PENGARUH PERS NILAI TERHADA Dia Untuk Mem JU F UNIVERSIT SEPSI HARGA, PERSEPSI KUALITAS D AP INTENSI PEMBELIAN KEMBALI PA INTERNET OF THINGS SAMSUNG SKRIPSI ajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis menuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ek Oleh: Mochamad Imam Antero NIM: 1113081000035 URUSAN MANAJEMEN PEMASARAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS TAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYAT JAKARTA 1439 H/2017M DAN PERSEPSI ADA PRODUK konomi TULLAH
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH PERSEPSI HARGA, PERSEPSI KUALITAS DAN PERSEPSI
NILAI TERHADAP INTENSI PEMBELIAN KEMBALI PADA PRODUK
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
JURUSAN MANAJEMEN PEMASARAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
PENGARUH PERSEPSI HARGA, PERSEPSI KUALITAS DAN PERSEPSI
NILAI TERHADAP INTENSI PEMBELIAN KEMBALI PADA PRODUK
INTERNET OF THINGS SAMSUNG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Mochamad Imam Antero
NIM: 1113081000035
JURUSAN MANAJEMEN PEMASARAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017M
PENGARUH PERSEPSI HARGA, PERSEPSI KUALITAS DAN PERSEPSI
NILAI TERHADAP INTENSI PEMBELIAN KEMBALI PADA PRODUK
Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
ii
PENGARUH PERSEPSI HARGA, PERSEPSI KUALITAS DAN PERSEPSI
NILAI TERHADAP INTENSI PEMBELIAN KEMBALI PADA PRODUK
INTERNET OF THINGS SAMSUNG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Mochamad Imam Antero
NIM: 1113081000035
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Leiz Suzanawaty, SE., M.Si.
NIP: 19720809 200501 2 004
JURUSAN MANAJEMEN PEMASARAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Pada hari Kamis, 13 April 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Mochamad Imam Antero
2. NIM : 11130810000
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : “Pengaruh
Nilai Terhadap Intensi Pembelian Kembali pada Produk
Internet of Things
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut diny
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Cut Erika Ananda,
NIP: 19741018 201411 2 001
2. Amir Syarifuddin, SH., MM
NIP: 19460818 196603 1 001
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Pada hari Kamis, 13 April 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
Mochamad Imam Antero
1113081000035
Manajemen
Pengaruh Persepsi Harga, Persepsi Kualitas dan Persepsi
Nilai Terhadap Intensi Pembelian Kembali pada Produk
Internet of Things Samsung”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
Cut Erika Ananda, SE., MBA (______________________)
19741018 201411 2 001 Penguji I
Amir Syarifuddin, SH., MM (______________________)
19460818 196603 1 001 Penguji II
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Pada hari Kamis, 13 April 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
as dan Persepsi
Nilai Terhadap Intensi Pembelian Kembali pada Produk
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Jakarta, 13 April 2017
(______________________)
Penguji I
(______________________)
Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Pada Kamis, 23November 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
4. 2013-2017 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
C. Pengalaman Organisasi
1. 2007-2009 : Anggota OSIS SMP Bani Saleh 2
2. 2013-2016 : HMJ Manajemen FEB UIN Jakarta
vii
ABSTRACT
This study analyzed the effect of perceived price, perceived quality, and perceived value towards repurchase intention of Samsung Internet of Things products. Data used in this study were primary data of 60 respondents who were sample of Samsung Android Smartphone (which part of Internet of Things products) user. Multiple linier regression was used for data analyzing. The result of this study are: (1) perceived price not significantly influencing repurchase intention of Samsung Internet of Things products (2) perceived quality significantly influencing repurchase intention of Samsung Internet of Things products (3) perceived value significantly influencing repurchase intention of Samsung Internet of Things products (4) perceived price, perceived quality, and perceived value are simultanously significant influencing repurchase intention of Samsung Internet of Things products.
Penelitian ini menganalisis pengaruh persepsi harga, persepsi kualitas, dan persepsi nilai terhadap intensi pembelian kembali produk Internet of Things Samsung. Sumber data penelitian ini adalah data primer dari 60 responden yang merupakan sampel dari pengguna produk Internet of Things Samsung berupa ponsel Android Samsung. Data tersebut diolah menggunakan uji regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) persepsi harga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensi pembelian kembali produk Internet of Things Samsung. (2) persepsi kualitas berpengaruh secara signifikan terhadap intensi pembelian kembali produk Internet of Things Samsung.(3) persepsi nilai berpengaruh secara signifikan terhadap intensi pembelian kembali produk Internet of Things Samsung. (4) persepsi harga, persepsi kualitas dan persepsi nilai secara simultan berpengaruh signifikan terhadap intensi pembelian kembali produk Internet of Things Samsung. Kata kunci: persepsi harga, persepsi kualitas, persepsi nilai, intensi pembelian kembali
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, karunia dan semuanya sehingga Skripsi dengan judul “Pengaruh
persepsi harga, persepsi kualitas dan persepsi nilai terhadap intensi pembelian
kembali pada produk Internet of Things Samsung” bisa diselesaikan sebagai salah
satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1) penulis di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini adalah juga hasil dari bantuan, bimbingan dan saran dari banyak
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT. yang mengizinkan semuanya terjadi
2. Bapak dan ibu penulis, Anto dan Ria yang telah memberikan segalanya
selama ini dan selamanya.
3. Adik penulis,Bian yang terus memberikan banyak hal yang unik..
4. Bapak Arief Mufraini, Lc., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si., Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Ela Patriana, Ir., MM., Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
7. Ibu Leiz Susanawaty, SE., M.Si., Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah
mempermudah dan mengarahkan penulis ke arah penulisan skripsi yang baik
dan benar.
8. Bapak Lili Supriyadi, MM., Dosen Pembimbing Akademik yang sangat
mengerti dan mempermudah kebutuhan akademik penulis.
9. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan Staf Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
pengetahuan dan sarana pra sarana selama masa pendidikan S1 penulis di
kampus FEB UIN Jakarta.
10. Iqbal yang membuat format skripsi ini, meminjamkan laptop dan tempat
menginap, serta teman sparring skripsi.
11. Faiz dan Wota yang telah merelakan tempat kosnya menjadi tempat singgah
penulis.
12. Jojo, Shintya, yang banyak menunjukkan cara memenuhi kelengkapan
administratif
13. Teman-teman Manajemen 2013, yang telah memberikan banyak hal selama
masa pendidikan penulis, terutama: Ari, Ali, Aldi, Alman, Anjir, Ammarsyaf,
a. Definisi Persepsi Kualitas ................................................................... 17
b. Indikator Persepsi Kualitas ................................................................. 17
4. Persepsi Nilai .......................................................................................... 18
a. Definisi Persepsi Nilai ........................................................................ 18
b. Dimensi Persepsi Nilai........................................................................ 18
5. Intensi Pembelian Kembali ..................................................................... 19
a. Definisi Intensi Pembelian Kembali ................................................... 19
b. Dimensi Intensi Pembelian Kembali .................................................. 20
6. Hubungan Antar Variabel ....................................................................... 21
a. Hubungan antara Persepsi Harga dengan Intensi Pembelian Kembali ... .............................................................................................................21
b. Hubungan antara Persepsi Kualitas dengan Intensi Pembelian Kembali ............................................................................................................ 21
c. Hubungan antaraPersepsi Nilai dengan Intensi Pembelian Kembali.. 22
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 22
C. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 27
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 28
BAB III ................................................................................................................. 30
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 30
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 30
1. Populasi ................................................................................................... 30
3. Persepsi Nilai (X3) .................................................................................. 55
4. Intensi Pembelian Kembali (Y) .............................................................. 57
E. Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 57
1. Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 57
2. Hasil Uji Multikolonieritas ..................................................................... 59
3. Hasil Uji Heterokedastisitas .................................................................... 60
F. Hasil Uji Hipotesis ..................................................................................... 62
xv
1. Hasil Uji t ................................................................................................ 62
2. Hasil Uji F ............................................................................................... 66
G. Analisis Regresi Linier Berganda .............................................................. 67
H. Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2) ................................................. 68
BAB V ................................................................................................................... 70
A. Kesimpulan ................................................................................................ 70
1. Pengaruh variabel persepsi harga terhadap intensi pembelian kembali.. 70
2. Pengaruh variabel persepsi kualitas terhadap intensi pembelian kembali ..................................................................................................................70
3. Pengaruh variabel persepsi nilai terhadap intensi pembelian kembali ... 71
4. Pengaruh secara simultan antara variabel persepsi harga, persepsi kualitas dan persepsi nilai terhadap intensi pembelian ........................................ 71
B. Saran ........................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75
Selain membahas bagaimana IoT untuk masa depan, di konferensi tersebut,
Samsung juga mengumumkan bahwa mereka mengeluarkan 1.2 miliar USD untuk
berinvestasi dalam pengembangan IoT. Sebagai gambaran, keuntungan bersih
Samsung di kuartal 2 2016 “hanya” 8.14 triliun Won atau setara dengan
6.771.666.000 USD (berdasarkan kurs tanggal 7 Januari 2017). Hal ini berarti
Samsung menghabiskan hampir 1/5 dari keuntungan bersihnya di kuartal 2 untuk
investasi riset di bidang IoT(http://news.samsung.com, 2016).
Salah satu wujud nyata dari investasi itu adalah pengembangan jaringan
ARTIK yang dirancang bersifat universal bisa digunakan di semua peralatan
elektronik. Dan di 2017 ini, Samsung telah menjual bebas teknologi IoT
berkonsep rumah pintar mereka di Amerika dan Britania Raya dengan nama
“SmartThings” dengan harga paket minimum berisi:
1. Hub (sejenis pusat data bagi alat SmartThings)
2. Sensor gerakan
3. Stop kontak
4. Sensor multi fungsi (pendeteksi terbuka/tertutupnya pintu, sekaligus
suhu dan getaran)
5. Sensor keberadaan (sejenis pelacak jejak, dan bisa berbunyi)
Paket tersebut dijual seharga USD$250 atau Rp3.375.000 (kurs Rp13.500)
yang bisa dikendalikan dari ponsel pintar Android Samsung. Sementara di
Indonesia, Samsung Elektronik Indonesia baru memulai langkah penjualan lewat
kerja sama dengan Agung Podomoro di perumahannya.Kerja sama dengan Agung
Podomoro membuat penjualan SmartThings yang merupakan salah satu produk
4
IoT Samsung di Indonesia masih terbatas pada konsumen Agung Podomoro
(Victor, 2017).
Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mencari intensi pembelian kembali
dari produk IoT Samsung untuk mendapatkan salah satu indikator proyeksi
penjualan saat pasar SmartThings yang merupakan produk IoT diperluas ke
seluruh Indonesia. Berdasarkan penelitian terdahulu, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi intensi pembelian kembali. Penelitian ini membahas bagaimana
faktor persepsi harga, persepsi kualitas dan persepsi nilai mempengaruhi intensi
pembelian kembali.
Meskipun produk SmartThingsbelum dijual bebas, tapi ponsel pintar
Android Samsung, yang menjadi pusat kendali SmartThingsdan merupakan salah
satu produk IoT Samsung, sudah menjadi raja penjualan ponsel dunia pada tahun
2016.
Tabel 1.1.
Data Penjualan Ponsel Pintar Dunia Kuartal 2 Tahun 2016
No. Perusahaan Unit Terjual (dalam juta) Pasar
1 Samsung 77,0 22,4%
2 Apple 40,4 11,8%
3 Huawei 32,1 9,4%
4 Oppo 22,6 6,6%
5 Vivo 16,4 4,8%
5
No. Perusahaan Unit Terjual (dalam juta) Pasar
6 Lainnya 154,8 45,1%
Jumlah 343,3 100%
Sumber: IDC Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker (28 Juli 2016)
Satu hal yang paling mudah terlihat sebagai pembeda ponsel pintar
Samsung yang sudah memiliki fitur IoT dengan produk serupa dari merek lain
adalah harganya. Ponsel pintar Samsung dengan spesifikasi yang hampir sama,
memiliki harga yang lebih tinggi. Ataupun, dalam rentang harga yang sama,
produk Samsung memiliki spesifikasi lebih rendah. Sebagai ilustrasi, berikut
adalah tabel perbandingan spesifikasi ponsel pintar Samsung Galaxy S8 dan LG
G6:
Tabel 1.2.
Komparasi Samsung Galaxy S8 dan LG G6
No Perangkat Samsung Galaxy S8 LG G6
1 Layar S-AMOLED
5.8 inchi
2960 X 1440Pixels (570
ppi)
IPS
5.7 inchi
2880 X 1440 Pixels
(564ppi)
2 Processor Exynos 8895
2,3 GHz dan 1,7 GHz
Octa Core
Snapdragon 821
2,35 GHz Quad Core
6
No Perangkat Samsung Galaxy S8 LG G6
3 Penyimpanan ROM 64GB
RAM 4GB
Micro SD up to 256 GB
ROM 64GB
RAM 4GB
Micro SD up to 2 TB
4 Kamera Dual 12MP,f/1.7OIS
8MP, f/1.7
13MP, f/1.8 OIS 71dan 13
MP, f/2.4 125
5 Baterai 3000mAH 3300mAH
6 Harga Rp10.499.000* Rp9.500.000*
*Harga saat peluncuran
Sumber: gsmarena.com
Harga obyektif adalah harga sebenarnya dari suatu produk. Sedangkan
persepsi harga melibatkan penerimaan konsumen atas suatu harga dan pemberian
maknanya. Oleh karena itu, persepsi harga bisa berbeda bagi setiap konsumen,
produk, situasi pembelian dan waktu (Dodds dkk, 1991). Karena itu, produk IoT
Samsung yang lebih mahal secara harga obyektif, bisa jadi berbeda ketika dilihat
dari sudut pandang persepsi harga. Berdasarkan itu, maka persepsi harga menjadi
variabel independen pertama penelitian ini.
Samsung juga salah satu perusahaan yang memproduksi komponen utama
ponsel pintarnya sendiri. Saat para pesaing mereka kebanyakan hanya
menggunakan prosesor Quallcomm atau Mediatek, mereka menggunakan Exynos
buatan mereka di beberapa produk. Meskipun Samsung bukan satu-satunya merek
7
yang memproduksi prosesor sendiri, tapi, saat sensor kamera ponsel pintar kelas
atas, mayoritas menggunakan buatan Sony, Samsung memiliki Isocell buatan
mereka sendiri. Selain itu, teknologi layar S-AMOLED milik Samsung juga
bersaing dengan layar OLED dan IPS yang banyak digunakan ponsel kelas atas
lain, desain layar melekung Samsung. Terlepas dari perbedaan komponen yang
digunakan Samsung pada produknya, seperti apa persepsi kualitas dari pengguna
ponsel pintar Samsung? Karena itu, persepsi kualitas menjadi variabel independen
kedua pada penelitian ini (http://gsmarena.com, 2017).
Selain dari sisi persepsi harga dan persepsi kualitas, persepsi nilai juga
menjadi sesuatu yang menarik dari Samsung dibandingkan dengan kompetitor
mereka. Saat Apple yang memang memposisikan sebagai merek premium
meluncurkan iPhone pertamanya di tahun 2007 dengan iOS, Android yang
memang berhadapan langsung dengan iOS, justru memilih HTC sebagai produsen
untuk melawan. Kemudian, setelah Apple merilis iPhone versi ke 4 tahun 2010,
Samsung baru muncul sebagai pesaing Apple di kelas ponsel pintar premium
dengan Galaxy S nya, serta Galaxy Nexus yang bekerjasama dengan Google yang
merupakan induk perusahaan Android. Dan sejak itu, Samsung membandingkan
Galaxy S nya dengan iPhone, secara langsung (http://gsmarena.com, 2017).
Sesuatu yang diserahkan dan sesuatu yang diterima atas suatu produk oleh
konsumen, bisa membentuk penilaian keseluruhan kegunaan produk tersebut, dan
dikenal sebagai persepsi nilai (Zeithaml, 1988). Dan sebenarnya, seperti apa
persepsi nilai dari produk Samsung IoT itu sendiri? Sehingga Samsung berani
mensejajarkan produknya dengan produk dari perusahaan yang sudah lebih lama
8
memegang status premium. Oleh karena itu, persepsi nilai menjadi variabel
independen ketiga.
Selain merajai kue pasar ponsel pintar dunia, Samsung juga merajai pasar
ponsel pintar di Indonesia, dengan selisih 7% dari OPPO di tempat kedua. Dengan
begitu, 26% dari seluruh konsumen ponsel pintar Indonesia telah memiliki
perangkat IoT Samsung.
Tabel 1.3.
Data Pasar Ponsel Pintar Indonesia Kuartal 2 Tahun 2016
No. Perusahaan Pasar
1 Samsung 26%
2 OPPO 19%
3 ASUS 9.%
4 Advan 8%
5 Lenovo 6%
6 Lainnya 32%
Jumlah 100%
Sumber: IDC Asia/Pacific Quarterly Mobile Phone Tracker 2016Q2
Pada dasarnya, IoT Samsung mengharuskan seseorang memiliki lebih dari
1 produk dari Samsung. Hal itu disebabkan karena IoT adalah menghubungkan
satu benda dengan benda yang lain. Dan karena itu juga, maka intensi pembelian
kembali adalah hal mutlak yang pasti dialami pengguna produk IoT dari
Samsung.Intensi pembelian kembali di penelitian ini berfokus pada produk IoT
9
Samsung SmartThings yang di Indonesia masih dijual terbatas di Indonesia.
Maka, intensi pembelian kembali menjadi variabel dependen pada penelitian ini.
Untuk bisa menggunakan IoT Samsung, dana yang dibutuhkan relatif mahal
untuk ukuran UMR Indonesia yang masih ada di bawah 5 juta Rupiah. Karena
untuk menggunakan IoT Samsung butuh minimal 2 produk sekaligus. Sebagai
contoh, 1 ponsel pintar Samsung Galaxy J1 Ace 2016 yang merupakan ponsel
pintar Android termurah Samsung memiliki harga 1,3 juta Rupiah ditambah
dengan paket minimum SmartThings seharga 3,3 juta Rupiah (USD$250) bila
ditotal adalah 4,4 juta Rupiah(http://www.samsung.com, 2017).
Secara logika, Jakarta, sebagai Ibukota dan salah satu pusat bisnis
Indonesia, menjadi kandidat utama sebagai kota yang bisa menggunakan IoT
Samsung. Akan tetapi, data komuter DKI Jakarta dan Bodetabek tahun 2014
menjelaskan bahwa pada tahun 2014, komuter DKI Jakarta di DKI Jakarta yang
beraktivitas untuk bekerja sebanyak 85,47% atau 1.114.088 orang dari 1.303.441
komuter DKI Jakarta. Sedangkan komuter Botabek yang masuk DKI Jakarta
memiliki jumlah lebih banyak, dengan 79,28% atau 1.793.844 orang yang bekerja
dari total 2.262.737 komuter Bodetabek. Dengan data tersebut, maka penelitian ini
mengarahkan lokasi penelitian di kota satelit (http://jakarta.bps.go.id, 2016).
Dari 4 kota satelit Jakarta, penelitian ini memilih Kota Bekasi. Kota yang
menurut data komuter DKI Jakarta 2014 menjadi kota pengirim komuter di DKI
Jakarta terbanyak dengan 14,8% dari total komuter Bodetabek di DKI Jakarta.
10
Selain itu, di bulan November 2016, bulan dimana penelitian ini dimulai, Bekasi
menjadi kota dengan inflasi tertinggi dibanding kota satelit lainnya.
Tabel 1.4.
Data indeks harga konsumen Botabek Oktober-November 2016
No. Kota IHK Oktober
2016
IHK November
2016 Inflasi 2016
1. Bogor 125.11 125.87 0.61
2. Depok 123.65 124.13 0.39
3. Tangerang 131.99 132.74 0.57
4. Bekasi 121.77 122.74 0.80
Sumber: Berita Resmi Statistik Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi November 2016 Banten
Inflasi yang terjadi pada indeks harga konsumen menunjukkan bahwa
terjadi juga pertumbuhan ekonomi (Limam Ould Mohamed Mahmoud, 2015).
Dengan begitu, di bulan November 2016, Bekasi menjadi kota satelit yang
memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi.
Penelitian ini memiliki judul “PENGARUH PERSEPSI HARGA,
PERSEPSI KUALITAS DAN PERSEPSI NILAI TERHADAP INTENSI
PEMBELIAN KEMBALI PRODUK INTERNET OF THINGS SAMSUNG”.
11
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka rumusan masalah yang dibahas
disini adalah:
1. Apakah persepsi harga (X1) secara parsial berpengaruh signfikan terhadap
intensi pembelian kembali(Y)?
2. Apakah persepsi kualitas (X2) secara parsial berpengaruh signfikan
terhadap intensi pembelian kembali (Y)?
3. Apakah persepsi nilai (X3) secara parsial berpengaruh signfikan terhadap
intensi pembelian kembali (Y)?
4. Apakah persepsi harga (X1), persepsi kualitas (X2) dan persepsi nilai (X3)
secara simultan berpengaruh signfikan terhadap intensi pembelian kembali
(Y)?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan penjelasan tentang rumusan masalah, maka tujuan
penelitian ini adalah:
a. Menganalisis signifikansi pengaruh antara persepsi harga (X1)
terhadap intensi pembelian kembali (Y) secara parsial.
b. Menganalisis signifikansi pengaruh antara persepsi kualitas (X2)
terhadap intensi pembelian kembali (Y) secara parsial.
c. Menganalisis signifikansi pengaruh antara persepsi nilai (X3) terhadap
intensi pembelian kembali (Y) secara parsial.
12
d. Menganalisis signifikansi pengaruh antara persepsi harga (X1),
persepsi kualitas (X2) dan persepsi nilai (X3) terhadap intensi
pembelian (Y1) secara simultan.
2. Manfaat Penelitian
Seperti kata pepatah, bahwa sesuatu yang terbaik adalah yang paling
bermanfaat bagi orang lain. Maka pada bagian ini akan dijelaskan bagi
siapa sajakah penelitian ini bisa bermanfaat:
a. Bagi Penulis
Diharapkan, penelitian ini mampu membuat penulis menghasilkan
sesuatu dari ilmu yang sudah didapatkannya menjadi bermanfaat bagi
orang lain dan menjadi berkah bersama. Disaat bersamaan, juga
membuat penulis mampu berfikir dan bertindak secara sitematis serta
bertanggung jawab, sehingga memudahkan perjalanan penulis di masa
depan.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dan referensi
atas hubungan persepsi nilai, persepsi kualitas dan persepsi harga
terhadap intensi pembelian kembali bagi perusahaan apapun di
Indonesia. Dan juga mampu memberi inspirasi atas penelitian faktor
yang dibutuhkan perusahaan dalam menciptakan intensi pembelian
kembali ataupun penelitian lain yang berhubungan.
13
c. Bagi Pembaca
Para pembaca diharapkan mendapatkan pengetahuan lebih tentang
hubungan persepsi harga, persepsi kualitas dan persepsi nilai terhadap
intensi pembelian kembali secara umum, ataupun secara khusus pada
produk Samsung. Yang kemudian pengetahuan tersebut mampu
menjadi referensi dan masukan untuk penelitian selanjutnya, sehingga
bisa memudahkan perjalanan pembaca ke depannya.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan konsumen
dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan membuang
sebuah produk dan jasa yang diharapkan memenuhi kebutuhan mereka
(Schiffman dan Kanuk, 2010).
Dan menurut The American Marketing Association dalam Peter dan
Olson (2010), perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara afeksi
dan kognisi, perilaku, dan lingkungan tempat manusia terkena aspek
perubahan dalam hidupnya. Sehingga Peter dan Olson (2010) berpendapat
bahwa perilaku konsumen melibatkan pikiran dan perasaan yang dialami
seseorang dan aksi yang mereka lakukan pada proses konsumsi.
Secara garis besar, konsumen terbagi menjadi 2, yaitu konsumen
organisasi dan konsumen perseorangan (Schiffman dan Kanuk, 2010).
Konsumen organisasi adalah badan bisnis yang membeli sesuatu untuk
menjalankan organisasi mereka. Sementara konsumen perseorangan
adalah mereka yang membeli sesuatu untuk pemakaian mereka sendiri,
urusan rumah, atau hadiah untuk teman.
Konsumen perseorangan adalah konsumen dengan kemungkinan
paling luas dibanding tipe konsumen lainnya. Salah satu alasannya adalah
persepsi, yang menurut Schiffman dan Kanuk (2010) adalah proses setiap
15
individu untuk memilih, mengatur dan menerjemahkan rangsangan
menjadi sebuah arti dan gambaran lengkap dari dunia. Dan itu
menyebabkan dua individu yang mendapatkan satu stimuli yang sama
akan memiliki cara berbeda dalam mencermati, memilih, mengatur dan
mengartikannya karena perbedaan kebutuhan, nilai dan harapan tiap
individu.
2. Persepsi Harga
a. Definisi Persepsi Harga
Dari perspektif konsumen, harga adalah apa yang mereka
serahkan atau korbankan untuk mendapatkan suatu produk. Konsumen
tidak mengingat harga pasti suatu produk, tetapi mereka memahami
harga dengan cara yang mudah bagi mereka (Zeithaml, 1988).
Jacoby dan Olsson (1997) membedakan antara harga obyektif
dari suatu produk dan harga yang diartikan konsumen. Dan juga,
menurut Dodds et al (1991), persepsi harga mungkin berbeda bagi
setiap konsumen, produk, situasi pembelian dan waktu. Chang dan
Wildt (1994) mendefinisikan persepsi harga sebagai representasi
perseptual konsumen atau persepsi subyektif atas harga obyektif suatu
produk atau jasa. Perhatian pada harga lebih banyak dilakukan untuk
produk dengan harga tinggi, barang tahan lama, dan jasa, dibandingkan
dengan makanan dan minuman murah, meskipun banyak faktor lain
yang bisa mempengaruhi perhatian terhadap harga tersebut (Zeithaml,
1988).
16
Berbagai format iklan penjualan bisa memiliki dampak yang
berbeda, berdasarkan referensi harga konsumen. Referensi harga
adalah harga apapun yang dijadikan dasar perbandingan oleh
konsumen dalam penilaian harga lain (Schiffman dan Kanuk, 2010).
b. IndikatorPersepsi Harga
Menurut Chiang dan Jang (2007) persepsi harga memiliki 4
indikator, yaitu:
1) Persepsi harga (mahal atau murah)
Menurut Oh (2000) dalam Chiang dan Jang persepsi harga (mahal
atau murah) adalah interpretasi harga dengan referensi harga
internal.
2) Masuk akal (pantas)
Jika harga dipersepsikan sebagai masuk akal berdasarkan referensi
internal, maka konsumen mungkin akan memiliki intensi yang
lebih besar untuk membeli.
3) Pas
Saat harga yang ditawarkan relatif rendah dibanding kompetitor,
maka konsumen akan menganggap harga tersebut pas.
4) Terjangkau
Berada dalam jangkauan harga konsumen.
17
3. Persepsi Kualitas
a. Definisi Persepsi Kualitas
Kualitas adalah hal penting dalam pengalaman menggunakan
produk (Fornell et al (1996) dalam Woodall, 2003). Hoolbrook dan
Corfman (1985) dalam Zeithaml (1988) membedakan kualitas menjadi
kualitas mekanis dan humanis, dimana kualitas humanis adalah respon
subyektif seseorang atas suatu produk, dan kualitas mekanis adalah
aspek obyektif atau fitur dari suatu produk.
Kualitas bisa direferensikan sebagai seberapa baik suatu produk
dibuat (Petrick, 2002).. Dan persepsi kualitas bisa didefiniskan sebagai
penilaian konsumen atas keunggulan atau kelebihan keseluruhan suatu
produk. (Zeithaml, 1988). Tsiotsou (2006) menyatakan bahwa Persepsi
kualitas berarti persepsi konsumen atas kualitas sebuah produk.
Yoo et al (2000) menyatakan bahwa pengalaman personal
produk, keunikan kebutuhan, dan situasi konsumsi bisa mempengaruhi
penilaian subyektif konsumen atas kualitas suatu produk. Persepsi
kualitas yang tinggi berarti, setelah melalui pengalaman jangka
panjang atas suatu merek, konsumen bisa mengenali perbedaan dan
kelebihan dari merek tersebut.
b. IndikatorPersepsi Kualitas
Menurut Sweeney dan Soutar (2001)terdapat 4indikator untuk
mengukurpersepsi kualitas:
1) Konsistensi kualitas
18
2) Seberapa baik produk dibuat
3) Standar kualitas
4) Detail produk
4. Persepsi Nilai
a. Definisi Persepsi Nilai
Menurut Hansens, et al (2008) dalam Ahmed (2014), persepsi
nilai adalah hal yang penting dalam literatur pemasaran. Akan tetapi
persepsi nilai bukan hanya tentang apa yang didapatkan, tapi juga
tentang apa yang diberikan (Ahmed, 2014). Dengan mengurangi biaya
yang dikorbankan konsumen, persepsi nilai suatu produk bisa menjadi
lebih baik (Zeithaml, 1998).
Persepsi nilai konsumen adalah dasar fundamental bagi semua
aktivitas pertukaran (Holbrook (1994) dalam Wu et al, 2014). Petrick
(2002) menuliskan bahwa saat konsumen terpuaskan dengan suatu
produk/jasa, bukan berarti produk/jasa tersebut memiliki nilai yang
bagus. Salah satu penyebabnya adalah persepsi biaya untuk
mendapatkan produk.jasa tersebut, begitupun sebaliknya.
b. Dimensi Persepsi Nilai
Menurut Brock dan Colgate (2007) terdapat 4 jenis nilai dengan
aspek penting atau dimensinya masing-masing, yaitu:
19
1) Nilai fungsional
Untuk perusahaan seperti Sony, Ford dan McDonald,
berfokus pada kepantasan performa berupa efisiensi dan
kesesuaian performa dengan harapan.
2) Nilai pengalaman/kesenangan
Perusahaan bersaing dengan cara membuat produk yang
menciptakan emosi yang sesuai.
3) Nilai simbolis/ekspresif
Empat indikator nilai ini adalah kepuasan diri, arti personal,
identitas diri, status sosial.
4) Nilai biaya/pengorbanan
Energi konsumen untuk proses pembelian dan konsumsi
berupa waktu dan usaha adalah aspek yang diperhatikan
untuk nilai biaya/pengorbanan bagi perusahaan seperti 7-
eleven, Dell dan bisnis berbasis internet.
5. Intensi Pembelian Kembali
a. Definisi Intensi Pembelian Kembali
Menurut Hellier, et al (2003) dan Chai (2011) dalam Moslehpour
(2017), intensi pembelian kembali adalah kondisi di mana konsumen
mempertimbangkan untuk membeli kembali produk tertentu.
Sedangkan, menurut Kumar (2016) intensi pembelian kembali adalah
keinginan konsumen untuk membeli lagi di toko ritel atau membelli
barang untuk kedua kali atau lebih.
20
Alasan mengapa konsumen memutuskan untuk memilih
penyedia jasa yang sama dan membeli jasa yang sama didasarkan pada
pengalaman mereka. Intensi pembelian kembali melibatkan penilaian
individual tentang sesuatu yang memenuhi kebutuhan mereka dan
gabungan pelayanan terakhir yang diterima mereka (Arrifin, 2015 dan
Mc Dougal dan Levesque (2002) dalam Hellier et all, 2003).
Selain itu, Gronholdt, et al (2002) dan Janes dan Sasser (1995)
menemukan bahwa terdapat perilaku kedua dalam intensi pembelian
kembali, yaitu keinginan konsumen untuk memberitahu,
merekomendasikan dan menyebarkan berita atas suatu produk atau
jasa.
b. Indikator Intensi Pembelian Kembali
Intensi pembelian kembali bisa menjadi satu pengukuran yang
berdiri sendiri (Davidow, 2003). Akan tetapi, menurut Aandreassen
dan Lanseng (1997) dalam Blery (2003) loyalitas konsumen dipercaya
bisa menggambarkan intensi pembelian di masa depan berdasarkan
kemungkinan pembelian kembali dan word of mouth. Sehingga intensi
pembelian pada penilitian ini diukur dengan 2 indikator, kemungkinan
pembelian kembali dan word of mouth.
21
6. Hubungan Antar Variabel
a. Hubungan antara Persepsi Harga dengan Intensi Pembelian
Kembali
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa persepsi harga bisa
mempengaruhi intensi pembelian kembali. Menurut Khan, et al (2012)
persepsi harga adalah elemen penting bagi konsumen saat mereka
memutuskan pembelian kembali di masa depan. Saat mereka
menganggap harga lebih tinggi dari pasaran, konsumen tidak ingin
membeli kembali. Dan sebaliknya.
Secara umum, persepsi harga adalah salah satu pertimbangan
penting dalam pembuatan keputusan pembelian, dan nilai yang paling
banyak dipertimbankan konsumen dalam pembelian. Dan juga, saat
harga lebih dirasa masuk akal, konsumen cenderung memiliki intensi
lebih tinggi untuk membelinya (Chiang dan Jang, 2007).
b. Hubungan antara Persepsi Kualitas dengan Intensi Pembelian
Kembali
Persepsi kualitas konsumen memiliki hubungan signifikan positif
terhadap intensi pembelian kembali (Ariffin, 2016). Hal tersebut
sesuaidengan hasil temuan Choi dan Kim (2013) serta Lu et al (2014).
Dengan begitu, saat persepsi kualitas meningkat, maka intensi
pembelian kembali juga seharusnya meningkat.
Chaudhuri (2002) mempertimbangkan persepsi kualitas sebagai
sebuah faktor berpengaruh, karena dengan persepsi kualitas yang lebih
22
tinggi, maka intensi pembelian kembali juga lebih tinggi. Persepsi
kualitas yang lebih tinggi akan mengarahkan konsumen untuk memilih
merek yang sama dibandingkan merek kompetitor (Yoo et al, 2000).
c. Hubungan antaraPersepsi Nilai dengan Intensi Pembelian
Kembali
Chiu, et al (2014) mengindikasikan bahwa intensi pembelian
kembali konsumen bisa diprediksi berdasarkan persepsi nilai kegunaan
(utilitarian) dan nilai kesenangan (hedonic). Para akademika banyak
menggunakan persepsi nilai untuk memahami intensi pembelian
kembali (Cronin, et al (2000) dan Sirdeshmukh, et al (2002) dalam
Wu, et al, 2014).
Persepsi nilai juga dipertimbangkan sebagai indikator terpenting
untuk intensi pembelian kembali (Parasuraman dan Greal, 2000). Yu et
al (2014) membuktikan bahwa persepsi nilai berpengaruh signifikan
terhadap intensi pembelian kembali.
B. Penelitian Terdahulu
Sebagai gambaran dan kerangka pemikiran pada penelitian ini, maka
diperlukan penelitian terdahulu sebagai acuan dan perbandingan dengan penelitian
ini sehingga akan menghasilkan analisa yang sesuai dengan teori yang ada dan
penelitian terdahulu.
Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan persepsi harga, perspesi
kualitas dan persepsi nilai serta intensi pembelian kembali adalah:
23
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Penelitian/
Judul/Sumber
Persamaan dan
Perbedaan Penelitian Hasil Penelitian
1. Edward dan Yu (2016)
Effect of Product
Attribute Beliefs of
Ready-to-drink Coffee
Beverage on
Consumer-Perceived
Value and Repurchase
Intention.British Food
Journal, vol. 118 Iss
12pp.
Persamaan
a. Menggunakan
variabel persepsi nilai
dan intensi pembelian
kembali.
Perbedaan
a. Penelitian ini tidak
menggunakan variabel
persepsi harga
b. Menggunakan
variabel attribute
belief
Hasil penelitian menunjukkan bahwa attribute belief mempengaruhi persepsi nilai dan intensi pembelian kembali
2. Chiang dan Jang
(2007) The Effects of
Perceived Price and
Brand Image on Value
and Purchase
Intention: Leisure
Travelers’ Attitudes
Toward Online Hotel
Booking. Journal of
Hospitality & Leisure
Marketing, 15:3, 49-
69
Persamaan
Menggunakan
variabel persepsi
harga dan persepsi
nilai
Perbedaan
a. Penelitian ini tidak
menggunakan variabel
persepsi kualitas dan
intensi pembelian
kembali
b. Penelitian ini
menggunakan variabel
intensi pembelian,
kepercyaan dan citra
merek
Hasil penelitian
menunjukkan
pelancong
beranggapan
harga yang
ditawarkan hotel
lebih terjangkau
dibanding
standar harga
internal mereka
atau harga
kompetitor,
membuat mereka
yakin berkualitas
rendah, tapi
bernilai tinggi
dan
meningkatkan
intensi
pembelian
24
No. Penelitian/
Judul/Sumber
Persamaan dan
Perbedaan Penelitian Hasil Penelitian
3. Wu, et al. (2014)
Perceived Value,
Transaction Cost and
Repurchase-Intention
in Online Shopping: A
Relational Exchange
Perspective. Journal of
Bussiness Research
Vol. 67
Persamaan
Menggunakan variabel
persepsi nilai dan
intensi pembelian
kembali
Perbedaan
Penelitian ini tidak
menggunakan variabel
persepsi kualitas dan
persepsi harga
Penelitian ini
menunjukkan
bahwa persepsi
nilai konsumen
dan setiap
komponen biaya
berpengaruh
positif terhadap
intensi
pembelian
kembali
4. Moslehpour, et al.
(2017) Repurchase
Intention of Korean
Beauty Products
among Taiwanese
Consumers. Asia
Pacific Journal of
Marketing and
Logistics, Vol. 29
Issue: 3
Persamaan
Menggunakan
variabel persepsi
harga dan intensi
pembelian kembali
Perbedaan
a. Menggunakan
variabel negara asal
dan word of mouth
b. Menggunakan SEM
Persepsi harga,
negara asal dan
Word of Mouth
mempengaruhi
intensi
pembelian
kembali secara
signifikan
5. Arrifin, et al. (2015)
Factors Influencing
Perceived Quality and
Repurchase Intention
Toward Green
Products. Procedia
Economics and
Finance, Vol. 37
Persamaan
Persepsi kualitas dan
intensi pembelian
kembali
Perbedaan
Penggunaan variabel
green value, nilai
emosional dan
kesadaran lingkungan
Green Value
secara signifikan
mempengaruhi
hubungan
dengan persepsi
kualitas dan
intensi
pembelian
kembali. Nilai
emosi
berpengaruh
signifikan
terhadap persepsi
kualitas, tapi
tidak signifikan
pada
25
No. Penelitian/
Judul/Sumber
Persamaan dan
Perbedaan Penelitian Hasil Penelitian
intensi
pembelian
kembali.
Kesadaran
lingkungan tidak
signifikan pada
persepsi kualitas,
tapi signifikan
pada intensi
pembelian
kembali.
6. Kumar, Suresh (2016)
Consumers’
Perception towards
Private Label and its
Implication on
Repurchase Intention:
A Case of Giant’s
Customers in
Cikarang, Indonesia.
International Journal
of Managerial Studies
and Research, Vol. 4,
Isssue: 5.
Persamaan
Penggunaan variabel
persepsi harga,
persepsi kualitas dan
intensi pembelian
kembali
Perbedaan
a. Penggunaan persepsi
resiko
b. Purposive samplung
Persepsi harga,
persepsi kualitas
dan persepsi
resiko
mempengaruhi
intensi merek
dan intensi
merek
mempengaruhi
intensi
pembelian
kembali
7. Huang, Ching-Lin
(2015) The Influence
of Preceived Value on
Repurchase Intention:
A Leading 3c Retailer
in Taiwan as An
Example. International
Journal of Information
Technology and
Business Management,
Vol. 43 No. 1
Persamaan
Penggunaan variabel
persepsi nilai yang
mempengaruhi intensi
pembelian kembali
Perbedaan
Terdapat variabel
mediating, yaitu
kepuasan pelanggan
Persepsi nilai
berpengaruh
signifikan dan
langsung pada
intensi
pembelian
kembali.
Kepuasan
pelanggan juga
berpengaruh
sebagai variabel
mediating.
26
No. Penelitian/
Judul/Sumber
Persamaan dan
Perbedaan Penelitian Hasil Penelitian
8. Blery, Evangelia
(2003) Factors
Influencing
Customers’
Repurchase Intentions
in The Greek Mobile
Telephony Sector
Persamaan
Menggunakan
variabel persepsi nilai,
persepsi kualitas dan
intensi pembelian
kembali
Perbedaan
a. Penelitian ini tidak
menggunakan variabel
perspesi harga
b. Menggunakan
variabel kepuasan
konsumen
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa kepuasan
pelanggan dan
persepsi nilai
mempengaruhi
intensi
pembelian
kembali
27
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.1
Model Kerangka Pemikiran Penelitian
Persepsi Harga(X1)
Persepsi Kualitas
(X2)
Persepsi Nilai(X3)
Intensi Pembelian
Kembali(Y)
Analisis Regresi Linier Berganda
Uji Asumsi Klasik:
Uji Normalitas
Uji Multikolonieritas
Uji Heteroskedastisitas
Uji Validitas
Uji Reliabilitas
Uji Hipotesis:
Uji t
Uji F
Kesimpulan dan Saran
Koefisien Determinasi
28
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2015). Berdasarkan rumusan permasalahan, tujuan
penelitian, landasan teori dan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis pada
penelitian ini adalah:
1. Pengaruh variabel persepsi harga and time terhadap intensi pembelian
kembali
Ho1: β1 = 0; Tidak terdapat pengaruh persepsi harga terhadapintensi
pembelian kembali.
Ha1: β1 ≠ 0; Terdapat pengaruh persepsi harga terhadapintensi
pembelian kembali.
2. Pengaruh variabel persepsi kualitas terhadap intensi pembelian kembali
Ho2: β2 = 0; Tidak terdapat pengaruh persepsi kualitasterhadap intensi
pembelian kembali.
Ha2: β2 ≠ 0; Terdapat pengaruh persepsi kualitasterhadap intensi
pembelian kembali.
3. Pengaruh variabel persepsi nilai terhadap intensi pembelian kembali
Ho3: β3 = 0; Tidak terdapat pengaruh persepsi nilai terhadap intensi
pembelian kembali.
Ha3: β3 ≠ 0; Terdapat pengaruh persepsi nilai terhadap intensi
pembelian kembali.
29
4. Pengaruh variabel persepsi harga, persepsi kualitas, dan persepsi nilai
terhadap intensi pembelian kembali
Ho4: β123 =0; Tidak terdapat pengaruh persepsi harga, persepsi kualitas,
dan persepsi nilaiterhadap intensi pembelian kembali.
Ha4: β123 ≠ 0; Terdapat pengaruh persepsi harga, persepsi kualitas, dan
persepsi nilaiterhadap intensi pembelian kembali.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Bekasi pada bulan September 2017 untuk
meneliti intensi pembelian kembali produk IoT Samsung. Penelitian ini
menjadikan persepsi harga (X1), persepsi kualitas (X2), dan persepsi nilai (X3)
dari produk IoT Samsung berupa ponsel Android Samsung sebagai variabel
independen yang mempengaruhi intensi pembelian kembali (Y) dari produk IoT
Samsung berupa Samsung SmartThings sebagai variabel dependen.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Menurut Sujarweni (2015) populasi adalah keseluruhan jumlah yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Konsumen produk IoT Samsung berupa ponsel Android Samsung di
kota Bekasi yang menjadi populasi penelitian ini memiliki jumlah yang
tidak diketahui dengan jelas, karena beredarnya produk tidak resmi dan
bukan dijual Samsung Electronics Indonesia (SEIN).
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2015).
31
Teknik Sampel yang digunakan di penelitian ini adalah non-probability
sampling, yang menurut Sugiyono (2015) adalah merupakan teknik
pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi
setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Secara lebih
khusus, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode
insidentalsampling, yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan/insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2015).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini juga disesuaikan dengan teori
Roscoe dalam buku Research Methods for Business (Sugiyono,2015) yang
menyatakan bahwa ukuran sampel yang layak untuk penelitian berada di
antara 30 sampai 500 sampel. Bila dalam penelitian melakukan analisis
multivariat, maka jumlah sampel minimal 10 kali dari jumlah keseluruhan
variabel yang diteliti. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 60
responden konsumen produk Samsung Internet of Things.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis-jenis sumber data menurut Sujarweni (2015) berdasarkan cara
mendapatkannya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui responden melalui
kuesioner, kelompok fokus dan panel atau juga data wawancara peneliti
32
dengan narasumber. Data yang diperoleh dari data primer harus diolah
(Sujarweni, 2015).
Penelitian memperoleh data dengan menggunakan teknik pengumpulan
data primer berupa kuesioner dengan pertanyaan tertutup yang menurut
Sugiyono (2015), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Dan pertanyaan
tertutup akan membantu responden menjawab dengan cepat, dan juga
memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh
angket yang terkumpul.
Pendekatan dalam kuesioner di penelitian ini menggunakan
pendekatan skala Likert, sebuah skala yang digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang
fenomena sosial (Sugiyono, 2015).
Pada skala Likert, variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudain indikator tersebut dijadikan sebagai tolak ukur untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan ataupun
pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang dapat berupa pernyataan
ataupun pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan
skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,
misalnya:
33
Tabel 3.1
Skala Likert
Kategori Skor
Sangat Penting (SP), Sangat Setuju (SS),
Sangat Baik (SB)
5
Penting (P), Setuju (S), Baik (B) 4
Ragu-Ragu (RR), Ragu-Ragu (RR), Ragu-
Ragu (R)
3
Tidak Penting (TP), Tidak Setuju (TS), Tidak
Baik (TB)
2
Sangat Tidak Penting (STP), Sangat Tidak
Setuju (STS), Sangat Tidak Baik (STB)
1
Sumber: Sugiyono, 2015
Dengan skor 1 (satu) menunjukkan bahwa responden bersifat
sangat negatif terhadap pertanyaan atau pernyataan yang diberikan,
sedangkan skor 5 (lima) menunjukkan sifat sangat positif terhadap
pertanyaan atau pernyataan yang diberikan.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2015) data sekunder adalah data yang diperoleh
dari bahan perpustakaan dan secara tidak langsung melalui media
perantara. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
diberikan pada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen.
34
Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari buku-buku,
jurnal dan media di internet serta sumber lain yang diperlukan.
D. Metode Analisis Data
Untuk melakukan analisis data, penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan data hasil proses penyebaran kepada responden. Kuesioner yang
diberikan pada responden memakai skala Likert, yaitu skala yang digunakan
untuk mengukut sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang
tentang fenomena sosial (Sugiyono,2015). Kemudian data yang terkumpul akan
diolah dan dianalisis dengan regresi linier berganda sehingga menjadi sebuah
informasi yang memiliki karakteristik yang lebih mudah dipahami. Proses analisa
tersebut dilakukan dengan bantuan software Statistical Product and Service
Solutions (SPSS) versi 24.
1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner (Ghozali, 2016). Untuk bisa dianggap sah atau valid,
pernyataan pada kuesioner harus mampu mengungkapkan sesuatu
yang diukur oleh kuesioner tersebut.
Proses uji validitas adalah membandingkan nilai rhitung (nilai
Corrected Item-Total Correlation pada output Cronbach Alpha)
dengan nilai rtabel untuk degree of freedom (df) = n – 2 dengan alpha =
0,05.
35
Saat rhitung> rtabel dan memiliki korelasi positif, maka pertanyaan
tersebut sah atau valid. Dengan begitu, pertanyaan dianggap valid
apabila skor pernyataan memiliki korelasi positif dan signifikan
dengan skor total variabel.
b. Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2016) uji reliabilitas digunakan untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel
atau konstruk. Ketika jawaban respondepen terhadap pernyataan
bersifat konsisten atau stabil dalam jangka waktu tertentu, maka
kuesioner tersebut dianggap reliabel atau handal.
Penelitian ini menguji reliabilitas kuesioner dengan mengukur
reliabilitas menggunakan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk
atau variabel dikatakan reliabel jika memiliki Cronbach ALpha >0,70
(Ghozali, 2016).
2. Uji Asumsi Klasik
Tujuan dilakukannya uji asumsi klasik regresi linier berganda adalah
untuk melihat asumsi tertentu tentang pola perilaku variabel yang dikenal
sebagai asumsi dasar regresi.
a. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel independen dan dependen memiliki
distribusi normal (Ghozali,2016). Untuk penelitian data yang baik dan
layak adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
36
Untuk residual terdistribusi normal atau tidak bisa digunakan dua cara,
yaitu analisis grafik dan uji statistik:
1) Analisis Grafik
Melihat grafik data histogram yang membandingkan antara
data observasi dengan data distribusi yang mendekati distribusi
normal adalah salah satu cara termudah melihat normalitas
residual. Tapi cara ini bisa menjadi bias, terutama untuk jumlah
sampel kecil.
Metode yang lebih baik adalah melihat normal probability
plot untuk menguji normal atau tidaknya distribusi suatu data.
Normalitas distribusi pada suatu data bisa dilihat dengan
memperhatikan peneybaran data (titik) pada sumbu diagonal dari
grafik atau dengan histogram dari residualnya. Dasar yang menjadi
dasar pengambilan keputusan uji normalitas adalah:
a) Saat data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi dikatakan memenuhi
asumsi normalitas.
b) Saat data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan
pola distribusi normal, maka model regresi dikatakan tidak
memenuhi asumsi normalitas.
37
2) Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak
hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik
bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan di samping uji grafik
dilengkapi dengan uji statistik (Ghozali, 2016). Selain dengan cara
melihat kurva probability plot, uji normalitas juga dapat dilakukan
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Pada uji
Kolmogorv-Smirnov, saat nilai sig. <0,05 maka data tidak memiliki
distribusi normal. Namun jika nilai sig. > 0,05 maka data memiliki
distribusi normal.
b. Uji Multikolonieritas
Menurut Ghozali (2016) uji multikolonieritas bertujuan untuk
menguji pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi antar
variabel independen. Saat variabel saling berkorelasi maka variabel-
variabel tersebut tidak ortogonal, yang berarti variabel tersebut
memiliki nilai korelasi antar variabel independen sama dengan nol.
Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya
variance inflation faktor (VIF). Dua hal ini menunjukkan variabel
independen mana yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Secara singkat, setiap variabel independen menjadi variabel dependen
dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
38
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF =
1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,1 atau sama
dengan nilai VIF ≥ 10, jadi jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance>
0,1, maka model regresi bebas dari multikolonieritas. (Ghozali, 2016).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah model
dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,2016). Saat variance
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas, jika tidak tetap, maka disebut heteroskedastisitas.
Dalam regresi, sebaiknya yang terjadi adalah homoskedastisitas.
Untuk menguji heterokedastisitas terdapat beberapa cara, yaitu:
1) Uji Scatterplot
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2016).
2) Uji Glejser
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan uji glejser dengan tujuan menguji apakah pada model
39
regresi linier terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika koefisien korelasi
masing-masing variabel bebas ada signifikan pada tingkat
kekeliruan di bawah 5%, maka mengindikasikan adanya gejala
heteroskedastisitas dan jika nilai signifikan pada tingkat kekeliruan
diatas 5%, maka mengindifikasikan tidak adanya gejala
heterosedastisitas.
3. Uji Hipotesis
a. Uji t(Uji Koefisien Regresi Secara Parsial)
Uji Menurut Ghozali (2016) uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabelindependen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dan salah
satu kriteria pengujian adalah dengan membandingkan nilai thitung
dengan nilai ttabel. Ho diterima dan Ha ditolak jika nilai thitung < ttabeldan
sebaliknya Ho akan ditolak jika thitung > ttabeldengan catatan bahwa
harga t adalah mutlak yang artinya tidak memperhitungkan nilai
positif atau negatif (Santoso, 2016).
b. Uji F (Uji Koefisien Regresi Secara Simultan)
Menurut Ghozali (2016) Uji statistik F pada dasarnya
menunjukkan apakah variabel independen secara Bersama-sama atau
simultan mempengaruhi variabel dependen. Dan salah satu cara
melakukan uji F adalah dengan membandingkan nilai F hasil
40
perhitungan (Fhitung) dengan nilai F menurut tabel (Ftabel). Ho diterima
jika Fhitung ≤ Ftabel dan Ho ditolak jika Fhitung> Ftabel.
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel
dependen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi (Priyatno,
2016). Pada penilitian ini, penggunaan analisis regresi linier berganda
bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi harga, persepsi kualitas dan
persepsi nilai terhadap intensi pembelian kembali.
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dimana:
Y = intensi pembelian kembali
a = konstanta
X1 = persepsi harga
X2 = persepsi kualitas
X3 = persepsi nilai
b1 = koefisien persepsi harga
b2 = koefisien persepsi kualitas
b3 = koefisien persepsi nilai
e = standar kesalahan
5. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Priyatno (2016), analisis koefisien determinasi digunakan
untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variable independen
41
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dan menurut Santoso
(2001) dalam Priyatno (2016), untuk regresi dengan lebih dari dua variabel
independen digunakan adjusted R2 sebagai koefisien determinasi. Adjusted
R Square adalah nilai R Square yang telah disesuaikan.
Nilai R2 berkisar dari 0 sampai 1. Jika mendekati 1 maka,
kemampuan variabel independen semakin kuat dalam menjelaskan
variabel dependen. Dan sebaliknya, jika mendekati angka 0, maka,
kemampuan variabel independen semakin lemah dalam menjelaskan
variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015).
Variabel dalam penelitian terdiri atas 3 variabel independen, yaitu persepsi
harga, persepsi kualtias dan persepsi nilai, serta 1 variabel dependen, yaitu intensi
pembelian kembali.
42
Tabel 3.2
Tabel Operasional Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Skala
Persepsi Harga
(Chiang dan Jang,
2007)
1. Harganya murah
(berdasarkan
referensi internal)
2. Harganya pantas
(tidak terlalu
mahal/murah)
3. Harganya relatif
murah dibanding
kompetitor
4. Harganya terjangkau
Likert
Persepsi Kualitas
(Sweeney dan
Soutar, 2001)
5. Konsistensi kualitas
6. Seberapa baik
produk dibuat
7. Standar kualitas
8. Detail produk
Persepsi Nilai
(Brock dan Colgate,
2007) Nilai Fungsional
9. Efisiensi
10. Kesesuaian
performa dengan
harapan
Likert
Nilai Pengalaman/
Kesenangan
11. Kesenangan
12. Kenikmatan
13. Ketertarikan/tidak
membuat bosan
Likert
Nilai
Simbolis/Eksperif
14. Kepuasan diri
15. Arti personal
16. Identitas Diri
17. Status Sosial
43
Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Nilai
Biaya/Pengorbanan
18. Energi konsumen
Intensi Pembelian
Kembali
(Aandreassen dan
Lanseng (1997)
dalam Blery, 2003)
19. Merekomendasikan
produk pada orang
lain
20. Ingin membeli
produk kembali
Likert
44
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Samsung Electronics didirikan di Suwon, Korea pada tahun 1969 dan
tumbuh menjadi pemimpin teknologi informasi global dengan 200 anak
perusahaan di seluruh dunia. Produk dari Samsung Electronics meliputi peralatan
rumah tangga seperti TV, monitor, kulkas dan mesin cuci serta produk
telekomunikasi seluler utama seperti smartphone dan pc tablet. Di samping itu,
Samsung juga menjadi penyedia komponen elektrik seperti DRAM dan
semikonduktor non-memori.
Samsung bertekad menciptakan dan menghasilkan produk dan jasa yang
mendorong kenyamanan dan gaya hidup yang lebih cerdas bagi pelanggan di
seluruh dunia. Samsung mengabdikan diri untuk memperbaiki komunitas global
dengan cara terus membuat inovasi tereobosan dan penciptaan nilai.
Pasar Internet of Things semakin bertumbuh seiring semakin banyaknya alat
yang saling terhubung. Samsung adalah pusat dari pertumbuhan informasi, jasa,
alat dan manusia yang saling terhubung. Interaksi digital semakin adaptif terhadap
kehidupan sehari-hari hingga mampu memberikan definisi baru untuk kata
“terhubung”.
Internet of Things menciptakan koneksi dan kemungkinan tak terbatas
secara virtual, sesuatu yang mungkin sulit dimengerti dan dipahami hari ini.
Padahal, tanpa kita sadari, banyak benda di sekeliling kita sudah terhubung, dan di
45
masa depan, akan semakin banyak benda yang terhubung. Sampai tahun ini,
sebagian besar IoT baru meliputi alat diam dengan jangkauan kecil atau di dalam
ruangan seperti smart home atau smart office. IoT jenis ini terkoneksi melalui
WiFi, Zigbee atau Bluetooth, akan tetapi, pasar akan meminta terhubungnya alat
bergerak dengan jangkau yang lebih luas.
Setiap pengguna memiliki kebutuhan dan keinginan berbeda, oleh karena
itu, menciptakan sesuatu yang fleksibel dan terhubung adalah jawabannya.
Dengan begitu, Samsung menawarkan konsumennya produk yang bermacam-
macam solusi yang memenuhi permintaan khusus penggunanya. Samsung
menciptakan dan menyuplai komponen serta produk yang mendukung dunia
dengan IoT tanpa batasan tempat, dalam atau luar ruangan, dan wilayah seluas
apapun. (http://www.samsung.com, 2016 dan http://www.samsung.com, 2016)
B. Pembahasan Hasil Deskriptif Responden
Responden penelitian ini adalah konsumen produk IoT Samsung berupa
ponsel Android Samsung. Jumlah konsumen yang dipilih sebagai responden
sebanyak 60 orang dengan kuesioner yang disebar langsung pada responden di
service center resmi Samsung kota Bekasi dan car free day kota Bekasi. Berikut
ini adalah deskripsi mengenai jumlah data responden dan identitas responden di
penelitian ini.
46
1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase %
Pria 36 60%
Wanita 24 40%
Total 60 100%
Sumber: Data primer yang telah diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.1, responden penelitian ini terdiri atas 36 orang
(60%) pria dan 24 orang (40%) wanita. Dengan begitu, maka pria menjadi
responden mayoritas pada penelitian ini.
2. Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2
Jumlah Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase %
> 17 s/d 25 tahun 32 53,3%
> 25 s/d 32 tahun 13 21,7%
> 32 s/d 45 tahun 12 20%
> 45 tahun 3 5%
Total 60 100%
Sumber: Data primer yang telah diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.2, dari 60 responden yang memiliki produk
Internet of Things berupa ponsel Android Samsung, 32 orang atau 53,3%
responden berusia lebih dari 17 sampai 25 tahun, 13 orang atau 21,7%
responden berusia lebih dari 25 sampai 32 tahun, 12 orang atau 20%
47
responden berusia lebih dari 32 sampai 45 tahun, dan 3 orang atau 5%
responden berusia lebih dari 45 tahun. Maka, mayoritas responden yang
memiliki produk Internet of Things berupa ponsel Android Samsung
adalah berkisar lebih dari 17 sampai 25 tahun.
3. Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.3
Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase %
Mahasiswa/Pelajar 22 36,7%
Karyawan Swasta 20 33,3%
PNS 0 0%
Wirausaha 9 15%
Lain-lain 9 15%
Total 60 100%
Sumber: Data primer yang telah diolah, 2017
Berdasarkan di atas, diketahui bahwa 60 responden yang memiliki
produk Internet of Things berupa ponsel Android Samsung terdiri dari 22
orang atau 36,7% responden berprofesi sebagai mahasiswa atau pelajar, 20
orang atau 33,3% responden berprofesi sebagai karyawan swasta, 0 orang
atau 0% responden berprofesi sebagai PNS, 9 orang atau 15% responden
berprofesi sebagai wirausaha, dan 9 orang atau 15% responden memiliki
profesi yang beragam.
48
4. Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.4
Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentase %
SMA/SMK 27 45%
Akademi/D1/D2/D3 11 18,3%
S1 17 28,3%
S2 5 8,4%
S3 0 0%
Total 60 100%
Sumber: Data primer yang telah diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.4, diketahui dari 60 responden yang memiliki
produk Internet of Things berupa ponsel Android Samsung, 27 orang atau
45% berpendidikan SMA/SMK, 11 orang atau 18,3% berpendidikan
akademi/D1/D2/D3, 17 orang atau 28,3% berpendidikan S1, 5 orang atau
8,4% berpendidikan S2 dan 0 orang atau 0% berpendidikan S3.
5. Responden Berdasarkan Pendapatan
Tabel 4.5
Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan Jumlah Persentase %
> 0 s/d Rp 2.000.000 20 33,3%
>Rp 2.000.000 s/d 4.000.000 11 18,3%
>Rp 4.000.000 s/d 6.000.000 16 26,7%
>Rp 6.000.000 13 21,7%
Total 60 100%
Sumber: Data primer yang telah diolah, 2017
49
Berdasarkan tabel 4.5, 60 responden yang memiliki produk Internet
of Things berupa ponsel Android Samsung terdiri atas 20 orang atau
33,3% responden berpendapatan Rp 0 s/d Rp 2.000.000, 11 orang atau
18,3% responden berpendapatan lebih dari Rp 2.000.000 s/d Rp
4.000.000, 16 orang atau 26,7% responden berpendapatan lebih dari Rp
4.000.000 s/d Rp 6.000.000, 13 orang atau 21,7% responden
berpendapatan lebih dari Rp 6.000.000.
C. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Pra-survei dilakukan pada 30 orang responden dengan memberikan 20 butir
persepsi nilai dan intensi pembelian kembali untuk menguji validitas dan
reliabilitas dari setiap pertanyaan yang diajukan.
1. Hasil Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan
rtabel dan dengandegree of freedom (df) = n – 2.Data uji validitas ini
didapatkan dari penyebaran kuesioner pada 30 konsumen pemilik ponsel
Android Samsung yang merupakan produk IoT Samsung, sehingga (df) =
30 – 2 = 28, pada rtabel dengan α = 5% atau 0,05 dan (df) = 28, didapati
rtabelsebesar 0,361.
Maka, suatu pernyataan atau indikator dinyatakan valid saat rhitung >
0,361.Hasil uji validitas adalah sebagai berikut:
50
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas
Butir Pernyataan rhitung rtabel Keterangan
Persepsi Harga(X1)
Persepsi harga 1 0,514 0,361 VALID
Persepsi harga 2 0,648 0,361 VALID
Persepsi harga 3 0,569 0,361 VALID
Persepsi harga 4 0,353 0,361 VALID
Persepsi Kualitas(X2)
Persepsi Kualitas 1 0,241 0,361 TIDAK
VALID
Persepsi Kualitas 2 0,689 0,361 VALID
Persepsi Kualitas 3 0,635 0,361 VALID
Persepsi Kualitas 4 0,574 0,361 VALID
Persepsi Nilai(X3)
Persepsi Nilai 1 0,550 0,361 VALID
Persepsi Nilai 2 0,757 0,361 VALID
Persepsi Nilai 3 0,771 0,361 VALID
Persepsi Nilai 4 0,681 0,361 VALID
Persepsi Nilai 5 0,701 0,361 VALID
Persepsi Nilai 6 0,785 0,361 VALID
Persepsi Nilai 7 0,692 0,361 VALID
Persepsi Nilai 8 0,562 0,361 VALID
51
Butir Pernyataan rhitung rtabel Keterangan
Persepsi Nilai 9 0,560 0,361 VALID
Persepsi Nilai 10 0,521 0,361 VALID
Intensi Pembelian Kembali(Y)
Intensi Pembelian Kembali 1 0,569 0,361 VALID
Intensi Pembelian Kembali 2 0,569 0,361 VALID
Sumber: data primer yang telah diolah, 2017
Tabel 4.6 menunjukanbutir PK1 memiliki nilai rhitung lebih kecil dari
rtabel (0,361) sehingga butir PK1 dinyatakan tidak valid dan dikeluarkan
dari kuesioner, sementara 19 butir pernyataan lain memiliki nilai rhitung
lebih besar dari rtabel (0,361), yang berarti 19 butir pernyataan selain PK1
dinyatakan valid.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Cara untuk menguji
reliabilitas kuesioner pengujian ini adalah denganuji statistik Cronbach
Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memiliki
Cronbach Alpha> 0,70 (Ghozali, 2016). Hasil uji reliabilitas didapati
adalah sebagai berikut:
52
Tabel 4.7
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach
Alpha
N of
Item Keterangan
Persepsi harga(X1) 0,721 4 Reliabel
Persepsi kualitas (X2) 0,831 3 Reliabel
Persepsi nilai (X3) 0,900 10 Reliabel
Intensi pembelian kembali (Y) 0,725 2 Reliabel
Sumber: data primer yang telah diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.7, semua variabel yaitu persepsi harga, persepsi
kualitas, persepsi nilai dan intensi pembelian kembali memiliki nilai
Cronbach Alpha lebih besar dari 0,70.Sehingga semua variabel dinyatakan
reliabel dan kuesioner bisa dilanjutkan untuk penelitian ini.
D. Pembahasan Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif presentase dilakukan terhadap hasil tanggapan responden
atas 19 pernyataan yang terbagi atas 4 variabel: persepsi harga, persepsi kualitas,
persepsi nilai dan intensi pembelian kembali yang telah disediakan untuk
mengetahui pendapat yang diberikan oleh 60 responden. Berikut adalah hasil
analisis deskriptif persentase tanggapan responden terhadap pernyataan-
pernyataan yang telah disediakan.
1. Persepsi Harga (X1)
Variabel X1 penelitian ini diukur dengan 4 pernyataan yang
disebarkan ke 60 responden dan mempersentasekan indikator-indikator
53
dari variabel tersebut. Hasil tanggapan terhadap persepsi harga adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.8
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Persepsi Harga
No. Pernyataan STS TS R S SS
1. Ponsel Android
Samsung yang saya
miliki harganya
murah.
5% 28% 15% 46,7% 5%
2. Ponsel Android
Samsung yang saya
miliki mempunyai
harga yang pantas.
1,7% 23,3% 21,7% 49% 13,3%
3. Ponsel Android
Samsung yang saya
miliki harganya
relatif murah
dibanding merek
lain.
1,7% 15% 35% 33,3% 15%
4. Ponsel Android
Samsung yang saya
miliki harganya
terjangkau.
0% 16,7% 5% 58,3% 20%
Rata-rata 2% 21% 19% 47% 13%
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel persepsi harga,
mayoritas responden menjawab “setuju” sebesar 47%. Dan dari 4 butir
pernyataan yang mendapatkan respon paling positif adalah pernyataan
nomor 4, dengan mayoritas responden menjawab “setuju” sebesar 58,3%.
54
2. Persepsi Kualitas (X2)
Variabel X2 penelitian ini diukur dengan 3pernyataan yang
disebarkan pada 60 responden dan mempersentasekan indikator-indikator
dari variabel tersebut. Hasil tanggapan terhadap persepsi kualitas adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.9
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Persepsi Kualitas
No. Pernyataan STS TS R S SS
2. Ponsel Android
Samsung yang
saya miliki dibuat
dengan baik.
3,3% 21,7% 23,3% 45% 6,7%
3. Ponsel Android
Samsung yang
saya miliki
mempunyai
standar kualitas
yang baik.
1.7% 21,7% 16,7% 53,3% 6,7%
4. Ponsel Android
Samsung yang
saya miliki
mempunyai detil
yang bagus.
0% 8,3% 28,3% 53,3% 15%
Rata-rata 1,1% 17,2% 22,8% 50,5% 9,5%
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel persepsi
kualitas,mayoritas responden menjawab “setuju” sebesar 50,5%. Dan
pernyataan yang mendapatkan respon paling positif adalah pernyataan
nomor 3 dan 4, dengan mayoritas responden menjawab “setuju” sebesar
53,3%.
55
3. Persepsi Nilai (X3)
Variabel X3 pada penelitian ini diukur dengan 10pernyataan yang
disebarkan ke 60 responden dan mempersentasekan indikator-indikator
dari variabel tersebut. Hasil tanggapan terhadap persepsi nilai adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.10
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Persepsi Nilai
No. Pernyataan STS TS R S SS
1. Ponsel Android
Samsung yang saya
miliki berfungsi
secara efisien.
0% 11,7% 16,7% 66,7% 5%
2. Ponsel Android
Samsung yang saya
miliki berfungsi
sesuai harapan
saya.
1,7% 11,7% 18,3% 55% 13,3%
3. Ponsel Android
Samsung yang saya
miliki bisa
memberikan
kesenangan.
1,7% 11,7% 18,3% 55% 13,3%
4. Saya menikmati
penggunaan ponsel
Android Samsung
saya.
0% 10% 25% 51,7% 13,3%
5. Ponsel Android
Samsung yang saya
miliki tidak
membuat saya
bosan.
1,7% 3,3% 35% 46,7% 13,3%
56
No. Pernyataan STS TS R S SS
6. Ponsel Android
Samsung yang saya
miliki memberikan
kepuasan pada diri
saya.
0% 8,3% 23,3% 61,7% 6,7%
7. Ponsel Android
Samsung yang saya
miliki mempunyai
arti lebih dari
sekedar produk.
0% 10% 18,3% 60% 11,7%
8. Ponsel Android
Samsung yang saya
miliki bisa
menunjukkan
identitas diri saya.
0% 5% 16,7% 63,3% 15%
9. Ponsel Android
Samsung yang saya
miliki bisa
menunjukkan
status sosial saya.
30% 33% 5% 21,7% 10%
10. Saya tidak
membutuhkan
banyak waktu dan
usaha untuk
memiliki dan
menggunakan
Ponsel Android
Samsung yang saya
miliki.
0% 11,7% 13,3% 53,3% 21,7%
Rata-rata 4% 12% 19% 54% 12%
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel perpsepsi nilai,
mayoritas responden menjawab “setuju” sebesar 54%. Dan pernyataan
yang mendapatkan respon paling positif adalah pernyataan nomor
1,dengan mayoritas responden menjawab “setuju” sebesar 66,7%.
57
4. Intensi Pembelian Kembali (Y)
Variabel Y pada penelitian ini diukur dengan 2pernyataan yang
disebarkan ke 60 responden dan mempersentasekan indikator-indikator
dari variabel tersebut. Hasil tanggapan terhadap intensi pembelian kembali
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Intensi Pembelian Kembali
No. Pernyataan STS TS R S SS
1. Saya
merekomendasikan
ponsel Android
Samsung yang saya
miliki pada orang
lain.
0% 16,7% 36,7% 10% 36,7%
2. Saya ingin membeli
Samsung
SmartThings
6,7% 15% 11,7% 48,3% 18,3%
Rata-rata 3% 16% 24% 29% 28%
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada variabel intensi pembelian
kembali, mayoritas responden menjawab “setuju” sebesar 29%.
Pernyataan yang mendapatkan respon paling positif adalah pernyataan
nomor 2, dengan mayoritas responden menjawab “setuju” sebesar 48,3%.
E. Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji variabel pengganggu atau
residual dalam model regresi memiliki distribusi normal. Data yang baik
dan layak dalam sebuah penelitian adalah data dengan distribusi normal
atau mendekati normal (Ghozali, 2016).
ini dilakukan dengan analisis grafik dan uji
versi 24 dengan hasil:
Sumber: hasil data SPSS yang telah diolah, 2017
Berdasarkan
pada kurva normal p
diagonal dan penyebarannya tidak terlalu jauh atau melebar.
begitu, kurva tersebut
normalitas dan layak untuk menganalisis
independen.
atau mendekati normal (Ghozali, 2016). Pengujian normalitas penelitian
ini dilakukan dengan analisis grafik dan uji statistik menggunakan SPSS
versi 24 dengan hasil:
Gambar 4.1
Kurva Normal P-Plot Hasil Uji Normalitas
Sumber: hasil data SPSS yang telah diolah, 2017
rdasarkan gambar kurva p-plot di atas, dapat disimpulkan bahwa
kurva normal p-plot tersebut, titik-titik menyebar
diagonal dan penyebarannya tidak terlalu jauh atau melebar.
begitu, kurva tersebut menunjukkan bahwa model regresi sesuai asumsi
normalitas dan layak untuk menganalisis pengaruh variabel
58
Pengujian normalitas penelitian
statistik menggunakan SPSS
Plot Hasil Uji Normalitas
disimpulkan bahwa
menyebar di sekitar garis
diagonal dan penyebarannya tidak terlalu jauh atau melebar. Dengan
menunjukkan bahwa model regresi sesuai asumsi
pengaruh variabel-variabel
59
Dan uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual
di penelitian ini adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-
Smirnov(K-S). Dalam uji ini, jika nilai sig. < 0,05 maka data tidak
berdistribusi dengan normal. Sedangkan jika nilai sig. > 0,05 maka data
berdistribusi dengan normal.
Tabel 4.12
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
Sumber: hasil output data SPSS yang telah diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.12, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnovadalah
0,08, dan berarti nilai unstandardized residual memiliki nilai Sig > 0,05
sehingga data dikatakan berdistribusi dengan normal.
2. Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas dilakukan untuk menguji adanya korelasi
antara variabel independen dalam model regresi. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen dan
merupakan variabel ortogonal yang memiliki nilai korelasi antar sesama
variabel independen sama dengan nol.
Menurut Ghozali (2016) jika nilai tolerance> 0,1 dan nilai VIF < 10,
maka model regresi bebas dari multikolonieritas. (Ghozali, 2016). Hasil
60
pengujian VIF dari model regresi pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.13
Hasil Uji Multikolonieritas
Sumber: hasil output data SPSS yang telah diolah, 2017
Berdasarkan hasil tabel 4.13, uji hasil Variance Inflation Factor
(VIF) masing-masing variabel independen memiliki tolerance> 0,1dan
VIF < 10. Dengan variabel persepsi harga (X1) sebesar 0,859 dan 1,164,
variabel persepsi kualitas (X2) sebesar 0,915 dan 1,093, dan variabel
persepsi nilai (X3) sebesar 0,816 dan 1,241, maka dapat dinyatakan model
regresi linier berganda penelitian ini tidak terdapat multikolonieritas antara
variabel dependen dengan variabel independen yang lain.
3. Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas menguji ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi
(Ghozali, 2016). Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas.Uji heterokedastisitas penelitian
inidilakukan dengan 2 cara, yaitu secara grafik dan secara statistik.
61
Gambar 4.2
Hasil Uji Heterokedastisitas Secara Grafik Scatterplot
Sumber: hasil data SPSS yang telah diolah, 2017
Berdasarkan grafik di atas, distribusi data tidak teratur dan tidak
membentuk pola tertentu, serta menyebar di atas maupun di bawah angka
nol pada sumbu Y. Sehingga disimpulkan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas pada model regresi penelitian ini.
Selanjutnya, uji statistik dilakukan menggunakan uji glejser. Jika
nilai signifikansi di bawah 5% atau 0,05 maka terdapat gejala
heteroskedastisitas. Sedangkan jika nilai signifikansi di atas 5% atau 0,05
maka tidak ada gejala heteroskedastisitas.
62
Tabel 4.14
Hasil Uji Heterokedastisitas Secara Statistik
Sumber: hasil data SPSS yang telah diolah, 2017
Berdasarkan tabel diatas semua variabel bebas memiliki signifikansi
di atas 0,05. Dengan variabel persepsi harga (X1) sebesar 0,786, variabel
persepsi kualitas (X2) sebesar 0,098, dan variabel persepsi nilai (X3)
sebesar 0,521, dapat disimpulkan bahwa model regresi penelitian ini tidak
ada masalah heterokedastisitas.
F. Hasil Uji Hipotesis
1. Hasil Uji t
Menurut Ghozali (2016) Uji statistik t menunjukkan seberapa besar
pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Dan salah satu kriteria pengujian adalah dengan
membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel (Priyatno,2016).
Ho diterima dan Ha ditolak jika nilai thitung < ttabel dan sebaliknya Ho
akan ditolak jika thitung > ttabel dengan catatan bahwa harga t adalah mutlak
yang artinya tidak memperhitungkan nilai positif atau negatif (Santoso,
2016).
63
Tabel 4.15
Hasil Uji t
Sumber: hasil output data SPSS yang telah diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, thitung untuk X1 sebesar 1,929, X2
sebesar 2,134, dan X3 sebesar 2,257. Dan untuk menentukan ttabel
digunakan lampiran statistika tabel t, dengan α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi)
dan (df) n-k-1 atau 60-3-1 = 56. Maka diperoleh ttabel sebesar 2,003.
a. Pengaruh persepsi hargaterhadap intensi pembelian kembali
Terlihat bahwa thitung untuk variabel persepsi harga sebesar 1,929
yang menunjukkan bahwa nilai thitung 1,929 < ttabel 2,003. Oleh karena
itu, persepsi harga tidakberpengaruh secara signifikan terhadap intensi
pembelian kembalijika berdiri sendiri/parsial, sehingga dengan hal ini
Ho diterima dan Ha ditolak.
Hasil penelitian ini secara parsial berbanding terbalik dengan
penelitian sebelumnya oleh Chiang dan Jang (2007) yang
menunjukkan bahwa dengan penawaran harga hotel yang dianggap
lebih rendah dibandingkan standar harga internal pelancong atau harga
kompetitor, maka akan membuat pelancong menganggap rendah
64
kualitas hotel tersebut, tapi memiliki nilai tinggi dan meningkatkan
intensi pembelian kembali.
Penelitian yang dilakukan Moslehpour et al (2017) dengan judul
“Repurchase Intention of Korean Beauty Products among Taiwanese
Consumers”menyatakan bahwa persepsi harga mempengaruhi intensi
pembelian kembali secara signifikan juga berlawanan dengan hasil
penelitian ini.
Secara parsial, penelitian ini berlawanan dengan apa yang
dinyatakan Khan, et al (2012) bahwa persepsi harga adalah elemen
penting bagi konsumen saat mereka memutuskan pembelian kembali
di masa depan. Seharusnya, saat mereka menganggap harga lebih
tinggi dari pasaran, konsumen tidak ingin membeli kembali.
Perilaku tersebut disebabkan karena konsumen tidak mengingat
harga pasti suatu produk, tetapi mereka memahami harga dengan cara
yang mudah bagi mereka (Zeithaml, 1988).
b. Pengaruh persepsi kualitas terhadap intensi pembelian kembali
Terlihat bahwa thitung untuk variabel persepsi kualitas adalah
2,134 yang berarti nilai thitung 2,134> ttabel 2,003. Oleh karena itu,
persepsi kualitasberpengaruh secara signifikan terhadap perilaku
intensi pembelian kembali sehingga dengan hal ini Ho ditolak dan Ha
diterima.
Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dipertimbangkan
Chaudhuri (2002) bahwa persepsi kualitas sebagai sebuah faktor
65
berpengaruh, karena dengan persepsi kualitas yang lebih tinggi, maka
intensi pembelian kembali juga lebih tinggi. Yoo et al (2000) juga
menyatakan bahwa persepsi kualitas yang lebih tinggi akan
mengarahkan konsumen untuk memilih merek yang sama
dibandingkan merek kompetitor.
Penelitian oleh Arrifin et al (2016) menunjukkan bahwagreen
value mempengaruhi persepsi kualitas dan kemudian mempengaruhi
intensi pembelian kembali. Serta Kumar (2016) juga menyatakan
bahwa persepsi kualitas bersama dengan persepsi harga dan persepsi
resiko mempengaruhi intensi merek yang kemudian mempengaruhi
intensi pembelian kembali. Maka, hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian terdahulu.
c. Pengaruh persepsi nilai terhadap intensi pembelian kembali
Terlihat bahwa thitung untuk variabel persepsi nilai adalah 2,257
yang berarti nilai thitung 2,257> ttabel 2,003. Oleh karena itu, persepsi
nilaiberpengaruh secara signifikan terhadap intensi pembelian kembali
sehingga dengan hal ini Ho ditolak dan Ha diterima.
Hasil ini mendukung penelitian Huang (2015) yang menyatakan
bahwa persepsi nilai berpengaruh signifikan dan langsung pada intensi
pembelian kembali dengan kepuasan pelanggan sebagai variabel
mediating.Blery (2003) juga menyatakan bahwa variabel persepsi nilai
bersama dengan kepuasan pelanggan mempengaruhi intensi
pembelian kembali.
66
Parasuraman dan Greal (2000) mempertimbangkan persepsi
nilai sebagai indikator terpenting untuk intensi pembelian kembali.
Intensi pembelian kembali konsumen bisa diprediksi berdasarkan
persepsi nilai kegunaan (utilitarian) dan nilai kesenangan (hedonic)
(Chiu et al, 2014). Maka, hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori
yang teah dikemukakan sebelumnya.
2. Hasil Uji F
Menurut Ghozali (2016), uji statistik F menunjukkan apakah
variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi
variabel dependen. Salah satu cara melakukan uji F adalah dengan
membandingkan nilai F hasil perhitungan (Fhitung) dengan nilai F menurut
tabel (Ftabel) (Priyatno, 2016). Ho diterima jika Fhitung ≤ Ftabel dan Ho ditolak
jika Fhitung> Ftabel.
Tabel 4.16
Hasil Uji F
Sumber: hasil output data SPSS yang telah diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.16, Fhitung sebesar 5,717. Untuk menentukan
Ftabel digunakan lampiran statistika tabel F, dengan tingkat signifikansi
0,05, dan df 1(jumlah variabel - 1) atau 4-1 = 3 dan df 2 (n - k-1) atau 60 -
3-1 = 56. Maka diperoleh Ftabel sebesar 2,769.
67
Dengan 5,717> 2,769, maka nilai Fhitung> Ftabel. Sehingga Ho ditolak
dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan yang linier antara variabel
independen dengan variabel dependen.
G. Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Priyatno (2016), teknik analisis pada penelitian ini adalah teknik
analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen yang
ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Dan hasil regresi linier berganda
penelitian ini adalah:
Tabel 4.17
Analisis Regresi Linier Berganda
Sumber: hasil output data SPSS yang telah diolah, 2017
Dari tabel di atas, dirumuskan persamaan regresi untuk mengetahui
pengaruh persepsi harga, persepsi kualitas dan persepsi nilai terhadap intensi
pembelian kembali:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Y = 1,979+ 0,174X1+ 0,241X2 + 0,121X3 + e
68
Keterangan:
Y = Intensi Pembelian Kembali
a = Konstanta
X1 = Persepsi harga
X2 = Persepsi kualitas
X3 = Persepsi nilai
b1 = Koefisien Persepsi harga
b2 = Koefisien Persepsi kualitas
b3 = Koefisien Persepsi nilai
e = Standar kesalahan
Dengan nilai B Unstandardized Coefficient sebesar 0,241 dan menjadi yang
paling besar, variabel perpsepsi kualitas menjadi variabel paling mempengaruhi
intensi pembelian kembali.
H. Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui persentase
pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen
(Priyatno, 2016). Analisis ini dilakukan menggunakan pengujian nilai R2.
Tabel 4.18
Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Sumber: hasil output data SPSS yang telah diolah, 2017
69
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa penelitian ini memiliki nilai R2 sebesar
0,193. Nilai tersebut dapat digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel
persepsi harga (X1), persepsi kualitas (X2), dan persepsi nilai (X3) terhadap
intensi pembelian kembali (Y) produk IoTSamsung di kota Bekasi.
Koefisien determinasi tersebut berarti pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen adalah sebesar 19,3%. Sisanya sebesar 80,7%
dipengaruhi faktor lain selain variabel yang ditelitidalam penelitian ini.
Selama penyebaran kuesioner, sesuatu yang tersirat dari mayoritas
responden adalah tidak yakinnya responden atas kegunaan produk IoT Samsung
untuk kehidupan mereka. Mayoritas responden masih menilai bahwa tenaga
manusia belum bisa digantikan teknologi.
Persaingan pada penjualan produk IoT masih belum terlihat. Sehingga,
siapapun yang bisa memperkenalkan produk IoT secara luas, maka dia bisa
menciptakan pasar baru, menjadi first mover dan memimpin pasar, atau bahkan
memonopoli pasar tersebut, sehingga konsumen tetap membeli ataupun membeli
kembali dan loyal apapun yang terjadi.
Yang terjadi pada produk IoT ini bisa disamakan dengan kejadian
iPhonedari Apple. Saat mayoritas ponseldibuat untuk mendukung bisnis, Apple
memperkenalkan iPhone,ponsel sebagai alat hiburanyang bisa untuk bisnis. Di
2017, ponsel secara mayoritas telah menjadi alat hiburan, dan iPhone tetap
bersaing meskipun dengan harga yang sangat tinggi pada iPhone X, kualitas yang
kurang baik pada iPhone 6, dan nilai yang tidak terlalu bagus pada iPhone SE.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh persepsi harga, persepsi
kualitas dan persepsi nilai terhadap intensi pembelian kembali produk IoT
Samsung dengan responden 60 orang pengguna produk IoT Samsung di service
center resmi Samsung kota Bekasi dan car free day kota Bekasi.Berdasarkan data
yang telah dikumpulkan dan diuji terhadap permasalahan dengan menggunakan
model regresi linier berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaruh variabel persepsi harga terhadap intensi pembelian kembali
Persepsi harga secara parsial tidak berpengaruhsignifikanterhadap intensi
pembelian kembaliproduk IoT Samsung di kota Bekasi, dengan thitung
persepsi harga sebesar 1,929< ttabel 2,003.
2. Pengaruh variabel persepsi kualitas terhadap intensi pembelian
kembali
Persepsi kualitas berpengaruh secara signifikan terhadap intensi pembelian
kembaliproduk IoT Samsung di kota Bekasi, dengan thitung persepsi harga
sebesar 2,134>ttabel 2,003.
71
3. Pengaruh variabel persepsi nilai terhadap intensi pembelian kembali
Persepsi nilai berpengaruh secara signifikan terhadap intensi pembelian
kembaliproduk IoT Samsung di kota Bekasi, dengan thitung persepsi nilai
sebesar 2,257> ttabel 2,003.
4. Pengaruh secara simultan antara variabel persepsi harga, persepsi
kualitas dan persepsi nilai terhadap intensi pembelian
Dalam hasil uji F nilai Fhitung sebesar 5,717> Ftabel 2,769. Hal ini
mengartikan bahwa terdapat hubungan yang linier antara variabel
independen dengan variabel dependen secara keseluruhan. Kemudian, dari
hasil analisis koefisien determinasi didapati nilai R2 sebesar 0,193.
Koefisien determinasi tersebut memiliki maksud bahwa pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 19,3%. Sisanya
sebesar 80,7% dipengaruhi faktor lain selain variabel yang diteliti dalam
penelitian ini.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran yang bisa diterapkan
Samsung untuk produk IoT Samsung :
1. Penelitian ini menunjukkan persepsi harga secara parsial, tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap intensi pembelian kembali.
Sedangkan secara simultan, berpengaruh secara signifikan. Sehingga
untuk bisa mempengaruhi intensi pembelian kembali, persepsi harga
tidak bisa berdiri sendiri.Dari 4 pernyataan persepsi harga, pernyataan
dengan jawaban negatif terbanyak di penelitian ini adalah tentang
72
murahnya harga dan kepantasan harga. Luasnya pasar yang diincar
Samsung memang memberikan resiko tentang murah dan mahalnya
harga, dan jawaban negatif pada murahnya harga merupakan hal yang
wajar terjadi. Tapi, kepantasan harga adalah sesuatu yang berbeda.
Sebaiknya Samsung menyesuaikan harga yang mereka pasangdengan
produk IoT mereka atau menyesuaikan produk IoT mereka dengan harga
yang mereka pasang.
Hal itu diebabkan karena Xiaomi yang mengandalkan strategi hargayang
bisa lebih murah sudah menjual produk IoTdengan keberagaman yang
jauh lebih luas dari Samsung dengan nama “Xiaomi Ecosystem”eksklusif
untuk pasar Cina. Xiaomi Ecosystem juga menggunakan basis sistem
yang hampir mirip dengan Samsung, sehingga produk IoT Samsung akan
bertarung langsung dengan Xiaomi Ecosystem saat mulai dijual di luar
Cina.
Selain Xiaomi, Apple juga sudah menjual produk IoT mereka dengan
harga yang tinggi.Tapi produk mereka memiliki basis iOS dan MacOS
yang tidak dimiliki produk lain sehingga produk IoT mereka menjadi
berbeda dan ekslusif. Sehingga saat Samsung memasang harga tinggi,
maka produk IoT mereka akan melawan produk IoT Apple dengan basis
sistem eksklusifnya.
2. Persepsi kualitas berpengaruh signifikan terhadap intensi pembelian
kembali. Seberapa baik produk dibuat dan standar kualitas menjadi
pernyataan yang mendapatkan paling banyak respon negatif. Oleh karena
73
itu, Samsung harus meningkatkan efektivitas proses manufaktur mereka
sehingga produk IoT mereka tidak akan rusak dengan sendirinya dan bisa
berfungsi serta bertahan sesuai perkiraan, terutama agar kejadian luar
biasa Galaxy Note 7 tidak terjadi lagi.
Di sisi lain, Samsung sebaiknya harus mampu menciptakan dan
memenuhi standar kualitas yang baik dan tidak memaksakan diri.
Melihat di 2017, Tizen OS dihadapkan dengan Android yang memiliki
sumber daya pengembangan jauh lebih luas dan besar, serta Bixby yang
masih sangat baru tetapi ditempatkan di posisi premium sehingga harus
berhadapandenganGoogle Asisstant dan Siri yang waktu
pengembangannya hampir 2 kali lebih lama menjadi contoh jelas
bagaimana penciptaan dan pemenuhan standar kualitas yang dipaksakan.
Karena seharusnya, divisi produk IoT Samsung bisa belajar pada divisi
komponen mereka yang mampu menciptakan komponen untuk berbagai
merek ponsel pintar Android dan bahkan iPhone.
3. Persepsi nilai berpengaruh signifikan terhadap intensi pembelian
kembali. Menunjukkan status sosial, memberikan kesenangan dan
kesesuaian dengan harapan menjadi 3 pernyataan dengan respon negatif
terbanyak. Dalam menunjukkan status sosial, Samsung harus bisa
menciptakan 2 nilai berbeda, sehingga produk kelas bawah mereka bisa
menunjukkan status sosial yang lebih tinggi saat dibandingkandengan
pengguna Xiaomi, dan secara bersamaan menciptakan nilai untuk produk
kelas atas mereka yang sama sekali tidak terkait dengan produk kelas
74
bawah mereka, sehingga pengguna Samsung tidak kalah saing dengan
pengguna Apple.
Kesenangan memiliki banyak bentuk, akan tetapi, yang dilakukan
Samsung dengan penawaran dalam aplikasi Galaxy Apps pada produk
IoT ponsel pintar Android mereka sebenarnya sudah cukup baik. Tapi
akan lebih baik jika Galaxy Apps bisa memunculkan isi aplikasitersebut
pada bagian paling menarik, tanpa perlu membuka aplikasinya. Dan di
saat bersamaan juga membuat penawaran yang lebih bisa menyenangkan
penggunanya.
Kesesuaian dengan harapan sangat tergantung dengan paparan informasi
pengguna sebelum memiliki produk. Sebaiknya Samsung menciptakan
informasi yang mendekati kemampuan asli produk mereka sehingga
pengguna tidak menerima informasi berlebihan yang berujung pada
terlalu tingginya harapan pada produk IoT Samsung.
Penelitian ini diharapkan menjadi dasar penelitian yang akan dilakukan
selanjutnya. Bagi pihak yang ingin meneliti lebih lanjut, dapat menggunakan
ataupun menambahkan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi intensi
pembelian kembali, seperti kepuasan pelanggan, nilai emosi, word of mouth,
negara asal, attribute belief, dan intensi merek.
Selain variabel, jangkauan wilayah penelitian juga bisa diperluas, karena di
Indonesia, bahkan di pulau Jawa saja, perkembangan teknologi bisa memiliki
perbedaan antara satu kota dengan kota atau kabupaten lainnya.
75
DAFTAR PUSTAKA
A.C. Nielsen. “Survey of Consumer Behaviour and Perceptions toward Modern and Traditional Trade Channels”. Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Jakarta, 2009.
Ahmed, Sultan “From Customer Perceived Value to Repurchase Intention in Textile Sector of Bangladesh: A Correlation Study” Internasional Journal of Ethics in Social Sciences, Vol. 2 No.1, 2014
Arrifin, et al. “Factors Influencing Perceived Quality and Repurchase Intention Toward Green Products” Procedia Economics and Finance, Vol. 37, 2015
Blery, Evangelia “Factors Influencing Customers’ Repurchase Intentions in The Greek Mobile Telephony Sector”, 2003
Brucks, Merrie dan Valarie A. Zeithaml, "Price as an Indicator of Quality Dimensions" paper presented at Association for Consumer Research Annual Meeting, Boston, MA, 1987.
Chang, T. Z., and Wildt, A. R. “Price, product information and purchase intention: an empirical study” Journal of the Academy of Marketing Science, 22, 1, 1994.
Chaudhuri, A., “How Branf Reputation Affects The Advertising-Brand Equity Link” Journal of Advertising Research, 2002.
Chiang, Chun-Fang, Soocheong Shawn Jang. “The Effects of Perceived Price and Brand Image on Value and Purchase Intention: Leisure Travelers’ Attitudes Toward Online Hotel Booking.” Journal of Hospitality & Leisure Marketing, 15:3, 49-69, 2007.
Chiu, C., Wang, E. T. G., Fang, Y. and Huang, H., “Understanding customers' repeat purchase intentions in B2C e-commerce: The roles of utilitarian value, hedonic value and perceived risk”, Information Systems Journal, Vol. 24 No.1, pp. 85-114, 2014.
Choi, E.J., Kim, S.H. “The Study of the Impact of Perceived Quality and Value of Social Enterprises on Customer Satisfication and Re-Purchase Intention”, Internasional Journal of Smart Home, 2013.
Davidow, M. “Have you heard the word?The effect of word of mouth on perceived justice, satisfaction and repurchase intention following complaint handling” Journal of Consumer Satisfaction, Dissatisfaction and Complaining Behavior, 16, 67-80, 2003.
Dodds, W. B., Monroe, K. B., and Grewal, D. “The effects of price, brand and store information on buyers’ product evaluations” Journal of Marketing Research, 28, 3, 1991
76
Edward S, -T, Wang Jia-Rong Yu “Effect of Product Attribute Beliefs of Ready-to-drink Coffee Beverage on Consumer-Perceived Value and Repurchase Intention.”British Food Journal, vol. 118 Iss 12pp, 2016.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2016.
Gronholdt, L., Martensen, A., dan Kristensen K “The Relationship between Customer Satisfication and Loyalty: Cross-Industry Differences” Total Quality Management, 2002.
Hellier, Phillip K., Gus M. Geursen, Rodney A. Carr, John A. Rickard “Customer Repurchase Intention A General Structural Equation Model”, European Journal of Marketing, Vol. 37 No. 11/12, 2003.
Huang, Ching-Lin “The Influence of Preceived Value on Repurchase Intention: A Leading 3c Retailer in Taiwan as An Example”, International Journal of Information Technology and Business Management, Vol. 43 No. 1, 2015
http://banten.bps.go.id/backend/brs_ind/brsInd-2010103140043.pdf, “Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi”, Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 67/12/36/Th. X, artikel diakses 11 Februari 2017.
http://bekasikota.bps.go.id/Brs/view/id/115,Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi”, Berita Resmi Statistik Np. 01/12/Th. XVII, artikel diakses 11 Februari 2017.
http://www.gsmarena.com/lg_g6-8466.php, “LG G6” artikel diakses tanggal 10 Oktober 2017.
http://www.gsmarena.com/samsung_galaxy_s8-8161.php, “Samsung Galaxy S8” artikel diakses tanggal 10 Oktober 2017.
http://jakarta.bps.go.id/backend/brs_ind/brsInd-20150220094832.pdf “Komuter DKI Jakarta Tahun 2014”, Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.12/02/31/Th. XVII, 2015, diakses tanggal 11 Februari 2017.
http://news.samsung.com/global/samsung-electronics-announces-2016-second-quarter-results, “Samsung Electronic Announces Second Quarter Results” artikel diakses tanggal 10 November 2016.
http://news.samsung.com/global/samsung-electronics-announces-vision-for-a-human-centered-internet-of-things-planning-1-2-billion-for-u-s-research-and-development-of-iot, “Samsung Shows Dedication to IoT with $1.2 Billion Investment and R&D” artikel diakses tanggal 6 November 2016.
http://www.samsung.com, “Samsung" artikel diakses tanggal 10 November 2017.
http://www.samsung.com/ca/smarthome/, “Samsung Smarthome” artikel diakses tanggal 7 November 2016.
77
http://www.samsung.com/global/business-images/insights/2016/Samsung-IoT-Solution-0.pdf, “Samsung IoT Solution, Changing the way the world works”, artikel diakses tanggal 7 November 2016.
Jacoby, J., and Olson, J. C. “Consumer response to price: An attitudinal, information processing perspective”. In Y. Wind and M. Greenberg (eds.), Moving Ahead with Attitude Research, American Marketing Association, Chicago, IL, 1997
Janes, W. N. and Sasser, P. L. “Involvement, attributions, and consumer responses to rebates”, Journal Business and Psychology, 9 (3), 1995.
JDD, Ivan, “Samsung mulai masuki pasar rumah pintar di Indonesia” artikel diakses pada 20 Maret 2017, dari https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/samsung-mulai-masuki-pasar-rumah-pintar-di-indonesia
Khan, M. S., Naumann, E. and Williams, P. “Identifying the key drivers of customer satisfaction and repurchase intentions: An empirical investigation on Japanese B2B services”, Journal of Consumer Satisfaction, Dissatisfaction and Complaining Behaviour, Vol. 25, pp.159-175, 2012.
Kumar, Suresh. “Consumers’ Perception towards Private Label and its Implication on Repurchase Intention: A Case of Giant’s Customers in Cikarang, Indonesia” International Journal of Managerial Studies and Research, Vol. 4, Isssue: 5, 2016.
Lu, T.K., Majid N.F.N., Harun N.H., Othman N., “Assessing The Variables that Influence The Intention of Green Purchase” Proceedings of The Social Sciences Research ICSSR, 2014.
Moslehpour, Massoud, Wing-Keung Wong, Kien Van Pham, Carine K. Aulia. “Repurchase Intention of Korean Beauty Products among Taiwanese Consumers” Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics, Vol. 29 Issue: 3, 2017.
Parasuraman, A., & Grewal, D. “The impact of technology on the quality-value-loyalty chain: A research agenda”, Journal of the Academy of Marketing Science, 28 (1), 2000.
Peter, J. Paul, & Jerry C. Olson “Consumer Behavior & Marketing Strategy. Mc-Graw-Hill Irwin, New York, 2010.
Sweeney, Jillian C., Geoffrey N. Soutar. “Consumer Perceived Value: The Development of a Multiple Item Scale”, Journal of Retailing, 2001.
Victor, H. “Apple iphone Vs Samsung Galaxy: a history of the biggest smartphone rivalry”, artikel diakses tanggal 20 Juli 2017, dari https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/samsung-mulai-masuki-pasar-rumah-pintar-di-indonesia
Woodall, Tony “Conceptualising ‘Value for Customer’: An Atrributional, Structural and Dispositional Analysis”, Academy of Marketing Science Review, 2003.
“Worldwide Smartphone Volumes Relatively Flat in Q2 2016 Marking the Second Straight Quarter Without Growth, According to IDC” artikel diakses tanggal 9 November 2016, dari m/getdoc.jsp?containhttp://www.idc.coerId=prUS41636516
Wu, Lei-Yu, Kurang-Yang Chen, Po-Yuan Chen, Shu-Ling Cheng. “Perceived Value, Transaction Cost, and Repurchase-Intention in Online Shopping: A Relational Exchange Perspective”, Journal of Business Research, Vol. 67, 2014.
Yoo, B., Donthu, N. Dan Lee, S “An Examination of Selected Marketing Mix Elements and Brand Equity”, Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 28, No.2, 2000.
Yu, Hyun Soon, James J. Zhang, Dae Hyun Kim, Kenny K. Chen, Chris Hendersen, Sophia D. Min, Haiyan Huang, “Service Quality, Perceived Value, Customer Satisfication, and Behavorial Intention Among Fitness Center Members Aged 60 Years and Over”, Social Behavior and Personality, 42(5), 2014.
Zeithaml, V. A. “Consumer perceptions of price, quality, and value: a means-end model and synthesis of evidence”, Journal of Marketing, 52, 3, 1988.
79
LAMPIRAN
80
KUESIONER PENELITIAN
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/I Responden Penelitian
Di tempat
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program
Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:
Nama : Mochamad Imam Antero
NIM : 1113081000035
Fakultas/Jurusan : Ekonomi dan Bisnis/Manajemen Pemasaran
Bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan
judul “PENGARUH PERSEPSI HARGA, PERSEPSI KUALITAS DAN
PERSEPSI NILAI TERHADAP INTENSI PEMBELIAN KEMBALI PRODUK
SAMSUNG INTERNET OF THINGS”. Maka untuk mendukung keberhasilan
pelaksanaan penelitian ini, saya memohon ketersediaan Bapak/Ibu/Sdr/I untuk
mengisi daftar pernyataan yang saya ajukan. Kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/I
merupakan bantuan yang sangat bernilai bagi saya.
Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/I meluangkan waktu untuk mengisi dan
menjawab semua pernyataan dalam kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Mochamad Imam Antero
81
SCREENING QUESTION
Internet of ThingsSamsung adalah produk dari Samsung yang mampu
membuat alat elektronik saling terhubung.Internet of Things Samsung di tahun
2017 adalah ponsel Android Samsung dan SmartThings berupa rumah pintar yang
menggunakan ponsel Android Samsung sebagai alat pengendali.
1. Apakah anda memiliki salah produk Internet of Things Samsung*:
( ) Memiliki ( ) Tidak Memiliki
*) Jika “memiliki” anda dapat melanjutkan kuesioner, jika “tidak memiliki”
anda tidak perlu melanjutkan kuesioner, terima kasih.
IDENTITAS RESPODEN
Untuk keabsahan responden ini, Bapak/Ibu/Sdr/I mengisi pernyataan ini: