PENGAR DALA T (Kuasi Eksperimen p Diajukan untuk M PROGR JURUSAN PE FAKULTA UNIVERSITAS ARUH MULTIMEDIA INTERAK AM PEMBELAJARAN BIOLOG TERHADAP RETENSI SISWA pada Konsep Sistem Ekskresi di SMAN 5 Tan SKRIPSI Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh G Pendidikan (S.Pd.) Oleh DIMAS GIRI PUTRA NIM: 109016100036 RAM STUDI PENDIDIKAN BIOLO ENDIDIKAN ILMU PENGETAHUA AS ILMU TARBIYAH DAN KEGUR S ISLAM NEGERI SYARIF HIDAY JAKARTA 1435 H./2014 M. KTIF GI ngerang Selatan) Gelar Sarjana OGI AN ALAM RUAN YATULLAH
208
Embed
PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28692/1/DIMAS... · SKRIPSI Diajukan untuk ... Jurusan/Prodi : Pendidikan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
TERHADAP RETENSI SISWA
(Kuasi Eksperimen pada Konsep Sistem Ekskresi di SMAN 5 Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
DIMAS GIRI PUTRA
NIM: 109016100036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1435 H./2014 M.
PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
TERHADAP RETENSI SISWA
(Kuasi Eksperimen pada Konsep Sistem Ekskresi di SMAN 5 Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
DIMAS GIRI PUTRA
NIM: 109016100036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1435 H./2014 M.
PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
TERHADAP RETENSI SISWA
(Kuasi Eksperimen pada Konsep Sistem Ekskresi di SMAN 5 Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
DIMAS GIRI PUTRA
NIM: 109016100036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1435 H./2014 M.
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
TERHADAP RETENSI SISWA
(Kuasi Eksperimen pada Konsep Sistem Ekskresi di SMAN 5 Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) Untuk
Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
DIMAS GIRI PUTRA
NIM: 109016100036
Dibawah Bimbingan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
TERHADAP RETENSI SISWA
(Kuasi Eksperimen pada Konsep Sistem Ekskresi di SMAN 5 Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) Untuk
Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
DIMAS GIRI PUTRA
NIM: 109016100036
Dibawah Bimbingan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
TERHADAP RETENSI SISWA
(Kuasi Eksperimen pada Konsep Sistem Ekskresi di SMAN 5 Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) Untuk
Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
DIMAS GIRI PUTRA
NIM: 109016100036
Dibawah Bimbingan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAMPEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP RETENSI SISWA (KuasiEksperimen pada Konsep Sistem Ekskresi di SMAN 5 Tangerang Selatan)”diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas IslamNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, oleh Dimas Giri Putra, NIM.109016100036 dan telah dinyatakan LULUS dalam ujian munaqasah padatanggal 7 Oktober 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhakmemperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan IlmuPengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Biologi.
Jakarta, Oktober 2014
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dra. Nurlena, MA., Ph.DNIP. 19591020 198603 2 001
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAMPEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP RETENSI SISWA (KuasiEksperimen pada Konsep Sistem Ekskresi di SMAN 5 Tangerang Selatan)”diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas IslamNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, oleh Dimas Giri Putra, NIM.109016100036 dan telah dinyatakan LULUS dalam ujian munaqasah padatanggal 7 Oktober 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhakmemperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan IlmuPengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Biologi.
Jakarta, Oktober 2014
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dra. Nurlena, MA., Ph.DNIP. 19591020 198603 2 001
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAMPEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP RETENSI SISWA (KuasiEksperimen pada Konsep Sistem Ekskresi di SMAN 5 Tangerang Selatan)”diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas IslamNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, oleh Dimas Giri Putra, NIM.109016100036 dan telah dinyatakan LULUS dalam ujian munaqasah padatanggal 7 Oktober 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhakmemperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan IlmuPengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Biologi.
Jakarta, Oktober 2014
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dra. Nurlena, MA., Ph.DNIP. 19591020 198603 2 001
KEMENTERIAN AGAMAFORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010FITK No. Revisi: : 01Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Dimas Giri Putra
Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 16 September 1991
NIM : 109016100036
Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi
Judul Skripsi : PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP RETENSI
SISWA (Kuasi Eksperimen pada Konsep Sistem
Ekskresi di SMAN 5 Tangerang Selatan)
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat Wisuda.
Jakarta, 1 Januari 2015
Mahasiswa Ybs.
__Dimas Giri Putra__NIM. 109016100036
i
ABSTRAK
Dimas Giri Putra, 109016100036. Pengaruh Multimedia Interaktif dalamPembelajaran Biologi terhadap Retensi Siswa (Kuasi Eksperimen padaKonsep Sistem Ekskresi di SMAN 5 Tangerang Selatan). Skripsi, ProgramStudi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahJakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh multimedia interaktif dalampembelajaran biologi terhadap retensi siswa. Penelitian ini dilaksanakan padabulan Maret – April 2014 di SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan. Metode yangdigunakan adalah Quasi Experiment dengan desain Pretest-Posttest ControlGroup Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Simple RandomSampling. Terdapat 71 siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini. Mereka terbagidalam dua kelompok, yakni kelompok eksperimen (n = 36) dan kelompok kontrol(n = 35). Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur retensi adalah tespilihan ganda, sedangkan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahuirespon siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif adalah angket.Berdasarkan analisis hasil posttest II (retest) pada kedua kelompok denganmenggunakan uji-t diperoleh hasil thitung > ttabel (6.080 > 1.658), ini menunjukkanbahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dankelompok kontrol. Tingkat retensi kelompok eksperimen (101.01 %) lebih tinggidibandingkan kelompok kontrol. Respon siswa menunjukkan bahwa multimediainteraktif dapat meningkatkan retensi siswa. Dengan demikian dapat disimpulkanbahwa terdapat pengaruh multimedia interaktif dalam pembelajaran biologiterhadap retensi siswa.
Kata Kunci: multimedia interaktif, retensi siswa
ii
ABSTRACT
Dimas Giri Putra, 109016100036. The Influence of Interactive Multimedia inTeaching Biology to Students’ Retention (Quasi-Experiments on the Concept ofthe Excretory System at SMAN 5 South Tangerang). BA Thesis, The StudyProgram of Biology Education, Department of Natural Sciences Education,Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State IslamicUniversity Jakarta.
The aim of this study was to know the influence of interactive multimedia inteaching biology to students’ retention. This study was conducted in March - April2014 at SMA Negeri 5 South Tangerang. The study method was Quasi Experimentwith the Pretest-Posttest Control Group Design. Sampling was taken by usingtechnique of Simple Random Sampling. About 71 students were involved in thisstudy. They were separated in two groups i.e. group of experimental (n = 36) andgroup of control (n = 35). The instrument of this study that used to measureretention was multiple-choice test, while the instrument of this study that used toknow the students’ response to the using of interactive multimedia wasquestionnaire. Based on the analysis of posttest II (retest) results in the twogroups using t-test was obtained that tcount > ttable (6.080 > 1.658), it shown thatthere is significant distinction between the experimental group and the controlgroup. The retention of experimental group (101.01 %) was higher than controlgroup (90.07 %). Student responses indicate that interactive multimedia canimprove student retention. Therefore, it can be concluded that there is influence ofinteractive multimedia in teaching biology to students’ retention.
Pendidikan nasional telah menempatkan diri di dalam kehidupan
berbangsa dan bermasyarakat sejak terbentuknya Republik Proklamasi.1
Pendidikan dapat menjadi ruang bagi negara untuk membangun sumber daya manusia
yang diperlukan dalam pembangunan serta bagi setiap peserta didik agar dapat
mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki.2 Hal ini merupakan suatu
bentuk pencapaian cita-cita bangsa Indonesia seperti yang diamanatkan dalam
pembukaan UUD 1945, ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebagaimana tertuang dalam pasal 3 UU RI tentang sistem pendidikan nasional
No. 20 tahun 2003 mengenai fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang
berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensipeserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.3
Pelaksanaan pendidikan sebagian besar terjadi di sekolah melalui proses
pembelajaran. Guru bertindak sebagai pengajar yang sedang mengajar dan siswa
sebagai pelajar yang sedang belajar. Sehingga, dapat dikatakan bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu pendidikan bergantung dari apa yang
dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas.
1 H. A. R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2010), Cet. III, h. 64.
2 Agung Setiawan, Sutarto, dan Indrawati, Metode Praktikum dalam PembelajaranPengantar Fisika SMA: Studi pada Konsep Besaran dan Satuan Tahun Ajaran 2012-2013, JurnalPembelajaran Fisika Vol. 1 No. 3, 2012, h. 285.
3 UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika,2011), Cet. IV, h. 7.
2
Guru merupakan komponen yang sangat strategis bagi sebuah sistem
pendidikan sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan.4 Seorang guru
mempunyai peran untuk mengelola seluruh proses pembelajaran dengan
menciptakan kondisi-kondisi belajar yang memungkinkan setiap siswa dapat
belajar secara aktif, efektif dan efisien. Dalam pengelolaan ini, guru perlu
memiliki inovasi-inovasi agar mampu mengatasi permasalahan yang ada dalam
pembelajaran.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Artinya,
proses belajar yang dialami siswa sangat mempengaruhi berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu.5 Adanya perencanaan pengajaran dapat
mempermudah pencapaian suatu tujuan pendidikan yang diharapkan. Sebagai
guru yang baik dan profesional akan selalu mempersiapkan perencanaan secara
matang, mengingat manfaatnya yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa.
Biologi merupakan bagian dari ilmu sains yang memiliki dua dimensi yang
bersifat mendasar, yakni dimensi produk dan dimensi proses. Biologi sebagai
dimensi produk merupakan sumber fakta, sumber teori, sumber prinsip, dan
sumber konsep. Sedangkan biologi sebagai dimensi proses mengandung
keterampilan, nilai, dan sikap yang harus dimiliki seseorang atau siswa untuk
mendapatkan dan mengembangkan pengetahuan biologi.6 Biologi mempunyai
kesamaan dengan cabang atau disiplin lainnya dalam ilmu sains, yaitu
mempelajari gejala alam, dan merupakan sekumpulan konsep-prinsip teori sebagai
produk sains dan cara kerja atau metode ilmiah sebagai proses sains. Biologi
memiliki cabang ilmu yang beragam, seperti zoologi, mikrobiologi, histologi,
morfologi, fisiologi, dan sebagainya.
Pada satuan pendidikan SMA/MA, Biologi merupakan salah satu mata
pelajaran wajib yang harus dipelajari oleh siswa kelas X serta siswa kelas XI IPA
4 Sujarwo, Peranan Guru dalam Pemberdayaan Siswa, Jurnal Dinamika Pendidikan No.1 Th. XVII, 2010, h. 2.
5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 2010), Cet. XV, h. 87.
6 Nur Efendi, Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching Berpotensi MeningkatkanKetuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA, Jurnal PEDAGOGIA Vol. 2 No. 1, 2013, h. 85.
3
dan XII IPA. Sebagian siswa menganggap pembelajaran biologi sebagai
pembelajaran yang sulit dan membosankan karena dipelajari dengan cara
menghafal materi. Hal tersebut menjadikan materi pelajaran tidak dapat diingat
dengan baik, sehingga berpengaruh pada pencapaian nilai siswa yang cenderung
rendah.7 Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi daya
ingat (retensi) yang dimiliki siswa maka akan semakin tinggi pula hasil belajar
siswa yang diperoleh.
Menurut O’Day, tanpa adanya pembelajaran ulang kebanyakan siswa akan
mengingat mendekati 25% dari informasi yang didapat dalam jangka waktu satu
minggu dan mendekati 21% apabila dalam jangka waktu 2 sampai 4 minggu.8
Kemudian Ebinghaus dalam Sulistyoningsih dkk. menyebutkan bahwa dapat
terjadi pengurangan retensi dengan cepat setelah interval waktu tertentu dan lupa
atau berkurangnya retensi ini dapat terjadi beberapa jam pertama setelah proses
belajar berlangsung.9 Dengan kata lain retensi akan terus mengalami penurunan
seiring berjalannya waktu, bahkan telah disebutkan bahwa dalam beberapa jam
pertama setelah proses pembelajaran, siswa akan mengalami lupa. Maka sebisa
mungkin retensi harus dipertahankan dengan adanya pengulangan-pengulangan
materi.
Rahman dalam Sri Hartati dkk. menyatakan bahwa retensi merupakan
salah satu indikator bermutunya hasil belajar. Proses pembelajaran akan
berlangsung lancar bila siswa memiliki retensi yang baik. Namun, ketika terdapat
siswa yang mempunyai retensi rendah maka akan muncul masalah karena proses
pembelajaran menjadi lamban sehingga tidak tercapainya target yang sebelumnya
7 Muhammad Abdul Halim, Sri Wiyanti, dan Rin Widya Agustin, Keefektifan TeknikMnemonic untuk Meningkatkan Memori Jangka Panjang dalam Pembelajaran Biologi pada SiswaKelas VIII SMP Al-Islam 1 Surakarta, h. 1,(http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrajiwa/article/download/ 26/16).
8 Danton H. O’Day, The Value of Animations in Biology Teaching: A Study of Long-Term Memory Retention, Journal of CBE-Life Sciences Education Vol. 6, 2007, h. 221.
9 Panca Agus Sulistyoningsih, Imam Suyanto, dan Triyono, Pengaruh Rehearsal danInterferensi terhadap Retensi pada Belajar Matematika Siswa Kelas IV Sekolah Dasar diKecamatan Puring Tahun Ajaran 2010/2011, h. 1-2,(http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/download/635/322).
4
sudah ditentukan.10 Meningkatkan kemampuan retensi bukanlah usaha yang
mudah untuk diraih. Selain melakukan berbagai inovasi pada penerapan model
pembelajaran di kelas, diperlukan pula inovasi-inovasi pada penggunaan media
pembelajaran.
Media merupakan alat bantu guru dalam memberikan pembelajaran.
Media pembelajaran mampu memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar,
serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Media tidak hanya
sebagai alat bantu, tetapi juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi
belajar.11 Media pembelajaran memiliki beberapa macam bentuk, salah satu
bentuk media pembelajaran adalah multimedia interaktif.
Multimedia interaktif merupakan penggabungan media teks, gambar,
video, animasi, dan suara yang dapat disajikan secara bersamaan sehingga dapat
menghasilkan interaktivitas pengguna yang dapat menimbulkan rangsangan
(stimulus) berbagai indera sehingga pengguna dapat menerima dan mengolah
informasi yang kemudian dipertahankan dalam ingatannya.12 Pelibatan berbagai
indera yang dimaksud yakni tidak hanya audiotori dan visual, tetapi juga
kinestetik. Artinya selain melihat dan mendengar, siswa dirangsang untuk aktif
dalam pembelajaran dengan cara berinteraksi dengan multimedia interaktif yang
disediakan. Pelibatan berbagai indera tersebut bertujuan untuk dapat menerima
dan mengolah informasi yang kemudian dipertahankan dalam ingatannya.
Multimedia interaktif terbagi atas beberapa model. Menurut Rusman
dalam Nandi, multimedia interaktif terdiri dari empat model, antara lain drill,
tutorial, simulation, dan games. Keempat model tersebut memiliki karakteristik
masing-masing. Model multimedia interaktif drill memberikan pengalaman yang
lebih konkret melalui penyediaan latihan-latihan soal; model multimedia interaktif
tutorial berisikan kumpulan materi pelajaran; model multimedia interaktif
10 Sri Hartati, Kurnia Ningsih, dan Syamswisna, Model Pembelajaran STAD dan GIterhadap Retensi Siswa di MAN, h. 2,(http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/454/491).
11 Andoyo Sastromiharjo, “Media dan Sumber Pembelajaran”, Makalah disampaikanpada Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru Sekolah Menengah Pertama, 2008, h. 3-4.
12 Elang Krisnadi, Membangun Konstruksi Pengetahuan Siswa dalam PembelajaranMatematika melalui Pemanfaatan Program Multimedia Interaktif (PMI), h. 3,(http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fmipa201147.pdf).
5
simulation memberikan pengalaman secara nyata melalui penciptaan tiruan-tiruan;
dan model multimedia interaktif games memberikan fasilitas belajar yang
menyediakan tantangan yang menyenangkan bagi siswa.13 Pada penelitian ini,
model multimedia interaktif yang akan digunakan merupakan gabungan dari
keempat model tersebut. Tujuannya adalah multimedia interaktif selain
menyajikan berupa tutorial konsep biologi yang di dalamnya memuat berbagai
simulasi, juga terdapat kumpulan soal-soal sebagai pengukuran setiap indikator,
serta menyediakan fasilitas permainan sebagai penambah motivasi belajar.
Pembuatan multimedia interaktif menggunakan software Macromedia
Director. Pemilihan software ini didasarkan pada produk yang akan dihasilkan
supaya bisa dijalankan tanpa memakai player khusus. Software ini pun dapat
digunakan tanpa harus menggunakan komputer berkemampuan tinggi.
Salah satu materi dalam mata pelajaran biologi yang dibahas di kelas XI
SMA IPA Semester 2 adalah mengenai sistem ekskresi. Kurangnya penggunaan
media pembelajaran berbasis multimedia mengakibatkan siswa merasa kesulitan
dalam memahami materi sistem ekskresi yang bersifat abstrak seperti organ
ekskresi dan mekanisme ekskresi.14 Konsep tersebut dinilai abstrak karena siswa
tidak dapat mengamatinya secara langsung, sehingga siswa harus membayangkan
sendiri dalam sistem kognitifnya. Kondisi yang demikian siswa membutuhkan
media yang dapat menyimulasikan konsep sistem ekskresi untuk mempermudah
siswa dalam mengolah informasi dan menyimpannya pada sistem penyimpanan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas yang telah dikemukakan terkait dengan
permasalahan masih rendahnya retensi siswa pada materi pelajaran biologi
ditingkat SMA, maka perlu dilakukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh
Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Biologi terhadap Retensi Siswa”.
13 Nandi, Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Geografi diPersekolahan, Jurnal “GEA” Jurusan Pendidikan Geografi Vol. 6 No. 1, 2006, h. 5-7.
14 Juwita Ayu Laksmi, Nursasi Handayani, Endang Suarsini, Pengembangan MediaPembelajaran Berbasis Multimedia pada Mata Pelajaran Biologi Materi Sistem Ekskresi Kelas XISMA Brawijaya Smart School Malang, h. 1, (http://jurnal-online.um.ac.id/article/do/detail-article/1/33/1089).
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Guru masih mengemas pembelajaran biologi dengan cara menghafal materi.
2. Retensi siswa dalam pembelajaran biologi masih tergolong rendah.
3. Konsep mengenai sistem kerja tubuh manusia dinilai abstrak.
4. Perlu adanya inovasi dalam pembelajaran melalui penggunaan multimedia
interaktif.
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang dikaji tidak melebar dan lebih terarah, maka
dalam penelitian ini dibatasi pada aspek-aspek sebagai berikut:
1. Konsep biologi yang akan disampaikan adalah sistem ekskresi. Karena,
konsep ini mengandung unsur abstrak dan penggunaan multimedia interaktif
sesuai pada konsep ini.
2. Multimedia interaktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah media
pembelajaran berupa program yang dibuat dengan menggunakan software
Macromedia Director. Pemilihan software ini didasarkan pada hasil ekstensi
file executable (*exe), yang artinya program multimedia interaktif dapat
dijalankan di semua komputer tanpa harus menggunakan player khusus.
3. Pengukuran retensi siswa dilakukan dengan menggunakan tes objektif pilihan
ganda yang diberikan 3 minggu setelah posttest I. Tes objektif pilihan ganda
dipilih sebagai pengukur retensi, karena tes tersebut sangat representatif
dalam pengukuran memori hasil belajar dan pemilihan rentang waktu 3
minggu merupakan pengembangan dari batas minimal pelaksanaan tes retensi
yang dilakukan 1 minggu setelah akhir pembelajaran.
4. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2, semester 2
tahun ajaran 2013/2014 sesuai dengan hasil penentuan sampel.
7
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah terdapat pengaruh multimedia interaktif dalam pembelajaran
biologi terhadap retensi siswa?”
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai pengaruh
multimedia interaktif dalam pembelajaran biologi terhadap retensi siswa melalui
hasil belajar yang diperoleh, serta respon siswa mengenai pembelajaran dengan
menggunakan multimedia interaktif.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bantuan
dalam peningkatan retensi siswa terhadap materi serta memberikan
pengalaman terkait dengan penggunaan multimedia interaktif.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai rekomendasi
dalam strategi pembelajaran di kelas dengan multimedia interaktif.
3. Bagi peneliti dan pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna
sebagai khasanah kepustakaan serta menjadi rujukan penelitian selanjutnya.
8
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teoritis
1. Multimedia Interaktif
a. Pengertian Multimedia Interaktif
Secara etimologis multimedia berasal dari bahasa Latin, yaitu diambil dari
kata multi yang berarti banyak; bermacam-macam dan medium yang berarti
sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa sesuatu.1 Sedangkan
secara istilah, Vaughan dalam Wijaya dkk. berpendapat bahwa multimedia adalah
kombinasi dari teks, grafik, suara, animasi, dan video yang disampaikan
menggunakan komputer atau alat elektronik lainnya. Kemudian Rada dalam
Wijaya dkk. menjelaskan bahwa multimedia merujuk pada perpaduan atau
sinkronisasi aliran media.2 Sementara itu menurut Najjar dalam Sajidan
multimedia adalah kombinasi tampilan berbagai media yang berbeda seperti teks,
grafik, bunyi, dan video (animasi) untuk menyampaikan pesan informasi.3 Dari
pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan terdapat kata kunci mengenai
multimedia, yaitu adanya perpaduan antara berbagai unsur media, seperti teks,
gambar, grafik, sound, animasi, dan video yang digunakan untuk menyampaikan
informasi kepada orang lain.
Multimedia hanyalah pengalaman satu arah, bukan dari dua arah. Artinya,
pengguna hanya dapat mengerti informasi yang disampaikan, tetapi tidak dapat
mengontrolnya. Kemudian muncul multimedia interaktif sebagai bentuk evolusi
1 Yoga Permana Wijaya, Parsaoran S., dan Dedi Rohendi, Efektivitas PembelajaranMultimedia Interaktif Berbasis Konteks terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK,h. 2, (http://yogapermanawijaya.files.wordpress.com/2012/05/efektivitas-pembelajaran-multimedia-interaktif-berbasis-konteks-terhadap-hasil-belajar-siswa-pada-mata-pelajar.pdf).
2 Ibid.3 Sajidan, Peningkatan Hasil Pembelajaran Medan Listrik Menggunakan Multimedia
Interaktif di SMAN Surakarta, 2012, h. 10, (http://jurnal.pdii.lipi.go.id/ admin/jurnal/1208915.pdf).
9
dari multimedia tradisional.4 Multimedia interaktif merupakan suatu multimedia
yang dilengkapi dengan alat pengontrol untuk dapat dioperasikan oleh pengguna,
sehingga pengguna bebas memilih apa yang diinginkan untuk proses selanjutnya.5
Multimedia interaktif memberikan pengalaman dua arah bagi penggunanya.
Multimedia interaktif memiliki lima elemen atau teknologi utama, antara
lain teks, grafik, audio, video, dan animasi. Interaktivitas juga merupakan bagian
dari elemen yang diperlukan untuk melengkapi proses komunikasi interaktif
dalam penggunaan multimedia. Setiap elemen multimedia interaktif memiliki
peran tersendiri dalam mewujudkan suatu informasi yang menarik dan berkesan.6
Hal ini membuat multimedia interaktif sangat berguna dan bermanfaat khususnya
dalam dunia pendidikan.
Gambar 2.1. Interaktivitas Sebagai Pusat Aplikasi Multimedia7
4 Lisana, Pembuatan Aplikasi Multimedia Pembelajaran tentang Cara Berkendara yangBaik, Jurnal Teknologi Informasi Vol. 1 No. 2, 2011, h. 46.
5 Daryanto, Media Pembelajaran: Peranannya Sangat Penting dalam Mencapai TujuanPembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2010), Cet. I, h. 51.
6 Munir, MULTIMEDIA: Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,2012), Cet. I, h. 111.
7 Ibid., h. 112.
10
b. Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran
Hakikat multimedia interaktif dalam pembelajaran adalah penggabungan
media teks, grafik, gambar, suara, video, dan animasi yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap), serta dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan yang belajar sehingga
secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan, dan terkendali.8 Bentuk-bentuk
media tersebut digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi
lebih konkret. Pengajaran menggunakan media tidak hanya sekadar menggunakan
kata-kata (verbal). Sehingga, hasil pengalaman belajar lebih berarti bagi siswa.9
Melalui komponen-komponen yang terdapat di dalam multimedia interaktif, guru
mampu memberikan pengalaman yang bersifat konkret kepada siswa. Hal-hal
yang bersifat abstrak dapat dikonversi menjadi informasi konkret. Pengalaman
belajar yang diperoleh siswa pun akan lebih berarti dengan adanya multimedia
interaktif. Karena, pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak hanya berupa
informasi yang disampaikan dengan kata-kata (verbal).
Hackbart dalam Soenarto memberikan definisi bahwa multimedia
interaktif dalam pembelajaran sebagai suatu program pembelajaran yang
melingkupi berbagai sumber yang terintegrasi dari bermacam-macam unsur media
dalam program komputer. Program tersebut secara sengaja dirancang dalam
bagian-bagian dan secara terstruktur memberi peluang untuk terjadinya
interaktivitas antara pengembang program multimedia interaktif dengan para
penggunanya secara fleksibel, sehingga terjadi proses belajar.10 Munir dalam
Waryanto menjelaskan bahwa komputer menjadi populer sebagai media
pengajaran karena komputer memilki keistimewaan yang tidak dimilki oleh media
8 Sajidan, loc. cit.9 Mohammad Noor Faizin, Penggunaan Model Pembelajaran Interaktif (MMI) pada
Konsep Listrik Dinamis untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Memperbaiki Sikap BelajarSiswa, 2012, h. 38, (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194704171973032-MULIATI_PURWASASMITA/35_PENGGUNAAN_MODEL_PEMBELAJARAN_MULTIMEDIA_INTERAKTIF_(MMI).pdf).
10 Sunaryo Soenarto, Multimedia Pembelajaran, 2012, h. 2-3,(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MULTIMEDIA%20PEMBELAJARAN-23Mei2011.pdf).
11
pengajaran lain sebelum adanya komputer. Berikut adalah keistimewaan komputer
sebagai media:11
1) Hubungan interaktif, yaitu komputer mampu mewujudkan hubungan antara
stimulus dan resfons, menumbuhkan inspirasi dan meningkatkan minat.
2) Pengulangan, yaitu komputer memberikan fasilitas bagi pengguna untuk
dapat mengulang materi atau bahan pelajaran yang diperlukan, memperkuat
proses pembelajaran dan memperbaiki ingatan, serta memiliki kebebasan
dalam memilih materi atau bahan pelajaran.
3) Umpan balik dan peneguhan, yaitu media komputer membantu pelajar
memperoleh umpan balik (feedback) terhadap pelajaran secara leluasa dan
dapat memacu motivasi pelajar dengan peneguhan positif yang diberi apabila
pelajar memberikan jawaban.
4) Simulasi dan uji coba, yaitu media komputer dapat mensimulasikan atau
menguji coba penyajian bahan pelajaran yang rumit dan teliti.
Komputer dibutuhkan untuk menjalankan multimedia interaktif dalam
proses pembelajaran karena program multimedia interaktif adalah bersifat digital.
Adanya keempat keunggulan komputer tersebut mewujudkan pengalaman belajar
siswa untuk dapat berinteraksi dengan program multimedia interaktif. Bayangkan
jika tidak terdapat komputer, maka multimedia interaktif tidak dapat dijalankan.
Sebagai sebuah produk multimedia, multimedia interaktif memiliki lebih
dari satu kompenen media. Multimedia pembelajaran interaktif terbentuk dari
enam komponen yang saling melengkapi untuk memberikan manfaat bagi
penggunanya. Keenam kompenen antara lain:12
1) Suara (Sound)
Dalam teknologi multimedia, sound card mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pembuatan suatu aplikasi multimedia. Penggunaan sound card
dalam komputer dapat mengolah data suara dalam bentuk analog untuk diubah ke
11 Nur Hadi Waryanto, “Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran”, Makalahdisampaikan pada Kegiatan Diklat Guru SMK Muhammadiyah 3 Klaten, 15 dan 21 Mei 2008, h.3.
12 Sunaryo Soenarto, Op. cit., h. 3-5.
12
dalam bentuk digital yang disimpan ke dalam file bertipe data suara seperti WAV,
MIDI, MP3, dan sebagainya. Sumber suara dapat diperoleh dengan peralatan
seperti microphone, Open-Reel Videotape, audio cassette, CD, video cassette, dan
instrumen MIDI.
2) Gambar (Image)
Gambar dapat dipresentasikan ke dalam dua tipe dasar, yaitu bitmap dan
vektor. Perbedaan dari kedua format ini adalah file bitmap berisikan informasi
warna RGB dalam setiap pixelnya. Sedangkan pada vektor tidak berisikan
informasi RGB. Para pengembang program multimedia banyak menggunakan tipe
bitmap karena memiliki keanekaragaman warna walaupun sebernarnya tipe ini
memerlukan ukuran file besar dan gambar akan pecah jika dilakukan pembesaran.
Sumber gambar dapat diperoleh dengan peralatan scanner, camera still, dan
sebagainya.
3) Animasi (Animation)
Animasi adalah perubahan dari gambar satu ke gambar berikutnya
sehingga dapat membentuk suatu gerakan tertentu. Animasi menunjukkan sebuah
seni dari gambar grafik yang menirukan gerakan dan juga berisikan penyamaan
suara. Data berupa animasi dapat dibuat dengan software seperti Flash
Macromedia, Swift 3D, Swish, Adobe After Effect, dan sebagainya.
4) Video
Video merupakan elemen yang menjadi syarat untuk dihadirkan sebagai
kelengkapan dalam sebuah aplikasi multimedia. Pemasukan data video analog
akan dimasukkan ke dalam sebuah komputer dengan adanya sebuah card
tambahan yang bernama video card. Sumber video dapat diperoleh dengan
peralatan, seperti video camera analog dan video camera digital.
13
5) Teks (Text)
Teks merupakan bagian dari multimedia yang tidak boleh ditinggalkan.
Teks dapat membantu melengkapi informasi yang dibutuhkan oleh user yang
tidak dapat disampaikan hanya dengan menggunakan tampilan-tampilan gambar
yang menarik. Sehingga penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan
teks.
6) Interaktivitas
Klasifikasi interaktif dalam lingkup multimedia pembelajaran bukan
terletak pada sistem hardware, tapi lebih mengacu pada karakteristik belajar siswa
dalam merespon stimulus yang ditampilkan layar monitor komputer. Kualitas
interaksi siswa dengan komputer sangat ditentukan oleh kecanggihan program
komputer.
Keenam komponen atau elemen multimedia interaktif memiliki kedudukan
yang sama. Setiap komponen akan saling mendukung komponen yang lain. Salah
satu contohnya, jika ada suatu proses yang sulit dibayangkan oleh siswa, maka
komponen animasi akan berperan. Namun, jika informasi yang diperlukan harus
menggunakan suara, maka komponen sound yang akan berperan.
c. Format Pembelajaran Multimedia Interaktif
Terdapat beberapa bentuk atau format interaksi pembelajaran yang dapat
diaplikasikan dalam merancang sebuah multimedia pembelajaran interaktif. Setiap
bentuk atau format multimedia interaktif memiliki karakteristik yang berbeda.
Format sajian pembelajaran multimedia interaktif dapat dikategorikan ke dalam
lima kelompok sebagai berikut:13
13 Daryanto, Op. cit., h. 54-56.
14
1) Tutorial
Format sajian semacam ini multimedia interaktif bekerja layaknya guru
atau instruktur. Informasi yang berisi suatu konep disajikan dengan teks, gambar,
baik diam atau bergerak dan grafik. Pada bagian akhir biasanya akan diberikan
serangkaian pertanyaan yang merupakan tes untuk mengukur tingkat pemahaman
pengguna atas konsep atau materi yang disampaikan.
2) Drill dan Practice
Format ini dimaksudkan untuk melatih pengguna sehingga mempunyai
kemahiran di dalam suatu konsep yang sedang dipelajari. Program ini
menyediakan serangkaian soal atau pertanyaan yang biasanya ditampilkan secara
acak, sehingga setiap kali digunakan maka soal yang tampil akan selalu berbeda,
atau paling tidak dalam kombinasi yang berbeda. Program ini juga dilengkapi
pembahasan yang membantu siswa untuk menemukan langkah-langkah
penyelesaian soal. Pada bagian akhir, pengguna dapat melihat skor akhir yang
dicapai, sebagai indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam
memecahkan soal-soal yang diajukan.
3) Simulasi
Format ini mencoba menyamai proses dinamis yang terjadi di dunia nyata.
Siswa akan memperoleh pengalaman yang lebih nyata daripada tanpa multimedia.
Misalnya, simulasi pesawat yang akan jatuh atau menabrak, perusahaan yang akan
bangkrut, terjadinya malapetaka nuklir, dan seterusnya.
4) Percobaan atau Eksperimen
Format program ini mirip dengan format simulasi, namun lebih spesifik
pada kegiatan-kegiatan yang bersifat eksperimen, seperti kegiatan praktikum di
laboratorium IPA. Program menyediakan serangkaian peralatan dan bahan,
kemudian penguna dapat melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk.
15
Diharapkan pada akhirnya pengguna dapat menjelaskan suatu konsep atau
fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan.
5) Permainan
Format ini berisi permainan yang mengacu pada proses pembelajaran.
Siswa yang malas belajar menjadi ada ketertarikan untuk mencoba, karena
pembelajaran dikemas dalam bentuk permainan. Dengan demikian pengguna tidak
merasa bahwa sebenarnya sedang melakukan proses belajar.
Kelima format sajian multimedia pembelajaran interaktif di atas bukan hal
yang mustahil jika digabungkan menjadi satu program. Tentu akan lebih
memberikan manfaat kepada siswa, karena konten yang disajikan lebih lengkap.
Seorang guru seharusnya memiliki kelimanya atau paling tidak satu sebagai alat
bantu dalam proses pembelajaran. Apabila guru belum dapat membuat sendiri,
program seperti ini telah tersebar di dunia maya dan mudah untuk didownload.
Hal yang paling utama dalam kelima sajian tersebut adalah adanya kemudahan
dalam pengoperasiannya oleh siswa. Aneh jika program yang dibuat sempurna
tetapi siswa tidak dapat menggunakannya dan menjadi malas untuk
menggunakannya.
d. Prosedur Pembuatan Pembelajaran Multimedia Interaktif
Krigsman dalam Lisana menjelaskan tiga fase dalam pembuatan aplikasi
multimedia, yaitu fase definisi, fase spesifikasi, dan fase implementasi. Fase
definisi merupakan pemilihan projek. Selanjutnya fase spesifikasi adalah
pembuatan rancangan multimedia. Fase yang terakhir, yaitu fase implementasi
yaitu pengolahan komponen multimedia yang telah dipilih dan dirancang.14
Seperti halnya dalam sebuah prosedur, tahapan pertama adalah mempersiapkan
segala sesuatu yang akan digunakan dan diakhiri dengan pengolahan rancangan
yang telah dibuat sebelumnya.
14 Lisana, Op. cit., h. 46.
16
Prosedur pembuatan multimedia pembelajaran interaktif, dapat pula
mengikuti tahapan pada tabel berikut:15
Tabel 2.1. Prosedur Pembuatan Model Pembelajaran Multimedia Interaktif
No Tahap Penjelasan
1 Analisis Kebutuhan
Program yang dibuat harus sesuai dengan spesifikasikeilmuan dan ketepatan metodologi pembelajarandengan substansi materi dan kompetensi yangdiharapkan.
2Identifikasi Materi
Identifikasi mencakup tujuan pembelajaran umum dankhusus, pokok materi, pokok bahasan, dan subpokokbahasan, sarana, dan waktu yang dibutuhkan untukpembelajaran.
Memilih format sesuai kebutuhan siswa, antara formatpembelajaran multimedia interaktif drill dan practice,tutorial, simulasi, percobaan atau eksperimen, ataupermainan.
4 Desain Flow ChartPenggambaran menyeluruh mengenai alur program daristart hingga finish yang dibuat dengan simbol-simboltertentu.
5Penulisan Story Board
Sebagai bentuk pengembangan dari desain flow chartdan upaya dokumentasi program secara tertulis.
6Pengumpulan Bahan Grafis
Mempersiapkan bahan grafis seperti foto, ilustrasigambar, rekayasa foto, dan sebagainya sesuai yangdirencanakan dalam story board.
7 Pengumpulan Bahan AnimasiPengumpulan bahan animasi sebagai pesan yangmembutuhkan unsur gerak dan membuat tampilan lebihmenarik.
8 PemrogramanMenggabungkan materi-materi yang dibutuhkan dalamstory board untuk dihasilkan program pembelajaranmultimedia interaktif.
9 Finishing, MasteringMenyempurnakan program yang telah selesai sehinggatidak ada kesalahan sedikit pun.
10 Uji Coba
Tujuan uji coba untuk mengetahui keterbacaan visual;apakah pesannya jelas, animasi tidak terlalu mencolokdan mengganggu, tulisannya jelas atau tidak; kualitassuara; dan sebagainya.
11 Revisi Produk AkhirApabila dalam uji coba terdapat kesalahan, dilakukanrevisi agar program dapat berjalan dengan sempurna.
Kesebelas prosedur merupakan rangkaian yang tidak boleh terlewatkan
dan harus dilakukan secara berurutan. Sebagai contoh, bagaimana mungkin dapat
15 Deni Darmawan, Teknologi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),Cet. I, h. 41-44.
17
mengumpulkan bahan grafis dan animasi jika belum ditentukan materi yang akan
dijadikan multimedia interaktif. Sehingga prosedur harus dilaksanakan dalam
langkah yang benar dan secara lengkap.
Prosedur lain juga diungkapkan oleh Ken Neo dan Mai Neo dalam
pembuatan multimedia pembelajaran interaktif. Prosedur yang dimaksud dapat
dilihat pada tabel berikut:16
Tabel 2.2. Prosedur yang digunakan dalam Pembuatan
Multimedia Pembelajaran Interaktif
Tahapan Deskripsi
1: Assemble the contentMengumpulkan dan mengatur konten media yangakan digunakan
2: Digisting mediaMengubah konten media yang berupa analog menjadiformat digital
3: Editing the media filesMemodifikasi dan mengedit konten mediamenggunakan aplikasi pembantu
4: Author the applicationMensinkronisasikan konten media dan memberifasilitas interaktif
5: Incorporating interactivityMembuat navigasi yang mudah digunakan dan fungsiinteraktif
6: Deliviring the applicationMengemas hasil aplikasi sehingga dapat digunakanoleh pengguna
Keenam tahapan atau prosedur di atas jika dibuat alur adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.2. Alur Pembuatan Multimedia Pembelajaran Interaktif17
16 Ken Neo T.K. dan Mai Neo, Interactive Multimedia Education: Using Authorware asan Instructional Tool to Enhance Teaching and Learning in the Malaysian Classroom, Journal ofEducational Multimedia No. 5, 2002, h. 85.
17 Ibid., h. 86.
18
Prosedur atau tahapan-tahapan pada intinya dilakukan untuk menciptakan
multimedia pembelajaran interaktif yang dapat digunakan oleh guru sebagai alat
bantu dalam pembelajaran. Jika guru atau penbuat multimedia pembelajaran
interaktif tidak melakukan step-step dengan benar, maka banyak terjadi kesalahan
pada program yang sudah dibuat. Program yang gagal tidak akan dapat dipakai
sebagai alat bantu guru.
Suatu multimedia interaktif yang dikembangkan harus memenuhi kriteria.
Thorn dalam Hasrul mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia
interaktif, anatara lain:18
1) Kriteria penilaian pertama adalah kemudahan navigasi. Sebuah multimedia
interaktif harus dirancang sesederhana mungkin sehingga siswa/mahasiswa
dapat mempelajarinya tanpa harus memiliki pengetahuan yang kompleks
tentang media.
2) Kriteria kedua adalah kandungan kognisi. Artinya, terdapat kandungan
pengetahuan yang jelas.
3) Kriteria ketiga adalah presentasi informasi, yang digunakan untuk menilai isi
dan program multimedia interaktif itu sendiri.
4) Kriteria keempat adalah integrasi media, dimana media harus
mengintegrasikan aspek pengetahuan dan keterampilan.
5) Kriteria kelima adalah artistik dan estetika. Program harus mempunyai
tampilan yang menarik dan estetika yang baik untuk menarik minat belajar.
6) Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan, dengan
kata lain program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang
diinginkan oleh peserta belajar.
Selain melakukan prosedur secara berurutan dan tuntas, perlu diperhatikan
pula kriteria-kriteria yang harus dimiliki multimedia interaktif. Telah disebutkan
bahwa kriteria pertama adalah multimedia interaktif harus mudah dioperasikan
18 Hasrul, Langkah-langkah Pengembangan Pembelajaran Multimedia Interaktif, JurnalMEDTEK Vol. 2 No.1, 2010, h. 2.
19
oleh pengguna. Karena sebagus apapun multimedia interaktif dibuat, apabila
pengguna sulit mengoperasikan maka akan menjadi tidak berguna. Dengan
demikian untuk membuat multimedia interaktif, harus memenuhi-memenuhi
kriteria-kriteria tersebut.
e. Manfaat Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran
Salah satu hal yang menjajikan dari teknologi multimedia adalah
mengandung Virtual Reality (VR). Keuntungan dari VR membawa siswa ke
dalam pembelajaran yang lebih nyata.19 Konsep-konsep yang dianggap siswa
abstrak, menjadi lebih konkret dan mudah untuk dipahami.
Philips dalam hasrul mengemukakan kekuatan dasar multimedia interaktif
sebagai pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran, yaitu:20
1) Mixed media, artinya dengan menerapkan teknologi multimedia, berbagai
media konvensional yang ada dapat diintegrasikan ke dalam satu jenis media
interkatif , seperti media teks (papan tulis), audio, video, yang jika dipisahkan
akan membutuhkan lebh banyak media.
2) User control, artinya teknologi multimedia interaktif, memungkinkan
pengguna untuk menjelajahi materi ajar, sesuai dengan kemampuan dan latar
belakang pengetahuan yang dimilikinya, disamping itu menjadikan pengguna
lebih berulang-ulang.
3) Simulasi dan visualisasi, artinya teknologi animasi, simulasi dan visualisasi
komputer, pengguna akan mendapatkan infromasi yang lebih nyata dari
informasi yang bersifat abstrak. Dalam beberapa kurikulum dibutuhkan
pemahaman yang kompleks, abstrak, proses dinamis dan mikroskopis,
sehingga dengan simulasi dan visualisasi peserta didik akan dapat
mengembangkan mental model dalam aspek kognitifnya.
4) Gaya belajar yang berbeda, artinya multimedia interaktif mempunyai potensi
untuk mengakomodasi pengguna dengan gaya belajar yang berbeda-beda.
19 James L. Mohler, Using Interactive Multimedia Technologies to Improve StudentUnderstanding of Spatially-Dependent ngineering Concepts, 2012, h. 295,(http://www.tech.purdue.edu/cg/).
20 Hasrul, Op. cit., h. 1-2.
20
Kelebihan multimedia interaktif sebagai media pembelajaran, diantaranya
terdapat pelibatan secara auditif, visal, dan kinetik yang dirancang secara
interaktif sehingga dimungkinkan informasi mudah dimengerti, memberikan iklim
afeksi secara individual, meningkatkan motivasi belajar, memberikan umpan
balik, dan kontrol sepenuhnya pada pengguna.21 Multimedia interaktif dijadikan
alat bantu guru dalam pembelajaran karena memiliki manfaat-manfaat. Manfaat-
manfaat tersebut tidak lepas demi kebutuhan peserta didik. Tujuan pembelajaran
yang ditetapkan oleh guru akan menjadi lebih mudah diwujudkan.
f. Macromedia Director MX
Macromedia Director MX merupakan aplikasi paling dikenal di seluruh
dunia bagi para pembuat multimedia interaktif. Para pengembang mempercayakan
aplikasi ini untuk berbagai macam kepentingan seperti advertising kiosks,
interactive entertainment, dan termasuk juga educational products. Pengguna
dapat mengakses produk Director di web atau dalam bentuk CD dan DVD.22
Gambar 2.3. Tampilan default Director dalam Sistem Operasi Windows23
21 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru), (Jakarta: GaungPersada Press, 2008), Cet. I, h. 152-153.
22 Jay Armstrong et. al., Using Director MX: Macromedia Director MX, (San Francisco:Macromedia, Inc, 2002), h. 13.
23 Macromedia, Macromedia Director MX 2004: Getting Started with Director, (SanFrancisco: Macromedia, Inc, 2004), h. 19.
21
Hal pertama yang dilakukan untuk menggunakan Director adalah
memasang software ini ke dalam PC/komputer. Namun, PC/komputer yang
digunakan harus memenuhi kriteria agar Director dapat berjalan dengan baik.
Berikut adalah kriteria yang harus dipenuhi dalam pemasangan Director pada
sistem operasi Windows:24
1) Prosesor yang dibutuhkan Pentium 233 MHz
2) Sistem operasi Windows yang bisa digunakan antara lain Windows 95, 98,
2000, XP, atau NT 4.0 dan diatasnya
3) RAM yang diperlukan pada Windows 95 dan 98 adalah 32 MB (lebih
direkomendasi 64 MB), sedangkan pada Windows NT, XP, dan 2000 adalah
64 MB (lebih direkomendasi 128 MB)
4) Kapasitas penyimpanan yang harus disediakan sebesar 40 MB
Sebagai software pembuat multimedia, Director memiliki saingan.
Saingan yang dimaksud adalah software Flash. Namun, Director lebih cocok
untuk pengerjaan multimedia offline dengan media CD/DVD yang di dalamnya
banyak data gambar, audio, dan video.25 Berikut adalah tabel perbandingan antara
Director dan Flash:
24 DOEACC Centre, Syllabus & Curriculum for Certificate Course In Director, h. 3,(http://www.doeacccalicut.ac.in/Certification/Syllabus/director.pdf).
25 Hendi Hendratman dan Robby, The Magic of Macromedia Director, (Bandung:INFORMATIKA, 2011), Cet. I, h. 544-545.
22
Tabel 2.3. Perbandingan antara Director dan Flash26
Indikator Flash MX 2004 Director MX 2004
Jenis Image Vector BitmapDistribusi Web & CD CDVideo *.FLV, *SWF *.MPG, *.MOV, *.AVIBahasa Pemrograman Action Script LingoJumlah Undo 1000 1Timeline Multiple 1Audio Dikonversi Sesuai AsliKeyframe Rumit & Repot Mudah & SederhanaUkuran file Kecil Besar3D Tidak Mendukung MendukungPlugin - XtrasKebutuhan RAM Besar KecilKerja Processor Tinggi KecilKerja VGA Tinggi Kecil
Director bisa dijadikan pencetak educational products yang menjadi alat
bantu dalam proses pembelajaran. Kemampuannya untuk menggabungkan media
audio, gambar, teks, video, dan animasi diperlukan dalam menciptakan alat bantu
guru yang sangat berguna. Ditambah lagi Director mampu memberi fasilitas
interaktif bagi para penggunanya, sehingga terjadi komunikasi dua arah antara
program multimedia interaktif dengan pengguna.
2. Retensi
a. Karakteristik Retensi
Memori yang biasanya diartikan sebagai ingatan (retensi) adalah fungsi
mental yang menangkap informasi dari stimulus. Memori juga merupakan storage
system, yakni sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat di
dalam otak manusia.27 Memori terletak di otak bagian depan, yaitu pada limbic
system yang sangat penting dalam proses memori, karena bagian ini terdapat
serebral penting, yaitu amigdala dan hippocampus. Amigdala penting dalam
pemrosesan memori emosional sedangkan hippocampus berperan dalam
26 Ibid., h. 545.27 Syah, Op. cit., h. 94.
23
pembentukan memori pembelajaran spasial dan deklaratif.28 Dengan kata lain
retensi merupakan salah satu dari fungsi otak. Selain sebagai suatu sistem
penyimpanan, retensi juga terkait dalam penangkapan informasi dari rangsangan
yang muncul.
Mengingat berarti perbuatan jiwa yang menjadikan terkumpulnya pesan
yang pernah dialami pada waktu yang telah lewat. Perbuatan mengingat ini
meliputi kemampuan meresapkan stimulus dalam indranya, kemampuan
menyimpan materi yang telah di-cam-kan, dan kemampuan mereproduksinya.29
Sehingga seseorang dapat dikatakan mengingat dengan baik apabila mampu
menyerap stimulus yang akan disimpan sampai informasi dikeluarkan kembali.
Pada psikologi kognitif, memori terbagi menjadi 3 sistem penyimpanan,
yaitu sensory memory, short-term memory, dan long-term memory. Berikut adalah
penjelasannya: 30
1) Sensory Memory
Memori sensorik mempertahankan salinan dari apa yang dilihat atau
didengar (visual dan pendengaran). Memori sensorik hanya berlangsung selama
beberapa detik. Namun memiliki kapasitas yang tidak terbatas.
2) Short-Term Memory
Memori jangka pendek adalah proses penyimpanan kelanjutan dari
memori sensorik apabila terdapat informasi yang diperhatikan. Memori ini
memiliki tugas layaknya RAM dalam sebuah komputer, yaitu menyediakan ruang
kerja untuk penghitungan singkat dan kemudian meneruskan ke bagian lain dari
sistem penyimpanan atau membuangnya.
28 Burhan Fanani, Trik Dahsyat Membuat Ingatan Setajam Silet dengan Metode LaciPikiran, (Yogyakarta: Mantra Books, 2013), Cet. I, h. 51-52.
30 Lake Washington Institute of Technology, Tips for Improving Memory Techniques, h.1, (http://selkirk.ca/sites/default/files/Learning/Selkirk-College-Learning-Success-Memory-Techniques-Workshop.pdf).
24
3) Long-Term Memory
Memori jangka panjang merupakan suatu proses penyimpanan informasi
yang relatif permanen. Informasi disimpan karena dianggap berarti dan penting.
Berdasarkan penjelasan di atas, ketiga sistem penyimpanan memiliki
perbedaan. Perbedaan dapat dilihat dari kapasitas penyimpanan, lamanya
informasi yang disimpan, dan fungsinya. Waktu penyimpanan terlama adalah
memori jangka panjang. Kapasitas terbesar adalah memori sensorik. Sementara itu
memori jangka pendek memiliki karakteristik serta fungsi yang mirip dengan
bagian RAM pada komputer.
Tulving dalam Ghasani dan Bhinnety memaparkan konsep memori
menjadi tiga hal yaitu memori episodik, memori semantik, dan memori
prosedural. Memori episodik menyimpan informasi dari suatu kejadian pada masa
tertentu. Memori semantik menyimpan pengatuhuan yang lebih umum. Semantara
memori prosedural menyimpan pengetahuan untuk melakukan suatu hal.31
Dengan demikian seseorang akan menyimpan informasi berupa peristiwa baik
masa lalu atau pun sekarang ke dalam memori episodik. Lalu informasi tentang
cara melakukan sesuatu seperti cara menggunakan sepeda motor akan tersimpan
di dalam memori prosedural. Sedangkan seseorang akan menyimpan informasi
dari pengetahuan yang lebih umum ke dalam memori semantik seperti kode yang
memiliki arti.
Suharman dalam Halim dkk. mengungkapkan bahwa pengukuran memori
jangka panjang dapat dilakukan dengan menggunakan tes, seperti tes recall, tes
rekognisi, tes pengetahuan konseptual, leksikal, perseptual, dan tes pengetahuan
prosedural. Dari keenam tersebut, tes rekognisi sangat representatif untuk
digunakan dalam pengukuran memori hasil belajar dalam pendidikan. 32 Penelitian
yang dilakukan oleh Nazriati dan Fajaroh tes retensi diberikan kepada siswa
31 Alfa Ghasani dan Magda Bhinnety E, Efektivitas Aroma Peppermint untukMeningkatkan Performansi Memori Jangka Pendek pada Mahasiswa, h. 3-4,(http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/2671_MU.11090017.pdf).
32 Halim, Wiyanti, dan Agustin, Op. cit., h. 3-4.
25
setelah dua minggu pelaksanaan pembelajaran selesai.33 Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Randler dan Zehender tes retensi dilakukan empat minggu
setelah pembelajaran selesai.34 Sementara itu, Rohrer dan Pashler tes retensi sudah
dilakukan dalam penelitiannya satu minggu setelah pembelajaran selesai.35
Dengan demikian pengukuran retensi dapat dilakukan dengan tes. Pada dasarnya
pelaksanaan tes diberikan kepada subjek penelitian setelah pembelajaran selesai.
Rangkaian proses mengingat yang dialami seseorang dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 2.4. Proses Mengingat36
Berdasarkan gambar di atas, proses mengingat berhubungan dengan tiga
jenis memori menurut psikologi kognitif, yaitu sensory memory, short-term
memory, dan long-term memory. Rangsangan atau informasi dari luar diterima
33 Nazriati dan Fauziatul Fajaroh, Pengaruh Penerapan Model Learning Cycle dalamPembelajaran Kimia Berbahan Ajar Terpadu (Makroskopis-Mikroskopis) terhadap Motivasi, HasilBelajar, dan Retensi Kimia Siswa, Jurnal Penelitian Kependidikan Tahun 17 No. 2, 2007, h. 105.
34 Christoph Randler dan Irene Zehender, Effectiveness of Reptile SpeciesIdentification−A Comparison of A Dichotomous Key with An Identification Book, EurasiaJournal of Mathematics, Science and Technology Education Vol. 2 No. 3, 2006, h. 58.
35 Doug Rohrer dan Harold Pashler, Increasing Retention without Increasing StudyTime, Journal of Psychological Science Vol. 16 No. 4, 2007, h. 184.
36 Stacey T. Lutz dan William G. Huitt, Information Processing and Memory: Theoryand Applications, h. 3, (http://www.edpsycinteractive.org/papers/infoproc.pdf).
26
oleh memori sensorik. Apabila informasi tidak diperhatikan, maka akan
terlupakan. Namun, jika informasi diperhatikan akan ditransfer ke dalam memori
jangka pendek. Di dalam memori jangka pendek, tanpa adanya pengulangan
informasi akan terlupakan. Informasi yang dapat dipertahankan melalui proses
pengkodean dan elaborasi berpindah ke dalam memori jangka panjang. Informasi
dapat diakses dengan mentransfer kembali ke memori jangka pendek untuk
dikeluarkan sebagai respon.
b. Peranan Retensi dalam Pembelajaran Biologi
Retensi erat hubungannya dengan belajar. James Dese dalam Rahman
memberikan pernyataan bahwa jika tidak ada retensi, maka proses belajar siswa
tidak berlangsung dengan baik dan sebaliknya jika tidak belajar maka tidak akan
ada retensi.37 Selain itu hasil belajar yang baik erat kaitannya dengan daya ingat
(retensi) siswa terhadap materi yang dipelajari.38 Siswa akan lebih mudah
mencapai hasil belajar tinggi jika memiliki retensi tinggi pula.
Dalam mempelajari ilmu sains biologi, banyak materi yang perlu dipahami
dan diingat. Materi tersebut meliputi konsep konkret dan abstrak. Aspek retensi
sangatlah diperlukan dalam hal ini.39 Sehingga retensi menjadi bagian dari proses
belajar biologi sebagai bentuk pencapaian hasil belajar biologi yang diharapkan
guru maupun siswa.
Secara neurobiologi pada proses belajar dan ingatan terdapat empat prinsip
dasar, antara lain ingatan mempunyai beberapa tahap dan selalu berubah, ingatan
jangka panjang akan terjadi perubahan fisik pada otak, jejak ingatan disebarkan di
seluruh sistem saraf, dan hipokampus dan lobus temporalis kelihatannya
37 Taufik Rahman, Peranan Pertanyaan terhadap kekuatan Retensi dalam PembelajaranSains pada Siswa SMU, h. 1, (http://educare.e-fkipunla.net/index.php/option.com).
38 Linda Tri Antika, Aloysius Duran Corebima, dan Susriyati Mahanal, PerbandinganKeterampilan Metakognitif, Hasil Belajar Biologi, dan Retensi antara Siswa BerkemampuanAkademik Tinggi dan Rendah Kelas X SMA di Malang Melalui Strategi Problem Based Learning(PBL), h. 2, (http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6C3A340136224B7A657A3B5423A5514E.pdf).
39 Rahman, Op. cit., h. 1-2.
27
mempunyai fungsi yang unik dalam proses ingatan manusia.40 Mengingat tidak
sama dengan menghafal. Kemampuan mengingat yang baik adalah hal yang
penting dimiliki oleh setiap individu. Terdapat banyak manfaat bagi pembelajaran
formal maupun non formal yang diperoleh dengan dukungan daya ingat yang
baik, antara lain:41
1) Memudahkan individu untuk memahami materi baru melalui proses
memadukan materi lama.
2) Melakukan kerja dengan efisien.
3) Membantu membentuk pola belajar keseharian yang efektif.
4) Membantu menyuplai informasi yang akan disampaikan kepada individu lain.
5) Mendukung berjalannya proses pemunculan ide kreatif dan manfaat lainnya
yang bisa dirasakan baik disadari ataupun tidak.
6) Mengendalikan emosi, dan lain sebagainya.
Retensi menduduki posisi penting dalam pembelajaran biologi. Hasil
belajar yang diharapkan lebih mudah tercapai dengan retensi yang baik. Retensi
merupakan salah satu pendukung tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru akan
mudah diraih.
c. Lupa dalam Belajar
Terdapat hal-hal yang kadang-kadang atau justru sering tidak dapat diingat
kembali. Kondisi yang demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hal-hal yang
dilupakan.42 Lupa adalah peristiwa hilangnya informasi yang telah disimpan di
40 Isakandar Japardi, Learning and Memory, 2012, h. 2,(http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-isakandar%20japardi18.pdf).
41 Yovan P. Putra dan Bayu Issetyadi, Lejitkan Memori 1000%, (Jakarta: PT Elex MediaKomputindo, 2010), Cet. I, h. 15-16.
42 Lailatul Fitriyah dan Mohammad Jauhar, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2014), Cet. I, h. 145.
28
dalam ingatan jangka panjang.43 Berikut terdapat beberapa teori mengenai lupa,
antara lain:44
1) Decay Theory, yaitu teori yang beranggapan bahwa memori seseorang
mengalami proses aus atau penurunan kapasitas seiring dengan berlalunya
waktu.
2) Interference Theory, yaitu teori yang mengatakan bahwa informasi yang
sudah tersimpan dalam memori jangka panjang bisa saja sulit untuk dipanggil
karena terganggu oleh informasi lainnya yang lebih akhir masuk.
3) Retrieval Failure, yaitu teori yang menjelaskan bahwa seseorang mengalami
kegagalan mengingat karena tidak ada petunjuk yang memadai untuk
mengingat kembali kejadian-kejadian yang telah berlalu.
4) Motivated Forgetting Theory, yaitu teori yang menjelaskan bahwa hal-hal
yang menyakitkan atau cenderung tidak menyenangkan akan ditekan atau
tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran manusia.
5) CREB, yaitu teori yang menjelaskan mengenai protein bernama CREB yang
dapat menghambat pembentukan ingatan jangka panjang.
6) Gangguan Fisiologis, yaitu teori yang menjelaskan bahwa lupa dapat terjadi
karena adanya ketidakseimbangan faktor biokimiawi otak.
Keenam teori di atas adalah teori mengenai alasan-alasan yang
menyebabkan seseorang mengalami peristiwa lupa. Salah satunya, lupa bisa
terjadi karena sistem penyimpanan sudah mengalami proses aus. Selain itu,
ternyata lupa bisa terjadi karena memang disengaja untuk tidak ingin mengingat
kembali informasi yang dimaksud.
43 Tri Suminar, Tinjauan Filsafati Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi ManajemenPembelajaran Berbasis Teori Sibernetik, h. 11,(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/edukasi/article/download/961/898).
44 Afin Murtie, Melatih Otak Anti Lupa dengan Metode Laci Pikiran, (Yogyakarta:Media Pressindo, 2013), Cet. I, h. 94-98.
29
Gambar 2.5. Peristiwa “Keluar” dan “Lupa”45
Retensi tidak dapat memunculkan sesuatu yang belum “didaftarkan” di
dalam pikiran, atau yang belum didaftarkan secara sempurna. Hampir semua
kegagalan dalam mengingat, masuk ke dalam kategori ini.46 Seseorang dapat lupa
akan suatu informasi yang pernah diterimanya karena hal berikut:47
1) Displacement, yaitu informasi yang pernah diperoleh menghilang dari sistem
memori jangka pendek karena masuknya tambahan informasi baru yang
terlalu banyak ke dalam sistem memori jangka pendek tersebut.
2) Interferensi (Interference), yaitu terganggunya proses pemunculan kembali
informasi yang telah ada yang disimpan pada sistem memori jangka pendek
maupun memori jangka panjang karena dua sebab, antara lain interferensi
retroaktif (informasi baru yang masuk mengganggu proses pemunculan
kembali informasi yang telah ada) dan interferensi proaktif (informasi lama
yang telah ada mengganggu proses pemunculan kembali informasi yang baru
masuk).
Seseorang mengalami lupa kebanyakan karena dipengaruhi faktor bahwa
tidak bisa memanggil kembali informasi yang disimpan karena informasi tidak
tersimpan secara sempurna di dalam sistem memori. Padahal seseorang
dinyatakan berhasil mengingat apabila telah melewati proses mengingat yaitu,
mampu memunculkan kembali informasi yang disimpan. Selain itu, penumpukan
45 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: SKETSA, 2014), Cet. I, h. 524.46 Kay White, Power Memory: 27 Tips Menjadikan Otak Lebih Berdaya (Terjemahan),
(Bandung: Nuansa Cendikia, 2013), Cet. I, h. 19.47 Magda Bhinnety, Struktur dan Proses Memori, Buletin Psikologi Vol. 16 No. 2, h. 87.
30
informasi di dalam sistem memori juga akan mengganggu seseorang memanggil
kembali informasi yang diinginkan.
Penyebab melemahnya daya ingat tidak hanya tergantung pada
pendidikan, lingkungan belajar, dan lingkungan fisik, tetapi juga pada faktor lain
yang dapat mempengaruhi hidupnya (misalnya kehilangan orang yang dicintai).
Selain itu, terdapat faktor-faktor lain seperti genetik keturunan, tidur, depresi,
penyakit tiroid, diabetes, alkohol dan obat-obatan, dan kurangnya vitamin B12.48
Faktor-faktor tersebut harus segera dihindari agar daya ingat tidak berkurang.
Misalnya, tetap menjaga waktu tidur agar fungsi ingatan dapat bekerja secara
maksimal.
Lupa dalam belajar dapat dikurangi dengan melakukan usaha-usaha
tertentu. Usaha yang dilakukan tidak hanya pada guru, tetapi siswa juga memiliki
peran. Berikut adalah tabel usaha yang harus dilakukan guru dan siswa dalam
pembelajaran jika dilihat dari fase konsentrasi, fase pengolahan, dan fase
menggali dan fase prestasi:49
Tabel 2.4. Usaha yang Dilakukan Guru dan Siswa dalam Mengurangi Lupa
FasePembelajaran
Usaha Guru Usaha Siswa
Fase konsentrasi
Guru harus mengarahkanperhatian siswa, supaya anekaunsur pokok dalam materipelajaran benar-benardiperhatikan.
Siswa harus memberikanperhatian khusus pada unsur-unsur yang relevan.
Fase Pengolahan
Guru harus membantu siswauntuk mencernakan materipelajaran dengan sebaik-baiknya.
Siswa harus mengolah materidengan baik dan segera.
Fase menggali danFase prestasi
Guru dapat membantu denganmemberikan pertanyaan terarah,supaya siswa berhasil dalammenggali informasi dariingatannya.
Siswa harus menggunakan kunciyang tepat untuk membukaingatannya.
48 Khairani, Op. cit., h. 163-165.49 Winkel, Op. cit., h. 529-530.
31
Lupa merupakan lawan dari retensi. Terkadang atau bahkan justru sering
siswa mengalami hal lupa dalam proses pembelajaran. Lupa dapat disebabkan
banyak faktor, dan faktor keturunan bisa menjadi penyebabnya. Nutrisi juga bisa
menjadi faktor melemahnya daya ingat. Namun, terdapat pula kiat-kiat untuk
mengurangi lupa dan dapat meningkatkan retensi. Guru harus dapat menjauhkan
siswa dari hal lupa. Walaupun demikian, siswa juga diharapkan melakukan usaha
supaya informasi dapat terus diingat.
3. Kajian Materi Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi merupakan salah satu materi yang harus disampaikan
untuk siswa SMA kelas XI IPA. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006
penjelasannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.5. SK dan KD Materi Sistem Ekskresi
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Menjelaskan struktur dan fungsiorgan manusia dan hewantertentu, kelainan dan/ataupenyakit yang mungkin terjadiserta im-plikasinya padasalingtemas
3. 5. Menjelaskan keterkaitan antara struktur,fungsi, dan proses serta kelainan/penyakityang dapat terjadi pada sistem ekskresipada manusia dan hewan (misalnya padaikan dan serangga)
Ekskresi adalah proses pembebasan sisa-sisa metabolisme dari dalam
tubuh. Alat ekskresi manusia adalah ginjal,hati, paru-paru, dan kulit. Organ
ekskresi yang utama adalah ginjal dan organ ekskresi terbesar adalah hati.
Kulit atau integument mengekskresikan keringat. Keringat manusia terdiri
dari air, garam-garaman, terutama garam dapur (NaCl), sisa metabolisme sel,
urea, serta asam. Kulit (integumen) terdiri dari dua bagian, yaitu epidermis dan
dermis. Selain sebagai alat pengeluran, kulit juga berfungsi sebagai pengatur suhu
tubuh, tempat penyimpanan cadangan makanan berupa lemak, pelindung untuk
mengurangi hilangnya air dalam tubuh, melindungi tubuh dari gesekan,
32
penyinaran, panas, zat-zat kimia, dan kuman-kuman. Penyakit pada organ kulit
antara lain, jerawat, panu, edema, dsb.
Selain sebagai organ respirasi, paru-paru juga berfungsi sebagai organ
ekskresi. Paru-paru mengeluarkan karbondioksida dan uap air sebagai sisa
metabolisme dibawa oleh darah dan dikeluarkan secara difusi di alveolus.
Gangguan pada paru-paru antara lain asma, difteri, bronkitis, sinusitis, tonsilitis,
dsb.
Hati (hepar) mengekskresikan kurang lebih ½ liter empedu setiap hari.
Empedu berupa cairan kehijauan berasa pahit dengan pH sekitar 7-7,6;
mengandung kolesterol, garam mineral, garam empedu, serta pigmen (zat warna
empedu) yang disebut bilirubin dan biliverdin. Empedu yang dihasilkan oleh hati
disimpan dalam kantong empedu (vesika felea) dan dikeluarkan ke usus halus
untuk membantu sistem pencernaan. Salah satu penyakit yang menyerang hati
disebut penyakit kuning.
Organ ekskresi utama pada manusia adalah ginjal. Manusia memiliki
sepasang ginjal dengan panjang 11-12 cm yang terletak di bagian belakang rongga
perut. Masing-masing ginjal memiliki saluran ureter, yang membawa kemih atau
urin menuju kantong kemih (vesika urinaria). Pada pembentukan urin terdapat tiga
proses utama, yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi. Kelainan pada organ
ginjal antara lain nefritis, albuminuria, diabetes mellitus, batu ginjal, diabetes
inspius, dsb.
Alat ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal mesonefros yang terikat di
sisi dorsal rongga tubuh. Mekanisme ekskresi pada ikan yang hidup di air tawar
berbeda dengan mekanisme ikan yang hidup di air laut. Salah satunya, cairan
tubuh ikan air tawar bersifat hiperosmotik dibandingkan ikan air laut.
Insekta mempunyai alat ekskresi yang disebut pembuluh Malphigi.
Pembuluh Malphigi melekat pada ujung anterior usus belakang. Zat-zat sisa
metabolisme diserap oeh pembuluh Malphigi bagian ujung distal. Dari bagian ini,
cairan masuk ke bagian proksimal pembuluh Malphigi dan membentuk kristal
asam urat yang kemudian masuk ke usus belakang yang akhirnya keluar bersama
feses.
33
4. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya peneliti
mendapatkan data bahwa terdapat beberapa penelitian tersebut yang relevan
dengan penelitian ini, antara lain:
Penelitian yang berjudul “Meningkatkan Pemahaman dan Retensi Siswa
melalui Pembelajaran Berbasis Teknologi Multimedia Interaktif (Studi Empirik
pada Konsep Sistem Saraf)”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan teknologi multimedia interaktif individual dan
pembelajaran menggunakan teknologi multimedia interaktif klasikal, dapat
meningkatkan pemahaman dan retensi siswa pada konsep sistem saraf. Bahkan,
Kedua pembelajaran mampu membuat siswa termotivasi mempelajari kembali
konsep sistem saraf walaupun pembelajaran telah selesai. Hal ini terbukti dari
hasil retensi yang lebih dari 100%. Pembelajaran dengan teknologi multimedia
interaktif secara individual mampu membuat siswa mandiri dan aktif dalam
belajar, tidak demikian halnya untuk kelas klasikal ketika belajar di kelas karena
pembelajaran didominasi oleh guru.50
Penelitian lain yang berjudul “Kontribusi Wacana Multimedia terhadap
Pemahaman dan Retensi Siswa (Studi Kasus pada Pembelajaran Hereditas di
Kelas 3 Mts Cimahi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
multimedia dalam pembelajaran memberikan kontribusi yang positif pada retensi.
Keunggulan multimedia dalam imagery tools dan penyedia iklim afektif untuk
pembelajaran, membuat siswa mampu lebih lama menyimpan abstraksi konsep
dalam struktur kognitifnya. Multimedia yang berperan sebagai tutor mengurangi
peran pengajar sebanyak 59,62%. Berkurangnya peran pengajar ini berkontribusi
negatif terhadap pemahaman siswa, sehingga jumlah siswa yang tuntas belajar
pada kelompok multimedia lebih sedikit (65,38%) dari pada kelompok non
50 Fransisca Tailouw dan Wawan Setiawan, Meningkatkan Pemahaman dan RetensiSiswa melalui Pembelajaran Berbasis Teknologi Multimedia Interaktif (Studi Empirik padaKonsep Sistem Saraf), Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi Vol. 1 No. 2, 2008,h. 25.
34
multimedia (80,77%). Peran komputer multimedia sebagai tutor hanya dipahami
oleh 57,69% siswa, sedangkan sisanya masih membutuhkan pengajar sebagai
tutor.51
Fransisca S. Tapilouw dalam “Analisis pembelajaran biologi berbasis
multi media interaktif (MMI)pada berbagai jenjang pendidikan”. Hasil penelitian
meyimpulkan pembelajaran dengan MMI ataupun PBK interaktif di satu sisi
memang sangat baik untuk diterapkan, namun pemahaman konsep tidak selalu
meningkat secara nyata karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa. Hasil tes retensi umumnya tergolong tinggi (>80%) menunjukkan
bahwa MMI dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa melalui pengulangan
dan simulasi proses yang terdapat dalam program MMI maupun PBK interaktif.52
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas dapat dikatakan bahwa retensi
siswa dapat meningkat dengan adanya multimedia interaktif pembelajaran. Selain
itu, kemasan pembelajaran dengan multimedia interaktif menarik bagi siswa dan
mampu menumbuhkan rasa keinginan untuk memepelajarinya lagi. Namun, tidak
semua siswa dapat belajar secara mandiri, sehingga peran guru masih sangat
diperlukan dalam mengajar.
B. Kerangka Berpikir
Siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami konsep biologi. Saat
mereka ingin belajar secara mandiri melalui buku pelajaran, siswa menjadi malas
karena didalam buku dipenuhi materi yang padat dan sering muncul konsep
abstrak. Di kelas pun, tidak semua guru dapat memberikan pembelajaran yang
bermakna. Alhasil, siswa tidak memperoleh pengetahuan mengingat proses
51 Yanti Herlanti, Nuryani Y. Rustaman, dan Wawan Setiawan, Kontribusi WacanaMultimedia terhadap Pemahaman dan Retensi Siswa (Studi Kasus pada Pembelajaran Hereditas diKelas 3 Mts Cimahi, Jurnal Pendidikan IPA: METAMORFOSA Vol. 2 No. 1, 2007, h. 10.
52 Fransisca S. Tailouw, Analisis pembelajaran biologi berbasis multi media interaktif(MMI) pada berbagai jenjang pendidikan, 2012, h. 11(http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195107261978032-FRANSISCA_SUDARGO/Abstrak_Analisis_MMI-Fransisca.pdf).
35
belajar yang tidak berhasil. Jika hal ini terus dibiarkan lama-kelamaan akan
mempengaruhi hasil belajar biologi siswa.
Profesionalitas guru perlu diperhatikan dalam kasus semacam ini.
Seharusnya muncul inovasi-inovasi yang dilakukan guru dalam memperbaiki
kegagalan belajar siswa. Inovasi tidak hanya sekedar pada model pembelajaran,
tetapi media pun menjadi hal yang harus dipikirkan demi mewujudkan proses
belajar siswa yang berkualitas unggul.
Bila dicari hubungan sebab-akibat, proses penyampaian informasi guru
yang bermakna akan menciptakan keberhasilan belajar siswa. Kemudian bila
tercipta keberhasilan belajar siswa, maka siswa akan mudah mengetahui dan
memahami konsep sekalipun pada konsep yang abstrak. Dan jika siswa sudah
memahami konsep dengan baik, maka apapun konsepnya akan tersimpan dalam
memori. Jika dilanjutkan lagi, memori siswa yang penuh akan pengetahuan
memudahkan siswa dalam mengerjakan soal dan pada akhirnya akan memperoleh
hasil belajar yang memuaskan.
Proses penyampaian informasi inilah yang harus selalu guru perhatikan
dalam setiap kegiatan mengajar. Karena, bisa berdampak pada prestasi siswa.
Media pembelajaran merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan. Terlebih
jika media pembelajaran berbentuk multimedia interaktif, dengan catatan bahwa
pengoperasian programnya tidak menyulitkan siswa yang akan belajar.
Konsep biologi yang berkaitan dengan sistem kerja tubuh khususnya pada
materi sistem ekskresi mencakup konsep abstrak dan cukup padat. Multimedia
interaktif dapat sangat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan tersebut. Siswa
pun dengan leluasa dapat memilih menu yang disuguhkan dalam program dan
belajar pun menjadi sangat menyenangkan. Diharapkan dengan kemasan sumber
belajar yang menyenangkan seperti itu dapat menumbuhkan rasa ketagihan dalam
diri siswa, sehingga program terus dibuka yang mengakibatkan daya ingat pun
menjadi meningkat.
36
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka pikir, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian yaitu “terdapat pengaruh multimedia interaktif dalam
pembelajaran biologi terhadap retensi siswa”.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Tangerang Selatan, yang
terletak di Komplek Perum Puri Bintaro Hijau Blok F IV, Kecamatan Pondok
Aren, Kota Tangerang Selatan pada bulan Maret – April 2014 semester genap
tahun ajaran 2013/2014.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
experimental, yaitu metode eksperimen, akan tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen.1
Pretest, posttest I, dan posttest II (retest) dilakukan supaya dapat diketahui
perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Sebelum
pembelajaran dimulai, siswa mengerjakan pretest yang memiliki tujuan untuk
melihat sejauh mana pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan.
Kemudian dilakukan posttest I setelah proses belajar mengajar topik sistem
ekskresi berakhir yang bertujuan untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa
setelah pembelajaran. Sedangkan untuk mengetahui daya ingat (retensi) siswa
terhadap materi yang telah diberikan, dilakukan posttest II (retest) setelah 3
minggu pembelajaran berhenti atau setelah melaksanakan posttest I.
Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group
Design2, yang telah dimodifikasi dengan pola sebagai berikut:
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danR&D), (Bandung: CV ALFABETA, 2011), Cet. XIII, h. 114.
2 Ibid., h. 112-113.
38
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Posttest I3 minggu
Posttest II(Retest)
E O1 X O2 O5
K O3 O4 O6
Keterangan:
E : kelompok eksperimen
K : kelompok kontrol
O1 O3 : pretest pada kedua kelompok dengan soal yang sama
X : pendayagunaan multimedia interaktif
O2 O4 : posttest I pada kedua kelompok dengan soal yang sama
O5 O6 : posttest II (retest) pada kedua kelompok dengan soal yang sama
(dilakukan 3 minggu setelah posttest I tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu)
Berdasarkan desain penelitian di atas, digunakan dua kelompok dalam
penelitian, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kedua kelompok
tersebut dalam proses belajar mengajar menerapkan pendekatan dan metode
pembelajaran yang sama. Perbedaannya, kelompok kontrol tanpa adanya
penggunaan multimedia interaktif, sedangkan kelompok eksperimen dengan
penggunaan multimedia interaktif. Pada kelompok kontrol menggunakan media
pembelajaran animasi dan video yang dikemas dalam slide powerpoint.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.3 Populasi target dalam penelitian
ini meliputi seluruh siswa SMA Negeri 5 Tangerang Selatan, semester genap
tahun ajaran 2013/2014. Sedangkan populasi terjangkaunya yaitu seluruh siswa
SMA Negeri 5 Kota kelas XI, semester genap tahun ajaran 2013/2014.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.4 Sampel penelitian dalam penelitian ini sebanyak dua kelompok yang
diambil dari populasi terjangkau. Satu kelompok sebagai kelompok kontrol, yaitu
kelas XI IPA 2 yang terdiri dari 35 siswa dan satu kelompok lagi sebagai
kelompok eksperimen, yaitu kelas XI IPA 1 yang terdiri dari 36 siswa. Teknik
pengambilan sampel yang diterapkan adalah simple random sampling, yaitu
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi.5 Sehingga peneliti memberi hak
yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan menjadi anggota
sampel. Oleh karena itu, peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan
satu atau beberapa subjek untuk dijadikan anggota sampel.
D. Variabel Penelitian
Terdapat 2 variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel bebas (independent variable) adalah penggunaan multimedia
interaktif, disimbolkan dengan X.
2. Variabel terikat (dependent variable) adalah retensi siswa dalam
pembelajaran biologi, disimbolkan dengan Y.
Tabel 3.2. Variabel Penelitian
Variabel Definisi Operasional
MultimediaInteraktif (X)
Multimedia interaktif dalam penelitian ini merupakan aplikasi yangdiberi nama sistemekskresi.exe pada materi sistem ekskresi.
Retensi Siswa (Y)
Retensi siswa dalam penelitian diartikan sebagai tingkat kemampuanmengingat materi pelajaran yang diukur melalui pengulangan tes hasilbelajar (posttest II/retest) pada waktu 3 minggu setelah posttest Idilakukan.
4 Ibid., h. 62.5 Ibid., h. 64.
40
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari 3 tahapan, antara lain tahap persiapan
sebelum penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap akhir penelitian,
dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Sebelum Penelitian
Hal pertama yang dilakukan pada tahapan ini adalah melakukan studi
pustaka mengenai teori-teori yang melandasi penelitian, kemudian dilanjutkan
dengan merancang desain penelitian yang akan digunakan. Setelah itu,
menyelesaikan pengurusan surat izin penelitian dari Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Langkah
selanjutnya adalah membuat instrumen penelitian dan Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) berdasarkan arahan dan bimbingan dari dosen pembimbing.
Instrumen penelitian terdiri dari program multimedia interaktif, tes objektif
pilihan ganda, dan angket. RPP yang dibuat sebanyak 3 pertemuan pada konsep
sistem ekskresi.
Kemudian, langkah yang dilakukan yaitu melakukan koordinasi dengan
pihak sekolah dalam hal ini guru bidang studi yang bersangkutan untuk
melakukan uji coba instrumen tes objektif pilihan ganda. Jumlah peserta tes
sebanyak 50 siswa yang merupakan gabungan dari kelas XII IPA 2 dan XII IPA 3.
Hasil tes tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan aplikasi ANATES versi 4.0
sehingga diperoleh butir soal yang akan dipakai untuk pretest, posttest I, dan
posttest II (retest) dalam penelitian, yaitu 25 soal. Begitu pula dengan instrumen
program multimedia interaktif, instrumen tersebut divalidasi oleh ahli materi, ahli
media, dan guru. Ahli materi adalah dosen pembimbing, ahli media merupakan
perwakilan dari Laboratorium Pusat Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bagian Multimedia, dan guru adalah guru mata pelajaran biologi kelas XI di
tempat penelitian berlangsung. Hasil validasi digunakan sebagai bahan revisi
instrumen, sehingga program multimedia interaktif siap digunakan pada proses
penelitian.
41
Langkah terakhir pada tahapan ini adalah menentukan sampel yang akan
dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dihasilkan kelas XI IPA 1
sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen akan memperoleh perlakuan sesuai dengan desain
penelitian yang telah ditentukan.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Langkah awal pada tahapan ini adalah masing-masing sampel yang terdiri
dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan pretest. Langkah
selanjutnya, masuk ke dalam proses pembelajaran. Konsep yang diajarkan adalah
sistem ekskresi. Kedua kelompok dalam proses pembelajarannya digunakan
pendekatan dan metode pembelajaran yang sama, yaitu pendekatan pembelajaran
ekspositori dengan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab. Penggunaan
program multimedia interaktif diterapkan oleh kelompok eksperimen, sehingga
kegiatan belajar berada di ruang laboratorium komputer yang mengharuskan
setiap siswa mengahadap 1 komputer. Sedangkan kelompok kontrol
menggunakan media pembelajaran animasi dan video yang dikemas dalam slide
powerpoint. Kegiatan belajar kelompok kontrol tetap berada di dalam kelas
dengan bantuan projector. Setelah konsep yang diajarkan selesai, kedua kelompok
sampel diberikan posttest I. Dalam jangka waktu 3 minggu kemudian diadakan
posttest II (retest).
3. Tahap Akhir Penelitian
Hasil pretest, posttest I, dan posttest II (retest) dari kelompok eksperimen
dan kontrol selanjutnya dianalisis menggunakan analisis uji statistik. Setelah itu,
dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil uji statistik tersebut. Penarikan
kesimpulan merupakan langkah paling akhir dalam prosedur penelitian.
42
Langkah-langkah pada setiap tahap dalam prosedur penelitian dapat dilihat
lebih jelas pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian
43
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan tes yang
berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dan nontes yang berupa angket,
secara lengkap dapat dilihat sebagai berikut:
1. Retensi siswa dijaring menggunakan tes objektif. Tes retensi (posttest
II/retest) diberikan kepada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Tes diberikan tanpa ada pemberitahuan sebelumnya, hal ini dilakukan agar
retensi belajar siswa yang diukur benar-benar mencerminkan hasil belajar
siswa pada saat perlakuan, bukan karena pengulangan belajarnya.
Pelaksanaan tes retensi hasil belajar diberikan 3 minggu setelah posttest I.
Instrumen yang digunakan adalah sama, dalam artian mengandung soal yang
sama.
2. Angket diberikan di akhir seluruh kegiatan pembelajaran. Angket tersebut
diberikan untuk melihat respon siswa terhadap kehadiran multimedia
interaktif pada kelompok eksperimen.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Program multimedia interaktif
Program multimedia interaktif diberi nama sistemekskresi yang merupakan
aplikasi pembelajaran bereksktensi file berupa exe (executable), yang artinya file
dapat dibuka tanpa harus memiliki media player pendukung. Program tersebut
dibuat menggunakan software Macromedia Director dengan besar file 59.4 MB.
Materi yang dikemas di dalamnya adalah tentang sistem ekskresi. Agenda
pembuatan multimedia interaktif terlampir pada lampiran 10. Setelah program
selesai dibuat, dilakukan uji kelayakan oleh ahli materi, ahli media, dan guru.
Kisi-kisi instrumen penilaian multimedia interaktif meliputi aspek isi, kebahasaan,
44
efek multimedia interaktif terhadap strategi pembelajaran, dan tampilan
menyeluruh. Aspek isi terdiri dari 9 indikator untuk ahli materi dan guru masing-
masing 1 butir. Aspek kebahasaan terdiri dari 4 indikator untuk ahli materi dan
guru, serta 3 indikator untuk ahli media masing-masing 1 butir. Aspek efek
multimedia interaktif terhadap strategi pembelajaran terdiri dari 6 indikator untuk
ahli materi, ahli media, dan guru masing-masing 1 butir. Aspek tampilan
menyeluruh terdiri dari 2 indikator untuk ahli materi dan guru, serta 6 indikator
untuk ahli media masing-masing 1 butir. Kisi-kisi instrumen penilaian multimedia
interaktif dapat dilihat pada lampiran 14.
Kisi-kisi penilaian multimedia interaktif di atas merupakan hasil
modifikasi dari kisi-kisi yang dibuat oleh Ahmad Saifudin dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Mata
Pelajaran IPS SMP”.6 Ahli materi adalah dosen pembimbing, ahli media
merupakan perwakilan dari Laboratorium Pusat Terpadu UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Bagian Multimedia, dan guru adalah guru mata pelajaran biologi kelas XI
di tempat penelitian berlangsung. Rekapitulasi penilaian multimedia interaktif
terlampir pada lampiran 18.
2. Tes objektif pilihan ganda
Tes objektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa pilihan ganda.
Tes pilihan ganda merupakan pokok uji yang meliputi dari satu pertanyaan yang
belum lengkap dan untuk melengkapinya disediakan beberapa pernyataan
sambungan yang diantaranya adalah jawaban benar.7 Pilihan ganda terdiri dari 5
pilihan yaitu a, b, c, d, dan e. Ranah kognitif yang digunakan dalam tes ini
meliputi aspek mengingat/remember (C1), memahami/understand (C2),
(C5), dan mencipta/create (C6) dalam taksonomi Bloom revisi.8 Tes ini diberikan
6 Ahmad Saifudin, Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer MataPelajaran IPS SMP, Jurnal FALASIFA. Vol .1 No.2, 2001, h. 71-82.
7 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPABerbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 56.
8 Ibid., h. 14.
45
sebelum pembelajaran (pretest), sesudah pembelajaran (posttest I), dan 3 minggu
setelah posttest I (posttest II/retest) pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Adapun kisi-kisi instrumen tes adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Instrumen Tes Objektif Pilihan Ganda9
SubKonsep
Jenjang Kognitif JumlahSoal
%C1 C2 C3 C4 C5 C6
SistemEkskresi
2, 3* 1* 4 4 10%
Hati 7* 6* 8 5* 4 10%Paru-Paru 10 9* 2 5%
Kulit 13 11*, 1214, 15*,
16*17* 7 17,5%
Ginjal 18*21*, 24,26*, 27*
19*, 20*,23*
22, 29* 25, 28* 12 30%
Gangguanpada
SistemEkskresiManusia
32, 36 31*, 34*30*,33*
35* 7 17,5%
SistemEkskresi
padaHewan
39 37* 38 40* 4 10%
JumlahSoal
5 10 9 9 5 2 40
% 12.5% 25% 22.5% 22.5% 12.5% 5%
Keterangan:
*soal yang digunakan sebagai alat tes (pretest, posttest I,dan posttest II/retest)
3. Angket
Angket atau quetioner termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat
data atau informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal.10 Angket
berisikan pernyaataan mengenai siswa terhadap kehadiran multimedia interaktif
pada kelas eksperimen. Bentuk angket yang digunakan adalah angket tertutup.
Angket diisi dengan cara memberikan tanda checklist (√) pada lembar jawaban
0.00 – 0.20 Sangat Rendah0.21 – 0.40 Rendah0.41 – 0.70 Sedang0.71 – 0.90 Tinggi0.91-1.00 Sangat Tinggi
Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh hasil reliabilitas tes sebesar
0.84, yang memiliki interpretasi tinggi.18 Penghitungan dilakukan dengan
menggunakan aplikasi ANATES versi 4.0.
15 Sofyan, Feronika, dan Milama, Op. cit., h. 105.16 Arikunto, Op. cit., h. 115.17 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet.
XXIV, h. 193.18 Lampiran 5, h. 113.
49
3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah salah satu analisis kuantitatif konvensional
paling sederhana dan mudah. Soal dikatakan baik jika soal tersebut tidak terlalu
sulit dan tidak terlalu mudah. Perhitungan tingkat kesukaran diperoleh dari
proporsi atau perbandingan antara siswa yang menjawab benar dengan
keseluruhan siswa yang mengikuti tes. Rumus tingkat kesukaran adalah sebagai
berikut:19
=Keterangan:
P : proporsi (indeks kesukaran)
B : jumlah siswa yang menjawab benar
N : jumlah peserta tes
Tabel 3.6. Klasifikasi dan Indeks Tingkat Kesukaran20
Klasifikasi Tingkat Kesukaran Indeks Tingkat Kesukaran
P = 0 – 0.25 SukarP = 0.26 – 0.75 Sedang
P = 0.76 – 1 Mudah
Berdasarkan hasil penghitungan dari aplikasi ANATES versi 4.0 diperoleh
bahwa terdapat 3 soal kategori mudah, 33 kategori sedang, 2 soal kategori sukar, 1
soal kategori sangat mudah, dan 1 soal kategori sangat sukar.21
4. Daya Beda
Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir
soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi
19 Sofyan, Feronika, dan Milama, Op. cit., h. 103.20 Ibid., h. 103-104.21 Lampiran 6, h. 114.
50
dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi.22 Rumus
pengukuran daya beda adalah sebagai berikut:23
= −0,5 ×Keterangan:
D = daya beda
Ba = jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas
Bb = jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah
N = jumlah peserta tes
Tabel 3.7. Klasifikasi dan Indeks Daya Beda24
Klasifikasi Daya Pembeda Indeks Daya Beda
0.00 – 0.20 Jelek (poor)0.21 – 0.40 Cukup (satisfactory)0.41 – 0.70 Baik (good)0.71 – 1.00 Baik sekali (excellent)
< 0.00 (negatif) Tidak baik (diabaikan)
Berdasarkan hasil penghitungan dari aplikasi ANATES versi 4.0 diperoleh
bahwa terdapat 8 butir soal yang memiliki daya pembeda baik sekali, 17 butir soal
baik, 8 butir soal cukup, 4 butir soal jelek, dan 3 butir soal tidak baik.25
I. Teknik Analisis Data
Analisis data digunakan sebagai suatu cara untuk menguraikan data yang
diperoleh agar dapat dipahami oleh berbagai pihak yang ingin mengetahui hasil
penelitian. Berikut adalah analisis data yang dilakukan pada penelitian ini:
22 Arifin, Op. cit., h. 273.23 Sofyan, Feronika, dan Milama, Op. cit., h. 104.24 Arikunto, Op. cit., h. 232.25 Lampiran 7, h. 115.
51
1. Uji Retensi
Tes retensi (posttest II/retest) dilakukan untuk mengukur daya ingat
terhadap materi yang telah diberikan, dalam penelitian ini adalah pada konsep
sistem ekskresi manusia. Tes retensi (posttest II/retest) ini dilaksanakan 3 minggu
setelah posttest I. Pemilihan rentang waktu tersebut didasarkan oleh beberapa ahli
terkait pelaksanakan retest, yang menyatakan bahwa retest sudah dapat
dilaksanakan 1 minggu setelah posttest I. Penilaian retensi dapat dihitung dengan
rumus:26
Retensi = Nilai ( )Nilai I × 100%Perolehan skor retensi tersebut, kemudian dikategorikan atas empat
kategori pada tabel berikut:
Tabel 3.8. Retensi Siswa Berdasarkan Kategori
Adaptasi Penguasaan Konsep Depdikbud27
Klasifikasi Retensi Indeks Retensi
≥ 100% Sangat Baik85-99% Baik70-84% Cukup55-69% Kurang
2. Angket
Skor angket terlebih dahulu dihitung pada setiap butir pernyataan dengan
cara menentukan persentase jawaban “ya” dan “tidak”. Kemudian dicari rata-rata
26 Setiawan, Sutarto, dan Indrawati, Op. cit., h. 287.27 Fifi Afifah, “Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap
Retensi Siswa pada Konsep Sistem Gerak pada Manusia”, Skripsi pada Fakultas Ilmu Tarbiyahdan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2005, h. 48, Tidak Dipublikasikan.
52
sehingga menghasilkan skor setiap indikator. Persentase respon setiap butir pada
angket tertutup dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut:28
Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian selanjutnya diolah dan
dianalisis dengan menggunakan statistik uji “t” untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh multimedia interaktif terhadap retensi siswa. Namun, sebelumnya perlu
dilakukan uji prasyarat, antara lain:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data pada dua
kelompok sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal
atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas menggunakan uji Liliefors
(taraf signifikan α = 0,05).
Langkah-langkah pada pengujian ini dimulai dari pengamatan xi, x2, …, xn
untuk dijadikan bilangan baku zi, z2, …, zn dengan menggunakan rumus = ̅,
dimana ̅ dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel.
Dalam merubah kedalam bilangan baku dilakukan dengan cara menggunakan
daftar distribusi normal baku, dihitung peluang F (zi) = P (z < zi). Selanjutnya
dihitung proporsi zi, z2, …, zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. Jika proporsi
ini dinyatakan oleh S (zi), maka ( ) = ∑ ,, ,… . Setelah itu, dihitung
selisih ( ) − ( ) dan ditentukan harga mutlaknya. Kemudian memilih harga
yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, yang disebut Lo.
Nilai Lo lalu dibandingkan dengan Lt untuk mengetahui apakah data berdistribusi
28 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT REMAJAROSDAKARYA, 2002), Cet. VIII, h. 131.
53
normal atau tidak. Apabila Lo < Lt maka data berdistribusi normal. Namun, jika
Lo > Lt maka data tidak berdistribusi normal.29
b. Uji Homogenitas
Setelah diketahui data hasil penelitian berdistribusi normal, selanjutnya
dilakukan pengujian homogenitas. Pengujian homogenitas diperlukan untuk
mengetahui apakah kedua kelompok populasi homogen atau heterogen. Teknik uji
homogenitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Fisher pada taraf
signifikan α = 0.05 dengan rumus sebagai berikut:30
=Apabila Fhitung < Ftabel maka data berasal dari populasi yang homogen.
Namun, jika Fhitung > Ftabel maka data tidak berasal dari populasi yang homogen.
4. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan penghitungan normalitas dan homogenitas maka
selanjutnya menganalisis data untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Pengujian tersebut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
signifikan antara siswa yang diberi perlakuan penggunaan multimedia interaktif
dengan tidak menggunakan multimedia interaktif. Bila jumlah n1 ≠ n2 dan varians
homogen maka dapat digunakan rumus t-test dengan polled varian dengan derajat
kebebasannya (dk) = n1 + n2 - 2 pada taraf signifikan = 5% dengan rumus
sebagai berikut:31
29 Kadir, Statistika untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: PT Rosemata Sampurna,2010), Cet. I, h. 107-109.
30 Kadir, Op. cit., h. 118.31 Sugiyono, Op. cit., h. 273.
54
= 1 − 2( ) ( ) +Keterangan:X : rata-rata kelompok eksperimenX : rata-rata kelompok kontrolS1 : standar devisi kelompok eksperimenS2 : standar devisi kelompok kontroln : jumlah siswa kelompok eksperimenn : jumlah siswa kelompok kontrol
J. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik dalam penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian yang telah dirumuskan. Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : µ1 = µ2 (nilai rata-rata tidak berbeda nyata)
Ha : µ1 ≠ µ2 (nilai rata-rata berbeda nyata)
H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan multimedia
interaktif dalam pembelajaran biologi terhadap retensi siswa.
Ha : terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan multimedia interaktif
dalam pembelajaran biologi terhadap retensi siswa.
dengan,
1 = 2 : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
1 ≠ 2 : terdapat perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian ini meliputi data tes objektif pilihan ganda dan
angket. Tes objektif pilihan ganda terdiri dari pretest, posttest I, dan posttest II
(retest) pada kedua kelompok, yakni kelompok eksperimen (XI IPA 1) dan
kelompok kontrol (XI IPA 2). Pretest dilakukan sebelum pembelajaran yang
bertujuan untuk mengukur kemampuan awal siswa pada konsep sistem ekskresi.
Setelah kedua kelompok melaksanakan proses pembelajaran dengan perlakuan
yang berbeda pada masing-masing kelompok, yaitu kelompok eksperimen dengan
menggunakan multimedia interaktif dan kelompok kontrol menggunakan media
animasi dan video, kemudian dilaksanakan posttest I yang bertujuan untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar antara sebelum dan sesudah perlakuan.
Sesudah 3 minggu dari pelaksanaan posttest I, selanjutnya diadakan posttest II
(retest) tanpa adanya pemberitahuan. Posttest II (retest) dilakukan untuk
mengukur retensi siswa pada konsep sistem ekskresi.
1. Deskripsi Data Pretest, Posttest I, dan Posttest II (Retest)
Berikut adalah data nilai pretest, posttest I, dan posttest II (retest)
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol:
Tabel 4.1. Data Pretest, Posttest I, dan Posttest II (Retest)
Berdasarkan tabel 4.7, diketahui bahwa perolehan nilai thitung dilakukan
penghitungan dengan menggunakan uji-t pada pretest, sehingga diperoleh thitung <
ttabel dengan dk = (36 + 35) – 2 = 69 pada taraf signifikan 5% satu arah. Dengan
demikian dapat disimpulkan pengujian hipotesis uji-t nilai pretest pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
pretest kelompok eksperimen dengan pretest kelompok kontrol karena belum ada
perlakuan dari kedua kelompok tersebut. Namun perolehan nilai thitung dilakukan
penghitungan dengan menggunakan uji-t pada posttest I dan posttest II (retest),
sehingga diperoleh thitung > ttabel dengan dk = (36 + 35) – 2 = 69 pada taraf
62
signifikan 5% satu arah yang berarti Ha diterima. Diterimanya Ha menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari kedua kelompok. Dengan kata lain
terdapat pengaruh multimedia interaktif terhadap retensi siswa pada konsep sistem
ekskresi. Penghitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 32-34.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembuatan multimedia interaktif melalui 11 tahapan sesuai yang
dikemukakan Deni Darmawan dalam bukunya yang berjudul “Teknologi
Pembelajaran”, terlampir pada lampiran 10. Sampai pada tahap revisi produk
akhir, ditemukan permasalahan terkait penggunaan software Macromedia
Director, walaupun software tersebut memiliki kelebihan dalam menghasilkan
multimedia interaktif yang dapat dijalankan di semua komputer tanpa harus
menggunakan player khusus. Permasalahan yang dimaksud yaitu sebagian
komponen dapat mengalami kerusakan jika multimedia interaktif dijalankan
bukan di komputer asal pembuatan multimedia interaktif. Namun demikian,
permasalahan tersebut tidak menyurutkan antusias siswa dalam menggunakan
multimedia interaktif.
Sejak di awal pertemuan pembelajaran, siswa pada kelompok eksperimen
sudah menyukai pembelajaran multimedia interaktif dengan memberikan
komentar-komentar positif. Hal tersebut diperkuat dengan adanya angket yang
diberikan kepada siswa pada akhir pertemuan sebagai bukti tertulis bahwa siswa
kelompok eksperimen menyukai pembelajaran multimedia interaktif. Hasil angket
menunjukkan pada pernyataan positif rata-rata respon positif lebih dari 90%.
Telah dijelaskan pada deskripsi teoritis bahwa pembelajaran multimedia
interaktif terdiri dari beberapa komponen, antara lain teks, gambar, audio, video,
animasi, dan interaktivitas. Oleh karena itu, unsur media pada kelompok
eksperimen labih banyak dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini akan
memberikan perbedaan hasil di akhir pembelajaran dalam hal retensi siswa.
63
Penggunaan unsur video dan audio mampu meningkatkan kenyamanan
dalam pembelajaran.1 Kenyamanan ini yang membuat siswa pada kelompok
eksperimen menyukai pembelajaran multimedia interaktif. Siswa diberikan
nuansa dan pengalaman yang menyenangkan dalam mempelajari biologi melalui
multimedia interaktif.
Audio dalam multimedia interaktif adalah suara latar yang berupa musik
instrumental. Unsur media audio yang disajikan di dalam multimedia interaktif
tidak mengganggu proses belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil
penelitian yang menyatakan retensi siswa kelompok eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol. Sehingga suara latar yang berupa musik
instrumental di dalam multimedia interaktif mampu menambah konsentrasi dan
perhatian siswa pada proses pembelajaran. Seperti halnya yang dikemukakan
Canadian Association for Music Therapy dalam Salim yang menyatakan bahwa
musik dapat meningkatkan memori dan perhatian.2
Namun, penelitian ini tidak hanya untuk mengetahui apakah multimedia
interaktif digemari oleh siswa pada kelompok eksperimen. Hal yang paling utama
adalah untuk melihat apakah multimedia interaktif memberikan pengaruh
terhadap retensi siswa sebagai suatu perlakuan yang diberikan pada kelompok
eksperimen. Dalam penelitian ini, retensi diukur dengan menggunakan tes kognitif
yang dilaksanakan tiga minggu setelah akhir pembelajaran pada konsep sistem
ekskresi.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa hasil tes retensi (posttest II)
siswa pada kelompok eksperimen lebih unggul daripada siswa pada kelompok
kontrol. Hasil uji hipotesis tes retensi pun menunjukkan Ha diterima. Diterimanya
Ha memiliki makna bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari kedua
kelompok. Begitu halnya pada hasil kategori retensi kedua kelompok, rata-rata
tingkat retensi kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
1 Sandra Cairncross dan Mike Mannion, Interactive Multimedia and Learning:Realizing the Benefits, Journal of Innovations in Education and Teaching International, 2001, h.159.
2 Danny Salim, Pengaruh Musik terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 2 SMUK 1Salatiga, Jurnal Musik Vol. 2 No. 1, 2010, h. 27.
64
Sehingga dapat dinyatakan multimedia interaktif berpengaruh terhadap retensi
siswa dalam pembelajaran biologi.
Rata-rata retensi siswa pada kelompok eksperimen mencapai 101.01%,
memiliki makna bahwa sebagian besar siswa kelompok tersebut mengalami
peningkatan retensi. Penggunaan multimedia interaktif membuat informasi tidak
hanya dipertahankan di dalam sistem penyimpanannya, tetapi juga adanya
informasi baru yang dapat disimpan dengan baik di dalam sistem
penyimpanannya. Berbeda halnya pada kelompok kontrol yang rata-rata retensi
siswanya hanya mencapai 90.07%. Artinya, sebagian besar siswa pada kelompok
kontrol mengalami penurunan retensi. Sehingga, dapat dikatakan bahwa media
pada kelonpok kontrol, yaitu media animasi dan video tidak dapat
mempertahankan informasi yang ada di dalam sistem penyimpanan.
Keberhasilan multimedia interaktif dalam meningkatkan retensi siswa
pada kelompok eksperimen bukan karena kelompok eksperimen memiliki
kemampuan lebih secara akademik. Karena sebelum melakukan uji hipotesis telah
dilakukan uji prasyarat meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji
normalitas menyatakan bahwa kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Kemudian hasil uji homogenitas juga menyatakan bahwa
kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen. Keberhasilan multimedia
interaktif dalam meningkatkan retensi siswa pada kelompok eksperimen dapat
ditinjau dari beberapa faktor. Berikut adalah penjelasannya:
Pertama, multimedia interaktif adalah media pembelajaran yang mampu
melibatkan lebih dari satu indera siswa.3 Kemudian Australian Academy of Herbs
& Health menyebutkan bahwa salah satu cara meningkatkan retensi adalah
dengan melibatkan banyak panca indera.4 Multimedia interaktif yang digunakan
pada kelompok eksperimen melibatkan tidak hanya berupa visual dan audio,
3 Zainal Abidin dan Asrul Bahar, Penerapan MMI untuk Meningkatkan Hasil BelajarSiswa pada KD Membuat Kue Indonesia dari Serealia dan Tepung, e-Journal Boga Vol. 2 No. 1,2013, h. 2.
4 Australian Academy of Herbs and Health, Learning Guide – Tips for Learning andIncreasing Memory Retention, 2010, h. 1, (www.aahh.com.au).
65
namun terdapat pula unsur kinestetik, yaitu siswa dituntut aktif dalam berinteraksi
dengan multimedia interaktif yang diberikan. Hal tersebut berlawanan dengan
media yang digunakan pada kelompok kontrol, yaitu media animasi dan video.
Pada media ini, indera yang dilibatkan siswa hanya visual dan audio.
Kedua, dalam kegagalan proses mengingat disebabkan oleh tidak adanya
pengulangan materi sehingga materi pun menjadi lupa. Kemudian Nwaocha
dalam Sharma menjelaskan bahwa multimedia interaktif bisa meningkatkan
antusiasme, perhatian di kelas, dan kepuasan siswa.5 Keberadaan antusiasme
siswa kelompok eksperimen dalam mempelajari biologi terkait dengan komponen
multimedia interaktif yang menarik seperti suara latar, pilihan permainan, dan
adanya komunikasi dua arah antara pengguna dengan program multimedia
interaktif. Dengan munculnya antusiasme siswa dalam mempelajari biologi berarti
akan terjadi pengulangan dalam belajar yang mengakibatkan materi bisa
tersimpan dengan baik. Sementara itu siswa pada kelompok kontrol lebih banyak
mendengarkan penjelasan dari guru dengan bantuan media animasi dan video,
tanpa adanya kemasan menarik seperti pada kelompok eksperimen.
Ketiga, multimedia pendidikan mampu membantu guru dalam
menjelaskan konsep yang sulit secara jelas dibandingkan menggunakan buku
teks.6 Sebelumnya telah dijelaskan bahwa untuk mengurangi lupa dalam
pembelajaran, maka pada fase pengolahan siswa diharuskan mengolah materi
dengan baik. Namun, jika konsep sistem ekskresi yang harus diolah itu sulit akan
berdampak konsep tidak akan diingat dengan baik. Disinilah unsur-unsur
multimedia interaktif diperlukan dalam menyederhanakan konsep sistem ekskresi
untuk diolah. Selain itu penggunaan multimedia interaktif menjadikan
pembelajaran lebih bermakna, sehingga sulitnya konsep sistem ekskresi mampu
diatasi dan siswapun dapat mengingat konsep dengan baik. Berbeda dengan yang
dialami siswa pada kelompok kontrol. Pengolahan konsep sistem ekskresi harus
5 Pratibha Sharma, Role Interactive Multimedia for Enhancing Students’Acievementand Retention, International Woman Online Journal of Distance Education Vol. 2, 2013, h. 15.
6 Camilan Huang, Designing High-Quality Interactive Multimedia Learning Modules,Journal of Computerized Medical Imaging and Graphics 29, 2005, h. 224.
66
banyak dilakukan oleh siswa, karena komponen-komponen media pada kelompok
kontrol belum cukup mampu untuk menyederhanakan konsep sistem ekskresi.
Perbedaan penggunaan media pembelajaran antara kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol berpengaruh pada retensi siswa. Komponen-komponen
dalam multimedia interaktif lebih dapat meningkatkan retensi siswa. Sedangkan
komponen-komponen dalam media animasi dan video tidak dapat meningkatkan
retensi siswa.
Meskipun peningkatan retensi tidak terjadi pada kelompok kontrol,
penelitian ini memberikan dampak lain terhadap proses pembelajaran. Kini siswa
telah merasakan pembelajaran menggunakan media animasi dan video. Karena,
pada pembelajaran sebelumnya belum ada pendayagunaan media pembelajaran
yang bersifat digital dan elektronik.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif berpengaruh
signifikan terhadap retensi siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
penghitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikansi 5%
diperoleh hasil thitung > ttabel, yaitu 6.080 > 1.658, sehingga H0 ditolak dan Ha
diterima.
B. Saran
Multimedia interaktif merupakan media pembelajaran yang mampu
meningkatkan retensi siswa, oleh karena itu penggunaan multimedia interaktif
perlu diterapkan dalam proses pembelajaran. Saran-saran terkait penelitian ini
mengenai penggunaan multimedia interaktif terhadap retensi siswa, antara lain:
1. Dalam pembuatan multimedia interaktif disarankan untuk menggunakan
software selain Macromedia Director. Karena, file produk mudah corrupt,
walaupun program yang dihasilkan software tersebut dapat dijalankan tanpa
menggunakan player khusus.
2. Penelitian ini telah berhasil meningkatkan retensi siswa dalam penggunaan
multimedia interaktif pada konsep sistem ekskresi. Sehingga, penelitian
selanjutnya disarankan untuk menerapkan pada konsep lain yang memiliki
karakteristik sejenis dengan konsep sistem ekskresi, misalnya sistem saraf.
3. Retensi siswa dinyatakan meningkat setelah diukur menggunakan retest yang
dilaksanakan 3 minggu sesudah posttest. Untuk mengetahui kapan retensi
siswa mengalami penurunan, disarankan pada penelitian selanjutnya retest
dilakukan lebih dari satu kali.
68
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal dan Asrul Bahar. Penerapan MMI untuk Meningkatkan HasilBelajar Siswa pada KD Membuat Kue Indonesia dari Serealia dan Tepung.e-Journal Boga Vol. 2 No. 1, 2013.
Afifah, Fifi. “Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)terhadap Retensi Siswa pada Konsep Sistem Gerak pada Manusia”. Skripsipada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.Jakarta: Tidak Dipublikasikan, 2013.
Antika, Linda Tri dkk. “Perbandingan Keterampilan Metakognitif, Hasil BelajarBiologi, dan Retensi antara Siswa Berkemampuan Akademik Tinggi danRendah Kelas X SMA di Malang Melalui Strategi Problem BasedLearning (PBL)”. http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6C3A340136224B7A657A3B5423A5514E.pdf, diakses pada tanggal 12 Juni 2014 pukul 21.27 WIB.
Ariesta, R. dan Supartono. Pengembangan Perangkat Perkuliahan KegiatanLaboratorium Fisika Dasar II Berbasis Inkuiri Terbimbing untukMeningkatkan Kerja Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Pendidikan FisikaIndonesia 7, 2011.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,Cet. I, 2012.
Armstrong, Jay et. al. Using Director MX: Macromedia Director MX. SanFrancisco: Macromedia, Inc, 2002.
Australian Academy of Herbs and Health. “Learning Guide – Tips for Learningand Increasing Memory Retention”. www.aahh.com.au, diakses padatanggal 16 September 2013 pukul 21.00 WIB.
Bhinnety, Magda. Struktur dan Proses Memori. Buletin Psikologi Vol. 16 No. 2.
Cairncross, Sandra dan Mike Mannion. Interactive Multimedia and Learning:Realizing the Benefits. Journal of Innovations in Education and TeachingInternational, 2001.
Darmawan, Deni. Teknologi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,Cet. I, 2011.
69
Daryanto. Media Pembelajaran: Peranannya Sangat Penting dalam MencapaiTujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media, Cet. I, 2010.
DOEACC Centre. “Syllabus & Curriculum for Certificate Course In Director”.http://www.doeacccalicut.ac.in/Certification/Syllabus/director.pdf, diaksespada tanggal 16 Juni 2014 pukul 23.54 WIB.
Efendi, Nur. Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching BerpotensiMeningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA. JurnalPEDAGOGIA Vol. 2 No. 1, 2013.
Faizin, Mohammad Noor. “Penggunaan Model Pembelajaran MultimediaInteraktif (MMI) pada Konsep Listrik Dinamis untuk MeningkatkanPenguasaan Konsep dan Memperbaiki Sikap Belajar Siswa”.http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194704171973032-MULIATI_PURWASASMITA/35_PENGGUNAAN_MODEL_PEMBELAJARAN_MULTIMEDIA_INTERAKTIF_(MMI).pdf, diakses padatanggal 28 Desemeber 2012.
Fanani, Burhan. Trik Dahsyat Membuat Ingatan Setajam Silet dengan MetodeLaci Pikiran. Yogyakarta: Mantra Books, Cet. I, 2013.
Fitriyah, Lailatul dan Mohammad Jauhar. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta:Prestasi Pustaka, Cet. I, 2014.
Ghasani, Alfa dan Magda Bhinnety E. “Efektivitas Aroma Peppermint untukMeningkatkan Performansi Memori Jangka Pendek pada Mahasiswa”.http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/2671_MU.11090017.pdf, diakses padatanggal 25 Juni 2014 pukul 12.58 WIB.
Hake, Richard R. Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for IntroductoryPhysics Covrses. American Journal of Physics Vol. 66 No.1, 1998.
Halim, Muhammad Abdul dkk. “Keefektifan Teknik Mnemonic untukMeningkatkan Memori Jangka Panjang dalam Pembelajaran Biologi padaSiswa Kelas VIII SMP Al-Islam 1 Surakarta”.http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrajiwa/article/download/26/16, diakses pada tanggal 13 Juni 2014 pukul 22.29 WIB.
Hartati, Sri dkk. “Model Pembelajaran STAD dan GI terhadap Retensi Siswa diMAN”.http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/454/491,diakses pada tanggal 17 Juli 2013 pukul 20.20 WIB.
Hendratman, Hendi dan Robby. The Magic of Macromedia Director. Bandung:INFORMATIKA, Cet. I, 2011.
Herlanti, Yanti dkk. Kontribusi Wacana Multimedia terhadap Pemahaman danRetensi Siswa (Studi Kasus pada Pembelajaran Hereditas di Kelas 3 MtsCimahi, Jurnal Pendidikan IPA: METAMORFOSA Vol. 2 No. 1, 2007.
Huang, Camilan. Designing High-Quality Interactive Multimedia LearningModules. Journal of Computerized Medical Imaging and Graphics 29,2005.
Japardi, Iskandar. “Learning and Memory”.http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi18.pdf,diakses pada tanggal 29 Desemeber 2012.
Kadir. Statistika untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT RosemataSampurna, Cet. I, 2010.
Krisnadi, Elang. “Membangun Konstruksi Pengetahuan Siswa dalamPembelajaran Matematika melalui Pemanfaatan Program MultimediaInteraktif (PMI)”.http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fmipa201147.pdf,diakses pada tanggal 16 Juli 2013 pukul 13.35 WIB.
Lake Washington Institute of Technology. “Tips for Improving MemoryTechniques”. http://selkirk.ca/sites/default/files/Learning/Selkirk-College-Learning-Success-Memory-Techniques-Workshop.pdf, diakses padatanggal 18 Juni 2014 pukul 22.45 WIB.
Laksmi, Juwita Ayu dkk. “Pengembangan Media Pembelajaran BerbasisMultimedia pada Mata Pelajaran Biologi Materi Sistem Ekskresi Kelas XISMA Brawijaya Smart School Malang”. http://jurnal-online.um.ac.id/article/do/detail-article/1/33/1089, diakses pada tanggal 12Juni 2014 pukul 00.43 WIB.
Lisana. Pembuatan Aplikasi Multimedia Pembelajaran tentang Cara Berkendarayang Baik. Jurnal Teknologi Informasi Vol. 1 No. 2, 2011.
Lutz, Stacey T. dan William G. Huitt. “Information Processing and Memory:Theory and Applications”.http://www.edpsycinteractive.org/papers/infoproc.pdf, diakses padatanggal 18 Juni 2014 pukul 23.04 WIB.
Macromedia. Macromedia Director MX 2004: Getting Started with Director. SanFrancisco: Macromedia, Inc, 2004.
71
Mohler, James L. “Using Interactive Multimedia Technologies to ImproveStudent Understanding of Spatially-Dependent Engineering Concepts”,http://www.tech.purdue.edu/cg/, diakses pada tanggal 7 Desember 2012.
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran (sebuah Pendekatan Baru). Jakarta: GaungPersada Press, Cet. I, 2008.
Munir. Multimedia: Konsep & Aplikasinya dalam Pendidikan. Bandung: CVAlfabeta, Cet. I, 2012.
Murtie, Afin. Melatih Otak Anti Lupa dengan Metode Laci Pikiran. Yogyakarta:Media Pressindo, Cet. I, 2013.
Nandi. Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Geografi diPersekolahan. Jurnal “GEA” Jurusan Pendidikan Geografi Vol. 6 No. 1,2006.
Nazriati dan Fauziatul Fajaroh. Pengaruh Penerapan Model Learning Cycle dalamPembelajaran Kimia Berbahan Ajar Terpadu (Makroskopis-Mikroskopis)terhadap Motivasi, Hasil Belajar, dan Retensi Kimia Siswa. JurnalPenelitian Kependidikan Tahun 17 No. 2, 2007.
O’Day, Danton H. The Value of Animations in Biology Teaching: A Study ofLong-Term Memory Retention. Journal of CBE-Life Sciences EducationVol. 6, 2007.
Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA, Cet. XIII, 2006.
Putra, Yovan P. dan Bayu Issetyadi. Lejitkan Memori 1000%. Jakarta: PT ElexMedia Komputindo, Cet. I, 2010.
Rahman, Taufik. “Peranan Pertanyaan terhadap kekuatan Retensi dalamPembelajaran Sains pada Siswa SMU”. http://educare.e-fkipunla.net/index.php/option.com, diakses pada tanggal 29 Desember2012.
Randler, Christoph dan Irene Zehender. Effectiveness of Reptile SpeciesIdentification−A Comparison of A Dichotomous Key with AnIdentification Book. Eurasia Journal of Mathematics, Science andTechnology Education Vol. 2 No. 3, 2006.
Rohrer, Doug dan Harold Pashler. Increasing Retention without Increasing StudyTime. Journal of Psychological Science Vol. 16 No. 4, 2007.
Saifudin, Ahmad. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer MataPelajaran IPS SMP. Jurnal FALASIFA. Vol .1 No.2, 2001.
Salim, Danny. Pengaruh Musik terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 2SMUK 1 Salatiga. Jurnal Musik Vol. 2 No. 1, 2010.
72
Sajidan. “Peningkatan Hasil Pembelajaran Medan Listrik MenggunakanMultimedia Interaktif di SMAN Surakarta”.http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1208915.pdf, diakses pada tanggal13 Januari 2013 pukul 21.37 WIB.
Sastromiharjo, Andoyo. “Media dan Sumber Pembelajaran”. Makalahdisampaikan pada Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru SekolahMenengah Pertama, 2008.
Setiawan, Agung dkk. Metode Praktikum dalam Pembelajaran Pengantar FisikaSMA: Studi pada Konsep Besaran dan Satuan Tahun Ajaran 2012-2013.Jurnal Pembelajaran Fisika Vol. 1 No. 3, 2012.
Sharma, Pratibha. Role Interactive Multimedia for EnhancingStudents’Acievement and Retention. International Woman Online Journalof Distance Education Vol. 2, 2013.
Soenarto, Sunaryo. “Multimedia Pembelajaran”.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MULTIMEDIA%20PEMBELAJARAN-23Mei2011.pdf, diakses pada tanggal 28 Desember 2012.
Sofyan, Ahmad dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta:UIN Jakarta Press, Cet. I, 2006.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, Cet.XXIV, 2012.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT REMAJAROSDAKARYA, Cet. VIII, 2002.
Sujarwo. Peranan Guru dalam Pemberdayaan Siswa. Jurnal Dinamika PendidikanNo. 1 Th. XVII, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danR&D). Bandung: CV Alfabeta, Cet. XIII, 2011.
Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV ALFABETA, Cet. XVII,2010.
Sulistyoningsih, Panca Agus dkk. “Pengaruh Rehearsal dan Interferensi terhadapRetensi pada Belajar Matematika Siswa Kelas IV Sekolah Dasar diKecamatan Puring Tahun Ajaran 2010/2011”.http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/download/635/322, diakses pada tanggal 16 Juli 2013 pukul 11.53 WIB.
Suminar, Tri. “Tinjauan Filsafati Ontologi, Epistemologi dan AksiologiManajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik”.http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/edukasi/article/download/961/898,diakses pada tanggal 27 Juni 2014 pukul 21.00 WIB.
73
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PTRemaja Rosdakarya, Cet. XV, 2010.
Tailouw, Fransisca S. “Analisis pembelajaran biologi berbasis multi mediainteraktif (MMI) pada berbagai jenjang pendidikan”.http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195107261978032-FRANSISCA_SUDARGO/Abstrak_Analisis_MMI-Fransisca.pdf,diakses pada tanggal 28 Desember 2012.
Tailouw, Fransisca dan Wawan Setiawan. Meningkatkan Pemahaman dan RetensiSiswa melalui Pembelajaran Berbasis Teknologi Multimedia Interaktif(Studi Empirik pada Konsep Sistem Saraf). Jurnal Pendidikan TeknologiInformasi dan Komunikasi Vol. 1 No. 2, 2008.
Tilaar, H.A.R. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Rineka Cipta,Cet. III, 2010.
T.K., Ken Neo dan Mai Neo. Interactive Multimedia Education: UsingAuthorware as an Instructional Tool to Enhance Teaching and Learning inthe Malaysian Classroom. Journal of Educational Multimedia No. 5, 2002.
UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003). Jakarta: SinarGrafika, Cet. IV, 2011.
Waryanto, Nur Hadi. “Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran”. Makalahdisampaikan pada Kegiatan Diklat Guru SMK Muhammadiyah 3 Klaten.15 dan 21 Mei. Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2008.
White, Kay. Power Memory: 27 Tips Menjadikan Otak Lebih Berdaya(Terjemahan). Bandung: Nuansa Cendikia, Cet. I, 2013.
Wijaya, Yoga Permana. “Efektivitas Pembelajaran Multimedia Interaktif BerbasisKonteks terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK”.(http://yogapermanawijaya.files.wordpress.com/2012/05/efektivitas-pembelajaran-multimedia-interaktif-berbasis-konteks-terhadap-hasil-belajar-siswa-pada-mata-pelajar.pdf, diakses pada tanggal 16 Juli 2013pukul 13.24 WIB.
Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: SKETSA, Cet. I, 2014.
74
KISI-KISI INSTRUMEN TES OBJEKTIF PILIHAN GANDA
Nama Sekolah : SMA Negeri 5 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Biologi
Bentuk Soal/Tes : Tes objektif pilihan ganda
Kurikulum : KTSP
Penyusun : Dimas Giri Putra
Alokasi Waktu : 60 menit
Jumlah Soal : 40
Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan/atau
penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas.
Kompetensi Dasar : 3.5. Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang
dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia dan hewan (misalnya pada ikan dan
serangga).
Sub Konsep Indikator Aspek Kognitif Jumlah Soal C1 C2 C3 C4 C5 C6
Sistem ekskresi Membedakan pengertian ekskresi, sekresi, dan defekasi. 2, 3* 1* 4 4
Hati Mendeskripsikan struktur dan fungsi hati sebagai organ ekskresi. 7* 6* 8 5* 4
Paru-paru Mendeskripsikan struktur dan fungsi 10 9* 2
Lampiran 1
75
paru-paru sebagai organ ekskresi. Kulit Mendeskripsikan struktur dan fungsi
kulit sebagai organ ekskresi. 13 11*, 12 14, 15*, 16* 17* 7
Ginjal Mendeskripsikan struktur ginjal dan pembentukan urin. 18* 21*, 24,