PENGARUH PENAMBAHAN DIETIL ETER 35% PADA BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP EMISI DAN PERFORMA MESIN BENSIN GL 160 CC LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang Program Diploma Tiga Disusun oleh : Nama : Ayatulloh Inti Fadhah NIM : 17021029 PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL 2020
74
Embed
Pengaruh Penambahan Dietil Eter 35% Pada Bahan Bakar ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH PENAMBAHAN DIETIL ETER 35%
PADA BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP EMISI DAN
PERFORMA MESIN BENSIN GL 160 CC
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
jenjang Program Diploma Tiga
Disusun oleh :
Nama : Ayatulloh Inti Fadhah
NIM : 17021029
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN
POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2020
ii
iii
iv
v
vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Ilmu adalah harta yang tak akan pernah habis.
2. Genggamlah dunia sebelum dunia menggegammu.
3. Jangan inget lelahnya belajar, tapi ingat buah manisnya yang bisa dipetik
kelak ketika sukses nanti.
4. Tidak ada hal yang sia-sia dalam belajar karena ilmu akan bermanfaat pada
waktunya.
5. Memulai dengan penuh keyakinan mejalankan dengan penuh keikhlasan
menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan.
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur, karya ini dipersembahkan kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan segala kasih sayangnya serta
doa restu, bimbingan, saran, bantuandan pengertiannya.
2. Bapak dan Ibu Dosen DIII Teknik Mesin yang telah membimbing selama
melaksanakan studi kuliah di Politeknik Harapan Bersama Tegal.
3. Dosen pembimbing yang telah membantu dalam pembuatan laporan.
4. Untuk sahabat-sahabatku, yang tidak bisa sebutkan satu persatu yang sudah
membantu dalam pembuatan Tugas Akhir dan selalu memberikan motivasi
dan semangat selama menjadi mahasiswa di Politeknik Harapan Bersama
Tegal.
vii
ABSTRAK
PENGARUH PENAMBAHAN DIETIL ETER 35% PADA BAHAN BAKAR
PERTALITE TERHADAP EMISI DAN PERFORMA
MESIN BENSIN GL 160
Disusun oleh :
AYATULLOH INTI FADHAH
NIM : 17021029
Seiring dengan bertambahnya volume sepeda motor setiap tahunya. secara
tidak langsung konsumsi bahan bakar ikut meningkat dan efek polutan seperti
emisi gas buang yang berupa CO, CO2, NOx, dan PB yang berdampak bagi
kesehatan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu bahan bakar alternafif
dibutuhkan untuk mengurangi polutan yang ada. Salah satu bahan bakar alternatif
tersebut seperti dietil eter. Dietil eter ini bersifat terbarukan karena memiliki
angka oktan serta kandungan oksigen lebih besar dari pertalite. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan dietil eter 35 (DEE 35) pada
bahan bakar pertalite murni (P100) terhadap emisi dan performa mesin bensin
GL160. Pengujian ini dengan campuran pertalite-dietil eter (P65DEE35)
menghasilkan emisi mesin GL 160 yang lebih baik dari pada ketika
menggunakan pertalite murni (P100). Hal ini dilihat dari rendahnya emisi CO dan
HC. Selain itu juga emisi O2 dan emisi CO2 lebih tinggi dibandingkan pertalte
murni (P100). Selain itu, performa yang dihasilkan mesin GL 160 dengan
campuran pertalite-dietil eter (P65DEE35) lebih baik dibandingkan bahan bakar
pertalite murni (P100). Hal ini terlihat dari tingginya torsi dan daya serta
rendahnya konsumsi bahan bakar (P65DEE35) dibandingkan (P100).
Kata Kunci : volume, pertalite, dieti eter, emisi, performa.
viii
ABSTRACT
EFFECT OF 35% DIETYL ETHER ADDITION ON PERTALITE FUELS
ON EMISSIONS AND PERFORMANCE
GL 160 PETROL ENGINE
Compiled by :
AYATULLOH INTI FADHAH
NIM : 17021029
As the volume of motorcycles increases each knows it. indirectly fuel
consumption is also increasing and the effects of pollutants such as exhaust
emissions in the form of CO, CO2, NOx, and PB that impact human health and
the environment. Alternafif fuel is therefore needed to reduce existing pollutants.
One such alternative fuels such as dietyl ether. Dietyl ether is renewable because
it has an octane number as well as an oxygen content greater than pertalite. This
research aims to determine the effect of the addition of dietyl ether 35 (DEE 35)
on pure pertalite fuel (P100) to the emissions and performance of gl160 gasoline
engines. This test with a mixture of pertalite-dietyl ether (P65DEE35) resulted in
better GL 160 engine emissions than when using pure pertalite (P100). This is
seen from low CO and HC emissions. In addition, O2 emissions and CO2
emissions are higher than pure pertalte (P100). In addition, the performance
produced by the GL 160 engine with the pertalite-dietyl ether mixture
(P65DEE35) is better than pure pertalite fuel (P100). This is evident from the high
torque and power and low fuel consumption (P65DEE35) compared to (P100).
Dietil eter adalah senyawa dari golongan eter yang mempunyai rumus
molekul (C2H5)2O. Dietil eter sangat mudah terbakar karena titik didih dietil eter
sangat rendah. Dibidang kedokteran dietil eter banyak digunakan untuk bahan
pelarut proses esktraksi dan anestesis (Solomons, 2004).
Dietil eter merupakan eter komersil yang penting karena mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi. Di industri dietil eter banyak dipakai untuk bahan pelarut
reaksi organik dan memisahkan senyawa organik contohnya pelarut minyak,
lemak, resin, parfum. Dietil eter di kedokteran identik untuk bahan anestesi
(Ullmann, 1987).
Tabel 2.2 Propertis Dietil Eter (Sandip dkk., 2016). No Propertis Nilai
1 Viscosity 40 ˚C Ns/m2 0,23
2 Octane Number 125
3 Oxygen Content % 21,06
4 Flash Point ˚C -40
Dietil eter dalam penggunaan campuran bahan bakar diesel masih sangat
sedikit. Penelitian yang ditemukan dietil eter banyak digunakan untuk
18
meningkatkan angka centan atau zat aditif. Dietil eter bisa digunakan dengan
etanol untuk ignition improver pada mesin diesil konvensional (Varişli, 2007).
Beberapa keunggulan dan kekurangan penggunaan dietil eter seperti berikut :
Keunggulan
1. Pada suhu rendah mesin mudah dinyalakan karena angka cetan dan panas
laten yang tinggi.
2. Dietil eter masih terbarukan.
3. Hasil emisi gas buang dengan campuran dietil eter yang dihasilkan lebih
rendah.
Kekurangan
1. Harga jual sangat mahal.
2. Bersifat highly flammable (mudah terbakar) maka perlu tempat
penyimpanan yang ekstra.
3. Bersifat toksik atau beracun.
2.6 Karakteristik Bahan Bakar
Menurut Hardjono (2006) dan Supranto (2005), ada beberapa faktor penting
untuk suatu bahan bakar sebagai berikut :
1. Viskositas
Viskositas suatu bahan bakar harus sesuai dengan spesifikasi dari mesin.
Viskositas yang rendah menyebabkan kebocoran pada pompa injeksi, sedangkan
viskositas yang tinggi pengabutan bahan bakar akan susah.
19
2. Titik nyala (Flash Point)
Titik nyala adalah suhu bahan bakar yang akan menyala dengan sendirinya.
Titik nyala yang tinggi mengakibatkan proses penyalaan mesin menjadi lambat.
Sedangkan titik nyala yang rendah menyebabkan bahan bakar mudah terbakar.
Hal ini akan mempersulit pada penyimpanan.
3. Angka oktan (Octane Number)
Angka oktan menjelaskan ukuran dari suatu bahan bakar untuk dapat
terbakar pada saat diinjeksikan di dalam mesin. Hal ini berhubungan waktu tunda
antara bahan bakar diinjeksikan di dalam mesin pada saat pembakaran terjadi.
4. Titik tuang (pour point) dan titik kabut (cloud point)
Titik tuang adalah suhu terendah bahan bakar yang dimana mudah mengalir
pada tekanan atmosferik. Pada titik tuang dengan suhu 10ºF bahan bakar akan
berkabut disebabkan pemisahan kristal malam yang kecil suhu ini biasa disebut
dengan titik kabut. Dikarenakan kristal malam akan menyumbat saringan dalam
sistem bahan bakar mesin kendaraan. Biasanya titik kabut lebih diutamakan
dibanding titik buang. Di Indonesia yang mempunyai suhu tinggi setiap tahun,
maka titik tuang bahan bakar mencapai 65ºF atau 18ºC.
5. Nilai kalor (heating value)
Nilai kalor pada bahan bakar menjelaskan jumlah bahan bakar yang
dibutuhkan tiap satuan waktu. Bahan bakar yang memiliki nilai kalor yang tinggi
maka pemakaian bahan bakar tersebut semakin sedikit.
6. Conradson Carbon Residue (CCR)
Pada saat proses pembakaran jika nilai residu yang dihasilkan sedikit maka
kualitas bahan bakar yang digunakan sangat baik.
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alur Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
Pengujian Torsi, Daya, Konsumsi Bahan Bakar dan Emisi Gas Buang
Selesai
Kesimpulan & Saran
Hasil & Pembahasan
Setting Alat
Blending Bahan Bakar
Mulai
Studi Pustaka
Persiapan Alat & Bahan
21
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pengaruh penambahan dietil eter 35%
pada bahan bakar pertalite terhadap emisi dan performa mesin bensin GL 160
yaitu :
1. Mesin motor GL 160cc.
Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Motor GL 160cc. Tipe Sport Touring Tahun Produksi 1995-1999 Engine OHC, 4 Tak Kapasitas Engine 156,7 mm Bore x Stroke 63,5 x 49,7 mm Rasio Kompresi 9,0 : 1 Maximum Power 14,7 hp @ 8500 rpm Maximum Torque 1,3 kgf.m @ 6500 rpm Fuel System Cylinder Ventury Carburator 24" Sistem Pendingin Udara Sistem Pengapian CDI-DC, Battery Battery 12 V - 4 Ah Busi ND X 24 EP - U9 / NGK DP8EA-9 Transmisi 5-Speed (1-N-2-3-4-5) Kopling Manual, Wet & double cluctch Starter Kick Drive Chain (Rantai)
Gambar 3.2 Mesin GL 160cc.
22
2. Dynostes/Dinamometer.
Dynamometer merupakan suatu mesin untuk mengukur torsi (torque) dan
kecepatan putaran (rpm) yang dihasilkan suatu mesin kendaraan (Bintang, 2018).
Gambar 3.3 Dynamometer
3. Gas analyzer.
Gas analyzer adalah alat yang digunakan untuk mengukur proporsi dan
komposisi emisi gas buang kendaraan. Gas analyzer memaparkan hasil pengujian
unsur kimia yang terkandung pada emisi gas buang kendaraan yaitu CO, CO2,
HC, dan O2. Prinsip kerjanya mengambil sempel cell yang akan dikompresikan
melalui pemancaran sistem, dan menghasilkan perbandingan panjang gelombang
selanjutnya dirubah menjadi sinyal analog oleh receiver (Wijaya R., 2019).
23
Gambar 3.4 Gas Analyzer
4. Tachometer.
Adalah alat pengujian yang digunakan untuk mengukur kecepatan rotasi
(rpm) dari suatu mesin.
Gambar 3.5 Tachometer
24
5. Buret.
Buret adalah peralatan laboratorium berbentuk silinder yang mempunyai
garis ukur dan terdapat sumbat keran pada bagian bawahnya.
Gambar 3.6 Buret
6. Gelas ukur.
Merupakan peralatan laboratorium umum yang digunakan untuk mengukur
volume cairan.
Gambar 3.7 Gelas Ukur
25
7. Pertalite RON 90.
Bahan Bahan bakar Pertalite adalah bahan bakar minyak terbaru dari
Pertamina dengan RON 90.
Gambar 3.8 Pertalite
8. Dietil eter pure analysis.
Gambar 3.9 Botol Dietil Eter
26
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Pencampuran Bahan Bakar
Sebelum melakukan pengambilan data, langkah pertama adalah
mempersiapkan bahan bakar pertalite murni (P100) dan bahan bakar campuran
pertalite-dietil sebesar 35% (P65DEE35) dengan volume sebesar 1 liter. Jumlah
bahn bakar tersebut disiapkan dengan jumlah pengujian setiap rpmnya yaitu rpm
2000 sebanyak 3 kali, rpm 3000 sebanyak 3 kali dan rpm 4000 sebanyak 3 kali.
Sehingga bahan bakar yang disiapkan sebanyak 18 kali uji.
3.3.2 Kalibrasi Pembebanan
Sebelum melakukan pengujian, mesin dinotes dikalibrasi terlebih dahulu
untuk menemukan satuan (kg) yang digunakan sebagai satuan massa yang tertera
pada display. Proses kalibrasi dengan cara memberikan pembebanan sebesar 1kg
yang diletakan diujung lengan dinotes. Angka yang muncul di display digunakan
sebagai komponen menghitung massa pembebanan.
m=m1 …………….(1) m2 Dimana : m = masa pembebanan
m1= masa beban yang terbaca di display
m2= masa beban yang terbaca di display pada saat kalibrasi
berdasarkan hasil kalibarasi yang telah dilakukan diperoleh komponen untuk
menghitung massa pembebanan digunakan rumus bawah :
m=m1 0,70
27
Berikut tabel hasil perhitungan massa pembebanan :
Tabel 3.2 Massa Pembebanan P100
Putaran Mesin (Rpm)
Beban Display Beban
Kalibrasi Massa (kg)
2000 1,53 0,70 2,19 1,49 0,70 2,13 1,55 0,70 2,21
Rata-rata 1,52 0,70 2,18
3000 2,08 0,70 2,97 2.05 0,70 2,93 2,11 0,70 3,01
Rata-rata 2,08 0,70 2,97
4000 2,43 0,70 3,47 2,40 0,70 3,43 2,41 0,70 3,44
Rata-rata 2,41 0,70 3,45
Tabel 3.3 Massa Pembebanan DEE35
Putaran Mesin (Rpm)
Beban Display Beban
Kalibrasi Massa (kg)
2000 1,81 0,70 2,58 1,72 0,70 2,45 1,55 0,70 2,21
Rata-rata 1,69 0,70 2,41
3000 2,28 0,70 3,25 2,23 0,70 3,18 2,18 0,70 3,11
Rata-rata 2,23 0,70 3,18
4000 2,57 0,70 3,67 2,51 0,70 3,58 2,47 0,70 3,52
Rata-rata 2,51 0,70 3,58
28
3.3.3 Teknisi Pengambilan Data
Gambar 3.10 Eksperimental Set-up
Keterangan:
1. Tempat bahan bakar 10. Gaz Analyzer
2. Burret 11. Tachometer
3. Pipa bahan bakar 12. Display Beban
4. Intake Manifold 13. Katup Pembebanan
5. Karburator 14. Katup masuk cairan pendingin 6. Mesin Bensin 15. Katup keluar cairan pendingin 7. Busi 16. Pompa cairan pendingin 8. Exhaust Manifold 17. Wadah cairain pendingin 9. Sensor Gaz Analyzer 18. Dynotes
18
29
Berikut teknis pengambilan data yang dilakukan :
1. Peralatan percobaan disusun seperti pada gambar 3.10.
2. Campuran bahan bakar dimasukan kedalam buret.
3. Mesin bensin dinyalakan dan diatur gigi 5 dengan memasukan beban pada
putaran mesin 2000 secara konstan
4. Siapkan stopwatch, untuk menghitung konsumsi bahan bakar setiap 100ml.
5. Pada saat bahan mencapai angka 100ml pada buret, maka stopwatch
dinyalakan dan gas analyzer dimasukan kedalam knalpot.
6. Untuk mengukur waktu yang dibutuhkan dan dimatikan pada saat bahan bakar
didalam buret mencapai angka 0ml.
7. Apabila bahan bakar didalam buret mencapai angka 0ml maka stopwatch
dimatikan.
8. Mesin akan menggerakan dinamometer kemudian akan menghasilkan gaya.
Gaya yang ditampilkan pada display dinamometer dibagi dengan hasil
kalibrasi, hasil dijadikan sebagai variabel untuk menghitung daya dan torsi.
Untuk mengetahui konsumsi bahan bakar, dilakukan pengukuran konsumsi
setiap 100ml bahan bakar. Pada saat bahan bakar mencapai angka 100ml pada
buret. Maka stopwatch dinyalakn untuk mengukur waktu yang dibutuhkan dan
dimatikan pada saat bahan bakar didalam buret mencapai angka 0ml. waktu
yang tertulis di stopwatch digunakan untuk menghitung konsumsi bahan
bakar. Di display smokmeter akan menujukan angka kandungan emsi gas
buang yang dihasilkan.
30
3.4 Metode Analisa Data
Dalam melakukan analisa data performa mesin, data hasil pengujian dtrekap
dan dihitung menggunakn rumus sebagai berikut :
1. Menghitung torsi. Dalam melakukan perhitungan torsi digunakan rumus.
T = Fxb
Ket : T = momen torsi (N.m)
F = Gaya
b = Jarak lengan poros
2. Menghitung daya. Dalam melakukan perhitungan daya menggunakan
rumus :
P = 2ℼ.n.T
60.000
Ket : p = daya 9 (Kw)
n = putaran mesin (rpm)
T = momen torsi (N.m)
ℼ= 3,14
3. Konsumsi bahan bakar. Dalam melakukan perhitungan konsumsi bahan
bakar menggunakan rumus :
Konsumsi BB = Volume BB (ml) Waktu BB (dt)
Selanjutnya data hasil perhitungan diatas dibuat grafik untuk melihat trend
peningkatan atau penurunan performa terhadap P100. Sedangkan analisa data
emisi gas buang diawali dengan merakap angka yang diperoleh dari hasil
pembacaan alat smokmeter dan dibuat grafik untuk membantu proses analisa
(untuk melihat trend peningkatan atau penurunan emisi seperti CO, CO2, HC, O2
terhadap P100).
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian Emisi Gas Buang Dan Performa
4.1.1 Emisi CO
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Emisi CO
No RPM Tahap
Pengujian Emisi CO (%)
P100 DEE 35
1 2000 P1 4,95 0,22 P2 1,88 0,12 P3 1,85 0,14
Rata-rata 2,89 0,16
2 3000 P1 2,10 0,14 P2 1,92 0,12 P3 2,86 0,08
Rata-rata 2,29 0,11
3 4000 P1 1,55 0,09 P2 2,19 0,08 P3 1,69 0,07
Rata-rata 1,81 0,08
Detail perhitungan rata-rata emisi CO pada tabel 4.1 diatas :
1. Pada rpm 2000
• P100 • DEE 35
= P1+P2+P3 3
= P1+P2+P3 3
= 4,95%+1,88%+1,85% 3
= 2,89%
= 0,22%+0,12%+0,14% 3
= 0,16%
32
2. Pda rpm 3000
• P100 • DEE 35
= p1+p2+p3 3
= P1+P2+P3 3
= 2,10%+1,92%+2,86% 3
= 2,29%
= 0,14%+0,12%+0,08% 3
= 0,11%
3. Pada rpm 4000
• P100 • DEE 35
= P1+P2+P3 3
= P1+P2+P3 3
= 1,55%+2,19%+1,69% 3
= 1,81%
= 0,09%+0,08%+0,07% 3
= 0,08%
4.1.2 Emisi CO2
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Emisi CO2
No RPM Tahap
Pengujian CO2 (%)
P100 DEE 35
1 2000 P1 2,3 4,9 P2 4,4 5,0 P3 4,7 4,5
Rata-rata 3,8 4,8
2 3000 P1 3,8 5,0 P2 4,5 5,2 P3 3,9 4,7
Rata-rata 4,06 4,9
3 4000 P1 4,1 4,8 P2 4,0 5,1 P3 4,4 5,2
Rata-rata 4,17 5,0
33
Detail perhitungan rata-rata emisi CO2 pada tabel 4.2 diatas :
1. Pada rpm 2000
• P100 • DEE 35
= P1+P2+P3 3
= P1+P2+P3 3
= 2,3%+4,4%+4,7% 3
= 3,8%
= 4,9%+5,0%+4,5% 3
= 4,8%
2. Pada rpm 3000
• P100 • DEE 35
= P1+P2+P3 3
= P1+P2+P3 3
= 3,8%+4,5%+3,9% 3
= 4,06%
= 5,0%+5,2%+4,7% 3
=4,9%
3. Pada rpm 4000
• P100 • DEE 35
= P1+P2+P3 3
= P1+P2+P3 3
= 4,1%+4,0%+4,4% 3
= 4,17%
= 4,8%+5,1%+5,2% 3
= 5,0%
34
4.1.3 Emisi HC
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Emisi HC
No RPM Tahap
Pengujian Emisi HC (ppm)
P100 DEE 35
1 2000 P1 487 48 P2 252 43 P3 219 37
Rata-rata 319 42
2 3000 P1 231 80 P2 208 95 P3 129 56
Rata-rata 189 77
3 4000 P1 153 87 P2 202 94 P3 171 64
Rata-rata 175 81
Detail perhitungan rata-rata emisi HC pada tabel 4.3 diatas :
1. Pada rpm 2000
• P100 • DEE 35
= P1+P2+P3 3
= P1+P2+P3 3
= 487ppm+252ppm+219ppm 3
= 319ppm
= 48ppm+43ppm+37ppm 3
= 42ppm
2. pada rpm 3000
• P100 • DEE 35
= P1+P2+P3 3
= P1+P2+P3 3
= 231ppm+208ppm+129ppm 3
= 189,33ppm
=80ppm+95ppm+56ppm 95 3
=77ppm
35
3. Pada rpm 4000
• P100 • DEE 35
= P1+P2+P3 3
= P1+P2+P3 3
= 153ppm+202ppm+171ppm 3
= 175,33ppm
= 87ppm+94ppm+64ppm 3
= 81ppm
4.1.4 Emisi O2
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Emisi O2
No RPM Tahap
Pengujian Emisi O2
P100 DEE 35
1 2000
P1 13,00 13,32 P2 12,77 13,24 P3 11,97 13,21
Rata-rata 12,58 13,25
2 3000
P1 13,32 13,85 P2 12,35 13,50 P3 12,56 13,32
Rata-rata 12,74 13,55
3 4000
P1 13,15 13,49 P2 13,08 13,42 P3 12,75 13,40
Rata-rata 12,99 13,43
Detail perhitungan rata-rata emisi O2 pada tabel 4.4 diatas :