1 PENGARUH LARUTAN EKSTRAK DAUN SIRIH (PIPER BETLE L) TERHADAP PERUBAHAN WARNA BASIS RESIN AKRILIK HEAT CURED SKRIPSI ANDI NUR MAYANTI J111 10 104 UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI MAKASSAR 2013
1
PENGARUH LARUTAN EKSTRAK DAUN SIRIH
(PIPER BETLE L) TERHADAP PERUBAHAN WARNA BASIS
RESIN AKRILIK HEAT CURED
SKRIPSI
ANDI NUR MAYANTI
J111 10 104
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
MAKASSAR
2013
2
PENGARUH LARUTAN EKSTRAK DAUN SIRIH
(PIPER BETLE L) TERHADAP PERUBAHAN WARNA BASIS
RESIN AKRILIK HEAT CURED
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin
Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
ANDI NUR MAYANTI
J111 10 104
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
MAKASSAR
2013
3
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Larutan Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L) Terhadap Perubahan
Warna Basis Resin Akrilik Heat Cured
Oleh : Andi Nur Mayanti / J111 10 104
Telah Diperiksa dan Disahkan
Pada Tanggal 20 Agustus 2013
Oleh
Pembimbing
Dr. drg. Edy Machmud, Sp.Pros(K)
NIP. 19631104 199401 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin
Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph.D
NIP. 19540625 198403 1 001
4
ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Objek penelitian ini
adalah plat resin akrilik Heat Cured sebanyak 15 plat. Penelitian ini menggunakan
ekstrak daun sirih (Piper Betle L) konsentrasi 35%, konsentrasi 50% serta aquades
(kontrol) 100 ml sebagai bahan pembersih gigitiruan yang dilakukan perendaman
selama 8 jam. Masing-masing 5 plat resin akrilik heat cured dimasukkan dalam 5
gelas kimia yang berisi konsentrasi 35%, 5 plat resin akrilik heat cured
dimasukkan dalam 5 gelas kimia yang berisi konsentrasi 50% serta 5 plat resin
akrilik heat cured dimasukkan dalam 5 gelas kimia yang berisi aquades (kontrol)
dengan lama perendaman selama 8 jam. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji
ANOVA dengan menggunakan SPSS versi 16.0. Uji ANOVA menunjukkan
adanya perbedaan rata-rata yang signifikan perubahan warna antara dua
konsentrasi ekstrak daun sirih dengan menggunkan interval kepercayaan 0,005
yaitu pada konsentrasi 35% diperoleh nilai F 6.020 dan sig diperoleh nilai 040
sedangkan untuk konsentrasi 50% diperoleh nilai F 32.954 dan sig diperoleh nilai
000. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah konsentrasi 50%
lebih signifikan dibandingkan konsentrasi 35% terhadap perubahan warna resin
akrilik heat cured yang dilakukan perendaman selama 8 jam.
Kata Kunci : Resin akrilik heat cured, Ekstrak daun sirih, Perubahan warna
5
ABSTRACT
This research is an experimental laboratory. Object of this study is the Heat
Cured acrylic resin plate as much as 15 plates. This study uses a betel leaf extract
(Piper betle L) concentration of 35%, the concentration of 50% and distilled water
(control) 100 ml as a denture cleanser soaking for 8 hours. Each 5 heat cured
acrylic resin plate inserted in the 5 beaker containing 35% concentration, 5 heat
cured acrylic resin plate inserted in the 5 beaker containing a concentration of
50% and 5 heat cured acrylic resin plate inserted in a beaker containing 5 distilled
water (control) with immersion time for 8 hours. Data were analyzed by ANOVA
using SPSS version 16.0. ANOVA showed a mean difference of significant
changes in color between the two concentrations of betel leaf extract by using the
confidence interval 0.005 at 35% concentration of F values obtained 6,020 and sig
040 while values obtained for the concentration of 50% values obtained F values
obtained 32 954 and sig 000. The conclusion that can be drawn from this research
is a significant concentration of 50% is more than 35% concentration of the color
change is heat cured acrylic resin soaking for 8 hours.
Keywords: Heat cured acrylic resin, Betel leaf extract, Discoloration
6
KATA PENGANTAR
Tiada kata seindah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena
hanyalah dengan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Larutan Ekstrak Daun Sirih (Piper
Betle L) Terhadap Perubahan Warna Basis Resin Akrilik Heat Cured”.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah syarat mencapai gelar
Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Selain itu skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan
peneliti lainnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang ilmu kedokteran gigi.
Dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak hambatan yang penulis hadapi,
namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga akhirnya,
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Hasanuddin.
2. Dr. drg. Edy Machmud, Sp.Pros(K), selaku dosen pembimbing skripsi ini
yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, petunjuk,
serta bimbingan bagi penulis selama penyusunan skripsi ini, terimakasih
7
banyak karena beliau telah sangat sabar dalam memberikan arahan dan
bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. drg. Marhamah, M.Kes, sebagai penasehat akademik yang senantiasa
memberikan dukungan, nasihat, motivasi dan semangat, sehingga penulis
berhasil menyelesaikan jenjang perkuliahaan dengan baik.
4. Terimakasih banyak kepada orang tua tercintaku, skripsi ini saya
persembahkan kepada orang tua tercinta Ayahandaku, Anwar dan Ibundaku
Andi Nawar, rasa terima kasih dan penghargaan yang terdalam dari lubuk
hati, penulis berikan kepada kedua orang tuaku yang senantiasa telah
memberikan doa, dukungan, bantuan, didikan, nasihat, perhatian, semangat,
motivasi, dan cinta kasih yang tak ada habis-habisnya. Tak ada kata atau
kalimat yang mampu mengekspresikan besarnya rasa terima kasihku. Yang
pasti, saya sungguh bersyukur dan bahagia memiliki oran tua seperti papa
dan mama yang selalu berada disisiku. Sekali lagi, terima kasih.
5. Terimakasih juga penulis berikan buat adik-adikku tercinta Andi Nur
Hildayanti dan Andi Nur aziza, yang selama ini telah turut mendoakan
saya.
6. Tanteku tercinta Andi Nawir yang selama ini sangat sabar dan setia
menemani, membantu, memotivasi serta memberikan saran dan kritikan
dalam penyusunan skripsi saya, meskipun terkadang diantara kami juga
terdapat ketidakcocokan dalam hal masukan yang beliau berikan tapi
semuanya berakhir dengan pernyataan setuju dari saya.
8
7. Sahabat-sahabatku tersayang Hamdani, Sri Haryuti, Donna Trye L yang
senantiasa memberi dukungan yang sangat berarti pada penulis. Terima
kasih untuk menjadi bagian dalam hidupku. Mengenal kalian adalah salah
satu hal yang indah dalam hidupku.
8. Seluruh dosen yang telah bersedia memberikan ilmu, serta staf karyawan
FKG universitas Hasanuddin.
9. Terimaksih juga saya ucapkan seluruh anak-anak prosthodonsi yang telah
membantu dalam menyelesaikan penelitian skripsi, terkhusus kepada
Kurniadi dan Melinda Maria Awing.
10. Segenap keluarga besar Atrisi 2010, terima kasih untuk kekompakan dan
rasa persaudaraan yang telah kalian tunjukkan sangat bangga rasanya bisa
menjadi bagian dari kalian.
11. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini yang
namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis berharap kiranya Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dari
segala pihak yang telah bersedia membantu penulis. Akhirnya dengan segenap
kerendahan hati, penulis mengharapkan agar kiranya tulisan ini dapat menjadi salah
satu bahan pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi ke depannya, juga dalam usaha peningkatan perbaikan kualitas
kesehatan Gigi dan Mulut masyarakat. Amin.
Makassar, 20-08-2013
Andi Nur Mayanti
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
ABSTRAK .............................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................... 3
1.3 TUJUAN PENELITIAN ........................................................... 3
1.4 HIPOTESIS PENELITIAN ...................................................... 3
1.5 MANFAAT PENELITIAN ....................................................... 4
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BAHAN PEMBERSIH GIGITIRUAN .................................... 6
2.2.1 Syarat-Syarat Pembersih Gigitiruan ................................. 6
2.2.2 Jenis Pembersih Gigitiruan .............................................. 6
2.2.2.1 Daun sirih (Piper betle L) .................................. 7
2.2.2.1.1 Gambaran Umum ..................................... 7
2.2.2.1.2 Nama Asing dan Nama Daerah ................ 7
2.2.2.1.3 Klasifikasi Ilmiah ..................................... 8
2.2.2.1.4 Morfologi ................................................. 9
2.2.2.1.5 Kandungan daun sirih (Piper Betle L) ..... 10
2.2.2.1.6 Manfaat .................................................... 11
2.2 RESIN AKRILIK ...................................................................... 14
2.3 RESIN AKRILIK HEAT CURED ............................................ 14
2.3.1 Definisi ............................................................................. 14
2.3.2 Komposisi ........................................................................ 15
2.3.3 Manipulasi ........................................................................ 15
2.3.4 Keuntungan ...................................................................... 16
11
2.3.5 Kerugian ........................................................................... 17
2.3.6 Proses polimerisasi ........................................................... 17
2.3.7 Sifat-sifat .......................................................................... 17
2.4 STABILITAS WARNA ............................................................ 22
2.5 SKALA WARNA CIELAB ...................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 KERANGKA TEORI................................................................ 25
3.2 KERANGKA KONSEP ............................................................ 26
3.3 ALUR PENELITIAN ............................................................... 27
3.4 JENIS PENELITIAN ................................................................ 28
3.5 DESAIN PENELITIAN ............................................................ 28
3.6 LOKASI PENELITIAN ............................................................ 28
3.7 WAKTU PENELITIAN............................................................ 28
3.8 SAMPEL ................................................................................... 29
3.9 JUMLAH SAMPEL .................................................................. 29
3.10 KRITERIA SAMPEL ............................................................. 29
3.10.1 Kriteria inklusi ............................................................. 29
12
3.10.2 Kriteria Eksklusi .......................................................... 30
3.11 VARIABEL PENELITIAN ............................................................ 30
3.11.1 Variabel sebab ...................................................................... 30
3.11.2 Variabel akibat ..................................................................... 30
3.11.3 Variabel kontrol ................................................................... 30
3.12 DEFINISI OPERASIONAL ........................................................... 31
3.13 ALAT DAN BAHAN ..................................................................... 32
3.13.1 Alat ....................................................................................... 32
3.13.2 Bahan ................................................................................... 34
3.14 PROSEDUR KERJA ...................................................................... 34
3.14.1 Pembuatan plat resin akilik heat cured ................................ 34
3.14.2 Pembuatan ekstrak daun sirih (Piper Betle L) dengan
menggunakan metode Maserasi ........................................... 36
3.15 DATA .............................................................................................. 40
3.15.1 Jenis data .............................................................................. 40
3.15.2 Pengolahan data ................................................................... 40
3.15.3 Analisis data ......................................................................... 40
13
3.15.4 Penyajian data ...................................................................... 41
3.16 PROSEDUR KERJA PENELITIAN .............................................. 41
3.17 KRITERIA PENILAIAN ................................................................ 44
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 HASIL PENELITIAN ............................................................... 46
BAB V PEMBAHASAN
5.1 PEMBAHASAN ....................................................................... 49
BAB VI PENUTUP
6.1 SIMPULAN .............................................................................. 52
6.2 SARAN ..................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
14
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Komposisi Kimia Daun Sirih Segar per 100 gram ............................. 10
2. Komponen Aktif Daun Sirih per 100 gram Daun Segar ..................... 11
3. Perubahan Warna Pada Resin Akrilik Heat Cured Setelah
Perendaman Selama 8 Jam .................................................................. 46
4. Hasil Uji Statistik Resin Akrilik Heat Cured Dalam Ekstrak Daun
Sirih (Piper Betle L) Konsentrasi 35% dengan Aquades (Kontrol)
Selama 8 Jam....................................................................................... 47
5. Hasil Uji Statistik Resin Akrilik Heat Cured Dalam Ekstrak Daun
Sirih (Piper Betle L) Konsentrasi 50% dengan Aquades (Kontrol)
Selama 8 Jam....................................................................................... 47
15
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Daun Sirih Hijau ................................................................................. 9
2. Ruang Warna CIELab ......................................................................... 23
3. Oven Simplisia .................................................................................... 36
4. Daun Sirih Yang Telah Kering ........................................................... 37
5. Daun Sirih Yang Direndam Dalam Toples Kaca ................................ 37
6. Ekstrak Cair Daun Sirih (Piper Betle L) ............................................. 38
7. Rotary Evaporator ............................................................................... 38
8. Ekstrak Kental Daun Sirih (Piper Betle L) ........................................ 39
9. Ekstrak Kental Yang Dituang Ke dalam Cawan Porselen .................. 39
10. Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L) Konsentrasi 35% dan 50% ....... 40
11. Pengamatan Sebelum Perendaman ................................................... 41
12. Perendaman Plat Resin Akrilik Dengan Konsentrasi 35% ............... 42
13. Perendaman Plat Resin Akrilik Dengan Konsentrasi 50% ............... 42
14. Perendaman Plat Resin Akrilik Dengan Aquadest (Kontrol) ........... 43
16
15. Pengamatan Setelah Perendaman ...................................................... 43
16. Adobe Photoshop® 7.0 ...................................................................... 44
17. Struktur Tannin ................................................................................. 50
17
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Penugasan Penelitian
2. Surat Izin Penelitian Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi Unhas
3. Diagram Batang Plat Resin Akrilik Heat Cured Sebelum Perendaman
4. Diagram Batang Plat Resin Akrilik Heat Cured Sesudah Perendaman
5. Hasil Perhitungan Pretest- Posttest
6. Plat Resin Akrilik Heat Cured Sebelum Perendaman
7. Plat Resin Akrilik Heat Cured Sesudah Perendaman
18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Basis gigitiruan saat ini masih banyak menggunakan bahan resin akrilik. Resin
akrilik terdiri atas monomer dan polimer. Menurut American Dental Association
terdapat dua jenis resin akrilik yaitu heat cured polymer dan self cured polymer,
yang masing-masing terdiri atas bubuk yang disebut polimer dan cairan yang
disebut monomer. Namun bahan dasar basis gigi tiruan yang sering dipakai adalah
resin akrilik polimetil metakrilat jenis heat cured. Resin akrilik dipakai sebagai
basis gigi tiruan oleh karena bahan ini tidak toksik, tidak mengiritasi dan tidak
larut dalam cairan mulut, mempunyai estetik yang baik, mudah dimanipulasi,
mereparasinya mudah serta perubahan dimensinya kecil.1,2
Kekurangan resin akrilik yaitu mudah patah apabila terjatuh serta mudah
mengalami perubahan warna setelah beberapa lama dipakai dalam mulut,
memiliki porositas dan kekasaran permukaan yang cukup tinggi sehingga
permukaan basis gigitiruan yang tidak dipoles seperti halnya bagian yang
menghadap ke jaringan lebih mudah melekat sisa makanan dan apabila tidak
dibersihkan dengan baik maka akan menjadi tempat berkembangnya spesies
mikroba. Salah satu mikroorganisme adalah Candida albicans. Apabila keadaan
tersebut dibiarkan terus-menerus maka akan terjadi denture stomatitis. Oleh
19
karena itu perlu menjaga kebersihan gigi tiruan resin akrilik agar bebas dari
mikroorganisme dengan melakukan pembersihan gigi tiruan secara rutin..1
Cara membersihkan gigi tiruan dapat dengan merendam gigi tiruan dalam
larutan pembersih yang mengandung bahan desinfektan. Ausberger
mengemukakan bahwa pembersih dengan menggunakan bahan pembersih dapat
membersihkan secara sempurna terutama bagian-bagian yang sulit dipakai sikat
gigi, karena itu dianjurkan agar gigi tiruan direndam dalam larutan pembersih.
Selain itu bagi orang lanjut usia dengan kemampuan gerak yang telah menurun,
merendam gigi tiruan pada bahan pembersih gigi tiruan dapat dipilih sebagai
pilihan.1
Bahan pembersih gigi tiruan yang beredar di pasaran pada umumnya berasal
dari bahan kimia antara lain alkalin peroksida, sodium hipoklorit, dan klorhexidin
glukonat. Dan masih sedikit yang menggunakan bahan tradisional atau alam.
Beberapa obat-obatan tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
tanaman-tanaman Indonesia dapat dipakai sebagai bahan pembersih gigitiruan.
Misalnya daun sirih (Piper Betle L), nanas (Ananas Comosus(L) Merr), dan daun
sirsak (Annona Muricata). Salah satu dari ketiga bahan pembersih tradisional
yang sering dipakai pada masyarakat umumnya yaitu daun sirih (piper betle l).
Dalam daun sirih terkandung minyak atsiri yang terdiri atas kurang lebih 30%
fenol derivate, antara lain kavikol dan juga mengandung betlephenol. Kedua zat
ini merupakan kandungan terbesar minyak atsiri yang ada dalam daun sirih (piper
betle l), yang memiliki daya antiseptik yang kuat. Pada penelitian sebelumnya
ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 35% efektif dalam menghambat
20
pertumbuhan candida albicans dan konsentrasi 50% dapat menurunkan indeks
plak.1
Daun sirih (Familia Piperaceae) memiliki nama binomial Piper betle Linn ,
merupakan salah satu tanaman yang diketahui berkhasiat sebagai antiseptik dan
desinfektan. Praja melaporkan bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis
gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak daun sirih terhadap
pertumbuhan Candida albicans. Daun sirih mengandung minyak atsiri yang
terdiri dari kabivetol, estargiol, eugenol metileugenol, karvakrol, terpen,
seskuierpen, fenilpropan, tannin, fenol dan hidroksi kavikol.3
Bahan resin akrilik mempunyai salah satu sifat yaitu menyerap air secara
perlahan-lahan dalam jangka waktu tertentu, dengan mekanisme penyerapan
melalui difusi molekul air sesuai hukum difusi. Terjadinya penyerapan zat warna
cairan dalam resin akrilik merupakan salah satu faktor penyebab perubahan warna
pada resin akrilik. Bahan kimia seperti alkohol, kloroform, zat warna buatan atau
asli, dan karbonat dapat menyebabkan perubahan warna pada resin akrilik.1
Bahan pembersih gigitiruan merupakan suatu bahan yang mempunyai
efektifitas untuk menghilangkan lapisan plak bakteri dan mencegah terbentuknya
kembali serta memiliki kemampuan untuk menghilangkan debris makanan,
kalkulus, dan stain. Tetapi pada kenyataannya banyak sekali dikalangan
masyarakat yang belum mengetahui mengenai efek samping yang dapat
ditimbulkan oleh bahan pembersih gigitiruan yang mereka gunakan contohnya:
terjadinya perubahan warna. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis
ingin meneliti pengaruh larutan ekstrak daun sirih (Piper betle L ) terhadap
perubahan warna basis resin akrilik heat cured. Hasil penelitian ini diharapkan
21
dapat memberi tambahan informasi bagi para klinisi prostodonsia akan pentingnya
pemilihan jenis bahan pembersih gigi tiruan.1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah ada pengaruh larutan ekstrak daun sirih (Piper betle L ) terhadap
perubahan warna basis resin akrilik heat cured ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
Pengaruh larutan ekstrak daun sirih (Piper betle L) terhadap perubahan
warna basis resin akrilik heat cured.
1.4 HIPOTESIS PENELITIAN
Ada pengaruh larutan ekstrak daun sirih (Piper betle L) terhadap perubahan
warna basis resin akrilik heat cured.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat yaitu :
1. Manfaat bagi peneliti
Terhadap ilmu pengetahuan diharapkan dapat menjadi informasi
ilmiah dalam rangka memperkaya khasanah keilmuan terutama dalam
bidang prostodonsia dan menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya.
22
2. Manfaat bagi masyarakat
Sebagai informasi yang bersifat ilmiah bagi masyarakat.
3. Manfaat bagi institusi
Dapat digunakan sebagai bahan bacaan, bahan ajar dan masukan bagi
mahasiswa kedokteran gigi yang melakukan penelitian di Universitas
Hasanuddin.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BAHAN PEMBERSIH GIGITIRUAN
Bahan pembersih gigitiruan dapat berupa krim, pasta, gel atau larutan yang
dibuat untuk membersihkan gigitiruan penuh atau gigitiruan sebagian lepasan.
Sebuah bahan pembersih gigitiruan yang efektif harus mempunyai kemampuan
untuk menghilangkan lapisan plak bakteri dan mencegahnya terbentuknya
kembali serta memiliki kemampuan untuk menghilangkan debris makanan,
kalkulus, dan stain. Bahan pembersih gigitiruan merupakan produk pembersih
yang dijual di apotik dan toko obat, aman apabila digunakan sesuai dengan
instruksi pabrik.1,4
2.2.1 Syarat-Syarat Pembersih Gigitiruan
Bahan pembersih gigitiruan yang ideal umumnya memiliki syarat-syarat
seperti tidak toksik, tidak merusak atau mengubah bahan- bahan yang digunakan
dalam pembuatan gigitiruan, stabil pada penyimpanan, bersifat bakterisidal dan
fungisidal.4
2.2.2 Jenis Pembersih Gigitiruan
Jenis bahan pembersih gigitiruan yang saya gunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:4
24
2.2.2.1 Daun sirih (Piper betle L)
2.2.2.1.1 Gambaran Umum
Piper Betle L adalah anggota family Piperaceae yang merupakan tanaman
yang dapat dimakan dengan daun yang telah banyak digunakan secara tradisional
di Negara India, Cina, dan Thailand. Nama-nama umumnya adalah sirih (dalam
bahasa Inggris), paan (di India), phlu (di Thailand) dan sirih (dalam bahasa
Indonesia). Sirih adalah tanaman yang perlu kondisi pertumbuhan yang hangat
dan basah untuk pertumbuhannya. Genus piper (piperaceae) telah terdistribusi
luas di wilayah tropis dan subtropics di dunia. Sirih dibudidayakan di India,
Srilanka, Indonesia, Malaysia, Philipina, dan Afrika Timur. Bagian dari sirih yang
dimanfaatkan adalah daun, akar, batang, tangkai. Sirih mempunyai minyak
esensial aromatik berwarna kuning, dengan bau yang pedas dan tajam.5,6
2.2.2.1.2 Nama Asing dan Nama Daerah
Disebabkan manfaatnya yang besar bagi kesehatan, sirih tidak saja dikenal
di kawasan Asia, tetapi juga di Eropa, Afrika, dan Amerika. Hal ini tentunya
membawa konsekuensi logis terhadap nama sirih itu sendiri, yakni masing-masing
wilayah menyebut sirih sesuai dengan bahasanya. Misalnya :7
1. Arab : tamul atau tanbul
2. Cina : ju jiang, tu wei teng, wei ze, wei ye, dafeng teng
3. Inggris : betel, betel pepper, betel vire
4. Francis : betel, poivrief betel
5. Jerman : betelpfeffer, betel-pfeffe
6. Gujarat : paan, tanbolaa
25
7. India : pan
8. Kanada : eleballi, panu, vileyadele
9. Malaysia : bakik serasa
10. Marathi : pan, vidyache pan
11. Nepal : naagavallii
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki
tradisi, budaya, dan bahasa yang berbeda sehingga istilah untuk menyebut sirih
pun bermacam-macam seperti :7
1. Sumatera : ranub, blo, sereh, purokawo, belo, ibun, cambai,
sireh, suruh, serasa, ifan, taufao
2. Jawa : sedah, suruh, seureuh, sere
3. Nusa tenggara : base, sedah, nahi, kuta, mota, taa, mokeh, malu
4. Kalimantan : uwit, buyu, sirih, uduh sifat, uruisepa
5. Sulawesi : gapura, ganjang, baulu, buya, bolu, komba,
lalama,sangi, dondili
6. Maluku : mota, ani-ani, papek, raunge, nien, rambika, kamu,
kakina, bido, garmo, amu
7. Papua : afo, nai wadok, mirtan, freedor, dedami, mera,
wangi, manaw, reman
2.2.2.1.3 Klasifikasi Ilmiah
Klasifikasi ilmiah dari daun sirih adalah sebagai berikut:7
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
26
Class : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Species : P. Betle
2.2.2.1.4 Morfologi
Sirih merupakan tanaman menjalar dan merambat pada batang pokok
disekelilingnya dengan daunnya yang memiliki bentuk pipih seperti gambar hati,
tangkainya agak panjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing, pangkal daun
berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging daun yang tipis. Permukaan daunnya
berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek.
Panjangnya sekitar 5 - 8 cm dan lebar 2 - 5 cm.
Gambar 2.1 Daun sirih hijau
Sumber : Dokumentasi pribadi
Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung ± 1 mm
berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm dan
terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar
1,5 - 6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna putih dan
27
hijau kekuningan. Buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna hijau keabu-
abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan.1,7
2.2.2.1.5 Kandungan daun sirih (Piper Betle L)
Daun sirih (Piper betle L) secara umum telah dikenal masyarakat sebagai
bahan obat tradisonal. Seperti halnya dengan antibiotika, daun sirih juga
mempunyai daya anti bakteri. Kemampuan tersebut karena adanya berbagai zat
yang terkandung di dalamnya. Daun sirih mengandung 4,2 % minyak atsiri yang
sebagian besar terdiri dari Chavicol paraallyphenol turunan dari Chavica betel.
Isomer Euganol allyprocathechine, Cineol methyl euganol dan Caryophyllen,
kavikol, kavibekol, estragol, terpinen. Selain itu, minyak atsiri daun sirih
mengandung karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, tamin,
glukosa, pati, dan asam amino.8
Komposisi kimia daun sirih dapat dilihat pada Tabel 1.7
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Daun Sirih Segar per 100 gram
Kandungan Jumlah
Air
Protein
Karbohidrat
Serat
Yodium
Mineral
Kalsium
Fosfor
Besi Ion
Karoten (Vitamin A)
Kalium Nitrat
Tiamin
Ribovlafin
Asam Nikotinal
Vitamin C
85,4 mg
3,1 mg
6,1 mg
2,3 mg
3,4 mg
2,3 mg
230 mg
40 mg
3,5 mg
9600 iu
0,26–0,42 mg
70 mg
30 mg
0,7 mg
5 mg
Sumber : Wiart C. Medicinal plants of the Asia-Pacific: drugs for to the future.
Malaysia:World Scientific Publishing Co. Ptc. Ltd;2006.pp.37-40.
28
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
yang merupakan salah satu hasil metabolism tanaman. Bersifat mudah menguap
pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, serta berbau wangi sesuai dengan bau
tanaman penghasilanya. Minyak atsiri terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol
estargiol, eugenol, metileugenol, karvakol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan dan
tannin. Minyak atsiri larut dalam pelarut organic dan tidak larut dalam air. Minyak
atsiri pada industry banyak digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik, parfum,
antiseptik, dll. Beberapa jenis minyak atsiri mampu bertindak sebagai bahan terapi
(aromaterapi) atau bahan obat suatu jenis penyakit. Fungsi minyak atsiri sebagai
bahan obat tersebut disebabkan adanya bahan aktif, sebagai contoh bahan anti
radang, hepatoprotektor, analgetik, anestetik, antiseptik, psikoaktif dan anti
bakteri.9,10
Daftar komponen aktif dalam daun sirih dapat dilihat pada Tabel 2.7
Tabel 2.2 Komponen Aktif Daun Sirih Per 100 gram Daun Segar
Kandungan Presentase
Alilkatekol
Kadinen
Karvakol
Kariofilen
Kavibetol
Kavikol
Sineol
Eugenol
Eugenol Metil eter
2,7–4,6%
6,7–9,1%
2,2–4,8%
6,2–11,9%
0,0–1,2%
5,1–8,2%
3,6–6,2%
26,8– 42,5%
26,8–15,58%
Sumber : Wiart C. Medicinal plants of the Asia-Pacific: drugs for to the future.
Malaysia:World Scientific Publishing Co. Ptc. Ltd;2006.pp.37-40.
29
2.2.2.1.6 Manfaat
Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak (betIephenol),
seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya
mematikan kuman, antioksidasi dan anti jamur. Sirih berkhasiat menghilangkan
bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan.1,7
Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka
pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat
mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan
menghentikan perdarahan. Biasanya untuk obat hidung berdarah, dipakai 2 lembar
daun segar Piper betle L, dicuci, digulung kemudian dimasukkan ke dalam
lubang hidung. Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih
hutan juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan
hama penghisap.1,7
Ekstrak kasar daun sirih dilaporkan dapat berfungsi sebagai anti bakteri
terhadap Strepcoccus mutans dengan mempengaruhi pertumbuhan dan
pembentukan glucan. Komponen kimia daun sirih pada minyak atsiri,
seskuiterpen, triterpen, terpenoid sitosterol neolignan dan krotepoksid. Aktivitas
anti cendawan diduga berasal dari minyak atsiri daun sirih yaitu isoeugenol,
limonene, β-pinen dan kariofilena. Minyak atsiri dan ekstrak etanol daun sirih
dilaporkan mempunyai aktivitas anticendawan terhadap Candida albicans.
Kehadiran fenol yang merupakan senyawa toksik mengakibatkan struktur tiga
dimensi protein terganggu dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya
kerusakan pada struktur kerangka kovalen. Hal ini menyebabkan protein
30
terdenaturasi, namun aktivitas biologisnya menjadi rusak sehingga protein tidak
dapat melakukan fungsinya.7
Karvakol bersifat sebagai desinfektan dan antijamur sehingga bisa
digunakan sebagai antiseptic, eugenol dan methyl-euganol dapat digunakan untuk
mengurangi sakit gigi. Selain itu di dalam daun sirih juga terdapat flavanoid,
saponin, dan tannin. Saponin dan tannin bersifat sebagai antiseptic pada luka
permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi
pada kulit, mukosa, dan melawan infeksi pada luka.11
Flavanoid selain berfungsi sebagai bakteriostatik juga berfungsi sebagai
antiinflamasi. Selain itu daun sirih juga mengandung kavikol dan kavibetol yang
merupakan turunan dari fenol yang mempunyai daya antibakteri lima kali lipat
dari fenol biasa terhadap Staphylococcus aureus.11
Cara kerja fenol dalam membunuh mikroorganisme yaitu dengan cara
mendenaturasi protein sel. Dengan terdenaturasinya protein sel, maka semua
aktvitas metabolism sel dikatalisis oleh enzim yang merupakan suatu protein.
Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri pada umumnya mengandung gugus
fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri
melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hydrogen. Pada kadar rendah
terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera
mengalami peruraian, diikuti penetrsai fenol ke dalam sel dan menyebabkan
presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan
koagulasi protein dan sel membrane mengalami lisis.12
31
2.2 RESIN AKRILIK
Bahan yang paling sering digunakan dalam pembuatan basis gigi tiruan ialah
polimetil metakrilat (PMMA) dan sering disebut resin akrilik, atau akrilik saja.
PMMA dimodifikasi dengan menambahkan monomer-monomer ikatan-silang
(cross-linking) yang meningkatkan kekerasan-kekerasan dan kekakuannya.
Pigmen ditambahkan untuk memberikan warna. PMMA merupakan polimer yang
padat, terdiri dari rantai-rantai unit molekul metal metakrilat yang lurus dan
panjang. Metal metakrilat merupakan monomer cair. Resin basis gigi tiruan
tersedia dalam bentuk cairan monomer dan bubuk polimer. Cairan membasahkan
bubuk dan membentuk ikatan padat pengerasannya.2
Dikenal dua cara polimerisasi atau pengerasan resin, yaitu pengerasan dengan
pemanasan dan pengerasan melalui proses kimiawi. Pengerasan melalui
pemanasan terjadi jika panas menyerang inisiator (bensoil peroksida) di dalam
bubuk, yang bekerja pada metal metakrilat untuk membentuk polimer. Perbedaan
pengerasan melalui cara kimiawi terletak pada activator dalam cairan yang
bereaksi dengan insiator ketika cairan dan bubuk bertemu. Kekuatan akrilik untuk
gigi tiruan sangat berbeda. Jika basis gigi tiruan akan dibuat dengan ketebalan
yang minimal, dengan risiko patah yang lebih besar.2
2.3 RESIN AKRILIK HEAT CURED
2.3.1 Definisi
Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured acrylic resin) merupakan jenis
basis gigi tiruan yang paling sering digunakan saat ini. Heat cured resin akrilik
32
adalah salah satu bahan basis gigi tiruan resin akrilik yang proses polimerisasinya
dengan pengaplikasian panas. Energi termal yang diperlukan untuk polimerisasi
bahan tersebut dengan menggunakan pemanasan air di dalam waterbath dan dapat
juga menggunakan pemanasan oven gelombang mikro.13,14
2.3.2 Komposisi
Heat cured resin akrilik tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan. Unsur-unsur
yang terkandung dalam heat cured resin akrilik antara lain.13,14
a. Bubuk
Polimer : butiran atau granul polimetil metakrilat
Inisiator : benzoyl peroxide
b. Cairan
Monomer : metil metakrilat
Cross-linking agents :dimethacrylates, either ethylene glycol
dimethacrylate or 1,4-butylene glycol
dimethacrylate.
Inhibitor : hydroquinone
2.3.3 Manipulasi
Pencampuran bubuk dan cairan de ngan perbandingan volume 3 : 1 atau
perbandingan berat 2 : 1.Bubuk dan cairan dengan perbandingan yang benar
dicampur di dalam tempat yang tertutup lalu dibiarkan hingga mencapai dough
stage . Pada saat pencampuran ada empat stages yang terjadi yaitu: 15
1. Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang menyerupai pasir
basah.
33
2. Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika bubuk mulai larut
dalam cairan dan berserat ketika ditarik.
3. Dough stage adalah stage dengan konsistensi adonan mudah diangkat dan
tidak merekat lagi, serta merupakan waktu yang tepat memasukkan
adonan ke dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam waktu 10 menit.
4. Rubber hard adalah berwujud seperti karet dan tidak dapat dibentuk lagi
dengan kompresi konvensional.
Setelah adonan resin akrilik mencapai dough stage, adonan diisikan dalam
mould gips. Setelah pengisian adonan dilakukan tekanan pres pertama sebesar
1000 psi untuk mencapai mould terisi dengan padat dan kelebihan resin dibuang
kemudian dilakukan tekanan pres terakhir mencapai 2200 psi lalu kuvet dikunci.
Selanjutnya kuvet dibiarkan pada temperatur kamar kemudian kuvet dipanaskan
pada. suhu 70˚C selama 90 menit dan dilanjutkan dengan suhu 100˚C selama
30 menit.15
2.3.4 Keuntungan
Keuntungan jenis basis gigitiruan heat cured resin akrilik adalah sebagai
berikut: 14
1. Harga relatif murah
2. Proses pembuatan mudah
3. Tidak larut dalam cairan mulut
4. Estetik sangat baik
5. Warna stabil
6. Mudah direparasi
7. Mudah dipoles
34
2.3.5 Kerugian
Kerugian jenis basis gigitiruan heat cured resin akrilik adalah sebagai berikut :14
1. Kekuatan terhadap benturan rendah
2. Kekuatan fleksural rendah
3. Tidak tahan abrasif
4. Konduktivitas termal rendah
5. Monomer bebas dapat menimbulkan reaksi sensitif
2.3.6 Proses polimerisasi
Polimerisasi merupakan persamaan senyawa berat molekul rendah yang
disebut monomer ke senyawa berat molekul besar yang disebut polimer. Pada
proses polimerisasi poly methyl methacrylate terjadi reaksi kimia berupa reaksi
adisi.14
2.3.7 Sifat-sifat
Beberapa sifat-sifat heat cured resin akrilik :15
a. Porositas
Adanya gelembung permukaan dan dibawah permukaan dapat mempengaruhi
sifat fisik, estetika, dan kebersihan basis protesa. Porositas cenderung terjadi pada
bagian basis protesa yang lebih tebal. Porositas tersebut akibat dari penguapan
monomer yang tidak bereaksi serta polimer berberat molekul rendah, bila
temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Namun
porositas jenis ini tidak terjadi seragam sepanjang segmen resin yang terkena.
Porositas juga dapat berasal dari pengadukan yang tidak tepat antara
komponen bubuk dan cairan. Bila ini terjadi, beberapa bagian massa resin akan
35
mengandung monomer lebih banyak dibandingkan yang lain. Selama
polimerisasi, bagian ini mengerut lebih banyak dibandingkan daerah di dekatnya,
dan pengerutan yang terlokalisasi cenderung menghasilkan gelembung.
Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan menjamin homogenitas resin
yang sebesar mungkin. Penggunaan rasio polimer berbanding monomer yang
tepat serta prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik membantu keadaan
ini. Tambahan lagi, karena bahan lebih homogen dalam tahap seperti adonan,
adalah bijaksana untuk menunda memasukkan resin sampai dicapai konsistensi
tersebut.
Porositas juga dapat disebabkan karena tekanan atau tidak cukupnya bahan
dalam rongga kuvet selama polimerisasi. Gelembung udara akibat kekurangan ini
tidak berbentuk bola tetapi berbentuk tidak teratur. Gelembung ini dapat begitu
banyak sehingga seluruh resin Nampak lebih lebih ringan dan lebih lebih opak
dibandingkan warna sebelumnya. Selain itu, jenis porositas yang lain adalah
kebanyakan dihubungkan dengan resin cair. Porus tersebut nampaknya
disebabkan oleh masuknya udara selama prosedur pengadukan dan pemanasan.
Bila udara ini tidak dikeluarkan, gelembung-gelembung besar dapat terbentuk
pada basis protesa. Pengadukan, pemberian sprue, dan pemanasan jalan masuk
secara cermat dapat membantu mengurangi masuknya udara.
b. Penyerapan air
Poli (metal metakrilat) menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan pada
lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata
pada sifat mekanis dan dimensi polimer. Meskipun penyerapan dimungkinkan
36
oleh adanya polaritas molekul poli(metal metakrilat), umumnya mekanisme
penyerapan air yang terjadi adalah difusi. Difusi adalah berpindahnya suatu
substansi melalui rongga, atau melaui substansi kedua. Dalam contoh ini, molekul
air menembus massa poli(metil metakrilat) dan menempati posisi di antara rantai
polimer. Sebagai akibatnya, rantai polimer yang terganggu dipaksa memisah.
Adanya molekul air di dalam massa yang terpolimerisasi menimbulkan dua efek
penting. Pertama, hal itu menyebabkan massa terpolimerisasi mengalami sedikit
ekspansi. Kedua, molekul air mempengaruhi kekuatan rantai polimer dan
karenanya bertindak sebagai bahan pembuat plastis.
Poli(metil metakrilat) memiliki nilai penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm2.
Meskipun jumlah ini mungkin Nampak kecil, dapat menimbulkan efek nyata pada
dimensi basis protesa yang terpolimerisasi. Diperkirakan bahwa setiap 1%
peningkatan berat disebabkan karena penyerapan air, resin akrilik mengalami
ekspansi linier sebesar 0,23%. Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa
ekspansi linier yang disebabkan oleh penyerapan air adalah hamper sama dengan
pengerutan termal yang diakibatkan oleh proses polimerisasi. Jadi, proses-proses
tersebut saling mempengaruhi satu sama lain.
Hasil laboratorium menunjukkan ada sedikit perbedaan dimensi dari basis
protesa yang diaktifkan dengan panas dibandingkan dengan yang diaktifkan
secara kimia setelah penyimpanan lama di dalam air. Spesifikasi ADA No. 12
memberikan petunjuk tentang pengujian dan syarat resin basis protesa yang dapat
diterima. Untuk menguji penyerapan air, suatu lempeng bahan dengan dimensi
khusus dipersiapkan dan dikeringkan sampai dicapai suatu berat yang stabil. Berat
37
ini dicatat sebagai berat awal. Selanjutnya, lempeng direndam dalam air murni
selama 7 hari. Kemudian lempeng ditimbang kembali, dan nilai ini dibandingkan
dengan nilai awal. Menurut persyaratan, berat yang bertambah setelah
perendaman tidak boleh melebihi 0,8 mg/cm .
c. Kelarutan
Meskipun resin basis protesa larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah kecil
monomer dilepaskan, resin basis umumnya tidak larut dalam cairan yang
ditemukan dalam rongga mulut. Setelah direndam dalam air, lempeng tersebut
dikeringkan dan ditimbang ulang untuk menentukan kehilangan berat. Menurut
spesifikasi, kehilangan berat harus tidak melebihi 0,04 mg/cm2 dari permukaan
lempeng. Kehilangan berat dalam jumlah tersebut dapat diabaikan dari
pertimbangan klinis, tetapi reaksi jaringan yang merugikan dapat terjadi.
d. Crazing
Meskipun perubahan dimensi mungkin terjadi selama relaksasi tekanan,
perubahan ini umumnya tidak menyebabkan kesulitan klinis. Sebaliknya, relaksasi
tekanan mungkin menimbulkan sedikit goresan permukaan yang dapat berdampak
negatif terhadap estetika dan sifat fisik suatu protesa. Terbentuknya goresan atau
retakan mikro ini dinamakan crazing.
Secara klinis, crazing terlihat sebagai garis retakan kecil yang Nampak timbul
pada permukaan protesa. Dari sudut pandang fisik, crazing dapat disebabkan oleh
aplikasi tekanan atau resin yang larut sebagian. Tekanan tarik paling sering
berperan pada pembentukan crazing di basis protesa. Dipercaya bahwa crazing
disebabkan oleh pemisahan mekanik dari rantai-rantai polimer individu pada saat
ada tekanan tarik.
38
Crazing umumnya berawal pada permukaan resin dan mengarah pada sudut
yang tepat dari gaya tarik. Retakan mikro yang terbentuk dengan cara ini
kemudian berlanjut secara internal. Selain itu, crazing juga mungkin terbentuk
sebagai hasil aksi pelarut. Contohnya, carzing akibat pelarut umumnya berasal
dari kontak dengan cairan seperti etil alcohol, yang terlalu lama. Perkembangan
dalam elemen gigi resin akrilik serta ikatan silang resin basis protesa telah
menurunkan insidens crazing pada basis protesa.
e. Kekuatan
Kekuatan dari basis resin akrilik bergantung dari beberapa faktor. Faktor-
faktor ini termasuk komposisi resin, teknik pembuatan, dan kondisi-kondisi yang
ada dalam rongga mulut.
Untuk memberikan sifat fisik yang dapat diterima, resin basis resin akrilik
memenuhi atau melampaui standar yang disajikan dalam spesifikasi ADA No. 12.
Suatu uji transversal digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara beban yang
diberikan dan resultan defleksi dalam contoh resin dengan dimensi tertentu.
Penentu paling utama dari kekuatan resin akrilik secara keseluruhan adalah
derajat polimerisasi yang ditunjukkan oleh bahan. Begitu derajat polimerisasi
meningkat, kekuatan resin juga meningkat. Dalam hubungan ini, siklus
polimerisasi yang terdapat pada resin teraktivasi dengan panas adalah sangat
penting. Jika dibandingkan dengan resin yang diaktifkan panas, resin yang
diaktifkan secara kimia umumnya menunjukkan peningkatan banyaknya monomer
residu dan penurunan kekuatan serta nilai kekerasan. Diluar karakteristik ini, resin
yang diaktifkan dengan panas dan kimia menunjukkan modulus elastic serupa.
39
2.4. STABILITAS WARNA
Stabilitas warna adalah kemampuan segala jenis bahan untuk
mempertahankan warna asalnya, termasuk bahan kedokteran gigi. Mulut adalah
lingkungan yang dinamis. Kebersihan mikroflora, saliva, dan konsumsi makanan
berwarna yang terus menerus (kromatogen), stabilitas warna bahan dapat
terganggu. Akan tetapi, stabilitas warna suatu bahan kedokteran gigi yang estetik
bisanya diabaikan dibandingkan dengan sifat fisik dan mekanik sewaktu
mengambil keputusan pemilihan bahan.16,17
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan warna pada bahan
kedokteran gigi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik.Faktor intrinsik meliputi perubahan warna struktur kimia dari bahan,
misalnya pada resin basis gigitiruan dapat berubah warna akibat oksidasi oleh
senyawa amina, senyawa ini dapat mengubah warna basis menjadi kekuning-
kuningan.Faktor ekstrinsik yang dapat menyebabkan perubahan warna termasuk
adhesi atau penyerapan pewarna dari sumber luar seperti kopi, teh, nikotin dsb.18
2.5 SKALA WARNA CIELAB
Kedua versi sistem CIE, yaitu 1931 CIE dan 1976 CIE atau CIElab,
merupakan skala warna yang digunakan untuk menentukan presepsi warna suatu
objek. Sistem 1931 CIE terbatas karena tidak dapat membedakan warna secara
seragam dala hal cahaya, kemurnian, dan gelombang dominan antara warna. Akan
tetapi, sistem CIElab telah mengembangkan pengaturan warnanya sehingga
perbedaan numerik antara warna lebih cocok dengan presepsi visual manusia, dan
40
karena itu, system ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan system
1931 CIE.19,20
Oleh karean CIElab menentukan warna yang lebih dekat ke presepsi warna
manusia, system ini biasanya digunakan untuk control kualitas produk berwarna.
Misalnya, sewaktu warna dari sampel produk terletak didalam ruang warna
CIElab, warna tersebut dibandingkan dengan control kualitas warna standar
produksi. Perbedaan warna antara sampel produk dan standar kemudian
ditentukan dan dibandingkan untuk menentukan toleransi warna yang dapat
diterima.19,20
Ruang warna CIElab diabuat berdasarkan konsep bahwa warna merupakan
kombinasi merah dan kuning, merah dan biru, hijau dan kuning, dan hijau dan
biru. Untuk menentukan kombinasi dari suatu produk, koordinat dari ruang warna
tiga dimensi perlu ditentukan.19
Gambar 2.3 Ruang Warna CIElab
Sumber . An Interpretation of the CIELAB
System. Available at www. CIE color
systems.com/pdf.
41
Berdasarkan gambar diatas, terdapat koordinat L* merupakan koordinat yang
mempresentasikan intensitas cahaya suatu objek yang diukur dari skala 0 hingga
100, dimana 0 mempresentasikan warna hitam dan 100 mempresentasikan warna
putih. Koordinat a* merupakan koordinat yang mempresentasikan posisi warna
objek pada skala hijau murni dan merah murni, dimana -127 mempresentasikan
warna hijau murni dan +127 mempresentasikan warna merah murni. Koordinat b*
merupakan koordinat yang mempresentasikan posisi warna objek pada skala biru
murni dan kuning murni, dimana -127 mempresentasikan warna biru murni dan
+127 mempresentasikan warna kuning murni.19
Terdapat nilai delta yang berhubungan dengan skala warna ini. ΔL*, Δa
*, dan
Δb* mengindikasikan berapa banyak perbedaan warna yang terjadi antara satu
sampel dan sampel lainnya. Nilai delta ini digunakan untuk control kualitas atau
perumusan suatu formula warna. Nilai toleransi dapat didapatkan dari nilai delta
ini. Nilai delta yang diluar batas toleransi mengindikasikan bahwa terlalu banyak
perbedaan diantara standar dan sampel. Koreksi dibutuhkan apabila nilai delta ini
diluar batas toleransi. Misalnya, apabila Δa* positif, sampel lebih merah
dibandingkan dengan standar.19
Perbedaan warna total, ΔE* dapat juga diperhitungkan. ΔE* merupakan nilai
yang diperoleh dari perbedaan antara L*, a
*, dan b
* dari sampel dan standar. Nilai
ini tidak mengindikasikan parameter yang mana (L*, a
*, dan/atau b
*) yang berada
diluar batas toleransi apabila ΔE* diluar batas toleransi.
19
42
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 KERANGKA TEORI
Faktor Intrinsik
Faktor Ekstrinsik
Bahan Basis Gigitiruan
Resin Akrilik
Klasifikasi Definisi
Self Cured Acrylic
Light Cured Acrylic
Heat Cured Acrylic
Manipulasi Komposisi Keuntungan &Kerugian
Porositas Kekuatan
Penyerapan Air Kekasaran
Stabilitas Warna Kelarutan
Teh Kopi Minuman Soda Bahan Pembersih
Penyikatan
Perendaman
Pengukuran
Pengolahan Data
Analasis Data
Kesimpulan
Sifat-sifat
43
3.2 KERANGKA KONSEP
Keterangan warna kotak: Keterangan garis kotak:
Variabel sebab Variabel yang diteliti
Variabel akibat Variabel yang tidak diteliti
Variabel kontrol
Aquades
(Kontrol)
100 ml
Daun Sirih
(Piper Betle L)
50%
Daun Sirih
(Piper Betle L)
35%
Perubahan Warna Basis Heat
Cured Resin Akrilik
Jenis larutan bahan pembersih
gigtiruan
Lamanya proses perendaman
Jenis bahan plat resin Heat cured akrilik
Bentuk dan ketebalan plat resin akrilik
Heat cured
Konsentrsai masing-masing larutan
pembersih gigitiruan
Cara polis plat resin akrilik Heat cured
Jenis Kamera Ukuran Lensa
Jenis Pencahayaan Jarak Foto
Bahan Pembersih Gigitiruan
Proses Perendaman
44
3.3 ALUR PENELITIAN
15 Plat Resin Akrilik heat cured
20 x 20 x 2,5 mm
Amplas 400 dan 600 grit sebanyak 5 kali disetiap sisi
Pengamatan warna sebelum dilakukan perendaman
Perendaman sampel
Pengamatan perubahan warna
Analisis data
Kesimpulan
Daun Sirih
(Piper Betle L)
50%
Aquades
(Kontrol)
100 ml
Daun Sirih
(Piper Betle L)
35%
8
jam
8
jam
8
jam
45
3.4 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental
laboratoris.
3.5 DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest
with control group design.
3.6 LOKASI PENELITIAN
a. Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
Dilakukan proses ekstrak daun sirih (Piper betle L).
b. Laboratorium Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Dilakukan proses perendaman dan pengamatan plat resin akrilik heat
cured.
c. Studio Golden Foto Jl. Mesjid Raya No. 73A/143-145
Makassar/Indonesia. Dilakukan pengambilan foto plat resin akrilik heat
cured.
3.7 WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan maret – april 2013
46
3.8 SAMPEL
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah resin akrilik heat cured
yang berukuran 20 x20x 2,5 mm sebanyak 15 buah.
3.9 JUMLAH SAMPEL
Jumlah sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Masing-masing lima sampel plat resin akrilik heat cured direndam dalam
larutan daun sirih (Piper betle l) 35%dengan waktu 8 jam
2. Masing-masing lima sampel plat resin akrilik heat cured direndam dalam
larutan daun sirih (Piper betle l) 50% dengan waktu 8 jam
3. Masing-masing lima sampel plat resin akrilik heat cured direndam dalam
larutan aquades (kontrol) dengan waktu 8 jam
3.10 KRITERIA SAMPEL
Pemilihan sampel dilakukan secara random, yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
3.10.1 Kriteria inklusi
1. Bentuk dan ukuran basis resin akrilik heat cured yang sama yaitu 20 x
20 x 2,5 mm
2. Jumlah sampel 15 buah
3. Lama perendaman selama 8 jam.
47
4. Jenis larutan bahan pembersih gigitiruan yang digunakan adalah daun
sirih (Piper betle l)
3.10.2 Kriteria Eksklusi
1. Bentuk dan ukuran basis resin akrilik heat cured yang bervariasi
2. Jumlah sampel > 15 buah
3. Lama waktu perendaman yang tidak dikendalikan
4. Jenis larutan bahan pembersih gigitiruan yang digunakan adalah >
4 jenis
3.11 VARIABEL PENELITIAN
3.11.1 Variabel sebab
Variabel sebab pada penelitian ini adalah pengaruh larutan ekstrak daun sirih
(Piper betle l).
3.11.2 Variabel akibat
Variabel akibat pada penelitian ini adalah terjadi perubahan warna pada
basis resin akrilik heat cured.
3.11.3 Variabel kontrol
Variabel kontrol pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis larutan bahan pembersih gigitiruan
2. Lamanya proses perendaman yaitu 8 jam
48
3. Jenis bahan plat resin heat cured akrilik yaitu QC-20
4. Bentuk dan ketebalan plat resin akrilik heat cured
5. Konsentrsai masing-masing larutan pembersih gigitiruan
6. Cara polis plat resin akrilik heat cured
7. Jenis kamera yaitu canon 1100 D
8. Ukuran lensa yaitu EF-S 18 x 55 mm
9. Jenis pencahayaan dengan soft box lighting
10. Jarak 20 cm dari kamera ke plat resin akrilik heat cured
3.12 DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Ekstrak daun sirih (Piper betle L) adalah daun sirih yang masih muda
berwarna hijau muda atau hijau pupus yang diperoleh dari tanaman
daun sirih (Piper betle L) Ibu Mursyik, Jl. Poros Perintis Kemerdekaan
KM. 13,75 samping STIFA KEBANGSAAN, Daya, Kec.
Biringkanaya, Kel. Paccerakkang, Kota Makassar Sulawesi Selatan.
Yang di ekstrak dengan menggunakan metode maserasi di
Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
2. Perubahan warna adalah berubahnya warna awal basis resin akrilik heat
cured yang dipengaruhi jenis larutan pembersih gigitiruan dan lama
waktu perendaman.
49
3. Akrilik adalah salah satu bahan dasar yang digunakan untuk membuat
plat resin akrilik. Dalam penelitian ini resin akrilik yang digunakan
adalah heat cured.
4. Untuk mengetahui perubahan warna yang terjadi pada plat resin akrilik
heat cured setelah dilakukan perendaman selama 8 jam dilakukan
pengukuran dengan menggunakan program Adobe Photoshop® versi
7.0.
3.13 ALAT DAN BAHAN
3.13.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Pembuatan ekstrak daun sirih :
1. Toples kaca lengkap dengan tutupnya berdiameter 15 cm dan tinggi 25
cm
2. Rotavapor
3. Oven simplisia
4. Daun sirih 1000 gram
5. Cawan porselen
6. Kertas saring
7. Gunting
8. Kertas wadah
B. Uji konsentrasi :
1. Sarung tangan (proteksi diri)
50
2. Masker (proteksi diri)
3. Timbangan digital
4. Labu Erlenmeyer
5. Gelas ukur
6. Mikropipet
7. Kompor listrik
8. Cawan porselen
C. Perendaman plat resin akrilik :
1. Gelas kimia 100 ml 15 buah
2. Pinset
3. Gelas ukur 250 ml, 25 ml dan 10 ml
4. Kertas label
5. Pulpen
6. Timer
D. Pengambilan foto :
1. Plat resin akrilik 15 buah ukuran 20 x 20 x 2,5 mm
2. Camera canon 1100 D
3. Lensa EF-S 18-55 mm
4. Soft box lighting
5. Kain putih/kertas putih
6. Dilakukan oleh phothographer profesional
7.Studio Golden Foto Jl. Mesjid Raya No. 73A/143-145
Makassar/Indonesia.
51
3.13.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Pembuatan ekstrak daun sirih :
1. Ethanol 96% 1500 ml
B. Uji konsentrasi :
1. Aquades (Kimia Farma) 500 ml
2. Ekstrak kental daun sirih
C. Perendaman plat resin akrilik :
1. Aquades (Kimia Farma) 500 ml
2. Ekstrak daun sirih konsentrasi 35% (50 ml) dan 50% (125 ml)
3.14 PROSEDUR KERJA
3.14.1 Pembuatan plat resin akilik heat cured
1. Pembuatan plat resin akrilik heat cured diawali dengan mengulasi
kuvet dengan vaselin.
2. Gips keras dimanipulasi sesuai aturan pabrik dan dituang dalam
kuvet bagian bawah. Proses penuangan dilakukan di atas vibrator.
3. Model master yang sudah diulasi vaselin ditanam dalam adonan
gips dengan posisi mendatar. Setelah gips mengeras, permukaan
gips diulasi vaselin yang berfungsi sebagai separator.
4. Kuvet lawan dipasang dan adonan gips dituang. Sesudah gips
mengeras, kuvet dibuka dan model master dikeluarkan sehingga
didapat mould (rongga).
52
5. Mould diulas dengan could mould seal.
6. Resin akrilik merek QC 20 disiapkan dengan perbandingan bubuk
dan cairan sesuai aturan pabrik kemudian diaduk.
7. Selanjutnya dilakukan pengisian resin akrilik ke dalam kuvet
setelah adonan mencapai konsistensi dough stage.
8. Adonan ditutup dengan kertas celopan, kemudian kuvet lawan
dipasang dan dipres dengan hydraulic press, setelah itu kuvat
dibuka kembali, kertas celopan dibuka dan kelebihan akrilik
dipotong, lalu kuvet ditutup kembali dan dipres dengan hydraulic
press lagi dengan tekanan 22 kg/cm2Hg
9. Selanjutnya kuvet dipres dengan bench press.
10. Panci diisi air hingga bisa merendam seluruh kuvet, kemudian
dipanaskan di atas kompor. Setelah air mendidih, kuvet yang
dipres dengan bench press dimasukkan ke dalam panci.
11. Kuvet terus dipanaskan selama 20 menit pada suhu 100°C (sesuai
aturan pabrik).
12. Setelah 20 menit, api dimatikan dan kuvet tetap diletakkan di dalam
panci sampai dingin. Setelah dingin kuvet dikeluarkan dari panci
dan sampel dikeluarkan dari kuvet.
13. Sampel dihaluskan dengan kertas amplas tahan air. No. 400 dan
600 di bawah air mengalir dengan gerakan melingkar. Selanjutnya
sampel dipotong dan dirapikan dengan stone sampai berukuran 20 x
20 x 2,5 mm.
53
3.14.2 Pembuatan ekstrak daun sirih (Piper Betle L) dengan menggunakan
metode Maserasi
Cara kerja pembutan ekstrak daun sirih (Piper Betle L) dengan menggunakan
metode maserasi adalah sebagai berikut:
1. Proses mengekstrak diawali dengan menyediakan daun sirih yang
masih muda berwarna hijau muda atau hijau pupus sebanyak 1000
gram
2. Daun sirih yang masih muda berwarna hijau muda atau hijau pupus
dikeringkan selama 12 jam dalam oven simplisia suhu 40-450C
Gambar 3.1 Oven simplisia
Sumber : Dokumentasi pribadi
3. Daun sirih yang masih muda berwarna hijau muda atau hijau pupus
dimasukkan ke dalam toples kaca lalu direndam dengan etanol 96 %
sebanyak 2 L dengan batas 3 cm di atas permukaan daun sirih,
kemudian diaduk dan ditutup rapat dengan aluminium foil dan tutup
toples
54
Gambar 3.2 Daun sirih yang telah kering
Sumber : Dokumentasi pribadi
4. Didiamkan selama 3 x 24 jam, tetapi tetap dilakukan pengadukan
setiap harinya
Gambar 3.3 Daun sirih yang direndam dalam toples kaca
Sumber : Dokumentasi pribadi
5. Lakukanlah pemisahan ampas dan filtratnya dengan cara disaring,
untuk memperoleh ekstrak cair daun sirih
55
Gambar 3.4 Ekstrak cair daun sirih (Piper betle L)
Sumber : Dokumentasi pribadi
6. Untuk mendapatkan ekstrak kental, maka diuapkan dengan
menggunakan Rotavapor
Gambar 3.5 Rotary evaporator (Rotavapor)
Sumber : Dokumentasi pribadi
56
7. Selanjutnya akan diperoleh ekstrak kental daun sirih (Piper betle L)
Gambar 3.6 Ekstrak kental daun sirih (Piper betle L)
Sumber : Dokumentasi pribadi
8. Lalu ekstrak tersebut dituang ke dalam cawan porselen dan diuapkan
lagi dengan penangas kemudian diangin-anginkan pada suhu kamar
Gambar 3.7 Ekstrak kental yang dituang ke dalam cawan porselen
Sumber : Dokumentasi pribadi
9. Proses ekstraksi selesai dan diperolehlah ekstrak daun sirih (Piper
Betle L) yang diinginkan .
57
Gambar 3.8 Ekstrak daun sirih (Piper betle L) konsentrasi 35% dan 50%
Sumber : Dokumentasi pribadi
3.15 DATA
3.15.1 Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer.
3.15.2 Pengolahan data
Pengolahan data penelitian ini dilakukan dengan perhitungan statistik dengan
SPSS versi 16.0.
3.15.3 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji ANOVA untuk
mengetahui pengaruh larutan ekstrak daun sirih (Piper betle l) terhadap perubahan
warna basis resin akrilik heat cured.
58
3.15.4 Penyajian Data
Penyajian data penelitian ini adalah dalam bentuk tabel dan diagram batang.
3.16 PROSEDUR KERJA PENELITIAN
1. Resin akrilik heat cured dibentuk lempengan persegi yang berukuran 20 x
20 x 2,5 mm sebanyak 15 buah
2. Dilakukan pengamatan warna basis resin akrilik heat cured sebelum
dilakukan perendaman
Gambar 3.9 Pengamatan sebelum perendaman
Sumber : Dokumentasi pribadi
3. Masing-masing lima plat resin akrilik heat cured dari 15 plat direndam
dalam larutan ekstrak daun sirih (Piper betle L) 35% dengan waktu
perendaman 8 jam.
59
Gambar 3.10 Perendaman plat resin akrilik dengan konsentrasi 35%
Sumber : Dokumentasi pribadi
4. Masing-masing lima plat resin akrilik heat cured dari 10 plat yang tersisa
direndam dalam larutan ekstrak daun sirih (Piper betle L) 50% dengan
waktu perendaman 8 jam.
Gambar 3.11 Perendaman plat resin akrilik dengan konsentrasi 50%
Sumber : Dokumentasi pribadi
60
5. Lima plat resin akrilik heat cured yang tersisa direndam dalam larutan
aquadest (kontrol) dengan waktu perendaman 8 jam.
Gambar 3.11 Perendaman plat resin akrilik dengan aquadest (kontrol)
Sumber : Dokumentasi pribadi
6. Plat resin akrilik heat cured yang direndam selama 8 jam diamati
perubahan warnanya pada waktu yang telah ditentukan.
Gambar 3.12 Pengamatan setelah perendaman
Sumber : Dokumentasi pribadi
61
3.17 KRITERIA PENILAIAN
Perubahan warna dinilai dengan membandingkan warna sebelum dengan
sesudah direndam didalam larutan ekstrak daun sirih (Piper betle L) konsentrasi
35% dan 50%, serta larutan aquades sebagai kontrol. Selanjutnya dilakukan
pengambilan gambar dengan kamera canon 1100 D dan data yang diperoleh
diolah menggunakan program Adobe Photoshop® versi 7.0, dengan menggunakan
system CIElab, yang menggunakan L*, a
*, b
*.
Gambar 3.13 Adobe photoshop® 7.0
Sumber : http://www.google.com/imgres?um=1&hl=id&sa
Hasil L*, a
*, b
* , kemudian dihitung hasil ΔE
*ab menggunakan rumus
berikut ini:
ΔL* = L
*0 - L
*t
Δa* = a
*0 – a
*t
Δb* = b
*0 – b
*t
ΔE*ab = [ (ΔL
*)2 + (Δa
*)
2 + (Δb
*)2]
1/2
62
L*0, a
*0, b
*0 merupakan angka yang didapatkan setelah perendaman, sedangkan
L*t, a
*t, dan b
*t merupakan angka yang didapatkan sebelum perendaman. Hasil
ΔE*ab yang didapatkan kemudian dibandingkan untuk menentukan perubahan
warna yang terjadi.
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Maret 2013 dengan sampel berjumlah
15 jenis heat cured resin akrilik. Pada masing-masing kelompok sampel tersebut,
lima sampel direndam dalam aquades (kontrol), lima sampel direndam dalam
ekstrak daun sirih (piper betle L) konsentrasi 35%, dan lima sampel direndam
dalam ekstrak daun sirih (piper betle L) konsentrasi 50%. Perendaman sampel
dilakukan dalam jangka waktu 8 jam. Plat resin akrilik heat cured kemudian
difoto sebelum dan sesudah perendaman. Selanjutnya dinilai perubahan warna
yang terjadi dengan sistem CIELab Adobe Photoshop® yang kemudian dihitung
nilai ΔE*ab disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1 Perubahan warna pada resin akrilik heat cured setelah perendaman
selama 8 jam
Waktu
&
Jenis
Bahan
Pembersih
Plat Resin Akrilik Heat Cured Rata-
Rata 1 2 3 4 5
8 jam
Aquades
6,5
7,9
13,7
10,6
15,3
10,8
8 jam
Daun sirih
konsentrasi
35%
17,5
13,3
13,2
15,8
19,2
15,8
8 jam
Daun sirih
konsentrasi
50%
30
21
28,1
24,3
35,2
27,72
Keterangan : * hasil perhitungan pretest-posttest perendaman plat resin akrilik heat cured
64
Data primer yang didapatkan tersebut kemudian diberi uji statistik yang
berupa ANOVA, dengan menggunakan interval kepercayaan sebesar 0,05, yang
membandingkan pengaruh larutan ekstrak daun sirih (piper betle L) konsentrasi
35% dan 50% terhadap perubahan warna basis resin akrilik heat cured yang
digunakan. Hasil uji ANOVA yang didapatkan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil uji statistik resin akrilik heat cured dalam ekstrak daun sirih
(piper betle L) konsentrasi 35% dengan aquades (kontrol) selama 8 jam
Nilai F hasil perhitungan pada tabel diatas adalah 6.020 yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai F0,05(1,8) yang bernilai 5,32. Hal ini berarti bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna. Selanjutnya pada kolom sig yang bernilai 040
berarti bahwa ekstrak daun sirih (piper betle L) konsentrasi 35% tidak
berpengaruh sepenuhnya terhadap perubahan warna basis resin akrilik heat cured.
Tabel 4.3 Hasil uji statistik resin akrilik heat cured dalam ekstrak daun sirih
(piper betle L) konsentrasi 50% dengan aquades (kontrol) selama 8 jam
ANOVA
Daun_Sirih_Konsentrasi_35_Persen
62.500 1 62.500 6.020 .040
83.060 8 10.383
145.560 9
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
ANOVA
Daun_Sirih_Konsentrasi_50_Persen
715.716 1 715.716 32.954 .000
173.748 8 21.719
889.464 9
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
65
Nilai F hasil perhitungan pada tabel diatas adalah 32.954 yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai F0,05(1,8) yang bernilai 5,32. Hal ini berarti bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna. Selanjutnya pada kolom sig yang bernilai 000
berarti bahwa ekstrak daun sirih (piper betle L) konsentrasi 50% berpengaruh
sepenuhnya terhadap perubahan warna basis resin akrilik heat cured.
66
BAB V
PEMBAHASAN
Estetik merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia masa kini, oleh
karena itu gigitiruan dengan klamer non logam menjadi pilihan banyak orang.
Akan tetapi, seperti resin lainnya bahan dasar gigitiruan tersebut, yaitu resin
akrilik heat cured juga dapat mengalami perubahan warna. Hal tersebut
dibuktikan dalam penelitian Saied HM, yang mendapatkan bahwa resin akrilik
heat cured yang direndam dalam hygiene cleansing tablets, denture cleansing
tablets, dan bleach selama 12 jam akan mengalami perubahan warna.1,2,16
Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan ekstrak daun sirih (piper
betle L) konsentrasi 35% dan ekstrak daun sirih (piper betle L) konsentrasi 50%
serta aquades sebagai kontrol. Pengamatan perubahan warna dilakukan satu hari
selama 8 jam, yang interval waktu ini ditentukan berdasarkan kondisi sebenarnya
pada masyarakat yaitu waktu istirahat normal dalam kehidupan sehari-hari.1,3
Penelitian ini menunjukkan bahwa resin akrilik heat cured jenis QC-20, dapat
berubah warna. Hal ini ditunjukkan dari tabel hasil uji statistik ANOVA (tabel 4.2
dan tabel 4.3) yang memiliki perbedaan bermakna. Hal ini berarti bahwa terdapat
perbedaan perubahan warna yang signifikan antara ekstrak daun sirih (piper betle
L) konsentrasi 35% dan ekstrak daun sirih (piper betle L) konsentrasi 50%
didapatkan bahwa ekstrak daun sirih (piper betle L) konsentrasi 50% lebih
signifikan terhadap perubahan warna dibandingkan ekstrak daun sirih (piper betle
L) konsentrasi 35%.
67
Perubahan warna yang terjadi pada resin akrilik heat cured yang direndam
dalam ekstrak daun sirih (piper betle L) konsentrasi 35% dan ekstrak daun sirih
(piper betle L) konsentrasi 50% dapat disebabkan oleh salah satu kandungan
ekstrak daun sirih hijau yaitu tannin. Senyawa tannin adalah senyawa astringent
yang memilik rasa pahit dari gugus polifenolnya yang dapat mengikat dan
mengendapkan atau menyusutkan protein. Tannin selama ini dapat digunakan
sebagai adsorben logam berat, antimikroba, plywood adhesive, dan medical
potential. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai bahan pewarna, perekat, dan
mordan. Tannin adalah senyawa phenol yang larut dalam air dan memiliki berat
molekul antara 500 dan 300 Da. Selain itu, tanin diklasifikasikan menjadi
hydrolyzable tanin dan condensed tanin.21
Gambar 5.1 Struktur tannin
Sumber : Ismarani. Potensi senyawa tannin dalam menunjang produksi ramah
lingkungan. J Agribisnis;2012:3(2) : 46-54.
Pada hasil uji ANOVA antara ekstrak daun sirih (piper betle L) konsentrasi
35% dan ekstrak daun sirih (piper betle L) konsentrasi 50%, menunjukkan adanya
68
perbedaan yang bermakna. Hal ini disebabkan oleh kandungan pewarna ekstrak
daun sirih hijau (piper betle L) yaitu tannin, dimana kemampuan penyerapan zat
warna pada plat resin akrilik heat cured disebabkan oleh gugus OH dari tannin
yang mampu mengoksidasi gugus-gugus kandungan polimer dan monomer dari
resin akrilik heat cured sehingga terdapat penyerapan warna pada plat resin akrilik
heat cured. Berkaitan dengan penciptaan perubahan warna pada plat resin akrilik
heat cured karena pada dasarnya setiap tanaman memiliki pigmen alam yang
berpotensi sebagai pewarna alami. Zat pewarna alam ini terdapat pada bagian
tanaman seperti daun, batang, kulit batang, bunga, buah, akar, dsb dengan kadar
yang bervariasi.22
Walaupun hasil yang diperoleh seperti uraian diatas, metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu sistem CIELab dari Adobe Photoshop®
versi 7.0,
merupakan metode baru yang digunakan karena adanya keterbatasan alat di
sekitar penelitian. Oleh karena itu metode ini harus diuji lebih jauh, karena
memiliki keterbatasan.
69
BAB VI
PENUTUP
6.1 SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah ekstrak daun sirih
(piper betle L) konsentrasi 35% dan ekstrak daun sirih (piper betle L) konsentrasi
50% dapat merubah warna resin akrilik heat cured setelah perendaman dalam
waktu sehari selama 8 jam. Resin akrilik heat cured memiliki perubahan warna
yang lebih signifikan, yang direndam dalam ekstrak daun sirih (piper betle L)
konsentrasi 50% dibandingkan dengan ekstrak daun sirih (piper betle L)
konsentrasi 35%. Jadi, semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih (piper betle
L) maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap perubahan warna plat resin
akrilik heat cured.
6.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan setelah penelitian ini adalah:
1. Resin akrilik heat cured jenis QC-20 sebaiknya dihindari dalam
pembuatan gigitiruan karena sifatnya yang mudah berubah warna.
2. Para pengguna gigitiruan sebaiknya menggunakan alternatif lain seperti air
rebusan daun sirih (piper betle L) dan polident sebagai bahan pembersih
gigitiruan dibandingkan ekstrak daun sirih (piper betle L).
70
DAFTAR PUSTAKA
1. Kristiana D. Kekuatan transversa (transversal strength) akrilik self cured
dan akrilik heat cured direndam rebusan daun sirih (piper bitle) sebagai
bahan pembersih gigitiruan lepasan, J Scien Dent ;2007:22(4) : 121-7.
2. Zarb GA, Bolender CL, Hickey JC, Carlsson GE. Buku ajar prostodonti
untuk pasien tak bergigi menurut Boucher edisi 10. Mardjono D, editor.
Jakarta:EGC; 2001, hal. 401-3.
3. Astrina I. Pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik
polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas queen dan rebusan daun
sirih terhadap pertumbuhan candida albicans. Artikel Ilmiah. Fakultas
Kedokteran Gigi USU, 2012.
4. Chittaranjan B. Material and methods for cleaning the dentures. In J Dent
Advan [serial online] 2010 Oct-Nov;3(1): [internet]. Available from:
URL:http://www.nacd.in. Accessed December 16, 2012.
5. VikashC, Shalini T, Verma NK, Singh DP, Chaudary SK, asha R. Piper
betle: phytochemistry, traditional use & pharmacological activity-a review.
IJPRD 2011;4(4):216-23.
6. Datta A, Ghosdastidar, Singh M. Antimicrobial property of piper betle leaf
against clinical isolates of bacteria. IJPSR 2011;2(3):104.
7. Wiart C. Medicinal plants of the Asia-Pacific: drugs for to the future.
Malaysia:World Scientific Publishing Co. Ptc. Ltd;2006, pp.37-41.
71
8. Dalimartha S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Jakarta: Puspa
Swara; 2008. Hal.88.
9. Sari R, Isadiartuti D. Studi aktivitas sediaan gel antiseptic tangan ekstrak
daun sirih (piper betle l). Majalah Farmasi Indonesia 2006;17(4):163-9.
10. Arniputri RB, Sakya AT, Rahayu M. Identifikasi komponen utama minyak
atsiri temu kunci (kaemferia pandurata roxb.) pada ketinggian tempat yang
berbeda. Biodiversitas 2007;8(2):135-7.
11. Hermawan A, Eliyani H, Tyasningsih W. Pengaruh ekstrak daun sirih
(piper betle l) terhadap pertumbuhan staphylococcus aereus dan
escherichia coli dengan metode difusi disk. Artikel ilmiah. Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga,2007.
12. Parwata OA, Dewi FS. Isolasi dan uji efektivitas antibakteri minyak atsiri
dari rimpang lengkuas (alpinia galangal l). Jurnal kimia 2008;2(2):100-4.
13. Gladwin M, Bagby M. Clinical aspects of dental materials. Morgantown,
West Virginia : School of Dentistry;2001, pp.128-30.
14. O’Brien WJ. Dental materials and their selection 3rd
ed. Michigan :
Qintesssence Publishing Co, Inc; 2002, pp.78-83.
15. Anusavice KJ. Juwono L, editor. Philips Buku ajar ilmu bahan kedokteran
gigi edisi 10. Juwono L, editor. Jakarta:EGC; 2003, hal.211-8.
16. Saied HM. Influence of dental cleansers on the color stability and surface
roughness of three types of denture bases. J Bagh Coll Dent ; 2011:23(3):
17.
72
17. Lestari LP, Usri K, Febrida R. The comparison of color stability between
thermoplastic nylon and heat-cured acrylic resin after tea-soaking using
spectrophotometer. Padjadjaran J Dent ;2009:21(3) : 143-4.
18. Khazil AS. Evaluation of color alteration of heat-polymerized acrylic
resin. J Bagh Iraq;2008:5(4): 384-5.
19. Lindner. Technical services department of CIE lab. Reston,
Virginia:Hunter Associates Laboratory;2008, pp.1-4.
20. Zhang X, Wandell BA. A spatial extension of cielab for digital color
image reproduction. Stanford:Department of Psychology;2007, pp.233-9.
21. Ismarani. Potensi senyawa tannin dalam menunjang produksi ramah
lingkungan. J Agribisnis;2012:3(2) : 46-54.
22. Bogoriani NW. Ekstraksi zat warna alami campuran biji pinang, daun
sirih, gambir dan pengaruh penambahan KMnO4 terhadap pewarnaan kayu
jenis albasia. Jurnal Kimia;2010:4(2): 125-134.