Page 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, PENGELUARAN
PER KAPITA, LIKUIDITAS, STRUKTUR UTANG, PAJAK,
DAN REAL ESTATE TERHADAP DANA PERIMBANGAN
PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
GATOT MALADY
NIM: S4307070
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
Page 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
Page 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
Page 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
Page 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk:
Ibuku Ngatini,
Yang mengajariku kasih sayang, pengorbanan, dan kerja keras.
Istriku Runi Prihatin,
Yang selalu memberikan dukungan.
Anakku Hammam Muhammad Zaini.
Semoga menjadi inspirasi bagimu dan adikmu.
Page 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
HALAMAN MOTTO
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar-Rahmaan)
Page 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah swt, sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad saw, beserta
para keluarga, sahabat dan para pengikut-Nya hingga akhir zaman. Rasa syukur
kepada Allah swt atas segala limpahan nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis dengan judul ”Pengaruh Pendapatan Per
Kapita, Pengeluaran Per Kapita, Likuiditas, Struktur Utang, Pajak, dan Real
Estate terhadap Dana Perimbangan Pemerintah Daerah di Indonesia” ini disusun
untuk memenuhi persyaratan guna mencapai derajat Magister Sains Program
Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan Tesis ini bukan
hasil jerih payah sendiri, akan tetapi banyak pihak yang telah membantu. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada
semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
hingga selesainya Tesis ini. Untuk itu, dengan kerendahan hati, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah berkenan
memberikan bantuan kepada penulis berupa Beasiswa Unggulan dalam
menyelesaikan studi di program studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
5. Dr. Payamta, M.Si., CPA, Ak., selaku Ketua Program Studi Magister
Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus Tim Penguji Tesis.
Page 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Dra. Y Anni Aryani, M.Proff.Acc., Ph.D., Ak., selaku Sekretaris Program
Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus Tim
Penguji Tesis.
7. Prof. Dr. Hj. Rahmawati, M.Si., Ak. dan Dra. Evi Gantyowati M.Si., Ak.
selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran serta
memotivasi penulis dalam menyusun tesis ini dengan segala kebaikan dan
kesabarannya.
8. Sutaryo S.E., M.Si., Ak., teman sekaligus “guru” dalam penyusunan tesis ini.
9. Bapak-Ibu Dosen beserta staf administrasi Magister Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan
bimbingan keilmuan.
10. Keluarga besar mahasiswa Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta terima kasih segala kebersamaannya.
11. Kepada semua keluarga atas segala pengorbanan, doa, dan dukungannya.
Surakarta, Februari 2013
Penulis
Page 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN …………….…………………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
HALAMAN MOTTO ………….................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ….…………………………………………………. xiii
ABSTRAK ………………............................................................................. xiv
ABSTRACT ………………………………………………………………... xv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 12
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ……... 14
A. Teori Agensi Dalam Organisasi Pemerintahan................................... 14
B. Pengertian Laporan Keuangan ......................................................... 16
C. Jenis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah .................................... 19
D. Karakateristik Kualitatif Laporan Keuangan ..................................... 22
E. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ………………….. 25
F. Peranan dan Tujuan Laporan Keuangan ........................................... 26
G. Dana Perimbangan ............................................................................. 28
H. Pendapatan Per Kapita, Pengeluaran Per Kapita, Likuiditas,
Page 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Struktur Utang, Faktor Pajak, dan Real Estate …………………….. 31
I. Pengembangan Hipotesis …………………………………………... 33
1. Pengaruh Pendapatan Per Kapita terhadap Dana Perimbangan ... 33
2. Pengaruh Pengeluaran Per Kapita Terhadap Dana Perimbangan .. 34
3. Pengaruh Likuiditas Terhadap Dana Perimbangan …………...… 35
4. Pengaruh Struktur Utang Terhadap Dana Perimbangan ………… 36
5. Pengaruh Pajak Terhadap Dana Perimbangan …………..……… 37
6. Pengaruh Real Estate Terhadap Dana Perimbangan …………… 38
J. Kerangka Pikir Penelitian ………………………………………….. 40
BAB III METODA PENELITIAN ……………………………………….. 41
A. Desain Penelitian ............................................................................... 41
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilian Sampel ………………. 41
C. Data, Sumber Data, dan Penumpulan Data ……............................... 43
D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ………………... 43
E. Analisis Data ………………………………………………………. 48
F. Pengujian Data ……………………………………………………. 49
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……………………... 53
A. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………………. 53
B. Data dan Pengumpulan Data ………………………………………. 55
C. Deskripsi Data Penelitian ………………………………………….. 56
D. Analisis Data ...................................................................................... 58
1. Pengujian Asumsi Klasik………………………………..……… 58
2. Pengujian Hipotesis …………………………………………….. 62
E. Pembahasan ………………………………………………………… 66
BAB V PENUTUP ………………………………………………………... 71
A. Simpulan …………………………………………………………… 71
B. Keterbatasan ………………………………………………………... 72
C. Saran dan Implikasi ........................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 75
LAMPIRAN ………………………………………………………………... 78
Page 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Sampel Penelitian …………………………………………………... 54
Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif............................................................... 56
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data .................................................................. 59
Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi .................................................................... 60
Tabel 5 Hasil Uji Heterokedastisitas ........................................................... 61
Tabel 6 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................ 62
Tabel 7 Hasil Uji Signifikansi Nilai F ........................................................... 63
Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Regresi Parsial ………...…..………….………. 65
Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi …………………………………… 66
Page 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kerangka Pemikiran .................................................................... 40
Page 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel Jumlah Penduduk Indonesia ……………………………………. 79
2. Data Pengujian Rasio Keuangan ………………….…………………… 81
3. Hasil Statistik Deskriptif ……...……………………………………….. 83
4. Hasil Uji Normalitas Data …................................................................... 83
5. Hasil Uji Autokorelasi …...……………………………………………. 83
6. Hasil Uji Heterokedastisitas …..………………………………………. 84
7. Hasil Uji Multikolinieritas dan Hipotesis …..………………………… 86
Page 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAKSI
PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, PENGELUARAN
PER KAPITA, LIKUIDITAS, STRUKTUR UTANG, PAJAK,
DAN REAL ESTATE TERHADAP DANA PERIMBANGAN
PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA
GATOT MALADY
NIM: S4307070
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh
pendapatan per kapita, pengeluaran per kapita, likuiditas, struktur utang, pajak,
dan real estate terhadap dana perimbangan pemerintah daerah di Indonesia. Untuk
tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan populasi seluruh pemerintah daerah
provinsi di Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan pemerintah daerah dan
dipublikasikan melalui website Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
(BPK RI) www.bpk.go.id pada tahun 2005, 2006, 2007, dan 2008. Sampel dipilih
dengan menggunakan purposive sampling method dan diperoleh 78 laporan
keuangan pemerintah daerah provinsi. Selanjutnya dilakukan pengolahan data
dengan menggunakan program software komputer untuk statistik SPSS for
Windows 16.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bukti empiris bahwa variabel
pengeluaran per kapita (PgKAP), real estate (RE), dan pajak (PJ) berpengaruh
positif terhadap jumlah dana perimbangan (DP) pemerintah daerah di Indonesia.
Sementara itu untuk variabel pendapatan per kapita (PnKAP), likuiditas (LK), dan
struktur utang (STU) tidak berpengaruh terhadap dana perimbangan pemerintah
daerah. Variabel pengeluaran per kapita (PgKAP), real estate (RE), dan pajak (PJ)
mempunyai tanda koefisien positif sehingga peningkatan jumlah pengeluaran per
kapita (PgKAP), real estate (RE), dan pajak (PJ) menyebabkan peningkatan
jumlah dana perimbangan pemerintah.
Penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam hal variabel independen,
data, dan sampel yang digunakan. Oleh karena keterbatasan tersebut, maka
penelitian ini merekomendasikan pada penelitian berikutnya untuk menambah
variabel independen lain seperti status daerah, kondisi geografis, luas wilayah dan
lain sebagainya yang diduga berpengaruh terhadap dana perimbangan pemerintah
daerah dan menambah sampel tidak hanya pemerintah propinsi tetapi juga
pemerintah daerah kabupaten atau kota.
Kata Kunci: laporan keuangan pemerintah daerah, dana perimbangan,
pendapatan per kapita, pengeluaran per kapita, likuiditas,
struktur utang, pajak, dan real estate.
Page 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF REVENUE PER CAPITA,
EXPENDITURE PER CAPITA, LIQUIDITY, DEBT
STRUCTURE, TAXES, AND REAL ESTATE TOWARD
LOCAL INTERGOVERNMENTAL REVENUES IN
INDONESIA
GATOT MALADY
NIM: S4307070
The purpose of the research is gaining the empirical evidence of revenue
per capita, expenditure per capita, liquidity, debt structure, taxes, and real estate to
local intergovernmental revenues in Indonesia. For that purpose, the writer uses
population in the all regencies that issued the local governmental financial report
and publicized through the website of Indonesian Financial Inspector Bureau
(BPK RI) at www.bpk.go.id in 2005, 2006, 2007, and 2008. The samples are
chosen by using purposive sampling method and got 78 local governmental
financial report. Then, the writer processed the data by using the program of
computer software for SPSS for Windows 16.0.
The result of the research shows the empirical evidence that expenditure
per capita variable, real estate variable, and taxes variable influence to the local
intergovernmental revenues in Indonesia. While, revenue per capita variable,
liquidity variable, and debt structure variable don’t influence to the local
intergovernmental revenues in Indonesia. Expenditure per capita variable, real
estate variable, and taxes variable have positive coefficient, so the raise of
expenditure per capita variable, real estate variable, and taxes variable make the
raise of intergovernmental revenues.
The research limitations lied on independent variables, data, and samples
used. For this reason, the research recommends that the next research are possible
to add other independent variables such as area status, geographic condition,
extended area, etc, predicted as the influence of local intergovernmental revenues
in Indonesia and add the samples not only provinces government but also
residences/municipalities.
Keywords : local government financial report, intergovernmental revenues,
revenue per capita, expenditure per capita, liquidity, debt
structure, taxes, and real estate.
Page 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ABSTRAKSI
PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, PENGELUARAN
PER KAPITA, LIKUIDITAS, STRUKTUR UTANG, PAJAK,
DAN REAL ESTATE TERHADAP DANA PERIMBANGAN
PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA
GATOT MALADY
NIM: S4307070
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh
pendapatan per kapita, pengeluaran per kapita, likuiditas, struktur utang, pajak,
dan real estate terhadap dana perimbangan pemerintah daerah di Indonesia. Untuk
tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan populasi seluruh pemerintah daerah
provinsi di Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan pemerintah daerah dan
dipublikasikan melalui website Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
(BPK RI) www.bpk.go.id pada tahun 2005, 2006, 2007, dan 2008. Sampel dipilih
dengan menggunakan purposive sampling method dan diperoleh 78 laporan
keuangan pemerintah daerah provinsi. Selanjutnya dilakukan pengolahan data
dengan menggunakan program software komputer untuk statistik SPSS for
Windows 16.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bukti empiris bahwa variabel
pengeluaran per kapita (PgKAP), real estate (RE), dan pajak (PJ) berpengaruh
positif terhadap jumlah dana perimbangan (DP) pemerintah daerah di Indonesia.
Sementara itu untuk variabel pendapatan per kapita (PnKAP), likuiditas (LK), dan
struktur utang (STU) tidak berpengaruh terhadap dana perimbangan pemerintah
daerah. Variabel pengeluaran per kapita (PgKAP), real estate (RE), dan pajak (PJ)
mempunyai tanda koefisien positif sehingga peningkatan jumlah pengeluaran per
kapita (PgKAP), real estate (RE), dan pajak (PJ) menyebabkan peningkatan
jumlah dana perimbangan pemerintah.
Penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam hal variabel independen,
data, dan sampel yang digunakan. Oleh karena keterbatasan tersebut, maka
penelitian ini merekomendasikan pada penelitian berikutnya untuk menambah
variabel independen lain seperti status daerah, kondisi geografis, luas wilayah dan
lain sebagainya yang diduga berpengaruh terhadap dana perimbangan pemerintah
daerah dan menambah sampel tidak hanya pemerintah propinsi tetapi juga
pemerintah daerah kabupaten atau kota.
Kata Kunci: laporan keuangan pemerintah daerah, dana perimbangan,
pendapatan per kapita, pengeluaran per kapita, likuiditas,
struktur utang, pajak, dan real estate.
Page 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF REVENUE PER CAPITA,
EXPENDITURE PER CAPITA, LIQUIDITY, DEBT
STRUCTURE, TAXES, AND REAL ESTATE TOWARD
LOCAL INTERGOVERNMENTAL REVENUES IN
INDONESIA
GATOT MALADY
NIM: S4307070
The purpose of the research is gaining the empirical evidence of revenue
per capita, expenditure per capita, liquidity, debt structure, taxes, and real estate to
local intergovernmental revenues in Indonesia. For that purpose, the writer uses
population in the all regencies that issued the local governmental financial report
and publicized through the website of Indonesian Financial Inspector Bureau
(BPK RI) at www.bpk.go.id in 2005, 2006, 2007, and 2008. The samples are
chosen by using purposive sampling method and got 78 local governmental
financial report. Then, the writer processed the data by using the program of
computer software for SPSS for Windows 16.0.
The result of the research shows the empirical evidence that expenditure
per capita variable, real estate variable, and taxes variable influence to the local
intergovernmental revenues in Indonesia. While, revenue per capita variable,
liquidity variable, and debt structure variable don’t influence to the local
intergovernmental revenues in Indonesia. Expenditure per capita variable, real
estate variable, and taxes variable have positive coefficient, so the raise of
expenditure per capita variable, real estate variable, and taxes variable make the
raise of intergovernmental revenues.
The research limitations lied on independent variables, data, and samples
used. For this reason, the research recommends that the next research are possible
to add other independent variables such as area status, geographic condition,
extended area, etc, predicted as the influence of local intergovernmental revenues
in Indonesia and add the samples not only provinces government but also
residences/municipalities.
Keywords : local government financial report, intergovernmental revenues,
revenue per capita, expenditure per capita, liquidity, debt
structure, taxes, and real estate.
Page 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Otonomi Daerah merupakan salah satu perubahan sosial politik yang
dialami Indonesia dan diimplementasikan melalui Undang-Undang Republik
Indonesia (UU RI) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang
sekarang telah diubah menjadi UU RI Nomor 32 Tahun 2004. Peranan
pemerintah daerah dalam era otonomi dan reformasi ini menjadi semakin penting.
Otonomi yang dilaksanakan berdampak pada semakin besarnya wewenang dan
tanggungjawab yang diberikan kepada pemerintah daerah. Salah satu wewenang
dan tanggungjawab tersebut adalah dalam pengelolaan keuangan daerah.
Konsekuensinya pemerintah daerah dituntut untuk mewujudkan suatu bentuk
akuntabilitas dan transparansi publik yang merupakan bentuk
pertanggungjawaban keuangan daerah kepada masyarakat dan
pertanggungjawaban kepada pemerintah pusat. Terkait hubungan pemerintah
pusat dan daerah, diterbitkan pula UU RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang
merupakan pembaharuan dari UU RI Nomor 25 Tahun 1999.
Pemerintah daerah tidak saja dituntut untuk mewujudkan pengelolaan
keuangan daerahnya secara transparan dan akuntabel, jauh yang lebih penting
bagi pemerintah daerah adalah kemampuan keuangan daerah artinya daerah
otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-
Page 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sumber keuangan sendiri. Menurut Kaho (1997:124) untuk menjalankan fungsi
pemerintahan, faktor keuangan merupakan suatu hal yang sangat penting karena
hampir tidak ada kegiatan pemerintahan yang tidak membutuhkan biaya.
Pemerintah daerah tidak saja menggali sumber-sumber keuangan akan tetapi juga
harus sanggup mengelola dan menggunakannya secara value for money dalam
rangka penyelenggaraan pemerintah daerah, sehingga ketergantungan kepada
bantuan pemerintah pusat seminimal mungkin dapat ditekan.
Akan tetapi penerapan otonomi daerah yang bertujuan untuk kemandirian
suatu pemerintah daerah dalam pengelolaan rumah tangganya tidak serta merta
berjalan dengan baik. Dalam penerapannya, pemerintah pusat tidak lepas tangan
secara penuh dan masih memberikan bantuan kepada pemerintah daerah berupa
dana perimbangan yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah dalam
pembangunan dan menjadi komponen pendapatan daerah dalam APBD.
UU RI Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pemerintah
pusat dan daerah menyebutkan bahwa sumber-sumber penerimaan daerah dalam
rangka penyelenggaraan otonomi daerah adalah pendapatan asli daerah, dana
perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan yang berasal dari daerah
itu sendiri yang terdiri dari: (1) hasil pajak daerah; (2) hasil retribusi daerah; (3)
hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan; (4) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dengan semua itu,
harapannya dapat menjadi penyangga dalam penyelenggaraan kegiatan
pemerintah daerah. Dengan semakin banyaknya kebutuhan daerah yang dapat
Page 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dibiayai oleh PAD maka semakin tinggi pula tingkat kualitas otonomi daerah dan
juga semakin mandiri dalam bidang keuangan daerahnya (Syamsi, 1987: 213).
Dalam proses menuju kemandirian tersebut, terutama dari segi
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan masih dirasakan
kurang. Hal ini tercermin dari peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap
APBD yang dirasakan masih rendah, khususnya untuk pendapatan asli daerah
propinsi/kabupaten/kota. Pemerintah daerah masih tergantung pada bantuan
keuangan dari pemerintah pusat.
Dalam penciptaan kemandirian daerah, pemerintah daerah harus
beradaptasi dan berupaya meningkatkan mutu pelayanan publik dan perbaikan
dalam berbagai sektor yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi sumber
PAD. Tuntutan untuk mengubah struktur belanja menjadi semakin kuat,
khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah (Halim,
2001). Dalam upaya peningkatan kemandirian daerah, pemerintah daerah juga
dituntut untuk mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah
satunya memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembangunan
pada sektor-sektor produktif di daerah.
Pemerintah pusat memberikan dana perimbangan kepada pemerintah
daerah untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal dan adanya kebutuhan
pendanaan daerah yang cukup besar, dan salah satu komponen dana ini yang
memberikan kontribusi terbesar adalah Dana Alokasi Umum (DAU). Dalam
beberapa tahun berjalan, proporsi DAU terhadap penerimaan daerah masih yang
tertinggi dibanding dengan penerimaan daerah yang lain, termasuk PAD (Adi,
Page 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2006). Hal ini menunjukkan masih tingginya ketergantungan pemerintah daerah
terhadap bantuan dana dari pemerintah pusat.
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Secara umum pengalokasian dana perimbangan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dilakukan dengan dua cara, yakni
secara merata dan secara insentif berdasarkan kinerja keuangan pemerintah daerah
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005).
Pemerintah Pusat selain memberikan kewenangan pada pemerintah daerah
untuk mengelola keuangan daerah dan memberikan dana perimbangan juga
menuntut adanya pertanggungjawaban. Oleh karena itu, kemudian muncul adanya
tuntutan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara. Salah
satu upaya kongkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan
pemerintah daerah yang disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 24 tahun 2005 tetang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah tersebut, semua instansi pemerintah
wajib menggunakan Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai basis dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah yang lebih berkualitas
dan informatif. Secara konseptual kebijakan tersebut diambil dalam kerangka
proses peningkatan tatakelola sektor publik yang lebih baik (Harun, 2007).
Adapun jenis laporan keuangan yang harus disampaikan meliputi laporan
realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Page 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Dalam laporan keuangan pemerintah tersebut memberikan gambaran kinerja
keuangan pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan negara.
Kinerja keuangan tersebut biasanya dinyatakan dengan rasio keuangan yang
diidentifikasi dari laporan keuangan pemerintah daerah (Mahmudi, 2007: 61).
Salah satu bagian dalam analisis laporan keuangan adalah mencurahkan
perhatian pada penghitungan rasio agar dapat mengevaluasi keadaan finansial di
masa lalu, sekarang dan memproyeksikan hasil atau laba masa mendatang
(Mahmudi, 2007: 92). Analisis ini dilakukan dengan mengukur hubungan antara
unsur-unsur laporan keuangan dan perubahan unsur-unsur tersebut dari tahun ke
tahun untuk mengetahui arah perkembangannya. Analisis rasio keuangan dapat
membantu para pelaku bisnis, pihak pemerintah dan para pemakai laporan
keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan. Bahkan
lebih dari itu rasio keuangan bermanfaat dalam memprediksi laba perusahaan
(Hartono dan Zainuddin, 1999).
Terkait dengan rasio keuangan yang menggambarkan kinerja keuangan
pemerintah daerah, terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan. Cohen
(2006) melakukan penelitian terkait faktor-faktor yang dapat menjadi moderator
kinerja keuangan pemerintah daerah di Yunani dengan menggunakan variabel
gross domestic product, populasi penduduk, real estate, tourist dan capital.
Sementara indikator kinerja keuangan yang digunakan adalah rasio keuangan
yang terbagi menjadi return on equity, return on assets, profit margin, current
ratio, debt/ equity, long term liabilities/ total assets, assets turnover, operating
revenues/ total revenues and operating revenues/ operating expense. Hasil
Page 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
penelitian menunjukkan bahwa kelima faktor yang terdiri dari gross domestic
product, populasi penduduk, real estate, tourist dan capital mempengaruhi kinerja
keuangan pemerintah daerah yang dinyatakan dalam sembilan rasio keuangan.
Hanya saja faktor yang mempunyai pengaruh yang lebih tinggi adalah jumlah
penduduk dan capital. Sementara itu, rasio profitabilitas yang dinyatakan dalam
rasio ROA, ROE, dan profit margin tidak secara serius dipengaruhi oleh faktor-
faktor tersebut oleh karena profitabilitas sektor pemerintah berbeda dengan sektor
swasta. Penelitian ini membuktikan bahwa rasio kinerja keuangan tersebut
dipengaruhi oleh jumlah populasi penduduk dan jumlah pendapatan per kapita
penduduk pemerintah daerah di Yunani.
Steven dan McGowan (1983) melakukan penelitian terkait indikator
keuangan dan tren keuangan pemerintah daerah dengan menggunakan tiga buah
variabel yang terdiri dari variabel pendapatan dan pengeluaran, variabel pajak dan
real estate, dan variabel composite yang terbagi menjadi debt to revenue ratio,
grant to revenue ratio serta grant to expenditure ratio. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tren keuangan pemerintah daerah dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti jumlah penduduk dan sumber pendapatan bagi pemerintah daerah.
Jika permintaan pelayanan masyarakat meningkat tanpa dibarengi dengan
peningkatan keuangan pemerintah daerah, maka akan menurunkan kualitas jasa
yang diberikan dan hal ini membutuhkan indikator keuangan pemerintah daerah
yang efektif.
Sementara itu, Sanford Groves, Godsey, dan Shulman (2001) melakukan
penelitian terkait indikator keuangan pemerintah daerah dengan menggunakan dua
Page 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
variabel yaitu faktor lingkungan dan faktor organisasional. Hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini menyatakan bahwa faktor lingkungan pemerintah daerah dan
faktor organisisasional pemerintah daerah berpengaruh terhadap kondisi keuangan
pemerintah daerah yang dapat dikendalikan melalui financial trend monitoring
system.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Steven dan McGowan (1983) dan penelitian Sanford et al. (2001) dengan
beberapa perbedaan. Steven dan McGowan (1983) dan Sanford et al. (2001)
menggunakan sampel penelitian pada pemerintah daerah di Amerika Serikat.
Sementara penelitian ini menggunakan sampel penelitian pemerintah daerah
provinsi di Indonesia. Selain itu, perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah dalam hal variabel penelitian. Steven dan McGowan (1983)
menggunakan lima variabel independen berupa revenue dan expenditures, tax
factor dan real estate, dan variabel composite yang terbagi menjadi debt to
revenue ratio, grant to revenue ratio serta grant to expenditure ratio, sementara
itu, penelitian ini menggunakan variabel pendapatan per kapita, pengeluaran per
kapita, likuiditas, struktur utang, pajak dan real estate sebagaimana digunakan
oleh Sanford et al. (2001) dan Steven dan McGowan (1983). Penggunaan variabel
pendapatan per kapita dan pengeluaran per kapita dengan alasan bahwa jumlah
per kapita lebih menggambarkan pendapatan dan pengeluaran oleh penduduk
dalam suatu pemerintah daerah tertentu. Penelitian ini juga menggunakan variabel
lain berupa intergovernmental revenue atau dana perimbangan sebagaimana
digunakan oleh Sanford et al. (2001).
Page 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Pendapatan per kapita merupakan hasil pembagian antara jumlah
pendapatan asli daerah dengan jumlah penduduk pemerintah daerah bersangkutan.
Angka pendapatan per kapita yang tinggi mengindikasikan bahwa penduduk
dalam suatu pemerintah daerah mempunyai kemampuan ekonomis yang tinggi
sehingga dapat mendukung proses pembangunan di daerah tersebut. Dengan
dukungan yang tinggi dari penduduk tersebut, maka dapat berpengaruh terhadap
jumlah dana perimbangan bagi pemerintah daerah bersangkutan. Sebaliknya,
Pengeluaran atau belanja merupakan jumlah yang dikeluarkan secara tunai oleh
pemerintah daerah baik secara rutin yang kemudian dinamakan sebagai belanja
rutin maupun belanja modal. Belanja daerah yang tinggi yang tidak sebanding
dengan pendapatan daerah akan menyebabkan kinerja keuangan yang tidak
optimal. Belanja daerah yang tinggi tanpa didukung oleh pendapatan asli daerah
yang tinggi menyebabkan kebutuhan dana perimbangan yang tinggi dari
pemerintah pusat. (Sanford et al. 2001).
Likuiditas merupakan posisi operasional pemerintah daerah dalam
mendanai operasional jangka pendeknya (Sanford et al. 2001). Apabila
pemerintah daerah mempunyai posisi operasional yang baik, hal ini
mengidikasikan bahwa pemerintah daerah mempunyai dana yang cukup untuk
membiayai kegiatan operasional lancarnya sehingga tidak tergantung pada dana
perimbangan dari pemerintah pusat. Artinya jika likuiditas tinggi, maka dana
perimbangan pemerintah daerah rendah dan sebaliknya. Jumlah kewajiban akan
berpengaruh pada struktur utang pemerintah. Struktur utang merupakan
perbandingan antara jumlah kewajiban pemerintah daerah dengan total ekuitas
Page 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Angka struktur utang yang tinggi
mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mempunyai proporsi kewajiban
terhadap ekuitas dana yang tinggi sehingga kemampuan pengembalian
kewajibanya rendah atau kurang baik. Dalam kondisi ini pemerintah daerah
membutuhkan dana perimbangan pemerintah yang tinggi. (Sanford et al. 2001).
Pajak daerah yang tinggi yang diperoleh suatu pemerintah daerah dapat
menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah daerah sehingga dapat digunakan
sebagai sumber pembiayaan bagi operasional pemerintah daerah dalam rangka
menghasilkan pelayanan jasa pada masyarakat. Selain itu dengan pendapatan
pajak yang tinggi akan dapat menjadikan pembiayaan kegiatan operasional
pemerintah daerah lebih terjamin hingga mampu menghasilkan tingkat kinerja
keuangan yang tinggi bagi pemerintah daerah bersangkutan. Dengan pendapatan
asli daerah yang tinggi dapat berpengaruh pada jumlah dana perimbangan bagi
pemerintah daerah bersangkutan.
Real estate adalah aktiva yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang
terdiri dari tanah, jalan, dan bangunan yang digunakan oleh pemerintah daerah
dalam menghasilkan jasa pelayanan bagi masyarakat di daerah bersangkutan.
Jumlah real estate yang tinggi dengan pengelolaan yang baik dapat menciptakan
pelayanan yang baik yaitu pelayanan yang sesuai dengan standar minimal mutu
pelayanan bagi masyarakat. Selain itu, jumlah real estate yang tinggi dan
pengelolaan yang baik dapat meningkatkan pendapatan pemerintah daerah
sehingga dapat berpengaruh pada jumlah dana perimbangan bagi pemerintah
daerah bersangkutan.
Page 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Penelitian akuntansi sektor publik di Indonesia yang menggunakan tema
tentang dana perimbangan masih relatif terbatas. Hal ini didasarkan pada review
atas artikel yang diseminarkan dalam Simposium Nasional Akuntansi pada kurun
waktu 2005 sampai 2012. Jumlah artikel penelitian yang diseminarkan pada kurun
waktu tersebut sejumlah 729. Dari total artikel tersebut sebanyak 10 % merupakan
artikel tentang Akuntansi Sektor Publik Perpajakan dan hanya 2% mengambil
tema tentang desentralisasi/otonomi daerah. Sementara di dalam konsep
desentralisasi dan otonomi daerah, Dana Perimbangan menjadi penting untuk
memastikan terjadinya keadilan keuangan pada masing-masing daerah.
Berdasar pada latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan
pemerintah daerah di Indonesia yang dalam hal ini adalah dana perimbangan
dalam sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Per Kapita,
Pengeluaran Per Kapita, Likuiditas, Struktur Utang, Pajak dan Real Estate
Terhadap Dana Perimbangan Pemerintah Daerah di Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Secara umum pengalokasian dana perimbangan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dilakukan dengan dua cara, yakni
secara merata dan secara insentif berdasarkan kinerja keuangan pemerintah
daerah.
Page 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Penelitian ini menggunakan mekanisme insentif berdasar kinerja keuangan
pemerintah daerah dan tidak menggunakan mekanisme sama rata. Terkait dengan
kinerja keuangan daerah, Cohen (2006) membuktikan bahwa variable yang terdiri
dari gross domestic product, populasi penduduk, real estate, tourist dan capital
mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah. Sementara itu, Steven dan
McGowan (1983) membuktikan bahwa tren keuangan pemerintah daerah
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jumlah penduduk dan sumber pendapatan
bagi pemerintah daerah. Sedangkan Sanford, Godsey, dan Shulman (2001)
menyatakan bahwa faktor lingkungan pemerintah daerah dan faktor
organisisasional pemerintah daerah berpengaruh terhadap kondisi keuangan
pemerintah daerah yang dapat dikendalikan melalui financial trend monitoring
system.
Dalam mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah yang dijadikan
dasar dalam menetapkan mekanisme insentif bagi penerimaan dana perimbangan,
penelitian ini menggunakan variabel pendapatan per kapita, pengeluaran per
kapita, likuiditas, struktur utang, pajak dan real estate sebagaimana digunakan
oleh Sanford et al. (2001) dan Steven dan McGowan (1983). Oleh karena itu
pertanyaaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut ini.
1) Apakah pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap dana
perimbangan pemerintah daerah di Indonesia?
2) Apakah pengeluaran per kapita berpengaruh positif terhadap dana
perimbangan pemerintah daerah di Indonesia?
Page 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3) Apakah likuiditas berpengaruh positif terhadap dana perimbangan
pemerintah daerah di Indonesia?
4) Apakah struktur utang berpengaruh negatif terhadap dana perimbangan
pemerintah daerah di Indonesia?
5) Apakah faktor pajak berpengaruh positif terhadap dana perimbangan
pemerintah daerah di Indonesia?
6) Apakah real estate berpengaruh positif terhadap dana perimbangan
pemerintah daerah di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukanya penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
1) Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh positif pendapatan per
kapita terhadap dana perimbangan pemerintah daerah di Indonesia.
2) Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh positif pengeluaran per
kapita terhadap dana perimbangan pemerintah daerah di Indonesia.
3) Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh positif likuiditas terhadap
dana perimbangan pemerintah daerah di Indonesia.
4) Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh negatif struktur utang
terhadap dana perimbangan pemerintah daerah di Indonesia.
5) Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh positif faktor pajak
terhadap dana perimbangan pemerintah daerah di Indonesia.
6) Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh positif real estate
terhadap dana perimbangan pemerintah daerah di Indonesia.
Page 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memperoleh hasil penelitian
yang memberikan manfaat pada pihak-pihak berikut ini.
1. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris terkait
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah
terutama faktor-faktor yang mempengaruhi dana perimbangan pemerintah
daerah di Indonesia. Bagi pemerintah dapat menjadi dasar dalam
pengambilan keputusan sedangkan bagi anggota DPR/DPRD dapat
menjadi dasar dalam melakukan pengawasan.
2. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
bagi para akademisi dalam melakukan studi, khususnya faktor-faktor yang
mempengaruhi dana perimbangan pemerintah daerah di Indonesia.
Page 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Teori Agensi Dalam Organisasi Pemerintahan
Menurut teori agensi, hubungan keagenan muncul ketika individu
(prinsipal) memberikan memberikan penugasan kepada individu lain (agen) untuk
melakukan jasa tertentu (Monks & Minow, 2004). Penugasan ini diikuti oleh
pendelegasian wewenang pengambilan keputusan dari prinsipal kepada agen yang
berkenaan dengan pengelolaan sumber daya. Secara alami, masalah keagenan
akan muncul karena setiap individu diasumsikan mempunyai preferensi untuk
memaksimalkan utilitas pribadi yang kemungkinan besar berlawanan dengan
kepentingan individu lain (Jensen & Meckling, 1976). Asumsi ini menyiratkan
adanya kemungkinan kegagalan agen dalam menunaikan penugasan yang
diberikan karena agen lebih memilih untuk memaksimalkan kepentingan pribadi.
Untuk memperkecil kerugian yang timbul karena adanya perbedaan
kepentingan antara agen dan prinsipal, hubungan keagenan mengandalkan
kontrak, dalam bentuk implisit maupun eksplisit, sebagai solusi terbaik pertama
(Hart, 1995). Kontrak memuat kewajiban dan hak agen dan prinsipal yang
disepakati secara ex ante oleh agen dan prinsipal. Namun demikian, agensi teori
berasumsi adanya keterbatasan kemampuan individu dalam mengidentifikasi
semua faktor kontijensi masa yang akan datang dan memuat faktor tersebut ke
dalam kontrak (Baiman, 1990). Hal ini membuat individu yang terlibat dalam
Page 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
kontrak, secara alami, mempunyai keterbatasan dalam merancang kontrak yang
sempurna.
Bentuk konflik dalam hubungan keagenan didasarkan pada distribusi
kekuatan prinsipal dalam mempengaruhi keputusan agen. Jika distribusi kekuatan
prinsipal terdispersi maka suatu organisasi akan mempunyai frekuensi prinsipal
yang tinggi dengan kekuatan individual yang kecil (Shleifer & Vishny, 1986).
Pada pola ini, konflik keagenan akan terjadi antara agen dan prinsipal. Sebaliknya,
jika distribusi kekuatan prinsipal terkonsentrasi kepada satu atau kelompok
prinsipal yang dominan, maka masalah keagenan akan berbentuk konflik antara
prinsipal yang mempunyai kekuatan mayoritas dengan minoritas (Demzets &
Lenh, 1985).
Berdasarkan teori agensi, karakteristik utama hubungan keagenan terletak
pada kontrak pelimpahan wewenang dan tanggungjawab dari prinsipal kepada
agen. Pelimpahan ini menimbulkan pemisahan antara klaiman residu dengan
otoritas pengambilan keputusan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa
hubungan keagenan dapat terjadi pada semua entitas yang mengandalkan pada
kontrak, baik eksplisit ataupun implisit, sebagai acuan pranata perilaku partisipan.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hubungan keagenan terjadi pada setiap
entitas.
Kontrak dapat bersumber dari kebiasaan (Adnan, Chatterjee & Nankervis,
2003), kesamaan kepentingan untuk mencapai tujuan bersama (Shleifer & Vishny,
1986), dan ikatan hukum formal (Biondi, Canziani & Kirat, 2007). Dari sisi aturan
formal, entitas pemerintahan dijalankan dengan mengacu pada seperangkat aturan
Page 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
yang menspesifikasikan tugas, wewenang, dan tanggungjawab setiap partisipan.
Walaupun cara kerja dan mekanisme hubungan antar partispan dalam organisasi
pemerintah berbeda dengan sektor korporasi, adanya ikatan formal tersebut
menunjukkan adanya kontrak dalam organisasi pemerintahan di Indonesia. Hal ini
memberikan justifikasi bahwa terdapat hubungan keagenan dalam organisasi
pemerintahan di Indonesia.
B. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil akhir dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Akuntansi
dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi suatu
perusahaan yang nantinya dilaporkan pada laporan keuangan tersebut.
Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian
banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi-transaksi yang
bersifat finansial tersebut dicatat, digolongkan, dan diringkaskan dengan cara
setepat-tepatnya dalam satuan uang dan kemudian diadakan penafsiran untuk
berbagai tujuan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi,
yang terdiri dari dua laporan yang utama yaitu neraca dan laporan perhitungan
rugi-laba dan beberapa laporan yang sifatnya sebagai pelengkap seperti laporan
perubahan laba yang di tahan, laporan sumber dan penggunaan dana atau laporan
perubahan posisi keuangan (Harnanto, 2003).
Page 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia, Laporan keuangan
meliputi: neraca, perhitungan rugi-laba, laporan perubahan posisi keuangan dan
catatan atas laporan keuangan. Untuk lebih dapat menggambarkan secara jelas
sifat dan perkembangan perubahan yang dialami perusahaan dari waktu ke waktu,
sangat dianjurkan agar perusahaan menyusun laporan keuangan komparatif,
setidaknya untuk dua tahun terakhir.
Dari kedua definisi di atas, maka dapatlah peneliti kemukakan bahwa yang
dimaksud dengan laporan keuangan adalah neraca yang dibuat dengan maksud
untuk menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi atau perusahaan pada
saat tertentu, kemudian laporan rugi-laba disusun dengan maksud untuk
menggambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai suatu perusahaan dalam suatu
periode waktu tertentu.
Laporan keuangan merupakan media informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan
selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk
membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan
anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan dan membantu menentukan
ketaatanya terhadap peraturan perundang-undangan.
Tujuan Pernyataan Standar adalah mengatur penyajian laporan keuangan
untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka
meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar
periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah
Page 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna laporan. Yang dimaksud dengan pengguna adalah masyarakat,
legislatif, lembaga pemeriksa/ pengawas, pihak yang memberi atau berperan
dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah. Laporan keuangan
meliputi laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari laporan
keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh pertimbangan
dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan,
dan persyaratan minimum isi laporan keuangan.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu
basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan serta
basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Entitas pelaporan
diperkenankan untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan
keuangan dengan menggunakan sepenuhnya basis akrual, baik dalam pengakuan
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dana. Entitas pelaporan yang menyelenggarakan akuntansi
dan menyajikan laporan keuangan dengan menggunakan basis akrual tetap
menyajikan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis kas.
Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
merupakan suatu laporan yang digunakan untuk menyajikan transaksi-transaksi
atau pristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu entitas pemerintah daerah selama
periode waktu tertentu dengan bentuk yang lebih ringkas dan sistematis, dan
ditafsirkan untuk kepentingan internal maupun eksternal pemerintahan. Laporan
Page 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
keuangan disajikan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan pemerintah daerah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
C. Jenis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
1) Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan
pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/
APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi
dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran
sekurang-kurangnya menyajikan Pendapatan, Belanja, Transfer, Surplus/
defisit, Pembiayaan, Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.
2) Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur
yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut ini.
1. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat
diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang
Page 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
2. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah.
3. Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan
selisih antara aset dan kewajiban pemerintah
3) Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi,
dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan
keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset
non-keuangan, pembiayaan, dan non-anggaran. Penyajian Laporan Arus
Kas dan pengungkapan yang berhubungan dengan arus kas diatur dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 03 tentang Laporan
Arus Kas. Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari
penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing didefinisikan
sebagai berikut ini.
1. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara
Umum Negara/Daerah.
2. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara
Umum Negara/Daerah.
4) Catatan atas Laporan Keuangan
Page 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap
pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas
harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan
atas Laporan Keuangan. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam
memahami dan membandingkannya dengan laporan keuangan entitas
lainnya, catatan atas laporan keuangan sekurang- kurangnya disajikan
dengan susunan sebagai berikut.
1. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,
pencapaian target Undang-Undang APBN/Perda APBD, berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.
2. Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan.
3. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.
4. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan.
5. Pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang
timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas.
6. Formasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang
tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
7. Daftar dan skedul.
Page 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
D. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Informasi akuntansi dalam laporan keuangan pemerintah daerah harus
mempunyai karakteristik kualitatif tertentu. Karakteristik kualitatif laporan
keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi
akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini
merupakan prasyaratan normatif yang diperlukan agar laporan keuangan
pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki.
1) Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang
termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan
memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi
mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang
relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi
dalam laporan keuangan pemerintah dikatakan relevan menurut Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintah Paragraf 33, jika memenuhi beberapa
kriteria sebagai berikut ini.
1. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value). Informasi
memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi
ekspektasi mereka di masa lalu.
2. Memiliki manfaat prediktif (predictive value). Informasi dapat
membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang
berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
Page 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3. Tepat waktu. Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat
berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.
4. Lengkap. Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan
selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi
yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang
melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam
laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam
penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
2) Andal
Paragraf 35 kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah
menyebutkan bahwa informasi dalam laporan keuangan bebas dari
pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap
fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi
jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan
informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal
memenuhi karakteristik-karakteristik seperti berikut ini.
1. Penyajian Jujur. Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
dapat diharapkan untuk disajikan.
2. Dapat Diverifikasi (verifiability).
3. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan
apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda,
hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
Page 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4. Netralitas. Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak
berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.
3) Dapat Dibandingkan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah paragraf 36 menyatakan
bahwa informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna
jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau
laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat
dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat
dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari
tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas
yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila
entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik
daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut
diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
4) Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami
oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan
memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi
entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari
informasi yang dimaksud. Hal ini dinyatakan dalam paragraf 37 Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintah.
Page 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
E. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu
perusahaan, perlu dilakukan suatu interpretasi atau analisis terhadap data
keuangan dari perusahaan yang bersangkutan, dan data keuangan itu akan
tercermin dalam laporan keuangannya. Laporan keuangan melaporkan baik posisi
perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa
periode yang lalu. Akan tetapi nilai riil dari laporan keuangan adalah fakta bahwa
laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan
dividen masa depan (Brigham & Houston, 2001).
Fungsi utama laporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk
memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan
laporan tersebut yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
ekonomi, sosial dan politik. Meskipun laporan keuangan sudah bersifat general
purposive, artinya dibuat lebih umum dan sesederhana mungkin untuk memenuhi
kebutuhan informasi semua pihak, tetapi tidak semua pembaca laporan dapat
memahami laporan tersebut dengan baik. Tidak semua pemangku kepentingan
memahami akuntansi yang merupakan alat untuk menghasilkan laporan keuangan.
Karena tidak semua pengguna laporan keuangan memahami akuntansi
dengan baik, sementara mereka akan mengandalkan informasi keuangan itu untuk
pembuatan keputusan, maka ketidakmampuan memahami dan
menginterpretasikan laporan keuangan tersebut perlu dibantu dengan analisis
laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu
bagaimana cara memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan angka-
Page 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan, dan
bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
Terdapat beberapa metode dalam analisis laporan keuangan. Salah satu
teknik yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan keuangan
adalah analisis rasio keuangan. Terdapat berbagai jenis rasio yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi dan menginterpretasikan laporan keuangan. Hasil
dari perhitungan rasio-rasio keuangan perlu diinterpretasikan, sehingga darinya
dapat dievaluasi kinerja keuangan organisasi dan selanjutnya dilakukan
pengambilan keputusan tertentu.
F. Peranan dan Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan
untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan
dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-
upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan
seperti berikut ini.
1. Akuntabilitas
Page 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
2. Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu
entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban,
dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
3. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak
untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-
undangan.
4. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerasional equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan
pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran
yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan
akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat
Page 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan menyediakan
informasi mengenai:
1. kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh
pengeluaran.
2. kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan
anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan.
3. jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas
pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.
4. bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan
mencukupi kebutuhan kasnya.
5. posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-
sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang,
termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
6. perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan
atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode
pelaporan.
G. Dana Perimbangan
Penerapan otonomi daerah di Indonesia bertujuan untuk kemandirian
pemerintah daerah dalam pengelolaan rumah tangganya. Dalam penerapannya
pemerintah pusat tidak lepas tangan secara penuh dan masih memberikan bantuan
kepada pemerintah daerah berupa dana perimbangan yang dapat digunakan oleh
pemerintah daerah dalam pembangunan dan menjadi menjadi komponen
pendapatan daerah dalam APBD.
Page 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pemerintah daerah harus dapat menjalankan rumah tangganya secara
mandiri dan dalam upaya peningkatan kemandirian ini, pemerintah dituntut untuk
meningkatkan pelayanan publiknya. Oleh karena itu, anggaran belanja daerah
akan tidak logis jika proporsi anggarannya lebih banyak untuk belanja rutin
(Abimanyu, 2005). Belanja Modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah
diantaranya pembangunan dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan,
transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan
daerah. Tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan dapat menciptakan
efisiensi dan efektifitas di berbagai sektor, produktifitas masyarakat diharapkan
menjadi semakin tinggi dan pada gilirannya terjadi peningkatan pertumbuhan
ekonomi.
Pembangunan dalam sektor pelayanan kepada publik akan merangsang
masyarakat untuk lebih aktif dan bergairah dalam bekerja karena ditunjang oleh
fasilitas yang memadai selain itu investor juga akan tertarik kepada daerah karena
fasilitas yang diberikan oleh daerah. Dengan bertambahnya produktivitas
masyarakat dan investor yang berada di daerah akan berdampak pada peningkatan
pendapatan asli daerah. Pendapatan asli daerah yang semakin tinggi akan
merangsang pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan mutu pelayanannya
kepada publik sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi daerah akan meningkat
seiring dengan meningkatnya pendapatan per kapita.
Dana perimbangan atau intergovernmental revenue adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. UU RI
Page 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan
daerah menyebutkan bahwa sumber-sumber penerimaan daerah dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah adalah pendapatan asli daerah, dana
perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Dalam konsep desentralisasi dan otonomi daerah, Dana Perimbangan
menjadi penting untuk memastikan terjadinya keadilan keuangan pada masing-
masing daerah agar tidak terjadi kesenjangan keuangan antar daerah. Dana
Perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana
Alokasi Khusus. Sementara itu Dana Bagi Hasil bersumber dari Pajak dan Sumber
Daya Alam.
Secara umum pengalokasian dana perimbangan dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah dilakukan dengan dua cara, yakni secara merata dan
secara insentif. Secara insentif dana perimbangan diberikan oleh pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah berdasarkan kinerja keuangan pemerintah daerah (PP
RI No.55 Tahun 2005). Jika kinerja keuangan pemerintah daerah baik, maka
pemerintah pusat akan memberikan apresiasi dalam bentuk dana perimbangan
yang baik pula.
Dana perimbangan merupakan proporsi antara jumlah pendapatan hasil
transfer pemerintah pusat terhadap total pendapatan pemerintah daerah. Angka
rasio ini menggambarkan ketergantungan keuangan pemerintah daerah pada
keuangan pemerintah pusat. Semakin tinggi angka rasio, mengindikasikan bahwa
ketergantungan keuangan pemerintah daerah kepada keuangan pemerintah pusat
dalam tarif yang tinggi dan sebaliknya. (Sanford et al., 2001).
Page 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
H. Pendapatan Per Kapita, Pengeluaran Per Kapita, Likuiditas, Struktur
Utang, Faktor Pajak dan Real Estate.
Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di
suatu daerah/negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian
pendapatan asli daerah dengan jumlah penduduk daerah tersebut. Pendapatan per
kapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat
pembangunan suatu daerah. Namun tidak selamanya demikian, tingginya
pendapatan per kapita suatu daerah belum tentu menjadi jaminan kemakmuran
penduduk di daerah tersebut. Sebab, bisa saja tingginya pendapatan per kapita itu
dihasilkan oleh tingginya pendapatan dari sebagian kecil penduduk suatu daerah.
Jadi masalahnya terletak pada distribusi pendapatan daerah itu sendiri. Bila
sebagian besar masyarakat suatu daerah memperoleh pendapatan yang cukup
tinggi, maka pendapatan per kapita bisa dijadikan sebagai tolak ukur kemakmuran
rakyat suatu daerah. (Sanford et al., 2001).
Pengeluaran per kapita atau belanja merupakan jumlah yang dikeluarkan
secara tunai oleh pemerintah daerah baik secara rutin yang kemudian dinamakan
sebagai belanja rutin maupun belanja modal. Belanja pemerintah daerah
dipengaruhi oleh populasi penduduk di suatu pemerintah daerah. Selain itu,
jumlah penduduk yang tinggi dan menjadi beban yang tinggi bagi pemerintah
daerah dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
Pengeluaran per kapita merupakan proporsi antara jumlah total pengeluaran
pemerintah daerah dengan jumlah penduduk di suatu pemerintah daerah tersebut.
(Sanford et al., 2001).
Page 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Likuiditas merupakan posisi operasional pemerintah daerah yang dalam
penelitian ini digambarkan dengan likuiditas pemerintah daerah dalam mendanai
operasional jangka pendeknya. Likuiditas merupakan perbandingan antara jumlah
total dari kas dan investasi sementara dalam surat-surat berhaga yang dimiliki
pemerintah dengan jumlah total hutang lancarnya. (Sanford et al., 2001).
Struktur utang merupakan perbandingan atau struktur antara jumlah
kewajiban pemerintah daerah dengan total ekuitas dana yang dimiliki oleh
pemerintah daerah. Struktur utang ini menggambarkan kemampuan pemerintah
daerah dalam memenuhi kewajiban dengan jumlah ekuitas dana yang dimilki.
(Sanford et al., 2001)
Pajak daerah yang tinggi yang diperoleh suatu pemerintah daerah dapat
menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah daerah sehingga dapat digunakan
sebagai sumber pembiayaan bagi operasional pemerintah daerah dalam rangka
menghasilkan pelayanan jasa pada masyarakat. Selain itu dengan pendapatan
pajak daerah yang tinggi akan dapat menjadikan pembiayaan kegiatan operasional
pemerintah daerah lebih terjamin hingga mampu menghasilkan tingkat kinerja
keuangan yang tinggi bagi pemerintah daerah bersangkutan. Sebaliknya, jika
pajak yang diterima pemerintah daerah kecil, maka akan dapat menyebabkan
pemerintah daerah mengalami kekurangan sumber pendapatan hingga
menyebabkan pencapaian kinerja keuangan yang kurang optimal. (Steven dan
McGowan, 1983)
Real estate adalah aktiva yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang
terdiri dari tanah, jalan dan bangunan yang digunakan oleh pemerintah daerah
Page 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dalam menghasilkan jasa pelayanan bagi masyarakat di daerah bersangkutan. Jika
pemerintah daerah mampu melakukan pengelolaan yang baik atas real estate yang
dimiliki, maka pemerintah daerah akan dapat menghasilkan jasa pelayanan kepada
publik dengan baik dan kinerja keuangan yang baik pula.
Selain itu, jumlah real estate yang tinggi dan pengelolaan yang baik dapat
meningkatkan pendapatan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah sehingga
menciptakan kinerja keuangan yang baik bagi pemerintah daerah. Pelayanan yang
dihasilkan oleh pemerintah daerah membutuhkan infrastruktur dalam proses
penciptaanya dan hal ini dapat dilakukan jika pemerintah daerah mempunyai
dukungan yang kuat dengan adanya jumlah real estate yang cukup oleh
pemerintah daerah bersangkutan. Selain itu, dengan adanya jumlah real estate
yang cukup tinggi yang dimiliki oleh pemerintah daerah dapat berakibat pada
pendapatan yang dihasilkan yang tinggi pula, sehingga dapat dinyatakan bahwa
pemerintah daerah akan menciptakan kinerja keuangan yang baik atau tinggi
dengan kepemilikan real estate yang tinggi dan pengelolaan yang baik.
(Worthington dan Dollery, 1999).
I. Perumusan Hipotesis
1) Pengaruh pendapatan per kapita terhadap dana perimbangan
pemerintah daerah di Indonesia.
Pendapatan per kapita merupakan pendapatan yang diterima oleh tiap-tiap
penduduk dalam suatu pemerintah daerah. Jumlah pendapatan per kapita
merupakan hasil pembagian antara jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah
penduduk pemerintah daerah bersangkutan.
Page 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Angka pendapatan per kapita yang tinggi mengindikasikan bahwa
penduduk dalam suatu pemerintah daerah tersebut mempunyai kemampuan
ekonomis yang tinggi sehingga dapat mendukung proses pembangunan di daerah
tersebut. Angka pendapatan per kapita yang tinggi mengindikasikan bahwa
kinerja keuangan pemerintah daerah tersebut baik, sehingga pemerintah pusat
akan menghargainya dengan memberikan insentif atas kinerja keuangan yang baik
tersebut dengan jumlah dana perimbangan yang tinggi daripada pemerintah daerah
yang memiliki pendapatan per kapita yang rendah (Sanford et al., 2001). Oleh
karena itu, pendapatan per kapita yang tinggi akan berpengaruh positif terhadap
jumlah dana perimbangan yang diterima pemerintah daerah oleh pemerintah
pusat.
Atas dasar paparan di atas, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini
dapat dinyatakan seperti berikut ini.
Ha1 : Pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap dana
perimbangan pemerintah daerah.
2) Pengaruh pengeluaran per kapita terhadap dana perimbangan
pemerintah daerah di Indonesia.
Pengeluaran atau belanja merupakan jumlah yang dikeluarkan secara tunai
oleh pemerintah daerah secara rutin yang digunakan untuk operasional kegiatan
pemerintahan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Belanja pemerintah
daerah dipengaruhi oleh populasi penduduk di suatu pemerintah daerah.
Hasil analisis Worthington dan Dollery (1999) menyatakan bahwa jumlah
populasi penduduk berpengaruh terhadap besar-kecilnya jumlah pengeluaran
Page 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pemerintah daerah sehingga berpengaruh pada kinerja keuangan pemerintah
daerah bersangkutan. Hasil yang senada diperoleh Cohen (2006) bahwa jumlah
penduduk berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Yunani.
Sebuah laporan Canadian International Development Agency dan
Australian Aid (2012) menyatakan peningkatan pengeluaran per kapita hampir
sepuluh kali lipat di Provinsi Sulawesi Utara telah mendorong penurunan tingkat
kemiskinan dari 28% menjadi 9%. Hal ini mengindikasikan bahwa pengeluaran
per kapita yang tinggi mengindikasikan kinerja keuangan pemerintah daerah
tersebut baik, sehingga pemerintah pusat akan menghargainya dengan
memberikan insentif atas kinerja keuangan yang baik tersebut dengan jumlah dana
perimbangan yang tinggi.
Oleh karena itu, pendapatan per kapita yang tinggi akan berpengaruh
positif terhadap jumlah dana perimbangan yang diterima pemerintah daerah.
Atas dasar paparan di atas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini
dapat dinyatakan seperti berikut ini.
Ha2 : Pengeluaran per kapita berpengaruh positif terhadap dana
perimbangan pemerintah daerah.
3) Pengaruh likuiditas terhadap terhadap dana perimbangan pemerintah
daerah di Indonesia.
Likuiditas merupakan posisi operasional pemerintah daerah yang dalam
penelitian ini digambarkan dengan likuiditas pemerintah daerah dalam mendanai
operasional jangka pendeknya. (Sanford et al., 2001). Apabila pemerintah daerah
mempunyai posisi operasional yang baik, hal ini mengindikasikan bahwa
Page 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
pemerintah daerah mempunyai dana yang cukup untuk membiayai kegiatan
operasional lancarnya. Artinya jika likuiditas tinggi maka kinerja keuangannya
baik dan akan mendapat insentif dari pemerintah pusat berupa dana perimbangan
yang tinggi pula.
Atas dasar logika teori tersebut di atas, maka hipotesis ketiga dalam
penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
Ha3 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap dana perimbangan
pemerintah daerah.
4) Pengaruh struktur utang terhadap dana perimbangan pemerintah
daerah di Indonesia.
Struktur utang merupakan perbandingan antara jumlah kewajiban
pemerintah daerah dengan total ekuitas dana yang dimiliki oleh pemerintah
daerah. Struktur kewajiban ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah
dalam memenuhi kewajiban dengan jumlah ekuitas dana yang dimiliki. Angka
struktur utang yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah tidak
mampu mengusahakan dari pendapatan asli daerah sehingga membutuhkan
sumber dana dari pihak lain atau utang. Hal ini mencerminkan kinerja keuangan
yang tidak baik. (Sanford et al. 2001).
Oleh karena itu, utang yang tinggi mengindikasikan kinerja keuangan yang
rendah sehingga tidak mendapat insentif dari pemerintah pusat maka dana
perimbangan yang diterima rendah.
Atas dasar logika teori tersebut di atas, maka hipotesis keempat dalam
penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
Page 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Ha4 : Struktur utang berpengaruh negatif terhadap dana perimbangan
pemerintah daerah.
5) Pengaruh pajak terhadap dana perimbangan pemerintah daerah di
Indonesia.
Pajak daerah yang tinggi yang diperoleh suatu pemerintah daerah dapat
menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah daerah sehingga dapat digunakan
sebagai sumber pembiayaan bagi operasional pemerintah daerah dalam rangka
menghasilkan pelayanan jasa pada masyarakat. Selain itu dengan pendapatan
pajak yang tinggi akan dapat menjadikan pembiayaan kegiatan operasional
pemerintah daerah lebih terjamin hingga mampu menghasilkan tingkat kinerja
keuangan yang tinggi bagi pemerintah daerah bersangkutan.
Bukti empiris terkait pengaruh pajak terhadap kinerja keuangan diperoleh
Steven dan McGowan (1983) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya
penerimaan pajak oleh suatu pemerintah daerah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah. Pajak yang tinggi mengindikasikan kinerja
keuangan tinggi. Jika kinerja keuangan pemerintah daerah tinggi maka akan
diapresiasi pemerintah pusat dengan memberikan dana perimbangan yang tinggi
dibandingkan dengan pemerintah daerah yang memiliki pajak rendah.
Atas dasar logika teori tersebut di atas, maka hipotesis kelima dalam
penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
Ha5 : Pajak berpengaruh positif terhadap dana perimbangan pemerintah
daerah.
6) Pengaruh real estate terhadap dana perimbangan pemerintah daerah di
Indonesia.
Page 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Real estate adalah aktiva yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang
terdiri dari tanah, jalan, dan bangunan yang digunakan oleh pemerintah daerah
dalam menghasilkan jasa pelayanan bagi masyarakat. Pelayanan yang dihasilkan
oleh pemerintah daerah membutuhkan infrastruktur dan hal ini dapat dilakukan
jika pemerintah daerah mempunyai dukungan yang kuat dengan adanya jumlah
real estate yang cukup. Jika pemerintah daerah mampu mengelola dengan baik
real estate yang dimilikinya, maka pemerintah daerah akan dapat menghasilkan
jasa pelayanan publik dengan baik dan kinerja keuangan yang baik pula karena
akan meningkatkan pendapatan daerah.
Worthington dan Dollery (1999) memperoleh bukti empiris bahwa jumlah
real estate berpengaruh terhadap pengeluaran pemerintah daerah dan kinerja
keuangan pemerintah daerah. Hasil kontradiktif diperoleh Cohen (2006) yang
menyatakan bahwa jumlah real estate tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah di Yunani. Hasil penelitian yang diperoleh Cohen
(2006) disebabkan oleh adanya kesulitan yang dialami oleh pemerintah daerah di
Yunani dalam melakukan pengukuran dan penilaian real estate yang disajikan
dalam neraca pemerintah darah di Yunani. Oleh karena adanya kesulitan ini, maka
banyak laporan keuangan pemerintah daerah yang tidak menyajikan atau
menyajikan tetapi tidak secara lengkap sehingga dapat mempengaruhi hasil dalam
penelitian Cohen (2006) tersebut.
Real estate yang tinggi mengindikasikan kinerja keuangan tinggi. Jika
kinerja keuangan pemerintah daerah tinggi maka akan diapresiasi pemerintah
Page 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
pusat dengan memberikan dana perimbangan yang tinggi dibandingkan dengan
pemerintah daerah yang memiliki real estate rendah.
Atas dasar logika teori tersebut di atas, maka hipotesis keenam dalam
penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
Ha6 : Real estate berpengaruh positif terhadap dana perimbangan
pemerintah daerah.
Page 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
J. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan dengan gambar
seperti berikut ini.
Gambar 1
Kerangka Pikir Penelitian
pendapatan per kapita
pengeluaran per kapita
likuiditas
struktur utang
Dana Perimbangan
faktor pajak
real estate
H1 (+)
H2 (+)
H3 (+)
H4 (-)
H5 (+)
H6 (+)
Page 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang telah disediakan dan
dipublikasi oleh pihak lain yang dalam hal ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) melalui website www.bpk.go.id. Data yang
dimaksud adalah laporan keuangan pemerintah daerah propinsi di Indonesia
periode tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008. Penelitian ini merupakan pengujian
hipotesis (hypothesis testing) yang menguji hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya. Menurut dimensi waktunya, penelitian ini merupakan penelitian
poleed yang merupakan gabungan dari times series yaitu penelitian yang
menggunakan dimensi satu waktu dengan menggunakan beberapa objek
penelitian (cross section).
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh
pendapatan per kapita, pengeluaran per kapita, likuiditas, struktur utang, pajak dan
real estate terhadap dana perimbangan pemerintah daerah di Indonesia.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan kelompok individu, kejadian-
kejadian yang menarik perhatian peneliti untuk diteliti atau diselidiki (Sekaran,
2003). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah daerah di
Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan dan dipublikasikan melalui website
www.bpk.go.id.
Page 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang karakteristiknya diselidiki
dan dianggap dapat mewakili populasi (Sekaran, 2003). Teknik pengambilan
sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria-kriteria yang ditentukan
berdasarkan kebijakan dari peneliti. Penelitian ini menggunakan kriteria
pengambilan sampel seperti berikut ini.
a. Pemerintah provinsi seluruh Indonesia yang menerbitkan laporan
keuangan pemerintah pada tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008 yang
dipublikasikan dalam website BPK RI, yaitu www.bpk.go.id
b. Laporan keuangan pemerintah daerah provinsi yang diterbitkan pada
tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008 dengan opini audit wajar tanpa
pengecualian (unqualified opinion), wajar tanpa pengecualian dengan
bahasa atau paragraf penjelas (unqualified opinion with explanation
language) maupun wajar dengan pengecualian (qualified opinion).
Adapun laporan keuangan dengan opini tidak wajar (adverse opinion)
dan tidak memberi opini (disclamer opinion) tidak digunakan dalam
sampel penelitian dengan pertimbangan bahwa informasi yang tersaji
dalam laporan keuangan dengan opini tersebut tidak wajar dan tidak
dapat digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pemakai laporan
keuangan.
c. Laporan keuangan pemerintah daerah yang mencantumkan seluruh
data dan informasi yang dibutuhkan dalam pengukuran variabel dan
analisis data untuk pengujian hipotesis dalam penelitian.
Page 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
C. Data, Sumber Data, dan Pengumpulan Data
Strategi pengumpulan data dan sumber data adalah strategi arsip yaitu data
yang dikumpulkan dari catatan atau basis data yang sudah ada. Sumber data dari
strategi ini adalah data sekunder (secondary data) yaitu teknik pengumpulan data
yang dapat digunakan adalah teknik pengumpulan data dari basis data (Kuswadi
dan Mutiara, 2004). Data sekunder tersebut terdiri dari data berikut ini.
1. Laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008
yang disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
(PSAP) Nomor 1 Tentang Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah.
2. Perundang-undangan dan peraturan lain yang terkait dengan
penyusunan, penyajian dan pelaporan keuangan pemerintah daerah
Data yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut dikumpulkan dari catatan
atau basis data baik berupa hardcopy maupun softcopy yang diperoleh dari hasil
download pada website dan dokumentasi arsip-arsip Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) yaitu www.bpk.go.id dan sumber lain yang terkait.
D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
1) Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah dana perimbangan (DP).
Dana perimbangan atau intergovernmental revenue adalah dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. UU Nomor 25
tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah
Page 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
menyebutkan bahwa sumber-sumber penerimaan daerah dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah adalah pendapatan asli daerah, dana
perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan, Pasal 2,
menyebutkan bahwa Dana Perimbangan terdiri atas: Dana Bagi Hasil, Dana
Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus.
Dana Perimbangan merupakan proporsi antara jumlah pendapatan hasil
transfer pemerintah pusat terhadap total pendapatan pemerintah daerah. Angka
rasio ini menggambarkan ketergantungan keuangan pemerintah daerah pada
keuangan pemerintah pusat. Semakin tinggi angka rasio, mengindikasikan bahwa
ketergantungan keuangan pemerintah daerah kepada keuangan pemerintah pusat
dalam tarif yang tinggi dan sebaliknya. Sanford et al. (2001)
Untuk menentukan variabel ini, penelitian ini menggunakan formula yang
digunakan oleh Sanford et al. (2001) seperti berikut ini.
Dana Perimbangan
DP = ------------------------------------
Total Pendapatan Daerah
2) Variabel Independen
a) Pendapatan Per Kapita (PnKAP)
Pendapatan per kapita merupakan pendapatan yang diterima oleh tiap-
tiap penduduk dalam suatu pemerintah daerah. Jumlah pendapatan per kapita
merupakan hasil pembagian antara jumlah pendapatan asli daerah dengan
jumlah penduduk pemerintah daerah bersangkutan. Angka pendapatan per
Page 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
kapita yang tinggi mengindikasikan bahwa kinerja keuangan pemerintah
daerah tersebut baik.
Untuk menentukan variabel ini, penelitian ini menggunakan formula
yang digunakan oleh Sanford et al. (2001) seperti berikut ini.
Pendapatan Asli Daerah
PnKAP = -------------------------------------
Jumlah Penduduk
b) Pengeluaran Per Kapita (PgKAP)
Pengeluaran atau belanja merupakan jumlah yang dikeluarkan secara
tunai oleh pemerintah daerah secara rutin yang digunakan untuk operasional
kegiatan pemerintahan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Belanja
pemerintah daerah dipengaruhi oleh populasi penduduk di suatu pemerintah
daerah. Jumlah penduduk yang tinggi akan menjadi beban keuangan yang
tinggi bagi pemerintah daerah. Beban keuangan yang tinggi yang tidak
sebanding dengan pendapatan daerah akan menyebabkan kinerja keuangan
yang tidak optimal.
Pengeluaran per kapita merupakan proporsi antara jumlah pengeluaran
daerah dengan jumlah penduduk di suatu pemerintah daerah. Untuk
menentukan variabel ini, penelitian ini menggunakan formula yang digunakan
oleh Sanford et al. (2001) seperti berikut ini.
Jumlah Pengeluaran Daerah
PgKAP = -------------------------------------------
Jumlah Penduduk
Page 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
c) Likuiditas (LK)
Menurut Sanford et al. (2001) likuiditas merupakan perbandingan
antara jumlah total dari kas, setara kas, dan investasi sementara dalam surat-
surat berharga yang dimiliki pemerintah daerah dengan jumlah total hutang
lancarnya. Rasio ini menggambarkan kemampuan pemerintah dalam
menjamin hutang lancar dengan harta lancar pemerintah berupa kas dan setara
kas. Untuk menentukan angka rasio ini, formula yang digunakan adalah
seperti berikut ini.
Kas dan Setara Kas
LK = ------------------------------------
Total Kewajiban Lancar
d) Struktur Utang (STU)
Struktur utang merupakan perbandingan atau struktur antara jumlah
kewajiban pemerintah daerah dengan total ekuitas dana yang dimiliki oleh
pemerintah daerah. Struktur kewajiban ini menggambarkan kemampuan
pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban dengan jumlah ekuitas dana
yang dimiliki. Untuk menentukan variabel ini, penelitian ini menggunakan
formula yang digunakan oleh Sanford et al. (2001) seperti berikut ini.
Total Kewajiban
STU = ----------------------------------------
Total Ekuitas Dana
e) Pajak
Variabel ini merupakan jumlah pajak daerah
yang menjadi hak pemerintah daerah dalam suatu periode tertentu. Variabel
Page 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
ini diukur berdasarkan jumlah penerimaan pajak oleh suatu pemerintah daerah
yang datanya diambil dari laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja
daerah pada periode tertentu. Variabel ini diukur dengan nilai log taxes atas
jumlah pajak daerah yang tersaji dalam laporan keuangan pemerintah daerah.
Nilai logaritma digunakan atas variabel pajak mengingat bahwa
variabel ini menggunakan variabel absolut, sementara variabel lain
menggunakan data rasio. Sehingga, agar rentang data antar variabel tidak
terlalu jauh maka data variabel pajak yang diukur dengan jumlah nominal
absolut dinyatakan dengan log.
f) Real Estate
Variabel ini merupakan jumlah keseluruhan atas nilai tanah, gedung
atau bangunan dan jalan yang dimiliki dan dilaporkan oleh pemerintah daerah
pada tanggal tertentu. Variabel ini diukur dengan nilai log real estate atas
jumlah real estate daerah yang tersaji dalam laporan keuangan pemerintah
daerah.
Nilai logaritma digunakan atas variabel real estate mengingat bahwa
variabel ini menggunakan variabel absolut, sementara variabel lain
menggunakan data rasio. Sehingga, agar rentang data antar variabel tidak
terlalu jauh maka data variabel real estate yang diukur dengan jumlah nominal
absolut dinyatakan dengan log.
Page 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
E. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah model regresi untuk menguji
pengaruh pendapatan per kapita, pengeluaran per kapita, likuiditas, struktur utang,
pajak, dan real estate terhadap dana perimbangan pemerintah daerah di Indonesia.
Model penelitian ini sebagai berikut:
DP = β 0 + β 1PnKAP + β 2PgKAP + β 3LK + β 4STU + β 5PJ + β 6RE + ε
Keterangan :
DP = dana perimbangan,
β 0 = konstanta,
β 1 – β 4 = koefisien regresi,
PnKAP = pendapatan per kapita,
PgKAP = pengeluaran per kapita,
LK = likuiditas,
STU = struktur utang,
PJ = pajak,
RE = real estate, dan
ε = standard eror
Page 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
F. Pengujian Data
1. Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menguji kesalahan model regresi yang digunakan dalam penelitian,
maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas data,
multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi.
a) Uji normalitas data
Menurut Ghozali (2007:27), uji normalitas data dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi
kriteria sebaran atau distribusi normal. Salah satu cara agar data dapat
berdistribusi normal adalah dengan menggunakan metode trimming, yaitu
menghilangkan data yang bersifat oulier. Oulier adalah data yang
memiliki nilai di luar batas normal. Setelah data oulier dihilangkan, uji
normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Dengan uji ini dapat
diketahui apakah distribusi nilai-nilai sampel yang teramati terdistribusi
normal. Kriteria pengujian dengan dua arah (two-tailed test) yaitu dengan
membandingkan probabilitas dengan tarif signifikan 0,05 dan jika p > 0,05
maka data terdistribusi normal.
b) Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak
bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Salah satu cara untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan alat uji run test. Dari
pengujiaan ini dapat dilihat apakah terjadi autokorelasi atau tidak
Page 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
didasarkan pada nilai asymp.sig dalam uji runs test. Apabila asymp. sig.
lebih besar dari 5%, maka tidak terjadi gejala autokorelasi dan sebaliknya
jika asymp. sig. lebih kecil 5% maka terjadi gejala aoutokorelasi dalam
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Ghozali
(2007:28) apabila terjadi gejala autokorelasi pada model regresi, maka
dapat dihilangkan dengan melakukan transformasi data dan menambah
data observasi.
c) Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance tetap, maka disebut homokedastis dan
jika berbeda disebut heterokedastis. Salah satu metode dalam menguji
heterokedastisitas dalam model regresi adalah dengan uji Glejser. Metode
uji Glejser meregresikan nilai absolute residual dengan variabel bebas
dengan tingkat signifikansi 5%. Jika nilai signifikansinya di atas 5% maka
tidak terjadi heterokedastisitas. (Gujarati, 1995).
d) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar
sesama variabel independen yang lainnya sama dengan nol. Uji
multikolinieritas dilakukan dengan melihat tolerance value dan value-
Page 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
inflating factor (VIF). Nilai yang umum dipakai adalah tolerance value 0,1
dan VIF lebih kecil dari 10.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen berupa pendapatan per kapita, pengeluaran per kapita, likuiditas,
struktur utang, pajak, dan real estate terhadap variabel dependen dana
perimbangan pemerintah daerah di Indonesia dengan tingkat signifikansi yang
masih bisa ditoleransi yang ditetapkan 0,05 (α = 5%).
a) Uji signifikansi nilai F
Uji statistik nilai F digunakan untuk menunjukkan bahwa semua
model regresi dalam penelitian layak (fit) untuk digunakan dalam analisis
data dan pengujian hipotesis serta penarikan simpulan penelitian. Uji
statistik F dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%.
Krtiteria yang digunakan adalah jika nilai probabilitas dalam pengujian <
0,05, maka model regresi dapat dinyatakan fit, namun apabila nilai
probabilitas > 0,05 maka dapat dinaytakan bahwa model regresi yang
digunakan dalam penelitian ini tidak layak (fit).
b) Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Nilai t)
Merupakan pengujian masing-masing variabel independen yang
dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel independen
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independen. Uji nilai t
dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%.
Page 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Jika P value < 0,05 maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini diterima. Sebaliknya, jika P value > 0,05 maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini ditolak.
c) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa
besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai
koefisien determinasi (R2) dilihat pada hasil pengujian regresi berganda
untuk variabel independen berupa pendapatan per kapita, pengeluaran per
kapita, likuiditas, struktur utang, pajak dan real estate dan variabel
dependen berupa dana perimbangan dengan bantuan program SPSS for
Windows versi 16.0. Karena penelitan ini menggunakan lebih dari satu
variabel independen maka penulis menggunakan Adjusted R Square (Adj
R2) seperti yang dinyatakan oleh Ghozali (2007:28).
Page 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil pengolahan data serta analisis
yang meliputi diskripsi data, pengolahan data, dan pengujian hipotesis serta
pembahasan hasil analisis. Setelah proses pengumpulan data penelitian ini selesai
dilakukan melalui website www.bpk.go.id, maka selanjutnya dilakukan
pengolahan data tersebut dengan menggunakan program SPSS for Windows 16.0
dan selanjutnya menganalisis hasil pengolahan data yang diuraikan berikut ini.
A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah propinsi di
Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) dan
mempublikasikannya melalui website resmi Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK RI) yakni www.bpk.go.id. Atas populasi tersebut, kemudian
ditentukan sampel penelitian dengan menggunakan purposive sampling. Dengan
menggunakan metode sampling dan kriteria-kriteria pengambilan sampel
sebagaimana dijelaskan dalam bab III diperoleh jumlah sampel penelitian yang
dapat dijelaskan dalam tabel 1 berikut ini.
Page 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 1
Sampel Penelitian
Pemerintah Propinsi yang menerbitkan LKPD periode 2005-2008.................. 132
Pemerintah Propinsi yang tidak terpilih menjadi sampel:
- LKPD dengan opini adverse dan disclaimer ............................................ (23)
- LKPD yang tidak mencantumkan informasi secara lengkap ................... (31)
Pemerintah Propinsi yang terpilih menjadi sampel ............................................ 78
Sumber: www.bpk.go.id
Tabel sampel penelitian di atas menunjukkan bahwa jumlah laporan
keuangan pemerintah propinsi yang berhasil dikumpulkan melalui download di
website BPK RI adalah sejumlah 132 laporan keuangan pemerintah daerah
propinsi. Atas jumlah laporan keuangan tersebut, sejumlah 23 laporan keuangan
mempunyai opini tidak wajar (adverse opinion) dan tidak menyatakan pendapat
(disclaimer opinion) dan oleh karena opini tersebut, maka laporan keuangan
tersebut tidak digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Alasan yang
digunakan adalah bahwa informasi dalam laporan keuangan pemerintah daerah
dengan opini tidak wajar (adverse opinion) dan tidak menyatakan pendapat
(disclaimer opinion) tersebut disajikan secara tidak wajar berdasar SAP sehingga
tidak dapat digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pemakai laporan
keuangan.
Selain opini auditor BPK RI, penelitian ini juga menggunakan informasi
keuangan lain dalam pengukuran variabel independen dan dependen. Untuk
laporan keuangan yang telah memenuhi kriteria pengambilan sampel sebelumnya
tetapi tidak mencantumkan informasi untuk pengukuran variabel penelitian, maka
laporan keuangan tersebut tidak digunakan dalam penelitian ini. Laporan
Page 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
keuangan pemerintah daerah tersebut tidak menyajikan informasi secara lengkap,
diantaranya tidak menyajikan neraca, tidak menyajikan hutang lancar, dan lain-
lain. Jumlah laporan keuangan yang tidak secara lengkap menyajikan informasi
yang dimaksud sejumlah 31 laporan keuangan pemerintah daerah. Setelah
dilakukan identifikasi dengan menggunakan kriteria pengambilan sampel, maka
diperoleh sampel sejumlah 78 laporan keuangan pemerintah daerah. Data sampel
dalam penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.
B. Data dan Pengumpulan Data
Dalam rangka analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan
pemerintah daerah di Indonesia dalam hal ini Dana Perimbangan dilakukan
pengumpulan data berupa pendapatan per kapita (PnKAP), pengeluaran per kapita
(PgKAP), likuiditas (LK), struktur utang (STU), real estate (RE), dan pajak (PJ)
serta dana perimbangan (DP).
Data dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pemerintah daerah
propinsi di Indonesia yang dipublikasi melalui website resmi Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia yaitu www.bpk.go.id. Laporan keuangan yang
dimaksud terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan yang dipublikasi oleh BPK
tersebut berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah. Laporan keuangan pemerintah yang menjadi data dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan pemerintah daerah propinsi tahun 2005,
2006, 2007 dan 2008. Sementara itu, data jumlah penduduk 33 propinsi di
Page 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Indonesia diambil dari website resmi Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
yaitu www.bps.go.id.
C. Deskripsi Data Penelitian
Analisis deskriptif memberikan gambaran umum mengenai data dan
penyebaran data yang digunakan dalam penelitian ini. Penggambaran data yang
dimaksud meliputi nilai rata-rata (mean), nilai tertinggi (maximum), nilai terendah
(minimum) serta nilai deviasi standar yang menggambarkan penyebaran data
penelitian ini. Berikut ini disajikan tabel deskripsi data penelitian baik untuk data
mengenai variabel dependen dan variabel independen yang telah berhasil
dikumpulkan oleh peneliti untuk tujuan pengujian hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini.
Tabel 2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variable N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DP 78 0,20 0,96 0,5707 0,19922
PnKAP 78 18.609,09 310.871,05 123.885,6784 64.533,54519
PgKAP 78 25.074,62 917.311,77 195.851,2298 163.778,67878
LK 78 0,66 9.610,90 194,5664 1.102,65386
STU 78 0,00000 0, 08277 0,0117974 0,01285057
LN_PJ 78 23,21 29,23 26,6551 1,28453
LN_RE 78 24,07 30,73 28,5190 1,17251
Valid N
(listwise) 78
Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai variabel DP terendah adalah 0,20
dan nilai tertingginya 0,96 serta nilai rata-rata dan standart deviation masing-
masing adalah 0,5707 dan 0,19922. Dengan demikian, hasil deskriptif data ini
Page 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
menjelaskan bahwa penyebaran data berkisar antara 0,5707 dikurangi 0,19922
sampai dengan 0,5707 ditambah 0,19922. Sementara itu nilai varibel PnKAP
terendah adalah 18.069,09 dan nilai tertingginya 310.871,05 serta nilai rata-rata
dan standart deviation masing-masing adalah 123.885,6784 dan 64.533,54519.
Hasil deskriptif data ini menjelaskan bahwa penyebaran data berkisar antara
123.885,6784 dikurangi 64.533,54519 sampai dengan 123.885,6784 ditambah
dengan 64.533,54519.
Nilai variabel PgKAP terendah adalah 25.074,62 dan nilai tertingginya
917.311,77 serta nilai rata-rata dan standart deviation masing-masing adalah
195.851,2298 dan 163.778,67878. Hasil deskriptif data ini menjelaskan bahwa
penyebaran data berkisar antara 195.851,2298 dikurangi 163.778,67878 sampai
dengan 195.851,2298 ditambah 163.778,67878. Nilai variabel LK terendah adalah
0,66 dan nilai tertingginya 9.610,90 serta nilai rata-rata dan standart deviation
masing-masing adalah 194,5664 dan 1.102,65386 Hasil deskriptif data ini
menjelaskan bahwa penyebaran data berkisar antara 194,5664 dikurangi
1.102,65386 sampai dengan 194,5664 ditambah 1.102,65386.
Nilai variabel STU terendah adalah 0,0000 dan nilai tertingginya 0,08277
serta nilai rata-rata dan standart deviation masing-masing adalah 0,0117974 dan
0,01285057. Hasil deskriptif data ini menjelaskan bahwa penyebaran data berkisar
antara 0,0117974 dikurangi 0,01285057 sampai dengan 0,0117974 ditambah
0,01285057. Nilai variabel LN_PJ terendah adalah 23,21 dan nilai tertingginya
29,23 serta nilai rata-rata dan standart deviation masing-masing adalah 26,6551
Page 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dan 1,28453. Hasil deskriptif data ini menjelaskan bahwa penyebaran data
berkisar 26,6551 dikurangi 1,28453 sampai dengan 26,6551 ditambah 1,28453.
Sementara itu, nilai variabel LN_RE terendah adalah 24,07 dan nilai
tertingginya 30,73 serta nilai rata-rata dan standart deviation masing-masing
adalah 28,5190 dan 1,17251. Hasil deskriptif data ini menjelaskan bahwa
penyebaran data berkisar 28,5190 dikurangi 1,17251 sampai dengan 28,5190
ditambah 1,17251.
D. Analisis Data
1. Pengujian Asumsi Klasik
Model regresi dalam penelitian dapat digunakan untuk estimasi dengan
signifikan dan representative jika model regresi tersebut tidak menyimpang dari
asumsi dasar klasik regresi berupa: normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas
dan multikolinearitas. Berikut ini dipaparkan hasil asumsi klasik atas data yang
digunakan dalam penelitian.
a. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas data dilakukan untuk menguji apakah data
terdistribusi secara normal. Model regresi yang baik adalah model regresi
yang memiliki distribusi nilai residual normal atau mendekati normal.
Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan menggunakan alat uji
Kolmogorov-Smirnov dengan nilai residu atas persamaan model regresi
yang digunakan dalam penelitian. Kriteria yang digunakan adalah dengan
membandingkan probability value yang diperoleh dengan pedoman
Page 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
pengambilan keputusan bahwa: jika probability value > 0,05 maka data
terdistribusi normal dan jika probability value < 0,05 maka data
terdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat dalam tabel 3
berikut ini.
Tabel 3
Uji Normalitas Data
Unstandardized Residual
N 78
Normal Parameters a Mean 0,0000000
Std. Deviation 0,05559493
Most Extreme
Differences
Absolute 0,090
Positive 0,048
Negative -0,090
Kolmogorov-Smirnov Z 0,791
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,55
a
Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Hasil uji normalitas di atas menunjukkan bahwa seluruh data
variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal dengan
dibuktikan oleh nilai Asymp. Sig. yang lebih besar dari tingkat signifikasi
penelitian 5%.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi menunjuk pada hubungan yang terjadi antara
anggota-anggota dari serangkaian observasi yang terletak berderetan
secara series dalam bentuk waktu (time series) atau hubungan antara
tempat yang berdekatan (cross sectional). Pada penelitian ini
menggunakan alat uji runs test. Dari pengujiaan ini dapat dilihat apakah
Page 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
terjadi autokorelasi atau tidak yang didasarkan pada nilai Asymp. Sig
dalam uji run test. Apabila Asymp. Sig. lebih besar dari 5%, maka tidak
terjadi gejala autokorelasi dan sebaliknya jika Asymp. Sig lebih kecil 5%
maka terjadi gejala autokorelasi dalam model regresi yang digunakan
dalam penelitian ini. Berikut ini disajikan hasil uji runs test untuk
mengindikasikan asumsi autokorelasi dalam model regresi yang digunakan
dalam penelitian ini.
Tabel 4
Uji Autokorelasi
Unstandardized Residual
Test Valuea 0,00149
Cases < Test Value 39
Cases >= Test Value 39
Total Cases 78
Number of Runs 37
Z -0,684
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,494
Sumber: hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. dalam runs test
atas seluruh model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebesar 5%. Hasil ini mengindikasikan bahwa variabel dalam model
regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala
autokorelasi.
c. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas merupakan keadaan yang menggambarkan
seluruh faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama untuk seluruh
Page 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
pengamatan atas variabel independen. Dalam penelitian ini, uji yang
digunakan untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dalam model
regresi adalah metode Glejser, yaitu dengan meregresikan nilai dari
seluruh variabel independen dengan nilai mutlak (absolute) dari nilai
residual sehingga dihasilkan probability value. Kriteria pengujiannya
adalah jika probability value < 0,05 maka terjadi heterokedastisitas dan
jika probability value > 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil
uji heterokedastisitas dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5
Hasil Uji Heterokedastisitas
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
(Constant) -0,021 0,097 -0,214 0,831
PnKAP 1.782E-7 0,000 0,253 2,007 0,059
PgKAP -5,880E-9 0,000 -0,030 -0,214 0,831
LK -2,532E-6 0,000 -0,086 -0,768 0,445
STU -0,392 0,312 -0,155 -1,255 0,214
LN_PJ 0,001 0,006 0,030 0,128 0,899
LN_RE 0,001 0,006 0,037 0,177 0,860 a Dependent Variable: ABS_res2
Sumber: hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa probabilitas dalam tiap model
regresi yang digunakan dalam penelitian ini lebih besar dari 0,05 atau 5%
sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas
dalam semua model regresi penelitian ini.
d. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya
hubungan linier di antara variabel-variabel independen dengan model
Page 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
regresi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tolerance value dan
variance inflation factor (VIF) dengan kriteria, jika tolerance value < 0,1
dan VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas dan jika tolerance value >0,1
atau VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Hasil uji
multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6
Hasil Uji Multikolinieritas
Variable Independen Tolerance Value VIF
PnKAP 0,551 1,815
PgKAP 0,934 1,071
LK 0,966 1,035
STU 0,785 1,274
LN_PJ 0,343 2,914
LN_RE 0,358 2,796
Sumber: hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk semua
variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih besar dari 0,1 dan nilai value
inflating factor untuk semua variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih
kecil dari 10. Hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa dalam model-
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala
multikolinieritas atau seluruh variabel dalam model-model penelitian ini
homokedastisitas.
2. Pengujian Hipotesis
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh bukti empiris terkait pengaruh
pendapatan per kapita (PnKAP), pengeluaran per kapita (PgKAP), likuiditas (LK),
struktur utang (STU), real estate (RE), dan pajak (PJ) terhadap dana perimbangan
Page 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
(DP) pemerintah daerah di Indonesia. Untuk tujuan penelitian tersebut, maka
dilakukan analisis data penelitian dengan menggunakan model regresi berganda.
Berikut disajikan pengujian dan hasil analisis atas pengujian menggunakan model
regresi berganda.
a. Uji Signifikansi Nilai F
Uji signifikansi nilai F dilakukan guna menentukan good of fittest
atau uji kelayakan model regresi untuk digunakan dalam melakukan
analisis hipotesis dalam penelitian. Kriteria yang digunakan dalam
pengujian ini adalah probability value (sig), apabila probability value
dalam hasil pengujian lebih kecil dari 5%, maka dapat dinyatakan bahwa
model layak (fit) untuk digunakan sebagai model regresi dalam penelitian
dan sebaliknya jika probability value lebih besar dari 5%, maka dapat
dinyatakan bahwa model tidak layak untuk digunakan dalam pengujian
hipotesis penelitian.
Berikut disajikan hasil uji signifikansi nilai F dalam penelitian ini.
Tabel 7
Uji Signifikansi Nilai F
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
Regression 2,812 3 0,937 283,938 0,000
Residual 0,244 74 0,003
Total 3,056 77 Sumber: hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa probability value dari model
regresi yang digunakan dalam penelitian lebih kecil dari tingkat
signifikansi penelitian 5%. Hasil ini mengindikasikan bahwa model regresi
Page 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
yang digunakan dalam penelitian ini layak (fit) untuk digunakan sebagai
model regresi pengujian hipotesis.
b. Uji Koefisien Regresi Parsial (Nilai-t)
Uji signifikansi nilai-t dimaksudkan untuk menguji pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian
sebagaimana dinyatakan dalam hipotesis penelitian ini. Selain untuk
menguji pengaruh tersebut, uji ini juga dapat digunakan untuk mengetahui
tanda koefisien regresi masing-masing variabel independen sehingga dapat
ditentukan arah pengaruh masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen. Kriteria pengambilan kesimpulan atas hasil pengujian
adalah probability value (sig)-t, apabila probability value (sig)-t lebih kecil
dari 5%, maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen sehingga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian dapat diterima atau didukung oleh data penelitian, sebaliknya
jika probability value (sig)-t lebih besar dari 5%, maka dapat dinyatakan
bahwa variabel independen tidak berpengaruh pada variabel dependen dan
hipotesis yang diajukan tidak diterima atau tidak didukung oleh data
penelitian. Berikut ini disajikan hasil uji signifikansi nilai t dalam
penelitian ini.
Page 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 8
Uji Koefisien Regresi Parsial (Nilai t)
Variable Standard Koefisien (beta) T Sign.
Konstata 3,125 19,192 0,000*
PnKAP 0,13 0,296 0,768
PgKAP 0,340 10,007 0,000*
LK -0,43 -1,306 0,196
STU -0,13 -0,350 0,728
LN_PJ 1,088 19,395 0,000*
LN_RE 0,384 6,996 0,000*
Keterangan :
PnKAP = pendapatan per kapita,
PgKAP = pengeluaran per kapita,
LK = likuiditas,
STU = struktur utang,
PJ = pajak, dan
RE = real estate.
*) Signifikan pada = 1 %
Sumber : Pengolahan Data
Atas dasar hasil pengujian tersebut di atas, maka dapat disusun
model regesi berganda dalam penelitian yaitu seperti berikut ini.
DP = 3,125 + 0,13 (PnKAP) + 0,340 (PgKAP) – 0,43 (LK) – 0,13
(STU) + 1,088 (LN_PJ) + 0,384 (LN_RE) + ε
c. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi menyatakan persentase total variasi dari
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam
model. Untuk model regresi dengan satu variabel independen koefisien
determininasi ditunjukkan oleh nilai R square (R2) dan untuk model
regresi dengan menggunakan dua atau lebih variabel independen koefisien
determinasi ditunjukkan oleh nilai adjusted R square (adj R2). Penelitian
ini menggunkan nilai adj R2.
Page 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Nilai adj R2
berkisar antara 0 sampai 1. Apabila adj R2 mendekati
1, ini menunjukkan bahwa variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen. Sebaliknya jika nilai adj R2 mendekati 0,
maka variasi dari variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel
independen. Berikut ini disajikan hasil uji koefisien regresi yang
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 9
Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
0,959
0,920
0,917
0,05745
2,017
Sumber :Pengolahan Data
Hasil pengujian diatas mengindikasikan bahwa nilai Adjusted R2
sebesar 0.917 yang menunjukkan bahwa 91,7% Variable Dependen yakni
Dana Perimbangan dipengaruhi oleh variabel independen yang disajikan
dalam penelitian ini. Sementara itu, sisanya sebesar 8,3% dipengaruhi
variabel lain diluar model penelitian ini.
E. Pembahasan
Dalam pengujian model regresi yang menggunakan dana perimbangan
(DP) sebagai variabel dependen dan variabel independen meliputi pendapatan per
kapita (PnKAP), pengeluaran per kapita (PgKAP), likuiditas (LK), struktur utang
(STU), real estate (RE), dan pajak (PJ) hasil pengujian mengindikasikan bahwa
jumlah pengeluaran per kapita (PgKAP), real estate (RE), dan pajak (PJ)
berpengaruh positif terhadap Dana Perimbangan (DP) pemerintah daerah.
Page 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Sementara itu pendapatan per kapita (PnKAP), likuiditas (LK), dan struktur utang
(STU) tidak berpengaruh terhadap Dana Perimbangan (DP) ) pemerintah daerah.
Variabel pendapatan per kapita (PnKAP) tidak berpengaruh terhadap dana
perimbangan pemerintah daerah karena nilai probabilitas untuk variabel
pendapatan per kapita (PnKAP) adalah sebesar 0,768. Oleh karena itu hipotesis
pertama dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa pendapatan per kapita
berpengaruh positif terhadap dana perimbangan permeintah daerah ditolak karena
tidak didukung oleh data penelitian.
Pendapatan per kapita merupakan hasil pembagian antara jumlah
pendapatan asli daerah (PAD) dengan jumlah penduduk pemerintah daerah
bersangkutan (Sanford et al, 2001). Lains (1995) menyatakan bahwa kemampuan
pembiayaan dengan PAD dalam pelaksanaan pembangunan daerah masih sangat
kecil atau dengan kata lain sebagian besar pembiayaan dasar dibiayai oleh
Pemerintah Pusat. Oleh karena kemampuan yang relatif kecil ini, maka bisa
disimpulkan bahwa besarnya pendapatan per kapita kurang berpengaruh terhadap
dana perimbangan pemerintah daerah.
Variabel pengeluaran per kapita (PgKAP) berpengaruh positif terhadap
dana perimbangan pemerintah dengan dibuktikan nilai signifikansi penelitian
sebesar 0.000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian sebesar 1 %.
Oleh karena itu hipotesis kedua yang menyatakan bahwa pengeluaran per kapita
berpengaruh positif terhadap dana perimbangan pemerintah daerah diterima
karena didukung oleh data penelitian.
Page 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tanda koefisien regresi untuk variabel pengeluaran per kapita (PgKAP)
adalah positif yaitu sebesar 0,340. Tanda koefisien ini mengindikasikan bahwa
jumlah pengeluaran per kapita yang tinggi pada suatu pemerintah daerah
mempunyai kinerja keuangan yang baik dan menyebabkan kecenderungan
pemerintah daerah tersebut mendapat alokasi dana perimbangan pemerintah
daerah yang tinggi. Hal ini merupakan apresiasi pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dengan memberikan insentif atas kinerja keuangan yang baik
tersebut dengan jumlah dana perimbangan yang tinggi. Maka hasil penelitian ini
membuktikan bahwa tujuan pemberian dana pemerintah tersebut sama dengan
data dan hasil pengolahan data dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian Worthington dan Dollery (1999).
Variabel Likuiditas (LK) tidak berpengaruh terhadap dana perimbangan
pemerintah daerah karena nilai probabilitas untuk variabel likuiditas (LK) adalah
sebesar 0,196. Oleh karena itu hipotesis ketiga dalam penelitian ini yang
menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap dana perimbangan
permeintah daerah ditolak karena tidak didukung oleh data penelitian.
Variabel struktur utang (STU) tidak berpengaruh terhadap dana
perimbangan pemerintah daerah karena nilai probabilitas untuk struktur utang
(STU) adalah sebesar 0,728. Oleh karena itu hipotesis keempat dalam penelitian
ini yang menyatakan bahwa struktur utang berpengaruh positif terhadap dana
perimbangan permeintah daerah ditolak karena tidak didukung oleh data
penelitian.
Page 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Terkait dengan struktur utang dan likuiditas, Sutaryo (2009) menyatakan
bahwa sebagian besar utang pemerintah daerah adalah utang pada pemerintah
pusat yang cara pembayarannya lebih longgar dibandingkan dengan utang pada
pihak swasta, sehingga jumlah utang ini kurang berpengaruh terhadap kesulitan
keuangan pemerintah daerah. Jumlah utang pemerintah daerah yang kurang
berpengaruh terhadap kemampuan keuangan daerah ini yang kemungkinan
menyebabkan likuiditas pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap dana
perimbangan pemerintah. Alasan ini juga mendasari hasil penelitian bahwa
struktur utang tidak berpengaruh terhadap dana perimbangan pemerintah.
Variabel pajak (PJ) berpengaruh positif terhadap dana perimbangan
pemerintah daerah yang dibuktikan dengan nilai probabilitas variabel pajak daerah
yang lebih kecil dari signifikansi penelitian 1 %, yaitu sebesar 0, 000. Oleh karena
itu hipotesis kelima yang menyatakan bahwa pajak berpengaruh positif terhadap
dana perimbangan pemerintah daerah diterima karena didukung oleh data
penelitian.
Tanda koefisien regresi untuk variabel pajak daerah adalah positif sebesar
1,088. Tanda koefisien regresi ini mengindikasikan bahwa jumlah penerimaan
pajak daerah yang tinggi mengindikasikan kinerja keuangan pemerintah daerah
yang baik dan menyebabkan kecenderungan pemerintah daerah tersebut mendapat
alokasi dana perimbangan pemerintah daerah yang tinggi. Hal ini merupakan
apresiasi pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan memberikan insentif
atas kinerja keuangan yang baik tersebut dengan jumlah dana perimbangan yang
tinggi
Page 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Steven dan McGowan
(1983). Penerimaan pajak daerah merupakan salah satu sumber penerimaan
daerah bagi suatu pemerintah daerah. Apabila penerimaan pajak daerah suatu
pemerintah daerah dalam jumlah yang tinggi akan membawa kecenderungan pada
jumlah penerimaan daerah yang tinggi pula. Hal ini mengindikasikan bahwa
pemerintah daerah tersebut mempunyai kinerja keuangan yang baik, sehingga
mendapat insentif berupa dana perimbangan yang tinggi dari pemerintah pusat
bila dibandingkan dengan pemerintah daerah yang mempunyai kinerja keuangan
yang tidak baik.
Variabel real estate (RE) berpengaruh positif terhadap dana perimbangan
pemerintah yang dibuktikan dengan nilai probabilitas untuk variabel ini sebesar
0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 1 %. Oleh karena itu
hipotesis keenam yang menyatakan bahwa real estate berpengaruh positif
terhadap dana perimbangan pemerintah daerah diterima karena didukung oleh
data penelitian.
Tanda koefisien regresi untuk variabel ini adalah positif sebesar 0,384.
Tanda koefisien regresi ini mengindikasikan bahwa kepemilikan jumlah real
estate yang tinggi menyebabkan dana perimbangan pemerintah yang tinggi.
Kepemilikan real estate yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah
mempunyai sumber daya yang cukup untuk melakukan kegiatan pelayanan pada
masyarakat. Selain itu, Kepemilikan real estate yang tinggi mengindikasikan
bahwa pemerintah daerah mempunyai kinerja keuangan yang baik. Hasil
penelitian konsisten dengan penelitian Steven dan McGowan (1983)
Page 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Pengujian data laporan keuangan pemerintah daerah yang dilakukan
dengan menggunakan model regresi berganda menunjukkan hasil bahwa data
laporan keuangan yang dinyatakan dalam jumlah absolute maupun rasio dapat
digunakan dalam menguji pengaruh pendapatan per kapita (PnKAP), pengeluaran
per kapita (PgKAP), likuiditas (LK), struktur utang (STU), real estate (RE), dan
pajak (PJ) terhadap jumlah dana perimbangan (DP) pemerintah daerah di
Indonesia. Hasil ini mengindikasikan bahwa informasi dalam laporan keuangan
pemerintah daerah mempunyai nilai relevan bagi pemakai laporan keuangan
pemerintah daerah.
Atas dasar hasil pengujian data penelitian dapat diambil kesimpulan
berikut ini.
1) Variabel pendapatan per kapita (PnKAP) tidak berpengaruh terhadap jumlah
dana perimbangan pemerintah daerah di Indonesia.
2) Variabel pengeluaran per kapita (PgKAP) berpengaruh positif terhadap jumlah
dana perimbangan pemerintah daerah di Indonesia.
3) Variabel likuiditas (LK) tidak berpengaruh terhadap jumlah dana perimbangan
pemerintah daerah di Indonesia.
Page 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
4) Variabel struktur utang (STU) tidak berpengaruh terhadap jumlah dana
perimbangan pemerintah daerah di Indonesia.
5) Variabel pajak (PJ) berpengaruh positif terhadap jumlah dana perimbangan
pemerintah daerah di Indonesia.
6) Variabel real estate (RE) berpengaruh positif terhadap jumlah dana
perimbangan pemerintah daerah di Indonesia.
B. KETERBATASAN
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa keterbatasan penelitian yang
dengan keterbatasan tersebut dapat berpengaruh pada hasil penelitian. Adapun
beberapa keterbatasan yang dimaksud: variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini hanya berjumlah enam variabel yang terdiri dari variabel
keuangan saja yaitu pendapatan per kapita (PnKAP), pengeluaran per kapita
(PgKAP), likuiditas (LK), struktur utang (STU), real estate (RE), dan pajak (PJ)
yang diduga berpengaruh terhadap dana perimbangan pemerintah daerah.
Penelitian ini tidak memasukkan variabel non keuangan seperti status daerah,
kondisi geografis, luas wilayah dan lain sebagainya yang mempunyai
kemungkinan untuk menjadi faktor yang mempengaruhi dana perimbangan
pemerintah daerah.
Selain itu, penelitian ini dilakukan hanya menggunakan laporan keuangan
pemerintah daerah propinsi di Indonesia tanpa menguji pemerintah daerah
kabupaten atau kota oleh karena keterbatasan data terutama jumlah penduduk
masing-masing pemerintah daerah kabupaten atau kota dalam tiap tahunnya.
Page 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Keterbatasan yang lain adalah nilai autokorelasi dalam pengujian data
penelitian ini adalah sebesar 0,494 atau 0,50 yang sama dengan besar batas
penentuan kriteria terjadinya autokorelasi. Hasil uji autokeralsi yang demikian
dapat berakibat pada hasil pengujian data dan pengambilan kesimpulan penelitian.
C. SARAN DAN IMPLIKASI
Hasil penelitian yang didapat dari pengujian data laporan keuangan
pemerintah daerah menjadi dasar bagi peneliti untuk menyatakan rekomendasi
bagi pemerintah daerah untuk mengoptimalkan pengelolaan real estate yang
dimiliki oleh pemerintah daerah agar dapat memberikan pendapatan bagi
pemerintah daerah dan mampu menghasilkan peningkatan pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah daerah pada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah
perlu untuk melakukan inovasi guna meningkatkan penerimaan pajak daerah agar
dapat meningkatkan kemandirian daerah sehingga kinerja keuangan akan baik.
Hasil penelitian ini juga berimplikasi bagi legislator bahwa anggota dewan
harus memperhatikan rasio keuangan pemerintah daerah dalam suatu periode
tertentu terutama pengeluaran per kapita, jumlah aset dan pajak daerah dalam
proses penyusunan dan pelaksanaan serta evaluasi anggaran terutama penentuan
pengajuan dana perimbangan pemerintah. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat
berimplikasi pada standart setter yang dalam hal ini adalah komite standar
akuntansi pemerintah untuk dapat menyusun standar yang lebih baik sehingga
informasi atas laporan keuangan pemerintah daerah dapat mempunyai nilai
relevan yang lebih tinggi lagi.
Page 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Bagi penelitian berikutnya, peneliti merekomendasikan untuk
mengikutsertakan variabel-variabel non keuangan seperti status daerah, kondisi
geografis, luas wilayah dan lain-lain agar dapat diperoleh hasil penelitian yang
lebih mampu menjelaskan variabilitas dana perimbangan pemerintah daerah.
Selain itu, peneliti juga merekomendasikan untuk dapat menggunakan data dan
sampel penelitian pemerintah daerah kabupaten atau kota sehingga dapat
diperoleh jumlah sampel yang lebih banyak dan hasil penelitian yang lebih baik
secara statistik.