PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA KONSEP LAJU REAKSI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan OLEH: MARETA DWI SATUTI 106016200617 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011
162
Embed
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2659/1/MARETA... · adalah instrumen tes pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
PADA KONSEP LAJU REAKSI
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH: MARETA DWI SATUTI
106016200617
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011
i
ABSTRACT
MARETA DWI SATUTI, The Influence of Model Cooperative Type Jigsaw to the Result of Student Chemistry Study. This research aim to know are there any influence Model Cooperative Type Jigsaw to the result of student chemistry study. This research has done in Senior High School Nusa Putra Tangerang, on November 3rd-24th November 2010, on quasi experimental research methods with 80 students on 11th levels from two different classes as the samples. The first class being on control which has learn with expository method, and the second class being an experimental which has learn with cooperatipe type jigsaw. The instrument is used are multiple choice tests with 5 alternative choices, with 22 questions. The result shows there are the differences of mean experimental class 70,15 and control class 57,87. The result from the calculation of “t” test (α = 0,05 ), obtained that score (4,47) > ttable (1,999). Finally, it can be concluded that cooperative type Jigsaw can give a significant effect to the student in the learning activity of reaction concept than using expository approach. Key Word: Cooperative Jigsaw and Result Study
ii
ABSTRAK
MARETA DWI SATUTI. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 3-24 November 2010 di SMA Nusa Putra Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, dengan sampel 80 siswa kelas XI yang diambil dari 2 kelas yang berbeda. Kelas pertama menjadi kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan pembelajaran metode ekspositori dan kelas kedua menjadi kelas esperimen yang diberi perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban sebanyak 22 soal. Hasil penelitian ini didapatkan perbedaan antara mean kelas eksperimen 70,15 dan kelas kontrol 57,87. Dari hasil perhitungan uji “t” (α = 0,05) didapatkan nilai thitung (4,47) > ttabel (1,999). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan pengaruh yang signifikan bagi siswa dalam mempelajari konsep laju reaksi dibandingkan siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori. Kata Kunci: Kooperatif Jigsaw dan Hasil Belajar
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat dan salam senantiasa dicurahkan
keharibaan junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw terhadap Hasil Belajar Kimia pada Konsep Laju Reaksi” ini merupakan
salah satu syarat mencapai Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Kimia,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan
terealisasikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah
memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis. Untuk itu
perkenankanlah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dedi Irwandi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan dosen
Pembimbing II, terima kasih atas segala bimbangan dan dukungan Bapak
selama ini.
5. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd. selaku dosen Pembimbing I, terima kasih atas
kesabaran dalam membimbing saya.
6. Kepala Sekolah, dewan guru, staf TU serta siswa-siswi SMA Nusa Putra
Tangerang yang telah memberi izin untuk melaksanakan penelitian.
iv
7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah melimpahkan segenap kasih sayang yang tak
terhingga serta tak henti-hentinya memberikan doa yang tulus.
8. Kakak dan kembaranku (Yoga Prihastomo dan Ananda Dwi Prasetyo) dan
keluarga besar, terima kasih atas segala bantuan dan dorongan semangatnya.
9. Adik spiritualku tersayang, Annisaa Taradini (Ja Dini) beserta keluarga
(Bunda Rita, Ayah Yani, Ka Dana, Anindiva) terima kasih atas kasih sayang
dan perhatian yang diberikan serta kesediaan menjadi keluarga kedua bagi
Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah
penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,
budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan.
c. Pengembangan keterampilam sosial
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di
mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam
organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan dimana
masyarakat secara budaya semakin beragam.
2. Beberapa Model Pembelajaran Kooperatif
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah,
terdapat beberapa variasi dari model tersebut, setidaknya terdapat enam
pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari strategi guru dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif, yaitu STAD, TGT, TPS,
NHT, TAI, dan CIRC.
1. Student Teams Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe
dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-
kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa
secara heterogen. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja
dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut. Kemudian siswa diberikan tes tentang materi tersebut,
pada saat tes ini mereka tidak diperkenankan untuk saling membantu.11
2. Teams Games Tournament (TGT)
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dikembangkan secara
asli oleh David De Vries dan Keath Edward. Pada model ini siswa
memainkan permaianan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. TGT sangat cocok
11Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik…, h. 52.
17
untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam
dengan satu jawaban benar.12
3. Think Pairs Share (TPS)
Strategi TPS atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Stratergi TPS ini berkembang dari penelitian belajar
kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang
Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip
Arends, menyatakan bahwa TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu
berpikir, untuk merespon dan saling membantu.13
4. Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur
kelas tradisional. NHT pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen
untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.14
5. Team Accelerated Instruction (TAI)
Teknik ini menggabungkan metode belajar kelompok dengan
belajar secara individual. Tiap nggota kelompok akan diberi soal-soal
bertahap yang harus mereka kerjakan sendiri-sendiri dalam kelompoknya.
Setelah itu hasil pekerjaan mereka diperiksa oleh anggota tim yang lain,
jika seorang siswa telah mampu mengerjakan soal dalam satu tahap, maka
ia diperbolehkan untuk mengerjakan soal selanjutnya dengan tingkat
kesulitan yang lebih tinggi. Namun jika ia belum mampu menjawab suatu
12Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif…, h. 83. 13Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif..., h. 81. 14Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif…, h. 82.
18
soal, maka ia harus kembali mengerjakan kembali soal yang tingkat
kesulitannya sama sebelum ia melanjutkan ke soal yang lebih sulit.15
6. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Teknik ini sejenis denga TAI, namun hanya ditekankkan pada
pengajaran membaca, menulis, dan tata bahasa. Aktivitas CIRC terdiri dari
siswa mengikuti urutan instruksi guru, latihan tim, asesmen awal tim dan
kuis.16
3. Model Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw telah dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan
teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin
dan teman-teman di Universitas John Hopkins.17 Menurut Aronson dalam
Yueh-Min Huang, setiap pelajar dalam kelompok Jigsaw dianggap
sebagai ahli dalam aspek tertentu dari topik-topik yang diteliti, dan
diharapkan untuk berkontribusi dalam memberikan pengetahuan yang
tidak dimengerti anggota kelompok lainnya.18 Jigsaw dikatakan dapat
meningkatkan belajar siswa karena a) siswa tidak tertekan dalam belajar,
b) meningkatkan jumlah partisipasi siswa dalam kelas, c) mengurangi
kebutuhan daya saing dan d) mengurangi dominasi guru dalam kelas.19
Dalam penerapan model Jigsaw, antara lain anak diberi
kesempatan untuk bertanggung jawab secara penuh, bertanggung jawab
terhadap kelompoknya, maupun bertanggung jawab dalam penguasaan dan
penyampaian informasi kepada anggota kelompok. Karena pemikiran
dasar dari teknik Jigsaw ini adalah memberi kesempatan siswa untuk
berbagi dengan yang lain, mengajar serta diajar oleh sesama siswa
15Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), h. 138. 16Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran…, h. 138. 17Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif…, h. 20. 18Yueh-Min Huang and Tieng-Chi Huang, “Using Annotation Services in Ubiquitous
Jigsaw Cooperative Learning Environment”, from Educational Technology and Society, 11(2), 3-15, 2008, p. 4.
19Qiao Mengduo and Jing Xiaoling, “Jigsaw Strategy as a Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners”, from Chinese Journal of Applied Linguistics (Bimonthly), Vol 33, No. 4, August 2010, p. 114.
19
merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar. Mula-mula
siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang
siswa. Masing-masing anggota mengerjakan salah satu bagian yang
berbeda dengan yang dikerjakan oleh anggota lainnya. Kemudian mereka
memencar ke kelompok-kelompok lain, tiap anggota membentuk
kelompok baru yang memilki tugas yang sama, dan saling berdiskusi
dalam kelompok tersebut. Cara ini membuat masing-masing anggota
menjadi ahli sebelum kembali ke kelompok asalnya untuk mengerjakan
tugas utama. Sehingga strategi ini memberikan kesempatan pada setiap
siswa untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap siswa lainnya.
Setelah proses ini, guru bisa mengevaluasi pemahaman siswa mengenai
keseluruhan tugas. Jadi siswa akan bergantung kepada rekan-rekan dalam
kelompoknya. Jika model ini diaplikasikan secara teratur dan
berkelanjutan dapat menumbuhkan kreativitas siswa yang sudah cukup
lama terpasung.
Menurut Aronson dalam Ali Gocer, dalam pembelajaran model
Jigsaw siswa dibagi dalam kelompok 5 - 6 siswa per masing-masing
kelompok. Setiap kelompok diberikan subjek dibagi menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil sama dengan jumlah anggotanya sehingga setiap
siswa diberi bagian. Setelah siswa belajar bagian mereka sendiri, mereka
menyusun kembali, dan setiap anggota mengajarkannya bagian dia ke
anggota kelompok lainnya. Mereka bertukaran pertanyaan dan pastikan
bahwa materi harus dipahami sepenuhnya oleh setiap anggota kelompok.
Integritas dicapai dengan memiliki semua anggota kelompok membuat
presentasi mereka, sehingga membawa semua potongan bersama-sama.20
Jing Meng dalam jurnalnya menjelaskan bahwa setiap siswa dalam
satu tim diberi bagian tertentu dari suatu konsep. Setelah membaca, para
siswa di masing-masing kelompok yang mempelajari bagian yang sama
membentuk kelompok ahli untuk membahas dan menguasai informasi.
20Ali Gocer, “A Comparative Research on The Effectivity of Cooperative Learning Methode and Jigsaw Technique on Teaching Literary Genres”, from Educational Research and Reviews Vol.5 (8), August, 2010, p. 442.
20
Selanjutnya, mereka kembali untuk tim asli mereka dan mengajarkan
bagian mereka untuk rekan tim. Akhirnya, semua anggota tim diuji dalam
keseluruhan materi.21
Untuk lebih jelasnya hubungan antara kelompok asal dan
kelompok ahli digambarkan sebagai berikut:
(tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim asal) Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw22
Keterangan: Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula (asal) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. Selanjutnya diakhir pembelajaran yang mencakup topik materi yang telah dibahas.
Langkah-langkah pembelajaran Jigsaw:23
a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6
orang)
21Jing Meng, “Jigsaw Cooperative Learning in English Reading”, from Journal of
Language Teaching and Research, Vol. 1, No. 4, July, p. 502. 22Durmus Kilic, “The Effect of Jigsaw Technique on Learning the Concept of the
Principles and Methods of Teaching”, from World Applied Sciences Journal 4(Suple 1): 109-114, 2008, p. 111.
23Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik…, h. 56-57.
# &
@ %
# &
@ %
# &
@ %
# &
@ %
# #
# #
& &
& &
@ @
@ @
% %
% %
21
b. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah
dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
c. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
d. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang
sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk
mendiskusikannya.
e. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya
bertugas mengajar teman-temannya.
f. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa dikenai tagihan
berupa kuis individu.
Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut:
I. Tahap Pendahuluan
a. Review, apersepsi, motivasi
b. Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai
dan menjelaskan manfaatnya.
c. Pembentukan kelompok.
d. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang
heterogen.
e. Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok.
II. Tahap Penguasaan
a. Siswa dengan materi/soal sama bergabung dalam kelompok ahli
dan berusaha manguasai materi sesuai dengan soal yang diterima.
b. Guru memberikan bantuan sepenuhnya.
III. Tahap Penularan
a. Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya.
b. Tiap siswa dalam kelompok saling menularkan dan menerima
materi dari siswa lain.
c. Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal.
22
d. Dari diskusi, siswa memperoleh jawaban soal.
IV. Penutup
a. Guru bersama siswa membahas soal
b. Kuis/Evaluasi
Pada akhir pembelajaran guru memberikan penghargaan atas
keberhasilan kelompok dengan melakukan tahapan-tahapan berikut:24
a. Menghitung skor individu
Menurut Slavin untuk memberikan skor perkembangan individu
dihitung seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan
Nilai Tes Skor Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal….
10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah
skor awal….
Skor awal sampai 10 poin di atas skor
awal….
Lebih dari 10 poin di atas skor awal….
Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor
awal)….
0 poin
10 poin
20 poin
30 poin
30 poin
b. Menghitung skor kelompok
Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor
perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah
anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan
kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada
tabel berikut:
24Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik…, h. 55-56.
23
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-Rata Tim Predikat
0 ≤ x ≤ 5
5 ≤ x ≤ 15
15 ≤ x ≤ 25
25 ≤ x ≤ 30
-
Tim baik
Tim hebat
Tim super
Berdasarkan penjelasan teori-teori di atas dan melihat proses
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka dapat disimpulkan beberapa
kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya.
Kelebihan:
1) Siswa tidak perlu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari
berbagai sumber dan belajar dengan siswa lain.
2) Mengembangkan kemampuan menggunakan ide atau gagasan dengan
kata-kata atau verbal dan membandingkan dengan ide orang lain.
3) Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
segala keterbatasannya serta meneriman segala perbedaan.
4) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung
jawab dalam belajar.
5) Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, serta
motivasi dan memberikan rangsangan berpikir.
Kekurangan:
1) Dalam memahami dan mengerti filosofi pembelajaran kooperatif
memang membutuhkan waktu untuk siswa yang dianggap memiliki
kelebihan, contohnya mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang
dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam
ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.
2) Jika tanpa peer teaching yang efektif maka pemahaman tidak akan
pernah dicapai oleh siswa.
24
3) Guru perlu menyadari hasil atau prestasi yang diharapkan pada setiap
individu siswa.
4) Kemampuan aktifitas dalam kehidupan hanya didasarkan kepada
kemampuan secara individual.
5) Upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode
waktu yang cukup panjang.
4. Pendekatan Ekspositori
Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas
dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar.
Hakekat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima
apa yang diberikan guru. Biasanya guru menyampaikan informasi
mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara
lisan, yang dikenal dengan istilah, kuliah, ceramah, dan lecture. Dalam
pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat
informasi yang telah diberikan oleh guru serta mengungkapkan kembali
apa yang dimiliki melalui respon siswa yang diberikan saat guru
melontarkan pertanyaan.
Pada pendekatan ekspositori, tidak terus menerus memberi
informasi tanpa peduli apakah siswa memahami informasi itu atau tidak.
Guru hanya memberi informasi pada saat tertentu jika diperlukan,
misalnya pada permulaan pelajaran, memberi contoh soal, menjawab
pertanyaan siswa dan sebagainya. Syamsudin Makmun mengemukakan
bahwa guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan
secara rapi, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan
mencernanya secara teratur dan tertib.25
Secara garis besar prosedur pengajaran dengan pendekatan
ekspositori adalah sebagai berikut:26
25Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.79. 26Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 21.
25
a. Preparasi/Persiapan
Guru mempersiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi.
b. Apersepsi
Guru memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian siswa
kepada materi yang akan diajarkan.
c. Presentasi
Guru menyajikan bahan pengajaran dengan cara memberikan ceramah,
menyuruh siswa membaca bahan yang sudah siap diajarkan dari buku
teks tertentu atau ditulis sendiri oleh guru.
d. Resitasi
Guru bertanya dan siswa menjawab sesuai dengan bahan yang
dipelajari atau siswa disuruh untuk menyatakan kembali dengan kata-
kata sendiri. Resitasi tentang pokok-pokok yang dipelajari, baik secara
lisan maupun tulisan.
Adapun keunggulan dan kelemahan Pendekatan Ekspositori27
Kelebihan:
1) Dengan pendekatan ekspositori, guru bisa mengontrol urutan dan
keluasan materi pembelajaran.
2) Dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai
siswa sangat luas, sementara waktu yang disediakan cukup terbatas.
3) Selain siswa dapat mendengar melalui penuturan, siswa juga bisa
melihat atau mengobservasi.
4) Bisa digunakan untuk jumlah dan ukuran kelas yang besar.
Kelemahan
1) Hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
27Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 188-189.
26
2) Tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik
perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat dan bakat serta perbedaan
gaya belajar.
3) Karena lebih banyak disampaikan melalui ceramah, maka akan sulit
mengembangkan kemampuan siswa dalam sosialisasi, serta
kemampuan berpikir kritis.
4) Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada persiapan guru, baik
persiapan, pengetahuan, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai
kemampuan yang lain.
5) Karena lebih banyak satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol
pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan terbatas pula.
5. Hakekat Belajar dalam Pembelajaran Kooperatif
Manusia belajar karena ingin tahu dan ingin mengembangkan
tingkah laku yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Hal ini
berarti bahwa dengan belajar, seseorang dapat merubah tingkah lakunya.
Dengan belajar seseorang memperoleh kecakapan, pengertian,
keterampilan, kegemaran, sikap, dan kepuasan.
Menurut Gagne belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di
mana suatu organisma berubah perilakunya akibat pengalaman.28 Dengan
demikian bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah
pengetahuan melainkan dalam bentuk kecakapan. Kebiasaan, sikap,
pengertian, penghargaan minat, peyesuaian diri, pendeknya mengenai
segala aspek organisme atau pribadi seseorang
Hinzman dalam Muhibbin Syah berpendapat bahwa belajar adalah
suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisma, manusia atau hewan
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
28Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 11.
27
organisma tersebut. Jadi dalam pandangan Hintzman, perubahan yang
ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila
mempengaruhi organisme.29
Johan B. Carrol mengemukakan sejumlah faktor yang mempunyai
hubungan fungsional dengan tingkat belajar. Faktor tersebut adalah:30
a. Waktu yang disediakan
b. Usaha dari masing-masing individu
c. Bakat yang dimiliki
d. Kemampuan untuk menangkap pelajaran
e. Kualitas pelajaran yang diterima
Pembelajaran kooperatif berpedoman pada pendekatan
kontruktivisme. Kontruktivisme adalah satu pandangan bahwa siswa
membina pengetahuannya sendiri atau konsep secara aktif berdasarkan dan
pengalaman yang ada. Dalam proses ini, siswa akan menyesuaikan
pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina
pengetahuan baru. Dalam teori kontruktivisme, penekanan diberikan
kepada siswa lebih daripada guru. Ini disebabkan siswalah yang berinterksi
dengan bahan dan peristiwa dan memperoleh pemahaman tentang bahan
dan peristiwa tersebut. Oleh karena itu siswa membina sendiri konsep dan
membuat penyelesaian terhadap suatu masalah. Pembelajaran secara
kontruktivisme menerusi pembelajaran kooperatif yang membina sendiri
pengetahuan, konsep dan ide secara aktif akan menjadikan siswa lebih
paham, lebih yakin dan lebih bersemangat.
Driver dan Bell mengemukakan prinsip-prinsip kontruktivisme
dalam pembelajaran, yaitu:
a. Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung dari pengalaman
pembelajaran di ruang kelas, tetapi tergantung pula pada pengetahuan
pelajar sebelumnya.
29Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004), h. 64. 30Mulyati Arifin, Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia, (Surabaya:
Airlangga University Press, 1995), h. 205.
28
b. Pembelajaran adalah mengkonstruksi konsep-konsep.
c. Mengkonstruksi konsep adalah adalah proses aktif dalam diri pelajar.
d. Konsep-konsep yang telah dikonstruksi akan dievaluasi.
e. Siswalah yang paling bertanggung jawab terhadap cara dan hasil
pembelajaran mereka.
f. Adanya semacam pola terhadap konsep-konsep yang dikonstruksi
pelajar dalam struktur kognitifnya.31
Setidaknya terdapat tiga teori belajar dalam memahami
pembelajaran kooperatif. Tiga diantaranya sebagaimana disebutkan
berikut:32
a. Teori Ausubel
Menurut Ausubel bahan pelajaran yang dipelajari haruslah
bermakna (meaning full). Pembelajaran bermakna merupakan suatu
proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif adalah
fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi. Dikaitkan
dengan pembelajaran kooperatif konsep yang dipelajari tidak hanya
dihafal dan diingat, melainkan ada sesuatu yang dapat dipraktekkan
dan dilatihkan dalam situasi nyata dan terlibat dalam pemecahan
masalah.
b. Teori Piaget
Jika dihubungkan dalam pembelajaran, teori ini mengacu
kepada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi
peserta didik. Sehingga menurut teori ini pengetahuan tidak hanya
sekedar dipindahkan secara verbal tetapi harus dikonstruksi dan
direkonstruksi peserta didik. Sebagai realisasi teori ini, maka dalam
kegiatan pembelajaran peserta didik haruslah bersifat aktif.
31Isjoni, Cooperative Learning…, h. 33-34. 32Isjoni, Cooperative Learning…, h. 35-40.
29
Pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran aktif dan
partisipatif.
Menurut teori ini proses pembelajaran akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan peringkat perkembangan kognitif siswa.
Siswa hendaknya diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan
teman sebaya. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada pelajar agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif
mencari dan menemukan berbagai hal dan lingkungan.
c. Teori Vygotsky
Vygotsky mengemukakan pembelajaran merupakan suatu
perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian
yang spontan dan ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang
didapatkan dan pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah
pengertian yang didapat dari ruang kelas, atau yang diperoleh dan
pelajaran di sekolah. Menurut teori ini pembelajaran terjadi pada saat
anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal. Yang dimaksud
zona perkembangan proksimal adalah jarak antara tingkat
perkembangan sesunggguhnya dengan tingkat perkembangan
potensial.
Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan
pemecahan masalah secara mandiri sedangkan tingkat perkembangan
potensial adalah kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan
orang dewasa melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih
mampu. Dengan demikian, tingkat perkembangan potensial dapat
disalurkan melalui model pembelajaran kooperatif.
6. Hakekat Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri dua kata, yaitu hasil dan belajar. Secara umum,
hasil belajar didefinisikan sebagai suatu bentuk pertumbuhan dan
perubahan tingkah laku seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku
30
yang baru itu misalnya dari titak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-
pengertian baru, perubahan sikap dan kebiasaan-kebisaan serta
keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial,
emosional dan pertumbuhan jasmaniah.
Hasil belajar yang ingin dicapai dalam penelitian ini hanya pada
aspek kognitif, oleh karena itu untuk mengukurnya perlu dibuat tes hasil
belajar. Tes hasil belajar dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang
ingin dicapai, dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar dan
disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal lengkap dengan kunci
jawabannya.33
Menurut Gagne, ada lima kemampuan sebagai hasil belajar, yaitu:
(1) keterampilan intelektual (suatu kemampuan seseorang menjadi
komponen suatu subjek sehingga ia dapat mengklasifikasikan,
mengidentifikasi, mendemonstrasikan, dan mengeneralisasikan suatu
gejala), (2) strategi kognitif (kemampuan seseorang untuk bisa mengontrol
aktifitas intelektualnyadalam mengatasi masalah yang dihadapi), (3)
informasi verbal (kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa lisan
maupun tulisan dalam mengungkapkan suatu masalah), (4) keterampilan
motorik yaitu kemampuan seseorang untuk mengkoordinasikan semua
gerak otot secara teratur dan lancar dalam dalam keadaan sadar), dan (5)
sikap (kecenderungan dalam menerima dan menolak suatu objek sikap).
Menurut Bugelski, pada sistem pembelajaran biasanya hasil belajar
dipengaruhi oleh kualitas guru dan kondisi sekolah, seperti ketersediaan
alat-alat dalam belajar.
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:34
a. Faktor Internal yang meliputi dua sapek, yakni aspek fisiologis dan
aspek psikologis, yang terdiri dari lima faktor, yaitu:
33Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), h. 76. 34Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, h. 144-155
31
1. Intelegensi Siswa, yaitu kemampuan psiko-fisik untuk mereaksikan
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
yang tepat.
2. Sikap Siswa, yaitu sikap adalah gejala internal yang berdimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon
dengan cara yang relatif tepat terhadap objek orang, barang, dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
3. Bakat Siswa, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
4. Minat Siswa, yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
5. Motivasi Siswa, yaitu keadaan internal organisme yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu pemasok daya (energizer)
untuk bertingkah laku secara terarah.
b. Faktor Eksternal terdiri atas dua macam, yakni:
1. Lingkungan Sosial, seperti para guru, para staf administratif dan
teman-teman sekelas.
2. Lingkungan Nonsosial (sarana dan prasarana), termasuk di
dalamnya media pembelajaran.
c. Faktor Pendekatan Belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan
dilihat bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dapat mempengaruhi hasil belajar kimia di sekolah. Selain itu
satu sisi juga akan dilihat bagaimana penggunaan pendekatan
ekspositori dalam mempengaruhi hasil belajar kimia siswa, apakah
lebih baik ataukah tidak. Keseluruhan faktor di atas secara ringkas
dapat dijelaskan dalam tabel berikut:35
35 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, h. 156
32
Tabel 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Ragam Faktor dan Unsur-Unsurnya Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan
1. Aspek Fisiologis: - tonus jasmani - mata dan telinga
1. Lingkungan Sosial: - keluarga - guru dan staf - masyarakat - teman
2. Lingkungan Nonsosial: - rumah - sekolah - peralatan - alam
1. Pendekatan Tinggi - speculative - achieving
2. Pendekatan Menengah - Analytical - Deep
3. Pendekatan Rendah - reproductive - surface
Sedangkan menurut Kenneth Dunn ada beberapa faktor yang
mempengaruhi cara beberapa belajar seseorang, yaitu:36
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan belajar yang ideal berbeda menurut setiap orang. Beberapa
orang senang bekerja dalam kondisi udara yang hangat, cat ruangan
yang terang, desain meja yang bagus, dan sebagainya.
b. Faktor Emosi
Ada kelompok siswa yang dalam melaksanakan tugas dapat bekerja
dengan baik dari permulaan sampai selesai, tetapi banyak siswa yang
dalam melaksanakan tugas setiap tahap memerlukan dorongan untuk
menyelesikan.
c. Faktor Sosial
Ada kelompok siswa yang tidak berminat belajar seseuatu dari
kelompoknya. Ada yang lebih senang belajar dari didri sendiri, ada
juga kelompok orang yang mau belajar dari orang lebih tua karena
faktor tradisi.
d. Faktor Personal
36Mulyati Arifin, Pengembangan Program …, h. 211-212.
33
Ada sekelompok siswa yang senang belajar jika melihat sesuatu, ada
yang lebih senang belajar jika mendengar sesuatu misalnya radio. Ada
yang senang belajar duduk di depan meja tulis, ada yang sambil jalan
sekeliling ruangan. Ada yang melakukan tugas senang pagi, sebagian
lagi senang siang atau malam.
Faktor-faktor tersebut di atas sangat mempengaruhi hasil belajar
siswa, karena dalam proses pembelajaran siswalah yang menentukan
terjadi atau tidaknya suatu proses belajar. Untuk belajar siswa masalah-
masalah baik internal maupun eksternal. Jika siswa tidak dapat mengatasi
masalah tersebut, maka dia tidak belajar dengan baik.
Selain beberapa faktor di atas ada beberapa hal yang juga perlu
diperhatikan diantaranya adalah konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar
merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan
perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses
memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu
menggunakan bermacam-macam strategi belajar. Selain konsentrasi
belajar, kebiasaan belajar juga dapat memepngaruhi hasil belajar. Dalam
kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik.
Kebiasaan tersebut antara lain, belajar pada akhir semester, belajar tidak
teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar dan lain-lain.
Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat dijumpai di berbagai
sekolah yang ada, baik di kota besar, kota kecil ataupun di pelosik desa.
Kemungkinan yang menjadi penyebab kebiasaan yang kurang baik ini,
karena ketidakmengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini
dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.
7. Laju Reaksi
a. Pengertian Laju Reaksi37
Adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi tiap
satuan waktu. Reaksi kimia berlangsung dalam kecepatan yang
37Unggul Sudarmo, Kimia untuk SMA XI, (Surakarta: Phibeta, 2007), h. 75
34
berbeda-beda. Misalnya peristiwa meledaknya bom atom berlangsung
dengan cepat. Sedangkan perkaratan besi berlangsung dengan lambat.
Setiap reaksi kimia mempunyai laju reaksi tertentu. Logam-logam
yang bereaksi dengan air memiliki laju yang berbeda-beda. Kalium,
logam yang sangat reaktif, bereaksi sangat cepat dengan air dingin.
Magnesium bereaksi lambat dengan air dingin.
Pada reaksi P Q, setiap saat konsentrasi P berkurang, sedangkan
konsentrasi Q bertambah. Dengan demikian reaksi dapat diartikan
sebagai:
- Berkurangnya konsentrasi pereaksi (P) tiap satuan waktu
- Bertambahnya konsentrasi hasil reaksi (Q) tiap satuan waktu
Keadaan ini dapat dibuat grafik hubungan antara konsentrasi dengan
waktu sebagai berikut:
[ ] Kecepatan reaksi dapat dirumuskan:
P
atau
Q
0
b. Teori Tumbukan dan Energi Aktivasi38
Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel
zat yang bereaksi. Namun tidak semua tumbukan antarmolekul
pereaksi akan menghasilkan zat hasil reaksi. Hanya tumbukan efektif
yang akan menghasilkan zat hasil reaksi. Keefektifan suatu tumbukan
bergantung pada posisi molekul dan energi kinetik yang dimilikinya.
Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi
pengaktifan) yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki
38Sandri Justiana dan Muchtaridi, Chemistry For Senior High School, (Jakarta:
Yudhistira, 2009), h. 108-130.
V = ‐ V =
35
molekul-molekul pereaksi agar tumbukan antarmolekul menghasilkan
zat hasil reaksi.
Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia
dapat dipercepat dengan cara memperbesar harga energi kinetik
molekul atau menurunkan harga energi aktivasi.
1) Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung
(kecepatan reaksi makin besar). Hal ini disebabkan semakin besar
konsentrasi berarti jarak antarmolekul rapat/padat, sehingga
semakin banyak/mudah terjadi tumbukan yang menghasilkan
reaksi, akibatnya menjadi lebih cepat.
2) Pengaruh luas permukaan
Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan
terjadinya tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat
reaksinya. Zat padat bentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih
besar daripada bentuk kepingan, sehingga zat padat bentuk serbuk
bereaksi lebih cepat daripada bentuk kepingan.
3) Pengaruh suhu
Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin
tinggi cepat gerak partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula
energi kinetiknya. Sehingga banyak partikel-partikel pereaksi yang
memiliki energi yang mencapai energi pengaktifan akibatnya
reaksi makin cepat.
4) Pengaruh katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada
akhir reaksi terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis
mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi yaitu
energi minimum yang harus dimiliki agar reaksi dapat
berlangsung.
Persamaan reaksinya:
36
A. Reaksi tanpa katalis A + B → AB
B. Reaksi dengan katalis (sebagai katalis C) I. A + C → AC (cepat) II. AC + B→ AB + C (cepat)
_______________________ +
A + B → AB (cepat)
c. Orde Reaksi dan Persamaan Laju Reaksi39
Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari)
konsentrasi dalam persamaan laju. Jika perubahan konsentrasi tidak
mempengaruhi laju reaksi, maka disebut orde nol. Jika laju reaksi
berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari hanya satu
pereaksi maka reaksi tersebut diakatakn sebagai reaksi orde pertama.
Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi zat-zat yang bereaksi
dipangkatkan orde reaksi (tingkat reaksi). Sedangkan laju reaksi orde
dua merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi.
Secara umum pada reaksi Aa + bB → cC + dD. Laju reaksi
dirumuskan dengan:
v = k[A]m[B]n
Ket:
v = laju reaksi m = orde reaksi terhadap A
[A] = konsentrasi A (M) n = orde reaksi terhadap B
[B] = konsentrasi B (M) m + n = orde reaksi
K = ketetapan laju reaksi
8. Penelitian Yang Relevan
Di bawah ini penulis menyajikan beberapa hasil penelitian yang
berkenaan dengan judul, penelitian penulis diantaranya:
Saila Mahdina Basya, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang berjudul “Perbandingan Hasil
39Keenan, et.al., Kimia untuk Universitas, (Jakarta: Erlangga, 1998), h. 531.
37
belajar Kimia antara yang Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw dan Pembelajaran Konvensional”. Penelitian ini memberikan
kesimpulan bahwa hasil belajar kimia siswa yang menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dibandingkan yang
menggunakan metode konvensional yaitu 68,18 berbanding 54,77.40
Diana Supriyatin, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia. Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar
Siswa dengan Metode Jigsaw dan Ekspositori pada Konsep Elektrolit dan
Nonelektrolit Terintegrasi Nilai”. Penelitian ini memberikan kesimpulan
bahwa penggunaan metode jigsaw lebih baik dibandingkan metode
ekspositori.41
Qiao Mengduo dan Jing Xiaoling dalam Jurnal Jigsaw Strategy as a
Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners. Sebuah
kesimpulan ditarik bahwa teknik jigsaw merupakan cara yang efektif
untuk mempromosikan partisipasi dan antusiasme siswa serta teknik yang
berguna untuk pembelajar bahasa menyelesaikan tugas belajar di kelas
EFL.42
Ali Gocer dalam jurnal A Comparative Research on The Effectivity
of Cooperative Learning Methode and Jigsaw Technique on Teaching
Literary Genres, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif teknik
jigsaw ditemukan lebih efektif daripada metode pembelajaran
konvensional.43
40Saila Mahdina Basya, “Perbandingan Hasil Belajar Kimia Siswa antara yang
Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Pembelajaran Konvensional”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 57, t.d.
41Diana Supriyatin, “Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan metode Jigsaw dan Ekspositori Pada Konsep Elektrolit dan Nonelektrolit Terintegrasi Nilai”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 81, t.d.
42Qiao Mengduo and Jing Xiaoling, “Jigsaw Strategy as a Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners”, from Chinese Journal of Applied Linguistics (Bimonthly), Vol 33, No. 4, August 2010)
43Ali Gocer, “A Comparative Research on The Effectivity of Cooperative Learning Methode and Jigsaw Technique on Teaching Literary Genres”, from Educational Research and Reviews Vol.5 (8), August, 2010)
38
Jing Meng dalam jurnal Jigsaw Cooperatif Learning in English
Reading”, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
mendorong minat belajar bahasa Inggris siswa, membangkitkan motivasi,
dan meningkatkan kemampuan membaca mereka. Pembelajaran kooperatif
jigsaw adalah salah satu cara mengajar yang paing efektif untuk belajar
bahasa Inggris di perguruan tinggi.44
Durmus Kilic dalam jurnal “The Effect of Jigsaw Technique on
Learning the Concept of the Principles and Methods of Teaching”,
menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw memberikan pengaruh positif terhadap proses pembelajaran
dibandingkan dengan metode konvensional.45
Leen Kiat-Soh dalam jurnal “Implementing the Jigsaw Model in
CS1 Close Labs” menyatakan bahwa teknik Jigsaw meningkatkan kinerja
siswa dan konsisten kinerja siswa dalam proses pembelajaran.46
Yurni Suasti, dalam jurnal “Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa
SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Cooperative Learning
Model Jigsaw. Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat pengaruh yang
baik dalam peningkatan kreatifitas, walaupun tidak signifikan.47
F.A. Suprapto Mukti Nugroho, dalam jurnal “Remedial Teaching
dengan Teknik Jigsaw sebagai Pendukung Kurikulum 2004”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan remedial teaching
menggunakan pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw ini cukup
efektif untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa sehingga pada
44Jing Meng, “Jigsaw Cooperatif Learning in English Reading”, from Journal of
Language Teaching and Research, Vol. 1, No. 4, pp 501-504, July 2010, p. 503. 45Durmus Kilic, “The Effect of Jigsaw Technique on Learning the Concept of the
Principles and Methods of Teaching”, from World Applied Sciences Journal 4(Suple 1): 109-114, 2008, p. 113
46Leen Kiat-Soh, “Implementing the Jigsaw Model in CS1 Close Labs” (ITi CSE, June 26-28, Bologna, Italy, 2006)
47Yurni Suasti, “Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Cooperatve Learning Model Jigsaw”, dalam Jurnal Pembelajaran, No.4 Tahun 26, Desember 2003.
39
akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam,
menyongsong diberlakukannya kurikulum 2004.48
H. M. Sirih dan Muhammad Ali, dalam jurnal “Penerapan Model
Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet untuk Meningkatkan
Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di SMPN 2 Kendari”.
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan tanggungjawab
siswa serta mengefektifkan penggunaan waktu dan pola pergerakan
siswa.49
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran kimia di sekolah merupakan hal yang penting. Mata
pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Ilmu kimia yang bersifat abstrak dan banyak konsep
yang sulit untuk dipelajari, membuat pelajaran ini semakin tidak disukai oleh
para siswa.
Pembelajaran sekolah saat ini juga pada umumnya masih berpusat
pada guru (teacher center), bukan berpusat pada siswa. Metode yang
digunakan juga masih monoton. Oleh karena itu perlu dibentuk suatu
pembelajaran yang lebih bermakna selama proses pembelajaran. Pembelajaran
akan lebih bermakna bila guru mampu menciptakan kondisi belajar yang tidak
membosankan, untuk itu diperlukan kreativitas seorang guru dalam
menggunakan metode-metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar di
kelas.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil belajar rendah, salah
satunya karena tidak tepatnya metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran, seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya. Cara
penyampaian materi yang monoton semakin membuat siswa jenuh dalam
48F.A. Suprapto Mukti Nugroho,“Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai
Pendukung Kurikulum 2004”, dalam Jurnal Widya Tama, Vol. 2 No. 3, September 2005. 49Sirih dan Muhammad Ali, “Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan
Tongkat Estafet untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di SMPN 2 Kendari”, dalam Jurnal MIPMIPA, Vol.6, No.1, Februari 2007.
40
kelas. Hal ini yang juga menyebabkan siswa sulit untuk mengaplikasikan mata
pelajaran kimia dalam kehidupan sehari-hari, karena kurangnya penguasaan
konsep. Salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam pembelajaran di
kelas yaitu pendekatan ekspositori, yang mengarah kepada teacher center. Hal
ini yang bisa membuat pelajaran kimia semakin jenuh dan siswa sulit untuk
memahami.
Semenjak 2004 kurikulum yang berlaku di Indonesia sudah berubah
mulai dari KBK dan KTSP. Sehingga proses pembelajaran di kelas harus
diupayakan menuntun siswa untuk dapat berpikir kreatif, mengadakan
analisis, membentuk sikap positif, memecahakan masalah, merangsang dan
memungkinkan bagi siswa untuk mengorganisasikan belajarnya sendiri
berpikir secara mandiri serta bekerja secara kooperatif untuk mengembangkan
kemampuannya, sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep kimia secara
benar dan utuh.
Kurikulum saat ini menuntut suatu proses pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan berbagai kemampuan siswa. Hal tersebut dapat
dibantu dengan peer learning yakni proses belajar bersama dengan teman
sebaya dan guru berperan sebagai fasilitator sekaligus moderator dan
pembimbing, melalui penerapan model pembelajaran kooperatif. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan
pemikirannya tanpa dihambat, mengembangkan bersama dengan teman-
temannya untuk dapat saling belajar berkelanjutan, saling bekerja sama dalam
proses pembelajaran.
Melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa diberi kesempatan
bukan hanya sekedar belajar tetapi juga saling mengajarkan satu sama lain
sehingga diharapkan siswa mampu tidak hanya berpikir sendiri dan
mempertanggungjawabkannya, namun juga saling berbagi dalam proses
transfer pengetahuan. Selanjutnya melalui proses kebersamaan tersebut akan
melatih siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai
perbedaan, meningkatkan partisipasi, motivasi, sikap positif, mengurangi
kecemasan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
41
Dengan demikian diduga ada pengaruh penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa.
Gambar 2.2. Alur Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Penelitian
Dari kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat pengaruh hasil belajar kimia siswa antara yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dibandingkan dengan yang menggunakan pendekatan ekspositori.
Ha : Terdapat pengaruh hasil belajar kimia siswa antara yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dibandingkan dengan yang menggunakan pendekatan ekspositori.
-Hasil Belajar Rendah - Tabula Rasa -Siswa Pasif -Teacher Center
-Kimia bersifat abstrak - Konsep Sulit dipelajari
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw
-Siswa Aktif -Menerima Perbedaan -Kerjasama
Hasil Belajar Siswa
-KBK
-KTSP
Permasalahan Ilmu Kimia Kurikulum
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011,
yaitu pada tanggal 3-24 November 2010.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Nusa Putra Tangerang yang beralamat di
Jl. Teuku Umar No. 12 Kel. Nusa Jaya, Karawaci Tangerang.
B. Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode quasi
eksperimen (eksperimen semu), yaitu metode penelitian yang tidak
mencukupi semua syarat-syarat dari suatu eksperimen.1 Metode quasi
eksperimen dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang homogen, dengan
membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok pengamatan.
Penelitian ini memiliki karakteristik, yakni dengan membandingkan dua
kelompok perlakuan yang memiliki subjek setara, sehingga perbedaan hasil
variabel terikat dari dua kelompok itu bukan disebabkan oleh perbedaan
subjek, melainkan akibat dari perlakuan yang dikenakan kepada variabel
bebas kelompok tersebut. Kelompok pertama adalah kelompok dengan
perlakukan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan kelompok kedua adalah
kelompok dengan perlakuan konvensional dengan metode ekspositori.
Adapun rancangan penelitian sebagai berikut:
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Only Posttest Control Group Design.
1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h. 84.
42
43
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Kelompok Perlakuan Posttest
E XE T
K XK T
Keterangan:
E : Kelompok eksperimen
K : Kelompok kontrol
XE : Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen, yaitu dengan
kooperatif Jigsaw.
XK : Perlakuan yang diberikan pada kelompok kontrol, yaitu dengan metode
Ekspositori.
T : Tes akhir yang sama pada kedua kelompok
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.2 Tujuan diadakannya
populasi ialah agar kita dapat menentukan besarnya anggota sampel yang
diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah
generalisasi.3 Populasi dalam penelitain dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
populasi target dan populasi terjangkau. Adapun populasi target pada
penelitian ini yaitu seluruh siswa-siswi kelas XI SMA Nusa Putra Tangerang
yang terdaftar pada tahun pelajaran 2010/2011. Sedangkan populasi
terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA SMA Nusa Putra
Tangerang.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.4 Teknik
pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu
mengambil sampel pada kelas yang tersedia tanpa melakukan simple random
sampling. Jumlah sampel sebanyak 80 siswa yang dikelompokkan menjadi
2Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu…, h. 130.
3Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 181.
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu…, h. 131.
44
dua kelas, yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 2
sebagai eksperimen.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.5 Selain
itu tes juga dapat diartikan sebagai cara (yang dapat dipergunakan) atau
prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di
bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas,
atau perintah-perintah yang harus dikerjakan, sehingga dapat dihasilkan
nilai.6
Instrumen tes untuk mengukur aspek kognitif hasil belajar siswa
pada konsep laju reaksi dibuat tes pilihan ganda (PG) sebanyak 22 soal
dengan lima alternatif pilihan jawaban. (lampiran 1)
E. Teknik Pengolahan Data
Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tes ini terlebih
dahulu diujicobakan kepada responden di luar kelas eksperimen dan kontrol
untuk mengetahui validitas, realibilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda
soal.
1. Uji Validitas
Validasi berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap
Dengan kata lain validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat
penilaian mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang
Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Gocer, Ali. 2010. A Comparative Research on The Effectivity of Cooperative Learning Methode and Jigsaw Technique on Teaching Literary Genres. Taken from Educational Research and Reviews Vol.5 (8).
Huang, Yueh-Min and Tieng-Chi Huang. 2008. Using Annotation Services in Ubiquitous Jigsaw Cooperative Learning Environment. Taken from Journal fromEducational Technology and Society, 11(2), 3-15.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Chemistry For Senior High School. Jakarta: Yudhistira.
Kiat-Soh, Leen. 2006. Implementing the Jigsaw Model in CS1 Close Labs.Taken from ITi CSE, June 26-28, Bologna, Italy.
Kilic, Durmus. 2008. The Effect of Jigsaw Technique on Learning the Concept of the Principles and Methods of Teaching. Taken from World Applied Sciences Journal 4(Suple 1): 109-114.
Meng, Jing. 2010. Jigsaw Coopertaive Learning in English Reading. Taken from Journal of Language Teaching and Research, Vol. 1, No. 4.
Mengduo, Qiao and Jing Xiaoling. 2010. Jigsaw Strategy as a Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners. Taken from Chinese Journal of Applied Linguistics (Bimonthly), Vol 33, No. 4.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nugroho, F.A. Suprapto Mukti. 2005. Remedial Teching dengan Teknik Jigsaw
Sebagai Pendukung Kurikulum 2004. Diambil dari Jurnal Widya Tama, Vol. 2 No. 3.
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sirih, M dan Muhammad Ali. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
dengan Tongkat Estafet Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Kendari. Diambil dari Jurnal Vol. 6, No.1.
Suasti, Yurni. 2003. Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan
UNP Melalui Modifikasi Cooperatve Learning Model Jigsaw. Diambil dari Jurnal Pembelajaran, No.4 Tahun 26.
Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung : Tarsito. Sudijono, Anas. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Supriyatin, Diana. 2009. Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan metode Jigsaw
dan Ekspositori Pada Konsep Elektrolit dan Nonelektrolit Terintegrasi Nilai. Skripsi Sarjana UIN Syarif Hiayatullah. Jakarta: Perpustakaan FITK, UIN Syarif Hidayatullah.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.
Yasir, Nu’man. 2008. Pengaruh Pemanfaatan Multimedia Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Pokok Bahasan Seyawa Karbon. Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah.
Zulfani, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta.
62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
61
62
KISI – KISI INSTRUMEN Mata Pelajaran : Kimia Kelas/semester : XI IPA/I Konsep Bahasan : Laju Reaksi Jumlah Soal : 35 Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri
Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal Jawaban Ranah Soal
3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan
3.2 Memahami teori
tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep laju reaksi
Menjelaskan pengertian laju reaksi
1. Laju reaksi adalah …. a. Cepatnya suatu reaksi berlangsung b. Perubahan jenis zat yang bereaksi persatuan waktu c. Suatu reaksi kimia d. Macam-macam kecepatan laju reaksi e. Besarnya perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi/produk
persatuan waktu
2. Laju reaksi 4NH3 + 5O2 4NO + 6H2O dapat dinyatakan sebagai …. a. Laju bertambahnya konsentrasi NH3 tiap satu satuan waktu b. Laju berkurangnya konsentrasi H2O tiap satu satuan waktu c. Laju bertambahnya konsentrasi O2 tiap satu satuan waktu d. Laju berkurangnya tekanan sistem tiap satu satuan waktu
E
E
C1
C2
63
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
e. Laju bertambahnya konsentrasi NO tiap satu satuan waktu
3. Jika reaksi kimia : P(g) + Q(g) → R(g) + S(g)
Berdasarkan reaksi di atas, maka rumus laju reaksinya adalah sebagai berikut, kecuali…
a. v = -Δt
[P]Δ d. v = +
Δt
[S]Δ
b. v = -Δt
[Q]Δ e. v = +
Δt
[R]Δ
c. v = -Δt
[R]Δ
4. Laju reaksi dari suatu reaksi dinotasikan sebagai berikut.
v = -Δt
[A]Δ, v = -
Δt
[B]Δ, v = +
Δt
[C]Δ, v = +
Δt
[D]Δ
Dari sederetan notasi di atas, reaksi yang sesuai adalah… a. C(g) + D(g) → A(g) + B(g) d. C(g) + B(g) → A(g) + D(g) b. A(g) + C(g) → B(g) + D(g) e. B(g) + D(g) → A(g) + C(g) c. A(g) + B(g) → C(g) + D(g)
C
C
C2
C2
Menyebutkan
faktor-faktor
yang
5. Faktor-faktor di bawah ini yang mempengaruhi laju reaksi, kecuali...a. Suhu b. Luas permukaan c. Konsentrasi hasil reaksi
C
C1
64
reaksi
mempengaruhi
laju reaksi.
d. Konsentrasi pereaksi e. Katalisator
6. Faktor berikut akan memperbesar laju reaksi, kecuali …. a. Pada suhu tetap ditambah katalisator b. Pada suhu tetap volume diperbesar c. Pada suhu tetap tekanan diperbesar d. Suhu dinaikkan e. Pada volume tetap ditambah zat pereaksi lebih banyak
B
C1
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
7. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi karena .... a. Menaikkan energi pengaktifan zat yang bereaksi b. Memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi c. Memperbesar energi kinetik molekul pereaksi d. Memperbesar tekanan e. Memperbesar luas permukaan
8. Natrium bereaksi hebat dengan air pada suhu kamar sedangkan besi
tidak. Hal ini memperlihatkan bahwa laju reaksi bergantung pada .... a. Suhu b. Jenis pereaksi c. Keadaan pereaksi d. Katalisator e. Luas permukaan sentuh
Pada data percobaan 1 dan 3, laju reaksi dipengaruhi oleh faktor .... a. Konsentrasi b. Sifat-sifat c. Suhu d. Luas permukaan e. Katalis
10. Pereaksi berbentuk serbuk lebih cepat bereaksi daripada berbentuk kepingan, hal ini disebabkan bentuk serbuk .... a. Dapat menurunkan energi aktivasi b. Mempunyai luas permukaan yang lebih kecil c. Mempunyai luas permukaan yang lebih besar d. Lebih padat e. Lebih aktif bergerak
11. Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 25oC sangat sukar
terjadi meskipun dilakukan dengan cara pemanasan, bahkan sampai mencair dan mendidih. Tetapi bila dicampur sedikit serbuk MnO2 penguraian berlangsung lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa
C
D
C2
C4
66
laju reaksi dipengaruhi oleh …. a. Suhu d. Katalis b. Konsentrasi e. Jumlah partikel zat c. Luas permukaan
Menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
12. Dalam ruang yang volumenya 2 liter sebanyak 1 mol X direaksikan dengan 2 mol Y sesuai persamaan: X + 2Y XY2. Bila setelah 10 detik dihasilkan 0,5 mol XY2, maka laju reaksi terhadap XY2 adalah .... a. 0,025 M/det b. 0,05 M/det c. 0,1 M/det d. 0.01 M/det e. 0,5 M/det
13. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat bila suhu dinaikkan
10oC. Pada suhu kamar (25oC) reaksi dapat berlangsung dengan laju 0,01 M/det. Maka laju reaksinya bila dilakukan pada suhu 65oC adalah .... a. 0,4 M/det b. 0,6 M/det c. 0,8 M/det d. 0,16 M/det e. 0,32 M/det
14. Suatu reaksi akan menjadi 2 kali lebih cepat bila suhu dinaikkan
A
D
E
C3
C3
C3
67
10ºC. Pada suhu 30ºC reaksi berlangsung 10 menit, maka pada suhu 50ºC reaksi berlangsung… a. 30 menit b. 20 menit c. 10 menit d. 5 menit e. 2,5 menit
Teori tumbukan dan energi aktivasi
Siswa dapat
menjelaskan
teori
tumbukan.
Menjelaskan
pengaruh
katalis dan
15. Tumbukan antar molekul di dalam suatu reaksi kimia... a. Tidak selalu menghasilkan reaksi kimia b. Berkurang dengan naiknya suhu c. Berkurang dengan memperkecilpartikel pereaksi d. Berkurang dengan penambahan konsentrasi e. Selalu menyebabkan terjadinya reaksi kimia
16. Tumbukan dengan energi kecil yang menghasilkan reaksi
dinamakan... a. Tumbukan lenting sempurna b. Tumbukan lenting sebagian c. Tumbukan tidak lenting d. Tumbukan efektif e. Tumbukan produktif
17. Energi minimum yang digunakan untuk memulai reaksi disebut...
a. Energi pereaksi b. Energi produk reaksi c. Enegi pengaktifan
A
D
C
C1
C1
C1
68
energi aktivasi
terhadap laju
reaksi.
d. Energi kimia e. Energi katalisasi
18. Dari proses di bawah ini yang akan mengubah energi pengaktifan
adalah... a. Memperbesar luas permukaan zat pereaksi b. Menambah konsentrasi zat pereaksi c. Manambah katalis d. Menurunkan suhu e. Menurunkan tekanan
19. Penambahan katalisator akan mempercepat laju reaksi. hal itu
disebabkan oleh... a. Konsentrasi zat bertambah b. Energi pengaktifan berkurang c. Energi pengaktifan bertambah d. Energi kinetik pereaksi berkurang e. Energi kinetik pereaksi bertambah
20. Berikut pernyataan yang tepat terhadap katalis jika ditambahkan
dalam suatu reaksi adalah .... a. Tidak ikut bereaksi dalam proses reaksi b. Habis bereaksi dengan pereaksi c. Ikut bereaksi tetapi tidak diperoleh kembali pada akhir reaksi d. Ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi e. Tidak ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir
C
B
E
C1
C1
C2
69
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan teori tumbukan dari percobaan
reaksi 21. E ..............................
Q ........ P.................... R
............................... S Yang menggambarkan energi pengaktifan dengan katalisator adalah .... a. P + Q b. P c. P + R d. R e. R + S
22. Laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan sentuhan pereaksi.
Semakin besar luas permukaan semakin cepat reaksi berlangsung karena semakin .... a. Besar energi pengaktifannya b. Kecil energi pengaktifannya c. Besar energi kinetiknya d. Besar konsentrasinya e. Mudah terjadi tumbukan
C
E
C2
C2
70
23. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, sebab kenaikan suhu akan memperbesar... a. Energi kinetik molekul pereaksi b. Tekanan molekul pereaksi c. Energi pengaktifan zat yang bereaksi d. Konsentrasi zat yang bereaksi e. Luas permukaan zat yang bereaksi
24. Pernyataan berikut berkaitan dengan teori tumbukan. Pernyataan
yang tidak benar adalah .... a. Semakin besar konsentrasi, semkain besar kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif b. Semakin tinggi suhu, maka energi aktivasi suatu reaksi menjadi
lebih tinggi c. Semakin luas permukaan zat padat, maka semakin besar
kemungkinan terjadinya tumbukan d. Katalis mengubah tahap-tahap reaksi menjadi reaksi yang energi
aktivasinya rendah e. Pada pemanasan, energi kinetik molekul-molekul menjadi tinggi
sehingga tumbukan efektif semakin lebih banyak
A
B
C1
C2
Orde reaksi dan persamaan laju reaksi
Menjelaskan
pengertian
orde reaksi
25. Orde reaksi menyatakan .... a. Besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi b. Besarnya pengaruh suhu pereaksi pada laju reaksi c. Besarnya pengaruh volume pereaksi pada laju reaksi d. Besarnya pengaruh luas permukaan pereaksi pada laju reaksi e. Besarnya pengaruh katalis pada laju reaksi
A
C1
71
Membedakan
antara orde
reaksi nol,
satu, dan dua
26. Laju reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasi pereaksi.
Pernyataan tersebut merupakan definisi dari .... a. Orde negatif b. Orde nol c. Orde satu d. Orde dua e. Orde tiga
27. Pada reaksi 2A + B A2B diketahui bahwa reaksi berorde nol
terhadap B. Hubungan laju reaksi awal zat B itu diperlihatkan oleh grafik .... a. v
[B]
b. v [B]
c. v [B]
C
E
C1
C2
72
Menentukan
orde reaksi
berdasarkan
data percobaan
d. v
[B]
e. v [B]
28. Suatu reaksi mempunyai tetapan laju reaksi (k) dengan satuan mol-1 dan s-1. Reaksi tersebut merupakan orde reaksi tingkat .... a. 0 b. 1 c. 2 d. 3 e. 4
29. Diketahui data eksperimen dari reaksi : 2H2 + 2NO → 2H2O + N2 Adalah sebagai berikut :
H2 (M) NO (M) Laju (M/s) 0,1 0,2 20 0,5 0,2 100 0,1 0,4 80
Orde terhadap NO adalah …. a. 0 b. ½
A
E
C2
C3
73
Membuat
c. 1 d. 3/2 e. 2
30. Dari reaksi :
CHCl3 + Cl2 → CCl4 + HCl Diketahui data sebagai berikut : CHCl3 (M) Cl2 (M) Laju (M/s)
0,4 0,2 10 0,8 0,2 20 0,8 0,8 40
Orde terhadap CHCl3 adalah…. a. 1 d. 0 b. 3/2 e. 3 c. 2
31. Data reaksi : A + B → AB Adalah sebagai berikut :
A (M) B (M) Laju (M/s) 0,1 0,1 4 0,2 0,1 16 0,1 0,3 12
Orde reaksi terhadap A adalah …. a.½ b. 1/3 c. 1 d. 2 e. 0
Maka rumus untuk laju reaksinya adalah …. a. V = k [H]2 [I]2 b. V = k [H2]
2 [I]2 c. V = k [H]2 [I2]
2 d. V = k [H2]
2 [I2] e. V = k 2[H2]
2 [I2]2
33. Suatu reaksi X + Y → hasil reaksi, persamaan laju reaksinya V =
k[X][Y]2. Bila pada suhu tetap konsentrasi X dan Y masing-masing dinaikan dua kali dari semula, laju reaksinya adalah…. a. Tidak berubah d. 6 kali lebih besar b. 2 kali lebih besar e. 8 kali lebih besar c. 4 kali lebih besar
34. Suatu reaksi memiliki data sebagai berikut. Pereaksi = A dan B, orede reaksi terhadap A = 1, orde total = 3/2. Persamaan laju reaksinya adalah …. a. v = k[A][B]3/2 d. v = k[A]3/2[B] b. v = k[A][B]1/2 e. v = k[A][B] c. v = k[A]1/2[B]
D
E
B
C3
C4
C4
75
35. Dari reaksi : A + B + C → zat hasil
Diperoleh data sebagai berikut : A (M) B (M) C (M) Laju (M/s)0,01 0,03 0,04 0,0048 0,02 0,03 0,04 0,0096 0,01 0,06 0,04 0,0096 0,01 0,06 0,08 0,0384
Maka rumus untuk laju reaksinya adalah …. a. V = k [A] [B] [C] b. V = k [A]2 [B] [C] c. V = k [A]2 [B]2 [C] d. V = k [A]2 [B]2 [C]2 e. V = k [A] [B] [C]2
E
C3
76
Soal Instrumen Penelitian Jenis Kelamin : Sekolah : Materi : Laju Reaksi Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini yang paling tepat! 1. Laju reaksi adalah ….
a. Cepatnya suatu reaksi berlangsung b. Perubahan jenis zat yang bereaksi persatuan waktu c. Suatu reaksi kimia d. Macam-macam kecepatan laju reaksi e. Besarnya perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi/produk persatuan waktu
2. Laju reaksi 4NH3 + 5O2 4NO + 6H2O dapat dinyatakan sebagai …. a. Laju bertambahnya konsentrasi NH3 tiap satu satuan waktu b. Laju berkurangnya konsentrasi H2O tiap satu satuan waktu c. Laju bertambahnya konsentrasi O2 tiap satu satuan waktu d. Laju berkurangnya tekanan sistem tiap satu satuan waktu e. Laju bertambahnya konsentrasi NO tiap satu satuan waktu
3. Jika reaksi kimia : P(g) + Q(g) → R(g) + S(g)
Berdasarkan reaksi di atas, maka rumus laju reaksinya adalah sebagai berikut, kecuali…
a. v = -Δt
[P]Δ d. v = +
Δt
[S]Δ
b. v = -Δt
[Q]Δ e. v = +
Δt
[R]Δ
c. v = -Δt
[R]Δ
4. Laju reaksi dari suatu reaksi dinotasikan sebagai berikut.
v = -Δt
[A]Δ, v = -
Δt
[B]Δ, v = +
Δt
[C]Δ, v = +
Δt
[D]Δ
Dari sederetan notasi di atas, reaksi yang sesuai adalah… a. C(g) + D(g) → A(g) + B(g) d. C(g) + B(g) → A(g) + D(g) b. A(g) + C(g) → B(g) + D(g) e. B(g) + D(g) → A(g) + C(g) c. A(g) + B(g) → C(g) + D(g)
5. Faktor-faktor di bawah ini yang mempengaruhi laju reaksi, kecuali... a. Suhu b. Luas permukaan c. Konsentrasi hasil reaksi
LAMPIRAN 2
77
d. Konsentrasi pereaksi e. Katalisator
6. Faktor berikut akan memperbesar laju reaksi, kecuali …. a. Pada suhu tetap ditambah katalisator b. Pada suhu tetap volume diperbesar c. Pada suhu tetap tekanan diperbesar d. Suhu dinaikkan e. Pada volume tetap ditambah zat pereaksi lebih banyak
7. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi karena .... a. Menaikkan energi pengaktifan zat yang bereaksi b. Memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi c. Memperbesar energi kinetik molekul pereaksi d. Memperbesar tekanan e. Memperbesar luas permukaan
8. Natrium bereaksi hebat dengan air pada suhu kamar sedangkan besi tidak. Hal ini memperlihatkan bahwa laju reaksi bergantung pada .... a. Suhu b. Jenis pereaksi c. Keadaan pereaksi d. Katalisator e. Luas permukaan sentuh
9. Data hasil percobaan untuk A + B C Data Masa/bentuk A Konsentrasi Waktu Suhu
1 5 gram serbuk 0,1 mol.L-1 2 detik 25oC
2 5 gram larutan 0,1 mol.L-1 3 detik 25oC
3 5 gram padat 0,1 mol.L-1 5 detik 25oC
4 5 gram larutan 0,2 mol.L-1 1,5 detik 25oC
5 5 gram larutan 0,1 mol.L-1 1,5 detik 25oC
Pada data percobaan 1 dan 3, laju reaksi dipengaruhi oleh faktor .... a. Konsentrasi b. Sifat-sifat c. Suhu d. Luas permukaan e. Katalis
10. Pereaksi berbentuk serbuk lebih cepat bereaksi daripada berbentuk kepingan, hal ini disebabkan bentuk serbuk ....
78
a. Dapat menurunkan energi aktivasi b. Mempunyai luas permukaan yang lebih kecil c. Mempunyai luas permukaan yang lebih besar d. Lebih padat e. Lebih aktif bergerak
11. Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 25oC sangat sukar terjadi meskipun dilakukan dengan cara pemanasan, bahkan sampai mencair dan mendidih. Tetapi bila dicampur sedikit serbuk MnO2 penguraian berlangsung lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh …. a. Suhu d. Katalis b. Konsentrasi e. Jumlah partikel zat c. Luas permukaan
12. Dalam ruang yang volumenya 2 liter sebanyak 1 mol X direaksikan dengan 2 mol Y sesuai persamaan: X + 2Y XY2. Bila setelah 10 detik dihasilkan 0,5 mol XY2, maka laju reaksi terhadap XY2 adalah .... a. 0,025 M/det b. 0,05 M/det c. 0,1 M/det d. 0.01 M/det e. 0,5 M/det
13. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat bila suhu dinaikkan 10oC. Pada suhu kamar (25oC) reaksi dapat berlangsung dengan laju 0,01 M/det. Maka laju reaksinya bila dilakukan pada suhu 65oC adalah .... a. 0,4 M/det b. 0,6 M/det c. 0,8 M/det d. 0,16 M/det e. 0,32 M/det
14. Suatu reaksi akan menjadi 2 kali lebih cepat bila suhu dinaikkan 10ºC. Pada suhu 30ºC reaksi berlangsung 10 menit, maka pada suhu 50ºC reaksi berlangsung… a. 30 menit d. 5 menit b. 20 menit e. 2,5 menit c. 10 menit
15. Tumbukan antar molekul di dalam suatu reaksi kimia... a. Tidak selalu menghasilkan reaksi kimia b. Berkurang dngan naiknya suhu c. Berkurang dengan memperkecilpartikel pereaksi d. Berkurang dengan penambahan konsentrasi e. Selalu menyebabkan terjadinya reaksi kimia
79
16. Tumbukan dengan energi kecil yang menghasilkan reaksi dinamakan... a. Tumbukan lenting sempurna b. Tumbukan lenting sebagian c. Tumbukan tidak lenting d. Tumbukan efektif e. Tumbukan produktif
17. Energi minimum yang digunakan untuk memulai reaksi disebut... a. Energi pereaksi d. Energi kimia b. Energi produk reaksi e. Energi katalisasi c. Enegi pengaktifan
18. Dari proses di bawah ini yang akan mengubah energi pengaktifan adalah... a. Memperbesar luas permukaan zat pereaksi b. Menambah konsentrasi zat pereaksi c. Manambah katalis d. Menurunkan suhu e. Menurunkan tekanan
19. Penambahan katalisator akan mempercepat laju reaksi. hal itu disebabkan oleh... a. Konsentrasi zat bertambah b. Energi pengaktifan berkurang c. Energi pengaktifan bertambah d. Energi kinetik pereaksi berkurang e. Energi kinetik pereaksi bertambah
20. Berikut pernyataan yang tepat terhadap katalis jika ditambahkan dalam suatu reaksi adalah .... a. Tidak ikut bereaksi dalam proses reaksi b. Habis bereaksi dengan pereaksi c. Ikut bereaksi tetapi tidak diperoleh kembali pada akhir reaksi d. Ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi e. Tidak ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi
21. E ..........................
Yang menggambarkan energi pengaktifan dengan katalisator adalah .... a. P + Q
80
b. P c. P + R d. R e. R + S
22. Laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan sentuhan pereaksi. Semakin besar luas permukaan semakin cepat reaksi berlangsung karena semakin .... a. Besar energi pengaktifannya b. Kecil energi pengaktifannya c. Besar energi kinetiknya d. Besar konsentrasinya e. Mudah terjadi tumbukan
23. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, sebab kenaikan suhu akan memperbesar... a. Energi kinetik molekul pereaksi b. Tekanan molekul pereaksi c. Energi pengaktifan zat yang bereaksi d. Konsentrasi zat yang bereaksi e. Luas permukaan zat yang bereaksi
24. Pernyataan berikut berkaitan dengan teori tumbukan. Pernyataan yang tidak benar adalah .... a. Semakin besar konsentrasi, semkain besar kemungkinan terjadinya
tumbukan efektif b. Semakin tinggi suhu, maka energi aktivasi suatu reaksi menjadi lebih
tinggi c. Semakin luas permukaan zat padat, maka semakin besar kemungkinan
terjadinya tumbukan d. Katalis mengubah tahap-tahap reaksi menjadi reaksi yang energi
aktivasinya rendah e. Pada pemanasan, energi kinetik molekul-molekul menjadi tinggi sehingga
tumbukan efektif semakin lebih banyak 25. Orde reaksi menyatakan ....
a. Besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi b. Besarnya pengaruh suhu pereaksi pada laju reaksi c. Besarnya pengaruh volume pereaksi pada laju reaksi d. Besarnya pengaruh luas permukaan pereaksi pada laju reaksi e. Besarnya pengaruh katalis pada laju reaksi
26. Laju reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasi pereaksi. Pernyataan tersebut merupakan definisi dari .... a. Orde negatif b. Orde nol
81
c. Orde satu d. Orde dua e. Orde tiga
27. Pada reaksi 2A + B A2B diketahui bahwa reaksi berorde nol terhadap B.
Hubungan laju reaksi awal zat B itu diperlihatkan oleh grafik ....
a. v
[B]
b. v
[B]
c. v
[B]
d. v
[B]
e. v
[B]
28. Suatu reaksi mempunyai tetapan laju reaksi (k) dengan satuan mol-1 dan s-1. Reaksi tersebut merupakan orde reaksi tingkat .... a. 0 b. 1 c. 2 d. 3 e. 4
29. Diketahui data eksperimen dari reaksi : 2H2 + 2NO → 2H2O + N2 Adalah sebagai berikut :
H2 (M) NO (M) Laju (M/s)
82
0,1 0,2 20 0,5 0,2 100 0,1 0,4 80
Orde terhadap NO adalah …. a. 0 b. ½ c. 1 d. 3/2 e. 2
30. Dari reaksi : CHCl3 + Cl2 → CCl4 + HCl Diketahui data sebagai berikut : CHCl3 (M) Cl2 (M) Laju (M/s)
0,4 0,2 10 0,8 0,2 20 0,8 0,8 40
Orde terhadap CHCl3 adalah…. a. 1 d. 0 b. 3/2 e. 3 c. 2
31. Data reaksi : A + B → AB Adalah sebagai berikut :
A (M) B (M) Laju (M/s) 0,1 0,1 4 0,2 0,1 16 0,1 0,3 12
Orde reaksi terhadap A adalah …. a.½ b. 1/3 c. 1 d. 2 e. 0
32. Dari reaksi : H2 + I2 → 2HI Diperoleh data sebagai berikut :
Maka rumus untuk laju reaksinya adalah …. a. v = k [H]2 [I]2 b. v = k [H2]
2 [I]2
83
c. v = k [H]2 [I2]2
d. v = k [H2]2 [I2]
2 e. v = k 2[H2]
2 [I2]2
33. Suatu reaksi X + Y → hasil reaksi, persamaan laju reaksinya V = k[X][Y]2. Bila pada suhu tetap konsentrasi X dan Y masing-masing dinaikan dua kali dari semula, laju reaksinya adalah…. a. Tidak berubah d. 6 kali lebih besar b. 2 kali lebih besar e. 8 kali lebih besar c. 4 kali lebih besar
34. Suatu reaksi memiliki data sebagai berikut. Pereaksi = A dan B, orede reaksi terhadap A = 1, orde total = 3/2. Persamaan laju reaksinya adalah …. a. v = k[A][B]3/2 d. v = k[A]3/2[B] b. v = k[A][B]1/2 e. v = k[A][B] c. v = k[A]1/2[B]
35. Dari reaksi : A + B + C → zat hasil Diperoleh data sebagai berikut : A (M) B (M) C (M) Laju (M/s)0,01 0,03 0,04 0,0048 0,02 0,03 0,04 0,0096 0,01 0,06 0,04 0,0096 0,01 0,06 0,08 0,0384
Maka rumus untuk laju reaksinya adalah …. a. v = k [A] [B] [C] b. v = k [A]2 [B] [C] c. v = k [A]2 [B]2 [C] d. v = k [A]2 [B]2 [C]2 e. v = k [A] [B] [C]2
84
Kunci Jawaban Instrumen Penelitian
1. E 11. D 21. C 31. D
2. E 12. A 22. E 32. D
3. C 13. D 23. A 33. E
4. C 14. E 24. B 34. B
5. C 15. A 25. A 35. E
6. B 16. D 26. C
7. C 17. C 27. E
8. B 18. C 28. A
9. D 19. B 29. E
10. C 20. E 30. A
LAMPIRAN 3
SKOR DATA DIBOBOT
=================
Jumlah Subyek = 30
Butir soal = 35
Bobot utk jwban benar = 1
Bobot utk jwban salah = 0
Keterangan: data terurut berdasarkan skor (tinggi ke rendah)
Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA
No Urt No Subyek Kode/Nama Benar Salah Kosong Skr Asli Skr Bobot
Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.
KUALITAS PENGECOH
=================
Jumlah Subyek= 30
Butir Soal= 35
Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA
No Butir Baru No Butir Asli a b c d e *
1 1 5--- 0-- 3+ 0-- 22** 0
2 2 1+ 3-- 2+ 0-- 24** 0
3 3 2--- 0-- 28** 0-- 0-- 0
4 4 0-- 0-- 27** 1+ 2--- 0
5 5 1+ 3-- 24** 2+ 0-- 0
6 6 0-- 19** 5-- 0-- 6--- 0
7 7 6-- 4++ 17** 3++ 0-- 0
8 8 1++ 26** 1++ 2-- 0-- 0
9 9 1- 2+ 9--- 18** 0-- 0
10 10 1- 9--- 17** 3++ 0-- 0
11 11 0-- 4--- 0-- 25** 1++ 0
12 12 24** 3-- 3-- 0-- 0-- 0
13 13 0-- 3++ 4+ 18** 5- 0
14 14 2--- 1+ 0-- 0-- 27** 0
15 15 24** 0-- 5--- 1+ 0-- 0
16 16 3++ 1- 6--- 19** 1- 0
17 17 0-- 0-- 28** 0-- 2--- 0
18 18 0-- 6--- 23** 1+ 0-- 0
19 19 1++ 26** 0-- 2-- 1++ 0
20 20 6+ 1-- 9--- 1-- 13** 0
21 21 1-- 27--- 1** 0-- 1-- 0
22 22 4--- 3- 0-- 0-- 23** 0
23 23 24** 6--- 0-- 0-- 0-- 0
24 24 3+ 21** 0-- 3+ 3+ 0
25 25 26** 0-- 3--- 1++ 0-- 0
26 26 0-- 5--- 23** 0-- 2++ 0
27 27 3-- 0-- 1+ 2+ 24** 0
28 28 14** 6+ 8-- 0-- 2- 0
29 29 2++ 0-- 4--- 1+ 23** 0
30 30 23** 0-- 2++ 2++ 3- 0
31 31 0-- 0-- 7--- 22** 1- 0
32 32 0-- 1- 3++ 19** 7--- 0
33 33 0-- 0-- 0-- 2--- 28** 0
34 34 0-- 27** 2--- 0-- 1+ 0
35 35 0-- 0-- 2--- 1+ 27** 0
Keterangan:
** : Kunci Jawaban
++ : Sangat Baik
+ : Baik
- : Kurang Baik
-- : Buruk
---: Sangat Buruk
REKAP ANALISIS BUTIR
=====================
Rata2= 25.80
Simpang Baku= 5.17
KorelasiXY= 0.83
Reliabilitas Tes= 0.91
Butir Soal= 35
Jumlah Subyek= 30
Nama berkas: I:\PRINT-FINAL\VALIDASI-1.ANA
Btr Baru Btr Asli D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi
1 1 -25.00 Mudah -0.202 -
2 2 37.50 Mudah 0.571 Sangat Signifikan
3 3 25.00 Sangat Mudah 0.358 Signifikan
4 4 25.00 Sangat Mudah 0.359 Signifikan
5 5 62.50 Mudah 0.620 Sangat Signifikan
6 6 37.50 Sedang 0.201 -
7 7 50.00 Sedang 0.296 -
8 8 37.50 Sangat Mudah 0.293 -
9 9 87.50 Sedang 0.584 Sangat Signifikan
10 10 50.00 Sedang 0.349 Signifikan
11 11 37.50 Mudah 0.634 Sangat Signifikan
12 12 25.00 Mudah 0.275 -
13 13 12.50 Sedang 0.075 -
14 14 25.00 Sangat Mudah 0.533 Sangat Signifikan
15 15 37.50 Mudah 0.308 Signifikan
16 16 50.00 Sedang 0.229 -
17 17 12.50 Sangat Mudah 0.305 Signifikan
18 18 37.50 Mudah 0.552 Sangat Signifikan
19 19 12.50 Sangat Mudah 0.255 -
20 20 37.50 Sedang 0.339 Signifikan
21 21 -12.50 Sangat Sukar -0.175 -
22 22 62.50 Mudah 0.738 Sangat Signifikan
23 23 50.00 Mudah 0.685 Sangat Signifikan
24 24 37.50 Sedang 0.260 -
25 25 25.00 Sangat Mudah 0.467 Sangat Signifikan
26 26 37.50 Mudah 0.428 Sangat Signifikan
27 27 50.00 Mudah 0.718 Sangat Signifikan
28 28 12.50 Sedang 0.155 -
29 29 25.00 Mudah 0.381 Signifikan
30 30 75.00 Mudah 0.661 Sangat Signifikan
31 31 50.00 Mudah 0.392 Signifikan
32 32 12.50 Sedang 0.011 -
33 33 25.00 Sangat Mudah 0.463 Sangat Signifikan
34 34 37.50 Sangat Mudah 0.621 Sangat Signifikan
35 35 12.50 Sangat Mudah 0.184 -
98
SOAL TES HASIL BELAJAR Nama : Sekolah : Kelas : Materi : Laju Reaksi Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini yang paling tepat! 1. Laju reaksi 4NH3 + 5O2 4NO + 6H2O dapat dinyatakan sebagai ….
a. Laju bertambahnya konsentrasi NH3 tiap satu satuan waktu b. Laju berkurangnya konsentrasi H2O tiap satu satuan waktu c. Laju bertambahnya konsentrasi O2 tiap satu satuan waktu d. Laju berkurangnya tekanan sistem tiap satu satuan waktu e. Laju bertambahnya konsentrasi NO tiap satu satuan waktu
2. Jika reaksi kimia : P(g) + Q(g) → R(g) + S(g)
Berdasarkan reaksi di atas, maka rumus laju reaksinya adalah sebagai berikut, kecuali…
a. v = -Δt
[P]Δ d. v = +
Δt
[S]Δ
b. v = -Δt
[Q]Δ e. v = +
Δt
[R]Δ
c. v = -Δt
[R]Δ
3. Laju reaksi dari suatu reaksi dinotasikan sebagai berikut.
v = -Δt
[A]Δ, v = -
Δt
[B]Δ, v = +
Δt
[C]Δ, v = +
Δt
[D]Δ
Dari sederetan notasi di atas, reaksi yang sesuai adalah… a. C(g) + D(g) → A(g) + B(g) d. C(g) + B(g) → A(g) + D(g) b. A(g) + C(g) → B(g) + D(g) e. B(g) + D(g) → A(g) + C(g) c. A(g) + B(g) → C(g) + D(g)
4. Faktor-faktor di bawah ini yang mempengaruhi laju reaksi, kecuali... a. Suhu b. Luas permukaan c. Konsentrasi hasil reaksi d. Konsentrasi pereaksi e. Katalisator
5. Data hasil percobaan untuk A + B C Data Masa/bentuk A Konsentrasi Waktu Suhu
1 5 gram serbuk 0,1 mol.L-1 2 detik 25oC
LAMPIRAN 5
99
2 5 gram larutan 0,1 mol.L-1 3 detik 25oC
3 5 gram padat 0,1 mol.L-1 5 detik 25oC
4 5 gram larutan 0,2 mol.L-1 1,5 detik 25oC
5 5 gram larutan 0,1 mol.L-1 1,5 detik 25oC
Pada data percobaan 1 dan 3, laju reaksi dipengaruhi oleh faktor .... a. Konsentrasi b. Sifat-sifat c. Suhu d. Luas permukaan e. Katalis
6. Pereaksi berbentuk serbuk lebih cepat bereaksi daripada berbentuk kepingan, hal ini disebabkan bentuk serbuk .... a. Dapat menurunkan energi aktivasi b. Mempunyai luas permukaan yang lebih kecil c. Mempunyai luas permukaan yang lebih besar d. Lebih padat e. Lebih aktif bergerak
7. Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 25oC sangat sukar terjadi meskipun dilakukan dengan cara pemanasan, bahkan sampai mencair dan mendidih. Tetapi bila dicampur sedikit serbuk MnO2 penguraian berlangsung lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh …. a. Suhu d. Katalis b. Konsentrasi e. Jumlah partikel zat c. Luas permukaan
8. Suatu reaksi akan menjadi 2 kali lebih cepat bila suhu dinaikkan 10ºC. Pada suhu 30ºC reaksi berlangsung 10 menit, maka pada suhu 50ºC reaksi berlangsung…
a. 30 menit d. 5 menit b. 20 menit e. 2,5 menit c. 10 menit
9. Tumbukan antar molekul di dalam suatu reaksi kimia... a. Tidak selalu menghasilkan reaksi kimia b. Berkurang dngan naiknya suhu c. Berkurang dengan memperkecilpartikel pereaksi d. Berkurang dengan penambahan konsentrasi e. Selalu menyebabkan terjadinya reaksi kimia
10. Energi minimum yang digunakan untuk memulai reaksi disebut... a. Energi pereaksi d. Energi kimia
100
b. Energi produk reaksi e. Energi katalisasi c. Enegi pengaktifan
11. Dari proses di bawah ini yang akan mengubah energi pengaktifan adalah... a. Memperbesar luas permukaan zat pereaksi b. Menambah konsentrasi zat pereaksi c. Manambah katalis d. Menurunkan suhu e. Menurunkan tekanan
12. Berikut pernyataan yang tepat terhadap katalis jika ditambahkan dalam suatu reaksi adalah .... a. Tidak ikut bereaksi dalam proses reaksi b. Habis bereaksi dengan pereaksi c. Ikut bereaksi tetapi tidak diperoleh kembali pada akhir reaksi d. Ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi e. Tidak ikut bereaksi dan dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi
13. Laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan sentuhan pereaksi. Semakin besar luas permukaan semakin cepat reaksi berlangsung karena semakin .... a. Besar energi pengaktifannya b. Kecil energi pengaktifannya c. Besar energi kinetiknya d. Besar konsentrasinya e. Mudah terjadi tumbukan
14. Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, sebab kenaikan suhu akan memperbesar... a. Energi kinetik molekul pereaksi b. Tekanan molekul pereaksi c. Energi pengaktifan zat yang bereaksi d. Konsentrasi zat yang bereaksi e. Luas permukaan zat yang bereaksi
15. Orde reaksi menyatakan .... a. Besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi b. Besarnya pengaruh suhu pereaksi pada laju reaksi c. Besarnya pengaruh volume pereaksi pada laju reaksi d. Besarnya pengaruh luas permukaan pereaksi pada laju reaksi e. Besarnya pengaruh katalis pada laju reaksi
16. Laju reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasi pereaksi. Pernyataan tersebut merupakan definisi dari .... a. Orde negatif b. Orde nol c. Orde satu d. Orde dua
101
e. Orde tiga 17. Pada reaksi 2A + B A2B diketahui bahwa reaksi berorde nol terhadap B.
Hubungan laju reaksi awal zat B itu diperlihatkan oleh grafik ....
a. v
[B]
b. v
[B]
c. v
[B]
d. v
[B]
e. v
[B]
18. Diketahui data eksperimen dari reaksi : 2H2 + 2NO → 2H2O + N2 Adalah sebagai berikut :
H2 (M) NO (M) Laju (M/s) 0,1 0,2 20 0,5 0,2 100 0,1 0,4 80
Orde terhadap NO adalah …. a. 0 b. ½ c. 1 d. 3/2 e. 2
19. Dari reaksi :
102
CHCl3 + Cl2 → CCl4 + HCl Diketahui data sebagai berikut : CHCl3 (M) Cl2 (M) Laju (M/s)
0,4 0,2 10 0,8 0,2 20 0,8 0,8 40
Orde terhadap CHCl3 adalah…. a. 1 d. 0 b. 3/2 e. 3 c. 2
20. Data reaksi : A + B → AB Adalah sebagai berikut :
A (M) B (M) Laju (M/s) 0,1 0,1 4 0,2 0,1 16 0,1 0,3 12
Orde reaksi terhadap A adalah …. a.½ b. 1/3 c. 1 d. 2 e. 0
21. Suatu reaksi X + Y → hasil reaksi, persamaan laju reaksinya V = k[X][Y]2. Bila pada suhu tetap konsentrasi X dan Y masing-masing dinaikan dua kali dari semula, laju reaksinya adalah…. a. Tidak berubah d. 6 kali lebih besar b. 2 kali lebih besar e. 8 kali lebih besar c. 4 kali lebih besar
22. Suatu reaksi memiliki data sebagai berikut. Pereaksi = A dan B, orede reaksi terhadap A = 1, orde total = 3/2. Persamaan laju reaksinya adalah …. a. v = k[A][B]3/2 d. v = k[A]3/2[B] b. v = k[A][B]1/2 e. v = k[A][B] c. v = k[A]1/2[B]
103
Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar
1. E 11. C 21. E
2. C 12. E 22. B
3. C 13. E
4. C 14. A
5. D 15. A
6. C 16. C
7. D 17. E
8. E 18. E
9. A 19. A
10. C 20. D
LAMPIRAN 6
104
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
:
:
:
SMA Nusa Putra
Kimia
XI/1
Pertemuan Ke- : 1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Standar
Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
Dasar
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu
laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator : 1. Menjelaskan pengertian laju reaksi.
2. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
4. Menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Tujuan
Pembelajaran
: 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian laju reaksi.
2. Siswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
3. Siswa dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
4. Siswa dapat menghitung perubahan laju reaksi berdasarkan faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
I. Materi Ajar : 1. Pengertian Laju Reaksi
Laju reaksi didefinisikan sebagai laju pengurangan konsentrasi molar salah satu
pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar salah satu produk (hasil reaksi)
dalam satu satuan waktu. Laju reaksi dirumuskan sebagai berikut:
Atau
LAMPIRAN 7
105
Dengan:
R = pereaksi (reaktan)
P = produk (hasil reaksi)
v = laju reaksi
t = waktu reaksi
∆[R] = perubahan konsentrasi molar pereaksi
∆[P] = perubahan konsentrasi molar produk (hasil reaksi)
2. Faktor –faktor yang mempengaruhi laju reaksi
a. Konsentrasi
b. Luas permukaan
c. Suhu
d. Katalis
II. Model
Pembelajaran
: Kooperatif Jigsaw
III. Metode
Pembelajaran
: Diskusi,
IV. Kegiatan
Pembelajaran
: A. Kegiatan Awal (25 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Orientasi Guru mengkondisikan
siswa untuk belajar.
Siswa
mengkondisikan
diri untuk belajar.
Motivasi Guru memberikan
motivasi belajar
kepada siswa.
Siswa
memperhatikan
guru.
Kuis sebelum
pembelajaran
Guru memberikan soal
kuis kepada siswa.
Siswa mengerjakan
kuis.
106
Menjelaskan
Model
Kooperatif
Jigsaw
Guru menjelaskan
metode pembelajaran
jigsaw serta
menyampaikan SK
dan KD.
Siswa
mendengarkan
guru.
Materi
Pengantar
Guru memberikan
penjelasan secara
umum tentang laju
reaksi.
Siswa
mendengarkan
guru.
B. Kegiatan Inti (50 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Membentuk
kelompok
Guru membagi siswa
ke dalam beberapa
kelompok kecil,
terdiri dari 4 orang
yang heterogen.
Siswa berkumpul
sesuai kelompoknya.
Pemberian
lembar materi
Guru memberikan
empat lembar pokok
materi yg berbeda ke
setiap siswa pada
setiap kelompok.
Siswa 1: Pengertian
laju reaksi reaktan A,
faktor konsentrasi
dan contoh sederhana
perhitungannya.
Siswa 2: Pengertian
laju reaksi reaktan B,
faktor luas
permukaan dan
contoh sederhana
Siswa menerima
materi yang diberikan.
107
perhitungannya.
Siswa 3: Pengertian
laju reaksi produk C,
faktor suhu dan
contoh sederhana
perhitungannya.
Siswa 4: Pengertian
laju reaksi produk D,
faktor katalis dan
contoh sederhana
perhitungannya.
Membaca
materi
Guru meminta siswa
membaca dan
memahami sepintas
materi yg dibagikan
kepada setiap siswa.
Siswa membaca
materi yang diberikan.
Tahap diskusi
kelompok ahli
Guru meminta siswa
yang mendapatkan
materi yang sama
untuk berkumpul
membentuk tim ahli
dan mendiskusikan
materi yang mereka
dapatkan.
Siswa berkumpul dan
mendiskusikan materi
yang mereka
dapatkan.
Tahap
penularan
meteri
Guru meminta siswa
pada kelompok ahli
untuk kembali ke
kelompok awal dan
menjelaskan materi
kepada setiap
anggota kelompok.
Siswa kembali ke
kelompok awal dan
menjelaskan materi ke
setiap anggota
kelompok.
C. Kegiatan Akhir (15 menit):
108
Kegiatan Guru Siswa
Menyimpulkan
Guru meminta
perwakilan setiap
kelompok untuk
memberikan
kesimpulan.
Siswa
menyimpulkan
materi.
Kuis setelah
pembelajaran
Guru memberikan
soal kuis individu.
Siswa mengerjakan
kuis.
V. Sumber
Belajar
:
Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya
Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira
Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
VI. Media
Belajar
: Papan tulis, spidol.
VII. Penilaian : Keaktifan siswa dan Hasil kuis
Mengetahui, Jakarta, November 2010
Guru Bidang Studi Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
109
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
:
:
:
SMA
Kimia
XI/1
Pertemuan Ke- : 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Standar
Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
Dasar
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu
laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator : 1. Menjelaskan teori tumbukan.
2. Menjelaskan pengaruh katalis dan energi aktifasi terhadap laju reaksi.
3. Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis terhadap
laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.
Tujuan
Pembelajaran
: 1. Siswa dapat menjelaskan teori tumbukan.
2. Siswa dapat menjelaskan pengaruh katalis dan energi aktifasi terhadap laju
reaksi.
3. Siswa dapat menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan
katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan dari percobaan.
I. Materi Ajar : Teori Tumbukan dan Energi Aktivasi
Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel zat yang
bereaksi. Namun tidak semua tumbukan antarmolekul pereaksi akan
menghasilkan zat hasil reaksi. Hanya tumbukan efektif yang akan menghasilkan
zat hasil reaksi. Keefektifan suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan
energi kinetik yang dimilikinya.
Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi pengaktifan)
yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar
tumbukan antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi.
Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan faktor-
110
faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia dapat dipercepat
dengan cara memperbesar harga energi kinetik molekul atau menurunkan harga
energi aktivasi.
1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Makin besar konsentrasi makin besar pula kemungkinan frekuensi tumbukan
terjadi,sehingga reaksi makin cepat.
2. Pengaruh luas permukaan
Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya
tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya.
3.Suhu
Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak
partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga
banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi
pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat.
4. Pengaruh katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi
terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan
jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar
reaksi dapat berlangsung.
Persamaan reaksinya:
Reaksi tanpa katalis A + B → AB Reaksi dengan katalis (sebagai katalis C) I. A + C → AC (cepat) II. AC + B→ AB + C (cepat) ______________________ + A + B → AB (cepat)
II. Model
Pembelajaran
: Kooperatif Jigsaw
III. Metode
Pembelajaran
Diskusi, Demonstrasi dengan media flash
IV. Kegiatan
Pembelajaran
: A. Kegiatan Awal (5 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Orientasi Guru mengkondisikan Siswa
111
siswa untuk belajar. mengkondisikan
diri untuk belajar.
Motivasi Guru memberikan
motivasi belajar
kepada siswa.
Siswa
memperhatikan
guru.
B. Kegiatan Inti (65 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Membentuk
kelompok
Guru meminta siswa
untuk berkumpul
membentuk sesuai
dengan kelompok
pada pertemuan yang
sebelumnya.
Siswa berkumpul
sesuai kelompoknya.
Pemberian
lembar materi
Guru memberikan
empat lembar pokok
materi yg berbeda ke
setiap siswa pada
setiap kelompok.
Siswa 1: Pengaruh
faktor konsentrasi
terhadap laju reaksi
berdasarkan teori
tumbukan.
Siswa 2: Pengaruh
faktor luas
permukaan terhadap
laju reaksi
berdasarkan teori
tumbukan.
Siswa 3: Pengaruh
faktor suhu terhadap
laju reaksi
Siswa menerima
materi yang diberikan.
112
berdasarkan teori
tumbukan.
Siswa 4: Pengaruh
faktor katalis
terhadap laju reaksi
berdasarkan teori
tumbukan.
Membaca
materi
Guru meminta siswa
membaca dan
memahami sepintas
materi yg dibagikan
kepada setiap siswa.
Siswa membaca
materi yang diberikan.
Tahap diskusi
kelompok ahli
dan
demonstrasi
dengan media
flash
- Guru meminta
siswa yang
mendapatkan materi
yang sama untuk
berkumpul
membentuk tim ahli
dan mendiskusikan
materi yang mereka
dapatkan.
- Guru
memperlihatkan
demonstrasi kepada
masing-masing
kelompok ahli.
- Siswa berkumpul
dan mendiskusikan
materi yang mereka
dapatkan.
-Siswa
memperhatikan
demonstrasi dari guru.
Tahap
penularan
meteri
Guru meminta siswa
pada kelompok ahli
untuk kembali ke
kelompok awal dan
menjelaskan materi
kepada setiap
anggota kelompok.
Siswa kembali ke
kelompok awal dan
menjelaskan materi ke
setiap anggota
kelompok.
113
C. Kegiatan Akhir (20 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Menyimpulkan
Guru meminta
perwakilan setiap
kelompok untuk
memberikan
kesimpulan.
Siswa
menyimpulkan
materi.
Kuis setelah
pembelajaran
Guru memberikan
soal kuis individu.
Siswa mengerjakan
kuis.
V. Sumber
Belajar
:
Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya
Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira
Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
VI. Media
Belajar
: Papan tulis, spidol, media flash.
VII. Penilaian : Keaktifan siswa dan Hasil kuis
Mengetahui, Jakarta, November 2010
Guru Bidang Studi Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
114
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
:
:
:
SMA Nusa Putra
Kimia
XI/1
Pertemuan Ke- : 3
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Standar
Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
Dasar
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu
laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Membedakan antara orde reaksi nol, satu, dan dua.
3. Menentukan orde reaksi berdasarkan data percobaan.
4. Membuat persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan.
Tujuan
Pembelajaran
: 5. Siswa menjelaskan pengertian orde reaksi.
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian orde reaksi.
2. Siswa dapat membedakan antara orde reaksi nol, satu, dan dua.
3. Siswa dapat membuat persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan.
I. Materi Ajar : Orde Reaksi
Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi.
a. Orde Nol
Jika orde suatu reaksi terhadap pereaksi tertentu adalah nol, hal ini berarti
bahwa konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Secara
sistematis, bilangan yang dipangkatkan nol selalu sama dengan satu, sehingga
laju reaksi suatu zat yang orde reaksinya nol (orde nol) adalah tetap pada
konsentrasi berapa pun dan nilainya sama dengan tetapan laju reaksi (k).
b. Orde Satu
Jika orde reaski suatu zat sama dengan satu, berarti penambahan konsentrasi
akan berbanding lurus(linier) dengan kenaikan laju reaksinya.
130
c. Orde Dua
Jika orde reaksi suatu zat sama dengan dua, berarti penambahan konsentrasi
akan meningkatkan laju reaksi, dimana laju reaksi sebanding dengan kuadrat
konsentrasi zat tersebut.
d. Persamaan Laju Reaksi
Persamaan laju reaksi menyatakan hubungan kuantitatif antara laju reaksi
dengan konsentrasi pereaksi. Bentuk persamaan laju reaksi adalah sebagai
berikut. Untuk reaksi:
mA + mB pC + Qd
Persamaan Laju:
k = tetapan laju reaksi
x = orde (tingkat atau pangkat) reaksi terhadap pereaksi A
y = orde (tingkat atau pangkat) reaksi terhadap pereaksi B
II. Metode
Pembelajaran
: Ekspositori (Ceramah, tanya jawab)
III. Kegiatan
Pembelajaran
: A. Kegiatan Awal (15 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Orientasi Guru mengkondisikan
siswa untuk belajar.
Siswa
mengkondisikan
diri untuk belajar.
Motivasi Guru memberikan
motivasi belajar
kepada siswa.
Siswa
memperhatikan
guru.
Kuis Guru memberikan
kuis tentang materi
sebelumnya.
Siswa mengerjakan
kuis.
B. Kegiatan Inti (60 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Menjelaskan
Materi
Guru menjelaskan
kepada siswa
Siswa mendengarkan
penjelasan guru.
131
tentang:
- Orde reaksi
- Perhitungan laju
reaksi
Memberikan
contoh soal
Guru memberikan
contoh soal kepada
siswa.
Siswa memperhatikan
guru dan mencatat
contoh soal.
Memberikan
kesempatan
bertanya
Guru memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
apabila ada materi
yang belum
dimengerti.
Siswa bertanya
kepada guru.
Memberikan
soal
Guru memberikan
soal latihan kepada
siswa.
Siswa mengerjakan
soal latihan
Membahas
soal
Guru meminta
beberapa siswa maju
ke dapan untuk
menuliskan jawaban
di papan tulis.
Siswa yang dipanggil
mengerjakan soal di
papan tulis.
C. Kegiatan Akhir (10 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Menyimpulkan
Guru mereview
semua materi dan
memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk
bertanya jika ada
yang belum
dipahami.
Siswa
mendengarkan dan
bertanya materi
yang belum
dimengerti
132
Pemberian Tugas
LKS
Guru memberikan
tugas rumah berupa
LKS.
Siswa menandai
tugas yang
diberikan guru.
Memberikan
Informasi
Guru memberikan
informasi ulangan
bab laju reaksi
minggu depan.
Siswa
mendengarkan
informasi guru.
IV. Sumber
Belajar
:
Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya
Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira
Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
V. Media
Belajar
: Papan tulis, spidol.
VI. Penilaian : Keaktifan siswa dan Hasil Kuis
Mengetahui, Jakarta, November 2010
Guru Bidang Studi Guru Praktikan Kimia
Mareta Dwi Satuti
125
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
:
:
:
SMA Nusa Putra
Kimia
XI/1
Pertemuan Ke- : 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Standar
Kompetensi
: 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi
Dasar
: 2.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu
laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator : 1. Menjelaskan teori tumbukan.
2. Menjelaskan pengaruh katalis dan energi aktifasi terhadap laju reaksi.
3. Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis terhadap
laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.
Tujuan
Pembelajaran
: 1. Siswa dapat menjelaskan teori tumbukan.
2. Siswa dapat menjelaskan pengaruh katalis dan energi aktifasi terhadap laju
reaksi.
3. Siswa dapat menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan
katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan dari percobaan.
I. Materi Ajar : Teori Tumbukan dan Energi Aktivasi
Reaksi kimia terjadi karena tumbukan antara partikel-partikel zat yang
bereaksi. Namun tidak semua tumbukan antarmolekul pereaksi akan
menghasilkan zat hasil reaksi. Hanya tumbukan efektif yang akan menghasilkan
zat hasil reaksi. Keefektifan suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan
energi kinetik yang dimilikinya.
Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi (energi pengaktifan)
yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar
tumbukan antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi.
Teori tumbukan dan energi aktivasi berguna untuk menjelaskan faktor-
126
faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Laju suatu reaksi kimia dapat dipercepat
dengan cara memperbesar harga energi kinetik molekul atau menurunkan harga
energi aktivasi.
1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Makin besar konsentrasi makin besar pula kemungkinan frekuensi tumbukan
terjadi,sehingga reaksi makin cepat.
2. Pengaruh luas permukaan
Makin luas permukaan sentuhan semakin banyak kemungkinan terjadinya
tumbukan antarpartikel pereaksi sehingga makin cepat reaksinya.
3.Suhu
Pada umumnya reaksi makin cepat bila suhu dinaikkan, makin tinggi cepat gerak
partikel-partikel pereaksi dan makin besar pula energi kinetiknya. Sehingga
banyak partikel-partikel pereaksi yang memiliki energi yang mencapai energi
pengaktifan akibatnya reaksi makin cepat.
4. Pengaruh katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi di mana pada akhir reaksi
terbentuk kembali dengan jumlah yang tetap. Katalis mempercepat reaksi dengan
jalan menurunkan energi aktivasi yaitu energi minimum yang harus dimiliki agar
reaksi dapat berlangsung.
Persamaan reaksinya:
Reaksi tanpa katalis A + B → AB Reaksi dengan katalis (sebagai katalis C) I. A + C → AC (cepat) II. AC + B→ AB + C (cepat) ______________________ + A + B → AB (cepat)
II. Metode
Pembelajaran
Ekspositori (ceramah, tanya jawab, demostrasi dengan media flash)
III. Kegiatan
Pembelajaran
: A. Kegiatan Awal (25 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Orientasi Guru mengkondisikan
siswa untuk belajar.
Siswa
mengkondisikan
diri untuk belajar.
127
Motivasi Guru memberikan
motivasi belajar
kepada siswa.
Siswa
memperhatikan
guru.
Koreksi LKS Guru meminta siswa
mengumpulkan LKS
dan mengoreksi
bersama-sama.
Siswa
mengumpulkan,
menukarkan, dan
mengoreksi LKS.
B. Kegiatan Inti (60 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Menjelaskan
Materi
Guru menjelaskan
kepada siswa
tentang:
- Teori tumbukan
- Energi Aktivasi
- Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju
reaksi
Siswa mendengarkan
penjelasan guru.
Demonstrasi
Media Flash
Guru
mendemostrasikan
faktor-faktor yang
mempengaruhi laju
reaksi melalui media
flash.
Siswa memperhatikan
media flash.
Menjelaskan
Media Flash
Guru meminta siswa
menjelaskan
demostrasi media
flash sebagai tugas
individu dikerjakan
di kertas selembar.
Siswa mengerjakan
tugas.
128
Mengumpulkan
tugas
Guru meminta siswa
mengumpulkan
tugas.
Siswa mengumpulkan
tugas
C. Kegiatan Akhir (5 menit):
Kegiatan Guru Siswa
Menyimpulkan
Guru meminta
perwakilan setiap
kelompok untuk
memberikan
kesimpulan.
Siswa
menyimpulkan
materi.
Pemberian tugas
LKS
Guru memberikan
tugas rumah berupa
LKS.
Siswa menandai
tugas yang
diberikan guru.
IV. Sumber
Belajar
:
Buku Sains Kimia 1 SMA/MA Bumi Aksara
Buku Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas XI Yrama Widya
Buku Chemistry For Senior High School Kelas XI Yudistira
Buku Kimia untuk SMA Kelas XI Phibeta
V. Media
Belajar
: Papan tulis, spidol, media flash
VI. Penilaian : Keaktifan siswa dan Tugas individu