Top Banner
PENGARUH PARENTING STYLE, LONELINESS, SELF- REGULATION, FEAR OF MISSING OUT DAN KONFORMITAS TERHADAP SMARTPHONE ADDICTION PADA REMAJA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Disusun Oleh : Revina Citra Aditya 1113070000028 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M
133

PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

Nov 21, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

PENGARUH PARENTING STYLE, LONELINESS, SELF-

REGULATION, FEAR OF MISSING OUT DAN KONFORMITAS

TERHADAP SMARTPHONE ADDICTION PADA REMAJA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah untuk Memenuhi Salah

Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh :

Revina Citra Aditya

1113070000028

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 2: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri
Page 3: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri
Page 4: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri
Page 5: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

v

-MOTTO –

“Remember that the happiest people are not those getting

more, but those giving more”

-H.Jackson Brown Jr-

If you are not willing to risk the usual, you will have

to settle for the ordinary

-Jim Rhon-

Page 6: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Oktober 2019

C) Revina Citra Aditya

D) Pengaruh Parenting Style, Loneliness, Self-Regulation, Fear of Missing Out

dan Konformitas terhadap Smartphone Addiction pada Remaja.

E) xiv + 99 halaman + lampiran

F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh parenting style

(permissive, authoritarian, authoritative), loneliness (kesepian sosial,

kesepian emosional), self-regulation, fear of missing out dan konformitas

terhadap smartphone addiction pada remaja. Sampel dalam penelitian ini

berjumlah 250 remaja pengguna smartphone di Jabodetabek yang berusia

antara 15-21 tahun, diambil dengan menggunakan teknik non-probability

sampling dengan metode accidental sampling. Alat ukur yang digunakan

dalam penelitian ini diantaranya Smartphone Addiction Scale dari Kwon, dkk

(2013), Parental Authority Questionnaire oleh Buri (1991), Loneliness Scale

oleh Gierveld (2006), Self-Regulatoion Scale oleh Schwarzer, dkk (2006)

dam Fear of Missing Out Scale oleh Przybylski, dkk (2013). Data yang

didapatkan dalam penelitian ini dianalisa menggunakan regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari

parenting style, loneliness, self-regulation, fear of missing out dan

konformitas terhadap smartphone addiction pada remaja. Hasil uji hipotesis

membuktikan variable parenting style, konformitas dan kesepian emosional

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap smartphone addcition. 16.3%,

dengan variable kontribusi yang signifikan yaitu permissive, authoritarian,

authoritative. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 16.3% smartphone

addiction dipengaruhi oleh parenting style, loneliness, self-regulation, fear

of missing out dan konformitas, sedangkan 83.7% dipengaruhi variable lain

di luar penelitian ini.

G) Bahan bacaan: 85; buku: 14 + Jurnal: 61 + Artikel: 6 + Skripsi : 4

Page 7: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

vii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) October 2019

C) Revina Citra Aditya

D) Effect of Parenting Style, Loneliness, Self-Regulation, Fear of Missing Out,

and Conformity to Smartphone Addiction on Adolescents.

E) xvi + 99 pages + attachments

The aims of this research is to determine the effect of parenting style

(permissive, authoritarian, authoritative), loneliness (social loneliness,

emotional loneliness), self-regulation, fear of missing out and conformity to

smartphone addiction on adolescents. Sample of this research is 250

adolescents smartphone users in Greater Jakarta (Jabodetabek) aged between

15-21, which taken by non-probability sampling techniques with accidental

sampling method. This research used measuring instruments i.e. Smartphone

Addiction Scale by Kwon, et. al (2013), Parental Authority Questionnaire by

Buri (1991), Loneliness Scale by Gierveld (2006), Self-Regulatoion Scale by

Schwarzer, dkk (2006) and Przybylski, dkk (2013). Data on this research

were alayzed by using multiple regression.

The results showed that there was a significant effect of parenting style,

loneliness, self-regulation, fear of missing out and conformity to smartphone

addiction on adolescents. Hypothesis test results of the independent variable

of parenting styles, conformity, and emotional loneliness has a significant

effect on smartphone addiction. The results of this study showed that 16.3%

of smartphone addiction influenced by parenting style loneliness, self-

regulation, fear of missing out and conformity while 83,7% is influenced by

other variables outside of this research.

F) Reading materials: 85; Books: 14 + Journals: 61 + Articles: 6 + Thesis : 4

Page 8: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT karena atas segala kuasa dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Parenting Style, Loneliness, Self-Regulation, Fear

of Missing Out dan Konformitas terhadap Smartphone Addiction pada Remaja.”.

Shalawat serta salam tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW, serta

pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum bisa

dikatakan sempurna, karena keterbatasan penulis dalam hal pengalaman,

pengetahuan, dan kemampuan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak agar memiliki kesadaran dalam menggunakan data

pribadi, khususnya bagi remaja. Skripsi ini tidak lepas juga dari bantuan berbagai

pihak yang memberikan bimbingan, saran, dan motivasi. Oleh karena itu

perkenankanlah penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih tak terhingga

kepada :

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Zahrotun

Nihayah, M.Si beserta seluruh wakil dekan dan jajaran dekanat lainnya yang

tiada hentinya berusaha menciptakan lulusan-lulusan psikologi yang semakin

berkualitas.

2. Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psikolog selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah meluangkan waktu, memberikan motivasi, kritik, saran, arahan secara

Page 9: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

ix

terus menerus, dan tentunya kesabaran yang luar biasa sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bahrul Hayat, Ph. D. dan Ilmi Amalia, M. Psi. selaku penguji yang telah

memberikan saran dan perbaikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi

4. Dr. Natris Idriyani M,Si selaku dosen pembimbing akademik yang terus

memberikan motivasi, bimbingan, dan saran terkait kegiatan akademik dan

non akademik.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

staff dan jajarannya, yang selalu memberikan yang terbaik untuk penulis.

6. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia meluangkan waktunya

untuk berpartisipassi dalam penelitian ini

7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri (nenek),

Ibu Sulistiani (Tante) dan Arianda Fauzan (Adik) yang tak henti-hentinya

memberikan doa dan kasih sayangnya kepada penulis.

8. Achmad Afrizal Fauzan yang selalu menyempatkan waktu berdiskusi dan

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

9. Para sahabat penulis Annisa Azhima, Fathya Firlianda, Amalia Muslimah dan

Kak Labib yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman seperjuangan kubu cordova Nurul Noverri, Imam Fachdrian, Teza

Auliannisa dan Ulfa Sepriliatika.

11. Keluarga besar Psikologi UIN Syarif Hidayatullah 2013 atas

kebersamaannya.

Page 10: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

x

Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai

balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan. Penulis menyadari

bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu,

penulis menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan

skripsi ini. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan mafaat

kepada pembaca.

Jakarta, 15 Oktober 2019

Penulis

Page 11: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv

MOTTO ................................................................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

ABSTRACT ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB 1: PENDAHULUAN ............................................................................. 1-12

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 8-10

1.2.1 Pembatasan Masalah .............................................................................. 8

1.2.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 10

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 10

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 10-11

1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................................... 11

1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................... 11

1.5 Sistematika Penulisan................................................................................... 11

BAB 2: LANDASAN TEORI ...................................................................... ..13-47

2.1 Smartphone Addiction ............................................................................ 13-21

2.1.1 Definisi Smartphone Addiction............................................................ 13

2.1.2 Karakteristik Smartphone Addiction.................................................... 14

2.1.3 Penyebab Smartphone Addiction ......................................................... 17

2.1.4 Pengukuran Smartphone Addiction .................................................... 20

2.2 Parenting Style........................................................................................ 22-28

2.2.1 Definisi Parenting Style ....................................................................... 22

2.2.2 Jenis-jenis Parenting Style ................................................................... 23

2.2.3 Aspek-aspek Parenting Style ............................................................... 25

2.2.4. Pengukuran Parenting Style ............................................................... 27

2.3 Loneliness ............................................................................................... 28-32

2.3.1 Definisi Loneliness .............................................................................. 28

2.3.2 Dimensi-dimensi Loneliness ................................................................ 29

2.3.3 Pengukuran Loneliness ........................................................................ 31

2.4 Self-Regulation ....................................................................................... 32-34

2.4.1 Definisi Self-Regulation ...................................................................... 32

2.4.2 Pengukuran Self-Regulation ................................................................ 33

2.5 Fear of Missing Out (FOMO) ................................................................. 34-38

Page 12: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

xii

2.5.1 Definisi Fear of Missing Out (FOMO) ................................................ 34

2.5.2 Aspek-Aspek Fear of Missing Out (FOMO) ...................................... 35

2.5.3 Pengukuran Fear of Missing Out (FOMO) ........................................ 37

2.6 Konformitas .......................................................................................... 38-40

2.6.1 Definisi Konformitas ........................................................................... 38

2.6.2 Aspek-Aspek Konformitas .................................................................. 39

2.6.3 Pengukuran Konformitas ..................................................................... 40

2.7 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 40

2.8 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 46

BAB 3: METODE PENELITIAN................................................................ 48-71

3.1 Populasi dan Sampel ..................................................................................... 48

3.2 Variabel Penelitian.................................................................................. 49-51

3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................... 49

3.2.2 Definisi Operasional Variabel ............................................................. 49

3.3 Instrumen Pengumpulan Data................................................................. 51-56

3.3.1 Smartphone Addiction ......................................................................... 51

3.3.2 Parenting Style..................................................................................... 52

3.3.3 Loneliness ............................................................................................ 53

3.3.4 Self-Regulation .................................................................................... 54

3.3.5 Fear of Missing Out (FOMO) ............................................................. 55

3.3.6. Konformitas ........................................................................................ 55

3.4 Uji Validitas Konstruk ........................................................................... 56-71

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Smartphone Addiction .................................... 58

3.4.2 Uji Validitas Konstruk Permissive Parenting Style............................. 60

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Authoritarian Parenting Style ........................ 61

3.4.4 Uji Validitas Konstruk Authoritative Parenting Style ......................... 61

3.4.5 Uji Validitas Konstruk Kesepian Sosial .............................................. 62

3.4.5 Uji Validitas Konstruk Kesepian Emosional ....................................... 63

3.4.4 Uji Validitas Konstruk Self-Regulation ............................................... 64

3.4.5 Uji Validitas Konstruk Fear of Missing Out (FOMO) ........................ 65

3.4.6 Uji Validitas Konstruk Konformitas .................................................... 66

3.5 Metode Analisis Data .................................................................................. 67

3.6 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 70

BAB 4: HASIL PENELITIAN ..................................................................... 72-85

4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian ...................................................... 72

4.2 Analisis Deskriptif ........................................................................................ 74

4.3 Pengujian Hipotesis ................................................................................. 77-84

4.3.1 Uji Hipotesis Mayor ............................................................................ 78

4.3.2 Uji Proporsi Varians ............................................................................ 83

BAB 5: KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN .................................... 86-92

5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 86

5.2 Diskusi .......................................................................................................... 87

5.3 Saran ....................................................................................................... 91-92

Page 13: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

xiii

5.3.1 Saran Teoritis ............................................................................ …….91

5.3.2 Saran Praktis ....................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93-99

LAMPIRAN ................................................................................................ 100-117

Page 14: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nilai dari Skala Variabel ...................................................................... 51

Tabel 3.2 Blue Print Smartphone Addiction Scale (SAS-SV) ............................. 52

Tabel 3.3 Blue Print Parental Authority Questionnaire (PAQ) .......................... 53

Tabel 3.4 Blue Print Loneliness Scale ................................................................ 54

Tabel 3.5 Blue Print Self-Regulation Scale (SRS) ............................................... 54

Tabel 3.6 Blue Print FoMO Scale ....................................................................... 55

Tabel 3.7 Blue Print Skala Konformitas .............................................................. 56

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Variabel Smartphone Addiction .......................... 59

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Variabel Permissive Style.................................... 60

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Variabel Authoritarian Style ............................... 61

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Variabel Authoritative Style ................................ 62

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Variabel Kesepian Sosial .................................... 63

Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Variabel Kesepian Emosional ............................. 64

Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Variabel Self-Regulation ..................................... 65

Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Variabel Fear of Missing Out ............................. 66

Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Variabel Konformitas .......................................... 67

Tabel 4.1 Gambaran Responden Penelitian ......................................................... 72

Tabel 4.2 Distribusi Skor ..................................................................................... 74

Tabel 4.3 Rumus Kategorisasi ............................................................................. 75

Tabel 4.4 Kategorisasi Variabel Penelitian .......................................................... 76

Tabel 4.5 Model Summary ................................................................................... 78

Tabel 4.6 Tabel Anova ......................................................................................... 78

Tabel 4.7 Tabel Coefficient.................................................................................. 80

Tabel 4.8 Proporsi Varians ................................................................................... 84

Page 15: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 46

Page 16: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Concent ............................................................................. 101

Lampiran 2 Kuesioener Penelitian ...................................................................... 102

Lampiran 3 Output Hasil Uji Validitas CFA ....................................................... 109

Lampiran 4 Output Hasil Analisis Regresi ........................................................ 114

Page 17: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kita berada di zaman dimana ponsel dan teknologi lainnya telah memenuhi

populasi. Teknologi komunikasi telah mengubah cara kita hidup dan telah menjadi

kebutuhan dalam hidup kita. Dengan adanya smartphone memungkinkan miliaran

orang diluar sana untuk bisa terhubung kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja.

Smartphone bukan lagi gadget komunikasi yang canggih, tetapi merupakan bagian

integral dari jaringan komunikasi individu, karena portabilitas dan aplikasinya yang

memungkinkan akses ke alat komunikasi lainnya (Chaudhry, 2015). Disamping itu

smartphone juga menawarkan fungsi operasioanal seperti komputer, memiliki

varian dan keunggulan dalam sistem operasional dimulai dari manajemen informasi

seperti kalender, kalkulator, notepad hingga pengaksesan internet, mengirim dan

menerima email serta sebagai pemutar media portable diikuti oleh foto dan video

(Gary dan Misty, 2011).

Survei mengungkapkan perkembangan penggunaan smartphone naik

44,6% di 47 negara, dan jumlah ini dinilai bertambah dengan cepat (International

Data Corporation, 2013). Statistik menunjukkan bahwa pengguna smartphone

terbanyak adalah usia 18-24 tahun yaitu sebesar 80 % dari semua usia pengguna

(Deloitte, 2014). Statistik tersebut didukung berdasarkan sebuah survei yang

dilakukan oleh Taylor Nelson Sofrens (TNS) di Indonesia, yaitu sebesar 39 %

pengguna smartphone di Indonesia dikuasai oleh kalangan remaja berusia 16

Page 18: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

2

hingga 21 tahun. Survei tersebut menggambarkan bahwa pelaku yang paling pesat

beradaptasi dengan teknologi berkomunikasi adalah remaja (Perdana, 2013).

Irfan (dalam Rezi, 2016) menyatakan bahwa motif remaja dalam

menggunakan smartphone cukup beragam, antara lain karena kecanggihan fitur,

akses internet yang cepat, kemudahan dalam mengakses sosial media, sarana

hiburan dan membantu dalam mengerjakan tugas sekolah. Dengan berbagai macam

fasilitas yang ditawarkan smartphone hal ini menimbulkan masalah baru yang bisa

disebut sebagai smartphone addiction. Dengan berbagai fasilitas tersebut

terkadang membuat seseorang terlena dengan kegunaan smartphone, sehingga

menimbulkan dampak yang kurang baik dalam kehidupan sehari-hari. Menarik diri,

kesulitan dalam performa aktivitas sehari-hari atau munculnya gangguan kontrol

impuls yang diikuti pemeriksaan berulang menjadi beberapa contoh dari dampak

smartphone yang dijabarkan oleh Kwon, dkk (2013) tentang defisini smartphone

addiction

Penggunaan yang tidak tepat terhadap smartphone dapat mempengaruhi

seseorang secara negative. Secara khusus, penggunaan smartphone yang tidak tepat

dapat mengurangi konsentrasi individu, mengurangi jumlah informasi ketika dalam

kelas, mengurangi komunikasi tatap muka dan bahkan menyebabkan tekanan

mental atau fisik (Kiran, 2019). Didukung oleh penelitian Enez (2016) yang

mengaitkan smartphone addiction dengan gangguan psikososial, termasuk depresi,

kecemasan sosial, impulsif dan gangguan tidur. Kee, dkk (2016) juga menyatakan

bahwa smartphone addiction dapat menimbulkan masalah fisik seperti mata yang

kering, sindrom carpal tunnel, gangguan musculoskeletal dan sakit kepala migrain.

Page 19: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

3

Li, dkk (2015) juga mengidentifikasi adanya berbagai pengaruh negatif pada

penggunaan smartphone dengan frekuensi yang tinggi seperti penurunan performa

akademik, penurunan kesehatan mental , kualitas tidur yang buruk, peningkatan

perilaku malas bergerak, penurunan kebugaran kardiorespirasi dan penurunan

kepuasan hidup. Berdasarkan dampak dari smartphone addiction yang telah

dijabarkan sebelumnya membuktikan pentingnya dilakukan penelitian lebih lanjut

untuk mengetahui berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi smartphone

addiction pada individu.

Menurut Sohn dan Song (dalam Kim, dkk. 2014), remaja sangat mudah

menerima hal-hal baru dari media seperti smartphone karena mereka adalah

generasi yang telah tumbuh dikelilingi oleh berbagai bentuk media berteknologi

tinggi. Dengan demikian, remaja lebih rentan terhadap efek buruk dari smart media

dibandingkan kelompok usia yang lebih tua. Skierkowski dan Wood (2012)

menambahkan, bagi remaja, komunikasi berbasis telepon adalah cara penting untuk

mempertahankan hubungan sosial mereka. Hal ini yang membuat peneliti memilih

sampel remaja dalam penelitian kali ini.

Lingkungan keluarga pada remaja bisa menjadi peran penting dalam

membentuk perilaku remaja terkait penggunaan smartphone. Keluarga adalah unit

dasar masyarakat, dan sebagian besar remaja dilahirkan dan dibesarkan dalam unit

ini, dan di bawah pengaruhnya keluarga mengembangkan kepribadian mereka

(Kim, dkk . 2018). Dengan demikian, ketika remaja adalah bagaian dari keluarga

yang bermasalah, hal itu dapat mempengaruhi perkembangan perilaku yang

bersalah seperti halnya dengan adiksi. Hal ini yang membuat peneliti memilih

Page 20: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

4

parenting style sebagai salah satu variable yang diteliti, untuk melihat apakah ada

pengaruh yang signfikan terhadap smartphone addiction dilihat dari unit terkecil

yaitu keluarga tapi diasumsikan dapat memiliki pengaruh yang besar terhadap

remaja. Maccoby dan Martin (dalam, Bae 2015) berpendapat bahwa kehangatan

dan pengawasan orangtua adalah sikap inti yang mempengaruhi perkembangan

psikologis, emosional dan perilaku anak. Studi empiris juga menunjukkan bahwa

faktor lingkungan keluarga memainkan peran prediktif yang signifikan dalam

smartphone addiction (Lian, 2016). Secara khusus, authoritarian parenting style

bisa meningkatkan derajat ketergantungan smartphone, sementara authoritative

parenting style bisa mengurangi ketergantungan smartphone (Bae, 2015).

Sedangkan Kerig (dalam Park, 2014) pada penelitiannya mendapatkan hasil bahwa

permissive parenting style juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

smartphone addiction. Parenting style adalah konstruk gaya pengasuhan yang

digunakan untuk menangkap perbedaan normal dalam upaya orang tua untuk

mengendalikan dan bersosialisasi dengan anak-anak mereka (Baumrind, dalam

Darling, 1999)

Kesepian bisa dialami individu dari segala rentang usia, dan berdasarkan

penelitian sebagian besar kesepian dialami oleh remaja. Parlee (1979) menyatakan

bahwa 40.000 orang mengalami kesepian dan 79% dari mereka adalah remaja.

Untuk menghilangkan rasa kesepian, remaja secara aktif mengakses media sosial

menggunakan smartphone yang telah menjadi salah satu elemen tak tergantikan

dalam hidup kita. Smartphone juga digunakan oleh individu untuk mencari

dukungan emosional dan mengurangi perasaan negative, seperti kesepian (Jiang,

Page 21: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

5

2018). Orang yang mengalami kesepian lebih mungkin untuk menjadi tidak

kompeten dalam relasional, dan sebagai hasilnya, mereka menghabiskan lebih

sedikit waktu pada kegiatan sosial tapi lebih banyak waktu sendirian (Spitzberg &

Canary, dalam Bian, 2014). Dalam hal komunikasi mobile, tujuan dasar dari ponsel

adalah untuk memungkinkan orang di dua tempat yang berbeda untuk

berkomunikasi langsung, menghilangkan kecemasan utama manusia yaitu kesepian

(Townsend, dalam Bian 2014). Oleh karena itu, masuk akal untuk percaya bahwa

orang-orang yang kesepian mungkin cenderung menggunakan ponsel lebih sering

untuk menyingkirkan hal negative seperti kecemasan yang dialaminya. Park (dalam

Bian, 2014) menemukan bahwa kesepian berkorelasi positif dengan smartphone

addiction di kalangan mahasiswa. Penelitian ini mengharapkan orang yang

kesepian akan lebih cenderung mengalami smartphone addiction karena orang yang

kesepian enggan berbicara dengan orang lain dalam komunikasi tatap muka,

mereka akan cenderung berinteraksi dengan orang-orang dengan mengirim atau

aplikasi jejaring sosial lainnya pada smartphone.

Seseorang mengendalikan pemikiran mereka untuk mencapai hasil yang

diinginkan, disebut sebagai self-regulation (Bandura, 1991). Karoly (1993)

menggambarkan self-regulation sebagai kemampuan untuk merencanakan,

membimbing, dan memantau perilaku seseorang secara fleksibel dalam

menghadapi keadaan yang berubah. Kegagalan self-regulation dikendalikan oleh

emosi, perilaku otomatis, dan dikendalikan oleh impuls (Metcalfe & Mischel,

1999). Dari kegagalan tersebut dapat berdampak menurunkan self-efficacy, harga

diri, dan dapat menyebabkan stress pada seseorang (LaRose & Eastin, 2004; Wills

Page 22: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

6

et al., 2011). Untuk mengubah efek negative dari kegagalan self-regulation, orang

menggunakan media untuk melarikan diri, merasa lebih baik, atau menemukan

perasaan memiliki (LaRose & Eastin, 2004). Self-regulation sendiri telah terbukti

memiliki peran penting dalam gangguan seperti internet addiction (Dawe &

Loxton, 2004; LaRose et al., 2003). Kegagalan orang untuk mengatur diri sendiri

dapat menyebabkan penggunaan media mereka meningkat. Akibatnya, situasi ini

cenderung berubah menjadi addiction (LaRose & Eastin, dalam Gökçearslan 2016).

Penelitian-penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa self-regulation memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap smartphone addiction (Gökçearslan, 2016; Van

Deursen, 2015). Ketika seseorang memiliki self-regulation yang tinggi, maka

kemungkinan mereka memiliki adiksi rendah, begitu juga sebaliknya.

Fear of Missing Out dapat didefinisikan sebagai rasa khawatir bahwa orang

lain mungkin memiliki pengalaman berharga dibandingkan dirinya dan ditandai

dengan ingin terus terhubung dengan apa yang orang lain lakukan. Orang-orang

dengan kepuasan kebutuhan dasar rendah umumnya mempersepsikan media sosial

sebagai platform untuk terhubung dengan orang lain agar dapat mengembangkan

kompetensi sosial mereka dan menjadi kesempatan untuk memperdalam ikatan

sosial (Przybylski et al.,2013). Fear of Missing Out melemahkan orang dengan

membangkitkan rasa tidak aman mereka dan telah ditemukan berhubungan dengan

penggunaan ponsel yang terus-menerus (Carbonell, Oberst, & Beranuy dalam

Chotpitayasunondh 2016). Mengingat bahwa terlibat dalam jejaring sosial adalah

kegiatan utama dalam menggunakan teknologi seluler, maka Fear of missing out

(FoMO) terkait dengan penggunaan smartphone. Penelitian yang dilakukan oleh

Page 23: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

7

Tuch-Aksan (2019) yang menunjukkan Fear of missing out (FoMO) pada remaja

mempengaruhi penggunaan bermasalah terhadap media sosial, dimana hal ini dapat

menyebabkan smartphone addiction.

Pada masa remaja, individu dipengaruhi oleh berbagai factor dalam

kehidupan dan diantaranya teman-teman memainkan peran yang cukup vital.

Pengaruh teman memiliki hasil yang signifikan selama masa remaja, karena remaja

mulai menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan teman-teman mereka

(Sathiyaseelan, 2014). Berdasarkan survey singkat yang dilakukan peneliti terhadap

remaja Jakarta menggambarkan 43,9% remaja mengaku lebih dari 4 jam mereka

berinteraksi dengan teman-temannya secara tatap muka perharinya, sedangkan

29,3% remaja berinteraksi dengan orangtuanya rata-rata sebanyak 4 jam dalam

sehari dimana jumlah tersebut membuktikan bahwa remaja lebih sering berinteraksi

dengan teman-temannya dibandingkan orangtua. Remaja menghabiskan lebih

banyak waktu dengan teman-teman mereka daripada dengan keluarga mereka

(Brown, 1990) dan sangat sensitive terhadap penolakan teman-temannya (Peake,

Dishion, Stormshak, Moore, & Pfeifer, 2013; Sebastian et al., 2011; Somerville,

2013). Hal ini yang membuat seorang remaja rentan terhadap konformitas.

Konformitas sendiri memiliki definisi sebagai sebuah perubahan perilaku

atau kepercayaan sebagai hasil nyata atau yang dibayangkan dari tekanan kelompok

(Myers, 2012). Ketika seseorang memiliki konformitas yang tinggi maka perilaku

individu tersebut akan cenderung mengikuti perilaku kelompoknya. Begitu juga

ketika remaja berada dalam lingkungan dengan penggunaan smartphone yang

tinggi, maka remaja tersebut akan menyesuaikan dengan lingkungannya.

Page 24: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

8

Penggunaan smartphone yang tinggi ini dapat menyebabkan smartphone addiction.

Sejalan dengan penelitian dari Khang (dalam Zhang, 2014) yang mengatakan

bahwa salah satu tujuan seseorang menggunakan smartphone adalah untuk

mendapatkan identitas dan menghindari celaan dari teman-teman. Seorang

pengguna smartphone dengan tingkat konformitas yang tinggi akan tetap

mempertahankan penggunaan smartphone nya, bukan hal yang mustahil jika ia

akan menjadi ketergantungan. Hal tersebut juga dibuktikan oleh penelitian yang

dilakukan oleh Zhang (2014) yang mengatakan konformitas positif mempengaruhi

smartphone addiction.

Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan mengenai kasus smartphone

addiction yang terjadi, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait

fenomena smartphone addiction pada remaja yang berdomisili di Jakarta, Bogor,

Depok, Tangerang dan Bekasi. Oleh karena itu judul yang peneliti angkat untuk

penelitian ini adalah “Pengaruh Parenting Style, Loneliness, Self-Regulation,

Fear of Missing Out dan Konformitas terhadap Smartphone Addiction pada

Remaja”

1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti

membatasi ruang lingkup masalah penelitian ini pada pengaruh independent

variable, yaitu parenting style, loneliness, self-regulation, fear of missing out dan

konformitas terhadap dependent variable, yaitu smartphone addiction. Adapun

pembatasan pada masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

Page 25: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

9

1. Smartphone addiction adalah perilaku keterikatan atau kecanduan terhadap

smartphone yang memungkinkan menjadi masalah sosial seperti halnya

menarik diri, dan kesulitan dalam performa aktivitas sehari-hari atau

sebagai gangguan kontrol impuls terhadap diri seseorang (Kwon, dkk 2013).

2. Parenting style yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konstruk gaya

pengasuhan yang digunakan untuk menangkap perbedaan normal dalam

upaya orang tua untuk mengendalikan dan bersosialisasi dengan anak-anak

mereka (Baumrind, dalam Darling, 1999).

3. Loneliness yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ekspresi perasaan

negatif dari hubungan yang hilang atau hubungan yang tidak terealisasi.baik

secara sosial ataupun emosional (Giervield, 2006).

4. Self-Regulation yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan

untuk merencanakan, membimbing, dan memantau perilaku seseorang

secara fleksibel dalam menghadapi keadaan yang berubah (Karoly,1993).

5. Fear of Missing Out (FoMO) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

keadaan dimana seseorang mengalami kegelisahan setelah melihat ataupun

mengecek sosial media yang dimiliki dan adanya keinginan untuk tetap

terus terhubung dengan apa yang sedang dilakukan oleh orang lain melalui

dunia maya (Przybylski, dkk 2013).

6. Konformitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah perubahan

perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata atau yang dibayangkan dari

tekanan kelompok (Myers, 2012).

Page 26: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

10

7. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja dengan usia 15-21 tahun yang

berdomisili di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi dan

pengguna smartphone.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel parenting style,

loneliness, self-regulation, fear of missing out dan konformitas terhadap

smartphone addiction?

2. Seberapa besar intensitas smartphone addiction yang dapat diprediksi

oleh parenting style, loneliness, self-regulation, fear of missing out dan

konformitas?

3. Prediktor mana yang paling berpengaruh terhadap smartphone

addiction?

4. Berapa proporsi varians dari masing-masing variable?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang

signifikan antara parenting style, loneliness self-regulation, fear of missing out

dan konformitas terhadap smartphone addiction pada remaja.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi

baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :

Page 27: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

11

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan

kontribusi dalam upaya menambah wawasan keilmuan dan pengembangan ilmu

psikologi. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran

mengenai perilaku smartphone addiction pada remaja yang di tinjau dari

keterlibatan parenting style, loneliness self-regulation, fear of missing out dan

konformitas

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, di harapkan penelitian ini akan memberikan manfaat :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk

memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku smartphone addiction

pada remaja, serta dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk program

intervensi pada remaja.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan yang dapat

membantu menambah pengetahuan dan dapat ditindak lanjuti sebagai edukasi

dalam hal membangun karakter positif yang ada pada remaja.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan, penelitian ini terbagi dalam 5 bab

dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB 1 Pendahuluan

Membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika

penulisan

Page 28: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

12

BAB 2 Landasan Teori

Terdiri dari landasan teori mengenai smartphone addiction yang meliputi

pengertian, dimensi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi : parenting style,

loneliness, self-regulation, fear of missing out dan konformitas serta

pengukuran ke lima variable tersebut, kerangka berpikir dan hipotesis.

BAB 3 Metode Penelitian

Pada bab ini, penulis menyajikan gambaran umum subjek, metode

pengumpulan dan analisis data, dan hasil pengujian hipotesis penelitian dan

interpretasinya.

BAB 4 Hasil Penelitian

Pada bab ini, penulis menggambarkan gambaran umum responden, uji

hipotesis penelitian, proporis varian, dan hasil penelitian. Peneliti juga

menyimpulkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, diskusi

hasil penelitian disertai rekomendasi dalam bentuk saran yang relevan dan

sifatnya konstruktif bagi pengambilan keputusan, analisis regresi, dan uji

hipotesis.

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Pada bab ini, penulis memberikan kesimpulan dari apa yang telah diteliti

sebelumnya. Selain itu, juga penulis menyajikan diskusi serta saran dalam

bentuk teoritis dan praktis.

Page 29: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Smartphone Addiction

2.1.1 Definisi Smartphone Addiction

Marlatt (1988) mendefinisikan adiksi sebagai pola kebiasaan berulang yang

meningkatkan risiko penyakit atau masalah pribadi dan sosial yang terkait. Perilaku

yang bersidat adiktif sering dialami secara subyektif sebagai perilaku kehilangan

control yang terjadi meskipun ada upaya untuk tidak menggunakan. Pola kebiasaan ini

biasanya dicirikan oleh kepuasan langsung (short term reward) sering digabungkan

dengan efek merusak yang tertunda (long term costs). Upaya untuk mengubah perilaku

adiktif biasanya ditandai dengan tingkat relapse yang tinggi. Turel & Serenko (2010)

menyebutkan smartphone addiction sebagai perilaku yang melibatkan interaksi

berlebihan dengan perangkat ponsel cerdas dan terutama fungsi yang disediakannya

Kwon, dkk. (2013) menyebutkan bahwa istilah smartphone addiction adalah

sebagai perilaku keterikatan atau kecanduan terhadap smartphone yang

memungkinkan menjadi masalah sosial seperti halnya menarik diri, dan kesulitan

dalam performa aktivitas sehari-hari atau sebagai gangguan kontrol impuls terhadap

diri seseorang.

Page 30: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

14

Park & Lee (2012) mendefinisakan smartphone addiction sebagai penggunaan

smartphone yang berlebihan dan berdampak pada kehidupan seseorang sebagai

konsekuensi dari ketidakmampuannya mengendalikan perilaku tersebut.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka sebagai landasan teori dari

penelitian ini peneliti menggunakan definisi smartphone addiction menurut Kwon, dkk

(2013) yaitu perilaku penggunaan smartphone secara berlebihan sehingga

menimbulkan gangguan dalam berbagai aspek kehidupan.

2.1.2. Karakteristik smartphone addiction

Mengenai karakteristik smartphone addiction, Griffiths (1996) telah

merumuskan kembali komponen umum kecanduan, yaitu :

1. Salience

Hal ini terjadi ketika aktivitas tertentu menjadi kegiatan yang paling penting dalam

hidup seseorang dan mendominasi pemikiran, perasaan, dan perilaku mereka.

Misalnya, jika orang tersebut tidak melakukan hal tersebut, mereka akan berpikir untuk

melakukannya di waktu berikutnya.

2. Euphoria

Pengalaman subjektif sebagai konsekuensi dari keterlibatan dalam aktivitas tertentu.

3. Tolerance

Proses dimana peningkatan jumlah aktivitas tertentu yang diperlukan untuk mencapai

efek sebelumnya. Misalnya, seorang penjudi mungkin harus secara bertahap

Page 31: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

15

meningkatkan ukuran taruhan untuk mengalami efek euforia yang awalnya memiliki

taruhan yang jauh lebih kecil.

4. Withdrawal symptoms

Keadaan perasaan yang tidak menyenangkan dan atau efek fisik yang terjadi ketika

aktivitas tertentu dihentikan atau tiba-tiba dikurangi, misalnya, getar, kemurungan,

lekas marah.

5. Conflict

Mengacu pada konflik antara pecandu dan orang-orang di sekitar mereka (konflik

interpersonal), konflik dengan kegiatan lain (pekerjaan, kehidupan sosial, hobi dan

minat) atau dari dalam diri individu itu sendiri (konflik intrapsikis) yang berkaitan

dengan kegiatan tertentu.

6. Relapse

Kecenderungan untuk berulang dengan pola awal dari kegiatan tertentu untuk kambuh

dan bahkan pola yang paling ekstrim khas ketinggian keanduan yang akan cepat

dipulihkan setelah bertahun-tahun pantang atau dikontrol.

Menurut Ross (dalam Goswami, 2016) smartphone addiction memiliki tiga

karakteristik. Pertama, orang yang kecanduan ponsel selalu menjaga ponsel mereka

untuk menyala. Kedua, mereka cenderung menggunakan ponsel mereka bahkan ketika

mereka memiliki saluran telepon di rumah. Ketiga, mereka biasanya dihadapkan

dengan kesulitan keuangan dan sosial akibat penggunaan ponsel yang berlebihan.

Page 32: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

16

Menurut Kwon, dkk (2013), smartphone addiction memiliki tiga faktor

berdasarkan kepada hasil analisis receiver operating characteristic (ROC) yang

dilakukan untuk memeriksa kemampuan diagnostik SAS-SV dalam memprediksi

adiksi terhadap smartphone, yaitu:

1. Gangguan kehidupan sehari-hari

Ganguan kehidupan sehari-hari termasuk kehilangan pekerjaan yang direncanakan,

mengalami kesulitan berkonsentrasi di kelas atau saat bekerja, menderita pusing atau

penglihatan kabur, sakit pada pergelangan tangan atau di bagian belakang leher, dan

gangguan tidur.

2. Penarikan diri

Penarikan melibatkan seseorang menjadi tidak sabaran, rewel, dan tak tertahankan

tanpa smartphone dalam pikiran bahkan saat tidak menggunakannya, tidak pernah

menyerah menggunakan smartphone, dan menjadi kesal ketika terganggu saat

menggunakan smartphone.

3. Toleransi

Toleransi didefinisikan sebagai seseorang selalu berusaha untuk mengontrol

penggunaan smartphone tetapi selalu gagal untuk melakukannya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan aspek smartphone addiction yang

dikembangkan oleh Kwon, dkk (2013) untuk melihat perilaku smartphone addiction

pada remaja.

Page 33: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

17

2.1.3. Penyebab Smartphone Addiction

Berikut adalah factor-faktor yang mempengaruhi smartphone addiction :

1. Faktor internal

Faktor internal terdiri atas faktor-faktor yang menggambarkan karakteristik

individu. Tingkat sensation seeking yang tinggi (individu yang memiliki tingkat

sensation seeking yang tinggi cenderung lebih mudah mengalami kebosanan dalam

aktivitas yang sifatnya rutin), self-esteem yang rendah, kepribadian ekstraversi yang

tinggi, kontrol diri yang rendah, habit menggunakan telepon genggam yang tinggi,

expectancy effect yang tinggi, dan kesenangan pribadi yang tinggi dapat menjadi

prediksi kerentanan individu mengalami kecanduan telepon genggam (Yuwanto, 2010)

Individu yang tidak memiliki kemampuan self-regulation biasanya tidak akan

secara sukarela mengurangi penggunaan smartphone (Mahapatra, 2019). Dimana hal

ini dapat menimbulkan penggunaan smartphone yang berlebihan dan berujung pada

smartphone addiction. Dalam penelitian Gökçearslan (2016), mendapatkan hasil

bahwa individu yang memiliki self-regulation yang tinggi cenderung memiliki

smartphone addiction yang rendah. Ini membuktikan bahwa self-regulation memiliki

efek negative dari smartphone addiction. Maka dari itu, peneliti memutuskan untuk

memilih self-regulation sebagai salah satu factor internal yang diharapkan memiliki

pengaruh terhadap smartphone addiction.

2. Faktor situasional

Faktor situasional terdiri atas faktor-faktor penyebab yang mengarah pada

penggunaan telepon genggam sebagai sarana membuat individu merasa nyaman secara

Page 34: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

18

psikologis ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman. Tingkat yang tinggi dalam

stres, kesedihan, kesepian, kecemasan, kejenuhan belajar, dan leisure boredom (tidak

adanya kegiatan saat waktu luang) dapat menjadi penyebab kecanduan telepon

genggam (Yuwnato, 2010)

Park (2005) menemukan korelasi positif antara penggunaan smartphone dan

loneliness di kalangan mahasiswa. Enez (2016) menemukan loneliness berkorelasi

dengan risiko tinggi smartphone addiction. Individu dengan masalah psikososial

seperti fobia sosial dan kesepian akan lebih memilih metode komunikasi lain, terutama

melalui perangkat teknologi mobile, daripada komunikasi tatap muka karena jenis

komunikasi ini dapat menyebabkan lebih sedikit kecemasan. Maka dari itu, peneliti

memutuskan untuk memilih loneliness sebagai salah satu factor situasional yang

diharapkan memiliki pengaruh terhadap smartphone addiction.

3. Faktor sosial

Faktor sosial terdiri atas faktor penyebab kecanduan telepon genggam sebagai

sarana berinteraksi dan menjaga kontak dengan orang lain. Faktor ini terdiri atas

mandatory behavior dan connected presence yang tinggi. Mandatory behavior

mengarah pada perilaku yang harus dilakukan untuk memuaskan kebutuhan

berinteraksi yang distimulasi atau didorong dari orang lain. Connected presence lebih

didasarkan pada perilaku berinteraksi dengan orang lain yang berasal dari dalam diri

(Yuwanto, 2010)

Fear of missing out menimbulkan kecemasan dan telah ditemukan berhubungan

dengan penggunaan ponsel yang terus menerus (Carbonell, Oberst, & Beranuy, 2013).

Page 35: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

19

Penelitian lain juga menemukan fear of missing out terkait dengan penggunaan ponsel

yang bermasalah (Cheever, 2014). Tuch-Aksan (2019) dalam penelitiannya

menemukan bahwa Fear of missing out (FoMO) pada remaja mempengaruhi

penggunaan bermasalah terhadap media sosial dan hal inilah yang menyebabkan

smartphone addiction. Maka dari itu, peneliti memutuskan untuk mengambil Fear of

missing out sebagai salah satu faktor sosial yang diharapkan memiliki pengaruh

terhadap smartphone addiction.

Dalam konteks smartphone, individu menggunakan perangkat tersebut untuk

mendapatkan identitas dan menghindari penolakan di antara teman-teman mereka

(Khang, dkk. 2013). Pada peran motif dalam smartphone addiction dari perspektif

fungsionalis, ditemukan bahwa konformitas secara positif mempengaruhi smartphone

addiction (Zhang, 2017). Karena itu, jika pengguna smartphone memiliki tingkat

konformitas yang tinggi, maka ia akan cenderung menggunakan perangkat tersebut dan

akhirnya menjadi kecanduan. Maka dari itu, peneliti memutuskan untuk memilih

konformitas sebagai factor sosial kedua yang diharapkan dapat memiliki pengaruh

terhadap smartphone addiction.

4. Faktor eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar diri individu, faktor ini terkait dengan tingginya

paparan media tentang telepon genggam dan fasilitasnya (Yuwanto, 2010)

5. Parenting Style

Moazedian, dkk (2014) dalam penelitiannya menyatakan parenting style adalah

salah satu factor dalam masa kanak-kanak dan remaja yang dapat mempengaruhi gaya

Page 36: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

20

hidup dan perilaku pada anak. Beberapa studi empiris telah mengungkapkan bahwa

factor lingkungan keluarga memainkan peran prediktif yang signifikan terhadap

smartphone addiction (Bae 2015; Chiu, 2014).

Maccoby dan Martin (1983) menyatakan bahwa kehangatan dan pengawasan

orangtua adalah sikap inti yang mempengaruhi perkembangan psikologis, emosional

dan perilaku anak. Parenting style yang mengandung kehangatan, penjelasan rasional,

serta pengawasan dan kontrol (authoritative) akan mengurangi kecanduan

pengguanaan ponsel pintar (Hong, Chiu, & Huang, 2012). Penelitian yang dilakukan

oleh Kerig (dalam Park, 2014) menyatakan bahwa orang tua yang memiliki

demandingness rendah serta responsiveness tinggi (permissive) lebih mungkin

memiliki anak dengan smartphone addiction yang tinggi. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Bae (2015) mendapatkan hasil bahwa authoritarian parenting style

dapat meningkatkan ketergantungan terhadap smartphone.

Berdasarkan faktor-faktor yang telah dijabarkan diatas sebelumnya, penulis

memutuskan untuk memilih self-regulation pada faktor internal, loneliness pada faktor

situasional, fear of missing out dan konformitas dari faktor sosial, dan parenting style

sebagai variable yang akan diteliti lebih lanjut.

2.1.4. Pengukuran smartphone addiction

Berikut ini terdapat beberapa instrument yang digunakan dalam pengukuran

smartphone addiction :

Page 37: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

21

1. Smartphone Addiction Scale (SAS-SV)

yang dikembangkan oleh Kwon, dkk (2013) berdasarkan teori tiga aspek

Smartphone Addiction, yang sebelumnya sudah direvisi yaitu: Gangguan

Kehidupan Sehari-hari, Penarikan diri dan Toleransi. SAS-SV terdiri dari 10 item

dan memiliki konsistensi internal dengan nilai reliabilitas cronbach alpha

sebesar 0,911.

2. Smartphone Addiction Proneness Scale (SPAS)

Yang dikembangkan oleh Kim, dkk (2014) berdasarkan skala kecanduan internet

dan skala kecanduan ponsel. SAPS terdiri dari empat aspek, yaitu : Gangguan

fungsi adaptif, Orientasi kehidupan virtual, Penarikan diri, dan Toleransi. SPAS

terdiri dari 15 item dan memiliki konsistensi internal dengan nilai reliabilitas

Cronbach alpha sebesar 0,880.

3. Korean self-reporting internet addiction scale short-form scale (KS-Scale)

KS-Scale dikembangkan dalam kolaborasi Korea Agency for Digital

Opportunities dan Seoul National University (2014) yang terdiri dari empat

aspek, yaitu Gangguan fungsi adaptif, Orientasi kehidupan virtual, Penarikan

diri, dan Toleransi terdiri dari 15 item dan memiliki konsistensi internal dengan

nilai reliabilitas Cronbach alpha sebesar 0.836.

Pada penelitian ini, adiksi terhadap smartphone diukur menggunakan alat ukur yang

dikembangkan oleh Kwon et al (2013) yaitu dengan menggunakan smartphone

addiction scale-short version (SAS-SV) yang telah direvisi dari smartphone addiction

Page 38: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

22

scale sebelumnya. Peneliti memilih alat ukur tersebut karena smartphone addiction

scale-short version (SAS-SV) merupakan alat ukur yang paling baru dibandingkan alat

ukur lain dan sejalan dengan teori utama yang digunakan peneliti yaitu Kwon, dkk

(2013)

2.2 Parenting Style

2.2.1 Definisi Parenting Style

Darling dan Steinberg (1993) mendefinisikan parenting style sebagai kumpulan sikap

yang dikomunikasikan kepada anak dengan tujuan mencipkan iklim emosional dimana

perilaku orangtua dapat diekpresikan.

Baumrind (dalam Darling, 1999) adalah konstruk gaya pengasuhan yang

digunakan untuk menangkap perbedaan normal dalam upaya orang tua untuk

mengendalikan dan bersosialisasi dengan anak-anak mereka. Walaupun orang tua

mungkin berbeda dalam cara mereka mencoba mengendalikan atau bersosialisasi

dengan anak-anak mereka dan sejauh mana mereka melakukannya, diasumsikan bahwa

peran utama semua orang tua adalah untuk mempengaruhi, mengajar, dan

mengendalikan anak-anak mereka.

Darling (1999) mendefinisikan parenting style sebagai kegiatan kompleks

kompleks yang di dalamnya terdapat beberapa perilaku spesifik yang dilakukan secara

individu maupun bersama-sama bertujuan untuk mempengaruhi perilaku anak.

Kordi dan Baharudin (2010) menyatakan parenting style adalah konstruksi

psikologis yang mewakili strategi standar yang digunakan orang tua dalam

membesarkan anak-anak mereka. Istilah ini adalah kegiatan kompleks yang mencakup

Page 39: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

23

banyak perilaku spesifik yang bekerja secara individual maupun kolektif untuk

mempengaruhi anak.

Penelitian ini merujuk pada pengertian parenting style menurut Baumrind yaitu

konstruk gaya pengasuhan yang digunakan untuk menangkap perbedaan normal dalam

upaya orang tua untuk mengendalikan dan bersosialisasi dengan anak-anak mereka.

2.2.2. Jenis-jenis Parenting Style

Baumrind (1991) menggambarkan tiga jenis parenting style, yaitu:

a. Authoritarian parenting

Pola asuh yang membatasi dan menerapkan hukuman. Dimana orang tua

mendesak anak untuk mengikuti arahan orang tua dan menghormati pekerjaan

serta usaha mereka. Batas dan control yang tegas ditempatkan pada anak, dan

sedikitnya pertukaran verbal yang diizinkan. Pola asuh ini dikaitkan dengan

perilaku anak yang tidak kompeten secara sosial.

b. Authoritative parenting

Mendorong anak untuk mandiri tetapi tetap menempatkan batasan dan kontrol

pada tindakan mereka. Komunikasi verbal secara dua arah berlaku dan orang tua

bersikap hangat pada anak. Pola asuh ini dikaitkan dengan perilaku anak yang

kompeten dalam bersosialisasi.

c. Permissive parenting (indulgent)

Pola asuh yang ditandai dengan tingginya tingkat responsivitas akan tetapi

orangtua kurang memberikan tuntutan dan control pada anak. Orang tua dengan

pola asuh permissive sangat terlibat dengan anak tetapi tidak terlalu menuntut

Page 40: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

24

atau mengontrol mereka. Orangtua membiarkan anak melakukan apa saja yang

mereka inginkan. Mereka menghargai ekspresi diri dan penaturan diri. Orangtua

dengan tipe pola asuh ini membuat sedikit permintaan dan membiarkan anak

memonitor aktivitas mereka sendiri. Mereka hangat, tidak mengontrol, dan tidak

menuntut.

Menurut Olson dan Wilde (2011), terdapat lima jenis parenting styles berdasarkan

Olson Circumplex Model, yaitu:

a. Balanced Style

Pola asuh dengan balanced style memiliki kedekatan dan fleksibilitas yang

terbilang sedang hingga tinggi. Balanced style mengakui keberagaman sikap

positif orangtua untuk membesarkan anak dengan baik. Jenis pola asuh ini

ditandai dengan orang tua yang hangat, mangasuh dan mendukung secara

emosional, responsive terhadap kebutuhan anak mereka, mendeorang anak untuk

mandiri (dengan pemantauan), konsisten dan adil dalam memenuhi disiplin, dan

mengharapkan perilaku yang sesuai dengan usia.

b. Uninvolved parenting style

Memiliki kedekatan yang sangat rendah diantara orangtua dan anak, tetapi

memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi. Pola asuh ini ditandai oleh koneksi

emosional yang rendah, responsif orang tua terhadap anak yang rendah,

kemandirian anak yang tinggi dari orang tua (orang tua terputus dari kehidupan

anak), aturan yang sangat bisa dinegosiasikan yang ditegakkan secara longgat

dan sedikit tuntutan yang dibuat untuk anak.

Page 41: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

25

c. Permissive parenting style

Kedekatan serta fleksibilitas yang sangat tinggi antara orangtua dan anak. Pola

asuh ini ditandai oleh orang tua yang terlalu protektf terhadap anak mereka,

sangat responsif terhadap setiap kebutuhan anak mereka, anak memiliki banyak

teman, kurang disiplin dan kemungkinan kecil untuk menuntut anak mereka.

d. Strict parenting style

Kedekatan dan fleksibilitas yang sangat rendah terhadap orang tua dan anak. Pola

asuh ini dicirikan oleh aturan yang ditegakkan secara ketat, kebebasan anak

sangat terbatas, disiplin yang kuat, daya tanggap yang rendah terhadap anak, dan

hubungan emosional yang rendah antara orang tua dan anak.

e. Overbearing parenting style

Kedekatan dan flesibilitas yang sangat tinggi antara orangtua dan anak. Pola asuh

ini ditandai oleh orang tua yang protektif, memenuhi setiap kebutuhan anak dan

bertindak lebih seperti teman bagi anak sementara disaat yang sama menegakkan

banyak peraturan dengan disiplin yang kuat.

2.2.3. Aspek-aspek Parenting Style

Baumrind (1991), menggambarkan dua aspek dalam parenting styles, yaitu:

1. Demandingness (tuntutan), mengacu pada klaim yang dibuat orang tua pada

anak-anak untuk diintergrasikan ke dalam keluarga secara keseluruhan, dengan

tuntutan kedewasaan, pengawasan, upaya disiplin, dan kesediaan untuk

menghadapi yang tidak patuh.

Page 42: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

26

2. Responsiveness (responsif), mengacu pada sejauh mana orang tua dengan

sengaja menumbuhkan kepribadian, pengaturan diri, dan penegasan diri sendiri

yang diselaraskan, mendukung, dan menyetujui kebutuhan dan permintaan

khusus anak.

Baumrind (dalam Darling, 1999) mengidentifikasi tiga pola asuh utama yang

menggambarkan perbedaan pola responsiveness dan demandingness, yaitu

authoritative, authoritarian dan permissive. Orangtua dengan pola asuh authoritative

memiliki demandingness dan responsiveness yang tinggi. Orangtua dengan pola asuh

authoritarian memiliki demandingness yang tinggi responsiveness yang rendah.

Sedangkan orangtua dengan pola asuh permissive memiliki demandingness yang

rendah dan responsiveness yang tinggi.

Parenting style yang mengandung kehangatan, penjelasan rasional, serta

pengawasan atau control akan mengurangi kecanduan pengguanaan ponsel pintar

Hong, Chiu, & Huang (2012). Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh dengan tingginya

responsiveness disertai demandingness dapat mengurangi kecanduan smartphone.

Sejalan dengan penelitian Bae (2015) yang menyatakan bahwa authoritative parenting

style dikaitkan dengan adiksi yang lebih rendah pada smartphone.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kerig (dalam Park, 2014) menyatakan

bahwa orang tua dengan permissive parenting style yang memiliki demandingness

rendah serta responsiveness tinggi lebih mungkin memiliki anak dengan smartphone

addiction yang tinggi.

Page 43: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

27

Authoritarian style dicirikan oleh penolakan orang tua dengan pengasuhan yang

keras dan diserta hukuman, serta proteksi atau kontrol yang berlebihan Vera (2012).

Hal ini menunjukkvan bahwa negative parenting style memiliki demandingness yang

tinggi tetapi responsiveness yang rendah seperti authoritarian style. Bae (2015)

melakukan penelitian dan mendapatkan hasil bahwa authoritarian style dapat

meningkatkan ketergantungan terhadap smartphone.

2.2.4. Pengukuran Parenting Syle

Berikut ini terdapat beberapa instrument yang digunakan dalam pengukuran parenting

style, yaitu:

1. Parental Authority Questionnaire (PAQ) yang dikembangkan oleh Buri (1991)

berdasarkan teori tiga faktor Parenting Style Baumrind, yaitu: Authoritarian,

Authoritative, dan Permissive. PAQ ini berisi 3 sub-skala dan 30 pernyataan yang

dirancang untuk mengukur pola asuh kedua orang tua dalam hal otoritas dan

penerapan disiplin yang dilakukan orang tua berdasarkan sudut pandang anak.

2. Schaefer Parenting Style (dalam Moazedian, 2014) Skala ini terdiri dari 77 item

yang diukur menggunakan skala likert. Skala ini mengukur dua komponon

control dan kindness. Dari dua alat ukur yang dipaparkan di atas, maka penulis

akan menggunakan Parental Authority Questionnaire (PAQ) dikarenakan alat

ukur ini menggunakan grand theory Baumrind, yang mana paling sesuai untuk

melihat jenis pola asuh anak didalam keluarga.

Page 44: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

28

3. Parenting Style Inventory II (PS-II) dikembangkan oleh Darling dan Toyokawa

(1997) terdiri atas 32 pernyataan yang mencakup responsiveness autonomy-

granting dan demandingness.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan adaptasi dari Parental Authority

Questionnaire (PAQ) untuk mengukur pola asuh orang tua yang disusun berdasarkan

dimensi-dimensi dari Baumrind yang dikembangkan oleh Buri (1991). Alat ukur ini

menggunakan tipe skala Likert dengan empat pilihan jawaban. Peneliti memutuskan

menggunakan Parental Authority Questionnaire (PAQ) karena alaat ukur ini adalah

alat ukur paling umum yang sering digunakan oleh peneliti lainnya untuk mengukur

pola asuh, serta sejalan dengan teori utama yang peneliti gunakan yaitu Baumrind.

2.3. Loneliness

2.3.1. Pengertian Loneliness

Sullivan (dalam Christian, 2013), mendefinisikan loneliness sebagai suatu pengalaman

sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal untuk membangun

hubungan dekat dengan orang lain.

Menurut Perlman dan Peplau (1981), loneliness adalah pengalaman tidak

menyenangkan yang terjadi ketika hubungan sosial individu tidak mencukupi dalam

beberapa hal penting baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Russell (1996), loneliness merupakan adanya kepribadian dinamis dalam

individu dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan karakteristik perilaku dan

berfikir, kemudian adanya keinginan individu pada kehidupan sosial dan kehidupan di

lingkungannya, dan juga adanya depression, yang merupakan salah satu gangguan

Page 45: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

29

alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih, murung, tidak bersemangat,

merasa tidak berharga, berpusat pada kegagalan.

Menurut Gierveld (2006), loneliness adalah situasi yang dialami oleh individu

sebagai salah satu dimana ada kekurangan (kualitas) hubungan tertentu yang tidak

menyenangkan atau tidak dapat diterima. Ini termasuk situasi, dimana jumlah

hubungan yang ada lebih kecil daripada yang diinginkan atau diterima, serta situasi di

mana keintiman yang diinginkan belum terealisasi.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti akan menggunakan definisi

loneliness yang diungkapkan Giervield (2006) kesepian merupakan ekspresi perasaan

negative dari hubungan yang hilang atau hubungan yang tidak terealisasi dan dapat

terjadi pada individu dari segala usia.

2.3.2. Dimensi-dimensi Loneliness

Menurut Russell (1996) loneliness didasari tiga dimensi, yaitu:

1. Trait loneliness yaitu adanya pola yang lebih stabil dari perasaan kesepian yang

terkadang berubah dalam situasi tertentu, atau individu yang mengalami kesepian

karena disebabkan kepribadian mereka. Kepribadian yang dimaksud adalah

seseorang yang memiliki kepercayaan yang kurang dan ketakutan akan orang

asing.;

2. Social desirability loneliness yaitu kesepian yang terjadi karena individu tidak

mendapatkan kehidupan sosial yang diinginkan pada kehidupan

dilingkungannya;

Page 46: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

30

3. Depression loneliness yaitu kesepian yang terjadi merupakan salah satu

gangguan alam perasaan seperti perasaan sedih, murung, tidak bersemangat,

merasa tidak berharga dan berpusat pada kegagalan yang dialami oleh individu.

Young (dalam George, 1984) membagi dimensi loneliness menjadi tiga, yaitu :

1. Transient loneliness, meliputi suasana hati sehari-hari yang singkat dan muncul

sesekali.

2. Situational loneliness, kesepian yang melibatkan orang-orang yang memiliki

hubungan yang memuaskan sampai beberapa perubahan spesifik terjadi, seperti

perceraian, berduka atau pindah ke kota baru. Situational loneliness bisa menjadi

pengalaman yang sangat sulit.

3. Chronic loneliness, biasa terjadi ketika seseorang tidak memiliki hubungan sosial

yang memuaskan untuk jangka waktu dua tahun atau lebih. Ketika situasional

loneliness berlangsung lama, akan dapat berubah menjadi cronic loneliness.

Menurut Weiss (dalam Giervield, 2006), loneliness terbagi dalam dua dimensi, yaitu:

1. Emotional Loneliness

Kesepian yang bersumber dari tidak adanya sosok yang intim atau ikatan

emosional yang dekat (pasangan, sahabat). Kesepian emosional muncul,

misalnya, ketika hubungan pasangan larut melalui perceraian dan ditandai oleh

perasaan kehampaan, pengabaian, dan kesedihan yang intens.

2. Social Loneliness

disebabkan oleh ketidakhadiran hubungan yang intim yang timbul karena

kelompok di lingkungannya tidak menarik (teman, kolega, dsb). Orang-orang

Page 47: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

31

muda yang telah pindah dan menjadi pendatang baru sering melaporkan kesepian

sosial. Perasaan dikucilkan dengan sengaja oleh lingkungan juga merupakan

salah satu contoh dari social loneliness.

Berdasarkan beberapa penjabaran dimensi-dimensi diatas, peneliti akan menggunakan

dimensi loneliness yang diungkapkan Weiss (dalam Giervield, 2006) yaitu Kesepian

Sosial dan Kesepian Emosional dalam penelitian ini agar sejalan dengan teori utama

yang peneliti pilih sebelumnya.

2.3.3 Pengukuran Loneliness

Berikut ini terdapat beberapa instrument yang mengukur loneliness :

1. Louvain Loneliness Scale for Children and Adolescents (LLCA)

Dikembangkan oleh Marcoen (1987) yang terdiri dari 48 item. Instrument

terdiri dari empat skala yang masing-masing memiliki 12 item mengukur empat

aspek diantaranya kesepian dalam hubungan orangtua (L-PART), kesepian

dalam hubungan teman sebaya (L-PEER), dan afinitas untuk kesendirian (A-

POS: kesepian yang dialami secara positif) atau keengganan untuk menyendiri

(A-NEG: kesendirian yang dialami secara negative).

2. UCLA Loneliness Scale Version 3

Dikembangkan oleh Russel (1996) yang mencakup tiga aspek, yaitu trait

loneliness, social desirability loneliness dan depression loneliness. Skala ini

merupakan pengembangan dari UCLA Loneliness Scale tahun 1978 dan The

Revised UCLA Lonelines Scale tahun 1980. Pada skala ini terdapat 20 item,

Page 48: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

32

dan memiliki konsistensi internal dengan nilai reliabilitas Cronbach alpha

sebesar 0.92.

3. The De Jong Gierveld Loneliness Scale

Dikembangkan oleh De Jong Giervield (2006) yang mencakup dua aspek, yaitu

emotional loneliness dan social loneliness. Pada skala ini terdapat 11 item dan

memiliki konsistensi internal dengan nilai reliabilitas Cronbach alpha antara

0.70 dan 0.76.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan The De Jong Gierveld Loneliness Scale

(2006) untuk mengukur kesepian. Alat ukur ini menggunakan tipe skala Likert dengan

empat pilihan jawaban. Peneliti memilih alat ukur tersebut karena The De Jong

Gierveld Loneliness Scale merupakan alat ukur yang paling baru dibandingkan alat

ukur lain dan sejalan dengan teori utama yang digunakan peneliti yaitu Gierveld

(2006).

2.4 Self-Regulation

2.4.1 Definisi Self-Regulation

Sebagian besar perilaku manusia diatur oleh pemikiran sebelumnya (rencana), individu

memotivasi dan mengendalikan perilaku mereka untuk mencapai hasil yang

diinginkan, ini dinamakan sebagai self-regulation (Bandura, 1991).

Karoly (1993) mendefinisikan self-regulation atau regulasi diri sebagai proses

internal atau transaksional yang memungkinkan seseorang untuk memandu kegiatan

yang diarahkan pada tujuannya dari waktu ke waktu dan dalam berbagai keadaan yang

berubah. Regulasi menyiratkan modulasi pemikiran, pengaruh, perilaku atau perhatian

Page 49: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

33

melalui penggunaan yang disengaja atau otomatis dari mekanisme spesifik dan

metaskill yang mendukung.

Brown (1998) mendefinisikan self-regulation sebagai kemampuan seseorang

untuk merencanakan, memantau dan mengarahkan perilakunya walupun dalam situasi

yang berubah-ubah. Zimmerman (2000) menyebut bahwa regulasi diri atau self-

regulation mengacu pada self-thoughts (pemikiran yang dihasilkan sendiri), perasaan

dan tindakan yang direncanakan serta disesuaikan melalui siklus untuk pencapaian

tujuan pribadi. Blair, dkk (2010) mendifinisikan self-regulation sebagai system

biobehavioral yang memungkinkan kontrol perhatian dan gairah emosional untuk

tujuan reflektif, tindakan yang diarahkan pada tujuan.

Pada penelitian ini, self-regulation difokuskan kepada attention control yang

merupakan komponen dari disposisi self-regulation. Attention control adalah

kemampuan untuk mengatur stimulus yang masuk untuk menjaga focus perhatian

terhadap tugas yang sedang individu kerjakan agar tetap fokus pada tujuan yang telah

ditetapkan (Luszcynska, dkk 2004)

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti akan menggunakan definisi self-

regulation yang diungkapkan Karoly (1993) yang dapat disimpulkan sebagai

kemampuan untuk merencanakan, membimbing, dan memantau perilaku seseorang

secara fleksibel dalam menghadapi keadaan yang berubah.

2.4.2 Pengukuran Self-Regulation

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur Self-Regulation Scale yang

dikembangkan oleh Schwarzer, dkk (2006) berdasarkan dimensi Karoly (1993). Self-

Page 50: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

34

Regulation Scale sendiri memiliki 10 item dengan empat pilihan jawaban dan nilai

reliabilitas internal Cronbach alpha sebesar 0,76. Peneliti memutuskan memilih alat

ukur ini karena Self-Regulation Scale dikembangkan dari teori utama yang peneliti

pilih yaitu self-regulation dari Karoly (1993)

2.5 Fear of Missing Out

2.5.1 Definisi Fear of Missing Out

Przybylski, dkk (2013) mengatakan bahwa Fear of Missing Out adalah suatu keadaan

dimana seseorang mengalami kegelisahan setelah melihat ataupun mengecek sosial

media yang dimiliki dan melihat keseruan-keseruan yang sedang dilakukan oleh

rekannya di luar sana dan adanya keinginan yang besar untuk tetap terus terhubung

dengan apa yang sedang dilakukan oleh orang lain melalui dunia maya. JWT Marketing

Communication (dalam Abel, (2016) menggambarkan Fear of Missing Out sebagai

perasaan gelisah dan kadang-kadang menghabiskan banyak waktu untuk mencari tahu

apa yang dilakukan teman-temannya karena dorongan rasa takut melewatkan

informasi.

Lai (dalam Blachino, 2018) mendefinisikan FoMO sebagai motivasi dasar

manusia yang terdiri dari keterikatan secara interpersonal. Keterikatan seperti itu dapat

dihambat oleh pengucilan sosial, yang sering dikaitkan dengan social pain. Beyens,

dkk (dalam Blachino, 2017) mendeskripsikan FoMO sebagai mediator dari hubungan

antara peningkatan kebutuhan untuk memiliki dan peningkaran kebutuhan akan

popularitas..

Page 51: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

35

Alt (2018) mendefinisikan FoMO sebgaia kecemasan, dimana seseorang secara

kompulsif merasa gelisah bahwa ia mungkin kehilangan kesempatan untuk interaksi

sosial, mendapatkan pengalaman yang bermanfaat, investasi yang menguntungkan,

atau peristiwa memuaskan lainnya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti akan menggunakan definisi fear

of missing out (FoMO) yang diungkapkan Przybylski, dkk (2013) yaitu keadaan

dimana seseorang mengalami kegelisahan setelah melihat ataupun mengecek sosial

media yang dimiliki dan adanya keinginan untuk tetap terus terhubung dengan apa yang

sedang dilakukan oleh orang lain melalui dunia maya.

2.5.2 Aspek-aspek Fear of Missing Out

Dalam Przybylski, dkk (2013) aspek-aspek Fear of Missing Out dipengaruhi oleh

perspektif Self Determinant Theory (SDT). Dalam perspektif SDT sendiri, regulasi diri

dan kesehatan psikologis yang efektif dapat dicapai berdasarkan bentuk kepuasan pada

tiga kebutuhan dasar psikologis, yaitu :

1. Competence, mengacu pada perasaan efficacy dan kepercayaan diri dalam

lingkungan yang sedang berlangsung yang menunjukkan bahwa manusia secara

aktif mencari tantangan yang optimal dan meningkatkan keterampilan serta

kapasitas mereka

2. Autonomy, mencerminkan keinginan orang untuk melakukan perilaku dengan

sukarela dan demi kepentingan mereka sendiri

Page 52: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

36

3. Relatedness, kecenderungan yang melekat pada individu untuk merasa

terhubung dengan orang lain (kedekatan atau keinginan untuk berhubungan

dengan orang lain).

Menurut Przybylski, dkk (2013) rendahnya tingkat kebutuhan dasar psikologis yang

berhubungan dengan fear of missing out (FoMO). Fear of missing out (FoMO) sendiri

dianggap sebagai keadaan situasional saat tidak terpenuhinya kebutuhan akan self dan

relatedness. Maka aspek-aspek dari FOMO menurut Przybylski (dalam Marlina,

2017), adalah :

1. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis akan relatedness

Relatedness (kedekatan atau keinginan untuk berhubungan dengan orang lain)

adalah kebutuhan seseorang untuk merasakan perasaan tergabung, terhubung, dan

kebersamaan dengan orang lain. Kondisi seperti pertalian yang kuat, hangat dan

peduli dapat memuaskan kebutuhan untuk pertalian, sehingga individu merasa

ingin memiliki kesempatan lebih dalam berinteraksi dengan orang-orang yang

dianggap penting dan terus mengembangkan kompetensi sosialnya. Dan apabila

kebutuhan psikologis akan relatedness tidak terpenuhi menyebabkan individu

merasa cemas dan mencoba mencari tahu pengalaman dan apa yang dilakukan oleh

orang lain, salah satunya melalui internet.

2. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis akan self

Kebutuhan psikologis akan self (diri sendiri) berkaitan dengan competence dan

autonomy. Competence didefinisikan sebagai keinginan yang melekat pada

individu untuk merasa efektif dalam berinteraksi dengan lingkungannya

Page 53: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

37

mencerminkan kebutuhan untuk melatih kemampuan dan mencari tantangan yang

optimal (Reeve & Sickenius dalam Tekeng, 2015). Kebutuhan competence ini

berkaitan dengan keyakinan individu untuk melakukan tindakan atau perilaku

tertentu secara efisien dan efektif. Rendahnya kepuasan terhadap competence akan

memungkinkan individu merasa frustasi dan putus asa. Sementara autonomy adalah

pengalaman merasakan adanya pilihan, dukungan dan kemauan yang berkaitan

dengan memulai, memelihara dan mengakhiri keterlibatan perilaku (Niemic,

Lynch, Vansteenkistec, Bernstein, Deci & Ryan dalam Tekeng, 2015). Autonomy

bermakna bahwa individu bebas mengintegrasikan tindakan yang dijalankan

dengan diri sendiri tanpa terikat atau mendapat kontrol dari orang lain (individu

adalah inisiator dan sumber dari perilakunya). Apabila kebutuhan psikologis akan

self tidak terpenuhi, maka individu akan menyalurkannya melalui internet untuk

memperoleh berbagai macam informasi dan berhubungan dengan orang lain. Hal

tersebut akan menyebabkan individu terus berusaha untuk mencari tahu apa yang

sedang terjadi pada orang lain melalui internet.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan aspek-aspek fear of missing out menurut

Przybylski, dkk (2013) yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis akan

relatedness dan tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis akan self.

2.5.3 Pengukuran Fear of Missing Out

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur Fear of Missing Out (FoMO) scale

yang dikembangkan oleh Przybylski, dkk (dalam Al-Menayes, 2016) alat ukur ini

terdiri dari 8 item dengan lima pilihan jawaban berupa skala likert. Namun untuk

Page 54: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

38

menghindari jawaban netral, peneliti menggunakan empat pilihan jawaban. FoMO

scale ini memiliki konsistensi internal dengan nilai reliabilitas cronbach alpha sebesar

0,776. Peneliti memutuskan memilih alat ukur ini karena Fear of Missing Out (FoMO)

scale dikembangkan dari teori utama yang peneliti pilih yaitu Fear of Missing Out dari

Przybylski, dkk (2013)

2.6 Konformitas

2.6.1 Definisi Konformitas

Breckler, Olson, & Wiggins (2006) menganggap konformitas merupakan konsep yang

paling umum dan merujuk pada perubahan perilaku yang disebabkan oleh orang atau

kelompok lain; individu bertindak dalam beberapa cara karena pengaruh dari orang

lain. Sedangkan Baron & Branscombe (2011) mendefinisikan konformitas sebagai

suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap atau perilaku mereka

untuk mematuhi norma-norma sosial yang ada..

Myers (2012) mendefinisikan konformitas sebagai perubahan perilaku atau

kepercayaan sebagai hasil nyata atau imaginasi dari tekanan kelompok. Wade dan

Tavris (2012) menganggap koformitas merupakan kecenderungan bagi semua anggota

kelompok untuk berpikir sama demi harmoni dan untuk menekan ketidaksetujuan.

Dari beberapa definisi konformitas diatas, penulis mengambil peneliti akan

menggunakan definisi menurut Myres (2012) yang dapat disimpulkan sebagai perilaku

mengikuti seseorang atau kelompok karena mendapat tekanan.

Page 55: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

39

2.6.2 Aspek-aspek Konformitas

Myers (2012) membagi beberapa aspek dalam konformitas, diantaranya:

1. Compliance (pemenuhan), adalah dimana individu bertingkah laku sesuai dengan

tekanan yang diberikan oleh kelompok sementara secara pribadi ia tidak

menyetujui perilaku tersebut. Biasanya seseorang melakukan compliance untuk

menghindari penolakan dan mengharapkan reward atau penerimaan. Compliance

terjadi berdasarkan keinginan seseorang untuk memenuhi ekspektasi orang lain,

seringkali untuk mendapatkan penerimaan yang dengan kata lain agar disukai

orang lain atau disebabkan oleh normative influence (Myers, 2012). Normative

influence adalah mengikuti orang lain untuk menghindari penolakan, untuk tetap

diperlakukan baik atau untuk mendapatkan persetujuan orang lain.

2. Acceptance (penerimaan), adalah dimana seseorang secara ikhlas mempercayai

apa yang dibujuk kelompok untuk dilakukan. Acceptance melibatkan perbuatan

dan keyakinan yang sesuai dengan tekanan sosial. Pada bentuk acceptance,

konformitas terjadi karena kelompok menyediakan informasi penting yang tidak

dimiliki oleh individu (informational influence). Jadi acceptance adalah

konformitas yang didasari oleh penerimaan seseorang terhadap bukti realitas

yang diberikan oleh orang lain. Apabila individu tidak tahu atau bingung harus

berbuat apa makai akan menjadikan perilaku kelompok sebagai pedoman

perilaku dan meyakini hal tersebut benar (Myers, 2012)

Page 56: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

40

2.6.3 Pengukuran Konformitas

Untuk mengukur konformitas, peneliti menggunakan alat ukur yang dikonstruk oleh

peneliti sendiri berdasarkan teori serta aspek dari Myers (2012) yang terdiri dari 10

item. Masing-masing dimensi memiliki 5 item dengan empat pilihan jawaban. Peneliti

memutuskan untuk mengkonstruk alat ukur karena tidak menemukan alat ukur yang

sesuai dengan teori utama yang peneliti gunakan.

2.7 Kerangka Berpikir

Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, sekarang ini smartphone

menjadi sebuah kebutuhan primer untuk kebanyakan orang. Dari orang tua, remaja

bahkan anak-anak sering kita jumpai sedang menggunakan smartphone-nya. Beberapa

survei seperti Taylor Nelson Sofrens menyatakan bahwa pengguna smartphone di

dominasi kalangan remaja. Smartphone memiliki banyak fitur dan aplikasi yang dapat

memudahkan berbagai aktivitas sehari-hari dimulai dari komunikasi, transaksi online,

hiburan dan hal lainnya. Dengan berbagai fasilitas tersebut terkadang membuat

seseorang terlena dengan kegunaan smartphone tersebut sehingga menimbulkan

dampak yang kurang baik dalam kehidupan sehari-hari. Menarik diri, kesulitan dalam

performa aktivitas sehari-hari atau munculnya gangguan kontrol impuls yang di ikuti

pemeriksaan berulang menjadi beberapa contoh dari dampak smartphone yang

dijabarkan oleh Kwon (2013) tentang defisini smartphone addiction.

Didukung oleh penelitian Enez (2016) yang mengaitkan smartphone addiction

dengan gangguan psikososial, termasuk depresi, kecemasan sosial, impulsive dan

Page 57: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

41

gangguan tidur. Kee, dkk (2016) juga menyatakan bahwa smartphone addiction dapat

menimbulkan masalah fisik seperti mata yang kering, sindrom carpal tunnel, gangguan

musculoskeletal dan sakit kepala migrain. Penyebab smartphone addiction-pun bisa

disebabkan berbagai macam faktor.

Beberapa faktor tersebut adalah parenting style, loneliness, self-regulation, fear

of missing out dan konformitas. Keluarga menjadi lingkungan sosial terkecil yang

memiliki pengaruh besar terhadap individu. Pola asuh (parenting style) yang orangtua

terapkan mempengaruhi perilaku anak-anak mereka. Maccoby dan Martin (1983) juga

berpendapat bahwa kehangatan dan pengawasan orangtua adalah sikap inti yang

mempengaruhi perkembangan psikologis, emosional dan perilaku anak. Parenting

style sendiri memiliki defisini sebagai konstruk gaya pengasuhan yang digunakan

untuk menangkap perbedaan normal dalam upaya orang tua untuk mengendalikan dan

bersosialisasi dengan anak-anak mereka (Baumrind, dalam Darling, 1999). Baumrind

pun juga membagi parenting style menjadi tiga tipe yaitu Authoritarian, Authoritative

dan Permissive.

Permissive parenting style memiliki demandingness yang rendah dan

responsiveness yang tinggi. Dalam penelitian Kerig (dalam Park, 2014) permissive

parenting style memiliki pengaruh yang signifikan terhadap smartphone addiction. Hal

ini dikarenakan permissive parenting style cenderung memiliki control yang rendah

terhadap anak, sehingga anak terbiasa melakukan aktivitas atas kehendaknya sendiri,

termasuk dalam penggunaan smartphone.

Page 58: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

42

Authoritarian sebagai tipe parenting style dengan demandingness yang tinggi

dan responsiveness yang rendah, menggambarkan situasi atau keadaan dimana orang

tua membentuk perkembangan anak dengan mengontrol dan mengevaluasi perilaku

sesuai dengan standar yang dibuat oleh orang tua dengan kurangnya kehangatan.

Authoritarian parenting style dicirikan oleh penolakan orang tua dengan pengasuhan

yang keras dan diserta hukuman, serta proteksi atau kontrol yang berlebihan (Vera,

2012). Individu yang merasa ditolak atau terlalu dilindungi pada kehidupan awalnya

lebih rentan terhadap perilaku maladaptive di kemudian hari dan salah satunya adalah

smartphone addiction (Lian, 2016). Sejalan dengan penelitian Bae (2015) yang

mendapatkan hasil bahwa authoritarian parenting style dapat meningkatkan

ketergantungan terhadap smartphone. Dengan begitu bisa dikatakan bahwa

authoritarian style memiliki pengaruh yang signifikan terhadap smartphone addiction.

Pola asuh yang terakhir adalah Authoritative yang memiliki demandingness dan

responsiveness yang tinggi. Parenting style yang mengandung kehangatan, penjelasan

rasional, serta pengawasan atau control akan mengurangi kecanduan pengguanaan

ponsel pintar (Hong, Chiu, & Huang, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh

dengan tingginya responsiveness disertai demandingness dapat mengurangi kecanduan

smartphone. Sejalan dengan penelitian Bae (2015) yang menyatakan bahwa

authoritative parenting style dikaitkan dengan adiksi yang lebih rendah pada

smartphone. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa authoritative parenting style

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap smartphone addiction.

Page 59: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

43

Menurut Gierveld (2006) loneliness adalah situasi yang dialami individu sebagai

salah satu dimana ada kekurangan (kualitas) hubungan tertentu yang tidak

menyenangkan atau tidak dapat diterima. Ini termasuk situasi, dimana jumlah

hubungan yang ada lebih kecil daripada yang diinginkan atau diterima, serta situasi

dimana keintiman yang diinginkan belum terealisasi. Dengan kehidupan sosial yang

tidak sesuai harapan dan kondisi emosional yang belum stabil dapat menimbulkan rasa

kesepian yang kemudian dari kesepian tersebut munculah indikasi pengalihan salah

satunya dengan sibuk bermain smartphone sehingga dapat memunculkan indikasi

kecanduan terhadap smartphone. Sejalan dengan penelitian Stankovska, dkk (2016)

yang menyatakan aspek emosional dan sosial dari kesepian ditemukan secara positif

memprediksi kecanduan internet yang berujung pada pemakaian smartphone secara

berlebihan. Ketika seseorang yang memiliki hubungan sosial yang tidak memadai baik

dalam hal kualitas dan kuantitas akan mengalami kecanduan smartphone. Temuan ini

menyiratkan bahwa remaja yang kesepian akan lebih cenderung menjadi kecanduan

karena mendapatkan perasaan bahagia, disayangi, dan penting saat menggunakan

internet pada smartphone.

Kemampuan untuk merencanakan, membimbing, dan memantau perilaku

seseorang secara fleksibel dalam menghadapi keaadaan yang berubah disebut sebagai

self-regulation (Karoly, 1993). Kegagalan orang untuk mengatur diri sendiri dapat

menyebabkan penggunaan media mereka meningkat. Akibatnya, situasi ini cenderung

berubah menjadi kecanduan media (LaRose & Eastin, dalam Gökçearslan 2016)..

Untuk mengubah dampak negatif tersebut, memungkinkan seseorang menggunakan

Page 60: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

44

media seperti smartphone untuk melarikan diri, merasa lebih baik, atau menemukan

perasaan memiliki LaRose & Eastin (dalam Van Deusen dkk, 2015). Mekanisme self-

regulation memiliki peran penting dalam gangguan smartphone addiction (Kun &

Demetrovics, dalam Van Deusen dkk, 2015). Tingkat self-regulation yang rendah

berada di balik resiko seseorang mengalami smartphone addiction (Beranuy, Oberst,

Carbonell, & Chamarro, 2009; Engelberg & Sjoberg, 2004; Parker et al., 2008, dalam

Van Deusen dkk, 2015).Dalam penelitian Gökçearslan (2016), mendapatkan hasil

bahwa individu yang memiliki self-regulation yang tinggi cenderung memiliki

smartphone addiction yang rendah. Ini membuktikan bahwa self-regulation memiliki

efek negative dari smartphone addiction. Ketika individu memiliki masalah dalam

mengontrol penggunaan smartphone mereka, kemungkinan besar mereka memiliki

kecenderungan smartphone addiction. Jeong et al. (2016) juga menyimpulkan bahwa

individu yang memiliki kurangnya kontrol diri lebih cenderung memiliki adiksi

terhadap smartphone.

Fear of missing out (FoMO) dapat didefinisikan sebagai rasa khawatir bahwa

orang lain mungkin memiliki pengalaman berharga dibandingkan dirinya dan ditandai

dengan ingin terus terhubung dengan apa yang orang lain lakukan. Orang-orang dengan

kepuasan kebutuhan dasar rendah umumnya mempersepsikan media sosial sebagai

platform untuk terhubung dengan orang lain agar dapat mengembangkan kompetensi

sosial mereka dan menjadi kesempatan untuk memperdalam ikatan sosial (Przybylski

et al.,2013). Fear of missing out (FoMO) juga menunjukkan dapat berkontribusi pada

kecanduan sosial media, karena individu yang khawatir tidak dapat terhubung ke

Page 61: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

45

jaringan mereka, dapat mengembangkan kebiasaan pemeriksaan secara impulsive yang

seiring waktu dapat berkembang menjadi kecanduan (Griffits & Kuss, 2017).

Mengingat bahwa terlibat dalam jejaring sosial adalah kegiatan utama dalam

menggunakan teknologi seluler, maka Fear of missing out (FoMO) terkait dengan

smartphone addiction. Hal ini sejalan dengan penelitian Tuch-Aksan (2019) yang

menunjukkan Fear of missing out (FoMO) pada remaja mempengaruhi penggunaan

bermasalah terhadap media sosial, dimana hal ini dapat menyebabkan smartphone

addiction.

Perilaku konformitas merupakan perilaku mengikuti seseorang atau kelompok

karena mendapat tekanan (Myers, 2012). Seseorang dapat dikatakan konformitas

ketika ia melakukan suatu hal karena adanya tekanan kelompok untuk menghindari

penolakan dan ia meyakini bahwa apa yang dilakukan merupakan sesuatu yang benar.

Ketika seseorang berada pada lingkungan dengan intensitas penggunaan smartphone

yang tinggi, maka ia akan cenderung menyesuaikan penggunaan smartphone dengan

lingkungannya untuk menghindari penolakan. Cooper (dalam Chen, 2017) melakukan

penelitian terhadap adiksi, dan menemukan hasil bahwa konformitas memiliki

pengaruh pada perilaku adiksi. Penelitian lain juga memvalidasi bahwa individu

dengan motif konformitas yang tinggi menggunakan situs jejaring sosial cenderung

mengembangkan perilaku adiksi (Kuss & Griffiths dalam Chen, 2017). Khang, (dalam

Chen, 2017) menyatakan individu menggunakana smartphone untuk mendapatkan

identifikasi dan menghindari ketidaksetujuan diantara teman-teman mereka. Karena itu

Page 62: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

46

jika pengguna smartphone mempunyai tingkat konformitas yang tinggi, maka dia akan

selalu menggunakan perangkat mereka dan menjadi adiksi.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam kerangka berpikir, maka

penelitian ini dapat dibuat bagan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Pengaruh Parenting Style, Loneliness, Self-Regulation, Fear of Missing

Out dan Konformitas pada Smartphone Addiction

2.8 Hipotesis Penelitian

A. Hipotesis Mayor

Ada pengaruh yang signifikan antara Parenting Style, Loneliness, Self

Regulation, Fear of Missing Out dan Konformitas pada Smartphone Addiction

Page 63: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

47

B. Hipotesis Minor

Ha1: Ada pengaruh signifikan antara permissive pada variabel parenting style

terhadap smartphone addiction pada remaja

Ha2: Ada pengaruh signifikan antara authoritarian pada variabel parenting style

terhadap smartphone addiction pada remaja

Ha3: Ada pengaruh signifikan antara permissive pada variabel parenting style

terhadap smartphone addiction pada remaja

Ha4: Ada pengaruh signifikan antara kesepian sosial pada variabel loneliness

terhadap smartphone addiction pada remaja

Ha5: Ada pengaruh signifikan antara kesepian emosional pada variabel loneliness

terhadap smartphone addiction pada remaja

Ha6: Ada pengaruh signifikan antara self-regulation terhadap smartphone

addiction pada remaja

Ha7: Ada pengaruh signifikan antara fear of missing out terhadap smartphone

addiction pada remaja

Ha8: Ada pengaruh signifikan antara konformitas terhadap smartphone

addiction pada remaja

Page 64: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

48

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah remaja pengguna

smartphone berdomisili daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dengan

jumlah sampel 250 orang. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah remaja (remaja

madya dan remaja akhir) berusia 15-21 tahun yang memiliki smartphone dan bersedia

menjadi subjek penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini termasuk

ke dalam non probability sampling dengan metode accidental sampling, yaitu metode

pengambilan sampel dimana siapa saja yang secara aksidental atau kebetulan bertemu

dengan peneliti dan bersedia menjadi sampel serta telah memenuhi kriteria atau tujuan

yang telah ditentukan peneliti.

Penetapan jumlah sampel tersebut disesuaikan dengan kemampuan peneliti

berdasarkan pertimbangan waktu dan dana sampel dalam penelitian ini. Sampel yang

ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Responden merupakan remaja berusia antara 15-21 tahun

2. Responden merupakan pengguna smartphone

3. Responden berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

Page 65: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

49

3.2. Variabel Penelitian

3.2.1. Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas.

Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti yaitu:

1. Dependent variable (DV): Smartphone Addiction

2. Independent variable (IV): Parenting Style (Authoritative, Authoritarian dan

Permissive), Loneliness (Kesepian Emosional, Kesepian Sosial), Self-

Regulation, Fear of Missing Out dan Konformitas

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dari setiap variabel dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Smartphone addiction

tingkat kecanduan terhadap penggunaan smartphone yang memungkinkan

terjadinya masalah sosial seperti halnya menarik diri, kesulitan dalam performa

aktifitas sehari-hari atau sebagai gangguan kontrol impuls terhadap diri

seseorang.

2. Parenting Style

Sekumpulan sikap yang diterapkan orang tua terhadap anaknya.

a. Authoritarian

Pola asuh yang membatasi, menghukum, memandang pentingnya kontrol dan

kepatuhan tanpa syarat

Page 66: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

50

b. Authoritative

Pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu

mengendalikan mereka

c. Permissive

Pola asuh dimana orang tua sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu

menuntut atau mengontrol anak

3. Loneliness adalah ekspresi perasaan negative yang muncul karena tidak

terpenuhinya hubungan sosial dan emosional.

a. Kesepiaan Sosial

Kesepian yang muncul berasal dari tidak adanya jejaring sosial atau kelompok

secara global yang menarik

b. Kesepian Emosional

Kesepian yang muncul kerena tidak adanya ikatan emosional atau kedekatan

pada seseorang.

4. Self-Regulation

Adalah kemampuan untuk merencanakan, membimbing, dan memantau

perilaku seseorang secara fleksibel dalam menghadapi keadaan yang berubah

5. Fear of Missing Out

Adalah keadaan dimana seseorang mengalami kegelisahan setelah melihat

ataupun mengecek sosial media yang dimiliki dan adanya keinginan untuk tetap

terus terhubung dengan apa yang sedang dilakukan oleh orang lain melalui

dunia maya.

Page 67: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

51

6. Konformitas adalah sebuah perubahan perilaku yang didasari oleh tekanan dan

kepercayaan kebenaran perilaku tersebut oleh kelompok.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari 6 alat ukur yang berupa

skala, diantaranya adalah skala smartphone addiction, parenting style, loneliness, Self-

Regulation, Fear of Missing Out dan Konformitas dalam bentuk kuesioner. Untuk

model skala, peneliti menggunakan model skala likert, dimana variabel penelitian

dijadikan sebagai titik tolak penyusunan item-item instrumen

Pada setiap respon yang responden berikan pada kuesioner tersebut, peneliti memberi

nilai atau score tertentu seperti yang dijabarkan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Nilai dari Skala Smartphone Addiction, Parenting Style, Loneliness, Self-

Regulation, Fear of Missing Out dan Konformitas

Skala Item Favorable Item Unfavorable Item

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

3.3.1 Smartphone Addiction

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah Smartphone Addiction Scale

(SAS-SV) yang dikembangkan oleh Kwon, dkk. (2013) dan telah diterjemahkan ke

Bahasa Indonesia. Skala smartphone addiction ini memiliki 10 item dengan nilai

reliabilitas internal cronbach alpha sebesar 0,911 dan 4 pilihan jawaban sangat setuju

(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Page 68: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

52

Dibawah ini adalah blue print dari Smartphone Addiction Scale (SAS)

Tabel 3.2 Blue Print Smartphone Addiction Scale (SAS) Dimensi Indikator No. Item Jumlah item

Favorable

Gangguan

kehidupan sehari-

hari

Kehilangan rencana

Kesulitan

berkonsentrasi

Gangguan tidur

1

2

3

1

1

1

Penarikan Diri Tidak Sabaran

Terus bersama

Smartphone

Tidak Menyerah

5

4, 6

7

1

2

1

Toleransi Gagal Mengontrol

8, 9, 10 3

Jumlah 10

3.3.1 Parenting Style

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah Parental Authority Questionnaire

(PAQ) yang dikembangkan oleh Buri (1991) untuk tujuan pengukuran parenting style

yang pernah dikemukakan oleh Baumrind (2006). Kuesioner ini dirancang untuk

menilai gaya pengasuhan authoritarian, authoritative, dan permissive dan telah

diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Item-item yang dibuat berdasarkan ciri-ciri

pengasuhan yang orang tua lakukan terhadap anaknya. Dari ketiga dimensi tersebut

kemudian dibuat menjadi 30 item dengan menggunakan skala model Likert dengan

empat pilihan jawaban.

Page 69: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

53

Dibawah ini adalah blue print dari Parental Authority Questionnaire (PAQ)

Tabel 3.3 Blue Print Parental Authority Questionnaire (PAQ) Dimensi Indikator No item Jumlah item

Favorable

Permissive Style Gaya pengasuhan

yang relative hangat,

tidak ada tuntutan

dan tidak ada kontrol

dari orang tua

1, 6, 10, 13,

14, 17, 19,

21, 24, 28

10

Authoritarian

Style

Gaya yang

menerapkan

kedisiplinan,

kepatuhan anak

terhadap orang tua,

bahkan terkadang

melalui sebuah

hukuman

2, 3, 7, 9, 12,

16, 18, 25,

26, 29

10

Authoritative Style Gaya yang

fleksibelitas antara

rang tua dan anak,

tegas, jelas, serta

mengutamakan

tujuan dalam

membuat aturan

4, 5, 8, 11,

15, 20, 22,

23, 27, 30

10

Jumlah 30

3.3.2 Loneliness

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah Loneliness Scale yang

dikembangkan oleh De Jong Giervield (2006) dan telah diterjemahkan ke Bahasa

Indonesia. Loneliness Scale ini memiliki 11 item dan 4 pilihan jawaban sangat setuju

(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Page 70: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

54

Dibawah ini adalah blue print dari Loneliness Scale

Tabel 3.4 Blue Print Loneliness Scale Dimensi Indikator No item Jumlah item

Favorable Unfavorable

Kesepian Sosial Ketika seseorang

tidak

memiliki keterlibatan

yang menarik dalam

dirinya pada

lingkungannya

1,4,7,8,11 5

Kesepian

Emosional

Ketika seseorang

tidak

memiliki ikatan

hubungan yang intim

2,3,5,6,9,10 6

Jumlah 11

3.3.3 Self Regulation

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah Self Regulation Scale (SRS) yang

dikembangkan oleh Schwarzer, dkk (2006) dan telah diterjemahkan ke Bahasa

Indonesia. Skala smartphone addiction ini memiliki 10 item dengan cronbach alpha

sebesar 0,76 dan 4 pilihan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan

sangat tidak setuju (STS). Dibawah ini adalah blue print dari Self Regulation Scale

(SRS)

Tabel 3.5 Blue Print Self Regulation Scale (SRS)

Dimensi Indikator No item Jumlah item

Favorable Unfavorable

Attention control Mampu mengatur

stimulus yang masuk

yang menarik dalam

dirinya pada

lingkungannya

1,2,3,4,6,8,10

5,7,9

10

Fokus terhadap pekerjaan

Fokus pada tujuan yang

telah ditetapkan

Jumlah 10

Page 71: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

55

3.3.4 Fear of Missing Out

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah FoMO Scale yang dikembangkan

oleh Swharzer, dkk (2006) dan telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Skala FoMO

ini memiliki 10 item dengan 4 pilihan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak

setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Tabel 3.6 Blue Print FoMO Scale

Dimensi Indikator No item Jumlah item

Favorable Unfavorable

Tidak

terpenuhinya

kebutuhan

psikologis akan

relatedness

Rasa ingin terhubung

dengan orang lain

tidak terpenuhi

Merasa ingin

memiliki kesempatan

lebih dalam

berinteraksi

1,2,3,4,5

- 5

Tidak

terpenuhinya

kebutuhan

psikologis akan

diri

Ketika seseorang

tidak

memiliki ikatan

hubungan yang intim

6,7,8

- 3

Jumlah 8

3.3.5 Konformitas

Untuk mengukur variable ini peneliti memodifikasi item berdasarkan teori konformitas

Myers. Instrumen konformitas terdiri dari 10 item dengan 4 pilihan jawaban sangat

setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS)

Dibawah ini adalah blue print dari Konformitas

Page 72: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

56

Tabel 3.7 Blue Print skala Konformitas

Dimensi Indikator No. Item Jumlah item

Favorable

Compliance Mengikuti kemauan

seseorang agar tidak

ditolak

1, 2, 3, 4, 5 5

Acceptance Melakukan suatu

perbuatan karena

kepercayaan terhadap

seseorang

6, 7, 8, 9, 10 5

Jumlah 10

3.4 Uji Validitas Konstruk Instrumen

Dalam penelitian ini validitas konstruk dalam setiap instrument diuji dengan analisis

factor konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis atau CFA). Adapun yang dimaksud

dengan CFA adalah bagian dari analisis factor yang digunakan untuk menguji sejauh

mana masing-masing item valid di dalam mengukur apa yang diukur. Oleh karena itu,

pada CFA kegiatannya adalah menguji hipotesis sesuai dengan penetapan banyaknya

faktor maupun struktur faktor tersebut. Dalam penelitian ini, yang diuji adalah sebuah

model unidiemsional (satu faktor) dan jika ternyata model ini fit dengan data maka

dapat dilakukan uji hipotesis apakah masing-masing item signifikan di dalam

mengukur apa yang hendak diukur (Umar, 2012). Untuk menguji hal ini peneliti

menggunakan software LISREL 8.70 (Joreskog & Sorbom, 1993)

Caranya terdiri dari tiga langkah, yaitu:

1. Menguji apakah hanya satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling

berkorelasi (hipotesis unidimensionalitas item). Hipotesis ini diuji dengan chi-

square. Untuk memutuskan apakah memang tidak ada perbedaan anatara

Page 73: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

57

matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi yang dihitung

menurut teori atau model. Jika hasil chisquare tidak signifikan (p>0.05), maka

hipotesis nihil yang menyatakan bahwa “tidak ada perbedaan antara matriks

korelasi yang diperoleh dari data dan model” tidak ditolak yang artinya item

yang diuji mengukur satu faktor saja (unidimensional). Sedangkan jika nilai

chi-square signifikan (p<0.05) maka hipotesis nihil tersebut ditolak yang

artinya item-item yang diuji mengukur lebih dari satu faktor

(multidimensional). Dalam keadaan demikian maka peneliti melakukan

modifikasi terhadap model dengan cara memperbolehkan item-item saling

berkorelasi tetapi dengan tetap menjaga bahwa item hanya mengukur satu

factor (unidimensional). Jika sudah diperoleh model yang fit (tetapi tetap

unidimensional) maka dilakukan langkah selanjutnya.

2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana

yang menjadi sumber tidak fit, yaitu:

a. Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan factor dari masing-

masing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t yang diperoleh pada

sebuah item tidak signifikan (t<1.96) maka item tersebut akan di drop

karena dianggap tidak signifikan sumbangannya terhadap pengukuran yang

sedang dilakukan.

b. Melihat arah dari koefisien muatan factor (factor loading). Jika suatu item

memiliki muatan factor negative, maka item tersebut didrop karena tidak

Page 74: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

58

sesuai dengan pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item tersebut

semakin rendah nilai pada factor yang diukur)

3. Menghitung factor skor

Jika langkah-langkah di atas telah dilakukan, maka diperoleh item-item yang

valid untuk mengukur apa yang ingin diukur. Item-item inilah yang kemudian

diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan demikian

perbedaan kemampuan masing-masing item dalam mengukur apa yang hendak

diukur ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (true score). True score

inilah yang akan dianalisis dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, penulis

tidak menggunakan raw score atau skor mentah (hasil menjumlahkan skor

item). Oleh karena itu sebenarnya tidak diperlukan informasi tentang

reliabilitas masing-masing alat ukur (misalnya, cronbach alpha) karena true

score itu reliabilitasnya sama dengan satu (100%). Untuk kemudian di dalam

penafsiran hasil analisis maka penulis mentransformasikan faktor skor yang

diukur dalam sakala baku (Z score) menjadi T-score yang memiliki mean=50

dan standard deviasi (SD)=10 sehingga tidak ada responden yang mendapat

skor negatif.

3.4.1 Uji validitas konstruk smartphone addiction

Pada uji validitas konstruk smartphone addiction ini, peneliti menguji apakah item

seluruh aspek smartphone addiction yang berjumlah 10 item benar bersifat

unidimensional, yaitu hanya mengukur dependent smartphone addiction yang ingin

diukur. Uji validitas ini bertujuan untuk melihat apakah model yang terbentuk sudah

Page 75: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

59

fit dengan persyaratan nilai RMSEA <0.05 dan/atau memiliki nilai P-value >/0.05. Dari

model yang sudah fit ini dapat diperoleh item yang bersifat unidimensional dan item-

item yang perlu didrop sehingga hanya item pilihan saja yang akan digunakan untuk

menganalisa pengaruh kelima independent variable pada dependent variable.

Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan pada item-item smartphone

addiction diketahui bahwa model yang terbentuk tidak fit, dengan nilai Chi-Square =

104.70, df = 35, P-value = 0.00000, dan RMSEA = 0.089. Oleh sebab itu, peneliti

melakukan modifikasi sebanyak 3 kali terhadap model, sehingga memperoleh model

yang fit dengan nilai Chi-Square = 45.89, df = 32, P-Value = 0.05311, dan RMSEA =

0.042 seperti yang tertera pada table 3.8

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Variabel Smartphone Addiction

Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan

1 0.23 0.07 3.45 √

2 0.21 0.07 3.05 √

3 0.12 0.07 1.76 ×

4 0.77 0.06 13.35 √

5 0.73 0.06 12.55 √

6 0.74 0.06 12.61 √

7 0.61 0.06 9.96 √

8 0.62 0.06 10.15 √

9 0.09 0.07 1.29 ×

10 0.58 0.06 9.28 √ Keterangan: √ = signifikan (t-values ≥1.96) × = tidak signifikan

Dilihat dari model faktornya, dapat diketahui bahwa hampir seluruh item pada variable

smartphone addiction memiliki nilai t-value ≥1.96 (nilai absolute). Sehingga diperoleh

2 item yang harus didrop, yaitu item nomor 3 dan 9. Selain itu, 8 item lainnya

dinyatakan signifikan dan akan digunakan untuk menganalisis korelasi antar variable

dalam penelitian.

Page 76: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

60

3.4.2 Uji validitas konstruk permissive style

Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan pada item-item permissive style diketahui

bahwa model yang terbentuk tidak fit, dengan nilai Chi-Square = 261.30, df = 35, P-

value = 0.00000, dan RMSEA = 0.161 Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi

sebanyak 10 kali terhadap model, sehingga memperoleh model yang fit dengan nilai

Chi-Square = 36.37, df = 25, P-Value = 0.06615, dan RMSEA = 0.043 seperti yang

tertera pada table 3.9

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Variabel Permissive Style

Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan

1 0.26 0.07 3.65 √

2 0.51 0.07 7.51 √

3 0.40 0.08 5.28 √

4 0.22 0.08 2.71 √

5 0.24 0.08 3.14 √

6 0.46 0.07 7.00 √

7 0.61 0.06 9.50 √

8 0.15 0.08 1.80 ×

9 0.68 0.07 10.04 √

10 0.54 0.06 8.36 √ Keterangan: √ = signifikan (t-values ≥1.96) × = tidak signifikan

Dilihat dari model faktornya, dapat diketahui bahwa hampir seluruh item pada variable

permissive style memiliki nilai t-value ≥1.96 (nilai absolute). Sehingga diperoleh 1 item

yang harus didrop, yaitu item nomor 8. Selain itu, 9 item lainnya dinyatakan signifikan

dan akan digunakan untuk menganalisis korelasi antar variable dalam penelitian.

Page 77: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

61

3.4.3 Uji validitas konstruk authoritarian style

Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan pada item-item authoritarian style

diketahui bahwa model yang terbentuk tidak fit, dengan nilai Chi-Square = 238.69, df

= 35, P-value = 0.00000, dan RMSEA = 0.153. Oleh sebab itu, peneliti melakukan

modifikasi sebanyak 15 kali terhadap model, sehingga memperoleh model yang fit

dengan nilai Chi-Square = 28.36, df = 20, P-Value = 0.10114, dan RMSEA = 0.041

seperti yang tertera pada table 3.10

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Variabel Authoritarian Style

Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan

1 0.62 0.06 10.25 √

2 0.27 0.06 4.28 √

3 0.73 0.06 12.99 √

4 0.79 0.06 13.88 √

5 0.28 0.07 4.07 √

6 0.74 0.06 12.69 √

7 0.69 0.06 12.01 √

8 0.46 0.06 7.41 √

9 0.41 0.06 6.28 √

10 0.84 0.06

14.38 √

Keterangan: √ = signifikan (t-values ≥1.96) × = tidak signifikan

Dilihat dari model faktornya, dapat diketahui bahwa seluruh item pada variable

authoritarian style memiliki nilai t-value ≥1.96 (nilai absolute). Sehingga diperoleh 10

item authoritarian style dinyatakan signifikan dan akan digunakan untuk menganalisis

korelasi antar variable dalam penelitian.

3.4.4 Uji validitas konstruk authoritative style

Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan pada item-item autohoritative style

diketahui bahwa model yang terbentuk tidak fit, dengan nilai Chi-Square = 910.64, df

Page 78: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

62

= 35, P-value = 0.00000, dan RMSEA = 0.317 Oleh sebab itu, peneliti melakukan

modifikasi sebanyak 10 kali terhadap model, sehingga memperoleh model yang fit

dengan nilai Chi-Square = 29.76, df = 20, P-Value = 0.07382, dan RMSEA = 0.044

seperti yang tertera pada table 3.11

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Variabel Authoritative Style

Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan

1 0.96 0.05 20.26 √

2 0.94 0.05 19.90 √

3 0.70 0.06 12.56 √

4 0.96 0.05 20.64 √

5 0.31 0.06 4.95 √

6 0.62 0.06 10.73 √

7 0.69 0.06 12.54 √

8 0.50 0.06 8.41 √

9 0.52 0.06 8.85 √

10 0.88 0.05 17.77 √ Keterangan: √ = signifikan (t-values ≥1.96) × = tidak signifikan

Dilihat dari model faktornya, dapat diketahui bahwa seluruh item pada variable

authoritative style memiliki nilai t-value ≥1.96 (nilai absolute). Sehingga diperoleh 10

item authoritative style dinyatakan signifikan dan akan digunakan untuk menganalisis

korelasi antar variable dalam penelitian.

3.4.5 Uji validitas konstruk kesepian social

Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan pada item-item kesepian sosial diketahui

bahwa model yang terbentuk tidak fit, dengan nilai Chi-Square = 18.24, df = 5, P-value

= 0.00267, dan RMSEA = 0.103 sebab itu, peneliti melakukan modifikasi sebanyak 2

kali terhadap model, sehingga memperoleh model yang fit dengan nilai sehingga

Page 79: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

63

memperoleh model yang fit dengan nilai Chi-Square = 3.05, df = 3, P-Value = 0.38401,

dan RMSEA = 0.008seperti yang tertera pada tabel 3.12

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Variabel kesepian sosial

Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan

1 0.70 0.06 12.08 √

2 0.43 0.06 6.82 √

3 0.71 0.06 12.35 √

4 0.93 0.05 17.93 √

5 0.71 0.06 12.25 √ Keterangan: √ = signifikan (t-values ≥1.96) × = tidak signifikan

Dilihat dari model faktornya, dapat diketahui bahwa seluruh item pada variable

kesepian sosial memiliki nilai t-value ≥1.96 (nilai absolute). Sehingga tidak ada item

yang harus didrop. 5 item pada kesepian sosial dinyatakan signifikan dan akan

digunakan untuk menganalisis korelasi antar variable dalam penelitian.

3.4.6 Uji validitas konstruk kesepian emosional

Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan pada item-item kesepian emosional

diketahui bahwa model yang terbentuk tidak fit, dengan nilai Chi-Square = 109.04, df

= 9, P-value = 0.00000, dan RMSEA = 0.211. Oleh sebab itu, peneliti melakukan

modifikasi sebanyak 4 kali sehingga memperoleh model yang fit dengan nilai Chi-

Square = 4.54, df = 5, P-Value = 0.47519, dan RMSEA = 0.000 seperti yang tertera

pada table 3.13

Page 80: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

64

Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Variabel kesepian emosional

Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan

1 0.86 0.05 16.36 √

2 0.53 0.06 8.71 √

3 0.92 0.05 18.14 √

4 0.37 0.06 5.75 √

5 0.75 0.06 13.48 √

6 0.28 0.07 4.35 √ Keterangan: √ = signifikan (t-values ≥1.96) × = tidak signifikan

Dilihat dari model faktornya, dapat diketahui bahwa seluruh item pada variable

kesepian sosial memiliki nilai t-value ≥1.96 (nilai absolute). Sehingga tidak ada item

yang harus didrop. 6 item pada kesepian emosional dinyatakan signifikan dan akan

digunakan untuk menganalisis korelasi antar variable dalam penelitian.

3.4.7 Uji validitas konstruk self-regulation

Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan pada item-item self-regulation diketahui

bahwa model yang terbentuk tidak fit, dengan nilai Chi-Square = 360.24, df = 35, P-

value = 0.00000, dan RMSEA = 0.192. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi

sebanyak 12 kali sehingga memperoleh model yang fit dengan nilai Chi-Square =

30.78, df = 23, P-Value = 0.12841, dan RMSEA = 0.037 seperti yang tertera pada table

3.14

Page 81: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

65

Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Variabel Self-Regulation

Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan

1 0.41 0.07 6.21 √

2 0.56 0.06 8.79 √

3 0.55 0.06 8.70 √

4 0.77 0.06 12.57 √

5 0.25 0.07 3.65 √

6

7

0.79

0.21

0.06

0.07

13.48

2.99

8 0.31 0.07 4.24 √

9 0.03 0.07 0.49 ×

10 0.55 0.07 7.97 √ Keterangan: √ = signifikan (t-values ≥1.96) × = tidak signifikan

Dilihat dari model faktornya, dapat diketahui bahwa hampir seluruh item pada variable

self-regulation memiliki nilai t-value ≥1.96 (nilai absolute). Sehingga diperoleh 1 item

yang harus didrop, yaitu item nomor 9. Selain itu, 9 item lainnya dinyatakan signifikan

dan akan digunakan untuk menganalisis korelasi antar variable dalam penelitian.

3.4.5 Uji validitas konstruk fear of missing out (FoMO)

Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan pada item-item fear of missing out

diketahui bahwa model yang terbentuk tidak fit, dengan nilai Chi-Square = 306.14, df

= 20, P-value = 0.00000, dan RMSEA = 0.240. Oleh sebab itu, peneliti melakukan

modifikasi sebanyak 8 kali sehingga memperoleh model yang fit dengan nilai Chi-

Square = 15.15, df = 12, P-Value = 0.12664, dan RMSEA = 0.045 seperti yang tertera

pada tabl 3.15

Page 82: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

66

Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Variabel Fear of Missing Out (FoMO)

Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan

1 0.51 0.06 8.10 √

2 0.72 0.06 12.10 √

3 0.56 0.06 9.18 √

4 0.83 0.06 14.52 √

5 0.67 0.06 11.13 √

6

7

0.33

0.64

0.07

0.06

4.99

10.79

8 0.43 0.07 5.87 √ Keterangan: √ = signifikan (t-values ≥1.96) × = tidak signifikan

Dilihat dari model faktornya, dapat diketahui bahwa seluruh item pada variable fear of

missing out memiliki nilai t-value ≥1.96 (nilai absolute). Sehingga tidak ada item yang

harus didrop. 8 item pada fear of missing out dinyatakan signifikan dan akan digunakan

untuk menganalisis korelasi antar variable dalam penelitian

3.4.9 Uji validitas konstruk konformitas

Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan pada item-item konformitas diketahui

bahwa model yang terbentuk tidak fit, dengan nilai Chi-Square = 170.06, df = 35, P-

value = 0.00000, dan RMSEA = 0.124. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi

sebanyak 11 kali sehingga memperoleh model yang fit dengan nilai Chi-Square =

33.61, df = 24, P-Value = 0.09186, dan RMSEA = 0.040 seperti yang tertera pada table

3.16

Page 83: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

67

Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Variabel Konformitas

Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan

1 0.50 0.06 7.95 √

2 0.41 0.06 6.34 √

3 0.58 0.06 9.58 √

4 0.88 0.05 16.99 √

5 0.69 0.06 11.72 √

6 0.73 0.06 12.85 √

7 -0.36 0.07 -5.49 ×

8 0.60 0.06 9.84 √

9 0.48 0.06 7.69 √

10 0.45 0.06 7.11 √ Keterangan: √ = signifikan (t-values ≥1.96) × = tidak signifikan

Dilihat dari model faktornya, dapat diketahui bahwa hampir seluruh item pada variable

konformitas memiliki nilai t-value ≥1.96 (nilai absolute). Sehingga diperoleh 1 item

yang harus didrop, yaitu item nomor 7. Selain itu, 9 item lainnya dinyatakan signifikan

dan akan digunakan untuk menganalisis korelasi antar variable dalam penelitian.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple regression

atau analisis regresi berganda. Hal ini disebabkan, terdapat lima independent variable

yaitu parenting style, loneliness, self-regulation, fear of missing out, dan konformitas

yang ingin peneliti lihat pengaruhnya terhadap dependet varibale yaitu smartphone

addiction. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arah hubungan independent

variable terhadap dependent variable, apakah memiliki pengaruh positif atau negative,

serta prediksi nilai smartphone addiction jika independent variable mengalami

kenaikan atau penurunan. Metode ini juga dipilih karena peneliri ingin melihat

pengaruh parenting style, loneliness, self-regulation, fear of missing out, dan

konformitas secara parsial terhadap smartphone addiction serta persentase sumbangan

Page 84: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

68

pengaruh parenting style, loneliness, self-regulation, fear of missing out, dan

konformitas secara Bersama-sama terhadap smartphone addiction dan apakah hasilnya

dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi.

Persamaan multiple regression dalam penelitian adalah:

Keterangan:

Y = Smartphone Addiction

a = Intercept (konstan)

b = Koefisien regresi yang distandardisasikan untuk masing-masing X

X1 : Permissive

X2 : Authoritarian

X3 : Authoritative

X4 : Kesepian Sosial

X5 : Kesepian Emosrional

X6 : Self-Regulation

X7 : Fear of Missing Out

X8 : Konformitas

e : Residu

Untuk dapat melihat apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model yang

paling sesuai dengan memiliki error terkecil pada penelitian ini, maka dibutuhkan

beberapa pengujian dan analisis, yaitu:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e

Page 85: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

69

1. Uji R2 (koefisien determinasi berganda)

Dari pengujian multiple regression akan diperoleh hasil berupa nilai R2, dalam

penelitian ini adalah pengujian multiple regression parenting style, loneliness,

self-regulation, fear of missing out, dan konformitas terhadap smartphone

addiction. Besarnya resiliensi ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda

atau R2, nilai ini menunjukkan variasi perubahan dependent variable (Y) yaitu

smartphone addiction yang disebabkan oleh independent variable (X) yaitu

parenting style, loneliness, self-regulation, fear of missing out, dan

konformitas. Dengan kata lain dapat digunakan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh independent variable (X) terhadap dependent variable (Y) atau

merupakan proporsi varian dari intense yang dijelaskan oleh parenting style,

loneliness, self-regulation, fear of missing out, dan konformitas. Untuk

mendapatkan nilai R2 digunakan rumus berikut:

R2 = 𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔

𝑆𝑆𝑦

2. Uji F

Setelah R2 diperoleh, maka untuk membuktikan signifikan regresi Y

(dependent variable) terhadap X (independent variable) dilakukan uji F dengan

rumus:

𝐹 =

𝑅2/𝑘

(1 − 𝑅2)/(𝑁 − 𝑘 − 1)

Page 86: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

70

Keterangan:

k = jumlah independent variable

N = jumlah sampel

Dari uji F ini akan diperoleh apakah benar independent variable memiliki

pengaruh terhadap dependent variable.

3. Uji t

Setelah melakukan Uji F, selanjutnya penelitian ini melakukan Uji t yang

berfungsi untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan independent variable

(X) signifikan terhadap dependent variable (Y). Oleh karena itu, sebelum

melakukan Uji t, perlu diketahui terlebih dahulu nilai standart error estimate

dari b (koefisien regresi) dari masing-masing independent variable yang

diperoleh melalui akar mean square dibagi SS. Setelah diperoleh nilai Sb maka

dapat dilakukan Uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan nilai Sb

itu sendiri.

𝑡 = 𝑏

𝑆𝑏

Keterangan:

b = Koefisien regresi

Sb = Standart Error dari b

3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini meliputi tahap persiapa, tahap pelaksanaan dan tahap

pengolahan data. Berikut penjelasannya:

Page 87: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

71

1. Tahap Persiapan

a. Merumuskan masalah yang akan diteliti

b. Menentukan variable yang akan diteliti dan melakukan studi pustaka untuk

mendapatkan landasan teori yang sesuai dengan variable dalam penelitian

c. Menentukan subjek penelitian

d. Mempersiapkan alat pengumpulan data dengan menentukan dan menyusun

ala ukur atau instrument penelitian yang akan digunakan. Dalam penelitian

ini adalah enam alat ukur yang digunakan yaitu skala smartphone addiction,

skala parenting syle, skala loneliness ̧ skala self-regulation, skala fear of

missing out dan skala konfomitas.

2. Tahap Pelaksanaan

Membuat kuesioner dalam bentuk booklet serta google form dan diisi oleh 250

remaja berusia 15-21 tahun baik laki-laki atau perempuan yang berdomisili di

Jabodetabek dan menggunakan smartphone secara langsung maupun online.

3. Tahap Pengolahan Data

a. Melakukan skoring dengan membuat tabulasi terhadap hasil jawaban

responden

b. Menganalisa jawaban responden dengan uji valitidas terlebih dahulu, lalu

dilanjutkan dengan anlisis statistic multiple regression untuk menguji

hipotesis.

4. Tahap Penelitian Laporan

Membuat kesimpulan, diskusi dan saran peneliti.

Page 88: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

72

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah remaja di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan

Bekasi sebanyak 250 responden. Penjelasan mengenai sampel penelitian berdasarkan

jenis kelamin, usia, dan semester akan diuraikan dalam table 4.1 berikut ini:

Table 4.1

Gambaran responden penelitian Sampel Penelitian Frekuensi %

Jenis Kelamin:

Laki-Laki

Perempuan

105

145

42%

58%

Usia:

15

16

17

18

19

20

21

21

34

35

29

41

35

55

8,4%

13,6%

14,0%

11,6%

16,4%

14,0%

22,0%

Domisili

Jakarta

Bogor

Depok

Tangerang

Bekasi

115

18

18

53

46

46,0%

7,2%

7,2%

21,2%

18,4%

TOTAL 250 100%

Berdasarkan data yang terdapat pada table 4.1, dapat diketahui bahwa

responden laki-laki berjumlah 105 orang (42%) dan responden perempuan berjumlah

145 orang (58%). Dengan demikian, responden yang terdapat dalam penelitian ini

sebagian besar adalah perempuan.

Page 89: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

73

Responden dengan usia 21 tahun merupakan responden dengan jumlah yang

paling banyak dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 55 orang (22%), dan responden

dengan usia 15 tahun merupakan jumlah responden paling sedikit yaitu 21 orang

(8,4%). Sementara itu, responden dengan usia 16 tahun berjumlah 34 orang (13,6%),

17 tahun berjumlah 35 orang (14,0%), 18 tahun berjumlah 29 orang (11,6%), 19 tahun

berjumlah 41 orang (16,4%), dan 20 tahun berjumlah 35 orang (14,0%).

Kemudian, responden dengan jumlah terbanyak terdapat pada daerah Jakarta

yaitu sebanyak 115 orang (46,0%), sedangkan jumlah paling sedikit terdapat pada

daerah Bogor dan Depok dengan jumlah yang sama yaitu sebanyak 18 orang (7,2%).

Sementara itu, responden pada daerah Tangerang berjumlah 53 (21,2%) dan daerah

Bekasi sebanyak 46 orang (18,4%).

4.2 Analisis Deskriptif

Berikut akan diuraikan mengenai analisis deskriptif dari smartphone addiction,

parenting style, loneliness, self-regulation, fear of missing out dan kondormitas. Skor

yang digunakan dalam analisis deskriptif ini adlaah nilai murni (t-score) yang

merupakan hasil konversi dari raw score. Hal ini bertujuan untuk memudahkan saat

peneliti membandingkan skor hasil penelitian dan masing-masing varibel, dengan

demikian semua raw score pada setiap variable harus mempunyai skala yang sama.

Untuk mencapai hal ini maka raw score harus ditrasnformasikan menjadi z-score. Agar

nilai z-score menjadi positif, maka terlebih dahulu harus diperoleh t-score.

Adapun rumus t-score adalah:

T-score = (10 x factor score) + 50

Page 90: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

74

Dalam perhitungan penelitian ini, skor mean, median, standar deviasi, minimum, dan

maksmimum dari setiap variable dijadikan acuan untuk menjelaskan gambaran umum

mengenai deskripsi statistic. Nilai tersebut diuraikan dalam table 4.2

Table 4.2 Distribusi Skor

N Minimum Maximum Mean Standar

Deviasi

Smartphone Addiction 250 24.86 72.16 50.0000 8.96014

Parenting Style

Permissive 250 25.25 71.38 50.0000 8.25603

Authoritarian 250 29.38 75.96 50.0000 9.18501

Authoritative 250 28.62 81.09 50.0000 8.89985

Loneliness

Kesepian Sosial 250 22.48 66.85 50.0000 9.10427

Kesepian Emosional 250 24.21 65.70 50.0000 9.25863

Self- Regulation 250 26.22 74.24 50.0000 8.72509

Fear of Missing Out 250 24.56 78.39 50.0000 8.96964

Konformitas 250 33.49 85.00 50.0000 9.07445

Nilai-nilai yang tertera pada table 4.2 di atas adalah nilai yang telah distandarkan

sehingga mempunyai skala yang sama untuk membandingkannya. Skor terendah yang

telah diperoleh untuk variable smartphone addiction adalah 24.86, sementara skor

tertinggi adalah 72.16 dengan standar deviasi 8.06014. Skor terendah yang diperoleh

oleh untuk variable permissive adalah 25.25 dan skor tertinggi sebesar 71.38 dengan

standar deviasi sebasar 8.25603. Sedangkan untuk variable authoritarian diperoleh

skor terendah 29.38 dan skor tertinggi sebesar 75.96 serta standar deviasi sebesar

9.18501. Untuk variable authoritative diperoleh skor terendah sebesar 28.62 dan skor

tertinggi sebesar 81.09 dengan standar deviasi sebesar 8.89985.

Page 91: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

75

Untuk variable kesepian sosial diperoleh skor terendah sebesar 22.48 dan skor

tertinggi sebesar 66.85 dengan standar deviasi sebesar 9.10427. Sementara untuk

variable kesepian emosional diperoleh skor terendah sebesar 24.21 dan skor tertinggi

sebesar 65.70 dengan standar deviasi sebesar 9.25863. Sedangkan untuk variable self-

regulation diperoleh skor terendah sebesar 26.22 dan skor tertinggi sebesar 74.24

dengan standar deviasi sebesar 8.72509.

Berikutnya untuk variable Fear of Missing Out diperoleh skor terendah 24.56

sebesar dan skor tertinggi sebesar 78.39 dengan standar deviasi sebesar 8.96964.

Sedangkan untuk variable Konformitas diperoleh skor terendah sebesar 33.49 dan skor

tertinggi sebesar 85.00 dengan standar deviasi sebesar 9.07445.

Selanjutnya dilakukan kategorisasi variable yang bertujuan untuk memisahkan

individu berdasarkan kelompok jenjang kontinum dari atribut yang diukur.

Kategorisasi skor kontinum variable dibagi menjadi kelompok tingkatan tinggi, sedang

dan rendah. Table berikut ini menjabarkan variable smartphone addiction, permissive,

authoritarian, authoritative, kesepian sosial, kesepian emosional, self-regulation, fear

of missing out dan konformitas menjadi dua kategori skor, yaitu:

Tabel 4.3 Rumus Kategorisasi

Kategori Rumus

Rendah X < Mean

Tinggi X > Mean

Page 92: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

76

Adapun kategorisasi skor masing-masing variable adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Kategorisasi Variabel Penelitian

Variabel Frekuensi (%)

Rendah Tinggi

Smartphone addiction 152 (52.8%) 118 (47.2%)

Parenting style

Permissive 114 (45.6%) 136 (54.4%)

Authoritarian 145 (58.0%) 105 (42.0%)

Authoritative 122 (48.8%) 128 (51.2%)

Loneliness

Kesepian sosial 154 (61.6%) 96 (38.4%)

Kesepian emosional 115 (46.0%) 135 (54.0%)

Self-regulation 122 (48.0%) 128 (51.2%)

Fear of missing out 130 (52.0%) 120 (48.0%)

Konformitas 115 (46%) 135 (54%)

Berdasarkan table 4.4 dari 250 jumlah responden, terlihat bahwa responden dengan

skor kecenderungan smartphone addiction yang rendah berjumlah 132 orang (52.8%),

sedangkan responden yang memiliki tingkat kecenderungan smartphone addiction

tinggi berjumlah 118 orang (47.2%).

Kemudian untuk permissive dari 250 jumlah responden memiliki skor yang

rendah sebanyak 114 orang (45.6%) dan responden dengan permissive yang tinggi

sebanyak 136 orang (54.4%). Selanjutnya, responden dengan authoritarian yang rendah

sebanyak 145 orang (58%) dan responden dengan authoritarian yang tinggi sebanyak

105 orang (42%). Sementara untuk pola asuh terakhir yaitu authoritative, responden

Page 93: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

77

yang memiliki skor rendah sebanyak 122 orang (48.8%) dan yang memiliki skor

tertinggi sebanyak 128 orang (51.2%).

Berdasarkan hasil perhitungan perhitungan skor kesepian sosial, diketahui

bahwa responden dengan skor kesepian sosial yang rendah sebanyak 154 orang

(61.6%) dan responden dengan skor kesepian sosial yang tinggi sebanyak 96 orang

(38.4%). Kemudian untuk skor kesepian emosional diketahui bahwa responden dengan

skor kesepian emosional yang rendah sebanyak 115 orang (46%) dan responden

dengan skor kesepian emosional yang tinggi sebanyak 135 orang (54%)

Untuk variable self-regulation skor dengan jumlah 250 orang, responden yang

memiliki skor yang rendah sebanyak 122 (48.8%) dan responden yang memiliki skor

tinggi sebanyak 128 orang (51.2%). Selanjutnya diketahui bahwa responden dengan

skor fear of missing out yang rendah sebanyak 130 orang (52%) dan responden yang

memiliki skor fear of missing out yang tinggi berjumlah 120 orang (48%). Diikuti

dengan skor konformitas, responden yang memiliki skor konformitas yang rendah

sebanyak 115 orang (46%) dan yang memiliki skor tinggi berjumlah 135 orang (54%).

4.3 Pengujian Hipotesis

Langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis penelitian ini dengan Teknik multiple

regression menggunakan software SPSS 25. Uji hipotesis ini dilakukan untuk

menjawab hipotesis mayor dan hipotesis minor dalam penelitian ini.

Page 94: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

78

4.3.1 Uji Hipotesis Mayor

Uji hipotesis mayor digunakan untuk menjawab pertanyaan: apakah ada pengaruh

yang signifikan antara variable parenting style, loneliness, self-regulation, fear of

missing out dan konformitas terhadap smartphone addiction pada remaja. Untuk table

R square dapat dilihat pada table 4.5

Tabel 4.5 Model Summary

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std

Error of

the

Estimate

R

Square

Changes

F

Change

df1 df2 Sig. F

Change

1 0.404 0.163 0.136 8.33097 0.163 5.879 8 241 0.000

Dengan menggunakan seluruh independent variable, diperoleh nilai R square (R2)

sebesar 0.163 atau 16.3%. Artinya, proporsi varians dari parenting style, loneliness,

self-regulation, fear of missing out dan konformitas yang mempengaruhi smartphone

addiction dalam penelitian ini adalah sebesar 16.3%, sedangkan sisanya 83.7%

dipengaruhi variable lain di luar penelitian ini.

Selanjutnya, untuk melakukan analisis dari keseluruhan independent variable,

peneliti melakukan Uji F yang hasilnya dpaat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6 Tabel Anova

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 3264.157 8 408.020 5.879 0.000

1 Residual 16726.607 241 69.405

Total 19990.764 249

Dari Tabel 4.6 diperoleh hasil bahwa nilai F adalah 5.879 dengan signifikansi (p)

sebesar 0.000. Karena syarat nilai p < 0.05 untuk menyatakan bahwa suatu independent

variable memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dependent variable dalam

Page 95: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

79

penelitian, maka hipotesis mayor yang menyarakan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan parenting style, loneliness, self-regulation, fear of missing out dan

konformitas terhadap smartphone addiction diterima. Sehingga dapat diperoleh

kesimpulan bahwa seluruh dimensi dari parenting syle (permissive, authoritarian,

authoritative, loneliness (kesepian sosial dan kesepian emosional), self-regulation, fear

of missing out dan konformitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

smartphone addiction pada remaja di Jabodetabek.

Selanjutnya, peneliti melihat koefiensi regresi dari masing-masing independent

variable, jika nilai koefisiensi regresi tersebut <0.05, maka independent variable

tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap smartphone addiction pada

remaja. Koefisien regresi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut:

Page 96: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

80

Tabel 4.7 Tabel Coefficient

Unstandardized

Coefficient

Standardized

Coefficient

B Std. Error Beta t-value Sig

(Constant) 26.529 9.250 2.868 0.004

Parenting

Style

Permissive 0.113 0.075 0.104 1.517 0.131

Authoritarian 0.142 0.067 0.146 2.129 0.034*

Authoritative -0.180 0.068 -0.179 -2.663 0.008*

Loneliness

Kesepian

Sosial

0.122 0.071 0.124 1.711 0.088

Kesepian

Emosional

0.181 0.061 0.187 2.988 0.003*

Self

Regulation

-0.113 0.066 -0.111 -1.729 0.085

Fear of

Missing Out

0.067 0.059 0.067 1.126 0.261

Konformitas 0.137

0.062 0.139 2.229 0.027*

Berdasarkan koefisien regresi pada table 4.6 dapat dijelaskan persamaan regresi

sebagai berikut:

Smartphone Addiction = 26.529 + (0.113) permissive + (0.142) authoritarian + (-

0.180) authoritative + (0.122) kesepian sosial + (0.181) kesepian emosional + (-

0.113) self-regulation + (0.067) fear of missing out + (0.137) konformitas

Berdasarkan hasil dari table 4.6 koefisien regresi authoritarian, authoritative, kesepian

emosional dan konformitas yang signifikan, sedangkan yang lainnya tidak signifikan.

Hal ini berarti bahwa dari 10 hipotesis minor, ada 4 hipotesis yang yang signifikan

Page 97: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

81

yaitu Ha2, Ha3, Ha5 dan Ha8. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh

dari masing-masing independent variable adalah sebagai berikut:

1. Variabel Permissive

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.104 dengan signifikansi 0.131

(sig>0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa permissive tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap smartphone addiction

2. Variabel Authoritarian

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.146 dengan signifikansi 0.034

(sig<0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa authoritarian memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap smartphone addiction. Dilihat dari arahnya ialah

positif, jika seseorang memiliki parenting style authoritarian yang paling

dominan maka semakin tinggi pula smartphone addiction orang tersebut, begitu

juga sebaliknya.

3. Variabel Authoritative

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.179 dengan signifikansi 0.008

(sig<0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa authoritative memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap smartphone addiction. Dilihat dari arahnya ialah

negatif, jika seseorang memiliki parenting style authoritative yang paling

dominan maka semakin rendah tingkat smartphone addiction orang tersebut,

begitu juga sebaliknya.

Page 98: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

82

4. Variable Kesepian Sosial

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.124 dengan signifikansi 0.088

(sig<0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa kesepian sosial tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap smartphone addiction.

5. Variabel Kesepian Emosional

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.187 dengan signifikansi 0.003

(sig>0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa kesepian emosional memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap smartphone addiction. Dilihat dari arahnya

ialah positif, semakin tinggi tingkat kesepian emosional pada seseorang maka

semakin tinggi smartphone addiction-nya.

6. Variabel Self-Regulation

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.111 dengan signifikansi 0.085

(sig<0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa self-regulation tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap smartphone addiction.

7. Variabel Fear of Missing Out

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.067 dengan signifikansi 0.261

(sig<0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa fear of missing out tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap smartphone addictione

8. Variabel Konformitas

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.139 dengan signifikansi 0.027

(sig<0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa konformitas memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap smartphone addiction. Dilihat dari arahnya ialah

Page 99: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

83

positif, semakin tinggi tingkat konformitas pada seseorang maka semakin tinggi

smartphone addiction-nya, begitu juga sebaliknya.

Pada table dapat dilihat dari 8 independent variable diatas yang memiliki pengaruh

signifikan terhadap smartphone addiction pada remaja adalah authoritarian,

authoritative, kesepian emosional dan konformitas. Sedangkan untuk variable

permissive, kesepian sosial, self-regulation dan fear of missing out tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap smartphone addiction pada remaja. Variabel yang

memberikan pengaruh paling besar terhadap smartphone addiction dilihat dari skor

Beta (β) yang telah baku dan berada pada satuan yang sama adalah variable kesepian

emosional, yaitu sebesar 0.187.

4.3.2 Uji Proporsi Varians

Untuk melihat proporsi variasn dari smartphone addiction secara keseluruhan dapat

diterapkan 10 variabel independent (permissive, authoritarian, authoritative, kesepian

sosial, kesepian emosional, self-regulation, fear of missing out dan konformitas.

Peneliti melakukan uji analisis regresi berganda menggunakan SPSS 25.0, hasilnya

sebagai berikut:

Page 100: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

84

Tabel 4.7 Proporsi varians dependent variable dari keseluruhan independent

variable

a. Predictors: (Constant), Permissive

b. Predictior: (Constant), Permissive, Authoritarian

c. Predictior: (Constant), Permissive, Authoritarian, Authoritative

d. Predictior: (Constant), Permissive, Authoritarian, Authoritative, Kesepian Sosial,

e. Predictior: (Constant), Permissive, Authoritarian, Authoritative, Kesepian Sosial, Kesepian Emosional

f. Predictior: (Constant), Permissive, Authoritarian, Authoritative, Kesepian Sosial, Kesepian Emosional, Self-

Regulation

g. Predictior: (Constant), Permissive, Authoritarian, Authoritative, Kesepian Sosial, Kesepian Emosional, Self-

Regulation, Fear of Missing Out

h. Predictior: (Constant), Permissive, Authoritarian, Authoritative, Kesepian Sosial, Kesepian Emosional, Self-

Regulation, Fear of Missing Out, Konformitas

Selanjutnya peneliti menganalisis proporsi varian untuk masing-masing variable.

Pengujian pada tahapan ini bertujuan untuk melihat apakah signifikan tidaknya

penambahan proporsi varian tiap independent variable (permissive, authoritarian,

authoritative, kesepian sosial, kesepian emosional, self-regulation, fear of missing out,

dan konformitas, yang mana independent variable tersebut dianalisis dengan

menambahkan satu persatu independent variable, berikut ini merupakan table proporsi

varian smartphone addiction yang terkait dengan independent variable.

Dari table 4.7 diatas didapatkan informasi sebagai berikut:

1. Permissive memberi sumbangan R2 (R Square) sebesar 2.7% terhadap varians

smartphone addiction, dengan sig F change sebesar 0.009 (sig < 0.05). Artinya,

sumbangan signifikan.

Std.

Error

R Adjusted Of the R Square Sig F

Model R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change

1 .164a .027 .023 8.85678 .027 6.846 1 248 .009*

2 .252b .064 .056 8.70532 .037 9.705 1 247 .002*

3 .291c .084 .073 8.62576 .021 5.577 1 246 .019*

4 .299d .089 .074 8.62032 .005 1.311 1 245 .253

5 .359e .129 .111 8.44656 .040 11.184 1 244 .001*

6 .375f .140 .119 8.40916 .011 3.175 1 243 .076

7 .382g .146 .121 8.39903 .006 1.586 1 242 .209

8 .404h .163 .136 8.33097 .017 4.971 1 241 .027*

Page 101: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

85

2. Authoritarian memberi sumbangan R2 (R Square) sebesar 3.7% terhadap

varians smartphone addiction, dengan sig F change sebesar 0.002 (sig < 0.05).

Artinya, sumbangan authoritarian signifikan.

3. Authoritative memberi sumbangan R2 (R Square) sebesar 2.1% terhadap

varians smartphone addiction, dengan sig F change sebesar 0.019 (sig < 0.05).

Artinya, sumbangan authoritative signifikan.

4. Kesepian Sosial memberi sumbangan R2 (R Square) sebesar 0.5% terhadap

varians smartphone addiction, dengan sig F change sebesar 0.253 (sig < 0.05).

Artinya, sumbangan kesepian sosial tidak signifikan.

5. Kesepian Emosional memberi sumbangan R2 (R Square) sebesar 4.0% terhadap

varians smartphone addiction, dengan sig F change sebesar 0.001 (sig < 0.05).

Artinya, sumbangan kesepian emosional signifikan.

6. Self-Regulation memberi sumbangan R2 (R Square) sebesar 1.1% terhadap

varians smartphone addiction, dengan sig F change sebesar 0.076 (sig < 0.05).

Artinya, sumbangan self-regulation tidak signifikan.

7. Fear of Missing Out memberi sumbangan R2 (R Square) sebesar 0.6% terhadap

varians smartphone addiction, dengan sig F change sebesar 0.209 (sig < 0.05).

Artinya, sumbangan fear of missing out tidak signifikan.

8. Konformitas memberi sumbangan R2 (R Square) sebesar 1.7% terhadap varians

smartphone addiction, dengan sig F change sebesar 0.027 (sig < 0.05). Artinya,

sumbangan konformitas tidak signifikan.

Page 102: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

86

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat

diperoleh dari hasil penelitian ini adalah ditemukan adanya pengaruh yang signifikan

dari dimensi variable parenting style yaitu permissive, authoritarian, dan authoritative,

dimensi variable loneliness yaitu kesepian sosial dan kesepian emosional, variable self-

regulation, variable fear of missing out dan konformitas terhadap smartphone

addiction pada remaja Jabodetabek dengan sumbangan yang signifikan sebesar 16.3%.

Dapat disimpulkan bahwa hipotesis mayor yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan parenting style, loneliness, self-regulation, fear of missing out dan

konformitas terhadap remaja Jabodetabek diterima.

Setelah hipotesis mayor dalam penelitian ini diterima, maka peneliti melakukan

uji hipotesis minor untuk mengetahui signifikansi dari masing-masing independent

variable terhadap dependent variable. Dari nilai koefisien masing-masing independent

variable diperoleh hasil bahwa, independent variable yang memiliki pengaruh secara

signifikan terhadap smartphone addiction remaja Jabodetabek adalah dimensi

parenting style, yaitu authoritarian dan authoritative, kemudian dimensi loneliness,

kesepian emosional dan variable konformitas. Independent variable lain seperti

permissive, self-regulation dan fear of missing out tidak memberikan pengaruh secara

signifikan terhadap smartphone addiction. Prediktor yang paling dominan dalam

Page 103: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

87

mempengaruhi smartphone addiction pada remaja Jabodetabek adalah kesepian

emosional.

5.2 Diskusi

Dari hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa parenting style,

loneliness, self-regulation, fear of missing out dan konformitas memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap smartphone addiction. Dalam penelitian ini, independent

variable parenting style, loneliness, self-regulation, fear of missing out dan

konformitas memberikan sumbangan 16.3%. sedangkan sisanya sebesar 83.7%

disumbangkan oleh variable lain di luar penelitian ini.

Hasil penelitian ialah authoritarian dan authoritative parenting style memiliki

pengaruh secara signifikan terhadap smartphone addiction. Sumbangan authoritarian

parenting style 3.7% dan authoritative parenting style 2.1%. Pada authoritarian

parenting style, koefisien regresinya positif sedangkan pada authoritative koefisien

regresinya negatif. Hal ini mengartikan semakin orang tua memberikan pengasuhan

authoritarian, semakin tinggi intensitas smartphone addiction anak tersebut.

Authoritarian style memiliki tuntutan serta aturan yang tinggi tetapi minimnya

kehangatan, hal ini sejalan dengan penelitian Bae (2015) yang mendapatkan hasil

bahwa pola asuh negative seperti authoritarian dapat meningkatkan ketergantungan

terhadap smartphone. Individu yang mengalami penolakan atau terlalu dilindungi

dalam arti banyaknya aturan lebih rentan terhadap perilaku maladaptive dikemudian

hari yang menyebabkan smartphone addiction (Lian, 2016). Orangtua dengan

Page 104: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

88

authoritarian style biasanya tidak menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka dan

minimnya kehangatan yang diberikan. Anak-anak mereka lebih cenderung beralih ke

penggunaan smartphone secara berlebihan sebagai sarana untuk memperoleh

kenyamana emosional dan kepuasan psikologis. Demikian pula, perlindungan

berlebihan dan pemantauan yang ketat serta tingkat campur tangan yang tinggi yang

diterapkan pada anak-anak dapat meningkatkan risiko anak-anak mencari pertemanan

melalui smartphone secara berlebihan. Oleh karena itu, semakin individu merasakan

penolakan, gangguan, dan rasa tidak percaya dari orang tua, perilaku bermasalah

seperti smartphone addiction dapat dipicu (Stoltz, 2013)

Selanjutnya orangtua dengan authoritative parenting style dikaitkan dengan

kehangatan emosional dan penjelasan aturan yang rasional sehingga mengarah pada

peningkatan rasa bahagia. Dampaknya anak tidak perlu menggunakan smartphone

untuk mengurangi pengalaman emosional yang negatif. Sejalan dengan penelititan Bae

(2015) yang menyatakan bahwa authoritative parenting style dikaitkan dengan adiksi

yang lebih rendah terhadap smartphone.

Permissive parenting style tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

perilaku smartphone addiction. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Kerig (dalam Park, 2014) yang menyatakan bahwa orang tua dengan permissive

style lebih memungkinkan memiliki anak dengan smartphone addiction yang tinggi.

Permissive parenting style cenderung memiliki kontrol yang rendah terhadap anak,

sehingga anak terbiasa melakukan aktivitas atas kehendaknya sendiri. Dalam penelitian

ini, kemungkinan responden dengan pola asuh permisif lebih cenderung melakukan

Page 105: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

89

aktivitas lain dibanding menggunakan smartphonenya sehingga tidak memiliki

pengaruh yang signifikan.

Berikutnya adalah kesepian emosional dari variabel loneliness mempengaruhi

smartphone addiction secara signifikan dan memiliki koefisien yang bernilai positif.

Kesepian emosional memberikan kontribusi sebesar 4%. Hal ini sejalan dengan

penelitian Stankovska (2016) yang menyatakan aspek emosional dari kesepian

ditemukan secara positif memprediksi kecanduan internet yang berujung pada

pemakaian smartphone secara berlebihan. Individu yang mengalami kesepian akan

lebih memilih metode komunikasi lain daripada tatap muka (Enez Darcin, 2016), dan

smartphone menjadi salah satu media yang tepat digunakan oleh individu yang merasa

kesepian.

Kesepian sosial dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap smartphone addiction. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Stankovska

(2016) yang menyatakan aspek sosial dari kesepian ditemukan secara positif

memprediksi kecanduan internet yang berujung pada pemakaian smartphone secada

berlebihan. Kesepian sosial muncul karena ketidakpuasan seseorang terhadap orang-

orang dilingkungannya. Orang-orang dengan kesepian sosial yang tinggi biasanya akan

mencari lingkungan sosial baik secara virtual atapun tidak. Asumsi penulis, responden

dengan kesepian sosial yang tinggi dalam penelitian ini kemungkinan tidak mencari

lingkungan sosial yang sesuai dengan mereka secara virtual sehingga intensitas

penggunaan smartphone rendah.

Page 106: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

90

Dalam penelitian ini variable self-regulation secara negative tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap smartphone addiction. Hal ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Gokçearslan (2016) yang memperoleh hasil self-

regulation secara negative memiliki pengaruh yang signifikan terhadap smartphone

addiction. Perbedaan hasil penelitian bisa disebabkan oleh responden yang

kemungkinan memang tidak memiliki goal sehingga variable self-regulation tidak

memiliki pengaruh.

Selanjutnya variable fear of missing out (FoMO) dalam penelitian ini memiliki

arah positif tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap smartphone addiction.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh Tuch-Aksan (2019) yang

menunjukkan Fear of missing out (FoMO) pada remaja mempengaruhi penggunaan

bermasalah terhadap media sosial, dimana hal ini dapat menyebabkan smartphone

addiction. Diasumsikan dalam penelitian ini, individu yang mengalami fear of missing

out bisa saja mengalami social media addiction tanpa mengalami smartphone

addiction secara bersamaan.

Variable terakhir dalam penelitian ini adalah konformitas. Konformitas

mempengaruhi smartphone addiction secara signifikan dan memiliki koefisien yang

bernilai positif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen, dkk (2017)

yang menyatakan konformitas memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap

smartphone addiction. Dalam konteks smartphone, individu menggunakan perangkat

tersebut untuk mendapatkan identifikasi dan menghindari ketidaksetujuan di antara

teman-teman mereka (Khang dalam Chen, 2017). Oleh karena itu, jika pengguna

Page 107: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

91

smartphone memiliki tingkat konformitas tinggi, maka ia berkemungkinan akan terus

menerus menggunakan smartphone dan menimbulkan adiksi. Dalam penelitian ini

sendiri konformitas memberikan sumbangan sebesar 1.7%. Temuan dalam penelitian

ini agak bertolak belakang dengan dilihatnya variable kesepian sosial yang tidak

memiliki pengaruh secara signifikan terhadap smartphone addiction. Hal ini bisa

disebabkan responden dalam penelitian memiliki kepuasan terhadap lingkungan

sosialnya sehingga keinginan untuk diterima lingkungannya menjadi hal yang lebih

penting.

5.3 Saran

Berdasarkan penulisan pada penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat

banyak kekurangan di dalamnya. Karenanya peneliti memberikan beberapa saran

sebagai bahan pertimbangan untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya baik berupa

saran teoritis maupun praktis. Berikut adalah penjelasnnya:

5.3.1 Saran Teoritis

1. Variasi dari delapan independent variable (IV) dalam penelitian ini hanya

memberikan sumbangan sebesar 16.3%, sedangkan sisanya yaitu 83.7%

dipengaruhi variable lain di luar penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti

menyarankan agar penelitian selanjutnya untuk meneliti variable lain seperti

sensation seeking, smartphone usage duration, smartphone facilities atau self-

control yang diharapkan memiliki pengaruh terhadap smartphone addiction.

2. Pada penelitian selanjutnya disarankan memilih kategori adiksi yang lebih

spesifik seperti game additcion, internet addiction atau social media addiction.

Page 108: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

92

3. Pemilihan usia sample diharapkan lebih spesifik guna mengurangi bias pada

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi variable bebas.

5.3.1 Saran Praktis

Untuk dapat mengurangi smartphone addiction pada remaja, maka peneliti

menyarankan beberapa intervensi sebagai berikut:

1. Meningkatkan peran orangtua terhadap anak dengan melakukan kontrol yang

suportif, menciptakan komunikasi yang terbuka dengan anak, dan memahami

penggunaan smartphone guna meminimalisir penggunaan smartphone yang

bermasalah pada anak.

2. Memberi kegiatan positif pada anak seperti kursus pada bidang tertentu,

mengikuti ekstrakulikuler, melakukan hobi, atau melakukan kegiatan sosial di

masyarakat. Sehingga anak bisa tetap berinteraksi dengan orang lain diiringi

melakukan kegiatan yang positif guna meminimalisir rasa kesepian dan

perilaku maladaptif.

3. Menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga, teman atau hewan

peliharaan, mengekspresikan diri dengan olahraga, seni atau menulis jurnal,

berpartisipasi sebagai relawan atau anggota komunitas guna meminimalisir rasa

kesepian.

4. Remaja diharapkan untuk tidak mudah terpengaruh oleh perilaku-perilaku yang

berdampak buruk seperti halnya pemakaian smartphone yang berlebihan.

Page 109: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

93

DAFTAR PUSTAKA

Abel, J. P., Buff, C. L., & Burr, S. A. (2016). Social Media and the Fear of Missing

Out: Scale Development and Assessment. Journal of Business & Economics

Research (JBER), 14(1), 33-44. https://doi.org/10.19030/ jber.v14i1.9554

Al-Menayes, J. (2016). The fear of missing out scale: validation of the Arabic

version and correlation with social media addiction. International Journal of

Applied Psychology, 6(2). 41-46. doi: 10.5923/j/ijap.20160602.04

Alt. D., & Boniel-Nissim, M. (2018). Links between Adolescents’ Deep and

Surface Learning Approaches, Problematic Internet Use, and Fear of

Missing Out (FoMO). Internet Interventions, 13, 30-39. Doi:10.1016/j.

invent.2018.05.002

Bae, S. M. (2015). The relationships between perceived parenting style, learning

motivation, friendship satisfaction, and the addictive use of smartphones

with elementary school students of South Korea: Using multivariate latent

growth modeling. School Psychology International, 36(5), 513–531. doi:10.

1177/0143034315604017

Bandura, A. (1991). Social cognitive theory of self-regulation. Organizational

Behavior and Human Decision Processes, 50(2), 248–287.

doi:10.1016/0749-5978(91)90022-l

Baumrind, D. 1991. The influence of parenting style on adolescent competence and

substance use. The Journal of Early Adolescence, 11 (1), 56-95..

Bian, M., & Leung, L. (2014). Linking Loneliness, Shyness, Smartphone Addiction

Symptoms, and Patterns of Smartphone Use to Social Capital. Social Science

Computer Review, 33(1), 61–79. doi:10.1177/0894439314528779

Błachnio, A., & Przepiórka, A. (2018). Facebook intrusion, fear of missing out,

narcissism,and life satisfaction: A cross-sectional study. Psychiatry

Research, 259, 514–519.https://doi.org/10.1016/j.psychres.2017.11.012

Błachnio, A., & Przepiórka, A. (2018). Facebook intrusion, fear of missing out,

narcissism,and life satisfaction: A cross-sectional study. Psychiatry

Research, 259, 514–519.https://doi.org/10.1016/j.psychres.2017.11.012

Blair, C., & Cybele, C. Raver. (2012). Individual Development and Evolution:

Experiential Canalization of Self-Regulation. Development Psychology,

48(3), 647-657. Doi: 10.1037/a0026472

Brown, A. L. (1990). Domain-Specific Principles Affect Learning and Transfer in

Children. Cognitive Science, 14(1), 107–133. doi:10.1207/s15516709

cog1401_6

Brown, J. M. (1998). Self-regulation and the addictive behaviors. In W. R. Miller,

& N. Heather (Eds.), Treating addictive behaviors (2nd ed., pp. 61-73). New

York, NY: Plenum Press.

Page 110: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

94

Buri, J. R. (1991). Parental Authority Questionnaire. Journal of Personality

Assessment, 57(1), 110–119. doi:10.1207/s15327752jpa5701_13

Carbonell, X., Oberst, U., & Beranuy, M. (2013). The Cell Phone in the Twenty-

First Century. Principles of Addiction, 901–909. doi:10.1016/b978-0-12-

398336-7.00091-7

Chaudhry, L. A. (2015). Can you please put your phone away? Examining how the

FOMO phenomenon and mobile phone addiction affect human

relationships. Retrieved from https://scholarscompass.vcu.edu/cgi/viewcon

tent. cgi?article=1146&context=uresposters

Chen, C., Zhang, K. Z. K., Gong, X., Zhao, S. J., Lee, M. K. O., & Liang, L. (2017).

Examining the effects of motives and gender differences on smartphone

addiction. Computers in Human Behavior, 75, 891–902. doi:10.1016/j.chb.

2017.07.002

Cheever, N. A., Rosen, L. D., Carrier, L. M., & Chavez, A. (2014). Out of sight is

not out of mind: the impact of restricting wireless mobile device use on

anxiety levels among low, moderate and high users. Computers in Human

Behavior, 37, 290-297. http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2014.05.002.

Chotpitayasunondh, V., & Douglas, K. M. (2016). How “phubbing” becomes the

norm: the antacedents and consequences of snubbing via smartphone.

Computer in Human Behavior, 63, 9-18.doi:10.1016/j.chb.2016.05.018

Christian, L. S & Wagoner, Brady. (2013). Loneliness: And Intergrative Approach.

Journal of Integrated Social Sciences, 3(1), 1-29.

Common Sense, Media (2016) Dealing With Devices: The Parent-Teen Dynamic.

Retrieved from dari Common SenseMedia: https://

www.commonsensemedia.org/technolog-addictionconcern -controversy -

and- finding- balance-infographic#

Darling, N. (1999). Parenting style and its correlates. Clearing house on

Elementary and Early Childhood Education. Retrieved from http://ecap. crc.

illinois. edu/eecearchive/digests/1999/darlin99.pdf

Darling, N., & Toyokawa, T. (1997). Construction and validation of the parenting

style inventory II (PSI-II).

Dawe, S., & Loxton, N. J. (2004). The role of impulsivity in the development of

substance use and eating disorders. Neuroscience & Biobehavioral Reviews,

28, 343–351.

Deloitte. (2014). The Smartphone Generation Gap: Over-55? There's no App for

that. Retrieved from Creative Studio at Deloitte:http://www2.deloitte.com/

content/dam/Deloitte/global/Documents/Technogy-Media Telecommunica

tions /gx-tmt-2014prediction-smartphone.pdf

Desmita. (2015). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Enez Darcin, A., Kose, S., Noyan, C. O., Nurmedov., S., Yilmaz, O., & Dilbaz, N.

(2016). Smartphone addiction and its relationship with social anxiety and

Page 111: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

95

loneliness. Behaviour & Information Technology, 35(7), 520-525.

Doi:10.1080/0144929x.2016.1158319

Gary B. & Shelly, Misty.E. (2011). Discovering Computers. Boston: Course

Technology Cengage Learning.

George, Jeanne Lee. (1984). A Comparison of Chronic and Transient Loneliness

on the Variables of Anxiety, Depression and Self-Esteem." . LSU Historical

Dissertations and Theses. https://digitalcommons.lsu.edu/gradschool

disstheses /4015

Gierveld, J. D. J., & Van Tilburg, T. (2006). A 6-item scale for overall, emotional,

and social loneliness confirmatory tests on survey data. Research on Aging,

28(5), 582-598.

Gökçearslan, S., Filiz, K. M., Tülin, H., Yasemin, D. Ç. (2016). Modelling

smartphone addiction: The role of smartphone usage, self-regulation,

general self-efficacy and cyberloafing in university students. Computers in

Human Behavior, 639-649. http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2016.05.091

Goswami, V., & Divya Rani, S. (2016). Impact of mobile phone addiction on

adolescent’s life. International Journal of Home Science, 2(1), 69-74

Griffiths, M.D. & Kuss, D.J. (2017). Adolescent social media addiction

(revisited). Education and Health, 35, 59-62.

Griffiths, M.D. (1996). Behavioural addictions: An issue for everybody? Journal of

Workplace Learning, 8(3), 19-25.

Griffiths, M.D. (2005). A ‘components’model of addiction within a

biopsychosocial framework. Journal of Substance Use, 10, 191-197.

Hong, F. Y., Chiu, S. I., & Huang, D. H. (2012). A model of the relationship

between psychological characteristics, mobile phone addiction and use of

mobile phones by Taiwanese university female students. Computers in

Human Behavior, 28(6), 2152–2159, doi: 10.1016/j.chb.2012.06.020.

International Data Corporation (2013). Worldwide mobile phone market forecast to

grow 7.3% in 2013 driven by 1 billion smartphone shipments, according to

IDC. Retrieved from http://www.idc.com/getdoc.jsp?containerId=prUS

24302813

Jiang, Q., Li, Y., & Shypenka, V. (2018). Loneliness, Individualism, and

Smartphone Addiction Among International Students in China.

Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking. doi:10.1089/cyber.

2018.01

Jeong, S. H., Kim, H., Yum, J. Y., & Hwang, Y. (2016). What type of content are

smartphone users addicted to?: SNS vs. games. Computers in Human

Behavior, 54, 10e17. http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2015.07.035.

Page 112: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

96

Joreskog, K. and Sorbom, D. (1993). LISREL 8: Structural Equation Modelling

with the SIMPLIS Command Language. Scientific Software International

Inc., Chicago.

Karoly, P. (1993). Mechanisms of self-regulation: A systems view. Annual Review

of Psychology, 44, 23-52. http://dx.doi.org/10.1146/annurev.ps.44.

020193.000323

Kee, I.-K, Byun, J.-S., Jung, J.-K., & Choi, J.-K. (2016). The presence of altered

craniocervical posture and mobility in smartphone-addicted teenagers with

temporomandibular disorders. Journals of Physical Therapy Science, 28(2),

339-346. Doi:10.1589/jpts.28.339

Kim, D., Lee, Y., Lee, J., Nam, J. K., & Chung, Y. (2014). Development of Korean

Smartphone Addiction Proneness Scale for Youth. PLoS ONE, 9(5).

doi:10.1371/journal.pone.0097920

Kim, H.-J., Min, J.-Y., Min, K.-B., Lee, T.-J., & Yoo, S. (2018). Relationship

among family environment, self-control, friendship quality, and

adolescents’ smartphone addiction in South Korea: Findings from

nationwide data. PLoS ONE, 13(2). doi:10.1371/journal. pone.0190896

Kiran, Sk. (2019). Mobile Phone Addiction: Symptoms, Impacts and Causes-A

Review, presented at International Conference on Trends in Industrial &

Value Engineering, Business and Social Innovation, Bengaluru, 2019.

Bengaluru: BMS College of Engineering.

Kwon M, Lee JY, Won WY, Park JW, Min JA. (2013). Development and

Validation of a Smartphone Addiction Scale (SAS). PloS one 8(2)

doi:10.1371/journal.pone.0083558

Kwon, M., Kim, D.J., Cho, H & Yang, S. (2013). The Smartphone Addiction Scale:

Development dan Validation of a Short Version for Adolescent. PloS ONE,

8(12): e83558

LaRose, R., & Eastin, M. S. (2004). A Social Cognitive Theory of Internet Uses

and Gratifications: Toward a New Model of Media Attendance. Journal of

Broadcasting & Electronic Media, 48(3), 358–377. doi:10.1207/s155

06878jobem4803_2

LaRose, R., Lin, C. A., & Eastin, M. S. (2003). Unregulated Internet usage:

Addiction, habit, or deficient self-regulation? Media Psychology, 5(3), 225–

253.

Lian, L., You, X., Huang, J., & Yang, R. (2016). Who overuses Smartphones? Roles

of virtues and parenting style in Smartphone addiction among Chinese

college students. Computers in Human Behavior, 65, 92–99.

doi:10.1016/j.chb.2016.08.02

Li, J., Lepp, A., & Barkley, J. E. (2015). Locus of control and cell phone use:

Implications for sleep quality, academic performance, and subjective well-

being. Computers in Human Behavior, 52, 450–457.

doi:10.1016/j.chb.2015.06.021

Page 113: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

97

Luszczynska A, Diehl M, Gutiérrez-Doña B, Kuusinen P, & Schwarzer R. (2004)

Measuring one component of dispositional self-regulation: Attention

control in goal pursuit. Personality and Individual Differences, 37, 555–

566.

Maccoby, E. E., & Martin, J. A. (1983). Socialization in the context of the family:

Parent-child interaction, Manual of child psychology. New York, NY: John

Wiley and Sons.

Mahapatra, S. (2019). Smartphone addiction and associated consequences: role of

loneliness and self-regulation. Behaviour & Information Technology, 1–12.

doi:10.1080/ 0144929x.2018.1560499

Marcoen, A., Goossens, L., & Caes, P. (1987). Loneliness in pre- through late

adolescence: Exploring the contributions of a multidimensional approach.

Journal of Youth and Adolescence, 16, 561–577. doi:10.1007/ bf02138821.

Marlatt, G. A., Baer, J. S., Donovan, D. M., & Kivlahan, D. R. (1988). Addictive

behaviors: Etiology and treatment. Annual Review of Psychology, 39, 223–

252.

Marlina. (2017). Hubungan Fear of Missing Out (FoMO) dengan Kecenderungan

Kecanduan Internet pada Emerging Adulthood. Skripsi. Depok : Fakultas

Psikologi. Universitas Indonesia \

Metcalfe, J., & Mischel, W. (1999). A hot/cool-system analysis of delay of

gratification: Dynamics of willpower. Psychological Review, 106(1), 3–

19. doi:10.1037/0033-295x.106.1.3

Myers, D. G., (2012). Social Psychology: Tenth Edition. New York: Mc Graw Hill

Companies.

Moazedian, A., Taqavi, S. A., HosseiniAlmadani, S. A., Mohammadyfar, M. A., &

Sabetimani, M. (2014). Parenting style and Internet addiction. Journal of

Life Science and Biomedicine, 4 (1), 9-14.

Olson, H. David., & Jason L. Wilde. (2011). Five Parenting Styles based on the

Olson Circumplex Method.

Park, N., & Lee, H. (2012). Social implications of smartphone use: Korean college

students’ smartphone use and psychological well-being. Cyberpsychology,

Behavior, and Social Networking, 15(9), 491-497. http://dx.doi.org/10.10

89/cyber.2011.0580.

Park, Cheol & Park, Ye Rang (2014) The Conceptual Model on Smart Phone

Addiction among Early Childhood, International Journal of Social Science

and Humanity, 4(2) 147-150. DOI: 10.7763/IJSSH.2014.V4.336

Parlee, M. B. (1979). The friendship bond. Psychology Today, 13, 43−54

Page 114: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

98

Peake, S. J., Dishion, T. J., Stormshak, E. A., Moore, W. E., & Pfeifer, J. H. (2013).

Risk-taking and social exclusion in adolescence: Neural mechanisms

underlying peer influences on decision-making. NeuroImage, 82, 23–34.

doi:10.1016/j .neuroimage.2013.05.061

Perlman, D., & Peplau, L. A. (1981). Toward a Social Psychology of Loneliness. In

R. Gilmour, & S. Duck (Eds.), Personal Relationships: 3. Relationships in

Disorder (pp. 31-56). London: Academic Press.

Perdana. (2013). 41 Juta Masyarakat Indonesia Miliki Smartphone, 95% nya

Digunakan di Rumah. Retrieved from Marketeers: http://www.themar

keteers .com/archives/41-juta-masyarakat-indonesia-miliki-smartphone-95

nyadigunakan-di-rumah.html#.UqF-ddlW3gM

Przybylski, A. K., Murayama, K., DeHaan, C. R., & Gladwell, V. (2013).

Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out.

Computers in Human Behavior, 29, 1841–1848. http://dx.doi.org/10.1016/

j.chb.2013.02.014

Rezi, L. Retani (2016). Hubungan Antara Tingkat Adiksi Dengan Keterampilan

Sosial Pada Remaja Pengguna Smartphone di SMP N 10 Tegal. Skripsi.

Semarang : Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro

Russell, D. W. (1996). UCLA Loneliness Scale (Version 3): Reliability, Validity,

and Factor Structure. Journal of Personality Assessment, 66(1), 20–40.

doi:10.1207/s15327752jpa6601_2

Sathiyaseelan, A. (2014). Exploring the experience of adolescents on peer

influence. Global Journal of Biology, Agriculture & Health Science, 3(1),

174-184

Schwarzer, R. (2006). Assessing attention control in goal pursuit: a component of

dispositional self regulation. Journal of personality assessment, 86(3), 306-

317

Sebastian, C. L., Tan, G. C. Y., Roiser, J. P., Viding, E., Dumontheil, I., &

Blakemore, S.-J. (2011). Developmental influences on the neural bases of

responses to social rejection: Implications of social neuroscience for

education. NeuroImage, 57, 686-694. Doi: 10.1016/j.neuroimage.2010.09.

06

Skierkowski, D., & Wood, R. M. (2012). To text or not to text? The importance of

text messaging among college-aged youth. Computers in Human Behavior,

28(2), 744–756. doi:10.1016/ j.chb.2011.11.023

Somerville, L. H. (2013). The teenage brain: Sensitivity to social evaluation.

Current Directions in Psychological Science, 22, 121–127.

Stankovska, G., Angelkovska, S., Grncarovska, S. P. (2016). Social Networks Use,

Loneliness and Academic Performance among University Students.

Education Provision to Every One: Comparing Perspectives from Around

the World BCES Conference Books, 14(1)

Page 115: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

99

Stoltz, S., Londen, M., Dekovic, M., Prinzie, P., Castro, B., & Lochman, J. (2013).

Simultaneously testing parenting and social cognitions in children at-risk

for aggressive behavior problems: Gender differences and ethnic

similarities. Journal of Child and Family Studies, 22(7), 922-931.

http://dx.doi.org/10.1007/s10826-012-9651-8.

Tuch-Aksan, A., & Enim, S. A. (2019). Smartphone addiction, fear of missing out,

and perceived competence as predictors of social media Addiction of

Adolescents. European Journal of Education, 8(2), 559-569

Turel, O., and Serenko, A. (2010). Is mobile email addiction overlooked?

Communications of the ACM, 53(5), 41-43.

Umar, J. 2012. Confirmatory factor analysis: Bahan ajar perkuliahan, Jakarta: UIN

Syarif Hidayatullah

van Deursen, A. J., Bolle, C. L., Hegner, S. M., & Kommers, P. A. (2015).

Modeling habitual and addictive smartphone behavior: The role of

smartphone usage types, emotional intelligence, social stress, self-

regulation, age, and gender. Computers in human behavior, 45, 411-420.

Vera, J., Granero, R., & Ezpeleta, L. (2012). Father's and mother's perceptions of

parenting styles as mediators of the effects of parental psychopathology on

antisocial behavior in outpatient children and adolescents. Child Psychiatry

and Human Development, 43(3), 376-392. http://dx.doi.org/10.1007/s10

578-011-0272-z.

Wade, C., & Tavris, C. (2012). Invitation to Psychology: Fifth Edition. New Jersey:

Prentice Hall

Wills, T. A., Pokhrel, P., Morehouse, E., & Fenster, B. (2011). Behavioral and

emotional regulation and adolescent substance use problems: A test of

moderation effects in a dual-process model. Psychology of Addictive

Behaviors, 25, 279–292.

Yashika, A. F. (2015). Pengaruh dukungan sosial, loneliness, dan trait kepribadian

terhadap gejala depresi narapidana remaja di Lembaga pemasyarakatan.

Ciputat: skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Yuwanto, L. (2010). Cause of Mobile Phone Addiction. Anima Indonesian

Psychological Journal, 25(3), 225-229.

Zhang, Kem Z.K.; Chen, Chongyang; and LEE, Matthew K O, (2014).

Understanding The Role of Motives in Smartphone Addiction. PACIS 2014

Proceedings. http://aisel.aisnet.org/pacis2014/131

Zimmerman, B. J. (2000). Attaining self-regulation: a social cognitive perspective.

In M. Boekaerts, P. R. Pintrich, & M. Zeidner (Eds.), Handbook of self-

regulation (pp. 13-39). Burlington: Elsevier Academic Press

Page 116: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

LAMPIRAN

Page 117: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

101

Assallammualaikum wr. Wb

Dengan Hormat,

Perkenalkan saya Revina Citra mahasiswi Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saat ini sedang melakukan penelitian yang merupakan persyaratan untuk mencapai gelar sarjana psikologi

(S.Psi), memohon kesediaan kawan-kawan untuk mengisi kuesioner yang akan diberikan. Hal ini dilakukan

guna mendapatkan data acuan untuk penelitian yang sedang saya jalani.

Harap isi angket/kuisioner ini sejujur-jujurnya sesuai dengan kondisi Anda. tidak ada jawaban salah/benar

dalam pengisian angket ini.

kriteria yang saya butuhkan adalah sebagai berikut:

1. Berusia 15-21 tahun

2. Memiliki smartphone

3. Berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang atau Bekasi.

Jika Anda termasuk kedalam kriteria tersebut, maka saya memohon bantuan Anda untuk berpartisipasi

dalam pengisian kuisioner ini.

Dalam pengisian kuesioner ini tidak ada jawaban benar ataupun salah. Oleh karena itu kawan-kawan bebas

menentukan jawaban yang paling sesuari dengan kondisi diri kawan-kawan sekalian.

Saya sangat mengharapkan kerjasama dari kawan-kawan untuk mengisi seluruh bagian dari kuesioner ini

secara lengkap. Sesuai dengan kode etik penelitian, semua jawaban yang kawan-kawan berikan DIJAMIN

KERAHASIAANNYA dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

*Akan ada hadiah pulsa/ovo/go-pay (pilih salah satu) senilai 50 ribu untuk kawan-kawan yang beruntung.

Terimakasih atas kerjasama dan kesediaan waktu kawan-kawan dalam mengisi kuesioner ini. Semoga

kebaikan anda dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa dan segala urusan anda dipermudah.

Hormat saya,

Revina Citra Aditya (081289380166)

[email protected]

Atas perhatian dan bantuannya saya ucapkan terima kasih

Wassalammualaikum wr.wb

Page 118: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

102

IDENTITAS RESPONDEN (WAJIB DIISI)

Nama (Inisial) :

Usia :

Jenis Kelamin :

Domisili : Jakarta/Bogor/Depok/Tangerang/Bekasi *coret yan tidak perlu

No. Hp :

Reward yang diinginkan : Pulsa/GO-PAY/OVO *coret yang tidak perlu

Petunjuk Pengisian

Dibawah ini, terdapat sejumlah pernyataan yang menggambarkan smartphone addiction. Anda diminta

untuk memilih salah satu pada setiap pernyataan dengan memberikan tanda checklist (√). pilihlah jawaban

yang paling sesuai menggambarkan diri anda.

Keterangan:

STS = Sangat Tidak Setuju

TS = Tidak Setuju

S = Setuju

SS = Sangat Setuju

Sebelum anda menyerahkan lembaran ini, harap periksa kembali dan pastikan semua nomor terisi

dengan baik

Contoh :

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya senang bermain musik √

Page 119: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

103

Skala 1

NO PERNYATAAN STS TS S SS

1 Gagal melaksanakan rencana yang

sudah dibuat karena berlebihan menggunakan smartphone

2 Saya merasa sulit berkonsentrasi ketika

mengerjakan tugas didalam kelas atau

saat bekerja karena menggunakan smartphone

3 Saya merasakan sakit pada

pergelangan tangan atau belakang

leher ketika menggunakan smartphone secara berlebihan

4 Saya merasa tidak sanggup jika tidak menggunakan smartphone

5 Saya merasa resah atau jengkel jika tidak membawa smartphone

6 Pikiran saya selalu tertuju kepada

smartphone jika saya tidak

menggunakannya

7 Saya tidak akan berhenti menggunakan

smartphone walaupun kehidupan

sehari-hari saya sudah banyak terpengaruh oleh smartphone

8 Saya selalu memeriksa smartphone

secara terus-menerus sehingga saya

tidak melewatkan interaksi di media

sosial seperti WhatsApp, Line, Facebook, dsb.

9 Saya menggunakan smartphone lebih lama dari yang saya harapkan

10 Orang-orang di sekitar saya

mengatakan bahwa saya terlalu sering menggunakan smartphone

Skala 2

NO PERNYATAAN STS TS S SS

1 Orangtua saya merasa bahwa anak memiliki peran yang sama seperti anggota keluarga yang lain.

Page 120: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

104

2 Jika saya tidak sependapat dengan orangtua, mereka tetap memaksa saya untuk mengikuti pendapat mereka.

3 Ketika orangtua saya meminta saya

untuk melakukan sesuatu, saya harus

segera melakukannya tanpa banyak bertanya

4 Orangtua saya selalu menjelaskan

alasan dibuatnya peraturan untuk anaknya

5 Orangtua saya selalu memberi

kesempatan berdiskusi ketika saya

merasa ada peraturan dalam keluarga yang tidak masuk akal

6 Orangtua saya merasa bahwa saya

bebas untuk menentukan pilihan

walaupun hal tersebut tidak sejalan dengan apa yang orangtua pikirkan

7 Orangtua saya tidak mengizinkan saya

untuk mempertanyakan keputusan yang telah mereka buat.

8 Orangtua saya mengatur kegiatan saya

dan menentukan keputusan untuk saya sebagai bentuk kedisiplinan

9 Orangtua saya beranggapan dengan

memberikan banyak tekanan, maka saya akan semakin patuh.

10 Orangtua saya berpikir bahwa saya

tidak perlu mematuhi aturan yang berlaku.

11 Saya mengetahui harapan orangtua

saya, tetapi saya juga bisa

mendiskusikan harapan tersebut jika saya tidak sependapat dengan mereka.

12 Orangtua saya merasa bahwa orangtua

yang bijaksana adalah orangtua yang

mengajarkan siapa pemimpin dalam keluarga.

13 Orangtua saya jarang membimbing

saya tentang bagaimana seharusnya bersikap

14 Ketika membuat keputusan dalam keluarga, orangtua saya menuruti apa yang saya inginkan

15 Orangtua saya membesarkan saya

dengan arahan dan bimbingan secara rasional dan objektif

16 Orangtua saya akan sangat marah jika

saya tidak sesuai dengan keinginan mereka.

Page 121: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

105

17 Orangtua saya beranggapan bahwa

masalah dalam masyarakat dapat

terselesaikan jika orangtua tidak

membatasi kegiatan, aktivitas, keputusan, ataupun keinginan anak- anak mereka

18 Orangtua saya memberi tahu harapan

mereka terhadap saya, dan jika saya tidak memenuhi harapan mereka saya akan mendapat hukuman

19 Orangtua saya memperbolehkan saya

menentukan banyak hal untuk diri saya tanpa banyak arahan dari mereka.

20 Orangtua saya mempertimbangkan

pendapat saya ketika membuat

keputusan di dalam keluarga, tetapi dia

tidak memutuskan hanya karena keinginan anak-anaknya

21 Orangtua saya tidak menganggap

bahwa mereka memiliki tanggung

jawab untuk mengarahkan dan membimbing perilaku saya

22 Orangtua saya mempunyai standar

yang jelas mengenai perilaku anak

dirumah, namun mereka berkenan

untuk merubah standar tersebut sesuai

dengan kebutuhan setiap anak di dalam keluarga

23 Orangtua saya memberikan arahan

mengenai perlaku dan aktivitas saya,

mereka mengharapkan saya mengikuti

arahan tersebut, namun mereka setuju

untuk mendengar keluhan dan mendiskusikan hal tersebut kepada saya

24 Orangtua saya memperbolehkan saya

dan menentukan apa yang ingin saya lakukan

25 Orangtua saya mengaggap bahwa

masalah dalam masyarakat bisa di

cegah bila orangtua dapat mengontrol

anaknya secara paksa sehingga mereka

tidak melakukan hal yang tidak diinginkan

26 Orangtua saya sering mengatakan harapannya dan menginginkan saya sesuai dengan harapan mereka

27 Orangtua saya memberi arahan yang jelas untuk perilaku dan aktivitas saya,

Page 122: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

106

tapi mereka juga mengerti ketika saya tidak setuju dengan mereka

28 Orangtua saya tidak mengatur

perilaku, aktivitas ataupun apa yang saya inginkan

29 Orangtua saya tetap memaksakan

keinginan mereka walau mengetahui saya tidak menginginkannya.

30 Orangtua saya berani meminta maaf kepada anaknya jika memang melakukan hal yang salah

Skala 3

NO PERNYATAAN STS TS S SS

1 Saya memiliki seseorang yang bisa mendengarkan cerita tentang masalah sehari-hari saya

2 Saya merindukan memiliki teman dekat

3 Saya merasa hampa

4 Saya memiliki banyak orang yang bisa

saya percayai ketika saya memiliki

masalah

5 Saya merindukan memiliki seseorang yang dekat dengan saya

6 Saya merasa lingkungan pertemanan dan kenalan saya terlalu sempit.

7 Saya memiliki banyak orang yang bisa saya percayai sepenuhnya

8 Saya memiliki cukup orang yang dekat dengan saya

9 Saya merindukan bisa dekat dengan orang lain

10 Saya terkadang merasa dijauhi atau ditolak

11 Saya bisa menghubungi teman saya ketika saya membutuhkan mereka

Skala 4

NO PERNYATAAN STS TS S SS

1 Saya bisa berkonsentrasi untuk

mengerjakan satu kegiatan dalam waktu yang lama, jika dibutuhkan.

2 Jika saya terganggu ketika melakukan seuatu kegiatan, mudah bagi saya

Page 123: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

107

untuk kembali focus terhadap kegiatan tersebut

3 Jika suatu kegiatan membuat perasaan

saya tidak enak, saya bisa

menenangkan diri sejenak kemudian melanjutkan kegiatan tersebut

4 Jika dalam suatu kegiatan

membutuhkan keprofesionalan diri,

saya bisa mengkontrol perasaan saya

5 Susah bagi saya untuk menghilangkan

pikiran negatif yang mengganggu

dengan cara apapun

6 Saya bisa mengendalikan pikiran saya dari hal-hal mengganggu ketika mengerjakan tugas

7 Saya tidak bisa berkonsentrasi ketika saya merasa khawatir

8 Walaupun ada masalah yang

mengganggu, mudah bagi saya untuk tetap menyelesaikan suatu pekerjaan

9 Saya biasanya mempunyai banyak

pikiran dan perasaan yang

mengganggu konsentrasi saya ketika bekerja atau belajar

10 Saya tetap focus terhadap tujuan saya

dan tidak akan membiarkan apapun megalihkan saya dari tujuan saya.

Skala 5

NO PERNYATAAN STS TS S SS

1 Saya merasa gelisah apabila teman- teman saya memiliki pengalaman berharga melebihi saya.

2 Saya merasa khawatir ketika teman- teman saya bersenang-senang tanpa saya

3 Penting bagi saya untuk memahami lelucon teman-teman saya.

4 Terkadang saya merasa menghabiskan

banyak waktu untuk mengikuti apa yang sedang terjadi (up to date)

5 Saya merasa tidak nyaman jika melewatkan kesempatan untuk bertemu teman saya

6 Sangat penting bagi saya untuk

membagikan momen di media sosial ketika saya sedang bersenang-senang

Page 124: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

108

7 Saya merasa terganggu jika melewatkan acara yang sudah direncanakan jauh-jauh hari.

8 Ketika saya berlibur, saya akan

mencari tahu kegiatan apa yang

dilakukan teman-teman saya melalui sosial media (stalking)

Skala 6

NO PERNYATAAN STS TS S SS

1 Saya rela melakukan apa saja sesuai

dengan apa yang diinginkan orang lain agar diterima di lingkungan

2 Saya tidak bisa menjadi diri saya

sendiri ketika bersama teman-teman saya

3 Saya merokok ketika saya bertemu

dengan orang yang suka merokok

(perokok) meskipun sebenarnya saya bukan perokok

4 Saya ikut pergi bersenang-senang

dengan teman-teman daripada belajar

untuk ujian agar tidak dijauhi teman- teman

5 Saya rela menunda perkerjaan saya

karena ajakan bermain dengan teman- teman.

6 Saya berpakaian sesuai dengan apa yang teman-teman saya suka

7 Saya biasanya mematuhi orang tua saya

8 Saya sering meniru apa yang teman- teman saya lakukan

9 Saya mengikuti keinginan orang lain ketika memutuskan suatu hal

10 Berpergian dengan teman-teman saya

sampai lupa waktu merupakan hal

yang biasa

Page 125: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

109

UJI VALIDITAS KONSTRUK

SMARTPHONE ADDICTION

DA NI=10 NO=250 MA=PM

LA

SA1 SA2 SA3 SA4 SA5 SA6 SA7 SA8

SA9 SA10

PM SY FI=SA.COR

MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST

TD=SY

LK

SA

PD

FR TD 2 1 TD 10 3 TD 7 1

OU SS TV MI

Lampiran 3

HASIL UJI VALIDITAS CFA

1. Smartphone Addiction

Page 126: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

110

UJI VALIDITAS KONSTRUK

PERMISSIVE

DA NI=10 NO=250 MA=PM

LA

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

PM SY FI=permissive.cor

MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST

TD=SY LK

permissive

FR TD 9 4 TD 8 3 TD 9 3 TD 4 2 TD 10

8 TD 8 4 TD 4 3 TD 9 5 TD 4 1 TD 9 8

PD

OU SS TV MI

UJI VALIDITAS KONSTRUK

AUTHORITARIAN

DA NI=10 NO=250 MA=PM

LA

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10

PM SY FI=AUTHORITARIAN.COR

MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST

TD=SY

LK

AUTHORITARIAN FR TD 9 8 TD 7 2 TD 5 1 TD 10 5 TD 8

7 TD 9 6 TD 5 3 TD 3 1 TD 9 1 TD 8 1

TD 10 4 TD 10 6 TD 2 1 TD 7 6 TD 9 4

PD

OU SS TV MI

2. Permissive Style

3. Authoritarian Style

Page 127: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

111

UJI VALIDITAS KONSTRUK

OTORITATIF

DA NI=10 NO=250 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10

PM SY FI=OTORITATIF.COR

MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST

TD=SY

LK

OTORITATIF PD

FR TD 7 6 TD 8 5 TD 9 5 TD 9 8 TD 6 5

TD 9 6 TD 8 6 TD 7 2 TD 9 7 TD 8 7 TD

7 5 TD 3 1 TD 9 3 TD 8 3 TD 4 1

OU SS TV MI

UJI VALIDITAS KONSTRUK

KESEPIAN SOSIAL

DA NI=5 NO=250 MA=PM

LA X1 X2 X3 X4 X5

PM SY FI=KSOSIAL.COR

MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST

TD=SY

LK

KSOSIAL

FR TD 3 1 TD 3 2

PD OU SS TV MI

4. Authoritative Style

5. Kesepian Sosial

Page 128: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

112

UJI VALIDITAS KONSTRUK

KESEPIAN EMOSIONAL

DA NI=6 NO=250 MA=PM

LA E1 E2 E3 E4 E5 E6

PM SY FI=KEMOSIONAL.COR

MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST

TD=SY

LK

KEMOSIONAL

FR TD 6 2 TD 4 2 TD 6 4 TD 6 5

PD

OU SS TV MI

6. Kesepian Emosional

7. Self-Regulation

UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF REGULATION

DA NI=10 NO=250 MA=PM

LA

SR1 SR2 SR3 SR4 SR5 SR6 SR7 SR8

SR9 SR10

PM SY FI=SR.COR

MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST

TD=SY

LK

SR FR TD 7 5 TD 8 4 TD 9 7 TD 9 5 TD 9 2

TD 7 4 TD 10 5 TD 10 4 TD 10 8 TD 8 2

TD 2 1 TD 3 2

PD

OU SS TV MI

Page 129: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

113

UJI VALIDITAS KONSTRUK FEAR

OF MISSING OUT

DA NI=8 NO=250 MA=PM

LA

R1 R2 R3 R4 R5 R6 S7 S8

PM SY FI=FOMO.COR

MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST

TD=SY

LK

FOMO

FR TD 8 6 TD 5 1 TD 7 6 TD 8 4 TD 8 5

TD 7 1 TD 6 3 TD 8 2

PD

OU SS TV MI

UJI VALIDITAS KONSTRUK

KONFORMITAS

DA NI=10 NO=250 MA=PM

LA

C1 C2 C3 C4 C5 A6 A7 A8 A9 A10

PM SY FI=KONFORMITAS.COR

MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST

TD=SY

LK

KONFORMITAS FR TD 9 8 TD 10 5 TD 3 2 TD 7 6 TD 2

1 TD 10 2 TD 7 1 TD 10 1 TD 5 3 TD 8 3

TD 8 7

PD

OU SS TV MI

8. Fear of Missing Out (FOMO)

9. Konformitas

Page 130: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

114

Lampiran 4

HASIL ANALISIS REGRESI

1. Distribusi Frekuensi

Page 131: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

115

2. Kategorisasi Variabel

Page 132: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

116

3. Analisa Multiple Regression

Page 133: PENGARUH PARENTING STYLE LONELINESS SELF REGULATION, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 7. Bapak Tjatur Supiantoro (Ayah), Ibu Nurjanah (Bunda), Ibu Sulastri

117