PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA KONSEP TERMOKIMIA (Eksperimen di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan) Oleh: SONY HIDAYAT 105016200559 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
133
Embed
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNINGrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2648/1/SONY... · ABSTRAK Sony Hidayat. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Hasil
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
PADA KONSEP TERMOKIMIA (Eksperimen di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan)
Oleh:
SONY HIDAYAT
105016200559
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
ABSTRAK
Sony Hidayat. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Termokimia. Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa berperan dan bertanggung jawab lebih banyak dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut tidak hanya mengembangkan pengetahuannya sendiri tetapi juga mampu mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Pada konsep Termokimia diterapkan model Problem Based Learning (PBL). Model PBL menawarkan beberapa kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, diantaranya adalah masalah yang diberikan mengenai situasi nyata akan memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan melatih kemapuan memecahkan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Model Problem Based Learning terhadap hasil belajar kimia siswa. penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Metode penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Instrumen penelitian menggunakan tes pilihan ganda sebanyak 20 soal. Teknik analisis data melalui uji normalitas dengan menggunakan Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunanakan Fischer. Analisis data tersebut dilanjutkan dengan uji t, diperoleh thitung sebesar 2,228 dan ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,048. karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning memberikan pengaruh yang siginifikan terhadap hasil belajar kimia siswa. Kata kunci: model Problem Based Learning, Hasil belajar siswa
ABSTRACT
Sony Hidayat. Effect the model of Problem Based Learning toward student’s achievement of chemistry that is thermochemistry concept. Program study of chemistry, education of natural sciences department, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, State of Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. In learning process when student-centered, students be responsibility and more play a part in learning. Students be not just develop their knowledge but solving of problem skill. On thermochemistry concept applied Problem Based Learning (PBL) model’s. PBL model’s have excess more than conventional learning, that is: on process of learning gives the problem in real situation so will motivated them and trained the problem solving skill. This research have purpose to know the model of Problem Based Learning effect toward student’s achievement of chemistry. This research has implemented at state 3 of senior high school South Tangerang. This research method used quasy experiment. Instrument of research is test of multiple choice that is 20 items. Analysis technique of data through normality had used Lilliefors test and homogeneity with Fischer. This analysis continued with t test, resulting of t count is 2,228 and t table at 0,05 of significant level that is 2,048. because that tcount > ttable, so has conclusion that implementing model of Problem Based Learning give significant effect toward student’s achievement of chemistry. Keyword : Problem Based Learning, student’s achievement
iii
KATA PENGANTAR
ÉΟ ó¡ Î0 «! $# Ç⎯≈uΗ ÷q§9$# ÉΟŠ Ïm§9 $#
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT tuhan yang
Maha pengasih yang kasihNya tidak pernah memilih dan Maha penyayang yang
sayangnya tidak pernah berbilang. Atas kasih dan sayangNya pula yang telah
memberikan kekuatan dan kesabaran kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan
skripsi yang berjudul, " Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Termokimia".
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasul
pembawa rahmat bagi semesta alam. Rasul yang akan memberikan kita syafaat di hari
akhir nanti amin.
Penulisan skripsi ini merupakan manifestasi dari sebuah proses yang cukup
panjang dan melelahkan bagi penulis, namun hal tersebut sungguh membawa harapan
baru bagi penulis agar menjadi yang lebih baik dimasa yang akan datang. Penulis
menyadari bahwa dalam skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil yang mungkin penulis tidak
mampu membalasnya. Sudah sepantasnya pada kesempatan yang baik ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
3. Bapak Dedi Irwandi M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan
Pendidikan IPA.
4. Ibu Etty Sofyatiningrum, M.Ed selaku selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Tonih Feronika, M.Pd selaku pembimbing II, terima kasih telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan serta saran selama penulisan skripsi.
5. Bapak Drs. H. Sudjana, M.Pd sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di sekolah yang dipimpinnya.
iv
6. Ibu Dra. Wara Gawatiningsiah dan Ibu Dewi Marheli, S.Pd sebagai guru mata
pelajaran kimia kelas XI dan XII di SMA Negeri 3 kota Tangerang Selatan, yang
telah memberikan bantuan dan kerja samanya.
7. Keluarga tercinta khususnya Ayahanda Djanuri dan Ibunda Sakisoh, Kakanda
Khunaini dan Imam Mubarok Serta Adinda yang cantik Isnaeni Syah yang selalu
mencurahkan kasih sayang, doa serta dukungannya yang tidak ternilai baik moril
maupun materil.
8. Sahabat-sahabat angkatan 2005 khususnya Obay, Acep, Tasrifin, Iksan Ana, Arik
dan sahabat yang lainnya tidak bisa penulis sebutkan saya ucapkan terima kasih
yang selalu memberikan dukungan dan doa.
9. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas do’a dan
bantuanya.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
melakukn penelitian yang berkaitan dengan permasalahan karya tulis ini pada masa
yang akan datang. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan
dalam penulisan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Ciputat, Februari 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 8
D. Rumusan Masalah ............................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis ............................................................................. 10
1. Model Problem Based Learning (PBL)
a. Definisi PBL ........................................................................... 10
b. Ciri-ciri PBL ........................................................................... 12
c. Kelebihan PBL ........................................................................ 13
d. Langkah-langkah PBL ............................................................ 14
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar ................................................................... 18
b. Hakikat Hasil Belajar .............................................................. 20
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ............................ 23
3. Hakikat Pembelajaran Kimia ....................................................... 24
Tabel 4.1 Deskripsi Data Mean Skor Pretest ...................................................... 49
Tabel 4.2 Deskripsi Data Mean Skor Postest ...................................................... 50
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Skor Pretest .............................................. 52
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Skor Postest .............................................. 53
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest ................................................... 54
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Skor Posttest .................................................. 55
Tabel 4.7 Uji t Hasil Belajar Siswa Skor Pretest ................................................ 56
Tabel 4.8 Uji t Hasil Belajar Siswa Skor Posttest ............................................... 56
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Hasil pembelajaran PBL ...................................................... 12
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir ..................................................................... 38
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai
permasalahan tidak mudah dipecahkan kecuali dengan penguasaan dan
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar mampu berperan dalam
persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya (SDM).
Berbicara mengenai kualitas SDM, pendidikan memegang peran yang
sangat penting. Pendidikan secara umum dapat dimengerti sebagai suatu usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak serta ketrampilan yang
diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Hal ini senada
dengan undang-undang sistem pendidikan nasional no.20 tahun 2003 tentang
fungsi pendidikan nasional yang menyatakan:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab1.
Pada intinya pendidikan adalah suatu proses yang disadari untuk
mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan berpikir,
kecerdasan emosional, berwatak dan keterampilan untuk siap hidup di tengah
masyarakat. Proses dalam pendidikan adalah kejadian berubahnya peserta
didik dari belum terdidik menjadi peserta terdidik.
1 Inherent Dikti, UUD RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dapat
diakses di www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, 24/01/2010 Pukul 09.23 WIB
1
2
Pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia tertuang dalam Al-
“… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara
kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Bahkan dalam Hadits Rasulullah SAW memberikan motivasi kepada umatnya
العلم فريضة على آل مسلم طلبartinya Menuntut Ilmu itu diwajiban bagi setiap orang Islam (Riwayat Ibnu
Majah, Albaihaqi, Ibnu Abdil Barr dan Ibnu Adi, dari Anas Bin Malik).
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu
sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas SDM, maka
pemerintah bersama kalangan swasta berusaha membangunan pendidikan
yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan
kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan
dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan
lainnya.
Belajar merupakan salah satu kebutuhan vital bagi manusia dalam usaha
mengembangkan diri serta mempertahankan eksistensinya. Belajar adalah
proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu yang terjadi
dalam jangka waktu tertentu dan secara relatif bersifat permanen dan tidak
hanya terjadi pada perilaku yang saat ini tampak tetapi perilaku yang mungkin
terjadi dimasa mendatang.2 Tanpa belajar, manusia akan mengalami kesulitan
baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun dalam memenuhi
tuntutan hidup karena kehidupan yang selalu berubah.
2 Zikri Neni Iska, Psikologi: Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brothers, 2006), h. 76
3
Bahkan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
perkembangan dunia yang sangat cepat, UNESCO merumuskan empat pilar
belajar, yaitu pertama, belajar mengetahui (Learning to know) berkenaan
dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan informasi. Belajar untuk
mengetahui diartikan sebagai cara bagaimana mengembangkan kemampuan
berkonsentrasi, mengingat dan berpikir . Kedua, belajar berkarya (Learning to
do) yakni masa depan ekonomi bergantung pada kemampuan mereka untuk
mengubah pengetahuan menjadi sebuah inovasi yang akan menghasilkan
usaha baru dan pekerjaan-pekerjaan baru. Ketiga, belajar hidup bersama
(Learning to live together) merupakan tuntutan agar kita mampu berinteraksi,
berkomunikasi dan bekerja sama dan hidup bersama dalam berbagai kelompok
etnis, daerah, budaya, ras dan agama. Keempat, belajar berkembang utuh
(Learning to be), pendidikan harus memberikan kontribusi kepada setiap
individu untuk mengembangkan pikiran dan tubuh, kecerdasan, kepekaan
menghargai estetis dan spiritualitas. Belajar berkembang diartikan bahwa
manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan
seimbang, baik aspek intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral. Untuk
mencapai sasaran demikian individu dituntut banyak belajar mengembangkan
seluruh aspek kepribadiannya3.
Keberhasilan sebuah proses kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari
peran seorang guru sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia telah dijelaskan No.20 Pasal 40 ayat 2 tahun 2003, tentang
sistem pendidikan nasional yang berbunyi:
Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban: (1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. (2) Mempunyai komitmen yang profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan, (3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.4
3 UNESCO, The Four Pillars of Education, dapat diakses di
http://www.unesco.org/delors/fourpil.htm, 21/1/2011, 1:10 AM 4 Inherent Dikti, UUD RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dapat diakses
di www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, 24/01/2010 Pukul 09.23 WIB
4
Dari undang undang tersebut jelas bahwa peran seorang guru sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan siswa. Guru harus mampu melakukan
pembelajaran yang menyenangkan agar siswa tidak merasa bosan sehingga
mereka dapat menangkap informasi yang diberikan guru dengan baik.
Guru kini tidak lagi hanya sekedar “transfer of knowledge” (mengajarkan
pengetahuan yang dimilikinya saja) tetapi juga harus mampu sebagai pendidik
sekaligus pembimbing dengan memberikan pengarahan (transfer of value)
sehingga siswa dapat lebih aktif dalam kegitan pembelajaran. Sebagaimana
menurut Bobby Deporter bahwa Proses belajar mengajar adalah fenomena
yang kompleks segala sesuatunya berarti. Setiap kata, pikiran tindakan dan
asosiasi serta sejauh mana guru mengubah lingkungan, presentasi dan
rancangan pengajaran5. Oleh karena itu, guru harus memiliki dan mampu
merancang kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Kegiatan
pembelajaran ini diramu berdasarkan berbagai model, metode dan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan informasi yang akan disampaikan.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai mata pelajaran yang memberikan
pengalaman belajar cara berpikir dari struktur pengetahuan yang utuh. Ilmu
Pengetahuan Alam menggunakan pendekatan empiris yang sistematis dalam
mencari penjelasan fenomena alam. Prinsip Ilmu Pengetahuan Alam adalah
mencari fakta-fakta, sehingga siswa dapat merespon informasi baru dan dapat
melakukan eksperimen dalam menguji suatu hipotesis. Prinsip itu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa tidak
hanya kemampuan pemahaman saja tetapi juga kemampuan menganalisa dan
mengevaluasi serta sikap ilmiah.
Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Mata
pelajaran Kimia yang dipelajari di Sekolah Menengah Atas membahas tentang
sifat, struktur materi, komposisi materi, perubahan materi serta energi yang
menyertai perubahan materi dan diperoleh melalui hasil-hasil penelitian dan
penalaran. Belajar kimia adalah belajar tentang segala perubahan yang terjadi
21 Mulyati Arifin, Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung: UPI, 2000), h.8 22 Mimin Haryati, Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan,( Jakarta:
Gaung Persada Press,2007), h.13
21
Kalau belajar menimbulkan perubahan perilaku, maka hasil belajar
merupakan hasil perubahan perilakunya. Oleh karena itu perubahan
perilaku menunjukan perubahan perilaku kejiwaan dan perilaku kejiwaan
meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik23. Secara eksplisit
ketiga domain ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ketiga ranah
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Penilaian Aspek Kognitif
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir
termasuk didalamnya kemampuan memahami, menghafal,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan evaluasi. Menurut
Benyamin S. Bloom, taksonomi untuk domain kognitif adalah metode
untuk membuat urutan pemikiran dari tahap dasar ke arah yang lebih
tinggi dari kegiatan mental yang terdiri dari pengetahuan (knowledge)
yaitu kemampuan untuk menghafal, mengingat atau mengulangi
informasi yang pernah diberikan. Kedua, pemahaman
(comprehension) ialah kemampun untuk menginterpretasi atau
mengulang informasi dengan menggunakan bahasa sendiri. Ketiga,
aplikasi (application) yaitu kemampun menggunakan informasi, teori
dan aturan pada situasi baru. Keempat, analisis (analysis) ialah
kemampuan menguraikan pemikiran yang kompleks dan mengenai
bagian-bagian serta hubungannya. Kelima, sintesis (synthesis)
merupakan kemampuan mengumpulkan komponen yang sama guna
membentuka pola pemikiran yang baru. Dan keenam, evaluasi
(evaluation) ialah kemampuan membuat pemikiran berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan.24
Tujuan dari aspek kognitif ini berorientasi pada kemampuan
berpikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana
yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
23 Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar: Domain dan Taksonomi, (Jurnal
Teknodik, Departemen Pendidikan Nasional Pusat Teknologi Komunikasi Dan Informasi Pendidikan), dapat diakses di http://www.pustekkom.go.id, h. 158
24 H. Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2007), h. 77
22
menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut.
2) Penilaian Aspek Psikomotor
Ryan dalam Mimin Haryati mengungkapkan bahwa penilaian
hasil belajar psikomotor dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu,
pertama melalui pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku
siswa selama proses belajar mengajar(praktek berlangsung). Kedua,
setelah proses belajar berlangsung yaitu dengan cara memberikan tes
kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Ketiga, beberapa waktu setelah belajar selesai dan kelak dalam
lingkungan kerjanya. Sedangkan menurut Leighbody, dalam
melakukan penilaian hasil belajar ketrampilan sebaiknya mencakup:
pertama, kemampuan siswa dalam menggunakan alat dan sikap kerja.
Kedua, kemampuan siswa menganalisis suatu pekerjaan dan
menyusun urutan pekerjaan. Ketiga, kecepatan siswa dalam
mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. Keempat, kemampuan
siswa dalam membaca gambar atau simbol. Kelima, keserasian bentuk
yang diharapkan atau ukuran yang telah ditentukan.
3) Penilaian Aspek Afektif
Life skills merupakan bagian dari kompetensi lulusan sebagai
hasil proses pembelajaran. Menurut Krathwohl, bila ditelusuri hampir
semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Peringkat ranah
afektif menurut Krathwohl ada lima, yaitu receiving (menerima),
dan characterization (karakterisasi). Penilain pada aspek afektif dapat
23
dilakukan dengan menggunakan angket atau kuesioner, inventori dan
pengamatan atau observasi.25
Sedangkan menurut Gagne dan Briggs menyatakan bahwa hasil
belajar merupakan kemampuan internal yang meliputi pengetahuan,
ketrampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan
memungkinkan orang itu melakukan sesuatu26.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Jika pada umumnya bahwa hasil belajar merupakan sebagai perubahan
tingkah laku, maka besar kecilnya perubahan tersebut akan dipengaruhi
berbagai hal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang dikemukakan
oleh Purwanto terdapat dua faktor27, yaitu:
1) Faktor dari dalam, pada bagian ini terdiri dari:
a) Faktor fisiologis meliputi kondisi fisik dan panca indera
Kondisi fisik dan panca indera siswa memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar yang dicapai. Keadaan jasmani yang sehat
dan panca indera yang berfungsi dengan baik memegang peranan
penting dalam proses pembelajaran sehingga hasil yang diperoleh
pun optimal.
b) Faktor psikologi yang meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi
dan kemampuan kognitif
Selain kondisi fisik dan panca indera, faktor psikologi berupa
minat, bakat, motivasi dan kecerdasan akan memberikan dorongan
terhadap siswa untuk ingin lebih mengetahui dan tertarik dengan
apa yang sedang dipelajarinya, sehingga hal ini dapat
mempengaruhi hasil belajar yang dicapai.
25 Haryati, Model & Teknik Penilaian..., h. 22-38 26 Haryati, Model & Teknik Penilaian..., h. 38 27 Purwanto, Psikologi............., h.103-107
24
2) Faktor dari luar, bagian ini terdiri dari:
a) Faktor lingkungan meliputi alam dan sosial
Keadaan alam dan sosial dilingkungan belajar, misalnya
sekolah berada jauh dari pusat keramaian, waktu belajar (siang atau
malam), cuaca dapat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai.
b) Faktor instrumental meliputi kurikulum atau bahan pelajaran, guru
atau pengajar, sarana dan fasilitas, metode pembelajaran,
administrasi atau manajemen.
Dari pengaruh faktor-faktor tersebut, maka muncul siswa-siswa
yang berprestasi tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sama sekali.
Dalam hal ini, seorang guru yang professional diharapkan mampu
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa
yang menunjukan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan
mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.
3. Hakekat Pembelajaran kimia
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang objek
kajiannya jelas dan kasat mata, yang menjelaskan misteri alam yang besar.
IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsi-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri dan alam sekitar serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
siswa pampu menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah.
Pendidikannya diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat
membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
25
Ilmu kimia sebagai bagian dari IPA merupakan ilmu yang
mempelajari tentang materi yang meliputi struktur, sifat, susunan serta
perubahan energi yang menyertai suatu reaksi kimia. Ilmu kimia menjadi
sarana hasrat dan kerinduan terdalam manusia untuk menyelidiki dan
mengetahui materi alam semesta ini. Namun kimia bagi sebagian siswa
merupakan salah satu pelajaran yang sulit. Beberapa siswa merasa tidak
mampu dalam mempelajari kimia. Pelajaran kimia menjadi momok yang
menakutkan karena adanya pandangan yang salah tentang kimia itu
sendiri. Selama ini para siswa menganggap konsep-konsep yang ada dalam
pelajaran kimia sebagai konsep-konsep abstrak yang sulit diaplikasikan ke
dalam kehidupan yang nyata.
Mata pelajaran kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus
yaitu membekali siswa pengetahuan pemahaman dan sejumlah
kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan
yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu pembelajaran kimia menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.
4. Termokimia
Termokimia dapat didefinisikan sebagai bagian ilmu kimia yang
mempelajari dinamika atau perubahan reaksi kimia dengan mengamati
panas/termal nya saja. Salah satu terapan ilmu ini dalam kehidupan
sehari-hari ialah reaksi kimia dalam tubuh kita dimana produksi dari
energi-energi yang dibutuhkan atau dikeluarkan untuk semua tugas yang
kita lakukan. Pembakaran dari bahan bakar seperti minyak dan batu bara
dipakai untuk pembangkit listrik. Bensin yang dibakar dalam mesin
mobil akan menghasilkan kekuatan yang menyebabkan mobil berjalan.
Bila kita mempunyai kompor gas berarti kita membakar gas metan
(komponen utama dari gas alam) yang menghasilkan panas untuk
memasak. Dan melalui urutan reaksi yang disebut metabolisme, makanan
26
yang dimakan akan menghasilkan energi yang kita perlukan untuk tubuh
agar berfungsi. Hampir semua reaksi kimia selalu ada energi yang
diambil atau dikeluarkan. Mari kita periksa terjadinya hal ini dan
bagaimana kita mengetahui adanya perubahan energi.28
Pernahkah kamu melarutkan deterjen bubuk sewaktu mencuci
pakaian? Apa yang kamu rasakan pada deterjen? Apakah terasa dingin
atau hangat? Coba bandingkan ketika kamu membuat larutan oralit
(campuran garam dan gula dengan perbandingan tertentu)? Apa yang
kamu rasakan pada bagian luar gelas tempat membuat larutan itu?
Apakah terasa dingin atau hangat? Nah dua fenomena tersebut
merupakan salah satu bentuk perubahan energi.29
a. Perubahan Energi suatu Reaksi Kimia
Energi merupakan konsep yang abstrak sehingga lebih sulit
dipahami daripada zat, karena energi hanya dapat kita rasakan namun
tidak dapat dilihat. Kita hanya dapat mempelajari pengaruh energi
pada suatu objek. Misalnya, mengapa mulut terasa dingin ketika
makan es krim? Memakan es krim akan menyebabkan mulut terasa
dingin karena mulut yang sehat secara normal dewasa ini suhunya
sekitar 37oC sedangkan es krim maksimal suhunya sampai 0oC.
bahkan bisa berkisar -5 sampai -10 jika baru dikeluarkan dari lemari
es. Adanya perbedaan suhu yang sangat jauh, sehingga terjadi
perpindahan energi dari mulut ke es krim, perpindahan itu juga yang
menyebabkan es meleleh.30
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam termokimia yang
menyangkut perpindahan energi yaitu sistem dan lingkungan.
Peristiwa reaksi kimia yang sedang diamati atau dipelajari disebut
28 Ratna Ediati dkk., Kimia Untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid I, (Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMK, 2008), h. 141 29 Das Salirawati, dkk., Belajar Kimia Secara Menarik Untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta:
Grasindo, 2007), h. 68 30 Paul Monk, Physical Chemistry: Understanding Our Chemical World, (Manchester
Metropolitan University: John Wiley&Son, 2004). h.77
27
sistem. Segala sesuatu diluar sistem disebut lingkungan. Berdasarkan
interaksi dengan lingkungan, sistem dibedakan menjadi tiga macam
yaitu sistem terbuka, sistem tertutup dan sistem terisolasi.
Sistem terbuka adalah suatu sistem yang memungkinkan
terjadinya pertukaran kalor dan materi (zat) antara lingkungan dan
sistem. Sistem tertutup adalah suatu sistem yang memungkinkan
terjadinya pertukaran kalor dan materi antara sistem dan lingkungan.
Sedangkan sistem terisolasi adalah sistem yang tidak memungkinkan
terjadinya pertukaran kalor dan materi antara sistem dan lingkungan.
b. Entalpi dan perubahan Entalpi suatu reaksi
Umumnya reaksi kimia dilangsungkan pada wadah yang terbuka
pada tekanan atmosfer atau pada tekanan tetap. Perubahan kalor pada
tekanan semacam ini disebut perubahan entalpi. Entalpi dilambangkan
dengan H, merupakan jumlah energi yang dimiliki sistem pada
tekanan tetap. Seperti halnya pada energi, entalpi juga termasuk fungsi
keadaan. Entalpi tidak dapat diukur, hanya perubahannya saja yang
dapat diukur.
∆H = Hakhir – Hawal
1. Reaksi Eksoterm dan Endoterm
Kenapa kita berkeringat? Kita sering kali berkeringat
misalnya setelah berlari dengan cepat, tinggal di daerah yang
beriklim panas atau mungkin selama kita sakit yang menyebabkan
suhu menjadi naik (kita sering mengatakan, kami kepanasan).
Berkeringat adalah salah satu cara yang alami untuk
mendinginkan tubuh. Keringat merupakan larutan garam dan
minyak alami yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah
permukaan kulit. Kelenjar akan menghasilkan campuran tersebut
ketikan tubuh merasa kepanasan. Kadang-kadang lengan yang
berkeringat jika terkena angin dari kipas atau angin alami maka
28
kulit terasa dingin itu karena adanya penguapan air dari
keringat.31
Reaksi dimana sistem menyerap kalor dari lingkungan
disebut reaksi endoterm. Karena sistem menyerap kalor maka
kalor yang ada dalam sistem akan bertambah. Tanda reaksi
endoterm adalah ∆H = + (positif).
Sedangkan reaksi kimia dimana sistem melepaskan kalor ke
lingkungan disebut reaksi eksoterm32. Karena sistem melepaskan
kalor kelingkungan, maka kalor dalam sistem akan berkurang.
Tanda reaksi eksoterm adalah ∆H = - (negatif).
2. Persamaan Termokimia
Karena entalpi adalah suatu fungsi keadaan, maka besaran
∆H dari reaksi kimia tidak tergantung dari lintasan yang dijalani
pereaksi untuk membentuk hasil reaksi. Untuk melihat pentingnya
pelajaran mengenai panas reaksi ini, kita dapat melihat perubahan
yang sudah dikenal, yaitu penguapan air pada titik didihnya.
31 Paul Monk, Physical Chemistry…,h. 81 32 Robert G. Mortimer, Physical Chemistry: Third Edition, (Kanada: Elsevier, 2008), h. 86
Lingkungan Lingkungan Sistem
Lingkungan Lingkungan Sistem
29
Kita perhatikan perubahan 1 mol cairan air H2O(l) menjadi
1 mol air berupa gas, H2O(g) pada suhu 100OC dan tekanan 1
atm. Proses ini akan menyerap kalor sebanyak 41 kJ, maka ∆H =
+ 41 kJ. Perubahan keseluruhan dapat ditulis dengan persamaan:
H2O(l) → H2O (l) ∆H = + 41 Kj
3. Perubahan Entalpi Molar Standar (∆H)
Harga perubahan entalpi (∆H) selalu dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan sekitar, misalnya suhu dan tekanan.
Sangatlah tidak efisien apabila dalam setiap pengukuran harus
selalu mencantumkan suhu dan tekanan reaksi. Biasanya entalpi
dihitung pada kondisi suhu 25oC (298 K) dan tekanan 1 atmosfer.
Keadaan inilah yang ditetapkan sebagai keadaan standar. Jadi,
entalpi yang diukur pada kondisi standar dinamakan dengan
entalpi standar. Pada umumnya, suatu reaksi kimia mengikut
sertakan jumlah reaktan dan produk reaksi yang biasanya
dinyatakan dengan satuan molar. Oleh karena itu, dikenal pula
entalpi molar standar yaitu perubahan entalpi 1 mol zat yang
diukur pada keadaan standar. Perubahan entalpi suatu reaksi
kimia dapat dihitung dari perubahan entalpi pembentukan reaktan
dan produk.33
a. Entalpi Pembentukan Standar (∆H0f, f = formation)
Entalpi pembentukan standar (∆H0f ) adalah kalor yang
dilepaskan atau diserap pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada reaksi yang dilakukan pada suhu 298 K dan tekanan 1 atmosfer. Contoh: H2(g) + ½ O2(g) → H2O (l) ∆H0
f = - 285,85 kJ
b. Entalpi Penguraian Standar (∆H0d, d = dissociation)
Entalpi penguraian standar adalah kalor yang dilepaskan atau dibutuhkan untuk menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar.
c, c = combustion) Entalpi pembakaran standar adalah kalor yang digunakan
untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atmosfer. Pembakaran dikatakan sempurna jika:
1. Karbon C terbakar menjadi CO2 2. Hidrogen H terbakar menjadi H2O 3. Belerang S terbakar menjadi SO2
Contoh : C2H5OH (l)+3O2(g)→2CO2(g)+3H2O(l) ∆H0
c = -948, 86 kJ
d. Entalpi yang lain 1) Entalpi Netralisasi Standar
Entalpi Netralisasi Standar adalah kalor yang dihasilkan (selalu eksoterm) pada reaksi penetralan 1 mol H3O+ (asam) dengan basa pada kondisi standar. Contoh: NaOH (aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ∆H0 = -890,4 kJ/mol
2) Entalpi Peleburan Standar Entalpi Peleburan Standar adalah kalor yang dibutuhkan untuk meleburkan 1 mol zat padat menjadi zat cair pada titik leburnya dan tekanan standar. Contoh: H2O(s) → H2O(l) ∆H0 = +6,01 kJ
3) Entalpi Penguapan Standar Entalpi Penguapan Standar adalah kalor yang digunakan untuk menguapkan 1 mol zat cair menjadi 1 mol gas pada titik didihnya dan tekanan standar. Contoh: H2O(l) → H2O(g) ∆H0 = +44,05 kJ
4) Entalpi Pengatoman Standar Entalpi Pengatoman Standar adalah kalor yang digunakan untuk pembentukan 1 mol atom-atom unsur dalam fase gas pada kondisi standar.34 Contoh: ½ H2(g) → H(g) ∆H0 = +218 kJ
34 Das Salirawati, dkk., Belajar Kimia Secara Menarik…, h. 83-84
31
c. Penentuan ∆H Reaksi
Harga ∆H reaksi dapat ditentukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Menghitung ∆H reaksi dengan kalorimeter Kalorimeter merupakan alat untuk mengukur panas reaksi,
sedangkan metode atau proses pengukuran kalornya disebut kalorimetri.
Adapun rumus untuk menentukan besarnya kalor reaksi adalah:
q = m . c . ∆t q = kalor yang diserap atau dikeluarkan (joule) m = massa zat pereaksi (gram) c = kalor jenis (J g-1K-1) ∆t = perubahan suhu
2. Menghitung ∆H Reaksi Menggunakan data Entalpi Pembentukan Standar
Penyelesaian perhitungan termokimia untuk menentukan ∆H reaksi lebih singkat dikerjakan dengan menggunakan prinsip sebagai berikut: Besarnya perubahan entalpi reaksi sama dengan selisih jumlah perubahan entalpi pembentukan zat hasil reaksi dikurangi jumlah perubahan entalpi pembentukan zat pereaksi, masing-masing dikalikan dengan koefisien dalam persamaan reaksi. ∆Ho = ∑ ∆Ho
f (hasil reaksi) - ∑ ∆Hof (pereaksi)
3. Menghitung ∆H Reaksi menggunakan Hukum Hess
Germain Henri Hess dari Rusia melalui hasil-hasil percobaannya tetang kalor reaksi menyatakan bahwa apabila suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai penjumlahan aljabar dari dua atau lebih reaksi, maka kalor reaksi juga merupakan penjumlahan aljabar dari kalor yang menyertai reaksi-reaksi itu.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa harga ∆H reaksi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir reaksi dan tidak tergantung jalannya reaksi. Pernyataan inilah yang terkenal sebagai bunyi hukum Hess atau Hukum Penjumlahan Kalor. Misalnya pengubahan zat A menjadi zat B dapat terjadi secara langsung dan tak langsung.
32
• Cara langsung A → B ∆H1 = x kJ
• Cara tak langsung a. Melewati C ∆H2 = c kJ
A → C C → B ∆H3 = b kJ
b. Melewati P lalu Q ∆H4 = a kJ A → P P → Q ∆H5 = p kJ Q → B ∆H6 = q kJ Sehingga berlaku hubungan: x = c + b = a + p + q atau ∆H1 = ∆H2 + ∆H3 = ∆H4 + ∆H5 + ∆H6 jika digambarkan dalam skema:
Contoh penerapan hukum Hess: Pada reaksi S menjadi SO3 dapat terjadi secara langsung atau tak langsung melewati SO2, diperoleh data-data sebagai berikut: Cara langsung: S(s) + 3/2 O2(g) → SO3(g) ∆H = x kJ Cara tak langsung: S(s) + O2(g) → SO2(g) ∆H = -296,897 kJ SO2(g) + ½ O2(g) → SO3(g) ∆H = -98,282 kJ Berapa harga x? Jawab Jika persamaan reaksi yang diketahui dijumlahkan, maka akan diperoleh persamaan yang ditanyakan. Pada penjumlahan ∆H reaksi yang diketahui ikut dijumlahkan. S(s) + O2(g) → SO2(g) ∆H = -296,897 kJ SO2(g) + ½ O2(g) → SO3(g) ∆H = -98,282 kJ + S(g) + 3/2 O2(g) → SO3(g) ∆H = -395,179 kJ
A B
B
∆H5
∆H6∆H4
∆H1
∆H3∆H2
33
4. Menghitung ∆H Reaksi Menggunakan Data Energi Ikatan
a. Pengertian Energi Ikatan Energi Ikatan adalah energi yang diperlukan untuk
memutuskan ikatan kimia dalam 1 mol suatu senyawa dalam fase gas pada keadaan standar menjadi atom-atom gasnya. Contoh: 1 mol gas hidrogen terurai menjadi 2 atom hidrogen H2(g) + → H(g) + H(g) ∆H = 436 kJ
Didalam 1 mol gas H2, terdapat suatu ikatan kovalen antara H – H. Pada proses penguraian H2 menjadi 2 atom H dalam fase gas, ikatan itu akan terputus. Molekul tersebut akan terurai menjadi atom-atomnya. Untuk memutuskan ikatan antara H – H dalam H2 diperlukan energi. Energi itulah yang dinamakan dengan energi ikatan. Energi Atomisasi adalah energi yang diperlukan untuk memecahkan molekul kompleks dalam 1 mol senyawa dalam fase gas pada keadaan standar menjadi atom-atom gasnya.
b. Energi Ikatan untuk Menghitung ∆H Reaksi Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan
pembentukan ikatan. Proses ini selalui disertai perubahan energi. Energi ikatan rata-rata suatu senyawa dapat ditentukan dengan pertolongan perubahan entalpi pembentukan senyawa tersebut. Adapun rumus perhitungan dengan cara ini adalah: ∆Hreaksi = ∑ E Ikatan di kiri - ∑ E Ikatan di kanan Contoh: Reaksi antara gas klorin dengan gas hidrogen membentuk gas hidrogen klorida digambarkan sebagai berikut:
H2 Cl2
Pemutusan ikatan
Pembentukan ikatan
2HCl
34
Berdasarkan uraian diatas, ∆H pembentukan HCl dari unsur-unsurnya dapat dihitung: H2(g) + Cl2(g) → 2 HCl(g) H – H + Cl – Cl → 2 H – Cl
Ternyata ∆H bertanda (-), berarti ikatan dalam produk lebih
kuat dari pada ikatan dalam pereaksi.35
5. Hasil Penelitian Relevan
Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, penerapan
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah memberikan hasil positif bagi
kemungkinan penggunaan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
(Problem Based Learning).
Seperti yang dilakukan oleh Nabila Syafi’I dengan judul “ pengaruh
metode Problem Based Learning (PBL) terhadap Hasil Belajar Kimia
pada Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai”. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen (79,87) lebih tinggi
dari pada nilai rata-rata kelas kontrol (67,77). Hal ini diperkuat dengan
pada saat uji t dimana diperoleh thitung (4,573) lebih besar dari pada ttabel
(2,000) sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan metode PBL
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia36.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Muchamad Afcariono dengan
judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi” menunjukkan
hal positif. Bahwa penerapan Model Pembelajaran Berbasiswa Masalah
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa X-A SMA Negeri 1
35 Das Salirawati, Belajar Kimia Secara Menarik…, h. 85-100 36 Nabila Syafii, Pengaruh Metode Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Kimia
pada Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai (Ciputat: FITK/IPA UIN Jakarta, 2009), h. 71
35
Ngantang. Hal tersebut terlihat dari adanya perubahan pada pola pikir
siswa berdasarkan tingkatan kognitif. Kemampuan bertanya dan
menjawab siswa meningkat dari kemampuan berpikir tingkat rendah
(pengetahuan, pemahaman dan aplikasi) menjadi berpikir tingkat tinggi
(analisis sintesis dan evaluasi) 37.
Begitu juga yang dilakukan oleh Heni Purwati penelitiannya yang
berjudul “Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada
Materi Pokok Aljabar Dan Aritmatika Sosial Pada Siswa Kelas VII SMP
7 Semarang”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa aktivitas siswa
selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
berdasarkan masalah terus mengalami peningkatan, kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran terus meningkat dan perubahan sikap
siswa terhadap pembelajaran juga terus meningkat. Selain itu juga
mampu menumbuh kembangkan kemampuan siswa dalam bekerja sama
dan memecahkan masalah.38
Adapun penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Eko Purwantoro
dengan judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Pokok Bahasan
Persamaan Garis Lurus Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas II-
C SMP Negeri 22 Semarang”. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
rata-rata skor kreativitas siswa pada siklus satu adalah 2,67 dan pada
siklus kedua adalah 2,76. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah mampu
meningkatkan kreativitas siswa39
37 Mochamad Afcariono, Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi, Jurnal Pendidikan Inovatif Vol. 3 2008, dapat diakses di http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-3-no-2-muchamad-afcariono.pdf
38 Heni Purwati, Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Pokok Aljabar dan Aritmatika Sosial pada siswa SMP Kleas VII Semarang, ( Semarang: FMIPA UNES. 2006), h. 8-11
39 Eko Purwantoro, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa II-C SMP Negeri 22 Semarang, (Semarang: FMIPA, 2005), h. 38
36
B. Kerangka Pikir
Belajar merupakan proses kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan
tingkah laku yang diharapkan dari belajar itu disebut hasil belajar.
Salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar di kelas
untuk mencapai tujuan pembelajaran ada pada cara guru menyampaikan
materi. Karena itu guru dituntut kreatifitasnya untuk dapat menciptakan
suasana pembelajaran di kelas yang menyenangkan, meningkatkan aktivitas
siswa dan bermakna agar siswa dapat lebih termotivasi dalam memahami
materinya dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Kimia merupakan mata pelajaran yang sarat akan konsep dan bersifat
abstrak, berjenjang serta berkembang dari konsep yang sederhana menuju
konsep yang lebih kompleks. Sehingga dikalangan sebagian siswa, kimia
adalah mata pelajaran yang sulit dan menjadi momok bagi mereka.
Menyertakan sesuatu permasalahan kepada siswa dalam mengajarkan
mata pelajaran kimia akan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna
(meaning Learning) karena mengetahui pelajaran yang didapat dikelas
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran tersebut
dapat membantu siswa dalam mencerna informasi-informasi yang abstrak
yang disampaikan guru.
Belajar kimia bukan hanya dihadapkan pada teori dan konsep saja,
melainkan harus melakukan sesuatu, mengetahui dan memecahkan masalah
yang berkaitan dengan pembelajaran kimia. Hal ini dapat diperoleh melalui
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Problem Based
Learning merupakan model pembelajaran yang membantu siswa untuk
menemukan masalah dari suatu peristiwa nyata, mengumpulkan informasi
untuk mengambil suatu keputusan pemecahan masalahnya. Problem Based
Learning mampu meningkatkan berpikir kritis, menganalisis dan
memecahkan masalah yang kompleks.
37
Dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) ini dapat
melatih kemampuan berpikir dan akan membuat siswa lebih aktif dalam
proses pembelajaran sehingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Selain itu dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah
tersebut melatih siswa bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. Dengan
demikian diharapkan terdapat pengaruh penerapan model Problem Based
Learning terhadap hasil belajar kimia siswa.
38
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir
PBL inputs outputs Belajar Hasil belajar meningkat
Orientasi siswa pada masalah
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Membimbing penyelidikan
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Masalah
39
C. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
Ho : Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan Model
Problem Based Learning sama dengan rata-rata hasil belajar kimia
siswa yang diajarkan dengan metode konvensional
Ha : Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan Model
Problem Based Learning lebih baik dengan rata-rata hasil belajar
kimia siswa yang diajarkan dengan metode konvensional
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 s.d 27 Agustus semester
ganjil tahun ajaran 2010/2011. Sedangkan tempat penelitian dilakukan di
SMAN 3 kota Tangerang Selatan yang beralamat di jalan Benda Timur XI,
Komp. Pamulang Permai 2 Tangerang Selatan 15416.
B. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen.
Dengan rancangan penelitian menggunakan Nonequivalent Control Group
Design atau Pretest-Postest Control Group Design dengan kelas eksperimen
maupun kontrol tidak dipilih secara random1. Dalam hal ini peneliti
menggunakan dua kelas dengan kemampuan yang sama, yaitu kelas pertama
diberi perlakuan (kelompok eksperimen) sedangkan kelas kedua tidak diberi
perlakuan (kelompok kontrol). Kedua kelompok tersebut sebelum diberi
perlakuan terlebih dahulu diberi pretest untuk mengetahui sejauh mana materi
atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh siswa.
Kedua kelas dilakukan postest setelah diberi perlakuan dengan naskah tes
yang sama. Adapun rancangan penelitian terebut dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan postest
Eksperimen E1 X E2
Kontrol K1 K2
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007) hal 116
40
41
Keterangan :
E : Hasil pretest dan posttest kelas eksperimen
K :Hasil pretest dan posttest kelas kontrol
X : Perlakuan yang diberikan kepada siswa
Berdasarkan tabel di atas, sebelum diberi perlakuan maka kedua kelas
tersebut (eksperimen dan kontrol) dilakukan tes awal (pretest). Fungsi pretest
tersebut untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang akan
diajarkan. Kemudian pada kegiatan pembelajaran, kelas eksperimen diberi
perlakuan dengan menggunakan model Problem Based Learning. Sedangkan
pada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional (diskusi
dan Tanya jawab). Tahap terakhir adalah dengan melakukan posttest, hal ini
untuk mengetahui kemampuan dan hasil belajar siswa setelah diberi
perlakuan.
C. Populasi dan Sampel
Penggunaan teknik sampling dalam penelitian diperlukan untuk
memperoleh sampel yang representatif, sehingga hasil penelitian dapat
digunakan dalam memprediksi pada situasi lain. Untuk itu dalam penelitian
ini digunakan teknik sampling sebagai berikut:
1. Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 3
Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2010/2011.
2. Populasi Terjangkau
Pupulasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
XI SMAN 3 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2010/2011.
3. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara non-probability
sampling. Pengambilan sampel tersebut dengan tidak memberi peluang
42
atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel2. Teknik yang digunakan dengan cara purposive
sampling. Teknik ini merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu3. Adapun yang menjadi sampel adalah kelas XI-6
Sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang dalam pelajarannya
diterapkan model Problem Based Learning (PBL) dan kelas XI-7 sebagai
kelas kontrol yaitu kelas yang dalam pembelajarannya menggunakan
pembelajaran konvensional.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas
(Independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Variabel Bebas (X) : model Problem based Learning (PBL)
Variabel terikat (Y) : hasil belajar kimia siswa
2. Sumber Data
Data yang di peroleh pada penelitian ini berasal dari dua kelas
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil dari pretest dan posttest
pada kelas eksperimen dan kontrol itu yang digunakan sebagai data.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian ini adalah tes. Tes tersebut berbentuk pilihan ganda dengan
jumlah 20 soal yang terdiri dari 5 alternatif pilihan. Siswa yang menjawab
benar pada setiap butir soal diberi nilai 1 sedangkan siswa yang menjawab
salah diberi nilai 0.
2 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 66 3 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian..., h. 68
43
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen
Konsep Indikator No. item JumlahC1 C2 C3
Macam-macam perubahan entalpi
- Menjelaskan entalpi pembentukan standar
- Menjelaskan entalpi penguraian standar
- Menjelaskan entalpi pembakaran standar
7, 15, 30, 40
4
Penerapan perhitungan kalor reaksi
Menentukan nilai ∆H reaksi berdasarkan data eksperimen sederhana
24, 6, 18
3
Hukum Hess dan data entalpi pembentukan standar
Menentukan nilai ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess
16 4, 3, 9
,23 5
Menentukan nilai ∆H reaksi dengan menggunakan data perubahan entalpi pembentukan standar
Menghitung ∆H reaksi berdasarkan Data entalpi pembentukan standar
28 33 2
Menentukan ∆H reaksi menggunakan data energi ikatan
Menghitung nilai ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan
11, 8 37 3
Dampak pembakaran bahan bakar
Menjelaskan pembakaran bahan bakar tidak sempurna
27, 22 35, 3
Jumlah 7 7 6 20
4. Uji Validitas
Validitas adalah suatu konsep untuk mengetahui kemampuan
instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi (content
validity) yang berarti tes tersebut dapat mewakili secara representatif
terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya
diteskan. Untuk itu instrumen tes harus diujikan untuk mendapatkan
J
valid
soal
pear
Kete
5. Uji R
cuku
kare
deng
Kete
rii
k
piqi
pi
qi
St2
4 Sugiyon5 Ahmad
Jakarta Press, 2
ditas butir s
l, dilakukan
rson4:
∑
∑ 2
erangan:
Reliabilitas
Reliabilit
up dapat di
ena instrume
gan menggu
1 1
erangan:
: koefisie
: jumlah b
: varians
: propors
: propors
: varians
no, Statistika unSofyan, dkk., E2006), h. 113
soal atau va
perhitungan
∑
2 ∑
tas menunju
ipercaya unt
en tersebut s
unakan KR-2
∑2
en reliabilitas
butir
skor butir
i jawaban be
i jawaban sa
skor total5
ntuk PenelitianEvaluasi Pemb
aliditas item
n dengan me
∑
∑ 2 2
ukan pada p
tuk digunak
sudah baik.
20, Rumusny
s tes
enar untuk b
alah untuk bu
n..., h. 228 belajaran IPA B
m, untuk men
enggunakan
engertian ba
kan sebagai
Untuk uji r
ya yaitu:
butir nomor i
utir nomor i
Berbasis Komp
ngetahui va
rumus prod
ahwa suatu
alat pengu
reliabilitas in
i
petensi, (Jakart
44
alidits butir
duk momen
instrument
umpul data
ni dihitung
ta: UIN
C
6. Ting
Untu
Kete
P
B
N
Kete
P =
P =
P =
7. DayDaymemkura
KeteBa Bb N
Daya
terse
terse
6 Ahmad 7 Ahmad 8 Karno
C002004291-3
gkat kesukar
uk menghitu
erangan:
: Propors
: jumlah s
: Jumlah
entuan:
0 – 0,25
0,26 – 0,75
0,76 – 1
ya Pembeda (ya pembeda mbedakan keang pandai. D
erangan: : jumlah y: Jumlah : Jumlah
a beda yang
Untuk uj
ebut ditentuk
edia dalam so
Sofyan,dkk., ESofyan,dkk.,…To, M.Pd da
388.
ran (Difficult
ung tingkat k
i (indeks Ke
siswa yang m
peserta tes
: sukar
: sedan
: muda
(Discriminadigunakan
elompok siswDaya pembe
yang menjawyang menjawpeserta tes baik adalah
ji validitas,
kan dengan
oftware ANA
Evaluasi pembe…, h.104 an Yudi Wibi
ty Index)
kesukaran di
esukaran)
menjawab be
r
ng
ah6
ting power)untuk men
wa yang paneda ini di hitu
wab benar pawab benar p
D > 0,37
reliabilitas,
n mengguna
ATES V4.8
elajaran IPA B
isono, ST. (N
gunakan rum
enar
ngetahui kemndai denganung menggu
ada kelompopada kelompo
, taraf kesu
akan perhitu
Berbasis Komp
No. Reg. Hak
mus:
mampuan bn kelompok sunakan rumu
ok atas ok bawah
ukaran dan
ungan komp
petensi…,hal.10
Cipta di Dir
45
butir dalam siswa yang
us:
daya beda
puter yang
03
rjen HAKI :
46
E. Teknik Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis
a. Uji normalitas data
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah
sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang
digunakan adalah uji Liliefors. Kelebihan uji Liliefors adalah
perhitungannya yang sederhana, serta cukup kuat (power full) sekalipun
dengan ukuran sampel kecil (n = 4). 9
Pengujian normalitas dilakukan dengan uji Liliefors (taraf
signifikansi 0,05) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengamatan x1, x2,…., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, . . . .,
zndengan menggunakan rumus ( dan s masing-masing
merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)
2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi
normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z≤zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, . . ., zn yang lebih kecil atau
sama dengan zi. jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi) maka , ….,
4) Hitung selisih │F(zi) – S(zi) │ dengan harga mutlaknya
5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga yang paling
besar tersebut. Sebutkanlah harga terbesar Lo.10
b. Uji Homogenitas
Persyaratan uji parametrik yang kedua adalah homogenitas data.
Populasi-populasi dengan varians yang sama besar dinamakan populasi
dengan varians yang homogen.11 Uji homogenitas yang digunakan
adalah uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Arifin, Mulyati, 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia, Bandung: UPI, Haryati, Mimin, 2007. Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan
Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press Djaali, H., 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Syah, Muhibbin, 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
PT Remaja Rosyda karya, Ratna Wilis Dahar,. 1996. Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, R&D, Bandung: Alfabeta , 2008. Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta Suryabrata, Sumadi, 2005. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada Sudjana, Nana dan Ibrahim, 1989. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan,
Bandung: Sinar Baru Subana dan sudrajat, 2005. Dasar-dasar Penelitia Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia Sofyan, Ahmad, dkk., 2006. Evaluasi pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi,
Jakarta:UIN Jakarta Press Ediati, Ratna, dkk., 2008. Kimia Untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid I,
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK Salirawati, Das, dkk., 2007. Belajar Kimia Secara Menarik Untuk SMA/MA
Kelas XI, Jakarta: Grasindo Somantri, Ating dkk., 2006. Aplikasi Statistika dalam Penelitian, Bandung:
Pustaka Setia Karno To, M.Pd dan Yudi Wibisono, ST., AnaTest, (No. Reg. Hak Cipta di
Dirjen HAKI : C002004291-388. Sudjana, 2002. Metoda Statistika, Bandung: Tarsito
64
Mortimer, Robert G., 2008. Physical Chemistry: Third Edition, Kanada: Elsevier Monk, Paul, 2004. Physical Chemistry: Understanding Our Chemical World,
Manchester Metropolitan University: John Wiley&Son Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar: Domain dan Taksonomi, (Jurnal
Teknodik, Departemen Pendidikan Nasional Pusat Teknologi Komunikasi Dan Informasi Pendidikan), dapat diakses di http://www.pustekkom.go.id
Afcariono, Mochamad, Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi, Jurnal Pendidikan Inovatif Vol. 3 2008, dapat diakses di http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-3-no-2-muchamad-afcariono.pdf
Purwati, Heni, 2006. Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Pokok Aljabar dan Aritmatika Sosial pada siswa SMP Kleas VII Semarang, Semarang: FMIPA UNES
Purwantoro, Eko, 2005. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa II-C SMP Negeri 22 Semarang, Semarang: FMIPA
Syafii, Nabila, 2009. Pengaruh Metode Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar
Kimia pada Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai, Ciputat: FITK/IPA UIN Jakarta
65
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen) Sekolah : SMA Negeri 3 Tangerang Selatan Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/I Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya
Kompetensi Dasar 2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan percobaan, hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan
Indikator 1. Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi 2. Menentukan nilai ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess 3. Menentukan nila ∆H reaksi dengan menggunakan data perubahan entalpi pembentukan standar 4. Menghitung nilai ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan 5. Menjelaskan dampak pembakaran bahan bakar tidak sempurna terhadap lingkungan dan banyak kalor yang dihasilkan
66
A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat: • Menjelaskan entalpi pembentukan standar (∆Ho
f) • Menjelaskan entalpi penguraian standar (∆Ho
d) • Menjelaskan entalpi pembakaran standar (∆Ho
c) • Menentukan ∆H reaksi dengan rumus kalor reaksi • Menentukan ∆H reaksi menggunakan hukum Hess • Menentukan ∆H reaksi menggunakan energi ikatan • Menyebutkan dampak pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna terhadap lingkungan
B. Materi Pembelajaran
• Termokimia
C. Model Pembelajaran 1. Model : Problem Based Learning (PBL) 2. Metode : Diskusi Kelompok, Ceramah dan Tanya jawab
67
D. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan pertama
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Memulai pertemuan dengan mengucapkan salam • Menjelaskan Tujuan Pembelajaran materi yang
diajarkan • Uji Pretest • Apersepsi
“Pernahkah kamu melarutkan deterjen bubuk sewaktu mencuci pakaian? Apa yang kamu rasakan pada larutan deterjen? Coba bandingkan ketika kamu membuat larutan oralit, apa yang kamu rasakan pada bagian luar gelas tempat larutan itu?
• Menjawab salam • Mendengarkan penjelasan guru dengan antusias • Mengerjakan pretes • Mendengarkan penjelasan dan menjawab
pertanyaan yang diberikan guru
Kegiatan Inti
• Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi dan kalor reaksi Entalpi pembentukan standar (∆H0
f ) adalah kalor yang dilepaskan atau diserap pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada reaksi yang dilakukan pada suhu 298 K dan tekanan 1 atmosfer. Contoh: H2(g) + ½ O2(g) → H2O (l) ∆H0
f = - 285,85 kJ Entalpi penguraian standar adalah kalor yang dilepaskan atau dibutuhkan untuk menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan
• Memperhartikan penjelaskan guru dengan antusias dan mencatat hal-hal yang penting
1
68
Tahap 1 (Mengorienta-sikan Siswa pada masalah)
standar. Contoh: H2O(l) → H2(g) + ½ O2(g) ∆H0d = + 285, 85 kJ Entalpi pembakaran standar adalah kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atmosfer. Pembakaran dikatakan sempurna jika:
1. Karbon C terbakar menjadi CO2 2. Hidrogen H terbakar menjadi H2O 3. Belerang S terbakar menjadi SO2
• Menjelaskan tentang cara menentukan ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan rata-rata
• Menentukan ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess
• Tanya jawab tentang dampak pembakaran bahan bakar tidak sempurna terhadap lingkungan
• Mengajukan masalah kepada siswa: Kelompok 1 : “ Jika sebanyak 50 gram larutan HCl 1 M bersuhu 27oC dicampur dengan 50 gram larutan NaOH 1 M yang bersuhu 27oC dalam suatu kalorimeter cangkir kopi. Ternyata suhu larutan naik sampai 33,5oC. Jika kalor jenis dianggap sama dengan kalor jenis air, 4,18
• Menjawab dan bertanya tentang dampak pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna
• Mencatat dan mencermati masalah yang diberikan oleh guru
4 2 5
69
J/gK. Maka tentukanlah perubahan entalpi reaksi: HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)” Kelompok 2: Diketahui entalpi pembentukan H2O (l) = -285 kJ mol-1, CO2(g) = -393 kJ mol-1 , dan C2H2(g) = +227 kJ mol-1. Berapa Jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 0,52 gram gas C2H2 (Mr = 26)? Kelompok 3: Perhatikan diagram reaksi dari pembentukan gas CO2 dari unsur-unsurnya:
Perubahan entalpi (∆H) pada pembentukan 1 mol CO2 dari CO adalah…. Kelompok 4: Diketahui entalpi pembentukan H2O(l) dan H2O(g) berturut-turut adalah -286 kJ/mol dan 242 kJ/mol, maka pada penguapan 4,5 gram air akan.... Kelompok 5:
E
C(g) + O2(g)
-96,1 kkal -26,4 kkal
∆H = ? CO2 (g)
CO(g) + ½ O2(g)
70
Tahap 2 (mengorgan-isasi siswa untuk belajar) Tahap 3 (membimbing penyelidikan
Jika diketahui ∆H pembentukan CH4(g) = -75 kJ/mol, energi ikatan H – H = 435 kJ/mol dan ∆H sublimasi C(s) = 715 kJ/mol. Maka besarnya energi ikatan C – H dalam CH4 adalah.... Kelompok 6: Diketahui energi ikatan sebagai berikut C – H = 414 kJ/mol C = O = 803 kJ/mol O – H = 464 kJ/mol O = O = 498 kJ/mol Jika ∆H pembakaran C2H2 = -1,26 x 10-3 kJ/mol maka energi ikatan C ≡ C adalah....
• Menjelaskan cara menyelesaikan masalah yaitu: Penyelesaian dengan cara sistematis Mengklasifikasikan komponen pendukung (diketahui) dan masalah yang akan dipecahkan (ditanyakan) ke dalam bagian tersendiri Menyebutkan konsep atau teori komponen pendukung
• Membagi kelas menjadi 6 kelompok ( tiap kelompok 4-5 siswa) masing-masing kelompok satu masalah untuk di selesaikan
• Membimbing siswa dalam melakukan penyelidikan dan
memberikan kesempatan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dari berbagai sumber yang
• Duduk sesuai dengan kelompoknya. Mencatat mengidentifikasi satu masalah yang diberikan guru
• Mencari dan mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan sesuai masalah
71
Pertemuan kedua
individual maupun kelompok)
relevan yang diajukan kepada masing-masing kelompok dari berbagai sumber yang relevan (buku, internet dll)
Penutup
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya • Mengingatkan siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusi masing-masing kelompok pada pertemuan selanjutnya dengan menggunakan MS power point.
• Menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan Alhamdulillah
• Mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan Salam
• Bertanya jika ada yang belum dimengerti • Mendengarkan penjelasan dan saran guru
• Mengucapkan Alhamdulillah
• Menjawab Salam
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Memulai pertemuan dengan mengucapkan salam • Meminta siswa duduk sesuai dengan kelompok masing-
masing • Apersepsi
Mengingatkan kembali materi pada pertemuan sebelumnya (Tanya jawab)
• Menjawab salam • Duduk sesuai dengan kelompoknya • Mengingat kembali materi yang telah dijelaskan
guru dengan cara menjawab beberapa pertanyaan
Kegiatan Inti Tahap 4 (mengembang
• Meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi dari permasalahan yang diberikan tiap kelompok
• Setiap kelompok mempresentasi hasil diskusi kelompok masing-masing
• Peserta mendengarkan presenter menjelaskan
72
E. Sumber dan Alat Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas XI (terbitan Grasindo) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Media informasi lain yang relevan
kan dan menyajikan hasil karya) Tahap 5 (menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
• Membimbing jalannya presentasi • Meminta siswa dari lain kelompok untuk bertanya
kepada presenter terhadap masalah yang sedang dijelaskan
• Membantu menjawab pertanyaan siswa jika presenter tidak dapat menjelaskan pertanyaan dari siswa
• Membantu siswa melakukan evaluasi terhadap hasil penyelidikan siswa di tiap kelompok serta proses-proses penyelidikan yang telah dilakukannya.
• Beberapa peserta bertanya kepada presenter terhadap masalah tersebut
• meminta bantuan kepada guru jika presenter
tidak dapat menjawab pertanyaan dari siswa • mendengarkan dan mencatat hasil evaluasi
yang dilakukan oleh guru di setiap kelompok
Penutup
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya • Membimbing siswa dalam menyimpulkan berdasarkan
hasil diskusi • Mengingatkan siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusi masing-masing kelompok pada pertemuan selanjutnya.
• Menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan Alhamdulillah
• Mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan Salam
• Bertanya jika ada yang belum dimengerti • Menyimpulkan berdasarkan hasil diskusi
• Mengucapkan Alhamdulillah
• Menjawab Salam
73
d. Laptop dan LCD
F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan :
Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen :
Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen
Contoh tes 1. Entalpi pembentukan standar CaCO3(s) = 1207 kJ/mol. Tentukan persamaan termokimianya! 2. Jika kalor pembentukan standar (∆Ho
f) CaCO3 = -1,207 kJ/mol, tentukan kalor penguraian standar CaCO3 serta tulis persamaan termokimianya!
3. Jika kalor pembakaran standar C2H5OH(l) sebesar -1371 kJ/mol, tentukanlah: a. Persamaan termokimia pembakaran standar C2H5OH(l)! b. ∆H reaksi untuk membakar 23 gram C2H5OH(l) (Ar C = 12, H = 1, O = 16)!
Kepala Sekolah
Drs. H. Sujana, M.Pd NIP 19580601 198101 1 006
Tangerang, …………….. 2010 Guru Mata Pelajaran,
Sony Hidayat NIM 105016200559
74
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol) Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/I Pertemuan : Ke-1 (pertama) Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya
Kompetensi Dasar 2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan
Indikator • Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi • Menentukan nilai ∆H reaksi berdasarkan data eksperimen sederhana
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat: • Menjelaskan entalpi pembentukan standar (∆Ho
f) • Menyebutkan contoh reaksi pembentukan standar (∆Ho
f) • Menjelaskan entalpi penguraian standar (∆Ho
d) • Menyebutkan contoh reaksi penguraian standar (∆Ho
d)
75
• Menjelaskan entalpi pembakaran standar (∆Hoc)
• Menyebutkan contoh reaksi pembakaran standar (∆Hoc)
• Menentukan ∆H reaksi dengan rumus kalor reaksi B. Materi Pembelajaran
• Menentukan ∆H reaksi
C. Metode Pembelajaran Metode : ceramah, diskusi dan Tanya jawab
D. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“Assalamualaikum wr wb” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan
kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih
dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
Apersepsi/Motivasi • Memberi Pretest • Menjelaskan perubahan kalor yang terjadi di
lingkungan siswa
Siswa menjawab salam
“ Waalaikumussalam wr wb ” Siwa menjawab dengan mengangkat tangan
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum
belajar
Mengerjakan Pretest
76
E. Sumber Belajar
a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas XI (terbitan Grasindo) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Media informasi lain yang relevan
F. Evaluasi dan Penilaian
1. Jenis tagihan :
Kegiatan Inti • Menjelaskan secara singkat macam-macam perubahan entalpi:
Entalpi pembentukan standar (∆H0f ) adalah kalor yang
dilepaskan atau diserap pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada reaksi yang dilakukan pada suhu 298 K dan tekanan 1 atmosfer. Contoh: H2(g) + ½ O2(g) → H2O (l) ∆H0
f = -285,85 kJ Entalpi penguraian standar adalah kalor yang dilepaskan
atau dibutuhkan untuk menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar. Contoh: H2O(l) → H2(g) + ½ O2(g) ∆Hod = + 285, 85 kJ
Entalpi pembakaran standar adalah kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atmosfer. C2H5OH(l) + 3O2(g) →2CO2(g)+3H2O(l) ∆Hoc = -948,86 kJ
• Penentuan ∆H reaksi dengan rumus q = m . c . ∆t • Memberikan contoh latihan (terlampir)
• Memperhartikan penjelaskan guru dengan antusias
• Mengerjakan contoh latihan tersebut
Penutup
• Menarik kesimpulan bersama-sama • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya • Menutup pertemuan dengan mengucapkan salam:
“Wassalamu’alaikum wr wb”
• Mendengarkan dan Ikut memberi kesimpulan • Bertanya kepada guru tentang materi yang
tekah dijelaskan • Menjawab salam
“Wa’alaikum salam wr wb”
77
Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen :
Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen
Contoh tes 1. Entalpi pembentukan standar CaCO3(s) = 1207 kJ/mol. Tentukan persamaan termokimianya! 2. Jika kalor pembentukan standar (∆Ho
f) CaCO3 = -1,207 kJ/mol, tentukan kalor penguraian standar CaCO3 serta tulis persamaan termokimianya!
3. Jika kalor pembakaran standar C2H5OH(l) sebesar -1371 kJ/mol, tentukanlah: a. Persamaan termokimia pembakaran standar C2H5OH(l)! b. ∆H reaksi untuk membakar 23 gram C2H5OH(l) (Ar C = 12, H = 1, O = 16)!
78
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol)
Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/I Pertemuan : Ke-2 (kedua) Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya Kompetensi Dasar
2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan
Indikator • Menentukan nilai ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess • Menentukan nila ∆H reaksi dengan menggunakan data perubahan entalpi pembentukan standar • Menghitung nilai ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan • Menjelaskan dampak pembakaran bahan bakar tidak sempurna terhadap lingkungan dan banyak kalor yang dihasilkan
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat : • Menjelaskan hukum Hess • Menentukan ∆H reaksi menggunakan hukum Hess • Menjelaskan data perubahan entalpi pembentukan standar
79
• Menentukan ∆H reaksi menggunakan data perubahan entalpi pembentukan standar • Menentukan ∆H reaksi menggunakan data energi ikatan • Menyebutkan persamaan reaksi yang terjadi akibat pembakaran yang tidak sempurna
C. Materi Pembelajaran
• Menentukan ∆H reaksi E. Metode Pembelajaran
Metode : ceramah, diskusi dan Tanya jawab
F. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“Assalamualaikum Wr Wb” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan
kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih
dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
Apersepsi/Motivasi: • Mengingatkan kembali materi sebelumnya
Siswa menjawab salam
“ Waalaikumussalam Wr Wb ” Siwa menjawab dengan mengangkat tangan
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum
belajar
Menyimak dengan antusias
80
Kegiatan Inti • Menjelaskan hukum Hess apabila suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai penjumlahan aljabar dari dua atau lebih reaksi, maka kalor reaksi juga merupakan penjumlahan aljabar dari kalor yang menyertai reaksi-reaksi itu.
• Menghitung ∆H reaksi dengan dat entalpi pembentukan standar: Besarnya perubahan entalpi reaksi sama dengan selisih jumlah perubahan entalpi pembentukan zat hasil reaksi dikurangi jumlah perubahan entalpi pembentukan zat pereaksi, masing-masing dikalikan dengan koefisien dalam persamaan reaksi. ∆Ho = ∑ ∆Ho
f (hasil reaksi) - ∑ ∆Hof (pereaksi)
• Menjelaskan dan Menghitung ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan Energi Ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan kimia dalam 1 mol suatu senyawa dalam fase gas pada keadaan standar menjadi atom-atom gasnya. ∆Hreaksi = ∑ Energi Pemutusan Ikatan - ∑ Energi Pembentukan Ikatan
• Menjelskan pembakaran bensin yang tidak sempurna, Reaksi yang terjadi adalah: C8H18(l) + 8 ½ O2(g) → 8CO(g) + 9H2O(g) Reaksi yang seharusnya: C8H18(l) + 12 ½ O2(g) → 8CO2(g) + 9 H2O(g) Pembakaran yang berlebih dan tidak sempurna akan mengakibatkan polusi udara, pemanasan global. Salah satu peristiwa terbaru adalah meningkatnya suhu udara di rusia yang menyebabkan kebakaran hutan
• Memberikan contoh latihan (terlampir)
• Memperhartikan penjelaskan guru dengan antusias
• Mendengarkan dengan antusia sambil mencatat penjelasan guru
• Mengerjakan contoh latihan yang diberikan guru
Penutup • Menarik kesimpulan bersama-sama • Mendengarkan dan Ikut memberi kesimpulan
81
E. Sumber Belajar
a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas XI (terbitan Grasindo) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Media informasi lain yang relevan
F. Evaluasi dan Penilaian
1. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan)
2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal)
3. Contoh Instrumen Contoh tes
1. Dengan melihat data entalpi pembentukan standar, tentukan besarnya ∆H reaksi berikut ini: a. 2C2H2(g) + 5O2(g) → 4CO2(g) + 2H2O(l) b. 4NH3(g) + 5O2(g) → 4NO(g) + 6H2O(l)
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
• Menutup pertemuan dengan mengucapkan salam: “Wassalamu’alaikum wr wb”
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
• Menjawab salam “Wa’alaikum salam wr wb”
82
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol)
Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/I Pertemuan : Ke-3 (ketiga) Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya
Kompetensi Dasar 2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan percobaan, hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan
Indikator • Menghitung nilai ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan • Menjelaskan dampak pembakaran bahan bakar tidak sempurna terhadap lingkungan dan banyak kalor yang dihasilkan
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat: • Menjelaskan energi ikatan • Menentukan ∆H reaksi menggunakan data energi ikatan • Menyebutkan dampak pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna terhadap lingkungan • Menyebutkan persamaan reaksi yang terjadi akibat pembakaran yang tidak sempurna
83
B. Materi Pembelajaran • Kalor pembakaran
C. Metode Pembelajaran
Metode : ceramah, diskusi dan Tanya jawab
C. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“Assalamualaikum Wr Wb” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan
kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih
dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
Apersepsi/Motivasi: • Mengingatkan kembali materi sebelumnya
Siswa menjawab salam
“ Waalaikumussalam Wr Wb ” Siwa menjawab dengan mengangkat tangan
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum
belajar
Menyimak dengan antusias
84
Kegiatan Inti • Menjelaskan dan Menghitung ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan Energi Ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan kimia dalam 1 mol suatu senyawa dalam fase gas pada keadaan standar menjadi atom-atom gasnya. ∆Hreaksi = ∑ Energi Pemutusan Ikatan - ∑ Energi Pembentukan Ikatan
• Menjelskan pembakaran bensin yang tidak sempurna, Reaksi yang terjadi adalah: C8H18(l) + 8 ½ O2(g) → 8CO(g) + 9H2O(g) Reaksi yang seharusnya: C8H18(l) + 12 ½ O2(g) → 8CO2(g) + 9 H2O(g) Pembakaran yang berlebih dan tidak sempurna akan mengakibatkan polusi udara, pemanasan global. Salah satu peristiwa terbaru adalah meningkatnya suhu udara di rusia yang menyebabkan kebakaran hutan
• Meminta menyebutkan peristiwa lainnya akibat polusi udara maupun pemanasan global
• Memberikan latihan (terlampir)
• Menyimak dengan antusias dan sambil mencatat
• Mendengarkan dan menyimak penjelasan guru
dengan antusias
• menyebutkan peristiwa lain yang berkaitan dengan materi yang dipelajari
• Mengerjakan latihan yang diberikan guru
Penutup
• Menarik kesimpulan bersama-sama • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya • Melakukan evaluasi dengan memberi Postest • Menutup pertemuan dengan mengucapkan salam:
“Wassalamu’alaikum Wr Wb”
• Mendengarkan dan Ikut memberi kesimpulan • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas XI (terbitan Grasindo) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Media informasi lain yang relevan
F. Evaluasi dan Penilaian
1. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan)
2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal)
3. Contoh Instrumen Contoh tes 1. Diketahui energi ikatan
C – H = 413 kJ O = O = 495 kJ C = O = 799 kJ O – H = 463 kJ Tentukan Energi yang dibebaskan pada pembakaran gas metana CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g) !
2. Sebutkan senyawa yang dihasilkan akibat pembakaran yang tidak sempurna serta dampaknya bagi lingkungan!
Kepala Sekolah
Drs. H. Sujana, M.Pd NIP 19580601 198101 1 006
Tangerang, …………….. 2010 Guru Mata Pelajaran,
Sony Hidayat NIM 105016200559
100
KISI – KISI SOAL INSTRUMEN HASIL BELAJAR SISWA
Jenis Sekolah : SMA Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran : Kimia Alokasi Waktu : 120 Menit Kurikulum : KTSP Jumlah Soal : 40 Butir Standar Kompetensi : 2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya Kompetensi Dasar : 2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan percobaan, hukum Hess,
data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan
No Indikator Materi Pembelajaran Indikator Soal Soal Jenjang
Kognitif 1 Menjelaskan
macam-macam perubahan entalpi
Macam-macam perubahan entalpi
Siswa dapat menjelaskan perubahan entalpi molar standar Siswa dapat menjelaskan kalor pembentukan standar
1. Jumlah kalor yang dilepaskan atau diserap oleh suatu reaksi kimia menyatakan besarnya.... a. Energi dalam b. Kapasitas kalor c. Massa jenis d. Entalpi e. Perubahan entalpi
2. Pernyataan yang tepat tentang kalor pembentukan standar adalah.... a. Kalor yang dilepas atau diserap pada pembentukan
satu mol unsur pada keadaan standar b. Kalor yang diserap atau dilepas pada
pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada keadaan standar
c. Kalor yang diserap atau dilepas pada pembentukan 1 mol senyawa pada keadaan standar
d. Kalor yang diserap atau dilepas pada pembentukan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar
e. Kalor yang diserap atau dilepas pada pembentukan 1 mol senyawa pada keadaan standar
C1
C1
101
Siswa dapat menyebutkan contoh perubahan entalpi pembentukan Siswa dapat menjelaskan kalor pembakaran standar Siswa dapat menjelaskan entalpi penetralan Disajikan reaksi kimia, siswa dapat menentukan
3. Persamaan termokimia yang menunjukan perubahan
entalpi pembentukan adalah.... a. 2SO2(g) + O2(g) → 2SO3 (g) ∆H = -196,6 kJ b. NH3 (g) + HCl(g) → NH4Cl ∆H = -175,9 kJ c. Ca2+ 2NO3
- → Ca(NO3)2 ∆H = -1.207 kJ d. Na+ + Cl- → NaCl ∆H = -788 kJ e. 2C + 3H2 + ½ O2 → C2H5OH ∆H = -278 kJ
4. Berikut pernyataan tentang kalor pembakaran standar adalah.... a. Kalor yang diserap atau dilepas pada pembentukan
1 mol senyawa pada keadaan standar b. Kalor yang dilepaskan atau dibutuhkan untuk
menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar.
c. Kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya
d. Kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan 1 atm
e. Kalor yang dihasilkan pada reaksi penetralan
5. Pernyataan yang tepat tentang entalpi penetralan adalah....
a. perubahan entalpi pada penetralan asam oleh basa membentuk 1 mol air
b. perubahan entalpi pada 1 mol zat c. perubahan entalpi pada pelarutan 1 mol zat d. kebalikan dari reaksi pembentukan e. menghasilkan CO2 dan H2O
6. Reaksi: CO(g) + ½ O2(g) ↔ CO2(g) memiliki ∆H = -283 kJ. Nilai ∆H tersebut merupakan....
C2
C1
C1
C2
102
entalpi pembakaran standar Disajikan reaksi kimia, siswa dapat menentukan entalpi penguapan standar
a. Entalpi pembakaran CO2 b. Entalpi penguraian CO c. Entalpi penguraian CO2 d. Entalpi pembakaran CO e. Entalpi pembentukan CO2
7. Diketahui persamaan reaksi: H2O(l) → H2O(g) ∆H = +43 kJ Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan…. a. Untuk menguapkan 36 gram air dilepas kalor
sebesar 43 kJ b. Untuk membekukan 18 gram air dilepaskan kalor
sebesar 43 kJ c. Untuk menguapkan 18 gram air diserap kalor
sebesar 43 kJ d. Untuk mengembunkan air 36 gram diserap kalor
sebesar 43 kJ e. Untuk mengembunkan 36 gram air dilepas kalor
sebesar 21,5 kJ
C2
2 Menentukan nilai ∆H reaksi berdasarkan data eksperimen sederhana
Penerapan perhitungan kalor reaksi
Disajikan campuran larutan dalam suatu kalorimeter, siswa dapat menentukan perubahan entalpi suatu reaksi Disajikan data reaksi
8. Sebanyak 50 gram larutan HCl 1 M bersuhu 27oC dicampur dengan 50 gram larutan NaOH 1 M yang bersuhu 27oC dalam suatu kalorimeter cangkir kopi. Ternyata suhu larutan naik sampai 33,5oC. Jika kalor jenis dianggap sama dengan kalor jenis air, 4,18 J/gK. Tentukan perubahan entalpi reaksi: HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
a. -2717 J b. -5434 J c. +2717 J d. +5434 J e. -1040 J
larutan, siswa dapat menentukan perubahan entalpi pada reaksi tersebut Disajikan data netralisasi reaksi suatu larutan, siswa dapat menentukan panas netralisasi pada reaksi tersebut Disajikan data entalpi suatu senyawa, siswa dapat menentukan kalor pembakaran senyawa tersebut Siswa dapat menentukan nilai entalpi pembentukan standar berdasarkan jumlah mol
Jika 100 cm3larutan HCl 0,25 M direaksikan dengan 200 cm3 larutan NaOH 0,15 M. Tentukan perubahan entalpi dalam reaksi diatas!
a. +1400 J b. -1400 J c. +2400 J d. -400 J e. -5600 J
10. Jika panas netralisasi adalah 120 kkal/mol, maka
panas netralisasi 100 mL HCl 0,1 M dengan 150 mL NaOH 0,1 M adalah.... a. 12 kal b. 120 kal c. 2400 kal d. 1200 kal e. 2400 kal
11. Jika diketahui entalpi C8H18 = -5460 kJ/mol dan
massa jenis C8H18 = 0,7 kg/L, maka jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 1 liter bensin (C8H18) adalah.... a. +3352,9 kJ b. -3352,5 kJ c. -5460,3 kJ d. +33524,4 kJ e. -33524,4 kJ
12. Reaksi 3 gram magnesium (Ar = 24) dengan nitrogen (Ar = 14) berlebih menghasilkan Mg3N2. Pada keadaan standar, proses tersebut melepaskan kalor sebesar 28 kJ. Entalpi pembentukan standar Mg3N2 adalah.... a. -75 kJ mol-1
C3
C3
C3
104
Disajikan persamaan reaksi, siswa dapat menentukan volume senyawa yang mempunyai massa dan suhu tertentu
b. -177 kJ mol-1 c. -224 kJ mol-1 d. -350 kJ mol-1 e. -672 kJ mol-1
13. Pembakaran gas metana ditunjukan oleh persamaan
reaksi berikut: CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O, ∆H = -840 kJ Jika seluruh kalor yang dihasilkan digunakan untuk mendidihkan air yang mula-mula bersuhu 250C maka volume air yang bisa dididihkan menggunakan 24 gram metana adalah.... (C = 12, H =1, c = 4,2 j/g0C) a. 2,7 L b. 4,0 L c. 5,0 L d. 8,0 L e. 12,0 L
C3
3 Menentukan nilai ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess
Hukum Hess Disajikan data entalpi reaksi , siswa dapat menentukan besar perubahan entalpi suatu reaksi
14. Diketahui : C(s) + O2(g) → CO2 (g), ∆H = -393,5 kJ H2(g) + ½ O2(g) → H2O(g), ∆H = -242 kJ 3C(s) + 4H2(g) → C3H8(g), ∆H = -104 kJ Maka besarnya perubahan entalpi dari reaksi: C3H8(g) + 5O2 (g) → 3CO2 (g) + 4H2O(g) adalah....
a. -2440,5 kJ b. -2148,5 kJ c. -2044,5 kJ d. -1080,5 kJ e. -968,0 kJ
Disajikan data reaksi penyerapan ozon oleh kloro flourometana Disajikan diagram siklus reaksi, siswa dapat menentukan harga ∆H suatu reaksi
Atas dasar reaksi diatas, maka kalor reaksi: C2H2(g) + 5/2 O2(g) → H2O(g) + 2 CO2(g) adalah.... a. -1297,5 kJ b. +1297,5 kJ c. -906,0 kJ d. -727,9 kJ e. +274,5 kJ
19. Dalam stratosfer, kloroflourometana (freon) menyerap
radiasi berenergi tinggi dan menghasilkan atom Cl yang mempercepat tersingkirnya ozon di udara. Reaksi yang mungkin terjadi adalah....
Nilai ∆H reaksi yang terakhir adalah.... a. -390 kJ b. -50 kJ c. 150 kJ d. 390 kJ e. 200 kJ
20. Perhatikan diagram siklus berikut:
Dari diagram tersebut diatas, harga x adalah.... a. -197 kJ b. +197 kJ
C2
C2
2S(s) + 3O2(g) 2SO3(g) ∆H = -790 kJ
∆H = -593 kJ
2SO3(g) + O2(g)
∆H = x
107
c. -1383 kJ d. +1383 kJ e. 1970 kJ
4 Menentukan nilai
∆H reaksi dengan menggunakan data perubahan entalpi pembentukan standar
data entalpi pembentukan standar
Disajikan data entalpi pembentukan, siswa dapat menentukan ∆H suatu reaksi yang mempunyai massa tertentu Disajikan data entalpi pembentukan H2O(l) dan H2O(g), siswa dapat menentukan kalor penguapan air Disajikan entalpi pembentukan beberapa senyawa, siswa dapat menentukan kalor pembakaran senyawa dalam jumlah massa tertentu
a. -547,5 kJ b. -219 kJ c. -175 kJ d. +175 kJ e. +219 kJ
22. Diketahui entalpi pembentukan H2O(l) dan H2O(g)
berturut-turut adalah -286 kJ/mol dan 242 kJ/mol, maka pada penguapan 4,5 gram air akan.... a. Diserap kalor 11 kJ b. diserap kalor 14 kJ c. dilepaskan kalor 44 kJ d. dilepaskan kalor 132 kJ e. diserap kalor 198 kJ
23. Diketahui entalpi pembentukan H2O (l) = -285 kJ mol-
1. Jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 0,52 gram gas C2H2 (Mr = 26) adalah.... a. 25,96 kJ b. 47,06 kJ c. 67,49 kJ d. 90,50 kJ e. 129,80 kJ
C3
C3
C3
108
Disajikan entalpi pembakaran suatu senyawa, siswa menentukan perubahan entalpi pembakaran tersebut pada jumlah massa tertentu Disajikan data entalpi pembentukan, siswa dapat menentukan entalpi suatu reaksi Disajikan diagram reaksi pembentukan, siswa dapat menentukan perubahan entalpi suatu reaksi
24. Perubahan entalpi pembakaran gas CH4 (Ar C = 12 dan H = 1) = -80 kJ/mol. Berapa kJ perubahan entalpi pembakaran 4 g gas tersebut? a. -10 kJ b. -20 kJ c. -50 kJ d. -70 kJ e. -80 kJ
a. -984 kJ/mol b. -1161 kJ/mol c. -856 kJ/mol d. -1904 kJ/mol e. -1966 kJ/mol
26. Pernyataan yang benar untuk reaksi:
2CO(g) + O2(g) → 2CO2(g), ∆H = x kJ adalah.... a. Kalor pembentukan CO = 2x kJ mol-1 b. Kalor penguraian CO = x kJ mol-1 c. Kalor pembakaran CO = 2x kJ mol-1 d. Kalor pembakaran CO = ½ x kJ mol-1 e. Kalor pembentukan CO2 = ½ x kJ mol-1
27. Perhatikan diagram reaksi dari pembentukan gas CO2
dari unsur-unsurnya
C3
C2
C2
C2
E
C(g) + O2(g)
-96,1 kkal -26,4 kkal
∆H = ? CO2 (g)
CO(g) + ½ O2(g)
109
Perubahan entalpi (∆H) pada pembentukan 1 mol CO2 dari CO adalah…. a. -26,4 kkal b. 26,4 kkal c. -69,7 kkal d. 67,7 kkal e. -94,1 kkal
5 Menghitung nilai
∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan
Menentukan ∆H reaksi menggunakan data energi ikatan
Disajikan ∆H suatu reaksi, siswa dapat menentukan energi ikatan rata-rata suatu reaksi
28. Persamaan reaksi CH4(g) → C(g) + 4H(g), ∆H = +1662 kJ/mol Maka besarnya energi ikatan rata-rata C – H sebesar.... a. -1662 kJ/mol b. -830 kJ/mol c. -415,5 kJ/mol d. +415,5 kJ/mol e. +1662 kJ/mol
29. Jika diketahui:
∆H pembentukan CH4(g) = -75 kJ/mol Energi ikatan H – H = 435 kJ/mol ∆H sublimasi C(s) = 715 kJ/mol Maka besarnya energi ikatan C – H dalam CH4 adalah.... a. 207,5 kJ/mol b. 333,3 kJ/mol c. 415,0 kJ/mol d. 515,0 kJ/mol e. 1669,0 kJ/mol
C2
C3
110
Disajikan data energi ikatan rata-rata, siswa dapat menentukan besarnya ∆H suatu reaksi
30. Diketahui energi ikatan sebagai berikut C – H = 414 kJ/mol C = O = 803 kJ/mol O – H = 464 kJ/mol O = O = 498 kJ/mol Jika ∆H pembakaran C2H2 = -1,26 x 10-3 kJ/mol maka energi ikatan C ≡ C adalah.... a. 841 kJ b. 807 kJ c. 309 kJ d. 1260 kJ e. 540 kJ
31. Diketahui energi ikatan rata-rata sebagai berikut:
C – C = 343 kJ C – H = 410 kJ H – O = 460 kJ C = O = 732 kJ O = O = 489 kJ Maka ∆H reaksi: Adalah sebesar.... a. -1070,5 kJ b. -1123,5 kJ c. -1173,5 kJ d. -4514,5 kJ e. -687,5 kJ
32. Diketahui energi ikatan
C – H = 413 kJ
C3
C2
C2
H – C – C – H + 3 ½ O=O → 2 O=C=O + 3 H – O – H
H
H
H
H
111
O = O = 495 kJ C = O = 799 kJ O – H = 463 kJ Energi yang dibebaskan pada pembakaran gas metana CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g) adalah.... a. -2642 kJ b. -808 kJ c. +3450 kJ d. +808 kJ e. -990 kJ
Energi ikatan N – N 159 kJ/mol N = N 418 kJ/mol N ≡ N 941 kJ/mol H – H 436 kJ/mol H – N 389 kJ/mol
a. ∆H = -711 kJ b. ∆H = -98 kJ c. ∆H = +98 kJ d. ∆H = +711 kJ e. ∆H = 911 kJ
C2
112
34. Diketahui energi ikatan
C – F = 439 kJ/mol C – Cl = 330 kJ/mol F – F = 159 kJ/mol Cl – Cl = 243 kJ/mol Panas reaksi untuk reaksi: adalah.... a. +136 kJ b. +302 kJ c. -302 kJ d. +622 kJ e. -622 kJ
C2
6 Menjelaskan dampak pembakaran bahan bakar tidak sempurna
Pembakaran bahan bakar
Siswa dapat menyebutkan hasil suatu reaksi pembakaran yang tidak sempurna
35. Pembakaran yang tidak sempurna pada senyawa hidrokarbon akan menimbulkan pencemaran udara. Zat yang dihasilkan dari pembakaran tersebut adalah.... a. CO2 dan energi b. CO2 dan H2O c. CO dan H2O d. SO2 dan H2O e. Tidak ada sisa pembakaran
36. Berikut ini merupakan hasil dari pembakaran yang
sempurna kecuali.... a. Karbon (C) terbakar menjadi CO2 b. Hidrogen (H) terbakar menjadi H2O c. Hidrogen (H) terbakar menjadi air d. Hidrogen (H) terbakar menjadi H2 e. Belerang (S) terbakar menjadi SO2
C1
C2
Cl – C – F(g) + F – F(g) → F – C – F(g) + Cl – Cl(g)
Cl
F F
F
113
Disajikan reaksi pembakaran senyawa, siswa dapat menyebutkan reaksi pembakaran yang sempurna Disajikan tabel bahan bakar, siswa dapat menyebutkan bahan bakar yang menghasilkan kalor paling besar
37. Reaksi yang terjadi akibat pembakaran senyawa
hidrokarbon yang tidak sempurna adalah.... a. NH3 + HCl → NH4Cl b. C8H18(l) + 12 ½ O2(g) → 8CO2(g) + 9 H2O(g) c. C8H18(l) + 8 ½ O2(g) → 8CO(g) + 9H2O(g) d. CH4(g) + Cl2(g) → CH3Cl(g) + HCl(g) e. CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)
38. Perhatikan reaksi berikut:
II. C8H18(l) + 12 ½ O2(g) → 8CO2(g) + 9 H2O(g) III. C8H18(l) + O2(g) → CO2(g) + H2O(g) IV. C8H18(l) + 8 ½ O2(g) → 8CO(g) + 9H2O(g) Reaksi sempurna dari pembakaran bensin adalah.... a. l b. II c. I dan III d. II dan III e. I dan II
39. Berikut ini rumus kimia dari senyawa yang terkandung
dalam bahan bakar No Bahan bakar Rumus senyawa 1 LPG CH4 2 Alkohol C2H5OH 3 Bensin C8H18 4 Minyak tanah C14H30 5 Solar C16H36
Jika 1 mol bahan tersebut masing-masing dibakar sempurna maka yang paling besar menghasilkan kalor adalah.... a. 1 b. 2 c. 3
C1
C1
C1
114
Siswa dapat menyebutkan kerugian yang ditimbulkan pada pembakaran bahan bakar
d. 4 e. 5
40. Berikut merupakan bukan kerugian yang di timbulkan
akibat pembakaran tak sempurna bahan bakar dalam mesin kendaraan bermotor adalah.... a. Pencemaran udara b. Boros bahan bakar c. Mengurangi pemanasan global d. menyebabkan hujan asam e. menyebabkan sesak nafas
C1
110
Lampiran 8
INSTRUMEN PENELITIAN
Petunjuk Pengisian:
1. Berdoa atau baca Basmallah terlebih dahulu sebelum memulai pengisian. 2. Tulislah nama dan kelas pada tempat yang telah di sediakan. 3. Jawaban ditulis langsung pada lembar jawaban dengan cara memberi tanda silang (X)
pada jawaban yang dianggap paling benar! 1. Diketahui:
2. Dalam stratosfer, kloroflourometana (freon) menyerap radiasi berenergi tinggi dan maenghasilkan atom Cl yang mempercepat tersingkirnya ozon di udara. Reaksi yang mungkin terjadi adalah....
1. O3 + Cl → O2 + ClO, ∆H = -120 kJ
2. ClO + O → O2 + Cl, ∆H = -270 kJ
3. O3 + O → 2O2
Nilai ∆H reaksi yang terakhir adalah....
a. -390 kJ d. 200 kJ
b. -50 kJ e. 150 kJ
c. 390 kJ
3. Pembakaran gas metana ditunjukan oleh persamaan reaksi berikut:
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O, ∆H = -840 kJ Jika seluruh kalor yang dihasilkan digunakan untuk mendidihkan air yang mula-mula bersuhu 250C maka volume air yang bisa dididihkan menggunakan 24 gram metana adalah.... (C = 12, H =1, c = 4,2 j/g0C)
a. 2,7 L d. 8,0 L
111
b. 4,0 L e. 12,0 L
c. 5,0 L
4. Persamaan termokimia yang menunjukan perubahan entalpi pembentukan adalah....
7. Diketahui energi ikatan rata-rata sebagai berikut:
C – C = 343 kJ C – H = 410 kJ H – O = 460 kJ C = O = 732 kJ O = O = 489 kJ Maka ∆H reaksi diatas adalah sebesar....
a. -1070,5 kJ d. -4514,5 kJ
b. -1123,5 kJ e. -687,5 kJ
c. -1173,5 kJ
H – C – C – H + 3 ½ O=O → 2 O=C=O + 3 H – O – H
H
H
H
H
112
8. Pernyataan yang tepat tentang kalor pembakaran standar adalah....
a. Kalor yang diserap atau dilepas pada pembentukan 1 mol senyawa pada keadaan standar
b. Kalor yang dilepaskan atau dibutuhkan untuk menguraikan 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar.
c. Kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya
d. Kalor yang digunakan untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan 1 atm
e. Kalor yang dihasilkan pada reaksi penetralan
9. Reaksi 3 gram magnesium (Ar = 24) dengan nitrogen (Ar = 14) berlebih menghasilkan Mg3N2. Pada keadaan standar, proses tersebut melepaskan kalor sebesar 28 kJ. Entalpi pembentukan standar Mg3N2 adalah....
a. -75 kJ mol-1 d. -350 kJ mol-1
b. -177 kJ mol-1 e. -672 kJ mol-1
c. -224 kJ mol-1
10. Reaksi yang terjadi akibat pembakaran senyawa hidrokarbon yang tidak sempurna adalah....
a. NH3 + HCl → NH4Cl
b. C8H18(l) + 12 ½ O2(g) → 8CO2(g) + 9 H2O(g)
c. C8H18(l) + 8 ½ O2(g) → 8CO(g) + 9H2O(g)
d. CH4(g) + Cl2(g) → CH3Cl(g) + HCl(g)
e. CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)
11. Perhatikan diagram siklus berikut:
Dari diagram tersebut diatas, harga x adalah.... a. -197 kJ d. +1383 kJ
17. Perubahan entalpi pembakaran gas CH4 (Ar C = 12 dan H = 1) = -80 kJ/mol. Berapa kJ perubahan entalpi pembakaran 4 g gas tersebut?
a. -10 kJ d. -70 kJ
b. -20 kJ e. -80 kJ
c. -50 kJ
18. Berikut ini merupakan hasil dari pembakaran yang sempurna kecuali.... a. Karbon (C) terbakar menjadi CO2 d. Hidrogen (H) terbakar menjadi H2 b. Hidrogen (H) terbakar menjadi H2O e. Belerang (S) terbakar menjadi SO2 c. Hidrogen (H) terbakar menjadi air
19. Diketahui energi ikatan sebagai berikut
C – H = 414 kJ/mol
C = O = 803 kJ/mol
O – H = 464 kJ/mol
O = O = 498 kJ/mol
Jika ∆H pembakaran C2H2 = -1260 kJ/mol maka energi ikatan C ≡ C adalah....
a. 841 kJ d. 2065 kJ b. 807 kJ e. 540 kJ c. 309 kJ
20. Pernyataan yang tepat tentang entalpi penetralan adalah.... a. perubahan entalpi pada penetralan d. kebalikan dari reaksi pembentukan
asam oleh basa membentuk 1 mol air e. menghasilkan CO2 dan H2O b. perubahan entalpi pada 1 mol zat c. perubahan entalpi pada pelarutan 1 mol zat
119
Lampiran 12
Data Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Pretest Kelompok Kontrol
Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut:
10 10 10 10 10 10 10 10 15 15
15 20 20 20 20 20 20 25 25 25
25 25 30 30 30 30 30 30 35 45
1. Rentang Kelas (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 45 – 10
= 35
2. Jumlah Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,87
= 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)
3. Panjang Kelas (P) = rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K)
= 35/6
= 5,83 ← 6 (dibulatkan ke atas)
4. Menyusun Interval Kelas
Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas
No. Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif (%)
1. 10 – 15 11 36,67%
2. 16 – 21 6 20%
3. 22 – 27 5 16,67%
4. 28 – 33 6 20%
5. 34 – 39 1 3,33%
6. 40 - 45 1 3,33%
Jumlah 30 100%
120
5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo) dan median (Me) kelompok kontrol
Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol
Xi Fi Fk Xi2 Fi.Xi Fi.Xi2
10 8 8 100 80 800
15 3 11 225 45 675
20 6 17 400 120 2400
25 5 22 625 125 3125
30 6 28 900 180 5400
35 1 29 1225 35 1225
45 1 30 2025 45 2025
∑ 30 5500 630 15650
21,00
Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data pre-test
eksperimen ini adalah : Me = (20+20)/2 = 20
Modus merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul. Modus pada
data pre-test ekperimen ini adalah: Mo = 10
121
Data Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Postest Kelompok Kontrol
Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut:
40 45 45 50 50 50 55 55 55 55
55 60 60 60 65 65 65 65 65 70
70 70 75 75 75 75 75 85 85 85
1. Rentang Kelas (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 85 – 40
= 45
2. Jumlah Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,87
= 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)
3. Panjang Kelas (P) = rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K)
= 45/6
= 7,5 ← 8 (dibulatkan ke atas)
4. Menyusun Interval Kelas
Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas
No. Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif (%)
1. 40 – 47 3 10%
2. 48 – 55 8 26,67%
3. 56 – 63 3 10%
4. 64 – 71 8 26,67%
5. 72 – 79 5 16,67%
6. 80 - 87 3 10%
Jumlah 30 100%
122
5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo), median (Me), dan Simpangan baku (S2)
kelompok kontrol
Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol
Xi Fi Fkb Xi2 Fi.Xi Fi.Xi2
40 1 1 1600 40 1600
45 2 3 2025 90 4050
50 3 6 2500 150 7500
55 5 11 3025 275 15125
60 3 14 3600 180 10800
65 5 19 4225 325 21125
70 3 22 4900 210 14700
75 5 27 5625 375 28125
85 3 30 7225 255 21675
∑ 30 1900 124700
63,33
Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data pre-test
eksperimen ini adalah : Me = (65+65)/2 = 65
Modus (Mo) merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul. Modus
pada data pre-test ekperimen ini adalah 55 dan 75
123
Lampiran 13
Data Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Pretest Kelompok Eksperimen
Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok eksperimen adalah sebagai berikut:
10 10 10 10 10 10 10 10 15 15
20 20 20 20 20 25 25 25 30 30
30 35 35 35 35 40 40 40 45 45
1. Rentang Kelas (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 45 – 10
= 35
2. Jumlah Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,87
= 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)
3. Panjang Kelas (P) = rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K)
= 35/6
= 5,83 ← 6 (dibulatkan ke atas)
4. Menyusun Interval Kelas
Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas
No. Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif (%)
1. 10 – 15 10 33,33%
2. 16 – 21 5 16,67%
3. 22 – 27 3 10%
4. 28 – 33 3 10%
5. 34 – 39 4 13,33%
6. 40 – 45 5 16,67%
Jumlah 30 100%
124
5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo) dan median (Me) kelompok eksperimen
Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen
Xi Fi Fk Xi2 Fi.Xi Fi.Xi2
10 8 8 100 80 800
15 2 10 225 30 450
20 5 15 400 100 2000
25 3 18 625 75 1875
30 3 21 900 90 2700
35 4 25 1225 140 4900
40 3 28 1600 120 4800
45 2 30 2025 90 4050
∑ 30 7100 725 21575
24,17
Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data pre-test eksperimen
ini adalah : Me = (20+25)/2 = 22,5
Modus (Mo) merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul. Modus
pada data pre-test ekperimen ini adalah 10
125
Data Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Postest Kelompok Eksperimen
Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok eksperimen adalah sebagai berikut:
45 55 55 55 60 60 60 65 65 65
65 65 65 70 70 70 70 75 75 75
75 75 80 80 80 85 85 85 85 90
1. Rentang Kelas (R) = nilai terbesar – nilai terkecil
= 90 – 45
= 45
2. Jumlah Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,87
= 5,87 → 6 (dibulatkan ke atas)
3. Panjang Kelas (P) = rentang kelas (R)/ jumlah kelas interval (K)
= 45/6
= 7,5 → 8 (dibulatkan ke atas)
4. Menyusun Interval Kelas
Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusunan Interval Kelas
No. Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif (%)
1. 45 – 52 1 3,33%
2. 53 – 60 6 20%
3. 61 – 68 6 20%
4. 69 – 76 9 30%
5. 77 – 84 3 10%
6. 85 - 92 5 16,67%
Jumlah 30 100%
126
5. Menghitung rata-rata (X), modus (Mo) dan median (Me) kelompok eksperimen
Tabel. Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen
Xi Fi Fk Xi2 Fi.Xi Fi.Xi2
45 1 1 2025 45 2025
55 3 4 3025 165 9075
60 3 7 3600 180 10800
65 6 13 4225 390 25350
70 4 17 4900 280 19600
75 5 22 5625 375 28125
80 3 25 6400 240 19200
85 4 29 7225 340 28900
90 1 30 8100 90 8100
∑ 30 45125 2105 151175
70,17
Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data pre-test eksperimen
ini adalah : Me = (70+70)/2 = 70
Modus (Mo) merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul. Modus
pada data pre-test ekperimen ini adalah 65
118
Lampiran 11
Perhitungan Uji Homogenitas
1. Pretest
F =
S dari kelas eksperimen = 11,82
S dari kelas kontrol = 9,14
F =
= ,,
= ,,
= 1,67
Sampel dari kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing 30 maka
dk1=29 dan dk2=29. Ftabel pada tahap keberartian α=0,05 dengan dk1=29 dan
dk2=29 adalah F=1,85. Karena Fhitung adalah 1,67 lebih kecil dari
Ftabel=1,85, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kedua varian sampel bersifat homogen.
2. Posttest
F =
S dari kelas eksperimen = 10,95
S dari kelas kontrol = 12,27
F =
= ,,
= ,,
1,26
Sampel dari kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing 30 maka
dk1=29 dan dk2=29. Ftabel pada tahap keberartian α=0,05 dengan dk1=29
dan dk2=29 adalah F=1,85. Karena Fhitung adalah 1,26 lebih kecil dari
Ftabel=1,85, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kedua varians sampel bersifat homogen.
114
Uji Normalitas Pretest kelas kontrol No Xi Zi F(Zi) S(Zi) │F(Zi) - S(Zi)│