Top Banner
PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL METAKRILAT PADA KAYU PINUS (Pinus merkusii) RAZAN MUHAMMAD ADRIAN PRASIDI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
32

PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

Oct 18, 2019

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN

METIL METAKRILAT PADA KAYU PINUS

(Pinus merkusii)

RAZAN MUHAMMAD ADRIAN PRASIDI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

Page 2: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,
Page 3: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Proses

Impregnasi dan Perendaman Metil Metakrilat Pada Kayu Pinus (Pinus merkusii)

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2017

Razan Muhammad Adrian Prasidi

NIM E24130017

Page 4: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

ABSTRAK

RAZAN MUHAMMAD ADRIAN PRASIDI. Pengaruh Proses Impregnasi dan

Perendaman Metil Metakrilat Pada Kayu Pinus (Pinus merkusii). Dibimbing oleh

YUSUF SUDO HADI dan LUKMANUL HAKIM ZAINI.

Pohon pinus merupakan jenis pohon cepat tumbuh yang memiliki sifat fisis

dan mekanis inferior dan berpotensi untuk ditingkatkan kualitasnya melalui

teknologi impregnasi dan perendaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui sifat fisis dan mekanis kayu pinus (Pinus merkusii) yang telah di

modifikasi dengan impregnasi dan perendaman menggunakan metil metakrilat

(MMA). Impregnasi menggunakan metode vakum tekan sebesar 5 atm masing-

masing selama 30 menit sedangkan proses perendaman dilakukan dengan

meletakkan sampel dalam larutan MMA 100% selama 24 jam. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa perlakuan impregnasi dan perendaman dapat meningkatkan

sifat fisis dan mekanis kayu pinus. Dibandingkan dengan kayu pinus tanpa

perlakuan, impregnasi meningkatkan kerapatan sebesar 20.51%. Peningkatan MOR

dan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan

perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%, peningkatan MOR dan MOE

secara berturut-turut sebesar 29.56% dan 22.62%. Perlakuan impregnasi dan

perendaman meningkatkan kelas kuat kayu pinus dari kelas kuat III menjadi kelas

kuat II.

Kata kunci: impregnasi, kayu pinus, metil metakrilat, perendaman

ABSTRACT

RAZAN MUHAMMAD ADRIAN PRASIDI. Effect of Impregnation and

Immersion Process with Methyl Methacrylate on Pine Wood (Pinus merkusii ) .

Supervised by YUSUF SUDO HADI and LUKMANUL HAKIM ZAINI.

Pinus merkusii or Pine is one of fast-growing species which has inferior in

physical and mechanical properties. It is can be improved through impregnation and

immersion technology. The aim of this research was to evaluate the physical and

mechanical properties of pine which has been modified by impregnation and

immersion using methyl methacrylate (MMA). Impregnation used a 5 atm vacuum

method for 30 minutes while the immersion process was performed by placing the

sample in a 100% MMA solution in 24 hours. The results showed that impregnation

and immersion treatment could improve the physical and mechanical properties of

pine. Impregnation method increased its density by 20.51% compared with

untreated pine. It also increased MOR and MOE value respectively by 24.51% and

40% after the impregnation method. Meanwhile, the immersion treatment increased

its density by 4.61%, it also increased MOR and MOE value respectively by 29.56%

and 22.62%. Impregnation and immersion treatment increased its strength class

from strength class III into strength class II.

Keywords: immersion, impregnation, methyl methacrylate, Pinus merkusii

Page 5: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN

METIL METAKRILAT PADA KAYU PINUS

(Pinus merkusii)

NAMA PENULIS

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

RAZAN MUHAMMAD ADRIAN PRASIDI

Page 6: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,
Page 7: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

Judul Skripsi: Pengaruh Proses lmpregnasi dan Perendaman Metil Metakrilat

Nama NIM

Pada Kayu Pinus (Pinus merkusii) : Razan Muhammad Adrian Prasidi : E24130017

Disetujui oleh

Lukmanul Hakim Zaini S.Hut .MSc Pembimbing II

."

Tanggal Lulus: �1.0 OCT 2017

Page 8: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan april hingga

agustus 2017 ini ialah “Pengaruh Proses Impregnasi dan Perendaman Metil

Metakrilat Pada Kayu Pinus (Pinus merkusii)”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Yusuf Sudo Hadi

,MAgr dan Bapak Lukmanul Hakim Zaini S.Hut, MSc selaku pembimbing, serta

Bapak Abdurrachman yang telah membantu dan memberi saran. Di samping itu,

penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Abdurrachman , Bapak Endang dan

Ibu Ani dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor, Bapak Suhada

dan Bapak Kadiman dari Laboratorium Pengerjaan Kayu Fakultas Kehutanan IPB.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Dimas, Iffah, Hamzah, Dina,

Dyah, Iin, Rasyid, Sofia fitriana, keluarga THH 50 dan semua pihak yang telah

membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi atas segala doa dan

dukungannya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua terutama

pada sosok ibu yaitu Ibu Endang, kedua adik saya ( Adya dan Adin) dan Tante saya

(Tante Wahyu), serta seluruh keluarga besar Hj Muryanti atas segala dukungan,

kasih sayang dan doa yang diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2017

Razan Muhammad Adrian Prasidi

Page 9: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODE 3

Tempat dan Waktu Penelitian 3

Alat dan Bahan 3

Prosedur Penelitian 4

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Sifat Fisis 7

Sifat Mekanis 11

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 16

RIWAYAT HIDUP 22

Page 10: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

DAFTAR GAMBAR

1 Histogram kadar polimer 7 2 Histogram kadar air 8 3 Histogram kerapatan 9 4 Histogram penyusutan 10 5 Histogram daya serap air 10

6 Histogram MOE 11 7 Histogram MOR 12 8 Histogram kekerasan ujung 12 9 Histogram kekerasan sisi 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai rata-rata kadar polimer kayu pinus 16

2 Nilai rata-rata dan analisis keragaman kadar air kayu pinus 16 3 Nilai rata-rata dan analisis keragaman kerapatan kayu pinus 17

4 Nilai rata-rata dan analisis keragaman penyusutan kayu pinus 17 5 Nilai rata-rata dan analisis keragaman daya serap air kayu pinus 18

6 Nilai rata-rata dan analisis keragaman MOE kayu pinus 18 7 Nilai rata-rata dan analisis keragaman MOR kayu pinus 19 8 Nilai rata-rata dan analisis keragaman kekerasan ujung kayu pinus 20

9 Nilai rata-rata dan analisis keragaman kekerasan sisi kayu pinus 20

Page 11: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pohon pinus (Pinus merkusii) merupakan spesies yang tumbuh secara alami

di beberapa daerah Indonesia, yaitu di Aceh, Tapanuli dan Kerinci. Dalam

perkembangannya, tanaman pinus banyak terdapat di kawasan hutan produksi

wilayah Perum Perhutani yang terletak di pulau Jawa seluas 483.272 ha (Perum

Perhutani 2012). Salah satu manfaat pohon pinus yaitu hasil kayunya yang dapat

dijadikan sebagai bahan konstruksi bangunan, korek api, pulp dan kertas. Pohon

pinus merupakan jenis pohon cepat tumbuh yang tegolong dalam famili Pinaceae

serta termasuk dalam jenis berdaun jarum (softwood) dan memiliki kelas awet IV

dan kelas kuat III (Martawijaya et al. 2001).

Berbagai upaya untuk meningkatkan sifat fisis dan mekanis kayu telah

dilakukan, salah satunya dengan metode impregnasi. Menurut Hadi et al. (2013)

untuk meningkatkan sifat fisis dan mekanis kayu, kayu yang diimpregnasi akan

menghasilkan kualitas yang lebih baik daripada kayu yang tidak diberi impregnasi.

Impregnasi adalah proses memasukkan bahan kimia ke dalam kayu pada bagian

rongga sel agar sifat-sifat kayu meningkat. Modifikasi kayu dengan menggunakan

bahan kimia dapat meningkatkan stabilitas dimensi, kekerasan, keawetan dan daya

tahan terhadap gores (Yildiz et al. 2005). Terdapat berbagai bahan kimia yang dapat

digunakan untuk memodifikasi kayu diantaranya stirena, polietilen glikol (PEG),

metil metakrilat (MMA) dan lain-lain. Rowell et al. (1982) mengemukakan bahwa

usaha untuk meningkatkan daya awet serta sifat fisis dan mekanis kayu ialah dengan

cara penempelan MMA ke dalam kayu membentuk kayu plastik. MMA termasuk

ke dalam senyawa akrilat yang memiliki karakteristik umum yaitu stabilitas

terhadap UV dan sifat mekanik yang baik sehingga cocok digunakan pada aplikasi

eksterior (Siregar et al. 2012). Selain proses impregnasi, proses perendaman juga

dapat dilakukan untuk memasukkan bahan kimia ke dalam kayu. Perendaman

merupakan salah satu metode dari pengawetan kayu. Metode perendaman

mempunyai kelebihan yaitu terjangkau, sederhana dan tidak memerlukan peralatan

khusus sedangkan kelemahannya adalah memerlukan waktu yang lama, hasil

absorpsi dan penetrasinya kecil (Nandika et al. 1996).

Dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat akan kayu dengan sifat fisis

dan mekanis yang baik, maka pengembangan teknologi ke arah tersebut penting

untuk dilakukan. Impregnasi dan perendaman merupakan dua metode yang

dikembangkan sehingga dapat diaplikasikan di masyarakat dengan prinsip

teknologi yang mudah, murah dan kompatibel. Oleh karena itu, perlu dilakukan

penelitian untuk meningkatkan kualitas kayu pinus melalui impregnasi dan

perendaman dengan menggunakan metil metakrilat.

Rumusan Masalah

Kayu pinus merupakan kayu cepat tumbuh yang memiliki kekuatan yang

rendah. Oleh sebab itu, perlu ditingkatkan kualitas kayu pinus terutama sifat fisis

dan mekanis dengan menggunakan metode impregnasi dan perendaman

menggunakan metil metakrilat.

Page 12: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sifat fisis dan mekanis kayu

pinus (Pinus merkusii) yang telah di modifikasi dengan impregnasi dan rendam

menggunakan metil metakrilat.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

teknik peningkatan kualitas kayu dengan metode impregnasi serta perendaman

dengan menggunakan metil metakrilat terhadap sifat fisis dan mekanisnya. Selain

itu, diharapkan teknik tersebut dapat meningkatkan kualitas dan penggunaan kayu

pinus pada aplikasi yang lebih luas.

TINJAUAN PUSTAKA

Kayu Pinus (Pinus merkusii)

Kayu pinus merupakan kayu cepat tumbuh yang banyak ditemukan di Hutan

Tanaman Industri (HTI). Kayu pinus merupakan jenis pohon berdaun jarum

(softwood) yang termasuk dalam famili Pinaceae, mempunyai berat jenis 0,40-0,75

(rata-rata 0,55), termasuk dalam kelas awet IV dan kelas kuat III, kayu teras

berwarna coklat kuning muda dan kayu gubal berwarna putih atau kekuning-

kuningan, teksturnya halus dan arah seratnya lurus (Martawijaya et al. 2001). Pinus

dapat tumbuh pada kondisi tanah yang kurang subur, pada tanah berpasir dan tanah

berbatu, namun tidak dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah becek.

Soediono (1983) mengemukakan bahwa kayu pinus mempunyai sifat yang

menguntungkan yaitu mudah dikerjakan, mempunyai penampilan menarik dan

mudah diawetkan sehingga dapat digunakan berbagai keperluan seperti korek api,

supit, kayu kontruksi, kayu lapis dan sebagainya.

Modifikasi Kayu dengan Impregnasi dan Perendaman MMA

Modifikasi kayu bertujuan untuk meningkatkan sifat fisis dan sifat mekanis

pada kayu. Menurut Hill (2006), modifikasi kayu terdiri dari modifikasi kimia,

permukaan, panas dan impregnasi. Salah satu cara modifikasi kayu dengan

menggunakan teknologi yaitu impregnasi. Impregnasi merupakan proses pengisian

kayu pada bagian rongga sel oleh bahan kimia sehingga dapat meningkatkan sifat

fisis dan sifat mekanis serta keawetan kayu. Metode impregnasi yang sering

digunakan yaitu metode vakum tekan. Metode vakum tekan dapat menyebabkan

terjadinya penetrasi pada kayu yang disebabkan adanya pemberian tekanan

mengakibatkan udara pada lumen digantikan oleh cairan pengawet (Archer dan

Lebow, 2006). Penelitian ini menggunakan bahan kimia metil metakrilat (MMA).

Perendaman merupakan salah satu metode dari pengawetan kayu. Metode

yang digunakan adalah metode perendaman dingin yang merupakan metode yang

mudah, tidak memerlukan metode khusus serta biaya yang relatif murah

dibandingkan dengan metode rendaman panas dan vakum tekan, namun efektif

meningkatkan absorbsi bahan pengawet terhadap kayu (Abdurrohim, 2008).

Page 13: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

3

Metil Metakrilat merupakan ester metil dari asam metakrilat yang berbentuk

cairan tidak berwarna. MMA mempunyai titik didih normal 101°C, titik lebur pada

-48°, dan mempunyai berat jenis 0.940 g/cc pada 25°. MMA dapat dipolimerisasi

pada kayu dengan menggunakan bahan katalis dan panas, atau radiasi (Hadiyane,

2011). Menurut Cowd (1982), MMA merupakan bahan yang keras, kaku dan

bening, yang mempunyai keunggulan dibandingkan dengan monomer lainnya

adalah kebeningannya.

Sifat Fisis dan Sifat Mekanis

Sifat fisis merupakan sifat dasar kayu yang berperan penting dan erat

hubungannya dengan struktur kayu (Tsoumis, 1991). Sifat fisis yang diuji

diantaranya adalah Kadar Air (KA), kerapatan dan kembang susut kayu. Menurut

Bowyer et al. (2003), kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung di dalam

kayu, dan dinyatakan dalam persentase terhadap berat kering tanurnya. Kerapatan

kayu didefinisikan sebagai massa per unit volume yang dinyatakan dalam g/cm3.

Kerapatan kayu bervariasi dipengaruhi oleh posisi kayu dalam batang, kondisi

lingkungan tempat tumbuh, dan struktur anatomi kayu (Tsoumis, 1991).

Sifat mekanis merupakan kemampuan kayu untuk menahan beban yang

berasal dari luar. Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa ketahanan kayu dalam

menahan beban yang berasal dari luar tergantung pada besarnya gaya dan cara

pembebanan. Beberapa sifat mekanis yang penting untuk menilai kekuatan kayu

adalah modulus elastisitas (modulus of elasticity, MOE), modulus patah (modulus

of rupture, MOR), dan keteguhaan rekat. Sifat fisis dan mekanis kayu dipengaruhi

oleh jenis kayu, umur pohon, lokasi tempat tumbuh serta perlakuan silvikulturnya

(Haygreen dan Bowyer, 1982).

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Agustus 2017, bertempat

di Laboratorium Biokomposit, Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu

Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan Pusat Penelitian dan

Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel kayu yang telah

diimpregnasi dan direndam dengan MMA yaitu kayu pinus (Pinus merkusii Jungh.

Et de Vr.) dan kayu tanpa perlakuan sebagai kontrol. Alat yang digunakan pada

penelitian ini antara lain mesin gergaji, kaliper, timbangan digital, oven, desikator,

gelas ukur, mesin impregnasi, universal testing machine (UTM) instron.

Page 14: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

4

Prosedur Penelitian

Persiapan Contoh Uji

Log kayu pinus dipotong menjadi papan kemudian dikeringkan hingga kadar

air konstan. Setelah itu, dibuat contoh uji sifat fisis (kadar air, kerapatan dan

stabilitas dimensi), sifat mekanis (MOE, MOR, dan uji kekerasan) dengan empat

kali pengulangan. Ukuran contoh uji kadar air yang mengacu ASTM D 44 - 92,

kerapatan mengacu pada ASTM D 2395 - 14, shrinkage dan daya serap air mengacu

pada British Standard (BS) 373:1957. Contoh uji yang digunakan untuk pengujian

Modulus of Elasticity (MOE), Modulus of Rupture (MOR) dan kekerasan yang

mengacu pada British Standard (BS) 373:1957.

Proses Impregnasi dan Perendaman

Pembuatan kayu impregnasi pada penelitian ini menggunakan metode

vakum tekan dengan menggunakan bahan kimia MMA. Kayu yang dipotong sesuai

dengan ukuran contoh uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (60 ± 2) ºC selama

48 jam untuk mendapatkan nilai berat kayu sebelum impregnasi (W0) dan diukur

dimensi awal sebelum impregnasi. Contoh uji dimasukkan ke dalam gelas ukur

yang sudah terisi oleh MMA 100 ml dengan penambahan katalis 10 ml. Setelah itu

, gelas kaca dimasukkan ke dalam tabung impregnator yang diletakkan di atas

wadah kayu dan diberikan vakum sebesar 5 atm dan diberikan tekanan sebesar 5

atm masing-masing selama 30 menit. Kemudian contoh uji dikeluarkan dari tabung

impregnator lalu ditiriskan. Sementara itu, proses perendaman dilakukan dengan

memasukkan contoh uji ke dalam wadah uji kemudian masukkan MMA hingga

contoh uji terendam. Perendaman dilakukan selama 1 hari. Setelah itu, contoh uji

diangkat dari wadah dan ditiriskan.

Contoh uji kemudian dibungkus menggunakan alumunium foil dan dioven

pada suhu 60 ºC selama 48 jam agar terjadi proses polimerisasi. Setelah dioven,

alumunium foil yang membungkus contoh uji dilepas dan dilakukan penimbangan

contoh uji untuk mendapatkan berat contoh uji setelah impregnasi (W1).

Selanjutnya dilakukan pengujian contoh uji yang dibedakan menjadi uji sifat fisis

dan uji sifat mekanis.

Kadar polimer merupakan banyaknya monomer dalam kayu plastik, yang

dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

𝐏𝐋 (%) =𝑾₁ − 𝑾₀

𝑾₀× 𝟏𝟎𝟎

Keterangan:

PL = Kadar polimer (%)

W1 = berat contoh uji setelah diimpregnasi (g)

W0 = berat contoh uji sebelum diimpregnasi (g)

Page 15: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

5

Pengukuran Kadar Air

Contoh uji kadar air kayu berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 10 cm. Kadar air

ditentukan dengan menggunakan metode gavimetri. Contoh uji ditimbang beratnya

(BA), lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu (103±2) °C hingga beratnya

konstan (BKT). Nilai kadar air dihitung dengan persamaan berikut:

𝐊𝐀 (%) =𝑩𝑩 − 𝑩𝑲𝑻

𝑩𝑲𝑻× 𝟏𝟎𝟎

Keterangan:

KA = Kadar air (%)

BB = Berat awal (g)

BKT = Berat kering tanur (g)

Pengukuran Kerapatan Kayu

Contoh uji berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 10 cm diukur volumenya (VA),

lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu (103±2) °C hingga mencapai berat

konstan untuk mendapatkan berat kering tanur (BKT). Kerapatan kayu diperoleh

dengan persamaan berikut :

𝝆 =𝑩𝑲𝑻

𝑽𝑨

Keterangan:

𝜌 = Kerapatan

VA = Volume awal (g)

BKT = Berat kering tanur (g)

Kembang Susut Dimensi Kayu

Contoh uji yang digunakan berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 10 cm. Penyusutan

yang diuji pada penelitian ini adalah penyusutan dimensi lebar pada masing-masing

bidang yaitu bidang tangensial dan radial dari kondisi basah ke kering tanur.

Sedangkan pemngembangan diukur dari kering udara sampai kondisi basah.

Pengukuran dimensi dilakukan menggunakan kaliper. Besarnya penyusutan

masing-masing bidang untuk seluruh kondisi dhitung dengan rumus:

𝐏𝐞𝐧𝐲𝐮𝐬𝐮𝐭𝐚𝐧 (%) =𝑫₁ − 𝑫₂

𝑫₁× 𝟏𝟎𝟎

Keterangan:

D1 = Dimensi lebar awal (cm)

D2 = Dimensi lebar akhir kering tanur (cm)

Page 16: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

6

Daya Serap Air

Contoh uji yang digunakan berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 10 cm. (dimensi

panjang, lebar dan tebal) ditimbang dalam kondisi kering udara. Contoh uji

selanjutnya direndam dalam air dengan suhu kamar selama 2 jam lalu ditimbang,

perendaman dilanjutkan lagi hingga 24 jam lalu timbang. Perhitungan nilai daya

serap air berdasarakan rumus:

𝑫𝑺𝑨 (%) =𝑩₂ − 𝑩₁

𝑩₁𝑿𝟏𝟎𝟎

Keterangan:

DSA = Daya Serap Air (%)

B1 = Berat awal contoh uji (g)

B2 = Berat akhir contoh uji (g)

Pengujian Keteguhan Lentur Statis

Pengujian keteguhan lentur statis dilakukan pada contoh uji berukuran 2 cm

x 2 cm x 30 cm dengan jarak bentang 28 cm. Pembebanan dilakukan di tengah

bentang. Besarnya Modulus of Elasticty (MOE) dan Modulus of Rupture (MOR)

ditentukan dengan rumus:

𝐌𝐎𝐄 =△𝑷𝑳𝟑

𝟒△𝒚𝒃𝒉𝟐 𝐌𝐎𝐑 =𝟑 𝑷𝒎𝒂𝒌𝒔 𝐋

𝟐𝒃𝒉𝟐

Keterangan:

MOE = Modulus of Elasticity (kg/cm3)

MOR = Modulus of Rupture (kg/cm3)

△P = Perubahan beban yang terjadi dibawah batas proporsi (kg)

L = Jarang sangga (cm)

△y = Perubahan defleksi akibat beban P (cm)

b = Lebar contoh uji (cm)

h = Tebal contoh uji (cm)

Nilai MOE dan MOR dari kayu pinus akan diklasifikasikan kelas kuat kayu

berdasarkan standar Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) NI 5-1961 pada

Tabel 1.

Tabel 1 Kelas kuat kayu menurut PKKI NI 5-1961

Kelas Kuat Berat Jenis MOE (kg/cm2) MOR (kg/cm2)

I > 0.9 125 000 > 1 100

II 0.6 – 0.9 100 000 725 – 1 100

III 0.4 – 0.6 80 000 500 – 725

IV 0.3 – 0.4 60 000 360 - 500

V < 0.3 40 000 < 360

Sumber: PKKI NI 5-1961 dalam Febrian RI 2014

Page 17: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

7

Pengujian Kekerasan

Contoh uji kekerasan (Hardness) diambil setelah dilakukan uji MOE dan

MOR di salah satu sisi dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 6 cm yang diletakkan pada

alat penguji (UTM Instron) dengan membebankan setengah bola baja, masuk ke

dalam kayu (Janka Test). Kekerasan kayu dihitung dengan rumus:

𝐇 =𝑷𝒎𝒂𝒌𝒔

𝑨

Keterangan:

H = Kekerasan kayu (kg/cm3)

Pmaks = Beban maksimum (kg)

A = Luas penampang (cm)

Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak

lengkap (RAL) dengan perlakuan impregnasi MMA, perendaman MMA, dan

kontrol. Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan. Model persamaan yang digunakan

adalah sebagai berikut:

Yik = µ + Ai + Ɛik

Keterangan:

Yik = nilai pengamatan pada perlakuan peningkatan mutu teknik ke-i

ulangan ke-k

µ = Nilai rataan umum

Ai = Pengaruh jenis perlakuan pada taraf ke-i

Ɛik = Kesalahan percobaan

Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan-perlakuan maka dilakukan

analisis keragaman (ANOVA). Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.

Perlakuan yang dinyatakan berpengaruh terhadap respon dalam analisis ragam

kemudian diuji lanjut dengan menggunakan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Fisis

Polimer Loading (PL)

Kadar polimer merupakan jumlah bahan kimia yang tekandung di dalam

suatu bahan. Pada Gambar 1 menunjukkan perbandingan kadar polimer antara

perlakuan impregnasi MMA dengan perendaman. Terlihat bahwa kandungan

polimer impregnasi lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan polimer

perendaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Archer dan Lebow (2006) yang

menyatakan bahwa impregnasi dengan metode vakum tekan menyebabkan

penetrasi yang lebih tinggi pada kayu karena pemberian tekanan mengakibatkan

Page 18: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

8

udara pada rongga-rongga sel kayu digantikan oleh cairan kimia. Sementara itu,

pada perlakuan perendaman memiliki nilai kadar polimer yang kecil. Sesuai pada

pernyataan Nandika et al. (1996) yang menyatakan bahwa metode perendaman

mempunyai kelemahan yaitu hasil absorpsi dan penetrasi yang kecil. Setiap jenis

kayu softwood seperti pinus akan memiliki nilai polimer loading (PL) yang lebih

bagus dibanding dengan kayu hardwood. Hal tersebut dikarenakan kayu pinus

termasuk kayu konifer yang mempunyai sifat anatomi yang sederhana dibanding

kayu hardwood (Hadi et al. 2002).

Gambar 1. Histogram kadar polimer

Kadar Air (KA)

Menurut Wahyudi et al. (2014) kadar air didefisinikan sebagai

perbandingan antara berat air yang terkandung di dalam kayu dengan berat kering

tanur yang telah dikeringkan dengan oven dan dinyatakan dalam persen. Pada

Gambar 2 terlihat bahwa contoh uji kontrol menghasilkan rata-rata nilai kadar air

yang paling tinggi sedangkan contoh uji perendaman MMA menghasilkan rata-rata

kadar air yang paling rendah. Berdasarkan hasil uji analisis ragam menunjukkan

bahwa perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA memberikan pengaruh

yang nyata terhadap penurunan kadar air kayu pinus (lampiran 2). Hasil uji lanjut

Duncan menunjukkan bahwa kadar air contoh uji impregnasi MMA dan

perendaman MMA berbeda nyata dengan contoh uji kontrol. Hal ini disebabkan

oleh MMA merupakan polimer hidrofobik, sehingga apabila polimer mengisi

rongga dinding sel kayu, maka kayu akan lebih hidrofobik, sehingga lebih sedikit

mengisap air dari udara bebas, yang mengakibatkan kandungan kadar air yang

sedikit (Nurwati et al. 1996). Dormer et al. (1998) menyatakan bahwa karakteristik

bahan kimia MMA hanya mengandung air sebesar 0,03 %

17.04

2.45

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

Impregnasi MMA Perendaman Mma

Po

limer

load

ing

(%)

Perlakuan

Page 19: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

9

Gambar 2. Histogram kadar air

Kerapatan

Kerapatan kayu didefinisikan sebagai perbandingan antara massa kayu

dengan volume kayu yang dinyatakan dalam pon per kaki kubik atau kilogram per

meter kubik (Bowyer et al. 2003). Kerapatan merupakan salah satu indikator untuk

menduga kekuatan kayu. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai kerapatan

kayu pinus mengalami kenaikan setelah diberi perlakuan impregnasi MMA dan

perendaman MMA (Gambar 3). Peningkatan kerapatan kayu baik perlakuan

impregnasi maupun perendaman MMA menunjukkan bahwa terjadi penambahan

masa akibat polimer loading pada kayu pinus. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan

monomer di dalam kayu tersebut. Pada kayu yang diimpregnasi terjadi polimerisasi

insitu dari monomer yang menyebabkan kenaikan berat dari kayu, sedangkan

volume kayu tetap karena monomer hanya mengisi rongga sel kayu, sehingga

kerapatan bertambah (Wangaard 1950). Berdasarkan hasil uji analisis ragam

menunjukkan bahwa perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kerapatan kayu pinus (lampiran 3).

Gambar 3. Histogram kerapatan

12.60

7.78 7.57

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

Kontrol ImpregnasiMMA

PerendamanMMA

Kad

ar A

Ir (

%)

Perlakuan

0.62

0.780.72

0.000.100.200.300.400.500.600.700.800.901.00

Kontrol Impregnasi MMA PerendamanMMA

Ker

apat

an

Perlakuan

Page 20: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

10

Penyusutan (Shrinkage)

Penyusutan (Shrinkage) terjadi apabila pengurangan antara air dalam kayu

dengan kadar air maksimum terjadi hingga pengurangan air di bawah titik jenuh

serat yang menyebabkan dinding sel kayu menyusut (Dumanauw 2001). Gambar 4

menunjukkan perlakuan impregnasi MMA memiliki rerata paling rendah

dibandingkan dengan perlakuan perendaman maupun kontrol. Berdasarkan hasil uji

analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan impregnasi MMA dan perendaman

MMA berpengaruh nyata terhadap nilai penyusutan kayu pinus (lampiran 4).

Perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA memiliki penyusutan yang

lebih rendah dibandingkan dengan kayu kontrol. Hal ini disebabkan oleh bahan

polimer yang masuk ke dalam rongga sel kayu menjadi bulking agent di dalam sel

kayu dan menghambat perubahan dimensi (Nurwati et al. 2007). Hasil uji lanjut

Duncan menunjukkan bahwa penyusutan contoh uji perendaman MMA,

impregnasi MMA berbeda nyata dengan kontrol pada selang kepercayaan 95%.

Gambar 4. Histogram penyusutan

Daya Serap Air (DSA)

Daya serap air merupakan kemampuan kayu menyerap air setelah dilakukan

perendaman selama 48 jam yang dinyatakan dalam persen. Pada Gambar 5

menunjukkan bahwa kayu yang diberi perlakuan impregnasi dan perendaman

mengalami penurunan dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan oleh

adanya perubahan kandungan air di bawah titik jenuh serat sehingga menyebabkan

perubahan dimensi kayu. Berdasarkan hasil uji analisis ragam menunjukkan bahwa

perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap nilai daya serap air (lampiran 5). Penurunan nilai daya serap

air yang diberi perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA disebabkan

adanya polimer di dalam rongga sel yang memperkecil koefisien difusi sehingga

perubahan dimensi yang terjadi lebih lambat dari pada kontrol (Rowel 1984). Hasil

pengujian menunjukkan nilai polimer loading yang tinggi memiliki nilai DSA yang

rendah.

5.00

1.732.03

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

Kontrol Impregnasi MMA PerendamanMMA

Pen

yusu

tan

(%

)

Perlakuan

Page 21: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

11

Gambar 5. Histogram daya serap air

Sifat Mekanis

Modulus Elastisitas (Modulus of Elasticity/MOE)

Yoresta (2015) mendefinisikan modulus elastisitas sebagai nilai kekuatan

material yang direpresentasikan oleh kemiringan kurva P pada saat kondisi elastis.

Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai MOE pada contoh uji yang diberi

perlakuan mengalami peningkatan. Peningkatan nilai MOE pada contoh uji yang

diberi perlakuan mengindikasikan bahwa penambahan bahan kimia pada proses

impregnasi maupun perendaman dapat meningkatkan kemampuan kayu dalam

menahan beban yang diberikan kepada kayu serta diiringi meningkatnya hasil uji

kerapatan kayu perlakuan tersebut. Berdasarkan hasil uji analisis ragam

menunjukkan bahwa perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA

memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap peningkatan nilai MOE

(lampiran 6). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa nilai MOE kayu pinus

setelah perlakuan MMA dengan metode impregnasi dan perendaman berbeda nyata

dengan kontrol pada selang kepercayaan 95%.

54.4542.36

46.26

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

Kontrol ImpregnasiMMA

PerendamanMMA

Day

a Se

rap

Air

(%

)

Perlakuan

Page 22: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

12

Gambar 6. Histogram modulus of elasticity

Modulus Patah (Modulus of Rupture/MOR)

Modulus patah atau modulus of rupture adalah beban maksimum yang

mampu ditahan oleh kayu (Bowyer et al. 2003). Gambar 7 memperlihatkan rata-

rata nilai MOR contoh uji yang diberi perlakuan impregnasi MMA dan perendaman

MMA mengalami peningkatan. Contoh uji kontrol menunjukkan nilai MOR

tergolong ke dalam kelas kuat III, namun setelah diberi perlakuan impregnasi dan

perendaman, kelas kuat kayu pinus tergolong menjadi ke dalam kelas kuat II. Hal

ini disebabkan proses masuknya monomer ke dalam kayu menempati pada rongga

sel hingga sampai menempati pada dinding sel, sehingga hasil impregnasi dan

perendaman meningkatkan kekuatan kayu. Hasil uji analisis ragam menunjukkan

bahwa perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA memberikan pengaruh

yang nyata terhadap nilai MOR (lampiran 7). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan

bahwa impregnasi MMA dan perendaman MMA berbeda nyata dengan kontrol

pada selang kepercayaan 95%. Nilai MOR kayu perlakuan meningkat sejalan

dengan hasil uji kerapatan kayu perlakuan yang meningkat.

Gambar 7. Histogram modulus of rupture

75563

10010397652

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

Kontrol ImpregnasiMMA

PerendamanMMA

MO

E (K

gf/c

m3 )

Perlakuan

548

914778

0

200

400

600

800

1000

1200

Kontrol ImpregnasiMMA

PerendamanMMA

MO

R (

Kgf

/cm

3 )

Perlakuan

Page 23: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

13

Kekerasan

Dumanauw (2001) mendefinisikan kekerasan sebagai suatu ukuran kekuatan

kayu dalam menahan gaya permukaan dan pembentukan permanen pada kayu. Nilai

kekerasan dapat dlihat pada sisi dan ujung kayu. Pada Gambar 8 dan Gambar 9

dapat dilihat adanya peningkatan nilai kekerasan pada contoh uji yang diberi

perlakuan. Berdasarkan hasil uji analisis ragam pada kekerasan sisi menunjukkan

bahwa perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA memberikan pengaruh

yang nyata terhadap nilai kekerasan kayu pinus (lampiran 9). Hal ini diindikasikan

dengan monomer yang diberikan jika dipanaskan akan memadat sehingga dapat

mengakibatkan kayu bertambah keras. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa

perlakuan impregnasi MMA dan perendaman MMA berbeda nyata dibandingkan

kontrol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibach dan Ellis (2005) yang menyatakan

bahwa modifikasi kayu dapat merubah sifat mekanis kayu seperti kekerasan

menjadi lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan hasil uji analisis

ragam pada kekerasan ujung menunjukkan bahwa perlakuan impregnasi MMA dan

perendaman MMA tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai

kekerasan ujung (lampiran 8).

Gambar 8. Histogram kekerasan ujung

Gambar 9. Histogram kekerasan sisi

455533 518

0

100

200

300

400

500

600

700

Kontrol Impregnasi MMA PerendamanMMA

Kek

eras

an u

jun

g (K

gf/c

m3 )

Perlakuan

344

453440

0

100

200

300

400

500

600

Kontrol Impregnasi MMA PerendamanMMA

Kek

eras

an s

isi (

Kgf

/cm

3 )

Perlakuan

Page 24: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Secara umum kayu pinus yang diimpregnasi dan direndam dengan metil

metakrilat dapat meningkatkan sifat fisis dan mekanis kayu pinus. Peningkatan sifat

fisis kayu pinus ditandai adanya peningkatan nilai kerapatan setelah diberi

perlakuan impregnasi dan perendaman sebesar 25,8% dan 4,8% serta adanya

penurunan nilai kadar air sebesar 32%. Sementara itu, sifat mekanis yaitu nilai

MOE, MOR, kekerasan sisi dan ujung pada perlakuan impregnasi berturut-turut

sebesar 100103 kgf/cm2, 914 kgf/cm2, 453 kgf/cm2 dan 533 kgf/cm2. Namun

demikian, nilai MOE, MOR dan kekerasan pada perlakuan perendaman berturut-

turut sebesar 97652 kgf/cm2, 778 kgf/cm2, 440 kgf/cm2 dan 518 kgf/cm2. Perlakuan

impregnasi dan perendaman meningkatkan kelas kuat kayu pinus dari kelas kuat III

menjadi kelas kuat II. Berdasarkan hasil yang diperoleh, peningkatan sifat fisis dan

mekanis yang paling baik yaitu kayu pinus dengan perlakuan impregnasi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, kayu pinus yang sudah termodifikasi

dengan metil metakrilat perlu dilakukan pengujian sifat keawetan kayu yang sudah

termodifikasi tersebut sehingga penggunaannya dapat dimaksimalkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohim S. 2008. Penggunaan bahan pengawet kayu di Indonesia. Buletin Hasil

Hutan Vol 14(2): 107-115

Archer K, Lebow S. 2006. Wood Preservation. Winconsin (US). Hlm 297-338.

[ASTM]. American Society for Testing Materials. 1992. Direct Moisture Content

Measurement of Wood and Wood-Base Materials (ASTM D4442 – 92).

[ASTM]. American Society of Testing Materials. 2014. Density and Specific

Gravity (Relative Density) of Wood and Wood-Based Materials (ASTM

D2395 – 14).

Bowyer JL, Rubin S, Jhon GH. 2003. Forest Products and Wood Science : An

Introduction Fourth edition. United State of Amerika (US): Lowa State

Press.

[BS]. British Standard. 1957. Methods of Testing Small Clear Specimens of Timber

(BS 373:1957).

Cowd MA. 1982. Polymer Chemistry. London (UK): J Murray

Dormer W, Gomes R, Meek ME. 1998. Methyl Methacrylate. Geneva (CH): World

Health Organization.

Dumanauw J. 2001. Mengenal Kayu. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Hadi YS, Hadjib N, Jasni. 2002. Resistance of Polystyrene Wood to Marine Borer

and Subterranean Termite. Di dalam: Proceedings of The Sixth Pacific Rim

Bio-Based Composites Symposium and Pre-symposium Workshop on

Chemical Modification of Cellulosics. Portland: Oregon State University.

hlm 528-534.

Page 25: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

15

Hadi YS, Rahayu IS, Danu S. 2013. Physical and mechanical properties of methyl

methacrylate impregnated jabon wood. J indian Acad Wood Science. 10(2):

77-80.

Hadiyane A, 2011. Perubahan Sifat-Sifat Komponen Penyusun Kayu, Sturktur Sel

Kayu dan Sifat-Sifat Dasar Kayu Terdesnsifikasi Secara Parsial [Skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Haygreen JG, Bowyer JL, 1982. Forest Product and Wood Science : An

Introduction. Ames (US): Iowa State press.

Hill CS. 2006. Wood Modification: Chemical, Thermal, and Other Process.

England (UK): John Wiley and Sons, Ltd.

Ibach RE, Ellis WD. 2005. Lumen Modification. Di dalam: Rowell RM, editor

Wood Chemistry and Wood Composites. Florida (US): CRC Press.

Kikata Y. 2000. Text for Wood based Material Application Technology Course.

Nagoya (JP): Nagoya International Training Centre. JICA.

Martawijaya A, Barly, Permadi P. 2001. Pengawetan Kayu untuk Barang

Kerajinan. Bogor (ID): Puslitbang Kehutanan Bogor.

Nandika D, Soenaryo dan A. Saragih. 1996. Kayu dan Pengawetan Kayu. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor Press.

Nurwati H, Ismanto A, Utama M. 1996. Pengaruh Struktur Monomer Pada Hasil

Impregnasi dan Polimerisasi Radiasi Kayu Karet (Hevea brasiliensis Muell.

Arg). Aplikasi Isotop dan Radiasi.

Nurwati H, Hadi YS, dan Setyaningsih D. 2007. Sifat fisis dan mekanis sepuluh

provenans kayu mangium (Acacia Mangium Willd) dari Patung Panjang

Jawa Barat. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. Masyarakat Peneliti

Kayu Indonesia. Vol. 5.(1): 7-11.

Perhutani, 2012. Statistik Perum Perhutani Tahun 2006 – 2010. Jakarta (ID):

Direksi Perum Perhutani.

[PKKI] Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia. PPKI NI-5. 1961. Bandung (ID):

Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.

Rowell RM. 1984. The Chemistry of Solid Wood. Washington D.C (US) : American

Chemical Society.

Siregar MS, Thamrin, Basuki WS, Eddiyanto. 2012. Modifikasi kimia karet alam

siklis (cyclic natural rubber (CNR) dengan teknik grafting: menggunakan

monomer metil metakrilat dan insiator benzoil peroksida. Agrium 17(3):

172-175.

Soediono J. 1983. Potensi dan Penyebaran Hutan Pinus di Pulau Jawa. Simposium

Pengusahaan Hutan Pinus. Bogor.

Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood Structure, Properties,

Utilization. United States of Amerika (US): Van Nostrand Reinhold.

Wahyudi I, Priadi T, Rahayu IS. 2014. Karakteristik dan sifat-sifat unggul kayu jati

umur 4 dan 5 tahun asal Jawa Barat. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.19(1).

Wangaard JF. 1950. The Mechanical Properties of Wood. New York (US): John

Willey and Sons Inc.

Yildiz UC, Sibel Y, Engin DG. 2005. Sifat mekanik dan ketahanan terhadap

pelapukan dari wood-polymer Composites dari jenis kayu cepat tumbuh

Turkey. Bioresource Technology. Hlm 1003-1011

Yoresta FS. 2015. Pengujian sifat mekanik kayau merbau darai daerah Bogor Jawa

Barat. Jurnal Rekayasa Sipil. 11(2).

Page 26: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

16

LAMPIRAN

Lampiran 1. Nilai rata-rata kadar polimer kayu pinus

Perlakuan Polymer Loading (%)

Impregnasi MMA 17,04

Perendaman Mma 2,45

Lampiran 2. Nilai rata-rata dan analisis keragaman kadar air kayu pinus

a). Nilai rata-rata kadar air kayu pinus

Perlakuan Kadar Air (%)

Kontrol 12,60

Impregnasi MMA 7,78

Perendaman MMA 7,57

b). Analisis keragaman pengaruh perlakuan impregnasi MMA dan perendaman

MMA terhadap kontrol

ANOVA

KA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 64,853 2 32,426 100,945 ,000

Within Groups 2,891 9 ,321

Total 67,744 11

c). Hasil uji lanjut Duncan pada kadar air

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Perendaman

MMA 4 7,5715

Impregnasi MMA 4 7,7815

Kontrol 4 12,6047

Sig. ,613 1,000

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Page 27: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

17

Lampiran 3. Nilai rata-rata kerapatan dan analisis keragaman kerapatan kayu pinus

a). Nilai rata-rata kerapatan kayu pinus

Perlakuan Kerapatan

Kontrol 0,62

Impregnasi MMA 0,78

Perendaman MMA 0,72

b). Analisis keragaman pengaruh inpregnasi MMA dan perendaman MMA

terhadap kontrol

ANOVA

Kerapatan

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .050 2 .025 1.814 .218

Within Groups .124 9 .014

Total .174 11

Lampiran 4. Nilai rata-rata dan analisis keragaman penyusutan kayu pinus

a). Nilai rata-rata penyusutan kayu pinus

Perlakuan Penyusutan

Kontrol 5,00

Impregnasi MMA 1,73

Perendaman MMA 2,03

b). Analisis keragaman pengaruh impregnasi MMA dan perendaman MMA

terhadap kontrol

ANOVA

Penyusutan

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 26.130 2 13.065 123.836 .000

Within Groups .950 9 .106

Total 27.079 11

Page 28: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

18

c). Hasil uji lanjut Duncan pada penyusutan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Impregnasi MMA 4 1.7345

Perendaman

MMA 4 2.0286

Kontrol 4 5.0015

Sig. .232 1.000

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.

Lampiran 5. Nilai rata-rata dan analisis keragaman daya serap air kayu pinus

a). Nilai rata-rata daya serap air kayu pinus

Perlakuan Daya Serap Air

Kontrol 54,45

Impregnasi MMA 42,36

Perendaman MMA 46,26

b). Analisis keragaman pengaruh impregnasi MMA dan perendaman MMA

terhadap kontrol

ANOVA

DSA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 304,442 2 152,221 1,050 ,389

Within Groups 1304,815 9 144,979

Total 1609,257 11

Lampiran 6. Nilai rata-rata dan analisis keragaman MOE kayu pinus

a). Nilai rata-rata MOE kayu pinus

Perlakuan MOE

Kontrol 75563

Impregnasi MMA 100103

Perendaman MMA 97652

b). Analisis keragaman pengaruh impregnasi MMA dan perendaman MMA

terhadap kontrol

Page 29: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

19

ANOVA

MOE

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1461586068,6

67 2

730793034,33

3 15,691 ,001

Within Groups 419162140,25

0 9 46573571,139

Total 1880748208,9

17 11

c). Hasil uji lanjut Duncan pada MOE

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Kontrol 4 75562,7500

Perendaman

MMA 4 97652,2500

Impregnasi MMA 4 100103,2500

Sig. 1,000 ,624

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Lampiran 7. Nilai rata-rata dan analisis keragaman MOR kayu pinus

a). Nilai rata-rata MOR kayu pinus

Perlakuan MOR

Kontrol 548

Impregnasi MMA 914

Perendaman MMA 778

b). Analisis keragaman pengaruh impregnasi MMA dan perendaman MMA

terhadap kontrol

ANOVA

MOR

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 273590,691 2 136795,345 12,215 ,003

Within Groups 100793,916 9 11199,324

Total 374384,607 11

Page 30: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

20

c). Hasil uji lanjut Duncan pada MOR

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Kontrol 4 547,8175

Perendaman

MMA 4 778,0650

Impregnasi MMA 4 913,6125

Sig. 1,000 ,104

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Lampiran 8. Nilai rata-rata dan analisis keragaman kekerasan ujung kayu pinus

a). Nilai rata-rata kekerasan ujung kayu pinus

Perlakuan Kekerasan Ujung

Kontrol 455

Impregnasi MMA 533

Perendaman MMA 518

b). Analisis keragaman pengaruh impregnasi MMA dan perendaman MMA

terhadap kontrol

ANOVA

Kekerasan_Ujung

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 13642,167 2 6821,083 2,706 ,120

Within Groups 22688,500 9 2520,944

Total 36330,667 11

Lampiran 9. Nilai rata-rata dan analisis keragaman kekerasan sisi kayu pinus

a). Nilai rata-rata kekerasan sisi kayu pinus

Perlakuan Kekerasan Sisi

Kontrol 344

Impregnasi MMA 453

Perendaman MMA 440

Page 31: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

21

b). Analisis keragaman pengaruh impregnasi MMA dan perendaman MMA

terhadap kontrol

ANOVA

Kekerasan_Sisi

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 28341,792 2 14170,896 3,371 ,081

Within Groups 37834,438 9 4203,826

Total 66176,229 11

c). Hasil uji lanjut Duncan pada kekerasan sisi

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Kontrol 4 343,8750

Perendaman

MMA 4 440,0000 440,0000

Impregnasi MMA 4 452,7500

Sig. ,065 ,787

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

Page 32: PENGARUH PROSES IMPREGNASI DAN PERENDAMAN METIL … filedan MOE secara berturut-turut sebesar 24.51% dan 40%. Sementara itu, perlakuan perendaman meningkatkan kerapatan sebesar 4.61%,

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Juni 1995 sebagai anak ketiga

dari lima bersaudara pasangan Bapak Rohadi Saputra dan Ibu Endang Tri Prasetyo

Handayani. Tahun 2013 penulis lulus dari SMA 1 Muhammadiyah Klaten dan pada

tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Peguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih program studi Teknologi

Hasil Hutan pada bagian Biokomposit, Departemen Hasil Hutan, Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis

aktif di anggota Himpunan profesi Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN)

sebagai anggota divisi Marketing dan Komunikasi (MARKOM) dan anggota

Keluarga Mahasiswa Klaten (KMK). Penulis telah mengikuti beberapa kegiatan

praktek lapang, antara lain Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada

tahun 2015 di Kamojang-Sancang Barat sebagai ketua kelompok dan Praktek

Pengelolaan Hutan (PPH) pada tahun 2016 di Hutan Pendidikan Gunung Walat

(HPGW), Sukabumi Jawa Barat. Penulis telah melaksanakan Praktek Kerja Lapang

(PKL) di Destination green, Bantul pada tahun 2016. Untuk memperoleh gelar

sarjana kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh

Proses Impregnasi dan Perendaman Metil Metakrilat pada Kayu Pinus (Pinus

merkusii) yang dbimbing oleh Prof. Dr. Ir. Yusuf Sudo Hadi, M.Agr dan Lukmanul

Hakim Zaini, S.Hut, M.Sc.