PENGARUH METODE PEMISAHAN TERHADAP RETURN ON ASSET BANK UMUM SYARIAH HASIL PEMISAHAN PERIODE 2011-2016 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: ENDAH PUTRI DEWANTI NIM. 1112046100147 JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016
110
Embed
PENGARUH METODE PEMISAHAN TERHADAP RETURN ON …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33903/3/ENDAH... · Magang di Bank Indonesia Institute sebagai fasilitator di Divisi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH METODE PEMISAHAN TERHADAP RETURN ON ASSET
BANK UMUM SYARIAH HASIL PEMISAHAN PERIODE 2011-2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
ENDAH PUTRI DEWANTI
NIM. 1112046100147
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2016
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Endah Putri Dewanti
Tempat/Tgl. Lahir : Tangerang, 01 Juli 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Komplek BLKI B5 No. 23, Jelupang, Serpong Utara
Pada Tabel 1.2 menunjukan bahwa pada pertumbuhan aset, tahun 2011
pertumbuhan aset mencapai 49,17% lalu pada tahun 2012 pertumbuhannya mulai
mengalami penurunan menjadi sebesar 34,06%, hal tersebut terus berlanjut hingga
3 M. Nur Rianto Al Arif, “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi
pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.19 (2), Mei
2015, h. 301
6
pada tahun 2015 pertumbuhan aset semakin rendah yakni sebesar 8,78%. Pada sisi
DPK juga mengalami penurunan laju pertumbuhan, tahun 2011 pertumbuhan DPK
mencapai 50,56% dan di tahun 2012 pertumbuhannya mulai menurun menjadi
sebesar 43,69% di tahun-tahun berikutnya pun mengalami penurunan, kemudian
pada tahun 2015 pertumbuhan DPK melambat menjadi sebesar 6,85%. Sama
halnya pada sisi pembiayaan, pada tahun 2011 pembiayaan mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 51,80% namun di tahun 2012 mulai menurun menjadi sebesar
27,81% kemudian penurunan laju pertumbuhan terus terjadi sampai pada tahun
2015 pertumbuhan pembiayaan semakin rendah yakni sebesar 6,11%. Berdasarkan
data di atas, jika diihat dari jumlah aset, DPK, dan pembiayaan selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya, namun mulai tahun 2012 pertumbuhan baik dari sisi
aset, DPK, maupun pembiayaan mengalami penurunan laju pertumbuhan, padahal
pada tahun-tahun sebelumnya selalu mengalami peningkatan. Hal ini berarti telah
terjadi penurunan kinerja industri perbankan syariah di Indonesia sejak tahun 2012,
padahal seharusnya dengan adanya kebijakan pemisahan diharapkan dapat
meningkatkan kinerja perbankan syariah secara nasional.
Setelah dikeluarkannya UU No. 21 Tahun 2008, banyak unit usaha syariah
memisahkan diri dari bank induk konvensional dan menjadi bank umum syariah
tersendiri dengan alasan ingin memajukan industri perbankan syariah di Indonesia.
Dari sembilan bank umum syariah yang berdiri pasca dikeluarkannya UU No. 21
Tahun 2008 hanya lima BUS yang melalui proses pemisahan UUS. Dua
diantaranya melakukan pemisahan murni yakni BNI Syariah dan BJB Syariah, dan
tiga bank lainnya melalui proses akuisisi, konversi, dan merger yaitu BRI Syariah,
7
Bukopin Syariah dan BTPN Syariah pada tahun 2014. Berikut data rasio keuangan
empat Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan.
Tabel 1.3 Rasio Keuangan BUS Hasil Pemisahan Tahun 2011-2015, (%)
2011 2012 2013 2014 2015
BNIS
ROA 1,29 1,48 1,37 1,27 1,43
NPF 2,42 1,42 1,13 1,04 1,46
BOPO 87,86 85,39 83,94 89,80 89,63
CAR 20,67 14,10 16,23 18,43 15,48
FDR 78,60 84,99 97,86 92,60 91,94
BJBS
ROA 1,23 0,67 0,91 0,72 0,25
NPF 0,41 2,10 1,16 3,87 4,45
BOPO 84,07 90,62 85,76 91,01 98,78
CAR 30,29 21,73 17,99 15,78 22,53
FDR 78,10 88,06 97,40 84,02 104,75
BRIS
ROA 0,20 1,19 1,15 0,08 0,76
NPF 2,12 1,84 3,26 3,65 3,89
BOPO 99,25 86,63 95,24 99,77 102,70
CAR 14,74 11,35 14,49 12,89 13,94
FDR 90,55 103,07 102,70 93,90 84,16
BSB
ROA 0,52 0,55 0,69 0,27 0,79
NPF 1,54 4,26 3,68 3,34 2,74
BOPO 93,86 91,59 96,73 96,77 91,99
CAR 15,29 12,78 11,10 14,80 16,31
FDR 83,66 92,29 100,29 92,89 90,56
Sumber : Laporan Keuangan Bank, 2015
Berdasarkan Tabel 1.3 merupakan kinerja keuangan Bank Umum Syariah
hasil pemisahan periode 2011-2015. BNI Syariah selama periode 2011-2015 secara
umum cenderung mengalami kenaikan kinerja, hal ini dapat dilihat pada
meningkatnya nilai ROA pada tahun 2015, dan meningkatnya tingkat efisiensi yang
ditandai dengan menurunnya nilai BOPO di tahun 2015 walau sempat mengalami
kenaikan ditahun 2014. Dari sisi NPF mengalami peningkatan di tahun 2015 meski
8
begitu secara umum dari tahun 2011-2014 nilai NPF selalu menurun. BJB Syariah
pada periode 2011-2015 cenderung mengalami penurunan kinerja, hal ini dapat
dilihat dari menurunnya tingkat profitabiltas yang diindikasikan dari menurunnya
nilai ROA pada dua tahun terakhir. Tidak hanya itu, di tahun 2015 juga terjadi
penurunan tingkat efisiensi operasional, meningkatnya pembiayaan bermasalah,
dan menurunnya tingkat likuiditas yang ditandai dengan meningkatnya nilai BOPO
dan NPF serta menurunnya nilai FDR. Pada BRI Syariah periode 2011-2015
cenderung mengalami penurunan kinerja, hal ini dilihat dari meningkatnya nilai
NPF dan BOPO pada tiga tahun terakhir. Serta terjadi penurunan tingkat likuiditas
yang ditandai dengan menurunnya nilai FDR. Dan pada Bukopin Syariah di periode
2011-2015 mengalami peningkatan kinerja, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya
nilai ROA di tahun 2015 dan dari sisi permodalan juga mengalami peningkatan
yang ditandai dengan meningkatnya nilai CAR pada dua tahun terakhir.
Pembiayaan bermasalah juga semakin menurun yang ditandai dengan semakin
rendahnya nilai NPF di tiga tahun terkahir.
Berdasarkan kinerja Bank Umum Syariah hasil pemisahan dalam kurun
waktu lima tahun terakhir dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan pemisahan dari
UUS menjadi BUS tidak selalu mengalami peningkatan kinerja tetapi juga terdapat
BUS hasil pemisahan yang mengalami penurunan kinerja, baik itu dengan cara
pemisahan murni maupun melalui akuisisi dan konversi. Terdapat beberapa
penelitian yang telah dilakukan terkait kebijakan pemisahan.
9
Nasuha4 melakukan penelitian pada tahun 2010-2011 terkait pengaruh
pemisahan terhadap kinerja bank syariah, dalam studinya menunjukkan bahwa
perbedaan kinerja antara satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah pemisahan
terjadi pada total aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan. Hamid5 dalam
penelitiannya menemukan bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh positif
terhadap profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia.
Hal yang sama juga ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan Ramdani6
bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh positif terhadap jumlah laba operasional
PT Bank BNI Syariah. Al Arif7 melakukan penelitian terkait kebijakan pemisahan
dan dampaknya terhadap tingkat efisiensi, dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh negatif tehadap efisiensi industri
perbankan syariah di Indonesia.
Sementara Al Arif8 dalam studinya terkait dampak pemisahan tehadap
pembiayaan menemukan bahwa kebijakan pemisahan tidak memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan pembiayaan bank umum syariah hasil pemisahan. Selain itu,
Al Arif9 dalam studinya terkait tipe pemisahan dan pengaruhnya terhadap nilai aset
4 Amalia Nasuha, “Pengaruh Spin-Off Terhadap Kinerja Bank Syariah”, Al-Iqtishad, Vol.
IV (2), Juli 2012, h. 257 5 Abdul Hamid, “The Impact of Spin-off Policy to the Profitability on Indonesia Islamic
Banking Industry”Al-Iqtishad, Vol.7(1), h. 123 6 Andreyanto Ramdani,” Pengaruh Kebijakan Pemisahan Terhadap Laba Pada Bank BNI
Syariah”, Jurnal Etikonomi, Vol. 14 (1), April 2015, h. 26 7 M. Nur Rianto Al Arif, “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi
pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.19 No. 2,
Mei 2015, h. 300 8 M. Nur Rianto Al Arif, “The Effect of Spin-Off Policy on Financing Growth in
Indonesia Islamic Industry”, Jurnal Al-Ulum, Vol. 15 (1), Juni 2015, h. 182 9 M. Nur Rianto Al Arif, “Tipe Pemisahan dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Aset Bank
Umum Syariah Hasil Pemisahan”, Jurnal Kinerja, Vol. 18 (2), 2014, h. 175
10
menemukan bahwa tipe pemisahan tidak berpengaruh terdahap nilai aset bank
umum syariah hasil pemisahan.
Dengan melihat berbagai hal di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “PENGARUH METODE PEMISAHAN TERHADAP
RETURN ON ASSET BANK UMUM SYARIAH HASIL PEMISAHAN
PERIODE 2011-2016”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Sejak dikeluarkannya Undang Undang No.21 Tahun 2008 tentang
kebijakan pemisahan hingga tahun 2015, pangsa pasar Industri
Perbankan Syariah belum mencapai target 5%.
2. Dalam melakukan pemisahan UUS menjadi BUS dapat meningkatkan
biaya operasional yang menyebabkan menurunnya tingkat efisiensi
operasional pada periode pertama pemisahan.
3. Mulai tahun 2012 laju pertumbuhan aset, dana pihak ketiga, dan
pembiayaan perbankan syariah mengalami penurunan tiap tahunnya.
4. Setelah melakukan pemisahan, beberapa Bank Umum Syariah hasil
pemisahan mengalami penurunan kinerja.
11
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana
pengaruh metode pemisahan terhadap Return On Asset pada Bank Umum Syariah
hasil pemisahahan?”.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh metode pemisahan terhadap Return
On Asset pada bank umum syariah hasil pemisahan.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi akademisi, dapat menambah referensi dan wawasan lebih luas tentang
kebijakan pemisahan serta metode-metode pemisahan dan pengaruhnya
terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah hasil pemisahan.
b. Bagi lembaga keuangan syariah, dapat menjadi informasi dan bahan
pertimbangan sebelum melaksanakan kebijakan pemisahan apakah akan
menggunakan metode pemisahan murni atau melalui akuisisi, konversi dan
merger, serta memberikan kontribusi pemikiran untuk mengembangkan
metode pemisahan kedepannya.
12
c. Bagi masyarakat, dapat menambah pengetahuan terkait proses
pengembangan perbankan syariah di Indonesia.
d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai informasi dan referensi serta inspirasi
untuk bahan penelitian selanjutnya.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan pada penelitian ini terdiri dari lima bab utama, yaitu
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan. Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum
mengenai isi keseluruhan dari penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan mengenai landasan teori yang dipakai, yaitu mengenai
tinjaun umum tentang kebijakan pemisahan dan metode pemisahan yang meliputi ,
variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance (NPF), Biaya
Operasional Pendapatan Opersional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan
Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Asset (ROA).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian kuantitatif yang
digunakan, seperti studi pustaka, dan pemaparan tentang data dan metode analisis
untuk data
13
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi analisis yang dilakukan dan juga penjelasan temuan yang
didapat dari hasil penelitian tersebut, yaittu mengenai pengaruh metode pemisahan
terhadap Return On Asset (ROA).
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan. Pada
bab ini juga akan diuraikan mengenai keterbatasan dari penelitian dan saran-saran
yang dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian-penelitian mendatang.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perbankan Syariah dan Unit Usaha Syariah
1. Pengertian Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa prancis, dan
dari banco dalam bahasa Italia, yang artinya peti/lemari atau bangku.
Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan
benda-benda berharga. Pada abad ke-12 kata banco di Italia merujuk
pada meja, counter atau tempat usaha penukaran uang (money changer).
Dengan demikian, fungsi dasar bank adalah sebagai penyedia tempat
untuk menitipkan uang dengan aman serta sebagai penyedia uang untuk
transaksi bisnis.10
Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan
masalh riba yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga. Bank
Islam atau bank syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
Press, 2013, h.90 26 Taswan, Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik & Aplikasi, h. 224
Pemisahan
(Spin-Off)
Metode
Pemisahan Unit
Usaha Syariah
Menjadi Bank
Umum Syariah
Bank Umum
Konvensional yang
Memiliki Unit Usaha
Syariah
Bank Umum
Konvensional yang
Belum Memiliki Unit
Usaha Syariah
Melakukan Pemisahan
Murni terhadap Unit
Usaha Syariahnya untuk
Menjadi Bank Umum
Syariah
Melakukan Akuisisi,
Konversi, dan Merger
terhadap Unit Usaha
Syariahnya untuk
Menjadi Bank Umum
Syariah
26
oleh aktiva produktif akan mampu meningkatkan laba bagi bank. Modal yang
cukup bagi bank dapat mengantisipasi risiko yang dihadapai.27 CAR adalah
rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank.
Bank Indonesia telah menetapkan bahwa bank wajib menyediakan modal
minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).28
Rumus untuk menghitung CAR adalah sebagai berikut:
𝐶𝐴𝑅 = 𝑀𝑡𝑖𝑒𝑟1 + 𝑀𝑡𝑖𝑒𝑟2 + 𝑀𝑡𝑖𝑒𝑟3 − 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑟𝑡𝑎𝑎𝑛
𝐴𝑇𝑀𝑅 𝑥 100%
E. Non Performing Finance (NPF)
Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank
termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang
akan muncul. Rasio yang sering digunakan adalah Non Performing Financing
(NPF) pada bank syariah. NPF adalah rasio yang mengukur tingkat
permasalahan pembiayaan yang dihadapai oleh bank syariah.29 Rasio NPF
merupakan rasio antara total pembiayaan yang diberikan dengan kategori non
lancar terhadap total pembiayaan yang diberikan. Rumus menghitung rasio Non
Performing Financing (NPF) adalah sebagai berikut:
NPF = Pembiayaan (KL, D, M)
Total Pembiayaan x 100%
27 Bambang Rianto Rustam, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, Jakarta:
Salemba Empat, h. 32 28 Evi Sistiyarini dan Sudjarno, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal GeoEkonomi, Vol. 13 (1), Maret 2016,
h. 33 29 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, h. 95
27
Pembiayaan yang diberikan dengan kategori non lancar terdiri dari
pembiayaan Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M). Semakin
tinggi rasio ini menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk.
Bank dengan NPF yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan
aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian
bank.
F. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional.
BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasinya.30 Rasio ini sering disebut sebagai rasio
efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.31 Rasio
BOPO dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
BOPO = Biaya Operasional
Pendapatan Operasional x 100%
Yang termasuk beban operasional adalah semua jenis biaya yang
berkaitan langsung dengan kegiatan usaha bank. Sedangkan yang termasuk
pendapatan operasional adalah pendapatan yang merupakan bagi hasil langsung
30 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h.119 31 Kartika Wahyu Sukarno dan M. Syaichu, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kinerja Bank Umum di Indonesia”, Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, Vol. 3 (2), Juli 2016,
h. 50
28
dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah diterima. Keduanya tersedia
pada laporan laba rugi.
G. Finance to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) atau dalam perbanakan konvensional
disebut Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah salah satu rasio likuiditas. FDR
merupakan perbandingan antara pembiayaan yang disalurkan terhadap dana
pihak ketiga yang dihimpun dari dana masyarkat. FDR merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur likuiditas suatu bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.32 Berikut rumus untuk
menghitung FDR adalah :
𝐹𝐷𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑥 100%
Total pembiayaan yang diberikan terdiri atas total pembiayaan
(mudharabah dan musyarakah), piutang (murabahah, salam, istishna, qardh, dan
ijarah), pembiayaan lainnya dan piutang multijasa (khusus BPRS). Sedangkan
Dana Pihak Ketiga terdiri dari total dana simpanan wadian dan dana investasi
tidak terkait. Semakin tinggi rasio FDR semakin tinggi tingkat likuiditasnya.
Standar terbaik pada perbankan adalah tidak lebih dari 110%.
32 Suryani, “Analisis Pengaruh Financing to Deposit atio (FDR) Terhadap Profitabilitas
Perbankan Syariah di Indonesia”, h. 62
29
H. Kaitan Pemisahan dengan Kinerja Bank
Siswantoro33 dalam artikelnya yang menganalisis tentang kinerja bank
syariah dan strategi setelah pemisahan sebagai bank syariah yang mandiri di
Indonesia, menjelaskan bahwa suntikan permodalan dari bank induk
konvensional seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk dapat
meningkatkan pertumbuhan bank syariah hasil pemisahan. Namun, tetap harus
didukung dengan manajemen yang efektif pada bank umum syariah hasil
pemisahan.
Hamid34 pada hasil penelitiannya tekait dampak pemisahan terhadap
profitabilitas pada industri perbankan syariah di Indonesia, memaparkan bahwa
kebijakan pemisahan yang diterapkan untuk industri perbankan syariah di
Indoensia mempunyai efek yang baik untuk meningkatkan profitabilitas yang
diukur dengan rasio Return On Asset (ROA). Sama halnya pada penelitian yang
dilakukan Al Arif35 terkait pemisahan dan dampaknya terhadap dana pihak
ketiga pada industri perbankan syariah di Indonesia, hasilnya menerangkan
bahwa kebijakan pemisahan memiliki dampak yang baik untuk meningkatkan
dana pihak ketiga industri perbankan syariah di Indonesia.
33 Dodik Siswantoro, Analysis of Islamis bank’s performance and strategy after spin-off
as Islamic full-fledged scheme in Indonesia, Procedia – Social and Behavioral Sciences, Vol.164,
31 December 2014, h.41-48 34 M. Nur Rianto Al Arif, “Spin-off and Its Impact on The Third Party Funds of Indonesian
Islamic Banking Industry”, Economic Jurnal of Emerging Markets, April 2014, h. 50-55 35 Abdul Hamid, “The Impact of Spin-off Policy to the Profitability on Indonesia Islamic Banking
Industry”Al-Iqtishad, Vol.7(1), h. 117-126
30
Namun dari aspek efisiensi operasional Al Arif36 menjelaskan bahwa
terdapat pengaruh antara kebijakan pemisahan terhadap tingkat efisiensi
operasional yang diukur dengan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) pada bank umum syariah, dimana kebijakan pemisahan
justru menurunkan tingkat efisiensi operasional pada industri perbankan syariah
di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa setelah kebijakan pemisahan jsutru
mengakibatkan industri perbankan syariah menjadi kurang efisien
dibandingkan sebelum kebijakan pemisahan tersebut dilakukan.
Berdasarkan berbagai hasil yang didapat, menunjukkan bahwa secara
umum pemisahan unit usaha syariah menjadi bank umum syariah merupakan
salah satu strategi yang dapat diambil untuk mengembangkan industri
perbankan syariah di Indonesia. Dengan berubahnya unit usaha syariah menjadi
bank umum syariah yang mandiri, maka kegiatan operasionalnya akan semakin
luas dan lebih fokus pada kegiatan operasional yang berlandaskan pada prinsip
syariah. Dengan kegiatan operasional yang lebih luas dan optimal dibandingkan
saat menjadi unit usaha syariah diharapkan dapat memperluas investasi dan
jaringan, sehingga akan meningkatkan pendapatan yang berdampak pada
kenaikan kinerja bank.
36 M. Nur Rianto Al Arif, “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi
pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.19 (2), Mei
2015, h. 295-304
31
I. Kaitan Rasio Keuangan Terhadap Return on Asset (ROA)
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan
tehadap Return on Asset (ROA) karena apabila memiliki permodalan yang kuat
maka bank dapat menutup risiko kerugian yang timbul dari pergerakan aktiva
bank dan dapat melindungi deposan yang kemudian memberikan dampak pada
meningkatnya kepercayaan masyarakat untuk menghimpun dananya di bank,
sehingga berdampak pula pada meningkatnya laba. Menurut Mokoagow37
dalam penelitiannya menemukan bahwa pada tahun 2011-2013 CAR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA Bank Umum Syariah di
Indonesia. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Hakiim38 menunjukkan
hasil bahwa pada tahun 2010-2013 CAR tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA Industri Bank Syariah di Indonesia.
2. Non Performing Finance (NPF)
Non Performing Finance (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) karena semakin meningkat rasio NPF maka
akan semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah
pembiayaan bermasalah semakin besar. Hal ini akan menyebabkan bank
mengalami kerugian yang akan menurunkan perolehan laba, sehingga
37 Sri Windarti Mokoagow dan Misbach Fuady, “Fakto-Faktor yang Mempengaruhi
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”, EBBANK, Vol 6 (1), Juli 2015, h. 56 38 Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR. dan BOPO
dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”, h. 166
32
berdampak pada menurunnya ROA. Hamid39 dan Widowati40 dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa NPF berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Sistriyani41
menunjukkan bahwa pada tahun 2010-2014 NPF tidak berpengaruh signifikan
terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia.
3. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Opeasional (BOPO)
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) karena
semakin rendah BOPO menunjukkan bahwa bank tersebut semakin efisien
dalam melakukan kegiatan operasionalnya, semakin sedikit juga biaya yang
dikeluarkan oleh bank untuk kegiatan operasionalnya. Apabila biaya yang
dikeluarkan semakin rendah, maka laba yang dihasilkan oleh bank semakin
tinggi dan akan menaikkan nilai rasio ROA. Menurut penelitian yang dilakukan
Hamid42 dan Hakiim43 rasio BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia dimana rasio ROA sebagai
indikatornya.
39 Abdul Hamid, “The Impact Spin-Off Policy to The Profitability on Indonesian Islamic
Banking Industry”, Jurnal Al-Iqtishad, Vol.VII (1), Januari 2015, h. 123 40 Sri Ayu Widowati dan Bambang, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas
Perbankan di Indonesia”, h. 13 41 Evi Sistriyani dan Sudjarno E.S, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, h. 41 42 Abdul Hamid, “The Impact Spin-Off Policy to The Profitability on Indonesian Islamic
Banking Industry”, h. 123 43 Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR. dan BOPO
dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”, h. 167
33
4. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) karena apabila FDR meningkat dalam batas
tertentu maka akan semakin banyak dana yang disalurkan dalam bentuk
pembiayaan, sehingga akan meningkatkan laba bank, dengan asumsi bank
menyalurkan dananya untuk pembiayaan yang efektif. Dengan meningkatnya
laba, maka ROA juga akan meningkat. Menurut Sukarno44 pada penelitiannya
menemukan bahwa LDR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
ROA bank umum di Indonesia. Berbeda pada hasil penelitian yang dilakukan
Sistriyani45 dan Hakiim46 menunjukkan bahwa FDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA perbankan syariah di Indonesia.
J. Review Studi Terdahulu
Berikut beberapa review hasil penelitian terdahulu yang menganalisis
mengenai kebijakan pemisahan (spin-off):
Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu
No. Penelitian Isi Penelitian Pembeda
1. Amalia Nasuha/
Dampak
Kebijakan Spin-
off Terhadap
a. Variabel Penelitian
Independen (X): Aset,
pembiayaan, DPK, laba bersih,
Terletak pada masalah
yang diteliti, pada
penelitian ini penulis
meneliti sejauh mana
44 Kartika Wahyu Sukarno dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia”, h. 53 45 Evi Sistiyarini dan Sudjarno, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, h. 40 46 Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR. dan BOPO
dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”, h. 166
34
Kinerja
Keuangan Bank
Syariah/ Jurnal
Al- Iqtishad:
Volume IV, No.2,
Juli 2012, hlm.
241-258
CAR, NPF, FDR, ROA dan
ROE.
Dependen (Y) :
Dua kategori pengelompokan
yaitu Periode satu tahun
sebelum spin-off dan satu
tahun sesudah spin-off
b. Metode Penelitian
Uji wilcoxon signed ranks test
c. Hasil Penelitian
Perbedaan kinerja antara
sebelum dan sesudah spin-off
terjadi pada tiga variabel, yaitu
Aset, Pembiayaan, dan Dana
Pihak Ketiga (DPK).
Sedangkan pada variabel laba,
CAR, FDR, ROA dan ROE
tidak menunjukkan perbedaan
kinerja antara 1 tahun sebelum
dan 1 tahun sesudah spin-off.
metode pemisahan (spin-
off) berpengaruh terhadap
kinerja keuangan Bank
Umum Syariah hasil
pemisahan yang diukur
dari ROA. Selain itu,
penulis juga menggunakan
metode regresi data panel
sebagai metode
penelitiannya.
2. Abdul Hamid/
The Impact of
Spin-off Policy Of
The Profitability
On Indonesian
Islamic Banking
Industry/ Jurnal
Al-Iqtishad,
Volume VII, No.
1, Januari 2015,
hlm. 117-126
a. Variabel Penelitian
Independen (X) :
Variabel dummy pemisahan,
NPF, Marjin deposito 1 bulan
dan BOPO.
Dependen (Y) :
Profitabilitas (ROA).
b. Metode Penelitian
Uji regresi berganda
Terletak pada objek yang
diteliti, pada skripsi ini
peneliti menggunakan 4
BUS hasil pemisahan (BNI
Syariah, BJB Syariah,
Bukopin Syariah, BRI
Syariah) sebagai objek
penelitian. Selain itu,
peneliti menggunakan uji
regresi data panel sebagi
35
c. Hasil Penelitian
Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kebijakan
spin-off berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas Industri
Perbankan Syariah. Selain itu
vairabel NPF dan BOPO juga
berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas,
sedangakan marjin deposito 1
bulan tidak berpengaruh
signifikan.
metode penelitian yang
digunakan.
3. M. Nur Rianto Al
Arif/ Keterkaitan
Kebijakan
Pemisahan
terhadap Tingkat
Efisiensi pada
Industri
Perbankan
Syariah di
Indonesia / Jurnal
Keuangan dan
Perbankan,
Volume 19, No.
2, Mei 2015, hlm.
295-304
a. Variabel Penelitian
Independen (X): variabel
dummy pemisahan, Dana
Pihak Ketiga (DPK),
pembiayaan, total aset, NPF,
Marjin deposito 1 bulan dan
ROA
Dependen (Y) :
Tingkat efisiensi operasional
(BOPO)
b. Metode Penelitian
Uji regresi linear berganda
c. Hasil Penelitian
Kebijakan pemisahan
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap tingkat
efisiensi operasional (BOPO),
artinya kebijakan pemisahan
menyebabkan penurunan
Terletak pada variabel
yang digunakan, pada
skripsi ini penulis
menggunakan variabel
dummy metode
pemisahan, CAR, FDR,
BOPO dan NPF sedangkan
ROA sebagai variabel
dependennya. Selain itu
penulis menggunakan
empat BUS hasil
pemisahan sebagai objek
penelitian dengan
menggunakan regresi data
panel dalam metode
penelitiannya.
36
tingkat efisiensi industri
perbanakan syariah. Selain itu,
ROA dan marjin deposito juga
memiliki berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap BOPO.
Sedangkan DPK, pembiayaan,
total aset, dan NPF tidak
memiliki pengaruh yan
signifikan terhadap BOPO.
4. Andreyanto
Ramdani/
Pengaruh
Kebijakan
Pemisahan
Terhadap Laba
Pada Bank BNI
Syariah/ Jurnal
Etikonomi,
Volume 14, No.
1, April 2015,
hlm 17-34
a. Variabel Penelitian
Independen (X):Variabel
dummy pemisahan, BOPO,
dan DPK
Dependen (Y):
Jumlah laba
b. Metode Penelitian
Uji regresi linear berganda
c. Hasil Penelitian
Variabel pemisahan memiliki
pengaruh positif terhadap
jumlah laba operasional BNI
Syariah, selain itu juga
terdapat variabel BOPO yang
memiliki pengaruh negatif
terhadap jumlah laba
operasional. Sedangkan DPK
tidak berpengaruh signifikan
terhadap jumlah labab BNI
Syariah
Perbedaannya adalah pada
penelitian ini, Penulis
menggunakan ROA
sebagai variabel dependen
dan NPF, BOPO, dan
Dana Pihak Ketiga sebagai
variabel independen.
Selain itu, metode
penelitian yang digunakan
adalah regresi data panel
dengan 4 bank hasil
pemisahan sebagai objek
penelitian.
37
5. M. Nur Rianto Al
Arif/ Tipe
Pemisahan dan
Pengaruhnya
Terhadap Nilai
Aset Bank Umum
Syariah Hasil
Pemisahan/
Jurnal Kinerja,
Volume 18, No.
2, Tahun 2014,
hlm. 169-179
a. Variabel Penelitian
Independen (X) :
Variabel dummy bentuk spin-
off; laba, marjin deposito, NPF
dan BOPO
Dependen (Y) :
Nilai Aset
b. Metode Penelitian
Uji regresi data panel
c. Hasil Penelitian
Tipe pemisahan UUS menjadi
BUS tidak berpengaruh
terhadap nilai aset. Selain itu,
terdapat variabel laba, marjin
dan BOPO yang berpengaruh
terhadap nilai aset di BUS
hasil pemisahan. Sedangkan
variabel NPF tidak
berpengaruh signifikan
terhadap nilai aset BUS hasil
pemisahan.
Perbedaannya terletak
pada variabel yang
digunakan, pada penelitian
ini penulis menggunakan
variabel independen
variabel dummy metode
pemisahan, NPF, BOPO,
CAR, dan FDR sedangkan
variabel dependen yang
digunakan adalah rasio
profitabilitas (ROA)
sebagai alat ukur kinerja
bank.
38
K. Kerangka Konseptual
Jika dituangkan dalam bentuk skema, skema konseptual dalam penelitian ini
a. Konstanta sebesar 9,587571 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (variabel dummy metode pemisahan, CAR, NPF, BOPO
dan FDR) pada observasi ke i dan periode ke t adalah nol artinya tidak
mengalami kenaikan atau penurunan, maka besarnya ROA bank umum
syariah hasil pemisahan adalah sebesar 9,587571.
b. Nilai koefisien variabel dummy metode pemisahan yaitu sebesar -
0,103566, yang berarti setiap peningkatan veriabel dummy metode
pemisahan sebesar 1 satuan menyebabkan Return On Asset (ROA)
mengalami penurunan secara tidak signifikan sebesar 0,103566%.
c. Nilai koefisien regresi Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu sebesar -
0,009170, yang berarti setiap peningkatan Capital Adequacy Ratio
(CAR) sebesar 1% menyebabkan Return On Asset (ROA) mengalami
penurunan secara tidak signifikan sebesar 0,009170%.
d. Nilai koefisien regresi Non Performing Finance (NPF) yaitu sebesar -
0,083294, yang berarti setiap peningkatan Non Performing Finance
(NPF) sebesar 1% menyebabkan Return On Asset (ROA) mengalami
penurunan secara signifikan sebesar 0,083294%.
74
e. Nilai koefisien regresi BOPO yaitu sebesar -0,085230, yang berarti
setiap peningkatan rasio BOPO sebesar 1% menyebabkan Return On
Asset (ROA) mengalami penurunan secara signifikan sebesar
0,085230%.
f. Nilai koefisien regresi Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu sebesar
-0,006064, yang berarti setiap peningkatan Financing to Deposit Ratio
(FDR) sebesar 1% menyebabkan Return On Asset (ROA) mengalami
penurunan secara tidak signifikan sebesar 0,006064%.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisis regresi data panel dengan model random effect
menunjukkan bahwa variabel dummy metode pemisahan, Capital Adequacy
Ratio (CAR) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil
pemisahan. Sedangkan yang mempengaruhi Return On Asset (ROA) bank
umum syariah hasil pemisahan secara signifikan adalah variabel Non
Performing Finance (NPF) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO). Berikut pembahasan setiap variabelnya:
a. Metode Pemisahan Unit Usaha Syariah Menjadi Bank Umum Syariah
Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
metode pemisahan unit usaha syariah menjadi bank umum syariah tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada
masing-masing bank umum syariah hasil pemisahan. Hal ini berarti tidak
75
terdapat perbedaan tingkat rasio ROA antara bank umum syariah hasil
pemisahan murni maupun pada bank umum syariah hasil pemisahan akuisisi,
konversi dan merger pada periode 2011-2016. Hasil ini menunjukkan bahwa
dalam melakukan pemisahan baik itu dilakukan dengan metode pemisahan
murni maupun metode akuisisi, konversi dan merger tidak akan berdampak
pada tingkat Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil pemisahan,
sehingga unit usaha syariah dapat memilih salah satu dari kedua metode
tergantung kebutuhan dan kesiapan bank umum konvensional dan unit usaha
syariahnya.
b. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Capital Adequacy
Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
Hal ini kemungkinan disebabkan karena bank umum syariah hasil pemisahan
belum mengoptimalkan modal yang dimiliki untuk dapat digunakan dalam
menghasilkan laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Hakiim59 yang menunjukkan bahwa pada tahun 2010-2013 Capital
Adequacy Ratio (CAR) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Return On Asset (ROA) Industri Bank Syariah di Indonesia.
59 Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR. dan BOPO
dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”, h. 166
76
c. Non Performing Finance (NPF)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Non Performing
Finance (NPF) berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA)
bank umum syariah hasil pemisahan, artinya bahwa semakin tinggi nilai NPF
maka akan mampu menurunkan nilai ROA bank umum syariah hasil
pemisahan. Hal ini disebabkan karena semakin kecil nilai NPF maka dapat
dikatakan semakin kecil pula jumlah pembiayaan bermasalahnya. Dengan
kecilnya jumlah pembiayaan bermasalah, maka jumlah dana pembiayaan yang
disalurkan kepada nasabah dapat dikembalikan dengan baik kepada bank
syariah, sehingga akan meningkatkan jumlah laba yang diperoleh dan akan
menaikkan tingkat profitabilitas bank tersebut. Begitupun sebaliknya apabila
nilai NPF meningkat, maka jumlah pembiayaan bermasalah akan meningkat,
sehingga akan menyebabkan kerugian bagi bank syariah yang mengakibatkan
menurunnya tingkat profitabilitas bank tersebut. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamid60 danWidowati61 yang
menunjukkan bahwa Non Performing Finance (NPF) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
d. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) bank umum syariah
60 Abdul Hamid, “The Impact Spin-Off Policy to The Profitability on Indonesian Islamic
Banking Industry”, Jurnal Al-Iqtishad, Vol.VII (1), Januari 2015, h. 123 61 Sri Ayu Widowati dan Bambang, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas
Perbankan di Indonesia”, h. 13
77
hasil pemisahan, artinya bahwa semakin tinggi nilai BOPO maka akan mampu
menurunkan nilai ROA bank umum syariah hasil pemisahan. Hal ini disebabkan
karena pada saat melakukan pemisahan, bank syariah hasil pemisahan tersebut
memerlukan biaya-biaya operasional yang lebih besar dibandingkan saat
menjadi unit usaha syariah yang biaya operasionalnya masih ditanggung oleh
bank induk konvensional. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa ketika
biaya-biaya operasional meningkat yang ditandai oleh meningkatnya nilai
BOPO, maka bank syariah menjadi lebih tidak efisien karena biaya operasional
lebih besar dibandingkan pendapatan operasional yang diperoleh, sehingga
akan menurunkan tingkat Return On Asset (ROA). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Hamid62 dan Hakiim63 yang menunjukkan
bahwa rasio BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas
industri perbankan syariah di Indonesia dimana rasio ROA sebagai
indikatornya.
e. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Financing to Deposit
Ratio (FDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA)
bank umum syariah hasil pemisahan, artinya FDR tidak mempengaruhi
kenaikan maupun penurunan tingkat profitabilitas bank umum syariah hasil
pemisahan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena bank syariah belum
62 Abdul Hamid, “The Impact Spin-Off Policy to The Profitability on Indonesian Islamic
Banking Industry”, h. 123 63 Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR. dan BOPO
dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”, h. 167
78
mengoptimalkan pengelolaan dana pihak ketiganya dalam bentuk pembiayaan
yang disalurkan karena bank tersebut masih berhati-hati dalam mengelola dana
pihak ketiga yang dimilikinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan dilakukan Sistriyani64 dan Hakiim65 yang menunjukkan bahwa
FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA perbankan syariah di
Indonesia.
F. Analisis Pengaruh Metode Pemisahan Terhadap Return On Asset Bank
Umum Syariah Hasil Pemisahan
Berdasarkan hasil analisis data memperlihatkan bahwa metode
pemisahan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Asset
(ROA) bank umum syariah hasil pemisahan pada periode tahun 2011 kuartal I
sampai tahun 2016 kuartal II. Unit usaha syariah yang hendak melakukan
pemisahan dapat memilih salah satu dari kedua metode pemisahan, baik itu
metode pemisahan murni maupun metode pemisahan akuisisi, konversi dan
merger tergantung kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank induk
konvensional maupun unit usaha syariahnya.
Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hamid66, yang memaparkan bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh
signifikan terhadap Return On Asset. Hal ini dapat disebabkan karena
64 Evi Sistiyarini dan Sudjarno, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, h. 40 65 Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR. dan BOPO
dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”, h. 166 66 Abdul Hamid, “The Impact of Spin-off Policy to the Profitability on Indonesia Islamic
Banking Industry”Al-Iqtishad, Vol.7(1), h. 117-126
79
peningkatan total aset bank umum syariah setelah melakukan pemisahan tidak
dibarengi dengan peningkatan pada pendapatan yang diperoleh, sehingga laba
yang dihasilkan pun tidak optimal atau dapat disebabkan karena saat melakukan
pemisahan tentu akan meningkatkan jumlah aset. Peningkatan aset tersebut juga
akan mengakibatkan meningkatnya beban depresiasi, peningkatan beban ini
yang menjadikan laba tidak optimal.
Adapun penelitian sebelumnya terkait dengan metode pemisahan
dilakukan oleh Al Arif67 yang memperlihatkan bahwa tipe pemisahan tidak
memiliki pengaruh terhadap total aset empat bank umum syariah hasil
pemisahan. Hasil studi ini menunjukkan bahwa setiap unit usaha syariah yang
hendak melakukan pemisahan dapat memilih salah satu dari kedua tipe
pemisahan tergantung kepada kebutuhan dari institusi yang bersangkutan.
Kebijakan pemisahan merupakan kewajiban yang harus dilakukan
bank umum konvensional yang telah membuka unit usaha syariah. Kebijakan
pemisahan ini dirasa sangat diperlukan mengingat kesadaran masyarkat akan
bank syariah terus meningkat seiring berjalannya waktu, sehingga membuat
sebagian nasabah masih meragukan kemurnian prinsip syariah pada unit usaha
syariah yang beroperasi di bawah naungan bank umum konvensional. Karena
terdapat perbedaan prinsip dan karakteristik antara sistem perbankan syariah
dan perbankan konvensional, maka sistem konvensional dan sistem syariah
harus berjalan masing-masing. Dengan dilakukannya pemisahan manajemen
67 M. Nur Rianto Al Arif, “Tipe Pemisahan dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Aset Bank
Umum Syariah Hasil Pemisahan”, Jurnal Kinerja, Vol. 18 (2), 2014
80
bank umum konvensional akan lebih fokus pada kompetensi utamanya dan
bank umum syariah dapat fokus dalam menjalankan bisnis syariahnya secara
lebih independen.
Untuk melakukan pemisahan perlu adanya pertimbangan dan
persiapan yang matang baik dari bank umum konvensional maupun kesiapan
dari unit usaha syariah. Keberadaan rencana bisnis bagi UUS menjadi sangat
penting untuk melihat kesiapan dan keseriusan sebuah bank umum
konvensional yang telah membuka UUS memiliki niat untuk bisa menuangkan
rencana bisnisnya secara sistematis dalam upayanya untuk melakukan
pemisahan terhadap UUS-nya. Dengan pertimbangan dan kesiapan yang
matang, maka akan berdampak baik pula untuk bank umum syariah pasca
melakukan pemisahan.
Siswantoro68 menjelaskan dalam artikelnya bahwa bank umum
syariah hasil pemisahan dapat mengoptimalkan suntikan permodalan dari bank
induk konvensional untuk dapat meningkatkan pertumbuhan bank tersebut. Al
Arif69 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kebijakan pemisahan secara
umum justru menyebabkan industri perbankan syariah menjadi kurang efisien
dibandingkan dengan kondisi sebelum pemisahan terjadi. Hal ini dapat dilihat
pada kenaikan rasio BOPO pada periode awal pemisahan. Karena ketika unit
68 Dodik Siswantoro, Analysis of Islamis bank’s performance and strategy after spin-off
as Islamic full-fledged scheme in Indonesia, Procedia – Social and Behavioral Sciences, Vol.164,
31 December 2014, h.41-48 69 M. Nur Rianto Al Arif, “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi
pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.19 (2), Mei
2015, h. 295-304
81
usaha syariah tersebut telah memisahkan diri, maka biaya-biaya yang semula
ditanggung bank induk konvensional kini harus ditanggung sendiri oleh bank
umum syariah hasil pemisahan. Beberapa biaya yang harus ditanggung sendiri
oleh bank umum syariah hasil pemisahan antara lain: pertama, biaya terkait
dengan pembiayaan seperti biaya penagihan, biaya hukum, biaya penyisihan
piutang tidak tertagih, dan biaya-biaya lainnya. Kedua, biaya adminitrasi dan
umum. Sebagai suau entitas bisnis yang baru berdiri secara mandiri tentu masih
mengeluarkan banyak biaya terkait dengan administrasi dan umum. Ketiga,
biaya teknologi. Hampir seluruh bank umum syariah hasil pemisahan membuat
suatu sistem teknologi tersendiri, hal ini mengakibatkan pada kenaikan biaya
operasional dari bank syariah yang bersangkutan.
Menurut Tubke70 terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam
proses pemisahan (spin-off). Pertama, faktor yang terkait dengan aktivitas
bisnis, faktor ini terkait dengan ukuran perusahaan dan perbedaan sektor bisnis
antara perusahaan induk dengan perusahaan anaknya. Apabila faktor pertama
ini dikaitkan dengan unit usaha syariah dapat diposisikan sebagai perusahaan
anak dan bank konvensional sebagai perusahaan induk. Kedua, faktor yang
terkait dengan organisasi dan pengelolaan perusahaan. Ketiga, faktor yang
terkait dengan hubungan dan dukungan. Terdapat tiga pola hubungan yang
mungkin tercipta antara perusahaan induk dan perusahaan anak yang
melakukan pemisahan, yaitu hubungan pasar (market-relatedness), hubungan
70 Alexander Tubke, Success Factors of Corporate Spin-Offs, USA: Springer
Science+Business Media, 2004
82
produk (product relatedness), dan hubungan teknologi (technology-
relatedness). Keempat, faktor transfer atau pengalihan berupa transfer
pengalaman dari perusahaan induk kepada perusahan anaknya. Kelima, faktor
terkait dengan motivasi. Keenam, faktor terkait dengan lingkungan bisnis baik
berupa karakteristik lingkungan bisnis regional maupun legal.
Dengan demikian, kebijakan pemisahan unit usaha syariah menjadi
bank umum syariah dapat dijadikan sebagai salah satu strategi bisnis untuk
meningkatkan perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia. Namun
untuk melakukannya tidak dapat dilakukan dengan terburu-buru, harus
diperlukan pertimbangan serta kesiapan yang matang dari bank induk
konvensional untuk memisahkan unit usaha syariahnya terutama dari aspek
permodalan serta kesiapan dari unit usaha syariahnya. Apabila pemisahan
dilakukan secara terburu-buru dikhawatirkan dapat mengakibatkan
melambatnya pertumbuhan bank umum syariah setelah melakukan pemisahan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator sebaiknya juga memperhatikan
perkembangan industri perbankan syariah dan fokus untuk meningkatkannya
tidak hanya fokus untuk mendorong UUS untuk segera melakukan pemisahan,
karena dalam beberapa tahun ini perkembangan industri perbankan syariah
sedang mengalami penurunan. Selain itu OJK diharapkan dapat memeriksa
setiap rencana bisnis UUS untuk menilai sejauh mana rencana bisnis UUS
disusun secara matang agar dapat mengetahui keseriusan dan persiapan UUS
untuk melakukan pemisahan.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa metode pemisahan Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi
Bank Umum Syariah (BUS) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil pemisahan, yaitu BNI
Syariah, BJB Syariah, BRI Syariah dan Bank Bukopin Syariah pada periode
Januari 2011 sampai Juni 2016. Sedangkan Non Performing Finance (NPF) dan
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki
pengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil
pemisahan. Dan dua variabel independenn lainnya, yakni Capital Adequacy
Ratio (CAR) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil
pemisahan. Hal ini menunjukkan bahwa unit usaha syariah yang hendak
melakukan pemisahan dapat memilih salah satu dari dua metode pemisahan,
baik itu metode pemisahan murni ataupun metode pemisahan akuisisi, konversi
dan merger tergantung kebutuhan dan kondisi internal unit usaha syariah serta
kebijakan dari bank induk konvensional. Hal ini dapat disebabkan karena
peningkatan total aset bank umum syariah setelah melakukan pemisahan tidak
dibarengi dengan peningkatan pada pendapatan yang diperoleh, sehingga laba
84
yang dihasilkan pun tidak optimal atau dapat disebabkan karena saat melakukan
pemisahan tentu akan meningkatkan jumlah aset. Peningkatan aset tersebut juga
akan mengakibatkan meningkatnya beban depresiasi, peningkatan beban ini
yang menjadikan laba tidak optimal.
Melihat perbedaan prinsip dan karakteristik pada kegiatan operasional
yang dilakukan antara bank konvensional dan bank syariah, maka kebijakan
pemisahan ini sangat perlu dilakukan agar kegiatan syariah dan konvensional
dapat berjalan masing-masing. Dengan melakukan pemisahan dapat mendorong
berjalannya praktik perbankan syariah yang mengedepankan prinsip syariah
tanpa intervensi bank induk konvensional.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, berikut beberapa
saran dan diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
1. Bagi bank umum syariah hasil pemisahan sebaiknya meningkatkan
kemampuan dalam mengelola asetnya agar mendapatkan keuntungan yang
optimal serta lebih selektif lagi dalam mengeluarkan biaya-biaya
operasional, sehingga bank akan lebih efisien dan akan meningkatkan
Return On Asset (ROA) bank.
2. Bagi regulator, dalam hal ini adalah lembaga pengawas jasa sebaiknya harus
lebih tegas kepada bank umum konvensional yang telah memiliki unit usaha
syariah agar lebih serius untuk mempersiapkan segala hal terkait rencana
untuk segera melakukan pemisahan unit usaha syariahnya.
85
3. Bagi bank konvensional yang telah memiliki unit usaha syariah sebaiknya
lebih serius dan matang dalam merencanakan dan mempersiapkan rencana
pemisahan terutama dalam hal permodalan karena untuk melakukan
pemisahan akan berdampak pada pengurangan modal bank induk
konvensional, dengan begitu dapat diketahui strategi dan metode yang tepat
dalam melakukan pemisahan baik itu pemisahan murni maupun akuisisi,
konversi dan merger.
4. Bagi unit usaha syariah yang hendak melakukan pemisahan sebaiknya lebih
meningkatkan kinerja keuangannya serta kesiapan infrastruktur dan sumber
daya manusianya agar lebih siap dan matang untuk melakukan pemisahan.
5. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menambah variabel independen tidak
hanya terbatas pada rasio keuangan saja, akan tetapi dapat menggunakan
jumlah pembiayaan, laba, dana pihak ketiga, dan lain-lain serta melakukan
pengembangan teori agar hasil penelitian selanjutnya lebih baik. Dan
diharapkan menambah periode waktu penelitian yang lebih panjang agar
menghasilkan data yang lebih baik lagi, sehingga hasil yang didapat lebih
akurat.
86
DAFTAR PUSTAKA
Al Arif, M.N.R. 2011. Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Jakarta: Era Adicitra
Intermedia.
___________. 2014. Spin-off and Its Impact on The Third Party Funds of
Indonesian Islamic Banking Industry. Economic Jurnal of Emerging
Markets, Vol. 6 (1), 50-55
___________. 2014. Tipe Pemisahan dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Aset Bank
Umum Syariah Hasil Pemisahan. Jurnal Kinerja, Vol. 18 (2), 168-179
___________. 2015. Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi
pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Keuangan dan
Perbankan, Vol.19 (2), 295-304
____________. 2015. The Effect of Spin-Off Policy on Financing Growth in
Indonesia Islamic Industry. Jurnal Al-Ulum, Vol. 15 (1), 173-184
Apriliawan, Dody dkk. 2013. Pemodelan Laju Inflasi di Provinsi Jawa Tengah
Menggunakan Regresi Data Panel. Jurnal Gaussian, Vol. 2 (4), 301-
321
Arifin, Zainul. 2012. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka
Alvabet.
Barus, A.C dan David S. 2011. Hubungan Efisiensi Operasional Dengan Kinerja
Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Wira Ekonomu Mikroskil, Vol. 1 (2), 89-97
Basuki, A.T. Tanpa Tahun. Regresi Model PAM, ECM dan Data Panel dengan
Eviews 7. Yogyakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Dermawan dan Djahotman. 2013. Analisis Rasio Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana
Media
87
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. N. 2004. Basic Economic. United States: The McGraw-Hill
Company.
Hakiim, N dan Haqiqi R. 2016. Pengaruh Internal Capital Adequacy Ratio (CAR),
Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional Per
Pendapatan Operasional (BOPO) dalam Peningkatan Profitabilitas
Industri Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM),
Vol. 14 (1), 161-168
Hamid, A. 2015. The Impact of Spin-off Policy to the Profitability on Indonesia