Page 1
PENGARUH LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN
PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN
NILAI PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Pada Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang
Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2017)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Ilmu Administrasi Bisnis
Disusun Oleh:
NOVITA PERMATASARI
152150049
HALAMAN JUDUL
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019
Page 2
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Novita Permatasari
NIM : 152150049
Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional ˮVeteran” Yogyakarta
Judul Skripsi : Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas Terhadap
Harga Saham Dengan Nilai Perusahaan Sebagai Variabel
Intervening (Studi pada Perusahaan Jasa Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi periode 2011-2017)
Telah diajukan dan lulus pada :
Hari/Tanggal : 24 April 2019
Tempat : Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta, 24 April 2019
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
Dr. Sadeli, M.Si
NIK. 2 7007 99 0219 1
Dosen Pembimbing/Penguji : Tanda Tangan
1. Dosen Pembimbing I
Suratna, S.Sos, M.AB
NIP. 19660205 199103 1 001 ( .......................................)
2. Dosen Pembimbing II
DR. Meilan Sugiarto, S.Sos, M.Si
NIK. 2 7005 96 0061 1 ( .......................................)
3. Penguji Ahli I
Dr. Sadeli, M.Si
NIK. 2 7007 99 0219 1 ( .......................................)
4. Penguji Ahli II
Eny Endah Pujiastuti, S.Sos, M.Si
NIK. 2 7307 97 0154 1 ( .......................................)
Page 3
iii
MOTTO
“Karena sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(Q.S. Al-Insyirah Ayat 5-6)
“But maybe we suffer so that we can become stronger. So that we can understand
and reach out to those who may face similar hardships later on.”
Unknown
“Dan barangsiapa berusaha, maka sesungguhnya usahanya itu untuk dirinya
sendiri.”
(Q.S. Al-Ankabut Ayat 6)
“Ojo pernah iri karo wong sing ning ndhuwurmu, ojo cilik ati karo apa sing wis
Gusti Allah wenehi ning kowe. Disyukuri lan ojo lali donga merga kabeh wis ana
dalane. Gusti Allah iku Maha Adil.”
Mamah
“Inhale confidence, exhale doubt.”
Page 4
iv
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi rabbil’alamin. Saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah
SWT. karena-Nya saya bisa mempersembahkan karya sederhana ini untuk orang-
orang yang selalu menantikan saat-saat ini :
1. Alm. Papah saya Joko Waskito yang telah memberikan kasih sayang,
perhatian, dukungan, semangat, wejangan, doa serta mengajarkan untuk
selalu bertanggungjawab dan menjadi orang yang mandiri sejak kecil
sehingga saya dapat menempuh sekolah sampai perguruan tinggi.
2. Mamah saya Lies Handayani yang tiada hentinya memberikan kasih sayang,
perhatian, dukungan, semangat, wejangan, doa serta mengajarkan untuk
selalu ikhlas, sabar, rendah hati dan selalu berusaha semampunya dalam
segala hal.
3. Kakak saya Aditya Warman yang tiada henti memberikan kasih sayang dan
mengajarkan saya untuk bertanggungjawab dan bersabar.
4. Kakak saya Krisna Sapta Aji yang tiada henti memberikan kasih sayang,
perhatian, dukungan, semangat, wejangan, doa dan nasihat-nasihat serta
mengajarkan untuk selalu berusaha dan pantang menyerah.
5. Saudara saya Mbak Intan dan sekeluarga yang sudah mendukung saya untuk
menyelesaikan studi.
6. Sahabat saya Dhea Paramita Fabby, Rizka Isniatul Azizah, Cyndhiana Desy
Rahmawati, Ratna Ratri D., Siti Aminatul Zahra, Marni Ningsih, Fitri
Ariyani, Anggie Dewantari S., Rizka Hermi N., Ardhia Rezkitiani yang
Page 5
v
selama ini berjuang bersama dan selalu menemani serta saling memberi
dukungan untuk menyelesaikan skripsi.
7. Sahabat saya sejak di bangku sekolah dasar Astri Nuraini, Neysa Wirantika
A., dan Re Safitri N. untuk segala bantuannya yang juga tak lupa memberi
semangat serta dukungan untuk menjadi orang yang rajin dan tidak menyia-
nyiakan waktu.
8. Sahabat saya Okta Fitri N., Erika Wahyu S., Sevia Rani I., Rossa N., dan
Syarifatul M. yang sudah memberi semangat, dukungan dan doa.
9. Semua teman-teman Ilmu Administrasi Bisnis yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
Page 6
vi
ABSTRAKSI
Novita Permatasari, Nomor Induk Mahasiswa 152150049, Program Studi Ilmu
Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta. Judul penelitian “Likuiditas, Solvabilitas dan
Profitabilitas terhadap Harga Saham dengan Nilai Perusahaan sebagai Variabel
Intervening” (Studi Pada Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan
Transportasi yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2017). Dosen
pembimbing I Suratna dan dosen pembimbing II Meilan Sugiarto.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
Likuiditas dari Current Ratio (CR), Solvabilitas dari Debt to Equity Ratio (DER)
dan Profitabilitas dari Return On Investment (ROI) terhadap Harga Saham dengan
Nilai Perusahaan dari Price Book Value (PBV) sebagai variabel intervening.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan perusahaan jasa sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Sampel
penelitian yaitu perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017. Pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan purposive sampling yang kemudian diperoleh sampel
sebanyak 10 perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi. Data
penelitian menggunakan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan tahunan
perusahaan selama tahun 2011-2017 yang diperoleh dari Indonesia Stock Exchange
(IDX) dan web resmi perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis
jalur (path analysis) dengan menggunakan PLS program aplikasi SmartPLS 3.2.8.
Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh langsung secara parsial Likuiditas
dan Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham sedangkan
Solvabilitas dan Nilai Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan namun
Solvabilitas dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
Kemudian untuk pengaruh tidak langsung menunjukkan secara parsial Likuiditas
tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham melalui Nilai Perusahaan.
Sedangkan Profitabilitas dan Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham melalui Nilai Perusahaan.
Kata Kunci : Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, Nilai Perusahaan, Current
Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Investment (ROI), Price
Book Value (PBV) dan Harga Saham.
Page 7
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat, rahmat dan karynianya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Likuiditas, Solvailitas dan
Profitabilitas terhadap Harga Saham dengan Nilai Perusahaan sebagai Variabel
Intervening” (Studi Pada Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan
Transportasi yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2017) yang
diajukan untyuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana (S1) pada
Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberi pengarahan,
bimbingan, bantuan, dukungan sekaligus doa sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Dr. Sadeli, M.Si. selaku Kepala Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.
2. Suratna, M.AB dan Dr. Meilan Sugiarto, M.Si selaku Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan,
memberi dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi.
3. Seluruh dosen dan karyawan di Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis
yang telah membantu memberikan ilmu dan motivasi kepada penulis.
Page 8
viii
4. Mamah, Mas Adit, Mas Krisna dan Alm. Papah yang sejak awal selalu
memberi doa, bimbingan, motivasi dan dorongan dalam bentuk apapun
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
5. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang sudah memberikan doa, bimbingan, motivasi
serta dorongan dalam bentuk apapun kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan dan
keterbatasan. Mudah-mudahan segala sesuatu yang telah dibahas dalam penelitian
ini dapat bermanfaat untuk menjadi saran dan evaluasi bagi perusahaan jasa sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi. Penulis juga berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan dan dapat berguna bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, April 2019
Penulis,
Novita Permatasari
Page 9
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
ABSTRAKSI ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 20
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 21
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 23
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................ 23
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................. 23
1.5 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 24
1.5.1 Tinjauan Teoritis ........................................................................... 24
1.5.2 Tinjauan Empiris ........................................................................... 42
1.6 Pengaruh Antar Variabel ........................................................................... 52
1.6.1 Pengaruh Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan .......................... 52
1.6.2 Pengaruh Solvabilitas Terhadap Nilai Perusahaan ........................ 53
1.6.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan ...................... 54
1.6.4 Pengaruh Likuiditas Terhadap Harga Saham ................................ 55
1.6.5 Pengaruh Solvabilitas Terhadap Harga Saham ............................. 56
1.6.6 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham ............................ 58
1.6.7 Pengaruh Nilai Perusahaan Terhadap Harga Saham ..................... 59
1.6.8 Pengaruh Likuiditas Terhadap Harga Saham Melalui Nilai
Perusahaan ..................................................................................... 60
1.6.9 Pengaruh Solvabiltas Terhadap Harga Saham Melalui Nilai
Perusahaan ..................................................................................... 61
Page 10
x
1.6.10 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Melalui Nilai
Perusahaan ..................................................................................... 63
1.7 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 64
1.8 Hipotesis .................................................................................................... 65
1.9 Definisi Konsep dan Operasional .............................................................. 67
1.9.1 Definisi Konsep ............................................................................. 67
1.9.2 Definisi Operasional ...................................................................... 68
1.10 Metode Penelitian ...................................................................................... 70
1.10.1 Tipe penelitian ............................................................................... 70
1.10.2 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 70
1.10.3 Sumber Data .................................................................................. 70
1.10.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 71
1.10.5 Populasi dan Sampel...................................................................... 71
1.10.6 Teknik Sampling ........................................................................... 72
1.10.7 Teknik Analisis Data ..................................................................... 73
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ................................... 79
2.1 Bursa Efek Indonesia ................................................................................ 79
2.1.1 Sejarah Pendirian Bursa Efek Indonesia ....................................... 79
2.1.2 Bidang Usaha................................................................................. 80
2.2 PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. .............................................. 81
2.2.1 Sejarah Pendirian PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. ..... 81
2.2.2 Bidang Usaha................................................................................. 83
2.3 PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. .................................................................. 85
2.3.1 Sejarah Pendirian PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. ......................... 85
2.3.2 Bidang Usaha................................................................................. 86
2.4 PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. .......................................... 88
2.4.1 Sejarah Pendirian PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. . 88
2.4.2 Bidang Usaha................................................................................. 89
2.5 PT. Adi Sarana Armada Tbk. .................................................................... 91
2.5.1 Sejarah PT. Adi Sarana Armada Tbk. ........................................... 91
2.5.2 Bidang Usaha................................................................................. 93
2.6 PT. Cardig Aero Services Tbk. ................................................................. 95
2.6.1 Sejarah PT. Cardig Aero Services Tbk.......................................... 95
Page 11
xi
2.6.2 Bidang Usaha................................................................................. 97
2.7 PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. ....................................................... 100
2.7.1 Sejarah Pendirian PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. .............. 100
2.7.2 Bidang Usaha............................................................................... 101
2.8 PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. ....................................................... 101
2.8.1 Sejarah Pendirian PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. .............. 101
2.8.2 Bidang Usaha............................................................................... 103
2.9 PT. Inti Bangun Sejahtera Tbk. ............................................................... 104
2.9.1 Sejarah Pendirian PT. Inti Bangun Sejahtera Tbk. ...................... 104
2.9.2 Bidang Usaha............................................................................... 105
2.10 PT. Tower Bersama Infrastructure Tbk. .................................................. 106
2.10.1 Sejarah Pendirian PT. Tower Bersama Infrastructure Tbk. ........ 106
2.10.2 Bidang Usaha............................................................................... 106
2.11 PT. Sarana Menara Nusantara Tbk. ........................................................ 107
2.11.1 Sejarah Pendirian PT. Sarana Menara Nusantara Tbk. ............... 107
2.11.2 Bidang Usaha............................................................................... 109
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 111
3.1 Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................................... 111
3.1.1 Likuiditas ..................................................................................... 111
3.1.2 Solvabilitas .................................................................................. 115
3.1.3 Profitabilitas ................................................................................ 119
3.1.4 Nilai Perusahaan .......................................................................... 123
3.1.5 Harga Saham ............................................................................... 126
3.2 Hasil Uji Data ............................................................................................ 132
3.2.1 Outer Model................................................................................. 132
3.2.2 Inner Model ................................................................................. 135
3.3 Uji Hipotesis .............................................................................................. 136
3.4 Pembahasan ............................................................................................... 143
3.4.1 Pengaruh Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan .......................... 144
3.4.2 Pengaruh Solvabilitas terhadap Nilai Perusahaan ....................... 145
3.4.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan ..................... 147
3.4.4 Pengaruh Likuiditas terhadap Harga Saham ............................... 149
3.4.5 Pengaruh Solvabilitas terhadap Harga Saham ............................. 151
Page 12
xii
3.4.6 Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga Saham ........................... 154
3.4.7 Pengaruh Nilai Perusahaan terhadap Harga Saham .................... 156
3.4.8 Pengaruh Likuiditas terhadap Harga Saham melalui Nilai
Perusahaan ................................................................................... 159
3.4.9 Pengaruh Solvabilitas terhadap Harga Saham melalui Nilai
Perusahaan ................................................................................... 161
3.4.10 Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga Saham melalui Nilai
Perusahaan ................................................................................... 163
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 166
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 166
4.2 Saran .......................................................................................................... 168
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 171
LAMPIRAN
Page 13
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Jasa Sub Sektor Energi di Bursa Efek Indonesia .... 6
Tabel 1.2 Daftar Perusahaan Jasa Sub Sektor Jalan Tol, Pelabuhan, Bandara dan
Sejenisnya di Bursa Efek Indonesia ...................................................... 6
Tabel 1.3 Daftar Perusahaan Jasa Sub Sektor Telekomunikasi di Bursa Efek
Indonesia ............................................................................................... 7
Tabel 1.4 Daftar Perusahaan Jasa Sub Sektor Transportasi di Bursa Efek
Indonesia ............................................................................................... 7
Tabel 1.5 Daftar Perusahaan Jasa Sub Sektor Konstruksi Non Bangunan di Bursa
Efek Indonesia ....................................................................................... 9
Tabel 1.6 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 48
Tabel 1.7 Ringkasan Tinjauan Teoritis dan Empiris ........................................... 66
Tabel 1.8 Sampel Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2017 ......................................... 71
Tabel 3.1 Current Ratio (CR) Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan
Transportasi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2017 .................. 112
Tabel 3.2 Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur,
Utilitas dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-
2017 ................................................................................................... 116
Tabel 3.3 Return On Investment (ROI) Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur,
Utilitas dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-
2017 ................................................................................................... 120
Tabel 3.4 Price Book Value (PBV) Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas
dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2017 ........... 124
Tabel 3.5 Harga Penutupan Saham Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas
dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2017 ........... 127
Tabel 3.6 Descriptive Statistics ......................................................................... 130
Tabel 3.7 Cross Loadings .................................................................................. 132
Tabel 3.8 Construct Reliability and Validity ..................................................... 133
Tabel 3.9 Collinearity Statistics (Outer VIF Value).......................................... 134
Tabel 3.10 R-Square ............................................................................................ 135
Tabel 3.11 Path Coefficient ................................................................................. 137
Page 14
xiv
Tabel 3.12 Hasil Nilai Koefisien ......................................................................... 140
Tabel 3.13 Total Indirect Effects ......................................................................... 141
Page 15
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Data Pertumbuhan Anggaran Infrastuktur Pemerintah Tahun 2015-
2019 ................................................................................................... 2
Gambar 1.2 Data Alokasi dan Sasaran Target Infrastruktur Pemerintah Tahun
2019 ................................................................................................... 3
Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 64
Gambar 1.4 Model Hipotesis ............................................................................... 65
Gambar 1.5 Diagram Jalur Pada SmartPLS ......................................................... 76
Gambar 3.1 Nilai Rata-Rata Current Ratio (CR) Perusahaan Jasa Sektor Infra-
struktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017 .................... 113
Gambar 3.2 Perkembangan Current Ratio (CR) Perusahaan Jasa Sektor Infra-
struktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017 .................... 114
Gambar 3.3 Nilai Rata-Rata Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Jasa Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017 ............ 117
Gambar 3.4 Perkembangan Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Jasa Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017 ............ 118
Gambar 3.5 Nilai Rata-Rata Return On Investment (ROI) Perusahaan Jasa Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017 ............ 121
Gambar 3.6 Perkembangan Return On Investment (ROI) Perusahaan Jasa Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017 ............ 122
Gambar 3.7 Nilai Rata-Rata Price Book Value (PBV) Perusahaan Jasa Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017 ............ 128
Gambar 3.8 Perkembangan Price Book Value (PBV) Perusahaan Jasa Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017 ............ 129
Gambar 3.9 Nilai Rata-Rata Harga Saham Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur,
Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017 .................................. 125
Gambar 3.10 Nilai Perkembangan Harga Saham Perusahaan Jasa Sektor Infra-
struktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017 .................... 126
Gambar 3.11 Model PLS Algorithm .................................................................... 136
Gambar 3.12 Model PLS Bootstraping ................................................................ 143
Page 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi nasional merupakan suatu proses perubahan yang terus
menerus menuju perbaikan termasuk usaha meningkatkan produk per kapita dengan
memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan
hasilnya. Salah satu tujuan dilakukan pembangunan ekonomi nasional untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pembangunan ekonomi tidak dapat lepas
dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pembangunan ekonomi mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar
proses pembangunan ekonomi.
Salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan
ekonomi nasional adalah pembangunan infrastruktur. Infrastruktur memegang
peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat terlepas dari ketersediaan
infrastruktur seperti sarana transportasi, telekomunikasi, sanitasi dan energi.
Penyediaan infrastruktur perlu dilakukan tepat waktu dan membutuhkan pemberian
fasilitas tambahan dalam rangka mempercepat pembangunan proyek.
Pemerintah sadar akan pentingnya pembangunan infrastruktur dan keseriusan
pemerintah di sektor infrastruktur ini terlihat sangat jelas melalui subsidi
pemerintah terhadap proyek infrastruktur meningkat. Pemerintah membentuk
Penjamin Infrastruktur Indonesia (Indonesia Infrastructure Guarantee Fund, atau
disebut IIGF). Lembaga ini memberikan jaminan tertentu terhadap risiko infra-
Page 17
2
struktur untuk proyek-proyek di bawah skema KPS. Pemerintah juga membentuk
Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) untuk memimpin
koordinasi percepatan infrastruktur prioritas dan mendorong peningkatan kualitas
penyiapan proyek serta diharapkan agar investor tertarik untuk mendanai proyek.
Gambar 1.1 Data Pertumbuhan Anggaran Infrastruktur Pemerintah
Tahun 2015-2019
Sumber : www.kemenkeu.go.id, diakses tahun 2019
Berdasarkan Gambar 1.1 Data Pertumbuhan Anggaran Infrastruktur
Pemerintah Tahun 2015-2019 menunjukkan bahwa pemerintah meningkatkan
pengeluaran tiap tahun untuk pembangunan infrastruktur melalui anggaran negara
dan melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Jika dilihat dari tahun 2015,
anggaran infrastukturnya sekitar sebesar dua ratus lima puluh enam triliun rupiah.
Anggaran infrastruktur tahun 2019 diperoleh sebesar empat ratus lima belas triliun
rupiah. Anggaran yang diberikan pemerintah ini pun tentu diharapkan akan menarik
perhatian para investor dalam melihat prospek pembangunan infrastruktur.
Page 18
3
Gambar 1.2 Data Alokasi dan Sasaran Target Infrastruktur Pemerintah
Tahun 2019
Sumber : www.kemenkeu.go.id, diakses tahun 2019
Berdasarkan Gambar 1.2 Data Alokasi dan Sasaran Target Infrastruktur
Pemerintah Tahun 2019 menunjukkan bahwa pemerintah memiliki beberapa
sasaran target pembangunan diantaranya yaitu pelebaran jalan, bandara baru,
jaringan irigasi, rehabilitasi jembatan, penyelesaian rel kereta api dan bendungan.
Upaya pemerintah mengenai sasaran target ini selain bertujuan untuk mendorong
perekonomian nasional juga diharapkan mampu meningkatkan iklim investasi
dengan deregulasi dari pemerintah. Deregulasi yang diberikan pemerintah tersebut
berupa mendukung pengembang proyek infrastruktur utama yang mengalami
masalah pembebasan lahan.
Di era sekarang perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat telah
mendorong juga kemajuan perusahaan di berbagai bidang. Hal ini cukup
mempengaruhi para pelaku bisnis di industri ini dalam membuat strategi maupun
keputusan bisnis. Melihat dari faktor kebutuhan masyarakat yang sangat besar dan
dinamis, seiring perkembangan teknologi yang cepat dan dengan segmen pengguna
Page 19
4
yang luas membuat persaingan yang cukup ketat antar perusahaan. Karena
perkembangan dunia industri saat ini begitu pesat menyebabkan para pelaku bisnis
pun dituntut untuk lebih kreatif dan memiliki keunggulan kompetitif dibanding
dengan para pesaingnya. Sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi ini menjadi
menarik untuk dijadikan objek karena keberadaannya saat ini dapat memberikan
pengaruh langsung terhadap kehidupan masyarakat sehingga bukan tidak mungkin
akan menarik perhatian para investor dalam menilai saham.
Kegiatan perusahaan berlangsung tidak luput dari dukungan pihak eksternal
seperti investor. Pihak eksternal tentu perlu melakukan beberapa penilaian tentang
perusahaan. Pasar modal menjadi salah satu alternatif penghubung dalam kegiatan
yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek. Selain
alternatif investasi pasar modal juga menyediakan berbagai alternatif lainnya bagi
para investor seperti menabung di bank, perdagangan emas, asuransi, tanah dan
bangunan. Pasar modal merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen
keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif dan
instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan
maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sebagai sarana bagi kegiatan
berinvestasi (Darmadji dan Fakhrudin, 2012).
Pasar modal sendiri digunakan untuk berinvestasi bagi pihak yang kelebihan
dana (investor) dan digunakan sebagai alternatif pendanaan bagi pihak yang
kekurangan dana (perusahaan). Investasi di pasar modal merupakan salah satu cara
yang banyak diminati oleh investor dalam berinvestasi di Indonesia. Di Indonesia
sendiri terdapat lembaga pasar modal yang menampung semua jenis kegiatan
Page 20
5
perdagangan efek yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesian Stock
Exchange (IDX).
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyatakan
bahwa Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti uang. Salah satu efek yang diterbitkan dan
diperdagangkan di pasar modal Indonesia adalah saham dan pada dasarnya ada dua
keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham pada
perusahaan yang telah go public, yaitu dividen dan capital gain. Bagi perusahaan
go public, pasar modal merupakan sarana peningkatan perusahaan dengan
memberikan sarana permodalan serta digunakan untuk meningkatkan nilai
perusahaan melalui informasi yang diberikan perusahaan go public kepada para
investor.
Go Public memiliki manfaat yang pertama adalah membuka akses perusahaan
terhadap sarana pendanaan jangka panjang, meningkatkan nilai perusahaan dan
meningkatkan image perusahaan. Perusahaan yang menjadi perusahaan publik yang
sahamnya diperdagangkan di Bursa juga akan lebih mudah untuk menarik strategi
investor untuk ikut berinvestasi pada saham perusahaan. Adanya saham yang
diperdagangkan di Bursa maka publik dapat memperoleh data pergerakan nilai
perusahaan, setiap peningkatan kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya
akan mempunyai dampak terhadap harga saham di Bursa (www.idx.co.id).
Saat ini di Indonesia ada enam puluh perusahaan jasa sektor infrastruktur,
utilitas dan transportasi yang telah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi dibagi menjadi lima sub sektor. Sub sektor
Page 21
6
tersebut diantaranya adalah Sub Sektor Energi; Sub Sektor Jalan Tol, Pelabuhan,
Bandara dan Sejenisnya; Sub Sektor Telekomunikasi; Sub Sektor Transportasi; dan
Sub Sektor Konstruksi Non Bangunan.
Tabel 1.1
Daftar Perusahaan Jasa Sub Sektor Energi di Bursa Efek Indonesia
No. Kode
Saham Nama Emiten Tanggal IPO
1 KOPI Mitra Energi Persada Tbk. 23 April 2001
2 LAPD Leyand International Tbk. 17 Juli 2001
3 MPOW Megapower Makmur Tbk. 05 Juli 2017
4 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. 15 Desember 2003
5 POWR Cikarang Listrindo Tbk. 14 Juni 2016
6 RAJA Rukun Raharja Tbk. 19 April 2006
7 TGRA Terregra Asia Energy Tbk. 16 Mei 2017
Sumber: www.sahamok.com, diakses tahun 2019
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui perusahaan yang melakukan IPO atau
yang terdaftar dalam perusahaan jasa sub sektor energi di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan dengan kode saham KOPI dan LAPD melakukan IPO pada tahun 2001.
Kode saham PGAS melakukan IPO pada tahun 2003. Kode saham RAJA
melakukan IPO pada tahun 2006. Kode saham POWR melakukan IPO pada tahun
2016. Kode saham MPOW dan TGRA melakukan IPO pada tahun 2017.
Tabel 1.2
Daftar Perusahaan Jasa Sub Sektor Jalan Tol, Pelabuhan, Bandara dan Sejenisnya
di Bursa Efek Indonesia
No. Kode
Saham Nama Emiten Tanggal IPO
1 CMNP Cipta Marga Nusaphala Persada Tbk. 10 Januari 1995
2 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk. 12 November 2007
3 META Nusantara Infrastructure Tbk. 18 Juli 2001
Sumber: www.sahamok.com, diakses tahun 2019
Page 22
7
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui perusahaan yang melakukan IPO atau
yang terdaftar dalam perusahaan jasa sub sektor jalan tol, pelabuhan, bandara dan
sejenisnya di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan dengan kode saham CMNP
melakukan IPO pada tahun 1995. Kode saham META melakukan IPO pada tahun
2001. Kode saham JSMR melakukan IPO pada tahun 2007.
Tabel 1.3
Daftar Perusahaan Jasa Sub Sektor Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia
No Kode
Saham Nama Emiten Tanggal IPO
1 BTEL Bakrie Telecom Tbk. 03 Februari 2006
2 EXCL XL Axiata Tbk. 29 September 2005
3 FREN Smartfren Telecom Tbk. 29 November 2006
4 ISAT Indosat Tbk. 19 Oktober 1994
5 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk. 14 November 1995
Sumber: www.sahamok.com, diakses tahun 2019
Berdasarkan Tabel 1.3 dapat diketahui perusahaan yang melakukan IPO atau
yang terdaftar dalam perusahaan jasa sub sektor telekomunikasi di Bursa Efek
Indonesia. Perusahaan dengan kode saham ISAT melakukan IPO pada tahun 1994.
Kode saham TLKM melakukan IPO pada tahun 1995. Kode saham EXCL
melakukan IPO pada tahun 2005. Kode saham BTEL dan FREN melakukan IPO
pada tahun 2006.
Tabel 1.4
Daftar Perusahaan Jasa Sub Sektor Transportasi di Bursa Efek Indonesia
No. Kode
Saham Nama Emiten Tanggal IPO
1 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 22 Juni 2005
2 ASSA Adi Sarana Armada Tbk. 12 November 2012
3 BBRM Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk. 09 Januari 2013
4 BIRD Blue Bird Tbk. 05 November 2014
5 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk. 26 Maret 1990
6 BULL Buana Listya Tama Tbk. 23 Mei 2011
Page 23
8
Lanjutan Tabel 1.4
7 CANI Capitol Nusantara Indonesia Tbk. 16 Januari 2014
8 CASS Cardig Aero Services Tbk. 05 Desember 2011
9 GIAA Garuda Indonesia (Persero) Tbk. 11 Februari 2011
10 HITS Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. 15 Desember 1997
11 IATA Indonesia Air Transport dan Infrastruktur Tbk. 13 September 2006
12 INDX Tanah Laut Tbk. 17 Mei 2001
13 IPCM Jasa Armada Indonesia Tbk. 22 Desember 2017
14 KARW ICTSI Jasa Prima Tbk. 17 Mei 2001
15 LEAD Logindo Samuderamakmur Tbk. 11 Desember 2013
16 LRNA Ekasari Lorena Transport Tbk. 15 April 2014
17 MBSS Mitra Bantera Segara Sejati Tbk. 06 April 2011
18 MIRA Mitra International Resources Tbk. 30 Januari 1997
19 NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. 11 Oktober 2012
20 PORT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk. 16 Maret 2017
21 PTIS Indro Straits Tbk. 12 Juli 2011
22 RIGS Rig Tenders Indonesia Tbk. 26 Maret 1990
23 SAFE Steady Safe Tbk. 15 Agustus 1994
24 SDMU Sidomulyo Selaras Tbk. 12 Juli 2011
25 SHIP Sillo Maritime Perdana Tbk. 16 Juni 2016
26 SMDR Samudera Indonesia Tbk. 05 Desember 1999
27 SOCI Soechi Lines Tbk. 03 Desember 2014
28 TAMU Pelayaran Tamarin Samudra Tbk. 10 Mei 2017
29 TAXI Express Transindo Utama Tbk. 02 November 2012
30 TMAS Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 09 Juli 2003
31 TPMA Trans Power Marine Tbk. 20 Februari 2013
32 TRAM Trada Maritime Tbk. 10 September 2008
33 WEHA Weha Transportasi Indonesia Tbk. 03 Mei 2007
34 WINS Wintermar Offshore Marine Tbk. 29 November 2010
35 ZBRA Zebra Nusantara Tbk. 01 Agustus 1991
Sumber: www.sahamok.com, diakses tahun 2019
Berdasarkan Tabel 1.4 dapat diketahui perusahaan yang melakukan IPO atau
yang terdaftar dalam perusahaan jasa sub sektor transportasi di Bursa Efek
Indonesia. Perusahaan dengan kode saham BLTA dan RIGS melakukan IPO pada
tahun 1990. Kode saham ZBRA melakukan IPO pada tahun 1991. Kode saham
SAFE melakukan IPO pada tahun 1994. Kode saham HITS dan MIRA melakukan
Page 24
9
IPO pada tahun 1997. Kode saham SMDR melakukan IPO pada tahun 1999. Kode
saham INDX dan KARW melakukan IPO pada tahun 2001. Kode saham TMAS
melakukan IPO pada tahun 2003. Kode saham APOL melakukan IPO pada tahun
2005. Kode saham IATA melakukan IPO oada tahun 2006.
Kode saham WEHA melakukan IPO pada tahun 2007. Kode saham TRAM
melakukan IPO pada tahun 2008. Kode saham WINS melakukan IPO pada tahun
2010. Kode saham BULL, CASS, GIAA, MBSS, PTIS dan SDMU melakukan IPO
pada tahun 2011. Kode saham ASSA, NELY dan TAXY melakukan IPO pada
tahun 2012. Kode saham BBRM, LEAD dan TPMA melakukan IPO pada tahun
2013. Kode saham BIRD, CANI, LRNA dan SOCI melakukan IPO pada tahun
2014. Kode saham SHIP melakukan IPO pada tahun 2016. Kode saham IPCM,
PORT dan TAMU melakukan IPO pada tahun 2017.
Tabel 1.5
Daftar Perusahaan Jasa Sub Sektor Konstruksi Non Bangunan di Bursa Efek
Indonesia
No Kode Saham Nama Emiten Tanggal IPO
1 BALI Bali Towerindo Sentra Tbk. 13 Maret 2014
2 BUKK Bukaka Teknik Utama Tbk. 09 Januari 1995
3 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk. 31 Agustus 2012
4 INDY Indika Energy Tbk. 11 Juni 2008
5 OASA Protech Mitra Perkasa Tbk. 18 Juli 2016
6 PPRE PP Presisi Tbk. 24 November 2017
7 SUPR Solusi Tunas Pratama Tbk. 11 Oktober 2011
8 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk. 26 Oktober 2010
9 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk. 08 Maret 2010
10 TRUB Truba Alam Manunggal Engineering Tbk. 16 Oktober 2006
Sumber: www.sahamok.com, diakses tahun 2019
Berdasarkan Tabel 1.5 dapat diketahui perusahaan yang melakukan IPO atau
yang terdaftar dalam perusahaan jasa sub sektor konstruksi non bangunan di Bursa
Page 25
10
Efek Indonesia. Perusahaan dengan kode saham BUKK melakukan IPO pada tahun
1995. Kode saham TRUB melakukan IPO pada tahun 2006. Kode saham INDY
melakukan IPO pada tahun 2008. Kode saham TBIG dan TOWR melakukan IPO
pada tahun 2010. Kode saham SUPR melakukan IPO pada tahun 2011. Kode saham
IBST melakukan IPO pada tahun 2012. Kode saham BALI melakukan IPO pada
tahun 2014. Kode saham OASA melakukan IPO pada 2016. PPRE melakukan IPO
pada tahun 2017.
Berdasarkan Tabel 1.1 sampai 1.5 diketahui daftar perusahaan yang tergabung
dalam perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia. Sektor ini dipilih menjadi objek penelitian karena
infrastruktur, utilitas dan transportasi merupakan pendorong perekonomian
nasional dan menjadi salah satu program terbesar pemerintahan saat ini. Disertai
adanya deregulasi dari pemerintahan untuk mendukung pembangunan
infrastruktur, utilitas dan transportasi membuka peluang kepada para investor
dalam proyek-proyek pemerintahan. Oleh karena itu situasi tersebut bisa
berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan harga saham.
Berdasarkan teori Struktur Modal dengan penggunaan hutang akan
memberikan manfaat yaitu meningkatkan nilai perusahaan. M&M menunjukkan
bahwa dengan menggunakan hutang (bahkan menggunakan hutang yang lebih
banyak) perusahaan bisa meningkatkan nilainya apabila ada pajak. Pelonggaran
asumsi terutama dengan adanya pajak karena menggunakan hutang maka
perusahaan perlu bekerja pada target debt ratio yang akan memaksimumkan nilai
perusahaan. M&M tidak menyarankan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya
Page 26
11
karena mengakibatkan ketidaksempurnaan pasar (Husnan, 1993). Hal ini juga bisa
berdampak pada kebangkrutan (financial distress).
Teori Sinyal (Signalling Theory) pertama kali diperkenalkan oleh Spence di
dalam penelitiannya yang berjudul Job Marketing Signalling mengemukakan
bahwa isyarat atau sinyal memberikan suatu sinyal pihak pengirim (pemilik
informasi) berusaha memberikan potongan informasi relevan yang dapat
dimanfaatkan oleh pihak penerima. Pihak penerima kemudian akan menyesuaikan
perilakunya sesuai dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut (Spence, 1973).
Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempuyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan
kreditor). Kurangya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan
mereka melindungi diri mereka dengan mmberikan harga yang rendah untuk
perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi
informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah
dengan memberikan sinyal pada pihak luar (Arifin, 2005).
Beberapa investor ada yang melakukan tindakan wait and see atau menunggu
dan melihat perkembangan yang ada baru kemudian mengambil keputusan. Oleh
karena itu informasi menjadi penting bagi investor dan pelaku bisnis karena
informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran.
Informasi tersebut baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan
Page 27
12
datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada
perusahaan.
Sebelum investor memutuskan untuk berinvestasi, investor memiliki
kualifikasi terhadap tingkat pengembalian yang maksimal dari nilai investasi yang
telah ditanamkan serta tingkat resiko yang akan dihadapi dimasa yang akan datang.
Dengan demikian untuk mengurangi ketidakpastian dalam mendapatkan
keuntungan dan menanggung resiko yang terjadi dimasa yang akan datang, maka
investor memerlukan berbagai informasi akuntansi investee (penerima modal)
sebagai pedoman untuk berinvestasi di pasar modal. Salah satu data yang dapat
digunakan adalah laporan keuangan tahunan perusahaan.
Laporan keuangan, menurut Hery (2015), merupakan salah satu sumber
informasi yang penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka
pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan menurut sudut pandang
investor digunakan untuk memprediksi masa depan. Berdasarkan hasil analisis
laporan keuangan ini akan membantu menginterpretasikan berbagai hubungan yang
ada dalam laporan keuangan dan kecenderungan yang dapat dijadikan dasar dalam
menilai potensi keberhasilan perusahaan di masa mendatang.
Laporan tahunan (annual report) adalah laporan yang paling penting. Pertama
adalah bagian verbal yang seringkali disajikan sebagai surat presiden direktur yang
menguraikan hasil operasi perusahaan selama tahun lalu dan membahas
perkembangan baru yang akan mempengaruhi operasi perusahaan di masa depan.
Kedua adalah laporan tahunan yang menyajikan empat laporan keuangan dasar dan
neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan dan laporan arus kas. Laporan
Page 28
13
tersebut menyajikan angka-angka dari operasi dan posisi keuangan perusahaan serta
data yang disajikan secara rinci dalam dua atau tiga tahun terakhir.
Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan akan sangat
membantu menilai perusahaan baik di masa lalu maupun prospek di masa datang.
Rasio keuangan, menurut Hery (2015), merupakan suatu perhitungan rasio dengan
menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio keuangan dirancang untuk
membantu mengevaluasi laporan keuangan, analisis rasio keuangan inilah yang
paling sering dilakukan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan
dibandingkan dengan alat analisis keuangan lainnya. Melalui rasio akan lebih
mudah untuk membandingkan suatu perusahaan terhadap perusahaan sejenis dalam
industri yang sama atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik.
Rasio keuangan yang bervariasi seperti rasio likuiditas, rasio aktivitas,
solvabilitas, profitabilitas dan penilaian ini bisa digunakan sesuai kepentingan
pihak yang memerlukan. Masing-masing jenis rasio memberikan informasi
kemampuan perusahaan yang berbeda sesuai tujuan dan manfaat rasio. Pada
penelitian ini menggunakan rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan
penilaian. Rasio likuiditas, menurut Fahmi (2013), merupakan kemampuan suatu
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara lancar dan tepat waktu.
Suatu perusahaan dikatakan likuid apabila perusahaan tersebut dapat memenuhi
kewajiban jatuh temponya dalam jangka pendek.
Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Current Ratio (CR).
Current Ratio (CR), menurut Kasmir (2011), merupakan rasio untuk mengukur
Page 29
14
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Penggunaan Current
Ratio (CR) didasarkan pada indikator terbaik digunakan dalam rasio ini. Besarnya
kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva atau aset yang diharapkan akan
dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. Sangat penting bagi investor untuk
memperhatikan aset lancar perusahaan karena terdapat akun surat berharga, yang
berupa saham dan obligasi yang segera dapat diuangkan atau dijual di bursa
efek/bank. Investor pada umumnya lebih suka akan hal semacam itu.
Rasio solvabilitas atau leverage, menurut Kasmir (2012), merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur sejauhmana aktiva perusahaan dibiayai oleh
hutang. Rasio solvabilitas atau leverage digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Salah satu rasio yang digunakan yaitu Debt to Equity Ratio (DER).
Rasio utang terhadap modal atau disebut juga Debt to Equity Ratio (DER), menurut
Hery (2015), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi
utang terhadap modal. Rasio yang tinggi menunjukkan proporsi modal sendiri yang
rendah untuk membiayai aktiva.
Penggunaan Debt to Equity Ratio (DER) didasarkan pada indikator yang
digunakan yaitu seberapa besar perusahaan dibiayai oleh total hutang dengan
kemampuan perusahaan yang digambarkan dengan modal kerja atau ekuitas. Jika
melihat dari total hutang yang semakin besar maka kemungkinan modal kerja atau
ekuitas akan semakin tertekan dan bisa berdampak pada laba perusahaan karena
harus membiayai bunga kewajiban. Sangat penting bagi investor untuk
Page 30
15
memperhatikan kondisi perusahaan yang jauh lebih aman dengan
jaminan/penggunaan modal kerja atau ekuitas yang bersumber dari pemilik
perusahaan karena akan mengurangi resiko yang akan didapat investor tersebut.
Profitabilitas berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan untuk jangka
panjang, dalam arti lain adalah prospek di masa depan. Setiap perusahaan akan
selalu berusaha meningkatkan kinerja perusahaan, karena dengan laba yang tinggi,
perusahaan dapat terus beroperasi dan berkembang. Salah satu rasio yang
digunakan yaitu Return On Investment (ROI). Return On Investment (ROI),
menurut Sartono (2012), adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari
aktiva yang dipergnunakan. Penggunaan Return On Investment (ROI) bersifat
menyeluruh artinya mencakup semua tingkat efisiensi perusahaan dalam
penggunaan aktiva atau asetnya serta dapat mengukur tingkat keuntungan atas
penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Return On Investment (ROI) merupakan salah satu pendekatan yang paling
umum digunakan untuk mengevaluasi konsekuensi keuangan dari suatu keputusan
dan tindakan investasi bisnis. Return on Investment (ROI) ini dapat digunakan
untuk keputusan keuangan pribadi, membandingkan profitabilitas perusahaan
ataupun untuk membandingkan efisiensi investasi. Penggunaan Return on
Investment (ROI) didasarkan pada indikator yang digunakan yaitu seberapa efisien
aset atau aktiva yang bersumber dari kreditur dan pemegang saham ini dalam
produktivitas perusahaan. Oleh karena itu sangat penting bagi investor untuk
mendapatkan pengembalian dari efisiensi tersebut.
Page 31
16
Nilai perusahaan, menurut Brigham dan Houston (2010), adalah suatu bentuk
kepercayaan masyarakat terhadap suatu perusahaan dengan menanamkan modal
saham pada perusahaan tersebut yang berdampak pada meningkatnya harga saham
pada perusahaan tersebut. Pentingnya nilai perusahaan membuat investor dan
kreditur semakin selektif dalam berinvestasi maupun memberikan kredit kepada
perusahaan. Nilai perusahaan akan memberikan sinyal positif dimata investor untuk
menanamkan modal pada sebuah perusahaan, sedangkan bagi pihak kreditur nilai
perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya
sehingga pihak kreditur tidak merasa khawatir dalam memberikan pinjaman kepada
perusahaan tersebut. Nilai perusahaan bisa memburuk apabila perusahaan tersebut
terindikasi menurun kualitas dan kinerja fundamentalnya.
Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas dan tujuan
perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan pada dasarnya adalah untuk
memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai
pasar karena nilai pasar dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara
maksimal apabila harga saham perusahaan tersebut meningkat. Penggunaan
besaran fraksi dan maksimum perubahan sebagai acuan dalam tawar-menawar
saham di bursa terhadap suatu saham yang berada dalam suatu rentang harga,
apabila pada akhir bursa harga suatu saham (harga penutupan) melalui batasan
rentang harga maka penggunaan maksimum perubahaan sesuai dengan batasan
rentang harga dari saham yang bersangkutan mulai berlaku pada hari bursa
berikutnya. Perubahan fraksi atas suatu saham sebagai akibat perubahan rentang
harga saham tersebut mengakibatkan harga saham tersebut harus merupakan
Page 32
17
kelipatan dari fraksi harga yang baru yang berlaku pada rentang harga tersebut.
Dengan demikian harga saham yang menjadi patokan untuk menentukan fraksi
harga adalah harga penutupan hari sebelumnya. Jika market price (harga pasar)
adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Ketika Bursa Efek
sudah tutup maka harga pasar adalah harga penutupannya (Hadi, 2015).
Harga saham, menurut Hartono (2010), adalah harga suatu saham di pasar
bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh mekanisme pasar berupa permintaan
dan penawaran saham tersebut. Investor umumnya melihat harga saham sebagai
cerminan nilai perusahaan dipasar modal serta untuk melihat bagaimana suatu
perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik. Investor yang akan melakukan
jual beli saham di perusahaan go public memiliki pendekatan untuk mengetahui
apakah saham yang akan dibeli akan memberikan keuntungan atau kerugian bagi
investor. Suatu saham ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang
memengaruhinya. Harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaannya.
Kinerja perusahaan itu sendiri dipengaruhi oleh kondisi industri dan perekonomian
secara makro (Halim, 2015).
Berdasarkan penelitian terdahulu ditemukan inkonsisten hasil penelitian
mengenai hubungan antara Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER),
Return On Investment (ROI) terhadap Harga Saham dan Price Book Value (PBV).
Bukti empiris tentang pengaruh Current Ratio (CR) terhadap harga saham menurut
penelitian Megawati (2018) menyimpulkan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh
signifikan terhadap harga saham penelitian ini berbanding terbalik dengan hasil
penelitian Anshari (2016) yang menyimpulkan bahwa Current Ratio (CR) tidak
Page 33
18
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian Dewi dan Suaryana
(2013) dan Zaki, Islahuddin, dan Shabri (2017) menunjukkan bahwa Debt to Equity
Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan
menurut penelitian Pandansari (2017) menyimpulkan bahwa, Debt to Equity Ratio
(DER) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian Hamidah dan
Umdiana (2017), Pandansari (2012) dan Zaki, Islahuddin, dan Shabri (2017)
menyimpulkan bahwa Return On Investment (ROI) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham namun hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian
Wangarry, Poputra dan Runtu (2015) yang menyatakan bahwa Return On
Investment (ROI) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Penelitian Hasania, Murni dan Mandagie (2016) menyimpulkan bahwa
Current Ratio (CR) berpengaruh signifikan terhadap Price Book Value (PBV)
sedangkan menurut penelitian Wulandari (2013) menyatakan bahwa Current Ratio
(CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Price Book Value (PBV). Penelitian
Mannopo dan Arie (2016) menyimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh signifikan terhadap Price Book Value (PBV) namun hasil ini bertolak
belakang dengan penelitian Sukoco (2013) menyimpulkan bahwa, Debt to Equity
Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap Price Book Value (PBV).
Penelitian Ayuningtyas dan Kurnia (2013) didukung hasil penelitian Hamidah dan
Umdiana (2017) dan Mannopo dan Arie (2016) menyimpulkan profitabilitas yang
diukur dengan Return On Investment (ROI) berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan Price Book Value (PBV) sedangkan menurut penelitian Hermawati,
Paramita dan Oemar (2018) menyatakan bahwa Return On Investment (ROI) tidak
Page 34
19
berpengaruh signifikan terhadap Price Book Value (PBV). Penelitian Dewi dan
Suaryana (2013) menyimpulkan bahwa, Price Book Value (PBV) berpengaruh
signifikan terhadap harga saham, sedangkan menurut Putri (2018) menyimpulkan
Price Book Value (PBV) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan research gap yang telah dipaparkan maka peneliti tertarik
melakukan penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan
Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Investment (ROI)
secara parsial terhadap harga saham dengan Price Book Value (PBV) sebagai
variabel intervening. Objek yang dijadikan penelitian yaitu perusahaan jasa sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi dengan dengan tahun waktu yang diambil
dalam penelitian ini yaitu dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2017. Sumber data
melalui laporan keuangan tahunan perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi maka terlampir data-data seperti aktiva, laba, hutang sampai harga
pasar per lembar dari masing-masing perusahaan tiap tahun yang memungkinkan
berpengaruh terhadap harga saham.
Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel
Price Book Value (PBV) dijadikan sebagai vaiabel intervening. Jadi peneliti ingin
melakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui hasil yang sebenarnya terjadi
dengan data yang relevan dalam penelitan yang berjudul “Pengaruh Likuiditas,
Solvabilitas dan Profitabilitas terhadap Harga Saham dengan Nilai Perusahaan
sebagai Variabel Intervening” (Studi Pada Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur,
Utilitas dan Transportasi yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2017).
Page 35
20
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Adakah pengaruh signifikan Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan pada
perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI tahun
2011-2017?
2. Adakah pengaruh signifikan Solvabilitas terhadap Nilai Perusahaan pada
perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI tahun
2011-2017?
3. Adakah pengaruh signifikan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan pada
perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI tahun
2011-2017?
4. Adakah pengaruh signifikan Likuiditas terhadap Harga Saham pada
perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI tahun
2011-2017?
5. Adakah pengaruh signifikan Solvabilitas terhadap Harga Saham pada
perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI tahun
2011-2017?
6. Adakah pengaruh signifikan Profitabilitas terhadap Harga Saham pada
perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI tahun
2011-2017?
Page 36
21
7. Adakah pengaruh signifikan Nilai Perusahaan terhadap Harga Saham pada
perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI tahun
2011-2017?
8. Adakah pengaruh signifikan Likuiditas terhadap Harga Saham melalui
Nilai Perusahaan pada perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi di BEI tahun 2011-2017?
9. Adakah pengaruh signifikan Solvabilitas terhadap Harga Saham melalui
Nilai Perusahaan pada perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi di BEI tahun 2011-2017?
10. Adakah pengaruh signifikan Profitabilitas terhadap Harga Saham melalui
Nilai Perusahaan pada perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi di BEI tahun 2011-2017?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penelitian dalam
penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan Likuiditas
terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan jasa sektor infrastruktur,
utilitas dan transportasi di BEI tahun 2011-2017.
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan Solvabilitas
terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan jasa sektor infrastruktur,
utilitas dan transportasi di BEI tahun 2011-2017.
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan
Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan jasa sektor
Page 37
22
infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI tahun 2011-2017.
4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan Likuiditas
terhadap Harga Saham pada perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas
dan transportasi di BEI tahun 2011-2017.
5. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan Solvabilitas
terhadap Harga Saham pada perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas
dan transportasi di BEI tahun 2011-2017.
6. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan
Profitabilitas terhadap Harga Saham pada perusahaan jasa sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI tahun 2011-2017.
7. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan Nilai
Perusahaan terhadap Harga Saham pada perusahaan jasa sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI tahun 2011-2017.
8. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan Likuiditas
terhadap Harga Saham melalui Nilai Perusahaan pada perusahaan jasa
sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI tahun 2011-2017.
9. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan Solvabilitas
terhadap Harga Saham melalui Nilai Perusahaan pada perusahaan jasa
sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI tahun 2011-2017.
10. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan
Profitabilitas terhadap Harga Saham melalui Nilai Perusahaan pada
perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI tahun
2011-2017.
Page 38
23
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya dalam masalah Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas
terhadap Harga Saham dengan Nilai Perusahaan sebagai variabel intervening.
1.4.2 Manfaat Praktis
Selain dari manfaat teoritis, diharapkan manfaat praktis juga dapat
memberikanmanfaat dan memberikan andil terhadap segala pihak baik bagi
penulis, perusahaan, investor, dan pembaca.
a. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
penerapan teori yang didapatkan dengan praktek yang sesungguhnya.
b. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan motivasi bagi
perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
c. Bagi investor
Penelitian diharapkan dapat memberi gambaran serta tambahan informasi
bagi investor dalam melakukan penilaian terhadap perusahaan.
d. Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam
menghadapi masalah yang sama dan sebagai sarana pengembangan ilmu
pengetahuan.
Page 39
24
1.5 Tinjauan Pustaka
1.5.1 Tinjauan Teoritis
1.5.1.1 Teori Struktur Modal
Struktur modal merupakan kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur
keuangan jangka panjang perusahaan. Jika struktur modal memang ditemukan
mempengaruhi nilai perusahaan maka dari segi investor akan mendapatkan pasar
keuangan yang memberikan tingkat pengembalian maksimum namun dengan
resiko yang minimum. Modigliani dan Miller (M&M) menyimpulkan bahwa nilai
ekonomi dari aset perusahaan ditentukan sepenuhnya oleh seberapa besar operating
cash flows yang dapat diperoleh dari aset tersebut (Arifin, 2005).
Berdasarkan teori Struktur Modal dengan penggunaan hutang akan
memberikan manfaat yaitu meningkatkan nilai perusahaan. M&M menunjukkan
bahwa dengan menggunakan hutang (bahkan menggunakan hutang yang lebih
banyak) perusahaan bisa meningkatkan nilainya apabila ada pajak. Pelonggaran
asumsi terutama dengan adanya pajak karena menggunakan hutang maka
perusahaan perlu bekerja pada target debt ratio yang akan memaksimumkan nilai
perusahaan. M&M tidak menyarankan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya
karena mengakibatkan ketidaksempurnaan pasar (Husnan, 1993). Hal ini juga bisa
berdampak pada kebangkrutan (financial distress).
1.5.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal (Signalling Theory) pertama kali diperkenalkan oleh Spence di
dalam penelitiannya yang berjudul Job Marketing Signalling mengemukakan
bahwa isyarat atau sinyal memberikan suatu sinyal pihak pengirim (pemilik
Page 40
25
informasi) berusaha memberikan potongan informasi relevan yang dapat
dimanfaatkan oleh pihak penerima. Pihak penerima kemudian akan menyesuaikan
perilakunya sesuai dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut (Spence, 1973).
Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena
informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik
untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi
kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi
yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di
pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Informasi
yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi
investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut
mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut diterima oleh pasar (Hartono, 2000).
Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempuyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan
kreditor). Kurangya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan
mereka melindungi diri mereka dengan mmberikan harga yang rendah untuk
perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi
informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah
dengan memberikan sinyal pada pihak luar (Arifin, 2005).
Page 41
26
Teori Sinyal (Signalling Theory), menurut Brigham dan Houston (2011),
adalah isyarat atau signal yaitu suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk
memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana menajemen memandang
prospek perusahaan. Signalling theory, menurut Fahmi (2013), adalah teori yang
melihat pada tanda-tanda tentang kondisi yang menggambarkan suatu perusahaan.
Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen
untuk merealisasikan keinginan pemilik. Adapun pengertian Signalling theory,
menurut Fahmi dan Hadi (2009), adalah teori yang membahas tentang naik
turunnya harga di pasar sehingga akan memberi pengaruh pada keputusan investor.
Tanggapan para investor terhadap sinyal positif dan negatif adalah sangat
mempengaruhi kondisi pasar, mereka akan bereaksi dengan berbagai cara dalam
menanggapi sinyal tersebut. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
merupakan hal yang penting karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi
pihak diluar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran,
baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi
kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan.
1.5.1.3 Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan, menurut Brigham dan Houston (2001), adalah beberapa
lembar kertas yang bertuliskan angka tetapi sangat penting juga untuk memikirkan
aktiva riil dibalik angka-angka tersebut. Informasi kuantitatif dan verbal yang
tercatat dalam laporan keuangan sama pentingnya. Laporan keuangan melaporkan
posisi perusahaan pada satu titik waktu dan kegiatan operasinya selama beberapa
Page 42
27
tahun lalu. Peramalan masa depan dari sudut pandang investor adalah inti dari
analisis keuangan yang sebenarnya. Informasi yang tercatat pada laporan tahunan
digunakan oleh investor untuk membuat ekspektasi tentang laba. Sementara itu,
dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan berguna untuk
membantu mengantisipasi kondisi masa depan, yang lebih penting lagi adalah
sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan-tindakan yang akan memperbaiki
kinerja di masa depan (Brigham dan Houston, 2010).
Analisis laporan keuangan, menurut Hery (2015), merupakan suatu proses
untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya dan menelaah
masing-masing dari unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian
dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Analisis
laporan keuangan, menurut Rudianto (2013), adalah meneliti hubungan yang ada
di antara unsur-unsur dalam laporan keuangan, dan membandingkan unsur-unsur
pada laporan keuangan tahun berjalan dengan unsur-unsur yang sama tahun yang
laluatau angka pembanding yang lain serta menjelaskan penyebab perubahannya.
Menganalisis laporan keuangan berarti menilai kinerja perusahaan, baik secara
internal maupun untuk dibandingkan dengan perusahan lain yang berada dalam
industri yang sama. Hal ini berguna bagi arah perkembangan perusahaan dengan
mengetahui seberapa efektif operasi perusahaan telah berjalan.
Analisis laporan keuangan sangat berguna tidak hanya bagi internal
perusahaan saja tetapi juga bagi investor dan pemangku kepentingan lainnya.
Analisis laporan keuangan merupakan suatu metode yang membantu para
pengambil keputusan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan
Page 43
28
melalui informasi yang didapat dari laporan keuangan. Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 menjelaskan bahwa tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan.
Analisis keuangan mempunyai tiga tujuan : (a) penafsiran informasi keuangan,
(b) penggunaan data komparatif, dan (c) analisis pasar keuangan. Pada bidang
pertama mengenai penafsiran dan pertimbangan terhadap laporan keuangan dan
data keuangan lainnya dari suatu perusahaan untuk tujuan penilaian dan proyeksi
prestasi dan nilainya. Selanjutnya pada bidang kedua, mengenai penggunaan data
komparatif merupakan bagian penting analisis keuangan karena data itu membantu
menempatkan perspektif penilaian tentang suatu perusahaan. Dan bidang terakhir
yaitu analisis pasar keuangan mengenai analisis fluktuasi harga saham di
masyarakat (Sedarmayanti, 2014).
1.5.1.4 Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan salah satu alat ukur yang sering digunakan dalam
menilai suatu perusahaan. Oleh karena itu analisis rasio disebut juga bagian dari
analisis keuangan. Rasio merupakan pedoman atau jalan pintas yang berfaedah
dalam mengevaluasi posisi dan kegiatan keuangan perusahaan dan melakukan
perbandingan dengan hasil tahun-tahun sebelumnya atau dengan perusahaan
lainnya (Harahap, 2013). Jika rasio keuangan disajikan dalam bentuk suatu daftar
untuk tahun beberapa tahun, analis dapat mempelajari komposisi perubahan-
perubahan dan menetapkan apakah telah terdapat suatu perbaikan atau bahkan
Page 44
29
sebaliknya di dalam kondisi keuangan dan prestasi perusahaan selama jangka
waktu tersebut didukung dengan perbandingan rasio keuangan perusahaan sejenis
maka analis dapat memberikan pertimbangan yang realistis.
Meramalkan masa mendatang dari sudut investor merupakan hal terpenting
dari analisis laporan keuangan sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis
laporan keuangan berguna sebagai cara untuk mengantisipasi keadaan dimasa
mendatang dan lebih penting sebagai titik tolak bagi tindakan perencanaan yang
akan mempengaruhi jalannya kejadian di masa mendatang (Brigham dan Houston,
2010). Analisis rasio, menurut Hery (2015), adalah analisis yang dilakukan dengan
menghubungkan berbagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk
rasio keuangan.
Jenis-jenis rasio keuangan yaitu :
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas, menurut Fahmi (2013), merupakan kemampuan suatu
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara lancar dan tepat
waktu. Rasio likuiditas secara umum ada dua yaitu :
1) Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan ukuran yang umum
digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan
memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo.
2) Rasio Sangat Lancar atau Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test
Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo
dengan menggunakan aset sangat lancar (kas+sekuritas jangka
Page 45
30
pendek+piutang) tanpa memperhitungkan persediaan barang dagang
dan asset lancer lainnya.
b. Rasio Solvabilitas atau Rasio Struktur Modal atau Rasio Leverage
Rasio Solvabilitas atau Rasio Struktur Modal atau Rasio Leverage,
menurut Harjito dan Martono (2010), merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajibannya. Rasio ini mengukur seberapa banyak perusahaan
menggunakan dana dari hutang. Rasio ini terdiri atas :
1) Rasio Utang (Debt Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perbandingan antara total utang dengan total asset. Rasio ini
juga sering dinamakan sebagai rasio utang terhadap asset (Debt to
Asset Ratio).
2) Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang
dengan total ekuitas.
3) Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas (Long Term Debt to
Equity Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara utang jangka panjang dengan total ekuitas.
4) Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan (Times Interest Earned Ratio)
merupakan rasio yang menunjukkan (sejauh mana atau berapa kali)
kemmapuan perusahaan dalam membayar bunga. Kemampuan
perusahaan di sini diukur dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak.
Page 46
31
5) Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban (Operating Income to
Liabilities Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan (sejauh mana
atau berapa kali) kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh
kewajiban. Kemampuan perusahaan di sini diukur dari jumlah laba
operasional.
c. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas, menurut Hery (2015), merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi atas pemanfaatan sumber daya yang
dimiliki perusahaan, atau untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Rasio aktivitas terdiri atas :
1) Perputaran Piutang Usaha (Accounts Receivable Turn Over)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama
penagihan piutang usaha atau beberapa kali dan yang tertanam
dalam piutang usaha akan berputar dalam satu tahun .
2) Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam
persediaan akan berputar dalam satu tahun .
3) Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over) merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan modal kerja (aset
lancar) yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan.
4) Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnover) merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur keefektifan asset tetap yang
dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan.
Page 47
32
5) Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover) merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur berapa jumlah penjualan yang
akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total
asset.
d. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas, menurut Kasmir (2012), merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio
profitabilitas, menurut Hery (2015), merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menghasikan laba. Rasio ini dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Rasio Tingkat Pengembalian atas
Investasi dan Rasio Kinerja Operasi. Rasio tingkat pengembalian atas
investasi adalah rasio yang digunakan untuk menilai kompensasi finansial
atas penggunaan aset atau ekuitas terhadap laba bersih/laba setelah bunga
dan pajak. Rasio ini terdiri atas :
1) Hasil Pengembalian atas Aset (Return On Assets) merupakan rasio
yang menunjukkan hasil (return) atas penggunaan asset perusahaan
dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan
untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
2) Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity) merupakan rasio
yang menunjukkan hasil (return) atas penggunaan ekuitas perusahaan
dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan
Page 48
33
untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas.
Rasio Kinerja Operasi adalah rasio yang digunakan untuk mengevaluasi
margin laba dari aktivitas operasi (penjualan). Rasio ini terdiri atas :
1) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba kotor atas
penjualan bersih.
2) Margin Laba Operasional (Operating Profit Margin) merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba operasional
atas penjualan bersih.
3) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba bersih atas
penjualan bersih.
e. Rasio Penilaian atau Rasio Ukuran Pasar
Rasio Penilaian atau Rasio Ukuran Pasar, menurut Hery (2015),
merupakan rasio yang digunakan untuk mengestimasi nilai intrinsik
perusahaan/nilai saham. Rasio ini terdiri atas :
1) Laba Per Lembar Saham Biasa (Earnings Per Share) merupakan rasio
untk mengukur keberhasilan manajemen perusahaan dalam
memberikan keuntungan bagi pemegang saham biasa. Rasio ini
menunjukkan keterkaitan antara jumlah laba bersih dengan bagian
kepemilikan pemegang saham dalam perusahaan investee.
Page 49
34
2) Rasio Harga terhadap Laba (Price Earnings Ratio) merupakan rasio
yang menunjukkan hasil perbandingan antara harga pasar per lembar
saham dengan laba per lembar saham. Melalui rasio ini, harga saham
sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh
emiten tersebut dalam setahun. Dengan mengetahui besaran PER
tersebut, calon investor potensial dapat mengetahaui apakah haga
saham tergolong wajar atau tidak sesuai kondisi saat ini dan bukannya
berdasarkan pada perkiraan masa mendatang.
3) Imbal Hasil Dividen (Dividend Yield) merupakan rasio yang
menunjukkan hasil perbandingan antara dividen tunai per lembar
saham dengan harga pasar per lembar saham. Rasio ini digunakan
untuk mengukur return (imbal hasil) atas investasi saham.
4) Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio) merupakan rasio
yang menunjukkan hasil perbandingan antara dividen tunai per lembar
saham dengan laba per lembar saham. Rasio ini menggambarkan
jumlah laba dari setiap lembar saham yang dialokasikan dalam bentuk
dividen.
5) Rasio Harga terhadap Nilai Buku (Price Book Value Ratio) merupakan
rasio yang menunjukkan hasil perbandingan antara harga pasar per
lembar saham dengan nilai buku per lembar saham. Rasio ini digunakan
untuk mengukur tingkat harga saham apakah overvalued atau
undervalued. Semakin rendah nilai Price Book Value (PBV) suatu
saham maka saham tersebut dikategorikan undervalued, di mana sangat
Page 50
35
baik untuk investasi jangka panjang. Namun rendahnya nilai Price
Book Value (PBV) juga dapat mengindikasi menurunnya kualitas dan
kinerja fundamental emiten. Oleh sebab itu, nilai Price Book Value
(PBV) juga harus dibandingkan dengan Price Book Value (PBV) saham
emiten lain dalam industri yang sama.
1.5.1.5 Current Ratio (CR)
Rasio likuiditas, menurut Weston (2008), merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang)
jangka pendek. Rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo,
baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di
dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Rasio likuiditas, menurut Gill (2004),
menyebutkan mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan
atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan dan seluruh
kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo.
Likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan Current Ratio (CR).
Current Ratio (CR), menurut Kasmir (2012), merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain,
seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka
pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar atau yang biasa disebut Current
Ratio, menurut Hery (2015), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
Page 51
36
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang
segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia.
Rumus untuk mencari Current Ratio (CR) menurut Kasmir (2012) adalah
Current Ratio = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠) x 100%
Current Ratio (CR) yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya
masalah dalam likuiditas namun suatu perusahaan yang memiliki Current Ratio
(CR) terlalu tinggi juga kurang bagus karena menunjukkan banyaknya dana
menganggur. Nilai Current Ratio (CR) yang terlalu tinggi dapat mengindikasi
adanya penimbunan kas, banyak piutang tidak tertagih, penumpukan persediaan.
Bagi para pemegang saham situasi tersebut dianggap tidak baik atau dalam artian
para manajer perusahaan tidak mendayagunakan aktiva lancar secara baik dan
efektif. Bagi perusahaan penghasil jasa maka angka 100% dikatakan sudah
mencukupi (Fahmi, 2013).
1.5.1.6 Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio solvabilitas atau rasio leverage, menurut Kasmir (2012) merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan
utang. Rasio solvabilitas memiliki implikasi yaitu kreditor memandang jumlah
ekuitas debitur sebagai margin keamanan atau yang disebut safety margin (Weston,
2008). Apabila jumlah modal perusahaan debitur kecil, maka berarti bahwa kreditor
akan menanggung resiko yang besar. Jika laba naik, pemegang utang terus
menerima pembayaran bunga tetap saja jadi semua keuntungan menjadi milik
pemegang saham kemudian hal sebaliknya terjadi ketika laba turun (Myers, 2007).
Page 52
37
Oleh karena itu utang meningkatkan pengembalian bagi pemegang saham dalam
masa-masa baik dan menguranginya pada masa-masa buruk.
Solvabilitas atau leverage dalam penelitian ini diproksikan dengan Debt to
Equity Ratio (DER). Rasio utang terhadap modal atau disebut juga Debt to Equity
Ratio (DER), menurut Hery (2015), merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal. Rasio ini dihitung sebagai hasil
bagi antara total utang dengan modal. Debt to Equity Ratio (DER), menurut Kasmir
(2012), merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.
Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang
lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana
yang disediakan peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain,
rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
untuk jaminan utang.
Rumus untuk mencari Debt to Equity Ratio (DER) menurut Kasmir (2012) adalah
Debt to Equity Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 (𝐷𝑒𝑏𝑡)
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 (𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦)
1.5.1.7 Return On Investment (ROI)
Profitabilitas, menurut Sartono (2012), adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun
modal sendiri. Semakin baik pertumbuhan profitabilitas perusahaan berarti prospek
perusahaan di masa depan dinilai semakin baik, artinya nilai perusahaan juga akan
dinilai semakin baik di mata investor. Apabila kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dalam jangka panjang meningkat maka nilai perusahaan juga
akan meningkat dan akan tercermin pada harga sahamnya.
Page 53
38
Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Return On Investment
(ROI). Return On Investment (ROI) atau Return On Total Assets, menurut Kasmir
(2012), merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan. Return On Investment (ROI) atau pengembalian
investasi bahwa di beberapa referensi lainnya rasio ini juga ditulis dengan Return
On Total Assets (ROA) melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan
mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan
(Fahmi, 2013). Return On Assets (ROA), menurut Hery (2015), merupakan rasio
yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih.
Rumus untuk mencari Return On Investment (ROI) menurut Kasmir (2012) adalah
Return On Investment =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑥 100%
Penggunaan indikator ini mengukur tingkat kemampuan perusahaan secara
keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva
yang tersedia di dalam perusahaan (Syamsudin, 2011). Rasio ini menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah
aset yang digunakan (Rudianto, 2013). Semakin tinggi tingkat keuntungan yang
didapat maka akan mendorong kenaikan harga saham yang karena permintaan yang
terjadi.
1.5.1.8 Price Book Value (PBV)
Nilai perusahaan, menurut Brigham dan Houston (2010), adalah suatu
bentuk kepercayaan masyarakat terhadap suatu perusahaan dengan menanamkan
modal saham pada perusahaan tersebut yang berdampak pada meningkatnya
Page 54
39
harga saham pada perusahaan tersebut. Menurut Signalling theory, nilai
perusahaan dipengaruhi oleh peluang investasi dimana keputusan investasi
yang tepat merupakan sinyal positif terhadap prospek perusahaan di masa
mendatang, salah satu indikatornya adalah meningkatkanya harga saham.
Rasio nilai pasar/nilai buku, menurut Brigham dan Houston (2010), adalah
rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai bukunya. Rasio harga pasar suatu
saham terhadap nilai bukunya memberikan indikasi pandangan investor atas
perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor dijual dengan rasio
nilai buku yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan pengembalian
yang rendah.
Nilai perusahaan dapat sebagai indikator kemakmuran para pemilik atau
pemegang saham, dengan kata lain menigkatnya harga saham adalah
indikator tingginya kepercayan pasar terhadap kinerja perusahaan
(Sukirni, 2012). Nilai perusahaan, menurut Husnan (2013), didefinisikan
sebagai nilai pasar dari suatu perusahaan apabila perusahaan tersebut dijual.
Price Book Value (PBV) yang rendah menunjukkan harga sahamnya murah,
jika posisi harga saham berada dibawah book value ada kecenderungan harga
saham tersebut akan menuju keseimbangan minimal sama dengan nilai
bukunya. Hal ini berarti harga saham itu berpotensi lebih besar untuk naik,
sehingga return yang diterima akan meningkat. Base Price (harga dasar) yaitu
harga perdana dari suatu saham dan Market Price (harga pasar) yaitu harga
penutup (closing price) dari suatu saham jadi harga pasar ini lah yang
menentukan naik turunnya suatu saham. Pada penelitian ini harga saham yang
Page 55
40
digunakan adalah harga penutupan (closing price). Pertama menghitung nilai
buku per saham menurut
Book Value = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
Selanjutnya, untuk mencari Price Book Value (PBV) menurut Brigham dan
Houston (2010)
Price Book Value = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
1.5.1.9 Harga Saham
Harga saham, menurut Hartono (2010), adalah harga suatu saham di pasar
bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh mekanisme pasar berupa permintaan
dan penawaran saham tersebut. Harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi
investor terhadap faktor-faktor earning, aliran kas dan tingkat return yang
diisyaratkan investor. Harga saham turut mencerminkan penilaian investor terhadap
keberhasilan perusahaan di masa depan yang mana berpengaruh pada nilai
perusahaan (Brigham dan Houston, 2010). Harga saham berubah dari waktu ke
waktu seiring dengan perubahan kondisi dan informasi baru yang diperoleh investor
tentang prospek perusahaan. Harga pasar saham juga menunjukkan nilai dari
perusahaan itu sendiri. Semakin tinggi nilai dari harga pasar saham suatu
perusahaan, maka investor akan tertarik menjual sahamnya.
Ada dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan harga
saham (Hartono, 2013) :
a) Analisis Teknikal (Technical Analysis), yaitu menentukan harga saham
dengan menggunakan data pasar dari saham misalnya harga saham,
Page 56
41
volume transaksi saham dan indeks pasar.
b) Analisis Fundamental (Fundamental Analysis) atau Analisis Perusahaan
(Company Analysis), yaitu menentukan harga saham dengan
menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan
perusahaan misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan, pertumbuhan
dan prospek perusahaan dan kondisi industri perusahaan. Jika terjadi
perbaikan prestasi kondisi fundamental perusahaan (kinerja keuangan dan
operasional perusahaan), biasanya diikuti dengan kenaikan harga saham di
lantai bursa. Hal ini disebabkan karena investor mempunyai ekspektasi
yang lebih besar dalam jangka panjang. Informasi tentang perbaikan atau
penurunan prestasi biasanya diketahui setelah laporan keuangan
dikeluarkan.
Investor menyukai pengembalian yang tinggi. Dengan demikian, makin besar
laba yang diharapkan maka makin tinggi harga saham. Perubahan tersebut
tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran, apabila suatu saham
mengalami kelebihan permintaan, maka harga cenderung naik. Sebaliknya jika
terjadi kelebihan penawaran, maka harga saham cenderung turun. Saham dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha)
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal
tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim (hak tagih) atas pendapatan
perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). (www.idx.co.id)
Page 57
42
1.5.2 Tinjauan Empiris
Penelitian ini bertujuan menggali wacana peneliti terdahulu sebagai proses
menjelaskan variabel-variabel di dalam penelitian ini. Terdapat beberapa penelitian
di kalangan akademis yang menjadi acuan atau referensi pada penelitian ini antara
lain sebagai berikut :
1) Penelitian Pandansari (2012)
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-fakor
fundamental yang mempengaruhi harga saham. Adapun faktor fundamental
yang dipakai dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang terdiri dari
Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Book Value Per Share
(BVS). Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah purposive
sampling method. Dari populasi sebanyak 133 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia diambil 36 perusahaan. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan
terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas data,
multikolonieritas, heteroskedastisitas, dan uji linearitas model. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa ROA, DER, BVS secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil analisis secara parsial
faktor fundamental Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan
Book Value Per Share (BVS) memiliki pengaruh positif terhadap harga saham.
2) Penelitian Dewi dan Suaryana (2013)
Penelitian ini menerapkan kriteria tertentu dalam menentukan sampel yang
sering disebut dengan purposive sampling. Penelitian ini mendapatkan 15
Page 58
43
perusahaan emiten yang bergerak di Food and Beverage teregister di BEI
dengan tahun pengamatan pada 2009-2011. Regresi linear berganda digunakan
dalam penelitian ini untuk menjawab permasalahan pokok penelitian.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengaruh EPS, PBV terhadap harga
saham adalah signifikan positif, sedangkan pengaruh DER terhadap harga
saham adalah signifikan negatif pada perusahaan Food and Beverage yang
teregister di BEI dengan tahun pengamatan pada 2009-2011. Ketiga variabel
independen yang digunakan pada penelitian ini EPS, DER, dan PBV bersama-
sama berpengaruh signifikan bagi harga saham.
3) Penelitian Manoppo dan Arie (2016)
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang
sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan juga tinggi. Harga saham merupakan harga yang terjadi pada saat
saham di perdagangkan di pasar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
nilai perusahaan, dalam penelitian ini hanya meneliti struktur modal , ukuran
perusahaan dan profitabilitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh dari struktur modal (DER), ukuran perusahaan (Total Asset) dan
profitabilitas (ROI, NPM dan ROE) terhadap nilai perusahaan. Sampel
penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2011-
2014 dengan jumlah 10 perusahaan dengan menggunakan metode purposive
sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier
berganda dengan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan
struktur modal, ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh secara
Page 59
44
bersama terhadap nilai perusahaan. Struktur modal dan profitabilitas yang
diukur dengan ROI berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan ukuran
perusahaan dan profitabilitas yang diukur dengan NPM dan ROE tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
4) Penelitian Hasania, Murni, dan Mandagie (2016)
Tujuan penelitian adalah untuk menguji pengaruh Current Ratio (CR), ukuran
perusahaan, struktur modal, dan ROE terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014
baik secara parsial maupun simultan. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011-2014. Sampel sebanyak 9 perusahaan. Analisis data menggunakan
analisis regresi berganda, uji t, uji F dan analisis koefisien determinasi (R2).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat dibuat
kesimpulan Current Ratio (CR) berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan. ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. struktur modal berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan. ROE berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Dan secara simultan CR, ukuran perusahaan, struktur modal, dan ROE
berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
5) Penelitian Zaki, Islahuddin, Shabri (2017)
Tujuan penelitian adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh
profitabilitas, leverage keuangan, dan ukuran perusahaan terhadap harga
saham pada beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Page 60
45
Indonesia selama tahun 2005-2014, baik secara simultan maupun parsial.
Dalam studi ini, ada 69 perusahaan manufaktur yang diteliti dan metode
sampling yang dipilih adalah purposive sampling. Data dianalisis dengan
menggunakan model regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Ukuran
Perusahaan (UP) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham
secara simultan. Kemudian, berdasarkan analisis parsial bahwa ROA dan UP
berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan DER
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.
6) Penelitian Hamidah dan Umdiana (2017)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas dan invest-
ment opportunity set (ios) terhadap nilai perusahaan dengan harga saham
sebagai variabel intervening pada perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis jalur dengan
bantuan SPSS versi 20. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 38 perusahaan
dan diambil sampel sebanyak 21 perusahaan dengan menggunakan metode
purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder berupa laporan tahunan dan keuangan dari tahun 2010-2014 yang
diambil melalui situs www.idx.co.id. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa: 1) Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham, 2) Investment opportunity set (ios) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap harga saham, 3) Profitabilitas berpengaruh positif dan
Page 61
46
signifikan terhadap nilai perusahaan, 4) Investment opportunity set (ios)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, 5) Harga saham
tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, 6) Harga saham tidak
dapat memediasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan, 7) Harga
saham tidak dapat memediasi pengaruh investment opportunity set (ios)
terhadap nilai perusahaan.
7) Penelitian Purwohandoko (2017)
Tujuan penelitian adalah untuk menguji pengaruh ukuran, pertumbuhan, dan
profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan struktur modal sebagai
mediator. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pertanian yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 hingga 2014. Populasi penelitian ini
adalah perusahaan pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2011-2014
dengan sampel 14 perusahaan, menggunakan metode purposive sampling. Data
dianalisis menggunakan smartpal, karena penelitian ini menambahkan struktur
modal sebagai variabel mediator. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh pada
struktur modal. Profitabilitas secara negatif mempengaruhi struktur modal.
8) Penelitian Megawati (2018)
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap
harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama tahun 2012-2016, baik secara parsial maupun
simultan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan telekomunikasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012 sampai 2016. Sampel
Page 62
47
penelitian sebanyak 5 perusahaan telekomunikasi yang diperoleh dengan
teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan regresi data panel dengan model
yang terpilih adalah fixed effect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
parsial variabel CR, NPM, dan TATO berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham, sedangkan variabel DR dan PER berpengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap harga saham. Secara simultan variabel CR,
DR, NPM, TATO dan PER berpengaruh terhadap harga saham. Nilai adjusted
R-squared dalam penelitian ini sebesar 0,9192 yang artinya kemampuan
variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat sebesar 91,92%
sedangkan sisanya sebesar 8,08% dijelaskan oleh variabel bebas lain diluar
model.
9) Penelitian Putri (2018)
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh earnings per
share (EPS) dan nilai buku harga (PBV) secara simultan dan parsial terhadap
harga saham di industri ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2013-2016. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 8
industri ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesiatahun 2013-2016. Metode
yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Alat analisis yang
digunakan dalam ini penelitian adalah analisis regresi linier berganda, uji
asumsi klasik (normalitas, multikolinearitas, hetoroscedasicity, dan
autocorrelation) dan koefisien determinasi. Berdasarkan hasil multipleanalisis
regresi linier menunjukkan persamaan Log Y = 2,244 + Log 0,528EPS - Log
Page 63
48
0,018PBV + e, dengan F nilai uji 5,153. Nilai t test untuk earning per share
(EPS) sebesar 3,159 dan nilai T test untuk price book nilai (PBV) sebesar
0,113. Nilai R Square 26,2%, sedangkan sisanya 73,8% menjelaskan faktor lain
di luarmodel studi. Dan nilai R 0,512. Kesimpulan dari penelitian ini
menunjukkan bahwa secara bersamaan variabel EPS dan PBV berpengaruh
terhadap harga saham. Secara parsial PBV tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap harga saham dan EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel harga saham.
Tabel 1.6 Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan sejumlah penelitian terdahulu yang digunakan dalam
penelitian ini :
No. Peneliti Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Fillya Arum
Pandansari
(2012)
Analisis Faktor
Fundamental
Terhadap Harga
Saham
Kuantitatif,
Regresi
berganda
- ROA, DER, BVS secara
simultan berpengaruh signifikan
terhadap harga saham
- ROA, DER, dan BVS secara
parsial berpengaruh signifikan
terhadap harga saham
2. Putu Dina
Aristya
Dewi dan
I.G.N.A.
Suaryana
(2013)
Pengaruh EPS,
DER, dan PBV
Terhadap Harga
Saham
Kuantitatif,
Regresi
berganda
- EPS, DER, dan PBV bersama-
sama berpengaruh signifikan
bagi harga saham
- Secara parsial pengaruh EPS,
PBV terhadap harga saham
adalah signifikan sedangkan
pengaruh DER terhadap harga
saham adalah signifikan
Page 64
49
3. H.
Manoppo.
dan F.V.
Arie.
(2016)
Pengaruh
Struktur Modal,
Ukuran
Perusahaan dan
Profitabilitas
Terhadap Nilai
Perusahaan
Kuantitatif,
Regresi
berganda
- Struktur Modal, ukuran
perusahaan dan profitabilitas
secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Nilai
Perusahaan
- Struktur Modal berpengaruh
signifikan terhadap Nilai
Perusahaan
Ukuran Perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Nilai Perusahaan
- Profitabilitas yang diukur
menggunakan ROI dan NPM
berpengaruh signifikan terhadap
Nilai Perusahaan sedangkan
ROE tidak berpengaruh
signifikan terhadap Nilai
Perusahaan
4. Zuhria
Hasania, Sri
Murni , dan
Yunita
Mandagie
(2016)
Pengaruh
Current Ratio,
Ukuran
Perusahaan
Struktur Modal,
Dan ROE
Terhadap Nilai
Perusahaan
Kuantitatif,
Regresi
berganda
- Secara simultan CR, Ukuran
Perusahaan, Struktur Modal,
dan ROE berpengaruh secara
signifikan terhadap Nilai
Perusahaan.
- Secara parsial variabel Current
Ratio (CR), struktur modaldan
ROE berpengaruh secara
signifikan terhadap Nilai
Perusahaan. Variabel Ukuran
Perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap Nilai
Perusahaan.
Page 65
50
5. Muhammad
Zaki,
Islahuddin,
dan M.
Shabri
(2017)
Pengaruh
Profitabilitas,
Leverage
Keuangan Dan
Ukuran
Perusahaan
Terhadap Harga
Saham
Kuantitatif,
Regresi
Berganda
- ROA, DER dan Ukuran
Perusahaan (UP) berpengaruh
signifikan terhadap harga saham
secara simultan
- Secara parsial ROA dan UP
berpengaruh signifikan terhadap
harga saham, sedangkan DER
tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan
6. Ghina
Hamidah
dan Nana
Umdiana
(2017)
Pengaruh
Profitabilitas
dan Investment
Opportunity Set
(IOS) Terhadap
Nilai Perusahaan
Dengan Harga
Saham Sebagai
Variabel
Intervening
Kuantitatif,
Path
analysis
- Profitabilitas dan Investment
Opportunity Set (IOS)
berpengaruh signifikan terhadap
harga saham.
- Profitabilitas dan Investment
Opportunity Set (IOS)
berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan.
- Harga saham tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
- Harga saham tidak dapat
memediasi pengaruh
profitabilitas dan Investment
Opportunity Set (IOS) terhadap
nilai perusahaan.
7. Puwohan-
doko
(2017)
The Influence of
Firm’s Size,
Growth, and
Profitability on
Firm Value with
Capital
Structure as the
Mediator
Kuantitatif,
Path
Analysis
(PLS)
- Ukuran perusahaan dan
pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh pada struktur
modal.
- Profitabilitas secara negatif
mempengaruhi struktur modal.
Page 66
51
8. Salma Bela
Megawati
(2018)
Pengaruh Rasio
Keuangan
Terhadap Harga
Saham
Kuantitatif,
Regresi
berganda
(data panel)
- Secara simultan variabel CR,
DR, NPM, TATO dan PER
berpengaruh terhadap harga
saham
- Secara parsial variabel CR,
NPM, dan TATO berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
harga saham
9. Hana
Tamara
Putri (2018)
Pengaruh
Earning Per
Share (EPS) dan
Price Book
Value (PBV)
Terhadap Harga
Saham
Kuantitatif,
Regresi
berganda
- EPS dan PBV memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham secara
simultan
- Secara parsial bahwa EPS
memiliki pengaruh signifikan
dan PBV tidak memiliki
pengaruh signifikan
Berdasarkan Tabel 1.6 tersebut maka dapat dijelaskan perbedaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini menggunakan variabel
intervening dengan teknik analisis jalur (path analysis) untuk menguji pengaruh
tidak langsung serta menggunakan alat analisis PLS. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui secara parsial pengaruh Likuiditas dari Current Ratio (CR),
Solvabilitas dari Debt to Equity Ratio (DER), Profitabilitas dari Return On
Investment (ROI) terhadap Harga Saham dengan Nilai Perusahaan dari Price Book
Value (PBV) sebagai variabel intervening. Objek studi yang digunakan juga
berbeda, pada penelitian ini menggunakan studi pada perusahaan jasa sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan
tahun penelitian 2011-2017.
Page 67
52
1.6 Pengaruh Antar Variabel
1.6.1 Pengaruh Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan
Current Ratio (CR), menurut Sudana (2011), merupakan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang
dimiliki. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat Current
Ratio (CR) maka baik bagi perusahaan. Bagi investor justru akan membahayakan
karena nilai yang terlalu tinggi dianggap jika perusahaan tersebut tidak
mendayagunakan aktivanya dengan baik.
Current Ratio (CR) yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya
masalah dalam likuiditas namun suatu perusahaan yang memiliki Current Ratio
(CR) terlalu tinggi juga kurang bagus karena menunjukkan banyaknya dana
menganggur. Nilai Current Ratio (CR) yang terlalu tinggi dapat mengindikasi
adanya penimbunan kas, banyak piutang tidak tertagih, penumpukan persediaan.
Bagi para pemegang saham situasi tersebut dianggap tidak baik atau dalam artian
para manajer perusahaan tidak mendayagunakan aktiva lancar secara baik dan
efektif dan berpengaruh pada nilai perusahaan (Fahmi, 2013).
Tingkat likuiditas yang tinggi memperkecil kegagalan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban finansial jangka pendek kepada kreditur dan berlaku pula
sebaliknya. Tinggi rendahnya rasio ini akan mempengaruhi minat investor
(Hasania, Murni dan Mandagie, 2016). Tingkat likuiditas yang tinggi, maka pasar
akan menaruh kepercayaan terhadap perusahaan, bahwa perusahaan tersebut dapat
menjaga tingkat likuiditasnya, yang artinya perusahaan tersebut memiliki kinerja
yang baik (Wulandari, 2013). Hasil penelitian Hasania, Murni dan Mandagie (2016)
Page 68
53
menyimpulkan bahwa CR memiliki pengaruh positif terhadap PBV sedangkan
menurut penelitian Wulandari (2013) menyatakan bahwa CR tidak berpengaruh
signifikan terhadap PBV.
H1 : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
1.6.2 Pengaruh Solvabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Debt to Equity Ratio (DER), menurut Kasmir (2012), merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Dengan kata lain, Debt to Equity
Ratio (DER) merupakan perhitungan antara total utang dengan dengan modal.
Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian dari setiap rupiah modal yang
dijadikan sebagai jaminan utang.
Tingkat Debt to Equity Ratio (DER) yang rendah memberikan sinyal positif
bagi investor terhadap penilaian perusahaan di mana tingginya tingkat pendanaan
debitur yang berasal dari modal pemilik itu sendiri. Namun peningkatan hutang
juga bisa mendorong meningkatkan nilai perusahaan selama perusahaan mampu
menyeimbangkan manfaat dan biaya yang ditimbulkan akibat hutang. Debt to
Equity Ratio (DER) yang tinggi diikuti dengan pengelolaan yang baik juga
memungkinkan untuk meningkatkan profit (Fahmi, 2013).
Teori struktur modal yang menyatakan bahwa sepanjang perusahaan mampu
menyeimbangkan manfaat dan biaya yang ditimbulkan akibat hutang tidak menjadi
masalah. Dengan demikian DER yang tinggi tetapi diikuti dengan pengelolaan yang
baik dapat meningkatkan profit (Mannopo dan Arie, 2016). Hasil penelitian
Hasania, Murni, dan Mandagie (2016) dan Mannopo dan Arie (2016)
menyimpulkan bahwa DER memiliki pengaruh signifikan terhadap PBV namun
Page 69
54
hasil ini bertolak belakang dengan penelitian Sukoco (2013) menyimpulkan bahwa,
DER tidak berpengaruh signifikan terhadap PBV.
H2 : Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
1.6.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Return On Investment (ROI) atau Return On Total Assets, menurut Kasmir
(2012), merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan. Return On Investment (ROI) merupakan salah satu
rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan
investasi yang ditanamkan dalam total asset yang digunakan untuk memperoleh
keuntungan. Nilai ROI yang tinggi akan memberikan sinyal positif bagi investor
bahwa perusahaan menghasilkan dalam kondisi yang menguntungkan. Nilai rasio
yang tinggi menjadi daya tarik investor untuk memiliki saham perusahaan, sehingga
akan meningkatkan nilai perusahaan.
Hasil penelitian Ayuningtyas dan Kurnia (2013) menemukan bukti bahwa,
profitabilitas yang diukur dengan ROI berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan. Semakin baik pertumbuhan profitabilitas perusahaan berarti prospek
perusahaan di masa depan dinilai semakin baik, artinya nilai perusahaan juga akan
dinilai semakin baik di mata investor. Apabila kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dalam jangka panjang meningkat maka nilai perusahaan juga
akan meningkat (Ayuningtyas dan Kurnia, 2013).
Nilai ROI yang tinggi akan memberikan sinyal positif bagi investor bahwa
perusahaan menghasilkan dalam kondisi yang menguntungkan. Hal ini menjadi
daya tarik investor untuk memiliki saham perusahaan, sehingga akan meningkatkan
Page 70
55
nilai perusahaan (Hamidah dan Umdiana, 2017). Profitabilitas yang semakin
meningkat maka nilai perusahaan tersebut juga akan meningkat (Mannopo dan
Arie, 2016). ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen
dalam mengelola investasinya. Semakin kecil rasio ini semakin kurang baik,
demikian pula dengan sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur
efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Hasil penelitian Hamidah dan
Umdiana (2017) dan Mannopo dan Arie (2016) menyimpulkan bahwa, ROI
memiliki pengaruh signifikan terhadap PBV sedangkan menurut penelitian
Hermawati, Paramita dan Oemar (2018) menyatakan bahwa ROI tidak berpengaruh
signifikan terhadap PBV.
H3 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan
1.6.4 Pengaruh Likuiditas Terhadap Harga Saham
Current Ratio (CR), menurut Kasmir (2012), merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Current Ratio (CR)
merupakan ukuran yang digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek
dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan (Megawati, 2018). Current Ratio
(CR) yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam
likuiditas namun suatu perusahaan yang memiliki Current Ratio (CR) terlalu tinggi
juga kurang bagus karena menunjukkan banyaknya dana menganggur. Nilai
Current Ratio (CR) yang terlalu tinggi dapat mengindikasi adanya penimbunan kas,
banyak piutang tidak tertagih, penumpukan persediaan. Bagi para pemegang saham
situasi tersebut dianggap tidak baik atau dalam artian para manajer perusahaan tidak
Page 71
56
mendayagunakan aktiva lancar secara baik dan efektif. Semakin tinggi tingkat
Current Ratio (CR) maka akan berpengaruh baik terhadap kinerja keuangan
perusahaan serta harga saham perusahaan (Fahmi, 2013).
Manajemen perusahaan berusaha untuk menjaga kondisi likuiditas perusahaan
yang sehat dan terpenuhi secara tepat waktu. Hal ini dilakukan dengan maksud
untuk memberi reaksi kepada para calon investor dan para pemegang saham
khususnya bahwa kondisi perusahaan berada dalam kondisi aman dan stabil maka
harga saham perusahaan juga cenderung stabil dan bahkan diharapkan mengalami
kenaikan (Fahmi, 2013).
Berdasarkan pengertian Current Ratio (CR) menunjukkan bahwa semakin
tinggi maka akan berpengaruh baik terhadap kinerja keuangan perusahaan serta
harga saham perusahaan (Megawati, 2018). CR yang tinggi akan menimbulkan
kepercayaan investor untuk menginvestasikan modalnya ke perusahaan. Karena
perusahaan dinilai memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban
jangka pendeknya, sehingga dapat meningkatkan permintaan saham perusahaan
tersebut (Anshari, 2016). Hasil penelitian Megawati (2018) menyimpulkan bahwa
CR memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan Anshari (2016)
menyimpulkan bahwa CR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
H4 : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
1.6.5 Pengaruh Solvabilitas Terhadap Harga Saham
Debt to Equity Ratio (DER), menurut Kasmir (2012), merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio leverage menunjukkan
seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh pihak luar dengan kemampuan perusahaan
Page 72
57
yang digambarkan oleh modal (Zaki, Islahuddin dan Shabri, 2017). Rasio ini
berhubungan dengan keputusan pendanaan dimana perusahaan lebih memilih
pembiayaan hutang dibandingkan modal sendiri.
Rasio Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan persentase penyediaan dana
oleh pemegang saham kepada pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin
rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Rasio yang
tinggi menunjukkan komposisi tingkat utang semakin besar apabila dibandingkan
dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan berdampak pada semakin besar
pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal. Semakin besar nilai leverage,
struktur permodalan usaha relatif lebih banyak memanfaatkan hutang terhadap
ekuitas.
Analisis leverage yang menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) dapat dilihat
proporsi penggunaan hutang yang semakin besar menjadi resiko bagi investor dan
dapat menurunkan harga saham. Pengukuran leverage keuangan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini menunjukkan
persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman.
Semakin tinggi nilai Debt to Equity Ratio (DER) maka semakin besar resiko
keuangannya bagi pemegang saham. Penambahan hutang bisa memperbesar resiko
perusahaan dan semakin besar hutang maka cenderung menurunkan harga saham.
Keseimbangan antara tingkat resiko dan pengembalian sangat diharapkan untuk
memaksimumkan harga saham (Fahmi, 2013).
Nilai DER yang tinggi menandakan jika perusahaan memiliki resiko yang
tinggi sehingga cenderung lebih dihindari oleh para investor dan mengakibatkan
Page 73
58
permintaan saham menurun dan memicu penurunan harga saham (Dewi dan
Suaryana, 2013). Hasil penelitian Zaki , Islahuddin dan Shabri (2017) menunjukkan
bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan
menurut penelitian Dewi dan Suaryana (2013) dan juga Pandansari (2012)
menyimpulkan bahwa DER memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.
H5 : Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
1.6.6 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham
Return On Investment (ROI) atau Return On Total Assets, menurut Kasmir
(2012), merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan. Return On Investment (ROI) merupakan salah satu
rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan
investasi yang ditanamkan dalam total asset yang digunakan untuk memperoleh
keuntungan (Hamidah dan Umdiana, 2017).
Nilai Return On Investment (ROI) yang tinggi akan memberikan sinyal positif
bagi investor bahwa perusahaan menghasilkan dalam kondisi yang
menguntungkan. Hal ini menjadi daya tarik investor untuk memiliki saham
perusahaan sehingga akan meningkatkan permintaan dan mendorong kenaikan
harga saham. Semakin baik pertumbuhan profitabilitas perusahaan berarti prospek
perusahaan di masa depan dinilai semakin baik, artinya nilai perusahaan juga akan
dinilai semakin baik di mata investor. Apabila kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dalam jangka panjang meningkat maka akan tercermin pada
harga sahamnya.
Page 74
59
Perusahaan yang memiliki ROA yang tinggi akan menarik investor untuk
menanamkan modalnya karena dianggap berhasil menghasilkan laba yang tinggi
dan akan berdampak pada dividen yang akan diterima oleh investor. Semakin
banyak yang tertarik terhadap kinerja perusahaan tersebut, maka permintaan
terhadap saham perusahaan tersebut akan meningkat, dan harga saham perusahaan
juga menjadi naik (Zaki, Islahudin dan Shabri, 2017). Nilai ROI yang tinggi akan
memberikan sinyal positif bagi investor bahwa perusahaan menghasilkan dalam
kondisi yang menguntungkan. Hal ini menjadi daya tarik investor untuk memiliki
saham perusahaan dan akan meningkatkan harga saham (Hamidah dan Umdiana,
2017).
Hasil penelitian Pandansari (2012) menunjukkan ROI berpengaruh positif
terhadap harga saham. Hamidah dan Umdiana (2017) dan Zaki, Islahuddin dan
Shabri (2017) menyimpulkan bahwa ROI memiliki pengaruh signifikan terhadap
harga saham sedangkan menurut Wangarry, Poputra dan Runtu (2015) yang
menyatakan bahwa ROI tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
H6 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
1.6.7 Pengaruh Nilai Perusahaan Terhadap Harga Saham
Nilai perusahaan, menurut Brigham dan Houston (2010), adalah suatu ben-
tuk kepercayaan masyarakat terhadap suatu perusahaan dengan menanamkan
modal saham pada perusahaan tersebut yang berdampak pada meningkatnya
harga saham pada perusahaan tersebut. Price Book Value (PBV) yaitu salah satu
indikator utama untuk melihat apakah suatu saham mahal atau tidak. Oleh sebab itu
Price Book Value (PBV) sangat berpengaruh terhadap harga saham. Hal tersebut
Page 75
60
dapat dilihat jika nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya berarti saham
tersebut tergolong mahal (overvalued). Jika nilai pasar saham lebih rendah dari nilai
intrinsiknya berarti saham tersebut tergolong rendah (undervalued). Nilai
perusahaan dengan perhitungan Price Book Value (PBV) yang tinggi membuat
harga saham juga tinggi dan akan diikuti dengan tingginya kemakmuran pemegang
saham.
PBV mencerminkan tingkat keberhasilan manajemen perusahaan dalam
menjalankan perusahaan, mengelola sumber daya yang tercermin pada harga saham
pada akhir tahun. Semakin tinggi nilai PBV tentunya memberikan harapan para
investor untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar (Dewi dan Suaryana,
2013). Hasil penelitian Dewi dan Suaryana (2013) menyimpulkan bahwa PBV
memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan menurut Putri
(2018) menyimpulkan PBV tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
H7 : Nilai Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
1.6.8 Pengaruh Likuiditas Terhadap Harga Saham Melalui Nilai Perusahaan
Nilai Current Ratio (CR) yang terlalu tinggi dapat mengindikasi adanya
penimbunan kas, banyak piutang tidak tertagih, penumpukan persediaan. Bagi para
pemegang saham situasi tersebut dianggap tidak baik atau dalam artian para
manajer perusahaan tidak mendayagunakan aktiva lancar secara baik dan efektif.
Manajemen perusahaan berusaha untuk menjaga kondisi likuiditas perusahaan
yang sehat dan terpenuhi secara tepat waktu. Hal ini dilakukan dengan maksud
untuk memberi reaksi kepada para calon investor dan para pemegang saham
khususnya bahwa kondisi perusahaan berada dalam kondisi aman dan stabil maka
Page 76
61
harga saham perusahaan juga cenderung stabil dan bahkan diharapkan mengalami
kenaikan.
Tingkat likuiditas yang tinggi memperkecil kegagalan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban finansial jangka pendek kepada kreditur dan berlaku pula
sebaliknya. Tinggi rendahnya rasio ini akan mempengaruhi minat investor
(Hasania, Murni dan Mandagie, 2016). Tingkat likuiditas yang tinggi, maka pasar
akan menaruh kepercayaan terhadap perusahaan, bahwa perusahaan tersebut dapat
menjaga tingkat likuiditasnya, yang artinya perusahaan tersebut memiliki kinerja
yang baik (Wulandari, 2013). Semakin tinggi tingkat current ratio maka akan
berpengaruh baik terhadap kinerja keuangan perusahaan serta harga saham
perusahaan (Megawati, 2018). Hasil penelitian Megawati (2018) menyimpulkan
bahwa, CR memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian
Hasania, Murni, dan Mandagie (2016) menyimpulkan bahwa CR memiliki
pengaruh signifikan terhadap PBV. Dari penelitian tersebut maka PBV bisa
dijadikan sebagai variabel intervening atau mampu memediasi CR memiliki
pengaruh signifikan terhadap harga saham.
H8 : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham melalui Nilai
Perusahaan
1.6.9 Pengaruh Solvabiltas Terhadap Harga Saham Melalui Nilai
Perusahaan
Semakin tinggi nilai Debt to Equity Ratio (DER) maka semakin besar resiko
keuangannya bagi pemegang saham. Penambahan hutang bisa memperbesar resiko
perusahaan dan semakin besar hutang maka cenderung menurunkan harga saham.
Page 77
62
Keseimbangan antara tingkat resiko dan pengembalian sangat diharapkan untuk
memaksimumkan harga saham.
Meningkatnya hutang (DER) akan meningkatkan nilai perusahaan. Temuan ini
juga sekaligus mendukung teori struktur modal yang menyatakan bahwa sepanjang
perusahaan mampu menyeimbangkan manfaat dan biaya yang ditimbulkan akibat
hutang tidak menjadi masalah. Dengan demikian DER yang tinggi tetapi diikuti
dengan pengelolaan yang baik dapat meningkat profit (Mannopo dan Arie, 2016).
Nilai DER yang tinggi menandakan jika perusahaan memiliki resiko yang tinggi
sehingga cenderung lebih dihindari oleh para investor dan mengakibatkan
permintaan saham menurun dan memicu penurunan harga saham (Dewi dan
Suaryana, 2013).
Hasil penelitian Zaki , Islahuddin , dan Shabri (2017) menunjukkan bahwa
DER tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan menurut
penelitian Pandansari (2017) menyimpulkan bahwa DER memiliki pengaruh
signifikan terhadap harga saham. Penelitian Hasania, Murni, dan Mandagie (2016)
dan Mannopo dan Arie (2016) menyimpulkan bahwa DER memiliki pengaruh
signifikan terhadap PBV. Dari penelitian tersebut maka PBV bisa dijadikan sebagai
variabel intervening atau mampu memediasi DER memiliki pengaruh signifikan
terhadap harga saham.
H9 : Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham melalui Nilai
Perusahaan
Page 78
63
1.6.10 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Melalui Nilai
Perusahaan
Nilai ROI yang tinggi akan memberikan sinyal positif bagi investor bahwa
perusahaan menghasilkan dalam kondisi yang menguntungkan. Hal ini menjadi
daya tarik investor untuk memiliki saham perusahaan, sehingga akan meningkatkan
nilai perusahaan (Hamidah dan Umdiana, 2017). Profitabilitas yang semakin
meningkat maka nilai perusahaan tersebut juga akan meningkat (Mannopo dan
Arie, 2016). Hasil penelitian Hamidah dan Umdiana (2017) dan Mannopo dan Arie
(2016) menyimpulkan bahwa, Return On Investment (ROI) memiliki pengaruh
signifikan terhadap Price Book Value (PBV).
Perusahaan yang memiliki ROA yang tinggi akan menarik investor untuk
menanamkan modalnya karena dianggap berhasil menghasilkan laba yang tinggi
dan akan berdampak pada dividen yang akan diterima oleh investor. Semakin
banyak yang tertarik terhadap kinerja perusahaan tersebut, maka permintaan
terhadap saham perusahaan tersebut akan meningkat, dan harga saham perusahaan
juga menjadi naik (Zaki, Islahudin dan Shabri, 2017). Nilai ROI yang tinggi akan
memberikan sinyal positif bagi investor bahwa perusahaan menghasilkan dalam
kondisi yang menguntungkan. Hal ini menjadi daya tarik investor untuk memiliki
saham perusahaan dan akan meningkatkan harga saham (Hamidah dan Umdiana,
2017). Hasil penelitian Pandansari (2012) menunjukkan ROI berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Hamidah dan Umdiana (2017) dan Zaki,
Islahuddin, dan Shabri (2017) menyimpulkan bahwa ROI memiliki pengaruh
signifikan terhadap harga saham. Penelitian Ayuningtyas dan Kurnia (2013)
Page 79
64
menemukan bukti bahwa, profitabilitas yang diukur dengan ROI berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Dari penelitian tersebut maka PBV bisa
dijadikan sebagai variabel intervening atau mampu memediasi ROI memiliki
pengaruh signifikan terhadap harga saham.
H10 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham melalui Nilai
Perusahaan
1.7 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teoritis maupun penelitian terdahulu, maka kerangka
pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran
Laporan Keuangan Perusahaan Jasa Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
Rasio
Likuiditas
Rasio
Solvabilitas
Rasio
Profitabilitas
Current Ratio
(CR)
Debt to Equity
Ratio (DER)
Return On
Investment (ROI)
Harga Saham
Rasio
Penilaian
Price Book Value
(PBV)
Page 80
65
1.8 Hipotesis
Gambar 1.4 Model Hipotesis
Keterangan :
H8 = X1→Z→Y ; H9 = X2→Z→Y ; H10 = X3→Z→Y
Hipotesis
Berdasarkan dari gambar 1.4 model hipotesis maka dapat diuraikan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
1) H1 = Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan
2) H2 = Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan
3) H3 = Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan
4) H4 = Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
5) H5 = Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
6) H6 = Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
7) H7 = Nilai Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
8) H8 = Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham melalui
Nilai Perusahaan
H6
H2
Likuiditas (X1)
Profitabilitas (X3)
Nilai Perusahaan (Z) Harga Saham
(Y) Solvabilitas (X2)
H3
H4
H5
H1
H7
H8 H9
H10
Page 81
66
9) H9 = Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham melalui
Nilai Perusahaan
10) H10 = Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
melalui Nilai Perusahaan
Model hipotesis penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 1.7
Ringkasan Tinjauan Teoritis dan Empiris
Pengaruh Antar Variabel Tinjauan Teoritis dan Empiris
Pengaruh Likuiditas terhadap Nilai
Perusahaan
Teoritis : Sudana (2011), Fahmi (2013)
Empiris : Hasania et al (2016), Wulandari
(2013)
Pengaruh Solvabilitas terhadap Nilai
Perusahaan
Teoritis : Kasmir (2012)
Empiris : Hasania et al (2016), Mannopo
dan Arie (2016), Sukoco (2013)
Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan
Teoritis : Kasmir (2012)
Empiris : Ayuningtyas dan Kurnia (2013),
Hamidah dan Umdiana (2017), Mannopo
dan Arie (2016), Hermawati et al (2018)
Pengaruh Likuiditas terhadap Harga
Saham
Teoritis : Kasmir (2012), Fahmi (2013)
Empiris : Megawati (2018), Anshari
(2016)
Pengaruh Solvabilitas terhadap Harga
Saham
Teoritis : Kasmir (2012), Fahmi (2013)
Empiris : Zaki et al (2017), Dewi dan
Suaryana (2013), Pandansari (2012)
Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga
Saham
Teoritis : Kasmir (2012)
Empiris : Hamidah dan Umdiana (2017),
Zaki et al (2017), Pandansari (2012),
Wangarry et al (2015)
Pengaruh Nilai Perusahaan terhadap Harga
Saham
Teoritis : Brigham dan Houston (2010)
Page 82
67
Empiris : Dewi dan Suaryana (2013), Putri
(2018)
Pengaruh Likuiditas terhadap Harga
Saham melalui Nilai Perusahaan
Empiris : Hasania et al (2016), Wulandari
(2013), Megawati (2018)
Pengaruh Solvabilitas terhadap Harga
Saham melalui Nilai Perusahaan
Empiris : Mannopo dan Arie (2016), Zaki
et al (2017), Pandansari (2017), Hasania et
al (2016)
Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga
Saham melalui Nilai Perusahaan
Empiris : Hamidah dan Umdiana (2017),
Mannopo dan Arie (2016), Zaki et al
(2017), Ayuningtyas dan Kurnia (2013)
1.9 Definisi Konsep dan Operasional
1.9.1 Definisi Konsep
a) Likuiditas
Rasio likuiditas, menurut Kasmir (2012), merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Rasio likuiditas berfungsi
untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar maupun
di dalam perusahaan. Rasio likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio (CR).
b) Solvabilitas
Rasio solvabilitas, menurut Kasmir (2012), merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Rasio
solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila
perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Rasio solvabilitas yang digunakan adalah
Debt to Equity Ratio (DER).
c) Profitabilitas
Rasio profitabilitas, menurut Kasmir (2012), merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio profitabilitas
Page 83
68
memberikan ukuan tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan dan hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan oleh penjualan dan pendapatan investasi.
Rasio ini digunakan untuk menunjukkan efisiensi perusahaan. Rasio profitabilitas
yang digunakan adalah Return On Investment (ROI).
d) Nilai Perusahaan
Rasio penilaian atau rasio ukuran pasar, menurut Hery (2015), merupakan rasio
yang digunakan untuk mengestimasi nilai intrinsik perusahaan/nilai saham. Rasio
penilaian yang digunakan adalah Price Book Value (PBV), menurut Brigham dan
Houston (2010), merupakan rasio nilai pasar/nilai buku menggambarkan penilaian
pasar keuangan terhadap manajemen dan organisasi perusahaan.
e) Harga Saham
Harga saham, menurut Hartono (2010), merupakan harga suatu saham di pasar
bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh mekanisme pasar berupa permintaan
dan penawaran saham tersebut. Harga saham yang dimaksud merupakan harga
saham biasa per tahun yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Harga saham yang
digunakan adalah harga saham penutupan (closing price).
1.9.2 Definisi Operasional
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen, satu variabel dependen dan
satu variabel intervening yang diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Likuiditas
Likuiditas digunakan untuk mengukur seberapa lancar kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang sudah
Page 84
69
jatuh tempo. Likuiditas memperlihatkan bagaimana perusahaan
membayar pengeluaran, tagihan dan seluruh kewajiban lancar lainnya.
2) Solvabilitas
Solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan yang
dibiayai oleh pihak luar. Solvabilitas memperlihatkan bagaimana
hutang yang digunakan perusahaan mampu meningkatkan
pengembalian bagi pemegang saham dan bagaimana hutang mendanai
usahanya jika dibandingkan dengan modal sendiri.
3) Profitabilitas
Profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan yang
didapatkan perusahaan. Profitabilitas memperlihatkan seberapa efektif
dan efisien perusahaan dalam menjalankan usahanya.
4) Nilai Perusahaan
Penilaian digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi. Penilaian
mengevaluasi baik buruknya kondisi perusahaan tersebut.
5) Harga saham
Harga saham digunakan untuk mengukur pendapatan, aliran kas dan
tingkat pengembalian yang terjadi di perusahaan. Harga saham ini
terjadi oleh mekanisme pasar atau disebabkan karena permintaan dan
penawaran yang terjadi.
Page 85
70
1.10 Metode Penelitian
1.10.1 Tipe penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian explanatory research.
Penelitian dilakukan bertujuan untuk menjelaskan hubungan antar dua variabel atau
lebih. Pada penelitian ini penulis juga ingin mengetahui pengaruh langsung maupun
tidak langsung pada variabel yang digunakan peneliti. Penelitian ini menjelaskan
pengaruh variabel independen yang terdiri dari Likuiditas (X1), Solvabilitas (X2),
Profitabilitas (X3) terhadap variabel dependen (Y) yaitu Harga Saham dengan
variabel intervening (Z) yaitu Nilai Perusahaan.
1.10.2 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini sebagai berikut :
1) Objek penelitian adalah perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2017.
2) Variabel dependen adalah Harga Saham.
3) Variabel independen diantaranya adalah Likuiditas, Solvabilitas dan
Profitabilitas.
4) Variabel intervening adalah Nilai Perusahaan.
1.10.3 Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data sekunder. Data
sekunder pada penelitian ini berupa laporan keuangan tahunan (annual report)
perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia tahun 2011-2017. Data yang diperoleh didapat dari Indonesia Stock
Exchange (IDX) dan web resmi perusahaan.
Page 86
71
1.10.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari dokumentasi
arsip perusahaan yaitu berupa laporan keuangan tahunan (annual report)
perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia tahun 2011-2017.
1.10.5 Populasi dan Sampel
1.10.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sektor infrastruktur,
utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yang terbagi menjadi
5 sub sektor dan berjumlah 60 perusahaan.
1.10.5.2 Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas
dan transpotasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017.
Tabel 1.8
Sampel perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat
di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017.
No Kode Saham Nama Emiten Tanggal IPO
1 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. 15 Desember 2003
2 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk. 09 Januari 1995
3 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. 14 November 1995
4 ASSA Adi Sarana Armada Tbk. 12 November 2012
5 CASS Cardig Aero Services Tbk. 05 Desember 2011
6 NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. 11 Oktober 2012
7 TMAS Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 09 Juli 2003
8 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk. 31 Agustus 2012
9 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk. 26 Oktober 2010
10 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk. 08 Maret 2010
Sumber : www.sahamok.com, diakses tahun 2019.
Page 87
72
Berdasarkan Tabel 1.8 sampel perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017 dengan data
yang akan diambil adalah data akhir pada tahun 2011-2017 atau dalam kurun waktu
7 tahun berjumlah 10 perusahaan. Penggunaan sampel tersebut didasarkan pada
perusahaan yang sudah tercatat dan memenuhi kriteria penelitian pada periode
penelitian sehingga penelitian bisa dilaksanakan.
1.10.6 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Metode sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan teknik
pengambilan sampel purposive sampling.
a. Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang
Tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017. Penelitian
menggunakan perusahaan dengan jangka waktu penelitian lebih lama
selama 7 tahun tersebut agar mendapatkan hasil data penelitian yang lebih
valid.
b. Perusahaan yang menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan
tahunan atau annual report secara lengkap pada tahun penelitian yaitu
tahun 2011-2017. Laporan keuangan tahunan yang lengkap ini diperlukan
untuk memudahkan penelitian.
c. Perusahaan yang mengalami laba dalam laporan keuangan tahunan atau
annual report pada tahun penelitian yaitu tahun 2011-2017. Penelitian
menggunakan laporan keuangan perusahaan yang mengalami laba untuk
Page 88
73
meneliti Profitabilitas melalui Return On Investment (ROI) yang
menggunakan laba bersih setelah pajak.
1.10.7 Teknik Analisis Data
1.10.7.1 Analisis Statistik Deskriptif
Pada statistik deskriptif akan dibahas cara-cara penyajian data dengan tabel
biasa maupun distribusi grafik penjelasan melalui median, mean dan simpangan
baku, rasio dan persentase. Analisis statistik deskriptif ini digunakan peneliti untuk
menggambarkan pengolahan hasil data keuangan perusahaan jasa sektor sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia.
a. Likuiditas
Likuiditas yang menggunakan Current Ratio (CR) dengan cara
membandingkan aktiva lancar yang dimiliki dengan hutang atau
kewajiban lancar perusahaan. Dirumuskan dalam Kasmir (2012),
Current Ratio = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠) x100%
b. Solvabilitas
Solvabilitas yang menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) dengan cara
membandingkan total hutang dengan total modal sendiri yang dimiliki
oleh perusahaan. Dirumuskan dalam Kasmir (2012),
Debt to Equity Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 (𝐷𝑒𝑏𝑡)
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 (𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦)
c. Profitabilitas
Profitabilitas yang menggunakan Return On Investment (ROI) dengan cara
membandingkan laba bersih setelah bunga dan pajak dengan total aset
Page 89
74
perusahaan. Dirumuskan dalam Kasmir (2012),
Return On Investment (ROI) = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑥 100%
d. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan yang menggunakan Price Book Value (PBV) dengan
cara membandingkan haga pasar per lembar saham dengan nilai buku
per lembar saham perusahaan. Pertama menghitung nilai buku per
saham menurut Brigham dan Houston (2010) sebagai berikut,
Book Value = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
Selanjutnya, untuk mencari Price Book Value (PBV) menurut Brigham
dan Houston (2010) yaitu
Price Book Value = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
e. Harga Saham
Harga saham yang menggunakan harga penutupan (closing price)
perusahaan.
1.10.7.3 Analisis Statistik Inferensial
Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis
data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2012). Analisis
statistik pada penelitian ini menggunakan model variance based dengan metode
Partial Least Square (PLS) untuk analisis jalur (path analysis) pada data keuangan
perusahaan jasa sub-sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-
2017. Di dalam PLS, model struktural hubungan antar variabel laten (variabel
Page 90
75
yang tidak dapat diukur secara langsung) disebut inner model, sedangkan model
pengukuran disebut outer model.
a. Analisis Jalur PLS
Partial Least Squares (PLS), menurut Ghozali (2015) merupakan jenis SEM
berbasis variance yang diciptakan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh
SEM berbasis covariance. Metode analisis PLS ini bisa digunakan untuk menguji
teori yang lemah dan data yang lemah seperti jumlah sampel kecil atau adanya
masalah normalitas data. Sehingga metode PLS yang powerfull dan sering disebut
juga sebagai soft modeling karena meniadakan asumsi-asumsi Ordinary Least
Square (OLS) regresi seperti data harus terdistribusi normal secara multivariate dan
tidak adanya problem multikolonieritas antar variabel eksogen (independen). PLS
digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten (variabel
yang tidak dapat diukur secara langsung) dan mengkonfirmasi teori.
Jika suatu model penelitian dibentuk dengan menggunakan variabel
intervening maka teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
jalur (path analysis). Analisis jalur memungkinkan kita untuk menguji hubungan
langsung antar variabel maupun hubungan tidak langsung antar variabel dalam
model. Model pengukuran menunjukkan bagaimana variabel manifest atau
observed variable merepresentasikan variabel laten untuk diukur. Sedangkan model
struktural menunjukkan kekuatan estimasi antar variabel laten atau konstruk.Untuk
analisis jalur (path analysis) dengan variabel observed menggunakan program
SmartPLS tidak perlu melakukan pengukuran model (measurement model) untuk
menguji validitas dan reliabilitas sehingga langsung dilakukan estimasi model
Page 91
76
struktural. Namun pada penelitian ini pengukuran model (measurement model)
tetap dilampirkan guna untuk mengetahui sejauh mana pengukuran model jalur
yang digunakan dapat menjelaskan penelitian. Berikut merupakan persamaannya,
Nilai Perusahaan = β1Likuiditas + β2Solvabilitas + β3Profitabilitas +ε
Harga saham = β1Likuiditas+ β2Solvabilitas+ β3Profitabilitas+ε
Gambar 1.5 Diagram jalur pada SmartPLS
Sumber : Data diolah, 2019
Gambar 1.5 menggambarkan gambar struktural dari model penelitian.
Gambar ini menjelaskan jalur variabel independen yang terdiri dari Likuiditas (X1),
Solvabilitas (X2), Profitabilitas (X3) terhadap variabel dependen (Y) yaitu Harga
Saham dengan variabel intervening (Z) yaitu Nilai Perusahaan.
2. Outer Model
Model pengukuran atau disebut juga outer model untuk menguji validitas dan
reliabilitas yang merepresentasikan setiap konstruk. Evaluasi model pengukuran
atau outer model untuk indikator dievaluasi melalui convergent dan discriminant
Page 92
77
dari indikator pembentuk konstruk dan composite reliability serta cronbach’s
alpha. Rule of thumb yang biasanya digunakan untuk menilai validitas convergent
yaitu nilai loading factor harus lebih dari 0.7 dengan nilai average variance
extracted (AVE) harus lebih besar dari 0.5 . Rule of thumb yang digunakan untuk
menilai reliabilitas suatu konstruk yaitu nilai cronbach’s alpha dan composite
reliability harus lebih besar dari 0.7 .
Untuk konstruk berbentuk formatif maka evaluasi model pengukuran dilihat
dari signifikansi weight-nya. Sehingga uji validitas dan reliabilitas konstruk tidak
diperlukan. Namun pada penelitian ini pengukuran model tetap dilampirkan guna
untuk mengetahui sejauh mana pengukuran model jalur yang digunakan dapat
menjelaskan penelitian. Untuk memperoleh signifikansi weight harus melalui
prosedur resampling (atau bootstrapping). Selain itu uji multikolonieritas untuk
konstuk formatif diperlukan dengan menghitung nilai Variance Inflation Factor
(VIF) dan lawannya Tolerance. Jika didapat nilai signifikansi weight T-statistics >
1.96 maka dapat disimpulkan bahwa indikator konstruk valid. Untuk nilai VIF
direkomendasikan < 5.
3. Inner Model
Model struktural atau disebut juga inner model untuk menguji kekuatan
prediksi dengan melihat signifikansi dari semua path estimasi. Untuk kekuatan
prediksi model struktural dapat dilihat dari nilai R-Square variabel endogen atau
dependen. Hasil dari PLS R-Square merepresentasikan jumlah variance dari
konstruk yang dapat dijelaskan oleh model. Perubahan nilai R-Squares dapat
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten eksogen atau independen
Page 93
78
tertentu terhadap variabel laten endogen atau dependen apakah mempunyai
pengaruh yang substantive.
• Nilai 𝑅 − 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒𝑠 sebesar 0.75 dikategorikan sebagai model kuat
• Nilai 𝑅 − 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒𝑠 sebesar 0.50 dikategorikan sebagai model moderate
• Nilai 𝑅 − 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒𝑠 sebesar 0.25 dikategorikan sebagai model lemah
1.10.7.3 Uji Hipotesis
a) Uji t
Untuk menguji hipotesis yang diajukan atau melihat tingkat
signifikansi dapat dilihat dari besarnya nilai t-statistik (T-Statistics)
melalui prosedur bootstrapping (Santosa, 2018). Tingkat signifikansi pada
program PLS masuk dalam analisis Inner Model. Untuk pengaruh
langsung dari variabel penelitian dapat dilihat dari Path Coefficient
sedangkan untuk pengaruh tidak langsungnya dapat diketahui melalui
Indirect Effects. Batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang
diajukan adalah 1,96 (Ghozali dan Latan, 2015), dimana apabila
• Nilai t-statistik berada dibawah 1,96 maka hipotesis ditolak.
• Nilai t-statistik berada diatas 1,96 maka hipotesis diterima.
Page 94
79
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
2.1 Bursa Efek Indonesia
2.1.1 Sejarah Pendirian Bursa Efek Indonesia
Kehadiran pasar modal Indonesia dengan sejarah yang sangat panjang. Bursa
di Indonesia berdiri tahun 1912, lebih dahulu dari bursa Singapura yang baru lahir
bulan Juni 1930 ketika 15 perusahaan efek membentuk the Singapore Stockbrokers
Association untuk mengatur industri perefekan di sana. Perkembangan bursa efek
di Indonesia tidak terlepas dari pasang surutnya iklim politik, ekonomi dan
keuangan negara ini. Bursa Efek Indonesia mengalami kemunduran aktivitasnya di
tahun 1940, waktu negeri Belanda diserang dan diduduki oleh Bangsa Jerman.
Setelah itu muncul lagi tahun 1952 dan seolah-olah menghilang sejak tahun 1958,
kemudian bangkit kembali pada tanggal 10 Agustus 1997.
Pada tahun 1968 Bank Indonesia membentuk Tim Persiapan Pasar Uang dan
Modal tahun 1969 yang diketuai Gubernur Bank Indonesia. Tahun 1972 tim ini
diganti dengan Badan Pembina Pasar Uang dan Modal yang masih diketuai oleh
Gubernur Indonesia. Pada penghujung tahun 1976 badan inilah yang melahirkan
BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal) dan PT. Persero Danareksa. Sejak
dibuka kembali pada tahun 1977 pasar modal diawasi dan dilaksanakan oleh
BAPEPAM, badan yang berada di dalam lingkungan Departemen Keuangan.
Pelaku pasar modal di samping BAPEPAM adalah perusahaan-perusahaan efek
yang menjadi perantara antara perusahaan yang membutuhkan dana atau dikenal
Page 95
80
dengan istilah emiten dan para pemilik dana yang disebut pemodal atau investor,
akuntan, notaris, penasehat hukum dan para penilai yang menduduki tempat vital
dalam konfigurasi pasar modal.
Pada tahun 1970 BAPEPAM diganti fungsinya dari pembina menjadi
pengawas. Baru pada tahun 1972 pengelolaannya diserahkan kepada pihak swasta.
Perkembangan pasar yang begitu cepat menghendaki adanya efisiensi kerja dan
bursa harus diotomatisasi. Inilah yang melahirkan JATS (Jakarta Automated
Trading System) yang diperkuat dengan dukungan undang-undang di tahun 1995.
Pasar modal menurut UU No. 8 Tahun 1995 adalah kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan yang berkaitan dengan
efek diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Pasar modal juga mempunyai pengertian yang abstrak yang mempertemukan
calon pemodal (investor) dengan emiten yang membutuhkan dana jangka panjang.
Peran yang dilakukan oleh pasar modal adalah menyediakan fasilitas untuk
memindahkan dana khususnya yang diperuntukkan untyuk pembiayaan jangka
panjang dari yang memiliki dana atau dikenal dengan istilah lender ke perusahaan
yang membutuhkan dana atau borrower. Biasanya dalam menjalankan aktivitasnya
pasar modal menggunakan jasa pialang dan underwriter.
2.1.2 Bidang Usaha
Produk yang diperdagangkan di pasar modal yaiu saham. Saham menjadi
produk utama diperdagangkan di pasar modal dan memang tujuan utama
keberadaan pasar modal suatu negara memperdagangkan saham. Selain saham juga
Page 96
81
diperdagangkan berbagai jenis surat berharga lainnya (efek lainnya) yaitu sebagai
berikut :
1. Surat Pengakuan Utang
2. Surat Berharga Komersial
3. Obligasi
4. Tanda Bukti Uang
5. Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif
6. Kontrak Berjangka Atas Efek
7. Setiap Derivatif dari Efek, seperti Bukti Right, Warrant dan Opsi
8. Efek Beragun Aset
9. Sertifikat Penitipan Efek Indonesia
2.2 PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
2.2.1 Sejarah Pendirian PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
PGN merupakan sebuah perusahaan milik negara yang dirintis sejak tahun
1859, ketika masih bernama Firma L.J.N. Eindhoven & CO Gravenhage. Pada
tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1965,
PGN ditetapkan sebagai Perusahaan Negara dan dikenal sebagai Perusahaan Gas
Negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1994, status PGN
berubah menjadi perusahaan Perseroan yang diiringi dengan penambahan ruang
lingkup usaha yang lebih luas, yaitu selain di bidang niaga gas bumi juga di bidang
transmisi, dimana PGN berfungsi sebagai transporter.
Saham PGN telah dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
pada tanggal 15 Desember 2003 dengan kode transaksi perdagangan PGAS. Pada
tanggal 25 Oktober 2007, diresmikan pipa penyalur gas SSWJ II segmen Grissik –
Pagardewa oleh Menteri Negara BUMN untuk PT. Krakatau Daya Listrik dari
Page 97
82
lapangan Pertamina di Pagardewa. Pada tahun yang sama, PGN mendirikan entitas
anak yang bergerak dibidang telekomunikasi, yaitu PT. PGAS Telekomunikasi
Nusantara (PGASCOM). PGASCOM mengelola pengoperasian dan pemeliharaan
jaringan kabel fiber optik.
Melakukan sinergi BUMN dengan Pertamina melalui pendirian perusahaan
patungan, PT. Nusantara Regas yang mengoperasikan Floating Storage &
Regasification Unit (FSRU) Jawa Barat berkapasitas 500 MMscfd. FSRU ini
merupakan LNG Receiving Facility pertama di Indonesia. PGN membentuk 2
entitas anak yang masing-masing bergerak di bidang hulu dan hilir bisnis gas bumi.
Entitas anak di bidang hulu adalah PT. Saka Energi Indonesia (SEI) sedangkan
entitas anak di bidang hilir PT. Gagas Energi Indonesia (GEI). PGN mendirikan
entitas anak PT. PGN LNG Indonesia (PLI). Lingkup usaha PLI antara lain
melakukan pengadaan pasokan LNG dan gas bumi, kegiatan penyimpanan
termasuk regasifikasi kepada pembeli, serta melakukan kegiatan usaha lainnya di
bidang LNG.
Pada akhir Agustus 2015, PGN melalui entitas afiliasi PT. Kalimantan Jawa
Gas (KJG) berhasil menyelesaikan pembangunan ruas pipa Transmisi Kalija I dari
lapangan gas Kepodang ke PLTG Tambak Lorok Semarang sepanjang 201 km dan
dilanjutkan dengan komersialisasi pipa tersebut. Dengan beroperasinya
infrastruktur tersebut, maka PGN menjadi satu – satunya badan usaha hilir gas bumi
yang melayani ke semua sektor pelanggan (Rumah tangga, komersial, industri dan
pembangkit listrik) di Jawa Tengah.
Page 98
83
Sesuai dengan penugasan Pemerintah, PGN memulai pembangunan dan
pengelolaan proyek jaringan gas bumi rumah tangga di wilayah Batam, Surabaya
dan Tarakan, setelah sebelumnya ditahun 2015 PGN ditugaskan untuk mengelola
jaringan gas bumi rumah tangga yang dibangun Pemerintah Pusat di 11 wilayah,
yaitu antara lain Jabodetabek, Pelembang dan Surabaya. PGN melakukan
transformasi organisasi untuk menyesuaikan perkembangan perusahaan dan
menghadapi persaingan usaha di bidang migas. Bersama dengan entitas anak dan
afiliasi dalam bentuk ONE PGN, mengukuhkan langkahnya ke tahapan selanjutnya
menuju perusahaan kelas dunia di bidang gas.
2.2.2 Bidang Usaha
Sesuai dengan Anggaran Dasar PGN sebagaimana terakhir diubah dengan Akta
No. 23 Tanggal 6 April 2015 yang dibuat dihadapan Notaris Fathiah Helmi, SH.,
Notaris di Jakarta, kegiatan usaha PGN adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan,
pembangunan dan pengembangan usaha hilir bidang gas bumi yang meliputi
kegiatan pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga; 2. Perencanaan,
pembangunan, pengembangan produksi, penyediaan, penyaluran dan distribusi gas
buatan (gas hidrokarbon); 3. Selain kegiatan usaha utama, PGN dapat melakukan
kegiatan usaha penunjang lain yang berkaitan langsung dan atau yang mendukung
kegiatan usaha utama sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Produk atau jasa yang dihasilkan
Sebagai BUMN yang bergerak di bidang hilir gas bumi, PGN melakukan
kegiatan usaha di bidang pengangkutan dan niaga gas bumi. Pada bidang
pengangkutan gas bumi, PGN memiliki jaringan pipa transmisi di Provinsi
Page 99
84
Sumatera Utara, Riau, Sumatera bagian selatan, Kepulauan Riau dan Provinsi Jawa
Tengah untuk menghubungkan lokasi sumber gas bumi dengan lokasi pengguna
akhir gas bumi melalui moda pipa transmisi. Pada bidang niaga gas bumi, PGN
membeli gas bumi dari berbagai Produsen gas bumi yang kemudian dijual ke
berbagai segmen pengguna akhir gas bumi, mulai dari Pelanggan Rumah Tangga,
Pelanggan Komersial, Pelanggan Industri - Manufaktur, Pembangkit Listrik hingga
ke Sektor Transportasi baik melalui moda pipa distribusi gas, CNG maupun LNG.
Untuk mendukung usaha niaga gas bumi, PGN menyediakan berbagai
infrastruktur gas bumi yang dilakukan secara terintegrasi untuk menjamin
penyaluran gas bumi kepada para pengguna akhir gas bumi memenuhi kualitas
produk (komposisi, tekanan, temperatur gas bumi) dan layanan (kontak pelanggan,
penanganan gangguan) sesuai standar internasional. Untuk kepentingan manajemen
perusahaan, dalam menjalankan kegiatan usahanya, PGN membagi 4 (empat)
segmen usaha pokok, yaitu: 1. Usaha transmisi dan transportasi gas bumi; 2. Usaha
niaga gas bumi; 3. Usaha minyak dan gas bumi; 4. Usaha lainnya, yaitu
telekomunikasi, jasa, konstruksi dan pemeliharaan jaringan pipa pengelolaan
gedung dan sewa pembiayaan (financial lease). Sejalan dengan strategi bisnis
perusahaan, Pada tahun 2011 Perusahaan mengembangkan kapabilitas di kegiatan
hulu minyak dan gas bumi, serta berdasarkan PSAK No. 5 (direvisi tahun 2009)
mengenai segmen usaha operasional dan untuk tujuan penilaian serta pelaporan
manajemen, di tahun 2013 Perusahaan juga melaporkan kegiatan usaha hulu
minyak dan gas bumi sebagai segmen bisnis perusahaan.
Page 100
85
2.3 PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.
2.3.1 Sejarah Pendirian PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.
Melalui Peraturan Pemerintah No. 04 Tahun 1978, pada tanggal 01 Maret 1978
Pemerintah mendirikan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tugas utama Jasa Marga
adalah merencanakan, membangun, mengoperasikan dan memelihara jalan tol serta
sarana kelengkapannya agar jalan tol dapat berfungsi sebagai jalan bebas hambatan
yang memberikan manfaat lebih tinggi daripada jalan umum bukan tol. Pada awal
berdirinya, Perseroan berperan tidak hanya sebagai operator tetapi memikul
tanggung jawab sebagai otoritas jalan tol di Indonesia. Hingga tahun 1987 Jasa
Marga adalah satu-satunya penyelenggara jalan tol di Indonesia yang
pengembangannya dibiayai Pemerintah dengan dana berasal dari pinjaman luar
negeri serta penerbitan obligasi Jasa Marga dan sebagai jalan tol pertama di
Indonesia yang dioperasikan oleh Perseroan, Jalan Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-
Ciawi) merupakan tonggak sejarah bagi perkembangan industri jalan tol di Tanah
Air yang mulai dioperasikan sejak tahun 1978.
Pada akhir dasawarsa tahun 80-an Pemerintah Indonesia mulai
mengikutsertakan pihak swasta untuk berpartisipasi dalam pembangunan jalan tol
melalui mekanisme Build, Operate and Transfer (BOT). Pada dasawarsa tahun
1990-an Perseroan lebih berperan sebagai lembaga otoritas yang memfasilitasi
investor-investor swasta yang sebagian besar ternyata gagal mewujudkan
proyeknya. Beberapa jalan tol yang diambil alih Perseroan antara lain adalah JORR
dan Cipularang.
Page 101
86
Dengan terbitnya Undang-Undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan yang
menggantikan Undang-Undang No. 13 tahun 1980 serta terbitnya Peraturan
Pemerintah No. 15 yang mengatur lebih spesifik tentang jalan tol terjadi perubahan
mekanisme bisnis jalan tol diantaranya adalah dibentuknya Badan Pengatur Jalan
Tol (BPJT) sebagai regulator industri jalan tol di Indonesia, serta penetapan tarif tol
oleh Menteri Pekerjaan Umum dengan penyesuaian setiap dua tahun. Dengan
demikian peran otorisator dikembalikan dari Perseroan kepada Pemerintah. Sebagai
konsekuensinya, Perseroan menjalankan fungsi sepenuhnya sebagai sebuah
perusahaan pengembang dan operator jalan tol yang akan mendapatkan ijin
penyelenggaraan tol dari Pemerintah. Pada 2 November 2007, Perusahaan Jasa
Marga menjadi perusahaan terbuka melalui Initial Public Offering (IPO) dan
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
2.3.2 Bidang Usaha
Bidang usaha Jasa Marga adalah membangun dan menyediakan jasa pelayanan
jalan tol. Untuk itu Jasa Marga melakukan aktifitas usaha sebagai berikut:
1. Melakukan investasi dengan membangun jalan tol baru.
2. Mengoperasikan dan memelihara jalan tol.
3. Mengembangkan usaha lain, seperti tempat istirahat, iklan, jaringan serat
optik dan lain-lain, untuk meningkatkan pelayanan kepada pemakai jalan dan
meningkatkan hasil usaha perusahaan.
4. Mengembangkan usaha lain dalam koridor jalan tol.
Saat ini Jasa Marga mengelola dan mengoperasikan 13 hak pengusahaan (konsesi)
jalan tol melalui delapan kantor cabang dan satu anak perusahaan yaitu :
Page 102
87
1. Jalan tol Jagorawi
2. Jalan Tol Jakarta-Tangerang
3. Jalan Tol Jakarta- Cikampek
4. Jalan Tol Dalam Kota Jakarta
5. Jalan Tol Prof. Dr.Ir. Sedyatmo
6. Jalan Tol Serpong-Pondok Aren (dioperasikan oleh JLJ)
7. Jalan Tol Cikampek -Purwakarta-Cileunyi
8. Jalan Tol Padalarang –Cileunyi
9. Jalan Tol Palimanan-Kanci
10. Jalan Tol Semarang
11. Jalan Tol Surabaya Gempol
12. Jalan Tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa
13. Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (dioperasikan oleh JLJ)
Dibawah ini adalah anak perusahaan Jasa Marga pemegang konsesi Jalan Tol :
a. PT Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JLJ)
b. PT Marga Sarana Jabar (MSJ)
c. PT Marga Lingkar Jakarta (MLJ)
d. PT Marga Trans Nusantara (MTN)
e. PT Jasamarga Kunciran Cengkareng (JKC)
f. PT Trans Marga Jateng (TMJ)
g. PT Jasamarga Surabaya Mojokerto (JSM)
h. PT Jasamarga Pandaan Tol (JPT)
i. PT Transmarga Jatim Pasuruan (TJP)
j. PT Jasamarga Bali Tol (JBT)
k. PT Jasamarga Kualanamu Tol (JKT)
l. PT Solo Ngawi Jaya (SNJ)
m. PT Ngawi Kertosono Jaya (NKJ)
n. PT Cinere Serpong Jaya (CSJ)
o. PT Jasamarga Batang Semarang (JBS)
p. PT Jasamarga Balikpapan Samarinda (JBS)
Page 103
88
q. PT Jasamarga Manado Bitung (JMB)
r. PT Jasamarga Pandaan Malang (JPM)
s. PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC)
2.4 PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
2.4.1 Sejarah Pendirian PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (Telkom) adalah Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) dan jaringan telekomunikasi di Indonesia. Pemegang saham
mayoritas Telkom adalah Pemerintah Republik Indonesia sebesar 52.09%,
sedangkan 47.91% sisanya dikuasai oleh publik. Saham Telkom diperdagangkan di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode “TLKM” dan New York Stock Exchange
(NYSE) dengan kode “TLK”. Dalam perjalanan sejarahnya, Telkom telah melalui
berbagai dinamika bisnis dan melewati beberapa fase perubahan, yakni kemunculan
telepon, perubahan organisasi jawatan yang merupakan kelahiran Telkom,
tumbuhnya teknologi seluler, berkembangnya era digital, ekspansi bisnis
internasional, serta transformasi menjadi perusahaan telekomunikasi berbasis
digital.
Pada 1882, kemunculan telepon menyaingi layanan pos dan telegraf yang
sebelumnya digunakan pada 1856. Hadirnya telepon membuat masyarakat kian
memilih untuk menggunakan teknologi baru ini. Kala itu, banyak perusahaan
swasta menyelenggarakan bisnis telepon. Banyaknya pemain ini membuat industri
telepon berkembang lebih cepat pada 1892 telepon sudah digunakan secara
interlokal dan tahun 1929 terkoneksi secara internasional.
Page 104
89
Pada tahun 1961, Pemerintah Indonesia mendirikan Perusahaan Negara Pos
dan Telekomunikasi (PN Postel). Namun, seiring perkembangan pesat layanan
telepon dan telex, Pemerintah Indonesia mengeluarkan PP No. 30 tanggal 6 Juli
1965 untuk memisahkan industri pos dan telekomunikasi dalam PN Postel: PN Pos
dan Giro serta PN Telekomunikasi. Dengan pemisahan ini, setiap perusahaan dapat
fokus untuk mengelola portofolio bisnisnya masing-masing. Terbentuknya PN
Telekomunikasi ini menjadi cikal-bakal Telkom saat ini. Sejak tahun 2016,
manajemen Telkom menetapkan tanggal 6 Juli 1965 sebagai hari lahir Telkom.
Telkomsel didirikan oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dan PT
Indosat Tbk (Indosat). Telkomsel mulai beroperasi pada tahun 1995. Dua puluh dua
tahun kemudian, Telkomsel telah memantapkan dirinya sebagai operator seluler
terkemuka di Indonesia.
2.4.2 Bidang Usaha
Dalam upaya bertransformasi menjadi digital telecommunication company,
Telkom Group mengimplementasikan strategi bisnis dan operasional perusahaan
yang berorientasi kepada pelanggan (customer-oriented). Transformasi tersebut
akan membuat organisasi Telkom Group menjadi lebih lean (ramping) dan agile
(lincah) dalam beradaptasi dengan perubahan industri telekomunikasi yang
berlangsung sangat cepat. Organisasi yang baru juga diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam menciptakan customer experience
yang berkualitas.
Kegiatan usaha Telkom Group bertumbuh dan berubah seiring dengan
perkembangan teknologi, informasi dan digitalisasi, namun masih dalam koridor
Page 105
90
industri telekomunikasi dan informasi. Hal ini terlihat dari lini bisnis yang terus
berkembang melengkapi legacy yang sudah ada sebelumnya.
Produk atau jasa yang dihasilkan
Saat ini Telkom Group mengelola 6 produk portofolio yang melayani empat
segmen konsumen, yaitu korporat, perumahan, perorangan dan segmen konsumen
lainnya.
1. Mobile
Portofolio ini menawarkan produk mobile voice, SMS dan value added service,
serta mobile broadband.
2. Fixed
Memberikan layanan fixed service dengan brand IndiHome.
3. Wholesale & International
Produk yang ditawarkan antara lain layanan interkoneksi, network service, Wi-Fi,
VAS, hubbing data center dan content platform, data dan internet, dan solution.
4. Network Infrastructure
Produk yang ditawarkan meliputi network service, satelit, infrastruktur dan tower.
5. Enterprise Digital
Terdiri dari layanan information and communication technology platform
service dan smart enabler platform service.
6. Consumer Digital
Terdiri dari media dan edutainment service.
Page 106
91
2.5 PT. Adi Sarana Armada Tbk.
2.5.1 Sejarah PT. Adi Sarana Armada Tbk.
Perseroan berdiri pada 17 Desember 1999 dengan nama PT Quantum
Megahtama Motor. Pada 22 Januari 2003, PT Quantum Megahtama Motor berganti
nama menjadi PT Adira Sarana Armada, atau yang dulu lebih dikenal dengan
ADIRA Rent (selanjutnya disebut ASSA, kami, atau Perseroan). Diawal pendirian,
ASSA bergerak di bidang usaha penyewaan kendaraan dengan jaringan nasional.
Seiring dengan perubahan identitas tersebut, Perseroan melakukan perubahan
Anggaran Dasar dengan bidang kegiatan usaha diperluas menjadi jasa penyewaan
atau rental dan manajemen kendaraan dengan pelanggan utama dari pelanggan
korporasi terkemuka di Indonesia. Ekspansi bidang usaha tersebut merupakan
wujud konsistensi Perseroan terhadap pertumbuhan industri nasional sekaligus
untuk menangkap peluang baru dalam pasar penyewaan kendaraan.
Perubahan identitas Perseroan kembali dilakukan pada 7 September 2009
melalui perubahan nama Perseroan menjadi PT Adi Sarana Armada dengan ASSA
sebagai merek dagang utama menggantikan ADIRA rent. Transformasi identitas
Perusahaan tersebut merupakan penguatan komitmen ASSA untuk menyediakan
solusi penyewaan kendaraan terintegrasi di tingkat nasional, mulai dari jasa
penyewaan jangka panjang dan pendek, sistem pengelolaan kendaraan, pelayanan
logistik hingga penyediaan juru mudi profesional. Layanan penyewaan kendaraan
yang ditawarkan oleh ASSA didukung oleh sistem manajemen terintegrasi yang
mengedepankan kualitas terbaik. Sistem manajemen tersebut dilengkapi dengan
Page 107
92
pelayanan prima dan inovatif dari sumber daya manusia yang memiliki kompetensi
serta pengalaman memadai dalam industri penyewaan kendaraan.
Pada tahun 2012, ASSA mencatat babak baru dalam perkembangan bisnisnya
melalui penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering) ASSA kepada
masyarakat atau menjadi perusahaan terbuka dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Pada tanggal 12 November 2012, ASSA resmi melepas 1.360 juta lembar
saham atau 40,03% dari total saham Perseroan kepada masyarakat dengan nilai
nominal Rp100 per lembar saham. Melalui IPO tersebut ASSA secara resmi
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten “ASSA”. Operasional
ASSA semakin efektif dengan didukung oleh 5 (lima) entitas anak yang bergerak
dalam usaha penyediaan juru mudi, pengurusan jasa logistik, jasa lelang,
pembangunan (properti) dan koperasi.
Kehandalan operasional ASSA saat ini tersebar di berbagai wilayah Indonesia
melalui dukungan layanan dari 17 (tujuh belas) kantor cabang, yaitu Medan,
Pekanbaru, Padang, Palembang, Lampung, Jakarta (3 Cabang), Cikarang, Bandung,
Semarang, Solo, Surabaya, Bali, Banjarmasin, Balikpapan, dan Makassar. Selain
Kantor Cabang, ASSA juga memiliki 21 (dua puluh satu) kantor perwakilan di
Banda Aceh, Batam, Pematang Siantar, Bengkulu, Jambi, Cirebon, Yogyakarta,
Malang, Jember, Manado, Ternate, Jayapura, Palu, Kendari, Ambon, Kediri,
Pontianak, Satui, Tanjung, Samarinda dan Mataram. Dalam memperluas usahanya,
ASSA mendirikan PT Duta Mitra Solusindo bergerak di bidang penyediaan juru
mudi, PT Adi Sarana Logistik bergerak di bidang penyedia jasa logistik, PT Adi
Page 108
93
Sarana Lelang bergerak di bidang balai lelang (auction) dan PT Adi Sarana Properti
bergerak di bidang pembangunan serta Koperasi Karyawan ASSA (Kopkar ASSA).
Seiring perkembangan usaha yang pesat, saat ini ASSA mengelola lebih dari
20.880 kendaraan dan 4.478 pengemudi, yang melayani lebih dari 1.203 korporasi
di Indonesia. ASSA juga telah memperluas wilayah layanan ke hampir semua kota
besar utama dan memberikan jaminan kelancaran operasional melalui lebih dari
865 bengkel perbaikan authorized dan non-authorized, dengan didukung layanan
24 jam dari ASSA Solution Center.
2.5.2 Bidang Usaha
Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar, Perseroan menjalankan dua kegiatan
usaha yang pertama yaitu kegiatan usaha utama :
a. Menjalankan usaha-usaha di bidang jasa, yang antara lain meliputi jasa
persewaan kendaraan bermotor/ alat transportasi darat dan kegiatan
usaha terkait, termasuk tetapi tidak terbatas pada jasa layanan fleet
management, perawatan, pemeliharaan, perbaikan (maintenance), dan
jasa konsultasi di bidang transportasi
b. Menjalankan usaha perdagangan impor, ekspor, antar pulau, daerah dan
lokal atas segala macam barang dagangan, termasuk tetapi tidak
terbatas pada mobil, kendaraan bermotor, suku cadang dan aksesoris,
baik atas perhitungan sendiri maupun pihak lain secara komisi, serta
menjadi supplier, dealer, distributor, dan keagenan/perwakilan dari
perusahaan-perusahaan dalam negeri maupun luar negeri
Page 109
94
c. Menjalankan usaha-usaha di bidang pengangkutan darat, yang antara
lain meliputi transportasi penumpang menggunakan angkutan bis,
sedan dan angkutan darat lainnya, transportasi pengangkutan barang,
pengiriman, pengurusan transportasi, ekspedisi dan pergudangan
Kemudian yang kedua, kegiatan usaha penunjang yaitu menjalankan usaha-usaha
lain yang berkaitan dengan bidang usaha tersebut di atas sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Produk atau jasa yang dihasilkan yaitu
a. Penyewaan Kendaraan Jangka Panjang
Menyediakan solusi transportasi yang menyeluruh berupa sewa bulanan dan
tahunan yang aman, nyaman dan terpercaya untuk mendukung kelancaran
usaha korporasi. Tersedia berbagai pilihan kendaraan operasional baik dengan
ataupun tanpa pengemudi sesuai kebutuhan perusahaan atau pelanggan.
b. Penyewaan Kendaraan Jangka Pendek
Menyediakan kebutuhan transportasi sewa harian dan mingguan dengan
berbagai ragam opsi yang sesuai dengan jenis kebutuhan pelanggan.
c. Car Pooling
ASSA Rent juga membantu pelanggan dalam mengelola kendaraan yang
disewa dengan sistem pooling. Pengaturan pemakaian kendaraan dan biaya
dilakukan secara sistematis sesuai dengan kebutuhan operasional
menggunakan sistem terintegrasi, serta didukung dengan laporan dan analisa
secara periodik untuk mencapai optimalisasi pemakaian unit dan efisiensi biaya
perusahaan.
Page 110
95
d. Jasa Logistik
Menyediakan layanan logistik terintegrasi penuh yang mencakup transportasi
berbasis jumlah perjalanan dan manajemen distribusi pengiriman. Layanan
dirancang untuk berbagai jenis industri dan diimplementasikan secara
terintegrasi dengan disesuaikan kepada kebutuhan dan permintaan pelanggan.
e. Jasa Juru Mudi
Menyediakan tenaga pengemudi yang ramah, professional dan berpengalaman,
yang siap untuk digunakan jasanya kapan saja sehingga pelanggan akan
terbebas dari kerumitan proses rekrutmen, penempatan dan pengembangan
pengemudinya.
f. BidWin Automotive Auction
BidWin menjual ratusan kendaraan dengan berbagai tipe dan varian merek
kendaraan secara regular di kota-kota besar di Indonesia dengan sistem lelang.
2.6 PT. Cardig Aero Services Tbk.
2.6.1 Sejarah PT. Cardig Aero Services Tbk.
PT Cardig Aero Services Tbk, yang dikenal dengan sebutan CAS adalah entitas
induk yang beroperasi melalui enam entitas anak yang bergerak di bidang jasa
penunjang transportasi udara, solusi boga dan pengelolaan fasilitas.
Penyelenggaraan jasa tersebut dijalankan dengan standar operasi dan mutu yang
telah diakui dunia. Perseroan menjalankan usahanya di banyak lokasi, yakni bandar
udara, daerah terpencil, kawasan industri maupun wilayah perkotaan.
Perkembangan CAS Group dimulai dengan berdirinya PT Jasa Angkasa
Semesta Tbk (JAS Airport Services) pada tahun 1984, guna memenuhi kebutuhan
Page 111
96
jasa pendukung transportasi udara di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, yang
juga mulai beroperasi pada tahun yang sama. Saat itu, PT Jasa Angkasa Semesta
Tbk (JAS Airport Services) melayani jasa ground handling dan cargo handling di
Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Seiring dengan pertumbuhan kegiatan
bisnis transportasi udara, pada tahun 2003 PT JAS Aero Engineering Services (JAS
Aero) didirikan untuk melayani jasa line maintenance dan aircraft release. Di
tahun yang sama, PT JAS Aero Engineering Services (JAS Aero) melakukan
kemitraan strategis dengan Singapore Airlines Engineering Company (SIA-EC).
Pada tahun 2004, PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JAS Airport Services)
mencatatkan saham di Bursa Efek Surabaya dan memulai kemitraan strategis
dengan SATS (Singapore Airport Terminal Services) Ltd. pada tahun yang sama.
Seiring dengan perkembangan dan kebutuhan kegiatan bisnis jasa transportasi
udara yang semakin meningkat, PT Cardig Aero Services, Tbk. (CAS Group)
didirikan di tahun 2009. Selanjutnya, pada tanggal 5 Desember 2011, PT Cardig
Aero Services, Tbk. (CAS Group) mencatatkan saham perdana di Bursa Efek
Indonesia. Pada tahun 2012, CAS Group melakukan investasi pada Perusahaan jasa
boga (PT Purantara Mitra Angkasa Dua) dan PT Cardig Anugra Sarana Bersama
yang melayani manajemen fasilitas. Pada tahun 2017 Perseroan menangani lebih
dari 24 juta penumpang dan lebih dari 80.000 penerbangan, serta menyediakan 8,75
juta porsi makanan dan mengelola hampir 300.000 ton kargo.
Page 112
97
2.6.2 Bidang Usaha
CAS Group terdiri dari empat kegiatan segmen usaha, yakni CAS Destination,
CAS Food, CAS Facility and CAS People yang melayani pelanggan di sektor
industri penerbangan dan non-penerbangan.
a. CAS Destination
Jasa penunjang penerbangan yang mencakup layanan penanganan
penumpang, bagasi dan pesawat, layanan penggunaan peralatan penunjang,
pengelolaan ruang tunggu penumpang kelas bisnis serta layanan
penyambutan dan pendampingan penumpang. Jasa pergudangan adalah
layanan bongkarmuat kargo, dokumentasi kargo, pengurusan pemindahan
dan pengiriman kargo, penyimpanan kargo dan penanganan kargo khusus,
jika dibutuhkan. PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JAS) mempekerjakan
3.109 orang karyawan di 11 bandar udara dan melayani lebih dari 30
perusahaan maskapai yang kebanyakan merupakan maskapai penerbangan
internasional, di samping sekitar 150 perusahaan angkutan dan ekspedisi.
Jasa perbengkelan penerbangan merupakan perbaikan dan perawatan
pesawat selama tahun singgah (turnaround), yang merupakan saat krusial
selama jam beroperasinya bandar udara. Para ahli mesin, mekanik dan
teknisi CAS memiliki ketrampilan khusus yang bukan saja sesuai dengan
jenis dan model pesawat namun juga sesuai spesifikasi maskapai atau
perusahaan angkutan udara, dengan standar internasional dan ketentuan
yang ditetapkan negara asal perusahaan maskapai atau angkutan udara. PT
JAS Aero Engineering (JAE) beroperasi di 16 bandar udara dan memiliki
Page 113
98
karyawan sebanyak 275 orang, di antaranya 250 orang lebih teknisi yang
andal, dan melayani keperluan 41 pelanggan, termasuk 15 maskapai yang
menawarkan pelayanan lengkap, sehingga pesawat milik mereka
memperoleh perawatan menyeluruh selama beroperasi di Indonesia. Jasa
yang diberikan mencakup sertifikasi rutin vital untuk menjamin setiap
pesawat layak untuk penerbangan selanjutnya, layanan perawatan dan
perbaikan mesin, grand power unit, air starter unit, air conditioning unit dan
sarana penunjang demi kenyamanan penumpang, suku cadang pokok dan
bahan habis-pakai. Disediakan layanan manajemen persediaan dan sarana
penyimpanan berikat untuk semua suku cadang.
b. CAS Food
Jasa katering dibagi menjadi layanan pendukung untuk pelanggan dari
sektor penerbangan, dengan standar ketat dan dukungan 24-jam sesuai
kebutuhan maskapai, dan layanan pendukung untuk pelanggan bukan dari
industri penerbangan, yang membutuhkan pelayanan khusus di lokasi
tertentu, termasuk wilayah perkotaan, kawasan industri dan daerah
terpencil. PT Purantara Mitra Angkasa Dua (PMAD) berlokasi di Bandara
Internasional Soekarno-Hatta dan memiliki cabang di bandara internasional
I Gusti Ngurah Rai – Denpasar Bali, menyediakan jasa katering lengkap
bagi 6 maskapai penerbangan, baik makanan di atas pesawat maupun
makanan bagi pelanggan yang memanfaatkan fasilitas ruang tunggu kelas
bisnis dan kelas utama. Perusahaan berencana menambah satu lagi lokasi
bandara yang akan ditangani. PT Cardig Anugrah Sarana Catering (CASC)
Page 114
99
berkantor pusat di Menara Cardig, Halim Perdana Kusuma dan menawarkan
jasa katering di sejumlah lokasi dan juga melayani perusahaan ternama
dalam dan luar negeri di wilayah perkotaan dan kawasan industri. Selain
jasa katering, CASC juga menawarkan layanan binatu dan penataan lokasi.
Bagi pelanggan di daerah terpencil, jasa yang disediakan mencakup pula
layanan pembelian bahan pangan dan bahan lain sesuai standar keamanan
pangan internasional HACCP.
c. CAS Facility
Manajemen fasilitas menyediakan jasa pembersihan pesawat bagian
luar maupun dalam dan pemeliharaan fasilitas. Belum lama ini langkah
diversifikasi usaha dengan masuk ke layanan binatu untuk kebutuhan rumah
sakit terus berjalan baik. PT Cardig Anugrah Sarana Bersama (CASB)
melayani 16 pelanggan dari sektor industri penerbangan dengan
menyediakan jasa pembersihan bagian dalam dan luar pesawat. Selain itu,
CASB melayani pula 49 pelanggan bukan dari sektor penerbangan, dan
mengoperasikan dua pusat binatu di wilayah Jabotabek.
d. CAS PEOPLE
Pelatihan penerbangan, bidang usaha terbaru setelah langkah
diversifikasi, merupakan layanan pelatihan menggunakan simulator
mutakhir yang ditujukan bagi pilot pesawat Boeing dan Airbus. Kami
membeli porsi saham pengendali PT Jakarta Aviation Training Centre pada
tahun 2017. Entitas ini melayani enam pelanggan, dan berencana terus
berekspansi sejalan meningkatnya permintaan.
Page 115
100
Produk atau jasa yang dihasilkan yaitu
• CAS Destination, merupakan segmen bisnis yang bergerak pada bidang jasa
pendukung transportasi udara yang terdiri dari dua anak Perusahaan yaitu PT
Jasa Angkasa Semesta, Tbk. (JAS Airport Services) dan PT JAS Aero
Engineering Services (JAS Aero).
• CAS Food, merupakan segmen bisnis yang bergerak pada bidang jasa solusi
boga yang terdiri dari dua anak Perusahaan yaitu PT Purantara Mitra Angkasa
Dua dan PT Cardig Anugrah Sarana Catering.
• CAS Facility, merupakan segmen bisnis yang melayani jasa manajemen
fasilitas, jasa laundry institusional, manajemen parkir dan jasa pembersihan
pesawat. PT Cardig Anugra Sarana Bersama merupakan anak Perusahaan
yang tergabung dalam CAS Facility.
• CAS People, merupakan segmen bisnis yang bergerak di bidang jasa
pelatihan penerbangan. PT Jakarta Aviation Training Center adalah anak
Perusahaan yang tergabung dalam CAS People.
2.7 PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk.
2.7.1 Sejarah Pendirian PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk.
PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk adalah perseroan yang bergerak dalam
bidang jasa dan konsultasi pelayaran. Untuk menyediakan jasa pelayaran yang
terintegrasi, perseroan mempunyai anak perseroan yaitu PT. Permata Barito
Shipyard & Engineering yang bergerak dalam jasa perakitan dan perbaikan kapal.
PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk sebagai salah satu jasa pelayaran tertua di
Indonesia, didirikan dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1977 dan
Page 116
101
berkedudukan di Jakarta. Pada tahun 1989 perseroan memperluas bidang usahanya
dengan menyediakan jasa angkutan laut, menjadi agen perantara dan pencari
muatan, penyewaan kapal, dan jasa penunjang angkutan laut lainnya. Perseroan
juga melengkapi kegiatan usahanya dengan menyediakan jasa perakitan dan
perbaikan kapal melalui anak perseroannya PT Permata Barito Shipyard &
Engineering, yang penyertaan sahamnya dilakukan sejak tahun 1998.
2.7.2 Bidang Usaha
Kegiatan usaha PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk saat ini terbagi menjadi 2 jenis
usaha, yaitu :
1. Jasa Pelayaran. Dalam Jasa Pelayaran, Perseroan menyediakan Jasa Penyewaan
kapal dengan sistem sewa Freight Charter dan Time Charter. Perseroan juga
menyediakan jasa Konsultan Pelayaran.
2. Jasa Pemeliharaan & Perbaikan Kapal. Melalui anak perusahaan Perseroan PT
Permata Barito Shipyard & Engineering melayani jasa pembuatan kapal,
pemeliharaan dan perbaikan kapal. Dengan memiliki jasa pelayaran yang
terintegrasi PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk siap menatap persaingan Global.
2.8 PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk.
2.8.1 Sejarah Pendirian PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk.
Perjalanan Perseroan dimulai pada tanggal 17 September 1987 saat Bpk. Harto
Khusumo dan Bpk. Koentojo bersepakat untuk mendirikan sebuah perusahaan
pelayanan pengiriman barang dalam peti kemas melalui jalur laut, dengan nama PT
Tempuran Emas. Enam tahun kemudian, Perseroan berubah menjadi perusahaan
terbuka, tepatnya pada tanggal 25 Juni 2003, melalui penawaran umum saham
Page 117
102
Perseroan sebanyak 451.000.000 lembar saham dengan kode “TMAS”. Pada
tanggal 9 Juli 2003 nama Perseroan resmi tercatat di lantai Bursa Efek Indonesia
dengan nama PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk dan menjadi perusahaan pelayaran
pengangkut peti kemas nasional pertama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Awalnya, Perseroan menjalankan pelayanan pengangkutan peti kemas dengan
menggunakan kapal sewaan. Namun seiring perjalanan waktu dan perkembangan
bisnis Perseroan yang pesat, Perseroan terus menambah daya saing dan
memperbesar kapasitasnya dengan penambahan armada, sarana penunjang serta
memperluas jangkauan pelayanan. Untuk menjalankan usahanya , sampai dengan
akhir 2017, Perseroan memiliki 36.270 unit peti kemas dan 34 unit kapal dengan
total kapasitas angkut 25.785 TEUs, 384.540 DWT. Sarana penunjang kegiatan
utama Peseroan dinilai menjadi faktor penting untuk meningkatkan daya saing.
Adanya alat bongkar muat seperti Harbor Mobile Crane, Reach Stacker, Container
Forklift, serta depo peti kemas yang dimiliki oleh anak perusahaan dapat menjadi
dukungan utama bagi Perseroan untuk memberikan pelayanan yang terintegrasi
pagi para pelanggannya.
Saat ini kegiatan utama Perseroan telah didukung oleh 5 entitas anak
perusahaan, yang masing-masing memiliki spesialisasi, yaitu PT Pelayaran
Tirtamas Express yang bergerak di bidang manajemen perkapalan, PT Temas
Pendulum Nusantara yang bergerak di bidang usaha depo peti kemas, Anemi
Maritime Co. Ltd, yang bergerak di bidang manajemen peti kemas, PT Escorindo
Stevedoring yang bergerak di bidang bongkar muat, dan PT Asia Marine Temas,
entitas anak yang baru didirikan pada tanggal 18 Agustus 2017, yang bergerak di
Page 118
103
bidang majemen perkapalan. Jangkauan layanan yang diberikan oleh Perseroan
terus mengalami perkembangan. Hingga akhir tahun 2017 Peseroan telah membuka
20 kantor cabang antara lain di Medan, Pekanbaru, Jakarta, Surabaya, Pontianak,
Banjarmasin, Tarjun, Samarinda, Makassar, Bitung, Ambon, Sorong, Manokwari,
Jayapura, Palembang, Batam, Padang, Bengkulu, Merauke, dan Fakfak, serta 18
keagenan di seluruh wilayah Indonesia, yaitu di Malahayati, Dumai, Kumai,
Sampit, Balikpapan, Berau, Tarakan, Palu, Kupang, Tual, Dobo, Kaimana, Timika,
Biak, Serui, Nabire, Baubau, dan Lhokseumawe
2.8.2 Bidang Usaha
Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, kegiatan usaha utama
Perseroan adalah menjalankan usaha dalam bidang pelayaran, mengusahakan dan
menyelenggarakan perusahaan pelayaran nusantara dengan usaha-usaha
pengangkutan barang, kendaraan, penumpang, hewan dengan kapal laut baik di
dalam maupun luar negeri. Produk dan Jasa Perseroan begerak di bidang usaha jasa
transportasi khususnya transportasi laut yang menyediakan jasa pengiriman barang
di dalam peti kemas. Yang menjadi komoditas barang yang diangkut antara lain,
bahanbahan kebutuhan pokok, semen, kendaraan bermotor, bahan bangunan,
barang elektronik, makanan dan minuman, obat-obatan dan lain-lain yang dikemas
dan dimuat ke dalam peti kemas. Transportasi laut tersebut melayani beberapa
pelabuhan-pelabuhan besar dan kecil di Indonesia.
Page 119
104
2.9 PT. Inti Bangun Sejahtera Tbk.
2.9.1 Sejarah Pendirian PT. Inti Bangun Sejahtera Tbk.
PT Inti Bangun Sejahtera didirikan pada tahun 2006 berdasarkan Akta
Pendirian No. 7 tanggal 28 April 2006 dibuat dihadapan Yulia, S.H., Notaris di
Jakarta. Akta tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. W7-
00873.HT.01.01-TH.2006 tanggal 22 September 2006, serta telah diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No.12 tanggal 9 September 2007,
Tambahan No.1337. Perusahaan di dirikan dengan kegiatan usaha utama dibidang
jasa penguatan sinyal dalam gedung (In-building service provider).
Perusahaan terus meningkatkan usaha jasa penguat sinyal dalam gedung, selain
mengembangkan potensi untuk memenuhi kebutuhan Operator akan menara.
Hingga saat ini, Perusahaan telah memiliki menara built to suit yang tersebar di
wilayah-wilayah strategis dan potensial, yang sebagian besar menara berlokasi di
wilayah Jawa dan Sumatera. Pada Maret 2012, perusahaan melakukan pelepasan
atas aset yang berhubungan dengan kegiatan usaha jasa penguat sinyal seiring
dengan fokus perusahaan menjadi perusahaan penyedia menara telekomunikasi dan
jaringan infrastruktur di Indonesia.
Pada April 2012, Perusahaan mengubah statusnya menjadi Perusahaan terbuka
sehingga namanya menjadi PT Inti Bangun Sejahtera Tbk. Kemudian sejak 31
Agustus 2012, Perusahaan telah sukses bertransformasi menjadi Perusahaan publik
yang sahamnya dicatat dan diperdagangkan secara umum di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Perusahaan terus berinovasi untuk mengembangkan potensi dalam
Page 120
105
persaingan pasar penyedia menara telekomunikasi dan jaringan infrastruktur di
Indonesia.
2.9.2 Bidang Usaha
Maksud dan tujuan Perseroan adalah berusaha di bidang perdagangan umum
dan jasa, khususnya penunjang telekomunikasi di dalam wilayah Republik
Indonesia. Hal itu berdasarkan pada Akta Pernyataan Keputusan Rapat No.104
tanggal 19 Juni 2015 yang dibuat dihadapan Notaris Linda Herawati, S.H.,
sebagaimana Surat Nomor AHU-AH. 01.03- 0948038 tertanggal 3 Juli 2015
tentang Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar PT Inti Bangun
Sejahtera Tbk yang diterbitkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Direktorat Jendral Administrasi Hukum Umum.
Guna mencapai maksud dan tujuan diatas, Perseroan menjalankan kegiatan
usaha, sebagai berikut:
1. Kegiatan usaha utama Perseroan, yaitu perdagangan alat-alat
telekomunikasi, alat-alat elektrikal serta usaha di bidang jasa yang
meliputi jasa penyediaan, pembelian, pengelolaan dan penyewaan
bangunan dan insfrastruktur, termasuk diantaranya menara telekomunikasi
serta sarana telekomunikasi, jasa konsultasi bidang instalasi
telekomunikasi.
2. Kegiatan usaha penunjang Perseroan, sebagai berikut:
a. Jasa penyediaan instalasi telekomunikasi inbuilding coverage
b. Jasa pengelolaan dan penyewaan bangunanbangunan, ruangan-ruangan
kantor, ruanganruangan apartemen serta fasilitasnya
Page 121
106
d. Menyediakan berbagai produk multimedia dan jasa terkait lainnya
termasuk tetapi tidak terbatas pada penjualan secara langsung
maupun tidak langsung voice services, data/ image dan jasa-jasa
komersial mobile lainnya
e. Memperdagangkan barang-barang, perangkat-perangkat dan/atau
produkproduk telekomunikasi, termasuk tetapi tidak terbatas pada
impor atas barang-barang, perangkat-perangkat dan/atau produk-
produk telekomunikasi tersebut
f. Mendistribusikan dan menjual barang, perangkatperangkat dan/atau
produk-produk telekomunikasi;
g. Menyediakan layanan purna jual atas penjualan barang-barang,
perangkat-perangkat dan/atau produk-produk telekomunikasi.
2.10 PT. Tower Bersama Infrastructure Tbk.
2.10.1 Sejarah Pendirian PT. Tower Bersama Infrastructure Tbk.
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk ("TBIG") merupakan perusahaan induk
dari Tower Bersama Group. TBIG didirikan pada tahun 2004 dan sahamnya tercatat
di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 26 Oktober 2010. Tower Bersama Group
merupakan salah satu dari dua perusahaan menara independen terbesar di
Indonesia.
2.10.2 Bidang Usaha
Kegiatan usaha utama Perseroan adalah menyewakan tower
space pada sites sebagai tempat pemasangan perangkat telekomunikasi milik
penyewa untuk transmisi sinyal berdasarkan skema perjanjian sewa jangka panjang
Page 122
107
melalui Entitas Anak. Perseroan juga menyediakan akses untuk operator
telekomunikasi ke jaringan repeater dan IBS milik Perseroan sehingga dapat
memancarkan jaringan sistem telekomunikasi di gedung-gedung perkantoran dan
pusat-pusat perbelanjaan yang terletak pada wilayah perkotaan.
2.11 PT. Sarana Menara Nusantara Tbk.
2.11.1 Sejarah Pendirian PT. Sarana Menara Nusantara Tbk.
PT Sarana Menara Nusantara, Tbk. (“SMN” atau “Perseroan”) didirikan pada
tahun 2008 di Kudus, Jawa Tengah. Fokus utama SMN adalah berinvestasi pada
perusahaan-perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam kepemilikan dan
pengoperasian lokasi-lokasi menara untuk disewakan kepada perusahaan
komunikasi nirkabel. Sejak tahun 2008, investasi utama SMN adalah kepemilikan
99,99% atas saham yang beredar dari PT Profesional Telekomunikasi Indonesia
(“Protelindo”). Karena kegiatan usaha SMN dijalankan sebagian besar oleh
Protelindo, penjelasan bisnis SMN akan difokuskan pada aset-aset dan kegiatan
operasional yang dilakukan oleh Protelindo. Oleh karena itu, hal-hal yang mengacu
pada “kami”, “kita”, atau “Grup” ditujukan kepada SMN dan Protelindo dan
entitas-entitas anaknya dalam basis konsolidasi.
Didirikan pada tahun 2003, Protelindo merupakan pemilik dan operator menara
independen terbesar untuk perusahaan-perusahaan komunikasi nirkabel di
Indonesia. Sampai dengan 31 Desember 2016, Protelindo telah memiliki dan
mengoperasikan 14.562 lokasi menara. Kegiatan usaha utama Protelindo adalah
penyewaan ruang untuk lokasi menara yang dapat digunakan bersama kepada
seluruh operator nirkabel besar di Indonesia dengan perjanjian sewa jangka
Page 123
108
panjang. Tempat yang disewakan terdiri dari ruang vertikal pada menara dimana
para pelanggan kami dapat memasang antena frekuensi radio dan antena
microwave, dan juga ruang lahan untuk setiap lokasinya untuk penempatan shelter
dan kabinet milik para pelanggan yang merupakan tempat penyimpanan perangkat
elektronik dan penyediaan listrik. Portofolio menara kami yang baru merupakan
yang terbesar di Indonesia dan terluas secara geografis.
Grup memiliki komitmennya untuk menjadi perusahaan menara terkemuka di
Indonesia. Pada akhir 2016, kami memiliki dan mengoperasikan 14.562 lokasi
menara di Indonesia, terutama di Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi.
Pertumbuhan portofolio menara kami mendorong Perseroan untuk mencapai
tahapan industri lainnya, dikarenakan kami telah menjadi perusahaan menara
independen pertama di Indonesia yang memiliki dan mengoperasikan portofolio
lebih dari 14.500 lokasi menara dengan lebih dari 24.100 penyewa. Portofolio
menara kami yang tersebar secara geografis memberikan cakupan di seluruh
kepulauan Indonesia, sehingga memperkuat posisi kami sebagai penyedia menara
yang diutamakan mampu memenuhi kebutuhan nasional, regional, lokal dan
perusahaan telekomunikasi nirkabel yang sedang berkembang.
Protelindo beroperasi secara independen dari operator komunikasi nirkabel dan
memiliki pelanggan yang beragam dan para pelanggan kami yang penting
mencakup para operator telekomunikasi besar di Indonesia: PT Telekomunikasi
Selular (“Telkomsel”), PT XL Axiata Tbk (“XL Axiata”), PT Indosat Tbk
(“Indosat”), dan PT Hutchison 3 Indonesia (“H3I”).
Page 124
109
Sebagai hasil dari akuisisi iForte, kami memiliki lebih dari 521 menara micro-cell
dan 7 hotel BTS yang beroperasi dengan lebih dari 2.140 kilometer jaringan fiber
optic dan lebih dari 200 Points-of-Presence (“PoP”) di kota metropolitan seperti
Jakarta dan Surabaya. Kami telah memasang jaringan fiber optic sepanjang Koridor
Busway di Jakarta dengan menawarkan pelayanan 3G WiFi-ocoad di daerah
dengan lalu lintas yang padat ini. Selain itu, kami memberikan pelayanan Very
Small Aperture Terminal (“VSAT”) di seluruh Indonesia. Pada bulan Juni 2016,
kami menyelesaikan pembelian sebanyak 2.500 menara dari XL, dengan
penyewaan kembali oleh XL pada 2.433 menara untuk jangka waktu 10 tahun.
2.11.2 Bidang Usaha
Bidang usaha utama Perseroan adalah melakukan investasi pada anak
perusahaan yang mengkhususkan diri dalam pemilikan dan pengoperasian menara
telekomunikasi untuk disewakan kepada perusahaanperusahaan telekomunikasi
nirkabel. Berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan, maka Perseroan dapat
melakukan kegiatan-kegiatan usaha berikut ini:
a. Kegiatan usaha utama Perseroan
menjalankan usaha-usaha di bidang jasa dan investasi termasuk dan tidak terbatas
yang meliputi jasa penyewaan dan pengelolaan menara Base Transceiver Station
(BTS), jasa konsultasi bidang instalasi telekomunikasi, jasa konsultasi manajemen,
bisnis administrasi, strategi pengembangan bisnis dan investasi atau penyertaan
pada perusahaan lain
Page 125
110
b. Kegiatan usaha penunjang Perseroan
menjalankan usaha-usaha di bidang jasa yang meliputi jasa persewaan dan
pengelolaan bangunan-bangunan, ruang-ruangan kantor, ruangruangan
pertokoan, ruang-ruangan apartemen, kondominium beserta fasilitasnya dan
jasa konsultasi bidang konstruksi.
Page 126
111
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari data yang sudah diperoleh dan diolah
maka dapat diuraikan terkait dengan judul yang diajukan mengenai pengaruh
Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Return On Investment terhadap Harga
Saham dengan Price Book Value sebagai variabel intervening.
3.1 Deskripsi Hasil Penelitian
3.1.1 Likuiditas
Current Ratio (CR) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo
pada saat ditagih secara keseluruhan atau seberapa banyak aktiva lancar yang
tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.
Current Ratio (CR) yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya
masalah dalam likuiditas namun suatu perusahaan yang memiliki Current Ratio
(CR) terlalu tinggi juga kurang bagus karena menunjukkan banyaknya dana
menganggur. Nilai Current Ratio (CR) yang terlalu tinggi dapat mengindikasi
adanya penimbunan kas, banyak piutang tidak tertagih, penumpukan persediaan.
Bagi perusahaan penghasil jasa maka angka 100% dikatakan sudah mencukupi
(Fahmi, 2013). Untuk mencari Current Ratio (CR) menggunakan
Current Ratio = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠) x 100%
Page 127
112
Hasil perhitungan Current Ratio (CR) dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 3.1
Current Ratio (CR) Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
Tahun 2011-2017
No. Kode
Saham
Current Ratio Rata-
Rata
(%) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 550,22 419,63 550,22 419,63 550,22 419,63 550,22 494,25
2 JSMR 98,21 68,16 77,77 84,43 49,43 69,61 75,95 74,79
3 TLKM 95,80 116,04 116,31 106,22 135,29 119,97 104,82 113,49
4 ASSA 38,19 109,83 48,94 40,11 42,50 48,96 42,83 53,05
5 CASS 182,88 173,95 153,13 166,95 223,48 223,08 133,18 179,52
6 NELY 139,47 307,04 230,67 181,69 316,37 453,28 603,82 318,91
7 TMAS 55,45 50,81 51,84 49,49 58,51 42,28 50,65 51,29
8 IBST 89,79 52,24 542,24 278,99 223,26 254,16 141,67 226,05
9 TBIG 136,39 105,46 66,11 34,55 102,41 89,85 99,16 90,56
10 TOWR 76,86 122,17 91,51 129,78 178,67 108,83 158,41 123,75
Rata-Rata (%) 146,33 152,53 192,87 149,18 188,02 182,96 196,07 172,57
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Berdasarkan Tabel 3.1, nilai rata-rata Current Ratio (CR) perusahaan jasa
sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi selama tahun 2011-2017 sebesar
172,57%. Nilai Current Ratio (CR) untuk perusahaan jasa sebesar 100% sudah
dianggap baik, hal ini menunjukkan bahwa kondisi perusahaan jasa sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi tersebut sudah baik karena nilai Current Ratio
(CR) yang lebih dari 100%. Nilai rata-rata Current Ratio (CR) tertinggi dimiliki
oleh PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. sebesar 494,25% dengan kode
saham PGAS. Nilai rata-rata Current Ratio (CR) terendah dimiliki oleh PT.
Pelayaran Tempuran Emas Tbk. sebesar 51,29% dengan kode saham TMAS. Nilai
rata-rata Current Ratio (CR) tertinggi selama tahun 2011-2017 terdapat pada tahun
2017 dan terendah pada tahun 2011.
Page 128
113
Gambar 3.1 Nilai Rata-Rata Current Ratio (CR) Perusahaan Sektor Infrastruktur,
Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dilihat perusahaan yang menunjukkan rata-rata
Current Ratio (CR) tertinggi yaitu PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
dengan kode saham PGAS sebesar 494,25%, sedangkan rata-rata Current Ratio
(CR) terendah yaitu PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. dengan kode saham
TMAS sebesar 51,29%. Besar kecilnya Current Ratio (CR) menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menutupi seluruh hutang jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar yang ada. Semakin tinggi Current Ratio (CR) maka
perusahaan dinilai semakin baik dalam menjamin hutang jangka pendek yang jatuh
tempo. Bagi kreditur dipandang perusahaan tersebut berada dalam keadaan yang
kuat, bagi pemegang saham ini dianggap tidak baik dalam artian manajer
perusahaan tidak mendayagunakan current asset secara baik dan efektif.
Sebaliknya Current Ratio (CR) yang rendah relatif lebih riskan tetapi menunjukkan
bahwa manejemen telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif. Maka sesuai
494,25%
74,79%
113,49%
53,05%
179,52%
318,91%
51,29%
226,05%
90,56%123,75%
0,00%
100,00%
200,00%
300,00%
400,00%
500,00%
600,00%
PGAS JSMR TLKM ASSA CASS NELY TMAS IBST TBIG TOWR
Page 129
114
dengan data yang diperoleh, PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. memiliki
kemampuan paling baik dalam likuiditasnya dibandingkan dengan perusahaan lain
dalam menjamin hutang jangka pendek namun juga memiliki resiko yang tinggi.
Gambar 3.2 Perkembangan Current Ratio (CR) Perusahaan Sektor Infrastruktur,
Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Berdasarkan Gambar 3.2 Perkembangan Current Ratio (CR) Perusahaan
Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi tahun 2011-2017 mengalami
fluktuasi. Rata-rata total Current Ratio (CR) dimulai pada tahun 2011 dengan rata-
rata total terendah yaitu sebesar 146,33% mengalami peningkatan di tahun 2012
yaitu sebesar 152,53% lalu meningkat lagi di tahun 2013 menjadi 192,87%. Rata-
rata total Current Ratio (CR) di tahun 2014 sebesar 149,18% kemudian meningkat
di tahun 2015 menjadi 188,02% dan di tahun 2016 menjadi 182,96%. Sedangkan
di tahun 2017 mengalami peningkatan dengan rata-rata total tertinggi yaitu sebesar
196,07%.
146,33% 152,53%
192,87%
149,18%
188,02% 182,96%196,07%
0,00%
50,00%
100,00%
150,00%
200,00%
250,00%
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Current Ratio
Page 130
115
3.1.2 Solvabilitas
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
hutang dengan ekuitas. Rasio ini digunakan untuk mengetahui hubungan hutang
jangka panjang dengan jumlah modal sendiri atau ekuitas yang telah diberikan oleh
pemilik perusahaan, dengan maksud untuk mengetahui berapa jumlah dana yang
disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan. Rasio ini dicari dengan cara
membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh
ekuitas.
Semakin tinggi nilai Debt to Equity Ratio (DER) maka semakin besar resiko
keuangannya bagi pemegang saham. Akan lebih aman bagi investor untyk
menanamkan investasinya pada perusahaan yang memiliki nilai Debt to Equity
Ratio (DER) rendah karena hal ini berarti semakin besar jumlah modal pemilik
perusahaan yang dapat dijadikan sebagai jaminan hutang. Dapat diketahui di mana
kelemahan dan kekuatan pada perusahaan tersebut apabila dibandingkan dengan
perusahaan lain yang sejenis.
Untuk mencari Debt to Equity Ratio (DER) menggunakan
Debt to Equity Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 (𝐷𝑒𝑏𝑡)
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 (𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦)
Page 131
116
Hasil perhitungan Debt to Equity Ratio (DER) dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 3.2
Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan
Transportasi Tahun 2011-2017
NO Kode
Saham
Debt to Equity Ratio Rata-Rata
(x) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 0,81 0,66 0,81 0,66 0,81 0,66 0,81 0,75
2 JSMR 1,50 1,53 1,66 1,79 1,97 2,27 3,31 2,00
3 TLKM 0,69 0,66 0,65 0,64 0,78 0,70 0,77 0,70
4 ASSA 6,38 1,88 1,63 1,99 2,39 2,35 0,24 2,41
5 CASS 1,50 1,26 1,24 1,22 1,29 1,07 1,39 1,28
6 NELY 0,34 0,36 0,34 0,31 0,17 0,11 0,08 0,24
7 TMAS 3,11 3,40 3,97 2,06 1,19 1,54 1,85 2,44
8 IBST 1,39 0,73 0,32 0,26 0,29 0,37 0,47 0,55
9 TBIG 1,54 2,37 3,55 4,33 13,33 13,54 7,04 6,53
10 TOWR 4,64 2,97 3,26 2,69 1,79 1,34 1,52 2,60
Rata-Rata (x) 2,19 1,58 1,74 1,60 2,40 2,40 1,75 1,95
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Berdasarkan Tabel 3.2, nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan
sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi selama tahun 2011-2017 sebesar 1,95
kali. Pada umumnya nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang baik adalah sekitar 1
kali di mana jumlah hutang sama dengan jumlah ekuitas, hal ini menunjukkan
bahwa kondisi perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi selama
tahun 2011-2017 tersebut baik untuk perusahaan yang tergolong go-public. Nilai
rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) tertinggi dimiliki oleh PT. Sarana Menara
Nusantara Tbk. sebesar 2,60 kali dengan kode saham TOWR sedangkan terendah
yaitu PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. sebesar 0,24 kali dengan kode saham
NELY. Nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) tertinggi selama tahun 2011-
2017 terdapat pada tahun 2015 dan 2016 karena memiliki nilai rata-rata sama dua
tahun berturut-turut sedangkan yang terendah pada tahun 2014.
Page 132
117
Gambar 3.3 Nilai Rata-Rata Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Berdasarkan Gambar 3.3 dapat dlihat perusahaan yang menunjukkan rata-rata
Debt to Equity Ratio (DER) tertinggi yaitu PT. Tower Bersama Infrastruckture Tbk.
dengan kode saham TBIG sebesar 6.53 kali, sedangkan rata-rata Debt to Equity
Ratio (DER) terendah yaitu PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. dengan kode saham
NELY sebesar 0.24 kali. Besar kecilnya Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan
seberapa besar hutang perusahaan jika dibandingkan ekuitas yang dimiliki oleh
perusahaan atau para pemegang saham. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio
(DER), semakin kecil jumlah modal pemilik perusahaan atau ekuitas yang dijadikan
sebagai jaminan hutang. Sedangkan semakin rendah Debt to Equity Ratio (DER)
semakin baik karena aman bagi investor saat likuidasi. Maka sesuai dengan data
yang diperoleh, PT. Tower Bersama Infrastruckture Tbk. memiliki resiko paling
tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain dalam solvabilitas atau leverage
perusahaan di mana bisa membahayakan perusahaan yang masuk kategori extreme
0,75
2,00
0,70
2,41
1,28
0,24
2,44
0,55
6,53
2,60
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
PGAS JSMR TLKM ASSA CASS NELY TMAS IBST TBIG TOWR
Page 133
118
leverage (hutang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat hutang yang
tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut.
Gambar 3.4 Perkembangan Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Berdasarkan Gambar 3.4 Perkembangan Debt to Equity Ratio (DER)
Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017
mengalami fluktuasi. Rata-rata total Debt to Equity Ratio (DER) dimulai dari tahun
2011 sebesar 2,19, mengalami penurunan di tahun 2012 menjadi 1,58 kali
kemudian di tahun 2013 meningkat menjadi 1,74 kali dan menurun kembali di
tahun 2014 menjadi 1,60 kali. Peningkatan terjadi di tahun 2015 dan 2016 yang
sama-sama memiliki rata-rata total sebesar 2,40 kali dan menjadi rata-rata total
tertinggi, sedangkan di tahun selanjutnya yaitu di tahun 2017 mengalami
penurunan menjadi 1,75 kali.
2,19
1,581,74
1,60
2,40 2,40
1,75
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Debt to Equity Ratio
Page 134
119
3.1.3 Profitabilitas
Return On Investment (ROI) atau Return On Total Assets merupakan rasio
yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan. Return On Investment (ROI) atau pengembalian investasi bahwa di
beberapa referensi lainnya rasio ini juga ditulis dengan Return On Total Assets
(ROA). Rasio ini digunakan untuk melihat sejauh mana investasi yang telah
ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang
diharapkan.
Rasio ini memperlihatkan efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi
produksi dan efisiensi bagian penjualan. Oleh karena itu, rasio ini lebih efisien
dalam mengetahui kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di
dalam perusahaan atau seberapa besar laba bersih setelah pajak yang dihasilkan.
Pihak luar akan dapat mengetahui perusahaan mana yang mempunyai
potensial profit. Semakin baik pertumbuhan profitabilitas perusahaan berarti
prospek perusahaan di masa depan dinilai semakin baik, artinya nilai perusahaan
juga akan dinilai semakin baik di mata investor. Dapat diketahui di mana
kelemahan dan kekuatan pada perusahaan tersebut apabila dibandingkan dengan
perusahaan lain yang sejenis.
Untuk mencari Return On Investment (ROI) menggunakan
Return On Investment = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑥 100%
Page 135
120
Hasil perhitungan Return On Investment (ROI) dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3.3
Return On Invetsment (ROI) Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan
Transportasi Tahun 2011-2017
No. Kode
Saham
Return On Investment Rata-Rata
(%) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 20,64 23,42 20,64 23,42 20,64 23,42 20,64 21,83
2 JSMR 5,64 6,20 3,31 3,81 3,59 3,37 2,64 4,08
3 TLKM 15,01 16,49 15,86 15,22 14,03 16,24 16,48 15,62
4 ASSA 0,69 1,40 4,24 1,71 1,18 2,05 3,12 2,06
5 CASS 19,84 23,83 27,28 24,85 22,94 17,99 16,94 21,95
6 NELY 18,95 13,87 6,78 5,28 6,74 3,40 6,84 8,83
7 TMAS 2,66 7,82 4,24 12,49 17,80 9,17 1,83 8,00
8 IBST 4,84 26,32 30,24 6,02 7,54 8,16 4,12 12,46
9 TBIG 7,16 6,48 7,22 6,23 6,34 5,51 9,14 6,87
10 TOWR 3,31 2,55 1,06 4,87 13,84 10,67 9,81 6,59
Rata-Rata (x) 9,87 12,84 12,09 10,39 11,46 10,00 9,16 10,83
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Berdasarkan Tabel 3.3, nilai rata-rata Return On Investment (ROI) perusahaan
sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi selama tahun 2011-2017 sebesar
10,83%. Pada umumnya nilai Return On Investment (ROI) semakin tinggi semakin
baik, hal ini menunjukkan bahwa kondisi perusahaan sektor infrastruktur, utilitas
dan transportasi selama tahun 2011-2017 tersebut kurang baik karena masih jauh
dari angka 50%. Nilai rata-rata Return On Investment (ROI) tertinggi dimiliki oleh
PT. Cardig Aero Services Tbk. sebesar 21,95% dengan kode saham CASS
sedangkan yang terendah yaitu PT. Adi Sarana Armada Tbk. sebesar 2,06% dengan
kode saham ASSA. Nilai rata-rata Return On Investment (ROI) tertinggi selama
tahun 2011-2017 terdapat pada tahun 2012 sedangkan yang terendah pada tahun
2017.
Page 136
121
Gambar 3.5 Nilai Rata-Rata Return On Investment (ROI) Perusahaan Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Berdasarkan Gambar 3.5 dapat dilihat perusahaan yang menunjukkan rata-
rata Return On Investment (ROI) tertinggi yaitu PT. Cardig Aero Services Tbk.
dengan kode saham CASS sebesar 21,95%, sedangkan Return On Investment (ROI)
terendah yaitu PT. Adi Sarana Armada Tbk. dengan kode saham ASSA sebesar
2,06%. Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset maka semakin tinggi laba
bersih yang dihasilkan. Besar kecilnya Return On Investment (ROI) menunjukkan
kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan atau dengan
kata lain efisiensi manajemen. Maka sesuai dengan data yang diperoleh, PT. Cardig
Aero Services Tbk. memiliki kemampuan paling baik dalam efisiensi manajemen
di dalam perusahaan.
21,83%
4,08%
15,62%
2,06%
21,95%
8,83%8,00%
12,46%
6,87% 6,59%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
PGAS JSMR TLKM ASSA CASS NELY TMAS IBST TBIG TOWR
Page 137
122
Gambar 3.6 Perkembangan Return On Investment (ROI) Perusahaan Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Berdasarkan gambar 3.6 perkembangan Return On Investment (ROI)
perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi tahun 2011-2017
mengalami fluktuasi. Dimulai pada tahun 2011, rata-rata total Return On
Investment (ROI) sebesar 9,87% mengalami peningkatan di tahun 2012 menjadi
12,84% yang merupakan rata-rata total tertinggi selama tahun 2011-2017 kemudian
mengalami penurunan di tahun 2013 menjadi 12,09% dan di tahun selanjutnya yaitu
di tahun 2014 menjadi 10,39% . Rata-rata total Return On Investment (ROI) tahun
2015 sebesar 11,46% kemudian mengalami penurunan dua tahun berturut-turut di
tahun 2016 menjadi 10,00% dan di tahun 2017 menjadi 9,16%.
9,87%
12,84%12,09%
10,39%
11,46%
10,00%
9,16%
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
12,00%
14,00%
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Page 138
123
3.1.4 Nilai Perusahaan
Price Book Value (PBV) atau rasio nilai pasar/nilai buku adalah rasio
harga pasar suatu saham terhadap nilai bukunya. Rasio penilaian ini Rasio ini
digunakan untuk mengetahui nilai wajar saham atau seberapa mahal harga
saham dari suatu perusahaan. Rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai
bukunya memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan.
Perusahaan yang dipandang baik oleh investor dijual dengan rasio nilai
buku yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan pengembalian yang
rendah. Nilai perusahaan dapat sebagai indikator kemakmuran para pemilik
atau pemegang saham. Base Price (harga dasar) yaitu harga perdana dari suatu
saham dan Market Price (harga pasar) yaitu harga penutup (closing price) dari
suatu saham jadi harga pasar ini lah yang menentukan naik turunnya suatu
saham. Pada penelitian ini harga saham yang digunakan adalah harga
penutupan (closing price).
Untuk mencari Price Book Value (PBV) terlebih dahulu menggunakan
Book Value = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
Selanjutnya menghitung
Price Book Value = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
Page 139
124
Hasil perhitungan Price Book Value (PBV) dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 3.4
Price Book Value (PBV) Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan
Transportasi Tahun 2011-2017
No. Kode
Saham
Price Book Value Rata-Rata
(x) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 4,55 4,88 4,76 4,99 2,58 2,06 1,68 3,64
2 JSMR 3,65 4,04 3,25 4,48 3,07 1,92 2,53 3,28
3 TLKM 2,33 2,72 2,80 3,35 3,35 3,80 3,99 3,19
4 ASSA 9,00 1,97 1,15 0,63 0,40 0,73 0,70 2,08
5 CASS 2,91 4,34 4,19 5,34 4,22 2,48 2,35 3,69
6 NELY 2,01 1,48 1,27 1,13 0,90 0,49 0,70 1,14
7 TMAS 0,93 1,21 0,71 4,75 2,73 2,01 1,28 1,95
8 IBST 10,07 5,55 3,30 1,33 0,61 0,46 2,53 3,41
9 TBIG 3,98 6,08 6,39 10,64 16,74 13,89 9,14 9,55
10 TOWR 6,72 6,77 7,70 9,07 6,31 3,41 5,32 6,47
Rata-Rata (x) 4,62 3,90 3,55 4,57 4,09 3,12 3,02 3,84
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Berdasarkan Tabel 3.4, nilai rata-rata Price Book Value (PBV) perusahaan
sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi selama tahun 2011-2017 sebesar 3,84
kali. Pada umumnya saham yang memiliki rasio Price Book Value (PBV) yang
lebih besar dari 1 artinya investor bersedia membayar saham lebih besar dari nilai
bukunya. Memiliki valuasi yang tinggi di atas (overvalue) sedangkan saham yang
memiliki Price Book Value (PBV) di bawah 1 memiliki valuasi yang rendah
(undervalue), hal ini menunjukkan bahwa kondisi perusahaan sektor infrastruktur,
utilitas dan transportasi selama tahun 2011-2017 tersebut memiliki valuasi yang
tinggi karena rata-ratanya melebihi angka 1 bahkan mencapai angka 3,84 kali. Nilai
rata-rata Price Book Value (PBV) tertinggi dimiliki oleh PT. Tower Bersama
Infrastructure Group Tbk. sebesar 9,55 kali dengan kode saham TBIG. Nilai rata-
Page 140
125
rata Return On Investment (ROI) tertinggi selama tahun 2011-2017 terdapat pada
tahun 2011.
Gambar 3.7 Nilai Rata-Rata Price Book Value (PBV) Perusahaan Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Berdasarkan gambar 3.7 dapat dlihat perusahaan yang menunjukkan rata-rata
Price Book Value (PBV) tertinggi yaitu PT. Tower Bersama Infrastructure Tbk.
dengan kode saham TBIG sebesar 9,55 kali, sedangkan rata-rata Price Book Value
(PBV) terendah yaitu PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. dengan kode saham
NELY sebesar 1,14 kali. Besar kecilnya Price Book Value (PBV) menunjukkan
valuasi atau penilaian pasar keuangan terhadap manajemen dan organisasi
perusahaan. Maka sesuai dengan data yang diperoleh, PT. Tower Bersama
Infrastructure Tbk. memiliki valuasi yang tinggi di mana nilai yang tinggi tersebut
juga bisa menunjukkan bahwa sahamnya tidak overvalue atau tingkat pengembalian
atas aset yang tinggi sehingga mengakibatkan nilai pasarnya jauh melebihi nilai
bukunya.
3,643,28 3,19
2,08
3,69
1,14
1,95
3,41
9,55
6,47
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
PGAS JSMR TLKM ASSA CASS NELY TMAS IBST TBIG TOWR
Page 141
126
Gambar 3.8 Perkembangan Price Book Value (PBV) Perusahaan Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Berdasarkan Gambar 3.8 Perkembangan Price Book Value (PBV) Perusahaan
Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017 mengalami
fluktuasi. Dimulai pada tahun 2011, rata-rata total Price Book Value (PBV) sebesar
4,62 kali menurun di tahun 2012 menjadi 3,90 kali dan di tahun 2013 menjadi
sebesar 3,55 kali. Kemudian mengalami peningkatan di tahun 2014 menjadi 4,57
kali yang merupakan rata-rata total tertinggi Price Book Value (PBV) kemudian
mengalami penurunan tiga tahun berturut-turut di tahun 2015 menjadi 4,09 kali, di
tahun 2016 menjadi 3,12 kali dan di tahun 2017 menjadi 3,02 kali.
3.1.5 Harga Saham
Harga saham merupakan harga suatu saham di pasar bursa pada saat tertentu
yang ditentukan oleh mekanisme pasar berupa permintaan dan penawaran saham.
Harga saham berubah dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan kondisi dan
4,62
3,90
3,55
4,57
4,09
3,12 3,02
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
4,50
5,00
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Price Book Value
Page 142
127
informasi baru yang diperoleh investor tentang prospek perusahaan. Harga pasar
saham juga menunjukkan nilai dari perusahaan itu sendiri. Untuk mencari harga
saham menggunakan closing price atau harga penutupan saham di akhir tahun. Data
harga saham dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 3.5
Harga Penutupan Saham Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan
Transportasi Tahun 2011-2017
No. Kode
Saham
Harga Saham Rata-Rata
Total 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 3.175 4600 4475 6000 2745 2700 1750 3.635
2 JSMR 4200 5450 4725 7050 5225 4320 6400 5.339
3 TLKM 1410 1810 2150 2865 3105 3980 4440 2.823
4 ASSA 510 425 280 155 100 195 202 267
5 CASS 405 730 820 1250 1130 945 900 883
6 NELY 195 199 175 163 138 76 114 151
7 TMAS 199 370 210 2215 1950 1750 1145 1.120
8 IBST 4959 5125 5312 3000 1900 1850 8100 4.321
9 TBIG 2375 5700 5800 9700 5875 4980 6425 5.836
10 TOWR 1000 2270 2750 4150 4750 3580 4000 3.214
Rata-Rata 1.843 2.668 2.670 3.655 2.692 2.438 3.348 2.759
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Berdasarkan Tabel 3.5, rata-rata harga saham perusahaan sektor infrastruktur,
utilitas dan transportasi selama tahun 2011-2017 sebesar Rp2.759. Pada umumnya
semakin tinggi harga saham maka semakin baik, hal ini menunjukkan bahwa
kondisi perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi selama tahun 2011-
2017 berada di nilai rata-rata industri tersebut yang berarti cukup baik. Nilai rata-
rata harga saham tertinggi dimiliki oleh PT. Tower Bersama Infrastructure Group
Tbk. sebesar Rp5.836 dengan kode saham TBIG. Nilai rata-rata harga saham
tertinggi selama tahun 2011-2017 terdapat pada tahun 2014.
Page 143
128
Gambar 3.9 Nilai Rata-Rata Harga Saham Perusahaan Sektor Infrastruktur,
Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Berdasarkan Gambar 3.9 dapat dlihat perusahaan yang menunjukkan rata-
rata harga saham tertinggi yaitu PT. Tower Bersama Infrastructure Tbk. dengan
kode saham TBIG sebesar Rp5.836, sedangkan rata-rata harga saham terendah
yaitu PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. dengan kode saham NELY sebesar
Rp151. Besar kecilnya harga saham menunjukkan keberhasilan perusahaan di masa
depan. Maka sesuai data yang diperoleh, PT. Tower Bersama Infrastructure Tbk.
memiliki harga saham yang cukup tinggi.
3.635
5.339
2.823
267
883
151
1.120
4.321
5.836
3.214
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
PGAS JSMR TLKM ASSA CASS NELY TMAS IBST TBIG TOWR
Page 144
129
Gambar 3.10 Perkembangan Harga Saham Perusahaan Sektor Infrastruktur,
Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Berdasarkan Gambar 3.10 Perkembangan Harga Saham Perusahaan Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Tahun 2011-2017 mengalami fluktuasi.
Dimulai pada tahun 2011 merupakan rata-rata total terendah selama tahun 2011-
2017 yaitu sebesar Rp1.843. Rata-rata total mengalami peningkatan selama 3 tahun
berturut-turut di tahun 2012 menjadi Rp2.668, di tahun 2013 menjadi Rp2.670 dan
di tahun 2014 menjadi Rp3.655 merupakan rata-rata total tertinggi selama tahun
2011-2017. Rata-rata total di tahun 2015 sebesar Rp2.692 mengalami penurunan di
tahun 2016 menjadi Rp2.438 dan meningkat lagi di tahun 2017 yaitu menjadi
Rp3.348.
1.843
2.668 2.670
3.655
2.692
2.438
3.348
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Page 145
130
Tabel 3.6
Descriptive Statistics
No. Missing Mean Median Min Max
Standard
Deviation
CR 1 0 172,60 116 34,55 603,82 152,40
DER 2 0 1,95 1,39 0,08 13,54 2,40
ROI 3 0 10,80 7,50 0,69 30,24 8,00
PBV 4 0 3,84 3,25 0,40 16,74 3,15
HARGA
SAHAM 5 0 2.758,89 2.270,00 76,00 9.700,00 2.303,56
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 3.6 Descriptive Statistics, dapat dilihat bahwa terdapat
missing, mean, median, min, max, dan standard deviation dalam menggambarkan
atau mendiskripsikan variabel-variabel penelitian. Deskripsi statistik variabel yang
pertama adalah Current Ratio (CR). Nilai missing dari Current Ratio (CR) adalah
0, mean dari Current Ratio (CR) adalah 172,60, median dari Current Ratio (CR)
adalah sebesar 116, minimum sebesar 34,55 yang berasal dari PT. Tower Bersama
Infrastructure Tbk. dengan kode saham TBIG. Nilai maximum dari Current Ratio
(CR) adalah sebesar 603,82 yang berasal dari PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk.
dengan kode saham NELY. Nilai standard deviation dari Current Ratio (CR)
adalah sebesar 152,40.
Deskripsi statistik variabel yang kedua adalah Debt to Equity Ratio (DER).
Nilai missing dari Debt to Equity Ratio (DER) adalah 0, mean dari Debt to Equity
Ratio (DER) adalah 1,95, median dari Debt to Equity Ratio (DER) adalah 1,39,
minimum dari Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebesar 0,08 yang berasal dari
PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. dengan kode saham NELY. Nilai maximum
dari Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebesar 13,54 yang berasal dari PT. Tower
Page 146
131
Bersama Infrastructure Tbk. dengan kode saham TBIG. Nilai standard deviation
dari Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebesar 2,40.
Deskripsi statistik variabel yang ketiga adalah Return On Investment (ROI).
Nilai missing dari Return On Investment (ROI) adalah 0, mean dari Return On
Investment (ROI) adalah 10,80, median dari Return On Investment (ROI) adalah
7,50, minimum dari Return On Investment (ROI) adalah sebesar 0,69 yang berasal
dari PT. Adi Sarana Armada Tbk. dengan kode saham ASSA. Nilai maximum dari
Return On Investment (ROI) adalah sebesar 30,24 yang berasal dari PT. Inti Bangun
Sejahtera Tbk. dengan kode saham IBST. Nilai standard deviation dari Return On
Investment (ROI) adalah sebesar 8,00.
Deskripsi statistik variabel yang keempat adalah Price Book Value (PBV).
Nilai missing dari Price Book Value (PBV) adalah 0, mean dari Price Book Value
(PBV) adalah 3,84, median dari Price Book Value (PBV) adalah 3,25, minimum
dari Price Book Value (PBV) adalah sebesar 0,40 yang berasal dari PT. Adi Sarana
Armada Tbk. dengan kode saham ASSA. Nilai maximum dari Price Book Value
(PBV) adalah sebesar 16,74 yang berasal dari PT. Tower Bersama Infrastructure
Tbk. dengan kode saham TBIG. Nilai standard deviation dari Price Book Value
(PBV) adalah sebesar 3,15.
Deskripsi statistik variabel yang kelima adalah Harga Saham. Nilai missing
dari Harga Saham adalah 0, mean dari Harga Saham adalah 2.758,89, median dari
Harga Saham adalah 2.270, minimum dari Harga Saham adalah sebesar 76 yang
berasal dari PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. dengan kode saham NELY. Nilai
maximum dari Harga Saham adalah sebesar 9.700 yang berasal dari PT. Tower
Page 147
132
Bersama Infrastructure Tbk. dengan kode saham TBIG. Nilai standard deviation
dari Harga Saham adalah sebesar 2.303,56.
3.2 Hasil Uji Data
Berikut adalah hasil pengujian analisis jalur dengan PLS menggunakan aplikasi
SmartPLS 3.2.8.
3.2.1 Outer Model
Tabel 3.7
Cross Loadings
HARGA
SAHAM
LIKUIDI
TAS
NILAI
PERUSAHAAN
PROFITABILI
TAS
SOLVABILI
TAS
CR -0,051 1,000 -0,180 0,496 -0,342
DER 0,259 -0,342 0,747 -0,329 1,000
ROI 0,017 0,496 -0,018 1,000 -0,329
NILAI
PERUSAHAAN 0,560 -0,180 1,000 -0,018 0,747
HARGA
SAHAM 1,000 -0,051 0,560 0,017 0,259
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Output dari Cross Loadings ini menghendaki bahwa nilai korelasi dari setiap
indikator dengan variabel latennya harus lebih besar bila dibandingkan dengan
korelasi antar indikator pada variabel laten lainnya. Berdasarkan tabel 3.6 diketahui
bahwa nilai Cross Loadings dari indikator dengan masing-masing variabel latennya
lebih besar. Maka dengan demikian hasil ini dapat menunjukkan bahwa masing-
masing variabel penelitian yaitu Likuditas, Solvabilitas, Profitabilitas, Nilai
Perusahaan dan Harga Saham telah memenuhi persyaratan Cross Loadings,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel adalah valid atau memenuhi uji
validitas diskriminan.
Page 148
133
Tabel 3.8
Construct Reliability and Validity
Cronbach's
Alpha
Composite
Reliability
Average Variance
Extracted (AVE)
LIKUIDITAS 1,000 1,000 1,000
SOLVABILITAS 1,000 1,000 1,000
PROFITABILITAS 1,000 1,000 1,000
NILAI PERUSAHAAN 1,000 1,000 1,000
HARGA SAHAM 1,000 1,000 1,000
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Suatu variabel dapat dinyatakan valid atau memenuhi Average Variant
Extracted (AVE) apabila memiliki nilai Average Variant Extracted (AVE) > 0,5.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai Average Variant Extracted (AVE)
dari masing-masing variabel penelitian > 0,5 maka dengan demikian hasil ini dapat
menunjukkan bahwa masing-masing variabel penelitian yaitu Likuiditas,
Solvabilitas, Profitabilitas, Nilai Perusahaan dan Harga Saham telah memenuhi
persyaratan nilai Average Variant Extracted (AVE), sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua variabel adalah valid atau memenuhi uji validitas konvergen.
Suatu variabel dapat dinyatakan reliabel atau memenuhi Cronbach’s Alpha
apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0.7 . Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha dari masing-masing variabel penelitian >
0.7 maka dengan demikian hasil ini dapat menunjukkan bahwa masing-masing
variabel penelitian yaitu Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, Nilai Perusahaan
dan Harga Saham telah memenuhi persyaratan nilai Cronbach’s Alpha, sehingga
dapat disimpulkan bahwa semua variabel adalah reliabel atau sudah memenuhi uji
reliabilitas.
Page 149
134
Composite Reliability merupakan bagian yang digunakan untuk menguji nilai
reliabilitas indikator-indikator pada suatu variabel. Suatu variabel dapat dinyatakan
reliabel atau memenuhi Composite Reliability apabila memiliki nilai Composite
Reliability > 0.6 . Suatu variabel dapat dinyatakan reliabel atau memenuhi
Composite Reliability apabila memiliki nilai Composite Reliability > 0.6 .
Berdasarkan sajian tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Composite Reliability
dari masing-masing variabel penelitian > 0.6 maka dengan demikian hasil ini dapat
menunjukkan bahwa masing-masing variabel penelitian yaitu Likuiditas,
Solvabilitas, Profitabilitas, Nilai Perusahaan dan Harga Saham telah memenuhi
persyaratan nilai Composite Reliability, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua
variabel adalah reliabel atau sudah memenuhi uji reliabilitas.
Tabel 3.9
Collinearity Statistics (Outer VIF Values)
VIF
CR 1.000
DER 1.000
ROI 1.000
PBV 1.000
HARGA SAHAM 1.000
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Suatu variabel dapat dinyatakan tidak terjadi korelasi antar variabel atau
memenuhi Variance Inflation Factor (VIF) apabila memiliki nilai Variance
Inflation Factor (VIF) < 5 . Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai
Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel penelitian < 0.5 maka
dengan demikian hasil ini dapat menunjukkan bahwa masing-masing variabel
penelitian yaitu Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, Nilai Perusahaan dan Harga
Saham telah memenuhi persyaratan nilai Variance Inflation Factor (VIF), sehingga
Page 150
135
dapat disimpulkan bahwa semua variabel memenuhi uji dan tidak terjadi
permasalahan multikolonieritas.
3.2.2 Inner Model
Inner Model bisa digunakan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengaruh
variabel independen terhadap dependen dan variabel independen terhadap
intervening melalui R-Square serta seberapa besar variabel diluar penelitian yang
mempengaruhi penelitian. Untuk menguji model struktural atau disebut juga Inner
Model adalah sebagai berikut
Tabel 3.10
R Square
R Square R Square Adjusted
HARGA SAHAM 0,381 0,343
NILAI PERUSAHAAN 0,618 0,600
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Nilai R Square dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten
dependen apakah memiliki pengaruh yang substantif. Nilai R Square 0.75, 0.50 dan
0.25 dapat disimpulkan bahwa model kuat, moderate dan lemah. Hasil dari R
Square merepresentasikan jumlah variance dari konstruk yang dijelaskan oleh
model. Maka dengan demikian hasil ini dapat menunjukkan variabel Harga Saham
memiliki nilai R Square sebesar 0,381 yang masuk dalam kategori lemah. Perolehan
nilai tersebut menjelaskan bahwa presentase besarnya Harga Saham dapat
dijelaskan oleh Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas sebesar 0,381 atau
38,10%. Nilai Perusahaan dalam model memiliki nilai R Square sebesar 0,618 yang
masuk dalam kategori moderate. Perolehan nilai tersebut menjelaskan bahwa
Page 151
136
presentase besarnya Price Book Value (PBV) dapat dijelaskan oleh Likuiditas,
Solvabilitas dan Profitabilitas sebesar 0,618 atau 61,80% dan sisanya dipengaruhi
oleh variabel diluar penelitian.
Gambar 3.11 Model PLS Algorithm
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan Gambar 3.11 Model PLS Algorithm maka digambarkan
hubungan dengan satu variabel intervening. Sesuai dengan dengan hipotesis yang
diajukan dan teori yang mendasarinya maka model tersebut menunjukkan adanya
hubungan dari variabel independen ke dependen, variabel independen ke
intervening.
3.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis analisis jalur pada penelitian ini dilakukan dengan melihat hasil
uji t dimana dalam penelitian ini dijelaskan oleh nilai T-Statistics atau nilai P-
Values pada Path Coefficient untuk melihat pengaruh langsung dan Total Indirect
Page 152
137
Effect untuk melihat pengaruh tidak langsung. Hipotesis penelitian dapat
dinyatakan diterima apabila nilai T-Statistics > 1.96 atau P-Values < 0,05. Berikut
ini adalah hasil uji hipotesis yang diperoleh dalam penelitian ini melalui inner
model :
Tabel 3.11
Path Coefficient
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values Keterangan
LIKUIDITAS ->
NILAI
PERUSAHAAN
-0,031 -0,024 0,057 0,539 0,590 Tidak
Signifikan
SOLVABILITAS ->
NILAI
PERUSAHAAN
0,825 0,805 0,097 8,537 0,000 Signifikan
PROFITABILITAS ->
NILAI
PERUSAHAAN
0,269 0,283 0,088 3,057 0,002 Signifikan
LIKUIDITAS ->
HARGA SAHAM 0,018 0,023 0,091 0,195 0,845
Tidak
Signifikan
SOLVABILITAS ->
HARGA SAHAM -0,439 -0,445 0,190 2,314 0,021 Signifikan
PROFITABILITAS ->
HARGA SAHAM -0,120 -0,135 0,142 0,846 0,398
Tidak
Signifikan
NILAI
PERUSAHAAN ->
HARGA SAHAM
0,889 0,891 0,178 4,984 0,000 Signifikan
Sumber : Data sekunder diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 3.11 Path Coefficient, diketahui perhitungan uji secara
parsial seberapa besar pengaruh langsung dan nilai signifikansi dari variabel-
variabel yang peneliti gunakan seperti sebagai berikut:
1) Pengaruh Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan
Ha : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan
Page 153
138
H0 : Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan tabel 3.11 Path Coefficient diketahui pengaruh Likuiditas
terhadap Nilai Perusahaan adalah tidak signifikan dengan T-Statistics
sebesar 0,539 < 1.96 dan nilai original sample adalah negatif yaitu 0,031
dengan Standard Deviation yaitu 0,057. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Ha ditolak dan H0 diterima.
2) Pengaruh Solvabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Ha : Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan
H0 : Solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan tabel 3.11 Path Coefficient diketahui pengaruh Solvabilitas
terhadap Nilai Perusahaan adalah signifikan dengan T-Statistics sebesar
8,537 > 1.96 dan nilai original sample adalah positif yaitu 0,825 dengan
Standard Deviation yaitu 0,097. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima dan H0 ditolak.
3) Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Ha : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan
H0 : Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan tabel 3.11 Path Coefficient diketahui pengaruh Profitabilitas
terhadap Nilai Perusahaan adalah signifikan dengan T-Statistics sebesar
3,057 > 1.96 dan nilai original sample adalah positif yaitu 0,269 dengan
Standard Deviation yaitu 0,088. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima dan H0 ditolak.
Page 154
139
4) Pengaruh Likuiditas terhadap Harga Saham
Ha : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
H0 : Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
Berdasarkan tabel 3.11 Path Coefficient diketahui pengaruh Likuiditas
terhadap Harga Saham adalah tidak signifikan dengan T-Statistics sebesar
0,195 < 1.96 dan nilai original sample adalah positif yaitu 0,018 dengan
Standard Deviation yaitu 0,091. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha
ditolak dan H0 diterima.
5) Pengaruh Solvabilitas terhadap Harga Saham
Ha : Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
H0 : Solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
Berdasarkan tabel 3.11 Path Coefficient diketahui pengaruh
Solvabilitas terhadap Harga Saham adalah signifikan dengan T-Statistics
sebesar 2,314 > 1.96 dan nilai original sample adalah negatif yaitu -0,439
dengan Standard Deviation yaitu 0,190. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Ha diterima dan H0 ditolak.
6) Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga Saham
Ha : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
H0 : Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
Berdasarkan tabel 3.11 Path Coefficient diketahui pengaruh
Profitabilitas terhadap Harga Saham adalah tidak signifikan dengan T-
Statistics sebesar 0,846 < 1.96 dan nilai original sample adalah negatif yaitu
Page 155
140
-0,120 dengan Standard Deviation yaitu 0,142. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Ha ditolak dan H0 diterima.
7) Pengaruh Nilai Perusahaan terhadap Harga Saham
Ha : Nilai Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
H0 : Nilai Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
Berdasarkan tabel 3.11 Path Coefficient diketahui pengaruh Nilai
Perusahaan terhadap Harga Saham adalah signifikan dengan T-Statistics
sebesar 4,984 > 1.96 dan nilai original sample adalah positif yaitu 0,889
dengan Standard Deviation yaitu 0,178. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Ha diterima dan H0 ditolak.
Hasil di atas dapat digambarkan dengan tabel sebagai berikut :
Tabel 3.12
Hasil nilai koefisien
Variabel Nilai
Likuiditas terhadap Harga Saham 0,018
Solvabilitas terhadap Harga Saham -0,439
Profitabilitas terhadap Harga Saham -0,120
Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan -0,031
Solvabilitas terhadap Nilai Perusahaan 0,825
Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan 0,269
Nilai Perusahaan terhadap Harga Saham 0,889
Sumber : Data Sekunder diolah, 2019
Maka didapatkan persamaan sebagai berikut :
Nilai Perusahaan = -0.031Likuiditas + 0,825Solvabilitas + 0,269Profitabilitas
Harga Saham = 0,018Likuiditas+ -0,439Solvabilitas + -0,120Profitabilitas
Page 156
141
Tabel 3.13
Total Indirect Effects
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|)
P
Values Keterangan
LIKUIDITAS->
HARGA SAHAM -0,027 -0,021 0,048 0,566 0,572
Tidak
Signifikan
LIKUIDITAS ->
NILAI
PERUSAHAAN
0,000 0,000
SOLVABILITAS ->
HARGA SAHAM 0,733 0,728 0,210 3,485 0,001
Signifikan
SOLVABILITAS ->
NILAI
PERUSAHAAN
0,000 0,000
PROFITABILITAS ->
HARGA SAHAM 0,239 0,251 0,089 2,685 0,007
Signifikan
PROFITABILITAS ->
NILAI
PERUSAHAAN
0,000 0,000
Sumber : Data Sekunder diolah tahun 2019
Berdasarkan Tabel 3.13 Total Indirect Effect, maka penjelasan seberapa besar
pengaruh tidak langsung dan nilai signifikansi dari variabel-variabel yang peneliti
gunakan adalah sebagai berikut :
1) Pengaruh Likuiditas terhadap Harga Saham melalui Nilai Perusahaan
Ha : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham melalui Nilai
Perusahaan
H0 : Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham melalui
Nilai Perusahaan
Berdasarkan Tabel 3.13 Total Indirect Effect diketahui pengaruh
Likuiditas terhadap Harga Saham melalui Nilai Perusahaan sebagai variabel
intervening adalah tidak signifikan dengan T-Statisticcs sebesar 0,566 <
1.96 dan nilai original sample adalah negatif yaitu -0,027 dengan Standard
Page 157
142
Deviation yaitu 0,048. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak dan
H0 diterima.
2) Pengaruh Solvabilitas terhadap Harga Saham melalui Nilai Perusahaan
Ha : Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham melalui
Nilai Perusahaan
H0 : Solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
melalui Nilai Perusahaan
Berdasarkan Tabel 3.13 Total Indirect Effect diketahui pengaruh
Solvabilitas terhadap Harga Saham melalui Nilai Perusahaan sebagai
variabel intervening adalah signifikan dengan T-Statistics sebesar 3,485 >
1.96 dan nilai original sample adalah positif yaitu 0,733 dengan Standard
Deviation yaitu 3,485. Sehingga data disimpulkan bahwa Ha diterima dan
H0 ditolak.
3) Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga Saham melalui Nilai Perusahaan
Ha : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham melalui
Nilai Perusahaan
H0 : Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
melalui Nilai Perusahaan
Berdasarkan Tabel 3.13 Total Indirect Effect diketahui pengaruh
Profitabilitas terhadap Harga Saham melalui Nilai Perusahaan adalah
signifikan dengan T-Statistics sebesar 2,685 > 1.96 dan nilai original sample
adalah positif yaitu 0,239 dengan Standard Deviation yaitu 0,089. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak.
Page 158
143
Gambar 3.12 Model PLS Bootstrapping
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan Gambar 3.12 Model PLS Bootstrapping maka dapat diketahui
seberapa besar signifikansi dari variabel-variabel yang diteliti. Berdasarkan olah
data yang telah dilakukan, hasilnya dapat digunakan untuk menjawab hipotesis
analisis jalur secara parsial pada penelitian ini.
3.4 Pembahasan
Dalam uji analisis jalur (path analysis) antara variabel Likuiditas, Solvabilitas
dan Profitabilitas menunjukkan pengaruh yang berbeda-beda setiap variabel bebas
(independen) terhadap Harga Saham dengan melalui Nilai Perusahaan sebagai
variabel intervening.
Berikut ini adalah analisis terkait pengaruh antar variabel sesuai hipotesis yang
diajukan :
0.539
8.537
3.057
0.846
4.984
0.195
2.314
Page 159
144
3.4.1 Pengaruh Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan
Current Ratio (CR), menurut Sudana (2011), merupakan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang
dimiliki. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat Current
Ratio (CR) maka baik bagi perusahaan. Bagi investor justru akan membahayakan
karena nilai yang terlalu tinggi dianggap jika perusahaan tersebut tidak
mendayagunakan aktivanya dengan baik. Hasil penelitian Hasania, Murni, dan
Mandagie (2016) menyimpulkan bahwa Current Ratio (CR) memiliki pengaruh
positif terhadap Price Book Value (PBV) sedangkan menurut penelitian Wulandari
(2013) menyatakan bahwa Current Ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan
terhadap Price Book Value (PBV).
Berdasarkan hasil tabel 3.11 Path Coefficient menunjukkan bahwa Likuiditas
memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada
studi perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017. Nilai T-Statistics sebesar 0,539 < 1,96
sehingga dinyatakan Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai
Perusahaan dengan nilai original sampel sebesar -0,031. Pengaruh negatif
menandakan bahwa adanya hubungan yang tidak searah antara Likuiditas dengan
Nilai Perusahaan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan akan mendorong nilai perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi Likuiditas maka menurunkan nilai
perusahaan karena adanya aset menganggur yang tidak dimanfaatkan dengan baik
oleh manajemen perusahaan sehingga hal ini menjadi sinyal negatif untuk penilaian
Page 160
145
investor. Adanya ketidakstabilan data membuat pengaruhnya menjadi tidak
signifikan dikarenakan beberapa data perusahaan yang memiliki likuiditas terlalu
tinggi dan jauh diatas rata-rata industri.
Hasil uji secara parsial dengan T-Statistics sebesar 0,539 < 1,96 menandakan
hipotesis pertama ditolak di mana Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap
Nilai Perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Wulandari (2013) menyatakan
bahwa Current Ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Price Book Value
(PBV). Sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa Current Ratio (CR)
tidak berpengaruh signifikan terhadap Price Book Value (PBV) pada studi
perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia tahun 2011-2017.
3.4.2 Pengaruh Solvabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Debt to Equity Ratio (DER), menurut Kasmir (2012), merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Dengan kata lain, Debt to Equity
Ratio (DER) merupakan perhitungan antara total utang dengan dengan modal.
Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian dari setiap rupiah modal yang
dijadikan sebagai jaminan utang.
Tingkat Debt to Equity Ratio (DER) yang rendah memberikan sinyal positif
bagi investor terhadap penilaian perusahaan di mana tingginya tingkat pendanaan
debitur yang berasal dari modal pemilik itu sendiri. Hasil penelitian Hasania,
Murni, dan Mandagie (2016) dan Mannopo dan Arie (2016) menyimpulkan bahwa
Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh signifikan terhadap Price Book
Value (PBV) namun hasil ini bertolak belakang dengan penelitian Sukoco (2013)
Page 161
146
menyimpulkan bahwa, Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan
terhadap Price Book Value (PBV).
Berdasarkan hasil tabel 3.11 Path Coefficient menunjukkan bahwa Solvabilitas
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada studi
perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia tahun 2011-2017. Nilai T-Statistics sebesar 8,537 > 1,96 sehingga
dinyatakan Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan dengan
nilai original sampel sebesar 0,825. Pengaruh positif menandakan bahwa adanya
hubungan yang searah antara Solvabilitas dengan Nilai Perusahaan. Semakin tinggi
nilai Solvabilitas maka semakin besar resiko keuangannya bagi pemegang saham.
Penambahan hutang bisa memperbesar resiko perusahaan dan semakin besar
hutang dalam perusahaan tersebut dinilai berani dalam mengambil keputusan.
Melihat kinerja perusahaan dalam operasional untuk menghasilkan laba juga maka
hal ini memberi penilaian positif investor terhadap perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung teori kedua M&M dimana penggunaan hutang
akan memberikan manfaat yaitu meningkatkan nilai perusahaan. M&M
menunjukkan bahwa dengan menggunakan hutang (bahkan menggunakan hutang
yang lebih banyak) perusahaan bisa meningkatkan nilainya apabila ada pajak.
Pelonggaran asumsi terutama dengan adanya pajak karena menggunakan hutang
maka perusahaan perlu bekerja pada target debt ratio yang akan memaksimumkan
nilai perusahaan. M&M tidak menyarankan menggunakan hutang sebanyak-
banyaknya karena mengakibatkan ketidaksempurnaan pasar (Husnan, 1993). Hal
ini juga bisa berdampak pada kebangkrutan (financial distress).
Page 162
147
Hasil uji secara parsial dengan T-Statistics sebesar 8,537 > 1,96 menandakan
hipotesis kedua diterima di mana Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap Nilai
Perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Hasania, Murni, dan Mandagie
(2016) dan Mannopo dan Arie (2016) menyimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio
(DER) memiliki pengaruh signifikan terhadap Price Book Value (PBV). Sehingga
dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa Solvabilitas berpengaruh signifikan
terhadap Nilai Perusahaan pada studi perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas
dan transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017.
3.4.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Return On Investment (ROI) atau Return On Total Assets, menurut Kasmir
(2012), merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan. Return On Investment (ROI) merupakan salah satu
rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan
investasi yang ditanamkan dalam total asset yang digunakan untuk memperoleh
keuntungan. Nilai Return On Investment (ROI) yang tinggi akan memberikan sinyal
positif bagi investor bahwa perusahaan menghasilkan dalam kondisi yang
menguntungkan.
Nilai rasio yang tinggi menjadi daya tarik investor untuk memiliki saham
perusahaan, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian
Ayuningtyas dan Kurnia (2013) menemukan bukti bahwa, profitabilitas yang
diukur dengan Return On Investment (ROI) berpengaruh positif signifikan terhadap
nilai perusahaan. Hasil penelitian Hamidah dan Umdiana (2017) dan Mannopo
dan Arie (2016) menyimpulkan bahwa, Return On Investment (ROI) memiliki
Page 163
148
pengaruh signifikan terhadap Price Book Value (PBV) sedangkan menurut
penelitian Hermawati, Paramita dan Oemar (2018) menyatakan bahwa Return On
Investment (ROI) tidak berpengaruh signifikan terhadap Price Book Value (PBV).
Berdasarkan hasil tabel 3.11 Path Coefficient menunjukkan bahwa
Profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan
pada studi perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017. Nilai T-Statistics sebesar 3,057
> 1,96 sehingga dinyatakan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Nilai
Perusahaan dengan nilai original sampel sebesar 0,269. Pengaruh positif
menandakan bahwa adanya hubungan yang searah antara Profitabilitas dengan
Nilai Perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin
tinggi tingkat keuntungan yang didapat maka perusahaan ini dianggap efisien
dalam menggunakan total asetnya untuk memperoleh laba bersih setelah pajak.
Maka investor akan merespon positif sinyal ini terhadap penilaian perusahaan,
investor akan menaruh harapan terhadap kondisi perusahaan yang menguntungkan.
Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempuyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan
kreditor). Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan
mereka melindungi diri mereka dengan mmberikan harga yang rendah untuk
perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi
Page 164
149
informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah
dengan memberikan sinyal pada pihak luar (Arifin, 2005).
Hasil penelitian ini mendukung teori sinyal yang ada. Jika pengumuman
tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut diterima oleh pasar (Hartono, 2000). Oleh karena perusahaan
dirasa mampu memberikan informasi ke pihak eksternal secara positif sehingga
pasar mampu merespon positif pula sehingga investor menilai perusahaan tersebut
baik.
Hasil uji secara parsial dengan T-Statistics sebesar 3,057 > 1,96 menandakan
hipotesis ketiga diterima di mana Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
Nilai Perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Hamidah dan Umdiana (2017)
dan Mannopo dan Arie (2016) menyimpulkan bahwa, Return On Investment (ROI)
memiliki pengaruh signifikan terhadap Price Book Value (PBV). Sehingga dapat
disimpulkan pada penelitian ini bahwa Return On Investment (ROI) berpengaruh
signifikan terhadap Price Book Value (PBV) pada studi perusahaan jasa sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun
2011-2017.
3.4.4 Pengaruh Likuiditas terhadap Harga Saham
Current Ratio (CR), menurut Kasmir (2012), merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Current Ratio (CR)
merupakan ukuran yang digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek
dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan (Megawati, 2018). Current Ratio
Page 165
150
(CR) yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam
likuiditas namun suatu perusahaan yang memiliki Current Ratio (CR) terlalu tinggi
juga kurang bagus karena menunjukkan banyaknya dana menganggur.
Nilai Current Ratio (CR) yang terlalu tinggi dapat mengindikasi adanya
penimbunan kas, banyak piutang tidak tertagih, penumpukan persediaan. Bagi para
pemegang saham situasi tersebut dianggap tidak baik atau dalam artian para
manajer perusahaan tidak mendayagunakan aktiva lancar secara baik dan efektif.
Current Ratio (CR) yang tinggi akan menimbulkan kepercayaan investor untuk
melakukan investasi ke perusahaan. Karena perusahaan dinilai memiliki
kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya sehingga
dapat meningkatkan permintaan saham perusahaan tersebut. Semakin tinggi tingkat
Current Ratio (CR) maka akan berpengaruh baik terhadap kinerja keuangan
perusahaan serta harga saham perusahaan. Hasil penelitian Megawati (2018)
menyimpulkan bahwa Current Ratio (CR) memiliki pengaruh signifikan terhadap
harga saham sedangkan Anshari (2016) menyimpulkan bahwa Current Ratio (CR)
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil tabel 3.11 Path Coefficient menunjukkan bahwa Likuiditas
memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Harga Saham pada studi
perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia tahun 2011-2017. Nilai T-Statistics sebesar 0,195 < 1,96 sehingga
dinyatakan Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham dengan
nilai original sampel sebesar 0,018. Pengaruh positif menandakan bahwa semakin
tinggi nilai Likuiditas maka semakin tinggi harga saham. Likuiditas perusahaan
Page 166
151
akan menimbulkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi ke perusahaan.
Karena perusahaan dinilai memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-
kewajiban jangka pendeknya sehingga dapat meningkatkan permintaan saham
perusahaan tersebut. Hal ini dilakukan manajemen dengan maksud untuk memberi
reaksi kepada para calon investor dan para pemegang saham khususnya bahwa
kondisi perusahaan berada dalam kondisi aman dan stabil maka harga saham
perusahaan juga cenderung stabil dan bisa mengalami kenaikan (Fahmi, 2013).
Berdasarkan pernyataan tersebut maka perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi
akan diminati para investor dan akan berimbas pula pada harga saham yang
cenderung naik akibat tingginya permintaan. Adanya ketidakstabilan data bisa
membuat pengaruhnya menjadi tidak signifikan dikarenakan beberapa data
perusahaan yang memiliki likuiditas terlalu tinggi dan jauh diatas rata-rata industri.
Hasil uji secara parsial dengan T-Statistics sebesar 0,195 < 1,96 menandakan
hipotesis keempat ditolak di mana Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Hal ini sejalan dengan penelitian Anshari (2016) menyimpulkan
bahwa Current Ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa Likuiditas tidak berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham pada studi perusahaan jasa sektor infrastruktur,
utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017.
3.4.5 Pengaruh Solvabilitas terhadap Harga Saham
Debt to Equity Ratio (DER), menurut Kasmir (2012), merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio leverage menunjukkan
seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh pihak luar dengan kemampuan perusahaan
Page 167
152
yang digambarkan oleh modal (Zaki , Islahuddin , dan Shabri, 2017). Rasio ini
berhubungan dengan keputusan pendanaan dimana perusahaan lebih memilih
pembiayaan hutang dibandingkan modal sendiri.
Rasio Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan persentase penyediaan dana
oleh pemegang saham kepada pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin
rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Rasio yang
tinggi menunjukkan komposisi tingkat utang semakin besar apabila dibandingkan
dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan berdampak pada semakin besar
pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal. Semakin besar nilai leverage,
struktur permodalan usaha relatif lebih banyak memanfaatkan hutang terhadap
ekuitas.
Analisis leverage yang menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) dapat dilihat
proporsi penggunaan hutang yang semakin besar menjadi resiko bagi investor dan
dapat menurunkan harga saham. Pengukuran leverage keuangan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini menunjukkan
persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman.
Hasil penelitian Zaki , Islahuddin , dan Shabri (2017) menunjukkan bahwa Debt to
Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan
menurut penelitian Pandansari (2012) menyimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio
(DER) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil tabel 3.11 Path Coefficient menunjukkan bahwa Solvabilitas
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Harga Saham pada studi
perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa
Page 168
153
Efek Indonesia tahun 2011-2017. Nilai T-Statistics sebesar 2,314 > 1,96 sehingga
dinyatakan Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham dengan nilai
original sampel sebesar -0,439. Pengaruh negatif menandakan adanya hubungan
tidak searah yang berarti semakin tinggi nilai Solvabilitas maka harga saham akan
turun. Hal ini sesuai dengan teori-teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi
nilai Solvabilitas maka semakin besar resiko keuangannya bagi pemegang saham.
Penambahan hutang bisa memperbesar resiko perusahaan dan semakin besar hutang
maka cenderung menurunkan harga saham karena permintaan akan saham tersebut
yang menurun. Investor melihat keadaan ini sebagai sinyal bahwa saham
perusahaan tersebut sangat beresiko.
Berdasarkan teori struktur modal M&M yang menyatakan penggunaan hutang
mampu memberikan manfaat. M&M tidak menyarankan menggunakan hutang
sebanyak-banyaknya karena mengakibatkan ketidaksempurnaan pasar (Husnan,
1993). Hal ini juga bisa berdampak pada kebangkrutan (financial distress) karena
penggunaan hutang yang terlalu tinggi bisa menekan laba setelah pajak sehingga
mengakibatkan sinyal negatif untuk para investor yang menilai perusahaan ini
terlalu beresiko dan memiliki harapan rendah terhadap prospek perusahaan ini.
Hasil uji secara parsial dengan T-Statistics sebesar 2,314 > 1,96 menandakan
hipotesis kelima diterima di mana Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham. Hal ini sejalan dengan penelitian Pandansari (2012) menyimpulkan
bahwa Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga
saham. Sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa Solvabilitas
berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham pada studi perusahaan jasa sektor
Page 169
154
infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun
2011-2017.
3.4.6 Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga Saham
Return On Investment (ROI) atau Return On Total Assets, menurut Kasmir
(2012), merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan. Return On Investment (ROI) merupakan salah satu
rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan
investasi yang ditanamkan dalam total asset yang digunakan untuk memperoleh
keuntungan (Hamidah dan Umdiana, 2017). Rasio ini masuk dalam profitabilitas.
Nilai Return On Investment (ROI) yang tinggi akan memberikan sinyal positif
bagi investor bahwa perusahaan menghasilkan dalam kondisi yang
menguntungkan. Hal ini menjadi daya tarik investor untuk memiliki saham
perusahaan sehingga akan meningkatkan permintaan dan mendorong kenaikan
harga saham. Hasil penelitian Pandansari (2012) menunjukkan Return On
Investment (ROI) berpengaruh positif terhadap harga saham. Hamidah dan
Umdiana (2017) dan Zaki, Islahuddin, dan Shabri (2017) menyimpulkan bahwa
Return On Investment (ROI) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham
sedangkan menurut Wangarry, Poputra, dan Runtu (2015) yang menyatakan bahwa
Return On Investment (ROI) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil tabel 3.11 Path Coefficient menunjukkan bahwa
Profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Harga
Saham pada studi perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017. Nilai T-Statistics sebesar 0,846
Page 170
155
< 1,96 sehingga dinyatakan Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham dengan nilai original sampel sebesar -0,120. Pengaruh negatif
menandakan bahwa adanya hubungan yang tidak searah antara Profitabilitas
dengan harga saham. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat keuntungan yang didapat maka akan mendorong kenaikan
harga saham karena permintaan yang terjadi.
Jika memperhatikan hasil perhitungan data sekunder maka hal yang
sebenarnya terjadi adalah mayoritas data sampel memiliki hubungan yang searah
antara Return On Investment (ROI) dengan harga saham namun hasil dari penelitian
ini tidak mendukung teori bisa dikarenakan kondisi keuangan beberapa perusahaan
selama tahun penelitian dalam keadaan tidak stabil. Investor pada umumnya
melihat keadaan ini sebagai sinyal yang kurang baik sehingga menurunkan
permintaan terhadap saham perusahaan yang menyebabkan penurunan harga
saham. Apabila nilai keuntungan bersih yang didapatkan tidak stabil maka
dianggap perusahaan belum bisa mengelola seluruh asetnya dengan efektif yang
mana akan berdampak pada menurunnya respon pasar karena harapan investor
adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Keuntungan tidak stabil bisa
dikarenakan penggunaan hutang yang terlalu tinggi sehingga hal ini menjadi sinyal
negatif untuk investor karena perusahaan dianggap dalam keadaan beresiko.
Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempuyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai
Page 171
156
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan
kreditor). Kurangya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan
mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk
perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi
informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah
dengan memberikan sinyal pada pihak luar (Arifin, 2005). Oleh karena perusahaan
dirasa tidak memberikan informasi ke pihak eksternal secara positif karena ketidak
stabilan informasi keuangan yang diterima sehingga pasar tidak merespon dengan
baik pula akibatnya terjadi penurunan permintaan.
Hasil uji secara parsial dengan T-Statistics sebesar 0,846 < 1,96 menandakan
hipotesis ketiga ditolak di mana Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Hal ini sejalan dengan penelitian Wangarry, Poputra, dan Runtu
(2015) yang menyatakan bahwa Return On Investment (ROI) tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini
bahwa Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham pada studi
perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia tahun 2011-2017.
3.4.7 Pengaruh Nilai Perusahaan terhadap Harga Saham
Nilai perusahaan, menurut Brigham dan Houston (2010), adalah suatu
bentuk kepercayaan masyarakat terhadap suatu perusahaan dengan menanamkan
modal saham pada perusahaan tersebut yang berdampak pada meningkatnya
harga saham pada perusahaan tersebut. Price Book Value (PBV) yaitu salah satu
indikator utama untuk melihat apakah suatu saham mahal atau tidak. Oleh sebab itu
Page 172
157
Price Book Value (PBV) sangat berpengaruh terhadap harga saham. Hal tersebut
dapat dilihat jika nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya berarti saham
tersebut tergolong mahal (overvalued). Jika nilai pasar saham lebih rendah dari nilai
intrinsiknya berarti saham tersebut tergolong rendah (undervalued).
Nilai perusahaan dengan perhitungan Price Book Value (PBV) yang tinggi
membuat harga saham juga tinggi dan akan diikuti dengan tingginya kemakmuran
pemegang saham. Hasil penelitian Dewi dan Suaryana (2013) menyimpulkan
bahwa Price Book Value (PBV) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga
saham sedangkan menurut Putri (2018) menyimpulkan Price Book Value (PBV)
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil tabel 3.11 Path Coefficient menunjukkan bahwa Nilai
Perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham pada
studi perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017. Nilai T-Statistics sebesar 4,984 > 1,96
sehingga dinyatakan Nilai Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham dengan nilai original sampel sebesar 0,889. Pengaruh positif menandakan
bahwa adanya hubungan yang searah antara Nilai Perusahaan dengan Harga
Saham. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi
penilaian perusahaan maka harga saham cenderung naik karena permintaan yang
meningkat. Kondisi ini menyatakan, perusahaan yang memiliki nilai tinggi
memberikan sinyal kepada investor serta akan mendapat respon positif dari pasar.
Hasil penelitian ini mendukung teori sinyal yang ada. Jika pengumuman
tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu
Page 173
158
pengumuman tersebut diterima oleh pasar (Hartono, 2000). Penelian menunjukkan
bahwa perusahaan mampu memberikan informasi kepada pihak eksternal secara
positif sehingga investor menganggap ini merupakan sinyal positif yang mampu
meningkatkan nilai perusahaan dan berakibat permintaan meningkat atau harga
saham meningkat.
Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempuyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan
kreditor). Kurangya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan
mereka melindungi diri mereka dengan mmberikan harga yang rendah untuk
perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi
informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah
dengan memberikan sinyal pada pihak luar (Arifin, 2005).
Hasil uji secara parsial dengan T-Statistics sebesar 4,984 > 1,96 menandakan
hipotesis ketujuh diterima di mana Nilai Perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap Harga Saham. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi dan Suaryana (2013)
menyimpulkan bahwa Price Book Value (PBV) memiliki pengaruh signifikan
terhadap Harga Saham. Sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa Nilai
Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham pada studi perusahaan
jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia tahun 2011-2017.
Page 174
159
3.4.8 Pengaruh Likuiditas terhadap Harga Saham melalui Nilai Perusahaan
Current Ratio (CR), menurut Kasmir (2012), merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Current Ratio (CR)
yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas.
Tetapi suatu perusahaan yang memiliki Current Ratio (CR) terlalu tinggi juga
kurang bagus karena menunjukkan banyaknya dana menganggur.
Nilai Current Ratio (CR) yang terlalu tinggi dapat mengindikasi adanya
penimbunan kas, banyak piutang tidak tertagih, penumpukan persediaan. Bagi para
pemegang saham situasi tersebut dianggap tidak baik atau dalam artian para
manajer perusahaan tidak mendayagunakan aktiva lancar secara baik dan efektif.
Manajemen perusahaan berusaha untuk menjaga kondisi likuiditas perusahaan
yang sehat dan terpenuhi secara tepat waktu. Hal ini dilakukan dengan maksud
untuk memberi reaksi kepada para calon investor dan para pemegang saham
khususnya bahwa kondisi perusahaan berada dalam kondisi aman dan stabil maka
harga saham perusahaan juga cenderung stabil dan bahkan diharapkan mengalami
kenaikan (Fahmi, 2013).
Hasil penelitian Megawati (2018) menyimpulkan bahwa, Current Ratio (CR)
memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian Hasania, Murni,
dan Mandagie (2016) menyimpulkan bahwa Current Ratio (CR) memiliki
pengaruh signifikan terhadap Price Book Value (PBV). Dari penelitian tersebut
maka Price Book Value (PBV) bisa dijadikan sebagai variabel intervening atau
Page 175
160
mampu memediasi Current Ratio (CR) memiliki pengaruh signifikan terhadap
harga saham.
Berdasarkan hasil tabel 3.13 Total Indirect Effects menunjukkan bahwa
Likuiditas memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Harga Saham
melalui Nilai Perusahaan pada studi perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas
dan transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017. Nilai T-
Statistics sebesar 0,566 < 1,96 sehingga dinyatakan Likuiditas tidak berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham melalui Nilai Perusahaan dengan nilai original
sampel sebesar -0,027. Pengaruh negatif menandakan bahwa adanya hubungan
yang berlawanan arah antara Likuiditas dengan Harga Saham melalui Nilai
Perusahaan. Apabila nilai Likuiditas naik maka nilai Harga Saham akan turun
melalui hubungan tidak langsung dari Nilai Perusahaan sebagai variabel
intervening. Didasarkan pada hasil pengaruh langsung Likuiditas terhadap Nilai
Perusahaan serta pengaruh langsung Likuiditas terhadap Harga Saham sama-sama
tidak mampu memberi pengaruh signifikan sehingga dinyatakan bahwa Nilai
Perusahaan tidak mampu memediasi Likuiditas terhadap Harga Saham. Adanya
ketidakstabilan data juga bisa membuat pengaruhnya menjadi tidak signifikan
dikarenakan beberapa data perusahaan yang memiliki likuiditas terlalu tinggi dan
jauh diatas rata-rata industri.
Hasil uji secara parsial dengan T-Statistics sebesar 0,566 < 1,96 menandakan
hipotesis kedelapan ditolak di mana Likuiditas tidak berpengaruh signifikan
terhadap Harga Saham melalui Nilai Perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan pada
penelitian ini bahwa mana Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga
Page 176
161
Saham melalui Nilai Perusahaan pada studi perusahaan jasa sektor infrastruktur,
utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017.
3.4.9 Pengaruh Solvabilitas terhadap Harga Saham melalui Nilai Perusahaan
Debt to Equity Ratio (DER), menurut Kasmir (2012), merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara
membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh
ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang.
Semakin tinggi nilai Debt to Equity Ratio (DER) maka semakin besar resiko
keuangannya bagi pemegang saham. Penambahan hutang bisa memperbesar resiko
perusahaan dan semakin besar hutang maka cenderung menurunkan harga saham.
Keseimbangan antara tingkat resiko dan pengembalian sangat diharapkan untuk
memaksimumkan harga saham.
Hasil penelitian Zaki , Islahuddin , dan Shabri (2017) menunjukkan bahwa
Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham
sedangkan menurut penelitian Pandansari (2017) menyimpulkan bahwa Debt to
Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian
Hasania, Murni, dan Mandagie (2016) dan Mannopo dan Arie (2016)
menyimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh signifikan
terhadap Price Book Value (PBV). Dari penelitian tersebut maka Price Book Value
Page 177
162
(PBV) bisa dijadikan sebagai variabel intervening atau mampu memediasi Debt to
Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil tabel 3.13 Total Indirect Effects menunjukkan bahwa
Solvabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham
melalui Nilai Perusahaan pada studi perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas
dan transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017. Nilai T-
Statistics sebesar 3,485 > 1,96 sehingga dinyatakan Solvabilitas berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham melalui Nilai Perusahaan dengan nilai original
sampel sebesar 0,733. Pengaruh positif menandakan bahwa adanya hubungan yang
searah antara Solvabilitas dengan Harga Saham melalui Nilai Perusahaan. Apabila
nilai Solvabilitas naik maka nilai Harga Saham akan naik pula melalui hubungan
tidak langsung dari Nilai Perusahaan sebagai variabel intervening. Kondisi
perusahaan dalam menggunakan hutang yang tinggi merupakan suatu keputusan
yang beresiko namun jika perusahaan mampu menjamin hutangnya menggunakan
ekuitas dengan efektif dengan tidak luput memperhatikan kinerja operasionalnya
dalam menghasilkan laba maka hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan
sehingga menimbulkan sinyal bagi investor serta akan mendapat respon positif bagi
pasar dengan meningkatnya permintaan maka harga saham akan naik. Berdasarkan
pada hasil pengaruh signifikan sehingga dinyatakan bahwa Nilai Perusahaan
mampu memediasi Solvabilitas terhadap Harga Saham.
Hasil uji secara parsial dengan T-Statistics sebesar 3,485 > 1,96 menandakan
hipotesis kesembilan diterima di mana Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham melalui Nilai Perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan pada
Page 178
163
penelitian ini bahwa mana Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham melalui Nilai Perusahaan pada studi perusahaan jasa sektor infrastruktur,
utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017.
3.4.10 Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga Saham melalui Nilai
Perusahaan
Return On Investment (ROI) atau Return On Total Assets, menurut Kasmir
(2012), merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan. Tingkat keuntungan yang semakin tinggi menjadi
daya tarik investor untuk memiliki saham perusahaan sehingga turut meningkatkan
nilai perusahaan. Apabila permintaan meningkat maka akan mendorong kenaikan
harga saham.
Hasil penelitian Pandansari (2012) menunjukkan Return On Investment (ROI)
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hamidah dan Umdiana (2017) dan
Zaki, Islahuddin, dan Shabri (2017) menyimpulkan bahwa Return On Investment
(ROI) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian Ayuningtyas
dan Kurnia (2013) menemukan bukti bahwa, profitabilitas yang diukur dengan
Return On Investment (ROI) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian Hamidah dan Umdiana (2017) dan Mannopo dan Arie (2016)
menyimpulkan bahwa, Return On Investment (ROI) memiliki pengaruh signifikan
terhadap Price Book Value (PBV). Dari penelitian tersebut maka Price Book Value
(PBV) bisa dijadikan sebagai variabel intervening atau mampu memediasi Return
On Investment (ROI) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.
Page 179
164
Berdasarkan hasil tabel 3.13 Total Indirect Effects menunjukkan bahwa
Profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham
melalui Nilai Perusahaan pada studi perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas
dan transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017. Nilai T-
Statistics sebesar 2,685 > 1,96 sehingga dinyatakan Profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham melalui Nilai Perusahaan dengan nilai original
sampel sebesar 0,239. Pengaruh positif menandakan bahwa adanya hubungan yang
searah antara Profitabilitas dengan Harga Saham melalui Nilai Perusahaan.
Apabila nilai Profitabilitas naik maka nilai Harga Saham akan naik pula melalui
hubungan tidak langsung dari Nilai Perusahaan sebagai variabel intervening.
Semakin baik kinerja perusahaan dalam operasionalnya menghasilkan laba bersih
setelah pajak maka semakin tinggi penilaian perusahaan dan harga saham
cenderung naik karena permintaan yang meningkat. Kondisi ini menyatakan sinyal
untuk investor karena mendapat respon positif dari pasar dengan meningkatnya
permintaan maka harga saham akan naik.
Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar
akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar (Hartono,
2000). Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempuyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan
kreditor) (Arifin, 2005). Penelitian menunjukkan bahwa perusahaan mampu
Page 180
165
memberikan informasi kepada pihak eksternal secara positif sehingga investor
menganggap ini merupakan sinyal positif yang mampu meningkatkan nilai
perusahaan dan berakibat permintaan meningkat atau harga saham meningkat.
Berdasarkan pada hasil pengaruh signifikan sehingga dinyatakan bahwa Nilai
Perusahaan mampu memediasi Profitabilitas terhadap Harga Saham.
Hasil uji secara parsial dengan T-Statistics sebesar 2,685 > 1,96 menandakan
hipotesis kesepuluh diterima di mana Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham melalui Nilai Perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan pada
penelitian ini bahwa mana Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham melalui Nilai Perusahaan pada studi perusahaan jasa sektor infrastruktur,
utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2017.
Page 181
166
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penjelasan analisis hasil dan hipotesis yang diuraikan maka untuk
menjawab tujuan penenelitian yaitu untuk mengetahui mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh signifikan Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas secara
parsial terhadap Harga Saham dengan Nilai Perusahaan sebagai variabel
intervening studi pada perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi
tahun 2011-2017 dapat ditarik kesimpulan serta saran bagi pihak-pihak yang
berkaitan dengan penelitian ini maupun penelitian yang akan datang.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab
III maka kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut:
1) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel Likuiditas sebagai
X1 berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan
sebagai Z studi pada perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi tahun 2011-2017.
2) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel Solvabilitas
sebagai X2 berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan
sebagai Z studi pada perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi tahun 2011-2017.
3) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas
sebagai X3 berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan
Page 182
167
sebagai Z studi pada perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi tahun 2011-2017.
4) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel Likuiditas sebagai
X1 berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Harga Saham sebagai
Y studi pada perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi
tahun 2011-2017.
5) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel Solvabilitas
sebagai X2 berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Harga Saham
sebagai Y studi pada perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi tahun 2011-2017.
6) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas
sebagai X3 berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Harga
Saham sebagai Y studi pada perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas
dan transportasi tahun 2011-2017.
7) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel Nilai Perusahaan
sebagai Z berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham
sebagai Y studi pada perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas dan
transportasi tahun 2011-2017.
8) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel Likuiditas sebagai
X1 berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Harga Saham
sebagai Y melalui Nilai Perusahaan sebagai Z studi pada perusahaan jasa
sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi tahun 2011-2017.
Page 183
168
9) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel Solvabilitas
sebagai X2 berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham
sebagai Y melalui Nilai Perusahaan sebagai Z studi pada perusahaan jasa
sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi tahun 2011-2017.
10) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas
sebagai X3 berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham
sebagai Y melalui Nilai Perusahaan sebagai Z studi pada perusahaan jasa
sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi tahun 2011-2017.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan , adapun beberapa saran
yaitu sebagai berikut :
1) Bagi Investor
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bagi
investor yang ingin berinvestasi khususnya di perusahaan jasa sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI) supaya lebih memperhatikan Likuiditas, Solvabilitas,
Profitabilitas dan Nilai Perusahaan dalam menilai harga saham, kinerja
perusahaan untuk memperkirakan perkembangan bisnis di masa yang akan
datang dan dapat memaksimalkan kemakmuran.
Berdasarkan analisis deskriptif, PT. Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk dengan kode saham PGAS dan PT. Tower Bersama Infrastructure
Tbk. dengan kode saham TBIG dapat dijadikan pertimbangan bagi
investor dan calon investor dalam melakukan investasi karena memiliki
Page 184
169
penilaian yang baik dibanding perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas
dan transportasi lainnya dan berada diatas rata-rata industri selama 2011-
2017.
2) Bagi Perusahaan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bagi
perusahaan yang telah mampu menghasilkan Likuiditas, Solvabilitas,
Profitabilitas dan Nilai Perusahaan di atas rata-rata perusahaan yang
sejenis pada tahun 2011-2017 diharapkan selalu dapat mempertahankan
atau bahkan meningkatkan potensinya dan tidak lupa memperhatikan
faktor internal dan eksternal perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan yang
menghasilkan Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas dan Nilai Perusahaan
di bawah rata-rata perusahaan yang sejenis supaya bisa lebih
memperhatikan faktor internal dan eksternal perusahaan.
Perusahaan yang nilainya di bawah rata-rata perusahaan yang sejenis
supaya bisa lebih memperhatikan hutang jangka pendek, aktiva lancar,
total hutang, modal (ekuitas), total aktiva (total aset), dan jumlah saham
beredar. Karena jika proporsi dari masing-masing indikator tersebut tidak
stabil maka akan sangat berdampak pada kinerja dan penilaian perusahaan.
3) Bagi Penelitian Selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bagi
peneliti selanjutnya supaya melakukan penelitian dan pengujian lebih
lanjut dengan menambah tahun penelitian agar jauh lebih baik dalam
menilai harga saham dengan menggunakan Likuiditas, Solvabilitas,
Page 185
170
Profitabilitas dan Nilai Perusahaan terutama pada perusahaan jasa sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Page 186
171
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Budi. 2016. Analisis Pengaruh Current Ratio (CR) Dan Net Profit Margin
(NPM) Terhadap Harga Saham. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 2, 2, Hal: 97-
115.
Arifin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan Dan Pasar Modal. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Ekonisia.
Ayuningtias, Dwi dan Kurnia. 2013. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan; Kebijakan Dividen dan Kesempatan Investasi Sebagai Variabel
Antara. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 1, 1, Hal: 37-57.
Brealey, Myers, dan Marcus. 2007. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi
kelima. Jakarta: Erlangga.
Brigham, Eugene F. dan Houston, J. F. 2001. Manajemen Keuangan. Terjemahan
oleh Dodo Suharto dkk. Buku 1. Edisi kedelapan, Jakarta : Erlangga.
_____________. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Terjemahan oleh Ali
Akbar Yulianto. Jilid 1. Edisi kesebelas, Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
_____________. 2011. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Terjemahan oleh Ali
Akbar Yulianto. Jilid 2. Edisi kesebelas, Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Darmadji, Tjiptono dan Fakhrudin, H. M. 2012. Pasar Modal di Indonesia. Edisi
Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Dewi, Putu Dina Aristya dan Suaryana, I.G.N.A. 2013. Pengaruh EPS, DER, dan
PBV Terhadap Harga Saham. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4,
1. Hal: 215-229.
Fahmi, Irham dan Hadi, Y. L. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
Bandung: Alfabeta.
Page 187
172
Fahmi, Irham. 2013. Rahasia Saham dan Obligasi Strategi Meraih Keuntungan Tak
Terbatas Dalam Bermain Saham dan Obligasi. Cetakan kesatu, Bandung:
Alfabeta.
Ghozali, Imam dan Latan, H. 2015. Partial Least Square. Konsep, Teknik dan
Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 3.0 Untuk Penelitian Empiris.
Edisi Kedua. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gill, James O. (2004).Dasar-dasar Analisis Keuangan. Jakarta: PPM.
Hadi, Nor. 2015. Pasar Modal. Edisi Dua. Cetakan Pertama. Yogyakarta: GRAHA
ILMU.
Halim, Abdul. 2015. Analisis Investasi dan Aplikasinya: Dalam Aset Keuangan dan
Aset Riil. Jakarta: Salemba Empat.
Hamidah, G. dan Umdiana, N. 2017. Pengaruh Profitabilitas Dan Investment
Opportunity Set (IOS) Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Harga Saham
Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Akuntansi 3, 2. Hal: 90-106.
Hanafi, Mamduh M. 2010. Manajemen Keuangan. Cetakan kelima. Yogyakarta:
BPFE.
Harahap, Sofyan Syafri. 2013. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Cetakan
Kesebelas. Jakarta: Rajawali Pers.
Harjito, Agus dan Martono. 2010. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.
Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima.
Yogyakarta : BPFE
Hasania, Z., Murni, S. dan Mandagie, Y. 2016. Pengaruh Current Ratio, Ukuran
Perusahaan Struktur Modal Dan ROE Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi 16, 3. Hal: 133-144.
Hermawati, D., Paramita, P. D. dan Oemar, A. 2018. Pengaruh Return On
Investment(ROI) dan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap
Page 188
173
Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating.
Journal Accounting, Hal: 1-20
Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan Pendekatan Rasio Keuangan. Cetakan
Pertama. Yogyakarta: Center for Academic Publishing Service (CAPS)
Husnan, Suad. Pembelanjaan Perusahaan (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan).
Edisi Keempat. Yogyakarta: 1993.
Husnan, Suad. 2015. Dasar-dasar Teori Portofolio & Analisis Sekuritas. Edisi
Kelima. Yogyakarta: UUP STIM YKPN
https://bisnis.tempo.co/read/1117867/anggaran-infrastruktur-2019-naik-jadi-rp-
4205-t-ini-rinciannya/ diakses pada 10 Maret 2019
https://id.investing.com/equities/diakses pada 2 November 2018
https://www.kemenkeu.go.id/apbn2019/ diakses pada 3 Maret 2019
https://www.sahamok.com/emiten/sektor-infrastruktur-utilitas-transportasi/sub-
sektor-telekomunikasi/ diakses pada 25 Oktober 2018
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/regulasi/undang-undang/Documents
/Pages/undang-undang-nomor-8-tahun-1995-tentang-pasar-modal/diakses
pada 25 Oktober 2018
https://www.idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-keuangan-dan-tahunan/diak-
ses pada 28 November 2018
James O. Gill. 2004. Dasar-Dasa Analisis Keuangan. Cetakan ketiga. Jakarta: PPM
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Manoppo, H. dan F.V. Arie. 2016. Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan
Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014. Jurnal EMBA 4, 2. Hal: 485-497.
Martono dan Agus Harjito. 2005. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Ekonisia.
Page 189
174
Megawati, Salma Bela. 2018. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2012‒2016. Jurnal Pendidikan Ekonomi 7, 5, Hal: 418-429.
Munawir, S. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta:
Liberty.
Pandansari, Fillya Arum. 2012. Analisis Faktor Fundamental Terhadap Harga
Saham (Pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2008-2010). Accounting
Analysis Journal 1, 1, Hal: 27-34.
Putri, Hana Tamara. 2018. Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Book
Value (PBV) Terhadap Harga Saham. Jurnal Manajemen dan Sains 3, 2,
Hal: 195-202.
Purwohandoko. 2017. The Influence of Firm’s Size, Growth, and Profitability on
Firm Value with Capital Structure as the Mediator: A Study on the
Agricultural Firms Listed in the Indonesian Stock Exchange. International
Journal of Economics and Finance 9, 8, Hal: 103-110.
Rudianto. 2013. Akuntansi ManajemenInformasi Untuk Pengambilan Keputusan
Strategis. Jakarta: Erlangga.
Republik Indonesia. 1995. Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal. Lembaran Negara RI Tahun 1995, No. 3608. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Santoso, Paulus Insap. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif-Pengembangan
Hipotesis dan Pengujiannya Menggunakan SmartPLS. Yogyakarta: Andi
Offset.
Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi keempat.
Yogyakarta: BPFE
Sedarmayanti. 2014. Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi. Cetakan
Kesatu. Bandung: PT Refika Aditama.
Page 190
175
Spence, M. 1973. Job Market Signalling. Quarterly Journal Of Economics, 87,
Page: 355-374.
Sukoco, H. 2013. Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio, Profitabilitas, Firm Size
Dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Melalui Mediasi Dividend
Payout Ratio. Jurnal Bisnis Strategi, 22, 2, Hal: 112-127.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keenam.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Syamsuddin, Lukman. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Rajawali
Pers.
Tandelillin. Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: BPFE.
Wangarry, A. R., Poputra, A. T. dan Runtu, T. 2015. Pengaruh Tingkat Return
On Investment (ROI), Net Profit Margin (NPM), Dan Debt To Equity
Ratio (DER) Terhadap Harga Saham. Jurnal EMBA, 3, 4, Hal: 470-477.
Weston, J. Fred dan Brigham, E. F. 1990. Manajemen Keuangan, Penerjemah:
Alfonsus Sirait. Jakarta: Erlangga.
Weston, J. Fred dan Copeland, T. E. 2008. Manajemen Keuangan, Penerjemah: A.
Jaka Wasana. Jakarta: Binarupa Aksara.
Wulandari, Dwi Retno. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Operating Leverage Dan
Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Struktur Modal Sebagai
Variabel Intervening. Accounting Analysis Journal, 2, 4, Hal. 455-463.
Zaki, M., Islahuddin ,dan M. Shabri. 2017. Pengaruh Profitabilitas, Leverage
Keuangan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham. Jurnal
Megister Akuntansi Pascasarjana Universitas of Syiah Kuala, 6, 2, Hal: 58-
66.
Page 192
Lampiran A
Sampel Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transpotasi yang
Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2017
Sumber : www.sahamok.com, diakses tahun 2019.
No. Kode Saham Nama Emiten Tanggal IPO
1 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. 15 Desember 2003
2 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk. 09 Januari 1995
3 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. 14 November 1995
4 ASSA Adi Sarana Armada Tbk. 12 November 2012
5 CASS Cardig Aero Services Tbk. 05 Desember 2011
6 NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. 11 Oktober 2012
7 TMAS Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 09 Juli 2003
8 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk. 31 Agustus 2012
9 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk. 26 Oktober 2010
10 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk. 08 Maret 2010
Page 193
Lampiran B
Aktiva Lancar Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Periode 2011-2017
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
No. Kode
Saham
Aktiva Lancar (Aset Lancar)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 13560806124000 19243034958900 18273939630208 24555699661986 20701323926404 26809316952018 20259844349256
2 JSMR 3996740522000 4531117154000 3788304387000 3641371714000 3729046503000 12965884489000 18987065058000
3 TLKM 21258000000000 27973000000000 33075000000000 33762000000000 47912000000000 47701000000000 47561000000000
4 ASSA 120791634551 435661177548 200696682735 215694874010 265669161853 292211049808 343676979857
5 CASS 387902302000 430369669000 482987570000 589767791000 932838567000 1086484530000 834129958000
6 NELY 57537336816 137648006427 132467481389 96238565669 92436909071 103632804322 111105582339
7 TMAS 185133237127 222755282668 294108712017 304669276694 271152262325 275648326608 414746140998
8 IBST 190783176384 471792802757 438925037443 1235888690095 454686176910 922990241831 1199164016997
9 TBIG 1186268000000 2301229000000 2598596000000 3152206000000 1960672000000 2605510000000 1971501000000
10 TOWR 902269000000 1448916000000 2214567000000 2646637000000 3533386000000 3594550000000 3533386000000
Page 194
Lampiran C
Hutang Lancar Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transpotasi Periode 2011-2017
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
No. Kode
Saham
Hutang Lancar
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 2464616916000 4585669412800 3321208217472 5851692370272 3762374645436 6388735715936 3682137672504
2 JSMR 4069500992000 6648164394000 4871298958000 4312916751000 7543411360000 18626988996000 24997940298000
3 TLKM 22189000000000 24107000000000 28437000000000 31786000000000 35413000000000 39762000000000 45376000000000
4 ASSA 316293318131 396686090694 410110600279 537744820888 625123073152 596788731977 802405786738
5 CASS 212111560000 247412754000 315416064000 353250744000 417406003000 487042513000 626321050000
6 NELY 41253739097 44830925914 57426700751 52967173989 29217872661 22862731874 18400443369
7 TMAS 333875123242 438384167795 567334563633 615621554666 463425983891 652010180636 818827483785
8 IBST 212471512953 903124284949 80947106414 442982862242 203655329757 363155030787 846443381930
9 TBIG 869746000000 2182014000000 3930922000000 9124102000000 1914539000000 2899952000000 1988122000000
10 TOWR 1173960000000 1185940000000 2419900000000 2039363000000 1977557000000 3302952000000 2230487000000
Page 195
Lampiran D
Total Hutang Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transpotasi Periode 2011-2017
No. Kode
Saham
Total Hutang
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 13687377624000 15067692307700 18444501758208 19227618080898 20894542352904 20992246788274 20448942170256
2 JSMR 12555380912000 14965765873000 17500634532000 20432952360000 24356318021000 37161482595000 60833333269000
3 TLKM 42073000000000 44391000000000 50527000000000 54770000000000 72745000000000 74067000000000 86354000000000
4 ASSA 1229230035776 1376044230936 1347244280084 1669894040761 2038423272119 2126179428075 232158725114
5 CASS 436458707000 443658309000 507847139000 596942115000 721089781000 852432858000 1108203297000
6 NELY 77293627379 115233803056 110108350137 103863108911 61089238467 41516059806 31209419166
7 TMAS 756671244277 1184952840987 1334260131757 1095003996638 967395114387 1530986623552 1895433894137
8 IBST 924225545809 907057618941 702030964968 801659645032 1196285726808 2015920172808 2037803725474
9 TBIG 4174997000000 10072090000000 14605172000000 17903053000000 21208875000000 21996126000000 22410705000000
10 TOWR 7049664000000 10155012000000 11890688000000 12566090000000 13738170000000 14316861000000 11661666000000
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Page 196
Lampiran E
Total Ekuitas Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transpotasi Periode 2011-2017
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
No. Kode
Saham
Ekuitas (Modal Sendiri)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 16914215421000 22841482186600 22792844958432 29147615103684 25820489518791 31822658790692 25269837838974
2 JSMR 8360509655000 9787785568000 10557947245000 11424995629000 12368664466000 16338840064000 18359439521000
3 TLKM 60981000000000 66978000000000 77424000000000 86125000000000 93428000000000 105544000000000 112130000000000
4 ASSA 192550950533 732954077027 824996878191 837417153745 854543924734 903628035278 985809663441
5 CASS 290133995000 351357149000 408746422000 488518241000 558417231000 795021924000 798831533000
6 NELY 227518856445 316638359451 324976859782 338940206062 361141988910 367968720273 385077162794
7 TMAS 243127775262 348904077560 336254419674 531890525935 814665760802 994675716237 1022944320320
8 IBST 664969088924 1248145534353 2176110827224 3042001917230 4177279955791 5449356086874 4317467149606
9 TBIG 2705209000000 4245393000000 4114039000000 4131029000000 1590796000000 1624142000000 3185080000000
10 TOWR 1518666000000 3418548000000 3643388000000 4669329000000 7678539000000 10708346000000 7678539000000
Page 197
Lampiran F
Total Aset Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transpotasi Periode 2011-2017
No. Kode
Saham
Laba Setelah Bunga dan Pajak (Earning After Inteest and Tax)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 6317104671000 8877985625000 8512649494432 11329041862500 9643411230541 12368772962500 9437754378474
2 JSMR 1179281837000 1535812200000 928787747000 1215331727000 1319200546000 1803054456000 2093656062000
3 TLKM 15470000000000 18362000000000 20290000000000 21446000000000 23317000000000 29172000000000 32701000000000
4 ASSA 9864660224 29453261026 92042801164 42947775554 34176339639 62150984694 103308394513
5 CASS 144156125000 189428306000 250017096000 269760085000 293571512000 296376558000 323071667000
6 NELY 57761070620 59879630257 29488500331 23363346280 28456234767 13922094004 28456234767
7 TMAS 26617138054 119987105993 70819528750 203241828930 317174135241 231521148688 53358287358
8 IBST 76861868216 567172071038 870390809060 231389627656 314894933022 444850966006 262126036511
9 TBIG 492348000000 927415000000 1351524000000 1372104000000 1445027000000 1301393000000 2339029000000
10 TOWR 283884000000 346299000000 164658000000 839417000000 2964686000000 2670151000000 2100138000000
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Page 198
Lampiran G
Total Aset Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transpotasi Periode 2011-2017
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
No. Kode
Saham
Total Aktiva (Total Aset)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 30601593045000 37909174494300 41237346716640 48375233184582 46715031871695 52814905578966 45718780009230
2 JSMR 20915890567000 24753551441000 28058581777000 31857947989000 36724982487000 53500322659000 79192772790000
3 TLKM 103054000000000 111369000000000 127951000000000 140895000000000 166173000000000 179611000000000 198484000000000
4 ASSA 1421780986309 2108998307963 2172241158275 2507311194506 2892967196853 3029807463353 3307396918555
5 CASS 726592702000 795015458000 916593561000 1085460356000 1279507012000 1647454782000 1907034830000
6 NELY 304812483824 431872162507 435085209919 442803314973 422231227377 409484780079 416286581960
7 TMAS 999799019539 1533856918547 1670514551431 1626894522573 1782060875189 2525662339789 2918378214457
8 IBST 1589194634733 2155203153294 2878141792192 3843661562262 4177279955791 5449356086874 6355270875080
9 TBIG 6880206000000 14317483000000 18719211000000 22034082000000 22799671000000 23620268000000 25595785000000
10 TOWR 8568330000000 13573560000000 15534076000000 17235419000000 21416709000000 25025207000000 21416709000000
Page 199
Lampiran H
Total Saham Beredar Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transpotasi Periode 2011-2017
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
No. Kode
Saham
Jumlah Saham Beredar
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 24241508196 24241508196 24241508196 24241508196 24241508196 24241508196 24241508196
2 JSMR 7257871199 7257871199 7257871199 7257871199 7257871199 7257871199 7257871199
3 TLKM 100799996399 100799996399 100799996399 100799996399 100799996399 100799996399 100799996399
4 ASSA 3397500000 3397500000 3397500000 3397500000 3397500000 3397500000 3397500000
5 CASS 2086950000 2086950000 2086950000 2086950000 2086950000 2086950000 2086950000
6 NELY 2350000000 2350000000 2350000000 2350000000 2350000000 2350000000 2350000000
7 TMAS 1141030000 1141030000 1141030000 1141030000 1141030000 1141030000 1141030000
8 IBST 1350904927 1350904927 1350904927 1350904927 1350904927 1350904927 1350904927
9 TBIG 4531399889 4531399889 4531399889 4531399889 4531399889 4531399889 4531399889
10 TOWR 10202925000 10202925000 10202925000 10202925000 10202925000 10202925000 10202925000
Page 200
Lampiran I
Harga Saham (Closing Price) Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transpotasi Periode 2011-2017
No. Kode
Saham
Harga Saham (Closing Price)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 3.175 4600 4475 6000 2745 2700 1750
2 JSMR 4200 5450 4725 7050 5225 4320 6400
3 TLKM 1410 1810 2150 2865 3105 3980 4440
4 ASSA 510 425 280 155 100 195 202
5 CASS 405 730 820 1250 1130 945 900
6 NELY 195 199 175 163 138 76 114
7 TMAS 199 370 210 2215 1950 1750 1145
8 IBST 4959 5125 5312 3000 1900 1850 8100
9 TBIG 2375 5700 5800 9700 5875 4980 6425
10 TOWR 1000 2270 2750 4150 4750 3580 4000
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Page 201
Current Ratio = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠) x 100%
Lampiran J
Current Ratio (CR) Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transpotasi Periode 2011-2017
No. Kode
Saham
Current Ratio Rata-Rata
(%) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 550,22 419,63 550,22 419,63 550,22 419,63 550,22 494,25
2 JSMR 98,21 68,16 77,77 84,43 49,43 69,61 75,95 74,79
3 TLKM 95,80 116,04 116,31 106,22 135,29 119,97 104,82 113,49
4 ASSA 38,19 109,83 48,94 40,11 42,50 48,96 42,83 53,05
5 CASS 182,88 173,95 153,13 166,95 223,48 223,08 133,18 179,52
6 NELY 139,47 307,04 230,67 181,69 316,37 453,28 603,82 318,91
7 TMAS 55,45 50,81 51,84 49,49 58,51 42,28 50,65 51,29
8 IBST 89,79 52,24 542,24 278,99 223,26 254,16 141,67 226,05
9 TBIG 136,39 105,46 66,11 34,55 102,41 89,85 99,16 90,56
10 TOWR 76,86 122,17 91,51 129,78 178,67 108,83 158,41 123,75
Rata-Rata (%) 146,33 152,53 192,87 149,18 188,02 182,96 196,07 172,57
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Page 202
Debt to Equity Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 (𝐷𝑒𝑏𝑡)
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 (𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦)
Lampiran K
Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transpotasi Periode 2011-2017
No. Kode
Saham
Debt to Equity Ratio Rata-Rata
(x) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 0,81 0,66 0,81 0,66 0,81 0,66 0,81 0,75
2 JSMR 1,50 1,53 1,66 1,79 1,97 2,27 3,31 2,00
3 TLKM 0,69 0,66 0,65 0,64 0,78 0,70 0,77 0,70
4 ASSA 6,38 1,88 1,63 1,99 2,39 2,35 0,24 2,41
5 CASS 1,50 1,26 1,24 1,22 1,29 1,07 1,39 1,28
6 NELY 0,34 0,36 0,34 0,31 0,17 0,11 0,08 0,24
7 TMAS 3,11 3,40 3,97 2,06 1,19 1,54 1,85 2,44
8 IBST 1,39 0,73 0,32 0,26 0,29 0,37 0,47 0,55
9 TBIG 1,54 2,37 3,55 4,33 13,33 13,54 7,04 6,53
10 TOWR 4,64 2,97 3,26 2,69 1,79 1,34 1,52 2,60
Rata-Rata (x) 2,19 1,58 1,74 1,60 2,40 2,40 1,75 1,95
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Page 203
Return On Investment (ROI) = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑥 100%
Lampiran L
Return On Investment (ROI) Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transpotasi Periode 2011-2017
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
No. Kode
Saham
Return On Investment Rata-Rata
(%) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 20,64 23,42 20,64 23,42 20,64 23,42 20,64 21,83
2 JSMR 5,64 6,20 3,31 3,81 3,59 3,37 2,64 4,08
3 TLKM 15,01 16,49 15,86 15,22 14,03 16,24 16,48 15,62
4 ASSA 0,69 1,40 4,24 1,71 1,18 2,05 3,12 2,06
5 CASS 19,84 23,83 27,28 24,85 22,94 17,99 16,94 21,95
6 NELY 18,95 13,87 6,78 5,28 6,74 3,40 6,84 8,83
7 TMAS 2,66 7,82 4,24 12,49 17,80 9,17 1,83 8,00
8 IBST 4,84 26,32 30,24 6,02 7,54 8,16 4,12 12,46
9 TBIG 7,16 6,48 7,22 6,23 6,34 5,51 9,14 6,87
10 TOWR 3,31 2,55 1,06 4,87 13,84 10,67 9,81 6,59
Rata-Rata (x) 9,87 12,84 12,09 10,39 11,46 10,00 9,16 10,83
Page 204
nilai buku per saham atau Book Value = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
Lampiran M
Book Value (BV) Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transpotasi Periode 2011-2017
No. Kode
Saham
Book Value
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 697,74 942,25 940,24 1202,38 1065,14 1312,73 1042,42
2 JSMR 1151,92 1348,58 1454,69 1574,15 1704,17 2251,19 2529,59
3 TLKM 604,97 664,46 768,10 854,41 926,87 1047,06 1112,40
4 ASSA 56,67 215,73 242,82 246,48 251,52 265,97 290,16
5 CASS 139,02 168,36 195,86 234,08 267,58 380,95 382,77
6 NELY 96,82 134,74 138,29 144,23 153,68 156,58 163,86
7 TMAS 213,08 305,78 294,69 466,15 713,97 871,73 896,51
8 IBST 492,24 923,93 1610,85 2251,83 3092,21 4033,86 3195,98
9 TBIG 596,99 936,88 907,90 911,65 351,06 358,42 702,89
10 TOWR 148,85 335,06 357,09 457,65 752,58 1049,54 752,58
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Page 205
Price Book Value = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
Lampiran N
Price Book Value (PBV) Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transpotasi Periode 2011-2017
No. Kode
Saham
Price Book Value Rata-Rata (x)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PGAS 4,55 4,88 4,76 4,99 2,58 2,06 1,68 3,64
2 JSMR 3,65 4,04 3,25 4,48 3,07 1,92 2,53 3,28
3 TLKM 2,33 2,72 2,80 3,35 3,35 3,80 3,99 3,19
4 ASSA 9,00 1,97 1,15 0,63 0,40 0,73 0,70 2,08
5 CASS 2,91 4,34 4,19 5,34 4,22 2,48 2,35 3,69
6 NELY 2,01 1,48 1,27 1,13 0,90 0,49 0,70 1,14
7 TMAS 0,93 1,21 0,71 4,75 2,73 2,01 1,28 1,95
8 IBST 10,07 5,55 3,30 1,33 0,61 0,46 2,53 3,41
9 TBIG 3,98 6,08 6,39 10,64 16,74 13,89 9,14 9,55
10 TOWR 6,72 6,77 7,70 9,07 6,31 3,41 5,32 6,47
Rata-Rata (x) 4,62 3,90 3,55 4,57 4,09 3,12 3,02 3,84
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Tahun 2011-2017, diolah 2019
Page 206
Lampiran O
Descriptive Statistics
No. Missing Mean Median Min Max
Standard
Deviation
CR 1 0 172,60 116 34,55 603,82 152,40
DER 2 0 1,95 1,39 0,08 13,54 2,40
ROI 3 0 10,80 7,50 0,69 30,24 8,00
PBV 4 0 3,84 3,25 0,40 16,74 3,15
HARGA
SAHAM 5 0 2.758,89 2.270,00 76,00 9.700,00 2.303,56
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Lampiran P
Cross Loadings
HARGA
SAHAM
LIKUIDI
TAS
NILAI
PERUSAHAAN
PROFITABILI
TAS
SOLVABILI
TAS
CR -0,051 1,000 -0,180 0,496 -0,342
DER 0,259 -0,342 0,747 -0,329 1,000
ROI 0,017 0,496 -0,018 1,000 -0,329
NILAI
PERUSAHAAN 0,560 -0,180 1,000 -0,018 0,747
HARGA
SAHAM 1,000 -0,051 0,560 0,017 0,259
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Lampiran Q
Construct Reliability and Validity
Cronbach's
Alpha
Composite
Reliability
Average Variance
Extracted (AVE)
LIKUIDITAS 1,000 1,000 1,000
SOLVABILITAS 1,000 1,000 1,000
PROFITABILITAS 1,000 1,000 1,000
NILAI PERUSAHAAN 1,000 1,000 1,000
HARGA SAHAM 1,000 1,000 1,000
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Page 207
Lampiran R
Collinearity Statistics (Outer VIF Values)
VIF
CR 1.000
DER 1.000
ROI 1.000
PBV 1.000
HARGA SAHAM 1.000
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Lampiran S
R-Square
R Square R Square Adjusted
HARGA SAHAM 0,381 0,343
PBV 0,618 0,600
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Lampiran T
Model PLS Algorithm
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
Page 208
Lampiran U
Path Coefficient
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
LIKUIDITAS -> PBV -0,031 -0,024 0,057 0,539 0,590
SOLVABILITAS -> PBV 0,825 0,805 0,097 8,537 0,000
PROFITABILITAS -> PBV 0,269 0,283 0,088 3,057 0,002
LIKUIDITAS ->
HARGA SAHAM 0,018 0,023 0,091 0,195 0,845
SOLVABILITAS ->
HARGA SAHAM -0,439 -0,445 0,190 2,314 0,021
PROFITABILITAS ->
HARGA SAHAM -0,120 -0,135 0,142 0,846 0,398
NILAI PERUSAHAAN ->
HARGA SAHAM 0,889 0,891 0,178 4,984 0,000
Sumber : Data sekunder diolah, 2019
Lampiran V
Total Indirect Effects
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|
)
P Values
LIKUIDITAS->
HARGA SAHAM -0,027 -0,021 0,048 0,566 0,572
LIKUIDITAS -> NILAI
PERUSAHAAN 0,000 0,000
SOLVABILITAS ->
HARGA SAHAM 0,733 0,728 0,210 3,485 0,001
Sumber : Data Sekunder diolah tahun 2019
Page 209
Lampiran W
Model PLS Bootstrapping
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019
0.539
8.537
3.057
0.846
4.984
0.195
2.314