i PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CARE TERHADAP STRES FISIOLOGIS PADA BBLR DI RUANG PERINATOLOGI RS PANTI WALUYO SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh: CH. Tri Andar Utami NIM. ST 13013 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
76
Embed
PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CARE WALUYO …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-chtriandar... · 2 Kerangka Konsep 21 3 Jenis dan rancangan 22. xi xi DAFTAR
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PENGARUH PENERAPAN DEVELOPMENTAL CARE
TERHADAP STRES FISIOLOGIS PADA BBLR
DI RUANG PERINATOLOGI RS PANTI
WALUYO SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh:
CH. Tri Andar Utami
NIM. ST 13013
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas perkenananNyalah penulis dapat menelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh
Penerapan Developmental care pada Bayi Berat lahir Rendah di Ruang
perinatologi RS Panti Waluyo Surakarta
Skripsi ini di susun untuk memenuhi gelar sarjana keperawatan program
transfer Stikes Kusuma Husada Surakarta. Penulis berharap hasil penelitian yang
terangkum dalam skripsi ini dapat memberikan kemajuan dalam pelayanan,
penelitian dan pendidikan keperawatan
Penyusunan skripsi ini dapat terlaksana atas bimbingan, bantuan dan
kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu penulis memberikan penghargaan, rasa
hormat dan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M. Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta
2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S. Kep,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi
keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
3. Ibu Happy Indri Hapsari, S.Kep,Ns.,M.Kep selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan bimbingan, arahan
dan masukan untuk kesempurnaan penelitian dan skripsi ini
iv
iv
4. Ibu Anissa Cindy Nurul Afni, S.kep, Ns.,M.Kep selaku pembimbing II yang
telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan bimbingan,
arahan dan masukan untuk kesempurnaan penelitian dan skripsi ini
5. Ibu Atiek Murhayati, S. Kep, Ns.,M. Kep selaku penguji yanh telah
memberikan arahan dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini
6. Dr. T. Soebroto, M. Kes selaku direktur RS Panti Waluyo yang telah
memberikan ijin penelitian
7. Bp. Bambang Kamiwarno, S. Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan RS
Panti Waluyo yang memberi masukan dalam penelitian ini
8. Kepala Diklat RS Panti Waluyo beserta staf yang telah memberikan ijin dan
kesempatan untuk penelitian
9. Kepala Instalasi Rawat Inap RS Panti Waluyo yang telah memberikan ijin
untuk penelitian
10. Seluruh staf ruang perinatologi RS Panti Waluyo Surakarta yang telah
bekerjasama dalam penelitian ini
11. Bapak dan Ibu orang tua responden yang telah memberikan ijin untuk
pengambilan data dalam penelitian ini
12. Seluruh Staf Akademik dan Non akademik Stikes kusuma Husada Surakarta
yang telah menyediakan fasilitas dan dukungannya dalam penelitian ini
13. Suami saya Abdon Wahyu Bimo Wilutono, Anak – anak saya Gracia dan
Kenzie, Bapak, Ibu dan seluruh Keluarga tercinta yang telah memberikan
dukungan, semangat dan doa yang tidak pernah putus sehingga penelitian ini
berjalan baik
v
v
14. Semua sahabat, teman yang senantiasa mendukung, memotivasi sehingga
penelitian ini selesai tepat pada waktunya
Surakarta, 21 Agustus 2015
Penulis
vi
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN….................................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL.................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xi
ABSTRAK............................................................................................... xii
ABSTRACT............................................................................................. xiii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................ 1
developmental care pada kelompok perlakuan...........
5.5 Beda stres fisiologis sebelum dan sesudah
developmental care pada kelompok kontrol................
5.6 Beda stres fisiologis sesudah developmental care
pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.......
49
50
51
52
54
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan …………………………………………. 57
6.2 Saran ……………………………………………… 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
2.1 Keaslian Penelitian 18
3.1 Variabel penelitian, definisi operasional 25
4.1 Karakteristik responden 38
4.2 Distribusi responden anemia 39
4.3 Distribusi Responden stres fisiologis sebelum
Developmental care
40
4.4 Distribusi Responden stres fisiologis sesudah
Developmental care
41
4.5 Perbedaan rerata stres fisiologis sesudah
developmental care pada kelompok perlakuan
42
4.6 Perbedaan rerata stres fisiologis sesudah
developmental care pada kelompok kontrol
43
4.7 Perbedaan rerata stres fisiologis sesudah
developmental care pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan
47
x
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
1 Kerangka Teori 20
2 Kerangka Konsep 21
3 Jenis dan rancangan 22
xi
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Keterangan
1 Permohonan Studi Pendahuluan Penelitian
2 Surat balasan Studi pandahuluan
3 Permohonan Ijin Penelitian
4 Surat balasan Ijin Penelitian
5 Permohonan menjadi Responden
6
7
8
9
10
Surat Persetujuan menjadi Responden
Lembar observasi developmental care
Hasil Uji Analisa statistik
Lembar konsultasi
Jadwal Penelitian
xii
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
CH. Tri Andar Utami
Pengaruh penerapan Developmental care terhadap Stres fisiologis padaBBLR di Ruang Perinatologi RS Panti Waluyo Surakarta
Abstrak
BBLR seringkali mengalami kesulitan saat adaptasi dari intruterin keekstrauterin karena imaturitas organ. Tujuan penelitian ini untuk mengetahuipengaruh developmental care terhadap stres fisiologis (saturasi oksigen dandenyut nadi) pada BBLR.
Rancangan penelitian ini menggunakan Quasy Experimental dengan NonEquivalent control group design. Sampel penelitian 47 BBLR yang dirawat diRuang Perinatologi RS Panti Waluyo dipilih dengan teknik Purposive sampling.Hasil analisa menggunakan Mann-whitney test menunjukkan bahwa adaperbedaan stres fisiologis setelah dilakukan developmental care pada kelompokperlakuan dan kelompok kontrol (p= 0,000).
Developmental care dapat memfasilitasi BBLR dalam beradaptasi denganlingkungan perawatan melalui keteraturan fungsi fisiologis yaitu saturasi oksigendan denyut nadi
Kata kunci :Developmental care, stres fisiologis, BBLRDaftar Pustaka: 48(2004-2011)
xiii
xiii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
CH. Tri Andar Utami
Effect of Developmental Care Application on Physiological Stress of LowBirth Weight Infants at Perinatology Department of Panti Waluyo Hospital
of Surakarta
ABSTRACT
A low birth weight infant usually has a difficulty to adapt from intrauterineto extra-uterine due to the organ immaturity. The objective of this research is toinvestigate the effect of the developmental care on the physiological stress(oxygen saturation and pulse) of the low birth weight infants.
The research used the quasi experimental method with the non-equivalentcontrol group design. The samples of the research consisted of 47 low birthweight infants at Perinatology Department of Panti Waluyo Hospital of Surakarta.They were taken by using the purposive sampling technique.
The result of Mann-Whitney’s Test shows that there were physiologicalstress differences between the experimental group and the control group followingthe application of the developmental care as indicated by the p-value 0.000.
Thus, the developmental care could facilitate the low birth weight infantsto adapt to the care environment through the regularity of physiological functionsi.e. oxygen saturation and pulse.
Implementationanf Evaluation ofan Individualizeddevelopmentalcare program in aNeonatal Intensivecare Unit
Metode penelitianini menggunakanstudy cohort.Sample penelitianyang diambiladalah bayisangat prematuratau usia gestasikurang dari 32minggu denganjumlah responden110 bayi
Hasil penelitianmenunjukkanbahwa tidakditemukanperbedaan yangsignifikan antaratingkat cemas bayidan orang tua
Alat Ukur :lembarobservasiCara Ukur:memberikanintervensidevelopmentalcare padaBBLR diRuangperinatologiRS PantiWaluyo
1 : tidak ,bila bayiBBLR tidakmendapatintervensidevelopmental careartinyarespondenpada fasetanpadevelopmental care2 : Ya, bilabayi BBLRmendapatintervensidevelopmental care
Nominal
26
artinyarespondenpada fasedevelopmental care
Variabel dependenNo Variabel Definisi
operasionalAlat Ukur Indikator
penelitianskala
1 Fungsifisiologis :saturasioksigen
Pengukuranaliranoksigentubuh bayiBBLR
Alat ukur : alatmonitoringsaturasioksigen (pulseOxymetri) danlembarobservasiCara ukur :melakukanpencatatannilai saturasiyang terteradalam alatpulseOxymetri.Pembacaandilakukantepat pada tiap2 menit dalamrentangwwaktu 20menit. Padamasing –masing faseyaitu fasetanpadevelopmentalcare dan fasedevelopmentalcare
Nilai saturasidalam angka(prosentase)
Interval
2 Fungsifisiologis :denyutnadi (HR)
Frekuensidenyut nadiBBLR dalam1 menit
Alat ukur : alatmonitoringdenyut nadi(patientmonitor) danlembarobservasi
Nilai denyutnadi dalamangka
Interval
27
Cara ukur :melakukanpencatatannilai HR yangtertera dalamalat patientmonitorPembacaandilakukantepat pada tiap2 menit dalamrentang waktu20 menit. Padamasing –masing faseyaitu fasetanpadevelopmentalcare dan fasedevelopmentalcare
Variabel lainnya : Karakteristik responden
3 UsiaGestasi
Usiakehamilansaat bayidilahirkan
Alat ukur :lembarobservasiCara ukur:melihat catatanusia gestasibayi BBLRyang tercatatdi RekamMedis
Usia gestasidalamminggu
Interval
4 Usia saatpenelitian
Usia bayiBBLR saatpengambilandatapenelitiandilakukanyang dihitungdari tanggalkelahiranbayi
Alat ukur :lembarobservasiCara ukur :Menghitungusia bayiBBLR sejakbayi dilahirkansampaipengambilandata penelitiandilakukan.Tanggal
hari Rasio
28
kelahirandalam rekammedis bayi
5 Beratbadan lahir
Berat badanlahir bayi
Alat ukur :lembarobservasiCara ukur :Melihat databerat badanbayi BBLRdalam catatanrekam medisbayi
Berat badandalam gram
Interval
6 Beratbadan saatpenelitian
Berat badanbayi saatpengambilandatapenelitiandilakukan
Alat ukur :lembarobservasiCara ukur :Melihat databerat badanbayi BBLRdalam catatanharian perawat
Alat ukur ;lembarobservasiCara ukur :melihat hasilpemeriksaankadar Hb bayiBBLR terakhirdi catatanrekam medisbayi.Apabila Hb <13 gr% makabayidikategorikanmengalamianemia
1: tidak, bilabayi BBLRmempunyaikadar Hb ≥13 gr% saatdilakukanpengambilandatapenelitianatau tidakadanyariwayatanemia saatsebelumpenelitian2: ya, bilabayi BBLRmemilikikadar Hb ≤13 gr % saatdilakukanpengambilandatapenelitian
Nominal
29
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Alat penelitian
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi kondisi fisiologis bayi, yang memuat informasi mengenai
karakteristik responden meliputi usia gestasi, usia bayi saat penelitian, berat
badan lahir bayi, berat badan bayi saat penelitian, anemia dan fungsi
fisiologis: saturasi oksigen, denyut nadi.
Alat untuk mengukur saturasi oksigen dengan menggunakan pulse
oxymetri dan alat untuk mengukur denyut nadi menggunakan patient monitor.
Validitas alat dilakukan dengan cara kalibrasi sebelum penelitian.
Pencatatan hasil observasi terhadap fungsi fisiologis: saturasi dan denyut nadi
dilakukan bersamaan yaitu tiap 2 menit dalam waktu 20 menit untuk tiap –
tiap fase, fase tanpa developmental care atau pada kelompok kontrol dan fase
dengan developmental care pada kelompok perlakuan.
3.5.2 Cara Pengumpulan Data
1. Persiapan
Persiapan penelitian meliputi :
a. Peneliti mengajukan permohonan ijin ke Stikes Kusuma
Husada.
b. Peneliti menyampaikan ijin Penelitian dari Direktur RS Panti
Waluyo ke Kepala Instalasi Rawat Inap dan Kepala Ruang
Perinatologi RS Panti Waluyo.
30
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini meliputi :
a) Peneliti menyampaikan sosialisasi mengenai intervensi
developmental care kepada kepala Ruang perinatologi, Ketua
Tim dan seluruh pelaksana Ruang Perinatologi RS Panti
Waluyo.
b) Peneliti bekerjasama dengan perawat ruang Perinatologi untuk
menentukan responden.
c) Peneliti menetapkan responden yang sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya.
d) Peneliti menjelaskan tentang tujuan, manfaat serta prosedur
dan hak- hak responden kepada orang tua responden.
e) Penelitian dilakukan setelah orang tua responden memberikan
ijin dengan menandatangani informed concent.
f) Peneliti mulai melakukan pengumpulan data dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan
sebelumnya.
g) Peneliti melakukan pengumpulan data melalui alur prosedur
dengan membagi responden menjadi dua kelompok yaitu
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Pada kelompok kontrol:
31
1) Touching time, yaitu bayi mendapatkan perawatan seperti ganti
popok, asupan oral, perawatan tali pusat prosedur atau
tindakan perawatan lain setelah itu bayi dipasang nesting.
2) Periode stabilisasi, yaitu setelah touching time bayi diberikan
waktu istirahat sekitar 20 menit sebelum pengukuran nadi dan
saturasi tanpa developmental care.
3) Fase tanpa developmental care yaitu bayi kemudian setelah
stabilisasi dilakukan pengukuran fungsi fisiologis : nadi dan
saturasi tanpa ada intervensi developmental care tiap 2 menit
selama 20 menit.
4) Setelah selesai pengukuran pada kelompok kontrol bayi tetap
di beri nesting.
Pengukuran fungsi fisiologis tanpa developmental care
dilakukan selama 10 hari.
Pada kelompok perlakuan:
1) Touching time (1), yaitu bayi mendapatkan perawatan atau
tindakan keperawatan seperti ganti popok, asupan oral dalam
satu waktu agar bayi tidak mendapatkan penanganan berulang
2) Fase dengan developmental care yaitu bayi mendapatkan
intervensi developmental care : pemasangan nesting, penutup
inkubator, clustered care, pengaturan intensitas suara dan skin
to skin contact
32
3) Periode stabilisasi sekitar 20 menit.
4) Dilakukan pengukuran fungsi nadi dan saturasi tiap 2 menit
selama 20 menit.
5) Setelah pengukuran fungsi fisiologis bayi di biarkan istirahat
6) Touching time (2) bayi mendapatkan prosedur perawatan ganti
popok, atau tindakan perawatan lain.
7) Skin to skin contact atau perawatan metode kanguru dengan
ibu bayi jika kondisi ibu memungkinkan. Tetapi jika tidak bisa
digantikan oleh ayah atau keluarga lain minimal 1 jam.
8) Periode stabilisasi selama 20 menit.
9) Pengukuran nadi dan saturasi setiap 2 menit sekali selama 20
menit. Pengukuran fungsi fisiologis dengan developmental
care dilakukan selama 10 hari.
3.6 Teknik pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan sebagai langkah awal sebelum analisis
data. Pengolahan data ada beberapa tahapan (Setiadi, 2013) :
a. Editing / memeriksa
Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para
pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini
dilakukan terhadap :
33
a) Kelengkapan jawaban, apakah tiap pertanyaan sudah ada
jawabnnya, meskipun jawabannya hanya berupa tidak tahu atau
tidak mau menjawab.
b) Keterbacaan tulisan, tulisan yang tidak terbaca akan mempersulit
pengolahan data atau pengolah data salah membaca.
c) Relevansi jawaban, bila ada jawaban yang kurang atau tidak
relevan maka editor harus menolaknya.
b. Coding / memberi tanda
Adalah mengklasifikasikan jawaban – jawaban daripada responden
kedalam bentuk angka / bilangan. Coding data berdasarkan rencana hail ukur
yang telah disusun dalam definisi operasional. Seperti memberikan kode 1
untuk fase kontrol, kode 2 untuk fase intervensi atau untuk karakteristik
Anemia, kode 1 untuk karakteristik responden yang tidak mengalami anemia
dan kode 2 untuk karakteristik responden yang mengalami anemia.
c. Processing
Adalah memproses data agar data yang sudah di-entry dapat
dianalisis. Pemrosesan data dapat dilakukan dengan cara meng-entry data dari
kuisoner ke paket program komputer.
d. Cleaning
Pembersihan data, lihat variabel apakah sudah benar atau belum.
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry
apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi
pada saat kita meng-entry data ke komputer.
34
Analisa data adalah langkah setelah dilakukan pengolahan data. Analisa data
bertujuan :
1) Untuk mengetahui komponen – komponen yang mempunyai sifat menonjol
dan mempunyai nilai yang ekstim.
2) Membandingkan antara komponen dengan menggunakan nilai rasio.
3) Memperbandingkan antara komponen dengan keseluruhan menggunakan
nilai proporsi (prosentase) kemudian menyimpulkannya.
Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :
1. Analisa Univariat
Merupakan analisa yang menjelaskan karakteristik dari masing – masing
variabel yang diteliti (Hastono,2007). Karakteristik variabel yang dianalisa dalam
penelitian ini adalah usia gestasi, berat badan lahir, berat badan saat penelitian,
anemia, saturasi oksigen, denyut nadi. Variabel anemia dijelaskan menggunakan
distribusi frekuensi dan prosentase karena merpakan data kategorik. Variabel data
numerik yaitu usia gestasi, berat badan lahir, berat menggunakan distribusi
frekuensi dan prosentase karena merpakan data kategorik. Variabel data numerik
yaitu usia gestasi, berat badan lahir, berat badan saat penelitian, saturasi oksigen,
denyut nadi dianalisa menggunakan varians data.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
atau perbedaan yang signifikan antara dua variabel atau lebih (Hastono,2007)
adapun analisa bivariat dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
35
a) Untuk mengetahui beda stres fisiologis setelah dilakukan developmental care
pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dilakukan uji independent t-
tes.
b) Uji paired t test dilakukan untuk mengetahui perbedaan stres fisiologis
sebelum dan sesudah dilakukan developmental care pada kelompok
perlakuan dan untuk mengetahui beda stres fisiologis sebelum dan sesudah
tanpa developmental care pada kelompok kontrol.
c) Sebelum melakukan analisis bivariat harus dilakukan uji normalitas. Data
dikatakan normal apabila hasil uji dengan Shapiro-Wilk > 0,05.
3. Uji alternatif
Jika dengan uji independent t- test ditemukan distribusi data yang tidak
normal maka dilakukan uji non parametrik dengan Mann-Whitney dan untuk
distribusi data yang abnormal pada Uji paired t-tes dilakukan uji non parametric
dengan Wilcoxon.
3.7 Etika penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip – prinsip
etik yang bertujuan untuk melindungi subjel penelitian. American Nurses
Associations (2001) dalam Labiondo – Wood dan Haber (2006) menyebutkan
terdapat lima petunjuk prinsip – prinsip etik yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu :
36
a) Right to self determination
Dalam hal ini peneliti meminta kesediaan responden untuk terlibat dalam
penelitian melalui persetujuan orang tua responden (informed consent)
terlebih dahulu memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat, prosedur
penelitian.
b) Right to privacy and dignity
Peneliti menjaga privasi dan martabat responden dalam hal ini bayi BBLR
dengan menyapa, memberikan salam dan mengucapkan terima kasih
setelah dilakukan pengambilan data.
c) Right to anonymity and confidentiality
Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden yang terlibat dalam
penelitian ini dengan tidak mencatumkan nama responden tetapi inisial
responden.
d) Right to fair treatment
Dalam penelitian ini responden tetap mendapatkan intervensi
developmental care. Intervensi developmental care diberikan pada
responden setelah selesai pengambilan data pada fase tanpa developmental
care.
e) Right to protection from discomfort and harm
Kenyamanan dan resiko yang mungkin muncul karena intervensi tetap di
perhatikan dalam penelitian ini. Intervensi tidak dipaksakan kepada
responden ketika responden dalam pemeriksaan atau tindakan lain untuk
kepentingan responden.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Variabel dengan data numerik yaitu usia gestasi, usia saat penelitian,
berat badan lahir, berat badan saat penelitian disajikan dengan menggunakan
nilai rerata, minimum, maksimum, standar deviasi atau simpangan baku. Dan
variabel kategorik anemi disajikan dengan distribusi frekuensi dan prosentase
Tabel 4.1
Karakteristik responden berdasarkan usia gestasi , umur bayi saat penelitian,berat badan lahir, berat badan saat penelitian di
RS Panti Waluyo SurakartaFebruari – Mei 2015
(n=47)
Variabel Minimum Maksimum Mean Std.deviation
usia gestasi (minggu) 23.00 37.00 33.48 2.32usia bayi saatpenelitian (hari)
0.00 2.00 0.17 0.43
berat badan lahir(gram) 1500 2500 2.09 262.71
berat badan saatpenelitian (gram) 1500 2500 2.09 263.62
Tabel 4.1 menunjukkan rerata distribusi responden bayi berat lahir
rendah berdasarkan usia gestasi 33,48 minggu dengan nilai simpangan baku
2.32 minggu.
38
Rerata distribusi responden bayi berat lahir rendah berdasarkan usia
saat penelitian adalah 0.17 hari dengan nilai simpangan baku 0.43 hari.
Rerata distribusi responden bayi berat lahir rendah berdasarkan berat badan
lahir sebesar 2.098 gram dengan simpangan baku 262.7 gram. Rerata
distribusi responden bayi berat lahir rendah berdasarkan berat badan saat
penelitian sebesar 2.096 gram dengan simpangan baku 263.6 gram.
Tabel 4.2Distribusi responden berdasarkan Anemia saat penelitian di RS Panti Waluyo
untuk mempertahankan laju pertumbuhan. Karena kebutuhan energi
yang tinggi sering tidak terpenuhi, bayi BBLR, preterm pada awalnya
statis bahkan menurun dan kadang membutuhkan waktu 21 hari untuk
mencapai berat lahirnya dan pertumbuhan mereka suboptimal (Lissauer
& Fanaroff, 2009).
Stres fisiologis dapat menyebabkan hambatan dalam konversi
energi yang dibutuhkan BBLR utuk tumbuh dan berkembang (Wong et
al, 2009). Pertambahan berat badan pada bayi merupakan cerminan dari
kemampuan bayi dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Demikian
halnya yang terjadi dengan responden yang menjadi penelitian ini.
5.1.5 Anemia
Dalam penelitian ini sebanyak 14,9% responden mengalami
anemia saat pengambilan data. Anemia merupakan karakteristik lain
yang dipertimbangkan dalam penelitian ini. Anemia pada BBLR
merupakan suatu kondisi dimana kadar hemoglobin darah kurang dari
13 gr/dl. Berman et al (2009) menyatakan bahwa kadar haemoglobin
rendah pada anemia akan menyebabkan nilai saturasi oksigen menjadi
rendah karena okigen tidak dapat diikat oleh haemoglobin sel darah
merah dalam jumlah yang mencukupi sehingga mempengaruhi saturasi
oksigen. Hal ini dimungkinkan menjadi faktor yang mempengaruhi
dalam penelitian ini.
49
5.2 Gambaran Stres Fisiologis saturasi oksigen dan denyut nadi sebelum
developmental care
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa gambaran stres fisiologis
saturasi oksigen dan denyut nadi sebelum developmental care pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan ada perbedaan tetapi masih
dalam rentang normal.
Respon stres digerakkan oleh suatu area yang terletak pada bagian
otak depan yaitu amigdala. Respon stres ini menstimulasi pelepasan hormon
adrenokortikoid dari hipotalamus yang menyebabkan stimulasi aktivitas
sistem saraf simpatik, meningkatkan curah jantung, meningkatkan glikolisis
dan glukoneogenesis di hati, mengurangi transport glukosa ke jaringan
penyimpanan, dapat menekan aktivitas sel imun (Ward, Clarke & Linden,
2009) serta adanya peningkatan hormon stres atau kortisol (Als et al,1986
dalam Symington & Pinelli, 2006; Maguire et al, 2008).
5.3 Gambaran Stres Fisiologis sesudah Developmental care
Pada penelitian ini diketahui bahwa rerata stres fisiologis saturasi
oksigen dan denyut nadi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
mengalami peningkatan di banding sebelum developmental care. Secara
statistik ada perbedaan bermakna dari peningkatan rerata saturasi oksigen dan
penurunan denyut nadi.
Perubahan heart rate (HR) dan saturasi oksigen menunjukkan tanda
stres fisiologis terhadap stressor lingkungan pada bayi prematur (Peng et al;
50
2009). Bayi – bayi preterm yang dirawat di NICU terpapar stres lingkungan,
stres fisiologis dan stres psikologis. Stres lingkungan terjadi dari stimulasi
pendengaran yang berlebihan, stres fisiologis karena ketidakmatangan organ
dan stres psikologis karena terpisahnya antara ibu dan bayi (Nyqvist et al,
2010., Sizun & Browne, 2005).
Terdapat hubungan antara stressor lingkungan (prosedur perawatan)
yaitu intensitas suara dan cahaya dengan kenaikan HR dan penurunan saturasi
oksigen pada bayi prematur. Environmental Protection Agency
merekomendasikan bahwa peralatan di Rumah Sakit khususnya di ruang
perawatan neonatal memiliki level suara tidak boleh melebihi 55 dB pada jam
aktivitas dan pada jam tidur tidak boleh lebih dari 45 dB karena kebisingan
dapat meningkatkan tekanan darah, meningkatkan respirasi, peningkatan
sirkulasi kortisol yang akan menyebabkan neonatus stres (Witt, 2008). Witt
juga menyatakan bahwa tingkat kebisingan ini terus menerus berlangsung
dapat merusak saraf – saraf pendengaran. Bayi yang lahir preterm memiliki
banyak kerugian termasuk stres dan morbiditas yang cukup besar (Lissauer &
Fanaroff, 2006).
5.4 Beda stres fisiologis saturasi oksigen dan denyut nadi sebelum dan
sesudah dilakukan developmental care pada kelompok perlakuan
Hasil pengamatan dan analisa statistik terhadap beda stres fisiologis
saturasi oksigen dan denyut nadi sebelum dan sesudah dilakukan
developmental care pada kelompok perlakuan responden dalam penelitian ini
51
adalah tidak terdapat pengaruh stres fisiologis saturasi oksigen dan denyut
nadi sebelum dan sesudah developmental care pada kelompok perlakuan
dengan nilai p 0,656.
Hasil penelitian yang serupa dapat diketahui dari penelitian yang di
lakukan oleh Syahreni (2010). Hasil penelitian Syahreni menebutkan bahwa
tidak terdapat perbedaan bermakna rerata saturasi oksigen sebelum dan
sesudah penggunaan protokol pretise penutup telinga pada BBLR dengan
nilai p=0,750.
Dalam penelitian ini sebanyak 14,9 % responden mengalami anemia
saat pengambilan data. Kadar haemoglobin rendah pada Anemia akan
menyebabkan nilai saturasi oksigen menjadi rendah karena oksigen tidak
dapat diikat oleh haemoglobin sel darah merah dalam jumlah yang
mencukupi (Berman, 2009). Saturasi oksigen didefinisikan sebagai
prosentase jumlah hamoglobin yang teroksigenasi dalam darah (Brooker,
2005; Hockenberry & Wilson, 2007). Sekitar 97 % oksigen yang
ditransportasikan kedalam aliran darah berkaitan dengan haemoglobin di
dalam sel darah merah dan 3 % lainnya larut dalam plasma. Haemoglobin
yang mengikat jumlah maksimum oksigen dalam setiap molekulnya disebut
kondisi tersaturasi. Berman (2007) juga menyatakan bahwa beberapa kondisi
yang mempengaruhi saturasi oksigen adalah kadar haemoglobin dan sirkulasi.
Faktor ini dimungkinkan yang mempengaruhi tidak ada perbedaan yang
bermakna terhadap stres fisiologis saturasi oksigen
52
5.5 Beda stres fisiologis saturasi oksigen dan denyut nadi sebelum dan
sesudah dilakukan developmental care pada kelompok kontrol
Hasil pengamatan dan analisa statistik terhadap beda stres fisiologis
saturasi oksigen dan denyut nadi sebelum dan sesudah dilakukan
developmental care pada kelompok kontrol responden dalam penelitian ini
adalah tidak terdapat beda stres fisiologis saturasi oksigen dan denyut nadi
sebelum dan sesudah developmental care pada kelompok kontrol. Menurut
Hockenberry dan Wilson (2009) pendekatan developmental care dapat
dilakukan dengan menciptakan suasana malam hari untuk meningkatkan tidur
bayi dengan cara menggunakan penutup inkubator, meminimalkan stimulasi
lingkungan atau minimal handling, Clustered care, membantu memperbaiki
posisi bayi dengan cara miring dan fleksi, Nesting untuk mempertahankan
posisi fleksi ketika bayi terlentang atau miring (Maguire et al, 2009), skin to
skin contact atau Kangaroo Mother care dan Cobedding of twins yaitu bayi
kembar ditempatkan pada satu tempat tidur atau inkubator.
Responden kelompok kontrol dalam penelitian ini mendapat
intervensi nesting saja. Pemasangan nesting atau sarang yang mengelilingi
bayi dan posisi fleksi juga merupakan bentuk dari pengelolaan lingkungan
dalam developmental care. Nesting dapat menopang tubuh bayi dan
memberikan tempat yang nyaman (Lissauer & Fanaroff, 2009). Dalam
Bobak, Lowdemilk dan Jensen (2005) disebutkan pula bahwa posisi fleksi
bayi baru lahir di duga berfungsi sebagai sistem pengamanan untuk mencegah
kehilangan panas karena sikap ini mengurangi pemajanan permukaan tubuh
53
pada suhu lingkungan. Faktor ini dimungkinkan yang mempengaruhi tidak
ada perbedaan yang bermakna terhadap stress fisiologis saturasi oksigen
5.6 Beda stres fisiologis sesudah dilakukan developmental care pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
Pada penelitian ini didapatkan hasil pengamatan dan analisa statistik
terhadap beda stres fisiologis sesudah dilakukan developmental care pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan adalah terdapat perbedaan saturasi
oksigen sebelum developmental care pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan dengan nilai p 0,000. Pengenalan terhadap perilaku bayi termasuk
pengenalan terhadap kerentanan fisik, fisiologis dan emosional adalah hal
yang mendasari penerapan developmental care (Lissauer & Fanarrof, 2009).
Perawat memiliki peran yang bermakna dalam menciptakan lingkungan
perawatan tanpa stres. Lingkungan tersebut dapat diciptakan melalui asuhan
perkembangan atau developmental care. Developmental care bertujuan untuk
memfasilitasi BBLR dalam beradaptasi dengan lingkungan perawatan melalui
keteraturan fungsi fisiologis yaitu saturasi oksigen dan denyut nadi.
Keseluruhan intervensi yang dilakukan bertujuan agar BBLR diperlakukan
seperti kehidupan di dalam rahim dimana bayi tidak mendapat stimulus yang
berlebihan. Menurut Buonocore dan Bellieni (2008) rangsangan tersebut akan
menimbulkan stres pada bayi. Lebih jauh Buonocore dan Bellieni
menyebutkan bahwa satu metode non farmakologik adalah dengan cara
intervensi lingkungan.
54
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sizun dan Wistrup (2004) bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap respon nyeri akut sebelum dan
sesudah developmental care (p value=0,000). Hal ini dapat terjadi karena
dengan strategi developmental care, input sensori menjadi tepat dan minimal
sehingga bayi mampu beradaptasi terhadap rangsangan. Sebaliknya sensori
sangat banyak, bayi tidak mampu beradaptasi akan menimbulkan stres.
Dengan demikian developmental care merupakan strategi yang tepat dalam
mengurangi respon nyeri dan stres.
Skin to skin contact atau yang dikenal dengan perawatan metode
kanguru, dimana sangat penting untuk proses adaptasi bayi dan orang tua
terhadap kehadiran dan penerimaan satu sama lain (Sizun & Westrup, 2004;
Maguire et al, 2008; Wong et al, 2009; Kanner & McGrath, 2009).
Ludington pada tahun 1990 mengamati efek skin to skin contact pada bayi
prematur terhadap level aktivitas dan periode tidur tenang. Hasil penelitian
meyebutkan bahwa terjadi penurunan level aktivitas dan disertai peningkatan
periode tidur selama skin to skin contact. Metode kanguru tidak hanya
sekedar pengganti inkubator dalam perawatan BBLR, namun juga
memberikan banyak keuntungan yang tidak diberikan oleh inkubator (Suradi
& Yunarso, 1996 dalam Perinasia 2008). PMK (Perawatan Metode Kanguru)
menstabilkan suhu, denyut jantung dan frekuensi nafas teratur, mencegah
apnea, peningkatan saturasi oksigen (Perinasia, 2008). Penelitian lain yang
dilakukan oleh Ali et al (2009) menyebutkan bahwa frekuensi nafas, suhu
tubuh dan saturasi oksigen lebih baik pada bayi BBLR yang menjalani PMK
55
dibanding dengan bayi yang tidak di lakukan PMK. Penelitian yang lain
menyebutkan bahwa skin to skin contact meningkatkan kedekatan ibu dengan
bayinya, mengurangi stres ibu dan bayi dan membuat ibu dan bayi lebih
rileks (Tessier, 1998 dalam Perinasia 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Bredemeyer, S., Reid, S et al (2008)
menyebutkan bahwa Implementasi developmental care pada BBLR di NICU
dapat membantu meningkatkan kebahagiaan dan menurunkan tingkat
kecemasan orangtua dari BBLR tersebut. Developmental care memberikan
pengaruh yang signifikanterhadap perkembangan neurobehavioral (Prechtl
1977 dalam Maguire et al, 2009). Penelitian lain menunjukkan bahwa
developmental care dapat mempercepat kenaikkan berat badan bayi prematur
dan mempercepat kepulangan pasien (Ludwig, Steichen, Khoury & Krieg,
20008). Developmental care juga memiliki dampak jangka panjang seperti
penelitian yang dilakukan oleh McAnulty et al (2010) tentang efek NIDCAP
(Neonatal Individualized Developmental Care and Assesment Program)
setelah 8 tahun tindakan. Hasilnya menunjukkan secara signifikan terdapat
perbedaan fungsi yang lebih baik pada hemisfer kanan dan lobus frontal pada
kelompok eksperimen daripada kelompok kontrol.
56
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
1. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah bayi berat lahir rendah
dengan rerata usia gestasi 33,48 minggu. Usia gestasi terendah adalah 23
minggu dan tertinggi 37 minggu. Distribusi responden bayi berat lahir
rendah dengan rerata berat badan lahir sebesar 2.098 gram. Berat badan
saat penelitian yang terendah adalah 1500 gram. Bayi yang mengalami
anemia sebanyak 7 (14,9%)
2. Gambaran stres fisiologis sebelum dilakukan developmental care pada
kelompok perlakuan saturasi oksigennta adalah 92 % dan denyut
nadi148.45 x/menit. Gambaran stres fisiologis sebelum developmental
care pada kelompok kontrol saturasi oksigennya adalah 92.95 % dan
denyut nadi 158.78 x/ menit.
3. Gambaran stres fisiologis sesudah dilakukan developmental care pada
kelompok perlakuan saturasi oksigennya adalah 93 % dan denyut nadi
148.16 x/menit. Gambaran stres fisiologis sesudah dilakukan
developmental care pada kelompok kontrol adalah saturasi oksigennya
93.04 % dan denyut nadi 157 x/menit.
4. Tidak ada beda stres fisiologis sebelum dan sesudah dilakukan
developmental care pada kelompok perlakuan dengan nilai p 0,056
57
5. Tidak ada beda stres fisiologis sebelum dan sesudah dilakukan
developmental care pada kelompok kontrol dengan nilai p 0,891
6. Ada beda stres fisiologis setelah dilakukan developmental care pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan nilai p 0,000
6.2 SARAN
1) Manfaat Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi perawat dalam
pemberian developmental care bagi BBLR di unit Perinatologi.
2) Manfaat Bagi Pendidikan
Implikasi penelitian ini terhadap pendidikan keperawatan bagi calon
perawat adalah penelitian tentang developmental care ini menjadi landasan
teori dalam praktek asuhan keperawatan pada bayi BBLR
3) Manfaat Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitaian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi peneliti
berikutnya yang berhubungan dengan developmental care pada BBLR
misalnya tentang hubungan developmental care terhadap LOS (Length of
Stay) pasien BBLR.
58
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S.M; Sharma, J., Sharma,R.,& Alam.(2009).Kangaroo Mother care ascompared to conventional care for low birth weight babies. Dicle Tipderg/Dicle Med J,36(3).155-160. Diunduh darihttp://www.proquest.umi.com
Als. H. (1986). A Sycnactive of model neonatal behavioral organization. Physicaland Occupational Therapy in Pediatrics 6,3-53 dalam Symington, A.J &Pinelli, J.(2006).Developmental Care for Promoting Development andPreventing Morbidity in Preterm Infants. Cochrane Database ofsystemics review.2.diunduh dari www.cochrane.org
American academy of Pediatrics (AAP). (1997).Noise: A hazard forv the fetusand newborn. Dalam Kenner, C & McGrath, J.M.(2004).Developmentalcare of newborn & infants: A guide for health proffesionals.St.Louis:Mosby
Badr, L.K., Abdallah, B., Hawari, M., Sidani, S., Kassar, M., & Nakad, P, et al.(2010). Determinans of Premature Infant Pain responses to heelstick.Pediatrics Nursing,36(3),129-136
Berman, A., Synder, S.J., Kozier, B & Erb, G. (2009). Buku Ajar PraktikKeperawatanKlinis. Edisi 5. Jakarta: EGC
Bombell, S & McGuire, W. (2009). Early Thropic Feeding for Very Low BirthWeight Infants.Cochrane Database of Systemic Review,3. Diunduh dariwww.cochrane.org
Bredemeyer, S., Reid, S., polverino, J., & Wacadlo, C. (2008). Implementationand Evaluation of an Individualized development care program in aNeonatal Intensive Care Unit. Journal Compilation 13(4):281-291
Brooker, C. (2005).Ensiklopedi Keperawatan. Jakarta: EGC
Buonocore, G., & Bellieni, C.V. (2008). Neonatal pain: suffering, pain and riskog Brain damage in the fetus and newborn. Italia: Springer-verlag
Byers, et al. (2006). A quasi-experimental trial non Individualized,developmentally supportive family centered care.JOGNN,35,105-115diunduh dari http://onlinelibrary.wiley.com
Celeste, M., Maguire, C.M., Frans, J., Wather., Arwen, J., Sprij., Saskia Lecessie., Wit, J.M., Sylvia Veen and for The Leiden Developmental care
59
Project. (2009). Effect of Individualized Developmental care inRandomized Trial of Infant <32 weeks. Pediatrics.124: 1021-1030.Originally publised online DOI: 10.1542/peds.2008-1881 diunduh darihttp://www.pediatrics.org/cgi/content/full/124/4/1021
Depkes RI. (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, deteksi dan intervensi dinitumbuh kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta:Dirjen Bina Kesehatan masyarakat-Depkes RI
Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans InfoMedia
Gibbins, S., Stevens, B., McGrath, P.J., Yamada, J., Beyene, J., Breau, L.,Ohlsoson, A. (2007). Comparison of pain responses in infant of differentGestation ages. Neonatology, 93(1):10-21
Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Depok: FKM UniversitasIndonesia
Herliana, L. (2011). Tesis: Pengaruh developmental care terhadap respon nyeriakut pada bayi prematur yang dilakukan prosedur invasif di RSUTasikmalaya da RSU Ciamis. Tidak dipublikasikan. Depok: FIKUniversitas Indonesia
Hockenberry, M.J & Wilson,D.(2007).Wong’s: Nursing care of infantsandchildren. (8th ed). St.Louis: Mosby
Indriansari, A. (2011). Tesis: Pengaruh developmental care terhadap fungsifisiologis dan perilaku tidur terjaga Bayi Berat lahir Rendah di RSUPFatmawati Jakarta. Tidak dipublikasikan. Depok: FIK UniversitasIndonesia.
Kattwinkle, J et al. (2006). Buku Pedoman Resusitasi Neonatus. (edisi 5). Jakrta :Perinasia
Kenner,C & McGrath, J.M. (2004). Developmental care of newborn andinfants. Aguide for health proffesionals. St.Louis: Mosby
Kosim, M.S., Yunanto, A., Dewi, R ., Sarosa, G.I & Usman, A. (2010). Buku AjarNeonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Lissauer, T & Fanaroff, A. (2009). At a glance: neonatologi. Jakarta: Erlangga
Ludwig, S., Steichen, S., Khoury, J., & Krieg, P. (2008). Quality ImprovementAnalysis of Developmental care in Infant Less than 1500 Grams at Birth.Newborn and infant Nursing Review vol 8(2):93-100
Maguire, C.M., Walther, F.J., Swieten, C., Le Cessie, S., Wit, J.M.,& Veen, S.(2008).Effects of Basic Developmental care on Neonatalmorbidity,neuromotor development and growth and term age on infants
60
who were born at<32 weeks. Pediatrics.121,239-245. diunduh dariwww.pediatrics.org
Martin, R.J., Fanaroff, A.A., & Walsh, M.S. (2011). Fanaroff and Martin’sNeonatal-Perinatal Medicine: Diseases of The Fetus and Infant (9th ed).St. Louise, Mo: Elsevier
McAnulty, G.B., Butler, S.C., Jane, H., Bernstein, J.H., Als, H., & Frank, H., et al.(2010). Effect of the Newborn Individualized developmental care andAssesment Program (NIDCAP) at age 8 years : Preliminary data. Journalof Clinical pediatrics.49(3):258-270
McGrath, J., Cone, S., (Abou) Samra, H. (2011). Neuroprotection in pretemInfant: futher understanding of the short and Long-term Implication forBrain develpment. Newborn Infant review,103:109-112
Millenium Development Goals (MDG’s). (2008).diunduh dari www.undp.or.id
Nassi, N., Ponziani, V., BeCatti, M., Galvan, P., & Donzelli, G. (2009).Antioksidant Enzymes and related elements in term and pretermnewborns. Pediatrics International,51(2):183-187
Nyqvist, K.H., Anderson, G.C., Bergman, N., Cattaneo, A., Charpak, N.,Davanzo, R., WidstrÖm, A. (2010). Towards universal KangarooMother care: Recommendations and Report from The first EuropeanConference and seventh International Workshop on Kangaroo Mothecare.(no.99).Wiley-Blackwell.doi:10.1111/J.1651-2227.2010.01787.X
Peng, N.H., Bachman, J., Jenkins, R., Chen, C.H., Chang, Y.C., Chang, Y.S.,Wang, T.M. (2009). Relationship between Environmental stressor andStress Biobihavioral responses of Preterm Infant in NICU. Journal ofpeerinatal and neonatal Nursing vol 23(4):363-371
Perinasia. (2008). Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah dengan Metode Kanguru.Jakarta: Perinasia
Sastroasmoro, S., & Ismael, S.(2010). Dasar – dasar Metodologi PenelitianKlinis.Jakarta: Sagung Seto
Sizun, J., & Westrup, B. (2004). Early Developmental care for preterm neonates:a call for more research. Arch Dis Childfetal Neonatal, 89(5):F305-88
61
Sizun, J., & Browne, J.V. (2005). Research on erly developmental care forPreterm Neonates. Paris, France: John Libbey and company Ltd
Slota, M.C. (2006). Core curriculum for Pediatrics Critical care Nursing. (2nded). St. Louis: Elsevier
Sugiyono. (2008). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Syahreni, E. (2010). Tesis: Pengaturan pengaruh stimulus sensoris teerhadaprepon fisiologis dan perilaku BBLR di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo. Tidak di publikasikan. Depok: FIK UniversitasIndonesia
Symington, A.J., & Pinelli, J. (2006). Developmental care for Promotingdevelopment and preventing morbidity in preterm infants. CochraneDatabase of Systemic Review,2. Diunduh dari www.cochrane.org
Walsh, W., McCullough, K., White, R. (2006). Room for Improvement: Nurses’perceptions of providing care in a single room newborn Intensive caresetting. Adv Neonatal Care Vol 6: 261 – 270
Ward, J.P.T., Clarke, R., & Linden, R. (2009). At a glance: Fisiologi. Jakarta:Erlangga
Witt, C.L. (2008). Turn down the Noise.Advance in Neonatal care.vol.8, No.3 PP.AC080301_137-138.qxp
World Health Organization. (2009). The Worldwide incidence of preterm Birth.A systematic Review of maternal mortality and morbidity. BuletinWHO,88(1):1-80
World Health Organization. (2010). World Health Statistic 2010. France: WHOLibrary Cataloguing in publication data
Wong, D.L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkeistein, M.L., & Schawrtz,P. (2009). Wong: Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (edisi 6). Jakarta:EGC