Daftar Isi BAB I Pendahuluan ................................................................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................. 2 B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 3 C. Tujuan Pembahasan..................................................................................................................... 3 BAB II Fakta Dan Masalah .................................................................................................................... 4 A. Keadaan Kenakalan dan Tingkah Laku Remaja di Masyarakat.................................................. 4 B. Faktor-Faktor yang Mendorong Terjadinya Kenakalan Remaja ................................................ 5 BAB III Analisa Dan Pemecahan Masalah ............................................................................................ 9 A. Hakekat Pendidikan Agama ........................................................................................................ 9 B. Peranan Remaja Sebagai Generasi Muda Islam ....................................................................... 10 C. Langkah-Langkah Pencegahan Terhadap Kenakalan Remaja .................................................. 11 BAB IV Penutup ................................................................................................................................... 13 A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 13 B. Saran-Saran .............................................................................................................................. 13 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 15
16
Embed
Pengaruh pendidikan islam terhadap tingkah laku remaja
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan ................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................................. 2
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 3
C. Tujuan Pembahasan ..................................................................................................................... 3
BAB II Fakta Dan Masalah .................................................................................................................... 4
A. Keadaan Kenakalan dan Tingkah Laku Remaja di Masyarakat.................................................. 4
B. Faktor-Faktor yang Mendorong Terjadinya Kenakalan Remaja ................................................ 5
BAB III Analisa Dan Pemecahan Masalah ............................................................................................ 9
A. Hakekat Pendidikan Agama ........................................................................................................ 9
B. Peranan Remaja Sebagai Generasi Muda Islam ....................................................................... 10
C. Langkah-Langkah Pencegahan Terhadap Kenakalan Remaja .................................................. 11
BAB IV Penutup ................................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 13
B. Saran-Saran .............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kita sebagai umat Islam yang beragama sangatlah penting untuk memperhatikan
tingkah laku (budi pekerti). Terutama bagi agama Islam, tingkah laku atau budi pekerti itu
merupakan inti ajaran-ajaran agama Islam mulai dari nenek moyang kita sampai sekarang.
Dalam sabda Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi:
Artinya : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulya”.1[1]
Kita mengetahui bahwa masyarakat kita mengharapkan kepada remaja itu untuk
menjadi pengganti generasi yang lebih tua. Maka pendidikan agama sangat berpengaruh
terhadap tingkah laku remaja. Dan remaja perlu diberikan pendidikan baik forma maupun
non formal. Sebab dalam istilah pendidikan mempunyai sasaran untuk menuju keberhasilan
pelajar-pelajar yang bertingkah laku mulya baik kepada keluarga, guru maupun masyarakat.
Akan tetapi pendidikan agama itu jangan bersifat transmisi dimana remaja itu hanya
mendengarkan saja tetapi harus menciptakan suatu lingkungan dimana remaja itu dapat
mempraktekkan teori yang sudah diajarkan sebelumnya.2[2]
Maka kita wajib bersyukur pada Allah karena taufiq dan hidayahnya sehingga para
pembentuk atau perancang Undang-Undang Dasar Negara di Indonesia ini telah meletakkan
landasan bagi pengembangan kehidupan agama yang mulya sebagaimana yang tercantum
dalam Undang-Undang Dasar 45 Pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :
1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
1[1] Ahmad Najih, 323, Hadits dan Syair untuk Bekal Da’wah, Jakarta: PN. Pustaka Aman, 1993,
hal. 45
2[2] Kartini Kartono, Bimbingan Remaja dan Anak-Anak Bermasalah. Jakarta: PN. Rajawali. 1985.
hal. 19
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan
kepercayaan masing-masing.3[3]
B. Rumusan Masalah
Pembahasan ini hanya terbatas pada masalah remaja, sebagai penerus cita-cita para
orang tua dalam mengemban amanah untuk memajukan Agama Islam di zaman mendatang.
Agar tidak bertele-tele sehingga mudah dimengerti dan dipahami maka kiranya perlu penulis
menyampaikan rumusan masalah tersebut. Yang menjadi masalah ialah meliputi:
1. Kenapa remaja dan kenakalannya selalu menjadi sorotan di masyarakat ?
2. Sebab-sebab apakah remaja sekarang lebih condong terhadap keberutalan?
3. Sejauh manakah kebejatan moral remaja pada zaman modern ini ?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Supaya kita mengetahui cara atau usaha untuk mencegah terjadinya kenakalan remaja
2. Sebagai perbendaharaan bacaan perpustakaan di kampus
3. Untuk memberikan penjelasan tentang arti pentingnya pendidikan agama bagi
kehidupan remaja baik di rumah, sekolah maupun di masyarakat.
3[3] UUD 45 Panca Krida Dan Butir-Butir Pancasila disertai dengan Susunan Kabinet Pembangunan V,
Semarang : 1988. hal. 17
BAB II
FAKTA DAN MASALAH
A. Keadaan Kenakalan dan Tingkah Laku Remaja di Masyarakat
Remaja selalu menjadi tunas harapan bangsa dan negara tapi mengapa sekarang ini
sangat menarik perhatian kita semua sebagai orang tua. Dan pendidik itu sebagai anggota di
masyarakat, kita sering mendengar atau membaca di surat kabar tentang perkelahian antar
pelajar, antar sekolah dan sebagainya dan kita hadapkan pada masalah remaja yang tergabung
dalam masalah morfin yang berakibatkan fatal bagi masa depan dirinya sendiri. Masalah
yang paling tajam bagi remaja adalah remaja yang meninggalkan bangku sekolah dan keluar
masuk klub-klub orang nakal serta mengganggu keamanan masyarakat di sekitar lingkungan
kita.4[4]
Tindakan kekerasan dan agresi di kalangan anak dan remaja. Di Bandung
menyebutkan bahwa pada tahun 1987 di Jakarta terjadi 160 kasus perkelahian anyar pelajar
lalu menyusul di Jawa Timur yang paling gempar yaitu 167 kasus perkelahian, 76 kasus di
Sumatera dan sebagainya.5[5] Jadi kenakalan remaja di negara kita menjadi rata-rata 23 – 25
proses pertahun. Sedangkan penyalahgunaan narkotika berkembang lebih cepat (Kompas 3
Mei 1978). Jadi kenakalan remaja tidak saja meningkat jenis perbuatannya.6[6]
Tingkah laku remaja di masyarakat tidak hanya merusak dan nakal yang tersebut di
atas, banyak pula kegiatan-kegiatan remaja di masyarakat yang baik seperti, kegiatan atau
organisasi masyarakat, karang taruna, bahkan di jaman sekarang ini banyak masjid-masjid
yang dibuat acara-cara pertemuan ataupun dibuat beribadah, dan mereka melakukan
keaktifitasan sosial, budaya yang beraneka ragam contohnya mengadakan majlis ta’lim,
majlis diba’ dan sebagainya. Jadi banyak pula remaja-remaja yang berperan penting di
masyarakat sebagai idaman remaja yang Moslem di masyarakat.
4[4] Kartini Kartono, Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah, Jakarta: PN. Rajawali, 1985.
hal. 113
5[5] Editor Edisi, No. 1/Tahun V 21 September 1992. hal. 63
6[6] Ibid. hal. 114
B. Faktor-Faktor yang Mendorong Terjadinya Kenakalan Remaja
1. Faktor Orang Tua
a. Orang Tua terhadap anak
Orang tua mempunyai peranan penting dalam urusan keluarga terutama pada anak-
anaknya, sehingga sikap dan tingkah laku anak selalu meniru dari orang tua, sehingga satu
sama lain saling menyesuaikan dalam hal bertingkah laku dan berhubungan kepada anak-
anak. Jelas orang tua merupakan tempat pelindung dan bimbingan serta kasih sayang
terhadap anak-anaknya.
Orang tua yang ada yang bersikap memanjatkan dan ada pula yang bersikap terlalu
keras yaitu terlalu membatasi kemana anak itu bergerak atau bertingkah laku, terutama jika
terjadi suatu tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak orang tua yang dipengaruhinya oleh
adanya faktor-faktor yang mendasari terbentuknya keluarga tersebut, terutama faktor
pendidikan yang telah diperoleh kedua orang tua.7[7]
b. Tanggung jawab orang tua terhadap anak
Yang dimaksud tanggung jawab orang tua adalah orang tua sadar dan mengetahui
kedudukannya sebagai pelindung dalam hal kewajiban dan membina keluarga mulai sejak
dari anak dilahirkan, baik mental atau keamanan serta kesehatan jasmani anak baik dan
buruknya anak dalam keluarga adalah merupakan tanggung jawab dan hakekatnya anak itu
dilahirkan dalam keadaan suci maka anak itu harus diberikan pendidikan dan hal-hal yang
baik harus dibiasakan sejak kecil dan kebiasaan yang terpuji menurut ajaran Islam. Sesuai
dengan seruan Allah yang berbunyi:
”. (QS.
At-Tahrim: 6)
Artinya; Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
7[7] Zakiyah Derajat DR. Prof, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang. 1979
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (At-Tahrim;6)
2. Faktor di Sekolah
a. Hubungan Guru dan Murid
Hubungan guru dengan murid memadukan dua populasi yang tidak sederajat
kebudayaannya guru diilhami dengan peradaban, sedangkan murid merupakan orang yang
diberi peradaban. Jadi guru secara eksplisit mengadakan komunikasi dengan murid sehingga
ia mengetahui apa yang terjadi dan bisa mencegah pelajaran, ikut banyak terlibat dalam
kegiatan-kegiatan yang mengganggu tidak terlalu asyik dengannya, membina arus perubahan
kegiatan, mengelola resitasi dengan cara yang bisa membuat murid sibuk (misalnya,
menciptakan ketidak pastian tata aturan yang mewajibkan murid).
KOUNIN yang menganalisa pencegahan (desist) atau strategi guru dalam mencegah
perbuatan yang tidak pantas dan pengaruh kedisiplinan terhadap kelompok, misalnya dengan
pencegahan yang dilakukan dengan marah itu akan lebih banyak pengaruhnya terhadap
murid. Dia juga menyimpulkan bahwa reaksi murid sekolah menengah atas terhadap
pencegahan dengan di lingkungan oleh guru, ada kaitannya dengan motivasi pelajar murid
dan sikapnya terhadap guru. Jadi di dalam kelas itu sendiri guru bisa berhubungan dengan
murid secara perorangan dibandingkan dengan pendekatan formal dan struktur peranan dan
juga bertindak sebagai pendukung antara murid dan aspek-aspek yang lebih ketat dalam
sistem pendidikan yang formal.
b. Hubungan Murid dengan Murid
Sebagaimana dinyatakan oleh seorang pengamat, kelompok teman sebanyak murid
dianggap sebagai akarnya kelas (cohen) pada tahun 1972 pada umumnya kelompok tersebut
dipandang dengan rasa curiga dan kuatir oleh guru yang berusaha menguasai kelas. Para ahli
sosiologi berpendapat bahwa kelas memiliki sejumlah sistem status teman sebaya bahwa
sebagai murid mempengaruhi sikap dan tingkah laku murid lain di sekolah (menurut
terminology sosiologi, murid bertindak sebagai refence group bagi murid lainnya. Aspek
hubungan murid dengan murid yang paling banyak mendapat perhatian ialah perasaan murid
terhadap satu sama lain sebagaimana yang diukur dengan tehnik yang disebut analisis
sosiometri).
Bila dialihkan pengertiannya maka hal ini menyatakan bahwa murid mencapai hasil
belajarnya jika murid melihat adanya kepentingan hasil yang dicapai dengan baik, maka
murid tersebut mendapatkan penghargaan dari teman sebayanya, apabila niscaya berguna
untuk masuk perguruan tinggi.8[8]
3. Faktor Lingkungan Masyarakat
a. Kondisi Lingkungan
Lingkungan sekitar tempat tinggal anak sangat mempengaruhi perkembangan
kepribadian anak. Di situlah anak memperoleh pengalaman bergaul dengan teman-teman di
luar rumah dan sekolah. Kelakuan anak harus disesuaikan dengan norma-norma yang ada di
lingkungan itu. Lingkungan sekitar rumah memberikan pengaruh sosial pertama pada anak,
di luar keluarga di situlah ia dapat pengalaman untuk mengenal lingkungan sosial baru yang
berlainan dengan yang dikenal di rumah.
Dalam kondisi itu anak dapat mempelajari hal-hal yang baik akan tetapi mereka dapat
juga mempelajari kelakuan yang baik, tergantung pada sifat kelompoknya anak-anak dapat
dengan mudahnya mempelajari kata-kata kotor dan kenakalan dari teman-temannya. Daerah
anak-anak nakal akan menghasilkan anak-anak nakal pula. Jadi dimana anak bergaul dan
bermain tercermin pada kelakuan anak tersebut orang tua dan para pendidik untuk
mengusahakan lingkungan yang sehat di luar rumah, untuk itu perlu adanya kerjasama dan
bantuan dari seluruh masyarakat.9[9]
b. Pendidikan Masyarakat Setempat
Berdasarkan kacamata sosiologi dinyatakan oleh penganut-penganutnya
DURKHEIM, seorang dididik dalam konfeks pendidikan tidak layak di menara khayal yang
terasing dengan masyarakat. Atas dasar itu, relevan atau tidak, praktis atau tidak, berguna
atau tidak sajian pendidikan yang diberikan, patokan pengukurnya ialah kebutuhan, hajat,
atau tuntutan obyektif masyarakat itu sendiri. Pendidikan mesti difikirkan dan dirancang
sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan obyektif (politik, sosial, ekonomi) yang berkembang