Page 1
i
PENGARUH PEMBERIAN FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK
ETANOL 70% HERBA MENIRAN (Phyllanthus niruri L.)
TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT
MENCIT PUTIH JANTAN GALUR
BALB-C HIPERURISEMIA
SKRIPSI
Oleh:
ARIE KURNIASTUTY
K 100 040 204
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2008
Page 2
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gout merupakan jenis penyakit metabolisme yang keberadaanya cukup
populer di kalangan masyarakat. Masyarakat umum mengenal penyakit gout ini
sebagai penyakit pirai atau asam urat. Penyakit ini disebabkan oleh meningkatnya
kadar asam urat dalam darah melebihi kadar normal, sehingga menimbulkan kristal-
kristal asam urat yang berbentuk jarum, yang menyebabkan kekakuan di bagian sendi
(Utami, 2004).
Perkembangan pemanfaatan tumbuhan obat tradisional guna penyembuhan
penyakit serta pemeliharaan kesehatan di kalangan masyarakat semakin besar
potensinya dikarenakan keamanan dan khasiatnya telah terbukti secara empiris
(Guzman, 1988). Salah satu tumbuhan yang berkhasiat tersebut adalah herba meniran
(Phyllanthus niruri L.). Kegunaan dari tanaman ini sebagai pengobatan diare,
hepatitis, rabun senja, digigit anjing gila, bisul di kelopak mata, radang kandung
kemih, kencing batu, radang ginjal, dan membuang kelebihan asam urat darah melalui
urin (Hutapea dan Syamsuhidayat, 1991; Heyne, 1987). Disamping itu ekstrak herba
meniran dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan
fungsi hati (Anonim, 2003).
Berdasarkan penelitian sebelumnya ekstrak etanol herba meniran (Phyllanthus
niruri L.) menunjukkan efek menurunkan kadar asam urat pada ayam jantan leghorn
yang dibuat hiperurisemia dengan diet tinggi purin (Susanti, 2005). Penelitian
Page 3
2
Murugaiyah dan Chan (2006) menyebutkan fraksi semi polar dari ekstrak metanol
menunjukkan efek menurunkan kadar asam urat pada tikus yang dibuat hiperurisemia
dengan pemberian potassium oxonate. Senyawa yang bertanggungjawab dalam
menurunkan kadar asam urat yaitu lignan (phyllantin, hypophyllantin, dan
phyltetralin), dimana phyllantin yang paling berpotensi dalam menurunkan kadar
asam urat .
Metode menggunakan ayam leghorn membutuhkan waktu yang relatif lama
dalam memperoleh kondisi hiperurisemia, dibanding dengan metode potassium
oxonate. Penelitian ini menggunakan metode potassium oxonate karena waktu untuk
meningkatkan kadar asam urat lebih cepat sehingga lebih efisien.
Penelitian ini menggunakan fraksi etil asetat ekstrak etanol 70%. Etil asetat
merupakan pelarut yang bersifat semi polar, sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang bersifat semi polar dari herba meniran (Phyllanthus niruri L.) yang
diduga mampu menurunkan kadar asam urat.
B. Perumusan Masalah
Apakah pemberian fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% herba meniran
(Phyllanthus niruri L.) dapat menurunkan kadar asam urat serum darah pada mencit
putih jantan galur Balb-C yang diinduksi dengan potassium oxonate?
C. Tujuan
Mengetahui efek fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% herba meniran
(Phyllanthus niruri L.) dalam menurunkan kadar asam urat serum darah pada mencit
putih jantan galur Balb-C yang diinduksi potassium oxonate.
Page 4
3
D. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Meniran (Phyllanthus niruri L.)
a. Sinonim
Nama lain dari Phyllanthus niruri L. adalah Phyllanthus urinaria L.,
Phyllanthus alatas BI, Phyllanthus cantonensis Hornen, Phyllanthus
echinatus Wall, Phyllanthus leptocarpus Wight. Nama daerah lainnya yaitu
Jawa: meniran, meniran merah, meniran hijau. Sunda: memeniran. Maluku:
gosau cau, hsieh hsia chu (Dalimarta, 2000).
b. Sistematika Tumbuhan Meniran
Herba meniran (Phyllanthus niruri L.)memiliki sistematika sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Phyllanthus
Jenis : Phyllanthus niruri Linn.
(Backer dan Van den Brink, 1965; Van Steenis, 2003)
c. Morfologi
Herba meniran (Phyllanthus niruri L.) tumbuh liar di tempat yang
lembab dan berbatu, seperti di sepanjang saluran air, semak-semak, dan tanah
diantara rerumputan. Tumbuhan ini bisa ditemukan di daerah dataran rendah
Page 5
4
sampai ketinggian 1000 m dari permukaan laut. Meniran merupakan terna,
semusim, tumbuh tegak, tinggi 30-50 cm, bercabang–cabang. Batang
berwarna hijau pucat. Daun tunggal, letak berseling. Helaian daun bundar
memanjang, ujung tumpul, pangkal membulat, permukaan bawah berbintik
kelenjar, tepi rata, panjang sekitar 1,5 cm, lebar sekitar 7 mm, berwarna hijau.
Dalam satu tanaman ada bunga betina dan bunga jantan. Bunga jantan keluar
di bawah ketiak daun, sedangkan bunga betina keluar di atas ketiak daun.
Buahnya kotak, bulat pipih, licin, bergaris tengah 2-2,5 mm. Bijinya kecil,
keras, berbentuk ginjal, berwarna coklat (Hutapea dan Syamsyuhidayat,
1991).
d. Daerah Distribusi, Habitat, dan Budidaya
Herba meniran tumbuh liar di tanah datar dan daerah pegunungan
hingga tinggi 1 mm sampai 1000 m dari permukaan laut. Tumbuhan ini
tumbuh liar di tempat terbuka pada tanah gembur, berpasir di ladang, di tepi
sungai dan di pantai, bahkan tumbuh liar di sekitar pekarangan rumah
(Dalimarta, 2000).
Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan di lahan.
Ciri tanaman meniran (Phyllanthus niruri L.) yang siap dipanen adalah daun
tampak hijau tua hampir menguning dan buah agak keras jika dipijit. Herba
meniran (Phyllanthus niruri L.) yang telah dipanen dikeringkan terlebih
dahulu selama beberapa jam, lalu dikeringkan dengan oven atau di bawah
sinar matahari langsung. Pengeringan dengan sinar matahari langsung
dilakukan selama 3-5 hari tergantung cuaca. Herba meniran (Phyllanthus
Page 6
5
niruri L.) yang telah dikeringkan dikemas dalam wadah yang kedap udara
agar simplisia ini tidak mudah berjamur (Kardinan, 2004). Tanaman ini
menyebar luas hampir ke setiap daerah tropis ataupun subtropis seperti India,
Cina, Malaysia, Filipina, dan Australia (Dalimarta, 2000).
e. Kandungan Kimia
Herba meniran (Phyllanthus niruri L.) banyak mengandung beberapa
zat kimia yaitu: flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, lignan.
1) Flavonoid merupakan senyawa larut dalam air yang dapat diekstraksi
dengan etanol 70% dan tetap ada lapisan air setelah dikocok dengan eter
minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya
berubah bila ditambah basa atau amoniak. Flavonoid umumnya terdapat
dalam tumbuhan terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon.
Flavonoid yang merupakan bentuk kombinasi glikosida, terdapat dalam
semua tumbuhan berpembuluh (Harborne, 1987). Beberapa turunan
flavonoid terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi dan hanya terdapat pada
organ-organ tertentu dari tumbuhan seperti akar, batang, daun, bunga, biji,
dan kulit kayu.
2) Lignan berupa zat padat hablur tanpa warna yang menyerupai senyawa
aromatik sederhana yang lain dalam sifat kimianya. Lignan tersebar luas
di dunia tumbuhan, terdapat dalam kayu, daun, eksudat, damar, dan bagian
tumbuhan lain. Lignan terkadang dijumpai sebagai glikosida. Lignan
digunakan sebagai antioksidan dalam makanan. Selain itu lignan juga
merupakan kandungan kimia yang aktif dalam tumbuhan obat tertentu.
Page 7
6
Lignan dapat diekstraksi dengan aseton atau etanol dan seringkali
diendapkan sebagai garam kalium yang sukar larut (Robbinson, 1995).
3) Tanin tersebar dalam setiap tanaman yang berbatang. Tanin berada dalam
jumlah tertentu, biasanya berada pada bagian spesifik tanaman seperti :
daun, buah, akar, batang. Tanin merupakan senyawa kompleks, biasanya
merupakan campuran polifenol yang sukar untuk dipisahkan karena tidak
dalam bentuk kristal. Di dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein
dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak maka reaksi penyamaan
dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh
cairan pencernaan. Salah satu fungsi utama tanin yaitu sebagai penolak
hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat (Harborne, 1987).
Tanin dapat meringankan diare dengan menciutkan selaput lendir usus
(Tjay dan Raharja, 1991).
4) Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.
Alkaloid termasuk senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau
atom nitrogen dan berbentuk kristal. Untuk alkaloid dalam daun atau buah
segar adalah rasanya pahit di lidah serta mempunyai efek fisiologis kuat
atau keras terhadap manusia. Sifat lain yaitu sukar larut dalam air dengan
suatu asam akan membentuk garam alkaloid yang lebih mudah larut
(Harborne, 1987).
5) Saponin adalah senyawa aktif yang menimbulkan busa jika dikocok
dengan air. Pada konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolisis sel
Page 8
7
darah. Saponin dapat bekerja sebagai antimikroba. Kelarutan saponin
dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Robbinson, 1995).
f. Khasiat Tanaman
Herba meniran (Phyllanthus niruri L.) digunakan untuk pengobatan
sembab (bengkak), infeksi dan batu saluran kencing, kencing nanah,
menambah nafsu makan, diare, radang usus, konjungtivitas, hepatitis, sakit
kuning, rabun senja, sariawan, digigit anjing gila, rabun senja, dan rematik
gout (Hutapea dan Syamsyuhidayat, 1991; Heyne, 1987). Selain itu herba
meniran juga digunakan sebagai imunostimulator (Anonim, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kandungan kimia herba meniran
(Phyllanthus niruri L.), senyawa phyllanthin mempunyai efek menurunkan
kadar asam urat tikus yang dibuat hiperurisemia dengan potassium oxonate
(Murugaiyah dan Chan, 2006).
2. Metode Ekstraksi dan Fraksinasi
Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah
dengan menggunakan pelarut yang dipilih sehingga zat yang diinginkan akan
larut. Pemilihan sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus berdasarkan
kemampuannya dalam melarutkan jumlah yang maksimal dari zat aktif dan
seminimal mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan (Ansel, 1989).
Ekstrak adalah sediaan berupa kering, kental dan cair, dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok di luar pengaruh
cahaya matahari langsung (Anonim, 1979). Metode ekstraksi yang tepat sangat
tergantung pada tekstur dan kandungan air bahan-bahan yang akan diekstraksi.
Page 9
8
Ekstraksi sendiri dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan
metode maserasi, perkolasi dan sokletasi.
1) Metode maserasi
Metode ini dilakukan dengan cara merendam bahan-bahan tumbuhan yang
telah dihaluskan/digiling dalam pelarut terpilih, kemudian disimpan dalam
jangka waktu tertentu dalam ruang gelap.
2) Metode perkolasi
Metode ini biasanya digunakan dengan cara melewatkan pelarut tetes demi
tetes pada bahan-bahan tumbuhan yang akan diekstrak.
3) Metode sokletasi
Metode ini digunakan untuk mengekstrak komponen dari bahan-bahan
tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan alat soklet (Anonim, 2007).
Fraksinasi merujuk pada pemisahan lebih halus yaitu memisahkan
senyawa-senyawa kimia dalam ekstrak kasar dengan menggunakan beberapa
metode pemisahan. Fraksi-fraksi yang telah didapatkan dari proses fraksinasi
kemudian diuji aktivitasnya dan akan dihasilkan satu atau lebih fraksi yang
memberikan aktivitas biologi pada makhluk uji. Fraksi-fraksi ini perlu dipisahkan
lagi karena masih banyak terdapat senyawa kimia yang lain (Anonim, 2007).
3. Asam Urat
a. Definisi Hiperurisemia
Hiperurisemia yaitu meningkatnya kadar asam urat dalam darah
melebihi batas normal, sehingga menimbulkan kristal-kristal asam urat yang
berbentuk jarum yang menyebabkan kekakuan di bagian sendi. Hal itu terjadi
Page 10
9
ketika ginjal tidak sanggup mengeluarkanya melalui air kemih. Masyarakat
umum mengenal penyakit hiperurisemia ini sebagai penyakit asam urat.
b. Gejala Hiperurisemia
Serangan asam urat terjadi secara tiba-tiba. Gejala khas yang dirasakan
adalah nyeri di satu atau lebih sendi. Pada malam hari, rasa nyeri ini akan
semakin terasa. Bahkan persendian menjadi bengkak, kulit menjadi merah
atau keunguan, dan tampak mengkilat. Jika kulit di persendian disentuh akan
terasa hangat dan nyeri. Asam urat cenderung mengkristal pada suhu dingin
(Utami, 2004).
Serangan pertama biasanya hanya mempengaruhi satu sendi dan
berlangsung selama beberapa hari. Gejalanya secara perlahan akan
menghilang, fungsi sendi kembali normal. Tetapi, jika serangan mengalami
perkembangan, apalagi tidak diobati dalam jangka waktu lama, frekuensi
terasanya lebih sering dan terjadi di beberapa persendian, maka kerusakan
pada persendian cenderung menetap (Utami, 2004).
Gejala asam urat yang berat dapat menyebabkan perubahan bentuk di
bagian tubuh tertentu. Perubahan tersebut terjadi akibat berkumpulnya kristal
asam urat yang terus menerus di persendian dan ujung otot. Dua bagian tubuh
ini akan rusak sehingga terjadi peningkatan kekakuan di bagian sendi.
Gumpalan keras kristal urat (tofus) terkumpul di bawah kulit sekitar
persendiaan. Tofus juga dapat terbentuk di ginjal dan organ lainya, seperti di
sekitar siku. Jika tidak diobati, tofus di bagian tangan dan kaki dapat pecah
Page 11
10
dan mengeluarkan suatu masa kristal yang tampak seperti kapur (Utami,
2004).
c. Tanda- tanda Hiperurisemia
Hiperurisemia ditandai oleh adanya peningkatan asam urat darah,
terdapatnya kristal urat yang khas dalam cairan sendi, terdapat tofus yang
telah dibuktikan dengan pemeriksaan kimia, terjadi lebih dari satu kali
serangan nyeri di persendian, adanya serangan di satu sendi terutama sendi di
ibu jari kaki, sendi tampak kemerahan adanya pembengkakan tidak simetris di
satu sendi, tidak adanya bakteri saat terjadi serangan dan peradangan (Utami,
2004).
d. Pembentukan Asam Urat
Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin yang
menyusun bahan genetik. Produk purin dikonversi menjadi asam urat melalui
ksantin dalam reaksi yang dikatalisis oleh ksantin oksidase. Tanpa adanya
ksantin oksidase, asam urat tidak dapat dibentuk (Martin, 1987).
Pada primata, enzim urikase bertanggung jawab untuk hidrolisis asam
urat menjadi allantoin, produk akhir katabolisme purin sangat larut dalam air,
pada hewan-hewan ini mengekskresikan asam urat dan guanin sebagai produk
akhir metabolisme purin maupun metabolisme protein (Martin, 1987).
Pada manusia, purin dalam asam nukleat yang dimakan langsung
dikonversi menjadi asam urat tanpa diinkorporasi dulu ke dalam asam nukleat
organisme. Asam urat dalam jumlah sangat terbatas juga diproduksi dari asam
nukleat yang dimakan oleh flora bakteri usus. Asam urat diserap dan langsung
Page 12
11
diekskresikan bersama feces (Martin, 1987). Mekanisme pembentukan asam
urat dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pembentukan Asam Urat (Martin, 1987)
Manusia mengubah nukleosida yang utama, yaitu adenosin dan
guanosin menjadi produk akhir asam urat yang diekskresikan keluar.
Adenosin pertama - tama mengalami deaminasi menjadi inosin oleh enzim
adenosin deaminase. Fosforilase ikatan N-glikosida inosin dan guanosin, yang
dikatalisis oleh enzim nukleosida purin fosforilase, akan melepaskan senyawa
ribose 1-fosfat dan basa purin. Hipoksantin dan guanin selanjutnya nembentuk
Page 13
12
xantin dalam reaksi yang dikatalisasi masing-masing oleh enzim ksantin
oksidase dan guanase. Kemudian ksantin teroksidasi menjadi asam urat dalam
reaksi kedua yang dikalalisasi oleh enzim ksantin oksidase. Dengan demikian,
ksantin oksidase merupakan tempat yang essensial untuk intervensi
farmakologis pada penderita penyakit gout.
e. Klasifikasi Pirai (Gout)
1) Hiperurisemia primer
Hiperurisemia primer biasanya tidak diketahui penyebabnya, tetapi
sebagian besar disebabkan defisiensi enzim hipoksantin guanin
fosforibosil transferase (HGPRT) dan peningkatan aktivitas enzim
fosforibosil pirofosfatase.
2) Hiperurisemia sekunder
Hiperurisemia sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat
yang berlebihan atau ekskresi asam urat berkurang akibat proses penyakit
lain seperti leukemia dan pneumonia, asam urat meningkat disebabkan
meningkatnya pemecahan sel darah putih yang kaya asam urat (Price dan
Wilson, 2005); kelainan ginjal; kegemukan (obesitas) (Utami, 2004), atau
pemakaian obat- obatan tertentu seperti penggunaan yang lama dari
diuretik (contoh: furosemid); obat tuberculosis (contoh: INH, pirazinamid,
ethionamid) (Tjay dan Raharja, 2002)
f. Konsentrasi Asam Urat
Konsentrasi asam urat darah tergantung pada keseimbangan antara
produksi dan ekskresinya. Konsentrasi asam urat dalam serum sangat
Page 14
13
bervariasi tergantung dari tipe genetik dan faktor lingkungan. Faktor umur dan
jenis kelamin juga menentukan sebaran nilai konsentrasi asam urat.
Konsentrasi normal pada anak-anak 2-4 mg/dl, konsentrasi normal pada
dewasa laki-laki 3-7 mg /dl, dan pada wanita 2-6 mg/dl (Schunack et al.,
1990).
g. Ekskresi Asam Urat
Ekskresi total asam urat pada manusia normal rata-rata berkisar 400-
600 mg per 24 jam, ekskresi ginjal asam urat siang hari lebih besar dibanding
ekskresi pada malam hari (Roddwell, 1997). Ekskresi asam urat melibatkan
filtrasi glomerulus dan resorpsi, kemudian sekresi tubuli sebelum diekskresi
(Spector, 1993). Ekskresi asam urat ini, terutama yang melalui ginjal
tergantung pada aliran darah dalam glomerulus dan proses filtrasi, juga oleh
fungsi epithelia. Ekskresi asam urat melalui ginjal tergantung pada kandungan
purin dalam makanan (Widmann, 1995).
h. Allopurinol
Allopurinol digunakan untuk mengurangi kadar garam urat dalam
tubuh. Allopurinol bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan batu ginjal
kalsium pada penderita yang kadar asam urat pada serum atau air kemihnya
meningkat (Widmann, 1995).
Allopurinol dan metabolit utamanya, oksipurinol bekerja dengan cara
menghambat enzim ksantin oksidase, enzim yang mengubah hipoksantin
menjadi ksantin dan selanjutnya menjadi asam urat. Allopurinol mengurangi
pembentukan asam urat dengan cara penghambatan ksantin oksidase,
Page 15
14
mengurangi jumlah hipoksantin dan ksantin diubah menjadi asam urat. Cara
ini menghasilkan hipoksantin dan ksantin menjadi lebih banyak, untuk
digunakan kembali dalam lingkungan metabolik purin, yang akhirnya secara
mekanisme umpan balik, mengurangi pembentukan purin baru secara
keseluruhan (Mutschler, 1991).
Allopurinol dan metabolit utamanya dikeluarkan melalui ginjal, karena
allopurinol mengurangi pembentukan asam urat maka konsentrasi garam atau
asam urat pada cairan tubuh maupun air kemih menjadi rendah (Schunack et
al., 1990). Efek samping yang sering terjadi adalah reaksi kulit. Bila timbul
kemerahan pada kulit maka obat harus dihentikan karena gangguan dapat
menjadi lebih berat. Reaksi alergi berupa demam, menggigil, leukopenia atau
leukositosis, eosinofilia, atralgia dan pruritus juga pernah dilaporkan.
Gangguan saluran cerna kadang-kadang juga terjadi (Widmann, 1995).
Mekanisme penghambatan pembentukan asam urat oleh allopurinol dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Mekanisme Penghambatan Pembentukan Asam Urat oleh
Allopurinol (Tjay dan Raharja, 2002)
Page 16
15
i. Potassium oxonate
Potassium oxonate merupakan garam potassium atau kalium dari asam
oxonate. Potassium oxonate mempunyai berat molekul 195,18 dengan rumus
molekul C4H2KN3O4, titik didih pada 3000C, kelarutan dalam air 5 mg/ml dan
bisa dideteksi pada spektra merah.
Potassium oxonate merupakan inhibitor urikase dengan memberikan
efek hiperurisemia. Adapun mekanisme potassium oxonate dalam
meningkatkan kadar asam urat adalah seperti pada Gambar 3.
Keterangan : : menghambat
Gambar 3. Mekanisme Aksi dari Potassium Oxonate dalam Meningkatkan Kadar
Asam Urat (Mazzali et al., 2006).
E. Landasan Teori
Ekstrak etanol herba meniran (Phyllanthus niruri L.) memberikan efek
menurunkan kadar asam urat pada ayam jantan leghorn yang dibuat hiperurisemia
dengan diet tinggi purin (Susanti, 2005).
Penelitian Murugaiyah dan Chan (2006) menyebutkan fraksi semi polar
ekstrak metanol memberikan efek menurunkan kadar asam urat pada tikus yang
dibuat hiperurisemia dengan pemberian potassium oxonate. Senyawa yang
bertanggungjawab dalam menurunkan kadar asam urat yaitu lignan (phyllantin,
Asam urat + 2 H2O + O2
Potassium Oxonate Uricase
Allantoin + CO2 + H2O2
Page 17
16
hypophyllantin, dan phyltetralin), dimana phyllantin yang paling berpotensi dalam
menurunkan kadar asam urat.
F. Hipotesis
Fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% herba meniran (Phyllanthus niruri L.)
dapat menurunkan kadar asam urat serum darah mencit putih jantan galur Balb-C
yang telah diinduksi potassium oxonate.