Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016 291 Unmas Denpasar PENGARUH LOCUS OF CONTROL, SELF ESTEEM, SELF EFFICACY DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA AUDITOR DALAM PEMBUATAN AUDIT JUDGMENT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI I Nyoman Kusuma Adnyana Mahaputra Universitas Mahasaraswati Denpasar ABSTRACT The company needed an independent auditor to examine the financial statements and provide audit judgment quality. Performance of an auditor can be seen from the quality of the resulting judgment. Personality factors and education level of an auditor was allegedly capable of affecting the performance of auditors in making audit judgments. This study examined the effect of locus of control, self-esteem, self-efficacy and level of education on the performance of auditors in making audit judgments. The purpose of this study was to determine the effect of locus of control, self-esteem, self-efficacy and level of education on the performance audit of the auditor in making judgment on a registered public accountants office in Bali. The samples used in this study was 43 auditor.Teknik data analysis used is multiple linear regression. These results indicate that the locus of control, self-esteem and self-efficacy positive effect on the performance of auditors in making audit judgments. While the level of education does not affect the performance of the auditor in making audit judgments. Keywords : locus of control, self-esteem, self-efficacy. PENDAHULUAN Kantor Akuntan Publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan, dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam menjalankan profesinya diatur oleh kode etik profesi, di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Akuntan Indonesia. Masyarakat akan dapat menilai sejauh mana seorang auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya. Seorang akuntan publik yang profesional dapat dilihat dari kinerja auditor dalam menjalankan tugas dan fungsinya.Prayanti (2012) mengemukan kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu.Akuntan Publik merupakan sebuah profesi yang sangat penting dalam peningkatan kualitas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi.Salah satu tugas akuntan publik adalah memberikan opini terhadap laporan keuangan apakah telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten. Rotter dalam Silaban (2009) mengemukakan faktor-faktor kepribadian seperti locus of control merupakan karakteristik personalitas yang menggambarkan tingkat keyakinan seseorang tentang sejauh mana mereka dapat mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya. Safariyah (2012) menyatakan locus of control akan mendorong seseorang untuk memiliki tingkat kepuasan kerja sehingga akan membuat kinerjanya menjadi lebih baik.
14
Embed
PENGARUH LOCUS OF CONTROL, SELF ESTEEM, SELF …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/38.-Penelitian_I... · peningkatan kualitas laporan keuangan suatu perusahaan atau ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
291 Unmas
Denpasar
PENGARUH LOCUS OF CONTROL, SELF ESTEEM, SELF EFFICACY DAN
TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA AUDITOR DALAM
PEMBUATAN AUDIT JUDGMENT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI
I Nyoman Kusuma Adnyana Mahaputra
Universitas Mahasaraswati Denpasar
ABSTRACT
The company needed an independent auditor to examine the financial statements and
provide audit judgment quality. Performance of an auditor can be seen from the quality of the
resulting judgment. Personality factors and education level of an auditor was allegedly
capable of affecting the performance of auditors in making audit judgments. This study
examined the effect of locus of control, self-esteem, self-efficacy and level of education on the
performance of auditors in making audit judgments. The purpose of this study was to
determine the effect of locus of control, self-esteem, self-efficacy and level of education on the
performance audit of the auditor in making judgment on a registered public accountants
office in Bali. The samples used in this study was 43 auditor.Teknik data analysis used is
multiple linear regression. These results indicate that the locus of control, self-esteem and
self-efficacy positive effect on the performance of auditors in making audit judgments. While
the level of education does not affect the performance of the auditor in making audit
judgments.
Keywords : locus of control, self-esteem, self-efficacy.
PENDAHULUAN
Kantor Akuntan Publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang
jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan, dan audit laporan
keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam menjalankan profesinya
diatur oleh kode etik profesi, di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Akuntan
Indonesia. Masyarakat akan dapat menilai sejauh mana seorang auditor telah bekerja sesuai
dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya.
Seorang akuntan publik yang profesional dapat dilihat dari kinerja auditor dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.Prayanti (2012) mengemukan kinerja auditor merupakan
tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam
kurun waktu tertentu.Akuntan Publik merupakan sebuah profesi yang sangat penting dalam
peningkatan kualitas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi.Salah satu tugas
akuntan publik adalah memberikan opini terhadap laporan keuangan apakah telah disajikan
secara wajar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara
konsisten.
Rotter dalam Silaban (2009) mengemukakan faktor-faktor kepribadian seperti locus of
control merupakan karakteristik personalitas yang menggambarkan tingkat keyakinan
seseorang tentang sejauh mana mereka dapat mengendalikan faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya. Safariyah (2012) menyatakan
locus of control akan mendorong seseorang untuk memiliki tingkat kepuasan kerja sehingga
akan membuat kinerjanya menjadi lebih baik.
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
292 Unmas
Denpasar
Penghargaan yang diberikan atas kinerja berupa kenaikan jabatan merupakan hal yang
penting dalam peningkatan kinerja.Penghargaan membuat seseorang merasa dihargai
keberadaan atau kemampuanya.Hal ini mampu meningkatkan self-esteem atau harga diri
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.Self-esteem merupakan keyakinan seseorang mengenai
kemampuan dan peluangnya untuk berhasil mencapai tugas tertentu. Safariyah (2012)
menyatakan self-esteem yang dimiliki seseorang akan menumbuhkan suatu kekuatan dalam
melakukan yang terbaik dalam kinerjanya sesuai tugas dan tanggungjawabnya.
Seseorang harus memiliki self-efficacy yang kuat untuk mendorong bekerja
lebih semangat mencapai hasil yang lebih optimal. Individu yang tidak memiliki self-efficacy
cenderung memiliki pandangan yang negatif terhadap kemampuan dirinya.Individu tersebut
biasanya merasa gagal sebelum melaksanakan sesuatu (Barakatu, 2007).
Persyaratan professional yang dituntut dari seorang auditor independen adalah orang
yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktek sebagai auditor independen (SPAP,
2011; 110.1). Standar umum pertama dalam standar auditing menegaskan bahwa betapapun
tingginya kemampuan seseorang dalam bidang lain selain auditing, termasuk dalam bidang
bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksud dalam standar
auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai dalam bidang
auditing.
Penelitian mengenai kinerja auditor telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Nadhiroh
(2010) menyatakan bahwa self-efficacy tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam
pembuatan audit judgment, sementara secara teori self-efficacy merupakan hal yang berperan
penting dalam peningkatan kinerja. Eres dan Judge (2001) dalam Safariyah (2012)
mengemukakan self-efficacy akan mendorong seseorang bekerja lebih semangat untuk
mencapai hasil optimal dalam kinerjanya. Engko (2006) menyatakan bahwa self-esteem dan
self-efficacy berpengaruh terhadap kinerja auditor.Safariyah (2012) menyatakan locus of
control berpengaruh terhadap kinerja auditor. Penelitian ini sangat penting untuk dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar peranan locus of control, self-esteem, self-efficacy dan
tingkat pendidikan terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment. Selain itu,
penelitian ini belum pernah dilakukan pada KAP di Bali. Berdasarkan latar belakang tersebut
maka peneliti ingin mengetahui (1) Apakah locus of control berpengaruh terhadap kinerja
auditor dalam pembuatan audit judgment, (2) Apakah self-esteem berpengaruh terhadap
kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment, (3) Apakah self-efficacy berpengaruh
terhadap kinerja auditor dalam pembuatan auditjudgment, (4) Apakah tingkat pendidikan
auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam pembuatan auditjudgment.
METODE PENELITIAN
Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan
Publik di Bali yang terdaftar di Institut Akuntan Publik Indonesia.Teknik penentuan sampel
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan kriteria sampel
adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Bali. Semua Kantor Akuntan
Publik tersebut berlokasi di kota Denpasar. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survey dengan menggunakan kuesioner. Teknik kuesioner yaitu
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
293 Unmas
Denpasar
metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pertanyaan tertulis responden untuk dijawab (Sugiyono, 2009: 135). Kuesioner yang
disebarkan berupa daftar pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden mengenai
pengaruh locus of control, self-esteem, self-efficacy dan tingkat pendidikan auditor terhadap
kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment.
Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan dapat didefinisikan sebagai berikut:
1) Locus of control
Robbins (2007) mendefinisikan lokus kendali sebagai tingkat dimana individu yakin
bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri.Variabel locus of control diukur
dengan kuesioner yang diadopsi dari penelitian Lestari (2010), yaitu tiap responden
diminta untuk mengidentifikasi hubungan antara reward atau hasil dengan
penyebabnya dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5 poin. Terdapat 5 buah
jawaban yaitu nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS), nilai 2 untuk jawaban
tidak setuju (TS), nilai 3 untuk jawaban ragu-ragu (RR), nilai 4 untuk jawaban setuju
(S), nilai 5 untuk jawaban sangat setuju (SS).
2) Self Esteem
Self-esteem merupakan suatu keyakinan yang dimiliki sesorang berdasarkan evaluasi
diri secara keseluruhan. Seseorang dengan self-esteem yang tinggiakan merasa puas
dengan pekerjaanya dan kinerjanya. Variabel self-esteem diukur dengan kuesioner
yang diadopsi dari penelitan Yovita (2010), untuk mengetahui seberapa besar seorang
auditor menghargai dirinya, rekan kerja dan pekerjaanya. Variabel self-esteem di ukur
dengan Skala Likert lima poin yaitu nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS),
nilai 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), nilai 3 untuk jawaban ragu-ragu (RR), nilai 4
untuk jawaban setuju (S), nilai 5 untuk jawaban sangat setuju (SS).
3) Self-Efficacy
Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan atau kopetensinya
untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan. Variabel
self-efficacy diukur dengan kuesioner yang diadopsi dari penelitian Nadhiroh (2010)
menggunakan Skala Likert lima poin yaitu nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju
(STS), nilai 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), nilai 3 untuk jawaban ragu-ragu (RR),
nilai 4 untuk jawaban setuju (S), nilai 5 untuk jawaban sangat setuju (SS).
4) Tingkat Pendidikan Auditor
Latar belakang pendidikan merupakan salah satu persyaratan untuk menjadi seorang
auditor yang professional.Kompetensi auditor mengenai bidang yang diauditnya
ditunjukkan oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.
Tingkat pendidikan akan diukur dengan 5 pilihan jawaban yaitu semakin tinggi
tingkat pendidikan seorang responden semakin tinggi nilai yang akan yang diberikan
(nilai 1 untuk pilihan jawaban a yaitu D1, 2 untuk pilihan jawaban b yaitu D3, 3 untuk
pilihan jawaban c yaitu diatas S1 dan 4 untuk jawaban d yaitu S2, nilai 5 untuk
pilihan jawaban a yaitu S3).
5) Kinerja Auditor Dalam Pembuatan Audit Judgment
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
294 Unmas
Denpasar
Audit judgment merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara pandang auditor
dalam menanggapi informasi yang mempengaruhi dokumentasi bukti serta pembuatan
keputusan pendapat auditor atas laporan keuangan suatu entitas. Puspitasari (2010)
menjelaskan judgment sebagai perilaku paling berpengaruh dalam mempersiapkan
situasi dan apa yang diyakini sebagai kebenaran. Kinerja auditor dalam pembuatan
audit judgment diukur dengan kuesioner yang diadopsi dari penelitian Nadhiroh
(2010) menggunakan Skala Likert lima poin yaitu nilai 1 untuk jawaban sangat tidak
mungkin (STM), nilai 2 untuk jawaban tidak mungkin (TM), nilai 3 untuk jawaban
tidak tahu (TT), nilai 4 untuk jawaban mungkin (M) dan nilai 5 untuk jawaban sangat
mungkin (SM).
Teknik Analisis Data
Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang baik adalah model regresi yang terbebas dari masalah multikolinieritas,
heteroskedastisitas, serta masalah normalitas data. Untuk itu perlu dilakukan pengujian
terhadap model regresi yang akan digunakan pada penelitian. Pengujian tersebut dilakukan
dengan asumsi klasik sebagai berikut:
1) Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
penggangu atau residual memiliki kontribusi distribusi normal.Model regresi yang
baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal.Metode yang
digunakan adalah dengan menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogrof-
Smirnov (K-S). Data berdistribusi normal atau tidak dapat dilihat dari nilai Asymp.
Sig. (2-tailed). Apabila nilai nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dibandingkan
dengan 0,05 (α=5%) maka data berdistribusi normal (Ghozali, 2009:110).
2) Uji Multikolonearitas
Ghozali (2009;95) menyatakan bahwa uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi dtemukan adanya kolerasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi koperasi antara
variabel independen.Jika variabel independen selain berkolerasi, maka variabel-
variabel tidak orgonal. Variabel orgonal adalah variabel independen yang nilai
korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya multikolonearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari (1) nilai
tolerance dan lawanya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
indevenden lainya.Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih
yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainya. Jadi nilai tolerance rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cut off yang umum
dipakai untuk menunjukan adanya multikolonearitas adalah nilai tolerance< 0,10 atau
VIF > 10.
3) Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2009; 125) menjelaskan bahwa uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
295 Unmas
Denpasar
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heterskedastisitas, Atau tidak terjadi heterokedastisitas. Cara yang digunakan untuk
mendeteksi ada tidaknya heroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Glejser. Uji
Glejser dilakukan dengan cara meregresi nilai absolut residual dengan variabel bebas
dengan tingkat signifikan 0,05. Nilai signifikansi diatas 0.005 diartikan tidak terjadi
heteroskedastisitas
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis Regresi Lenear berganda digunakan dalam penelitain ini untuk mengetahui
atau memperoleh gambaran mengenai pengaruh locus of control, self-esteem, self-efficacy
dan tingkat pendidikan auditor terhadap kinerja auditor dalam pembuatan auditjudgment.
Model regresi lenear berganda ditunjukan oleh persamaan regresi berikut.
Ý= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε…………………(1)
Keterangan
Ý : Kinerja Auditor dalam pembuatan audit judgment
α : Konstanta
β1- β4 : Koefisien regresi variable X1- X4
X1 :Locus of control
X2 : Self esteem
X3 : Self efficacy
X4 : Pendidikan auditor
ε : error
Uji Kelayakan Model (Goodness Of Fit)
1) Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R²)
Menurut Sugiyono (2009, 231), Kriteria untuk menentukan interprestasi koefisien
korelasi (R) adalah sebagai berikut:
0,00-0,199 = Korelasi yang sangat rendah
0,20-0,399 = Korelasi yang lemah
0,420-0,599 = Korelasi yang sedang
0,60-0,799 = Korelasi yang kuat
0,80-1,000 = Korelasi yang sangat kuat
Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa besar variabel-
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Koefisien ini
menunjukkan proporsi variabilitas total pada variabel dependen yang dijelaskan
oleh model regresi. Nilai R² berada pada interval 0 ≤ R2 ≤ 1. Nilai koefisien
determinasi adalah antara 0 dan 1.Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas
(Ghozali, 2009).Nilai R² yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
296 Unmas
Denpasar
Uji statistik F menunjukan apakah semua variabel bebas yang dimasukan dalam
model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Nilai F
dibandingkan dengan tingkat signifikansi 5 persen atau 0,05 untuk menguji atau
mengetahui kebenaran koefisien regresi secara keseluruhan. Jika nilai F lebih kecil
dari 5 persen maka variabel bebas secara simultan berpengaruh pada variabel
terikat.
3) Uji t (Uji Parsial)
Uji hipotesis dengan t-test digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas
secara sendiri-sendiri berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel
terikat. Setelah didapatkan nilai t hitung, maka untuk menginterpretasikan hasilnya
berlaku ketetapan sebagai berikut:
a. Ho ditolak dan Ha diterima apabila signifikan t ≤ α = 0,05.
b. Ho diterima dan Ha ditolak apabila signifikan t > α = 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Instrumen
Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Sugiyono (2006)
menyatakan bahwa instrumen yang dipakai dikatakan valid apabila korelasi tiap faktor
tersebut positif dan besarnya pearson correlation diatas 0,30. Pengujian menunjukkan
bahwa nilai Pearson Correlation antara masing-masing indikatormenunjukkan nilai
skor total yang lebih besar dari 0,03, jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing
indikator pertanyaan adalah valid.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan gambaran sejauh mana suatu pengukuran dapat
dipercaya dan memberikan hasil yang konsisten bila dilakukan pengukuran kembali
terhadap gejala yang sama. Kuesioner dikatakan reliabel apaibila memiliki cronbach
alpha di atas 0,60 (Ghozali, 2009). Hasil uji reliabilitas variabel locus of control
menunjukan nilai cronbach alpha sebesar 0,873, variabel self-esteem menunjukan nilai
cronbach alpha sebesar 0,734; variabel self-efficacy menunjukan nilai cronbach alpha
sebesar 0,821 dan variabel kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment
menunjukan cronbach alpha sebesar 0,770. Uji reliabilitas variabel locus of control,
self-esteem, self-efficacy dankinerja auditor dalam pembuatan audit judgment dapat
dikatakan reliabel karena kriteria pertanyaan ke empat variabel semua memiliki
cronbach alpha lebih besar dari 0,60.
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
297 Unmas
Denpasar
Uji Asumsi Klasik
Sebelum model regresi digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik.Penelitian
ini menggunakan tiga uji asumsi klasik yaitu uji normalitaas, uji multikolinearitas dan uji
heteroskedastisitas.
1) Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2009: 110), uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah
dalam model regresi, variabel dependen dan independen mempunyai distribusi
normal atau tidak. Mode regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal.metode yang digunakan adalah dengan menggunakan
statistik Kolmogorov-Smirnov terhadap model yang diuji. Data populasi dikatakan
berdistribusi normal jika koefisien Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05.
Dapat dijelaskan hasil uji normalitas memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar
0,581 dan nilai signifikan sebesar 0,888 lebih besar dari α = 0,05, artinya
semuavariabel bebas berdistribusi normal.
2) Uji Multikolineritas
Menurut Ghozali (2009: 95), uji Multikolineritas betujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi atau hubungan yang tinggi antar
variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara
variabel independen.Multikolineritas dapat dilihat dari tolerance atau Variance
Inflation Factor (VIF).Jika ada tolerance lebih dari 10 persen atau VIF kurang dari
10 maka tidak ada gejala multikolineritas. Hasil uji multikolineritas dalam koefisien
tolerance menunjukan tidak ada variabel bebas yang memiliki tolerance kurang dari
10 persen (0,10) yaitu X1 sebesar 0,647, X2 sebesar 0,655, X3 sebesar 0,892 dan X4
sebesar 0,895. Demikian juga dengan nilai VIF yang semuanya kurang dari 10 yaitu
X1 sebesar 1,545, X2 sebesar 1,504, X3 sebesar 1,121 dan X4 sebesar 1,117.Hal ini
berarti dalam model regresi tidak terjadi multikolineritas.
3) Uji Heteroskedastisitas.
Menurut Ghozali (2009: 105), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varience dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya
heteroskedastisitas. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan nilai absolut
residual dengan variabel bebas dengan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai
signifikansinya diatas 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Dpat dijelaskan
bahwa variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat dari
model regresi yang digunakan karena signifikan variabel bebas lebih dari 0,05
dengan nilai variabel locus of control (X1) sebesar 0,313, variabel self-esteem
sebesar 0,423, variabel self-efficacy sebesar 0,279 dan variabel tingkat pendidikan
sebesar 0,703. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Linier Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis regresi lenier berganda untuk mengetahui
pengaruh locus of control (X1), self-esteem(X2), self-efficacy (X3)dan tingkat
pendidikan (X4) terhadap kenerja auditor dalam pembuatan audit judgment (Y)dengan
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
298 Unmas
Denpasar
SPSS (Statistical Package Social Scienc) versi 15.0 serta diuji dengan tingkat signifikan
5 persen. Hasil analisis dalam bentuk persamaan regresi linier berganda: