PENGARUH PERSEPSI TENTANG GAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA SMPN 2 GALANG KECAMATAN GALANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015 T E S I S Oleh SRI MUKTI LEMBAYUNG 137032115/IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
113
Embed
PENGARUH PERSEPSI TENTANG GAMBAR PADA KEMASAN ROKOK …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH PERSEPSI TENTANG GAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA
SMPN 2 GALANG KECAMATAN GALANG KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2015
T E S I S
Oleh
SRI MUKTI LEMBAYUNG 137032115/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2015
PENGARUH PERSEPSI TENTANG GAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA
SMPN 2 GALANG KECAMATAN GALANG KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2015
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam
Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
SRI MUKTI LEMBAYUNG 137032115/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2015
Judul Tesis : PENGARUH PERSEPSI TENTANG GAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA SMPN 2 GALANG KECAMATAN GALANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015
Nama Mahasiswa : Sri Mukti Lembayung Nomor Induk Mahasiswa : 137032115 Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Fikarwin Zuska) (Drs. Eddy Syahrial, MS Ketua Anggota
)
Dekan
(Dr.Drs. Surya Utama, MS
)
Tanggal Lulus : 15 Agustus 2015
Telah diuji Pada Tanggal : 15 Agustus 2015 PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes
2. Dr. Fikarwin Zuska 3. Drs. Eddy Syahrial, M.S
PERNYATAAN
PENGARUH PERSEPSI TENTANG GAMBAR PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA
SMPN 2 GALANG KECAMATAN GALANG KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2015
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2015
Sri Mukti Lembayung 137032115/IKM
THESIS
By
SRI MUKTI LEMBAYUNG
137032115/IKM
S2 STUDY PROGRAM PUBLIC HEALTH SCIENCE FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA MEDAN 2015
ABSTRAK
Kebiasaan merokok yang melanda dunia telah menimbulkan berbagai masalah kesehatan, tim peneliti Amerika Serikat menyimpulkan gambar dalam kemasan rokok di banyak negara, lebih efektif mencegah orang merokok daripada peringatan tertulis larangan merokok. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang gambar pada kemasan rokok terhadap tindakan merokok pada remaja putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional dengan pendekatan korelasi untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang gambar pada kemasan rokok (independen) terhadap tindakan merokok pada remaja putra. Populasi adalah siswa pria SMPN 2 Galang berjumlah 291 orang. Sampel diambil dengan teknik random sampling sejumlah 83 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi lingkungan (p=0,049), kebutuhan dan keinginan (p=0,014), kepercayaan, prasangka dan nilai (p=0,000) mempunyai pengaruh terhadap tindakan merokok pada remaja putra di SMPN 2 Galang. Disarankan kepada orang tua untuk menanamkan nilai bahwa merokok merugikan dan buruk bagi kesehatan dan kepada siswa diharapkan menghindari lingkungan yang memberikan efek negatif perilaku merokok pada remaja. Kata Kunci: Persepsi, Gambar pada Kemasan Rokok, Tindakan Merokok
i
ABSTRACT
Smoking habit, which spreads all over the world, has caused various health problems. A research team from the United States concludes that the pictures on cigarette packs in many countries are more effective in forestalling people to smoke rather than written warning of ‘No Smoking’. The objective of the research was to find out the influence of perception on pictures on cigarette packs on smoking by male teenagers at SMPN 2 Galang, Galang Subdistrict, Deli Serdang District, in 2015. The research used analytic correlation method with cross sectional design which was aimed to find out the influence of perception on pictures on cigarette packs (independent) on smoking by male teenagers. The population was 291male teenagers at SMPN 2 Galang, and 83 of them were used as the samples, taken by using simple random sampling technique. The result of the research showed that environment (p = 0.049), need and want (p = 0.014), confidence, prejudice, and value (p = 0.000) had the influence on smoking by male teenagers at SMPN 2 Galang. It is recommended that parents provide the values that smoking will harm, and it is bad for health. Students should avoid environment which provide negative effect of smoking behavior in teenagers. Keywords: Perception, Pictures on Cigarette Packs, Smoking
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Allah Swt atas berkat dan
pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan tesis ini dengan judul Pengaruh Persepsi tentang Gambar pada
Kemasan Rokok terhadap Tindakan Merokok pada Remaja Putra SMPN 2
Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Proses penulisan tesis dapat terwujud berkat dukungan,
bimbingan, arahan dan bantuan moral maupun material dari banyak pihak. Untuk itu
izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof. Subhilhar, Ph.D, selaku Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 FKM
Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Fikarwin Zuska, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu
untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
iii
5. Drs. Eddy Syahrial, M.S, selaku Anggota Komisi Pembimbing dengan penuh
perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu
untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku Komisi Penguji yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
7. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes, selaku Komisi Penguji yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini
8. Kepala Sekolah SMPN 2 Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Kepala Sekolah MTs Al-Washliyah Petumbukan Kecamatan Galang Kabupaten
Deli Serdang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
10. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
11. Alm. Ayahanda Suroso Suharjo dan Almh. Ibunda Sutirah, yang semasa hidupnya
telah memberikan kasih sayang, dukungan dan doa kepada penulis hingga bisa
menyelesaikan pendidikan ini.
12. Teristimewa Suamiku Supardan, SE dan anak-anakku Teguh Arifianto dan Dinda
Pertiwi yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis agar bisa
menyelesaikan pendidikan ini.
iv
13. Kakanda Dyah Supriatin, S.H, dan Kristina Supri, S.E, serta adik-adikku dr. Asih
Sugiarti, Suci Puji Lestari, S.Kep dan Wahyu Juliani, Am.Keu, yang telah
memberikan dukungan dan doa kepada penulis agar bisa menyelesaikan
pendidikan ini.
14. Untuk rekan-rekan seperjuangan mahasiswa S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat tahun
2013 yang telah membantu dalam menjalani dan menyelesaikan pendidikan di
Program Magister IKM FKM-USU.
15. Untuk sahabat-sahabat kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan
Puskesmas Petumbukan Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang yang telah
memberikan bantuan serta dukungan moril kepada penulis untuk tetap semangat
hingga akhir penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan, untuk itu saran
dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini
dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang
kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Kiranya Allah SWT akan membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah
penulis terima selama ini serta melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada kita
semua.
Medan, Juli 2015 Penulis
Sri Mukti Lembayung 137032115/IKM
v
RIWAYAT HIDUP
Sri Mukti Lembayung lahir pada tanggal 30 September 1972 di Medan. Anak
ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Alm. Ayahanda Suroso Suharjo dan Almh.
Ibunda Sutirah.
Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri
060886 Medan selesai tahun 1985, Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Medan
selesai tahun 1988, SMA Swasta Dharma Pancasila Provinsi Sumatera Utara di
Medan selesai tahun 1991, S1 Kedokteran Gigi USU di Medan Tahun 1999 dan saat
ini sedang menyelesaikan Program Studi S2 di FKM USU.
Penulis mulai bekerja tahun 1999-2003 sebagai Dokter Gigi PTT di
Kabupaten Asahan, tahun 2003-2006 sebagai Dokter Gigi PTT di Kabupaten Dairi,
dan dari tahun 2006-2010 PNS di Kabupaten Dairi, 2010 hingga saat ini bekerja
sebagai Dokter Gigi PNS di Kabupaten Deli Serdang.
vi
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ........................................................................................................... i ABSTRACT .......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1 1.2 Permasalahan ........................................................................ 9 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 9 1.4 Hipotesis Penelitian ............................................................... 9 1.5 Manfaat Penelitian ................................................................ 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 11 2.1 Persepsi ................................................................................. 11
2.6 Peraturan Pemerintah ............................................................ 32 2.6.1 Gambar Kemasan Rokok .......................................... 33 2.6.2 Jenis-jenis Gambar pada Kemasan Rokok ................ 36
2.9 Landasan Teori ...................................................................... 43 2.10 Kerangka Konsep .................................................................. 44
BAB 3. METODE PENELITIAN ............................................................. 46 3.1 Jenis Penelitian ...................................................................... 46 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 46
3.2.1 Lokasi Penelitian ....................................................... 46 3.2.2 Waktu Penelitian ....................................................... 46
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................. 47 3.3.1 Populasi ..................................................................... 47 3.3.2 Sampel ....................................................................... 47
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................... 48 3.5 Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran ....................... 49 3.6 Metode Analisa Data ............................................................ 50
BAB 4. HASIL PENELITIAN .................................................................. 52
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 52 4.2 Analisis Univariat ................................................................. 54
4.2.1 Karakteristik Responden ........................................... 54 4.2.2 Kemampuan dan Keterbatasan Fisik ......................... 54 4.2.3 Kondisi Lingkungan .................................................. 56 4.2.4 Pengalaman .............................................................. 58 4.2.5 Kebutuhan dan Keinginan ........................................ 59 4.2.6 Kepercayaan, Prasangka dan Nilai ............................ 60 4.2.7 Tindakan Merokok .................................................... 62
4.3 Analisis Bivariat ................................................................. 63 4.3.1 Pengaruh Kemampuan dan Keterbatasan Fisik
terhadap Tindakan Merokok pada Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang ...................................................................... 63
4.3.2 Pengaruh Kondisi Lingkungan terhadap Tindakan Merokok pada Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang ............ 64
4.3.3 Pengaruh Pengalaman terhadap Tindakan Merokok Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang ........................................... 65
4.3.4 Pengaruh Kebutuhan dan Keinginan terhadap Tindakan Merokok Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang ............ 66
viii
4.3.5 Pengaruh Kepercayaan, Prasangka dan Nilai terhadap Tindakan Merokok Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Analisis Multivariat ................................................... 67
4.4 Analisis Multivariat ............................................................... 68 BAB 5. PEMBAHASAN ............................................................................ 70
5.1 Pengaruh Kemampuan dan Keterbatasan Fisik terhadap Tindakan Merokok Pada Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang ........................ 70
5.2 Pengaruh Kondisi Lingkungan terhadap Tindakan Merokok pada Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang ....................................................... 74
5.3 Pengaruh Pengalaman terhadap Tindakan Merokok Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang .................................................................................. 77
5.4 Pengaruh Kebutuhan dan Keinginan terhadap Tindakan Merokok Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang ....................................................... 80
5.5 Pengaruh Kepercayaan, Prasangka dan Nilai terhadap Tindakan Merokok Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang ........................ 83
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 88
4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di SMPN 2 Galang Kabupaten Deli Serdang ...................................... 54
4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kemampuan dan Keterbatasan Fisik ........................................................................... 55
4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kemampuan dan Keterbatasan Fisik .................................................................... 56
4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Lingkungan 56
4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kondisi Lingkungan .................................................................................... 57
4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman ............ 58
4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pengalaman 59
4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebutuhan dan Keinginan ........................................................................................ 59
4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kebutuhan dan Keinginan ................................................................................. 60
4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepercayaan, Prasangka dan Nilai ......................................................................... 60
4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kepercayaan, Prasangka dan Nilai .................................................. 61
4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Merokok . 62
4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan Merokok .......................................................................................... 62
x
4.14 Pengaruh Kemampuan dan Keterbatasan Fisik terhadap Tindakan Merokok Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang ................................................................. 63
4.15 Pengaruh Kondisi Lingkungan terhadap Tindakan Merokok Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang ............................................................................................ 64
4.16 Pengaruh Pengalaman terhadap Tindakan Merokok Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang ...... 65
4.17 Pengaruh Kebutuhan dan Keinginan terhadap Tindakan Merokok Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang ............................................................................................ 66
4.18 Pengaruh Kepercayaan, Prasangka dan Nilai terhadap Tindakan Merokok Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang ................................................................. 67
4.19 Variabel Independen Terhadap Tindakan Merokok pada Siswa SMP N 2 Desa Petumbukkan Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang ............................................................................................ 68
Kebiasaan merokok yang melanda dunia telah menimbulkan berbagai masalah kesehatan, tim peneliti Amerika Serikat menyimpulkan gambar dalam kemasan rokok di banyak negara, lebih efektif mencegah orang merokok daripada peringatan tertulis larangan merokok. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang gambar pada kemasan rokok terhadap tindakan merokok pada remaja putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional dengan pendekatan korelasi untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang gambar pada kemasan rokok (independen) terhadap tindakan merokok pada remaja putra. Populasi adalah siswa pria SMPN 2 Galang berjumlah 291 orang. Sampel diambil dengan teknik random sampling sejumlah 83 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi lingkungan (p=0,049), kebutuhan dan keinginan (p=0,014), kepercayaan, prasangka dan nilai (p=0,000) mempunyai pengaruh terhadap tindakan merokok pada remaja putra di SMPN 2 Galang. Disarankan kepada orang tua untuk menanamkan nilai bahwa merokok merugikan dan buruk bagi kesehatan dan kepada siswa diharapkan menghindari lingkungan yang memberikan efek negatif perilaku merokok pada remaja. Kata Kunci: Persepsi, Gambar pada Kemasan Rokok, Tindakan Merokok
i
ABSTRACT
Smoking habit, which spreads all over the world, has caused various health problems. A research team from the United States concludes that the pictures on cigarette packs in many countries are more effective in forestalling people to smoke rather than written warning of ‘No Smoking’. The objective of the research was to find out the influence of perception on pictures on cigarette packs on smoking by male teenagers at SMPN 2 Galang, Galang Subdistrict, Deli Serdang District, in 2015. The research used analytic correlation method with cross sectional design which was aimed to find out the influence of perception on pictures on cigarette packs (independent) on smoking by male teenagers. The population was 291male teenagers at SMPN 2 Galang, and 83 of them were used as the samples, taken by using simple random sampling technique. The result of the research showed that environment (p = 0.049), need and want (p = 0.014), confidence, prejudice, and value (p = 0.000) had the influence on smoking by male teenagers at SMPN 2 Galang. It is recommended that parents provide the values that smoking will harm, and it is bad for health. Students should avoid environment which provide negative effect of smoking behavior in teenagers. Keywords: Perception, Pictures on Cigarette Packs, Smoking
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tim peneliti Amerika Serikat menyimpulkan gambar dalam kemasan rokok di
banyak negara, lebih efektif mencegah orang merokok daripada peringatan tertulis
larangan merokok. Lebih dari 40 negara telah menempelkan label peringatan
kesehatan pada gambar. Perokok menilai label peringatan dengan gambar dan teks
lebih kuat mendapat kepercayaan mereka, relevansinya dengan perokok itu sendiri
dan lebih efektif daripada peringatan yang hanya berupa teks, demikian ungkapan
James Thrasher, peneliti utama kemasan rokok tersebut. Thrasher mengatakan
perokok yang tidak terlalu ‘melek huruf’ menilai label bergambar lebih bisa dipahami
dibandingkan peringatan hanya dengan tulisan. Ini merupakan temuan besar bagi
negara-negara berkembang yang angka buta aksara dan jumlah perokoknya tinggi.
(www:voaindonesia.com).
Peringatan yang lebih keras, yang menunjukkan kerusakan fisik akibat
merokok, lebih efektif daripada gambar lain, seperti gambar orang menderita dampak
merokok atau gambar yang lebih simbolis atau abstrak, misalnya, batu nisan yang
menunjukkan kematian akibat merokok, kata Thrasher. Namun menurut Thrasher
pula, perokok akhirnya menjadi tidak peka terhadap gambar paling keras pada paket,
seperti foto organ tubuh yang sakit.
2
Ogawa dalam Irawan (2009), mendefinisikan kebiasaan merokok sebagai
perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus
rokok perhari, dengan tambahan adanya stres yang disebabkan oleh kebutuhan akan
tembakau secara berulang-ulang. Kebiasaan merokok menganggu kesehatan,
kenyataan ini tidak bisa kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat
buruk dari merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan
merokok bukan saja merugikan bagi perokok sendiri tapi juga bagi orang
disekitarnya.
Kebiasaan merokok yang melanda dunia telah menimbulkan berbagai masalah
kesehatan. Menurut UU No 19 tahun 2009 rokok merupakan salah satu zat adiktif
yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat,
oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya pengamanan.Tujuan pengamanan
yang dimaksud adalah melindungi kesehatan masyarakat terhadap insidensi penyakit
yang fatal dan penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup akibat penggunaan
rokok, melindungi penduduk usia produktif dan remaja dari dorongan lingkungan dan
pengaruh iklan untuk inisiasi penggunaan dan ketergantungan terhadap rokok, serta
meningkatkan kesadaran, kewaspadaan kemampuan dan kegiatan masyarakat
terhadap bahaya kesehatan penggunaan rokok.
Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau telah diratifikasikan 176
negara sejak mulai diberlakukan tahun 2005. Amerika, produsen rokok terkemuka,
dan tujuh negara lain telah menandatangani kesepakatan, namun belum meratifikasi
konvensi itu. 10 negara lainnya belum menandatangani kesepakatan tersebut,
3
termasuk Indonesia, yang sebagai negara dengan konsumen rokok yang cukup besar
dan diperkirakan mencapai sekitar 57 juta perokok.(www.voaindonesia.com).
Tjandra memaparkan, data The Global Youth Tobacco Survey (2006) di
Indonesia 64.2% anak-anak sekolah yang disurvei melaporkan terpapar asap rokok
selama mereka dirumah atau menjadi second hand smoke (SHS). Lebih dari 43 juta
anak Indonesia tinggal dengan perokok dirumah. Global Youth Tobacco Survey
(2013) melaporkan 89% anak-anak usia 13-15 tahun terpapar SHS di tempat-tempat
umum. Anak-anak yang terpapar SHS mengalami penurunan pertumbuhan paru,
mudah terinfeksi saluran pernafasan dan telinga, dan asma.
Menurut data hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011, persentase
perokok aktif di Indonesia mencapai 67% (laki-laki) dan 2.7% (perempuan) dari
jumlah penduduk, terjadi kenaikan 6 tahun sebelumnya perokok laki-laki sebesar
53%. Data yang sama juga menyebutkan bahwa 85.4% orang dewasa terpapar asap
rokok ditempat umum, di rumah (78.4%) dan di tempat bekerja (51.3%). Mereka
yang merokok di rumah sama dengan mencelakakan kesehatan anak dan istri.
Riset Kesehatan Dasar 2013 Kementerian Kesehatan RI menyatakan perilaku
merokok penduduk usia 15 tahun ke atas masih belum terjadi penurunan dari 2007-
2013, bahkan cenderung mengalami peningkatan dari 34,2% pada 2007 menjadi
36,2% pada 2013. Selain itu, data riset tersebut juga menunjukkan bahwa pada 2013,
sebanyak 64,9% warga yang masih menghisap rokok adalah berjenis kelamin laki-
laki dan sisanya sebesar 2,1% adalah perempuan. Di samping itu, juga ditemukan
bahwa 1,4% perokok masih berumur 10-14 tahun, dan sebanyak 9,9% perokok pada
kelompok tidak bekerja.
4
Menurut penelitian terbaru dari Institute for Health Metrics and Evaluation
(IHME), 2012 sebuah organisasi riset global di Universitas Washington, jumlah pria
perokok di Indonesia meningkat dan menempati peringkat kedua di dunia dengan
57% di bawah Timor Leste 61%. Di bawah Indonesia ada Laos (51,3%), China
(45,1%) Kamboja (42,1%).
WHO memperkirakan terdapat 1,25 miliar penduduk dunia adalah perokok
dan dua pertiganya terdapat di negara-negara maju, dengan sekurang-kurangnya 1
dari 4 orang dewasa adalah perokok. Prevalensi perokok secara berturut di Amerika
Serikat dan Inggris pada laki-laki adalah 25% dan 27% dan pada wanita adalah 21%
dan 25%. Di beberapa negara Eropa didapatkan data prevalensi merokok di Jerman
38%, Prancis 30%, Italia 29%, Swedia 18% dan di negara berkembang didapatkan
prevalensi yang lebih tinggi (Darmawati, 2010).
Merokok masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di
Indonesia. Dengan jumlah perokok di Indonesia saat ini mencapai 57 persen
penduduk atau kurang lebih 100 juta orang, artinya kini Indonesia menduduki
peringkat ke-7 dalam urutan negara yang jumlah perokoknya paling banyak. Jumlah
perokok di seluruh dunia saat ini mencapai 1,1 miliar orang. Sebanyak 800 juta orang
diantaranya di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.Peraturan Pemerintah
(PP) No 81/1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan telah direvisi untuk
melindungi masyarakat dari bahaya kesehatan akibat merokok, dimana revisi tersebut
mengharuskan penulisan jumlah kandungan tar dan nikotin dalam setiap batang
rokok. Karena itu, setiap bungkus rokok kini harus ditulis bahaya merokok terhadap
5
kesehatan. Misalnya, sakit jantung, paru-paru dan gangguan kehamilan (Health
Today dalam Wiliana, 2010).
Perilaku merokok jelas bukan merupakan perilaku sehat. Rokok memiliki
banyak dampak negatif bagi kesehatan. Namun perilaku seseorang tidak akan terlepas
dari pengaruh lingkungannya. Lingkungan yang memengaruhi derajat kesehatan
seseorang salah satunya adalah lingkungan sosial budaya. Masyarakat Indonesia
terdiri atas banyak suku budaya yang mempunyai latar belakang beraneka ragam.
Lingkungan budaya tersebut sangat memengaruhi tingkah laku manusia yang
memiliki budaya tersebut, sehingga dengan keanekaragaman budaya menimbulkan
variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan.
Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi
masih banyak orang yang melakukannya. Bahkan orang mulai merokok ketika
mereka masih remaja. Sejumlah studi menegaskan bahwa kebanyakan perokok mulai
merokok antara umur 11 dan 13 tahun dan 85% sampai 95% sebelum umur 18 tahun
(Laventhal & Dhyvettere dalam Smet, 1994). Komasari dan Helmi (2000)
mengatakan bahwa ada 3 (tiga) faktor penyebab perilaku merokok pada remaja, yaitu
kepuasan psikologis, sikap permisif orangtua terhadap perilaku merokok remaja dan
pengaruh teman sebaya.
Situasi yang memprihatinkan adalah bahwa ada 85,4% perokok aktif merokok
di dalam rumah bersama anggota keluarga dan 69% rumah tangga tercatat memiliki
minimal satu orang yang merokok. Selain itu 85% perokok berusia 10 tahun ke atas
merokok di dalam rumah bersama dengan anggota keluarganya. Hal ini dapat
6
berakibat buruk terhadap kesehatan anggota keluarga lain khususnya anak-anak
(Riskesdas 2013).
Penanggulangan masalah rokok di Indonesia memang sangat dilematis. Disatu
sisi, industri rokok dianggap sebagai penghasil pajak paling besar dibanding sektor
lain. Misalnya dapat memberikan kontribusi terhadap pemasukan keuangan negara
berupa pembayaran cukai.Singkat kata, industri rokok adalah industri padat karya dan
memberikan sumbangan yang cukup besar dalam perekonomian bangsa (Yanto,
2009).
Menurut Imam, ratifikasi Framework Convention on Tobacco Control
(FTCT), suatu hukum international dalam pengendalian tembakau, adalah faktor
kunci perlindungan anak-anak dari bahaya tembakau, yang salah satunya mengatur
iklan rokok. WHO mengklaim bahwa pelarangan segala bentuk iklan promosi, dan
sponsor rokok terbukti bisa menurunkan tingkat konsumsi rokok hingga 16%.
Sekalipun sejumlah pemerintah daerah dalam beberapa tahun terakhir juga telah
membuat sejumlah Perda yang mengatur tempat untuk merokok, namun pemerintah
Indonesia yang bergabung dalam salah satu penyusun FTCT, yang telah disepakati
secara aklamasi dalam sidang WHO 2003, menjadi satu-satunya negara di Asia
Pasifik yang tidak menandatangani dan belum melakukan aksesi FTCT. Sehingga
terkesan ironis ketika pemerintah sibuk menghimbau anak-anak muda untuk tidak
merokok melalui tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2008, Anak Muda Tanpa
Rokok/Tobacco Free Youth namun tidak mencoba menyediakan lingkungan yang
kondusif bagi anak-anak yang kadang masih terlalu hijau untuk memilih (Antara,
7
2008). Ancaman khusus rokok terhadap kelompok usia remaja merupakan suatu hal
yang tidak bisa disepelekan. Hal ini telah mencemaskan semua pihak, terutama
kelompok perlindungan anak. Rokok mengancam masa depan kesehatan dan
kepribadian anak. Rokok harus dilihat juga sebagai bahan adiktif buat anak.
Karakteristik remaja yang erat dengan keinginan adanya kebebasan,
independensi, dan berontak dari norma-norma, dimanfaatkan para pelaku industri
rokok dengan memunculkan slogan-slogan promosi yang mudah tertangkap mata dan
telinga serta menantang. Slogan-slogan ini tidak hanya gencar dipublikasikan melalui
berbagai iklan di media elektronik, cetak dan luar ruang, tetapi industri rokok pada
saat ini sudah masuk pada tahap pemberi sponsor setiap event anak muda, seperti
konser musik dan olahraga. Hampir setiap konser musik dan event olahraga di
Indonesia disponsori oleh industri rokok. Dalam event tersebut mereka bahkan
membagikan rokok gratis atau mudah mendapatkannya dengan menukarkan potongan
tiket masuk acara tersebut. Para remaja memang menjadi sasaran empuk bagi industri
rokok.
Hasil penelitian Shaluhiyah (2005) menunjukkan terdapat hubungan
kebiasaan orangtua merokok, hubungan antara orangtua dan anak, uang saku,
kegiatan ekstrakurikuler, pengetahuan tentang bahaya merokok, sikap terhadap
bahaya merokok, perilaku teman sebaya dengan perilaku merokok. Penelitian berbeda
yang dilakukan Komasari (2000) menunjukkan bahwa merokok bagi remaja
mempunyai kaitan yang erat dengan aspek psikologis terutama efek yang positif
8
(nikmat, puas, tenang dan santai) yaitu sejumlah 92,55% sedangkan efek negatif
sebesar 7,45% (pusing, ngantuk dan pahit). Sementara itu dari penelitian Widowaty
(2006) menunjukkan bahwa konformitas dan stereotype memberikan sumbangan
39,8% terhadap perilaku merokok siswa SMP.
Kemasan rokok bertujuan menciptakan keinginan membeli dan mencoba,
pemerintah punya tanggung jawab mengedukasi masyarakat tentang dampak
merokok bagi kesehatan. Peringatan kesehatan dalam bentuk gambar pada kemasan
rokok bertujuan meningkatkan pemahaman tentang bahaya akibat merokok, tetapi
pada kenyataannya peringatan tertulis dan gambar pada kemasan rokok yang memuat
sederetan gangguan kesehatan akibat rokok ini terbukti tidak efektif, dimana jumlah
pengguna rokok makin bertambah baik dari kalangan dewasa maupun remaja.
Ng, Weinehall dan Ohman (2007) menemukan bahwa perilaku merokok yang
banyak terjadi pada anak di usia muda disebabkan mereka tidak mengerti tentang
peringatan yang tertera pada kemasan rokok, mereka juga menyatakan bahwa
merokok satu hingga dua bungkus per hari tidak akan membahayakan.
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti mulai bulan
oktober tahun 2014, tidak ditemukan siswa putri pada SMPN 2 Galang, namun
peneliti menemukan sekelompok siswa putra SMPN 2 Galang merokok baik secara
sembunyi-sembunyi maupun pulang dari sekolah, mereka duduk-duduk sambil
merokok di warung atau sambil menunggu angkutan umum datang, bahkan ada
beberapa siswa putra merokok sambil berjalan menuju pulang.
9
1.2 Permasalahan
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas maka peneliti merumuskan
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : Pengaruh Persepsi Tentang
Gambar Pada Kemasan Rokok Terhadap Tindakan Merokok Pada Remaja Putra
SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh persepsi tentang gambar pada kemasan rokok terhadap
tindakan merokok pada remaja putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2015.
1.4 Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh antara persepsi tentang gambar pada kemasan rokok terhadap
tindakan merokok pada remaja putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2015 .
1.5 ManfaatPenelitian
a. Sebagai bahan masukan kepada pihak terkait,seperti Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara untuk
dapat merencanakan suatu model dalam pendidikan kesehatan dan bahaya
rokok.
10
b. Sebagai masukan kepada pihak sekolah SMPN 2 Galang untuk memotivasi
siswanya agar tidak merokok.
c. Menjadi masukan bagi peneliti lainnya atau tambahan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan sebagai rujukan dalam penelitian selanjutnya.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Ada banyak pendapat para ahli tentang pengertian persepsi, beberapa
diantaranya direferensikan dalam penulisan ini. Berikut pendapat para ahli tersebut :
Persepsi merupakan perlakuan yang melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran
tentang apa yang dilihat, dengar, alami atau dibaca, sehingga persepsi sering
memengaruhi tingkah laku, percakapan serta perasaan seseorang. Persepsi yang
positif akan memengaruhi rasa puas seseorang dalam bentuk sikap dan perilakunya
terhadap pelayanan kesehatan, begitu juga sebaliknya persepsi negatif akan
ditunjukkan melalui kinerjanya. (Tjiptono, 2000).
Winardi (2001) mengemukakan, persepsi merupakan proses yang bermanfaat
sebagai filter dan metode untuk mengorganisasikan stimulus, yang memungkinkan
kita menghadapi lingkungan kita. Proses persepsi menyediakan mekanisme melalui
stimulus yang diseleksi dan dikelompokkan dalam wujud yang berarti, yang hampir
bersifat otomatik dan bekerja dengan cara yang sama pada masing-masing individu,
sehingga secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda-beda.
Kemudian Robbins (2001), juga mengemukakan persepsi atau pandangan
adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indra
mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Proses ini terdiri dari proses
12
seleksi, mengorganisasikan dan menginterpretasikan. Adapun ketiga proses ini
berjalan secara terus menerus, saling berbaur dan saling memengaruhi satu sama
lainnya.
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu
ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang
sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dapat
mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal
yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Dengan demikian, persepsi dapat
diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului
oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati
tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun dalam diri individu (Sunaryo,
2002).
Bagaimanapun apa yang telah dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari
kenyataan obyektif. Persepsi menjadi penting dikarenakan perilaku orang-orang
didalam organisasi didasarkan kepada persepsi mereka mengenai apa yang realitas
itu, bukan mengenai realitas itu sendiri. Pentingnya persepsi itu semata-mata karena
perilaku orang-orang didasarkan pada persepsi mereka mengenai apa realitas itu
sendiri. Individu-ibdividu mungkin memandang satu benda yang sama
mempersepsikan secara berbeda. Sejumlah faktor membentuk dan kadang memutar-
balik persepsi. Faktor-faktor ini dapat berada pada pihak pelaku persepsi (perceiver),
dalam obyeknya atau target yang dipersiapkan, atau dalam konteks situasi dimana
persepsi itu dilakukan.
13
2.1.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Persepsi
Ada beberapa pendapat mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi
persepsi individu terhadap suatu objek atau hal yang berhubungan dengan tindakan.
Menurut Baltus (1983), faktor yang memengaruhi persepsi tersebut yaitu :
1. Kemampuan dan keterbatasan fisik dan alat indera dapat memengaruhi persepsi
untuk sementara waktu atau permanen.
2. Kondisi lingkungan.
3. Pengalaman masa lalu, bagaimana cara individu untuk menginterpretasikan atau
bereaksi terhadap stimulus tergantung pada pengalaman masa lalunya.
4. Kebutuhan dan keinginan. Ketika seseorang individu membutuhkan atau
menginginkan sesuatu maka ia akan terus berfokus pada hal yang dibutuhkan dan
diinginkan tersebut.
5. Kepercayaan, prasangka dan nilai. Individu akan lebih memperhatikan dan
menerima orang lain yang memiliki kepercayaan dan nilai yang sama dengannya.
Sedangkan prasangka dapat menimbulkan bias dalam mempersepsi sesuatu.
Hal tersebut diatas juga dinyatakan oleh Walgito (1997), agar individu dapat
menyadari dan dapat membuat persepsi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi,
yaitu : 1. Adanya obyek yang dipersepsikan (fisik), 2. Alat indera/reseptor yaitu alat
untuk menerima stimulus (fisiologis), 3. Adanya perhatian yang merupakan langkah
pertama dalam mengadakan persepsi (psikologis). Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Davidoff (1981), stimulus yang diterima melalui alat inderanya kemudian
diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu meyadari dan mengerti tentang
apa yang di indera itu. Inilah yang disebut persepsi, (Walgito ,1997 : 53)
14
Menurut Prasetijo (2005), faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan
persepsi seseorang adalah :
1. Faktor internal
a. Pengalaman
b. Kebutuhan saat itu
c. Nilai-nilai yang dianut
d. Penghargaan
2. Faktor eksternal
a. Tampakan produk
b. Sifat-sifat stimulus
c. Situasi lingkungan.
Menurut Wexly (1992), seseorang memberikan reaksi atau tanggapan sesuai
persepsi dirinya tarhadap kondisi-kondisi obyektif dimana sebenarnya mereka berada.
Sudjana (1995) juga menyatakan bahwa reaksi dari persepsi terhadap suatu
stimulus/rangsangan dapat terjadi dalam bentuk :
1. Peneriman
2. Jawaban
3. Penilaian
4. Organisasi
5. Karakteristik Nilai.
Berikut ini adalah penjelasan tentang faktor-faktor yang memengaruhi
terbentuknya persepsi :
15
1. Pengetahuan.
Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berkenaan dengan suatu hal/obyek
2. Pengalaman
Pengalaman adalah segala sesuatu yang dirasakan atau dialami seseorang pada
masa lalu terhadap suatu hal/obyek masa lalu membawa pengaruh yang besar
sekali terhadap masa yang akan dating.
3. Kebutuhan
Apabila suatu kebutuhan terpenuhi, maka kebutuhan itu tidak lagi merupakan
motivator perilaku.
4. Harapan
Harapan adalah kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara
tertentu tergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut
akan diikuti dengan hasil yang ada dan daya tarik dari hasil itu terhadap individu
tersebut.
2.2 Sikap
Berkowitz tahun 1972 pernah mendaftarkan lebih dari tiga puluh definisi
tentang sikap (Azwar, 2000), namun secara garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga
kelompok pemikiran, yaitu:
1. Kelompok pertama yang diwakili oleh Louis Thurstone (1928), Rensis Likert
(1932), Charles Osgood (1975), mengatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan, baik perasaan mendukung atau memihak
16
(favorable) maupun perasaan tidak mendukung dan tidak memihak (unfavorable)
terhadap objek sikap tertentu.
2. Kelompok kedua yang diwakili oleh Chave (1928), Bogardus (1931), LaPiere
(1934), Mead (1934) dan Girdon Allport (1935), mengatakan bahwa sikap adalah
semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu,
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
respons.
3. Kelompok ketiga adalah yang mengatakan bahwa sikap merupakan konstalasi
komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif. Termasuk dalam kelompok ini
Secord dan Backman (1964) mengatakan bahwa sikap adalah sebagai keteraturan
tertentu dalam hal perasaan (efeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi
tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.
Sikap terjadi karena adanya rangsangan sebagai objek sikap yang harus diberi
respon, baik responnya positif ataupun negatif, suka atau tidak suka, setuju atau tidak
setuju, dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap mempunyai
dua kemungkinan, yaitu sikap positif dan sikap negatif terhadap suatu objek sikap.
Sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui, mendukung, memihak
(favorable) atau tidak menyetujui, tidak mendukung atau tidak memihak
(unfavorable) suatu objek sikap. Bila seseorang mempunyai sikap mendukung objek
sikap, berarti mempunyai sikap positif terhadap objek tersebut. Sebaliknya jika
seseorang tidak mendukung terhadap objek sikap, berarti mempunyai sikap yang
arahnya negatif
17
Menurut Gerungan (2002), sikap merupakan pendapat maupun pandangan
seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin
terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek.
Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu, tetapi sikap
terbentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap dalam kehidupan manusia sangat
besar. Bila sudah terbentuk pada diri manusia, maka sikap itu akanturut menentukan
cara tingkah lakunya terhadap objek-objek sikapnya. Adanya sikap akan
menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objeknya. Sikap dapat
dibedakan menjadi :
a. Sikap Sosial
Suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan berulang-ulang
terhadap objek sosial. Karena biasanya objek sosial itu dinyatakan tidak hanya
oleh seseorang saja tetapi oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat.
b. Sikap Individu
Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individual
berkenaan dengan objek yang bukan merupakan objek perhatian sosial.Sikap
individu dibentuk karena sifat pribadi diri sendiri. Sikap dapat diartikan sebagai
suatu bentuk kecenderungan untuk bertingkah laku, dapat diartikan suatu bentuk
respon evaluatif yaitu suatu respon yang sudah dalam pertimbangan oleh individu
yang bersangkutan.
18
Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu :
1. Selalu ada objeknya.
2. Biasanya bersifat evaluatif.
3. Relatif mantap.
4. Dapat dirubah.
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen ini akan membentuk sikap yang utuh (Total Attitude),
dalam penentuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap
adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang
lain, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap
tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu
tercermin dari perilaku seseorang (Ahmadi, 2007). Menurut Ahmadi (2007), sikap
dibedakan menjadi :
1. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetuujui
terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada.
2. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang
berlaku dimana individu itu berada.
19
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap mempunyai beberapa tingkatan :
1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan.
2. Bertanggung jawab (responsible), atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko atau merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung,
melalui pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak
langsung dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat
responden.
Merespon (responding), memberi jawaban apabila ditolak, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari suatu sikap, karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan lepas pekerjaan itu benar atau salah.
2.3 Perilaku Merokok
2.3.1 Pengertian Perilaku Merokok
Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam
menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang
diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman
Tiongkok dan Romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang
20
mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui
hidung dan mulut (Bustan, 2007).
Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum
dijumpai.Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur
yang berbeda, hal ini mungkin disebabkan karena rokok bisa didapatkan dengan
mudah dan dapat diperoleh di mana pun juga.
Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan
menghembuskannya kembali keluar (Armstrong, 1990). Dannusantoso (1991)
mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi
orang lain yang berada disekitarnya. Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau
aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya
keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang
disekitarnya (Levy,1994).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok
pada remaja digolongkan kedalam beberapa tipe yang dapat dilihat dari banyaknya
rokok yang dihisap, tempat merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-
hari.
2.3.2 Tipe Perilaku Merokok
Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly (Kemalasari, 2007)
terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu :
21
1. Tahap Prepatory; Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan
mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal
ini menimbulkan minat untuk merokok.
2. Tahap Initiation; Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
3. Tahap Becoming a Smoker; Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok
sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi
perokok.
4. Tahap Maintenance of Smoking; Tahap ini merokok sudah menjadi salah
satubagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk
memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.
Menurut Trim (2006), ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan
menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah :
1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan
tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka Mu'tadin (2002),
menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi 2 yaitu:
1. Merokok di tempat-tempat umum/ruang publik
a. Kelompok homogeny (sama-sama perokok) secara bergerombol mereka
menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain,
karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.
22
b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah-tengah orang lain yang tidak
merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit dll).
2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi.
a. Kantor atau di luar kamar pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini
sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga
kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.
b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka
berfantasi.
Menurut Silvan dan Tomkins (Mu’tadin, 2002) ada empat tipe perilaku
merokok berdasarkan management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah :
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.
a. Pleasure relaxation; perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah
minum kopi atau makan.
b. Simulation to pick them up; Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya
untuk menyenangkan perasaan.
c. Pleasure of handling the cigarette; Kenikmatan yang diperoleh dari
memegang rokok.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif.
Banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam
dirinya.Misalnya merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai
penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi,
sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
23
3. Perilaku merokok yang adiktif.
Perokok yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap
saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.
Mereka merokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan
mereka, tapi karena sudah menjadi kebiasaan.
Faktor yang menyebabkan perilaku merokok sebagaimana yang dikemukakan
oleh Mu’tadin dalam Ginting (2011) meliputi:
1. Pengaruh orang tua
Anak muda berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia dimana orang tua tidak
begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras
lebih mudah untuk menjadi perokok .Perilaku merokok lebih banyak didapati
pada mereka yang tinggal dengan satu orangtua (single parent). Kecenderungan
seseorang berperilaku sebagai perokok lebih terlihat pada remaja putri bila ibu
mereka merokok daripada ayahnya.
2. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok, maka
semakin besar kemungkinan teman temannya menjadi perokok juga. Hal ini dapat
dilihat dari dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tersebut terpengaruh
oleh teman-temannya atau bahkan teman temannya dipengaruhi oleh diri remaja
tersebut yang akhirnya semua menjadi perokok.
24
3. Faktor kepribadian
Seseorang mencoba untuk merokok karena ingin tahu atau melepaskan diri dari
rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.
4. Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan bahwa perokok
adalah lambang kejantanan atau glamour membuat remaja seringkali terpicu
untuk mengikuti perilaku seperti iklan tersebut.
Menurut Mu’tadin dalam Aula (2010) jika ditinjau dari banyaknya jumlah
rokok yang dihisap setiap hari, tipe perokok dibagi menjadi tiga. Pertama, perokok
sangat berat yakni perokok yang menghabiskan lebih dari 31 batang rokok tiap hari
dengan selang merokok lima menit setelah bangun tidur pada pagi hari. Kedua,
perokok berat, yaitu perokok yang menghabiskan 21-30 batang rokok setiap hari
dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur pada pagi
hari. Ketiga, perokok sedang, yakni perokok yang menghabiskan sekitar 10 batang
rokok setiap hari dengan selang waktu merokok 60 menit setelah bangun tidur pada
pagi hari.
2.3.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku
Green (1980), menjelaskan berdasarkan penelitian kumulatif mengenai
perilaku kesehatan, telah diidentifikasi tiga kelas faktor yang mempunyai potensi
dalam memengaruhi kesehatan. Tiga faktor tersebut adalah faktor-faktor predisposisi
(predisposing factors), faktor-faktor yang mendukung (enabling factors) dan faktor-
faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors).Masing-masing faktor
25
ini mempunyai pengaruh yang berbeda atas perilaku. Model ini dikembangkan untuk
keperluan diagnosis, perencanaan dan intervensi pendidikan kesehatan, dan dikenal
sebagai kerangka kerja PRECEDE yang merupakan singkatan dari Predisposing,
Reinforcing and Enabling Causes of Educational Diagnosis and Evaluation.
a. Faktor-faktor predisposisi
Setiap karakteristik konsumen atau komuniti yang memotivasi perilaku yang
berkaitan dengan kesehatan. Yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan,
sikap, keyakinan, nilai dan persepsi berkenaan dengan motivasi seseorang atau
kelompok, dapat memudahkan atau merintangi tindakan, faktor sosio demografis
juga termasuk umur, jenis kelamin, pendidikan.
b. Faktor-faktor pemungkin
Setiap karakteristik lingkungan yang memudahkan perilaku dan setiap
keterampilan atau sumber daya diperlukan untuk melaksanakan perilaku. Tidak
adanya karakteristik atau keterampilan tersebut menghambat perilaku kesehatan.
Hal ini terwujud dalam bentuk lingkungan fisik, tersedianya fasilitas atau sarana
dan prasarana untuk berperilaku, serta keterampilan yang berhubungan dengan
kesehatan. Keterampilan sendiri berarti kemampuan seseorang melakukan upaya
yang menyangkut perilaku yang diharapkan.
c. Faktor-faktor penguat
Setiap ganjaran, insentif atau hukuman yang mengikuti atau diperkirakan sebagai
akibat dari suatu perilaku kesehatan dan berperan bagi menetap atau lenyapnya
perilaku itu. Hal ini terwujud dalam sikap dan perilaku seseorang yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Referensi ini dapat
26
berasal dari guru, dosen, famili, tokoh masyarakat, supervisior, majikan, teman
sebaya dan lain sebagainya.
Menurut Morgan et.al. sebagimana yang dikutip oleh Sudrajat (1992),
pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan
checklist dan pengamatan langsung terhadap perilaku. Sedangkan menurut Backstorm
dalam Sudrajat (1992), melalui pengamatan langsung dapat dipelajari lebih banyak
perilaku seseorang dibandingkan dengan pertanyaan, karena orang tidak selalu
menyatakan secara benar apa yang ditanyakan. Metode pertanyaan ini memiliki
kelemahan karena responden mungkin memberikan jawaban yang dipengaruhi oleh
pikiran tentang bagaimana orang lain memberikan jawaban pada pertanyaan dan
dipengaruhi oleh pikiran tentang bagaimana seharusnya mereka menjawab. Walaupun
metode pengamatan langsung merupakan pengukuran yang lebih baik, kemungkinan
tidak sesuai dengan yang diinginkan bisa saja terjadi karena pengaruh Hawthorne
(Hawthorne Effect) yaitu pengaruh yang timbul dari seseorang yang sedang diamati
karena telah mengetahui dirinya sedang dijadikan subjek pengamatan.
2.4 Tindakan Merokok
2.4.1 Pengertian Tindakan
Tindakan adalah sesuatu yang dilakukan atau perbuatan. Tindakan merupakan
aturan yang dilakukan, melakukan/mengadakan aturan atau mengatasi sesuatu atau
perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara sikap dan tindakan didukung oleh
pengetahuan. Sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan untuk
bertindak dan nampak jadi lebih konsisten, serasi, sesuai dengan sikap. Bila sikap
27
individu sama dengan sikap sekelompok dimana ia berada adalah bagian atau
anggotanya (Notoatmodjo, 2007).
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya
diharapkan dia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau
disikapinnya (dinilai baik). Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga
mencakup (Notoatmodjo, 2007):
a. Tindakan sehubungan dengan penyakit
b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
c. Tindakan kesehatan lingkungan
2.4.2 Pengertian Merokok
Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di
masyarakat tetapi kebiasaan merokok sulit dihilangkan dan jarang diakui orang
sebagai suatu kebiasaan buruk. Sementara alasan utama merokok adalah cara untuk
bisa diterima secara sosial, melihat orang tuanya merokok, menghilangkan rasa jenuh,
ketagihan dan untuk menghilangkan stress.
Menurut Sitepoe (2000), merokok adalah membakar tembakau yang
kemudian dihisap isinya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa.
Temperatur pada sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 900°C untuk ujung
rokok yang dibakar dan 30°C untuk ujung rokok yang terselip diantara bibir perokok.
Perilaku merokok adalah aktifitas seseorang yang merupakan respon orang
tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang memengaruhi
seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung
28
2.4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi untuk Merokok
Menurut Hardinge dan Shryock, (2001) faktor-faktor yang memengaruhi
seseorang untuk merokok :
1. Pengaruh orang lain, terutama orang tua dan orang lain yang dikagumi seperti
orang yang berda di iklan rokok. Meskipun anak-anak menyadari bahaya
merokok, pengaruh orang tua perokok sangat kuat.
2. Kelompok sebaya, supaya diterima di dalam kelompok, anak-anak belasan tahun
sering merokok karena teman-temannya juga merokok.
3. Keinginan untuk menyesuaikan diri, kebanyakan orang tidak suka berbeda dari
orang lain, terutama pada orang muda.
4. Kedewasaan, merokok dianggap sebagai kebiasaan orang dewasa, jadi anak-anak
belasan tahun mencoba membuktikan kedewasaan dan kebebasan mereka dengan
merokok.
5. Keinginan untuk mencoba, orang muda belasan tahun ingin mencoba sendiri,
ingin bergembira dan melakukan sesuatu yang lain
2.5 Rokok
2.5.1 Defenisi Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm
(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
29
Menurut UU No 19 Tahun 2003, rokok adalah hasil olahan tembakau
terbungkus cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana
Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung
Nicotin dan Tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
Rokok adalah benda beracun yang member efek santai dan sugesti merasa
lebih jantan (Organisasi, 2007). Rokok (tembakau) termasuk bahan atau zat adiktif
sifatnya yaitu menimbulkan ketagihan dan kecanduan (Hawari, 2004).
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas
yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Rokok merupakan benda
yang sudah tak asing lagi bagi masyarakat.
2.5.2 Jenis Rokok
Bahan baku rokok hanya tembakau baik menggunakan filter maupun non
filter dikenal sebagai rokok putih. Rokok kretek adalah rokok dengan atau tanpa filter
yang menggunakan tembakau rajangan dengan cengkeh rajangan digulung dengan
kertas sigaret boleh memakai bahan tambahan asalkan diizinkan pemerintah. Rokok
campuran adalah rokok yang dihisap oleh seseorang dalam waktu tidak tentu dengan
jenis rokok kretek maupun rokok putih. Rokok filter adalah rokok yang bagian
pangkalnya terdapat gabus. Rokok non filter adalah rokok yang bagian pangkalnya
tidak terdapat gabus.
2.5.3 Kandungan Rokok
Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang rokok yang
dibakar akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Secara umum bahan-bahan ini dapat
30
dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas (92%) dan komponen padat
atau partikel (8%). Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang dihirup melalui
dua komponen. Pertama, komponen yang lekas menguap berbentuk gas. Kedua,
komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikulat. Dengan
demikian, asap rokok yang dihisap dapat berupa gas sejumlah 85% dan sisanya
berupa partikel. Asap yang dihasilkan rokok terdiri dari asap utama (main stream
smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama adalah asap tembakau
yang dihisap langsung oleh perokok, sedangkan asap samping adalah asap tembakau
yang disebarkan ke udara bebas, sehingga dapat terhirup oleh orang lain yang dikenal
sebagai perokok pasif.
Komponen gas asap rokok adalah karbonmonoksida, amoniak, asam
hidrosianat, nitrogen oksida dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin,
karbarzol dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker
(karsinogen).
Gambar 2.1. Rokok (sumber : Panduan Perilaku Tidak Merokok, Depkes RI)
31
Nikotin merupakan zat yang paling sering dibicarakan dan sering menjadi
bahan penelitian.Nikotin berbentuk cairan, tidak berwarna, merupakan basa yang
mudah menguap. Nikotin berubah warna menjadi coklat dan berbau mirip tembakau
setelah bersentuhan dengan udara, kadar nikotin dalam tembakau berkisar 12%.
Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari dapat membuat
seseorang ketagihan.
Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 μg.
Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam 1 hari menghasilkan 10 μg.
Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 μg per
hari. Jadi, zat timah hitam akan sangat berbahaya jika konsumsi rokok melebihi batas
ambang yang dapat diterima oleh tubuh.
Gas Karbon monoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh, tetapi
karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka CO berikatan dengan hemoglobin.
Kadar gas CO dalam darah orang yang tidak merokok kurang dari 1% sementara
dalam darah perokok mencapai 4-15%. Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan
kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok
dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan
menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi,
saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per
batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg.
32
Dunia kesehatan menyatakan bahwa merokok memberi dampak negatif yang
luas bagi kesehatan dan ditenggarai sebagai salah satu penyebab utama timbulnya
penyakit kanker paru, penyakit jantung koroner, impotensi, bahkan gangguan
kehamilan dan janin.
2.6 Peraturan Pemerintah
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2013), telah memberikan peringatan
melalui informasi menyesatkan, pada pasal 14 ayat :
1. Pada setiap Kemasan Produk Tembakau dilarang dicantumkan keterangan atau
tanda apapun yang menyesatkan atau kata-kata yang bersifat promotif.
2. Keterangan atau tanda apapun yang menyesatkan atau kata-kata yang bersifat
promotif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan keterangan atau kata
yang memperdaya atau cenderung bermaksud menciptakan kesan yang keliru
tentang dampak kesehatan dari Produk Tembakau atau seolah-olah Produk
Tembakau memberi manfaat untuk kesehatan
3. Selain larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pada Kemasan Produk
Tembakau dilarang dicantumkan kata light, ultra light, mild, extra mild, low tar,
slim, special,full flavor,premium, atau kata lain yang mengindikasikan kualitas,
superioritas, rasa aman, pencitraan.
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi Produk
Tembakau yang sudah mendapatkan sertifikasi merek sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
33
Sejak beberapa tahun terakhir, kemasan rokok tersebut juga umumnya disertai
pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru, kanker mulut, kanker
tenggorokan bahkan kematian . Dengan pencatuman gambar dan keterangan,
diharapkan akan mengurangi daya tarik kemasan rokok. Selain itu juga membuat
ketidaknyamanan ketika dilihat. Para perokok juga akan tahu contoh akibat buruk
dari rokok. Walaupun pada kenyataannya hal itu hanya tinggal hiasan dan jarang
sekali dipatuhi.
2.6.1 Gambar Kemasan Rokok
Sesuai dengan Peraturan Kementerian Kesehatan No.28 tahun 2013 tentang
pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada produk tembakau,
maka diwajibkan untuk mencantumkan gambar penyakit akibat merokok pada setiap
kemasan rokok.
Menurut Oemar Hamalik (1986) berpendapat bahwa Gambar adalah segala
sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan
perasaan atau pikiran. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 329)
Gambar adalah tiruan barang, binatang, tumbuhan dan sebagainya.
Menurut Arief Sadiman, dkk (2003) : Media grafis visual sebagaimana halnya
media yang lain. Media grafis untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima
pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan
disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol
tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil
dan efisien.
34
Media visual adalah penyimpanan pesan atau informasi secara teknik dan
kreatif yang menampilkan gambar, grafis serta tata dan letaknya jelas sehingga pesan
dan gagasan dapat diterima oleh sasaran. Secara garis besar prinsip pemilihan media
visual dikatagorikan sebagai berikut :
1. Ketepatan dalam pemilihan media visual, dimana menyebabkan proses
pembelajaran menjadi lancar dan materi yang disampaikan dapat dipahami.
2. Media visual dapat dibuat efektif yaitu bentuk media visual dibuat sesederhana
mungkin agar mudah dipahami.
3. Media visual yang dipilih harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
4. Media visual harus bersifat fleksibel.
5. Keterangan gambar harus dicantumkan secara garis besar dan penggunaan warna
harus realistik.
Selain fungsi umum tersebut, secara khusus gambar berfungsi pula untuk
menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta
yang mungkin cepat akan dilupakan atau diabaikan tidak digambarkan. Gambar
termasuk media yang relative mudah ditinjau dari segi biayanya.
Menurut Rudy Brets ada 7 (tujuh) klasifikasi media, yaitu :
1. Media audio visual gerak, seperti : film bersuara, film pada televisi dan animasi
2. Media audio visual diam, seperti : slide
3. Media audio semi gerak, seperti : tulisan bergerak bersuara
4. Media visual bergerak, seperti : film bisu
35
5. Media visual diam, seperti : slide bisu, halaman cetak, gambar
6. Media audio seperti : radio, telepon, pita audio
7. Media cetak, seperti : buku, modul.
Ada beberapa kelebihan dari media gambar yaitu :
1. Sifatnya konkrit dalam artian lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata
2. Gambar dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu
3. Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengalaman
4. Dapat memperjelas suatu masalah
5. Mudah harganya, mudah diperoleh dan digunakan.
Kekurangan dari media visual yaitu :
1. Lambat dan kurang praktis
2. Media visual hanya berbentuk gambar dan tulisan, tidak dapat didengar sehingga
kurang mendetail materi yang disampaikan.
3. Visual yang terbatas, media ini hanya memberikan visual berupa gambar yang
mewakili isi berita.
4. Produksi, biaya produksi cukup mahal karena media cetak harus mencetak
sebelum dapat dinikmati oleh masyarakat.
Kemasan rokok atau bungkus rokok bertujuan menciptakan keinginan
membeli dan mencoba. Gambar pada kemasan rokok merupakan peringatan tertulis
yang memuat sederetan gangguan kesehatan akibat rokok, juga salah satu jenis media
yang digunakan pemerintah dalam menyampaikan pesan kesehatan kepada
masyarakat. Diharapkan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar akan
36
meningkatkan pemahaman yang baik dan tepat sehingga masyarakat dapat
mengambil keputusan yang lebih bertanggung jawab.
2.6.2 Jenis-jenis Gambar pada Kemasan Rokok
Pada tanggal 24 Juni 2014, pemerintah mewajibkan peringatan bahaya rokok
disertai gambr-gambar akibat merokok pada bungkusnya. Hal tersebut merupakan
bagian dari Peraturan Pemerintah Nomor 109 tahun 2012. Jenis peringatan bahaya
merokok antara lain berupa :
Gambar 2.2. Merokok dengan Anak di Dekatnya
Gambar 2.3. Kanker Tenggorokan
37
Gambar 2.4. Perokok dengan Asap yang Membentuk Tengkorak
Gambar 2.5. Kanker Mulut
Gambar 2.6. Paru-paru Menghitam karena Kanker
38
2.7 Remaja
Remaja atau adolescene berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa istilah ini mencakup pematangan mental,
emosional, sosial dan fisik dan memiliki aspek yang efektif (Maman, 2009).
Masa remaja merupakan tradisi atau peralihan dari masa anak menjadi dewasa
yang mengalami berbagai perubahan fisik maupun psikis. Masa remaja adalah masa
perubahan emosi dan perubahan sosial, biasanya yang berlangsung atau terjadi sekitar
2 atau 3 tahun setelah masa pubertas. Perempuan dari segi kematangan psikologis
cenderung lebih cepat dewasa, tanggung jawab lebih meningkat dan harapan tentang
dirinya berkembang lebih besar bila dibandingkan dengan laki-laki (Masland, 2004).
Menurut Havighurst dalam Hurlock (1999) remaja memiliki ciri-ciri antara
lain :
1. Masa remaja sebagai periode yang penting
Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan penting
dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan
pembentukan sikap, nilai dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan berarti tidak terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi
sebelumnya tetapi peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap
perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya, dengan demikian dapat
diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas
39
pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang, serta memengaruhi pola
perilaku dan sikap yang baru pada tahap berikutnya.
3. Masa remaja sebaga periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi dengan pesat diikuti dengan
perubahan perilaku dan sikap yang juga berlangsung pesat. Perubahan fisik
menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa
remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun
anak perempuan. Ada 2 (dua) alasan bagi kesulitan ini, yaitu :
a. Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak sebagian diselesaikan oleh
orangtua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tak berpengalaman
dalam mengatasi masalah.
b. Remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya
sendiri, menolak bantuan orangtua dan guru-guru.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri
dengan standar kelompok lebih penting daripada bersikap individualistis.
Penyeseuaian diri dengan kelompok pada remaja awal masih tetap penting,
namun lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain
ingin menjadi pribadi yang berbeda dengan orang lain.
40
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang rapi, yang
tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan menyebabkan orang dewasa
yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda, takut
bertanggung jawab dan tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.
Pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang dia
inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Semakin
tidak realistik cita-citanya ia semakin menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan
kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil
mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah untuk
meninggalkan stereotype belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa
mereka sudah hampir dewasa, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang
dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minuman keras, menggunakan
obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa
perilaku ini akan memberi citra yang mereka inginkan.
Secara umum remaja menurut Agustino (2006), dibagi menjadi 3 bagian
yaitu:
41
1. Masa remaja awal : usia 12-15 tahun
Pada masa ini individu mulai meningkatkan peran sebagai anak-anak dan
berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung
orang tua. Fokus ditahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik
serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.
2. Masa remaja pertengahan atau gemilang : usia 16-18 tahun.
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru. Teman
sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu
mengarahkan diri sendiri. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan
kematangan-kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan diri dan membuat
keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.
3. Masa remaja akhir : usia 19-22 tahun.
Masa ini ditandai oleh persiapan aktivitas untuk memasuki peran orang dewasa.
Selama periode ini, remaja berusaha memantapkan tujuan. Keinginan yang kuat
untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang
dewasa juga menjadi ciri tahap ini.
Sarwono (2001), mengatakan definisi remaja untuk masyarakat Indonesia
adalah menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan
pertimbangan sebagai berikut :
1. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder
mulai tampak.
42
2. Dibanyak masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akil balig, baik
menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan
mereka sebagai anak-anak.
3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa
seperti identitas diri, tercapainya fase genetalia dari perkembangan psikoseksual
dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral.
4. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberikan peluang
bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada
orang tua.
5. Status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat
penting di masyarakat kita secara menyeluruh. Seseorang yang sudah menikah,
pada usia berapapun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh,
baik secara hukum maupun kehidupan bermasyarakat dan keluarga.
2.8 Bahaya Rokok bagi Kesehatan
Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan, tetapi
sayangnya masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya. Dalam
asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dan setidaknya 200
diantaranya dinyatakan sangat berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok
adalah Tar, Nikotin, dan Karbon Monoksida.
Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan
banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui
43
dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan kebiasaan merokok meningkatkan
resiko timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara kepercayaan, prasangka dan nilai
terhadap tindakan merokok pada remaja putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang diperoleh data bahwa dari 7 responden dengan kepercayaan,
prasangka dan nilai dalam kateagori buruk sebanyak 5 responden (71,4%) dengan
tindakan merokok dalam kategori buruk dan 2 responden (28,6%) dengan tindakan
merokok dalam kategori baik. Sedangkan dari 76 responden dengan kepercayaan,
prasangka dan nilai dalam kategori baik terdapat sebanyak 12 responden (15,8%)
dengan tindakan merokok dalam kategori buruk dan 64 responden (84,2%) dengan
tindakan merokok dalam kategori baik. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p =
0,0001, artinya ada pengaruh yang signifikan kepercayaan, prasangka dan nilai
68
terhadap tindakan merokok pada remaja putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang.
4.4 Analisis Multivariat
Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan, prasangka dan nilai terhadap
tindakan merokok remaja putra di SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten
Deli Serdang digunakan analisis Multivariat dengan uji regresi logistik ganda dengan
metode Enter. Dari analisis bivariat dengan p-value <0,25 dimasukkan dalam uji
multivariat. Variabel yang memiliki p-value >0,05 dikeluarkan secara berurutan
dimulai dari p-value terbesar. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.19 Pengaruh Variabel Independen Terhadap Tindakan Merokok pada Siswa SMP N 2 Desa Petumbukkan Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
Variabel yang masuk dalam model regresi yang terbentuk B SE Exp. df Sig.
- Kemampuan dan Keterbatasan Fisik
- Lingkungan - Kebutuhan dan Keinginan - Kepercayaan, prasangka dan
Nilai Constant
1,330 0,865 1,217 2,365
-2,225
0,789 0,797 0,887 0,995
0,430
3,780 2,375 3,378 10,643
0,108
1 1 1 1 1
0,092 0,278 0,170 0,017
0,000
Dalam tabel 4.19 di atas hasil uji regresi logistik menjelaskan bahwa secara
bersama-sama variabel independen, yaitu kemampuan dan keterbatasan fisik,
lingkungan, kebutuhan dan keinginan dan kepercayaan dan nilai dilihat pengaruhnya
terhadap tindakan merokok hanya satu variabel yang berpengaruh yaitu variabel
kepercayaan, prasangka dan nilai (p=0,017).
69
Model persamaan regresi logistik ganda yang didapatkan adalah :
)(225,2365,2....1
1ln 110 nkepercayaaxp
yi +−=++=
−
≡ ββ
Dan nilai peramalan probabilitas siswa untuk melakukan tindakan merokok
pada adalah :
)(365,2)(225,2365,2(11
Kebutuhannkepercayaaep
++−−+=
Tabel 4.20 Probabilitas Siswa untuk Melakukan Tindakan Merokok di SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
No Kepercayaan, Prasangka dan Nilai Probability 1 1 53,49 2 0 9,75
Tabel 4.20 di atas menjelaskan bahwa jika siswa memiliki kepercayaan,
prasangka dan nilai yang buruk tentang merokok maka siswa melakukan tindakan
merokok sebesar 53,49% dan sebaliknya jika kepercayaan, prasangka dan nilai baik,
maka peramalan probabilitas siswa untuk melakukan tindakan merokok adalah
sebesar 9,75%. Dengan kata lain kepercayaan, prasangka dan nilai memberikan
pengaruh yang signifikan untuk siswa merokok.
70
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Kemampuan dan Keterbatasan Fisik terhadap Tindakan
Merokok Pada Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
kemampuan dan tidak memiliki keterbatasan fisik sebanyak 72 responden (81,9%)
sedangkan responden dengan kategori kemampuan dan keterbatasan fisik buruk
sebanyak 11 responden (63,6%). Banyaknya responden yang memiliki kemampuan
dan tidak memiliki keterbatas fisik dapat dilihat dari sebanyak 82 responden (98,8%)
yang menyatakan dapat melihat dengan jelas gambar pada kemasan rokok dan
sebanyak 77 responden (92,8%) menyatakan dapat membaca dengan jelas peringatan
pada gambar kemasan rokok tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden tidak memiliki
gangguan fungsi indera penglihatan dalam melihat objek gambar dan kemampuan
mengartikan gambar pada kemasan rokok. Indera penglihatan sangatlah berperan
penting dalam mempersepsikan gambar pada kemasan rokok. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia yang salah satunya indra pengelihatan, sebagian besar
pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (ever behavior).
Ketika pemerintah membuat tanda bahaya dalam pesan gambar pada bungkus
rokok maka responden yang memiliki kemampuan yang baik dan tidak memiliki
71
keterbatasan fisik dalam pengelihatan akan dapat menerima pesan yang disampaikan
dengan baik. Penerimaan pesan yang baik akan membuat responden dapat mengikuti
pesan yang disampaikan, dalam arti pesan yang disampaikan mampu diterima dan
diterjemahkan pendengar dengan baik. Hal ini berarti responden yang memiliki
pengelihatan yang baik mampu mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik
terhadap suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Kemampuan mengetahui objek yang telah disampaikan merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukurnya antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan .
Semakin baiknya kemampuan responden dalam melihat gambar dan tidak
terdapat keterbatasan fisik pada responden dalam melihat pesan gambar rokok akan
semakin memudahkan responden mendapatkan informasi yang tertera dalam pesan
gambar pada bungkus rokok. Melalui penginderaan yang baik maka seseorang akan
dapat dengan mudah mengingat segala informasi (pesan) yang terdapat pada pesan
gambar bungkus rokok sehingga akan dapat memberikan reaksi dan tanggapan
tentang obyek yang dilihatnya.
Namun pada responden yang memiliki kemampuan dalam mengartikan pesan
gambar tidak tercermin dalam tindakannya seperti yang terjadi pada responden
penelitian ini. Mayoritas responden mengerti pesan pada gambar kemasan rokok,
tetapi mereka tetap melakukan tindakan merokok karena beranggapan bahwa dengan
merokok mereka menjadi kelihatan lebih keren, gaul dan modern.
72
Pada umumnya orangtua responden melarang mereka untuk merokok, namun
tanpa sepengetahuan orangtua, mereka mencari kesempatan untuk dapat melakukan
tindakan merokok bersama kelompok bermainnya.
Hasil analisis tabulasi silang antara kemampuan dan keterbatasan fisik
terhadap tindakan merokok pada remaja putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang diperoleh data bahwa dari 11 responden dengan kategori
kemampuan buruk dan memiliki keterbatasan fisik terdapat sebanyak 4 responden
(36,4%) yang tindakan merokoknya dalam kategori buruk dan sebanyak 7 responden
(63,6%) memiliki tindakan merokoknya dalam kategori baik. Untuk responden yang
memiliki kemampuan baik dan tidak memiliki keterbatasan fisik terdapat sebanyak
72 responden dimana sebanyak 59 responden (81,9%) memiliki tindakan merokoknya
dalam kategori baik dan sebanyak 13 responden (18,1%) memiliki tindakan
merokoknya dalam kategori buruk. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p =
0,161, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan kemampuan dan keterbatasan fisik
terhadap tindakan merokok pada remaja putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang.
Hasil penelitian Permatasari (2015) menunjukkan bahwa seluruh responden
dapat melihat adanya gambar bahaya merokok pada kemasan rokok secara benar
tanpa memiliki keterbatasan fisik tetapi ternyata tidak dapat mengurangi intensitas
merokok bahkan berhenti merokok bagi mahasiswa prodi PGSD FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Mahasiswa prodi PGSD memiliki cara-cara tersendiri
untuk menghindari sikap jijik dan takut terhadap gambar tersebut. Mereka tidak
73
menghiraukan adanya gambar bahaya merokok yang tertera pada kemasan rokok
meskipun sudah dicantumkan gambar bahaya merokok yang menyeramkna. Hal ini
sejalan dengan penelitian Mahmuddin (2014) yang menunjukkan bahwa responden
yang dapat melihat dengan jelas label bahaya rokok tidak lantas membuat mereka
memiliki persepsi yang buruk tentang perilaku merokok dan konsumsi rokok, hal ini
disebabkan mereka belum pernah menderita kesakitan akibat rokok.
Penelitian sejalan dilakukan Widati S (2013) menunjukkan bahwa seluruh
responden yang dapat melihat pesan gambar dengan baik dari pesan di bungkus rokok
ternyata tidak bisa menyebutkan isi pesan kesehatan pada bungkus rokok secara
lengkap dan benar. Pesan bahaya rokok di bungkus rokok belum bisa meningkatkan
pengetahuan informan mengenai substansi rokok, bahaya rokok bagi diri sendiri,
bahaya rokok bagi orang lain ataupun dampaknya bagi kesehatan, sebagian besar
informan merasa biasa saja ketika membaca isi pesan kesehatan pada bungkus rokok
hanya sebagian kecil yang merasa ngeri dan takut.
Indera penglihatan sangatlah berperan penting dalam mempersepsikan gambar
pada kemasan rokok, namun dalam penelitian ini tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara kemapuan dan keterbatasan fisik (alat indera) terhadap tindakan
merokok remaja putra di SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli
Serdang. Gambar peringatan pada kemasan rokok bukan merupakan hal yang dapat
mencegah remaja untuk tetap mencoba rokok, hal ini dikarenakan faktor lain seperti
lingkungan dan pengalaman mempunyai efek lebih signifikan pada tindakan merokok
remaja sehingga gambar peringatan pada kemasan rokok tidak dapat mencegah
74
tindakan merokok remaja putra di SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten
Deli Serdang.
5.2 Pengaruh Kondisi Lingkungan terhadap Tindakan Merokok pada Remaja
Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
kondisi lingkungan didapatkan hasil kondisi lingkungan responden dalam kategori
baik sebanyak 71 responden (83,1%) dan kategori buruk sebanyak 12 responden
(16,9%). Banyaknya responden yang memiliki kondisi lingkungan baik dapat dilihat
dari sebanyak 81 responden (97,6%) responden menyatakan ya pada pernyataan
sekitar tempat tinggal saudara ada anak remaja yang merokok.
Hal ini juga dinyatakan oleh Kurt Lewin dalam Komalasari dan Helmi (2008),
kebiasaan merokok selain dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri seseorang misalnya
pengetahuan, juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan bisa saja
dari faktor keluarga, tempat tinggal atau bahkan lingkungan pergaulan. Seperti yang
disampaikan oleh Daravill dan Powell (2002) bahwa remaja cenderung merokok
karena memiliki teman-teman atau keluarga yang merokok.
Megatsari (2013) menyatakan bahwa anak-anak dan remaja merupakan
kelompok yang mencari jati diri, dimana setiap perilaku yang dilihatnya
kemungkinan besar sebagai percontohan perilakunya kelak, lingkungan akan turut
menentukan perilaku yang akan dilakukan oleh anak-anak dan remaja termasuk
perilaku merokok. Keluarga merupakan salah satu percontohan bagi anak dalam
berperilaku termasuk dalam hal merokok. Orang tua menjadi figur contoh didalam
75
keluarga dimana setiap anggota keluarga akan menjadikan orang tua menjadi model
yang akan membentuk perilaku anggota keluarga kedepannya.
Teman merupakan orang yang akan sering berinteraksi dengan siswa, perilaku
merokok teman memiliki pengaruh terhadap perilaku merokok siswa, hal ini
disebabkan siswa sekolah dasar bergaul dengan dekat bersama teman-teman yang
merokok. Perilaku merokok pada umumnya diawali pada saat usia 12-15 tahun, hal
ini disebabkan adanya model perilaku merokok yang ada di lingkungannya atau
karena adanya tekanan sosial misalnya dinyatakan bukan sebagai teman atau anggota
kelompok jika tidak merokok, atau di cap tidak keren atau gaul jika tidak merokok
Lingkungan teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi remaja.
Kebutuhan untuk diterima dan usaha untuk menghindari penolakan kelompok teman
sebaya merupakan kebutuhan yang sangat penting.
Hasil tabulasi silang antara kondisi lingkungan dengan tindakan merokok
pada remaja putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
diperoleh data bahwa dari 12 responden dengan kategori kondisi lingkungan buruk
sebanyak 5 responden (41,7%) yang tindakan merokoknya dalam kategori buruk dan
7 responden (58,3%) yang tindakan merokoknya dalam kategori baik. Sedangkan dari
71 responden dengan kategori kondisi lingkungan baik terdapat sebanyak 12
responden (16,9%) yang tindakan merokoknya dalam kategori buruk dan 59
responden (83,1%) yang tindakan merokoknya dalam kategori baik. Hasil uji statistik
chi-square didapat nilai p = 0,049, artinya ada pengaruh yang signifikan kondisi
76
lingkungan terhadap tindakan merokok pada remaja putra SMPN 2 Galang
Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.
Menurut Dewi N (2008) yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan
berdampak terhadap persepsi perokok tentang pesan gambar bahaya rokok. Hasil
penelitian Dewanta C (2013) menunjukkan bahwa kondisi lingkungan pertemanan
(peer group) berhubungan dengan tindakan merokok mahasiswi Di Semarang. Hal
sejalan diungkapkan dalam penelitian Astanti (2005) menunjukkan bahwa orang tua
menjadi salah satu faktor yang membuat remaja merokok.
Hasil penelitian yang tidak jauh berbeda diungkapkan Amaliani (2012) bahwa
terdapat 85,7% siswa menjadi perokok berat, hal ini tidak terlepas perokok tersebut
memiliki keluarga perokok sebanyak 82,9%. Hal sejalan dinyatakan Damayanti
(2013) bahwa lingkungan sekolah yang memiliki perilaku merokok akan membuat
siswa akan meniru perilaku merokok tersebut di lingkungan sekolah.
Bandura menyatakan dalam teori social cognitive learning bahwa perilaku
model adalah sumber informasi bagi pihak pengamat. Dimana perilaku merupakan
hasil dari interaksi terus menerus antara variabel individu dan lingkungannya. Artinya
proses imitasi dapat terjadi dikarenakan individu pengamat mengalami interaksi yang
terus menerus dengan model yang dalam hal ini adalah orang tua/saudara yang
merupakan perokok. Peneliti berasumsi bahwa kurangnya kesadaran orangtua, teman
dan lingkungan mengenai bahaya perilaku merokok yang mereka lakukan berdampak
kepada nilai nilai mengenai bahaya merokok kurang di perhatikan dan disampaikan
77
sehingga anak menjadi memiliki persepsi dan pandangan tersendiri tentang perilaku
merokok yang cenderung membuat responden sering meniru perilaku merokok.
5.3 Pengaruh Pengalaman terhadap Tindakan Merokok Remaja Putra SMPN
2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
pengalaman dalam kategori baik sebanyak 58 responden (69,9%) dan pengalaman
dalam kategori buruk sebanyak 25 responden (30,1%). Banyaknya responden yang
memiliki pengalaman dapat dilihat dari sebanyak 74 responden (89,2%) responden
menyatakan orang yang merokok kesehatannya akan terganggu oleh penyakit dan
sebanyak 66 responden (79,5%) menyatakan memiliki keluarga yang merokok.
Pengalaman merokok didalam keluarga dan pengalaman terdapatnya penyakit
diakibatkan perilaku merokok menjadi sesuatu yang dirasakan atau dialami seseorang
pada masa lalu terhadap suatu hal/objek, dimana adalah masa lalu membawa
pengaruh yang besar sekali terhadap masa yang akan datang. Pengalaman akan
menjadi suatu bentuk emosi, tindakan, dan kejadian yang dialami individu; dirasakan
bermakna; dan meninggalkan kesan dalam hidup individu (Sriati & Hernawaty,
2007). Pengalaman individu yang positif dapat meningkatkan harga diri dan akan
membuat mereka akan terus melaksanakan kegiatan tersebut menjadi suatu kebiasaan
sedangkan, pengalaman individu yang negatif akan membuat seseorang akan
menjauh dari kegiatan yang mereka lakukan biasanya karena kegiatan tersebut akan
tidak bernilai lagi kedepannya.
78
Terdapatnya keluarga yang merokok akan membuat responden akan berfikir
bahwa perilaku merokok merupakan perilaku yang umum dan tidak menjadi suatu hal
yang perlu ditakutkan. Responden yang mengetahui terdapat penyakit yang biasa
diakibatkan dari perilaku merokok seperti batuk, asma masih penyakit yang dapat
ditolerir keberadaannya dan tidak membuat keluarga mereka tidak dapat bekerja
sehingga penyakit tersebut menjadi penyakit umum dan tidak mengganggu.
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengalaman terhadap tindakan
merokok pada remaja putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli
Serdang diperoleh data bahwa dari 25 responden dengan kategori Pengalaman buruk
sebanyak 4 responden (16,0%) yang tindakan merokoknya dalam kategori buruk dan
21 responden (84,0%) yang tindakan merokoknya dalam kategori baik. Sedangkan
dari 58 responden dengan kategori pengalaman baik terdapat sebanyak 13 responden
(22,4%) yang tindakan merokoknya dalam kategori buruk dan 45 responden (77,6%)
yang tindakan merokoknya dalam kategori baik. Hasil uji statistik chi-square didapat
nilai p = 0,507, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan pengalaman terhadap
tindakan merokok pada remaja putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten
Deli Serdang.
Hasil penelitian Dewi N (2008) memperlihatkan bahwa pengalaman
responden tentang penyakit yang mereka alami ternyata tidak berhubungan dengan
persepsi perokok tentang pesan gambar rokok. Hasil penelitian Permatasari (2015)
menunjukkan bahwa meskipun mahasiswa PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah
Surakarta sudah sedikit merasakan akibat yang ditimbulkan dari rokok bagi
79
kesehatannya tetapi tidak mengurangi persepsi, intense dan tindakan merokok. Hasil
penelitian Felianne I (2010) menunjukkan bahwa pengalaman perokok dalam bentuk
lama merokok dan usia membentuk persepsi responden tentang perilaku merokok.
Dalam penelitian ini tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
pengalaman terhadap tindakan merokok remaja putra di SMPN 2 Galang Kecamatan
Galang Kabupaten Deli Serdang. Hal ini disebabkan pengalaman remaja putra di
SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang tentang hal-hal yang
terjadi pada masa lalunya tidak mempengaruhi tindakan merokok di masa depan
karena mereka juga memiliki keluarga dan teman-teman yang merokok sehingga
segala informasi yang mereka lihat didalam pesan gambar pada bungkus rokok
seperti membesar-besarkan bahkan ada persepsi pesan gambar bungkus rokok hanya
menakut-nakuti karena bukan penyakit yang umumnya diderita oleh orang yang
merokok disekitar mereka sehingga mereka lebih mempercayai pengetahuan yang
mereka dapatkan dari pengalaman merokok yang dilakukan oleh mereka sendiri,
teman dan lingkungan keluarga bahwa perilaku merokok hanya akan menimbulkan
penyakit batuk dan asma serta tidak mengakibatkan penyakit yang lain seperti
informasi yang terdapat pada pesan gambar rokok.
Perubahan perilaku remaja yang telah memiliki pengalaman tertentu akan
lebih sulit berubah jika dibandingkan perilaku remaja yang belum memiliki
pengalaman. Remaja yang memiliki pengalaman pasti sebelumnya telah mendapatkan
pengetahuan dan sikap tertentu yang sudah mereka yakini secara bertahun-tahun yang
berasal dari masa lalu yang mereka alami.
80
5.4 Pengaruh Kebutuhan dan Keinginan terhadap Tindakan Merokok Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
kebutuhan dan keinginan responden dalam kategori baik sebanyak 73 responden
(88,0%) dan kategori buruk sebanyak 10 responden (12,0%). Banyaknya responden
yang memiliki kebutuhan dan keinginan dalam kategori baik dapat dilihat dari
responden yang menyatakan merokok dapat membuat kematian di usia muda
sebanyak 66 responden (79,5%)dan responden yang menyatakan merokok membuat
orang tersebut lebih cepat tua sebanyak 63 responden (75,9%).
Remaja yang pernah merasakan perilaku merokok akan membuat mereka
membutuhkan rokok sebagai teman beraktifitas sehari-hari. Karakteristik remaja yang
erat dengan keinginan adanya kebebasan independensi, dan berontak dari norma-
norma, dimanfaatkan para pelaku industri rokok dengan memunculkan slogan-slogan
promosi yang mudah tertangkap mata dan telinga, serta menantang untuk mencoba
merokok.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor lain yang dapat dapat
mempengaruhi sikap seseorang. Menurut Sumarwan (2003), sikap mempunyai tiga
unsur yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (emosi, perasaan) dan konatif (tindakan).
Dari unsur emosi atau perasaan remaja dapat terpicu untuk bersikap negatif terhadap
rokok karena melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambar
bahwa perokok adalah lambang kejantanan dan glamour walaupun sebenarnya dia
81
mempunyai pengetahuan yang baik tentang rokok, dimana pengetahuan yang tinggi
ataupun rendah tidak mempengaruhi seseorang dalam kebiasaan merokok.
Hasil tabulasi silang antara kebutuhan dan keinginan terhadap tindakan
merokok pada remaja putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli
Serdang diperoleh hasil bahwa dari 10 responden dengan kebutuhan dan keinginan
dalam kategori buruk terdapat sebanyak 5 responden (50,0%) dengan tindakan
merokok dalam kategori buruk dan sebanyak 5 responden (50,0%) dengan tindakan
merokok kategori baik. Sedangkan dari 73 responden dengan kebutuhan dan
keinginan dengan kategori baik terdapat sebanyak 12 responden (16,4%) dengan
tindakan merokok dalam kategori buruk dan 61 responden (83,6%) dengan tindakan
merokok dalam kategori baik. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,014,
artinya ada pengaruh yang signifikan kebutuhan dan keinginan terhadap tindakan
merokok pada remaja putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli
Serdang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan dan keinginan
berpengaruh terhadap perilaku merokok siswa SMP Negeri 2 Galang Kecamatan
Galang Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa
siswa yang memiliki kebutuhan dan keinginan yang baik tentang pesan gambar
peringatan bahaya merokok 3,378 kali memiliki perilaku merokok dibandingkan
siswa yang tidak memiliki kebutuhan dan keinginan yang baik tentang pesan gambar
peringatan bahaya merokok.
82
Hasil penelitian yang tidak jauh berbeda diungkapkan Permatasari (2015)
menunjukkan bahwa mahasiswa prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah yang
memiliki keinginan untuk merokok akan tetap merokok meskipun mereka jijik
terhadap pesan gambar pada bungkus rokok. Penelitian yang sejalan ditunjukkan
Dewi N (2008) yang memperlihatkan bahwa responden yang membutuhkan rokok
dikarenakan mereka memiliki status sebagai perokok merupakan faktor yang
berhubungan dengan persepsi gambar bahaya rokok antara masyarakat Jakarta dan
Cirebon. Hasil penelitian Widati (2013) menunjukkan bahwa seluruh responden yang
memiliki status perokok akan berdampak kepada perilaku merokok keluarga miskin.
Peringatan bahaya merokok yang ditulis di kemasan rokok maupun iklan
rokok coba ditampilkan untuk para perokok dan calon perokok. Peringatan bahaya
merokok itu sejatinya ditujukan kepada anak-anak atau orang yang ingin merokok
agar mereka tidak mencoba. Diharapkan dengan adanya iklan yang bernada keras dan
gambar menyeramkan yang diakibatkan oleh rokok akan membuat anak-anak takut
dan tidak ingin mencoba rokok, sedangkan perokok pemula diharapkan untuk
berhenti jika sudah tahu akibatnya.
Ketika seorang individu membutuhkan atau menginginkan sesuatu, maka ia
akan terus berfokus pada hal yang dibutuhkan atau diinginkan tersebut. Dari uji
statistik didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kebutuhan dan
keinginan terhadap tindakan merokok remaja putra di SMPN 2 Galang Kecamatan
Galang Kabupaten Deli Serdang. Ini dapat diartikan bahwa ketika remaja putra di
SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang memiliki kebutuhan
83
dan keinginan untuk merokok itu dapat menjadi hal yang menyebabkan mereka
melakukan tindakan merokok. Keinginan dan kebutuhan ini bisa didapat dari
lingkungan sosial, keinginan untuk lebih dihargai dan memiliki harga diri tinggi
mendorong tindakan remaja putra di SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten
Deli Serdang untuk merokok.
Promosi rokok yang selama ini beredar di media massa cenderung
menawarkan gambaran sesuai yang diinginkan para remaja. Dalam promosinya,
rokok tersebut menawarkan keamanan dan kenyamanan merokok dengan rendah
kadar Tar dan Nikotin, serta adanya slogan yang selalu segar bagi para remaja.
Karakter remaja ini yang dimanfaatkan oleh produsen rokok dalam menciptakan
bentuk promosi yang sesuai dengan yang dibutuhkan remaja.
5.5 Pengaruh Kepercayaan, Prasangka dan Nilai terhadap Tindakan Merokok
Remaja Putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
kepercayaan, prasangka dan nilai dalam kategori baik sebanyak 76 responden
(91,6%) dan kepercayaan, prasangka dan nilai dalam kategori buruk sebanyak 7
responden (8,41%). Banyaknya responden yang memiliki kepercayaan, prasangka
dan nilai dalam kategori baik dapat dilihat dari sebanyak 78 orang (94%) responden
menyatakan merokok didalam rumah sangat dilarang dalam kesehatan dan sebanyak
68 responden (81,9%) menyatakan merokok di usia muda membuat orang
disekelilingnya akan memandang negatif.
84
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara kepercayaan, prasangka dan nilai
terhadap tindakan merokok pada remaja putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang diperoleh data bahwa dari 7 responden dengan kategori
kepercayaan, prasangka dan nilai buruk sebanyak 5 responden (71,4%) yang tindakan
merokoknya dalam kategori buruk dan 2 responden (28,6%) yang tindakan
merokoknya dalam kategori baik. Sedangkan dari 76 responden dengan kategori
kepercayaan, prasangka dan nilai baik terdapat sebanyak 12 responden (15,8%) yang
tindakan merokoknya dalam kategori buruk dan 64 responden (84,2%) yang tindakan
merokoknya dalam kategori baik. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p =
0,001, artinya ada pengaruh yang signifikan kepercayaan, prasangka dan nilai
terhadap tindakan merokok pada remaja putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan dan nilai berpengaruh
terhadap perilaku merokok siswa SMP Negeri 2 Galang Kecamatan Galang
Kabupaten Deliserdang. Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa siswa yang
memiliki kepercayaan dan nilai yang baik tentang pesan gambar peringatan bahaya
merokok 10,643 kali memiliki perilaku merokok dibandingkan siswa yang tidak
memiliki kebutuhan dan kepercayaan yang baik tentang pesan gambar peringatan
bahaya merokok.
Hasil penelitian Mahmuddin (2014) menunjukkan bahwa kepercayaan tentang
label bahaya rokok akan berdampak terhadap persepsi perokok tentang label bahaya
rokok, kepercayaan perokok tentang pesan label bahaya merokok yang tidak benar
85
dan hanya untuk menakut-nakuti saja ternyata berdampak kepada tindakan responden
yang tetap merokok. Hal ini sejalan dengan penelitian Widati (2013) yang
memperlihatkan bahwa sebahagian besar informan tidak yakin akan keberhasilan
pesan bahaya kesehatan pada bungkus rokok sehingga berdampak kepada
pengetahuan tentang bahaya rokok yang minim dan perilaku merokok keluarga
miskin yang tetap tinggi.
Hasil penelitian Hapsari (2011) menunjukkan bahwa responden yang
memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap pesan yang ditampilkan produsen rokok
akan berdampak kepada konsumsi rokok dan penjualan produk rokok. Hasil
penelitian Tikasari (2015) menunjukkan kepercayaan sebagai komponen kognitif
berdampak kepada kecenderungan bertindak perokok terhadap pesan gambar
peringatan bahaya rokok.
Individu akan lebih memperhatikan dan menerima orang lain yang memiliki
kepercayaan dan nilai yang sama dengannya, sedangkan prasangka dapat
menimbulkan bias dalam mempersepsikan sesuatu. Green (1980), menjelaskan
berdasarkan penelitian kumulatif mengenai perilaku kesehatan, telah diidentifikasi
tiga kelas faktor yang mempunyai potensi dalam mempengaruhi kesehatan. Tiga
faktor tersebut adalah faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor
yang mendukung (enabling factors) dan faktor-faktor yang memperkuat atau
mendorong (reinforcing factors).Masing-masing faktor ini mempunyai pengaruh
yang berbeda atas perilaku.
86
Dalam penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara
kepercayaan, prasangka dan nilai terhadap tindakan merokok remaja putra SMPN 2
Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang, hal ini dikarenakan faktor
kondisi lingkungan yang memang mendukung tindakan merokok remaja putra
SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang sehingga mereka lebih
dapat menerima dan mempercayai karena sumber tindakan merokok yang ada
merupakan orang-orang terdekat mereka sendiri.
Pesan gambar bahaya rokok didalam bungkus rokok merupakan sebuah iklan
layanan yang berusaha meyakinkan perokok dan calon perokok bahwa perilaku
merokok akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mereka kedepannya
seperti tampilan gambar yang terdapat pada bungkus rokok. Iklan pesan gambar
dalam bungkus rokok secara tidak disadari dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap,
persepsi orang yang menerima pesan tersebut.
Sejak awal telah diduga bahwa iklan pesan gambar rokok dalam bungkus
rokok mampu menumbuhkan perilaku konsumtif berlebihan terhadap suatu produk
tertentu, sampai pada penyimpangan perilaku yang kurang sesuai (berbeda sama
sekali) dengan perilaku umum masyarakat disekitarnya. Atau dengan kata lain, iklan
yang disiarkan melalui pesan gambar bungkus rokok dapat mempengaruhi perilaku
merokok remaja, dalam arti membawa dampak yang positif maupun negatif terhadap
kehidupan budaya perokok. Dampak tersebut dapat terlihat dalam perubahan sikap,
perilaku, kepercayaan, nilai-nilai, maupun gaya hidup yang melingkupi masyarakat.
Kepercayaan merupakan salah satu komponen pembentuk sikap seseorang, orang
87
yang memiliki kepercayaan tentang bahaya merokok akan membuat mereka memiliki
kecenderungan bertindak untuk menolak perilaku merokok namun jika orang tersebut
tidak percaya terhadap pesan yang ditampilkan dalam pesan bergambar bungkus
rokok maka akan membuat perokok tetap memiliki perilaku merokok.
Pada remaja, untuk mencegah mereka melakukan tindakan merokok dapat
pula dilakukan promosi kesehatan di sekolah dengan cara menanyakan kepada siswa
tentang cita-cita mereka kelak. Agar cita-cita mereka tersebut tercapai maka
hendaknya mereka menjaga kesehatan dirinya dengan cara tidak merokok. Dengan
demikian diharapkan dapat mencegah atau menghentikan tindakan merokok yang
akan dan telah mereka lakukan.
88
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Remaja putra di SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli
Serdang mayoritas memiliki kemampuan dan keterbatasan fisik, kondisi
lingkungan responden, pengalaman dalam kategori baik
2. Terdapat pengaruh variabel kondisi lingkungan, variabel kebutuhan dan
keinginan serta variabel kepercayaan, prasangka dan nilai terhadap tindakan
merokok pada remaja putra SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten
Deli Serdang
3. Variabel kepercayaan, prasangka dan nilai berpengaruh signifikan terhadap
tindakan merokok siswa SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten
Deli Serdang.
6.2 Saran
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan Dinas Pendidikan Kabupaten
Deli Serdang diharapkan aktif memberikan promosi kesehatan mengenai
bahaya rokok terhadap kesehatan yang terdapat dalam pesan bergambar
peringatan bahaya rokok untuk meningkatkan kepercayaan remaja terhadap
bahaya yang ditimbulkan dari perilaku merokok.
2. Dinas Pendidikan Kabupaten Deliserdang membuat kebijakan mengenai
sekolah bebas rokok yang lebih dipertegas dan memasang media lain tentang
89
bahaya perilaku merokok seperti gambar pada pesan gambar peringatan
bahaya merokok.
3. Siswa SMPN 2 Galang Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
diharapkan lebih sadar dan peduli akan bahaya yang ditimbulkan oleh
perilaku merokok.
4. Peneliti memberikan saran promosi kesehatan tentang bahaya akibat merokok
pada remaja sebaiknya disesuaikan dengan pola pikir remaja sehingga pesan
yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik oleh remaja.
5. Peneliti memberikan saran untuk penelitian selanjutnya agar dilakukan tidak
hanya khusus pada perilaku merokok saja, melainkan juga pada perilaku
berhenti merokok sebagai dampak peraturan gambar peringatan pada
kemasan rokok.
90
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A, 1998, Psikologi Perkembangan, Remaja dan Masa Perkembangan,
Jakarta: Rineka Cipta.
Amaliani, Titan, 2013. Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Keluarga Dalam hal Perilku merokok Siswa SMK Satria Nusantara Binjai.
Arief S Sadiman,, 2003. Media Pendidikan, Raja Grafindo Persada.
Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.
Asrory, 2009. Psikologi Remaja, Bumi Aksara, Jakarta.
Azwar, Saifuddin. 2005, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Penerbit Pustaka Belajar, Yokyakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Risewt Kesehatan Dasar 2013, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Baltus, 1983. Personal Psycology For Life and work. New York : McGraw Hill Book Company.
Bustan, M.N. 2007.Pengantar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta.
Danusantoso, H. 1991. Rokok dan Perokok. Jakarta. Aksara.
Darajat, Z. 1995. Remaja Harapan dan Tantangan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya Offset.
Darmawanti, 2010. Tingkat Pengetahuan Remaja SLTP N. 15 Medan Terhadap Bahaya Radikal Bebas Yang Tergantung Dalam rokok .
De Vito, J, 2001. Human Communication, the Basic Course, Harper Collins Collage Publisher.
Depkes, 2008. Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta.
91
Dewanta, Cantya D. 2013. Hubungan antara Intensitas Terpaan Iklan Rokok dan Tingkat Konformitas Peer Group dengan Pengambilan Keputusan Merokok Dikalangan Mahasiswi Di Semarang. Skripsi.Undip Semarang.
Dewi, Nina. 2008. Perbedaan Persepsi Gambar Peringatan Bahaya Merokok antara Masyarakat Jakarta dan Cirebon. Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3, No. 2, Oktober 2008. FKM UI Jakarta.
Felliange, Inge. 2010. Persepsi Konsumen Terhadap Kemasan Rokok-Rokok Imitatif (Studi Deskriptif Persepsi Konsumen Tentang Kemasan Rokok-Rokok Primer yang Imitatif Terhadap Produk Gudang Garam, Produk HM Sampoerna, Produk Djarum dan Produk Bentoel Pada Penduduk Bantul Yogyakarta). Skripsi. Univ Atmajaya Yogyakarta.
Green, L.W & Kreuter, M.W. 1991. Health Promotion Planning, An Education and Environmental Approach.Second Ed. May Field Publisting Co.