PENGARUH LAMA PENGOMPOSAN DAN VARIASI JUMLAH CACING (Eudrillus eugenie) PADA VERMIKOMPOSTING DENGAN LIMBAH BLOTONG TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI Oleh SITI RAHMAWATI WAHYUNINGSIH 21601061030 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2020
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH LAMA PENGOMPOSAN DAN VARIASI JUMLAH CACING
(Eudrillus eugenie) PADA VERMIKOMPOSTING DENGAN LIMBAH
BLOTONG TEBU (Saccharum officinarum L.)
SKRIPSI
Oleh
SITI RAHMAWATI WAHYUNINGSIH
21601061030
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2020
2
PENGARUH LAMA PENGOMPOSAN DAN VARIASI JUMLAH CACING (Eudrillus
eugenie) PADA VERMIKOMPOSTING DENGAN LIMBAH BLOTONG TEBU
(Saccharum officinarum L.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Malang
Oleh
SITI RAHMAWATI WAHYUNINGSIH
21601061030
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2020
ABSTRAK
Siti Rahmawati Wahyuningsih (21601061030) Pengaruh Lama Pengomposan Dan
Variasi Jumlah Cacing (Eudrillus Eugenie) Pada Vermikomposting Dengan Limbah
Blotong Tebu (Saccharum Officinarum L.)
Pembimbing 1: Ir. H. Saimul Laili., M.Si
Pembimbing 2: Hasan Zayadi, S.Si., M.Si
Blotong merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik gula. Selama
ini pabrik gula membuang blotong dengan langsung menumpuknya di tanah lapang tanpa
melalui proses kembali sehingga menimbulkan masalah yang serius bagi pabrik gula dan
masyarakat sekitar. Blotong memiliki potensi untuk dijadikan pupuk organik. Selain sebagai
sumber hara yang cukup lengkap, blotong juga dapat membantu memperbaiki sifat-sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Vermikompos merupakan pupuk organik yang ramah
lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kompos lain yang kita
kenal selama ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui unsur hara makro yaitu C-Organik, N-
Total dan Rasio C/N pada blotong gula yang dilakukan pengomposan dengan metode
vermikomposting menggunakan spesies cacing tanah (Eudrilus eugeniae). Metode yang
digunakan adalah pemeliharaan cacing dengan bedding dan bahan makan dari limbah
blotong selama 28 hari, uji C organik dengan spektrofotometri dan uji N total menggunakan
metode metode Kjeldahl-Nessier. Perhitungan Rasio C/N adalah perbandingan nilai C-
organik dan N-total. Analisis data menggunakan Anova dengan bantuan Jamovi serta
dilakukan uji lanjut BNJ 5%. Hasil penelitian yaitu kadar C-organik terbaik di dapatkan di
hari ke 14, untuk N-total selama proses vermikomposting, nilai N-total selalu bertambah
selama pengomposan dan Rasio C/N terbaik di dapatkan pada pengamatan hari ke 14 dengan
perlakuan kontrol M1 (tanpa cacing), M1 (25 ekor cacing) dan M2 (dengan 50 ekor cacing).
Uji Anova dan BNJ 5% menunjukkan hasil variabel hari pengamatan memiliki pengaruh
signifikan dengan kualitas unsur makro di vermikompos sedangkan perbedaan perlakuan
tidak berpengaruh terhadap kualitas unsur hara mikro.
Kata Kunci : Blotong, Vermikompos, C-Organik, N-Total, Rasio C/N
ABSTRACT
Siti Rahmawati Wahyuningsih (21601061030) The Effect Of Composting Time And
Variation Of The Amount Of Worms (Eudrillus eugenie) On Vermicomposting With
Filter Mud Waste (Saccharum officinarum L.)
Pembimbing 1: Ir. H. Saimul Laili., M.Si
Pembimbing 2: Hasan Zayadi, S.Si., M.Si
Filter mud is one of the dense waste produced by sugar factories. So far, sugar
factories dispose the filter mud by directly piling them up in the field without going through
any recycle process, causing serious problems for the sugar factory and the surrounding
environment. Filter mud has the potential to be made as organic fertilizer. Besides being a
adequately complete nutrient source, it can also help fixing the soil physical, chemical and
biological properties. Vermicompost is an eco friendly organic fertilizer and has its own
advantages compared to other compost which we have known so far. This study aims to
determine the macro nutrient elements, namely C-Organic, N-Total and C/N Ratio in sugar
filter mud which are composted by the vermicomposting method using earthworm species
(Eudrilus eugeniae). The method used is the preservation of worms with bedding and food
material from filter mud waste for 28 days, the C-organic test with spectrophotometry and
the N-total test using Kjeldahl-Nessier method. The calculation of the C/N ratio is the value
comparison of C-organic and N-total. Data analysis is using Anova with the help of Jamovi
and also by doing a further test of BNJ 5%. The best results of the study are of C-organic
levels obtained on day 14, for N-total during the vermicomposting process, the value of N-
total always increases during composting and the best C/N ratio is obtained on the 14th day
observations with control treatment M1 (without worms), M1 (25 worms) and M2 (with 50
worms). Anova test and 5% BNJ showed that the results of the observation day variable had
a significant effect with the quality of macro elements in vermicompost, while the
differences in control treatment had no effect on the quality of micro nutrients.
Keywords: Filter Mud, Vermikompost, C-Organic, N-Total and C/N ratio.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blotong merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan oleh Pabrik gula, sejauh
ini limbah hanya diletakkan di lahan kosong tanpa pengolahan lanjutan sehingga
menimbulkan masalah yang serius bagi pabrik gula dan masyarakat sekitar. Pabrik gula
memindahkannya dari lingkungan pabrik ke lahan masyarakat yang disewa. . Hal ini untuk
berguna untuk mengurangi tumpukannya yang semakin menggunung dalam lingkungan
pabrik. Namun, banyak masyarakat yang tidak bersedia lahannya ditempati blotong karena
baunya yang tidak sedap. Di musim hujan, tumpukan blotong menjadi basah dan
menebarkan bau busuk yang menyengat sehingga mencemari lingkungan
Dalam satu proses produksi seperti pabrik gula mampu menghasilkan blotong dalam
jumlah 14000 ton dengan pemanfaatan blotong sebagai pupuk mencapai 50 % yaitu 8000
ton dan sisanya belum dimanfaatkan. Selama ini, limbah blotong hanya dimanfaatkan
sebagai pupuk organik dan belum dilakukan pemanfaatan secara optimal efektif dan efisien.
(Dharma dkk, 2017). Selain itu blotong yang juga dihasilkan dari stasiun pemurnian, yang
telah diberi bahan-bahan tambahan, jika dibuang ke sungai maka akan menyebabkan kadar
DO dalam air akan berkurang sehingga dapat menyebabkan kekeruhan dan berbau kurang
sedap.
Blotong memiliki potensi untuk dijadikan pupuk organik, karena di samping sebagai
sumber hara yang cukup lengkap juga dapat membantu memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Blotong merupakan limbah padat produk stasiun pemurnian nira,
diproduksi sekitar 3,8 % tebu atau sekitar 1,3 juta ton. Komposisi blotong terdiri dari sabut,
wax dan fat kasar, protein kasar,gula, total abu, SiO2 , CaO, P2O5 dan MgO. Komposisi ini
berbeda prosentase-nya dari satu Pabrik Gula dengan Pabrik Gula lainnya, bergantung pada
pola produksi dan asal tebu (Rifa’i, 2009). Selain itu blotong dapat diolah menjadi untuk
makanan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, pulp dan particle board, namun upaya ini
masih belum mampu mengatasi permasalahan ampas tebu. Salah satu pertimbangan yang
mendasari pemanfaatan ampas tebu menjadi karbon aktif, adalah ampas tebu merupakan
biomassa lignoselulosa yang memiliki kadar karbon tinggi (Ganvir, 2014).
Upaya pengolahan bahan organik menggunakan cacing tanah untuk menghasilkan
vermikompos telah banyak dilakukan terutama di luar negeri seperti Australia (McCredie et
al., 1992) dan di India (Morarka, 2005). Di Indonesia, pemanfaatan ini sudah dilakukan
dalam skala terbatas diantaranya vermics. Pemanfaatan cacing tanah dalam bahan organik
dapat menghasilkan pupuk organik bermutu tinggi dan sekaligus mencegah atau mengurangi
terjadinya pencemaran lingkungan akibat bertumpuknya limbah tersebut (Rosliani, 2002).
Kandungan cascing tergantung pada bahan organik dan jenis cacingnya. Namun umumnya
casting mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral,
vitamin. (Prasetyo, 2011).
Tiap jenis cacing tanah memiliki perbedaan karakteristik seperti pada spesies
Lumbricus sp. Bersifat litter feeder (pemakan serasah) yang berasal dari Eropa dan sekarang
menjadi jenis cacing yang banyak di budidayakan di Indonesia untuk membantu dalam
mengelola sampah. Contoh lain yaitu spesies Pheretima hupiensis yang bersifat geofagus
(dominan pemakan tanah) berasal dari tanah ultisols yang mempunyai tekanan lingkungan
relatif berat, dengan kondisi keasaman tanah cukup tinggi, bahan organik yang rendah.
Dalam penelitian ini digunakan cacing jenis Afrika Night crawler (Eudrilus eugenie) dengan
perkembangan yang sangat cepat dibandingkan cacing jenis lain dan memiliki pola makan
yang besar sehingga jumlah kascing sangat banyak. Adanya permasalahan yang diuraikan
di atas mengenai limbah pabrik gula yang memiliki permasalahan di lingkungan masyarakat
maka diperlukan tindakan untuk mengefisienkan blotong sebagai pupuk organik maka
blotong harus di lakukan proses pengomposan terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan
mengetahui kandungan organik (Karbon, Nitrogen dan Nisbah C/N) dan menetahui
perubahan fisika (pH, suhu, kelembapan, tekstur, warna dan kadar air) pada blotong gula
yang dilakukan pengomposan dengan metode vermikomposting menggunakan spesies
cacing tanah (Eudrilus eugeniae).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh variasi jumlah cacing dan lama pengomposan terhadap karakter
fisik (pH, kelembapan, suhu, tekstur, warna, bau dan kadar air) dari vermikompos yang
dihasilkan?
2. Bagaimana pengaruh variasi jumlah cacing dan lama pengomposan terhadap Kandungan
Organik (Karbon, Nitrogen dan Nisbah C/N) Vermikompos?
3. Bagaimana kualitas vermikompos limbah blotong pabrik gula tebu apabila dibandingkan
dengan SNI: 19-7030-2004?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh variasi jumlah cacing dan lama pengomposan terhadap karakter
fisik (pH, kelembapan, suhu, tekstur, warna, bau dan kadar air) dari vermikompos yang
dihasilkan yang dihasilkan selama 28 hari.
2. Mengetahui pengaruh variasi jumlah cacing dan lama pengomposan terhadap Kandungan
Organik (Karbon, Nitrogen dan Nisbah C/N) Vermikompos limbah blotong tebu.
3. Mengetahui kualitas vermikompos limbah blotong pabrik gula tebu dibandingkan dengan
kualifikasi kompos organik SNI: 19-7030-2004.
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam suatu penelitian terdapat manfaat yang diharapkan dapat tercapai. Adapun
manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan dalam hal
pemanfaatkan blotong gula secara vermikomposting.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap petani dalam pembuatan
pupuk organik dari blotong gula.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi sebagai literatur maupun referensi
yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi jawaban terhadap permasalahan yang
diteliti serta dapat memberikan masukan untuk bagaimana cara mengatasi permasalahan ini.
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dalam penelitian ini maka di ambil kesimpulan bahwa analisis C-Organik, N-Total
dan Rasio C/N dalam hasil vermikompos dari limbah blotong tebu menggunakan jenis
cacing Eudrilus eugenie dapat disimpulkan sebagai berikut: vermikompos yang seseuai
dengan standar nasional indonesia mengenai kompos organik
1. C-organik terbaik dengan waktu 14 hari pengomposan memiliki nilai yang sesuai karena
terjadi penurunan dari kadar karbon blotong di awal. Sedangkan untuk nilai N total dapat
disimpulkan mengalami kenaikan dari hari ke 0 hingga hari ke 28 menunjukkan cacing
mengkonsumsi limbah dengan sangat baik. Kemudian untuk rasio C/N paling optimal
terjadi pada hari ke 14 dengan jumlah cacing 50 ekor karena memiliki nilai rasio yang
memenuhi syarat kompos organik.
2. Dilakukan uji lanjut yaitu uji ANOVA dua faktorial untuk mengetahui beda signifikan
dari kedua variabel yaitu hari pengamatan dan sampel dan didapatkan hasil bahwa dalam
uji C organik, lama pengomposan sangat berpengaruh dengan hasil dari karbon di dalam
vermikompos, sedangkan dalam uji N total di dapatkan hasil yang sama yaitu lama waktu
pengomposan juga berpengaruh terhadap kandungan nitrogen dalam media. Variasi
cacing dan lama pengomposan media tidak begitu berpengaruh signifiikan dengan kadar
C/N, namun C/N terbaik ada pada pengamatan hari ke 14. Variasi jumlah cacing dalam
pengomposan tidak juga berpengaruh dalam perubahan kandungan karbon, nitrogen
dalam media tersebut.
3. Pengujian lain yang dilakukan juga memperlihatkan bahwa pH, suhu, kelembapan dari
vermikompos sesuai dengan standar dan vermikompos yang dihasilkan memiliki tekstur
seperti tanah, tidak berbau dan berwarna gelap. Pebandingan juga dilakukan dengan
menggunakan SNI 19-7030-2004 sebagai tolak acuan kompos organik dan didapatkan
vermikompos dari limbah blotong tebu dengan spesies cacing Eudrilus eugenie memiliki
kesesuaian untuk dijadikan kompos organik dan diaplikasikan langsung untuk lingkungan
dalam membantu kesuburan tanaman tanpa mengurangi kualitas tanah. Keunggulan dari
produk ini yaitu kandungan bahan organik yang banyak dan tidak membutuhkan biaya
yang besar dalam menggunakannya, dan merupakan solusi dalam menangani limbah
blotong tebu yang sering kali menyebabkan permasalahan di masyarakat khususnya di
Kabupaten Malang.
1.2 Saran
Penelitian ini merupakan awal pengujian limah pabrik gula tebu menggunakan
spesies Eudrilus eugenie untuk dimanfaatkan menjadi vermikompos. Maka perlu dilakukan
berbagai penelitian lanjutan lainnya antara lain
1. Perlu dilakukan perbandingan antara dua spesies cacing yang berbeda seperti halnya
cacing Lumbricus sp. berguna untuk mengetahui kualitas terbaik dari vermikompos. Serta
dilakukan perbandingan jumlah cacing yang lebih tinggi dengan selisih 100 ekor.
2. Perlu dilakukan uji lain seperti uji kandungan Phospor, Kalium, Protein dan hal lainnya
untuk menambahkan informasi mengenai vermikompos limbah blotong tebu.
3. Adanya penelitian lanjutan apabila menggunakan limbah blotong dari berbagai pabrik
yang berbeda untuk membedakan kualitas vermikompos limbah gula yang terbaik dan
bisa di manfaatkan.
4. Perlu dilakukan uji lanjut dengan pencampuran blotong antara berbagai pabrik gula.
DAFTAR PUSTAKA
Amsath, K.M. and M. Sukumaran. 2008. Vermicomposting of Vegetable Wastes Using Cow
Dung. E-Journal of Chemistry. Vol. 5. No. 4. pp. 810-813
Anwar, E.K. 2009. Efektivitas Cacing Tanah PHeretima hupiensis, Edrellus sp. dan
Lumbricus sp. Dalam Proses Dekomposisi Bahan Organik. Balai Penelitian Tanah dan
Agroklimat. Vol. 14. No. 2: 149-158
Astari, L. P. 2011. Kualitas Pupuk Kompos Bedding Kuda dengan Menggunakan Aktivator
Mikroba yang Berbeda. Skripsi. IPB Bogor
Azarmi,R., M.T.Giglou dan R.D.Taleshmikail. 2008. Influence of vermicompost on soil
chemical and pHysical properties in tomato (Lycopersicum esculentum) field. African
Journal of Biotechnology Vol. 7 (14), pp. 2397- 2401, 18 July, 2008. Available online
at http://www.academicjournals.org/AJB
Blakemore, Robert. J. 2015. Eco-taxonomic Profile of an Iconic Vermicomposter The