PEMANFAATAN MINYAK BIJI KARET UNTUK PEMBUATAN MARGARINE Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meperoleh Nilai Ujian Tengah Semester (Mid test) Mata Kuliah Metodologi Penelitian Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar Oleh IZZAHATIFAH NIM. 60500109010
37
Embed
Pengaruh pemotongan tahap deodorisasi dalam pembuatan margarin dari minyak biji karet terhadap komposisinya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMANFAATAN MINYAK BIJI KARET UNTUK PEMBUATAN MARGARINE
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meperoleh Nilai Ujian Tengah Semester (Mid test) Mata Kuliah Metodologi Penelitian Jurusan Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar
Oleh
IZZAHATIFAHNIM. 60500109010
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
SAMATA-GOWA2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanfaatkan biji karet yang memiliki kadar minyak yang tinggi untuk
mendorong para petani karet terus meremajakan perkebunannya. Biji karet yang
selama ini hampir tidak mempunyai nilai ekonomis sama sekali dan hanya
dimanfaatkan sebagai benih generatif pohon karet. Akan tetapi, biji karet
memiliki kandungan minyak nabati yang tinggi yang dapat dimanfaatkan dalam
berbagai industri. Selain itu pengolahan biji karet juga memungkinkan untuk
menghasilkan produk samping yaitu bungkil biji karet sebagai pakan ternak dan
tempurung biji sebagai bahan baku arang aktif. Minyak biji karet (Rubber Seed
Oil) dapat digolongkan sebagai semidrying oil merupakan produk olahan dari
biji karet yang merupakan hasil ikutan perkebunan karet dengan nilai ekonomi
cukup tinggi dan dapat digunakan dalam berbagai industry. Beberapa hal yang
mempengaruhi sifat-sifat minyak adalah asam lemak penyusunnya, yaitu asam lemak
jenuh (saturated fatty acid/SFA) dan asam lemak tak jenuh (unsaturated
fatty acid/UFA), yang terdiri atas mono-unsaturated fatty acid (MUFA) dan poly-
unsaturated fatty acid (PUFA) atau high unsaturated fatty acid. Para ahli biokimia
dan ahli gizi lebih mengenalnya dengan sebutan asam lemak tak jenuh Omega 3,
Omega 6 dan Omega 9.
Biji karet yang selama ini hampir tidak mempunyai nilai ekonomis
sama sekali dan hanya dimanfaatkan sebagai benih generatif pohon karet. Akan
tetapi, biji karet memiliki kandungan minyak nabati yang tinggi yang dapat
dimanfaatkan dalam berbagai industri. Selain itu pengolahan biji karet juga
memungkinkan untuk menghasilkan produk samping yaitu bungkil biji karet
sebagai pakan ternak dan tempurung biji sebagai bahan baku arang aktif.
Minyak biji karet (Rubber Seed Oil) dapat digolongkan sebagai semidrying oil
merupakan produk olahan dari biji karet yang merupakan hasil ikutan
perkebunan karet dengan nilai ekonomi cukup tinggi dan dapat digunakan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah proses pembuatan margarin dari minyak biji karet ?
2. Bagaimanakah pengaruh penggunaan lasitin impor dan lesitin local terhadap
kualitas margarin?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proses pembuatan margarin dari minyak biji karet.
2. Mengetahui pengaruh penggunaan lesitin impor dan lesitin lokal terhadap
kualitas margarin?
D. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat menaikkan nilai guna dari biji karet.
2. Sebagai salah satu sumber alternatif minyak nabati untuk bahan baku
pembuatan margarin.
2. Mengetahui proses pembuatan margarin dari minyak biji karet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Karet
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea braziliensis
yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan
tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan,
penduduk asli di berbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan
menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks
juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Sekarang
tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah
dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman
karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran
(Nazarudin, dkk: 1992).
Pohon karet akan dapat dipanen getahnya pada usia 5 tahun dan
memiliki usia produktif 25 sampai 30 tahun. Berdasarkan statistik perkebunan karet
di Indonesia (2002) luas kebun karet di Indonesia mencapai 3.318.105 Ha dan
diperkirakan mampu menghasilkan minyak biji karet sebesar 25.622.406,8 liter/th.
Buah karetberbentuk kotak tiga atau empat. Setelah berumur enam bulan buah
akan masak dan pecah sehingga biji karet terlepas dari batoknya. Biji karet terdiri dari
40-50% kulit yang keras, berwarna coklat, 50-60% kernel yang berwarna
putih kekuningan. Kernel biji karet terdiri dari 40 – 50 % minyak, 2,71%
abu,3,71% air, 22,17% protein dan 24,21% karbohidrat. Ini menunjukkan bahwa
biji karet berpotensi untuk dijadikan sumber minyak nabati.
Tetapi kandungan air yang cukup besar dalam biji karet dapat memicu
hidrolisis triglyserida menjadi FFA. Oleh karenanya, diperlukan pengeringan
sebelum pengepresan. Biji karet merupakan limbah pertanian yang tidak
mempunyai nilai ekonomi, tidak memerlukan lahan subur, pemeliharaan yang
intensif dan ketersediaannya melimpah. (Luthfi,2008)
Tabel 2.1 Kandungan minyak dalam beberapa biji-bijian
(Ketaren, 1986)
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh
lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada
beberapa kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara. Batang
tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri
dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm.
Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar.
Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun
berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji
karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang
enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya
coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat
dikotilnya, akar tanagaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu
menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur
botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut (APP,2008):
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea braziliensis
B. Tinjauan Tentang Minyak Biji Karet (Rubber Seed Oil)
Minyak biji karet merupakan minyak nabati yang berdasarkan sifat
mengeringnya termasuk jenis minyak mengering, yaitu minyak yang mempunyai
sifat dapat mengering jika kena oksidasi dan membentuk sejenis selaput jika
dibiarkan di udara terbuka. Minyak nabati adalah minyak yang bersumber dari
tanaman, baik dari biji-bijian palawija (seperti : jagung, biji kapas, wijen,
kedele, dan bunga matahari), kulit buah tanaman tahunan (seperti : zaitun dan kelapa
sawit), maupun biji-bijian dari tanaman tahunan (seperti : kelapa, coklat, inti sawit,
dan karet). Di Indonesia sendiri sumber minyak nabati yang dapat
dimanfaatkan sangat berlimpah, dimulai dari kelapa sawit, kelapa, jarak pagar,