Top Banner
PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN SiLPA TERHADAP PERILAKU OPORTUNISTIK EKSEKUTIF PENYUSUN ANGGARAN (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia) (Skripsi) Oleh MEGAH DHEANE TIA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018
68

PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

Jun 09, 2019

Download

Documents

doanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN

PERUBAHAN SiLPA TERHADAP PERILAKU OPORTUNISTIK

EKSEKUTIF PENYUSUN ANGGARAN

(Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia)

(Skripsi)

Oleh

MEGAH DHEANE TIA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

ABSTRAK

PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHANSiLPA TERHADAP OPORTUNISTIK EKSEKUTIF PENYUSUN ANGGARAN

(Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia)

Oleh

MEGAH DHEANE TIA

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan proses politisyang melibatkan legislatif dan eksekutif. Fenomena perilaku oportunistik penyusun angaranyang memasukkan self-interest serta kepentingan kelompoknya dalam alokasi belanja APBDmenjadi hal menarik untuk diteliti dari sudut pandang teori keagenan.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis: pengaruh perubahan pendapatan aslidaerah dan perubahan SiLPA terhadap perilaku oportunistik eksekutif penyusun anggaranpada Kabupaten/Kota di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder yangdidapatkan dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuagan. Populasi dalam penelitian iniadalah seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia selama periode penelitian 2013-2015.Berdasarkan kriteria sampel yang ditetapkan, terdapat 76 Kabupaten/Kota di Indonesia yangterpilih menjadi sampel penelitian. Alat analisis yang digunakan adalah menggunakan metoderegresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan pendapatan asli daerahdan perubahan SiLPA berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik eksekutif penyusunanggaran.

Kata Kunci: Perubahan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Perubahan SiLPA, PerilakuOportunistik Eksekutif Penyusun Anggaran

Page 3: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CHANGES of LOCAL REVENUE AND CHANGES ofSiLPA TOWARD THE EXECUTIVE OPPORTUNISTIC BEHAVIOR OF BUDGET

REQUESTOR(Empirical Study in the regions/cities of Indonesia)

By

MEGAH DHEANE TIA

Preparations of APBD is a political process that involves legislative and executive.Budgetingbehavioral phenomena that includes self-interest ang group interest in the allocation ofbudget expenditures be an interesting to be examined from the perspective of agency theory.

This study aims to examine and analyze: the influence of changes of local revenue andchanges of SiLPA to the executive opportuistic behavior of budget requestor in theregions/cities of the Indonesia. The data which is used is the secondary data obtained fromDirektorat Jenderal Perimbangan Keuangan. The population in this study is all theregions/cities in Indonesia of the research period 2013-2015. Based o the criteria, thesamples which are used are 76 regions/cities.The instrument used is multiple regressionmethod. The results of the study show that the changes of local revenue and changes of SiLPAhave positive influence toward the executive opportunistic behavior of the budget requestor.

Keywords: Changes of Local Revenue, Changes of SiLPA, Executive Opportunistic Behaviorof Budget Requestor.

Page 4: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DANPERUBAHAN SiLPA TERHADAP PERILAKU OPORTUNISTIK

EKSEKUTIF PENYUSUN ANGGARAN(Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia)

Oleh

MEGAH DHEANE TIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 5: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN
Page 6: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN
Page 7: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN
Page 8: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Juli 1996.

Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara, putri

bapak Rastum dan ibu Ratimah.

Pada tahun 2008, penulis menyelesaikan pendidikan

Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 14 Pagi Jakarta Timur.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuh oleh penulis di SMP Negeri 27 Jakarta

Timur dan diselesaikan pada tahun 2011. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di SMK Negeri 50 Jakarta Timur hingga tahun

2014.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur SBMPTN. Selain itu, pada tahun

2016 penulis terpilih sebagai anggota acara dalam kegiatan

Simposium Nasional Akuntansi (SNA) yang merupakan kegiatan tahunan yang

diselenggarakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai perwujudan kepedulian

akuntan terhadap pembangunan bangsa dan negara Indonesia.

Page 9: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang telah

diberikan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Kupersembahkan karyaku ini untuk:

Kedua orang tuaku

Bapak Rastum dan Ibu Ratimah

Saudaraku

Dwi, Dandi, Deva

Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan motivasi dan doa.

Seluruh sahabat dan teman-teman yang telah memberikan semangat.

Almamaterku tercinta Universitas Lampung.

Page 10: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

MOTTO

“ Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah

selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu.”

(Qs. Al-Ainsyirah : 6-8)

“Mulailah dari tempatmu berada. Gunakan yang kau punya. Lakukan yang kau

bisa”

(Arthur Ashe)

“Jangan ingat lelahnya belajar, tapi ingat buah manisnya yang bisa dipetik kelak

ketika sukses”

(Anonymous)

Page 11: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang telah diberikan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Perubahan

Pedapatan Asli Daerah dan Perubahan SiLPA Terhadap Perilaku Oportunistik

Eksekutif PenyusunAnggaran (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di

Indonesia)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah diperoleh penulis dapat

membantu mempermudah proses penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini

dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan S1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Page 12: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen Pembimbing 1

dan Ibu Ade Widiyanti, S.E., M.S.Ak., Akt., selaku Dosen Pembimbing 2 yang

telah memberikan waktu, kritik, saran, masukan dan semangat untuk penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si., selaku Dosen Penguji Utama yang

telah memberikan kritik dan saran yang membangun selama proses penyusunan

skripsi ini.

6. Ibu Mega Metalia, S.E., M.Si., M.S.Ak., Akt., selaku Pembimbing Akademik

selama masa perkuliahan.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran berharga bagi penulis selama

menempuh program pendidikan S1.

8. Seluruh staff Akademik, Administrasi, Tata Usaha, para pegawai, serta staff

keamanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah

banyak membantu baik selama proses perkuliahan maupun penyusunan

skripsi, terimakasih atas segala kesabaran dan bantuan yang telah diberikan.

9. Bapak Rastum dan Ibu Ratimah selaku kedua orang tuaku yang selalu

mendoakan dan menjadi penyemangat untuk menyelesaikan studi ini. Terima

kasih atas kasih sayang dan pengorbanan yang telah diberikan kepadaku

kepentingan anak anaknya.

10. Adikku tersayang Endah Dwi Luciana, Dandi Septo Nugroho dan Deva Julian

Ramadhansyah yang selalu bersedia menemani dan memberikan bantuan.

Page 13: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

11. Ukhtiku terhebat, Citra Iswari, Jesi Rakasiwi, Melianatika, Mulia Candra,

Robingatul Ngatdawiyah dan Rizky Isnaeni yang telah menemani dan berjuang

bersama. Terima kasih untuk semua kenangan selama ini.

12. Teman seperjuangan Dina Purwitasari, Melinda Deborah, Laila Indriyani, Anggi

Mega, Amin Sobri, Kurnia Purnamaayu yang selalu menghibur, mendukung

serta bersedia mendengar dan berbagi keluh kesah bersama. Terima kasih atas

kenangan indahnya semoga selalu terjaga kebersamaan kita.

13. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2014 dan semua pihak yang

telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan semoga

Allah SWT memberikan rahmat, berkah, dan hidayah-Nya untuk kita semua.

Bandar Lampung, 28 Juni 2018

Penulis,

Megah Dheane Tia

Page 14: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

i

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL

ABSTRACT

ABSTRAK

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

RIWAYAT HIDUP

MOTTO

SANWACANA

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................vi

BAB I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang................................................................................11.2 Rumusan Masalah ..........................................................................61.3 Tujuan Penelitian............................................................................71.4 Manfaat Penelitian..........................................................................7

1.4.1 Manfaat Praktik ....................................................................71.4.2 Manfaat Teoritis ...................................................................7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Landasan Teori ...............................................................................8

2.1.1 Teori Keagenan ....................................................................8

Page 15: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

ii

2.1.2 Teori Keagenan dalam Penganggaran Sektor Publik ...........102.1.2.1 Hubungan Keagenan Antara Eksekutif dan

Legislatif..................................................................112.1.2.2 Hubungan Keagenan Antara Legislatif dan

Publik (Voters) .........................................................122.1.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD).........................122.1.4 Proses Penyusunan APBD....................................................132.1.5 Perubahan APBD..................................................................182.1.6 Perubahan Pendapatan Asli Daerah......................................192.1.7 Perubahan SiLPA .................................................................212.1.8 Perilaku Oportunistik............................................................222.1.9 Perilaku Oportunistik Dalam Penganggaran ........................22

2.2 Penelitian Relevan ..........................................................................242.3 Rerangka Pemikiran .......................................................................272.4 Hipotesis .........................................................................................28

2.4.1 Pengaruh Perubahan Pendapatan Asli Daerah TerhadapPerilaku Oportunistik Eksekutif Penyusun Anggaran ........28

2.4.2 Pengaruh Perubahan SiLPA Terhadap PerilakuOportunistik Eksekutif Penyusun Anggaran .......................30

BAB III. METODE PENELITIAN3.1 Jenis dan Sumber Data ...................................................................323.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel ..........................................32

3.2.1 Variabel Dependen ...............................................................323.2.2 Variabel Independen.............................................................34

3.2.2.1 Perubahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) .............343.2.2.2 Perubahan SiLPA.....................................................34

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian......................................................353.4 Teknik Pengumpulan data ..............................................................363.5 Metode Analisis Data .....................................................................37

3.5.1 Statistik Deskriptif................................................................373.5.2 Pengujian Asumsi Klasik .....................................................37

3.5.2.1 Uji Normalitas..........................................................373.5.2.2 Uji Multikolonearitas ...............................................383.5.2.3 Uji Heteokedastisitas................................................393.5.2.4 Uji Autokorelasi .......................................................39

3.5.3 Metode Regresi Bergnda .....................................................403.5.4 Pengujian Hipotesis ..............................................................41

3.5.4.1Koefisien Determinasi...............................................413.5.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)...............413.5.4.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) ...................42

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Deskripsi Data ................................................................................43

4.1.1 Seleksi Sampel .....................................................................434.1.2 Statistik Deskriptif ...............................................................43

4.2 Uji Asumsi Klasik ..........................................................................45

Page 16: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

iii

4.2.1 Uji Normalitas ......................................................................454.2.2 Uji Multikoliieritas ...............................................................464.2.3 Uji Autokorelasi ...................................................................474.2.4 Uji Heterokedastisitas ..........................................................48

4.3 Hasil Uji Hipotesis .........................................................................504.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................................504.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .........................................514.3.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)..............................................51

4.4 Pembahasan ....................................................................................524.4.1 Pengaruh perubahan pendapatan asli daerah terhadap

oportunistik eksekutif penyusun anggaran ..........................524.4.2 Pegaruh perubahan SiLPA terhadap oportunistik eksekutif

penyusun anggaran ..............................................................54

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan.....................................................................................555.2 Keterbatasan Penelitian ..................................................................555.3 Saran ...............................................................................................56

5.3.1 Saran Bagi Pemerintah Daerah ............................................565.3.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ..........................................57

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

Page 17: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 2.1 : Ringkasan Penelitian Relevan ...................................................242. Tabel 3.1 : Sampel Penelitian .....................................................................363. Tabel 4.1 : Hasil Uji Statistik Deskriptif ....................................................444. Tabel 4.2 : Hasil Uji Multikolinieritas.........................................................475. Tabel 4.3 : Hasil Uji Autokorelasi ...............................................................486. Tabel 4.4 : Hasil Uji Glejser ........................................................................497. Tabel 4.5 : Hasil Uji Koefisien Determinasi ...............................................508. Tabel 4.6 : Hasil Uji Statistik F ...................................................................519. Tabel 4.7 : Hasil Ui Statistik t .....................................................................51

Page 18: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 2.1 : Rerangka Pemikiran .............................................................. 282. Gambar 4.1 : Normal Probability Plot ........................................................ 463. Gambar 4.2 : Hasil Uji Heterokedastisitas ................................................. 49

Page 19: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

vi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Daftar Sampel Penelitian2. Lampiran 2 Data Tabulasi3. Lampiran 3 Statistik Deskriptif4. Lampiran 4 Uji Asumsi Klasik5. Lampiran 4.1 Uji Normalitas6. Lampiran 4.2 Uji Multikolinieritas7. Lampiran 4.3 Uji Autokorelasi8. Lampiran 4.4 Uji Heterokedastisitas9. Lampiran 5 Uji Hipotesis10. Lampiran 5.1 Uji Koefisien Determinasi11. Lampiran 5.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)12. Lampiran 5.3 Uji Signifikansi Parsial (Ui t)

Page 20: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

25

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diterapkannya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal di Indonesia

telah membawa perubahan sangat besar dalam pengeloaan keuangan negara.

Pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah (Pemda) untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya

berimplikasi pada terjadinya pendelegasian wewenang di antara para pihak

(stakeholders) yang terkait dengan penganggaran di daerah (Halim & Abdullah,

2006). Bentuk pengelolaan keuangan daerah yang mandiri (mengatur dan

mengurus sendiri) dapat dilihat dari bagaimana strategi Pemda dalam

penganggaran untuk program dan kegiatan pemerintahan, penyediaan sarana dan

prasarana publik dan pelayanan kepada masyarakat.

Pengelolaan keuangan daerah yang terdesentralisasi ternyata memiliki banyak

persoalan. Pemerintah daerah (Pemda) belum sepenuhnya siap atau serius

melaksanakan peraturan perundangan yang telah diterbitkan oleh Pemerintah.

Beberapa kasus korupsi dan penyimpangan pengelolaan keuangan di Pemda

kemudian terjadi, baik di pihak Pemerintah daerah (eksekutif) maupun Dewan

Page 21: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

2

Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif), dipandang sebagai akibat dari

ketidakpastian Pemda tersebut (Asmara, 2010).

Pembuatan kebijakan pengalokasian sumber daya dalam belanja daerah sarat

dengan berbagai kepentingan (Abdullah dan Asmara, 2006). Ketika kepentingan

tersebut merugikan masyarakat (voters), maka dapat disebut sebagai korupsi

politik atau korupsi administratif (Martinez dkk., 2006). Hal ini dapat terjadi

dalam proses penyusunan APBD murni yang akan dilaksanakan sejak awal tahun

anggaran berkenaan dan perubahan APBD yang dilaksanakan pada triwulan

ketiga tahun anggaran berkenaan.

Secara sederhana, perubahan APBD dapat diartikan sebagai upaya pemerintah

daerah untuk menyesuaikan rencana keuangannya dengan perkembangan yang

terjadi. Perkembangan yang dimaksud bisa berimplikasi pada meningkatnya

anggaran penerimaan maupun pengeluaran, atau sebaliknya. Namun, bisa juga

untuk mengakomodasi pergeseran-pergeseran dalam suatu SKPD. Perubahan atas

setiap komponen APBD memiliki latar belakang dan alasan berbeda, baik untuk

perubahan anggaran penerimaan maupun perubahan anggaran pengeluaran

(Abdullah dan Nazry, 2015).

Forrester dan Mullins (1992, dalam Abdullah dan Rona, 2014) menyatakan bahwa

perubahan anggaran menjadi sarana bagi legislatif dan eksekutif untuk

menyesuaikan agenda masing-masing. Pada akhirnya selalu ada konsensus yang

dicapai. Oleh karena itu, kebijakan, arah, dan strategi dalam penganggaran

menjadi ajang pertarungan kekuatan, dimana masing-masing pihak berupaya

Page 22: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

3

untuk memenuhi kepentingannya (self-interest), sehingga sering mengorbankan

kepentingan publik (Abdullah dan Rona, 2014).

Seperti halnya proses penyusunan anggaran APBD murni, perubahan APBD juga

memiliki persoalan keagenan. Pengamatan publik terhadap perubahan anggaran

tidak sekuat dalam penyusunan APBD murni (Abdullah dan Nazry, 2015). Hal ini

disebabkan karena tidak ada mekanisme partisipatif publik dan keterkaitan

langsung dengan dokumen perencanaan yang sudah ditetapkan lebih awal, seperti

RPJM dan RKPD. Selain itu, waktu sosialisasi dan pembahasan oleh legislatif

relatif singkat.

Menurut laporan Tim Sekretaris Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi

Anggaran (2010) menyatakan bahwa rata-rata realisasi pendapatan kabupaten/kota

mencapai 104% - 105% dari APBD-M dan 99% - 101% dari APBD-P sedangkan

rata-rata relisasi belanja mencapai 98% dari APBD-M atau 92% APBD-P di tahun

2009. Laporan Tim Seknas Fitra (2012) menyatakan bahwa secara keseluruhan

perencanaan dan perubahan pendapatan daerah cukup baik pada kecuali untuk

tahun 2010 sedangkan perencanaan dan perubahan anggaran belanja daerah kian

memburuk dari tahun 2008-2010. Jika dibandingkan dengan APBD-M rata-rata

belanja daerah adalah 100% tetapi memburuk di tahun 2010 menjadi 107%.

Dibandingkan dengan APBD-P, realisasi belanja daerah berfluktuasi antara 92%

(2008-2010) dan 96% (2009).

Hal ini menunjukkan bahwa adanya indikasi peluang praktik opotunistik dengan

memanfaatkan moment perubahan APBD. Anggaran disusun berdasarkan asas

maksimal untuk belanja dan asas minimal untuk anggaran pendapatan. Target

Page 23: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

4

anggaran pendapatan yang underestimate akan dilakukan penyesuaian saat

perubahan APBD kemudian digunakan sebagai sumber pembiayaan untuk

peningkatan anggaran belanja yang dapat memberikan keuntungan untuk

memenuhi self-interest para penyusun anggaran.

Pendapatan asli daerah ( PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal

dari sumber ekonomi daerah. Meskipun proporsi pendapatan asli daerah rata-rata

hanya 10 persen dari total penerimaan daerah, tetapi besaran pendapatan asli

daerah akan cenderung meningkat ketika adanya perubahan anggaran. Hal ini

akan menjadi celah untuk mengusulkan peningkatan anggaran yang menjadi

preferensi penyusun anggaran. Sedangkan SiLPA merupakan salah satu alasan

adanya perubahan APBD yang merupakan indikator efisiensi dan dapat juga

diartikan sebagai besaran tindakan oportunistik yang dilakukan dengan

penggelembungan (mark-up) belanja atau penurunan (mark-down) pendapatan

(Abdullah, 2013). Tindakan ini tidak terlepas dari keinginan eksekutif untuk

mendapat keuntungan pribadi dan golongan, maupun pencitraan diri dan

organisasinya.

Perilaku oportunistik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah memanfaatkan

kesempatan yang ada, sehubungan dengan jabatan yang dipegangnya, untuk

mewujudkan kepentingannya sendiri. Perilaku oportunistik dapat dilihat dari

kecenderungan pengalokasian anggaran dalam jumlah besar untuk belanja daerah

yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan tertentu yang bersifat pribadi atau

kelompok. Perilaku oportunistik legislatif dan eksekutif saat perubahan APBD

dapat mengakibatkan terjadinya miss-alokasi anggaran belanja pemerintah

(Megasari, 2015).

Page 24: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

5

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sucahya (2016) dan Florensia (2009)

menyatakan bahwa jumlah perubahan PAD berpengaruh positif terhadap

probabilitas perilaku oportunistik legislatif dan SiLPA tahun anggaran

sebelumnya sebagai penerimaan pembiayaan berpengaruh negatif terhadap

perilaku oportunistik saat perubahan APBD. Sedangkan menurut penelitian

Megasari (2015) menyatakan bahwa PAD berpengaruh negatif terhadap perilaku

oportunistik penyusun anggaran dan SiLPA berpengaruh positif di

Kabupaten/Kota di Bali.

Penelitian tentang perilaku oportunistik dalam penyusunan anggaran sebelumnya

lebih terfokus pada perilaku legislatif yang cenderung mempengaruhi alokasi

anggaran untuk kepentingan politik dengan meningkatkan anggaran untuk belanja

infrastruktur dan belanja DPRD. Namun mengamati fenomena yang terjadi terkait

perubahan APBD yang menjadi sarana untuk merubah alokasi anggaran secara

legal dan adanya anggapan bahwa eksekutif merupakan pelaksana semua fungsi

pemerintah daerah yang telah berhubungan langsung dengan masyarakat dalam

waktu sangat lama dan adanya asimetri informasi antara eksekutif dengan

legislatif dimana eksekutif mempunyai akses informasi yang besar dalam konteks

penyusunan anggaran, maka penulis tertarik untuk meneliti perilaku oportunistik

yang dilakukan oleh eksekutif.

Penelitian ini memfokuskan proksi oportunistik eksekutif pada perubahan jumlah

anggaran dana belanja modal, hibah dan bantuan sosial dengan alasan bahwa

anggaran belanja modal (yang menghasilkan aset tetap) sering menjadi objek yang

dimanfaatkan untuk memenuhi self-interest para pembuat keputusan anggaran,

khususnya untuk pengadaan aset sulit identifikasi nilai perolehan sebenarnya.

Page 25: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

6

Itulah sebabnya mengapa dalam Permendagri yang mengatur tentang penyusunan

anggaran ditegaskan untuk menghindari pengalokasian anggaran belanja modal

dalam perubahan anggaran. Namun, pratik dilapangan menunjukkan bahwa

penambahan alokasi untuk belanja modal dalam perubahan anggaran masih tetap

besar (Abdullah dan Rona, 2014). Sedangkan berdasarkan Permendagri Nomor 13

Tahun 2006, belanja hibah dan bantuan sosial ini masuk kedalam kategori belanja

tidak langsung yang pengalokasiannya tidak didasarkan pada target kinerja

tertentu sehingga penentuan besaran anggarannya cenderung bersifat subjektif dan

rentan dengan penyimpangan (Winoto dan Falikhatun, 2015).

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dan pembahasan dalam bentuk skripsi dengan judul

“Pengaruh Perubahan Pendapatan Asli Daerah dan Perubahan SiLPA

Terhadap Perilaku Oportunistik Eksekutif Penyusun Anggaran (Studi

Empiris Pada Kabupaten/Kota di Indonesia).”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apakah perubahan pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap perilaku

oportunistik eksekutif penyusun anggaran ?

2. Apakah perubahan SiLPA berpengaruh terhadap perilaku oportunistik

eksekutif penyusun anggaran?

Page 26: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

7

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh

perubahan pendapatan asli daerah dan perubahan SiLPA terhadap perilaku

oportunistik eksekutif penyusun anggaran.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak. Adapun kegunaan

dalam penelitian ini diarahkan pada manfaat praktik dan manfaat teoritis, sebagai

berikut:

1.4.1 Manfaat Praktik

1. Untuk membandingkan antara teori yang dipelajari dengan praktik yang

sesungguhnya diterapkan.

2. Sebagai dasar untuk mengembangkan, memperluas dan menggali lebih

dalam teori-teori yang telah dipelajari.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menjadi tambahan referensi atau

rujukan mengenai pegaruh perubahan pendapatan asli daerah dan perubahan

SiLPA terhadap perilaku oportunistik eksekutif penyusun anggaran.

Page 27: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Eksposisi teoritis secara mendetail dari teori keagenan pertama kali dinyatakan

oleh Jensen dan Meckling (1976). Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori

keagenan merupakan:

“We define an agency relationship as a contract under which one or morepersons (the principals) engage another person (the agent) to perform someservice on their behalf which involves delegating some decision makingauthority to the agent.”

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa hubungan keagenan didefinisikan sebagai

suatu kontrak antara manajer (agent) dan pemilik (principal) dimana pemilik

(principal) mendelegasikan sebagian kewenangan kepada manajer (agent) untuk

melaksanakan kegiatan perusahaan dan kewenangan untuk mengambil keputusan.

Hal tersebut megakibatkan manajer lebih banyak memiliki informasi

dibandingkan pemilik.

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan

Page 28: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

9

Teori keagenan menurut Eisenhardt (1989) dilandasi oleh tiga asumsi, yaitu:

1. Asumsi tentang sifat manusia

Asumsi tentang sifat manusia mengemukakan bahwa manusia memiliki

kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki

keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan menghindari risiko (risk

aversion).

2. Asumsi tentang keorganisasian

Asumsi keorganisasian mengemukakan adanya konflik antar anggota

organisasi, efisien sebagai kriteria produktifitas dan adanya asimetris

informasi antara pemilik perusahaan dan manajemen.

3. Asumsi tentang informasi

Asumsi informasi menerangkan bahwa informasi dipandang sebagai

komoditas yang dapat diperjual-belikan.

Teori yang menjelaskan hubungan principal dan agent ini salah satunya berakar

pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi dan teori organisasi. Teori

principal-agent menganalisis susunan kontraktual diantara dua atau lebih indvidu,

kelompok, atau organisasi. Salah satu pihak (principal) membuat suatu kontrak,

baik secara implisit maupun eksplisit, dengan pihak lain (agent) dengan harapan

bahwa agent akan bertindak/melakukan pekerjaan seperti yang diinginkan oleh

principal dimana dalam hal ini tejadi pendelegasian wewenang (Halim dan

Abdullah, 2006).

Page 29: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

10

2.1.2 Teori Keagenan dalam Penganggaran Sektor Publik

Teori keagenan berfokus pada persoalan asimetri informasi: agen mempunyai

informasi lebih banyak tentang kinerja aktual, motivasi, dan tujuan, yang

berpotensi menciptakan moral hazard dan adverse selection. Principal sendiri

harus mengeluarkan biaya (costs) untuk memonitor kinerja agent dan menentukan

struktur insentif dan monitoring yang efisien. Adanya asimetri informasi di antara

eksekutif-legislatif dan legislatif-pemilih menyebabkan terbukanya ruang bagi

terjadinya perilaku oportunistik dalam proses penyusunan anggaran, yang justru

lebih besar daripada di dunia bisnis yang memiliki automatic checks berupa

persaingan (Kasper & Streit, 1999 dalam Abdullah dan Asmara, 2006).

Implikasi penerapan teori keagenan dapat menimbulkan hal positif dalam bentuk

efisiensi, tetapi lebih banyak yang menimbulkan hal negatif dalam bentuk

perilaku oportunistik (opportunistic behaviour). Hal ini terjadi karena pihak agent

memiliki informasi keuangan yang lebih daripada pihak principal (keunggulan

informasi), sedangkan dari pihak principal memanfaatkan kepentingan pribadi

atau golongannya sendiri (self-interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan

(discretionary power) (Latifah, 2010).

Dalam Halim dan Abdullah (2006) disebutkan bahwa pada pemerintahan,

peraturan perundang-undangan secara implisit merupakan bentuk kontrak antara

eksekutif, legislatif, dan publik. Dalam peraturan tersebut dinyatakan semua

kewajiban dan hak pihak-pihak yang terlibat dalam pemerintahan. Beberapa

aturan yang secara eksplisit merupakan manifestasi dari teori keagenan adalah:

Page 30: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

11

1. UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 32 Tahun 2004 yang diantaranya

mengatur bagaimana hubungan antara eksekutif dan legislatif. Eksekutif

yang dipilih dan diberhentikan oleh legislatif ( UU 22/1999) atau diusulkan

untuk diberhentikan (UU 32/2004) merupakan bentuk pengimplementasian

prinsip-prinsip hubungan keagenan di pemerintahan. Eksekutif akan

membuat pertanggungjawaban kepada legislatif pada setiap tahun atas

anggaran yang dilaksanakannya dan setiap lima tahun ketika masa jabatan

kepala daerah berakhir.

2. PP No. 110 Tahun 2000, PP No. 24 Tahun 2004 dan PP No. 37 Tahun 2005

mengatur tentang kedudukan keuangan anggota legislatif.

3. UU N0. 17 Tahun 2003, UU No. 1 Tahun 2004 dan UU No. 15 Tahun 2004

merupakan aturan yang secara tegas mengatur bagaimana perencanaan,

pelaksanaan, dan pemeriksaan keuangan publik (negara dan daerah)

dilaksanakan oleh pemerintah.

2.1.2.1 Hubungan Keagenan Antara Eksekutif dan Legislatif

Dalam hubungan keagenan antara eksekutif dan legislatif, eksekutif sebagai agent

dan legislatif sebagai principal (Latifah, 2010) menyebut hubungan eksekutif

dengan legislatif dengan nama self-interest model. Legislatif ingin dipilih

kembali, eksekutif ingin memaksimumkan anggarannya, dan konstituen ingin

memaksimumkan utilitasnya. Agar terpilih kembali, legislatif mencari program

dan projects yang membuatnya populer di mata konstituen. Birokrat mengusulkan

program-program baru karena ingin agency-nya berkembang dan konstituen

percaya mereka menerima manfaat (benefit) dari pemerintah tanpa harus

Page 31: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

12

membayar biayanya secara penuh. Hal ini menunjukkan bahwa baik eksekutif

maupun legislatif berupaya untuk memaksimalkan dan memanfaatkan perannya

dalam penyusunan anggaran demi memperoleh keuntungan individual maupun

kepentingan kelompok yang cenderung akan menimbulkan kerugian bagi rakyat.

2.1.2.2 Hubungan Keagenan Antara Legislatif dan Publik (Voters)

Dalam hal memberikan pelayanan kepada publik, legislatif (DPRD) bertindak

sebagai agent dan publik (rakyat) bertindak sebagai principal. Legislatif

merupakan perwakilan dari rakyat yang dipercaya untuk dapat menjalankan

tugasnya dalam mensejahterakan rakyat dan mengembangkan daerahnya.

Legislatif bertindak berdasarkan keinginan rakyat dan rakyat memantau kinerja

dari legislatif. Jadi walaupun di satu sisi legislatif menjadi principal, tapi dalam

hubungannya dengan publik, legislatif bertindak sebagai agent. Sehingga dalam

menjalankan tugasnya, legislatif menempatkan dirinya sebagai pihak yang

menerima tugas dari publik, kemudian melakukan pendelegasian tugas kepada

eksekutif untuk melakukan penganggaran. Namun pada kenyataannya, legislatif

tidak selalu memiliki preferensi yang sama dengan publik.

2.1.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan

tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan

peraturan daerah. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan,

alokasi, distribusi, dan stabilitas. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda

tentang APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada

tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan berarti bahwa APBD menjadi

Page 32: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

13

pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan tahunan yang

bersangkutan, sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakannya APBD

sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan pemerintahan daerah.

2.1.4 Proses Penyusunan APBD

Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP No. 58 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan

kemampuan pendapatan daerah. Penyusunan APBD berpedoman pada Rencana

Kerja (Renja) Pemerintahan Daerah (RKPD) dalam rangka mewujudkan

pelayanan kepada masyarakat demi tercapainya tujuan bernegara.

Setidaknya, terdapat enam sub-proses dalam penyusunan APBD, yaitu

penyusunan KUA, penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS),

penyiapan Surat Edaran Kepala Daerah tentang pedoman penyusunan Rencana

Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD, penyusunan RKA SKPD, penyiapan

Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) APBD, pembahasan Raperda APBD dan

penyusunan Raper KDH Penjabaran APBD, evaluasi serta penetapan Raperda

APBD dan Raper KDH Penjabaran APBD.

1. Penyusunan Kebijakan Umum APBD

Proses penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari proses perencanaan. Seperti diketahui, setiap SKPD

mengembangkan Renstra dengan mengambil program yang tercantum dalam

RPJMD yang sesuai dengan bidangnya, pada kurun waktu tahun anggaran yang

sama pula dengan yang tercantum pada RPJMD. Renstra tersebut kemudian

Page 33: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

14

dikembangkan menjadi Renja SKPD per tahun. Dokumen Renja tiap SKPD ini

akan dikompilasikan oleh Pemda menjadi pedoman penyusunan APBD yang

ditetapkan Mendagri melalui SE Mendagri. Proses penyusunannya diawali dengan

pembuatan rencana awal KUA oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)

yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah. Rancangan awal KUA tersebut terdiri atas

dua komponen utama, yaitu:

a. Target pencapaian kinerja yang terukur dari program-program yang akan

dilaksanakan oleh Pemda untuk setiap urusan pemerintahan daerah.

b. Proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, serta sumber dan

penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya.

Program-program tersebut harus diselaraskan dengan prioritas

pembangunan yang ditetapkan pemerintah.

2. Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara.

PPAS merupakan dokumen yang berisi seluruh program kerja yang akan

dijalankan tiap urusan pada tahun anggaran, dimana program kerja tersebut diberi

prioritas sesuai dengan visi, misi, dan strategi Pemda. Sama seperti KUA, proses

penyusunan PPAS diawali dengan pembuatan rancangan awal PPAS oleh TAPD.

Rancangan awal PPAS ini disusun berdasarkan Nota Kesepakatan KUA, dengan

tahapan sebagai berikut:

a. Menetukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan.

b. Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan.

c. Menentukan plafon anggaran untuk tiap program.

Page 34: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

15

TAPD harus menentukan skala prioritas urusan yang disesuaikan dengan visi dan

misi Pemda. Dalam menentukan skala prioritas ini, TAPD dapat menggunakan

teknik-teknik review and ranking yang ada, baik yang berbasis statistik maupun

tidak, seperti penggunaan tabel input-output atau penggunaan metodologi logical

framework.

3. Penyiapan Surat Edaran Kepada Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA

SKPD.

Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA SKPD

merupakan dokumen yang sangat penting bagi SKPD sebelum menyusun RKA.

Setidaknya ada tiga dokumen dalam lampiran SE KDH yang dibutuhkan SKPD

dalam penyusunan RKA-nya, yaitu:

a. Dokumen KUA, yang memberikan rincian program dan kegiatan per SKPD.

b. Standar Satuan Harga, yang menjadi referensi dalam penentuan rincian

anggaran di RKA.

c. Kode Rekening untuk tahun anggaran yang bersangkutan.

Selain KUA dan PPA, data tentang Analisis Standar Belanja, dokumen Standar

Pelayanan Minimal, serta Standar Satuan Harga dibutuhkan dalam pembuatan

rancangan awal SE KDH ini. Data Analisis Standar Belanja adalah penilaian

kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu

kegiatan, sedangkan Standar Satuan Harga merupakan harga satuan setiap unit

barang/jasa yang berlaku di suatu daerah yang ditetapkan dengan keputusan KDH.

Page 35: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

16

4. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

RKA SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana

pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD, serta rencana

pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. RKA SKPD disusun sesuai dengan

Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA SKPD.

Dokumen RKA SKPD terdiri atas Rincian Anggaran Pendapatan, Rincian

Anggaran Belanja Tidak Langsung, Rincian Anggaran Belanja Langsung,

Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung, Rincian Penerimaan Pembiayaan

Daerah, dan Rincian Pengeluaran Pembiayaan Daerah.

5. Penyiapan Rancangan Peraturan Daerah APBD

Dokumen sumber yang utama dalam penyiapan Raperda APBD adalah RKA

SKPD. Oleh karenanya harus dipastikan bahwa setiap RKA SKPD telah disusun

sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku. Untuk menjamin hal ini,

setelah TAPD mengumpulkan RKA SKPD dengan KUA, PPA, prakiraan maju

yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya, dokumen perencanaan lainnya

yang relevan, target atau capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran

kegiatan, standar analisis belanja, standar satuan harga, standar pelayanan

minimal, serta dokumen sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD.

Proses selanjutnya adalah pengompilasian seluruh RKA yang telah dievaluasi

TAPD menjadi dokumen kompilasi RKA. Proses ini dilakukan oleh PPKD.

Berdasarkan dokumen kompilasi tersebut, PPKD kemudian membuat lampiran-

lampiran Raperda APBD yang terdiri ats:

a. Ringkasan APBD.

b. Ringkasan APBD (menurut urusan pemerintahan dan organisasi).

Page 36: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

17

c. Rincian APBD (menurut urusan pemerintahan, organisasi, pendapatan,

belanja, dan pembiayaan).

d. Rekap belanja (menurut urusan pemerintahan, organisasi, program kegiatan,

dan keselarasan urusaan dengan fungsi).

6. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah APBD

Kepala Daerah menyampaikan Raperda tentang APBD yang telah disetujui

bersama DPRD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran

APBD kepada Gubernur untuk dievaluasi. Penyampaian tersebut dilakukan paling

lambat tiga hari kerja setelah Raper KDH disusun dan disertai dengan:

a. Persetujuan bersama Pemda-DPRD terhadap Raperda APBD.

b. KUA dan PPA yang disepakati Kepala Daerah dan pimpinan DPRD.

c. Risalah sidang jalannya pembahasan Raperda APBD.

d. Nota Keuangan dan pidato Kepala Daerah perihal penyampaian pengantar

nota keuangan pada sidang DPRD.

Proses evaluasi ini dilakukan maksimal selama 15 hari kerja sejak penyerahan

dilakukan. Jika kedua rancangan peraturan tersebut dinyatakan tidak lolos

evaluasi, maka Pemda bersama DPRD harus melakukan penyempurnaan. Raperda

tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran

APBD yang telah lolos dalam proses evalusi segera ditetapkan oleh Kepala

Daerah menjadi Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah. Penetapan

tersebut dilakukan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember tahun anggaran

sebelumnya.

Page 37: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

18

2.1.5 Perubahan APBD

Perubahan APBD diajukan setelah laporan realisasi anggaran semester pertama

dan hanya dapat dilakukan satu kali dalam satu kali anggaran, kecuali dalam

keadaan kejadian luar biasa. Kejadian luar biasa adalah keadaan yang

menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBD

mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50%.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 bab VII Pasal 154

menyebutkan bahwa seandainya selama setahun berjalan perlu diadakan

perbaikan atau penyesuaian terhadap alokasi anggaran, maka perubahan APBD

masih dimungkinkan terutama apabila:

1. Terjadinya perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi Kebijakan

Umum Anggaran (KUA), dapat berupa surplus atau tidak tercapainya

proyeksi pendapatan.

2. Terjadi keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran

antar unit organisasi, antar kegiatan dan antar jenis belanja.

3. Penggunaan SiLPA tahun anggaran sebelumnya setelah laporan keuangan

diperiksa oleh BPK-RI.

4. Keadaan darurat.

5. Keadaan luar biasa.

Page 38: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

19

2.1.6 Perubahan Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang

berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli Daerah dipisahkan

menjadi empat jenis pendapatan, yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli

Daerah yang sah.

Berdasarkan Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Pasal 6

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menjelaskan kelompok pendapatan asli

daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu:

1. Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah iuran yang

dilakukan oleh pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang

seimbang dan dapat dipaksakan berdasarkan peraturan Perundang-Undangan yang

berlaku.

2. Retribusi Daerah

Sumber pendapatan lain yang dapat dikategorikan dalam pendapatan asli daerah

adalah retribusi daerah. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau

badan (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Page 39: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

20

3. Pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan

Salah satu penyebab diberlakukannya otonomi daerah adalah tingginya campur

tangan pemerintah pusat dalam pengelolaan roda pemerintahan daerah. Termasuk

didalamnya adalah pengelolaan kekayaan daerah berupa sumber daya alam,

sumber daya manusia dan sektor industri. Dengan adanya otonomi daerah maka

inilah saatnya bagi daerah untuk mengelola kekayaan daerahnya seoptimal

mungkin guna meningkatkan pendapatan asli daerah. Undang-undang

mengizinkan pemerintah daerah untuk mendirikan Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD). BUMD ini bersama sektor swasta atau Asosiasi Pengusaha Daerah

diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi daerah sehingga dapat menunjang

kemandirian daerah dalam pembangunan perekonomian daerah.

4. Lain-lain Pendapatan yang sah

Lain-lain pendapatan yang sah yang dapat digunakan untuk membiayai belanja

daerah dapat diupayakan oleh daerah dengan cara-cara yang wajar dan tidak

menyalahi peraturan yang berlaku. Alternatif untuk memperoleh pendapatan ini

bisa dilakukan dengan melakukan pinjaman kepada pemerintahan pusat, pinjaman

kepada pemerintah daerah lain, pinjaman kepada lembaga keuangan dan non

keuangan, pinjaman kepada masyarakat, dan juga bisa dengan menerbitkan

obligasi daerah.

Abdullah (2013) mengungkapkan ada beberapa kondisi yang menyebabkan sebab

perubahan atas angaran pendapatan terjadi, yaitu karena (1) target pendapatan

dianggarkan terlalu rendah dalam anggaran daerah atau APBD (underestimated).

(2) Alasan penentuan target PAD oleh SKPD dapat dipahami sebagai praktik

Page 40: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

21

moral hazard yang dilakukan agent dalam konteks pendapatan adalah budget

minimizer. (3) Jika dalam APBD murni target PAD underestimated, maka dapat

“dinaikkan” dalam APBD perubahan kemudian digunakan sebagai dasar

mengalokasikan pengeluaran yang baru untuk belanja kegiatan dalam APBD-P.

2.1.7 Perubahan SiLPA

Selisih Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun anggaran sebelumnya

merupakan penerimaan daerah yang bersumber dari sisa kas tahun anggaran

sebelumnya. Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pasal 137

menyatakahn bahwa Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun

sebelumnya merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk :

Menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada

realisasi belanja

Mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung

Mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran

belum diselesaikan

Abdullah (2013) menjelaskan bahwa perubahan dalam pembiayaan terjadi ketika

asumsi yang ditetapkan pada saat penyusunan APBD harus direvisi. Ketika

besaran realisasi surplus/defisit dalam APBD berjalan berbeda dengan anggaran

yang dtetapkan sejak awal tahun anggaran, maka diperlukan penyesuaian dalam

anggaran penerimaan pembiayaan, setidaknya untuk mengkoreksi penerimaan

yang bersumber dari SiLPA.

Page 41: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

22

Selisih (variance) antara SiLPA dalam APBD tahun berjalan dengan Laporan

Realisasi Anggaran (LRA) tahun sebelumnya merupakan angka yang menjadi

salah satu bahan untuk perubahan anggaran dalam tahun berjalan, terutama dalam

bentuk penyesuaian untuk belanja.

2.1.8 Perilaku Oportunistik

Istilah oportunistik berasal dari kata opportunity yang berarti kesempatan.

Perilaku oportunistik mengacu pada pribadi, sifat atau dinamika kelompok dalam

menghadapi suatu kondisi dimana dalam posisi tertentu merasa mempunyai

kesempatan atau peluang lebih untuk melakukan sesuatu sesuai keinginan.

Perilaku oportunistik merupakan perilaku yang berusaha mencapai keinginan

dengan segala cara bahkan cara ilegal sekalipun.

Menurut Wiliamson (1993) mendefinisikan perilaku oportunistik sebagai berikut:

“Opportunism is a less technical term than adverse selection and moralhazard. It suggest, correctly, that the troublesome behavior in question isnot an arcane economic condition but is familiar and pervasive. Not onlyare the failures to self-disclose true atributes ex-ante (adverse selection)and true performance ex post (moral hazard) both subsumed underopportunism.”

2.1.9 Perilaku Oportunistik Dalam Penganggaran

Perilaku oportunistik anggaran (fiscal opportunism), yaitu perilaku oportunistik

dalam pembuatan keputusan alokasi belanja dan preferensi yang mengarah pada

alokasi belanja yang dapat memberikan keuntungan pribadi juga keinginan untuk

aman secara fiskal, yakni anggaran bisa terealisasi tepat waktu dan tepat jumlah,

memiliki peluang untuk menambah alokasi saat perubahan APBD, dan

kemungkinan variansi (selisih anggaran dan realisasi sampai akhir tahun) yang

Page 42: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

23

rendah (Romarina dan Makfatih, 2010). Perilaku oportunistik mengarah pada

terjadinya adverse selection (menyembunyikan informasi) dan moral hazard

(penyalahgunaan wewenang).

Eksekutif memiliki keunggulan dalam hal penguasaan informasi dibanding

legislatif (asimetri informasi). Keunggulan ini bersumber dari kondisi faktual

bahwa eksekutif adalah pelaksana semua fungsi pemerintah daerah dan

berhubungan langsung dengan masyarakat dalam waktu sangat lama. Eksekutif

memiliki pemahaman yang baik tentang birokrasi dan administrasi serta peraturan

perundang-undangan yang mendasari seluruh aspek pemerintahan. Oleh karena

itu, anggaran untuk pelaksanaan pelayanan publik diusulkan untuk dialokasikan

dengan didasarkan pada asumsi-asumsi sehingga memudahkan eksekutif

memberikan pelayanan dengan baik.

Eksekutif akan memiliki kecenderungan mengusulkan anggaran belanja yang

lebih besar dari yang aktual terjadi saat ini (asas maksimal). Sebaliknya untuk

anggaran pendapatan, eksekutif cenderung mengusulkan target yang lebih rendah

(asas minimal) agar ketika realisasi dilaksanakan, target tersebut lebih mudah

dicapai. Usulan anggaran yang mengandung slack seperti ini merupakan

gambaran adanya simetri informasi antara eksekutif dan legislatif. Slack tersebut

terjadi karena agent (eksekutif) menginginkan posisi yang relatif aman dan

nyaman dalam melaksanakan tugas dan fungsinya (Megasari, 2015).

Realisasi perilaku oportunistik eksekutif dalam pengusulan belanja ini diantaranya

adalah mengusulkan kegiatan yang sesungguhnya tidak menjadi prioritas,

mengusulkan kegiatan yang memiliki lucrative opportunities (peluang mendapat

Page 43: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

24

keuntungan pribadi) yang besar, mengalokasikan komponen belanja yang tidak

penting dalm suatu kegiatan, mengusulkan jumlah belanja yang terlalu besar

untuk komponen belanja dan anggaran setiap kegiatan, dan memperbesar

anggaran untuk kegiatan yang sulit diukur hasilnya.

2.2 Penelitian Relevan

Pada bagian ini akan ditampilkan ringkasan penelitian terdahulu yang ditunjukkan

melalui tabel 2.1

Tabel 2.1Ringkasan Penelitian Relevan

No Penulis Judul Variabel Kesimpulan

1 Keefer &

Khemani

(2003)

The Political

Economy of

Public

Expenditure

Var. dependen:

Kebijakan legislatif

Var. Independen:

proyek infrasturktur,

anggaran pendidikan,

anggaran kesehatan

dan belanja publik

1. Kebijakan legislatif

berpengaruh positif

terhadap proyek

infrastruktur, anggaran

pendidikan, anggaran

kesehatan dan anggaran

publik.

2 Abdullah

dan Asmara

(2006)

Perilaku

Oportunistik

Legislatif dalam

Penganggaran

Daerah: Bukti

Empiris atas

Aplikasi Agency

Theory di Sektor

Publik

Var. dependen:

Belanja daerah

Var Independen :

PAD, DAU, DAK,

DBH

1. PAD, DAU, DBK dan

DBH berpengaruh

terhadap belanja daerah.

3 Martinez,

dkk. (2006)

“Corruption,

Fiscal Policy and

Fiscal

Var. Dependen:

Dana sektor pajak

Var. Independen:

1. Budget dalam anggaran

pajak berpengaruh positif

terhadap kesempatan

Page 44: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

25

Management”. kesempatan korupsi

di sektor pajak

Var. Kontrol:

Regulasi fiskal

korupsi di sektor tersebut.

4 Riharjo dan

Isnadi

(2010)

Perilaku

Oportunistik

Pejabat Eksekutif

dalam

Penyusunan

APBD (Bukti

Empiris atas

Penggunaan

Penerimaan

Sumber Daya

Alam)

Var. Dependen:

Slack Anggaran

untuk belanja

kemakmuran rakyat

dari pendapatan SDA

Var. Independen:

Belanja pegawai,

belanja barang dan

jasa, belanja modal.

Var Moderasi:

Oportunistik

Eksekutif

1. Belanja Pegawai dan

belanja modal

berpengaruh terhadap

slack anggaran untuk

kemakmuran rakyat yang

berasal dari pendapatan

SDA.

2. Belanja barang dan jasa

tidak bepengaruh

terhadap slack anggaran

dalam penetapan belanja

untuk kemakmuran

rakyat yang berasal dari

pendapatan SDA

3. Oportunistik eksekutif

mendorong pengaruh

belanja pegawai

langsung, belanja modal ,

belanja barang dan jasa,

modal terhadap

peningkatan slack

anggaran.

5 Putri

(2014)

Deskripsi

Oportunistik

Eksekutif dalam

Pemungutan

Pajak Daerah

Pemerintah

Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa

Timur Tahun

Var. dependen:

Pajak Daerah

Var. Independen:

Perilaku oportunistik

eksekutif

1. Pemerintah Daerah

berperilaku oportunistik

dan menunjukkan arah

perkembangan yang

meningkat.

Page 45: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

26

2008-2012

6 Megasari

(2015)

Pengaruh

Pendapatan Asli

Daerah, Selisih

Lebih

Perhitungan

Anggaran dan

Flypaper Effect

Pada Perilaku

Oportunistik

Penyusun

Anggaran.

Var. Dependen:

OPA

Var Independen:

PAD, SiLPA dan

Flypaper Effect.

1. Hanya SiLPA yang

berpengaruh positf

terhadap OPA sedangkan

PAD dan Flypaper Effect

tidak berpengaruh

terhadap OPA.

7 Parwati,

Budiasih

dan Astika

(2015)

Perilaku

Oportuistik

Penyusun

Anggaran

Var. Dependen:

PAD, DAU dan

SiLPA

Var. Independen:

OPA

1. PAD, DAU dan SiLPA

berpengaruh positif

terhadap OPA

8 Sucahya

(2016)

Peluang Perilaku

Oportunistik

Penyusun

Anggaran

Perubahan Pada

Pemerintah

Kabupaten

Sintang

Var. Dependen:

PAD, SiLPA, dan

BHPP

Var. Independen:

OPA

1. PAD berpengaruh

sigifikan terhadap OPA

sedangkan SiLPA dan

BHPP tidak berpengaruh

signifikan terhadap OPA

9 Bohn dan

Jose (2017)

Political

Opportunism and

Countercyclical

Fiscal Policy in

Election year

Recessions.

Var . Dependen:

Kebijakan Fiskal

Var. Independen:

OL

1. Adanya perilaku

oportunistik pada saat

tahun pemilihan dengan

naiknya defisit anggaran

secara signifikan.

10 Yahya,

dkk. (2017)

Influence

Behavior in

Var. Dependen:

PAD, DAU, DBH

1. PAD, DAU, DBH dan

SiLPA berpengaruh

Page 46: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

27

2.3 Rerangka Pemikiran

Secara konseptual, perubahan pendapatan akan berpengaruh terhadap belanja atau

pengeluaran, namun tidak selalu seluruh tambahan pendapatan tersebut akan

dialokasikan dalam belanja. Dalam hal pengalokasian berkaitan dengan sumber

penerimaannya dari pendapatan, maka besaran pendapatan akan dimanfaatkan

untuk mengatur alokasi belanja. Salah satu sumber penerimaan daerah adalah

pendapatan asli daerah dan penggunaan sisa anggaran tahun sebelumnya.

Perubahan besaran anggaran pendapatan asli daerah dan SiLPA memberi peluang

bagi penyusun anggaran untuk berperilaku oportunistik dengan mengalokasikan

dana yang lebih besar ke dalam bidang-bidang tertentu sesuai preferensinya.

Perilaku oportunistik merupakan perilaku yang berusaha mencapai keinginan

dalam segala cara bahkan cara ilegal sekalipun yang dipengaruhi oleh adanya

kekuatan (power) dan kemampuan (ability) (Maryono, 2013). Fenomena perilaku

oportunistik eksekutif dapat dilihat dari pengalokasian anggaran yang lebih

mengarah pada preferensi yang menguntungkan pihak tertentu, sehingga

kebutuhan masyarakat tidak menjadi prioritas utama. Penelitian ini bertujuan

Legislature

Budget

Development of

Regions in the

Province of Aceh

and North

Sumatra.

dan SiLPA

Var. Independen:

OL

terhadap OL.

Page 47: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

28

untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh Perubahan PAD dan Perubahan

SiLPA terhadap perilaku oportunistik eksekutif penyusun anggaran.

Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Perubahan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Perilaku

Oportunistik Eksekutif Penyusun Anggaran

Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal mengharapkan Pemerintah Daerah

memiliki kemandirian yang lebih besar dalam keuangan daerah. Oleh karena itu,

peranan PAD sangat menentukan kinerja keuangan daerah. Dengan potensi yang

dmiliki oleh masing-masing daerah diharapkan dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan penerimaan daerah. Penerimaan daerah tersebut dapat digunakan

untuk membiayai segala kewajibannya dalam menjalankan pemerintahannya,

termasuk untuk digunakan dalam meningkatkan infrastruktur daerah (Megasari,

2015).

Secara konseptual, perubahan pendapatan akan berpengaruh terhadap belanja atau

pengeluaran, namun tidak selalu seluruh tambahan pendapatan tersebut akan

dialokasikan dalam belanja. Dalam hal pengalokasian berkaitan dengan sumber

pembiayaannya dari pendapatan, maka besaran pendapatan akan dimanfaatkan

Perubahan PAD(X1)

Perubahan SiLPA(X2)

)

Perilaku OportunistikEksekutif

(Y)

Page 48: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

29

untuk mengatur alokasi belanja. Taksiran atas penerimaan yang bersumber dari

pendapatan menggunakan asumsi-asumsi tentang potensi pendapatan, baik di

daerah maupun di pusat. Asumsi-asumsi tersebut dapat saja harus direvisi setelah

tahun anggaran berjalan atau karena adanya perubahan kebijakan dalam

pengelolaan keuangan negara. Dalam konteks otonomi daerah, Pemda dapat

mengubah perkiraan penerimaan atas pendapatan asli daerah (PAD) (Abdullah

dan Asmara, 2006).

Abdullah dan Rona (2014) menyatakan bahwa perubahan target atas PAD dapat

berpengaruh terhadap alokasi belanja pada tahun yang sama. Dari perspektif

agency theory, pada saat penyusunan APBD murni, eksekutif (dan mungkin juga

dengan sepengetahuan dan/atau persetujuan legislatif) target PAD dtetapkan di

bawah potensi, lalu dilakukan “adjustment” pada saat dilakukan perubahan

APBD.

Penelitian Abdullah dan Asmara (2006) serta Sucahya (2016) menunjukkan

bahwa besaran perubahan PAD berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik

penyusunan anggaran. Menurut Suartini, dkk (2016) yang meneliti faktor-faktor

perilaku oportunistik eksekutif calon incumbent menyatakan bahwa perubahan

PAD berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran

terkait Pilkada di Kabupaten/Kota se-Indonesia.

Berdasarkan kajian empiris di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H1: Perubahan PAD berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik

eksekutif penyusun anggaran.

Page 49: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

30

2.4.2 Pengaruh Perubahan SiLPA terhadap Perilaku Oportunistik

Eksekutif Penyusun Anggaran

SiLPA merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk menutupi

defisit anggaran, mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja

langsung (belanja barang dan jasa, belanja modal, dan belanja pegawai) dan

mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum

diselesaikan. SiLPA sebenarnya merupakan indikator efisiensi, karena SiLPA

akan terbentuk bila terjadi surplus pembiayaan neto. Namun tidak selalu SiLPA

yang berasal dari kegiatan yang telah selesai 100% merupakan efisiensi, tetapi

bisa juga diartikan sebagai ukuran besarnya “oportunisma” (dengan

menggelembungkan anggaran) yang dilakukan oleh SKPD (agen sebagai budget

maximizer) (Abdullah, 2013).

Perubahan SiLPA menjadi salah satu alasan utama mengapa perubahan APBD

dilakukan. Jika diterapkan konsep anggaran berimbang (penerimaan sama dengan

pengeluaran atau SILPA bernilai nol atau NIHIL), maka varian SiLPA akan

menyebabkan perubahan alokasi belanja (Adullah, 2013).

Hasil penelitian Megasari (2015), Parwati dkk. (2015) dan Yahya dkk. (2017)

menyatakan bahwa perubahan SiLPA berpengaruh positif terhadap perilaku

oportunistik penyusun anggaran. Hal ini sejalan penelitian Abdullah dan Rona

(2014) dimana SiLPA berpengaruh positif terhadap belanja modal pada periode

anggaran selanjutnya, yang berarti dapat berpengaruh pada alokasi belanja tahun

berikutnya sehingga hal ini memberi ruang bagi eksekutif dan legislatif untuk

mengalokasikan free cash flow tersebut untuk melakukan perilaku oportunistik.

Page 50: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

31

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di bawah:

H2: Perubahan SiLPA berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik

eksekutif penyusun anggaran.

Page 51: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah data

sekunder berupa data APBD murni dan APBD Perubahan Kabupaten/Kota di

Indonesia untuk tahun anggaran 2013-2015. Sementara itu sumber data diperoleh

dari situs Direktorat Jenderal Keuangan Daerah Kementerian Keuangan, situs

Biro Hukum dan web masing-masing daerah.

3.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus

dioperasionalisasikan dengan cara mengubahnya menjadi variabel, yang berarti

sesuatu yang mempunyai variasi nilai. Variabel-variabel dalam penelitian ini

terdiri dari variabel dependen yaitu perilaku oportunistik eksekutif dan variabel

independen yaitu Perubahan PAD dan Perubahan SiLPA.

3.2.1 Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah Perilaku Oportunistik Eksekutif

(OE). Perilaku oportunistik yaitu perilaku yang berusaha mencapai keinginan

dengan segala cara bahkan dengan cara yang ilegal sekalipun, dapat menyebabkan

hubungan principal-agent yang terjadi dalam suatu kontrak akhirnya mengarah

Page 52: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

33

pada terjadinya adverse selection (menyembunyikan informasi) dan moral hazard

(penyalahgunaan wewenang).

Pengukuran OE dikembangkan dari penelitian Abdullah dan Asmara (2006) yang

diturunkan dari pemahaman yang digali dari studi sebelumnya yaitu Keefer dan

Khemani (2003), dan Mauro (1998). Dalam penelitian ini, peneliti mengganti

proksi untuk pengukuran oportunistik eksekutif dengan mata anggaran belanja

bantuan sosial, belanja hibah, dan belanja modal yang diduga sebagai realisasi

dari oportunistik eksekutif.

Oportunistik eksekutif di ukur dengan tahap sebagai berikut:

1. Menghitung spread anggaran belanja hibah (∆Hibah), spread anggaran

belanja bantuan sosial (∆Bansos), spread anggaran belanja modal (∆Modal).

Perhitungan spread(∆) = APBD perubahan – APBD murni

2. Mengakumulasikan spread anggaran belanja hibah (∆Hibah), spread

anggaran belanja bantuan sosial (∆Bansos), spread anggaran belanja modal

((∆Modal).

Perhitungan OE = ∆hibah + ∆bansos + ∆Modal

Keterangan:∆Hibah : perubahan meningkatnya anggaran belanja hibah.∆Bansos : perubahan meningkatnya anggaran bantuan sosial.∆Modal : perubahan meningkatnya anggaran belanja modal.

Semua kenaikan alokasi tersebut dinyatakan dalam satuan rupiah dan bertanda

positif, namun jika yang terjadi sebaliknya atau tidak terjadi perubahan seperti di

atas maka di beri nilai 0 (nol). Perubahan anggaran belanja hibah, bantuan sosial

dan belanja modal dilihat dari data ringkasan perubahan APBD.

Page 53: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

34

3.2.2 Variabel Independen

3.2.2.1 Perubahan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah dari potensi yang dimiliki oleh

daerah sendiri, yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Perubahan anggaran pendapatan asli daerah

adalah penyesuaian atas target yang telah ditetapkam sebelumnya dan diukur

dengan angka selisih antara target pendapatan asli daerah setelah perubahan

APBD dengan target pendapatan asli daerah dalam APBD murni (Abdullah dan

Sari, 2016)

∆ PPAD = PAD APBD-P – PAD APBD-M

Keterangan:∆PPAD : Perubahan meningkatnya anggaran PADPAD APBD-P : Anggaran PAD saat APBD perubahanPAD APBD-M : Anggaran PAD saat APBD murni

Semua kenaikan alokasi tersebut dinyatakan dalam satuan rupiah dan bertanda

positif, namun jika terjadi sebaliknya atau tidak terjadi perubahan seperti diatas

maka di beri nilai 0 (nol). Perubahan PAD dapat dilihat dari laporan ringkasan

APBD dan data ringkasan perubahan APBD.

3.2.2.2 Perubahan SiLPA

Selisih Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) merupakan penerimaan daerah yang

bersumber dari sisa kas tahun anggaran sebelumnya. SiLPA menjadi alternatif

pembayaran daerah untuk menutup defisit ketika nilai belanja lebih besar dari

pendapatan. Perubahan SiLPA terjadi karena adanya koreksi atas target SiLPA

Page 54: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

35

dalam APBD murni karena angka pasti SiLPA tersebut telah ditetapkan oleh BPK

berdasarkan hasil audit dan disampaikan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

BPK. Pengukuran perubahan SiLPA dilakukan dengan menghitung selisih antara

SiLPA dalam perubahan APBD dengan anggaran SiLPA dalam APBD murni.

∆ PSiLPA = SiLPA APBD-P - SiLPA APBD-M

Keterangan:∆PSiLPA : Perubahan meningkatnya anggaran PADSiLPA APBD-P : Anggaran PAD saat APBD perubahanSiLPA APBD-M : Anggaran PAD saat APBD murni

Semua kenaikan alokasi tersebut dinyatakan dalam satuan rupiah dan bertanda

positif, namun jika terjadi sebaliknya atau tidak terjadi perubahan seperti diatas

maka di beri nilai 0 (nol). Perubahan SiLPA tahun anggaran sebelumnya dapat

dilihat dari laporan ringkasan APBD dan data ringkasan perubahan APBD.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah generasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai

kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan

sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan mengambil sampel dari

populasi berdasarkan kriteria tertentu.

Page 55: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

36

Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Bukan daerah pemekaran baru atau paling tidak sudah berdiri sejak tahun

2013.

2. Pemerintah Kabupaten/Kota yang melaporkan/mempublikasikan APBD

murni dan APBD-P secara rutin selama tahun anggaran 2013 - 2015.

3. Anggaran APBD dalam keadaan defisit.

Tabel 3.1Sampel Penelitian

No Keterangan Jumlah

1 Kab/Kota di Indonesia. 505

2 Anggaran APBD tidak dalam keadaan defisit. (196)

3Daerah pemekaran baru atau paling belum berdiri sejak

tahun 2013.(15)

4

Pemerintah Kabupaten/Kota yang tidak melaporkan/

mempublikasikan APBD murni dan APBD-P secara rutin

selama tahun anggaran 2013-2015.

(218)

Jumlah Sampel 76

Tahun (n) 3

Total Sampel 228

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

dokumentasi. Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yaitu data

mengenai variabel yang diperoleh melalui dokumen-dokumen, website, jurnal-

jurnal, artikel tulisan ilmiah dan catatan di media masa.

Page 56: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

37

3.5 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis data menggunakan data kuantiatif dengan

model analisis multiple regression menggunakan software SPSS ver 22. Regresi

digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Analisis regresi ada 2 jenis, yaitu regresi linier sederhana dan

regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda karena

vaiabel independen yang digunakan lebih dari satu variabel.

3.5.1 Statistik Deskriptif

Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, yang menginformasikan

tentang nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi

(standard deviation). Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskrisipkan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul tanpa membuat kesimpulan yang berlaku umum.

3.5.2 Pengujian Asumsi Klasik

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier

berganda. Regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian

ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat tersebut

adalah harus terdistribusi secara normal.

3.5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji

t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau

asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel

Page 57: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

38

kecil (Ghozali, 2016). Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah

menggunakan analisis grafik. Dalam grafik yang dihasilkan jika data menyebar di

sekitar garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas data,

namun apabila data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah

garis diagonal, maka mode regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali,

2016).

3.5.2.2 Uji Multikolonearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2016). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika

variabel independen saling berkoreasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.

Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama

variabel independen sama dengan nol.

Dalam Ghozali (2016) mutikolonieritas dapat dilihat dari :

Nilai tolerance dan lawannya

Variance Inflation Factor (VIF)

Kedua ukuran tersebut menunjukkan variabel independen mana yang dijelaskan

oleh variabel independen yang lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap

variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap

variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel

independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =

1/Tolerance). Nilai cut-off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

Page 58: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

39

multikolonieritas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10

(Ghozali, 2016).

3.5.2.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka

disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heterokedastisitas

(Ghozali, 2016).

Uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya Heterokedastisitas

dalam penelitian ini adalah Uji Glejser. Glejser mengusulkan untuk meregres nilai

absolut residual terhadap variabel independen. Uji Glejser dilakukan dengan

meregresikan variabel independen terhadap nilai residual mutlaknya dengan

probabilitas signifikansi 5%. Suatu model dikatakan tidak mengandung adanya

heteroskedastisitas, jika tidak ada satupun variabel independen yang signifikan

secara statistik mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2016).

3.5.2.4 Uji Autokorelasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series, sehingga

menggunakan pengujian autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika

terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul

Page 59: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

40

karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu

observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2016).

Uji Autokorelasi dapat dilakukan dengan Run Test. Run Test sebagai bagian dari

statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar

residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan

korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test

digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak

(sistematis).

H0 : residual (res_1) random (acak)

Ha : residual (res_1) tidak random

3.5.3 Metode Regresi Berganda

Penelitian ini terdiri dari 2 variabel independen (Perubahan Pendapatan Asli

Daerah dan Perubahan SiLPA), sehingga menggunakan persamaan regresi

berganda. Persamaan regresi yang digunakan adalah:

Y = α + β1X1 + β2X2 + ε ...................................(1)

Keterangan:

Y = Oportunistik Eksekutif (OE)α = Konstantaβ1, β2 = Koefisien RegresiX1 = Perubahan PADX2 = Perubahan SiLPAε = Error

Page 60: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

41

3.5.4 Pengujian Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari

nilai probabilitas uji t, uji F, dan koefisien determinasi (Adjusted R2). Perhitungan

statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada

dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak

signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima

(Ghozali, 2016).

3.5.4.1 Koefisien Determinasi

Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji tingkat keeratan atau keterikatan

antara variabel dependen dan variabel independen yang bisa dilihat dari besarnya

nilai koefisien determinasi (Adjusted R-square). Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2016). Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2016). Secara umum, koefisien

determinasi untuk data runtut waktu (time series) biasanya mempunyai nilai

koefisien determinasi yang tinggi.

3.5.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen

atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama

sama terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2016). Uji F dapat dilakukan

dengan melihat nilai signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan SPSS

Page 61: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

42

dengan significance level 0,05 (α = 5%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari α

maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan), yang berarti secara

simultan variabel-variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel terikat. Jika nilai signifikan lebih kecil dari α maka hipotesis

diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan variabel-

variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

3.5.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t dapat menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen dalam menerangkan variabel-variabel dependen (Ghozali, 2016). Uji

statistik t ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

apakah berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (α=5%).

Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria menurut Ghozali

(2016), sebagai berikut:

1. Jika t hitung > t tabel atau probabilitas < 0,05, maka hipotesis diterima. Hal

ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika t hitung < t tabel atau probabilitas > 0,05, maka hipotesis ditolak. Hal

ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Page 62: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

55

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan anggaran pendapatan

asli daerah dan perubahan SiLPA terhadap oportunistik eksekutif penyusun

anggaran pada 76 Kabupaten/Kota di Indonesia pada tahun 2013-2015, dengan

total 228 jumlah observasi menjadi 222 observasi setelah transform dan outlier

data. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Perubahan anggaran pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan

signifikan terhadap oportunistik eksekutif penyusun anggaran.

2. Perubahan anggaran SiLPA berpengaruh positif terhadap oportunistik

eksekutif penyusun anggaran.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan penelitian ini diantaranya:

1. Faktor yang mempengaruhi dalam penelitian ini hanya terdiri dari 2 variabel

bebas yaitu perubahan PAD dan perubahan SiLPA sedangkan masih banyak

faktor lain yang mempengaruhi perilaku opotunistik eksekutif penyusun

anggaran.

2. Sampel pengamatan yang digunakan hanya tiga tahun dari tahun 2013-2015

sehingga terkesan kurang representatif.

Page 63: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

56

5.3 Saran-Saran

5.3.1 Saran Bagi Pemerintah Daerah

Dari hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan, beberapa pemerintah daerah

menunjukkan adanya indikasi oportunistik penyusunan anggaran, maka

diharapkan:

1. Untuk memperkecil probabilitas perilaku oportunistik kedepannya, penetapan

pos anggaran pendapatan asli daerah perlu menggunakan metode analisa

perhitungan potensi pendapatan asli daerah yang terukur, sehingga hasilnya

dapat memenui anggaran belanja sesuai dengan prinsip anggaran berimbang,

tidak hanya sekedar menyeimbangkan antara penerimaan daan pengeluaran.

Peluang perilaku oportunistik terhadap porsi PAD perubahan anggaran

kedepannya akan lebih realistis artinya tidak terlalu besar variannya.

2. Pemerintah daerah sebaiknya memaksimalkan tujuan sesungguhnya dalam

penyusunan anggaran dengan benar-benar mengutamakan kebutuhan dan

kepentingan masyarakat umum. Transparansi dan kemudahan akses laporan

secara lengkap sangat dibutuhkan dalam rangka mempermudah pengawasan

dalam proses penyusunan anggaran.

3. Pada saat penyusunan anggaran agar dilakukan secara cermat sehingga pada

saat realisasi anggaran dana dapat terserap seoptimal mungkin sehingga

dimungkinkan SiLPA yang rendah.

Page 64: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

57

5.3.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Memperbesar sampel penelitian dengan cara menambah periode penelitian,

sehingga variasi data antar-tahun dapat terlihat.

2. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan proksi dari perilaku

oportunistik eksekutif penyusun anggaran. Pengukuran lain dapat digunakan

mengingat pengukuran perilaku merupakan sesuatu yang bersifat

multidimensi dan mengingat bahwa pengukuran proksi yang digunakan

dalam penelitian ini masih bersifat umum, sementara belanja modal, belanja

hibah dan bantuan sosial dapat dijabarkan menjadi jenis belanja sesuai

dengan fungsinya.

Page 65: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukriy dan Ramadhaniatun Nazry. 2015 “Analisis Varian AnggaranPemerintah Daerah Penjelasan Empiris dari Perspektif Keagenan”.Jurnal Samudra Ekonomi dan Bisnis. Vol 6, No, 2 Juli 2015.

Abdullah, Syukriy, dan Riza Rona. 2014. “Pengaruh Sisa Anggaran, PendapatanSendiri dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Modal”. Iqtishadia.Vol 7, No.1, Maret 2014.

Abdullah, Syukriy, Sari dan Nelliyanti. 2016. “Pengaruh Perubahan AnggaranPendapatan Asli Daerah, Perubahan Anggaran Dana Bagi Hasil DanPerubahan Anggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran TerhadapPerubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung”. Jurnal MagisterAkuntansi Pascasarjana Universitas Syiah ISSN 2302-016

Abdullah, Syukriy. 2013. “Perubahan APBD”.http://syukriy.wordpress.com/2013/04/22/perubahanapbd/?relatedposts_exclude=2643 (diakses pada Jumat, 10 November 2017 pukul 17:10).

Abdullah., Syukriy dan Asmara. 2006. “Perilaku Oportunistik Legislatif DalamPenganggaran Daerah: Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory diSektor Publik”. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 9.

Asmara, John Andra. 2010. “Analisis Perubahan Alokasi Belanja DalamAnggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBA) Provinsi NaggroeAceh Darussalam”. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi. Vol. 3 No 2 Juli2010.

Bohn, Frank. Dan Francisco Jose Vega. 2017. “Political Opportunism andCounterccyclical Fiscal Policy in Election-year Recessions”.Universidade Do Minho.

Eisenhardt, Kathleen M. 1989. “Agency theory: An assessment and review”.Academy of Management Review 14(1).

Florensia. 2009. Perilaku Oportunistik Legislatif Dalam Penganggaran Daerah:Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory di Sektor Publik. Tesis.Program Sarjana Magister Sains Ilmu Ekonomi. Universitas Gajah Mada.

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBMSPSS23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halim, dan Abdullah. 2006. “Hubungan dan Masalah Keagenan di PemerintahanDaerah: Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi”. JurnalAkuntansi Pemerintah 2(1).

Page 66: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

http://www.djpk.depkeu.go.id/?p=5412 (diakses pada Jumat, 17 November 2017pukul 12:41)

https://data.go.id/dataset/ringkasan-perubahan-apbd-pemerintah-kabupaten-kota-indonesia/resource/647773d8-ff12-4565-8d30-89fcf7ac6bd7# (diaksespada Jumat, 17 November 2017 pukul 12:40)

Jensen, M.C. and W.H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm: ManagerialBehavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of FinancialEconomics. Vol.3.No.4.

Jogianto H.M. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah danPengalaman-pengalaman. Yogyakarta: BPFE.

Keefer, P. and Khemani, S. 2003. “The political economy of public expenditures”.Background paper for WDR 2004: Making Service Work for PoorPeople. The World Bank.

Latifah, Nurul. 2010. “Adakah Perilaku Oportunistik dalam Aplikasi AgencyTheory di Sektor Publik ? ”. Fokus Ekonomi. Vol. 5 No.2.

Martinez-Vazquez, Jorge, F. Javier Arze & Jameson Boex. 2006. “Corruption.Fiscal Policy, and Fiscal Management. Working paper”. Publication wasproduced for review by The United states Agency for InternationalDevelopment.

Maryono, R. 2013. “Pengaruh Perubahan Dana Alokasi Umum Terhadap PerilakuOportunistik Legislatif Dalam Penganggaran Daerah”. E-Jurnal UNP.

Megasari, Ida Ayu Gede Sutha. 2015. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, SelisihLebih Perhitungan Anggaran dan Flypaper Effect Pada PerilakuOportunistik Penyusun Anggaran”. Jurnal Buletin Studi Ekonomi. Vol.20 No. 2.

Muhtar., Abdul Rohman dan Anis Chairi. 2016. “Opportunistic Behavior AndPublic Spending : The Case of Indonesia”. Corporate Ownership &Control. Vol. 14, Issue 1, Fall 2016, Continued-3

Nordiawan, Deddi., Iswahyudi Sondi dan Maulidah Rahmawati. 2012. AkuntansiPemerintahan. Jakarta: Salemba Empat.

Parwati, Sayu Made., I Gusti Ayu Nyoman B., Ida Bagus Putra Astika. 2015.“Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran”. Jurnal Ilmiah Akuntansidan Bisnis. Vol. 10. No. 2.

Putri, Anjarizky Cancerina. 2014. “Deskripsi Oportunistik Eksekutif dalamPemungutan Pajak Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi JawaTimur Tahun 2008-20012”. Artikel Ilmiah Mahasiswa. UniversitasJember.

Page 67: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintah Daerah.

________________. 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan PemerintahanDaerah.

________________. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah.

________________. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

_________________. 2008. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentangPajak Daerah dan Retribusi Daerah.

_________________. 2011. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun2011 tentang Perubahan Kedua atas Peratutan Menter Dalam NegeriNomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Riharjo, I.B. dan Isnadi. 2010. “Perilaku Oportunistik Pejabat Eksekutif dalamPenyusunan APBD ( Bukti Empiris atas Penggunaan Penerimaan SumberDaya Alam)”. Jurnal Ekuitas. Vol.14 No.3.

Romarina, Arina. dan Makhfatih. 2010. “Faktor -- Faktor Risiko Fiskal damPenganggaran Daerah”. Jurnal BPPK. Volume I.

Suartini, NI Kadek A., Dodik Ariyanto dan Maria. 2016. “Determinan PerilakuOportunistic Penyusun Anggaran Calon Incumbent Terkait PilkadaSerentak Tahun 2015”. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis UniversitasUdayana.

Sucahya, Yahya. 2016. “Peluang Perilaku Oportunistik Penyusun AnggaranPerubahan Pada Pemerintah Kabupaten Sintang”. UniversitasTanjungpura.

Tim Sekertaris Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran. 2010.Analisis Anggaran Daerah Studi Terhadap Anggaran Tahun 2007 – 2010di 42 Kabupaten dan Kota dan 5 Provinsi di Indonesia.

Tim Sekertaris Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran. 2012.Laporan Analisis Anggaran Daerah 2008-2011 Temuan Hasil StudiPengelolaan Anggara di 20 Kabupaten/Kota Partisipan Program Kinerja.

Williamson, Oliver E. 1993. “Opportunism and Its Critics”. Managerial andDecision Economics. Vol. 14.

Page 68: PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN …digilib.unila.ac.id/32146/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMAHASAN.pdf · PENGARUH PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERUBAHAN

Winoto, Agus Hadi dan Falikhatun. 2015. “Indikasi PenyalahgunaanDiscretionary Fund Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahMenjelang Pemilukada 2015”. Jurnal Akuntansi dan KeuanganIndonesia. Juni 2015, Vol. 12, No. 1.

Yahya, Idhar., Zainul Bahri T., dan Iskandar Muda. 2017. “Influence BehaviorLegislature Budget Development of Region in the Province of Aceh andNorth Sumatra”. International Journal of Economic Research. ISSN:0972-9380 Vol. 14 No. 8.