-
PENGARUH PEMBINAAN KEAGAMAAN TERHADAP
PENYESUAIAN DIRI SANTRI PADA PONDOK
PESANTREN BABUSSALAM TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh:
CATUR ARIWIBOWO
1113052000059
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2020 M
-
ii
MOTTO
“Hidup ini bagai skripsi, banyak bab dan revisi yang harus
dilewati. Tetapi akan selalu berakhir indah bagi mereka yang
pantang menyerah”
(@shitlicious)
“sesungguhnya kebenaran bisa menjadi lemah karena
perpecahan, sebaliknya. Kebatilan juga terkadang menjadi
kuat
karena kekompakan”
(KH. Hasyim Asy’ari)
-
v
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Catur Ariwibowo
Nim : 1113052000059
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
PENGARUH PEMBINAAN KEAGAMAAN TERHADAP
PENYESUAIAN DIRI SANTRI PADA PONDOK
PESANTREN BABUSSALAM TANGERANG adalah benar
merupakan karya saya pribadi dan dalam penyusunannya tidak
melakukan tindakan plagiat. Adapun kutipan yang ada dalam
penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya
dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang
semestinya
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika
ternyata
skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari
karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan
seperlunya.
Jakarta, 25 Juni 2020
Catur Ariwibowo
-
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Yang Utama Dari Segalanya Allah SWT, sembah sujud
serta syukur kepadamu Tuhan yang maha Esa. Sholawat dan
salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad
SAW. Kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan dalam
membekaliku ilmu, serta engkau siapkan untuk masa depanku
sebagai harapan kesuksesan. Atas karunia serta kemudahan
yang
Engkau berikan akhirnya skripsi sederhana ini dapat
terselesaikan.
Terimakasih untuk Ibu & Bapak atas kasih sayang yang
selalu engkau berikan setiap harinya kepadaku. Atas do’a,
semangat dan materi yg sudah engkau berikan selama ini,
tidak
terlupa untuk Ari Setianingrum & Eko Nurdiansah selaku
kakak
yang selalu memberikan semangat yang tiada henti untuk
adikmu.
Terimakasih untuk para sahabatku Achmad Ergi Fachrezi,
Ahmad Fauzi, Febri Ardiansah, Ika Trijayanti, Yuni
Lusianasari,
Ayu Fauziana, Rakhma Maulidina, Ahmad Ulan Fakhri, Siti
Nurlela dan Septa Andrianti atas bantuan dan dorongan yang
selalu kalian berikan selama proses skripsi.
Manisnya keberhasilan akan menghapus pahitnya kesabaran,
nikmatnya memperoleh kemenangan akan menghilangkan
letihnya perjuangan dan menuntaskan pekerjaan.
-open your eyes, achieve your goals-
-
vii
KATA PENGANTAR
مــــــــــــــسم هللا الرحمن الرحيــــــــــــــب
Assalamu‟alakum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan nikmat yang Allah berikan kepada kita semua,
terlebih-
lebih nikmat Iman dan Islam. Karena dengan nikmat-nikmat
itulah kita masih bisa beraktifitas sampai saat ini.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri
tauladan kita baginda nabi Muhammad SAW. Yang karena
kemuliaannyalah kita berharap syafaatnya di hari kiamat.
Disamping itu shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
pula kepada keluarganya, sahabatnya serta pengikutnya yang
setia sampai akhir zaman.
Tidak ada sesuatu yang paling membahagiakan bagi penulis
melainkan telah terselesaiakannya skripsi dengan judul
“Pengaruh Pembinaan Keagamaan Terhadap Penyesuaian
Diri Santri Pada Pondok Pesantren Babussalam Tangerang”
ini. Bukan perjuangan yang mudah untuk menyelesaikan semua
ini, akan tetapi buah kesabaran dan ketekunanlah yang
mewujudkannya. Walaupun demikian penulis sadar, bahwa tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak tidak mungkin
skripsi
ini terselesaiakan dengan baik.
Oleh karenanya, tidak ada hal lain yang lebih utama
melainkan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Terutama kedua orang tua
-
viii
penulis Ayah dan Ibu atas doa, semangat, kasih sayang,
pengorbanan dan ketulusan dalam mendampingi penulis juga
selalu mampu membuat diri ini tersenyum dan melepas penat
yang luar biasa. Selain itu tentu penulis juga sangat
berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
penulis
dalam penelitian ini diantaranya kepada:
1. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Siti
Napsiyah, S.Ag, BSW, MSW. selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Dr. Sihabudin Noor, MA. selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, serta Drs. Cecep Castrawijaya, MA. selaku
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama.
2. Ir. Noor Bekti Negoro, S.E, M. Si selaku Ketua Program
Studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus
Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran untuk memberikan masukan dan arahan dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi. selaku Sekretaris Program
Studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan
memberikan
ilmunya kepada penulis selama perkuliahan.
5. Seluruh Civitas Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Barat yang telah membantu dan mempermudah penulis dalam
melakukan penelitian ini.
-
x
ABSTRAK
Catur Ariwibowo, 1113052000059, Pengaruh Pembinaan
Keagamaan Terhadap Penyesuaian Diri Santri Pada Pondok
Pesantren Babussalam Tangerang, di bawah Bimbingan
Ir. Noor Bekti Negoro, S.E, M. Si
Salah satu sasaran yang harus mendapatkan nilai-nilai
keagamaan adalah para remaja. Rendahnya pemahaman agama
pada setiap individu dalam masyarakat secara langsung maupun
tidak, ikut membentuk lingkungan yang tidak sehat dalam
perjalanan hidup seorang remaja. Salah satu remaja yang
mendapatkan pembinaan keagamaan dan memerlukan
penyesuaian diri adalah remaja di Pesantren atau Santri,
dimana
Pesantren merupakan suatu wadah / tempat para remaja
menuntut
ilmu agama.
Penelitian ini menarik untuk diteliti karena untuk
mengukur tingkat pengaruh pembinaan keagamaan yang telah
diberikan oleh para Ustad dan Ustadzah yang berada di
Pesantren
kepada para Santri terhadap penyesuaian diri Santri.
Seringkali
para pembimbing hanya memberikan kajian agama tanpa
mengetahui apakah dapat menimbulkan hasil yang positif
kepada
para Santri.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif dengan jenis deskriptif, untuk mengetahui
pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen, sampel dalam
penelitian ini berjumlah 40 Santri dengan menggunakan teknik
accidental sampling (convenience sampling). Analisis data
menggunakan uji regresi linier sederhana, uji regresi linear
berganda, uji koefision korelasi dan determinasi, uji F-test dan
uji
T-test.
Hasil penelitian ini menemukan: (1) Terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan antara pembinaan keagamaan dan
penyesuaian diri para santri di Pesantren Babussalam, dengan
F-
test nilai siginifikansinya sebesar (0,001b) atau kurang dari
0,05.
(2) Faktor dominan yang mempengaruhi pembinaan keagamaan
terhadap penyesuaian diri adalah Materi dengan nilai Thitung
>
Ttabel yaitu 2.808>2.023.
Kata Kunci: Pembinaan Keagamaan, Penyesuaian Diri,
Santri
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
....................................................................i
MOTTO
......................................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................... iii
LEMBAR PENGESAHAN
.......................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN
........................................................ v
LEMBAR PERSEMBAHAN
....................................................vi
KATA PENGANTAR
..............................................................
vii
ABSTRAK
...................................................................................
x
DAFTAR ISI
...............................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
.................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah
......................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
......................................... 8
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
................................................ 9
E. Sistematika Penulisan
...................................................... 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pembinaan Keagamaan
................................................... 16
1. Pengertian Pembinaan Keagamaan ............................
16
2. Tujuan Pembinaan Keagamaan ..................................
17
3. Aspek – Aspek Pembinaan Keagamaan .....................
19
-
xii
4. Metode Pembinaan Keagamaan .................................
21
5. Materi Pembinaan Keagamaan
................................... 26
B. Penyesuaian Diri
.............................................................
33
1. Pengertian Penyesuaian Diri
....................................... 33
2. Bentuk – Bentuk Penyesuaian Diri
............................. 34
3. Aspek – Aspek Penyesuaian Diri
............................... 35
4. Karakteristik Penyesuaian Diri yang Efektif ..............
36
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri 38
C. Kerangka Berpikir
........................................................... 41
D. Hipotesis Penelitian
......................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
...................................... 43
1. Pendekatan Penelitian
................................................. 43
2. Jenis Penelitian
........................................................... 44
B. Tempat dan Waktu Penelitian
......................................... 44
1. Tempat Penelitian
....................................................... 44
2. Waktu Penelitian
........................................................ 45
C. Sumber Data
....................................................................
45
1. Data Primer
.................................................................
45
2. Data Sekunder
............................................................ 46
D. Populasi dan Sampel
....................................................... 46
1. Populasi
......................................................................
46
2. Sampel
........................................................................
46
E. Variabel Penelitian
.......................................................... 47
1. Variabel Bebas (independent variabel) (X) ...............
47
2. Variabel Terikat (dependent variabel) (Y) .................
48
-
xiii
F. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
................ 49
G. Teknik Pengumpulan Data
.............................................. 53
1. Observasi atau Pengamatan
........................................ 53
2. Kuesioner
....................................................................
53
3. Dokumentasi
...............................................................
54
H. Instrumen Pengumpulan Data
......................................... 54
1. Uji Validitas
................................................................
55
2. Uji Reliabilitas
............................................................ 57
I. Teknik Analisis Data
....................................................... 59
1. Uji Regresi Linier Sederhana
..................................... 60
2. Uji Koefesien Determinasi
......................................... 61
BAB IV GAMBARAN UMUN DAN HASIL ANALISIS
DATA
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Babussalam
Tangerang
........................................................................
63
1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Babussalam
Tangerang
...................................................................
63
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Babussalam
Tangerang
...................................................................
67
3. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Babussalam
Tangerang
...................................................................
67
B. Temuan dan Hasil Analisis Data
..................................... 68
1. Klasifikasi Responden
................................................ 68
2. Uji Regresi Linear Sederhana
..................................... 69
3. Uji Regresi Linear Berganda
...................................... 72
4. Uji Regresi Pengaruh Antar Variabel .........................
77
-
xiv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
.....................................................................
84
B. Saran
................................................................................
85
Daftar Pustaka
...........................................................................
86
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk individu yang memiliki pribadi
atau jiwa sendiri.1 Manusia merupakan makhluk individual
tidak
hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, tetapi juga
dalam arti bahwa setiap orang itu merupakan pribadi yang
khas
menurut corak kepribadiannya, termasuk kecakapan-kecakapan
sendiri.2 Pada intinya dikatakan makhluk individu karena
untuk
membedakan antara individu yang satu dengan individu
lainnya.
Segi utama lainnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa
manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial. Sejak ia
dilahirkan, ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya, yaitu makanan,
minuman dan lain-lain.3 Selain itu, manusia juga membutuhkan
agama sebagai nutrisi hati, pengarah dan landasan untuk
pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia. Nilai-
nilai keagamaan memainkan peranan dalam masyarakat selama
nilai- nilai tersebut dikenal dan diyakini oleh setiap
anggota
masyarakat.4 Maka dari itu nilai-nilai keagamaan menjadi
penting
bagi semua manusia sebagai landasan hidup.
1
Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 118 2 W. A. Gerungan, Psikologi
Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama,
2004), h. 24 3 Ibid., h. 26
4 Nottingham Elizabeth K, Agama dan Masyarakat, Suatu
Pengantar
Sosiologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h.
44
-
2
Salah satu sasaran yang harus mendapatkan nilai-nilai
keagamaan adalah para remaja. Masa remaja merupakan masa di
mana remaja mengalami perubahan dan perkembangan. Di dalam
pikiran dan jasmaninya, remaja mewarnai dan mengeksplorasi
dunianya dengan penuh keberanian. Mereka mencoba
mengidentifikasikan diri mereka dengan orang lain, untuk
menemukan sebuah jati diri mereka sendiri. Dalam proses
pencarian jati diri remaja membutuhkan bimbingan dan arahan
dalam hidupnya supaya tidak terjadi penyimpangan, sehingga
remaja bisa menjadi pribadi yang memiliki rasa tanggung
jawab.5
Masa remaja menurut Stanley Hall dalam bukunya Agoes
Dariyo dianggap sebagai masa topan-badai dan stres (strom
and
stres), karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk
menentukan nasib diri sendiri. Usia perkembangan seperti
ini,
jika terarah dengan baik maka remaja akan menjadi seorang
individu yang memiliki rasa tanggung jawab. Akan tetapi,
apabila
tidak terbimbing, maka remaja bisa menjadi seorang yang
tidak
memiliki masa depan dengan baik. Remaja (adolesecence)
adalah
masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik,
psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong
remaja
ini berkisar antara usia 12/13 tahun sampai 21 tahun.6
Agama memberikan patokan dan tuntunan berupa perintah
dan larangan kepada manusia dalam aktualisasi kehidupan.
Suatu
5 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor:
Ghalia
Indonesia, 2004), h. 15 6 Ibid, h. 14
-
3
hal yang berhubungan dengan agama menjadi penting, karena
agama berperan dalam pembentukan tingkah laku dan
pengarahan penggunaan akal untuk perbaikan hidup manusia dan
kaitannya disini adalah keagamaan Islam. Islam adalah agama
samawi terakhir yang berfungsi sebagai rahmat dan nikmat
bagi
manusia seluruhnya, maka Allah SWT mewahyukan agama Islam
dalam nilai kesempurnaan tertinggi.7
Tidak dapat dipungkiri agama adalah pedoman atau landasan
dasar setiap manusia, agama adalah aturan yang harus
ditaati,
maka dari itu agama dapat dikatakan sebagai arahan, acuan
serta
batasan. Agama merupakan risalah yang disampaikan Allah SWT
kepada Nabi SAW sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-
hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam
menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur
hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah SWT,
dirinya sebagai hamba Allah SWT, manusia dan masyarakat
serta
alam sekitarnya.8
Terkait remaja, berbagai gejala yang melibatkan perilaku
remaja akhir- akhir ini tampak menonjol di masyarakat.
Perilaku-
perilaku tersebut menonjol baik dalam bentuk kenakalan biasa
maupun kenakalan yang menjurus tindak kriminal. Masyarakat
pun secara langsung ataupun tidak langsung menjadi gelisah
7 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor:
Ghalia
Indonesia, 2004), h. 57 8 Zakiyah Darajat, dkk, Dasar-dasar
Agama Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1984), h.58
-
4
dalam menghadapi hal tersebut.9 Bahkan belakangan ini remaja
menjadi topik pembicaraan yang berkaitan dengan perilaku
penyimpangan. Tidak sedikit remaja yang melakukan tindakan
yang melanggar norma-norma sosial ataupun norma-norma
agama. Perilaku menyimpang di kalangan remaja merupakan
salah satu problema lama yang senantiasa muncul di tengah-
tengah masyarakat. Masalah tersebut hidup, berkembang, dan
membawa akibat tersendiri sepanjang masa yang sulit untuk
dikaji ujung pangkalnya, sebab kenyataan perilaku menyimpang
telah merusak nilai-nilai susila, agama, dan hukum.
Seringkali
terdengar berbagai masalah yang disebabkan karena kenakalan
remaja, seperti penyalahgunaan narkoba, minuman keras,
perkelahian, pencurian, pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Hal
ini sangat erat hubungannya dengan tidak adanya ketenangan
jiwa dalam diri remaja.10
Pengertian kenakalan remaja yang dirumuskan dalam
Bakolak Inpres No.6/1971 Pedoman 8, tentang Pola
Penanggulangan Kenakalan Remaja adalah “kelainan tingkah
laku, perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosiasi
bahkan antisosial yang melanggar norma-norma sosial, agama
serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat”.11
9 Paulus Hadisuprapto, Studi tentang Makna Penyimpangan Perilaku
di
Kalangan Remaja, (Jurnal Kriminologi Indonesia, 2004), Vol. 3
No. III h. 9 10
M. Thoyibi dan M. Ngemron, Psikologi Islam, (Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2001), h. 155 11
Sofyan S. Willis, Remaja dan Masalahnya, Mengupas Berbagai
Bentuk Kenakalan Remaja seperti Narkoba, Free Sex, dan
Pemecahanya,
(Bandung: Alfabeta, 2005), h. 88-90
-
5
Ada beberapa sebab munculnya kenakalan yang dilakukan
oleh remaja baik faktor internal maupun eksernal. Faktor
internal
adalah faktor yang berasal dari dalam diri remaja karena
pilihan,
motivasi atau kemauan sendiri untuk melakukan kenakalan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Jensen dalam Sarwono yaitu Teori
Rational Choice yang menyatakan bahwa kenakalan yang
dilakukan oleh remaja terjadi kerena pilihannya sendiri,
interes,
motivasi atau kemauannya sendiri.12
Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja yang
berasal
dari luar diri anak, seperti faktor lingkungan keluarga/rumah
dan
lingkungan teman sebaya. Menurut Fuad Ihsan, keluarga
berperan meletakkan dasar pendidikan agama dan sosial.10
Akan
tetapi sebenarnya faktor yang paling mendasar yang
mengakibatkan remaja dapat melakukan tindakan kenakalan
remaja adalah kurangnya pendidikan agama. Pendidikan agama
yang didapat di keluarga, di sekolah ataupun di lingkungan
masyarakat sangatlah kurang. Sehingga agama merupakan hal
yang sangat penting dan paling utama dalam upaya membina
remaja yang telah melakukan tindakan kenakalan agar tingkah
laku, sikap, dan akhlaknya berubah menjadi yang lebih baik
lagi,
sehingga kelak mereka menjadi remaja yang taat pada norma-
norma dan aturan-aturan terlebih pada norma agama.
Rendahnya pemahaman agama pada setiap individu dalam
masyarakat secara langsung maupun tidak, ikut membentuk
12
Ida Nor Shanty, Suyahmo, Slamet Sumarto, Faktor Penyebab
Kenakalan Remaja pada Anak Keluarga Buruh Pabrik Rokok Djarum
Kudus,
dalam Jurnal Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas
Negeri Semarang, (Semarang: UNNES, 2013), h. 6
-
6
lingkungan yang tidak sehat dalam perjalanan hidup seorang
remaja. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu
mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena
ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan
kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan, dan dalam masyarakat
pada umumnya. Tidak jarang juga ditemui bahwa orang-orang
mengalami stres dan depresi yang disebabkan oleh kegagalan
mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi yang
penuh tekanan. Dengan demikian penyesuaian diri sangat
dibutuhkan seseorang dalam rentang kehidupannya terlebih
untuk
remaja yang merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju
masa dewasa. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan
bahwa penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan
penting
bagi terciptanya kesehatan mental individu.
Salah satu remaja yang mendapatkan pembinaan keagamaan
dan memerlukan penyesuaian diri adalah remaja di Pesantren
atau
Santri, dimana Pesantren merupakan suatu wadah / tempat para
remaja menuntut ilmu agama. Tantangannya menjadi remaja
yang bersekolah atau menetap di Pesantren selama beberapa
tahun lamanya adalah berusaha menyelesaikan permasalahan
yang ada di lingkup Pesantren tanpa menyusahkan orang tua
atau
berusaha mandiri. Walaupun banyak diberikan ilmu keagamaan,
tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa perlunya kemampuan
coping
pada remaja yang berada di Pesantren.
Penelitian ini menarik untuk diteliti karena untuk mengukur
tingkat pengaruh pembinaan keagamaan yang telah diberikan
oleh para Ustad dan Ustadzah yang berada di Pesantren kepada
-
7
para Santri terhadap penyesuaian diri Santri. Seringkali
para
pembimbing hanya memberikan kajian agama tanpa mengetahui
apakah dapat menimbulkan hasil yang positif kepada para
Santri.
Ada beberapa hal yang mendorong mengapa penelitian ini
dilakukan di Pesantren, karena tidak hanya remaja yang
terlihat
kasat mata memiliki permasalahan saja seperti remaja yang
berada di rutan atau balai rehabilitasi, tetapi remaja yang
sedang
menimba ilmu keagamaan pun di Pesantren dapat pula memiliki
permasalahan dan diperlukannya penyesuaian diri didalamnya.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian di Pondok Pesantren Babussalam
Tangerang. Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang
menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian
dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok
berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari
bambu.
Adapun judul penelitian ini adala Adapun judul penelitian
ini
adalah “Pengaruh Pembinaan Keagamaan Terhadap
Penyesuaian Diri Santri Pada Pondok Pesantren Babussalam
Tangerang”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Batasan dari penelitian ini adalah:
a. Hanya meneliti pada kegiatan keagamaan rutin non
formal selain dari kegiatan di Sekolah formal.
-
8
b. Penelitian hanya memfokuskan pada Responden
yang aktif mengikuti kegiatan pembinaan
keagamaan di Pesantren Babussalam Tangerang.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan
masalah yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Apakah pembinaan keagamaan berpengaruh
terhadap penyesuaian diri Santri pada Pondok
Pesantren Babussalam Tangerang ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pakah pembinaan keagamaan
berpengaruh terhadap penyesuaian diri Santri pada
Pondok Pesantren Babussalam Tangerang.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk pengembangan kurikulum Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang berkaitan dengan mata
kuliah.
b. Sebagai referensi tempat untuk pelaksanaan mata
kuliah Praktikum Profesi Mikro Jurusan Bimbingan
-
9
dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
c. Untuk lembaga dapat dijadikan bahan evaluasi
dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan pada
Santri.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Pada penyusunan skripsi ini, penulis sebelumnya
mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusun menjadi
suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis tempuh
adalah mencari informasi serta mengumpulkan terlebih dahulu
terhadap objek penelitian untuk dijadikan sebuah karya
ilmiah.
Maksud dari mencari dan mengumpulkan informasi ini adalah
untuk mengetahui apakah objek yang penulis teliti ini
sebelumnya sudah ada yang melaksanakan penelitian dalam
suatu
karya ilmiah. Tinjauan pustaka yang penulis telusuri yaitu:
Syifa Fauziah. NIM 1113054100054. Fakultas Ilmu Dakwah
Dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Kesejahteraan Sosial,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2019,
dengan judul skripsi “Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya
Terhadap Penyesuaian Diri Residen Primary Program Di Rumah
Sakit Ketergantungan Obat (Rsko) Jakarta”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial teman
sebaya terhadap penyesuaian diri residen Primary Program di
Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif. Teknik pengambilan
sampel
yang dipakai adalah non probability sampling, yaitu sampling
-
10
jenuh, karena dalam penelitian ini seluruh populasi
dijadikan
sampel, yaitu seluruh residen yang berada pada tahap Primary
Program di RSKO Jakarta yang berjumlah 25 orang. Hasil
penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan
dari dukungan sosial teman sebaya terhadap penyesuaian diri
residen Primary Program di Rumah Sakit Ketergantungan Obat
(RSKO) Jakarta.
Arif Darmawan Mahmud. NIM 1111070000064. Fakultas
Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017, dengan judul skripsi
“Pengaruh Religiusitas Dan Dukungan Sosia Terhadap
Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru Perantau Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta”. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh religiusitas dan dukungan sosial
terhadap
penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan analisis regresi berganda. Sampel
berjumlah
225 orang yang berusia remaja akhir hingga dewasa awal dan
merupakan mahasiswa baru aktif di kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah teknik non-probability sampling. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
variabel religiusitas dan dukungan sosial terhadap
penyesuaian
diri mahasiswa baru perantau.
Muhammad Najmul Umam. NIM 1110052000032. Fakultas
Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2017,
-
11
dengan judul skripsi “Strategi Coping Santri Putri dalam
Bimbingan Menghafal Al-nQur‟an di Pondok Pesantren
Nahdlatut Thalibin Tayu Kabupaten Pati Provinsi Jawa
Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih
jauh
tentang strategi coping santri dalam menghadapi tekanan
psikologi santri mulai dari tekanan lingkungan, target
hafalan
serta benyaknya kegiatan yang harus dijalani oleh para
santri
penghafal Al-Qur’an. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif.
hasil
penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa Pondok Pesantren
Nahdalatut Thalibin yang menerapkan menghafal satu persatu
terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya, setiap ayat bisa
dibaca sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebih
sehingga
proses ini membentuk pola dalam bayangannya dan membentuk
gerak refleks pada lisanya.
Siti Lidya Rahmi. NIM 1111052000004. Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2015,
dengan judul skripsi “Pengaruh Bimbingan Agama Ustadz
Bachtiar Nasir Terhadap Kemampuan Coping Remaja Di Ar-
Rahman Qur‟anic Learning Islamic Center Tebet Jakarta
Selatan”. Pendekatan penelitian ini dengan menggunakan
metode
kuantitatif dengan jenis penelitian survey dan desain yang
digunakan adalah pendekatan inferensial. Pengambilan sampel
sebanyak 50 orang dilakukan secara acak sederhana (simple
random sampling) dari populasi jama’ah di Ar-Rahman Qur’anic
Learning Islamic Center. Kesimpulan dalam penelitian ini
adalah:
-
12
Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel
bimbingan agama ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan
coping remaja.
M. Yusuf Affifurahman NIM: 1112052000022, Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2015,
dengan judul penelitian “Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap
Tingkat kesadaran Beragama santri di Pondok Pesantren Al-
Hikmah Jepara Jawa Tengah”. Skripsi ini saudara M.Yusuf
Affifurahman membahas tentang perngaruh bimbngan terhadap
santri, dan mengukur tingkat kesadaran beragama santri
setelah
diberikan program kegiatan Bimbingan Agama, penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
survey dan design yang digunakan adalah penelitian
experimental, data yang diperoleh menggunakan kuisioner
kemudian dilakukan pengujian analisis regresi linier
sedherhana
untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah peneliti menggunakan variabel dependen
penerimaan diri dan lokasi penelitian di Rutan pondok bambu.
Dari semua tinjauan pustaka di atas penelitian yang akan di
laksanakan memiliki perbedaan sebagai berikut:
a. Lokasi penelitian skripsi ini yaitu di Pesantren
Babussalam Tangerang. Lokasi penelitian ini berbeda
dengan tinjauan pustaka di atas.
b. Penelitian ini terfokuskan pada variabel pembinaan
keagamaan dan penyesuaian diri.
-
13
c. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
deskriptif.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada pedoman
penulisan karya ilmiah (Skripsi) yang diterbitkan oleh CeQDA
(Center for Quality Development and Assurance) Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2013/2014. Sistematika penulisan dalam penelitian ini
terbagi
dalam lima bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Isi dari bab ini membahas hal-hal yang
menyangkut latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini menguraikan tentang pembinaan
keagamaan dan penyesuaian diri yang mencakup
landasan teori yang berhubungan dengan
penelitian yang memuat pengertian dan tujuan
pembinaan keagamaan dan penyesuaian diri,
metode dan materi pembinaan keagamaan,
pelaksanaan pembinaan keagamaan di Pesantren
Babussalam Tangerang.
-
14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai pendekatan dan jenis
penelitian, tempat dan waktu penelitian, sumber
data, populasi dan sampel, variabel penelitian,
hipotesis penelitian, definisi operasional dan
indikator variabel, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, instrument pengumpulan data,
uji validitas, uji reliabilitas.
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL
ANALISIS DATA
a. Gambaran umum Pesantren Babussalam
Tangerang. Bab ini berisi tentang sejarah
Pesantren Babussalam Tangerang, visi misi
Pesantren Babussalam Tangerang, struktur
organisasi Pesantren Babussalam Tangerang,
sarana dan prasarana Pesantren Babussalam
Tangerang, keadaan Pesantren Babussalam
Tangerang, dan jenis pembinaan Pesantren
Babussalam Tangerang.
b. Temuan dan Analisis Data tentang pembinaan
keagamaan dengan penyesuaian diri santri.
Bab ini juga menguraikan tentang data-data
hasil penelitian, hasil angket, klasifikasi
responden, deskripsi hasil penelitian, dan
analisis data.
-
15
BAB V PENUTUP
Bab ini membahas secara singkat mengenai
kesimpulan berdasarkan hasil pelaksanaan
penelitian yang menjawab rumusan masalah di
Bab I dan saran-saran serta rekomendasi yang
menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pembinaan Keagamaan
1. Pengertian Pembinaan Keagamaan
Pembinaan Keagamaan yaitu membimbing,
mengarahkan, atau membangun nilai-nilai yang sangat
penting dan beragama bagi manusia, yaitu nilai-nilai
keagamaan berupa ajaran-ajaran agama kepada orang lain.
Sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan
bagi orang tersebut. Pembinaan agama merupakan proses
masukan seperangkat keyakinan atau keimanan yang di
percayai kebenaranya mengenai segala sesuatu yang
berkaitan dengan ajaran atau paham agama terhadap orang
lain.13
Pembinaan agama menurut M. Arifin adalah bantuan
yang diberikan kepada seseorang yang mengalami kesulitan-
kesulitan rohaniah dalam lingkaran hidupnya agar ia mampu
mengatasi sendiri masalahnya karena timbul kesadaran atau
penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa
sehingga pada dirinya timbul cahaya harapan kebahagiaan
Hidup.14
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan
kegamaan adalah suatu kegiatan rutin agama Islam yang
13 Djamludin Anchok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi
Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet Ke-4, h. 77
14
H.M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan
Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang: 1985), h. 97
-
17
dilaksanakan secara sistematis dan terarah oleh seorang
Pembina kepada peserta didik sebagai upaya untuk
memperbaiki dan mengembangkan bebrapa aspek yang
meliputi: aqidah, kibadah, dan akhlak agar mereka dapat
menjalani kehidupanya sesuai dengan ajaran Islam.
2. Tujuan Pembinaan Keagamaan
Kegiatan pembinaan keagamaan pada dasarnya
dilaksanakan untuk memberikan bekal pengetahuan agama
islam kepada peserta pembinaan dengan tujuan mendekatkan
diri kepada Allah SWT, disertai dengan perubahan tingkah
laku dari peserta yang mengikuti kegiatan pembinaan
keagamaan. Menurut D.Marimbi, tujuan pembinaan
keagamaan adalah untuk mengarahkan manusia dalam
mencapai kepribadian muslim.15
Sebagaimana dikutip oleh Abdul Mujib, tujuan
pembinaan keagamaan antara lain:
a. Mengembalikan wawasan spiritual yang semakin
mendalam.
b. Membekali anak muda dengan berbagai
pengetahuan dan kebaikan.
c. Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk
belajar berpikir secara logis dan membimbing
proses pemikiranya.
15 Ahmad D.Arimbi, Pengantar Pilsafat Pendidikan, (Bandung:
Al-
Ma’arif, 1989), h. 23
-
18
d. Mengembangkan wawasan relasional dan
lingkungan sebagaimana yang dicita-citakan dalam
islam, dengan melatih kebiasaan anak.16
Sedangakan Hamdani Bakran Adz-Dzakiey menyatakan
bahwa tujuan pembinaan Agama Islam adalah sebagai
berikut:
a. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,
kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa
menjadi tenang, dan damai (muthmainnah), bersikap
lapang dada (radhiyah), dan mendapatkan
pencerahan taufiq dan hidayah Tuhanya
(mardhiyah).
b. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,
dan kesopanan tingkahlaku yang dapat memberikan
manfaat baik kepada diri sendiri, lingkungan
keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan
sosial dan alam sekitarnya
c. Utuk memghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada
individu sehingga muncul dan berkembang rasa
toleransi, kesetiakwanan, tolong menolong, dan rasa
kasih saying.
d. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri
individu, sehingga muncul dan berkembang rasa
keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhanya,
16 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006),
h.
82
-
19
ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta
ketabahan menerima ujian-Nya.
e. Untuk menghasilkan potensi ilahiyah, sehingga
dengan potensi itu individu dapat melakukan
tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar,
dapat dengan baik menanggulangi berbagai
persoalan hidup, dan dapat memberikan
kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkunganya
pada berbagai aspek kehidupan.17
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembinaan keagamaan adalah untuk membantu dan
merubah pribadi seseoarang menjadi lebih baik sehingga
tercapai perubahan yang melahirkan perilaku atau perbuatan
yang sesuai dengan ajaran agama islam.
3. Aspek-Aspek Pembinaan Keagamaan
Menurut Abin Syamsudin Makmun, aspek-aspek
mengikuti pembinaan agama silam adalah sebagai berikut.:
a. Aspek frekuensi kegiatan, yaitu seberapa sering
kegiatan dilakukan dengan periode waktu tertentu.
b. Aspek motivasi, mempunyai peranan penting dalam
melakukan sesuatu. Oleh karena itu motivasi juga
menjadi aspek dari intensitas mengikuti. Apabila
ada motivasi kuat untuk meraih tujuan tertentu dan
kondisi yang sesuai pun berkembang. Orang akan
mencurahkan kesungguhanya untuk mempelajari
17 Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Konseling dan Psikoterapi
Islam,
(Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2006), h. 221
-
20
metode-metode yang kuat untuk meraih tujuan
tersebut. Motivasi dan nilai-nilai individu akan
mempengaruhi perhatian dan persepsinya.
Kenyataan ini telah ditunjukan Al-Qur’an pada
banyak tempat, ketika menerangkan keimanan dapat
membuat keum mukminin siap dan penuh perhatian
untuk menyimak ayat-ayat Al-Qur’an yang akan
diturunkan. Mereka memahaminya dengan penuh
kesadaran dan pemahaman yang akurat. Sebaliknya
ayat-ayat yang sama tidak memberikan pengaruh
yang sama kepada orang-orang musyrik. Motivasi
adalah suatu kekuatan (power), tenaga (forces), daya
(energy), atau suatu keadaan yang kompleks ( a
complex state) dan kesiapsediaan (preparatoryset)
dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan
tertentu, baik disadari maupun tidak. Motivasi
muncul dari dalam individu itu sendiri dan juga bisa
dipenagruhi oleh lingkungan.
c. Aspek perhatian, adalah keaktifan peningkatan
kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan
dalam pemusatanya kepada sesuatu, baik yang ada
di dalam maupun yang ada diluar diri individu.
Melalui perhatian seseorang lebih mudah menerima
sesuatu, dan sebaliknya tanpa adanya perhatian, tiap
asumsi-asumsi yang masuk, baik dari dalam diri
maupun dari luar akan sulit diterima.
-
21
d. Aspek spirit of change, yaitu semangat untuk
berubah. Pribadi yang memiliki semangat , sangat
sadar bahwa tidak akan ada satu mahluk pun
dimuka bumi ini yang mampu mengubah drinya
kecuali dirinya sendiri. Betapapun hebatnya
seseorang untuk memberikan motivasi, hal itu
hanyalah kesia-siaan belaka bila pada diri orang
tersebut tidak ada keinginan untuk dimotivasi.
e. Aspek Efek, yaitu perubahan hasil, atau konsekuensi
langsung yang disebabkan oleh suatu tindakan. Efek
juga berarti resiko, ada positif dan negative.
Sesuatu yang diterima setelah melakukan suatu
hal.18
Aspek-aspek tersebut penting untuk dimiliki oleh peserta
didik di suatu lembaga pembinaan khusus anak terutama
remaja yang berhadapan dengan hokum agar pembinaan
keagamaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan
diadaknya pembinaan kegamaan.
4. Metode Pembinaan Keagamaan
Metode atau metodik berasal dari kata Yunani, yaitu
“meta” yang berarti melalui dan “hodos” berarti jalan atau
cara. Metodik berarti cara yang harus ditempuh untuk
mencapai tujuan tertentu. Metode berarti suatu cara kerja
18 Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat
Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h.
45
-
22
yang sistematis dan umum, seperti cara kerja ilmu
pengetahuan.19
Dalam Bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah
“thariqah” yang berarti langkah-langkah strategis
dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.20
Dengan
kata lain, metode dapat dipahami sebagai cara yang ditempuh
agar hal yang akan disampaikan dapat diterima atau difahami
dengan baik, mudah dan efisien sehingga dapat mewujudkan
tujuan tertentu. Berbagai cara ditempuh oleh seorang
pembina dalam menyampaikan pembinaan keagamaan. Agar
proses pembinaan berjalan dengan lancar, maka perlu dipilih
cara yang tepat dalam menyampaikan materi pembinaan.
Menurut H.M. Arifin, metode yang dapat digunakan
dalam pembinaan berupa kegiatan Bimbingan dan
Penyuluhan Agama Islam, antara lain sebagai berikut:
a. Wawancara
Salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan
yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana
sebenarnya hidup beragama pada saat tertentu yang
memerlukan bantuan. Saya melakukan wawancara
dengan satu petugas pembimbing agama Islam dan tiga
orang warga binaan wanita.
19
Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 10 20
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Kalam
Mulia, 2005), h. 23
-
23
b. Metode group guidance (bimbingan secara
kelompok)
Bimbingan kelompok adalah cara
pengungkapan jiwa/batin serta pembinaannya melalui
kegiatan kelompok, seperti ceramah, diskusi, seminar,
simposium, atau dinamika kelompok (group dinamics).21
Dalam proses pembinaan kelompok ini pembina
hendaknya mengarahkan minat dan perhatian warga
binaan kepada hidup kebersamaan dan saling tolong-
menolong dalam memecahkan permasalahan yang
menyangkut kepentingan mereka bersama. Pembinaan
agama juga hendaknya mengendalikan dan mengamati
setiap klien atau warga binaan mengenai keaktifan dalam
kegiatan kelompok.
c. Metode non-directif (cara yang tidak mengarah)
Metode ini dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Metode client centered, yaitu pengungkapan
tekanan batin yang dirasakan menjadi
penghambat mereka dalam belajar dengan sistem
pancingan yang berupa satu dua pertanyaan
terarah. Selanjutnya mereka diberi kesempatan
seluas-luasnya untuk menceritakan segala uneg-
uneg (tekanan batin) yang disadari sebagai
hambatan jiwanya.22
Pembina bersikap
21
H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan
Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 109 22
Ibid, h. 111
-
24
memperhatikan, mendengarkan serta mencatat
point-point penting yang dianggap rawan untuk
diberi bantuan.
2. Metode educatif, yaitu cara mengungkapkan
tekanan perasaan yang menghambat
perkembangan belajar dengan menggali sampai
tuntas perasaan yang menyebabkan hambatan
dan ketegangan, dengan cara client centered,
yang diperdalam dengan permintaan/pertanyaan
yang motivatif dan persuasif (meyakinkan) untuk
mengingat serta mendorong agar berani
mengungkapkan perasaan tertekan sampai ke
akar-akarnya. Pada akhirnya, pembina
memberikan petunjuk-petunjuk tentang usaha apa
sajakah yang baik dengan cara yang tidak
bernada imperatif (wajib). Akan tetapi hanya
berupa anjuran-anjuran yang tidak mengikat.23
3. Metode psikoanalitis (penganalisaan jiwa)
Menganalisa gejala-gejala tingkah laku, baik
melalui mimpi (kondisi tidak sadar), ataupun melalui
tingkah laku yang serba salah, dengan
menitikberatkan pada perhatian atas hal-hal apa
sajakah perbuatan salah itu terjadi berulang. Dengan
demikian, maka akhirnya akan diketahui bahwa
masalah pribadi mereka akan terungkap dan
23
H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan
Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 112
-
25
selanjutnya disadarkan kembali (dicerahkan) agar
masalah tersebut dianggap telah selesai dan tidak
perlu dianggap suatu hal yang memberatkan, dan
sebagainya.24
Oleh karena itu nilai-nilai iman dan taqwa harus
dibangkitkan dalam pribadi warga binaan, sehingga
terbentuklah dalam pribadinya sikap tawakkal dan
optimisme dalam menempuh kehidupan baru.
4. Metode direktif (metode yang bersifat
mengarahkan)
Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada
mereka untuk berusaha mengatasi kesulitan
(problem) yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan
ialah dengan memberikan secara langsung jawaban-
jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab
kesulitan.25
Sedangkan Hamdani Bakran Adz-Dzaky menyatakan
bahwa tujuan pembinaan Agama Islam adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,
kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi
tenang, dan damai (muthmainnah), bersikap lapang dada
(radhiyah), dan mendapatkan pencerahan taufik dan
hidayah Tuhannya (mardhiyah).
24
H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan
Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 113 25
Ibid., h. 114
-
26
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan
kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat
baik pada diri sendiri, lngkungan keluarga, lingkungan
kerja, maupun lingkungan sosial, dan alam sekitarnya.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada
individu sehingga muncul dan berkembang rasa
toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong, dan rasa
kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri
individu, sehingga muncul dan berkembang rasa
keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya,
ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta
ketabahan menerima ujian-Nya.
5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan
potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai
khalifah dengan baik dan benar, dapat dengan baik
menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat
memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi
lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.26
5. Materi Pembinaan Keagamaan
Materi yang dipakai dalam pembinaan agama Islam
adalah semua yang terkandung dalam Al-Qur’an yaitu
sebagai berikut:
26
Hamdani Bakran. Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam,
(Yogjakarta: Fajar Pustaka Baru, 2006), h. 221
-
27
a. Aqidah
Aqidah menurut bahasa berasal dari kata aqada,
ya‟qidu, aqdan atau aqidatan yang artinya mengikatkan.
Bentuk jama’ dari aqidah adalah aqaid yang berarti
simpulan atau ikatan iman. Dari kata itu muncul pula
kata I‟tiqad yang berarti kepercayaan. Sedangkan aqidah
secara etimologis berarti ikatan atau sangkutan. Secara
praktis, aqidah berarti kepercayaan, keyakinan, atau
iman.27
Aqidah menurut Zuhairi adalah bersifat I’tikad
batin, berfungsi mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa
sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur, dan
meniadakan ala mini.28
Aqidah dalam Islam adalah
bersifat i‟tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-
masalah yang erat hubungannya dengan iman kepada:
1. Iman kepada Allah
Kata “iman” berasal dari bahasa Arab yang artinya
percaya. Sedangkan percaya berarti pengakuan
terhadap adanya sesuatu yang bersifat ghaib, atau
sesuatu itu benar. Iman kepada Alah berarti
menyakini bahwa Allah adalah satu-satunya tempat
mengabdi, menghambakan diri, serta mengadu
(tauhid al-ibadah), dan Allah sebagai satu-satunya
pembuat peraturan yang sempurna (tauhid al-tasyri).
27
E. Hassan Saleh, Study Islam Diperguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ
dan Pengembangan Wawasan, (Jakarta: ISTN, 2000), h. 55
28 Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam,
(Surabaya:
Usaha Nasional, 1983), h. 50
-
28
2. Iman kepada Malaikat-Nya
Iman kepada malaikat adalah meyakini malaikat
adalah makhluk Allah yang diciptakan dari nur
(cahaya) dan bahwa malaikat adalah makhluk yang
paling taat dan tidak sekalipun berbuat maksiat.
3. Iman kepada Kitab-KitabNya
Pengertian kepada kitab-kitab Allah adalah
meyakini bahwa kitab Allah itu benar datang dari
Allah SWT kepada para nabi atau rasul yang berisi
wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh
umat manusia. Salah satu kitab Allah adalah Al-
Qur’an, dengan membaca dan memahami isi Al-
Qur’an, maka manusia akan merasa dekat dengan
Allah dan tenang dalam menghadapi segala hal.
4. Iman kepada Rasul-RasulNya
Iman kepada Rasul adalah percaya dengan
sepenuh hati bahwa Rasul adalah orang-orang yang
telah dipilih oleh Allah SWT untuk menerima
wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh
umat manusia agar menjadi pedoman hidup demi
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
5. Iman kepada Hari Akhir
Hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh
hati bahwa Allah telah menetapkan hari akhir
sebagai tanda akhir dari kehidupan di dunia dan
awal dari kehidupan di akhirat. Karena itu, manusia
janganlah lengah, lupa diri ataupun terpesona
-
29
dengan kehidupan di dunia yang sifatnya hanya
sementara.
6. Iman kepada Qadha dan Qadhar
Iman kepada Qadha dan Qadhar artinya
percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa
Allah SWT telah menentukan segala sesuatu bagi
semua makhluk hidup.29
Dengan demikian dapat simpulkan bahwa aqidah
merupakan keimanan seseorang baik dalam sikap,
ucapan maupun tindakannya.
b. Syari’ah
Secara bahasa syari’ah adalah jalan (ke sumber mata
air) yang harus ditempuh (oleh setiap umat Islam).
Sedangkan menurut istilah makna syari’ah adalah sistem
norma (kaidah) yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia
dalam kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan
benda dan alam lingkungan hidupnya.30
Syari’ah terdiri
dari beberapa aspek yaitu:
1. Ibadah
Ibadah (dalam arti sempit) seperti, thaharah,
shalat, zakat, puasa, haji bila mampu. Ibadah
tersebut hukumnya wajib. Ibadah secara umum
memiliki arti mengikuti segala hal yang di cintai
29
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:
Al-Ikhlas, 1983), h. 60 30
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2000), h. 134
-
30
Allah dan di ridhoi-Nya, baik perkataan maupun
perbuatan lahir dan batin.
2. Muamalah
Kata muamalah berasal dari fiil madhi amala
yang berarti bergaul dengannya, berurusan
(dagang). Sedangkan muamalah adalah ketetapan
Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya, dan dengan lingkungannya (alam
sekitar)nya. Muamalah berarti aturan-aturan
(hukum) Allah yang mengatur hubungan manusia
dengan sesama dan lingkungan
sekitarnya.Kaitannya dengan hubungan antar
sesama manusia, maka dalam muamalah ini
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan masalah
ekonomi, politik, sosial, hukum, dan kebudayaan.31
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
syari’ah merupakan hukum Allah guna mengatur
hubungan antara manusia dengan Allah dan manusia
dengan manusia lainnya.
c. Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim
mashdar dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai
dengan timbangan tsulasi majid af‟ala, yuf‟ilu if‟alan
yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi‟ah
(kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-„adat (kebiasaan,
31
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo
Persada, 1992), h. 1
-
31
kelaziman), al-maru‟ah (peradaban yang baik), dan al-
din (agama).32
Terdapat beberapa pengertian akhlak menurut para
ahli, yaitu:
1. Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
2. Menurut Imam Al-Ghazali yang dikenal sebagai
Hujjatul Islam (Pembela Islam) karena
kepiawaianya dalam membela Islam dari
berbagai faham yang dianggap menyesatkan, Ia
mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.33
3. Menurut Zuhairi, akhlak adalah suatu amalan
yang bersifat pelengkap penyempurna bagi
kedua amal yaitu akidah dan syari’ah dan
mengajarkan tentang cara pergaulan hidup
manusia.34
Dengan demikian, akhlak merupakan sifat jiwa yang
berhubungan dengan niat baik dan buruk yang berada
32
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 1 33
Ibid., h. 2 34
Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1983), h. 60
-
32
didalam jiwa manusia tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan sehingga melahirkan suatu perbuatan yang
tanpa disengaja dan tanpa dibuat-buat. Maka dari itu
dalam pembinaan agama Islam sangat perlu diadakan
pembinaan akhlak, dimana akan mengarahkan manusia
kea rah tujuan hidup yang bahagia dunia dan akhirat.
Macam-macam akhlak menurut Mohammad Ardani
yaitu, sebagai berikut:
a. Akhlak Al-Karimah
Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat
amat jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan
manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia,
akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Akhlak terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia
memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu,
yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan
menjangkau hakekatnya.
2. Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat
diartikan menghargai, menghormati, menyayangi
dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya,
karena sadar bahwa dirinya itu sebgai ciptaan dan
amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan
dengan sebaik-baiknya.
-
33
3. Akhlak terhadap sesama manusia
Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan
eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak
bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu
bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan
orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik
kepada saudara, karena ia berjasa dalam ikut serta
mendewasakan kita, dan merupakan orang yang
paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan
dengan memuliakannya, memberikan bantuan,
pertolongan dan menghargainya.
b. Akhlak Al-Mazmumah
Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah
sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik
seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap
membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar
dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-
cara menjauhinya.35
B. Penyesuaian Diri
1. Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri dalam ilmu jiwa adalah proses
dinamika yang bertujuan untuk mengubah kelakuannya agar
terjadi hubungan yang lebih sesuai antara dirinya dan
35
Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya
Utama, 2005), Cet ke-2, h. 49
-
34
lingkunganya.36
Lingkungan ini mempunyai tiga segi, yaitu
lingkungan alami dan materi, lingkungan soial, kemudian
individu dengan segala komponenya, bakat, pembawaan dan
pikirannya tentang dirinya.37
Pendapat lain mengemukakan
bahwa penyesuaian diri yang berarti adaptasi dapat
mempertahankan eksistensi atau bisa „‟survive„‟ dan
memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani dan dapat
mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan
lingkungan sosial.38
Dari berbagai definisi di atas, peneliti beranggapan
bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan menyesuaikan
diri individu pada perubahan lingkungannya, mencakup
lingkungan alamiah, lingkungan sosial dan budaya dan
manusia sendiri.
2. Bentuk-Bentuk Penyesuaian Diri
Fatimah, menyatakan bahwa terdapat pembagian pada
penyesuaian diri, yaitu :
a. Penyesuaian diri yang positif
Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang
positif adalah mampu mengarahkan dan mengatur
dorongan-dorongan dalam pikiran, kebiasaan, emosi,
sikap dan perilaku individu dalam menghadapi tuntutan
dirinya dan masyarakat, mampu menemukan manfaat
36
Mustahafa Fahmy Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Zakiah
Darajat, h. 14 37
Ibid, h. 15 38
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta
didik ), (Bandung : CV Pustaka Setia, 2006 ), h. 194
-
35
dari situasi baru dan memenuhi segala kebutuhan secara
sempurna dan wajar.39
b. Penyesuaian diri yang negatif
Individu dengan penyesuaian diri yang negatif
adalah tidak mampu mengarahkan dan mengatur
dorongan-dorongan dalam pikiran, kebiasaan, emosi,
sikap dan perilaku individu dalam menghadapi tuntutan
dirinya dan masyarakat, serta tidak mampu menemukan
manfaat dari situasi baru dalam memenuhi segala
kebutuhan secara sempurna dan wajar.40
3. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri
Pada dasarnya, penyesuaian diri memiliki dua aspek,
yaitu: 41
a. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang
untuk menerima diri demi tercapainya hubungan yang
harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya. Ia
menyatakan sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa
kelebihan dan kekuranganya dan mampu bertindak
objective sesuai dengan kondisi dan potens dirinya.
Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh
tidak adanya rasa benci, tidak ada keinginan untuk lari
39
Putri Rosalia Ningrum, Perceraian Orang tua dan Penyesuaian
Diri Remaja (Studi pada Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan di
Kota
Samarinda ), (Jurnal Psikologi, 2013), h.73 40
Putri Rosalia Ningrum, Perceraian Orang tua dan Penyesuaian
Diri Remaja (Studi pada Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan di
Kota
Samarinda ), (Jurnal Psikologi, 2013), h.74 41
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta
didik ), (Bandung : CV Pustaka Setia, 2006 ), h. 207
-
36
dari kenyataan atau tidak percaya pada potensi dirinya.42
kehidupan kejiwaanya ditandai oleh sunyi dari
kegoncangan dan keresahan jiwa yang menyertai rasa
bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan
ratapa terhadap nasib sendiri.
b. Penyesuaian Sosial
Manusia hidup sebagai makhluk sosial, oleh
karenanya seorang individu tidak akan pernah terlepas
dari lingkungan sekitarnya yang dalam hal ini adalah
masyarakat. Pembawaan diri dalam ber-masyarakat
harus sesuai dan selaras dengan norma sosial yang
berlaku. Masyarakat indonesia yang majemuk tentu
memiliki norma sosial yang berbeda antara masyarakat
satu daerah dengan masyarakat daerah lainnya, oleh
karenanya selain penyesuaian pribadi, seorang individu
juga membutuhkan kemampuan penyesuaian sosial yang
baik.
4. Karakteristik Penyesuaian Diri yang Efektif
Menurut Haber dan Runyon terdapat beberapa
karakteristik penyesuaian diri yang efektif, yaitu:43
a. Persepsi yang akurat tentang realitas
Untuk menjadi realistis tentang pengaturan tujuan
kita. Suatu penyesuaian diri yang baik adalah dengan
mengatur tujuan yang dikejar secara realistis. Salah satu
42
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta
didik ), (Bandung : CV Pustaka Setia, 2006 ), h. 208 43
A. Haber & R. Runyon, Psychology of adjustment, (Ilionis:
The
Dorsev Press Homewood, 1984), h. 31
-
37
aspek terpenting lainnya dari karakteristik ini adalah
mampu mengenali konsekuensi dari suatu tindakan yang
dilakukan dan mampu mengendalikan tingkah lakunya
sesuai konsekuensi itu.
b. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan
Tujuan hidup memberikan arah ke beberapa
aktivitas. Dengan mengatur beberapa aspek dalam hidup,
seseorang akan mampu bertahan dari terhindarnya stres
yang dihadapi disepanjang waktu. Untuk mencapai
tujuan jangka panjang tidaklah mudah. ada kebutuhan
mendesak yang harus dipuaskan. Penundaan kepuasan
kebutuhan ini sering menyebabkan perasaan tidak
nyaman dan stres. Salah satu ukuran penyesuaian diri
adalah seberapa baik individu mampu mengatasi
kemerosotan, masalah dan konflik.44
c. Citra diri positif
Para psikolog memandang berbagai persepsi diri
tentang diri sebagai indikator kualitas penyesuaian diri,
karena penyesuaian diri yang efektif memerlukan adanya
citra diri yang positif. Individu harus mengakui dan
menyadari kelemahannya sebagaimana ia menyadari dan
mengakui kekuatannya. Jadi individu harus mengenal
kemampuan dan kekurangan dirinya. Jika individu
mampu mengenal dan memahami dirinya secara
44
A. Haber & R. Runyon, Psychology of adjustment, (Ilionis:
The
Dorsev Press Homewood, 1984), h. 33
-
38
realistis, berarti ia berada pada pencapaian sumber
kekuatan penuh dari dirinya.
d. Kemampuan mengekspresikan perasaan
Seseorang harus dapat mengekspresikan emosi,
dengan mempertimbangkan pilihan bagaimana emosi
harus diungkapkan. Orang yang sehat secara emosional
mampu merasakan dan mengekspresikan berbagai emosi
dan perasaan, serta membangun dan mempertahankan
hubungan interpersonal. Pengekspresian emosi tersebut
dikontrol sepenuhnya oleh individu tersebut
e. Hubungan interpersonal yang baik
Individu membutuhkan dan mencari kepuasan
dengan menjalin hubungan orang ke orang dengan yang
lainnya. Seseorang yang mampu menyesuaikan diri
adalah individu yang mampu untuk mencapai tingkat
keakraban (intimacy) yang tepat dalam hubungan
sosialnya. Mereka biasanya kompeten dan selalu merasa
nyaman ketika berinteraksi dengan orang lain. Selain itu,
mereka pun akan membuat orang lain merasa nyaman
ketika ada bersamanya.45
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri
Menurut Schneider, faktor-faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri yaitu:46
45
A. Haber & R. Runyon, Psychology of adjustment, (Ilionis:
The
Dorsev Press Homewood, 1984), h. 36 46
A. Schneiders, Personal adjustment and mental health, handbook
of
psychology sosial and clinical, (Chicago: Library of Congress
Catalog, 1964),
h. 15
-
39
a. Keadaan fisik dan determinannya
Kondisi fisik individu merupakan faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri, sebab keadaan sistem-
sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi
terciptanya penyesuaian diri yang baik. Adanya cacat
fisik dan penyakit kronis akan melatarbelakangi adanya
hambatan pada individu dalam melaksanakan
penyesuaian diri.
b. Perkembangan Kematangan
Taraf pertumbuhan dan perkembangan terutama
faktor intelektual, kematangan sosial, moral, dan
emosional. Bentuk-bentuk penyesuaian diri individu
berbeda pada setiap tahap perkembangan. Sejalan
dengan perkembangannya, individu meninggalkan
tingkah laku infantil dalam merespon lingkungan. Hal
tersebut bukan karena proses pembelajaran semata,
melainkan karena individu menjadi lebih matang.
Kematangan individu dalam segi intelektual, sosial,
moral, dan emosi mempengaruhi bagaimana individu
melakukan penyesuaian diri.47
c. Determinan Psikologis
Keadaan mental yang sehat merupakan syarat bagi
tercapainya penyesuaian diri yang baik, sehingga dapat
dikatakan bahwa adanya frustrasi, kecemasan dan cacat
47
A. Schneiders, Personal adjustment and mental health, handbook
of psychology sosial and clinical, (Chicago: Library of Congress
Catalog, 1964),
h. 15
-
40
mental akan dapat melatarbelakangi adanya hambatan
dalam penyesuaian diri. Keadaan mental yang baik akan
mendorong individu untuk memberikan respon yang
selaras dengan dorongan internal maupun tuntutan
lingkungannya. Variabel yang termasuk dalam keadaan
psikologis di antaranya adalah pengalaman, pendidikan,
konsep diri, dan keyakinan diri.
d. Kondisi Lingkungan Sekitar
Keadaan lingkungan yang baik, damai, tentram,
aman, penuh penerimaan dan pengertian, serta mampu
memberikan perlindungan kepada anggotanya,
merupakan lingkungan yang akan memperlancar proses
penyesuaian diri. Sebaliknya apabila individu tinggal di
lingkungan yang tidak tentram, tidak damai, dan tidak
aman, maka individu tersebut akan mengalami gangguan
dalam melakukan proses penyesuaian diri. Keadaan
lingkungan yang dimaksud meliputi sekolah, rumah, dan
keluarga.
e. Tingkat Religiusitas dan Kebudayaan
Adat istiadat (budaya) dan agama yang turut
mempengaruhi penyesuaian diri seseorang. religiusitas
merupakan faktor yang memberikan suasana psikologis
yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik,
frustrasi dan ketegangan psikis lain. Religiusitas
memberi nilai dan keyakinan sehingga individu memiliki
arti, tujuan, dan stabilitas hidup yang diperlukan untuk
-
41
menghadapi tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam
hidup.48
C. Kerangka Berpikir
Sesuai latar belakang dan teori yang sudah ada, maka dapat
disimpulkan dalam suatu kerangka berpikir sebagai berikut:
Diagram 1
Kerangka Berpikir Berdasarkan Subtes
48
A. Schneiders, Personal adjustment and mental health, handbook
of psychology sosial and clinical, (Chicago: Library of Congress
Catalog, 1964),
h. 16
Pembinaan Keagamaan (X)
Efek
Motivasi
Frekuensi Kegiatan
Materi
Spirit Of Change
Perhatian
-
42
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat
sementara terhadap suatu masalah penelitian yang
kebenarannya
masih lemah sehingga harus di uji secara empiris.49
Hipotesis
yang akan di jawab dan di buktikan dalam penelitian ini
adalah:
: Tidak ada pengaruh signifikan pembinaan keagamaan
terhadap penyesuaian diri Santri pada Pondok Pesantren
Babussalam Tangerang.
: Ada pengaruh signifikan pembinaan keagamaan
terhadap penyesuaian diri Santri pada Pondok Pesantren
Babussalam Tangerang.
Dengan ketentuan sebagai berikut:
Sig < 0,05 maka ditolak dan diterima
Sig > 0,05 maka diterima dan ditolak
49
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h. 31
Penyesuaian Diri (Y)
Persepsi yang Akurat
Citra Diri Positif
Kemampuan Mengatasi Stress
Kemampuan
Mengekspresikan Perasaan
Hubunngan Interpersonal
yang Baik
-
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat
menghasilkan
data yang akurat setelah perhitungan yang tepat. Penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif statistik
dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapakan.
Penelitian kuantitatif sifatnya objektif, sehingga kita bisa
melihat langsung sebuah keadaan.50
Adapun alasan peneliti menggunakan penelitian
kuantitatif adalah karena penelitian kuantitatif bersifat
mutlak sesuai dengan tata cara perhitungan statistik yang
terukur dan peneliti ingin menguji teori tentang pembinaan
keagamaan dan perilaku altruisme, menunjukkan hubungan
antar variabel pengaruh pembinaan keagamaan dengan
penyesuaian diri untuk mendapatkan tingkat objektivitas
yang tinggi, memberikan deskripsi statistik.
50
Sugiyono ,Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif,
dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2008), h. 14
-
44
2. Jenis Penelitian
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu
penjabaran
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok.51
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti berusaha
mengambil sampel dengan menggunakan kuesioner untuk
mengetahui pengaruh pengaruh pembinaan keagamaan
terhadap penyesuaian diri Santri pada Pondok Pesantren
Babussalam Tangerang.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren
Babussalam Tangerang, Jl Merdeka Gang Pesantren I No 47,
Pabuaran, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Banten
15114. Merupakan salah satu fasilitas penahanan kota atau
Negara bagian bagi mereka yang salah.
Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan
pemilihan lokasi penelitian ini adalah:
a. Pondok Pesantren Babussalam Tangerang memiliki
kegiatan pembinaan keagamaan rutin setiap hari.
b. Peneliti belum menemukan hasil penelitian tentang
pengaruh pembinaan keagamaan terhadap
51
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian
Survei,
(Jakarta: LP3ES, 1995), cet. Ke-2, h. 3
-
45
penyesuaian diri pada Pondok Pesantren Babussalam
Tangerang.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Februari
sampai April 2020 dengan melakukan survei lokasi,
penyerahan surat penelitian dari Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Pondok Pesantren
Babussalam Tangerang, kemudian mendapatkan persetujuan
Pondok Pesantren Babussalam Tangerang untuk melakukan
penelitian skripsi, serta mentor (pendamping) untuk
peneliti.
Selanjutnya peneliti melakukan penelitian lanjutan, yaitu
menggali data dan mengenai program pembinaan keagamaan
di Pondok Pesantren Babussalam Tangerang.
C. Sumber Data
Maksud dari sumber data seperti yang dikutip Sinta Paramita
dari bukunya Kristi Purwandari yaitu unsur utama yang
dijadikan
sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data konkret,
dan yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh data
yang diperlukan dalam penelitian ini.52
Sumber data dalam
penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari
sumber data pertama dilokasi penelitian atau objek
52
Shinta Paramita “Efektifitas Penanganan Masalah Rumah Tangga
Melalui Lembaga Pelayanan Konsultasi di Masjid Agung Al Azhar
Jakarta,”
(Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam
Negeri
Jakarta, 2009), h. 10
-
46
penelitian.53
Sumber data pertama dalam penelitian ini yaitu
Santri di Pondok Pesantren Babussalam Tangerang.
2. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber
kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.54
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
berupa dokumen-dokumen, catatan-catatan dan buku-buku.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi, yaitu keseluruhan subjek penelitian untuk
keperluan penelitian. Sesuai judul penelitian diatas, maka
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Santri MA
(Madrasah Aliyah) di Pondok Pesantren Babussalam
Tangerang yang berjumlah 80 orang.
2. Sampel
Sedangkan sampel adalah bagian dari kumpulan objek
penelitian (populasi) yang dipelajari dan diamati.55
Penentuan sampel penelitian ini harus dilakukan sehingga
diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Berdasarkan populasi diatas maka penetapan sampel
dilakukan dengan teknik accidental sampling (convenience
53
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:
Kencana, 2010), h. 122. 54
Ibid, h. 123 55
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung:
PT.
Remaja Rosdakarya, 1994), h. 78
-
47
sampling) adalah proses sampling yang memilih sampel dari
orang atau unit yang paling mudah dijumpai atau diakses.56
Teknik ini dapat dilakukan dengan kriteria yang kita
inginkan.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Santri MA (Madrasah Aliyah)
b. Mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan di
Pondok Pesantren Babussalam Tangerang.
Berdasarkan kriteria yang disebutkan diatas, Maka
sampel yang terambil dari perhitungan ini sebanyak 50%
yaitu mendapatkan hasil 40 responden dari 80 populasi.
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel
independen sebagai variabel X dan variabel dependen sebagai
variabel Y.
1. Variabel Bebas (independent variable) (X)
Variabel independen atau juga disebut variabel bebas
adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen.57
Dalam penelitian ini sebagai variabel
independen atau variabel bebas yaitu pembinaan keagamaan,
yang terdiri dari:
56
Singgih Santoso dan Tjiptono, Pemasaran Konsep dan Aplikasi
dengan SPSS, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001), h. 89
57
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 39
-
48
a. Aspek materi, yaitu tingkat pemahaman materi yang
sudah diterima oleh warga binaan yang terdiri dari
materi aqidah, ibadah dan akhlak.
b. Aspek frekuensi, yaitu seberapa sering warga binaan
mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan.
c. Aspek motivasi, yaitu motivasi yang dimiliki warga
binaan untuk mengikuti kegiatan pembinaan
kegamaan.
d. Aspek perhatian, yaitu perhatian warga binaan
ketika mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan.
e. Aspek spirit of change, yaitu semangat yang
dimiliki warga binaan untuk berubah.
f. Aspek efek, yaitu perbuatan hasil, seberapa besar
pembinaan memberikan efek positif terhadap warga
binaan.
2. Variabel Terikat (dependent variable) (Y)
Variabel dependen atau sering juga disebut variabel
terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.58
Dengan
demikian dapat diketahui bahwa penyesuaian diri merupakan
variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian
ini.
Aspek-aspek penyesuaian diri menurut Menurut Haber dan
Runyon, terdiri dari :
a. Persepsi yang akurat tentang realitas
b. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan
58
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 40
-
49
c. Citra diri positif
d. Kemampuan mengekspresikan perasaan
e. Hubungan interpersonal yang baik
F. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
Berikut adalah tabel definisi operasional dan indikator
dalam
penelitian ini :
Tabel 1. Definisi Operasional dan Indikator Variabel
Penelitian
Variabel Definisi
Operasional Sub Variabel Indikator
Pembinaan
Keagamaan
(X)
Pembinaan
keagamaan adalah
suatu kegiatan
rutin agama Islam
yang
dilaksanakan
secara sitematis
dan terarah oleh
seorang Pembina
agama Islam
kepada peserta
didik sebagai
upaya untuk
memperbaiki dan
mengembangkan
beberapa aspek
yang meliputi:
1. Aspek materi, yaitu tingkat
pemahaman
materi yang
sudah diterima
oleh warga
binaan yang
terdiri dari materi
aqidah, ibadah
dan akhlak.
2. Aspek frekuensi, yaitu seberapa
sering mengikuti
kegiatan
pembinaan
keagamaan.
1. Aspek Materi 1) Mengetahui Al-
Qur’an dapat
menjadi penyejuk
hati dan jiwa
2) Iman kepada Rasul adalah
rukun iman yang
keempat
3) Mengetahui tata cara sholat
beserta
bacaannya
4) Tidak percaya adanya takdir
-
50
Variabel Definisi
Operasional Sub Variabel Indikator
aqidah, ibadah,
dan akhlak, agar
mereka dapat
menjalani
kehidupanya
sesuai dengan
ajaran islam.
3. Aspek materi, yaitu tingkat
pemahaman
materi yang
sudah diterima
oleh warga
binaan yang
terdiri dari materi
aqidah, ibadah
dan akhlak.
4. Aspek frekuensi, yaitu seberapa
sering mengikuti
kegiatan
pembinaan
keagamaan.
5. Aspek motivasi, yaitu motivasi
yang dimiliki
warga binaan
untuk mengikuti
kegiatan
pembinaan
kegamaan.
6. Aspek perhatian, yaitu perhatian
warga binaan
ketika mengikuti
kegiatan
pembinaan
keagamaan.
5) Tidak mengetahui
manfaat dari
puasa
2. Aspek Frekuensi 1) Rutin mengikuti
kegiatan
pembinaan
keagamaan
3. Aspek Motivasi 1) Motivasi untuk
selalu mengikuti
kegiatan
pembinaan
keagamaan
2) Mengikuti kegiatan
pembinaan
keagamaan
dengan senang
hati
3) Mengikuti pembinaan
keagamaan
karena terpaksa
4. Aspek Perhatian 1) Memperhatikan
apa yang
disampaikan oleh
pembimbing
agama
-
51
7. Aspek perhatian, yaitu perhatian
warga binaan
ketika mengikuti
kegiatan
pembinaan
keagamaan.
8. Aspek spirit of change, yaitu
semanngat yang
dimiliki warga
binaan untuk
berubah.
9. Aspek efek, yaitu perbuatan hasil,
seberapa besar
pembinaan
memberikan efek
positif terhadap
warga binaan .
2) Merasa jenuh ketika sedang
mengikuti
kegiatan
pembinaan
keagamaan
5. Aspek Spirit of Change
1) Bertekad untuk berubah menjadi
lebih baik lagi
2) Ingin memiliki pengetahuan
agama yang lebih
baik lagi setelah
mengikuti
pembinaan
keagamaan
3) Mengikuti kegiatan
pembinaan
keagamaan hanya
untuk
menggugurkan
kewajiban
6. Aspek Efek 1) Hati menjadi
lebih tenang
setelah
mengamalkan
apa yang
diajarkan
pembimbing
agama
Variabel Definisi
Operasional Sub Variabel Indikator
-
52
Variabel Definisi
Operasional Sub Variabel Indikator
2) Tidak ada perubahan
setelah
mengikuti
pembinaan
keagamaan
Penyesuaian
Diri (Y)
Penyesuaian diri
merupakan
kemampuan
menyesuaikan
diri individu pada
perubahan
lingkungannya,
mencakup
lingkungan
alamiah,
lingkungan sosial
dan budaya dan
manusia sendiri.
1. Persepsi yang akurat tentang
realitas
2. Kemampuan mengatasi stres
dan kecemasan