1 PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PERILAKU SANTRI PONDOK PESANTREN AL WATHONIYAH 43 CILINCING JAKARTA UTARA S K R I P S I Oleh : AHMAD SAHRONIH NIM: 805011001480 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007
91
Embed
Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Perilaku Santri ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46937/1/AHMAD SAHRONIH-FITK.pdfWathoniah 43, penulis pernah menjabat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TERHADAP PERILAKU SANTRI PONDOK PESANTREN
AL WATHONIYAH 43 CILINCING
JAKARTA UTARA
S K R I P S I
Oleh :
AHMAD SAHRONIH NIM: 805011001480
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2007
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TERHADAP PERILAKU SANTRI
DI PONDOK PESANTREN AL WATHONIYAH 43 CILINCING
JAKARTA UTARA
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
Ahmad Sahronih NIM : 805011001480
Di Bawah Bimbingan
Drs. H. Elman Sadri NIP. 150 203 320
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1428 H / 2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi ini berjudul ‘‘ PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM TERHADAP PERILAKU SANTRI DI PONDOK PESANTREN
AL WATHONIYAH 43 CILINCING JAKARTA ” telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal . Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata
2. Hambatan Dalam Usaha meningkatkan Perilaku Santri............. 44
3. Faktor Yang mendukung ………………………………………
45
C. Deskripsi Data ………………………………………………………. 45
BAB. V Penutup
A. Kesimpulan .................................................................................. .... 76
B. Saran.................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagaimana diketahui pondok pesantren adalah lembaga pendidikan
Islam tertua di Indonesia yang telah menunjukan kemampuannya dalam mencetak
kader-kader ulama dan telah berjasa turut mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain
itu pula, pondok pesantren telah menjadi pusat kegiatan pendidikan yang telah
berhasil menanamkan semangat kewiraswastaan dan semangat berdikari, yang
tidak mengantungkan diri kepada orang lain.
Disamping itu, tantangan yang dihadapi oleh pondok pesantren semakin
hari semakin keras lebih kompleks, dan mendesak, sebagai akibat semakin
meningkatnya kebutuhan pembangunan terjadinya tranformasi dan perubahan di
pondok pesantren, baik yang menyangkut sumber daya manusia, alam,
pembelajaran, maupun pengelolaan pendidikan pondok pesantren secara khusus,
atau penyelenggaraan pondok pesantren itu sendiri secara umum.
Terlebih bagi perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya
pembinaan peserta didik yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan
sikap, pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan, kemampuan berkomunikasi dan
berinteraksi dengan masyarakat secara luas, serta meningkatkan kesadaran
terhadap alam lingkungannya. Asas pembinaan seperti inilah yang ditawarkan
oleh pondok pesantren Al-Wathoniyah 43 sebagai lembaga pendidikan agama
Islam di Jakarta Utara.
Memang pendidikan dan pembinaan yang diselenggarakan oleh Pondok
pesantren Al-Wathoniyah 43 khususnya, dan Pondok pesantren yang lain pada
umumnya selama ini diakui mampu memberikan pendidikan dan pembinaan bagi
para santri untuk menyadari sepenuhnya atas kedudukannya sebagai manusia,
makhluk utama yang harus menguasai alam sekelilingnya. Hasil pembinaan
pondok pesantren juga membuktikan bahwa para santri menerima pendidikan
untuk memiliki nilai-nilai kemasyarakatan dan nilai-nilai akdemis. Keberhasilan
dan peranan kiat pondok pesantren dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan
bangsa baik dari segi pendidikan maupun dari segi pembinaan moralitas anak
bangsa telah tercermin dalam sabda Rasulullah SAW:
)رواه أحمد والبيهقى(إنما بعثت ألتمم مكارم األخالق Artinya : “Sesungguhnya aku ke muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan
moralitas manusia”. (HR. Ahmad dan Al-Baihaqie)1
Pada mulanya tujuan pondok pesantren adalah 1). Menyiapkan santri
untuk mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau lebih dikenal dengan
tafaqqohu fi aldin, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan turut
mencerdaskn masyarakat Indonesia. Kemudian diikuti dengan tugas 2). Dakwah
di dalam menyebarkan agama Islam dan 3). Sebagai benteng pertahanan umat
khususnya dalam bidang akhlak/moralitas. Sejalan dengan hal inilah, materi yang
diajarkan di pondok pesantren hampir secara keseluruhan terdiri dari materi
agama langsung digali dari kitab-kitab klasik yang berbahasa Arab. Akibat
perkembangan zaman dan tuntutannya, tujuan pondok pesantren dan bertambah
1 Amru Khalid, Semulia Akhlak Nabi, ( Solo : Aqwan,2006),Cet.Ke-1,hal,22
dikarenakan perannya yang signifikan. Tujuan itu adalah 4.) berupaya
meningkatkan pengembangan, tiga tujuan yang terakhir adalah manifesta dari
kehidupan. Namun yang sesungguhnya, tiga tujuan yang terakhir adalah
manifestasi dari hasil yangdicapai pada tujuan pertama, tafaqqohu fil al-din.
Tujuan inipun semakin berkembang sesuai dengan tuntunan yang ada pada
pondok pesantren.
Keberadaan pondok yang semakin beragam dalam bentuk, peranan dan
fungsi ini menjadikan adanya fenomena yang cukup berarti dalam upaya membuat
suatu pola yang dipahami sebagai acuan untuk pengembangan pondok pesantren
masa depan.
Eksistensinya yang sedemikian lama dimungkinkan pula karena sikap
kepercayaan diri yang tinggi dan penuh pertahanan diri pondok pesantren. Dalam
rangkaian ini pula terlahir jiwa pondok pesantren yang merupakan karakteristik
yang belum pernah dibangun oleh sistem pendidikan manapun. Jiwa pondok
pesantren itu terimplikasi dalam panca-jiwa pondok pesantren sebagai mana yang
diucapkan oleh Sa’id Aqiel Siraj dalam buku “ Pola Pembinaan Pondok Pesantren
Hal.215 – 216 Sebagai berikut :
1. Jiwa Keikhlasan Jiwa Keikhlasan yangtidak didorong oleh ambisi untuk
memperoleh keuntungan-keuntungan tertentu, tetapi semata-semata demi ibadah kepada Allah SWT. Jiwa keikhlasan termanifestasi dalam segala rangkaian sikap dan tindakan yang selalu dilakukan secara ritual oleh komunitas pondok pesantren, jiwa ini terbentuk oleh adanya suatu keyakinan bahwa
perbuatan baik mesti dibahas oleh Allah SWT dengan balasan yang baik pula, bahkan mungkin sangat lebih baik.....
2. Jiwa Kesederhanaan Sederhana bukan berarti pasif, melarat, nerimo dan miskin, tetapi mengandung unsur kekuatan dan ketabahan hati, penguasaan diri dalam menghadapi segala kesulitan. Dibalik kesederhanaan itu, terkanding jiwa yang besar, berani maju terus dalam menghadapi perkembangan dinamika social, kesederhanaan ini menjadi ciri khas santri dimana-mana.
3. Jiwa Ukhuwah Islamiyah Ukhuwah Islamiyah yang demokratis ini tergambar dalam situasi dialogis dan akrab antar komunitas pondok pesantren yangdipraktekkan sehari-hari. Disadari atau tidak, keadaan ini akan terwujudkan susana damai, senasib dan sepenanggungan, yang sangat membantu dalam pembentukan dan pembangunan idealisme santri. Perbedaan yang dibawa oleh santri ketika masuk pondok psantren tidak menjadi penghalang dlam jalinan yang dilandasi oleh nilai spiritualisme Islam yang tinggi.
4. Jiwa Kamandirian Kemandirian disini bukanlah kemampuan dalam pengurusan persoalan-persoalan internal, tetapi kesanggupan membentuk kondisi pondok pesantren sebagai instistusi pendidikan Islam yang merdeka dan tidak menggantungkan diri pada bantuan dan pamrih pihak lain. Pondok pesantren harus mampu berdiri diatas kekuatannya sendiri.
5. Jiwa Bebas Bebas dalam memilih alternatif jalan hidup dan menentukan masa depan dengan jiwa besar dan sikap optimis menghadapi segala prioblematika hidup berdasarkan nilai-nilai Islam. Kebebasan juga berarti tidak terpengaruh atau tidak mau didikte dunia luar.2
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
2 Departemen Agama RI, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Cet. 2003. h. 4
Berpijak dari latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, darinya
muncul permasalahan yang akan dijadikan fokus kajian dalam skripsi ini. Adapun
identifikasi yang dapat penulis uraikan adalah sebagai berikut :
a. Kontribusi Pengaruh Pendidikan Agama Islam TerhadapPrilaku Santri
b. Pembelajaran di Pondok Pesantren
c. Kegiatan Santri di Pondok Pesantren
2. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini terarah dan mencapai sasaran yang hendak
dibahas sebagaimana judul tersebut diatas, maka penulis akan memberikan
batasan masalah yang diteliti meliputi : pentingnya Pendidikan Agama Islam
dalam upaya merubah perilaku santri , hal-hal yang terkait dengan PAI, serta
pengaruh PAI terhadap perilaku santri Pondok Pesantren Al Wathoniyah 43
Cilincing Jakarta Utara
3. Perumusan Masalah
Dari batasan masalah tersebut diatas, penulis memandang perlu untuk
merumuskan masalahdengan cara menguraikannya melalui beberapa metode
penelitian, yang selanjutnya penulis membuat suatu rumusan dalam benruk
pertanyaan: “Apakah Pendidikan Agama Islam Berpengaruh Positif
Terhadap Perilaku Santri !
C. Kegunaan Hasil Penelitian
Setelah penulis menguraikan latar belakang dari permasalahn tersebut
diatas, patut kiranya penulis mengemukakan tujuan dan kegunaan dari
penelitian yang akan digumkan sebagai kelengkapan dari penulisan
skripsi ini :
1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh manakah
Pendidikan Agama Islam yang diajarkandi pondok pesantren Al-
wathoniyah 43 dalam perannya sebagai pedoman dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat mempengaruhi pola
tindak seseorang atau bahkan dapat merubah tabiat buruk menjadi baik
dengan ajaran yang baku –kebenaran yang hakiki—didalam syariatnya,
baik yang disampaikan melalui Wahyu Allah ( Al-qur’an) atau melalui
perkataan, perbuatan, dan atau ketetapan dari Rasullullah saw ( Al-
hadist).
Adapun utamanya dari tujuan penelitian ini secara empiris adalah akan
menghasilkan beberapa pembuktian;
a. Bahwa pendidikan Agama Islam dapat mempengaruhi dan merubah
karakteristik dan budipekerti seseorang yang sebelumnya memilki
pola sikap dan pola tindak yang kasar, buas dan beringas (Akhlak al-
madzmumah) menjadi haluis dan lembut perangai dan budi
bahasnya ( Akhlak al-mahmudah).
b. Bahwa pendidikan Agama Islam dapat merubah arah atau
pandangan hidup seseorang yang sebelumnya lebih mementingkan
dan mengedepankan sifat individualistis yang hedonistis (hubb al-
dunia), mejadi lebih memilki kepekaan rasa—Asah, Asih dan
Asuh—terhadap perbedaan yang ada didalam kehidupan.
c. Bahwa pendidikan Agama Islam dapat mempengaruhi dan merubah
gaya hidup seseorang yang memiliki sifat membolehkan cara
(Permissive), menjadi lebih disiplin dengan mematuhi ajaran
syari’at yang menjunjung tinggi norma dan nilai-nilai kemanusiaan.
2. Kegunaan
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memenuhi
persyaratan gelar kesarjanaan (Strata I ) dalam bidang Pendidikan
Agama Islam, selain itu pula kegunaan dari penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap khazanah ilmu
pengehuan, khususnya dalam bidang ilmu agama islam secara makro,
yang sejatinya juga berguna untuk meningkatkan mentalitas dan
moralitas akhlak manusia didalam membangun kulktur dan budaya
kehidupan yang sangat beraneka ragam macam bentuknya. Khususnya
didalam dunia pendidikan dan kegiatan belajar mengajat-antara murid
dengan gurunya, kyai dengan para santrinya baik didalm pendidikan
formal ataupun non formal.
D. Metodologi Penelitian
Dalam penulisan skrifsi ini penulis menggunakan metode ( Fiel
Ricearch ) yaitu penulis langsung kelapangan guna memperoleh data yang
jelas dan akurat. Untuk mempermudah penulisan dalam skrifsi ini penulis
menggunakan buku pedoman penulisan Skrifsi, Tesis, dan Disertasi tahun
2006 .
E. Sistematika Penulisan
Skrifsi ini ditulis menjadi lima bab, masning-masing bab terdiri dari
susb-sub :
BAB I : Pendahuluan meliputi : Latar belakang masalah, identifikasi
masalah, kegunaan hasil penelitian, metodologi penelitian, dan
sistematik penulisan.
BAB II : Kajian Teori terdiri : Pendidikan agama islam , fungsi dan
peranan agama bagi manusia dan masyarakat, pengaruh
pendidikan agama islam, Akhlak Santri , pengertian akhlak ,
pembagian Akhlak , pengertian santri, faktor yang
mempengaruhi
akhlak santri , kerangka berpikir dan hipotesis
penelitian.
BAB III : Metodologi penelitian terdiri : Tujuan penelitian, tempat dan
waktu
penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa data
BAB IV : Hasil Penelitian terdiri : Profil pondok pesantren Al Wathoniyah
43 jakarta, sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Wathoniyah
43
Cilincing Jakarta Utara , keadaan sarana dan prasaran ,
pengaturan
penggunaan gedung , keadaan santri dan guru , latar belakang
pendidikan guru dan karyawan , struktur organisasi Wathoniyah,
deskrifsi data, pengujian hipotesis, analisis dan interpretasi data
BAB V : Penutup terdiri : Kesimpulan dan saran
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Agama Agama dipandang sebagai suatu institusi , yang mengemban
tugas masyarkat agar berfungsi dengan baik, dalam lingkup lokal,
maupun nasional. Maka dalam tinjauannya yang terpenting adalah
daya guna dan pengaruh agama terhadap masyarakat , sehingga berkat
eksistensi dan fungsi agama cita – cita masyarakat akan keadilan dan
kedamaian serta kesejahteraan jasmani rohani dapat terwujud.
Agama disebut sebagai sistem sosial, bahwa agama adalah
suatu fenomena sosial, atau peristiwa kemasyarakat, suatu sistem
sosial dapat di analisis, karena terdiri atas suatu kompleks kaidah –
kaidah dan peraturan yang dibuat saling berkaitan dan terarahkan
kepada tujuan tertentu.
Manusia secara sosiologis adalah makhluk yang beragama. Hal
ini diuraikan oleh DR.Zaidan Abdul Bagi :
Sesungguhnya beragama merupakan kecenderungan instik yang tertanam dalam jiwa manusia yang menetap, meresap padanya sejak masa kekanak – kanakannya itu sama persis seperti kecenderungan untuk hidup bermasyarakat. Sebagaimana manusia itu sesungguhnya tidak dapat hidup jauh dari masyarakat . Sesungguhnya
10
dengan contoh ini manusia tidak bisa hidup tanpa agama, baik agama itu dinamakan agama samawi maupun dinamakan agama ardhi. 3
Tanpa adanya agama sebagai suatu wadah yang mengatur dan
membina keseluruhan, kebudayaan akan sukar dibina dan diwariskan
kepada angkatan berikutnya .
2. Fungsi dan Peran Agama bagi Manusia dan Masyarakat
a) Fungsi Agama
Pemahaman mengenai fungsi agama tidak dapat dilepas
dari tantangan – tantangan yang dihadapi manusia dan masyaralat.
Untuk mengatasi itu semua manusia lari kepada agama karena
manusia dengan keyakinan yang kuat bahwa agama memiliki
kesanggupan yang definitif dalam menolong manusia. Dengan kata
lain, manusia memberikan suatu fungsi tertentu kepada agama.
Selain itu disadari bahwa agama sangat berfaedah bagi manusia
terutama bagi siapa yang memerlukannya, sebab :
1) Agama mendidik manusia agar memiliki pendirian yang tentu, jelas, dan sikap yang positif dan tepat .
2) Agama mendidik manusia agar memiliki ketentraman. Orang yang beragama dapat merasakan bagaimana besarnya penolongan agama pada dirinya, lebih – lebih ketika tertimpa musibah.
3) Agama adalah sarana untuk membebaskan manusia dari perbudakan materi, agama mendidik manusia agar ia tidak dikuasai oleh materi dan benda . Manusia diperintah untuk tunduk kepada Allah SWT.Agama memberi modal supaya
3 H. Salihun A. Nasir, M.Pd.I, Problematika Kehidupan dan pemecahannya, ( Jakarta :
Kalam Mulia, 2003 ), 97.
manusia menjadi besar, kuat, dan tidak gampang ditunjukan oleh siapapun .4
b) Peranan Agama Bagi Kehidupan Manusia dan Masyarakat
Agama dengan sosiologis, berperan sebagai :
1) Pegangan Batin Kehidupan Manusia
Tanpa agama manusia sudah tentu mengalami
kegelisahan, keresahan, tidak memiliki kendali, ibarat kapal
tak memiliki kompas, mudah tersesat di alam pelayaran dan
bahkan tenggelam hancur diterpa ombak.
2) Pegangan Batin Kehidupan Manusia
Memang di dalam masyarakat ada aparat
pemerintahan yang salah satu tugasnya adalah melakukan
pengawasan . namun tidak semua perilaku masyarakat itu
dapat dijangkau oleh aparat. Agama mengetuk hati nurani
manusia agar berlaku baik dan menghindarkan perilaku
jelek, sekalipun tidak diawasi.
3) Transpormasi sosial
Agama sarat dengan ajaran yang normatif, harus
direalisasikan dalam perikehidupan, sebagaimana yang
dijelaskan dalam sabda Nabi Muhammad SAW yang
bertugas menyempurnakan akhlak mulia .
4 Drs.Hm.Ali Hasan, Drs.H.Abudin Nata,MA Materi Pokok Agama Islam ,( Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan agama Islam dan Universitas Terbuka, 1996/1997), 39-40.
)رواه أحمد والبيهقى(إنما بعثت ألتمم مكارم األخالق
Artinya : “Sesungguhnya aku ke muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan moralitas manusia”. (HR. Ahmad dan Al-Baihaqie)5
4) Pendidikan
Dalam menjalankan fungsi dan pesan-pesan
keagamaan, maka diberikan pendidikan agama, pada jalur
sekolah , pondok pesantren maupun luar sekolah .
5) Persaudaraan
Persaudaraan orang yang seiman tentunya merasa
bersaudara. Agama telah menjadi perekat persautuan dan
kesatuan bangsa. Karena kemajemukannya, maka Indonesia
diperlukan adanya “ Tri Kerukunan Umat Beragama ’’
yaitu kerukunan intern umat beragama, Kerukunan antar
umat beragama dan kerukunan umat beragama dengan
pemerintah.6
Bahwa sesungguhnya yang dituju oleh agama
adalah kesucian jiwa, kebersihan hati, tumbuhnya semangat
patuh terhadap suruhan dan taat terhadap
pemerintah.Berseminya rasa keagungan Allah SWT dan
tetap tegaknya kebajikan dan kesejahteraan di muka bumi
di atas dasar yang kokoh dan kuat yang tumbuh dari adanya
5 Amru Khalid, Semulia Akhlak Nabi, ( Solo : Aqwan,2006),Cet.Ke-1,hal,22 6 Tim Nobel , Pendidikan Kewarga Negaraan , ( CV.Dwi Pustaka Jaya: Jakarta, 2006),
h. 43
pertalian antara manusia dan khaliknya yang selalu
mengetahui akan segala rahasia dan yang tersirat didalam
hati.
3. Pengaruh Pendidikan Agama Islam
Pada era globalisasi dan modernisasi, pembangunan nasional
Indonesia khususnya dalam bidang pendidikan berada pada abad
komunikasi dan informasi yang disertai tekhnologi yang serba canggih.
Perkembangan dan kemajuan ini akan membawa dampak dan akan
sangat mempengaruhi terhadap perkembangan dunia pendidikan di
dalam Pondok Pesantren, khususnya bagi para santri yang secara
kontinuitas diberikan pelajaran agama sebagai bekal hidup di masyarakat
nantinya atau sebagai pedoman untuk berinteraksi antar sesama, baik
dalam lingkungan pondok pesantren maupun di luar lingkungan pondok
pesantren.
Perubahan dan pergeseran dimensi nilai yang telah dibawa oleh
arus modrenisasi dan globalisasi bahkan westernisasi tidak akan dapat
dihindari – bagaikan bola salju yang berada di tengah panasnya terik
matahari di siang hari, namun bukan berarti niali-nilai ajaran agama
yang telah diserap oleh santri di Pondok Pesantren serta merta dapat
merubah arah hidupnya, baik yang berkaitan dengan pola sikap dan pola
keshariannya, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa arus globalisasi
dan modernisasi dapat mempengaruhi gaya hidup kesehariannya, karena
arus budaya asing baik melalui media massa maupun media elektronik
kian hari semakin merebak di dalam kehiduapan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Satu contoh dampak negatif yang kita ketahui
dalam beberapa tayangan infotainment yang memang sengaja
disuguhkan melalui media televisi dan media surat kabar.
Nilai-nilai ajaran agama berdasarkan Al Qur’an dan Hadits yang
senantiasa diberikan langsung oleh guru ( para Pengajar ) baik para kyai
atau guru-guru yang ada di pondok pesantren merupakan dasar
filterisasi bagi prilaku santri untuk bergaul di masa yang akan datang,
agar tidak tersesat dan terjerumus dalam jurang kesesatan pergaulan
bebas tanpa batas. Sebagaimana yang telah diingatkan oleh Rasulullah
SAW dalam sabdanya:
ترآت فيكم أمرين لن تضلوا ما تمسكتم بهما، آتاب اهللا وسنة سوله
)رواه إبن عبد البر( Artinya : “Telah aku tinggalkan bangimu dua perkara yang tidak
akan tersesat kamu jika berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya”. (HR. Ibnu Abdil Barr)7
Selain itu pula juga ditegaskan dalam firman Allah SWT dlam
surah At-Tarim ayat:6 ⌧
☺
☺
☺
7 Drs.H.Nuh.Rifa’i, 300 Hadits bekal dakwah dan pembina pribadi muslim, ( Semarang : CV.Wijaksana: 1996 ), Hal.183
Artinya : Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak
generasi yang Telah kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) Telah kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah kami berikan kepadamu, dan kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, Kemudian kami binasakan mereka Karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (Q.S At-Tarim ayat : 6)8
Tentunya apabila dasar pertahanan keagamaan yang dimiliki oleh
seseorang kurang, maka tidak dapat dipungkiri bahwa yang lemah kadar
keimanan dan aqidahnya akan terjebak dalam kehidupan yang sesat,
mudah di ombang ambingkan oleh arus globalisasi dan modernisasi
seiring dengan masuknya arus budaya asing yang pada akhirnya akan
selalu merasakan kegelisahan sepanjang hidup.
Agama sebagai sistem kehidupan secara bersama dan dalam
kebersamaan telah mampu mempengaruhi pengalamannya untuk
senantiasa menciptakan kehidupan yang lebih bermakna sehingga
melahirkan perilaku yang mulia dan memberi dampak positif bagi
terbangunnya kepribadian, sistem sosial dan sistem budaya yang
transformatif. Sedangkan sistem sosial dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Kehidupan sosial kemasyarakatan
Bila masyarakat telah mampu berfikir secara realistis
maka mereka akan memahami setiap perbedaan yang terjadi
dilingkungan sekitarnya. Perbedaan merupakan fitroh yang
8 Al – Qur’an dan Terjemahnya,
bukan disikapi secara emosional tetapi dapat disikapi secara
harmonis dengan jalan musyawarah .
b. Kehidupan Sosial Kebudayaan
Manusia terbagi dalam komunitas suku ,ras, agama
yang berbeda menurut ketaatan pada keyakinan yang
diimaninya . Perbedaan itulah yang justru menegakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial yang mampu menentukan sikap
toleransi dalam beragama serta interaksi sosial lainnya.
c. Kehidupan Sosial Perekonomian
Keberadaan agama berpengaruh dalam
pembentukan perilaku yang sangat menjunjung tinggi nilai-
nilai kemajuan sosial perekonomian . Dalam paradigma agama
sesungguhnya keberadaan materi tidak selamanya
dipertentangkan dalam kehidupan manusia. Pentingnya materi
dalam presfektif nilai-nilai agama adalah amanat Allah SWT,
yang harus didayagunakan bagi kesejahteraan kehidupan
manusia serta lingkungannya dalam mencapai ridho Allah
SWT. Pencapaian ekonomi akan semakin efisien dan efektif
apabila dikelola oleh orang yang bertanggung jawab dan
memiliki kesalehan pribadi. Dalam pengertian agama Islam,
Allah SWT menganugerahkan segala potensi kepada seseorang
harus benar-benar dikembangkan dan dipertanggung jawabkan.
B. Akhlak Santri
1. Pengertian Akhlak
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri
tanpa berinteraksi dengan yang lainnya. Dalam berinteraksi manusia
berusaha untuk selalu berhubungan secara baik , dalam hubungan
sosialnya manusia tidak lepas dari etika atau akhlak.
Akhlak secara etimologi berasal dari bahasa arab : akhlak adalah
bentuk jamak dari kata khuluk yang artinya perangai , moral, tabiat dan
etika .9 kata akhlak jika diuraikan berasal dari rangkaian huruf kha-la-qa,
jika digabungkan khalaqa bentuk fi’il madi yang bermakna menciptakan
yang mengingatkan pada kata kholiq dan makhluk . Akhlak berarti sebuah
perilaku yang muatannya menghubungkan antara hamba dengan Allah
SWT. Ini semua sejalan dengan kata khuluq yang terdapat dalam al qur’an
surat al-qolam ; 4
Artinya : “Sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berakhlaq
agung”.10
Di dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah
budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral ) yaitu kelakuan
9 Drs.H. Abuddin Nata,MA. Aqidah Akhlak-1 ( Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan agama Islam dan Universitas Terbuka, 1998), 187 10 Terjemah Al Qur’an
baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya
dan manusia. 11
M. Dahlan Yacub Al Barry dalam kamus bahasa Indonesia
kontemporer memberi pengertian sebagai berikut, akhlaq adalah budi
pekerti, tingkah laku, dan perangai. Akhlaq al karimah adalah akhlak yang
mulia.12
Adapun pengertian akhlaq dari segi istilah dikemukakan oleh para
ahli dengan redaksi yang bermacam-macam. Diantaranya seperti yang
dirumuskan oleh Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddi seperti yang
telah dikutip oleh Dr. Asmaran mengatakan “ Sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan
mydah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan ’’.13
Sedangkan Al Mu’jim al Wasith seperti yang dikutip oleh Abuddin
Nata, mengatakan “ Sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya
lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk, tanpa menimbulkan
pemikiran dan pertimbangan.14 Dari kedua rumusan tersebut menurut
Abudin Nata, dapat diketahui bahwa akhlaq adalah memiliki 4 ( empat )
ciri yaitu :
11 Soegarda Poerbakawatja, Ensliklopedi Pendidikan , ( Jakarta : Gungung Agung, 1976),
h. 9 12 M. Dahlan Yacub Al Barry, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, ( Surabaya : PT
Arkola, 2001 ), h.19 13 Dr. Asmaran As., M.A , Pengantar Studi Akhlak, ( Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada
, 2002), h. 2 14 Abudin Nata , Pendidikan Aqidah Akhlaq, ( Jakarta : Direktorat Jenderal pembinaan
Agama Islam, 1998), h. 187
1. Sifat tersebut sudah tertanam kuat dalam batin seseorang, mendarah daging dan menjadi kepribadiannya, sehingga tidak mudah hilang .
2. Perbuatan tersebut sudah dilakukan secara terus menerus dimanapun ia berada, sehingga pada saat melakukannya seolah-olah tidak perlu dipertimbangkan dan pemikiran lagi.
3. Perbuatan tersebut dilakukan dengan tulus ikhlas atau sesungguhnya bukan dibuat-buat atau pura-pura.
4. Perbuatan tersebut dilakukan dengan kesadaran sendiri, bukan karena paksaan atau tekanan dari luar , melaikan atas kemampuannya sendiri.
Dengan ciri-ciri diatas, maka kita dapat membedakan anatara
perbuatan akhlak dan perbuatan yang belum tergolong akhlak. Perbuatan
yang tergolong akhlak adalah perbuatan yang telah memiliki keempat ciri
tersebut di atas.
2. Pembagian Akhlak .
a. Akhlak terpuji ( Al Akhlaq Mahmudah )
Akhlak merupakan salah satu tanda bagi kesempurnaan iman
seseorang . Yang termasuk akhlak terpuji ialah beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT, sabar, syukur, tawadhu, tawakal, jujur, pemaaf,
disiplin,berakhlak terhadap lingkungan dan alam sekitarnya, dan segala
perbuatan baik menurut pandangan Islam.15
b. Akhlak Tercela ( Akhlak Madzmumah )
Akhlak tercela atau akhlak mazmumah adalah tingkah laku yang dapat
merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan derajat serta martabat
15 Zainudin, Muhammad Jamhari, Al Islam 2 Muamalah dan akhlak. ( Bandung : Pustaka
Santri, 1999), h.78
manusia.16 Yang termasuk akhlak tercela adalah kufur, syirik, riya, fitnah,
dendam, dan segala sesuatu yang bertentangan dengan akhlak terpuji.
Akhlak yang baik dan mulia akan mengantarkan kedudukan
seseorang pada posisi yang terhormat dan tinggi. Allah SWT menyatakan
di dalam firman-Nya, agar umat islam membina kehidupannya dengan
mencontoh kehidupan Nabi Muhammad SAW, seperti yang terdapat
dalam Q.S. Al Ahzab ayat 21 :
Artinya :”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW itu suri
tauladan yang baik bagi dirimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat
Allah dan keadaan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. Al
– Ahzab : 21).17
Jadi berdasarkan sudut pandang kebahasan definisi akhlaq dalam
pengertian sehari-hari disamakan dengan “budi pekerti, kesusilaan, sopan
santun, tata karama (Versi Bahasa Indonesia), sedangkan dalam bahasa
inggrisnya disamakan dengan istilah moral atau ethic”18
Menurut Dr. Asmaran As., M.A. mengatakan:
16 Ibid, h.100 17 Terjemah Al Qur’an 18 S. Wojowarsito, dkk, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Tara, tth), hal. 101-215
“akhlaq adalah sifat-sifat manusia yang terdidik”19
Memahami ungkapan tersebut diatas dapat dimengerti sifat atau
potensi yang dibawa setiap manusia sejak lahir yang tertanam dalam
jiwanyadan selalu ada padanya. Sifat itu bisa berupa perbuatan baik,
disebut akhlaq yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlaq yang
tercela. Kedudukan akhlak dalam Islam merupakan salah satu sendi
agama, dengan fungsi yang selalu menguatkan pengalaman aqidah dan
syari’ah, maka agama Islam memberikan tuntunan kepada manusia agar
berakhlak mulia dalam kehidupannya. Ada beberapa langkah-langkah
dalam menanamkan akhlak mulia menurut A. Mustofa yaitu :
1. Memberitahukan hal-hal yang baik dan yang buruk, meskipun dengan pengetahuan yang sangat sederhana.
2. Memberitahukan akibat perbuatan baik atau perbuatan buruk yang dilakukan
3. Memberitahukan cara-cara melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk.20
19 Ibid., hal 1 20 A. Mustofa , Akhlak Tasawuf, ( Bandung : CV.Pustaka Setia, 1997 ), h. 145
3. Pengertian Santri
Secara generik santri Pondok Santren dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar, yaitu: santri Mukmin dan santri Kalong. 21
Santri Mukmin adalah para santri yang datang dari tempat yang
jauh, kemudian ia tinggal dan menetap di pondok (asrama) pesantren.
Sedangkan santri Kalong adalah para santri yang berasal dari wilayah sekitar
pondok pesantren dan mereka tinggal tinggal dan menetap di pondok (asmara)
pesantren, mereka cukup pulang pergi mengaji, menggali dan mengkaji ilmu
agama yang diberikan oleh para kiyai dan guru yang ada di Pondok pesantren.
Biasanya santri kalong jarak tempuh rumahnya dengan pondok pesantren tidak
terlalu jauh, mereka hanya cukup dengan berjalan kaki menuju podnok
pesantren,
Pada dasarnya pondok pesantren type klasik atau lebih dikenal
dengan salafiah yang masih mengedepankan nilai Barokah: kelebihan yang
didapatkan santri dari seorang kyai atau guru karena menghormatian dan
mentaati perintah dari kyai atau gurunya, tidak melakukan seleski khsusus
kepada para calon santrinya, terutama seleksi untuk diterima atau ditolak.Para
calon santri siapa saja yang datang akan diterima sebagai santri dengan satu
persyaratan apabila ia memang benar ingin memperdalam ilmu agama di
pondok pesantren. Hal yang demikian berbeda dengan pesantren wajah baru,
type pondok modern, yang memang telah banyak melakukan perubahan dan
pembaharuan, namun bukan berarti pesantren type salafiah dalam hal materi
21 Departemen Agama RI, Pola Pembelajaran di Pesantren ( 2003 ) h, 14.
pendidikannya kurang baik bila dibandingkan dengan type pesantren modern,
hanya saja perbedaan yang prinsipil terletak pada mothode dan infrastruktur
pada sarana dan prasarana saja. Satu contoh mislanya; santri salafiah dalam
penyelesaian dilakukan secara alami yakni mereka akan memilih sendiri
kitab-kitab yang akan dipelajari berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
Kemampuan individual antara santri yang satu dengan yang lainnya jelas
terlihat pada system pendidikan ini. Bagi santri yang satu dengan yang lainnya
jelas terlihat pada system pendidikan ini. Bagi santri yang pandai, ia akan
dapat menyelesaikan pembacaan sebuah kitab dalam ralatif cepat bila
dibandingkan dengan teman-temannya yang kurang pandai. Sehingga
walaupun waktu yang ditempuh antara santri yang satu dengan yang lain
adalah sama, akan tetapi ilmu pengetahuan yang diperoleh dari banyaknya
kitab yang dibaca para santri itu akan berbeda.
Hal ini berbeda dengan persantren modern yang biasannya
menerapkan aturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku sebagaimana yang
diberlakukan dalam system sekolah, sehingga bentuk pesantren ini dikenal
adanya masa penerimaan santri baru dan adanya seleksi bagi para calon santri
adanya kesamaan dan keseragaman waktu yang ditempuh santri yang satu
dengan santri yang lainnya pun dalam jenjang pendidikan yang sama.
4. Faktror Yang Mempengaruhi Akhlaq Santri
Keberadaan santri identik dengan nilai-nilai moral. Akhlaq
memiliki nilai penting dalam membentuk karakteristik santri dalam semua
tindak-tanduknya.
Ada banyak hal yang menjadi faktor pembentuk moralitas seorang
santri. Dengan adanya faktor-faktor tersebut maka secara langsung akan
mempengaruhi setiap langkah dan pola berfikirnya. Fungsi utama pesantren
adalah sebagai lembaga yang mampu mencetak insan yang memiliki ghirah
perjuangan dalam berdakwah serta menguasai ilmu-ilmu agama (mutafaqqia
fi-al-din).
Pemeliharaan tata nilai yang menekankan kesadaran akan nilai-
nilai qur`an dan ditunjang dengan upaya melaksankan ajaran yang telah di
tuntunkan didalamnya merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
akhlaq seorang santri.
Menurut Agus Sujanto hal-hal yang dapat mempengaruhi
terhadap perilaku siswa usia 13 – 16 tahun adalah terdapat dua factor yang
sangat dominant yaitu factor luar ( extern ) dan Faktor ( intern ) . 22
Adapun hal – hal yang termasuk factor Extern yaitu :
a) Golongan Organis, yaitu manusia, binatang, dan tumbuhan
b) Golongan Anorganis yaitu keadaan alam dan benda – benda alam yang
bukan hasil budaya dan merupakan hasil budaya, misalnya keadan
perumahan, bangunan, dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk factor intern terbagi menjadi tujuh bagian yaitu :
1. Perkembangan seksualitas
2. Perkembangan fantasi
3. Perkembangan emosi
22 Agus Sujanto, Psikologi Pekembangan , ( Jakarta : Aksara Baru,1970 ) hal.195.
4. Perkembangan kemauan
5. Perkembangan fikiran
6. Perkembangan aestetika
7. Perkembangan religi
Kedua factor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain , seperti
pada factor extern manusia dengan hasil budi dayanya dan dengan factor-
faktor perkembangan dalam dirinya sendiri khususnya pada perkembangan
seksualitas, emosi, kemauan dan perkembangan fikiran. Hal ini terbukti
dengan beberapa kasus yang sering terjadi di masyarakat khususnya di kota –
kota besar seperti di kota Jakarta.
Bahwa perilaku manusia pada umumnya dapat dibentuk dan
dipengaruhi oleh dua factor yang kuat dan saling mempengaruhi . Perubahan
fikiran, prilaku manusia sangat berpengaruh pada lingkungan hidupnya sesuia
dengan perkembangan jiwanya.
a. Faktor keluaraga
Faktor keluaraga, merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi akhlak anak karena anak lebih banyak
berinteraksi didalam keluarag. Yang termasuk faktor
keluarga adalah (1) cara orang tua mendidik, (2) relasi antar
anggota keluarag, (3) susasana rumah tangga.
1) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anak-anaknya merupakan
faktor yang sangat menentukan perilaku / akhlak anak-
anaknya. Apabila orang tua mendidik dengan kekerasan,
dan bahasa-bahasa yang pedas, yang selalu menjerumus
kepada hinaan dan ejekan. Hal ini akan menimbulkan
perilaku dan akhlak anak menjadi buruk.
Setiap orang yang mempunyai tanggung jawab
untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak, dan ibu
agar anak memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut,
dan kasih sayang, sehingga anak akan tumbuh secara
istiqomah .
Berikut ini dalil yang menyatakan seseorang harus
memiliki perasaan penuh kasih sayang dan kelembutan :
Artinya : “ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku
adil, berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat ’’ (
QS.An-Nahl : 90 )
2) Hubungan antara anggota keluarga
Hubungan antar keluarga dengan anak sangat
menentukan perilaku anak. Hubungan yang terpenting yaitu
hubungan antara orang tua dengan anaknya, relasi antara
anak dengan saudaranya atau anggota keluarga yang lain.
3) Suasana rumah tangga
Suasana yang penuh dengan keributan antara
anggota keluarga akan mempengaruhi akhlak /perilaku anak.
b. Faktor sekolah / Pondok Pesantren
Diantara faktor-faktor sekolah yang dapat mempengaruhi
akhlak santri adalah : Pendidikan, Lingkungan, Fasilitas, teman
kerabat, dll.
c. Masyarakat dan lingkungan
Lingkungan yang aman, nyaman, akan membawa anak
menjadi baik, dan sebaliknya .
C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
Dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional yaitu untuk membentuk
manusia yang sepenuhnya yang memiliki keserasian, keseimbangan dan
keselarasan antara kemajuan lahiriyah dan kepuasan bathiniyah, yaitu dirinya
dengan Tuhannya, antara dirinya dengan sesamannya dan dengan alam sekitarnya,
sehingga dicapai keseimbangan antara cita-citanya hidup di dunia dan mengejar
kebahagiaan hidup di akhirnya kelak, maka pendidikan agama, utamanya
pendidikan agama yang diajarkan diberbagai pondok pesantren pada umumnya
pada umumnya menduduki tempat yang sangat strategis dalam system pendidikan
mentalitas dna moralitas anak bangsa sesuai dnegan semangat dan tujuan negara
kita yang ingin menciptakan suasana yang kondisif, aman, damai dan berwibawa
dengan menunjang tinggi nilai-nilai peradaban yang telah dicontohkan oleh para
pejuang kemerdekaan Negara kita khususnya pada pendidikan yang telah
terdahulu.
Berangkat dari posisi pendidikan agama dalam kesatuan system
pendidikan nasional seperti penulis sebutkan diatas, maka dirasakan perlunya
adanya pendekatan system secara integratif, sistem pendekataan ini bersumber
dari ajaran agama itu sendiri, nilai-nilai kehidupan berangkat dari realita tuntutan
masyarakat seiring denga berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Untuk itu sejalan dengan konsensus nasional yang disepakati bahwa
pendidikan agama perlu dimasukan dalam program kurikulum di semua jenis dan
jenjang sekolah, mulai dari Taman kanak-kanak sampai pada Perguruan Tinggi
dan secara eksplisit dituangkan dalam kitab perundang-undangan yang mengatur
tentang system pendidikan nasional.
Agar secara fungsional pendidikan agama mampu mewujudkan manusia
yang percaya dan Taqwa terhadap terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan sekaligus
dapat dirumuskan secara konsepsional mengenai Imam dan Taqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa seperti yang dimaksud dalam tujuan pendidikan nasional,
sehingga dapat diperoleh kejelasan dalam hubungannya dengan dimensi kognitif,
afektif dan pshykomotorik.
Demikian halnya system pendidikan yang diterapkan di pondok-pondok
pesantren pada umumnya, khususnya pondok pesantren al-wathoniyah 43 yang
dijadikan lahan penelitian oleh penulis, bahwa dimensi kognitif, afektif dan
pshykomotorik telah diterapkan secara umum, sehingga dampak dari perubahan
sifat dan sikap kepribadian telah nampak pada kehidupan para santri setiap
harinya dalam melaksanakan tugas rutinitasnya kegiatan belajar dan mengajar
yang dijalankan secara kontinuitas dalam kehidupannya selama berada di pondok
pesantren.
Adapun kepribadian yang terbentuk di dalam jiwa santri dipengaruhi oleh
daua faktor penting; yaitu faktor bawaan/hereditas dan faktor lingkungan
keluarga. Faktor yang terbentuk dari pengaruh lingkungan pondok pesantren
diantaranya adalah bahwa santri diajarkan untuk dapat mengurus dirinya sendiri
dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari, seperti memasak, mencuci
membersihkan kamar tidur dan lain sebagainya. Santri yang telah dewasa diserahi
tanggung jawab untuk mengurus kegaitan pesantren, kemudian ketika menjadi
senior diberi tanggung jawab untuk memimpin adik-adiknya, atau diserahi tugas
mengembangkan program-program pesantren mereka akan memiliki kepribadian
mendiri, ikhlas, dan bertanggung jawab.
Telah penulis kemukakan bahwa hubungan antara organisasi santri dengan
santrinya adalah talazum, atau mengisi. Dalam arti, organsiasi santri akan
berperan dalam pembentukan kepribadian para santri. Demikian pula kepribadian
seorang santri akan berpengaruh terhadap prilaku orgnaisasi, dan ini akan tampak
jelas dalam berinteraksi dengan santri lainnya. Di lingkungan pondok pesantren,
indikator kepribadian santri tercermin dalam interaksi sosialnya antara lain
sebagai beirkut :
1. Menghormati kyai, nampak dalam hubungan yang akrab antara santri kyai serta ketaatan para santri kepada kyai merupakan figur kharimatik panutan kebaikan.
2. Semangat untuk menolong diri sendiri dan mencintai diri sendiri dengan cara berwiraswasta.
3. Jiwa dan sikap tolong menolong, kesetiakwanan, suasana kebersamaan dan kekeluargaan.
4. Hidup hemat dan sederhana 5. Disiplin waktu 6. Berani menderita untuk mencapai suatu tujuan 7. merintis sikap jujur dalam setiap ucapan dan perbuatan.23
Hipotesis
Ha : Tidak terdapat hubungan positif yang nyata antara Pendidikan agama
Islam terhadap Perilaku Santri.
Ho : Terdapat hubungan positif yang nyata antara Pendidikan Agama Islam
Dalam melaksanakan suatu kegiatan atau usaha pasti memiliki arah
tujuan yang dikehendaki, demikian juga dalam penelitian ini . Adapun tujuan
penelitian skripsi ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap perilaku
santri
b. Untuk mengetahui sistem pembelajaran di pondok pesantren
c. Untuk mengetahui kegiatan santri di pondok pesantren
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk menyusun skripsi ini penulis mengadakan penelitian di Pondok
Pesantren Al Wathoniyah 43 Jakarta Utara yang beralamatkan di Jl. Raya
Rorotan No. I Cilincing , Jakarta Utara.
Adapun waktu yang digunakan pada penelitian ini diperkirakan mulai
bulan Juli – Agustus 2007.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
32
Penelitian Lapangan ( Field Research ), yaitu penelitian yang
dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan penelitian dengan melakukan
wawancara dengan Pimpinan Pondok Pesantren, observasi dan penyebaran
quesioner kepada Santri Pondok Pesantren Al Wathoniyah 43 Jakarta Utara .
D. Variabel Penelitian
Sedangkan variable penelitian yang penulis gunakan adalah
menggunakan variable bebas ( independent Variable ) dan variable terkait (
devenden Variable ) . Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa ,”Variabel
adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian” 24 Menurut Sugiyono berpendapat bahwa, “ Variabel disebut juga
sebagai sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya “.25 Variabel yang diteliti terdiri dari dua variabel sesuai
dengan judul penelitian , yaitu :
1. Variabel bebas ( independent Variabel ), yaitu mengenai Pendidikan
Agama Islam yang diberi Simbol X
2. Variabel Terikat ( Dependent Variabel ), Yaitu mengenai Akhlak Santri
yang diberi simbol Y
24 Suharsimi arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta : Bina
Aksara, 1987), Cet.Ke-IV, h.100 25 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, ( bandung : CV.Alfa Beta, 2006), Cet,Ke-
XIV, h.38
Agar lebih jelas dapat dilihat pada matrik variabel di bawah ini :
Variabel Dimensi Indikator
Pendidikan Agama Islam
Prilaku Santri
Al Qur;an
Fiqih
Aqidah Akhlak
SKI
Perilaku Anak
terhadap Orang
tua
Prilaku
terhadap
guru/Astidz
Prilaku
terhadap teman
Mampu membaca Al Qur’an
Mengerti Hukum Bacaan Al Qur’an
Menjelaskan Tata cara Berwudhu
Menjelaskan Tata cara Sholat
Menjelaskan Tata cara Bersuci
Mampu menjelaskan akhlak terpuji
dan akhlak tercela
Mampu menjelaskan sejarah Nabi
Muhammad SAW
Menghormati orang tua
Mendengarkan nasehat orang tua
Mendo’akan orang tua
Menjalankan perintah guru/Asatidz
Mematuhi peraturan dan tatatertib
Pesantren
Mengajarkan tugas
Menolong teman yang sedang
kesusahan
Menghormati yang lebih tua dan
menyayangi yang lebih muda
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Aminudin Rasyad “ Populasi adalah sejumlah massa yang
terdapat dalam suatu kawasan tertentu atau berada dalam satu unit
kesatuan “ .26 Menurut Suharsimi Arikunto “ Populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian” 27 Menurut Mardalis, “ populasi juga dapat diartikan
sebagai semua individu yang menjadi sumber pengambilan sample “ 28 .
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah santri Pondok
Pesantren Al Wathoniyah 43 Jakarta, yang secara keseluruhan berjumlah
120 orang .
2. Sampel
Masih menurut Mardalis Sampel adalah “ Sebagian dari seluruh
individu yang menjadi objek penelitian”.29 “ Sampel juga diartikan sebagai
bagian dari populasi yang ingin diteliti “30 Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah random sampling .
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah santri sebanyak 25 %
dari 120 santri yaitu 30 orang santri .
F. Teknik Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk menghimpun data yang diperlukan
dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut :
26 Aminuddin Rasyad, Metode Riset Pendidikan , Fakultas Ilmu Tarbiyah Institut Agama
Islam Negri Jakarta , 2004, cet.Ke-5,h.62 27 Suharsimi Arikunto, Op Cit, h.102 28 Mardalis, Metode Penelitian, : Suatu Pendekatan Proposal, ( Jakarta : Bumi Aksara,
1. Interview ( Wawancara ) Yaitu “ Suatu cara untuk mendapatkan informasi
dengan cara bertanya langsung kepada responden “ 31, Penulis
mewawancarai pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi
tentang data-data yang diperlukan, Yaitu : Pimpinan Pondok Pesantren,
Guru dan orang tua
2. Observasi
“ Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sitematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti “32 Observasi yang dilakukan dalam
hubungannya dengan penelitian ini adalah pengamatan langsung mengenai
sarana, prasarana, keadaan guru, santri dan lingkungannya.
3. Angket
“Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui” .33 Penulis membuat angket
yang ditujukan kepada sampel yang ditentukan sebanyak 30 santri, berisi
tentang adab sopan santun sehari-hari di pesantren, serta pertanyaan-pertanyan
tentang kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Al Wathoniyah 43 Jakarta.
4. Dokumentasi
31 Mardalis, Metode Penelitian, : Suatu Pendekatan Proposal, ( Jakarta : Bumi Aksara,
2003), Cet, ke-VI, h.53 32 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Bumi aksara, 2000) Cet, Ke-
III, h.54 33 Suharisimi Arikunto, Op Cit, h. 124
“Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, notulen, dan
sebagainya”.34 Data yang dimaksud seperti keadaan para santri, keadaan guru,
struktur organisasi, sarana dan prasarana yang terdapat di Pondok Pesantren al
wathoniyah 43 Jakarta.
G. Teknik Analisa Data dan Interpretasi Data
Untuk menggolah data angket, penulis menggunakan teknik analisa
deskriptif dan rumus persentil yang maksudnya data dari kuantitatif dijadikan
data kualitatif dengan rumus sebagai berikut :
P = F X 100 %
N Keterangan : P = Persentase
F = Prekwensi
N = Jumlah yang dianalisa
Bobot jawaban positif dan negatif :
90 – 100 : Baik Sekali
70 – 89 : Baik
60 – 69 : Cukup
50 – 59 : Kurang
40 – 49 : Sangat Kurang
34 Ibid, h. 188
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Pondok Pesantren Al wathoniyah 43 Jakarta
Nama Pondok Pesantren : Pondok Pesantren al wathoniyah 43
Alamat : Jl. Raya Rorotan No. I Rt.001 / 10
Cilincing Jakarta Utara
Tahun Berdiri : 12 Juli 1992
Nama Pendiri : KH. MULKI. HD
Nama Pengasuh : Ust. H. Hasbiallah Mulki,S.Ag
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al wathoniyah 43 Jakarta
Sejak tahun 1972 sebenarnya cikal bakal pesantren sudah ada sejak
kepulangan pendiri dari Pondok Pesantren Al Wayhoniyah pusat –
pengajian lekar dari mulai anak-anak , kaum ibu dan Bapak sudah ada dan
mulai banyak juga santri kalong. Waktu itu belum memulai sekolah
formal, lalu setelah salah seorang putra pendiri sudah ada yang duduk di
perguruan Tinggi semester V di Pondok Pesantren Salafiyah Safiiyah
Situbondo , keinginan pendiri untuk membangun sekolah formal semakin
mantap sehingga pada tanggal 12 Juli 1992 diletakkan batu pertama untuk
pembangunan Pondok Pesantren al wathoniyah 43 tahap pertama dan pada
tanggal 12 Juli 1995 dibukalah lima lembaga formal ( MI, MTs, MA dan
SDI , SMP )
39
Tujuan didirikan Pondok Pesantren Al Wathoniyah 43 yaitu
mencetak santinya agar supaya : Beriman, bertaqwa , berilmu dan beramal
.
Pondok pesantren Al wathoniyah 43 dikatakan sebagai Pondok
Pesantren seni silaturrahmi, hal ini penuturan dari KH Mulki sendiri.
Dengan silaturrahminya Pondok Pesantren Al wathoniyah 43 bisa berdiri
dan berkembang pesat seperti sekarang ini .
Di Pondok Pesantren Al wathoniyah 43 para santri diajarkan Al
Qur’an dan kitab-kitab kuning seperti : Fiqih, Tauhid , Nahwu – Shorof
dan aqidah akhlak , adapun yang paling ditekankan oleh KH.Mulki pada
santrinya adalah ilmu masyarakat seperti : tahlil, Yasin, Ratib, berjanji,
pembawa acara atau ceramah – ceramah agama dan menjadi khotib di
masyarakat . hal ini sudah menjadi cita – cita beliau agar kelak di
masyarakat santri beliau terbiasa dalam memimpin acara-acara
kemasyarakatan dan menjadi santri yang siap pakai di masyarakat . 35
2. Keadaan Sarana dan Prasarana
a. Keadaan sarana dan prasarana Pondok Pesantren Al Wathoniyah 43
cilincing Jakarta utara cukup memadai . Hal ini dapat dilihat dari segi
tanah dan gedung permanent berlantai tiga yang di memiliki oleh
pondok
pesantren Al Wathoniyah 43 cilincing Jakarta Utara . Dalam bangunan
ini
35 Wawancara tanggal 5 Juli 2007 dengan KH. Ahmad Mulki HD. ( Pimpinan Pondok
Pesantren Al Wathoniyah 43 Jakarta )
terdapat lima lembaga formal yang diselenggarakan yaitu :
MI, MTs, MA, SDI dan SMP.
b. Pengaturan Penggunaan Gedung tersebut dapat dilihat pada table
sebagai berikut :
Tabel 1
1 Sekretariat 1 3 x 5 mPondok Pesantren
2 Kantor Kepala Sekolah 5 3 x 5 m3 Ruang Guru 2 3 x 5 m4 Ruang TU 1 2.5 x 5 m5 Ruang Kelas 20 7 x 7 m6 Lab Bahasa 1 7 x 4 m7 Perpustakaan 1 7 x 7 m8 Lab IPA 1 7 x 7 m9 Masjid 1 7 x 9 m
10 Lab Komputer 1 7 x 4 m
Sumber : Data Pesantren
3. Keadaan santri dan guru
Tabel 2
KEADAAN SANTRI TAHUN PELAJARAN 2007 – 2008
L P1 MI 5 5 102 SDI 5 3 83 MTS 20 17 374 SMP 30 12 425 MA 10 13 23
Jml 70 50 120
No SekolahJuli
Jml
Sumber : Data Pesantren
4. Latar belakang Pendidikan Guru dan Karyawan
Tabel 3
TAHUN PELAJARAN 2007 – 2008
No Nama Jabatan Pendidikan L/P
1 KH.Mulki.HD Pimp. Pesantren Pesantren L
2 Ustz. Hj. Ruwaidah Pimp. Pesantren Putri Pesantren P
3 Ust.H.Hasbiallah,S.Ag Pengasuh S1 Ibrahimi L
4 Drs.A.Zarkasi Ka. Madrasah Aliyah S1 L
5 Ust. H. Magfiroh,S.Pd Ka. Madrasah Tsanawiyah S1 L
6 Ust.H. Masturoh,S.Pd ka. Madrasah Ibtidaiyah S1 L
7 Ust. Amir Husni,S.Pd Ka. SMP S1 L
8 Dra. Hayatin Ka. SDI S1 IAIN P
9 Ust.H.Hasbullah,S.Sos.I Ka. MD S1 Ibrahimi L
10 Ust.Moh Mansyur,S.Ag Sekretaris S1 Ibrahimi L
11 Ustz.Hj.Chodijah, S.Pd.i Bendahara S1 UIN P
12 Ustz.Hj. Maisurih Bendahara S1 Ibrahimi P
13 Ust. H. Moh.Ihrom,S.Ag BP / Keamanan Putra S1 IAIN Yogya L
14 Ustz. Lutfiah,S.Pd.i BP / Keamanan Putri S1 Ibrahimi P
15 Ust.Nasrullah,S.Pd.i Bid. Tarbiyah S1 Ibrahimi L
16 Ust. Alayk Bafarah Bid. Tarbiyah S1 Ibrahimi L
17 Ahmad Sahronih Bid. Ubudiyah MA L
18 Mustaki Guru Bhs. Arab Pesantren L
19 Zainur Rahman Guru Bhs. Inggris Pesantren L
20 Ust. Abd Rahman Guru Kaligrafi Pesantren L
21 Ust. Nazirudin Guru S1 Ibrahimi L
22 Ust. Nazmudin Guru Pesantren L
5. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al Wathoniyah 43 cilincing Jakarta Utara
STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN AL WATHONIYAH 43 JAKARTA
TAHUN 2007 – 2008
Pim.Pondok Pesantren KH.MULKI.HD
Wakil / Pengasuh Ust.H. Hasbiallah,S.Ag
Bendahara Ustz.Hj.Chodijah
Sekretaris Ust.Moh.Mansyur,S.Ag
BP/ Putri Ustz.Lutfiah,S.Pd.I
BP/Keamanan Putra UST.H.Hasbullah,S.Sos.I
Tarbiyah Ust.Nasrullah,S.Pd
i
Ubudiyah Ust.ahmad Sahronih
B. Hasil Wawancara Penelitian
1. Upaya peningkatan Perilaku santri
Diantara usaha yang dilakukan dalam upaya meningkatkan
perilaku santri antara lain :
a. Memberikan pengajaran pendidikan keagamaan meliputi : Aqidah
Akhlak,
Fiqih, Tauhid, Al Qur’an Hadits , Fiqih .
b. membiasakan santri memperaktekan nilai – nilai keberagamaan dalam
kehidupan sehari-hari
c. Memberikan sanksi yang tegas terhadap setiap pelanggaran
Disamping usaha-usaha sebagaimana yang telah disebutkan diatas,
upaya yang dilakukan adalah melalui kegiatan evaluasi dan control secara
berkala terhadap santri secara umum .
2. Hambatan dalam usaha meningkatkan perilaku santri .
Meneliti dan mengetahui sejauh mana pengaruh pendidikan agama
islam terhadap perilaku santri tidaklah terlepas dari hambatan . Sehingga
diperlukan solusi yang dapat meminimalisir kendala-kendala anatara lain
dengan cara melakukan pembiasaan menerapkan nilai-nilai keberagamaan
dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini sekaligus ditekankan kepada para tenaga pengajar yang
berada dilingkungan dimana santri dapat secara langsung meniru
kepribadiannya.
3. Factor-faktor yang mendukung
Diantara factor-faktor yang mendukung peningkatan perilaku santri
selain usaha membiasakan diri dengan melaksanakan kewajiban antar lain :
a. Para guru bersikap kooperatif terhadap santri
b. Menciptakan suasana yang kondusip dan harmonis
c. Memberikan fasilitas yang mendukung terhadap santri
C. Deskripsi Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik kepustakaan,
observasi, wawancara, penyebaran angket dan dokumentasi.
Penelitian kepustakaan yang dilakukan adalah dengan cara
mengumpulkan , membaca dan menganalisa buku yang ada relevensinya
dengan masalah yang akan dibahas.
Observasi yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui kondisi
atau keberadaan Pimpinan, guru, para santri, sarana dan prasarana, keadaan
guru dan santri. Penulis melakukan observasi untuk mengetahui gambaran
langsung mengenai perilaku santri pondok pesantren Al Wathoniyah 43
cilincing Jakarta utara Adapun dokumentasi adalah untuk memperoleh data
tentang struktur organisasi, serta prestasi santri pondok pesantren Al
Wathoniyah 43 cilincing Jakarta utara.
Sedangkan wawancara penulis lakukan untuk mengetahui sejarah
berdirinya pondok pesantren Al Wathoniyah 43 cilincing Jakarta utara .
Kemudian langkah selanjutnya penulis menyebarkan angket , yang
mana bentuk angketnya adalah tertutup artinya pernyataan dan jawabannya
sudah penulis sediakan . Angket yang penulis buat sebanyak 20 soal yang
terdiri dari 10 soal tentang Pendidikan Agama Islam dan 10 soal tentang
perilaku santri . Keduapuluh soal ini dibagikan kepada 30 santri untuk
dijawab.
Untuk mengetahui data tentang pengaruh pendidikan Agama Islam
terhadap perilaku santri dilakukan penyebaran angket, dengan pilihan :
1. Nilai untuk jawaban Selalu : 5
2. Nilai untuk jawaban Sering : 4
3. Nilai untuk jawaban Kadang –kadang : 3
4. Nilai untuk jawabn tidak pernah : 2
Deskripsi data ini berdasarkan dari hasil penelitian penulis setelah
menyebarkan angket kepada santri di lapangan maka diperoleh data-data
sebagai berikut :
1.Perilaku Santri Sebelum Masuk Pondok Pesantren Al Wathoniyah 43 Cilincing Jakarta
Utara
Tabel 1
Berdasarkan data pada table 1 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden (43 %) tidak pernah mengucap dua kalimat syahadat, dan 33 %
responden kadang-kadang mengucap dua kalimat syahadat, dan 7 % santri serig
mengucap dua kalimat syahadat , dan 17 % santri selalu mengucap dua kalimat
No Pertanyaan F %
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
5
2
10
13
17 %
7 %
33 %
43 %
Jumlah 30 100 %
syahadat . Hal ini menunjukan bahwa para santri sebelum masuk Pondok
Pesantren sebagian besar tidak pernah mengucap dua kalimat syahadat .
Tabel 2
Mengerjakan Sholat lima Waktu
Berdasarkan data pada table 2 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden (47 %) Tidak pernah mengerjakan sholat lima waktu, dan 33 %
responden kadang-kadang mengerjakan sholat lima waktu, dan 10 % santri sering
mengerjakan sholat lima waktu, dan 10 % santri selalu sholat lima waktu. Hal ini
menunjukan bahwa para santri sebelum masuk Pondok Pesantren sebagian besar
tidak pernah mengerjakan sholat lima waktu .
No Pertanyaan F %
2 Apakah anda mengerjakan sholat lima waktu ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
3
3
10
14
10 %
10 %
33 %
47 %
Jumlah 30 100 %
Tabel 3
Mengucap salam ketika masuk rumah
Berdasarkan data pada table 3 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden (43 %) tidak pernah mengucap salam ketika masuk rumah, dan 40 %
responden kadang-kadang mengucap salam ketika masuk kerumah, dan 0 %
santri serig mengucap salam ketika masuk kerumah dan 5 % santri selalu
mengucap salam ketika masuk kerumah. Hal ini menunjukan bahwa para santri
sebelum masuk Pondok Pesantren sebagian besar tidak pernah mengucap salam
ketika masuk ke rumah.
No Pertanyaan F %
3 Apakah anda mengucapkan salam ketika masuk
kerumah ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang – kadang
d. Tidak Pernah
5
-
12
13
17 %
0 %
40 %
43 %
Jumlah 30 100 %
Tabel 4
Mengucap salam ketika masuk rumah
Berdasarkan data pada table 4 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden (47 %) tidak pernah membaca Al Qur’an, dan 33 % responden kadang-
kadang membaca Al Qu’an, dan 13 % santri serig membaca Al Qur’an dan 7 %
santri selalu membaca Al Qur’an. Hal ini menunjukan bahwa para santri sebelum
masuk Pondok Pesantren sebagian besar tidak pernah membaca Al Qur’an .
No Pertanyaan F %
4 Apakah anda membaca Al Qur’an ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
2
4
10
14
7 %
13 %
33 %
47 %
Jumlah 30 100 %
Tabel 5
Mempelajari Ilmu Tajwid
Berdasarkan data pada table 5 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden (60 %) tidak pernah mempelajari ilmu tajwid, dan 40 % responden
kadang-kadang mempelajari ilmu tajwid, dan 0 % santri serig mempelajari ilmu
tajwid dan 0 % santri selalu mempelajari ilmu tajwid. Hal ini menunjukan bahwa
para santri sebelum masuk Pondok Pesantren sebagian besar tidak pernah
mempelajari ilmu tajwid.
No Pertanyaan F %
5 Apakah anda mempelajari ilmu tajwid ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
-
-
12
18
0 %
0 %
40 %
60 %
Jumlah 30 100 %
Tabel 6
Berjabat tangan dengan teman
Berdasarkan data pada table 6 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden (33 %) selalu berjabat tangan dengan teman, dan 27 % responden tidak
pernah berjabat tangan dengan teman, dan 23 % santri kadang-kadang berjabat
tangan dengan teman dan 17 % santri sering berjabat tangan dengan teman. Hal
ini menunjukan bahwa para santri sebelum masuk Pondok Pesantren sebagian
besar selalu berjabat tangan dengan teman.
No Pertanyaan F %
6 Apakah anda berjabat tangan dengan teman ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
10
5
7
8
33 %
17 %
23 %
27 %
Jumlah 30 100 %
Tabel 7
Patuh terhadap guru
Berdasarkan data pada table 7 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden (43 %) kadang-kadang patuh terhadap guru, dan 23 % responden tidak
pernah patuh terhadap guru, dan 17 % santri serig patuh terhadap guru dan 17 %
santri selalu patuh terhadap guru. Hal ini menunjukan bahwa para santri sebelum
masuk Pondok Pesantren sebagian besar kadang-kadang patuh terhadap guru.
No Pertanyaan F %
7 Apakah anda patuh terhadap guru ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
5
5
13
7
17 %
17 %
43 %
23 %
Jumlah 30 100 %
Tabel 8
Hafal bacaan sholat fardhu
Berdasarkan data pada table 8 diatas dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden (66 %) tidak pernah hafal bacaan sholat fardhu, dan 17 %
responden kadang-kadang hafal bacaan sholat fardhu, dan 17 % santri serig hafal
bacaan sholat fardhu dan 0 % santri hafal bacaan sholat fardhu. Hal ini
menunjukan bahwa para santri sebelum masuk Pondok Pesantren sebagian besar
tidak pernah hafal bacaan sholat fardhu .
No Pertanyaan F %
8 Apakah anda hafal bacaan sholat fardhu ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
-
5
5
20
0 %
17 %
17 %
66 %
Jumlah 30 100 %
Tabel 9
Bertutur Kata Baik Kepada guru
Berdasarkan data pada table 9 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden (50 %) kadang-kadang bertutur kata baik kepada guru, dan 30 %
responden tidak pernah bertutur kata baik kepada guru, dan 10 % santri serig
bertutur kata baik kepada guru dan 10 % santri selalu bertutur kata baik kepada
guru. Hal ini menunjukan bahwa para santri sebelum masuk Pondok Pesantren
sebagian besar kadang-kadang bertutur kata baik kepada guru ..
No Pertanyaan F %
9 Apakah anda bertutur kata baik kepada guru ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
3
3
15
9
10 %
10 %
50 %
30 %
Jumlah 30 100 %
Tabel 10
Mengejek sesama teman
Berdasarkan data pada table10 diatas dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden (40 %) tidak pernah mengejek sesame teman , dan 33 %