Top Banner
Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 38 PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA REAL TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di BEI Pada Tahun 2011-2013) Samuel S. Sirait 1 Dr. Meinarni Asnawi, SE., M.Si, CBV, CMA 2 Bill J. C Pangayow, SE., M.Si., Ak 3 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih ABSTRACT This study was conducted to examine the effect of earnings manipulation performed by a manager on the Corporate Social Responsibility Disclosure, where techniques used to manipulate earnings consists of the accrual earnings manipulation and real earnings manipulation. The population in this study are all companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) between 2011 and 2013. The research sample obtained from 27 manufacturing copanies with total data that serve as many as 81 sample of observations. Variables that have been tested in this study are Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) were measured using a dummy variable based on indicators that refer to research of Sembiring (2005) as the dependent variable, and independent variables consist of accrual earnings manipulation measured through Discrestionary Accrual (DA) using Kothari models et. all (2005) and real earnings manipulation (Real Earning Management/REM), which is calculated from the sum value of abnormal cash flows from operating, abnormal production costs, and abnormal discretionary expenses by using model of Roychowdhury (2006). Based on the result of hypothesis testing using multiple lienar analys in this study, it was concluded that the Discretionary Accrual has effect on the Corporate Social Responsibility Disclosure while Real Earnings Management has no effect on the Corporate Social Responsibility Disclosure. Keywords :Discretionary Accrual, Real Earning Management, Corporate Social Responsibility. 1. PENDAHULUAN Kondisi lingkungan ekonomi yang berubah-ubah memiliki pengaruh besar pada keadaan dunia usaha, terutama kelangsungan hidup perusahaan. Agar mampu bertahan dan bersaing, maka perusahaan harus meningkatkan transparansi dalam mengungkapkan informasi yang dimiliki mengenai perusahaannya. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para stakeholder. Hal ini dianggap penting karena dengan adanya informasi yang lengkap, akurat, relevan dan tepat waktu memungkinkan para stakeholder dapat melakukan pengambilan keputusan secara rasional sehingga hasil yang diperoleh menjadi maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu informasi yang marak dibicarakan dan diminta untuk diungkapkan oleh perusahaan saat ini adalah informasi tentang Corporate Social Responsibility (CSR) atau sering disebut dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Secara teoretik, tanggungjawab sosial perusahaan atau yang dikenal dengan nama lain Corporate Social Responsibilty (CSR) dapat didefinisikan sebagai tanggungjawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholders terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya. 1. Alumni Jurusan Akuntansi FEB Uncen 2. Dosen Jurusan Akuntansi FEB Uncen 3. Dosen Jurusan Akuntansi FEB Uncen
22

PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 38

PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA REAL

TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di BEI

Pada Tahun 2011-2013)

Samuel S. Sirait1

Dr. Meinarni Asnawi, SE., M.Si, CBV, CMA 2

Bill J. C Pangayow, SE., M.Si., Ak3

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih

ABSTRACT

This study was conducted to examine the effect of earnings manipulation performed by a manager on the Corporate Social Responsibility Disclosure, where techniques used to manipulate earnings

consists of the accrual earnings manipulation and real earnings manipulation. The population in this

study are all companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) between 2011 and 2013. The

research sample obtained from 27 manufacturing copanies with total data that serve as many as 81

sample of observations. Variables that have been tested in this study are Corporate Social

Responsibility Disclosure (CSRD) were measured using a dummy variable based on indicators that

refer to research of Sembiring (2005) as the dependent variable, and independent variables consist of

accrual earnings manipulation measured through Discrestionary Accrual (DA) using Kothari models

et. all (2005) and real earnings manipulation (Real Earning Management/REM), which is calculated

from the sum value of abnormal cash flows from operating, abnormal production costs, and abnormal

discretionary expenses by using model of Roychowdhury (2006). Based on the result of hypothesis

testing using multiple lienar analys in this study, it was concluded that the Discretionary Accrual has

effect on the Corporate Social Responsibility Disclosure while Real Earnings Management has no

effect on the Corporate Social Responsibility Disclosure.

Keywords :Discretionary Accrual, Real Earning Management, Corporate Social

Responsibility.

1. PENDAHULUAN

Kondisi lingkungan ekonomi yang berubah-ubah memiliki pengaruh besar pada keadaan dunia

usaha, terutama kelangsungan hidup perusahaan. Agar mampu bertahan dan bersaing, maka

perusahaan harus meningkatkan transparansi dalam mengungkapkan informasi yang dimiliki mengenai

perusahaannya. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para stakeholder. Hal ini

dianggap penting karena dengan adanya informasi yang lengkap, akurat, relevan dan tepat waktu

memungkinkan para stakeholder dapat melakukan pengambilan keputusan secara rasional sehingga

hasil yang diperoleh menjadi maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu informasi yang

marak dibicarakan dan diminta untuk diungkapkan oleh perusahaan saat ini adalah informasi tentang

Corporate Social Responsibility (CSR) atau sering disebut dengan tanggung jawab sosial perusahaan.

Secara teoretik, tanggungjawab sosial perusahaan atau yang dikenal dengan nama lain

Corporate Social Responsibilty (CSR) dapat didefinisikan sebagai tanggungjawab moral suatu

perusahaan terhadap para stakeholders terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja

dan operasinya.

1. Alumni Jurusan Akuntansi FEB Uncen

2. Dosen Jurusan Akuntansi FEB Uncen

3. Dosen Jurusan Akuntansi FEB Uncen

Page 2: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 39

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, yang disahkan pada 20 Juli 2007

lahir sebagai solusi atas permasalahan tanggung jawab wajib yang harus dilakukan oleh perusahaan

oleh karena aktivitas yang dilakukannya. Pasal 74 Undang-Undang ini secara jelas mewajibkan

perseroan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam

untuk melaksanakan tanggung jawab sosial lingkungan.

Pengungkapan informasi mengenai lingkungan juga telah dipaparkan dalam Standar Akuntansi

Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Sebagaimana tertulis dalam

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (revisi 2009) paragraf dua belas:

“Khusus bagi industri yang terkait dengan lingkungan hidup memiliki peran signifikan juga

memahami bahwa karyawan dapat dianggap sebagai kelompok yang memiliki peran yang signifikan.

Sehingga, perlu adanya penyajian laporan tambahan oleh perusahaan misalnya laporan mengenai

lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement). Laporan ini di luar ruang lingkup

Standar Akuntansi Keuangan”. Oleh karena itu, CSR bukanlah lagi bersifat sukarela (voluntary),

melainkan bersifat wajib (mandatory) yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan.

Skandal akuntansi yang terjadi dapat merusak moral bisnis dan menghancurkan CSR,

contohnya adalah manajemen laba yang dilakukan oleh manajer dalam perusahaan. Manajemen laba

adalah tindakan manajemen untuk menggunakan judgement dalam pelaporan keuangan dan dalam

prosedur transaksi, dengan tujuan untuk mempengaruhi kontraktual atau menyesatkan pihak

stakeholders dalam pengambilan keputusan mengenai kinerja ekonomi perusahaan (Healy dan

Wahley, 1999) dalam Oktafia (2013).

Hasil penelitian Handajani, dkk (2010) mengemukakan bahwa pengungkapan CSR akan

digunakan oleh manajer oportunis yang melakukan manipulasi laba akrual sebagai perilaku etis untuk

mendapatkan dukungan dari para stakeholders, dalam mendapatkan dukungan dari para stakeholders

salah satu strategi pertahanan diri yang akan dilakukan manajerial bagi manajer oportunis yaitu dengan

pengungakapan CSR. Hasil serupa dari penelitian Oktafia (2013) yang meneliti tentang pengaruh

manajemen laba (yang diukur dengan proksi discretionary accrual) terhadap pengungkapan CSR,

bahwa semakin tinggi tingkat manajemen laba dalam perusahaan, maka perusahaan cenderung untuk

melakukan pengungkapan yang lebih luas mengenai pelaksanaan pengungkapan CSR.

Pada penelitian lainnya yang dikaitkan dengan menipulasi laba hanya difokuskan pada

manipulasi akrual (Chih et. al, 2008 ; Prior 2008; dan Sun et. al.,2010) dalam arifin, dkk (2012) dan

belum mengkaitkan dengan manipulasi real, padahal cara memanipulasi laba yang dilakukan

perusahaan tidak hanya terbatas pada cara-cara akrual saja tetapi juga dapat dilakukan melalui aktivitas

real. Manajer akan melakukan manipulasi terhadap kegiatan real selama tahun berjalan untuk

mengurangi resiko tidak tercapainya target laba yang diinginkan melalui manipulasi laba akrual (Yu

Wei, 2008). Sehingga dapat dikatakan cukup penting untuk mengkaitkan antara manipulasi real

dengan CSR untuk menegetahui apakah manipulasi real memberikan pengaruh atau tidak terhadap

pengungkapan CSR.

Manipulasi aktivitas real adalah jenis manipulasi laba yang dilakukan manajer disepanjang

kegiatan operasional perusahaan. Ini dinilai cukup mahal untuk dilakukan, karena tindakan yang

diambil saat ini dalam meningkatkan nilai laba dapat mempengaruhi arus kas masa depan yang

kemungkinan menjadi negatif. Akan tetapi, kemungkinan keuntungan yang dapat diperoleh jika entitas

melakukan perubahan dalam kegiatan real manipulasi laba yaitu perilaku manipulasi kegiatan real ini

dapat sulit untuk dikenali oleh auditor dan badan regulator.

Umumnya, manajer yang melakukan kegiatan manipulasi laba dapat mendukung dilakukannya

Corporate Social Responsibility Disclosure (selanjutnya akan disebut CSRD). Pada saat terdeteksinya

praktik manipulasi laba yang dilakukan oleh manajer, sehingga perusahaan akan kehilangan dukungan

dai para stakeholdernya sebagai bagaian dari konsekuensi tindakan manipulasi laba tersebut. Agar

manipulasi laba dapat tetap dijalankan demi menjaga kepentingan pihak manajemen, maka manajer

termotivasi untuk menggunakan kegiatan CSR sebagai alasan agar manipulasi laba yang manajer

Page 3: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 40

lakukan tidak dapat dideteksi oleh pihak stakeholders. Penelitian Chih et.al. (2008) dalam arifin, dkk

(2012) yang menjelaskan yaitu reputasi perusahaan dan posisi manajer dapat teranrancam apabila ada

sikap proaktif dan upaya kontrol yang dilakukan oleh para stakeholder terhadap praktik manipulasi

laba, oleh karena itu kegiatan CSR digunakan oleh manajer sebagai alat yang sangat berguna untuk

mendapatkan dukungan dari para stakeholder.

Penelitian ini merujuk pada penelitian dari Bustanul Arifin, Foziah Ulfah dan Yeni Januarsi

(2012) dengan beberapa perbedaan yaitu data laporan tahunan (annual report) yang digunakan

diperbaharui menjadi dari tahun 2011 sampai tahun 2013 dan juga tidak menggunakan variabel kontrol

seperti pada penelitian sebelumnya, dengan alasan bahwa variabel kontrol merupakan variabel pilihan

(optional) sehingga tidak wajib untuk digunakan dalam penelitian.

Variabel kontrol didefinisikan sebagai variabel yang keberadaannya dikontrol oleh peneliti

untuk menetralisasi pengaruhnya. Dengan mengendalikan variabel tersebut, maka pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat merupakan pengaruh yang bersih (murni) dan variabel yang

dikendalikan tersebut tidak mempengaruhi variabel terikatnya (Sarwono dan Suhayati, 2010). Hal ini

dimaksudkan karena peneliti hanya ingin melihat pengaruh murni antara manipulasi laba akrual

maupun maupun manipulasi laba real terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan tanpa

adanya gangguan dari penggunaan variabel kontrol. Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian

sebelumnya adalah profitabilitas dan leverage.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Apakah manipulasi laba akrual berpengaruh terhadap pengungkapan CSR (Corporate

Social Responsibility)?

2. Apakah manipulasi laba real berpengaruh terhadap pengungkapan CSR (Corporate Social

Responsibility)?

Dengan demikian, secara umum penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah manipulasi laba yang

dilakukan oleh perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Secara khusus peneliti ingin: 1).

Untuk menguji pengaruh manipulasi laba akrual terhadap pengungkapan CSR. 2). Untuk menguji

pengaruh manipulasi laba real terhadap pengungkapan CSR.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Stakeholder

Definisi stakeholder menurut adalah setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi

atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi.Teori stakeholder memprediksi manajemen

memperhatikan ekspektasi dari stakeholder yang berkuasa, yaitu stakeholder yang memiliki kuasa

mengendalikan sumberdaya yang dibutuhkan oleh perusahaan (Deegan, 2000) dalam Sembiring

(2005). Perilaku pengungkapan sosial dan lingkungan dapat diungkapkan dengan menggunakan teori

stakeholder ini. Pengungkapan informasi yang dibutuhkan akan dilakukan oleh perusahaan guna

memuaskan stakeholder agar tetap bertahan. Beberapa kelompok stakeholder sangat membutuhkan

informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan.

2.2 Teori Legitimasi

Teori legitimasi penting bagi organisasi karena teori legitimasi didasari oleh batasan-batasan,

norma-norma, nilai-nilai dan peraturan sosial yang membatasi perusahaan agar memperhatikan

kepentingan sosial dan dampak dari reaksi sosial yang dapat ditimbulkan. Dengan melakukan

pengungkapan sosial, perusahaan merasa keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi.

Ghozali dan Chariri, (2007) menyatakan bahwa dampak sosial dan lingkungan dapat

Page 4: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 41

dipengaruhi oleh kegiatan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan, oleh karena itu untuk menghindari

konflik sosial dan lingkungan maka perusahaan melakukan praktik pengungkapan sosial dan

lingkungan sebagai alat manajerial. Hal lainnya, proses akuntabilitas perusahaan kepada publik dapat

terjadi ketika perusahan melakukan praktik pengungkapan sosial dan lingkungan berkaitan dengan

dampak baik atau buruk yang mungkin terima.

2.3 Corporate Social Responsibility

CSR merupakan tanggungjawab aktivitas sosial kemasyarakatan yang tidak berorientasi profit.

Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin populer

terutama setelah kehadiran buku Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century

Business (1998) karya John Elkington. Mengembangkan tiga komponen penting sustainable

development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity yang digagas the

World Commission on Environment and Development (WCED), Elkington mengemas CSR ke dalam

tiga fokus: 3P (profit, planet, dan people). Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan

ekonomi belaka (profit), tetapi memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan

kesejahteraan masyarakat (people).

Pengertian CSR sangat beragam. Intinya, CSR merupakan komitmen perusahaan dalam

menjalankan aktivitas operasinya yang tidak hanya untuk tujuan peningkatan profit, akan tetapi untuk

pembangunan yang berkelanjutan dalam bidang sosial dan ekonomi serta secara holistik dan

melembaga. Berikut ini sejumlah istilah yang identik dengan dengan CSR adalah corporate giving,

corporate philanthropy, corporate community relations, dan community development.

Dasar konsep dari Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) yang

merupakan hal pokok dari etika bisnis yaitu bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kepada

pemengang saham atau shareholder dalam arti lain yaitu kewajiban ekonomi dan legalitas, tetapi juga

perusahaan memiliki kewajiban kepada para stakeholder yang jangkauannya melebihi kewajiban-

kewajiban di atas. Konsep dari tanggungjawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan memiliki

hubungan dengan para stakeholder yanga ada diantaranya pelanggan atau customer, pegawai,

komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor.

2.4 Earnings Management

Pada dasarnya manajemen/pengeloalaan laba (earning management) memiliki banyak definisi,

tidak ada definisi pasti mengenai manajemen laba. Menurut Healy dan Wahlen (1999) dalam Rahman

dan Hutagaol (2008) manajemen laba didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen

dalam menyusun laporan keuangan dengam menggunakan pertimbangannya (judgement). kepada

bagaimana upaya-upaya manajemen dalam menggunakan pertimbangannya (judgement), dimana hal

ini dapat mempengaruhi para stakeholder dalam menilai kinerja perusahaan atau dapat menyesatkan

kontrak-kontrak pendapatan yang telah ditetapkan berdasarkan angka-angka laporan keuangan.

Dalam Positif Accounting Theory terdapat tiga faktor pendorong yang melatarbelakangi

terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986) dalam Rahmawati dkk, (2006), yaitu:

a)Bonus Plan Hypothesis, Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan

utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Metode akuntansi yang bertujuan untuk meningkatkan laba yang

dilaporakan akan digunakan oleh manajer perusahaan yang mana dapat memberikan bonus besar

berdasarkan laba lebih banyak. b)Debt Covenant Hypothesis, pelanggaran perjanjian kredit yang

dilakukan oleh manajer perusahaan cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak

meningkatkan laba. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.

c)Political Cost Hypothesis, ketika ukusan perusahaan semakin besar, maka tindakan untuk melakukan

pemilihan metode akuntansi yang menurunkan laba cenderung lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan

dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya: mengenakan

peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.

Dalam perkembangannya, manajemen laba tidak hanya terbatas dilakukan melalui aktifitas

akrual saja namun dapat juga dilakukan melalui aktifitas rill.

Page 5: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 42

2.5 Manipulasi Laba Akrual

Manajemen laba akrual ditunjukkan dengan adanya discretionary accrual. Penelitian yang

menganalisis manajemen laba dengan melihat adanya discretionary accrual adalah Hayn (1995) dalam

Hastuti (2011) yang menyatakan bahwa manajemen dapat melakukan manajemen laba ketika

perusahaan tersebut masih bertumbuh, bahkan dilakukan juga pada saat earnings perusahaan jatuh

mendekati poin nol. Manajemen laba akrual biasanya dikaitkan dengan segala aktifitas yang tidak

mempengaruhi aliran kas secara langsung dan juga merupakan kemampuan manajer dalam mengontrol

manipulasi hal yang bersifat akrual dalam jangka pendek. Contohnya mempercepat atau menunda

suatu pendapatan, menganggap suatu beban biaya atau menganggap suatu tambahan investasi atas

suatu biaya, Purnomo dan Pratiwi (2009).

2.6 Manipulasi Laba Rill

Manajemen laba rill adalah tindakan-tindakan manajemen yang menyimpang dari praktek

bisnis yang normal yang dilakukan dengan tujuan utama untuk 5 mencapai target laba

(Roychowdhury, 2006; Cohen dan Zarowin, 2010). Manajemen laba rill dapat dilakukan dengan 3

(tiga) cara yaitu 1). Manipulasi Penjualan, terjadi ketika ada penawaran diskon harga produk secara

berlebihan atau memberikan persyaratan kredit yang lebih ringan guna untuk meningkatkan penjualan

secara temporer dalam periode tertentu. Walaupun, peningkatan volume penjualan dan laba periode

berjalan dapat terjadi dengan asumsi laba positif dalam penggunaan strategi ini. Akan tetapi, dapat

terjadi penurunan aliran kas periode berjalan yang disebabkan oleh pemberian diskon harga dan syarat

kredit yang lebih ringan. 2). Penurunan beban-beban diskresionari (dicretionary expenditures),

perusahaan dapat menurunkan discretionary expenditures seperti beban penelitian dan pengembangan,

iklan, dan penjualan, adminstrasi, dan umum terutama dalam periode di mana pengeluaran tersebut

tidak langsung menyebabkan pendapatan dan laba. Hal ini dapat menurunkan arus kas periode yang

mendatang walaupun dapat meningkatkan laba dan arus kas periode saat ini. 3). Produksi yang

berlebihan (overproduction), untuk meningkatkan laba, manajer perusahaan dapat memproduksi lebih

banyak daripada yang diperlukan dengan asumsi bahwa tingkat produksi yang lebih tinggi akan

menyebabkan biaya tetap per unit produk lebih rendah. Peningkatan laba operasi dan kos barang

terjual (cost of goods sold) dapat mengalami penuruanan ketiga melakukan strategi ini.

2.7 Pengembangan Hipotesis

2.7.1 Accrual Earnings Management dan CSRD

Apapun motivasi manajer dalam melakukan manipulasi laba, hal tersebut dapat

mengindikasikan secara eksplisit bahwa praktik manipulasi laba yang disengaja oleh para manajer

pada akhirnya akan membawa konsekuensi negatif terhadap shareholders, karyawan, komunitas di

mana perusahaan beroperasi, masyarakat, karir, dan reputasi manajer yang bersangkutan. Perusahaan

akan kehilangan dukungan dari para stakeholders-nya, sebagai akibat yang terburuk dari tindakan

manipulasi yang dilakukan untuk memanipulasi laba perusahaan. Tekanan dari investor, sanksi dari

regulator, ditinggalkan rekan kerja, boikot dari para aktivis dan pemberitaan media massa merupakan

respon yang negatif dari stakeholder.

Hal tersebut konsisten dengan penelitian-penelitian sebelumnya, seperti penelitian yang

dilakukan oleh Cespa dan Cestone (2007) yang menyatakan bahwa manajemen yang memanipulasi

laba mempunyai insentif untuk memproyeksikan social-friendly image melalui aktivitas CSR untuk

memperoleh dukungan dari stakeholders. Menurut penelitian Prior et.al. (2008) menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang positif antara tanggung jawab sosial perusahaan dan manipulasi laba

perusahaan. Hal ini karena CSR dianggap menjadi alat yang ampuh yang dapat digunakan untuk

menggalang dukungan dari para stakeholders dan oleh karena itu menyediakan jalan bagi kubu para

manajer yang memanipulasi laba, sehingga secara signifikan dapat mengurangi kemungkinan mereka

Page 6: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 43

dipecat. Penelitian yang dilakukan oleh Handajani, dkk (2010) memberikan hasil yang sama bahwa

untuk mendapatkan dukungan dari para stakeholders, maka manajer oportunis akan melakukan

manipulasi laba akrual dengan menggunakan pengungkapan CSR sebagai perilaku etisnya, sehingga

untuk mendapatkan dukungan dari para stakeholders, CSR akan digunakan sebagai strategi pertahanan

diri manajerial bagi manajer oportunis. Penelitian Oktafia (2013) yang meneliti tentang pengaruh

manajemen laba (yang diukur dengan proksi discretionary accrual) terhadap pengungkapan CSR

menemukan hasil bahwa semakin tinggi tingkat manajemen laba dalam perusahaan, maka perusahaan

cenderung untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas mengenai pelaksanaan pengungkapan

CSR.

Dengan demikian, tindakan perusahaan dalam melakukan CSR adalah untuk mengalihkan

perhatian para stakeholders dari terdeteksinya manajer dalam melakukan manipulasi laba akrual.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah:

H1: Manipulasi laba akrual berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.

2.7.2 Manipulasi Laba Real dan CSRD

Walaupun manipulasi aktivitas real ini cukup mahal, termasuk kemungkinan bahwa arus kas di

masa mendatang menjadi negatif yang dipengaruhi oleh tindakan yang diambil pada periode saat ini

untuk meningkatkan laba namun ada keuntungan yang lain bahwa apabila perusahaan mengubah

aktivitas real dalam memanipulasi laba maka auditor dan regulator cenderung sulit mengenali perilaku

manipulasi laba ini (Wei Yu, 2008).

Teknik manipulasi aktivitas real dapat dilakukan dengan cara menaikkan diskon atau

memperlunak syarat kredit, memotong pengeluaran diskresioner, ataupun dengan cara mengurangi

biaya produksi (Roychowdhury, 2006). Selanjutnya, Roychowdhury (2006) menyatakan bahwa dalam

rangka meningkatkan laba, manajer dapat melakukan produksi melebihi pemenuhan kebutuhan

permintaan konsumen. Dengan tingginya level produksi, fixed overhead cost disebar pada unit biaya

yang lebih besar, sehingga menghasilkan nilai fixed cost per unit yang lebih rendah. Sepanjang

penurunan fixed cost per unit tidak dapat ditutupi oleh peningkatan marginal cost per unit, maka total

cost per unit akan menurun. Hal ini menyebabkan Cost Of Goods Sold yang dilaporkan lebih rendah

dibandingkan dengan level produksi normal dan perusahaan dapat melaporkan margin operasi yang

lebih baik. Manipulasi aktivitas real yang ketiga adalah abnormal discretionary expense.

Argumen di atas menunjukkan bahwa untuk memenuhi target laba yang diinginkan, manajer

tidak hanya menggunakan akrual diskresioner saja, yaitu dengan menunggu sampai akhir tahun untuk

mengelola laba yang akan dilaporkan. kemampuan manajer untuk melaporkan laba yang diperoleh

terbatas, maka target laba tidak dapat dicapai jika hanya dengan menggunakan akrual diskresioner

pada akhir tahun (Wei Yu, 2008) sehingga, manajer dapat mengurangi risiko tersebut dengan

memanipulasi aktivitas real selama tahun berjalan. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Graham

et.al. (2005) bahwa perusahaan beralih untuk mengelola manipulasi laba dengan menggunakan metode

aktivitas real, karena, walaupun teknik ini lebih mahal, namun cenderung lebih sulit untuk dideteksi.

Meskipun tindakan manipulasi laba aktivitas real tidak dapat terdeteksi (baik oleh auditor

maupun regulator) dan menyebabkan manajer kurang memiliki insentif untuk melakukan kegiatan

CSR, namun setelah digulirkannya UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, maka aktivitas

CSR menjadi wajib untuk diungkapkan dalam setiap laporan tahunan suatu perusahaan terutama bagi

perusahaan yang berkaitan dengan dan/atau sumber daya alam. Artinya bahwa, berdasarkan regulasi

tersebut CSR telah menjadi mandatory disclosure. Konsekuensi dari mandatory disclosure ini adalah

ketika perusahaan berhasil memperoleh target laba yang diinginkan melalui manipulasi aktivitas real,

maka laba ini akan tetap digunakan untuk melaksanakan kegiatan CSR. Dari kegiatan ini, perusahaan

tentunya akan terdorong untuk mengungkapan aktivitas CSR-nya karena dengan mengungkapkan

kegiatan CSR yang telah dilakukan dapat meningkatkan citra perusahaan, dapat membawa

keberuntungan dan dapat menjamin keberlangsungan perusahaan Nurkhin (2009). Selain itu, Cespa

Page 7: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 44

dan Cestone (2007), Prior et.al. (2008), dan Handajani, dkk (2010) menunjukkan bahwa menagemen

yang melakukan manipulasi laba memiliki dorongan dalam melakukan aktivitas CSR untuk

mendapatkan dukungan dari para stakeholders. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis kedua

dalam penelitian ini adalah:

H2: Manipulasi laba real berpengaruh terhadap Corporate Sosial Responsibility Disclosure.

2.8 Model Penelitian

Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan, maka kerangka pemikiran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1

Model Penelitian

Pengaruh Manipulasi Laba Akrual dan Manipulasi Laba Real terhadap Pengungkapan

Corporate Social Responsibility (CSR)

Sumber: Model penelitian penulis 2015

Manipulasi Laba Akrual

(X1)

Corporate Social

Responsibility Disclosure

(CSRD) (Y)

Manipulasi Laba Real

(X2)

H

1

H

2

Page 8: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 45

3 METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian berbentuk pengujian hipotesis, untuk menguji

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (riset kausal). Jenis variabel yang digunakan

dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas).

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia selama tahun 2011 sampai 2013. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang telah listing di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2011 sampai tahun

2013.

2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan

secara lengkap selama periode pengamatan 2011, 2012 dan 2013.

3. Perusahaan manufaktur yang memiliki periode laporan keuangan yang berakhir tanggal 31

Desember.

4. Perusahaan tersebut menyajikan laporan CSR dalam laporan tahunannya atau laporan

berkelanjutan yang terpisah selama periode pengamatan tahun 2011, 2012 dan 2013.

5. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan annual report dan laporan keuangan menggunakan

satuan mata uang Rupiah.

6. Perusahaan yang dideteksi melakukan income increasing. Estimasi perusahaan yang melakukan

income-increasing ditunjukkan dengan interaksi antara akrual diskresioner dengan kenaikan laba

dan untuk mengukur perusahaan yang melakukan income-decreasing ditunjukkan dengan

interaksi antara akrual diskresioner dengan penurunan laba.

Untuk menentukan apakah perusahaan melakukan manajemen laba dengan menaikkan

laba atau menurunkan laba digunakan regresi, yaitu laba perusahaan tahun ini (NIt) yang dideflasi

dengan aset total tahun sebelumnya (TAt-1) sebagai variabel dependen dan laba tahun kemarin

(NIt-1) yang dideflasi dengan aset total dua tahun yang lalu (TAt-2) sebagai variabel independen

dan apabila diformulasikan menjadi: Menentukan income increasing mengikuti model (Ardiati,

2003) yaitu:

Rumus : / - = α + β₁ - / - + ε

Keterangan:

t = Laba perusahaan tahun ini

At- = Aset total tahun sebelumnya

t- = Laba tahun sebelumnya

At- = Aset total dua tahun yang lalu

Laba harapan tahun ini sama dengan laba tahun kemarin, kemudian dilakukan regresi. Error

yang terjadi, yaitu selisih antara laba harapan dengan laba aktual, digunakan untuk menentukan

apakah perusahaan berada di atas garis regresi (eror positif) atau di bawah garis regresi (eror

negatif). Jika eror positif maka perusahaan mengalami kenaikan laba relatif terhadap industri dan

diberi nilai 1 (income increasing), dan jika eror negatif berati perusahaan tidak mengalami kenaikan

laba dan diberi nilai 0 (income decreasing).

Page 9: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 46

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang berasal dari

pihak ketiga atau pihak lain yang dijadikan sampel dalam suatu penelitian. Data yang dimaksud dalam

penelitian ini berupa laporan tahunan (annual report) dan laporan CSR perusahaan manufaktur yang

listing di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Sumber data dalam

penelitian ini diperoleh melalui situs yang dimiliki oleh BEI, yaitu www.idx.co.id dan dari Indonesia

Capital Market Directory (ICMD).

3.4 Identifikasi Variabel, Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.4.1 Identifikasi Variabel

Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis variabel, yaitu:

a. Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas. Jenis variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD).

b. Variabel Independen

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

manipulasi laba akrual (discretionary accrual) dan manipulasi laba real (real earning

management).

3.4.2 Definisi Operasional Variabel

a. Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD)

Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan pengungkapan informasi terkait dengan

aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab perusahaan terhadap para

stakeholder tersebut yang memunculkan istilah tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih

dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR). CSR merupakan komitmen

perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya untuk senantiasa memberikan kontribusi

positif terhadap masyarakat sosial dan lingkungan.

Penerapan Corporate Social Responsibility yang dialkukan perusahaan dapat dilakukan melalui

pengungkapan CSR (Corporate Social Responsibility

Disclosure) yang dimuat dalam laporan tahunan (annual report) perusahaan untuk

disosialisasikan ke publik. Undang-undang telah mengatur pelaksanaan CSR dengan

menerbitkan Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 paragraf 9 tentang pengungkapan dampak

lingkungan juga mengatur mengenai Pengungkapan CSR, Sari (2012). Hal ini menjelaskan

bahwa CSRD bukanlah jenis pengungkapan sukarela lagi melainkan bersifat wajib bagi setiap

perusahaan.

b. Manipulasi laba akrual

Manajemen laba merupakan kegiatan mengintervensi proses pelaporan keuangan yang

dilakukukan oleh manajemen secara sengaja yang mana akan mempengaruhi pihak luar

perusahaan dalam pemanfaatan nilai informasi pelaporan keuangan dalam pengambilan

keputusan dengan tujuan untuk memuluskan kepentingan pribadi dari manajemen. Manajemen

laba akrual biasanya dikaitkan dengan segala aktifitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan

juga keuntungan secara pribadi merupakan wewenang dari para manjer. Contohnya

mempercepat atau menunda suatu pendapatan, menganggap suatu beban biaya atau

menganggap suatu tambahan investasi atas suatu biaya, Purnomo dan Pratiwi (2009)

Page 10: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 47

c. Manipulasi Laba real

Manajemen laba riil adalah tindakan-tindakan manajemen yang menyimpang dari praktek

bisnis yang normal yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mencapai target laba.

Manajemen laba riil dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu, manipulasi penjualan,

penurunan beban-beban diskresionari (dicretionary expenditures) dan melakukan produksi

yang berlebihan (overproduction). Perushaan-perusahaan dengan kinerja yang buruk dapa

melakukan ketiga cara manipulasi aktivitas riil di atas, sehingga tidak banyak memiliki akrual

untuk dimanipulasi. Untuk mencapai laba sedikit di atas nol, satu-satunya cara yang dapat

dilakukan yaitu dengan memanipulasi aktivitas riil tersebut. Dengan ketiga cara di atas

perusahaan-perusahaan yang diduga (suspect) melakukan manipulasi aktivitas riil akan

mempunyai abnormal cash flow operations (CFO) dan abnormal production cost yang lebih

besar dibandingkan perusahaan-perusahaan lain serta abnormal discretionary expenses yang

lebih kecil, Trisnawati, dkk (2012).

3.4.3 Pengukuran Variabel

a. Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD)

Pengungkapan tanggungjawab sosial diukur dengan proksi CSRDI (Corporate Social

Responsibility Disclosure Index) berdasarkan indikator yang mengacu pada penelitian

Sembiring (2005), dengan melakukan checklist pada item-item pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan dalam tujuh kategori, yaitu: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan

tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Ketujuh

kategori tersebut terbagi lagi dalam 90 item pengungkapan dengan penyesuaian yaitu, dua belas

item dihapuskan karena kurang sesuai untuk diterapkan dengan kondisi di Indonesia

berdasarkan peraturan Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan. sehingga secara total

tersisa 78 item pengungkapan. Rumus perhitungan CSRDI adalah sebagai berikut:

CSRDIj = (ΣXij) Jumlah item CSRD yang diungkapkan oleh perusahaan

78 item CSRD

Keterangan :

CSRDI : Corporate Sosial Responsibility Disclosure Index perusahaan j;

ΣXij : Dummy variable; 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak

diungkapkan. Dengan demikian, 0≤CSRD j≤ .

b. Manipulasi laba akrual

Pendeteksian accrual earnings management menggunakan model Kothari et.al. (2005)

dalam Krisna (2015), karena model tersebut mempunyai daya prediksi yang lebih kuat dengan

adanya tambahan kontrol terhadap proksi manipulasi laba dibandingkan dengan model

sebelumnya yaitu model modifikasian Jones (1991). Pengukuran manajemen laba akural

dengan menggunakan discretionary accruals sebagai proksi manipulasi laba dihitung dengan

model berikut:

Ait = t – C t ....................................................................................(1)

Mencari nilai koefisien ( , , , dan ) yang akan digunakan untuk menghitung

Nondiscretionary Accrual (NDA) yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai

berikut:

Page 11: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 48

Ait/A it- = (1/A it- ) + ( it - it)/ t- + ( it/ t- ) + ( it/ t- )

.............................................................(2)

Dengan menggunakan koefisien regresi dari persamaan di atas, nilai non discretionary accruals

(NDA) dapat dihitung dengan rumus:

NDA = (1/A it- ) + ( it - it)/ t- + ( it/ t- ) + ( it/

t- )............................................................................................(3)

Selanjutnya nilai discretionary accruals (DA) dapat dihitung sebagai berikut:

DAit = Ait – DAit ................................................................................(4)

Keterangan:

t = Net Income perusahaan i pada tahun t

C t = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode t

Ait = Total akrual perusahaan i pada tahun t

it = Perubahan pendapatan perusahaan i tahun antara t dan t-1

it = Perubahan piutang i tahun antara t dan t-1

it = Tingkat PPE perusahaan i pada tahun t

it = ROA perusahaan i pada tahun t

Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada akhir tahun t-1

c. Manipulasi Laba real

Pendeteksian real earnings management (REM) yang diproksi dengan abnormal cash

flows from operating, abnormal production costs, dan abnormal discretionary expenses dengan

menggunakan model Roychowdhury (2006).

Abnormal cash flow from operating (CFO):

C t / At- = 0 + (1/At- ) + ( t/At- ) + ( t/At- ) +

Abnormal production costs:

t / At- = 0 + (1/At- ) + (St/At- ) + ( t/At- ) + ( t- /At- ) +

Abnormal discretionary expenses:

t / At- = 0 + (1/At- ) + (St- /At- ) +

Keterangan:

CFOt = Arus kas operasi pada tahun t

PRODt = Beban produksi pada tahun t

DISEXPt = Biaya diskresioner pada tahun t.

= Total Aset 1 tahun sebelum tahun t.

= Total Penjualan (sales) pada tahun t.

= -

= -

Untuk menghitung Real Earning Management dalam ukuran yang komprehensif, peneliti

menghitung variabel tunggal dengan menggabungkan ketiga variabel-variabel real individu dari

manipulasi laba. Untuk menghitung nilai REM (Real Earnings Management), maka seluruh nilai

dari standardized variables CFO, PROD, dan DISXEP harus dijumlahkan. Dalam melakukan

penjumlahan dari nilai standardized CFO, PRODUCTION, dan DISCRETIONARY EXPENSE

harus dikalikan dengan -1 terlebih dahulu sebelum nilai standardized ketiganya dijumlahkan,

Arifin (2012).

Page 12: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 49

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-

rata (mean), standar deviasi, varian, maximum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (Ghozali,

2011).

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Ada beberapa uji yang wajib dilakukan dalam uji asumsi klasik,diantaranya adalah: Uji

normalitas, dilakukan untuk mendeteksi apakah data yang dipakai dalam penelitian normal atau tidak.

Uji multikolinearitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi

antar variabel bebas. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1

(sebelumnya). Serta Uji Heteroskedastisitas untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual dari suatu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dan juga melihat nilai

signifikan secara statistik.

3.5.3 Analisis Linear Berganda

Data dalam penelitian ini diolah menggunakan software SPSS v.20. Pengujian hipotesis

dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Secara umum, analisis regresi adalah

studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen

(penjelas/bebas), dengan tujuan mengestimasi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen

berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003) dalam Ghozali, (2011). Dengan

demikian maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

= + + + Ɛ

Keterangan:

CSRD = Corporate Social Responsibility Disclosure

α = Konstanta

, = Koefisien

DA = Discretionery accrual

REM = Real Earnings Management

Ɛ = error

3.6 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis tentang pengaruh variabel independen dalam mempengaruhi variabel

dependen dapat menggunakan alat analisis statistik berupa uji (Koefisien determinasi), uji F

(simultan) dan uji-t (parsial).

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Responden

Berdasarkan kriteria-kriteria yang digunakan dalam penarikan sampel, maka penelitian ini

menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 3

tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2011 sampai tahun 2013, mempunyai data annual report dan

laporan keuangan yang lengkap, menerbitkan laporan tahunan yang berakhir pada periode 31

desember, menyajikan laporan CSR di dalam laporan tahunan atau laporan keberlanjutan terpisah

Page 13: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 50

lainnya selama periode pengamatan tahun 2011, 2012 dan 2013, menggunakan satuan mata uang

rupiah dalam laporan keuangannya serta perusahaan yang dideteksi melakukan income increasing.

Adapun proses seleksi sampel disajikan pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1

Penentuan Sampel

Kreteria Jumlah

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2011-2013. 141

Perusahaan manufaktur yang data annual report dan laporan

keuangannya tidak lengkap. (57)

Perusahaan manufaktur yang memiliki akhir periode laporan

keuangan bukan per 31 desember. (0)

Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan laporan CSR. (8)

Perusahaan yang tidak menggunakan satuan mata uang Rupiah. (15)

Perusaahaan manufaktur yang diduga tidak melakukan income

increasing. (34)

Perusahaan yang menjadi sampel 27

Jumlah data pengamatan selama 3 tahun (27 x 3) 81

Sumber: Data yang diolah (2015)

Dari 142 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hanya 27 perusahaan

yang memenuhi kriteria penarikan sampel, sehingga total observarian data berjumlah 81 data yang

kemudian dipakai dalam penelitian.

4.2 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran umum tentang nilai minimum, nilai maximum, nilai

rata-rata dan standar deviasi dari data yang digunakan dalam penelitian. Gambaran umum tentang

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2

Tabel Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CSRD 81 .18 .78 .4109 .13161

DA 81 -.71 .10 -.3445 .26118

REM 81 -2.83 2.75 .0000 1.16097

Valid N (listwise) 81

Sumber: Data yang diolah (2015)

Variabel manipulasi laba akrual yang diukur dengan discretionary accruals (DA)

menunjukkan rata-rata sebesar -0,3445. Nilai minimum menunjukkan sebesar -0,71 dan nilai maximum

menunjukkan sebesar 0,10.

Variabel real earnings management (REM) yang diukur dari hasil penjumlahan standardized

dari ABR_CFO, ABR_PROD, dan ABR_DISEXP menunjukkan rata-rata sebesar 0,000. Nilai

minimum menunjukkan sebesar -2,83 dan nilai maximum menunjukkan sebesar 2,75.

Indeks pengungkapan sosial (CSR) yang diukur dengan 78 item pengungkapan diperoleh nilai

rata-rata sebesar 0,4109 atau 41%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam satu periode, perusahaan telah

mengungkapkan laporan tanggungjawab sosialnya (CSRD) sebanyak 41 %. Nilai Indeks

pengungkapan terkecil sebesar 0,18 atau sebanyak 18 % dan nilai indeks pengungkapan terbesar

Page 14: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 51

sebesar 0,78 atau sebanyak 78 %. Berdasarkan hasil data CSR setiap periode, dapat dilihat bahwa

setiap periode dari 2011 sampai dengan 2013, ada kecenderungan mengalami peningkatan

pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur. Mungkin hal ini disebabkan oleh

adanya regulasi pemerintah berupa UU No. 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas.

4.3 Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Untuk melihat apakah data dari suatu penelitian terdistribusi dengan normal atau tidak, maka

dapat dideteksi dengan melakukan analisis grafik dan juga uji statistik. Berdasarkan hasil dari data

yang diolah, grafik P-Plot (gambar 4.1) menunjukkan bahwa titik-titik menyebar berhimpit disekitar

garis diagonal serta mengikuti garis digonalnya.

Dari garfik histogram (gambar 4.2) juga terlihat bahwa data residual terdistribusi secara

normal, yaitu bentuk gafik yang dihasilkan berbentuk simetris tidak menceng kekiri maupun ke

kanan. Sehingga berdasarkan analisis dari grafik P-Plot maupun grafik histogram yang ada, maka

dapat disimpulkan bahwa

Gambar 2. Grafik P-Plot Gamba 3. Grafik Histogram

residual data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.

Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji statistik kolmogorov-smirnov juga menunjukkan

hasil yang sama yaitu, bahwa residual dari data penelitian ini terdistribusi secara normal. Dalam Tabel

4.3 terlihat bahwa besarnya nilai kolmogorov-smirnov adalah 0,666 dan signifikan pada 0,767, hal ini

berarti data residual terdistribusi secara normal karena signifikannya berada di atas 0,05 atau 5%.

Page 15: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 52

Tabel 3

Uji Kolmogrov-Smirnov

Unstandardized

Residual

N 81

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7

Std. Deviation .12598860

Most Extreme Differences

Absolute .074

Positive .074

Negative -.044

Kolmogorov-Smirnov Z .666

Asymp. Sig. (2-tailed) .767

Sumber: Data yang diolah(2015)

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat interkorelasi sempurna

antara variabel-variabel independen yang ada. Dari tabel 4.4 di bawah, dapat diketahui hasil pengujian

tolerance menunjukkan variabel discretionary accrual (DA) dan real earnings management (REM)

memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 (10%). Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan bahwa tidak

ada satupun variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel dalam model regresi tersebut.

Tabel 4

Tabel Uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

DA .982 1.018

REM .982 1.018

a. Dependent Variable: CSRD

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1. Untuk mengetahui ada

tidaknya autokorelasi, maka digunakan uji Durbin-Watson (DW test). Dimana kriteria pengujiannya

adalah:

Jika nilai D-W di bawah 0 sampai 1,5 berarti ada autokelarsi positif.

Jika nilai D-W diantara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak ada autokolerasi.

Jika nilai D-W di atas 2,5 sampai 4 berarti ada autokolerasi negatif.

Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, maka didapat hasil sebagai berikut.

Page 16: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 53

Tabel 5

Tabel Uji Autokorelasi (Durbin-Watson)

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 .289a .084 .060 .12759 1.507

Sumber: Data yang diolah (2015)

Berdasarkan hasil olah data, maka didapat nilai Durbin-Watson sebesar 1,507. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi yang digunakan

karena nilai DW berada diantara 1,5 sampai dengan 2,5.

Uji Heterokedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskesdatisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua cara untuk mendeteksi ada atau

tidaknya heteroskedastisitas, yaitu dengan menganalisis grafik scatterplot dan juga menggunakan uji

statistik berupa uji glesjer. Cara menganalisis melalui grafik scatterplot yaitu dengan melihat jika ada

pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar

kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola

yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

Heteroskedastisitas, Ghozali (2011). Berdasarkan hasil dari data yang telah diolah, maka didapat grafik

seperti dibawah ini, gambar 4.3. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa data menyebar secara acak

serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak

ada gejala heteroskedastisitas dalam penelitian ini.

Gambar 4

Grafik Scatterplot - Uji Heteroskedastisitas

Page 17: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 54

Cara lain mendeteksi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas yaitu melalui uji glesjer. Bila

nilai signifikan masing-masing variabel independen > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model

regresi tidak terdapat heteroskedastisitas. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.6 di

bawah, bahwa nilai signifikansi variabel discretionary accrual (DA) sebesar 0,064 dan variabel real

earning management (REM) sebesar 0,931 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model regresi tersebut, hal ini sejalan

dengan hasil analisis grafik scatterplot.

Tabel 6

Tabel Uji Heteroskedastisitas (Glesjer)

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .080 .014 5.814 .000

DA -.060 .032 -.210 -1.879 .064

REM -.001 .007 -.010 -.087 .931

a. Dependent Variable: Abs_Ut

Sumber: Data yang diolah, (2015)

4.4 Uji Hipotesis

Uji Koefisien Determinasi ( )

Nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai adjusted R-Square dari model regresi

yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan variabel-variabel independen dapat

menerangkan variasi variabel terikatnya. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen.

Tabel 7

Tabel Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .289a .084 .060 .12759

a. Predictors: (Constant), REM, DA

b. Dependent Variable: CSRD

Sumber: Data yang diolah, (2015)

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa koefisien determinasi memiliki nilai adjusted sebesar

0,06. Hal ini berarti bahwa 6 % variasi indeks pengungkapan CSR dapat dijelaskan oleh variabel

discretionary accruals dan real earnings management, sedangkan sisanya 94 % (100% - 6%) indeks

pengungkapan CSR dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model

penelitian.

Page 18: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 55

Uji F (Simultan)

Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama

(simultan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya. Hasil uji F dapat dilihat

pada tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 8

Tabel Uji F (Simultan)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression .116 2 .058 3.557 .033b

Residual 1.270 78 .016

Total 1.386 80

a. Dependent Variable: CSRD b. Predictors: (Constant), REM, DA

Sumber: Data yang diolah, (2015)

Hasil dari pengolahan data terlihat bahwa nilai F sebesar 3,557 dengan nilai probabilitas

signifikan sebesar 0,033. ilai signifikan pengujian yang lebih kecil dari α = 0,05 menunjukkan bahwa

variabel discretionary accruals (DA) dan real earnings management (REM) secara bersama-sama

(simultan) memiliki pengaruh terhadap variabel corporate social responsibility disclosure (CSRD).

Uji t (Parsial)

Uji statistik-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen, Ghozali (2011).

Untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, dapat

dilihat dari nilai probabilitas signifikannya yang harus < α = 0,05. Sedangkan untuk

mengiterpretasikan koefisien variabel indenpenden dapat digunakan nilai unstandardized coefficient.

Hasil uji satistik-t dari penelitian ini dapat dilihat dari tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9

Tabel Uji-t (Parsial)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .361 .024 15.222 .000

DA -.146 .055 -.289 -2.642 .010

REM -9.612E-005 .012 -.001 -.008 .994

a. Dependent Variable: CSRD

Sumber: Data yang diolah, (2015)

Berdasarkan hasil olahan data diatas (tabel 9), terlihat bahwa variabel discretionary accrual

(DA) signifikan terhadap variabel corporate social responsibility disclosure (CSRD), sedangkan

variabel real earnings management (REM) tidak signifikan. Hal ini dapt dilihat dari nilai probabilitas

variabel DA sebesar 0,0 0 < α = 0,05 sedangkan variabel REM sebesar 0,99 > α = 0,05. Hasil

persamaan regresi yang diperoleh dari tabel 4.9 juga dapat disimpulkan sebagai berikut:

Y = 0,361 – 0,146 DA – 0,000009612 REM + e

4.5 Pembahasan

4.5.1 Manipulasi Laba Akrual dan Corporate Social Responsibility Disclosure

Page 19: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 56

Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini, seperti terlihat dalam tabel 9 menunjukkan

manipulasi laba akrual yang diukur menggunakan proksi discretionary accrual menunjukkan pengaruh

yang negatif signifikan dengan nilai β sebesar -0,146 dengan tingkat signifikan sebesar 0,010 yang

lebih kecil daripada α = 0,05, sehingga hipotesis berhasil diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa

Manipulasi laba akrual yang diukur menggunakan discretionary accrual (DA) berpengaruh terhadap

corporate social responsibility disclosure (CSRD). Berpengaruh negatif berarti bahwa semakin tinggi

tingkat manajemen laba maka semakin rendah CSR, dengan kata lain semakin banyak manajer

melakukan manajemen laba, maka akan semakin sedikit kegiatan CSR yang harus dilakukan.

Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan hasil dari penelitian Arifin, dkk, (2012), Chih et.al.

(2008) dan penelitian Handajani, dkk (2010). Mereka menemukan bahwa manipulasi laba akrual

memiliki mengaruh yang positif dan signifikan terhadap CSR. Sedangkan penelitian ini sejalan dengan

penelitian dari Djuitaningsih dan Marsyah (2012) serta Chih et.al.,(2008) dalam Horison (2014) serta

hasil penelitian Krisna (2015) yang menemukan hasil bahwa manajemen laba berpengaruh negatif

signifikan terhadap CSR. Hal ini bisa terjadi karena pengungkapan CSR yang dilakukan bukan

termotivasi oleh manipulasi laba akrual, akan tetapi semata-mata untuk memenuhi aturan yang ada

yaitu UU No. 40 tahun 2007 pasal 66 ayat (2) poin c dan pasal 74 tentang Perseroan Terbatas.

Namun, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Sun Nan et.al. (2010) dalam arifin,

dkk (2012) yang mendapatkan hasil bahwa manipulasi laba akrual dengan menggunakan proksi

discretionary accrual tidak signifikan berhubungan dengan environmental disclosure. Menurut hasil

penelitian tersebut, manajer yang berada dalam kontrol pembuat keputusan, mereka akan termotivasi

untuk melakukan manipulasi laba baik income increasing maupun income decreasing semata-mata

untuk mendapatkan keuntungan dirinya sendiri. Artinya bahwa, manajer yang berada dalam tekanan

suatu perusahaan akan melakukan manipulasi laba hanya untuk mencapai keuntungan dirinya sendiri,

bukan digunakan untuk kegiatan lain seperti kegiatan CSR.

4.5.2 Manipulasi Laba Real dan Corporate Social Responsibility Disclosure

Pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah manipulasi laba

real memiliki pengaruh terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Hasil penelitian

menunjukkan nilai β sebesar 0,0000096 dengan tingkat signifikan sebesar 0,99 lebih besar

daripada α = 0,05, sehingga hipotesis kedua berhasil menolak hipotesis ke dua. Berarti dapat

disimpulkan manipulasi laba real tidak berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility

Disclosure. Dengan kata lain, hipotesis ke dua tidak dapat terdukung secara statistik. Dapat

disimpulkan bahwa baik semakin rendah maupun tinggi manipulasi laba real yang dilakukan, maka

tidak akan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Arifin,dkk (2012) yang menemukan bahwa manipulasi laba

real tidak berpengaruh terhadap CSR. Ini dapat terjadi karena, auditor dan badan regulator cenderung

sulit untuk mendeteksi manipulasi laba melalui aktivitas real, sehingga manajer akan lebih leluasa

dalam melakukan praktik tersebut. Akibat dari auditor dan regulator yang cenderung sulit untuk

mendeteksi perilaku tersebut, maka perusahaan yang cenderung melakukan manipulasi aktivitas real

kurang memiliki dorongan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Wei

Yu 2008).

Pengungkapan CSR dirasa tidak perlu dilakukan oleh pihak manajemen yang melakukan

manipulasi laba melalui aktivitas real. Hal ini terjadi karena target laba yang didapatkan dari real

earnings management tidak digunakan oleh manajer untuk kegiatan CSR bahkan untuk melakukan

pengungkapan CSR dalam annual report perusahaan. Target laba yang didapatkan tersebut hanya

untuk memenuhi kepentingan manajer semata seperti yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman

(1986) dalam Arifin,dkk (2012) yang menyatakan bahwa para manajer melakukan praktik manajemen

laba karena untuk motivasi yang mereka harapkan, antara lain: (1) hipotesis rencana bonus (bonus plan

hypothesis); (2) hipotesis perjanjian hutang (debt convenants hypothesis); (3) hipotesis biaya politik

Page 20: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 57

(political cost hypothesis).

5 Kesimpulan

Penelitian ini menganalisis pengaruh manipulasi laba akrual dan manipulasi laba real terhadap

pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Berdasarkan hasil analisis data, pengujian

hipotesis, dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manipulasi laba akrual yang diukur

dengan proksi discretionary accrual memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan

CSR. Artinya dapat disimpulkan bahwa manipulasi laba akrual yang dilakukan oleh manajer dalam

perusahaan akan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan namun

semakin tinggi manipulasi laba akrual yang dilakukan oleh manajer, maka pengungkapan CSR akan

menurun atau sedikit diungkapkan. Sedangkan, manipulasi laba real yang diukur dengan penjumlahan

dari ketiga variabel rill individu memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

pengungkapan CSR. Dengan demikian dapat diketahui bahwa manipulasi laba real tidak berpengaruh

terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Artinya semakin tinggi ataupun semakin

rendah manipulasi laba real yang dilakukan oleh manajer, maka tidak akan berpengaruh sama sekali

terhadap pengungkapan CSR.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu diantaranya memiliki jumlah sampel yang

relatif sedikit dan tahun pengamatan yang pendek. Dari hasil penyeleksian berdasarkan kriteria yang

ditetapkan, didapat 27 sampel perusahaan dengan total observasian sebanyak 81 sampel yang diteliti

dalm 3 tahun pengamatan (2011-2013). Penelitian ini terbatas pada perusahaan industri manufaktur

dan juga hanya fokus terhadap perusahaan yang diduga melakukan income increasing. Nilai koefisien

determinasi yang didapat dari hasil pengolahan data masih rendah, yang artinya variabel independen

yang ada dalam penelitian ini memiliki kemampuan yang minim untuk menjelaskan variasi variabel

dependennya. Dalam penentuan nilai indeks pengungkapan CSR masih ada unsur subjektivitas di

dalamnya, sehingga penentuan indeks untuk indikator dalam kategori yang sama dapat berbeda untuk

setiap peneliti.

Saran kepada peneliti selanjutnya untuk menambah tahun pengamatan sehingga periode

pengamatan menjadi lebih panjang, sehingga diperoleh sampel yang lebih banyak dan gambaran

dampak manipulasi laba terhadap pengungkapan CSR menjadi lebih luas. Diharapkan pula sampel

yang digunakan adalah perusahaan dari jenis sektor dan industri yang berbeda, seperti sektor

pertambangan atau kontruksi terutama untuk perusahaan yang berkaitan dengan dan/atau sumber daya

alam yang dimaksudkan dalam UU No. 40 Tahun 2007 serta perusahaan dari industri non-keuangan

lainnya. Dalam penelitian selanjutnya dapat menggunakan indeks pengungkapan CSR yang berbeda

seperti GRI, agar dapat dilihat manakah indeks yang cocok untuk digunakan dalam melihat

pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan di Indonesia. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan

atau menambahkan jenis pengujian lain selain analisis linear berganda, sepeti uji beda untuk melihat

dampak dan perbedaan yang ditimbulkan oleh manipulasi laba terhadap pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan.

Page 21: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 58

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul., aoziah Ulfah dan Yeni Januarsi. ( 0 ). “Perbedaan Kecenderungan pengungkapan Corporate Social Responsibility : Pengujian Terhadap Manipulasi Akrual dan Manipulasi

Real”. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin.

Ardiati, Aloysia. ( 00 ). “Pengaruh Manajemen Laba erhadap Return Saham dengan Kualitas Audit

Sebagai Variabel Pemoderasi”. Makalah disampaikan pada Simposium asional Akuntansi

VI, Surabaya.

Beatrix; Eko Pudjolaksono dan Rizky Eriandani. (2014). “Pengaruh Earnings Management Terhadap

Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Badan Usaha Manufaktur Yang

erdaftar Di BE ”. Jurnal lmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. o. 0 .

Surabaya.

Hanafi, Mamduh M. ( 008). “Manajemen Keuangan”, Edisi pertama. Yogyakarta: BP E.

Handajani, Lilik., dkk. ( 0 0) “The Effect of Earnings Management and Corporate Governance

Mechanism to Corporate Social Responsibility Disclosure: Study at Public Companies in

Indonesia Stock Exchange”. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi XII,

Purwekerto.

Hartono, J. (2012). “Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman

Pengalaman”, Edisi kelima. Yogyakarta: BP E.

Hastuti, Sri. ( 0 ). “ itik Kritis Manajemen Laba Pada Perubahan Tahap Life Cycle Perusahaan:

Analisis Manajemen Laba Rill Dibandingkan Dengan Manajemen Laba Akrual”. Makalah

disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi XIV, Banda Aceh.

Horison, Muhamad Yolio dan Yeterina W. ugrahanti. ( 0 ).” Perbedaan Penggungkapan corporate

social responsibility dan nilai perusahaan antara perusahaan dengan manajemen laba tinggi

dan rendah. Seminar Nasional dan Call for Paper (Sancall 2014) hal. 281-295.

Ikatan Akuntan Indonesia (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1:

Penyajian Laporan Keuangan (revisi 2009). Jakarta : IAI

Krisna, Kadek Dhayana Sari dan Wayan Pradnyantha Wirasedana. ( 0 5). “Manajemen Laba dalam

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility dan Pengaruhnya pada Return Saham”. E-Jurnal

Akuntansi Universitas Udayana 10.3 hal : 632-646. Bali

uha, Gardina Aulin; ining ka Wahyuni dan Ririn rmadaryani. ( 0 ). “Perbedaan ingkat

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Yang Diduga

Melakukan Manipulasi Laba Akrual Dan Manipulasi Real”. Makalah disampaikan pada

Simposium Nasional Akuntansi XVII, Mataram.

ktafia, Yufenti. ( 0 ). “Pengaruh Manajemen Laba erhadap Pengungkapan anggungjawab Sosial Perusahaan Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi”. Jurnal Ilmiah

Akuntansi Dan Humanika (JINAH) UNDIKSHA Vol. 2 No. 2, Singaraja.

Priyatno, Duwi. ( 009). “SPSS untuk Analisis Kolerasi, Regresi, dan Multivariate”, Edisi

pertama. Yogyakarta: GavaMedia.

Page 22: PENGARUH MANIPULASI LABA AKRUAL DAN MANIPULASI LABA …

Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah Volume 11, Nomor 1, Mei 2016: 38–59 59

Purnomo, Budi.S; Puji Pratiwi. ( 009). “Pengaruh Earning Power Terhadap Praktek Manajemen Laba

(Earning Management)”. Jurnal Media Ekonomi Vol. o. , April 009.

Rachmawati, Rima. ( 007). “ injauan eoritis : Penerapan Pengungkapan anggung Jawab Sosial Dalam Laporan ahunan”. Jurnal Bisnis, Manajemen dan Ekonomi. Vol 8 No. 4, Mei 2007.

Bandung.

Rahman, Annisaa; Yanthi Hutagaol. ( 008). “Manajemen Laba Melalui Akrual dan Aktivitas Real

Pada Penawaran Perdana Dan Hubungannya Dengan Kinerja Jangka Panjang: Studi Empiris

pada BEJ”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 5 No. 1 tahun 2008.

Ratmono, Dwi. ( 0 0). “Manajemen Laba Rill dan Berbasis Akrual: Dapatkah Auditor Yang

Berkualitas Mendeteksinya?”. Makalah disampaikan pada Simposium asional Akuntansi

XIII, Purwokerto.

Roychowdhury, Sugata. (2006).”Earnings Management Through Real Activities Manipulaiton”. Journal of Accounting and Economics 42 (2006) 335-370.

Sembiring, Eddy Rismanda. ( 005). “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan anggung Jawab

Sosial: Studi Empiris Pada Perusahaan Yang ercatat Di Bursa Efek Jakarta”. Makalah

disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.

Sari, Riskia Anggarita. ( 0 ). “Pengaruh Karakteristik Perusahaan erhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

ndonesia”. Jurnal ominal, Vol o. , ahun 2012.

Sarwono, Jonatan; Ely Suhayati. ( 0 0). “Riset Menggunakan SPSS”, Edisi pertama. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

risnawati, Rina; Wiyadi; oer Sasongko. ( 0 ). “Pengukuran Manajemen Laba: Pendekatan erintegrasi”, Makalah disampaikan pada Simposium asional Akuntansi XV, Palembang.

Veronica, Sylvia .P.S, Yanivi S. Bachtiar ( 00 ). “Hubungan Antara Manajemen Laba Dengan

ingkat Pengungkapan Laporan Keuangan”. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional

Akuntansi VI, Surabaya.

Wei, Yu. ( 008). “Accounting-Based Earnings Management and Real ActivitisManipulations”.

Georgia Institute of Technology.

.