Page 1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE
7E TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT
TINGGI SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
VIVIN NUR ZAENAB
1113016200037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
Page 5
v
ABSTRAK
Vivin Nur Zaenab, “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa pada Materi Laju
Reaksi”, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018.
Studi pendahuluan menunjukkan bahwa pola pembelajaran pada Kurikulum 2013
lebih menekankan pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hasil penelitian
keterampilan berpikir tingkat tinggi di kalangan peserta didik khususnya pada mata
pelajaran kimia tingkat Sekolah Menengah Atas masih rendah, hal ini disebabkan
proses pembelajaran di sekolah kurang melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model Learning Cycle 7E
terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi laju reaksi. Metode
penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment dengan desain penelitian
Nonequivalent (Pretest-Posttes) Control-Group Design. Sampel penelitian
melibatkan siswa kelas XI MIA 3 dan MIA 5 di SMA N 3 Kota Tangerang Selatan
dengan jumlah masing-masing sebanyak 31 dan 40 siswa yang diambil
menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen utama yang digunakan yaitu
tes essay sebanyak 13 butir soal yang mewakili 3 indikator keterampilan berpikir
tingkat tinggi ranah kognitif taksonomi Bloom revisi. Hasil uji hipotesis
menggunakan Independent Sample T Test menunjukkan bahwa nilai p-value (sig.
2-tailed) kelas eksperimen adalah 0,001 < 0,005, sehingga H1 diterima. Hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran
Learning Cycle 7E terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi pada materi laju
reaksi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rekomendasi bagi para guru
untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah guna melatih
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
Kata kunci: Learning Cycle 7E, Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, Laju
Reaksi
Page 6
vi
ABSTRACT
Vivin Nur Zaenab, “The Effect of Learning Cycle 7E Learning Context on
Students’ High Order Thinking Skills in Reaction Rates Topic”, Program Studi
Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2018.
The study primaries show that the pattern of learning on curriculum of 2013 is more
emphasized on high order thinking skills. Research results of high order thinking
skills among students learning chemistry especially in high school is low, this is
caused by the teaching process in schools less to train students’ high order thinking
skills. The purpose of this research in order to understand the influence of a
Learning Cycle 7E on students’ high order thinking skills in reaction rates concept.
This study used quasi experiment method with the nonequivalent (Pretest-Posttes)
Control-Group as design research. The sample involving students of class XI MIA
3 and XI MIA 5 at SMA N 3 Kota Tangerang Selatan with the total number of each
classes were 31 and 40 students who taken uses the purposive sampling technique.
The data were collected through essay test consist of 13 items related to high order
thinking skills. The data obtained were analyzed using Independent Sample T-Test.
The result of independent sample t-test shows p-value (sig.2-tailed) in experiment
class 0,001 < 0,005 at significance level 5% then H1 accepted. The result indicated
that Learning Cycle 7E had a significance effect on students’ high order thinking
skills in reaction rates concept. This result can be used as recommendations for
teachers to apply in learning activities to improve students’ high order thinking
skills.
Key words: Learning Cycle 7E, High order thinking skills, Reaction Rates
Page 7
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrohim,
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafa’at beliau dihari
akhir kelak.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
Terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa pada Materi Laju Reaksi”
ini ditujukkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1)
pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, mendukung, dan membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, diantaranya adalah:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Burhanuddin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta sekaligus validator ahli instrumen penelitian yang telah
memberikan kritik dan saran selama proses validasi.
3. Dedi Irwandi, M.Si., selaku dosem pembimbing I yang telah memberikan
waktu, ilmu, saran, dan motivasi kepada penulis dengan penuh kesabaran
selama penyusunan skripsi ini.
4. Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, waktu, saran, dan motivasi kepada penulis dengan
penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini.
Page 8
viii
5. Tonih Feronika, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan arahan, dukungan, serta saran kepada penulis dalam melaksanakan
kegiatan intra dan ekstra kampus, baik akademik maupun non akademik.
6. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi
Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik
dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
7. Dra. Aan Sri Analiah selaku wakil kepala SMAN 3 Kota Tangerang Selatan
bidang humas yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di
sekolah tersebut.
8. Arie Budiningsih, M.Pd., Wara Gawatiningsiah, M.Pd., dan Ai Kusmiati, S.Pd.,
selaku guru kimia kelas XI SMAN 3 Kota Tangerang Selatan yang telah
mendukung keberlangsungan penelitian ini.
9. Zaenuri (Alm) Ayahanda yang menjadi sosok inspirasi bagi penulis untuk selalu
berusaha dan pantang menyerah dalam menghadapi rintangan serta tak lupa Ibu
tercinta (Khomsatun) yang memberikan kasih sayang, semangat, dukungan,
doa, dan bantuan moril maupun materil kepada penulis.
10. R. Melisa Nelvita Sari selaku observer dalam penelitian yang dilakukan penulis.
11. Maghvirotul Azizah, Rikha Puspita dan Khoirul Rizal selaku adik yang
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
12. R. Melisa Nelvita Sari dan Dini Islami sebagai teman kost-an yang menjadi
tempat berkeluh kesah terkait proses penelitian dan sebagainya.
13. Sahabat-sahabat seperjuangan (Siti Maemunah, Muti, Diana, Lintang, Agus,
dan Bagus) yang telah memberikan semangat, dukungan dan mengibur penulis
selama proses penyelesaian skripsi.
14. Sahabat di rumah (Ega, Dinna, Suci, Desi, Putri, Fitri, Dita, dan Safitriani) yang
memberikan semangat, saran, dan menghibur penulis selama proses
penyelesaian skripsi.
15. Teman-teman Pendidikan Kimia kelas B angkatan 2013 yang saling
memberikan motivasi dan doa.
16. Teman-teman bimbingan Pak Dedi dan Ibu Evi (Kiki, Wiji, Rahmatia, Rina,
Velda, Diana, Ipin, Maemunah, dan Dini).
Page 9
ix
17. Adik-adik SMAN 3 Kota Tangerang Selatan yang telah membantu dan
memotivasi penulis dalam proses penelitian.
18. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu hingga tersusunnya skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu sangat diharapkan
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak
pihak serta bernilai ibadah di hadapan Allah SWT.
Jakarta, November 2018
Vivin Nur Zaenab
NIM. 1113016200037
Page 10
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSIError! Bookmark not
defined.
LEMBAR PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ..... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 6
D. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ......................... 8
A. Deskripsi Teoritik............................................................................. 8
1. Model Pembelajaran Learning Cycle 7E .................................. 8
2. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking
Skill) ........................................................................................ 15
Page 11
xi
3. Laju Reaksi ............................................................................. 17
B. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................... 20
C. Kerangka Berpikir .......................................................................... 22
E. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 26
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 26
B. Metode dan Desain Penelitian ........................................................ 26
1. Metode Penelitian ................................................................... 26
2. Desain Penelitian .................................................................... 26
C. Prosedur Penelitian......................................................................... 27
D. Populasi dan Sampel ...................................................................... 30
1. Populasi .................................................................................. 30
2. Sampel .................................................................................... 30
E. Variabel Penelitian ......................................................................... 30
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 30
G. Instrumen Penelitian....................................................................... 31
H. Validasi Instrumen ......................................................................... 34
I. Teknik Analisis ata ......................................................................... 38
J. Perumusan Hipotesis Statistik ........................................................ 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 44
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 44
1. Data hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ............................................................................. 44
2. Data Hasil Pretest dan Posttest Berdasarkan Indikator
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi pada Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ................................................................... 45
Page 12
xii
3. Uji Prasyarat Sampel pada Hasil Pretest dan Posttest ........... 47
4. Data Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest pada Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................................... 49
5. Data Keterlaksanaan Model Learning Cycle 7E .................... 51
B. Pembahasan .................................................................................... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 82
A. Kesimpulan .................................................................................... 82
B. Saran ............................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 83
LAMPIRAN ....................................................................................................... 91
Page 13
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent (Pretest-Posttest) Control Group
Design ................................................................................................. 26
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 31
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ......................... 32
Tabel 3. 4 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran
Learning Cycle 7E............................................................................... 34
Tabel 3. 5 Interpretasi Tingkat Kesukaran ........................................................... 36
Tabel 3. 6. Hasil Validasi Kisi-Kisi Instrumen Tes Essay Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi ..................................................................................... 37
Tabel 3.7. Skor Alternatif Jawaban Angket ......................................................... 38
Tabel 3.8. Interpretasi Skor Angket ..................................................................... 39
Tabel 3.9 Kategori Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi................................. 40
Tabel 4.1 Data Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Kelas Kontrol
dan Eksperimen ................................................................................... 44
Tabel 4.2 Data Hasil Posttest Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Kelas Kontrol
dan Eksperimen ................................................................................... 45
Tabel 4.3 Persentase Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................. 46
Tabel 4.4 Persentase Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................. 47
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen .......................................................................................... 48
Tabel 4.6 Data Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen ......................................................................... 49
Tabel 4.7 Data Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen................................................................................ 50
Page 14
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ......................................................................... 23
Gambar 3.1 Alur Penelitian .............................................................................. 29
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Keterampilan Menganalisis Kelas Kontrol dan
Eksperimen .................................................................................... 55
Gambar 4.2 Jawaban Siswa pada Tahap Elicit ................................................. 56
Gambar 4.3 Jawaban Siswa pada Tahap Elaborate .......................................... 57
Gambar 4.4 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen ................................................ 58
Gambar 4.5 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ....................................................... 59
Gambar 4.6 Kegiatan Siswa pada Tahap Explore............................................. 60
Gambar 4.7 Jawaban Siswa pada Tahap Explain ............................................. 61
Gambar 4.8 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen ................................................ 62
Gambar 4.9 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ....................................................... 62
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Keterampilan Mengevaluasi Kelas Kontrol
dan Eksperimen ............................................................................. 64
Gambar 4.11 Jawaban Siswa pada Tahap Engage ............................................ 65
Gambar 4.12 Jawaban Siswa pada Tahap Evaluate .......................................... 66
Gambar 4.13 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen ............................................... 67
Gambar 4.14 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ..................................................... 67
Gambar 4.15 Kegiatan Siswa pada Tahap Explore ........................................... 68
Gambar 4.16 Jawaban Siswa pada Tahap Elaborate ........................................ 69
Gambar 4.17 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen ............................................... 70
Gambar 4.18 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ..................................................... 70
Gambar 4.19 Jawaban Siswa pada Tahap Elaborate ........................................ 71
Gambar 4.20 Jawaban Siswa pada Tahap Evaluate .......................................... 72
Gambar 4.21 Jawaban Siswa pada Tahap Extend ............................................. 73
Gambar 4.22 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen ............................................... 74
Gambar 4.23 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ..................................................... 74
Gambar 4.24 Jawaban Siswa pada Tahap Engage ............................................ 75
Gambar 4.25 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen ............................................... 76
Page 15
xv
Gambar 4.26 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ..................................................... 77
Gambar 4.27 Kegiatan Siswa pada Tahap Explore ........................................... 78
Gambar 4.28 (a) Pertanyaan pada Tahap Elaborate (b) Jawaban Siswa pada Tahap
Elaborate ....................................................................................... 79
Gambar 4.29 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen ............................................... 79
Gambar 4.30 Jawaban Siswa Kelas Kontrol ..................................................... 80
Page 16
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis KI dan KD ....................................................................... 92
Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen ............................................................... 109
Lampiran 3. RPP Kelas Kontrol ...................................................................... 119
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa Berbasis Learning Cycle 7E ...................... 127
Lampiran 5. Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa ........................................ 149
Lampiran 6. Lembar Observasi ....................................................................... 155
Lampiran 7. Kisi-Kisi Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa ........................................................................................... 158
Lampiran 8. Soal Uji Validasi Siswa ............................................................... 211
Lampiran 9. Hasil Validasi Instrumen ............................................................. 222
Lampiran 10. Soal Pretest-Posttest Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa
224
Lampiran 11. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ....................... 235
Lampiran 12. Hasil Pretest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi........................................ 237
Lampiran 13. Hasil Pretest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi .............................................................. 240
Lampiran 14. Hasil Posttest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi........................................ 243
Lampiran 15. Hasil Posttest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi .............................................................. 246
Lampiran 16. Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ..... 249
Lampiran 17. Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen . 251
Lampiran 18. Hasil Uji Hipotesis Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ........ 252
Lampiran 19. Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 253
Lampiran 20. Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen 255
Lampiran 21. Hasil Uji Hipotesis Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ...... 256
Lampiran 22. Kisi-Kisi Angket Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran
Learning Cycle 7E....................................................................... 257
Lampiran 23. Angket Respon Siswa ................................................................... 258
Page 17
xvii
Lampiran 24. Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran
Learning Cycle 7E....................................................................... 260
Lampiran 25. Lembar Contoh Jawaban Posttest Siswa ...................................... 262
Lampiran 26. Lembar Jawaban Angket Siswa .................................................... 265
Lampiran 27. Surat Bimbingan Skripsi ............................................................. 266
Lampiran 28. Surat Izin Validasi ....................................................................... 267
Lampiran 29. Surat Izin Penelitian .................................................................... 268
Lampiran 30. Surat Keterangan Telah Melakukan Validasi ............................. 269
Lampiran 31. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................... 270
Lampiran 32. Dokumentasi Penelitian .............................................................. 271
Lampiran 33. Lembar Uji Referensi .................................................................. 272
Page 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pendidikan di Indonesia selalu mengalami pembenahan dari waktu
ke waktu, tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga
dapat menyesuaikan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK). Pembenahan tersebut dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada
komponen-komponen pendidikan, salah satunya yaitu kurikulum. Perubahan
tersebut yaitu sebelumnya menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) yang digunakan sejak tahun 2006-2013 kemudian beralih menjadi
kurikulum 2013. Salah satu perbedaan antara kurikulum 2013 dengan KTSP
yaitu pada pola pembelajaran. Pola pembelajaran dan pola pikir Kurikulum
2013 lebih menekankan pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau yang
sering disebut dengan high order thinking skills (Kemdikbud, 2014).
Keterampilan berpikir tingkat tinggi menurut Ramos, Dolipas, dan Villamor
(2013) yaitu proses berpikir yang menempati level tertinggi pada hirarki proses
kognitif. Fassenda dan Yonata (2016) menyatakan bahwa ranah kognitif taksonomi
Bloom yang termasuk ke dalam kategori High Order Thinking Skills (Keterampilan
berpikir tingkat tinggi) yaitu C4 (Menganalisis), C5 (Mengevaluasi) dan C6
(Mencipta). Sehingga dapat dikatakan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi
adalah keterampilan tertinggi pada proses kognitif yang terdiri atas keterampilan
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Selain itu, Mainali (2012) menyatakan bahwa lembaga pendidikan seperti
sekolah seharusnya sudah memulai untuk menanamkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi kepada para siswa sebagai bekal tenaga kerja yang andal di abad 21.
Kenyataannya adalah, banyak pendidik di Indonesia yang tidak mampu untuk
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada proses
pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil survey Programme for
International Student Assesment (PISA). OECD (2016) menyatakan bahwa
Page 19
2
pada keikutsertaan Indonesia dalam PISA tahun 2015, Indonesia mendapat
peringkat 62 dari 70 negara.
Rendahnya skor PISA yang dicapai oleh Indonesia menurut Kertayasa
(2015) disebabkan oleh sistem evaluasi di Indonesia yang masih menggunakan
soal level rendah yaitu level 1 dan 2, sehingga siswa tidak terbiasa ketika
diberikan soal PISA yang terdiri dari level 1 sampai 6 yang bersifat kontekstual.
Salah satu sistem evaluasi di Indonesia yaitu Ujian Nasional (UN) yang
memiliki proporsi rendah pada soal dengan level tinggi. Syahida dan Irwandi
(2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa keterampilan berpikir tingkat
tinggi ranah kognitif taksonomi Bloom revisi yang diajukan hanya sampai pada
kategori menganalisis (C4), sedangkan soal dengan kategori mengevaluasi (C5)
dan mencipta (C6) sama sekali tidak terdapat pada naskah UN tahun ajar
2011/2012 dan 2012/2013. Persentase keterampilan berpikir tingkat tinggi
(kategori menganalisis) memiliki persentase yang cukup kecil dari jumlah soal
yang diberikan yaitu sebesar 7,5% pada UN tahun ajar 2011/2012 dan 15% pada
tahun ajar 2012/2013 (Syahida & Irwandi, 2015). Rendahnya level soal yang
diberikan oleh pendidik kepada siswa menyebabkan siswa terbiasa dengan soal
level rendah dan tidak mampu mengembangkan keterampilan berpikirnya pada
level soal yang lebih tinggi, sehingga keterampilan berpikir tingkat tinggi pun
tidak dapat berkembang.
Nurhayani, Syamsudduha, dan Afif (2018) mengungkapkan bahwa masih
banyak pendidik yang menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu
menjelaskan poin-poin materi yang dipelajari sehingga mmebuat siswa hanya
mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh pendidik. Kegiatan
belajar siswa yang sebatas mendengarkan penjelasan dari guru menyebabkan
keterampilan yang terasah hanya sebatas pada keterampilan berpikir tingkat
rendah (low order thinking). Hal senada diungkapkan oleh Sutama, Arnyana
dan Swasta (2014) bahwa model pembelajaran yang didominasi oleh ceramah
dan tanya jawab oleh guru mengakibatkan siswa hanya mampu mengasah
keterampilannya sebatas memahami dan mengingat saja yang merupakan
kategori low order thinking. Ahiri, dkk., (2015) menambahkan bahwa
Page 20
3
pembelajaran yang seperti ini akan memberikan dampak yang buruk bagi
perkembangan psikologi siswa, mengisolasi siswa, membuat siswa tidak
nyaman, lalai, dan akhirnya akan menghasilkan siswa tanpa keterampilan yang
memadai. Agar hal tersebut tidak terjadi, maka diperlukan adanya perubahan
dalam penggunaan metode pembelajaran yang digunakan supaya siswa tidak
pasif dan dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
dimilikinya.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah dengan menggunakan model
pembelajaran yang mampu melatih indikator keterampilan berpikir tingkat
tinggi ranah kognitif taksonomi Bloom revisi yang terdiri dari menganalisis
(C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Model pembelajaran yang dapat
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi ranah kognitif taksonomi
Bloom revisi yaitu model pembelajaran Learning Cycle 7E. Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian Fassenda dan Yonatha (2016) bahwa tahapan
pembelajaran pada model pembelajaran Learning Cycle 7E sesuai untuk
melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada ranah kognitif
taksonomi Bloom revisi. khashan dan Purwanto (2015) mengemukakan bahwa
“kegiatan belajar pada masing-masing tahap Learning Cycle 7E mencerminkan
pengalaman belajar dalam mengkontruksi dan mengembangkan pemahaman
konsep yang diharapkan dapat mengarahkan siswa untuk berpikir tingkat
tinggi”. Tahap-tahap yang terdapat dalam model Learning Cycle 7E diantaranya
elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend.
Tahap elicit memberikan kesempatan kepada guru untuk menggali
pengetahuan awal siswa dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Tahap elaborate memberi kesempatan kepada siswa
untuk menerapkan konsep yang telah didapat untuk menyelesaikan
permasalahan terkait kehidupan sehari-hari. Tahap extend menuntut siswa
untuk memperluas pengetahuannya dengan mengaitkan materi pelajaran yang
didapat dalam kehidupan sehari-hari dengan cara menerapkan konsep yang
telah didapatkan. Menurut Taguiam dan Clavero (2015) tujuan dari model
Page 21
4
pembelajaran Learning Cycle 7E adalah untuk menekankan pentingnya
peningkatan pemahaman sebelumnya dan memperluas transfer konsep.
Salah satu mata pelajaran sains yang menjadi pelajaran wajib bagi siswa
SMA yang menempuh jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu kimia.
Mustapa (2014) mengemukakan tujuan pembelajaran kimia yaitu “untuk
memperoleh pemahaman yang tahan lama perihal berbagai fakta, kemampuan
berfikir, kemampuan mengenal dan memecahkan masalah, memiliki
keterampilan dalam menggunakan alat-alat dan bahan-bahan laboratorium,
serta mempunyai sikap ilmiah yang dapat ditampilkan dalam kenyataan sehari-
hari”. Berdasarkan tujuan tersebut, maka sangatlah penting untuk mempelajari
kimia, namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang enggan untuk
mempelajari kimia. Hal tersebut salah satunya dikarenakan siswa menganggap
kimia merupakan mata pelajaran yang sulit, hal tersebut sesuai dengan Jason
yang dikutip oleh Fassenda dan Yonata (2016) yang menyatakan bahwa “ilmu
kimia lebih sulit dipelajari dibandingkan bidang lainnya karena kimia
merupakan ilmu yang abstrak berjenjang dan kompleks”.
Salah satu sub bahasan pada mata pelajaran kimia SMA yaitu laju reaksi.
Dalam kurikulum 2013, menurut permendikbud tahun 2016 materi laju reaksi
terdapat dalam KD 3.6, 3.7, 4.6, dan 4.7. KD 3.6 berisi menjelaskan faktor-
faktor yang memengaruhi laju reaksi menggunakan teori tumbukan. KD 3.7
berisi menentukan orde reaksi dan tetapan laju reaksi berdasarkan data hasil
percobaan. KD 4.6 berisi menyajikan hasil penelusuran informasi cara-cara
pengaturan dan penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan fisika dan
kimia yang tak terkendali. KD 4.7 berisi merancang, melakukan, dan
menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi. Berdasarkan kompetensi-
kompetensi dasar tersebut maka perlu dikembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi agar siswa mampu mencapai KD 3.7 yang menuntut siswa untuk
mampu menganalisis data berdasarkan data percobaan yang telah disajikan
yang termasuk kedalam kemampuan menganalisis (C4), mampu mencapai KD
4.6 yang menuntut siswa mampu menganalisis sifat suatu bahan yang kemudian
Page 22
5
disesuaikan dengan cara penyimpanannya untuk mencegah terjadinya
perubahan fisika dan kimia yang tak terkendali yang termasuk kedalam
kemampuan menganalisis (C4), serta mampu mencapai KD 4.7 yang menuntut
siswa untuk merancang percobaan yang termasuk kedalam kemampuan
mencipta (C6) dan menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
yang termasuk kedalam kemampuan mengevaluasi (C5).
Kompetensi dasar 3.6, 3.7, 4.6, dan 4.7 yang dipelajari saat kelas XI akan
mudah tercapai jika siswa memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
baik. Namun pada kenyataanya keterampilan berpikir tingkat tinggi kelas XI
masih tergolong rendah. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil pra penelitian
yang dilakukan oleh Lukitasari dan Yonata (2016) dengan hasil bahwa
“sebanyak 64,7% siswa belum mampu menganalisis suatu masalah
(merumuskan masalah dan menentukan variabel); 68,3% siswa belum mampu
mengevaluasi suatu masalah (menyimpulkan); dan sebanyak 65,2% siswa
belum mampu mencipta (membuat hipotesis dan merancang prosedur
percobaan)”.
Berdasarkan penjabaran mengenai beberapa penelitian Learning Cycle 7E
yang terkait meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dan
kurangnya peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada materi laju
reaksi, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Terhadap Keterampilan Beprikir
Tingkat Tinggi Siswa Pada Materi Laju Reaksi”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah seperti dibawah ini:
1. Menurut hasil PISA 2015 keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa masih
rendah dibandingkan negara lainnya
2. Model pembelajaran yang didominasi dengan kegiatan ceramah oleh guru
menyebabkan keterampilan yang diasah oleh siswa hanya sebatas
mengingat dan memahami yang merupakan kategori low order thinking
Page 23
6
3. Soal evaluasi yang diberikan kepada siswa hanya sebatas level rendah yaitu
level 1 dan 2
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian terarah dan memberikan arah yang tepat dalam pembahasan
skripsi, maka penulis membuat batasan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model Learning Cycle 7E
2. Keterampilan siswa yang diteliti adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi
ranah kognitif Taksonomi Bloom revisi.
3. Pokok bahasan yang diteliti meliputi materi laju reaksi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dibatasi di atas, maka perumusan masalah
yang difokuskan pada penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran
Learning Cycle 7E berpengaruh terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi
pada materi Laju Reaksi?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh model Learning Cycle 7E terhadap keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa pada materi laju reaksi.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa:
1. Bagi siswa, model Learning Cycle 7E diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa yang dapat diimplementasikan
pada mata pelajaran lain dan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Guru, dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang
dapat membantu siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya dan
membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
baik pada pelajaran kimia atau pada pelajaran yang lainnya.
Page 24
7
3. Bagi peneliti sekanjutnya, dapat digunakan sebagai acuan dan motivasi
untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut dan sebagai referensi atau tolak
ukur serta pembanding dalam melakukan penelitian.
Page 25
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
a. Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Faturrohman adalah “bentuk
pembelajaran yang menggambarkan kegiatan dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru” (2015, hlm. 30). Joyce dalam
Trianto (2010, hlm. 74) mengemukakan model pembelajaran adalah
pola yang digunakan sebagai acuan untuk merencanakan pembelajaran
di kelas serta untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
seperti media pembelajaran dan kurikulum. Sedangkan model
pembelajaran menurut Ngalimun, Fauzani, dan Salabi (2016, hlm. 25)
adalah rancangan kegiatan belajar yang disusun agar pelaksanaan KBM
dapat berjalan secara terstruktur dan mudah dipahami oleh siswa.
Model pembelajaran menurut Suprijono yaitu “landasan praktik
pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori
belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi
kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas” (2016,
hlm. 64-65). Model pembelajaran menurut Sani (2015, hlm. 89)
merupakan kerangka konseptual yang berisi pola prosedur sistematik
yang digunakan dalam mengatur kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan belajar.
Berdasarkan penjelasan terkait pengertian model pembelajaran,
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu
perencanaan hasil analisis kurikulum berupa penggambaran kegiatan
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas dan dijadikan
pedoman oleh guru dalam kegiatan belajar dan mengajar di kelas untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Page 26
9
b. Pengertian Model Pembelajaran Learning Cycle
Model learning cycle atau siklus belajar menurut Bodner dalam
Sadia (2014, hlm. 20) adalah strategi pembelajaran berbasis
konstruktivisme yang berlandaskan pengetahuan dibangun dalam
pikiran siswa. Model Learning Cycle menurut Adilah dan Budiharti
(2015) merupakan model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang
terdiri dari beberapa tahapan belajar yang terstruktur dan berpusat pada
siswa sehingga siswa dapat aktif dalam menemukan konsepnya sendiri.
Gonen (2010) menyatakan bahwa konstruktivis mendorong siswa untuk
menemukan permasalahan yang menarik di sekitarnya dan
mengharuskan mereka untuk memperoleh solusi dengan memanfaatkan
keterampilan yang dimilikinya.
Berdasarkan penjabaran yang telah disampaikan, dapat disimpulkan
bahwa model learning cycle adalah model pembelajaran berbasis teori
konstruktivisme yang berpusat pada siswa dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan konsep dan permasalahan yang
menarik di sekitarnya.
c. Perkembangan Learning Cycle 7E
Model Learning Cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robert
Karbles dan rekan-rekannya diakhir tahun 1960 (Qarareh, 2012).
Learning Cycle pada awalnya hanya memiliki 3 tahap yang terdiri dari
exploration, concept introduction, concept application (Wena, 2009,
hlm. 170-171). Sadia (2014, hlm. 20) menambahkan bahwa ketiga tahap
tersebut membantu siswa dalam memahami hal yang kompleks
berdasarkan pengalaman nyata.
Polyiem, Nuangchalerm, dan Wongchantra (2011) menyebutkan
bahwa Learning Cycle diadaptasi menjadi empat langkah yang disebut
dengan pendekatan Learning Cycle 4E dengan menambahkan tahap
penyajian pembelajaran (learning presentation). Kemudian, pendekatan
Learning Cycle 4E diadaptasi menjadi 5E dengan menambahkan tahap
Page 27
10
pemeriksaan pengetahuan sebelumnya (prior knowledge check)
(Polyiem, dkk., 2011). Temel, Yılmaz, dan Özgür (2013) yang mengutip
Bybee menyatakan bahwa kelima tahap dari model Learning Cycle 5E
tersebut terdiri atas engagement, exploration, explanation, elaboration,
dan evaluation. Melalui kelima fase tersebut diharapkan siswa dapat
berperan aktif dalam proses menggali, menganalisis dan mengevaluasi
pemahamannya terkait materi yang dipelajari (Wena, 2009, hlm. 172).
Model pembelajaran Learning Cycle 5E kemudian dikembangkan
lagi menjadi “Learning Cycle 7E” dengan memperluas elemen engage
menjadi elicit dan engage, elemen elaborate dan evaluate menjadi
elaborate, evaluate dan extend (Eisenkraft, 2003, hlm. 57). Perbedaan
antara model siklus belajar 5E dan 7E menurut (Sadia, 2014, hlm. 25)
adalah:
pada model siklus 7E diawali dengan pengungkapan pengetahuan
awal (prior knowledge) siswa tentang suatu topik materi pelajaran
melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan oleh guru (elicit) dan
diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep maupun prinsip-
prinsip ilmiah yang telah dikuasainya pada situasi yang lebih
kompleks dalam kehidupan sehari-hari (extend).
d. Pengertian Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
Eisenkraft dalam Sadia (2014, hlm. 25) menyatakan “siklus belajar
7E (Elicit – Engage – Explore – Explain – Elaborate –Evaluate -
Extend) merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep maupun prinsip-prinsip
ilmiah dari suatu materi pelajaran”. Trimayanti dan Purwanto (2015)
menambahkan model Learning Cycle 7E merupakan rangkaian
beberapa tahap yang disusun sedemikian rupa yang membuat siswa
dapat berperan aktif, sehingga mampu menguasai kompetensi-
kompetensi pembelajaran yang harus dicapai.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa model Learning Cycle 7E
merupakan model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang terdiri
dari beberapa tahap yang terorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa
Page 28
11
dapat berperan aktif dalam menemukan konsep dan menguasai
kompetensi yang harus dicapai.
e. Tujuan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
Adilah dan Budiharti (2015) menjelaskan bahwa melalui model
Learning Cycle 7E diharapkan siswa tidak hanya mendengarkan
penyampaian guru, tetapi dapat berperan aktif dalam menggali dan
memperluas pemahaman mereka mengenai konsep-konsep yang
dipelajari. Salah satu tujuan dari model Learning Cycle 7E menurut
Khashan (2016) yaitu untuk mengembangkan konsep ilmiah dan
keterampilan serta menghubungkan konsep. Hartono (2013)
menambahkan pada dasarnya Learning Cycle 7E dikembangkan untuk
membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah, dan intelektualnya. Berdasarkan hal tersebut, dapat
dikatakan bahwa model Learning Cycle 7E bertujuan untuk membuat
siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran sehingga berbagai
keterampilan seperti pemecahan masalah, menghubungkan konsep dan
kemampuan berpikir dapat berkembang.
f. Tahapan-tahapan dalam Pembelajaran Learning Cycle 7E
Eisenkraft dalam Sadia (2014, hlm. 25-26) menjelaskan tahapan-
tahapan yang terdapat dalam model Learning Cycle 7E sebagai berikut:
1) Elicit (Mendatangkan Pengetahuan Awal Siswa)
Pada tahap ini, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, hal ini bertujuan untuk
mengungkap pengetahuan awal siswa. Jawaban yang disampaikan
siswa merupakan gagasan atau ide awal siswa terkait materi yang
dipelajari, sehingga guru dapat mengetahui pengetahuan awal serta
miskonsepsi siswa. Melalui kegiatan tersebut guru dapat
menentukan strategi yang efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2) Engage (Menarik Perhatian Siswa)
Page 29
12
Kegiatan pada tahap ini yaitu mengajak siswa untuk
merumuskan prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dibahas
dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. Hal tersebut dapat
membangkitkan minat dan keingintahuan siswa mengenai konsep
yang akan dibahas.
3) Explore (Mengeksplorasi)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sama dalam kelompok kecil (4-5 orang) untuk menguji prediksi-
prediksi yang telah dirumuskan pada tahap engagement melalui
kegiatan praktikum, studi lapangan maupun atau studi pustaka.
Kegiatan tersebut membuat siswa melibatkan seluruh panca
indranya untuk berinteraksi dengan lingkungan dan objek yang
dipelajarinya. Melalui kegiatan tersebut diharapkan timbul
ketidakseimbangan (dieskuilibrasi) dalam struktur mental siswa
yang ditandai dengan munculnya berbagai pertanyaan yang
mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level
reasoning).
4) Explain (Menjelaskan)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempresentasikan dan menjelaskan hasil eksplorasinya dalam
diskusi kelas. Peran guru dalam tahap ini yaitu memberi motivasi
dan mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dan prinsip-prinsip
ilmiah dengan menggunakan bahasa mereka sendiri serta meminta
bukti dan klarifikasi dari penjelasan yang disampaikan siswa.
Melalui kegiatan tersebut diharapkan siswa dapar menemukan
istilah-istilah dari konsep yang sedang dipelajari.
Page 30
13
5) Elaborate (Menerapkan)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berdiskusi sehingga akan timbul hal-hal baru terkait materi pelajaran
yang menjadi target pembelajaran. Pemahaman yang telah dibangun
kemudian dikembangkan dalam diskusi kelas. Apabila terdapat
siswa yang mengalami miskonsepsi, guru memperbaiki miskonsepsi
tersebut menuju konsepsi ilmiah. Siswa diajak untuk menerapkan
pemahaman konsepnya yang baru melalui kegiatan pemecahan
masalah terkait masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Penerapan konsep pada fase ini diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman siswa terkait konsep yang sedang
dipelajari.
6) Evaluate (Menilai)
Kegiatan pada tahap ini yaitu melakukan evaluasi mengenai
pengetahuan, pemahaman konsep, atau penguasaan kompetensi
melalui kegiatan pemecahan masalah dalam konteks yang baru atau
situasi yang baru. Melalui tahap ini diharapkan siswa dapat
meningkatkan penalaran tingkat tinggi, keterampilan, pemahaman,
serta kemampuannya. Pada tahap evaluasi, dapat diketahui seberapa
dalam luas tingkat pemahaman siswa terkait konsep-konsep yang
telah dipelajari.
7) Extend (Memperluas)
Tahap ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengembangkan dan memperluas konsep-konsep ilmiah yang telah
dikuasainya dalam situasi yang lebih kompleks dalam kehidupan
sehari-hari.
g. Kelebihan dan Kekurangan Learning Cycle 7E
Kelebihan dari model Learning Cycle 7E menurut Ngalimun,
Fauzani, dan Salabi (2016, hlm. 176) antara lain:
1) Proses pembelajaran menjadi lebih bermakna
Page 31
14
2) Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran
3) Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa
Kelebihan lain dari model Learning Cycle 7E menurut Sadia (2014,
hlm. 27) diantaranya:
1) Guru dapat memilih strategi pembelajaran yang lebih efektif
2) Siswa termotivasi untuk mengingat kembali materi pelajaran yang
telah dipelajari sebelumnya
3) Siswa menjadi lebih aktif dan tergugah rasa ingin tahunya melalui
tahap engagement
4) Melalui kegiatan, siswa mengalami proses belajar penemuan
melalui tahap explore, sehingga konsep yang dipelajari menjadi
lebih bermakna dan mampu bertahan lama
5) Kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis dan berpikir
kreatif) siswa dapat terakomodasi selama proses pembelajaran
6) Siswa memiliki kemampuan komunikasi ilmiah yang lebih baik
pada tahap explain
7) Pemahaman dan penguasaan konsep siswa menjadi sangat kuat dan
status pengetahuannya dapat mencapai status fruitfull pada tahap
extend.
Setiap komponen dalam pendidikan pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan, begitu pula halnya dengan model pembelajaran. Tak lain
halnya dengan Learning Cycle 7E, disamping kelebihan yang telah
disebutkan sebelumnya, Learning Cycle 7E pun memiliki kekurangan
seperti yang disampaikan oleh Soebagio yang dikutip oleh Ngalimun,
Fauzani, dan Salabi (2016, hlm. 176), diantaranya:
1) Efektivitas pembelajaran rendah jika pengajar kurang menguasai
materi dan tahap-tahap pembelajaran
2) Menuntut kreativitas dan kesungguhan guru dalam merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran
Page 32
15
3) Memerlukan pengaturan kelas yang lebih terencana dan
terorganisasi
4) Memerlukan lebih banyak waktu dan tenaga dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran.
2. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking Skill)
a. Pengertian Keterampilan Berpikir
Keterampilan menurut Syah (2010, hlm. 117) adalah “kegiatan yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular)
yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, olah
raga dan sebagainya”. Menurut Lawson dalam Tjahjadarmawan (2017,
hlm. 11) skill atau keterampilan ialah “kemampuan untuk melakukan
sesuatu dengan baik”.
Proses berpikir menurut Kuswana (2011, hlm. 3) merupakan urutan
kejadian mental yang terjadi secara terencana atau alami serta sistematis
pada konteks ruang, waktu, dan media yang digunakan, serta
menghasilkan suatu perubahan pada objek yang memengaruhinya.
Berpikir menurut Wilson dalam Tjahjadarmawan (2017, hlm. 11) yaitu
“bagian intelektual manusia dalam proses kognitif tingkat tinggi”.
Menurut Jhon Dewey dalam Moosley yang dikutip oleh Sudarma
(2013, hlm. 38-39), definisi berpikir yaitu, (1) berpikir adalah aliran
kesadaran yang muncul setiap hari dan mengalir tanpa terkontrol seperti
bermimpi dan melamun, (2) berpikir adalah imajinasi atau kesadaran
yang muncul secara tidak langsung atau tidak bersentuhan secara
langsung dengan sesuatu yang dipikirkan, (3) berpikir semakna dengan
tingkat pengetahuan dan kepercayaan yang diekspresikan, (4) berpikir
reflektif adalah rangkaian pemikiran yang dianggap terbaik dalam
proses memahami masalah, menggali informasi hingga memecahkan
masalah.
Berdasarkan berbagai pengertian terkait keterampilan dan berpikir,
dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir yaitu kemampuan
Page 33
16
intelektual manusia untuk melakukan sesuatu dalam proses kognitif
yang muncul setiap hari, sistematis dan tanpa terkontrol.
b. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking Skill)
Wardana dalam Rofiah, Aminah, dan Ekawati (2013)
mengemukakan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah
proses berpikir yang yang dilakukan secara sadar dan melibatkan
aktivitas mental dalam mengeksplorasi pengalaman yang kreatif,
reflektif, dan kompleks untuk memperoleh pengetahuan pada tingkat
berpikir analitis, sintesis, dan evaluatif. Pendidik memandang
keterampilan keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai proses
berpikir yang terjadi ketika siswa memperoleh pengetahuan baru yang
kemudian disimpan dalam ingatannya, dan selanjutnya pengetahuan
tersebut dihubungkan, diorganisasi atau dievaluasi untuk mencapai
tujuan tertentu (Abosalem, 2016). Sedangkan Heong, dkk (2011)
memandang keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai aspek penting
dalam proses belajar dan mengajar.
Berpikir tingkat tinggi dapat membantu siswa dalam membedakan
ide atau gagasan dengan jelas, berargumen dengan baik, mampu
berhipotesis, memecahkan masalah, memahami hal-hal kompleks
menjadi lebih jelas serta mampu mengkonstruksi penjelasan (Widodo
dan Kadarwati, 2013). Menurut Anderson yang dikutip oleh Raub,
Shukor, Arshad, dan Rosli (2015) dalam taksonomi Bloom revisi,
keterampilan yang terdiri atas mengingat, memahami dan mengaplikasi
termasuk kedalam kategori berpikir tingkat rendah, sedangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi terdiri atas menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta.
Krathwohl dalam A Revision of Bloom’s Taxonomy: an overview
yang dikutip oleh Lewy, Zulkardi, dan Aisyah (2009) menyatakan
bahwa indikator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
meliputi:
a) Menganalisis:
Page 34
17
Dapat mengenali serta membedakan faktor sebab dan akibat dari
sebuah skenario yang rumit
Menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau
menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil
untuk mengenali pola atau hubungannya
Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan
b) Mengevaluasi
Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan
Memberikan penilaian terkait solusi, gagasan, dan metodologi
dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada
untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya
Membuat hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian
c) Mencipta
Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah
Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi
struktur baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap
terhadap sesuatu
3. Laju Reaksi
a. Pengertian Laju reaksi
Bidang kimia yang mengkaji kecepatan terjadinya suatu reaksi
kimia disebut dengan kinetika kimia (chemical kinetics) (Chang, 2005,
hlm. 30). Chang (2005, hlm. 30) mendefinisikan laju reaksi (reaction
rate) sebagai “perubahan konsentrasi reaktan atau produk terhadap
waktu (M/s)”. Secara fisik, laju reaksi berkaitan dengan berkurangnya
konsentrasi reaktan terhadap perubahan waktu reaksi, sehingga secara
Page 35
18
sistematis dapat dinyatakan berdasarkan persamaan berikut (Fatimah,
2013, hlm. 5):
Laju = 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
Pada reaksi umum seperti
aA + bB cC + dD
laju reaksi dapat dituliskan sebagai berikut (Chang, 2005, hlm. 31):
Laju = −1
𝑎
∆[𝐴]
∆𝑡= −
1
𝑏
∆[𝐵]
∆𝑡=
1
𝑐
∆[𝐶]
∆𝑡=
1
𝑑
∆[𝐷]
∆𝑡
b. Faktor yang mempengaruhi laju reaksi
1) Konsentrasi
Konsentrasi reaktan memiliki peran penting dalam
memperlambat atau mempercepat suatu reaksi (Oxtoby, 2001, hlm.
415). Widyatmoko (2009, hlm. 214) menyatakan bahwa “semakin
tinggi konsentrasi molekul yang terlibat dalam suati reaksi, semakin
tinggi kemungkinan terjadi tumbukan antar molekul pereaksi
persatuan waktu”. Syukri menambahkan apabila konsentrasi
pereaksi diperbesar, maka kerapatannya akan bertambah dan
memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga reaksi berlangsung
lebih cepat (1999, hlm. 468).
2) Suhu
Walau terdapat sedikit pengecualian, laju reaksi dapat
meningkat dengan meningkatnya suhu (Chang, 2005, hlm. 43).
Syukri mengungkapkan bahwa hampir semua reaksi menjadi lebih
cepat jika suhu dinaikkan, hal tersebut terjadi karena kalor yang
diberikan akan memperbesar energi kinetik partikel pereaksi
sehingga jumlah dan energi tabrakan pun bertambah besar (1999,
hlm. 469).
Page 36
19
3) Luas permukaan
Efek meningkatnya luas permukaan pada suatu reaksi mirip
dengan efek meningkatnya konsentrasi reaktan. Sebagai contoh
sebuah potongan besi memiliki jumlah atom yang lebih banyak
untuk bereaksi dengan udara dibanding jumlah atom besi pada
sebuah paku payung, sehingga reaksi korosi pada potongan besi pun
lebih cepat (Bauer, Birk, dan Marks, 2007, hlm. 454).
4) Katalis
Katalis adalah zat yang dapat meningkatkan laju reaksi kimia
tanpa ikut terpakai dan dapat diperoleh kembali dalam tahap reaksi
berikutnya (Chang, 2005, hlm. 52). Katalis dapat mempercepat
terjadinya suatu reaksi dengan cara memberikan alternatif lintasan
reaksi dengan energi aktivasi yang lebih rendah (Petrucci, dkk.
2011, hlm 226). Chang (2005, hlm. 52) menambahkan bahwa
“katalis mempercepat reaksi dengan menyediakan serangkaian
tahapan elementer dengan kinetika yang lebih baik dibandingkan
jika tanpa katalis”.
c. Teori Tumbukan Pada Kinetika Kimia
Frekuensi tabrakan (tumbukan) adalah “banyaknya tabrakan
molekul per satuan waktu” (Petrucci, dkk. 2011, hlm. 214). (Chang,
2005, hlm. 43) menyatakan bahwa “berdasarkan segi teori tumbukan
dari kinetika kimia, maka kita perkirakan laju reaksi akan berbanding
lurus dengan banyaknya tumbukan molekul perdetik, atau berbanding
lurus dengan frekuensi tumbukan molekul”. Berdasarkan pernyataan
tersebut, dapat dibuat hubungan antara banyaknya tumbukan dengan
laju reaksi:
Laju ∝ 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 (Chang, 2005, hlm. 43)
Page 37
20
d. Orde Reaksi
Orde reaksi menurut Widyatmoko (2009, hlm. 215) adalah jumlah
eksponen konsentrasi dalam persamaan laju reaksi yang menerangkan
hubungan antara laju reaksi dan konsentrasi. Dengan menetahui orde
reaksi maka dapat dipilih reaksi mana yang paling mungkin dan mana
yang tidak mungkin. Sehingga jenis reaksi yang tidak mungkin segera
dapat diketahui dan langsung diabaikan sejak awal.
1) Orde Pertama
Suatu reaksi dikatakan termasuk kategori reaksi orde pertama
menurut Widyatmoko (2009, hlm. 218) yaitu apabila kecepatan
reaksi berbanding lurus dengan pangkat satu dari hanya satu
konsentrasi pereaksi.
2) Orde Kedua
Widyatmoko (2009, hlm. 224) menyatakan suatu reaksi
dikatakan termasuk kategori reaksi orde kedua jika kecepatan reaksi
berbanding lurus dengan pangkat dua pereaksi.
3) Orde Ketiga
Orde reaksi ketiga adalah reaksi yang melibatkan tumbukan
antara tiga molekul, dimana peristiwa tersebut sangat jarang terjadi
(Widyatmoko, 2009, hlm. 228). Pereaksi dalam orde reaksi ketiga
terdiri dari dua molekul yang sama dan sat molekul lain atau ketiga
molekul yang sama atau (Widyatmoko, 2009, hlm. 228).
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan sesuai dengan judul penelitian
penulis sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Trimayanti dan Purwanto pada tahun 2015
yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Fisika Menggunakan Model
Learning Cycle 7e dengan Konten Integrasi-interkoneksi untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa, menunjukkan
hasil bahwa model Learning Cycle 7E dengan konten integrasi-
Page 38
21
interkonektif efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Adilah dan Budiharti pada tahun 2015 yang
berjudul Model Learning Cycle 7E Dalam Pembelajaran IPA Terpadu,
hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa model Learning Cycle 7E
merupakan model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang terdiri dari
tujuh tahap yang terorganisasi dan berpusat kepada siswa sehingga siswa
dapat menemukan konsepnya sendiri.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Hassan, Rosli dan Zakaria pada tahun 2016
yang berjudul The Use of i-Think Map and Questioning to Promote Higher-
Order Thinking Skills in Mathematics, hasil penelitiannya adalah
pemilihan peta berpikir yang dibuat secara tepat dalam setiap kasus
membuat guru dapat merangsang keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa melalui pengajuan pertanyaan yang menantang.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Taguiam dan Clavero pada tahun 2015 yang
berjudul The Effect Of 7E Learning Cycle Approach On Students’
Conception On Changes In Matter, Energy and Time, hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat
konsep siswa antara sebelum dengan sesudah penggunaan pendekatan
Learning Cycle 7E.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Rofi'ah dan Azizah pada tahun 2014 yang
berjudul Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Berorientasi Learning
Cycle 7-E Pada Materi Pokok Laju Reaksi Untuk Melatihkan
Keterampilan Proses Sains, hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
lembar Kegiatan Siswa berorientasi Learning Cycle 7-E layak digunakan
sebagai perangkat pembelajaran.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Hartono pada tahun 2013 yang berjudul
Learning Cycle-7E Model To Increase Student’s Critical Thinking On
Science, menunjukkan hasil bahwa penerapan model pembelajaran
Learning Cycle 7E dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Page 39
22
7. Penelitian yang dilakukan oleh Lukitasari dan Yonata pada tahun 2015
dengan judul Keterampilan Berpikir Menganalisis, Mengevaluasi, Dan
Mencipta Siswa Pada Materi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju
Reaksi Kelas XI SMAN 1 Gondang Tulungagung, hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada ranah
kognitif taksonomi Bloom revisi mendapatkan rata-rata penilaian dengan
kategori sangat baik.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Khofifatin dan Yonata pada tahun 2013
yang berjudul Ketuntasan Belajar Siswa Dalam Berpikir Tingkat Tinggi
Pada Materi Pokok Larutan Asam Basa Kelas XI SMA Negeri Gedangan
Sidoarjo Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri, hasil
penelitiannya menyimpulkan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa dapat dilatihkan dengan penerapan model pembelajaran inkuiri.
C. Kerangka Berpikir
Kurikulum 2013 memiliki beberapa karakteristik, salah satunya adalah
mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta menerapkannya
dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat (Permendikbud nomor 69
tahun 2013). Namun pada kenyataannya, masih banyak siswa yang belum
mampu untuk menunjukkan keterampilan yang dimilikinya, salah satu
keterampilan tersebut yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut
menyebabkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki oleh siswa
masih rendah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran yang mampu merangsang keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi akan dapat berkembang dalam diri
siswa jika pendidik meggunakan model pembelajaran yang mampu melatih
keterampilan siswa dalam menganalisis, mengevaluasi dan juga mencipta.
Model pembelajaran yang mampu melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa yaitu model Learning Cycle 7E. Model pembelajaran Learning Cycle 7E
memiliki tujuh tahapan yang terdiri atas elicit, engage, explore, explain,
Page 40
23
elaborate, evaluate, dan extend. Fase elicit memberikan kesempatan pada siswa
untuk menganalisis informasi yang didapat. Fase engage memberikan
kesempatan pada siswa untuk membuat hipotesis. Fase explore memberikan
kesempatan siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui
percobaan sehingga siswa mampu merancang percobaan dan menganalisis hasil
percobaan. Fase selanjutnya yaitu explain yang memberikan kesempatan siswa
untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil percobaan yang didapat. Fase
evaluate merupakan fase melatih keterampilan yang telah dimiliki siswa. Fase
terakhir yaitu extend yang membuat siswa mampu memperluas pengetahuannya
sehingga mampu menerapkan dan menghubungkan pengetahuan yang
dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu materi pembelajaran yang cocok digunakan dalam model
pembelajaran Learning Cycle 7E yaitu laju reaksi. Hal tersebut dikarenakan
pada materi laju reaksi terdapat kompetensi dasar (KD) 3.7 berisi menentukan
orde reaksi dan tetapan laju reaksi berdasarkan data hasil percobaan, yang
dimana menuntut siswa untuk mampu menganalisis data berdasarkan data
percobaan yang telah disajikan yang termasuk kedalam kemampuan
menganalisis (C4). KD 4.6 berisi menyajikan hasil penelusuran informasi cara-
cara pengaturan dan penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan fisika dan
kimia yang tak terkendali, dimana menuntut siswa mampu menganalisis sifat
suatu bahan yang kemudian disesuaikan dengan cara penyimpanannya untuk
mencegah terjadinya perubahan fisika dan kimia yang tak terkendali yang
termasuk kedalam kemampuan menganalisis (C4). KD 4.7 berisi merancang,
melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi, dimana menuntut siswa untuk
merancang percobaan yang termasuk kedalam kemampuan mencipta (C6) dan
menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang termasuk
kedalam kemampuan mengevaluasi (C5). Berdasarkan pernyataan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan model Learning Cycle 7E akan
menimbulkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi laju reaksi.
Rendahnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
Faktor Penyebab
1. Sistem evaluasi di Indonesia masih menggunakan soal dengan level rendah (C1, C2, C3)
2. Proses pembelajaran di kelas belum mengembangkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa
Solusi Masalah
Page 41
24
Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah “terdapat pengaruh model Learning Cycle 7E terhadap
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi laju reaksi”.
Elicit
(mendatangkan pengetahuan awal siswa)
Engage
(mengajak dan menarik perhatian siswa)
Explore
(mengeksplorasi)
Explain (menjelaskan)
Elaborate (menerapkan)
Evaluate (menilai)
Extend (memperluas)
Page 43
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA N 3 Kota Tangerang Selatan yang
beralamat di Jl. Benda Timur Raya No.12, Pamulang 2, Tangerang Selatan.
Adapun penelitian ini dilaksanakan pada 18 September 2017 sampai 6
Oktober 2017.
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode quasi-experiment. Creswell
(2014, hlm. 238) menyatakan bahwa quasi-experiment merupakan
metode yang menggunakan kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen, dimana partisipan pada kedua kelompok tersebut tidak
ditempatkan secara acak melainkan sudah terbentuk secara alamiah.
2. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini yaitu Nonequivalent
(Pretest-Posttes) Control-Group Design. Kelompok kontrol dan
eksperimen dalam desain ini diseleksi tanpa melalui tahap penempatan
acak serta dilakukan pretest dan posttest pada kedua kelas tersebut,
yang membedakan adalah pemberian treatment hanya dilakukan pada
kelompok eksperimen (Creswell, 2014, hlm. 242). Berikut desain
penelitian Nonequivalent (Pretest-Posttes) Control-Group Design
(Creswell, 2014, hlm. 242):
Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent (Pretest-Posttest)
Control Group Design
Group Pretest Perlakuan Posttest
A O1 X O2
B O3 Y O4
Page 44
27
Keterangan:
A : Kelas Eksperimen
B : Kelas Kontrol
X : Perlakuan dengan menerapkan model Learning Cycle 7E
Y : Perlakuan dengan menerapkan model konvensional
O1 : Test awal (pretest) kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan
O2 : Test akhir (posttest) kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan
O3 : Test awal (pretest) kelas kontrol
O4 : Test akhir (posttest) kelas kontrol tanpa diberi perlakuan
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan terdapat tiga tahapan yaitu:
1. Tahapan Persiapan
a. Melakukan studi literatur terkait jurnal-jurnal penelitian untuk
menemukan masalah
b. Menentukan judul penelitian
c. Mengumpulkan literatur yang dibutuhkan
d. Melakukan studi pendahuluan melalui analisis KD yang bertujuan
mencari materi yang sesuai dengan model pembelajaran Learning
Cycle 7E.
e. Membuat perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
digunakan dalam mengimplementasikan model Learning Cycle 7E
dalam materi laju reaksi.
f. Membuat instrumen penelitian berupa soal tes keterampilan berpikir
tingkat tinggi , angket respon siswa terhadap model Learning Cycle
7E serta lembar observasi keterlaksanaan model Learning Cycle 7E.
g. Melaksanakan validasi terkait instrumen tes dan angket yang
dilakukan oleh dosen ahli. Kemudian instrumen tes diuji cobakan
kepada siswa yang sudah mempelajari materi laju reaksi untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas dari instrumen tes yang telah
dibuat.
Page 45
28
2. Tahapan Pelaksanaan
a. Memberikan pretest berupa soal tes keterampilan berpikir tingkat
tinggi sebelum pembelajaran dimulai, baik pada kelas kontrol
maupun kelas eksperimen.
b. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan hasil
pretest.
c. Menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 7E pada kelas
eksperimen dan menerapkan model pembelajaran konvensional
pada kelas kontrol.
d. Memberikan posttest berupa soal keterampilan berpikir tingkat
tinggi diakhir pertemuan pada materi laju reaksi, baik pada kelas
kontrol maupun kelas eksperimen.
e. Memberikan angket respon siswa terhadap model pembelajaran
Learning Cycle 7E pada kelas eksperimen.
3. Tahapan Penyelesaian
a. Mengolah data hasil pretest dan posttest keterampilan berikir tingkat
tinggi siswa
b. Menganalisis data dan membahas hasil penelitian
c. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian
Adapaun gambaran prosedur dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Page 46
29
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Pretest
Persiap
an
Studi Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Analisis KI, KD, dan
Silabus Kurikulum 2013
Analisis Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi
RPP
LKS berbasi Learning
Cycle 7E
Tes: Pretest dan Posttest
Lembar Observasi
Angket
Validitas Instrumen
Analisis data dan
pembahasan
Penarikan
kesimpulan
Analisis Model Learning
Cycle 7E
Pembuatan RPP Penyusunan Instrumen
Revisi
Uji Coba Instrumen
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Metode konvensional (ceramah)
Pemberian Soal Posttest
Penerapan Model Learning Cycle 7E
Pen
yelesaia
n
Pelak
sanaa
n
Page 47
30
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah objek atau subjek dalam suatu wilayah yang
memenuhi syarat tertentu terkait masalah penelitian (Riduwan, 2013,
hlm. 54). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI
MIA SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.
2. Sampel
Sampel menurut Riduwan merupakan bagian dari populasi yang
memiliki keadaan atau ciri-ciri tertentu yang akan diteliti (2013, hlm.
11). Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian
ini yaitu purposive sampling, yaitu “menentukan sampel dengan
pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara
maksimal” (Arikunto, 2010, hlm. 33). Adapun pertimbangan yang
dilakukan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu
berdasarkan pertimbangan bahwa kedua kelompok memiliki
kemampuan rata-rata yang sama dan penyesuaian jadwal mata pelajaran
pada masing-masing kelas. Sampel yang digunakan pada penelitian ini
yaitu siswa kelas XI MIA 3 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas
XI MIA 5 sebagai kelas kontrol. Dimana penentuan kelas kontrol dan
eksperimen berdasarkan pada hasil pretest.
E. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan yaitu 2 variabel yang terdiri atas variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini yaitu
berupa penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E, dan variabel
terikat (Y) yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi laju
reaksi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Page 48
31
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
No Data Instrumen
Penelitian
Teknik
Pengumpulan
Data
Waktu
1
Keterlaksanaan
Model Learning
Cycle 7E
Lembar
Observasi
Lembar
Observasi
Dilakukan di
kelas ketika
proses
pembelajaran
menggunaka
model
Learning
Cycle 7E
2
Keterampilan
Berpikir Tingkat
Tinggi
Essay
LKS
Pretest dan
Posttest
Diberikan
sebelum dan
setelah
proses
pembelajaran
di kelas
eksperimen
dan kontrol
3
Respon Siswa Angket Angket Diberikan
setelah
proses
pembelajaran
di kelas
eksperimen
Tabel 3.2 menjelaskan bahwa dalam teknik pengumpulan data, data
utama yang digunakan sebagai alat ukur penelitian atau instrumen adalah
berupa pretest dan posttest keterampilan berpikir tingkat tinggi. Adapun
lembar observasi dan LKS berbasis Learning Cycle 7E adalah sebagai
penunjang dan penguat atau bukti bahwa penelitian ini benar-benar
terlaksana.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut Arikunto (2016, hlm. 134) adalah “alat
bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data”. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Page 49
32
1. Instrumen Tes
Penelitian ini menggunakan instrumen tes tertulis berupa tes essay.
Tes essay adalah salah satu bentuk dari tes tulis yang terdiri atas
beberapa pertanyaan yang mengandung permasalahan dan menuntut
jawaban siswa melalui uraian kata-kata yang dapat menggambarkan
kemampuan berpikir siswa (Sukardi, 2009, hlm. 94). Tes essay yang
digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data
kuantitatif keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Tes ini disusun
berdasarkan rumusan indikator pembelajaran dan indikator
keterampilan berpikir tingkat tinggi ranah kognitif Taksonomi Bloom
revisi. Tes ini diberikan pada kelas eksperimen yang menggunakan
penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E dan pada kelas
kontrol yang diajarkan dengan model konvensional.
Tes keterampilan berpikir tingkat tinggi selanjutnya diberikan kepada
siswa diawal pembelajaran (pretest) dan diakhir pembelajaran (posttest)
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bentuk tes essay yang
digunakan berupa pertanyaan terbuka yang berjumlah 13 butir soal.
Adapun kisi-kisi keterampilan berpikir tingkat tinggi ranah kognitif
taksonomi Bloom revisi disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
No Materi Taksonomi Bloom Revisi
C4 C5 C6
1 Teori tumbukan dalam
reaksi kimia
1, 2, 3, 4, 8,
9, 13, 15,
19, 25, 28
2 Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi
3, 5, 13,
19, 25,
26, 29
1, 2, 4, 8, 9,
14, 15, 28 30
3 Orde Reaksi, tetapan dan
persamaan laju reaksi
7, 12,
18, 23
6, 11,
17, 22,
27
4 Peran katalis 10, 20
5
Cara-cara pengaturan
penyimpanan bahan
untuk mencegah
perubahan tak terkendali
21, 24 16
Page 50
33
Jumlah 30
2. Lembar Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik untuk
mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan terkait
kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2013, hlm. 220).
Kegiatan tersebut dapat berupa cara guru mengajar dan siswa belajar.
Lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu cara guru
mengajar, tepatnya keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle
7E. Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran learning
cycle 7E berfungsi untuk memantau terlaksana atau tidaknya
keseluruhan tahapan yang terdapat dalam model pembelajaran tersebut.
Lembar observasi dinilai dengan cara memberikan skor 1 jika model
terlaksana dan memberikan skor 0 jika tidak terlaksana (lampiran 6).
3. Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa diberikan kepada siswa dengan tujuan sebagai
pedoman dalam proses pembelajaran dikelas eksperimen yang
didalamnya terdapat permasalahan-permasalahan yang diselesaikan
melalui langkah-langkah model Learning Cycle 7E. Selain itu juga
untuk melihat kemunculan dari indikator keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung (lampiran 4).
4. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara memberikan
beberapa pertanyaan kepada responden untuk diisi (Sukandarrumidi,
2012, hlm. 78). Angket ini diberikan kepada siswa pada kelas
eksperimen sebagai responden dengan tujuan mengetahui respon siswa
terkait proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Learning Cycle 7E. Pernyataan-pernyataan yang terdapat pada angket
sudah cukup terperinci dan lengkap untuk mendapatkan data dan
Page 51
34
informasi dari responden mengenai respon siswa pada proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E.
Angket yang digunakan pada penelitian ini yaitu jenis angket tertutup.
Angket tertutup adalah angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan
dimana telah disediakan beberapa pilihan jawaban, sehingga responden
dapat memilih salah satu jawaban dari pilihan yang telah disediakan
(Sukandarrumidi, 2012, hlm. 79). Angket pada penelitian ini berisi 10
pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif dengan menggunakan
skala Likert 1-4 dengan pilihan sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju,
dan sangat setuju. Kisi-kisi angket respon siswa terhadap model
pembelajaran Learning Cycle 7E adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 4 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa Terhadap Model
Pembelajaran Learning Cycle 7E
No Aspek Indikator Sebaran Butir
Positif Negatif
1
Sikap siswa
terhadap kimia
Menunjukkan minat terhadap
pembelajaran kimia 1, 2 3, 5
Menunjukkan kegunaan
mempelajari kimia 4 6
2
Sikap siswa
terhadap
pembelajaran
dengan model
Learning Cycle
7E
Menunjukkan minat terhadap
pembelajaran kimia dengan model
Learning Cycle 7E
8, 15,
20
7, 10,
17
Menunjukkan kegunaan mengikuti
pembelajaran kimia dengan model
Learning Cycle 7E
11,
12,
14, 16
9, 13,
18, 19
H. Validasi Instrumen
1. Validitas
Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
suatu instrumen sehingga instrumen tersebut dapat mengungkap data
dari variabel yang akan diteliti secara tepat (Arikunto, 2010, hlm. 211).
Uji validitas pada penelitian ini yaitu validitas logis dan empiris.
Validitas logis merupakan validitas yang menguji item-item yang
terdapat dalam instrumen apakah sudah mewakili keseluruhan cakupan
Page 52
35
materi yang akan diukur, dimana penulis dapat menunjukkan kisi-kisi
sebagai bukti dari validitas ini (Rustam, Sari, dan Yunita, 2018, hlm.
74). Validitas logis dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan penilaian
oleh para dosen ahli terkait isi dan aspek dari instrumen yang digunakan.
Validitas empiris menurut Arikunto (2010, hlm. 212) merupakan
pengujian validitas instrumen berdasarkan pengalaman dengan cara
melakukan uji coba instrumen. Validitas empiris dilakukan dengan
memberikan instrumen tes pada siswa yang merupakan subjek
penelitian, kemudian dihitung validitas setiap soalnya dengan
menggunakan bantuan software Anates versi 4.
2. Reliabilitas
Reliabilitas menurut Arifin (2013, hlm. 258) adalah “tingkat atau
derajat konsistensi dari suatu istrumen”. Dikarenakan instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini berupa tes essay, maka uji reliabilitas
yang digunakan adalah menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2010,
hlm. 239):
𝑟11 =𝑘
(𝑘 − 1)(1 −
∑ 𝜎𝑏2
𝜎2𝑡
)
Keterangan:
𝑟11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ 𝜎𝑏2 : jumlah varians butir
𝜎2𝑡 : varians total
Perhitungan uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini
menggunakan bantuan software Anates versi 4.0. berdasarkan uji
reliabilitas instrumen diperoleh nilai rhitung sebesar 0,84.
3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran menurut Arikunto (2016, hlm. 176) yaitu
kemampuan tes dalam menjaring banyaknya peserta tes yang dapat
Page 53
36
mengerjakan dengan benar, semakin banyak peserta tes yang menjawab
dengan benar maka taraf atau indeks kesukaran makin tinggi, begitu
juga sebaliknya. Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus berikut (Sudjana,
2009, hlm. 137):
𝐼 =𝐵
𝑁
Keterangan:
I : Indeks kesukaran untuk setiap butir soal
B : banyaknya siswa yang menjawab setiap butir soal dengan benar
N :banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang
dimaksudkan
Sudjana (2009, hlm. 137) menjelaskan makin kecil taraf atau indeks
yang diperoleh maka makin sukar soal tersebut, begitu pula sebaliknya.
Kriteria indeks kesukaran soal menurut Sudjana (2009, hlm. 137) yaitu
sebagai berikut:
0 – 0,30 = soal kategori sukar
0,31 – 0,70 = soal kategori sedang
0,71 – 1,00 = soal kategori mudah
Perhitungan uji tingkat kesukaran instrumen dalam penelitian ini
menggunakan bantuan software Anates versi 4.0.
Tabel 3. 5 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Kategori Soal Jumlah Soal No. Soal
Sukar 14
11, 12, 17, 18, 19,
20, 21, 22, 23, 25,
27, 28, 29, 30
Sedang 13
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
10, 13, 14, 16, 24,
26
Mudah 3 1, 9, 15
4. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
butir soal mampu membedakan peserta didik yang belum atau kurang
Page 54
37
menguasai suatu kompetensi dengan peserta didik yang sudah menguasai
suatu kompetensi (Arifin, 2013, hlm. 273). Perhitungan daya pembeda suatu
soal dapat dirumuskan sebagai berikut (Arifin, 2013, hlm. 273):
𝐷𝑃 =𝑊𝐿 − 𝑊𝐻
𝑛
Keterangan:
DP : daya pembeda
WL : jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah
WH : jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas
n : 27% x banyaknya siswa yang memberikan jawaban
Arikunto (2006, hlm. 218) menyampaikan klasifikasi daya pembeda
sebagai berikut:
D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor)
D : 0,20 – 0,40 : cukup (satisfactory)
D : 0,40 – 0,70 : baik (good)
D : 0,70 – 1,00 : baik sekali (excellent)
D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang
mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja
Pengujian daya pembeda dalam penelitian ini menggunakan bantuan
software Anates versi 4.0. Setelah diuji validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda, maka didapat hasil uji instrumen yang valid
dan tidak valid. Berikut ini hasil validasi kisi-kisi instrumen tes
keterampilan berpikir tingkat tinggi:
Tabel 3. 6. Hasil Validasi Kisi-Kisi Instrumen Tes Essay
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
No Materi Taksonomi Bloom Revisi
C4 C5 C6
1 Teori tumbukan dalam
reaksi kimia
1*, 2*, 3, 4,
8, 9*, 13,
15*, 19,
25*, 28
Page 55
38
2 Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi
3, 5, 13,
19, 25*,
26*, 29
1*, 2*, 4, 8,
9*, 14, 15*,
28
30
3 Orde Reaksi, tetapan dan
persamaan laju reaksi
7, 12,
18, 23*
6, 11,
17, 22,
27
4 Peran katalis 10, 20
5
Cara-cara pengaturan
penyimpanan bahan
untuk mencegah
perubahan tak terkendali
21*, 24* 16
Jumlah 30
Keterangan: * Soal yang tidak valid
I. Teknik Analisis ata
a) Instrumen Angket Respon Siswa
Setelah semua data angket terkumpul, peneliti memeriksa kembali
keabsahan dan kelengkapan data yang didapat, kemudian menganalisis
data dengan tahap sebagai berikut:
1. Mengubah jawaban angket yang berupa skala likert menjadi bentuk
skor. Adapun pengubahannya adalah sebagai berikut (Riduwan,
2013, hlm. 87):
Tabel 3.7. Skor Alternatif Jawaban Angket
No Alternatif Jawaban
Pernyataan
posiif
Pernyataan
negatif
Skor
1 Sangat setuju 4 1
2 Setuju 3 2
3 Tidak setuju 2 3
4 Sangat tidak setuju 1 4
2. Menghitung skor total angket untuk setiap butir pernyataan, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Purwanto, 2012, hlm. 102):
𝑁𝑃 = 𝑅
𝑆𝑀 × 100
Keterangan:
Page 56
39
NP : nilai persen yang dicari
R : Skor mentah yang didapat
SM : Skor maksimum ideal
100 : bilangan tetap
3. Mengkonversi skor yang diperoleh, kemudian mengelompokkan
indikator ke dalam lima kategori seperti pada tabel berikut
(Arikunto, 2016, hlm. 44):
Tabel 3.8. Interpretasi Skor Angket
Interval Nilai (%) Interpretasi
< 21 Kurang Sekali
21 – 40 Kurang
41 – 60 Cukup
61 – 80 Baik
81 – 100 Sangat Baik
Data yang sudah didapat kemudian dioleh dan dianalisis dengan
menggunakan microsoft excel (Lampiran 24). Adapun hasil yang
didapat menggambarkan respon siswa terhadap model pembelajaran
Learning Cycle 7E.
b) Instrumen Tes
Setelah melakukan uji coba instrumen, maka dilakukan proses
penelitian untuk mendapatkan data penelitian. Tahap selanjutnya adalah
menganalisis data. Adapun langkah-langkah pengolahan data yang telah
didapat adalah sebagai berikut:
1. Memberikan skor atas jawaban siswa pada instrumen essay
2. Menghitung skor total essay untuk setiap butir pertanyaan
3. Menentukan nilai persentase setiap butir pertanyaan dengan rumus
sebagai berikut (Purwanto, 2012, hlm. 102):
𝑁𝑃 = 𝑅
𝑆𝑀 × 100
Keterangan:
Page 57
40
NP : nilai persen yang dicari atau yang diharapkan
R : skor mentah yang diperoleh siswa
SM : skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 : bilangan tetap
4. Mengkonversi skor yang didapat kedalam bentuk persentase dan
mengelompokkan indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi
dalam lima kategori, yaitu (Arikunto, 2016, hlm. 44):
Tabel 3.9 Kategori Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Persentase (%) Kategori
81 - 100 Sangat Baik
61 – 80 Baik
41 - 60 Cukup
21 – 40 Kurang
< 21 Kurang Sekali
Data penelitian yang telah diperoleh, kemudian dianalisis dengan
menggunakan software SPSS for windows versi 22. Pada penelitian ini,
teknik analisis data yang digunakan yaitu uji t, dimana sebelum tahap
perhitungan dilakukan pengolahan data, penyajian data dan deskripsi
data. Adapaun teknis analisis data tes keterampilan berpikir tingkat
tinggi ranah kognitif taksonomi Bloom revisi adalah sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat
Uji prasyarat digunakan untuk mengetahui statistic pada
pengujian hipotesis. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas,
uji homogenitas, dan uji hipotesis.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk uji pendahuluan yang
menjadi prasyarat dalam pengujian hipotesis. Uji normalitas
yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Kolmogorov-
Smirnov. Uji normalitas Kormogorov merupakan koreksi atas
uji normalitas Liliefors. Langkah-langlah uji normalitas
Kormogorov-sminorv dapat dijelaskan sebagai berikut (Kadir,
2015, hlm. 156-157):
Page 58
41
1) Masukkan data pada Data View.
2) Pilih menu Analyze, kemudian pilih sub menu Descriptive
Statistics, klik Explore.
3) Masukkan data yang akan diuji normalitasnya pada kotak
Dependent List, kemudian pilih Plots.
4) Klik Normality Plots with test, lalu klik Continue dan OK.
Menarik kesimpulan dari output uji normalitas Kolmogorov-
Smirnov, dapat menggunakan ketentuan penerimaan atau
penolakan H0 sebagai berikut (Kadir, 2015, hlm. 157):
H0 : Distribusi normal
Jika probabilitas (Sig. atau p-value) > 0,05, H0 diterima
H1 : Distribusi tidak normal
Jika probabilitas (Sig. atau p-value) ≤ 0,05, H0 ditolak
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah
menguji kesamaan varians antara dua populasi atau lebih. Uji
homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji
homogenitas Levene karena uji ini paling umum digunakan
untuk menguji sebaran data dari dua varian atau lebih. Langkah-
langkah uji homogenitas Levene yaitu sebagai berikut (Kadir,
2015, hlm. 167-168):
1) Masukkan data pada Data View
2) Buka menu utama Analyze dan klik General Linear Model
3) Kemudian klik univariate, masukkan data yang akan diuji
homogenitasnya pada Dependent Variabel dan variabel
“kelompok (atau kelas)” ke Fixed Facto(s), kemudian klik
Options.
4) Kemudian masukkan data “kelompok (atau kelas)” ke
Display Means for, pilih Homogenity test kemudian
Continue, lalu klik OK.
Page 59
42
Menarik kesimpulan dari output uji homogenitas Levene,
menggunakan ketentuan penerimaan/penolakan H0 sebagai
berikut Kadir (2015, hlm. 169):
H0 : Distribusi data memiliki varians homogen
Jika probabilitas (Sig. atau p-value) > 0,05, H0 diterima
H1 : Distribusi data tidak homogen
Jika probabilitas (Sig. atau p-value) ≤ 0,05, H0 ditolak
2. Uji Hipotesis
Kadir (2015, hlm. 295) menyatakan bahwa uji hipotesis
tentang perbedaan dua parameter “bertujuan untuk mempelajari
perbedaan rata-rata variabel kriterium dari dua kelompok atau
yang dapat diklasifikasian sebagai dua kelompok”. Uji hipotesis
dilakukan setelah melakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas
dan homogenitas (Kadir, 2015, hlm. 295). Uji hipotesis pada
penelitian ini yaitu menggunakan Independent Sample T Test
dengan taraf α = 0,05. Uji hipotesis dilakukan pada data pretest
maupun posttest. Uji hipotesis pada data pretest bertujuan untuk
mengetahui keadaan awal apakah sampel layak atau tidak untuk
digunakan pada penelitian. Sedangkan uji hipotesis data posttest
bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model
pembelajaran Learning Cycle 7E terhadap keterampilab berpikir
tingkat tinggi siswa. Langkah-langkah uji hipotesis Independent
Sample T-Test yaitu sebagai berikut (Kadir, 2015, hlm. 300-
301):
1) Masukkan data pada Data View.
2) Klik Analyze, pilih submenu Compare Means, kemudian
klik ndependent Sample T-Test.
3) Masukkan data yang sesuai pada Test Variable(s) dan
Grouping Variable. Kemudian klik Define Groups
tuliskan angka 1 pada group 1 dan angka 2 pada group
2, kemudian klik Continue dan OK.
Page 60
43
Menarik kesimpulan dari output uji hipotesis berdasarkan
kriteria pengujian Independent Sample T-Test dengan
penerimaan dan penolakan H0 sebagai berikut (Kadir, 2015, hlm.
302):
- p-value (Sig. 2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan H1
ditolak
- p-value (Sig. 2-tailed) ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima
J. Perumusan Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai satu
atau lebih populasi. Perumusan hipotesis yang digunakan dalam penelitian
ini diantaranya sebagai berikut (Kadir, 2015, hlm. 139):
H0 : 𝜇1 = 𝜇2
H1 : 𝜇1 ≠ 𝜇2
Keterangan:
H0 :Tidak terdapat pengaruh model Learning Cycle 7E terhadap
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi laju reaksi.
H1 :Terdapat pengaruh model Learning Cycle 7E terhadap keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa pada materi laju reaksi.
𝜇1 :Rata-rata keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa yang
menggunakan model Learning Cycle 7E pada materi laju reaksi.
𝜇2 :Rata-rata keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa yang tidak
menggunakan model Learning Cycle 7E pada materi laju reaksi.
Page 61
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMAN 3 Kota Tangerang
Selatan, diperoleh data hasil pretest dan posttest dari dua kelompok subjek
penelitian. Kelas XI MIA 5 sebagai kelompok kontrol yang diberikan
perlakuan berupa penggunaan model konvensional dan kelas XI MIA 3
sebagai kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan berupa
penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 7E pada materi laju reaksi.
Data hasil penelitian yang diuraikan dalam bab ini yaitu data hasil pretest
dan posttest siswa, uji prasyarat serta uji hipotesis. Berikut adalah deskripsi
lengkapnya.
1. Data hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Data hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan eksperimen
diolah dengan bantuan software SPSS versi 22 dan microsoft excel. Data
hasil rekapitulasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut (Lampiran
16):
Tabel 4.1 Data Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Statistik Kontrol Eksperimen
Jumlah siswa 40 31
Nilai Tertinggi 62 67
Nilai Terendah 19 8
Rata-rata 32,83 27,80
Median 33,00 25,00
Modus 21,15 17,31
SD 11,54 14,64
Page 62
45
Berdasarkan data pada tabel 4.1, menunjukkan bahwa nilai rata-rata
pretest pada kelas kontrol sebesar 32,83 (kategori kurang) dengan nilai
terendah 19 dan nilai tertinggi 62, sedangkan nilai rata-rata pretest pada
kelas eksperimen yaitu sebesar 27,80 (kategori kurang) dengan nilai
terendah 8 dan nilai tertinggi 67.
Data hasil posttest pada kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut (Lampiran 19):
Tabel 4.2 Data Hasil Posttest Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi Kelas Kontrol dan Eksperimen
Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan bahwa nilai rata-rata posttest
pada kelas kontrol sebesar 71,00 (kategori baik) dengan nilai terendah
35 dan nilai tertinggi 92, sedangkan nilai rata-rata posttest pada kelas
eksperimen yaitu sebesar 81,10 (kategori dangat baik) dengan nilai
terendah 56 dan nilai tertinggi 98.
2. Data Hasil Pretest dan Posttest Berdasarkan Indikator
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi pada Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
a. Data Hasil Pretest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Data hasil pretest berdasarkan indikator berpikir tingkat tinggi
pada kelas kontrol dan eksperimen diolah dengan bantuan software
microsoft excel (Lampiran 12 dan 13) dan hasil rekapitulasi dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Data Statistik Kontrol Eksperimen
Jumlah siswa 40 31
Nilai Tertinggi 92 98
Nilai Terendah 35 56
Rata-rata 71,00 81,10
Median 74,00 83,00
Modus 75,00 90,38
SD 13,79 10,39
Page 63
46
Tabel 4.3 Persentase Ketercapaian Indikator Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi pada Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
No
Indikator
Keterampilan
Berpikir Tingkat
Tinggi
Kelas
Kontrol Eksperimen
% Kategori % Kategori
1 Menganalisis (C4) 25,94 Kurang 25,13 Kurang
2 Mengevaluasi (C5) 34,38 Kurang 29,64 Kurang
3 Mencipta (C6) 44,38 Kurang 30,91 Kurang
Rata-rata 34,90 Kurang 28,56 Kurang
Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan bahwa rata-rata pretest
keterampilan berpikir tingkat tinggi pada kelas kontrol sebesar 34,90
termasuk dalam kategori kurang, sedangkan kelas eksperimen
memiliki rata-rata sebesar 28,56 yang juga termasuk dalam ketegori
kurang. Kelas kontrol memiliki persentase pretest yang lebih besar
pada semua indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi dibanding
persentase pada pretest kelas eksperimen. Hal tersebut menandakan
bahwa keterampilan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta
siswa pada kelas kontrol lebih baik dibanding kelas eksperimen.
Sedangkan kategori keduanya masih termasuk kategori yang sama,
yaitu kurang.
b. Data Hasil Posttest pada Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data hasil posttest berdasarkan indikator keterampilan berpikir
tingkat tinggi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen diolah
dengan bantuan software microsoft excel (Lampiran 14 dan 15) dan
hasil rekapitulasi dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Page 64
47
Tabel 4.4 Persentase Ketercapaian Indikator Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi pada Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
No
Indikator
Keterampilan
Berpikir
Tingkat Tinggi
Kelas
Kontrol Eksperimen
% Kategori % Kategori
1 Menganalisis
(C4) 65,10 Baik 79,17 Baik
2 Mengevaluasi
(C5) 79,84 Baik 85,08
Sangat
Baik
3 Mencipta (C6) 71,04 Baik 79,57 Baik
Rata-rata 72,00 Baik 81,27 Sangat
Baik
Berdasarkan tabel 4.4, menunjukkan bahwa rata-rata posttest
keterampilan berpikir tingkat tinggi pada kelas kontrol sebesar 72,00
termasuk dalam kategori baik, sedangkan kelas eksperimen
memiliki rata-rata sebesar 81,27 yang termasuk dalam ketegori
sangat baik. Kelas kontrol memiliki persentase posttest yang lebih
rendah pada semua indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi
dibanding persentase pada posttest kelas eksperimen. Hal tersebut
menandakan bahwa keterampilan menganalisis, mengevaluasi dan
mencipta siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibanding kelas
kontrol. Pada indikator menganalisis dan mencipta, kelas kontrol
dan eksperimen sama-sama termasuk kategori baik, sedangkan pada
indikator mengevaluasi, kelas eksperimen memiliki kategori sangat
baik namun kelas kontrol hanya sampai pada kategori baik.
3. Uji Prasyarat Sampel pada Hasil Pretest dan Posttest
Setelah mendapatkan data pretest dan posttest, kemudian dilakukan
uji prasyarat untuk mengetahui kelayakan sampel yang digunakan.
Adapun uji prasyarat yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji
normalitas dan homogenitas dengan menggunakan bantuan software
SPSS versi 22.
Page 65
48
a. Uji Normalitas Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Uji normalitas yang digunakan yaitu uji Kolmogorov-Sminorv.
Hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut (Lampiran 16 dan
19):
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen
SPSS
Statistik
Pretest Posttest
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
𝛼 0,05
Sig. 0,168 0,124 0,200 0,198
Kesimpulan Sig (p) > 𝜶
Kedua kelas berdistribusi normal
Berdasarkan tabel 4.5, nilai signifikan pretest di kelas kontrol
sebesar 0,168, di kelas eksperimen sebesar 0,124 dan taraf signifikan
yang digunakan yaitu 0,05, artinya nilai signifikan pretest pada kelas
kontrol dan eksperimen lebih besar dari taraf signifikan yang
digunakan. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa data
pretest yang diuji pada kelas kontrol dan eksperimen berdistribusi
normal.
Berdasarkan tabel 4.5, nilai signifikan posttest di kelas kontrol
sebesar 0,200, di kelas eksperimen sebesar 0,198 dan taraf signifikan
yang digunakan yaitu 0,05, artinya nilai signifikan posttest pada
kelas kontrol dan eksperimen lebih besar dari taraf signifikan yang
digunakan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa data posttest yang diuji pada kelas kontrol dan eksperimen
berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Berdasarkan uji normalitas, data pretest dan posttest yang
didapat pada kedua kelas dinyatakan berdistribusi normal.
Page 66
49
Selanjutnya, dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji
Levene. Kriteria dari uji homogenitas ini yaitu kedua kelas
dinyatakan homogen apabila Sig. atau p-value > 0,05. Adapun hasil
uji homogenitas dari data pretest dan posttest pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut (Lampiran 17
dan 20):
Tabel 4.6 Data Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
SPSS
Statistik
Pretest Posttest
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
𝛼 0,05
Sig. 0,194 0,098
Kesimpulan Sig (p) > 𝜶
Kedua kelas memiliki varians yang sama
(Homogen)
Berdasarkan tabel 4.6, nilai signifikansi pretest sebesar 0,194
lebih besar dari taraf signifikan sebesar 0,05 (0,194 > 0,05).
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa data pretest
yang diuji dari kedua varian tersebut sama atau homogen.
Adapun pada uji homogenitas posttest, nilai signifikan yang
didapat sebesar 0,098 lebih besar dari taraf signifikan sebesar 0,05
(0,098 > 0,05). Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa
data posttest yang diuji dari kedua varian tersebut sama atau
homogen.
4. Data Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas, didapatkan hasil
bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan kedua kelas bersifat
homogeny, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan
menggunakan uji independent sampel t-test. Adapun kriteria pengujian
pada uji hipotesis ini yaitu jika p-value (Sig. 2-tailed) ≤ 0,05 maka H0
ditolak dan H1 diterima. Hasil uji hipotesis pretest dan posttest kelas
Page 67
50
kontrol dan kelas eksperimen diuji menggunakan SPSS 22,
sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut (Lampiran 18 dan 21):
Tabel 4.7 Data Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest pada Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen
SPSS
Statistik
Pretest Posttest
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
𝛼 0,05
Sig. (2-
tiled) 0,110 0,001
Kesimpulan
Sig. (2-tailed) > Sig
Maka H0 diterima,
artinya tidak terdapat
perbedaan rata-rata
hasil pretest antara
siswa kelas kontrol
dengan siswa kelas
eksperimen
Sig. (2-tailed) < Sig
Maka H0 ditolak,
artinya terdapat
perbedaan rata-rata
hasil posttest antara
siswa kelas kontrol
dengan siswa kelas
eksperimen
Berdasarkan tabel 4.7, hasil uji hipotesis pretest menunjukkan pada
uji dua pihak, nilai signifikan (Sig 2-tailed) yang didapat sebesar 0,110
lebih besar dari taraf signifikan sebesar 0,05, dapat dikatakan bahwa
Sig. (2-tailed) > Sig (0,110 > 0,05). Berdasarkan hal tersebut
menunjukkan bahwa H0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan rata-
rata hasil pretest pada siswa kelas kontrol dengan siswa kelas
eksperimen sebelum diberi perlakuan, sehingga dapat dikatakan bahwa
keterampilan berpikir tingkat tinggi pada kedua kelas sama.
Selanjutnya, hasil uji hipotesis posttest menunjukkan bahwa pada uji
dua pihak, nilai signifikan (Sig 2-tailed) yang didapat sebesar 0,001
yaitu lebih kecil dari taraf signifikan sebesar 0,05, dapat dikatakan
bahwa Sig. (2-tailed) < Sig (0,001 < 0,05). Berdasarkan hal tersebut
menunjukkan bahwa H1 diterima, artinya terdapat perbedaan rata-rata
hasil posttest pada siswa kelas kontrol dengan siswa kelas eksperimen.
Adanya perbedaan rata-rata hasil posttest tersebut menandakan bahwa
terdapat pengaruh model Learning Cycle 7E terhadap keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa pada materi laju reaksi.
Page 68
51
5. Data Keterlaksanaan Model Learning Cycle 7E
Keterlaksanaan pembelajaran dengan model Learning Cycle 7E
dapat dilihat melalui lembar observasi siswa. Lembar observasi siswa
dinilai melalui penilaian “ya” dan “tidak”. Penilaian “ya” memiliki skor
1 dan diberikan jika kegiatan belajar siswa sesuai dengan langkah-
langkah dalam lembar observasi, dan penilaian “tidak” memiliki skor 0
dan diberikan jika kegiatan belajar siswa tidak sesuai dengan langkah-
langkah yang terdapat dalam lembar observasi. Berdasarkan hasil
observasi siswa yang dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan, didapatkan
persentase sebesar 100%. Hal ini menandakan bahwa kegiatan belajar
yang dilakukan siswa dalam kelas eksperimen sudah sesuai dengan
langkah-langkah model pembelajaran Learning Cycle 7E. Selain itu,
keterlaksanaan model Learning Cycle 7E juga didukung oleh lembar
kerja siswa (LKS) berbasis Learning Cycle 7E. LKS berbasis Learning
Cycle 7E digunakan sebagai alat pendukung pembelajaran agar siswa
memahami materi laju reaksi dengan mudah yang sesuai dengan
keterlaksanaan model Learning Cycle 7E.
B. Pembahasan
Selama proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian, yaitu
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Perbedaan perlakuan yang diberikan
yaitu kelas kontrol menggunakan penerapan model konvensional dengan
metode ceramah sedangkan kelas eksperimen menggunakan penerapan
model Learning Cycle 7E yang disertai bantuan LKS berbasis Learning
Cycle 7E. Berdasarkan lembar observasi kegiatan belajar yang berisi
keterlaksanaan tahap-tahap model pembelajaran yang memiliki persentase
hasil sebesar 100%, menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa dan guru sudah sesuai dengan rancangan yang telah
dibuat. Selain itu, berdasarkan angket respon siswa terhadap model
pembelajaran Learning Cycle 7E yang disebarkan pada kelas eksperimen
menunjukkan hasil sebesar 78,26% yang berada pada ketegori baik.
Page 69
52
Sehingga dapat dikatakan bahwa respon siswa pada kelas eksperimen
terkait penerapan model Learning Cycle 7E adalah baik.
Kelas eksperimen menggunakan penerapan model Learning Cycle 7E
terdiri atas tujuh tahap, diantaranya elicit, engage, explore, explain,
elaborate, evaluate, dan extend. Ketujuh tahap tesebut diharapkan mampu
berpengaruh terhadap keterampilan berpikir tangkat tinggi siswa pada
materi laju reaksi. Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diukur pada
penelitian ini yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi ranah kognitif
taksonomi Bloom revisi yang terdiri atas menganalisis (C4), mengevaluasi
(C5), dan mencipta (C6).
Tahap elicit menurut Firdaus, Priatna, dan Suhendra (2017) yaitu
mengungkap pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa terkait materi yang
dipelajari. Pengungkapan pengetahuan dilakukan oleh guru melalui
pengajuan pertanyan-pertanyaan yang memancing rasa ingin tahu siswa .
Tahap engage menurut Eisenkraft yang dikutip oleh Hartono (2013) yaitu
guru memberikan penjelasan terkait materi yang dipelajari dan memotivasi
siswa untuk melibatkan diri dalam berpikir kritis untuk menentukan solusi.
Menentukan solusi merupakan salah satu indikator berpikir tingkat tinggi
pada ranah mengevaluasi. Tahap explore menurut Eisenkraft (2003, hlm.
57) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati, merekam
data, merancang dan merencanakan eksperimen, membuat grafik,
menginterpretasikan hasil, mengembangkan hipotesis dan
mengorganisasikan temuan dari hasil praktikum. Mengorganisasikan
temuan merupakan indikasi ranah menganalisis; menginterpretasikan hasi
dan memgembangkan hipotesis merupakah indikasi ranah mengevaluasi;
serta merencanakan, merancang dan membuat grafik merupakan indikasi
ranah mencipta.
Tahap selanjutnya yaitu explain menurut Firdaus, Priatna, dan Suhendra
(2017) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan hasil
temuannya dari tahap explore kepada orang lain. Siswa dapat
menyimpulkan dengan baik apabila siswa sudah mampu menganalisis hasil
Page 70
53
temuannya dengan baik pula. Tahap elaborate menurut Adilah dan
Budiharti (2015) membuat siswa dapat menerapkan keterampilan dan
pengetahuannya. Keterampilan tersebut seperti menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Tahap evaluate menurut Firdaus, Priatna, dan
Suhendra (2017) memberikan kesempatan bagi guru untuk melakukan
penilaian terhadap pengetahuan yang telah diperoleh siswa. Tahap terakhir
yaitu extend menurut Firdaus, Priatna, dan Suhendra (2017) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperluas wawasan tentang pengetahuan
yang telah diperoleh. Memperluas wawasan atau konsep menuntun siswa
untuk menghubungkan beberapa teori yang telah dipelajarinya.
Berdasarkan uji-t pretest (tabel 4.7), menunjukkan hasil yaitu nilai sig
(2-tailed) sebesar 0,110 dengan taraf signifikan (𝛼) sebesar 0,05 dimana sig
(2-tailed) > 𝛼 yang menunjukkan adanya penerimaan H0 dan penolakan H1
yang artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata pada hasil pretest siswa pada
kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Berdasarkan pernyataan tersebut
dapat dikatakan bahwa kemampuan awal siswa pada kelas kontrol dan
eksperimen di awal pembelajaran adalah sama. Hal tersebut didukung oleh
hasil penelitian Hasanah dan Mahdian (2013) yang menyatakan bahwa
berdasarkan hasil uji-t pretest, tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pada kemampuan awal siswa antara kelas kontrol dan eksperimen, sehingga
dapat dikatakan bahwa kemampuan awal kelas kontrol dan eksperimen
adalah sama. Selain itu, Saregar, Latifah, dan Sari (2016) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
dimiliki siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol relatif sama sebelum
diberikan perlakuan.
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah model Learning Cycle 7E
berpengaruh atau tidak terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa,
maka dilakukan uji hipotesis berdasarkan hasil posttest. Berdasarkan uji-t
menunjukkan hasil yaitu nilai sig (2-tailed) sebesar 0,001 dengan taraf
signifikan ( 𝛼 ) sebesar 0,05 dimana sig (2-tailed) < 𝛼 . Hasil tersebut
menunjukkan bahwa terdapat penolakan H0 dan penerimaan H1 yang artinya
Page 71
54
terdapat perbedaan rata-rata hasil posttest antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Hal tersebut menandakan bahwa pencapaian keterampilan
berpikir tingkat tinggi antara siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol
berbeda. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Saregar,
Latifah, dan Sari (2016) yaitu bahwa terdapat perbedaan keterampilan
berpikir tingkat tinggi antara siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
Hasil penelitian Trimayanti dan Purwanto (2015) pun menyatakan bahwa
rata-rata posttest antara kelas eksperimen dan kontrol berbeda sehingga
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan berpikir tingkat
tinggi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberikan
treatment, yaitu berupa penerapan model Learning Cycle 7E.
Perbedaan nilai rata-rata posttest antara kelas kontrol dengan kelas
eksperimen menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model Learning Cycle
7E terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Selain itu, S dan
Yonatha (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa pada kategori menganalisis, mengevaluasi dan
mencipta sudah terlatihkan dengan baik dengan menggunakan model
Learning Cycle 7E.
Berdasarkan rata-rata ketercapaian indikator keterampilan berpikir
tingkat tinggi yang didapat pada posttest kelas eskperimen yaitu sebesar
81% (tabel 4.4), dapat dikatakan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi
dapat dilatihkan pada materi laju reaksi dengan kategori sangat baik. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian Lukitasari dan Yonata (2016) yang
menyatakan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dilatihkan
pada materi laju reaksi dengan kategori sangat baik.
1. Menganalisis (C4)
Ranah kognitif berpikir tingkat tinggi yang pertama yaitu
menganalis (C4) yang dapat dilatih pada tahap elicit, engage, explore,
explain dan elaborate. Ranah menganalisis pada kelas kontrol memiliki
persentase 65,10 (kategori baik) sedangkan kelas eksperimen memiliki
persentase sebesar 79,17 (kategori baik). Indikator yang diukur pada
Page 72
55
ranah menganalisis (C4) pada penelitian ini yaitu menganalisis data
berdasarkan hasil percobaan dan menganalisis informasi berdasarkan
pernyataan dan pertanyaan yang terdapat dalam LKS. Indikator
menganalisis informasi dapat dilatih pada tahap elicit dan elaborate,
sedangkan indikator menganalisis data hasil percobaan dapat dilatih
pada tahap explore dan explain. Perbandingan hasil ranah menganalisis
antara kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada gambar 4.1
berikut:
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Keterampilan Menganalisis
Kelas Kontrol dan Eksperimen
Indikator yang pertama dari ranah menganalisis yaitu menganalisis
informasi yang dapat dilatih pada tahap elicit dan elaborate. Berikut
akan ditampilkan jawaban siswa dalam masing-masing tahap tersebut:
64.69 65.32
85.08
76.21
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Menganalisis Informasi Menganalisis Data Hasil Percobaan
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Page 73
56
Gambar 4.2 Jawaban Siswa pada Tahap Elicit
Gambar 4.2 menjelaskan bahwa pada tahap elicit, siswa diminta
untuk menuliskan pengertian laju reaksi melalui kegiatan menganalisis
informasi yang terdapat dalam gambar yang disajikan. Kegiatan
menganalisis tersebut dilakukan secara berkelompok sehingga siswa
dapat bertukar pendapat terkait informasi yang dimilikinya.
Tugas guru pada tahap elicit yaitu mencoba menggali pengetahuan
awal siswa terkait materi yang akan dipelajari melalui penyajian
informasi awal dan kemudian mengajukan pertanyaan terkait materi
yang dipelajari. Hal tersebut didukung oleh Sadia (2014, hlm. 25) yang
mengungkapkan bahwa pada tahap elicit, guru melakukan
pengungkapan pengetahuan awal dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan materi. Pertanyaan yang diajukan
menuntut siswa untuk menganalisis informasi yang masuk kemudian
menstruktur informasi tersebut untuk mengenali tujuannya. Hal ini
sesuai dengan Andreson dan Krathwohl yang dikutip Lukitasari dan
Yonatha (2016), bahwa indikator menganalisis dapat tercapai apabila
siswa mampu menganalisis informasi yang masuk dan menstruktur
informasi ke dalam kegiatan yang lebih kecil untuk mengenali struktur
atau tujuan. Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa siswa pada
Page 74
57
kelas eksperimen mampu menganalisis pengertian laju reaksi
berdasarkan informasi yang disampaikan.
Tahap selanjutnya yang dapat melatih indikator menganalisis
informasi yaitu tahap elaborate. Berikut ditampilkan contoh jawaban
siswa pada tahap elaborate:
Gambar 4.3 Jawaban Siswa pada Tahap Elaborate
Berdasarkan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa siswa diminta untuk
menganalisis dua buah gambar yang terdapat dalam LKS, dimana kedua
gambar tersebut masing-masing merupakan tablet vitamin C dan serbuk
vitamin C. Siswa kemudian diminta untuk memberikan alasan terkait
perbedaan besarnya laju reaksi yang disebabkan oleh kedua gambar
yang terdapat dalam LKS tersebut.
Tahap elaborate pada LKS berisi pertanyaan yang mampu
merangsang siswa untuk menerapkan keterampilan menganalisisnya
yang telah dilatih pada tahap-tahap sebelumnya sebagaimana Adilah
dan Budiharti (2015) yang mengungkapkan bahwa tahap elaborate
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan simbol,
konsep dan keterampilan yang dimilikinya pada permasalahan yang
berkaitan dengan materi yang dipelajari. Proses pembelajaran yang
Page 75
58
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan simbol,
konsep, keterapilan dan ide-ide yang dimilikinya mampu membuat
informasi yang diterima oleh siswa menjadi lebih bermakna. Hal
tersebut dipertegas oleh Khofifatin dan Yonata (2013) yang menyatakan
bahwa informasi yang terima oleh siswa akan lebih bermakna apabila
dalam proses pembelajaran guru mampu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan sendiri ide-ide yang
mereka temukan.
Berdasarkan hasil posttest, indikator menganalisis informasi pada
kelas kontrol dan eksprimen memiliki kategori yang berbeda, yaitu
kategori sangat baik untuk kelas eksperimen dan kategori baik untuk
kelas kontrol. Jawaban siswa pada gambar 4.4 dan 4.5 berikut
merupakan jawaban hasil analisis terkait informasi yang tersirat dalam
soal. Hasil analisis yang diminta oleh soal yaitu berupa alasan mengapa
terdapat perbedaan laju reaksi pada proses pewarnaan rambut dari dua
salon yang berbeda. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban posttest
siswa kelas eksperimen untuk indikator menganalisis informasi:
Gambar 4.4 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Indikator menganalisis informasi kelas eksperimen memiliki
persentase sebesar 85,08 sedangkan kelas kontrol memiliki persentase
sebesar 64,69. Berikut akan ditampilkan contoh jawaban posttest siswa
kelas kontrol pada indikator menganalisis informasi:
Page 76
59
Gambar 4.5 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Perbedaan persentase yang dimiliki kelas kontrol dan eksperimen
disebabkan oleh siswa pada kelas eksperimen diberikan kesempatan
untuk menganalisis informasi yang disampaikan pada tahap elicit serta
menerapkan keterampilan dan ide yang dimilikinya pada tahap
elaborate yang membuat proses pembelajaran lebih bermakna sehingga
keterampilan berpikir tingkat tinggi pun dapat berkembang. Hal tersebut
senada dengan hasil temuan Khofifatin dan Yonata (2013) yang
menyatakan bahwa memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan dan menerapkan sendiri ide-ide yang dimilikinya
menjadikan informasi yang diterima serta proses pembelajaran menjadi
bermakna sehingga keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat
berkembang.
Indikator selanjutnya dari ranah menganalisis yaitu menganalisis
data hasil percobaan yang dapat dilatih pada tahap explore dan explain.
Berikut akan ditampilkan kegiatan siswa pada tahap explore:
Page 77
60
Gambar 4.6 Kegiatan Siswa pada Tahap Explore
Berdasarkan gambar 4.6 dapat diketahui siswa sedang melakukan
percobaan secara berkelompok untuk menguji prediksi-prediksi terkait
materi yang dipelajari. Sadia (2014, hlm. 26) menyatakan bahwa pada
tahap explore, siswa diberikan kesempatan untuk menguji prediksi-
prediksi yang telah dirumuskan melalui kegiatan praktikum secara
berkelompok. Melalui tahap explore tersebut keterampilan menganalisis
siswa dapat terlatih, siswa akan menganalisis informasi berdasarkan
data hasil percobaan yang didapat sehingga siswa mampu menstruktur
informasi mengenai data hasil percobaan untuk mengenali struktur atau
tujuan tertentu. Lukitasari dan Yonatha (2016) menyatakan bahwa
menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau
menstruktur informasi ke dalam kegiatan yang lebih kecil untuk
mengenali struktur atau tujuan merupakan bagian dari keterampilan
menganalisis.
Tahap selanjutnya yang dapat melatih indikator menganalisis data
hasil percobaan yaitu explain. Berikut ditampilkan contoh jawaban
siswa pada tahap explain:
Page 78
61
Gambar 4.7 Jawaban Siswa pada Tahap Explain
Gambar 4.7 berisi kesimpulan hasil analisis siswa berdasarkan hasil
percobaan yang telah dilakukan. Data hasil percobaan yang didapat oleh
siswa pada tahap explore kemudian dianalisis untuk mendapatkan
kesimpulan akhir. Hasil analisis tersebut disusun secara mandiri oleh
siswa secara berkelompok dan kemudian disampaikan dalam kegiatan
diskusi kelas. Berdasarkan jawaban siswa pada gambar 4.7 dapat dilihat
bahwa siswa mampu menuliskan empat faktor yang mempengaruhi laju
reaksi dengan tepat. Hal tersebut menandakan bahwa siswa sudah
mampu menganalisis data hasil percobaan dan kemudian menuangkan
konsep yang dipahaminya menggunakan bahasanya sendiri. Sadia
(2014, hlm. 26) mengungkapkan bahwa pada tahap explain, siswa
mempresentasikan hasil yang didapat dari tahap explore dalam diskusi
kelas terkait konsep yang dipahaminya menggunakan bahasanya
sendiri.
Berdasarkan hasil posttest, indikator menganalisis data hasil
percobaan pada kelas kontrol dan eksprimen memiliki kategori yang
sama, yaitu baik. Jawaban siswa pada gambar 4.8 dan 4.9 merupakan
jawaban hasil analisis terkait data hasil percobaan yang terdapat dalam
soal. Hasil analisis yang diminta oleh soal yaitu siswa menentukan
percobaan mana yang paling lambat dan disertai alasan. Berikut ini
Page 79
62
ditampilkan contoh jawaban posttest siswa pada indikator menganalisis
data hasil percobaan:
Gambar 4.8 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Persentase yang didapat pada kelas eksperimen yaitu sebesar 76,21
sedangkan pada kelas kontrol sebesar 65,32. Berikut ini ditampilkan contoh
jawaban posttest siswa kelas kontrol pada indikator menganalisis data hasil
percobaan:
Gambar 4.9 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Perbedaan persentase hasil posttest yang capai oleh kelas eksperimen
dan kontrol dapat disebabkan karena keterampilan siswa pada kelas
eksperimen tidak hanya didapat dari proses mengingat atau menghafal
konsep semata, melainkan diberikan pula kesempatan untuk membangun
sendiri pengetahuannya melalui pengalaman nyata pada tahap explore, serta
siswa juga diberikan kesempatan untuk berdiskusi terkait hasil percobaan
Page 80
63
sehingga siswa mampu mengkonstruk pengetahuannya berdasarkan
pengalaman nyata dan menggunakan bahasanya sendiri pada tahap explain.
Hal tersebut dipertegas oleh Sutama, Arnyana, dan Swasta (2014) yang
menyatakan bahwa keterampilan yang dimiliki oleh siswa tidak hanya
didapat dari proses mengingat atau menghafal fakta dan konsep semata
tetapi juga dari proses menemukan dan mengkonstruk pengetahuannya
melalui pengalaman nyata.
2. Mengevaluasi (C5)
Ranah kognitif berpikir tingkat tinggi selanjutnya yaitu mengevaluasi
(C5), dimana pada kelas kontrol mencapai persentase 79,84 (kategori baik)
sedangkan kelas eksperimen mencapai persentase 85,08 /(kategori sangat
baik). Pada ranah ini, siswa diminta untuk membuat hipotesis,
menghubungan fakta dengan konsep atau konsep yang siswa pelajari
dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari,
membandingkan beberapa teori dalam suatu materi serta menemukan atau
menentukan solusi mengenai suatu permasalah pada situasi baru. Indikator
untuk membuat hipotesis dapat dilatih pada tahap engage dan evaluate,
indikator membandingkan dapat dilatih pada tahap explore dan elaborate,
indikator menghubungkan dapat dilatih pada tahap elaborate, evaluate dan
extend, serta indikator untuk menentukan solusi mengenai suatu
permasalahan dapat dilatih pada tahap engage. Perbandingan hasil ranah
mengevaluasi antara kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada
gambar 4.10 berikut:
Page 81
64
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Keterampilan Mengevaluasi Kelas
Kontrol dan Eksperimen
Berdasarkan hasil posttest pada kelas eksperimen, indikator untuk
membuat hipotesis memiliki persentase 78,23% (baik), indikator
membandingkan memiliki persentase 91,53% (sangat baik), indikator
menghubungkan konsep memiliki persentase sebesar 86,02% (sangat baik),
serta indikator untuk menentukan solusi mengenai suatu permasalahan
sebesar 79,03% (baik). Hal tersebut menandakan bahwa keterampilan
berpikir tingkat tinggi pada ranah mengevaluasi sudah terlatih dengan baik,
dimana keterampilan berpikir tingkat tinggi mampu membuat siswa
mengembangkan materi yang telah dipelajarinya pada suatu permasalahan
dikondisi yang lain. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hassan, Rosli
dan Zakaria (2016) bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi membuat
manusia mampu menghubungkan fakta dengan konsep, membuat kategori,
dan mengaplikasikan pengetahuannya pada suatu permasalahan disituasi
yang lain.
Indikator pertama dari ranah mengevaluasi yaitu membuat hipotesis
atau dugaan sementara yang dapat dilatihkan pada tahap engage dan
evaluate. Khofifatin dan Yonata (2013) menyatakan bahwa membuat
hipotesis merupakan salah satu indikator dalam keterampilan berpikir
tingkat tinggi pada ranah kognitif mengevaluasi (C5). Berikut akan
ditampilkan contoh jawaban siswa pada tahap engage:
70.63
88.7579.45
71.2578.23
91.5386.02
79.03
0
20
40
60
80
100
Membuat
Hipotesis
Membandingkan Menghubungkan Menentukan
Solusi
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Page 82
65
Gambar 4.11 Jawaban Siswa pada Tahap Engage
Kegiatan yang dilakukan pada tahap engage pada penelitian ini yaitu
berdiskusi mengenai suatu permasalahan dikehidupan sehari-hari untuk
merangsang kemampuan berpikir siswa dan mengembangkan rasa
keingintahuan siswa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Adilah dan
Budiharti (2015) bahwa tahap engage digunakan untuk memfokuskan
perhatian siswa, merangsang kemampuan berpikir serta membangkitkan
motivasi dan minat belajar siswa dengan cara demonstrasi, diskusi,
membaca dan aktivitas lain untuk membuka pengetahuan dan
mengembangkan rasa keingintahuan siswa. Hasil dari diskusi yang
dilakukan yaitu membuat hipotesis atau dugaan sementara mengenai
permasalahan dikehidupan sehari-hari yang terdapat dalam LKS. Selain
tahap engage, indikator membuat hipotesis dapat dilatih pada tahap
evaluate. Berikut ditampilkan contoh jawaban siswa pada tahap evaluate:
Page 83
66
Gambar 4.12 Jawaban Siswa pada Tahap Evaluate
Tahap evaluate berisi kumpulan pertanyaan mengenai materi yang telah
dipelajari siswa, atau dapat dikatakan sebagai evaluasi bagi siswa terkait
materi yang telah dipelajari sehingga diharapkan keterampilan dan
kemampuan penalaran tingkat tinggi dapat berkembang. Berdasarkan
gambar 4.12 dapat diketahui bahwa keterampilan membuat hipotesis dapat
dilatih pada tahap evaluate. Hal tersebut senada dengan pernyataan Sadia
(2014, hlm. 26) bahwa melalui tahap evaluate diharapkan dapat mendorong
siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan penalaran tingkat tingginya,
keterampilannya dan pemahamannya.
Berdasarkan hasil posttest, ketercapaian indikator membuat hipotesis
pada kelas eksperimen sebesar 78,23%, berikut ditampilkan jawaban
posttest siswa kelas eksperimen pada indikator membuat hipotesis:
Page 84
67
Gambar 4.13 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Persentase ketercapaian kelas kontrol berdasarkan hasil posttest pada
indikator membuat hipotesis sebesar 70,63%, berikut ini ditampilkan contoh
jawaban posttest siswa kelas kontrol pada indikator membuat hipotesis:
Gambar 4.14 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan persentase tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata
yang dicapai kelas eksperimen pada indikator membuat hipotesis lebih
tinggi dibanding kelas kontrol. Hal tersebut senada dengan hasil penelitian
Susilawati dan Muhaimin (2014) yang menyatakan bahwa nilai rata-rata
kelas ekperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol pada indikator
membuat hipotesis. Rendahnya persentase yang dicapai oleh kelas kontrol
dikarenakan kelas kontrol hanya menggunakan model pembelajaran
Page 85
68
konvensional, dimana model tersebut hanya berpusat pada guru sehingga
siswa menjadi kurang aktif dan proses berpikir pun tidak dapat berkembang.
Hal tersebut dipertegas oleh Wijayanti dan Susatyo (2014) yang
mengungkapkan bahwa model konvensional menciptakan suasana
pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga siswa menjadi kurang aktif
yang mengakibatkan proses berpikir dan penemuannya belum dapat
berkembang. Kurangnya keaktifan siswa dalam proses belajar serta tidak
dapat berkembangnya proses berpikir siswa menjadikan keterampilan
berpikir siswa tidak dapat berkembang menuju level yang lebih tinggi lagi,
sehingga keterampilan berpikir siswa hanya sebatas level rendah semata.
Indikator kedua dari ranah mengevaluasi yaitu membandingkan.
Indikator membandingkan dapat dilatih pada tahap explore dan elaborate.
Berikut akan ditampilkan kegiatan siswa pada tahap explore:
Gambar 4.15 Kegiatan Siswa pada Tahap Explore
Kegiatan percobaan seperti pada gambar 4.15 memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengamati dan membandingkan hasil percobaan yang
didapat melalui pengamatan langsung. Adilah dan Budiharti (2015)
menjelaskan bahwa pada tahap explore, siswa diberikan kesempatan untuk
mengamati data, merekam data, merancang percobaan, mengembangkan
hipotesis, menafsirkan hasil serta mengatur temuan yang didapat secara
berkempok melalui pengalaman langsung. Data hasil percobaan kemudian
dianalisis dan didiskusikan bersama teman kelompoknya untuk
Page 86
69
dibandingkan hasil temuan yang didapat dengan prediksi jawaban yang
telah dibuat pada tahap sebelumnya. Hal tersebut senada dengan penjelasan
Trimayanti dan Purwanto (2015) yaitu setelah menganalisis data hasil
percobaan yang didapat, selanjutnya siswa diberikan kesempatan berdiskusi
dengan teman kelompoknya untuk membandingkan hasil percobaan yang
didapat dengan prediksi jawaban yang telah dibuat pada tahap sebelumnya.
Berdasarkan penjabaran tersebut, dapat dikatakan bahwa indikator
membandingkan dapat dilatih pada tahap explore. Selain tahap explore,
indikator membandingkan juga dapat dilatih pada tahap elaborate. Berikut
ditampilkan contoh jawaban siswa pada tahap elaborate:
Gambar 4.16 Jawaban Siswa pada Tahap Elaborate
Kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada tahap elaborate adalah
berdiskusi terkait materi yang menjadi target pembelajaran. Sadia (2014,
hlm. 26) menjelaskan bahwa pada tahap elaborate siswa terlibat dalam
kegiatan diskusi dan kemudian timbul hal-hal baru terkait materi pelajaran
yang menjadi sasaran pembelajaran. Topik yang menjadi bahan diskusi
pada tahap ini yaitu pertanyaan-pertanyaan yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang dimilikinya, yaitu
keterampilan membandingkan. Berdasarkan gambar 4.16 dapat diketahui
bahwa siswa sudah mampu membandingkan gambar mana yang memiliki
laju reaksi tercepat dan juga memberikan alasan yang teoritis.
Page 87
70
Berdasarkan hasil posttest, ketercapaian indikator membandingkan pada
kelas eksperimen sebesar 91,53%, berikut ditampilkan jawaban posttest
siswa kelas eksperimen pada indikator membandingkan:
Gambar 4.17 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Persentase ketercapaian kelas kontrol berdasarkan hasil posttest pada
indikator membandingkan sebesar 88,75%, berikut ini ditampilkan contoh
jawaban posttest siswa kelas kontrol pada indikator membandingkan:
Gambar 4.18 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Persentase indikator membandingan yang merupakan salah satu bagian
dari ranah mengevaluasi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas
kontrol dikarenakan pada kelas eksperimen diberikan perlakuan penerapan
model Learning Cycle 7E berupa tahap explore dan elaborate sedangkan
kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Sulaiman, Muniyan,
Madhvan, Hasan, dan Rahim (2017) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti menganalisis,
mensintesis dan mengevaluasi dapat diaplikasikan pada siswa dalam proses
pembelajaran dengan cara melakukan percobaan ilmiah. Tahap explore
Page 88
71
memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan percobaan dan
kemudian membangun sendiri pengetahuannya berdasarkan hasil
percobaan dengan cara membandingkan hasil percobaan yang didapat dari
setiap faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Kemudian siswa
diberikan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
yang dimilikinya dalam kegiatan berdiskusi bersama teman kelompok pada
tahap elaborate. Sedangkan siswa pada kelas kontrol yang menggunakan
model konvensional tidak diberikan kesempatan untuk membangun dan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya sehingga keterampilan
berpikirnya pun belum dapat berkembang. Wijayanti dan Susatyo (2014)
mengungkapkan bahwa penggunaan model konvensional menciptakan
suasana belajar yang berpusat pada guru sehingga proses berpikir dan
penemuan siswa belum dapat berkembang.
Indikator selanjutnya dari ranah mengevaluasi yaitu menghubungkan
konsep yang dapat dilatih pada tahap elaborate, evaluate, dan extend.
Berikut ditampilkan contoh jawaban siswa pada tahap elaborate:
Gambar 4.19 Jawaban Siswa pada Tahap Elaborate
Kegiatan siswa pada tahap elaborate yaitu berdiskusi dengan teman
kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam
LKS sehingga siswa dapat menerapkan konsep dan keterampilan yang
dimilikinya pada materi yang sedang dipelajari. Hal tersebut sesuai dengan
penjelasan Imaniyah, Siswoyo, dan Bakri (2015) bahwa tahap elaborate
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan keterampilan dan
Page 89
72
konsep pada permasalahan terkait contoh dari materi pembelajaran.
Pertanyaan yang yang diajukan dalam LKS menuntut siswa untuk
menghubungkan atau mengaitkan jawabannya dengan konsep yang sedang
dipelajari sehingga jawaban siswa tidak hanya asumsi semata tetapi disertai
alasan yang sesuai dengan teori dari konsep yang sedang dipelajari. Herlanti
(2014) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa alasan yang
disampaikan oleh siswa adalah alasan kuat yang bukan hanya asumsi semata
melainkan didukung oleh data, fakta empiris, dan referensi pakar. Selain
tahap elaborate, indikator menghubungkan juga dapat dilatih pada tahap
evaluate. Berikut ditampilkan contoh jawaban siswa pada tahap evaluate:
Gambar 4.20 Jawaban Siswa pada Tahap Evaluate
Kegiatan siswa pada tahap evaluate yaitu melakukan evaluasi terkait
konsep-konsep yang sedang dipelajari. Bentuk evaluasi yang diberikan
yaitu berupa pengerjaan soal-soal sehingga diharapkan siswa mampu
meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan penalaran tingkat tingginya.
Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Sadia (2014, hlm. 26) bahwa pada
tahap evaluate siswa melakukan kegiatan evaluasi terhadap pengetahuan
dan pemahaman konsepnya sehingga diharapkan siswa mampu
Page 90
73
meningkatkan keterampilan, pemahaman, dan penalaran tingkat tinggi yang
dimilikinya. Selain tahap evaluate, indikator menghubungkan juga dapat
dilatih pada tahap extend. Berikut ditampilkan contoh jawaban siswa pada
tahap extend:
Gambar 4.21 Jawaban Siswa pada Tahap Extend
Berdasarkan gambar 4.21 dapat ketahui bahwa siswa diminta untuk
menentukan hubungan antara ketiga gambar yang terdapat dalam LKS
dengan faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Kegiatan siswa pada tahap extend yaitu berdiskusi dengan teman
kelompoknya untuk mengembangkan dan memperluas konsep yang telah
dipelajari pada situasi yang lebih kompleks. Hal tersebut sesuai dengan
penjelasan Sadia (2014, hlm. 26) yaitu pada tahap extend siswa dapat
mengembangkan dan memperluas konsep yang telah dipahaminya pada
situasi yang lebih kompleks. Berdasarkan jawaban siswa pada gambar 4.21
Page 91
74
dapat diketahui bahwa siswa sudah mampu menghubungkan jawabannya
dengan konsep, fakta dan teori yang sesuai. Hal tersebut senada dengan
penjelasan Adilah dan Budiharti (2015) yaitu kegiatan extend mampu
merangsang siswa untuk menghubungkan konsep yang dipelajari dengan
konsep yang sudah atau belum dipelajari.
Berdasarkan hasil posttest, ketercapaian indikator menghubungkan pada
kelas eksperimen sebesar 86,02%, berikut ditampilkan jawaban posttest
siswa kelas eksperimen pada indikator menghubungkan:
Gambar 4.22 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Persentase ketercapaian kelas kontrol berdasarkan hasil posttest pada
indikator menghubungkan sebesar 79,45%, berikut ini ditampilkan contoh
jawaban posttest siswa kelas kontrol pada indikator menghubungkan:
Gambar 4.23 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Page 92
75
Perbedaan persentase ketercapaian indikator menghubungkan antara
kelas eksperimen dan kontrol disebabkan oleh kelas eksperimen
menggunakan penerapan model Learning Cycle 7E sedangkan kelas kontrol
menggunakan penerapan model konvensional. Tahap elaborate, evaluate
dan extend memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan yang terdapat dalam LKS yang mampu merangsang kemampuan
berpikir siswa dalam menghubungkan konsep yang sedang dipelajarinya,
sehingga siswa dapat menghubungkan jawabannya dengan konsep yang
sedang dipelajari secara mandiri. Lain halnya pada kelas kontrol yang
menerapkan model konvensional, dimana kegiatan pembelajaran
didominasi oleh ceramah dan tanya jawab yang disampaikan oleh guru
kepada siswa, sehingga keterampilan yang yang dapat terasah hanya sampai
pada keterampilan berpikir tingkat rendah (low order thinking) seperti
mengingat dan memahami . Hal tersebut dipertegas oleh penjelasan Sutama,
Arnyana dan Swasta (2014) bahwa model pembelajaran konvensional yang
didominasi oleh ceramah dan tanya jawab oleh guru menyebabkan siswa
hanya mampu mengasah keterampilannya sebatas mengingat dan
memahami saja yang merupakan kategori low order thinking.
Indikator terakhir dari ranah mengevaluasi yaitu menentukan solusi
yang dapat dilatih pada tahap engage. Berikut ditampilkan contoh jawaban
siswa pada tahap engage:
Gambar 4.24 Jawaban Siswa pada Tahap Engage
Page 93
76
Kegiatan siswa pada tahap engage yaitu melakukan diskusi terkait
wacana dan pertanyaan yang terdapat dalam LKS. Kegiatan diskusi tersebut
dilakukan untuk merangsang kemampuan berpikir siswa dan
mengembangkan rasa keingintahuan siswa. Hal tersebut senada dengan
Adilah dan Budiharti (2015) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa
tahap engage digunakan untuk mengembangkan keingintahuan siswa
melalui kegiatan demonstrasi, diskusi, membaca dan aktivitas lainnya.
Kemampuan berpikir tersebut pada tahap engage dapat dilatih dengan
melakukan kegiatan diskusi yang menuntut siswa untuk menentukan solusi
mengenai suatu permasalahan yang diajukan dalam LKS (teknik
penyimpanan buah). Sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan diskusi
untuk menentukan solusi mengenai suatu permasalahan mampu melatihkan
keterampilan siswa dalam menentukan solusi yang merupakan bagian dari
ranah mengevaluasi (C5). Hal tersebut senada dengan pernyataan Noma,
Prayitno, dan Suwarno (2016) yaitu kegiatan tanya jawab dalam diskusi
mengenai solusi pemecahan masalah mampu meningkatkan kemampuan
mengevaluasi (C5).
Berdasarkan hasil posttest, ketercapaian indikator menentukan solusi
pada kelas eksperimen sebesar 79,03%, berikut ditampilkan jawaban
posttest siswa kelas eksperimen pada indikator menentukan solusi:
Gambar 4.25 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Persentase ketercapaian kelas kontrol berdasarkan hasil posttest pada
indikator menentukan solusi sebesar 71,25%, berikut ini ditampilkan contoh
jawaban posttest siswa kelas kontrol pada indikator menentukan solusi:
Page 94
77
Gambar 4.26 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Perbedaan ketercapaian indikator menentukan solusi antara kelas
eksperimen dan kontrol disebabkan pada kelas eksperimen diterapkan
model Learning Cycle 7E, sedangkan kelas kontrol hanya menggunakan
model konvensional. Indikator menentukan solusi dapat tercapai apabila
siswa mampu memecahkan permasalahan yang disampaikan. Pembelajaran
dengan menggunakan model konvensional menyebabkan siswa terbiasa
hanya memperhatikan dan mencatat informasi yang disampaikan oleh
gurunya sehingga siswa jarang menentukan solusi untuk menyelesaikan
suatu permasalahan dan akibatnya adalah tingkat kemampuan berpikir
siswa menjadi rendah. Hal tersebut senada dengan hasil penelitian Sutama,
Arnyana dan Swasta (2014) yang menyatakan bahwa pembelajaran
langsung membiasakan siswa untuk menunggu, memperhatikan dan
mendengarkan saja informasi yang disampaikan oleh gurunya sehingga
siswa jarang menyelesaikan permasalahan terkait kehidupan sehari-hari dan
mengakibatkan kemampuan berpikir menjadi rendah.
3. Mencipta (C6)
Ranah yang terakhir dari keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu
mencipta (C6) yang dapat dilatih pada tahap explore dan elaborate. Berikut
ditampilkan kegiatan siswa dalam merancang percobaan pada tahap
explore:
Page 95
78
Gambar 4.27 Kegiatan Siswa pada Tahap Explore
Kegiatan siswa pada tahap explore yaitu merancang percobaan terkait
materi yang sedang dipelajari. Trimayanti dan Purwanto (2015) menyatakan
bahwa tahap explore memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merancang percobaan guna menganalisis informasi yang telah diterima.
Kegiatan merancang percobaan yang dilakukan tersebut merupakan salah
satu indikator dari ranah mencipta. Hal tersebut senada dengan penjelasan
Lukitasari dan Yonata (2016) bahwa salah satu indikator dari ranah
mencipta yaitu merancang percobaan. Selain tahap explore, ranah mencipta
juga dapat dilatih pada tahap elaborate. Berikut ditampilkan contoh
jawaban siswa pada tahap elaborate:
(a)
Page 96
79
(b)
Gambar 4.28 (a) Pertanyaan pada Tahap Elaborate (b) Jawaban Siswa
pada Tahap Elaborate
Tahap elaborate memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya pada domain atau ranah berpikir
selanjutnya, dimana dalam penelitian ini siswa diminta untuk menerapkan
keterampilan dan konsep yang telah dipelajari dan kemudian dituangkan
dalam bentuk membuat grafik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Taguiam dan Clavero (2015) bahwa tahap elaborate memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang dimilikinya
pada domain atau ranah berpikir selanjutnya (lebih tinggi).
Berdasarkan hasil posttest, persentase ketercapaian ranah mencipta
kelas eksperimen sebesar 79,57%. Berikut ini ditampilkan contoh jawaban
posttest siswa kelas eksperimen pada ranah mencipta:
Gambar 4.29 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Page 97
80
Persentase ketercapaian kelas kontrol berdasarkan hasil posttest pada ranah
mencipta sebesar 71,04%. Berikut ditampilkan contoh jawaban posttest
siswa kelas kontrol pada ranah mencipta:
Gambar 4.30 Jawaban Siswa Kelas Kontrol
Perbedaan persentase ketercapaian ranah mencipta antara kelas
eksperimen dan kontrol disebabkan oleh pada kelas eksperimen diterapkan
model Learning Cycle 7E sedangkan pada kelas kontrol diterapkan model
konvensional. Penerapan model Learning Cycle 7E tersebut mampu
melatihkan keterampilan ranah mencipta siswa, sehingga keterampilan
berpikir tingkat tinggi pun dapat berkembang. Hal tersebut senada dengan
pernyataan Sadia (2014, hlm. 27) bahwa salah satu keunggulan dari model
Learning Cycle 7E yaitu dapat mengakomodasi kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan pada paragraf diatas, dapat disimpulkan bahwa
model Learning Cycle 7E dapat mempengaruhi keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa pada materi laju reaksi yaitu pada ranah kognitif
taksonomi Bloom revisi seperti menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan
mencipta (C6). Ranah menganalisis (C4) sebesar 79,17% dapat dilatih pada
tahap elicit; explore; explain dan elaborate, ranah mengevaluasi (C5)
sebesar 85,08% dapat dilatih pada tahap engage; explore; elaborate;
evaluate dan extend, serta ranah mencipta (C6) sebesar 79,57% dapat dilatih
pada tahap explore dan elaborate. Selain itu, respon siswa terhadap model
Page 98
81
pembelajaran Learning Cycle 7E pun baik dengan persentase sebesar
78,26%.
Page 99
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dipaparkan pada
bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran Learning Cycle 7E terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa ranah kognitif taksonomi Bloom revisi (menganalisis, mengevaluasi dan
mencipta) pada materi laju reaksi. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan
uji hipotesis menggunakan uji independent sample t-test dari data posttest
menunjukkan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,001 dengan taraf signifikan 5% (α =
0,05). Nilai sig. (2-tailed) yang didapat lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima.
Jadi, terdapat pengaruh model pembelajaran Learning Cycle 7E terhadap
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa ranah kognitif taksonomi Bloom
revisi (menganalisis, mengevaluasi dan mencipta) pada materi laju reaksi.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Learning Cycle 7E memiliki tahap yang cukup banyak
sehingga bagi guru yang hendak menerapkan model pembelajaran Learning
Cycle 7E sebaiknya mengatur waktu dengan baik agar seluruh tahapan dapat
terlaksana dengan optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
2. Indikator berpikir tingkat tinggi pada ranah mencipta belum beragam
sehingga bagi peneliti selanjutnya hendaknya membuat indikator yang lebih
beragam pada ranah mencipta.
Page 100
83
DAFTAR PUSTAKA
Abosalem, Y. (2016). Assessment Techniques and Students’ Higher-Order
Thinking Skills. International Journal of Secondary Education, 4(1), 1-11.
Adilah, D. N., & Budiharti, R. (2015). Model Learning Cycle 7E dalam
Pembelajaran IPA Terpadu. Prosiding Seminar Nasional Fisika dan
Pendidikan Fisika, 6(1), 212-217.
Ahiri, J., Dunifa, L., Tanduklangi, A., & Ghani, A. R. (2015). The Effect of
Learning Strategies on Higher-Order-Thinking Skills Students with
Different Learning Styles. International Journal of Science and Research
(IJSR), 4(9), 1204-1211.
Arifin, Z. (2013). Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2016). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bauer, R. C., Birk, J. P., & Marks, P. S. (2007). A Conceptual Introduction To
Chemistry. New York: Mc Grawh-Hill.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Creswell, J. W. (2014). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Eisenkraft, A. (2003). Expanding the 5E Model. The Science Teacher, 58-59.
Fassenda, N., & Yonata, B. (2016). Keterampilan Berpikir Menganalisis,
Mengevaluasi, dan Mencipta Siswa SMA N 19 Surabaya pada Materi
Kesetimbangan Kimia. Unesa Journal of Chemical Education, 5(1), 19-25.
Page 101
84
Fathurrohman, M. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Fatimah, I. (2013). Kinetika Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Firdaus, F., Priatna, N., & Suhendra, S. (2017). An Implementation of 7E Learning
Cycle Model to Improve Student Self-Esteem. International Conference on
Mathematics and Science Education (ICMScE), 1-5.
Gonen, S. (2010). A Physics Lesson Designed According to 7E Model with The
Help of Instructional Technology (Lesson Plan). Turkish Online Journal of
Distance Education, 11(1), 98-113.
Hartono. (2013). Learning Cycle 7E Model to Increase Student's Critical Thinking
on Science. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9, 58-66.
Hasanah, A., & Mahdian. (2013). Penerapan Pendekatan SETS (Science
Environment Technology Society) Pada Pembelajaran Reaksi Reduksi
Oksidasi. Quantum, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 4(1), 1-12.
Hassan, S. R., Rosli, R., & Zakaria, E. (2016). The Use of i-Think Map and
Questioning to Promote Higher-Order Thinking Skills in Mathematics.
Creative Education, 7, 1069-1078.
Heong, Y. M., Othman, W. B., Yunos, J. B., Kiong, T. T., Hassan, R. B., &
Mohamad, M. M. (2011). The Level of Marzano Higher Order Thinking
Skills among Technical Education Students. International Journal of Social
Science and Humanity, 1(2), 121-125.
Herlanti, Y. (2014). Analisis Argumentasi Mahasiswa Pendidikan Biologi pada Isu
Sosiosaintifik Konsumsi Genetically Modified Organism (GMO). Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 3(1), 51-59.
Hugerat, M., & Kortam, N. (2014). Improving Higher Order Thinking Skills among
Freshmen by Teaching Science through Inquiry. Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education, 10(5), 447-454.
Page 102
85
Imaniyah, I., Siswoyo, & Bakri, F. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Learning
Cycle 7E Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan Fisika, 1(1), 17-24.
Julistiawati, R., & Yonata, B. (2013). Keterampilan Berpikir Level C4, C5, & C6
Revisi Taksonomi Bloom Siswa Kelas X-3 SMAN 1 Sumenep Pada
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Pokok Bahasan Larutan Elektrolit
Dan Non Elektrolit. UNESA Journal of Chemical Education, 2(2), 57-62.
Kadir. (2015). Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan
Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Kemdikbud. (2014). Perubahan Pola Pikir dalam Kurikulum 2013. Retrieved from
Kemdikbud: Kemdikbud.go.id
Kertayasa, I. K. (2015). Pengembangan Soal Model PISA Berbasis Online.
Retrieved Januari 17, 2018, from Indonesia PISA Center Mathematics
website for CBAM: www.indonesiapisacenter.com/2014/03/tentang-
website.html
Khashan, K. (2016). The Effectiveness of Using the 7E's Learning Cycle Strategy
on the Immediate and Delayed Mathematics Achievement and the
Longitudinal Impact of Learning among Preparatory Year Students at King
Saud University (KSU). Journal of Education and Practice, 7(36), 40-52.
Khofifatin, & Yonata, B. (2013). Ketuntasan Belajar Siswa Dalam Berpikir Tingkat
Tinggi Pada Materi Pokok Larutan Asam Basa Kelas XI SMA Negeri 1
Gedangam Sidoarjo Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri.
UNESA Journal of Chemical Education, 2(2), 51-56.
Kuswana, W. S. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Lewy, Zulkardi, & Aisyah, N. (2009). Pengembangan Soal Untuk Mengukur
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pokok Bahasan Barisan dan Deret
Bilangan Di Kelas IX Akselerasi SMP Xaverius Maria Palembang. Jurnal
Pendidikan Matematika, 3(2), 14-28.
Page 103
86
Lukitasari, N., & Yonata, B. (2016). Keterampilan Berpikir Menganalisis,
Mengevaluasi, dan Mencipta Siswa pada Materi Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Laju Reaksi Kelas XI SMAN 1 Gondang Tulungagung.
Unesa Journal of Chemical Education, 5(1), 26-32.
Magsino, R. M. (2014). Enhancing Higher Order Thinking Skills in a Marine
Biology Class through Problem-Based Learning. Asia Pacific Journal of
Multidisciplinary Research, 2(5), 1-6.
Mustapa, K. (2014). Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi. Jurnal Pendidikan Humaniora, 349.
Ngalimun, Fauzani, M., & Salabi, A. (2016). Strategi dan Model Pembelajaran.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Noma, L. D., Prayitno, B. A., & Suwarno. (2016). PBL Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas X SMA. Bioedukasi,
9(2), 62-66.
OECD. (2016). Programme For International Student Assesment (PISA) Result
From PISA 2015. Country Note- Result from PISA 2015, 1-8.
Oxtoby, D. W. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Petrucci, R. H., Harwood, W. S., Herring, F. G., & Madura, J. D. (2011). Kimia
Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern. Jakarta: Erlangga.
Polyiem, T., Nuangchalerm, P., & Wongchantra, P. (2011). Learning Achievement,
Science Process Skills, and Moral Reasoning of Ninth Grade Students
Learned by 7e Learning Cycle and Socioscientific Issue-based Learning.
Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 5(10), 257-264.
Pranoto, A. M., Sajidan, & Prayitno, B. A. (2017). Pengembangan Modul Berbasis
Inquiry Lab pada Materi Sistem Gerak untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas XI SMAN 1 MEJAYAN. Didaktika Biologi, 1(1), 33-46.
Page 104
87
Purwanto, M. N. (2012). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Qarareh, A. O. (2012). The Effect of Using the Learning Cycle Method in Teaching
Science on the Educational Achievement of the Sixth Graders. Kamla-Raj:
Int J Edu Sci, 4(2), 123-132.
Ramos, J. L., Dolipas, B. B., & Villamor, B. B. (2013). Higher Order Thinking
Skills and Academic Performance in Physics of College Students: A
Regression Analysis. International Journal of Innovative Interdisciplinary
Research(4), 48-60.
Raub, L. A., Shukor, N. A., Arshad, M. Y., & Rosli, M. S. (2015). An Integrated
Model to Implement Contextual Learning with Virtual Learning
Environment for Promoting Higher Order Thinking Skills in Malaysian
Secondary Schools. International Education Studies, 8(13), 41-46.
Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rofiah, E., Aminah, N. S., & Ekawati, E. Y. (2013). Penyusunan Instrumen Tes
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Pada Siswa SMP. Jurnal
Pendidikan Fisika, 1(2), 17-22.
Rofi'ah, F., & Azizah, U. (2014). Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa
Berorientasi Learning Cycle 7-E pada Materi Pokok Laju Reaksi untuk
Melatihkan Keterampilan Proses Sains. Unesa Journal of Chemical
Education, 3(2), 99-105.
Rustam, A., Sari, E. D., & Yunita, L. (2018). Statistika Pengukuran Pendidikan
Analisis Menggunakan SPSS, Iteman, dan Lisrel. Bogor: PT. Ilham
Sejahtera Persada.
Sadia, I. W. (2014). Model-Model Pembelajaran Sains Konstruktivistik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Page 105
88
Sani, R. A. (2015). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Saregar, A., Latifah, S., & Sari, M. (2016). Efektivitas Model Pembelajaran CUPs:
Dampak Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta Didik
Madrasah Aliyah Mathla'ul Anwar Gisting Lampung. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 5(2), 235-246.
Sudarma, M. (2013). Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif (1 ed.).
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sukandarrumidi. (2012). Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti
Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sukardi, M. (2009). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sukmadinata, N. S. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sulaiman, T., Muniyan, V., Madhvan, D., Hasan, R., & Rahim, S. S. (2017).
Implementation of Higher Order Thinking Skills in Teaching Of Science: A
Case Study in Malaysia. International Research Journal of Education and
Sciences (IRJES), 1(1), 1-3.
Suprijono, A. (2016). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutama, I. N., Arnyana, I. B., & Swasta, I. B. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terhadap Ketrampilan Berpikir Kritis dan Kinerja Ilmiah pada
Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Amlapura. e-Journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 4, 1-14.
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Page 106
89
Syahida, A., & Irwandi, D. (2015). Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
pada Soal Ujian Nasional Kimia. Edusains, 7(1), 77-87.
Syukri, S. (1999). Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: ITB.
Taguiam, A., & Clavero. (2015). The Effect Of 7e Learning Cycle Approach On
Students’ Conception On Changes In Matter, Energy and Time.
Proceedings Journal Of Interdisciplinary Research, 120-125.
Temel, S., Yılmaz, A., & Özgür, S. D. (2013). Use of the Learning Cycle Model in
the Teaching of Chemical Bonding and an Investigation of Diverse
Variables in Prediction of Achievement. International Journal of Education
and Research, 1(5), 1-14.
Tjahjadarmawan, E. (2017). Best Practice Guru dalam Tugas Pembelajaran Di
Sekolah. Yogyakarta: Deepublish.
Trianto. (2010). Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya.
Trimayanti, E., & Purwanto, J. (2015). Efektivitas Pembelajaran Fisika
Menggunakan Model Learning Cycle 7E dengan Konten Integrasi-
Interoneksi untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa. Seminar Nasional Pendidikan Sains V, (pp. 44-55).
Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
Widodo, T., & Kadarwati, S. (2013). Higher Order Thinking Berbasis Pemecahan
Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan
Karakter Siswa. Cakrawala Pendidikan, 32(1), 161-171.
Widyatmoko, H. (2009). Kimia Dasar Tingkat Universitas. Jakarta: Universitas
Trisakti.
Page 107
90
Wijayanti, A. D., & Susatyo, E. B. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Group
Investigation Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Koloid. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 8(1), 1300-1308.
Page 109
92
Lampiran 1. Analisis KI dan KD
ANALISIS KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI IPA/1
Alokasi Waktu : 5 x 45 Menit
Materi : Laju Reaksi
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Page 110
93
Kompetensi
Dasar
Indikator
Pembelajaran Materi
Kegiatan Pembelajaran Tahapan
Learning Cycle
7E
Indikator
Berpikir
Tingkat Tinggi
(HOT)
Alat dan
Bahan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
3.6. Memahami
teori
tumbukan
dalam reaksi
kimia
berdasarkan
pengaruh
suhu terhadap
laju rata-rata
partikel zat
dan pengaruh
konsentrasi
terhadap
frekuensi
tumbukan
3.6.1 Membedakan
reaksi cepat
dan reaksi
lambat dalam
kehidupan
sehari-hari
(C2)
Fenomena reaksi
kimia dalam
kehidupan sehari-
hari
Mengajukan
pertanyaan
mengenai
fenomena reaksi
cepat dan reaksi
lambat pada
kehidupan sehari-
hari yang terdapat
dalam LKS
berbasis Learning
Cycle 7E
Menjawab
pertanyaan
mengenai
fenomena reaksi
cepat dan reaksi
lambat pada
kehidupan
sehari-hari yang
terdapat dalam
LKS berbasis
Learning Cycle
7E
Elicit:
(Mendatangkan
pengetahuan awal
tentang fenomena
kehidupan sehari-
hari terkait materi
yang dipelajari)
Memahami
(C2)
- LKS
berbasis
learning
cycle 7E
- Buku Paket
- Internet
- LCD
- Proyektor
- Laptop
3.6.2 Mempelajari
pengertian
laju reaksi dan
teori
tumbukan
(C1)
Pengertian laju
reaksi dan teori
tumbukan
Meminta siswa
membaca
pengertian laju
reaksi yang
terdapat pada LKS
berbasis Learning
Cycle 7E
Mengajukan
pertanyaan
mengenai materi
teori tumbukan
Membaca
pengertian laju
reaksi yang
terdapat pada
LKS berbasis
Learning Cycle
7E
Menjawab
pertanyaan
mengenai materi
teori tumbukan
Mengetahui
(C1)
Memahami
(C2)
Page 111
94
3.6.3 Menyusun
hipotesis
sementara
tentang
pengaruh
suhu, luas
permukaan
dan katalis
terhadap laju
rata-rata
partikel zat,
serta pengaruh
konsentrasi
terhadap
frekuensi
tumbukan
(C5)
Pengaruh suhu
terhadap laju rata-
rata partikel zat
dan pengaruh
konsentrasi
terhadap frekuensi
tumbukan
Mengajukan
pertanyaan
mengenai
fenomena faktor-
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi pada
kehidupan sehari-
hari ( perbedaan
memasak kentang
menggunakan
minyak panas dan
air mendidih,
perbedaan ikan
yang disimpan
dalam box berisi
es batu dengan
ikan yang
disimpan dalam
box tanpa es batu,
perbedaan
membakar ayam
dalam potongan
besar dengan sate
ayam, perbedaan
memasak sayuran
potongan besar
dengan sayuran
potongan kecil-
kecil, perbedaan
api unggun
menggunakan
Menjawab
pertanyaan
mengenai
fenomena
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
laju reaksi pada
kehidupan
sehari-hari
Menganalisis
(C4)
Page 112
95
balok kayu besar
dengan balok kayu
yang telah
dipotong,
perbedaan
menyeduh teh
menggunakan
gula pasir dengan
menggunakan
gula batu, dampak
penggunaan karbit
pada proses
pematangan buah,
penggunaan
enzim renin
sebagai
biokatalisator
dalam pembuatan
keju, penggunaan
katalis pada
kendaraan
bermotor,
peristiwa
penggunaan
kaporit untuk
menjernihkan air
kolam, perbedaan
mencuci pakaian
menggunakan
sedikit detergen
dan banyak
detergen) yang
Page 113
96
ditampilkan dalam
LKS berbasis
Learning Cycle 7E
Meminta siswa
berdiskusi dengan
teman
kelompoknya
mengenai
fenomena faktor-
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi pada
kehidupan sehari-
hari ( perbedaan
memasak kentang
menggunakan
minyak panas dan
air mendidih,
perbedaan ikan
yang disimpan
dalam box berisi
es batu dengan
ikan yang
disimpan dalam
box tanpa es batu,
perbedaan
membakar ayam
dalam potongan
besar dengan sate
ayam, perbedaan
memasak sayuran
potongan besar
Melaksanakan
dikusi dengan
teman kelompok
mengenai
fenomena
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
laju reaksi pada
kehidupan
sehari-hari
Engage:
(Membangkitkan
keingintahuan
pada topik
pembelajaran
dengan melibatkan
siswa melalui
demonstrasi dan
diskusi)
Memahami
(C2)
Menganalisis
(C4)
Mengevaluas
i (C5)
- LKS
berbasis
learning
cycle 7E
- Buku paket
- Internet
Page 114
97
dengan sayuran
potongan kecil-
kecil, perbedaan
api unggun
menggunakan
balok kayu besar
dengan balok kayu
yang telah
dipotong, dampak
penggunaan karbit
pada proses
pematangan buah,
penggunaan
enzim renin
sebagai
biokatalisator
dalam pembuatan
keju, penggunaan
katalis pada
kendaraan
bermotor,
peristiwa
penggunaan
kaporit untuk
menjernihkan air
kolam, perbedaan
mencuci pakaian
menggunakan
sedikit detergen
dan banyak
detergen) yang
ditampilkan dalam
Page 115
98
LKS berbasis
Learning Cycle 7E
Meminta siswa
membuat
hipotesis
mengenai
fenomena faktor-
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi pada
kehidupan sehari-
hari
Meminta siswa
berdiskusi dengan
teman
kelompoknya
untuk mencari
informasi terkait
langkah kerja
percobaan tentang
menganalisis
faktor-faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi (suhu,
luas permukaan,
konsentrasi, dan
katalis)
siswa membuat
hipotesis
mengenai
fenomena
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
laju reaksi pada
kehidupan
sehari-hari
Siswa berdiskusi
dengan teman
kelompoknya
mengenaii
informasi terkait
langkah kerja
percobaan
tentang
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
laju reaksi (suhu,
Page 116
99
luas permukaan,
konsentrasi, dan
katalis)
3.6.4 Menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruh
i laju reaksi
dengan
melakukan
percobaan
(C4)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
laju reaksi
Mengarahkan
siswa merancang
percobaan untuk
menganalisis
faktor-faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi (suhu,
luas permukaan,
konsentrasi, dan
katalis)
Membimbing dan
mengawasi siswa
selama kegiatan
praktikum
berlangsung
Berdiskusi
menentukan
langkah kerja
praktikum
Menyiapkan alat
dan bahan
praktikum yang
diperlukan
Melakukan
praktikum sesuai
langkah kerja
yang telah
disusun bersama
teman kelompok
Mencatat hasil
praktikum dalam
LKS
Explore:
(Mengamati,
merancang dan
merencanakan
praktikum,
menginterpretasik
an, dan
mengorganisasika
n hasil praktikum)
Mengevaluas
i (C5)
Menganalisis
(C4)
Mencipta
(C6)
LKS
berbasis
learning
cycle 7E
Tabung
reaksi
Rak tabung
reaksi
Gelas kimia
Gelas ukur
Pipet tetes
Kaki tiga
Neraca
digital
Pembakar
spirtus
Kawat kasa
Penjepit
kayu
Termometer
Magnesium
padat
Serbuk
magnesium
HCl 0,1 M;
1 M dan 2M
Larutan
Na2S2O3 0,1
M
Page 117
100
Larutan
H2O2 5%
Larutan
FeCl3 0,5 M
Larutan
NaCl 0,5 M
3.6.5 Membandingk
an besarnya
laju reaksi
pada tiap-tiap
faktor laju
reaksi
berdasarkan
percobaan laju
reaksi yang
telah
dirancang
(C5)
Hubungan
besarnya laju
reaksi dengan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
laju reaksi
Mengarahkan
siswa untuk
membandingkan
besarnya laju
reaksi pada tiap-
tiap faktor laju
reaksi (suhu, luas
permukaan,
konsentrasi dan
katalis) dengan
melakukan
percobaan
Membandingkan
besarnya laju
reaksi pada tiap-
tiap faktor laju
reaksi dengan
melakukan
percobaan
Explain:
(Menyimpulkan
dan menjelaskan
hasil praktikum)
Menganalisis
(C4)
LKS
berbasis
Learning
Cycle 7E
Buku paket
Laptop
Proyektor
Page 118
101
3.6.6 Menjelaskan
faktor-faktor
yang
mempengaruh
i laju reaksi
(C2)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
laju reaksi
Mengarahkan
siswa berdiskusi
untuk
menyimpulkan
hasil praktikum
mengenai faktor-
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi
Mengarahkan
perwakilan siswa
untuk
mempresentasikan
hasil praktikum di
depan kelas
Berdiskusi
menyimpulkan
hasil praktikum
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
laju reaksi
Perwakilan
siswa
melakukan
presentasi di
depan kelas
mengenai hasil
praktikum
Memahami
(C2)
LKS
berbasis
learning
cycle 7E
LCD
Proyektor
Laptop
Internet
Buku paket
3.6.7 Menghubungk
an teori
tumbukan
dengan
konsentrasi,
luas
permukaan,
dan
temperature
(C6)
Hubungan
teori
tumbukan
dengan faktor-
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi
Guru meminta
peserta didik
membaca faktor-
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi dan
teori tumbukan
LKS berbasis
Learning Cycle 7E
Mengajukan
beberapa
pertanyaan dalam
LKS untuk
menghubungkan
teori tumbukan
dengan pengaruh
konsentrasi, luas
Peserta didik
membaca faktor-
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi dan
teori tumbukan
LKS berbasis
Learning Cycle
7E
Menjawab
pertanyaan
dalam LKS
untuk
menghubungkan
teori tumbukan
dengan
konsentrasi, luas
Elaborate:
(Menerapkan
pengetahuan
dalam situasi baru)
Menganalisis
(C4)
Mengevaluasi
(C5)
Mencipta
(C6)
LKS
berbasis
learning
cycle 7E
Buku paket
Internet
Page 119
102
permukaan, suhu,
dan katalis
permukaan,
suhu, dan katalis
3.6.8 Membuat
laporan
tertulis
berdasarkan
hasil
pengamatan
faktor-faktor
yang
mempengaruh
i lau reaksi
(C6)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
laju reaksi
Guru meminta
peserta didik
Peserta didik
menjawab
pertanyaan yang
terdapat dalam
LKS berbasi
Learning Cycle 7E
Menilai
pemahaman siswa
mengenai faktor-
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi
berdasarkan
pembahasan pada
laporan praktikum
yang telah dibuat
oleh setiap siswa
dan jawaban siswa
pada LKS
Peserta didik
menjawab
pertanyaan yang
terdapat dalam
LKS berbasi
Learning Cycle
7E
Peserta didik
membuat
laporan tertulis
berdasarkan
hasil praktikum
Evaluate:
(Menilai tingkat
pemahaman
konsep dan
keterampilan)
Mengevaluas
i (C5)
Mencipta
(C6)
Laptop
Buku paket
internet
3.6.9 Mengaitkan
faktor-faktor
yang
mempengaruh
i laju reaksi
pada
kehidupan
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
laju reaksi
Mengarahkan
siswa berdiskusi
tentang
mengaitkan
faktor-faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi pada
kehidupan sehari-
hari yang
Berdiskusi untuk
mengaitkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
laju reaksi pada
kehidupan
sehari-hari yang
dilanjutkan
Extend:
(Memperluas
konsep dengan
menghubungkan
ke konteks berbeda
yang ditemui
dalam kehidupan
sehari-hari)
Memahami
(C2)
Menganalisis
(C4)
Laptop
LCD
Proyektor
LKS
berbasis
Learning
Cycle 7E
Page 120
103
sehari-hari
(C4)
dilanjutkan
dengan mengisi
hasil diskusi pada
lembar portofolio
yang terdapat
dalam LKS
dengan mengisi
hasil diskusi
pada lembar
portofolio yang
terdapat dalam
LKS
3.6.10 Mengumpulka
n informasi
penggunaan
katalis dalam
kehidupan
sehari-hari
dan dalam
industri (C6)
Peran katalis
dalam
kehidupan
sehari-hari dan
dalam industri
Meminta siswa
mengumpulkan
informasi dari
berbagai sumber
mengenai peran
katalis dalam
kehidupan sehari-
hari dan dalam
industri
Siswa
mengumpulkan
informasi dari
berbagai sumber
mengenai peran
katalis dalam
kehidupan
sehari-hari dan
dalam industri
Memahami
(C2)
Menganalisis
(C4)
Mencipta
(C6)
LKS
berbasis
Learning
Cycle 7E
Laptop
LCD
Proyektor
Buku paket
Internet
4.6 Menyajikan
cara-cara
pengaturan
penyimpana
n bahan
untuk
mencegah
perubahan
tak
terkendali
4.6.1. Menunjukkan
informasi
mengenai cara
– cara
pengaturan
dan
penyimpanan
bahan untuk
mencegah
perubahan
fisika dan
kimia yang
tak terkendali
(P2)
Cara-cara
pengaturan
penyimpanan
bahan untuk
mencegah
perubahan tak
terkendali
Meminta siswa
membaca artikel
dalam LKS
mengenai cara
penyimpanan
buah yang terkait
dengan faktor-
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi (suhu
dan penggunaan
katalis)
Menjelaskan
kepada siswa
mengenai cara
penyimpanan
buah yang terkait
Membaca artikel
yang terdapat
dalam LKS
Memperhatikan
penjelasan yang
diberikan oleh
guru
Elicit:
(Mendatangkan
pengetahuan awal
tentang fenomena
kehidupan sehari-
hari terkait materi
yang dipelajari)
Memahami
(C2)
Laptop
LCD
Proyektor
LKS
berbasis
Learning
Cycle 7E
Page 121
104
dengan faktor-
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi (suhu
dan penggunaan
katalis) yang
ditampilkan dalam
bentuk artikel
pada LKS
Mengarahkan
siswa berdiskusi
untuk
mengumpulkan
informasi lain
mengenai cara –
cara pengaturan
dan penyimpanan
bahan untuk
mencegah
perubahan fisika
dan kimia yang
tak terkendali
bersama teman
kelompok
Berdiskusi untuk
mengumpulkan
informasi
mengenai cara –
cara pengaturan
dan
penyimpanan
bahan untuk
mencegah
perubahan fisika
dan kimia yang
tak terkendali
bersama teman
kelompok
Engage:
(Membangkitkan
keingintahuan
pada topik
pembelajaran
dengan melibatkan
siswa melalui
demonstrasi dan
diskusi)
Memahami
(C2)
Mengevaluas
i (C5)
Laptop
LCD
Proyektor
LKS
berbasis
Learning
Cycle 7E
Internet
Buku paket
4.6.2 Menunjukkan
solusi
mengenai
penyimpanan
bahan untuk
mencegah
perubahan tak
Cara-cara
pengaturan
penyimpanan
bahan untuk
mencegah
perubahan tak
terkendali
Meminta
perwakilan siswa
mengemukakan
solusi mengenai
penyimpanan
bahan untuk
mencegah
perubahan tak
Perwakilan
siswa
mengemukakan
solusi mengenai
penyimpanan
bahan untuk
mencegah
perubahan tak
Explain:
(Menjelaskan
suatu konsep
berdasarkan
pemikiran sendiri,
meminta
klarifikasi atas
penjelasan siswa,
Mengaplikasi
kan (C3)
Laptop
Page 122
105
terkendali
(P2)
terkendali (pada
proses
penyimpanan
buah)
terkendali (pada
proses
penyimpanan
buah)
dan saling
mendengarkan
pendapat antara
siswa dan guru)
3.7. Menentukan
orde reaksi
dan tetapan
laju reaksi
berdasarkan
data hasil
percobaan
3.7.1 Menjelaskan
hukum laju
reaksi dan
tetapan laju
reaksi
Hukum dan
tetapan laju
reaksi
Meminta siswa
membaca hukum
laju reaksi dan
tetapan laju reaksi
pada LKS berbasi
Learning Cycle 7E
Membaca
hukum laju
reaksi dan
tetapan laju
reaksi
Elicit:
(Mendatangkan
pengetahuan awal
tentang fenomena
kehidupan sehari-
hari terkait materi
yang dipelajari)
Memahami
(C2)
3.7.2 Menentukan
orde reaksi,
tetapan laju
reaksi, dan
persamaan
laju reaksi
(C3)
Orde reaksi
dan persamaan
laju reaksi
Mengajukan
pertanyaan dalam
LKS mengenai
pengertian dan
macam orde
reaksi, tetapan laju
reaksi, serta
persamaan laju
reaksi
Menjelaskan
kepada siswa
mengenai
penentuan orde
reaksi dan
persamaan laju
reaksi
Menjawab
pertanyaan
dalam LKS
mengenai
pengertian dan
macam orde
reaksi serta
persamaan laju
reaksi
Mengaplikas
ikan (C3)
Memahami
(C2)
Menganalisis
(C4)
Laptop
LCD
Proyektor
LKS
berbasis
Learning
Cycle 7E
Mengarahkan
siswa menjawab
pertanyaan dalam
LKS untuk
menentukan orde
reaksi dan
Menjawab
beberapa
pertanyaan
dalam LKS
untuk
menentukan
Elaborate:
(Menerapkan
pengetahuan
dalam situasi baru)
Laptop
LCD
Proyektor
LKS
berbasis
Page 123
106
persamaan laju
reaksi
orde reaksi dan
persamaan laju
reaksi
Learning
Cycle 7E
Buku paket
3.7.3 Menganalisis
data untuk
menentukan
orde reaksi,
tetapan laju
reaksi dan
persamaan
laju reaksi
berdasarkan
hasil
percobaan
(C4)
Orde reaksi,
tetapan laju
reaksi dan
persamaan laju
reaksi
Mengarahkan
siswa
menganalisis data
untuk menentukan
orde reaksi,
tetapan laju reaksi
dan persamaan
laju reaksi
berdasarkan hasil
percobaan
Menganalisis
data untuk
menentukan
orde reaksi,
tetapan laju
reaksi dan
persamaan laju
reaksi
berdasarkan
hasil percobaan
Evaluate:
(Menilai tingkat
pemahaman
konsep dan
keterampilan)
Menganalisis
(C4)
Laptop
LCD
Proyektor
LKS
berbasis
Learning
Cycle 7E
Buku paket
4.7 Merancang,
melakukan,
dan
menyimpulk
an serta
menyajikan
hasil
percobaan
faktor-faktor
yang
mempengaru
hi laju reaksi
dan orde
reaksi
4.7.1 Merancang
percobaan
tentang faktor-
faktor yang
mempengaruh
i laju reaksi
(ukuran,
konsentrasi,
suhu dan
katalis) dan
melaporkan
hasilnya (P5)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
laju reaksi
Mengarahkan
siswa merancang
percobaan untuk
menganalisis
faktor-faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi (suhu,
luas permukaan,
konsentrasi, dan
katalis)
Membimbing dan
mengawasi siswa
selama kegiatan
praktikum
berlangsung
Berdiskusi
menentukan
langkah kerja
praktikum
Menyiapkan alat
dan bahan
praktikum yang
diperlukan
Melakukan
praktikum sesuai
langkah kerja
yang telah dibuat
Mencatat hasil
praktikum dalam
LKS
Explore:
(Mengamati,
merancang dan
merencanakan
praktikum,
menginterpretasik
an, dan
mengorganisasika
n hasil praktikum)
Menganalisi
s (C4)
Mengevalua
si (C5)
Mencipta
(C6)
LKS
berbasis
learning
cycle 7E
Tabung
reaksi
Rak tabung
reaksi
Gelas kimia
Gelas ukur
Pipet tetes
Kaki tiga
Pembakar
spirtus
Kawat kasa
Penjepit
kayu
Page 124
107
Termometer
Magnesium
padat
HCl 0,25 M;
0,5 M dan
1M
4.7.2 Membuat
diagram
energi aktivasi
untuk
membedakan
penggunaan
katalisator
(P3)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
laju reaksi
Meminta siswa
membuat diagram
energi aktivasi
untuk
membedakan
penggunaan
katalisator
Siswa membuat
diagram energi
aktivasi untuk
membedakan
penggunaan
katalisator
Elaborate:
(Menerapkan
pengetahuan
dalam situasi baru)
Mencipta (C6) Buku paket
Internet
LKS
Kertas HVS
4.7.4 Membuat
laporan
tertulis
berdasarkan
hasil
pengamatan
faktor-faktor
yang
mempengaruh
i lau reaksi
(P3)
Meminta siswa
menyebutkan
kembali
kesimpulan yang
didapat
berdasarkan hasil
percobaan pada
pertemuan
sebelumnya
Menilai
pemahaman siswa
mengenai faktor-
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi
berdasarkan
Menyebutkan
kembali
kesimpulan yang
didapat
berdasarkan
hasil percobaan
pada pertemuan
sebelumnya
Membuat
laporan tertulis
berdasarkan
hasil praktikum
Evaluate:
(Menilai tingkat
pemahaman
konsep dan
keterampilan)
Mencipta (C6)
Page 125
108
pembahasan pada
laporan praktikum
dan jawaban siswa
pada LKS
Page 126
109
Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
Mata pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI / 1
Materi Pokok : Laju Reaksi
Alokasi Waktu : 10 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
Kompetensi Sikap:
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya, menunjukkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,
toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia”.
KI3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI4: Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
KOMPETENSI DASAR DARI KI 3 KOMPETENSI DASAR DARI KI 4
3.6 Memahami teori tumbukan dalam
reaksi kimia berdasarkan
pengaruh suhu terhadap laju rata-
rata partikel zat dan pengaruh
konsentrasi terhadap frekuensi
tumbukan
3.7 Menentukan orde reaksi dan
tetapan laju reaksi berdasarkan
data hasil percobaan
4.6 Menyajikan cara-cara pengaturan
penyimpanan bahan untuk mencegah
perubahan tak terkendali
4.7 Merancang, melakukan, dan
menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi dan orde
reaksi
IPK dari KD3 IPK dari KD4
Page 127
110
KOMPETENSI DASAR DARI KI 3 KOMPETENSI DASAR DARI KI 4
3.6.1 Membedakan reaksi cepat dan
reaksi lambat dalam kehidupan
sehari-hari (C2)
3.6.2 Mempelajari pengertian laju
reaksi dan teori tumbukan (C1)
3.6.3 Menyusun hipotesis sementara
tentang pengaruh suhu, luas
permukaan dan katalis terhadap
laju rata-rata partikel zat, serta
pengaruh konsentrasi terhadap
frekuensi tumbukan (C5)
3.6.4 Menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi dengan
melakukan percobaan (C4)
3.6.5 Membandingkan besarnya laju
reaksi pada tiap-tiap faktor laju
reaksi berdasarkan percobaan laju
reaksi yang telah dirancang (C5)
3.6.6 Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi (C2)
3.6.7 Menghubungkan teori tumbukan
dengan konsentrasi, luas
permukaan, dan temperature (C5)
3.6.8 Membuat laporan tertulis
berdasarkan hasil pengamatan
faktor-faktor yang mempengaruhi
lau reaksi (C6)
3.6.9 Mengaitkan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi pada
kehidupan sehari-hari (C4)
3.6.10 Membuat diagram energi aktivasi
untuk membedakan penggunaan
katalisator (C6)
3.6.11 Mengumpulkan informasi
penggunaan katalis dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam
industri (C5)
3.7.1 Menjelaskan hukum laju reaksi
dan tetapan laju reaksi (C2)
3.7.2 Menentukan orde reaksi, tetapan
laju reaksi, dan persamaan laju
reaksi (C3)
3.7.3 Menganalisis data untuk
menentukan orde reaksi, tetapan
laju reaksi dan persamaan laju
4.6.1. Menunjukkan informasi mengenai
cara – cara pengaturan dan
penyimpanan bahan untuk mencegah
perubahan fisika dan kimia yang tak
terkendali (P2)
4.6.2 Menunjukkan solusi mengenai
penyimpanan bahan untuk mencegah
perubahan tak terkendali (P2)
4.7.1 Merancang percobaan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi laju reaksi
(ukuran, konsentrasi, suhu dan
katalis) dan orde reaksi serta
melaporkan hasilnya (P5)
4.7.2 Membuat laporan tertulis berdasarkan
hasil pengamatan faktor-faktor yang
mempengaruhi lau reaksi (P3)
Page 128
111
KOMPETENSI DASAR DARI KI 3 KOMPETENSI DASAR DARI KI 4
reaksi berdasarkan hasil
percobaan (C4)
3.7.4 Membuat grafik sesuai orde
berdasarkan data hasil percobaan
(C6)
C. Tujuan Pembelajaran
3.6.1 Siswa dapat membedakan reaksi cepat dan reaksi lambat dalam kehidupan sehari-hari
(C2)
3.6.2 Siswa dapat mempelajari pengertian laju reaksi dan teori tumbukan (C1)
3.6.3 Siswa dapat menyusun hipotesis sementara tentang pengaruh suhu, luas permukaan
dan katalis terhadap laju rata-rata partikel zat, serta pengaruh konsentrasi terhadap
frekuensi tumbukan (C5)
3.6.4 Siswa dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dengan
melakukan percobaan (C4)
3.6.5 Siswa dapat membandingkan besarnya laju reaksi pada tiap-tiap faktor laju reaksi
berdasarkan percobaan laju reaksi yang telah dirancang (C5)
3.6.6 Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (C2)
3.6.7 Siswa dapat menghubungkan teori tumbukan dengan konsentrasi, luas permukaan,
dan temperature (C5)
3.6.8 Siswa dapat membuat laporan tertulis berdasarkan hasil pengamatan faktor-faktor
yang mempengaruhi lau reaksi (C6)
3.6.9 Siswa dapat mengaitkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi pada kehidupan
sehari-hari (C4)
3.6.10 Siswa dapat Membuat diagram energi aktivasi untuk membedakan penggunaan
katalisator (C6)
3.6.11 Siswa dapat mengumpulkan informasi penggunaan katalis dalam kehidupan sehari-
hari dan dalam industri (C5)
3.7.1 Siswa dapat menjelaskan hukum laju reaksi dan tetapan laju reaksi (C2)
3.7.2 Siswa dapat menentukan orde reaksi, tetapan laju reaksi, dan persamaan laju reaksi
(C3)
3.7.3 Siswa dapat menganalisis data untuk menentukan orde reaksi, tetapan laju reaksi dan
persamaan laju reaksi berdasarkan hasil percobaan (C4)
3.7.4 Siswa dapat membuat grafik sesuai orde berdasarkan data hasil percobaan (C6)
4.6.1. Siswa dapat menunjukkan informasi mengenai cara – cara pengaturan dan
penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan fisika dan kimia yang tak terkendali
(P2)
4.6.2 Siswa dapat menunjukkan solusi mengenai penyimpanan bahan untuk mencegah
perubahan tak terkendali (P2)
4.7.1. Siswa dapat merancang percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi (ukuran, konsentrasi, suhu dan katalis) dan melaporkan hasilnya (P5)
4.7.2. Siswa dapat membuat laporan tertulis berdasarkan hasil pengamatan faktor-faktor
yang mempengaruhi lau reaksi (P3)
D. Materi Pembelajaran
Page 129
112
1. Teori tumbukan dalam reaksi kimia
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
3. Orde reaksi, tetapan dan persamaan laju reaksi
4. Peran katalis
5. Cara-cara pengaturan dan penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan tak terkendali
E. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Diskusi kelompok, praktikum, tanya jawab, dan penugasan
Model : Learning Cycle 7E
F. Media Pembelajaran
Media/Alat :
1. LKS berbasis Learning Cycle 7E
2. Buku pelajaran
3. Alat dan bahan laboratorium
4. Power point
5. Laptop
6. Proyektor
G. Sumber Belajar
1. LKS berbasis Learning Cycle 7E
2. Buku Kimia Kelas XI, Kementerian dan Kebudayaan Tahun 2013.
3. Internet.
4. Buku/sumber lain yang relevan.
H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 (Rabu)
Pendahuluan (10 menit)
1. Mengucapkan salam
2. Membaca doa bersama-sama diawal pembelajaran
3. Memberikan informasi kepada siswa kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini
Kegiatan inti (75 menit) Meminta peserta didik menjawab soal-soal pretest
Penutup (5 menit) 1. Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya
2. Berdoa bersama-sama diakhir pembelajaran
Page 130
113
Pertemuan 2 (Jumat)
IPK :
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dari
KD 3.6
3.6.1 Membedakan reaksi cepat dan reaksi
lambat dalam kehidupan sehari-hari
(C2)
3.6.2 Mempelajari pengertian laju reaksi
dan teori tumbukan (C1)
3.6.3 Menyusun hipotesis sementara
tentang pengaruh suhu, luas
permukaan dan katalis terhadap laju
rata-rata partikel zat, serta pengaruh
konsentrasi terhadap frekuensi
tumbukan (C5)
Pendahuluan (25 menit)
1. Membaca ayat suci AL-Qur’an
2. Membaca buku literasi (novel atau buku umum lainnya)
3. Membaca doa bersama-sama diawal pembelajaran
4. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang dicapai pada pertemuan hari ini
5. Meminta peserta didik duduk secara berkelompok
Kegiatan Inti (55 menit)
Elicit (Mendatangkan Pengetahuan Awal)
1. Guru mengajukan pertanyaan mengenai fenomena reaksi cepat dan reaksi
lambat pada kehidupan sehari-hari yang terdapat dalam LKS berbasis
Learning Cycle 7E
2. Siswa membaca pengertian laju reaksi dan teori tumbukan yang terdapat
dalam LKS berbasis Learning Cycle 7E
Engage (Melibatkan)
1. Peserta didik berdiskusi dengan teman kelompoknya mengenai fenomena
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi pada kehidupan sehari-hari
2. Peserta didik membuat hipotesis mengenai fenomena faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi pada kehidupan sehari-hari sesuai yang telah
diajarkan oleh guru
3. Peserta didik berdiskusi dengan teman kelompoknya untuk mencari informasi
terkait langkah kerja percobaan tentang menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi
Penutup (10 menit)
1. Guru menyampaikan kesimpulan yang didapat pada pertemuan hari ini
2. Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya
Page 131
114
3. Berdoa bersama-sama diakhir pembelajaran
Pertemuan 3 (Rabu)
IPK :
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
dari KD 3.6
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
dari KD 4.7
3.6.4 Menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi dengan
melakukan percobaan (C4)
3.6.5 Membandingkan besarnya laju
reaksi pada tiap-tiap faktor laju
reaksi berdasarkan percobaan laju
reaksi yang telah dirancang (C5)
3.6.6 Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi (C2)
3.6.7 Menghubungkan teori tumbukan
dengan konsentrasi, luas
permukaan, dan temperature (C5)
3.6.8 Membuat laporan tertulis
berdasarkan hasil pengamatan
faktor-faktor yang mempengaruhi
lau reaksi (C6)
3.6.10 Membuat diagram energi aktivasi
untuk membedakan penggunaan
katalisator (C6)
4.7.1 Merancang percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi (ukuran, konsentrasi,
suhu dan katalis) dan melaporkan
hasilnya (P5)
4.7.2 Membuat laporan tertulis
berdasarkan hasil pengamatan
faktor-faktor yang mempengaruhi
lau reaksi (P3)
Pendahuluan (10 menit)
1. Meminta peserta didik berkumpul di laboratorium kimia
2. Meminta peserta didik duduk secara berkelompok
3. Berdoa bersama-sama diawal pembelajaran
4. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan hari ini
Kegiatan Inti (70 menit)
Explore (Menyelidiki)
1. Peserta didik menyiapkan alat dan bahan praktikum yang diperlukan
2. Peserta didik melakukan praktikum sesuai langkah kerja yang telah dibuat
3. Peserta didik mencatat hasil praktikum dalam LKS
4. Peserta didik membandingkan besarnya laju reaksi pada tiap-tiap faktor laju
reaksi dengan melakukan percobaan
Explain (Menjelaskan)
1. Peserta didik berdiskusi menyimpulkan hasil praktikum
2. Perwakilan peserta didik melakukan presentasi di depan kelas mengenai hasil
praktikum
Page 132
115
Elaborate (Menerapkan)
1. Guru menjelaskan hubungan antara teori tumbukan dengan konsentrasi luas
permukaan, suhu, dan katalis.
2. Guru mengajukan beberapa pertanyaan dalam LKS untuk menghubungkan
teori tumbukan dengan konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis
3. Peserta didik membuat dan mengartikan diagram energi aktivasi untuk
membedakan penggunaan katalisator
Evaluate (Menilai)
1. Peserta didik menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS berbasis
Learning Cycle 7E
2. Peserta didik membuat laporan tertulis berdasarkan hasil praktikum
Penutup (10 menit)
1. Menyampaikan kesimpulan yang didapat pada pertemuan hari ini
2. Menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya
3. Bedoa bersama-sama diakhir pembelajaran
Pertemuan 4 (Jumat)
IPK :
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
dari KD 3.6
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dari KD
4.7
3.6.9 Mengaitkan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi pada
kehidupan sehari-hari (C4)
3.6.11 Mengumpulkan informasi
penggunaan katalis dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam
industri (C5)
4.6.1. Menunjukkan informasi mengenai cara –
cara pengaturan dan penyimpanan bahan
untuk mencegah perubahan fisika dan kimia
yang tak terkendali (P2)
4.6.2. Menunjukkan solusi mengenai penyimpanan
bahan untuk mencegah perubahan tak
terkendali (P2)
Pendahuluan (25 menit)
1. Mengucapkan salam
2. Memeriksa kehadiran siswa
3. Membaca ayat suci AL-Qur’an
4. Membaca buku literasi (novel atau buku umum lainnya)
5. Membaca doa bersama-sama diawal pembelajaran
6. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan hari ini
Page 133
116
Kegiatan Inti (55 menit) Extend (Memperluas)
1. Peserta didik berdiskusi untuk mengaitkan faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi pada kehidupan sehari-hari
2. Peserta didik mengumpulkan informasi dari berbagai sumber mengenai peran
katalis dalam kehidupan sehari-hari dan dalam industry kemudian
menunjukkan hasil diskusi tersbut di depan kelas
Elicit (Mendatangkan Pengetahuan Awal) 1. Guru menampilkan gambar yang terkait perubahan fisika dan perubahan
kimia
2. Peserta didik membaca artikel mengenai cara penyimpanan buah yang terkait
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang terdapat dalam
LKS berbasis Learning Cycle 7E
Engage (Melibatkan)
Peserta didik berdiskusi untuk mengumpulkan informasi mengenai cara –
cara pengaturan dan penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan fisika dan
kimia yang tak terkendali bersama teman kelompok
Explain (Menjelaskan)
Perwakilan peserta didik menunjukkan solusi mengenai penyimpanan bahan
untuk mencegah perubahan tak terkendali
Penutup (10 menit)
1. Guru menyampaikan kesimpulan yang didapat pada pertemuan hari ini.
2. Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan
selanjutnya.
3. Guru meminta siswa untuk berdoa diakhir pelajaran secara bersama-sama.
Pertemuan 5 (Rabu)
IPK :
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dari KD 3.7
3.7.1. Menjelaskan hukum laju reaksi dan tetapan laju reaksi
3.7.2. Menentukan orde reaksi, tetapan laju reaksi, dan
persamaan laju reaksi (C3)
3.7.3. Menganalisis data untuk menentukan orde reaksi,
tetapan laju reaksi dan persamaan laju reaksi
berdasarkan hasil percobaan (C4)
3.7.4 Membuat grafik sesuai orde berdasarkan data hasil
percobaan (C6)
Pendahuluan (10 menit)
1. Membaca doa bersama-sama diawal pembelajaran
2. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan hari ini
Page 134
117
Kegiatan Inti (70 menit) Elicit (Mendatangkan Pengetahuan Awal)
1. Peserta didik membaca membaca hukum laju reaksi dan tetapan laju reaksi
pada LKS berbasi Learning Cycle 7E
2. Guru menjelaskan kepada peserta didik mengenai penentuan orde reaksi dan
persamaan laju reaksi
Explain (menjelaskan)
Guru menjelaskan mengenai pembuatan grafik laju reaksi terhadap
konsentrasi berdasarkan data hasil percobaan
Elaborate (Menerapkan)
Peserta didik menentukan persamaan laju reaksi dan membuat grafik laju
reaksi terhadap konsentrasi berdasarkan data hasil percobaan yang disajikan
dalam LKS berbasis Learning Cycle 7E
Penutup (10 menit)
1. Guru menyampaikan kesimpulan yang didapat pada pertemuan hari ini.
2. Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.
3. Guru meminta siswa untuk berdoa diakhir pelajaran secara bersama-sama.
Pertemuan 6 (Jumat)
Pendahuluan (25 menit)
1. Membaca ayat suci AL-Qur’an
2. Membaca buku literasi (novel atau buku umum lainnya)
3. Membaca doa bersama-sama diawal pembelajaran
Kegiatan Inti (60 menit) Melaksanakan Post-test
Penutup (5 menit)
Guru meminta siswa untuk berdoa diakhir pelajaran secara bersama-sama.
Page 135
118
Penilaian
1. Teknik Penilaian:
a. Penilaian Sikap : Angket respon siswa terhadap model
Learning Cycle 7E
b. Penilaian Pengetahuan : LKS Berbasis Learning Cycle 7E dan Tes
Tertulis
c. Penilaian Keterampilan : Pembuatan laporan praktikum
2. Bentuk Penilaian :
a. Angket : Pernyataan positif dan negatif dengan 4 pilihan jawaban berupa
sangat satuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), da sangat tidak
setuju (STS)
b. Tes tertulis : Uraian dan Lembar Kerja Siswa
d. Portofolio : Penilaian laporan praktikum
Tangerang Selatan, Desember 2017
Mengetahui :
Guru Mata Pelajaran Kimia Peneliti
Arie Budiningsih, M.Pd Vivin Nur Zaenab
NIP. 19761029 200801 2 003
Page 136
119
Lampiran 3. RPP Kelas Kontrol
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
Mata pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI / 1
Materi Pokok : Laju Reaksi
Alokasi Waktu : 10 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
Kompetensi Sikap:
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya, menunjukkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,
toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia”.
KI3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI4: Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
KOMPETENSI DASAR DARI KI 3 KOMPETENSI DASAR DARI KI 4
3.6 Memahami teori tumbukan dalam
reaksi kimia berdasarkan
pengaruh suhu terhadap laju rata-
rata partikel zat dan pengaruh
konsentrasi terhadap frekuensi
tumbukan
3.7 Menentukan orde reaksi dan
tetapan laju reaksi berdasarkan
data hasil percobaan
4.6 Menyajikan cara-cara pengaturan
penyimpanan bahan untuk mencegah
perubahan tak terkendali
4.7 Merancang, melakukan, dan
menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi dan orde
reaksi
IPK dari KD3 IPK dari KD4
3.6.1 Membedakan reaksi cepat dan
reaksi lambat dalam kehidupan
sehari-hari (C2)
4.6.1. Memilih solusi serta cara – cara
pengaturan dan penyimpanan bahan
untuk mencegah perubahan fisika dan
kimia yang tak terkendali (P2)
Page 137
120
KOMPETENSI DASAR DARI KI 3 KOMPETENSI DASAR DARI KI 4
3.6.2 Mempelajari pengertian laju
reaksi dan teori tumbukan (C1)
3.6.3 Menyusun hipotesis sementara
tentang pengaruh suhu, luas
permukaan dan katalis terhadap
laju rata-rata partikel zat, serta
pengaruh konsentrasi terhadap
frekuensi tumbukan (C5)
3.6.4 Menganalisis pengaruh faktor laju
reaksi terhadap laju reaksi
berdasarkan data hasil
percobaan(C4)
3.6.5 Membandingkan pengaruh faktor
laju reaksi terhadap laju
reaksi(C5)
3.6.6 Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi (C2)
3.6.7 Menghubungkan teori tumbukan
dengan konsentrasi, luas
permukaan, dan temperature (C5)
3.6.8 Membuat laporan tertulis
berdasarkan hasil pengamatan
faktor-faktor yang mempengaruhi
lau reaksi (C6)
3.6.9 Mengaitkan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi pada
kehidupan sehari-hari (C4)
3.6.10 Membuat diagram energi aktivasi
untuk membedakan penggunaan
katalisator (C6)
3.6.11 Mengumpulkan informasi
penggunaan katalis dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam
industri (C5)
3.7.1 Menjelaskan hukum laju reaksi
dan tetapan laju reaksi (C2)
3.7.2 Menentukan orde reaksi, tetapan
laju reaksi, dan persamaan laju
reaksi (C3)
3.7.3 Menganalisis data untuk
menentukan orde reaksi, tetapan
laju reaksi dan persamaan laju
reaksi berdasarkan hasil
percobaan (C4)
4.7.1 Merancang percobaan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi laju reaksi
(ukuran, konsentrasi, suhu dan
katalis) dan orde reaksi serta
melaporkan hasilnya (P5)
4.7.2 Membuat laporan tertulis berdasarkan
hasil pengamatan faktor-faktor yang
mempengaruhi lau reaksi (P3)
Page 138
121
KOMPETENSI DASAR DARI KI 3 KOMPETENSI DASAR DARI KI 4
3.7.4 Membuat grafik sesuai orde
berdasarkan data hasil percobaan
(C6)
C. Tujuan Pembelajaran
3.6.1 Siswa dapat membedakan reaksi cepat dan reaksi lambat dalam kehidupan sehari-hari
(C2)
3.6.2 Siswa dapat mempelajari pengertian laju reaksi dan teori tumbukan (C1)
3.6.3 Siswa dapat enyusun hipotesis sementara tentang pengaruh suhu, luas permukaan dan
katalis terhadap laju rata-rata partikel zat, serta pengaruh konsentrasi terhadap
frekuensi tumbukan (C5)
3.6.4 Siswa dapat Menganalisis pengaruh faktor laju reaksi terhadap laju reaksi berdasarkan
data hasil percobaan(C4)
3.6.5 Siswa dapat Membandingkan pengaruh faktor laju reaksi terhadap laju reaksi(C5)
3.6.6 Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (C2)
3.6.7 Siswa dapat menghubungkan teori tumbukan dengan konsentrasi, luas permukaan,
dan temperature (C5)
3.6.8 Siswa dapat membuat laporan tertulis berdasarkan hasil pengamatan faktor-faktor
yang mempengaruhi lau reaksi (C6)
3.6.9 Siswa dapat mengaitkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi pada kehidupan
sehari-hari (C4)
3.6.10 Siswa dapat Membuat diagram energi aktivasi untuk membedakan penggunaan
katalisator (C6)
3.6.11 Siswa dapat mengumpulkan informasi penggunaan katalis dalam kehidupan sehari-
hari dan dalam industri (C5)
3.7.1 Siswa dapat menjelaskan hukum laju reaksi dan tetapan laju reaksi (C2)
3.7.2 Siswa dapat menentukan orde reaksi, tetapan laju reaksi, dan persamaan laju reaksi
(C3)
3.7.3 Siswa dapat menganalisis data untuk menentukan orde reaksi, tetapan laju reaksi dan
persamaan laju reaksi berdasarkan hasil percobaan (C4)
3.7.4 Membuat grafik sesuai orde berdasarkan data hasil percobaan (C6)
4.6.1. Siswa dapat memilih solusi serta cara – cara pengaturan dan penyimpanan bahan
untuk mencegah perubahan fisika dan kimia yang tak terkendali (P2)
4.7.1. Siswa dapat merancang percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi (ukuran, konsentrasi, suhu dan katalis) dan melaporkan hasilnya (P5)
4.7.2. Siswa dapat membuat laporan tertulis berdasarkan hasil pengamatan faktor-faktor yang
mempengaruhi lau reaksi (P3)
D. Materi Pembelajaran
1. Teori tumbukan dalam reaksi kimia
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
3. Orde reaksi, tetapan dan persamaan laju reaksi
4. Peran katalis
5. Cara-cara pengaturan dan penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan tak terkendali
Page 139
122
F. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran
Pendekatan : Kontekstual
Metode : Ceramah, praktikum, tanya jawab, dan penugasan
Model : Konvensional
I. Media Pembelajaran
Media/Alat :
1. Buku pelajaran
2. Alat dan bahan laboratorium
3. Power point
4. Laptop
5. Proyektor
J. Sumber Belajar
1. Buku Kimia Kelas XI, Kementerian dan Kebudayaan Tahun 2013.
2. Internet.
3. Buku/sumber lain yang relevan.
K. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Pendahuluan (10 menit)
1. Mengucapkan salam
2. Membaca doa bersama-sama diawal pembelajaran
3. Memberikan informasi kepada siswa kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini
Kegiatan Inti (75 menit)
Meminta peserta didik menjawab soal-soal pretest
Penutup (5 menit)
1. Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya
2. Berdoa bersama-sama diakhir pembelajaran
Page 140
123
Pertemuan 2
IPK :
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dari KD 3.6
3.6.1 Membedakan reaksi cepat dan reaksi lambat
dalam kehidupan sehari-hari (C2)
3.6.2 Mempelajari pengertian laju reaksi dan teori
tumbukan (C1)
3.6.3 Menyusun hipotesis tentang pengaruh suhu, luas
permukaan dan katalis terhadap laju rata-rata
partikel zat, serta pengaruh konsentrasi terhadap
frekuensi tumbukan (C5)
3.6.6 Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi (C2)
Pendahuluan (5 menit)
1. Mengucapkan salam
2. Membaca doa bersama-sama diawal pembelajaran
3. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang dicapai pada pertemuan hari ini.
Kegiatan Inti (75 menit)
1. Guru menampilkan powerpoint mengenai contoh reaksi cepat dan reaksi lambat
dalam kehidupan sehari-hari, pengertian laju reaksi, teori tumbukan, dan faktor-
faktor yang mempengaruhi laju reaksi
2. Guru menjelaskan cara menyusun hipotesis tentang pengaruh suhu, luas
permukaan dan katalis terhadap laju rata-rata partikel zat, serta pengaruh
konsentrasi terhadap frekuensi tumbukan
3. Guru memberikan lembar panduan praktikum kepada tiap siswa
Penutup (10 menit)
1. Menyampaikan kesimpulan yang didapat pada pertemuan hari ini
2. Menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya
3. Berdoa bersama-sama diakhir pembelajaran
Pertemuan 3
IPK :
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
dari KD 3.6
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
dari KD 4.7
3.6.4 Menganalisis pengaruh faktor laju
reaksi terhadap laju reaksi
berdasarkan data hasil
percobaan(C4)
4.7.1 Merancang percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi (ukuran, konsentrasi,
suhu dan katalis) dan melaporkan
hasilnya (P5)
Page 141
124
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
dari KD 3.6
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
dari KD 4.7
3.6.5 Membandingkan pengaruh faktor
laju reaksi terhadap laju reaksi(C5)
3.6.7 Menghubungkan teori tumbukan
dengan konsentrasi, luas
permukaan, dan temperature (C5)
3.6.8 Membuat laporan tertulis
berdasarkan hasil pengamatan
faktor-faktor yang mempengaruhi
lau reaksi (C6)
3.6.9 Mengaitkan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi pada
kehidupan sehari-hari (C4)
3.6.11 Membuat diagram energi aktivasi
untuk membedakan penggunaan
katalisator (C6)
4.7.2 Membuat laporan tertulis
berdasarkan hasil pengamatan
faktor-faktor yang mempengaruhi
lau reaksi (P3)
Pendahuluan (10 menit)
1. Meminta peserta didik berkumpul di laboratorium kimia
2. Meminta peserta didik duduk secara berkelompok
3. Berdoa bersama-sama diawal pembelajaran
4. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan hari ini
Kegiatan Inti (70 menit)
1. Peserta didik melakukan praktikum mengenai faktor-faktor yang mempenbaruhi
laju reaksi sesuai dengan langkah kerja yang terdapat dalam lembar panduan
praktikum
2. Peserta didik membuat diagram energi aktivasi untuk membedakan penggunaan
katalisator 3. Guru menjelaskan materi teori tumbukan dan memberikan contoh laju reaksi
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Peserta didik membuat laporan tertulis berdasarkan hasil praktikum
Penutup (10 menit)
1. Menyampaikan kesimpulan yang didapat pada pertemuan hari ini
2. Menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya
3. Bedoa bersama-sama diakhir pembelajaran
Page 142
125
Pertemuan 4
IPK :
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dari
KD 3.6 dan 3.7
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dari KD
4.6
3.6.11 Mengumpulkan informasi
penggunaan katalis dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam industri (C5)
3.7.1. Menjelaskan hukum laju reaksi dan
tetapan laju reaksi (C2)
3.7.2. Menentukan orde reaksi, tetapan laju
reaksi, dan persamaan laju reaksi (C3)
3.7.3. Menganalisis data untuk menentukan
orde reaksi, tetapan laju reaksi dan
persamaan laju reaksi berdasarkan
hasil percobaan (C4)
3.7.4. Membuat grafik sesuai orde
berdasarkan data hasil percobaan (C6)
4.6.1. Memilih solusi serta cara – cara pengaturan
dan penyimpanan bahan untuk mencegah
perubahan fisika dan kimia yang tak
terkendali (P2)
Pendahuluan (10 menit)
1. Berdoa bersama diawal pembelajaran
2. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan hari ini
Kegiatan Inti (70 menit) 1. Guru menjelaskan penggunaan katalis dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
industri
2. Guru menjelaskan perubahan fisika dan kimia serta cara – cara pengaturan dan
penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan fisika dan kimia yang tak
terkendali
3. Perwakilan peserta didik mengemukakan solusi mengenai penyimpanan bahan
untuk mencegah perubahan tak terkendali
4. Guru menjelaskan hukum laju reaksi, tetapan laju reaksi, penentuan orde reaksi
dan persamaan laju reaksi.
5. Peserta didik menganalisis data untuk menentukan orde reaksi dan persamaan laju
reaksi berdasarkan hasil percobaan.
Penutup (10 menit)
1. Guru menyampaikan kesimpulan yang didapat pada pertemuan hari ini.
2. Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan
selanjutnya.
3. Guru meminta siswa untuk berdoa diakhir pelajaran secara bersama-sama.
Page 143
126
Pertemuan 5
Pendahuluan (25 menit)
o Membaca ayat suci AL-Qur’an
o Membaca buku literasi (novel atau buku umum lainnya)
o Membaca doa bersama-sama diawal pembelajaran
Kegiatan Inti (60 menit) Melaksanakan Post-test
Penutup (5 menit)
Guru meminta siswa untuk berdoa diakhir pelajaran secara bersama-sama.
Penilaian
1. Teknik Penilaian:
a. Penilaian Sikap : Angket respon siswa terhadap model Learning
Cycle 7E
b. Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
c. Penilaian Keterampilan : Pembuatan laporan praktikum
2. Bentuk Penilaian :
a. Angket : Pernyataan positif dan negatif dengan 4 pilihan jawaban
berupa sangat satuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS),
dan sangat tidak setuju (STS)
b. Tes tertulis : Uraian
c. Portofolio : Penilaian laporan praktikum
Tangerang Selatan, Desember 2017
Mengetahui :
Guru Mata Pelajaran Kimia Peneliti
Wara Gawatiningsiah, M.Pd Vivin Nur Zaenab
NIP. 19651111 200701 2 017
Page 144
127
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa Berbasis Learning Cycle 7E
Petunjuk Penggunaan LKS Berbasis Learning Cycle 7E
1. Pada LKS ini ada beberapa tahap yang harus kalian lakukan yaitu:
a. Elicit (pengetahuan awal)
Kalian diminta menjawab pertanyaan yang diajukan guru terkait
fenomena dalam kehidupan sehari-hari.
b. Engage (melibatkan)
Kalian akan dilibatkan dalam kegiatan diskusi bersama teman
kelompokmu.
c. Explore (penyelidikan)
Kalian akan melakukan eksperimen untuk memperoleh pengetahuan
baru melalui pengalaman langsung.
d. Explain (menjelaskan)
Kalian diminta menyimpulkan dan mengemukakan hasil praktikum di
depan kelas. Kemudian kalian kalian akan diperkenalkan dengan
teori-teori yang berkaitan dengan konsep laju reaksi oleh guru.
e. Elaborate (menerapkan)
Kalian diminta menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari
dengan menjawab pertanyaan yang tertera dalam LKS melalui
diskusi kelompok.
f. Evaluate (menilai)
Kalian diminta menjawab pertanyaan dalam LKS.
g. Extend (memperluas)
Kalian diminta untuk memperluas konsep dengan menghubungkan
konsep yang telah dipelajari ke dalam kehidupan nyata.
Lets we
do
Page 145
128
Reaksi kimia ialah suatu peristiwa perubahan
kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-
zat hasil reaksi (produk). Setiap reaksi kimia memiliki
karakteristik yang berbeda-beda dalam hal kelajuan
(kecepatan). Ada reaksi yang dapat berlangsung sangat
cepat, adapula reaksi kimia yang berlangsung sangat
lambat.
Kalian pasti pernah melihat kembang api dan besi yang
berkarat. Berdasarkan dua contoh tersebut, menurutmu manakah yang termasuk
reaksi cepat dan manakah yang termasuk reaksi lambat?
Setelah kalian dapat membedakan reaksi cepat dan reaksi lambat, maka akan
lebih mudah untuk mempelajari materi pokok yang akan kita pelajari, yaitu laju
reaksi. Perbedaan waktu yang dibutuhkan dalam suatu reaksi kimia berhubungan
erat dengan laju reaksi tersebut. Perhatikan gambar berikut yang mengilustrasikan
tentang laju:
Gambar 1. Kembang Api
Gambar 2. Besi berkarat
Jawab:
Page 146
129
Konsep laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berkurangnya jumlah pereaksi
untuk setiap satuan waktu atau bertambahnya jumlah hasil reaksi untuk setiap satuan
waktu.
Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia umumnya dinyatakan sebagai
konsentrasi molar atau kemolaran (M). Sehingga dapat dikatakan bahwa laju reaksi
menyatakan berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi hasil
reaksi setiap satuan waktu (detik).
Partikel-partikel yang terdapat dalam gas,
zat cair, atau larutan selalu bergerak secara acak.
Pergerakan partikel-partikel yang acak ini akan
mengakibatkan terjadinya tumbukan antar-partikel.
Tumbukan antar-partikel ini akan menghasilkan
Berdasarkan gambar di atas, tampak bahwa laju berhubungan dengan perubahan
yang terjadi dalam satuan waktu tertentu. Sehubungan dengan reaksi kimia yang
melibatkan perubahan pereaksi menjadi produk reaksi, buatlah definisi sederhana tentang
laju reaksi menurut pemahamanmu!
Mesin fotocopy ini dapat menyalin 25 lembar setiap menit.
Gambar 3. Mesin fotocopy Gambar 4. Pompa Bensin
Pompa bensin ini dapat memompa 50 liter bensin per menit.
Gambar 5. Pesawat Terbang
Pesawat ini mampu menempuh jarak 2.000 km dalam 1 jam.
Gambar 6. Korek Api
Page 147
130
energi yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi. Akan tetapi, jumlah energi yang
dihasilkan harus mencukupi untuk memulai terjadinya reaksi. Reaksi kimia terjadi
akibat adanya tumbukan antar partikel-partikel zat pereaksi yang menghasilkan energi
yang cukup untuk memulai reaksi. Sebagai contoh, untuk menyalakan korek api, kepala
korek api harus digesekkan (ditumbukkan) pada wadah korek api yang dilapisi
dengan pereaksi. Jika gesekan (tumbukan) antara kepala korek api dengan
permukaan pereaksi tersebut tidak kuat, kepala korek api tidak akan terbakar.
Sebaliknya, jika gesekan dilakukan dengan kuat, kepala korek api akan terbakar. Hal
ini terjadi karena energi hasil tumbukan tersebut cukup untuk memulai terjadinya
reaksi pembakaran sehingga api dapat menyala. Tumbukan yang menghasilkan
energi yang cukup untuk menghasilkan reaksi disebut dengan tumbukan efektif.
Mari berdikusi
Mengapa kayu bakar harus dibelah terlebih dahulu
sebelum dibakar? Buatlah hipotesis terkait
penggunaan kayu bakar dengan luas permukaan
dan nyala api!
Gambar 7. Pembelahan kayu bakar
Jawab:
Page 148
131
Adakah perbedaan antara melarutkan sesendok gula pasir di gelas berisi air panas
dan di gelas berisi air dingin? Jika ada, mengapa demikian? Buatlah hipotesis terkait
pelarutan gula menggunakan air panas dan menggunakan air dingin!
Kolam renang yang sering anda kunjungi sesungguhnya telah dicampur dengan
kalsium hipoklorit. Apakah manfaat penambahan kalsium hipoklorit dalam kolam
renang? Apakah terdapat perbedaan antara kolam renang yang tidak ditambahkan
kalsium hipoklorit dengan kolam renang yang ditambahkan kalsium hipoklorit?
Apakah terdapat perbedaan antara sedikit penambahan kalsium hipoklorit dengan
penambahan kalsium hipoklorit dalam jumlah yang banyak? Mengapa demikian?
Gambar 8. Air Mendidih Gambar 9. Air Dingin
Jawab:
Gambar 10. Kolam Renang Gambar 11. Kalsium hipoklorit
Jawab:
Page 149
132
Gambar di samping adalah salah satu merk
dagang karbit yang sering digunakan oleh petani
buah. Diskusikan dengan teman kelompokmu
mengenai fungsi dari karbit tersebut! Serta
buatlah hipotesis terkait penggunaan karbit
sebagai katalis dalam proses pematangan buah!
“Praktikum Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi”
Tuliskan alat dan bahan yang kalian butuhkan!
Diskusikan langkah kerja pada praktikum ini!
Gambar 12. Karbit
Jawab:
Page 151
134
Tuliskan hasil pengamatan yang kalian dapatkan!
Faktor Konsentrasi
Lengkapilah tabel di bawah ini berdasarkan hasil praktikum yang telah
kalian lakukan:
Sampel Waktu (s)
Faktor Suhu
Lengkapilah tabel di bawah ini berdasarkan hasil praktikum yang telah
kalian lakukan:
Sampel Waktu (s)
Faktor Luas Permukaan
Lengkapilah tabel di bawah ini berdasarkan hasil praktikum yang telah
kalian lakukan:
Sampel Waktu (s)
Page 152
135
Buatlah kesimpulan dari kegiatan kalian dan diskusikan dengan teman
sekelompokmu!
Faktor Katalis
Lengkapilah tabel di bawah ini berdasarkan hasil praktikum yang telah kalian
lakukan:
Sampel Waktu (s)
Page 153
136
Jawablah pertanyaan berikut ini terkait teori tumbukan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi berdasarkan pemahaman kalian!
1. Perhatikan gambar di bawah ini:
Jika tablet vitamin C dan serbuk vitamin C masing-masing dilarutkan dalam
segelas air yang memiliki suhu yang sama, manakah yang memiliki laju reaksi
tercepat? Mengapa demikian? Kaitkan alasanmu dengan teori tumbukan!
2. Pada suatu percobaan, Mila menambahkan dua buah padatan pualam dengan
massa yang sama ke dalam dua buah gelas kimia yang masing-masing berisi
larutan asam klorida seperti yang terdapat pada gambar di bawah ini:
Menurutmu, faktor apakah yang dapat mempengaruhi laju reaksi pada gambar di
atas? Manakah yang memiliki laju reaksi tercepat? Mengapa demikian? Kaitkan
alasanmu dengan teori tumbukan!
(a)
Gambar 13. (a) tablet vitamin C (b) serbuk vitamin C
(b)
Jawab:
(i) (ii)
Page 154
137
3. Perhatikan gambar dibawah ini:
Menurutmu, faktor apakah yang dapat mempengaruhi laju reaksi pada gambar di
atas? Manakah yang memiliki laju reaksi tercepat? Mengapa demikian? Kaitkan
alasanmu dengan teori tumbukan!
4. Perhatikan gambar dibawah ini:
Apa yang dimaksud dengan gambar diatas? Bagaimana keterkaitan antara
gambar tersebut dengan teori tumbukan?
(i) (ii)
Jawab:
Jawab:
Jawab:
Page 155
138
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan jelas!
Seorang siswa kelas XI ingin membuat percobaan sederhana mengenai faktor yang
mempengaruhi laju reaksi. Siswa tersebut membuat percobaan dengan menyiapkan
2 buah gelas kimia berisi larutan natrium tiosulfat 0,25 M, 0,5 M, dan 1 M yang telah
diberi label A, B dan C. Gelas A berisi larutan natrium tiosulfat 0,25 M, dan gelas B
berisi larutan natrium tiosulfat 0,5 M, dan gelas C berisi larutan natrium tiosulfat 1 M.
Siswa tersebut kemudian menuangkan masing-masing 5 mL asam klorida 5 M pada
tiap gelas pada waktu yang bersamaan. Maka tentukanlah:
1. Faktor yang mempengaruhi laju reaksi pada wacana di atas!
2. Buatlah hipotesis terkait laju reaksi pada wacana diatas dengan teori tumbukan!
3. Gelas kimia dengan label apakah yang memiliki laju reaksi tercepat?
4. Mengapa demian? Kaitkan alasanmu dengan teori tumbukan!
Jawab:
Page 156
139
Berdasarkan gambar di atas, bagaimanakah hubungan antara ketiga gambar tersebut dengan
faktor yang mempengaruhi laju reaksi serta teori tumbukan?
Jawab:
(a) (b)
(c)
Gambar 14. (a) air hangat (b) ragi instan (c) roti
Page 157
140
Simaklah wacana berikut ini:
Katalisator Pencegah Polusi Udara pada Knalpot Kendaraan
Gas buang kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara
yang mengandung gas berbahaya seperti gas CO, NO, dan NO2. Gas CO berbahaya
karena dapat meracuni darah, sedangkan gas NO, dan NO2 bertanggung jawab
terhadap terbentuknya lubang ozon dan hujan asam. Selain gas-gas tersebut,
asap kendaraan juga mengandung timbal yang berasal dari zat aditif pada
bensin.
Untuk mengatasi emisi gas-gas berbahaya pada kendaraan bermotor,
diciptakanlah suatu teknologi yang dikenal dengan konverter katalitik. Dengan
alat ini, emisi gas buang yang berbahaya seperti CO, NO, dan NO2 dan sisa
hidrokarbon dapat dikonversi menjadi gas yang lebih ramah lingkungan seperti
gas CO2, uap air (H2O), gas nitrogen (N2) dan gas oksigen (O2). Proses
pengubahan ini dilakukan dengan bantuan katalis. Logam transisi yang
digunakan sebagai katalis dalam konverter katalitik biasanya platina (Pt),
palladium (Pd), atau rhodium (Rh). Bagaimana kerja katalis dalam konverter
katalitik ini?
Pada tahap pertama, terjadi reaksi reduksi yang dikatalisis oleh logam
platina serta rhodium. Ketika gas oksida nitrogen masuk ke dalam konverter
Katalitik, katalis akan mengadsorpsi dan menyimpan atom nitrogen serta
membebaskan gas oksigen. Selanjutnya, atom nitrogen yang tersimpan akan
bereaksi dengan atom nitrogen lainnya yang juga teradsorpsi membentuk gas
Page 158
141
Diskusikan dengan teman kelompokmu mengenai contoh lain dari penggunaan katalis dalam kehidupan sehari-hari dan dalam industri!
nitrogen. Reaksinya adalah:
2NO (g) N2 (g) + O2 (g) atau 2NO2 (g) N2 (g) + 2O2 (g)
Pada tahap kedua, reaksi yang terjadi adalah reaksi oksidasi. Dalam hal
ini, katalis yang digunakan adalah platina dan palladium. Katalis tersebut
mengkatalisis reaksi perubahan gas karbon monoksida dan sisa hidrokarbon
menjadi gas karbon dioksida. Reaksi yang terjadi adalah
2CO (g) + O2 (g) 2CO2 (g) atau
2CxHy (g) + 𝑥+𝑦
4O2 (g) xCO2 (g) +
𝑦
2H2O (g)
Tahap ketiga adalah pengendalian sistem yang memonitor arus gas
buang. Informsasi yang diperoleh dari sistem kontrol kemudian digunakan
untuk mengatur perbandingan laju alir udara terhadap bahan bakar yang masuk
ke dalam ruang pembakaran. Adanya sistem kontrol ini memungkinkan
konverter katalitik bekerja mendekati stoikiometri.
Pengembangan konverter katalitik
ini semakin menyempurnakan kendaraan
bermotor yang kini semakin banyak
penggunanya. Dengan begitu, kendaraan
bermotor tidak hanya menguntungkan dari
segi kecepatan dan kenyamanan, tetapi juga
ramah terhadap lingkungan.
Sumber: Muhammad_agus-fkm10.web.unair.ac.id/artikel_detail-49678-kuliah-PRINSIPKERJA
CATALYTICCONVERTER.html
Jawab:
Page 159
142
Di sekitar kita banyak terjadi perubahan-perubahan yang sangat sering kita
jumpai, seperti es batu yang mencair, kayu yang dibakar menjadi arang, es krim yang
mencair, susu yang menjadi masam, dan lain sebagainya. Perubahan-perubahan
tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu perubahan fisika dan
perubahan kimia. perubahan fisika adalah perubahan zat yang tidak menghasilkan
zat baru dan bersifat sementara, contohnya yaitu lilin yang meleleh ketika dibakar.
Sedangkan perubahan kimia adalah perubahan suatu zat yang terjadi karena reaksi
kimia sehingga menghasilkan suatu zat baru, contohnya yaitu kertas yang dibakar
menjadi abu.
Gambar 15. Lilin yang meleleh
ketika dibakar Gambar 16. Kertas yang berubah
menjadi abu ketika dibakar
Bacalah dengan seksama artikel pada halaman selanjutnya……
Page 160
143
Teknologi Penyimpanan Buah-Buahan
Buah-buahan merupakan salah satu sumber vitamin yang banyak dikonsumsi oleh
manusia, mulai dari balita hingga lanjut usia. Banyaknya minat konsumen terhadap buah-
buahan tak sebanding dengan banyaknya produk buah-buahan yang dijual di pasaran. Hal
tersebut salah satunya dikarenakan oleh daya simpan yang relatif singkat dan besarnya variasi
tingkat kematangan sehingga mutunya tidak seragam. Umumnya, pedagang dan pemasok
membeli buah-buahan membeli dari petani saat buah tersebut dalam keadaan sudah cukup tua
tapi belum matang dengan harapan dapat sampai ke tangan konsumen dalam keadaan segar,
kualitas kematangan seragam dan siap dikonsumsi. Namun sayangnya masalah
ketidakseragaman kematangan buah kerap terjadi karena kurangnya kendali pasca panen.
Kualitas produk dapat dipertahankan sebaik mungkin dengan penanganan lanjutan yang tepat.
Adapun beberapa kegiatan pasca panen yang perlu diperhatikan yaitu pengemasan,
pengangkutan, perlakuan panas, penyimpanan, dan pemeraman.
Berdasarkan prinsipnya, suhu tinggi dapat merusak mutu simpan buah-buahan, hal
tersebut dikarenakan laju respirasi dan kegiatan lainnya akan meningkat dengan
meningkatnya suhu. Setiap kenaikan suhu 10 ℃ maka aktvitas enzim yang mengatur
metabolisme buah akan meningkat sehingga laju respirasi pun meningkat yang mengakibatkan
mutu produk cepat menurun. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dikembangkanlah
teknologi penyimpanan buah pada suhu dingin. Pada suhu dingin, proses respirasi menjadi
terhambat sehingga proses kematangannya dapat diperlambat, dengan diperlambatnya proses
pematangan maka proses pembusukan juga terhambat
Page 161
144
Setelah kalian membaca artikel tersebut, kalian memperoleh pengetahuan baru
mengenai teknologi dalam proses penyimpanan buah. Pada artikel diatas juga
dijelaskan mengenai masalah faktor oksigen yang mampu mempercepat proses
respirasi dan karbondioksida yang mampu menghambat proses respirasi. Diskusikan
dengan teman kelompokmu mengenai teknologi yang mampu mengatasi masalah
dari faktor kadar oksigen dan karbondioksida tersebut!
Selain faktor suhu, kandungan oksigen pada ruang penyimpanan juga perlu
diperhatikan karena semakin tinggi kadar oksigen maka laju respirasi semakin cepat.
Konsentrasi karbondioksida (CO2) yang sesuai dapat memperpanjang masa simpan buah-
buahan karena CO2 mampu menimbulkan gangguan respirasi pada buah.
Selain faktor suhu dan konsentrasi O2 dan CO2, proses penurunan mutu buah juga dapat
disebabkan oleh adanya kandungan etilen pada ruang penyimpanan buah. Etilen tersebut
dapat menyebabkan proses pematangan buah menjadi meningkat. Untuk mengatasi masalah
tersebut, maka dapat dilakukan dengan penggunaan karbon aktif. Karbon aktif atau yang
sering disebut dengan arang aktif adalah suatu jenis karbon yang memiliki luas permukaan
yang sangat besar. karbon aktif dengan berbagai katalis logam secara efektif mampu menyerap
etilen untuk menunda kematangan buah dan memperpanjang daya simpan buah.
Sumber: bppjambi.info/newspopup.asp?id=593
Jawab:
Page 162
145
Setelah kalian mengetahui teknologi yang dapat dikembangkan dalam proses
penyimpanan buah untuk mencegah terjadinya reaksi kima yang tak terkendali, maka
diskusikan dengan teman kelompokmua mengenai cara – cara pengaturan dan
penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan fisika dan kimia yang tak terkendali
pada contoh yang lain!
Diskusikanlah dengan temanmu terkait kesimpulan yang didapat pada pertemuan
hari ini!
Jawab:
Persiapkan kelompok kalian untuk menunjukkan solusi mengenai penyimpanan bahan untuk
mencegah perubahan tak terkendali berdasarkan hasil dikusi
Jawab:
Page 163
146
Persamaan yang menggambarkan hubungan antara laju reaksi dengan
konsentrasi pereaksi disebut hukum atau persamaan laju reaksi. Tetapan angka
banding (k) disebut tetapan laju reaksi. Jika menggunakan contoh persamaan reaksi
pA + qB rC maka persamaan laju reaksinya dirumuskan sebagai:
dengan:
v = laju reaksi (M/det)
k = tetapan laju reaksi
m = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap A
n = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap B
[A] = konsentrasi awal A (M)
[B] = konsentrasi awal B (M)
Tingkat reaksi total adalah jumlah total dari tingkat reaksi semua pereaksi.
Tingkat reaksi nol (0) berarti laju reaksi tersebut tidak terpengaruh oleh konsentrasi
pereaksi, tetapi hanya tergantung pada nilai tetapan laju reaksi (k). Satuan nilai k
dapat berubah tergantung pada tingkat (orde) reaksi totalnya. Jika dibuat kurva
antara laju reaksi terhadap konsentrasi, didapat tipe grafik seperti pada gambar 17.
Berdasarkan kurva tersebut terlihat bahwa pada reaksi berorde nol, konsentrasi
pereaksi tidak berpengaruh terhadap laju reaksi.
v = k [A]m [B]n
Gambar 17. Kurva konsentrasi terhadap laju reaksi
Page 164
147
Pada tahap ini kalian akan mempelajari bagaimana mengetahui besarnya laju
reaksi berdasarkan data hasil percobaan serta mempelajari pembuatan grafik
laju reaksi terhadap konsentrasi berdasarkan data hasil percobaan
Jawablah pertanyaan berikut ini terkait persamaan laju reaksi berdasarkan
pemahaman kalian!
Dari reaksi 2NO (g) + 2H2 (g) N2 (g) + 2H2O (g) yang dilakukan pada
suhu 20℃, diperoleh data sebagai berikut:
Percobaan [NO] [H2] Laju reaksi
(M/s)
1 2 2 4
2 4 2 4
3 6 2 4
4 4 6 36
5 4 8 64
Berdasarkan data tersebut, tentukanlah: a. Orde reaksi terhadap NO dan H2
b. Persamaan laju reaksinya
c. Buatlah grafik yang menggambarkan laju reaksi terhadap [H2]
d. Apabila setiap kenaikan 10℃ laju reaksi dapat berlangsung 2 kali lebih
cepat, maka tentukanlah besarnya laju reaksi pada percobaan 4 jika suhu
ditingkatkan menjadi 50℃
Untuk memahami materi tersebut, maka perhatikanlah penjelasan yang akan
disampaikan oleh guru kalian
Page 166
149
Lampiran 5. Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa
Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen
No Kriteria Penilaian Skor
Elicit
1.
a) Jika siswa dapat menentukan gambar yang termasuk reaksi cepat dan reaksi lambat dengan tepat dan menuliskan keduanya 4
b) Jika siswa dapat menentukan gambar yang termasuk reaksi cepat dan reaksi lambat dengan tepat namun hanya menuliskan salah
satunya 3
c) Jika siswa tidak dapat menentukan gambar yang termasuk reaksi cepat dan reaksi lambat 2
d) Jika jawaban siswa tidak sesuai dengan pertanyaan 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
2
a) Jika siswa menuliskan pengertian laju reaksi berdasarkan analisis gambar dan menggunakan bahasanya sendiri 4
b) Jika siswa menuliskan pengertian laju reaksi tidak berdasarkan analisis gambar namun menggunakan bahasanya sendiri 3
c) Jika siswa menuliskan pengertian laju reaksi berdasarkan kata-kata buku 2
d) Jika jawaban siswa tidak sesuai pertanyaan 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
Engage
1.
a) Jika hipotesis yang dibuat tepat dan dikaitkan dengan teori tumbukan yang sesuai 4
b) Jika hipotesis yang dibuat tepat namun teori tumbukan yang dikaitkan tidak sesuai 3
c) Jika hipotesis yang dibuat tidak tepat dan dikaitkan dengan teori tumbukan 2
d) Jika hipotesis yang dibuat tidak tepat dan tidak dikaitkan dengan teori tumbukan 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
2
a) Jika hipotesis yang dibuat tepat dan dikaitkan dengan teori tumbukan yang sesuai 4
b) Jika hipotesis yang dibuat tepat namun teori tumbukan yang dikaitkan tidak sesuai 3
c) Jika hipotesis yang dibuat tidak tepat dan dikaitkan dengan teori tumbukan 2
Page 167
150
d) Jika hipotesis yang dibuat tidak tepat dan tidak dikaitkan dengan teori tumbukan 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
3
a) Jika hipotesis yang dibuat tepat dan dikaitkan dengan teori tumbukan yang sesuai 4
b) Jika hipotesis yang dibuat tepat namun teori tumbukan yang dikaitkan tidak sesuai 3
c) Jika hipotesis yang dibuat tidak tepat dan dikaitkan dengan teori tumbukan 2
d) Jika hipotesis yang dibuat tidak tepat dan tidak dikaitkan dengan teori tumbukan 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
4
a) Jika hipotesis yang dibuat tepat dan dikaitkan dengan teori tumbukan yang sesuai 4
b) Jika hipotesis yang dibuat tepat namun teori tumbukan yang dikaitkan tidak sesuai 3
c) Jika hipotesis yang dibuat tidak tepat dan dikaitkan dengan teori tumbukan 2
d) Jika hipotesis yang dibuat tidak tepat dan tidak dikaitkan dengan teori tumbukan 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
Explore
1
a) Jika siswa menuliskan secara lengkap alat dan bahan yang digunakan (4 faktor laju reaksi) 4
b) Jika siswa menuliskan cukup lengkap alat dan bahan yang digunakan (3 faktor laju reaksi) 3
c) Jika siswa menuliskan kurang lengkap alat dan bahan yang digunakan (2 faktor laju reaksi) 2
d) Jika siswa menuliskan secara tidak lengkap alat dan bahan yang digunakan (1 faktor laju reaksi) 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
2
a) Jika siswa dengan lengkap menuliskan hasil pengamatan (4 faktor laju reaksi) 4
b) Jika siswa cukup lengkap menuliskan hasil pengamatan (3 faktor laju reaksi) 3
c) Jika siswa kurang lengkap menuliskan hasil pengamatan (2 faktor laju reaksi) 2
d) Jika siswa tidak lengkap menuliskan hasil pengamatan (1 faktor laju reaksi) 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
Explain
1
a) Jika siswa dengan lengkap membuat kesimpulan mengenai keempat faktor laju reaksi dan menggunakan bahasanya sendiri 4
b) Jika siswa dengan lengkap membuat kesimpulan mengenai keempat faktor laju reaksi dan tidak menggunakan bahasanya sendiri 3
c) Jika siswa kurang lengkap dalam membuat kesimpulan mengenai keempat faktor laju reaksi dan menggunakan bahasanya sendiri 2
Page 168
151
d) Jika siswa tidak lengkap dalam membuat kesimpulan mengenai keempat faktor laju reaksi dan tidak menggunakan bahasanya sendiri 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
Elaborate
1
a) Jika siswa dengan tepat menentukan gambar dengan laju reaksi tercepat dan menyertakan alasan dengan tepat yang dikaitkan dengan
teori tumbukan 4
b) Jika siswa dengan tepat menentukan gambar dengan laju reaksi tercepat dan menyertakan alasan namun tidak dikaitkan dengan teori
tumbukan 3
c) Jika siswa dengan tepat menentukan gambar dengan laju reaksi tercepat namun alasan yang disertakan tidak tepat dan
mengaitkannya dengan teori tumbukan 2
d) Jika siswa dengan tepat menentukan gambar dengan laju reaksi tercepat namun tidak menyertakan alasan 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
2
a) Jika siswa dengan tepat menentukan gambar dengan laju reaksi tercepat dan menyertakan alasan dengan tepat yang dikaitkan
dengan teori tumbukan 4
b) Jika siswa dengan tepat menentukan gambar dengan laju reaksi tercepat dan menyertakan alasan namun tidak dikaitkan dengan teori
tumbukan 3
c) Jika siswa dengan tepat menentukan gambar dengan laju reaksi tercepat namun alasan yang disertakan tidak tepat dan
mengaitkannya dengan teori tumbukan 2
d) Jika siswa dengan tepat menentukan gambar dengan laju reaksi tercepat namun tidak menyertakan alasan 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
3
a) Jika siswa dengan tepat menentukan gambar dengan laju reaksi tercepat dan menyertakan alasan dengan tepat yang dikaitkan dengan
teori tumbukan 4
b) Jika siswa dengan tepat menentukan gambar dengan laju reaksi tercepat dan menyertakan alasan namun tidak dikaitkan dengan teori
tumbukan 3
c) Jika siswa dengan tepat menentukan gambar dengan laju reaksi tercepat namun alasan yang disertakan tidak tepat dan
mengaitkannya dengan teori tumbukan 2
d) Jika siswa dengan tepat menentukan gambar dengan laju reaksi tercepat namun tidak menyertakan alasan 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
Page 169
152
4
a) Jika siswa dapat mengaitkan gambar dengan teori tumbukan yang sesuai, dan menjelaskan perbedaan reaksi yang menggunakan
katalis dan tanpa katalis 4
b) Jika siswa dapat mengaitkan gambar dengan teori tumbukan yang sesuai, namun tidak menjelaskan perbedaan reaksi yang
menggunakan katalis dan tanpa katalis 3
c) Jika siswa dapat mengaitkan gambar dengan teori tumbukan namun tidak sesuai 2
d) Jika jawaban siswa tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
Evaluate
1
a) Jika siswa dapat menjawab dengan tepat keempat poin yang disajikan 4
b) Jika siswa hanya menjawab dengan tepat tiga poin yang disajikan 3
c) Jika siswa hanya menjawab dengan tepat dua poin yang disajikan 2
d) Jika siswa hanya menjawab dengan tepat satu poin yang disajikan 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
Extend
1
a) Jika siswa dengan tepat menghubungan ketiga gambar dengan teori faktor yang mempengaruhi laju reaksi serta teori tumbukan 4
b) Jika siswa dengan tepat menghubungan kedua gambar dengan teori faktor yang mempengaruhi laju reaksi serta teori tumbukan 3
c) Jika siswa dengan tepat menghubungan salah satu gambar dengan teori faktor yang mempengaruhi laju reaksi serta teori tumbukan 2
d) Jika siswa kurang tepat dalam menghubungan ketiga gambar dengan teori faktor yang mempengaruhi laju reaksi serta teori
tumbukan 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
2
a) Jika siswa dengan tepat menuliskan contoh lain dari penggunaan katalis dalam kehidupan sehari-hari dan industri 4
b) Jika siswa dengan tepat menuliskan contoh lain dari penggunaan katalis dalam kehidupan sehari-hari saja 3
c) Jika siswa tidak tepat menuliskan contoh lain dari penggunaan katalis dalam kehidupan sehari-hari dan insustri 2
d) Jika jawaban siswa tidak sesuai dengan pertanyaan 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban
0
Page 170
153
Engage
1
a) Jika siswa dapat menentukan teknologi yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang diajukan dan menjelaskan manfaat dari
teknologi tersebut 4
b) Jika siswa dapat menentukan teknologi yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang diajukan namun tidak menjelaskan manfaat
dari teknologi tersebut 3
c) Jika siswa hanya menentukan teknologi yang sesuai untuk mengatasi permasalahan 2
d) Jika siswa tidak dapat menentukan teknologi yang sesuai untuk mengatasi permasalahan 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
2
a) Jika siswa dapat menentukan contoh lain dari pengaturan dan penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan fisika dan kimia yang
tak terkendali dengan tepat (perubahan fisika dan kimia) 4
b) Jika siswa dapat menentukan contoh lain dari pengaturan dan penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan fisika dan kimia yang
tak terkendali dengan tepat (perubahan fisika saja atau perubahan kimia saja 3
c) Jika siswa tidak dapat menentukan contoh lain dari pengaturan dan penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan fisika dan kimia
yang tak terkendali 2
d) Jika jawaban siswa tidak sesuai dengan pertanyaan 1
e) Jika siswa tidak menusliskan jawaban 0
Explain
1
a) Jika siswa dapat membuat kesimpulan secara tepat dan lengkap (penerapan faktor-faktor laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari,
dan cara-cara pengaturan dan pencegahanperubahan fisika dan kimia yang tak terkendali) 4
b) Jika siswa dapat membuat kesimpulan secara tepat namun tidak lengkap (hanya penerapan faktor-faktor laju reaksi dalam kehidupan
sehari-hari atau hanya cara-cara pengaturan dan pencegahanperubahan fisika dan kimia yang tak terkendali) 3
c) Jika kesimpulan yang dibuat siswa tidak sesuai dengan penerapan faktor-faktor laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari dan cara-
cara pengaturan dan pencegahanperubahan fisika dan kimia yang tak terkendali) 2
d) Jika siswa tidak dapat membuat kesimpulan 1
e) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
Elaborate
1 a) Jika siswa dapat menjawab dengan tepat keempat poin yang disajikan 4
b) Jika siswa hanya menjawab dengan tepat tiga poin yang disajikan 3
Page 171
154
c) Jika siswa hanya menjawab dengan tepat dua poin yang disajikan 2
d) Jika siswa hanya menjawab dengan tepat satu poin yang disajikan 1
a) Jika siswa tidak menuliskan jawaban 0
Page 172
155
Lampiran 6. Lembar Observasi
Page 175
158
Lampiran 7. Kisi-Kisi Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa
Kisi-Kisi Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa
Mata Pelajaran : Kimia
Kurikulum Acuan : Kurikulum 2013
KelasSemester : XI/Ganjil
Materi Pokok : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju
Reaksi dan Orde Reaksi
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Jumlah Soal : 30 soal
Jenis Soal : Essay
Kompetensi Dasar : 3.6 Memahami teori tumbukan dalam reaksi kimia berdasarkan pengaruh suhu terhadap laju rata-rata partikel
zat dan pengaruh konsentrasi terhadap frekuensi tumbukan
3.7 Menentukan orde reaksi dan tetapan laju reaksi berdasarkan data hasil percobaan
4.6 Menyajikan cara-cara pengaturan penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan tak terkendali
4.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi
Nama Pembuat Soal : Vivin Nur Zaenab
No Indikator
Indikator Berpikir Tingkat
Tinggi
C4 C5 C6
1 3.6.3 Membuat hipotesis sementara tentang pengaruh suhu, luas permukaan dan katalis terhadap laju rata-rata
partikel zat, serta pengaruh konsentrasi terhadap frekuensi tumbukan (C5) 1, 8*
2 3.6.4 Menganalisis pengaruh faktor laju reaksi terhadap laju reaksi berdasarkan data hasil percobaan(C4) 3*, 13*,
25,
3
3.6.5 Membandingkan pengaruh faktor laju reaksi terhadap laju reaksi (C5)
2, 4*, 9,
14*, 15,
28*,
Page 176
159
4 3.6.7 Menghubungkan teori tumbukan dengan konsentrasi, luas permukaan, dan temperatur (C5)
2, 3*,
4*, 9,
13*, 15,
19*, 25,
28*,
5 3.6.9 Mengaitkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi pada kehidupan sehari-hari (C4) 5*, 19*,
26, 29*
6 3.6.10 Membuat diagram energi aktivasi untuk membedakan penggunaan katalisator (C6) 30*
7 3.6.12 Merangkum informasi penggunaan katalis dalam kehidupan sehari-hari dan dalam industri (C4) 10*, 20,
8 3.7.3 Menganalisis data untuk menentukan orde reaksi, tetapan laju reaksi dan persamaan laju reaksi
berdasarkan data hasil percobaan (C4)
7*, 12*,
18*, 23,
9 3.7.4 Membuat grafik sesuai orde berdasarkan data hasil percobaan (C6)
6*,
11*,
17*,
22*,
27*,
10 4.6.1. Memilih solusi serta cara – cara pengaturan dan penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan fisika
dan kimia yang tak terkendali 21, 24, 16*
Keterangan: *soal yang valid
Page 177
160
No Indikator
Pembelajaran
Taksonomi
Bloom Soal Kunci Jawaban Skor Rubrik
1
Membuat
hipotesis tentang
luas permukaan
terhadap laju
rata-rata partikel
zat
C5
Pada suatu kegiatan PERSAMI, diadakan lomba membuat api unggun.
Tiap peserta diwajibkan untuk membawa sendiri kayu bakar yang
digunakan untuk perlombaan. Tomi menggunakan balok kayu yang
telah dibelah menjadi beberapa bagian, sedangkan Rini menggunakan
balok kayu besar yang tidak dibelah menjadi beberapa bagian untuk
membuat api unggun. Berdasarkan pernyataan tersebut, buatlah
hipotesis terkait penggunaan kayu bakar dengan luas permukaan dan
nyala api!
Hipotesis yang sesuai dengan
pernyataan tersebut yaitu:
Kayu bakar yang dibawa oleh Tomi
memiliki luas permukaan yang lebih
besar dibanding kayu bakar yang
dibawa oleh Rini. Luas permukaan
yang lebih besar akan menyebabkan
kemungkinan terjadinya tumbukan
antara api dengan permukaan kayu
menjadi lebih besar. Oleh karena itu
api unggun yang menggunakan kayu
bakar Tomi akan lebih cepat menyala
dibanding api unggun yang
menggunakan kayu bakar Rini.
Variabel X: luas permukaan
Variabel Y: reaksi nyala api
4
Terdapat
variabel X dan
Y, pernyataan
hipotesis tepat,
menghubungkan
variabel X dan
Y yang
dikaitkan
dengan energi
aktivasi
3
Terdapat
variabel X dan
Y, pernyataan
hipotesis tepat,
namun tidak
menghubungkan
variabel X dan
Y dengan energi
aktivasi
2 Pernyataan
hipotesis tepat,
Page 178
161
namun hanya
terdapat salah
satu variabel (X
atau Y), tidak
menghubungkan
X dan Y dengan
energi aktivasi
Atau
Tidak ada
pernyataan
hipotesis,
terdapat
variabel X dan
Y, namun
menjelaskan
energi aktivasi
1
Hanya terdapat
salah satu
variabel (X atau
Y)
0 Tidak
menjawab
Page 179
162
2
Membandingkan
pengaruh luas
permukaan
terhadap laju
reaksi
C5
Gambar 1. Gula batu Gambar 2. Gula Pasir
Jika kedua jenis gula di atas dilarutkan dalam air yang bersuhu sama,
tentukanlah mana yang memiliki laju reaksi lebih cepat dan sertakan
alasanmu yang dikaitkan dengan teori tumbukan!
1. Antara gula batu dan gula pasir
jika dilarutkan dalam air yang
bersuhu sama, maka yang
memiliki laju reaksi lebih cepat
adalah gula pasir.
2. Hal ini dikarenakan luas
permukaan gula pasir lebih besar
dibanding luas permukaan gula
batu. Luas permukaan gula pasir
yang lebih besar akan
meningkatkan frekuensi tumbukan
antara partikel air dengan partikel
gula sehingga laju reaksi
meningkat. Sedangkan luas
permukaan gula batu yang lebih
kecil memiliki frekuensi
tumbukan yang rendah antara
partikel gula dengan partikel air.
4
Menjawab
dengan benar
jenis gula yang
memiliki laju
reaksi tercepat,
menyertakan
alasan teori
tumbukan
dengan benar
3
Menjawab
dengan benar
jenis gula yang
memiliki laju
reaksi tercepat,
menyertakan
alasan namun
tidak dikaitkan
dengan teori
tumbukan
Page 180
163
2
Menjawab
dengan benar
jenis gula yang
memiliki laju
reaksi tercepat
namun tidak
menyertakan
alasan
1
Tidak tepat
dalam
menjawab
enjawab jenis
gula yang
memiliki laju
reaksi tercepat
dan
menyertakan
alasan yang
salah
Atau
Tidak tepat
dalam
menjawab
Page 181
164
enjawab jenis
gula yang
memiliki laju
reaksi tercepat
namun tidak
menyertakan
alasan
0 Tidak
menjawab
3
Menganalisis
pengaruh
konsentrasi
terhadap laju
reaksi
berdasarkan data
hasil percobaan C4
Perhatikan data percobaan berikut:
Percobaan Pereaksi Suhu
(℃)
Waktu
(detik) CaCO3 HCl
1 1 gram
serbuk 1M 50 48
2 1 gram
serbuk 2 M 40 14
3 1 gram
serbuk 2 M 50 10
Percobaan nomor 3 lebih cepat
dibanding percobaan nomor 1
dikarenakan konsentrasi HCl pada
percobaan 3 lebih besar dibanding
konsentrasi HCl pada percobaan 1.
Konsentrasi percobaan 3 lebih
besar, artinya jumlah partikel
pereaksi dalam HCl pun lebih
banyak sehingga semakin besar
peluang terjadinya tumbukan. Hal
tersebut menyebabkan semakin
besar peluang untuk terjadinya
tumbukan efektif antar partikel
4
Menyebutkan
faktor dengan
benar dan
menyertakan
alasan yang
dikaitkan teori
tumbukan
dengan benar
3
Menyebutkan
faktor dengan
benar namun
alasan yang
disampaikan
tidak dikaitkan
Page 182
165
4 1 gram
butiran 2 M 40 18
Berdasarkan data hasil percobaan di atas, mengapa percobaan nomor 3
lebih cepat dibanding percobaan nomor 1? Jelaskan jawabanmu yang
dikaitkan dengan teori tumbukan!
sehingga reaksi pada percobaan 3
berlangsung lebih cepat.
dengan teori
tumbukan
2
Faktor yang
disebutkan salah
dan mengaitkan
dengan teori
tumbukan
1
Faktor yang
disebutkan salah
dan tidak
dikaitkan
dengan teori
tumbukan
0 Tidak
menjawab
4
Membandingkan
faktor luas
permukaan
terhadap laju
reaksi
C5
Perhatikan gambar dibawah ini:
Faktor yang mempengaruhi laju
reaksi pada gambar tersebut yaitu
faktor luas permukaan.
Tabung (ii) memiliki laju reaksi
yang lebih cepat dibanding tabung
(i) dikarenakan luas permukaan
4
Menyebutkan
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi
dengan tepat,
menjelaskan
alasan yang
Page 183
166
Berdasarkan gambar di atas, faktor apakah yang mempengaruhi laju
reaksi? Mengapa terjadi perbedaan laju pada gambar di atas? Jelaskan
jawabanmu yang dikaitkan dengam teori tumbukan!
kalsium karbonat pada tabung (ii)
lebih besar dibanding luas
permukaan kalsium karbonat pada
tabung (i).
Semakin besar luas permukaan,
semakin banyak peluang terjadinya
tumbukan antar-pereaksi. Semakin
banyak tumbukan yang terjadi
mengakibatkan semakin besar
peluang terjadinya tumbukan yang
menghasilkan reaksi. Karena luas
permukaan kalsium karbonat pada
tabung (ii) lebih besar, maka
kemungkinan terjadinya tumbukan
antar partikel lebih sering terjadi
yang mengakibatkan laju reaksi
berlangsung lebih cepat.
dikaitkan
dengan teori
tumbukan
3
Menyebutkan
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi
dengan tepat,
namun alasan
yang
disampaikan
tidak dikaitkan
dengan teori
tumbukan
2
Menyebutkan
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi
dengan tepat
namun tidak
Page 184
167
menyertakan
alasan
1
Tidak tepat
dalam
menyebutkan
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi dan
menyertakan
alasan yang
salah
0 Tidak
menjawab
5
Mengaitkan
faktor luas
permukaan pada
kehidupan
sehari-hari
C4
Perhatikan gambar dibawah ini: Faktor laju reaksi yang sesuai
dengan gambar tersebut yaitu faktor
luas permukaan.
Ayam yang telah dibelah menjadi
beberapa bagian menjadi sate
4
Menyebutkan
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi
dengan tepat,
menjelaskan
Page 185
168
Gambar 3. Ayam yang dibakar
Gambar 4. Sate ayam yang dibakar
Jika dikaitkan dengan laju reaksi, faktor apakah yang sesuai dengan
gambar diatas? Mengapa waktu yang dibutuhkan untuk membakar
ayam dengan potongan besar lebih lama dibanding membakar sate
ayam?
memiliki luas permukaan yang
lebih besar dibanding luas
permukaan pada ayam yang dibelah
menjadi beberapa bagian dengan
ukuran besar. Luas permukaan yang
lebih besar pada potongan sate
menyebabkan meningkatnya
kemungkinan terjadinya reaksi
tumbukan antara antara sate dengan
bara api sehingga ayam pada
potongan sate menjadi lebih cepat
matang dan waktu yang dibutuhkan
untuk memanggang pun lebih
singkat. Sedangkan pada ayam
dengan potongan besar akan lebih
lama waktu memanggangnya
dikarenakan luas permukaan yang
lebih kecil yang menyebabkan
kemungkinan reaksi tumbukan
antara bara api dengan ayam
berkurang, sehingga waktu
memanggang pun lebih lama.
alasan yang
dikaitkan
dengan teori
tumbukan
3
Menyebutkan
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi
dengan tepat,
namun alasan
yang
disampaikan
tidak dikaitkan
dengan teori
tumbukan
2
Menyebutkan
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi
dengan tepat
namun tidak
Page 186
169
menyertakan
alasan
1
Tidak tepat
dalam
menyebutkan
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi dan
menyertakan
alasan yang
salah
Atau
Tidak tepat
dalam
menyebutkan
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi dan
tidak
Page 187
170
menyertakan
alasan
0 Tidak
menjawab
6
Membuat grafik
berdasarkan data
hasil percobaan
C6
Gas pencemar nitrogen monoksida (NO) di udara bereaksi dengan
oksigen membentuk NO2 dengan laju tertentu. Untuk menentukan
hukum laju reaksi antara gas NO dan NO2 dilakukan percobaan metode
laju awal di dalam suatu wadah tertutup pada temperatur 25℃.
Reaksinya: 2NO + O2 2NO2(g)
Dengan melakukan variasi konsentrasi gas NO dan O2, diperoleh data
sebagai berikut:
4
Menggambar
grafik sesuai
dengan jenis
orde,
menuliskan
posisi laju dan
konsentrasi
dengan tepat O,1 O,2
20
40
Page 188
171
Percobaan
Konsentrasi
awal (mol/L) Laju awal
(M/s) NO O2
1 0,1 0,1 20
2 0,1 0,2 40
3 0,1 0,3 60
4 0,3 0,1 180
Berdasarkan data diatas, buatlah grafik yang menggambarkan laju
reaksi terhadap [O2]
3
Menggambar
sesuai dengan
jenis orde , tidak
menuliskan
posisi laju dan
konsentrasi
2
Menggambar
grafik sesuai
dengan jenis
orde,
menuliskan
posisi laju dan
konsentrasi
tidak tepat
1
Menggambar
grafik tidak
sesuai dengan
jenis orde
0 Tidak
menjawab
Page 189
172
7
Menganalisis
data untuk
menentukan
besarnya laju
reaksi
C4
Berdasarkan persamaan laju reaksi pada soal nomor 6, jika pada suhu
tetap konsentrasi NO dan O2 dinaikkan dua kali dari semula, laju
reaksinya adalah…
Orde reaksi NO:
𝑣1
𝑣4
=𝑘[NO]𝑚[O2]𝑛
𝑘[NO]𝑚[O2]𝑛
20
180=
𝑘[0,1]𝑚[0,1]𝑛
𝑘[0,3]𝑚[0,1]𝑛
1
9= (
1
3)
𝑚
𝑚 = 2
Orde reaksi O2:
𝑣1
𝑣2
=𝑘[NO]𝑚[O2]𝑛
𝑘[NO]𝑚[O2]𝑛
20
40=
𝑘[0,1]𝑚[0,1]𝑛
𝑘[0,1]𝑚[0,2]𝑛
1
2= (
1
2)
𝑛
𝑛 = 1
Persamaan laju reaksi:
𝑣 = 𝑘[NO]2[O2]
Jika konsentrasi awal NO dan O2
memakai data percobaan 1 yaitu
masing masing 0,1 M, maka:
𝑣 = 𝑘[0,1]2[0,1]
𝑣 = 𝑘 (0,01 × 0,1)
𝑣 = 0,001𝑘
4
Cara dan hasil
akhir sesuai
dengan kunci
jawaban
3
Cara yang
dituliskan sesuai
dengan kunci
jawaban namun
jawaban akhir
tidak tepat
(salah
perhitungan)
2
Cara sesuai
dengan kunci
jawaban namun
tidak sampai
akhir
Atau
Jawaban benar
namun cara
yang dituliskan
Page 190
173
Jika konsentrasi NO dan O2 dinaikkan
2 kali dari semula, maka
𝑣 = 𝑘[0,2]2[0,2]
𝑣 = 𝑘 (0,04 × 0,2)
𝑣 = 0,008𝑘
Maka dapat dikatakan bahwa laju
reaksi menjadi delapan kali lebih
besar
tanpa
menentukan
orde (langsung
menentukan laju
setelah
konsentrasi
dinaikkan)
1
Jawaban benar
namun tidak
menyertakan
cara
0 Tidak
menjawab
8
Membuat
hipotesis tentang
pengaruh katalis
terhadap laju
C5
Pak Ujang merupakan seorang petani buah mangga yang cukup sukses.
Pada suatu hari, Pak Ujang membaca sebuah artikel mengenai
penggunaan karbit dalam proses pematangan buah. Untuk
membuktikan kebenaran artikel tersebut, Pak ujang pun membuat
Hipotesis yang sesuai dengan
pernyataan tersebut yaitu:
Buah mangga pada wadah A akan lebih
cepat matang dibanding buah mangga
4
Terdapat
variabel X dan
Y, pernyataan
hipotesis tepat,
Page 191
174
rata-rata partikel
zat
percobaan sederhana. Pak Ujang meletakkan beberapa buah mangga
dalam 2 buah wadah yang sama besar. Buah mangga dalam wadah A
ditambahkan karbit, sedangkan buah mangga dalam wadah B tidak
ditambahkan karbit. Berdasarkan pernyataan di atas, buatlah hipotesis
terkait penggunaan karbit sebagai katalis dalam proses pematangan
buah!
pada wadah B. Penambahan karbit
menyebabkan energi aktivasi
pematangan buah menjadi lebih
rendah, sedangkan tanpa penambahan
karbit energi aktivasi pematamgan
pematangan buah tetap tinggi. Oleh
karena itu, buah pada wadah A menjadi
lebih cepat matang.
Variabel X: katalis/karbit
Variabel Y: reaksi pematangan buah
menghubungkan
variabel X dan
Y yang
dikaitkan
dengan energi
aktivasi
3
Terdapat
variabel X dan
Y, pernyataan
hipotesis tepat,
namun tidak
menghubungkan
variabel X dan
Y dengan energi
aktivasi
2
Pernyataan
hipotesis tepat,
namun hanya
terdapat salah
satu variabel (X
atau Y), tidak
menghubungkan
Page 192
175
X dan Y dengan
energi aktivasi
Atau
Tidak ada
pernyataan
hipotesis,
terdapat
variabel X dan
Y, namun
menjelaskan
energi aktivasi
1
Hanya terdapat
salah satu
variabel (X atau
Y)
0 Tidak
menjawab
9
Membandingkan
faktor
konsentrasi
terhadap laju
reaksi
C5
Perhatikan gambar di bawah ini:
(i) (ii)
a. Laju reaksi tercepat terjadi pada
gelas (i)
b. Gambar (i) memiliki konsentrasi
yang lebih besar dibandingkan
dengan kosentrasi pada gambar
(ii). Karena konsentrasi yang
4
Menyebutkan
dengan benar
gelas yang
memiliki laju
tercepat,
menjelaskan
Page 193
176
a. Gelas kimia manakah yang memiliki laju reaksi tercepat?
b. Mengapa demikian? Jelaskan jawabanmu yang dikaitkan dengan
teori tumbukan!
terdapat pada gelas (i) lebih besar
dibanding gelas (ii) sehingga
jumlah partikel pereaksi dalam
HCl pun lebih banyak pada gelas
(i). Hal tersebut menyebabkan
semakin besar peluang untuk
terjadinya tumbukan efektif antar
partikel sehingga reaksi pada gelas
(i) berlangsung lebih cepat.
alasan yang
dikaitkan
dengan teori
tumbukan
3
Menyebutkan
dengan benar
gelas yang
memiliki laju
tercepat, namun
alasan yang
disampaikan
tidak dikaitkan
dengan teori
tumbukan
Page 194
177
2
Menyebutkan
dengan benar
gelas yang
memiliki laju
tercepat namun
tidak
menyertakan
alasan
1
Tidak tepat
dalam
menyebutkan
gelas yang
memiliki laju
tercepat dan
menyertakan
alasan yang
salah
Atau
Tidak tepat
dalam
menyebutkan
gelas yang
memiliki laju
Page 195
178
tercepat dan
tidak
menyertakan
alasan
0 Tidak
menjawab
10
Memerinci
peran katalis
dalam
kehidupan
sehari-hari
C4
Saat ini, penggunaan kendaraan bermotor sudah menyentuh hampir
seluruh pelosok negeri. Dibalik kemudahan mobilitas tersebut, terdapat
bahaya yang mengintai, yaitu terjadinya polusi udara yang berasal dari
gas buang kendaraan bermotor seperti karbon monoksida (CO),
nitrogen oksida (NOx), dan hidrokarbon (CxHy). Untuk mengatasi emisi
gas-gas buang berbahaya pada kendaraan bermotor, diciptakanlah suatu
teknologi yag dikenal dengan konverter katalitik.
Berdasarkan pernyataan tersebut, bagaimana kerja katalis dalam
konverter katalitik tersebut?
Cara kerja konverter katalitik dalam
mengatasi emisi gas buang berbahaya
pada kendaraan bermotor berlangsung
dalam dua tahap, yaitu:
Pada tahap pertama, terjadi
reaksi reduksi yang dikatalisis
oleh logam platina dan
rhodium. Ketika gas oksida
nitrogen masuk ke dalam
konverter katalitik, katalis akan
mengadsorpsi dan menyimpan
atom nitrogen serta
membebaskan gas oksigen.
4
Menjawab cara
kerja konverter
katalitik dengan
tepat dan
lengkap (pada
kedua tahap)
3
Menjawab cara
kerja konverter
katalitik dengan
tepat namun
kurang lengkap
(pada kedua
tahap)
Page 196
179
Selanjutnya, atom nitrogen
yang tersimpan akan bereaksi
dengan atom nitrogen lainnya
yang juga teradsorpsi
membentuk gas nitrogen.
Pada tahap kedua, reaksi yang
terjadi adalah reaksi oksidasi,
dan katalis yang digunakan
pada tahap ini yaitu platina dan
paladium. Katalis tersebut
mengkatalisis reaksi
pengubahan gas karbon
monoksida dan sisa
hidrokarbon menjadi gas
karbon dioksida.
2
Hanya
menjawab
secara singkat
reaksi yang
terjadi pada
kedua tahap
(reaksi reduksi
dan oksidasi)
1
Jawaban tidak
sesuai dengan
cara kerja
converter
katalitik (hanya
menjelaskan
perubahan gas-
gas berbahaya
menjadi gas
yang tidak
berbahaya)
0 Tidak
menjawab
Page 197
180
11
Membuat grafik
berdasarkan data
hasil percobaan
C6
Untuk reaksi BrO3- + 5Br- + 6H+ 3Br2 + 3H2O yang
dilakukan pada suhu 25℃, didapatkan data sebagai berikut:
Percobaan
ke-
[BrO3-]
(M)
[Br-]
(M)
[H+]
(M)
Laju
(M/s)
1 0,1 0,1 0,1 1
2 0,2 0,1 0,1 2
3 0,2 0,2 0,1 4
4 0,1 0,1 0,2 4
Berdasarkan data di atas, buatlah grafik yang menggambarkan laju
reaksi terhadap [Br-]!
4
Menggambar
grafik sesuai
dengan jenis
orde,
menuliskan
posisi laju dan
konsentrasi
dengan tepat
3
Menggambar
sesuai dengan
jenis orde , tidak
menuliskan
posisi laju dan
konsentrasi
2
Menggambar
grafik sesuai
dengan jenis
orde,
menuliskan
posisi laju dan
konsentrasi
tidak tepat
O,1 O,2
2
4
Page 198
181
1
Menggambar
grafik tidak
sesuai dengan
jenis orde
0 Tidak
menjawab
12
Menganalisis
data untuk
menentukan
besarnya laju
reaksi
C4
Untuk menjawab pertanyaan ini, perhatikan data hasil percobaan pada
soal nomor 11.
Apabila setiap kenaikan 10℃ laju reaksi dapat berlangsung 3 kali lebih
cepat, maka pada suhu 55℃ laju reaksi pada percobaan ke-3 menjadi….
Dik:
𝑎: 10℃
n: 3
𝑣1: 4 M/s
𝑇1 : 25℃
𝑇2 : 55℃
∆𝑇 : 55℃ − 25℃ = 30℃
Dit: 𝑣2
Penyelesaian:
𝑣2 = 𝑛∆𝑇𝑎 × 𝑣1
𝑣2 = 33010 × 4
4
Menyertakan
cara dengan
tepat dan
jawaban benar
3
Menyertakan
cara dengan
tepat namun
jawaban kurang
tepat
2 Jawaban benar
tapi cara carah
Page 199
182
𝑣2 = 33 × 4
𝑣2 = 108 M/s 1 Jawaban salah
dan cara salah
0 Tidak
menjawab
13
Menganalisis
pengaruh luas
permukaan
terhadap laju
reaksi
berdasarkan
hasil percobaan
C4
Simak data reaksi berikut:
Percobaan Bentuk
Seng [HCl]
Suhu
(℃)
1 Serbuk 0,1 M 35
2 Serbuk 0,1 M 45
3 Butiran
kasar 0,1 M 25
4 Serbuk 0,2 M 45
5 Butiran
kasar 0,2 M 45
Berdasarkan data hasil percobaan pada tabel di atas, pada percobaan
nomor berapakah yang mengalami laju reaksi paling lambat? Faktor
apakah yang menyebabkan hal tersebut terjadi? Mengapa demikian?
Sertakan alasanmu yang dikaitkan dengan teori tumbukan!
Berdasarkan data hasil percobaan
pada tabel tersebut, dapat diketahui
bahwa laju reaksi paling lambat
terjadi pada percobaan nomor 3.
Faktornya yaitu luas permukaan,
suhu dan konsentrasi
Penggunaan seng berupa butiran
kasar memiliki luas permukaan
yang lebih kecil dibanding
penggunaan serbuk seng. Luas
permukaan yang kecil
menyebabkan kemungkinan
tumbukan antar partikel berkurang,
sehingga reaksi berlangsung lebih
lama dibanding percobaan yang
menggunakan serbuk seng. Pada
4
Pilihan benar,
menyebutkan 3
faktor, dan
mengaitkannya
dengan teori
tumbukan
3
Pilihan benar,
menyebutkan <
3 faktor, dan
mengaitkannya
dengan teori
tumbukan
2
Pilihan benar,
menyebutkan
semua faktor,
namun tidak
mengaitkan
Page 200
183
faktor suhu, suhu yang rendah
menyebabkan energi kinetik
partikel rendah, sehingga
mengurangi kemungkinan
terjadinya tumbukan antar partikel
yang menyebabkan reaksi berjalan
lebih lambat.
dengan teori
tumbukan
1
Pilihan benar,
menyebutkan <
3 faktor, tidak
mengaitkan
dengan teori
tumbukan
0 Tidak
menjawab
14
Membandingkan
faktor suhu
terhadap laju
reaksi
C5
Seorang siswa kelas XI ingin membuat percobaan sederhana mengenai
faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Siswa tersebut membuat
percobaan dengan menyiapkan 2 buah gelas yang telah diberi label A
dan B. Gelas A berisi air dingin, dan gelas B berisi air hangat dengan
volume yang sama disetiap gelasnya. Siswa tersebut kemudian
menuangkan masing-masing 10 gram serbuk vitamin C pada tiap gelas.
Setelah mempelajari tentang laju reaksi, menurutmu diantara kedua
gelas tersebut manakah yang memiliki laju reaksi tercepat? Sertakan
alasanmu yang dikaitkan dengan teori tumbukan!
Antara Gelas A dan Gelas B, yang
lebih cepat bereaksi adalah Gelas B.
Hal ini dikarenakan suhu air di
gelas B lebih tinggi dibanding suhu
air di gelas A. Pada gelas B, suhu air
yang lebih tinggi akan
meningkatkan energi kinetik yang
dimiliki oleh partikel air, sehingga
frekuensi tumbukan antara partikel
4
Menyebutkan
dengan benar
gelas yang
memiliki laju
tercepat,
menjelaskan
alasan yang
dikaitkan
dengan teori
tumbukan
Page 201
184
air dengan partikel vitamin C akan
meningkat sehingga reaksi pun
berlangsung lebih cepat atau
dikatakan laju reaksi lebih
cepat/besar. 3
Menyebutkan
dengan benar
gelas yang
memiliki laju
tercepat, namun
alasan yang
disampaikan
tidak dikaitkan
dengan teori
tumbukan
2
Menyebutkan
dengan benar
gelas yang
memiliki laju
tercepat namun
tidak
menyertakan
alasan
1
Tidak tepat
dalam
menyebutkan
gelas yang
memiliki laju
Page 202
185
tercepat dan
menyertakan
alasan yang
salah
Atau
Tidak tepat
dalam
menyebutkan
gelas yang
memiliki laju
tercepat dan
tidak
menyertakan
alasan
0 Tidak
menjawab
15
Membandingkan
faktor suhu
terhadap laju
reaksi C5
Perhatikan gambar dibawah ini:
(i) (ii)
a. Laju reaksi tercepat terjadi pada
gelas (ii)
b. Karena gelas (i) memiliki suhu
yang lebih rendah dibandingkan
dengan gelas (ii). Suhu yang lebih
rendah pada gambar (i)
menyebabkan energi kinetik
4
Menyebutkan
dengan benar
gelas yang
memiliki laju
tercepat,
menjelaskan
alasan yang
Page 203
186
a. Gelas kimia manakah yang memiliki laju reaksi tercepat?
b. Mengapa demikian? Sertakan alasanmu yang dikaitkan dengan
teori tumbukan!
partikel rendah sehingga gerakan
partikel pun lambat. Gerakan
partikel yang lambat menyebabkan
tabrakan antar partikel pun rendah,
akibatnya reaksi yang terjadi lebih
lambat. Sedangkan suhu yang
terdapat pada gambar (ii) lebih
tinggi sehingga energi kinetik yang
dimiliki oleh partikel pun tinggi.
Semakin tinggi energi kinetik yang
dimiliki oleh suatu partikel yang
bergerak, jika saling bertabrakan
akan menghasilkan energi yang
tinggi pula, sehingga makin besar
peluang terjadinya tumbukan yang
dapat menghasilkan reaksi.
dikaitkan
dengan teori
tumbukan
3
Menyebutkan
dengan benar
gelas yang
memiliki laju
tercepat, namun
alasan yang
disampaikan
tidak dikaitkan
dengan teori
tumbukan
2
Menyebutkan
dengan benar
gelas yang
memiliki laju
tercepat namun
tidak
menyertakan
alasan
Page 204
187
1
Tidak tepat
dalam
menyebutkan
gelas yang
memiliki laju
tercepat dan
menyertakan
alasan yang
salah
Atau
Tidak tepat
dalam
menyebutkan
gelas yang
memiliki laju
tercepat dan
tidak
menyertakan
alasan
0 Tidak
menjawab
16
Memilih cara –
cara pengaturan C5
Bapak Rudi merupakan seorang nelayan yang ingin mencoba
memasarkan hasil ikan tangkapannya ke daerah lain. Namun keinginan
Menurut saya, solusi yang tepat adalah
menurunkan suhu ikan sehingga suhu 4
Memberikan
solusi yang
Page 205
188
dan
penyimpanan
bahan yang tepat
untuk mencegah
perubahan fisika
dan kimia yang
tak terkendali
tersebut belum terwujud dikarenakan Pak Rudi menghawatirkan jarak
tempuh distribusi ikan yang cukup jauh akan menyebabkan kondisi
ikan sudah tidak segar bahkan membusuk ketika sampai di tangan
konsumen.
Setelah membaca wacana diatas, sebagai seorang siswa yang telah
mempelajari laju reaksi, tuliskah solusi yang tepat beserta cara yang
dapat dilakukan oleh Pak Rudi agar kualitas ikan dapat terjaga ketika
sampai di tangan konsumen?
ikan tersebut rendah. Untuk
menurunkan suhu ikan, Pak Rudi dapat
melakukan beberapa cara yaitu
meletakkan ikan dalam freezer atau
meletakkan ikan di dalam box berisi es
batu. Suhu ikan yang rendah mampu
menghambat reaksi pembusukan
sehingga kualitas ikan dapat terjaga
saat proses distribusi dan ikan tetap
segar ketika sampai di tangan
konsumen.
tepat disertai
cara yang
seharusnya
dilakukan
dengan tepat
3
Memberikan
solusi yang
tepat namun
tidak
menyampaikan
cara
2
Hanya
menjawab cara
yang dapat
dilakukan
1
Solusi dan cara
yang diberikan
tidak tepat
`0 Tidak
menjawab
17
Membuat grafik
berdasarkan
hasil percobaan
C6
Dari reaksi:
4
Menggambar
grafik sesuai
dengan jenis
Page 206
189
2NO (g) + 2H2 (g) N2 (g) + 2H2O (g) yang dilakukan pada suhu
20℃, diperoleh data sebagai berikut:
Percobaan [NO] [H2] Laju reaksi
(M/s)
1 2 2 4
2 4 2 4
3 6 2 4
4 4 6 36
5 4 8 64
Berdasarkan data di atas, buatlah grafik yang menggambarkan laju
reaksi terhadap [H2]!
orde,
menuliskan
posisi laju dan
konsentrasi
dengan tepat
3
Menggambar
sesuai dengan
jenis orde , tidak
menuliskan
posisi laju dan
konsentrasi
2
Menggambar
grafik sesuai
dengan jenis
orde,
menuliskan
posisi laju dan
konsentrasi
tidak tepat
1
Menggambar
grafik tidak
sesuai dengan
jenis orde
36
4
2 6
Page 207
190
0 Tidak
menjawab
18
Menganalisis
data untuk
menentukan
besarnya laju
reaksi
C4
Untuk menjawab pertanyaan inni, perhatikan data hasil percobaan pada
soal nomor 17.
Apabila setiap kenaikan 10℃ laju reaksi dapat berlangsung 2 kali lebih
cepat, maka pada suhu 50℃ laju reaksi percobaan nomor 4 menjadi….
Dik:
𝑎: 10℃
n: 2
𝑣1: 36 M/s
𝑇1 : 20℃
𝑇2 : 50℃
∆𝑇 : 50℃ − 20℃ = 30℃
Dit: 𝑣2
Penyelesaian:
𝑣2 = 𝑛∆𝑇𝑎 × 𝑣1
𝑣2 = 23010 × 36
𝑣2 = 23 × 36
𝑣2 = 288 M/s
4
Menyertakan
cara dengan
tepat dan
jawaban benar
3
Menyertakan
cara dengan
tepat namun
jawaban kurang
tepat
2 Jawaban benar
tapi cara carah
1 Jawaban salah
dan cara salah
0 Tidak
menjawab
19
Mengaitkan
faktor
konsentrasi pada
kehidupan
sehari-hari
C4
Masyarakat menggunakan takaran
kaporit dalam jumlah yang banyak
bertujuan untuk mempercepat proses
penjernihan. Jika dikaitkan dengan
faktor yang mempengaruhi laju reaksi,
maka contoh penambahan takaran
4
Mengaitkan
proses
penjernihan air
dengan faktor
konsentrasi
serta
Page 208
191
Perhatikan gambar dibawah ini:
Gambar
5. Kolam
Renang
Kaporit atau kalsium hipoklorit dengan rumus kimia Ca(ClO)2 banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai zat pemutih dan untuk
menjernihkan air seperti kolam renang.
Ketika menggunakan kaporit, seringkali masyarakat menggunakan
takaran kaporit dengan jumlah yang banyak agar air lebih cepat
jernih.
Berdasarkan keterangan di atas, kaitkan kalimat yang bercetak tebal
dengan faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan teori tumbukan!
kaporit merupakan aplikasi dari faktor
peningkatan konsentrasi mampu
mempercepat laju reaksi. Semakin
besar konsentrasi kaporit dalam air
yang akan dijernihkan, maka semakin
besar jumlah partikel kaporit dalam air
sehingga semakin besar peluang
terjadinya tumbukan. Hal tersebut
menyebabkan semakin besar peluang
untuk terjadinya tumbukan efektif
antar partikel sehingga reaksi
penjernihan air akan berlangsung lebih
cepat.
menghubungkan
faktor laju
reaksi dengan
teori tumbukan
3
Mengaitkan
proses
penjernihan air
dengan faktor
konsentrasi
namun tidak
dikaitkan
dengan teori
tumbukan
2
Mengaitkan
proses
penjernihan air
dengan faktor
yang tidak tepat
1
Tidak dapat
mengaitkan
proses
penjernihan air
dengan faktor
Page 209
192
yang
mempengaruhi
laju reaksi
0 Tidak
menjawab
20
Mengumpulkan
informasi
penggunaan
katalis dalam
kehidupan
sehari-hari dan
dalam industri
C4
Banyak masyarakat dari berbagai kalangan menggunakan plastik dalam
kehidupan sehari-hari seperti membungkus barang, peralatan rumah
tangga, mainan, dan sebaginya. Peningkatan penggunaan plastik oleh
masyarakat menimbulkan dampak yang cukup serius, yaitu
menimbunnya sampah plastik yang dapat mencemari lingkungan
sehingga merusak ekosistem disekitarnya. Untuk mencegah dampak
yang makin serius, saat ini telah dikembangkan teknologi pengolahan
limbah plastik menjadi bahan bakar seperti bensin. Salah satu tahap
pada proses daur ulang plastik menjadi bahan bakar tersebut yaitu
cracking katalitik yang memanfaatkan katalis seperti zeolit.
Berdasarkan pernyataan diatas, apa yang dimaksud dengan zeolit?
Bagaimana peran zeolit dalam proses cracking katalitik?
Zeolit adalah mineral kristal dari
alumina silikat, berstruktur rongga 3
dimensi dan berpori yang dapat berisi
kation-kation dan molekul air.
Gugus aktif zeolit terletak pada saluran
antar kristalnya sehingga proses
katalitik dapat terjadi untuk molekul-
molekul yang dapat melewati rongga
tersebut. Zeolit alam jenis mordenit
memberikan aktivitas katalitik yang
baik dalam mengubah etanol menjadi
hidrokarbon. berdasarkan hal tersebut,
diharapkan molekul plastik dalam fasa
gas/cair dapat melewati rongga zeolite
dan mengalami proses cracking
katalitik menghasilkan hidrokarbon
berkarakter bahan bakar minyak.
4
Menjawab
pengertian
zeolite dengan
tepat dan
menjelaskan
peran zeolit
pada proses
cracking
katalitik dengan
tepat dan
lengkap
3
Menjawab
pengertian
zeolite dengan
tepat dan
menjelaskan
peran zeolit
Page 210
193
pada proses
cracking
katalitik dengan
tepat namun
kurang kengkap
2
Menjawab
pengertian
zeolite dengan
tepat dan kurang
tepat dalam
menjelaskan
peran zeolit
pada proses
cracking
katalitik
1
Menjawab
pengertian
zeolite dengan
tepat
0 Tidak
menjawab
21 Mengumpulkan
informasi C4
Asinan, ikan asin dan kimchi merupakan beberapa jenis makanan
berbahan dasar sayuran dan ikan yang pengolahannya memanfaatkan
Menurut saya, penggunaan garam
dengan kadar atau konsentrasi yang 4
Menjawab
manfaat
Page 211
194
mengenai cara –
cara pengaturan
dan
penyimpanan
bahan untuk
mencegah
perubahan fisika
dan kimia yang
tak terkendali
(C6)
garam dalam kadar yang cukup tinggi. Menurutmu apakah manfaat
yang didapat dari penggunaan garam dengan kadar yang cukup tinggi
dalam mengolah ketiga jenis makan tersebut? Apa yang terjadi jika
makanan tersebut diolah tanpa menambahkan garam? Mengapa
demikian? Kaitkan jawabanmu dengan teori laju reaksi!
cukup tinggi bertujuan untuk
menghambat laju pertumbuhan bakteri
pembusuk sehingga reaksi
pembusukan pun terhambat, akibatnya
makanan tersebut dapat bertahan lebih
lama.
Jika makanan seperti asinan, kimchi
dan ikan asin diolah tanpa
menambahkan garam maka akan cepat
membusuk. Bahan makanan yang
terbuat seperti sayuran dan ikan akan
lebih cepat membusuk dikarenakan
bakteri pembusuk dapat tumbuh dan
berkembang biak dengan baik yang
menyebabkan reaksi pembusukan
berlangsung dengan cepat.
penambahan
garam dengan
tepat, menjawab
dampak dengan
tepat serta
menyertakan
alasan yang
dikaitkan
dengan reaksi
pembusukan
3
Menjawab
manfaat
penambahan
garam dengan
tepat, menjawab
dampak dengan
tepat, alasan
yang
disampaikan
salah
2
Hanya
menjawab salah
satu dari
Page 212
195
manfaat atau
dampak dan
tidak
menyertakan
alasan
1
Manfaat dan
dampak yang
dijawab salah
serta tidak
terdapat alasan
0 Tidak
menjawab
22
Membuat grafik
mengenai orde
reaksi
berdasarkan
hasil percobaan C6
Pada reaksi 2Fe3+ (aq) + 3S2- (aq) 2S (s) + 2FeS (s)
diperoleh data eksperimen sebagai berikut:
Perobaan
ke-
[Fe3+]
(M)
[S2-]
(M)
Waktu
(M/s)
1 0,1 0,1 2
2 0,2 0,1 8
3 0,2 0,2 16
4
Menggambar
grafik sesuai
dengan jenis
orde,
menuliskan
posisi laju dan
konsentrasi
dengan tepat
O,1 O,2
8
16
Page 213
196
4 0,2 0,3 54
Berdasarkan data tersebut, buatlah grafik yang menggambarkan laju
reaksi terhadap [S2-] 3
Menggambar
sesuai dengan
jenis orde , tidak
menuliskan
posisi laju dan
konsentrasi
2
Menggambar
grafik sesuai
dengan jenis
orde,
menuliskan
posisi laju dan
konsentrasi
tidak tepat
1
Menggambar
grafik tidak
sesuai dengan
jenis orde
0 Tidak
menjawab
23
Menganalisis
data untuk
menentukan
C4
Berdasarkan persamaan laju reaksi pada soal nomor 22, jika pada suhu
tetap konsentrasi Fe3+ dan S2- dinaikkan dua kali dari semula, laju
reaksinya adalah…
a. Orde reaksi Fe3+:
𝑣1
𝑣2
=𝑘[𝐹𝑒3+]𝑚[𝑆2−]𝑛
𝑘[𝐹𝑒3+]𝑚[𝑆2−]𝑛
4
Cara dan kunci
jawaban yang
dituliskan sesuai
Page 214
197
besarnya laju
reaksi
2
8=
𝑘[0,1]𝑚[0,1]𝑛
𝑘[0,2]𝑚[0,1]𝑛
1
4= (
1
2)
𝑚
𝑚 = 2
Orde reaksi S2-:
𝑣2
𝑣3
=𝑘[𝐹𝑒3+]𝑚[𝑆2−]𝑛
𝑘[𝐹𝑒3+]𝑚[𝑆2−]𝑛
8
16=
𝑘[0,2]𝑚[0,1]𝑛
𝑘[0,2]𝑚[0,2]𝑛
1
2= (
1
2)
𝑛
𝑛 = 1
Persamaan laju reaksi:
𝑣 = 𝑘[Fe]2[𝑆]
Jika konsentrasi awal Fe3+ dan S2-
memakai data percobaan 1 yaitu
masing masing 0,1 M, maka:
𝑣 = 𝑘[0,1]2[0,1]
𝑣 = 𝑘 (0,01 × 0,1)
𝑣 = 0,001𝑘
Jika konsentrasi Fe3+ dan S2-
dinaikkan 3 kali dari semula, maka
𝑣 = 𝑘[0,3]2[0,3]
dengan kunci
jawaban
3
Cara yang
dituliskan sesuai
dengan kunci
jawaban namun
jawaban akhir
tidak tepat
(salah
perhitungan)
2
Cara sesuai
dengan kunci
jawaban namun
tidak sampai
akhir
Atau
Jawaban benar
namun cara
yang dituliskan
tanpa
menentukan
orde (langsung
menentukan laju
Page 215
198
𝑣 = 𝑘 (0,09 × 0,3)
𝑣 = 0,027𝑘
Maka dapat dikatakan bahwa laju
reaksi menjadi dua puluh tujuh kali
lebih besar
setelah
konsentrasi
dinaikkan)
1
Jawaban benar
namun tidak
menyertakan
cara
0 Tidak
menjawab
24
Mengumpulkan
informasi
mengenai cara –
cara pengaturan
dan
penyimpanan
bahan untuk
mencegah
perubahan fisika
dan kimia yang
tak terkendali
C4
Setelah mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi,
Ruben ingin melakukan percobaan sederhana yaitu meletakkan gelas
yang berisi susu pada dua tempat yang berbeda, yaitu di dalam lemari
Menurut saya, susu yang di
letakkan di dalam lemari es masih
segar dikarenakan suhu dalam
lemari es cukup rendah yang
mengakibatkan proses metabolisme
bakteri pembusuk dalam susu
menjadi terhambat sehingga reaksi
pembusukan pada susu berlangsung
lebih lambat.
Sedangkan susu yang diletakkan di
ruang terbuka menjadi cepat basi
4
Menyebutkan
faktor yang
sesuai (suhu),
dan mengaitkan
wacana dengan
teori laju reaksi
secara tepat
3
Menyebutkan
faktor yang
sesuai (suhu)
namun tidak
mengaitkan
Page 216
199
es dan di ruang terbuka. Setelah 3 hari meletakkan gelas berisi susu di
tempat yang berbeda, Ruben membandingkan keadaan kedua gelas
berisi susu tersebut. Ternyata susu yang diletakkan di ruang terbuka
sudah basi, sedangkan susu yang diletakkan di dalam lemari es masih
dalam keadaan segar. Apa yang menyebabkan susu bisa basi di ruang
terbuka namun di lemari es susu tetap awet? Kaitkan jawabanmu
dengan teori laju reaksi!
karena suhu di ruang terbuka yang
cukup tinggi yang menyebabkan
proses metabolisme bakteri
pembusuk berlangsung lebih cepat
sehingga reaksi pembusukan pada
susu yang berada di ruangan
terbuka berlangsung lebih cepat.
wacana dengan
teori laju reaksi
2
Hanya
menyebutkan
faktor yang
sesuai (suhu)
dan tidak ada
alasan
1
Tidak tepat
dalam
menentukn
faktor yang
sesuai dengan
wacana dan
tidak ada alasan
0 Tidak
menjawab
25
Menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
C4
Perhatikan data percobaan dibawah ini:
Percobaan Bentuk
CaCO3
Konsentrasi
[HCl] (M)
Waktu
(s)
Suhu
(℃)
Berdasarkan keterangan tersebut,
dapat diketahui bahwa percobaan 4
Menentukan
dengan tepat
faktor yang
mempengaruhi
Page 217
200
laju reaksi
berdasarkan
hasil percobaan
1 Butiran 0,1 3 25
2 Serbuk 0,1 3 25
3 Bongkahan 0,15 5 25
4 Serbuk 0,1 1,5 35
5 Butiran 0,15 1,5 35
Berdasarkan keterangan hasil percobaan di atas, faktor apakah yang
mempengaruhi laju reaksi pada percobaan 2 dan 4? Mengapa faktor
tersebut dapat menyebabkan adanya perbedaan kecepatan laju? Kaitkan
jawabanmu dengan teori tumbukan!
ke-2 dan ke-4 dipengaruhi oleh
faktor suhu.
Suhu dapat menyebabkan adanya
perbedaan kecepatan laju karena
pada suhu yang lebih tinggi maka
reaksi akan berlangsung lebih cepat
dibanding reaksi pada suhu yang
rendah. Pada suhu tinggi, partikel-
partikel yang terdapat dalam suatu
zat akan bergerak lebih cepat
daripada suhu rendah. oleh karena
itu, apabila terjadi kenaikan suhu,
partikel-partikel akan bergerak
lebih cepat, sehingga energi kinetik
partikel meningkat. Semakin tinggi
energi kinetik partikel yang
bergerak, jika saling bertabrakan
akan menghasilkan energi yang
tinggi pula, sehingga makin besar
peluang terjadinya tumbukan yang
dapat menghasilkan reaksi.
laju reaksi,
menyertakan
alasan secara
tepat yang
dikaitkan
dengan teori
tumbukan
3
Menentukan
dengan tepat
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi;
namun alasan
yang
disampaikan
tidak dikaitkan
dengan teori
tumbukan
2
Menentukan
dengan tepat
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi,
Page 218
201
namun tidak
menyertakan
alasan
1
Tidak tepat
dalam
menentukan
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi
0 Tidak
menjawab
26
Mengaitkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
laju reaksi pada
kehidupan
sehari-hari
C4
Perhatikan gambar dibawah ini:
Gambar
diatas
merupakan contoh obat yang memiliki merk dan khasiat yang sama
namun memiliki dosis yang berbeda.
Ketika seorang pasien sakit, dokter biasanya memberikan dosis tertentu
pada obat yang diberikan. Ada pasien yang diberi obat dengan dosis
Gambar obat dengan dosis yang
berbeda pada gambar tersebut
merupakan contoh dari faktor
konsentrasi mempengaruhi laju
reaksi.
Jika obat yang dikonsumsi memiliki
dosis yang tinggi menandakan
bahwa konsentrasi suatu zat dalam
obat tersebut juga tinggi/besar.
sesuai dengan teori laju reaksi,
4
Menentukan
dengan tepat
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi,
menyertakan
alasan secara
tepat yang
dikaitkan
dengan teori
tumbukan
Page 219
202
tinggi, dan ada pula pasien yang diberi obat dengan dosis yang rendah.
(Pasien memiliki karakteristik yang sama).
Jika dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi laju reaksi, faktor
apakah yang dimaksud pada wacana diatas? Bagaimana pengaruh dosis
terhadap reaksi yang terjadi dalam tubuh?
semakin besar konsentrasi, semakin
cepat pula laju reaksinya sehingga
obat dengan dosis yang tinggi
(konsentrasi besar) maka obat
tersebut akan semakin cepat
bereaksi dengan tubuh, atau dapat
dikatakan semakin cepat penyakit
disembuhkan.
3
Menentukan
dengan tepat
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi;
namun alasan
yang
disampaikan
tidak dikaitkan
dengan teori
tumbukan
2
Menentukan
dengan tepat
faktor yang
mempengaruhi
laju reaksi,
namun tidak
menyertakan
alasan
1
Tidak tepat
dalam
menentukan
faktor yang
Page 220
203
mempengaruhi
laju reaksi
0 Tidak
menjawab
27
Membuat grafik
mengenai orde
reaksi
berdasarkan
hasil percobaan
C6
Pada reaksi A + B C + Ddiperoleh data eksperimen sebagai
berikut:
Perobaan
ke-
[A]
(M)
[B]
(M)
Waktu
(M/s)
1 0,1 0,6 12 x 10-3
2 0,2 0,6 48 x 10-3
3 0,2 1,2 48 x 10-3
Berdasarkan data di atas, buatlah grafik yang menggambarkan laju
reaksi terhadap [A]
4
Menggambar
grafik sesuai
dengan jenis
orde,
menuliskan
posisi laju dan
konsentrasi
dengan tepat
3
Menggambar
sesuai dengan
jenis orde , tidak
menuliskan
posisi laju dan
konsentrasi
2
Menggambar
grafik sesuai
dengan jenis
orde,
48 x10-3
12 x 10-3
0,1 0,2
Page 221
204
menuliskan
posisi laju dan
konsentrasi
tidak tepat
1
Menggambar
grafik tidak
sesuai dengan
jenis orde
0 Tidak
menjawab
28
Membandingkan
faktor
konsentrasi
terhadap laju
reaksi
C5
Perhatikan gambar dibawah ini:
Gambar 1 Gambar 2
Gambar manakah yang menunjukkan perlakuan paling tepat untuk
membersihkan noda dengan cepat. Mengapa demikian? Kaitkan
jawabanmu dengan teori tumbukan!
Gambar paling tepat untuk
membersihkan noda dengan cepat
yaitu gambar 1.
Karena gambar 1 memiliki
konsentrasi yang lebih tinggi
dibanding konsentrasi pada gambar
2. Seperti pada konsep laju reaksi,
konsentrasi yang lebih besar akan
meningkatkan energi kinetic pada
partikel, yang mengakibatkan
semakin besarnya kemungkinan
tumbukan yang terjadi antara
4
Menentukan
dengan tepat
gambar yang
memiliki laju
tercepat,
menyertakan
alasan secara
tepat yang
dikaitkan
dengan teori
tumbukan
3 Menentukan
dengan tepat
Page 222
205
partikel dalam cairan pembersih
dengan permukaan lantai
berlangsung lebih cepat sehingga
proses pengangkatan kotoran pun
berlangsung lebih cepat.
gambar yang
memiliki laju
tercepat, namun
alasan yang
disampaikan
tidak dikaitkan
dengan teori
tumbukan
2
Menentukan
dengan tepat
gambar yang
memiliki laju
tercepat, namun
tidak
menyertakan
alasan
1
Tidak tepat
dalam
menentukan
gambar yang
memiliki laju
tercepat
Page 223
206
0 Tidak
menjawab
29
Mengaitkan
faktor
konsentrasi pada
kehidupan
sehari-hari
C4
Hidrogen peroksida digunakan dalam pewarna rambut untuk
mencerahkan warna rambut dengan bereaksi membentuk air dan gas
oksigen menurut reaksi:
2 H2O2(aq) 2 H2O(l) + O2(g).
Terdapat dua salon penata rambut saling bersebelahan dimana hidrogen
peroksida yang digunakan untuk pewarna rambut pada salon O
memiliki konsentrasi 5% dan pada salon P memiliki konsentrasi 12%.
Salon manakah yang akan dipilih oleh konsumen yang ingin mewarnai
rambutnya dalam waktu yang cepat? Mengapa demikian? Kaitkan
jawabanmu dengan teori laju reaksi!
Konsumen yang ingin mewarnai
rambutnya dengan waktu yang
lebih cepat maka dapat mendatangi
salon P yang memiliki konsentrasi
hidrogen peroksida sebesar 12%.
Karena konsentrasi hidrogen
peroksida pada salon P lebih besar
dibanding konsentrasi hidrogen
peroksida pada salon O. Seperti
yang telah dipelajari bahwa
semakin besar konsentrasi suatu
pereaksi maka semakin cepat pula
reaksi yang terjadi, sehingga proses
pewarnaan rambut pada salon P
lebih cepat. Sedangkan semakin
kecil konsentrasi suatu pereaksi
maka semakin lambat reaksi yang
terjadi, sehingga proses pewarnaan
rambut pada salon O lebih lambat.
4
Menjawab
dengan tepat
jenis salon yang
mewarnai
rambut dengan
cepat dan
menjelaskan
alasan dengan
tepat yang
dikaitkan
dengan teori
laju reaksi
3
Menjawab
dengan tepat
jenis salon yang
mewarnai
rambut dengan
cepat namun
alasan yang
disampaikan
tidak sesuai
Page 224
207
dengan teori
laju reaksi
2
Menjawab
dengan tepat
jenis salon yang
mewarnai
rambut dengan
cepat namun
tidak
menyertakan
alasan
1
Tidak tepat
dalam
menjawab jenis
salon yang
mewarnai
rambut dengan
cepat
0 Tidak
menjawab
Page 225
208
30
Membuat
diagram energi
aktivasi terkait
penggunaan
katalis dan tanpa
penggunaan
katalis
C6
Setelah mempelajari laju reaksi, tentu kalian mengetahui bahwa pada
reaksi tanpa menggunakan katalis memiliki energi aktivasi yang tinggi,
sedangkan pada reaksi yang menggunakan katalis memiliki energi
aktivasi yang lebih rendah. Adanya katalis dalam suatu reaksi
menyebabkan terpilihnya mekanisme reaksi alternatif baru dengan
energi aktivasi yang lebih rendah, dimana semakin rendah energi
aktivasi suatu reaksi maka reaksi tersebut akan semakin mudah terjadi.
Buatlah gambar yang sesuai dengan pernyataan di atas!
4
Membuat
gambar dengan
menyertakan
perbedaan
posisi energi
aktivasi dengan
katalis dan
tanpa katalis
dengan tepat
3
Membuat
gambar dengan
menyertakan
perbedaan
posisi energi
aktivasi dengan
katalis dan
tanpa katalis
namun posisi
keduanya
tertukar
2
Hanya membuat
gambar dengan
tepat namun
Ea tanpa
katalis
Ea dengan
katalis
Page 226
209
tanpa
menyertakan
perbedaan
posisi energi
aktivasi dengan
katalis dan
tanpa katalis
1
Gambar yang
dibuat tidak
tepat
0 Tidak
menjawab
Page 228
211
Lampiran 8. Soal Uji Validasi Siswa
TES KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
(Uji Coba)
Nama :
Kelas :
No Soal Jawaban
1
Pada suatu kegiatan PERSAMI, diadakan lomba
membuat api unggun. Tiap peserta diwajibkan untuk
membawa sendiri kayu bakar yang digunakan untuk
perlombaan. Tomi menggunakan balok kayu yang telah
dibelah menjadi beberapa bagian, sedangkan Rini
menggunakan balok kayu besar yang tidak dibelah
menjadi beberapa bagian untuk membuat api unggun.
Berdasarkan pernyataan tersebut, buatlah hipotesis
terkait penggunaan kayu bakar dengan luas permukaan
dan teori tumbukan!
2
Gambar 1. Gula batu Gambar 2. Gula Pasir
Jika kedua jenis gula di atas dilarutkan dalam air yang
bersuhu sama, tentukanlah mana yang memiliki laju
reaksi lebih cepat dan sertakan alasanmu yang dikaitkan
dengan teori tumbukan!
3
Perhatikan data percobaan berikut:
Percobaan Pereaksi Suhu
(℃)
Waktu
(detik) CaCO3 HCl
1 1 gram
serbuk 1M 50 48
2 1 gram
serbuk 2 M 40 14
Page 229
212
3 1 gram
serbuk 2 M 50 10
4 1 gram
butiran 2 M 40 18
Berdasarkan data hasil percobaan di atas, mengapa
percobaan nomor 3 lebih cepat dibanding percobaan
nomor 1? Jelaskan jawabanmu yang dikaitkan dengan
teori tumbukan!
4
Perhatikan gambar dibawah ini:
Berdasarkan gambar di atas, faktor apakah yang
mempengaruhi laju reaksi? Mengapa terjadi perbedaan
laju pada gambar di atas? Jelaskan jawabanmu yang
dikaitkan dengam teori tumbukan!
5
Perhatikan gambar dibawah ini:
Gambar 3. Ayam yang dibakar
Gambar 4. Sate ayam yang dibakar
Jika dikaitkan dengan laju reaksi, faktor apakah yang
sesuai dengan gambar diatas? Mengapa waktu yang
dibutuhkan untuk membakar ayam dengan potongan
besar lebih lama dibanding membakar sate ayam?
6 Gas pencemar nitrogen monoksida (NO) di udara
bereaksi dengan oksigen membentuk NO2 dengan laju
Page 230
213
tertentu. Untuk menentukan hukum laju reaksi antara
gas NO dan NO2 dilakukan percobaan metode laju awal
di dalam suatu wadah tertutup pada temperatur 25℃.
Reaksinya: 2NO + O2 2NO2(g)
Dengan melakukan variasi konsentrasi gas NO dan O2,
diperoleh data sebagai berikut:
Percobaan
Konsentrasi
awal (mol/L) Laju awal
(M/s) NO O2
1 0,1 0,1 20
2 0,1 0,2 40
3 0,1 0,3 60
4 0,3 0,1 180
Berdasarkan data diatas, buatlah grafik yang
menggambarkan laju reaksi terhadap [O2]
7
Berdasarkan persamaan laju reaksi pada soal nomor 6,
jika pada suhu tetap konsentrasi NO dan O2 dinaikkan
dua kali dari semula, laju reaksinya adalah…
8
Pak Ujang merupakan seorang petani buah mangga yang
cukup sukses. Pada suatu hari, Pak Ujang membaca
sebuah artikel mengenai penggunaan karbit dalam
proses pematangan buah. Untuk membuktikan
kebenaran artikel tersebut, Pak ujang pun membuat
percobaan sederhana. Pak Ujang meletakkan beberapa
buah mangga dalam 2 buah wadah yang sama besar.
Buah mangga dalam wadah A ditambahkan karbit,
sedangkan buah mangga dalam wadah B tidak
ditambahkan karbit. Berdasarkan pernyataan di atas,
buatlah hipotesis terkait penggunaan karbit sebagai
katalis dalam proses pematangan buah!
Page 231
214
9
Perhatikan gambar di bawah ini:
(ii) (ii)
a. Gelas kimia manakah yang memiliki laju reaksi
tercepat?
b. Mengapa demikian? Jelaskan jawabanmu yang
dikaitkan dengan teori tumbukan!
10
Saat ini, penggunaan kendaraan bermotor sudah
menyentuh hampir seluruh pelosok negeri. Dibalik
kemudahan mobilitas tersebut, terdapat bahaya yang
mengintai, yaitu terjadinya polusi udara yang berasal
dari gas buang kendaraan bermotor seperti karbon
monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), dan
hidrokarbon (CxHy). Untuk mengatasi emisi gas-gas
buang berbahaya pada kendaraan bermotor,
diciptakanlah suatu teknologi yag dikenal dengan
konverter katalitik.
Berdasarkan pernyataan tersebut, bagaimana kerja
katalis dalam konverter katalitik tersebut?
11
Untuk reaksi BrO3- + 5Br- + 6H+ 3Br2 +
3H2O yang dilakukan pada suhu 25℃, didapatkan data
sebagai berikut:
Percobaan
ke-
[BrO3-]
(M)
[Br-]
(M)
[H+]
(M)
Laju
(M/s)
1 0,1 0,1 0,1 1
2 0,2 0,1 0,1 2
3 0,2 0,2 0,1 4
4 0,1 0,1 0,2 4
Berdasarkan data di atas, buatlah grafik yang
menggambarkan laju reaksi terhadap [Br-]!
Page 232
215
12
Untuk menjawab pertanyaan ini, perhatikan data hasil
percobaan pada soal nomor 11.
Apabila setiap kenaikan 10 ℃ laju reaksi dapat
berlangsung 3 kali lebih cepat, maka pada suhu 55℃
laju reaksi pada percobaan ke-3 menjadi….
13
Simak data reaksi berikut:
Percobaan Bentuk
Seng [HCl]
Suhu
(℃)
1 Serbuk 0,1 M 35
2 Serbuk 0,1 M 45
3 Butiran
kasar 0,1 M 25
4 Serbuk 0,2 M 45
5 Butiran
kasar 0,2 M 45
Berdasarkan data hasil percobaan pada tabel di atas,
pada percobaan nomor berapakah yang mengalami laju
reaksi paling lambat? Faktor apakah yang menyebabkan
hal tersebut terjadi? Mengapa demikian? Sertakan
alasanmu yang dikaitkan dengan teori tumbukan!
14
Seorang siswa kelas XI ingin membuat percobaan
sederhana mengenai faktor yang mempengaruhi laju
reaksi. Siswa tersebut membuat percobaan dengan
menyiapkan 2 buah gelas yang telah diberi label A dan
B. Gelas A berisi air dingin, dan gelas B berisi air
hangat. Siswa tersebut kemudian menuangkan masing-
masing 1 sendok makan serbuk garam pada tiap gelas.
Setelah mempelajari tentang laju reaksi, menurutmu
diantara kedua gelas tersebut manakah yang memiliki
laju reaksi tercepat? Sertakan alasanmu yang dikaitkan
dengan teori tumbukan!
15 Perhatikan gambar dibawah ini:
Page 233
216
(ii) (ii)
a. Gelas kimia manakah yang memiliki laju reaksi
tercepat?
b. Mengapa demikian? Sertakan alasanmu yang
dikaitkan dengan teori tumbukan!
16
Bapak Rudi merupakan seorang nelayan yang ingin
mencoba memasarkan hasil ikan tangkapannya ke
daerah lain. Namun keinginan tersebut belum terwujud
dikarenakan Pak Rudi menghawatirkan jarak tempuh
distribusi ikan yang cukup jauh akan menyebabkan
kondisi ikan sudah tidak segar bahkan membusuk ketika
sampai di tangan konsumen.
Setelah membaca wacana diatas, sebagai seorang siswa
yang telah mempelajari laju reaksi, tuliskah solusi yang
tepat beserta cara yang dapat dilakukan oleh Pak Rudi
agar kualitas ikan dapat terjaga ketika sampai di tangan
konsumen?
17
Dari reaksi:
2NO (g) + 2H2 (g) N2 (g) + 2H2O (g) yang
dilakukan pada suhu 20 ℃, diperoleh data sebagai
berikut:
Percobaan [NO] [H2] Laju reaksi
(M/s)
1 2 2 4
2 4 2 4
3 6 2 4
4 4 6 36
5 4 8 64
Berdasarkan data di atas, buatlah grafik yang
menggambarkan laju reaksi terhadap [H2]!
Page 234
217
18
Untuk menjawab pertanyaan inni, perhatikan data hasil
percobaan pada soal nomor 17.
Apabila setiap kenaikan 10 ℃ laju reaksi dapat
berlangsung 2 kali lebih cepat, maka pada suhu 50℃
laju reaksi percobaan nomor 4 menjadi….
19
Perhatikan gambar dibawah ini:
Gambar
5.
Kolam
Renang
Kaporit atau kalsium hipoklorit dengan rumus kimia
Ca(ClO)2 banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
zat pemutih dan untuk menjernihkan air seperti kolam
renang.
Ketika menggunakan kaporit, seringkali masyarakat
menggunakan takaran kaporit dengan jumlah yang
banyak agar air lebih cepat jernih.
Berdasarkan keterangan di atas, kaitkan kalimat yang
bercetak tebal dengan faktor yang mempengaruhi laju
reaksi dan teori tumbukan!
20
Banyak masyarakat dari berbagai kalangan
menggunakan plastik dalam kehidupan sehari-hari
seperti membungkus barang, peralatan rumah tangga,
mainan, dan sebaginya. Peningkatan penggunaan plastik
oleh masyarakat menimbulkan dampak yang cukup
serius, yaitu menimbunnya sampah plastik yang dapat
mencemari lingkungan sehingga merusak ekosistem
disekitarnya. Untuk mencegah dampak yang makin
serius, saat ini telah dikembangkan teknologi
pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar seperti
bensin. Salah satu tahap pada proses daur ulang plastik
Page 235
218
menjadi bahan bakar tersebut yaitu cracking katalitik
yang memanfaatkan katalis seperti zeolit. Berdasarkan
pernyataan diatas, apa yang dimaksud dengan zeolit?
Bagaimana peran zeolit dalam proses cracking katalitik?
21
Asinan, ikan asin dan kimchi merupakan beberapa jenis
makanan berbahan dasar sayuran dan ikan yang
pengolahannya memanfaatkan garam dalam kadar yang
cukup tinggi. Menurutmu apakah manfaat yang didapat
dari penggunaan garam dengan kadar yang cukup tinggi
dalam mengolah ketiga jenis makan tersebut? Apa yang
terjadi jika makanan tersebut diolah tanpa
menambahkan garam? Mengapa demikian? Kaitkan
jawabanmu dengan teori laju reaksi!
22
Pada reaksi 2Fe3+ (aq) + 3S2- (aq) 2S (s) + 2FeS (s)
diperoleh data eksperimen sebagai berikut:
Perobaan
ke-
[Fe3+]
(M)
[S2-]
(M)
Waktu
(M/s)
1 0,1 0,1 2
2 0,2 0,1 8
3 0,2 0,2 16
4 0,2 0,3 54
Berdasarkan data tersebut, buatlah grafik yang
menggambarkan laju reaksi terhadap [S2-]
23
Berdasarkan persamaan laju reaksi pada soal nomor 22,
jika pada suhu tetap konsentrasi Fe3+ dan S2- dinaikkan
dua kali dari semula, laju reaksinya adalah…
Page 236
219
24
Setelah mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi, Ruben ingin melakukan percobaan
sederhana yaitu meletakkan gelas yang berisi susu pada
dua tempat yang berbeda, yaitu di dalam lemari es dan
di ruang terbuka. Setelah 3 hari meletakkan gelas berisi
susu di tempat yang berbeda, Ruben membandingkan
keadaan kedua gelas berisi susu tersebut. Ternyata susu
yang diletakkan di ruang terbuka sudah basi, sedangkan
susu yang diletakkan di dalam lemari es masih dalam
keadaan segar. Apa yang menyebabkan susu bisa basi di
ruang terbuka namun di lemari es susu tetap awet?
Kaitkan jawabanmu dengan teori laju reaksi!
25
Perhatikan data percobaan dibawah ini:
Perco
baan
Bentuk
CaCO3
Konsentrasi
[HCl] (M)
Waktu
(s)
Suhu
(℃)
1 Butiran 0,1 3 25
2 Serbuk 0,1 3 25
3 Bongka
han 0,15 5 25
4 Serbuk 0,1 1,5 35
5 Butiran 0,15 1,5 35
Berdasarkan keterangan hasil percobaan di atas, faktor
apakah yang mempengaruhi laju reaksi pada percobaan
2 dan 4? Mengapa faktor tersebut dapat menyebabkan
adanya perbedaan kecepatan laju? Kaitkan jawabanmu
dengan teori tumbukan!
26
Perhatikan gambar dibawah ini:
Page 237
220
Gambar diatas merupakan contoh obat yang memiliki
merk dan khasiat yang sama namun memiliki dosis yang
berbeda.
Ketika seorang pasien sakit, dokter biasanya
memberikan dosis tertentu pada obat yang diberikan.
Ada pasien yang diberi obat dengan dosis tinggi, dan ada
pula pasien yang diberi obat dengan dosis yang rendah.
(Pasien memiliki karakteristik yang sama).
Jika dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi laju
reaksi, faktor apakah yang dimaksud pada wacana
diatas? Bagaimana pengaruh dosis terhadap reaksi yang
terjadi dalam tubuh?
27
Pada reaksi A + B C Ddiperoleh data
eksperimen sebagai berikut:
Perobaa
n ke-
[A]
(M)
[B]
(M)
Waktu
(M/s)
1 0,1 0,6 12 x 10-3
2 0,2 0,6 48 x 10-3
3 0,2 1,2 48 x 10-3
Berdasarkan data di atas, buatlah grafik yang
menggambarkan laju reaksi terhadap [A]
28
Perhatikan gambar dibawah ini:
Gambar 1 Gambar 2
Gambar manakah yang menunjukkan perlakuan paling
tepat untuk membersihkan noda dengan cepat. Mengapa
demikian? Kaitkan jawabanmu dengan teori tumbukan!
29
Hidrogen peroksida digunakan dalam pewarna
rambut untuk mencerahkan warna rambut dengan
bereaksi membentuk air dan gas oksigen menurut
reaksi:
Page 238
221
2 H2O2(aq) 2 H2O(l) + O2(g).
Terdapat dua salon penata rambut saling
bersebelahan dimana hidrogen peroksida yang
digunakan untuk pewarna rambut pada salon O
memiliki konsentrasi 5% dan pada salon P
memiliki konsentrasi 12%. Salon manakah yang
akan dipilih oleh konsumen yang ingin mewarnai
rambutnya dalam waktu yang cepat? Mengapa
demikian? Kaitkan jawabanmu dengan teori laju
reaksi!
30
Setelah mempelajari laju reaksi, tentu kalian mengetahui
bahwa pada reaksi tanpa menggunakan katalis memiliki
energi aktivasi yang tinggi, sedangkan pada reaksi yang
menggunakan katalis memiliki energi aktivasi yang
lebih rendah. Adanya katalis dalam suatu reaksi
menyebabkan terpilihnya mekanisme reaksi alternatif
baru dengan energi aktivasi yang lebih rendah, dimana
semakin rendah energi aktivasi suatu reaksi maka reaksi
tersebut akan semakin mudah terjadi. Buatlah gambar
yang sesuai dengan pernyataan di atas!
Page 239
222
Lampiran 9. Hasil Validasi Instrumen
REKAP ANALISIS BUTIR
=====================
Rata2= 43.67
Simpang Baku= 14.58
KorelasiXY= 0.73
Reliabilitas Tes= 0.84
Butir Soal= 30
Jumlah Subyek= 30
Nama berkas: D:\UIN TUGAS KULIAH\VIVIN\BISMILLAH\SKRIPSI LEARNING CYCLE 7E
HOTS\SKRIPSI VIVIN\SKRIPSI\PERHITUNGAN INSTRUMEN\PERHITUNGAN VALIDASI ISI
(SISWA).AUR
No No Btr Asli T DP(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi
1 1 1.82 18.75 Mudah 0.342 -
2 2 0.94 9.38 Sedang 0.206 -
3 3 3.37 50.00 Sedang 0.464 Sangat Signifikan
4 4 3.71 53.13 Sedang 0.606 Sangat Signifikan
5 5 2.18 25.00 Sedang 0.411 Signifikan
6 6 3.79 68.75 Sedang 0.605 Sangat Signifikan
7 7 3.68 59.38 Sedang 0.624 Sangat Signifikan
8 8 2.19 40.63 Sedang 0.523 Sangat Signifikan
9 9 1.13 6.25 Mudah 0.054 -
10 10 2.90 37.50 Sedang 0.530 Sangat Signifikan
11 11 3.80 59.38 Sukar 0.669 Sangat Signifikan
12 12 2.93 46.88 Sukar 0.509 Sangat Signifikan
13 13 4.25 43.75 Sedang 0.487 Sangat Signifikan
14 14 5.14 56.25 Sedang 0.485 Sangat Signifikan
15 15 -... -1... Mudah -0.190 -
16 16 1.72 25.00 Sedang 0.350 Signifikan
17 17 7.00 21.88 Sangat Sukar 0.679 Sangat Signifikan
Page 240
223
18 18 2.88 40.63 Sukar 0.402 Signifikan
19 19 2.59 37.50 Sukar 0.372 Signifikan
20 20 1.13 6.25 Sangat Sukar 0.188 -
21 21 0.00 0.00 Sangat Sukar 0.122 -
22 22 1.89 25.00 Sukar 0.399 Signifikan
23 23 2.26 12.50 Sangat Sukar 0.273 -
24 24 1.52 34.38 Sedang 0.294 -
25 25 2.92 37.50 Sukar 0.275 -
26 26 0.42 9.38 Sedang 0.166 -
27 27 2.18 25.00 Sukar 0.360 Signifikan
28 28 2.37 34.38 Sukar 0.435 Signifikan
29 29 1.78 25.00 Sukar 0.387 Signifikan
30 30 1.35 21.88 Sukar 0.374 Signifikan
Page 241
224
Lampiran 10. Soal Pretest-Posttest Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa
PRE TEST
KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA
Nama :
Kelas :
No Pertanyaan Jawaban
1
Perhatikan data percobaan berikut:
Percobaan Pereaksi Suhu
(℃)
Waktu
(detik) Zn HCl
1 2 gram
serbuk 2M 60 48
2 2 gram
serbuk 3 M 35 14
3 2 gram
serbuk 3 M 60 10
4 2 gram
butiran 3 M 35 18
Berdasarkan data hasil percobaan di atas, mengapa
percobaan nomor 3 lebih cepat dibanding percobaan
nomor 1? Jelaskan jawabanmu yang dikaitkan dengan
teori tumbukan!
2
Setelah mempelajari laju reaksi, tentu kalian mengetahui
bahwa pada reaksi tanpa menggunakan katalis memiliki
energi aktivasi yang tinggi, sedangkan pada reaksi yang
menggunakan katalis memiliki energi aktivasi yang lebih
rendah. Adanya katalis dalam suatu reaksi menyebabkan
terpilihnya mekanisme reaksi alternatif baru dengan
energi aktivasi yang lebih rendah, dimana semakin
rendah energi aktivasi suatu reaksi maka reaksi tersebut
akan semakin mudah terjadi. Buatlah gambar yang sesuai
dengan pernyataan di atas!
Page 242
225
3
Perhatikan gambar dibawah ini:
Berdasarkan gambar di atas, faktor apakah yang
mempengaruhi laju reaksi? Mengapa terjadi perbedaan
laju pada gambar di atas? Jelaskan jawabanmu yang
dikaitkan dengam teori tumbukan!
4
Pak Ujang merupakan seorang petani buah mangga yang
cukup sukses. Pada suatu hari, Pak Ujang membaca
sebuah artikel mengenai penggunaan karbit dalam proses
pematangan buah. Untuk membuktikan kebenaran artikel
tersebut, Pak ujang pun membuat percobaan sederhana.
Pak Ujang meletakkan beberapa buah mangga dalam 2
buah wadah yang sama besar. Buah mangga dalam wadah
A ditambahkan karbit, sedangkan buah mangga dalam
wadah B tidak ditambahkan karbit. Berdasarkan
pernyataan di atas, buatlah hipotesis terkait penggunaan
karbit sebagai katalis dalam proses pematangan buah!
5
Gas pencemar nitrogen monoksida (NO) di udara
bereaksi dengan oksigen membentuk NO2 dengan laju
tertentu. Untuk menentukan hukum laju reaksi antara gas
NO dan NO2 dilakukan percobaan metode laju awal di
dalam suatu wadah tertutup pada temperatur 25℃.
Reaksinya: 2NO + O2 2NO2(g)
Dengan melakukan variasi konsentrasi gas NO dan O2,
diperoleh data sebagai berikut:
Percobaan
Konsentrasi
awal (mol/L) Laju awal
(M/s) NO O2
1 0,1 0,1 20
2 0,1 0,2 40
3 0,1 0,3 60
4 0,3 0,1 180
Berdasarkan data diatas, buatlah grafik yang
menggambarkan laju reaksi terhadap konsentrasi O2!
Pualam Pualam
Page 243
226
6
Berdasarkan persamaan laju reaksi pada soal nomor 5,
jika pada suhu tetap konsentrasi NO dan O2 dinaikkan
dua kali dari semula, laju reaksinya adalah…
7
Hidrogen peroksida digunakan dalam pewarna rambut
untuk mencerahkan warna rambut dengan bereaksi
membentuk air dan gas oksigen menurut reaksi:
2 H2O2(aq) 2 H2O(l) + O2(g).
Terdapat dua salon penata rambut saling bersebelahan
dimana hidrogen peroksida yang digunakan untuk
pewarna rambut pada salon K memiliki konsentrasi 3%
dan pada salon L memiliki konsentrasi 8%. Salon
manakah yang akan dipilih oleh konsumen yang ingin
mewarnai rambutnya dalam waktu yang cepat? Mengapa
demikian? Kaitkan jawabanmu dengan teori laju reaksi!
8
Saat ini, penggunaan kendaraan bermotor sudah
menyentuh hampir seluruh pelosok negeri. Dibalik
kemudahan mobilitas tersebut, terdapat bahaya yang
mengintai, yaitu terjadinya polusi udara yang berasal dari
gas buang kendaraan bermotor seperti karbon monoksida
(CO), nitrogen oksida (NOx), dan hidrokarbon (CxHy).
Untuk mengatasi emisi gas-gas buang berbahaya pada
kendaraan bermotor, diciptakanlah suatu teknologi yag
dikenal dengan konverter katalitik.
Berdasarkan pernyataan tersebut, bagaimana kerja katalis
dalam konverter katalitik tersebut?
Page 244
227
9
Simak data reaksi berikut:
Percobaan Bentuk
CaCO3 [HCl]
Suhu
(℃)
1 Serbuk 0,3 M 35
2 Serbuk 0,3 M 45
3 Butiran
kasar 0,3 M 25
4 Serbuk 0,5 M 45
5 Butiran
kasar 0,5 M 45
Berdasarkan data hasil percobaan pada tabel di atas, pada
percobaan nomor berapakah yang mengalami laju reaksi
paling lambat? Faktor apakah yang menyebabkan hal
tersebut terjadi? Mengapa demikian? Sertakan alasanmu
yang dikaitkan dengan teori tumbukan!
10
Bapak Rudi merupakan seorang nelayan yang ingin
mencoba memasarkan hasil ikan tangkapannya ke daerah
lain. Namun keinginan tersebut belum terwujud
dikarenakan Pak Rudi menghawatirkan jarak tempuh
distribusi ikan yang cukup jauh akan menyebabkan
kondisi ikan sudah tidak segar bahkan membusuk ketika
sampai di tangan konsumen.
Setelah membaca wacana diatas, sebagai seorang siswa
yang telah mempelajari laju reaksi, tuliskah solusi yang
tepat beserta cara yang dapat dilakukan oleh Pak Rudi
agar kualitas ikan dapat terjaga ketika sampai di tangan
konsumen?
Page 245
228
11
Seorang siswa kelas XI ingin membuat percobaan
sederhana mengenai faktor yang mempengaruhi laju
reaksi. Siswa tersebut membuat percobaan dengan
menyiapkan 2 buah gelas yang telah diberi label A dan B.
Gelas A berisi air dingin, dan gelas B berisi air hangat
dengan volume yang sama disetiap gelasnya. Siswa
tersebut kemudian menuangkan masing-masing 10 gram
serbuk vitamin C pada tiap gelas.
Setelah mempelajari tentang laju reaksi, menurutmu
diantara kedua gelas tersebut manakah yang memiliki
laju reaksi tercepat? Sertakan alasanmu yang dikaitkan
dengan teori tumbukan!
12
Untuk reaksi BrO3- + 5Br- + 6H+ 3Br2 + 3H2O
yang dilakukan pada suhu 25℃, didapatkan data sebagai
berikut:
Percobaan
ke-
[BrO3-]
(M)
[Br-]
(M)
[H+]
(M)
Laju
(M/s)
1 0,1 0,1 0,1 1
2 0,2 0,1 0,1 2
3 0,2 0,2 0,1 4
4 0,1 0,1 0,2 4
Berdasarkan data di atas, buatlah grafik yang
menggambarkan laju reaksi terhadap [Br-]!
Page 246
229
13
Untuk menjawab pertanyaan ini, perhatikan data hasil
percobaan pada soal nomor 12.
Apabila setiap kenaikan 10 ℃ laju reaksi dapat
berlangsung 3 kali lebih cepat, maka pada suhu 55℃ laju
reaksi pada percobaan ke-3 menjadi….
Page 247
230
POST TEST
KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA
Nama :
Kelas :
No Pertanyaan Jawaban
1
Perhatikan data percobaan berikut:
Percobaan Pereaksi Suhu
(℃)
Waktu
(detik) CaCO3 HCl
1 1 gram
serbuk 1M 50 48
2 1 gram
serbuk 2 M 30 14
3 1 gram
serbuk 2 M 50 10
4 1 gram
butiran 2 M 30 18
Berdasarkan data hasil percobaan di atas, mengapa
percobaan nomor 3 lebih cepat dibanding percobaan
nomor 1? Jelaskan jawabanmu yang dikaitkan dengan
teori tumbukan!
2
Pak Ujang merupakan seorang petani buah mangga yang
cukup sukses. Pada suatu hari, Pak Ujang membaca
sebuah artikel mengenai penggunaan karbit dalam proses
pematangan buah. Untuk membuktikan kebenaran artikel
tersebut, Pak ujang pun membuat percobaan sederhana.
Pak Ujang meletakkan beberapa buah mangga dalam 2
buah wadah yang sama besar. Buah mangga dalam wadah
A ditambahkan karbit, sedangkan buah mangga dalam
wadah B tidak ditambahkan karbit. Berdasarkan
pernyataan di atas, buatlah hipotesis terkait penggunaan
karbit sebagai katalis dalam proses pematangan buah!
3 Perhatikan gambar dibawah ini:
Page 248
231
Berdasarkan gambar di atas, faktor apakah yang
mempengaruhi laju reaksi? Mengapa terjadi perbedaan
laju pada gambar di atas? Jelaskan jawabanmu yang
dikaitkan dengam teori tumbukan!
4
Setelah mempelajari laju reaksi, tentu kalian mengetahui
bahwa pada reaksi tanpa menggunakan katalis memiliki
energi aktivasi yang tinggi, sedangkan pada reaksi yang
menggunakan katalis memiliki energi aktivasi yang lebih
rendah. Adanya katalis dalam suatu reaksi menyebabkan
terpilihnya mekanisme reaksi alternatif baru dengan
energi aktivasi yang lebih rendah, dimana semakin
rendah energi aktivasi suatu reaksi maka reaksi tersebut
akan semakin mudah terjadi. Buatlah gambar yang sesuai
dengan pernyataan di atas!
5
Dari reaksi:
2NO (g) + 2H2 (g) N2 (g) + 2H2O (g) yang
dilakukan pada suhu 20℃, diperoleh data sebagai berikut:
Percobaan [NO] [H2] Laju reaksi
(M/s)
1 2 2 4
2 4 2 4
3 6 2 4
4 4 6 36
5 4 8 64
Berdasarkan data di atas, buatlah grafik yang
menggambarkan laju reaksi terhadap konsentrasi H2!
Page 249
232
6
Untuk menjawab pertanyaan ini, perhatikan data hasil
percobaan pada soal nomor 5.
Apabila setiap kenaikan 10 ℃ laju reaksi dapat
berlangsung 2 kali lebih cepat, maka pada suhu 50℃ laju
reaksi percobaan nomor 4 menjadi….
7
Seorang siswa kelas XI ingin membuat percobaan
sederhana mengenai faktor yang mempengaruhi laju
reaksi. Siswa tersebut membuat percobaan dengan
menyiapkan 2 buah gelas yang telah diberi label A dan B.
Gelas A berisi air dingin, dan gelas B berisi air hangat
dengan volume yang sama disetiap gelasnya. Siswa
tersebut kemudian menuangkan masing-masing 10 gram
serbuk vitamin C pada tiap gelas.
Setelah mempelajari tentang laju reaksi, menurutmu
diantara kedua gelas tersebut manakah yang memiliki
laju reaksi tercepat? Sertakan alasanmu yang dikaitkan
dengan teori tumbukan!
8
Saat ini, penggunaan kendaraan bermotor sudah
menyentuh hampir seluruh pelosok negeri. Dibalik
kemudahan mobilitas tersebut, terdapat bahaya yang
mengintai, yaitu terjadinya polusi udara yang berasal dari
gas buang kendaraan bermotor seperti karbon monoksida
(CO), nitrogen oksida (NOx), dan hidrokarbon (CxHy).
Untuk mengatasi emisi gas-gas buang berbahaya pada
kendaraan bermotor, diciptakanlah suatu teknologi yag
dikenal dengan konverter katalitik.
Berdasarkan pernyataan tersebut, bagaimana kerja katalis
dalam konverter katalitik tersebut?
Page 250
233
9
Simak data reaksi berikut:
Percobaan Bentuk
Seng [HCl]
Suhu
(℃)
1 Serbuk 0,1 M 35
2 Serbuk 0,1 M 45
3 Butiran
kasar 0,1 M 25
4 Serbuk 0,2 M 45
5 Butiran
kasar 0,2 M 45
Berdasarkan data hasil percobaan pada tabel di atas, pada
percobaan nomor berapakah yang mengalami laju reaksi
paling lambat? Faktor apakah yang menyebabkan hal
tersebut terjadi? Mengapa demikian? Sertakan alasanmu
yang dikaitkan dengan teori tumbukan!
10
Hidrogen peroksida digunakan dalam pewarna rambut
untuk mencerahkan warna rambut dengan bereaksi
membentuk air dan gas oksigen menurut reaksi:
2 H2O2(aq) 2 H2O(l) + O2(g).
Terdapat dua salon penata rambut saling bersebelahan
dimana hidrogen peroksida yang digunakan untuk
pewarna rambut pada salon O memiliki konsentrasi 3%
dan pada salon P memiliki konsentrasi 5%. Salon
manakah yang akan dipilih oleh konsumen yang ingin
mewarnai rambutnya dalam waktu yang cepat? Mengapa
demikian? Kaitkan jawabanmu dengan teori laju reaksi!
Page 251
234
11
Bapak Rudi merupakan seorang nelayan yang ingin
mencoba memasarkan hasil ikan tangkapannya ke daerah
lain. Namun keinginan tersebut belum terwujud
dikarenakan Pak Rudi menghawatirkan jarak tempuh
distribusi ikan yang cukup jauh akan menyebabkan
kondisi ikan sudah tidak segar bahkan membusuk ketika
sampai di tangan konsumen.
Setelah membaca wacana diatas, sebagai seorang siswa
yang telah mempelajari laju reaksi, tuliskah solusi yang
tepat beserta cara yang dapat dilakukan oleh Pak Rudi
agar kualitas ikan dapat terjaga ketika sampai di tangan
konsumen?
12
Gas pencemar nitrogen monoksida (NO) di udara
bereaksi dengan oksigen membentuk NO2 dengan laju
tertentu. Untuk menentukan hukum laju reaksi antara gas
NO dan NO2 dilakukan percobaan metode laju awal di
dalam suatu wadah tertutup pada temperatur 25℃.
Reaksinya: 2NO + O2 2NO2(g)
Dengan melakukan variasi konsentrasi gas NO dan O2,
diperoleh data sebagai berikut:
Percobaan
Konsentrasi
awal (mol/L) Laju awal
(M/s) NO O2
1 0,1 0,1 20
2 0,1 0,2 40
3 0,1 0,3 60
4 0,3 0,1 180
Berdasarkan data diatas, buatlah grafik yang
menggambarkan laju reaksi terhadap konsentrasi O2!
13
Berdasarkan persamaan laju reaksi pada soal nomor 12,
jika pada suhu tetap konsentrasi NO dan O2 dinaikkan
dua kali dari semula, laju reaksinya adalah…
Page 252
235
Lampiran 11. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
HASIL TES KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
KELAS EKSPERIMEN
No Nama Pretest Posttest
1 Aditya Alhadi Ramadhani 38 83
2 Aghnadhania Rustiawan 10 65
3 Anati Syahida 35 85
4 Azis Ar Rafi 25 79
5 Baik Aisyah Adania 48 98
6 Bias Fajriah Aulia 31 96
7 Cantika Mulia Sholehah 23 83
8 Fania Salsabila 33 90
9 Fildzah Yumni Shabrina 33 71
10 Khoirul Romadhony 37 83
11 Mahadewi Annisa Putri Rinjani 35 98
12 Mallika Rassanty A 21 85
13 Marli Yehezkiel S. 44 90
14 Melati Danty Imelda Adray 37 90
15 Michael Valiant 25 75
16 Muhammad Rayhan Bahtiar H 27 79
17 Nadia Maharani 19 62
18 Nadia Nur Ramadhani 67 90
19 Nisrina Sukma Desriana 17 67
20 Nurina Kaffawati Nur T 17 81
21 Raksi Ghaly Rianto 19 69
22 Regina Septiani Zahro 17 75
23 Ricky Yakub 15 79
24 Riris Kharisma Fitriani 15 92
25 Rizki Anfansyah 65 73
26 Rm Krisdandi Arya Bimo 15 56
27 Salmaa Bayrus 40 90
28 Sandro Wijaya M 8 85
29 Syahla Putri Raharyanti 17 79
30 Zahra Aloudya Ayu Utami 12 85
31 Zahra Enrika Putri 17 81
Page 253
236
HASIL TES KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
KELAS KONTROL
No Nama Pretest Posttest
1 Adzhar Syafiq Ardiansyah 21 81
2 Ahmad Rendra L.H. 19 35
3 Ali Rahmatullah Malik 31 77
4 Alifia Zendrina Putri 21 73
5 Amarendra Aliriza Baharsan 19 40
6 Angellica 29 71
7 Ardhi Abdul Malik 27 75
8 Ayu Fithratul Fatihah 27 63
9 Bennedict Panjaitan 42 77
10 Berliana Indah Pramesti 33 56
11 Cika Putriwennisa 27 65
12 Clarissa Irene Arif 50 92
13 Devi Erfayanti 33 58
14 Dicky Prayoga Junaedi 21 83
15 Dyah Kinanti Kesuma Dewi 52 67
16 Emiryzard Shah Khaled Hilman 19 48
17 Enjelina Dwi Handini 19 90
18 Ghabrield Akhmad Nadzar 35 75
19 Indirawati 48 88
20 Juan Louis Rombetasik 21 87
21 Keiko Aaliya Hernowo Putri 42 79
22 Khansa Zsazsa Salsabila 37 52
23 Kresentia Kornelia Tayu 23 75
24 Mohamad Dwi Junianto 35 67
25 Muhammad Raihan Mulya P 23 71
26 Mutiara Irma Maulida 40 58
27 Ni Putu Manik Maharani 33 77
28 Nindya Astri Setiati 37 67
29 Prithiany Nikita Putri 33 67
30 R. Wira Aufa Arullah 21 58
31 Rahardiansyah Fatoni 48 79
32 Renaldi Aswansyah Putra 19 62
33 Reno Fathoni 56 92
34 Reza Muzhaffar Zidan 33 58
35 Salsabila Yasmin Maharani 35 81
36 Tenaya Biantari Alika 27 90
37 Tyastara Tadeus Pratama 40 65
38 Wanodya Aufara Rahma 50 81
39 Yasmin Kamila 62 85
40 Zahra Khairunnisa 25 75
Page 254
237
Lampiran 12. Hasil Pretest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Hasil Pretest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
NO Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah
Skor Nilai
1 Aditya Alhadi Ramadhani 3 1 2 3 1 2 3 1 1 2 0 0 1 20 38.46
2 Aghnadhania Rustiawan 0 0 1 0 1 0 0 0 2 0 1 0 0 5 9.62
3 Anati Syahida 3 0 0 2 4 0 2 1 2 2 2 0 0 18 34.62
4 Azis Ar Rafi 3 0 1 0 4 0 0 0 2 1 1 0 1 13 25.00
5 Baik Aisyah Adania 3 1 2 4 4 1 1 1 1 4 2 1 0 25 48.08
6 Bias Fajriah Aulia 2 0 1 3 0 0 0 0 2 4 2 1 1 16 30.77
7 Cantika Mulia Sholehah 0 0 2 3 0 0 2 0 1 2 2 0 0 12 23.08
8 Fania Salsabila 3 0 1 0 1 0 2 0 2 4 2 1 1 17 32.69
9 Fildzah Yumni Shabrina 0 1 2 3 1 0 3 0 1 4 2 0 0 17 32.69
10 Khoirul Romadhony 3 1 1 2 4 1 3 1 1 0 1 1 0 19 36.54
11 Mahadewi Annisa Putri Rinjani 1 0 1 2 4 0 2 1 2 2 2 1 0 18 34.62
12 Mallika Rassanty A 0 0 0 2 4 2 1 0 0 0 1 1 0 11 21.15
13 Marli Yehezkiel S 3 1 1 2 4 1 2 0 2 2 2 2 1 23 44.23
14 Melati Danty Imelda Adray 3 0 0 2 4 2 2 0 0 4 1 1 0 19 36.54
15 Michael Valiant 2 0 1 3 1 1 2 1 0 2 0 0 0 13 25.00
16 Muhammad Rayhan Bahtiar H 0 4 1 1 1 0 2 0 0 2 3 0 0 14 26.92
17 Nadia Maharani 0 1 1 0 1 2 1 0 2 1 0 1 0 10 19.23
18 Nadia Nur Ramadhani 3 3 2 2 4 3 3 1 3 4 2 4 1 35 67.31
Page 255
238
19 Nisrina Sukma Desriana 1 0 1 2 0 0 2 0 0 2 1 0 0 9 17.31
20 Nurina Kaffawati Nur T 1 0 2 0 0 0 0 1 0 3 2 0 0 9 17.31
21 Raksi Ghaly Rianto 3 0 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 1 10 19.23
22 Regina Septiani Zahro 1 0 1 1 0 0 2 1 1 2 0 0 0 9 17.31
23 Ricky Yakub 2 0 1 1 0 1 0 0 1 0 2 0 0 8 15.38
24 Riris Kharisma Fitriani 1 1 1 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 8 15.38
25 Rizki Anfansyah 3 2 2 4 4 2 4 2 2 4 2 1 2 34 65.38
26 Rm Krisdandi Arya Bimo 2 0 1 0 0 0 2 1 0 2 0 0 0 8 15.38
27 Salmaa Bayrus 3 0 1 2 1 1 4 1 3 2 2 1 0 21 40.38
28 Sandro Wijaya M 1 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 7.69
29 Syahla Putri Raharyanti 1 0 1 0 0 0 2 0 0 2 3 0 0 9 17.31
30 Zahra Aloudya Ayu Utami 2 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 6 11.54
31 Zahra Enrika Putri 0 0 1 0 0 0 2 0 1 2 3 0 0 9 17.31
Jumlah 53 17 34 48 50 19 51 13 32 61 45 17 9 449.00 863.46
Rata-Rata 1.71 0.55 1.10 1.55 1.61 0.61 1.65 0.42 1.03 1.97 1.45 0.55 0.29 14.48 27.85
Persentase (%) 42.74 13.71 27.42 38.71 40.32 15.32 41.13 10.48 25.81 49.19 36.29 13.71 7.26
Page 256
239
No Indikator Kterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi No. Soal Persentase (%) Kategori
1 Menganalisis 1, 6, 7, 8, 9, 13 25,13 Kurang
2 Mengevaluasi 4, 3, 10, 11 29,64 Kurang
3 Mencipta 2, 5, 12 30,91 Kurang
Rata-Rata 28,56 Kurang
Page 257
240
Lampiran 13. Hasil Pretest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Hasil Pretest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
NO Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah
Skor Nilai
1 Adzhar Syafiq Ardiansyah 1 1 2 0 0 0 3 1 1 0 2 0 0 11 21.15
2 Ahmad Rendra L.H. 2 0 1 1 1 1 2 0 0 0 2 0 0 10 19.23
3 Ali Rahmatullah Malik 3 4 3 0 4 0 0 0 1 0 0 1 0 16 30.77
4 Alifia Zendrina Putri 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 3 0 4 11 21.15
5 Amarendra Aliriza Baharsan 1 0 1 0 1 0 1 1 2 1 0 2 0 10 19.23
6 Angellica 3 0 3 0 1 1 1 0 2 0 0 4 0 15 28.85
7 Ardhi Abdul Malik 4 4 2 1 1 2 0 0 0 0 0 0 0 14 26.92
8 Ayu Fithratul Fatihah 1 4 4 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 14 26.92
9 Bennedict Panjaitan 2 4 0 0 1 0 3 0 2 4 2 4 0 22 42.31
10 Berliana Indah Pramesti 1 4 3 1 1 0 3 1 1 2 0 0 0 17 32.69
11 Cika Putriwennisa 3 4 4 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 14 26.92
12 Clarissa Irene Arif 3 4 3 1 1 0 3 0 3 3 4 1 0 26 50.00
13 Devi Erfayanti 1 3 3 0 1 1 0 0 2 1 3 1 1 17 32.69
14 Dicky Prayoga Junaedi 1 0 1 2 1 0 0 1 0 2 0 3 0 11 21.15
15 Dyah Kinanti Kesuma Dewi 4 3 3 1 4 1 4 1 2 1 3 0 0 27 51.92
16 Emiryzard Shah Khaled Hilman 1 4 1 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 10 19.23
17 Enjelina Dwi Handini 1 4 1 0 0 0 3 0 1 0 0 0 0 10 19.23
18 Ghabrield Akhmad Nadzar 3 4 3 0 4 1 0 0 2 1 0 0 0 18 34.62
Page 258
241
19 Indirawati 4 2 3 1 1 1 3 1 2 2 4 1 0 25 48.08
20 Juan Louis Rombetasik 1 2 1 0 1 2 0 1 0 2 1 0 0 11 21.15
21 Keiko Aaliya Hernowo Putri 3 0 3 1 4 0 1 0 3 2 1 4 0 22 42.31
22 Khansa Zsazsa Salsabila 1 4 2 0 1 1 3 1 2 1 3 0 0 19 36.54
23 Kresentia Kornelia Tayu 1 3 2 1 0 0 2 0 0 0 3 0 0 12 23.08
24 Mohamad Dwi Junianto 3 4 3 0 4 0 0 0 0 4 0 0 0 18 34.62
25 Muhammad Raihan Mulya P 3 4 3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 12 23.08
26 Mutiara Irma Maulida 2 4 3 1 1 0 2 0 3 2 3 0 0 21 40.38
27 Ni Putu Manik Maharani 2 4 1 0 4 0 3 0 3 0 0 0 0 17 32.69
28 Nindya Astri Setiati 3 4 3 2 0 2 3 1 0 1 0 0 0 19 36.54
29 Prithiany Nikita Putri 4 3 3 1 0 0 4 0 2 0 0 0 0 17 32.69
30 R. Wira Aufa Arullah 3 4 1 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 11 21.15
31 Rahardiansyah Fatoni 3 4 3 2 4 2 0 0 2 2 2 1 0 25 48.08
32 Renaldi Aswansyah Putra 1 4 1 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 10 19.23
33 Reno Fathoni 3 4 3 2 4 1 3 0 1 2 2 4 0 29 55.77
34 Reza Muzhaffar Zidan 2 4 1 2 4 2 0 0 2 0 0 0 0 17 32.69
35 Salsabila Yasmin Maharani 4 0 1 2 1 0 3 0 2 1 3 0 1 18 34.62
36 Tenaya Biantari Alika 2 0 1 2 1 1 0 0 1 0 4 0 2 14 26.92
37 Tyastara Tadeus Pratama 2 3 1 1 4 2 3 0 2 1 2 0 0 21 40.38
38 Wanodya Aufara Rahma 3 4 2 2 1 0 3 0 4 2 4 1 0 26 50.00
39 Yasmin Kamila 3 4 1 1 4 1 4 1 3 4 4 1 1 32 61.54
40 Zahra Khairunnisa 2 4 3 0 1 0 0 0 1 0 2 0 0 13 25.00
Page 259
242
Jumlah 91 116 84 30 69 25 60 10 54 43 63 28 9 682 1312
Rata-Rata 2.28 2.90 2.10 0.75 1.73 0.63 1.50 0.25 1.35 1.08 1.58 0.70 0.23 17.05 32.79
Persentase (%) 56.88 72.50 52.50 18.75 43.13 15.63 37.50 6.25 33.75 26.88 39.38 17.50 5.63
No Indikator Kterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi No. Soal Persentase (%) Kategori
1 Menganalisis 1, 6, 7, 8, 9, 13 25,94 Kurang
2 Mengevaluasi 4, 3, 10, 11 34,38 Kurang
3 Mencipta 2, 5, 12 44,38 Cukup
Rata-Rata 34,90 Kurang
Page 260
243
Lampiran 14. Hasil Posttest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Hasil Posttest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
NO Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah
Skor Nilai
1 Aditya Alhadi Ramadhani 4 3 3 3 4 4 4 1 4 4 3 4 2 43 82.69
2 Aghnadhania Rustiawan 1 3 3 4 4 1 3 1 2 4 3 4 1 34 65.38
3 Anati Syahida 4 4 4 1 4 4 4 3 4 4 3 4 1 44 84.62
4 Azis Ar Rafi 4 4 4 4 4 4 4 1 1 4 1 4 2 41 78.85
5 Baik Aisyah Adania 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51 98.08
6 Bias Fajriah Aulia 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 50 96.15
7 Cantika Mulia Sholehah 3 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 0 43 82.69
8 Fania Salsabila 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 47 90.38
9 Fildzah Yumni Shabrina 3 3 3 1 4 4 3 3 3 4 2 3 1 37 71.15
10 Khoirul Romadhony 4 4 3 1 4 4 4 4 2 4 3 4 2 43 82.69
11 Mahadewi Annisa Putri Rinjani 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51 98.08
12 Mallika Rassanty A 3 3 4 4 4 3 4 1 4 4 3 4 3 44 84.62
13 Marli Yehezkiel S 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 2 4 4 47 90.38
14 Melati Danty Imelda Adray 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 1 47 90.38
15 Michael Valiant 4 1 4 1 4 3 4 4 4 4 4 1 1 39 75.00
16 Muhammad Rayhan Bahtiar H 4 3 4 4 4 2 4 1 3 4 2 4 2 41 78.85
17 Nadia Maharani 2 2 4 2 1 4 4 3 3 1 2 2 2 32 61.54
18 Nadia Nur Ramadhani 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 47 90.38
Page 261
244
19 Nisrina Sukma Desriana 3 1 4 4 1 1 3 4 2 4 4 4 0 35 67.31
20 Nurina Kaffawati Nur T 3 4 4 1 1 4 3 3 4 4 3 4 4 42 80.77
21 Raksi Ghaly Rianto 4 4 4 4 0 2 3 1 1 4 3 2 4 36 69.23
22 Regina Septiani Zahro 3 1 4 2 4 4 3 3 2 4 3 4 2 39 75.00
23 Ricky Yakub 4 3 4 4 1 2 4 1 4 4 4 4 2 41 78.85
24 Riris Kharisma Fitriani 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 48 92.31
25 Rizki Anfansyah 3 1 3 4 4 2 3 3 2 4 4 3 2 38 73.08
26 Rm Krisdandi Arya Bimo 3 1 3 2 1 1 2 1 3 4 3 2 3 29 55.77
27 Salmaa Bayrus 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 3 3 47 90.38
28 Sandro Wijaya M 4 4 4 4 4 1 3 3 3 4 2 4 4 44 84.62
29 Syahla Putri Raharyanti 3 4 4 1 4 4 3 4 3 4 4 2 1 41 78.85
30 Zahra Aloudya Ayu Utami 3 4 4 1 4 3 3 4 3 4 4 4 3 44 84.62
31 Zahra Enrika Putri 3 3 4 4 1 4 3 3 3 4 3 3 4 42 80.77
Jumlah 106 97 116 92 96 100 111 90 98 121 98 108 74 1307 2513.46
Rata-Rata 3.42 3.13 3.74 2.97 3.10 3.23 3.58 2.90 3.16 3.90 3.16 3.48 2.39 42.16 81.08
Persentase (%) 85.48 78.23 93.55 74.19 77.42 80.65 89.52 72.58 79.03 97.58 79.03 87.10 59.68
Page 262
245
No Indikator Kterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi No. Soal Persentase (%) Kategori
1 Menganalisis 1, 6, 8, 9, 10, 13 79,17 Baik
2 Mengevaluasi 2, 3, 7, 11 85,08 Sangat Baik
3 Mencipta 4, 5, 12 79,57 Baik
Rata-Rata 81,27 Sangat Baik
Page 263
246
Lampiran 15. Hasil Posttest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Hasil Posttest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
NO Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah
Skor Nilai
1 Adzhar Syafiq Ardiansyah 4 4 4 4 4 4 3 3 1 3 2 4 2 42 80.77
2 Ahmad Rendra L.H. 2 3 1 0 0 0 3 0 2 4 3 0 0 18 34.62
3 Ali Rahmatullah Malik 4 4 4 4 1 4 4 1 3 4 4 2 1 40 76.92
4 Alifia Zendrina Putri 3 3 3 4 4 3 3 0 2 4 2 3 4 38 73.08
5 Amarendra Aliriza Baharsan 3 0 1 1 1 1 2 1 1 4 2 4 0 21 40.38
6 Angellica 4 4 4 2 4 1 4 1 2 4 1 2 4 37 71.15
7 Ardhi Abdul Malik 3 2 4 4 4 4 3 1 1 4 4 4 1 39 75.00
8 Ayu Fithratul Fatihah 3 1 4 4 1 2 4 2 1 4 4 1 2 33 63.46
9 Bennedict Panjaitan 3 3 4 4 4 1 4 2 2 4 2 3 4 40 76.92
10 Berliana Indah Pramesti 3 3 4 1 1 1 4 1 2 4 4 1 0 29 55.77
11 Cika Putriwennisa 3 3 3 4 1 2 4 1 3 4 4 1 1 34 65.38
12 Clarissa Irene Arif 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 48 92.31
13 Devi Erfayanti 4 1 4 2 1 1 4 1 4 4 1 2 1 30 57.69
14 Dicky Prayoga Junaedi 4 3 4 4 4 4 3 1 4 3 4 4 1 43 82.69
15 Dyah Kinanti Kesuma Dewi 3 4 3 1 4 1 4 2 3 4 1 3 2 35 67.31
16 Emiryzard Shah Khaled Hilman 3 1 3 0 4 1 3 1 2 4 3 0 0 25 48.08
17 Enjelina Dwi Handini 3 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 3 4 47 90.38
18 Ghabrield Akhmad Nadzar 4 3 4 4 4 4 3 1 2 4 2 3 1 39 75.00
Page 264
247
19 Indirawati 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 2 46 88.46
20 Juan Louis Rombetasik 4 4 4 4 4 4 4 2 1 3 4 4 3 45 86.54
21 Keiko Aaliya Hernowo Putri 4 4 4 1 4 4 4 1 2 3 4 4 2 41 78.85
22 Khansa Zsazsa Salsabila 4 1 4 1 1 3 3 1 3 4 1 0 1 27 51.92
23 Kresentia Kornelia Tayu 2 4 1 2 4 2 4 3 4 4 4 3 2 39 75.00
24 Mohamad Dwi Junianto 4 1 4 4 4 1 4 1 4 4 3 1 0 35 67.31
25 Muhammad Raihan Mulya P 3 2 3 4 4 4 3 0 2 4 3 4 1 37 71.15
26 Mutiara Irma Maulida 3 3 3 1 1 1 3 1 3 4 3 3 1 30 57.69
27 Ni Putu Manik Maharani 3 3 4 1 4 4 3 1 2 4 4 3 4 40 76.92
28 Nindya Astri Setiati 4 1 4 1 4 3 4 1 2 4 3 3 1 35 67.31
29 Prithiany Nikita Putri 3 3 4 2 1 3 3 1 2 4 3 4 2 35 67.31
30 R. Wira Aufa Arullah 3 3 4 2 0 1 4 1 2 4 2 3 1 30 57.69
31 Rahardiansyah Fatoni 3 4 3 4 4 4 4 1 2 4 2 4 2 41 78.85
32 Renaldi Aswansyah Putra 3 3 2 1 4 1 3 1 2 4 3 4 1 32 61.54
33 Reno Fathoni 4 4 4 4 4 4 4 0 4 4 4 4 4 48 92.31
34 Reza Muzhaffar Zidan 3 1 4 3 1 1 4 1 4 4 2 2 0 30 57.69
35 Salsabila Yasmin Maharani 3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 1 3 2 42 80.77
36 Tenaya Biantari Alika 4 4 4 4 4 1 4 2 4 4 4 4 4 47 90.38
37 Tyastara Tadeus Pratama 3 2 3 2 4 2 3 1 2 4 1 4 3 34 65.38
38 Wanodya Aufara Rahma 4 4 4 2 4 4 4 2 3 4 2 3 2 42 80.77
39 Yasmin Kamila 4 2 4 1 4 4 4 1 4 4 4 4 4 44 84.62
40 Zahra Khairunnisa 3 3 4 4 1 3 3 2 2 4 4 4 2 39 75.00
Jumlah 135 113 141 107 119 103 143 52 105 155 114 115 75 1477 2840.38
Page 265
248
Rata-Rata 3.38 2.83 3.53 2.68 2.98 2.58 3.58 1.30 2.63 3.88 2.85 2.88 1.88 36.93 71.01
Persentase (%) 84.38 70.63 88.13 66.88 74.38 64.38 89.38 32.50 65.63 96.88 71.25 71.88 46.88
No Indikator Kterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi No. Soal Persentase (%) Kategori
1 Menganalisis 1, 6, 8, 9, 10, 13 65.10 Baik
2 Mengevaluasi 2, 3, 7, 11 79.84 Baik
3 Mencipta 4, 5, 12 71.04 Baik
Rata-Rata 72.00 Baik
Page 266
249
Lampiran 16. Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Case Processing Summary
Kelas
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pretest Eksperimen 31 100.0% 0 0.0% 31 100.0%
Kontrol 40 100.0% 0 0.0% 40 100.0%
Descriptives
Kelas Statistic Std. Error
Pretest Eksperimen Mean 27.80 2.628
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 22.43
Upper Bound 33.17
5% Trimmed Mean 26.74
Median 25.00
Variance 214.177
Std. Deviation 14.635
Minimum 8
Maximum 67
Range 59
Interquartile Range 19
Skewness 1.108 .421
Kurtosis 1.164 .821
Kontrol Mean 32.83 1.824
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 29.14
Upper Bound 36.51
5% Trimmed Mean 32.14
Median 33.00
Variance 133.071
Std. Deviation 11.536
Minimum 19
Maximum 62
Range 43
Interquartile Range 19
Skewness .689 .374
Page 267
250
Kurtosis -.279 .733
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest Eksperimen .140 31 .124 .904 31 .009
Kontrol .118 40 .168 .925 40 .011
a. Lilliefors Significance Correction
1. H0 = data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
2. Kriteria Pengujian
Sig > 𝛼 maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < 𝛼 maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Kelas Kontrol : Sig (0,168) > 𝛼 (0,05) sehingga H0 diterima
Kelas Eskperimen : Sig (0,124) > 𝛼 (0,05) sehingga H0 diterima
4. Kesimpulan:
Data berdistribusi normal
Page 268
251
Lampiran 17. Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Between-Subjects Factors
Value Label N
Kelas 1 Eksperimen 31
2 Kontrol 40
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable: Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
F df1 df2 Sig.
1.717 1 69 .194
Tests the null hypothesis that the error variance of
the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Kelas
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Pretest
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 440.714a 1 440.714 2.618 .110
Intercept 64193.336 1 64193.336 381.344 .000
Kelas 440.714 1 440.714 2.618 .110
Error 11615.073 69 168.334
Total 78675.119 71
Corrected Total 12055.787 70
a. R Squared = .037 (Adjusted R Squared = .023)
1. H0 = data homogen
H1 = data tidak homogen
2. Kriteria Pengujian
Sig > 𝛼 maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < 𝛼 maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Sig (0,194) > 𝛼 (0,05) sehingga H0 diterima
4. Kesimpulan:
Data berasal dari varian yang sama atau homogen
Page 269
252
Lampiran 18. Hasil Uji Hipotesis Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Hasil Uji Hipotesis Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
T-Test
Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Pretest Eksperimen 31 27.80 14.635 2.628
Kontrol 40 32.83 11.536 1.824
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pretest Equal
variances
assumed
1.717 .194 -1.618 69 .110 -5.023 3.105 -11.217 1.170
Equal
variances
not assumed
-1.570 55.880 .122 -5.023 3.199 -11.433 1.386
1. H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil pretest antara siswa kelas
kontrol dengan siswa kelas eksperimen
H1 = terdapat perbedaan rata-rata hasil pretest antara siswa kelas kontrol
dengan siswa kelas eksperimen
2. Kriteria pengujian:
Sig (2 tailed) > 𝛼 maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig (2 tailed) < 𝛼 maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Sig (2 tailed) (0,110) > 𝛼 (0,05) seehingga H0 diterima
4. Kesimpulan:
Tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil pretest antara siswa kelas kontrol dengan
siswa kelas eksperimen
Page 270
253
Lampiran 19. Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Case Processing Summary
Kelas
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Posttest Eksperimen 31 100.0% 0 0.0% 31 100.0%
Kontrol 40 100.0% 0 0.0% 40 100.0%
Descriptives
Kelas Statistic Std. Error
Posttest Eksperimen Mean 81.10 1.866
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 77.29
Upper Bound 84.91
5% Trimmed Mean 81.43
Median 83.00
Variance 107.957
Std. Deviation 10.390
Minimum 56
Maximum 98
Range 42
Interquartile Range 15
Skewness -.493 .421
Kurtosis -.060 .821
Kontrol Mean 71.00 2.181
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 66.59
Upper Bound 75.41
5% Trimmed Mean 71.69
Median 74.00
Variance 190.308
Std. Deviation 13.795
Minimum 35
Maximum 92
Range 57
Interquartile Range 19
Page 271
254
Skewness -.606 .374
Kurtosis .135 .733
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Posttest Eksperimen .130 31 .198 .968 31 .459
Kontrol .114 40 .200* .963 40 .205
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
1. H0 = data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
2. Kriteria Pengujian
Sig > 𝛼 maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < 𝛼 maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Kelas Kontrol : Sig (0,200) > 𝛼 (0,05) sehingga H0 diterima
Kelas Eskperimen : Sig (0,198) > 𝛼 (0,05) sehingga H0 diterima
4. Kesimpulan:
Data berdistribusi normal
Page 272
255
Lampiran 20. Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Between-Subjects Factors
Value Label N
Kelas 1 Eksperimen 31
2 Kontrol 40
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable: Posttest
F df1 df2 Sig.
2.812 1 69 .098
Tests the null hypothesis that the error variance of
the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Kelas
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Posttest
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1780.445a 1 1780.445 11.524 .001
Intercept 404020.445 1 404020.445 2614.968 .000
Kelas 1780.445 1 1780.445 11.524 .001
Error 10660.710 69 154.503
Total 416178.000 71
Corrected Total 12441.155 70
a. R Squared = .143 (Adjusted R Squared = .131)
1. H0 = data homogen
H1 = data tidak homogen
2. Kriteria Pengujian
Sig > 𝛼 maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig < 𝛼 maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Sig (0,098) > 𝛼 (0,05) sehingga H0 diterima
4. Kesimpulan:
Data berasal dari varian yang sama atau homogen
Page 273
256
Lampiran 21. Hasil Uji Hipotesis Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Hasil Uji Hipotesis Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
T-Test
Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Posttest Eksperimen 31 81.10 10.390 1.866
Kontrol 40 71.00 13.795 2.181
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Posttest Equal
variances
assumed
2.812 .098 3.395 69 .001 10.097 2.974 4.163 16.030
Equal
variances
not
assumed
3.517 68.959 .001 10.097 2.871 4.370 15.823
1. H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil pretest antara siswa kelas
kontrol dengan siswa kelas eksperimen
H1 = terdapat perbedaan rata-rata hasil pretest antara siswa kelas kontrol
dengan siswa kelas eksperimen
2. Kriteria pengujian:
Sig (2 tailed) > 𝛼 maka H0 diterima, H1 ditolak
Sig (2 tailed) < 𝛼 maka H0 ditolak, H1 diterima
3. Sig (2 tailed) (0,001) < 𝛼 (0,05) sehingga H0 ditolak
4. Kesimpulan:
Terdapat perbedaan rata-rata hasil pretest antara siswa kelas kontrol dengan siswa
kelas eksperimen yang menandakan terdapat pengaruh model pembelajaran Learning
Cycle 7E terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
Page 274
257
Lampiran 22. Kisi-Kisi Angket Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran
Learning Cycle 7E
No Aspek Indikator Sebaran Butir
Positif Negatif
1 Sikap siswa
terhadap kimia
Menunjukkan minat terhadap pembelajaran kimia 1, 2 3, 5
Menunjukkan kegunaan mempelajari kimia 4 6
2
Sikap siswa
terhadap
pembelajaran
dengan model
Learning Cycle 7E
Menunjukkan minat terhadap pembelajaran kimia dengan
model Learning Cycle 7E
8, 15,
20
7, 10,
17
Menunjukkan kegunaan mengikuti pembelajaran kimia dengan
model Learning Cycle 7E 11, 12,
14, 16
9, 13,
18, 19
Keterangan Skor:
Pernyataan positif:
4 : Sangat Setuju (SS)
3 : Setuju (S)
2 : Tidak Setuju (TS)
1 : Sangat Tidak Setuju (STS)
Pernyataan Negatif:
4 : Sangat Tidak Setuju (STS)
3 : Tidak Setuju (TS)
2 : Setuju (S)
1 : Sangat Setuju (SS)
Page 275
258
Lampiran 23. Angket Respon Siswa
ANGKET RESPON SISWA TERHADAP MODEL LEARNING CYCLE 7E
Nama :
Kelas :
Petunjuk:
1. Bacalah pernyataan di bawah ini dengan teliti, jika ada pernyataan yang kurang jelas
tanyakanlah.
2. Berilah tanda checklist (√) pada salah satu kolom yang berisi pernyataan yang paling
sesuai dengan pendapatmu.
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Saya menyukai pelajaran kimia
2 Kimia adalah pelajaran yang menyenangkan
3 Saya merasa terpaksa belajar kimia
4 Pelajaran kimia sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari
5 Pelajaran kimia sangat merepotkan
6 Pelajaran kimia sulit dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari
7 Model Learning Cycle 7E terasa membosankan
8 Model Learning Cycle 7E membuat saya merasa tertarik terhadap
pelajaran kimia
9 Model Learning Cycle 7E membuat saya malas menyimak materi yang
dipelajari
10 Model Learning Cycle 7E sama saja dengan pembelajaran kimia yang
biasa dilakukan
11 Model Learning Cycle 7E memudahkan saya memahami materi
12 Model Learning Cycle 7E membuat saya dapat mengaitkan konsep laju
reaksi dalam kehidupan sehari-hari
13 Bahan ajar yang disajikan menyulitkan saya dalam memahami materi
Page 276
259
14 Model Learning Cycle 7E membuat saya berani untuk mengungkapkan
pendapat
15 Saya merasa senang belajar menggunakan model Learning Cycle 7E
16 Kegiatan diskusi yang terdapat dalam model Learning Cycle 7E
memudahkan saya dalam memahami materi
17 Pembelajaran kimia dengan model Learning Cycle 7E terasa sia-sia
18 Saya merasa tertekan selama pembelajaran kimia berlangsung
19 Belajar diskusi mempersulit saya dalam memahami materi
20 Motivasi belajar saya meningkat setelah mendapatkan pembelajaran
menggunakan model Learning Cycle 7E
Page 277
260
Lampiran 24. Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
N
o Nama
Skor Angket Respon Siswa
(+) (+) (-) (+) (-) (-) (-) (+) (-) (-) (+) (+) (-) (+) (+) (+) (-) (-) (-) (+)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Aditya Alhadi Ramadhani 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3
2 Aghnadhania Rustiawan 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
3 Anati Syahida 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3
4 Azis Ar Rafi 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
5 Baik Aisyah Adania 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3
6 Bias Fajriah Aulia 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3
7 Cantika Mulia Sholehah 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3
8 Fania Salsabila 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3
9 Fildzah Yumni Shabrina 3 3 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3
10 Khoirul Romadhony 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
11 Mahadewi Annisa Putri R 3 2 3 4 2 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3
12 Mallika Rassanty A 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
13 Marli Yehezkiel S 3 3 3 2 2 2 2 1 1 2 3 3 3 2 1 2 2 3 2 2
14 Melati Danty Imelda Adray 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
15 Michael Valiant 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
16 Muhammad Rayhan B. H 4 4 4 3 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4
17 Nadia Maharani 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4
18 Nadia Nur Ramadhani 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3
19 Nisrina Sukma Desriana 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
20 Nurina Kaffawati Nur T 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3
21 Raksi Ghaly Rianto 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 2 3
22 Regina Septiani Zahro 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
23 Ricky Yakub 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
24 Riris Kharisma Fitriani 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3
25 Rizki Anfansyah 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
26 Rm Krisdandi Arya Bimo 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 3 2 3 4 4 4 4
27 Salmaa Bayrus 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2
28 Sandro Wijaya M 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3
29 Syahla Putri Raharyanti 3 3 3 3 2 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4
30 Zahra Aloudya Ayu Utami 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2
31 Zahra Enrika Putri 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
Jumlah 94 95 99 106 92 99 96 92 90 88 97 102 102 92 92 97 103 97 95 94
Page 278
261
Rata-rata 3.03 3.06 3.19 3.42 2.97 3.19 3.10 2.97 2.90 2.84 3.13 3.29 3.29 2.97 2.97 3.13 3.32 3.13 3.06 3.03
Persentase (%)
75.
81
76.
61
79.
84
85.4
8
74.
19
79.
84
77.
42
74.
19
72.
58
70.
97
78.
23
82.
26
82.
26
74.
19
74.
19
78.
23
83.
06
78.
23
76.
61
75.
81
No Aspek Indikator Sebaran Butir Kategori
1 Sikap siswa terhadap
kimia
Menunjukkan minat terhadap pembelajaran kimia 76.61 Baik
Menunjukkan kegunaan mempelajari kimia 82.66 Sangat Baik
2
Sikap siswa terhadap
pembelajaran
dengan model
Learning Cycle 7E
Menunjukkan minat terhadap pembelajaran kimia dengan
model Learning Cycle 7E 75.94 Baik
Menunjukkan kegunaan mengikuti pembelajaran kimia dengan
model Learning Cycle 7E 77.82 Baik
Rata-Rata 78.26 Baik
Page 279
262
Lampiran 25. Lembar Contoh Jawaban Posttest Siswa
Page 282
265
Lampiran 26. Lembar Jawaban Angket Siswa
Page 283
266
Lampiran 27. Surat Bimbingan Skripsi
Page 284
267
Lampiran 28. Surat Izin Validasi
Page 285
268
Lampiran 29. Surat Izin Penelitian
Page 286
269
Lampiran 30. Surat Keterangan Telah Melakukan Validasi
Page 287
270
Lampiran 31. SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN
Page 288
271
Lampiran 32. Dokumentasi Penelitian
Page 289
272
Lampiran 33. Lembar Uji Referensi