
Formatted: Font color: Auto
Formatted: Font color: Auto
Formatted: Font: Not Italic
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 1.28", First line: 0.53"
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Normal, Indent: Left: 1.28", Firstline: 0.49"
Page 91
60
Therapy dan psikoedukasi keluarga sebesar 4,14 point. Sejauh
yang peneliti baca, belum ditemukan adanya penelitian terkait
Reminiscence Therapy untuk menurunkan tingkat stres.
Terapi modalitas selain Reminiscence Therapy salah
satunya adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Kedua
terapi ini sama-sama mengacu pada aspek kognitif atau
pikiran, yaitu merubah pikiran negatif menjadi positif. CBT
terbukti dapat menurunkan tingkat stress setelah diberikan
intervensi selama 6 sesi sebesar 51 poin (Yusuf et al., 2013).
CBT berhasil dalam menurunkan tingkat stress karena dapat
membantu pasien dalam mengidentifikasi pikiran-pikiran
negatif, mengenali faktor apa saja yang menyebabkan stress,
dan menangani stress tersebut (Yusuf et al., 2013).
Keberhasilan Reminiscence Therapy untuk
menurunkan tingkat stress yang dilakukan oleh peneliti
mempunyai beberapa faktor, antara lain Hal ini pula juga
ditunjang dalam jurnal berjudul “The Effects of Reminiscence
Therapy on Depressive Symptoms of Chinese elderly: Study
protocol of a randomized contolled trial.”Reminiscence
Therapy yang diberikan pada responden dalam kelompok
intervensi menunjukkan adanya pengaruh berupa penurunan
tingkat depresi pada lansia. Terapi ini dilakukan selama enam
Comment [S15]: Cari perbandingan yang tingkat stress jg say, supaya perbandingannya lebih imbang.
Formatted: Indent: Left: 1.28"
Formatted: Normal, Indent: Left: 1.28", Firstline: 0.49"
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Not Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Comment [S16]: Belum nyambung
Formatted: Indent: Left: 1.28"
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Comment [S17]: Tidak perlu disebutkan judulnya seperti ini, cukup dicitasi siapa penulisnya dan tahun berapa. Toh nanti pembaca kalau mau tau judulnya bisa melihat bibliografi kamu. Penulis dan tahun cantumkan!
Page 92
61
sesi dan masing-masing 90 menit setiap sesinya. Pemberian
terapi disesuaikan dengan budaya yaitu budaya China dengan
protocol Watt. Kemudian cara penilaian dari hasil penelitian
adalah dengan cara menilai sebelum pengobatan, setelah
pengobatansegera, dan tigabulan setelah pengobatan.
Sejauh yang peneliti baca, belum ditemukan
adanyapenelitian terkaitReminiscence Therapy untuk
menurunkan tingkat stres. Faktor-faktor yang mempengaruhi
berhasilnya Reminiscence Therapy adalahdiberikannya terapi
secara berkelompok., Mmenurut Kennard (2006) dan Ebersole
(2010) apabila terapi dilakukan secara kelompok dapat
memberikan kesempatan kepada lansia dalam membagi
pengalamannya, meningkatkan sosialisasi dan komunikasi,
serta menghemat biaya dan waktu. Pengaturan waktu dan
pembagian kelompok yang tepat yaitu selama 90 menit dan 5-6
orang tiap kelompoknya, manajemen waktu yang cukup
kepada setiap responden untuk bercerita, mendengarkan, dan
memberikan feedback, serta pemakaian metode Simple atau
Positive Reminiscence yaitu menceritakan kejadian masa lalu
yang menyenangkan sehingga dapat memberikan efek yang
positif terhadap responden juga merupakan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi berhasilnya Reminiscence Therapy
(Family and Consumer Sciences (2010) dalam Banon (2011)).
Comment [S18]: Yang perlu ditekankan mungkin lebih ke kenapa kok reminiscence bs menurunkan depresi/stress? Pembahasannya di penelitian itu disebutkan seperti apa?
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Page 93
62
Dari hasil penelitian yang dilakukan dan sesuai dengan
hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa pemberian
Reminiscence Therapy efektif untuk menurunkan tingkat stres
lansia sehingga meningkatkan keberhasilan dan kualitas terapi
untuk menurunkan tingat stress.
C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian
1. Kekuatan
a. Sejauh yang peneliti baca, belum ditemukan adanya pemberian
Reminiscence Therapy untuk menurunkan tingkat stress pada
lansia.
b. Penelitian ini menjadi salah satu tempat untuk berdiskusi antara
lansia yang satu dengan yang lainnya 55mengenai masa lalu lansia
yang menyenangkan.
Penelitian ini merupakan metode baru untuk menurunkan tingkat
stress pada lansia yang mudah, murah, dan dapat dilakukan kapan
saja dan dimana saja.
c.
2. Kelemahan
a. Penelitian ini tidak menggunakan Reminiscence Kit seperti foto,
gambar, musik dan peralatan lain untuk membantu lansia dalam
mengingat masa lalunya.
Formatted: Justified, Indent: Left: 1.28",First line: 0.49"
Comment [S19]: Pembahasan masih perlu diperdalam. Referensinya ditambah lagi ya. Kalau bisa yg focus ttg tingkat stress
Formatted: Justified, Indent: Left: 1.28"
Formatted: Font: Bold, Font color: Auto
Formatted: List Paragraph, Justified,Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B,C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Alignedat: 0.25" + Indent at: 0.5"
Formatted: Font: Bold
Formatted: List Paragraph, Justified,Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2,3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Alignedat: 0.5" + Indent at: 0.75"
Formatted: List Paragraph, Justified,Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b,c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Alignedat: 0.75" + Indent at: 1"
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
Formatted: List Paragraph, Justified,Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b,c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Alignedat: 0.75" + Indent at: 1"
Formatted: List Paragraph, Justified,Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2,3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Alignedat: 0.5" + Indent at: 0.75"
Formatted: List Paragraph, Justified,Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b,c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Alignedat: 0.75" + Indent at: 1"
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Page 94
63
Ada beberapa lansia yang mendominasi saat diadakannya
Reminiscence Therapy, sebaliknya juga ada lansia yang pasif saat
mengikuti Reminiscence Therapy. Tetapi peneliti berusaha untuk
mengektifkan Reminiscence Therapy dengan berbagai cara.
b.
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 1.28", First line: 0.49", Numbered + Level: 1 +Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indentat: 1"
Formatted: List Paragraph, Left, Indent: Left: 0", First line: 0", Line spacing: single
Formatted: List Paragraph, Numbered +Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Startat: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" +Indent at: 1"
Formatted: Indent: Left: 0", First line: 0"
Page 96
65
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
A.
1. Terdapat penurunan tingkat stress setelah diberikan
Reminiscence Therapy sebanyak 3 sesi, masing-masing selama
90 menit pada kelompok intervensi.
2. Terdapat penurunanpeningkatan tingkat stress saat dilakukan
posttest pada kelompok kontrol.
3. Ada perbedaan tingkat stress pada lansia kelompok intervensi
dan kelompok kontrol setelah diberikan perlakuan berupa
Reminiscence Therapy sebanyak 3 sesi, masing-masing selama
90 menit.
b. Terdapat pengaruh dalam pemberian Reminiscence Therapy
terhadap penurunan tingkat stres pada lansia.
c. Adanya perbedaan berupa penurunan tingkat stres pada lansia
setelah diberikan Reminiscence Therapy bila dibandingkan
dengan sebelumnya.
d. Adanya perbedaan berupa penurunan tingkat stress pada lansia
di kelompok intervensi yang diberi perlakuan dibandingkan
dengan lansia yang tidak diberi perlakuan.
1. Saran
B.
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold, Font color: Auto
Formatted: Indent: Left: 0.3", Hanging: 0.39", Numbered + Level: 1 + NumberingStyle: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left+ Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75", Tabstops: Not at 0.56"
Formatted: Numbered + Level: 1 +Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25", Tab stops: Not at 0.56"
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Indent: Left: 1", Hanging: 0.25",Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2,3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Alignedat: 1" + Indent at: 1.25"
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Numbered + Level: 1 +Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25"
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold, Font color: Auto
Formatted: Indent: Hanging: 0.45",Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B,C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Alignedat: 0.5" + Indent at: 0.75"
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold
Page 97
66
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
a. Pemberian Reminiscence Therapy sebagai terapi penurun
stress ini sangat mudah, murah, dan efektif sehingga pengelola
PSTW dapat menerapkannya mengajarkannya di Panti
SosialInstitusi Pendidikan sebagai kegiatan rutinsalah satu
terapi penurun stress sehingga harapannya dapat meningkatkan
kualitas hidup lansia di Indonesia.
2. Bagi Pengelola PSTW
Pemberian Reminiscence Therapy sebagai terapi penurun
stress dapat diterapkan dan ddiajarkan kepada lansia yang ada
di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta
khususnya tiap wisma agar dapat menerapkan hal ini sehingga
dapat meningkatkan sosialisasi dan komunikasi antar lansia.
3. Bagi Pendamping Lansia
Reminiscence Therapy dapat diterapkan kepada lansia saat
waktu-waktu senggang untuk menurunkan tingkat stress lansia.
b.4. Bagi Peneliti Selanjutnya
c. Pemberian Reminiscence Therapy sebagai terapi untuk
menurunkan tingkat stress lansia dapat disertai dengan
menggunakan media seperti gambar, musik, atau alat-alat yang
dapat membantu lansia dalam sehingga dapat meningkatkan
keefektifan pemberian Reminiscence Therapy.
Formatted: Numbered + Level: 1 +Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25"
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Indent: Left: 1.25", No bullets ornumbering
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Numbered + Level: 1 +Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25"
Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Indent: Left: 1.25", No bullets ornumbering
Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto
Formatted: Numbered + Level: 1 +Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25"
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Indent: Left: 1.25", No bullets ornumbering
Formatted: Numbered + Level: 1 +Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25"
Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
Formatted: Indent: Left: 1.25", No bullets ornumbering
Page 98
59
DAFTAR PUSTAKA
Adientya, Gabriella; Fitria Handayani. 2012. Stress pada kejadian stroke.
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman
183 – 188.
Ahmadi, Abu, (2009), Psikologi Sosial, Rineka Cipta, Jakarta.
Ando, M., Morita, T., Okamoto, T., & Ninosaka, Y. (2007). One week short-term
life review interview can improve spiritual well-being of terminally ill
cancer patients. Diakses pada tanggal 14 Desember 2013 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez
Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011) . Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik).
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Badan Pusat Statistik (2010), Pedoman Pencacahan Susenas Kor 2010. BPS,
Jakarta.
Beecham, M.H., Anthony, C., & Kurtz, J. A life review interview guide: a
structured systems approach to information gathering. International journal
of aging & human development, 46(1), 25-44.
Chairunnisa. (2009). Jurnal stress dan kesehatan. Stress dan Kesehatan. Jakarta:
Chen, ting-ji., Li, Hui-jie., and Li, Juan., (2012). The effects of Reminiscence
Therapy on Deppresive symptoms of Chinese elderly: study protocol of a
randomized controlled trial. Retrieved Febuary 12, 2014. BMC Psychiatry
Collins, C.(2006). Life Review and Reminiscence group therapy among senior
adults.http://etd.lib.ttn.edu/theses/available/etd04182006223851/unrestricte
d/Collins Casondra Diss.pdf, diakses pada tanggal 12 Febuari 2014
Crose, R. (1990). Reviewing the past in the here and now: using Gestalt therapy
techniques with life review. Journal of mental health counseling, 12(3),
279-87
Dahlan, Muhammad Sopiyudin. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika
Damanik, Evelina Debora. (2011). The Measurement of Reliability, Validity, Items
Analysis and Normative Data of Depression Anxiety Stress Scale (DASS).
Thesis di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Indonesia.
Page 99
60
Darmojo, R.B., Martono, H.H., (2004). Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
David, Haber Ph.D. Life Review: Implementation, theory, research, and therapy.
Int’l. Journal Aging and Human Development, Vol. 63(2) 153-171, 2006.
Departemen Kesehatan.(2009) Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta.
Departemen Sosial. (2007). Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan masalah
kesejahteraannya. Jakarta
Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta. 2009. Diperoleh
http://www.depkes.go.id
Devi, P.S., Sawitri, K.A., Nurhesti, P.O.Y.(2012). Pengaruh Terapi Warna Hijau
Terhadap Stress pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya
Denpasar. Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Retrivied 28 Juni 2014.
Donlon, Barbara Cole. (2007). Keperawatan Gerontik Edisi 2. Buku Kedokteran
ECC: Jakarta
Fauzi, Mahmud.(2013).Hubungan Dorongan Keluarga dan Kepuasan Hidup
Lansia Berdasarkan Status Perkawinan. Jurnal Sains dan Praktik Sosiologi,
vol I (3), 280-294
Garrido, Pedro. (2011). Aging and Stress: Past Hypoyheses, Present Approaches
and Perspective. Retrieved 25 Juni 2014. www.aginganddisease.org
Gudex, Claire., Horsted, Charlotte., Jensen, Anders Møller., Kijer, Marianne
Kjer., and Sørensen, Jan., (2010). Consequences from use Reminiscence
Therapy-a Randomized intervention study in ten Danish nursing homes.
Retrieved Febuary 12, 2014. BMC Geriatrics.
Hidayah, Nurul. S. Kep., Ns.(2013).Buku Ajar Keperawatan Gerontik. PSIK
UMY: Yogyakarta
Hidayati, L.N. (2009). Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Depresi pada
Lansia di Kelurahan Daleman Tulung Klaten. Skripsi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Indriana, Yeniar., Kristiana, Ika Febrian., Sonda, Andrewinata A., Intanirian,
Annisa.(2010).Tingkat Stres lansia di Panti Wreadha “Pucang Gading”
Semarang. Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, No. 2, Oktober 2010
Page 100
61
Kennard, C. (2006). Reminiscence Therapy activities for people with Dementia.
http://dying.about.com/od/thedyingprocess. Diakses pada tanggal 12
Febuari 2014
Lestari, Dhian Ririn. (2012). Pengaruh terapi Telaah Pengalaman Hidup
terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Martapura dan Banjarbaru Kalimantan Selatan. Thesis pada Keperawatan
Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Jurusan Magister Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia, Indonesia.
Looker, Terry dan Gregson, Olga. (2005). Managing Stress. Yogyakarta: BACA!
Maryam, Siti., Ekasari, Mia Fatma., Rosidawati.(2008).Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Salemba Medika: Jakarta
Montez, JK.; Hayward, MD. (2010). Early Life Conditions and Later Life Mortality
Forthcoming as Chapter 5. In: Rogers, RG.; Crimmins, E., Editors.
International Handbook of Adult Mortality. NY: Springer Publishers.
Nasir, Abdul., Muhith, Abdul.(2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar
dan Teori. Salemba Medika: Jakarta
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta
Nugroho (2008). Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Papalia, D.E., Olds, S.W & Feldman, R.D.(2008). Human development (9th
ed).New York: Mc Graw Hill.
Potter, P A, Perry, A G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik, Vol. 1. E/4. EGC: Jakarta.
Potter, P A, Perry, A G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses dan Praktik. Vol 2. Jakarta: EGC
Rogers, Richard G., Everett, Bethany G., Zajacova, Ana., Hummer, Robert A.,
(2010). Educational Degrees and Adult Mortality Risk in The United States.
Retrieved 28 Juni 2014. NIH Public Access.
Sadock BJ, Sadock VA. Synopsis of Psychiatry. Behavior Sciences/Clinical
Psychiatry. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2007, p.53-61;527-78;
1348-58
Sastroasmoro, Ismael.(2011).Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-
empat. Sagung Seto: Jakarta
Sastroasmoro, S dan Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: CV. Sagung Seto.
Page 101
62
Setyoadi., Kushariyadi.(2011).Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika
Sholihah, Halimatus. (2011). Pengaruh Life Review Therapy Tingkat Harga Diri
pada Lansia di Tejokusuman Notoprajan Ngampilan Yogyakarta. Skripsi
Stara Satu, Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Aisyiyah
Yogyakarta, Indonesia.
Sigurdardottir, S. H., et al. (2012). Needs and care of older people living at home
in Iceland. Scandinavian Journal of Public Health, 40, 1–9
Sirey, Jo Anne., McKenzie, Sharon. (2007). Cultural Life Review Program: A
Community-Based Intervention for African American adn Caribbean
American Older Adults. Diakses pada 20 Desember 2013 dari
http://www.citra.org/wordpree/wp-content/uploads/Sirey-proposal.pdf
Situs Resmi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2005.
Peraturan Perundang-Undangan Tentang Lanjut Usia. Retrieved 28
Desember 2013
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi, Andi, Yogyakarta
Sriati, Aat. 2007. Tinjauan Tentang Stres. Retrivied 28 Juni 2014).
http://resources.unpad.ac.id/unpad
Sriwattanakomen et al., (2010). A Comparison of The Frequencies of Risk Factors
for Depresion in Older Black and White Participants in a Study of Indicated
Prevention. Internal Psychogeriatrics (2010), 22:8, 1240-1247 C
International Psychogeriatrics Associations. Retrived 28 Juni 2014.
http://search.proquest.com/psyarticles/docview
Statistik Indonesia.(2013). Proyeksi Penduduk Indonesia Menurut Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010-2013. Diakses dari
http://www.datastatistik
indonesia.com/portal/index.php?option=com_proyeksi&task=show&Itemid
=172 pada tanggal 5 Januari 2014.
Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Bisnis, cetakan kedua belas. Alfabeta:
Bandung
Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta:
Bandung
Suliswati et al., (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC:
Jakarta
Syarniah.(2010). Pengaruh Terapi Kelompok Reminiscence terhadap Depresi
pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Sejahtera provinsi
Page 102
63
Kalimantan Selatan. Thesis Strata dua, Fakultas Ilmu Keperawatan, jurusan
magister Ilmu Keperawatan kekhususan Keperawatan Jiwa, Universitas
Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Thomas A, Rando, and Howard Y. Chang. (2013). Aging, Rejuvenation, and
Epigenetic Reprogramming: Resetting the Aging Clock. Retrieved 14
Desember 2013. NIH Public Access.
Tsukamoto K, Machida K. (2012). Effects of life events and stress on neutrophil
functions in elderly men. Retrieved 25 Juni 2014. Immunity and Ageing.
Wahyuningsih, M. (2011). Ini Dia 5 Provinsi dengan Jumlah Lansia Paling
Banyak. Detik Health. Diakses dari http://www.detikhealth.com pada 28
Desember 2013
Wheeler, K. (2008). Psychotherapy for the advanced practice psychiatric nurse.
USA: Mosby, Inc.
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Refika Aditama: Bandung.
Yusuf U, Setianto L. (2013). Efektifitas “Cognitive Behavior Therapy” terhadap
Penurunan Derajat Stress. Retrieved 3 Juli 2014. Mimbar, Vol. 29, No. 2 hal
175-186.
Yuswikarini, Saraswati Eva. (2010). Terapi SEFT untuk Menurunkan Tingkat
Stres Pada Lansia Penderita Hipertensi. Thesis di Universitas
Muhammadiyah Malang.
Zainuddin, Ahmad Faiz. (2012). Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT).
Jakarta: Afzan Publishing. 3-65
Zulfitri, R. (2011). Konsep diri dan gaya hidup lansia yang mengalami penyakit
kronis di panti sosial Tresna Werdha (PSTW) Khusnul Khotimah
Pekanbaru. Diperoleh tanggal 13 Juli 2014 dari
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/J NI/article/view/636.
Page 104
LEMBAR PERMOHONAN RESPONDEN
Kepada Yth, Yogyakarta, ................ 2014
Calon responden penelitian
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan di bawah ini adalah Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta:
Nama : Niken Ayu Arumsari
NIM : 20100320133
No. Telpon/ HP : 085643899921
Saya bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Reminiscence Therapy terhadap tingkat stres pada lansia di PSTW Budi Luhur
Yogyakarta” tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui pengaruh
Reminiscence Therapy terhadap tingkat stres pada lansia di PSTW Budi Luhur,
Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini tidak akan merugikan reponden.
Saya selaku peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan jawaban responden,
data hanya saya gunakan untuk kepentingan penelitian.
Bersama ini saya lampirkan surat persetujuan responden. Bapak/Ibu
dipersilahkan menandatangani surat persetujuan bila bersedia secara sukarela
menjadi responden penelitian. Jika ada hal–hal yang perlu ditanyakan/
disampaikan, Bapak/Ibu dapat menghubungi saya melalui nomer telpon diatas.
Besar harapan saya agar saudara bersedia menjadi responden dalam
penelitian dan menjawab pertanyaan terkait penelitian yang akan diajukan.
Saya ucapkan terima kasih atas kesediaan dan kerja sama saudara.
Hormat Saya,
Peneliti
NIKEN AYU ARUMSARI
Page 105
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk
ikut berpartisipasi dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Jurusan Program Studi Ilmu
keperawatan yang bernama Niken Ayu Arumsari, NIM 20100320133, dengan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat
stres pada lansia di PSTW Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta”. Saya
mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya
bagi peningkatan Ilmu Keperawatan di Indonesia.
Yogyakarta,.......................2014
Responden
(..........................................)
Page 106
KUISIONER PENELITIAN
“PENGARUH REMINISCENCE THERAPY TERHADAP TINGKAT
STRES PADA LANSIA DI PSTW BUDI LUHUR YOGYAKARTA”
Nama Responden:
Peneliti : Niken Ayu Arumsari
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Petunjuk Pengisian:
Baca/dengarkan setiap pernyataan dengan baik dan benar.
Beri tanda ceklis( √ ) pada pernyataan yang menurut anda benar.
Identitas Responden
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
2. Usia
a. 45-59 tahun
b. 60-74 tahun
c. 75-90 tahun
d. > 90 tahun
3. Status Perkawinan Sekarang
a. Menikah
b. Tidak menikah
c. Janda/ Duda
4. Pendidikan terakhir
a. Tidak sekolah
b. SD atau sederajat
c. SMP atau sederajat
Page 107
d. SMA atau sederajat
e. Akademi/ Perguruan tinggi
5. Riwayat Pekerjaan
a. PNS/ TNI/ POLRI
b. Wiraswasta
c. Pegawai swasta
d. Tidak bekerja
6. Alasan tinggal di Panti
a. Kemauan sendiri
b. Kemauan keluarga
c. Alasan lain
7. Lama tinggal dipanti
a. 0-5 tahun
b. 6-10 tahun
c. > 10 tahun
Page 108
Penilaian Kuesioner DASS-42
TES DASS-42
Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat
empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.
1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau sering.
3 : Sangat sesuai dengan saya, atau hampir setiap saat.
Selanjutnya, Bapak/Ibu diminta untuk menjawab dengan cara memberi cek
list (V) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan apa yang dirasakan
sesuai dengan Bapak/Ibu selama seminggu terakhir. Tidak ada jawaban yang
benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Bapak/Ibu yang
sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran
Bapak/Ibu.
No PERNYATAAN 0 1 2 3
1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi
marah karena hal-hal sepele.
2 Saya cenderung bereaksi berlebihan
terhadap suatu situasi.
3 Saya merasa sulit untuk bersantai.
4 Saya merasa diri saya mudah merasa kesal.
5 Saya merasa telah menghabiskan banyak
energi untuk merasa cemas.
6
Saya menemukan diri saya menjadi tidak
sabar ketika mengalami penundaan
(misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu
sesuatu).
7 Saya merasa bahwa saya mudah
tersinggung.
8 Saya merasa sulit untuk beristirahat
9 Saya merasa bahwa saya sangat mudah
marah.
10 Saya merasa sulit untuk tenang setelah
Page 109
sesuatu membuat saya kesal.
11
Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi
gangguan terhadap hal yang sedang saya
lakukan.
12 Saya sedang merasa gelisah.
13
Saya tidak dapat memaklumi hal apapun
yang menghalangi saya untuk
menyelesaikan hal yang sedang saya
lakukan.
14 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.
Harap diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewatkan. Terima kasih.
Page 110
Modul Reminiscence Therapy
REMINISCENCE THERAPY
Reminiscence Therapy adalah sebuah terapi yang terstruktur secara sistematis dan
berguna untuk merefleksikan kehidupan lansia untuk mengevaluasi ulang,
menyelesaikan konflik dari masa lalu, menemukan makna kehidupan, dan menilai
koping adaptif mana yang sebaiknya digunakan.
Adapun manfaat dari Reminiscence Therapy, antara lain:
1) Meningkatkan harga diri
2) Membantu individu mencapai kesadaran diri
3) Memahami dirinya sendiri
4) Meningkatkan kepuasan hidup
5) Dapat beradaptasi dengan stres
Tabel 1: Reminiscence masa kanak-kanak
Tujuan: Klien mampu menceritakan masa kanak-kanaknya
Setting:
a. Klien dan terapis duduk bersama dalam ruangan
b. Ruangan nyaman
Alat dan Bahan:
a. Buku panduan Reminiscence Therapy
b. Daftar absen
c. Lembar evaluasi
d. Buku catatan dan pulpen
Metode:
a. Dinamika kelompok
b. Bercerita
Waktu Kegiatan Terapis Kegiatan Lansia
Persiapan:
a. Memilih dan membuat
kontrak dengan lansia
b. Mempersiapkan alat dan
tempat pertemuan
Orientasi:
Pada tahap ini terapis
melakukan:
1. Menjawab salam
terapis
Berdoa menurut
Page 111
1. Memberi salam
terapeutik
a. Mengucap salam
b. Membuka dengan
doa menurut agama
dan kepercayaan
masing-masing
c. Memperkenalkan
nama terapis
d. Menananyakan nama
lansia dan saling
memperkenalkan
satu sama lain
2. Kontrak
a. Menjelaskan tujuan
umum kegiatan yaitu
untuk melihat tingkat
stres
b. Menjelaskan tujuan
khusus yaitu dengan
menceritakan
kembali masa kanak-
kanaknya
c. Menjelaskan aturan
main
Menjelaskan jumlah
pertemuan dan
kegiatan yang
dilakukan lansia
- Kegiatan ini
dilakukan selama
3 kali pertemuan
- Pertemuan
pertama, lansia
akan mengisi
kuisioner DASS-
42 yang
kemudian
dilanjutkan
dengan
menceritakan
masa kanak-
kanaknya
- Setiap individu
mempunyai
kesempatan untuk
agama dan
keyakinan masing-
masing
Memperhatikan
terapis
Menyebutkan
nama
Memperhatikan
2. Memperhatikan
penjelasan terapis
Memperhatikan
aturan main
3. Menjawab
pertanyaan terapis
Page 112
menceritakan
masa kanak-
kanaknya
- Lama kegiatan
selama 90 menit
dan klien wajib
mengikuti
kegiatan dari
awal hingga akhir
Evaluasi: Menanyakan perasaan
pasien saat ini
Tahap Kerja:
a. Terapis meminta setiap
lansia untuk
menceritakan
pengalaman berharga
saat masa kanak-
kanaknya dan lansia
yang lain mendengarkan
dan memberikan
feedback
b. Terapis memberikan
reinforcement untuk
lansia
a. Lansia
menceritakan
pengalaman
berharga saat masa
kanak-kanaknya
Memberikan
feedback
Tahap terminasi
a. Evaluasi
Menanyakan perasaan
semua klien setelah
mengikuti Reminiscence
Therapy
b. Terapi memberikan
reinforcement untuk
klien
c. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien
untuk mengulang hal ini
saat berada di wisma saat
berkumpul dengan
teman-teman
d. Kontrak yang akan
datang
Menyepakati kegiatan
berikutnya
Menceritakan
pengalaman berharga
saat masa remananya
a. Menjawab
pertanyaan
b. Mendengarkan dan
menyepakati
c. Menyepakati
kontak selanjutnya
Page 113
e. Menyepakati waktu dan
tempat
Penutup
Mengakhiri kegiatan dengan
berdoa dan mengucapkan salam
Berdoa dan menjawab
salam
Tabel 2: Reminiscence masa remaja
Tujuan: Klien mampu menceritakan masa remajanya
Setting:
a. Klien dan terapis duduk bersama dalam ruangan
b. Ruangan nyaman
Alat dan Bahan:
a. Buku panduan Reminiscence Therapy
b. Daftar absen
c. Lembar evaluasi
d. Buku catatan dan pulpen
Metode:
a. Dinamika kelompok
b. Bercerita
Jadwal kegiatan
Waktu Kegiatan Terapis Kegiatan Lansia
Persiapan:
a. Mempersiapkan
alat dan tempat
pertemuan
b. Berkumpul
ditempat yang
sudah ditentukan
Orientasi:
Pada tahap ini terapis
melakukan:
a. Memberi salam
terapeutik
b. Mengucap salam
c. Membuka
dengan doa
menurut agama
a. Menjawab
salam terapis
b. Berdoa menurut
agama dan
keyakinan
masing-masing
Memperhatikan
terapis
Menyebutkan
Page 114
dan kepercayaan
masing-masing
4. Kontrak
a. Menjelaskan
tujuan umum
kegiatan yaitu
untuk
menurukan
tingkat stress dan
melanjutkan sesi
yang kamarin
b. Menjelaskan
tujuan khusus
yaitu dengan
menceritakan
kembali masa
remajanya
c. Menjelaskan
aturan main
- Kegiatan ini
dilakukan
selama 3 kali
pertemuan
- Lama
kegiatan
selama 90
menit dan
klien wajib
mengikuti
kegiatan dari
awal hingga
akhir
Evaluasi: Menanyakan
perasaan pasien saat ini
nama
a. Memperhatikan
penjelasan
terapis
Memperhatikan
aturan main
b. Menjawab
pertanyaan
terapis
Tahap Kerja:
a. Terapis meminta
setiap lansia untuk
menceritakan
pengalaman
berharga saat masa
remajanya
b. Terapis memberikan
reinforcement untuk
setiap lansia
a. Lansia
menceritakan
pengalaman
berharga saat
masa remajanya
Tahap terminasi
a. Evaluasi
d. Menjawab
pertanyaan
Page 115
Menanyakan
perasaan klien
setelah mengikuti
Reminiscence
Therapy
b. Terapi memberikan
reinforcement untuk
klien
c. Rencana tindak
lanjut
Menganjurkan klien
untuk mengulang hal
ini saat berada di
wisma saat
berkumpul dengan
teman-teman
d. Kontrak yang akan
datang
Menyepakati
kegiatan berikutnya
Menceritakan
pengalaman
berharga saat masa
dewasa dan
kejayannya
e. Menyepakati waktu
dan tempat
e. Mendengarkan
dan
menyepakati
f. Menyepakati
kontak
selanjutnya
Penutup
Mengakhiri kegiatan dengan
berdoa dan mengucapkan
salam
Berdoa dan menjawab
salam
Tabel 3: Reminiscence masa dewasa dan masa kejayaannya
Tujuan: Klien mampu menceritakan masa dewasa dan masa kejayaannya
Setting:
a. Klien dan terapis duduk bersama dalam ruangan
b. Ruangan nyaman
Alat dan Bahan:
a. Buku panduan Reminiscence Therapy
b. Daftar absen
c. Lembar evaluasi
Page 116
d. Buku catatan dan pulpen
Metode:
a. Dinamika kelompok
b. Bercerita
Jadwal kegiatan
Waktu Kegiatan Terapis Kegiatan Lansia
Persiapan:
a. Mempersiapkan alat
dan tempat
pertemuan
b. Berkumpul ditempat
yang sudah
ditentukan
Orientasi:
Pada tahap ini terapis
melakukan:
a. Memberi salam
terapeutik
b. Mengucap salam
c. Membuka dengan
doa menurut agama
dan kepercayaan
masing-masing
3. Kontrak
a. Menjelaskan
tujuannya yaitu
melakukan
Reminiscence
Therapy
melanjutkan sesi
yang kemarin
b. Menjelaskan dan
mengingatkan
kembali tujuan
yaitu
menceritakan
kembali masa
dewasa dan
kejayaannya
c. Menjelaskan
aturan main
Menjelaskan
a. Menjawab
salam terapis
b. Berdoa
menurut
agama dan
keyakinan
masing-
masing
Memperhatik
an terapis
c. Memperhatik
an penjelasan
terapis
Memperhatik
an aturan
main
d. Menjawab
pertanyaan
terapis
Page 117
- Kegiatan ini
dilakukan
selama 3 kali
pertemuan
- Setiap
individu
mempunyai
kesempatan
untuk
menceritakan
masa dewasa
dan
kejayaannya
- Lama
kegiatan
selama 90
menit dan
klien wajib
mengikuti
kegiatan dari
awal hingga
akhir
Evaluasi: Menanyakan
perasaan pasien saat ini
Tahap Kerja:
a. Terapis meminta
setiap lansia untuk
menceritakan
pengalaman
berharga saat masa
dewasa dan
kejayannya
b. memberikan
reinforcement untuk
lansia
a. Lansia
menceritakan
pengalaman
berharga saat
masa dewasa
dan
kejayaannya
Tahap terminasi
a. Evaluasi
Menanyakan
perasaan klien
setelah mengikuti
Reminiscence
Therapy
b. Terapi memberikan
reinforcement untuk
klien
c. Menganjurkan klien
a. Menjawab
pertanyaan
b. Mendengarka
n dan
menyepakati
c. Menyepakati
kontak
selanjutnya
Page 118
untuk mengulang hal
ini saat berada di
wisma saat
berkumpul dengan
teman-teman
a. Kontrak yang akan
datang
Menyepakati
kegiatan berikutnya
yaitu mengisi
kuesioner DASS-42
Penutup
Mengakhiri kegiatan dengan
berdoa dan mengucapkan
salam
Berdoa dan
menjawab salam
Page 119
Tes GDS
TES GDS (Geriatric Depression Scale)
Nama pasien: Tanggal:
Usia pasien: Wisma:
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai
dengan pengalaman Bapak/Ibu dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.
Terdapat dua pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
YA: Anda mengalami hal tersebut
TIDAK: Anda tidak mengalami hal tersebut
Selanjutnya, Bapak/Ibu diminta untuk menjawab dengan cara memberi cek
list (V) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan apa yang dirasakan
sesuai dengan Bapak/Ibu selama seminggu terakhir. Tidak ada jawaban yang
benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Bapak/Ibu yang
sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran
Bapak/Ibu.
No. KEADAAN YANG DIRASAKAN SELAMA
SEMINGGU TERAKHIR
Nilai Respon
YA TIDAK
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan keadaan
anda?
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan
dan minat atau kesenangan anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong atau
merasa kesepian?
4. Apakah anda sering merasa bosan?
5. Apakah anda memiliki semangat yang bagus
dalam sebagian besar hidup anda?
6. Apakah anda takut khawatir bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi pada anda?
7. Apakah anda merasa bahagia dalam sebagian besar
hidup anda?
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
9. Apakah anda lebih suka tinggal di wisam atau
rumah daripada pergi keluar untuk melakukan
sesuatu yang baru?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah
dengan daya ingat anda dibanding dengan
kebanyakan orang?
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang
menyenangkan?
Page 120
12. Apakah anda merasa tidak berharga?
13 Apakah anda merasa penuh dengan energi/
kekuatan?
14. Apakah anda merasa apa yang anda alami
sekarang ini/ keadaan anda saat ini tidak ada
harapan?
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik
keadaannya daripada anda?
Page 121
TES MMSE (Mini-Mental State Examination)
Nama pasien: Nama Pemeriksa:
Usia pasien: Tanggal pemeriksaan:
Pendidikan: Wisma:
Orientasi
1. Sekarang ini (tahun), (bulan), (tanggal), (hari), (musim), apa?
2. Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (panti wredha),
(lantai/kamar)
Registrasi memori
3. Sebut 3 objek
Tiap objek 1 detik, kemudian lansia diminta mengulangi 3 nama objek
tadi. Nilai 1 untuk setiap nama objek benar. Ulangi sampai lansia dapat
menyebutkan dengan benar. Catat jumlah pengulangannya
Atensi dan kalkulasi
4. Kurangkan 100 dengan 5, kemudian hasilnya berturut-turut kurangkan
dengan 5 sampai pengurangan kelima (100;95;90;85;80;75). Nilai 1 untuk
tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau
Aja huruf secara terbalik kata “WAHYU”. Nilai diberikan pada huruf yang
benar sebelum kesalahan, missal “UYAHW”
Pengenalan kembali (Recalling)
5. Lansia diminta menyebutkan 3 objek di atas (pertanyaan ke-3)
Bahasa
6. Lansia diminta menyebut 2 benda yang ditunjukkan perawat. Misal:
pensil, buku
7. Lansia diminta mengulangi ucapan perawat: namun, tanpa, apabila
Page 122
8. Lansia diminta mengikuti 3 perintah dari perawat: ambil kertas dengan
tangan kanan, kemudian lipat bagi dua, dan letakkan dilantai
9. Lansia diminta membaca dan melakukan perintah: Pejamkan mata anda
10. Lansia diminta menulis kalimat singkat tentang pikiran/ perasaan secara
spontan dibawah ini. Kalimat terdiri dari dua kata (subjek dan objek)
11. Lansia diminta menggambar bentuk dibawah ini:
Skor
Tertinggi Dicapai
5
5
3
5
3
2
1
3
1
1
1
Skor Total: 30
Page 123
Case Process ing Summ ary
19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
kel
intervensi
kontrol
intervensi
kontrol
sebelum
sesudah
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Tests of Normality
.237 19 .006 .876 19 .018
.205 19 .035 .894 19 .039
.239 19 .006 .791 19 .001
.174 19 .133 .952 19 .424
kel
intervensi
kontrol
intervensi
kontrol
sebelum
sesudah
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Lilliefors Signif icance Correctiona.
Test of Homogeneity of Var iance
.924 1 36 .343
.931 1 36 .341
.931 1 34.560 .341
1.029 1 36 .317
.171 1 36 .682
.287 1 36 .596
.287 1 35.669 .596
.314 1 36 .578
Based on Mean
Based on Median
Based on Median and
w ith adjusted df
Based on trimmed mean
Based on Mean
Based on Median
Based on Median and
w ith adjusted df
Based on trimmed mean
sebelum
sesudah
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Page 124
Frequencies
Frequency Table
Statistics
38 38 38 38 38 38 38
0 0 0 0 0 0 0
.081 .077 .128 .181 .140 .135 .102
.500 .474 .790 1.119 .865 .831 .627
1 1 1 0 0 1 1
2 3 3 4 3 3 3
1.00 2.00 3.00 .00 2.00 1.00 1.00
2.00 2.00 3.00 1.00 2.00 2.00 2.00
2.00 2.25 3.00 2.00 3.00 3.00 2.00
Valid
Missing
N
Std. Error of Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
25
50
75
Percentiles
JK usia RNK RPD RPK LPanti Alasan
JK
16 42.1 42.1 42.1
22 57.9 57.9 100.0
38 100.0 100.0
laki-laki
perempuan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Statis tics
us ia
38
0
74.71
1.383
73.00
8.526
60
92
68.00
73.00
82.00
Valid
Missing
N
Mean
Std. Error of Mean
Median
Std. Deviation
Minimum
Maximum
25
50
75
Percentiles
Page 125
Kelompok Intervensi
Kelompok Kontrol
Statis tics
us ia
19
0
72.6316
1.67229
72.0000
7.28934
61.00
88.00
68.0000
72.0000
79.0000
Valid
Missing
N
Mean
Std. Error of Mean
Median
Std. Deviation
Minimum
Maximum
25
50
75
Percentiles
Statis tics
us ia
19
0
76.8421
2.14975
80.0000
9.37054
60.00
92.00
70.0000
80.0000
84.0000
Valid
Missing
N
Mean
Std. Error of Mean
Median
Std. Deviation
Minimum
Maximum
25
50
75
Percentiles
usia
21 55.3 55.3 55.3
16 42.1 42.1 97.4
1 2.6 2.6 100.0
38 100.0 100.0
60-74
75-90
>90
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Page 126
Usia Kelompok Intervensi
Usia Kelompok Kontrol
Usia
13 34.2 68.4 68.4
6 15.8 31.6 100.0
19 50.0 100.0
19 50.0
38 100.0
60-74 tahun
75-90 tahun
Total
Valid
SystemMissing
Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Usia
8 21.1 42.1 42.1
10 26.3 52.6 94.7
1 2.6 5.3 100.0
19 50.0 100.0
19 50.0
38 100.0
60-74 tahun
75-90 tahun
>90 tahun
Total
Valid
SystemMissing
Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
RPD
12 31.6 31.6 31.6
13 34.2 34.2 65.8
7 18.4 18.4 84.2
5 13.2 13.2 97.4
1 2.6 2.6 100.0
38 100.0 100.0
tidak sekolah
sd
SMP
SMA
PT
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
RNK
7 18.4 18.4 18.4
1 2.6 2.6 21.1
30 78.9 78.9 100.0
38 100.0 100.0
menikah
belum menikah
janda/duda
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Page 127
Kelompok Intervensi
Kelompok Kontrol
RPK
3 7.9 7.9 7.9
2 5.3 5.3 13.2
18 47.4 47.4 60.5
15 39.5 39.5 100.0
38 100.0 100.0
tidak bekerja
PNS
Wirasw asta
pegaw ai sw asta
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
LPanti
32 84.2 84.2 84.2
4 10.5 10.5 94.7
2 5.3 5.3 100.0
38 100.0 100.0
0-5 tahun
6-10 tahun
>10 tahun
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
LPanti
15 39.5 78.9 78.9
2 5.3 10.5 89.5
2 5.3 10.5 100.0
19 50.0 100.0
19 50.0
38 100.0
0-5 tahun
6-10 tahun
>10 tahun
Total
Valid
SystemMissing
Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
LPanti
18 47.4 94.7 94.7
1 2.6 5.3 100.0
19 50.0 100.0
19 50.0
38 100.0
0-5 tahun
6-10 tahun
Total
Valid
SystemMissing
Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Page 128
Alasan
16 42.1 42.1 42.1
19 50.0 50.0 92.1
3 7.9 7.9 100.0
38 100.0 100.0
kemauan sendiri
kemauan keluarga
alasan lain
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Page 129
Histogram
JK
2.521.510.5
Fre
qu
ency
40
30
20
10
0
JK
Mean =1.58Std. Dev. =0.5
N =38
Page 130
RPD
543210-1
Fre
qu
en
cy
12.5
10.0
7.5
5.0
2.5
0.0
RPD
Mean =1.21Std. Dev. =1.119
N =38
usia
3.532.521.510.5
Fre
qu
en
cy
40
30
20
10
0
usia
Mean =2.21Std. Dev. =0.474
N =38
Page 131
RNK
3.532.521.510.5
Fre
qu
en
cy
30
20
10
0
RNK
Mean =2.61Std. Dev. =0.79
N =38
Page 132
LPanti
3.532.521.510.5
Fre
qu
ency
20
15
10
5
0
LPanti
Mean =1.89Std. Dev. =0.831
N =38
RPK
43210-1
Freq
uenc
y
20
15
10
5
0
RPK
Mean =2.18Std. Dev. =0.865
N =38
Page 133
Alasan
3.532.521.510.5
Fre
qu
en
cy
25
20
15
10
5
0
Alasan
Mean =1.66Std. Dev. =0.627
N =38
Page 134
Paired Samples Statis tics
7.47 19 6.086 1.396
4.0000 19 3.68179 .84466
8.2632 19 5.16228 1.18431
10.5789 19 3.96254 .90907
sebelum
sesudah
Pair
1
Cseb
Cses
Pair
2
Mean N Std. Deviation
Std. Error
Mean
Paired Samples Corre lations
19 .612 .005
19 .622 .004
sebelum & sesudahPair 1
Cseb & CsesPair 2
N Correlation Sig.
Paired Samples Test
3.47368 4.81166 1.10387 1.15454 5.79283 3.147 18 .006
-2.31579 4.11032 .94297 -4.29690 -.33468 -2.456 18 .024
sebelum - sesudahPair 1
Cseb - CsesPair 2
Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean Low er Upper
95% Conf idence
Interval of the
Dif ference
Paired Dif ferences
t df Sig. (2-tailed)
Group Statis tics
19 4.0000 3.68179 .84466
19 10.5789 3.96254 .90907
kel
intervensi
kontrol
sesudah
N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
Independent Samples Tes t
.171 .682 -5.302 36 .000 -6.57895 1.24091 -9.09563 -4.06226
-5.302 35.807 .000 -6.57895 1.24091 -9.09610 -4.06179
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
sesudah
F Sig.
Levene's Test for
Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Dif ference
Std. Error
Dif ference Low er Upper
95% Conf idence
Interval of the
Dif ference
t-test for Equality of Means