PENGARUH PENGUNGKAPAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012) Oleh: Timotius Kevin Sugito (Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana) Yeterina Widi Nugrahanti Ari Budi Kristanto ( Staf Pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana) ABSTRACT The purpose of this research is to find empirical evidence about the influence of web site disclosure on the value of the firm. The problem formulation in this research is as following: (1) How the influence of disclosure on the value of the firm? (2) Are there differences in the value of the firm that does disclosures through the web site with a company that does not disclosures through the web site?. The sample used consisted of 70 manufacturing companies listed on BEI in 2012. A Purpose sampling method is used in this research. Method of data analysis in this research is multiple linear regression for the first model, and independent samples t-test for second model. The study’s findings revealed that disclosure have significant impact on the value of the firm. For the second model, does not reveal any difference in the value of the firm that does disclosure through the web site and non-web site. Keywords: Diclosure, The value of the firm. PENDAHULUAN Perusahaan-perusahaan membutuhkan modal untuk menunjang aktivitas operasional perusahaannya. Hal itu dapat diperoleh dengan menjual saham perusahaan kepada pihak eksternal perusahaan yakni investor dan kreditor. Namun, investor dan kreditor hanya akan menginvestasikan dananya ke perusahaan yang dapat memberikan keuntungan dan keamanan atas investasinya. Oleh karena itu, investor memerlukan informasi yang relevan dan akurat untuk mendukung pengambilan keputusan yang aman dan menguntungkan. Untuk mendukung hal
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH PENGUNGKAPAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN
2012)
Oleh:
Timotius Kevin Sugito
(Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana)
Yeterina Widi Nugrahanti
Ari Budi Kristanto
( Staf Pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana)
ABSTRACT
The purpose of this research is to find empirical evidence about the
influence of web site disclosure on the value of the firm. The problem formulation
in this research is as following: (1) How the influence of disclosure on the value
of the firm? (2) Are there differences in the value of the firm that does disclosures
through the web site with a company that does not disclosures through the web
site?.
The sample used consisted of 70 manufacturing companies listed on BEI in
2012. A Purpose sampling method is used in this research. Method of data
analysis in this research is multiple linear regression for the first model, and
independent samples t-test for second model.
The study’s findings revealed that disclosure have significant impact on the
value of the firm. For the second model, does not reveal any difference in the
value of the firm that does disclosure through the web site and non-web site.
Keywords: Diclosure, The value of the firm.
PENDAHULUAN
Perusahaan-perusahaan membutuhkan modal untuk menunjang aktivitas operasional
perusahaannya. Hal itu dapat diperoleh dengan menjual saham perusahaan kepada pihak
eksternal perusahaan yakni investor dan kreditor. Namun, investor dan kreditor hanya akan
menginvestasikan dananya ke perusahaan yang dapat memberikan keuntungan dan keamanan
atas investasinya. Oleh karena itu, investor memerlukan informasi yang relevan dan akurat untuk
mendukung pengambilan keputusan yang aman dan menguntungkan. Untuk mendukung hal
tersebut, maka diperlukan pengungkapan informasi yang berisi informasi mengenai kinerja
perusahaan yang dapat dipercaya (Nuswandari, 2009). Salah satu cara untuk menilai kinerja
adalah dengan melihat laporan keuangan perusahaan. Pengungkapan dalam laporan keuangan
akan membantu penggunanya dalam memahami isi dan angka yang dilaporkan di dalam laporan
tahunan (Putra, 2011).
Informasi yang diungkapkan dapat digolongkan dalam pengungkapan wajib dan
pengungkapan sukarela. Pengungkapan wajib adalah informasi yang harus diungkapkan oleh
emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal suatu negara. Sedangkan pengungkapan sukarela
adalah penyampaian informasi yang diberikan secara sukarela oleh perusahaan di luar
pengungkapan wajib (Nuswandari, 2009). Semakin banyak item pengungkapan yang
diungkapkan, dapat menjadi sinyal positif bagi investor karena semakin banyak pula informasi
perusahaan yang diketahui (Fajar, 2009). Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya volume
perdagangan saham harga saham yang mengakibatkan tingginya harga saham di pasar modal
sebagai cerminan atas nilai suatu perusahaan (Nurchanifia, 2012).
Seiring dengan perkembangan teknologi, pengungkapan informasi-informasi tersebut
dapat dilakukan melalui media internet. Oleh karena berbagai kemudahan dan manfaat yang
terdapat dalam media internet, membuat internet mudah diterima dan sebagian besar dari
populasi manusia saat ini menggunakan media internet untuk menunjang kinerja mereka. Hal
tersebut didukung oleh data yang diolah oleh Internet World Stats: Usage and Population
Statistics tanggal 30 Juni 2012 yang memaparkan bahwa Asia merupakan negara dengan
prosentase tingkat penggunaan internet terbesar di dunia dengan jumlah 1.076.681.059 atau
44,8% dari jumlah pengguna internet di seluruh dunia (http://www.internetworldstats.
com/stats.htm). Berdasarkan data Internet World Stats: Usage and Population Statistics (2012),
Indonesia merupakan Negara peringkat ke-4 di Negara Asia dengan angka prosentase 5,1%
setelah China (50%), India (11,4%), dan Japan (9,4%).
Karena perkembangan pengguna internet begitu pesat, hal ini dimanfaatkan oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia sebagai sarana komunikasi yang memungkinkan perusahaan
untuk mengungkapkan dan memberikan informasi perusahaan sesegera mungkin kepada publik.
Melalui web site, perusahaan dapat menyajikan informasi keuangan dengan kuantitas yang lebih
tinggi, biaya yang lebih murah, dan dapat dijangkau oleh seluruh pemakai secara luas tanpa
halangan geografis (Xiao, 2002, dalam Bagas, 2012). Informasi-informasi terkait dengan
3
aktivitas perusahaan pun dapat diakses dengan mudah tanpa mengeluarkan biaya yang tinggi.
Kondisi itulah yang membuat munculnya pemanfaatan internet untuk pelaporan keuangan.
Hingga kini pengungkapan informasi keuangan dalam website perusahaan merupakan
suatu bentuk pengungkapan sukarela yang sudah diterapkan oleh berbagai perusahaan
(Hargyantoro, 2010). Hal tersebut dikarenakan belum adanya peraturan yang mewajibkan dan
mengatur mengenai pelaporan informasi keuangan melalui media internet. Pengembangan
pengungkapan laporan keuangan melalui web site seringkali dianggap sebagai perkembangan
praktik akuntansi pengungkapan yang tidak diimbangi dengan standarisasi pengungkapan
informasi keuangan melalui media internet (Almilia, 2008).
Dalam perkembangannya, informasi yang ada tidak hanya faktor keuangan saja,
melainkan juga faktor non keuangan seperti hal-hal yang berkaitan dengan sumber daya dan
kinerja entitas pelaporan (Afifurrahman dan Hapsoro, 2008). Semakin banyak item
pengungkapkan yang diungkapkan kepada publik, semakin tinggi pula nilai suatu perusahaan
bagi investor (Mangeswuri, 2005 dalam Afifurrahman dan Hapsoro, 2008). Namun, di dalam
prakteknya tidak semua perusahaan menyajikan laporan keuangan melalui media internet
(Bagas, 2012), sehingga pembahasan mengenai pelaporan keuangan menggunakan fasilitas
internet ataupun web site menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji, terlebih mengenai
keefektifan pelaporan keuangan melalui web site maupun tidak melalui web site terhadap nilai
perusahaan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait pengaruh
pengungkapan melalui web site dan non-web site terhadap nilai perusahaan.
Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengaruh pengungkapan terhadap nilai
perusahaan telah dilakukan oleh Afifurrahman dan Hapsoro (2008) yang mengemukakan bahwa
pengungkapan sukarela yang tidak melalui web site berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Akan tetapi pada penelitian lain yang dilakukan oleh Fajar (2009) ditemukan bahwa
pengungkapan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian-penelitian
sebelumnya mengenai pengaruh pengungkapan melalui web site terhadap nilai perusahaan sudah
pernah dilakukan oleh Xiao et al. (2005), Afifurrahman dan Hapsoro (2008), dan Tedjo (2012)
yang berpendapat bahwa pengungkapan melalui web site memiliki pengaruh positif terhadap
nilai perusahaan. Akan tetapi pada penelitian lain yang dilakukan oleh Mulyasanti (2010)
ditemukan bahwa pengungkapan sukarela yang tidak melalui web site berpengaruh negatif
terhadap nilai perusahaan.
Penelitian ini mereplikasi hasil penelitian yang dilakukan oleh Afifurrahman dan Hapsoro
(2008) yang meneliti pengaruh pengungkapan sukarela melalui web site terhadap nilai
perusahaan. Replikasi dilakukan karena peneliti ingin melihat pengaruh pengungkapan melalui
web site terhadap nilai perusahaan dengan obyek dan jangka waktu yang berbeda. Obyek
penelitian yang dimaksud yaitu perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2012. Penelitian yang dilakukan oleh Afifurrahman dan Hapsoro (2008)
menggunakan sampel sejumlah 107 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
periode tahun 2005. Variabel kontrol yang digunakan yaitu ukuran perusahaan, likuiditas
perusahaan, profitabilitas perusahaan, dan leverage perusahaan.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Afifurrahman dan Hapsoro (2008)
adalah dalam penentuan item-item pengungkapan yang peneliti replikasi dari penelitian Dharma
(2013) yang kemudian disesuaikan lagi dengan peraturan-peraturan terkait pengungkapan yang
berlaku. Perbedaan kedua, sampel yang digunakan dalam penelitian ini lebih spesifik
menggunakan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012
dengan pertimbangan bahwa dalam industri terdapat banyak objek-objek material yang dapat
memicu terjadinya praktik manajemen laba seperti aktiva lancar, aktiva tetap, dan utang lancar,
terutama komponen persediaan, pendapatan, dan biaya sehingga semakin diperlukan adanya
pengungkapan untuk meminimalisirkannya (Sulistyanto, 2008). Pemilihan tahun 2012 sebagai
periode penelitian dilakukan dengan harapan agar hasil dari penelitian ini dapat
merepresentasikan keadaan perusahaan terkini karena menggunakan data-data dari laporan
tahunan terbaru.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menguji pengaruh pengungkapan terhadap nilai
perusahaan, dan (2) membandingkan nilai perusahaan yang mengungkapkan informasi melalui
web site dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi keuangan melalui web site.
Kesimpulan dari penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan kepada investor dan pihak
manajemen perusahaan. Bagi investor, penelitian ini dapat digunakan untuk menilai suatu
perusahaan melalui pengungkapan yang ada. Selain itu juga dari hasil penilaian investor terhadap
perusahaan tersebut, dapat digunakan untuk mengambil keputusan investasi. Bagi pihak
5
manajemen perusahaan sebagai bahan pertimbangan bagi manajer mengenai pentingnya
transparasi dan akuntabilitas di dalam pengungkapan laporan keuangan.
TINJAUAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Sinyal
Dalam Teori Sinyal dikemukakan mengapa perusahaan memiliki dorongan untuk
mengungkapkan informasi keuangan terhadap pihak eksternal perusahaan (Hargyantoro, 2010).
Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah untuk mengurangi asimetri informasi
antara pihak agent dan principal (Hargyantoro, 2010). Miller dan Whiting (2005)
mengindikasikan bahwa suatu perusahaan pasti akan melakukan sinyal yang berupa informasi
positif mengenai kondisi perusahaan yang diharapkan dapat menarik minat para investor untuk
berinvestasi di perusahaan tersebut. Informasi yang ada dilakukan sebagai pengungkapan atas
kinerja perusahaan yang nantinya dapat mengurangi terjadinya asimetri informasi. Leland dan
Pyle (1977) berpendapat bahwa sinyal merupakan tindakan yang dilakukan pemilik perusahaan
untuk mengkomunikasikan informasi yang dimiliki kepada investor. Salah satu sinyal tersebut
dapat berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan dapat mengurangi ketidakpastian
mengenai masa depan perusahaan (Work et al., 2000 dalam Hargyantoro, 2010).
Pihak pemilik cenderung memilih melakukan pengungkapan dengan harapan pihak
investor dapat menginterpretasikannya sebagai sinyal positif mengenai kinerja perusahaan dan
mampu mengurangi asimetri informasi. Pengungkapan merupakan suatu sinyal, karena dengan
pengungkapan dapat meningkatkan nilai perusahaan (Agustina, 2008), memberi informasi
mengenai apa yang telah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik,
dan memberi informasi-informasi lainnya yang dapat membuat keyakinan bahwa perusahaan
tersebut lebih baik dari perusahaan lainnya (Hargyantoro, 2010).
Pengungkapan
Pengungkapan menurut Prayogi (2003) dalam Adhi (2012) dapat diartikan sebagai
pengeluaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Pengungkapan ini tidak termasuk
pernyataan manajemen dalam surat kabar atau media masa lain serta informasi di luar lingkup
pelaporan keuangan. Sedangkan menurut Evans (2003), pengungkapan adalah penyediaan
informasi dalam statemen keuangan termasuk statemen keuangan itu sendiri, catatan atas
statemen keuangan, dan pengungkapan tambahan yang berkaitan dengan statemen keuangan.
Beberapa manfaat dari pengungkapan antara lain: dapat membangun kepercayaan dari pihak
luar, mengurangi biaya modal, dan meningkatkan transparasi dan akuntabilitas perusahaan.
Pengungkapan dibagi ke dalam dua jenis, yaitu pengungkapan wajib (mandatory
disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan
pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Item-item pengungkapan
wajib tertera di dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
nomor: KEP-134/BL/2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau
perusahaan publik. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan butir-butir yang dilakukan
secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapan
yang dilakukan melalui media web site termasuk dalam kategori pengungkapan sukarela yang
dilakukan oleh perusahaan (Almilia, 2008). Menurut Meek et al. (1995) dalam Nuswandari
(2009) dalam konteks pengungkapan sukarela, pihak agent bebas memilih untuk memberikan
informasi akuntansi lainnya yang dianggap relevan dalam mendukung pengambilan keputusan
oleh pemakai laporan keuangan. Salah satu contoh item yang diungkapkan secara wajib adalah
visi dan misi perusahaan, sedangkan salah satu contoh item yang diungkapkan secara sukarela
adalah diskusi umum mengenai tren industri masa depan.
Juniarti dan Sentosa (2009) menyatakan bahwa perusahaan harus memiliki inisiatif di
dalam mengungkapkan tidak hanya masalah yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan, tetapi juga hal-hal penting lainnya yang dapat menjadi pertimbangan pemegang
saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya di dalam pengambilan keputusan. Dalam
perkembangannya, manajer berinisiatif untuk mengungkapkan informasi-informasi yang dimiliki
perusahaan melalui web site karena melalui web site, informasi dapat sesegera mungkin
dipublikasikan ke publik secara luas dengan biaya yang lebih murah dibandingkan pelaporan
yang tidak melalui media internet (Xiao, 2002, dalam Bagas, 2012).
Nilai Perusahaan
7
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang seringkali
dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi mencerminkan nilai perusahaan juga
tinggi (Nurchanifia 2012). Nilai perusahaan merupakan aspek yang cukup penting karena nilai
perusahaan juga mempengaruhi kesejahteraan pemegang saham (Anggitasari, 2012). Semakin
tinggi nilai suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula kemakmuran pemegang saham. Oleh
karena itu, pemilik perusahaan selalu menginginkan nilai perusahaan yang tinggi. Beberapa hal
yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan antara lain adalah nilai aset yang dimiliki perusahaan
seperti surat berharga dan juga kemampuan perusahaan dalam membayar deviden (Hermawati,
2012). Hal lain yang juga mempengaruhi nilai perusahaan juga terdapat pada laba yang
dilaporkan. Rendahnya kualitas laba berdampak pada kesalahan pengambilan keputusan oleh
para pemakainya yang berdampak pada rendahnya nilai perusahaan tersebut karena fakta
mengenai kondisi perusahaan diragukan kualitasnya (Primasari, 2011). Oleh karena itu, nilai
perusahaan dapat menggambarkan bagaimana kinerja manajemen dalam mengelola asetnya yang
dapat dilihat dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan tersebut (Anggitasari, 2012).
Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan Tobin’s q karena dapat mengetahui
kinerja perusahaan melalui potensi perkembangan harga saham, menunjukkan suatu performa
manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan, dan potensi pertumbuhan investasi. Tobin’s q
merupakan rasio dari nilai pasar aset perusahaan yang diperoleh dari jumlah saham yang beredar
dan hutang (Sudiyatno dan Puspitasari, 2010). Apabila hasil dari rasio Q di atas 1, hal tersebut
mengindikasikan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang
lebih tinggi daripada pengeluaran investasi yang akan merangsang timbulnya investasi baru.
Namun, jika hasil dari rasio Q di bawah 1, hal tersebut mengindikasikan investasi dalam aktiva
yang tidak menarik (Herawaty, 2008 dalam Ramadhani, 2012).
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Luas Pengungkapan terhadap Nilai Perusahaan
Adhi (2012) menyatakan bahwa pada saat adanya indikasi terjadinya asimetri informasi
antara perusahaan dengan pihak eksternal, pihak manajer perusahaan biasanya memberikan
sinyal berupa pengungkapan informasi yang lengkap dan transparan mengenai kondisi
perusahaan kepada investor guna memaksimisasi nilai saham perusahaan. Melalui pengungkapan
informasi-informasi perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan dapat mengurangi
ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Nuswandari, 2009). Hal ini
dapat memberi sinyal positif bagi investor, sehingga dapat memicu terjadinya peningkatan dalam
volume perdagangan saham yang mengakibatkan tingginya harga saham di pasar modal sebagai
cerminan atas nilai suatu perusahaan (Nurchanifia, 2012). Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H1: Luas pengungkapan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Nilai perusahaan yang melakukan pengungkapan melalui web site dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan melalui web site
Glosten dan Milgrom (1985) dalam Kurniawati (2011) mengatakan bahwa pengungkapan
yang dilakukan untuk mengurangi tingkat asimetri informasi akan menyebabkan peluang
manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba semakin menurun. Semakin transparan
atau semakin banyak item pengungkapan yang diungkapkan, maka investor dapat menilai suatu
perusahaan dan mengambil keputusan untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut atau tidak.
Seiring perkembangannya, pengungkapan dapat dilakukan melalui web site yang
memiliki berbagai kelebihan di dalam item-item pengungkapan yang ada di dalamnya. Informasi
yang diungkapkan lebih luas, tidak hanya dibatasi pada penggunaan data statistik dan grafik saja,
akan tetapi juga dapat meliputi hyperlinks, search engine, multimedia, ataupun interactivity
(Almilia, 2008). Hal ini dimungkinkan karena di dalam pengungkapan melalui web site dapat
mengungkapkan informasi-informasi perusahaan dengan kuantitas yang tinggi, biaya penyebaran
informasi yang murah, memberikan komunikasi instan, dan dapat dijangkau oleh siapa pun,
kapan pun, dan dimana pun.
Jadi dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan informasi di web site
perusahaan akan mempermudah investor dalam memperoleh informasi yang relevan dalam
waktu cepat (Hargyantoro, 2010). Hal ini akan memberikan sinyal positif bagi investor sehingga
menyebabkan nilai perusahaan pada perusahaan yang melakukan pengungkapan melalui menjadi
web site menjadi tinggi bagi pihak eksternal perusahaan (Mendes dan Alves, 2004 dalam
Afifurrahman dan Hapsoro, 2008).
9
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Afifurrahman dan Hapsoro (2008) yang
menyatakan nilai perusahaan yang melakukan pengungkapan sukarela melalui web site lebih
besar daripada nilai perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan sukarela melalui web site.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H2: Terdapat perbedaan nilai perusahaan antara perusahaan yang melakukan
pengungkapan melalui web site dengan perusahaan yang tidak melakukan
pengungkapan melalui web site
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2012. Sampel penelitian ini ditentukan dengan purpose sampling dengan
kriteria sebagai berikut:
Tabel 1
Kriteria sampel penelitian
Pengungkapan melalui web site Pengungkapan yang tidak melalui web site
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2012.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2012.
Perusahaan memiliki web site yang aktif,
dapat diakses, dan tidak sedang dalam
perbaikan.
Menerbitkan laporan tahunan periode 2012
melalui situs www.idx.co.id
Menerbitkan laporan tahunan periode 2012
melalui web site resmi perusahaan.
Tidak menerbitkan laporan tahunan periode
2012 melalui web site resmi perusahaan.
Memiliki semua data yang digunakan untuk
menghitung variabel yang menjadi fokus di
dalam penelitian ini.
Memiliki semua data yang digunakan untuk
menghitung variabel yang menjadi fokus di
dalam penelitian ini.
Untuk menguji hipotesis kedua, sampel yang ada akan diklasifikasikan menjadi 2
kategori, yaitu perusahaan yang melakukan pengungkapan melalui web site dan perusahaan yang
tidak melakukan pengungkapan melalui web site. Variabel perusahaan yang melakukan
pengungkapan melalui web site dan perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan melalui
web site dalam penelitian ini merupakan variabel yang berskala kategori sehingga variabel ini