PENGARUH PEMASARAN POLITIK TERHADAP PERILAKU PEMILIH PEMULA PADA PEMILUKADA DI KABUPATEN ENREKANG TAHUN 2018 SYAMSUL Nomor Stambuk : 105640173213 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
106
Embed
PENGARUH PEMASARAN POLITIK TERHADAP PERILAKU PEMILIH ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH PEMASARAN POLITIK TERHADAP PERILAKU PEMILIHPEMULA PADA PEMILUKADA DI KABUPATEN ENREKANG
TAHUN 2018
SYAMSUL
Nomor Stambuk : 105640173213
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
PENGARUH PEMASARAN POLITIK TERHADAP PERILAKU PEMILIHPEMULA PADA PEMILUKADA DI KABUPATEN ENREKANG
TAHUN 2018
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
SYAMSUL
Nomor Stambuk : 105640173213
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Syamsul
Nomor Stambuk : 105640173213
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis atau dipublikasikan orang lain atau
melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik sesuai aturan yang berlaku, sekali pun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, Februari 2020
Yang Menyatakan,
Syamsul
ABSTRAK
Syamsul,2020. Pengaruh Pemasaran Politik Terhadap Perilaku PemilihPemula Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Enrekang Tahun2018. (Dibimbing oleh Hafis Elfiasya Parawu dan Rudi Hardi )
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa baik pemasaranpolitik, seberapa baik perilaku pemiilih pemula, dan mengetahui seberapa besarpengaruh pemasaran politik terhadap perilaku pemilih pemula pada pemilihankepala daerah di Kabupaten Enrekang tahun 2018.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodepenelitian analisis deskriptif dan regresi linear sederhana dengan analisiskuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan informasidari informan, reduksi data dan penyajian data. Hipotesis yang dikemukakanadalah pemasaran politik berpengaruh terhadap perilaku pemilih pemula. Datayang diperoleh dari 57 responden yang merupakan masyarakat pemilih pemula dikelurahan Kambiolangi, melalui kusioner, dan kemudian dianalisis dengankorelasi product moment dan koefisien determinan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemasaran politik sangatberpengaruh terhadap perilaku pemilih pemula di kabupaten Enrekang. Terdapatpengaruh yang signifikan partisipan politik terhadap pemasaran politik kabupatenEnrekan, diketahui dari hasil analisis yang menunjukkan hasil bahwa pemasaranpolitik mempunyai pengaruh terhadap perilaku pemilih pemula di KelurahanKambiolangi Kabupaten Enrekang, hal ini terbukti dari perhitungan r = 0,651 danini berarti koefisien korelasi menunjukkan hubungan positif antara pemasaranpolitik terhadap perilaku pemilih dengan signifikasi sebesar 65,1%.
Kata Kunci : Pemasaran Politik, Pemilih Pemula, Pemilukada
GAMBAR 2.1 ............................................................................................ 36
GAMBAR 4.1 ............................................................................................ 48
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2 : 1. Tabulasi Sistem Komputerisasi
2. Tabulasi Efektivitas KerjaPegawai
Lampiran 3 : 1. Hasil Uji Validitas
2. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 4 : Analisis Data
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilih di Indonesia merupakan salah satu segmen dalam pesta demokrasi
disetiap tingkatan. Jumlahnya yang besar menjadikan segmen ini menarik bagi
bara praktisi demi memenangkan persaingan di dunia politik. Pemilih pemula
mempunyai karakteristik sendiri sebagai pemilih yang baru memulai
menggunakan hak suaranya dalam pemilihan umum.
Dalam pemilu, pemberian suara merupakan salah satu bentuk dari sekian
bentuk partisipasi politik dalam berdemokrasi. Pemberian suara menjadi ukuran
paling dasar dalam politik konvensional. Dalam partisipasi pemilih, salah satu
basis suara diperebutkan dalam disetiap tingkatan pemilihan adalah basis suara
pemilih pemula. Pemilih pemula merupakan pemilih yang baru pertama kali
memilih karena usia mereka baru memasuki usia pemilih yaitu 17 hingga 21
tahun. UU No. 7 tahun 2017 tentang pemilu memberikan jaminan bagi pemilih
pemula yang genap berusia 17 tahun guna menyalurkan hak pilihnya pada pemilu.
Partisipasi politik memiliki peran penting dalam proses pemilihan umum
pesta demokrasi. Jenis pemilih yang perlu diperhatikan tingkat partisipasi politik
pemilihnya adalah bagi para pemilih pemula. Kurangnya kesadaran berpolitik atau
rendahnya pendidikan politik bagi para pemilih pemula dikhawatirkan akan
menurunkan tingkat partisipasi politik dalam pemilu. Mengingat pentingnya
partisipasi politik pemula dalam agenda kontestasi dalam Pemilu, maka perlu
pemilih pemula menjadi incaran para kontestan Pemilu. Baik dari partai politik
maupun personal termasuk pendukungnya. Pemilih pemilu yang rentan
1
dipengaruhi ini sangat mudah dijaring dan akan menjaring teman yang lain.
Dalam proses pemilu peran pemilih pemula juga cukup penting untuk mencegah
golput.
Pengenalan pemilih pemula dalam pesta demokrasi masih rendah dan
mudah dipengaruhi kepentingan keluarga, orang tua dan kerabat. Keterlibatan
Pemilih Pemula dari data disetiap gelaran pemilu mencapai 30%. Angka yang
sangat besar singga menjadi sasaran atau segmen para peserta pemilu yang ikut
kontestasi. Cukup besarnya persentase pemilih pemula ini maka suara pemilih
pemula menjadi basis yang sangat diperhitungkan dalam memenangkan
konstestasi dalam pesta demokrasi. Selain itu pemilih pemula juga merupakan
segmen yang menarik dan unik, dimana antusisme tinggi dan bisa berpikir
rasional. Perilaku pemilih pemula yang baru memasuki usia hak pilih pastilah
belum mimiliki jangkauan politik yang sangat luas untuk menentukan calon yang
harus dipilih. Masa depan sebagai pemilih pemula dalam pemilu juga sangat
penting karena mayoritas adalah pelajar sehingga masa depan bagi mereka salah
satunya juga tergantung pada pemimpin yang dipilih.
Pemilih pemula merupakan salah satu segmen yang memang menjanjikan
secara kuantitas dalam pemilu. Termasuk pula pada pemilukada Enrekang ini.
Berdasarkan data KPU Enrekang, jumlah pemilih pemula yang terdaptar sebanyak
19.788 jiwa atau dengan persentase 11,65% dari jumlah DPT yang ada. Dengan
jumlahnya yang cukup besar menjadi ladang perebutan bagi yang berkepentingan
dalam kontestasi 5 tahunan ini. Pemilih pemula memiliki antusiasme tinggi
sementara keputusan pilihan yang belum bulat, menempatkan pemilih pemula
sebagai swing voters yang sesungguhnya. Pilihan politik segmen ini belum
dipengaruhi motivasi ideologis tertentu dan lebih didorong oleh konteks dinamika
lingkungan politik lokal. Pemilih pemula mudah dipengaruhi hal-hal tertentu,
terutama oleh orang terdekat seperti anggota keluarga, kerabat, teman, maupun
media massa
Partisipasi politik pemilih pemula cukup menentukan kemenangan calon dalam
pemilihan umum. Oleh karena itu peran partai politik dan kontestan calon dalam
sosialisasinya untuk mencari dukungan dan meningkatkan partisipasi politik
pemilih pemula untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum dan
menggunakan hak politiknya dalam pemilihan. Pemilih Pemula yang baru
memasuki hak pilih juga memiliki jangkauan pemahaman politik yang cukup luas
dalam menentukan calon pilihannya. Secara common sense, pemilih pemula
menggunakan ilmu ekonomi sebagai panutannya. Hal ini dapat dilihat ketika pemilih
pemula memilih kandidat yang dapat memberinya keuntungan yang sebesar-
besarnya. Misalnya, memilih kandidat yang memberinya uang atau materi sebagai
harga dari suara yang akan digunakannya. Selain itu, pemilih pemula juga
cenderung memilih kandidat berdasarkan figurnya bukan kemampuannya
sehingga pemilih pemula juga cenderung mudah dimanfaatkan oleh kontetastan
yang bertarung dalam kontestasi.
Berbagai cara yang dilakukan politisi, calon kandidat atau yang berkepentingan
dalam kontestasi politik untuk menggaet suara pemilih pemula untuk
berpartisipasi menentukan pilihannya di Pemilukada Enrekang ini. Kegiatan-
kegiatan dilakukan oleh kandidat juga tim sukses kotak kosong untuk menggat
suara pemilih pemula seperti halnya mengadakan pertandingan olahraga,
perlombaan kesenian, membiayai tim pemuda dalam sebuah pertandingan juga
perlombaan, bahkan sampai mengadakan perlombaan balap motor, pula
perlombaan motor trail. Tidak sedikit pemilih pemula yang juga tidak terlalu
peduli dengan persoalan program yang ditawarkan oleh pasangan calon. Sebagus
apa pun program yang telah dibuat dan diusung, bagi mereka yang terpenting
adalah bagaimana mendapat uang saat kampanye, atau memperoleh atribut seperti
kaos, topi, stiker, dan bahkan dapat melihat artis secara langsung saat kampanye
yang diselenggarakan oleh kandidat pilkada untuk menghibur.
Dinamika komunikasi politik dalam masyarakat terdapat berbagai tahap
penyelenggaraan pemilihan umum semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya persiapan dari kandidat pula yang berkepentingan dalam pesta
demokrasi. Upaya dalam meraih kemenangan dilakukan usaha menarik perhatian
dan dukungan publik. Kualitas komunikasi dapat dilihat bagaimana isi pesan
dapat sampai dari komunikator kepada masyarakat sehingga memilih atau
mendukung misalnya melalui sosialisasi program, menyampaikan keunggulan
figur atau kandidat. Dukungan atau penolakan terhadap isi komunikasi. Dari segi
kandidat politik, pada masa pemilihan umum, terutama dalam tahapan kampanye,
mereka disibukkan dengan kalkulasi serta penyusunan strategi dalam mencari
dukungan suara sebanyak-banyaknya.
Dalam proses inilah manajemen kampanye bagi partai politik maupun kandidat
perindividu dianggap penting, dengan menggunakan berbagai sarana dan
prasarana serta sumber daya yang dimiliki secara optimal untuk bersaing dengan
partai politik maupun kandidat lain dalam memenangkan pemilihan umum.
Tahun 2018 merupakan tahun politik dalam di Indonesia. Sebanyak 171 daerah
akan melakukan ajang pemilihan kepala daerah (Pemilukada) di tahun tersebut.
Baik ditingkat pemilihan Gubernur, Walikota dan juga Bupati. Dalam pemilihan
umum, semua warga negara berhak ikut dalam memilih dengan catatan telah
memenuhi syarat sebagai pemilih. Turut serta dalam proses penyelenggaraan
demokrasi sangat penting karena pemimpin yang terpilih dalam pemilu sangat
menentukan nasib rakyat. Salah satu kabupaten yang melaksanakan pemilukada
tahun 2018 adalah Kabupaten Enrekang, yang berada di Provinsi Sulawesi-
Selatan (Sul-Sel).
Setelah melewati tahapan-tahapan, pemilukada ini di ikuti satu pasang calon
(Drs. H. Muslimin Bando, M.Pd-Asman SE), dan berhadapan dengan Kotak
Kosong. Calon Bupati ini merupakan petahana atau incumbent dan menjabat
sebagai Ketua Partai Golongan (Golkar) dan calon Wakil Bupati sebelumnya
merupakan Anggota DPR Kab Enrekang dan juga menjabat sebagai Ketua Partai
Nasional Demokrat (Nasdem). Pemilukada ini, terdapat 169.836 jiwa daftar
pemilih tetap (DPT), dimana terbagi 86.417 jiwa pemilih Laki-laki dan 83.419
jiwa pemilih perempuan yang tersebar di 12 Kecamatan dan terdapat 129 Desa
dan Kelurahan.
Berdasarkan data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Enrekang,
kontestasi ini dimenangkan oleh pasangan H. Muslimin Bando-Asman dengan
kemenangan 78.586 jiwa atau dengan persentase 67,15%. Sedangkan jumlah yang
memilih Kotak Kosong adalah 35.856 atau dengan persentase 32,85%. Partisipasi
politik dalam pesta demokrasi ini yang menggunakan hak suaranya sebanyak
115.450 Jiwa, atau dengan persentase 67,97%. Dari data KPU pula diketahui
pasangan ini menang disemua kecamatan yang ada. Pemilih Berdasarkan realitas
diatas maka penulis tertarik untuk menganalisis fenomena pemilih pemula
kabupaten Enrekang melalui penelitian yang berjudul: “Pengaruh Pemasaran
Politik Terhadap perilaku Pemilih Pemula pada Pemilukada Kabupaten
Enrekang Tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, mengantarkan pada refleksi
rumusan masalah:
1.Seberapa baik pemasaran politik pada Kabupaten Enrekang tahun 2018?
2.Seberpa baik perilaku pemilih pemula pada Kabupaten Enrekang tahun
2018 ?
3.Seberapa besar pengaruh pemasaran politik terhadap perilaku pemilih
pemula pada Kabupaten Enrekang tahun 2018 ?
C. Tujuan Penelitian
Ada pun tujuan dari peneliti sebagai berikut
1. Untuk mengetahui seberapa baik pemasaran politik pada Kabupaten
Enrekang tahun 2018
2. Untuk mengetahui baik perilaku pemilih pemula pada Kabupaten
Enrekang tahun 2018
3. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh pemasaran politik terhadap
perilaku pemilih pemula pada Kabupaten Enrekang tahun 2018
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat secarah teoritis dalam memberikan
gambaran yang jelas pengaruh pemasaran politik terhadap perilaku pemilih
pemula dalam pemilu.
2. Kegunaan Praktis
Temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan
pertimbangan dalam pesta demokrasi terkhusus pada pemilihan kepala
daerah kabupaten Enrekang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Defenisi dan Teori
1. Konsep Demokrasi dan Politik
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani (dēmokratía) ‘kekuasaan rakyat’,
yang dibentuk dari kata dêmos ‘rakyat’ dan kratos ‘kekuasaan’, merujuk pada
sistem politik yang muncul pada pertengahan abad ke-5 dan ke-4 SM di
Athena. Demokrasi secara harfiah diartikan sebagai sistem politik dimana
kedaulatan berada ditangan rakyat. Hampir semua negara di dunia menyakini
demokrasi sebagai tolak ukur tak terbantah dari keabsahan politik. Keyakinan
bahwa kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintah menjadi
basis bagi tegak kokohnya sistem politik demokrasi. Dengan hal itu
menunjukan bahwa rakyat di letakkan pada posisi penting walaupun secara
operasional implikasinya diberbagai negara tidak selalu sama.
Demokrasi secara mendasar dapat dipahami sebagai suatu sistem politik di
mana semua warga negara memiliki hak untuk memilih dan dipilih dalam
pemilu yang diadakan secara periodik dan bebas, yang secara efektif
menawarkan peluang pada masyarakat untuk mengganti elit yang memerintah.
Menguatnya tuntutan demokrasi dipandang sebagai sistem yang mampu
mengantar masyarakat ke arah transformasi sosial politik lebih ideal.
Demokrasi dinilai lebih mampu mengangkat harkat manusia, lebih rasional,
dan realistis untuk mencegah munculnya suatu kekuasaan yang dominan.
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga
8
negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Didalam
sistem demokrasi, salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif)
untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas
(independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain.
Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar
ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol
berdasarkan prinsip checks and balances.
Dalam konsep demokrasi, dimana kedaulatan ditangan rakyat itu masih
menjadi perdebatan antara para ahli-ahli politik didunia. Misalnya Joseph A.
Schumpeter yang mengatakan, pemerintahan yang dibentuk melalui pemilu
yang bebas dan adil merupakan pengertian demokrasi. Demikian juga
dijelaskan Samuel P. Huntington bahwa suatu sistem dikatakan demokratis
sejauh para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem itu
dipilih melalui pemilu yang adil, jujur dan berkala didalam sistem itu para
calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dari hampir semua penduduk
dewasa yang berhak memberikan hak suara.
Dengan melihat pandangan kedua ilmuan politik ini dapat digolongkan
kedalam persfektif demokrasi prosedural, karena menekankan pemilu yang
bebas dan adil sebagai dasar dari pengertian demokrasi. Dengan devenisi ini
yang kurang memuaskan sehingga melahirkan kritik dari ahli politik lain.
Lyman Tower misalnya menyebutkan ciri-ciri demokrasi meliputih:
keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik, tingkat
persamaan tertentu diantara warga negara, tingkat kebebasan atau kemerdekaan
tertentu yang diakui oleh warga negara, suatu sistem perwakilan dan suatu
sistem pemilihan kekuasaan mayoritas. Demikan halnya David Beetham bahwa
masyarakat demokratis haruslah mencakup empat hal: pemilu bebas dan jujur,
keterbukaan dan akuntabilitas pemerintahan, jaminan terhadap kebebasan
politik, dan tersedianya masyarakat kewargaan (civil society).
Pasca Orde Baru, perdebatan antara demokrasi langsung dengan demokrasi
perwakilan juga mewarnai perkembangan pemikiran sistem demokrasi di
Indonesia. Setelah praktek demokrasi perwakilan melalui pemilu tahun 1999
kurang memuaskan, sehingga hal tersebut mendorong pelaksanaan pemilihan
secara langsung. Dengan pemilihan umum dan pemilukada secara langsung,
Indonesia disebut mengadopsi demokrasi campuran. Meskipun terdapat
perbedaan dalam mendefenisikan demokrasi, namun para ahli politik tetap
beranggapan pemilu merupakan syarat minimal harus tersedia dalam negara
yang menganut demokrasi. Secara teoritis, mekanisme pemilihan secara
langsung baik pemilihan umum presiden dan maupun pemilukada bersifat lebih
demokratis, karna memberikan hak kepada setiap warga negara untuk
menentukan pilihan politiknya secara langsung.
2. Pemasaran Politik (Marketing Politik)
Sistem demokrasi yang diterapkan oleh Indonesia mengatarkan masyarakat
ke arah yang lebih baik yang mana masyaraat lebih kritis dalam menilai dan
menganalisis apa yang dilakukan oleh kandidat dan partai politik. Pada masa
sebelum demokrasi diterapkan masyarakat cenderung akan diam dan menerima
ketika partai politik hanya memberikan janji tanpa ada realisasi. Pendekatan yang
diterapkan oleh kandidat dan partai politik pada masa lalu hanya melihat arti
penting masyarakat sebagai alat memenangkan pemilihan umum. Pendekatan ini
hanya menjadikan masyarakat sebagai alat dan instrumen kandidat dan partai
politik untuk memenangkan pemilihan.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi maka
masyarakat masa kini lebih sadar dan mengetahui bagaimana cara berpolitik yang
benar. Dampak bagi kandidat dan partai politik akan semakin ditinggalkan oleh
konstituen atau pendukung mereka dan akan semakin kehilangan peluang untuk
memenangkan pemilihan. Oleh sebab itu, maka pendekatan baru yaitu pendekatan
political marketing perlu diterapkan oleh partai politik atau kandidat apabila
mereka tidak menginginkan kehilangan dukungan dari masyarakat sebagai
pemilih.
Political marketing terdiri atas dua kata yaitu “political” dan “marketing”.
Political Marketing menurut Lock dan Harris sebagai berikut: “political
marketing is concerned with communicating with party members, media and
prospective sources of funding as well as the electorate”. Sedangkan Wring
dalam Inco Hary Perdana (2012:19) mendefinisikan political marketing sebagai
“the party or candidate’s use of opinion research and enviromental analysis to
produce and promote a competitive offering which will help realise
organisational aims and satisfy groups of electors in exchange for their votes”.
Dalam Model Laswell, Komunikasi Politik dihubungkan dengan political
marketing adalah political marketing merupakan bagian dari Komunikasi Politik.
Political Marketing digunakan dalam konteks dan tujuan yang lebih sempit.
Sehingga dapat dikatakan bahwa semua kegiatan political marketing merupakan
bagian dari kegiatan Komunikasi Politik sedangkan ada bagian lain dari
Komunikasi Politik yang bukan merupakan kegiatan Political Marketing (Inco
Hary Perdana, 2012:18).
Penggunaan pendekatan marketing dalam dunia politik dikenal dengan
marketing politik (political marketing). Dalam marketing politik, yang ditekankan
adalah penggunaan pendekatan marketing untuk membantu politikus (dalam
“kandidat”, dan partai politik agar lebih efisien dan efektif dalam membangun
hubungan dua arah dengan masyarakat. Hubungan ini diartikan sangat luas, dari
kontak fisik selama periode kampanye sampai dengan komunikasi tidak langsung
melalui pemberitaan di media massa (Firmanzah, 2012:128). Marketing yang
diadaptasi ke dalam dunia politik, dapat memberikan inspirasi tentang cara
seorang kandidat dalam membuat produk berupa isu dan program kerja
berdasarkan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat.
Tabel 2.1
Hubungan Model Laswell dengan Komunikasi Politik &
Political Marketing
Model
Laswell
Hubungan dengan komunikasi politik dan political
Marketing
Komunikator Komunikator Pada komunikasi politik komunikator bersifat
dua arah misalkan Pemerintah yang awalnya merupakan
komunikator politik, bisa menjadi komunikan pada saat
lain. Namun, pada political marketing, komunikator terbatas
kepada para pelaku politik yang akan ikut dalam pemilu seperti
partai atau kandidat.
Pesan Pada komunikasi politik, pesan bisa diartikan secara luas.
Pesan dapat merupakan himbauan pemerintah kepada
masyarakat, masyarakat kepada pemerintah dan bahkan
masyarakat kepada masyarakat. Pada political marketing pesan
diartikan lebih sempit. Konten pesan biasanya berupa promise
dari kandidat yang ditawarkan melalui berbagai macam
rencana kebijakan. Pesan disampaikan oleh partai atau
kandidat. Dari pesan tersebut, electore (para pemilih) akan
mempunyai alasan kenapa partai atau kandidat tersebut harus
dipilih. Dalam bahasa Pemasaran Komersial sering
disebut dengan reason to believe.
Khalayak Pada Komunikasi Politik yang dimaksudkan dengan khalayak
atau komunikan bisa sangat luas. Bisa masyarakat sipil, NGO
atau pemerintah, ketika memang pesan ditujukan untuk
mereka. Pada political marekting, yang dimaksud dengan
khalayak adalah electore atau para pemilih.
Channel/
Media
Pada Komunikasi Politik yang dimaksud adalah media massa.
Sedangkan pada political marketing, media bisa berarti media
massa namun juga melalui perwakilan langsung atau
tokoh/kelompok yang berpengaruh terhadap nilai-nilai di
sebuah daerah. Hal ini dalam strategi kampanye political
marketing dikenal dengan push,pull atau pass Political
Marketing.
Efek Pada Komunnikasi Politik yang dimaksud dengan efek dari
komunikasi bisa dilihat secara luas seperti civil education
sedangkan dalam political marketing lebih sempit cakupannya.
Yang ingin dihasilkan berupa electore electore yang aktif
dalam pemilu dan memilih kandidat tertentu. Sedikit lebih luas
lagi, dalam political marketing juga ingin dihasilkan efek
bahwa partai atau kandidat menjadi naik citra dan popularitas.
Sumber : Laswell dalam Inco Hary Perdana , 2012:17-18
Konsep marketing politik mencoba untuk melakukan perubahan-perubahan
didalam dunia politik dengan tujuan agar dapat mengembalikan dunia politik
kepada tujuan semula yaitu menyerap dan mengapresiasikan pendapat
masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya (dikutip dari O’Cass
dalam Firmanzah 2012: 156) adalah :
a. Menjadikan pemilih sebagai subjek, bukan objek dari para kandidat.
Menjadi subjek berarti bebas menentukan pilihan sendiri tanpa adanya
tekanan dari apapun dan manapun. Subjek menentukan mana yang terbaik
bagi dirinya sendiri dan bukannya ditentukan oleh pihak lain atau orang
lain. Sedangkan menjadi objek berarti tidak dapat menentukan pilihan
mereka sendiri.
b. Menjadikan permasalahan yang dihadapi pemilih sebagai langkah awal
dalam menyusun program kerja yang ditawarkan sebagai pemecahan
masalah.
c. Marketing politik tidak menjamin sebuah kemenangan, tetapi
menyediakan tools untuk menjaga hubungan dengan pemilih sehingga dari
situ akan terbangun kepercayaan, sehingga selanjutnya akan diperoleh
dukungan suara mereka.
Menurut Firmanzah (2012: 156), marketing politik bukanlah konsep untuk
menjual partai politik atau kandidat individu ke pemilih, namun sebuah konsep
yang menawarkan bagaimana sebuah partai politik atau kandidat individu bisa
membuat program yang berhubungan dengan permasalahan aktual. Marketing
politik adalah konsep permanen yang harus dilakukan terus menerus oleh kandidat
dalam membangun kepercayaan melalui proses jangka panjang bukan hanya pada
saat kampanye.
3. Proses Pemasaran Politik (Political Marketing)
Seorang kandidat harus mampu menangkap keresahan dan permasalahan yang
ada dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, program-program yang
mereka tawarkan bisa menjawab akar permasalahan yang ada dan juga mampu
menumbuhkan keyakinan pemilih untuk memberikan suaranya kepada kandidat
tersebut.
Guna tercapainya tujuan tersebut, seorang kandidat perlu menerapkan metode
dan cara yang tepat. Metode yang tepat diharapkan secara menyeluruh dapat
mengembangkan produk politik yang dimiliki, mengemas strategi komunikasi
yang tepat dengan kelompok sasaran, melakukan distribusi pesan dan pada
akhirnya dapat memenangkan persaingan. Marketing politik adalah salah satu
metode yang dapat digunakan karena pemikiran dasar marketing politik adalah
melihat bahwa kebutuhan konsumen adalah hal terpenting, sehingga perlu
diidentifikasi dan dicari cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
4. Segmentasi Politik
Masyarakat terdiri dari banyak individu yang memiliki nilai kebenaran
masing-masing dalam menilai sesuatu. Begitupula dalam menilai kandidat hingga
penentuan kandidat mana yang akan dipilih. Dinamika masyarakat yang berbeda
satu sama lain menuntut partai politik atau kandidat untuk dapat mengidentifikasi
kelompokkelompok yang terdapat didalam masyarakat untuk memahami
karakteristik masing-masing. Aktivitas ini dapat dikatakan sebagai proses
segmentasi.
Segmentasi pemilih menurut Kollat dalam Firmanzah (2012:187) dapat
dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 2.2
Metode Segmentasi Pemilih
Dasar
Segmentasi
Detil Penjelasan
Geografi Masyarakat dapat disegmentasikan berdasarkan geografis dankerapatan (density) populasi. Misalnya produk dan jasa yangdibutuhkan oleh orang yang tinggal di pedesaan akan berbedadengan produk politik yang dibutuhkan oleh orang perkotaan.Bagitu juga antara pegunungan dengan pesisir, masing-masing memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain.
Demografi Komsumen politik dapat dibedakan berdasarkan umur, jeniskelamin, pendapatan, pendidikan, pekerjaan dan kelas sosial.Masing-masing kategori memiliki karakteristik yang berbedatentang isu politik satu sama lain. Sehingga perlu untukdikelompokkan berdasarkan kategori demografi.
Psikografi Psikografi memberikan tambahan metode segmentasiberdasarkan geografi. Dalam metode ini, segmentasidilakukan berdasarkan kebiasaan, lifestyle, dan perilaku yangmungkin terkait dalam isu-isu politik.
Perilaku
(behavior)
Masyarakat dapat dibedakan dan dikelompokkan berdasarkanproses pengambilan keputusan, intensitas ketertarikan danketerlibatan dengan isu politik, loyalitas, dan perhatianterhadap permasalahan politik. Masing-masing kelompokmemiliki perilaku yang berbeda-beda, sehingga perlu untukdiidentifikasikan.
Sosial-budaya Pengelompokan masyarakat dapat dilakukan melaluikarakteristik sosial dan budaya. Klasifikasi seperti budaya,suku, etnik, dan ritual spesifik seringkali membedakanintensitas, kepentingan dan perilaku terhadap isu-isu politik.
Sebab-akibat Selain metode segmentasi yang bersifat statis, metode inimengelompokkan masyarakat berdasarkan perilaku yangmuncul dari isu-isu politik. Sebab-akibat ini melandaskanpersfektif pemilih (voters). Pemilih dapat mengelompokkanberdasarkan pemilih rasional, tradisional, kritis dan pemilihmendua.
Sumber : Kollat et al; Dalrymple & Parson; Cui & Liu dalam Firmanzah
Orientasi pasar sangat tergantung pada segmentasi yang merupakan aktivitas
seperti deteksi, evaluasi dan pemilihan kelompok yang memiliki kesamaan
karakteristik sehingga memungkinkan untuk mendesain suatu strategi yang sesuai
dengan karakteristik tersebut (Francisco dalam Firmanzah, 2012: 182).
Segmentasi sangat diperlukan untuk menyusun program yang sesuai dengan
karakteristik kelompok. Dengan adanya segmentasi juga akan memudahkan
kandidat dalam berkomunikasi dan membangun interaksi dengan masyarakat.
Dari sudut kandidat politik, Czudnowski dalam Riswanda Imawan (1988: 42-
43) mengemukakan tujuh variabel yang menentukan seseorang terpilih atau tidak
terpilih dalam suatu pemilihan. Bahkan ketujuh variabel ini berpengaruh terhadap
kinerja (performance) seorang (calon) elit politik:
1. Social Bacground.
Faktor ini berhubungan dengan pengaruh status social ekonomi keluarga, di
mana seseoran kandidat dibesarkan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan
bahwa seseorang.
2. Political Socialization.
Sosialisasi politik yang diterima seseorang terbukti akan membetuk persepsi
politiknya. Melalui sosialisasi, seseorang akan mengetahui penanganan
tugas-tugas dan isu-isu yang berkaitan dengan tugas politik tertentu.
Pengalaman sosialisasi ini akan dapat memberikan masukan tentang
berbagai jabatan publik, kemampuan dan ketrampilan yang dibutuhkan
untuk meraih jabatan publik tertentu yang dianggap cocok. Dengan berbagai
pengetahuan itu maka seorang kandidat akan dapat mempersiapkan
kampanye dengan baik untuk meraih suara dalam sebuah pemilihan.
3. Initial Political Activity.
Faktor ini menunjuk pada latar belakang aktivitas dan pengalaman politik
seseorang kandidat. Pengalaman berorganisasi misalnya, akan memberi
bekal bagaimana sebuah team bekerja sama dan bernegoisasi dalam rangka
menggolkan sebuah isu politik menjadi sebuah kebijakan.
4. Apprenticeship.
Magang merupakan cara paling effektif mengenalkan kandidat terhadap
peran politik yang dikehendakinya dengan bimbingan orang yang lebih
berpengalaman. Dengan cara ini seseorang kandidat akan tahu mekanisme
dan budaya kerja yang terkait dengan pekerjaan dalam jabatan publiknya.
5. Occupational Variables.
Faktor ini menunjukkan perlunya seorang kandidat meningkatkan
kemampuan dan pengalaman kerjanya, agar ia dapat melakukan tugas-tugas
yang terkait dengan pengelolaan aspirasi masyarakat.
6.Motivations.
Asumsi pakar politik tentang motivasi seseorang terjuan dalam politik
adalah karena adanya harapan atau ekspektasi terhadap penghargaan pribadi
(personal reward), dan orientasi mereka terhadap tujuan bersama (collective
goals). Seorang elit biasanya menggabungkan keduanya, atau bahkan
memanipulasi tujuan pribadi (personal needs) menjadi kepentingan
masyarakat (public objective).
7. Selection.
Hal ini terutama berkaitan dengan cara seleksi seseorang menjadi kandidat.
Seleksi tertutup mengharuskan seorang kandidat berasal dari dalam partai
ini berlaku dalam pemilihan umum legislative 2004 tetapi pada tahun 2009
masyarakat menghendaki calon-calon yang dekat dengan mereka dan UU
Pemilu memungkinkan pemilih memilih nama. Dengan jumlah pemilih 147
juta, maka untuk effisiensi kontestan pemilihan umum harus menyusun
strategi dan menentukan skala prioritas dengan mengidentifikasi dan
membuat klasifikasi segmen calon pemilih.
5. Perilaku Politik, Partisipasi Politik dan Perilaku Memilih
Pendekatan perilaku sendiri muncul dan berkembang dalam masa sesudah
Perang Dunia II. Gerakan ini terpengaruh oleh karya-karya sarjana sosiologi Max
Weber dan Talcott Parsons, di samping penemuan-penemuan baru di bidang
psikologi. Para sarjana ilmu politik yang terkenal karena pendekatan perilaku
politik ini adalah Gabriel A. Almond (struktural functional analysis), David
Easton (general sistems analysis), Karl W.Deutsch (communications theory)
David Truman, Robert Dahl, dan sebagainya. Salah satu pemikiran pokok dari
para pelopor pendekatan perilaku adalah bahwa perilaku politik, atau kekuasaan,
atau keyakinan politik.
Harold d. Lasswell, memberikan catatan penting mengenai perilaku politik
yaitu: Pertama, perilaku politik selalu berorientasi pada nilai atau berusaha
mencapai tujuan. Nilai dan tujuan dibentuk dalam proses perilaku politik, yang
sesungguhnya merupakan satu bagian. Kedua, perilaku politik bertujuan
menjangkau masa depan, bersifat mengantisipasi, berhubungan dengan masa
lampau, dan senantiasa memperhatikan kejadian masa lalu.
Dari dua catatan perilaku politik tersebut, jelas bahwa perilaku politik memiliki
dimensi orientasi, dimensi nilai, dan dimensi waktu. Dimensi orientasi
menunjukkan harapan-harapan individu atau kelompok yang hendak dicapai;
dimensi nilai lebih menunjukkan suatu hal, baik abstrak maupun konkret yang
diperbuat, dirumuskan, dilaksanakan, dan diperebutkan; sedangkan dimensi waktu
menunjukkan adanya keterkaitan langsung antara perilaku politik sekarang, latar
belakang perilaku politik sebelumnya, serta berhubungan langsung dengan
perilaku politik yang akan berkembang pada masa akan datang. Dari ketiga
dimensi tersebut, dimensi orientasi dan nilai lebih baik menunjukkan bahwa
perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses
pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
Perilaku politik dapat di rumuskan sebagai hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat, diantara lembaga-lembaga pemerintah, diantara kelompok dan
individu dalam masyarakat menyangkut proses pembuatan, pelaksanaan dan
penegakan keputusan-keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku
politik. Menurut Robert K carl bahwa perilaku politik adalah suatu telaah
mengenai kelakuan manusia dalam situasi politik.
Secara umum perilaku politik dapat diartikan sebagai buah pikiran atau
tindakan manusia yang berkaitan dengan proses pemerintahan. Perilaku politik
dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pelaksanaan
keputusan politik. Interaksi antara pemerintah dan masyarakat, antar lembaga dan
pemerintahan serta antara kelompok individu dalam masyarakat untuk proses
pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik pada dasarnya
merupakan perilaku politik. Perilaku politik meliputi tanggapan internal seperti
persepsi, sikap, orientasi dan keyakinan serta tindakan-tindakan nyata seperti
pemberian suara, protes, lobi dan sebagainya. Persepsi politik berkaitan dengan
gambaran suatu obyek tertentu, baik mengenai keterangan, informasi dari sesuatu
hal, maupun gambaran tentang obyek atau situasi politik dengan cara tertentu.
Sedangkan sikap politik adalah merupakan hubungan atau pertalian diantara
keyakinan yang telah melekat dan mendorong seseorang untuk menanggapi suatu
objek atau situasi politik dengan cara tertentu.
Sikap dan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh proses dan peristiwa historis
masa lalu dan merupakan kesinambungan yang dinamis. Peristiwa atau kejadian
politik secara umum maupun yang menimpa pada individu atau kelompok
masyarakat, baik yang menyangkut sistem politik atau ketidakstabilan politik,
janji politik dari calon pemimpin atau calon wakil rakyat yang tidak pernah
ditepati dapat mempengaruhi perilaku politik masyarakat. Adapun yang dimaksud
dengan perilaku politik.
a. Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin.
b. Berhak dan memiliki wewenang untuk mengikuti suatu partai politik atau
parpol, mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau (LSM) lembaga
swadaya masyarakat.
c. Ikut serta dalam partisipasi politik.
d. Ikut mengkritik para pelaku politik yang berotoritas.
e. Berhak untuk menjadi pimpinan politik.
Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai pelaku politik
guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-
undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku.
Ramlan Surbakti dalam bukunya memahami ilmu politik mengatakan bahwa
perilaku politik itu merupakan suatu kegiatan ataupun aktivitas yang berkenaan
ataupun berhubungan langsung dengan proses politik, baik itu dalam pembuatan
keputusan politik sampai kepada pelaksanaan aktivitas politik secara periode. Ada
dua variabel yang mempengaruhi perilaku politik seseorang dalam berpartisipasi
politik yaitu kesadaran dan kepercayaan kepada unsur politik yang ada. variabel
tersebut menyatu dalam faktor status sosial, status ekonomi, afiliasi politik dan
pengalaman organisasi. Kesadaran adalah sadar akan perbuatan (kepada keadaan
yang sebenarnya) kesadaran yang dimiliki oleh manusia adalah bentuk unik
dimana ia dapat menempatkan diri manusia sesuai dengan yang ia yakini. Refleksi
adalah ungkapan kesadaran dimana ia dapat memberikan atau bertahan pada
situasi dan kondisi tertentu dalam sebuah lingkungan.
Kesadaran disini menjelaskan bahwa seorang aktor politik sadar bahwa dirinya
memiliki kemampuan politik guna memenuhi haknya. Usaha calon kandidat untuk
meraih kemenangan dan menjadi pemimpin harus disertai oleh dukungan dan
kepercayaan masyarakat. Oleh karena merupakan kunci utama setiap kandidat
untuk untuk bisa memperoleh keuasaan dalam pemerintahan. kepercayaan adalah
kunci kompetisi kepemimpinan, kepercayaan merupakan amanah. Kepercayaan
masyarakat terbentuk karena status dan orientasi politik yang dimiliki oleh para
calon kandidat. Misalnya status sosial yang dimiliki oleh salah satu calon kandidat
karena status kebangsawanannya sehingga masyarakat percaya akan
kemapuannya.
Fiorina (1976) menyatakan bahwa keputusan memilih selama pemilu adalah
perilaku “ekpresif”. Perilaku ini tidak jauh dengan perilaku Supporter yang
memberikan dukungannya pada tim yang mereka dukung. Menurut mereka,
perilaku pemilih sangat dipengaruhi oleh loyalitas dan ideologi. Keputusan untuk
memberikan dukungan dan suara tidak akan terjadi apabila tidak terdapat loyalitas
pemilih yang cukup tinggi kepada partai politik jagoannya. Begitu juga
sebaliknya, pemilih tidak akan memberikan suaranya kalau mereka menganggap
bahwa suatu partai politik tidak loyal serta tak konsiten terhadap janji dan harapan
yang telah mereka berikan.
Konsep loyalitas di sini harus di lihat dari dua arah, yaitu konstituen kepada
partai politik dan dari partai politik konstituennya. Selain itu perilaku memilih
juga syarat dengan kedekatan ideologis antara pemilih dengan partai politik.
Melimpahnya informasi dan pesan politik menjelang kampanye pemilihan umum
menyulitkan pemilih untuk mengolah dan menganalisisnya. Disamping itu,
informasi yang tersedia sering sekali bertolak belakang dengan kenyataan yang
sebenarnya. Hal ini bisa diakibatkan oleh teknik manipulasi politik untuk
menyudutkan lawan politik, janji-janji politik, penggunaan konsep dan bahasa
yang rumit serta pesan propaganda di satu sisi, sedangkan di sisi lain para
Berdasarkan tabel 4:4 diatas tentang promosi politik terkait calon kandidat
melakukan kampanye politik pada pemilukada Enrekang 2018, dapat diketahui
bahwa pemilih pemula menjawab Sangat Setuju sebanyak 43,9%, Setuju
sebanyak 40,4%, Ragu-Ragu sebanyak 12,3%, Tidak Setuju sebanyak 3,5%, dan
Sangat Tidak Setuju 0%. Dari data ini mengkonfirmasi bahwa pemilih pemula
cukup peduli calon kandidat melakukan promosi politik lewat kampanye
pasangan calon pada Pemilukada 2018 ini.
Terkait untuk memperoleh informasi kandidat melalui media periklanan
pada Pemilukada Enrekang 2018 ini, dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pemilih
pemula menjawab Sangat Setuju sebanyak 19,3%, Setuju sebanyak 49,1%, Ragu-
Ragu sebanyak 24,6%, Tidak Setuju sebanyak 7,0%, Sangat Tidak Setuju 0%.
Dari data ini dapat diketahui bahwa pemilih pemula pada Pemilukada ini untuk
memperoleh informasi lewat media periklanaan cukup setuju.
c. Citra Politik
Citra Politik merupakan gambaran yang melekat pada diri pilitisi tersebut atau
lebih khususnya citra politik merupakan pilihan ideologi sang politisi yang
diwujudkan melalui sebuah keputusan, tindakan dan keberpihakan. Dengan
adanya subindikator tentang citra politik dapat membantu hasil penelitian yang
dilakukan sehingga dapat memperjelas data yang diperoleh sesuai yang
diinginkan. Adapun hasil kuesioner yang dihasilkan dari beberapa pernyataan
mengenai citrai politik di Kelurahan Kambiolangi yang memiliki 57 pemilih
pemula dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.5
Hasil Responden Tentang Citra Politik Pada Pemilukada Bupati 2018
No. Item-item
instrumen
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
JUMLAH
(%)
1. Kandidat timsuksesmenjanjikanfasilitas umumjika terpilih
35,1 50,9 10,5 3,5 0100
2. MemilihBupatiEnrekang 2018berdasarkanvisi dan misiyang diberikan
28,1 54,4 7,0 8,8 1,8100
Rata-rata (%) 25,1 43,3 16,9 14,0 0,6100
Sumber: Data primer diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.5 tentang Citra Politik terkait Kandidat tim sukses
menjanjikan fasilitas umum jika terpilih bahwa Pemilih Pemula pada Pemilukada
2018 Sangat Setuju sebanyak 35,1%, Setuju sebanyak 50,9%, Ragu-Ragu
sebanyak 10,5%, Tidak Setuju sebanyak 3,5%, Sangat Tidak Setuju 0%. Dari
hasil pengolahan tersebut dapat diketahui bahwa Kandidat tim sukses menjanjikan
fasilitas umum jika terpilih Pemilih Pemula cukup berpengaruh untuk
berpengaruh membangun Citra Politik.
Dari jawaban responden tersebut menyangkut memilih Bupati Enrekang
2018 berdasarkan visi misi yang diberikan pada Pemilukada Bupati 2018 maka
dapat dilihat nilai rata-rata yang dimiliki dari jumlah penyataan ini dapat
diuraikan bahwa memilih Bupati berdasarkan visi misi yang diberikan pada
pilkada Bupati 2018 khususnya di Kelurahan Kabiolangi Kabupaten Enrekang
dari nilai pernyataan tersebut yang menjawab sangat setuju sebanyak 28,1% ,
setuju sebanyak 54,4% , ragu-ragu sebanyak 7,0%, tidak setuju sebanyak 8,8%,
sangat tidak setuju 1,8%. Dari hasil pengolahan tersebut dapat disimpulkan bahwa
jawaban mendominasi pada instrumen Pemilih Pemula berpengaruh dalam
menggunakan hak pilih pada Pemilukada Bupati 2018 yaitu “Setuju”, sehingga
pemilih pemula memilih Bupati bersarkan visi misi yang diberikan.
2. Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilukada Enrekang 2018
Untuk mendapatkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian Pengaruh
Pemasaran Politik terhadap Perilaku Pemilih Pemula pada Pemilihan Umum
Kepala Daerah di Kelurahan Kambiolangi Kabupaten enrekang maka dapat dilihat
dari indikator Perilaku Mmemilih yang meliputi antara lain:
a. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan Sosiologis, dimana keputusan memilih berdasarkan usia, memilih
berdasarkan jenis kelamin, berdasarkan agama, pekerjaan, kelas sosial, ikatan
kelurga, serta memilih berdasarkan kesamaan daerah. Dengan adanya
subindikator tentang pendekatan psikologis dapat membantu hasil penelitian yang
dilakukan sehingga dapat memperjelas data yang diperoleh sesuai yang
diinginkan. Adapun hasil kuesioner yang dihasilkan dari beberapa pernyataan
mengenai pendekatan psikologis di Kelurahan Kambiolangi yang memiliki 57
pemilih pemula dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.6
Hasil Responden tentang Pendekatan Sosiologis pada Pemilukada Enrekang 2018
No Item-Item
Instrumen
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
JUMLAH
(%)
1. Memilih
berdasarkan
usia.
49,1 33,3 1,8 8,8 7,0 100
2. Memilih
berdasarkan
ikatan
keluarga.
29,8 56,1 5,3 7,0 1,8 100
3. Memilih
berdasarkan
kesamaan
21,1 24,6 28,1 26,3 0 100
daerah.
Rata-rata (%) 33,3 38 11,7 14,0 2,9 100
Sumber: Data primer diolah, 2019
Dari jawaban responden menyangkut tentang pendekatan sosiologis maka
dapat dilihat dengan adanya nilai rata-rata yang dimiliki dari jumlah pernyataan
memilih berdasarkan usia pada pemilihan Bupari Enrekang 2018 di Kelurahan
Kambiolangi maka yang menjawab Sangat Setuju sebanyak 49,1%, Setuju
sebanyak 33,3%, Ragu-Ragu sebanyak 1,8%, Tidak Setuju sebanyak 8,8%,
Sangat Tidak Setuju sebanyak 7,0%. Sedangkan untuk pernyataan memilih
berdasarkan ikatan keluarga maka yang menjawab Sangat Setuju sebanyak 29,8%,
Setuju sebanyak 56,1%, Ragu-Ragu sebanyak 5,3%, Tidak Setuju sebanyak 7,0%,
Sangat Tidak Setuju 1,8%. Dan untuk pernyataan memilih berdasarkan kesamaan
daerah yang menjawab Sangat Setuju sebanyak 22,1%, Setuju sebanyak 24,6%,
Ragu-Ragu sebanyak 28,1%, Tidak Setuju sebanyak 26,3%, Sangat Tidak Setuju
0%. Data membuktikan bahwa pemilih pemula setuju dengan indikator
pendekatan sosiologis dalam perilaku pemilih pada pemilu Bupati 2018 di
Kabupaten Enrekang khususnya Kelurahan Kambiolangi.
b. Pendekatan Psikologis
Pendekatan Psikologis, dimana keputusan memilih berdasarkan kedekatan
kandidat, kedekatan tim sukses kandidat, kedekatan emosional partai serta
memilih berdasrkan kedekatan partai kandidat. Dengan adanya subindikator
tentang pendekatanpsikologis dapat membantu hasil penelitian yang dilakukan
sehingga dapat memperjelas data yang diperoleh sesuai yang diinginkan. Adapun
hasil kuesioner yang dihasilkan dari beberapa pernyataan mengenai pendekatan
psikologis di Kelurahan Kambiolangi yang memiliki 57 pemilih pemula dapat
dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.7
Hasil Responden tentang Pendekatan pada Pemilukada Enrekang 2108
No. Item-Item
Instrumen
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
JUMLAH
%
1. Memilih
berdasarkan
kedekatan
figus kandidat
28,1 31,6 21,1 19,3 0 100
2. Memilih
berdasarkan
kedekatan tim
suskses
kandidat.
22,8 42,1 21,1 14,0 0 100
3. Memilih
berdasarkan
kedekatan
emosional
partai
52,6 45,6 1,8 0 0 100
Rata-rata 34,5 39,8 14,6 11,1 0 100
Sumber: data primer diolah, 2019
Dari jawaban responden menyangkut tentang pendekatan psikologis maka
dapat dilihat dengan adanya nilai rata-rata yang dimiliki dari jumlah pernyataan
memilih berdasarkan kedekatan figur kandidat pada pemilihan Bupari Enrekang
2018 di Kelurahan Kambiolangi maka yang menjawab Sangat Setuju sebanyak
428,1%, Setuju sebanyak 31,6%, ragu-ragu sebanyak 21,1%, Tidak Setuju
sebanyak 19,3%, sangat tidak setuju sebanyak 0%. Sedangkan untuk pernyataan
memilih berdasarkan kedekatan tim sukses kandidat maka yang menjawab sangat
Setuju sebanyak 22,8%, Setuju sebanyak 42,1%, Ragu-Ragu sebanyak 21,1%,
Tidak Setuju sebanyak 14,0%, Sangat Tidak Setuju 0%. Dan untuk pernyataan
memilih berdasarkan kedekatan emosional partai yang menjawab Sangat Setuju
sebanyak 52,6%, Setuju sebanyak 45,6%, Ragu-Ragu sebanyak 1,8%, Tidak
Setuju sebanyak 0%, Sangat Tidak Setuju 0% (tidak ada). Data membuktikan
bahwa pemilih pemula setuju dengan indikator pendekatan psikologis dalam
perilaku pemilih pada pemilu Bupati 2018 di Kabupaten Enrekang khususnya
Kelurahan Kambiolangi.
c. Pendekatan Rasional
Pendekatan Rasional, dimana keputusan memilih berdasarkan visi-misi,
memilih berdasarkan orientasi isi, orientasi kandidat, serta keputusan memilih
berdasarkan program kerja yang ditawarkan. Dengan adanya subindikator tentang
pendekatan rasional dapat membantu hasil penelitian yang dilakukan sehingga
dapat memperjelas data yang diperoleh sesuai yang diinginkan. Adapun hasil
kuesioner yang dihasilkan dari beberapa pernyataan mengenai pendekatan
rasional di Kelurahan Kambiolangi yang memiliki 57 pemilih pemula dapat
dilihat dari tabel berikut
Tabel 4.8
Hasil Responden tentang Pendekatan Rasional Pada Pemilukada Enrekang 2018
No. Item-item instrumen
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
Jumlah
1. Memilih berdasarkan
visi-misi. 52,5 45,6 1,8 0 0 100
2. Memilih kandidat
karena kepribadian
seperti integritas,
ketegasan, kejujuran,
kewibawaan,
kepedulian, ketaatan
pada norma dan
aturan.
45,6 50,9 1,8 0 0 100
3. Memilih berdasarkan
program kerja yang
ditawarkan kandidat. 38,6 49,1 12,3 0 0 100
Rata-rata 45,6 48,6 5,3 0 0 100
Sumber: Data primer diolah, 2019Dari jawaban responden menyangkut tentang pemilih pendekatan rasional
dapat dilihat dengan adanya nilai rata-rata yang dimiliki dari jumlah pernyataan
memilih berdasarkan visi-misi kandidat pada pemilihan Bupari Enrekang 2018 di
Kelurahan Kambiolangi maka yang menjawab Sangat Setuju sebanyak 52,6%,
Setuju sebanyak 45,6%, Ragu-Ragu sebanyak 1,8%, Tidak Setuju sebanyak 0%,
dan Sangat Tidak Setuju sebanyak 0%. Sedangkan untuk pernyataan memilih
kandidat karena keperibadian kandidat seperti integritas, ketegasan, kejujuran,
kewibawaan, kepedulian, ketaatan pada norma dan aturan maka yang menjawab
sangat setuju sebanyak 45,6%, setuju sebanyak 50,9%, ragu-ragu sebanyak 1,8%,
tidak setuju sebanyak 1,8%, sangat tidak setuju 0%. Dan untuk pernyataan
memilih berdasarkan program kerja yang ditawarkan yang menjawab Sangat
Setuju sebanyak 38,6%, Setuju sebanyak 49,1%, Ragu-Ragu sebanyak 12,3%,
Tidak Setuju sebanyak 0%, Sangat Tidak Setuju 0%. Data membuktikan bahwa
Pemilih Pemula setuju dengan indikator pendekatan rasional dalam perilaku
pemilih pada pemilu Bupati 2018 di Kabupaten Enrekang khususnya Kelurahan
Kambiolangi.
3. Pengaruh Pemasaran Politik Terhadap Perilaku Pemilih Pemula Pada
Pemilukada Enrekang 2018
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemasaran politik (X) dengan
perilaku pemilu (Y), maka diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Uji Parsial (Uji T)
Uji t untuk menguji kemaknaan atau keberartian koefisien regresi parsial.
Pengujian melalui uji t adalah membandingkan t hitung dengan t tabel pada taraf
nyata α = 0,05. Uji t berpengaruh signifikan apabila hasil perhitungan thitung lebih
besar dari t tabel (t hitung > t tabel) atau probabilitas kesalahan lebih kecil dari 5%
(sig<0,05). Dalam penelitian ini t tabel yang digunakan adalah 1,672.
Tabel 4.9Hasil Uji Parsial (Uji T)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) 8,485 4,348 1,951 ,056
Pemasaran Politik ,755 ,119 ,651 6,359 ,000
a. Dependent Variable: Perilaku Pemilu
Berdasarkan tabel 4.9, maka pengujian variabel bebas dijabarkan sebagai berikut:
a) Pengaruh pemasaran politik terhadap perilaku pemilih pemula
Variabel pemasaran politik (X) menunjukkan nilai thitung lebih besar dari
ttabel (1,951 >1,672),atau sig<α (0,000 < 0,05), berarti variabel pemasaran
politik (X) berpengaruh terhadap pemilih pemula (Y) di Kelurahan
Kambiolangi Kabupaten Enrekang.
b) Analisis Regresi Linear Sederhana
Untuk mengetahui apakah ada pengeruh antara pemasaran politik (X)
dengan perilaku pemilih (Y), maka menggunakan rumus regresi linear
sebagai berikut:
Rumus : Y= a + bx
Keterangan:
Y = subjek atau nilai dalam dependen
a = harga Y, apabila X= 0 (harga konstan)
b = angka arah atau koefisien yang menunjukkan angka peningkatan atau
penurunan variabel dependen yang di dasarkan pada variabel
independen.
X = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
Berdasarkan hasil pengolahan data analisis regresi linear sederhana melalui
SPSS versi 20, maka diperoleh sebagai berikut:
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat a = 8,485 dan b = 0,651
kemudian disusun persamaan:
Y = a + Bx
Y = 8,485 + 0,651X
a) Nilai konstanta (a), yaitu 8,485 artinya apabila pemasaran politik sama
dengan nol, maka perilaku politik di Kelurahan Kambiolangi adalah positif.
b) Nilai koefisien regresi untuk variabel pemasaran politik (X), yaitu 8,485.
Hal ini berarti bahwa pemasaran politik berpengaruh positif sehingga
dengan adanya pemasaran politik yang semakin baik maka berpengaruh
positif terhadap perilaku pemilih pemula pada pemilukada di Kelurahan
Kambiolangi Kabupaten Enrekang 2018.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F merupakan uji secara simultan untuk mengetahui apakah variabel X
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y. Uji F dilakukan
dengan membandingkan Fhitung dan Ftabel. Dari hasil analisis diperoleh hasil output
pada tabel:
Tabel 4.10Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 481,781 1 481,781 40,442 ,000b
Residual 655,201 55 11,913
Total 1136,982 56
a. Dependent Variable: Perilaku Pemilu
b. Predictors: (Constant), Pemasaran Politik
Berdasarkan tabel uji F yang diperoleh dari hasil pengolahan komputerisasi
dengan menggunakan SPSS versi 20 maka diperoleh Sig F 0,000 < 0,05 (5%)
dengan Ftabel 4,01 (Fhitung > F tabel ) = 40,442 > 4,03 maka model regresi dapat
dipergunakan. Jadi, dapat simpulkan bahwa pemasaran politik secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilih pemula pada pemilukada di
Kelurahan Kambiolangi Kabupaten Enrekang 2018.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya jumlah
pengaruh variabel pemasaran politik (x) dengan pemilih pemula (y). Kemudian
dapat dilakukan dengan cara menghitung koefisien yang ditentukan. Berikut
adalah model Summary berdasarkan hasil pengelolahan SPSS versi 20. Adapun
hasil dan koefisien determinasi dapa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11Tabel Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,651a ,424 ,413 3,45149
a. Predictors: (Constant), Pemasaran Politik
Berdasarkan hasil uji koefisien determasi diatas, nilai R2 (Adjusted R
Square). Dari model regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel bebas (independent) dalam menerangkan variabel terikat
(dependent). Dari tabel diatas diketahui bahwa R2 sebesar 0,424, hal itu berarti
42,4% yang menunjukkan bahwa pemhasaran politik dipengaruhi oleh pemilih
pemula. Sisanya 57,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum diteliti dalam
penelitian ini.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya,maka berikut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan partisipan politik terhadap pemasaran politik kabupaten Enrekang .hal
ini dapat dilihat dari hasil perhitungan dengan spss versi 20 diperoleh niliai
signifikan 0,00 yang lebih kecil atau berada dibawa nilai 0,05 .ini menunjukkan
bahwa variabel partisipan politik terhadap pemasaran politik Kabupaten Enrekang
dengan demikian Ha diterima dan Ho di tolak. Partisipasi pemilih pemula juga
sangat ditentukan oleh faktor pendekatan psikologis, sosiologis, dan rasional,
choice.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan secara rinci sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak penyelangara adalah sebagai
berikut
1. Faktor penghambat partisipasi politik pemilih pemula yaitu; kesibukan
kegiatan sehari-hari, perasaan tidak mampu, dan larangan dari pihak orang
tua.
2. Pendidikan bagi pemilih perlu mendapatkan fokus yang jelas. Ini terkait
dengan proses sosialisasi bagi pemilih pemula. Dalam upaya melakukan
pendidikan bagi pemilih pemula tentunya tidak hanya dilakukan ketika
masuk usia pilih. Namun lebih dari itu, pendidikan bagi pemulaharus
dilakukan sedini mungkin, sehingga pemahaman hakekat demokrasi sudah
terbangun dan ketika sudah mencapai usia pemilih, para pemilih pemula
sudah siap menggunakan hak pilihnya secara cerdas.
3. Tentu saja peningkatan kinerja penyelenggara Pemilu atau KPU, bukan
hanya terkait dengan kinerja teknis penyelenggaraan, namun juga dalam
hal memberikan pemahaman tentang pentingnya partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan Pemilu, sehingga masyarakat bisa memahami
partisipasi apa saja yang dapat dilakukan dan apa output dari partisipasi
tersebut. Bentuk netralitas, transparansi dan tanggung jawab sebagai
kepribadian utama dari penyelenggara pemilu perlu dikedepankan dalam
mengawal suksesnya setiap tahapan penyelenggaraan pemilu. Jika sudah
ditanamkan kepercayaan atas komitmen kejujuran dan ketidakberpihkan,
maka masyarakat bisa antusias untuk ikut berpartisipasi dalam setiap
penyelenggaraan pemilu.
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1
1. Kusioner Penelitian
KUSIONER PENELITIAN PENGARUH PEMASARAN POLITIK
TERHADAP PERILAKU PEMILIH PEMULA PADA PEMILUKADA
DI KABUPATEN ENREKANG 2018
Kepada yang terhormat,
Saya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar
Nama : SYAMSUL
NIM : 105640173213
Melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemasaran Politik Terhadap
Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilukada Di Kabupaten Enrekang 2018”. Oleh
karena itu, saya membutuhkan partisipasi Bapak/Ibu untuk mengisi kusioner
dibawah ini, sebagai data penelitian yang akan saya olah nanti. Berilah jawaban
yang paling objektif. Jawaban dari Bapak/Ibu atas setiap pernyataan hanya
dipergunakan untuk kepentingan akademis semata.
Atas kerja sama dan perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
1. IdentitasNama :
Umur :
Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Pendidikan : a. SD d. Diploma
b. SMP e. Sarjana
c. SMA f. Pasca Sarjana
Golongan : a. Ia-Id c. IIIa-IIId
b. IIa-IId d. IVa-Ivd
2. Petunjuk
Berilah tanda ceklis (√) pada jawaban yang saudara pilih.
Kriteria penilaian.
No. Peryataan Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Ragu-Ragu (RR) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Pemasaran Politik (Y) dan Perilaku Pemilih Pemula (Y)
No Pernyataan Alternatif
SS S RR TS STS
Iklan politik
1 Saya memperoleh informasi caleg melalui media
massa
2 Saya memperoleh informasi perkembangan
politik saat ini melaui media komunikasi
3 Bagaimnamenurut Bapak/Ibu/Saudara (i) apa
bila ada pemasangan baliho baik dimedia cetak
maupun dimedia massa
Promosi politik
4 Saya pernah ikut dalam menjaga keamanan dan
ketertiban pilkada Bupati Enrekang 2018
5 Menurut Bapak/Ibu/Saudara (i) bagaimna jika
kandidat Bupati dan Wakil Bupati Enrekang
2018 melakukan kampanye?
6 Saya memeperoleh informasi melalui media
periklanan.
Citra politik
7 Apakah kaum intelektual mempengarauhi anda
untuk menggunakan hak pilih dalam pilkada
Bupati Enrekang 2018.
8 Pada Pemilihan Bupati Enrekang 2018, ada
kandidat atau tim sukses menjanjikan pasilitas
umum kampung/desa kalau terpilih,
9 Saya memilih Bupati Enrekang 2018
berdasarkan visi misi yang diberikan.
Pendektan Sosiologis
10 Dalam pemilihan Bupati Enrekang 2018Bapak/Ibu/Saudara (i) memilih berdasarkan usia
11 Dalam pemilihan Bupati Enrekang 2018Bapak/Ibu/Saudara (i) memilih berdasarkan ikatankeluarga.
12 Dalam pemilihan Bupati Enrekang 2018Bapak/Ibu/Saudara (i) memilih berdasarkankesamaan daerah
Pendekatan Psikologis
13 Bagaimana menurut Bapak/Ibu/Saudara(i) padapemilihan Bupati Enrekang memilih berdasarkankedekatan figur kandidat ?
14 Bagaimna jika dalam pemilihan Bupati Enrekang2018 Bapak/Ibu/Saudara (i) memilih berdasarkan
kedekatan tim sukses kandidat ?
15 Saya memilih Bupati Enrekang 2018 berdasarkankedekatan/ emosional partai .
Pendekatan Rasional
16 Dalam pemilihan Bupati Enrekang 2018Bapak/Ibu/Saudara (i) memilih berdasarkan visi-misi kandidat.
17 Dalam pemilihan Bupati Enrekang 2018Bapak/Ibu/Saudara (i) memilih kandidat karnakepribadian kandidat seperti integritas diri,ketegasan, kejujuran, kewibawaan, kepedulian,ketaatan pada norma dan aturan.
18 Dalam pemilihan Bupati Enrekang 2018Bapak/Ibu/Saudara (i) memilih berdasarkanprogram kerja yang ditawarkan kandidat.
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Pemasaran Politik
No. Instrumen r hitung r tabel Keterangan
1 0,667 >0,2564 Valid
2 0,576 >0,2564 Valid
3 0,441 >0,2564 Valid
4 0,404 >0,2564 Valsid
5 0,320 >0,2564 Valid
6 0,527 >0,2564 Valid
7 0,638 >0,2564 Valid
8 0,460 >0,2564 Valid
9 0,576 >0,2564 Valid
Perilaku Pemilih Pemula
No. Insrumen r hitung r tabel Keterangan
1 0,678 >0,2564 Valid
2 0,591 >0,2564 Valid
3 0,324 >0,2564 Valid
4 0,545 >0,2564 Valid
5 0,380 >0,2564 Valid
6 0,473 >0,2564 Valid
7 0,678 >0,2563 Valid
8 0,545 >0,2564 Valid
9 0,591 >0,2564 Valid
4. Uji Rehabilitas
Variabel X
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,655
9
Variabel Y
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,623 9
RIWAYAT HIDUP
SYAMSUL, lahir pada tanggal 03 September 1994 di DesaBatunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Iaanak ketiga dari tiga bersaudara, buah Cinta dari daripasangan Iskandar dan Alm. Norma. Penulis menempuhpendidikan Sekolah Dasar di SDN 59 Garotin mulai tahun2001 sampai tahun 2007. Pada tahun yang sama penulismelanjutkan pendidikan di SMPN 1 Anggeraja dan tamatpada tahun 2010. Kemudian pada tahun 2010, penulis
melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Anggeraja dan tamat pada tahun 2013.Kemudian pada tahun 2013, penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggitepatnya di Universitas Muhammadiyah Makassar pada jurusan IlmuPemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik strata 1 (S1). Pada tahun2020 penulis berhasil mempertanggungjawabkan hasil karya ilmiah di depanpenguji yang berjudul “Pengaruh Pemasaran Politik Terhadap Perilaku PemilihPemula Pada Pemilukada di Kabupaten Enrekang Tahun 2018” dan mendapatkangelas S.IP.