PENGARUH PERATAAN LABA TERHADAP KEKAYAAN PEMEGANG SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2007- 2011. Oleh: FLORANSSIA HAYU RISTIKASARI NIM : 232009102 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
��
�
PENGARUH PERATAAN LABA TERHADAP KEKAYAAN PEMEGANG SAHAM PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2007- 2011.
Oleh:
FLORANSSIA HAYU RISTIKASARI NIM : 232009102
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
�
�
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
2013
���
�
����
�
���
�
HALAMAN PERSEMBAHAN�
Segala puji syukur bagi Tuhan, atas segala rahmat dan kemurahan-
Nyasehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan kertas kerja ini. Penulis
menyadaritanpa kasih karunia-Nya, doa serta bantuan dari berbagai pihak
yang berupa dorongan, informasi, nasehat,dan bimbingan, penulisan kertas
kerja ini tidak dapatberjalan dengan baik. Oleh karena itu, melalui kesempatan
ini penulis inginmenyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.Bp. Hari Sunarto, SE., MBA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomika
This study examines the effect of income smoothing and risk response in the Indonesian market as a proxy variable of shareholder wealth. The research methodology used is based Wang and Williams(2006). The sample used in this study were 110 companies listed on the Stock Exchange during the five years(2007-2011). Hypothesis testing using panel regression analysis. The results of this study indicate that here is no effect of income smoothing on the market response. This study also proves that the risk of companies doing income smoothing is higher than that does not do income smoothing. Keywords: Income Smoothing, Market Response, Risk
���
�
SARIPATI �
Penelitian ini mengkaji pengaruh perataan laba terhadap respon pasar dan risiko di Indonesia sebagai variabel yang menjadi proksi dari kekayaan pemegang saham. Metodologi penelitian yang digunakan mengacu Wang dan Williams (2006). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 110 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama 5 tahun (2007-2011). Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi panel. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh perataan laba terhadap respon pasar. Penelitian ini juga membuktikan bahwa risiko perusahaan yang melakukan perataan laba lebih tinggi daripada yang tidak melakukan perataan laba.
Kata kunci :Perataanlaba, Respon pasar, Risiko
��
�
Pengaruh Perataan Laba Terhadap Kekayaan Pemegang
Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2007- 2011.
PENDAHULUAN
Pada dasarnya perataan laba dipandang sebagai kecurangan yang
menyesatkan dan tidak bermoral yang dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan Ronen dan Sadan (1981) dalam Wang dan Williams (2006).
Saring (2006) menyebutkan bahwa di satu sisi, praktik manajemen laba
dianggap menimbulkan keraguan pada integritas akuntan, dimana praktik ini
tetap menggunakan ketentuan – ketentuan yang adamisal prinsip yang
diterima umum(PABU), namun dikelola sedemikian rupa oleh manajemen
sehingga mengorbankan kepentingan pihak pengguna informasi tersebut.
Apabila laporan ini digunakan dalam pengambilan keputusan maka informasi
tersebut dapat menyesatkan sehingga tidak reliable. Namun Tucker dan
Zarowin (2006) memandang dalam dua sisi yang berbeda, mereka
mengemukakan bahwa di satu sisi, perataan laba meningkatkan
keinformatifan informasi laba jika manajer menggunakan kebijakan mereka
untuk berkomunikasi mengenai penilaian mereka terhadap laba masa depan.
Disisi lain, perataan laba akan menimbulkan pengungkapan laba yang
menyesatkan jika manajer dengan sengaja melakukan penataan angka
produktif pada laporan keuangan. Healy dan Palepu (1993) juga
��
�
menambahkan dari sisi positif perlakuan manajemen perusahaan terhadap
perataan laba dimana, manajemen laba merupakan suatu hal yang wajar ketika
seorang manajer mempunyai informasi lebih banyak dibandingkan pemakai
laporan keuangan lainnya sebagai akibat dari keahlian yang mereka miliki
mengenai kinerja perusahaan.
Sejalan dengan pendapat penelitian sebelumnya yang dilakukanWang
dan Williams (2006), penelitian ini mendukung bahwa perataan laba yang
dilakukan oleh perusahaan merupakan hal yang positif dan potensial. Praktik
perataan laba dapat meningkatkan nilai informasi laba yang tercermin dari
laporan keuangan perusahaan pada pasar modal.
Menurut Wang dan Williams (2006), proses perataan laba tidak lepas
dari pengetahuan pribadi manajer mengenai pemahaman kinerja dan
keberlangsungan perusahaan di masa depan perusahaan (going concern).
Pengetahuan manajer mengenai kinerja masa depan perusahaan adalah
sesuatu yang sangat berharga bagicalon investor. Para investor yang
diuntungkan dari pengetahuan manajer perusahaan mengenai informasi masa
depan perusahaan, diharapkan dapat merespon positif terhadap informasi
mengenai pendapatan/dividen yang akan diterima dalam jangka panjang.
Respon positif ini berimbas terhadap harga saham perusahaan di pasar modal
yang tentunya akan menguntungkan dan mempengaruhi kekayaan pemegang
saham.
��
�
Di Indonesia penelitian mengenai perataan laba juga telah dilakukan oleh
Juniarti dan Corolina (2005);Budhijono (2006); Silviana (2006); Kartika dan
Zulaikha (2009);Azhari (2010) dimana fokus mengungkapkan faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya perataan laba. Sedangkan Mursalim(2006);
Achmad et al. (2007) mengungkapkan perataan laba terhadap motivasi
investor dalam berinvestasi pada perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia. Berdasarkan beberapa penelitian diatas dapat dikatakan bahwa
praktek perataan laba telah terdapat pada perusahaaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Namun, belum ada studi yang meneliti secara empiris
mengenai hubungan antara perataan laba dan kekayaan pemegang saham yang
ada di Indonesia.
Penelitian ini mereplikasi penelitian sebelumya yang dilakukan Wang dan
Williams (2006), dimana menjabarkan perataan laba dalam 2 indikator
sebagai dasar dalam penelitian ini yaitu respon pasar dan risiko perusahaan.
Wang dan Williams (2006), mengemukakan bahwa di Amerika perataan laba
dapat bermanfaat bagi pemegang saham perusahaan dan calon investor.Selain
itu, penelitian sebelumnya menunjukan bahwa respon pasar terhadap
perusahaan dengan perataan laba empat kali lebih besar dari perusahaan lain
yang tidak melakukan perataan laba. Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti
pengaruh perataan laba terhadap kekayaan pemegang saham yang terjadi di
Indonesia. Objek yang dipilih dalam melakukan penelitian adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI karena dianggap perusahaan go public telah
��
�
memenuhi standar dalam hal pelaporan keuangan dan pertanggungjawaban
terhadap publik. Penelitian ini menggunakan rentang waktu 5 tahun yaitu
tahun 2007 - 2011.
Berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan persoalan penelitian sebagai
berikut:
Bagaimana pengaruh perataan laba terhadap kekayaan pemegang saham
pada publikasi laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2007- 2011?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perataan laba
yang terlihat dari 2 indikator yaitu respon pasar dan risiko. sehingga dengan
adanya penelitian ini diharapkan dapat mengetahui respon pasar terhadap
perataan laba pada laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2007- 2011 dan untuk mengetahui hasil dan besaran pengaruh
perataan laba yang dilakukan perusahaan terhadap risiko yang akan dialami
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007- 2011.
�
�
TELAAH PUSTAKA
Tinjauan Teoritis
Pengertian Perataan laba
Perataan laba (income smoothing) merupakan suatu bentuk manajemen
atas laba yang mencerminkan kinerja perusahaan dengan tidak
sebagaimana keadaaanya, tetapi merupakan tampilan yang diinginkan
manajemen (Siegel dan Shim, 1999).
Terjadinya perataan laba menurut Healy dan James (1998), adalah ketika
manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan dalam
penataan transaksi untuk mengubah laporan keuangan baik untuk
menyesatkan beberapa stakeholder tentang tata kelola keuangan yang
mendasari perusahaan. Sedangkan menurut Silviana (2009), perhatian
investor yang sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan
prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi tersebut
mendorong manajer untuk melakukan manajemen atas laba (earning
management) atau manipulasi laba (earnings manipulation).
Keterjadian perataan laba secara positif menurut Mursalim (2006)
mengemukakan bahwa income smoothing menandakan tidak pada
penyimpangan atau pemalsuan, tetapi pada peluang luas yang terdapat
dalam prinsip yang diterima umum (PABU) dan penjabarannya. Sasaran
�
�
utama adalah untuk melunakkan variabilitas laba setiap tahunnya, dengan
mengalihkan pendapatan dari tahun yang baik ke tahun yang buruk. Dalam
hal ini pendapatan masa yang akan datang ataupun sebaliknya, demikian
pula halnya dengan biaya dapat dimodifikasi dengan mengalihkan beban
atau kerugian dari periode ke periode contohnya adalah pengurangan biaya
(discretionary cost; seperti biaya iklan) pada tahun berjalan untuk
memperaiki laba periode berjalan, kebijakan ini disebut real smoothing.
Perataan laba menurut Azhari (2010) dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu:
1. Manajemen dapat menentukan waktu terjadinya kejadian tertentu
melalui kebijakan yang dimiliki.
2. Mengubah metode akuntansi.
3. Manajer memiliki kebijakan sendiri dalam mengklasifikasikan pos- pos
laba rugi tertentu ke dalam kategori yang berbeda.
Pengertian Kekayaan Pemegang Saham
Menurut Gitman (2009) pemegang saham adalah pemilik sebuah
perusahaanyang kepemilikannya, atau ekuitas, dibuktikan dengan baik
saham biasa atau saham preferen. Kekayaan pemegang saham didapatkan
dari dividen dan capital gain. Dividen adalah distribusi pendapatan
periodik yang di berikan kepada pemegang saham dari suatu perusahaan.
��
�
Capital gain adalah selisih pendapatan yang didapat pemegang saham
suatu perusahaan dari harga saham di bursa efek.
Kekayaan pemegang saham akan berunjuk pada kesejahteraan
pemegang saham. Menurut Widayanti (2009) mengemukakan bahwa
kesejahteraan pemegang saham diukur dari harga saham. Semakin tinggi
harga saham perusahaan maka semakin tinggi kesejahteraan pemegang
saham. Variabel keputusan yang utama dalam proses maksimalisasi
kesejahteraan adalah kas yang diterima oleh pemegang saham (return) dan
risiko (risk) yang harus ditanggung oleh pemegang saham.
Pengertian Respon pasar
Respon pasar adalah reaksi pasar dalam menanggapi kejadian yang
terjadi pada pasar modal, Hal ini berkaitan dengan harga saham. Subekti
(2002) dalam Restuningdiah (2010) menyatakan pasar bereaksi dengan
cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang
sepenuhnya mencerminkan informasi yang ada maka kondisi pasar seperti
ini yang dikatakan pasar efisien. Selanjutnya Scott (2000) dalam
Restuningdiah (2010) mengemukakan beberapa hal yang menyebabkan
respon pasar berbeda- beda adalah persistensi laba, struktur permodalan
perusahaan, kualitas laba, growth opportunities dan informativeness of
price.
��
�
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat dikatakan bahwa laba
merupakan indikator yang sangat berpengaruh terhadap respon pasar pada
modal saham perusahaan.
Pengertian Risiko
Menurut Suhardiyah (2001), risiko merupakan kemungkinan
perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang
diharapkan. Semakin besar perbedaanya semakin besar risiko.Widayanti
(2009)mengemukakan risiko adalah variabilitas return dari suatu aset
(uncertainty), dimana semakin yakin pendapatan dari suatu aset, semakin
berkurang variabilitas pendapatannya berarti risiko semakin kecil.
Nalar Konsep dan Hipotesis Penelitian
Tuntutan terhadap pihak manajemen perusahaan untuk
mensejahterakan pemegang saham, dan pandangan investor yang dianggap
selalu tertuju pada laporan keuangan perusahaan mendorong manajer
untuk melakukan manajemen atas laba. Sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan Wang dan Williams (2006), Penelitian ini
berpendapat bahwa perataan laba yang dilakukan perusahaan akan
berimbas terhadap 2 hal yaitu respon pasar dan risiko perusahaan.
Indikator yang pertama yaitu respon pasar. Menurut teori
asymmetric information, manajer merupakan seseorang yang mengetahui
�
�
kondisi perusahaan lebih baik dibandingkan pemegang saham. Oleh karena
kerahasiaan perusahaan, manajer seringkali hanya bisa memberi signal
kepada investor terkait kondisi perusahaan.
Menurut Wang dan Williams (2006) dengan melakukan perataan
laba, manajer sedang memberikan signal informasi kepada investor terkait
masa depan perusahaan. Manajer akan melakukan perataan laba (i.e.
meningkatkan laba dari tahun ke tahun) apabila ia yakin akan kondisi masa
depan perusahaan yang semakin meningkat. Selain itu, manajer akan
melakukan perataan laba apabila ia yakin akan akurasi prediksi laba
perusahaan dimasa yang akan datang. Secara singkat, praktek perataan laba
dianggap sebagai cerminan keyakinan manajer terhadap masa depan
perusahaan yang baik. Oleh karena harga saham sangat ditentukan
informasi terkait prospek perusahaan, signal perataan laba ini akan
direspons secara positif oleh investor. Hasil penelitian empiris yang
dilakukan Wang dan Williams (2006) konsisten dengan prediksi ini.
Berdasarkan argumentasi dan hasil penelitian Wang dan Williams dapat
dirumuskan hipotesa:
Perataan laba direspon positif oleh investor Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007- 2011.
���
�
Indikator kedua yang dipakai untuk melihat dampak perataan laba
terhadap kekayaan pemegang saham adalah pengaruhnya terhadap risiko.
Model dasar penilaian saham (Widayanti, 2009) dirumuskan sebagai
berikut:
Keterangan:
Po =harga saham
D1= deviden
Ks = return yang diharapkan
g = growth atau pertumbuhan
Dari model diatas dapat disimpulkan bahwa harga saham (i.e. kekayaan
pemegang saham) berbanding terbalik dengan return yang diharapkan
(ks).Tingkat return ditentukan oleh tingkat risiko.
Untuk mengetahui seberapa besar resiko yang akan ditanggung
oleh investor dapat tercermin dari koefisien Beta (�) dimana diperoleh
dari persamaan CAPM (Capital Asset Pricing Model) sebagai berikut:
Keterangan:
Rj =required return
Rf =riskfree
Rm=market return
� = risiko
�� ���
��� �
Rj = Rf + (Rm – Rf) �
���
�
Risiko diukur dengan beta. Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa
semakin tinggi risiko semakin tinggi return yang diharapkan. Berdasarkan
model harga saham dapat pula dilihat bahwa semakin tinggi return yang
diharapkan semakin rendah harga saham. Sebaliknya semakin rendah risiko,
semakin rendah pula return yang diharapkan dan semakin tinggi harga saham.
Menurut Wang dan Williams (2006), keputusan melakukan perataan
laba pada laporan keuangan yang didasarkan pada pengetahuan pribadi
manajer mengenai kinerja perusahaan dimasa depan merupakan hal yang
sangat krusial. Dengan melakukan praktek perataan laba pada laporan
keuangan, manajer dianggap mampu untuk memprediksi masa depan
perusahaan dengan lebih baik. Dengan kemampuan prediksi masa depan yang
lebih baik, manajer akan mampu melakukan perencanaan dengan lebih baik
sehingga risiko perusahaan akan lebih rendah. Perusahaan dianggap lebih
dapat memprediksi produktifitas kinerja perusahaan di masadepan sehingga
dapat mengurangi risiko. Wang dan Williams (2006) membuktikan hubungan
yang negatif antara perataan laba dengan risiko. Berdasarkan argumentasi dan
hasil penelitian mereka dapat dirumuskan hipotesa:
Perataan laba mempunyai hubungan yang negatif dengan risiko
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007- 2011.
���
�
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hipodeduktif
(hypodeductive research) yaitu jenis penelitian yang menggunakan
analisis statistik untuk membuktikan dugaan penelitian terhadap masalah
yang akan diteliti.
Data yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah data saham
perusahaan dan sumber data laporan keuangan tahunan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mulai tahun berakhir pada 31 desember
2007 sampai 31 desember 2011 yang diperoleh dari publikasi laporan
keuangan diperoleh dari situs PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)
www.idx.co.id�dan Indonesia Capital Market Directory(ICMD)
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan- perusahaanmanufaktur go
public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007 hingga
2011. Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang telah memenuhi kriteriayang berjumlah 110 perusahaan.
Pertimbangan pemilihan perusahaan manufaktur sebagai sampel karena
sebagian besar perusahaan di Indonesia merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang manufaktur Parawiyati dan Baridwan (1998) dalam
Mudjiono (2010).
���
�
Penelitian ini menggunakan periode pengujian lima tahun yaitu 2007-
2011. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sample yaitu sampel
yang diambil untuk sesuai dengankriteria tertentu.Untuk dimasukan
dalam sampel, perusahaan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan harus memiliki akhir periode 31 desember
b. Perusahaan harus memiliki data laba yang tersedia di BEI dan ICMD
dari tahun 2007 sampai 2011.
c. Perusahaan harus memiliki data harga saham harian maupun tahunan
yang tersedia di BEI untuk tahun 2007- 2011.
d. Perusahaan merupakan perusahaan yang non banking dan perusahaan
non utilitas
Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah teknik
analisis statistik. Teknik analisis statistik yang digunakan yaitu regresi panel
dan korelasi. Teknik tersebut berguna untuk memperoleh data tentang
pengaruh perataan labaterhadap kekayaan pemegang saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007- 2011.
Adapun model yang digunakan dalam menguji hubungan antara perataan
laba dan respon pasar, menggunakan dua parameter yaitu dari pendapatan tak
terduga (UINC) pada abnormal return kumulatif (CAR) yang dilihat dari nilai
���
�
pasar atau market value untuk masing masing kedua kelompok yang
dibandingkan.
Model persamaan regresi panel adalah sebagai berikut: