Page 1
PENGARUH PEMBERIAN SIOMAY IKAN GABUS TERHADAP STATUS
GIZI (IMT DAN LILA) PADA WANITA USIA SUBUR YANG KEKURANGAN
ENERGI KRONIK DI KELURAHAN PALUH KEMIRI
SKRIPSI
OKTAVIANI SARUMAHA
P01031214086
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
2018
Page 2
PENGARUH PEMBERIAN SIOMAY IKAN GABUS TERHADAP STATUS
GIZI (IMT DAN LILA) PADA WANITA USIA SUBUR YANG KEKURANGAN
ENERGI KRONIK DI KELURAHAN PALUH KEMIRI
Skripsi diajukan sebagai satu syarat untuk Program studi Diploma IV di
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
OKTAVIANI SARUMAHA
P01031214086
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
2018
Page 3
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul : Pengaruh Pemberian Siomay Ikan Gabus
Terhadap Status Gizi (IMT dan LILA) pada
wanita Usia Subur yang Kekurangan Energi
Kronik (KEK) di Kelurahan Paluh Kemiri
NamaMahasiswa : Oktaviani Sarumaha
NIM : P01031214086
Program Studi : Diploma IV
Menyetujui :
Yenni zuraidah, SP, M.Kes
Dosen Pembimbing/Ketua Penguji
Dini Lestrina, DCN, M.Kes Tiar Lince Bakara, SP, MSi
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Ketua Jurusan Gizi,
Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes
NIP : 196403121987031003
Tanggal Lulus : 21 Agustus 2018
Page 4
iv
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN GIZI SKRIPSI, 21 AGUSTUS 2018
Oktaviani Sarumaha
RINGKASAN
OKTAVIANI SARUMAHA “Pengaruh Pemberian Siomay Ikan Gabus Terhadap Status Gizi (IMT Dan LILa) Pada Wanita Usia Subur Yang Kekurangan Energi Kronik (KEK) Di Kelurahan Paluh Kemiri” (DI BAWAH BIMBINGAN YENNI ZURAIDAH).
Pendahuluan : Wanita usia subur (WUS) merupakan wanita dengan keadaan reproduksinya yang berfungsi dengan baik antara umur 18–35 tahun. Salah satu penyebab tingginya AKI dan AKB adalah meningkatnya risiko kurang energi kronis (KEK). KEK merupakan suatu keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga menimbulkan gangguan kesehatan pada wanita usia subur dan ibu hamil (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013), Sedangkan wanita usia subur (WUS) merupakan wanita dengan keadaan reproduksinya yang berfungsi dengan baik antara umur 18–35 tahun.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari pengaruh pemberian
siomay ikan gabus terhadap status gizi (imt dan lila) pada wanita usia subur yang kekurangan energi kronik (kek) di kelurahan paluh kemiri.
Metode : jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan desain One Group Pretest and posttest. Dengan rancangan ini peneliti mengukur pengaruh
perlakuan (intervensi) pada kelompok eksperimen dengan cara membandingkan hasil awal dan hasil akhir.
Hasil : Hasil uji statistik (uji peringkat bertanda wilcoxon) di peroleh nilai p = 0.000 < 0.05 sehingga terlihat adanya perbedaan yang signifikan sebelum
pemberian dan sesudah pemberian siomay ikan gabus pada WUS. Dan hasil uji
statistik (uji perigkat bertanda wilcoxon) di peroleh nilai p = 0.001 < 0.05 sehingga terlihat adanya perbedaan yang signifikan sebelum pemberian dan sesudah pemberian siomay ikan gabus pada WUS.
Kata Kunci : kekurang energi kronik, wanita usia subur (WUS), Status Gizi,
Lingkar lengan atas
Page 5
v
POLYTECHNIC KEMENKES HEALTH MEDAN OF THE DEPARTEMENT OF NUTRITION SKRIPSI, AUGUST 21, 2018
Oktaviani Sarumaha
Abstract
OKTAVIANI SARUMAHA "The Influence of Corked Fish Siomay on Nutritional Status (BMI and LILA) in Reproductive Energy Deficiency in Chronic Energy (KEK) in Paluh Kemiri Village" (UNDER YENNI THE GUIDANCE OF YENNI ZURAIDAH MENTORING). Introduction: Women of childbearing age (WUS) are women with
reproductive conditions that function well between the ages of 18-35 years. One of the causes of high MMR and IMR is the increased risk of chronic energy deficiency (SEZ). KEK is a condition where the mother suffers from a lack of food that lasts for years (chronic) causing health problems for women of childbearing age and pregnant women (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2013), while women of childbearing age (WUS) are women with reproductive conditions that function properly between the ages of 18-35 years. Objective: The purpose of this study was to find out the effect of cork
fish dumplings on nutritional status (imt and lila) in women of childbearing age who lack chronic energy (kek) in the paluh kemiri village. Method: this type of research is Quasi Experiment with the One Group Pretest and posttest design. With this design researchers measured the effect of treatment (intervention) on the experimental group by comparing the initial results and the final results. Results: The results of the statistical test (wilcoxon marked rank test) were obtained p = 0.000 <0.05 so that there was a significant difference before giving and after giving cork fish dumplings to WUS. And the results of the statistical test (the test with Wilcoxon mark) obtained p value = 0.001 <0.05 so that there was a significant difference before giving and after giving cork fish
dumplings to WUS.
Keywords: chronic energy deficiency, women of childbearing age (WUS), nutritional status, upper arm circumference
Page 6
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini yang
berjudul “Pengaruh Pemberian Siomay Ikan Gabus Terhadap Status Gizi
(IMT Dan LILA) Pada Wanita Usia Subur Yang Kekurangan Energi Kronik Di
Kelurahan Paluh Kemiri”.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak.Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Oslina Martony, SKM, M.Kes selaku ketua Jurusan Gizi Lubuk Pakam
Poltekkes Kemenkes Medan.
2. Yenni Zuraidah, SP, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan,
nasehat serta motivasi dalam penulisan skripsi.
3. Dini Lestrina, M.Kes selaku dosen penguji I yang telah banyak
memberikan saran demi kesempurnaan penelitian ini.
4. Tiar Lince Bakara, SP, MSi selaku dosen penguji II yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
5. Kepada Bapak Bupati Nias Selatan berserta masyarakat Nias Selatan
yang telah banyak memberikan dukungan secara material dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua Orang Tua tercinta, Ayahanda Natalis Sarumaha dan Ibunda Alm.
Ratiba Dakhi serta adik-adik tersayang yang selalu memberikan doa,
semangat serta dukungan baik moral maupun moril.
7. Kepada sahabat Noverlystian dakhi yang telah banyak membantu
8. Teman seperjuangan satu kelas D-IV KSO terima kasih atas
kerjasamanya.
Semoga skripsi ini dapat memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan di Jurusan Gizi Diploma IV Politeknik Kesehatan Medan.
Medan, 2018
Penulis
Oktaviani sarumaha
Page 7
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
BAB I. PENDAHULUAN................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 6
A. Wanita Usia Subur ......................................................... 6
B. StatusGizi ...................................................................... 7
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ................ 8
D. Dampak Kekurangan Energi Kronis………………….. ... 17
E. PengertianLILA .............................................................. 18
F. Indeks Massa Tubuh (IMT) ............................................ 20
G. Ikan Gabus .................................................................... 22
H. Kerangka Konsep .......................................................... 26
I. Kerangka Teori .............................................................. 27
J. Defenisi Operasional ..................................................... 28
K. Hipotesis ........................................................................ 39
BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................... 30
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 30
B. Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................... 30
C. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................... 31
1. Populasi…………………………………………… 31
2. Sampel…………………………………………… .. 31
Page 8
viii
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................. 31
1. Jenis Data…………………………………… ........ 32
2. Cara Pengumpulan Data…………………… ....... 33
E. Pengolahan dan Analisis Data .......................................... 35
1. Pengolahan Data……………………………… .... 35
2. Analisis Data……………………………………… 36
BAB IV HASIL DAN PEMBASAN................................................ ..... 37
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian.......................... ....... 37
1. Letak Geografis................................................... 37
2. Demografi.................................................... ...... 37
3. Karakteristik Sampel........................................... 37
B. Hasil Penelitian.................................................................. . 40
1. Status Gizi (IMT).............................................. .. 40
2. Status Gizi (LILA).............................................. . 41
3. Analisis Perbedaan Status Gizi (IMT) WUS
sebelum
Dan sesudah pemberian siomay ikan gabus ......... 41
4. Analisis Perbedaan Status Gizi (LILA) WUS
sebelum
dan Sesudah Pemberian Siomay Ikan Gabus.........42
C. Pembahasan.................................................................... ..... 43
1. Status Gizi (IMT)............................................... . 43
2. Status Gizi (LILA)............................................... 43
3. Analisis perbedaan stats gizi (IMT) wanita usia
subur sebelum pemberian dan sesudah pemberian
siomay ikan gabus ................................................. 44
4. Analisis perbedaan stats gizi (IMT) wanita usia
subur Sebelum pemberian dan sesudah pemberian
siomay ikan gabus ................................................. 45
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................. ....... 48
DAFTAR PUSKATA ............................................................................... 49
LAMPIRAN............................................................................................. 52
Page 9
ix
DAFTAR GAMBAR
1. KerangkaTeori .................................................................................... 27
2. Kerangka Konsep ............................................................................... 28
3. Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur .................................. 39
Page 10
x
DAFTAR TABEL
1. Klasifikasi Indeks Masa Tubuh (IMT) Menurut Depkes..................... .. 8
2. Ambang Batas Pengukuran LILA ........................................................ 19
3. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT ............................................. 21
4. Kandungan Gizi Ikan Gabus.............................................................. .. 23
5. Bahan Pembuatan Siomay Ikan Gabus............................................ ... 24
6. Alat yang digunakan pembuatan ikan gabus..................................... .. 24
7. Defenisi Operasional .......................................................................... 28
8. Tingkat Pendidikan Responden .......................................................... 39
9. Pekerjaan Responden ........................................................................ 39
10. Nilai status gizi (IMT) sebelum dan sesudah pemberian siomay
ikan gabus .............................................................................................. 40
11. Nilai status gizi (LILA) WUS sebelum dan sesudah pemberian
siomay ikan gabus .................................................................................. 41
12. Analisis perbedaan status gizi (IMT) WUS sebelum dan sesudah
Pemberian siomay ikan gabus ............................................................... 41
13. Analisis perbedaan status gizi (LILA) WUS sebelum dan sesudah
Pemberian siomay Ikan gabus ................................................................ 42
Page 11
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Master tabel pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap
status gizi (IMT dan LILA) ................................................................... 52
2. Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Subjek Penelitian........................ 40
3. Formulir Data Responden ……………………………………………..... 41
4. Bukti Bimbingan Proposal ................................................................... 44
Page 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sejak tahun 1991 hingga
2007 mengalami penurunan dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran
hidup. Namun, Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) kembali
mencatat kenaikan AKI yang signifikan pada tahun 2012, yakni dari 228
menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Di samping itu,
Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami penurunan sejak tahun 1991 dari
68 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2007, sedangkan tahun 2012 mencapai 32 per 1.000 kelahiran
hidup. Baik AKI maupun AKB tidak berhasil mencapai target Millenium
Depelopment Goals(MDGs) pada tahun 2015, yaitu AKI 102 per 100.000
kelahiran hidup dan AKB 23 per 1.000 kelahiran hidup (Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional, 2015; Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2015; Badan Pusat Statistik dkk, 2013).
Salah satu penyebab tingginya AKI dan AKB adalah meningkatnya
risiko kurang energi kronis (KEK). KEK merupakan suatu keadaan ibu
menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis)
sehingga menimbulkan gangguan kesehatan pada wanita usia subur dan
ibu hamil (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Sedangkan
wanita usia subur (WUS) merupakan wanita dengan keadaan
reproduksinya yang berfungsi dengan baik antara umur 18–35 tahun
(Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2015).
Kekurangan energi kronis pada WUS sedang menjadi fokus
pemerintah dan tenaga kesehatan sekarang ini. Hal ini dikarenakan
seorang WUS memiliki risiko tinggi untuk melahirkan anak yang akan
menderita KEK dikemudian hari. Selain itu, kekurangan gizi menimbulkan
masalah kesehatan (morbiditas, mortalitas dan disabilitas), juga
menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa. Dalam
skala yang lebih luas, kekurangan gizi dapat menjadi ancaman bagi
ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa (Mboi, 2013).Hasil
Page 13
2
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 didapatkan angka prevalensi
risiko KEK di Indonesia adalah 31,3% pada wanita hamil dan 20,8% pada
WUS.
Prevalensi wanita usia subur resiko KEK di Sumatera Utara
menurut riskesdas tahun 2013, umur 15-19 tahun yang hamil sebanyak
27,6% dan yang tidak hamil sebanyak 36,9%. Pada usia 20-24 tahun
yang hamil 27,6 dan yang tidak hamil sebanyak 24,3%. Pada usia 25-29
tahun 14,1% yang hamil dan 15,9% yang tidak hamil. Pada usia 30-34
tahun adalah sebanyak 15,5% yang hamil dan 13,1% yang tidak hamil.
Faktor–faktor yang memengaruhi KEK pada WUS terbagi menjadi
dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Internal (individu/keluarga) yaitu
genetik, obstetrik, seks. Sedangkan eksternal adalah gizi, obat–obatan,
lingkungan, dan penyakit (Supariasa dkk, 2012).
Salah satu faktor internal berupa genetik dengan ras termasuk di
dalamnya. Ras merupakan sifat–sifat dan karakteristik yang diturunkan
secara genetik dari generasi ke generasi yang dipercaya menjadi penting
oleh orang dengan dan berpengaruh kuat dalam masyarakat (White,
2012). Sedangkan faktor eksternal mencakup lingkungan yang secara
luas meliputi budaya. Persepsi budaya adalah pemikiran yang melalui
tahapan seleksi, organisasi, dan interpretasi meliputinilai–nilai, keyakinan,
strategi, harapan berlangsung secara komprehensif yang menentukan
tindakan, sikap dan kebiasaan seseorang (Kastanakis dan Voyer, 2014).
Penelitian mengenai faktor–faktor yang berhubungan dengan
kekurangan energi kronis(KEK) pada ibu hamil di Kecamatan Kamoning
dan Tambelangan Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur pada tahun
2013 mendapatkan hasil bahwa 69,2% ibu hamil dengan KEK menikah
pada usia < 20 tahun. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
usia menikah dengan kejadian KEK. Namun, hampir semua ibu hamil
dengan KEK menikah pada usia < 20 tahun dipengaruhi oleh faktor
budaya. Budaya yang dimaksud adalah menikah muda (< 16 tahun)
dengan alasan takut jadi perawan tua (Marlenywati, 2014).
Page 14
3
Disamping itu, Hidayati (2013) dalam penelitiannya mengenai
hubungan antara pola konsumsi, penyakit infeksi dan pantang makanan
terhadap risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas
Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun 2013 memperoleh hasil bahwa ibu
hamil memiliki pantang makanan selama kehamilan yaitu sebesar 30,6%.
Dari hasil analisis bivariat diperoleh hubungan yang bermakna antara
risiko KEK dengan budaya pantang makanan.
Hasil ini sesuai dengan Rahmaniar (2013) dalam penelitiannya
mengenai faktor–faktor yang berhubungan dengan kejadian kekurangan
energi kronis pada ibu hamil di Puskesmas Tanpa Padang Kec. Kalukku
Kab. Mamuju Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013 mendapatkan hasil
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara KEK dan pantang
makanan. Pantang makanan juga menjadi variabel paling dominan
berdasarkan hasil uji multivariat.
Dalam kajian ini, penulis memberi informasi tentang pentingnya
pemanfaatan ikan gabus sebagai sumber protein alternative,yang murah
dan mudah diperoleh serta ikan gabus megandung unsur imunonutrien
penting, karena memiliki nilai gizi yang sangat berkualitas seperti protein
albumin, asam amino esensial lengkap dan mineral Zn, Fe yang dapat
merangsang nafsu makan berfungsi memperbaiki sel-sel jaringan tubuh
yang rusak, memperbaiki status gizi dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti tentang
“Pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap status gizi (IMT Dan
LILA) pada wanita usia subur yang kekurangan energi kronik Di
kelurahan Paluh Kemiri”.
B. Perumusan Masalah
Adakah Pengaruh pemberian siomay Ikan gabus terhadap status
gizi (IMT Dan LILA) Wanita Usia Subur Yang Kekurangan Energi Kronik Di
Kelurahan Paluh Kemiri.
Page 15
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian siomai Ikan Gabus
terhadap status Gizi (IMT dan LILA) pada wanita usia subur yang
Kekurangan Energi Kronik Dikelurahan Paluh Kemiri.
2. Tujuan khusus
a. Menilai status gizi (IMT) sebelum dan sesudah pemberian siomay
ikan gabus pada wanita usia subur yang kekurangan energi kronik
di Kelurahan Paluh Kemiri.
b. Menilai status gizi (LILA) sebelum dan sesudah pemberian siomay
ikan gabus pada wanita usia subur yang kekurangan energi kronik
di Kelurahan Paluh Kemiri.
c. Menganalisis perbedaan pemberian siomay ikan gabus sebelum
dan sesudah pemberian siomay ikan gabus terhadap status gizi
(IMT) wanita usia subur yang kekurangan energi kronik di
Kelurahan Paluh Kemiri.
d. Menganalisis perbedaan pemberian siomay ikan gabus sebelum
dan sesudah pemberian siomay ikan gabus terhadap LILA wanita
usia subur yang kekurangan energi kronik di Kelurahan Paluh
Kemiri.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi penulis
Salah satu sarana mengembangkan kemampuan dan menambah
ilmu serta memperluas wawasan penulis dalam menyusun skripsi.
2. Bagi responden
Sebagai sumber informasi bagi WUS dalam memanfaatkan siomay
ikan gabus dalam membantu kenaikan IMT dan LILA wanita usia
subur yang Kekurangan Energi Kronik.
Page 16
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Wanita Usia Subur (WUS)
1. Pengertian WUS
Wanita usia subur (WUS) merupakan wanita dengan keadaan
reproduksinya yang berfungsi dengan baik antara umur 18–35 tahun
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Perkembangan
fisiologis tubuh pada wanita usia subur ditandai dengan munculnya tanda
seks primer dan sekunder. Tanda seks primer adalah terjadinya haid pada
usia remaja, sedangkan tanda–tanda seks sekunder meliputi: pinggul
melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar,
tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (Bakar, 2014).
Menurut Suparyanto (2013) mengenai tanda–tanda WUS antara lain:
1) Siklus Haid
Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya
subur.Putaran haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga sehari
sebelum haid datang kembali, biasanya berlangsung selama 28 hingga 30
hari.Siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama untuk menandai seorang
wanita subur atau tidak. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks
perempuan yaitu esterogen dan progesteron.Hormon esterogen dan
progesteron menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan
yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan
suhu basal tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks),
perubahan pada serviks, panjangnya siklus mestruasi (metode
kalender),dan indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan
perubahan payudara.
2) Alat pencatat kesuburan
Ovulation thermometer merupakan alat yang dapat mencatat
perubahan
Page 17
6
suhu badan saat wanita mengeluarkan benih atau sel telur. Bila benih
keluar, biasanya termometer akan mencatat kenaikan suhu sebanyak 0,20
C selama 10 hari.
3) Tes darah
Wanita dengan siklus haid tidak teratur, seperti datangnya haid tiga
bulan sekali atau enam bulan sekali,biasanya tidak subur.Jika dalam
kondisi seperti ini, beberapa tes darah perlu dilakukan untuk mengetahui
penyebab dari tidak lancarnya siklus haid.Tes darah dilakukan untuk
mengetahui kandunganhormon yang berperan pada kesuburan wanita.
4) Pemeriksaan fisik
Untuk mengetahui seorang wanita subur, maka dapat dilihat melalui
perubahan–perubahan padaorgan tubuh, seperti buah dada, kelenjar tiroid
pada leher, dan organ reproduksi. Kelenjar tiroid yang mengeluarkan
hormon tiroksin berlebihan akan mengganggu proses pelepasan sel telur.
Pemeriksaan buah dada ditujukan untuk mengetahui hormon prolaktin
dimana kandungan hormon prolaktin yang tinggi akan mengganggu
proses pengeluaran sel telur.Selain itu, pemeriksaan sistem reproduksi
juga perlu dilakukan untuk mengetahui sistem reproduksinya normal atau
tidak.
5) Track record
Wanita yang pernah mengalami keguguran, baik disengaja ataupun
tidak, akan berpeluang tinggi untuk terjangkit kuman pada saluran
reproduksi.
Kuman ini akan menyebabkan kerusakan dan penyumbatan saluran
reproduksi.
Fungsi reproduksi seorang wanita menjaditanda bahwa
kesuburannya baik atau tidak, hal ini menjadi pertimbangan penting dalam
persiapan pranikah sebagaimana diatur dalam persiapan pranikah adalah
wanita harus cukup umur, minimal 20 tahun. Usia menikah penting dalam
kesehatan reproduksi karena usia kehamilan yang optimal berada pada
rentang usia 20 sampai 35 tahun, sedangkan usia < 20 tahun atau > 35
Page 18
7
tahun memiliki risiko tinggi KEK serta komplikasi lebih lanjut (Mahirawati,
2014; Bakar, 2014).
B. Status Gizi
1. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang
yang dapat dilihat dari makananan yag dikonsumsi dan penggunaan zat-
zat gizi didalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status
gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2013).
2. Penilaian Status Gizi
Menurut Supariasa (2012), penilaian status gizi dapat dilakukan
dengan cara langsung dan tidak langsung.Penilaian status gizi secara
langsung dibagi menjadi empat yaitu antropometri, biokimia, klinis dan
biofisik. Sedangkan penilaian tidak langsung terdiri dari survey konsumsi
makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
3. Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang paling
sering digunakan untuk menilai status gizi seseorang. Antropometri artinya
ukuran tubuh manusia. Dari sudut pandang gizi, antropometri
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa,
dkk, 2012).
Menurut sandjaja (2010), dalam Kamus Gizi menyatakan bahwa
antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh
manusia. Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi.
Salah satu cara untuk memantau status gizi orang dewasa adalah
dengan mengukur indeks masa tubuh telah dikembangkan grafik IMT
orang dewasa (umur diatas 18 tahun) dengan menggunakan indeks berat
badan menurut tinggi badan (Supariasa, dkk, 2012).
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan(m2)
Page 19
8
Tabel 1. Klasifikasi Indeks Masa Tubuh (IMT) menurut Depkes
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat
berat
<17.0
Kekurangan berat badan tingkat
ringan
17,0 – 18,5
Normal >18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat
ringan
>25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat .27,0
Sumber : Depkes, 2011.
Sedangkan untuk mengetahui resiko KEK pada wanita usia subur
(WUS) digunakan lingkar lengan atas (LLA). Ambang batas LLA WUS
dengan resiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila LLA kurang dari 23,5 cm
artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK (Supariasa, dkk, 2012).
4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Menurut Supariasa (2013) dalam Penilaian Status Gizi faktor-faktor
yang mempengaruhi status gizi yaitu :
a. Faktor Langsung
1) Keadaan Infeksi
Infeksi adalah masuknya dan berkembangnya serta bergandanya agent
penyakit menular dalam badan manusia atau binatang termasuk juga
bagaimana badan pejamu bereaksi terhadap agent tadi meskipun hal ini
tidak selalu tampak secara nyata. Menurut Scrimshaw, et.al (1959) seperti
yang dikutip oleh Supariasa at al (2013) menyatakan bahwa ada hubungan
yang sangat erat antara infeksi (bakteri, virus, dan parasit) dengan
malnutrisi. Mereka menekankan interaksi yang sinergis antara malnutrisi
dengan penyakit infeksi, dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi
dan mempercepat malnutrisi.
2) Konsumsi Makanan
Page 20
9
Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui
kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna
untuk mengukur status gizi. Di amerika serikat survei konsumsi mkanan
digunakan sebagai salah satu cara dalam penentuan status gizi, sedangkan
di Indonesia survey konsumsi sering digunakan dalam penelitian dibidang
gizi (Supariasa, dkk, 2013).
Menurut fauzi (2016) dalam Ilmu Gizi menyatakan makanan sebagai
suatu zat yang bergizi yang dikonsumsi, diminum atau dimasukkan ke
dalam tubuh dengan maksud untuk mempertahankan kehidupan, memberi
energi, meningkatkan pertumbuhan dan lain – lain.
3) Pengaruh Budaya
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain
sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi
pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat
pantangan, tahayul, tabu dalam mesyarakat yang menyebabkan konsumsi
makanan menjadi rendah.
b. Faktor Tidak Langsung
1) Pendidikan
Pendidikan merupakan hal utama dalam peningkatan sumber daya
manusia. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan, karena tingkat pendidikan
yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki
tentang gizi khususnya konsumsi makanan yang lebih baik.(Muliawati,
2013).
Namun seseorang dengan pendidikan rendah belum tentu kurang
mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan
dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Jika orang tersebut rajin
mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi, bukan mustahil
pengetahuan gizi nya akan lebih baik (Putri, 2017).
Perlu dipertimbangkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan
mudah tidaknya seseorang memahami pengetahuan gizi yang diperoleh.
Page 21
10
Dalam kepentingan gizi keluarga, pendidikan amat diperlukan agar
seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga
dan bisa mengambil tindakan yang cepat (Muliawati, 2012).
2) Pekerjaan
Pada tingkat pendidikan yang relatif tinggi, pekerja perempuan lebih
mampu memiliki akses terhadap pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik
karena proses selekse yang relatif lebih terbuka (Sianturi, 2002 dalam
Najoan, 2011). Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan
pendapatan, status sosial, pendidikan serta masalah kesehatan.
(Timmreck, 2005 dalam Najoan, 2011).
Hasil survey sosial ekonomi, hampir 50 persen perempuan dipedesaan
bekerja sebagai pekerja yang tidak dibayar. Angka dan fakta tersebut
menunjukkan, bahwa perempuan hanya dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan pasar demi kepentingan ekonomi negara. Oleh karena itu
perempuan adalah “pintu masuk” menuju perbaikan kesejahteraan keluarga
(Najoan, 2011).
3) Pendapatan
Pendapatan adalah hasil dari suatu pekerjaan yang diberikan berupa
material. Dalam hal ini, pendapatan keluarga sangat menentukan besar
kecilnya pemenuhan kebutuhan hidup sehari – hari dalam keluarga.
(Najoan, 2011).
Tingkat pendapatan seseorang untuk memenuhi hidup disesuaikan
dengan penghasilan yang ada. Persiapan finansial bagi pasangan yang
menghadapi kehamilan akan sangat mempengaruhi pendapat ibu tentang
kesiapan kehamilan. Persiapan finansial yang dimiliki untuk mencukupi
kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai masa persalinan dan
masa pengasuhan (Oktalia, 2015).
Page 22
11
C. Kekurangan Energi Kronis (KEK)
1. Pengertian KEK
Kurang Energi Kronik (KEK) adalah kondisi di mana tubuh
kekurangan asupan energi dan protein yang berlangsung terus-menerus
(Almatsiar 2009). Kurang energi kronik menggambarkan “keadaan
menetap” (steady state) di mana tubuh seseorang berada dalam
keseimbangan energi antara asupan dan pengeluaran energi , meskipun
berat badan rendah dan persediaan energi tubuh rendah
(Mahirawati,2014).
Kurang energi kronis merupakan keadaan dimana seseorang
menderita asupan gizi energi dan protein yang berlangsung lama atau
menahun. Seseorang dikatakan menderita risiko kurang energi kronis bila
mana lingkar lengan atas LLA <23,5 cm. Kurang energi kronis mengacu
pada lebih rendahnya masukan energi, dibandingkan besarnya energi
yang dibutuhkan yang berlangsung pada periode tertentu, bulan hingga
tahun LLA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi
kronis pada wanita usia subur termasuk remaja putri.Pengukuran Lingkar
Lengan Atas (LLA) tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan
status gizi dalam jangka pendek.
Pola makanan adalah salah satu faktor yang berperan penting
dalam terjadinya KEK. Pola makanan masyarakat Indonesia pada
umumnya mengandung sumber besi heme (hewani) yang rendah dan
tinggi sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga banyak
mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor penghambat
penyerapan besi. Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan,
pada umumnya wanita lebih memberikan perhatian khusus pada kepala
keluarga dan anakanaknya. Ibu hamil harus mengkonsumsi kalori paling
sedikit 3000 kalori/hari. Jika ibu tidak punya kebiasaan buruk seperti
merokok, pecandu dsb, maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya
juga baik dan sebaliknya.
Menurut data Riskesdas 2007, proporsi wanita usia subur risiko
KEK usia15-19 tahun yang hamil sebesar 38,5% dan yang tidak hamil
Page 23
12
sebesar 46,6%. Pada usia 20-24 tahun adalah sebesar30,1% yang hamil
dan yang tidak hamil sebesar 30,6%. Selain itu, pada usia 25-29 tahun
adalah sebesar 20,9% yang hamil dan 19,3% yang tidak hamil. Serta
pada usia 30-34 tahun adalah sebesar21,4% yang hamil dan 13,6% yang
tidak hamil. Hal ini menunjukkan proporsi WUS risiko KEK mengalami
peningkatan dalam kurun waktu selama 7 tahun.
2. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi KEK pada WUS
Faktor–faktor yang memengaruhi KEK pada WUS terbagi menjadi
dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Internal (individu/keluarga) yaitu
genetik, obstetrik, dan seks. Sedangkan eksternal adalah gizi, obat–
obatan, lingkungan, dan penyakit (Supariasa dkk, 2012). Genetik
memegang peranan
penting seseorang menderita KEK dikarenakan kekurangan gizi pada ibu
hamil akan melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR), jika
sudah begitu anak akan sulit untuk tumbuh dengan status gizi baik,
berdasarkan hasil penelitian bahwa anak BBLR berisiko tinggi untuk
menderita KEK di masa dewasa (Supariasa dkk, 2012; Marlenywati, 2012)
Obstetrik dalam hal ini usia pernikahan, usia kehamilan, paritas,
jarak
kehamilan, dan kesehatan ibu berperan aktif dalam menimbulkan risiko
KEK pada WUS. Usia pernikahan saat remaja maka akan menimbulkan
konsekuensi kehamilan di usia remaja pula. Wanita yang hamil pada usia
< 20 tahun merupakan kelompok paling rawan untuk terjadinya risiko KEK
dikarenakan terjadinya kompetisi nutrisi antara ibu hamil dan janin yang
dikandungnya, hal ini berkaitan dengan proses pertumbuhan ibu hamil
yang masih berlangsung karena usia remaja serta kebutuhan janin dalam
kandungan. Selain itu, paritas tinggi (lebih dari 3 kali) menandakan jarak
kehamilan yang pendek, hal ini berbahaya untuk ibu hamil dikarenakan
waktu
pemulihan bagi rahim untuk menyokong janin berikutnya tidak optimal
begitu juga dengan kebutuhan gizi WUS yang terkuras habis selama
Page 24
13
masa hamil dan meyusui sehingga jarak kehamilan yang berikutnya
dianjurkan saat usia anak sebelumnya minimal dua tahun. Gizi atau
asupan makanan yang kurang, baik dalam hal ketersediaan pangan atau
susunan variasi makanan yang salah serta absorpsi (metabolisme) yang
buruk dapat menyebabkan KEK pada WUS dikarenakan ketidaksesuaian
antara kebutuhan dan pemenuhan nutrisi (Almatsier, 2012).
Jika membahas tentang faktor lingkungan terhadap risiko KEK
pada WUS tentu tidak akan ada habisnya. Karena cakupannya sangatlah
luas, meliputi sosio–ekonomi, ketersediaan pangan (alam), teknologi dan
budaya. Sosio–ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran
pangan. Pendidikan merupakan hal utama dalam peningkatan sumber
daya manusia
(Puli, 2014).
a) Usia
Semakin bertambahnya umur maka akan semakin meningkat pula
kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. Zat tenaga diperlukan untuk membantu
tubuh melakukan beragam aktifitas fisik. Namun kebutuhan zat tenaga
akan berkurang saat usia mencapai 40 tahun keatas. Setiap 10 tahun
setelah usia seseorang mencapai 25 tahun,kebutuhan energi per hai
untuk pemeliharaan dan metabolisme sel-sel tubuh berkurang atau
mengalami penurunan sebesar 4% setaip 10 tahunnya. Berkurangnya
kebutuhan terseburt dikarenakan menurunnya kemampuan metabolisme
tubuh, sehingga tidak membutuhkan tenaga yang berlebihan karena dapat
menyebabkan terjadinya penumpukan lemak dalam tubuh. Penumpukan
lemak di dalam tubuh dapat menimbulkan terjadinya obesitas (putri,2012).
b) Jenis kelamin
Jenis kelamin menentukan besar kecilnya asupan nutrisi yang
dikonsumsi. Umumnya perempuan lebih banyak memerlukan
keterampilan dibandingkan tenaga, sehingga kebutuhan gizi perempuan
lebih sedikit dibandingkan laki-laki.
Page 25
14
c) Pendidikan
tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat
memengaruhi kualitas dan kuantitas makanan, karena tingkat pendidikan
yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki
tentang gizi khususnya konsumsi makanan yang lebih baik. Kemudian,
WUS yang berperan sebagai ibu rumah tangga (IRT) memiliki tingkat
kesehatan yang lebih rendah dibandingkan wanita yang memiliki
pekerjaan dan rutinitas di luar rumah selain berperan sebagai IRT, seperti
wanita karir dan pekerjaan swasta aktif. Selain itu, pola pengeluaran
rumah tangga dapat mencerminkan tingkat suatu kehidupan masyarakat,
indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan adalah
komposisi pengeluaran untuk makanan dan non makanan. Kesejahteraan
dikatakan baik jika persentase pengeluaran untuk makanan semakin kecil
dibandingkan dengan total pengeluaran (Puli, 2014).
d) Budaya
Faktor budaya sangat berperan dalam proses terjadinya kebiasaan
makan terhadap jenis makanan tertentu, sehingga tidak jarang
menimbulkan berbagai masalah gizi apabila faktor makanan itu tidak
diperhatikan secara baik bagi yang mengonsumsinya. Faktor sosial
budaya memegang peranan penting dalam memahami sikap dan perilaku
dalam menanggapi kehamilan, kelahiran, serta perawatan bayi dan
ibunya. Pandangan budaya tersebut telah diwariskan turun–temurun
dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu,
sekalipun petugas kesehatan menemukan bentuk perilaku atau sikap
yang terbukti kurang menguntungkan bagi kesehatan, akan tidak mudah
bagi mereka untuk mengadakan perubahan terhadapnya (Pasaribu, 2005
dalam Rahmaniar, 2011)
Persepsi budaya adalah pemikiran yang melalui tahapan seleksi,
organisasi, dan interpretasi meliputi nilai–nilai, keyakinan, strategi,
harapan berlangsung secara komprehensif yang menentukan tindakan,
sikap dan kebiasaan seseorang (Kastanakis dan Voyer, 2014). Indonesia
dikenal sebagai bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya yang
Page 26
15
terbentang dari Sabang sampai Merauke, dengan latar belakang etnis,
suku, dan tata kehidupan sosial yang berbeda satu dengan yang lain.
Telah banyak penemuan ahli sosiolog dan ahli gizi menyatakan bahwa
faktor budaya sangat berperan dalam proses terjadinya kebiasaan makan
dan menu makanan itu sendiri, sehingga tidak jarang menimbulkan
masalah gizi apabila faktor makanan itu tidak diperhatikan secara baik
oleh masyarakat. Budaya di masyarakat tidak terlepas dari agama dan
kepercayaan yang dianutnya, hal ini turut memengaruhi jenis makanan
yang dikonsumsi. Sebagai contoh, agama Islam dan Yahudi Ortodoks
mengharamkan daging babi, agama Roma Katolik melarang makan
daging setiap hari, dan Protestan melarang pemeluknya mengonsumsi
teh, kopi atau alkohol (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).
Terkadang faktor budaya turut memengaruhi faktor lain untuk
menimbulkan KEK pada WUS. Faktor–faktor yang dimaksud adalah faktor
obstetrik seperti usia kehamilan, paritas, jarak kehamilan, dan jumlah anak
karena adanya beberapa kepercayaan, seperti tabu mengonsumsi
makanan tertentu oleh kelompok usia tertentu yang sebenarnya makanan
tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok usia tersebut, seperti
ibu hamil yang tabu mengonsumsi ikan (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014;
Adriani dan Wirjatmadi, 2012)
Pantangan makan yang salah, tetapi umum terjadi di masyarakat
adalah tidak diperbolehkannya mengonsumsi susu, kopi, atau berpuasa.
Hal ini sungguh keliru karena susu merupakan makanan yang diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan tambahan makanan ibu hamil dengan
adanya penambahan nutrisi penting, seperti asam folat, zat besi, kalsium,
dan vitamin. Selain itu, kopi atau makanan lain yang mengandung kafein
(teh dan cokelat) boleh dikonsumsi selama usia 18 kehamilan > 12
minggu dan terbatas untuk dua cangkir per hari karena dapat
menyebabkan efek samping yang merugikan tubuh. Disamping itu,
berpuasa diperbolehkan bagi ibu hamil di trimester I selama daya tahan
tubuh ibu kuat, begitu juga trimester II dan III dengan tetap
Page 27
16
memperhatikan penambahan 300 kkal per harinya. Disamping itu,
terdapat kepercayaan bahwa permintaan ibu hamil yang aneh–aneh
(ngidam) merupakan permintaan anak yang dikandungnya. Bila
permintaan tidak dipenuhi, maka akan terjadi sesuatu yang buruk
terhadap janin yang dikandung. Berbagai bentuk ngidam diantaranya tidak
menyukai rasa dan bau dari benda tertentu seperti alkohol, asap rokok,
kafein, bau masakan, bau parfum, dan lain–lain. Selama keinginan
ngidamtersebut tidak merugikan bagi ibu dan janin yang dikandung maka
tidak ada salahnya untuk dipenuhi (Fathonah, 2016).
Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka
buruk terhadap bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan/pantangan
yang merugikan, kesukaan berlebihan terhadap jenis makanan tertentu,
keterbatasan penghasilan keluarga, dan jarak kelahiran yang rapat juga
berpengaruh pada pengetahuan tentang gizi di masyarakat Indonesia
(Indra dan Wulandari, 2014). Namun, menurut Wade dan Tavris
(2007)bahwa perubahan budaya merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan peningkatan berat badan di berbagai belahan dunia, seperti
peningkatan jumlah konsumsi makanan cepat saji, tingginya kesibukan,
penggunaan alat praktis seperti remote control, kecenderungan
mengendari mobil, kebiasaan menonton TV, dan lain–lain.
e) Ras
Ras merupakan sifat–sifat dan karakteristik yang diturunkan secara
genetik dari generasi ke generasi yang dipercaya menjadi penting oleh
orang dan memiliki pengaruh kuat dalam masyarakat (White, 2012).
Peranan ras terhadap kesukaan makanan akan berbeda dari satu bangsa
ke bangsa lain,dan dari daerah ke daerah, atau suku ke sukulain.
Makanan di negara tropik akan berbeda dengan makanan di negara
empat musim, begitu juga di Eropa, semakin ke selatan maka ciri
makanan semakin berbumbu. Begitu juga di Indonesia, kesukaan
makanan antar daerah/suku sangat beragam. Sudah terkenal jika
makanan Sumatera (khususnya Sumatera Barat) lebih pedas daripada
Jawa (khususnya Jawa Tengah) yang suka makanan manis. Sebaliknya
Page 28
17
wilayah Timor selalu menyukai yang asin–asin (Adriani dan Wirjatmadi,
2012)
f) Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar pembentukan
perilaku makan yang selanjutnya akan memepangaruhi status gizi.
3. Dampak Kekurangan Energi Kronis
Kekurangan energi kronis dapat menimbulkan berbagai dampak
kesehatan. Seseorang yang mengalami KEK, selain berat badanya
kurang atau rendah bila di bandingkan denganberat badannya,
produktifitasnya juga akan terganggu karena tidak dapat bergerak aktif
dan kekurangan makan. (WHO, 1995). Bila KEK terjadi pada wanita usia
subur dan ibu hamil akan berdampak pada proses melahirkan dan berat
lahir bayi. Ibu hamil dengan resiko KEK (LILA < 23,5 cm) kemungkinan
akan mengalami kesulitan persalinan, pendarahan dan berpeluang
melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang akhirnya
dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Atikah Proverawati dan
Cahyo Ismawati, 2010). Status gizi sebelum hamil atau selama hamil
memiliki peluang sebanyak 50% dalam mempengaruhi kasus tingginya
kejadian bayi BBLR di negara berkembang. Hasil meta analisis World
Health Organization (WHO) collaboration study menyimpulkan bahwa
berat badan dan tinggi badan ibu sebelum hamil, indeks masa tubuh dan
lingkar lengan atas merupakan faktor yang mempengaruhi bayi BBLR
(WHO, 1995). Wanita hamil yang mengalami KEK sejak mudanya memiliki
resiko melahirkan bayi dengan BBLR 4.8 kali lebih besar di bandingkan
yang tidak KEK (syofianti, 2013).
Page 29
18
D. Lingkar Lengan Atas (LILA)
1. Pengertian LILA
LILA adalah lingkar lengan bagian atas pada bagian trisep. LILA
digunakan untuk perkiraan tebal lemak-bawah-kulit (Almatsier, 2011). LILA
adalah cara untuk mengetahui gizi kurang pada wanita usia subur umur
15-45 tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan
pasangan usia subur (PUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan
untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran
LILA cukup representatif, dimana ukuran LILA ibu hamil erat dengan IMT
ibu hamil yaitu semakin tinggi LILA ibu hamil diikuti pula dengan semakin
tinggi IMT ibu. Penggunaan LILA telah digunakan di banyak negara
sedang berkembang termasuk Indonesia (Hidayati, 2011).
2. Ambang Batas
Penelitian Ariyani (2012) di seluruh provinsi di Indonesia
melaporkan, ambang batas yang digunakan untuk menentukan seorang
ibu hamil gizi kurang adalah 23,5 cm. Ambang batas LILA <23,5 cm atau
dibagian pita merah LILA menandakan gizi kurang dan ≥23,5 cm
menandakan gizi baik. LILA < 23,5 termasuk kelompok rentan kurang gizi
(Kemenkes RI, 2012). LILA menunjukkan status gizi ibu hamil dimana
<23,5 cm menunjukkan status gizi kurang.
3. Tujuan Pengukuran LILA
LILA digunakan untuk keperluan skrining, tidak untuk pemantauan,
mengetahui gizi kurang dan relatif stabil. Ukuran LILA selama kehamilan
hanya berubah sebanyak 0,4 cm. Perubahan ini selama kehamilan tidak
terlalu besar sehingga pengukuran LILA pada masa kehamilan masih
dapat dilakukan untuk melihat status gizi ibu hamil sebelum hamil (Ariyani,
2012). Berlainan dengan berat badan yang terus naik dari awal sampai
akhir umur kehamilan dan dapat digunakan untuk memonitor status gizi
ibu hamil, maka LILA tidak dapat digunakan untuk keperluan tersebut,
karena LILA relatif stabil pada setiap bulan umur kehamilan. Pengukuran
Page 30
19
LILA independen terhadap umur kehamilan (Frensley, 2012). Implikasi
ukuran LILA terhadap berat badan bayi adalah LILA menggambarkan
keadaan konsumsi makanan terutama konsumsi energi dan protein dalam
jangka panjang (Flora, 2013).
4. Cara Pengukuran LILA
Cara mengukur LILA menurut Almatsier (2011) :
a. Lengan kiri diistirahatkan dengan telapak tangan menghadap ke
paha (sikap tegap).
b. Cari pertengahan lengan atas dengan memposisikan siku
membentuk sudut 900. Kemudian ujung skala cliper(pita ukur) yang
bertuliskan angka 0 diletakkan di tulang yang menonjol 20 dibagian
bahu atau acromiondan ujung lain pada siku yang menonjol atau
olecranon.
c. Pertengahan lengan diberi tanda dengan spidol, lengan kemudian
diluruskan dengan posisi telapak tangan menghadap ke paha.
d. Cliperdilingkarkan (tidak dilingkarkan terlalu erat dan tidak longgar)
pada bagian tengah dan bagian trisep lengan dengan memasukkan
ujung pita kedalam ujung yang lain; angka yang tertera pada caliper
(beberapa pita ukuran bertanda panah) menunjukkan ukuran LILA.
Tabel 2: Ambang Batas Pengukuran LiLA:
Klasifikasi Batas Ukur
Wanita Usia Subur
KEK < 23,5 cm
Normal 23,5 cm
Page 31
20
E. Indeks Massa Tubuh (IMT)
1. Pengertian IMT
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index(BMI) merupakan
alat atau carayang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa,
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit
infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap
penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan
normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup
yang lebih panjang.
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah rasio standar berat terhadap
tinggi,
dan sering digunakan sebagai indikator kesehatan umum. IMT dihitung
dengan membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi
badan (dalam meter). Angka IMT antara 18,5kg/m² dan
24,9kg/m dianggap normal untuk kebanyakan orang dewasa. IMT yang
lebih tinggi mungkin mengindikasikan kelebihan berat badan atau
obesitas. Indeks Massa Tubuhmerupakan altenatif untuk tindakan
pengukuran lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori
berat badan yang mudah dilakukan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat
dihitung dengan rumus berikut:
Menurut rumus metrik:
IMT = Barat Badan (Kg)
Tinggi Badan (m)²
Indeks Massa Tubuh merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan
berat badan berdasarkan Indeks Quateletberat badan dalam kilogram
dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m²). IMT adalah cara
termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi dengan
massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien
obesitas yang mempunyai risiko mendapat komplikasi medis. (Pudjiadi, et
al, 2010).
Page 32
21
Indeks Massa Tubuh mempunyai keunggulan utama yakni
menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa
digunakan dalam penelitian populasi berskala besar. Pengukurannya
hanya membutuhkan 2 hal yakni berat badan dan tinggi badan, yang
keduanya dapat dilakukan secara akurat oleh seseorang dengan sedikit
latihan. Keterbatasannya adalah membutuhkan penilaian lain bila
dipergunakan secara individual.
2. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh terhadap umur adalah sebagai
berikut: <persentil ke-5 adalah berat badan kurang, persentil ke-85 adalah
overweight, dan persentil ke-95 adalah obesitas. Postur tubuh orang
Indonesia berbeda dengan orang Eropa pada umumnya, oleh karena itu
batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil
penelitian di beberapa negara berkembang.Adapun ambang batas IMT
orang Indonesia menurut (Sirajuddin 2012).
Kategori IMT yang dipakai pada penelitian ini berdasarkan
klasifikasi IMT dari Kemenkes , yaitu dapat dilihat dari Tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT
Klasifikasi Indeks Masa Tubuh (IMT) (kg/m2)
Kurus IMT < 18,5
Normal IMT > 18,5 - <24,9
Berat Badan Lebih IMT > 25,0 - < 27
Obesitas IMT > 27,0
Sumber : Kemenkes, 2013
Page 33
22
F. Ikan Gabus
Ikan gabus merupakan air tawar yang dapat ditemukan di seluruh
perairan Indonesia. Ikan gabus telah diasosiakan sebagai obat, karena
kandungan yang dimilikinya telah terbukti secara klinis pada beberapa
penyakit. Ikan gabus memiliki kandungan protein yang tinggi terutama
albumin dan asam aminoesensial, lemak khususnya asam lemak esensial,
mineral khususnya zink/seng (Zn) dan beberapa vitamin yang sangat baik
untuk kesehatan.
Secara klinis, intervensi konsentrat protein ikan gabus dalam
bentuk suplemen telah membantu mempercepat penyebuhan pasien
pasca operasi, luka bakar dan stroke pada pasien rawat inap ikan gabus
dimasyarakat saat ini telah diasosiakan dengan obat. Ikan gabus diolah
menjadi berbagai jenis masakan lalu disajikan kepada keluarga yang
sakit, terutama bagi yang pasca operasi. Sebenarnya pemahaman
masyarakat tentang ikan gabus sebagai obat telah dikenal sejak nenek
moyang kita dahulu terutama dibeberapa daerah di Sulawesi Selatan
seperti wajo, pinrang dan takalar, mereka menyarankan atau berusahan
menyajikan masakan ikan gabus kepada keluarga yang sakit keyakinan
bahwa dapat membantu penyembuhan. Walaupun saat itu mereka tidak
mengetahui kandungan yang terdapat dalam ikan. (Galuh Ajeng,2013).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian telah
mengukapkan fakta bahwa ikan gabus memiliki kandungan nutrisi yang
sangat baik untuk kesehatan. Kandungan tersebut terdiri dari kandungan
protein yang tinggi terutama albumin dan asam amino esensial, lemak
khususnya aasam lemak esensial, mineral khususnya zink/seng (Zn) dan
beberapa vitamin yang sangat baik untuk kesehatan. Selain itu, secara
klinis intervensi konsentrat protein ikan gabus dalam bentuk suplemen
telah membantu mempercepat penyembuhan pasien pasca –operasi, luka
bakar dan stroke pada pasien rawat inap di rumah sakit.(Fauziah, 2012).
Page 34
23
a. Manfaat dan Kandungan Protein Ikan Gabus
Ikan gabus memiliki kandungan nutrisi yang cukup lengkap, protein,
lemak, mineral seperti terlihat pada tabel kandungan ikan gabus.
Tabel 4. Kandungan Ikan Gabus (dalam 100 gr)
Kandungan Kimia Jenis
Ikan segar Ikan
Kalori (Kal) 69 24
Protein (g) 25,2 58,0
Lemak (mg) 1,7 4,0
Besi (mg) 0,9 0,7
Kalsium (mg) 62 15
Fosfor (mg) 176 100
Vit. A(SI) 150 100
Vit. B1 (mg) 0,04 0,10
Air (g) 69 24
BDD (%) 64 80
Sumber : Sediaoetama, 1985
b. Siomay
Siomay merupakan makanan siap santap yang diolah agar
langsung dapat di konsumsi. Berdasarkan hasil pengamatan hasil
pengamatan penelitian, salah satu bahan makanan yang di gemari
masyarakat adalah siomay. Banyak orang tertarik untuk
mengkonsumsinya. Siomay terbuat dari tepung terigu, daging ikan
sebagai bahan pokoknya serta bumbu lainnya yang kemudian di masak
dengan pengukusan dan di sajikan dengan variasi yang berbeda-beda.
(Waspadji S dkk,2013).
Page 35
24
1. Bahan
Tabel 5. Bahan Pembuatan siomay ikan gabus
No Bahan Jumlah
1 Ikan gabus 100 gr
2 Tepung terigu 40 gr
3 Putih telur 35 gr
4 Garam 5 gr
5 Bawang merah 10 gr
6 Bawang putih 10 gr
7 Kacang tanah 50 gr
8 Daun jeruk 3 gr
9 Cabe merah 5 gr
10 Minyak goring 5 gr
2. Alat
Tabel 6. Alat yang Digunakan untuk pembuatan siomay ikan
gabus
No Nama Alat Jumlah
1 Waskom 1 buah
2 Timbangan Makanan 1 buah
3 Dandang 1 buah
4 Serbet 1 buah
5 Sendok 1 buah
6 Kompor 1 buah
7 Kuali 1 buah
Page 36
25
3. Cara Pengolahannya
a. Panaskan minyak kemudian tumis bumbu yang telah di
haluskan hingga harum.
b. Aduk semua bahan baku dalam satu wadah kecuali tepung
terigu dan telur.
c. Campurkan tepung dan telur dengan bahan yang sudah di
tumis.
d. Uleni sampai menjadi adonan yang kalis.
e. Ambil adonan siomay secukupnya lalu cetak sesuai selera.
f. Kemudian kukus hingga matang.
g. Giling bahan sambal sampai wangi. Angkat lalu tunggu sampai
dingin.
h. Angkat siomay yang telah dikukus dan sajikan di atas mangkok.
i. Siram siomay dengan bumbu kacang.
Page 37
26
G. Kerangka Teori
Gambar 1.1 Kerangka Teori Sumber modifikasi teori dari supariasa
(2005), Lukman (2008), Notoatmodjo (2007), Khomsah & Anwar (2004),
Arisman (2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
KEK pada ibu hamil :
1. Faktor langsun
a. Asupan makanan
b. Infeksi
c. Pola konsumsi
makanan
2. Faktor tidak langsung
a. Sosial ekonomi
b. Pendatan keluarga
c. Pekerjaan ibu (aktifitas
fisik)
d. Pendidikan ibu
e. Pengetahuan ibu
f. Faktor biologis
1) Usia
2) Jarak kehamilan
(paritas)
3) Faktor perilaku
Kebutuhan gizi pada
ibu hamil
Pola konsumsi pangan
Kekurangan Energi Kronik
berdasarkan LILA
Page 38
27
H. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep Pengaruh pemberian siomay ikan gabus
terhadap status gizi (IMT dan LILA) pada wanita usia subur
yang kekurangan energi kronik di kelurahan paluh kemiri.
Pemberian Siomay Ikan Gabus.
Status gizi (IMT dan
LILA) sebelum
Status gizi (IMT dan
LILA) sesudah
Page 39
28
I. Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan
kepada suatu variabel dengan cara memberikan suatu operasional
yang diberikan untuk mengukur variabel tersebut(Notoatmodjo,
2010).
Tabel 7. Defenisi Operasional
No
variabel Defenisi Operasional Skala
Ukur
1. Status
gizi
WUS
Status gizi WUS adalah suatu ukuran
mengenai kondisi tubuh seseorang yang
dapat dilihat dari makanan yang di
konsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di
dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi
tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi
normal,dan gizi lebih (Almatsier, 2012).
Rasio
2. LILA LILA adalah lingkar legan bagian atas
pada bagian trisep yang digunakan untuk
mengetahui status gizi kurang pada wanita
usia subur.pengukuran LILA dilakukan
sebagai tindakan pencegahan dan
penanggulangan terhadap ibu hamil KEK.
Rasio
3. IMT Salah satu contoh dari indeks antropometri
adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau
yang disebutdengan Body Mass Index
(Supariasa, 001).IMT merupakan alat
sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa. IMT hanya dapat
digunakan untuk orang dewasa yang
berumur diatas 18 tahun.
Rasio
Page 40
29
J. Hipotesis
Ha1 = Ada Pengaruh Pemberian Siomay Ikan gabus Terhadap
status gizi (IMT) pada wanita usia subur yang KEK Di
Kelurahan Paluh Kemiri.
Ha2 = Ada Pengaruh Pemberian Siomay Ikan gabus Terhadap
status gizi (LILA) pada wanita usia subur yang KEK Di
Kelurahan Paluh Kemiri.
Page 41
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di desa Paluh kemiri.Peninjauan lokasi
serta izin penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2017. Sedangkan
pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2018.
B. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen, menggunakan
rancangan one group pretest and post-test. Untuk mengetahui pengaruh
pemberian siomay ikan gabus terhadap status gizi (IMT dan LILA) pada
wanita usia yang Kekurangan Energi Kronik di Kelurahan Palih Kemiri
(Notoatmodjo,2010)
Model rancangan penelitian pre and post test desain, yaitu
digambarkan sebgai berikut :
Keterangan :
01 : pre-test
X : Intervensi yaitu pengaruh pemberian siomay ikan gabus terhadap
status gizi (IMT dan LILA) pada wanita usia subur yang Kekurangan
Energi Kronik di Kelurahan Paluh Kemiri.
02 : post-test
01 (X) 02
Page 42
31
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah Populasi merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri atas subyek atau objek yang memiliki karakter & kualitas tertentu
yang ditetapkan oleh seorang peneliti untuk dipelajari yang kemudian
ditarik sebuah kesimpulan (Gunawan, 2013).
Populasi dalam Penelitian adalah semua WUS yang KEK di
Kelurahan Paluh Kemiri.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam
penelitian, seluruh populasi dijadikan sampel yang disebut total sampling
(Candra, 2008)
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasi, maka
sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi,
maupun kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang
perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai
sampel. Sedangkan Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang
tidak dapat diambil sebagai sampel.
1. Kriteria inklusi
a. WUS yang KEK di Kelurahan Paluh Kemiri.
b. Sehat jasmani dan rohani
c. Mau diwawancarai
d. Umur 18-35
2. Kriteria eksklusi
a. Tidak bersedia diwawancarai
b. Dalam keadaan sakit
Page 43
32
D. Jenis dan Cara pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data yang diperoleh secara lansung dan dikumpulkan dari objek
penelitian meliputi :
1. Data identitas responden WUS yang KEK di Kelurahan Paluh
Kemiri.
2. Mengukur TB WUS yang KEK sebelum pemberian Siomay Ikan
Gabus di Kelurahan Paluh Kemiri.
3. Mengukur BB WUS yang KEK sebelum pemberian Siomay Ikan
Gabus di Kelurahan Paluh Kemiri.
4. Mengukur BB WUS yang KEK setelah pemberian Siomay Ikan
Gabus di Kelurahan Paluh Kemiri.
5. Mengukur LILA WUS yang KEK sebelum pemberian Siomay Ikan
Gabus di Kelurahan Paluh Kemiri.
6. Mengukur LILA WUS yang KEK setelah pemberian Siomay Ikan
Gabus di Kelurahan Paluh Kemiri.
b. Data Sekunder
Jumlah WUS yang KEK pemberian Siomay Ikan Gabus di
Kelurahan Paluh Kemiri.
Page 44
33
2. Cara Pengumpulan Data
a. Pra penelitian
1. Mencari bahan-bahan literatur yang berkaitan dengan masalah
yang hendak diteliti
2. Menentukan sampel yang hendak diteliti
3. Menentukan jadwal penelitian
b. Penelitian
1. Data Primer
a. Data identitas sampel diperoleh dengan hasil wawancara
enumerator terhadap responden meliputi : nama responden,
umur sampel.
b. Status gizi (IMT) di ukur oleh 6 enumerator terlatih selama 14
hari dengan melakukan pengukuran BB dan TB sebelum dan
setelah berakhirnya pemberian siomay ikan gabus dimana
pengukuraan TB menggunakan microtoice dengan tingkat
ketelitian 0,1 cm dan menimbang berat badan dengan
menggunakan timbangan digital dengan tingkat ketelitian 0,1 kg
dan memperoleh status gizi dengan rumus IMT = BB/TB(m)2.
Langkah-langkah mengukur TB dengan microtoice :
1. Tempelkan microtoice dengan paku pada dinding yang lurus
dan datar setinggi tepat 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai
yang datar
2. Lepaskan sepatu ata sandal dan ikat rambut
3. sampel harus tegak sempurna dengan kaki lurus, tumit,
pantat, punggung, dan kepala bagian belakang menempel
pada dinding dan muka menghadap lurus dengan
pandangan kedepan
4. Turunkan microtoice sampai rapat pada kepala bagian atas,
siku-siku harus lurus menempel pada dinding
5. Baca angka skala yang Nampak pada lubang dalam
gulungan microtoice dengan sejajar
Page 45
34
Langkah-langkah mengukur BB dengan timbangan digital :
1. Letakkan timbangan digital ditempat yang datar
2. Tekan timbangan digital untuk mengaktifkan dan
menunjukan angka 0,00
3. Kemudian berdiri tiatas timbangan dengan posisi tegak dan
pandang lurus kedepan
4. Kemudian tunggu sampai berhenti angkanya berganti dan
baca hasil timbangannya
d. Mengukur LILA untuk mengetahui status WUS yang KEK dengan
menggunakan alat pita LILA
Cara mengukur LILA menurut Almatsier (2011) :
1. Lengan kiri diistirahatkan dengan telapak tangan
menghadap ke paha (sikap tegap).
2. Cari pertengahan lengan atas dengan memposisikan siku
membentuk sudut 900. Kemudian ujung skala cliper(pita
ukur) yang bertuliskan angka 0 diletakkan di tulang yang
menonjol 20 dibagian bahu atau acromiondan ujung lain
pada siku yang menonjol atau olecranon.
3. Pertengahan lengan diberi tanda dengan spidol, lengan
kemudian diluruskan dengan posisi telapak tangan
menghadap ke paha.
4. Cliperdilingkarkan (tidak dilingkarkan terlalu erat dan tidak
longgar) pada bagian tengah dan bagian trisep lengan
dengan memasukkan ujung pita kedalam ujung yang lain;
angka yang tertera pada caliper (beberapa pita ukuran
bertanda panah) menunjukkan ukuran LILA
c. Data sekunder
Jumlah WUS yang KEK yang diperoleh dari survey lapangan di
Kelurahan Paluh Kemiri.
Page 46
35
E. Pengolahan Dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Data identitas responden dikumpulkan.
Data status gizi (IMT) diperoleh dari hasil pengukuran berat
badan dan tinggi badan dengan rumus IMT= BB/TB(m)2.
b. Data LILA yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan
menggunakan pita LILA.
Data yang telah dikumpulkan akan diolah menggunakan program
analisis statistik. Proses pengolahan data tersebut terdiri dari beberapa
langkah berikut.
1. Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus
dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum
editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut.
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Memasukkan Data (data entry) atau Processing
Merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam komputer
yang selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan program
komputer.
4. Pembersihan Data (Data Cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
Page 47
36
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran
distribusi frekuensi atau proporsi berdasarkan variabel yang
diteliti
1. Menganalisis proporsi pervalensi kejadian KEK pada
WUS di kelurahan Paluh Kemiri
2. Menganalisis proporsi status gizi (IMT) pada WUS yang
KEK di Kelurahan Paluh Kemiri.
3. Menganalisis proporsi LILA pada WUS yang KEK di
Kelurahan Paluh Kemiri.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh
antara variabel Independen (pemberian somay ikan gabus)
dan variabel Dependen (Status Gizi pada WUS yang KEK).
Dengan menggunakan program SPSS kemudian
dilakukannya uji statistik (uji paired sampling t test) dengan
tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)
1. Menganalisis pengaruh pemberian siomay ikan gabus
terhadap Status Gizi (IMT) pada WUS yang KEK di
Kelurahan Paluh Kemiri.
2. Menganalisis pengaruh pemberian siomay ikan gabus
terhadap Status Gizi (LILA) pada WUS yang KEK di
Kelurahan Paluh Kemiri.
Page 48
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
1. Letak Geografis
Lokasi penelitian untuk sampel yaitu di kelurahan Paluh
Kemiri kecamatan Lubuk Pakam. Luas wilayah kelurahan paluh
kemiri yaitu 187 Ha, terdapat IV lingkungan, dan 3501 jiwa
penduduk. Berikut batas-batas wilayah kelurahan Paluh Kemiri :
- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Desa
Bakaran Batu
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Lubuk
Pakam Pekan
- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan
Tanjung Morawa
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan
Petapahan
2. Demografi
Data pertahun 2017 Kelurahan Paluh Kemiri memiliki 3501
orang penduduk, yang berjenis kelamin laki-laki 1759 orang,
berjenis kelamin perempuan sebanyak 1742 orang, dan jumlah
KK sebanyak 936 KK.
3. Karakteristik Sampel
a. Umur
Rentang kehidupan yang diukur dengan tahun merupakan
parameter untuk mengetahui usia atau umur
seseorang.Rentang umur wanita usia subur yaitu 18-49 tahun
(BKKBN, 2011). Pada penelitian ini WUS yang KEK yang
dijadikan sampel adalah umur 18-32 tahun. Distribusi frekuensi
sampel berdasarkan umur disajikan pada gambar 1.
Page 49
38
Gambar 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur
Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa dari 30 sampel
WUS yang mengalami KEK berusia 18-32 tahun. Proporsi usia
terbanyak terdapat pada kelompok umur pada usia 25-32 tahun
sebanyak 17 sampel (57%), usia 18-24 tahun sebanyak 13
sampel (43%).
b. Pendidikan Responden
Pendidikan adalah proses seseorang untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih luas didapat dari pendidikan formal
maupun non formal. Tingkat pendidikan berpengaruh dalam
berpikir, bertindak, tingkat pengetahuan dan pemahaman
seseorang dalam status gizi. Distribusi responden berdasarkan
pendidikan dapat dilihat pada pada Tabel 8.
43%
57%
18-24 tahun 25-32 tahun
Page 50
39
Tabel 8. Tingkat Pendidikan Responden
No Tingkat pendidikan n %
1 SD 8 26.7
2 SMP 10 33.3
3 SMA 10 33.3
4 S1 2 6.7
Total 30 100
Pada tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
sampel sebagian besar didominasi pendidikan SMA dan SMP
sebesar 33.3 % (20 orang) Perguruan Tinggi sebesar 6.7% (2
orang) dan SD sebesar 26.7% (8 orang) Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan WUS masih rendah.
c. Pekerjaan Responden
Pekerjaan merupakan salah satu sumber penghasilan bagi
individu/keluarga dimana penghasilan dari pekerjaan menjadi
jembatan guna memenuhi kebutuhan hidup individu/keluarga.
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Pekerjaan Responden
No Pekerjaan n %
1 Buruh 1 3.3
2 Guru 1 3.3
3 IRT 26 86.7
4 PNS 1 3,3
5 Wiraswasta 1 3.3
Total 30 100
Pada tabel 9 menunjukkan bahwa rata rata pekerjaan
responden yaitu Ibu Rumah Tangga (IRT) atau tidak bekerja.
Page 51
40
B. Hasil Penelitian
1. Status Gizi ( IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu parameter
penilaian status gizi. Dalam penilaiannya, indeks massa tubuh
(IMT) terdiri dari perhitungan antara berat badan dengan tinggi
badan. Perhitungan IMT dilakukan dengan membagi berat
badan (kg) dengan tinggi badan sebelumnya dikuadratkan.
status gizi (IMT) WUS yang mengalami KEK sebelum dan
sesudah pemberian ikan siomay ikan gabus dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 10. Nilai Status Gizi (IMT) WUS Sebelum Pemberian
dan Sesudah Pemberian Siomay Ikan Gabus.
Variabel n Minimum Maximum Std.
Deviasi
IMT
sebelum
30 17.71 23.40 1.83798
IMT
sesudah
30 18.29 24.84 1.95697
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa status gizi (IMT)
sebelum pemberian intervensi adalah dengan nilai skor
minimum 17.71 dan maximum 23.40. sedangkan sesudah
pemberian intervensi status gizi (IMT) adalah dengan nilai skor
minimum 18.29 dan maximum 24.84.
2. Status Gizi (LILA)
LILA merupakan gambaran tentang keadaan jaringan otot
dan lapisan lemak bawah kulit. Pengukuran LILA dilakukan
pada pertengahan antara pangkal lengan atas dan ujung siku
dalam ukuran cm (centi meter) (Zeman dan Ney, 1988).
Page 52
41
Tabel 11. Nilai status gizi (LILA) WUS sebelum pemberian
dan sesudah pemberian siomay ikan gabus.
Variabel N Minimum Maximum Std.
Deviasi
LILA sebelum 30 19.7 23.3 1.0241
LILA sesudah 30 21.1 24.1 0.8513
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa status gizi (LILA)
sebelum pemberian intervensi adalah dengan nilai skor
minimum 19.7 dan maximum 23.3. Sedangkan sesudah
pemberian intervensi status gizi (IMT) adalah dengan nilai skor
minimum 21.1 dan maximum 24.1.
3. Analisis Perbedaan Status Gizi (IMT) WUS Sebelum dan
Sesudah Pemberian Siomay Ikan Gabus
Pemberian siomay ikan gabus telah di lakukan dan di
dapatkan hasil antara status gizi (IMT) WUS sebelum dan
sesudah pemberian siomay ikan gabus yang memiliki
perbedaan. Gambaran status gizi (IMT) wanita usia subur
sebelum dan sesudah pemberian siomay ikan gabus dapat di
lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 12. Analisis Perbedaan Status Gizi (IMT) WUS
Sebelum dan Sesudah Pemberian Siomay Ikan Gabus
Status gizi N Mean P value
IMT sebelum 30 20.9663 0.001
IMT sesudah 30 21.6396
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata status gizi
(IMT) WUS dari 30 sampel sebelum pemberian siomay ikan
gabus adalah 20.9663 sedangkan sesudah pemberian siomay
Page 53
42
ikan gabus di dapatkan hasil status gizi (IMT) WUS adalah
21.6396. Hasil uji statistik (uji perigkat bertanda wilcoxon) di
peroleh nilai p = 0.001 < 0.05 sehingga terlihat adanya
perbedaan yang signifikan sebelum pemberian dan sesudah
pemberian siomay ikan gabus pada WUS.
4. Analisis Perbedaan Status Gizi (LILA) WUS Sebelum dan
Sesudah Pemberian Siomay Ikan Gabus
Pemberian siomay ikan gabus telah di lakukan dan di
dapatkan hasil antara status gizi (LILA) WUS sebelum dan
sesudah pemberian siomay ikan gabus yang memiliki
perbedaan. Gambaran status gizi
Tabel 13. Analisis Perbedaan Status Gizi (LILA) WUS
Sebelum dan Sesudah Pemberian Siomay Ikan Gabus
Status gizi N Mean P value
LILA sebelum 30 22.223
0.001 LILA sesudah 30 23.107
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa rerata status gizi
(LILA) WUS dari 30 sampel sebelum pemberian siomay ikan
gabus adalah 22.223 sedangkan sesudah pemberian siomay
ikan gabus di dapatkan hasil status gizi (LILA) WUS adalah
23.107. Hasil uji statistik (uji peringkat bertanda wilcoxon) di
peroleh nilai p = 0.000 < 0.05 sehingga terlihat adanya
perbedaan yang signifikan sebelum pemberian dan sesudah
pemberian siomay ikan gabus pada WUS.
Page 54
43
C. Pembahasan
1. Status Gizi ( IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan nilai yang
mengindikasikan status gizi seseorang berdasarkan data
antropometri dengan membandingkan antara berat badan dan
kuadrat tinggi badan, sehingga diketahui berat badan yang ideal
untuk tinggi badan tertentu (Shanti dkk, 2017).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata status gizi (IMT)
sebelum pemberian siomay ikan gabus terhadap WUS adalah
20.9663 dan sesudah pemberian siomay ikan gabus 21.6396.
Di lihat dari rerata status gizi (IMT) sebelum dan sesudah
pemberian siomay ikan gabus terhadap WUS memiliki selisih
0.6733.
Menurut supariasa (2002) bahwa perubahan berat badan
dipengaruhi banyak faktor, faktor langsung yaitu asupan dan
penyakit infeksi.Untuk mengatasi masalah ini maka diperlukan
kesadaran dari responden sendiri untuk mengubah persepsi dan
perilaku mengenai gizi, dan dibutuhkan juga peran orang
terdekat responden untuk memberikan motivasi sehingga
kualitas hidup meningkat dan pada akhirnya dapat memperbaiki
status gizi responden.
2. Status gizi (LILA)
LILA merupakan pengukuran status gizi yang lebih mudah
dan praktis karena hanya menggunakan satu alat ukur yaitu pita
mengukur LILA. Namun, LILA hanya dapat di gunakan untuk
keperluan skrining, tidak untuk pemantauan. Khusus pada
wanita hamil, LILA digunakan untuk mengetahui resiko KEK
karena pada umumnya wanita Indonesia tidak mengetahui berat
badan pralahir, sehingga IMT prahamil tidak dapat diukur.
Pengukuran IMT membutuhkan 2 alat yaitu timbangan dan
Page 55
44
pengukur tinggi badan yang membutuhkan persyaratan tertentu
yang harus dipenuhi seperti kalibrasi alat timbang serta lantai
yang keras dan datar untuk pengukuran tinggi badan. Namun,
IMT tidak dapat digunakan sebagai indikator KEK pada wanita
usia subur. Oleh sebab itu, LILA bermanfaat untuk pengukuran
resiko KEK pada wanita usia subur karena relative stabil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata status gizi (LILA)
sebelum pemberian siomay ikan gabus terhadap WUS adalah
22.223 dan sesudah pemberian siomay ikan gabus 23.107. Di
lihat dari rerata status gizi (LILA) sebelum dan sesudah
pemberian siomay ikan gabus terhadap WUS memiliki selisih
0.884..
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
mengungkapkan bahwa wanita yang mengalami wanita yang
mengalami KEK pada usia subur dan ibu hamil berdampak pada
proses melahirkan dan berat lahir bayi serta kemungkinan
mengalami kesulitan persalinan, pendarahan, dan berpeluang
melahirkan BBLR yang dapat menyebabkan kematian ibu dan
bayi. Sesuai dengan hasil survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2002 – 2003, bayi BBLR merupakan
penyebab kematian neomatal tertinggi.
3. Analisis perbedaan status gizi (IMT) WUS sebelum
pemberian dan sesudah pemberian siomay ikan gabus.
Menurut Ratzan,et al (2000) kekurangan gizi merupakan gizi
merupakan spektrum gizi yang berhubungan dengan gangguan,
kekurangan dan kodisi retardasi pertumbuhan intrauterine,
malnutrisi energi-protein dan kekurangan zat yodium,
kekurangan vitamin A, dan defenisi besi anemia.
Kekurangan energi akan terjadi bila konsumsi energi melalui
makanan kurang dari energi yang diperlukan. Tubuh akan
Page 56
45
mengalami keseimbangan energi negative. Akibatnya, berat
badan kurang dari berat badan seharusnya.
Protein albumin ikan gabus merupakan alternative suplemen
yang dapat meningkatkan status gizi dan imunitas karena
diketahui mengandung senyawa-senyawa penting bagi tubuh
manusia diantaranya protein yang tinggi, albumin, lemak, air
dan mineral.
Ekstrak ikan gabus mengandung albumin cukup tinggi yang
sangat dibutuhkan tubuh, mengingat fungsi albumin adalah
sebagai protein transport. Albumin berperan dalam mengangkut
molekul-molekul kecil yang kurang larut air seperti asam lemak,
mengikat obat-obatan, anion dan kation kecil serta unsur-unsur
runutan. Dengan adanya albumin ini tentunya akan
memperlancar distribusi zat-zat makanan di dalam tubuh
sehingga metabolisme berjalan lancar dan pertumbuhan tidak
terhambat hal ini ditandai dengan kenaikan berat badan.
Berdasarkan Hasil uji statistik (uji perigkat bertanda
wilcoxon) di peroleh nilai p = 0.001 < 0.05 sehingga terlihat
adanya perbedaan yang signifikan sebelum pemberian dan
sesudah pemberian siomay ikan gabus pada WUS.
4. Analisis perbedaan status gizi (LILA) WUS sebelum
pemberian dan sesudah pemberian siomay ikan gabus.
Pengukuran LILA pada kelompok WUS merupakan salah
satu deteksi dini mudah dan dapat dilaksanakan oleh
masyarakat awam untuk mengetahui resiko KEK pada wanita
usia subur. Ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK
adalah 23,5 cm. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya
wanita tersebut mempunyai resiko KEK (Supariasa, dkk, 2008).
Penentuan ambang batas 23,5 cm lebih ditujukan pada resiko
dan mortalitas bayi, bukan ibu.
Page 57
46
LILA terutama bermanfaat untuk mengetahui resiko KEK
untuk WUS yang tengah mempersiapkan kehamilannya atau
masa prakonsepsi., karena status gizi prakonsepsi akan
mempengaruhi kondisi kehamilan dan kesejahteraan bayi yang
akan lebih baik jika penanggulangannya dilakukan sebelum
hamil.
Hasil uji statistik (uji peringkat bertanda wilcoxon) di peroleh
nilai p = 0.000 < 0.05 sehingga terlihat adanya perbedaan yang
signifikan sebelum pemberian dan sesudah pemberian siomay
ikan gabus pada WUS.
Pada penelitian Yuniarti dkk menyebutkan bahwa ada
peningkatan LILA praperlakuan dan setelah penelitian antara
kelompok pemberian dan kelompok kontrol. Ada penurunan
dalam prevalensi KEK setelah 3 bulan penelitian. Berdasarkan
pernyataan tersebut diketahui bahwa penelitian dilakukan
selama 3 bulan, sedangkan penulis melakukan penelitian hanya
dalam waktu sebulan untuk itu lama waktu dalam penelitian
harus lebih diperhatikan.
Penyebab kekurangan Energi Kronik (KEK) akibat adanya
ketidakseimbangan antara asupan dalam pemenuhan gizi dan
pengeluaran energi (Erma, dkk, 2013).karakteristik responden
dalam penelitian ini meliputi status Kekurangan Energi Konik
(KEK) dan tingkat kecukupan gizi WUS (karbohidrat, protein,
dan lemak).
Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kekurangan
energi kronik kronis adalah pola makan yang kurang beragam
dan porsi yang kurang. Dampak dari ketidakseimbangan asupan
gizi ibu hamil dapat menimbulkan gangguan selama kehamilan,
baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya. Apabila
kondisi ini berlangsung dalam waktu yang lama maka akan
terjadi ketidakseimbangan asupan untuk pemenuhan kebutuhan
Page 58
47
dan pengeluaran energi sehingga menyebabkan ibu hamil
mengalami Kekurangan Energi Kronis (Yuliastuti, 2013).
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi,
seperti di ketahui bahwa sumber energi makanan dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin. Faktor gizi telah lama
dianggap sebagai penentu dari kesehatan ibu dan janin (Moore,
et al,2004). Status gizi ibu berperan dalam perkembangan
bayinya (Meltzer, et al, 2011). Kekurangan zat gizi tertentu yang
diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak
sempurna (Raiten,et al 2007)
Page 59
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Status gizi (IMT) sebelum pemberian intervensi adalah dengan
nilai skor minimum 17.71 dan maximum 23.40. sedangkan
sesudah pemberian intervensi status gizi (IMT) adalah dengan
nilai skor minimum 18.29 dan maximum 24.84.
2. status gizi (LILA) sebelum pemberian intervensi adalah dengan
nilai skor minimum 19.7 dan maximum 23.3. Sedangkan
sesudah pemberian intervensi status gizi (IMT) adalah dengan
nilai skor minimum 21.1 dan maximum 24.1.
3. Nilai p = 0.001 < 0.05 sehingga terlihat adanya perbedaan yang
signifikan sebelum pemberian dan sesudah pemberian siomay
ikan gabus pada WUS.
4. Nilai p = 0.000 < 0.05 sehingga terlihat adanya perbedaan yang
signifikan sebelum pemberian dan sesudah pemberian siomay
ikan gabus pada WUS.
B. Saran
1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi terutama
kepada Wanita Usia Subur tentang pentingnya asupan nutrisi
yang cukup.
2. Sebaiknya penelitian dalam waktu jangka panjang minimal 3
bulan, untuk memaksimalkan penelitian dalam melihat status
gizi Wanita Usai Subur.
Page 60
49
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2013. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Adriani M, Wirjatmadi B. 2012. Pengantar gizi masyarakat. Jakarta:
Kencana.
Atikah Proverawati dan Cahyo Ismawati. Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
Ariyani, dkk. “Validitas Lingkar Lengan Atas Mendeteksi Risiko
Kekurangan Energi Kronis pada Wanita Indonesia.” Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, no. 2 (September 2012): h. 83-90.
Almatsier, dkk. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2011.
Badan Pusat Statistik, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.
Survei demografi dan kesehatan Indonesia2012. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Bakar SA. 2014. Kesehatan reproduksi dan keluarga berencana (dalam
tanya jawab). Jakarta: Rajawali Pers
Departemen Gizi dan Kesehatan. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2011.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehata Dasar
(RISKESDAS). Jakarta: Litbang Departemen Kesehatan; 2013. p.
1-265.
Fathonah S. 2016. Gizi dan kesehatan ibu hamil: kajian teori dan
aplikasinya. Jakarta: Erlangga.
Fauziah, Anny. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Nutrisi
Prakonsepsi terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Praktik
Konsumsi Makanan Sehat Pranikah. Tesis. Universitas Indonesia.
Hidayati, Farida. “Hubugan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi dan
Pantang Makanan terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (KEK)
Page 61
50
pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan
Tahun 2011.” Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. 2015. Laporan
pencapaian tujuan pembangunan milenium di Indonesia 2014.
Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional.
Kastanakis MN, Voyer BG. 2014. The effect of culture on perception and
cognition: a conceptual framework.
Mboi N. 2013. Gizi seimbang atasi masalah gizi ganda. Departemen
Kesehatan Rrepublik Indonesia[Artikel Online] [diunduh 23 Mei
2016]. Tersedia dari:
http://www.depkes.go.id/article/view/2239/gizi–seimbang–atasi–
masalah–gizi ganda.html
Muliawati, Siti. 2012. Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang Energi Kronis di
Puskesmas Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Jurnal
Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan. Vol.3, No.3.
Marlenywati. 2014. Risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil
remaja (usia 15–19 tahun) di kota Pontianak tahun 2014[tesis].
Jakarta: Universitas Indonesia.
Mahirawati VK. 2014. Faktor–faktor yang berhubungan dengan
kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil di kecamatan
Kamoning dan Tambelangan kabupaten Sampang provinsi Jawa
Timur. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 17(2):193–20
Najoan, Johanis A dan Aaltje E.M. 2011. Hubungan Tingkat Sosial
Ekonomi dengan Kurang Energi Kronik pada Ibu Hamil di
Kelurahan Kombos Barat Kecamatan Singkil Kota Manado.
Laporan Penelitian. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Notoatmodjo S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan.rineka cipta,
Jakarta.
Oktalia, Juli dan Herizasyam. 2015.Kesiapan Ibu Menghadapi Kehamilan
dan Faktor-faktornya yang Mempengaruhinya. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kesehatan.Vol.3, No.2:147-159.
Page 62
51
Pudjiadi A, Hegar HB. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak
Indonesia. Jakarta: IDAI.
Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi
Secara Biokimia dan Antropometri.
Puli T. 2014. Hubungan sosial ekonomi dengan kekurangan energi kronik
pada wanita prakonsepsi di kota Makassar tahun 2014[skripsi].
Makassar: Universitas Hassanudin.
Putri, Meriska Cesia. 2017. Hubungan Asupan Makan dengan Kejadian
Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (Wus)di
Kecamatan Terbanggi BesarKabupaten Lampung Tengah. Skripsi.
Universitas Lampung.
Rahmaniar MBA. 2013. Faktor–faktor yang berhubungan dengan kejadian
kekurangan energi kronis pada ibu hamil di puskesmas Tampa
Padang kec. Kalukku kab. Mamuju provinsi Sulawesi Barat tahun
2011 [tesis]. Makassar: Universitas Hassanudin.
Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2013. Penilaian status gizi. Jakarta:
EGC.Kastanakis MN, Voyer BG. 2014. The effect of culture on
perception and cognition: a conceptual framework.
Suparyanto. 2011. Wanita Usia Subur. [Artikel Online] [diunduh 30 Mei
2016].
Tersedia dari: http://www.wordpress.com
Syofianti, Haflina. 2013. Pengaruh Risiko Kurang Energi Kronis Pada Ibu
Hamil Terhadap Berat Badan Bayi Lahir Rendah (Analisis Kohort
Ibu Di Kabupaten Sawahlunto-Sijujung Tahun 2007), (Thesis),
Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.
Jakarta.
Waspadji S, Saryono S, Sukardji K, Krenawan T.Pengkajian Status Gizi.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2010;2
Page 63
52
Lampiran 2.
Frekuensi Variabel
KATEGORI UMUR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 18-24 Tahun 13 43.3 43.3 43.3
25-32 Tahun 17 56.7 56.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
PENDIDIKAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid S1 1 3.3 3.3 3.3
SD 9 30.0 30.0 33.3
SMA 10 33.3 33.3 66.7
SMP 10 33.3 33.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Page 64
53
PEKERJAAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Buruh 2 6.7 6.7 6.7
Guru 1 3.3 3.3 10.0
IRT 26 86.7 86.7 96.7
Wiraswasta 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Page 65
54
Lampiran 3.
Hasil Uji Statistik
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
IMT SEBELUM .196 30 .005 .880 30 .003
IMT SESUDAH .195 30 .005 .888 30 .004
LILA SEBELUM .247 30 .000 .856 30 .001
LILA SESUDAH .164 30 .039 .930 30 .049
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IMT SEBELUM 30 17.71 23.40 20.9663 1.83798
IMT SESUDAH 30 18.29 24.84 21.6396 1.95697
LILA SEBELUM 30 19.7 23.3 22.223 1.0241
LILA SESUDAH 30 21.1 24.1 23.010 .7980
Valid N (listwise) 30
Page 66
55
Wilcoxon Signed Rank Test
N Mean Rank Sum of Ranks
IMT SESUDAH - IMT
SEBELUM
Negative Ranks 1a 1.00 1.00
Positive Ranks 29b 16.00 464.00
Ties 0c
Total 30
LILA SESUDAH - LILA
SEBELUM
Negative Ranks 0d .00 .00
Positive Ranks 30e 15.50 465.00
Ties 0f
Total 30
a. IMT SESUDAH < IMT SEBELUM
b. IMT SESUDAH > IMT SEBELUM
c. IMT SESUDAH = IMT SEBELUM
d. LILA SESUDAH < LILA SEBELUM
e. LILA SESUDAH > LILA SEBELUM
f. LILA SESUDAH = LILA SEBELUM
Page 67
56
Test Statisticsb
IMT SESUDAH -
IMT SEBELUM
LILA SESUDAH
- LILA
SEBELUM
Z -4.762a -4.786
a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Page 68
57
Lampiran 4 .
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Oktaviani Sarumaha
Nim : P01031214086
Menyatakan bahwa data penelitian yang terdapat di SKRIPSI saya adalah
benar saya ambil dan bila tidak saya bersedia mengikuti ujian ulang ( ujian
utama saya dibatalkan
Yang membuat pernyataan
(Oktaviani Sarumaha)
Page 69
58
Lampiran 5.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Oktaviani sarumaha
Tempat/tgl lahir : Telukdalam, 03 Oktober 1995
Jumlah Anggota Keluarga : 7 (Tujuh)
Alamat Rumah : Desa Bawolowalani
No.Hp/Telp : 081318058612
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 1 TELUK DALAM
2. SMP 1 TELUK DALAM
3. SMAN 1 TELUKDALAM
Hobby : Memasak
Motto : Hidup Ini Adalah Kesempatan
Page 70
59
Lampiran 6.
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI SUBJEK PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertandatangan di bawahini :
Nama :
Usia :
Alamat :
Telp/HP :
Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden penelitian
dengan judul “Pengaruh pemberian Siomay Ikan Gabus Terhadap
Status Gizi (IMT dan LILA) Pada wanita Usia subur yang Kekurangan
Energi Kronik (KEK) Di Kelurahan Paluh kemiri ” yang akan dilakukan
oleh:
Nama : oktaviani sarumaha
Alamat : petapahan HKI
Instansi :Politekkes Kemenkes Medan Jurusan Gizi
No Hp : 0823 6681 5490
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sesungguhnya
tanpa paksaan dari siapapun
LubukPakam,.......................2018
Page 71
60
Lampiran 7
Formulir Data Responden
I. Identitas Sampel
Hari/Tgl Pengukuran : /
No.Responden :
Nama Responden :
Tempat/Tgl Lahir : /
Umur :tahun
Alamat :
No.Hp :
Pekerjaan :
1. PNS 3. Pegawai Swasta 5. Petani
2. IRT 4. Wiraswasta 6. Dll :
Pendidikan terakhir :
1. SD 3. SMA 5. DIV/S1
2. SMP 4. D3 6. S2
Page 72
61
II. Status Gizi (IMT)
a. Sebelum pemberian siomay ikan gabus
Hasil Pengukuran Status gizi
a. Tinggi Badan = _____,____ cm
b. Berat Badan = _____,____ kg
c. IMT = ________ Kg/m2
d. Status Gizi =
b. Setelah pemberian siomay ikan gabus
Hasil Pengukuran Status gizi
a. Tinggi Badan = _____,____ cm
b. Berat Badan = _____,____ kg
c. IMT = ________ Kg/m2
d. Status Gizi =
Ket :
Klasifikasi Indeks Masa Tubuh (IMT)
(kg/m2)
Kurus IMT < 18,5
Normal IMT > 18,5 - <24,9
Berat Badan Lebih IMT > 25,0 - < 27
Obesitas IMT > 27,0
Page 73
62
III. Status Gizi (LILA)
a. Sebelum pemberian siomay ikan gabus
LILA = cm
Status KEK =
b. Setelah pemberian siomay ikan gabus
LILA = cm
Status KEK =
Ket :
Klasifikasi Batas Ukur
Wanita Usia Subur
KEK < 23,5 cm
Normal 23,5 cm
Page 74
63
Lampiran 8
SIOMAY IKAN GABUS YANG DIBERIKAN KEPADA WANITA USIA
SUBUR YANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK
Siomay Ikan Gabus
Bahan :
1. Ikan gabus 100 gr
2. Tepung terigu 40 gr
3. Putih telur 35 gr
4. Bawang merah 10 gr
5. Bawang putih 10 gr
6. Kacang tanah 50 gr
7. Daun jeruk 3 gr
8. Cabe merah 5 gr
9. Garam, secukupnya
10. Minyak goreng, secukupnya
Cara Pengolahannya
1. Panaskan minyak kemudian tumis bumbu yang telah di
haluskan hingga harum.
2. Aduk semua bahan baku dalam satu wadah kecuali tepung
terigu dan telur.
3. Campurkan tepung dan telur dengan bahan yang sudah di
tumis.
4. Uleni sampai menjadi adonan sampai kalis.
5. Ambil adonan siomay secukupnya lalu cetak sesuai selera.
6. Kemudian kukus hingga matang.
7. Giling bahan sambal sampai wangi. Angkat lalu tunggu sampai
dingin.
8. Angkat siomay yang telah dikukus dan sajikan di atas mangkok.
9. Siram siomay dengan bumbu kacang.
Page 75
64
Gambar. 4 Siomay Ikan Gabus
Page 76
65
Lampiran 8
Bukti Bimbingan Skripsi
Judul : Pengaruh Pemberian Siomay Ikan Gabus
Terhadap Status Gizi (IMT Dan LILA) Pada
Wanita Usia Subur Yang Kekurangan Energi
Kronik Dikelurahan Paluh Kemiri.
Nama : Oktaviani sarumaha
Nomor Induk Mahasiswa : P01031214086
Program Studi : Diploma IV
Dosen Pembimbing
: Yenni Zuraidah, SP. M.Kes
No Tanggal Judul/Topik Bimbingan TTD
Mahasiswa
TTD Dosen
Pembimbing
1 02 Okt 2017
Mendiskusikan tentang masalah yang ada di bidang gizi masyarakat.
2 03 Okt 2017
Menentukan judul dari topik topik yang dibahas sebelumnya.
3 05 Okt 2017
Penulisan Bab I dan Bab II
4 13 Okt 2015
Perbaikan Bab I dan Bab II
5 16 Okt 2017
Penulisan Bab III
6 24 Okt 2017
Perbaikan Bab I, Bab II, dan Bab III
8 27 Okt 2017
Penyusunan daftar pustaka serta melengkapi lampiran-lampiran usulan penelitian
9 01 Nov 2017
Fix proposal
10 08 Agustus 2018
Berdiskusi menglah data penelitian untuk Bab IV
Page 77
66
11 10 Agustus 2018
Revisi BAB IV hasil pembahasan
12 14 Agustus 2018
Perbaikan dan Bab I Bab V dan lampiran lampiran
13 ACC Skripsi
Page 78
lampiran 1. Master Tabel Pengaruh Pemberian Iomay Ikan Gabus Terhadap Status Gizi (IMT dan LILA) Pada Wanita Usia Subur Yang Kekurangan Energi Kronik (KEK) Di Kelurahan Paluh Kemiri
NO NAMA TANGGAL TANGGAL.LAHIR UMUR TINGGI BB BB IMT IMT STATUS GIZI STATUS GIZI LILA LILA KAT.KEK KAT.KEK
SURVEY LAHIR BADAN SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH
1 MM 6/7/2018 02/06/90 28 148 49,3 51,1 22,51 23,33 2 2 22,9 23,6 1 2
2 MR 6/7/2018 11/15/92 25 157,9 45,8 47,1 18,37 18,89 1 2 23 23,9 1 2
3 MI 6/7/2018 02/08/95 23 145 49,2 50 23,4 23,78 2 2 22,8 23 1 1
4 HS 6/7/2018 02/09/89 29 158 45 46,2 18,03 18,51 1 2 21,5 22,6 1 1
5 MK 6/7/2018 10/24/90 27 145 47 48,3 22,35 22,97 2 2 22,8 23,4 1 1
6 MP 6/7/2018 02/11/86 32 152 44,5 46,2 19,26 20 2 2 21 22,7 1 1
7 LW 6/7/2018 02/12/93 25 160 45,8 47,4 17,89 18,52 1 2 22,5 23,7 1 2
8 AM 6/7/2018 02/13/90 28 158 45,2 46,2 18,11 18,51 1 2 22,8 23,9 1 2
9 MZ 6/7/2018 02/14/88 30 159,6 45,1 46,6 17,71 18,29 1 1 21 22,6 1 1
10 KK 6/7/2018 02/15/90 28 163 47,8 49,7 17,99 18,71 1 2 23,3 24,1 1 2
11 AD 6/7/2018 06/14/90 27 155 49,3 49,2 20,52 20,48 2 2 22 22,7 1 1
12 FP 6/7/2018 06/14/93 24 151 48 49,4 21,05 21,67 2 2 23 23,8 1 2
13 KH 6/7/2018 02/13/93 25 148,1 42,8 43,9 19,51 20,01 2 2 21,6 22 1 1
14 FN 6/7/2018 03/28/95 23 147 46,4 50,1 21,47 23,18 2 2 20,9 22,1 1 1
15 AA 6/7/2018 12/09/90 27 149,4 49,3 51,4 22,09 23,03 2 2 21,3 22,2 1 1
16 AZ 6/7/2018 12/10/88 29 143,8 48 49,1 23,21 23,74 2 2 22,9 23,7 1 2
17 RW 6/7/2018 07/05/91 26 152 49 51,3 21,21 22,2 2 2 23 24,1 1 2
18 AI 6/7/2018 02/23/97 21 146 47,1 48,4 22,1 22,71 2 2 22,6 23,6 1 2
19 AD 6/7/2018 07/21/90 27 150,4 52,1 53,2 23,03 23,52 2 2 22,8 23,5 1 1
20 FA 6/7/2018 03/24/90 28 144 47,4 48,3 22,86 23,29 2 2 21,4 22 1 1
21 KT 6/7/2018 08/13/94 23 158 52,4 53,7 20,99 21,51 2 2 22,1 22,9 1 1
22 HP 6/7/2018 08/24/90 27 153,7 53,2 54,1 22,52 22,9 2 2 23,1 23,6 1 2
23 MF 6/7/2018 04/12/00 18 158 55,4 56,8 22,19 22,75 2 2 23,3 23,9 1 2
24 DL 6/7/2018 02/14/97 21 154 51 58,9 21,5 24,84 2 2 23 23,7 1 2
25 DF 6/7/2018 12/03/99 18 145 44 45,5 20,93 21,64 2 2 19,7 21,1 1 1
26 DR 6/7/2018 04/25/95 23 158,2 56,1 57,3 22,42 22,9 2 2 23,3 24 1 2
27 FH 6/7/2018 12/24/95 22 149 49,3 49,7 22,21 22,39 2 2 21,2 22,4 1 1
28 EF 6/7/2018 12/30/95 22 152 51,2 52,3 22,16 22,64 2 2 22,9 23,5 1 1
29 RS 6/7/2018 06/22/94 23 155 46 46,9 19,15 19,52 2 2 19,9 21,2 1 1
30 AI 6/7/2018 10/10/99 18 147 48,1 49,2 22,26 22,77 2 2 23,1 23,7 1 2
KET : Status Gizi "1 Kurus" KET : LILA = "1 Gizi Kurang"
"2 Normal" " 2 Gizi Baik"
Page 79
lampiran 1. Master Tabel Pengaruh Pemberian Iomay Ikan Gabus Terhadap Status Gizi (IMT dan LILA) Pada Wanita Usia Subur Yang Kekurangan Energi Kronik (KEK) Di Kelurahan Paluh Kemiri
TANGGAL TANGGAL.LAHIR TINGGI BB BB IMT IMT STATUS GIZI STATUS GIZI LILA LILA KAT.KEK KAT.KEK
SURVEY LAHIR BADAN SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH
KET : Status Gizi "1 Kurus" KET : LILA = "1 Gizi Kurang"
"2 Normal" " 2 Gizi Baik"
Page 80
lampiran 1. Master Tabel Pengaruh Pemberian Iomay Ikan Gabus Terhadap Status Gizi (IMT dan LILA) Pada Wanita Usia Subur Yang Kekurangan Energi Kronik (KEK) Di Kelurahan Paluh Kemiri
TANGGAL TANGGAL.LAHIR TINGGI BB BB IMT IMT STATUS GIZI STATUS GIZI LILA LILA KAT.KEK KAT.KEK
SURVEY LAHIR BADAN SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH
KET : Status Gizi "1 Kurus" KET : LILA = "1 Gizi Kurang"
"2 Normal" " 2 Gizi Baik"