Top Banner
PENGARUH PEMBERIAN SIOMAY IKAN GABUS TERHADAP STATUS GIZI (IMT DAN LILA) PADA WANITA USIA SUBUR YANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK DI KELURAHAN PALUH KEMIRI SKRIPSI OKTAVIANI SARUMAHA P01031214086 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI DIPLOMA IV 2018
80

pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

Apr 28, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

PENGARUH PEMBERIAN SIOMAY IKAN GABUS TERHADAP STATUS

GIZI (IMT DAN LILA) PADA WANITA USIA SUBUR YANG KEKURANGAN

ENERGI KRONIK DI KELURAHAN PALUH KEMIRI

SKRIPSI

OKTAVIANI SARUMAHA

P01031214086

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

2018

Page 2: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

PENGARUH PEMBERIAN SIOMAY IKAN GABUS TERHADAP STATUS

GIZI (IMT DAN LILA) PADA WANITA USIA SUBUR YANG KEKURANGAN

ENERGI KRONIK DI KELURAHAN PALUH KEMIRI

Skripsi diajukan sebagai satu syarat untuk Program studi Diploma IV di

Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

OKTAVIANI SARUMAHA

P01031214086

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

2018

Page 3: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Pemberian Siomay Ikan Gabus

Terhadap Status Gizi (IMT dan LILA) pada

wanita Usia Subur yang Kekurangan Energi

Kronik (KEK) di Kelurahan Paluh Kemiri

NamaMahasiswa : Oktaviani Sarumaha

NIM : P01031214086

Program Studi : Diploma IV

Menyetujui :

Yenni zuraidah, SP, M.Kes

Dosen Pembimbing/Ketua Penguji

Dini Lestrina, DCN, M.Kes Tiar Lince Bakara, SP, MSi

Penguji I Penguji II

Mengetahui

Ketua Jurusan Gizi,

Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes

NIP : 196403121987031003

Tanggal Lulus : 21 Agustus 2018

Page 4: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

iv

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN GIZI SKRIPSI, 21 AGUSTUS 2018

Oktaviani Sarumaha

RINGKASAN

OKTAVIANI SARUMAHA “Pengaruh Pemberian Siomay Ikan Gabus Terhadap Status Gizi (IMT Dan LILa) Pada Wanita Usia Subur Yang Kekurangan Energi Kronik (KEK) Di Kelurahan Paluh Kemiri” (DI BAWAH BIMBINGAN YENNI ZURAIDAH).

Pendahuluan : Wanita usia subur (WUS) merupakan wanita dengan keadaan reproduksinya yang berfungsi dengan baik antara umur 18–35 tahun. Salah satu penyebab tingginya AKI dan AKB adalah meningkatnya risiko kurang energi kronis (KEK). KEK merupakan suatu keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga menimbulkan gangguan kesehatan pada wanita usia subur dan ibu hamil (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013), Sedangkan wanita usia subur (WUS) merupakan wanita dengan keadaan reproduksinya yang berfungsi dengan baik antara umur 18–35 tahun.

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari pengaruh pemberian

siomay ikan gabus terhadap status gizi (imt dan lila) pada wanita usia subur yang kekurangan energi kronik (kek) di kelurahan paluh kemiri.

Metode : jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan desain One Group Pretest and posttest. Dengan rancangan ini peneliti mengukur pengaruh

perlakuan (intervensi) pada kelompok eksperimen dengan cara membandingkan hasil awal dan hasil akhir.

Hasil : Hasil uji statistik (uji peringkat bertanda wilcoxon) di peroleh nilai p = 0.000 < 0.05 sehingga terlihat adanya perbedaan yang signifikan sebelum

pemberian dan sesudah pemberian siomay ikan gabus pada WUS. Dan hasil uji

statistik (uji perigkat bertanda wilcoxon) di peroleh nilai p = 0.001 < 0.05 sehingga terlihat adanya perbedaan yang signifikan sebelum pemberian dan sesudah pemberian siomay ikan gabus pada WUS.

Kata Kunci : kekurang energi kronik, wanita usia subur (WUS), Status Gizi,

Lingkar lengan atas

Page 5: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

v

POLYTECHNIC KEMENKES HEALTH MEDAN OF THE DEPARTEMENT OF NUTRITION SKRIPSI, AUGUST 21, 2018

Oktaviani Sarumaha

Abstract

OKTAVIANI SARUMAHA "The Influence of Corked Fish Siomay on Nutritional Status (BMI and LILA) in Reproductive Energy Deficiency in Chronic Energy (KEK) in Paluh Kemiri Village" (UNDER YENNI THE GUIDANCE OF YENNI ZURAIDAH MENTORING). Introduction: Women of childbearing age (WUS) are women with

reproductive conditions that function well between the ages of 18-35 years. One of the causes of high MMR and IMR is the increased risk of chronic energy deficiency (SEZ). KEK is a condition where the mother suffers from a lack of food that lasts for years (chronic) causing health problems for women of childbearing age and pregnant women (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2013), while women of childbearing age (WUS) are women with reproductive conditions that function properly between the ages of 18-35 years. Objective: The purpose of this study was to find out the effect of cork

fish dumplings on nutritional status (imt and lila) in women of childbearing age who lack chronic energy (kek) in the paluh kemiri village. Method: this type of research is Quasi Experiment with the One Group Pretest and posttest design. With this design researchers measured the effect of treatment (intervention) on the experimental group by comparing the initial results and the final results. Results: The results of the statistical test (wilcoxon marked rank test) were obtained p = 0.000 <0.05 so that there was a significant difference before giving and after giving cork fish dumplings to WUS. And the results of the statistical test (the test with Wilcoxon mark) obtained p value = 0.001 <0.05 so that there was a significant difference before giving and after giving cork fish

dumplings to WUS.

Keywords: chronic energy deficiency, women of childbearing age (WUS), nutritional status, upper arm circumference

Page 6: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini yang

berjudul “Pengaruh Pemberian Siomay Ikan Gabus Terhadap Status Gizi

(IMT Dan LILA) Pada Wanita Usia Subur Yang Kekurangan Energi Kronik Di

Kelurahan Paluh Kemiri”.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak.Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Oslina Martony, SKM, M.Kes selaku ketua Jurusan Gizi Lubuk Pakam

Poltekkes Kemenkes Medan.

2. Yenni Zuraidah, SP, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan,

nasehat serta motivasi dalam penulisan skripsi.

3. Dini Lestrina, M.Kes selaku dosen penguji I yang telah banyak

memberikan saran demi kesempurnaan penelitian ini.

4. Tiar Lince Bakara, SP, MSi selaku dosen penguji II yang telah

memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Kepada Bapak Bupati Nias Selatan berserta masyarakat Nias Selatan

yang telah banyak memberikan dukungan secara material dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua Orang Tua tercinta, Ayahanda Natalis Sarumaha dan Ibunda Alm.

Ratiba Dakhi serta adik-adik tersayang yang selalu memberikan doa,

semangat serta dukungan baik moral maupun moril.

7. Kepada sahabat Noverlystian dakhi yang telah banyak membantu

8. Teman seperjuangan satu kelas D-IV KSO terima kasih atas

kerjasamanya.

Semoga skripsi ini dapat memenuhi syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Terapan di Jurusan Gizi Diploma IV Politeknik Kesehatan Medan.

Medan, 2018

Penulis

Oktaviani sarumaha

Page 7: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... iii

KATA PENGANTAR................................................................................. iv

DAFTAR ISI ........................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix

BAB I. PENDAHULUAN................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................ 4

D. Manfaat Penelitian .......................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 6

A. Wanita Usia Subur ......................................................... 6

B. StatusGizi ...................................................................... 7

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ................ 8

D. Dampak Kekurangan Energi Kronis………………….. ... 17

E. PengertianLILA .............................................................. 18

F. Indeks Massa Tubuh (IMT) ............................................ 20

G. Ikan Gabus .................................................................... 22

H. Kerangka Konsep .......................................................... 26

I. Kerangka Teori .............................................................. 27

J. Defenisi Operasional ..................................................... 28

K. Hipotesis ........................................................................ 39

BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................... 30

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 30

B. Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................... 30

C. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................... 31

1. Populasi…………………………………………… 31

2. Sampel…………………………………………… .. 31

Page 8: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

viii

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................. 31

1. Jenis Data…………………………………… ........ 32

2. Cara Pengumpulan Data…………………… ....... 33

E. Pengolahan dan Analisis Data .......................................... 35

1. Pengolahan Data……………………………… .... 35

2. Analisis Data……………………………………… 36

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN................................................ ..... 37

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian.......................... ....... 37

1. Letak Geografis................................................... 37

2. Demografi.................................................... ...... 37

3. Karakteristik Sampel........................................... 37

B. Hasil Penelitian.................................................................. . 40

1. Status Gizi (IMT).............................................. .. 40

2. Status Gizi (LILA).............................................. . 41

3. Analisis Perbedaan Status Gizi (IMT) WUS

sebelum

Dan sesudah pemberian siomay ikan gabus ......... 41

4. Analisis Perbedaan Status Gizi (LILA) WUS

sebelum

dan Sesudah Pemberian Siomay Ikan Gabus.........42

C. Pembahasan.................................................................... ..... 43

1. Status Gizi (IMT)............................................... . 43

2. Status Gizi (LILA)............................................... 43

3. Analisis perbedaan stats gizi (IMT) wanita usia

subur sebelum pemberian dan sesudah pemberian

siomay ikan gabus ................................................. 44

4. Analisis perbedaan stats gizi (IMT) wanita usia

subur Sebelum pemberian dan sesudah pemberian

siomay ikan gabus ................................................. 45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................. ....... 48

DAFTAR PUSKATA ............................................................................... 49

LAMPIRAN............................................................................................. 52

Page 9: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

ix

DAFTAR GAMBAR

1. KerangkaTeori .................................................................................... 27

2. Kerangka Konsep ............................................................................... 28

3. Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur .................................. 39

Page 10: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

x

DAFTAR TABEL

1. Klasifikasi Indeks Masa Tubuh (IMT) Menurut Depkes..................... .. 8

2. Ambang Batas Pengukuran LILA ........................................................ 19

3. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT ............................................. 21

4. Kandungan Gizi Ikan Gabus.............................................................. .. 23

5. Bahan Pembuatan Siomay Ikan Gabus............................................ ... 24

6. Alat yang digunakan pembuatan ikan gabus..................................... .. 24

7. Defenisi Operasional .......................................................................... 28

8. Tingkat Pendidikan Responden .......................................................... 39

9. Pekerjaan Responden ........................................................................ 39

10. Nilai status gizi (IMT) sebelum dan sesudah pemberian siomay

ikan gabus .............................................................................................. 40

11. Nilai status gizi (LILA) WUS sebelum dan sesudah pemberian

siomay ikan gabus .................................................................................. 41

12. Analisis perbedaan status gizi (IMT) WUS sebelum dan sesudah

Pemberian siomay ikan gabus ............................................................... 41

13. Analisis perbedaan status gizi (LILA) WUS sebelum dan sesudah

Pemberian siomay Ikan gabus ................................................................ 42

Page 11: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Master tabel pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap

status gizi (IMT dan LILA) ................................................................... 52

2. Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Subjek Penelitian........................ 40

3. Formulir Data Responden ……………………………………………..... 41

4. Bukti Bimbingan Proposal ................................................................... 44

Page 12: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sejak tahun 1991 hingga

2007 mengalami penurunan dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran

hidup. Namun, Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) kembali

mencatat kenaikan AKI yang signifikan pada tahun 2012, yakni dari 228

menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Di samping itu,

Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami penurunan sejak tahun 1991 dari

68 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada

tahun 2007, sedangkan tahun 2012 mencapai 32 per 1.000 kelahiran

hidup. Baik AKI maupun AKB tidak berhasil mencapai target Millenium

Depelopment Goals(MDGs) pada tahun 2015, yaitu AKI 102 per 100.000

kelahiran hidup dan AKB 23 per 1.000 kelahiran hidup (Kementerian

Perencanaan Pembangunan Nasional, 2015; Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2015; Badan Pusat Statistik dkk, 2013).

Salah satu penyebab tingginya AKI dan AKB adalah meningkatnya

risiko kurang energi kronis (KEK). KEK merupakan suatu keadaan ibu

menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis)

sehingga menimbulkan gangguan kesehatan pada wanita usia subur dan

ibu hamil (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Sedangkan

wanita usia subur (WUS) merupakan wanita dengan keadaan

reproduksinya yang berfungsi dengan baik antara umur 18–35 tahun

(Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2015).

Kekurangan energi kronis pada WUS sedang menjadi fokus

pemerintah dan tenaga kesehatan sekarang ini. Hal ini dikarenakan

seorang WUS memiliki risiko tinggi untuk melahirkan anak yang akan

menderita KEK dikemudian hari. Selain itu, kekurangan gizi menimbulkan

masalah kesehatan (morbiditas, mortalitas dan disabilitas), juga

menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa. Dalam

skala yang lebih luas, kekurangan gizi dapat menjadi ancaman bagi

ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa (Mboi, 2013).Hasil

Page 13: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

2

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 didapatkan angka prevalensi

risiko KEK di Indonesia adalah 31,3% pada wanita hamil dan 20,8% pada

WUS.

Prevalensi wanita usia subur resiko KEK di Sumatera Utara

menurut riskesdas tahun 2013, umur 15-19 tahun yang hamil sebanyak

27,6% dan yang tidak hamil sebanyak 36,9%. Pada usia 20-24 tahun

yang hamil 27,6 dan yang tidak hamil sebanyak 24,3%. Pada usia 25-29

tahun 14,1% yang hamil dan 15,9% yang tidak hamil. Pada usia 30-34

tahun adalah sebanyak 15,5% yang hamil dan 13,1% yang tidak hamil.

Faktor–faktor yang memengaruhi KEK pada WUS terbagi menjadi

dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Internal (individu/keluarga) yaitu

genetik, obstetrik, seks. Sedangkan eksternal adalah gizi, obat–obatan,

lingkungan, dan penyakit (Supariasa dkk, 2012).

Salah satu faktor internal berupa genetik dengan ras termasuk di

dalamnya. Ras merupakan sifat–sifat dan karakteristik yang diturunkan

secara genetik dari generasi ke generasi yang dipercaya menjadi penting

oleh orang dengan dan berpengaruh kuat dalam masyarakat (White,

2012). Sedangkan faktor eksternal mencakup lingkungan yang secara

luas meliputi budaya. Persepsi budaya adalah pemikiran yang melalui

tahapan seleksi, organisasi, dan interpretasi meliputinilai–nilai, keyakinan,

strategi, harapan berlangsung secara komprehensif yang menentukan

tindakan, sikap dan kebiasaan seseorang (Kastanakis dan Voyer, 2014).

Penelitian mengenai faktor–faktor yang berhubungan dengan

kekurangan energi kronis(KEK) pada ibu hamil di Kecamatan Kamoning

dan Tambelangan Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur pada tahun

2013 mendapatkan hasil bahwa 69,2% ibu hamil dengan KEK menikah

pada usia < 20 tahun. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

usia menikah dengan kejadian KEK. Namun, hampir semua ibu hamil

dengan KEK menikah pada usia < 20 tahun dipengaruhi oleh faktor

budaya. Budaya yang dimaksud adalah menikah muda (< 16 tahun)

dengan alasan takut jadi perawan tua (Marlenywati, 2014).

Page 14: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

3

Disamping itu, Hidayati (2013) dalam penelitiannya mengenai

hubungan antara pola konsumsi, penyakit infeksi dan pantang makanan

terhadap risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas

Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun 2013 memperoleh hasil bahwa ibu

hamil memiliki pantang makanan selama kehamilan yaitu sebesar 30,6%.

Dari hasil analisis bivariat diperoleh hubungan yang bermakna antara

risiko KEK dengan budaya pantang makanan.

Hasil ini sesuai dengan Rahmaniar (2013) dalam penelitiannya

mengenai faktor–faktor yang berhubungan dengan kejadian kekurangan

energi kronis pada ibu hamil di Puskesmas Tanpa Padang Kec. Kalukku

Kab. Mamuju Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013 mendapatkan hasil

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara KEK dan pantang

makanan. Pantang makanan juga menjadi variabel paling dominan

berdasarkan hasil uji multivariat.

Dalam kajian ini, penulis memberi informasi tentang pentingnya

pemanfaatan ikan gabus sebagai sumber protein alternative,yang murah

dan mudah diperoleh serta ikan gabus megandung unsur imunonutrien

penting, karena memiliki nilai gizi yang sangat berkualitas seperti protein

albumin, asam amino esensial lengkap dan mineral Zn, Fe yang dapat

merangsang nafsu makan berfungsi memperbaiki sel-sel jaringan tubuh

yang rusak, memperbaiki status gizi dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti tentang

“Pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status gizi (IMT Dan

LILA) pada wanita usia subur yang kekurangan energi kronik Di

kelurahan Paluh Kemiri”.

B. Perumusan Masalah

Adakah Pengaruh pemberian siomay Ikan gabus terhadap status

gizi (IMT Dan LILA) Wanita Usia Subur Yang Kekurangan Energi Kronik Di

Kelurahan Paluh Kemiri.

Page 15: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian siomai Ikan Gabus

terhadap status Gizi (IMT dan LILA) pada wanita usia subur yang

Kekurangan Energi Kronik Dikelurahan Paluh Kemiri.

2. Tujuan khusus

a. Menilai status gizi (IMT) sebelum dan sesudah pemberian siomay

ikan gabus pada wanita usia subur yang kekurangan energi kronik

di Kelurahan Paluh Kemiri.

b. Menilai status gizi (LILA) sebelum dan sesudah pemberian siomay

ikan gabus pada wanita usia subur yang kekurangan energi kronik

di Kelurahan Paluh Kemiri.

c. Menganalisis perbedaan pemberian siomay ikan gabus sebelum

dan sesudah pemberian siomay ikan gabus terhadap status gizi

(IMT) wanita usia subur yang kekurangan energi kronik di

Kelurahan Paluh Kemiri.

d. Menganalisis perbedaan pemberian siomay ikan gabus sebelum

dan sesudah pemberian siomay ikan gabus terhadap LILA wanita

usia subur yang kekurangan energi kronik di Kelurahan Paluh

Kemiri.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi penulis

Salah satu sarana mengembangkan kemampuan dan menambah

ilmu serta memperluas wawasan penulis dalam menyusun skripsi.

2. Bagi responden

Sebagai sumber informasi bagi WUS dalam memanfaatkan siomay

ikan gabus dalam membantu kenaikan IMT dan LILA wanita usia

subur yang Kekurangan Energi Kronik.

Page 16: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Wanita Usia Subur (WUS)

1. Pengertian WUS

Wanita usia subur (WUS) merupakan wanita dengan keadaan

reproduksinya yang berfungsi dengan baik antara umur 18–35 tahun

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Perkembangan

fisiologis tubuh pada wanita usia subur ditandai dengan munculnya tanda

seks primer dan sekunder. Tanda seks primer adalah terjadinya haid pada

usia remaja, sedangkan tanda–tanda seks sekunder meliputi: pinggul

melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar,

tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (Bakar, 2014).

Menurut Suparyanto (2013) mengenai tanda–tanda WUS antara lain:

1) Siklus Haid

Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya

subur.Putaran haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga sehari

sebelum haid datang kembali, biasanya berlangsung selama 28 hingga 30

hari.Siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama untuk menandai seorang

wanita subur atau tidak. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks

perempuan yaitu esterogen dan progesteron.Hormon esterogen dan

progesteron menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan

yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan

suhu basal tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks),

perubahan pada serviks, panjangnya siklus mestruasi (metode

kalender),dan indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan

perubahan payudara.

2) Alat pencatat kesuburan

Ovulation thermometer merupakan alat yang dapat mencatat

perubahan

Page 17: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

6

suhu badan saat wanita mengeluarkan benih atau sel telur. Bila benih

keluar, biasanya termometer akan mencatat kenaikan suhu sebanyak 0,20

C selama 10 hari.

3) Tes darah

Wanita dengan siklus haid tidak teratur, seperti datangnya haid tiga

bulan sekali atau enam bulan sekali,biasanya tidak subur.Jika dalam

kondisi seperti ini, beberapa tes darah perlu dilakukan untuk mengetahui

penyebab dari tidak lancarnya siklus haid.Tes darah dilakukan untuk

mengetahui kandunganhormon yang berperan pada kesuburan wanita.

4) Pemeriksaan fisik

Untuk mengetahui seorang wanita subur, maka dapat dilihat melalui

perubahan–perubahan padaorgan tubuh, seperti buah dada, kelenjar tiroid

pada leher, dan organ reproduksi. Kelenjar tiroid yang mengeluarkan

hormon tiroksin berlebihan akan mengganggu proses pelepasan sel telur.

Pemeriksaan buah dada ditujukan untuk mengetahui hormon prolaktin

dimana kandungan hormon prolaktin yang tinggi akan mengganggu

proses pengeluaran sel telur.Selain itu, pemeriksaan sistem reproduksi

juga perlu dilakukan untuk mengetahui sistem reproduksinya normal atau

tidak.

5) Track record

Wanita yang pernah mengalami keguguran, baik disengaja ataupun

tidak, akan berpeluang tinggi untuk terjangkit kuman pada saluran

reproduksi.

Kuman ini akan menyebabkan kerusakan dan penyumbatan saluran

reproduksi.

Fungsi reproduksi seorang wanita menjaditanda bahwa

kesuburannya baik atau tidak, hal ini menjadi pertimbangan penting dalam

persiapan pranikah sebagaimana diatur dalam persiapan pranikah adalah

wanita harus cukup umur, minimal 20 tahun. Usia menikah penting dalam

kesehatan reproduksi karena usia kehamilan yang optimal berada pada

rentang usia 20 sampai 35 tahun, sedangkan usia < 20 tahun atau > 35

Page 18: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

7

tahun memiliki risiko tinggi KEK serta komplikasi lebih lanjut (Mahirawati,

2014; Bakar, 2014).

B. Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang

yang dapat dilihat dari makananan yag dikonsumsi dan penggunaan zat-

zat gizi didalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status

gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2013).

2. Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa (2012), penilaian status gizi dapat dilakukan

dengan cara langsung dan tidak langsung.Penilaian status gizi secara

langsung dibagi menjadi empat yaitu antropometri, biokimia, klinis dan

biofisik. Sedangkan penilaian tidak langsung terdiri dari survey konsumsi

makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

3. Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang paling

sering digunakan untuk menilai status gizi seseorang. Antropometri artinya

ukuran tubuh manusia. Dari sudut pandang gizi, antropometri

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa,

dkk, 2012).

Menurut sandjaja (2010), dalam Kamus Gizi menyatakan bahwa

antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh

manusia. Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi.

Salah satu cara untuk memantau status gizi orang dewasa adalah

dengan mengukur indeks masa tubuh telah dikembangkan grafik IMT

orang dewasa (umur diatas 18 tahun) dengan menggunakan indeks berat

badan menurut tinggi badan (Supariasa, dkk, 2012).

IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi Badan(m2)

Page 19: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

8

Tabel 1. Klasifikasi Indeks Masa Tubuh (IMT) menurut Depkes

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat

berat

<17.0

Kekurangan berat badan tingkat

ringan

17,0 – 18,5

Normal >18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat

ringan

>25,0 – 27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat .27,0

Sumber : Depkes, 2011.

Sedangkan untuk mengetahui resiko KEK pada wanita usia subur

(WUS) digunakan lingkar lengan atas (LLA). Ambang batas LLA WUS

dengan resiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila LLA kurang dari 23,5 cm

artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK (Supariasa, dkk, 2012).

4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Menurut Supariasa (2013) dalam Penilaian Status Gizi faktor-faktor

yang mempengaruhi status gizi yaitu :

a. Faktor Langsung

1) Keadaan Infeksi

Infeksi adalah masuknya dan berkembangnya serta bergandanya agent

penyakit menular dalam badan manusia atau binatang termasuk juga

bagaimana badan pejamu bereaksi terhadap agent tadi meskipun hal ini

tidak selalu tampak secara nyata. Menurut Scrimshaw, et.al (1959) seperti

yang dikutip oleh Supariasa at al (2013) menyatakan bahwa ada hubungan

yang sangat erat antara infeksi (bakteri, virus, dan parasit) dengan

malnutrisi. Mereka menekankan interaksi yang sinergis antara malnutrisi

dengan penyakit infeksi, dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi

dan mempercepat malnutrisi.

2) Konsumsi Makanan

Page 20: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

9

Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui

kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna

untuk mengukur status gizi. Di amerika serikat survei konsumsi mkanan

digunakan sebagai salah satu cara dalam penentuan status gizi, sedangkan

di Indonesia survey konsumsi sering digunakan dalam penelitian dibidang

gizi (Supariasa, dkk, 2013).

Menurut fauzi (2016) dalam Ilmu Gizi menyatakan makanan sebagai

suatu zat yang bergizi yang dikonsumsi, diminum atau dimasukkan ke

dalam tubuh dengan maksud untuk mempertahankan kehidupan, memberi

energi, meningkatkan pertumbuhan dan lain – lain.

3) Pengaruh Budaya

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain

sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi

pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat

pantangan, tahayul, tabu dalam mesyarakat yang menyebabkan konsumsi

makanan menjadi rendah.

b. Faktor Tidak Langsung

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan hal utama dalam peningkatan sumber daya

manusia. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan, karena tingkat pendidikan

yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki

tentang gizi khususnya konsumsi makanan yang lebih baik.(Muliawati,

2013).

Namun seseorang dengan pendidikan rendah belum tentu kurang

mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan

dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Jika orang tersebut rajin

mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi, bukan mustahil

pengetahuan gizi nya akan lebih baik (Putri, 2017).

Perlu dipertimbangkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan

mudah tidaknya seseorang memahami pengetahuan gizi yang diperoleh.

Page 21: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

10

Dalam kepentingan gizi keluarga, pendidikan amat diperlukan agar

seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga

dan bisa mengambil tindakan yang cepat (Muliawati, 2012).

2) Pekerjaan

Pada tingkat pendidikan yang relatif tinggi, pekerja perempuan lebih

mampu memiliki akses terhadap pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik

karena proses selekse yang relatif lebih terbuka (Sianturi, 2002 dalam

Najoan, 2011). Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan

pendapatan, status sosial, pendidikan serta masalah kesehatan.

(Timmreck, 2005 dalam Najoan, 2011).

Hasil survey sosial ekonomi, hampir 50 persen perempuan dipedesaan

bekerja sebagai pekerja yang tidak dibayar. Angka dan fakta tersebut

menunjukkan, bahwa perempuan hanya dimanfaatkan untuk memenuhi

kebutuhan pasar demi kepentingan ekonomi negara. Oleh karena itu

perempuan adalah “pintu masuk” menuju perbaikan kesejahteraan keluarga

(Najoan, 2011).

3) Pendapatan

Pendapatan adalah hasil dari suatu pekerjaan yang diberikan berupa

material. Dalam hal ini, pendapatan keluarga sangat menentukan besar

kecilnya pemenuhan kebutuhan hidup sehari – hari dalam keluarga.

(Najoan, 2011).

Tingkat pendapatan seseorang untuk memenuhi hidup disesuaikan

dengan penghasilan yang ada. Persiapan finansial bagi pasangan yang

menghadapi kehamilan akan sangat mempengaruhi pendapat ibu tentang

kesiapan kehamilan. Persiapan finansial yang dimiliki untuk mencukupi

kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai masa persalinan dan

masa pengasuhan (Oktalia, 2015).

Page 22: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

11

C. Kekurangan Energi Kronis (KEK)

1. Pengertian KEK

Kurang Energi Kronik (KEK) adalah kondisi di mana tubuh

kekurangan asupan energi dan protein yang berlangsung terus-menerus

(Almatsiar 2009). Kurang energi kronik menggambarkan “keadaan

menetap” (steady state) di mana tubuh seseorang berada dalam

keseimbangan energi antara asupan dan pengeluaran energi , meskipun

berat badan rendah dan persediaan energi tubuh rendah

(Mahirawati,2014).

Kurang energi kronis merupakan keadaan dimana seseorang

menderita asupan gizi energi dan protein yang berlangsung lama atau

menahun. Seseorang dikatakan menderita risiko kurang energi kronis bila

mana lingkar lengan atas LLA <23,5 cm. Kurang energi kronis mengacu

pada lebih rendahnya masukan energi, dibandingkan besarnya energi

yang dibutuhkan yang berlangsung pada periode tertentu, bulan hingga

tahun LLA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi

kronis pada wanita usia subur termasuk remaja putri.Pengukuran Lingkar

Lengan Atas (LLA) tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan

status gizi dalam jangka pendek.

Pola makanan adalah salah satu faktor yang berperan penting

dalam terjadinya KEK. Pola makanan masyarakat Indonesia pada

umumnya mengandung sumber besi heme (hewani) yang rendah dan

tinggi sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga banyak

mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor penghambat

penyerapan besi. Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan,

pada umumnya wanita lebih memberikan perhatian khusus pada kepala

keluarga dan anakanaknya. Ibu hamil harus mengkonsumsi kalori paling

sedikit 3000 kalori/hari. Jika ibu tidak punya kebiasaan buruk seperti

merokok, pecandu dsb, maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya

juga baik dan sebaliknya.

Menurut data Riskesdas 2007, proporsi wanita usia subur risiko

KEK usia15-19 tahun yang hamil sebesar 38,5% dan yang tidak hamil

Page 23: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

12

sebesar 46,6%. Pada usia 20-24 tahun adalah sebesar30,1% yang hamil

dan yang tidak hamil sebesar 30,6%. Selain itu, pada usia 25-29 tahun

adalah sebesar 20,9% yang hamil dan 19,3% yang tidak hamil. Serta

pada usia 30-34 tahun adalah sebesar21,4% yang hamil dan 13,6% yang

tidak hamil. Hal ini menunjukkan proporsi WUS risiko KEK mengalami

peningkatan dalam kurun waktu selama 7 tahun.

2. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi KEK pada WUS

Faktor–faktor yang memengaruhi KEK pada WUS terbagi menjadi

dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Internal (individu/keluarga) yaitu

genetik, obstetrik, dan seks. Sedangkan eksternal adalah gizi, obat–

obatan, lingkungan, dan penyakit (Supariasa dkk, 2012). Genetik

memegang peranan

penting seseorang menderita KEK dikarenakan kekurangan gizi pada ibu

hamil akan melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR), jika

sudah begitu anak akan sulit untuk tumbuh dengan status gizi baik,

berdasarkan hasil penelitian bahwa anak BBLR berisiko tinggi untuk

menderita KEK di masa dewasa (Supariasa dkk, 2012; Marlenywati, 2012)

Obstetrik dalam hal ini usia pernikahan, usia kehamilan, paritas,

jarak

kehamilan, dan kesehatan ibu berperan aktif dalam menimbulkan risiko

KEK pada WUS. Usia pernikahan saat remaja maka akan menimbulkan

konsekuensi kehamilan di usia remaja pula. Wanita yang hamil pada usia

< 20 tahun merupakan kelompok paling rawan untuk terjadinya risiko KEK

dikarenakan terjadinya kompetisi nutrisi antara ibu hamil dan janin yang

dikandungnya, hal ini berkaitan dengan proses pertumbuhan ibu hamil

yang masih berlangsung karena usia remaja serta kebutuhan janin dalam

kandungan. Selain itu, paritas tinggi (lebih dari 3 kali) menandakan jarak

kehamilan yang pendek, hal ini berbahaya untuk ibu hamil dikarenakan

waktu

pemulihan bagi rahim untuk menyokong janin berikutnya tidak optimal

begitu juga dengan kebutuhan gizi WUS yang terkuras habis selama

Page 24: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

13

masa hamil dan meyusui sehingga jarak kehamilan yang berikutnya

dianjurkan saat usia anak sebelumnya minimal dua tahun. Gizi atau

asupan makanan yang kurang, baik dalam hal ketersediaan pangan atau

susunan variasi makanan yang salah serta absorpsi (metabolisme) yang

buruk dapat menyebabkan KEK pada WUS dikarenakan ketidaksesuaian

antara kebutuhan dan pemenuhan nutrisi (Almatsier, 2012).

Jika membahas tentang faktor lingkungan terhadap risiko KEK

pada WUS tentu tidak akan ada habisnya. Karena cakupannya sangatlah

luas, meliputi sosio–ekonomi, ketersediaan pangan (alam), teknologi dan

budaya. Sosio–ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran

pangan. Pendidikan merupakan hal utama dalam peningkatan sumber

daya manusia

(Puli, 2014).

a) Usia

Semakin bertambahnya umur maka akan semakin meningkat pula

kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. Zat tenaga diperlukan untuk membantu

tubuh melakukan beragam aktifitas fisik. Namun kebutuhan zat tenaga

akan berkurang saat usia mencapai 40 tahun keatas. Setiap 10 tahun

setelah usia seseorang mencapai 25 tahun,kebutuhan energi per hai

untuk pemeliharaan dan metabolisme sel-sel tubuh berkurang atau

mengalami penurunan sebesar 4% setaip 10 tahunnya. Berkurangnya

kebutuhan terseburt dikarenakan menurunnya kemampuan metabolisme

tubuh, sehingga tidak membutuhkan tenaga yang berlebihan karena dapat

menyebabkan terjadinya penumpukan lemak dalam tubuh. Penumpukan

lemak di dalam tubuh dapat menimbulkan terjadinya obesitas (putri,2012).

b) Jenis kelamin

Jenis kelamin menentukan besar kecilnya asupan nutrisi yang

dikonsumsi. Umumnya perempuan lebih banyak memerlukan

keterampilan dibandingkan tenaga, sehingga kebutuhan gizi perempuan

lebih sedikit dibandingkan laki-laki.

Page 25: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

14

c) Pendidikan

tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat

memengaruhi kualitas dan kuantitas makanan, karena tingkat pendidikan

yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki

tentang gizi khususnya konsumsi makanan yang lebih baik. Kemudian,

WUS yang berperan sebagai ibu rumah tangga (IRT) memiliki tingkat

kesehatan yang lebih rendah dibandingkan wanita yang memiliki

pekerjaan dan rutinitas di luar rumah selain berperan sebagai IRT, seperti

wanita karir dan pekerjaan swasta aktif. Selain itu, pola pengeluaran

rumah tangga dapat mencerminkan tingkat suatu kehidupan masyarakat,

indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan adalah

komposisi pengeluaran untuk makanan dan non makanan. Kesejahteraan

dikatakan baik jika persentase pengeluaran untuk makanan semakin kecil

dibandingkan dengan total pengeluaran (Puli, 2014).

d) Budaya

Faktor budaya sangat berperan dalam proses terjadinya kebiasaan

makan terhadap jenis makanan tertentu, sehingga tidak jarang

menimbulkan berbagai masalah gizi apabila faktor makanan itu tidak

diperhatikan secara baik bagi yang mengonsumsinya. Faktor sosial

budaya memegang peranan penting dalam memahami sikap dan perilaku

dalam menanggapi kehamilan, kelahiran, serta perawatan bayi dan

ibunya. Pandangan budaya tersebut telah diwariskan turun–temurun

dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu,

sekalipun petugas kesehatan menemukan bentuk perilaku atau sikap

yang terbukti kurang menguntungkan bagi kesehatan, akan tidak mudah

bagi mereka untuk mengadakan perubahan terhadapnya (Pasaribu, 2005

dalam Rahmaniar, 2011)

Persepsi budaya adalah pemikiran yang melalui tahapan seleksi,

organisasi, dan interpretasi meliputi nilai–nilai, keyakinan, strategi,

harapan berlangsung secara komprehensif yang menentukan tindakan,

sikap dan kebiasaan seseorang (Kastanakis dan Voyer, 2014). Indonesia

dikenal sebagai bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya yang

Page 26: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

15

terbentang dari Sabang sampai Merauke, dengan latar belakang etnis,

suku, dan tata kehidupan sosial yang berbeda satu dengan yang lain.

Telah banyak penemuan ahli sosiolog dan ahli gizi menyatakan bahwa

faktor budaya sangat berperan dalam proses terjadinya kebiasaan makan

dan menu makanan itu sendiri, sehingga tidak jarang menimbulkan

masalah gizi apabila faktor makanan itu tidak diperhatikan secara baik

oleh masyarakat. Budaya di masyarakat tidak terlepas dari agama dan

kepercayaan yang dianutnya, hal ini turut memengaruhi jenis makanan

yang dikonsumsi. Sebagai contoh, agama Islam dan Yahudi Ortodoks

mengharamkan daging babi, agama Roma Katolik melarang makan

daging setiap hari, dan Protestan melarang pemeluknya mengonsumsi

teh, kopi atau alkohol (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

Terkadang faktor budaya turut memengaruhi faktor lain untuk

menimbulkan KEK pada WUS. Faktor–faktor yang dimaksud adalah faktor

obstetrik seperti usia kehamilan, paritas, jarak kehamilan, dan jumlah anak

karena adanya beberapa kepercayaan, seperti tabu mengonsumsi

makanan tertentu oleh kelompok usia tertentu yang sebenarnya makanan

tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok usia tersebut, seperti

ibu hamil yang tabu mengonsumsi ikan (Departemen Gizi dan Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014;

Adriani dan Wirjatmadi, 2012)

Pantangan makan yang salah, tetapi umum terjadi di masyarakat

adalah tidak diperbolehkannya mengonsumsi susu, kopi, atau berpuasa.

Hal ini sungguh keliru karena susu merupakan makanan yang diperlukan

untuk mencukupi kebutuhan tambahan makanan ibu hamil dengan

adanya penambahan nutrisi penting, seperti asam folat, zat besi, kalsium,

dan vitamin. Selain itu, kopi atau makanan lain yang mengandung kafein

(teh dan cokelat) boleh dikonsumsi selama usia 18 kehamilan > 12

minggu dan terbatas untuk dua cangkir per hari karena dapat

menyebabkan efek samping yang merugikan tubuh. Disamping itu,

berpuasa diperbolehkan bagi ibu hamil di trimester I selama daya tahan

tubuh ibu kuat, begitu juga trimester II dan III dengan tetap

Page 27: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

16

memperhatikan penambahan 300 kkal per harinya. Disamping itu,

terdapat kepercayaan bahwa permintaan ibu hamil yang aneh–aneh

(ngidam) merupakan permintaan anak yang dikandungnya. Bila

permintaan tidak dipenuhi, maka akan terjadi sesuatu yang buruk

terhadap janin yang dikandung. Berbagai bentuk ngidam diantaranya tidak

menyukai rasa dan bau dari benda tertentu seperti alkohol, asap rokok,

kafein, bau masakan, bau parfum, dan lain–lain. Selama keinginan

ngidamtersebut tidak merugikan bagi ibu dan janin yang dikandung maka

tidak ada salahnya untuk dipenuhi (Fathonah, 2016).

Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka

buruk terhadap bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan/pantangan

yang merugikan, kesukaan berlebihan terhadap jenis makanan tertentu,

keterbatasan penghasilan keluarga, dan jarak kelahiran yang rapat juga

berpengaruh pada pengetahuan tentang gizi di masyarakat Indonesia

(Indra dan Wulandari, 2014). Namun, menurut Wade dan Tavris

(2007)bahwa perubahan budaya merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan peningkatan berat badan di berbagai belahan dunia, seperti

peningkatan jumlah konsumsi makanan cepat saji, tingginya kesibukan,

penggunaan alat praktis seperti remote control, kecenderungan

mengendari mobil, kebiasaan menonton TV, dan lain–lain.

e) Ras

Ras merupakan sifat–sifat dan karakteristik yang diturunkan secara

genetik dari generasi ke generasi yang dipercaya menjadi penting oleh

orang dan memiliki pengaruh kuat dalam masyarakat (White, 2012).

Peranan ras terhadap kesukaan makanan akan berbeda dari satu bangsa

ke bangsa lain,dan dari daerah ke daerah, atau suku ke sukulain.

Makanan di negara tropik akan berbeda dengan makanan di negara

empat musim, begitu juga di Eropa, semakin ke selatan maka ciri

makanan semakin berbumbu. Begitu juga di Indonesia, kesukaan

makanan antar daerah/suku sangat beragam. Sudah terkenal jika

makanan Sumatera (khususnya Sumatera Barat) lebih pedas daripada

Jawa (khususnya Jawa Tengah) yang suka makanan manis. Sebaliknya

Page 28: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

17

wilayah Timor selalu menyukai yang asin–asin (Adriani dan Wirjatmadi,

2012)

f) Lingkungan

Faktor lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar pembentukan

perilaku makan yang selanjutnya akan memepangaruhi status gizi.

3. Dampak Kekurangan Energi Kronis

Kekurangan energi kronis dapat menimbulkan berbagai dampak

kesehatan. Seseorang yang mengalami KEK, selain berat badanya

kurang atau rendah bila di bandingkan denganberat badannya,

produktifitasnya juga akan terganggu karena tidak dapat bergerak aktif

dan kekurangan makan. (WHO, 1995). Bila KEK terjadi pada wanita usia

subur dan ibu hamil akan berdampak pada proses melahirkan dan berat

lahir bayi. Ibu hamil dengan resiko KEK (LILA < 23,5 cm) kemungkinan

akan mengalami kesulitan persalinan, pendarahan dan berpeluang

melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang akhirnya

dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Atikah Proverawati dan

Cahyo Ismawati, 2010). Status gizi sebelum hamil atau selama hamil

memiliki peluang sebanyak 50% dalam mempengaruhi kasus tingginya

kejadian bayi BBLR di negara berkembang. Hasil meta analisis World

Health Organization (WHO) collaboration study menyimpulkan bahwa

berat badan dan tinggi badan ibu sebelum hamil, indeks masa tubuh dan

lingkar lengan atas merupakan faktor yang mempengaruhi bayi BBLR

(WHO, 1995). Wanita hamil yang mengalami KEK sejak mudanya memiliki

resiko melahirkan bayi dengan BBLR 4.8 kali lebih besar di bandingkan

yang tidak KEK (syofianti, 2013).

Page 29: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

18

D. Lingkar Lengan Atas (LILA)

1. Pengertian LILA

LILA adalah lingkar lengan bagian atas pada bagian trisep. LILA

digunakan untuk perkiraan tebal lemak-bawah-kulit (Almatsier, 2011). LILA

adalah cara untuk mengetahui gizi kurang pada wanita usia subur umur

15-45 tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan

pasangan usia subur (PUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan

untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran

LILA cukup representatif, dimana ukuran LILA ibu hamil erat dengan IMT

ibu hamil yaitu semakin tinggi LILA ibu hamil diikuti pula dengan semakin

tinggi IMT ibu. Penggunaan LILA telah digunakan di banyak negara

sedang berkembang termasuk Indonesia (Hidayati, 2011).

2. Ambang Batas

Penelitian Ariyani (2012) di seluruh provinsi di Indonesia

melaporkan, ambang batas yang digunakan untuk menentukan seorang

ibu hamil gizi kurang adalah 23,5 cm. Ambang batas LILA <23,5 cm atau

dibagian pita merah LILA menandakan gizi kurang dan ≥23,5 cm

menandakan gizi baik. LILA < 23,5 termasuk kelompok rentan kurang gizi

(Kemenkes RI, 2012). LILA menunjukkan status gizi ibu hamil dimana

<23,5 cm menunjukkan status gizi kurang.

3. Tujuan Pengukuran LILA

LILA digunakan untuk keperluan skrining, tidak untuk pemantauan,

mengetahui gizi kurang dan relatif stabil. Ukuran LILA selama kehamilan

hanya berubah sebanyak 0,4 cm. Perubahan ini selama kehamilan tidak

terlalu besar sehingga pengukuran LILA pada masa kehamilan masih

dapat dilakukan untuk melihat status gizi ibu hamil sebelum hamil (Ariyani,

2012). Berlainan dengan berat badan yang terus naik dari awal sampai

akhir umur kehamilan dan dapat digunakan untuk memonitor status gizi

ibu hamil, maka LILA tidak dapat digunakan untuk keperluan tersebut,

karena LILA relatif stabil pada setiap bulan umur kehamilan. Pengukuran

Page 30: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

19

LILA independen terhadap umur kehamilan (Frensley, 2012). Implikasi

ukuran LILA terhadap berat badan bayi adalah LILA menggambarkan

keadaan konsumsi makanan terutama konsumsi energi dan protein dalam

jangka panjang (Flora, 2013).

4. Cara Pengukuran LILA

Cara mengukur LILA menurut Almatsier (2011) :

a. Lengan kiri diistirahatkan dengan telapak tangan menghadap ke

paha (sikap tegap).

b. Cari pertengahan lengan atas dengan memposisikan siku

membentuk sudut 900. Kemudian ujung skala cliper(pita ukur) yang

bertuliskan angka 0 diletakkan di tulang yang menonjol 20 dibagian

bahu atau acromiondan ujung lain pada siku yang menonjol atau

olecranon.

c. Pertengahan lengan diberi tanda dengan spidol, lengan kemudian

diluruskan dengan posisi telapak tangan menghadap ke paha.

d. Cliperdilingkarkan (tidak dilingkarkan terlalu erat dan tidak longgar)

pada bagian tengah dan bagian trisep lengan dengan memasukkan

ujung pita kedalam ujung yang lain; angka yang tertera pada caliper

(beberapa pita ukuran bertanda panah) menunjukkan ukuran LILA.

Tabel 2: Ambang Batas Pengukuran LiLA:

Klasifikasi Batas Ukur

Wanita Usia Subur

KEK < 23,5 cm

Normal 23,5 cm

Page 31: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

20

E. Indeks Massa Tubuh (IMT)

1. Pengertian IMT

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index(BMI) merupakan

alat atau carayang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa,

khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat

badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit

infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap

penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan

normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup

yang lebih panjang.

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah rasio standar berat terhadap

tinggi,

dan sering digunakan sebagai indikator kesehatan umum. IMT dihitung

dengan membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi

badan (dalam meter). Angka IMT antara 18,5kg/m² dan

24,9kg/m dianggap normal untuk kebanyakan orang dewasa. IMT yang

lebih tinggi mungkin mengindikasikan kelebihan berat badan atau

obesitas. Indeks Massa Tubuhmerupakan altenatif untuk tindakan

pengukuran lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori

berat badan yang mudah dilakukan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat

dihitung dengan rumus berikut:

Menurut rumus metrik:

IMT = Barat Badan (Kg)

Tinggi Badan (m)²

Indeks Massa Tubuh merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan

berat badan berdasarkan Indeks Quateletberat badan dalam kilogram

dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m²). IMT adalah cara

termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi dengan

massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien

obesitas yang mempunyai risiko mendapat komplikasi medis. (Pudjiadi, et

al, 2010).

Page 32: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

21

Indeks Massa Tubuh mempunyai keunggulan utama yakni

menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa

digunakan dalam penelitian populasi berskala besar. Pengukurannya

hanya membutuhkan 2 hal yakni berat badan dan tinggi badan, yang

keduanya dapat dilakukan secara akurat oleh seseorang dengan sedikit

latihan. Keterbatasannya adalah membutuhkan penilaian lain bila

dipergunakan secara individual.

2. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh terhadap umur adalah sebagai

berikut: <persentil ke-5 adalah berat badan kurang, persentil ke-85 adalah

overweight, dan persentil ke-95 adalah obesitas. Postur tubuh orang

Indonesia berbeda dengan orang Eropa pada umumnya, oleh karena itu

batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil

penelitian di beberapa negara berkembang.Adapun ambang batas IMT

orang Indonesia menurut (Sirajuddin 2012).

Kategori IMT yang dipakai pada penelitian ini berdasarkan

klasifikasi IMT dari Kemenkes , yaitu dapat dilihat dari Tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT

Klasifikasi Indeks Masa Tubuh (IMT) (kg/m2)

Kurus IMT < 18,5

Normal IMT > 18,5 - <24,9

Berat Badan Lebih IMT > 25,0 - < 27

Obesitas IMT > 27,0

Sumber : Kemenkes, 2013

Page 33: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

22

F. Ikan Gabus

Ikan gabus merupakan air tawar yang dapat ditemukan di seluruh

perairan Indonesia. Ikan gabus telah diasosiakan sebagai obat, karena

kandungan yang dimilikinya telah terbukti secara klinis pada beberapa

penyakit. Ikan gabus memiliki kandungan protein yang tinggi terutama

albumin dan asam aminoesensial, lemak khususnya asam lemak esensial,

mineral khususnya zink/seng (Zn) dan beberapa vitamin yang sangat baik

untuk kesehatan.

Secara klinis, intervensi konsentrat protein ikan gabus dalam

bentuk suplemen telah membantu mempercepat penyebuhan pasien

pasca operasi, luka bakar dan stroke pada pasien rawat inap ikan gabus

dimasyarakat saat ini telah diasosiakan dengan obat. Ikan gabus diolah

menjadi berbagai jenis masakan lalu disajikan kepada keluarga yang

sakit, terutama bagi yang pasca operasi. Sebenarnya pemahaman

masyarakat tentang ikan gabus sebagai obat telah dikenal sejak nenek

moyang kita dahulu terutama dibeberapa daerah di Sulawesi Selatan

seperti wajo, pinrang dan takalar, mereka menyarankan atau berusahan

menyajikan masakan ikan gabus kepada keluarga yang sakit keyakinan

bahwa dapat membantu penyembuhan. Walaupun saat itu mereka tidak

mengetahui kandungan yang terdapat dalam ikan. (Galuh Ajeng,2013).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian telah

mengukapkan fakta bahwa ikan gabus memiliki kandungan nutrisi yang

sangat baik untuk kesehatan. Kandungan tersebut terdiri dari kandungan

protein yang tinggi terutama albumin dan asam amino esensial, lemak

khususnya aasam lemak esensial, mineral khususnya zink/seng (Zn) dan

beberapa vitamin yang sangat baik untuk kesehatan. Selain itu, secara

klinis intervensi konsentrat protein ikan gabus dalam bentuk suplemen

telah membantu mempercepat penyembuhan pasien pasca –operasi, luka

bakar dan stroke pada pasien rawat inap di rumah sakit.(Fauziah, 2012).

Page 34: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

23

a. Manfaat dan Kandungan Protein Ikan Gabus

Ikan gabus memiliki kandungan nutrisi yang cukup lengkap, protein,

lemak, mineral seperti terlihat pada tabel kandungan ikan gabus.

Tabel 4. Kandungan Ikan Gabus (dalam 100 gr)

Kandungan Kimia Jenis

Ikan segar Ikan

Kalori (Kal) 69 24

Protein (g) 25,2 58,0

Lemak (mg) 1,7 4,0

Besi (mg) 0,9 0,7

Kalsium (mg) 62 15

Fosfor (mg) 176 100

Vit. A(SI) 150 100

Vit. B1 (mg) 0,04 0,10

Air (g) 69 24

BDD (%) 64 80

Sumber : Sediaoetama, 1985

b. Siomay

Siomay merupakan makanan siap santap yang diolah agar

langsung dapat di konsumsi. Berdasarkan hasil pengamatan hasil

pengamatan penelitian, salah satu bahan makanan yang di gemari

masyarakat adalah siomay. Banyak orang tertarik untuk

mengkonsumsinya. Siomay terbuat dari tepung terigu, daging ikan

sebagai bahan pokoknya serta bumbu lainnya yang kemudian di masak

dengan pengukusan dan di sajikan dengan variasi yang berbeda-beda.

(Waspadji S dkk,2013).

Page 35: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

24

1. Bahan

Tabel 5. Bahan Pembuatan siomay ikan gabus

No Bahan Jumlah

1 Ikan gabus 100 gr

2 Tepung terigu 40 gr

3 Putih telur 35 gr

4 Garam 5 gr

5 Bawang merah 10 gr

6 Bawang putih 10 gr

7 Kacang tanah 50 gr

8 Daun jeruk 3 gr

9 Cabe merah 5 gr

10 Minyak goring 5 gr

2. Alat

Tabel 6. Alat yang Digunakan untuk pembuatan siomay ikan

gabus

No Nama Alat Jumlah

1 Waskom 1 buah

2 Timbangan Makanan 1 buah

3 Dandang 1 buah

4 Serbet 1 buah

5 Sendok 1 buah

6 Kompor 1 buah

7 Kuali 1 buah

Page 36: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

25

3. Cara Pengolahannya

a. Panaskan minyak kemudian tumis bumbu yang telah di

haluskan hingga harum.

b. Aduk semua bahan baku dalam satu wadah kecuali tepung

terigu dan telur.

c. Campurkan tepung dan telur dengan bahan yang sudah di

tumis.

d. Uleni sampai menjadi adonan yang kalis.

e. Ambil adonan siomay secukupnya lalu cetak sesuai selera.

f. Kemudian kukus hingga matang.

g. Giling bahan sambal sampai wangi. Angkat lalu tunggu sampai

dingin.

h. Angkat siomay yang telah dikukus dan sajikan di atas mangkok.

i. Siram siomay dengan bumbu kacang.

Page 37: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

26

G. Kerangka Teori

Gambar 1.1 Kerangka Teori Sumber modifikasi teori dari supariasa

(2005), Lukman (2008), Notoatmodjo (2007), Khomsah & Anwar (2004),

Arisman (2004).

Faktor-faktor yang mempengaruhi

KEK pada ibu hamil :

1. Faktor langsun

a. Asupan makanan

b. Infeksi

c. Pola konsumsi

makanan

2. Faktor tidak langsung

a. Sosial ekonomi

b. Pendatan keluarga

c. Pekerjaan ibu (aktifitas

fisik)

d. Pendidikan ibu

e. Pengetahuan ibu

f. Faktor biologis

1) Usia

2) Jarak kehamilan

(paritas)

3) Faktor perilaku

Kebutuhan gizi pada

ibu hamil

Pola konsumsi pangan

Kekurangan Energi Kronik

berdasarkan LILA

Page 38: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

27

H. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep Pengaruh pemberian siomay ikan gabus

terhadap status gizi (IMT dan LILA) pada wanita usia subur

yang kekurangan energi kronik di kelurahan paluh kemiri.

Pemberian Siomay Ikan Gabus.

Status gizi (IMT dan

LILA) sebelum

Status gizi (IMT dan

LILA) sesudah

Page 39: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

28

I. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan

kepada suatu variabel dengan cara memberikan suatu operasional

yang diberikan untuk mengukur variabel tersebut(Notoatmodjo,

2010).

Tabel 7. Defenisi Operasional

No

variabel Defenisi Operasional Skala

Ukur

1. Status

gizi

WUS

Status gizi WUS adalah suatu ukuran

mengenai kondisi tubuh seseorang yang

dapat dilihat dari makanan yang di

konsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di

dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi

tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi

normal,dan gizi lebih (Almatsier, 2012).

Rasio

2. LILA LILA adalah lingkar legan bagian atas

pada bagian trisep yang digunakan untuk

mengetahui status gizi kurang pada wanita

usia subur.pengukuran LILA dilakukan

sebagai tindakan pencegahan dan

penanggulangan terhadap ibu hamil KEK.

Rasio

3. IMT Salah satu contoh dari indeks antropometri

adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau

yang disebutdengan Body Mass Index

(Supariasa, 001).IMT merupakan alat

sederhana untuk memantau status gizi

orang dewasa. IMT hanya dapat

digunakan untuk orang dewasa yang

berumur diatas 18 tahun.

Rasio

Page 40: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

29

J. Hipotesis

Ha1 = Ada Pengaruh Pemberian Siomay Ikan gabus Terhadap

status gizi (IMT) pada wanita usia subur yang KEK Di

Kelurahan Paluh Kemiri.

Ha2 = Ada Pengaruh Pemberian Siomay Ikan gabus Terhadap

status gizi (LILA) pada wanita usia subur yang KEK Di

Kelurahan Paluh Kemiri.

Page 41: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di desa Paluh kemiri.Peninjauan lokasi

serta izin penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2017. Sedangkan

pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2018.

B. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen, menggunakan

rancangan one group pretest and post-test. Untuk mengetahui pengaruh

pemberian siomay ikan gabus terhadap status gizi (IMT dan LILA) pada

wanita usia yang Kekurangan Energi Kronik di Kelurahan Palih Kemiri

(Notoatmodjo,2010)

Model rancangan penelitian pre and post test desain, yaitu

digambarkan sebgai berikut :

Keterangan :

01 : pre-test

X : Intervensi yaitu pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap

status gizi (IMT dan LILA) pada wanita usia subur yang Kekurangan

Energi Kronik di Kelurahan Paluh Kemiri.

02 : post-test

01 (X) 02

Page 42: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

31

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah Populasi merupakan wilayah generalisasi yang

terdiri atas subyek atau objek yang memiliki karakter & kualitas tertentu

yang ditetapkan oleh seorang peneliti untuk dipelajari yang kemudian

ditarik sebuah kesimpulan (Gunawan, 2013).

Populasi dalam Penelitian adalah semua WUS yang KEK di

Kelurahan Paluh Kemiri.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam

penelitian, seluruh populasi dijadikan sampel yang disebut total sampling

(Candra, 2008)

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasi, maka

sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi,

maupun kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang

perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai

sampel. Sedangkan Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang

tidak dapat diambil sebagai sampel.

1. Kriteria inklusi

a. WUS yang KEK di Kelurahan Paluh Kemiri.

b. Sehat jasmani dan rohani

c. Mau diwawancarai

d. Umur 18-35

2. Kriteria eksklusi

a. Tidak bersedia diwawancarai

b. Dalam keadaan sakit

Page 43: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

32

D. Jenis dan Cara pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data yang diperoleh secara lansung dan dikumpulkan dari objek

penelitian meliputi :

1. Data identitas responden WUS yang KEK di Kelurahan Paluh

Kemiri.

2. Mengukur TB WUS yang KEK sebelum pemberian Siomay Ikan

Gabus di Kelurahan Paluh Kemiri.

3. Mengukur BB WUS yang KEK sebelum pemberian Siomay Ikan

Gabus di Kelurahan Paluh Kemiri.

4. Mengukur BB WUS yang KEK setelah pemberian Siomay Ikan

Gabus di Kelurahan Paluh Kemiri.

5. Mengukur LILA WUS yang KEK sebelum pemberian Siomay Ikan

Gabus di Kelurahan Paluh Kemiri.

6. Mengukur LILA WUS yang KEK setelah pemberian Siomay Ikan

Gabus di Kelurahan Paluh Kemiri.

b. Data Sekunder

Jumlah WUS yang KEK pemberian Siomay Ikan Gabus di

Kelurahan Paluh Kemiri.

Page 44: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

33

2. Cara Pengumpulan Data

a. Pra penelitian

1. Mencari bahan-bahan literatur yang berkaitan dengan masalah

yang hendak diteliti

2. Menentukan sampel yang hendak diteliti

3. Menentukan jadwal penelitian

b. Penelitian

1. Data Primer

a. Data identitas sampel diperoleh dengan hasil wawancara

enumerator terhadap responden meliputi : nama responden,

umur sampel.

b. Status gizi (IMT) di ukur oleh 6 enumerator terlatih selama 14

hari dengan melakukan pengukuran BB dan TB sebelum dan

setelah berakhirnya pemberian siomay ikan gabus dimana

pengukuraan TB menggunakan microtoice dengan tingkat

ketelitian 0,1 cm dan menimbang berat badan dengan

menggunakan timbangan digital dengan tingkat ketelitian 0,1 kg

dan memperoleh status gizi dengan rumus IMT = BB/TB(m)2.

Langkah-langkah mengukur TB dengan microtoice :

1. Tempelkan microtoice dengan paku pada dinding yang lurus

dan datar setinggi tepat 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai

yang datar

2. Lepaskan sepatu ata sandal dan ikat rambut

3. sampel harus tegak sempurna dengan kaki lurus, tumit,

pantat, punggung, dan kepala bagian belakang menempel

pada dinding dan muka menghadap lurus dengan

pandangan kedepan

4. Turunkan microtoice sampai rapat pada kepala bagian atas,

siku-siku harus lurus menempel pada dinding

5. Baca angka skala yang Nampak pada lubang dalam

gulungan microtoice dengan sejajar

Page 45: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

34

Langkah-langkah mengukur BB dengan timbangan digital :

1. Letakkan timbangan digital ditempat yang datar

2. Tekan timbangan digital untuk mengaktifkan dan

menunjukan angka 0,00

3. Kemudian berdiri tiatas timbangan dengan posisi tegak dan

pandang lurus kedepan

4. Kemudian tunggu sampai berhenti angkanya berganti dan

baca hasil timbangannya

d. Mengukur LILA untuk mengetahui status WUS yang KEK dengan

menggunakan alat pita LILA

Cara mengukur LILA menurut Almatsier (2011) :

1. Lengan kiri diistirahatkan dengan telapak tangan

menghadap ke paha (sikap tegap).

2. Cari pertengahan lengan atas dengan memposisikan siku

membentuk sudut 900. Kemudian ujung skala cliper(pita

ukur) yang bertuliskan angka 0 diletakkan di tulang yang

menonjol 20 dibagian bahu atau acromiondan ujung lain

pada siku yang menonjol atau olecranon.

3. Pertengahan lengan diberi tanda dengan spidol, lengan

kemudian diluruskan dengan posisi telapak tangan

menghadap ke paha.

4. Cliperdilingkarkan (tidak dilingkarkan terlalu erat dan tidak

longgar) pada bagian tengah dan bagian trisep lengan

dengan memasukkan ujung pita kedalam ujung yang lain;

angka yang tertera pada caliper (beberapa pita ukuran

bertanda panah) menunjukkan ukuran LILA

c. Data sekunder

Jumlah WUS yang KEK yang diperoleh dari survey lapangan di

Kelurahan Paluh Kemiri.

Page 46: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

35

E. Pengolahan Dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Data identitas responden dikumpulkan.

Data status gizi (IMT) diperoleh dari hasil pengukuran berat

badan dan tinggi badan dengan rumus IMT= BB/TB(m)2.

b. Data LILA yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan

menggunakan pita LILA.

Data yang telah dikumpulkan akan diolah menggunakan program

analisis statistik. Proses pengolahan data tersebut terdiri dari beberapa

langkah berikut.

1. Editing

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum

editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut.

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Memasukkan Data (data entry) atau Processing

Merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam komputer

yang selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan program

komputer.

4. Pembersihan Data (Data Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden

selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi.

Page 47: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

36

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran

distribusi frekuensi atau proporsi berdasarkan variabel yang

diteliti

1. Menganalisis proporsi pervalensi kejadian KEK pada

WUS di kelurahan Paluh Kemiri

2. Menganalisis proporsi status gizi (IMT) pada WUS yang

KEK di Kelurahan Paluh Kemiri.

3. Menganalisis proporsi LILA pada WUS yang KEK di

Kelurahan Paluh Kemiri.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh

antara variabel Independen (pemberian somay ikan gabus)

dan variabel Dependen (Status Gizi pada WUS yang KEK).

Dengan menggunakan program SPSS kemudian

dilakukannya uji statistik (uji paired sampling t test) dengan

tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)

1. Menganalisis pengaruh pemberian siomay ikan gabus

terhadap Status Gizi (IMT) pada WUS yang KEK di

Kelurahan Paluh Kemiri.

2. Menganalisis pengaruh pemberian siomay ikan gabus

terhadap Status Gizi (LILA) pada WUS yang KEK di

Kelurahan Paluh Kemiri.

Page 48: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Letak Geografis

Lokasi penelitian untuk sampel yaitu di kelurahan Paluh

Kemiri kecamatan Lubuk Pakam. Luas wilayah kelurahan paluh

kemiri yaitu 187 Ha, terdapat IV lingkungan, dan 3501 jiwa

penduduk. Berikut batas-batas wilayah kelurahan Paluh Kemiri :

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Desa

Bakaran Batu

- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Lubuk

Pakam Pekan

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan

Tanjung Morawa

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan

Petapahan

2. Demografi

Data pertahun 2017 Kelurahan Paluh Kemiri memiliki 3501

orang penduduk, yang berjenis kelamin laki-laki 1759 orang,

berjenis kelamin perempuan sebanyak 1742 orang, dan jumlah

KK sebanyak 936 KK.

3. Karakteristik Sampel

a. Umur

Rentang kehidupan yang diukur dengan tahun merupakan

parameter untuk mengetahui usia atau umur

seseorang.Rentang umur wanita usia subur yaitu 18-49 tahun

(BKKBN, 2011). Pada penelitian ini WUS yang KEK yang

dijadikan sampel adalah umur 18-32 tahun. Distribusi frekuensi

sampel berdasarkan umur disajikan pada gambar 1.

Page 49: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

38

Gambar 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur

Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa dari 30 sampel

WUS yang mengalami KEK berusia 18-32 tahun. Proporsi usia

terbanyak terdapat pada kelompok umur pada usia 25-32 tahun

sebanyak 17 sampel (57%), usia 18-24 tahun sebanyak 13

sampel (43%).

b. Pendidikan Responden

Pendidikan adalah proses seseorang untuk memperoleh

pengetahuan yang lebih luas didapat dari pendidikan formal

maupun non formal. Tingkat pendidikan berpengaruh dalam

berpikir, bertindak, tingkat pengetahuan dan pemahaman

seseorang dalam status gizi. Distribusi responden berdasarkan

pendidikan dapat dilihat pada pada Tabel 8.

43%

57%

18-24 tahun 25-32 tahun

Page 50: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

39

Tabel 8. Tingkat Pendidikan Responden

No Tingkat pendidikan n %

1 SD 8 26.7

2 SMP 10 33.3

3 SMA 10 33.3

4 S1 2 6.7

Total 30 100

Pada tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

sampel sebagian besar didominasi pendidikan SMA dan SMP

sebesar 33.3 % (20 orang) Perguruan Tinggi sebesar 6.7% (2

orang) dan SD sebesar 26.7% (8 orang) Hal ini menunjukkan

bahwa tingkat pendidikan WUS masih rendah.

c. Pekerjaan Responden

Pekerjaan merupakan salah satu sumber penghasilan bagi

individu/keluarga dimana penghasilan dari pekerjaan menjadi

jembatan guna memenuhi kebutuhan hidup individu/keluarga.

Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Pekerjaan Responden

No Pekerjaan n %

1 Buruh 1 3.3

2 Guru 1 3.3

3 IRT 26 86.7

4 PNS 1 3,3

5 Wiraswasta 1 3.3

Total 30 100

Pada tabel 9 menunjukkan bahwa rata rata pekerjaan

responden yaitu Ibu Rumah Tangga (IRT) atau tidak bekerja.

Page 51: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

40

B. Hasil Penelitian

1. Status Gizi ( IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu parameter

penilaian status gizi. Dalam penilaiannya, indeks massa tubuh

(IMT) terdiri dari perhitungan antara berat badan dengan tinggi

badan. Perhitungan IMT dilakukan dengan membagi berat

badan (kg) dengan tinggi badan sebelumnya dikuadratkan.

status gizi (IMT) WUS yang mengalami KEK sebelum dan

sesudah pemberian ikan siomay ikan gabus dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 10. Nilai Status Gizi (IMT) WUS Sebelum Pemberian

dan Sesudah Pemberian Siomay Ikan Gabus.

Variabel n Minimum Maximum Std.

Deviasi

IMT

sebelum

30 17.71 23.40 1.83798

IMT

sesudah

30 18.29 24.84 1.95697

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa status gizi (IMT)

sebelum pemberian intervensi adalah dengan nilai skor

minimum 17.71 dan maximum 23.40. sedangkan sesudah

pemberian intervensi status gizi (IMT) adalah dengan nilai skor

minimum 18.29 dan maximum 24.84.

2. Status Gizi (LILA)

LILA merupakan gambaran tentang keadaan jaringan otot

dan lapisan lemak bawah kulit. Pengukuran LILA dilakukan

pada pertengahan antara pangkal lengan atas dan ujung siku

dalam ukuran cm (centi meter) (Zeman dan Ney, 1988).

Page 52: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

41

Tabel 11. Nilai status gizi (LILA) WUS sebelum pemberian

dan sesudah pemberian siomay ikan gabus.

Variabel N Minimum Maximum Std.

Deviasi

LILA sebelum 30 19.7 23.3 1.0241

LILA sesudah 30 21.1 24.1 0.8513

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa status gizi (LILA)

sebelum pemberian intervensi adalah dengan nilai skor

minimum 19.7 dan maximum 23.3. Sedangkan sesudah

pemberian intervensi status gizi (IMT) adalah dengan nilai skor

minimum 21.1 dan maximum 24.1.

3. Analisis Perbedaan Status Gizi (IMT) WUS Sebelum dan

Sesudah Pemberian Siomay Ikan Gabus

Pemberian siomay ikan gabus telah di lakukan dan di

dapatkan hasil antara status gizi (IMT) WUS sebelum dan

sesudah pemberian siomay ikan gabus yang memiliki

perbedaan. Gambaran status gizi (IMT) wanita usia subur

sebelum dan sesudah pemberian siomay ikan gabus dapat di

lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 12. Analisis Perbedaan Status Gizi (IMT) WUS

Sebelum dan Sesudah Pemberian Siomay Ikan Gabus

Status gizi N Mean P value

IMT sebelum 30 20.9663 0.001

IMT sesudah 30 21.6396

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata status gizi

(IMT) WUS dari 30 sampel sebelum pemberian siomay ikan

gabus adalah 20.9663 sedangkan sesudah pemberian siomay

Page 53: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

42

ikan gabus di dapatkan hasil status gizi (IMT) WUS adalah

21.6396. Hasil uji statistik (uji perigkat bertanda wilcoxon) di

peroleh nilai p = 0.001 < 0.05 sehingga terlihat adanya

perbedaan yang signifikan sebelum pemberian dan sesudah

pemberian siomay ikan gabus pada WUS.

4. Analisis Perbedaan Status Gizi (LILA) WUS Sebelum dan

Sesudah Pemberian Siomay Ikan Gabus

Pemberian siomay ikan gabus telah di lakukan dan di

dapatkan hasil antara status gizi (LILA) WUS sebelum dan

sesudah pemberian siomay ikan gabus yang memiliki

perbedaan. Gambaran status gizi

Tabel 13. Analisis Perbedaan Status Gizi (LILA) WUS

Sebelum dan Sesudah Pemberian Siomay Ikan Gabus

Status gizi N Mean P value

LILA sebelum 30 22.223

0.001 LILA sesudah 30 23.107

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa rerata status gizi

(LILA) WUS dari 30 sampel sebelum pemberian siomay ikan

gabus adalah 22.223 sedangkan sesudah pemberian siomay

ikan gabus di dapatkan hasil status gizi (LILA) WUS adalah

23.107. Hasil uji statistik (uji peringkat bertanda wilcoxon) di

peroleh nilai p = 0.000 < 0.05 sehingga terlihat adanya

perbedaan yang signifikan sebelum pemberian dan sesudah

pemberian siomay ikan gabus pada WUS.

Page 54: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

43

C. Pembahasan

1. Status Gizi ( IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan nilai yang

mengindikasikan status gizi seseorang berdasarkan data

antropometri dengan membandingkan antara berat badan dan

kuadrat tinggi badan, sehingga diketahui berat badan yang ideal

untuk tinggi badan tertentu (Shanti dkk, 2017).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata status gizi (IMT)

sebelum pemberian siomay ikan gabus terhadap WUS adalah

20.9663 dan sesudah pemberian siomay ikan gabus 21.6396.

Di lihat dari rerata status gizi (IMT) sebelum dan sesudah

pemberian siomay ikan gabus terhadap WUS memiliki selisih

0.6733.

Menurut supariasa (2002) bahwa perubahan berat badan

dipengaruhi banyak faktor, faktor langsung yaitu asupan dan

penyakit infeksi.Untuk mengatasi masalah ini maka diperlukan

kesadaran dari responden sendiri untuk mengubah persepsi dan

perilaku mengenai gizi, dan dibutuhkan juga peran orang

terdekat responden untuk memberikan motivasi sehingga

kualitas hidup meningkat dan pada akhirnya dapat memperbaiki

status gizi responden.

2. Status gizi (LILA)

LILA merupakan pengukuran status gizi yang lebih mudah

dan praktis karena hanya menggunakan satu alat ukur yaitu pita

mengukur LILA. Namun, LILA hanya dapat di gunakan untuk

keperluan skrining, tidak untuk pemantauan. Khusus pada

wanita hamil, LILA digunakan untuk mengetahui resiko KEK

karena pada umumnya wanita Indonesia tidak mengetahui berat

badan pralahir, sehingga IMT prahamil tidak dapat diukur.

Pengukuran IMT membutuhkan 2 alat yaitu timbangan dan

Page 55: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

44

pengukur tinggi badan yang membutuhkan persyaratan tertentu

yang harus dipenuhi seperti kalibrasi alat timbang serta lantai

yang keras dan datar untuk pengukuran tinggi badan. Namun,

IMT tidak dapat digunakan sebagai indikator KEK pada wanita

usia subur. Oleh sebab itu, LILA bermanfaat untuk pengukuran

resiko KEK pada wanita usia subur karena relative stabil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata status gizi (LILA)

sebelum pemberian siomay ikan gabus terhadap WUS adalah

22.223 dan sesudah pemberian siomay ikan gabus 23.107. Di

lihat dari rerata status gizi (LILA) sebelum dan sesudah

pemberian siomay ikan gabus terhadap WUS memiliki selisih

0.884..

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

mengungkapkan bahwa wanita yang mengalami wanita yang

mengalami KEK pada usia subur dan ibu hamil berdampak pada

proses melahirkan dan berat lahir bayi serta kemungkinan

mengalami kesulitan persalinan, pendarahan, dan berpeluang

melahirkan BBLR yang dapat menyebabkan kematian ibu dan

bayi. Sesuai dengan hasil survey Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2002 – 2003, bayi BBLR merupakan

penyebab kematian neomatal tertinggi.

3. Analisis perbedaan status gizi (IMT) WUS sebelum

pemberian dan sesudah pemberian siomay ikan gabus.

Menurut Ratzan,et al (2000) kekurangan gizi merupakan gizi

merupakan spektrum gizi yang berhubungan dengan gangguan,

kekurangan dan kodisi retardasi pertumbuhan intrauterine,

malnutrisi energi-protein dan kekurangan zat yodium,

kekurangan vitamin A, dan defenisi besi anemia.

Kekurangan energi akan terjadi bila konsumsi energi melalui

makanan kurang dari energi yang diperlukan. Tubuh akan

Page 56: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

45

mengalami keseimbangan energi negative. Akibatnya, berat

badan kurang dari berat badan seharusnya.

Protein albumin ikan gabus merupakan alternative suplemen

yang dapat meningkatkan status gizi dan imunitas karena

diketahui mengandung senyawa-senyawa penting bagi tubuh

manusia diantaranya protein yang tinggi, albumin, lemak, air

dan mineral.

Ekstrak ikan gabus mengandung albumin cukup tinggi yang

sangat dibutuhkan tubuh, mengingat fungsi albumin adalah

sebagai protein transport. Albumin berperan dalam mengangkut

molekul-molekul kecil yang kurang larut air seperti asam lemak,

mengikat obat-obatan, anion dan kation kecil serta unsur-unsur

runutan. Dengan adanya albumin ini tentunya akan

memperlancar distribusi zat-zat makanan di dalam tubuh

sehingga metabolisme berjalan lancar dan pertumbuhan tidak

terhambat hal ini ditandai dengan kenaikan berat badan.

Berdasarkan Hasil uji statistik (uji perigkat bertanda

wilcoxon) di peroleh nilai p = 0.001 < 0.05 sehingga terlihat

adanya perbedaan yang signifikan sebelum pemberian dan

sesudah pemberian siomay ikan gabus pada WUS.

4. Analisis perbedaan status gizi (LILA) WUS sebelum

pemberian dan sesudah pemberian siomay ikan gabus.

Pengukuran LILA pada kelompok WUS merupakan salah

satu deteksi dini mudah dan dapat dilaksanakan oleh

masyarakat awam untuk mengetahui resiko KEK pada wanita

usia subur. Ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK

adalah 23,5 cm. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya

wanita tersebut mempunyai resiko KEK (Supariasa, dkk, 2008).

Penentuan ambang batas 23,5 cm lebih ditujukan pada resiko

dan mortalitas bayi, bukan ibu.

Page 57: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

46

LILA terutama bermanfaat untuk mengetahui resiko KEK

untuk WUS yang tengah mempersiapkan kehamilannya atau

masa prakonsepsi., karena status gizi prakonsepsi akan

mempengaruhi kondisi kehamilan dan kesejahteraan bayi yang

akan lebih baik jika penanggulangannya dilakukan sebelum

hamil.

Hasil uji statistik (uji peringkat bertanda wilcoxon) di peroleh

nilai p = 0.000 < 0.05 sehingga terlihat adanya perbedaan yang

signifikan sebelum pemberian dan sesudah pemberian siomay

ikan gabus pada WUS.

Pada penelitian Yuniarti dkk menyebutkan bahwa ada

peningkatan LILA praperlakuan dan setelah penelitian antara

kelompok pemberian dan kelompok kontrol. Ada penurunan

dalam prevalensi KEK setelah 3 bulan penelitian. Berdasarkan

pernyataan tersebut diketahui bahwa penelitian dilakukan

selama 3 bulan, sedangkan penulis melakukan penelitian hanya

dalam waktu sebulan untuk itu lama waktu dalam penelitian

harus lebih diperhatikan.

Penyebab kekurangan Energi Kronik (KEK) akibat adanya

ketidakseimbangan antara asupan dalam pemenuhan gizi dan

pengeluaran energi (Erma, dkk, 2013).karakteristik responden

dalam penelitian ini meliputi status Kekurangan Energi Konik

(KEK) dan tingkat kecukupan gizi WUS (karbohidrat, protein,

dan lemak).

Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kekurangan

energi kronik kronis adalah pola makan yang kurang beragam

dan porsi yang kurang. Dampak dari ketidakseimbangan asupan

gizi ibu hamil dapat menimbulkan gangguan selama kehamilan,

baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya. Apabila

kondisi ini berlangsung dalam waktu yang lama maka akan

terjadi ketidakseimbangan asupan untuk pemenuhan kebutuhan

Page 58: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

47

dan pengeluaran energi sehingga menyebabkan ibu hamil

mengalami Kekurangan Energi Kronis (Yuliastuti, 2013).

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi,

seperti di ketahui bahwa sumber energi makanan dapat

mempengaruhi pertumbuhan janin. Faktor gizi telah lama

dianggap sebagai penentu dari kesehatan ibu dan janin (Moore,

et al,2004). Status gizi ibu berperan dalam perkembangan

bayinya (Meltzer, et al, 2011). Kekurangan zat gizi tertentu yang

diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak

sempurna (Raiten,et al 2007)

Page 59: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Status gizi (IMT) sebelum pemberian intervensi adalah dengan

nilai skor minimum 17.71 dan maximum 23.40. sedangkan

sesudah pemberian intervensi status gizi (IMT) adalah dengan

nilai skor minimum 18.29 dan maximum 24.84.

2. status gizi (LILA) sebelum pemberian intervensi adalah dengan

nilai skor minimum 19.7 dan maximum 23.3. Sedangkan

sesudah pemberian intervensi status gizi (IMT) adalah dengan

nilai skor minimum 21.1 dan maximum 24.1.

3. Nilai p = 0.001 < 0.05 sehingga terlihat adanya perbedaan yang

signifikan sebelum pemberian dan sesudah pemberian siomay

ikan gabus pada WUS.

4. Nilai p = 0.000 < 0.05 sehingga terlihat adanya perbedaan yang

signifikan sebelum pemberian dan sesudah pemberian siomay

ikan gabus pada WUS.

B. Saran

1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi terutama

kepada Wanita Usia Subur tentang pentingnya asupan nutrisi

yang cukup.

2. Sebaiknya penelitian dalam waktu jangka panjang minimal 3

bulan, untuk memaksimalkan penelitian dalam melihat status

gizi Wanita Usai Subur.

Page 60: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

49

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2013. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Adriani M, Wirjatmadi B. 2012. Pengantar gizi masyarakat. Jakarta:

Kencana.

Atikah Proverawati dan Cahyo Ismawati. Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR).

Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.

Ariyani, dkk. “Validitas Lingkar Lengan Atas Mendeteksi Risiko

Kekurangan Energi Kronis pada Wanita Indonesia.” Jurnal

Kesehatan Masyarakat Nasional, no. 2 (September 2012): h. 83-90.

Almatsier, dkk. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2011.

Badan Pusat Statistik, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.

Survei demografi dan kesehatan Indonesia2012. Jakarta: Badan

Pusat Statistik.

Bakar SA. 2014. Kesehatan reproduksi dan keluarga berencana (dalam

tanya jawab). Jakarta: Rajawali Pers

Departemen Gizi dan Kesehatan. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2011.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehata Dasar

(RISKESDAS). Jakarta: Litbang Departemen Kesehatan; 2013. p.

1-265.

Fathonah S. 2016. Gizi dan kesehatan ibu hamil: kajian teori dan

aplikasinya. Jakarta: Erlangga.

Fauziah, Anny. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Nutrisi

Prakonsepsi terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Praktik

Konsumsi Makanan Sehat Pranikah. Tesis. Universitas Indonesia.

Hidayati, Farida. “Hubugan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi dan

Pantang Makanan terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)

Page 61: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

50

pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan

Tahun 2011.” Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. 2015. Laporan

pencapaian tujuan pembangunan milenium di Indonesia 2014.

Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional.

Kastanakis MN, Voyer BG. 2014. The effect of culture on perception and

cognition: a conceptual framework.

Mboi N. 2013. Gizi seimbang atasi masalah gizi ganda. Departemen

Kesehatan Rrepublik Indonesia[Artikel Online] [diunduh 23 Mei

2016]. Tersedia dari:

http://www.depkes.go.id/article/view/2239/gizi–seimbang–atasi–

masalah–gizi ganda.html

Muliawati, Siti. 2012. Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang Energi Kronis di

Puskesmas Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Jurnal

Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan. Vol.3, No.3.

Marlenywati. 2014. Risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil

remaja (usia 15–19 tahun) di kota Pontianak tahun 2014[tesis].

Jakarta: Universitas Indonesia.

Mahirawati VK. 2014. Faktor–faktor yang berhubungan dengan

kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil di kecamatan

Kamoning dan Tambelangan kabupaten Sampang provinsi Jawa

Timur. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 17(2):193–20

Najoan, Johanis A dan Aaltje E.M. 2011. Hubungan Tingkat Sosial

Ekonomi dengan Kurang Energi Kronik pada Ibu Hamil di

Kelurahan Kombos Barat Kecamatan Singkil Kota Manado.

Laporan Penelitian. Universitas Sam Ratulangi Manado.

Notoatmodjo S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan.rineka cipta,

Jakarta.

Oktalia, Juli dan Herizasyam. 2015.Kesiapan Ibu Menghadapi Kehamilan

dan Faktor-faktornya yang Mempengaruhinya. Jurnal Ilmu dan

Teknologi Kesehatan.Vol.3, No.2:147-159.

Page 62: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

51

Pudjiadi A, Hegar HB. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter

Anak

Indonesia. Jakarta: IDAI.

Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi

Secara Biokimia dan Antropometri.

Puli T. 2014. Hubungan sosial ekonomi dengan kekurangan energi kronik

pada wanita prakonsepsi di kota Makassar tahun 2014[skripsi].

Makassar: Universitas Hassanudin.

Putri, Meriska Cesia. 2017. Hubungan Asupan Makan dengan Kejadian

Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (Wus)di

Kecamatan Terbanggi BesarKabupaten Lampung Tengah. Skripsi.

Universitas Lampung.

Rahmaniar MBA. 2013. Faktor–faktor yang berhubungan dengan kejadian

kekurangan energi kronis pada ibu hamil di puskesmas Tampa

Padang kec. Kalukku kab. Mamuju provinsi Sulawesi Barat tahun

2011 [tesis]. Makassar: Universitas Hassanudin.

Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2013. Penilaian status gizi. Jakarta:

EGC.Kastanakis MN, Voyer BG. 2014. The effect of culture on

perception and cognition: a conceptual framework.

Suparyanto. 2011. Wanita Usia Subur. [Artikel Online] [diunduh 30 Mei

2016].

Tersedia dari: http://www.wordpress.com

Syofianti, Haflina. 2013. Pengaruh Risiko Kurang Energi Kronis Pada Ibu

Hamil Terhadap Berat Badan Bayi Lahir Rendah (Analisis Kohort

Ibu Di Kabupaten Sawahlunto-Sijujung Tahun 2007), (Thesis),

Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Jakarta.

Waspadji S, Saryono S, Sukardji K, Krenawan T.Pengkajian Status Gizi.

Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2010;2

Page 63: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

52

Lampiran 2.

Frekuensi Variabel

KATEGORI UMUR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 18-24 Tahun 13 43.3 43.3 43.3

25-32 Tahun 17 56.7 56.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid S1 1 3.3 3.3 3.3

SD 9 30.0 30.0 33.3

SMA 10 33.3 33.3 66.7

SMP 10 33.3 33.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Page 64: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

53

PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruh 2 6.7 6.7 6.7

Guru 1 3.3 3.3 10.0

IRT 26 86.7 86.7 96.7

Wiraswasta 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Page 65: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

54

Lampiran 3.

Hasil Uji Statistik

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

IMT SEBELUM .196 30 .005 .880 30 .003

IMT SESUDAH .195 30 .005 .888 30 .004

LILA SEBELUM .247 30 .000 .856 30 .001

LILA SESUDAH .164 30 .039 .930 30 .049

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

IMT SEBELUM 30 17.71 23.40 20.9663 1.83798

IMT SESUDAH 30 18.29 24.84 21.6396 1.95697

LILA SEBELUM 30 19.7 23.3 22.223 1.0241

LILA SESUDAH 30 21.1 24.1 23.010 .7980

Valid N (listwise) 30

Page 66: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

55

Wilcoxon Signed Rank Test

N Mean Rank Sum of Ranks

IMT SESUDAH - IMT

SEBELUM

Negative Ranks 1a 1.00 1.00

Positive Ranks 29b 16.00 464.00

Ties 0c

Total 30

LILA SESUDAH - LILA

SEBELUM

Negative Ranks 0d .00 .00

Positive Ranks 30e 15.50 465.00

Ties 0f

Total 30

a. IMT SESUDAH < IMT SEBELUM

b. IMT SESUDAH > IMT SEBELUM

c. IMT SESUDAH = IMT SEBELUM

d. LILA SESUDAH < LILA SEBELUM

e. LILA SESUDAH > LILA SEBELUM

f. LILA SESUDAH = LILA SEBELUM

Page 67: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

56

Test Statisticsb

IMT SESUDAH -

IMT SEBELUM

LILA SESUDAH

- LILA

SEBELUM

Z -4.762a -4.786

a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Page 68: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

57

Lampiran 4 .

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Oktaviani Sarumaha

Nim : P01031214086

Menyatakan bahwa data penelitian yang terdapat di SKRIPSI saya adalah

benar saya ambil dan bila tidak saya bersedia mengikuti ujian ulang ( ujian

utama saya dibatalkan

Yang membuat pernyataan

(Oktaviani Sarumaha)

Page 69: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

58

Lampiran 5.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Oktaviani sarumaha

Tempat/tgl lahir : Telukdalam, 03 Oktober 1995

Jumlah Anggota Keluarga : 7 (Tujuh)

Alamat Rumah : Desa Bawolowalani

No.Hp/Telp : 081318058612

Riwayat Pendidikan : 1. SDN 1 TELUK DALAM

2. SMP 1 TELUK DALAM

3. SMAN 1 TELUKDALAM

Hobby : Memasak

Motto : Hidup Ini Adalah Kesempatan

Page 70: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

59

Lampiran 6.

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI SUBJEK PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan di bawahini :

Nama :

Usia :

Alamat :

Telp/HP :

Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden penelitian

dengan judul “Pengaruh pemberian Siomay Ikan Gabus Terhadap

Status Gizi (IMT dan LILA) Pada wanita Usia subur yang Kekurangan

Energi Kronik (KEK) Di Kelurahan Paluh kemiri ” yang akan dilakukan

oleh:

Nama : oktaviani sarumaha

Alamat : petapahan HKI

Instansi :Politekkes Kemenkes Medan Jurusan Gizi

No Hp : 0823 6681 5490

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sesungguhnya

tanpa paksaan dari siapapun

LubukPakam,.......................2018

Page 71: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

60

Lampiran 7

Formulir Data Responden

I. Identitas Sampel

Hari/Tgl Pengukuran : /

No.Responden :

Nama Responden :

Tempat/Tgl Lahir : /

Umur :tahun

Alamat :

No.Hp :

Pekerjaan :

1. PNS 3. Pegawai Swasta 5. Petani

2. IRT 4. Wiraswasta 6. Dll :

Pendidikan terakhir :

1. SD 3. SMA 5. DIV/S1

2. SMP 4. D3 6. S2

Page 72: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

61

II. Status Gizi (IMT)

a. Sebelum pemberian siomay ikan gabus

Hasil Pengukuran Status gizi

a. Tinggi Badan = _____,____ cm

b. Berat Badan = _____,____ kg

c. IMT = ________ Kg/m2

d. Status Gizi =

b. Setelah pemberian siomay ikan gabus

Hasil Pengukuran Status gizi

a. Tinggi Badan = _____,____ cm

b. Berat Badan = _____,____ kg

c. IMT = ________ Kg/m2

d. Status Gizi =

Ket :

Klasifikasi Indeks Masa Tubuh (IMT)

(kg/m2)

Kurus IMT < 18,5

Normal IMT > 18,5 - <24,9

Berat Badan Lebih IMT > 25,0 - < 27

Obesitas IMT > 27,0

Page 73: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

62

III. Status Gizi (LILA)

a. Sebelum pemberian siomay ikan gabus

LILA = cm

Status KEK =

b. Setelah pemberian siomay ikan gabus

LILA = cm

Status KEK =

Ket :

Klasifikasi Batas Ukur

Wanita Usia Subur

KEK < 23,5 cm

Normal 23,5 cm

Page 74: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

63

Lampiran 8

SIOMAY IKAN GABUS YANG DIBERIKAN KEPADA WANITA USIA

SUBUR YANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK

Siomay Ikan Gabus

Bahan :

1. Ikan gabus 100 gr

2. Tepung terigu 40 gr

3. Putih telur 35 gr

4. Bawang merah 10 gr

5. Bawang putih 10 gr

6. Kacang tanah 50 gr

7. Daun jeruk 3 gr

8. Cabe merah 5 gr

9. Garam, secukupnya

10. Minyak goreng, secukupnya

Cara Pengolahannya

1. Panaskan minyak kemudian tumis bumbu yang telah di

haluskan hingga harum.

2. Aduk semua bahan baku dalam satu wadah kecuali tepung

terigu dan telur.

3. Campurkan tepung dan telur dengan bahan yang sudah di

tumis.

4. Uleni sampai menjadi adonan sampai kalis.

5. Ambil adonan siomay secukupnya lalu cetak sesuai selera.

6. Kemudian kukus hingga matang.

7. Giling bahan sambal sampai wangi. Angkat lalu tunggu sampai

dingin.

8. Angkat siomay yang telah dikukus dan sajikan di atas mangkok.

9. Siram siomay dengan bumbu kacang.

Page 75: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

64

Gambar. 4 Siomay Ikan Gabus

Page 76: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

65

Lampiran 8

Bukti Bimbingan Skripsi

Judul : Pengaruh Pemberian Siomay Ikan Gabus

Terhadap Status Gizi (IMT Dan LILA) Pada

Wanita Usia Subur Yang Kekurangan Energi

Kronik Dikelurahan Paluh Kemiri.

Nama : Oktaviani sarumaha

Nomor Induk Mahasiswa : P01031214086

Program Studi : Diploma IV

Dosen Pembimbing

: Yenni Zuraidah, SP. M.Kes

No Tanggal Judul/Topik Bimbingan TTD

Mahasiswa

TTD Dosen

Pembimbing

1 02 Okt 2017

Mendiskusikan tentang masalah yang ada di bidang gizi masyarakat.

2 03 Okt 2017

Menentukan judul dari topik topik yang dibahas sebelumnya.

3 05 Okt 2017

Penulisan Bab I dan Bab II

4 13 Okt 2015

Perbaikan Bab I dan Bab II

5 16 Okt 2017

Penulisan Bab III

6 24 Okt 2017

Perbaikan Bab I, Bab II, dan Bab III

8 27 Okt 2017

Penyusunan daftar pustaka serta melengkapi lampiran-lampiran usulan penelitian

9 01 Nov 2017

Fix proposal

10 08 Agustus 2018

Berdiskusi menglah data penelitian untuk Bab IV

Page 77: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

66

11 10 Agustus 2018

Revisi BAB IV hasil pembahasan

12 14 Agustus 2018

Perbaikan dan Bab I Bab V dan lampiran lampiran

13 ACC Skripsi

Page 78: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

lampiran 1. Master Tabel Pengaruh Pemberian Iomay Ikan Gabus Terhadap Status Gizi (IMT dan LILA) Pada Wanita Usia Subur Yang Kekurangan Energi Kronik (KEK) Di Kelurahan Paluh Kemiri

NO NAMA TANGGAL TANGGAL.LAHIR UMUR TINGGI BB BB IMT IMT STATUS GIZI STATUS GIZI LILA LILA KAT.KEK KAT.KEK

SURVEY LAHIR BADAN SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH

1 MM 6/7/2018 02/06/90 28 148 49,3 51,1 22,51 23,33 2 2 22,9 23,6 1 2

2 MR 6/7/2018 11/15/92 25 157,9 45,8 47,1 18,37 18,89 1 2 23 23,9 1 2

3 MI 6/7/2018 02/08/95 23 145 49,2 50 23,4 23,78 2 2 22,8 23 1 1

4 HS 6/7/2018 02/09/89 29 158 45 46,2 18,03 18,51 1 2 21,5 22,6 1 1

5 MK 6/7/2018 10/24/90 27 145 47 48,3 22,35 22,97 2 2 22,8 23,4 1 1

6 MP 6/7/2018 02/11/86 32 152 44,5 46,2 19,26 20 2 2 21 22,7 1 1

7 LW 6/7/2018 02/12/93 25 160 45,8 47,4 17,89 18,52 1 2 22,5 23,7 1 2

8 AM 6/7/2018 02/13/90 28 158 45,2 46,2 18,11 18,51 1 2 22,8 23,9 1 2

9 MZ 6/7/2018 02/14/88 30 159,6 45,1 46,6 17,71 18,29 1 1 21 22,6 1 1

10 KK 6/7/2018 02/15/90 28 163 47,8 49,7 17,99 18,71 1 2 23,3 24,1 1 2

11 AD 6/7/2018 06/14/90 27 155 49,3 49,2 20,52 20,48 2 2 22 22,7 1 1

12 FP 6/7/2018 06/14/93 24 151 48 49,4 21,05 21,67 2 2 23 23,8 1 2

13 KH 6/7/2018 02/13/93 25 148,1 42,8 43,9 19,51 20,01 2 2 21,6 22 1 1

14 FN 6/7/2018 03/28/95 23 147 46,4 50,1 21,47 23,18 2 2 20,9 22,1 1 1

15 AA 6/7/2018 12/09/90 27 149,4 49,3 51,4 22,09 23,03 2 2 21,3 22,2 1 1

16 AZ 6/7/2018 12/10/88 29 143,8 48 49,1 23,21 23,74 2 2 22,9 23,7 1 2

17 RW 6/7/2018 07/05/91 26 152 49 51,3 21,21 22,2 2 2 23 24,1 1 2

18 AI 6/7/2018 02/23/97 21 146 47,1 48,4 22,1 22,71 2 2 22,6 23,6 1 2

19 AD 6/7/2018 07/21/90 27 150,4 52,1 53,2 23,03 23,52 2 2 22,8 23,5 1 1

20 FA 6/7/2018 03/24/90 28 144 47,4 48,3 22,86 23,29 2 2 21,4 22 1 1

21 KT 6/7/2018 08/13/94 23 158 52,4 53,7 20,99 21,51 2 2 22,1 22,9 1 1

22 HP 6/7/2018 08/24/90 27 153,7 53,2 54,1 22,52 22,9 2 2 23,1 23,6 1 2

23 MF 6/7/2018 04/12/00 18 158 55,4 56,8 22,19 22,75 2 2 23,3 23,9 1 2

24 DL 6/7/2018 02/14/97 21 154 51 58,9 21,5 24,84 2 2 23 23,7 1 2

25 DF 6/7/2018 12/03/99 18 145 44 45,5 20,93 21,64 2 2 19,7 21,1 1 1

26 DR 6/7/2018 04/25/95 23 158,2 56,1 57,3 22,42 22,9 2 2 23,3 24 1 2

27 FH 6/7/2018 12/24/95 22 149 49,3 49,7 22,21 22,39 2 2 21,2 22,4 1 1

28 EF 6/7/2018 12/30/95 22 152 51,2 52,3 22,16 22,64 2 2 22,9 23,5 1 1

29 RS 6/7/2018 06/22/94 23 155 46 46,9 19,15 19,52 2 2 19,9 21,2 1 1

30 AI 6/7/2018 10/10/99 18 147 48,1 49,2 22,26 22,77 2 2 23,1 23,7 1 2

KET : Status Gizi "1 Kurus" KET : LILA = "1 Gizi Kurang"

"2 Normal" " 2 Gizi Baik"

Page 79: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

lampiran 1. Master Tabel Pengaruh Pemberian Iomay Ikan Gabus Terhadap Status Gizi (IMT dan LILA) Pada Wanita Usia Subur Yang Kekurangan Energi Kronik (KEK) Di Kelurahan Paluh Kemiri

TANGGAL TANGGAL.LAHIR TINGGI BB BB IMT IMT STATUS GIZI STATUS GIZI LILA LILA KAT.KEK KAT.KEK

SURVEY LAHIR BADAN SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH

KET : Status Gizi "1 Kurus" KET : LILA = "1 Gizi Kurang"

"2 Normal" " 2 Gizi Baik"

Page 80: pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status

lampiran 1. Master Tabel Pengaruh Pemberian Iomay Ikan Gabus Terhadap Status Gizi (IMT dan LILA) Pada Wanita Usia Subur Yang Kekurangan Energi Kronik (KEK) Di Kelurahan Paluh Kemiri

TANGGAL TANGGAL.LAHIR TINGGI BB BB IMT IMT STATUS GIZI STATUS GIZI LILA LILA KAT.KEK KAT.KEK

SURVEY LAHIR BADAN SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH

KET : Status Gizi "1 Kurus" KET : LILA = "1 Gizi Kurang"

"2 Normal" " 2 Gizi Baik"