Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun
2012, 0 - 216
22
PENGARUH PREDIKSI KEBANGKRUTAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN DI BEIAmir NaifJurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
[email protected] ini
bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh prediksi
kebangkrutan terhadap return saham pada perusahaan sektor keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel penelitian ini
adalah perusahaan yang terdaftar di BEI periode penelitian
2010-2012. Data dikumpulkan dengan teknik purposive sampling dan
total sampel berjumlah 47 perusahaan. Data dianalisis menggunakan
analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa prediksi kebangkrutan tidak berpengaruh terhadap return saham
pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Nilai Altman z-score pada perusahaan sektor keuangan
tidak mampu memberikan informasi tentang kondisi keuangan
perusahaan sehingga informasi tersebut di respon oleh para investor
dan tidak memberi pengaruh pada return saham. Hasil penelitian ini
bertentangan dengan sebagian besar literatur sebelumnya.Kata Kunci:
prediksi kebangkrutan, z-score, return saham,AbstractThis Research
aims is to examine and analyze the influence of bankruptcy
prediction to stock return of financial services sector companies
listed in Indonesian Stock Exchange. The samples at this study are
companies listed in Indonesian Stock Exchange during period of
2010-2012. Data is collected by purposive sampling techniques and
sample total 47 companies. Data is analyzed using simple linear
regression. The results showed that bankruptcy prediction with
Altman z-score has no effect on stock return of financial services
sector companies. Altman z-score value of financial services sector
companies unable to give information about companies financial
condition so that why investor didnt response and give influence on
stock return. The result contrary to most of previous
literature.Keywords: bankruptcy prediction, z-score, stock
return
PENDAHULUANLembaga keuangan dan perusahaan sektor keuangan
sendiri mempunyai peranan yang sangat penting, salah satunya
menjaga kestabilan moneter yang disebabkan atas kebijakan terhadap
simpanan masyarakat serta sebagai lalu lintas pembayaran. Lembaga
keuangan juga memiliki tujuan menghasilkan keuntungan atau laba,
sehingga setiap lembaga keuangan di Indonesia memiliki prinsip
going concern yang artinya kegiatan usaha harus dilakukan secara
terus-menerus, tidak hanya sesaat atau sekali selesai lalu tidak
berkelanjutan. Krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika
Serikat pada tahun 2008 salah satunya disebabkan kebangkrutan yang
dialami oleh Lehman Brothers pada September 2008. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan pada sektor keuangan saling
memengaruhi, di mana kegagalan pada satu perusahaan akan berdampak
sistemik dan menyebabkan terjadinya krisis ekonomi, sehingga
prediksi kebangkrutan pada perusahaan di sektor keuangan menjadi
penting. Prediksi ini dapat digunakan sebagai Early Warning System
terhadap perusahaan-perusahaan tersebut maupun pemerintah sebagai
regulator perekonomian untuk bersiap menghadapi krisis ekonomi yang
dapat terjadi sewaktu-waktu. Belajar dari kebangkrutan yang terjadi
pada Lehmann Brothers pada 2008, dapat dilihat bahwa pengumuman
kebangkrutan mempengaruhi harga saham perusahaan yang bersangkutan
dimana ketika itu terjadi penurunan yang sangat tajam terhadap
harga saham perusahaan. Beberapa penelitian mengindikasikan adanya
hubungan antara prediksi kebangkrutan atau risiko kebangkrutan
terhadap equity return. Griffin and Lemmon (2002) menemukan bahwa
risiko kebangkrutan memiliki hubungan yang negatif dengan Equity
Return, dimana perushaan yang memiliki risiko default yang tinggi
cenderung memiliki book-to-market equity dan stock return yang
cenderung lebih tinggi dibanding yang lain dan hal tersebut
dianggap karena adanya mispricing penentuan nilai. Vassalou and
Xing (2004) menemukan hubungan yang sebaliknya bahwa default risk
atau risiko gagal membayar utang mempengaruhi secara equity return.
Perusahaan kecil dan value stocks dengan risiko default yang tinggi
memiliki return equity yang lebih tinggi. Penelitian-penelitian
tentang prediksi kebangkrutan perusahaan yang ada di Indonesia
mayoritas menggunakan model prediksi Altman Z-score. Penelitian
Shumway (2001) menjelaskan model yang terbaik dalam memprediksi
kebangkrutan Pada penelitian kali ini model prediksi yang digunakan
terbatas pada model prediksi yang menggunakan pendekatan accounting
based. Hal ini dikarenakan ialah sulitnya untuk mendapatkan
informasi dengan data market based model di Indonesia. Selain itu,
Pasar Modal Indonesia dinilai masih dalam perkembangan menuju
bentuk semi-strong form, hal ini dapat dilihat dari masih adanya
informasi-informasi yang dimiliki orang dalam (Insider). Meski
demikian, Z-score milik Altman masih memiliki kecenderungan akurasi
yang baik dalam memprediksi kebangkrutan bahkan ketika digunakan
perusahaan pada negara berkembang seperti Indonesia. Pemilihan
model prediksi tersebut ialah guna meningkatkan tingkat akurasi
prediksi kebangkrutan sebagai proksi risiko kebangkrutan untuk
melihat pengaruhnya terhadap return saham perusahaan. Berdasarkan
beberapa uraian tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui prediksi kebangkrutan
terhadap return saham pada perusahaan sektor keuangan di BEIKAJIAN
PUSTAKARoss (1977) memperkenalkan signaling theory yang menyatakan
bahwa informasi dari keputusan manajerial dan struktur keuangan
suatu perusahaan akan menjadi sebuah sinyal terhadap pasar yang
akan merubah keseimbangan pasar. Hubungan antara publikasi
informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial
politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat
dalam efisiensi pasar. Suatu prediksi tentang kebangkrutan pada
suatu perusahaan bisa menjadi sebuah sinyal bagi para investor
sebelum melakukan investasi dalam sekuritas perusahaan tersebut.
Ketika suatu perusahaan diprediksi akan mengalami kesulitan
keuangan atau pada akhirnya mengalami kebangkrutan merupakan bad
news bagi investor, sehingga harga saham perusahaan akan mengalami
penurunan dan pada akhirnya return investor dari saham tersebut
mengalami penurunan juga.Pengertian KebangkrutanKebangkrutan
(bankruptcy) atau kepailitan menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1998
adalah keadaan dimana suatu institusi dinyatakan oleh putusan
pengadilan apabila debitor memiliki dua atau lebih kreditor dan
tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan
dapat ditagih. Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi
pada sebuah perusahaan didefinisikan dalam beberapa pengertian
menurut Peter dan Yoseph (2011) yaitu :
1. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)Kegagalan dalam
ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan
perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti
tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang
dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban.1. Kegagalan
Keuangan (Financial Distressed)Pengertian financial distressed
mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam
pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagian asset
liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga
agar tidak terkena financial distressed. Kebangkrutan akan cepat
terjadi pada perusahaan yang berada di Negara yang sedang mengalami
kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin
cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit
kemudian semakin sakit dan bangkrut. Model Prediksi
KebangkrutanPenelitian Beaver (1966) dapat dikatakan sebagai
pelopor penelitian tentang model prediksi kebangkrutan. Hasil
temuan Beaver dalam penelitian tersebut membuat mulai banyak
peniliti yang melakukan penelitian terhadap prediksi kebangkrutan
perusahaan dan beberapa diantaranya berhasil membuat model prediksi
kebangkrutan. Dari beberapa model perdiksi yang diperkenalakan dari
penelitian para akademisi, Abbas and Rashid (2011) membedakan model
prediksi kebangkrutan menjadi 3 berdasarkan pendeketan dan sumber
informasi yang digunakan dalam model prediksi kebangkrutan yaitu
accounting-based approach model, market-based model, dan Artificial
Intellegence modelAccounting Based Approach ModelModel prediksi
kebangkrutan Accounting-based menggunakan informasi yang diperoleh
dari laporan keuangan sebagai prediktor untuk kebangkrutan
perusahaan di masa yang akan datang. Beberapa peneliti yang
mengunakan pendekatan accounting-based antara lain Beaver (1966),
Altman (1968), Ohlson (1980), Zmijewski (1984). Market Based
Approach ModelModel Prediksi Kebangkrutan Market-based menggunakan
informasi yang berasal dari pasar seperti informasi harga ekuitas
di pasar. Menurut Xu and Zhang (2009) dikarenakan pada dasarnya
informasi yang diperoleh dari pasar bersifat pandangan untuk masa
yang akan datang sehingga model market based approach menggambarkan
kinerja perusahaan di masa yang akan datang dengan mempertimbangkan
variabel yang berasal dari pasar. Model Prediksi Kebangkrutan
Market-based pada awalnya berasal dari Option Pricing Model yang
diperkenalkan oleh Black and Scholes (1973) dan Merton (1974) yang
dimana probabilitas terjadinya kebangkrutan bergantung pada
volatilitas antara nilai pasar dari aset dan strike price (atau
biasa disebut exercise price). Beberapa penelitian yang menggunakan
Market Based Approach antara lain Vassalou and Xing (2004) dan
Bharath dan Shumway (2006). Hillegeist et al. (2004) membandingkan
model market based approach (Black-Sholes and Merton) dengan
accounting based approaches (Z-score dan O-score) dan menyimpulkan
bahwa market based approach secara signifikan lebih informatif
dalam memprediksi default atau kebangkrutan. Sedangkan, Agrawal and
Taffler (2008) menyatakan bahwa accounting based approaches
menghasilkan produces manfaat ekonomi yang signifikan dibanding
market based approach.Hybrid ModelHybrid Model merupakan model
prediksi kebangkrutan yang menggunakan gabungan informasi yang
berasal dari Accounting Based Approach dan Market Based Approach.
Beberapa penilitian yang menggunakan Hybrid Model Antara lain
Shumway (2001) , Chava and Jarrow (2004), dan Campbell et al.
(2008). Shumway (2001) memperkenalkan model prediksi yang
menggabungkan kedua informasi tersebut atau lebih dikenal dengan
Simple Hazard Model dan membandingkannya dengan Altman Z-score.
Simple Hazard Model lebih konsisten dan akurat dibanding dengan
model prediksi yang hanya menggunakan 1 pendekatan seperti Z-score.
Chava and Jarrow (2004) memperkuat temuan Shumway dimana Simple
Hazard Model memiliki akurasi yang lebih baik disbanding dengan
Z-score dan model Zmijewski. Campbell et al (2008) juga menggunakan
gabungan informasi yang berasal dari Accounting Based Approach dan
Market Based Approach dan menemukan bahwa lebih baik dari model
prediksi Accounting Based Approach.Artificial Intellegence
ModelPerkembangan teknologi informasi telah membuat sebuah
terobosan dalam prediksi kebangkrutan, yaitu dengan menggunakan
Artificial Intellegence dalam mengestimasi risiko kebangkrutan pada
suatu perusahaan. Menurut Abbas dan Rashid (2011), ada beberapa
contoh metode Artificial Intellegence antara lain decision tree,
fuzzy set theory, genetic algorithm, support vector machine, data
envelopment analysis, case-based reasoning, rough sets theory, dan
berbagai neural networks seperti PNN (Probabilistic Neural
Networks), BPNN (Back Propagation Trained Neural Network), SOM
(Self-Organizing Map), Cascor (Cascade Correlation Neural Network),
ANN (Artificial Neural Network) dan lain-lain. Metode AI sendiri
sudah banyak diterapkan pada penelitian di negara seperti Iran,
Yunani dan beberapa negara lainnya. Zhang et al. (1999) menguji
prediksi kebangkrutan dengan metode AI dengan menggunakan
Artificial Neural Network dimana perdiksi kebangkurtan yang
dihasilkan ANN secara signifikan lebih baik dan konsisten dalam
mengestimasi serta mengklasifikasikan perusahaan sampel
dibandingkan prediksi yang menggunakan Regresi Logistik.TELAAH
LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISPengaruh Prediksi Kebangkrutan
dan Return SahamBanyak perdebatan dan perbedaan hasil penelitian
para akdemisi mengenai hubungan antara prediksi kebangkrutan atau
yang pada beberapa penelitian disebut juga risiko kebangkrutan
terhadap return ekuitas. Penelitian tentang Hubungan dan Pengaruh
risiko kebangkrutan terhadap return ekuitas sendiri diawali oleh
penelitian Dichev (1998) yang menemukan bahwa perusahaan dengan
risiko kebangkrutan yang tinggi cenderung memiliki return saham
yang rendah. Beberapa penelitian lain seperti Griffin and Lemmon
(2002), Da and Gao (2010), dan Campbell et al. (2011), menunjukkan
bahwa perusahaan dengan risiko kebangkrutan yang lebih tinggi tidak
disertai dengan return ekuitas yang lebih tinggi pula. Sedangkan
Vassalou and Xing serta Chava and Purnanandam (2009) menemukan
hubungan yang sebaliknya. Griffin and Lemmon (2002) menemukan bahwa
hubungan negatif antara return saham dengan risiko kebangkrutan
yang diproksikan dengan nilai O-Score. Campbell et al. (2011)
mengkonfirmasi adanya hubungan negatif antara return ekuitas dengan
risiko kebangkrutan dimana pada penelitian ini digunakan alat
prediksi Hybrid Model dari penelitian Campbell et al. (2008).
Vassalou and Xing (2004) menunjukkan adanya hubungan positif antara
return dengan risiko kebangkrutan hanya ketika ukuran perusahaan
tidak besar. Chava and Purnanandam (2010) menggunakan ex-ante
expected return dan menemukan hubungan positif antara return dengan
risiko kebangkrutan. Berdasarkan uraian hasil dari penelitian
terdahulu, maka dirumusan hipotesis pada penelitian ini yaitu :H1 =
Prediksi Kebangkrutan berpengaruh terhadap Return Saham
perusahaanMETODE PENELITIAN1. 1. 1. Sumber Data dan Data
PenelitianData yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder yang berupa laporan keuangan serta laporan tahunan
perusahaan. Laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan
diperoleh melalui publikasi dari situs resmi Bursa Efek Indonesia
dan situs perusahaan terkait. Untuk kepentingan penelitian ini data
lain yang diperlukan yaitu harga saham diambil dari situs
finance.yahoo.com. Berikut adalah populasi dan sampel data pada
penelitian ini:
1. PopulasiPopulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan yang bergerak dalam industri sektor keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010, 2011, dan
2012. 1. SampelDalam pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:1.
Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2010, 2011,
dan 20121. Perusahaan yang secara konsisten menerbitkan laporan
keuangan dan tahunan (annual report) yang berakhir pada tanggal 31
Desember selama periode pengamatan 2010, 2011, dan 2012. Sebagai
tambahan, apabila nantinya terdapat data sampel yang pada waktu
proses analisis data terindikasi sebagai outlier, maka penulis
dapat mempertimbangkan apakah data akan dipertahankan atau
dihilangkan secara otomatis sesuai dengan tata cara statistik yang
sudah ada. Teknik Pengumpulan DataPenelitian ini menggunakan data
sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang telah teraudit
(audited) dan laporan tahunan yang didapat dari sumber data. Sumber
data tersebut adalah publikasi Bursa Efek Indonesia yang dapat
diakses melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia. Laporan keuangan
dan laporan tahunan yang sudah didapatkan kemudian dianalisis untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan. Definisi Operasional
VariabelDalam sebuah penelitian terdapat beberapa variabel yang
harus ditetapkan dengan jelas sebelum mulai pengumpulan data.
Variabel. Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah :1.
Variabel Independen / Variabel Bebas (X)Variabel independen dalam
penelitian ini adalah prediksi kebangkrutan. Prediksi kebangkrutan
pada penelitian ini di ukur dengan menggunakan model prediksi
kebangkrutan Altman Z-score. Altman Z-score digunakan karena
merupakan hasil modifikasi dari Altman Z-score untuk perusahaan
non-manufaktur dan emerging markets. Nilai Altman Z-score dapat
diperoleh menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut (Altman,
2000) :Z-score = Z" = 6.56 (X1)+ 3.26 (X2) + 6.72 (X3) + 1.05
(X4)X1 = Working Capital / Total AssetsX2 = Retained Earnings /
Total AssetsX3 = Earnings Before Interest and Taxes / Total
AssetsX4 = Market Value of Equity / Total Liabilities1. Variabel
Dependen / Variabel Terikat (Y) Variabel terikat (dependent
variable) merupakan variabel yang dipengaruhi variabel bebas
(independent variable). Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah return saham. Return saham adalah tingkat pengembalian dari
suatu investasi pada sekuritas atau dalam hal ini adalah saham..
Return saham sendiri dapat dihiutng dengan rumus (Jones, 2002:130)
:
Dimana:Return Saham: Return saham pada periode t Dt : Dividen
yang dibayarkan pada periode tPe: Harga saham pada akhir periode t
atau harga jual sahamPb: Harga beli saham atau harga saham pada
awal periode tMetode Analisis DataAnalisis Statistik
DeskripstifPengujian statistik deskriptif digunakan untuk
memberikan gambaran profil data sampel. Ghozali (2009:19)
menjelaskan bahwa statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata, standar deviasi,
maksimum, dan minimum Analisis statistik deskriptif penelitian ini
menggunakan bantuan program SPSS 20. ini digunakan untuk
mendeskripsikan hasil penelitian data dari variabel yang
diteliti.Analisis Regresi SederhanaTeknik analisis data pada
penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana. Regresi
sederhana digunakan apabila seseorang hendak melihat hubungan atau
prediksi satu variabel kontinum atau dependen (Y) dengan satu
variabel lain yang ordinal atau independen. Regresi pada penelitian
ini memakai persamaan sebagai berikut: RS = + Z+eKeterangan: RS=
Return Saham (Variabel Dependen) = Konstanta = Koefisien Variabel
IndependenZ= Nilai Z-score (Variabel Independen)e = Error of
TermPengujian HipotesisUji t-StatistikUji statistik t (uji
signifikansi individual) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen dengan menganggap variabel independen
lainnya konstan (Ghozali, 2009:88). Hipotesis nol (H0) yang hendak
diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau: 1.
Ho : bi = 0 Artinya, apakah suatu variabel independen bukan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen,
atau:2. Ha : bi 0Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini
digunakan statistik t dengan bantuan program SPSS 20.HASIL DAN
PEMBAHASAN1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. Deskripsi Objek
PenelitianPenelitian ini menggunakan objek penelitian seluruh
perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2010-2012. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
menguji pengaruh prediksi kebangkrutan terhadap return saham.
Teknik purposive sampling dilakukan dengan menerapkan beberapa
kriteria, sehingga sampel penelitian ini berjumlah 49 perusahaan
yang dinyatakan layak dijadikan sampel. Analisis DataAnalisis
Statistik Deskriptif PenelitianPenelitian ini menggunakan satu
variabel independen yaitu prediksi kebangkrutan dan satu variabel
dependen yaitu return saham. Tabel 1. Statistik Deskriptif Setelah
Transformasi DataDescriptive Statistics
NMinimumMaximumMeanStd. DeviationVariance
RS147-.53962.2999.308281.3845271.148
Zscores147-.55252.1139.389049.4191783.176
Valid N (listwise)147
Sumber: Output SPSS, diolah penulis (2014)0. Prediksi
KebangkrutanVariabel independen penelitian ini adalah Prediksi
Kebangkrutan. Prediksi Kebangkrutan merupakan salah satu cara untuk
mengukur tingkat risiko kebangkrutan perusahaan. Prediksi
Kebangkrutan pada penelitian ini diukur menggunakan nilai Altman
Z-Score. Nilai Altman Z-Score yang tinggi mengindikasikan
perusahaan tersebut memiliki risiko bangkrut yang lebih rendah atau
bahkan berada dalam tingkat kesehatan keuangan yang baik. Rata-rata
nilai prediksi kebangkrutan Altman Z-score perusahaan sektor
keuangan Indonesia yang terdaftar pada bursa efek Indonesia dalam
periode 2010-2012 adalah sebesar 0.389049 dengan standar deviasi
sebesar 0.4191783. Nilai prediksi kebangkrutan Altman Z-score
terendah yaitu sebesar -0.5525 diperoleh Asuransi Multi Artha Guna
Tbk. pada periode 2010, sedangkan Nilai prediksi kebangkrutan
Altman Z-score tertinggi yaitu sebesar 2.1139 diperoleh Danasupra
Erapacific Tbk. Pada periode 2012. 0. Return SahamReturn saham
sendiri merupakan variabel dependen pada penelitian ini. Semakin
tingginya tingkat return mengindikasikan para pemilik investasi
atau dalam hal ini pemegang saham pada periode tersebut mendapatkan
return yang tinggi.Berdasarkan Tabel 4.2, rata-rata return saham
perusahaan sektor keuangan Indonesia yang terdaftar pada bursa efek
Indonesia dalam periode 2010-2012 adalah sebesar 0.308281 dengan
standar deviasi sebesar 0.3845271. Return saham terendah diperoleh
Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. pada 2011 yaitu sebesar -0.5396
atau -53.96%, sedangkan return saham tertinggi yaitu sebesar 2.2999
atau 229.99 % diperoleh Asuransi Dayin Mitra Tbk. pada 2010.1. 1.
1. 1. 3. Pengujian HipotesisUji t-Statistik Tabel 2 Uji t Periode
2010-2012CoefficientsaModelUnstandardized CoefficientsStandardized
CoefficientstSig.
BStd. ErrorBeta
1(Constant).261.0436.053.000
Zscores.122.076.1331.612.109
a. Dependent Variable: RS Sumber: Output SPSS, diolah penulis
(2014)
Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat disimpulkan bahwa
prediksi kebangkrutan tidak berpengaruh terhadap return saham pada
periode tersebut karena tingkat signifikansi Zscores adalah 0.109
lebih besar dari 0.05. Persamaan yang dapat disusun sebagai
berikut:RS = 0.261+ 0.122 Zscores + Hasil tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut: 1. Nilai konstanta sebesar 0.216 artinya apabila
semua variabel independen dianggap konstan, maka diprediksikan
rata-rata Return saham yang diperoleh adalah sebesar 0,216.2. nilai
signifikansi sebesar 0,109 (lebih besar dari 0,05) artinya tidak
ada pengaruh antara prediksi kebangkrutan Altman Z-score dengan
return saham sehingga H0 dinyatakan diterima.
Pengaruh Prediksi Kebangkrutan Terhadap Return SahamHasil
penelitian menunjukkan bahwa prediksi kebangkrutan memiliki tingkat
signifikansi lebih besar dari batas maksimal sebesar 0,05. Dengan
demikian hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan H0
diterima, artinya bahwa variabel independen prediksi kebangkrutan
tidak berpengaruh terhadap Return Saham. Yang berarti pada
perusahaan sektor keuangan prediksi kebangkrutan bukan merupakan
variabel yang dapat digunakan investor untuk memperoleh pendapatan
melalui return saham.Penelitian ini menunjukkan bahwa prediksi
kebangkrutan pada perusahan sektor keuangan di BEI tidak
berpengaruh terhadap return saham. Hal ini inkonsisten dengan hasil
penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
prediksi kebangkrutan terhadap return sekuritas, serta menyatakan
terdapat pengaruh serta menyatakan bahwa perusahaan dengan risiko
yang kebangkrutan yang tinggi tidak memberi return sekuritas yang
tinggi bahkan memberi return yang rendah. Signaling Theory
menjelaskan bahwa perusahaan dengan kinerja keuangan baik yang
dapat dilihat dari publikasi laporan keuangan perusahaan akan
menjadi sinyal positif sehingga nilai perusahaan akan semakin
tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat sekuritas
perusahaan yang dimiliki principal ataupun investor akan menjadi
lebih tinggi harganya, dimana harga yang tinggi akan memberi
investor keuntungan melalui penjualan sekuritas terkait. Begitu
juga sebaliknya, kinerja perusahaan yang buruk akan memberi sinyal
negatif yang berdampak terhadap menurunnya minat investor pada
sekuritas perusahaan sehingga akan membuat harga sekuritas menurun.
Prediksi kebangkrutan sendiri adalah dapat dinilai sebagai suatu
sinyal buruk bagi perusahaan ketika hasil prediksi tersebut
menunjukkan perusahaan berada dalam risiko kebangkrutan yang
tinggi.Terdapat dua alasan yang menyebabkan tidak ditemukan adanya
pengaruh prediksi kebangkrutan terhadap return saham. Pertama,
penggunaan proxy yang kurang tepat untuk untuk menghitung
masing-masing variabel. Dapat disimpulkan bahwa nilai Altman
Z-score dan perhitungan return sederhana dinilai tidak cukup
menggambarkan keadaan yang sebenarnya sehingga hasil penelitian
masih dapat memberi hasil yang berbeda. Kedua, terkait dengan
Efficient Market Hypothesis, dimana pasar yang efisien, harga
sekuritas dianggap telah mencerminkan informasi-informasi yang
terkait sehingga tidak para pelaku pasar modal tidak dapat
mendapatkan abnormal return. Harga sekuritas di BEI dinilai masih
mengandung informasi lain sehingga memungkinkan untuk mendapatkn
abnormal return. Hal ini juga berkaitan Pemilihan perusahaan
sebagai objek penelitian yaitu perusahaan sektor keuangan pada
bursa efek Indonesia, dimana masih terdapat intervensi pemerintah
yang pada tahun 2014 akan diawasi melalui Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) pada sektor tersebut sehingga informasi prediksi kebangkrutan
pada perusahaan sektor keuangan tidak akan berpengaruh pada harga
dan return dari sekuritas. Pada konsep Efficient Market Hypothesis,
Pasar Modal di Indonesia masih dikategorikan sebagai bentuk weak,
yang artinya selain masih adanya informasi untuk Insider, Investor
di BEI masih melibatkan pandangan emosional terhadap suatu
informasi dapat berpengaruh pada harga sekuritas. Reaksi Pasar
dapat terjadi apabila informasi sebagai sinyal pada sektor keuangan
berasal dari pemerintah maupun bank sentral seperti BI dan OJK..
Hal ini tentu berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang
dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari suatu pasar
modal yang jauh lebih maju dan memiliki investor yang rasional.
Dengan demikian seluruh informasi mengenai perusahaan tersebut
dapat menjadi pertimbangan dalam keputusan berinvestasi sehingga
berpengaruh pada harga dan return dari sekuritas. Prediksi
Kebangkrutan dengan Altman Z-score pada sektor keuangan di
Indonesia bukan merupakan indikator utama yang digunakan untuk
menetukan keadaan finansial perusahaan. Para investor pasti akan
lebih percaya dan bereaksi terhadap pengumuman mengenai perusahaan
sektor keuangan melalui informasi yang didapat dari BI dan OJK,
meskipun dalam praktiknya sektor ini akan selalu dijaga agar jauh
dari ketidaksehatan secara finansial melalui regulasi-regulasi yang
ada. Prediksi kebangkrutan sendiri merupakan ukuran yang alami
untuk kebangkrutan. Akan tetapi, informasi kebangkrutan kelihatanya
tidak memiliki nilai informasi sebagai sinyal untuk investor pada
perusahaan sektor keuangan yang masih memeliki banyak campur tangan
pemerintah. Sehingga, informasi tersebut tidak memiliki pengaruh
harga dan return sekuritas dari perusahaan sektor keuangan di
Indonesia.
KESIMPULAN
1. 1. 1. 1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Prediksi kebangkrutan tidak
berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan yang bergerak
pada sektor keuangan. Saran untuk penelitian-penelitian
selanjutnya, agar menggunakan model prediksi kebangkrutan yang
menggunakan gabungan informasi dari akuntansi dan pasar, seperti
hazard model dan one reduced model sebagai model prediksi. Hal ini
dikarenakan model prediksi tersebut memiliki tingkat akurasi yang
lebih tinggi dan konsistensi yang lebih baik dari Altman Z-score.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Qaiser and Abdul Rashid. 2011. Modeling Bankruptcy
Prediction for Non-Financial Firms: The Case of Pakistan.
http://mpra.ub.uni-muenchen.de/28161/. Diakses 1 Agustus 2013.
Agarwal, Vineet. and Richard Taffler. 2008. Comparing the
performance of market-based and accounting-based bankruptcy
prediction models. Journal of Banking and Finance, Vol. 32, No. 8,
1541-1551.
Altman, Edward. 1968. Financial ratios, discriminant analysis
and the prediction of corporate bankruptcy. Journal of Finance 23,
589.609.
Altman, Edward. 2000. Predicting financial distress of
companies: revisiting the Z-score and ZETA models. Stern School of
Business, New York University, 9-12.
Beaver, William H. 1966. Financial Ratios as Predictors of
Failure. Journal of Accounting Research, Vol. 4, No. 3, p.
179-192.
Bharath, S.T. and Shumway, T. 2006. Forecasting Default with the
Merton Distance to Default Model. Review of Financial Studies, vol.
21, No. 3.
Black, F. and Scholes, M. 1973, The Pricing of Options and
Corporate Liabilities, Journal of Political economy, Vol. 81, No.
3.
Campbell John Y., Jens Hilscher, and Jan Szilagyi. 2008. In
search of distress risk. Journal of Finance, 63, 2899.2939.
Campbell, John Y., Jens Dietrich Hilscher, and Jan Szilagyi.
2011.Predicting Financial Distress and The Performance of
Distressed Stocks. Journal of Investment Management 9(2),
14-34.
Chava, Sudheer and Robert A. Jarrow, 2004, Bankruptcy Prediction
With Industry EEcts, Review of Finance 8, 537-569.
Chava, Sudheer and Purnanandam, Amiyatosh 2009. Is Default Risk
Negatively Related to Stock Returns ? .
http://ssrn.com/abstract=1003682, diakses 18 september 2013
Da, Z. and Gao, P. 2010. Clientele Change. Liquidity Shock, and
the Return on Financially Distressed Stocks. Journal of Financial
and Quantitative Analysis, Vol. 45, No. 1.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariat dengan
Program SPSS. Edisi Ketiga. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang.
Griffin, John M. and Michael L. Lemmon. 2002. Book-to-Market
Equity, Distress Risk, And Stock Returns. Journal of Finance 57,
23172336.
Hillegeist, Stephen A., Elizabeth Keating, Donald P. Cram and
Kyle G. Lunstedt. 2004. Assessing the probability of bankruptcy.
Review of Accounting Studies 9, 5-34.
Dichev, I. D. (1998), Is the Risk of Bankruptcy a Systematic
Risk?, Journal ofFinance, Vol. 53, No. 3, p. 1131-1147.
Jones, Charles P. 2002. Investment: Analysis and Management.
Eight Edition. John Wiley & Son. New York.
Merton, Robert C. 1974. On the pricing of corporate debt: the
risk structure of interest rates. Journal of Finance 29,
449.470.
Ohlson, James A.. 1980. Financial ratios and the probabilistic
prediction of bankruptcy, Journal of Accounting Research 18,
109-131.
Peter dan Yoseph. 2011. Analisis Kebangkrutan Dengan Metode
Z-Score Altman, Springate Dan Zmijewski Pada Pt. Indofood Sukses
Makmur Tbk Periode 2005 2009. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor
04 Tahun ke-2 Januari-April 2011
Ross, Stephen A.1977. The Determination of Financial Structure:
The Incentive-Signalling Approach. The Bell Journal of Economics,
Vol. 8, No. 1 (Spring, 1977), pp. 23-40
Shumway, Tyler. 2001. Forecasting bankruptcy more accurately: a
simple hazard model, Journal of Business 74. 101-124.
Undang-Undang No.4 Tahun 1998 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Tentang Kepailitan Menjadi
Undang-Undang
Vassalou, Maria dan Yuhang Xing, 2004. Default-risk in Equity
Returns, Journal of Finance Vol. 59, No. 2 p. 831-868.
Xu, M., & Zhang, C. 2009. Bankruptcy prediction: the case of
Japanese listed companies. Review of Accounting Studies, 14(4),
534-558.
Zhang, Guoqiang, Michael Y. Hu, B. Eddy Patuwo, Daniel C. Indro.
1999. Artifcial Neural Networks in Bankruptcy Prediction: General
Framework and Cross-Validation Analysis.
Zmijewski, M E. 1984. Methodological Issues Related to
Estimation of Financial Distress Prediction Models. Journal of
Accounting Research. Vol. 22. p. 59-82