Top Banner
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING DENGAN MEDIA GRUP FACEBOOK TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL KELAS X DI SMK N 1 NGABLAK Artikel Ilmiah Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Oleh: LATIF NURUL HUDHA 702011090 Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana 2015/2016
24

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

Nov 25, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING DENGAN

MEDIA GRUP FACEBOOK TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR

SISWA DALAM MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL

KELAS X DI SMK N 1 NGABLAK

Artikel Ilmiah

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Oleh:

LATIF NURUL HUDHA

702011090

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

2015/2016

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …
Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …
Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …
Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …
Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …
Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …
Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING DENGAN

MEDIA GRUP FACEBOOK TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR

SISWA DALAM MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL

KELAS X DI SMK N 1 NGABLAK

1) Latif Nurul Hudha

2) Elizabeth Sri Lestari

Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email: 1)

[email protected] 2)

[email protected]

Abstract Subjects digital simulation is a subject that tends to implement practical activities using the

computer. Problems occur more students accessing social networking facebook. To overcome

these problems, applied media Facebook group learning model Teaching Team. By applying

media Facebook Group on Teaching Team teaching model, expected to be used to see the level of

activity of student learning. This study is a research experiment, using the control class and

experimental class held at SMK N 1 Ngablak. The purpose of this study was to determine whether

media Facebook groups can help to improve students' learning activeness in the subjects of digital

simulation. Research results obtained in the form of observation sheets and sheets of

questionnaires from both classes last two meetings. From the results of the study at a meeting of

the two shows, the results of the control class observation sheet shows three an increase, three a

decrease and one remained outcome of the first meeting. Likewise with the three experimental

class experienced an increase, three a decrease and one remained outcome of the first meeting.

The results of the second meeting questionnaire sheet shows the control class does not decline,

only seen two statements with the results of the fixed and the rest has increased. For the

experimental group, there appear the two decline, two fixed income and the remaining increase.

Keywords: Media Facebook Group, Team Teaching learning model, students' learning activeness.

Abstrak Mata pelajaran simulasi digital merupakan mata pelajaran yang cenderung menerapkan kegiatan

praktik menggunakan komputer. Permasalahan terjadi siswa lebih banyak mengakses jejaring

sosial facebook. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diterapkan media Grup Facebook dengan

model pembelajaran Team Teaching. Dengan menerapkan media Grup Facebook pada model

pembelajaran Team Teaching, diharapkan dapat digunakan untuk melihat tingkat keaktifan belajar

siswa. Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen, dengan menggunakan kelas kontrol dan

kelas eksperimen yang dilaksanakan di SMK N 1 Ngablak. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk

mengetahui, apakah media Grup Facebook dapat membantu untuk meningkatkan keaktifan belajar

siswa dalam mata pelajaran simulasi digital. Hasil penelitian yang didapatkan berupa lembar

observasi dan lembar angket dari kedua kelas yang berlangsung dua pertemuan. Dari hasil

penelitian pada pertemuan kedua menunjukkan, hasil lembar observasi kelas kontrol menunjukkan

tiga peningkatan, tiga penurunan dan satu hasil tetap dari pertemuan pertama. Begitu juga dengan

kelas eksperimen mengalami tiga peningkatan, tiga penurunan dan satu hasil tetap dari pertemuan

pertama. Hasil dari lembar angket pertemuan kedua menunjukkan kelas kontrol tidak mengalami

penurunan, hanya terlihat dua pernyataan dengan hasil tetap dan selebihnya mengalami

peningkatan. Untuk kelas eksperimen, justru terlihat adanya dua penurunan, dua hasil tetap, dan

selebihnya meningkat. Kata kunci: Media Facebook Grup, model pembelajaran Team Teaching, keaktifan belajar siswa.

1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Pendidikan Teknik

Informatika dan Computer Universitas Kristen Satya Wacana 2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

1

1. Pendahuluan

SMK N 1 Ngablak merupakan sekolah yang memiliki tiga program studi

keahlian, yaitu, pertanian (APKJT), peternakan (ATU), dan pemasaran

(PMSR). Terletak di desa Babrik, Kelurahan Bandungrejo, Kecamatan

Ngablak, Kabupaten Magelang, tepatnya terletak di Jl. Raya Magelang-

Kopeng Km. 26. Sarana dan prasarana di SMK N 1 Ngablak antara lain

seperti lahan praktek pertanian, ternak unggas, dan swalayan sebagai tempat

praktek pemasaran. Sarana dan prasarana pendukung lainnya sebenarnya

sudah cukup lengkap, dengan adanya jaringan internet di Laboratorium

komputer, wifi dan komputer yang memadai. Namun sarana dan prasarana

yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal untuk membantu proses

belajar mengajar di SMK N 1 Ngablak, terutama untuk mata pelajaran

Simulasi Digital. Proses belajar mengajar di SMK N 1 Ngablak menerapkan

model pembelajaran Team Teaching untuk mata pelajaran produktif seperti,

mata pelajaran peternakan, pertanian, pemasaran dan simulasi digital.

Penerapan model pembelajaran Team Teaching menempatkan dua guru

dalam satu kelas, satu guru memberikan materi dan guru lainnya mengawasi

kegiatan belajar mengajar secara bergantian. Penggunaan media dalam

pembelajaran masih menggunakan Microsoft office Power Point.

Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran Simulasi Digital di

SMK N 1 Ngablak, model pembelajaran Team Teaching yang selama ini

diterapkan di SMK N 1 Ngablak dirasakan sudah sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh para guru. Hal tersebut dinilai dari kegiatan di kelas. Dengan

menerapkan model pembelajaran Team Teaching guru dapat mengkondisikan

kelas agar pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung menjadi

lebih tenang dan terkontrol. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan

menggunakan model pembelajaran Team Teaching, dikarenakan Team

Teaching sudah berhasil pada penerapannya di SMK N 1 Ngablak.

Namun berdasarkan pengamatan yang dilakukan langsung pada proses

belajar mengajar, siswa lebih banyak menggunakan fasilitas internet

laboratorium komputer untuk mengkses Facebook. Keaktifan belajar siswa

pada saat pembelajaran berlangsung di laboratorium terlihat kurang.

Dikarenakan siswa lebih tertarik menggunakan internet yang ada

dibandingkan memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. Sedangkan

pada saat pembelajaran di kelas, hanya sebagian kecil saja yang terlihat

mengakses sosial media melalui smartphone dengan menggunakan fasilitas

wifi sekolah, hanya sebagian kecil dari siswa yang mempunyai smartphone.

Untuk keaktifan belajar siswa pada saat pembelajaran di kelas dapat di

kategorikan baik.

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

2

Dari masalah di atas, ketertarikan siswa mengakses jejaring sosial media

terutama Facebook, menjadi alasan bagi peneliti untuk menggunakan Grup

Facebook sebagai media pembantu dalam mata pelajaran simulasi digital.

Penerapan Grup Facebook adalah untuk diukur, apakah berpengaruh terhadap

keaktifan belajar siswa. Selain berfungsi sebagai sarana posting materi dan

tanya jawab, Grup Facebook juga dapat digunakan sebagai penilaian

keaktifan siswa. Guru akan memposting materi yang belum diberikan di

kelas, dan memberikan beberapa pertanyaan dengan menggunakan media

tersebut. Media Facebook dipilih karena media tersebut dapat di akses

menggunakan hampir semua jenis handphone. Selain itu dengan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengakses media sosial, namun digunakan

untuk membantu proses pembelajaran, akan menciptakan suasana belajar

yang baru bagi siswa. Penggunaan media Grup Facebook ini merupakan

suatu upaya untuk mengajak siswa belajar, berdiskusi pada saat di luar jam

pelajaran dan untuk mengukur apakah dengan menerapkan media tersebut

dapat berpengaruh meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Penelitian berlangsung dengan menggunakan dua kelas, satu kelas

sebagai kelas kontrol dan satu kelas lagi sebagai kelas eksperimen. Pemilihan

kelas kontrol dan eksperimen dilakukan oleh guru mata pelajaran simulasi

digital kelas X SMK N 1 Ngablak. Berdasarkan keterangan dari guru terkait,

kelas kontrol cenderung lebih unggul dalam keaktifan dan hasil belajar

dibandingkan dengan kelas eksperimen. Oleh karena itu dalam penelitian ini,

peneliti akan melihat pengaruh pengaruh dari penerapan media Grup

Facebook tersebut pada kelas eksperimen yang cenderung dibawah kelas

kontrol.

2. Tinjauan Pustaka Penelitian Candra Apriana, bertujuan untuk mengetahui efektivitas atau

kelayakan grup facebook sebagai penunjang proses pembelajaran pada mata

pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas X di SMAN 1

Banjarharjo-Brebes [1]. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan grup facebook efektif sebagai sarana

pendukung pembelajaran mata pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi kelas X di SMAN 1 Banjarhajo.

Selain itu, penelitian Ato Illah bertujuan untuk meningkatkan keaktifan

belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri di kelas VIII-

B SMP Miftahul Iman Bandung [2]. Hasil dari penelitian yang diperoleh

adalah pelaksanaan penerapan model pembelajaran Inkuiri dalam

pembelajaran PAI telah mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Bentuk-bentuk keaktifan belajar siswa dapat diklasifikasikan dalam berbagai

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

3

bentuk kegiatan seperti mendengarkan penjelasan guru, dan aktif berdiskusi

dengan teman. Hal tersebut dilakukan siswa atas kehendak siswa sendiri

tanpa adanya tekanan dari guru atau pihak lainnya.

Beberapa persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan dua penelitian

terdahulu yaitu, menggunakan media Grup Facebook seperti yang digunakan

dalam penelitian Candra Apriana dan mata pelajaran yang hampir sama,

penelitian ini mengamati tentang keaktifan belajar siswa seperti dalam

penelitian yang dilakukan Ato Illah. Untuk perbedaannya, penelitian ini

menggunakan model pembelajaran Team Teaching sedangkan penelitian

Candra Apriana tidak menggunakan model pembelajaran dan tempat

penelitian yang berbeda. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ato Illah yaitu, model pembelajaran yang digunakan, mata pelajaran dan

dalam penelitian Ato Illah tidak menggunakan media.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran

yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru

[3]. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar [4].

Team Teaching adalah strategi atau model pembelajaran yang dilakukan

lebih dari satu orang guru, dengan pembagian peran dan tanggung jawab

masing-masing. Team Teaching dapat diartikan sebagai kelompok dari dua

atau lebih guru yang bekerjasama untuk merencanakan, melaksanakan dan

mengevaluasi kegiatan belajar bagi kelompok peserta didik yang sama [5].

Team Teaching (pengajaran beregu) adalah suatu pengajaran yang

dilaksanakan bersama oleh beberapa orang [6].

Pada pelaksanaan penelitian, terdapat dua pengajar yang masuk dalam

kelas yang sama, baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Dalam

kegiatan di kelas, pengajar saling bergantian memberikan materi, menjawab

pertanyaan siswa, dan juga mengawasi kegiatan kelompok siswa baik di

dalam maupun di luar kelas.

Media umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan

informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media ini

sangat popular dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada

dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang

digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran [7].

Pembelajaran apabila dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia,

adalah proses, cara perbuatan menjadikan orang atau mahkluk hidup belajar.

Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan membelajarkan siswa [8].

pembelajaran adalah kegiatan jamak karena melalui urutan dari penyusunan

kurikulum di pusat, pembuatan Analisis Materi Pelajaran (AMP), pembuatan

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

4

rencana mengajar, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yaitu pembelajaran

dan evaluasi prestasi belajar. Di dalam rangkaian proses belajar tersebut,

kegiatan awal yang mendahului merupakan faktor penentu keberhasilan

kegiatan berikutnya [9].

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk

menyalurkan pesan. Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen

dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar.

Senada dengan itu, Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan

perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar [7].

Media pembelajaran digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan

materi dari pengajar untuk siswa.

Keaktifan belajar siswa merupakan salah satu unsur penting bagi

keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat

fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang

tidak dapat dipisahkan [10].

Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: (1) Turut serta dalam

melaksanakan tugas belajarnya; (2) Terlibat dalam pemecahan masalah; (3)

Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang

dihadapinya; (4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

pemecahan masalah; (5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan

petunjuk guru; (6) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang

sejenis; (7) Kesempatan menggunakann atau menerapkan apa yang diperoleh

dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya [11].

[10] penyusunan indikator pada lembar observasi didasarkan pada lima

klasifikasi keaktifan yang dapat dinilai secara objektif dalam pembelajaran.

Lima klasifikasi tersebut ialah:

a. Visual

b. Lisan

c. Mendengarkan

d. Menulis

e. Metrik

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indikator seperti yang telah

di sampaikan di atas, namun dengan memberikan perubahan dari aslinya.

Perubahan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi tempat

penelitian berlangsung.

Adapun beberapa indikator yang telah dilakukan perubahan adalah

sebagai berikut: (1) Siswa mengamati demonstrasi guru di kelas; (2) Siswa

mengajukan pertanyaan; (3) Sisw mengemukakan pendapat; (4) Siswa

mendengarkan penjelasan guru; (5) Siswa memahami penjelasan guru; (6)

Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru di kelas; (7) Siswa melakukan

percobaan dengan benar.

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

5

Media sosial adalah konten online yang diciptakan oleh orang-orang

dengan menggunakan teknologi penerbitan yang bisa diatur dan banyak

diakses. Media sosial adalah pergeseran bagaimana orang menemukan,

membaca, dan berbagi berita, informasi dan konten, yang merupakan

perpaduan dari sosiologi dan teknologi, transformasi monolog (satu ke

banyak) menjadi dialog (banyak ke banyak) dan merupakan demokratisasi

informasi, mentransformasi masyarakat dari pembaca menjadi penerbit

konten. Lalu apa hubungannya dengan Facebook? Facebook merupakan salah

satu contoh media sosial pada kategori social networking. Jika melihat begitu

populer dan menariknya facebook bagi pengguna internet, begitu juga situs

media sosial lainnya pada kategori yang berbeda [12].

Group facebook ditujukan untuk komunitas yang memiliki kesamaan

minat untuk berkumpul. Tidak hanya hobi, pekerjaan yang sama, tetapi juga

komunitas penggemar produk, layanan, atau figur publik [12].

Jika mempunyai suatu minat yang sama dengan pengguna facebook

lainnya, maka dapat bergabung dengan kelompok tersebut. Namun jika tidak

menemukan grup dengan minat yang sama, dapat juga memulainya untuk

membuat grup baru [13].

Dalam penelitian ini, Grup Facebook akan digunakan sebagai media

posting materi pelajaran baik materi berupa artikel maupun video tutorial,

tanya jawab, dan juga posting PR bagi siswa.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini,

peneliti akan memberikan materi pelajaran yang sama terhadap kelas kontrol

dan kelas eksperimen. Namun pada kelas eksperimen akan diterapkan media

Grup Facebook dalam pembelajaran. Peneliti akan berperan aktif pada

kegiatan di dalam grup bersama guru,. Grup Facebook digunakan sebagai

sarana pendukung dalam mata pelajaran simulasi digital, hal ini berguna

untuk mengukur tingkat keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran

simulasi digital dengan menerapkan media Grup Facebook.

Model penelitian eksperimen akan digunakan sebagai pedoman langkah-

langkah dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Berikut desain model pada

pelaksanaan penelitian eksperimen, sebagai berikut.

Page 14: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

6

Tabel 1. One-shot case study design [14] X O

Perlakuan terhadap variabel

independen

(Treatment of independent variable)

Pengamatan atau pengukuran terhadap

variabel dependen

(Observation or

measurement of dependent variable)

Keterangan :

X : Kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen

O : Kejadian pengukuran atau pengamatan.

Adapun alur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Alur Penelitian [15]

Penelitian ini terbagi menjadi empat tahap, untuk tahap pertama adalah

tahap perencanaan terdiri dari studi pendahuluan, perumusan masalah, dan

hipotesis. Kedua tahap pelaksanaan terdiri dari pengumpulan data,

penyusunan instrument, dan pemilihan desain penelitian. Ketiga tahap

pengamatan terdiri dari analisis data, perumusan kesimpulan, dan penyusunan

laporan. Keempat adalah tahap refleksi.

Populasi dan Sampel populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi

SMK N 1 Ngablak kelas X smester II tahun ajaran 2015/2016. Adapun

sampel penelitian ini yaitu keaktifan belajar simulasi digital siswa-siswi kelas

X ATU 1 berjumlah 33 siswa dan X ATU 2 berjumlah 31 siswa SMK N 1

Ngablak smester II tahun ajaran 2015/2016.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:

1) Metode observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui

secara langsung proses pembelajaran di kelas untuk kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Selain itu, dengan menggunakan metode observasi peneliti juga

dapat mengetahui bagaimana penerapan media Grup Facebook untuk kelas

eksperimen, apakah dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam mata

pelajaran simulasi digital dengan model pembelajaran team teaching.

Penilaian pada masing-masing indikator dilakukan dengan skala guttman

[14]. Pemberian skor dalam metode ini adalah sebagai berikut, skor tertinggi

1 (satu) dan terendah 0 (nol). Cara pemberian bobot nilai yaitu, nilai 1 untuk

jawaban “ya” dan nilai 0 untuk jawaban “tidak” sesuai dengan munculnya

indikator saat pembelajaran berlangsung [14].

Page 15: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

7

2) Metode angket merupakan metode pengumpulan data berupa beberapa

pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa baik dalam kelas kontrol

maupun kelas eksperimen. Pertanyaan dalam angket yang diberikan kepada

siswa berdasarkan dari lembar observasi. [14] Penilaian pada lembar angket

dilakukan dengan skala likert, skala likert tersebut digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial.

3) Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan

menggunakan foto, video, rekaman suara dan catatan-catatan selama proses

penelitian di lapangan. Metode dokumentasi ini digunakan pada saat

penelitian berlangsung, sebagai bukti bahwa pelaksanaan penelitian benar-

benar dilakukan.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian Pertemuan Pertama

Perencanaan: Menyiapkan instrument penelitian berupa lembar

observasi yang digunakan untuk menilai keaktifan belajar siswa.

Pelaksanaan: Penerapan RPP. Selanjutnya setelah proses

pembelajaran di kelas usai, peneliti dan guru akan berperan aktif di

dalam Grup Facebook yang telah dibuat sebelumnya (diterapkan untuk

kelas eksperimen).

Pengamatan: Terdapat dua hasil pengamatan, yaitu hasil

pengamatan kelas kontrol dan kelas eksperimen. demikian hasil

pengamatan penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Kelas Kontrol

Tabel 2. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan

Pertama X ATU 1 (kelas kontrol)

No Indikator (%) Kategori

Keaktifan

1 Siswa mengamati demonstrasi guru di kelas 81.82 Tinggi

2 Siswa mengajukan pertanyaan 60.61 Cukup

3 Siswa mengemukakan pendapat 69.70 Baik

4 Siswa mendengarkan penjelasan guru 72.73 Baik

5 Siswa memahami penjelasan guru 66.67 Baik

6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru di kelas 84.85 Tinggi

7 Siswa melakukan percobaan dengan benar 87.88 Tinggi

Keaktifan Keseluruhan 74.89 Baik

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa keaktifan belajar

siswa pertemuan pertama pada kelas kontrol apabila dihitung dalam

presentase menunjukkan angka 74.89%, itu berarti keaktifan belajar

siswa pada kelas kontrol dapat dikategorikan baik, hanya kurang dari 1%

untuk dapat dikategorikan keaktifan belajar siswa tinggi. Tingkat

keaktifan belajar siswa dikategorikan tinggi pada tiga item indikator,

yaitu siswa mengamati demonstrasi sebesar 81.82%, kemudian indikator

Page 16: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

8

siswa mengerjakan tugas di kelas sebesar 84.85%, selanjutnya siswa

melakukan percobaan dengan benar 87.88%. Namun, dalam proses tanya

jawab siswa terlihat kurang aktif, hal tersebut dibuktikan pada indikator

siswa mengajukan pertanyaan hanya mendapatkan presentase sebesar

60.61%.

Kelas Eksparimen Tabel 3. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan

Pertama X ATU 2 (Kelas Eksperimen)

No Indikator (%) Kategori

Keaktifan

1 Siswa mengamati demonstrasi guru di kelas 87.10 Tinggi

2 Siswa mengajukan pertanyaan 54.84 Kurang

3 Siswa mengemukakan pendapat 70.98 Baik

4 Siswa mendengarkan penjelasan guru 77.42 Tinggi

5 Siswa memahami penjelasan guru 74.19 Baik

6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru di kelas 90.32 Tinggi

7 Siswa melakukan percobaan dengan benar 70.98 Baik

Keaktifan Keseluruhan 75.19 Tinggi

Berdasarkan tabel di atas, pertemuan pertama di kelas eksperimen

menunjukkan keaktifan tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran

simulasi digital, dengan hitungan presentase yang menunjukkan jumlah

>75% tepatnya sebesar 75.19%. Keaktifan belajar siswa terlihat sangat

menonjol pada saat mengerjakan tugas di kelas. Namun siswa

menunjukkan kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan terhadap materi

yang disampaikan guru.

Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan Pertama Tabel 4. Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan Pertama

Kelas Kontrol dan Eksperimen

No Indikator (%) Selisih

(%) Kontrol Eksperimen

1 Siswa mengamati demonstrasi guru di

kelas 81.82 87.10 5.28

2 Siswa mengajukan pertanyaan 60.61 54.84 5.77

3 Siswa mengemukakan pendapat 69.70 70.98 1.28

4 Siswa mendengarkan penjelasan guru 72.73 77.42 4.69

5 Siswa memahami penjelasan guru 66.67 74.19 7.52

6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan

guru di kelas 84.85 90.32 4.47

7 Siswa melakukan percobaan dengan benar 87.88 70.98 16.9

Keaktifan Keseluruhan 74.89 75.19 0.3

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan keaktifan

keseluruhan kelas kontrol sebesar 74.89%, yang berarti keaktifan belajar

siswa pada kelas kontrol dikategorikan baik. Sedangkan pada kelas

eksperimen dengan menerapkan media Grup Facebook dengan

menunjukkan presentase sebesar 75,19%, dan dalam kategori tinggi

Page 17: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

9

sehingga pada kelas eksperimen dikatakan memenuhi kriteria

keberhasilan dimana >75% siswa kelas dapat mengikuti proses

pembelajaran simulasi digital secara aktif. Selisih keaktifan belajar siswa

keseluruhan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen hanya terpaut

sedikit, yaitu 0.3% saja.

Refleksi: Dalam kegiatan ini, peneliti dapat mengevaluasi proses

pembelajaran pada pertemuan pertama yang telah dilaksanakan. Hal ini

berguna untuk memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan

berikutnya, sangat penting dilakukan untuk mengetahui kekurangan

dalam penerapan media Grup Facebook dalam mata pelajaran simulasi

digital dengan menggunakan model pembelajaran Team Teaching.

Hasil Penelitian Pertemuan Kedua

Perencanaan: Menyiapkan instrument penelitian berupa lembar

observasi yang digunakan untuk menilai keaktifan belajar siswa.

Pelaksanaan: Penerapan RPP yang telah disusun sebelumnya, pada

pelaksanaan di kelas peneliti hanya mengamati dan menilai keaktifan

belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung (diterapkan

untuk kelas kontrol dan eksperimen). selanjutnya setelah proses

pembelajaran di kelas usai, peneliti dan guru akan berperan aktif di

dalam Grup Facebook yang telah dibuat sebelumnya (diterapkan untuk

kelas eksperimen).

Pengamatan: Terdapat dua hasil pengamatan, yaitu hasil

pengamatan kelas kontrol dan kelas eksperimen. demikian hasil

pengamatan penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Kelas Kontrol

Tabel 5. lebar Observasi Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan Kedua

X ATU 1 (kelas kontrol)

No Indikator (%) Kategori

Keaktifan

1 Siswa mengamati demonstrasi guru di kelas 75.76 Tinggi

2 Siswa mengajukan pertanyaan 69.70 Baik

3 Siswa mengemukakan pendapat 72.73 Baik

4 Siswa mendengarkan penjelasan guru 72.73 Baik

5 Siswa memahami penjelasan guru 69.70 Baik

6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru di kelas 78.79 Tinggi

7 Siswa melakukan percobaan dengan benar 69.70 Baik

Keaktifan Keseluruhan 72.73 Baik

Hasil dari pengamatan kelas kontrol pada pertemuan kedua

menunjukkan penurunan keaktifan belajar siswa secara keseluruhan.

Pada pertemuan pertama keaktifan belajar siswa sebesar 74.89%, pada

pertemuan kedua menurun menjadi 72.73%. Namun apabila dilihat satu

Page 18: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

10

persatu item indikator keaktifannya, ada beberapa item indikator

keaktifan yang mengalami peningkatan.

Kelas Eksparimen Tabel 6. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan

Kedua X ATU 2 (Kelas Eksperimen)

No Indikator (%) Kategori

Keaktifan

1 Siswa mengamati demonstrasi guru di kelas 77.42 Tinggi

2 Siswa mengajukan pertanyaan 77.42 Tinggi

3 Siswa mengemukakan pendapat 74.19 Baik

4 Siswa mendengarkan penjelasan guru 87.10 Tinggi

5 Siswa memahami penjelasan guru 67.74 Baik

6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru di kelas 83.87 Tinggi

7 Siswa melakukan percobaan dengan benar 70.98 Baik

Keaktifan Keseluruhan 76.97 Tinggi

Berbeda dengan kelas kontrol, kelas eksperimen justru mengalami

peningkatan keaktifan belajar siswa secara keseluruhan. Dari hasil

keseluruhan keaktifan belajar siswa pada pertemuan pertama sebesar

75.19%, kelas eksperimen meningkat menjaadi 76.96% pada pertemuan

kedua. Namun terlihat ada beberapa item indikator keaktifan kelas

eksperimen yang menurun pada pertemuan kedua.

Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan Kedua

Tabel 7. Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan Kedua Kelas

Kontrol dan Eksperimen

No Indikator (%)

Selisih (%) Kontrol Eksperimen

1 Siswa mengamati demonstrasi guru di

kelas 75.76 77.42 1.66

2 Siswa mengajukan pertanyaan 69.70 77.42 7.72

3 Siswa mengemukakan pendapat 72.73 74.19 1.46

4 Siswa mendengarkan penjelasan guru 72.73 87.10 14.37

5 Siswa memahami penjelasan guru 69.70 67.74 1.96

6 Siswa mengerjakan soal yang

diberikan guru di kelas 78.79 83.87 5.08

7 Siswa melakukan percobaan dengan

benar 69.70 70.98 1.28

Keaktifan Keseluruhan 72.73 76.97 4.24

Dari tabel di atas, hasil keseluruhan keaktifan belajar siswa pada

pertemuan kedua menunjukkan kelas kontrol dikategorikan baik dengan

presentase sebesar 72.73%, dan kelas eksperimen masih dalam kategori

tinggi dengan hasil presentase sebesar 76.96%.

Dari hasil pertemuan pertama dan kedua, kelas eksperimen unggul

hasil keseluruhan keaktifan belajar siswa. Tetapi apabila dilihat satu

persatu item indikator keaktifan antara pertemuan pertama dan kedua,

Page 19: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

11

kelas kontrol mengalami peningkatan pada beberapa item, dan kelas

eksperimen mengalami beberapa penurunan dalam beberapa item. Oleh

karena itu, penerapan Grup Facebook dengan model pembelajaran Team

Teaching pada mta pelajaran simulasi digital ini belum dapat dikatakan

berhasil.

Data Angket Selain data lembar observasi sebagai pengumpulan data, peneliti

juga menggunakan angket sebagai metode pengumpulan data sebagai

penguat data lembar observasi. Pernyataan yang tercantum dalam angket

merupakan pengembangan dari indikator yang sudah ditentukan pada

lembar observasi.

Tabel 8. Indikator Pernyataan Angket No Indikator Butir Jumlah

1 Siswa mengamati mendemonstrasikan guru di kelas 1, 2 2

2 Siswa mengajukan pertanyaan 3, 4 2

3 Siswa mengemukakan pendapat 5, 6 2

4 Siswa mendengarkan penjelasan guru di kelas 7, 8 2

5 Siswa memahami penjelasan guru 9, 10 2

6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru di kelas 11, 12, 13 3

7 Siswa melakukan percobaan dengan benar 14, 15 2

Angket dibagikan pada saat akhir pertemuan terhadap kedua kelas,

kelas kontrol dan eksperimen. Responden adalah kelas X ATU 1 (kelas

Kontrol) yang berjumlah 33 siswa, dan kelas X ATU 2 (kelas

eksperimen) yang berjumlah 31 siswa.

Adapun perbedaan penilaian pernyataan positif dan negatif sebagai

berikut.

Tabel 9. Skor Alternatif Jawaban [14].

Alternatif Jawaban Nilai

Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Kurang Setuju 2 3

Tidak Setuju 1 4

Contoh penilaian positif: “mengamati demonstrasi guru” apabila

presentase tinggi, menandakan bahwa banyak siswa yang memperhatikan

demonstrasi dari guru. Begitu juga sebaliknya.

Contoh penilaian negatif: “materi terlalu sulit” apabila presentase

tinggi, berarti banyak siswa yang menganggap bahwa materi yang

diberikan tidak lah sulit. Begitu juga sebaliknya.

Page 20: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

12

Perhitungan Angket Pertemuan Pertama Tabel 10. Hasil perhitungan Angket Kelas Kontrol dan Eksperimen

Pertemuan Pertama

No Pernyataan Kontrol

(%)

Eksperimen

(%)

Selisih

(%)

1 Mengamati demonstrasi guru di kelas 78.03 84.68 6.65

2 Demonstrasi yang dilakukan guru di kelas

mudah dipahami 75.76 78.23 2.47

3 Mengajukan pertanyaan di kelas 73.48 85.48 12

4 Mengajukan pertanyaan di luar jam pelajaran 59.09 69.35 10.26

5 Memberikan pendapat dalam diskusi di kelas 75 78.23 3.23

6 Mengemukakan pendapat dalam diskusi di

luar kelas 55.30 64.52 9.22

7 Mendengarkan penjelasan guru di kelas 76.51 84.68 8.17

8 Memahami penjelasan guru 71.97 72.58 0.61

9 Materi yang diberikan guru terlalu sullit 71.97 72.58 0.61

10 Guru menjelaskan materi dengan baik 74.24 75 0.76

11 Mengerjakan tugas di kelas 69.70 72.58 2.88

12 Soal yang diberikan guru tidak ada dalam

materi pelajaran 75.76 83.87 8.11

13 Guru selalu memberikan tugas kelas 59.09 66.94 7.85

14 Guru memberikan contoh percobaan secara

jelas 76.51 81.45 4.94

15 Dapat melakukan percobaan dengan benar

sesuai contoh yang diberikan guru 71.97 79.03 7.06

Rata-rata 70.96 76.64 5.65

Dari tabel di atas, dapat dilihat dari data angket pertemuan pertama

yang diperoleh bahwa kelas eksperimen sedikit di atas kelas kontrol. Ada

beberapa indikator yang berhasil memenuhi krteria keberhasilan >75%

dalam kelas eksperimen seperti, mengamati demonstrasi guru 84,68%,

memahami demonstrasi guru 78,23%, mengajukan pertanyaan di kelas

85,48%, memberikan pendapat dalam diskusi kelas 78,23%,

mendengarkan penjelasan guru 84,68%, soal yang guru berikan sesuai

dengan materi 83,87%, guru memberikan contoh percobaan dengan jelas

81,45%, dan siswa dapat melakukan percobaan dengan benar 79,03%.

Pernyataan terendah terdapat pada indikator mengemukakan pendapat

dalam diskusi di luar kelas 64,52%.

Hasil angket pertemuan pertama menunjukkan, bahwa siswa

menganggap penerapan Grup Facebook pada model pembelajaran Team

Teaching dalam mata pelajaran simulasi digital membantu mereka untuk

belajar dengan lebih aktif.

Page 21: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

13

Perhitungan Angket Pertemuan Kedua

Tabel 11. Hasil perhitungan Angket Kelas Kontrol dan Eksperimen

Pertemuan Kedua

No Pernyataan Kontrol

(%)

Eksperimen

(%)

Selisih

(%)

1 Mengamati demonstrasi guru di kelas 79.54 82.26 2.72

2 Demonstrasi yang dilakukan guru di kelas

mudah dipahami 82.57 81.45 -1.12

3 Mengajukan pertanyaan di kelas 77.27 86.29 9.02

4 Mengajukan pertanyaan di luar jam pelajaran 71.97 71.77 -0.2

5 Memberikan pendapat dalam diskusi di kelas 75 79.03 4.03

6 Mengemukakan pendapat dalam diskusi di

luar kelas 69.70 69.35 -0.35

7 Mendengarkan penjelasan guru di kelas 77.27 78.22 0.95

8 Memahami penjelasan guru 73.48 83.06 9.58

9 Materi yang diberikan guru terlalu sullit 73.48 83.06 9.58

10 Guru menjelaskan materi dengan baik 74.24 83.06 8.82

11 Mengerjakan tugas di kelas 71.97 76.61 4.64

12 Soal yang diberikan guru tidak ada dalam

materi pelajaran 76.51 83.87 7.36

13 Guru selalu memberikan tugas kelas 69.70 67.74 -1.96

14 Guru memberikan contoh percobaan secara

jelas 78.79 81.45 2.66

15 Dapat melakukan percobaan dengan benar

sesuai contoh yang diberikan guru 81.06 80.64 -0.42

Rata-rata 75.50 79.19 3.69

Berdasarkan hasil angket pertemuan kedua, kelas eksperimen unggul

dalam perhitungan angket. Dengan hasil presentase pada kelas kontrol

sebesar 75.50%, dan hasil presentase kelas eksperimen adalah 79.19%.

Peningkatan dari kelas kontrol dan kelas eksperimen pada pertemuan

kedua sebesar 3.69%.

Pembahasan Hasil Penelitian

Lembar Observasi

Hasil keseluruhan dari lembar observasi kelas kontrol pertemuan

pertama menunjukkan presentase sebesar 74.89% kemudian pertemuan

kedua sebesar 72.73%, ini menunjukkan adanya penurunan 2.16%.

Sedangkan kelas eksperimen pertemuan pertama 75.19% meningkat

1.77% menjadi 76.96% pada pertemuan kedua.

Apabila dilihat satu persatu item indikatornya, akan terlihat kenaikan

dan penurunan kelas kontrol dan eksperimen dari pertemuan pertama ke

pertemuan kedua. Kelas kontrol mengalami penurunan pada 3 item

indikator sebagai berikut, indikator mengamati demonstrasi guru

menurun 6.04%, indikator siswa mengerjakan tugas menurun 6.06%, dan

indikator siswa melakukan percobaan menurun 18.18%. Adapun

indikator yang tidak mengalami penurunan atau kenaikan yaitu pada

indikator mendengarkan penjelasan guru. Kenaikan yang terjadi juga

terdapat pada 3 item indikator, indikator mengajukan pertanyaan naik

Page 22: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

14

9.09%, indikator mengemukakan pendapat naik 3.03%, dan indikator

memahami penjelasan guru naik 3.03%.

Sedangkan untuk kelas eksperimen juga mengalami hal serupa, 3

item indikator menurun yaitu, indikator mengamati demonstrasi guru

menurun 9.68%, memahami penjelasan guru menurun 6.45%, dan siswa

mengerjakan tugas menurun 6.45%. Pada kelas eksperimen juga terjadi

ada indikator yang tidak mengalami penurunan dan kenaikan yaitu, pada

item indikator siswa melakukan percobaan. Kenaikan pada kelas

eksperimen antara lain, indikator mengajukan pertanyaan naik 22.58%,

indikator mengemukakan pendapat naik 3.21%, dan indikator

mendengarkan penjelasan guru naik 9.68%.

Data Angket

Data angket menunjukkan, kelas kontrol pertemuan pertama sebesar

70.96% pertemuan kedua 75.50%. Kelas eksperimen pada pertemuan

pertama sebesar 76.64% dan pertemuan kedua 79.19%.

Adapun hasil angket, baik peningkatan maupun penurunan

pernyataan angket kelas kontrol dan eksperimen dari pertemuan pertama

ke pertemuan kedua sebagai berikut.

Tabel 12. Perubahan Hasil Angket kelas kontrol dan eksperimen

pertemuan pertama pertemuan kedua

No

Pertemuan

Kelas Kontrol

(%)

Naik

(%)

Turun

(%)

Pertemuan

Kelas

Eksperimen

(%)

Naik

(%)

Turun

(%)

1 2 1 2

1 78.03 79.54 1.51 - 84.68 82.26 - 2.42

2 75.76 82.57 6.81 - 78.23 81.45 3.22 -

3 73.48 77.27 3.79 - 85.48 86.29 0.84 -

4 59.09 71.97 12.88 - 69.35 71.77 2.42 -

5 75 75 - - 78.23 79.03 0.8 -

6 55.30 69.70 14.4 - 64.52 69.35 4.83 -

7 76.51 77.27 0.76 - 84.68 78.22 - 6.46

8 71.97 73.48 1.51 - 72.58 83.06 10.48 -

9 71.97 73.48 1.51 - 72.58 83.06 10.48 -

10 74.24 74.24 - - 75 83.06 8.06 -

11 69.70 71.97 2.27 - 72.58 76.61 4.03 -

12 75.76 76.51 0.75 - 83.87 83.87 - -

13 59.09 69.70 10.61 - 66.94 67.74 0.8 -

14 76.51 78.79 2.28 - 81.45 81.45 - -

15 71.97 81.06 9.09 - 79.03 80.64 1.61 -

Dari hasil angket yang diperoleh, dari semua pernyataan yang

terdapat pada lembar observasi kelas kontrol mengalami peningkatan,

tidak ada pernyataan yang menurun, namun ada 2 pernyataan yang tidak

mengalami perubahan hasil presentase. Dengan demikian dapat

Page 23: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

15

disimpulkan bahwa kelas kontrol mengalami perubahan yang baik pada

pertemuan kedua.

Hasil angket kelas eksperimen menunjukkan adanya penurunan pada

2 pernyataan dalam lembar angket, dan 2 pernyataan yang tidak

mengalami perubahan hasil presentase lembar angket.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa penerapan Grup Facebook belum dapat meningkatkan keaktifan

belajar siswa dalam mata pelajaran simulasi digital.

Hasil dari lembar observasi menunjukkan bahwa kelas eksperimen

lebih unggul dalam jumlah keseluruhan. Namun apabila dilihat dari item

indikator satu persatu, akan terlihat peningkatan dan penurunan baik

kelas kontrol maupun kelas eksperimen sama-sama pengalami

peningkatan dan penurunan.

Selain itu, hasil angket menunjukkan kelas kontrol sama sekali tidak

mengalami penurunan, hanya terlihat adanya 2 hasil pernyataan yang

tidak mengalami perubahan, hampir semua pernyataan dalam lembar

angket mengalami peningkatan. Sedangkan pada kelas eksperimen

terlihat, 2 pernyataan yang mengalami penurunan, 2 pernyataan tidak

mengalami perubahan dan selebihnya mengalami peningkatan.

6. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka untuk penelitian

selanjutnya agar lebih mempertimbangkan penggunaan media online

untuk meningktkan keaktifan belajar siswa. Akan lebih baik jika

penggunaan media online diterapkan pada saat proses belajar mengajar

berlangsung di dalam laboratorium komputer.

7. Daftar Pustaka

[1] Apriana, Candra, (2015). Pemanfaatan Jejaring Sosial Grup dalam

Facebook sebagai Sarana Pengelolaan Pembelajaran pada Mata

Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas X SMA (Siswa

Kelas X6 dan X7 SMAN 1 BANJARHARJO-BREBES), Semarang,

diakses tanggal 21 September 2015.

[2] Illah, Ato, (2012), Penerapan Model Inkuiri Dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk Meningkatkan Keaktifan

Belajar Siswa. Bandung: Jurnal Tarbawi Vol. 1 No. 2, diakses tanggal

27 November 2015.

[3] Komalasari, Kokom, (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan

Aplikasi, Bandung: PT. Refika Aditama.

[4] Suprijono, Agus, (2010). Cooperative Learning Teori & Aplikasinya

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[5] Satya, Jati Prima, (2013), Evaluasi Pembelajaran Team Teaching pada

Program Keahlian Tehnik Instalasi Tenaga Listrik SMK N 2

Page 24: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING …

16

Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, diakses

tanggal 9 Agustus 2015.

[6] Ahmadi, A, dan Prasetya, (2005), Strategi Belajar Mengajar.

Bandung: CV Pustaka Setia.

[7] Rahadi, Aristo (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas

Ditjen.

[8] Sanjaya, Wina, (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar

Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.

[9] Arikunto, Suharsimi, dan Cepi Sarifuddin Abdul Jabar, (2010).

Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

[10] A. M Sardiman, (2001), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar:

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

[11] Sudjana, Nana, (2004), Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,

Bandung: Sinar Baru Algensindo. [12] Kurniali, Sartika (2009). Step by Step Facebook the Next Level.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo. [13] Sanjaya, Ridwan. (2009). Panduan Cepat Menguasai Facebook,

Jakarta: PT Elex Media Komputindo. [14] Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

[15] Dawson, Catherine (2010), Metode Penelitian Praktis Sebuah

Panduan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.