Pengaruh Pemberian Infusa Simplisia Daun Kluwih (Artocarpus camansi Blanco) terhadap Spermatogenesis Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur DDY Ihya Chair, Setiorini, Dadang Kusmana Departement of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected]Abstrak Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun kluwih terhadap spermatogenesis mencit jantan galur DDY. Sebanyak 24 ekor mencit terbagi kedalam 4 kelompok, yakni kelompok kontrol (KK) yang diberikan akuades, kelompok perlakuan (KP1, KP2, dan KP3) yang diberikan infusa daun kluwih dengan dosis berturut-turut, yaitu 2,5; 5; dan 10 g/kg BB. Infusa daun kluwih diberikan selama 36 hari. Kemudian dilakukan pengukuran terhadap berat basah testis, pengamatan dengan angka penilaian Johnsen, dan pengukuran diameter tubulus seminiferus. Data rerata berat testis pada KK, KP1, KP2, dan KP3 berturut-turut ialah (0,307± 0,030)g, (0,268± 0,014)g, (0,223± 0,016)g, dan (0,239± 0,020)g. Data rerata diameter tubulus seminiferus KK (205,17 ± 3,79) μm, KP1 (200,97 ± 4,82) μm, KP2 (203,78 ± 3,96) μm, dan KP3 (189,79 ± 3,82) μm. Data rerata angka penilaian metode Johnsen pada KK, KP1, KP2, dan KP3 berturut-turut adalah (9,71± 0,12), (9,63± 0,08), (9,38± 0,10), dan (9,34± 0,11). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian infusa daun kluwih (Artocarpus camansi Blanco) berpengaruh terhadap spermatogenesis mencit jantan pada dosis 2,5; 5; dan 10 g/kg BB. Effects of Breadnut Leaf’s Infusion (Artocarpus camansi Blanco) Intake on Spermatogenesis of Male Mice (Mus musculus L.) DDY Strain Abstract The research has been done to determine the effect of Kluwih leaf’s infusion intake on spermatogenesis of male mice DDY strain. 24 males mice have divided into 4 experimental group; control group which only given aquades and treament group which given infusion with doses 2,5;5;10 g/kg bw. Test material administated for 36 consecutive days. Then measured the weight of testis, observations with numerical of Johnsen scores, and the diameter of the tubules seminiferous. Mean of testes weigth: KK (0,307± 0,030)g, KP1 (0,268± 0,014)g, KP2 (0,223± 0,016)g, and KP3 (0,239± 0,020)g. Mean of diameter of tubules seminferous: KK (205,17 ± 3,79) μm, KP1 (200,97 ± 4,82) μm, KP2 (203,78 ± 3,96) μm, and KP3 (189,79 ± 3,82) μm. Mean of numerical of Johnsen score:KK (9,71± 0,12), KP1(9,63± 0,08), KP2(9,38± 0,10), and KP3 (9,34± 0,11). Based on LSD test (P<0.05) the result showed that the data has differences between treatment and control group. The result indicated that the treatment group have impact on spermatogenesis of male mice with doses 2,5;5;10 g/kg bw. Keywords: breadnut leaf infusion, testes weight, Johnsen score, diameter of tubulus seminiferus, mice Pendahuluan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Laju pertumbuhan penduduk tersebut pada tahun 2000 hingga 2010 mencapai angka sekitar 1,49 % per tahun, namun mengalami penurunan sekitar 0,09% menjadi 1,40 % pada tahun 2010 hingga 2014 (BPS 2014:37). Salah satu faktor yang memengaruhi laju pertumbuhan penduduk ialah angka kelahiran. Angka Pengaruh Pemberian ..., Ihya Chair, FMIPA UI, 2016
19
Embed
Pengaruh Pemberian Infusa Simplisia Daun Kluwih ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Pengaruh Pemberian Infusa Simplisia Daun Kluwih (Artocarpus camansi Blanco) terhadap Spermatogenesis Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur
DDY
Ihya Chair, Setiorini, Dadang Kusmana
Departement of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun kluwih terhadap spermatogenesis mencit jantan galur DDY. Sebanyak 24 ekor mencit terbagi kedalam 4 kelompok, yakni kelompok kontrol (KK) yang diberikan akuades, kelompok perlakuan (KP1, KP2, dan KP3) yang diberikan infusa daun kluwih dengan dosis berturut-turut, yaitu 2,5; 5; dan 10 g/kg BB. Infusa daun kluwih diberikan selama 36 hari. Kemudian dilakukan pengukuran terhadap berat basah testis, pengamatan dengan angka penilaian Johnsen, dan pengukuran diameter tubulus seminiferus. Data rerata berat testis pada KK, KP1, KP2, dan KP3 berturut-turut ialah (0,307± 0,030)g, (0,268± 0,014)g, (0,223± 0,016)g, dan (0,239± 0,020)g. Data rerata diameter tubulus seminiferus KK (205,17 ± 3,79) µm, KP1 (200,97 ± 4,82) µm, KP2 (203,78 ± 3,96) µm, dan KP3 (189,79 ± 3,82) µm. Data rerata angka penilaian metode Johnsen pada KK, KP1, KP2, dan KP3 berturut-turut adalah (9,71± 0,12), (9,63± 0,08), (9,38± 0,10), dan (9,34± 0,11). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian infusa daun kluwih (Artocarpus camansi Blanco) berpengaruh terhadap spermatogenesis mencit jantan pada dosis 2,5; 5; dan 10 g/kg BB.
Effects of Breadnut Leaf’s Infusion (Artocarpus camansi Blanco) Intake on Spermatogenesis of Male Mice (Mus musculus L.) DDY Strain
Abstract
The research has been done to determine the effect of Kluwih leaf’s infusion intake on spermatogenesis of male mice DDY strain. 24 males mice have divided into 4 experimental group; control group which only given aquades and treament group which given infusion with doses 2,5;5;10 g/kg bw. Test material administated for 36 consecutive days. Then measured the weight of testis, observations with numerical of Johnsen scores, and the diameter of the tubules seminiferous. Mean of testes weigth: KK (0,307± 0,030)g, KP1 (0,268± 0,014)g, KP2 (0,223± 0,016)g, and KP3 (0,239± 0,020)g. Mean of diameter of tubules seminferous: KK (205,17 ± 3,79) µm, KP1 (200,97 ± 4,82) µm, KP2 (203,78 ± 3,96) µm, and KP3 (189,79 ± 3,82) µm. Mean of numerical of Johnsen score:KK (9,71± 0,12), KP1(9,63± 0,08), KP2(9,38± 0,10), and KP3 (9,34± 0,11). Based on LSD test (P<0.05) the result showed that the data has differences between treatment and control group. The result indicated that the treatment group have impact on spermatogenesis of male mice with doses 2,5;5;10 g/kg bw.
dahulu pada inkubator dengan suhu 40 °C dan ditimbang secara berulang hingga beratnya konstan.
Pembuatan Infusa Simplisia Daun Kluwih
Dosis yang digunakan adalah 2,5 g/kg BB, 5 g/kg BB, dan 10 g/kg BB. Infus simplisia daun kluwih dengan
dosis 2,5 g/kg BB diperoleh dengan cara memasukkan 2,5 g serbuk simplisia daun kluwih ke dalam gelas
Beaker, setelah itu dimasukkan akuades hingga mencapai volume 10 ml. Setelah itu campuran tersebut
dihomogenkan dan dipanaskan pada penangas air pada suhu 90°C selama 15 menit. Infusa yang diperoleh
Pengaruh Pemberian ..., Ihya Chair, FMIPA UI, 2016
disaring dengan kertas saring (Depkes RI 1995: 9). Untuk membuat infus simplisia daun kluwih dosis 5 g/kg BB
dan 10 g/kg BB dilakukan dengan cara yang sama.
Perlakuan Terhadap Mencit (Mus musculus L.)
Mencit (Mus musculus L.) jantan diaklimatisasi terlebih dahulu selama 7 hari sebelum masing-masing
kelompok diberi perlakuan. Kelompok kontrol (KK) diberikan akuades sebanyak 10 ml/kg bb secara oral selama
36 hari berturut-turut. Kelompok perlakuan KP1, KP2, dan KP3 diberi infusa simplisia daun kluwih secara oral
selama 36 hari berturut-turut dengan dosis masing-masing 2,5 g/kg BB (KP1), 5 g/kg BB (KP2), dan 10 g/kg BB
(KP3). Jumlah volume cekok untuk tiap perlakuan berdasarkan rumus sebagai berikut:
(Olsen dkk. 2008:112—116).
Pembedahan dan Pengambilan Organ Testis
Mencit dikorbankan pada hari ke-37 kemudian dibedah dengan menggunakan dissecting set untuk
mengisolasi organ testis. Organ testis yang telah diisolasi kemudian ditimbang dengan timbangan digital. Organ
yang telah ditimbang kemudian selanjutnya akan diproses ke tahap pembuatan preparat dengan metode parafin
dan pewarnaan dengan HE (Hematoksilin-Eosin).
Pengamatan Sediaan Histologis dan Pengambilan Data
Setiap ekor mencit dibuat sediaan histologi organ testis (kanan dan kiri) sebanyak lima (5) sediaan. Sediaan
histologi testis diambil dari bagian testis anterior, middle, dan posterior. Tiap sediaan terdiri dari 10-12 sayatan
organ testis. Tiap sediaan testis, diamati 100 tubulus seminiferus yang memenuhi syarat yakni memiliki struktur
bulat utuh dan tampak jelas untuk diamati.
Parameter yang diamati ialah pengukuran diameter tubulus seminiferus dan penilaian semikuantitatif
metode Johnsen. Diameter tubulus seminiferus diukur dengan menggunakan mikroproyektor. Pengamatan
tubulus seminiferus yang diproyeksikan ke bidang pengukuran kemudian dilakukan kalibrasi dengan
menggunakan mikrometer objektif ukuran 1 mm untuk mendapatkan nilai yang sebenarnya dan kemudian
diukur diameternya dengan menggunakan penggaris plastik.
Pengamatan semi kuantitatif dilakukan dengan menggunakan penilaian metode Johnsen (Kusmana 2001:
57). Metode tersebut dilakukan dengam memberi skor tubulus seminiferus dengan nilai 1-10, dengan kriteria
sebagai berikut :
Nilai 10: spermatogenesis lengkap dan teratur dengan spermatozoa banyak dan epitel tubulus seminiferus
normal.
Nilai 9 : spermatozoa banyak, tetapi epitel tubulus seminiferus tidak teratur, tampak bagian epitel tubulus
seminiferus yang lepas.
Nilai 8 : jumlah spermatozoa dalam tubulus < 10.
Nilai 7 : tidak tampak spermatozoa dalam tubulus, tetapi masih banyak spermatid.
Nilai 6 : tidak ada spermatozoa dan jumlah spermatid dalam tubulus < 10.
Nilai 5 : tidak ada spermatozoa dan spermatid dalam tubulus, tapi masih ada banyak spermatosit.
Nilai 4 : tidak ada spermatozoa dan spermatid dalam tubulus, sedangkan jumlah spermatosit < 5.
Volume cekok = berat badan mencit (g)/100 g x 1 ml
Pengaruh Pemberian ..., Ihya Chair, FMIPA UI, 2016
Nilai 3 : sel spermatogenik dalam tubulus hanya terdiri atas spermatogonia.
Nilai 2 : tidak terdapat sel spermatogenik dalam tubulus, hanya sel sertoli.
Nilai 1 : tidak terdapat sel spermatogenik dan sel sertoli dalam tubulus.
Angka rata-rata yang didapat dari jumlah nilai tubulus dalam sediaan dibagi dengan jumlah tubulus
yang dinilai merupakan nilai akhir untuk sediaan tersebut.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dimasukkan dalam tabel dan diolah dengan menggunakan program komputer
Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows dengan pendekatan uji nilai probabilitas (P) dengan
kesimpulan hasil uji membandingkan taraf nyata (α = 0,05) dengan nilai probabilitas yang diperoleh melalui
SPSS versi 16.
Uji normalitas dan uji homogenitas digunakan sebagai uji persyaratan untuk uji statistik parametric
(Nugraha 2014: 270). Uji normalitas menggunakan uji Shaphiro-Wilk dan uji homogenitas menggunakan uji
Levene (Santoso 2003: 189). Data yang diperoleh berdistribusi normal dan bervariasi homogen maka akan
dilanjutkan dengan uji parametrik. Uji parametrik yang digunakan adalah uji Anava 1-arah untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan antar perlakuan. Jika data tidak berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan uji
nonparametrik Kruskal-Wallis, kemudian dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda LSD (Least
Significance Difference) (Santoso 2006:79).
Hasil Penelitian Penilaian metode Johnsen
Hasil perhitungan terhadap data rerata angka penilaian metode Johnsen dapat dilihat pada tabel 4.1.3. Data
rerata angka penilaian metode Johnsen pada KK, KP1, KP2, dan KP3 berturut-turut adalah (9,71± 0,12), (9,63±
0,08), (9,38± 0,10), dan (9,34± 0,11).
Tabel 1. Data rerata angka penilaian Johnsen testis mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY
Ulangan Rerata angka penilaian metode Johnsen
KK KP1 KP2 KP3
1 9,84 9,72 9,25 9,43
2 9,61 9,70 9,48 9,32
3 9,81 9,51 9,34 9,47
4 9,55 9,62 9,52 9,21
5 9,65 9,66 9,32 9,37
6 9,77 9,57 9,39 9,22
X 9,71 9,63 9,38 9,34
SD 0,12 0,08 0.10 0,11
Keterangan: KK : Kelompok kontrol (diberikan aquades selama 36 hari) KP1: Kelompok perlakuan 1(diberikan infusa daun kluwih 2,5 g/kg BB selama 36 hari) KP2: Kelompok perlakuan 2 (diberikan infusa daun kluwih 5 g/kg BB selama 36 hari)
Pengaruh Pemberian ..., Ihya Chair, FMIPA UI, 2016
KP3: Kelompok perlakuan 3 (diberikan infusa daun kluwih 10 g/kg BB selama 36 hari) SD : Standar deviasi
Tabel 2. Data persentase angka penilaian Johnsen testis mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY tiap kelompok perlakuan
Ulangan
Persentase Angka Penilaian Johnsen tiap Kelompok Perlakuan (%)
KK KP1 KP2 KP3
9 10 9 10 9 10 9 10
1 16 84 28 72 75 25 57 43
2 7 93 30 70 52 48 68 32
3 19 81 49 51 66 34 53 47
4 45 55 38 62 49 51 79 21
5 35 65 34 66 68 32 63 37
6 23 77 43 57 61 39 78 22
X 24,17 75,83 37 63 61,83 38,17 66,33 33,67
Keterangan: KK : Kelompok kontrol (diberikan aquades selama 36 hari) KP1: Kelompok perlakuan 1(diberikan infusa daun kluwih 2,5 g/kg BB selama 36 hari) KP2: Kelompok perlakuan 2 (diberikan infusa daun kluwih 5 g/kg BB selama 36 hari) KP3: Kelompok perlakuan 3 (diberikan infusa daun kluwih 10 g/kg BB selama 36 hari)
Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk terhadap data rerata angka penilaian metode Johnsen menunjukkan
bahwa data terdistribusi normal (P < 0,05). Hasil uji homogenitas Levene menunjukkan data bervariansi
homogen (P > 0,05). Hasil uji ANAVA 1-faktor (α = 0,05) menunjukkan bahwa rerata berat pada setiap
kelompok perlakuan berbeda nyata, sehingga terdapat pengaruh pemberian infusa daun kluwih terhadap rerata
angka penilaian metode Johnsen(P < 0,05). Hasil uji perbandingan berganda (LSD) (P <0,05) menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan 1 (KP1) tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol (KK). Sementara itu, KP2
dan KP3 berbeda nyata dengan KK dan KP1 (P<0,05). Dosis terbaik yang dapat menurunkan angka penilaian
Johnsen ialah 5 g/kg BB.
Diameter tubulus seminiferus
Hasil perhitungan terhadap data rerata diameter tubulus seminiferus dapat dilihat pada tabel 4.1.2. Data
Keterangan: KK : Kelompok kontrol (diberikan aquades selama 36 hari) KP1: Kelompok perlakuan 1(diberikan infusa daun kluwih 2,5 g/kg BB selama 36 hari) KP2: Kelompok perlakuan 2 (diberikan infusa daun kluwih 5 g/kg BB selama 36 hari) KP3: Kelompok perlakuan 3 (diberikan infusa daun kluwih 10 g/kg BB selama 36 hari) SD : Standar deviasi
Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk terhadap data diameter tubulus seminiferus menunjukkan data
terdistribusi normal (P < 0,05). Hasil uji homogenitas Levene terhadap diameter tubulus seminiferus
menunjukkan data bervariansi homogen (P >0,05). Hasil uji ANAVA 1-faktor (α = 0,05 8) menunjukkan bahwa
pemberian infusa simplisia daun kluwih dosis 2,5 g/kg BB, 5 g/kg BB, dan 10 g/kg BB berpengaruh terhadap
diameter tubulus seminiferus (P < 0,05). Hasil uji perbandingan berganda (LSD) (P <0,05) menunjukkan bahwa
semua kelompok perlakuan (KP1, KP2, dan KP3) berbeda nyata dengan kelompok kontrol (KK). Kelompok
perlakuan 1 (KP1), kelompok perlakuan 2 (KP2), dan kelompok perlakuan 3 (KP3) tidak berbeda nyata
(P>0,05). Infusa simplisia daun kluwih dosis 2,5 g/kg BB sudah dapat menurunkan diameter tubulus
seminiferus.
Berat testis
Hasil penelitian terhadap berat testis pada kelompok kontrol (KK), kelompok perlakuan 1 (KP1), kelompok
perlakuan 2 (KP2), dan kelompok perlakuan 3 (KP3) terdapat pada tabel 4.1.1. Data rerata berat testis pada KK,
KP1, KP2, dan KP3 berturut-turut ialah (0,307± 0,030)g, (0,268± 0,014)g, (0,223± 0,016)g, dan (0,239±
0,020)g.
Tabel 4.1.1 Data berat testis mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY
Ulangan Berat Testis (g)
KK KP1 KP2 KP3
1 0,306 0,258 0,204 0,236
2 0,271 0,245 0,235 0,207
3 0,314 0,269 0,241 0,231
4 0,357 0,286 0,218 0,253
5 0,308 0,273 0,232 0,245
6 0,284 0,274 0,209 0,263
Pengaruh Pemberian ..., Ihya Chair, FMIPA UI, 2016
X 0,307 0,268 0,223 0,239
SD 0,030 0,014 0,015 0,020
Keterangan: KK : Kelompok kontrol (diberikan aquades selama 36 hari) KP1: Kelompok perlakuan 1(diberikan infusa daun kluwih 2,5 g/kg BB selama 36 hari) KP2: Kelompok perlakuan 2 (diberikan infusa daun kluwih 5 g/kg BB selama 36 hari) KP3: Kelompok perlakuan 3 (diberikan infusa daun kluwih 10 g/kg BB selama 36 hari) SD : Standar deviasi
Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk terhadap data berat testis menunjukkan data terdistribusi normal (P >
0,05). Hasil uji homogenitas Levene terhadap berat testis menunjukkan data bervariansi homogen (P > 0,05).
Hasil uji ANAVA 1-faktor (α = 0,05) menunjukkan bahwa pemberian infusa daun kluwih dosis 2,5 g/kg BB, 5
g/kg BB dan 10 g/kg BB berpengaruh terhadap berat testis (P < 0,05). Hasil uji perbandingan berganda (LSD) (P
<0,05) menunjukkan bahwa semua kelompok perlakuan (KP1, KP2, dan KP3) berbeda nyata dengan kelompok
kontrol (KK). Kelompok perlakuan 1 (KP1) berbeda nyata dengan kelompok perlakuan 2 dan 3 (KP2 dan KP3)
(P<0,05). Sementara itu kelompok perlakuan 2 (KP2) tidak berbeda nyata dengan kelompok perlakuan 3 (KP3)