Page 1
PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK, SANKSI PAJAK, LINGKUNGAN
DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK PENGGUNA E-COMMERCE Muthia Jihan 1
Supiningtyas Purwaningrum 2 1,2 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
ABSTRACT
E-Commerce is an electronic-based national and international trading system. There
are four independent variables in this study, namely tax knowledge, tax protection,
environment, and taxpayer awareness. The dependent variable is Taxpayer
Compliance.
The purpose of this study was to determine the effect of the independent variable on the
dependent variable. Respondents who were sampled in this study were entrepreneurs
online marketplace Taxpayers. Sampling using purposive sampling. The regression
model in this study is multiple linear regression analysis with the SPSS version 2.2
program.
The results showed that simultaneously the variables of tax knowledge, tax sanctions,
environment and taxpayer awareness of online marketplace taxpayer compliance.
whereas tax and environmental sanctions have no partial effect on taxpayer
compliance, and tax knowledge and taxpayer awareness have a partial effect on tax
compliance of online marketplace sellers.
Keywords: Tax knowledge, Tax Sanctions, Environment, Taxpayer awareness,
taxpayer compliance.
I. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi, saat ini internet dapat memudahkan proses transaksi
jual beli dari transaksi penjualan konvensional terhadap penjualan secara online.
Electronic commerse atau biasa disingkat dengan e-commerce merupakan
pengembangan sistem perdagangan nasional maupun internasional berbasis elektronik.
Kegiatan perdagangan ini meliputi jasa dan barang yang dilakukan melalui jaringan
elektronik atau internet. Kemajuan teknologi dalam bidang perdagangan e-commerce
ini tumbuh sangat pesat di Indonesia, dan ekosistem yang menyertai nya juga akan
meningkat sangat pesat. Menjalankan usaha di internet saat ini dipercaya akan
memudahkan, dan tidak akan membutuhkan banyak biaya dibandingkan dengan
melakukan usaha secara konvensional. Karena kemajuan perkembangan teknologi
inilah yang membuat bisnis e-commerce ramai dilakukan di Indonesia, mulai dari
perdagangan menjual barang ataupun jasa.
Perkembangan e-commerce juga dipicu oleh inovatifnya produk dan jasa
layanan online, mudah dan menarik. Terdapat 7 intensif dari pemerintah yang
mendukung perkembangan nya e-commerce di Indonesia yakni menyangkut logistic,
Page 2
2
perlindungan konsumen, pendanaan, infrastruktur komunikasi, keamanan, pendidikan
dan SDM, serta pajak.
Dilansir dari data Bank Indonesia yang menyebutkan, transaksi e-commerce
pada tahun 2018 mencapai angka Rp 77,766 triliun yang berarti mengalami kenaikan
151% dibandingkan tahun sebelumnya dengan angka Rp 30,942 triliun. Sedangkan di
tahun 2019 nilai transaksi mencapai Rp. 8,204 triliun, meningkat tinggi 135,8% dari
tahun 2018 lalu. Hal ini membuktikan bahwasanya bisnis terhadap transaksi e-
commerce di Indonesia sangat berpotensial dalam pangsa pasarnya.
Dengan adanya bukti terhadap peningkatan dalam transaksi e-commerce, hal
ini memberi negara potensi untuk mendapat tambahan penerimaan dari bisnis e-
commerce tersebut. Menurut Surat Edaran SE-06/PJ/2015 tentang pemotongan atas
transaksi e-commerce yaitu online retail, daily deals, classified ads, dan online
marketplace. Menurut data eMarketer menunjukkan bahwa online marketplace adalah
model transaksi e-commerce yang paling banyak dikunjungi dan diminati para e-
merchant (pihak yang menawarkan jasa atau barang melalui internet) dan e-customer
(pihak yang membeli jasa atau barang lewat internet) yang terjadi di internet. Seperti
Tokopedia, Bukalapak, Shopee merupakan contoh online marketplace di Indonesia
Jumlah transaksi yang terjadi terhadap online marketplace sangatlah besar.
Setyowati pada katadata.co.id pun melansir bahwa transaksi tokopedia naik empat kali
lipat selama tahun 2018. Tokopedia telah memimpin nilai transasksi tertinggi sejak
2014. Transaksi Bukalapak pun naik tiga kali lipat pada tahun 2018. Dengan adanya
peningkatan transaksi penjjualan online, negara berhak untuk mendapatkan tambahan
penerimaan perpajakan dari bisnis online. Tetapi tingkat kepatuhan Wajib Pajak
penjual online marketplace dalam memenuhi kewajiban pajaknya masih sangat rendah,
karena tidak semua Wajib Pajak pelaku online marketplace mempunyai pengetahuan
yang cukup mengenai kesadaran untuk membayar pajak.
Pemerintah harus memberi ketegasan, agar semua para kalangan selaku bisnis
online baik besar maupun kecil akan melaksanakan kewajibannya sebagai wajib pajak.
Seperti apa yang sudah pemerintah atur sebelumnya di dalam surat Direktur Jendral
Pajak nomor S-702/PJ.332/2006, tentang legalitas dokumen dari transaksi e-commerce
dan Surat Edaran No. 62 Tahun 2013 tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas
Transaksi E-commerce, yang berisi menunjukkab bahwa tidak ada perbedaan
perlakuan perpajakan antara transaksi e-commerce dan tran transaksi perdagangan
barang dan/atau jasa lainnya. Dengan ketentuan tersebut, maka tidak akan ada alasan
apapun untuk para pelaku e-commerce untuk menghindari kewajiban perpajakannya
(Aprilia,2014).
Surat Edaran Direktur Jendrak Pajak ini disusun dalam rangka untuk
mewujudkan kesetaraan dan keseragaman dalam memahami maupun menjalani aspek
perpajakan atas transaksi e-commerce, yang tentunya hal ini bertujuan untuk
mengoptimalkan potensi dalam penerimaan pajak dari transaksi e-commerce sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangann perpajakan, yang dimana bahwa
bisnis online juga sama dengan perdagangan secara konvensional yang juga akan
berpotensi dikenakan Pajak Petambahan Nilai (PPN) sedangkan untuk barang yang
diperdagangkan dan Pajak Penghasilan (PPh) terhadap penghasilan yang akan
diperoleh sebagai hasil dari perdagangan online itu sendiri. Sebagaimana diatur dalam
pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang dimana setiap tambahan
Page 3
3
kemampuan ekonomis merupakan objek dari pajak penghasilan. Sehingga penghasilan
dari transaksi perdagangan online juga merupakan penghasilan yang jumlah
keuntungannya di batas wajar untuk dikenakan pajak penghasilan.
Menurut Bawazier (2011) hal yang sangat menjadi perhatian adalah usaha
untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak adalah inti dari
peraturan dan pengenaan pidana di bidang perpajakan. Jadi kesadaran wajib pajak
adalah suatu sikap yang mengerti arti, fungsi, dan tujuan dalam pembayaran pajak. Jika
masyarakat memiliki kesadaran tinggi dalam wajb pajak maka masyarakan akan
disiplin dalam membayar pajak nya tanpa paksaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pajak, sanksi pajak, lingkungan,
dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pengguna E-Commerce.
II. KAJIAN PUSTAKA Teori Tindakan Beralasan
Teori tindakan beralasan atau juga Theory of Reasoned Action yang diusul oleh
Ajzen dan Fishbein (1980) dan kemudian diperbarui olej Ajzen (1991) menjadi teori
perilaku direncanakan (Theory of Planned Behavior) yang telah digunakan selama dua
dekade masa lalu untuk meneliti keinginan dan perilaku berbagi. Theory of Planned
Behavior telah dikembangkan dari Theory of Reasoned Action dengan memasukkan
tambahan mengenai membangun perilaku kontrol yang dirasakan. Theory of Reasoned
Action telah dirumuskan pada tahun 1967 dalam upaya untuk memberikan konsistensi
dalam studi hubungan antara perilaku dan sikap (Fishbein dan Ajzen 1975). Ajzen
(1991) Theory of Planned Behavior telah dianggap sebagai perluasan dari teori
tindakan beralasan (Werner 2004). Asumsi utama dari Theory of Reasoned Action dan
Theory of Planned Behavior adalah individu yang rasional dalam mempertimbangkan
tindakan dan implikasi dari tindakan mereka (pengambil keputusan).
Pajak
Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 yaitu tentang
perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 ialah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dalam buku Zain (2007:2) menyebutkan: “Pajak adalah suatu pengalihan
sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat dari pelanggaran hukum,
namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu tanpa
mendapatkan imbalan langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan
tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahannya.
Kemudian menurut Waluyo (2011:2) memaparkan kutipan pengertian pajak
yang dikemukakan Seligman dalam buku Essay In Taxation yang diterbitkan di
Amerika menyatakan “Tax is compulsory contribution from the person, to the
government to defray the expenses incurred in the common interest of all, without
reference to special benefit conferred”. Dari pernyataan diatas didefinisikan terlihat
adanya kontribusi seseorang yang ditunjukan kepada negara tanpa adanya manfaat
yang ditunjukan kepada negara tanpa adanya manfaat yang ditunjukan secara khusus
Page 4
4
pada seseorang. Seperti itulah memang halnya demikian bahwa bagaimanapun juga
pajak itu ditujukan manfaatnya kepada masyarakat.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
daoat dipaksakan) dengan teriak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum
(Mardiasmo, 2011:3). Sedangkan, menurut Sumarsan (2017:3) pajak adalah iuran
masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak
mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintah.
Sistem pemungutan pajak adalah sistem yang digunakan dalam mengenakan,
menghitung, memungut dan membayar pajak. Resmi (2011:11) membagi sistem
pemungutan pajak menjadi tiga yaitu :
1. Official Assessment System
Dalam sistem ini pemungutan pajak yang akan memberi suatu kewenangan adalah
aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya akan berada di
tangan para aparatur perpajakan. Maka, berhasil dan tidaknya pelaksanaan pemungutan
pajak bergantung pada paaratur perpajakan (peranan dominan ada pada aparatur
perpajakan)
2. Self Assesment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan
sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku. Inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut
pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak didalam sistem ini. Wajib Pajak
dianggap mampu menghitung pajak dan memahami Undang-Undang perpajakan yang
berlaku serta mempunyai tujuang yang tinggi untuk menyadari pentingnya membayar
pajak. Baik karena itu,
3. With Holding System
Ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
nya untuk memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Kepatuhan Wajib Pajak
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:189) dituliskan bahwa
kepatuhan berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah maupun aturan dan
berdisiplin. Kepatuhan wajib pajak adalah sikap wajib pajak yang berusaha untuk
mematuhi segala peraturan perpajakan dengan tanpa dipaksa (Subekti,2016). Teori
kepatuhan telah diteliti pada ilmu-ilmu social khususnya dibidang sosialogi dan
psikologis yang menekankan lebih kepentingan proses sosialisasi dalam
mempengaruhi perilaku kepatuhan setiap individu seseorang. Menurut Saleh
(2008:23), dalam literatur sosiologi yang mengenai kepatuhan pada hukum terdapat
dua perspektif, yaitu iinstrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsi
bahwa individu secara utuh didorong kepentingan pribadi dan juga tanggapan terhadap
Page 5
5
setiap perubahan yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan
dengan setiap apa yang orang anggap sebagai moral dan tentunya berlawanan dengan
kepentingan pribadi mereka. Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan kewajiban
perpajakan yang akan dilakukan oleh pelaku pembayar pajak dalam rangka untuk
memberikan kontribusi kepada negara bagi pembangunan yan diharapkan didalam
pemenuhannya dan juga diberikan dengan secara sukarela (Saleh, 2008:24).
Kepatuhan wajib pajak menjadi aspek yang begitu penting dalam mengingat
sistem perpajakan Indonesia dengan menganut sistem self assessment. Mardiasmo
(2013:8) mengatakan self assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang
telah memberikan wewenang kepada setiap wajib pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak yang terutang. Pelaksanaan self assessment system sendiri pun secara
mutlak telah memberikan kepercayaan nya kepada setiap wajib pajak untuk
menghitung, membayar serta melaporkan kewajibannya sendiri. Penerapan sistem ini
pun diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan para wajib pajak untuk mmenuhi
kewajiban para wajib pajak untuk membayar pajaknya. Selain itu, penerapan sistem
ini juga menyebabkan wajib pajak akan sangat terlibat dalam hal pemungutan pajak
karena setiap wajib pajak memiliki wewenangnya untuk melapor sendiri jumlah
nesarnya pajak yang terhutang, yang dimana wajib pajak akan aktif mulai dari
menghitung, menyetor dan melapor sendiri pajak terutangnya, sedangkan fiskus hanya
akan berperan untuk mengawasi (Mardiasmo, 2013:12).
Menurut Nurmantu (2010:149) yang menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak
terdiri dari dua macam, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan
formal adalah dimana suatu keadaan wajib pajak memenuhi wajib pajak nya secara
formal sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan. Sedangkan kepatuhan
material adalah dimana suatu keadaaan wajib pajak untuk memenuhi semua ketentuan
material perpajakannya sesuai denga nisi dan jiwa perundang-undangan perpajakan.
Muliari dan Setiawan (2010) menjelaskan bahwa kriteria wajib pajak yang
patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 wajib pajak patuh
dengan sebagai berikut:
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun
terakhir
b.. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah
memperoleh izin untuk mengangsur ataupun menunda pembayaran pajak.
c. Tidak dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.
d. Pada dua tahun terakhir akan diselenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap
wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan. Koreksi pada pemeriksaan yang
terakhir untuk tiap jenis perpajakan yang terutang paling banyak lima persen.
e. Wajib pajak yang laporan keuanganya untuk dua tahun terakhir diaudit oleh
akuntan public dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat dengan
pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.
Pengetahuan Pajak
Penetahuan peraturan pajak adalah ilmu yang telah dimilki oleh wajib pajak
mengenai hak dan kewajiban wajib pajak, lalu sudah memahami tentang NPWP
(Nomor Pokok Wajib Pajak), sanksi perpajakan, tarif pajak, PTKP (Penghasilan Tidak
Page 6
6
Kena Pajak), lalu tahu bagaimana membayar dan melaporkan pajak (Ilhamsyah, dkk,
2016). Menurut Rahayu (2017) pengetahuan pajak merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh Wajib Pajak mengenai hak dan kewajiban sebagai Wajib Pajak sehingga
wajib pajak mampu menghindari sanksi perpajakan. Sedangkan menurut Wati (2016),
pengetahuan pajak adallah hal yang sebelumnya tidak mengetahui tentang aturan
perpajakan dan sekarang menjadi tahu tentang peraturan erpajakan tersebut. Kemudian
Febriani dan Kusmuriyanto (2015) juga menyatakan bahwa pengetahuan peraturan
pajak merupakan seberapa besar ilmu yang diketahui dan dimiliki wajib pajak
mengenai manfaat pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak kepada kas Negara.
Berdasarkan pengertian di atas disimpulkan bahwa pengetahuan peraturan pajak adalah
seberapa besar pengetahuan dan ilmu yang dimiliki oleh wajib pajak terhadap peraturan
pajak dan juga mengerti dengan apa yang harus dilakukan serta apa yang tidak boleh
dilakukan para wajib pajak. Indikator pengetahuan pajak menurut Siti Kurnia (2010)
yaitu : (1) Penetahuan mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan. (2)
Pengetahuan mengenai fungsi pajak. (3) Pengetahuan mengenai sistem perpajakan.
Sanksi Perpajakan
Menurut Jayate (2017) sanksi perpajakan merupakan hukuman yang akan
diterima oleh wajib pajak jika wajib pajak melakukan pelanggaran peraturan
perpajakan. Menurut Subekti (2016), sanksi perpajakan merupakan akibat yang
diterima oleh wajib pajak karena tidak mematuhi peraturan perpajakannya. Sedangkan
menurut Basri, dkk (2014) sanksi perpajakan merupakan sanksi yang akan diberikan
oleh pemerintah untuk wajib pajak yang tidak patuh terhadap peraturan-peraturan
perpajakan.
Menurut Waluyo (2017). Perpajakan Indonesia. Edisi 12 Buku1. Salemba
Empat. Sanksi ada;ah sebagaimana diatur dalam pasal 39 Undang – Undang 28 Tahun
2007 bahwa bagi wajib pajaak dengan sengaja tidak mendaftarkan diri atau
menyalahgunakan atau menggunakan hak tanpa NPWP, pengukuhan PKP, sehingga
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, diancam dengan pidana penjara
paluing singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.
Indikator sanksi pajak menurut Jannah (2017) yaitu : (1) berupa sanksi yang
jelas. (2) sanksi yang diberikan akan memeberikan efek jera. Maka berdasarkan
beberapa pengertian tentang sanksi pajak di atas bisa disimpulkan bahwa sebuah
hukuman yang diterima oleh wajib pajak ketika wajib pajak tidak dapat melakukan
kewajiban perpajakannya, maka sanksi pajak tersebut harus dapat memberikan efek
yang jera bagi wajib pajak sehingga wajib pajak pun tidak akan mengulanginya.
Lingkungan Pajak
Linkungan adalah alam sekitar yang memiliki makna dana yang akan sangat
berpengaruh kepada setiap individu. Lingkungan perpajakan adalah suatu hukum
perpajakan yang diterapkan dalam suatu negara berpengaruh terhadap manajer
keuangan dalam mengambil sebuah keputusan. Hal ini pun dapat artikan bahwa hukum
yang ada berpengaruh terhadap Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya. Indikator
lingkungan pajak menurut Novitasari (2006) dalam Widyastuti (2015) yaitu : (1)
Page 7
7
Masyarakat mendukung perilaku patuh terhadap pajak. (2) Masyarakat mendorong
untuk melaporkan pajakd engan benar tanpa mengurangi beban pajak.
Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran merupakan suatu unsur dalam diri setiap manusia untuk memahami
realitas dan bagaimana mereka akan bertindak ataupun bersikap terhadap realitas nya.
Menurut Jotopurnomo dan Yenni (2013) kesadaran perpajakan adalah dimana keadaan
mengetahui ataupun memahami, sedangkan perpajakan adalah masalah pajak sehingga
perpajakan adalah kesadaran untuk mengetahui atau memahamii tentang pajak.
Sedangkan menurut Muliari (2012), kesadaran pajak adalah suatu kondisi dimana
Wajib Pajak mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakannya
dengan benar dan secara sukarela.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam hasil penelitian
Jatmiko (2006) mendapatkan beberapa factor internal yang dominan dalam membentuk
sebuah perilaku kesadaran wajib pajak untuk patuh, yaitu:
1) Persepsi Wajib Pajak
Jika masyarakat memiliki persepsi positif terhadap pajak, maka kesadaran wajib
pajak untuk memenuhi pajak akan semakin meningkat. Penyataan Togler (2008)
bahwa kesadaran pembayar pajak untuk patuh dalam membayar pajaknya terkait
dengan persepsi yang meliputi paradigmaakan fungsi pajak bagi pembiayaan
pembangunan, kegunaan pajak dalam penyediaan barang publik, juga keadilan dan
kepastian hukum dalam pemenuhan kewajiban perpajakan.
2) Tingkat Pengetahuan Dalam Kesadaran Membayar Pajak
Didalam tingkat pengetahuan dan juga pemahaman pembayar pajak terhadap
ketentuan perpajakan yang berlaku hal ini berpengaruh dalam perilaku kasadaran
pembayar pajak. Jika wajib pajak tidak memahami peraturan perpajakan maka bisa
terjadi wajib pajak tidak akan taat dalam pembayaran pajak, berlaku juga untuk
sebaliknya jika wajib pajak paham akan peraturan pajak, maka wajib pajak akan
semakin paham dengan sanksi yang akan diterima bila melalaikan kewajiban
perpajakannya.
3) Kodisi Keuangan Wajib Pajak
Kondisi keuangan adalah kemampuan keuangan yang tercermin dari tingkat
pendapatan. Kodisi keuangan juga merupakan faktor ekonomi yang berpengaruh
terhadap kepatuhan pajak. Seseorang yang memiliki pendapatan tinggi, kurang
lebih akan melaporkan pajaknya lebih rendah dari yang seharusnya.
E-Commerce
E-commerce adalah perdagangan barang/jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha
dan konsumen melalui sistem elektronik menurut SE-62/PJ/2013 tentang Penegasan
Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi E-Commerce. E-commerce yaitu bidang
multidisiplin yang mencakup bidang-bidang seperti jaringan dan telekomunikasi,
pengamanan, penyimpanan dan oengambilan data dari multimedia, bidang-bidang
bisnis seperti pembelian, pemasaran dan penjualan, pembelian, dan oenagihan ,
manajemen distribusi dan bidang – bidang hukum seperti informasi privasi, hak milik
intelektual, perpajakan, pembuatan perjanjian dan persetujuan hukum lainnya
(Arbangatin, 2016).
Page 8
8
E-commerce dibagi menjadi tujuh jenis berdasarkan siapa saja pelaku penjual
dan pembeli yang terlibat, bagaiman interaksi antar penjual dan pembeli, serta proses
yang terjadi didalamnya. Di dalam tulisan online Ajeet Khurana yang berjudul Types
of E-Commerce, dinyatakan bahwa terdapat empat jenis kategori di dalam E-
Commerce saat ini, yaitu:
a. E-Commerce Business to Business (B2B)
Merupakan transaksi komersil antara satu organisasi dengan organisasi lainnya,
meliputi pembelian dan penjualan, supplier management, inventory management,
channel management, aktivitas-aktivitas pejualan, payment management, service
and support.
b. E-commerce Retail or Business to Customer (B2C)
Merupakan transaksi komersil anatra suatu organisasi dengan para konsumen.
Transaksi yang terjadi dalam kategori B2C ini antara lain aktivitas penjualan,
pencarian konsumen, pelayanan dan dukungan bagi para konsumen. Pelopor dari
kategori ini adalah Yahoo.com, Amazon.com dan Schwab.com.
c. E-Commerce Customer to Business (C2B)
Merupakan yang berkebalikan dengan e-commerce pada umumnya, dimana dalam
kategori ini konsumen berperan aktif dengan cara memberi tahu kepada khayalay
internet mengenai sesuatu yang dibutuhkannya, kemudian suatu produk atau jasa
dalam suatu perusahaan akan menawarkan produk dan jasanya untuk memenuhi
kebutuhan konsumen tersebut.
d. E-Commerce Customer to Customer (C2C)
Suatu pertukaran informasi atau transaksi keuangan antara konsumen yang
umumnya dimediasi melalui situs bisnis. Pertukaran ini mencakup transaksi yang
terjadi antar konsumen dengan konsumen, dan bisa melibatkan maupun tidak pihak
ketiga.
Dasar peraturan pajak atas transaksi E-Commerce yang berlaku di Indonesia yaitu:
1. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak nomor SE-06/PJ/2015 tentang
Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Atas Transaksi E-Commerce.
2. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak nomor SE-62/PJ2013 tentang Penegasan
Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi E-Commerce.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak
Penghasilan Atas Pengjasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib
Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Online Marketplace
Marketplace adalah model bisnis dimana website yang bersangkutan tidak
hanya membantu mempromosikan barang dagangan saja tetapi juga memfasilitasi
transaksi uang secara online untuk para pedagang online (Pangesti, 2017). Menurut SE-
06/PJ/2015, online marketplace adalah kegiatan menyediakan tempat untuk kegiatan
usaha yang berupa toko internet di mal internet sebagai tempat online marketplace
merchant menjual barang dan jasa. Berikut adalah contoh marketplace.
Page 9
9
Menurut SE-06/PJ/2015, pihak yang terkait dalam online marketplace yaitu:
1. Mal internet, yaitu situs belanja berbasis internet yang didalamnya
terdapat beberapa toko internet yang dikelola oleh penyelenggara online
marketplace.
2. Toko internet, bagian dari dalam mal internet yang ditawarkan oleh
Penyelenggara online marketplace kepada online marketplace merchant
sebagai tempat usaha.
3. Pengelenggara online marketplace adalah pihak yang menjalankan
kegiatan usaha mal internet.
4. Online marketplace merchant yaitu pihak yang membuka dan
mengoprasikan toko internet untuk melakukan penjualan jasa dan barang
di toko internet melalui mal internet.
5. Pembeli yaitu pihak yang melakukan pembelian barang atau jasa dari
online marketplace merchant di toko internet melalui mal internet
III. METODE PENELITIAN Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data yang
mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu tentang suatu objektif, valid, dan reliabel
tentang suatu hal pada variabel tertentu (Sugiyono, 2017). Kemudian pula penelitian
ini termasuk kedalam penelitian kasual yang bertujuan untuk meneliti hubungan sebab-
akibat antar dua variabel ataupun lebih. Didalam penelitian kasual ini menjelaskan
pengaruh perubahan variasi nilai pada suatu variabel terhadap variasi nilai dalam satu
variabel atapun lebih yang disebabkan oleh perubahan nilai dalam variabel lain
(Silalahi:2012:33).
Populasi dan Prosedur Penentuan Sampel Populasi
Teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
Menurut Akdon dan Riduwan (2013:63) Purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang digunakan untuk jika peneliti mempunyai pertimbangan-
pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel
berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu (disengaja). Adapun kriteria dalam pemilihan
sampel penelitian ini yaitu:
1. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
2. Menjalankan usaha minimal 1 (satu) tahun.
3. Memiliki omzet 1 (satu) tahun maksimal 4,8 Miliar.
Sampel yang diambil menggunakan rumus Wibisono, dengan alasan bahwa
populasi dalam penelitian ini tidak diketahui (Kuncoro dan Ridwan, 2013).
Dimana :
N = jumlah sampel
Za/2 = nilai dari tabel distribusi normal atas tingkat keyakinan 95% = 1,96.
Page 10
10
= standar deviasi 25%
e = error (batas kesalahan = 5%)
Batas kesalahan atau margin of error dalam penelitian Warunk Upnormal
Dharmahusada ini adalah 5%, sehingga tingkat akurasinya sebesar 95%. Sampel yang
diambil untuk mengisi kuesioner online sejumlah 100 responden.
Jenis Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data primer adalah jenis data yang digunakan. Data primer
adalah kumpulan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli yang
dimana tidak melalui perantara. Data primer secara khusus dikumpulkan untuk
menjawab pertanyaan dari data yang sedang dilakukan penelitian. Sumber data
penelitisn ini diperoleh dari hasil angket atau kuesioner ke Wajib Pajak penjual online
marketplace yang berjualan melalui marketplace yang tentunya berhubungan dengan
pokok permasalahan dari penelitian.
Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan oleh penulis sebagai penelitian
yaitu melalui dengan cara memberikan angket atau kuesioner kepada responden. Yang
dimana pengumpulan data ini dilakukan dengan cara memberi pertanyaan kepada
responden untuk dijawab, pertanyaan disebar melalui google form atau internet.
Kuesioner ini ditujukan kepada para Wajib Pajak penjual online marketplace.
Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner tertutup.
Kuesioner tertutup adalah metode kusioner yang menuliskan beberapa pilihan untuk
alternative jawabannya yang biasanya terdiri 2-5 kolom jawaban dan subjek hanya
akan memberi centang pada kolom jawaban yang digunakan (Danilo, 2019).
Untuk mengukur variable independen (pengetahuan pajak, sanksi pajak,
lingkungan dan kesadaran wajib pajak), dan variable dependen (kepatuhan wajib pajak
penjual online marketplace), maka dalam penelitian ini menggunakan kusioner dengan
metode skala likert. Untuk dapat mengetahui pendapat responden terhadap kuesioner
yang telah di isi maka digunakan metode skala likert dengan pemberian bobot seperti
berikut :
Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
Tidak Setuju (TS) : 2
Netral (N) : 3
Setuju (S) : 4
Sangat Setuju (SS) : 5
Identifikasi Variabel
Variabel adalah suatu objek penelitian yang akan menjadi titik pperhatian dalam
suatu penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan yaitu:
1. Variabel bebas (Independen Variable), variabel ini adalah variabel yang akan
mempengaruhi variabel lainnya, variabel bebas ini biasa diberi symbol ‘X’.
variabel bebas yang digunakan didalam penelitian ini adalah pengetahuan peraturan
pajak, sanksi pajak, lingkungan dan kesadaran wajib pajak.
Page 11
11
2. Variabel Terikat (Dependen Variable), variabel ini merupakan variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
kepatuhan wajib pajak.
Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
Variabel penelitian yaitu atribut, sifat ataupun suatu nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari lalu diittarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Berdasarkan hubungan antara
variabel dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Variabel bebas (Variabel Independen X)
Menurut Sugiyono (2016) variabel bebas merupakan variabel yang akan
mempengaruhi atau menyebabkan perubahannya maupun timbulnya dalam
variabel dependen. Variabel bebas (Independen) dalam penelitian ini adalah:
a. Pengetahuan Pajak (X₁)
Pengetahuan pajak adalah ilmu yang telah dimilki oleh wajib pajak
mengenai hak dan kewajiban wajib pajak, lalu sudah memahami tentang NPWP
(Nomor Pokok Wajib Pajak), sanksi perpajakan, tarif pajak, PTKP
(Penghasilan Tidak Kena Pajak), lalu tahu bagaimana membayar dan
melaporkan pajak (Ilhamsyah, dkk, 2016).
b. Sanksi Pajak (X₂)
Sanksi perpajakan merupakan hukuman yang akan diterima oleh wajib
pajak jika wajib pajak melakukan pelanggaran peraturan perpajakan (Jayate
2017).
c. Lingkungan (X₃)
Kondisi suatu lingkungan yang mendukung kepatuhan wajib pajak seorang
wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya.
d. Kesadaran Pajak (X₄)
Kesadaran dimana mengetahui dan memahami, pajak yaitu masalah pajak
sehingga perpajakan adalah keadaan kesadaran untuk mengetahuo dan
memahami tentang pajak (Jotopurnomo dan Yenni, 2013).
2. Variabel Terikat (Variabel Dependen Y)
Menurut Sugiyono (2016) variabel terikat ini yaitu variabel yang dipengaruhi
yang berarti menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel dalam penelitian adalah
kepatuhan wajib pajak pengguna e-commerce. Kepatuhan wajib pajak adalah sikap
wajib pajak yang berusaha untuk mematuhi segala peraturan perpajakan dengan tanpa
dipaksa (Subekti,2016).
Tabel 3. 1
Operasionalisasi Variabel
No. Variabel Definisi Variabel Skala Data
1. Pengetahuan
Pajak (X1)
Pengetahuan pajak adalah ilmu
yang telah dimilki oleh wajib pajak
mengenai hak dan kewajiban wajib
pajak, lalu sudah memahami
tentang NPWP (Nomor Pokok
Wajib Pajak), sanksi perpajakan,
Skala Likert
Page 12
12
No. Variabel Definisi Variabel Skala Data
tarif pajak, PTKP (Penghasilan
Tidak Kena Pajak), lalu tahu
bagaimana membayar dan
melaporkan pajak (Ilhamsyah,
dkk, 2016).
2. Sanksi Pajak (X2) Sanksi perpajakan merupakan
hukuman yang akan diterima oleh
wajib pajak jika wajib pajak
melakukan pelanggaran peraturan
perpajakan (Jayate 2017).
Skala Likert
3. Lingkungan (X3) Kondisi suatu lingkungan yang
mendukung kepatuhan wajib pajak
seorang wajib pajak dalam
memenuhi kewajibannya.
Skala Likert
4. Kesadaran Wajib
Pajak (X4)
Kesadaran dimana mengetahui dan
memahami, pajak yaitu masalah
pajak sehingga perpajakan adalah
keadaan kesadaran untuk
mengetahuo dan memahami
tentang pajak (Jotopurnomo dan
Yenni, 2013).
Skala Likert
5. Kepatuhan Wajib
Pajak (Y)
Kepatuhan wajib pajak adalah
sikap wajib pajak yang berusaha
untuk mematuhi segala peraturan
perpajakan dengan tanpa dipaksa
(Subekti,2016).
Skala Likert
Teknik Analisis
Uji Validitas adalah mengukur koefisien korelasi antara skor suatu pertanyataan
atau indikator yang di uji dengan skor total pada variabelnya. Untuk menentukan
apakah suatu item layak digunakan atau tidak dengan melakukan uji signifikan
koefisien korelasi pada taraf sigifikan 0,05 ( · = 5% ), yang artinya suatu item dianggap
valid jika berkolerasi signifikan terhadap skor total item (Vivi Herlina 2014:58).
Pengujian ini dengan melihat jika suatu model yang dikatakan valid dengan tingkat
siginifikan sebesar 0,05 atau corrected correlation > r-tabel maka pertanyaan
dinyatakan valid.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat kekonsistenan sebuah
kuesioner. Hal ini dilakukan agar kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpul
data benar-benar dapat dipercaya. Kuesioner akan dikatakan reliabel jika dapat
memebrikan hasil relative sama (ajeg) pada saat dilakukan pengukuran kembali pada
objek yang berlainan di waktu yang berbeda atau memberikan hasil yang tetap (Vivi
Page 13
13
Herlina 2014:70). Pengambilan keputusan untuk uji realibilitas dilihat menggunakan
Cronbach alpha yang dimana jika variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach alpha > 0,6 (Vivi Herlina 2014:70).
Uji Asumsi Klasik
Menurut Priyatno (2012:143) model regresi linier dapat disebut sebagai model
yang baik jika model tersebut memenuhi beberapa asumsi yang kemudian disebut
dengan asumsi klasik. Asumsi klasik yang harus terpenuhi dalam model regresi linier
yaitu residul terdistribusi normal, tidak adanya multikolinearitas, tidak adanya
heteroskedastisitas, dan tidak adanya autokolerasi pada model regresi. Harus
terpenuhinya asumsi klasik ditujukan untuk mempengaruhi model regresi dengan
estimasi yang tidak bisa dan pengujian dapat dipercaya. Apabila ada satu syarat saja
yang tidak terpenuhi maka hasil analisis regresi tidak dapat dikatakan bersifat BLUE
(Best Linier Unblased Estimator).
Untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian
memenuhi asumsi klasik, harus dilakukan uji asumsi klasik atas model persamaan
tersebut. Tujuannya untuk mengetahui keberartian hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen sehingga hasil analisis dapat diinterprestasikan
dengan lebih akurat, efisien, dan terbebas dari kelemahan-kelemahan yang terjadi
karena masih adanya gejala-gejala asumsi klasik.
Analisis Regresi Berganda
Dalam penelitian ini penulis menggunakan regresi linier berganda karena
penulis menganalisis pengaruh dari beberapa variabel independen terhadap satu
variabel dependen. Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
dependen (Y) yaitu kepatuhan wajib pajak penjual online shopping, sedangkan variabel
independen terdiri dari : pengetahuan pajak (X1), Sanksi Pajak (X2), Lingkungan (X3),
Kesadaran Wajib Pajak (X4). Dengan persamaan yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Keterangan:
Y = Kepatuhan wajib pajak penjual online marketplace
α = Nilai Konstanta
β1 = Koefisien regresi Pengetahuan wajib pajak dalam kepatuhan pajak
β2 = Koefisien regresi Sanksi wajib pajak dalam kepatuhan pajak
β3 = Koefisien regresi Lingkungan pajak dalam kepatuhan pajak
β4 = Koefisien regresi Kesadaran wajib pajak dalam kepatuhan pajak
X1 = Pengetahuan pajak
X2 = Sanksi pajak
X3 = Lingkungan pajak
X4 = Kesadaran Pajak
e = Standart eror
Page 14
14
Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Menurut Ghozali (2013:97) koefisien determinasi (R 2 ), pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan 1 (satu) (0 ≤ R 2 ≤ 1).
Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. R 2 dikatakan
baik jika semakin mendekati 1. Jika R 2 sama dengan 1 berarti bahwa variabel
independen berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen. Sedangkan jika R 2
sama dengan 0, maka tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.
Uji Hipotesis
Pengujian Kelayakan Model (Uji F)
Menurut Ghozali (2013:98). “Uji F pada dasarnya menunjukan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukan delam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat”.
Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan
bahwa Pengetahuan pajak. Sanksi pajak, Lingkungan dan Kesadaran Wajib Pajak
secara simultan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak atau dapat dikatakan
bahwa model regresi telah layak.
Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan
bahwa Pengetahuan pajak. Sanksi pajak, Lingkungan dan Kesadaran Wajib pajak
secara simultan tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak atau model
penelitian tidak layak.
Pengujian Hipotesis Penelitian (Uji T)
Menurut Ghozali (2013:98): “Uji statistik T pada dasarnya menunjukan
seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen”. Hipotesis nol (H0) yang akan diuji yaitu
apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau : H0 : bi = 0. Artinya bila variabel
independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Hipotesis alternatifnya (Ha) yaitu parameter suatu variabel yang tidak sama dengan nol,
atau: Ha : bi ≠ 0. Yang dimana artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.2 Data Penelitian
Data hasil penelitian ini merupakan penjelasan atau uraian mengenai hasil
pengolahan data primer yang telah diisi oleh responden terpilih. Skala pengukuran
kuesioner ini menggunakan skala likert sebagai skala untuk mengetahui persepsi
responden terhadap variable.
Page 15
15
Hasil Penyebaran Kuesioner
Penyebaran kuesioner ini dilakukan dengan cara menyebarkan link dan
menghubungi satu per satu responden melalui chat whatsapp/dm Instagram maupun
account line kemudian menanyakan soal kriteria yang ditentukan lalu memberikan link
yang sudah disediakan. Berikut gambaran hasil penyebaran kusioner
Tabel 4.1
Hasil Penyeberan Kuesioner Online
No. Keterangan Kuesioner Jumlah
1. Kuesioner yang disebar 150
2. Kuesioner yang direspon 139
3. Kuesioner yang digunakan sampel 103
4. Kuesioner yang tidak sesuai kriteria 36
Sumber : data primer (Diolah)
Kuesioner yang direspon sebanyak 139 , kuesioner yang digunakan sebagai
sampel sebanyak 103 dan kuesioner yang tidak sesuai kriteria dan tidak digunakan
sebagai sampel sebanyak 36. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak semua
kuesioner yang direspon dapat di jadikan sampel karena ada yang tidak sesuai dengan
kriteria yaitu, responden yang menjalankan usaha tidak lebih dari satu tahun dan tidak
mamiliki NPWP.
Uji Kualitas Data
a. Uji Valditas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Masing-masing butir pernyataan dalam variabel pengetahuan pajak,
sanksi pajak, lingkunga, dan kesadaran wajib pajak, dan kepatuhan wajib pajak
pengusaha online marketplace dengan rumus df=n-2, yang dimana didalam uji ini
adalah untuk menguji coba suatu indikator kuesioner masing-masing variabel sah
untuk digunakan atau tidak dengan menggunakan data responden uji coba maka n
adalah jumlah data responden dan, nilai df adalah df=35-2 maka df=33. Butir
penyataan dikatakan valid jika angka koefisien korelasi yang diperoleh lebih besar
dari r tabel atau r tabel < r hitung maka nilai tersebut dinyatakan valid. Berdasarkan
nilai df sebesar 35, dengan tingkat siginifikansi 0,05 maka didapatkan r tabel
dengan angka 0.3338. Berikut adalah hasil uji validitas dari masing-masing
pernyataan:
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Pajak (X1)
Koefisien Korelasi r Tabel Keterangan
X1.1 0,733 0.3338 Valid
X1.2 0,574 0.3338 Valid
X1.3 0,839 0.3338 Valid
X1.4 0,682 0.3338 Valid
Hasil Uji Validitas Variabel Sanksi Pajak (X2)
Koefisien Korelasi r Tabel Keterangan
X2.1 0,604 0.3338 Valid
X2.2 0,604 0.3338 Valid
Page 16
16
Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan (X3)
Koefisien Korelasi r Tabel Keterangan
X3.1 0,377 0.3338 Valid
X3.2 0,439 0.3338 Valid
X3.3 0,422 0.3338 Valid
Hasil Uji Validitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X4)
Koefisien Korelasi r Tabel Keterangan
X4.1 0,649 0.3338 Valid
X4.2 0,758 0.3338 Valid
X4.3 0,798 0.3338 Valid
Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Koefisien Korelasi r Tabel Keterangan
Y.1 0,799 0.3338 Valid
Y.2 0,873 0.3338 Valid
Y.3 0,883 0.3338 Valid
Y.4 0,895 0.3338 Valid
Y.5 0,838 0.3338 Valid
b. Uji Reliabilitas
Setelah dilakukan uji reliabilitas terhadap variabel X dan Y hasilnya
menunjukkan bahwa semua variabel dinyatakan realiabel karena memiliki nilai
Cronbach’s alpha di atas 0.6.
c. Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi, variabel
residual memiliki distribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada
tabel dibawah. Dari hasil pengujian dibawah, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,200.
Yang mana nilai sig (0,200) > α (0,05). Hal ini menunjukan bahwa uji normalitas data
ini bersifat normal.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
Sumber : Hasil diolah dengan menggunakan SPSS versi 22.0
Page 17
17
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
korelasi atau ketertarikan antar variabel. Berikut hasil uji multikolinearitas:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber : Hasil diolah dengan menggunakan SPSS versi 22.0
Berdasarkan ttabel diatas hasil perhitungan nilai tolerance menunjukan
keseluruhannya lebih dari 0,1. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance
Inflation Factor (VIF) juga menunjukan hal yang sama untuk masing-masing
variabel indepen yaitu Pengetahuan pajak (X1) 2.063, sanksi pajak (X2) 1,943,
lingkungan (X3) 1,784, dan kesadaran wajib pajak 2,192 yang dimana
semuanya bernilai dibawah 10. Dengan demikian dalam uji asumsi tidak
adanya multikolinearitas yang terpenuhi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam
model regresi dapat dilihat dari pola yang berbentuk pada titik-titik yang ada
pada grafik scatterplot. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber : Hasil diolah dengan menggunakan SPSS versi 22.0
Page 18
18
Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa ttitik-titikpada
grafik tidak membentuk pola yang jelas serta menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y. sehingga dapat disimpulkan bahwa model regressi yang
digunakan bebas atau tidak terjadi heterokesdastisitas.
d. Analisis Regresi Berganda
Persamaan Regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh variable bebas (independen) terhadap variable terikat (dependen)
Tabel 4.5
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,207 ,331 Pengetahuan Pajak (X1) ,618 ,099 ,554
Sanksi Pajak (X2) -,140 ,086 -,141
Lingkungan Pajak (X3) ,187 ,111 ,139
Kesadaran Wajib Pajak (X4) ,349 ,104 ,307
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Sumber : Hasil diolah dengan menggunakan SPSS versi 26.0
Berdasarkan hasil output pada analisis uji persamaan regresi pada tabel
4.18 dapat dijelaskan persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Y = 0,207 + 0,618PP - 0,140SP + 0,187LP + 0,349KWP
Keterangan:
Y = Kepatuhan wajib pajak penjual online marketplace
α = Nilai Konstanta β1 = Koefisien regresi Pengetahuan wajib pajak dalam kepatuhan pajak
β2 = Koefisien regresi Sanksi wajib pajak dalam kepatuhan pajak
β3 = Koefisien regresi Lingkungan pajak dalam kepatuhan pajak β4 = Koefisien regresi Kesadaran wajib pajak dalam kepatuhan pajak
X1 = Pengetahuan pajak
X2 = Sanksi pajak X3 = Lingkungan pajak
X4 = Kesadaran Pajak
e = Standart eror
Koefisien Determinasi R 2
koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya peranan
atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk 1 variabel bebas,
digunakan R Square, tetapi dalam penelitian ini terdapat 3 variabel bebas (lebih
dari satu), maka digunakan Adjusted R Square.
Page 19
19
Tabel 4.6
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,790a ,625 ,609 ,473
a. Predictors: (Constant), Kesadaran Wajib Pajak (X4), Lingkungan Pajak (X3), Sanksi Pajak (X2), Pengetahuan Pajak (X1)
Sumber : Hasil diolah dengan menggunakan SPSS versi 26.0
Berdasarkan analisis pada tabel 4.19 diatas dapat diketahui nilai R
square (koefisiensi determinasi) sebesar 0,625 atau setara dengan 62,5%. Hal
ini dapat diartikan bahwa kepatuhan Wajib Pajak penjual online marketplace
dipengaruhi oleh pengetahuan pajak, sanksi pajak, lingkungan dan kesadaran
Wajib Pajak sebesar 62,5%. Sisanya sebesar 37,5% (100% - 62,5%)
dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Uji Hipotesis
a. Pengujian Kelayakan Model (Uji F)
Dalam penelitian ini uji F digunakan untuk menguji semua variabel
bebas berpengaruh secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel terikat dalam model regresi linear berganda. Jika hasilnya
berpengaruh, maka Ho diterima. Sedangkan jika hasil tidak berpengaruh maka
Ho ditolak. Hal ini bisa dikatakan :
Ho diterima jika F hitung > F tabel
Ho ditolak jika F hitung < F tabel
Tabel 4.7
Uji F
Sumber : Hasil diolah dengan menggunakan SPSS versi 22.0
Berdasakan tabel di atas F hitung sebesar 40,759 (α = 0,05 ; db regresi
= 4 : db residual = 99) adalah sebesar 2,46. Diperoleh F hitung > F tabel ,
40,759 > 2,46 atau nilai sig F (0,000) < α (0,05). Hal ini berarti Ho diterima dan
pengujian model terbukti signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel bebas yaitu pengetahuan pajak, sanksi pajak, lingkungan dan
kesadaran wajib pajak berpengaruh secara bersama-sama terhadap kepatuhan
wajib pajak pengusaha online marketplace.
Page 20
20
b. Pengujian Hipotesis Penelitian (Uji T)
Uji T digunakan untuk menguji pengaruh dari masing-masing variabel
bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Dapat juga dikatakan sebagai
berikut:
Jika T hitung > T tabel atau –T hitung < -T tabel, maka hasilnya
signifikan dan berarti H1 diterima.
Jika T hitung < T tabel atau –T hitung > -T tabel, maka hasilnya tidak
signifikan dan berarti H1 diitolak.
Tabel 4.8
Hasil Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,207 ,331 ,625 ,534
Pengetahuan Pajak ,618 ,099 ,554 6,233 ,000
Sanksi Pajak -,140 ,086 -,141 -1,638 ,105
Lingkungan ,187 ,111 ,139 1,681 ,096
Kesadaran Wajib Pajak 349 ,104 ,307 3,354 ,001
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber : Hasil diolah dengan menggunakan SPSS versi 26.0
Dari hasil keseluruhan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel yang
berpengaruh secara parsial terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y) adalah variabel
Pengetahuan Pajak (X1) dan Kesadaran Wajib Pajak (X4). Sedangkan Sanksi Pajak
(X2) dan Lingkungan (X3) tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak (Y).
Pembahasan Hasil Analisis Data
a. Pengaruh Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Penjual
Online Marketplace
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji T) yang telah dibahas
diatas menunjukkan bahwa variable Pengetahuan Pajak (X1) memiliki nilai t hitung
lebih besar dari tabel yaitu 6,233 > 1,984 dengan nilai signifikansi lebih besar dari
0,05 yaitu (0,000 < 0,05) yang berarti secara parsial penngetahuan pajak
berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak penjual
online marketplace. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
pengetahuan pajak maka semakin tinggi pula kepatuhan Wajib Pajak. Sesuai
dengan Theory of Planned Behavior Wajib Pajak akan mematuhi pajaknya jika
memiliki motivasi dari diri Wajib Pajak sendiri. Motivasi ini berupa pengetahuan
yang dimiliki oleh Wajib Pajak mengenai kewajiban dan hak sebagai Wajib Pajak.
Dengan mengetahuinya maka Wajib Pajak akan termotivasi untuk patuh terhadap
peraturan perpajakan.
Page 21
21
Hasil penelitian ini mendukung dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Rahayu (2017), dimana hasil penelitian menyatakan bahwa pengetahuan pajak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak, maka semakin banyak masyarakat dan khususnya
pengusaha online marketplace untuk membayar pajaknya, sehingga para wajib
pajak khususnya para pengusaha yang menjalankan usahanya di e-commerce
marketplace telah menjalankan kewajiban nya dalam mematuhi perpajakan.
b. Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Penjual Online
Marketplace
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji T) yang telah dibahas
diatas menunjukkan bahwa variable Sanksi Pajak (X2) memiliki nilai t tabel lebih
besar dari t hitung yaitu -1638 <1,984 dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
yang berarti secara parsial sanksi pajak tidak berpengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak penjual online marketplace. Hal ini
membuktikan bahwa tidak ada pengaruh memberikan sanksi yang berat dan tegas
kepada para Wajib Pajak untuk membayarkan pajak nya kepada negara.
Hasil penelitian ini tidak mendukung dari hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Nelsi (2017 dan Rahayu (2017), dimana hasil penelitian
menyatakan bahwa sanksi pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kepatuhan Wajib Pajak.
Wajib Pajak penjual online marketplace membuktikan bahwa para pelaku
pengusaha online ini sudah mematuhi wajib pajak nya, sehingga sanksi pajak tidak
berpengaruh dalam suatu kepatuhan. Hal ini bisa terjadi kemungkinan besar
dikarenakan pihak pemberi sanksi yang tidak tegas dalam menegaskan sanksi nya,
sehingga para pengusaha yang menjalankan usaha di online marketplace lebih
mematuhi wajib pajak dikarenakan kesadaran dan pengetahuan tentang perpajakan.
c. Pengaruh Lingkungan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Penjual Online
Marketplace
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji T) yang telah dibahas
diatas menunjukkan bahwa variable Lingkungan (X3) memiliki nilai t tabel lebih
besar dari t hitung yaitu 1,681 <1,984 dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
yang berarti secara parsial sanksi pajak tidak berpengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak penjual online marketplace. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh lingkungan dalam melaksanakan
kewajiban sebagai wajib pajak untuk membayar pajak kepada negara.
Hasil penelitian ini tidak mendukung dari hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Atik Sulistyo (2019), dimana hasil penelitian menyatakan bahwa
Lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Wajib Pajak penjual online marketplace membuktikan bahwa para pelaku
pengusaha online ini sudah mematuhi wajib pajak nya, dan para pengusaha yang
menjalankan usaha nya di online marketplace tidak berinteraksi secara langsung
dengan pengusaha online marketplace lainnya, sehingga Lingkungan tidak
berpengaruh dalam Kepatuhan Wajib Pajak pelaku bisnis online marketplace, beda
Page 22
22
hal nya dengan para pengusaha yang mempunyai usaha konvensi dan berinteraksi
secara langsung dengan pembeli dan pengusaha lain disekitar, sehingga
Lingkungan kemungkinan besar akan berpengaruh dalam Kepatuhan Wajib Pajak
pelaku bisnis tersebut.
d. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Penjual
Online Marketplace
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji T) yang telah dibahas
diatas menunjukkan bahwa variable Kesadaran Wajib Pajak (X4) memiliki nilai t
hitung lebih besar dari tabel yaitu 3,354 > 1,984 dengan nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 yang berarti secara parsial Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh
secara parsial dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak penjual online
marketplace. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat Kesadaran Wajib
Pajak maka semakin tinggi pula kepatuhan Wajib Pajak. Apabila Wajib Pajak sadar
akan hak dan kewajibannya dalam membayar pajak, maka akan membuat wajib
pajak tersebut patuh. Sehingga masyarakat dan khususnya pengusaha pengguna e-
commerce patuh dalam membayar pajak kepada negara.
Hasil penelitian ini mendukung dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Nelsi (2017) dan Rahayu (2017), dimana hasil penelitian menyatakan bahwa
Kesadaran Wajib Pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan
Wajib Pajak.
Kesadaran mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak pengusaha online marketplace
dalam perpajakan, karena kesadaran yang sebenarnya adalah dari dalam diri
sendiri, ketika wajib pajak menyadari akan kewajiban nya untuk membayar pajak,
maka wajib pajak akan melaksanakan nya tanpa suatu paksaan.
e. Pengaruh Pengetahuan Pajak, Sanksi Pajak, Lingkungan dan Kesadaran
Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Penjual Online Marketplace
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dibahas diatas menunjukan bahwa
secara simultan terdapat pengaruh antara Pengetahuan Pajak (X1), Sanksi Pajak
(X2), Lingkungan (X3), Kesadaran Wajib Pajak (X4) terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Penjual Online Marketplace (Y). Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
secara simultan (uji F) yang dilakukan menunjukan bahwa nilai F hitung lebih besar
dari F tabel yaitu 40,759 > 2,46 dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu
0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan jika pengetahuan pajak, sanksi
pajak, lingkungan, kesadaran wajib pajak dilakukan secara bersama-sama maka
akan memiliki pengaruh terhadap tingak kepatuhan Wajib Pajak penjual Online
Marketplace yang lebih baik.
Hal ini menunjukkan bahwa pengguna bisnis e-commerce yaitu online
marketplace telah memahami pengetahuan peraturan perpajakan dan sanksi yang
ada, tentunya juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal dan kesadaran
masing-masing para wajib pajak/individu. Dengan adanya pengaruh yang
signifikan tentang pengetahuan pajak, masyarakat khususnya pengusaha online
marketplace menjadi lebih patuh terhadap kewajiban yang dilakukan dalam
melaksanakan pajak nya untuk Negara. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
dari Nelsi (2017) dan Rahayu (2017) dimana hasil penelitian menyatakan bahwa
Page 23
23
pengetahuan pajak, sanksi pajak, lingkungan dan kesadaran wajib pajak
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. pengetahuan pajak, masyarakat khususnya
pengusaha online marketplace menjadi lebih patuh terhadap kewajiban yang
dilakukan dalam melaksanakan pajak nya untuk Negara.
V. KESIMPULAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan pajak,
sanksi pajak, lingkungan dan kesadaran wajib pajak terhaadap kepatuhan wajib pajak
pengguna e-commerce. Responden dalam penelitian ini berjumlah 103 responden.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh Pengetahuan
pajak, Sanksi pajak, Lingkungan, dan Kesadaran wajib pajakterhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Pengguna E-commerce (Studi Kasus Pada Pengusaha Online
Marketplace) maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pengetahuan Pajak, Sanksi Pajak, Lingkungan dan Kesadaran Wajib pajak
berpengaruh secara simultan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Secara bersama-sama
keempat variabel tersebut mempengaruhi. Maka secara parsial dapat disimpulkan
bahwa :
1. Pengetahuan Pajak berpengaruh secara parsial terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak. Artinya semakin tinggi pengetahuan mengenai perpajakan oleh wajib
pajak, maka semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya.
2. Sanksi Pajak tidak berpengaruh secara parsial terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Hasil nilai koefisien menunjukan negative. Artinya sanski dan kepatuhan wajib
pajak tidak berbanding lurus. Hasil penelitian menunjukan bahwa sanksi tidak
berpengaruh secara signifikan parsial terhadap kepatuhan wajib pajak.
3. Lingkungan tidak berpengaruh secara parsial terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
hasil nilai koefisien regresi menunjukkan positif, artinya lingkungan dan
kepatuhan wajib pajak berbanding lurus. Jika pembangunan di lingkungan
tersebut ditingkatkan maka wajib pajak akan semakin patuh untuk memenuhi
kewajibannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa lingkungan tidak
berpengaruh secara signifikan parsial terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya bukti infrastruktur di daerah wajib pajak dan
kurang adanya interaksi anta wajib pajak dalam suatu lingkungan.
4. Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh secara parsial terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak. Artinya semakin tinggi kesadaran mengenai perpajakan oleh wajib
pajak, maka semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anita Aprilia, E. S. (2014). Penanganan dan pengawasan perpajakan dalam rangka
intensifikasi di bidang e-commerce. Jurnal ekonomi, 2.
Ariesta, R.P. dan Latifah, L. 02 Oktober 2017. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Sanksi
Perpajakan, Sistem Administrasi Perpajakan Modern, Pengetahuan Korupsi,
Page 24
24
Dan Tax Amnesty Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama
Semarang.
Arimbhi, P. dan Susanto, I. dan Ghany, S.K. 2019. Proses Bisnis Dan Aspek
Pemungutan Pajak Atas Transaksi E-Commerce Dalam Era Revolusi Industri
4.0.
Arisandy, N. 01 Maret 2017. Pengaruh pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak
dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan bisnis online di Pekanbaru.
CNN Indonesia. 2019. Asosiasi Sebut Aturan Pajak e-Commerce Ada Tiga Masalah.
Diakses 30 Maret 2020 dari:https://www.cnnindonesia.com/teknologi/2019
0409212600-185-384753/asosiasi-sebut-aturan-pajak-e-commerce-ada-tiga-
masalah.
Danilo, F. 2019. Pengertian Kuesioner Menurut Para Ahli. Diakses 25 April 2020 dari:
https://btrbooks.com/pengertian-kuesioner-menurut-para-ahli/
Dr. Todd Grande. (17 Oktober 2015). Creating and Interpreting Normal Q-Q Plots in
SPSS. Diakses 1 Juni 2020 dari https://www.youtube.com/watch?v=tdbLShf2b
Lk&feature =youtu.be
Ermawati, N. dan Afifi, Z. 2018. Pengaruh pengetahuan perpajakan dan sanksi
perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan religiusitas sebagai variabel
pemoderasi.
Ilhamsyah, R. dan Endang, M.G.W. dan Dewantara, R.Y. 2016. Pengaruh Pemahaman
Dan Pengetahuan Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan, Kesadaran Wajib
Pajak, Kualitas Pelayanan, Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Samsat Kota Malang).
Internet World Stats. 2020. Internet Users Distribution in the World. Diakses 3 April
2020 dari : https://www.internetworldstats.com/stats.htm
Jayani, D.H. 2019. 10 E-Commerce dengan Pengunjung Terbesar Kuartal III-2019.
Diakses 30 Maret 2020 dari : https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/
10/22/inilah-10-e-commerce-dengan-pengunjung-terbesar.
Jayani, D.H. 2019 . Tokopedia, E-Commerce dengan Nilai Transaksi Terbesar. Nilai
Transaksi Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee 2014-2023. Diakses 30 Maret
2020 dari: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/15/2014-2023-
nilai-transaksi-tokopedia-terbesar-dibandingkan-e-commerce-lainnya.
Jayani, D.H. 2019. Tren Pengguna E-commerce Terus Bertumbuh. Diakses 30 Maret
2020 dari : https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/10/tren-
pengguna-e-commerce-2017-2023
Jing, C. (2015). Taxation of E-commerce in China: applying US experience. Kamil,
N.I. 2015. The Effect of Taxpayer Awareness, Knowledge, Tax Penalties and
Tax Authorities Services on the Tax Complience: (Survey on the Individual
Taxpayer at Jabodetabek & Bandung).
Kusuma, H. 2018. Diluncurkan Jokowi, Pajak UMKM 0,5% Berlaku 1 Juli 2018.
Diakses dari : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4078243/
diluncurkan-jokowi-pajak-umkm-05-berlaku-1-juli-2018
Page 25
25
Konsumen. Diakses 14 April 2020 dari: http://bbs.binus.ac.id/international-marketing/
2017/07/teori-yang-biasa-digunakan-untuk-mengukur-perilaku-konsumen-
theory-of-planned-behaviour/
Matondang, A.W.S dan Artina, N. 2018. Pengaruh Pemahaman Perpajakan, Kesadaran
Perpajakan Dan Penerapan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama
Palembang Seberang Ulu Periode 2013-2017.
Mintje, M.S. 01 Maret 2016. Pengaruh sikap, kesadaran dan pengetahuan terhadap
kepatuhan wajib pajak orang pribadi pemilik UMKM dalam memiliki NPWP.
Muniriyanto, buyung. 2015. Menelusur pajak atas transaksi e-commerce (diakses dari
www.pajak.go.id)
Muqarrabin, A.M. 2017. Teori yang biasa Digunakan Untuk Mengukur Perilaku
Ningsih, A.S. (01 Juni 2019). Pengaruh pemahaman peraturan pajak, tarif pajak,
lingkungan dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
pengguna e-commerce.
Nugroho, E. (2018). Buku Prinsip- Prinsip Menyusun Kuesioner. Malang: UB Press.
Pangesti, R.D. 2017. Menguak Permasalahan Perpajakan E-Commerce Di Indonesia.
Dan Solusi Pemecahannya.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 74/Pmk.03/2012 Tentang
Tata Cara Penetapan Dan Pencabutan Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria
Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran
Pajak.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 147/PMK.03/2017 Tentang
Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib
Pajak Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018 Tentang Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib
Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Rahayu, N. 01 April 2017. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Ketegasan Sanksi Pajak,
Dan Tax Amnesty Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Resmi, S. 2019. Buku Teori dan Kasus Perpajakan. Edisi 11 Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat.
Sahid Raharjo. (19 Maret 2017). Uji t dan Uji F dalam Analisis Regresi Berganda
dengan SPSS Lengkap. Diakses 1 Juni 2020 dari: https://www.youtube.com
/watch?v=7OYkRGcAK1o&feature=youtu.be
Sahid Raharjo. (23 November 2018). Cara Memasukan Data Kuesioner Skala Likert di
SPSS Lengkap. Diakses 1 Juni 2020 dari :https://www.youtube.com/watch?v
=UJh8boc_z4c&feature=youtu.be
Sekaran dan Bougie. (2016). Buku research methods for business a skill-building
approach 7th edition. United Kingdom: Wiley.
Seni, N.N.A.S. dan Ratnadi, N.M.D. 2017. Theory of Planned Behavior Untuk
Memprediksi Niat Berinvestasi.
Setiawan, S. 2018. Taxation and fiscal policy perspective E-commerce: the case of
Indonesia.
Page 26
26
Setyowati, D. 2018 . Shopee Catatkan Transaksi Rp 59,4 Triliun Pada Semester I-2018.
Diakses 30 Maret 2020 dari : https://katadata.co.id/berita/2018/09/03/shopee-
catatkan-transaksi-rp-594-triliun-pada-semester-i-2018
Setyowati, D. 2019. Transaksi Bukalapak Naik Tiga Kali Lipat Selama 2018. Diakses
30 Maret 2020 dari : https://katadata.co.id/berita/2019/01/10/transaksi-
bukalapak-naik-tiga-kali-lipat-selama-2018
Setyowati, D. 2019. Transaksi Tokopedia Naik Empat Kali Lipat Selama 2018. Diakses
30 Maret 2020 dari : https://katadata.co.id/berita/2019/01/07/transaksi-
tokopedia-naik-empat-kali-lipat-selama-2018
Sitorus, R.R. dan Kopong. Y. 2017. Pengaruh E-Commerce Terhadap Jumlah Pajak
Yang Disetor Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening.
Statista. 2016. Transaksi E-commerce Indonesia Naik 500% dalam 5 Tahun. Diakses
30 Maret 2020 dari :https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/11/16/
transaksi-e-commerce-indonesia-naik-500-dalam-5-tahun.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE/62/PJ/2013 tentang Penegasan
Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi e-commerce.
Surat Edaran SE-06/PJ/2015 tentang Pemotongan dan atau Pemungutan Pajak
Penghasilan atas Transaksi e-commerce.
Suyanto dan Trisnawati, E. 1 Juni 2016. The influence of tax awareness toward tax
compliance of entrepreneurial taxpayer and celengan padjeg program as a
moderating variable.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Yapar, B.K. Bayrakdar, S. Yapar, M. (2015). The role of taxation problems on the
development of E-commerce.
We Are Social. Global Internet Use Accelerates. 30 Januari 2019. Diakses 30 Maret
2020 dari : https://wearesocial.com/blog/2019/01/digital-2019-global-internet-
use-accelerates.