PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh: FITRI NUR FAOZAH NIM 108016200007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
259
Embed
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD ... · i ABSTRAK Fitri Nur Faozah, NIM 108016200007, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menggunakan Media Power Point
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP
HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA
(Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
FITRI NUR FAOZAH
NIM 108016200007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
i
ABSTRAK
Fitri Nur Faozah, NIM 108016200007, “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Menggunakan Media Power Point Terhadap Hasil
Belajar Kimia Pada Konsep Ikatan Kimia” (Di SMA Dharma Karya UT
Tangerang Selatan. Skripsi, Program Studi Kimia, Jurusan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe STAD menggunakan media power point terhadap hasil belajar
kimia siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Dharma Karya UT Tangerang
Selatan pada bulan September sampai bulan Oktober 2013. Metode penelitian
yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian
nonequivalent control group design. Adapun sampel penelitian adalah siswa kelas
X yang terdiri dari kelas X-2 sebagai kelas eksperimen dan X-1 sebagai kelas
kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar berupa tes
pilihan ganda (objektif). Analisis data postes kedua kelompok menggunakan uji-t,
diperoleh hasil thitung sebesar 8,165 dan ttabel pada taraf signifikan 0,05 sebesar
2,021, maka thitung>ttabel. Maka dapat disimpulkan menolak Ho dan Ha diterima,
yang menyatakan terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD
menggunakan media power point terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep
ikatan kimia.
Kata Kunci : Model Kooperatif Tipe STAD, Media Power Point, Hasil Belajar
Siswa, Ikatan Kimia
ii
ABSTRACT
Fitri Nur Faozah, NIM 108016200007, “Effect of Cooperative Learning Model
STAD Using Media Power Point Against Chemical Learning Outcomes In
Concepts of Chemical Bonding (In SMA Dharma Karya UT South Tangerang
Chemical Study Programe, Natural Science Concentration, Education and
Teaching Science, Islamic State University.
The research is purposed to understand the effect of cooperative learning
model STAD Type. Using Media Power Point Against Chemical Student Learning
Outcomes. The research is held in SMA Dharma Karya UT South Tangerang on
September to October 2013. The research methode uses Experiment Quacy with
design of research is nonequivalent control group design. And research sample is
X class Student which is consist of X-2 as experiment class and X-1 as control
class. The used instrument to measure learning result is multiple choice
(objective). Postest analysis data of two groups use t-test, the result of tcount in the
amount of 8,165 and ttable in significant degree 0,05 in the amount of 2,021, then
tcount>ttable. Then it can be concluded refusing H0 and Ha accepting, that explain is
found of the effect cooperative learning model STAD type using media Power
Point against chemical student learning outcomes in concepts of chemical
bonding
Keyword : Cooperative model of STAD type, Power Point Media, Student
Learning Outcome, Chemical bounded
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. Wb
Alhamdulillah syukurillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT. Karena atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang
setia pada ajarannya.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar S1 pada
Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa’I, MA. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan
Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sekaligus dosen
Pembimbing I, yang telah memberikan arahannya dan selalu ada ketika
peneliti kesulitan dalam penelitian ini.
4. Ibu Nanda Saridewi, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
arahannya dan selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam penelitian ini.
5. Bapak Drs. Moh. Wahid Hasyim., Kepala SMA Dharma Karya UT yang telah
memberikan izin penelitian dan Bapak Arif Soleh, S.Pd., guru mata pelajaran
kimia, yang telah membantu dan memberikan saran selama penelitian.
6. Orang tua tercinta, yang telah mendukung penulis dalam penelitian ini
maupun dalam penyusunan skripsi ini dari segi moril maupun materil.
iv
7. Kawan-kawan kelas Program Studi Kimia Angkatan 2008 Jurusan Pendidikan
IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendukung penyusun
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negara.2
Pengembangan variasi mengajar yang dilakukan oleh guru salah
satunya adalah dengan memanfaatkan variasi alat bantu, baik dalam hal ini
variasi media pandang, variasi media dengar, maupun variasi media taktik.
Tujuan dari pengembangan wariasi mengajar untuk meningkatkan dan
memelihara perhatian anak didik terhadap relevansi proses belajar mengajar,
memberikan kesempatan memungkinkan berfungsinya motivasi, membentuk
sikap positif terhadap guru dan sekolah, member kemungkinan fasilitas
belajar individual, dan mendorong anak didik untuk belajar.3
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu
pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah,
dengan ciri: obyektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu
1Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2006), h. 1 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Predana Media Grup,2006), h. 2 3 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 3
2
Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan
seisinya.4
Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang sering
dikatan sebagai mata pelajaran yang sukar untuk dimengerti dan dipelajari,
sehingga untuk memberikan pemahan konsep maka harus diberikan suatu
cara atau metode yang tepat yang diberikan terhadap peserta didik bisa
berupa metode, praktikum atau eksperimen. Dengan sebuah metode siswa
akan mampu untuk lebuh memahami lagi konsep-konsep yang diberikan di
dalam sebuah proses belajar mengajar. Pelajaran kimia di sekolah dirasa
kurang menarik siswa untuk mempelajarinya, karena dalam mempelajarinya
lebih menekankan konsep-konsep kimia dari pada fakta-fakta kimia, sehingga
materi yang harus dipelajari sangat banyak. Maka tidaklah heran jika
pembelajaran kimia banyak diberiakan dalam bentuk hafalan.
Cara pengajaran yang monoton akan membuat siswa pasif dalam
belajar, siswa akan menganggap bahwa belajar hanya rutinitas sehari-hari.
Media atau alat yang tepat untuk diterapkan dalam pada proses pembelajaran
akan memberikan motivasi bagi siswa untuk lebih aktif dalam belajar.
Perbaikan hasil belajar dapat dicapai melalui peningkatan
pemahaman siswa terhadap konsep materi ajar yang diberikan dan juga
disertai dengan keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran dikelas
berlangsung. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, salah
satunya adalah model pembelajaran. Model pembelajaran diperlukan untuk
mendukung terjadinya proses pembelajaran yang aktif dan interaktif antara
siswa dan guru. Salah satu diantara model pembelajaran adalah model
pembelajaran kooperatif.5
Sejauh ini masih banyak guru yang memakai media papan tulis
dalam pembelajaran yang biasanya akan membuat siswa merasa bosan dan
jenuh, padahal ada beberapa media yang lebih menarik dan mudah untuk
4Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), h. 46 5Monlila Beni Rian T, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa”, Jurnal Pendidikan Matematika,Vol 2, No 1, Tahun 2011, h. 234
3
diterapkan yaitu salah satu nya dengan media power point. Power point salah
satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program
multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam
penggunaan dan relatif murah, karena tidak membutuhkan bahan baku selain
alat untuk penyimpanan data (data storage). power point dapat digunakan
sebagai media pembelajaran.6
Penggunaan media pembelajaran power point dapat
dikombinasikan dengan model pembelajaran yang sesuai dan tepat, salah
satunya yaitu model pembelajaran tipe STAD. Media power point dapat
digunakan pada tahap guru menyajikan materi pelajaran, sehingga waktu
yang digunakan untuk menyajikan materi juga dapat dipersingkat karena guru
tidak perlu mencatat materi yang disajikan pada papan tulis. Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat menumbuhkan dan meningkatkan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran.7
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilihat dari segi
kognitif mengenai salah satu konsep kimia yang mengambil judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menggunakan Media Power
Point Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Ikatan Kimia”.
6Tejo Nurseto, ”Membuat Media Pembelajaran yang Menarik”, Jurnal Ekonomi &
Pendidikan, Vol 8, No 1, April 2011, h. 31 7Indriyani NST, “Penggunaan Media Microsoft Office Power Point Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok
Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik di Kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci”,
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 1, No 1, Tahun 2011, h. 2
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti
mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang sering
dikatan sebagai mata pelajaran yang sukar untuk dimengerti dan
dipelajari.
2. Pembelajaran di sekolah masih bertumpu pada hapalan terhadap suatu
konsep sehingga pelajaran tidak memiliki makna bagi siswa.
3. Kurangnya minat siswa untuk belajar kimia.
4. Guru biasanya menggunakan metode ceramah di dalam mengajar, kurang
variasi dalam pembelajaran.
C. Pembatasan masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari judul penelitian, maka
masalah yang akan diteliti hanya dibatasi pada:
1. Subjek yang diteliti adalah siswa dan siswi kelas X di SMA Dharma
Karya UT Tangerang Selatan.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan menggunakan media power point.
3. Konsep yang digunakan dalam penelitian yaitu Ikatan Kimia.
4. Hasil belajar yang dimaksud adalah domain kognitif jenjang C1 sampai
C4.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan latar belakang masalah yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan akan dicari jawabannya dalam
penelitian ini: “Apakah Terdapat Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Menggunakan Media Power Point terhadap Hasil Belajar Kimia
pada Konsep Ikatan Kimia?”
5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
pembelajara kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada
konsep ikatan kimia kelas X di SMA Dharma Karya UT Tangerang
Selatan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, bagi:
a. Siswa, dapat meningkatkan aktivitas selama proses pembelajaran
dan mendorong siswa untuk aktif, terampil dan kreatif selama
pembelajaran.
b. Sekolah, dapat dijadikan salah satu model pembelajaran yang baik
sehingga dapat dikembangkan dengan materi-materi yang beragam.
c. Peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam
penggunaan model pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, yang kaitannya dengan hasil
belajar siswa.
6
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga
ke liang lahat nanti.1 Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar
adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan
tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang
menyangkut nilai dan sikap (afektif).2
Bambang Warsita menulis dalam bukunya yang berjudul
Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, “Belajar adalah
perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman
(bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa
melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengkomunikasikannya kepada orang lain”.3
Menurut Gagne yang dikutip oleh Dimyati dalam buku Belajar
dan Pembelajaran, “Belajar merupakan kegiatan yang kompleks”. Hasil
belajar berupa kapabilias. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah
dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif
yang dilakukan pebelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat
1Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2008), h. 62 2Arief S. Sadiman. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 2 3Bambang Warsita, loc. cit.
7
proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.4
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang semenjak lahir untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman
dari interaksinya dengan lingkungan. Belajar dapat terjadi dimanapun
dan dengan cara apapun. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar
akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan akan memperoleh
pengalaman baru dalam hidupnya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang yang mempengaruhi belajar
siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:5
1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan atau
kondisi jasmani dan rohani siswa
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan
di sekitar siswa
3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Faktor-faktor diatas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain. Misal: seorang siswa yang berinteligensi
tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tua
(faktor eksternal), kemungkinan akan memilih pendekatan belajar yang
lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Dari pengaruh faktor-faktor
tersebut dapat timbul siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan
berprestasi rendah. Sebagai seorang guru, diharapkan mampu
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa
yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan
mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.
4Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rieka Cipta, 2006), h.10 5Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 129
8
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dibagi menjadi
tiga macam, yaitu: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan atau
pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis belajar dapat diisi
dengan bahan yang telah diterapkan dalam kurikulum.6
Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi
secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga
aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar
capaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap:
1) Hasil Belajar Penguasaan Materi (kognitif)
Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan
untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan
(content objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep
kunci dan prinsip utama. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang
lebih banyak melibatkan kegiatan mental/otak.
Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh
bloom dkk. dikategorikan lebih terinci secara hierarkis kedalam enam
jenjang kemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2),
penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Jejang
kemampuan yang lebih tinggi sifatya lebih kompleks, dan merupakan
peningkatan dari jenjang kemampuan yang lebih rendah.7
2) Hasil Belajar Proses (Normatif/Afektif)
Hasil belajar proses berkaitan dengan sikap dan nilai,
berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau
metode. Ciri-ciri belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam
6Luqman Hakim, “Pengaruh Pembelajaran Promblem Based Instruction Disertai Media
Audio Visual terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri Ngemplak Tahun
Pelajaran 2011/2012”, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 3, No 2, Tahun 2012, h. 5 7Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 15
9
berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pejalaran,
kedisiplinan, motifasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan
sebagainya. Ranah afektif ini dirinci oleh Krathwohl dkk., menjadi
lima jenjag, yakni: (1) perhatian/penerimaan (receiving), (2) tanggapan
Kelebihan Power point antara lain: dapat menyajikan teks,
gambar, film, sound efek, lagu, grafik, dan animasi sehingga menimbulkan
pengertian dan ingatan yang kuat, mudah direvisi, mudah disimpan dan
efisien, dapat dipakai berulang-ulang, dapat diperbanyak dalam waktu
singkat dan tanpa biaya, dapat dikoneksikan dengan internet.
Adapun Prosedur pembuatan media power point adalah:
a. Identifikasi program, hal ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian
antara program yang dibuat dengan materi, sasaran (siswa) terutama
latar belakang kemampuan, usia juga jenjang pendidikan. Perlu juga
mengidentifikasi ketersediaan sumber pendukung seperti gambar,
animasi, video, dll.
b. Mengumpulkan bahan pendukung sesuai dengan kebutuhan materi
dan sasaran seperti video, gambar, animasi, suara. Pengumpulan bahan
tersebut dapat dilakukan dengan cara mencari melalui internet
(browsing), menggunakan yang sudah ada di direktori anda, jika
diperlukan memproduksi sendiri bahan-bahan yang diperlukan
misalnya untuk kebutuhan video dengan shooting, rekaman audio. dan
untuk kebutuhan gambar melalui scanning image. Bersamaan dengan
itu dilakukan juga penyusunan materi yang diambil dari bahan utama
misalnya buku, modul, makalah lengkap. Materi untuk power point
sebaiknya dikemas menjadi uraian pendek, pokok-pokok bahasan atau
poin-poin.
c. Setelah bahan terkumpul dan materi sudah dirangkum, selanjutnya
proses pengerjaan di power point hingga selesai. Selanjutnya
mengubah hasil akhir presentasi apakah dalam bentuk slide show, web
pages.
d. Setelah program selesai dibuat, tidak langsung digunakan sebaiknya
dilakukan review program dari sisi bahasa, teks, tata letak, dan
kebenaran konsep, selanjutnya di revisi dan siap digunakan.36
36Tejo Nurseto, loc. cit.
28
6. Ikatan Kimia
Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antara atom-atom yang
membentuk suatu molekuk. Atom-atom yang berikatan bias berasal dari unsur
yang sejenis ataupun berlainan jenis. Di alam, umumnya unsur-unsur
cenderung saling berikatan membentuk senyawa, kecuali unsur-unsur gas
mulia. Hal ini dilakukan untuk mencapai konfigurasi elektron yang stabil,
seperti konfigurasi elektron gas mulia.37
Berdasarkan konfigurasi elektron, dirumuskan aturan sebagai berikut:
a. Unsur-unsur gas mulia sangat stabil, kecuali He, memiliki 8 elektron
valensi. Dengan demikian unsur-unsur lain berusaha memperoleh
konfigurasi elektron seperti gas mulia untuk mencapai kestabilan. Hal ini
dirumuskan menjadi aturan oktet.
b. Unsur gas mulia He memiliki 2 elektron valensi. Unsur-unsur dengan
nomor atom kecil, yakni H dan Li berusaha memiliki konfigurasi elektron
gas mulia terdekat, yaitu memiliki 2 elektron valensi seperti He untuk
mencapai kestabilan. Hal ini di rumuskan menjadi aturan duplet.
Untuk memenuhi aturan oktet atau duplet, atom-atom dapat
meminta/melepas elektron atau menggunakan elektron bersama. Peristiwa ini
akan menyebabkan terbentuknya ikatan kima.
a. Atom-atom yang menerima atau melepaskan elektron akan membentuk
ikatan ion.
b. Atom-atom yang menggunakan elektron bersama akan membentuk
ikatan kovalen.
c. Di dalam ikatan kovalen, elektron-elektron yang digunakan bersama
dapat berasal dari satu atom saja. Ikatan kovalen demikian disebut
ikatan kovalen koordinasi.
d. Atom-atom suatu unsur juga menggunakan elektron bersama
membentuk ikatan logam.
37Sandri Justiana, Kimia 1, (Jakarta : Yudistira, 2009), h. 41
29
a. Ikatan Ion
Ikatan ion umumnya terbentuk antara atom-atom unsur logam dan
atom unsur non logam. Dalam pembentukan ikatan ion, jumlah elektron
yang dilepas harus sama dengan jumlah elektron yang diterima.
Contohnya ikatan ion yang terbentuk antara atom logam Na dan atom
non logam Cl pada senyawa NaCl. Ikatan kimia yang terbentuk sebagai
akibat serah terima elektron antar atom disebut ikatan ion.
Serah terima elektron dalam ikatan ion dapat digambarkan dengan
menggunakan lambang Lewis. Lambang Lewis dari suatu unsur
dinyatakan oleh lambang unsur dikelilingi oleh sejumlah tanda titik ( )
atau tanda lainnya seperti tanda silang (×). Tanda tersebut menyatakan
jumlah elektron valensi dari unsur tersebut. Contoh penggunaan lambang
Lewis untuk menggambarkan ikatan ion.
Penggunaan tanda yang berbeda untuk elektron ( dan ×) untuk
membedakan asal elektron valensi. Namun, pada dasarnya, kita tidak dapat
membedakan asal suatu elektron dalam ikatan kimia.
Sifat Fisis Senyawa Ion
Beberapa sifat fisis dari senyawa ion:
a) Berupa padatan pada suhu ruang
b) Bersifat keras tapi rapuh
c) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
d) Larut dalam pelarut air, tetapi umumnya tidak larut dalam pelarut
e) Tidak menghantar listrik dalam fase padat, tetapi menghantar listrik
dalam fase cair atau jika larut dalam air.
b. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen terbentuk akibat kecenderungan atom-atom untuk
menggunakan elektron bersama agar memiliki konfigurasi elektron
seperti gas mulia terdekat. Atom-atom yang berikatan secara kovalen
+ ClNa x
x x
x
xx x
Na Cl -+
30
umumnya adalah atom-atom non logam. Contoh ikatan kovalen yang
terbentuk antara dua atom non logam Cl pada gas klorin Cl2.
Atom Cl (Z = 17) memiliki konfigurasi elektron (2.8.7). Gas mulia
yang memiliki konfigurasi elektron terdekat adalah Ar (2.8.8). Sewaktu
atom Cl bergabung dengan atom Cl lainnya, transfer elektron tidak
mungkin terjadi. Hal ini dikarenakan kemampuan kedua atom Cl untuk
menarik elektron adalah sama. Meski demikian, masing-masing atom Cl
dapat menggunakan 1 elektron valensinya membentuk sepasang elektron
yang dapat digunakan bersama. Dengan demikian, kedua atom Cl dapat
memenuhi aturan oktet. Ikatan kimia yang terbentuk sebagai akibat
penggunaan bersama pasangan elektron oleh dua atom disebut ikatan
kovalen.
Jenis Ikatan Kovalen
Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang digunakan bersama
(pasangan elektron ikatan), ikatan kovalen yang terbentuk antara 2 atom
unsur dapat berupa:
1) Ikatan kovalen tunggal (─)
Ikatan kovalen tunggal melibatkan penggunaan bersama 1 pasangan
elektron oleh dua atom yang berikatan. Dengan kata lain, hanya
terdapat 1 pasangan elektron ikatan.
2) Ikatan kovalen rangkap
Ikatan kovalen rangkap adalah ikatan kovalen yang melibatkan
penggunaan bersama dua atau lebih pasangan elektron ikatan oleh
dua atom yang berikatan.
Cl + Cl xx
x x
x
x xCl
x x
x
x x
xxCl
Lambang Lewis
pasangan
elektron ikatan
(PEI) pasangan elektronbebas (PEB)
masing-masingatom Cl memiliki 8 elektron
Cl Clx x
x x
xx
garis tunggal ( ) menunjukkan adalanya 1 pasangan elektronyang digunakanbersama
Cl Cl
penyederhanaan penulisanstruktur Lew is
31
Sifat Fisis Senyawa Kovalen
Beberapa sifat fisis senyawa kovalen yang penting adalah sebagai
berikut:
a. Berupa gas, cairan, atau padatan lunak pada suhu ruang
b. Bersifat lunak dan tidak rapuh
c. Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
d. Umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organic
e. Umumnya tidak dapat menghantar listrik
c. Ikatan Kovelen Koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang mana
elektron-elektron dalam pasangan elektron yang digunakan bersama
berasal dari salah satu atom yang berikatan.
Contoh ikatan kovalen koordinasi adalah pada molekul CO.
d. Ikatan Logam
Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat
penggunaan bersama elaktron-elektron valensi antar atom-atom logam.
Sifat Fisis Ikatan Logam
Sifat fisis logam ditentukan oleh ikatan logamnya yang kuat,
strukturnya yang rapat, dan keberadaan elektron-elektron bebas.
Beberapa sifat fisis logam yang penting adalah sebagai berikut:
1) Berupa padatan pada suhu ruang
2) Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika di tempa
3) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
4) Menghatar listrik dengan baik
5) Menghantar panas dengan baik
6) Mempunyai permukaan yang mengkilap
C + O X X
XX X
X C OX X X X
XX C O
Molekul CO memiliki ikatan rangkap tiga yang terdiri dari 2 ikatan kovalen biasa dan 1 ikatan kovalen koordinasi. Dengan adanya ikatan kovalen koordinasi, konfigurasi elekrton C dan O pada molekul CO sesuai dengan aturan oktet.
32
B. Hasil Penelitian yang relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Indriyani NST, Erviyenni, Lenny
Anwar. Yang berjudul “Penggunaan Media Microsoft Office Power Point
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem
Periodik di Kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci”. Berdasarkan analisis
statistik uji-t dapat disimpulkan bahwa penggunaan media melalui microsoft
office powerpoint jenis model pembelajaran kooperatif STAD pada kelas
eksperimen untuk meningkatkan siswa hasil belajar dengan 14,54%. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan microsoft office powerpoint
melalui media pembelajaran STAD tipe model memberikan positif pengaruh
terhadap tingkat pemahaman siswa tentang masalah struktur atom dan sistem
periodik.38
Penelitian yang dilakukan oleh Imtihani Nur Arum Hidayati, Tri
Redjeki dan Budi Hastuti yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia pada Materi Pokok
Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran
2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Metode pembelajaran
STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan kualitas
proses belajar kimia materi pokok kesetimbangan kimia. Hal ini dapat dilihat
dari aspek aktivitas siswa dalam belajar kimia pada kondisi awal, siklus 1 dan
siklus 2. Pada kondisi awal, siswa memiliki aktivitas belajar kimia sebesar 45
% yang tergolong cukup aktif, kemudian meningkat menjadi 69,17 % pada
siklus 1 dan pada siklus 2 sebesar 71,67 %. (2) Metode pembelajaran STAD
(Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan kualitas hasil
belajar kimia materi pokok kesetimbangan kimia. Hal ini dapat dilihat dari
38Indriyani NST, Erviyenni, Lenny Anwar, “Penggunaan Media Microsoft Office
Powerpoint Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik di Kelas X SMA Negeri 1
Pangkalan Kerinci”, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 5, No 2, Tahun 2011, h. 10
33
hasil tes kognitif siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa
sebesar 40 % yang kemudian meningkat menjadi 70 % pada siklus 2. Dilihat
dari aspek afektif siswa, pada siklus 1 afektif siswa sebesar 15 %, kemudian
meningkat pada siklus 2 sebesar 25 %.39
Penelitian yang dilakukan oleh Verawati Turanda, Rosmaini S dan
Darmadi dengan judul “Penggunaan Media Microsoft Office Powerpoint
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII2 SMPN 32 Pekanbaru” Hasil
penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata daya serap siswa adalah
74,85% (Cukup) mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,08%
(Baik), ketuntasan belajar pada siklus I yaitu 91,66% (Amat Baik) pada
siklus II menjadi 100% (Amat Baik). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa penggunaan media powerpoint melalui model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi siswa kelas
VII2 SMPN 32 Pekanbaru.40
Penelitian yang dilakukan oleh Dedy Hamdani dengan judul
penelitian “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Microsoft
Powerpoint pada Konsep Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 5 Kota Bengkulu”. Hasil penelitian
(a) hasil belajar siswa terdiri dari aspek pemahaman konsep dan aspek kinerja
ilmiah. Untuk aspek pemahaman konsep pada siklus I dengan nilai rata-rata
70,09 dan ketuntasan belajar 87,80% (tuntas), pada siklus II dengan nilai rata-
rata 73,85 dan ketuntasan belajar 97,56% (tuntas). Sedangkan pada aspek
kinerja ilmiah pada siklus I dengan skor rata-rata 12,50 dalam kategori cukup
dan pada siklus II dengan skor rata-rata 13,37 dalam kategori baik. (b)
aktivitas belajar siswa menunjukkan bahwa pada siklus I dengan skor rata-
39Imtihani, Tri Redjeki, Budi Hastuti, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Team Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar
Kimia pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran
2011/2012”, Jurnal Pendidikan Kimia (JPK),Vol 2, No 2, Tahun 2013, h. 92 40Verawati Turada, Rosmaini S, Darmadi, “Penggunaan Media Microsoft Office
Powerpoint Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII2 SMPN 32 Pekanbaru”, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 3,
No 1, November 2012, h. 2
34
rata sebesar 33 dalam kategori baik, pada siklus II sebesar 37,5 dalam
kategori baik.41
Penelitian yang dilakukan oleh I Dewa Gede Merta, Asneli Lubis
dengan judul ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Disiplin
Belajar dan Prestasi Belajar Matematika Siswa” menunjukan bahwa adanya
pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa, dan
prsetasi belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada yang mengikuti model
pembelajaran konvensional dengan nilai F = 4,235 pada angka signifikan
0,043.42
Penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Madra dengan judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) Berbantuan Asesmen Proses terhadap Prestasi Belajar Kimia Ditinjau
dari Motivasi Berprestasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gianyar”. Dari
hasil temuan penelitian, disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe STAD berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia pada siswa kelas X
SMA Negeri 1 Gianyar dengan memperhitungkan motivasi.43
Penelitian yang dilakukan oleh R. Ahmad Zaky El Islami dengan
judul “Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD terhadap
Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Sistem Koloid”. Dari hasil penelitian,
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model cooperative
learning tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa pada
konsep sistem koloid, hal ini berdasarkan perhitungan statistik, nilai thitung
41Dedy Hamdani, “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Microsoft Power
Point pada Konsep Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
VIIIB SMP Negeri 5 Kota Bengkulu”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol 1, No 2, Maret 2009, h. 1 42I Dewa Gede Merta, Asneli Lubis, ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
terhadap Disiplin Belajar dan Prestasi Belajar Matematika Siswa”, Jurnal Pendidikan Matematika,
Vol 2, No 3, Desember 2008, h. 1043 43I Ketut Madra, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) Berbantuan Asesmen Proses terhadap Prestasi Belajar Kimia
Ditinjau dari Motivasi Berprestasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gianyar”, Jurnal
Pendidikan Kimia, Vol 5, No 8, Tahun 2011, h. 1
35
sebesar 10,22 dan ttabel sebesar 1,99 dengan taraf signifikansi 0,05, karena
thitung > ttabel maka Ha diterima.44
C. Kerangka Berfikir
Penguasaan kimia sangat diperlukan, terlebih banyak hal yang
bermanfaat bagi kemajuan manusia di bidang sains dan sosial. Kimia adalah
ilmu sains yang tentunya bersifat konseptual dan aplikatif. Bersifat konseptual
artinya kimia merupakan sebuah disiplin ilmu yang memiliki teori-teori yang
akan menunjang kebermanfaatan kimia dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan bersifat aplikatif artinya kimia adalah sebuah ilmu yang bisa
langsung dirasakan manfaatnya di lingkungan sekitar kita, contoh kecilnya
adalah udara yang kita hirup untuk bernapas.
Siswa akan menemukan gagasan-gagasan yang saling berkaitan antara
teori dengan aplikasinya. Oleh karena itu, kimia sudah sangat perlu
dikembangkan dalam pembelajaran. Dengan menggunakan model cooperative
learning Tipe STAD ini akan ditemukan sebuah kolaborasi antara teori
dengan hal nyata yang bisa divisualkan.
Pada model cooperative learning Tipe STAD siswa akan diajak untuk
berperan aktif dalam mengembangkan pemahaman mengenai kimia melalui
diskusi, siswa pun akan diajak untuk melihat langsung bagaimana gambaran
nyata pada bahasan kimia itu, baik melalui demonstrasi maupun media
pembelajaran lain yang berbentuk presentasi. Dalam model cooperative
learning Tipe STAD ini, peran guru akan lebih banyak sebagai fasilitator,
moderator dan sedikit presentator diawal pembelajaran.
Singkatnya, dengan menggunakan model cooperative learning tipe
STAD, siswa akan lebih baik dalam memahami konsep kimia yang diberikan
terutama materi sistem koloid, serta mampu menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
44R. Ahmad Zaky El Islami, ”Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe
STAD terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Sistem Koloid”, Skripsi, pada FITK UIN
Jakarta, 2010, tidak dipublikasikan.
36
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
D. Perumusan Hipotesis
Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
menggunakan media power point terhadap hasil belajar kimia siswa.
Hasil Belajar Kimia Rendah
- Kimia pelajaran yang sulit karena bersifat abstrak
- Peguasaan guru (teacher center) sehingga siswa menjadi
pasif
- Metode pembelajaran yang digunakan konvensional,
sehingga .siswa hanya mendengarkan dan mencatat
materi yang disampaikan guru
-
Pembelajaran kooperatif yang menarik dengan
pemberian penghargaan kelompok
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions)
Tes Hasil Belajar Kognitif (C1, C2, C3, C4)
Hasil Belajar Kimia yang Maksimal
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan
pada tanggal 16 September sampai dengan 16 Oktober 2013 di kelas X-1 dan
X-2 pada tahun ajaran 2013/2014.
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan metode
kuasi eksperimen (eksperimen semu). Metode kuasi eksperimen memiliki
perbedaan dengan metode penelitian murni. Pada metode quasi
eksperimen, populasi tidak dapat dipastikan homogen, dengan kata lain
populasinya heterogen.
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini dalah penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media power
point, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar kimia siswa.
Penelitian ini mengambil sampel yang terdiri dari dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan
media power point, sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan
media power point.
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian
Sampel
A
B
Model Kooperatif
tipe STAD +
media power point
Media power
point
HBS
38
Keterangan :
A = Kelompok Eksperimen
B = Kelompok Kontrol
HBS = Hasil Belajar Siswa
2. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan desain Nonequivalent Control
Grup Design desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control
group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random.1 Dimana dalam desain ini
dilakukan tes sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen/tes awal (O1),
disebut pretes, dan sesudah eksperimen/tes akhir (O2), disebut postes.
Perbedaan antara O1 dan O2 diasumsika merupakan dari eksperimen.
desainnya sebagai berikut:
Tabel 3.1. Desain Penelitian Nonequivalent Control Grup Design
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2
Keterangan:
O1 : kelas ekperimen dan kelas kontrol sebelum perlakuan (pretes)
O2 : kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah perlakuan (Postes)
X : pemberian perlakuan
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.2 Jadi, populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Mengingat luasnya populasi, maka
populasi dalam penelitian ini dibatasi untuk membantu mempermudah
1Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012), Cetakan ke-15, h. 116 2 Ibid., h.117
39
penarikan sampel. Dalam hal ini populasi targetnya kelas X SMA Dharma
Karya UT Tangerang Selatan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk
sumber data tersebut.3 Sampel yang dipilih dalam penelitian ini yaitu dua
kelas, kelas eksperimen dan kelas kontrol di kelas X. Teknik
pengambilan sampelnya menggunakan Purposive Sampling, yaitu
peneliti bias menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu.4
Pertimbangan yang dilakukan dalam pengambilan sampel ini berdasarkan
nilai akademik. Sedangkan sampelnya dua kelas dari kelas X SMA
Dharma Karya UT Tangerang Selatan yaitu kelas X-1 dan X-2.
D. Prosedur penelitian
Secara garis besar, prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Adapun langkah-langkah dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada
standar isi mata pelajaran kimia SMA kelas X sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), serta menganalisis
materi pada buku ajar untuk menentukan konsep pembelajaran yang
akan digunakan. Pada penelitian ini konsep yang digunakan adalah
ikatan kimia.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) , membuat LKS
pembelajaran dan membuat power point.
c. Menyusun instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data berupa
tes hasil belajar siswa dan lembar observasi. Peyusunan instrumen
dibuat oleh peneliti dengan bimbingan dosen.
d. Pengujian instrumen penelitian dilakukan dengan memvalidasinya
oleh dosen ahli, kemudian diperbaiki sesuai dengan saran yang
3 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2003), h.54 4Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pedekatan Praktik, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), Cet. XIV, h. 183
40
diberikan. Selanjutnya instrumen diuji cobakan pada siswa kelas XI
SMA untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan
daya pembeda.
e. Mempersiapkan penelitian serta mengurus surat permohonan izin
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan awal pada tahap ini adalah melakukan pengukuran
dengan memberikan pretes kepada kedua kelas yang menjadi sampel
penelitian. Pretes dilakukan untuk mengetahui keampuan awal siswa
sebelum diberikan treatment (perlakuan). Setelah diberikan treatment
yang berbeda kepada kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen
diberikan treatment menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD menggunakan media power point dan kelompok kontrol
menggunakan media power point, kemudian dilakukan pengukuran
kembali dengan memberikan postes kepada kedua kelompok tersebut.
3. Tahap Penyelesaian
Kegiatan dalam tahapan penyelesaian sebagai berikut:
a. Mengolah data hasil tes belajar siswa dari hasil pretes dan postes
b. Menganalisis data kemudian membahasnya
c. Menarik kesimpulan
E. Teknik Pengumpulan Data
Di dalam melakukan penelitian, teknik pengumpulan data dibutuhkan
untuk membuktikan hipotesis yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan
data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes berupa tes
hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 25 butir serta teknik
nontes berupa observasi. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:
41
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
Sumber
Data Hasil Belajar
Teknik
Pengumpulan
Data
Instrumen Pengamatan
Proses
Siswa
Sebelum diterapkan
model pembelajaran
kooperatif tipe STAD
menggunkan media
power point
Melaksanakan
tes awal
(pretes)
Butir
pertanyaan
Siswa mengisi
butir
pertanyaan
dengan diawasi
oleh observer
Siswa
Sesudah diterapkan
model pembelajaran
kooperatif tipe STAD
menggunakan media
power point
Melaksanakan
tes akhir
(postes)
Butir
pertanyaan
Siswa mengisi
butir
pertanyaan
dengan diawasi
oleh observer
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk
memperoleh, mengelola, dan menginterprasikan informasi dari para
responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yag sama. Intrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif dan observasi. Tes objektif
berupa pilihan ganda digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa.
Observasi digunakan untuk mengetahui psikomotor siswa dan tercapainya
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
1. Tes Hasil Belajar Siswa
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang
sudah ditentukan.5 Bentuk tes dalam penelitian ini adalah tes pilihan
ganda. Tes pilihan ganda ini memuat aspek kognitif yang didasarkan pada
aspek hasil belajar kimia siswa. Tes ini terdiri dari 25 butir soal pilihan
ganda. Jawaban benar diberikan skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor
0. Materi tes yang diberikan kepada siswa mecakup konsep ikatan kimia.
5Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), Edisi 2, h.67
42
a. Kisi-kisi Instrumen
Sebelum instrumen tes digunakan, instrumen tersebut harus
(24 + 24) – 2 = 46 maka diperoleh ttabel = 2,021 dan thitung = −0,4896.
Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis berikut:
Ha = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
pretes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Ho = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretes
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Dimana, kriteria penerimaan dan penolakan H0 adalah:
Jika harga –ttabel thitung +ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika harga –ttabel thitung +ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Berdasarkan kriteria diatas dari data hasil penelitian, maka kriteria
hasil penelitian ini yaitu –ttabel thitung +ttabel (–2.021 −0,4896
+2.021). Maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat
61
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
rata-rata skor pretes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari
hasil diatas menunjukkan bahwa sampel layak untuk diberi perlakuan
agar dapat mengetahui pengaruh perlakuan tersebut pada kelompok
yang berbeda yaitu antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
2. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas Postes
Hasil uji normalitas postes kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dapat dilihat pada lampiran 9 dan Tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen
Dan Kelompok Kontrol
Data Postes
Kesimpulan Eksperimen Kontrol
N 24 24 Data
Berdistribusi
Normal
Lhitung 0,1170 0,1668
Ltabel 0,173 0,173
Berdasarkan tabel 4.9 Diketahui bahwa pada postes kelompok
eksperimen memiliki Lhitung = 0,1170 dengan harga Ltabel = 0,173.
dengan demikian maka Lhitung (0,1170) < Ltabel (0,173). Maka dapat
disimpulkan bahwa data hasil postes kelompok eksperimen
berdistribusi normal. Adapun postes kelompok kontrol dengan Lhitung =
0,1668 dan Ltabel = 0,173, dengan demikian Lhitung (0,1668) < Ltabel
(0,173). Maka dapat disimpulkan bahwa data postes kelompok kontrol
berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Postes
Hasil uji homogenitas postes pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dapat dilihat pada lampiran 9 dan Tabel 4.10 sebagai
berikut:
62
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen
Dan Kelompok Kontrol
Statistik
S2Eksperimen 79,905
S2Kontrol 77,884
Fhitung 1,025
Ftabel 2,00
Kesimpulan Homogen
Data hasil uji homogenitas untuk postes kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol pada Tabel 4.10 diperoleh Fhitung = 1,025 dari
tabel harga distribusi F dengan taraf signifikan (α) = 0,05 dengan
jumlah siswa 48 (n1 = 24, n2 = 24), maka didapat harga Ftabel = 2,00.
syarat uji homogenitas ini yaitu: H0 diterima jika Fhitung < Ftabel, dan H0
ditolak jika Fhitung > Ftabel. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa data postes kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol tersebut adalah homogen.
3. Pengujian Hipotesis Postes
Hasil uji kesamaan rata-rata postes antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dapat dilihat pada lampiran 9 dan Tabel 4.11
sebagai berikut:
Tabel 4.11 Uji Kesamaan Rata-rata Hasil Postes Kelompok
Eksperimen dan Kontrol
Keterangan Eksperimen Kontrol
Jumlah sampel 24 24
X 75,83 63,17
S2
79,905 77,884
thitung 8,165
ttabel 2,021
Kesimpulan Berbeda
Hasil analisa pada tabel 4.11 Dengan uji-t postes antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol pada taraf signifikan 0,05 dengan df =
(n1 + n2) – 2 = 46 maka diperoleh ttabel = 2,021 dan thitung = 8,165.
63
berdasarkan hasil diatas maka kriteria hasil penelitian ini yaitu –ttabel
thitung +ttabel (–2,021 8,165 +2,021) maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara rata-rata skor postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Dengan demikian maka terdapat pengaruh yang signifikan pada hasil
belajar kimia siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD menggunakan media power point pada konsep ikatan kimia
dibandingkan dengan menggunakan media power point saja.
C. Pembahasan
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media power point,
sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa pada materi ikatan
kimia. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan menggunakan media power point ini berpengaruh terhadap hasil
belajar kimia siswa pada konsep ikatan kimia digunakan uji hipotesis statistik.
Sebelum melakukan uji hipotesis, data pretes dianalisis dengan menggunakan
uji-t untuk melihat perbedaan kemampuan awal sampel yang diteliti.
Berdasarkan hasil uji prasyarat penelitian diketahui bahwa data pretes dari
kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa sampel yang diambil memiliki kondisi awal yang relatif
sama atau tidak berbeda nyata.
Berdasarkan hasil perhitungan pretes dan postes pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh nilai postes rata-rata kelompok
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kelompok kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan nilai hasil rata-rata postes yang
dipengaruhi oleh adanya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD menggunakan media power point pada materi ikatan kimia. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan nilai N-gain kelompok
eksperimen 0,58 dan kelompok kontrol 0,35 dengan rata-rata postes 75,83
sedangkan nilai rata-rata postes kelompok kontrol 63,17.
64
Hasil dari perhitungan dengan menggunakan uji-t sebelum diberikan
perlakuan diperoleh niulai ttabel = 2,021 dan thitung −0,4896. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa thitung < ttabel atau −0,4896 < 2,021, maka Ho diterima
dan Ha ditolak sehingga nilai awal kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol tidak terdapat perbedaan. Sedangkan uji-t setelah diberikan perlakuan
menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, hal ini dapat dilihat dari perhitungan setelah diberikan
perlakuan, maka diperoleh nilai ttabel = 2,021 dan thitung = 8,165. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa thitung > ttabel atau 8,165 > 2,021, maka H0 ditolak
dan Ha diterima. Berdasarkan hasil ini thitung > ttabel, maka H0 ditolak, dan dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar kimia siswa pada konsep ikatan kimia kelas
eksperimen terdapat perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kelas
kontrol. Oleh karena itu, maka hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan
media power point terhadap hasil belajar kimia pada konsep ikatan kimia
diterima.
Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa tahapan pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang dilakukan oleh guru terlaksana dengan presentasi
sebesar 77,78% yang berarti termasuk ke dalam kategori baik. Sedangkan
hasil observasi yang dilakukan pada siswa mendapatkan presentasi sebesar
91,67% yang berarti termasuk ke dalam kategori sangat baik.
Adanya pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa
membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran koopertatif tipe STAD
menggunakan media power point kelas eksperimen dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan media
power point saja.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) adalah model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para
65
guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.1 STAD terdiri dari lima
komponen utama, yaitu: penyajian kelas, kegiatan kelompok, tes, peningkatan
individu, dan pegakuan kelompok.2Lima komponen utama dalam
pembelajaran kooperatif akan disajikan sebagai berikut:
Presentasi kelas, pada awal tahapan STAD dalam penyampaian materi
ini guru tidak menggunakan metode ceramah seperti yang biasa digunakan di
sekolah, dengan hanya menggunakan metode ceramah selama pembelajaran
siswa akan merasa jenuh dengan pelajaran tersebut yang akibatnya banyak
siswa yang kurang fokus memperhatikan penjelasan guru. oleh karena itu
peneliti menggunakan media power point pada materi ikatan kimia di awal
tahapan STAD. Selama presentasi kelas siswa terpusat perhatiannya kepada
slide power point dan memperhatikan penjelasan guru, karena power point
yang guru buat ditampilkan juga animasi huruf sehingga perhatian siswa dapat
terfokus ke papan tulis dan pembelajaran pun berjalan dengan tertib. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Indriyani NST,
Erviyenni dan Lenny Anwar bahwa penggunaan media microsoft office power
point sangat cocok diterapkan pada pembelajaran tipa STAD, karena pada
proses pembelajaran tipe STAD lebih banyak melibatkan siswa sedangkan
guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam aktivasi belajar
yang dilakukan siswa.3 Dengan penggunaan power point maka materi
pelajaran yang disampaikan menjadi lebih menarik dengan adanya variasi-
variasi gerakan objek dan adanya video yang ditampilkan sehingga siswa lebih
tertarik dalam menerima informasi pelajaran.4
1Robert E. Slavin, Cooprative Learning, Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa
Media, 2008), h.143 2Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), h. 140 3Indriyani NST, dkk, “Penggunaan Media Microsoft Office Power Point Melalui Model
Pembalajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok
Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik di Kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Krinci”, Jurnal
Pendidikan Kimia, Vol 5, No 2, Tahun 2011, h. 7 4Dedi Hamdani, “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD dengan Microsoft Power
Point pada Konsep Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIIB
SMP Negeri 5 Kota Bengkulu”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol 1, No 1, Tahun 2009, h. 8
66
Tim, dalam tahapan ini siswa dibagi ke dalam 6 kelompok. Masing-
masing kelompok terdiri dari empat sampai lima orang dan setiap kelompok
diberikan satu lembar LKS sebagai bahan diskusi. Selama diskusi berlangsung
guru mengontrol situasi setiap kelompok, apabila dalam 1 kelompok ada siswa
yang belum mengerti maka anggota kelompok tersebut yang akan membantu
menjelaskan dan jika kelompok tersebut tidak bisa menjawab maka boleh
berdiskusi dengan kelompok lain. Menurut Verawati Turada dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa keberhasilan kelompok dapat tercapai
dengan baik apabila setiap anggota kelompok aktif serta benar-benar
berinteraksi dengan baik dan saling membantu diantara siswa yang pintar,
dengan siswa yang lemah dalam kelompoknya, sehingga dapat
menyumbangkan nilai yang maksimal dalam kelompoknya. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Imtihani Nurarum Hidayati
bahwa siswa pun terlihat tambah aktif terhadap pembelajaran karena mereka
dapat berdiskusi dalam satu kelompok mengenai materi kesetimbangan
kimia.5
Tes individual, dalam tahapan ini, siswa diberikan tes individu untuk
megetahui sejauh mana pemahaman yang telah dicapai setelah diskusi
kelompok. Selama tes berlangsung siswa dilarang untuk bekerja sama dengan
siswa lain sehingga setiap siswa bertanggung jawab secara individu untuk
memahami materi. Nilai dari tes individu akan diakumulasi dengan nilai
diskusi kelompok. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Monlila Beni Rian P, bahwa siswa ingin menjadi yang terbaik untuk
kepentingan pribadi maupun kelompok dalam meningkatkan poin individu
maupun kelompok untuk memperoleh penghargaan.6
Skor kemajuan individual, dalam hal ini skor kemajuan individu dilihat
berdasarkan kenaikan skor kuis siswa dibandingkan dengan skor awal siswa.
5Imtihani Nur Arum H, “Penerpan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division (STAD) untuk Menigkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia pada
Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran 2011-2012”,
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol 2, No 2, Tahun 2013, h. 94 6 Monlila Beni Rian P, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 2, No 1, Tahun 2011, h. 236
67
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imtihani Nur Arum
Hidayati, bahwa dari kondisi awal yang ketuntasan belajarnya 40% bisa
meningkat 30% menjadi 70% setelah diterapkan metode STAD ini.7
Pengakuan kelompok, dalam tahapan ini kelompok yang mempunyai
nilai tertinggi guru berikan penghargaan kelompok berupa hadiah sebagai
apresiasi selama pembelajaran berlangsung, sehingga pada pertemuan
selanjutnya kelompok yang lainnya bisa termotivasi untuk mendapatkan nilai
yang bagus. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Verawati
Turanda bahwa setiap kelompok berusaha mencapai nilai terbaik pada
evaluasi sehingga nilai perkembangan siswa akan lebih baik dan penghargaan
kelompok akan lebih baik pula.8
Dalam pembelajaran ini, dapat dilihat bahwa siswa terlibat secara aktif
dan antusias dalam setiap tahapan. Siswa akan belajar untuk bekerja sama
dengan siswa yang lain, sehingga materi yang belum difahami dapat
didiskusikan dengan siswa yang lain. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Imtihani Nur Arum Hidayati, bahwa metode
pembelajaran kooperatif STAD ini berbentuk kelompok kerja sehingga
menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran secara berkelompok di
kelas, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar jika
dibandingkan dengan belajar secara individual.9
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan
siswa dapat mengembangkan kreativitas malalui interaksi antar siswa yang
berlangsung selama proses belajar mengajar. Selain itu, rasa ingin tahu siswa
pun meningkat sejalan dengan meningkatnya motivasi belajar mereka.
7Imtihani Nur Arum H, loc. cit. 8Verawati Turanda, “Penggunaan Media Microsoft Power Point Melalui Model
Pembelajaran Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII
SMPN 32 Pekanbaru”, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 3, No 1, Tahun 2012, h. 8 9Imtihani Nur Arum H, “Penerpan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division (STAD) untuk Menigkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia pada
Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran 2011-2012”,
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol 2, No 2, Tahun 2013, h. 98
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, rata-rata hasil
belajar postes kelas eksperimen (75,83) lebih besar dari hasil belajar postes
kelas kontrol (63,17), sehingga terdapat pengaruh yang signifikan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media power point
terhadap hasil belajar kimia siswa. Hal ini berdasarkan perhitungan statistik
menggunakan uji-t diperoleh nilai thitung > ttabel atau 8, 165 > 2,201, maka Ha
diterima dan Ho ditolak.
B. Saran
Adapun saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi guru, dapat menjadikan pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions) sebagai salah satu alternatif
penggunaan metode dalam proses pembelajaran dikelas, sebaiknya model
pembelajaran koopeatif tipe STAD tidak hanya diterapkan dalam konsep
ikatan kimia saja, tetapi bisa digunakan untuk konsep lain, misalnya
struktur atom, hidrokarbon ataupun materi yang lainnya.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan inovasi-inovasi yang
baru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini, karena dalam penerapannya model pembelajaran ini sangat fleksibel
untuk digunakan berbagai media pembelajaran pada tahap penyajian
materi.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD perlu mendapat perhatian dan
tanggapan dari guru, karena melalui pembelajaran kooperatif siswa dapat
bekerja sama, dan saling membantu satu sam lain. Sehingga sifat egois,
69
individual dan sifat ingin menang sendiri, merasa dirinya sendiri lebih
dari yang lainnyaperlahan dapat diubah atau mungkin dapat dihilangkan.
70
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2006
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006
Dimyati. Belajar dan pembelajaran, Jakarta: PT Rieka Cipta, 2006
Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2006
Hamdani, Dedy. “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Microsoft
Powerpoint pada Konsep Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 5 Kota Bengkulu”. Jurnal
Pendidikan Fisika, Vol 1, No 2, Maret 2009
I Ketut Madra. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) Berbantuan Asesmen Proses terhadap
Prestasi Belajar Kimia Ditinjau dari Motivasi Berprestasi pada Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Gianyar”. Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 5, No 8,
Tahun 2011
Irma Pujianti. “Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”. Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran, Jakarta: Predana Media Grup, 2006
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010
Slavin, E. Robert. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung: Nusa
Media, 2009
Sofyan, Ahmad dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2006
Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 2005
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009
Teda Ena, Auda. Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak
Presentasi, Artikel, 2008
Tejo Nurseto. Membuat Media Pembelajaran yang Menarik. Jurnal Ekonomi &
Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, April 2011
Turanda Verawati, Rosmaini S, Darmadi. “Penggunaan Media Microsoft Office
Powerpoint Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII2 SMPN 32
Pekanbaru”. Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 3, No 1, November 2012
Warsita, Bambang. Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2008
Zulfiani. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009
72
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SMA Dharma Karya UT
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X/1
Pertemuan ke : 1
Alokasi Waktu : 2 x 45menit
A. Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodic unsur, dan ikatan kimia.
B. Kompetensi Dasar :1.2.Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam
serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.
C. Indikator :
1. Menjelaskan hubungan electron valensi dan kestabilan suatu unsur
2. Menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan ion
3. Menggambarkan lambang Lewis dari senyawa ion
4. Menjelaskan hubungan antara sruktur senyawa ion dengan sifat fisikanya
D. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat menjelaskan hubungan elektron valensi dan kestabilan suatu unsur
2. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan ion
73
3. Siswa dapat menggambarkan lambang Lewis dari senyawa ion
4. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara sruktur senyawa ion dengan sifat fisikanya
E. Metode Pembelajaran :
1. Model : Pembelajaran kooperatif tipe STAD
2. Metode : Diskusi dan Tanya jawab
F. Materi Ajar : Kestabilan atom unsur, ikatan ion, sifat fisika senyawa ion
Fakta menunjukkan di alam, gas mulia (golongan VIIIA) berada sebagai atom tunggal. Hal ini berarti gas mulia sulit bereaksi
dengan atom gas mulia atau unsure lainnya. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa gas mulia bersifat stabil.
Berdasarkan konfigurasi elektron, dapatdirumuskan aturan sebagai berikut:
a. Unsur-unsur gas mulia sangat stabil, kecuali He, memiliki 8 elektron valensi. Dengan demikian unsur-unsur lain berusaha
memperoleh konfigurasi electron seperti gas mulia untuk mencapai kestabilan. Hal ini dirumuskan menjadi Aturan Oktet.
b. Unsur gas mulia He memiliki 2 elektron valensi. Unsur-unsur dengan nomor atom kecil, yakni H dan Li berusaha memiliki
konfigurasi elektron gas mulia terdekat, yaitu memiliki 2 elektron valensi seperti He untuk mencapai kestabilan. Hal ini di
rumuskan menjadi Aturan Duplet.
Untuk memenuhi aturan oktet atau duplet, atom-atom dapat meminta/melepas electron atau menggunakan electron bersama.
Peristiwa ini akan menyebabkan terbentuknya ikatan kima.
a. Atom-atom yang menerima atau melepaskan electron akan membentuk ikatan ion.
b. Atom-atom yang menggunakan electron bersama akan membentuk ikatan kovalen.
74
c. Di dalam ikatan kovalen, elektron-elektron yang digunakan bersama dapat berasal dari satu atom saja. Ikatan kovalen demikian
disebut ikatan kovalen koordinasi.
d. Atom-atom suatu unsure juga menggunakan electron bersama membentuk ikatan logam.
1) Ikatan Ion
Ikatan ion terbentuk akibat kecenderungan atom-atom menerima atau melepas elektron agar memiliki konfigurasi electron
seperti gas mulia terdekat. Ikatan ion umumnya terbentuk antara atom-atom unsure logam dan atom unsur non logam. Hal ini terkait
dengan kecenderungan atom unsure logam untuk melepas electron untuk membentuk ion positif.
Dalam pembentukan ikatan ion, jumlah elektron yang dilepas harus sama dengan jumlah elektron yang diterima. Contohnya
ikatan ion yang terbentuk antara atom logam Na dan atom non logam Cl pada senyawa NaCl. Ikatan kimia yang terbentuk sebagai
akibat serah terima electron antar atom disebut ikatan ion (ikatan elektrovalen), dan senyawa yang memiliki ikatan ion disebut
senyawa ion.
Serah terima electron dalam ikatan ion dapat digambarkan dengan menggunakan lambang Lewis. Lambang Lewis dari suatu
unsure dinyatakan oleh lambing unsure dikelilingi oleh sejumlah tanda titik ( ) atau tanda lainnya seperti tanda silang (×). Tanda
tersebut menyatakan jumlah electron valensi dari unsure tersebut. Contoh penggunaan lambang Lewis untuk menggambarkan ikatan
ion.
+ ClNa x
x x
x
xx x
Na Cl -+
75
Sifat Fisis Senyawa Ion
Sifat fisis senyawa ion ditentukan oleh gaya elektrostatis yang kuat dan sama kesegala arah. Dalam senyawa ion, suatu ion
positif akan dikelilingi oleh sejumlah ion negatif, demikian pula sebaliknya. Beberapa sifat fisis dari senyawa ion:
a) Berupa padatan pada suhu ruang
b) Bersifat keras tapi rapuh
c) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
d) Larut dalam pelarut air, tetapi umumnya tidak larut dalam pelarut organik.
e) Tidakmenghantarlistrikdalamfasepadat, tetapimenghantarlistrikdalamfasecairataujikalarutdalam air.
G. Kegiatan Pembelajaran :
Waktu Kegiatan guru Kegiatan siswa
Karakter
yang
diharapkan
Awal
(15 menit)
Guru mengucapkan salam
Guru mengkondisikan kelas
Guru mengabsen siswa
Guru memberikan pretes
Guru membag isiswa ke dalam kelompok yang terdiridari 4-
5 siswa yang heterogen
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan menerangkan
Siswa menjawab salam
Siswa mengkondisikan diri
Siswa menyebutkan temannya yang tidak
hadir
Siswa mengerjakan pretes
Siswa mendengarkan pembagian kelompok
oleh guru
Religius
Disiplin
Jujur
Sikap
menghorma
ti
76
setting pembelajaran kooperatif tipeSTAD Siswa memperhatikan penjelasan guru
tentang setting pembelajaran kooperatif tipe
STAD
Inti
(55 menit)
Guru menyajikan materi baru dalam kelas STAD yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan Power Point
Guru memberikan tugas berupa lembar kerja siswa kepada
kelompok STAD
Guru memberikan instruksi kepada setiap anggota kelompok
untuk bekerjasama, berdiskusi ketika mengerjakan lembar
kerja. Anggota yang lebih mengerti menjelaskan pada
anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok
mengerti
Guru memperhatikan dan membimbing aktivitas kerja setiap
kelompok STAD
Guru meminta siswa mengumpulkan LKS
Siswa memperhatikan dan mencatat materi
yang disampaikan oleh guru
Jika ada siswa yang tidak faham maka
bertanya pada guru
Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dalam
kelompoknnya
Siswa bekerjasama dengan kelompoknya
untuk mengerjakan LKS yang telah
disediakan
Siswa mengumpulkan LKS
Sikap
menghorma
ti
Kerjasama
Jujur
Akhir
(20 menit) Guru dan siswa memberikan kesimpulan dari materi
pembelajaran
Guru mengadakan tesi ndividu/ kuis
Siswa memberikan kesimpulan tentang materi
yang telah diajarkan
Mengharga
i
Jujur
77
Guru meminta siswa untuk mengerjakan tes/kuis dengan
tenang dan bertanggung jawab atas perolehan nilai
kelompok
Guru mengamati aktivitas tes/kuis yang dilakukan siswa dan
menegur siswa jika terjadi kekeliruan dan kecurangan dalam
penyelesaian tes/kuis
Guru meminta siswa untuk mengumpulkan jawaban tes/kuis
Guru mengumumkan perolehan nilai individu dan kelompok
Guru mengumumkan prestasi kelompok
Siswa mengerjakan tes/kuis secara individu
tanpa bantuan teman kelompoknya. Untuk
mengukur seberapa jauh pengetahuan yang
telah didapatkan hari ini
Siswa mengumpulkan jawaban tes/kuis
Siswa mendengarkan perolehan nilai individu
dan kelompok
Siswa mendengarkan perolehan prestasi
kelompok
H. Penilaian
1. Jenis tagihan:
Pretes dan kuis
2. Bentuk instrument:
Testertulis berbentuk pilihan ganda, isian, dan uraian
78
I. Alat dan Sumber
1. Lembar pretes
2. Lembar LKS
3. Lembar kuis
4. Laptop dan proyektor
5. Buku Kimia 1, Yudhistira.
Ciputat, 16 September 2013
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Arif Soleh, S.Pd Fitri Nur Faozah
79
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SMA Dharma Karya UT
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X/1
Pertemuan ke : 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, danikatan kimia
B. Kompetensi Dasar : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan
logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.
C. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen dengan menggambarkan lambang Lewisnya
2. Membedakan ikatan kovalen tunggal,rangkap dua, dan rangkap tiga
3. Menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen koordinasi dengan menggambarkan lambang Lewisnya
4. Menjelaskan sifat-sifat ikatan kovalen
80
D. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen dengan menggambarkan lambang Lewisnya
2. Siswa dapat membedakan ikatan kovalen tunggal,rangkap dua, dan rangkap tiga
3. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen koordinasi dengan menggambarkan lambang
Lewisnya
4. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat ikatan kovalen
E. Metode Pembelajaran :
1. Model : Pembelajaran kooperatif tipe STAD
2. Metode : Ceramah, diskusi dan Tanya jawab
F. Materi Ajar : ikatan kovalen ( tunggal, rangkap dua, rangkap tiga), ikatan kovalen koordinasi, dan sifat ikatan kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya pemakaian bersama pasangan elektron. Ikatan yang terbentuk distabilkan
oleh gaya tarik menarik antara elektron dan inti atom serta gaya tolak menolak antar inti atom. Ikatan kovalen umumnya dibentuk oleh
atom-atom nonlogam. Ikatan kovalen terdiri dari 3 jenis, yaitu:
1. Ikatan kovalen tunggal : Ikatan kovalen tunggal merupakan ikatan kovalen yang Melibatkan pemakaian bersama satu pasang
elektron oleh 2 atom yang berikatan
Contoh: ikatan yang terjadi antara 2 atom H
81
2. Ikatan kovalen rangkap dua : Ikatan kovalen rangkap dua melibatkan pemakaian bersama 2 pasang elektron oleh 2 atom yang
berikatan.
Contoh: ikatan yang terjadi antara 2 atom O membentuk molekul O2
3.Ikatan kovalen rangkap tiga : Ikatan kovalen rangkap tiga melibatkan pemakaian bersama 3 pasang elektron oleh 2 atom yang
berikatan
Contoh: pada 2 atom C dan 2 atom H yang membentuk molekul C2H2
4. Ikatan kovalen koordinasi : Ikatan Kovalen Koordinasi adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang dipakai bersama
berasal dari salah satu atom yang berikatan.
Contoh: Terbentuknya senyawa BF3-NH3
HCCH
82
Sifat Fisis Senyawa Kovalen
Beberapa sifat fisis senyawa kovalen yang penting adalah sebagai berikut:
1) Berupa gas, cairan, atau padatan lunak pada suhu ruang
2) Bersifat lunak dan tidak rapuh
3) Kristal mudah bergeser sehingga bersifat lunak dan tidak rapuh.
4) Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
5) Umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik
6) Umumnya tidak dapat menghantar listrik.
83
G. Kegiatan Pembelajaran :
Waktu Kegiatan guru Kegiatan siswa Karakter yang
diharapkan
Awal
(15 menit)
Guru memberikan salam
Guru mengkondisikan kelas
Guru mengabsen siswa
Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang
terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menerangkan setting pembelajaran kooperatif tipe
STAD
Siswa menjawab salam
Siswa mengkondisikan diri
Siswa memberitahukan temannya yang tidak
hadir
Siswa mendengarkan pembagian kelompok oleh
guru
Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
setting pembelajaran kooperatif tipe STAD
Religius
Disiplin
Jujur
Sikap
menghormati
Inti
(55 menit)
Guru menyajikan materi baru dalam kelas STAD
yang dilakukan yaitu dengan menggunakan Power
Point
Guru memberikan tugas berupa lembar kerja siswa
kepada kelompok STAD
Guru memberikan instruksi kepada setiap anggota
Siswa memperhatikan dan mencatat materi yang
disampaikan oleh guru
Jika ada siswa yang tidak faham maka bertanya
pada guru
Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dalam
kelompoknnya
Siswa bekerja sama dengan kelompoknya
Sikap
menghormati
Kerja sama
84
kelompok untuk bekerja sama, berdiskusi ketika
mengerjakan lembar kerja. Anggota yang lebih
mengerti menjelaskan pada anggota lainnya
sampai semua anggota dalam kelompok mengerti
Guru memperhatikan dan membimbing aktivitas
kerja setiap kelompok STAD
Guru meminta siswa mengumpulkan LKS
untuk mengerjakan LKS yang telah disediakan
Siswa mengumpulkan LKS
Jujur
Akhir
(20 menit)
Guru dan siswa memberikan kesimpulan dari
materi pembelajaran
Guru mengadakan tes individu/ kuis
Guru meminta siswa untuk mengerjakan tes/kuis
dengan tenang dan bertanggung jawab atas
perolehan nilai kelompok
Guru mengamati aktivitas tes/kuis yang dilakukan
siswa dan menegur siswa jika terjadi kekeliruan
dan kecurangan dalam penyelesaian tes/kuis
Guru meminta siswa untuk mengumpulkan
Siswa memberikan kesimpulan tentang materi
yang telah diajarkan
Siswa mengerjakan tes/kuis secara individu
tanpa bantuan teman kelompoknya. Untuk
mengukur seberapa jauh pengetahuan yang
telah didapatkan hari ini
Siswa mengumpulkan jawaban tes/kuis
Menghargai
Jujur
85
jawaban tes/kuis
Guru mengumumkan perolehan nilai individu dan
kelompok
Guru mengumumkan prestasi kelompok
Siswa mendengarkan perolehan nilai individu
dan kelompok
Siswa mendengarkan perolehan prestasi
kelompok
H. Penilaian
1. Jenis tagihan:Pretes dan kuis
2. Bentuk instrumen:Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, dan uraian.
I. Alat dan Sumber
1. Lembar LKS 4. Buku Kimia 1, Yudhistira
2. Lembar kuis
3. Laptop dan proyektor
Ciputat, 23 September 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Arif Soleh, S.Pd Fitri Nur Faozah
86
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SMA Dharma Karya UT
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X/1
Pertemuan ke : 3
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan
logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.
C. Indikator :
1. Membedakan antara ikatan kovalen polar dan non polar
2. Menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan logam
3. Menjelaskan sifat-sifat ikatan logam
D. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat membedakan antara ikatan kovalen polar dan non polar
2. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan logam
87
3. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat ikatan logam
E. Metode Pembelajaran :
1. Model : Pembelajaran kooperatif tipe STAD
2. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
F. Materi Ajar : Ikatan kovalen polar dan non polar, ikatan logam, sifat ikatan logam
Ikatan kovalen polar: Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI) tertarik lebih kuat ke salah 1
atom. kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan (bentuk
molekul tidak simetris)
Contoh: Molekul HCl
Ikatan kovalen nonpolar : Suatu ikatan kovalen dikatakan non polar (tidak berkutub), jika PEI tertarik sama kuat ke semua atom.
Karena atom-atom dari unsur sejenis mempunyai harga keelektronegatifan yang sama. Akibatnya muatan dari elektron tersebar secara
merata sehingga tidak terbentuk kutub.
Contoh: molekul H2.
Ikatan Logam
88
Ikatan yang mungkin terbentuk antaratom logam dinamakan ikatan logam. Ikatan logam mempunyai ciri khas tersendiri yang
berbeda dengan ikatan ion dan ikatan kovalen Anatar atom logam dapat saling berikatan akibat gaya tarik-menarik antara ion logam
bermuatan positif dengan elektron valensi yang bermuatan negatif.
• Unsur-unsur logam dapat diibaratkan seperti bola pingpong yang terjejal rapat 1 sama lain.
• Unsur logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk dilepaskan dan membentuk ion positif.
Beberapa logam juga mempunyai sifat dapat ditempa dan diulur tanpa harus menghancurkannya terlebih dahulu.
Contoh logam yang dapat ditempa: alumunium, tembaga, timbal, emas, dan perak
Contoh logam yang dapat diulur: nikel, krom, da besi
Sifat Fisis Ikatan Logam
Sifat fisis logam ditentukan oleh ikatan logamnya yang kuat, strukturnya yang rapat, dan keberadaan elektron-elektron
bebas. Beberapa sifat fisis logam yang penting adalah sebagai berikut:
1) Berupa padatan pada suhu ruang
2) Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika di tempa
3) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
4) Menghatar listrik dengan baik
5) Menghantar panas dengan baik
6) Mempunyai permukaan yang mengkilap
89
G. Kegiatan Pembelajaran :
Waktu Kegiatan guru Kegiatan siswa Karakter yang
diharapkan
Awal
(15 menit)
Guru mengucapkan salam
Guru mengkondisikan kelas
Guru mengabsen siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Siswa menjawab salam
Siswa mengkondisikan diri
Siswa menyebutkan murid yang tidak hadir
Siswa memperhatikan penjelasan guru
Religius
Disiplin
Sikap
menghormati
Inti
(60 menit)
Guru menyajikan materi baru dalam kelas kontrol
menggunakan Power Point
Guru bertanya kepada siswa tentang materi yang
belum difahami
Guru memberikan tes tentang materi hari ini dan
meminta siswa mengumpulkan tes
Siswa memperhatikan dan mencatat materi yang
disampaikan oleh guru
Jika ada siswa yang tidak faham maka bertanya
pada guru
Siswa mengerjakan tes dan mengumpulkan tes
Sikap
menghormati
Jujur
Akhir
(15 menit)
Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
hari ini
Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
hari ini
90
H. Penilaian
1. Jenis tagihan: Pretes dan kuis
2. Bentuk instrument: Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, dan uraian.
I. Alat dan Sumber
1. Lembar pretes
2. Lembar LKS
3. Lembar kuis
4. Laptop dan proyektor
5. Buku Kimia 1, Yudhistira.
Ciputat, 30 September 2013
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Arif Soleh, S.Pd Fitri Nur Faozah
91
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SMA Dharma Karya UT
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X/1
Pertemuan ke : 1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur,
dan ikatan kimia.
B. Kompetensi Dasar : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam
serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.
C. Indikator :
1. Menjelaskan hubungan elektron valensi dan kestabilan suatu unsur
2. Menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan ion
3. Menggambarkan lambang Lewis dari senyawa ion
4. Menjelaskan hubungan antara sruktur senyawa ion dengan sifat fisikanya
92
D. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat menjelaskan hubungan elektron valensi dan kestabilan suatu unsur
2. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan ion
3. Siswa dapat menggambarkan lambang Lewis dari senyawa ion
4. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara sruktur senyawa ion dengan sifat fisikanya
E. Metode Pembelajaran :
1. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
F. Materi Ajar : Kestabilan atom unsur, ikatan ion, sifat fisika senyawa ion
Fakta menunjukkan di alam, gas mulia (golongan VIIIA) berada sebagai atom tunggal. Hal ini berarti gas mulia sulit bereaksi
dengan atom gas mulia atau unsur lainnya. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa gas mulia bersifat stabil.
Berdasarkan konfigurasi elektron, dapat dirumuskan aturan sebagai berikut:
a. Unsur-unsur gas mulia sangat stabil, kecuali He, memiliki 8 elektron valensi. Dengan demikian unsur-unsur lain berusaha
memperoleh konfigurasi elektron seperti gas mulia untuk mencapai kestabilan. Hal ini dirumuskan menjadi Aturan Oktet.
b. Unsur gas mulia He memiliki 2 elektron valensi. Unsur-unsur dengan nomor atom kecil, yakni H dan Li berusaha memiliki
konfigurasi elektron gas mulia terdekat, yaitu memiliki 2 elektron valensi seperti He untuk mencapai kestabilan. Hal ini di
rumuskan menjadi Aturan Duplet.
Untuk memenuhi aturan oktet atau duplet, atom-atom dapat meminta/melepas elektron atau menggunakan elektron bersama.
Peristiwa ini akan menyebabkan terbentuknya ikatan kima.
a. Atom-atom yang menerima atau melepaskan elektron akan membentuk ikatan ion.
b. Atom-atom yang menggunakan elektron bersama akan membentuk ikatan kovalen.
93
c. Di dalam ikatan kovalen, elektron-elektron yang digunakan bersama dapat berasal dari satu atom saja. Ikatan kovalen demikian
disebut ikatan kovalen koordinasi.
d. Atom-atom suatu unsur juga menggunakan elektron bersama membentuk ikatan logam.
1) Ikatan Ion
Ikatan ion terbentuk akibat kecenderungan atom-atom menerima atau melepas elektron agar memiliki konfigurasi elektron
seperti gas mulia terdekat. Ikatan ion umumnya terbentuk antara atom-atom unsur logam dan atom unsur non logam. Hal ini terkait
dengan kecenderungan atom unsur logam untuk melepas elektron untuk membentuk ion positif.
Dalam pembentukan ikatan ion, jumlah elektron yang dilepas harus sama dengan jumlah elektron yang diterima. Contohnya
ikatan ion yang terbentuk antara atom logam Na dan atom non logam Cl pada senyawa NaCl. Ikatan kimia yang terbentuk sebagai
akibat serah terima elektron antar atom disebut ikatan ion (ikatan elektrovalen), dan senyawa yang memiliki ikatan ion disebut
senyawa ion.
Serah terima elektron dalam ikatan ion dapat digambarkan dengan menggunakan lambang Lewis. Lambang Lewis dari suatu
unsur dinyatakan oleh lambang unsur dikelilingi oleh sejumlah tanda titik ( ) atau tanda lainnya seperti tanda silang (×). Tanda
tersebut menyatakan jumlah elektron valensi dari unsur tersebut. Contoh penggunaan lambang Lewis untuk menggambarkan ikatan
ion.
+ ClNa x
x x
x
xx x
Na Cl -+
94
Sifat Fisis Senyawa Ion
Sifat fisis senyawa ion ditentukan oleh gaya elektrostatis yang kuat dan sama kesegala arah. Dalam senyawa ion, suatu ion
positif akan dikelilingi oleh sejumlah ion negatif, demikian pula sebaliknya. Beberapa sifat fisis dari senyawa ion:
a) Berupa padatan pada suhu ruang
b) Bersifat keras tapi rapuh
c) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
d) Larut dalam pelarut air, tetapi umumnya tidak larut dalam pelarut organik.
e) Tidak menghantar listrik dalam fase padat, tetapi menghantar listrik dalam fase cair atau jika larut dalam air.
G. Kegiatan Pembelajaran :
Waktu Kegiatan guru Kegiatan siswa Karakter yang
diharapkan
Awal
(15 menit)
Guru mengucapkan salam
Guru mengkondisikan kelas
Guru mengabsen siswa
Guru memberikan pretes
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Siswa menjawab salam
Siswa mengkondisikan diri
Siswa menyebutkan murid yang tidak hadir
Siswa mengerjakan pretes
Siswa memperhatikan penjelasan guru
Religius
Disiplin
Jujur
95
Inti
(60 menit)
Guru menyajikan materi baru dalam kelas kontrol
menggunakan Power Point
Guru bertanya kepada siswa tentang materi yang
belum difahami
Guru memberikan tes tentang materi hari ini dan
meminta siswa mengumpulkan tes
Siswa memperhatikan dan mencatat materi yang
disampaikan oleh guru
Jika ada siswa yang tidak faham maka bertanya
pada guru
Siswa mengerjakan tes dan mengumpulkan tes
Sikap
menghormati
Jujur
Akhir
(15 menit)
Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
hari ini
Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
hari ini
H. Penilaian
1. Bentuk instrumen:
Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, dan uraian.
I. Alat dan Sumber
1. Laptop dan proyektor
2. Buku Kimia 1, Yudhistira.
Ciputat, 17 September 2013
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Arif Soleh, S.Pd Fitri Nur Faozah
96
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
Kelas kontrol
Nama Sekolah : SMA Dharma Karya UT
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X/1
Pertemuan ke : 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan
logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.
C. Indikator :
1. Menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen dengan menggambarkan lambang Lewisnya
2. Membedakan ikatan kovalen tunggal,rangkap dua, dan rangkap tiga
3. Menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen koordinasi dengan menggambarkan lambang Lewisnya
4. Menjelaskan sifat-sifat ikatan kovalen
97
D. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen dengan menggambarkan lambang Lewisnya
2. Siswa dapat membedakan ikatan kovalen tunggal,rangkap dua, dan rangkap tiga
3. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen koordinasi dengan menggambarkan lambang
Lewisnya
4. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat ikatan kovalen
E. Metode Pembelajaran :
1. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
F. Materi Ajar : ikatan kovalen ( tunggal, rangkap dua, rangkap tiga), ikatan kovalen koordinasi, dan sifat ikatan kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya pemakaian bersama pasangan elektron. Ikatan yang terbentuk distabilkan
oleh gaya tarik menarik antara elektron dan inti atom serta gaya tolak menolak antar inti atom. Ikatan kovalen umumnya dibentuk oleh
atom-atom nonlogam. Ikatan kovalen terdiri dari 3 jenis, yaitu:
1. Ikatan kovalen tunggal : Ikatan kovalen tunggal merupakan ikatan kovalen yang Melibatkan pemakaian bersama satu pasang
elektron oleh 2 atom yang berikatan
Contoh: ikatan yang terjadi antara 2 atom H
98
2. Ikatan kovalen rangkap dua : Ikatan kovalen rangkap dua melibatkan pemakaian bersama 2 pasang elektron oleh 2 atom yang
berikatan.
Contoh: ikatan yang terjadi antara 2 atom O membentuk molekul O2
3.Ikatan kovalen rangkap tiga : Ikatan kovalen rangkap tiga melibatkan pemakaian bersama 3 pasang elektron oleh 2 atom yang
berikatan
Contoh: pada 2 atom C dan 2 atom H yang membentuk molekul C2H2
4. Ikatan kovalen koordinasi : Ikatan Kovalen Koordinasi adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang dipakai bersama
berasal dari salah satu atom yang berikatan.
Contoh: Terbentuknya senyawa BF3-NH3
HCCH
99
Sifat Fisis Senyawa Kovalen
Beberapa sifat fisis senyawa kovalen yang penting adalah sebagai berikut:
1) Berupa gas, cairan, atau padatan lunak pada suhu ruang
2) Bersifat lunak dan tidak rapuh
3) Kristal mudah bergeser sehingga bersifat lunak dan tidak rapuh.
4) Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
5) Umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik
6) Umumnya tidak dapat menghantar listrik.
100
G. Kegiatan Pembelajaran
Waktu Kegiatan guru Kegiatan siswa Karakter yang
diharapkan
Awal
(15 menit)
Guru mengucapkan salam
Guru mengkondisikan kelas
Guru mengabsen siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Siswa menjawab salam
Siswa mengkondisikan diri
Siswa menyebutkan murid yang tidak hadir
Siswa memperhatikan penjelasan guru
Religius
Disiplin
Sikap
menghormati
Inti
(60 menit)
Guru menyajikan materi baru dalam kelas kontrol
menggunakan Power Point
Guru bertanya kepada siswa tentang materi yang
belum difahami
Guru memberikan tes tentang materi hari ini dan
meminta siswa mengumpulkan tes
Siswa memperhatikan dan mencatat materi yang
disampaikan oleh guru
Jika ada siswa yang tidak faham maka bertanya
pada guru
Siswa mengerjakan tes dan mengumpulkan tes
Sikap
menghormati
Jujur
Akhir
(15 menit)
Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
hari ini
Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
hari ini
101
H. Penilaian
1. Bentuk instrumen:
Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, dan uraian.
I. Alat dan Sumber
1. Laptop dan proyektor
2. Buku Kimia 1, Yudhistira.
Ciputat, 24 September 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Arif Soleh, S. Pd Fitri Nur Faozah
102
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN
Kelas kontrol
Nama Sekolah : SMA Dharma Karya UT
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X/1
Pertemuan ke : 3
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan
logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.
C. Indikator :
1. Membedakan antara ikatan kovalen dengan kovalen polar dan non polar
2. Menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan logam
3. Menjelaskan sifat-sifat ikatan logam
D. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat membedakan antara ikatan kovalen polar dan non polar
2. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan logam
103
3. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat ikatan logam
E. Metode Pembelajaran :
1. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
F. Materi Ajar : Ikatan kovalen polar dan non polar, ikatan logam, sifat ikatan logam
Ikatan kovalen polar: Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI) tertarik lebih kuat ke salah 1
atom. kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan (bentuk
molekul tidak simetris)
Contoh: Molekul HCl
Ikatan kovalen nonpolar : Suatu ikatan kovalen dikatakan non polar (tidak berkutub), jika PEI tertarik sama kuat ke semua atom.
Karena atom-atom dari unsur sejenis mempunyai harga keelektronegatifan yang sama. Akibatnya muatan dari elektron tersebar secara
merata sehingga tidak terbentuk kutub.
Contoh: molekul H2.
104
Ikatan Logam
Ikatan yang mungkin terbentuk antaratom logam dinamakan ikatan logam. Ikatan logam mempunyai ciri khas tersendiri yang
berbeda dengan ikatan ion dan ikatan kovalen Anatar atom logam dapat saling berikatan akibat gaya tarik-menarik antara ion logam
bermuatan positif dengan elektron valensi yang bermuatan negatif.
• Unsur-unsur logam dapat diibaratkan seperti bola pingpong yang terjejal rapat 1 sama lain.
• Unsur logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk dilepaskan dan membentuk ion positif.
Beberapa logam juga mempunyai sifat dapat ditempa dan diulur tanpa harus menghancurkannya terlebih dahulu.
Contoh logam yang dapat ditempa: alumunium, tembaga, timbal, emas, dan perak
Contoh logam yang dapat diulur: nikel, krom, da besi
Sifat Fisis Ikatan Logam
Sifat fisis logam ditentukan oleh ikatan logamnya yang kuat, strukturnya yang rapat, dan keberadaan elektron-elektron
bebas. Beberapa sifat fisis logam yang penting adalah sebagai berikut:
1) Berupa padatan pada suhu ruang
2) Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika di tempa
3) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
4) Menghatar listrik dengan baik
5) Menghantar panas dengan baik
6) Mempunyai permukaan yang mengkilap
105
G. Kegiatan Pembelajaran :
Kegiatan Kegiatan guru Kegiatan siswa Karakter yang
diharapkan
Awal
(15 menit)
Guru mengucapkan salam
Guru mengkondisikan kelas
Guru mengabsen siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Siswa menjawab salam
Siswa mengkondisikan diri
Siswa menyebutkan murid yang tidak hadir
Siswa memperhatikan penjelasan guru
Religius
Disiplin
Sikap
menghormati
Inti
(60 menit)
Guru menyajikan materi baru dalam kelas kontrol
menggunakan Power Point
Guru bertanya kepada siswa tentang materi yang
belum difahami
Guru memberikan tes tentang materi hari ini dan
meminta siswa mengumpulkan tes
Siswa memperhatikan dan mencatat materi yang
disampaikan oleh guru
Jika ada siswa yang tidak faham maka bertanya
pada guru
Siswa mengerjakan tes dan mengumpulkan tes
Sikap
menghormati
Jujur
Akhir
(15 menit)
Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
hari ini
Siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
hari ini
106
H. Penilaian
1. Bentuk instrument: Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, dan uraian.
I. Alat dan Sumber
1. Laptop dan proyektor
2. Buku Kimia 1, Yudhistira.
Ciputat, 16 Oktober 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Arif Soleh, S.Pd Fitri Nur Faozah
107
Lampiran 3
Lembar Kerja Siswa Pertemuan 1
Kelompok :
Anggota kelompok :1………………………………………….
2………………………………………….
3………………………………………….
4………………………………………….
5………………………………………….
Materi : Kestabilan unsur, menjelaskan proses terjadinya
ikatan ion, sifat fisiknya, dan ikatan kovalen
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat memahami kestabilan unsur,
menjelaskan proses terjadinya ikatan ion beserta sifat
fisiknya, serta siswa dapat menentukan ikatan
kovalen
Landasan Teori :
Kestabilan unsur: Atom-atom gas mulia bersifat stabil, sedangkan atom-atom
lainnya bersifat tidak stabil. Atom-atom gas mulia bersifat stabil karena kulit
terluarnta terisi penuh oleh elektron. Atom-atom gas mulia yang terisi penuh
oleh 2 elektron (untuk He) disebut susunan duplet, dan atom yang terisi penuh
oleh 8 elektron (untuk gas mulia selain He) disebut susunan oktet.
Ikatan Ion: ikatan ion terjadi antara atom logam yang cenderung melepaskan
elektron dengan atom nologam yang cenderung menerima elektron. Contohnya,
ikatan yang terjadi antara atom Na dengan atom Cl
Sifat-sifat Ikatan Ion:
Berwujud padat pada suhu kamar
Mempuyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
Dapat menghantarkan listrik dalam bentuk cairan atau lelehan, dan
Mempunyai sifat keras, namun mudah rapuh
Ikatan Kovalen: Merupakan ikatan yang terbentuk akibat adanya pemakaian
bersama pasangan elektron. Contohnya, ikatan yang terjadi antara 2 atom H
108
Latihan Soal…
1. Tentukan konfigurasi elektron dan lambang struktur lewis dari unsur-unsur di
bawah ini:
Unsur Konfigurasi Elektron Elektron Valensi Lambang Lewis
a. Li 3Li = 2 1 1 Li
b. Na
c. O
d. C
e. Al
f. Mg
g. F
h. S
i. Br
j. I
2. Tentukan senyawa ion yang terbentuk dari reaksi antara atom-atom berikut:
Unsur Konfigurasi Elektron Elektron
Valensi
Lambang
Lewis Ikatan yang Terbentuk
11Na
17Cl
11Na = 2 8 1
17Cl = 2 8 7
1
7
Na
Cl Na + Cl Na
+ Cl
-
Na+
+ Cl –
NaCl
19K
16S
11Na
16S
109
3. Gambarkan struktur lewis pembentukan senyawa ion berikut:
Unsur Konfigurasi Elektron Lambang
Lewis Ikatan yang Terbentuk
BeF2 4Be = 2 2
9F = 2 7
Be
F
F + Be F -
Be 2+
F F -
Be2+
+ 2F-
BeF2
Li2O
BaCl2
4. Sebutkan sifat-sifat dari ikatan ion?
5. Apa yang dimaksud dengan ikatan kovalen? Berikan 1 contoh ikatan kovalen
tunggal (lengkap dengan konfigurasi elektron dan lambang lewisnya).
Selamat Mengerjakan……!!
110
Lembar Kerja Siswa Pertemuan 2
Kelompok :
Anggota kelompok :1………………………………………….
2………………………………………….
3………………………………………….
4………………………………………….
5………………………………………….
Materi : Proses pembentukkan ikatan kovalen dan kovalen
koordinasi serta sifat fisikanya
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat menjelaskan proses pembentukan ikatan
kovalen, menjelaskan proses terjadinya ikatan ion
beserta sifat fisiknya, serta siswa dapat menentukan
ikatan kovalen
Landasan Teori :
Ikatan Kovalen: ikatan yang terbentuk akibat pemakaian elektron bersama
pasangan elektron. Berdasarkan ikatannya, ikatan kovalen terbagi 3:
1. Ikatan kovalen tunggal: yaitu ikatan kovalen yang melibatkan pemakaian
bersama satu pasang elektron. Contohnya, ikatan yang terjadi antara 2 atom Cl.
2. Ikatan kovalen rangkap 2: yaitu ikatan kovalen yang melibatkan pemakaian
bersama 2 pasang elektron. Contohnya, ikatan yang terjadi antara 2 atom O.
3. Ikatan kovalen rangkap 3: yaitu ikatan kovalen yang melibatkan pemakaian
bersama 3 pasang elektron. Contohnya, ikatan yang terjadi antara 2 atom N
Sifat-sifat ikatan kovalen:
Berwujud gas, cair, dan padat pada suhu kamar;
mempunyai titik didih dan titik leleh yang rendah;
kebanyakan tidak dapat menghantarkan listrik, dan
umumnya bersifat lunak.
Ikatan Kovalen Koordinasi: Ikatan kovalen pasangan elektron yang digunakan
untuk berikatan hanya berasal dari salah satu atom. Sementara itu, atom yang lain
tidak memberikan elektron. Contohnya, SO3, H2SO4.
111
Latihan Soal…
1. Gambarkan dengan struktur Lewis dan konfigurasi elektron pada ikatan kovalen
berikut: sebutkan macam ikatan kovalen tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga!
Unsur Konfigurasi Elektron Lambang
Lewis Ikatan yang Terbentuk Jenis Ikatan
F2 9F = 2 7 F F + F F F Ikatan
Kovalen
Tunggal
H2S
C2H2
C2H6
CS2
2. Jelaskan pengertian ikatan kovalen dan ikatan kovalen koordinasi?
3. Tentukan ikatan kovalen koordinasi pada molekul HNO2!
4. Manakah diantara molekul berikut yang berikatan kovalen rangkap dua, C2H4
atau C2H2? Gambarkan dengan struktur Lewis!
5. Sebutkan sifat-sifat ikatan kovalen?
Good Luck…….
112 Lampiran 4
Tes Individu 1
1. 1. Diantara unsur-unsur di bawah ini yang paling stabil adalah…
a. 13Al d. 20Ca
b. 16S e. 35Br
c. 18Ar
2. Suatu unsur mempuyai atom 7. Unsur tersebut mencapai kesetabilanya
dengan cara…
a. Melepaskan 1 elektron
b. Menangkap 1 elektron
c. Melepaskan 2 elektron
d. Melepaskan 3 elektron
e. Menangkap 3 elektron
3. Elektron valensi gas mulia dibawah ini adalah oktet. Kecuali…
a. Xe d. He
b. Rn e. Ne
c. Kr
4. Unsur X mempunyai konfigurasi elektron 2 8 6. Unsur tersebut akan
membentuk ion....
a. X3-
d. X+
b. X2-
e. X2+
c. X-
5. Senyawa ion dapat menghantarkan listrik dalam bentuk….
a. Padatan
b. Cairan atau lelehan
c. Gas
d. Padatan dan cairan
e. Padatan dan gas
Essay….
1. Apa yang dimaksud ikatan ion? berikan 1 contoh (lengkap dengan lonfigurasi
elektron dan lambing lewisnya)
2. Apa yang dimaksud ikatan kovalen? berikan 1 contoh ikatan kovalen tunggal
(lengkap dengan lonfigurasi elektron dan lambing lewisnya)
Nama :
Kelompok :
113
Tes Individu 2
1. Tentukan senyawa kovalen dan jenis ikatan yang terbentuk dari reaksi antara
atom H dan Br, serta gambarkan struktur Lewisnya!
2. Ikatan kovalen koordinasi pada nitrometana CH3NO2 ditunjukkan dengan
nomor
3. Tentukan jenis ikatan kovalen pada molekul H2O dan CO2! Lengkap dengan
lambang lewisnya!
4. Senyawa kovalen mempunyai titik didih dan titik leleh yang….
Selamat Bekerja…….!!
Nama :
Kelas/Kelompok:
O N C HXX
X X
X
O
X
X
X
H
H1
2
5
3
4
L/O/G/O
Ikatan Kimia: Kestabilan atom unsur,
ikatan ion, ikatan kovalen tunggal
Oleh: Fitri Nur Faozah
Ikatan Kimia
Ikatan kovalen
polar
NaCl, FeCl, Rangkap tiga
Ikatan kovalen
nonpolar
Tunggal
Ikatan Ion Ikatan Kovalen
Rangkap dua
Logam +
nonlogam
Nonlogam +
nonlgam
Logam+logam Ikatan Logam
N2, C2H2 O2, CO2 HNO3, H2SO4
Koordinasi
terjadi
pada atom
berdasarkan kestabilan
berdasarkan
kepolarannya
terjadi pada atom terjadi pada atom
contoh ikatan yang terbentuk
contoh contoh contoh contoh
H2, F2
Tunggal
Nonlogam+
nonlogam
Ikatan Kovalen
Sk : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia.
KD : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk
Tujuan Pembelajaran :
– Siswa dapat menjelaskan hubungan elektron valensi dan kestabilan suatu unsur
– Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan ion
– Siswa dapat menggambarkan lambang Lewis dari senyawa ion
– Siswa dapat menjelaskan hubungan antara senyawa ion dengan sifat fisikanya
Ikatan kimia: ikatan yang terjadi antara atom-atom yang membentuk suatu molekul, atom-atom yang berikatan bisa berasal dari unsur yang sejenis ataupun berlaian jenis
Contoh yang sejenis: atom O + atom O O2
Contoh yang berlainan jenis: atom Na+atom Cl NaCl
??..... Go….!!!!!!
Kestabilan unsur
Di alam, umumnya unsur-insur cenderung saling
berikatan membentuk senyawa, kecuali unsur-unsur
gas mulia. Hal ini dilakukan untuk mencapai
konfigurasi elektron yang stabil, seperti konfigurasi
elektron gas mulia. Bagaimana konfigurasi elektron
gas mulia??
IKATAN KIMIA
Bandingkan Mana Yang Lebih Stabil ?
Kestabilan unsur gas mulia
Unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi
atom logam, nonlogam, metaliod, dan gas mulia.
Unsur-unsur gas mulia bersifat stabil,
sedangkan unsur yang lainnya tidak stabil. unsur
gas mulia brsifat stabil karena kulit terluarnya
terisi penuh oleh elektron.
Perhatikan gambar berikut:
Dari gambar tersebut, kulit terluar atom-atom gas mulia
terisis penuh oleh 2 elektron yang disebut susunan duplet
(untuk He) dan 8 elektron yang disebut susunan oktet
(untuk gas mulia selain He).
2
2He
2 8
10Ne
2 8 8
18Ar
Elektron valensi atom-atom gas mulia
Untuk mencapai kestabilannya, unsur-unsur
kimia lain (selain unsur-unsur gas mulia) akan
berusaha mencapai konfigurasi elektron gas
mulia. Hal itu dilakukan melalui serah terima
elektron maupun penggunaan bersama
elektron.
Kecenderungan unsur-unsur untuk mencapai kestabilan unsur gas mulia
Golongan Elektron Valensi
Contoh Konfigurasi elektron
Kecendrungan untuk Mencapai Kesetabilan
I A 1 3Li: 2 1 Melepaskan 1 elektron
II A 2 4Be: 2 2 Melepaskan 2 elektron
III A 3 5B: 2 3 Melepaskan 3 elektron
IV A 4 6C: 2 4 Menerima 4 elektron
V A 5 7N: 2 5 Menerima 3 elektron
VI A 6 8O: 2 6 Menerima 2 elektron
VII A 7 9F: 2 7 Menerima 1 elektron
Simbol Lewis Simbol Lewis dapat menggambarkan elektron valensi suatu
atom. Cara penulisan simbol Lewis adalah sebagai berikut:
1. Tulis simbol atomnya
2. Tempatkan titik mengelilingi simbol atomya, maksimum
sampai dengan empat titik. Titik selanjutnya ditempatkan
berpasangan dengan titik sebelumnya sampai mencapai
konfigurasi oktet (8 elektron)
3. Setiap titik mewakili satu elektron yang ada pada titik
terluar atom tersebut. Tanda titik (.) bisa diganti oleh
tanda silang (x), lingkaran (o), dan sebagainya.
Simbol Lewis unsur golongan A
Contoh Soal :
Gambarkan simbol lewis dan konfigurasi elektron untuk atom 7N dan 19K?
Jawaban:
a. 7N
Konfigurasi elektron : 2 5
Elektron valensi : 5
Simbol lewisnya N
Contoh lain :
b. 19K
Konfigurasi elektron : 2 8 8 1
Elektron valensinya : 1
Simbol lewisnya : K
Berdasarkan perubahan konfigurasi elektron
yang terjadi pada pembentukan ikatan, maka
ikatan kimia dibedakan menjadi 4 yaitu :
ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen
koordinat / koordinasi dan ikatan logam
Ikatan Ion
Pembentukan ikatan ion
Sifat-sifat senyawa ion
NaCl, MgCl2
Contoh
Ikatan ion adalah ikatan yang
terjadi akibat adanya serah terima
elektron sehingga membentuk ion
positif dan ion negatif dan konfigurasi
elektronnya sama dengan gas mulia
Pembentukan ikatan ion • Ikatan ion umumnya terjadi antara atom logam yang
cenderung melepaskan elektron dengan atom nonlogam yang cenderung menerima elektron.
• Contohnya ikatan yang terjadi antara atom Na dengan atom Cl
Konfigurasi elektronnya :
11Na = 2, 8, 1
17Cl = 2, 8, 7
Dalam mencapai kestabilan, atom Na akan melepaskan 1 elektron dan atom Cl akan menerima 1 elektron.
Na + Cl Na + Cl NaCl
Contoh lain:
Ikatan yang terjadi antara atom Mg dengan 2 atom Cl
12Mg : 2 8 2
17Cl : 2 8 7
Lambang lewisnya :
Sifat-sifat senyawa ion
Senyawa ion mempunyai beberapa sifat, diantaranya:
1. Berwujud padat pada suhu kamar
2. Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
3. Dapa mengahntarkan listrik dalam bentuk cairan atau lelehan, dan
4. Mempunyai sifat keras, namun mudah rapuh.
IKATAN KOVALEN DAN SIFAT FISIKNYA
Oleh: Fitri Nur Faozah
Sk : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia.
KD : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk
Tujuan Pembelajaran :
– Siswa dapat menjelaskan pengertian ikatan kovalen
– Siswa dapat membedakan antara ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap dua, ikatan kovalen rangkap tiga, dan ikatan kovalen koordinasi
– Siswa dapat menggambarkan lambang Lewis dari ikatan kovalen dan ikatan kovalen koordinasi
– Siswa dapat menjelaskan sifat fisik ikatan kovalen
Ikatan Kovalen
Rangkap tiga Koordinasi
O2, CO2
Tunggal
H2O, NH3
Rangkap dua
H2SO4, BF3-NH3 N2, C2H2
Nonlogam+
Nonlogam
Nonpolar
Polar berdasarkan kepolar terjadi pada unsur ikatan yang terbentuk contoh contoh contoh contoh
Ikatan kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya pemakaian bersama pasangan elektron.
Ikatan yang terbentuk distabilkan oleh gaya tarik menarik antara elektron dan inti atom serta gaya tolak menolak antar inti atom.
Ikatan kovalen umumnya dibentuk oleh atom-atom nonlogam.
Pembagian Ikatan Kovalen Berdasarkan Ikatan yang terbentuk
Ikatan kovalen terdiri dari 3 jenis, yaitu:
1. Ikatan kovalen tunggal
2. Ikatan kovalen rangkap (rangkap 2 dan rangkap 3)
3. Ikatan kovalen koordinasi
Pembentukan ikatan kovalen tunggal
Contoh: ikatan yang terjadi antara 2 atom H
Ikatan kovalen tunggal merupakan ikatan kovalen yang Melibatkan pemakaian bersama satu pasang elektron oleh 2 atom yang berikatan
Penjelasan :
• Ke-2 atom H yang berikatan memerlukan 1 elektron tambahan agar diperoleh konfigurasi elektron yang stabil (sesuai dengan konfigurasi elektron He).
• Untuk itu, ke-2 atom H saling meminjamkan 1 elektronnya sehingga terdapat sepasang elektron yang dipakai bersama.
Contoh lain : • Ikatan yang terjadi antara atom H dengan atom F
membentuk molekul HF
• Konfigurasi elektronnya :
1H = 1
9F= 2, 7
• Rumus struktur = H - F
• Rumus kimia = HF
FHFH
Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Dua
Contoh: ikatan yang terjadi antara 2 atom O membentuk molekul O2
Ikatan kovalen rangkap dua melibatkan pemakaian Bersama 2 pasang elektron oleh 2 atom yang berikatan.
Penjelasan: • Konfigurasi elektronnya :
• 8O = 2, 6
• Atom O memiliki 6 elektron valensi, maka agar diperoleh konfigurasi elektron yang stabil tiap-tiap atom O memerlukan tambahan elektron sebanyak 2.
• Ke-2 atom O saling meminjamkan 2 elektronnya, sehingga ke-2 atom O tersebut akan menggunakan 2 pasang elektron secara bersama.
• Pada pembentukan 02 pasangan elektron ikatananya berjumlah 2 sehingga ikatan kovalen dilambangka dengan garis rangkap 2 (=)
Contoh lain :
Pada 2 atom O dan 1 atom C membentuk molekul CO2
Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
Contoh: pada 2 atom N yang membentuk molekul N2
Ikatan kovalen rangkap tiga melibatkan pemakaian Bersama 3 pasang elektron oleh 2 atom yang berikatan
N N** oo*
**
ooo+ N
oo
ooo
N****
*
Penjelasan : • Konfigurasi elektronnya :
• 7N = 2, 5
• Atom N memiliki 5 elektron valensi, maka agar diperoleh konfigurasi elektron yang stabil tiap-tiap atom N memerlukan tambahan elektron sebanyak 3.
• Ke-2 atom N saling meminjamkan 3 elektronnya, sehingga ke-2 atom N tersebut akan menggunakan 3 pasang elektron secara bersama.
• Pada pembentukan N2, pasangan elektron ikatannya berjumlah 3 sehingga ikatan kovalen yang terbentuk dilambangkan dengan garis rangkap 3 ( )
Contoh lain :
• Ikatan antara atom C dengan C dalam etuna (asetilena, C2H2).
• Konfigurasi elektronnya :
6C = 2, 4
1 H = 1
• Atom C mempunyai 4 elektron valensi sedangkan atom H mempunyai 1 elektron.
• Atom C memasangkan 4 elektron valensinya, masing-masing 1 pada atom H dan 3 pada atom C lainnya.
(Rumus lewis)
(Rumus bangun/struktur)
HCCH
HCCH
Ikatan Kovalen
Rangkap tiga Koordinasi
O2, CO2
Tunggal
H2O, NH3
Rangkap dua
H2SO4, BF3-NH3 N2, C2H2
Nonlogam+
Nonlogam
Nonpolar
Polar berdasarkan
kepolaran
terjadi pada unsur
ikatan yang terbentuk
contoh contoh contoh contoh
Ikatan kovalen koordinasi
Ikatan Kovalen Koordinasi adalah ikatan
kovalen dimana pasangan elektron yang dipakai
bersama berasal dari salah satu atom yang berikatan.
Sk : 1. Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia.
KD : 1.2. Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk
Tujuan Pembelajaran :
– Siswa dapat membedakan antara ikatan kovalen polar dengan non polar
– Siswa dapat menjelaskan pengertian dan proses pembentukan ikatan kovalen logam
– Siswa dapat menjelaskan hubungan antara struktur senyawa logam dengan sifat fisikanya
Ikatan Kovalen
Berdasarkan Kepolaran
Ikatan kovalen polar Ikatan kovalen nonpolar
Contoh : HCl HF, HCl, H2O , NH3, dll
(letak atom tidak simetris)
Contoh : H2, O2, Cl2, Br2, CH4, CCl4,
C6H6, CO2 ( letak atom simetris)
Ikatan Kovalen Polar Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI) tertarik lebih kuat ke salah 1 atom.
kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan (bentuk molekul tidak simetris)
Meskipun atom H dan Cl sama-sama menarik pasangan elektron, tetapi keelektronegatifan Cl lebih besar daripada atom H.
Akibatnya atom Cl menarik pasangan elektron ikatan (PEI) lebih kuat daripada atom H sehingga letak PEI lebih dekat ke arah Cl (akibatnya terjadi semacam kutub dalam molekul HCl).
Contoh lain :
Molekul HF
FHFH
Ikatan Kovalen Nonpolar
Suatu ikatan kovalen dikatakan non polar (tidak berkutub), jika PEI tertarik sama kuat ke semua atom.
Karena atom-atom dari unsur sejenis mempunyai harga keelektronegatifan yang sama. Akibatnya muatan dari elektron tersebar secara merata sehingga tidak terbentuk kutub.
Contoh: molekul H2,
Elektron tersebar merata ke setiap atom yang berikatan/ atau daya tarik atom untuk menarik elektron sama kuat, maka tidak akan terjadi polarisasi
Biasanya, ikatan antara atom-atom yang sejenis membentuk ikatan kovalen nonpolar