PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA DI BANK SYARIAH Abstract The purpose of this study is to investigate earnings management in syaria banks and the effect of CAMEL ratios on earnings management. Our samples consist of 21 syaria banks, consist of Syaria Bank (Bank Umum Syariah/BUS) dan 18 Syaria Business Unit (Unit Usaha Syariah/UUS) at years 2004-2006. Our results show that on average there is no significant earnings management practices (measured using discretionary accruals) in syaria banks, and CAMEL ratios do not have significant effect on earnings management, except NPM which has positive and significant effect. This indicate that altough in average there is no earnings management in syaria banks, bank’s profitability could motivate management to engage in earnings management activity. We also find evidence that earnings management in BUS is significantly higher than that in UUS. Keywords: syaria banks, discretionary accruals, earnings management, CAMEL ratios 1
65
Embed
PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP PRAKTIK ... · Web viewPedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI 2003). Jakarta : IAI. Jones, J.J. (1991). “Earnings Management During Import
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA
DI BANK SYARIAH
Abstract
The purpose of this study is to investigate earnings management in syaria banks and the effect of CAMEL ratios on earnings management. Our samples consist of 21 syaria banks, consist of Syaria Bank (Bank Umum Syariah/BUS) dan 18 Syaria Business Unit (Unit Usaha Syariah/UUS) at years 2004-2006.
Our results show that on average there is no significant earnings management practices (measured using discretionary accruals) in syaria banks, and CAMEL ratios do not have significant effect on earnings management, except NPM which has positive and significant effect. This indicate that altough in average there is no earnings management in syaria banks, bank’s profitability could motivate management to engage in earnings management activity. We also find evidence that earnings management in BUS is significantly higher than that in UUS.
Dengan ekspektasi : β1 < 0, β2 < 0, β3 < 0, β4 < 0 dan β5 ≠ 0.
4.2.4 Uji Asumsi Klasik Kinerja Bank Syariah Dengan Variabel RORA dan ROA
Berdasarkan output SPSS, pengujian asumsi klasik terhadap model regresi dengan
variabel RORA dapat dilihat pada Tabel 4.8, Tabel 4.9 di Lampiran 1 dan Gambar 4.2 di
Lampiran 2, serta pada Tabel 4.10, Tabel 4.11 di Lampiran 1 dan Gambar 4.3 di Lampiran 2
untuk model regresi dengan variabel ROA. Dimana kedua model tersebut telah memenuhi
semua uji asumsi klasik, sehingga model regresi tersebut sudah valid.
4.2.5 Hasil Pengujian Hipotesis 2 (H2) Kinerja Bank Syariah Dengan Variabel RORA
dan Variabel ROA
Pengujian hipotesis 2 (H2a-H2e) dapat dilakukan berdasarkan output SPSS dari kedua
model regresi tersebut seperti yang terlihat pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13. Secara umum
terlihat bahwa hasil regresi dengan kedua model tidak jauh berbeda. Nilai adjusted R2 dari
model dengan variabel RORA adalah sebesar 0,081 atau sekitar 8,1%, dan dengan model
variabel ROA sebesar 0,078 atau sekitar 7,8%, menggambarkan kemampuan variabel
independen menjelaskan variabel dependen.
Pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13 di Lampiran 1 juga dapat dilihat bahwa semua variabel
rasio CAMEL (CAR, RORA, NPM, ROA dan LDR) yang dalam hipotesis diduga berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap akrual diskresioner, tetapi hasil pengujian menunjukkan tidak
ada yang konsisten dengan dugaan hipotesis semula sehingga H2 ditolak.
13
Nilai slope (B) rasio CAR yang negatif seperti terlihat pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13
dapat diketahui bahwa rasio CAR berpengaruh negatif, tetapi tidak signifikan terhadap akrual
diskresioner, seingga hipotesis 2a (H2a) ditolak. Hal ini mungkin disebabkan oleh nilai rata-
rata rasio CAR secara keseluruhan yang kecil yaitu hanya 0,00941 atau 0,9% seperti yang
terlihat pada statistik deskriptif sebelumnya, sehingga diduga tidak cukup kuat untuk
mempengaruhi akrual diskresioner atau praktik manajemen laba secara signifikan.
Nilai rata-rata rasio CAR yang sangat rendah ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal
seperti yang telah diuraikan dalam statistik deskriptif sebelumnya. Disamping itu kewajiban
pemenuhan batasan nilai minimum CAR yang ditetapkan oleh BI adalah pada tingkat banknya
bukan pada tingkat cabang atau unit usaha. Maka UUS yang berjumlah 84% dari data dalam
penelitian ini, yang merupakan cabang dari bank induk konvensionalnya, tidak wajib
memenuhi batasan nilai minimum CAR ini, sehingga hal ini diduga juga mempengaruhi tidak
signifikannya rasio CAR dalam mempengaruhi akrual diskresioner.
Dugaan ini dapat diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel
kontrol BUS yang berpengaruh signifikan terhadap akrual diskresioner, yang menunjukkan
bahwa praktik manajemen laba biasanya terjadi pada tingkat bank, untuk penilaian kinerja
bank secara keseluruhan. Sehingga pada tingkat cabang diduga lebih cenderung untuk
memperhatikan penilaian kinerja operasional.
Rasio RORA berpengaruh positif dan tidak sisgnifikan seperti terlihat pada Tabel 4.12,
yang berarti tidak konsisten dengan dugaan hipotesis (H2b ditolak). Diduga rasio RORA juga
bukan merupakan orientasi utama UUS yang berstatus cabang dari bank induk konvensional.
Dimana rasio keuangan untuk menilai kualitas assets bank ini juga terpusat pada bank
induknya, sehingga UUS yang merupakan 84% dari sampel penelitian ini memberikan dampak
terhadap kemungkinan berbedanya pengaruh dan tidak signifikannya rasio RORA
mempengaruhi akrual diskresioner atau manajemen laba. Hasil penelitian ini juga sejalan atau
14
dapat disamakan dengan hasil penelitian Arnawa (2006) sebelumnya yang juga menemukan
pengaruh positif dari rasio ROA dan juga tidak signifikan terhadap pengelolaan laba.
Disamping itu nilai rata-rata rasio RORA yang cukup rendah yaitu sebesar -0,00361 atau
0,4% seperti yang terlihat pada statistik deskriptif, juga diduga tidak cukup kuat untuk
mempengaruhi akrual diskresioner secara signifikan. Nilai laba sebelum pajak yang digunakan
dalam rasio RORA pada beberapa bank syariah sampel cukup rendah dan bahkan ada yang
bernilai negatif, walaupun laba operasinya cukup tinggi, karena besarnya nilai rugi dari
aktivitas non operasional.
Rasio NPM yang positif dan signifikan seperti terlihat pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13,
menunjukkan bahwa rasio NPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap akrual
diskresioner yang juga tidak sejalan dengan dugaan hipotesis 2d (H2d) semula. Pengaruh
positif dan signifikan rasio NPM terhadap akrual diskresioner juga memperkuat dugaan
sebelumnya bahwa kinerja operasional sangat diperhatikan dan lebih menjadi prioritas dari
rasio lainnya. Sehingga rasio NPM ini kemungkinan akan sangat diperhatikan nilainya dan
menjadi orientasi utama bank syariah, terutama UUS yang tidak terbebani oleh target nilai
rasio-rasio lainnya. Rasio NPM yang berbeda dari hipotesis awal, mungkin dapat dipengaruhi
oleh aktivitas big bath karena sekitar 53% sampel mengalami penurunan laba yang cukup
besar. Walaupun dari pengujian hipotesis 1 (H1) menunjukkan secara rata-rata tidak ada
praktik manajemen laba pada bank syariah, tetapi hasil rasio NPM yang berpengaruh positif
dan signifikan menunjukkan bahwa ada beberapa bank syariah yang melakukan praktik
manajemen laba tersebut.
Hipotesis H2d juga ditolak, karena hasil pengujian pada Tabel 4.13 menunjukkan rasio
ROA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap akrual diskresioner. Nilai rata-rata
rasio ROA yang rendah yaitu sebesar -0,00452 atau 0,5% seperti yang terlihat pada statistik
deskriptif sebelumnya, juga diduga tidak cukup kuat untuk mempengaruhi akrual diskresioner
15
secara signifikan. Nilai rasio ROA ini diperolah dari perbandingan laba setelah pajak dengan
total aktiva. Nilai laba setelah pajak diperoleh dari laba sebelum pajak setelah dikurangi
dengan pajak penghasilan. Tetapi karena mayoritas (84%) sampel bank syariah adalah
berbentuk UUS yang merupakan cabang dari bank induk konvensional, sehingga pajak
penghasilan dibebankan pada kantor pusat, sehingga sebagian besar laba setelah pajak yang
digunakan dalam rasio ROA ini sama dengan laba sebelum pajak yang digunakan dalam
perhitungan rasio RORA sebelumnya. Disamping itu rasio ROA biasanya juga dihitung
ditingkat pusat untuk bank secara keseluruhan. Sejalan dengan kondisi rendahnya nilai rasio
RORA yang juga berbeda pengaruh dan tidak signifikan terhadap akrual diskresioner seperti
diuraikan sebelumnya, diduga hal yang sama juga mempengaruhi rasio ROA. Hasil penelitian
ini tetap sejalan dengan hasil penelitian Arnawa (2006) sebelumnya.
Sedangkan rasio LDR yang negatif dan tidak signifikan seperti terlihat pada Tabel 4.12
dan Tabel 4.13, menunjukkan bahwa hipotesis H2e juga ditolak. Nilai rata-rata rasio LDR
tinggi dibandingkan dengan rasio-rasio kinerja bank syariah lainnya yaitu 0,63297 atau 63%
seperti yang terlihat pada statistik deskriptif sebelumnya. Rasio LDR diperoleh dari
perbandingan jumlah kredit yang diberikan dengan jumlah dana pihak ketiga yang ada pada
bank syariah. Nilai rata-rata rasio LDR yang tinggi ini juga dapat menunjukkan baiknya bank
syariah dalam menyalurkan pembiayaan (kredit) kepada masyarakat, dimana bagi hasil dari
pembiayaan ini merupakan pendapatan utama bank syariah. Sehingga diduga orientasi utama
dari sampel adalah untuk meningkatkan pendapatan sebagai penilaian utama kinerja bank yang
dalam penelitian ini sejalan dengan baiknya nilai rasio NPM, jadi bukan untuk memenuhi
kecukupan rasio LDR yang juga ditetapkan BI untuk tingkat bank. Hal ini juga diduga
membuat rasio LDR tidak memotivasi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba
sehingga rasio LDR ini tidak berpengaruh signifikan terhadap akrual diskresioner.
16
Sedangkan untuk variabel kontrol BUS, seperti yang terlihat pada Tabel 4.10,
menunjukkan bahwa variabel BUS positif dan signifikan pada α = 10%. Hal ini menunjukkan
bahwa bentuk bank syariah sebagai BUS memang memiliki akrual diskresioner yang lebih
tinggi dibandingkan dengan bentuk bank syariah sebagai UUS. Hal ini berarti bahwa
kecenderungan praktik manajemen laba secara signifikan lebih tinggi pada tingkat bank (BUS)
dari pada tingkat cabang (UUS).
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian empiris menunjukkan secara rata-rata tidak terdapat indikasi praktik
manajemen laba yang signifikan pada bank syariah di Indonesia berdasarkan laporan keuangan
publikasi tahun 2005 - 2006. Walaupun secara rata-rata tidak terdapat indikasi praktik
manajemen laba, tetapi terdapat kemungkinan pada beberapa bank syariah masih terdapat
praktik manajemen laba tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik manajemen laba yang dihipotesiskan bahwa
rasio CAMEL, yang diproksi dengan rasio CAR, RORA, ROA, NPM dan LDR, berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap praktik manajemen laba, tetapi hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa semua variabel tersebut tidak ada yang berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap praktik manajemen laba tersebut.
Rasio CAR berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba, tetapi tidak
signifikan. Hal ini diduga dipengaruhi oleh beberapa hal seperti cara perhitungan rasio yang
sedikit berbeda dengan cara yang ditetapkan BI, nilai saldo laba pada UUS yang digunakan
sebagai pengganti nilai ekuitas dalam menghitung rasio CAR dan pemenuhan batasan
minimum rasio CAR bukan kewajiban UUS yang berstatus cabang dari bank induk
17
konvensional, sehingga UUS tidak termotivasi untuk melakukan manajemen laba untuk
mencapai nilai CAR tertentu. Sedangkan UUS merupakan mayoritas sampel (84%) dalam
penelitian ini.
Rasio RORA dan ROA berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba dan juga
tidak signifikan. Tidak signifikannya pengaruh kedua rasio ini juga diduga karena kedua rasio
ini juga biasanya dihitung ditingkat bank (BUS) bukan cabang (UUS), sedangkan 84% sampel
adalah UUS. Tetapi hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Arnawa (2006) yang
menggunakan rasio ROA sebagai salah satu proksi kinerja bank dengan pengaruh positif dan
juga tidak signifikan terhadap praktik manajemen laba.
Rasio NPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik manajemen laba. Rasio
NPM yang menunjukkan kinerja operasional bank syariah ini diperkirakan menjadi orientasi
utama dibandingkan rasio-rasio lainnya, terutama oleh UUS yang tidak dibebani dengan
pemenuhan target nilai rasio keuangan tertentu karena rasio-rasio tersebut bersifat terpusat
pada tingkat bank induk konvensionalnya.
Sedangkan rasio LDR berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba dan juga
tidak signifikan. Dimana rasio LDR yang tinggi menunjukkan banyaknya pembiayaan yang
dikucurkan bank syariah sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja operasional seperti yang
tercermin dalam baiknya rasio NPM, jadi bukan untuk mencapai target nilai rasio LDR
tertentu, sehingga rasio ini tidak memotivasi manajemen untuk melakukan praktik manajemen
laba di bank syariah.
Sedangkan variabel kontrol BUS yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap akrual
diskresioner, menunjukkan bahwa praktik manajemen laba pada Bank Umum Syariah (BUS)
lebih tinggi dari pada pratil manajemen laba di Unit Usaha Syariah (UUS).
18
5.2 Implikasi dari Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini secara empiris membuktikan bahwa secara rata-rata pada bank
syariah tidak terdapat praktik manajemen laba adalah suatu keharusan yang perlu
dipertahankan. Tetapi hasil pengujian hipotesis rasio NPM yang menunjukkan pengaruh positif
dan signifikan terhadap manajemen laba, menunjukkan ada beberapa bank syariah yang masih
melakukan praktik manajemen laba tersebut.
Beberapa bank syariah yang masih melakukan praktik manajemen laba ini, sebaiknya ke
depan memperbaikinya dan tidak melakukan pratik manajemen laba tersebut. Karena
walaupun manajemen laba dilakukan dengan cara yang tidak bertentangan dengan peraturan
yang ditetapkan IAI dan BI dalam menyusun laporan keuangan bank, tetapi karena informasi
yang dihasilkan dari laporan keuangan yang mengandung unsur manajemen laba dapat
menyesatkan pembacanya, dimana secara syariah hal ini juga tidak diperbolehkan (dilarang).
Disamping itu BI selaku regulator juga harus memperhatikan praktik manajemen laba
oleh perbankan ini terutama yang dilakukan oleh bank dalam upaya memenuhi ketentuan
regulasi yang ditetapkan BI seperti Ketentuan Pemenuhan Modal Minimum (rasio CAR).
Karena BI tentu tidak menginginkan bank dapat memenuhi regulasi di atas kertas karena
melakukan praktik manajemen laba untuk memenuhinya.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa keterbatasan yang ditemui dalam penelitian ini. Pertama jangka waktu
data sampel yang digunakan relatif singkat yaitu hanya 2 tahun dan jumlah sampel yang dapat
diolah juga sedikit yaitu hanya 38 buah data. Kedua, laporan keuangan BUS tersedia lengkap
dengan catatan atas laporan keuangannya, tetapi laporan keuangan publikasi UUS yang
digunakan sebagai sumber data sampel dalam penelitian ini tidak dilengkapi dengan catatan
atas laporan keuangannya. Sehingga untuk beberapa perkiraan yang membutuhkan penjelasan
19
lebih lanjut untuk diterjemahkan ke dalam rumus perhitungan, merujuk kepada PAPSI sebagai
salah satu pedoman akuntansi yang digunakan oleh bank syariah. Dan ketiga model yang
digunakan untuk melihat indikasi praktik manajemen laba pada bank syariah adalah model
Jones (1991) yang telah disesuaikan dengan karakteristik perbankan. Dimana model Jones dan
modifikasi model Jones belum diyakini dapat memisahkan komponen akrual non diskresioner
dan akrual diskresioner dengan tepat. Sehingga ada kemungkinan kesalahan pengklasifikasian
akrual non diskresioner dan akrual diskresioner.
5.4 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya
Dengan berbagai keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini dapat
direkomendasikan beberapa hal berikut. Pertama penelitian selanjutnya sebaiknya
menggunakan jangka waktu lebih lama dan sampel yang lebih besar serta menggunakan model
yang berbeda untuk melihat indikasi praktik manajemen laba pada bank syariah. Kedua, akan
lebih baik apabila menggunakan data sampel yang berdasarkan kepada laporan keuangan yang
lengkap dengan catatan atas laporan keuangan. Dan ketiga penelitian selanjutnya dapat
menggunakan modifikasi model Jones yang lebih akurat dan lebih sesuai dengan karakteristik
bank syariah.
20
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafe’i (2000). Bank Syariah : Suatu Pengenalan Umum. Bandung : Tazkia Institute.
______________ (2001). Islamic Banking : Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Bandung : Tazkia Institute.
Ahmed, Anwer S.; Takeda, Carolyn; and Thomas,Shawn (1999). “Bank Loan Loss Provisions : A Reexamination of Capital Management, Earnings Management and Signaling Effects”. Journal of Accounting and Economics, 28.
Arifin, Zainul (2003). Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta : AlvaBet.
Arnawa, I Gede (2006). “Analisa Indikasi Manajemen Laba melalui Discretionary Allowance for Loan Loses pada Perbankan Pasca Rekapitalisasi”. Karya Akhir Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Bank Indonesia (2007). Direktori Perbankan Indonesia. Jakarta : Biro data dan Informasi Perbankan.
Beaver, William H. and Engel, Ellen E (1996). “Discretionary Behavior with Respect to Allowance for Loan Loses and The Behavior of Security Prices”. Journal of Accounting and Economics, 22.
Bernard, V.L. and D.J. Skinner (1996). “What Motivates Managers’ Choice of Discretionary Accruals?” Journal of Accounting and Economics (August-December 1996), pp. 313-325
Bertrand, Rima, Swiss National Bank (2000). “Capital Requirement and Bank Behaviour : Emperical Evidence for Switzerland”. Working Paper.
Betty, Anne. L and Petroni, Kathy. R (2002). “Earnings Management to Avoid Earnings Declines Across Publicy and Private Held Banks”, The Accounting Review, Vol 77.
Chipper, K., (1989). “Commentary on Earnings Management”, Accounting Horizon (December 1989). Pp. 91-102
Dechow, P.M., R.G. Sloan, and A.P. Sweeney (1995). “Detecting Earnings Management,” The Accounting Review (April 1995), pp. 193-225.
Endriani, D (2004). “Indikasi Praktek Earnings Management oleh Bank-Bank di Indonesia Dalam Memenuhi Ketentuan Rasio Kecukupan Modal”. Karya Akhir Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Ghozali, Imam (2007). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometric. New York : Mc GrowHill.
21
Healy, P.M. (1985). “The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decision”. Journal of Accounting and Economic 7: 85-107.
Ikatan Akuntan Indonesia (2007). Standar Akuntansi Keuangan per 1 Nopember 2007. Jakarta : IAI.
______________________ (2003). Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI 2003). Jakarta : IAI.
Jones, J.J. (1991). “Earnings Management During Import relief investigation”. Journal of Accounting Research (Autumn) : 193-228.
Karim, Adiwarman (2004). Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta : PT RajiGrafindo Persada.
Levin, Richard I. and Rubin, David S. (1998). Statistic for Management. United States : Prentice Hall.
Mahu, Zainab (2004). “Perlakuan Perpajakan dan Akuntansi atas Transaksi Perbankan Syariah”, Karya Akhir Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
McNicholas,M. and M.D. Neimark (1988). “Evidence of Earnings Management from the Provision for Bad Debts”, Journals of Accounting Research (Supplement 1988), pp 33-57
Naciri, Ahmed (2002). “Earnings Management from Bank Provisions for Loans Losses”. Working Paper, January.
Nasser, Etty M. (2003). “Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah dan Bank Swasta dengan Rasio CAMEL serta Pengaruhnya terhadap Harga Saham”, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 3 No 3 Desember 2003 : 217-136.
Robb, Sean, W.G. (1998). “The Effects of Analysts’ Forecase on Earnings Management in Financial Institutions”. Journal of Financial Research (Fall).
Scott, William R. (2006). Financial Accounting Theory. International Edition, United States :
Pretince-Hall Inc.
Setiawati, Lilis dan Na’im Ainun (2001). “Bank Health Evaluation By Bank Indonesia and Earning Management in Banking Industry”. Gadjah Mada International Journal of Bussiness, May 2001, Vol 3 no 2 : 159 - 176.
Sofie (2005). “Merumuskan Tujuan Laporan Keuangan Bank Syariah : Sebuah Studi Eksplorasi”. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 5 No 1 April 2005 : 25-39.
22
Susanto, Agus (2003). “Indikasi Praktek Pengelolaan Laba dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Empiris pada Sektor Perbankan Sebelum Krisis Perbankan Nasional)”, Karya Akhir Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Veronica, Sylvia N.P. Siregar dan Utama, Siddharta (2006). “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management)”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.9, No.3, September 2006, Hal. 307 – 326.
23
Lampiran 1. Tabel yang digunakan dalam Analisis Hasil Penelitian
Tabel 4.1Statistik Deskriptif Komponen Total Akrual Pada Bank Syariah
CAR=Capital Adequancy Ratio, RORA=Return On Risked Assets, ROA=Return On Assets, NPM=Net Profit Margin, LDR=Loan to Deposit Ratio, BUS=Bank Umum SyariahSumber : Data diolah
Tabel 4.8Uji Asumsi Klasik Kinerja Bank Syariah Dengan Variabel RORA
Tolerance VIFCAR 0,437 2,288RORA 0,785 1,274NPM 0,521 1,921LDR 0,755 1,324Durbin Watson dL dU Area No Serial Correlasion
1,857 1,261 1,722 1,722 – 2,278CAR=Capital Adequancy Ratio, RORA=Return On Risked Assets, NPM=Net Profit Margin, LDR=Loan to Deposit RatioSumber : Data diolah
Tabel 4.9Uji Normalitas Model Regresi Kinerja Bank Syariah dengan Variabel RORA
Unstandardized Residual N 38Kolmogorov-Smirnov Z 0,408Asymp. Sig. (2-tailed) 0,996
Sumber : Data diolahTabel 4.10
Uji Asumsi Klasik Kinerja Bank Syariah Dengan Variabel ROATolerance VIF
CAR 0,418 2,392ROA 0,591 1,693NPM 0,510 1,961LDR 0,654 1,530
Durbin Watson dL dU Area No Serial Correlation1,857 1,261 1,722 1,722 - 2,278
CAR=Capital Adequancy Ratio, ROA=Return On Assets, NPM=Net Profit Margin, LDR=Loan to Deposit RatioSumber : Data diolah
Tabel 4.11Uji Normalitas Model Regresi Kinerja Bank Syariah dengan Variabel ROA
Unstandardized Residual N 38Kolmogorov-Smirnov Z 0,333Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000
Sumber : Data diolah
25
Tabel 4.12Pengujian Hipotesis H2 Kinerja Bank Syariah Dengan Variabel RORA
a Coefficients have been calculated through the origin.
28
Variables Entered/Removed(b,c)
Model Variables EnteredVariables Removed Method
1PPE/A-1, dPO/A-1, 1/ A-1(a) . Enter
a All requested variables entered.b Dependent Variable: TA/A-1c Linear Regression through the Origin
Model Summary(c,d)
Model
R
R Square(a)
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics Durbin-Watson
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 ,664(b) ,441 ,393 ,03386891 ,441 9,213 3 35 ,000 1,779a For regression through the origin (the no-intercept model), R Square measures the proportion of the
variability in the dependent variable about the origin explained by regression. This CANNOT be compared to R Square for models which include an intercept.
b Predictors: PPE/A-1, dPO/A-1, 1/A-1c Dependent Variable: TA/A-1d Linear Regression through the Origin
ANOVA(c,d)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.1 Regression ,032 3 ,011 9,213 ,000(a) Residual ,040 35 ,001 Total ,072(b) 38
a Predictors: PPE/A-1, dPO/A-1, 1/A-1b This total sum of squares is not corrected for the constant because the constant is zero for regression
through the origin.c Dependent Variable: TA/A-1d Linear Regression through the Origin
a Dependent Variable: TA/A-1b Linear Regression through the Origin
Casewise Diagnostics(a,b)
Case Number Std. Residual TA/A-1Predicted
Value Residual8 -3,095 -,11598 -,0111580 -,1048220
a Dependent Variable: TA/A-1b Linear Regression through the Origin
Residuals Statistics(a,b) Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPredicted Value -,1282199 ,0146023 -,0192256 ,02184610 38Std. Predicted Value -4,989 1,548 ,000 1,000 38Standard Error of Predicted Value ,00182466 ,03329828 ,00656960 ,00697726 38
Value Residual8 -2,395 -,10482 -,0316868 -,0731352
a Dependent Variable: Unstandardized Residual
Residuals Statistics(a) Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPredicted Value -,0516520 ,0150615 -,0082767 ,01443726 38Std. Predicted Value -3,004 1,617 ,000 1,000 38Standard Error of Predicted Value ,00550991 ,02869531 ,01086142 ,00547940 38
Value Residual8 -2,358 -,10482 -,0327115 -,0721105
a Dependent Variable: Unstandardized Residual
Residuals Statistics(a) Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPredicted Value -,0506604 ,0147525 -,0082767 ,01434282 38Std. Predicted Value -2,955 1,606 ,000 1,000 38Standard Error of Predicted Value ,00554509 ,02904586 ,01094726 ,00534890 38