i PENGARUH MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DALAM MEWUJUDKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMPN 1 PONCOL TAHUN AJARAN 2019/2020 T E S I S Oleh: FATIM LATHIFAH NIM 502180022 PROGRAM MAGISTER PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO 2020
194
Embed
PENGARUH MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA ...etheses.iainponorogo.ac.id/10484/1/TESIS FATIM PERPUS FIX...menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah perencanaan,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PENGARUH MANAJEMEN KEPEMIMPINAN
KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH
TERHADAP KINERJA GURU DALAM
MEWUJUDKAN PRESTASI BELAJAR
SISWA SMPN 1 PONCOL TAHUN
AJARAN 2019/2020
T E S I S
Oleh:
FATIM LATHIFAH
NIM 502180022
PROGRAM MAGISTER PRODI MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
ABSTRAC
Keywords: Principal Leadership Management, School
Culture Teacher Performance, and Learning
Achievement
Learning achievement is a picture of the success of
education in an institution. High and low learning
achievements obtained indicate the high and low quality of
existing education. Currently the Indonesian nation is facing a
crucial problem, which is based on the PISA report (Program
for International Study Assessment) placing Indonesia as one
of the lowest ranked countries in achieving the quality of
education. Learning achievement can be influenced by several
factors, in which in this study what is considered dominant is
the management of the principal's leadership and school
culture. But it turns out there are experts who argue that the
principal's leadership management and school culture cannot
directly influence achievement, both of which can affect
achievement when it passes teacher performance. As we know
that teachers are the spearhead in the success of education.
This study aims to determine the existence of: 1) a
significant influence on the leadership management of school
principals on teacher performance at SMPN 1 Poncol, 2) a
significant influence on school culture on teacher performance
at SMPN 1 Poncol, 3) a significant influence on teacher
performance on student learning achievement at SMPN 1
Poncol, 4) a significant influence on the principal's leadership
management on student achievement at SMPN 1 Poncol, 5) a
significant influence on school culture on student achievement
at SMPN 1 Poncol, 6) the influence of the principal's
leadership management on learning achievement through
teacher performance at SMPN 1 Poncol, 7) the influence of
school culture on student achievement through teacher
performance at SMPN 1 Poncol. The approach used by
researchers is a quantitative approach. Data collection
techniques using a questionnaire. Analysis of the data used
path analysis. The population of this study was 212 IX students
and the sample used was 131 students.
From the analysis of the data found: 1) there is an
influence of school leadership management on teacher
performance in SMPN 1 Poncol Academic Year 2019/2020
with a significance value of the variable X₁ = 0.003 smaller
than 0.05 and Thitung> Ttable (3,020> 1,645). 2) there is an
influence of school culture on teacher performance in SMPN 1
Poncol Academic Year 2019/2020 with a significance value of
the variable X₂ = 0,000 less than 0.05. and Thitung> TTable
(5,204> 1,645). 3) there is an influence of teacher performance
on student achievement in SMPN 1 Poncol Academic Year
2019/2020 with a significance value of the variable Y₁ = 0.005
smaller than 0.05 and Thitung> Ttable (2.968> 1.645). 4) there
is an influence of school leadership management on student
achievement in SMPN 1 Poncol Academic Year 2019/2020
with a significance value of the variable X₁ = 0.002 smaller
than 0.05 and Thitung> Ttable (2.409> 1.645). 5) there is an
influence of school culture on student achievement in SMPN 1
Poncol Academic Year 2019/2020 with a significance value of
the variable X₁ = 0.001 smaller than 0.05 and Thitung> Ttable
(4.360> 1.645). 6) there is an influence of school management
leadership on student achievement by passing the performance
of teachers in SMPN 1 Poncol Academic Year 2019/2020 with
the direct influence given by X₁ on Y₂ of 0.126. While the
indirect effect of X₁ through Y₁ to Y₂ is the multiplication
between the value of beta X₁ against Y₁ with the value of Y₁
against Y₂, which is = 0.273 x 0.685 = 0.187. Based on the
results of the above calculation it is known that indirectly the
management of the principal's leadership through teacher
performance has a significant influence on student learning
achievement. 7) there is an influence of school culture on
student achievement by passing the performance of teachers in
SMPN 1 Poncol Academic Year 2019/2020 the direct effect
given by X₂ on Y₂ is 0.175. While the indirect effect of X₂
through Y₁ on Y₂ is the multiplication between the value of
beta X₂ against Y₁ with the value of Y₁ against Y₂, which is =
0.470 x 0.685 = 0.321. Based on the calculation above, it is
known that indirectly the culture variables of the school
through teacher performance have a significant influence on
student achievement.
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah melalui pengkajian dan telaah mendalam dalam proses
bimbingan intensif terhadap tesis yang ditulis oleh Fatim
Lathifah, 502180022 dengan judul: “Pengaruh Manajemen
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah
Terhadap Kinerja Guru dalam Mewujudkan Prestasi Belajar
Siswa di SMPN 1 Poncol Tahun Ajaran 2019/2020”, maka
tesis inisudah dipandang layak diajukan dalam agenda ujian
tesis pada sidang Majlis Munaqasah Tesis.
Ponorogo, 27 April 2020
Pembimbing
Dr. Muhammad Ali, M.Pd.
NIP. 197505282009011008
iv
Tesis yang ditulis oleh Fatim Laathifah, NIM 502180022,
Program Magister Prodi Manajemen Pendidikan Islam
dengan judul: “Pengaruh Manajemen Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Guru dalam
Mewujudkan Prestasi Belajar Siswa di SMPN 1 Poncol
Tahun Ajaran 2019/2020”, telah dilakukan ujian tesis dalam
sidang Majlis Munaqasah Tesis Pscasarjana Institut Agama
Islam Negeri Ponorogo pada Hari Senin, tanggal 8 Juni 2020
keyakinan-keyakinan, harapan-harapan, sikap-sikap dan
norma-norma bersama mengikat, mempersatukan. Ciri yang
54 Muhammad Fathurrohman, Budaya Religius Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan (Yogyakarta: Kalimedia, 2015), 43.
44
menonjolkannya antara lain adanya nilai-nilai yang
dipersiapkan, dirasakan dan dilakukan. Hal tersebut
dikuatakan oleh pendapat tentang kandungan utama yang
menjadi esensi budaya, yaitu:55
1) Budaya berkaitan dengan persepsi terhadap nilai dan
lingkungannya yang melahirkan makna dan pandangan
hidup yang mempengaruhi sikap dan tingkah laku.
2) Adanya pola nilai, sikap, tingkah laku, hasil karya,
termasuk segala instrumennya, sistem kerja dan teknologi.
3) Budaya merupakan hasil pengalaman hidup, kebiasaan-
kebiasaan, norma-norma yang ada dalam cara dirinya
berinteraksi sosial.
4) Dalam proses budaya terdapat saling mempengaruhi dan
saling ketergantungan.
Dalam pemakaian sehari-hari, biasanya definisi
budaya disinonimkan dengan tradisi. Tradisi dalam hal ini
diartikan sebagai ide-ide umum, sikap dan kebasaan dari
masyarakat yang nampak dari perilaku sehari-hari yang
menjalin kebiasaan dari kelompok dalam masyarakat.56
55 Kompri, Manajemen Sekolah Dan Praktik (Bandung: Alfabeta, 2014),
258 259. 56 Fathurrohman, Budaya Religius Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,
44.
45
Sedangkan sekolah adalah suatu lembaga pendidikan
formal yang harus mampu mengembangkan seluruh potensi
yang dimiliki oleh peserta didik. Potensi tersebut meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam menjalankan
fungsinya sekolah harus mampu menyelenggarakan proses
pendidikan yang pembelajaran yang bermutu.
Budaya sekolah diartikan sebagai sistem makna yang
dianut oleh warga sekolah yang membedakannya dengan
sekolah lain. Budaya sekolah adalah suasana kehidupan yang
terlibat bebas, tenang, reflektif, seiring dengan itu
melambangkan gagasan, intelektualitas, keterampilan dan
keilmuan. Budaya sekolah terdiri dari beberapa elemen
kebenaran yang dapat dijadikan sandaran dan petunjuk yang
tidak dapat diabaikan dalam kehidupan nyata dalam sekolah.
Budaya sekolah merupakan suatu sistem nilai, norma dan
aturan-aturan yang terkait dengan sekolah.57
Konsep budaya sekolah merupakan suatu konsep yang
dapat mengeksplorasi bentuk perilaku dari sekelompok
individu dalam bentuk tindakan, sikap dan perilaku yang
diajarkan kepada setiap anggota. Budaya sekolah merupakan
karakteristik khas sekolah yang membedakan satu sekolah
dengan sekolah lainnya. Budaya sekolah adalah kebiasaan-
57 Kompri, Manajemen Sekolah Dan Praktik, 260.
46
kebiasaan perilaku dan tindakan yang ditampilkan dan
ditunjukkan oleh seluruh warga sekolah dalam mencapai
tujuan sekolah yang telah ditentukan.58
Menurut Zamroni penting bagi sekolah memiliki
budaya. Sekolah sebagai suatu organisasi harus memiliki: 1)
kemampuan untuk hidup, tumbuh berkembang dan
melakukan adaptasi dengan berbagai lingkungan yang ada
dan 2) integrasi internal yang memungkinkan sekolah
menghasilkan individu atau kelompok memiliki sifat positif.
Suatu organisasi termasuk sekolah harus memiliki pola
asumsi dasar yang dipegang bersama oleh warga sekolah.
Memperhatikan konsep di atas maka dapat disimpulkan
bahwa budaya sekolah merupakan pola mendalam,
kepercayaan nilai dan tradisi yang terbentuk dari rangkaian
kebiasaan serta cara pandang dalam memecahkan persoalan
yang ada di sekolah.59
Budaya sekolah yang baik akan mendorong seluruh
warga sekolah untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
dengan sebaik mungkin dan akan meningkatkan kinerja
sekolah dlam mencapai tujuan sekolah. Setiap sekolah
58 Ibid..,261. 59 Zamroni, Pendidikan Demokrasi Pada Masyarakat Multikultural
(Yogyakarta: Gavin Kalam Utama, 2011), 111.
47
menciptakan budaya sekolah sebagai identitas diri dan juga
sebagai rasa kebanggaan akan sekolahnya.60
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan
bahwa budaya sekolah merupakan kerangka kerja yang
disadari dan sudah menjadi kebiasaan terdiri dari sikap, nilai-
nilai, norma-norma, perilaku-perilaku, dan harapan-harapan
di antara warga sekolah dan bila sudah terbentuk pada
keyakinan memiliki pengaruh yang kuat terhadap sekolah.
b. Unsur-Unsur Budaya Sekolah
Menurut Djemari Mardapai dalam Nuril Furkhan
menyatakan bahwa unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau
dari usaha peningkatan kualitas pendidikan dibagi menjadi 3,
yaitu:61
1) Budaya sekolah positif
Budaya sekolah positif merupakan kegiatan-kegiatan
yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan, misal
kerja sama dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap
prestasi, dan komitmen terhadap belajar.
2) Budaya sekolah negatif
Budaya sekolah negatif merupakan kultur yang kontra
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten
60 Nuril Furkan, Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah
(Yogyakarta: Magnum Pustaka, 2013), 30. 61 Ibid.., 31-32.
48
terhadap perubahan, misal siswa takut salah, siswa takut
bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama dalam
memecahkan masalah.
3) Budaya sekolah netral
Budaya sekolah netral merupakan budaya yang tidak
berfokus pada satu sisi namun dapat memberikan kontribusi
positif terhadap perkembangan peningkatan mutu pendidikan.
Hal ini berupa arisan keluarga sekolah, seragam guru,
seragam siswa, dan lain-lain.
c. Indikator Budaya Sekolah
Untuk lebih mendalami masalah budaya sekolah tentu
diperlukan pengetahuan sub variabel yang terkandung dalam
budaya organisasi, karena kita ketahui sekolah juga
merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang
pendidikan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Stephen P.
Robbins bahwa sub variabel budaya organisasi, yaitu:62
1) Inovasi dan pengambilan resiko (Innovation and risk
taking), yang melputi kebebasan mengeluarkan ide,
kebebasan mengambil keputusan, berani menanggung
resiko yang diterima.
62 Stephen P. Robbins and Timothy A. Judge, Organizational Behavior
(United States of America: Pearson Education, 2013), 512.
49
2) Perhatian pada detil (Attention of detail), yang meliputi
ketelitian dalam bekerja dan evaluasi kerja.
3) Orientasi hasil (outcome orientation), yang meliputi
pemahaman dalam bekerja, hasil kerja, dan cara kerja.
4) Orientasi kepada para individu (people orientation), yang
meliputi pembagian kerja, rekan kerja, dan pemberian
reward.
5) Orientasi tim (tim orientation), yang melliputi kerjasama
tim dn dukungan rekan kerja.
6) Keagresifan (Aggressiveness), yang meliputi persaingan
sehat antar personil dan inisiatif kerja.
7) Stabilitas (stability), yang meliputi iklim komunikasi yang
baik, kenyamanan dalam bekerja, jenjang karir, dan hasil
yang diterima.
Dari keterangan tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa indikator budaya sekolah, yaitu: 1) inovasi dan
pengambilan resiko; 2) perhatian pada detil; 3) orientasi
hasil; 4) orientasi kepada para individu; 5) orientasi tim; 6)
keagresifan; dan 7) stabilitas.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budaya Sekolah
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan
budaya sekolah merupakan suatu hal yang dapat mendukung
dan menghambat pelaksanaan pengembangan budaya
50
sekolah. Dalam hal ini faktor-faktor tersebut dibagi menjadi
dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.63
1) Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor budaya sekolah yang
berasal dari lingkungan sekolah, yang meliputi: a) kepala
sekolah; b) guru; c) tenaga kependidikan; d) peserta didik; e)
visi sekolah; f) program sekolah; g) peraturan sekolah; h)
sarana prasarana pendidikan.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang
mempengaruhi budaya sekolah dari luar lingkungan sekolah,
yang meliputi: a) masyarakat; b) komite sekolah; c) orang tua;
d) dinas pendidikan setempat; e) letak geografis sekolah.
4. Kinerja Guru
a. Pengertian Kinerja Guru
Kata kinerja merupakan terjemah dari Bahasa Inggris
yaitu kata perfomance. Kata perfomance berasal dari kata to
perfom yang berarti menampilkan atau melaksanakan.
Perfomance berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja,
63 Ibid., 45.
51
pencapaian kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja.64
Kinerja (perfomance) merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu program atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang
dituangkan dalam perencanaan strategis suatu organisasi.
Menurut oxford Dictionary sebagaimana dikutip oleh
Moeheriono kinerja merupakan suatu tindakan proses atau
cara bertindak atau melakukan fungsi organisasi.65
Kinerja menurut Supardi yaitu hasil kerja seseorang
dalam suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan
beberapa kemungkinan, misalnya standar target, sasaran, atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu.66 Sedangkan
kinerja menurut Barnawi adalah tingkat keberhasilan
seseorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan tanggung jawab dan wewenangnya berdasarkan
standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu
dalam kerangka mencapai tujuan organisasi.67
64 Barnawi and Muhammad Arifin, Instrumen Pembinaan Dan Penilaian
Kinerja Guru Profesional (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 11. 65 Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, Revisi (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), 95 96. 66 Supardi, Kinerja Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 47. 67 Barnawi and Arifin, Instrumen Pembinaan Dan Penilaian Kinerja Guru
Profesional, 13.
52
Barnawi dan Mohammad Arifin mengutip beberapa
pendapat ahli tentang kinerja adalah sebagai berikut. Menurut
Mangkunegara kinerja merupakan hasil kerja baik secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan. Sejalan dengan pendapat Ilyas bahwa kinerja
adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas
maupun kualitas dalam suatu organisasi dan merupakan
penampilan individu maupun kelompok kerja personel.
Sedangkan definisi kinerja menurut Fattah adalah ungkapan
kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, dan
keterampilan serta motivasi dalam menghasilkan sesuatu.
Kemudian menurut Rivai kinerja merupakan tingkat
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode
tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan
berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau
sasaran atau kriteria yang telah ditentukan yang telah
ditentukan dan telah disepakati. Sementara Simamora lebih
tegas menyatakan bahwa kinerja mengacu pada kadar
pencapaian tugas-tugas yang membentuk pekerjaan. Kinerja
merefleksikan seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan
sebuah pekerjaan.68
68 Ibid., 12.
53
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kinerja adalah tingkat keberhasilan yang telah dicapai
seseorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaannya sesuai dengan tanggung jawab yang telah
diberikan berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan
selama jangka waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
Jika diaplikasikan dalam dunia pendidikan maka
kinerja disini merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seluruh warga di lembaga pendidikan yang bersangkutan
dengan wewenang dan tanggung jawab untuk mencapai
tujuan kelembagaan yang telah ditetapkan. Sedangkan,
kinerja guru adalah kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah dan
bertanggung jawab atas peserta didik di bawah bimbingannya
dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Oleh
karena itu, kinerja guru dapat diartikan sebagai suatu kondisi
yang menunjukkan kemampuan seorang guru dalam
menjalankan tugasnya di sekolah serta menggambarkan
adanya suatu perbuatan yang ditampilkan guru dalam atau
selama melakukan aktivitas pembelajaran.69
69 Supardi, Kinerja Guru, 54.
54
Sementara itu berkaitan dengan kinerja guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, terdapat tugas
keprofesionalan guru menurut Undang-Undang No 14 tahun
2005 pasal 20, tugas atau kewajiban guru, antara lain:70
manajemen tersebut adalah perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan.86 Kemampuan kepala sekolah
dalam menjalankan fungsi manajemen juga dapat disebut
dengan manajemen kepemimpinan kepala sekolah.
Sebagaimana pendapat Novianty Djafri bahwa manajemen
kepemimpinan kepala sekolah adalah proses tersistematik
tentang hal spesifik, metode, struktur, dan lain-lain yang
berisi tentang fungsi-fungsi manajemen dalam upaya
pencapaian tujuan bersama.87
9. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Prestasi Belajar
Siswa
Keberhasilan suatu pendidikan digambarkan dengan
meningkatnya prestasi belajar siswa dalam suatu lembaga
pendidikan. Menurut Ahmadi dan Supriyono prestasi belajar
86 Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), 16. 87 Djafari, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah: Pengetahuan
Manajemen, Efektivitas, Kemandirian, Keunggulan Bersaing Dan
Kecerdasan Emosi, 26.
70
siswa dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Lingkungan internal meliputi keadaan fisik dan psikis siswa,
sedangkan faktor eksternal meliputi sosial, budaya dan
lingkungan fisik. Dalam hal ini dirasa budaya memiliki
pengaruh dominan terhadap prestasi siswa.88 budaya sekolah
juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pemahaman
budaya dapat memberi pemahaman akan realitas sehari-hari
struktur dalam (tersembunyi) dari dinamika yang akan terkait
pada suatu organisasi termasuk sekolah. Pemahaman tersebut
akan dapat mendorong pada upaya perbaikan sekolah melalui
keterkaitan yang bermakna antara reformasi pendidikan
dengan budaya sekolah yang ada, serta upaya mendorong
budaya menerima perubahan untuk perbaikan. Dengan
demikian budaya sekolah menduduki posisi penting dan akan
berpengaruh pada keberhasilan upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan.89
10. Pengaruh Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Prestasi Siswa dengan Melewati Kinerja
Guru
Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat
penting dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan
88 Ahmadi and Supriyono, Psikologi Belajar, 138-139. 89 Uhar Suharsaputro, Administrasi Pendidikan (Bandung: PT Rineka Cipta,
2013), 115-116.
71
menyelaraskan sumber daya pendidikan yang tersedia demi
tercapainya tujuan pendidikan yang tercantum dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Selain itu kepala sekolah sebagai
manajer mempunyai peran yang menentukan dalam
pengelolaan sekolah, berhasil tidaknya tujuan sekolah dapat
mempengaruhi bagaimana kepala sekolah menjalankan
fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut
adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan.90 Sejalan dengan pendapat Ross dan Gray dalam
James bahwa "Leadership has a minimal direct impact on
student achievement” maksudnya kepemimpinan memiliki
dampak langsung minimal pada prestasi siswa.91
Namun menurut penelitian yang dikemukakan oleh
Hallinger dan Heck dalam John A. Ross dan Peter Gray
menunjukkan bahwa “the direct effect of principals on
student achievement is near zero” maksudnya bahwa efek
langsung dari kepala sekolah terhadap prestasi belajar siswa
adalah mendekati nol.92 Menurut Hallinger dalam review
90 Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, 16. 91 Rautiola, “Effect of Leadership Styles and Student Academic
Achievement,” 4. 92 John A. Ross and Peter Gray “Leadership And Student Achievement: The
Mediating Effects Of Teacher Beliefes”, Canadian Journal of Education,
799.
72
penelitian empiris tentang kepemimpinan sekolah
disimpulkan bahwa “that leaders can have indirect or
mediated positive effects on student achievement by building
a collaborative organizational learning culture, and helping
to develop the leadership capacities of staff and community.
These stakeholders such as parents and teachers can then
assist with the creation of a positive school climate that
promotes teaching and learning, and consequently student’s
achievement” maksudnya para pemimpin dapat memiliki efek
positif tidak langsung atau dimediasi pada prestasi siswa
dengan membangun budaya pembelajaran organisasi
kolaboratif, dan membantu untuk mengembangkan kapasitas
kepemimpinan staf dan masyarakat. Pemangku kepentingan
seperti orang tua dan guru kemudian dapat membantu dengan
penciptaan iklim sekolah yang positif yang mempromosikan
pengajaran dan pembelajaran, dan akibatnya prestasi siswa.93
11. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Prestasi Siswa
dengan Melewati Kinerja Guru
Dalam rangka membantu murid dalam mencapai
prestasi belajar yang sebaik-baiknya yang berdampak pada
93 Vaughan Cruickshank, “The Influence Of School Leadership on Student
Outcomes,” Open Journal Og Social Sciences, 2017, 116.
73
keberhasilan pendidikan di Indonesia maka menurut Zamroni
pentingnya budaya dimiliki oleh sekolah.94 Sejalan dengan
pendapat menurut Ahmadi dan Supriyono bahwa salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah
budaya.95 Budaya sekolah menduduki posisi penting dan akan
berpengaruh pada keberhasilan upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan.96
Namun menurut Xiouju Duan dkk dalam jurnal
menyatakan bahwa “Teachers play an essential role in all
school activities. In fact, school’s culture cannot affect school
outcomes directly. The influence need go through teachers’
practice. Teachers play a substantial part in generating,
transforming and diffusing school culture”. Maksudnya
adalah Guru memainkan peran penting dalam semua kegiatan
sekolah. Bahkan, budaya sekolah tidak dapat mempengaruhi
hasil sekolah secara langsung. Pengaruh perlu pergi melalui
praktek guru. Guru memainkan bagian penting dalam
menghasilkan, mengubah dan menyebarkan budaya
sekolah.97 Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
94 Zamroni, Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural, 111. 95 Ahmadi and Supriyono, Psikologi Belajar, 189. 96 Suharsaputro, Administrasi Pendidikan, 115-116. 97 Xiouju Duan and dkk, “School Culture and School Effectiveness: The
Mediating Effect of Teacher Job Satisfaction,” International Journal of
Learning, Teaching and Educational Research 17 (May 2018): 22.
74
budaya sekolah tidak secara langsung berpengaruh terhadap
prestasi siswa, melainkan guru sebagai pemangku utama
dalam pembelajaran. Di mana kinerja guru yang baik akan
menghasilkan budaya yang baik dan akan berdampak pada
prestasi siswa yang baik pula.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.98
Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan di atas, maka
dihasilkan kerangka berfikir yang berupa kerangka asosiatif.
Variabel X₁ : manajemen kepemimpinan kepala
sekolah
Variabel X₂ : budaya sekolah
Variabel Y₁ : kinerja guru
Variabel Y₂ : prestasi belajar
Berdasarkan landasan teori dan telaah pustaka di atas,
maka dapat diajukan kerangka berfikir penelitian sebagai
berikut:
98 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015), 91.
75
1) Jika manajemen kepemimpinan baik, maka kinerja guru
baik.
2) Jika budaya sekolah baik, maka kinerja guru baik.
3) Jika manajemen kepemimpinan baik, maka prestasi belajar
baik.
4) Jika budaya sekolah baik, maka prestasi belajar baik.
5) Jika kinerja guru baik baik, maka prestasi belajar siswa
baik.
6) Jika manajemen kepemimpinan kepala sekolah dimediasi
kinerja guru baik, maka prestasi belajar siswa baik;
7) Jika budaya sekolah dimediasi kinerja guru baik, maka
prestasi belajar siswa baik.
D. Hipotesis Penelitian
Untuk mengetahui gambaran jawaban yang bersifat
sementara dari penelitian ini diperoleh hipotesis. Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian yang harus diuji kebenarannya. Adapun hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut:
76
Ha₁
Ha₂
Ha₃
Ha₄
Ha₅
Ha₆
Ha₇
:
:
:
:
:
:
:
Ada pengaruh yang signifikan manajemen
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru di SMPN 1 Poncol.
Ada pengaruh yang signifikan budaya sekolah
terhadap kinerja guru di SMPN 1 Poncol.
Ada pengaruh yang signifikan kinerja guru
terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol
Ada pengaruh yang signifikan manajemen
kepemimpinan kepala sekolah sekolah terhadap
prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol.
Ada pengaruh yang signifikan budaya sekolah
terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol.
Kinerja guru dapat memediasi hubungan antara
manajemen kepemimpinan kepala sekolah dengan
prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol.
Kinerja guru dapat memediasi hubungan antara
budaya sekolah dengan prestasi belajar siswa di
SMPN 1 Poncol.
77
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini, penulis menggunakan
pengaruh antara satu variabel dependen, dua variabel
independen dan satu variabel intervening. Pengaruh antar
variabel tersebut dapat digambarkan seperti diagram berikut:
A.
B.
Gambar 3.1: Rancangan Variabel Penelitian
Keterangan:
X₁ : Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
X₂ : Budaya Sekolah
X₁
X₂
Y₂ Y₁
β
₁
₁
₁
β
β
β
β
78
Y₁ : Kinerja Guru
Y₂ : Prestasi belajar
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variable Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat dari
orang, obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya.99 Penelitian ini terdiri dari variable bebas,
variable terikat dan variable mediasi (intervening), kemudian
menempatkan manajemen kepemimpinan kepala sekolah (X₁)
dan budaya sekolah (X₂) sebagai variable bebas
(independent), kinerja guru (Y₁) sebagai variabel intervening,
dan prestasi belajar (Y₂) sebagai variabel terikat.
2. Definisi Operasional
Sementara definisi operasional variabel merupakan
suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan
memberi arti atau menspesifikkan kegiatan atau
membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk
variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Prestasi Belajar
99 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015), 61.
79
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan prestasi
belajar merupakan perubahan perilaku peserta didik SMPN 1
Poncol yang mencakup 3 aspek, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik setelah mengalami proses pembelajaran. Hal
tersebut pada dasarnya dapat dijadikan tolak ukur berhasil
atau tidaknya suatu kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar
sebagai variabel dependen (Y₂) untuk mengukurnya merujuk
teori Supardi bahwa indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang
dicapai siswa.100 Hasil belajar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nilai total UAS dari keseluruhan mata
pelajaran siswa SMPN 1 Poncol pada semester ganjil tahun
ajaran 2019/2020.
b. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam penelitian ini manajemen kepemimpinan
kepala sekolah adalah persepsi siswa terkait kemampuan
Kepala SMPN 1 Poncol sebagai seorang pemimpin dalam
mengelola suatu organisasi untuk mengajak, mengarahkan,
dan mempengaruhi orang lain guna tercapainya tujuan yang
ditentukan secara efektif dan efisien. Manajemen
kepemimpinan kepala sekolah sebagai variabel independen
100 Supardi, Sekolah Efektif Konsep Dasar Dan Praktiknya (Jakarta:
Grafindo Persada, 2013), 137-138.
80
(X₁) untuk mengukurnya merujuk teori Daryanto bahwa
indikator yang digunakan untuk mengukur adalah sebagai
distribusi frekuensi variabel budaya sekolah dapat dilihat
pada lampiran. Adapun tabel distribusi frekuensi variabel
kinerja guru:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Guru No Interval Skor Frekuensi Persentase (%)
1 47 – 54 2 1,5%
2 55 – 62 1 0,8%
3 63 – 70 22 16,8%
4 71 -78 48 36,6%
5 79 – 86 41 31,3%
6 87 – 94 16 12,2%
7 95 – 103 - -
8 104 – 111 1 0,8%
JUMLAH 131 100%
Tabel dapat digambarkan dalam bentuk diagram
batang sebagai berikut:
122
Gambar 4.3 Diagram Batang Variabel Kinerja Guru
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa kinerja
guru memiliki skor tertentu yaitu dengan melihat rentang
skor, namun belum dapat diketahui berapa banyak kinerja
guru tinggi, sedang, atau rendah sehingga perlu
pengkatagorian data empiris. Caranya adalah dengan
membandingkan nilai rata-rata angket dan nilai rata-rata ideal
maka dapat diketahui kecenderungan skor variabel kinerja
guru, perhitungannya dengan mengetahui skor tertinggi dan
terendah.
123
Tabel 4.6 Kategori Kinerja Guru
No Rentang Skor Frekuensi Frekuensi
(%)
Kategori
1 78 – 104 69 52,71% Tinggi
2 43 – 77 62 47,29% Sedang
3 8 – 42 - - Rendah
Jumlah 131 100
Dari tingkatan tersebut dapat diketahui bahwa yang
menyatakan kinerja guru di SMPN 1 Poncol dalam kategori
tinggi dengan frekuensi 69 responden (52,71%), kategori
sedang dengan frekuensi sebanyak 62 responden (47,29%),
dan dalam kategori rendah dengan frekuensi sebanyak 0
responden. Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan
bahwa kinerja guru di SMPN 1 Poncol adalah tinggi yang
dinyatakan dalam kategorisasi menunjukkan prosentasenya
52,71%.
4. Statistik Deskriptif Prestasi Belajar
Data tentang prestasi belajar diperoleh dari dokumen
leger nilai siswa kelas IX SMPN 1 Poncol. Data penelitian
diolah menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistic
Version 16, hasil analisis deskriptif variabel prestasi belajar
memiliki skor tertinggi sebesar 1945, skor terendah sebesar
1580, mean sebesar 1710,98, median sebesar 1708.00, modus
sebesar 1729 dan standar deviasi sebesar 69,84 (data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6). Adapun
124
langkah-langkah menyusul tabel distribusi frekuensi variabel
prestasi belajar dapat dilihat pada lampiran. Adapun tabel
distribusi frekuensi variabel kinerja guru:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Belajar
No Interval Skor Frekuensi Persentase (%)
1 1580 – 1625 17 12,9%
2 1626 – 1671 25 19,1%
3 1672 – 1717 30 22,9%
4 1718 – 1763 29 22,1%
5 1764 – 1809 20 15,3%
6 1810 – 1855 7 5,4%
7 1856 – 1901 2 1,5
8 1902 – 1947 1 0,8%
JUMLAH 131
Tabel dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang
sebagai berikut:
Gambar 4.4 Diagram Batang Variabel Prestasi Belajar
125
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa prestasi
belajar memiliki skor tertentu yaitu dengan melihat rentang
skor, namun belum dapat diketahui berapa banyak prestasi
belajar tinggi, sedang, rendah sehingga perlu pengkatagorian
data empiris. Caranya adalah dengan membandingkan nilai
rata-rata angket dan nilai rata-rata ideal maka dapat diketahui
kecenderungan skor variabel prestasi belajar, perhitungannya
dengan mengetahui skor tertinggi dan terendah.
Tabel 4.8 Kategori Prestasi Belajar
No Rentang Skor Frekuensi Frekuensi
(%)
Kategori
1 1.824 – 2.772 7 5,34% Tinggi
2 1.177 – 1.823 124 94,65% Sedang
3 526 – 1.176 - - Rendah
Jumlah 131 100
Dari tingkatan tersebut dapat diketahui bahwa yang
menyatakan prestasi belajar di SMPN 1 Poncol dalam
kategori tinggi dengan frekuensi 7 responden (5,34%),
kategori sedang dengan frekuensi sebanyak 124 responden
(94,65%), dan dalam kategori rendah dengan frekuensi
sebanyak 0 responden. Dengan demikian, secara umum dapat
dikatakan bahwa prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol
adalah tinggi yang dinyatakan dalam kategorisasi
menunjukkan prosentasenya 94,65%.
126
C. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan
kolmogrov-Smirnov yang dihitung dengan program IBM
SPSS Statistic Version 16 pada taraf signifikan sebesar 5%.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas yaitu
jika > 0,05 maka data normal dan jika < 0,05 maka data tidak
normal. Berdasarkan harga koefisien probabilitas (sig) untuk
manajemen kepemimpinan kepala sekolah sebesar 0,481,
budaya sekolah sebesar 0,416, kinerja guru sebesar 0,954, dan
prestasi belajar sebesar 0,908.dengan demikian data
berdistribusi normal karena p > ,05. Hasil uji normalitas dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Normalitas
No Variabel KS-Z p (sig) Keterangan
1 Manajemen
Kepemimpinan Kepala
Sekolah
0,840 0,481 Normal
2 Budaya Sekolah 0,884 0,416 Normal
3 Kinerja Guru 0,515 0,954 Normal
4 Prestasi Belajar 0,564 0,908 Normal
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 7)
2. Uji Linieritas
Uji linieritas ini dilakukan untuk mengetahui apakah
antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) mempunyai
hubungan linier. Uji linieritas ini dihitung dengan
127
menggunakan bantuan SPSS versi 16.0. Data diolah
menggunakan bantuan dengan program IBM SPSS Statistic
Version 16. Pengambilan keputusan melihat kriteria apabila
P-value > α maka Ho diterima sehingga dinyatakan linier,
sebaliknya jika P-value < α maka Ho ditolak sehingga
dinyatakan tidak linier. Uji linieritas dapat disajikan dalam
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Uji Linieritas
No Variabel P-
value α Keputusan Kesimpulan
1
Manajemen Kepemimpinan
Kepala Sekolah Terhadap
Prestasi Belajar (X1 dan Y2)
0,249 0,05 Ho diterima Linier
2 Budaya Sekolah Terhadap
Prestasi Belajar (X2 dan Y2) 0,724 0,05 Ho diterima Linier
3
Manajemen Kepemimpinan
Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru (X1 dan Y1)
0,728 0,05 Ho diterima Linier
4 Budaya Sekolah Terhadap
Kinerja Guru (X2 dan Y1) 0,073 0,05 Ho diterima Linier
5 Kinerja Guru Terhadap
Prestasi Belajar (Y1 dan Y2) 0,893 0,05 Ho diterima Linier
6
Manajemen Kepemimpinan
Kepala Sekolah Terhadap
Prestasi Belajar Melewati
Kinerja Guru (X1 dan Y2
melewati Y1)
0,249 0,05 Ho diterima Linier
7
Budaya Sekolah Terhadap
Prestasi Belajar Melewati
Kinerja Guru (X2 dan Y2
melewati Y1)
0,724 0,05 Ho diterima Linier
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 8)
128
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui masing-
masing sampel memiliki P-value > α sehingga Ho diterima.
Ini berarti hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y) termasuk memiliki hubungan yang linier.
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui
keeratan hubungan antar variabel bebas dengan menggunakan
bantuan program IBM SPSS Statistic Version 16.
Pengambilan keputusan melihat kriteria nilai koefisien
korelasi. Nilai VIF semua variabel kurang dari 10,0. Dalam
penelitian ini keeratan hubungan antar variabel bebas sebesar
0,511 atau sekitar 51,1% atau tidak melebihi 95%. Dengan
demikian tidak terjadi multikolinieritas karena tidak melebihi
95%, yang berarti tidak ada hubungan sempurna antar
variabel bebas sehingga analisis jalur dapat dilanjutkan. Hal
ini karena koefisien regresi yang dihasilkan oleh analisis jalur
menjadi sangat kuat sehingga dapat memberikan analisis yang
mewakili sifat atau pengaruh dari variabel bebas terhadap
variabel terikat. Hasil uji multikolinieritas adalah sebagai
berikut:
129
Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas
No Variabel Bebas X₁ X₂ Y₁ VIF Keterangan
1
Manajemen
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
1 0,258 0,418
2,133 Tidak terjadi
multikolinieritas
2 Budaya Sekolah 0,258 1 0,511 2,412 Tidak terjadi
multikolinieritas
3 Kinerja Guru 0,418 0,511 1 1,908 Tidak terjadi
multikolinieritas
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 9)
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap
disebut terjadi homoskedastisitas dan jika variannya tidak
sama/berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas. Untuk mempermudah peneliti
menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistic Version
16. Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah dan
angka 0 terletak pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Dan untuk
mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam
model regresi maka perhatikan grafik di bawah ini.
130
Gambar 4.5 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas
D. Uji Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas rumusan
masalah. Oleh sebab itu hipotesis harus diuji kebenaran
empiriknya. Pengujian hipotesis 1 sampai dengan 7 dalam
penelitian ini menggunakan analisis jalur. Adapun hasil dari
uji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
131
1. Pengujian Hipotesis 1
Pengajuan hipotesis 1 yaitu menguji apakah ada
pengaruh positif dan signifikan antara variabel manajemen
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja di SMPN 1
Poncol dan untuk mengetahui nilai jalur antara variabel
manajemen kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru di SMPN 1 Poncol. Untuk menguji hipotesis tersebut
digunakan uji analisis jalur. Analisis jalur digunakan untuk
mencari pengaruh secara langsung ataupun tidak langsung
antara variabel bebas dan variabel terikat. Data diolah dengan
menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistic Version
16. Berikut adalah tabel hasil analisis jalur pengaruh secara
langsung (model 1) antara X₁ dan Y₁.
Tabel 4.12 Hasil Analisis Jalur antara X₁ dan Y₂
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel coefficient di atas
diketahui bahwa nilai signifikansi variabel X₁ = 0,003 lebih
kecil dari 0,05 dan Thitung > Ttabel (3,020 > 1,645). Hasil ini
132
memberikan kesimpulan bahwa regresi model 1, yakni
variabel manajemen kepemimpinan kepala sekolah (X₁)
berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru (Y₁). Dan
berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai koefisien
standardized beta 0,273 yang merupakan nilai path atau jalur
p1.
Tabel 4.13 Tabel Model Summary
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel model summary
di atas diperoleh nilai Rsquare sebesar 0,476, hal ini
menunjukkan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh
manajemen kepemimpinan kepala sekolah (X₁) terhadap
kinerja guru (Y₁) sebesar 47,6,5% sementara sisanya 52,5%
merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini. Sementara untuk nilai e1 =
√ (1-0,476) = 0,524.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui
bahwa model regresi 1 bernilai positif artinya terdapat
pengaruh langsung manajemen kepemimpinan kepala sekolah
133
secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SMPN 1
Poncol. Dan diperoleh nilai jalurnya sebesar 0,273. Dengan
demikian diperoleh diagram jalur model 1 sebagai berikut:
Gambar 4.6 Diagram Jalur model 1
2. Pengujian Hipotesis 2
Pengajuan hipotesis 2 yaitu menguji apakah ada
pengaruh positif dan signifikan antara variabel budaya
sekolah terhadap kinerja guru di SMPN 1 Poncol dan untuk
mengetahui nilai jalur antara variabel budaya sekolah
terhadap kinerja guru di SMPN 1 Poncol. Untuk menguji
hipotesis tersebut digunakan uji analisis jalur. Analisis jalur
digunakan untuk mencari pengaruh secara langsung ataupun
tidak langsung antara variabel bebas dan variabel terikat. Data
diolah dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS
Statistic Version 16. Berikut adalah tabel hasil analisis jalur
pengaruh secara langsung (model 1) antara X₂ dan Y₁.
X₁ Y₁ 0,273
0,524
134
Tabel 4.14 Hasil Analisis Jalur antara X₂ dan Y₁
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel coefficient di atas
diketahui bahwa nilai signifikansi variabel X₂ = 0,000 lebih
kecil dari 0,05. dan Thitung > Ttabel (5,204 > 1,645). Hasil ini
memberikan kesimpulan bahwa regresi model 1, yakni
variabel budaya sekolah (X₂) berpengaruh signifikan terhadap
kinerja guru (Y₁). Dan berdasarkan tabel tersebut diperoleh
nilai koefisien standardized beta 0,470 yang merupakan nilai
path atau jalur p2.
Tabel 4.15 Tabel Model Summary
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel model summary
di atas diperoleh nilai Rsquare sebesar 0,439, hal ini
135
menunjukkan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh X₂
terhadap Y₁ sebesar 43,9% sementara sisanya 55,1%
merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini. Sementara untuk nilai e1 =
√ (1-0,476) = 0,524.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui
bahwa model regresi 1 bernilai positif artinya terdapat
pengaruh langsung budaya sekolah secara positif dan
signifikan terhadap kinerja guru di SMPN 1 Poncol. Dan
diperoleh nilai jalurnya sebesar 0,470. Dengan demikian
diperoleh diagram jalur model 2 sebagai berikut:
Gambar 4.7 Diagram Jalur model 2
3. Pengujian Hipotesis 3
Pengajuan hipotesis 3 yaitu menguji apakah ada
pengaruh positif dan signifikan antara variabel kinerja guru
terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol dan untuk
mengetahui nilai jalur antara variabel kinerja guru terhadap
prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol. Untuk menguji
X₂ Y₁ 0,470
0,524
136
hipotesis tersebut digunakan uji analisis jalur. Analisis jalur
digunakan untuk mencari pengaruh secara langsung ataupun
tidak langsung antara variabel bebas dan variabel terikat. Data
diolah dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS
Statistic Version 16. Berikut adalah tabel hasil analisis jalur
pengaruh secara langsung (model 1) antara Y₁ dan Y₂.
Tabel 4.16 Hasil Analisis Jalur antara Y₁ dan Y₂
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel coefficient di atas
diketahui bahwa nilai signifikansi variabel Y₁ = 0,005 lebih
kecil dari 0,05 dan Thitung > Ttabel (2,968 > 1,645). Hasil ini
memberikan kesimpulan bahwa regresi model 1, yakni
variabel kinerja guru (Y₁) berpengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar siswa (Y₂). Dan berdasarkan tabel tersebut
diperoleh nilai koefisien standardized beta 0,685 yang
merupakan nilai path atau jalur p3.
137
Tabel 4.17 Tabel Model Summary
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel model summary
di atas diperoleh nilai Rsquare sebesar 0,117, hal ini
menunjukkan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh
kinerja guru (Y₁) terhadap prestasi belajar siswa (Y₂) sebesar
11,7% sementara sisanya 87,3% merupakan kontribusi dari
variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui
bahwa model regresi 1 bernilai positif artinya terdapat
pengaruh langsung kinerja guru secara positif dan signifikan
terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol. Dan
diperoleh nilai jalurnya sebesar 0,685. Dengan demikian
diperoleh diagram jalur model 3 sebagai berikut:
Gambar 4.8 Diagram Jalur model 3
Y₁ Y₂ 0,685
138
4. Pengujian Hipotesis 4
Pengajuan hipotesis 4 yaitu menguji apakah ada
pengaruh positif dan signifikan antara variabel manajemen
kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi belajar siswa
di SMPN 1 Poncol dan untuk mengetahui nilai jalur antara
variabel manajemen kepemimpinan kepala sekolah terhadap
prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol. Untuk menguji
hipotesis tersebut digunakan uji analisis jalur. Analisis jalur
digunakan untuk mencari pengaruh secara langsung ataupun
tidak langsung antara variabel bebas dan variabel terikat. Data
diolah dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS
Statistic Version 16. Berikut adalah tabel hasil analisis jalur
pengaruh secara langsung (model 1) antara X₁ dan Y₂.
Tabel 4.18 Hasil Analisis Jalur antara X₁ dan Y₂
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel coefficient di atas
diketahui bahwa nilai signifikansi variabel X₁ = 0,002 lebih
kecil dari 0,05 dan Thitung > Ttabel (2,409 > 1,645). Hasil ini
139
memberikan kesimpulan bahwa regresi model 1, yakni
variabel manajemen kepemimpinan kepala sekolah (X₁)
berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa (Y₂).
Dan berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai koefisien
standardized beta 0,251 yang merupakan nilai path atau jalur
p4.
Tabel 4.19 Tabel Model Summary
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel model summary
di atas diperoleh nilai Rsquare sebesar 0,138, hal ini
menunjukkan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh
manajemen kepemimpinan kepala sekolah (X₁) terhadap
prestasi belajar siswa (Y₂) sebesar 13,8% sementara sisanya
85,2% merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Sementara untuk nilai
e2 = √ (1-0,138) = 0,862.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui
bahwa model regresi 1 bernilai positif artinya terdapat
pengaruh langsung manajemen kepemimpinan kepala sekolah
140
secara positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa di
SMPN 1 Poncol. Dan diperoleh nilai jalurnya sebesar 0,251.
Dengan demikian diperoleh diagram jalur model 4 sebagai
berikut:
Gambar 4.9 Diagram Jalur model 4
5. Pengujian Hipotesis 5
Pengajuan hipotesis 5 yaitu menguji apakah ada
pengaruh positif dan signifikan antara variabel budaya
sekolah terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol
dan untuk mengetahui nilai jalur antara variabel budaya
sekolah terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol.
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan uji analisis jalur.
Analisis jalur digunakan untuk mencari pengaruh secara
langsung ataupun tidak langsung antara variabel bebas dan
variabel terikat. Data diolah dengan menggunakan bantuan
program IBM SPSS Statistic Version 16. Berikut adalah tabel
hasil analisis jalur pengaruh secara langsung (model 1) antara
X₂ dan Y₂.
X₁ Y₂ 0,251
0,863
141
Tabel 4.20 Hasil Analisis Jalur antara X₂ dan Y₂
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel coefficient di atas
diketahui bahwa nilai signifikansi variabel X₁ = 0,001 lebih
kecil dari 0,05 dan Thitung > Ttabel (4,360 > 1,645). Hasil ini
memberikan kesimpulan bahwa regresi model 1, yakni
variabel budaya sekolah (X₂) berpengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar siswa (Y₂). Dan berdasarkan tabel tersebut
diperoleh nilai koefisien standardized beta 0,445 yang
merupakan nilai path atau jalur p5.
Tabel 4.21 Tabel Model Summary
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel model summary
di atas diperoleh nilai Rsquare sebesar 0,138, hal ini
142
menunjukkan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh
budaya sekolah (X₂) terhadap prestasi belajar siswa (Y₂)
sebesar 13,8% sementara sisanya 85,2% merupakan
kontribusi dari variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam penelitian ini. Sementara untuk nilai e2 = √ (1-0,138) =
0,862.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui
bahwa model regresi 1 bernilai positif artinya terdapat
pengaruh langsung budaya sekolah secara positif dan
signifikan terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol.
Dan diperoleh nilai jalurnya sebesar 0,445. Dengan demikian
diperoleh diagram jalur model 5 sebagai berikut:
Gambar 4.10 Diagram Jalur model 4
6. Pengujian Hipotesis 6
Pengajuan hipotesis 6 yaitu menguji apakah ada
pengaruh positif dan signifikan antara variabel manajemen
kepemimpinan kepala sekolah melalui kinerja guru terhadap
prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol dan untuk
X₂ Y₂ 0,445
0,862
143
mengetahui nilai jalur antara variabel manajemen
kepemimpinan kepala sekolah melalui kinerja guru terhadap
prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol. Untuk menguji
hipotesis tersebut digunakan uji analisis jalur. Analisis jalur
digunakan untuk mencari pengaruh secara langsung ataupun
tidak langsung antara variabel bebas dan variabel terikat. Data
diolah dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS
Statistic Version 16. Berikut adalah tabel hasil analisis jalur
pengaruh secara langsung (model 2) antara X₁ melalui Y₁
terhadap Y₂.
Tabel 4.21 Hasil Analisis Jalur antara X₁ Melalui Y₁
Terhadap Y₂
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
Berdasarkan hasil output SPSS tabel coefficient di
atas diketahui pengaruh langsung yang diberikan X₁
(manajemen kepemimpinan kepala sekolah) terhadap Y₂
(prestasi belajar) sebesar 0,126. Sedangkan pengaruh tidak
langsung X₁ melalui Y₁ terhadap Y₂ adalah perkalian antara
144
nilai beta X₁ terhadap Y₁ dengan nilai Y₁ terhadap Y₂ yaitu =
0,273 x 0,685 = 0,187. Maka pengaruh total yang diberikan
X₁ terhadap Y₂ adalah pengaruh langsung ditambah pengaruh
tidak langsung yaitu = 0,126 + 0,187 = 0,313.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa
nilai pengaruh langsung sebesar 0,126 dan pengaruh tidak
langsung sebesar 0,187 yang berarti bahwa nilai pengaruh
tidak langsung lebih besar dibandingkan nilai pengaruh
langsung. Hasil ini menunjukkan bahwa secara tidak
langsung variabel manajemen kepemimpinan kepala sekolah
(X₁) melalui kinerja guru (Y₁) mempunyai pengaruh
signifikan terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol
(Y₂). Dengan demikian diperoleh dagram jalur model 6
sebagai berikut:
X₁ Y₂
Y₁
Gambar 4.11 Diagram Jalur Model 6
0,273
0,251
0,685
145
7. Pengujian Hipotesis 7
Pengajuan hipotesis 7 yaitu menguji apakah ada
pengaruh positif dan signifikan antara variabel budaya
sekolah melalui kinerja guru terhadap prestasi belajar siswa di
SMPN 1 Poncol dan untuk mengetahui nilai jalur antara
variabel budaya sekolah melalui kinerja guru terhadap
prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol. Untuk menguji
hipotesis tersebut digunakan uji analisis jalur. Analisis jalur
digunakan untuk mencari pengaruh secara langsung ataupun
tidak langsung antara variabel bebas dan variabel terikat. Data
diolah dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS
Statistic Version 16. Berikut adalah tabel hasil analisis jalur
pengaruh secara langsung (model 2) antara X₂ melalui Y₁
terhadap Y₂.
Tabel 4.22 Hasil Analisis Jalur antara X₁ Melalui Y₁
Terhadap Y₂
Sumber: Data primer yang telah diolah (lihat pada lampiran 11)
146
Berdasarkan hasil output SPSS tabel coefficient di
atas diketahui pengaruh langsung yang diberikan X₂ (budaya
sekolah) terhadap Y₂ (prestasi belajar) sebesar 0,175.
Sedangkan pengaruh tidak langsung X₂ melalui Y₁ terhadap
Y₂ adalah perkalian antara nilai beta X₂ terhadap Y₁ dengan
nilai Y₁ terhadap Y₂ yaitu = 0,470 x 0,685 = 0,321. Maka
pengaruh total yang diberikan X₂ terhadap Y₂ adalah
pengaruh langsung ditambah pengaruh tidak langsung yaitu =
0,175 + 0,321 = 0,313.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa
nilai pengaruh langsung sebesar 0,175 dan pengaruh tidak
langsung sebesar 0,321 yang berarti bahwa nilai pengaruh
tidak langsung lebih besar dibandingkan nilai pengaruh
langsung. Hasil ini menunjukkan bahwa secara tidak
langsung variabel budaya sekolah (X₂) melalui kinerja guru
(Y₁) mempunyai pengaruh signifikan terhadap prestasi
belajar siswa di SMPN 1 Poncol (Y₂). Dengan demikian
diperoleh diagram jalur model 7 sebagai berikut:
147
Berdasarkan analisis jalur di atas diperoleh hasil
bahwa terdapat pengaruh baik secara langsung maupun tidak
langsung antar variabel dependen dan independen dan dari
analisis tersebur diperoleh diagram jalur sebagai berikut:
C.
X₂ Y₂
Y₁
Gambar 4.12 Diagram Jalur Model 7
0,470
0,445
0,685
X₁
X₂
Y₂ Y₁
0,251
0,445
0,470
0,273
0,685
0,524 0,862
Gambar 4.13 Diagram Jalur Penelitian
148
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Kinerja Guru
Berdasarkan hasil uji hipotesis 1 diketahui bahwa
manajemen kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja guru yang ditunjukkan
dengan hasil nilai signifikansi variabel X₁ = 0,003 lebih kecil
dari 0,05. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa regresi
model 1, yakni variabel manajemen kepemimpinan kepala
sekolah (X₁) berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru
(Y₁). Dan berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai koefisien
standardized beta 0,273 yang merupakan nilai path atau jalur
p1. Adapun diperoleh nilai koefisien determinasi (Rsquare)
sebesar 0,476, hal ini menunjukkan bahwa kontribusi atau
sumbangan pengaruh manajemen kepemimpinan kepala
sekolah (X₁) terhadap kinerja guru (Y₁) sebesar 47,6,5%
sementara sisanya 52,5% merupakan kontribusi dari variabel-
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen
kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh positif
149
terhadap kinerja guru. Keberhasilan pendidikan di sekolah
sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam
mengelola (memanajemen) tenaga kependidikan yang
tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu
komponen pendidikan yang berpengaruh dalam
meningkatkan kinerja guru.127 Sebagaimana menurut Supardi
bahwa salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap
kinerja guru adalah perilaku manajemen. Perilaku manajemen
di sini berhubungan dengan bagaimana seorang manajer
mengelola lembaga yang dipimpinnya.128 Dalam hal ini
seorang manajer mempunyai peran yang menentukan dalam
pengelolaan sekolah, berhasil tidaknya tujuan sekolah dapat
mempengaruhi bagaimana kepala sekolah menjalankan
fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut
adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan.129
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Yulia Rachmawati,130 yang menunjukkan bahwa
127 Yulia Rachmawati, “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru,” Jurnal Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang 01
(Juni 2013): 20. 128 Supardi, Kinerja Guru, 50. 129 Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, 16. 130 Rachmawati, “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru,” 19.
150
kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja guru SMA SANDIKTA Bekasi
Jawa Barat. Hasil penelitian tersebut diperoleh hasil nilai sig
= 0,03 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Dan
diperoleh r square 0,151 jadi sumbangan pengaruh
kepemimpinan kepala sekolah 15,1% terhadap kinerja guru.
B. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Guru
Berdasarkan hasil uji hipotesis 2 diketahui bahwa
budaya sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja guru yang ditunjukkan dengan hasil nilai signifikansi
variabel X₂ = 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hasil ini
memberikan kesimpulan bahwa regresi model 1, yakni
variabel budaya sekolah (X₂) berpengaruh signifikan terhadap
kinerja guru (Y₁). Dan berdasarkan tabel tersebut diperoleh
nilai koefisien standardized beta 0,470 yang merupakan nilai
path atau jalur p2. Adapun diperoleh nilai koefisien
determinasi (Rsquare) sebesar 0,439, hal ini menunjukkan
bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh X₂ terhadap Y₁
sebesar 43,9% sementara sisanya 55,1% merupakan
kontribusi dari variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam penelitian ini.
151
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya sekolah
mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja guru. Budaya
sekolah yang tinggi akan memberikan dorongan kuat bagi
guru untuk bekerja dengan baik yang akan menghasilkan
kinerja maksimal sebaliknya budaya sekolah yang rendah
menyebabkan guru kurang semangat dalam bekerja yang akan
menyebabkan hasil kerja menjadi kurang maksimal.
Apabila budaya sudah terbentuk praktik-praktik di
dalam organisasi bertindak untuk mempertahankannya
dengan memberikan kepada karyawan seperangkat
pengalaman yang serupa seperti adanya sumber daya manusia
yang memperkuat budaya organisasi tersebut. Budaya
organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak
tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu
organisasi untuk melakukan aktivitas kerja. Dengan adanya
budaya organisasi yang baik, guru akan bertanggung jawab
pada pekerjaannya dan dapat terselesaikan secara efektif dan
efisien. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja dan
terwujudnya tujuan organisasi. Barry Phegan menguatkan
bahwa budaya organisasi adalah bagaimana orang merasa
untuk bisa melakukan pekerjaan dengan baik dan apa yang
152
membuat peralatan pendukung dengan orang bekerja bisa
menyatu.131
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Edy Cahyana yang menyatakan bahwa budaya
organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
guru SMK Muhammadiyah 5 Purwantoro Kabupaten
Wonogiri. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nilai t
hitung > t tabel (6,406 > 1,680) dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak. Dengan sumbangan efektifnya sebesar 48,3%.
C. Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil uji hipotesis 5 diketahui bahwa
kinerja guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap
prestasi belajar yang ditunjukkan dengan hasil nilai
signifikansi variabel Y₁ = 0,005 lebih kecil dari 0,05. Hasil
ini memberikan kesimpulan bahwa regresi model 1, yakni
variabel kinerja guru (Y₁) berpengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar siswa (Y₂). Dan berdasarkan tabel tersebut
diperoleh nilai koefisien standardized beta 0,685 yang
merupakan nilai path atau jalur p5. Adapun diperoleh nilai
Rsquare sebesar 0,117, hal ini menunjukkan bahwa kontribusi
131 Barry Phegan, Developing Your Company Culture (Berkeley: Contex
Pers, Meidian Group, 2000), 1.
153
atau sumbangan pengaruh kinerja guru (Y₁) terhadap prestasi
belajar siswa (Y₂) sebesar 11,7% sementara sisanya 87,3%
merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru
mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar.
Keberhasilan suatu pendidikan dapat digambarkan dari
prestasi belajar yang ditunjukkan dengan kemampuan siswa
mencapai skor dalam tes dan kemampuan lulusan
mendapatkan dan melaksanakan pekerjaan. Dalam konteks ini
tidak dapat terlepas dari sosok guru yang menjadi ujung
tombak dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam
melaksanakan tugasnya seorang guru dituntut untuk
berkinerja baik dan aktif dalam upaya pencapaian tujuan
pendidikan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Ari selaku
bagian kesiswaan SMPN 1 Poncol memaparkan bahwa
kinerja guru yang baik dapat dilihat dari bagaimana guru
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi setiap
kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru di SMPN 1
Poncol sudah menerapkan beberapa hal yang bertujuan untuk
mencapai tujuan pendidikan, antara lain merencanakan
pembelajaran sebelum menerapkan di kelas, memanfaatkan
154
teknologi dan media, metode dalam pembelajaran,
menerapkan hal-hal baru yang dapat memotivasi siswa untuk
belajar dan mampu berkomunikasi baik selama pembelajaran
berlangsung. Hal ini sejalan dengan pendapat menurut
Hamzah B uno bahwa seorang guru yang berkinerja baik
dapat dinyatakan dengan beberapa hal, yaitu memiliki
kualitas kerja yang meliputi perencanaan program
pembelajaran dengan tepat, berinisitif yang meliputi
penggunaan media dan metode dalam pembelajaran, dan
dapat berkomunikasi baik dalam pembelajaran.132
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Faridatul Wasimah,133 yang menunjukkan
bahwa kinerja guru berpengaruh positif terhadap prestasi
belajar matematika siswa di SMP Islam Sunan Gunung Jati
Ngunut Tulungagung. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh
nilai r hitung > r tabel (0,28 > 0,138) sehingga dapat
disimpulkan Ho ditolak.
132 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang
Pendidikan, 93. 133 Faridarul Wasimah, “Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Prestasi Belajar
Matematika di SMP Sunan Gunung Jati Ngunut Tulungagung” (IAIN
Tulungagung, 2011), 98.
155
D. Pengaruh Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil uji hipotesis 3 diketahui bahwa
manajemen kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap prestasi belajar yang
ditunjukkan dengan hasil nilai signifikansi variabel X₁ =
0,002 lebih kecil dari 0,05. Hasil ini memberikan kesimpulan
bahwa regresi model 1, yakni variabel manajemen
kepemimpinan kepala sekolah (X₁) berpengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar siswa (Y₂). Dan berdasarkan tabel
tersebut diperoleh nilai koefisien standardized beta 0,251
yang merupakan nilai path atau jalur p3. Adapun diperoleh
nilai koefisien determinasi (Rsquare) sebesar 0,138, hal ini
menunjukkan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh
manajemen kepemimpinan kepala sekolah (X₁) terhadap
prestasi belajar siswa (Y₂) sebesar 13,8% sementara sisanya
85,2% merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen
kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh positif
terhadap prestasi belajar. Kepala sekolah yang memiliki
kemampuan mengelola sekolah dengan baik tentunya akan
menghasilkan lulusan yang berprestasi. Sebagaimana menurut
156
Abdullah Munir bahwa kepala sekolah mempunyai peran
yang menentukan dalam pengelolaan sekolah, berhasil
tidaknya tujuan sekolah dapat mempengaruhi bagaimana
kepala sekolah menjalankan fungsi-fungsi manajemen.
Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.134 Dalam
hal ini kemampuan kepala sekolah dalam mengelola sekolah
dapat disebut juga dengan manajemen kepemimpinan kepala
sekolah.
Aspek lain yang kita ketahui bahwa untuk
mewujudkan tujuan pendidikan kepala sekolah mempunyai
peranan yang sangat penting dalam mengkoordinasikan,
menggerakkan, dan menselaraskan sumber daya pendidikan
yang tersedia. Sebab kepala sekolahlah yang menjadi garda
depan untuk menggerakkan kegiatan dan menetapkan target
sekolah. Profesionalitas kepala sekolah menjadi syarat mutlak
terwujudnya sekolah yang berdaya saing tinggi.135
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
ditulis oleh Nurdin dan Munzir, yang menunjukkan bahwa
kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap prestasi belajar Matematika. Dari hasil
134 Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, 16. 135 Jamal Ma’mur Asmuni, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional, 19.
157
penelitian tersebut diperoleh nilai t hitung > t tabel (4,082 >
1,872 dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak.136
E. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil uji hipotesis 4 diketahui bahwa
budaya sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
prestasi belajar yang ditunjukkan dengan hasil nilai
signifikansi variabel X₁ = 0,001 lebih kecil dari 0,05. Hasil
ini memberikan kesimpulan bahwa regresi model 1, yakni
variabel budaya sekolah (X₂) berpengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar siswa (Y₂). Dan berdasarkan tabel tersebut
diperoleh nilai koefisien standardized beta 0,445 yang
merupakan nilai path atau jalur p4. Adapun diperoleh nilai
Rsquare sebesar 0,138, hal ini menunjukkan bahwa kontribusi
atau sumbangan pengaruh budaya sekolah (X₂) terhadap
prestasi belajar siswa (Y₂) sebesar 13,8% sementara sisanya
85,2% merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya sekolah
mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar.
136 Nurdin dan Munzir, “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Sarana Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika,” Jurnal Ilmiah
Kependidikan 4 (2017): 286.
158
Sebagaimana kita ketahui bahwa pemahaman budaya dapat
memberi pemahaman akan realitas sehari-hari struktur dalam
(tersembunyi) dari dinamika yang akan terkait pada suatu
organisasi termasuk sekolah. Pemahaman tersebut akan dapat
mendorong pada upaya perbaikan sekolah melalui keterkaitan
yang bermakna antara reformasi pendidikan dengan budaya
sekolah yang ada, serta upaya mendorong budaya menerima
perubahan untuk perbaikan. Dengan demikian budaya sekolah
menduduki posisi penting dan akan berpengaruh pada
keberhasilan upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.137 Kualitas pendidikan umumnya dikaitkan
dengan tinggi rendahnya prestasi yang ditunjukkan dengan
kemampuan siswa mencapai skor dalam tes dan kemampuan
lulusan mendapatkan dan melaksanakan pekerjaan.138
Kultur sekolah yang dikembangkan pada setiap
sekolah bisa memiliki efek positif apabila seluruh komponen
sekolah dapat bertanggungjawab untuk menciptakan kultur
yang kondusif. Kultur sekolah yang kodusif dapat
dimanifestasikan dalam sikap dan perilaku guru, siswa, dan
kepala sekolah dalam perilaku sehari-hari. Apabila seluruh
komponen sekolah dapat diarahkan pada penciptaan kultur
137 Uhar Suharsaputro, Administrasi Pendidikan, 115-116. 138 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, 19.
159
sekolah yang positif secara maksimal maka diharapkan
seluruh siswa dapat termotivasi untuk belajar dan akhirnya
akan mencapai prestasi belajar yang memuaskan.
Temuan-temuan mutakhir penelitian di bidang
pendidikan menekankan bahwa penentu kualitas pendidikan
tidak hanya dalam bentuk fisik, seperti keberadaan guru yang
berkualitas, kelengkapan peralatan laboraturium dan buku
perpustakaan, tetapi juga dalam bentuk non-fisik yakni
berupa kultur sekolah (budaya sekolah).139
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
ditulis oleh Khairani,140 yang menunjukkan bahwa budaya
organisasi (sekolah) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap prestasi belajar siswa SMAN 1 Krueng Barona Jaya.
Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nilai sig = 0,000 <
0,05 dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Dan diperoleh
sumbangan pengaruh budaya organisasi 47,61% terhadap
prestasi belajar siswa.
139 Syamsudin, “Peran Kultur Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar dan Prestasi Belajar Siswa,” Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, t.t., 3. 140 Khairani, “Pengaruh Budaya Organisasi dan Kinerja Guru Terhadap
Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya” (2013), 64-65.
160
F. Pengaruh Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Prestasi Belajar Melewati Kinerja Guru
Berdasarkan hasil uji hipotesis 6 diketahui bahwa
manajemen kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap prestasi belajar dengan
melewati kinerja guru yang ditunjukkan dengan hasil bahwa
pengaruh langsung yang diberikan X₁ (manajemen
kepemimpinan kepala sekolah) terhadap Y₂ (prestasi belajar)
sebesar 0,126. Sedangkan pengaruh tidak langsung X₁
melalui Y₁ terhadap Y₂ adalah perkalian antara nilai beta X₁
terhadap Y₁ dengan nilai Y₁ terhadap Y₂ yaitu = 0,273 x
0,685 = 0,187. Maka pengaruh total yang diberikan X₁
terhadap Y₂ adalah pengaruh langsung ditambah pengaruh
tidak langsung yaitu = 0,126 + 0,187 = 0,313.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa
nilai pengaruh langsung sebesar 0,126 dan pengaruh tidak
langsung sebesar 0,187 yang berarti bahwa nilai pengaruh
tidak langsung lebih besar dibandingkan nilai pengaruh
langsung. Hasil ini menunjukkan bahwa secara tidak
langsung variabel manajemen kepemimpinan kepala sekolah
(X₁) melalui kinerja guru (Y₁) mempunyai pengaruh
signifikan terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol
(Y₂).
161
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen
kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh positif
terhadap prestasi belajar dengan melewati kinerja guru.
Kualitas suatu pendidikan dapar dilihat dari tinggi rendahnya
prestasi belajar yang diperoleh siswa yang ditunjukkan
dengan skor atau nilai yang diperoleh dari pekerjaan yang
dilakukan. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai seorang
pemimpin memiliki posisi yang penting dalam pencapaian
tujuan tersebut. Sebagaimana pendapat Abdullah Munir
bahwa seoran kepala sekolah memiliki peran yang
menentukan dalam pengelolaan sekolah, berhasil tidaknya
tujuan sekolah dapat mempengaruhi bagaimana kepala
sekolah menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi
manajemen tersebut adalah perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan.141
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh John A. Ross dan Peter Gray yang
menunjukkan bahwa “the direct effect of principals on
student achievement is near zero” maksudnya bahwa efek
langsung dari kepala sekolah terhadap prestasi belajar siswa
141 Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, 16.
162
adalah mendekati nol.142 Menurut Hallinger dalam review
penelitian empiris tentang kepemimpinan sekolah
disimpulkan bahwa “that leaders can have indirect or
mediated positive effects on student achievement by building
a collaborative organizational learning culture, and helping
to develop the leadership capacities of staff and community.
These stakeholders such as parents and teachers can then
assist with the creation of a positive school climate that
promotes teaching and learning, and consequently student’s
achievement” maksudnya para pemimpin dapat memiliki efek
positif tidak langsung atau dimediasi pada prestasi siswa
dengan membangun budaya pembelajaran organisasi
kolaboratif, dan membantu untuk mengembangkan kapasitas
kepemimpinan staf dan masyarakat. pemangku kepentingan
seperti orang tua dan guru kemudian dapat membantu dengan
penciptaan iklim sekolah yang positif yang mempromosikan
pengajaran dan pembelajaran, dan akibatnya prestasi siswa.143
Berdasarkan hasil analisis dan paparan di atas
diperoleh titik temu bahwa nilai pengaruh positif tidak
142 John A. Ross dan Peter Gray “Leadership And Student Achievement:
The Mediating Effects Of Teacher Beliefes”, Canadian Journal of
Education, 799. 143 Vaughan Cruickshank, “The Influence Of School Leadership on Student
Outcomes,” Open Journal og Social Sciences, 2017, 116.
163
langsung manajemen kepemimpinan kepala sekolah terhadap
prestasi belajar siswa melalui kinerja guru lebih besar
dibandingkan dengan nilai pengaruh positif langsung
manajemen kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi
belajar, karena menurut penelitian yang dikemukakan oleh
Hallinger dan Heck dalam John A. Ross dan Peter Gray
menunjukkan bahwa “the direct effect of principals on
student achievement is near zero” maksudnya bahwa efek
langsung dari kepala sekolah terhadap prestasi belajar siswa
adalah mendekati nol.144.
Hal ini menunjukkan bahwa kepala sekolah sebagai
garda terdepan dalam lembaga pendidikan bertanggung jawab
tehadap pencapaian kualitas pendidikan yang maksimal
digambarkan melalui prestasi belajar siswa. Meskipun
demikian kepala sekolah membutuhkan kerja guru yang
optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena
gurulah menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan belajar
mengajar di kelas untuk mencapai prestasi belajar yang
maksimal. Sebagaimana pendapat menurut Mulford yang
menyatakan bahwa telah setuju efek kepemimpinan
memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa yang
144 John A. Ross and Peter Gray “Leadership And Student Achievement:
The Mediating Effects Of Teacher Beliefes”, Canadian Journal of
Education, 799.
164
dimoderasi oleh faktor organisasi seperti guru, praktek kelas
dan budaya sekolah. Faktor-faktor ini secara substansial dapat
mengurangi efek langsung kepala sekolah terhadap hasil
belajar siswa, karena faktor-faktor tersebut memediasi
pengaruh kepemimpinan kepala sekolah pada pembelajaran
siswa dengan mempengaruhi kerja dan motivasi guru yang
secara langsung mempengaruhi praktek kelas dan belajar
siswa.145
G. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Prestasi Belajar
Melewati Kinerja Guru
Berdasarkan hasil uji hipotesis 7 diketahui bahwa
budaya sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
prestasi belajar dengan melewati kinerja guru yang
ditunjukkan dengan hasil bahwa pengaruh langsung yang
diberikan X₂ (budaya sekolah) terhadap Y₂ (prestasi belajar)
sebesar 0,175. Sedangkan pengaruh tidak langsung X₂
melalui Y₁ terhadap Y₂ adalah perkalian antara nilai beta X₂
terhadap Y₁ dengan nilai Y₁ terhadap Y₂ yaitu = 0,470 x
0,685 = 0,321. Maka pengaruh total yang diberikan X₂
145 Vaughan Cruickshank, “The Influence Of School Leadership on Student
Outcomes,” Open Journal og Social Sciences, 117 - 118.
165
terhadap Y₂ adalah pengaruh langsung ditambah pengaruh
tidak langsung yaitu = 0,175 + 0,321 = 0,313.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa
nilai pengaruh langsung sebesar 0,175 dan pengaruh tidak
langsung sebesar 0,321 yang berarti bahwa nilai pengaruh
tidak langsung lebih besar dibandingkan nilai pengaruh
langsung. Hasil ini menunjukkan bahwa secara tidak
langsung variabel budaya sekolah (X₂) melalui kinerja guru
(Y₁) mempunyai pengaruh signifikan terhadap prestasi
belajar siswa di SMPN 1 Poncol (Y₂).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya sekolah
mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar dengan
melewati kinerja guru. Dalam dunia pendidikan tidak dapat
terlepas dari seorang guru sebagai ujung tombak dalam
keberhasilan pendidikan, karena guru memainkan peranan
penting dalam melaksanakan semua kegiatan sekolah. Salah
satunya adalah penanaman budaya sekolah yang baik. Budaya
sekolah yang baik akan memberikan dorongan kuat bagi
siswa untuk belajar akhirnya akan mencapai prestasi belajar
yang memuaskan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pemahaman budaya
dapat memberi pemahaman akan realitas sehari-hari struktur
dalam (tersembunyi) dari dinamika yang akan terkait pada
166
suatu organisasi termasuk sekolah. Pemahaman tersebut akan
dapat mendorong pada upaya perbaikan sekolah melalui
keterkaitan yang bermakna antara reformasi pendidikan
dengan budaya sekolah yang ada, serta upaya mendorong
budaya menerima perubahan untuk perbaikan. Dengan
demikian budaya sekolah menduduki posisi penting dan akan
berpengaruh pada keberhasilan upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan.146 Kualitas pendidikan umumnya
dikaitkan dengan tinggi rendahnya prestasi yang ditunjukkan
dengan kemampuan siswa mencapai skor dalam tes dan
kemampuan lulusan mendapatkan dan melaksanakan
pekerjaan.147
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Xiouju Duan dkk yang menyatakan bahwa
“Teachers play an essential role in all school activities. In
fact, school’s culture cannot affect school outcomes directly.
The influence need go through teachers’ practice. Teachers
play a substantial part in generating, transforming and
diffusing school culture”. Maksudnya adalah Guru
memainkan peran penting dalam semua kegiatan sekolah.
Bahkan, budaya sekolah tidak dapat mempengaruhi hasil
146 Suharsaputro, Administrasi Pendidikan, 115-116. 147 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, 19.
167
sekolah secara langsung. pengaruh perlu pergi melalui
praktek guru. Guru memainkan bagian penting dalam
menghasilkan, mengubah dan menyebarkan budaya
sekolah.148
Berdasarkan hasil analisis dan paparan di atas
diperoleh titik temu bahwa nilai pengaruh positif tidak
langsung budaya sekolah terhadap prestasi belajar siswa
melalui kinerja guru lebih besar dibandingkan dengan nilai
pengaruh positif langsung budaya sekolah terhadap prestasi
belajar, karena budaya sekolah tidak dapat mempengaruhi
hasil sekolah secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa
budaya sekolah berpengaruh positif tidak langsung atau
dimediasi oleh kinerja guru terhadap prestasi belajar siswa.
Guru sebagai garda depan dalam keberhasilan pendidikan
yang digambarkan melalui prestasi belajar siswa memainkan
peran penting dalam semua kegiatan sekolah, salah satunya
menjadi perantara (mediasi) budaya sekolah terhadap prestasi
belajar siswa, karena guru sebagai peran sentral dalam
menghasilkan, mengubah, dan menyebarkan budaya
sekolah.149 Sebagaimana menurut Lee dan Smith dalam
148 Xiouju Duan dkk, “School Culture and School Effectiveness: The
Mediating Effect of Teacher Job Satisfaction,” International Journal of
Learning, Teaching and Educational Research 17 (May 2018): 22. 149 Ibid.,
168
Xiouju Duan yang menyatakan bahwa sekolah-sekolah
dengan budaya yang kuat dengan dimediasi kinerja guru yang
optimal akan menghasilkan efektivitas sekolah yang
digambarkan melalui hasil belajar siswa, dan sebaliknya.150
150 Ibid.,
169
170
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis data melalui
pembuktian hipotesis dalam tesis yang berjudul pengaruh
manajemen kepemimpinan kepala sekolag dan budaya sekolah
terhadap kinerja guru dalam mewujudkan prestasi belajar siswa
di SMPN 1 Poncol Tahun Ajaran 2019/2020 maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan manajemen
kepemimpinan kepala sekolah terhadap Kinerja Guru di
SMPN 1 Poncol yang ditunjukkan dengan hasil nilai
signifikansi variabel X₁ = 0,003 lebih kecil dari 0,05. Dan
berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai koefisien
standardized beta 0,273 yang merupakan nilai path atau
jalur p1. Adapun diperoleh nilai koefisien determinasi
(Rsquare) sebesar 0,476, hal ini menunjukkan bahwa
kontribusi atau sumbangan pengaruh manajemen
kepemimpinan kepala sekolah (X₁) terhadap kinerja guru
(Y₁) sebesar 47,6,5% sementara sisanya 52,5% merupakan
171
kontribusi dari variabel-variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.
2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan budaya
sekolah terhadap kinerja gutu di SMPN 1 Poncol yang
ditunjukkan dengan hasil nilai signifikansi variabel X₂ =
0,000 lebih kecil dari 0,05. Dan berdasarkan tabel tersebut
diperoleh nilai koefisien standardized beta 0,470 yang
merupakan nilai path atau jalur p2. Adapun diperoleh nilai
koefisien determinasi (Rsquare) sebesar 0,439, hal ini
menunjukkan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh
X₂ terhadap Y₁ sebesar 43,9% sementara sisanya 55,1%
merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan kinerja guru
terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol yang
ditunjukkan dengan hasil nilai signifikansi variabel Y₁ =
0,005 lebih kecil dari 0,05. Dan berdasarkan tabel tersebut
diperoleh nilai koefisien standardized beta 0,685 yang
merupakan nilai path atau jalur p3. Adapun diperoleh nilai
Rsquare sebesar 0,117, hal ini menunjukkan bahwa
kontribusi atau sumbangan pengaruh kinerja guru (Y₁)
terhadap prestasi belajar siswa (Y₂) sebesar 11,7%
sementara sisanya 87,3% merupakan kontribusi dari
172
variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini.
4. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan manajemen
kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi belajar
siswa di SMPN 1 Poncol yang ditunjukkan dengan hasil
nilai signifikansi variabel X₁ = 0,002 lebih kecil dari 0,05.
Dan berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai koefisien
standardized beta 0,251 yang merupakan nilai path atau
jalur p4. Adapun diperoleh nilai koefisien determinasi
(Rsquare) sebesar 0,138, hal ini menunjukkan bahwa
kontribusi atau sumbangan pengaruh manajemen
kepemimpinan kepala sekolah (X₁) terhadap prestasi
belajar siswa (Y₂) sebesar 13,8% sementara sisanya 85,2%
merupakan kontribusi dari variabel-variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
5. Terdapat pengaruh positif dan signifikan budaya sekolah
terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol yang
ditunjukkan dengan hasil nilai signifikansi variabel X₁ =
0,001 lebih kecil dari 0,05. Dan berdasarkan tabel tersebut
diperoleh nilai koefisien standardized beta 0,445 yang
merupakan nilai path atau jalur p4. Adapun diperoleh nilai
Rsquare sebesar 0,138, hal ini menunjukkan bahwa
kontribusi atau sumbangan pengaruh budaya sekolah (X₂)
173
terhadap prestasi belajar siswa (Y₂) sebesar 13,8%
sementara sisanya 85,2% merupakan kontribusi dari
variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini.
6. Terdapat pengaruh positif dan signifikan manajemen
kepemimpinan kepala sekolah terhadap prestasi belajar
dengan melewati kinerja guru yang ditunjukkan dengan
hasil bahwa pengaruh langsung yang diberikan X₁
(manajemen kepemimpinan kepala sekolah) terhadap Y₂
(prestasi belajar) sebesar 0,126. Sedangkan pengaruh tidak
langsung X₁ melalui Y₁ terhadap Y₂ adalah perkalian
antara nilai beta X₁ terhadap Y₁ dengan nilai Y₁ terhadap
Y₂ yaitu = 0,273 x 0,685 = 0,187. Maka pengaruh total
yang diberikan X₁ terhadap Y₂ adalah pengaruh langsung
ditambah pengaruh tidak langsung yaitu = 0,126 + 0,187 =
0,313. Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui
bahwa nilai pengaruh langsung sebesar 0,126 dan
pengaruh tidak langsung sebesar 0,187 yang berarti bahwa
nilai pengaruh tidak langsung lebih besar dibandingkan
nilai pengaruh langsung. Hasil ini menunjukkan bahwa
secara tidak langsung variabel manajemen kepemimpinan
kepala sekolah (X₁) melalui kinerja guru (Y₁) mempunyai
174
pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa di
SMPN 1 Poncol (Y₂).
7. Terdapat berpengaruh positif dan signifikan budaya
sekolah terhadap prestasi belajar dengan melewati kinerja
guru yang ditunjukkan dengan hasil bahwa pengaruh
langsung yang diberikan X₂ (budaya sekolah) terhadap Y₂
(prestasi belajar) sebesar 0,175. Sedangkan pengaruh tidak
langsung X₂ melalui Y₁ terhadap Y₂ adalah perkalian
antara nilai beta X₂ terhadap Y₁ dengan nilai Y₁ terhadap
Y₂ yaitu = 0,470 x 0,685 = 0,321. Maka pengaruh total
yang diberikan X₂ terhadap Y₂ adalah pengaruh langsung
ditambah pengaruh tidak langsung yaitu = 0,175 + 0,321 =
0,313. Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui
bahwa nilai pengaruh langsung sebesar 0,175 dan
pengaruh tidak langsung sebesar 0,321 yang berarti bahwa
nilai pengaruh tidak langsung lebih besar dibandingkan
nilai pengaruh langsung. Hasil ini menunjukkan bahwa
secara tidak langsung variabel budaya sekolah (X₂)
melalui kinerja guru (Y₁) mempunyai pengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar siswa di SMPN 1 Poncol (Y₂).
175
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis, maka penulis memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Manajemen kepemimpinan kepala sekolah kurang efektif
disebabkan karena kepala sekolah kurang menguasai hal-
hal yang terkait dalam manajemen kepemimpinan yang
berupa kurang memperhatikan aspek-aspek apa saja yang
harus sigap ditangani dalam upaya pencapaian tujuan.
Oleh sebab itu kepala sekolah sebaiknya mengkaji dan
memperhatikan kembali seluruh aspek yang ada serta
meningkatkan dalam pengelolaan lembaga pendidikan,
membina serta memberi teladan dalam penerapan budaya
sekolah dan senantiasa memberikan bimbingan dalam
rangka peningkatan motivasi terhadap pendidik,tenaga
kependidikan dan pesera didik sehingga terwujudnya
tujuan lembaga secara efektif.
2. Budaya sekolah yang kurang baik disebabkan kurangnya
kedisiplinan dan teladan di sekolah. Oleh sebab itu
hendaknya seluruh warga sekolah senantiasa
mendisiplinkan diri dan menjadi teladan baik bagi siswa
3. Kinerja guru kurang baik disebabkan guru kurang
menguasai materi pembelajaran, serta belum maksimal
dalam memanfaatkan teknologi, media dan metode
176
pembelajaran. Oleh sebab itu sebaiknya guru mempelajari
materi pembelajaran dari berbagai sumber serta
memperbanyak kegiatan pengembangan untuk menambah
pengetahuan sehingga guru lebih kreatif dalam
melaksanakan pembelajaran.
4. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya manajemen
kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah dan kinerja
guru perlu diperbaiki misalnya dengan adanya pelatihan
kepala sekolah, pelatihan dan workshop guru, dan
memberikan sanksi bagi warga sekolah yang melanggar
tata tertib.
5. Bagi seluruh warga sekolah disarankan mampu
meningkatkan budaya sekolah dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga dapat mencapai tujuan sekolah dan
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
177
178
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Maman. Dasar-Dasat Metode Statistik Untuk
Penelitian. Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Ahmadi and Supriyono. Psikologi Belajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008.
Ahmadi and Supriyono.Psikologi Belajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: RINEKA CIPTA, 2013.
Asmuni, Jamal Ma’mur. Tips Menjadi Kepala Sekolah
Profesional. Jogjakarta: Diva, 2012.
Barnawi dan Muhammad Arifin. Instrumen Pembinaan Dan
Penilaian Kinerja Guru Profesional. Jakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012.
Cruickshank, Vaughan. “The Influence Of School Leadership
on Student Outcomes.” Open Journal Og Social
Sciences. 2017.
Cruickshank, Vaughan. “The Influence Of School Leadership
on Student Outcomes.” Open Journal Og Social
Sciences. 2017.
Daryanto dkk. Pengantar Ilmu Manajemen Dan Komunikasi
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013.
179
Daryanto dkk. Pengantar Ilmu Manajemen Dan Komunikasi.