PENGARUH PENGUNGKAPAN DIRI KEPADA KELUARGA DAN KELOMPOK SEBAYA DALAM MEMILIH PERGURUAN TINGGI (Survei pada Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh : Dwi Isti Anggraini NIM: 109051000022 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
133
Embed
PENGARUH PENGUNGKAPAN DIRI KEPADA KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27638/1/DWI ISTI... · Keluarga dan Kelompok Sebaya Dalam Memilih Perguruan Tinggi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH PENGUNGKAPAN DIRI KEPADA KELUARGA DANKELOMPOK SEBAYA DALAM MEMILIH PERGURUAN TINGGI(Survei pada Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Dwi Isti Anggraini
NIM: 109051000022
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi
syarat salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya saya atau
merupakan tiruan dari karya orang lain (plagiat), maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Depok, 8 Juli 2013
Dwi Isti Anggraini
i
ABSTRAK
Dwi Isti Anggraini109051000022
Pengaruh Pengungkapan Diri Kepada Keluarga dan Kelompok Sebayadalam Memilih Perguruan Tinggi
(Survei pada Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Pengungkapan diri adalah membagi informasi mengenai pribadi secara jujur.Pengungkapan diri memiliki kaitan erat dengan pengambilan keputusan. Pada remaja,memilih perguruan tinggi membutuhkan dampingan orang lain. Keluarga dankelompok sebaya dianggap paling memengaruhi. Tidak dapat dipungkiri bahwakeluarga memiliki peranan fundamental dalam memengaruhi keputusan seorang anak.Di lain sisi, pada usia remaja pengakuan dari kelompok sebaya pun dianggap penting.
Pengambilan keputusan terjadi dalam keseharian kita. Apalagi pada usia remajayang baru memasuki masa pendewasaan. Sehingga muncul pertanyaan dari penulis,Apakah pengungkapan diri kepada keluarga dan kelompok sebaya memiliki pengaruhsimultan dalam memilih perguruan tinggi? Apakah terdapat pengaruh secara parsialantara pengungkapan diri kepada keluarga dan kelompok sebaya dalam memilihperguruan tinggi? Kemudian, manakah di antara keluarga dan kelompok sebaya yangmemiliki pengaruh lebih besar dalam memilih perguruan tinggi?
Pengungkapan diri di dasarkan pada teori De Vito yang berdimensi jumlah,valensi, kecermatan dan kejujuran, maksud dan tujuan, dan keakraban. Sedangkan,proses pengambilan keputusan sebagaimana dikemukan oleh Mondy dan Premeauxyaitu, mengidentifikasi masalah, membuat alternatif, mengevaluasi alternatif,implementasi keputusan, dan mengevaluasi keputusan.
Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research dengan metodepenelitian survei. Analisis yang digunakan adalah metode regresi linier berganda.Jumlah responden dihitung dengan rumus Slovin dengan taraf kepercayaan sampel95% atau taraf kesalahan 5%. Penyebaran dilakukan dengan teknik proportionalrandom sampling.
Berdasarkan hasil analisis diketahui pengungkapan diri kepada keluarga dankelompok sebaya secara simultan (uji F) berpengaruh dalam memilih perguruantinggi. Berdasarkan uji t, pengungkapan diri dengan keluarga lebih berpengaruhdibandingkan kelompok sebaya. Riset ini pun menunjukkan 20,6% pengambilankeputusan dipengaruhi oleh pengungkapan diri dengan keluarga dan kelompoksebaya, sedangkan sebesar 79,4% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pengungkapan dirimahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah kepada keluarga dan kelompok sebayamemiliki sedikit pengaruh terhadap pengambilan keputusan memilih perguruantinggi.Kata kunci: pengungkapan diri, keluarga, teman sebaya, pengambilan keputusan, dan
perguruan tinggi.
ii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT karena
rahmat dan hidayah-Nya serta limpahan anugerah yang tak terhitung penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengungkapan Diri Kepada
Keluarga dan Kelompok Sebaya Dalam Memilih Perguruan Tinggi (Survei pada
Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)” dengan baik.
Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan yang baik kepada seluruh umat
manusia.
Skripsi ini penulis persembahkan khusus kepada ayahanda tercinta Almarhum
Hari Wahyono dan ibunda tercinta Endang Budiningsih serta kakak tersayang
Mardiana Hayati Solehah. Terima kasih untuk semua kasih sayang dan dukungan
yang diberikan kepada penulis. Dan penulis pun mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan dosen pembimbing yang
telah memberikan banyak bantuan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Wakil Dekan I. Drs. Mahmud Djalal,
MA selaku Wakil Dekan II. Drs. Study Rizal, LK, MA selaku Wakil Dekan III.
3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
iii
4. Ibu Hj. Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan ilmunya dengan tulus dan ikhlas. Khususnya Ibu Bintan
Humeira, Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, Bapak Suhaimi, Ibu Ana Shabana Azmy,
Bapak Rahmat Baihaky yang bersedia berbagi ilmunya dengan cara amat mudah
dipahami sehingga menambah cakrawala keilmuan penulis.
6. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Jurusan KPI, Dewan Eksekutif Mahasiswa
FIDKOM, Komunitas Edukasi Seni Tari Saman (SKETSA) yang akan selalu
menjadi “Rumah Berproses” bagi penulis.
7. Sahabat-sahabat tersayang yang tak pernah berhenti menemani hari-hari penulis,
Ayu, Nani, Nurani, Irmalia, Alyssa, Ika, dan teman-teman lain di kelas KPI A.
Juga untuk mereka yang senantiasa mendukung serta membantu tetapi tidak
bisa disebutkan satu per satu. Akhir kata penulis mengucapkan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat dan memberi insiprasi kepada pembaca.
Depok, 8 Juli 2013
Dwi Isti Anggraini
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL. ...................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................1
B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah ................................6
C. Hipotesis ........................................................................................8
D. Tujuan Penelitian ...........................................................................8
E. Manfaat Penelitian .........................................................................9
F. Tinjauan Pustaka ...........................................................................10
G. Sistematika Penulisan ...................................................................11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengungkapan Diri
1. Pengertian Pengungkapan Diri ..............................................13
2. Dimensi Pengungkapan Diri ..................................................14
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengungkapan Diri...........16
4. Fungsi Pengungkapan Diri......................................................19
5. Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri.................21
Tabel 5.19 Uji F .................................................................................................. 86
Tabel 5.20 Uji t ................................................................................................... 87
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Proporsi Jumlah Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah ....... 6
Gambar 2.1 Dimensi Pengungkapan Diri ................................................................ 16
Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan ........................................................... 31
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ................................................................................ 36
Gambar 4.1 Struktur Organisasi dan Personalia Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ..................................... 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sepanjang hidupnya manusia selalu dihadapkan pada pilihan-
pilihan dan pengambilan keputusan. Pilihan-pilihan tersebut biasanya berkaitan
dengan alternatif dalam penyelesaian masalah.1 Hal yang paling mudah, misalnya
akan mengenakan pakaian apa hari ini, hendak makan siang dengan siapa, apa
yang dilakukan disela-sela waktu luang, bagaimana cara melunasi hutang-hutang
ketika sudah habis masa tempo, dan lain-lain. Disadari ataupun tidak,
pengambilan keputusan erat sekali dalam kehidupan keseharian kita.
Pengambilan keputusan yang efektif dapat menunjang keberhasilan dari hasil
yang ingin dicapai. Begitu pun sebaliknya, bila sembarang dalam pengambilan
keputusan maka akan mendapatkan hasil jauh dari yang diharapkan. Oleh karena
itu diperlukan kemampuan dalam mempertimbangkan plus-minus, menganalisis
konsekuensi yang akan dihadapi, serta melakukan prediksi sebelum keputusan
diimplementasikan.2 Sehingga, keputusan yang dihasilkan mendatangkan
kelemahan minimal dan manfaat yang maksimal.
Pengambilan keputusan tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi dihadapi
juga oleh remaja. Usia remaja identik dengan kecorobohan dalam pengambilan
keputusan. Tetapi, pada masa ini, remaja lebih sering mengambil keputusan dalam
1 Rosemarie S, Pengambilan Keputusan Menentukan Kelangsungan Hidup SetiapOrganisasi (Jurnal Universitas Kristen Maranatha, 2010).
2 Siagian, Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan (Jakarta: CV Haji Masagung,1990), h. 76-88.
2
hidupnya secara mandiri.3 Usia remaja sering dihadapkan pada keputusan untuk
bergaul dengan siapa, menyelesaikan persoalan asmara, menjadi populer di
sekolah, bagaimana meningkatkan nilai rapor pada semester mendatang, dan lain-
lain. Kredibilitas remaja sebagai dewasa awal dalam mengambil keputusan sangat
dibutuhkan disini.
Pada remaja salah satu pengambilan keputusan untuk melanjutkan pendidikan
merupakan hal yang cukup penting. Di mana seorang remaja harus memilih antara
Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Swasta (PTS) maupun
Diploma dengan segala keuntungan dan kerugiannya.4 Ada beberapa tips memilih
universitas yang tepat, yaitu: (1) melihat kegiatan akademis dan non-akademis
yang ditawarkan. Karena Anda akan berada dan berinteraksi di dalamnya selama
3-4 tahun ke depan, (2) jarak dari tempat tinggal sebaiknya yang mudah
dijangkau. Karena, mahasiswa memiliki mobilitas yang tinggi dan menuntut
untuk pulang dan pergi dengan cepat, (3) durasi studi pun memiliki peranan yang
dirasa cukup penting, serta (4) mengenal dengan baik universitas yang dituju.
Jangan merasa malu dalam bertanya, ungkapkan apa yang menjadi keingintahuan
kalian.5
Pengungkapan diri remaja memiliki kaitan yang sangat erat dengan
pemecahan masalah pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi. Hal itu
3 Yusi Elsiano Rohmansyah, “Tips Mendampingi Anak Remaja”,http://www.perkembangananak.com/2012/05/tips-mendampingi-anak-remaja/ diakses pada 12september 2013.
4 Hendi Setiawan, “Ketika Remaja Memilih Perguruan Tinggi”,http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/02/26/ketika-remaja-memilih-perguruan-tinggi/diakses pada 17 Januari 2013.
5 Caroline Demanik, “4 Tips Memilih Universitas yang Tepat”,http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/07/15222285/4.tips.memilih.universitas.yang.tepat.untuk.studi diakses pada 12 September 2013.
3
dikarenakan remaja belum pernah menghadapi permasalahan ini sebelumnya.
Meskipun mereka sudah menghadapi pengambilan keputusan memilih jenjang
pendidikan di tingkat SD, SMP, atau SMA namun ini berbeda karena perguruan
tinggi merupakan gerbang penentu masa depannya, sehingga bila pengambilan
keputusan tidak tepat akan berdampak negatif. Beberapa dampak tersebut adalah
kekecewaan dari remaja, rasa malas dalam menjalankan program studi yang
ditawarkan, bahkan memutuskan untuk pindah perguruan tinggi di tahun
berikutnya. Tentunya hal itu akan mengakibatkan pemborosan waktu, tenaga, dan
biaya.
Pengungkapan remaja dalam proses memilih perguruan tinggi antara lain:
keterbukaan dalam mengungkapkan masalah yang dihadapi, mengutarakan pilihan
perguruan tinggi yang diminati, berdiskusi untuk melihat kelebihan dan
kelemahan dari alternatif yang dibuat, menerima masukan dari orang lain, maupun
kesediaan mengubah sikap atau pendapat untuk mendapatkan hasil keputusan
yang mendatangkan manfaat paling besar.6 Keterbukaan remaja biasanya
didasarkan pada keakraban dan intensitas bertemu. Keluarga dan kelompok
sebaya merupakan lingkungan yang diakrabi oleh remaja.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan
manusia, tempat di mana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial
dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Keluarga memang merupakan
satuan terkecil dalam masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan
fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital
6 Suranto, Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 21.
4
dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap-tahap
perkembangan anak.7
Masa remaja pun diwarnai dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil
beranggota teman sebaya yang memiliki kesamaan terhadap hal tertentu. Minat
berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang remaja. Minat ini
bukan hanya membentuk kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang
memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara
khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Biasanya anggota kelompok
berisi anak-anak berusia sebaya dan akrab disebut peer group.8
Bahkan tidak jarang remaja lebih akrab dengan teman sebayanya daripada
harus berinteraksi dengan orang tua. Hal itu dikarenakan dalam kelompok
sosialnya remaja dinilai sebagai individu yang lepas dari pengaruh ikatan
keluarga. Dalam kelompok sebaya lebih dihargai kemampuan pribadi yang
dimiliki tiap-tiap anggota kelompok, berbeda bila dibandingkan dengan kondisi di
rumah. Setiap anak harus mengikuti segala peraturan yang dibuat orang tua.9
Bahkan sikap penerimaan dan penolakan dari peer group pun merupakan hal
penting bagi remaja. Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan
merasa rendah diri. Namun sebaliknya, apabila remaja dapat diterima oleh rekan
sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan
7 Asfriyati, Pengaruh Keluarga terhadap Kenakalan Anak (Jurnal Universitas SumateraUtara, Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2003).
8 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia, 2004), hal. 125.
9 Psikologi Remaja, Karaketristik dan permasalahannyahttp://netsains.net/2009/04/psikologi-remaja-karakteristik-dan-permasalahannya/ diakses pada 17Januari 2013.
5
memiliki kehormatan dalam dirinya.10 Maka tidak diherankan sama sekali bila
seorang anak cenderung mengikuti kegiatan kelompoknya daripada kegiatan di
dalam keluarganya.
Sebagai objek dalam penelitian ini adalah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) merupakan salah satu Fakultas favorit di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Hal itu terbukti karena
bertambahnya peminat atau calon-calon mahasiswa yang ingin masuk Fakultas ini
setiap tahunnya.
Tabel 1.1Proporsi Jumlah Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah
2010/2011 2011/2012 2012/2013
Mendaftar 1562 1861 2048
Diterima 536 574 756
Registrasi 419 463 526
Sumber : AIS FIDKOM
10 Eka Mulyani, Masalah-masalah pada remaja,http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/masalah-masalah-pada-masa-remaja/ diakses pada 17Januari 2013.
6
Grafik 1.1Proporsi Jumlah Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul
“Pengaruh Pengungkapan Diri Kepada Keluarga dan Kelompok Sebaya
dalam Memilih Perguruan Tinggi (Survei pada Mahasiswa FIDKOM UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta)”
B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Sebelum membatasi masalah, peneliti akan terlebih dahulu
memberikan identifikasi masalah seputar judul yang diangkat. Masalah
yang ditemukan peneliti dalam judul ini adalah seputar pengaruh
pengungkapan diri mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada keluarga
dan kelompok sebaya dalam memilih perguruan tinggi. Untuk mengetahui
secara pasti berapa besar pengaruh pengungkapan diri keluarga dan
Mendaftar
Diterima
Registrasi
7
kelompok sebaya dalam memilih perguruan tinggi, maka digunakan suatu
teknik analisis yaitu, regresi berganda.
Isu yang kedua, peneliti menemukan bahwa teori yang kiranya tepat
untuk dijadikan rujukan adalah teori pengungkapan diri (self-disclosure)
menurut Joseph A. Devito dan dielaborasi dengan teori pengambilan
keputusan Mondy dan Premeaux. Teori tersebut dapat menjadi pijakan
yang kuat bagi permasalahan-permasalahan yang diteliti oleh peneliti.
2. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, pembatasan masalah diambil agar penelitian
yang dilakukan lebih terarah dan terperinci. Berdasarkan latar belakang di
atas, maka penelitian ini dibatasi pada remaja akhir yang telah mengambil
keputusan melanjutkan ke perguruan tinggi yaitu mahasiswa FIDKOM
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012. Kemudian melihat
apakah dan seberapa besar pengungkapan diri antara mahasiswa FIDKOM
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan keluarga dan kelompok sebaya
memengaruhi proses pengambilan keputusan dalam memilih perguruan
tinggi.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat penulis rumuskan:
a. Apakah terdapat pengaruh secara simultan dari pengungkapan diri
mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
keluarga dan kelompok sebaya terhadap pengambilan keputusan
memilih perguruan tinggi?
8
b. Apakah terdapat pengaruh secara parsial dari dari pengungkapan diri
mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
keluarga dan kelompok sebaya terhadap pengambilan keputusan
memilih perguruan tinggi?
c. Manakah diantara keluarga dan kelompok sebaya yang lebih
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan mahasiswa FIDKOM
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memilih perguruan tinggi?
C. Hipotesis
1. Diduga bahwa pengungkapan diri mahasiswa FIDKOM UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan keluarga (X1) dan kelompok sebaya (X2)
mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam memilih
perguruan tinggi.
2. Diduga bahwa pengungkapan diri mahasiswa FIDKOM UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan keluarga (X1) lebih berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan dalam memilih Perguruan Tinggi.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan dari pengungkapan diri
mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan keluarga dan
kelompok sebaya terhadap pengambilan keputusan memilih perguruan
tinggi.
9
2. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial dari pengungkapan diri
mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan keluarga dan
kelompok sebaya terhadap pengambilan keputusan memilih perguruan
tinggi.
3. Untuk menganalisis manakah di antara keluarga dan kelompok sebaya yang
lebih berpengaruh terhadap pengambilan keputusan mahasiswa FIDKOM
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memilih perguruan tinggi.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Menambah khazanah dan referensi bagi pengembangan ilmu komunikasi
khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, melalui kajian pengaruh pengungkapan diri kepada
keluarga dan kelompok sebaya dalam memilih perguruan tinggi (survei
pada mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
2. Manfaat Praktis
Kajian ini dapat memberikan informasi bahwa Mahasiswa FIDKOM UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memilih perguruan tinggi sedikit
dipengaruhi oleh pengungkapan diri dengan keluarga dan/atau kelompok
sebaya.
10
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan dan
acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini.
Maka dalam tinjauan pustaka ini peneliti mencantumkan hasil-hasil penelitian
terdahulu.
Denis Christian, menemukan pengaruh kelompok acuan (teman dan keluarga)
terhadap pengambilan keputusan pembelian adalah sebesar 36,8% sedangkan
sisanya sebesar 63,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Persamaannya adalah sama-sama menguji adakah pengaruh dari teman dan
keluarga dalam pengambilan keputusan serta menggunakan alat analisis yang
sama. Perbedaannya dari teori yang digunakan serta objek penelitiannya.11
Ainur Rohmah, menemukan pengaruh kelompok acuan (keluarga, peer
group, dan rekan kerja) terhadap pengambilan keputusan adalah sebesar 9,5%
sedangkan sisanya sebesar 80,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti. Persamaannya adalah sama-sama menguji adakah pengaruh dari keluarga
dan peer group/kelompok sebaya dalam pengambilan keputusan serta
menggunakan alat analisis yang sama. Perbedaannya dari teori yang digunakan
serta objek penelitiannya.12
11 Denis Christian, Pengaruh Kelompok Acuan (Teman dan Keluarga) TerhadapPengambilan Keputusan Pembelian Produk Rokok Sampoerna A Mild (Suatu Survei padaPelanggan PT. HM Sampoerna tbk di Unikom Bandung) (Skripsi Universitas Komputer Indonesia,Jurusan Manajemen, 2005).
12 Ainur Rohmah, Pengaruh Kelompok Acuan (Keluarga, Peer Group, dan Rekan Kerja)terhadap Keputusan Pembelian Handphone Nokia (Studi Kasus pada Konsumen HandphoneNokia Professional Center Cabang Malang) (Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang,Jurusan Manajemen, 2008).
11
G. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini tersusun dengan rapi, maka diperlukan sistematika
penulisan. Penulisan skripsi ini terdiri atas enam bab dan setiap bab memiliki sub
bab. Adapun sistematika penulisannya yaitu:
Dimulai dari BAB I Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah yang
membahas mengenai keterkaitan antara pengungkapan diri remaja kepada
keluarga dan kelompok sebaya yang berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan, khususnya memilih perguruan tinggi. Pada bab I ini, penulis
menjabarkan secara singkat gambaran keseluruhan skripsi kepada pembaca
dengan menyertakan jawaban sementara (hipotesis).
Selanjutnya, kajian teori pada BAB II yang membahas mengenai teori
pengungkapan diri yang diungkapkan oleh De Vito, teori pengambilan keputusan,
penjelasan mengenai remaja, maupun urgensi pengungkapan diri dengan keluarga
dan teman sebaya bagi remaja. Tidak lupa disertakan kerangka berpikir untuk
menggambarkan alur berpikir dari penelitian ini.
Disusul oleh BAB III Metode Penelitian yang menjelaskan proses
pengumpulan data yang dilakukan sampai dengan analisis. Dapat dijelaskan
bahwa penelitian ini merupakan jenis explanatory reasearch dengan pendekatan
kuantitatif dan diolah dengan teknik analisis regresi liner berganda. Peneliti
memisahkan metode penelitian menjadi bab tersendiri, karena ingin menuliskan
secara lebih jelas alur penelitian yang digunakan dalam riset ini.
Berikutnya asalah BAB IV yang berisi gambaran umum Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang menjadi objek penelitian berlangsung. Pada
12
bab ini membahas sejarah singkat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
struktur organisasi dan personalia, visi, misi, tujuan, dan sasaran serta strategi,
sampai dengan ulasan singkat mengenai jurusan/program studi yang berada di
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Dilanjutkan pada BAB V yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Semua data
yaitu, kuesioner yang berisi indikator keterbukaan diri dan pengambilan
keputusan dikumpulkan, kemudian diolah dengan SPSS 13, dan dianalisis
menggunakan teori yang terdapat pada bab II. Pada bab ini pun, dijelaskan
mengenai keterbatasan penelitian.
Akhirnya pada BAB VI yaitu, Penutup dimuat kesimpulan, implikasi
penelitian, dan rekomendasi untuk penelitian yang akan datang.
Penelitian ini pun dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran sebagai
bahan pendukung dan penjelas.
13
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengungkapan Diri
1. Pengertian Pengungkapan Diri
Terdapat beberapa pengertian tentang pengungkapan diri (self-disclosure).
Menurut Johnson sebagaimana dikutip A. Supratiknya, self-disclosure adalah
bagaimana pengungkapan individu terhadap situasi yang sedang dihadapinya
serta kesediaan memberikan informasi mengenai masa lalu yang sesuai dan
berguna dalam memahami tanggapan individu tersebut.1
Arti berikutnya dikemukakan oleh Joseph A. Devito yang menyebut
pengungkapan diri sebagai suatu bentuk komunikasi dimana informasi pribadi
yang biasanya disimpan atau disembunyikan, dikomunikasikan kepada orang
lain.2 Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu informasi yang
disampaikan haruslah baru yang belum didengar orang tersebut sebelumnya.
Kemudian informasi tersebut haruslah informasi yang biasanya
disimpan/dirahasiakan. Hal terakhir adalah dalam penyampaian informasi
kepada orang lain haruslah secara lisan maupun tulisan.
1 A. Supratiknya, Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis (Jakarta: Kanisius, 1995), h.14.
2 Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, Alih Bahasa: Ir. Agus Maulana (TangerangSelatan: Karisma, 2011), h. 64.
14
Tubbs dan Moss mendefinisikan pengungkapan diri sebagai upaya
memberitahukan informasi diri sendiri. Lalu menurut Fisher, pengungkapan
diri adalah membeberkan informasi pribadi kepada orang lain di mana hanya
orang tertentu yang mengetahui.3
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengungkapan diri (self-disclosure) adalah
bentuk komunikasi interpersonal yang di dalamnya terdapat pemberian ide,
gagasan, informasi mengenai diri sendiri yang bersifat rahasia dan belum
pernah diungkapkan kepada orang lain yang dipercaya secara jujur dan tanpa
dibuat-buat.
2. Dimensi Pengungkapan Diri
Menurut Devito sebagaimana dikutip Yosal Iriantara terdapat lima dimensi
dalam pengungkapan diri yaitu:
a. Ukuran/Jumlah Pengungkapan Diri (Amount)
Kuantitas pengungkapan diri berkaitan dengan seberapa banyak
jumlah informasi diri kita yang diberikan. Jumlah dapat diukur
berdasarkan frekuensi dan durasi. Maksud frekuensi adalah seberapa
sering kita menyampaikan pesan-pesan terkait diri sendiri, sedangkan
durasi adalah berapa lama kita mengungkapkan informasi diri.
3 Yosal Iriantara, Komunikasi Antarpribadi (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 3.23.
15
b. Valensi Pengungkapan Diri (Valence)
Valensi pengungkapan diri dapat dibagi menjadi 2, yaitu: positif dan
negatif. Valensi positif adalah penyingkapan informasi diri yang dikemas
dengan menyenangkan, penuh humor, dan menarik. Sebaliknya valensi
negatif adalah mengungkapkan informasi pribadi dengan penuh kritik,
sindiran, maupun sifat tidak menyenangkan.
c. Kecermatan dan Kejujuran (Accuracy/Honesty)
Kecermatan dari pengungkapan diri individu dibatasi oleh tingkat
dimana individu mengetahui dirinya sendiri. Apabila kita mengenal
dengan baik diri kita maka kita akan mampu melakukan pengungkapan
diri dengan cermat. Pengungkapan diri dapat berbeda dalam hal kejujuran.
Individu dapat saja jujur secara total atau dilebih-lebihkan, melewatkan
bagian penting atau berbohong. Untuk hal-hal yang bersifat pribadi,
banyak orang memilih untuk berbohong atau melebih-lebihkan. Namun
keterbukaan diri yang kita lakukan amat bergantung pada kejujuran kita.
d. Maksud dan Tujuan (Intention)
Dalam setiap pengungkapan diri pasti ada maksud dan tujuan yang
ingin dicapai. Tidak mungkin sesorang membeberkan informasi yang
amat pribadi mengenai dirinya sendiri apabila tidak memiliki maksud dan
tujuan. Dengan menyadari maksud dan tujuan yang ingin dicapai maka
seseorang dapat melakukan kontrol atas pengungkapan yang dilakukan..
16
Melebih-lebihkan atau berbohong bisa dipandang sebagai salah satu
bentuk kontrol agar tujuan dari pengungkapan diri bisa tercapai.
e. Keakraban (Intimacy)
Keakraban memiliki kaitan erat dengan pengungkapan diri.
Pengungkapan yang dilakukan bisa saja bersifat sangat pribadi misalnya,
mengenai ideologi, perasaan, keuangan, maupun hal yang umum.4
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengungkapan Diri
Menurut Devito sebagaimana dikutip Yosal Iriantara ada beberapa faktor yang
memengaruhi pengungkapan diri yaitu:
a. Efek Diadik
Secara umum pengungkapan diri adalah hubungan timbal balik.
Dyadic effect menyatakan secara bahwa dalam proses ini terdapat efek
4 Yosal Iriantara, Komunikasi Antarpribadi (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 3.27.
Gambar 2.1 Dimensi Pengungkapan Diri
17
spiral (saling berhubungan), di mana setiap pengungkapan diri individu
memberikan stimulus untuk pengungkapan diri dari orang yang lain.
Dalam hal ini, pengungkapan diri antar kedua individu akan semakin
baik jika pendengar bersikap positif dan menguatkan. Secara umum,
individu cenderung menyukai orang lain yang mengungkapkan cerita
rahasianya pada jumlah yang kira-kira sama.
b. Ukuran Khalayak
Pengungkapan diri lebih besar kemungkinan terjadi dalam
komunikasi dengan khalayak kecil, seperti komunikasi antarpribadi atau
komunikasi kelompok kecil. Dengan khalayak yang besar maka feedback
yang diciptakan akan beraneka ragam sehingga sulit mengontrol situasi.
Berbeda dengan pengungkapan diri dengan khalayak yang kecil, kita
dapat mengontrol situasi komunikasi dan melihat umpan balik dengan
cermat.
c. Topik Bahasan
Dalam Struktur Kepribadian yang dikembangkan Irwin Altman dan
Dalmas Taylor dengan Teori Penetrasi Sosial-nya sebagaimana dikutip
Ristiana Kadarsih digambarkan bahwa kepribadian manusia itu seperti
bawang, yang memiliki lapisan-lapisan.5 Pada awalnya individu akan
lebih menyukai topik yang berhubungan dengan pekerjaan atau hobi untuk
5 Ristiana Kadarsih, Teori Penetrasi Sosial dan Hubungan Interpersonal (Jurnal Dakwah Vol.X No 1, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, 2009), h. 54.
18
dibagi daripada topik terkait kehidupan seks atau kesulitan keuangan pada
orang yang baru saja kita kenal atau orang yang tidak kita akrabi betul.
d. Valensi
Umumnya manusia cenderung lebih menyukai pengungkapan diri
positif daripada pengungkapan diri negatif. Terlebih lagi kepada seseorang
yang belum kita kenal secara baik. Namun, apabila kita sudah mengenal
orang yang kita ajak berkomunikasi secara lebih personal maka
pengungkapan diri negatif bisa saja dilakukan.
e. Jenis Kelamin
Umumnya, pria lebih kurang terbuka daripada wanita. Meskipun bisa
dipandang sebagai ungkapan stereotipikal namun, beberapa riset sudah
menunjukkan bahwa wanita dinilai lebih terbuka dibandingkan laki-laki.
Namun, bukan berarti bahwa pria tidak melakukan pengungkapan diri
sama sekali.
f. Ras, Nasionalitas, dan Usia
Hal ini pun bisa dipandang sebagai bentuk stereotip dari ras,
nasionalitas, dan usia. Namun, pada kenyataannya memang terdapat ras
tertentu yang lebih sering melakukan pengungkapan diri bila
dibandingkan dengan ras lainnya. Selain itu juga terdapat perbedaan
frekuensi pengungkapan diri dalam kelompok usia. Pengungkapan diri
pada teman dengan gender berbeda meningkat dari usia 17-50 tahun dan
menurun kembali.
19
g. Mitra dalam Hubungan
Kita akan melakukan pengungkapan diri kepada mereka yang kita
anggap sebagai orang yang memiliki kedekatan dengan kita misalnya
suami/istri, teman dekat, atau sesama anggota keluarga. Di samping itu,
kita juga akan memandang bagaimana respon mereka. Apabila kita
pandang mereka sebagai orang yang hangat dan penuh perhatian maka
kita akan terus melakukan keterbukaan diri, apabila feedback yang
diterima tidak sesuai espektasi kita maka kita akan lebih menutup diri. 6
4. Fungsi Pengungkapan Diri
Selain untuk meningkatkan komunikasi, pengungkapan diri memiliki
beberapa fungsi lainnya. Menurut Derlega dan Grzelak ada lima fungsi
pengungkapan diri, yaitu:
a. Ekspresi (expression)
Senang, sedih, kecewa maupun bahagia merupakan emosi yang
sering sekali terjadi dalam kehidupan setiap manusia, baik menyangkut
pekerjaan ataupun hal lainnya. Dengan berbagi perasaan kepada orang
yang dipercaya dapat membuang semua kekesalan. Dengan
mengungkapkan diri semacam ini, manusia dapat mengekspresikan
perasaannya.
6 Yosal Iriantara, Komunikasi Antarpribadi (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 3.31.
20
b. Penjernihan diri (self-clarification)
Setelah menceritakan masalah dan perasaan yang dialami kepada
orang yang dipercaya, manusia berharap agar diberikan penjelasan dan
pemahaman orang lain atas masalah yang dihadapi sehingga kita akan
lebih baik dalam melihat suatu perkara.
c. Keabsahan sosial (social validation)
Setelah selesai mengungkapkan perasaan maupun masalah yang
dihadapi kepada orang lain, pendengar biasanya akan memberikan
pendapat, saran, ataupun masukan yang membantu dalam proses
penyelesaian masalah. Sehingga dengan demikian, akan mendapatkan
informasi yang bermanfaat.
d. Kendali sosial (social control)
Setiap individu memiliki pilihan untuk mengungkapkan atau
menyembunyikan informasi mengenai dirinya. Individu pun dapat
menekan topik, kepercayaan atau ide sehingga membentuk pesan yang
baik pada pendengar terhadap dirinya. Dengan demikian pandangan
pendengar akan baik terhadap dirinya.
21
e. Perkembangan hubungan (relationship development)
Dengan berbagi permasalahan maupun informasi penting kepada
orang lain dapat meningkatkan kepercayaan dalam suatu hubungan
sehingga semakin meningkatkan derajat keakraban.7
5. Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri
Seperti yang kita ketahui pengungkapan diri dalam prosesnya bersifat
timbal balik. Artinya, keterbukaan kita akan diimbangi juga oleh lawan
komunikasi kita. Berdasarkan pandangan ini maka pengungkapan diri tidak
akan terjadi apabila salah satu pihak yang terlibat dalam komunikasi
menunjukkan ketertutupan dirinya. Dengan demikian, apabila kita ingin
melangsungkan komunikasi antarpribadi yang mengembangkan relasi pribadi
yang baik maka diperlukan pengungkapan diri dari kedua belah pihak. Oleh
karena itu, Tubbs dan Moss menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan
bagian penting dari komunikasi di antara dua orang sekaligus menjadi ciri dari
komunikasi antarpribadi.8
Keterbukaan dalam menjalin hubungan interpersonal berfungsi
meminimalisir kesalahpahaman dan kecurangan. Dengan demikian hubungan
interpersonal akan semakin erat. Keakraban hubungan interpersonal dapat
7 David O. Sears, Jonathan L. Freedman, & L. Anne Peplau, Psikologi Sosial Jilid PertamaEdisi Kelima. Terjemahan Michael Adryanto & Saviti Soekrisno (Jakarta: Erlangga, 1994), h. 254.
8 Yosal Iriantara, Komunikasi Antarpribadi (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 3.26.
22
ditandai dengan saling percaya, terbuka, dan tidak takut mengungkapkan
persoalan pribadi.9
Keakraban dan saling percaya merupakan hal penting dalam membangun
komunikasi antarpribadi yang saling mendukung dan memberikan manfaat
positif bagi pihak-pihak yang berkomunikasi. Oleh karena itu, self-disclosure
yang positif diperlukan sehingga komunikasi antarpribadi yang bertujuan
untuk pengembangan diri masing-masing dapat berlangsung dengan baik.
B. Remaja
1. Pengertian Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata
bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau
“tumbuh menjadi dewasa”. Kemudian istilah tersebut berkembang dan
mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional,
sosial, dan fisik.10
WHO pun memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat
konseptual. Definisi tersebut dikemukakan dalam tiga kriteria, yaitu biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi. Secara lengkap definisi tersebut berbunyi:
a. Perkembangan individu dari awal menunjukkan tanda-tanda seksual
sampai sudah mencapai kematangan.
9 Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 31.10 Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press,
2005), h. 178.
23
b. Mengalami perkembangan psikologis, berupa pola identifikasi dari kanak-
kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi perubahan terhadap ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.11
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan
transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan
perubahan dari segi biologis, psikologis, dan sosial ekonomi agar tercapainya
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
2. Ciri Khas Remaja
WHO membagi kurun usia remaja ke dalam dua bagian, yaitu remaja awal
10-14 tahun dan remaja akhir 15-24 tahun. Terdapat perbedaan ciri
khas/karakteristik yang signifikan dari kedua kelompok remaja tersebut, yaitu:
Tabel 2.1Karakterisrik/Ciri Khas Remaja 12
Remaja Awal (10-14 tahun) Remaja Akhir (15-24 tahun) Status tidak menentu Emosional Tidak stabil keadaannya Mempunyai banyak masalah Masa yang kritis
Kestabilan bertambah Lebih matang dalam menghadapi
18 Syafaruddin & Anzizah, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan (Jakarta; Gramedia,2004), h. 45.
29
menjelaskan bahwa “decision making is the process of generating and
evaluating alternatives and making choices among them”. Pendapat ini
menegaskan bahwa pengambilan keputusan adalah proses menghasilkan dan
mengevaluasi alternatif untuk membuat keputusan dari alternatif di
antaranya.19
Sejalan dengan pendapat di atas, Prajudi mengemukakan bahwa
pengambilan keputusan merupakan proses dari suatu sistem tindakan yang
memiliki beberapa komponen di dalamnya.20
Bertolak dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pengambilan keputusan adalah proses (langkah-langkah) pemecahan masalah
dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif (bukan satu alternatif)
untuk menetapkan suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan
(disengaja).
2. Jenis Keputusan
a. Keputusan yang diprogramkan (program decision)
Keputusan ini adalah keputusan yang dibuat berdasarkan pada
masalah yang diketahui secara baik (well-structured problems). Informasi
juga tersedia secara mencukupi untuk digunakan dalam mengambil
keputusan. Masalah yang hendak dipecahkan pun bersifat teknis, biasanya
19 Syafaruddin & Anzizah, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan (Jakarta; Gramedia,2004), h. 46.
20 Prajudi Atmosudirjo, Pengambilan Keputusan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1997), h. 45.
30
prosedur dan langkah-langkah yang perlu ditempuh telah dituangkan
dalam suatu pedoman.21
b. Keputusan yang tidak diprogramkan (non-programmed decision)
Keputusan ini adalah keputusan yang diambil atau dibuat berdasarkan
masalah yang tidak diketahui secara jelas (ill-structured problems).
Merupakan usaha dalam memecahkan masalah baru yang belum pernah
dialami sebelumnya, tidak bersifat repetitif, sukar mengenali bentuk,
informasi kurang tersedia, dan belum mengetahui dampak yang akan
dihadapi.22
Pengambilan keputusan dalam memilih perguruan tinggi merupakan
jenis Keputusan yang tidak diprogramkan meskipun informasi yang diterima
bisa cukup banyak dari berbagai sumber, namun tidak ada pedoman baku
yang mengatur dalam pengambilan keputusan ini. Lagipula ini merupakan
usaha memecahkan kasus baru yang belum pernah dialami oleh remaja akhir
sebelumnya, sehingga membutuhkan daya nalar yang tinggi digabungkan
dengan tindakan yang berorientasi pada efektivitas pemecahan.
21 Siagian, Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan (Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h.25.
22 Siagian, Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan (Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h.26 - 27.
31
3. Proses Pengambilan Keputusan
Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan dapat dilihat pada
gambar berikut:
Dari gambar tersebut bisa dijelaskan bahwa proses yang perlu dilewati dalam
mencapai pengambilan keputusan yang efektif melewati lima tahap, yaitu:
a. Identifikasi masalah
Mempelajari atau mengenali masalah yang dihadapi. Oleh karena itu
faktor-faktor yang menjadi peluang (kekuatan dan kelemahan) harus
diidentifikasi sedemikian rupa melalui analisis rasional dan sistematis.
Dalam tahap ini pun penting dilakukan perumusan masalah, yang
berfungsi sebagai penentu tindakan yang akan diambil. Kalau masalah
tidak dirumuskan dengan benar, bisa mengakibatkan tindakan yang salah
bahkan menciptakan masalah baru. Masalah itu harus memberikan
tekanan untuk bertindak. Karena masalah tanpa tekanan untuk bertindak
menjadi masalah yang dapat ditunda.23
23 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid Pertama Edisi Ketujuh. TerjemahanT. hermayana & Harry Slamet (Jakarta: PT INDEKS, 2004), h. 150.
Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan
Sumber: Syafaruddin (2004: 55-57)
IdentifikasiMasalah
MembuatAlternatif
EvaluasiAlternatif
ImplementasiAlternatif
EvaluasiKeputusan
32
Tekanan dalam memilih perguruan tinggi dapat berupa harapan
maupun berupa batas waktu dalam memilih perguruan tinggi, harapan
orang tua untuk masuk ke perguruan tinggi favorit, maupun peluang
perguruan tinggi yang sedikit sehingga memacu untuk belajar semakin
giat lagi.
b. Membuat alternatif-alternatif
Membuat sejumlah alternatif yang diperkirakan akan dapat menjadi
jawaban dalam pemecahan masalah adalah sangat penting. Sebab berbagai
alternatif yang dibuat akan dipilih mana yang paling menguntungkan
dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Pada tahap ini tidak ada usaha
yang dilakukan untuk mengevaluasi alternatif-alternatif itu, hanya
mendaftar saja.24
Untuk mempermudah dan memperkaya dalam pembuatan alternatif
maka dibutuhkan informasi-informasi yang sesuai dengan permasalahan.
Syarat dari informasi yang efektif, yaitu: mutakhir, lengkap, dapat
dipercaya, bersumber dari data yang terolah dengan baik, dan disajikan
dalam bentuk yang mudah dipahami.25
Terdapat beberapa sumber informasi yang dapat digunakan dalam
membuat alternatif yaitu, sumber pribadi, komersial, publik, maupun
24 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid Pertama Edisi Ketujuh. TerjemahanT. hermayana & Harry Slamet (Jakarta: PT INDEKS, 2004), h. 151.
25 Siagian, Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan (Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h.81.
33
pengalaman.26 Sumber informasi tersebut bisa digunakan dalam memilih
perguruan tinggi seperti:
Sumber pribadi : keluarga, teman, guru, tetangga, kenalan
Sumber komersial : iklan
Sumber publik : brosur, pamflet, dan internet
Sumber pengalaman : pengalaman dan masukan dari orang lain
yang sudah memilih perguruan tinggi
c. Mengevaluasi alternatif
Dalam proses ini individu harus dapat menilai keuntungan dan
kerugian atau kelemahan dan kekuatan dari masing-masing alternatif.
Salah satu upaya yang dapat membantu adalah pembuatan kriteria tertentu
berdasar standar yang dimiliki atau pun yang diharapkan individu.
Pemberian bobot dalam tiap-tiap alternatif berdasarkan kriteria yang
paling penting pun dapat membantu secara nyata dalam pengevaluasian
alternatif.27 Misalnya kriteria dari perguruan tinggi yang diharapkan
adalah; sesuai dengan minat, biaya yang murah, peluang pekerjaan yang
terbuka lebar, akreditasi yang baik, banyaknya beasiswa, dll. Maka kita
dapat memberikan bobot berkisar 1-10 berdasarkan preferensi pribadi.
26 Noer, “Sumber Informasi Konsumen Produksi Rotan”,http://noerdblog.wordpress.com/2012/06/18/sumber-informasi-konsumen-produk-kursi-rotan/ diaksespada 16 September 2013.
27 Stephen P. Robbins & Mary Coulter, Manajemen Jilid Pertama Edisi Ketujuh. TerjemahanT. Hermayana & Harry Slamet (Jakarta: PT INDEKS, 2004), h. 152.
34
Dengan begitu dapat terlihat peguruan tinggi mana yang mewakili kriteria
kita dan “paling baik” untuk kita pilih.
d. Mengimplementasi alternatif
Meskipun proses pemilihan telah terjadi dalam langkah sebelumnya,
keputusan tersebut masih dianggap gagal apabila belum direalisasikan
dalam bentuk tindakan. Tentu saja yang keputusan yang diaplikasikan
adalah alternatif terbaik yang mendatangkan manfaat paling besar atau
membuahkan kerugian yang paling kecil dari sejumlah alternatif yang
telah melewati tahapan evaluasi.
Perlu adanya keyakinan diri sendiri, bahwa keputusan yang dipilih
merupakan keputusan yang tepat dan benar, yang apabila dilaksanakan
dengan tepat akan memberikan manfaat yang diharapkan.28 Diperlukan
pula komitmen dan konsistensi dari individu dalam menjalankan
keputusan yang telah diambil.
e. Mengevaluasi keputusan
Keputusan yang ditetapkan dan telah dilaksanakan haruslah
dievaluasi apakah hasil yang diharapkan sebelumnya dengan hasil yang
nyatanya dicapai berbanding lurus atau bahkan terbalik. Tiap pengambil
keputusan akan langsung merasakan manfaat maupun akibat dari
keputusan yang dia ambil. Jika keputusan belum sesuai maka, tindakan
28 Siagian, Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan (Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h.248.
35
perlu diperbaiki dan kembali melihat alternatif yang diajukan atau
menambah kembali daftar alternatif untuk keputusan yang akan diambil
berikutnya.
Pengambilan keputusan dapat terjadi di mana-mana dan dilakukan
oleh setiap orang dalam setiap harinya. Pengambilan keputusan sesungguhnya
bersifat dinamis dan siklikal, yaitu bila individu sudah memilih, menjalankan,
dan merasakan konsekuensi dari pilihan yang sebelumnya dia buat maka dia
akan mengulang kembali proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan
manfaat yang paling optimal dan membuahkan pilihan yang paling minimal.
Begitu seterusnya.
4. Komunikasi Antarpribadi dan Pengambilan Keputusan
Fungsi komunikasi antarpribadi/interpersoanl berhubungan dengan
perannya dalam mempermudah pengambilan keputusan. Komunikasi
memberikan informasi yang diperlukan individu atau kelompok untuk
mengambil keputusan melalui penyampaian data guna mengenali dan
mengevaluasi pilihan-pilihan alternatif.
Komunikasi antarpribadi pun berfungsi sebagai sarana untuk mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung
(menggunakan media). Dalam prinsip komunikasi, ketika pihak komunikan
36
menerima pesan atau informasi, berarti komunikan telah mendapatkan
pengaruh yang menungkinkan terjadinya perubahan sikap.29
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi
dapat memengaruhi proses pengambilan keputusan melalui fungsinya sebagai
pemberi informasi maupun sarana mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
dari individu yang melakukan pengambilan keputusan.
D. Kerangka Berpikir
Keterangan:
1) Pengungkapan diri kepada keluarga (X1) merupakan variabel bebas yang
memiliki pengaruh dengan memilih perguruang tinggi.
2) Pengungkapan diri kepada kelompok sebaya (X2) merupakan variabel
bebas yang memiliki pengaruh dengan memilih perguruan tinggi.
29 Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) h.21.
Bagan 2.2Kerangka Berpikir
X1
Y
X2
Pengungkapan dirikepada Keluarga
Pengungkapan dirikepada kelompoksebaya
Memilih PerguruanTinggi
37
3) Pengungkapan diri kepada keluarga (X1) dan kelompok sebaya (X2)
merupakan variabel bebas yang secara bersama-sama memiliki pengaruh
dengan memilih perguruan tinggi
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang berada di Jl. Ir. H. Juanda No. 95,
yang disertai pengukuran dan operasional konsep, kemudian generalisasi empiris
yang bersandar pada statistik, sehingga dapat disimpulkan sebagai temuan penelitian.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 penentuan populasi ini menjadi
sangat penting karena melalui penentuan populasi seluruh kegiatan penelitian dapat
terarah.
Populasi penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah angkatan
2012, pemilihan subjek tersebut dilakukan dengan pertimbangan:
1. Mahasiswa FIDKOM UIN angkatan 2012 merupakan kategori dari remaja akhir,
karena memiliki kisaran umur antara 15-24 tahun.
2. Mahasiswa FIDKOM UIN angkatan 2012 merupakan angkatan yang baru saja
memilih perguruan tinggi pada saat penelitian ini berlangsung, pada tahun 2013,
sehingga peneliti bisa mendapatkan informasi secara baik.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 438 mahasiswa yang terdiri dari 164
mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, 56 mahasiswa Konsentrasi
Jurnalistik, 30 mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, 35 mahasiswa
2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009),h. 80.
40
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, 58 mahasiswa Jurusan Manajemen
Dakwah, 55 mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial, dan 40 mahasiswa Jurusan
Manajemen Haji dan Umroh.
Tabel 3.1Gambaran Populasi Mahasiswa FIDKOM angkatan 2012
No Jurusan/Konsentrasi Pria Wanita Jumlah1. Komunikasi dan Penyiaran Islam 80 84 1642. Jurnalistik 26 30 563. Pengembangan Masyarakat Islam 18 12 304. Bimbingan dan Penyuluhan Islam 12 23 355. Manajemen Dakwah 41 17 586. Kesejahteraan Sosial 26 29 557. Manajemen Haji dan Umroh 25 15 40
Jumlah 228 210 438Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Kesimpulan dari sampel akan digeneralisasikan pada populasi.3 Dalam
penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik proportional
random sampling. Proportional dimaksudkan agar komposisi sampel yang diambil
dari tiap bidang memiliki prosentase yang seimbang, sedangkan random
dimaksudkan agar setiap anggota populasi yang ada di tiap bidang dan memenuhi
karakteristik subjek penelitian, akan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih
menjadi anggota sampel.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 209 orang. Pengambilan jumlah
sampel didasarkan atas perhitungan menggunakan rumus Slovin dengan taraf
kepercayaan sampel terhadap populasi sebesar 95% atau taraf kesalahan 5%.
3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009),h. 80.
41
Rumus perhitungan besaran sampel:
Keterangan:
n :Jumlah sampel yang dicari
N : Jumlah populasi
e :Batas toleransi kesalahan (error tolerence) dalam penelitian ini sebesar 0,05.4
Tabel 3.2Gambaran Sampel Mahasiswa FIDKOM angkatan 2012
No Jurusan/Konsentrasi Pria Wanita Jumlah1. Komunikasi dan Penyiaran Islam 36 42 782. Jurnalistik 12 15 273. Pengembangan Masyarakat Islam 8 6 144. Bimbingan dan Penyuluhan Islam 6 11 175. Manajemen Dakwah 19 9 286. Kesejahteraan Sosial 12 14 267. Manajemen Haji dan Umroh 12 7 19
Jumlah 105 104 209
D. Data dan Sumber Data
Sumber data penelitian adalah subyek dimana data dapat diperoleh.5 Dalam
penelitian ini data yang digunakan adalah data primer.
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di
lokasi penelitian atau objek penelitian.6 Dalam penelitian ini data primer
menggunakan kuesioner, dan sumber data diperoleh dari responden, yaitu orang yang
Hurlock, E.B. Psikolgi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang RentangKehidupan. Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta; PenerbitErlangga.1991.
Liliweri, Alo. Komunikasi Antarpribadi. Bandung; Citra Aditya Bakti.1991
Iriantara, Yosal. Komunikasi Antarpribadi. Jakarta; Universitas Terbuka. 2009.
Pedoman Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta Tahun 2006-2007. Jakarta; Dakwah Press. 2006
Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta2009-2010. Jakarta; UIN Press. 2009
Sears, David O. Jonathan L. Freedman, & L. Anne Peplau. Psikologi Sosial.Terjemahan Michael Adryanto & Saviti Soekrisno, S.H. Jakarta: Erlangga.1994. Jilid Pertama Edisi Kelima.
Siagian. Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan. Jakarta; CV Haji Masagung.1990.