1 PENGARUH MOBILE LEARNING BERBASIS ANDROID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP DINAMIKA PARTIKEL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh DESTIA KUSYAERI NIM 1112016300047 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
250
Embed
PENGARUH MOBILE LEARNING BERBASIS ANDROID TERHADAP …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENGARUH MOBILE LEARNING BERBASIS ANDROID TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP DINAMIKA PARTIKEL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
DESTIA KUSYAERI
NIM 1112016300047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
DESTIA KUSYAERI (1112016300047), Pengaruh Mobile Learning Berbasis
Android Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Dinamika Partikel. Skripsi
Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mobile learning berbasis Android
terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep dinamika partikel. Penelitian ini
dilaksanakan di SMAN 13 Kabupaten Tangerang pada bulan Oktober sampai
November 2016. Sampel diambil secara purposive sampling yang terdiri dari kelas X
MIPA 1 (kelas kontrol) dan kelas X MIPA 2 (kelas eksperimen). Jumlah siswa kedua
kelas sama yaitu 46 siswa, total sampel 96 siswa. Hasil pengujian hipotesis dengan uji-
t pada 𝛼 = 0,05 diperoleh nilai probabilitas 0,000 kesimpulan yang didapat adalah H0
ditolak. Mobile learning berbasis Android berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Persentase jenjang kognitif siswa kelas eskperimen meningkat lebih besar
dibandingkan kelas kontrol. Siswa tertarik mengikuti pembelajaran dengan mobile
learning berbasis Android(70%).
Kata kunci: Mobile Learning, Android, Hasil Belajar
v
ABSTRACT
DESTIA KUSYAERI (1112016300047), The Effect of Android Mobile Learning
Based on student’s learning outcomes at Particle Dynamics Concept. Undergraduate
Thesis Physics Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Training, Syarif
Hidayatullah State Islamic University
This reasearch is aiming to determine the effect of android mobile learning based on
students learning outcomes at particle dynamics concept. This research was conducted
at SMAN 13 Tangerang District on October to November 2016. Sample was taken by
purposive sampling consist of X MIPA 1 (control class) and X MIPA 2(experimental
class). Each class has 46 students, which sample total is 96 students. Hypothesis testing
result by t-test on 𝛼 = 0,05 has the probabilty value 0,000, this result make a
conclusion that H0 is rejected. Mobile learning android based has the effect on students
learning outcomes. Persentage cognitive state experimental class higher than control
class. Students were interested to follow the lesson by mobile learning android based
(70%)
Key word: Mobile Learning, Android, Learning Outcomes.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa
berada dalam lindungan Allah SWT. Atas ridho-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Mobile Learning Berbasis Android
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Dinamika Partikel”.
Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih
tersebut disampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dwi Nanto, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dwi Nanto, Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
waktu, arahan, dan saran untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi
ini.
4. Ibu Diah Mulhayatiah, M. Pd., dosen yang telah memberikan waktu, arahan, dan
saran untuk membimbing penulis selama perkuliahan.
5. Seluruh dosen, staff, dam karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya program studi pendidikan fisika yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.
6. Bapak Drs. H. Endang Suparman, MM., selaku kepala SMAN 13 Kabupaten
Tangerang.
vii
7. Ibu Dewi Handayani, S. Pd., selaku guru bidang studi fisika SMAN 13 Kabupaten
Tangerang yang telah memberikan izin penelitian dan membimbing selama
penelitian berlangsung.
8. Dewan guru, staff, karyawan, dan siswa-siswa SMAN 13 Kabupaten Tangerang
khususnya X MIPA 1 dan X MIPA II yang telah memberikan bantuan selama
penelitian berlangsung.
9. Keluarga tercinta Bapak H. Kuswita, Ibunda Hj. Titin Martini, kakak-kakak
tersayang, serta semua keluarga yang selalu mendoakan dan mendorong penulis
untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita. Skripsi ini saya
persembahkan untuk Bapak dan Ibu.
10. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Fisika angkatan 2012 beserta kakak-
kakak tingkat pendidikan Fisika yang telah memberikan inspirasi dan motivasi.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih bayak
kekurangan. Sehingga, demi kesempurnaan penulisan selanjutnya, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata
penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini sehingga apa yang telah dihasilkan dapat bermanfaat dan
berguna bagi kita semua.
Jakarta, 16 Agustus 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 3
C. Batasan Masalah ............................................................................... 3
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
Fisika merupakan bagian dari sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Sains adalah ilmu yang mempelajari tentang alam dan gejalanya.1 Karekteristik
fisika yaitu pemahaman yang memerlukan pengetahuan, keterampilan abstraksi
yang memproses materi terkait, dan penalaran teoritisnya.2 Pernyataan tersebut
menyatakan bahwa fisika membutuhkan tingkat pemahaman tinggi dan bersifat
matematis. Salah satu konsep yang memerlukan tingkat pemahaman konsep yang
tinggi dan bersifat matematis ialah dinamika partikel. Dinamika partikel merupakan
konsep yang menjelaskan hubungan antara gaya dan gerak.3 Dapat disimpulkan
bahwa mempelajari konsep dinamika partikel dibutuhkan tingkat visualisasi yang
tinggi untuk menjelaskan teori-teori pada konsep tersebut.
Cara meningkatkan visualisasi yang dibutuhkan yaitu dengan cara
memanfaatkan kemajuan teknologi, didukung hampir setiap siswa memiliki
handphone terutama smartphone berbasis android perlu diterapkan media
pembelajaran berupa aplikasi android untuk menunjang proses pembelajaran di
kelas.4 Pernyataan tersebut mendukung bahwa pembelajaran menggunakan aplikasi
android dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan visualisasi siswa.
Hasil wawancara guru dan siswa di SMAN 13 Kabupaten Tangerang pada
tanggal 6 September 2016, yaitu data lapangan menunjukkan hampir 98% siswa
SMAN 13 kabupaten Tangerang memiliki smartphone berbasis Android, media
yang digunakan dalam pembelajaran adalah papan tulis dan sesekali proyektor
1 Depdiknas, Kurikulum 2004: Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika, Sekolah
Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, (Jakarta: Depdiknas, 2003). 2 Muhammad Qomarullah Zaman, Sukirman, dan Nurussa’adah, “Pengembangan
Multimedia Pembelajaran Interaktif Menggunakan Macromedia Flash Professional Pada Mata
Pelajaran Fisika”, Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studie, 2012,
h.2 3 Dougles C. Giancoli, FISIKA DASAR Edisi Kelima, (Jakarta: Erlangga,2001), h. 90 4 Prasetyo Adhi Nurcahyo, “Pengaruh Media Pembelajaran Aplikasi Android Terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelistrikan Mesin dan Konservasi Energi”, Jurnal Pendidikan Vokasional
Teknik Mesin, Vol.4, 2016, h.338-344
dikarenakan tidak semua kelas memiliki proyektor. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kurangnya sarana dan prasarana di sekolah tersebut.5 Media pembelajaran
yang tidak memadai membuat peneliti berinisiatif memilih media pembelajaran
alternatif yaitu mobile learning berbasis Android.
Mobile Learning diantaranya memiliki 3 kelebihan yaitu memudahkan
dalam mobilitas teknologi, meningkatkan keinginan siswa untuk belajar, dan
meningkatkan mobilitas dalam proses pembelajaran pada aspek informasi dan
evaluasi.6 Siswa akan lebih mudah mengakses pelajaran dimana pun dan kapan pun,
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Ali Alfian dan Rudy Kustijono
bahwa media yang dikembangkan praktis, ditinjau dari siswa dapat
mengoperasikan secara mandiri dan lancar meski proses transfer file lambat.7
Sesuai data lapangan, memunculkan ide untuk menciptakan media
pembelajaran yang praktis di SMAN 13 kabupaten Tangerang, dengan menciptakan
media pembelajaran mobile learning berbasis Android, yang untuk saat ini adalah
pilihan tepat bagi siswa untuk lebih memanfaatkan smartphone, sehingga mampu
meningkatkan pemahaman konsep fisika, dan tidak dipungkiri akan membantu guru
dalam mengajar.
Perkembangan zaman menuntut tersedianya media pembelajaran yang
berhubungan dengan teknologi, hal tersebut mendukung munculnya inovasi media
pembelajaran berbasis Android berisi materi pembelajaran yang menarik dan dapat
dipelajari secara mandiri, praktis, dan mudah diakses secara online, serta dapat
dipelajari di manapun dan kapanpun.8 Peran guru menciptakan media pembelajaran
yang praktis dan akan lebih baik jika dapat digunakan secara offline, sangat
membantu dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah. Cara awal untuk
5 Wawancara dengan Dewi Handayani, S.Pd, tanggal 6 September 2016, di SMAN 13
Kabupaten Tangerang 6 Mohamed Osman M. El-Hussein dan Johannes C. Cronje, Defining Mobile Learning in
the Higher Education Landscape, Educational Technology & Society, 2010, h. 12 7M. Ali Alfian dan Rudy Kustijono, “Pengembangan Software Fisika Berbasis Android
sebagai Media Belajar Listrik Dinamis”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2015, Vol. 04, h.181-
184 8 Yulianto Agung Rezeki, “Pengembangan Mobile Pocket Book Sebagai Media
Pembelajaran Berbasis Android Menggunakan Adobe Flash Profesional CS5.5 Pada Materi
Momentum dan Impuls SMA Kelas XI”, Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2014, h. 2
mengenalkan media pembelajaran yang praktis ini dengan menggunakan mobile
learning berbasis Android. Banyak muncul teknologi informasi dan komunikasi
memasuki ranah pendidikan yang memaksa praktisi untuk memikirkan kembali
bagaimana baru ini dapat bijaksana diterapkan untuk meningkatkan proses
pembelajaran secara keseluruhan.9
Pembaharuan dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas belajar, untuk
meningkatkan kemudahan dalam memahami materi yang diberikan, memberikan
inovasi pengembangan media pembelajaran, seorang guru dituntut untuk membuat
pembelajaran yang lebih inovativ dan efektif agar dapat memotivasi siswa untuk
belajar secara optimal, juga memudahkan dalam memahami konsep dengan baik.
Satu diantara media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut yaitu
mobile learning.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti tertarik
untuk menerapkan media pembelajaran menggunakan mobile learning berbasis
Android kepada siswa SMAN 13 kabupaten Tangerang pada pembelajaran fisika
khususmya dalam konsep dinamika partikel, dan untuk mengetahui pengaruh
terhadap hasil belajar fisika siswa. Maka untuk mendapatkan jawaban tersebut
peneliti melakukan penelitian yang berjudul: “Pengaruh Mobile Learning
Berbasis Android Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Dinamika
Partikel” diharapkan dapat dijadikan sebagai indikator para guru untuk mengetahui
keberhasialan belajar para siswa dalam memahami pelajaran di sekolah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
di identifikasi adanya beberapa masalah sebagai berikut:
1. Konsep dinamika partikel membutuhkan tingkat visualisasi yang lebih.
2. Media pembelajaran yang digunakan di sekolah kurang menunjang.
9 Hafizul Fahri Hanafi, Mobile Learning Environment System (MLES): The Case of
Android-based Learning Application on Undergraduates’ Learning, International Journal of
Advanced Computer Science and Applications, Vol. 3, 2012, h.63-66
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, peneliti membatasi
masalah yang akan diteliti agar penelitian menjadi fokus. Batasan masalah pada
penelitian sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa mengacu pada Taksonomi Bloom yang telah direvisi.
Ranah kognitif yang diukur dalam penelitian ini adalah tingkatan C1
2. Mobile learning yang di gunakan yaitu pembelajaran menggunakan
smartphone.
3. Aplikasi yang dibuat hanya untuk smartphone berbasis Android dan sistem
operasi yang digunakan minimal versi 2.3 (Gingerbread). Pembuatan aplikasi
ini menggunakan Microsoft Power Point 2013, iSpring Suite 8, App Preview,
dan intel XDK. Aplikasi yang dibuat digunakan secara offline.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh mobile learning berbasis Android terhadap hasil
belajar siswa pada konsep dinamika partikel?
2. Bagaimana peningkatan setiap jenjang kognitif dengan menggunakan mobile
learning berbasis Android pada konsep dinamika partikel?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan mobile
learning berbasis Android pada konsep dinamika partikel?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian:
1. Mengetahui adanya pengaruh mobile learning berbasis Android terhadap hasil
belajar siswa pada konsep dinamika partikel.
2. Mengetahui peningkatan setiap jenjang kognitif dengan menggunakan mobile
learning berbasis Android pada konsep dinamika partikel.
3. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan mobile
learning berbasis Android pada konsep dinamika partikel
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan sebagai
latihan menimba ilmu pengetahuan melalui analisa praktik lapangan dengan
disertai data konkrit dalam penelitian tersebut.
b. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mengevaluasi efektivitas pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran
pada siswa dalam mata pelajaran Fisika.
2. Praktis
a. Bagi guru, penelitian ini bermanfaat memberikan alternatif dan informasi
kepada guru tentang media mobile learning berbasis Android yang dapat
diterapkan guna meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran
Fisika dengan materi dinamika partikel.
b. Bagi siswa, penelitian ini dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar
siswa pada konsep dinamika partikel melalui mobile learning berbasis
Android.
c. Bagi pembaca dan peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
salah satu sumber informasi dan bahan rujukan untuk mengembangkan
penelitian lebih lanjut.
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Istilah mediator menunjukan fungsi yaitu mengatur hubungan yang efektif
antara dua pihak utama dalam proses belajar, contoh: siswa dan isi pelajaran. Secara
khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar diartikan sebagai alat-alat
grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal. Secara singkat, media adalah alat
penyampaian atau pengantar pesan-pesan pembelajaran.1
Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, motivasi kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-
pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap
orientasi pembelajaran akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.2
Media pemebelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar
mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan,
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna.3
Media pembelajaran adalah sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar
mengajar. Mengingat banyaknya bentuk bentuk media tersebut, maka guru harus
dapat memilihnya dengan cermat, sehingga dapat digunakan dengan tepat.4
1 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2013) Cet.
Ke-16, h. 3 2 Ibid., h. 19 3 Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran: Manual dan Digital,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011) Cet. Ke-1, h. 9 4 Ibid., h. 9
8
b. Fungsi Media Pembelajaran
Empat fungsi media pembelajaran sebagai berikut:5
1) Fungsi atensi
Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa
untuk berkonsentrasi kepada isi pengajaran, yang berkaitan dengan makna
visual yang ditampilkan. Khususnya gambar yang diproyeksikan melalui
projector dapat mengarahkan siswa pada pelajaran yang akan diterima.
2) Fungsi afektif
Media visual dapat terlihat dari tingkat ketertarikan siswa ketika belajar teks
yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan
sikap siswa.
3) Fungsi kognitif
Media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan
bahwa gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris
Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang
memberikan konteks untuk memahami teks, membantu siswa yang lemah
dalam membaca untuk mengorganisasikan infomasi dalam teks dan
mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk
mengakomodasi siswa yang lemah memahami isi pelajaran yang disajikan
dengan teks atau disajikan secara verbal.
Beberapa manfaat dari penggunaan media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar sebagai berikut: 6
1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih antara
5 Ibid., h. 21 6 Ibid., h. 25-26
9
siswa dengan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri
sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
4) Media Pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa
tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan
terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.
c. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan
apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru kurang efisien
melakukannya. Antara lain: 7
1) Ciri fiksatif (fixative property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.
2) Ciri manipulatif (manipulative property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki
ciri manipulatif. Misalnya, proses meluncurnya roket. Manipulasi kejadian
atau objek dengan jalan mengubah hasil rekaman dapat menghemat waktu.
3) Ciri distributif (distributive property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut
disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang
relatif sama mengenai kejadian itu.
d. Macam - macam Media Pembelajaran
Media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi, pemanfaatan
teknologi yang terdahulu adalah percetakan. Kemudian lahir teknologi audio-visual
yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronik untuk tujuan
pembelajaran. Teknologi terbaru adalah mikroprosesor yang menciptakan
7 Ibid., h. 15
10
pemakaian komputer dan kegiatan interaktif.8 Berdasarkan perkembangan
teknologi tersebut, media pembelajaran dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Teknologi cetak adalah cara untuk menyampaikan materi, seperti buku dan
materi visual statis terutama melalui proses percetakan mekanis atau fotografis
2) Teknologi audio-visual merupakan cara menyampaikan materi menggunakan
mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio
visual. Pengajaran melalui audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat
keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, recorder, dan
proyektor visual yang lebar.
3) Teknologi berbasis komputer merupakan cara menyampaikan materi dengan
menggunakan sumber-sumber berbasis mikroposesor. Perbedaan antara media
yang dihasilkan oleh teknologi berbasis komputer dengan yang dihasilkan dua
teknologi lainnya adalah karena informasi/materi disimpan dalam bentuk
digital.
4) Teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan dan menyampaikan
materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang
dikendalikan oleh komputer yang memiliki kemampuan seperti jumlah random
access memory yang besar, hard disk yang besar, dan monitor yang beresolusi
tinggi. 9
2. Mobile Learning
a. Latar Belakang
Beberapa kondisi nyata yang berhubungan dengan perkembangan telepon
seluler yang menjadi landasan latar belakang operasional kemunculan mobile
learning. Perkembangan perangkat mobile terus berkembang disetiap tahunnya,
lebih banyak penggunanya dari pada komputer, mudah dioperasikan dibandingkan
8 Azhar Arsyad, op. cit., h. 31 9 Ibid.
11
komputer, dan perangkat mobile menjadi solusi alternatif untuk menciptakan
aplikasi media pembelajaran.10
Mobile learning adalah salah satu alternatif bahwa layanan pembelajaran
harus dilaksanakan di mana pun dan kapan pun. Pemikiran dalam mengembangkan
mobile learning ini didasari oleh alasan-alasan pokok, yaitu: 11
1) Dapat digunakan kapan pun dan di mana pun (dalam jaringan/luar jaringan)
2) Cakupan luas, dapat menggunakan jaringan seluler komersial (GSM, GPRS,
CDMA) tanpa harus membangun sendiri, karena jaringan telah tersedia di
mana-mana.
3) Integrasi dengan sistem yang ada khususnya mampu integrasi dengan e-
learning, integrasi dengan sistem penyelenggaraan pendidikan (Sistem
Informasi Akademik), dan integrasi dengan sistem lainnya misalnya, instant
messaging.
b. Klasifikasi Mobile Learning
Untuk memanfaatkan keberadaan mobile learning ini, kita perlu memahami
klasifikasinya dengan benar. Klasifikasi mobile learning, yaitu berdasarkan jenis
perangkat yang digunakan, teknologi komunikasi nirkabel yang digunakan, tipe
informasi yang dapat diakses, tipe pengaksesan (online/offline), lokasi, tipe
komunikasi, dan dukungan standar mobile learning.12
Mobile learning pada dasarnya ada dalam versi offline dan online. Versi
offline ini dapat dilakukan dan dimulai hanya dengan melakukan satu kali install,
tidak terkoneksi server. Sedangkan versi online dengan cara hanya menginstal
engine, dapat di-update dengan menghubungkan ke server, dan dapat berinteraksi
dengan pembelajar atau pengajar (diskusi/tanya jawab).13 Dari fenomena
perkembangan, kebijakan, pemanfaatan, dan pengembangan TIK dalam dunia
pendidikan.
10 Deni Dermawan, Teknologi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakrya, 2011),
Cet. Pertama, h. 15 11 Ibid., h. 15 12 Ibid., h.16 13 Ibid, h. 17
12
3. Android
a) Pengertian Android
Android merupakan sistem operasi untuk mobile device yang awalnya
dikembangkan oleh Android Inc. Perusahaan ini kemudian dibeli oleh Google pada
tahun 2005. Kemudian untuk mengembangkan Android dibentuklah Open Handset
Alliance yang merupakan gabungan dari 34 perusahaan piranti keras, lunak dan
telekomunikasi termasuk google, HTC, Intel, dll.14 Android menguasai hampir 80%
pasar dunia menurut lembaga riset canalys. Pesatnya perkembangan android
tersebut sehingga pembuatan software Android sangat menjanjikan.15
b) Software Pendukung Aplikasi Android
Membuat aplikasi Android ternyata tidak khusus dengan menggunakan satu
software saja. Ada beberapa software yang bisa dipakai untuk membuat aplikasi
Android. Antara lain: 16
1) Eclipse
Eclipse adalah software yang paling sering digunakan oleh developer untuk
mengembangkan aplikasi Android karena bersifat gratis dan open source.
Bahasa yang digunakan adalah Java.
2) Intel XDK
Intel XDK adalah software yang dikembangkan oleh Intel Corporation untuk
mengembangkan aplikasi diperangkat mobile. Hanya menggunakan satu
koding saja bisa langsung membuat aplikasi untuk di berbagai macam platform
sekaligus seperti Android, iOS, dan Windows Phone. Bahasa yang digunakan
adalah HTML5.
3) Adobe Air
Adobe Air singkatan dari Adobe Integrated Runtime merupakan runtime
environment antar platform yang dibangun menggunakan Adobe Flash, Adobe
Flex, HTML, dan Ajax. Fungsi dari Adobe Air adalah sebagai media antar
14 Teguh Arie Sandy, Power Point For Android, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), h. 2 15 M. Ali Alfian dan Rudy Kustijono, “Pengembangan Software Fisika Berbasis Android
Sebagai Media Belajar Listrik Dinamis”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 04, 2015, h. 181 16 Teguh Arie Sandy, op. cit., h. 12
13
muka yang bekerja pada berbagai platform yang berjalan pada sistem operasi
Windows, Linux, dan MacOS seperti Android, Apple dan sebagainya. Bahasa
yang digunakan adalah Actionscript 3.
4) Basic 4 Android
Basic 4 Android adalah perangkat yang dibuat oleh visual basic untuk
mengembangkan aplikasi Android. Software ini menggunakan bahasa
Basic/Visual Basic.
5) App Inventor
App Inventor adalah sebuah perangkat untuk membuat aplikasi Android
berbasis visual block programming. Menggunakan, menyusun, dan
menempatkan “blok” yang merupakan simbol-simbol perintah dan fungsi event
handler tertentu dalam membuat aplikasi, dan secara sederhana bisa
menyebutnya tanpa menuliskan kode program bisa disebut juga coding less.
6) Online Application Builder
Online Application Builder adalah website yang menyediakan perangkat untuk
membuat aplikasi Android secara online. Antara lain iBuildApp
(ibuildapp.com), Comduit Mobile (mobile.comduit.com), dan masih banyak
lagi.
Berikut adalah beberapa perangkat lunak yang mendukung pembuatan
aplikasi pada penelitian ini: 17
1) Microsoft Power Point
Microsoft power point yang digunakan minimal yaitu microsoft office 2007
instalasi penuh. Aplikasi Android yang akan dibuat adalah berbasis pada
penggunaan adobe air. File power point (.ppt) diubah menjadi file Adobe Air
(.swf), kemudian kemudian diubah menjadi file Android (.apk).
2) Ispring Suite
Ispring merupakan salah satu tool yang mengubah file presentasi menjadi
bentuk flash dan bentuk SCORM/AICC, yaitu bentuk yang biasa digunakan
dalam pembelajaran dengan e-learning LMS (learning management system).
17 Ibid., h. 18
14
Perangkat lunak ispring tersedia dalam versi gratis (free trial) dan berbayar.18
Tampilan dari iSpring suite dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 iSpring Suite
3) Intel XDK
Intel XDK adalah software yang dikembangkan oleh Intel Corporation untuk
mengembangkan aplikasi diperangkat mobile. Menggunakan intel XDK dapat
langsung membuat aplikasi untuk berbagai macam platform sekaligus seperti
Android, iOS, dan Windows Phone. Bahasa yang digunakan adalah HTML5.19
Tampilan dari intel XDK dapat kita lihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Tampilan Intel XDK
18 Ibid., h. 66 19 Ibid., h. 13
15
4. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.20 Belajar adalah suatu proses yang
kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Pertanda
bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan bersifat pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif).21 kegiatan belajar
mengajar hendaklah diartikan bahwa proses belajar dalam diri siswa terjadi baik
karena ada yang secara langsung atau tidak langsung, artinya siswa secara aktif
berinteraksi dengan media atau sumber belajar lain yang lain dan guru satu diantara
sumber belajar yang memungkinkan siswa belajar.22
Skenario belajar ada tiga yaitu, skenario pertama adalah tidak ada aktivitas
belajar yang di inginkan, skenario kedua adalah belajar menghafal, dan skenario
ketiga adalah belajar yang bermakna.23
1) Tidak ada aktivitas belajar yang diinginkan
Pada pembelajaran ini siswa tidak dapat menggunakan pengetahuan yang
relevan untuk menyelesaikan suatu persoalan karena siswa tidak terlalu
memperhatikan atau memahami materi yang diajarkan guru sehingga tidak
memiliki pengetahuan yang relevan. Pada dasarnya siswa tidak belajar.
2) Belajar menghafal
Proses pembelajaran ini siswa yang memliki pengetahuan relevan tetapi tidak
mampu untuk menyampaikan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan suatu
persoalan.
3) Belajar yang Bermakna
20 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011),
h. 2 21 Harsja W. Bachtiar, Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,2009), h.2 22 Ibid., h. 5 23 Lorin W. Anderson dan David R. Krathowhl, Kerangka Landasan Untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 95
16
Belajar yang bermakna menghadirkan pengetahuan dan proses kognitif yang
siswa butuhkan untuk menyelesaikan masalah. penyelesaian terjadi ketika
siswa menggagas cara untuk mencapai tujuan yang belum pernah ia capai.
c. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar bermakna kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajar.24 Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu peroses di mana
suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Hal ini berarti
bahwa belajar membutuhkan waktu. Gagne mengemukakan lima macam hasil
belajar, tiga di antaranya bersifat kognitif, bersifat afektif, dan bersifat
psikomotorik. 25 Berikut macam-macam hasil belajar: 26
1) Kognitif
Berikut ini penjelasan kategori-kategori dalam dimensi kognitif:
a) Mengingat yaitu, proses mendapatkan kembali pengetahuan sebelumnya yang
tersimpan dari memori jangka panjang.
b) Memahami, siswa dianggap memahami jika dapat mendeskripsikan susunan
pesan dalam pembelajaran, baik secara lisan, tulisan, dan grafik.
c) Menerapkan, artinya menggunakan prosedur dalam keadaan yang diharapkan.
d) Menganalisis yaitu, memecah materi menjadi beberapa bagian dan menentukan
bagaimana bagian-bagian tersebut terhubung satu sama lain maupun struktur
keseluruha atau tujuan.
e) Mengevaluasi yaitu, penilaian yang dilakukan berdasarkan pada kriteria dan
standar.
f) Mencipta dalam pengertian ini, menempatkan beberapa bagian ke dalam suatu
ide, saling berhubungan untuk hasil yang baik.
24 Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan
Profesionalisme Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2012),h. 124 25 Ratna Wilis Dahar, op. cit., h. 118 26 Lorin W. Anderson dan David R. Krathowhl.,op.cit., h. 99-128
17
2) Afektif
Taksonomi untuk ranah afektif mula-mula dikembangkan oleh David R.
Krathwohl dan kawan-kawan (1974) dalam buku yang diberi judul Taxonomy of
Educational Objectives: Affective Domain. Taksonomi ranah afektif lebih rinci lagi
ke dalam lima jenjang yaitu: 27
a) Penerimaan (receiving), yaitu kepekaan seseorang dalam menerima stimulus,
menunjukkan perhatiaan yang terseleksi.
b) Responsi (responding), yaitu menunjukkan perhatian aktif, seperti melakukan
sesuatu fenomena.
c) Penilaian (valuing), yaitu memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan,
sehingga apabila kegiatan tersebut dilakukan tidak akan membawa kerugian.
d) Pengorganisasian (organization), yaitu menemukan perbedaan nilai,
menghubungkan antar nilai, sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal.
e) Pembentukan karakter (caracterization), yaitu memadukan sistem dalam diri
seseorang, atau mengontrol tingkah laku individu.
3) Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan
kemampuan bertindak individu.28 Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif
akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila siswa telah menunjukkan perilaku
tertentu sesuai dengan makna dalam ranah kogntif dan afektifnya.29
5. Kajian Konsep
a. Dinamika partikel
1) Hukum I Newton
Orang zaman dulu telah mengenal gerak dalam keseharian, antara lain orang
berjalan, kuda berlari, dan buah jatuh dari pohonnya. Pengalaman mengamati gerak
27 Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2005), Cet. Ke-5, h. 54-56 28 Ibid, h. 57 29 Ibid, h. 58
18
dalam kehidupan sehari-hari menimbulkan intuisi tentang gerak. Ilmuan terkenal
asal Yunani, Aristoteles, membagi gerak menjadi dua, yaitu gerak alami dan gerak
paksa. Menurutya, gerak alami tidak disebabkan oleh gaya. Gerak alami pada bumi
dipikirkan olehnya sebagai gerak ke atas atau ke bawah.30
Gerak paksa selalu disebabkan oleh gaya, seperti dorongan atau tarikan.
Gerak paksa selalu disebabkan oleh gaya luar yang bekerja pada suatu benda. Benda
membutuhkan gaya untuk mempertahankan geraknya, tidak mungkin oleh dirinya
sendiri.
Pengamatan dan kesimpulan Galileo dipelajari ulang oleh Isaac Newton,
sampai ia berhasil menyatakan hukum pertamanya tentang kaitan gaya dan gerak,
yang disebut hukum I Newton.
Hukum I Newton berbunyi:
Jika tidak ada gaya yang bekerja kepada benda, maka benda akan berada
pada keadaan geraknya, diam atau bergerak lurus beraturan (v =
konstan).31
Secara matematis, hukum I Newton dinyatakan
Hukum I Newton
∑𝐅 = 𝟎
Untuk benda diam atau benda bergerak lurus beraturan.
2) Hukum II Newton
Hukum I Newton berkaitan dengan gerak suatu benda ketika resultan gaya
yang bekerja sama dengan nol (∑F = 0). Pada keadaan seperti ini, kecepatan benda
adalah tetap atau benda tidak mengalami percepatan atau percepatannya nol.
Hukum Newton kedua Newton menghubungkan antara deskripsi gerak
dengan penyebab gaya. Hukum ini merupakan hubungan yang paling dasar pada
fisika. Dari hukum Newton kedua kita bisa membuat definisi yang lebih tepat
mengenai gaya sebagai sebuah aksi yang bisa mempercepat sebuah benda.32
Hukum II Newton sebagai berikut:
30 Marthen Kanginan, Fisika SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Erlangga,2013) h. 152-153 31 Dougles C. Giancoli, FISIKA DASAR Edisi Kelima, (Jakarta: Erlangga,2001), h. 93 32 Dougles C. Giancoli, op. cit, h. 95
19
“Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada
suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya dan berbanding
terbalik dengan massa benda”.
Hukum II Newton
𝒂 =∑ 𝐅
𝑚 atau ∑ 𝐅 = 𝑚𝒂 33
3) Hukum III Newton
Hukum ini kadang-kadang dinyatakan juga sebagai “untuk setiap aksi ada
reaksi yang sama dan berlawanan arah”. Pernyataan ini memang benar. Tetapi
untuk menghindari kesalahpahaman, sangat penting untuk mengingat bahwa gaya
“aksi” dan gaya “reaksi” bekerja pada benda yang berbeda.34
Hukum III Newton
aksi = -reaksi35
4) Gaya Berat
Berat (diberi lambing w dari kata “weight”) adalah gaya gravitasi bumi yang
bekerja pada suatu benda. Benda akan mengalami gerak jatuh bebas dengan
percepatan ke bawah sama dengan percepatan gravitasi. Dengan menggunakan
hukum II Newton pada benda jatuh bebas ini, diperoleh hubungan antara berat dan
massa.36
w = m.g
5) Gaya Normal
Gaya normal didefinisikan gaya yang bekerja pada bidang sentuh dua
permukaan yang bersentuhan, yang arahnya selalu tegak lurus bidang sentuh.
Timbul pertanyaan ketika buku yang diletakan di atas meja tidak jatuh. Hal tersebut
karena terdapat gaya yang mengimbangi berat buku w agar buku tidak jatuh. Buku
bersentuhan dengan meja, sehingga pada buku (tepatnya pada bidang sentuh buku-
meja) bekerja gaya Fbuku,meja yang arahnya tegak lurus pada bidang.37
33 Marthen Kanginan, op.cit.,h.157 34 Dougles C. Giancoli, op. cit., h. 97 35 Ibid., h. 159 36 Marthen Kanginan, op.cit.,h.167 37 Ibid., h.169
20
6) Gaya Gesekan
Gaya gesekan termasuk gaya sentuh, yang muncul jika permukaan dua
benda bersentuhan langsung secara fisik. Arah gaya gesekan searah dengan
permukaan bidang sentuh dan berlawanan dengan kecenderungan arah gerak.
Makin besar luas bidang sentuh, makin besar gaya gesekan udara pada benda.
Rumus gaya gesekan yaitu: 38
1) Besar gaya gesekan statis antara dua permukaan yang bersentuhan dapat
memiliki nilai-nilai berikut:
𝑓 ≤ 𝜇𝑠𝑁
dengan tetapan tanpa dimensi 𝜇s disebut koefisien gesekan statis dan N adalah
besar gaya normal. tanda (<) digunakan ketika gaya yang diberikan kurang dari
nilai ini. Tanda (=) digunakan ketika benda tepat akan bergerak, yaitu:
𝑓𝑠 = 𝑓𝑠,𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝜇𝑠𝑁
2) Besar gaya gesekan kinetis yang bekerja pada suatu benda adalah tetap
berikut persamaannya:
𝑓𝑘 = 𝜇𝑘𝑁
Dengan 𝜇𝑘 adalah koefisien gesekan kinetis. Nilai 𝜇𝑘 dan 𝜇𝑠 bergantung pada
sifat dua permukaan benda yang bersentuhan. Tetapi secara umum, 𝜇𝑘 lebih kecil
daripada 𝜇𝑠. Jenis gesekan yang bekerja ketika sebuah benda meluncur di atas
suatu permukaan disebut gaya gesekan kinetik. Besarnya gaya gesekan kinetik
biasanya meningkat ketika gaya normalnya meningkat.39
7) Gaya Tegangan Tali
Ketika sebuah tali yang fleksibel menarik sebuah benda, tali tersebut
dikatakan berada di bawah tegangan, dan gaya yang diberikannya pada benda
adalah tegangan FT. Tegangan tali adalah gaya tegangan yang bekerja pada ujung-
ujung tali karena tali tersebut tegang.40
38 Ibid., h. 172 39 Hugh D. Young, Fisika Universitas Edisi ke-10, (Jakarta: Erlangga,2002), h. 132 40 Dougles C. Giancoli, op. cit., h. 108.
21
8) Konsep Gaya Sentripetal
Suatu benda yang bergerak melingkar beraturan mengalami percepatan
dengan arah tegak lurus terhadap vektor kecepatan menuju ke pusat lingkaran.
Percepatan ini disebut percepatan sentripetal (diberi lambing as) dan besarnya
dinyatakan oleh: 41
𝒂𝒔 =𝒗𝟐
𝒓= 𝝎𝟐𝒓
Telah anda ketahui juga bahwa percepatan selalu ditimbulkan oleh gaya.
Dengan demikian, percepatan sentripetal as pastilah disebabkan oleh gaya
sentripetal (diberi lambang Fs). sesuai dengan hukum II Newton, hubungan antara
percepatan sentripetal as dan gaya sentripetal Fs berikut persamaannya:42
𝐹𝑠=𝑚𝑎𝑠 atau 𝐹𝑠 =𝑚𝑣2
𝑟= 𝑚𝜔2𝑟
B. Penenlitian Relevan
Penelitian yang relevan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Prasetyo Adhi Nurcahyo (2016) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Media Pembelajaran Aplikasi Android Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelistrikan Mesin dan Konservasi Energi”, menyimpulkan bahwa
berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
mengenai pengaruh penggunaan media pembelajaran aplikasi Android
terhadap hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran KMKE di SMK N
2 Depok, media pembelajaran aplikasi Android memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar siswa sebesar 1,91. Dengan angka positif yang artinya
rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas
kontrol.43
2. M. Ali Alfian, Rudy Kustijono (2015) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengembangan Software Fisika Berbasis Android Sebagai Media Belajar
41 Marthen Kanginan, op. cit., h. 175 42 Ibid., h. 176 43 Prasetyo Adhi Nurcahyo, “Pengaruh Media Pembelajaran Aplikasi Android Terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelistrikan Mesin dan Konservasi Energi”, Jurnal Pendidikan Vokasional
Teknik Mesin, Vol.4, 2016, h.338-344
22
Listrik Dinamis” menyimpulkan bahawa Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, bahwa media yang dikembangkan layak. Pertama, Software
fisika berbasis android sebagai media belajar listrik dinamis layak untuk
digunakan peserta didik dengan persentase kelayakan sebesar 92,24%.
Kedua, media yang dikembangkan praktis, ditinjau dari siswa dapat
mengoprasikan secara mandiri dan lancar meski proses transfer file lambat.
Ketiga, media yang dikembangkan efektif, ditinjau dari respon positif siswa
dengan persentase sebesar 84,88% dan dalam pengamatan aktivitas kelas
peserta didik menunjukkan bahwa siswa sangat tertarik dengan media yang
dikembangkan.44
3. Hafizul Fahri Hanafi (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Mobile
Learning Environment System (MLES): The Case of Android-based
Learning Application on Undergraduates’ Learning” menyimpulkan bahwa
penggunaan teknologi mobile, khususnya hak milik teknologi Android,
menawarkan peluang pendidikan kepada pemegang saham: siswa,
instruktur, dan administrator. Namun, ada banyak muncul teknologi
informasi dan komunikasi memasuki ranah pendidikan yang memaksa
praktisi untuk memikirkan kembali bagaimana baru ini dapat bijaksana
diterapkan untuk meningkatkan proses pembelajaran secara keseluruhan.45
4. Mohamed Osman M. El-Hussein and Johannes C. Cronje (2010) dalam
penelitiannya yang berjudul “Defining Mobile Learning in the Higher
Education Landscape”, menyimpulkan bahwa desain teknologi yang tepat
mengarah pada efektivitas pembelajaran mobile yang lebih baik.46
5. Yulianto Agung Rezeki, Soetadi Waskito, dan Elvin Yusliana Ekawati
(2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Mobile Pocket
44 M. Ali Alfian dan Rudy Kustijono, “Pengembangan Software Fisika Berbasis Android
sebagai Media Belajar Listrik Dinamis”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2015, Vol. 04, h.181-
184 45 Hafizul Fahri Hanafi, Mobile Learning Environment System (MLES): The Case of
Android-based Learning Application on Undergraduates’ Learning, International Journal of
Advanced Computer Science and Applications, Vol. 3, 2012, h.63-66 46 Mohamed Osman M. El-Hussein dan Johannes C. Cronje, Defining Mobile Learning
in the Higher Education Landscape, Educational Technology & Society, 2010, h. 20
23
Book Sebagai Media Pembelajaran Berbasis Android Menggunakan Adobe
Flash Profesional CS5.5 Pada Materi Momentum dan Impuls SMA Kelas
XI”, menyimpulkan bahwa media pembelajaran mobile pocket book
berbasis android pada materi momentum dan impuls kelas XI SMA dapat
memotivasi siswa untuk belajar.47
6. Muhammad Qomarullah Zaman, Sukirman, dan Nurussa’adah (2012)
dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Multimedia
Pembelajaran Interaktif Menggunakan Macromedia Flash Professional
Pada Mata Pelajaran Fisika”, menyimpulkan bahwa menghasilkan produk
program multimedia pembelajaran interaktif yang layak digunakan sebagai
media pembelajaran.48
47 Yulianto Agung Rezeki, “Pengembangan Mobile Pocket Book Sebagai Media
Pembelajaran Berbasis Android Menggunakan Adobe Flash Profesional CS5.5 Pada Materi
Momentum dan Impuls SMA Kelas XI”, Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2014, h. 5 48 Muhammad Qomarullah Zaman, Sukirman, dan Nurussa’adah, “Pengembangan
Multimedia Pembelajaran Interaktif Menggunakan Macromedia Flash Professional Pada Mata
Pelajaran Fisika”, Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studie, 2012,
h.7
24
C. Kerangka Berpikir
Konsep fisika yang memiliki karakteristik tingkat visualisasi yang lebiih
tinggi dibutuhkan media pembelajaran yang menunjang seperti proyektor. Sarana
dan prasarana disekolah berpengaruh terhadap proses pembelajaran, agar tercipta
hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Satu diantara solusi yang tepat untuk menarik minat dan hasil belajar siswa
memahami konsep-konsep fisika dengan memanfaatkan media pembelajaran yang
berkaitan dengan konsep fisika yaitu proyektor, komputer, dan smartphone.
Nampaknya proyektor di SMAN 13 kabupaten Tangerang kurang memadai dan
smartphone tidak digunakan secara maksimal dalam pembelajaran dikelas.
Smartphone hanya digunakan beberapa kali untuk melengkapi pengetahuan dalam
pembelajaran secara online dengan keterbatasan kuota yang dimiliki siswa sehingga
tidak efisien dan pengetahuan yang didapatkan tidak maksimal. Satu diantara
inovasi media pembelajaran yaitu penggunaan media mobile learning berbasis
Android yang memudahkan guru menyampaikan konsep dan siswa memahami
konsep.
Perkembangan teknologi komunikasi yang cepat membuat Smartphone
berbasis Android dengan mudah dimiliki oleh siswa, namun sering kali digunakan
untuk media komunikasi, media sosial, hanya beberapa yang menggunakannya
sebagai media pembelajaran. Smartphone akan lebih bermanfaat jika digunakan
secara maksimal dalam pembelajaran dikelas. Siswa dapat menggunakan mobile
phone berbasis Android sebagai akses aplikasi berisi materi secara mandiri kapan
saja dan dimana saja. Aplikasi yang digunakan pada mobile learning berbasis
Android menginovasi suasana kelas yang baru dalam proses pembelajaran. Berikut
kerangka berpikir penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 2.4:
25
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori-teori yang melandasi objek kajian penelitian maka
hipotesis penelitian ini adalah mobile learning berbasis Android dapat memberikan
pengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep dinamika partikel.
3. Penerapan media pembelajaran mobile learning berbasis Android
4. Penerapan aplikasi menarik pada konsep dinamika partikel
5. Peningkatan hasil belajar siswa
1. Konsep dinamika partikel membutuhkan tingkat visualisasi yang lebih
tinggi.
2. Sarana dan prasaran di sekolah kurang memadai
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMAN 13 Kabupaten Tangerang yang berlokasi
di Jalan Raya Pasarkemis – Rajeg Kabupaten Tangerang. Penelitian dilakukan pada
semester ganjil pada tanggal 30 Oktober – 30 November tahun pelajaran
2016/2017.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode quasi experiment,
bentuk desain ini merupakan pengembangan dari true experimental design. Kuasi
eksperimen digunakan, karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok
kontrol yang digunakan untuk penelitian.1 Jadi, untuk memudahkan dalam
menentukan kelompok kontrol dalam penelitian dikembangkan desain kuasi
eksperimen.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan yaitu pretest – posttest control group
design.2 Sebelum proses belajar dilakukan pretest untuk kedua kelompok, dengan
tujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep
dinamika partikel. Kemudian, dilakukan penelitian dengan memberikan perlakuan
yang berbeda, yaitu kelompok eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran
menggunakan media mobile learning berbasis android sedangkan kelompok
kontrol diberikan perlakuan pembelajaran konvensional yaitu ceramah. Setelah
diberikan perlakuan, pada akhir penelitian kedua kelompok dilakukan posttest
dengan butir yang sama untuk mengetahui hasil belajar siswa pada konsep dinamika
partikel. Setelah data didapatkan, kemudian dianalisa untuk mengetahui apakah
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:CV. Alfabeta,
2013), h. 77 2 Ibid, h. 76
27
mobile learning berbasis Android berpengaruh terhadap hasil belajar siswa konsep
dinamika partikel. Desain penelitian seperti pada Tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Keterangan :
O1 : Pretest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen
O2 : Posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen
XE : Perlakuan pada kelompok eksperimen berupa mobile learning berbasis
Android
XK : Perlakuan pada kelompok kontrol berupa pembelajaran konvensional
D. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah mobile learning
berbasis Android, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa pada
konsep dinamika partikel.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya.3 Populasi dalam penelitian ini dibagi menjadi
2 bagian yaitu :
Populasi target : Siswa SMAN 13 Kab. Tangerang
Populasi terjangkau : Siswa kelas X MIPA SMAN 13 Kab. Tangerang
3 Ibid., h. 80
Kelompok Pretest Treatment Posttest
Eksperimen O1 XE O2
Kontrol O1 XK O2
28
2. Sampel
Sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik
sampel sesuai pertimbangan tertentu.4 Yang berarti, peneliti dapat mengambil
sampel dari populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu kelas X MIPA
1 dan X MIPA 2 SMAN 13 Kab. Tangerang. Penentuan sampel sesuai dengan hasil
pretest pada kedua kelas. Kelas yang memiliki rata-rata pretest lebih tinggi sebagai
kelas kontrol dan kelas eksperimen yang memiliki rata-rata lebih rendah sehingga
diberikan perlakuan. Digunakan dua kelas sebagai sampel, satu sebagai kontrol
yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional yaitu menggunakan metode
ceramah dan satu kelas sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan
pembelajaran mengunakan media pembelajaran mobile learning berbasis Android.
Kelas kontrol menggunakan kelas X MIPA 1 dan untuk kelas eksperimen
menggunakan kelas X MIPA 2.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini dengan cara tes dan nontes. Tes yang
digunakan yaitu pretest dan posttest dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar
siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Non tes yang digunakan yaitu angket
dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap mobile learning berbasis
Android setelah pembelajaran.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes dan nontes. Tes
pilihan ganda disusun berdasarkan indikator ketercapaian hasil belajar siswa. Agar
memperoleh data yang valid, instrumen atau alat mengevaluasi harus valid. Oleh
karena itu, sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen pemahaman konsep
terlebih dahulu diuji cobakan pada tingkat yang lebih tinggi untuk mengukur
validitas dan reliabilitasnya. Pada instrumen nontes menggunakan angket yang
bertujuan memperoleh informasi dari responden.
4 Ibid, h. 85
29
1. Instrumen Tes
Instrumen tes pada penelitian ini menggunakan tes objektif meliputi
memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan
mengaplikasikan (C6). Tes ini diberikan sebelum (pretest) dan sesudah diberikan
perlakuan (posttest). Kisi – kisi instrumen tes seperti pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Kisi – kisi instrumen Tes
Subkonsep Indikator
Soal
Ranah Kognitif Jumlah
C1 C2 C3 C4 C5 C6
Formulasi
Hukum –
hukum
Newton
Menganalisis
penerapan
hukum I
Newton,
hukum II
Newton, dan
hukum III
Newton pada
kehidupan
sehari-hari
1*
11*
9*
3
4
6* 7
8
10
12*
5*
13
2*
14*
14
Mengenal
Berbagai
Jenis Gaya
Menganalisis
penerapan
gaya berat,
gaya normal,
dan gaya
gesekan pada
kehidupan
sehari-hari
18*
19*
15
16
22*
24
17
20*
21*
26*
25
27*
28* 13
Menemukan
gaya
tegangan tali
29 23*
31
30
32
5
30
2. Instrumen Non Tes
Instrumen Non Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket
untuk mengetahui respon siswa tentang mobile learning berbasis android pada
konsep dinamika partikel. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model Likert. Model ini menggunakan skala deskriptif Sangat Setuju (SS), Setuju
(S), Cukup (C), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing
jawaban mempunyai skor atau nilai: SS = 5, S = 4, C = 3, TS = 2, STS = 1. Bagi
pernyataan yang mendukung sifat positif dan nilai yang mendukung sifat negatif
berkebalikan dengan nilai positif, yaitu: SS = 1, S = 2, C = 3, TS = 3, STS = 5. Kisi-
kisi instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
3.3 sebagai berikut:
pada
kehidupan
sehari-hari
Menyimpulka
n hubungan
gaya
tegangan tali
dengan gaya
sentripetal
33
34
35* 3
Merumuskan
gaya
sentripetal
36 37*
38*
39
40 5
Jumlah Soal 5 10 5 10 5 5 40
Persentase Soal 12,5
%
25% 12,5
%
25% 12,5
%
12,5
%
100%
31
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Non Tes
No Indikator Angket Mobile Learning
Berbasis Android
Jumlah
Soal
Positif Negatif
1 Penyajian desain tampilan, gambar,
animasi, dan video dalam media mobile
learning berbasis Android
7,9 8,10 4
2 Penyajian konsep materi dan evaluasi 5 6 2
3 Penggunaan media mobile learning
berbasis Android dalam proses belajar
mengajar
1,3 2,4 4
Jumlah Soal 5 5 10
H. Kalibrasi Instrumen
1. Kalibrasi Instrumen Tes
Instrumen tes yang akan digunakan dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi
instrumen tes dilakukan pada siswa kelas XII di SMAN 13 kabupaten Tangerang.
Kalibrasi ditujukan untuk mengetahui kualitas setiap soal, soal – soal tersebut harus
memenuhi kriteria seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda.
a. Uji Validitas
Tes akan valid apabila tingkat ketepatannya yang tinggi dalam
mengungkap aspek yang hendak diukur.
Pengujian validitas pada instrumen dilakukan dengan menggunakan teknik
analisis korelasional poin biserial untuk mengukur yang telah diajukan dalam tes,
dimana skor hasil tes untuk tiap butir soal dikorelasikan dengan skor hasil tes secara
otomatis dengan rumus:5
𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 = 𝑀𝑝 − 𝑀𝑡
𝑆𝑡√
𝑝
𝑞
Keterangan:
𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 : koefisien korelasi biserial
Mp : rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang di cari
validitasnya
Mt : rerata skor total
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rieneka
Cipta, 2010),h.326
32
St : standar deviasi dari skor total
p : proporsi siswa yang menjawab benar (p = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎)
q : proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p)
Kriteria penafsiran indeks validitas pada Tabel 3.4 berikut ini:6
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai rpbi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80-1,00 Sangat Tinggi
0,60-0,79 Tinggi
0,40-0,59 Cukup
0,20-0,39 Rendah
0,00-0,19 Sangat Rendah
Hasil uji validitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini:
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
Jumlah Soal 40
Jumlah Siswa 40
Nomor soal valid 1,2,5,6,9,11,12,14,18,19,20,21,22,23,26,27,28,35,37,38
Jumlah soal valid 20
Persentase soal valid 50%
b. Reliabilitas
Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan alat tersebut dalam menilai apa
yang dinilainya.7 Kriteria dapat dilihat pada Tabel 3.6 sebagai berikut:
6 Ibid,.h.319 7 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), Cet. 17, h. 16
33
Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Reliabilitas
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa nilai reliabilitas instrumen
tes yaitu 0,64. Nilai ini termasuk kategori sedang. Dengan demikian instrumen tes
layak digunakan dalam penelitian.
c. Indeks Kesukaran
Soal yang baik yaitu soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan membuat siswa menjadi
putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba kembali karena diluar
jangkauannya. Dengan rumus: 8
𝑃 =𝐵
𝐽𝑆
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar/betul
JS = jumbah seluruh siswa peserta tes.
Penentuan kategori indeks kesukaran suatu butir soal dapat dilihat pada
Tabel 3.7 berikut ini:9
Tabel 3.7 Indeks Kesukaran
Rentang Nilai Kategori
0,00 ≤ P < 0,30 Sukar
0,31 ≤ P < 0,70 Sedang
0,71 ≤ P < 1,00 Mudah
8 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara 2010) ,
Cet ke-11, hlm. 222 9 Ibid., h.225
Koefisien Korelasi Koefisien Reliabilitas
0,80 <𝑟11 ≤1,00 Sangat baik
0,60 <𝑟11 ≤0,80 Baik
0,40 <𝑟11 ≤0,60 Cukup
0,20 <𝑟11 ≤ 0,40 Rendah
0,00 <𝑟11 ≤0,20 Kecil
34
Hasil perhitungan taraf kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.8
berikut:
Tabel 3.8 Hasil Uji Indeks Kesukaran Instrumen Tes
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Mudah 2 5%
Sedang 31 77,5%
Sukar 7 17,5%
Jumlah 40 100%
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda adalah indeks deskriminasi (D).
separti halnya indeks kesukaran, indeks deskriminasi (daya pembeda) ini bekisar
antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks deskriminasi tidak mengenal tanda
negatif. Dengan menggunakn rumus: 10
𝐷 =𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵
Keterangan:
D = Daya Pembeda
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
JA = Banyaknya peserta kelopok atas
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
JB = Banyakanya perata kelompok bawah
Penentuan kategori daya beda soal dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut ini:11
10 Ibid., h. 228 11 Ibid., h. 232
35
Tabel 3.9 Kategori Daya Pembeda
Rentang Nilai DB Kategori
Bernilai Negatif Drop
0,00 ≤ D < 0,20 Jelek
0,21 ≤ D < 0,40 Cukup
0,41 ≤ D < 0,70 Baik
0,71 ≤ D < 1,00 Baik Sekali
Hasil uji daya beda instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut:
Tabel 3.10 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Drop 6 15%
Jelek 7 17,5%
Cukup 10 25%
Baik 17 42,5%
Baik Sekali - -
Jumlah 40 100%
2. Kalibrasi Instrumen Non Tes
Instrumen non tes yang digunakan berupa angket, dikalibrasi oleh ahli
dengan pertimbangan setelah itu diuji cobakan. Adapun pertimbangan–
pertimbangan seperti pada Tabel 3.11 berikut ini:
36
Tabel 3.11 Uji Validitas Instrumen Nontes
I. Teknik Analisis Data Tes
1. Uji Prasyarat Analisis
Data yang telah terkumpul baik dari kelas kontrol maupun kelas
eksperimen diolah dan dianalisis untuk dapat menunjukkan adanya pengaruh
penggunaan media mobile learning berbasis Android terhadap hasil belajar siswa
pada konsep dinamika partikel. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
bantuan software SPSS 24 mulai dari uji normalitas, homogenitias dan uji hipotesis.
Untuk perhitungan uji normalitas, homogenitias dan uji hipotesis menggunakan
cara sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan menggunakan uji Chi-square
dengan software SPSS 24 dengan langkah-langkah sebagai berikut:12
12 Johar Arifin, SPSS 24 Untuk Penelitian dan Skripsi, (Jakarta: PT. Elex Media
Berdasarkan Tabel 4.2, terlihat bahwa kelas eksperimen lebih unggul
dibandingkan kelas kontrol dari nilai tertinggi 95, nilai terendah 40, modus 76,6
dan rata-rata 65,5. Tetapi pada nilai median kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan
kelas eksperimen sebesar 68,3. Hasil yang didapatkan dari data tersebut
menunjukkan bahwa nilai di kelas kontrol maupun kelas eksperimen memiliki
perbedaan yang tidak signifikan.
3. Rekapitulasi Hasil Belajar
a. Data Hasil Pretest dan Posttest
Data hasil pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat
dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Berdasarkan Tabel 4.3, terlihat bahwa nila rata-rata pretest kelas kontrol
yaitu 32,23 lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen yaitu 31,8. Sementara, nilai
rata-rata posttest kelas eksperimen yaitu 65,5 lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol yaitu 65,08. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai kelas kontrol maupun kelas
eksperimen mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan yang berbeda.
Kelas kontrol yang diberikan perlakuan pembelajaran konvensional mengalami
peningkatan hasil belajar dengan selisih nilai pretest dan posttest sebesar 32,85,
sedangkan selisih nilai rata-rata pretest dan posttest kelas eksperimen yang
diberikan perlakuan berupa pembelajaran menggunakan aplikasi mobile learning
Pemusatan Data dan
Penyebaran Data
Pretest Posttest
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Nilai Tertinggi 55 50 85 95
Nilai Terendah 15 5 35 40
Median 31 29,88 68,3 65,6
Modus 29,5 22,8 72,6 76,6
Rata-rata 32,23 31,8 65,08 65,5
SD 12,17 12,3 16,13 14,52
45
berbasis Android sebesar 33,7. Data tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen
yang diberi perlakuan pembelajaran menggunakan aplikasi mobile learning
berbasis Android memiliki peningkatan hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran secara
konvensional.
b. Kemampuan Kognitif Siswa
Kemampuan kognitif siswa pada konsep dinamika partikel untuk setiap
jenjangnya dapat dilihat seperti pada Gambar 4.3 berikut:
Gambar 4.3 Grafik Rata-rata Jenjang Kognitif Hasil Pretest dan Posttest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Gambar 4.5 terlihat bahwa, persentase hasil belajar siswa pada setiap
jenjang kognitif di kelas kontrol dan eksperimen mengalami peningkatan,
berdasarkan hasil pretest, rata-rata siswa dikelas kontrol yang menjawab benar soal-
soal jenjang kognitif C1 (meningat) sebesar 54%, C2 (memahami) sebesar 41%, C3
(menerapkan) sebesar 50%, C4 (menganalisis) sebesar 29%, C5 (mengevaluasi)
sebesar 10%, dan C6 (mencipta) sebesar 5%. Rata-rata soal yang dijawab oleh
siswa dikelas kontrol pada saat posttest yaitu, jenjang kognitif C1 (mengingat)
sebesar 77%, C2 (memahami) sebesar 78%, C3 (menerapkan) sebesar 76%, C4
(menganalisis) sebesar 64%, C5 (mengevaluasi) sebesar 48%, dan C6 (mencipta)
54
%
41
% 50
%
29
%
10
%
5%
60
%
60
%
48
%
22
%
7%
1%
77
%
78
%
76
%
64
%
48
%
21
%
85
%
80
%
77
%
67
%
49
%
28
%
C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 C 6
Per
sen
tase
Jenjang Ranah Kognitif
KEMAMPUAN KOGNITIF
Pretest kontrol Pretest eksperimen Posttest kontrol Posttest eksperimen
46
sebesar 21%. Hasil pretest, rata-rata siswa dikelas eksperimen yang menjawab
benar soal-soal jenjang kognitif C1 (meningat) sebesar 60%, C2 (memahami)
sebesar 60%, C3 (menerapkan) sebesar 48%, C4 (menganalisis) sebesar 22%, C5
(mengevaluasi) sebesar 7%, dan C6 (mencipta) sebesar 1%. Rata-rata soal yang
dijawab oleh siswa dikelas eksperimen pada saat posttest yaitu, jenjang kognitif C1
(mengingat) sebesar 85%, C2 (memahami) sebesar 80%, C3 (menerapkan) sebesar
77%, C4 (menganalisis) sebesar 67%, C5 (mengevaluasi) sebesar 49%, dan C6
(mencipta) sebesar 28%.
Peningkatan jenjang kognitif untuk kedua kelas dapat dilihat dari Gambar
4.4 berikut:
Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen.
Pengolahan data untuk uji N-Gain pada Gambar 4.4 dapat dilihat pada
lampiran 3J.
Berdasarkan Gambar 4.4 peningkatan hasil belajar kelas kontrol pada
jenjang kognitif C1 (mengingat) meningkat sebesar 0,51 (sedang), C2 (memahami)
meningkat sebesar 0,63 (sedang), C3 (menerapkan) meningkat sebesar 0,52
(sedang), C4 (menganalisis) meningkat sebesar 0,49 (sedang), C5 (mengevaluasi)
meningkat sebesar 0,62 (sedang), dan C6 (mencipta) meningkat sebesar 0,18
(rendah). Sedangkan peningkatan hasil belajar di kelas eksperimen pada jenjang
kognitif C1 (mengingat) meningkat sebesar 0,62 (sedang), C2 (memahami)
51
% 63
%
52
%
49
% 62
%
18
%
62
%
51
% 56
%
58
% 70
%
29
%
C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 C 6
Per
sen
tase
Jenjang Kognitif
N-Gain
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
47
meningkat sebesar 0,51 (sedang), C3 (menerapkan) meningkat sebesar 0,56
(sedang), C4 (menganalisis) meningkat sebesar 0,58 (sedang), C5 (mengevaluasi)
meningkat sebesar 0,70 (tinggi), dan C6 (mencipta) meningkat sebesar 0,29
(rendah). Berdasarkan tinjauan dari peningkatan hasil belajar, kelas eksperimen
unggul dibandingkan dengan kelas kontrol pada kemampuan C1 (mengingat), C3
(menerapkan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).
4. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data terdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap hasil pretest dan posttest pada kelas
kontrol dan eksperimen. Rumus yang digunakan untuk mengukur normalitas yaitu
rumus uji Chi-Square. Peneliti menggunakan software SPSS 24 dalam melakukan
uji normalitas.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pengambilan kesimpulan uji normalitas diambil berdasarkan pada ketentuan
kriteria pengujian uji Chi Square, jika P-value < α, maka H0 ditolak (tidak
berdistribusi normal) dan jika P-value > α, maka H0 diterima (berdistribusi normal).
Dalam SPSS menggunakan istilah significance (sig) untuk P-value. Taraf signifikan
yang digunakan adalah 0,05 atau 5%. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai sig data
pretest kelas kontrol sebesar 0,513 dan kelas eksperimen 0,396. Nilai sig data
posttest kelas kontrol sebesar 0,403 dan kelas eksperimen 0,823. Nilai keempat data
Statistik
Pretest Posttest
Kelas
Kontrol
Kelas
Eskperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Ekperimen
Sig 0,513 0,396 0,403 0,823
Taraf Sig (α) 0,05
Kesimpulan
Data
berdistribusi
normal
Data
berdistribusi
normal
Data
berdistribusi
normal
Data
berdistribusi
normal
48
tersebut lebih besar dibandingkan taraf sig. Sesuai data tersebut dapat disimpulkan
hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan eksperimen terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kedua kelas memiliki varians
yang sama atau tidak. Uji homogenitas hasil pretest dan posttest kelas kontrol juga
kelas eksperimen. Pengujian homogenitas peneliti menggunakan software SPSS 24
dengan uji Fisher atau One-Way ANOVA. Hasil perhitungan uji homogenitas pada
Tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji homogenitas Pretest dan Posttest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pengambilan kesimpulan uji homogenitas data pretest dan posttest diambil
berdasarkan ketentuan kriteria pengujian, jika signifikansi yang diperoleh > α, maka
viariansi setiap sampel sama (homogen) sedangkan jika signifikansi yang diperoleh
< α, maka variansi setiap sampel berbeda (tidak homogen). Taraf signifikansi (α)
yaitu 5%. Tabel 4.5 menunjukkan hasil rekapitulasi seluruh uji homogenitas, nilai
sig data pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 0,241 dan nilai sig data
posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen 0,107. Nilai kedua sig lebih besar dari
taraf signifikansi yaitu 0,05 maka disimpulkan pada saat pretest dan posttest kelas
kontrol maupun eksperimen memiliki varians yang sama (homogen).
Statistik
Pretest Posttest
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Sig 0,994 0,927
Taraf Sig
(α) 0,05
Kesimpulan Kedua data homogen Kedua data homogen
49
5. Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat statistik, diperoleh bahwa data terdistribusi
normal dan kedua sampel homogen. Oleh karena itu, pengujian hipotesis dilakukan
menggunakan uji t (paired-sample t test) menggunakan bantuan software SPSS 24.
Hasil perhitungan seperti pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen
Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya H0 adalah dengan melihat
nilai pada kolom sig (2-tailed). Taraf signifikansi (α) yang digunakan yaitu 5%.
Pengambilan kesimpulan hipotesis berdasarkan kriteria pengujian, yaitu jika nilai
sig (2-tailed) < α, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa
nilai sig (2-tailed) hasil pretest sebesar 0,057 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05,
sehingga hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H1) ditolak. Artinya
tidak terdapat pengaruh di kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Hasil posttest,
nilai sig (2-tailed) sebesar 0,00 lebih kecil dari nilai taraf signifikansi sebesar 0,05,
sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Artinya
terdapat pengaruh mobile learning berbasis Android terhadap hasil belajar siswa
pada konsep dinamika partikel.
6. Hasil Analisis Data Angket
Hasil perhitungan angket respon siswa terhadap mobile learning berbasis
Android pada Tabel 4.7 berikut:
Statistik Pretest Posttest
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Sig (2-tailed) 0,057 0,00
Taraf Sig (α) 0,05
Kesimpulan 𝑯𝟎 ditolak 𝑯𝟏 diterima
50
Tabel 4.7 Hasil Angket Respon Siswa
Pengolahan data untuk data angket respon siswa pada Tabel 4.7 dapat
dilihat pada lampiran 3K.
Tabel 4.7 menunjukkan hasil persentase respon terhadap penggunaan
mobile learning berbasis Android dalam pembelajaran fisika pada konsep dinamika
partikel. Rata-rata persentase 70% menunjukkan keseluruhan kategori baik.
Perhitungan hasil angket dapat dilihat pada lampiran 3K
B. Pembahasan
Hasil analisis perolehan data pretest pada kedua kelas yaitu kelas A
(kontrol) dan kelas B (eksperimen). Perolehan nilai kelas A lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas B. Terbukti dengan nilai rata-rata hasil pretest kelas A
memperoleh 32,23 lebih besar dari kelas B yang memperoleh sebesar 31,8. Data
tersebut dapat menentukan bahwa kelas A menjadi kelas kontrol yaitu kelas X
MIPA 1 sedangkan kelas B menjadi kelas eksperimen yaitu kelas X MIPA 2. Kelas
kontrol mendapatkan perlakuan pembelajaran secara konvensional karena dianggap
tidak memiliki masalah karena hasil pretest yang lebih besar dibandingkan kelas
eksperimen. Kelas eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran menggunakan
mobile learning berbasis Android. Penelitian berlangsung satu bab terselesaikan,
dan setelah pembelajaran selesai dilaksanakan posttest.
Hasil posttest yang didapatkan menunjukkan bahwa kelas eksperimen
memperoleh nilai rata-rata lebih unggul dibandingkan kelas kontrol. Nilai rata-rata
kelas eksperimen sebesar 65,5 sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 65,08
setelah mendapatkan nilai posttest dilakukan uji hipotesis data posttest, nilai yang
Indikator Angket Kelas Eksperimen
Persentase Kesimpulan
Penyajian desain tampilan, gambar,
animasi, dan video dalam media
pembelajaran berbasis Android
69% Baik
Penyajian konsep materi dan evaluasi 70% Baik
Penggunaan media pembelajaran berbasis
Android dalam proses belajar mengajar 70% Baik
Rata-rata 70% Baik
51
diperoleh yaitu sig (2-tailed) sebesar 0,000 dan nilai taraf signifikansi 0,05.
Sehingga nilai sig (2-tailed) < nilai taraf signifikansi, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh mobile learning berbasis Android terhadap hasil belajar
siswa pada konsep dinamika partikel. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Prasetyo Adhi Nurcahyo, yang menunjukkan bahwa perlakuan yang
diberikan terhadap kelas eksperimen cukup efektif sehingga media pembelajaran
aplikasi android memberikan pengaruh terhadap hasil belajar kepada siswa.1
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar dapat memegang
peranan yang penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar yang
menyenangkan sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Media yang dikembangkan praktis, ditinjau dari siswa
dapat mengoprasikan secara mandiri. 2 Jurnal tersebut mendukung hasil penelitian
yang telah didapat, penggunaan mobile learning berbasis Android melibatkan siswa
untuk menggunakan smartphone Android sebagai media pembelajaran. Aplikasi
mobile learning berbasis Android terdapat bagian yang membuat siswa termotivasi
untuk mengaktifkan diri dan menggunakan aplikasi tersebut karena praktis. Melalui
penyajian materi yang inovatif, diseratai dengan fitur-fitur yang mendukung, seperti
animasi dan video.
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil N-Gain pada tiap
jenjang kognitif, bisa disimpulkan bahwa kelas eksperimen lebih unggul
dibandingkan dengan kelas kontrol pada setiap jenjang kognitif kelas eksperimen
unggul dibandingkan dengan kelas kontrol pada kemampuan C1 (mengingat), C3
(menerapkan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta). Jenjang
kognitif yang paling unggul di kelas eksperimen yaitu C1 dan C6 karena terdapat
perbedaan lebih tinggi diantara jenjang kognitif lainnya, perbedaan masing-masing
yaitu 11%, keunggulan pada kelas eksperimen dikarenakan mobile learning
berbasis Android yang digunakan dalam penelitian terdapat materi ajar, gambar,
1 Prasetyo Adhi Nurcahyo, “Pengaruh Media Pembelajaran Aplikasi Android Terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi”, Jurnal Pendidikan Vokasional
Teknik Mesin Vol. 4, 2016,h. 337 2M. Ali Alfian dan Rudy Kustijono, “Pengembangan Software Fisika Berbasis Android
sebagai Media Belajar Listrik Dinamis”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2015, Vol. 04, h. 183
52
animasi, video, LKS, dan evaluasi. Pada bagian evaluasi siswa bisa membuka
kembali evaluasi tersebut dan mempelajari kembali.
Jenjang kognitif C1 (mengingat) di kelas eksperimen lebih unggul 11%
dibandingkan kelas kontrol, hal ini terjadi karena penggunaan mobile learning
berbasis Android yang menstimulus siswa untuk menghubungkan pengetahuan
lama dan pengetahuan baru. Sementara di kelas kontrol siswa hanya mendapatkan
penjelasan dari guru.
Kelas eksperimen pada jenjang kognitif C3 (menerapkan) lebih tinggi
sebesar 56% dibandingkan dengan di kelas kontrol sebesar 52%, hal ini sejalan
dengan peneltitian yang telah dilakukan oleh Mohamed Osman M. El-Hussein and
Johannes C. Cronje bahwa desain teknologi yang tepat mengarah pada efektivitas
pembelajaran mobile yang lebih baik..3 Peningkatan pada jenjang kognitif C3
terjadi karena siswa dapat melihat video secara offline pada aplikasi sehingga lebih
memahami runtutan kejadian yang berhubungan dengan konsep dinamika partikel.
Pada jenjang kognitif C4 (menganalisis) terdapat peningkatan hasil belajar yang
berbeda pada kelas kontrol 49% dan kelas eksperimen 58%, dikarenakan mobile
learning berbasis Android mengaitkan materi yang disampaikan dengan kehidupan
sehari-hari, sehingga siswa dengan mudahnya menganalisis konsep. Cara
memanfaatkan teknologi untuk materi terkait kehidupan sehari-hari merupakan
peluang yang bagus. Seperti penelitian yang sudah dilakukan oleh Hafizul Fahri
Hanafi, yaitu khususnya hak milik teknologi Android, menawarkan peluang
pendidikan kepada pemegang saham: siswa, instruktur, dan administrator.4
Jenjang kognitif C5 (mengevaluasi) kelas eksperimen mengalami
peningkatan lebih tinggi sebesar 70% dibandingkan kelas kontrol sebesar 62%, hal
ini terjadi karena siswa lebih tertarik untuk melakukan evaluasi melalui aplikasi
Android. Hasil belajar di kelas eksperimen pada jenjang kognitif C6 (mencipta)
lebih tinggi sebesar 29% dibandingkan kelas kontrol sebesar 18% dengan
3 Mohamed Osman M. El-Hussein dan Johannes C. Cronje, Defining Mobile Learning in
the Higher Education Landscape, Educational Technology & Society, 2010, h. 20 4 Hafizul Fahri Hanafi, Mobile Learning Environment System (MLES): The Case of
Android-based Learning Application on Undergraduates’ Learning, International Journal of
Advanced Computer Science and Applications, Vol. 3, 2012, h. 66
53
perbedaan yaitu 11%. Pada kelas eksperimen menggunakan media mobile learning
berbasis Android, karena media tersebut memacu siswa untuk belajar dan
menemukan ide-ide yang akan dituangkan pada konsep dinamika partikel, sehingga
siswa berfikir apa yang terjadi dengan benda bila diberi gaya, hasil pada jenjang
kognitif ini lenih tinggi. Hasil belajar dikelas eksperimen pada jenjang kognitif C6
(mencipta) lebih tinggi, hal ini terjadi karena kelas eksperimen menggunakan media
mobile learning yang didalamnya terdapat video sehingga siswa terpacu untuk
menemukan ide dan mendiskusikannya.
Peningkatan hasil belajar yang beda pada kelas kontrol dan eksperimen
yang menggunakan media mobile learning berbasis Android pada jenjang kognitif
menunjukkan bahwa media yang digunakan berpengaruh positif dalam
pembelajaran fisika pada konsep dinamika partikel dan tergolong dalam kategori
baik. Hal ini didukung oleh hasil pengolahan angket. Kategori setiap indikator
bernilai baik. Indikator terdiri dari penyajian desain tampilan, gambar, animasi, dan
video; penyajian konsep materi dan evaluasi; dan penggunaan media pembelajaran
berbasis Android dalam proses belajar mengajar. Penelitian ini juga didukung oleh
Yulianto, Soetadi, dan Elvin bahwa media pembelajaran mobile pocket book
berbasis android pada materi momentum dan impuls kelas XI SMA dapat
memotivasi siswa untuk belajar.5
Kelebihan aplikasi mobile learning berbasis Android antara lain: (1)
aplikasi ini disajikan dengan perpaduan materi, gambar, animasi, video, dan soal
latihan, (2) dioperasikan dengan smartphone berbasis Android secara offline
sehingga siswa dapat mengakses setiap saat tanpa menggunakan paket data. (3)
meminimalisir penggunaan kertas, juga meminimalisir global warming (4) aplikasi
ini bisa di bagikan secara bebas dan biaya yang ringan dan dibagikan menggunakan
share it agar lebih cepat. Mobile learning pada penelitian ini layak digunakan,
karena telah tervalidasi oleh dosen dan guru fisika sebagai ahli desain dan materi,
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Qomarullah, Sukirman, dan
5 Yulianto Agung Rezeki, “Pengembangan Mobile Pocket Book Sebagai Media
Pembelajaran Berbasis Android Menggunakan Adobe Flash Profesional CS5.5 Pada Materi
Momentum dan Impuls SMA Kelas XI”, Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2014, h. 5
54
Nurussa’adah yaitu produk MPI yang sudah diproduksi dan diimplementasikan ini
dapat dikatakan layak, karena selain mendasarkan pada pendapat ahli materi dan
media di atas, dari sisi siswa yang menjadi pelaku utama praktik pembelajaran
(responden)6
Kekurangan aplikasi mobile learning berbasis Android antara lain: (1)
aplikasi ini baru bisa digunakan untuk smartphone berbasis Android (2) siswa dapat
membuka aplikasi lain pada saat pembelajaran (3) belum bisa tersambung langsung
ke server sehingga proses aktifitas siswa masih menggunakan kertas.
6 Muhammad Qomarullah Zaman, Sukirman, dan Nurussa’adah, “Pengembangan
Multimedia Pembelajaran Interaktif Menggunakan Macromedia Flash Professional Pada Mata
Pelajaran Fisika”, Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studie, 2012,
h.6
55
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji-t didapatkan asymp sig.(2-
tailed) sebesar 0,00 dan nilai probabilitas sebesar 0,05, ini menunjukkan bahwa
nilai asymp sig.(2-tailed) lebih kecil dibandingkan nilai probabilitas. Artinya
terdapat pengaruh mobile learning berbasis Android terhadap hasil belajar
siswa pada konsep dinamika partikel.
2. Peningkatan kemampuan siswa menggunakan mobile learning berbasis
Android pada konsep dinamika partikel di kelas eksperimen pada jenjang
kognitif C1 (mengingat) meningkat sebesar 0,62 (sedang), C2 (memahami)
meningkat sebesar 0,51 (sedang), C3 (menerapkan) meningkat sebesar 0,56
(sedang), C4 (menganalisis) meningkat sebesar 0,58 (sedang), C5
(mengevaluasi) meningkat sebesar 0,70 (tinggi), dan C6 (mencipta) meningkat
sebesar 0,29 (rendah). Berdasarkan tinjauan dari peningkatan hasil belajar,
kelas eksperimen unggul dibandingkan dengan kelas kontrol pada kemampuan
C1 (mengingat), C3 (menerapkan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan
C6 (mencipta).
3. Berdasarkan hasil angket, respon siswa terhadap mobile learning berbasis
Android dalam pembelajaran dengan rata-rata sebesar 70% berada pada
kategori baik.
B. SARAN
Pada penelitian ini terdapat saran sebagai berikut:
1. Pada saat melakukan pembelajaran menggunakan mobile learning pada
smartphone siswa dapat dengan mudah membuka aplikasi selain aplikasi
56
pembelajaran, sehingga dibutuhkan server untuk mengontrol aktivitas
penggunaan smartphone.
2. Aplikasi yang digunakan masih membutuhkan kertas untuk mengisi LKS, oleh
karena itu untuk peneliti selanjutnya agar mengembangkan aplikasi yang
didalamnya bisa mengisi LKS tanpa memerlukan kertas lagi.
57
DAFTAR PUSTAKA
Akdon dan Riduan. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika. Bandung: Alfabeta.
2013.
Arifin, Johar. SPSS 24 Untuk Penelitian dan Skripsi. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo. 2017.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
2010.
Arsyad, Azhar Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 2011.
Arsyad, Azhar Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 2013.
Bachtiar, Harsja W. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 2009.
Cronje, Johannes C dan Mohamed Osman M. El-Hussein. Defining Mobile
Learning in the Higher Education Landscape. Educational Technology &
Society. 2010.
Cronje, Johannes C dan Mohamed Osman M. El-Hussein. Defining Mobile
Learning in the Higher Education Landscape. Educational Technology &
Society. 2010.
Dahar, Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
2011.
Ramadhan, Dimas Gilang. Pengaruh Mobile Learning Berbasis Terhadap Tingkat
Visualisasi dan Pemahaman Siswa Pada Konsep Dinamika Gerak, Jurnal
Edukasi. 2015.
Giancoli, Dougles C. Fisika Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. 2001.
Hanafi, Hafizul Fahri. Mobile Learning Environment System (MLES): The Case of
Android-based Learning Application on Undergraduates’ Learning.
58
International Journal of Advanced Computer Science and Applications.
Vol. 3. 2012.
Kanginan, Marthen. Fisika SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2013.
Krathowhl, David R dan Lorin W. Anderson. Kerangka Landasan Untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2010.
Kustijono, Rudy dan M. Ali Alfian. Pengembangan Software Fisika Berbasis
Android Sebagai Media Belajar Listrik Dinamis. Jurnal Inovasi Pendidikan
Fisika. Vol. 04. 2015.
Lasmawan, Wayan. Pengembangan Perangkat Pembelajaran E-Learning Mata
Kuliah Wawasan Pendidikan Dasar, Telaah Kurikulum Pendidikan Dasar,
Pendidikan IPS Sekolah Dasar, Prespektif Global dan Problematika
Pendidikan Dasar. Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol. 4. 2015.
Nurcahyo, Prasetyo Adhi. Pengaruh Media Pembelajaran Aplikasi Android
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelistrikan Mesin dan Konservasi Energi.
Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Mesin. Vol.4. 2016.
Nurussa’adah, Muhammad Qomarullah Zaman, Sukirman. Pengembangan
Multimedia Pembelajaran Interaktif Menggunakan Macromedia Flash
Professional Pada Mata Pelajaran Fisika. Indonesian Journal of
Curriculum and Educational Technology Studie. 2012.
Rezeki, Yulianto Agung. Pengembangan Mobile Pocket Book Sebagai Media
Pembelajaran Berbasis Android Menggunakan Adobe Flash Profesional
CS5.5 Pada Materi Momentum dan Impuls SMA Kelas XI. Pendidikan
Fisika FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2014.
Rusman. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta. 2013.
Sandy, Teguh Arie. Power Point For Android. Yogyakarta: Deepublish. 2014.
59
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2012.
Sudjiono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2005.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV.
Alfabeta. 2013.
Sutjipto, Bambang dan Cecep Kustandi. Media Pembelajaran: Manual dan Digital.
Bogor: Ghalia Indonesia. 2011.
Young, Hugh D. Fisika Universitas Edisi ke-10. Jakarta: Erlangga. 2002.
Ziden, Azidah Abu dan Samsiah Bidin. Adoption and Application of Mobile
Learning in the Education Industry. Procedia – Social and Behavioral
Sciences. 2013.
60
Lampiran 1A
Rekapan Hasil Wawancara Guru
No Pertanyaan Wawancara Jawaban Guru SMAN 13 Kabupaten
Tangerang
1. Bagaimana pendapat ibu mengenai
media pembelajaran fisika di SMA
ini?
Media pembelajaran fisika di SMA ini
kurang, dari laptop dan proyektor yang
digunakan kurang dari jumlah kelas yang
ada. Sesekali menggunakan proyektor
2. Apa saja jenis media pembelajaran
fisika yang ada?
Proyektor saja.
3. Apakah ibu selalu menggunakan
media pembelajaran fisika?
Tidak, hanya sesekali.
4. Bagaimana pola pemanfaatan
media di dalam kelas?
(perorangan, kelompok, atau
demonstrasi guru)
Perorangan, karena hanya menggunakan
proyektor.
5. Bagaimana cara ibu melakukan
evaluasi setelah menggunakan
media? Apa bentuknya?
Memberikan soal latihan dari lks.
6. Bagaimana hasil evaluasi setelah
kegiatan pembelajaran dengan
memanfaatkan media
pembelajaran?
Masih kurang hasilnya.
7. Bagaimana cara ibu mengaktifkan
dan melibatkan siswa dengan
memanfaatkan media
pembelajaran?
Menanyakan beberapa siswa tentang
materi yang dibahas dan siswa lain bisa
ikut memberikan jawaban yang berbeda.
8. Apa saja hambatan yang dialami
ibu dalam memanfaatkan media?
Membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk menggunakan proyektor dalam
menyambungkan ke komputer.
9. Adakah kesulitan-kesulitan yang
dialami siswa dalam menggunakan
media?
Tidak ada
10. Apakah media pembelajaran sudah
dimanfaatkan secara maksimal?
Belum digunakan secara maksimal
11. Apakah sudah pernah
menggunakan media pembelajaran
berbasis Android? (dalam aplikasi)
Belum pernah
12. Bagaimana pendapat ibu dengan
media pembelajaran fisika
berbasis Android?
Inovasi yang bagus untuk memanfaatkan
samrtphone.
61
Lampiran 1A
Rekapan Hasil Wawancara Siswa
No Pertanyaan
Wawancara
Jawaban Siswa SMAN 13 Kabupaten
Tangerang
Siswa 1 Siswa 2
1. Apakah dalam
pembelajaran fisika
guru selalu
menggunakan media?
Jarang, handphone Tidak selalu
2. Apakah Anda senang
jika dalam
pembelajaran fisika
menggunakan media?
Ya, mempermudah
dalam memahami
Ya, senang sekali karna
kita bisa lebih tau
materi yang dibahas
dan mengaplikasiannya
3. Apa saja media yang
pernah digunakan?
Handphone dan
internet
Handphone dan
internet
4. Apakah Anda ikut aktif
dalam menggunakan
media?
Ikut aktif, belum
pernah ke lab
Ikut aktif, belum
pernah ke lab
5. Apakah guru Anda
melakukan evaluasi
setelah pembelajaran
menggunakan media?
Ya Ya
6. Kesulitan apa yang
Anda temui saat
menggunakan media?
Kesulitan ketika
menjawab soal
Kesulitan karena tidak
tahu caranya, dan
terlalu singkat.
7. Apakah Anda lebih
memahami pelajaran
fisika atau mengalami
keulitan setelah
menggunakan media
pembelajaran?
Tergantung
pemahaman
Lebih memahami
8. Apakah Anda sudah
pernah menggunakan
media pembelajaran
fisika berbasis Android?
Sudah, tapi dalam
aplikasi belum pernah
Belum pernah pakai
aplikasi
9. Bagaimana pendapat
Anda dengan
pembelajaran fisika
berbasis Android?
Setuju, dengan
penjelasan tambahan
dari juga
Sangat membantu,
karena bisa dipelajari
62
No Pertanyaan
Wawancara
Jawaban Siswa SMAN 13 Kabupaten
Tangerang
Siswa 3 Siswa 4
1. Apakah dalam
pembelajaran fisika
guru selalu
menggunakan media?
Tidak selalu,
terkadang
diperintahkan untuk
mencari di internet
Tidak selalu, hanya
menggunakan papan
tulis
2. Apakah Anda senang
jika dalam
pembelajaran fisika
menggunakan media?
Ya senang, lebih bisa
memahami jika
mengunakan media
pembelajaran
Senang, karena merasa
lebih asik.
3. Apa saja media yang
pernah digunakan?
Handphone dan
internet.
Belum ada
4. Apakah Anda ikut aktif
dalam menggunakan
media?
Ya, ikut aktif Selama ini belum
pernah. Jika pakai
media akan ikut aktif
5. Apakah guru Anda
melakukan evaluasi
setelah pembelajaran
menggunakan media?
Ya, soal yang ada di
buku.
Ya, terkadang tanya
jawab
6. Kesulitan apa yang
Anda temui saat
menggunakan media?
Mencari yang benar-
benar mudah dipahami
Jika memakai media
akan lebih mudah
karna ada gambaran.
7. Apakah Anda setelah
menggunakan media
pembelajaran lebih
memahami pelajaran
atau mengalami
kesulitan?
Ya, lebih bisa
memahami
Belum pernah
menggunakan media
8. Apakah Anda sudah
pernah menggunakan
media pembelajaran
fisika berbasis Android?
Belum pernah Belum pernah
9. Bagaimana pendapat
Anda dengan
pembelajaran fisika
berbasis Android?
Sangat membantu
dalam proses belajar
dan mungkin
menyenangkan
Lebih memudahkan
untuk belajar.
63
Lampiran 1B
Kisi – kisi Instrumen Tes
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Dinamika Partikel
Kelas/Semester : X / I
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Jumlah soal : 40
Kompetensi Inti :
KI. 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI. 2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI. 3 Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI. 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar :
1.1 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik fenomena gerak
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti;