Top Banner
PENGARUH PEMBINAAN KEAGAMAAN TERHADAP PENYESUAIAN DIRI SANTRI PADA PONDOK PESANTREN BABUSSALAM TANGERANG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: CATUR ARIWIBOWO 1113052000059 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2020 M
103

PENGARUH PEMBINAAN KEAGAMAAN TERHADAP ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51804...Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan kita baginda

Feb 02, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • PENGARUH PEMBINAAN KEAGAMAAN TERHADAP

    PENYESUAIAN DIRI SANTRI PADA PONDOK

    PESANTREN BABUSSALAM TANGERANG

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk

    Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

    (S.Sos)

    Oleh:

    CATUR ARIWIBOWO

    1113052000059

    PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1442 H/2020 M

  • ii

    MOTTO

    “Hidup ini bagai skripsi, banyak bab dan revisi yang harus

    dilewati. Tetapi akan selalu berakhir indah bagi mereka yang

    pantang menyerah”

    (@shitlicious)

    “sesungguhnya kebenaran bisa menjadi lemah karena

    perpecahan, sebaliknya. Kebatilan juga terkadang menjadi kuat

    karena kekompakan”

    (KH. Hasyim Asy’ari)

  • v

    LEMBAR PERNYATAAN

    Yang bertandatangan di bawah ini:

    Nama : Catur Ariwibowo

    Nim : 1113052000059

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

    PENGARUH PEMBINAAN KEAGAMAAN TERHADAP

    PENYESUAIAN DIRI SANTRI PADA PONDOK

    PESANTREN BABUSSALAM TANGERANG adalah benar

    merupakan karya saya pribadi dan dalam penyusunannya tidak

    melakukan tindakan plagiat. Adapun kutipan yang ada dalam

    penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya

    dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya

    sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata

    skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari

    karya orang lain.

    Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

    Jakarta, 25 Juni 2020

    Catur Ariwibowo

  • vi

    LEMBAR PERSEMBAHAN

    Yang Utama Dari Segalanya Allah SWT, sembah sujud

    serta syukur kepadamu Tuhan yang maha Esa. Sholawat dan

    salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad

    SAW. Kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan dalam

    membekaliku ilmu, serta engkau siapkan untuk masa depanku

    sebagai harapan kesuksesan. Atas karunia serta kemudahan yang

    Engkau berikan akhirnya skripsi sederhana ini dapat

    terselesaikan.

    Terimakasih untuk Ibu & Bapak atas kasih sayang yang

    selalu engkau berikan setiap harinya kepadaku. Atas do’a,

    semangat dan materi yg sudah engkau berikan selama ini, tidak

    terlupa untuk Ari Setianingrum & Eko Nurdiansah selaku kakak

    yang selalu memberikan semangat yang tiada henti untuk

    adikmu.

    Terimakasih untuk para sahabatku Achmad Ergi Fachrezi,

    Ahmad Fauzi, Febri Ardiansah, Ika Trijayanti, Yuni Lusianasari,

    Ayu Fauziana, Rakhma Maulidina, Ahmad Ulan Fakhri, Siti

    Nurlela dan Septa Andrianti atas bantuan dan dorongan yang

    selalu kalian berikan selama proses skripsi.

    Manisnya keberhasilan akan menghapus pahitnya kesabaran,

    nikmatnya memperoleh kemenangan akan menghilangkan

    letihnya perjuangan dan menuntaskan pekerjaan.

    -open your eyes, achieve your goals-

  • vii

    KATA PENGANTAR

    مــــــــــــــسم هللا الرحمن الرحيــــــــــــــب

    Assalamu‟alakum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

    limpahan nikmat yang Allah berikan kepada kita semua, terlebih-

    lebih nikmat Iman dan Islam. Karena dengan nikmat-nikmat

    itulah kita masih bisa beraktifitas sampai saat ini.

    Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri

    tauladan kita baginda nabi Muhammad SAW. Yang karena

    kemuliaannyalah kita berharap syafaatnya di hari kiamat.

    Disamping itu shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan

    pula kepada keluarganya, sahabatnya serta pengikutnya yang

    setia sampai akhir zaman.

    Tidak ada sesuatu yang paling membahagiakan bagi penulis

    melainkan telah terselesaiakannya skripsi dengan judul

    “Pengaruh Pembinaan Keagamaan Terhadap Penyesuaian

    Diri Santri Pada Pondok Pesantren Babussalam Tangerang”

    ini. Bukan perjuangan yang mudah untuk menyelesaikan semua

    ini, akan tetapi buah kesabaran dan ketekunanlah yang

    mewujudkannya. Walaupun demikian penulis sadar, bahwa tanpa

    bantuan dan dukungan dari berbagai pihak tidak mungkin skripsi

    ini terselesaiakan dengan baik.

    Oleh karenanya, tidak ada hal lain yang lebih utama

    melainkan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-

    besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis

    dalam menyelesaikan skripsi ini. Terutama kedua orang tua

  • viii

    penulis Ayah dan Ibu atas doa, semangat, kasih sayang,

    pengorbanan dan ketulusan dalam mendampingi penulis juga

    selalu mampu membuat diri ini tersenyum dan melepas penat

    yang luar biasa. Selain itu tentu penulis juga sangat

    berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis

    dalam penelitian ini diantaranya kepada:

    1. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

    Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Siti

    Napsiyah, S.Ag, BSW, MSW. selaku Wakil Dekan Bidang

    Akademik, Dr. Sihabudin Noor, MA. selaku Wakil Dekan Bidang

    Administrasi Umum, serta Drs. Cecep Castrawijaya, MA. selaku

    Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama.

    2. Ir. Noor Bekti Negoro, S.E, M. Si selaku Ketua Program Studi

    Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan

    Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus

    Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga

    dan pikiran untuk memberikan masukan dan arahan dalam

    penyusunan skripsi ini.

    3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi. selaku Sekretaris Program Studi

    Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan

    Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan

    ilmunya kepada penulis selama perkuliahan.

    5. Seluruh Civitas Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa

    Barat yang telah membantu dan mempermudah penulis dalam

    melakukan penelitian ini.

  • x

    ABSTRAK

    Catur Ariwibowo, 1113052000059, Pengaruh Pembinaan

    Keagamaan Terhadap Penyesuaian Diri Santri Pada Pondok

    Pesantren Babussalam Tangerang, di bawah Bimbingan

    Ir. Noor Bekti Negoro, S.E, M. Si

    Salah satu sasaran yang harus mendapatkan nilai-nilai

    keagamaan adalah para remaja. Rendahnya pemahaman agama

    pada setiap individu dalam masyarakat secara langsung maupun

    tidak, ikut membentuk lingkungan yang tidak sehat dalam

    perjalanan hidup seorang remaja. Salah satu remaja yang

    mendapatkan pembinaan keagamaan dan memerlukan

    penyesuaian diri adalah remaja di Pesantren atau Santri, dimana

    Pesantren merupakan suatu wadah / tempat para remaja menuntut

    ilmu agama.

    Penelitian ini menarik untuk diteliti karena untuk

    mengukur tingkat pengaruh pembinaan keagamaan yang telah

    diberikan oleh para Ustad dan Ustadzah yang berada di Pesantren

    kepada para Santri terhadap penyesuaian diri Santri. Seringkali

    para pembimbing hanya memberikan kajian agama tanpa

    mengetahui apakah dapat menimbulkan hasil yang positif kepada

    para Santri.

    Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan

    kuantitatif dengan jenis deskriptif, untuk mengetahui pengaruh

    variabel independen terhadap variabel dependen, sampel dalam

    penelitian ini berjumlah 40 Santri dengan menggunakan teknik

    accidental sampling (convenience sampling). Analisis data

    menggunakan uji regresi linier sederhana, uji regresi linear

    berganda, uji koefision korelasi dan determinasi, uji F-test dan uji

    T-test.

    Hasil penelitian ini menemukan: (1) Terdapat pengaruh

    yang positif dan signifikan antara pembinaan keagamaan dan

    penyesuaian diri para santri di Pesantren Babussalam, dengan F-

    test nilai siginifikansinya sebesar (0,001b) atau kurang dari 0,05.

    (2) Faktor dominan yang mempengaruhi pembinaan keagamaan

    terhadap penyesuaian diri adalah Materi dengan nilai Thitung >

    Ttabel yaitu 2.808>2.023.

    Kata Kunci: Pembinaan Keagamaan, Penyesuaian Diri,

    Santri

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ....................................................................i

    MOTTO ...................................................................................... ii

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................... iii

    LEMBAR PENGESAHAN .......................................................iv

    LEMBAR PERNYATAAN ........................................................ v

    LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................vi

    KATA PENGANTAR .............................................................. vii

    ABSTRAK ................................................................................... x

    DAFTAR ISI ...............................................................................xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

    B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................... 7

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 8

    D. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................ 9

    E. Sistematika Penulisan ...................................................... 13

    BAB II TINJAUAN TEORITIS

    A. Pembinaan Keagamaan ................................................... 16

    1. Pengertian Pembinaan Keagamaan ............................ 16

    2. Tujuan Pembinaan Keagamaan .................................. 17

    3. Aspek – Aspek Pembinaan Keagamaan ..................... 19

  • xii

    4. Metode Pembinaan Keagamaan ................................. 21

    5. Materi Pembinaan Keagamaan ................................... 26

    B. Penyesuaian Diri ............................................................. 33

    1. Pengertian Penyesuaian Diri ....................................... 33

    2. Bentuk – Bentuk Penyesuaian Diri ............................. 34

    3. Aspek – Aspek Penyesuaian Diri ............................... 35

    4. Karakteristik Penyesuaian Diri yang Efektif .............. 36

    5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri 38

    C. Kerangka Berpikir ........................................................... 41

    D. Hipotesis Penelitian ......................................................... 42

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................................... 43

    1. Pendekatan Penelitian ................................................. 43

    2. Jenis Penelitian ........................................................... 44

    B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 44

    1. Tempat Penelitian ....................................................... 44

    2. Waktu Penelitian ........................................................ 45

    C. Sumber Data .................................................................... 45

    1. Data Primer ................................................................. 45

    2. Data Sekunder ............................................................ 46

    D. Populasi dan Sampel ....................................................... 46

    1. Populasi ...................................................................... 46

    2. Sampel ........................................................................ 46

    E. Variabel Penelitian .......................................................... 47

    1. Variabel Bebas (independent variabel) (X) ............... 47

    2. Variabel Terikat (dependent variabel) (Y) ................. 48

  • xiii

    F. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian ................ 49

    G. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 53

    1. Observasi atau Pengamatan ........................................ 53

    2. Kuesioner .................................................................... 53

    3. Dokumentasi ............................................................... 54

    H. Instrumen Pengumpulan Data ......................................... 54

    1. Uji Validitas ................................................................ 55

    2. Uji Reliabilitas ............................................................ 57

    I. Teknik Analisis Data ....................................................... 59

    1. Uji Regresi Linier Sederhana ..................................... 60

    2. Uji Koefesien Determinasi ......................................... 61

    BAB IV GAMBARAN UMUN DAN HASIL ANALISIS

    DATA

    A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Babussalam

    Tangerang ........................................................................ 63

    1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Babussalam

    Tangerang ................................................................... 63

    2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Babussalam

    Tangerang ................................................................... 67

    3. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Babussalam

    Tangerang ................................................................... 67

    B. Temuan dan Hasil Analisis Data ..................................... 68

    1. Klasifikasi Responden ................................................ 68

    2. Uji Regresi Linear Sederhana ..................................... 69

    3. Uji Regresi Linear Berganda ...................................... 72

    4. Uji Regresi Pengaruh Antar Variabel ......................... 77

  • xiv

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ..................................................................... 84

    B. Saran ................................................................................ 85

    Daftar Pustaka ........................................................................... 86

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Manusia merupakan makhluk individu yang memiliki pribadi

    atau jiwa sendiri.1 Manusia merupakan makhluk individual tidak

    hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, tetapi juga

    dalam arti bahwa setiap orang itu merupakan pribadi yang khas

    menurut corak kepribadiannya, termasuk kecakapan-kecakapan

    sendiri.2 Pada intinya dikatakan makhluk individu karena untuk

    membedakan antara individu yang satu dengan individu lainnya.

    Segi utama lainnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa

    manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial. Sejak ia

    dilahirkan, ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk

    memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya, yaitu makanan,

    minuman dan lain-lain.3 Selain itu, manusia juga membutuhkan

    agama sebagai nutrisi hati, pengarah dan landasan untuk

    pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia. Nilai-

    nilai keagamaan memainkan peranan dalam masyarakat selama

    nilai- nilai tersebut dikenal dan diyakini oleh setiap anggota

    masyarakat.4 Maka dari itu nilai-nilai keagamaan menjadi penting

    bagi semua manusia sebagai landasan hidup.

    1

    Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,

    (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 118 2 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama,

    2004), h. 24 3 Ibid., h. 26

    4 Nottingham Elizabeth K, Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar

    Sosiologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 44

  • 2

    Salah satu sasaran yang harus mendapatkan nilai-nilai

    keagamaan adalah para remaja. Masa remaja merupakan masa di

    mana remaja mengalami perubahan dan perkembangan. Di dalam

    pikiran dan jasmaninya, remaja mewarnai dan mengeksplorasi

    dunianya dengan penuh keberanian. Mereka mencoba

    mengidentifikasikan diri mereka dengan orang lain, untuk

    menemukan sebuah jati diri mereka sendiri. Dalam proses

    pencarian jati diri remaja membutuhkan bimbingan dan arahan

    dalam hidupnya supaya tidak terjadi penyimpangan, sehingga

    remaja bisa menjadi pribadi yang memiliki rasa tanggung jawab.5

    Masa remaja menurut Stanley Hall dalam bukunya Agoes

    Dariyo dianggap sebagai masa topan-badai dan stres (strom and

    stres), karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk

    menentukan nasib diri sendiri. Usia perkembangan seperti ini,

    jika terarah dengan baik maka remaja akan menjadi seorang

    individu yang memiliki rasa tanggung jawab. Akan tetapi, apabila

    tidak terbimbing, maka remaja bisa menjadi seorang yang tidak

    memiliki masa depan dengan baik. Remaja (adolesecence) adalah

    masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa

    dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik,

    psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja

    ini berkisar antara usia 12/13 tahun sampai 21 tahun.6

    Agama memberikan patokan dan tuntunan berupa perintah

    dan larangan kepada manusia dalam aktualisasi kehidupan. Suatu

    5 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia

    Indonesia, 2004), h. 15 6 Ibid, h. 14

  • 3

    hal yang berhubungan dengan agama menjadi penting, karena

    agama berperan dalam pembentukan tingkah laku dan

    pengarahan penggunaan akal untuk perbaikan hidup manusia dan

    kaitannya disini adalah keagamaan Islam. Islam adalah agama

    samawi terakhir yang berfungsi sebagai rahmat dan nikmat bagi

    manusia seluruhnya, maka Allah SWT mewahyukan agama Islam

    dalam nilai kesempurnaan tertinggi.7

    Tidak dapat dipungkiri agama adalah pedoman atau landasan

    dasar setiap manusia, agama adalah aturan yang harus ditaati,

    maka dari itu agama dapat dikatakan sebagai arahan, acuan serta

    batasan. Agama merupakan risalah yang disampaikan Allah SWT

    kepada Nabi SAW sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-

    hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam

    menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur

    hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah SWT,

    dirinya sebagai hamba Allah SWT, manusia dan masyarakat serta

    alam sekitarnya.8

    Terkait remaja, berbagai gejala yang melibatkan perilaku

    remaja akhir- akhir ini tampak menonjol di masyarakat. Perilaku-

    perilaku tersebut menonjol baik dalam bentuk kenakalan biasa

    maupun kenakalan yang menjurus tindak kriminal. Masyarakat

    pun secara langsung ataupun tidak langsung menjadi gelisah

    7 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia

    Indonesia, 2004), h. 57 8 Zakiyah Darajat, dkk, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan

    Bintang, 1984), h.58

  • 4

    dalam menghadapi hal tersebut.9 Bahkan belakangan ini remaja

    menjadi topik pembicaraan yang berkaitan dengan perilaku

    penyimpangan. Tidak sedikit remaja yang melakukan tindakan

    yang melanggar norma-norma sosial ataupun norma-norma

    agama. Perilaku menyimpang di kalangan remaja merupakan

    salah satu problema lama yang senantiasa muncul di tengah-

    tengah masyarakat. Masalah tersebut hidup, berkembang, dan

    membawa akibat tersendiri sepanjang masa yang sulit untuk

    dikaji ujung pangkalnya, sebab kenyataan perilaku menyimpang

    telah merusak nilai-nilai susila, agama, dan hukum. Seringkali

    terdengar berbagai masalah yang disebabkan karena kenakalan

    remaja, seperti penyalahgunaan narkoba, minuman keras,

    perkelahian, pencurian, pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Hal

    ini sangat erat hubungannya dengan tidak adanya ketenangan

    jiwa dalam diri remaja.10

    Pengertian kenakalan remaja yang dirumuskan dalam

    Bakolak Inpres No.6/1971 Pedoman 8, tentang Pola

    Penanggulangan Kenakalan Remaja adalah “kelainan tingkah

    laku, perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosiasi

    bahkan antisosial yang melanggar norma-norma sosial, agama

    serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat”.11

    9 Paulus Hadisuprapto, Studi tentang Makna Penyimpangan Perilaku di

    Kalangan Remaja, (Jurnal Kriminologi Indonesia, 2004), Vol. 3 No. III h. 9 10

    M. Thoyibi dan M. Ngemron, Psikologi Islam, (Surakarta:

    Muhammadiyah University Press, 2001), h. 155 11

    Sofyan S. Willis, Remaja dan Masalahnya, Mengupas Berbagai

    Bentuk Kenakalan Remaja seperti Narkoba, Free Sex, dan Pemecahanya,

    (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 88-90

  • 5

    Ada beberapa sebab munculnya kenakalan yang dilakukan

    oleh remaja baik faktor internal maupun eksernal. Faktor internal

    adalah faktor yang berasal dari dalam diri remaja karena pilihan,

    motivasi atau kemauan sendiri untuk melakukan kenakalan. Hal

    ini sesuai dengan pendapat Jensen dalam Sarwono yaitu Teori

    Rational Choice yang menyatakan bahwa kenakalan yang

    dilakukan oleh remaja terjadi kerena pilihannya sendiri, interes,

    motivasi atau kemauannya sendiri.12

    Sedangkan faktor eksternal

    adalah faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja yang berasal

    dari luar diri anak, seperti faktor lingkungan keluarga/rumah dan

    lingkungan teman sebaya. Menurut Fuad Ihsan, keluarga

    berperan meletakkan dasar pendidikan agama dan sosial.10

    Akan

    tetapi sebenarnya faktor yang paling mendasar yang

    mengakibatkan remaja dapat melakukan tindakan kenakalan

    remaja adalah kurangnya pendidikan agama. Pendidikan agama

    yang didapat di keluarga, di sekolah ataupun di lingkungan

    masyarakat sangatlah kurang. Sehingga agama merupakan hal

    yang sangat penting dan paling utama dalam upaya membina

    remaja yang telah melakukan tindakan kenakalan agar tingkah

    laku, sikap, dan akhlaknya berubah menjadi yang lebih baik lagi,

    sehingga kelak mereka menjadi remaja yang taat pada norma-

    norma dan aturan-aturan terlebih pada norma agama.

    Rendahnya pemahaman agama pada setiap individu dalam

    masyarakat secara langsung maupun tidak, ikut membentuk

    12

    Ida Nor Shanty, Suyahmo, Slamet Sumarto, Faktor Penyebab

    Kenakalan Remaja pada Anak Keluarga Buruh Pabrik Rokok Djarum Kudus,

    dalam Jurnal Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

    Negeri Semarang, (Semarang: UNNES, 2013), h. 6

  • 6

    lingkungan yang tidak sehat dalam perjalanan hidup seorang

    remaja. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu

    mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena

    ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan

    kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan, dan dalam masyarakat

    pada umumnya. Tidak jarang juga ditemui bahwa orang-orang

    mengalami stres dan depresi yang disebabkan oleh kegagalan

    mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi yang

    penuh tekanan. Dengan demikian penyesuaian diri sangat

    dibutuhkan seseorang dalam rentang kehidupannya terlebih untuk

    remaja yang merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

    masa dewasa. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan

    bahwa penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting

    bagi terciptanya kesehatan mental individu.

    Salah satu remaja yang mendapatkan pembinaan keagamaan

    dan memerlukan penyesuaian diri adalah remaja di Pesantren atau

    Santri, dimana Pesantren merupakan suatu wadah / tempat para

    remaja menuntut ilmu agama. Tantangannya menjadi remaja

    yang bersekolah atau menetap di Pesantren selama beberapa

    tahun lamanya adalah berusaha menyelesaikan permasalahan

    yang ada di lingkup Pesantren tanpa menyusahkan orang tua atau

    berusaha mandiri. Walaupun banyak diberikan ilmu keagamaan,

    tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa perlunya kemampuan coping

    pada remaja yang berada di Pesantren.

    Penelitian ini menarik untuk diteliti karena untuk mengukur

    tingkat pengaruh pembinaan keagamaan yang telah diberikan

    oleh para Ustad dan Ustadzah yang berada di Pesantren kepada

  • 7

    para Santri terhadap penyesuaian diri Santri. Seringkali para

    pembimbing hanya memberikan kajian agama tanpa mengetahui

    apakah dapat menimbulkan hasil yang positif kepada para Santri.

    Ada beberapa hal yang mendorong mengapa penelitian ini

    dilakukan di Pesantren, karena tidak hanya remaja yang terlihat

    kasat mata memiliki permasalahan saja seperti remaja yang

    berada di rutan atau balai rehabilitasi, tetapi remaja yang sedang

    menimba ilmu keagamaan pun di Pesantren dapat pula memiliki

    permasalahan dan diperlukannya penyesuaian diri didalamnya.

    Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk

    mengadakan penelitian di Pondok Pesantren Babussalam

    Tangerang. Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang

    menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian

    dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok

    berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu.

    Adapun judul penelitian ini adala Adapun judul penelitian ini

    adalah “Pengaruh Pembinaan Keagamaan Terhadap

    Penyesuaian Diri Santri Pada Pondok Pesantren Babussalam

    Tangerang”.

    B. Batasan dan Rumusan Masalah

    1. Batasan Masalah

    Batasan dari penelitian ini adalah:

    a. Hanya meneliti pada kegiatan keagamaan rutin non

    formal selain dari kegiatan di Sekolah formal.

  • 8

    b. Penelitian hanya memfokuskan pada Responden

    yang aktif mengikuti kegiatan pembinaan

    keagamaan di Pesantren Babussalam Tangerang.

    2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan

    masalah yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan

    masalah sebagai berikut:

    a. Apakah pembinaan keagamaan berpengaruh

    terhadap penyesuaian diri Santri pada Pondok

    Pesantren Babussalam Tangerang ?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini sebagai berikut:

    a. Untuk mengetahui pakah pembinaan keagamaan

    berpengaruh terhadap penyesuaian diri Santri pada

    Pondok Pesantren Babussalam Tangerang.

    2. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini sebagai berikut:

    a. Untuk pengembangan kurikulum Jurusan

    Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta yang berkaitan dengan mata

    kuliah.

    b. Sebagai referensi tempat untuk pelaksanaan mata

    kuliah Praktikum Profesi Mikro Jurusan Bimbingan

  • 9

    dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan

    Ilmu Komunikasi.

    c. Untuk lembaga dapat dijadikan bahan evaluasi

    dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan pada

    Santri.

    D. Tinjauan Kajian Terdahulu

    Pada penyusunan skripsi ini, penulis sebelumnya

    mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusun menjadi

    suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis tempuh

    adalah mencari informasi serta mengumpulkan terlebih dahulu

    terhadap objek penelitian untuk dijadikan sebuah karya ilmiah.

    Maksud dari mencari dan mengumpulkan informasi ini adalah

    untuk mengetahui apakah objek yang penulis teliti ini

    sebelumnya sudah ada yang melaksanakan penelitian dalam suatu

    karya ilmiah. Tinjauan pustaka yang penulis telusuri yaitu:

    Syifa Fauziah. NIM 1113054100054. Fakultas Ilmu Dakwah

    Dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Kesejahteraan Sosial,

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2019,

    dengan judul skripsi “Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya

    Terhadap Penyesuaian Diri Residen Primary Program Di Rumah

    Sakit Ketergantungan Obat (Rsko) Jakarta”. Penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial teman

    sebaya terhadap penyesuaian diri residen Primary Program di

    Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta. Penelitian

    ini menggunakan metode kuantitatif. Teknik pengambilan sampel

    yang dipakai adalah non probability sampling, yaitu sampling

  • 10

    jenuh, karena dalam penelitian ini seluruh populasi dijadikan

    sampel, yaitu seluruh residen yang berada pada tahap Primary

    Program di RSKO Jakarta yang berjumlah 25 orang. Hasil

    penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan

    dari dukungan sosial teman sebaya terhadap penyesuaian diri

    residen Primary Program di Rumah Sakit Ketergantungan Obat

    (RSKO) Jakarta.

    Arif Darmawan Mahmud. NIM 1111070000064. Fakultas

    Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017, dengan judul skripsi

    “Pengaruh Religiusitas Dan Dukungan Sosia Terhadap

    Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru Perantau Uin Syarif

    Hidayatullah Jakarta”. Penelitian ini dilakukan untuk

    mengetahui pengaruh religiusitas dan dukungan sosial terhadap

    penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan

    kuantitatif dengan analisis regresi berganda. Sampel berjumlah

    225 orang yang berusia remaja akhir hingga dewasa awal dan

    merupakan mahasiswa baru aktif di kampus UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Teknik pengambilan sampel yang

    digunakan adalah teknik non-probability sampling. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

    variabel religiusitas dan dukungan sosial terhadap penyesuaian

    diri mahasiswa baru perantau.

    Muhammad Najmul Umam. NIM 1110052000032. Fakultas

    Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan

    Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017,

  • 11

    dengan judul skripsi “Strategi Coping Santri Putri dalam

    Bimbingan Menghafal Al-nQur‟an di Pondok Pesantren

    Nahdlatut Thalibin Tayu Kabupaten Pati Provinsi Jawa

    Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh

    tentang strategi coping santri dalam menghadapi tekanan

    psikologi santri mulai dari tekanan lingkungan, target hafalan

    serta benyaknya kegiatan yang harus dijalani oleh para santri

    penghafal Al-Qur’an. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

    metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. hasil

    penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa Pondok Pesantren

    Nahdalatut Thalibin yang menerapkan menghafal satu persatu

    terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya, setiap ayat bisa

    dibaca sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebih sehingga

    proses ini membentuk pola dalam bayangannya dan membentuk

    gerak refleks pada lisanya.

    Siti Lidya Rahmi. NIM 1111052000004. Fakultas Ilmu

    Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan

    Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015,

    dengan judul skripsi “Pengaruh Bimbingan Agama Ustadz

    Bachtiar Nasir Terhadap Kemampuan Coping Remaja Di Ar-

    Rahman Qur‟anic Learning Islamic Center Tebet Jakarta

    Selatan”. Pendekatan penelitian ini dengan menggunakan metode

    kuantitatif dengan jenis penelitian survey dan desain yang

    digunakan adalah pendekatan inferensial. Pengambilan sampel

    sebanyak 50 orang dilakukan secara acak sederhana (simple

    random sampling) dari populasi jama’ah di Ar-Rahman Qur’anic

    Learning Islamic Center. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

  • 12

    Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel

    bimbingan agama ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan

    coping remaja.

    M. Yusuf Affifurahman NIM: 1112052000022, Fakultas

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan

    Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015,

    dengan judul penelitian “Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap

    Tingkat kesadaran Beragama santri di Pondok Pesantren Al-

    Hikmah Jepara Jawa Tengah”. Skripsi ini saudara M.Yusuf

    Affifurahman membahas tentang perngaruh bimbngan terhadap

    santri, dan mengukur tingkat kesadaran beragama santri setelah

    diberikan program kegiatan Bimbingan Agama, penelitian ini

    menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian

    survey dan design yang digunakan adalah penelitian

    experimental, data yang diperoleh menggunakan kuisioner

    kemudian dilakukan pengujian analisis regresi linier sedherhana

    untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan

    variabel dependen. Perbedaan dengan penelitian yang akan

    dilakukan adalah peneliti menggunakan variabel dependen

    penerimaan diri dan lokasi penelitian di Rutan pondok bambu.

    Dari semua tinjauan pustaka di atas penelitian yang akan di

    laksanakan memiliki perbedaan sebagai berikut:

    a. Lokasi penelitian skripsi ini yaitu di Pesantren

    Babussalam Tangerang. Lokasi penelitian ini berbeda

    dengan tinjauan pustaka di atas.

    b. Penelitian ini terfokuskan pada variabel pembinaan

    keagamaan dan penyesuaian diri.

  • 13

    c. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif

    deskriptif.

    E. Sistematika Penulisan

    Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada pedoman

    penulisan karya ilmiah (Skripsi) yang diterbitkan oleh CeQDA

    (Center for Quality Development and Assurance) Universitas

    Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

    2013/2014. Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi

    dalam lima bab yaitu:

    BAB I PENDAHULUAN

    Isi dari bab ini membahas hal-hal yang

    menyangkut latar belakang masalah, pembatasan

    dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

    manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan

    sistematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN TEORITIS

    Bab ini menguraikan tentang pembinaan

    keagamaan dan penyesuaian diri yang mencakup

    landasan teori yang berhubungan dengan

    penelitian yang memuat pengertian dan tujuan

    pembinaan keagamaan dan penyesuaian diri,

    metode dan materi pembinaan keagamaan,

    pelaksanaan pembinaan keagamaan di Pesantren

    Babussalam Tangerang.

  • 14

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Bab ini membahas mengenai pendekatan dan jenis

    penelitian, tempat dan waktu penelitian, sumber

    data, populasi dan sampel, variabel penelitian,

    hipotesis penelitian, definisi operasional dan

    indikator variabel, teknik pengumpulan data,

    teknik analisis data, instrument pengumpulan data,

    uji validitas, uji reliabilitas.

    BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL

    ANALISIS DATA

    a. Gambaran umum Pesantren Babussalam

    Tangerang. Bab ini berisi tentang sejarah

    Pesantren Babussalam Tangerang, visi misi

    Pesantren Babussalam Tangerang, struktur

    organisasi Pesantren Babussalam Tangerang,

    sarana dan prasarana Pesantren Babussalam

    Tangerang, keadaan Pesantren Babussalam

    Tangerang, dan jenis pembinaan Pesantren

    Babussalam Tangerang.

    b. Temuan dan Analisis Data tentang pembinaan

    keagamaan dengan penyesuaian diri santri.

    Bab ini juga menguraikan tentang data-data

    hasil penelitian, hasil angket, klasifikasi

    responden, deskripsi hasil penelitian, dan

    analisis data.

  • 15

    BAB V PENUTUP

    Bab ini membahas secara singkat mengenai

    kesimpulan berdasarkan hasil pelaksanaan

    penelitian yang menjawab rumusan masalah di

    Bab I dan saran-saran serta rekomendasi yang

    menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 16

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Pembinaan Keagamaan

    1. Pengertian Pembinaan Keagamaan

    Pembinaan Keagamaan yaitu membimbing,

    mengarahkan, atau membangun nilai-nilai yang sangat

    penting dan beragama bagi manusia, yaitu nilai-nilai

    keagamaan berupa ajaran-ajaran agama kepada orang lain.

    Sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan

    bagi orang tersebut. Pembinaan agama merupakan proses

    masukan seperangkat keyakinan atau keimanan yang di

    percayai kebenaranya mengenai segala sesuatu yang

    berkaitan dengan ajaran atau paham agama terhadap orang

    lain.13

    Pembinaan agama menurut M. Arifin adalah bantuan

    yang diberikan kepada seseorang yang mengalami kesulitan-

    kesulitan rohaniah dalam lingkaran hidupnya agar ia mampu

    mengatasi sendiri masalahnya karena timbul kesadaran atau

    penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa

    sehingga pada dirinya timbul cahaya harapan kebahagiaan

    Hidup.14

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan

    kegamaan adalah suatu kegiatan rutin agama Islam yang

    13 Djamludin Anchok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam,

    (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet Ke-4, h. 77

    14

    H.M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan

    Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang: 1985), h. 97

  • 17

    dilaksanakan secara sistematis dan terarah oleh seorang

    Pembina kepada peserta didik sebagai upaya untuk

    memperbaiki dan mengembangkan bebrapa aspek yang

    meliputi: aqidah, kibadah, dan akhlak agar mereka dapat

    menjalani kehidupanya sesuai dengan ajaran Islam.

    2. Tujuan Pembinaan Keagamaan

    Kegiatan pembinaan keagamaan pada dasarnya

    dilaksanakan untuk memberikan bekal pengetahuan agama

    islam kepada peserta pembinaan dengan tujuan mendekatkan

    diri kepada Allah SWT, disertai dengan perubahan tingkah

    laku dari peserta yang mengikuti kegiatan pembinaan

    keagamaan. Menurut D.Marimbi, tujuan pembinaan

    keagamaan adalah untuk mengarahkan manusia dalam

    mencapai kepribadian muslim.15

    Sebagaimana dikutip oleh Abdul Mujib, tujuan

    pembinaan keagamaan antara lain:

    a. Mengembalikan wawasan spiritual yang semakin

    mendalam.

    b. Membekali anak muda dengan berbagai

    pengetahuan dan kebaikan.

    c. Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk

    belajar berpikir secara logis dan membimbing

    proses pemikiranya.

    15 Ahmad D.Arimbi, Pengantar Pilsafat Pendidikan, (Bandung: Al-

    Ma’arif, 1989), h. 23

  • 18

    d. Mengembangkan wawasan relasional dan

    lingkungan sebagaimana yang dicita-citakan dalam

    islam, dengan melatih kebiasaan anak.16

    Sedangakan Hamdani Bakran Adz-Dzakiey menyatakan

    bahwa tujuan pembinaan Agama Islam adalah sebagai

    berikut:

    a. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,

    kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa

    menjadi tenang, dan damai (muthmainnah), bersikap

    lapang dada (radhiyah), dan mendapatkan

    pencerahan taufiq dan hidayah Tuhanya

    (mardhiyah).

    b. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,

    dan kesopanan tingkahlaku yang dapat memberikan

    manfaat baik kepada diri sendiri, lingkungan

    keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan

    sosial dan alam sekitarnya

    c. Utuk memghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada

    individu sehingga muncul dan berkembang rasa

    toleransi, kesetiakwanan, tolong menolong, dan rasa

    kasih saying.

    d. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri

    individu, sehingga muncul dan berkembang rasa

    keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhanya,

    16 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h.

    82

  • 19

    ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta

    ketabahan menerima ujian-Nya.

    e. Untuk menghasilkan potensi ilahiyah, sehingga

    dengan potensi itu individu dapat melakukan

    tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar,

    dapat dengan baik menanggulangi berbagai

    persoalan hidup, dan dapat memberikan

    kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkunganya

    pada berbagai aspek kehidupan.17

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan

    pembinaan keagamaan adalah untuk membantu dan

    merubah pribadi seseoarang menjadi lebih baik sehingga

    tercapai perubahan yang melahirkan perilaku atau perbuatan

    yang sesuai dengan ajaran agama islam.

    3. Aspek-Aspek Pembinaan Keagamaan

    Menurut Abin Syamsudin Makmun, aspek-aspek

    mengikuti pembinaan agama silam adalah sebagai berikut.:

    a. Aspek frekuensi kegiatan, yaitu seberapa sering

    kegiatan dilakukan dengan periode waktu tertentu.

    b. Aspek motivasi, mempunyai peranan penting dalam

    melakukan sesuatu. Oleh karena itu motivasi juga

    menjadi aspek dari intensitas mengikuti. Apabila

    ada motivasi kuat untuk meraih tujuan tertentu dan

    kondisi yang sesuai pun berkembang. Orang akan

    mencurahkan kesungguhanya untuk mempelajari

    17 Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Konseling dan Psikoterapi Islam,

    (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2006), h. 221

  • 20

    metode-metode yang kuat untuk meraih tujuan

    tersebut. Motivasi dan nilai-nilai individu akan

    mempengaruhi perhatian dan persepsinya.

    Kenyataan ini telah ditunjukan Al-Qur’an pada

    banyak tempat, ketika menerangkan keimanan dapat

    membuat keum mukminin siap dan penuh perhatian

    untuk menyimak ayat-ayat Al-Qur’an yang akan

    diturunkan. Mereka memahaminya dengan penuh

    kesadaran dan pemahaman yang akurat. Sebaliknya

    ayat-ayat yang sama tidak memberikan pengaruh

    yang sama kepada orang-orang musyrik. Motivasi

    adalah suatu kekuatan (power), tenaga (forces), daya

    (energy), atau suatu keadaan yang kompleks ( a

    complex state) dan kesiapsediaan (preparatoryset)

    dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan

    tertentu, baik disadari maupun tidak. Motivasi

    muncul dari dalam individu itu sendiri dan juga bisa

    dipenagruhi oleh lingkungan.

    c. Aspek perhatian, adalah keaktifan peningkatan

    kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan

    dalam pemusatanya kepada sesuatu, baik yang ada

    di dalam maupun yang ada diluar diri individu.

    Melalui perhatian seseorang lebih mudah menerima

    sesuatu, dan sebaliknya tanpa adanya perhatian, tiap

    asumsi-asumsi yang masuk, baik dari dalam diri

    maupun dari luar akan sulit diterima.

  • 21

    d. Aspek spirit of change, yaitu semangat untuk

    berubah. Pribadi yang memiliki semangat , sangat

    sadar bahwa tidak akan ada satu mahluk pun

    dimuka bumi ini yang mampu mengubah drinya

    kecuali dirinya sendiri. Betapapun hebatnya

    seseorang untuk memberikan motivasi, hal itu

    hanyalah kesia-siaan belaka bila pada diri orang

    tersebut tidak ada keinginan untuk dimotivasi.

    e. Aspek Efek, yaitu perubahan hasil, atau konsekuensi

    langsung yang disebabkan oleh suatu tindakan. Efek

    juga berarti resiko, ada positif dan negative.

    Sesuatu yang diterima setelah melakukan suatu

    hal.18

    Aspek-aspek tersebut penting untuk dimiliki oleh peserta

    didik di suatu lembaga pembinaan khusus anak terutama

    remaja yang berhadapan dengan hokum agar pembinaan

    keagamaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan

    diadaknya pembinaan kegamaan.

    4. Metode Pembinaan Keagamaan

    Metode atau metodik berasal dari kata Yunani, yaitu

    “meta” yang berarti melalui dan “hodos” berarti jalan atau

    cara. Metodik berarti cara yang harus ditempuh untuk

    mencapai tujuan tertentu. Metode berarti suatu cara kerja

    18 Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat

    Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 45

  • 22

    yang sistematis dan umum, seperti cara kerja ilmu

    pengetahuan.19

    Dalam Bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah

    “thariqah” yang berarti langkah-langkah strategis

    dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.20

    Dengan

    kata lain, metode dapat dipahami sebagai cara yang ditempuh

    agar hal yang akan disampaikan dapat diterima atau difahami

    dengan baik, mudah dan efisien sehingga dapat mewujudkan

    tujuan tertentu. Berbagai cara ditempuh oleh seorang

    pembina dalam menyampaikan pembinaan keagamaan. Agar

    proses pembinaan berjalan dengan lancar, maka perlu dipilih

    cara yang tepat dalam menyampaikan materi pembinaan.

    Menurut H.M. Arifin, metode yang dapat digunakan

    dalam pembinaan berupa kegiatan Bimbingan dan

    Penyuluhan Agama Islam, antara lain sebagai berikut:

    a. Wawancara

    Salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan

    yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana

    sebenarnya hidup beragama pada saat tertentu yang

    memerlukan bantuan. Saya melakukan wawancara

    dengan satu petugas pembimbing agama Islam dan tiga

    orang warga binaan wanita.

    19

    Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam,

    (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 10 20

    Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam

    Mulia, 2005), h. 23

  • 23

    b. Metode group guidance (bimbingan secara

    kelompok)

    Bimbingan kelompok adalah cara

    pengungkapan jiwa/batin serta pembinaannya melalui

    kegiatan kelompok, seperti ceramah, diskusi, seminar,

    simposium, atau dinamika kelompok (group dinamics).21

    Dalam proses pembinaan kelompok ini pembina

    hendaknya mengarahkan minat dan perhatian warga

    binaan kepada hidup kebersamaan dan saling tolong-

    menolong dalam memecahkan permasalahan yang

    menyangkut kepentingan mereka bersama. Pembinaan

    agama juga hendaknya mengendalikan dan mengamati

    setiap klien atau warga binaan mengenai keaktifan dalam

    kegiatan kelompok.

    c. Metode non-directif (cara yang tidak mengarah)

    Metode ini dibagi menjadi dua macam, yaitu:

    1. Metode client centered, yaitu pengungkapan

    tekanan batin yang dirasakan menjadi

    penghambat mereka dalam belajar dengan sistem

    pancingan yang berupa satu dua pertanyaan

    terarah. Selanjutnya mereka diberi kesempatan

    seluas-luasnya untuk menceritakan segala uneg-

    uneg (tekanan batin) yang disadari sebagai

    hambatan jiwanya.22

    Pembina bersikap

    21

    H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan

    Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 109 22

    Ibid, h. 111

  • 24

    memperhatikan, mendengarkan serta mencatat

    point-point penting yang dianggap rawan untuk

    diberi bantuan.

    2. Metode educatif, yaitu cara mengungkapkan

    tekanan perasaan yang menghambat

    perkembangan belajar dengan menggali sampai

    tuntas perasaan yang menyebabkan hambatan

    dan ketegangan, dengan cara client centered,

    yang diperdalam dengan permintaan/pertanyaan

    yang motivatif dan persuasif (meyakinkan) untuk

    mengingat serta mendorong agar berani

    mengungkapkan perasaan tertekan sampai ke

    akar-akarnya. Pada akhirnya, pembina

    memberikan petunjuk-petunjuk tentang usaha apa

    sajakah yang baik dengan cara yang tidak

    bernada imperatif (wajib). Akan tetapi hanya

    berupa anjuran-anjuran yang tidak mengikat.23

    3. Metode psikoanalitis (penganalisaan jiwa)

    Menganalisa gejala-gejala tingkah laku, baik

    melalui mimpi (kondisi tidak sadar), ataupun melalui

    tingkah laku yang serba salah, dengan

    menitikberatkan pada perhatian atas hal-hal apa

    sajakah perbuatan salah itu terjadi berulang. Dengan

    demikian, maka akhirnya akan diketahui bahwa

    masalah pribadi mereka akan terungkap dan

    23

    H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan

    Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 112

  • 25

    selanjutnya disadarkan kembali (dicerahkan) agar

    masalah tersebut dianggap telah selesai dan tidak

    perlu dianggap suatu hal yang memberatkan, dan

    sebagainya.24

    Oleh karena itu nilai-nilai iman dan taqwa harus

    dibangkitkan dalam pribadi warga binaan, sehingga

    terbentuklah dalam pribadinya sikap tawakkal dan

    optimisme dalam menempuh kehidupan baru.

    4. Metode direktif (metode yang bersifat

    mengarahkan)

    Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada

    mereka untuk berusaha mengatasi kesulitan

    (problem) yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan

    ialah dengan memberikan secara langsung jawaban-

    jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab

    kesulitan.25

    Sedangkan Hamdani Bakran Adz-Dzaky menyatakan

    bahwa tujuan pembinaan Agama Islam adalah sebagai

    berikut:

    1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,

    kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi

    tenang, dan damai (muthmainnah), bersikap lapang dada

    (radhiyah), dan mendapatkan pencerahan taufik dan

    hidayah Tuhannya (mardhiyah).

    24

    H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan

    Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 113 25

    Ibid., h. 114

  • 26

    2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan

    kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat

    baik pada diri sendiri, lngkungan keluarga, lingkungan

    kerja, maupun lingkungan sosial, dan alam sekitarnya.

    3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada

    individu sehingga muncul dan berkembang rasa

    toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong, dan rasa

    kasih sayang.

    4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri

    individu, sehingga muncul dan berkembang rasa

    keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya,

    ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta

    ketabahan menerima ujian-Nya.

    5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan

    potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai

    khalifah dengan baik dan benar, dapat dengan baik

    menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat

    memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi

    lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.26

    5. Materi Pembinaan Keagamaan

    Materi yang dipakai dalam pembinaan agama Islam

    adalah semua yang terkandung dalam Al-Qur’an yaitu

    sebagai berikut:

    26

    Hamdani Bakran. Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam,

    (Yogjakarta: Fajar Pustaka Baru, 2006), h. 221

  • 27

    a. Aqidah

    Aqidah menurut bahasa berasal dari kata aqada,

    ya‟qidu, aqdan atau aqidatan yang artinya mengikatkan.

    Bentuk jama’ dari aqidah adalah aqaid yang berarti

    simpulan atau ikatan iman. Dari kata itu muncul pula

    kata I‟tiqad yang berarti kepercayaan. Sedangkan aqidah

    secara etimologis berarti ikatan atau sangkutan. Secara

    praktis, aqidah berarti kepercayaan, keyakinan, atau

    iman.27

    Aqidah menurut Zuhairi adalah bersifat I’tikad

    batin, berfungsi mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa

    sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur, dan

    meniadakan ala mini.28

    Aqidah dalam Islam adalah

    bersifat i‟tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-

    masalah yang erat hubungannya dengan iman kepada:

    1. Iman kepada Allah

    Kata “iman” berasal dari bahasa Arab yang artinya

    percaya. Sedangkan percaya berarti pengakuan

    terhadap adanya sesuatu yang bersifat ghaib, atau

    sesuatu itu benar. Iman kepada Alah berarti

    menyakini bahwa Allah adalah satu-satunya tempat

    mengabdi, menghambakan diri, serta mengadu

    (tauhid al-ibadah), dan Allah sebagai satu-satunya

    pembuat peraturan yang sempurna (tauhid al-tasyri).

    27

    E. Hassan Saleh, Study Islam Diperguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, (Jakarta: ISTN, 2000), h. 55

    28 Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya:

    Usaha Nasional, 1983), h. 50

  • 28

    2. Iman kepada Malaikat-Nya

    Iman kepada malaikat adalah meyakini malaikat

    adalah makhluk Allah yang diciptakan dari nur

    (cahaya) dan bahwa malaikat adalah makhluk yang

    paling taat dan tidak sekalipun berbuat maksiat.

    3. Iman kepada Kitab-KitabNya

    Pengertian kepada kitab-kitab Allah adalah

    meyakini bahwa kitab Allah itu benar datang dari

    Allah SWT kepada para nabi atau rasul yang berisi

    wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh

    umat manusia. Salah satu kitab Allah adalah Al-

    Qur’an, dengan membaca dan memahami isi Al-

    Qur’an, maka manusia akan merasa dekat dengan

    Allah dan tenang dalam menghadapi segala hal.

    4. Iman kepada Rasul-RasulNya

    Iman kepada Rasul adalah percaya dengan

    sepenuh hati bahwa Rasul adalah orang-orang yang

    telah dipilih oleh Allah SWT untuk menerima

    wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh

    umat manusia agar menjadi pedoman hidup demi

    memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

    5. Iman kepada Hari Akhir

    Hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh

    hati bahwa Allah telah menetapkan hari akhir

    sebagai tanda akhir dari kehidupan di dunia dan

    awal dari kehidupan di akhirat. Karena itu, manusia

    janganlah lengah, lupa diri ataupun terpesona

  • 29

    dengan kehidupan di dunia yang sifatnya hanya

    sementara.

    6. Iman kepada Qadha dan Qadhar

    Iman kepada Qadha dan Qadhar artinya

    percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa

    Allah SWT telah menentukan segala sesuatu bagi

    semua makhluk hidup.29

    Dengan demikian dapat simpulkan bahwa aqidah

    merupakan keimanan seseorang baik dalam sikap,

    ucapan maupun tindakannya.

    b. Syari’ah

    Secara bahasa syari’ah adalah jalan (ke sumber mata

    air) yang harus ditempuh (oleh setiap umat Islam).

    Sedangkan menurut istilah makna syari’ah adalah sistem

    norma (kaidah) yang mengatur hubungan manusia

    dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia

    dalam kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan

    benda dan alam lingkungan hidupnya.30

    Syari’ah terdiri

    dari beberapa aspek yaitu:

    1. Ibadah

    Ibadah (dalam arti sempit) seperti, thaharah,

    shalat, zakat, puasa, haji bila mampu. Ibadah

    tersebut hukumnya wajib. Ibadah secara umum

    memiliki arti mengikuti segala hal yang di cintai

    29

    Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:

    Al-Ikhlas, 1983), h. 60 30

    Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja

    Grafindo Persada, 2000), h. 134

  • 30

    Allah dan di ridhoi-Nya, baik perkataan maupun

    perbuatan lahir dan batin.

    2. Muamalah

    Kata muamalah berasal dari fiil madhi amala

    yang berarti bergaul dengannya, berurusan

    (dagang). Sedangkan muamalah adalah ketetapan

    Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan

    sesamanya, dan dengan lingkungannya (alam

    sekitar)nya. Muamalah berarti aturan-aturan

    (hukum) Allah yang mengatur hubungan manusia

    dengan sesama dan lingkungan

    sekitarnya.Kaitannya dengan hubungan antar

    sesama manusia, maka dalam muamalah ini

    mengatur hal-hal yang berkaitan dengan masalah

    ekonomi, politik, sosial, hukum, dan kebudayaan.31

    Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

    syari’ah merupakan hukum Allah guna mengatur

    hubungan antara manusia dengan Allah dan manusia

    dengan manusia lainnya.

    c. Akhlak

    Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim

    mashdar dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai

    dengan timbangan tsulasi majid af‟ala, yuf‟ilu if‟alan

    yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi‟ah

    (kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-„adat (kebiasaan,

    31

    Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

    Persada, 1992), h. 1

  • 31

    kelaziman), al-maru‟ah (peradaban yang baik), dan al-

    din (agama).32

    Terdapat beberapa pengertian akhlak menurut para

    ahli, yaitu:

    1. Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah sifat

    yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya

    untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan

    pemikiran dan pertimbangan.

    2. Menurut Imam Al-Ghazali yang dikenal sebagai

    Hujjatul Islam (Pembela Islam) karena

    kepiawaianya dalam membela Islam dari

    berbagai faham yang dianggap menyesatkan, Ia

    mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam

    dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam

    perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa

    memerlukan pemikiran dan pertimbangan.33

    3. Menurut Zuhairi, akhlak adalah suatu amalan

    yang bersifat pelengkap penyempurna bagi

    kedua amal yaitu akidah dan syari’ah dan

    mengajarkan tentang cara pergaulan hidup

    manusia.34

    Dengan demikian, akhlak merupakan sifat jiwa yang

    berhubungan dengan niat baik dan buruk yang berada

    32

    Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo

    Persada, 2006), h. 1 33

    Ibid., h. 2 34

    Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya:

    Usaha Nasional, 1983), h. 60

  • 32

    didalam jiwa manusia tanpa memerlukan pemikiran dan

    pertimbangan sehingga melahirkan suatu perbuatan yang

    tanpa disengaja dan tanpa dibuat-buat. Maka dari itu

    dalam pembinaan agama Islam sangat perlu diadakan

    pembinaan akhlak, dimana akan mengarahkan manusia

    kea rah tujuan hidup yang bahagia dunia dan akhirat.

    Macam-macam akhlak menurut Mohammad Ardani

    yaitu, sebagai berikut:

    a. Akhlak Al-Karimah

    Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat

    amat jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan

    manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia,

    akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

    1. Akhlak terhadap Allah

    Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan

    kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia

    memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu,

    yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan

    menjangkau hakekatnya.

    2. Akhlak terhadap diri sendiri

    Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat

    diartikan menghargai, menghormati, menyayangi

    dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya,

    karena sadar bahwa dirinya itu sebgai ciptaan dan

    amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan

    dengan sebaik-baiknya.

  • 33

    3. Akhlak terhadap sesama manusia

    Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan

    eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak

    bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu

    bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan

    orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik

    kepada saudara, karena ia berjasa dalam ikut serta

    mendewasakan kita, dan merupakan orang yang

    paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan

    dengan memuliakannya, memberikan bantuan,

    pertolongan dan menghargainya.

    b. Akhlak Al-Mazmumah

    Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah

    sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik

    seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap

    membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar

    dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-

    cara menjauhinya.35

    B. Penyesuaian Diri

    1. Pengertian Penyesuaian Diri

    Penyesuaian diri dalam ilmu jiwa adalah proses

    dinamika yang bertujuan untuk mengubah kelakuannya agar

    terjadi hubungan yang lebih sesuai antara dirinya dan

    35

    Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya

    Utama, 2005), Cet ke-2, h. 49

  • 34

    lingkunganya.36

    Lingkungan ini mempunyai tiga segi, yaitu

    lingkungan alami dan materi, lingkungan soial, kemudian

    individu dengan segala komponenya, bakat, pembawaan dan

    pikirannya tentang dirinya.37

    Pendapat lain mengemukakan

    bahwa penyesuaian diri yang berarti adaptasi dapat

    mempertahankan eksistensi atau bisa „‟survive„‟ dan

    memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani dan dapat

    mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan

    lingkungan sosial.38

    Dari berbagai definisi di atas, peneliti beranggapan

    bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan menyesuaikan

    diri individu pada perubahan lingkungannya, mencakup

    lingkungan alamiah, lingkungan sosial dan budaya dan

    manusia sendiri.

    2. Bentuk-Bentuk Penyesuaian Diri

    Fatimah, menyatakan bahwa terdapat pembagian pada

    penyesuaian diri, yaitu :

    a. Penyesuaian diri yang positif

    Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang

    positif adalah mampu mengarahkan dan mengatur

    dorongan-dorongan dalam pikiran, kebiasaan, emosi,

    sikap dan perilaku individu dalam menghadapi tuntutan

    dirinya dan masyarakat, mampu menemukan manfaat

    36

    Mustahafa Fahmy Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Zakiah

    Darajat, h. 14 37

    Ibid, h. 15 38

    Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta

    didik ), (Bandung : CV Pustaka Setia, 2006 ), h. 194

  • 35

    dari situasi baru dan memenuhi segala kebutuhan secara

    sempurna dan wajar.39

    b. Penyesuaian diri yang negatif

    Individu dengan penyesuaian diri yang negatif

    adalah tidak mampu mengarahkan dan mengatur

    dorongan-dorongan dalam pikiran, kebiasaan, emosi,

    sikap dan perilaku individu dalam menghadapi tuntutan

    dirinya dan masyarakat, serta tidak mampu menemukan

    manfaat dari situasi baru dalam memenuhi segala

    kebutuhan secara sempurna dan wajar.40

    3. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri

    Pada dasarnya, penyesuaian diri memiliki dua aspek,

    yaitu: 41

    a. Penyesuaian Pribadi

    Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang

    untuk menerima diri demi tercapainya hubungan yang

    harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya. Ia

    menyatakan sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa

    kelebihan dan kekuranganya dan mampu bertindak

    objective sesuai dengan kondisi dan potens dirinya.

    Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh

    tidak adanya rasa benci, tidak ada keinginan untuk lari

    39

    Putri Rosalia Ningrum, Perceraian Orang tua dan Penyesuaian

    Diri Remaja (Studi pada Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan di Kota

    Samarinda ), (Jurnal Psikologi, 2013), h.73 40

    Putri Rosalia Ningrum, Perceraian Orang tua dan Penyesuaian

    Diri Remaja (Studi pada Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan di Kota

    Samarinda ), (Jurnal Psikologi, 2013), h.74 41

    Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta

    didik ), (Bandung : CV Pustaka Setia, 2006 ), h. 207

  • 36

    dari kenyataan atau tidak percaya pada potensi dirinya.42

    kehidupan kejiwaanya ditandai oleh sunyi dari

    kegoncangan dan keresahan jiwa yang menyertai rasa

    bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan

    ratapa terhadap nasib sendiri.

    b. Penyesuaian Sosial

    Manusia hidup sebagai makhluk sosial, oleh

    karenanya seorang individu tidak akan pernah terlepas

    dari lingkungan sekitarnya yang dalam hal ini adalah

    masyarakat. Pembawaan diri dalam ber-masyarakat

    harus sesuai dan selaras dengan norma sosial yang

    berlaku. Masyarakat indonesia yang majemuk tentu

    memiliki norma sosial yang berbeda antara masyarakat

    satu daerah dengan masyarakat daerah lainnya, oleh

    karenanya selain penyesuaian pribadi, seorang individu

    juga membutuhkan kemampuan penyesuaian sosial yang

    baik.

    4. Karakteristik Penyesuaian Diri yang Efektif

    Menurut Haber dan Runyon terdapat beberapa

    karakteristik penyesuaian diri yang efektif, yaitu:43

    a. Persepsi yang akurat tentang realitas

    Untuk menjadi realistis tentang pengaturan tujuan

    kita. Suatu penyesuaian diri yang baik adalah dengan

    mengatur tujuan yang dikejar secara realistis. Salah satu

    42

    Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta

    didik ), (Bandung : CV Pustaka Setia, 2006 ), h. 208 43

    A. Haber & R. Runyon, Psychology of adjustment, (Ilionis: The

    Dorsev Press Homewood, 1984), h. 31

  • 37

    aspek terpenting lainnya dari karakteristik ini adalah

    mampu mengenali konsekuensi dari suatu tindakan yang

    dilakukan dan mampu mengendalikan tingkah lakunya

    sesuai konsekuensi itu.

    b. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan

    Tujuan hidup memberikan arah ke beberapa

    aktivitas. Dengan mengatur beberapa aspek dalam hidup,

    seseorang akan mampu bertahan dari terhindarnya stres

    yang dihadapi disepanjang waktu. Untuk mencapai

    tujuan jangka panjang tidaklah mudah. ada kebutuhan

    mendesak yang harus dipuaskan. Penundaan kepuasan

    kebutuhan ini sering menyebabkan perasaan tidak

    nyaman dan stres. Salah satu ukuran penyesuaian diri

    adalah seberapa baik individu mampu mengatasi

    kemerosotan, masalah dan konflik.44

    c. Citra diri positif

    Para psikolog memandang berbagai persepsi diri

    tentang diri sebagai indikator kualitas penyesuaian diri,

    karena penyesuaian diri yang efektif memerlukan adanya

    citra diri yang positif. Individu harus mengakui dan

    menyadari kelemahannya sebagaimana ia menyadari dan

    mengakui kekuatannya. Jadi individu harus mengenal

    kemampuan dan kekurangan dirinya. Jika individu

    mampu mengenal dan memahami dirinya secara

    44

    A. Haber & R. Runyon, Psychology of adjustment, (Ilionis: The

    Dorsev Press Homewood, 1984), h. 33

  • 38

    realistis, berarti ia berada pada pencapaian sumber

    kekuatan penuh dari dirinya.

    d. Kemampuan mengekspresikan perasaan

    Seseorang harus dapat mengekspresikan emosi,

    dengan mempertimbangkan pilihan bagaimana emosi

    harus diungkapkan. Orang yang sehat secara emosional

    mampu merasakan dan mengekspresikan berbagai emosi

    dan perasaan, serta membangun dan mempertahankan

    hubungan interpersonal. Pengekspresian emosi tersebut

    dikontrol sepenuhnya oleh individu tersebut

    e. Hubungan interpersonal yang baik

    Individu membutuhkan dan mencari kepuasan

    dengan menjalin hubungan orang ke orang dengan yang

    lainnya. Seseorang yang mampu menyesuaikan diri

    adalah individu yang mampu untuk mencapai tingkat

    keakraban (intimacy) yang tepat dalam hubungan

    sosialnya. Mereka biasanya kompeten dan selalu merasa

    nyaman ketika berinteraksi dengan orang lain. Selain itu,

    mereka pun akan membuat orang lain merasa nyaman

    ketika ada bersamanya.45

    5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

    Menurut Schneider, faktor-faktor yang mempengaruhi

    penyesuaian diri yaitu:46

    45

    A. Haber & R. Runyon, Psychology of adjustment, (Ilionis: The

    Dorsev Press Homewood, 1984), h. 36 46

    A. Schneiders, Personal adjustment and mental health, handbook of

    psychology sosial and clinical, (Chicago: Library of Congress Catalog, 1964),

    h. 15

  • 39

    a. Keadaan fisik dan determinannya

    Kondisi fisik individu merupakan faktor yang

    mempengaruhi penyesuaian diri, sebab keadaan sistem-

    sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi

    terciptanya penyesuaian diri yang baik. Adanya cacat

    fisik dan penyakit kronis akan melatarbelakangi adanya

    hambatan pada individu dalam melaksanakan

    penyesuaian diri.

    b. Perkembangan Kematangan

    Taraf pertumbuhan dan perkembangan terutama

    faktor intelektual, kematangan sosial, moral, dan

    emosional. Bentuk-bentuk penyesuaian diri individu

    berbeda pada setiap tahap perkembangan. Sejalan

    dengan perkembangannya, individu meninggalkan

    tingkah laku infantil dalam merespon lingkungan. Hal

    tersebut bukan karena proses pembelajaran semata,

    melainkan karena individu menjadi lebih matang.

    Kematangan individu dalam segi intelektual, sosial,

    moral, dan emosi mempengaruhi bagaimana individu

    melakukan penyesuaian diri.47

    c. Determinan Psikologis

    Keadaan mental yang sehat merupakan syarat bagi

    tercapainya penyesuaian diri yang baik, sehingga dapat

    dikatakan bahwa adanya frustrasi, kecemasan dan cacat

    47

    A. Schneiders, Personal adjustment and mental health, handbook of psychology sosial and clinical, (Chicago: Library of Congress Catalog, 1964),

    h. 15

  • 40

    mental akan dapat melatarbelakangi adanya hambatan

    dalam penyesuaian diri. Keadaan mental yang baik akan

    mendorong individu untuk memberikan respon yang

    selaras dengan dorongan internal maupun tuntutan

    lingkungannya. Variabel yang termasuk dalam keadaan

    psikologis di antaranya adalah pengalaman, pendidikan,

    konsep diri, dan keyakinan diri.

    d. Kondisi Lingkungan Sekitar

    Keadaan lingkungan yang baik, damai, tentram,

    aman, penuh penerimaan dan pengertian, serta mampu

    memberikan perlindungan kepada anggotanya,

    merupakan lingkungan yang akan memperlancar proses

    penyesuaian diri. Sebaliknya apabila individu tinggal di

    lingkungan yang tidak tentram, tidak damai, dan tidak

    aman, maka individu tersebut akan mengalami gangguan

    dalam melakukan proses penyesuaian diri. Keadaan

    lingkungan yang dimaksud meliputi sekolah, rumah, dan

    keluarga.

    e. Tingkat Religiusitas dan Kebudayaan

    Adat istiadat (budaya) dan agama yang turut

    mempengaruhi penyesuaian diri seseorang. religiusitas

    merupakan faktor yang memberikan suasana psikologis

    yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik,

    frustrasi dan ketegangan psikis lain. Religiusitas

    memberi nilai dan keyakinan sehingga individu memiliki

    arti, tujuan, dan stabilitas hidup yang diperlukan untuk

  • 41

    menghadapi tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam

    hidup.48

    C. Kerangka Berpikir

    Sesuai latar belakang dan teori yang sudah ada, maka dapat

    disimpulkan dalam suatu kerangka berpikir sebagai berikut:

    Diagram 1

    Kerangka Berpikir Berdasarkan Subtes

    48

    A. Schneiders, Personal adjustment and mental health, handbook of psychology sosial and clinical, (Chicago: Library of Congress Catalog, 1964),

    h. 16

    Pembinaan Keagamaan (X)

    Efek

    Motivasi

    Frekuensi Kegiatan

    Materi

    Spirit Of Change

    Perhatian

  • 42

    D. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat

    sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya

    masih lemah sehingga harus di uji secara empiris.49

    Hipotesis

    yang akan di jawab dan di buktikan dalam penelitian ini adalah:

    : Tidak ada pengaruh signifikan pembinaan keagamaan

    terhadap penyesuaian diri Santri pada Pondok Pesantren

    Babussalam Tangerang.

    : Ada pengaruh signifikan pembinaan keagamaan

    terhadap penyesuaian diri Santri pada Pondok Pesantren

    Babussalam Tangerang.

    Dengan ketentuan sebagai berikut:

    Sig < 0,05 maka ditolak dan diterima

    Sig > 0,05 maka diterima dan ditolak

    49

    Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

    (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h. 31

    Penyesuaian Diri (Y)

    Persepsi yang Akurat

    Citra Diri Positif

    Kemampuan Mengatasi Stress

    Kemampuan

    Mengekspresikan Perasaan

    Hubunngan Interpersonal

    yang Baik

  • 43

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    1. Pendekatan Penelitian

    Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan

    kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan

    data yang akurat setelah perhitungan yang tepat. Penelitian

    kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

    berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

    meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik

    pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara

    random, pengumpulan data menggunakan instrument

    penelitian, analisis data bersifat kuantitatif statistik dengan

    tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapakan.

    Penelitian kuantitatif sifatnya objektif, sehingga kita bisa

    melihat langsung sebuah keadaan.50

    Adapun alasan peneliti menggunakan penelitian

    kuantitatif adalah karena penelitian kuantitatif bersifat

    mutlak sesuai dengan tata cara perhitungan statistik yang

    terukur dan peneliti ingin menguji teori tentang pembinaan

    keagamaan dan perilaku altruisme, menunjukkan hubungan

    antar variabel pengaruh pembinaan keagamaan dengan

    penyesuaian diri untuk mendapatkan tingkat objektivitas

    yang tinggi, memberikan deskripsi statistik.

    50

    Sugiyono ,Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

    dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2008), h. 14

  • 44

    2. Jenis Penelitian

    Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penjabaran

    penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan

    menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang

    pokok.51

    Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti berusaha

    mengambil sampel dengan menggunakan kuesioner untuk

    mengetahui pengaruh pengaruh pembinaan keagamaan

    terhadap penyesuaian diri Santri pada Pondok Pesantren

    Babussalam Tangerang.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Tempat penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren

    Babussalam Tangerang, Jl Merdeka Gang Pesantren I No 47,

    Pabuaran, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Banten

    15114. Merupakan salah satu fasilitas penahanan kota atau

    Negara bagian bagi mereka yang salah.

    Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan

    pemilihan lokasi penelitian ini adalah:

    a. Pondok Pesantren Babussalam Tangerang memiliki

    kegiatan pembinaan keagamaan rutin setiap hari.

    b. Peneliti belum menemukan hasil penelitian tentang

    pengaruh pembinaan keagamaan terhadap

    51

    Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei,

    (Jakarta: LP3ES, 1995), cet. Ke-2, h. 3

  • 45

    penyesuaian diri pada Pondok Pesantren Babussalam

    Tangerang.

    2. Waktu Penelitian

    Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Februari

    sampai April 2020 dengan melakukan survei lokasi,

    penyerahan surat penelitian dari Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Pondok Pesantren

    Babussalam Tangerang, kemudian mendapatkan persetujuan

    Pondok Pesantren Babussalam Tangerang untuk melakukan

    penelitian skripsi, serta mentor (pendamping) untuk peneliti.

    Selanjutnya peneliti melakukan penelitian lanjutan, yaitu

    menggali data dan mengenai program pembinaan keagamaan

    di Pondok Pesantren Babussalam Tangerang.

    C. Sumber Data

    Maksud dari sumber data seperti yang dikutip Sinta Paramita

    dari bukunya Kristi Purwandari yaitu unsur utama yang dijadikan

    sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data konkret,

    dan yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh data

    yang diperlukan dalam penelitian ini.52

    Sumber data dalam

    penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:

    1. Data Primer

    Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari

    sumber data pertama dilokasi penelitian atau objek

    52

    Shinta Paramita “Efektifitas Penanganan Masalah Rumah Tangga

    Melalui Lembaga Pelayanan Konsultasi di Masjid Agung Al Azhar Jakarta,”

    (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri

    Jakarta, 2009), h. 10

  • 46

    penelitian.53

    Sumber data pertama dalam penelitian ini yaitu

    Santri di Pondok Pesantren Babussalam Tangerang.

    2. Data Sekunder

    Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber

    kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.54

    Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

    berupa dokumen-dokumen, catatan-catatan dan buku-buku.

    D. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi, yaitu keseluruhan subjek penelitian untuk

    keperluan penelitian. Sesuai judul penelitian diatas, maka

    populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Santri MA

    (Madrasah Aliyah) di Pondok Pesantren Babussalam

    Tangerang yang berjumlah 80 orang.

    2. Sampel

    Sedangkan sampel adalah bagian dari kumpulan objek

    penelitian (populasi) yang dipelajari dan diamati.55

    Penentuan sampel penelitian ini harus dilakukan sehingga

    diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat

    menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

    Berdasarkan populasi diatas maka penetapan sampel

    dilakukan dengan teknik accidental sampling (convenience

    53

    Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:

    Kencana, 2010), h. 122. 54

    Ibid, h. 123 55

    Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT.

    Remaja Rosdakarya, 1994), h. 78

  • 47

    sampling) adalah proses sampling yang memilih sampel dari

    orang atau unit yang paling mudah dijumpai atau diakses.56

    Teknik ini dapat dilakukan dengan kriteria yang kita

    inginkan.

    Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:

    a. Santri MA (Madrasah Aliyah)

    b. Mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan di

    Pondok Pesantren Babussalam Tangerang.

    Berdasarkan kriteria yang disebutkan diatas, Maka

    sampel yang terambil dari perhitungan ini sebanyak 50%

    yaitu mendapatkan hasil 40 responden dari 80 populasi.

    E. Variabel Penelitian

    Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel

    independen sebagai variabel X dan variabel dependen sebagai

    variabel Y.

    1. Variabel Bebas (independent variable) (X)

    Variabel independen atau juga disebut variabel bebas

    adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

    menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

    dependen.57

    Dalam penelitian ini sebagai variabel

    independen atau variabel bebas yaitu pembinaan keagamaan,

    yang terdiri dari:

    56

    Singgih Santoso dan Tjiptono, Pemasaran Konsep dan Aplikasi

    dengan SPSS, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001), h. 89 57

    Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

    (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 39

  • 48

    a. Aspek materi, yaitu tingkat pemahaman materi yang

    sudah diterima oleh warga binaan yang terdiri dari

    materi aqidah, ibadah dan akhlak.

    b. Aspek frekuensi, yaitu seberapa sering warga binaan

    mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan.

    c. Aspek motivasi, yaitu motivasi yang dimiliki warga

    binaan untuk mengikuti kegiatan pembinaan

    kegamaan.

    d. Aspek perhatian, yaitu perhatian warga binaan

    ketika mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan.

    e. Aspek spirit of change, yaitu semangat yang

    dimiliki warga binaan untuk berubah.

    f. Aspek efek, yaitu perbuatan hasil, seberapa besar

    pembinaan memberikan efek positif terhadap warga

    binaan.

    2. Variabel Terikat (dependent variable) (Y)

    Variabel dependen atau sering juga disebut variabel

    terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau

    menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.58

    Dengan

    demikian dapat diketahui bahwa penyesuaian diri merupakan

    variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini.

    Aspek-aspek penyesuaian diri menurut Menurut Haber dan

    Runyon, terdiri dari :

    a. Persepsi yang akurat tentang realitas

    b. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan

    58

    Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

    (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 40

  • 49

    c. Citra diri positif

    d. Kemampuan mengekspresikan perasaan

    e. Hubungan interpersonal yang baik

    F. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian

    Berikut adalah tabel definisi operasional dan indikator dalam

    penelitian ini :

    Tabel 1. Definisi Operasional dan Indikator Variabel

    Penelitian

    Variabel Definisi

    Operasional Sub Variabel Indikator

    Pembinaan

    Keagamaan

    (X)

    Pembinaan

    keagamaan adalah

    suatu kegiatan

    rutin agama Islam

    yang

    dilaksanakan

    secara sitematis

    dan terarah oleh

    seorang Pembina

    agama Islam

    kepada peserta

    didik sebagai

    upaya untuk

    memperbaiki dan

    mengembangkan

    beberapa aspek

    yang meliputi:

    1. Aspek materi, yaitu tingkat

    pemahaman

    materi yang

    sudah diterima

    oleh warga

    binaan yang

    terdiri dari materi

    aqidah, ibadah

    dan akhlak.

    2. Aspek frekuensi, yaitu seberapa

    sering mengikuti

    kegiatan

    pembinaan

    keagamaan.

    1. Aspek Materi 1) Mengetahui Al-

    Qur’an dapat

    menjadi penyejuk

    hati dan jiwa

    2) Iman kepada Rasul adalah

    rukun iman yang

    keempat

    3) Mengetahui tata cara sholat

    beserta

    bacaannya

    4) Tidak percaya adanya takdir

  • 50

    Variabel Definisi

    Operasional Sub Variabel Indikator

    aqidah, ibadah,

    dan akhlak, agar

    mereka dapat

    menjalani

    kehidupanya

    sesuai dengan

    ajaran islam.

    3. Aspek materi, yaitu tingkat

    pemahaman

    materi yang

    sudah diterima

    oleh warga

    binaan yang

    terdiri dari materi

    aqidah, ibadah

    dan akhlak.

    4. Aspek frekuensi, yaitu seberapa

    sering mengikuti

    kegiatan

    pembinaan

    keagamaan.

    5. Aspek motivasi, yaitu motivasi

    yang dimiliki

    warga binaan

    untuk mengikuti

    kegiatan

    pembinaan

    kegamaan.

    6. Aspek perhatian, yaitu perhatian

    warga binaan

    ketika mengikuti

    kegiatan

    pembinaan

    keagamaan.

    5) Tidak mengetahui

    manfaat dari

    puasa

    2. Aspek Frekuensi 1) Rutin mengikuti

    kegiatan

    pembinaan

    keagamaan

    3. Aspek Motivasi 1) Motivasi untuk

    selalu mengikuti

    kegiatan

    pembinaan

    keagamaan

    2) Mengikuti kegiatan

    pembinaan

    keagamaan

    dengan senang

    hati

    3) Mengikuti pembinaan

    keagamaan

    karena terpaksa

    4. Aspek Perhatian 1) Memperhatikan

    apa yang

    disampaikan oleh

    pembimbing

    agama

  • 51

    7. Aspek perhatian, yaitu perhatian

    warga binaan

    ketika mengikuti

    kegiatan

    pembinaan

    keagamaan.

    8. Aspek spirit of change, yaitu

    semanngat yang

    dimiliki warga

    binaan untuk

    berubah.

    9. Aspek efek, yaitu perbuatan hasil,

    seberapa besar

    pembinaan

    memberikan efek

    positif terhadap

    warga binaan .

    2) Merasa jenuh ketika sedang

    mengikuti

    kegiatan

    pembinaan

    keagamaan

    5. Aspek Spirit of Change

    1) Bertekad untuk berubah menjadi

    lebih baik lagi

    2) Ingin memiliki pengetahuan

    agama yang lebih

    baik lagi setelah

    mengikuti

    pembinaan

    keagamaan

    3) Mengikuti kegiatan

    pembinaan

    keagamaan hanya

    untuk

    menggugurkan

    kewajiban

    6. Aspek Efek 1) Hati menjadi

    lebih tenang

    setelah

    mengamalkan

    apa yang

    diajarkan

    pembimbing

    agama

    Variabel Definisi

    Operasional Sub Variabel Indikator

  • 52

    Variabel Definisi

    Operasional Sub Variabel Indikator

    2) Tidak ada perubahan

    setelah

    mengikuti

    pembinaan

    keagamaan

    Penyesuaian

    Diri (Y)

    Penyesuaian diri

    merupakan

    kemampuan

    menyesuaikan

    diri individu pada

    perubahan

    lingkungannya,

    mencakup

    lingkungan

    alamiah,

    lingkungan sosial

    dan budaya dan

    manusia sendiri.

    1. Persepsi yang akurat tentang

    realitas

    2. Kemampuan mengatasi stres

    dan kecemasan