PENGARUH MUTU MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA BIDANG STUDI PKn ( STUDI PADA SMP AL – HASRA SAWANGAN DEPOK ) Oleh: Achmad Fauzan NIM. 102015024048 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H / 2007 M
90
Embed
Pengaruh Mutu Mengajar Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH MUTU MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA BIDANG STUDI PKn
( STUDI PADA SMP AL – HASRA SAWANGAN DEPOK )
Oleh:
Achmad Fauzan NIM. 102015024048
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H / 2007 M
PENGARUH MUTU MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA BIDANG STUDI PKn
( STUDI PADA SMP AL – HASRA SAWANGAN DEPOK )
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Achmad Fauzan NIM. 102015024048
Di Bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA. NIP. 150 202 343
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL ( IPS )
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H / 2007 M
KATA PENGANTAR
بِسْـمِ االلهِ الَّر حْمَنِ الَّر حِيْمِ
Sembah dan sujud syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa yang
telah menciptakan bumi beserta isinya. Dialah yang telah menciptakan
manusia sebagai makhluk yang sempurna dan memposisikan sebagai
kholifah di muka bumi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalah-Nya dan mengajarkan
kepada ummat manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat
hidup dan semoga apa yang telah diajarkan kepada ummat manusia akan
tetap abadi sampai akhir zaman.
Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi
dengan judul “Pengaruh Mutu Mengajar Guru Terhadap Hasil
Belajar Siswa Bidang Studi PKn ( Studi Pada SMP Al – Hasra
Sawangan Depok )” dapat diselesaikan dan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam Pada UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tidak lupa semua pihak yang sangat membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini, dengan penuh kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA., pembantu Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dan sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang tak
berhenti memberikan saran produktif dan kritik yang membangun
dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Drs. H. Nurochim, MM., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial ( IPS ) dan sekaligus sebagai Dosen Penasehat
Akademik, yang senantiasa memberikan nasehat-nasehat yang positif
dan motivasi selama penulis kuliah.
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (
IPS ), atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis
kuliah.
5. Bapak Andi Suhandi, S.Pd., Kepala SMP Al – Hasra Sawangan Depok.
Bapak dan Ibu guru serta seluruh staf SMP Al – Hasra, atas
kesempatan dan informasi yang telah diberikan selama penulis
melakukan penelitian.
6. Pengelola Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta
Perpustakaan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ),
terima kasih atas buku-bukunya dan pelayanan yang telah diberikan
kepada penulis.
7. Ayahanda Sri Waluyo dan Ibunda Khayatun tercinta, yang telah
berjuang tanpa mengenal menyerah untuk mengasuh, mendidik,
membimbing, mendoakan dan berkorban baik moril maupun materil,
sehingga penulis berhasil menyelesaikan studi (jihad) di UIN SYAHID
ini . “rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani
shaghira”.
8. Saudara kembarku Achmad lazim dan adikku Nur Fajriatul Azizah yang
tiada hentinya memberikan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas doa dan dukungannya.
9. Kawan-kawan Jurusan Pendidikan IPS dan alumni KI – Supervisi
pedidikan angkatan 2002 yang sudah menyelesaikan studi “aku nyusul
nich…!” dan yang belum mudah-mudahan cepat selesai, terima kasih
atas motivasi dan dukungannya yang telah diberikan kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat Alici@ com, Nur Habibi, Maulana “@le”, Opick, Mas
Ke-1, h.33 5 Nurhasan, Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II: Kurikulum Untuk Abad Ke-21,
(Jakarta: PT. Grasindo, 1994), h. 390
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa
mengajar berarti memberi pelajaran.6 Sedangkan menurut Moh.
Uzer Usman, “Mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi
lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan
pengajaran yang menimbulkan proses belajar”.7
Menurut Tyson dan Caroll yang dikutip oleh Muhibbin Syah
dalam bukunya “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru”
mengungkapkan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah
proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-
sama aktif melakukan kegiatan.8
Definisi guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar.9 Sedangkan menurut Moh.Uzer Usman, “Guru
merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru”.10
Menurut Balnadi Sutadipura yang dikutip oleh Syafruddin
Nurdin dalam bukunya “Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum” mengungkapkan bahwa guru adalah orang yang layak
digugu dan ditiru.11
Ngalim Purwanto mengartikan bahwa guru adalah “Orang
yang pernah memberikan sesuatu ilmu atau kepandaian tertentu
6 Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., h. 17 7 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2005), Cet. Ke-17, h. 6 8 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, ( Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2002 ), Cet. Ke-7, h. 182 9 Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., h. 377 10 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 5 11 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, ( Jakarta:
Quantum Teaching, 2005 ), Cet. Ke-1, h. 6
kepada seseorang atau kelompok, misalnya guru silat, guru ngetik,
guru tari dan lain-lain”.12
Guru merupakan sosok teladan dan salah satu sumber
pengetahuan bagi siswanya, sehingga sudah sewajarnya jika
mereka memiliki kualitas yang tinggi. Dengan memiliki kualitas
kerja yang tinggi maka diharapkan akan menghasilkan siswa yang
memiliki prestasi yang tinggi pula.
Dikarenakan keberadaan seorang guru itu sangat penting
dan utama, maka mereka dituntut untuk selalu mengikuti
perkembangan kemajuan teknologi. Oleh sebab itu, guru
hendaknya selalu mampu meningkatkan dan memperluas
pengetahuan serta wawasan baik secara formal maupun non
formal.
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan
tanggung jawab moril yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan
pada siswa sangat bergantung pada tanggungjawab guru dalam
melaksanakan tugasnya. Apabila guru berhasil melaksanakan
tugasnya dengan baik maka akan tampak perubahan yang berarti
pada diri siswa, seperti sikap positif dalam belajarnya dan prestasi
belajar akan semakin meningkat. Bagi guru sendiri keberhasilan
akan mampu meningkatkan kepuasan kerja, rasa percaya diri dan
semangat kerja yang tinggi.
Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan di atas,
maka dapat ditarik kesimpulan tentang definisi mutu mengajar
yaitu keadaan atau ukuran baik buruk dari hasil kegiatan orang
yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik dengan
tingkat keunggulan yang tinggi seperti memiliki kualifikasi
12 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, ( Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2001 ), Cet. Ke-13, h. 138
akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional.
2. Kedudukan, dan Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.13 Namun secara
luas guru dapat diartikan sebagai orang yang berwenang dan
bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa, baik secara
individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Sejak dulu, dan mudah-mudahan sampai sekarang, guru
menjadi anutan masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh
murid di ruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat
lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan
yang dihadapi masyarakat. Tampaknya masyarakat mendudukkan
guru pada tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat,
yakni di depan memberi suri teladan, di tengah-tengah
membangun, dan di belakang memberikan dorongan dan motivasi.
Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani.14
Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di
pundak guru diberikan tugas yang berat. Namun lebih berat lagi
mengemban tanggung jawab, sebab tanggung jawab itu tidak
hanya terbatas di lingkungan sekolah tetapi juga di luar sekolah.
Pembinaan yang harus diberikan guru tidak hanya secara kelompok
tetapi juga secara individual. Hal ini menuntut guru agar selalu
memperhatikan sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didiknya
tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah.
13 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, ( Jakarta:
Rhineka Cipta, 2000 ), Cet. Ke-1, h. 31 14 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 7-8
Dalam ajaran agama Islam sangat menghargai orang-orang
yang berilmu pengetahuan (guru/ulama), sehingga mereka pantas
untuk mencapai taraf penghormatan dan kedudukan yang tinggi.
Penghormatan dan kedudukan yang tinggi ini amat logis diberikan
kepadanya, karena dilihat dari jasanya yang demikian besar dalam
membimbing dan mengarahkan, membentuk akhlak, dan
memberikan pengetahuan sehingga anak didik siap menghadapi
hari depan dengan penuh rasa percaya diri dan dapat
melaksanakan fungsi kekhalifahan di muka bumi.
Peranan guru dalam proses belajar mengajar meliputi
banyak hal, Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa peranan
guru sebagai korektor, inspirator, informatory, organisator,
pengelola kelas, mediator, supervisor, dan evaluator.15
Sedangkan Piet A. Sahertian mengutip pendapat Watten B
dalam menjelaskan peranan guru sebagai “tokoh terhormat dalam
masyarakat, penilai, seorang sumber, pembantu, wasit, detektif,
objek identifikasi, penyangga rasa takut, orang yang menolong
memahami diri, pemimpin kelompok, orang tua/wali, orang yang
membina dan memberi layanan, kawan sekerja dan pembawa rasa
kasih sayang.16
Peranan guru menurut Adams dan Decey dalam Basic
Principles of Student Teaching, yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman
dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” antara lain guru sebagai
pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan,
15 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., h. 43 16 Piet A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional, ( Yogyakarta: Andi Offset, 1994 ), h.
14
partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan
konselor.17
Yang akan penulis kemukakan di sini adalah peranan yang
dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Guru Sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau
pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau
materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya
dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.18
2) Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager),
guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan
belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang
perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar
kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan
pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan ini turut
menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi
lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah yang
bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar,
memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas bergantung
pada banyak faktor, antara lain ialah guru, hubungan pribadi
antara siswa di dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana di
dalam kelas.19
17 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 9 18 Ibid, h. 9 19 Ibid, h. 10
3) Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena
media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian
media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan
yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi
berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.20
Sedangkan sebagai fasilitator guru hendaknya mampu
mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat
menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar,
baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah , ataupun
surat kabar.
4) Guru Sebagai Evaluator
Sebagai evaluator guru hendaknya mampu dan terampil
melaksanakan penilaian karena, dengan penilaian, guru dapat
mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia
melaksanakan proses belajar.21
Selain itu profesi guru juga memiliki banyak tugas, baik yang
terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian.
Tugas pokok seorang guru adalah melaksanakan pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Moh. Uzer Usman mengelompokkan tugas
guru ke dalam tiga jenis, yaitu: tugas profesi, tugas kemanusiaan,
dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.22
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar,
dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan
20 Ibid, h. 11 21 Ibid, h. 12 22 Ibid, h. 6-7
nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan
melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada
siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus
dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus
mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya.
Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi
motivasi bagi siswanya dalam belajar.
Tugas guru dalam bidang masyarakat diharapkan dapat
memberikan ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru
berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila.
Sedangkan tugas guru menurut Piet A. Sahertian umumnya
dibedakan: “tugas personal, tugas social dan tugas professional”.23
Bahkan bila dirinci lagi lebih jauh, tugas guru tidak hanya
yang telah disebutkan. Menurut Roestiyah N. K bahwa guru dalam
mendidik anak didik bertugas untuk:
1) Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman
2) Membentuk kepribadian anak yang harmonis 3) Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai
Undang-undang pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. II Tahun 1983
4) Sebagai perantara dalam belajar 5) Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik
ke arah kedewasaan 6) Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat 7) Sebagai penegak disiplin 8) Guru sebagai administrator dan manajer 9) Pekerjaan guru sebagai profesi 10) Guru sebagai perencana kurikulum
23 Piet A. Sahertian, Op. Cit., h. 12
11) Guru sebagai pemimpin 12) Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.24
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam
masyarakat, bahkan guru pada hakekatnya merupakan komponen
strategis yang memilih peran yang penting dalam menentukan
gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru
merupakan faktor condisio sine quanon yang tidak mungkin
digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa
sejak dulu, terlebih-lebih pada era kontemporer ini.
3. Kompetensi Guru
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran menuntut adanya
perubahan dalam sistem maupun mutunya. Dengan demikian
masyarakat menuntut kompetensi guru yang dapat menjamin
berhasilnya pendidikan yang diharapkan.
Sebelum penulis menjelaskan mengenai pengertian
kompetensi guru secara mendalam, maka penulis terlebih dahulu
akan mengemukakan tentang landasan-landasan kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru berdasarkan Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
Sekarang ini, sudah saatnya kompetensi guru harus
ditingkatkan. Oleh karena itu pemerintah pada saat ini dengan
melalui Departemen Pendidikan Nasional telah berupaya untuk
melaksanakan kualitas profesional guru diantaranya PGSD, D2, D3,
Strata 1 serta dengan adanya program Akta IV yang hanya
dikhususkan bagi seorang pengajar yang berada di lembaga
sekolah.
Secara yuridis pemerintah menetapkan Undang-undang
tentang pendidikan, dalam Undang-undang Dasar 45 pasal 31 ayat
24 Roestiyah, N.K, Didaktik Metodik, ( Jakarta: Bumi Aksara 1994 ), h. 32
1 dan pasal 3, yang berbunyi: “Ayat (1) Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan, (3) Pemerintahan mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
Undang-undang”.25
Selanjutnya pasal tersebut diatur dengan Undang-undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bab XI tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam
pasal-pasal berikut:
Pasal 39 ayat (1) bahwa tenaga kependidikan bertugas
Hal senada juga dinyatakan dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam
bab IV pasal 8 bagian kesatu mengenai kualifikasi, kompetensi, dan
sertifikasi yang berbunyi: “guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.30 Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 tersebut diperjelas lagi pada
pasal 10 ayat 1 yaitu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.
Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.31
Namun kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan mengelola
pembelajaran belum memberikan harapan yang memuaskan.
Keadaan yang demikian ini menimbulkan pertanyaan dalam diri kita
di mana letak kesalahannya. Perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran yang tidak sesuai atau kurang adanya pemahaman
terhadap peserta didik. kecenderungan jawabannya ada pada diri
seorang guru itu sendiri.
29 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, ( Jakarta: Asa Mandiri, 2006 ), Cet. Ke-3, h. 114
30 Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
( Jakarta: Asa Mandiri, 2006 ), h. 7 31 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Op. Cit., h. 160
Kompetensi kepribadian, merupakan kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.32 Akan
tetapi realitas yang ada, banyak guru yang kurang memperhatikan
kemampuan kepribadiannya sebagai tuntutan profesi seorang guru,
yakni kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
berwibawa dan berakhlak mulia. Keadaan yang demikian sering
membuat guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak
profesional, tidak terpuji, bahkan tindakan-tindakan tidak senonoh
yang merusak citra dan martabat guru. Berbagai kasus yang
disebabkan oleh kepribadian guru yang kurang memuaskan sering
kita dengar di berita-berita atau kita baca di media-media cetak,
misalnya; ada oknum guru yang menghamili peserta didik, terlibat
kasus pencurian, penipuan, dan kasus-kasus yang tidak pantas
dilakukan oleh guru. Dalam kaitan inilah pentingnya guru memiliki
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia guna keprofesionalan seorang guru dalam menjalankan
kinerjanya sebagai tokoh idola peserta didik.33
Kompetensi profesional, merupakan kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.34
Namun dalam pelaksanaannya masih banyak guru yang jauh dari
harapan. Dimana seorang guru hanya berperan sebagai pemindah
32 Ibid, h. 160 33 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, ( Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2007 ), Cet. Ke-1, h. 121 34 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Op. Cit., h. 160
ilmu pengetahuan saja. Dalam artian apa yang disampaikan kepada
peserta didik hanya didapat dari membaca buku saja tanpa
penelaahan atau pemahaman lebih lanjut dan mendalam sehingga
guru benar-benar paham dengan materi yang akan disampaikan.
Keadaan seperti ini belum mencerminkan adanya kinerja yang
bertanggung jawab oleh seorang guru.
Kompetensi sosial, merupakan kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidik,
orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.35 Kenyataan
dalam prosesnya komunikasi antara sesama pendidik, pendidik
dengan tenaga kependidikan, pendidik dengan wali murid, dan
pendidik dengan masyarakat selama ini belum cukup memuaskan.
Sehingga keadaan seperti ini memungkinkan kurang maksimalnya
kinerja guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan
pembimbing.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dan
Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 yang telah
dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya
guru difungsikan sebagai subjek yang membimbing dan
memberikan pelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar
perlu memenuhi kriteria tertentu diantaranya kompetensi dan
profesionalitas. Oleh karena itu, guru tidak saja mendidik fungsi
sebagai orang dewasa yang bertugas secara profesional
memindahkan ilmu pengetahuan ( transfer of knowledge ) atau
penyalur ilmu pengetahuan ( transmitter of knowledge ) yang
dikuasai kepada anak didik, melainkan lebih dari itu, ia menjadi
pemimpin, pendidik, dan pembimbing di kalangan anak didiknya.
35 Ibid, h. 161
Demikian kompetensi dasar yang harus di miliki oleh seorang
guru dan juga yang merupakan landasan dalam mengabdikan
profesinya. Kompetensi dasar guru jelas sangat berguna bagi guru,
sebab dengan adanya perumusan kompetensi dasar guru bisa
dijadikan pedoman bagi guru untuk menilai dirinya apakah dia
sebagai seorang guru dalam menjalankan profesinya telah dapat
memenuhi kompetensi-kompetensi tersebut. Bila belum, guru harus
berani mengakui kekurangannya itu, dan berusaha untuk mencapai
perbaikan. Dengan demikian guru tersebut selalu berusaha untuk
mengembangkan dirinya dan lebih memantapkan dirinya menjadi
seorang guru.
Kemudian untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang
guru yang dituntut oleh masyarakat dewasa ini, perlu diuraikan
mengenai pengertian kompetensi guru agar tidak terjadi salah
tafsir.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata kompetensi
berarti kewenangan atau hak kekuasaan untuk menentukan dan
memutuskan sesuatu hal, dan secara kebahasaan mengandung arti
(1) cakap mengetahui pekerjaan atau persoalan, (2) berhak,
berwenang menentukan sesuatu.36
Istilah kompetensi mempunyai banyak makna seperti yang
dirumuskan beberapa para ahli, berikut ini:
Menurut Roestiyah N.K mengutip pendapat W. Robert
Houston dalam memberikan pengertian kompetensi sebagai
berikut: “competence ordinarily is defined as adequacy for a task or
as possession of require knowledge, skill and abilities”. Yang dapat
diartikan sebagai suatu tugas yang memadai atau pemilikan
36 J. S. Badudu, et. Al., Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1994 ), Cet. Ke-5, h. 518
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut pada
jabatan seseorang.37
Adapun menurut Broke and Stone (1975) sebagaimana yang
telah diterjemahkan oleh Moh. Uzer Usman menyatakan bahwa “
Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku
guru yang tampak sangat berarti.38 Sedangkan menurut Zakiyah
Darajat bahwa kompetensi adalah kewenangan atau kecakapan
untuk menentukan atau memutuskan suatu hal.39
Di dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” Moh. Uzer
Usman mengungkapkan bahwa kompetensi guru merupakan
“Kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi
keguruannya.”40 Artinya bahwa guru yang piawai dalam
melaksanakan profesinya dapat disebut guru yang kompeten dan
profesional.
Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Saman. A, bahwa
“Seseorang dikatakan berkompeten dalam bidang tertentu apabila
orang tersebut menguasai kecakapan kerja atau keahlian sesuai
dengan tuntutan bidang yang bersangkutan, dengan demikian ia
mempunyai kewenangan dalam pelayanan sosial.”41
Menurut Barlow (1985) sebagaimana yang telah
diterjemahkan oleh Muhibbin Syah menyatakan bahwa “Kompetensi
37 Roestiyah, N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, ( Jakarta: PT Bina Aksara,1989 ),
Cet. Ke-3, h. 4 38 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 14 39 Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, ( Jakarta: Ruhama,
1995 ), Cet. Ke-2, h. 95 40 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 14 41 Saman. A, Profesionalisme Keguruan, ( Yogyakarta: Kanisius, 1994 ), Cet. Ke-1,
h.94
guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.”42
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli,
maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan
kemampuan dasar yang seharusnya dimiliki setiap guru dalam
melaksanakan tugas-tugasnya dan kewajibannya secara baik dan
bertanggung jawab sehingga kegiatan belajar mengajar dapat
terlaksana dengan efektif dan efisien.
Roestiyah N.K, mengemukakan suatu rumusan yang
dikembangkan oleh team Dosen Pembina Ilmu Keguruan di IKIP
mengenai kompetensi dasar guru, diantaranya adalah seorang guru
harus memiliki kemampuan untuk dapat:
1) Merumuskan tujuan instruksional 2) Memanfaatkan sumber-sumber materi dan belajar 3) Mengorganisasi materi pelajaran 4) Membuat, memilih dan menggunakan media pendidikan dengan
tepat 5) Menguasai, memilih dan menggunakan metode penyampaian
yang tepat untuk pelajaran tertentu 6) Mengetahui dan menggunakan assesmen siswa 7) Memenej interaksi belajar mengajar, sehingga efektif dan tidak
membosankan bagi siswa 8) Mengevaluasi dan mengadministrasikannya 9) Mengembangkan semua kemampuan yang telah dimilikinya
ketingkat yang lebih berdaya guna dan berhasil guna.43
Pendidikan guru merupakan suatu sarana untuk menyiapkan
siapa saja yang ingin melaksanakan tugas dalam profesi guru.
Karena pada semua profesi persiapan itu mengikutsertakan
seseorang dalam memperoleh pengetahuan dan kemampuan untuk
dilaksanakan nanti, dan dilain segi mengembangkan peranan yang
diperlukan untuk membahas tingkah laku dan ketrampilan. Oleh
42 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 229 43 Roestiyah, N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Op. Cit., h. 8
karena itu, seorang guru yang progresif harus mengetahui dengan
pasti, kompetensi apa yang dituntut oleh masyarakat dewasa ini
bagi dirinya. Setelah mengetahui, dapat dijadikan pedoman untuk
meneliti dirinya apakah dia sebagai guru dalam menjalankan
tugasnya telah dapat memenuhi kompetensi-kompetensi itu. Bila
belum guru yang baik harus berani mengakui kekurangannya dan
berusaha untuk mencapai perbaikan. Dengan demikian guru
tersebut selalu berusaha mengembangkan dirinya.
Moh. Uzer Usman mengemukakan bahwa kompetensi dapat
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1) Kompetensi pribadi, yang meliputi: a) Mengembangkan kepribadian
- Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa - Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang
berjiwa pancasila - Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan
sebagai guru b) Berinteraksi dan berkomunikasi
- Berinteraksi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional
- Berinteraksi dengan masyarakat dalam penunaian misi pendidikan
c) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan - Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar - Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat
khusus d) Melaksanakan administrasi sekolah
- Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah - Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah
e) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran - Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah - Melaksanakan penelitian
2) Kompetensi profesional, yang meliputi: a) Menguasai landasan kependidikan
- Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
- Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat
- Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar
b) Menguasai bahan pengajaran - Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar
dan menengah - Menguasai bahan pengayaan
c) Menyusun program pengajaran - Menetapkan tujuan pembelajaran - Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran - Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar - Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang
sesuai - Memilih dan memanfaatkan sumber belajar
d) Melaksanakan program pengajaran - Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat - Mengatur ruangan belajar - Mengelola interaksi belajar mengajar
e) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan - Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran - Menilai proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan.44 Demikian tentang tugas, peranan dan kompetensi guru yang
merupakan landasan dalam mengabdikan profesinya. Guru yang
profesional tidak hanya mengetahui, tetapi betul-betul melaksanakan apa-
apa yang menjadi tugas dan peranannya.
Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam bukunya “Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar” membagi kompetensi kedalam tiga bidang,
yaitu:
1) Kompetensi bidang kognitif
2) Kompetensi bidang sikap (afektif)
3) Kompetensi bidang perilaku (psikomotorik).45
Penjelasan mengenai tiga bidang kompetensi yang telah disebutkan
di atas adalah sebagai berikut:
44 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 16-19 45 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Algesindo, 2002 ),
Cet. Ke-6, h. 18
1) Kompetensi bidang kognitif
Kompetensi bidang kognitif yaitu kemampuan intelektual yang
dimiliki oleh guru. Seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan
metode mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku
individu, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan,
pengetahuan tentang menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang
masyarakat, serta pengetahuan umum lainnya.
2) Kompetensi bidang afektif
Kompetensi bidang sikap (afektif) adalah kesediaan dan kesiapan guru
terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas profesinya.
Misalnya sikap mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata
pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman
profesinya.
3) Kompetensi bidang psikomotorik
Kompetensi bidang perilaku (psikomotorik) yaitu segala kemampuan
guru dalam berbagai keterampilan atau perilaku yang bersifat
jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku
pengajar, seperti keterampilan mengajar, membimbing menilai,
menggunakan alat bantu pengajaran, keterampilan berkomunikasi dan
lain-ain.
Berdasarkan penjelasan di atas, sudah tentu ketiga bidang
kompetensi tersebut tidak dapat berdiri sendiri, saling berhubungan
dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Guru merupakan pemeran utama pendidikan formal. Ia
mempunyai tugas yang berat untuk mencapai tujuan pendidikan
yaitu meningkatkan dan mengembangkan khazanah pengetahuan (
kognitif ), sikap ( afektif ), dan keterampilan ( psikomotorik ) para
siswa.
Untuk dapat melaksanakan tugas ini dengan sebaik-
sebaiknya maka setiap guru dituntut mempunyai bekal yang cukup
dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan terhadap tugas-
tugas keguruan. Kompetensi guru di Indonesia telah pula
dikembangkan oleh Proyek Pembinaan Pendidikan Guru (P3G)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Menurut P3G yang
termasuk kompetensi profesional guru ada sepuluh yang meliputi:
1) Menguasai bahan 2) Mengelola program belajar mengajar 3) Mengelola kelas 4) Menggunakan media atau sumber belajar 5) Menguasai landasan-landasan kependidikan 6) Mengelola interaksi belajar mengajar 7) Menilai prestasi belajar untuk kepentingan pengajaran 8) Mengenal fungsi program bimbingan dan penyuluhan di sekolah 9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 10) Memahami prinsip-prinsip dan penafsiran hasil pendidikan bagi
keperluan pengajaran.46
Hal di atas merupakan tugas dan kewajiban guru dalam
mengemban tugasnya selaku guru yang mempunyai keahlian
khusus/ memiliki kompetensi yang handal dalam bidang mengajar
yang akan diaplikasikan terhadap muridnya.
Oemar Hamalik pun berpendapat bahwa guru yang dinilai
kompeten secara professional apabila:
1) Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya
2) Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil
3) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan sekolah
4) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar dan mengajar dalam kelas.47
46 Ibid., h. 19 47 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, ( Jakarta:
Bumi Aksara, 2003 ), h. 38
Dapat disimpulkan bahwa seorang guru yang progresif harus
mengetahui dengan pasti, kompetensi apa yang dituntut oleh
masyarakat dewasa ini bagi dirinya. Setelah mengetahui, dapat
dijadikan pedoman untuk meneliti dirinya apakah dia sebagai guru
dalam menjalankan tugasnya telah dapat memenuhi kompetensi-
kompetensi itu. Bila belum guru yang baik harus berani mengakui
kekurangannya dan berusaha untuk mencapai perbaikan. Dengan
demikian guru tersebut selalu berusaha mengembangkan dirinya.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Mengajar Guru
Mutu guru dalam mengajar pada hakekatnya merupakan
hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu
faktor yang datangnya dari dalam dan luar dirinya. Faktor yang
datang dari dalam dirinya (faktor internal) antara lain adalah faktor
kesehatan, potensial, bakat, sikap dan kepribadian. Sedangkan
faktor yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal) antara lain
faktor kepemimpinan kepala sekolah, anak didik, dan sarana.
Menurut Kartini Kartono terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi mutu guru antara lain adalah faktor dari dalam diri
sendiri yang meliputi kecerdasan, keterampilan dan kecakapan,
bakat, kemampuan dan minat, motif, kepribadian dan cita-cita. Dan
faktor dari luar diri sendiri yang meliputi lingkungan dan sarana
prasarana.48
Kedua faktor tersebut menunjukkan bahwa guru sebagai ahli
pendidikan dan pengajaran harus mampu memiliki kesadaran,
keinginan dan kemauan untuk selalu meningkatkan kompetensinya,
sehingga diharapkan guru menjadi lebih kompeten dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Selain itu ditunjang juga
dengan upaya-upaya dari luar, seperti sarana dan prasarana serta
kegiatan-kegiatan pengembangan kompetensi guru dalam upaya
untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pengajaran (
pendidikan dan pelatihan, seminar, dan penataran-penataran ).
Untuk meningkatkan mutu guru perlu dipertimbangkan
faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar
dirinya. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia
serta pembinaan yang telah diupayakan dengan baik oleh kepala
sekolah, namun jika guru tersebut tidak memiliki kemauan maka
semuanya tidak akan berjalan dengan lancar. Dengan adanya
kemauan, kecakapan serta keahlian yang dimiliki oleh seorang guru
maka segala kekurangan yang ada akan menjadi pendorong
baginya untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuannya.
Menurut Muhammad Numan Somantri dalam bukunya
“menggagas pembaharuan pendidikan IPS” mengemukakan bahwa
untuk meningkatkan mutu mengajar guru adalah sebagai berikut:
a) Sikap bersahabat, tidak agresif, kooperatif, demokratis, sopan dalam memperlakukan siswa, tetapi tetap dapat memelihara wibawa.
b) Menghargai pendapat dan menjaga perhatian siswa dengan jalan menunjukkan adanya relevansi antara pendapat tersebut dengan tujuan pelajaran.
c) Antusias terhadap bahan pelajaran yang sedang dibicarakan. d) Dapat memperkaya bahan pelajaran yang terdapat dalam buku
pelajaran dengan sumber-sumber majalah, surat kabar, cerita-ceriat film, maupun hubungannya dengan pelajaran.
e) Dapat memperagakan secara skematis bahan pelajaran di papan tulis, sehingga memungkinkan para siswa tertarik terhadap bahan-bahan pelajaran.
f) Dapat merumuskan teknik bertanya yang dapat menumbuhkan kemampuan mengingat, berpikir, menilai, dan berpikir kreatif pada para siswa.
g) Dapat memberi jalan kepada para siswa untuk mendorong kegiatan-kegiatan menyelidiki bahan pelajaran, hingga mereka dapat memiliki keterampilan berpikir ilmiah maupun dapat
menemukan sistem nilai yang positif bagi seorang warga negara.49
Dengan demikian, faktor internal pada guru merupakan
faktor yang utama dan mendasar dalam meningkatkan mutu
mengajar guru, juga dalam menentukan keberhasilan dan
pencapaian tujuan pendidikan, karena guru merupakan ujung
tombak dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Namun faktor eksternal juga merupakan penunjang bagi
guru dalam meningkatkan kualitas mengajarnya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah
dalam menjalankan fungsinya sebagai supervisor untuk
meningkatkan mutu mengajar guru diantaranya adalah membina
dalam program pengajaran, membina dalam pengelolaan
pengajaran, membina dalam menyusun evaluasi pengajaran,
memberi kesempatan kepada guru untuk melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi. Dengan meningkatnya mutu mengajar guru maka
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai.
B. Hasil Belajar Siswa
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu “hasil” dan “belajar”.
Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh
usaha, pikiran dan sebagainya.50
Adapun pengertian belajar menurut para ahli adalah sebagai
berikut: belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi
49 Muhammad Numan Somantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, ( Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2001 ), Cet. Ke-1, h. 290 50 Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., h. 391
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam
perilakunya. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena
kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan
merupakan hasil pengalaman.51
Belajar merupakan proses yang unik dan kompleks.
Keunikan itu disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada
individu yang belajar, tidak pada orang lain dan setiap individu
menampilkan perilaku belajar yang berbeda. Perbedaan penampilan
itu disebabkan karena setiap individu mempunyai karakteristik
individualnya yang khas, seperti minat, intelegensi, perhatian, bakat
dan sebagainya. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya
perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku
itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.52
Menurut Lester D Crow dan Alice Crow yang dikutip oleh
Roestiyah N.K berpendapat bahwa “belajar adalah perubahan
individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap”.53
Nana sudjana mengemukakan pendapatnya tentang belajar,
menurutnya belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya
perubahan di mana perubahan tersebut ditunjukan dalam berbagai
bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
tingkah laku kecakapan dan kemampuan, daya kreasi, daya
penerimaan dan lain-lain yang ada pada individu.54
Sementara Ratna Wilis Dahar mengungkapkan bahwa belajar
adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah sebagai
51 Rini Susanti, Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar, ( Jakarta: Teknodik, 2003 ), h.
129 52 Rijadi Sarojo, Pembelajaran Integratif Dalam Bidang Kimia, ( Malang: Jurnal
Teknologi Pembelajaran Teori dan Penelitian, 2003 ), h. 3 53 Roestiyah, N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Op. Cit., h. 141 54 Nana Sudjana, Op. Cit., h. 28
akibat adanya pengalaman. Sedangkan menurut Muhibbin Syah
bahwa belajar adalah suatu tahapan perubahan seluruh tingkah
laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.55
Dalam definisi di atas dikatakan bahwa seseorang belajar
melalui perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dalam menguasai
ilmu pengetahuan. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
adalah rangkaian proses usaha seseorang untuk memperoleh
pengetahuan dan kecakapan tertentu, yang pada akhirnya
diharapkan adanya perubahan dalam kebiasaan serta sikapnya.
Sementara hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
oleh murid setelah ia menerima pengalaman belajar.56 Dalam buku
yang lain Nana Sudjana berpendapat yang dimaksud dengan hasil
belajar ialah seperangkat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik
setelah melalui evaluasi yang didapat yaitu hasil belajar tingkat
kognitif.57
Sumadi Suryabrata membagi pengertian hasil belajar dalam
dua pengertian: Pertama, hasil belajar murid adalah penguasaan
kecakapan yang diusahakan secara sengaja dalam suatu waktu dan
satuan bahan tertentu. Kedua, hasil belajar adalah perbedaan
antara kecakapan pada awal dan akhir belajar mengajar.
Hasil belajar terjadi melalui usaha dengan mendengar,
membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan,
menghayati, meniru, melatih, dan mencoba sendiri atau berarti
dengan pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar juga harus relatif menetap, bukan perubahan yang
55 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 9 56 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995 ), Cet. Ke-5, h. 22 57 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Op. Cit., h. 50
bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang
kembali.
Hasil belajar murid dapat dikatakan sebagai hasil yang
diperoleh melalui belajar dalam bentuk nilai rata-rata dalam setiap
caturwulan atau semester. Nilai prestasi belajar dari seluruh mata
pelajaran dituliskan dalam raport setelah diolah dari hasil tes
subsumatif, formatif, kurikuler, tes sumatif dengan penggunaan
rumus:
522 rQpNA ++
=
Keterangan:
NA : Nilai prestasi pelajaran untuk raport
P : Nilai tes formatif/subsumatif
Q : Nilai kurikuler/PR
r : Nilai tes sumatif
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu
dan merupakan umpan balik yang diberikan oleh peserta didik
setelah ia mengetahui suatu proses belajar. Hasil belajar tersebut
tidak hanya pengetahuan saja, tetapi dapat berbentuk perilaku
yang ditunjukan oleh murid.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar murid tidak
terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar murid itu
sendiri. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar
dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang
tergantung pada apa yang telah diketahui si subjek belajar, tujuan,
motivasi, proses interaksi dengan bahan yang dipelajari.
Caroll berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh lima faktor, yakni (a) bakat belajar, (b) waktu
yang tersedia untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa untuk
menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran, dan (e)
kemampuan individu. Empat faktor tersebut di atas (a,b,c,e)
berkenaan dengan kemampuan individu dan (d) adalah faktor di
luar individu (lingkungan).58
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
murid dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri murid), yakni keadaan
atau kondisi jasmani dan rohani murid, meliputi dua aspek
yakni:
a) Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-
sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
murid dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang
lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif)
sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak
membekas.
b) Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan
pembelajaran murid. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah
murid yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu
adalah sebagai berikut:
58 Ibid, h. 40
1) Tingkat kecerdasan atau inteligensi murid
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat. Jadi, inteligensi sebenarnya bukan persoalan
kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ
tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa
peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi
manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ
tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara
pengontrol” hamper seluruh aktifitas menusia.
Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) murid tak dapat
diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan
belajar murid. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan
inteligensi seorang murid maka semakin besar
peluangnya untuk memperoleh sukses.
2) Sikap murid
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon
(response tendency) dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek, orang, barang, dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif.59 Sikap merupakan faktor
psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Dalam hal
ini sikap yang akan menunjang belajar seseorang ialah
sikap positif (menerima) terhadap bahan atau pelajaran
yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar dan
terhadap lingkungan tempat di mana ia belajar seperti:
59 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 135
kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran dan
sebagainya.60
3) Bakat murid
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan
demikian, sebetulnya setiap orang mempunyai bakat
dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Jadi, secara global bakat mirip dengan inteligensi. Itulah
sebabnya seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas
(superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut
juga sebagai gifted child yakni anak berbakat intelektual.
4) Minat murid
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan
dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu.
Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil
belajar murid dalam bidang-bidang studi tertentu.61
2. Faktor-faktor eksternal (faktor dari luar diri murid), yakni kondisi
lingkungan di sekitar murid. Yang dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
a) Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan
representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi
proses dan hasil belajar murid.62 Dalam dunia pendidikan
yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah keluarga,
masyarakat dan sekolah serta teman-teman sepermainan di
1 ,874(a) ,763 ,755 1,21079 ,763 90,258 1 28 ,000 ,275a Predictors: (Constant), Mutu mengajar guru b Dependent Variable: Hasil belajar
Data Guru/Tenaga Pengajar SMP Al-Hasra Tahun Ajaran 2006/2007
Ijazah terakhir No. Nama Pendidikan Program
studi/jurusan
Mengajar bidang studi
1 Andi Suhandi, S.Pd. S1-Uhamka Jakarta Pendidikan Sejarah IPS (Sejarah) 2 Ir. Urip Anjar Winarni S1-Undip. Peternakan IPA (Biologi) 3 Sri Nurhayati. A, S. Pd S1-IKIP Jakarta Pendidikan Sejarah IPS (Geografi)4 Drs. Alam Semesta S1-IAIN Syarif .H. Peradilan Agama PAI (Mulok) 5 Sumitar Dahlan, BA. Sarmud-Univ. Fakultas Da’wah PPKn, PAI 6 Am. Mansyur, S. Pd S1-Ibn. Khaldun Bgr Pendidikan luar sekolah PENJASKES 7 Mardiyenti, S. Pd S1-Univ. B. Hatta Bhs.dan sastra
Indonesia Bhs. Indonesia
8 Rohma Indrawati, S. Tp
S1-IPB Teknologi Pertanian IPA (Biologi, Fisika)
9 Nuryati, S. Pd. S1-Uhamka Jakarta Pendidikan Matematika Matematika 10 Syaripudin, S. Pd. S1-Uhamka Jakarta Pendidikan Sejarah IPS (Sejarah) 11 Izhar, S. Pd. S1-Univ. Negeri
Pdng Teknik Mesin Elektro
12 Maryadi, S. Pd, MM. S2-Univ. Magister Manajemen Ekonomi 13 Herman Risin, S. Pd. S1-Univ. Bahasa Indonesia Bhs.
Indonesia 14 Sulistyawati D1-Univ. Ilmu Peng. Alam (IPA) MTK, Fisika 15 Juryati D3-IKIP Pendidikan Sejarah IPS (Ekonomi)16 Dra. Evi Warni S1-IAIN Fakultas Dakwah PAI (Inti) 17 Linda Farahas K, S.
Pd. S1-Univ. Pend. Bahasa Inggris Bahasa
Inggris 18 Vivi Elvia, S. Pd. S1-STKIP Pend. Bahasa Inggris Bahasa
Inggris
Data Tata Usaha Dan Karyawan SMP Al-Hasra Tahun Ajaran 2006/2007
No. Nama Pendidikan Terakhir Jabatan
1 Ir. Urip Anjar Winarni S1-Undip Wakasek bag. kurikulum 2 Sri Nurhayati. A, S. Pd S1-IKIP
Jakarta Wakasek bag. sarana prasarana dan keuangan
3 Edwin Effendhy D3-Univ. Staff TU Administrasi 4 Rojih D3-Univ. Staff TU Administrasi 5 Hanifah Husny SMA Staff TU Bagian Keuangan 6 Tedi Sediana S1-Univ. Staff TU Administrasi Umum Yayasan 7 Dede Ismail D3-Univ. Staff TU Administrasi 8 Jamaludin S1-Univ. Staff TU Bagian Keuangan
9 Hijriyani Mardhotillah S1-Univ. Koordinator Perpustakaan 10 Sari yanah SMK Operator Telepon 11 Tusam S1-Univ. Marbot Masjid Al-Hasra 12 Nana Sutrisna SD Keamanan/Satpam 13 Iwan Afriansyah SMP Keamanan/Satpam 14 Idrus Mono SD Bagian Pelayanan dan Kebersihan 15 Mansur SMP Bagian Pelayanan dan Kebersihan 16 Sanusi SMP Bagian Pelayanan dan Kebersihan
Keadaan Siswa-siswi SMP Al-Hasra Tahun Ajaran 2006/2007
Kelas L P Jumlah
I ( Satu ) 25 39 64
II ( Dua ) 45 57 102
III ( Tiga ) 54 32 86
Jumlah 124 128 252
Sarana dan Prasarana SMP Al-Hasra
No. Jenis Jumlah 1 Gedung 1 2 Ruang Kepala Sekolah 1 3 Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 4 Ruang Guru 1 5 Ruang Tata Usaha 1 6 Ruang Administrasi 1 7 Ruang Kelas/Belajar 8 8 Ruang BP 1 9 Ruang Multimedia 1 10 Ruang Perpustakaan 1 11 Ruang Piket/KBD 1 12 Laboratorium IPA 1 13 Laboratorium Komputer 1 14 Laboratorium Seni/Musik 1 15 Lapangan Olahraga/Upacara 2 16 Masjid/Musholla 1 17 Koperasi Yayasan 1 18 Koperasi Siswa 1 19 Pos Satpam 1 20 Kantin 1 21 WC/Kamar Mandi 3 22 Gudang 1