-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA COUNTING ICECREAM SET TERHADAP
PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN SLBTUNAS PEMBANGUNAN 1
NOGOSARI, BOYOLALI
TAHUN AJARAN 2010/2011
Skripsi
Oleh :
ZAKIYA RAMADANI
NIM : K 5105039
PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA COUNTING ICECREAM SET TERHADAP
PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN SLBTUNAS PEMBANGUNAN 1
NOGOSARI, BOYOLALI
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh :
ZAKIYA RAMADANI
NIM : K 5105039
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi
Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Zakiya Ramadani. PENGARUH MEDIA COUNTING ICE CREAM SETTERHADAP
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SLB TUNAS
PEMBANGUNAN 1 NOGOSARI,BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi,
Surakarta : Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
mediaCounting Ice Cream Set terhadap peningkatan prestasi belajar
matematika anak tunagrahita ringan kelas D3 SLB Tunas Pembangunan I
Nogosari, Boyolali tahun ajaran2010/2011.
Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut metode penelitian yang
digunakanadalah metode eksperimen. Populasi adalah siswa kelas D3
SLB TunasPembangunan I Nogosari, Boyolali tahun ajaran 2010/2011,
sejumlah 6 siswa.Dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan
sampel karena jumlah populasikecil sehingga penelitian ini
merupakan penelitian populasi / total sampling. Teknikpengumpulan
data prestasi belajar matematika anak tuna grahita ringan
denganmenggunakan tes tertulis dengan bentuk objektif matching tes,
observasi sertadokumentasi sebagai pendukung. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan one-group pretest - posttest design yaitu
sekelompok subjek dikenai perlakuan untukjangka waktu tertentu dan
dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuandiberikan. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis statistik
nonparametrik yaitu Wilcoxon Sign Rank Test, dengan bantuan
SPSS.
Berdasarkan hasil penelitian. Maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaanmedia Counting Ice Cream Set berpengaruh dalam
meningkatkan prestasi belajarmatematika anak tuna grahita ringan
kelas D3 SLB Tunas Pembangunan I Nogosari,Boyolali tahun ajaran
2010/2011.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Zakiya Ramadani. THE INFLUENCES OF USING THE MEDIA COUNTINGICE
CREAM SET TOWARD THE ACHIEVEMENT OF STUDYINGMATHEMATICS FOR MILD
MENTAL RETARDATION STUDENTS INTUNAS PEMBANGUNAN 1 SPECIAL EDUCATION
SCHOOL NOGOSARI,BOYOLALI PERIOD 2010/2011. Thesis, Surakarta :
Faculty of Teacher Trainingand Education Sebelas Maret University,
February 2011.
This research is aimed to find out the influence of using the
mediaCounting Ice Cream Set toward the achievement of studying
mathematics for mildmental retardation students in class D3 Tunas
Pembangunan I Special EducationSchool Nogosari Boyolali period
2010/2011.
The method used in this research was experiment method. The
populationwas 6 students in class D3 Tunas Pembangunan I Special
Education SchoolNogosari, Boyolali period 2010/2011. In this
research, the researcher did not use anysample since there were
only a few students considered to be the population. As aresult,
this research belonged to population research / total sampling. The
researcherused observation, documentation and written test in a
form of objective matching testas the techniques of data
collection. In this research, the researcher applied one-group
pretests – posttest design, a group of subject treated for
particular term andmeasured before and after the treatment. The
researcher applied statistic non-parametric analysis, Wilcoxon Sign
Rank Test, as the technique of data analysis. Theresearcher also
used SPSS to analyse the data.
Based on the result of the research, it can be concluded that
the using ofmedia Counting Ice Cream Set toward the achievement of
studying mathematics formild mental retardation students in Tunas
Pembangunan I Special Education SchoolNogosari, Boyolali period
2010/2011.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang mampu
memaksimalkan
potensi seseorang, bukan mensejajarkan kemampuan seseorang
.”
(Zakiya Ramadani)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
Bapak dan Mamah tercinta, atas kasih
sayang, kepercayaan dan didikan tulus yang
diberikan.
Adikku tersayang Akbarina Zahra Ruspita.
Keluarga besar Mahmud Efendi dan Abdul
Manaf.
Keluarga besar Marching Band Universitas
Sebelas Maret.
Almamaterku tercinta.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT,
yang
dengan semua nikmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini guna
memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Solawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Besar
Muhammad SAW beserta
para sahabat dan keluarganya.
Banyak hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi selama
penulisan
skripsi ini, namun atas bantuan berbagai pihak, akhirnya skripsi
ini dapat penulis
selesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih,
kepada :
1. Prof. Dr. M.Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan FKIP UNS
Surakarta yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun skripsi.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd, selaku ketua Jurusan Ilmu
Pendidikan yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun skripsi.
3. Drs. A. Salim Choiri, M.Kes, selaku ketua Program Studi
Pendidikan Luar
Biasa yang telah memberikan ijin penulisan skripsi.
4. Prof. Anton Sukarno, M.Pd, Pembimbing I, atas saran dan
bimbingan dalam
menyelesaikan penulisan skripsi.
5. Drs. Sudakiem, M.Pd, Pembimbing II, atas saran dan bimbingan
dalam
menyelesaikan penulisan skripsi.
6. Sugimin, S.Pd, Kepala SLB Tunas Pembangunan I Nogosari,
Boyolali yang
telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.
7. Susanti, S.Pd, guru kelas III, atas bantuannya, sehingga
penulis dapat
melaksanakan penelitian dengan lancar.
8. Bapak dan Mamah, orang tua yang tidak pernah lelah memberikan
dukungan
moril dan materil.
9. Akbarina Zahra Ruspita, adikku yang telah mendukung.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan
skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan semuanya, terimakasih. Semoga
Alloh
memberikan ganti yang lebih baik untuk semua doa dan bantuan
kalian
semua.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu
penulis
menerima dengan tangan terbuka semua saran dan kritik yang
bersifat membangun.
Akhirnya penulis hanya dapat berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Surakarta, Februari 2011
Penulis
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i
HALAMAN PENGAJUAN ………………………………………………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………. iii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………. iv
HALAMAN ABSTRAK ………………………………………………. v
HALAMAN MOTTO………………………………………………………. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………. vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………. viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………. xiv
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………....... 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………... 5
C. Pembatasan Masalah ……………………………………... 5
D. Perumusan Masalah ……………………………………. . 6
E. Tujuan Penelitian ……………………………………... 6
F. Manfaat Penelitian ……………………………………... 6
BAB II. LANDASAN TEORI …………………………………….. 8
A. Tinjauan Pustaka ……………………………………... 8
1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Grahita ………………... 8
2. Tinjauan Tentang Media Counting Ice Cream Set ……... 16
3. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar .......................
21
4. Tinjauan Tentang Matematika ……………………... 26
B. Kerangka Berfikir …………………………………….. 28
C. Perumusan Hipotesis …………………………………….. 29
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……………………………... 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………... 30
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
B. Metode Penelitian ……………………………………... 31
C. Populasi dan Sampel .…………………….............. 33
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………… 34
E. Uji Coba Instrumen Penelitian ……………………………... 38
F. Uji Validitas Instrumen ……………………………………... 38
G. Uji Reliabilitas Instrumen …………………………………... 40
H. Teknik Analisis Data ……………………………………... 41
BAB IV. HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ……………… 44
A. Diskripsi Data Penelitian …………………………………... 44
B. Pengujian Hipotesis …. …………………………………….. 48
C. Rangkuman Untuk Pembuktian Hipotesis ...……………… 50
D. Pembahasan Hasil Penelitian …….……………………….. 51
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................
53
A. KESIMPULAN .........…………………………………….. 53
B. IMPLIKASI ........................…………………………….. 53
C. SARAN …………………………………………………….. 54
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 55
LAMPIRAN …………………………………………………………….. 57
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Daftar Identitas Siswa …......……………………………. 44
Tabel 2. Daftar Nilai Prestasi Belajar Matematika
Sebelum Perlakuan (Pretest) …………………………..... 45
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Matematika
Sebelum Perlakuan (Pretest) …………………………..... 46
Tabel 4. Daftar Nilai Prestasi Belajar Matematika
Sesudah Perlakuan (Postest) ……………………………. 47
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Matematika
Sesudah Perlakuan (Postest) ……………………………. 47
Tabel 6. Perhitungan Analisis Rangking Bertanda Wilcoxon
Prestasi Belajar Matematika Anak Tuna Grahita
kelas D3 SLB Tunas Pembangunan 1 Nogosari, Boyolali ..........
49
Tabel 7. Hasil Test Statistik
..............................................................49
Tabel 8. Kesimpulan Hasil Penelitian
............................................. 50
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Counting Ice Cream yang digunakan
............................. 20
Gambar 2. Grafik Histogram Prestasi Belajar Matematika
Sebelum Perlakuan (Pretest) …………………………. 46
Gambar 3. Grafik Histogram Prestasi Belajar Matematika
Sesudah Perlakuan (Postest) ………………………… 48
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kisi-kisi Instrument Test Prestasi Belajar
Matematika
Materi Penjumlahan dan Pengurangan ……………………… 53
Lampiran 2. Instrumen Try Out ……………………………………… 54
Lampiran 3. Data Hasil Try Out ……………………………………… 57
Lampiran 4. Perhitungan Uji Validitas ……………………………… 59
Lampiran 5. Tabel Kerja Untuk Mencari Validitas Item Nomor 1………
59
Lampiran 6. Rangkuman Hasil Analisis Validitas Soal Tes
Prestasi Belajar Matematika ……………………………… 61
Lampiran 7.Tabel Persiapan Perhitungan Reliabilitas Soal
Tes Prestasi Belajar Matematika ……………………... 62
Lampiran 8. Perhitungan Uji Reliabilitas Soal Tes
Prestasi Belajar Matematika
Penjumlahan dan Pengurangan ……………………………... 62
Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ………………………..
64
Lampiran 10.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ……………………….
67
Lampiran 11.Instrumen Penelitian ……………………………………... 70
Lampiran 12. Perijinan Skripsi ……………………………………... 73
Lampiran 13. Permohonan Ijin Skripsi Dekan ……………………………. 74
Lampiran 14. Permohonan Penelitian Dekan ……………………………... 75
Lampiran 15. Permohonan Ijin Try Out di SLB-C SETYA DARMA
Surakarta ………………….…………………………….... 76
Lampiran 16. Permohonan Ijin Penelitian di SLB Tunas Pembangunan
1
Nogosari, Boyolali ………………………………………… 77
Lampiran 17. Surat Keterangan try out ……………………………… 78
Lampiran 18. Surat Keterangan Penelitian ……………………………… 79
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal dasar yang setiap warga negara
berhak
mendapatkannya. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan
kemampuan
berfikirnya. Melalui pendidikan itu pula yang akan membedakan
pola pikir
seseorang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi
seluruh aspek
kehidupan manusia, yang menuntut manusia untuk berfikir.
Dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 UU No.20
Th
2003 menyebutkan bahwa ”Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”. Dari
penjelasan tersebut sangat
jelas bahwa tujuan utama dari pendidikan adalah membentuk
individu yang lebih
baik.
Dijelaskan lebih lanjut dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional
pasal 32 ayat 1 UU No.20 Th 2003, bahwa ”Pendidikan khusus
merupakan
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kesulitan yang
signifikan dalam
mengikuti proses pembelajaran, baik karena kelainan fisik,
emosional, mental sosial
dan atau memiliki bakat istimewa.”.
Pada hakekatnya hak anak untuk mendapat pendidikan adalah hak
asasi
manusia yang harus dihormati, dilindungi, dan dipenuhi oleh
negara. Seperti halnya
disebutkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal
5 ayat 2 UU
No.20 Th 2003, bahwa ”Warga Negara yang memiliki kelainan fisik
emosional,
mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus.”.
Sangatlah jelas bahwa setiap anak mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh
pendidikan termasuk anak tunagrahita ringan yang memiliki
kebutuhan yang berbeda
dari anak normal lain, dan setiap kebutuhannya harus diupayakan
untuk
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
pemenuhannya. Pernyataan tersebut diatas menegaskan perlunya
pendidikan
diberikan.
Matematika dalam kehidupan sehari- hari telah memberikan manfaat
yang
nyata, hampir dalam seluruh proses kegiatan manusia secara tidak
sadar mereka
menerapkan ilmu matematika, sehingga matematika ditempatkan
sebagai salah satu
ilmu pengetahuan dasar yang harus ditanamkan sedini mungkin pada
anak.
Salah satu materi dalam matematika adalah penjumlahan dan
pengurangan.
Dalam kehidupan sehari-hari anak sudah mengalami arti
penjumlahan dan
pengurangan, sehingga pada saat sekolah anak sudah dapat
memahaminya dalam
bentuk yang abstrak. Akan tetapi tidak demikian bagi anak
tunagrahita, hal ini akan
sulit dipahami oleh anak dikarenakan anak mempunyai kelainan
dari fungsi
kecerdasannya, yang menyebabkan anak mempunyai daya ingat yang
lemah dan
kemampuan berpikirnya terbatas pada hal-hal yang bersifat
konkret.
Johnson dan Miklebust dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 252)
”Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi
teoritisnya adalah
memudahkan berpikir.”.
Hasil penelitian Anton Sukarno (2000: 28) melaporkan bahwa
”Penelitian di
Surakarta ditemukan 10,21% siswa kelas IV SD yang berkesulitan
belajar terus
meningkat.”. Hasil penelitian Departemen Kesehatan dalam
Lastriningsih (2007: 2)
juga melaporkan bahwa ”Terdapat 150.000 siswa Sekolah Dasar
Kelas 1,2 dan 3 dari
100 Sekolah Dasar diketahui 191 (0,13%) siswa mengalami hambatan
belajar, 87
siswa diantaranya berkesulitan baca, tulis dan berhitung.”.
Dengan demikian prestasi
belajar matematika siswa dirasa masih rendah.
Matematika memang tidak mudah, tetapi guru bisa membuat
matematika
menjadi lebih menyenangkan. Salah satu hal yang bisa membuat
siswa senang
dengan matematika adalah kebebasan mereka bereksperimen dengan
matematika
tesebut.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Menurut Moh. Amin (1995: 222) materi pelajaran atau matematika
yang
dapat diberikan atau diajarkan kepada anak tuna grahita
meliputi:
1. Pengenalan kuantitas (jumlah) dan simbol dari 0–10.2.
Pengenalan sistem desimal, penjumlahan, pengurangan dan
pembagian.3. Pengenalan bilangan 1–9 dan 11–19.4. Pengenalan nilai
mata uang, konsep waktu, jam dan kalender.5. Aplikasi matematika
dalam kehidupan sehari-hari.
Anak tuna grahita ringan menurut Munzayannah (2000: 22)
menyatakan
bahwa ”Anak tuna grahita ringan atau mampu didik adalah mereka
yang masih
mempunyai kemungkinan memperoleh pendidikan dalam bidang
membaca, menulis,
dan menghitung pada suatu tingkat tertentu di sekolah khusus.”.
Biasanya untuk
kelompok itu dapat tercapai tingkat tertentu, setingkat dengan
kelas IV Sekolah
Dasar, serta dapat mempelajari keterampilan–keterampilan yang
sederhana.
Anak tuna grahita membutuhkan penanganan yang khusus dalam
pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena hakekat
matematika yang
abstrak, mereka juga mengalami kesulitan dalam mempelajarinya.
Kesulitan dalam
belajar matematika dapat berdampak negatif di sekolah, kesulitan
yang timbul adalah
ketidakmampuan anak mengaplikasikan dalam kehidupan
selanjutnya.
Untuk mendidik siswa tuna grahita, guru harus mempersiapkan
segala aspek
yang menunjang proses belajar mengajar. Salah satu aspek yang
mendukung
keberhasilan kegiatan belajar mengajar yaitu penggunaan media
pembelajaran. Agar
tujuan pengajaran tercapai guru juga harus dituntut kreatif dan
tepat dalam memilih
media, yang dimana pemilihan media tersebut juga disesuaikan
dengan tingkat
perkembangan intelektual, kondisi dan juga kebutuhan peserta
didik, karena
pemilihan media pembelajaran secara tepat juga diyakini dapat
memberikan dampak
positif terhadap peningkatan prestasi belajar mereka..
Pemilihan media yang kurang tepat akan mengakibatkan siswa
menjadi
kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pelajaran dan dapat
menimbulkan kebosanan,
terlebih bagi anak tuna grahita yang perlu adanya media bermain
yang dapat
dijadikan sebagai media bantu (penunjang) dan bermain dalam
proses belajar
mereka.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Pada kenyataannya prestasi belajar matematika pada anak tuna
grahita
ringan juga dibawah rata- rata, walaupun bukan mayoritas, tetapi
hal ini juga tidak
bisa sepenuhnya disalahkan kepada siswa yang memang mengalami
keterbatasan
mental. Hambatan bukan hanya dari penggunaan media bantu
pembelajaran yang
kurang tepat dengan karakteristik siswa, tetapi bisa juga dari
cara guru dalam
menyampaikan materi pelajaran di depan siswa. Masih banyak guru
yang cenderung
menyamakan cara pengajaran bagi anak tunagrahita dan anak
normal. Padahal sudah
dapat dipastikan bahwa anak tuna grahita akan mengalami
kesulitan dalam
memecahkan soal yang tidak diimbangi dengan pemahaman konsep
hitung dalam
matematika. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran guru juga
harus dituntut
keuletan dan kesabaran untuk menyampaikan materi pada peserta
didik.
Berdasarkan karakteristik anak tuna grahita ringan yang telah
disebutkan
diatas menjadi acuan penulis untuk menggunakan media Counting
Ice Cream Set
sebagai media dalam pembelajaran berhitung anak tuna grahita
ringan. media
Counting Ice Cream Set merupakan media alat bermain atau alat
bantu pengajaran
dengan cara memasangkan bintik-bintik coklat di topping ice
cream dengan jumlah
angka yang ada dalam coon ice cream yang dilakukan dalam
kegiatan yang
menyenangkan, teratur dan terpikir untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan
yaitu meningkatkan kemampuan berhitung. Dalam penggunaan media
ini diharapkan
dapat membantu anak tuna grahita ringan mempermudah dalam
menerima
pembelajaran khususnya berhitung yaitu pada materi penjumlahan
dan pengurangan
sehingga prestasi belajar dalam bidang studi matematika anak
tuna grahita ringan
dapat meningkat.
Dari uraian- uraian latar belakang masalah diatas tersebut
mendorong penulis
untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Pengaruh Penggunaan
Media
Counting Ice Cream Set Terhadap Prestasi Belajar Matematika Anak
Tuna
Grahita Ringan SLB Tunas Pambangunan 1 Nogosari, Boyolali
Tahun
Ajaran 2010/2011”.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
B. Identifikasi Masalah
1. Matematika merupakan mata pelajaran dasar yang sulit dipahami
oleh
anak tuna grahita dikarenakan keterbatasan intelegensi dan
menerima
konsep secara abstrak.
2. Anak tuna grahita adalah anak yang memiliki keterbatasan
intelegensi
yang dibawah rata-rata, sehingga mereka kurang cakap dalam
menerima
pembelajaran secara maksimal seperti anak normal.
3. Cara penyampaian guru dalam mengajar mata pelajaran
matematika pada
anak tuna grahita cenderung sama seperti mengajar pada anak
normal.
4. Penggunaan media pembelajaran yang tidak tepat dapat membuat
siswa
tuna grahita kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran
matematika.
C. Pembatasan Masalah
1. Materi pelajaran matematika dalam penelitian ini adalah
terbatas seputar
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana sampai
dengan
10.
2. Subyek dalam penelitian ini adalah anak tuna grahita ringan
SLB Tunas
Pembangunan 1 Nogosari, Boyolali.
3. Media pembelajaran saat ini ada banyak, dalam penelitian ini
peneliti
menggunakan media Counting Ice Cream Set yang merupakan salah
satu
mainan edukatif atau alat bantu pembelajaran matematika yang
terbuat
dari kain/spons dan diberi warna, dan penggunannya adalah dengan
cara
memasangkan bintik-bintik coklat pada topping ice cream dengan
jumlah
angka pada coon ice cream.
4. Obyek penelitian yaitu prestasi belajar matematika anak tuna
grahita
ringan SLB Tunas Pembangunan 1 Nogosari, Boyolali.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
i. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang penulis
kemukakan
diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
“Apakah ada pengaruh positif penggunaan media ’Counting Ice
Cream Set’
terhadap prestasi belajar matematika anak tuna grahita ringan
SLB Tunas
Pembangunan 1 Nogosari, Boyolali tahun ajaran 2010/2011?”
ii.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh
penggunaan media ’Counting Ice Cream Set’ terhadap prestasi
belajar anak tuna
grahita ringan SLB Tunas Pembangunan 1 Nogosari, Boyolali tahun
ajaran
2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Dapat membuka cakrawala baru bagi dunia pendidikan khusus
tentang
model pembelajaran yang sesuai diterapkan pada pembelajaran
matematika bagi anak tuna grahita.
b. Dapat menambah wacana dan pengetahuan bagi penulis dalam
meningkatkan prestasi belajar matematika bagi anak tuna
grahita.
2. Manfaat praktis
a. Menambah pengayaan media pembelajaran guna meningkatkan
prestasi
belajar matematika khususnya berhitung bagi anak tuna
grahita.
b. Menguji penggunaaan ’Media Counting Ice Cream Set’ dalam
upaya
meningkatkan prestasi belajr matematika bagi anak tuna
grahita.
c. Mencari alternatif media mengajar untuk meningkatkan prestasi
belajar
matematika bagi anak tuna grahita.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Grahita
a. Pengertian Anak Tuna Grahita
Di dunia ini disamping anak normal pasti ada anak yang dibawah
normal
dan anak diatas normal. Anak-anak dalam kelompok di bawah normal
dan/atau lebih
lamban daripada anak normal, baik perkembangan sosial maupun
kecerdasannya
disebut anak terbelakang mental, atau istilah resminya di
Indonesia disebut anak tuna
grahita. Tuna Grahita berasal dari kata ‘Tuna’ yang berarti
‘merugi’ dan ‘Grahita’
yang berarti ‘pikiran’. (PP No. 72 Tahun 1991) dikutip dari Moh
Amin dalam
bukunya othopedagogik anak tuna grahita (1995: 10).
Moh. Amin (1995: 11) menyebutkan bahwa “anak tuna grahita
adalah
mereka yang kecerdasannya jelas dibawah rata-rata. Disamping itu
mereka megalami
keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Mereka kurang cakap
dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit dan
berbelit-belit. Mereka
kurang atau terbelakang, atau tidak berhasil bukan untuk sehari
dua hari atau sebulan
atau dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya, dan bukan hanya
dalam satu hal tetapi
hampir segala-galanya.”
Menurut American Association on Mental Deficiency (AAMD),
yang
dikutip dari (http://www.anakciremai.com), menyatakan bahwa anak
tuna grahita
adalah anak yang secara umum memiliki kekurangan dalam hal
fungsi intelektualnya
secara nyata dan bersamaan dengan itu, berdampak pula pada
kekurangannya dalam
hal perilaku adaptifnya, dimana hal tersebut terjadi pada masa
perkembangannya dari
lahir sampai dengan usia delapan belas tahun. Pernyataan
tersebut pun dapat pula
diartikan bahwa anak tunagrahita adalah mereka yang memiliki
hambatan pada dua
sisi, yaitu pertama pada sisi kemampuan intelektualnya yang
berada di bawah anak
normal. Anak tersebut memiliki kemampuan intelektualnya yang
berada pada dua
standar deviasi di bawah normal jika diukur dengan tes
intelegensi dibandingkan
http://www.anakciremai.com/
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
dengan anak normal lainya. Yang kedua adalah kekurangan pada
sisi perilaku
adaptifnya atau kesulitan dirinya untuk mampu bertingkah laku
sesuai dengan situasi
yang belum dikenal sebelumnya. Keadaan tersebut terjadi pada
proses
pertumbuhannya, cara berfikir dan kemampuannya dalam
bermasyarakat sejak anak
tersebut lahir dan berusia delapan belas tahun.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak tuna
grahita
merupakan anak dimana daya pikir serta kepribadiannya dalam
keadaan terganggu
atau di bawah keadaan rata-rata, dengan demikian mengakibatkan
kesukaran di
dalam mengikuti pelajaran yang diberikan kepadanya. Disamping
itu mereka juga
tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, sebab emosinya
juga
mengalami gangguan.
b. Penyebab Anak Tuna Grahita
Ada beberapa faktor yang dapat menjadikan seseorang menjadi tuna
grahita,
beberapa ahli dari berbagai ilmu telah membagi faktor- faktor
penyebab ini menjadi
beberapa kelompok.
Menurut Munzayannah (2000: 14) bahwa penyebab tuna grahita
(retardasi
mental) digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1) Kelompok Biomedik yang meliputi:
a) Pre Natal (sebelum kelahiran), dapat terjadi karena:(1)
Infeksi pada ibu sewaktu mengandung.(2) Gangguan metabolisme.(3)
Irradasi sewaktu umur kehamilan antara 2–6 minggu.(4) Kelainan
kromosom.(5) Malnutrisi.
b) Natal (saat kelahiran), antara lain berupa:(1) Anoxia
(kekurangan oksigen).(2) Asphysia (gangguan nafas).(3) Prematuritas
dan Postmaturitas.(4) Kerusakan otak.
c) Post Natal (setelah kelahiran), dapat terjadi karena:(1)
Malnutrisi.(2) Infeksi.(3) Trauma.
2) Kelompok Sosiokultural, Psikologik atau Lingkungan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
Kelompok etiologi ini dipengaruhi oleh proses psikososial dalam
keluarga.
Dalam hal ini ada 3 macam teori, yaitu:
a) Teori Stimulasi
Pada umumnya penderita tuna grahita (retardasi mental) yang
tergolong,
disebabkan kekurangan rangsang atau kesempatan perhatian
dari
keluarga.
b) Teori Gangguan
Kegagalan keluarga dalam memberikan proteksi yang cukup
terhadap
stress pada masa kanak-kanak sehingga mengakibatkan gangguan
pada
proses mental.
c) Teori Keturunan
Teori ini mengemukakan bahwa hubungan antara orang tua dan
anak
sangat lemah akan mengalami disorganisasi, sehingga apabila
anak
mengalami stress akan bereaksi dengan cara yang
bermacam-macam
untuk dapat menyesuaikan diri. Atau dengan kata lain ”security
system”
sangat lemah dalam keluarga.
Sedangkan menurut Mohammad Efendi (2006: 91), bahwa ”Sebab
terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu
terjadinya, yaitu
dibawa sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti
penyakit atau keadaan
lainnya (faktor eksogen).”. Faktor endogen yaitu faktor
ketidaksempurnaan
psikobiologis dalam memindahkan gen, sedangkan faktor eksogen
yaitu faktor yang
terjadi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal.
Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan penyebab
ketunagrahitaan
menurut Devenport yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 91) dapat
dirinci melalui
jenjang sebagai berikut:
1) Kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma.
2) Kelainan atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan
telur.
3) Kelainan atau keturunan yang diakibatkan dengan
implantasi.
4) Yang timbul dalam embrio.
5) Yang timbul dari luka saat kelahiran.
6) Yang timbul dalam janin.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
7) Yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-kanak.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
penyebab
tuna grahita dapat terjadi pada saat: prenatal, yaitu akibat
penyakit atau pengaruh
sebelum lahir, natal atau perinatal yaitu akibat pada saat
proses kelahiran, dan post
natal, yaitu kondisi setelah lahir dan faktor lingkungan.
c. Klasifikasi Anak Tuna Grahita
Banyak pengarang dan beberapa ahli keilmuan mengklasifikasikan
anak
tuna grahita menurut bidang ilmu dan pandangan mereka
masing-masing.
Pengklasifikasian anak tuna grahita memang perlu dilakukan untuk
memudahkan
guru menyusun program dan memberikan bantuan serta layanan
pendidikan yang
sebaik- baiknya dan seefektif mungkin. Dibawah ini akan
diuraikan penjelasan
tentang klasifikasi anak tuna grahita menurut bebarapa ahli:
Menurut Somantri (2006: 106-108) yang dikutip dari
(http://laraasih.com/pendidikan)
anak tuna grahita dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Tuna Grahita Ringan
a) Tuna grahita ringan disebut juga maron atau debil.
b) Memiliki IQ antara 70-52 pada skala Binet, memiliki IQ antara
70-55
menurut skala WISC.
c) Mampu belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana.
d) Mampu dididik menjadi tenaga kerja semi – skilled seperti
pekerja
laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, dan
pekerja
pabrik dengan sedikit pengawasan.
e) Pada umumnya tidak mengalami gangguan fisik (tampak seperti
anak
normal).
2) Tuna Grahita Sedang
a) Tuna grahita sedang disebut juga imbesil.
b) Memiliki IQ antara 51-33 pada skala Binet, memiliki IQ antara
54-40
menurut skala WISC.
http://laraasih.com/pendidikan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
c) Mampu mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari
bahaya seperti
menghindari kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari
hujan, dan
sebagainya.
d) Sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik
seperti membaca,
menulis, dan berhitung sederhana.
e) Mampu menulis secara sosial, misalnya menulis nama sendiri
dan alamat
rumah.
f) Membutuhkan pengawasan yang terus menerus.
g) Dapat bekerja di tempat kerja terlindung.
3) Tuna Grahita Berat
a) Tuna grahita berat sering disebut idiot.
b) Tuna grahita berat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut
skala
Binet, memilki IQ antara 39-25 menurut skala WISC.
c) Memerlukan perawatan secara total dalam kehidupan sehari-hari
dan
memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.
Sedangkan secara klinis menurut Moh. Amin (1995: 27), tuna
grahita dapat
digolongkan atas dasar tipe atau ciri-ciri jasmaniah secara
berikut:
1) Sindroma Down/Mongoloid; dengan ciri-ciri wajah khas mongol,
mata sipit
dan miring, lidah dan bibir tebal dan suka menjulur, jari kaki
melebar, kaki
dan tangan pendek, kulit kering, tebal, kasar dan keriput, dan
susunan geligi
kurang baik.
2) Kretin, dalam bahasa indonesia disebut kate atau cebol;
dengan ciribadan
gemuk dan pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, badan
dingin, kulit
kering, tebal dan keriput, lidah dan bibir tebal, kelopak mata,
telapak tangan
dan kaki dan kuduk tebal, pertumbuhan gigi terlambat, serta
hidung lebar.
3) Hydrocephalus (kepala besar berisi cairan); dengan ciri
kepala besar, raut
muka kecil, tengkorak sering menjadi besar.
4) Microcephalus dan Makrocephalus; dengan ciri-ciri ukuran
kepala tidak
proporsional (terlalu kecil atau terlalu besar).
Dari beberapa klasifikasi yang sudah dijelaskan diatas maka
dapat
disimpulkan bahwa klasifikasi anak tuna grahita adalah:
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
1) Anak tuna grahita ringan dengan level IQ dari 70 – 55,
2) Anak tuna grahita sedang dengan level IQ dari 54 – 40,
3) Anak tuna grahita berat dengan level IQ dari 39 – 25,
4) Anak tuna grahita sangat berat dengan level IQ dari 24 -
kebawah.
d. Karakteristik Anak Tuna Grahita
Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan diatas, maka anak
tuna
grahita memiliki karakteristik tersendiri pada segi tingkah
laku, emosi dan sosialnya,
cara belajarnya dan kesehatan pada fisikya. Untuk karakteristik
tersebut, setiap anak
tunagrahita memiliki karakteristik yang berada sesuai dengan
tingkat kekurangannya.
Seperti yang dikutip penulis dari (http://www.anakciremai.com),
yaitu secara umum
karakteristik tersebut dapat digeneralkan ke dalam:
1) Segi Intelektualnya
a) Anak tuna grahita mampu mengetahui atau menyadari situasi,
benda-benda
dan orang disekitarnya, namun mereka tidak mampu memahami
keberadaan dirinya. Hal tersebut disebabkan oleh faktor bahasa
yang
manjadi hambatan, dikarenakan mereka pada umunya sulit untuk
mengatakan atau menyampaikan kata yang sesuai dengan keadaan
yang
diinginkannya.
b) Mereka berkesulitan untuk memecahkan masalah-masalah yang
ada, tidak
mampu membuat suatu rencana bagi dirinya, dan anak tersebut pun
sulit
untuk memilih alternatif pilihan yang berbeda.
c) Mereka sulit sekali untuk menuliskan simbol-angka, sehingga
secara umum
mereka memiliki ksulitan dalam bidang membaca, menulis dan
berhitung.
d) Kemampuan belajar anak tunagrahita terbatas. Mereka mengalami
kesulitan
yang berarti dalam pengetahuan yang bersifat konsep dan
dalam
menempatkan dirinya dengan keadaan situasi lingkungannya.
2) Segi Tingkah Laku (Perilaku Adaptif)
a) Perkembangan anak tuna grahita lamban. sulit mempelajari
sikap tertentu,
bahkan sulit melakukan pekerjaan yang ditugaskan walaupun
tugas
tersebut bagi orang normal sangat sederhana.
http://www.anakciremai.com/
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
b) Faktor kognitif merupakan hal yang sulit bagi anak tersebut,
khususnya
yang berkenaan dengan perhatian dengan atau konsentrasi,
ingatan,
berbicara dengan bahasa yang benar, dan dalam kemampuan
akademiknya.
c) Anak tuna grahita seringkali merasakan ketidakmampuan
dalam
melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang diberikan padanya,
karena
seringnya melakukan kesalahan-kesalahan pada saat
melakukannya.
d) Mereka pada umunya kurang percaya diri dan seringkali
menggantungkan
bimbingan atau bantuan orang lain, atau dengan kata lain
rasa
kemampuan dirinya kurang. Mereka juga seringkali sulit dalam
memilih
lingkungan pergaulan yang baik, sehingga mudah terjerumus pada
hal-hal
yang bersifat negatif.
Sedangkan menurut Munzayannah (2000: 22) karakteristik anak
tuna
grahita ringan adalah sebagai berikut:
1) Dapat dilatih untuk bermacam-macam tugas yang lebih tinggi
atau kompleks.
2) Dapat dilatih dalam bidang sosial atau intelektual dalam
batas-batas tertentu,
misalnya membaca, menulis dan menghitung.
3) Dapat dilatih untuk pekerjaan-pekerjaan rutin maupun
keterampilan.
Dengan berpijak dari beberapa pendapat diatas maka dapat
disimpulkan
bahwa karakteristik anak tuna grahita ringan yaitu:
1) Masih dapat dilatih intelektualnya dalam batas-batas
tertentu.
2) Masih dapat dilatih untuk pekerjaan sederhana.
3) Masih dapat bersosialisasi pada taraf tertentu.
e. Pendidikan Anak Tuna Grahita
Anak tuna grahita merupakan anak yang mempunyai intelegensi
sedemikian
rupa, sehingga tidak memungkinkan anak tuna grahita mengikuti
pelajaran atau
pendidikan di sekolah umum. Hal ini terjadi karena anak tuna
grahita memiliki
perkembangan berpikir yang sangat lambat. Anak tuna grahita
mempunyai
kemampuan yang sangat terbatas, sehingga pengetahuan dan
ketrampilan yang
sangat terbatas pula.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
Adapun cara untuk menentukan atau mengukur apakah seseorang
tuna
grahita atau tidak adalah dengan mengukur kemampuan
intelegensinya atau tingkat
kecerdasannya. Karena kecerdasan bersifat kompleks, seyogyanya
digunakan tes
verbal dan tes performance. Diagnosa bagi anak tuna grahita
dilaksanakan sebelum
anak mendapatkan pelayanan pendidikan dan latihan. Prosedur umum
yang
dilaksanakan untuk menyeleksi anak dalam program pendidikan
menurut Sam Isbani
(1989: 25) antara lain :
1) Guru kelas mempunyai pertanggung jawaban secara profesional
dalam
mengidentifikasi anak tuna rungu. Selain dari hasil tes
pencapaian atau
achievement tes, dikombinasikan dengan pola tingkah laku
serta
kematangan emosional dan sosial.
2) Seleksi dari psikolog yang kwalified dengan memberikan tes
individual
mengenai kapasitas intelektualnya, kematangan sosial dan
karakteristik
personalitas anak.
3) Pengujian kesehatan secara menyeluruh yang diperlukan, jadi
tidak selalu
harus dilaksanakan.
4) Mempelajari tentang data catatan komulatif anak.
5) Perlu pemeriksaan bila mengalami kurang pendengaran dan
kurang
penglihatan.
6) Perlu adanya pertemuan antara orang tua, kepala sekolah, guru
kelas,
pengawas sekolah, guru kelas khusus (PLB) dan konsultan
pendidikan
khusus (PLB).
7) Diadakan konsultasi dengan orang tua disertai dengan beberapa
ahli yang
diperlukan.
Keberhasilan program pendidikan bagi anak tuna grahita
tergantung pada
baik dan buruknya hasil seleksi anak tersebut untuk ditempatkan
pada kelas atau
sekolah tertentu.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
2. Tinjauan Tentang Media Counting Ice Cream Set
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari
“medium” yang
secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu
perantara atau pengantar
sumber pesan dengan penerima pesan Arif Sadiman, dkk (2006:
6).
Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran.
Mulyani
Sumantri dan Johar Permana (2001: 153) mengemukakan bahwa,
“Media pengajaran
adalah segala alat pengajaran yang digunakan guru sebagai
perantara untuk
menyampaikan bahan-bahan instruksional dalam proses belajar
mengajar sehingga
memudahkan pencapaian tujuan pengajaran tersebut”. Dalam suatu
proses belajar
mengajar, pesan yang disalurkan media dari sumber pesan ke
penerima pesan itu
adalah pelajaran. Dengan kata lain, pesan itu adalah isi
pelajaran yang berasal dari
kurikulum yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Dalam proses
belajar mengajar
penerima pesan tersebut adalah siswa.
Sedangkan dalam (www.ditplb.or.id) media pembelajaran adalah
alat yang
dapat menunjang pembelajaran yang berfungsi memperjelas makna
pesan yang
disampaikan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
sempurna.
Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang
fikiran, perasaan,
dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya
proses belajar
pada diri peserta didik.
b. Macam–Macam Media
Dari segi perkembangan teknologi, media pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori luas, yaitu menurut Seels
& Glasgow dalam
Arsyad media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir
(2002: 33) yang
dikutip dari (http://endonesa.wordpress.com), yaitu:
1) Media tradisional dapat dibedakan menjadi:
a) Visual diam yang diproyeksikan, misal proyeksi opaque (tak
tembus
pandang), proyeksi overhead, slides dan filmstrips.
http://www.ditplb.or.id/http://endonesa.wordpress.com/
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
b) Visual yang tidak diproyeksikan, misal gambar, poster, foto,
charts,
grafik, diagram, pemaran dan papan info.
c) Penyajian multimedia, misal slide plus suara (tape), multi
image.
d) Visual dinamis yang diproyeksikan, misal film, televisi dan
video.
e) Cetak, misal buku teks, modul, teks terprogram, workbook,
majalah
ilmiah/berkala dan lembaran lepas (hand-out).
f) Permainan, misal teka-teki, simulasi, permainan papan, dan
realia, misal
model, specimen (contoh) dan manipulatif (peta, boneka).
2) Media teknologi mutakhir dibedakan menjadi:
a) Media Berbasis Telekomunikasi, misal teleconference, kuliah
jarak jauh,
dan
b) Media Berbasis Mikroprosesor, misal computer-assistted
instruction,
permainan komputer, sistem tutor intelejen, interaktif,
hypermedia, dan
compact disc.
Sedangkan menurut akhmad sudrajat seperti yang dikutip dalam
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com), terdapat berbagai jenis
media belajar,
diantaranya:
1) Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun,
komik.
2) Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan
sejenisnya.
3) Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in
focus dan
sejenisnya.
4) Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD,
VTR),
komputer dan sejenisnya.
c. Fungsi Media Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran itu sendiri tentunya memiliki
beberapa
fungsi yang berdampak positif dalam proses belajar mengajar.
Beberapa fungsi
media pembelajaran menurut Akhmad Sudrajat (2008), yang dikutip
dari
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com) yaitu:
1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman
yang dimiliki
oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik
berbeda-beda,
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan
pengalaman anak,
seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong dan sebagainya.
Media
pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta
didik tidak
mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyek
yang
dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata,
miniatur,
model, maupun bentuk gambar–gambar yang dapat disajikan secara
audio
visual.
2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.
Banyak hal yang
tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para
peserta didik
tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena: (a) obyek terlalu
besar; (b)
obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d)
obyek yang
bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f)
obyek yang
bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan
resiko tinggi.
Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat
disajikan
kepada peserta didik.
3) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung
antara peserta
didik dengan lingkungannya.
4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan.
5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan
realistis.
6) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk
belajar.
8) Media memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh
dari yang
konkrit sampai dengan abstrak.
Sedangkan menurut Arief S. Sadiman dkk (2007: 17)
mengemukakan
kegunaan-kegunaan atau fungsi media pendidikan (pembelajaran)
sebagai berikut:
1) Memperjelaskan penyajian pesan agar tidak terlalu
verbalitas.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera
seperti:
a) Objek yang terlalu besar bisa diganti dengan realia, gambar,
film.
b) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor film.
c) Gerak yang lambat atau cepat dapat dibantu dengan
timelapse.
d) Peristiwa di masa lalu dapat ditampilkan lagi lewat rekam
film.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
e) Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model.
f) Konsep yang terlalu luas dapat divisualkan dalam bentuk
film.
3) Penggunaan media pendidikan (pembelajaran) secara tepat dan
bervariasi
dapat mengatasi sifat pasif anak didik.
4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan
pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi
pendidikan
ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami
kesulitan
bilamana semua itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih
sulit jika latar
belakang lingkungan duru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini
dapat
diatasi dengan media pendidikan (pembelajaran), yaitu dengan
kemampuannya dalam memberikan perangsang yang sama,
mempersamakan
pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
d. Media Counting Ice Cream Set
Media Counting Ice Cream Set merupakan sebuah mainan edukatif
atau
media pembelajaran matematika yang digunakan untuk memudahkan
siswa dalam
aplikasi berhitung. Media Counting Ice Cream Set merupakan suatu
media
pembelajaran jenis alat permainan.
Dalam pembuatannya pun sangat mudah dan murah, semua bahan
penggunaannya terbuat dari kain atau spons. Hal ini dikarenakan
media Counting Ice
Cream Set merupakan alat bantu hitung bagi anak-anak makna
didesain sesederhana
mungkin dan tidak berbahaya bagi anak tuna grahita. Selain itu
penggunaan berbagai
macam warna dan bentuk memungkinkan juga bagi anak tuna grahita
untuk
mengenal konsep.
Cara pembuatannya adalah dengan cara :
1. Kain atau spons yang ingin digunakan digambar pola dengan
bentuk
topping dan coon ice cream,
2. Lalu potong kain atau spons tersebut sesuai pola,
3. Setelah terbentuk potongan - potongan tersebut selanjutnya
buatlah
angka - angka yang ingin digunakan, serta buatlah bintik-bintik
yang
sejumlah dengan angka - angka tersebut,
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
4. Selanjutnya tempel angka – angka pada coon ice cream dan
tempel
bintik – bintik pada topping ice creamnya, maka sudah siaplah
media
Counting Ice Cream Set untuk digunakan.
Cara penggunaan media Counting Ice Cream Set ini pun sangat
mudah dan
penyajiannya juga sangat menarik bagi anak-anak khususnya lagi
bagi anak tuna
grahita. Hal ini dikarenakan anak dapat menempelkan sendiri
bintik-bintik coklat
yang digunakan untuk menghitung jumlah angka yang terdapat pada
coon ice cream
(Media Counting Ice Cream Set) sehingga anak diharapkan dapat
meningkat daya
kreatifitasnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan media ’Counting Ice Cream Set’
adalah
media pembelajaran yang penggunaannya dengan cara penyusunan
bintik-bintik
coklat pada topping ice cream yang disusun berdasarkan jumlah
angka yang terdapat
dalam coon ice cream dalam media kain atau spons yang dilakukan
dengan kegiatan
yang menyenangkan.
Gambar 1. Media Counting Ice Cream Set yang digunakan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
3. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum membicarakan tentang pengertian prestasi belajar,
terlebih dahulu
akan dikemukakan satu per satu pengertian prestasi dan belajar
menurut pendapat
dari beberapa ahli. Para ahli mengemukakan beberapa pendapat
yang berbeda, tetapi
semua mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang
melakukan proses
belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.
Dalam situs (http://sunartombs.wordpress.com) Muray dalam Beck
(1990:
290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut :“To overcome
obstacle, to exercise
power, to strive to do something difficult as well and as
quickly as possible.”
“Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih
kekuatan, berusaha
melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat
mungkin.
Seperti yang dikutip dari (sobatbaru.blogspot.com), Adi Negoro
(2008: 6),
menyebutkan bahwa “prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang
berhasil dan
prestasi itu menunjukkan kecakapan.”
Sutratinah Tirtonegoro (2004: 43) ”prestasi belajar adalah
penilaian hasil
usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul,
angka, huruf maupun
kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh
setiap anak dalam
periode tertentu”
Dari ketiga pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi
merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada
saat atau periode
tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam
penelitian ini adalah hasil
yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali
dengan
mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa
pendapat para ahli
tentang definisi tentang belajar.
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku di dalam diri
manusia.
Bila telah selesai suatu usaha belajar tetapi tidak terjadi
perubahan pada diri individu
yang belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri
individu tersebut telah
terjadi proses belajar.
http://sunartombs.wordpress.com/
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi
W.S. Winkel (1991: 36) mengemukakan pengertian belajar adalah:
“Suatu
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu
bersifat secara relatif
konstan dan berbekas.”
Sedangkan Mahfud Shalahuddin (1990: 29) seperti yang dikutip
dari
(http://spesialis-torch.com) mendefinisikan bahwa: “Belajar
adalah suatu proses
perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus
melalui prosedur
latihan. Perubahan itu sendiri berangsur-angsur dimulai dari
sesuatu yang tidak
dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dan
dipergunakannya sampai
pada suatu saat dievaluasi oleh yang menjalani proses belajar
itu.”
Dari definisi- definisi yang dikemukakan diatas, dapat diuraikan
adanya
beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian tentang
belajar yaitu, bahwa:
1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku.
2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui
latihan atau
pengalaman.
3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif
mantap, harus
merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup
panjang.
4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut
berbagai aspek kepribadian fisik maupun psikis.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar dapat
dirumuskan
sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang dilakukan dengan
usaha.
Winkel (1991: 162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah
suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
melakukan kegiatan
belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
Sedangkan S. Nasution (1996: 17) seperti yang dikutip dari
(http://sunartombs.wordpress.com) juga menyatakan bahwa prestasi
belajar adalah:
“kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan
berbuat”. Prestasi
belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni:
kognitif, affektif dan
http://spesialis-torch.com/http://sunartombs.wordpress.com/
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika
seseorang belum
mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa
prestasi
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam
menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam
proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilan sesuatu
dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk
nilai atau raport
setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar
mengajar.
b. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar bergantung kepada banyak hal atau faktor. Tidak
semua
faktor mempunyai pengaruh yang sama besar, ada yang perannya
sangat penting dan
ada yang kecil saja pengaruhnya. Secara umum dapat dikatakan
bahwa agar belajar
berhasil baik, faktor-faktor pendukung belajar perlu dikerahkan
sebanyak-banyaknya
dan sejauh mungkin.
Suharsini Arikunto (1993: 21) yang menyatakan bahwa
faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dibedakan atas 2 jenis yaitu :
1) Bersumber dari dalam diri manusia yang belajar (faktor
internal) :
a) Faktor Biologis, contohnya : usia, kematangan dan
kesehatan.
b) Faktor Psikologis, contohnya : kelelahan, suasana hati,
motivasi,
minat dan kebiasaan belajar.
2) Bersumber dari luar diri manusia yang belajar (faktor
eksternal) :
c) Faktor manusia
d) Faktor non manusia, contohnya : alam, benda, hewan dan
lingkungan
fisik.
Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dapat
diklasifikasikan
dengan beberapa macam cara, tetapi klasifikasi itu tidak
terpisah secara mutlak
antara yang satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi
belajar dikemukakan oleh H. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono
(1991: 52),
sebagai berikut:
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
1) Faktor Intern
a) Faktor Jasmaniah (fisiologis), seperti: penglihatan,
pendengaran dan
struktur tubuh.
b) Faktor Psikologis, antara lain:
(1) Faktor Potensial yaitu kecerdasan dan bakat.
(2) Faktor Kecakapan nyata yaitu prestasi.
(3) Faktor Kematangan fisik maupun psikis.
2) Faktor Ekstern
a) Faktor Sosial, seperti: lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat dan
kelompok.
b) Faktor Budaya, seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan,
teknologi dan
kesenian.
c) Faktor Lingkungan fisik, seperti: fasilitas belajar,
fasilitas rumah dan
iklim.
d) Faktor Lingkungan spiritual atau kegamaan.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
menurut
Sumadi Suryabrata (1993: 249), dapat digolongkan menjadi 2,
yaitu:
1) Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar dapat dibedakan
menjadi:
a) Faktor Fisiologis
(1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya.
(2) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu.
b) Faktor Psikologis
(1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang
lebih
luas.
(2) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan
untuk selalu maju.
(3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang
tua,
guru dan teman.
(4) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila
menguasai
pelajaran.
(5) Adanya ganjaran atas hukuman sebagai hasil belajar .
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
2) Faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dibedakan
menjadi:
a) Faktor non sosial, faktor ini tidak terbilang jumlah,
seperti: keadaan
udara, suhu, cuaca, waktu, tempat, alat- alat yang tersedia.
b) Faktor sosial, yaitu faktor manusia (sesama manusia) seperti:
pada
waktu kita belajar orang lain datang mengganggu, kita sedang
belajar
ada telepon atau suara radio.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka prestasi belajar
dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang saling berkaitan, namun secara umum
dapat
diklasifikasikan menjadi faktor dari dalam individu dan dari
luar individu yang
belajar.
Dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar
maka guru dapat merancangkan pembelajaran atau menciptakan
kondisi belajar yang
mengoptimalkan peran kedua faktor untuk meningkatkan hasil
belajar yang akan
diperoleh.
c. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan
karena
mempunyai beberapa fungsi utama, menurut Zainal Arifin (1990: 3)
fungsi utama
prestasi belajar adalah:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang
telah dikuasai anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin
tahu.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan, yaitu
bahwa prestasi belajar dijadikan pendorong dan teknologi dan
sebagai umpan
balik (feed back) dalam meningkatkan pendidikan.
4) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya
serap (kecerdasan)
siswa.
5) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari
suatu institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti prestasi belajar dapat
dijadikan
indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan.
Indikator ekstern
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat
dijadikan indikator
tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat.
Berdasarkan pendapat diatas maka fungsi prestasi belajar dapat
diartikan
sebagai pendorong bagi anak didik atau warga belajar dalam
meningkatkan ilmu
pengetahuan dan sebagai umpan balik bagi guru dalam proses
belajar mengajar,
sehingga tolak ukur keberhasilan dalam bidang studi, tolak ukur
keberhasilan
lembaga pendidikan dalam mengantar anak didik atau warga belajar
dalam
menyelesaikan studinya.
4. Tinjauan Tentang Matematika
a. Pengertian Matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1990: 566), yang
dikutip
dari (http://pusatbahasa.diknas.go.id), menyatakan bahwa
“matematika adalah ilmu
tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur
operasional yang
digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan.”
Di bawah ini diberikan beberapa pengertian tentang matematika
menurut
R.Soedjadi (2000: 11), antara lain:
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan alam dan
teroganisir secara
sistematika.
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan
kalkulasi.
3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan
berhubungan
dengan bilangan.
4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif
dan masalah
ruang dan bentuk.
5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang
logis.
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang
ketat.
Sedangkan menurut Johnson dan Myklebust (dalam Mulyono
Abdurrahman, (2003: 254)) “matematika adalah bahasa simbolis
yang fungsi
praktiknya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif
dan keruangan
sedangkan fungsi teoritisnyaadalah untuk memecahkan
masalah.”.
http://pusatbahasa.diknas.go.id/
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
“matematika
merupakan suatu ilmu terstruktur dan terorganisasikan yang
mempelajari tentang
sifat, hubungan dan operasi dari statu bilangan, ukuran, bentuk
dalam berbagai
dimensi dan ruang.”.
b. Materi Pelajaran Matematika Anak Tuna Grahita
Materi pelajaran matematika sesuai dengan Standar Kompetensi
dan
Kompetensi Dasar (SKKD) Matematika di SLB C Anak Tuna Grahita
Ringan
meliputi pokok bahasan:
1) Aritmatika,
yaitu cabang matematika yang berkenaan dengan sifat
hubungan-hubungan
bilangan–bilangan dengan perhitungan, terutama menyangkut
penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian.
2) Geometri, yaitu cabang matematika yang berkenaan dengan titik
dan garis.
3) Ukuran.
4) Mata uang dan pelajaran mata uang.
c. Tujuan Mata Pelajaran Matematika
Menurut (SKKD) SDLB Anak Tuna Grahita, mata pelajaran
matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien dan
tepat dalam pemecaan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyususn bukti, atau
menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi
yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain
untuk memperjelas keadaan dan masalah.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlii
Posttest (setelahdiberi treatment
Pretest (sebelumpemberian treatment)
Treatmentdengan media‘Counting IceCream Set’
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam
mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
B. Kerangka Berfikir
Untuk mengarahkan penalaran menuju jawaban sementara dan
berdasarkan
teori di atas dapat dikemukakan beberapa urutan kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Anak tuna grahita adalah anak yang mengalami keterbatasan dalam
bidang
intelektual dan sosial. Hal ini mempunyai pengaruh yang
kompleks. Anak tuna
grahita juga memiliki daya abstraksi yang rendah, sehingga
mereka kurang mampu
menerima pembelajaran yang bersifat abstrak, seperti mata
pelajaran matematika.
Agar anak tuna grahita mampu menerima pelajaran dengan
maksimal,
diperlukan media yang mampu membangkitkan motivasi belajar dan
mampu
membantu anak untuk lebih maksimal dalam menerima pelajaran yang
disampaikan
guru. Terlebih lagi mereka mempunyai daya abstraksi yang kurang.
Sehingga media
pembelajaran dapat mempermudah anak dalam memahami mata
pelajaran yang
abstrak menjadi lebih konkrit.
Dalam pembelajaran matematika bagi anak tuna grahita digunakan
media
Counting Ice Cream Set. Dengan media Counting Ice Cream Set,
diharapkan mampu
membantu anak dalam menguasai materi yang disampaikan oleh
guru.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media Counting Ice
Cream Set
dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan
sederhana
pada anak tuna grahita ringan SLB Tunas Pembangunan 1 Nogosari,
Boyolali.
Prestasi Belajar Matematika
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliii
Skema 1. Kerangka Pemikiran
C. Perumusan Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 71) Hipotesis dapat diartikan
sebagai
suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul.
Sedangkan Moh. Nazir (2003: 151) mengartikan bahwa Hipotesis
adalah
pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu
kebenaran sebagaimana
adanya, pada saat fenomene dikenal dan merupakan dasar kerja
serta paduan dalam
verifikasi.
Dari dua pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
hipotesis adalah
suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian sebagai
suatu kebenaran sebagaimana adanya, dan merupakan dasar kerja
serta paduan dalam
verifikasi.
Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran
yang
dikemukakan, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
“Ada pengaruh positif penggunaan media ’Counting Ice Cream
Set
terhadap prestasi belajar matematika pada anak tuna grahita
ringan SLB Tunas
Pembangunan 1 Nogosari, Boyolali tahun ajaran 2010/2011”.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliv
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di SLB Tunas
Pembangunan 1
yang beralamatkan di Jl. Raya Nogosari-Kalioso Km.1 Rembun,
Nogosari, Boyolali,
Jawa Tengah.
2. Waktu Penelitian
Berdasarkan banyaknya kegiatan yang akan dilaksanakan selama
proses
penyusunan skripsi,maka penulis memperkirakan waktu yang akan
penulis gunakan
selama penyusunan skripsi ini, dibawah ini adalah gambaran waktu
yang akan
penulis tempuh selama proses penyusunan skripsi:
No Tahap Kegiatan Juli Agustus Oktober November Desember
Januari
Mingguke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan PengajuanJudul
Proposal
BAB 1, 2, 3
Perijinan
2 Pelaksa-naan
Instrumenttry out
Try out
Analisahasil try out
Pre test
Treatment
Post test
3 Penyele-saian
Analisisdata
Penyusunanlaporan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlv
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti
dalam
mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode penelitian
eksperimental (experimental research). Menurut Krathwohl (1997:
7) yang dikutip
oleh Nana Syaodih S (2006: 57) ”Metode ini bersifat validation
atau menguji, yaitu
menguji pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel
lain.”.
Menurut Sumanto (1995: 113) ”Metode eksperimen adalah
satu-satunya
model penelitian yang dianggap paling dapat menguji hipotesis
hubungan sebab
akibat.”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
eksperimen
adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sebab
akibat antara dua
variabel atau lebih yang diukur dengan menggunakan tes untuk
mendapatkan hasil.
Menurut Nana Syaodih S (2006: 203) metode eksperimen dapat
dibagi atas:1. eksperimen murni2. eksperimen semu (kuasi)3.
eksperimen lemah4. eksperimen subjek tunggal.
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (2006: 15) metode
eksperimen
terdiri dari dua macam yaitu: eksperimen sungguhan dan
eksperimen semu.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
eksperimen
semu. Menurut Sumadi Suryabrata (2006: 33) ”Tujuan penelitian
eksperimental
semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan
bagi informasi
yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam
keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua
variabel yang
relevan.”.
Sedangkan desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
pretest-posttest one group design oleh Suharsimi Arikunto (2002:
275) dalam buku
“Prosedur Penelitian”. Desain ini digunakan untuk mengecek dan
mengetahui,
memverifikasi hipotesa tentang ada tidaknya peningkatan
kemampuan berhitung
anak tuna grahita ringan pada siswa SLB Tunas Pembangunan 1
Nogosari, Boyolali.
setelah menggunakan media Counting Ice Cream Set sebagai media
pembelajaran
dalam pembelajaran pada mata pelajaran matematika.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvi
Rancangan Proses Penelitian Pada Gambar di bawah ini:
Keterangan:
T1 : tes yang diberikan sebelum diberi perlakuan / pretest
X : perlakuan yang diberikan oleh peneliti
T2 : tes yang diberikan setelah diberikan perlakuan /
posttest
Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu pretest (T1) sebelum
diberikan
perlakuan dengan media Counting Ice Cream Set dalam implikasinya
dengan
kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. posttest
(T2) sesudah
diberikan perlakuan. Hasil penelitian didapatkan membandingkan
hasil pretest dan
posttest. Tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berhitung pada anak
tuna grahita ringan pada siswa D3 SLB Tunas Pembangunan 1
Nogosari, Boyolali
setelah menggunakan media Counting Ice Cream Set implikasinya
dengan
kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran matematika.
C Populasi dan Sampel
1. Populasi
Pengertian populasi menurut Sutrisno Hadi (1983: 220), yang
dimaksud
dengan populasi adalah ”Sejumlah penduduk atau individu yang
paling sedikit
mempuntai sifat yang sama.”. Sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto (2002: 108)
”Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.”.
Lain halnya Saifuddin Azwar, M.A (1997: 77) yang berpendapat
bahwa
populasi didefinisikan sebagai kelompok subyek yang hendak
dikenai generalisasi
hasil penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen
yang ada dalam
wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi.
Dari pendapat tentang pengertian populasi di atas dapat
disimpulkan bahwa
populasi adalah keseluruhan individu yang memiliki sifat- sifat
yang sama yang akan
Pre test Treatment Post test
T1 X T2
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvii
menjadi obyek penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa
yang duduk di kelas D3 SLB Tunas Pembangunan 1 Nogosari,
Boyolali sebanyak 6
orang siswa.
2. Sampel
Menurut Ari Budiman (1991: 130) yang dimaksud dengan ”Sampel
adalah
bagian dari populasi penelitian yang benar-benar diamati.”.
Menurut Sutrisno Hadi
(1988: 70) ”Sample adalah sebagian individu yang akan
diteliti.”. Sampel yang
secara nyata akan diteliti harus dapat mewakili populasi baik
dalam karakteristik
maupun jumlahnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel adalah beberapa jumlah
populasi
yang dijadikan sebagai obyak penelitian untuk mewakili beberapa
populasi yang
diteliti. Dikarenakan penelitian ini adalah penelitian
populatif, maka populasi
penelitian ini sekaligus menjadi sampel atau dapat disebut juga
dengan istilah total
sampling. Sampel yang dijadikan sebagai obyek penelitian yaitu
siswa-siswi kelas
D3 yang berjumlah 6 siswa di SLB Tunas Pembangunan 1 Nogosari,
Boyolali.
D. Teknik Pengumpulan Data
Variabel dalam penelitian ini yaitu media ’Counting Ice Cream
Set’ sebagai
variabel independent atau bebas. Media Counting Ice Cream Set
sebagai variabel
bebas memberikan pengaruh pada variabel terikat. Sedangkan
variabel dependen
atau terikat yaitu prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi
belajar siswa akan
dipengaruhi oleh pemberian variabel independen yaitu media
Counting Ice Cream
Set. Teknik pengumpulan data dari variabel dependen tersebut
maka peneliti
menggunakan alat pengumpul data sebagai berikut:
1. Tes
a. Pengertian Tes
Wayan Nur Kencana dalam Sudirman, Tabrani Rusyan, Zainal Arifin,
Toto
Fahrani (1989: 243), menyatakan bahwa “Tes adalah suatu cara
untuk mengadakan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlviii
penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh
anak sehingga
menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak
tersebut yang dapat
dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh anak-anak lain
atau nilai standar
yang ditetapkan.”.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002: 138), “Tes adalah
serentetan
pertanyaan atau latihan atau juga alat lain yang digunakan untuk
mengukur
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.”.
Sesuai dengan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa
pengertian tes adalah sekumpulan pertanyaan atau latihan yang
digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa.
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data
tentang
peningkatan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan. Tes yang
teraplikasi pada pretest sebelum diberikan treatment dengan
media Counting Ice
Cream Set yang digunakan pada mata pelajaran matematika pokok
bahasan operasi
hitung penjumlahan dan pengurangan. Tes tersebut untuk
mengetahui dan mengukur
kemampuan berhitung siswa pada mata pelajaran matematika.
b. Jenis Tes
Anas Sudijono (2005: 56) membagi tes menjadi dua menurut
bentuknya
yaitu:
1) Tes Uraian
Tes uraian adalah tes yang berbentuk pertanyaan atau perintah
yang menuntut
testee (peserta tes) untuk memberikan penjelasan, pemaparan
dan
memberikan komentar yang umumnya berupa kalimat.
2) Tes Obyektif
Tes obyektif adalah tes yang terdiri dari butir-butir soal yang
dapat dijawab
oleh testee (peserta tes) dimana pilihan jawaban telah
disediakan.
Tes obyektif sendiri terbagi menjadi 5 kelompok yaitu:
a) Tes obyektif bentuk benar salah (true false test)b) Tes
obyektif bentuk menjodohkan (matching test)c) Tes obyektif
melengkapi (completing test)d) Test obyektif bentuk isian (fill in
test)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlix
e) Tes obyektif bentuk pilihan ganda (multiple choice item
test)
Dari beberapa jenis tes diatas maka penelitian ini menggunakan
jenis tes
pilihan ganda (multiple choice item test) yang merupakan tes
obyektif dimana
masing-masing item disediakan lebih dari 2 kemungkinan jawaban
dan hanya satu
dari pilihan- pilihan tersebut yang benar dengan instrument tes
sesuai SKKD.
c. Alasan Menggunakan Tes Obyektif Bentuk Pilihan Ganda
Alasan penulis menggunakan tes obyektif bentuk pilihan ganda
dalam
penelitian ini antara lain, yaitu:
1) Hasil yang diperoleh dalam tes pilihan ganda benar-benar
menggambarkan
kemampuan siswa yang sebenarnya atau bebas dari pengaruh
subjektif
penilai.
2) Dengan menggunakan tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan
siswa
tentang suatu konsep lewat pilihan jawaban yang paling
tepat.
3) Dengan menggunakan tes pilihan ganda akan lebih mudah dan
cepat dalam
mengoreksi jawaban siswa dengan menggunakan kunci jawaban.
d. Instrument Penelitian
1) Kisi- kisi instrument penelitian
No Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar No Item Jumlah
1 Penjumlahan 1.1 Melakukan
penjumlahan ke
samping
1.2 Melakukan
Penjumlahan
bersusun kebawah
1,3,5,7,9,11,13,15
2,4,6,8,10,22,24
8
7
2 Pengurangan 1.3 Melakukan 12,14,16,21,23,26,2 8
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
l
pengurangan ke
samping
1.4 Melakukan
Pengurangan
bersusun ke bawah
8,30
17,18,19,20,25,27,2
9
7
Jumlah 30
2) Sistem Penilaian
Sistem Penilaian yang penulis gunakan untuk menghitung hasil
siswa dalam
menyelesaikan soal matematika pada instrument yaitu, pada setiap
satu item
soal yang jawabannya benar diberi nilai (skor) ; 1 , dan untuk
setiap item
yang jawabannya salah diberi nilai (skor) ; 0. Jadi sistem
penilaian setiap
item soal dalam instrument penelitian ini bersifat obyektif.
2. Observasi
a. Pengertian Observasi
Menurut S. Margono (2009: 158) Observasi diartikan sebagai
pengukuran
dan pencatatan serta sistematik terhadap gejala yang tampak pada
obyek
penelitian.
Menurut Saeri Tri Kusuma (1991: 20) observasi ialah “Suatu
metode
pengamatan yang dilakukan dengan sengaja, teliti dan sistematis
terhadap
aktivitas individu (obyek) yang diselidiki.”.
Dari dua pendapat tersebut diatas dapat peneliti disimpulkan
bahwa
observasi merupakan suatu metode yang dengan sengaja dilakukan
untuk
mengamati gejala yang tampak pada obyek penelitian, kemudian
data yang
diperoleh dicatat secara teliti dan sistematik.
b. Jenis Observasi
Menurut Sugiyono (2006:162) secara garis besar, Observasi dapat
dibagi
menjadi dua, yaitu:
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
li
1. Dari segi pelaksanaan pengumpulan data.
a. Observasi berperan serta (partisipan).
Dalam observasi ini, peneliti terlibat langsung dalam kegiatan
orang yang
diamati
b. Observasi non partisipan.
Dalam observasi ini, peneliti tidak terlibat langsung dalam
kegiatan orang
yang diamati.
2. Dari segi pelaksanaan pengumpulan data.
a. Observasi terstruktur
Observasi telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang
akan
diamati, kapan dan dimana tempatnya.
b. Observasi tidak terstruktur.
Observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa
yang
akan di observasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, Observasi yang digunakan
dalam
penelitian ini adalah Observasi partisipan dan terstruktur.
3. Dokumentasi
a. Pengertian Dokumentasi
Menurut M. Iqbal Hasan dalam bukunya Metodologi Penelitian
Dan
Aplikasi (2002: 87) menyatakan bahwa “Dokumentasi adalah
teknik
pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek
penelitian namun
melalui dokumen.”. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1991:
133)
mengemukan bahwa “Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan
data yang
dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi bahan tertulis
yang berhubungan
dengan masalah penelitian, baik sumber dari dokumen atau buku,
laporan, koran,
majalah, dan lain-lain.”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dokumentasi adalah
teknik
pengumpulan data dengan bersumber pada dokumen yang sudah ada
seperti
koran, majalah, buku, laporan atau dokumen-dokumen yang
lainnya
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lii
b. Jenis Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2006:270) secara garis besar, dokumentasi
dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Dokumentasi yang berbentuk tulisan, misalnya catatan harian,
ceritera,
biografi dan lain-lain.
2. Dokumentasi yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar
hidup, sketsa
dan lain-lain
3. Dokumentasi yang berbentuk karya, misalnya karya seni yang
dapat berupa
patung, film dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan tersebut, Dokumentasi yang digunakan
dalam
penelitian ini adalah dokumentasi yang berbentuk gambar yang
berupa foto.
E. Uji Coba Instrumen Penelitian
Instrumen yang telah dibuat sebelum digunakan untuk mencari data
terlebih
dahulu dilakukan try out. Try out dilakukan untuk mengetahui
apakah instrument alat
ukur yang telah disusun apakah instrument yang baik. Try out
dilakukan pada
metode pokok yaitu tes. Kondisi instrument yang baik dan buruk
akan sangat
berpengaruh terhadap data penelitian yang akan diterima oleh
peneliti.
Uji coba instrumen penelitian akan dilaksanakan di SLB C Setya
Darma
Surakarta kelas D3 yang tidak digunakan dalam eksperimen. Data
hasil try out itu
kemudian dianalisis untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas
instrument
penelitian.
F. Uji Validitas Instumen
Menurut Tien Supartinah (1994: 37) validitas suatu tes adalah
tes yang dapat
mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Validitas yang
digunakan adalah
validitas isi atau validitas conten dari soal tes yang berisi
tes untuk mengukur
peningkatan kemampuan hitung pada mata pelajaran matematika. Tes
dalam
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liii
penelitian ini mencakup keseluruhan materi matematika yang yang
telah
disampaikan dan yang telah didapat siswa melalui proses
treatment dengan
pemanfaatan media Counting Ice Cream Set.
Suharsimi Arikunto (1996: 158) menyatakan bahwa ”Instrument atau
alat
ukur dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan.“.
Sesuai dengan cara pengujiannya validitas ada dua macam yaitu
:
1). Validitas Eksternal
Yaitu validitas yang berasal dari luar tes yang kita
selidiki.
2). Validitas Internal
Validitas yang berasal dari dalam tes yang kita selidiki
validitasnya, yang berupa
total skor daripada tes tersebut.
Dalam menguji tingkat validitas ini penulis menggunakan rumus
Koefisien
Korelasi Point-Biserial. Rumus ini penulis pilih karena dalam
penelitian ini skor
terhadap jawaban setiap soal atau item pada tes hanya terdiri
atas angka 1 dan angka
2 (dikotomi). Hal ini selaras dengan Saifuddin Azwar (2006: 19)
bahwa “Dalam
kasus yang salah satu variabelnya hanya terdiri atas dua macam,
yaitu 1 dan 0,
perhitungan koefisien korelasinya dilakukan dengan komputasi
koefisien point-
biserial atau koefisien korelasi biserial.“.
Adapun cara penghitungan yang digunakan untuk menguji tingkat
validitas
dengan menggunakan Rumus Koefisien Korelasi Point-Biserial
menurut Saifuddin
Azwar (2006: 19) adalah sebagai berikut :
ppSMMr xxipb 1
Keterangan :
Mi = Mean skor X dari seluruh subyek yang mendapat angka 1 pada
variabel
dikotomi.
Mx = Mean skor dari seluruh subyek
Sx = Deviasi standar skor X
i = Skor pada varibel dikotomi
p = Proporsi subyek yang mendapat angka 1 pada variabel
dikotomi
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liv
Validitas instrument penelitian yang dilakukan akan menghasilkan
butir-
butir soal yang memiliki kevalidan. Sehingga butir soal yang
valid tersebut dapat
dipergunakan dalam penelitian. Apabila ada salah butir soal yang
tidak valid akan
diadakan revisi terhadap instrument penelitian, berupa
penggantian soal yang tidak
valid, atau bisa juga berupa penghapusan salah satu butir soal
apabila sudah ada butir
soal yang mewakili di tiap indikatornya.
G. Uji Reliabilitas Instrumen
Menurut Tien Supartinah (1994: 42) reliabilitas suatu tes adalah
tes yang
mempunyai keajegan. Keajegan atau reliabilitas suatu tes adalah
taraf sejauh mana
tes itu sama dengan dirinya sendiri. Tes yang memiliki
reliabilitas