PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI BAHAN KIMIA (FLY ASH, KAPUR DAN BIO-BAKTERI) TERHADAP PARAMETER FISIK, MEKANIK DAN DINAMIK AKIBAT SIKLUS PEMBASAHAN-PENGERINGAN PADA TANAH RESIDUAL DI DAERAH LERENG Oleh: Dewinta Maharani P. (3109100004) Agusti Nilasari (3109100041) Bebby Idhiani Nikita (3109100075) Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Ria Asih Aryani Soemitro, M.Eng. Musta’in Arif, S.T., M.T.
35
Embed
PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI BAHAN KIMIA …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-40673-3109100004-3109100041... · Tanah residual merupakan tanah yang dibentuk oleh pelapukan batuan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI BAHAN KIMIA (FLY ASH, KAPUR DAN BIO-BAKTERI) TERHADAP
PARAMETER FISIK, MEKANIK DAN DINAMIK AKIBAT SIKLUS PEMBASAHAN-PENGERINGAN PADA TANAH
Dalam penelitian ini, untuk meningkatkan daya dukung tanah, digunakan metode perbaikan tanah dengan cara kimiawi berupa penambahan bahan kimia yaitu kapur aktif atau
Hydrated Lime (Ca(OH)2), Fly Ash dan juga dengan proses mikrobiologi yang menggunakan Bio-bakteri.
Pengujian sifat fisik dalam penenilitian ini meliputi pengujian
gravimetri dan volumetri yang dilanjutkan dengan menentukan batas-batas Atterberg yang meliputi penentuan
kadar air (wc), batas cair (liquid limit, LL), batas plastis (plasticity limit, PL) dan batas susut (shrinkage limit, SL).
Pengujian sifat mekanik yang meliputi penentuan kohesi (cu) dan sudut geser dalam (ϕ). Pengujian sifat dinamik yang
meliputi penentuan nilai modulus geser dengan menggunakan alat uji Elemen Bender. Pengujian terakhir yaitu pengujian
suction untuk penentuan nilai tegangan air pori negatif (-Uw)
Tanah Residual • Brand & Philipson (1985)
Tanah residual merupakan tanah yang dibentuk oleh pelapukan batuan di tempatnya, tetapi dengan kondisi batuan asli telah terlapuk dengan sempurna
• Sowers (1985) Tanah residual sebagai produk pelapukan batu yang tertinggal di tempatnya akibat proses pembasahan-pengeringan batuan induk
• Wesley (1997) Tanah residual adalah tanah yang terjadi dari pelapukan batu asal yang masih berada di atas batuan asalnya
Tanah Residual • Wesley (1998, 2000)
Sifat-sifat tanah residual dapat dianggap bergantung pada dua faktor utama, yaitu komposisi serta struktur. Komposisi meliputi sifat-sifat butir sendiri, yaitu ukuran, bentuk, serta jenis mineral dan struktur meliputi keadaan asli tanah setempat seperti kepadatan dan gaya tarik menarik yang kuat antara butir (interparticle bonds). Tanah residual memiliki rentang sifat fisik dan sifat mekanik yang besar tergantung pada mineral pembentuk batuan induk, intensitas pelapukan, jumlah curah hujan dan suhu.
Tanah Residual di Jember • Muntaha (2012) dari “Penelitian Karakteristik Tanah Residual di Jember”
Perubahan kadar air, kadar lempung dan angka pori (kepadatan) berpengaruh terhadap modulus geser tanah. Perubahan kadar air dari kondisi kering udara ke kondisi jenuh, tanah yang mempunyai kadar lempung lebih dari 15% dan kepadatan yang lebih tinggi mempunyai rentang modulus geser yang lebih tinggi daripada tanah yang mempunyai kadar lempung kurang dari 15%. Penurunan kohesi dan sudut geser tanah akibat perubahan musin berulang, berdasarkan hasil penelitian rata-rata penurunan nilai kohesi dan sudut geser dalam adalah 10%.
Stabilisator Tanah Residual
• Bio-bakteri • Fly Ash • Kapur Aktif
Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah Penelitian
Pengujian Sifat Fisik • Indeks Konsistensi
Parameter utama yang digunakan untuk mengetahui karakteristik tanah adalah Indeks Plastis (Plasticity Index). Pengujian yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah: Kadar air (water content, wc), digunakan standar uji ASTM D 2216-71 Batas cair (liquid limit, LL), digunakan standar uji ASTM D 432-66 Batas plastis (plastic limit, PL), digunakan standar uji ASTM D 424-74 Batas susut (shrinkage limit, SL), digunakan standar uji ASTM D 427-74 Secara empiris, nilai indeks plastis merupakan selisih antara batas cair dan batas plastis (IP = LL – PL). Batas cair, batas plastis, batas susut dan indeks plastis biasanya lebih dikenal dengan batas Atterberg (Atterberg Limits).
Pengujian Sifat Fisik • Ukuran Butiran dan Analisis Hidrometer
Pengukuran butiran tanah (analisis ayakan) dilakukan dengan menggunakan standar uji ASTM D 422-63 dan analisis hidrometer menggunakan standar uji ASTM 1140-54. Kedua pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan gradasi butiran terutama fraksi lanau dan lempungnya (fraksi ≤ 0,002 mm).
• Pengujian Specific Gravity Pengujian specific gravity (berat jenis) dilakukan dengan menggunakan standar uji ASTM D 854-72. Nilai berat jenis (Gs) yang diperoleh akan membantu dalam klasifikasi jenis tanah yang diuji.
Pengujian Proctor Standard Uji pemadatan dengan pengujian Proctor Standard dilakukan
dengan menggunakan standar uji ASTM D 698-70. Hasil data dari pengujian ini nantinya untuk menggambarkan kurva hubungan antara kepadatan kering dengan kadar air. Berdasarkan kurva
pemadatan tersebut, harga kepadatan kering maksimum (maximum dry density, MDD) dan kadar air optimum (optimum moisture
content, OMC) dapat ditentukan.
Proses Pembasahan-Pengeringan Proses pembasahan dan pengeringan dilakukan secara bertahap berdasarkan
persentase pengurangan dan penambahan kadar air. Penelitian ini menggunakan siklus pengeringan-pembasahan 1x dan 2x, kemudian proses pengeringan 4x dan 6x. Perlakuan tersebut diterapkan pada benda uji yang
digunakan untuk pengujian gravimetri-volumteri, Elemen Bender dan pengukuran tegangan air pori negatif. Pengukuran tegangan air pori negatif,
kertas filter Whatman no. 42, dihimpit pada dua benda uji gravimetri-volumetri dan Elemen Bender sehingga satu pasang benda uji terdapat satu
buah kertas filter.
Proses Pembasahan-Pengeringan Tahapan siklus pada tanah natural
Proses Pembasahan-Pengeringan Tahapan siklus pada tanah natural+7% bio-bakteri
Proses Pembasahan-Pengeringan Tahapan siklus pada tanah natural+5% fly ash
Proses Pembasahan-Pengeringan Tahapan siklus pada tanah natural+6% kapur
Pengujian Sifat Mekanik • Pengujian Triaksial Unconsolidated Undrained (UU)
Pengujian Triaksial Unconsolidated Undrained ini dilakukan menggunakan alat uji Triaxial Unconsolidated Undrained Test untuk mendapatkan hasil sifat mekanik tanah, yakni kohesi (cu) dan sudut geser dalam (ϕ). Hasil yang didapat berasal dari benda uji yang telah diuji untuk kemudian diolah ke dalam grafik Mohr. Acuan yang digunakan dalam pengujian ini sesuai dengan peraturan pada ASTM D 698-70.
• Pengujian Unconfined Compression Strength (UCS) Pengujian ini dilakuakn menggunakan alat UCS untuk mendapatkan hasil kohesi (cu). Acuan pengujian ini sesuai dengan peraturan ASTM D2166-00.
Pengujian Sifat Dinamik Pengujian dinamik dilakukan dengan pengujian menggunakan alat Elemen Bender. Alat uji Elemen Bender yang digunakan untuk pengukuran adalah
secara manual dan digital. Pengukuran secara manual dilakukan menggunakan osiloskop yang pemancar (transmitter) dan penerimanya (receiver) dihubungkan
dengan komputer untuk kemudian dilakukan pembacaan secara digital. Alat yang terpasang sebagai pembaca digital dinamakan Ultrasonic Time Analyzer
(UTA).
Pengukuran Tegangan Air Pori Negatif Nilai tegangan air pori negatif diperoleh dari grafik korelasi antara kadar air kertas filter
tipe Whatman no. 42 dengan nilai suction setelah diberikan kalibrasi.
(Fredlund dan Rahardjo, 1993)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Sifat Kimia Material Uji Komposisi sifat kimia fly ash
Hasil Pengujian Proctor Standard Tanah Natural dengan Bio-bakteri
Hasil pengujian Proctor Standard tanah natural yang dicampur dengan 3%, 5% dan 7% bio-bakteri. Hasil keseluruhan pengujian Proctor Standard pada tanah
natural yang dicampur dengan 3%, 5% dan 7% bio-bakteri dalam keadaan optimum akan ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
(Sumber: Hasil penelitian)
Kadar Bio-bakteri
γd maksimum (kN/m3)
wc optimum (%)
3% 12,281 28,09 5% 12,706 33,397 7% 13,269 34,761
Hasil Pengujian Proctor Standard Tanah Natural dengan Bio-bakteri
Berdasarkan hasil pada tabel menunjukkan bahwa nilai kepadatan maksimum optimum adalah tanah natural yang dicampur dengan 7% bio-bakteri. Dengan demikian, kadar bio-bakteri yang digunakan untuk campuran tanah pada siklus
pengeringan-pembasahan adalah 7%.
Hasil grafik pemadatan Proctor Standard pada tanah residual natural +7% bio-bakteri (Sumber: Hasil penelitian)
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00
Ber
at V
olum
e K
erin
g, γ
d Ze
ro A
ir V
oid
(γZA
V),
kN/m
3
Wc (%)
Zav line
Hasil Pengujian Proctor Standard Tanah Natural dengan Fly Ash
Hasil pengujian Proctor Standard tanah natural yang dicampur dengan 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% fly ash. Hasil keseluruhan pengujian Proctor Standard pada
tanah natural yang dicampur dengan 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% fly ash dalam keadaan optimum akan ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Hasil Pengujian Proctor Standard Tanah Natural dengan Fly Ash
Berdasarkan hasil pada tabel menunjukkan bahwa nilai kepadatan maksimum optimum adalah tanah natural yang dicampur dengan 5% fly ash. Dengan demikian, kadar fly ash yang digunakan untuk campuran tanah pada siklus
pengeringan-pembasahan adalah 5%.
Hasil grafik pemadatan Proctor Standard pada tanah residual natural +5% fly ash (Sumber: Hasil penelitian)
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
22.00 24.00 26.00 28.00 30.00 32.00 34.00
Kep
adat
an K
erin
g, γ
d Ze
ro A
ir V
oid
(γZA
V),
kN/m
3
Wc (%)
Zav line
Hasil Pengujian Proctor Standard Tanah Natural dengan Kapur
Hasil pengujian Proctor Standard tanah natural yang dicampur dengan 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% kapur. Hasil keseluruhan pengujian Proctor Standard pada tanah natural yang dicampur dengan 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% kapur dalam
keadaan optimum akan ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
- AASHTO A-7-6 A-7-6 A-7-5 Triaksial Unconsolidated Undrained Test - Kohesi, cu (kPa) - Sudut geser dalam, ϕ
1,8
31,7˚
24,6 33,4˚
74,7 21,6˚
Hasil Pengujian Sifat Mekanik • Analisis Hasil Uji Proctor Standard pada Benda Uji Natural
dan Benda Uji Natural + Stabilisator • Analisis Terhadap Benda Uji yang Mengalami Proses
Pengeringan-Pembasahan pada Siklus Pertama dan Kedua • Analisis Terhadap Benda Uji yang Mengalami Proses
Pengeringan pada Siklus 1, 2, 4 dan 6
Analisis Terhadap Benda Uji yang Mengalami Proses Pengeringan-Pembasahan pada Siklus Pertama dan Kedua Seluruhnya dengan nilai kadar optimum 37,701% untuk tanah
residual natural; 34,761% untuk tanah residual natural + 7% bio-bakteri; 32,26% untuk tanah residual natural + 5% fly ash dan 28,548% untuk tanah residual natural + 6% kapur aktif akan
diterapkan pada siklus pembasahan-pengeringan. Proses pengeringan-pembasahan tersebut dilakukan untuk siklus pertama
dan kedua seperti pada grafik yang akan diberikan berikut ini.
Hasil Pengujian Sifat Dinamik • Modulus Geser Maksimum Pengujian properti dinamik untuk memperoleh modulus geser maksimum (Gmaks) dilkukan di Laboratorium Mekanika Tanah dan Batuan, Jurusan Teknik Sipil, FTSP ITS. Penentuan nilai modulus geser maksimum tidak dapat terhindar dari faktor subyektivitas karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Hasil (output) dari alat Elemen Bender yang digunakan adalah waktu tempuh axis (t) dalam satuan μs dan kecepatan rambat axis (Vs) dalam satuan m/s. Waktu tempuh axis dan kecepatan rambat axis dapat dicatat dari tampilan dalam software Ultrasonic Time Analyzer (UTA).
Hasil Pengujian Sifat Dinamik • Perubahan Sifat Dinamik Akibat Siklus
Pembasahan-Pengeringan Pertama dan Kedua
• Perubahan Sifat Dinamik Akibat Pengeringan 1x, 2x, 4x dan 6x