perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DAN STAD TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PROSA FIKSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR (Sebuah Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP di Surakarta) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Oleh Sri Wuryanti S841102013 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
141
Embed
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DAN …/Pengaruh... · 4 Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Mengapresiasi ... pembelajaran kooperatif jigsaw dan STAD dalam pembelajaran
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DAN STAD
TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PROSA FIKSI
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR
(Sebuah Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP di Surakarta)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh
Sri Wuryanti
S841102013
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Tuhan Yang Maha Besar
atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, tesis ini dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu. Tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk menempuh
derajat magister pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program
Pascasarjana UNS.
Penulisan tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan
memberikan apresiasi secara tulus kepada semua pihak, terutama kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana UNS;
2. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. selaku Ketua Program Studi S2 Pendidikan
Bahasa Indonesia PPs UNS dan selaku pembimbing I yang telah memberikan
kesempatan, bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga tesis ini dapat
diselesaikan dengan lancar;
3. Dr. Andayani, M.Pd selaku pembimbing II, atas segala bimbingan, arahan,
dan motivasi sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik;
4. Abdul Haris, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 16 yang telah
memberikan izin uji instrumen dan memberikan dukungan selama
pelaksanaan penelitian;
5. Drs. Sutrisno, M.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 26 yang telah memberikan
izin dan memberikan dukungan selama pelaksanaan penelitian;
6. Dra. Mahdiyatun selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Negeri 26 Surakarta yang telah melaksanakan pembelajaran di kelas STAD;
7. Sri Rahayu Haryani, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di
SMP Negeri 13 Surakarta yang telah melaksanakan pembelajaran di kelas
Jigsaw;
8. Rekan guru dan karyawan SMP Negeri 13 Surakarta yang telah memberikan
bantuan dan dukungan;
9. Ibunda Prapto Suwiryo yang telah memberikan doa restu dan dukungan kasih
sayang yang luar biasa;
10. Suamiku tercinta, S. Joko Pulyanto, S.H. yang dengan setia dan penuh kasih
membantu setiap langkah sehingga semua berjalan dengan baik dan lancar;
11. Elang Raditya dan Azhari Fatikhasuri, buah cinta kami yang selalu menjadi
motivator utama;
12. Saudara-saudaraku, rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia Angkatan 2010/2011 PPs UNS yang telah berjuang bersama dan
saling memotivasi.
Penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik sangat diharapkan demi kesempunaan tesis ini.
Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan demi
tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Surakarta, 14 Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
(H.R. Qudhy dari Jabil)
Keberhasilan seseorang itu bukan karena kecerdasannya saja,
tetapi juga karena kepandaiannya memanfaatkan peluang.
Seorang yang pesimis adalah orang yang menciptakan kesulitan dari peluangnya.
Seorang yang optimis adalah orang yang menciptakan peluang dari kesulitannya.
(Harry Truman)
Siapa yang meringankan beban penderitaan seorang mukmin di dunia,
pasti Allah akan meringankan beban penderitaan di akherat kelak.
Siapa yang memudahkan orang dalam keadaan susah,
pasti Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akherat.
Siapa yang menutup aib seorang muslim,
pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akherat.
Dan Allah akan selalu menolong hamba-Nya,
jika hamba tersebut menolong saudaranya.
(H.R. Muslim)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Tesis ini dipersembahkan kepada:
v Bapak dan ibunda tercinta Prapto Suwiryo dan Kemo Warsito
v Suamiku tersayang S. Joko Pulyanto, S.H.
v Buah hati kami Elang Raditya dan Azhari Fatikhasuri
v Keenam kakakku; khususnya Almarhumah AA Wartanti,S.Pd.
v Bapak Prof. Dr. Sarwiji Suwandi dan Ibu Dr. Andayani, M.Pd.
v Segenap guru dan karyawan SMP N 13 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ..................................................................................................................... i
PERSETUJUAN ..................................................................................................... ii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
PERNYATAAN..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
MOTTO ................................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
ABSTRAK ......................................................................................................... xviii
ABCTRACT ........................................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,
KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........... 11
A. Kajian Teori .................................................................................. 11
1. Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi ..................... 11
a. Pengertian Kemampuan ...................................................... 11
b. Pengertian Apresiasi ........................................................... 12
c. Pengertian Prosa Fiksi ........................................................ 14
d. Jenis-jenis Prosa Fiksi ........................................................ 15
e. Unsur Intrinsik Prosa Fiksi ................................................. 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
f. Aspek Penilaian Prosa Fiksi ................................................ 25
g. Pembelajaran Mengapresiasi Prosa Fiksi di Kelas ............. 27
C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ......................................... 96
1. Analisis Data ........................................................................... 97
a. Analisis Perbedaan Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi Awal Ditinjau dari Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar ................................................................ 97
b. Analisis Perbedaan Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi Akhir Ditinjau dari Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar ................................................................ 99
28 Foto Kegiatan Belajar Mengajar............................................... 215
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Sri Wuryanti. S841102013. 2012. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan STAD terhadap Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi Ditinjau dari Motivasi Belajar: Sebuah Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP di Surakarta. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., II: Dr. Andayani, M.Pd. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh pembelajaran kooperatif jigsaw dan STAD dalam pembelajaran bahasa Indonesia terhadap kemampuan mengapresiasi prosa fiksi ditinjau dari motivasi belajar siswa. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk menemukan: (1) perbedaan kemampuan mengapresiasi prosa fiksi antara siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif jigsaw dan yang belajar dengan pembelajaran kooperatif STAD, (2) perbedaan kemampuan mengapresiasi prosa fiksi antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, dan (3) interaksi antara pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar terhadap kemampuan mengapresiasi prosa fiksi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan rancangan faktorial 2x2. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kota Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian yaitu SMP Negeri 13 Surakarta dan SMP Negeri 26 Surakarta. Uji coba instrumen tes kemampuan mengapresiasi prosa fiksi dan angket motivasi belajar dilakukan di SMP N 16 Surakarta.
Sebagai prasyarat penelitian dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji prasyarat analisis menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal dan homogen.Teknik analisis data yang digunakan adalah anava dua jalan. Berdasarkan kajian teori dan penghitungan anava dua jalan/ jalur diperoleh hasil: (1) terdapat perbedaan kemampuan mengapresiasi prosa fiksi antara siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif jigsaw dan yang belajar dengan pembelajaran kooperatif STAD. Hasil analisis diperoleh hasil Fhitung Antar A (antar pembelajaran kooperatif) sebesar= 7,545 dengan p-value 0,008. Ternyata p<0,05; maka Fhitung tersebut signifikan, (2) terdapat perbedaan kemampuan mengapresiasi prosa fiksi antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Hasil analisis diperoleh hasil Fhitung
Antar A (antar pembelajaran kooperatif) sebesar= 5,229 dengan p-value 0,025. Ternyata p<0,05; maka Fhitung tersebut signifikan, dan (3) terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar terhadap kemampuan mengapresiasi prosa fiksi. Hasil analisis diperoleh hasil Fhitung Inter AB sebesar= 4,999; dengan p= 0,029; ternyata p<0,05 yang berarti bahwa Fhitung tersebut signifikan. Kata kunci : pembelajaran kooperatif, jigsaw dan STAD, kemampuan
mengapresiasi prosa fiksi, motivasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Sri Wuryanti. S841102013. 2012. Effect of Jigsaw and STAD Cooperative Learning to The Ability to Appreciate Fiction Prose in Term of Learning Motivation: An Experiment in Junior High School Students Class VIII in Surakarta. THESIS. Advisor I: Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., II: Dr. Andayani, M.Pd. Indonesian Language Education Study Program, Postgraduate Program, Sebelas Maret University.
ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the different influence between jigsaw and STAD cooperative learning in Indonesian learning toward the ability to appreciate fiction prose considered from students' learning motivation. This research specifically aims to find: (1) the difference of ability in appreciating fiction prose between students who studied using jigsaw cooperative learning and they who studied using STAD cooperative learning, (2) the difference of ability in appreciating fiction prose between students who have high motivation and they who have a low learning motivation, and (3) the interaction between cooperative learning and learning motivation of ability to appreciate fiction prose.
This research uses experimental research method with a 2x2 factorial design. This research’s population is students class VIII of all State Junior High School in Surakarta in academic year of 2011/2012. The samples in this research are taken using purposive sampling technique. The samples are Junior High School 13 and Junior High School 26 Surakarta. The instrument test of the ability to appreciate fiction prose and learning motivation questionnaire are conducted in State Junior High School 16 Surakarta.
As a prerequisite of research, normality and homogeneity tests are conducted. Prerequisite test results analysis shows that the data are normally distributed and homogen. technique data analysis that is used is ANAVA two roads. Based on the study of theory and computation ANAVA two roads / paths there are results obtained: (1) there is a difference in ability to appreciate fiction prose between students who studied using jigsaw cooperative learning and they who studied using STAD cooperative learning. The analysis results are Fhitung Inter-A (between cooperative learning) is = 7,545 with a p-value 0.008. Apparently p <0.05; then Fhitung is significant, (2) there is a difference increase in the ability to appreciate fiction prose between students who have high motivation to learn and students who have low motivation to learn. The analysis results obtained is Fhitung Inter-A (between cooperative learning) is = 5,229 with a p-value 0.025. Apparently p <0.05; then Fhitung is significant, and (3) there is interaction between cooperative learning and learning motivation of ability to appreciate fiction prose. Analytical results obtained for the Fhitung Inter AB = 4,999; with p = 0.029; evidently p <0.05, which means that Fhitung is significant.
Keywords: cooperative learning, jigsaw and STAD, the ability to appreciate
fiction prose, motivation to learn
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menegaskan
bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata
pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa,
dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Salah satu standar
kompetensi menyatakan bahwa peserta didik diharapkan dapat mengembangkan
potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat
menumbuhkan penghargaaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual
bangsa.
Pembelajaran sastra sangat penting dan bermanfaat bagi siswa SMP.
Belajar apresiasi sastra pada hakikatnya adalah belajar tentang hidup dan
kehidupan. Melalui karya sastra, siswa akan memperoleh gizi batin sehingga sisi-
sisi gelap dalam hidup dan kehidupannya bisa tercerahkan. Teks sastra tak
ubahnya sebagai layar tempat diproyeksikan pengalaman psikis manusia.
Tujuan siswa SMP mempelajari bahasa Indonesia khususnya pada aspek
kemampuan bersastra adalah agar peserta didik memiliki kemampuan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
diantaranya: (1) agar peserta didik memiliki kemampuan menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi
pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (2) agar
peserta didik memiliki kemampuan menghargai dan membanggakan sastra
Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia yang berkaitan
dengan menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan, maka materi
pembelajaran kemampuan bersastra pada siswa SMP kelas VII sampai dengan
kelas IX terbagi atas tiga jenis, yaitu: (1) pembelajaran puisi yang terdiri atas
pantun, syair, dan puisi baru; (2) pembelajaran prosa yang terdiri atas cerpen,
dongeng, biografi tokoh, dan novel; dan (3) pembelajaran drama.
Standar kompetensi yang terkait dengan pembelajaran prosa fiksi pada
siswa kelas VIII SMP, yaitu: (1) Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli
atau terjemahan) yang dibacakan; (2) Mengapresiasi kutipan novel remaja (asli
atau terjemahan) melalui kegiatan diskusi; dan (3) Memahami buku novel remaja
(asli atau terjemahan). Standar kompetensi tersebut dirinci dalam kompetensi
dasar, sebagai berikut: (a) 13.1 Mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja (asli
atau terjemahan) yang dibacakan; (b) 13.2 Menjelaskan tema dan latar novel
remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan; (c) 13.3 Mendeskripsikan alur
novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan; (d) 14.1 Mengomentari
kutipan novel remaja (asli atau terjemahan); (e) 14.2 Menanggapi hal yang
menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan), dan (f) 15.1
Menjelaskan alur cerita, pelaku, dan latar novel remaja (asli atau terjemahan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pada pembelajaran kemampuan dasar mengapresiasi karya sastra, siswa
tidak hanya sekadar membaca dan menggemari karya sastra saja. Namun, pada
tahap selanjutnya diharapkan siswa mampu memahami isi karya sastra tersebut
sehingga nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan pengarang dapat
dipahami siswa/pembaca. Hal itu ditegaskan oleh Andayani (2008: 34) bahwa
nilai-nilai kemanusiaan yang diperjuangkan pengarang melalui karya sastra tentu
dapat memperkaya wawasan, nilai afektif, dan pemikiran pembaca. Kegiatan
apresiasi sastra yang sampai pada tahap pemahaman nilai karya sastra merupakan
bentuk dulce et utile (menghibur dan bermanfaat) bagi pembaca dalam hal ini
adalah siswa.
Survei awal menunjukkan bahwa pembelajaran sastra khususnya prosa
fiksi di SMP belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pembelajaran
masih penuh problematika. Keluhan para guru dan siswa tentang rendahnya
tingkat apresiasi sastra menjadi bukti bahwa pembelajaran sastra memang
membutuhkan perhatian khusus. Keluhan itu, antara lain: (1) kurangnya buku dan
bahan bacaan penunjang pembelajaran sastra di perpustakaan sekolah, misalnya:
buku kumpulan puisi, buku kumpulan cerpen, dan novel; (2) terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan dasar guru tentang kesastraan; (3) lemahnya
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran sastra; dan (4) rendahnya
motivasi belajar sastra dan membaca karya sastra para siswa (Rosmini Tarigan,
2008: 375).
Hasil wawancara prasurvei pada para siswa di sejumlah SMP di Kota
Surakarta menunjukkan bahwa pembelajaran apresiasi prosa fiksi dianggap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pembelajaran yang sulit, tidak menarik, dan memberatkan siswa. Siswa harus
membaca novel yang tebal agar dapat memahami isi cerita dan siswa harus
mampu menganalisis unsur instrinsik novel, antara lain: tema, penokohan, latar,
alur, sudut pandang, dan amanat. Hal lain yang memperparah kondisi
pembelajaran sastra adalah siswa tidak memiliki kebiasaan membaca karya sastra
dan kurang memiliki motivasi belajar.
Untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran apresiasi prosa fiksi, guru
hendaklah mengembangkan suatu pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran
sastra yang tepat. Pendekatan yang dipilih hendaklah berpusat pada siswa dan
merupakan proses pembelajaran yang PAIKEM (pembelajaran yang partisipatif,
aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan). Di samping untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa, pendekatan yang dikembangkan diharapkan
mampu menumbuhkembangkan pembelajaran sastra yang bermakna. Belajar
bermakna diartikan sebagai proses mengaitkan informasi-informasi baru pada
konsep yang relevan dengan struktur kognitif siswa. Hal tersebut sesuai dengan
tuntutan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I Pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, dan negara.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu pembelajaran inovatif yang
dapat dikembangkan dalam pembelajaran sastra di SMP. Menurut Sugiyanto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
(2008: 35) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Slavin dalam Narulita Yusron (2005: 11) menegaskan bahwa jenis metode
pembelajaran kooperatif, antara lain: (1) Student Team-Achievement Division
utama pola pembelajaran jigsaw adalah ‘peer teaching” atau disebut juga tutor
sebaya yaitu pembelajaran oleh teman sendiri, akan menjadi kendala karena
perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan didiskusikan
bersama dengan siswa lain; (2) dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu
berdiskusi menyampaikan materi pada teman jika siswa tidak memiliki rasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kepercayaan diri; (3) dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-
tipe siswa dalam kelompok jika jumlah siswa dalam satu kelas lebih dari 40 siswa
tetapi bisa diatasi dengan model team teaching; dan (4) awal penggunaan metode
ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya membutuhkan waktu yang cukup dan
persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan
baik.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif jigsaw adalah siswa bekerja dalam anggota kelompok
yang sama yaitu empat-enam orang dengan latar belakang yang berbeda. Para
siswa ditugaskan untuk membaca dan mempelajari materi tertentu. Tiap anggota
tim ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli dalam aspek tertentu dari tugas
tersebut. Setelah membaca materinya, para ahli dari tim yang berbeda bertemu
untuk mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka kembali ke
timnya untuk mengajarkan topik mereka kepada teman satu timnya.
4. Hakikat Pembelajaran Kooperatif STAD
Pada bagian ini secara berturut-turut dipaparkan kajian teori atau konsep
yang berkenaan dengan: a) hakikat STAD; b) langkah-langkah pembelajaran
kooperatif STAD ; dan c) kelebihan dan kekurangan STAD.
a. Hakikat STAD
Slavin dalam Narulita Yusron (2005: 11) mengemukakan bahwa dalam
STAD para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
lebih yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang
etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka
untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.
Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-
sendiri, pada saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu. Selanjutnya,
Slavin menegaskan bahwa gagasan utama STAD adalah untuk memotivasi siswa
supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai
kemampuan yang diajarkan oleh guru (2008: 12).
Menurut Sugiyanto STAD (Student Teams Achievement Divisions) adalah
metode yang dipandang paling sederhana dan paling langsung dari model
pembelajaran kooperatif (2008: 42). Richard I. Arends menjelaskan “in the STAD
model of cooperative learning, students in heterogeneous teams help, each other
by using a variety of cooperative study methods and quizzing procedures ”. Dalam
model pembelajaran kooperatif STAD, siswa dalam tim yang heterogen saling
membantu satu sama lain dengan menggunakan berbagai metode dan kuis (2001:
323).
Slavin dalam Narulita Yusron (2005: 143-146) mengemukakan bahwa
STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu : (1) Presentasi kelas. Materi yang
akan diajarkan dalam STAD disampaikan dalam presentasi di kelas penyampaian
presentasi dapat melalui audio visual maupun metode lainnya sesuai dengan RPP
yang akan digunakan guru; (2) Tim. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang
mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras,
dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
tim harus benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan
anggota tim untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru
menyampaikan materi tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan. Yang
paling sering terjadi pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan
bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman,
apabila anggota tim ada yang membuat. Tim adalah fitur yang paling penting
dalam STAD. Pada tiap poin/ nilai, yang ditekankan adalah membuat anggota tim
melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya; (3) Kuis. Setelah 1-2
jam pelajaran guru memberikan presentasi tentang materi pelajaran dan 1-2 jam
siswa menjalankan periode praktik tim maka selanjutnya adalah siswa
mengerjakan kuis indivudual. Siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu
dalam mengerjakan kuis. Sehingga setiap siswa bertanggungjawab secara
individual untuk memahami materinya; (4) Skor Kemajuan Individual. Tiap siswa
dapat memberikan kontribusi poin/ nilai yang maksimal kepada timnya. Tiap
siswa diberi skor awal yang didapat dari nilai pada materi sebelumnya.
Selanjutnya, siswa akan mengumpulkan poin/ nilai untuk tim mereka berdasarkan
tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka; dan
(5) Penghargaan Tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan
lainnya apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif STAD adalah siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat
orang atau lebih yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar
belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif STAD
Adapun langkah pembelajaran STAD adalah: (1) peserta didik dalam kelas
dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota
kelompok, tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin,
ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah); (2) tiap anggota
kelompok menggunakan lembar kerja siswa dan kemudian saling membantu
untuk menguasai materi kompetensi dasar mengapresiasi novel remaja; (3) guru
memastikan bahwa semua siswa telah menguasai materi pelajaran; (4) guru
mengevaluasi secara individu dan kelompok untuk mengevaluasi penguasaan
kompetensi; (5) tiap anggota kelompok dan tiap kelompok diberi skor atas
penguasaan kompetensi ; dan (6) siswa secara individu maupun secara kelompok
yang meraih prestasi tinggi, memperoleh skor sempurna, atau mampu meraih
suatu kriteria/standar yang ditentukan akan mendapat penghargaan.
Dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif STAD memberi
kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan jawaban yang paling
tepat, serta dapat mendorong siswa untuk meningkatkan partisipasi dan kerja sama
mereka.
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif STAD
Keunggulan dan kelemahan STAD dikemukakan oleh Alim Sumarno
(2011). Keunggulan pembelajaran kooperatif STAD, antara lain: (1) Siswa
bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dalam kelompok; (2) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk
sama-sama berhasil; (3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih
meningkatkan keberhasilan kelompok; dan (4) Interaksi antarsiswa seiring dengan
peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Kekurangan pembelajaran kooperatif STAD, antara lain: (1) Pengaturan
tempat duduk untuk kerja kelompok sangat menyita waktu; (2) Jumlah siswa yang
banyak dalam suatu kelas menyebabkan guru kurang maksimal dalam mengamati
belajar siswa maupun kelompok; (3) Guru bekerja cepat dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran yang dilakukan; dan (4)
Memerlukan waktu dan biaya banyak dalam mempersiapkan maupun
melaksanakan pembelajaran.
5. Hakikat Motivasi Belajar
Pada bagian ini secara berturut-turut dipaparkan kajian teori atau konsep
yang berkenaan dengan: a) pengertian motivasi; b) pengertian belajar; c)
pentingnya motivasi belajar; dan d) faktor yang mempengaruhi motivasi belajar.
a. Pengertian Motivasi
John W. Santrock dalam Diana Angelica (2009: 199) mengemukakan
bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan
perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,
memiliki arah, dan dapat dipertahan. Kekuatan yang memberikan energi dan
mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Keadaan internal yang mendorong,
mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Sejalan dengan pendapat John W.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Santrock, Hamzah B. Uno (2011: 1) mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan
dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada
diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dalam
dirinya.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan
siswa dalam belajar. Sebagian besar pakar psikologi menyatakan bahwa motivasi
merupakan konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku (Achmad
Rifa’i, 2010: 157). Sejalan dengan pendapat tersebut, Slavin dalam Achmad Rifa’i
(2010: 159) menyatakan bahwa motivasi merupakan proses internal yang
mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang terus menerus.
Berikut adalah pengertian motivasi dari berbagai perspektif dalam
psikologi (John W. Santrock dalam Diana Angelica, 2009: 200-201), yaitu: (1)
Perspektif Behavioral. Menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci
dalam menentukan motivasi murid; (2) Perspektif Humanistis. Menekankan pada
kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih
nasib mereka dan peka terhadap orang lain; (3) Perspektif Kognitif. Pemikiran
murid akan memandu motivasi mereka, juga menekankan arti penting dari
penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan;
dan (4) Perspektif Sosial. Kebutuhan afiliasi adalah motif untuk berhubungan
dengan orang lain secara aman.
Gage Berliner dalam Achmad Rifa’i (2010: 159) memadankan motivasi
dengan mesin mobil sebagai intensitasnya, dan setir mobil sebagai pengarahnya.
Dalam kenyataan antara intensitas dan arah itu sulit dipisahkan. Intensitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
motivasi pada suatu kegiatan sangat bergantung pada intensitas dan arah motivasi
bagi kegiatan lain. Motivasi tidak hanya penting untuk membuat peserta didik
melakukan aktivitas belajar, melainkan juga menentukan berapa banyak peserta
didik dapat belajar dari aktivitas yang mereka lakukan atau informasi yang mereka
hadapi. Motivasi untuk melakukan sesuatu berasal dari berbagai faktor, misalnya
karateristik kepribadian. Motivasi dapat berasal dari karakteristik intrinsik suatu
tugas dan ekstrinsik suatu tugas. Contoh karakteristik intrinsik dari suatu tugas
belajar adalah pembelajaran yang menyenangkan. Sedangkan, motivasi yang
berasal dari sumber ekstrinsik suatu tugas adalah penilaian terhadap prestasi
siswa.
Berpijak dari pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah suatu dorongan yang berasal dari diri seseorang untuk
bertindak/bertingkah laku.
b. Pengertian Belajar
Slameto (2010: 2) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Sejalan dengan Slameto, Gage Berliner (dalam Ahmad
Rifa’i, 2010: 82) belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia
yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak
berasal dari proses pertumbuhan. Jadi, belajar merupakan proses di mana suatu
organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Beberapa pendapat pakar dikumpulkan oleh Agus Suprijono (2011: 2-3),
antara lain: (1) Gagne menyatakan belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas; (2) menurut Travers,
belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku; (3) Cronbach
menyatakan Learning is shown by a change in behavior as a result of experience
(belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman). Stephen B. Klein
(1996: 2) menyatakan bahwa learning can be defined as an experiential process
resulting in a relatively permanent change in behavior. Belajar dapat
didefinisikan sebagai proses pengalaman yang mengakibatkan perubahan yang
relatif permanen.
Sejalan dengan pendapat Stephen B. Klein, Morgan (dalam Mulyati, 2005:
4) mengatakan bahwa Learning is any relatively permanent change in behavior
that result of past experience (belajar adalah perubahan perilaku yang relatif
permanen yang merupakan hasil dari pengalaman masa lalu). Sejalan dengan
Morgan, Mulyati (2005: 5) menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu usaha
sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui
latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan
karena peristiwa kebetulan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka disimpulkan bahwa belajar
(learning) merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan
peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan dan pengulangan.
c. Pentingnya Motivasi Belajar
Motivasi adalah penting. Apabila terdapat dua siswa yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
kemampuan sama dan kondisi yang sama untuk mencapai tujuan, kinerja, dan
hasil yang dicapai oleh siswa yg termotivasi lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang tidak termotivasi (Achmad Rifa’i, 2010: 160). Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa apabila siswa tidak memiliki motivasi belajar maka kegiatan
belajar tidak akan terjadi secara maksimal. Motivasi dan belajar merupakan dua
hal yang saling mempengaruhi.
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Motivasi
belajar mempunyai peranan besar dalam keberhasilan sesorang dalam belajar.
Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat
dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3)
adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar;
(5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; dan (6) adanya lingkungan
belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar
dengan baik (Hamzah B. Uno, 2011: 23).
Motivasi menjadi faktor penyebab belajar, memperlancar belajar dan hasil
belajar. Oleh karena itu, guru hendaklah selalu memotivasi siswa selama proses
belajar sehingga aktivitas belajar berlangsung lebih menyenangkan, komunikasi
berjalan lancar, dan meningkatkan kreativitas dan aktivitas belajar. Selain
motivasi, kemampuan dan kualitas pembelajaran merupakan prasyarat penting
dalam belajar.
Menurut Hamzah B. Uno (2011: 27-28) motivasi pada dasarnya dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk
perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari
motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain: (1) Menentukan hal-hal
yang dapat dijadikan penguat belajar. Motivasi dapat berperan dalam penguatan
belajar. Motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan anak yang dapat
memperkuat perbuatan belajar. Untuk seorang guru perlu memahami suasana itu
agar dia dapat membantu siswanya dalam memilih faktor-faktor atau keadaan
yang ada dalam lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar; (2) Memperjelas
tujuan belajar yang hendak dicapai. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan
belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar
sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati
manfaatnya bagi anak; dan (3) Menentukan ketekunan belajar. Seorang anak yang
telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan
baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu,
tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.
Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar,
maka dia tidak tahan lama belajar.
Lian Chua meneliti tentang motivasi siswa dalam belajar bahasa. Lian
Chua dalam Australian Journal of Educational & Developmental Psykhology
yang berjudul ”Associations between Chinese Language Classroom Environments
and Students Motivation to Learn The Language” menunjukkan bahwa
lingkungan kelas yang baik akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
bahasa. Siswa dapat termotivasi untuk belajar bahasa Cina jika tugas-tugas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
kegiatan berorientasi dalam ruang kelas (2009: 53-64).
Sejalan dengan hasil penelitian Lian Chua, penelitian Mansfield dengan
judul “Motivating Adolescents: Goals for Australian Students in Secondary
Schools” dalam Australian Journal of Educational & Developmental Psykhology
(2010: 44-55) meneliti tentang motivasi belajar. Mansfield menemukan bahwa
motivasi siswa mempengaruhi siswa untuk mencapai keberhasilan/prestasi di
sekolah. Tujuan masa depan siswa merupakan dampak kritis pada motivasi siswa
dalam mengejar prestasi dan tujuan belajar.
Bertolak dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar memiliki peranan penting dalam belajar dan pembelajaran, antara lain:
menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan
belajar yang hendak dicapai, dan menentukan ketekunan dan ketahanan dalam
belajar.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut John W.
Santrock dalam Diana Angelica, faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) faktor intrinsik. Motivasi internal untuk
melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri), motivasi yang
didasarkan pada sebuah nilai dari kegiatan yang dilakukan tanpa melihat
penghargaan dari luar. Misalnya: Murid mungkin belajar menghadapi ujian karena
dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu sendiri, dan (2) faktor ekstrinsik.
Motivasi melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
mencapai tujuan). Motivasi entrinsik ini sering dipengaruhi oleh insentif eksternal
seperti imbalan (reward) dan hukuman. Imbalan eksternal dapat berguna untuk
mengubah perilaku. Fungsi imbalan adalah sebagai insentif agar mau
mengerjakan tugas, di mana tujuannya adalah mengontrol perilaku murid (2009:
204-210).
Sejalan dengan Santrock, Hamzah B. Uno (2011: 30-33) menegaskan
bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dibedakan menjadi dua, yaitu:
(1) Faktor Pribadi. Dalam diri seseorang terdapat motif berprestasi. Motif
berprestasi adalah motif yang dipelajari, sehingga motif itu dapat diperbaiki dan
dikembangkan melalui proses belajar. Motif berprestasi sangat berpengaruh
terhadap unjuk kerja (performance) seseorang, termasuk dalam belajar (Hamzah
B. Uno, 2011: 30). Seseorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung
untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda
pekerjaannya; dan (2) Faktor Lingkungan. Perbuatan atau perilaku individu
manusia ditentukan oleh faktor-faktor di dalam diri dan faktor lingkungan
individu yang bersangkutan. Sesungguhnya, faktor pribadi dan faktor lingkungan
sering berbaur, sehingga sulit menentukan apakah sesuatu benar-benar faktor
pribadi. Pada umumnya, motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan
individu setelah dibentuk oleh pengaruh lingkungan. Oleh karena itu, motif
individu untuk melakukan sesuatu, misalnya motif untuk belajar dengan baik,
dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan
perkataan lain, melalui pengaruh lingkungan.
Pendapat lain disampaikan oleh Achmad Rifa’i (2010: 162-168) bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
setidak-tidaknya ada enam faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Keenam faktor itu adalah: (1) Sikap. Sikap merupakan kombinasi konsep,
informasi, dan emosi yang dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon
seseorang, kelompok, gagasan, peristiwa, atau objek tertentu secara
menyenangkan atau tidak menyenangkan; (2) Kebutuhan. Kebutuhan merupakan
kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu kekuatan internal yang
memandu siswa untuk mencapai tujuan; (3) Rangsangan. Rangsangan merupakan
perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat
seseorang bersifat aktif; (4) Afeksi. Afeksi berkaitan dengan pengalaman
emosional, kecemasan, kepedulian, dan pemilikan dari individu atau kelompok
pada waktu belajar; (5) Kompetensi. Kompetensi memberikan peluang pada
kepercayaan diri untuk berkembang dan memberikan dukungan emosional
terhadap usaha tertentu dalam menguasai keterampilan dan pengetahuan baru. ;
dan (6) Penguatan. Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau
meningkatkan kemungkinan respon.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat
motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Adapun indikator motivasi
belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan
berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan
dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya
kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang
kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
B. Penelitian yang Relevan
Kajian berkaitan dengan penerapan pendekatan kooperatif tipe jigsaw
telah banyak dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan penelitian Gojer dalam Jurnal
Educational Research and Reviews dengan judul ”A Comparative Research on
The Effectivity of Cooperative Learning Method and Jigsaw Technique on
Teaching Literary Genres” didapatkan temuan bahwa sehubungan dengan
pengajaran genre sastra, guru dapat mengembangkan sikap siswa untuk saling
ketergantungan positif dengan melakukan kegiatan kooperatif. Ini membuktikan
filosofi pembelajaran kooperatif, efektivitas teknik jigsaw diterapkan dalam
mengajarkan genre satra. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan
keterampilan berbahasa khususnya dalam upaya mengefektifkan pengajaran
sastra, pembelajaran kooperatif teknik jigsaw ditemukan lebih efektif daripada
metode pembelajaran konvensional ( Gocer, 2010: 439-445).
Relevansi penelitian yang dilakukan dengan penelitian Gocer adalah sama-
sama mengkaji efektivitas pembelajaran kooperatif jigsaw dalam pembelajaran
sastra. Gocer mengkaji pengaruh pembelajaran kooperatif jigsaw dengan
pembelajaran konvensional tanpa menyertakan variabel motivasi belajar,
sedangkan penelitian ini mengkaji pengaruh pembelajaran kooperatif jigsaw
dengan STAD dan variabel motivasi belajar. Dari kedua penelitian tersebut
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif jigsaw lebih efektif diterapkan dalam
pembelajaran sastra.
Penelitian lain yang berkaitan dengan pengajaran sastra adalah hasil
penelitian Hismanoglu dalam Journal of Language and Linguistic Studies dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
judul ” Teaching English Through Literatur”. Hismanoglu menemukan bahwa
sastra memainkan peran yang penting dalam program bahasa Inggris. Penggunaan
novel adalah teknik yang sangat bermanfaat dalam pembelajaran bahasa asing di
kelas, diantaranya: (1) mengembangkan pengetahuan siswa tentang budaya yang
berbeda; (2) meningkatkan motivasi siswa untuk membaca karena menjadi bahan
otentik; (3) menawarkan kehidupan nyata; (4) memberi kesempatan siswa untuk
mengembangkan kreativitas; (5) meningkatkan kemampuan berpikir kritis; (6)
membuka jalan untuk mengajar budaya bahasa target; dan (7) memungkinkan
siswa untuk melampaui apa yang tertulis dan menyelam ke dalam apa yang
dimaksud. Jika dipilih dengan cermat, pembelajaran dengan menggunakan novel
akan dapat memotivasi belajar siswa, menarik, dan menghibur. Sastra bukan
hanya sekadar alat untuk mengembangkan keterampilan mendengarkan, berbicara,
membaca, dan keterampilan menulis, tetapi juga dapat membuka jendela budaya
dan membangun kompetensi budaya pada siswa (Hismanoglu, 2005: 53-66).
Terdapat relevansi penelitian Hismanoglu dengan peneltian yang
dilakukan. Kedua penelitian ini sama-sama mengkaji pentingnya pembelajaran
sastra khususnya pembelajaran novel. Melalui pembelajaran dengan
menggunakan novel dapat dikembangkan keterampilan mendengarkan, berbicara,
membaca, dan keterampilan menulis, selain itu novel juga dapat membuka jendela
budaya dan membangun kompetensi budaya pada siswa.
Penelitian Doymus dengan judul ” Effect s of Two Cooperative learning
Strategies on Teaching and Learning Topics of Thermochemistry”dalam Jurnal
World Applied Sciences juga menegaskan bahwa di masa mendatang teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
jigsaw penting diimplementasikan untuk belajar ilmu pengetahuan. Penelitian ini
menjadi bukti hasil yang positif karena peserta didik telah memberikan
tanggapan tertulis tentang pertanyaan yang berkaitan dengan teknik jigsaw
(Doymus, 2009: 34-42).
Penelitian yang dilakukan memiliki relevansi dengan penelitian Doymus,
yaitu sama-sama mengkaji penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw. Doymus
menerapkan teknik jigsaw untuk belajar ilmu pengetahuan, sedangkan penelitian
yang dilakukan diterapkan pada pembelajaran mengapresiasi prosa fiksi.
Berdasarkan kedua hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa teknik jigsaw dapat
memberikan pengaruh positif bagi siswa dalam belajar.
Lian Chua meneliti tentang motivasi siswa dalam belajar bahasa. Lian
Chua dalam Australian Journal of Educational & Developmental Psykhology
yang berjudul ”Associations between Chinese Language Classroom Environments
and Students Motivation to Learn The Language” menunjukkan bahwa
lingkungan kelas yang baik akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
bahasa. Siswa dapat termotivasi untuk belajar Bahasa Cina jika tugas-tugas dan
kegiatan berorientasi dalam ruang kelas (Chua, 2009: 53-64).
Terdapat relevansi antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian
yang dilakukan Chua. Kedua penelitian tersebut mengkaji pentingnya motivasi
siswa dalam belajar bahasa. Namun, ada perbedaan kajian. Chua mengkaji
pengaruh lingkungan kelas dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam
belajar bahasa, sedangkan penelitian yang dilakukan mengkaji pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam
mengapresiasi prosa fiksi.
Sejalan dengan hasil penelitian Lian Chua, penelitian Mansfield dengan
judul “Motivating Adolescents : Goals for Australian Students in Secondary
Schools” dalam Australian Journal of Educational & Developmental Psykhology
(2010: 44-55) meneliti tentang motivasi belajar. Mansfield menemukan bahwa
motivasi siswa mempengaruhi siswa untuk mencapai keberhasilan/prestasi di
sekolah. Tujuan masa depan siswa merupakan dampak kritis pada motivasi siswa
dalam mengejar prestasi dan tujuan belajar.
Penelitian yang dilakukan juga memiliki relevansi dengan penelitian
Mansfield. Kedua penelitian ini sama-sama mengkaji motivasi siswa dalam
meraih prestasi di sekolah. Mansfield mengemukakan bahwa keberhasilan siswa
di sekolah dipengaruhi motivasi. Penelitian yang dilakukan juga membuktikan
bahwa motivasi belajar sangat berpengaruh terhadap kemampuan mengapresiasi
prosa fiksi.
C. Kerangka Berpikir
1. Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi Siswa yang Belajar dengan
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Lebih Tinggi daripada Siswa yang Belajar
dengan pembelajaran Kooperatif STAD
Pembelajaran mengapresiasi prosa fiksi dengan pembelajaran kooperatif
jigsaw terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal (home teams)
merupakan gabungan dari enam ahli yang bertugas menganalisis unsur-unsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
instrinsik yang terbagi dalam enam bagian materi, yaitu: tema, latar, tokoh dan
penokohan, alur, sudut pandang, dan amanat. Kelompok ahli atau kelompok pakar
(expert group) yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal
yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami satu bagian materi dan
menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan materinya untuk kemudian
menjelaskan materi yang dikuasainya tersebut kepada anggota kelompok asal.
Jadi, siswa diberi tanggung jawab dan mendapat kesempatan untuk menjadi ahli
satu materi dalam kelompok ahli dan bertanggung jawab menjelaskan materi yang
dikuasainya itu pada teman dalam satu kelompok asal.
Pembelajaran kooperatif jigsaw dapat memotivasi siswa untuk menguasai
satu materi dengan baik sehingga siswa bekerja keras dan bekerja sama dalam tim
ahli untuk menguasai satu materi dengan baik. Dalam pembelajaran siswa
bertanggung jawab menjelaskan materi yang harus dikuasai tersebut kepada teman
dalam satu kelompok asal. Jadi, setelah siswa kembali ke dalam kelompok asal
mereka dapat menguasai enam materi tersebut.
Dalam pembelajaran mengapresiasi prosa fiksi (novel remaja) dengan
pembelajaran kooperatif STAD, siswa bekerja dalam tim mereka dan bertugas
menyelesaikan enam materi secara bersama-sama dalam kelompok. Dalam STAD
tidak ada pembagian tugas materi. Kelompok STAD harus memastikan bahwa
semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Pada pembelajaran ini tidak ada
sistem pembagian tugas secara tim ahli. Jadi, siswa tidak diberi kesempatan untuk
menguasai satu materi tertentu dan tidak bertanggung jawab menjelaskan materi
yang dikuasainya itu pada teman dalam satu kelompoknya. Dalam STAD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dimungkinkan ada anggota kelompok/siswa yang tidak berperan serta secara aktif
dalam pembelajaran. Untuk menguasai seluruh materi, dimungkinkan siswa
tersebut hanya belajar secara pasif dan menunggu penjelasan dari teman satu
kelompoknya.
Berdasarkan deskripsi di atas, pembelajaran kooperatif jigsaw diduga
memiliki tingkat keefektifan yang lebih tinggi/lebih baik dalam mengapresiasi
prosa fiksi (novel remaja) dibandingkan dengan STAD. Dengan demikian,
kemampuan mengapresiasi prosa fiksi siswa yang belajar dengan pembelajaran
kooperatif jigsaw diduga lebih tinggi/lebih baik dibandingkan STAD.
2. Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi Siswa yang Memiliki Motivasi
Belajar Tinggi Lebih Tinggi daripada Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar
Rendah
Kegiatan belajar yang efektif adalah kegiatan pembelajaran yang didorong
oleh motivasi untuk menguasai kompetensi dasar tertentu. Motivasi belajar sangat
penting untuk pencapaian hasil belajar yang maksimal. Siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi akan mencapai prestasi belajar yang lebih baik daripada
siswa yang bermotivasi rendah.
Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung menganggap
belajar adalah suatu kebutuhan. Untuk memperoleh keberhasilan/prestasi belajar,
ia harus mengerahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Dengan
mengerahkan seluruh kemampuannya itu, siswa yang memiliki motivasi tinggi
dapat menyelesaikan tugas mengapresiasi prosa fiksi dengan lebih baik. Begitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
pula sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi belajar rendah kurang mampu
mengerahkan kemampuan yang dimilikinya untuk meraih keberhasilan. Dengan
demikian, siswa tersebut akan kesulitan dalam mengapresiasi prosa fiksi.
Motivasi belajar menjadi satu kunci keberhasilan dalam pembelajaran
mengapresiasi prosa fiksi (novel remaja) karena motivasi belajar dapat
menumbuhkan daya tarik belajar, mempermudah pelaksanaan proses
pembelajaran, menyenangkan, dan memberi kepuasan pada siswa.
Berdasarkan uraian di atas, diduga kemampuan mengapresiasi prosa fiksi
siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih tinggi/lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
3. Interaksi Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar terhadap
Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi
Sintaks pembelajaran kooperatif dapat menimbulkan motivasi belajar
untuk menguasai materi secara bersama-sama dalam kelompok. Seluruh anggota
kelompok bertanggung jawab atas penguasaan materi mengapresiasi prosa fiksi.
Pada akhirnya atas inisiatif sendiri, siswa mampu mengerahkan seluruh
kemampuan yang dimilikinya dalam proses pembelajaran mengapresiasi prosa
fiksi (novel remaja).
Pada pembelajaran kooperatif jigsaw, siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi berpeluang terjadi efektivitas pembelajaran mengapresiasi prosa
fiksi (novel remaja) yang lebih tinggi pula. Begitu pula pada pembelajaran
kooperatif STAD, siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi berpeluang terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
efektivitas pembelajaran yang tinggi pula. Jadi, siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi, baik yang belajar dengan jigsaw maupun STAD sama-sama
memiliki efektivitas yang tinggi dalam pembelajaran mengapresiasi prosa fiksi.
Jadi, siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi baik yang belajar dengan
pembelajaran kooperatif jigsaw maupun STAD memiliki kemampuan
mengapresiasi prosa fiksi yang tinggi pula.
Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah adalah siswa yang kurang
dapat mengerahkan kemampuannya dan kurang dapat bertanggung jawab pada
materi yang menjadi tugasnya. Di samping itu, ia juga akan mengalami kesulitan
untuk menjelaskan materi tersebut kepada teman satu kelompoknya. Dengan
demikian, siswa yang memiliki motivasi belajar rendah diduga akan memperoleh
hasil kemampuan mengapresiasi prosa fiksi lebih rendah daripada hasil yang
dicapai siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi. Akan tetapi, sama-sama
memiliki motivasi rendah, siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif
jigsaw memiliki kemampuan mengapresiasi prosa fiksi lebih tinggi dibandingkan
dengan yang belajar dengan pembelajaran kooperatif STAD.
Atas dasar pemikiran di atas, kemampuan mengapresiasi prosa fiksi siswa
yang memiliki motivasi belajar tinggi apabila belajar dengan pembelajaran
kooperatif jigsaw maupun STAD diduga hasilnya akan lebih tinggi/lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Bertolak dari
uraian tersebut, diduga terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif dan
motivasi belajar terhadap kemampuan mengapresiasi prosa fiksi.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir penelitian ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
digambarkan sebagai berikut.
Tinggi Jigsaw
Siswa Motivasi Pembelajaran Kemampuan Belajar Apresiasi Mengapresiasi Prosa Fiksi Prosa Fiksi Rendah STAD Gambar 2 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Bertolak dari kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat
diajukan sebagai berikut.
1. Kemampuan mengapresiasi prosa fiksi siswa yang belajar dengan
pembelajaran kooperatif jigsaw lebih baik/tinggi daripada siswa yang belajar
dengan pendekatan kooperatif STAD,
2. kemampuan mengapresiasi prosa fiksi siswa yang memiliki motivasi belajar
tinggi lebih baik/tinggi daripada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah,
3. terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar
terhadap kemampuan mengapresiasi prosa fiksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri se-Kota Surakarta yang
meliputi 27 SMP Negeri, yaitu: SMP Negeri 1 sampai dengan SMP Negeri 27.
Kelas jigsaw di SMP Negeri 13 Surakarta dan Kelas STAD di SMP Negeri 26
Surakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama kurun waktu semester genap tahun
pelajaran 2011/2012 yaitu bulan Januari 2012 sampai dengan Juni 2012.
Penyusunan proposal dimulai pada bulan Januari. Setelah proposal disetujui, pada
akhir bulan Januari instrumen penelitian disusun. Instrumen penelitian yang telah
disusun diujicobakan pada bulan Februari. Setelah diuji validitas dan
reliabilitasnya, instrumen tersebut digunakan unutk mengambil data penelitian.
Analisis data dilakukan setelah data diperoleh. Pada bulan April dan Mei, tesis
mulai disusun dan dilaporkan. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 2 Agenda Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan
Jan Feb Maret April Mei Juni 1 Persiapan Penelitian
a. Mengajukan Judul Penelitian x--- b. Menyusun proposal -xx- c. Seminar proposal ---x d. Revisi proposal x--- e. Mengurus izin penelitian x--- f. Menyusun instrumen penelitian -x--
2 Pelaksanaan Penelitian a. Uji coba instrumen peneliian --x- b. Menganalisis hasil uji coba ---x c. Melaksanakan eksperimen xxxx xx-- d. Mengumpulkan data --x- e. Mengolah dan analisis data ---x xx-- f.Menyusun Bab IV dan V --xx
3 Penyelesaian Penelitian a. Mengajukan Ujian x--- b. Pelaksanaan Ujian -x-- c. Revisi Tesis -xxx d. Penggandaan Tesis ---x
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen
dengan rancangan faktorial 2 x 2. Studi eksperimen yaitu dengan sengaja
mengusahakan timbulnya variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk dilihat
pengaruhnya terhadap prestasi belajar (Suharsimi Arikunto, 2010: 151). Subjek
penelitian ini dikelompokkan dalam dua kelas, yaitu kelas jigsaw dan kelas
STAD. Kelas jigsaw dipilih satu SMP Negeri di Kota Surakarta, sedangkan kelas
STAD satu SMP Negeri lain yang ada di Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 3 Rancangan Analisis Data Model Faktorial 2 x 2
Motivasi Belajar
Tinggi (Bı)
Rendah (B2)
Pembelajaran
Kooperatif (A)
Jigsaw (PJ) (Aı))
Aı Bı (Kelompok 1)
Aı B2 (Kelompok 3)
Aı
STAD (PS) (A2)
A2Bı (Kelompok 2)
A2 B2 (Kelompok 4)
A2
Bı B2
(Budiono, 2003: 99)
Keterangan :
Aı : Kelas siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif jigsaw
A2 : Kelas siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif STAD
AıBı : Kelas siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi yang belajar dengan
pembelajaran kooperatif jigsaw
A2Bı : Kelas siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi yang belajar dengan
pembelajaran kooperatif STAD
AıB2 : Kelas siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang belajar dengan
pembelajaran kooperatif jigsaw
A2B2 : Kelas siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang belajar dengan
pembelajaran kooperatif STAD
Sesuai dengan rancangan di atas, jumlah variabel bebas dikategorikan dua,
yaitu (1) pembelajaran kooperatif yang terdiri dari dua taraf (a) pembelajaran
kooperatif jigsaw (PJ) dan (b) pembelajaran kooperatif STAD (PS), dan (2)
motivasi belajar, yang terdiri dua taraf, yakni (a) motivasi belajar tinggi (MBT)
dan (b) motivasi belajar rendah (MBR).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Pengertian populasi menurut Suharsimi Arikunto (2010: 173) adalah
keseluruhan subjek penelitian. Populasi dapat berwujud sejumlah manusia, benda-
benda gejala-gejala, nilai tes dan peristiwa-peristiwa lain sebagai sumber data
yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Adapun populasi
penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kota Surakarta tahun ajaran
2011/2012.
2. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
Pertama, ditentukan dua SMP Negeri se-Kota Surakarta yang akan
dijadikan kelas jigsaw dan kelas STAD dengan teknik purposive sampling.
Purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang
dipandang dapat memberikan data secara maksimal (Suharsimi Arikunto, 2010:
33). Artinya kedua SMP Negeri yang ditentukan tersebut diambil berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan penelitian sesuai dengan tujuan atau maksud
penelitian.
Pertimbangan tersebut didasarkan pada sifat kehomogenan yang
diasumsikan bahwa (a) kedua SMP tersebut sama berstatus negeri yang berada di
Kota Surakarta, (b) kedua SMP Negeri tersebut menggunakan kurikulum yang
sama yaitu KTSP, (c) Siswa-siswi pada kedua SMP negeri tersebut rata-rata sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dilihat dari aspek psikologis, kematangan berpikir, pertumbuhan fisik dan usia ,
(d) siswa-siswi pada kedua SMP Negeri tersebut memiliki rerata nilai yang
hampir sama. Untuk memenuhi kriteria sifat kehomogenan digunakan dasar
pertimbangan hasil seleksi PPDB Online SMP Negeri Kota Surakarta tahun ajaran
2010/2011. Berpijak pada hasil seleksi tersebut ditentukan dua SMP yang
dijadikan sampel penelitian yaitu SMP Negeri 13 Surakarta dan SMP Negeri 26
Surakarta.
Kedua, ditentukan secara acak satu kelas jigsaw dan satu kelas STAD dari
dua SMP Negeri yang terpilih tersebut. SMP Negeri 13 Surakarta sebagai kelas
jigsaw dan SMP Negeri 26 Surakarta sebagai kelas STAD.
Ketiga, pendataan tinggi-rendah motivasi belajar didasarkan pada jawaban
responden terhadap angket motivasi belajar yang diberikan sebelum penelitian
dilaksanakan. Kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi jika skor
total angket yang diperoleh di atas rata-rata, sebaliknya jika skor total yang
diperoleh siswa di bawah rata-rata, dikelompokkan motivasi belajar rendah.
Dalam pelaksanaan penelitian, dibedakan perlakuan terhadap kelas jigsaw
dengan kelas STAD. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Perlakuan pada Kelas Jigsaw. Subjek penelitian kelas jigsaw diberikan perlakuan
sebanyak 12 kali pertemuan. Tiap kali pertemuan dengan durasi waktu 2 x 40
menit. Materi-materi yang diberikan berdasarkan tahap pembelajaran kooperatif
jigsaw. Perlakuan pada Kelas STAD. Subjek penelitian kelas STAD diberi
pembelajaran kooperatif STAD dengan perlakuan sebanyak 12 kali pertemuan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
tiap pertemuan berdurasi dua kali empatpuluh menit. Materi yang diberikan sama
dengan materi yang diajarkan seperti pada kelas jigsaw.
Prosedur perlakuan penelitian dilakukan melalui tiga tahap yaitu a) tahap
persiapan, b) tahap pelaksanaan, dan c) tahap akhir pelaksanaan perlakuan.
a) Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan kegiatan penyusunan bahan perlakuan terdiri atas
dua kelompok, yaitu bahan perlakuan untuk pembelajaran kooperatif jigsaw dan
bahan perlakuan untuk pembelajaran kooperatif STAD. Bahan-bahan tersebut
disesuaikan dengan silabus mata pelajaran bahasa Indonesia dalam KTSP.
Selanjutnya, bahan tersebut disajikan selama 12 pertemuan.
b) Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan perlakuan berlangsung secara bersama-sama masing-masing
selama 12 kali pertemuan. Tiap pertemuan, baik untuk kelompok jigsaw maupun
kelompok STAD dilakukan pada hari dan waktu sesuai dengan jadwal pelajaran
siswa.
Kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif jigsaw pada
tiap pertemuan dilakukan sesuai dengan tahap/langkah-langkah sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sementara itu, siswa yang belajar
dengan pembelajaran kooperatif STAD juga dilakukan langkah-langkah
pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c) Tahap Akhir Pelaksanaan Perlakuan
Setelah 12 kali pertemuan dilaksanakan, diadakan post tes untuk semua
responden. Hal ini untuk melihat kemampuan mengapresiasi prosa fiksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
berdasarkan penyerapan materi yang telah dipelajarinya.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel
terikat. Dua variabel bebas tersebut, yaitu variabel pembelajaran kooperatif dan
motivasi belajar. Adapun variabel terikatnya adalah kemampuan mengapresiasi
prosa fiksi. Variabel pembelajaran kooperatif dibagi menjadi dua kategori, yaitu
pembelajaran kooperatif jigsaw dan pembelajaran kooperatif STAD. Variabel
motivasi belajar dibedakan menjadi dua kategori, yaitu motivasi belajar tinggi dan
motivasi belajar rendah. Secara operasional variabel-variabel penelitian tersebut
diuraikan sebagai berikut.
Kemampuan mengapresiasi prosa fiksi adalah kemampuan siswa dalam
memahami, menghayati, menilai, mengomentari, menghargai karya sastra
sehingga muncul daya apresiasi siswa terhadap prosa fiksi khususnya novel
remaja yang dibacanya. Unsur-unsur tersebut dapat diukur dengan tes tingkat
kesastraan yang meliputi tingkat informasi, tingkat konsep, tingkat perspektif, dan
tingkat apresiasi.
Pembelajaran kooperatif jigsaw, siswa bekerja dalam anggota kelompok
yang sama yaitu empat sampai enam orang dengan latar belakang yang berbeda.
Para siswa ditugaskan untuk membaca dan mempelajari materi tertentu. Tiap
anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi “ahli” dalam aspek tertentu
dari tugas tersebut. Setelah membaca materinya, para ahli dari tim yang berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
bertemu untuk mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka
kembali ke timnya untuk mengajarkan topik mereka kepada teman satu timnya.
Pembelajaran kooperatif STAD para siswa dibagi dalam tim belajar yang
terdiri atas empat sampai enam orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan,
jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan topik/materi
pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua
anggota tim telah menguasai materi pelajaran.
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya
dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai
peranan besar dalam keberhasilan sesorang dalam belajar. Indikator motivasi
belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan
berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan
dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya
kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang
kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
E. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
dan nontes. Teknik tes ini digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan
mengapresiasi prosa fiksi, yaitu responden diminta untuk menjawab pertanyaan
yang sudah disiapkan oleh peneliti. Sementara itu, teknik nontes digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
mengumpulkan data motivasi belajar, yaitu dengan memberikan angket yang
harus ditanggapi oleh responden.
Berdasarkan teknik pengumpulan data tersebut, maka instrumen penelitian
yang perlu disiapkan sebagai berikut.
1. Instrumen Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi
a. Definisi Konseptual
Kemampuan mengapresiasi prosa fiksi adalah kemampuan siswa dalam
memahami, menghayati, menilai, mengomentari, menghargai karya sastra yang
didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalam prosa
fiksi tersebut sehingga muncul daya apresiasi siswa terhadap karya prosa fiksi
yang dibacanya. Kemampuan mengapresiasi prosa fiksi adalah kemampuan
menganalisis unsur instrinsik prosa fiksi yang meliputi: (a) mampu menentukan
alur cerita; (b) mampu menentukan karakter tokoh; (c) mampu menentukan latar;
(d) mampu menentukan amanat; (e) mampu menentukan sudut pandang; dan (f)
mampu menentukan tema.
b. Definisi Operasional
Secara operasional, kemampuan mengapresiasi prosa fiksi adalah nilai
atau skor yang diperoleh siswa setelah mengerjakan tes kemampuan
mengapresiasi prosa fiksi.
c. Komponen yang Dinilai
Berdasarkan definisi konseptual dan definisi operasional dapat
dikemukakan komponen yang dinilai dalam kemampuan mengapresiasi prosa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
fiksi adalah kemampuan menganalisis unsur instrinsik prosa fiksi yang meliputi
alur cerita, karakter tokoh, latar, amanat, sudut pandang, dan tema.
Komponen pokok di atas diukur dengan tes tingkat kesastraan menurut
Moody yang meliputi tes kesastraan tingkat informasi, tingkat konsep, tingkat
perspektif, dan tingkat apresiasi.
d. Indikator Penilaian
Berdasarkan komponen yang dinilai, indikator tes tingkat kesastraan
terbagi atas 4 tingkat, yaitu: (a) tingkat informasi digunakan untuk
mengungkapkan kemampuan siswa berkaitan dengan hal-hal pokok yang
berkenaan dengan sastra, baik yang menyangkut data-data tentang suatu karya
maupun data-data lain yang dapat digunakan untuk membantu menafsirankannya.;
(b) tingkat konsep berkaitan dengan persepsi tentang bagaimana data-data dan
unsur-unsur karya sastra itu diorganisasikan. Unsur-unsur karya merupakan hal
pokok yang dipersoalkan dalam tes tingkat ini; (c) tingkat perspektif berkaitan
dengan pandangan siswa atau pembaca sehubungan dengan karya sastra yang
dibacanya; (d) tingkat apresiasi adalah siswa mengenali dan memahami bahasa
sastra melalui ciri-cirinya.
Untuk mengetahui nilai siswa dilakukan dengan (a) pemberian skor, yaitu
setiap jawaban betul diberi skor 1 dan setiap jawaban salah diberi skor 0 dan (b)
penjumlahan skor. Nilai tersebut menggambarkan kemampuan mengapresiasi
prosa fiksi siswa.
e. Jenis Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan mengapresiasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
prosa fiksi dalam rancangan ini berupa tes objektif bentuk pilihan ganda yang
menyediakan empat kemungkinan jawaban. Responden diminta memilih satu
jawaban yang paling tepat dengan cara memberi tanda silang (X) pada huruf A, B,
C, atau D.
Tes ini digunakan untuk menjaring data kemampuan mengapresiasi prosa
fiksi novel remaja. Kemampuan ini mencakup menganalisis tingkat informasi,
tingkat konsep tingkat perspektif, dan tingkat apresiasi yang ada di dalam prosa
fiksi dalam hai ini novel remaja.
f. Kisi-kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen tes kemampuan mengapresiasi prosa fiksi dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi
No Komponen yang Dinilai Indikator Nomor
Butir Soal Jumlah
Soal
1. Alur, tokoh dan karakter, latar, sudut pandang pengarang, amanat, dan tema
Tingkat Informasi
1,2,3,4,5,6,7,8,9
9
2. Alur, tokoh dan karakter, latar, sudut pandang pengarang, amanat, dan tema
Tingkat Konsep
10,11,12,13,14,15,16,17,18
9
3. Alur, tokoh dan karakter, latar, sudut pandang pengarang, amanat, dan tema
Tingkat Perpektif
19,20,21,22,23,24,25,26,27
9
4. Alur, tokoh dan karakter, latar, sudut pandang pengarang, amanat, dan tema
Tingkat Apresiatif
28,29,30,31,32,33,34,35,36
9
Jumlah 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2. Instrumen Motivasi Belajar
a. Definisi Konseptual
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Siswa yang
memiliki motivasi belajar yang tinggi akan menunjukkan minat yang besar
terhadap ilmu pengetahuan, senang mencari, berkonsentrasi pada pelajaran di
sekolah, tekun belajar dan tidak mudah putus asa, serta senang memecahkan
masalah/soal-soal pelajaran yang dihadapi.
b. Definisi Operasional
Secara operasional, motivasi belajar adalah nilai/skor yang diperoleh siswa
setelah mengerjakan angket motivasi belajar.
c. Komponen yang Dinilai
Berdasarkan definisi konseptual dan definisi operasional dapat
dikemukakan komponen yang dinilai dalam motivasi belajar adalah dorongan
pada diri siswa untuk melakukan perubahan tingkah laku. Komponen pokok
tersebut diukur dengan angket.
Angket motivasi belajar merupakan daftar pernyataan yang harus diisi atau
ditanggapi oleh responden. Pengukuran angket ini menggunakan skala Likert.
Tanggapan atau respon siswa terhadap beberapa pernyataan yang ada dalam
angket tersebut disediakan empat macam, yaitu: (1) SS = Sangat Setuju: (2) S =
Setuju: (3) TS = Tidak Setuju: dan (4) STS = Sangat Tidak setuju.
Semua butir pernyataan mengarah pada pernyataan positif dan pernyataan
negatif. Butir pernyataan positif, bila responden menjawab SS diberi skor 4, S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
diberi skor 3, TS diberi skor dua, dan STS diberi skor satu. Sedangkan butir
pernyataan negatif, bila responden menjawab SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS
diberi skor 3, dan STS diberi skor 4. Jumlah nilai tersebut menggambarkan
tingkatan motivasi belajar siswa.
d. Indikator Penilaian
Berdasarkan komponen yang dinilai, motivasi belajar dapat diukur dengan
menggunakan 6 indikator dengan klasifikasi sebagai berikut: (1) adanya hasrat
dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3)
adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar;
(5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; dan (6) adanya lingkungan
belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar
dengan baik.
e. Jenis Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa dalam
rancangan ini berupa angket/daftar pernyataan dengan empat kemungkinan
jawaban.yang harus diisi atau ditanggapi oleh responden. Pengukuran angket ini
menggunakan skala likert (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 92). Responden diminta
memilih satu pernyataan yang paling sesuai dengan cara memberi tanda silang
(X).
f. Kisi-kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen angket motivasi belajar dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 5 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar
No Indikator Nomor Butir Soal Jumlah
Soal Positif Negatif
1. Hasrat dan keinginan berhasil. 1,2,3,4,30 5,35 7
2. Dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
6,7,8,9,16 10, 34 7
3. Harapan dan cita-cita masa depan. 11,12,13,15,17, 22, 31
14 8
4. Penghargaan dalam belajar. 20,26,27,28 18,19,24 7
5. Kegiatan yang menarik dalam belajar.
21,32,33 23,29 5
6. Lingkungan belajar yang kondusif.
25,36,37,38 39,40 6
Jumlah 40
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrumen penelitian yang
berupa pertanyaan serta angket motivasi belajar perlu diujicobakan untuk
mengetahui tingat validitas butir soal dan reliabilitasnya. Uji coba dilaksanakan
pada siswa di luar anggota sampel yang diteliti yaitu siswa SMP Negeri 16
Surakarta sebanyak 34 siswa. Berikut diuraikan hasil variabel dan reliabilitas yang
digunakan untuk tes dan angket.
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Tes
Uji validitas kemampuan mengapresiasi prosa fiksi dilakukan dengan uji
validitas item. Validitas item digunakan untuk menguji butir tes pada tingkat
informasi, tingkat konsep, tingkat perspektif,dan tingkat apresiatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Validitas butir soal tes prestasi belajar dilakukan dengan menggunakan
rumus korelasi product moment dengan menggunakan angka kasar sebagai
berikut.
rxy = å å å å
å å å--
-
})(.}{)(.{
))((.2222 yyNxxN
yxxyN
(Suharsimi Arikunto, 2010: 213)
Keterangan rumus:
rxy : koefisien korelasi antara xy
N : jumlah subjek
å x : jumlah variabel x
å y : jumlah variabel y
å xy : jumlah dari variabel xy
Dalam penelitian ini nilai korelasi pearson butir soal dianggap sahih/ valid
jika r hitung > r tabel (Suharsimi Arikunto, 2010: 213). Hasil validitas butir soal
tes terlampir pada lampiran 10 halaman 178.
Hasil analisis menunjukkan bahwa korelasi sejumlah 36 butir soal tes,
terdapat 4 butir soal tes dengan nilai koefisien korelasi < 0,3 yang berarti butir
soal tes dinyatakan tidak valid. Butir soal yang tidak valid adalah nomor 7, 19, 24,
dan 33, sedangkan sisanya 32 butir soal tes dengan nilai koefisien korelasi > 0,3.
Dengan demikian 32 butir soal dinyatakan valid.
Selain validits, butir soal juga harus diuji daya bedanya. Daya pembeda
digunakan untuk mengetahui kelayakan butir soal tersebut. Rumus daya pembeda
yang dipakai sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
(Burhan Nurgiyantoro, 2010: 198)
DP = Daya Pembeda
Ba = Jumlah jawaban benar kelompok atas
Bb = Jumlah jawaban benar kelompok bawah
n = Jumlah peserta tes
Untuk pembelajaran di kelas, sebuah butir soal dinyatakan layak jika
menunjukkan nilai 0,25 ( Burhan Nurgiyantoro, 2010: 198).
Dari uji daya pembeda disimpulkan bahwa butir ke 7, 19, 24 dan 33 harus
dibuang, sedangkan butir lainnya dipakai. Jadi, butir soal yang layak dipakai
untuk penelitian adalah sebanyak 32 butir pertanyaan. Hasil daya pembeda dapat
dilihat pada lampiran 11 halaman 178.
Di samping memiliki daya beda, butir soal dinyatakan layak jika soal
tersebut mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah
dan tidak terlalu sukar. Untuk memenuhi tingkat kesukaran butir soal digunakan
rumus di bawah ini.
Rumus:
(Burhan Nurgiyantoro, 2010: 196)
P = indeks kesukaran
n
BbBaDP
21-
=
JB
P =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
B = banyak peserta tes yang menjawab benar
Js = jumlah peserta tes
Indeks tingkat kesulitan yang dapat ditoleransi adalah yang berkisar antara
0,20 sampai dengan 0,80, 0,20 - 0,40 adalah butir soal yang berkategori sulit,
0,41-0,60 berkategori sedang, dan 0,61-0,80 berkategori mudah (Burhan
Nurgiyantoro, 2010 195). Hasil uji tingkat kesukaran dapat dilihat pada lampiran
12 halaman180.
Dalam penelitian ini tes prestasi belajar kemampuan mengapresiasi prosa
fiksi digunakan tes objektif pilihan ganda. Setiap jawaban benar diberi skor 1,
dan setiap jawaban salah diberi skor 0. Untuk menghitung tingkat reliabilitas tes
ini digunakan rumus Kuder-Richardson dengan KR-20, yaitu
))(1
(2
2
11t
iit
s
qps
nn
r å--
=
(Suharsimi Arikunto, 2010: 231)
Keterangan:
r11 = indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
st2 = variansi total
pi = proporsi subyek yang menjawab benar pada butir ke-i
qi = 1 - pi
Butir tes buatan guru dikatakan terpercaya/reliabel jika paling tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
mempunyai koefisien 0,60 (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 170). Hasil uji reliabilitas
tes pilihan ganda dalam penelitian ini diperoleh hasil sebesar 0,926 > 0,60. Jadi,
butir soal tes kemampuan mengapresiasi prosa fiksi dinyatakan reliabel. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran15 halaman 183.
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket
Dalam penelitian ini digunakan pengujian validitas angket yang diberikan kepada
responden dengan rumus korelasi product moment dengan menggunakan angka
kasar sebagai berikut:
rxy = å å å å
å å å--
-
})(.}{)(.{
))((.2222 yyNxxN
yxxyN
(Suharsimi Arikunto, 2010: 213)
Keterangan rumus:
rxy : koefisien korelasi antara xy
N : jumlah subjek
å x : jumlah variabel x
å y : jumlah variabel y
å xy : jumlah dari variabel xy
Dalam penelitian ini nilai korelasi pearson butir angket dianggap sahih/
valid jika r hitung > r tabel (Suharsimi Arikunto, 2010: 213). Hasil pengujian
validitas variabel motivasi belajar terlampir pada lampiran14 halaman 182.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Hasil pengujian korelasi antara ke 40 butir pernyataan angket motivasi
belajar menunjukkan bahwa terdapat 5 butir pernyataan dengan nilai koefisien
korelasi < 0,3 yang berarti butir dinyatakan tidak valid. Butir angket yang tidak
valid adalah nomor 5, 14, 17, 28, dan 38, sedangkan sisanya 35 butir pernyataan
dengan nilai koefisien korelasi > 0,3. Dengan demikian, 35 butir tersebut
dinyatakan valid. Jadi, butir pernyataan angket yang digunakan dalam penelitian
sebanyak 35 butir.
Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas angket menggunakan Alpha
Cronbach .Uji reliabilitas menggunakan pengujian dengan taraf signifikansi 0,05.
Jika nilai Cronbach alpha > 0,60 maka dapat dikatakan reliabel (Burhan
Nurgiyantoro, 2010: 170). Hasil pengujian reliabilitas variabel motivasi belajar
siswa sebesar 0,922 > 0,6, maka butir angket dinyatakan reliabel atau andal. Hasil
pengujian terlampir pada lampiran 16 halaman 184.
G. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif
dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk memperoleh
gambaran dari tiap-tiap variabel yang diteliti dengan cara menghitung rerata dan
simpangan baku. Statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis dan
kepentingan generalisasi hasil penelitian.
Data yang diperoleh dideskripsikan menurut masing-masing variabel.
Teknik yang dipergunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah teknik
Analisis Varians Dua Jalan/Jalur (ANAVA Dua Jalan/Jalur). Untuk menguji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
hipotesis digunakan uji F pada taraf signifikansi α = 0,05. Bila hasil analisis
menunjukkan adanya pengaruh interaksi, maka analisis/pengujian dilanjutkan
dengan menggunakan Uji Tukey/ Uji Lanjut.
Sebelum analisis data dilakukan, perlu dilakukan pemeriksaan data/ uji
persyaratan. Pemeriksaan data/uji persyaratan tersebut meliputi uji normalitas dan
uji homogenitas. Pengujian dilakukan dalam taraf nyata/signifikansi α = 0,05
H. Hipotesis Statistik
Untuk menguji hipotesis nol (Hο), hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut.
1. Hipotesis Pertama
Hο : µAı ≤ µA2
Hı : µAı >µA2
2. Hipotesis Kedua
Hο : µвı ≤ µв2
Hı : µвı >µв2
3. Hipotesis Ketiga
Hο : A x B = 0
Hı : A x B > 0
Keterangan :
A : Pembelajaran Kooperatif
B : Motivasi Belajar
µAı : Rerata skor kemampuan mengapresiasi prosa fiksi untuk kelompok
siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif jigsaw
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
µA2 : Rerata skor kemampuan mengapresiasi prosa fiksi untuk kelompok siswa
yang belajar dengan pembelajaran kooperatif STAD
µвı : Rerata skor kemampuan mengapresiasi prosa fiksi untuk kelompok
siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
µв2 : Rerata skor kemampuan mengapresiasi prosa fiksi untuk kelompok siswa
yang memiliki motivasi belajar rendah
A x B : Interaksi antara pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini disajikan deskripsi data dalam bentuk uraian, tabel, dan
diagram, pengujian persyaratan analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan
hasil analisis data.
A. Deskripsi Data Penelitian
1. Deskripsi Data Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi secara
Keseluruhan
a. Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi Awal (Pre-test)
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah
responden (n) = 70 siswa dengan skor tertinggi = 24 dan skor terendah = 14; mean
( X ) = 19,17; median (Me) = 19,00; 5% trimmed mean = 19,19 yang artinya tidak
terdapat outlier; standar deviasi (σ) = 2,548; kuartil 1 (Q1) = 17,00 yang artinya
75% dari responden memiliki skor >17,00 dan kuartil 3 (Q3) = 21,00 yang artinya
25% dari responden memiliki skor >21,00. Analisis data dapat dilihat pada lampiran
21 halaman 197.
Selanjutnya ditampilkan tabel distribusi frekuensi dan grafik histogramnya
di halaman berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal (Pre-test) Mengapresiasi Prosa Fiksi
Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Kumulatif
Dari tabel distribusi frekuensi kemampuan awal mengapresiasi prosa fiksi di
atas, dapat disajikan grafik histogramnya sebagai berikut.
4 4
10
11
5
3
0
2
4
6
8
10
12
--//-- 14-15 16-17 18-19 20-21 22-23 24-25
Frek
uens
i
Skor Awal (Pre-test) Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi
Gambar 7 Histogram Frekuensi Kemampuan Awal (Pre-test) Mengapresiasi Prosa Fiksi Kelompok STAD
14.5 16.5 18.5 20.5 22.5 24.5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
b. Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi Akhir (Post-test)
Hasil analisis data pada data post-test menunjukkan bahwa jumlah
responden (n) = 37 siswa dengan skor tertinggi = 32 dan skor terendah = 21; mean
( X ) = 26,55; median (Me) = 25,00; 5% trimmed mean = 24,88 yang artinya tidak
terdapat outlier; standar deviasi (σ) = 2,413; kuartil 1 (Q1) = 23,00 yang artinya
75% dari responden memiliki skor >23,00 dan kuartil 3 (Q3) = 27,00 yang artinya
25% dari responden memiliki skor >27,00. Analisis data dapat dilihat pada lampiran
23 halaman 200.
Selanjutnya ditampilkan tabel distribusi frekuensi dan grafik histogramnya
di halaman berikut ini.
Tabel 11 Distribusi Frekuensi Kemampuan Akhir (Post-test) Mengapresiasi Prosa Fiksi Kelompok STAD
Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Kumulatif
f % f % 31 – 32 29 – 30 27 – 28 25 – 26 23 – 24
≤ 22
0 3 7
12 9 6
0,0 8,1
18,9 32,4 24,3 16,2
37 37 34 27 15 6
100,0 100,0 91,9 73,0 40,5 16,2
Total 37 100,0 - -
Dari tabel distribusi frekuensi kemampuan akhir mengapresiasi prosa fiksi di
atas, dapat disajikan grafik histogramnya sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Gambar 8 Histogram Frekuensi Kemampuan Akhir (Post-test) Mengapresiasi Prosa Fiksi Kelompok STAD
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data
Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan Anava 2-Jalan (Two-Way
Anova) dilanjutkan dengan uji lanjut (post-hoc test) dengan LSD. Prasyarat yang
harus dipenuhi sebelum melakukan uji anava 2-jalan adalah: (1) distribusi data
mengikuti kurve normal yang diuji dengan uji normalitas sebaran; dan (2) variansi
(SD²) antar masing-masing kelompok homogen yang diuji dengan uji homogentias
variansi.
1. Uji Normalitas Sebaran
Pengujian normalitas sebaran data dipergunakan uji Liliefors dengan
Kolmogorov-Smirnov Tests of Normality. Uji normalitas sebaran dilakukan dengan
menggunakan software komputer SPSS> Dari hasil perhitungan uji normalitas
21.5 23.5 25.5 27.5 29.5 31.5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
sebaran data kemampuan mengapresiasi prosa fiksi awal (pre-test) diperoleh nilai
KS sebesar 0,099 dengan sig (p-value) 0,087; karena p>0,05 disimpulkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara frekuensi harapan (normal) dengan frekuensi
observasi (hasil), yang berarti bahwa data kemampuan mengapresiasi prosa fiksi
awal (pre-test) berdistribusi normal.
Hasil perhitungan uji normalitas sebaran data kemampuan mengapresiasi
prosa fiksi akhir (post-test) diperoleh nilai KS sebesar 0,086 dengan sig (p-value)
0,200; karena p>0,05 disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
frekuensi harapan (normal) dengan frekuensi observasi (hasil), yang berarti bahwa
data kemampuan mengapresiasi prosa fiksi akhir (post-test) berdistribusi normal.
Analisis data dapat dilihat pada lampiran 24 halaman 203.
Hasil perhitungan uji normalitas sebaran secara ringkas dapat dilihat dalam
tabel berikut ini, sedangkan hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24
halaman 203.
Tabel 12 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Sebaran
Distribusi Data Variabel
Lilliefors Kesimpulan
K-S Sig. (p-Value)
Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi Awal (Pre-test)
0,099 0,087 Normal
Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi Akhir (Post-test)
0,086 0,200 Normal
2. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel
yang diambil dari populasi berasal dari varians yang sama dan tidak menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
perbedaan yang signifikan satu sama lain. Tes statistik yang digunakan adalah
Levene Statistic dan proses perhitungan diselesaikan dengan bantuan komputer
software komputer SPSS. Analisis data dapat dilihat pada lampiran 25 halaman
207. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Chi-Kuadrat (c2) seperti terlihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 13 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians Antarkelompok
No. Data yang Diuji df
Levene Statistic Kesimpulan F Sig.
(p-Value) 1. Kemampuan Mengapresiasi
Prosa Fiksi Awal (Pre-test) 3:66 0,647 0,588 Homogen
2. Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi Akhir (Post-test)
3:66 0,530 0,663 Homogen
Dari tabel tersebut di atas, diketahui bahwa diperoleh semua Fhitung tidak
signifikan pada taraf signifikansi 5%; hal ini ditunjukkan dengan p-value lebih dari
dari taraf signifikansi (a) yang ditentukan yaitu 5%; atau p>0,050; yang berarti tidak
ada perbedaan yang signifikan varians antar kelompok atau homogen.
Dari kedua pengujian persyaratan, seperti telah dibahas di atas, semua
persyaratan analisis, yaitu: data berdistribusi normal dan variansi antar kelompok
homogen, telah terpenuhi, maka dapat dilanjutkan dengan analisis anava 2 jalan.
C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: (1) kemampuan
mengapresiasi prosa fiksi siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif jigsaw
lebih baik/tinggi daripada siswa yang belajar dengan pendekatan kooperatif STAD;
(2) kemampuan mengapresiasi prosa fiksi siswa yang memiliki motivasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
tinggi lebih baik/tinggi daripada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah; dan
(3) terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar terhadap
kemampuan mengapresiasi prosa fiksi.
Hipotesis tersebut adalah hipotesis asli atau hipotesis alternatif; untuk
keperluan pengujian hipotesis, maka hipotesis tersebut diubah menjadi hipotesis nol
(Ho), menjadi: (1) kemampuan mengapresiasi prosa fiksi siswa yang belajar dengan
pembelajaran kooperatif jigsaw tidak berbeda dengan siswa yang belajar dengan
pendekatan kooperatif STAD; (2) kemampuan mengapresiasi prosa fiksi siswa
yang memiliki motivasi belajar tinggi tidak lebih baik daripada siswa yang memiliki
motivasi belajar rendah; dan (3) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran
kooperatif dan motivasi belajar terhadap kemampuan mengapresiasi prosa fiksi.
Sebelum pengujian hipotesis, agar mendapatkan hasil secara menyeluruh,
berikut disajikan hasil analisis variansi dua jalan pada data kemampuan
mengapresiasi prosa fiksi awal (pre-test) dan kemampuan mengapresiasi prosa fiksi
akhir (post-test).
1. Analisis Data a. Analisis Perbedaan Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi Awal (Pre-test)
Ditinjau dari Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar
Hasil rata-rata skor kemampuan mengapresiasi prosa fiksi awal (pre-test)
pada masing-masing kelompok disajikan pada tabel berikut ini. Analisis data dapat
dilihat pada.lampiran 26 halaman 208
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel 14 Rata-rata Skor Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi Awal (Pre-test)
No. Pembelajaran Kooperatif
Motivasi Belajar
Rata-rata n
1. JIGSAW · Tinggi 18,79 19 · Rendah 19,14 14 Total 18,94 33
2. STAD · Tinggi 19,32 19 · Rendah 19,44 18 Total 19,38 37
3. TOTAL · Tinggi 19,05 38 · Rendah 19,31 32 Total 19,17 70
Hasil analisis selanjutnya adalah tabel analisis variansi dua jalan, secara
ringkas disajikan berikut ini. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26
halaman 209.
Tabel 15 Rangkuman Analisis Variansi 2 Jalan Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi Awal (Pre-test)
Sumber Sum of
Squares df Mean
Squares F Sig.
(p) Main Effects (Combined) 4,304 2 2,152 0,320 0,727
Antar A 3,130 1 3,130 0,466 0,497 Antar B 0,942 1 0,942 0,140 0,709
2-Way Interactions
Inter AB 0,217 1 0,217 0,032 0,858
Model 4,521 3 1,507 0,224 0,879 Residual 443,422 66 6,719 - - Total 447,943 69 6,492 - -
Keterangan: Antar A = Antar Pembelajaran Kooperatif Antar B = Antar Motivasi Belajar Inter AB = Interaksi Pembelajaran Kooperatif dengan Motivasi Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Berdasarkan tabel analisis variansi dua jalan tersebut di atas, diketahui
bahwa baik antar A (antar pembelajaran), antar B (antar motivasi belajar) maupun
interaksi AB (interaksi antara pembelajaran dan motivasi belajar) menunjukkan
tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05). Hal ini membuktikan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan kemampuan mengapresiasi prosa fiksi awal (pre-test)
ditinjau dari pembelajaran kooperatif (Jigsaw dan STAD) dan motivasi belajar
siswa (tinggi dan rendah), yang berarti bahwa kedua kelompok perlakuan tersebut
pada awal perlakuan menujukkan kemampuan mengapresiasi prosa fiksi yang sama
atau dengan kata lain sampelnya homogen.
b. Analisis Perbedaan Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi Akhir (Post-
test) Ditinjau dari Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar
Hasil rata-rata skor kemampuan mengapresiasi prosa fiksi akhir (post-test)
pada masing-masing kelompok disajikan pada tabel berikut ini. Analisis data dapat
dilihat pada lampiran 26 halaman 211.
Tabel 16 Rata-rata Skor Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi Akhir (Post-test)
No. Pembelajaran Kooperatif
Motivasi Belajar
Rata-rata N
1. JIGSAW · Tinggi 27,68 19 · Rendah 25,00 14 Total 26,55 33
2. STAD · Tinggi 24,95 19 · Rendah 24,83 18 Total 24,89 37
3. TOTAL · Tinggi 26,32 38 · Rendah 24,91 32 Total 25,67 70
Hasil analisis selanjutnya adalah tabel analisis variansi dua jalan, secara
ringkas disajikan berikut ini. Data selengkapnya pada lampiran 26 halaman 212.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Tabel 17 Rangkuman Analisis Variansi 2 Jalan Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi Akhir (Post-test)
Sumber Sum of
Squares df Mean
Squares F Sig.
(p) Main Effects (Combined) 77,447 2 38,724 6,805 0,002
Antar A 42,934 1 42,934 7,545 0,008 Antar B 29,754 1 29,754 5,229 0,025
2-Way Interactions Inter AB 28,443 1 28,443 4,999 0,029 Model 105,890 3 35,297 6,203 0,001 Residual 375,553 66 5,690 - - Total 481,443 69 6,977 - -
Keterangan: Antar A = Antar Pembelajaran Kooperatif Antar B = Antar Motivasi Belajar Inter AB = Interaksi Pembelajaran Kooperatif dengan Motivasi Belajar
Berdasarkan tabel analisis variansi dua jalan tersebut di atas, dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1) Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan mengapresiasi prosa fiksi akhir
(post-test) ditinjau dari pembelajaran kooperatif, yang ditunjukkan dengan Fhitung
antar A sebesar 7,545 dengan p-value 0,008; terbukti p<0,05. Dilihat dari rata-
rata skor, pada pembelajaran Jigsaw diperoleh rata-rata sebesar 26,55;
sedangkan pembelajaran STAD sebesar 24,89. Hasil ini membuktikan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan mengapresiasi prosa fiksi akhir
(post-test) antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan pendekatan
Jigsaw dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan pendekatan
STAD; dan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan pendekatan Jigsaw
lebih tinggi kemampuan mengapresiasi prosa fiksi dibandingkan dengan siswa
yang diberi pembelajaran menggunakan pendekatan STAD. Analisis data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26 halaman 212.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
2) Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan mengapresiasi prosa fiksi akhir
(post-test) ditinjau dari motivasi belajar siswa, yang ditunjukkan dengan Fhitung
antar B sebesar 5,229 dengan p-value 0,025; terbukti p<0,05. Dilihat dari rata-
rata skor, pada siswa dengan motivasi tinggi diperoleh rata-rata sebesar 26,32;
sedangkan siswa dengan motivasi rendah sebesar 24,91. Hasil ini membuktikan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan mengapresiasi prosa
fiksi akhir (post-test) antara siswa yang motivasi belajarnya tinggi dengan siswa
yang motivasi belajarnya rendah. Siswa dengan motivasi belajar tinggi,
kemampuan mengapresiasi prosa fiksi akhir (post-test) lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang motivasi belajarnya rendah. Analisis data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26 halaman 212.
3) Terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar terhadap
kemampuan mengapresiasi prosa fiksi akhir (post-test), yang ditunjukkan
dengan Fhitung Inter AB sebesar 4,999 dengan p-value 0,029; terbukti p<0,05.
Analisis data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26 halaman 212.
Interaksi tersebut secara visual dapat digambarkan berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
27,68
24,95
25,00
24,83
23
24
25
26
27
28
Rendah Tinggi
Motivasi Belajar Siswa
Rata
-rat
a Sk
or
Jigsaw
STAD
Gambar 9 Interaksi Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Kemampuan Mengapresiasi Prosa Fiksi (Post-test)
2. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis data, khususnya pada bagian ketiga, yaitu analisis
perbedaan peningkatan kemampuan mengapresiasi prosa fiksi akhir ditinjau dari
pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar, selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis sebagai berikut:
a. Pengujian Hipotesis Pertama
Rumusan hipotesis pertama yang akan diuji pada bagian ini adalah sebagai
berikut:
H0 : µ A1 = µ A2
“Kemampuan mengapresiasi prosa fiksi siswa yang belajar dengan
pembelajaran kooperatif jigsaw tidak berbeda dengan siswa yang belajar
dengan pendekatan kooperatif STAD”
H1 : µ A1 ≠ µ A2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
“Kemampuan mengapresiasi prosa fiksi siswa yang belajar dengan
pembelajaran kooperatif jigsaw berbeda dengan siswa yang belajar dengan
pendekatan kooperatif STAD”
Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil Fhitung Antar A (antar pembelajaran
kooperatif) sebesar 7,545 dengan p-value 0,008. Ternyata p<0,05; maka Fhitung
tersebut signifikan; yang berarti bahwa Ho yang menyatakan “kemampuan
mengapresiasi prosa fiksi siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif jigsaw
tidak berbeda dengan siswa yang belajar dengan pendekatan kooperatif STAD”
ditolak; dan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan “kemampuan mengapresiasi
prosa fiksi siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif jigsaw berbeda
dengan siswa yang belajar dengan pendekatan kooperatif STAD” diterima.
Berdasarkan rerata kemampuan mengapresiasi prosa fiksi yang diperoleh,
pada kelompok siswa yang diberi pembelajaran menggunakan pendekatan Jigsaw
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan STAD (26,55 > 24,89). Dengan demikian penelitian ini
membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Jigsaw lebih
baik dibandingkan dengan pendekatan STAD dalam meningkatkan kemampuan
mengapresiasi prosa fiksi pada siswa kelas VIII SMP di Surakarta.
b. Pengujian Hipotesis Kedua
Rumusan hipotesis pertama yang akan diuji pada bagian ini adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
H0 : µ B1 = µ B2
“Kemampuan mengapresiasi prosa fiksi siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi tidak lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar
rendah”.
H1 : µ B1 ≠ µ B2
“Kemampuan mengapresiasi prosa fiksi siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar
rendah”.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil Fhitung Antar B (antar motivasi
belajar) sebesar 5,229 dengan p-value 0,025. Ternyata p<0,05; maka Fhitung tersebut
signifikan yang berarti bahwa Ho yang menyatakan “kemampuan mengapresiasi
prosa fiksi siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi tidak lebih baik daripada
siswa yang memiliki motivasi belajar rendah” ditolak; dan hipotesis alternatif (H1)
yang menyatakan “kemampuan mengapresiasi prosa fiksi siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar
rendah” diterima.
Berdasarkan rerata kemampuan mengapresiasi prosa fiksi yang diperoleh,
pada kelompok siswa dengan motivasi belajar yang tinggi, lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa dengan motivasi belajar yang rendah (26,32 > 24,91).
Dengan demikian penelitian ini membuktikan bahwa kemampuan mengapresiasi
prosa fiksi pada siswa kelas VIII SMP di Surakarta yang bermotivasi belajar tinggi
lebih baik/lebih tinggi daripada siswa yang bermotivasi rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
c. Pengujian Hipotesis Ketiga
Rumusan hipotesis kedua yang akan diuji pada bagian ini adalah sebagai
berikut:
H0 : A x B = 0
“tidak terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar
terhadap kemampuan mengapresiasi prosa fiksi”.
H1 : A x B ≠ 0
“terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar
terhadap kemampuan mengapresiasi prosa fiksi”.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil Fhitung Inter AB sebesar= 4,999;
dengan p= 0,029; ternyata p<0,05 yang berarti bahwa Fhitung tersebut signifikan. Hal
ini membuktikan bahwa Ho yang menyatakan “tidak terdapat interaksi antara
pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar terhadap kemampuan mengapresiasi
prosa fiksi” ditolak; dan hipotesis alternatif (H3) yang menyatakan “terdapat
interaksi antara pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar terhadap kemampuan
mengapresiasi prosa fiksi” diterima.
Berdasarkan rerata yang diperoleh, dengan urutan sebagai berikut: (1)
Jigsaw dengan motivasi belajar tinggi (A1B1= 27,68); (2) Jigsaw motivasi belajar
rendah (A1B2= 25,00); (3) STAD dengan motivasi belajar tinggi (A2B1= 24,95); (4)
STAD dengan motivasi belajar rendah (A2B2= 24,83). Berikut disajikan analisis
perbedaan pada masing-masing kelompok tersebut dengan LSD (post-hoc test).