PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X MADRASAH ALIYAH DDI LIL-BANAT KOTA PAREPARE Oleh WARDA NIM: 13.1100.147 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ADAB INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE 2018
109
Embed
PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP …repository.stainparepare.ac.id/671/1/13.1100.147.pdf · jurusan pendidikan agama islam (pai) fakultas tarbiyah dan adab institut agama
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X MADRASAH
ALIYAH DDI LIL-BANAT KOTA PAREPARE
Oleh
WARDA
NIM: 13.1100.147
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ADAB INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE
2018
ii
PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X MADRASAH
ALIYAH DDI LIL-BANAT KOTA PAREPARE
Oleh
WARDA
NIM: 13.1100.147
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ADAB INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE
2018
iii
PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X MADRASAH
ALIYAH DDI LIL-BANAT KOTA PAREPARE
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Jurusan
Pendidikan Agama islam
Disusun dan diajukan oleh
WARDA NIM: 13.1100.147
Kepada
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE
2018
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
بسم هللا رحمن رحيم
، نحمده ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالل من شرور أنفسنا وسيئ ماإن الحمد لل أ لنا، من يهد هللا ا
بده ورسوله فل مضل له، ومن يضلل فل هادي له، أشهد دا أن ل إله إل هللا وأشهد أن محم
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah swt. atas
segala rahmat dan hidayah_Nya sehingga skripsi ini dapat tersusun dan selesai pada
waktu yang direncanakan. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad saw.
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang senantiasa berjuang bersama baginda
Rasulullah dan tetap istiqamah di jalan yang dirahmati Allah swt.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ayahanda H. Muh. Yunus dan Ibunda
Nurhaedah yang telah memberikan cinta, kasih sayang, pengorbanan, motivasi,
nasehat, serta doa yang tidak ada putus dalam sujudnya. Begitu pula untuk suamiku
tersayang H. Ardianto Wijaya Kusuma atas segala perhatian, cinta , kasih sayang,
motivasi, serta doanya. Dan tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada adik-
adikku serta seluruh keluarga yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga pengorbanan kalian selama ini mendapat pahala dari sisi_Nya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Hj. Hamdanah,
M.Si. selaku dosen pembimbing I dan Dr. H. Muhaemin, M.Ag. selaku pembimbing
II yang dengan ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
Selanjutnya, penulis haturkan terima kasih dan penghargaan kepada:
viii
1. Dr. Ahmad Sutera Rustam, M. Si. Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Parepare yang telah mengelolah IAIN Parepare dengan baik.
2. Bahtiar, S. Ag., M.A. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Adab STAIN Parepare
atas pengabdian dan cinta kasihya kepada mahasiswa STAIN Parepare.
3. Drs. Muh. Dahlan, M.A selaku penanggung jawab Jurusan Pendidikan Agama
Islam atas pengabdiannya bagi mahasiswa penulis ucapkan terima kasih.
4. Kepala Perpustakaan IAIN Parepare beserta staf yang telah memberikan
pelayanan dengan baik kepada mahasiswa dan penulis agar dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat pada waktunya.
5. Dosen yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mendidik
penulis hingga dapat menyelesaikan studi.
6. Kepala MA DDI Lil-Banat beserta jajarannya yang memberikan kesempatan dan
pelayanan yang baik kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah
sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi.
7. Sahabat dan teman-teman angakatan 2013 yang telah memberikan dorongan dan
motivasi dalam penyelesaian penulisan skripsi.
Akhirnya hanya kepada Allah swt kita bermohon, semoga jasa-jasa baik yang
telah diberikan mendapat imbalan, ridha dan berkah disisi_Nya dan kepada_Nya pula
penulis serahkan segalanya, Aamiin.
ix
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
demi kesempurnaan skripsi ini.
Parepare, 03 Januari 2018
Penulis
Warda NIM: 13.1100.147
x
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Bertanda tangan di bawah ini:
Nama : WARDA
Nim : 13.1100.0147
Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Fakultas : TARBIYAH dan ADAB
Judul Skripsi : Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Motivasi
Belajar Peserta Didik Kelas X Madrasah Aliyah DDI Lil-
Banat Kota Parepare
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri. Apabila ditemukan bukti bahwa skripsi ini merupakan tiruan
atau hasil karya orang lain maka skripsi ini batal.
Parepare, 03 Januari 2017
Penulis
WARDA
13.1100.147
xi
ABSTRAK
Warda. Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas X MA DDI Lil-Banat Kota Parepare.
Komunikasi interpersonal merupakan aspek penting yang harus terjalin antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran agar tercipta proses pembelajaran sesuai yang diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat kota Parepare.
Jenis penelitian ini yakni penelitian asosiatif kuantitatif dengan desain kuantitatif korelasional. Sampel penelitian sebanyak 34 orang dengan jumlah 34 populasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yakni observasi, angket atau kuesioner dan dokumentasi. Adapun teknik analisis yang digunakan yakni analisis statistik bevariat dengan menggunakan product moment.
Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Intensitas komunikasi interpersonal peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat kota Parepare berada pada kategori rentangan sedang 74.40 %, dengan menganalisis 34 responden. (2) Tingkat motivasi belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat kota Parepare berada pada kategori rentangan sedang 70.80 %, dengan menganalisis 34 responden. (3) Terdapat pengaruh yang singnitifikan antara komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare, yang dibuktikan dengan nilai rxy = 0.988 ≥ r table = 0.339 dan nilai thit = 2. 698 dengan nilai signifikan 0.001 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar peserta didik.
Kata Kunci: Komunikasi Interpersonal, Motivasi Belajar
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PENGAJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING iv
KATA PENGANTAR vii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI x
ABSTRAK xi
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.4 Kegunaan Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teori 8
2.1.1 Pengertian Komunikasi 8
2.1.2 Konsep Komunikasi Interpersonal 11
2.1.3 Konsep Motivasi Belajar 15
2.1.4 Peserta Didik 29
2.2 Tinjauan Hasil Penelitian Relevan 32
2.3 Kerangka Pikir 33
2.4 Hipotesis Penelitian 34
2.5 Definisi Operasional Variabel 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian 36
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 36
xiii
3.3 Populasi dan Sampel 37
3.4 Teknik dan Isntrumen Pengumpulan Data 39
3.5 Teknik Analisis Data 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 42
4.2 Analisis Data 45
4.3 Pengujian Hipotesis 58
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian 61
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 63
5.2 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN 68
xiv
DAFTAR TABEL
NO JUDUL TABEL HALAMAN
3.1 Data populasi kelas X MA DDI Lil-Banat Kota
Parepare
38
3.2 Data sampel penelitian kelas X MA DDI Lil-Banat
Kota Parepare
39
4.1 Hasil Analisis Item Instrument Komunikasi
Interpersonal
44
4.2 Hasil Analisis Item Instrument Motivasi Belajar 45
4.3 Reliabilitas Variabel X 46
4.4 Reliabilitas Variabel Y 46
4.5 Rangkuman hasil statistik deskriptif variabel X 48
4.6 Distribusi frekuensi variabel X 49
4.7 Rangkuman hasil statistik deskriptif variabel Y 52
4.8 Distribusi frekuensi variabel Variabel Y 53
4.9 Uji Normalitas Menggunakan Analisis Kolmogrof-
Smirnov Test
57
4.10 Uji Linearitas 57
4.11 Hasil analisis Regresi sederhana 58
4.12 Hasil Anova 60
4.13 Uji Signifikansi Koefesien Regresi 60
4.14 Distribusi variabel X dan Y 61
4.15 Interprestasi terhadap koefisien korelasi 63
xv
DAFTAR GAMBAR
NO JUDUL GAMBAR HALAMAN
4.1 Diagram batang variabel X 50
4.2 Diagram lingkaran variabel X 50
4.3 Histogram variabel X 51
4.4 Diagram batang variabel Y 54
4.5 Diagram lingkaran variabel Y 55
4.6 Histogram variabel Y 55
4.7 Grafik regresi linear 59
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
NO JUDUL LAMPIRAN HALAMAN
1 Angket 72
2 Lembar observasi 76
3 Tabulasi angket variabel X 79
4 Tabulasi angket variabel Y 81
5 Korelasi variabel X 83
6 Korelasi variabel Y 85
7 Surat izin melaksanakan penelitian
8 Surat izin meneliti
9 Surat keterangan meneliti
10 Dokumentasi penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang Masalah
Era globalisasi merupakan era persaingan mutu dan kualitas. Pada era
globalisasi yang dikenal dengan zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kualitas untuk menghadapi
setiap tantangan yang muncul. Salah satunya adalah dengan pendidikan, istilah
pendidikan bukan lagi sesuatu yang asing dalam kehidupan manusia khususnya di
era globalisasi ini. Karena itulah setiap tindakan dalam pendidikan tidak terjadi
begitu saja dengan sendirinya, akan tetapi dalam prakteknya kita harus
memperhatikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan itu agar tercapai
tujuan sesuai dengan yang dinginkan.
Berdasarkan konsepsi Islam, pendidikan merupakan sebuah rangkaian proses
pemberdayaan manusia menuju kedewasaan. Kedewasaan dalam bentuk akal, mental
maupun moral dalam rangka menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai
seorang hamba.
Dalam sejarah pertumbuhan masyarakat, pendidikan menjadi perhatian utama
dalam rangka memajukan kehidupan generasi selanjutnya sejalan dengan tuntutan
masyrakat. Pentingnya memperoleh pendidikan merupakan hal yang sangat mulia,
dimana orang yang berpendidikan memiliki perbedaan derajat dengan orang yang
tidak berpendidikan. Orang yang berpendidikan termasuk dalam golongan orang-
orang yang diberkahi. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S. Az-Zumar 58: 9.
2
نت ءاناء ٱليل ساجدا وقائما يحذر ٱلخرة ويرجوا رحمة ربهۦ قل هل ن هو ق أم
ب ر أولوا ٱللب ٩يستوي ٱلذين يعلمون وٱلذين ل يعلمون إنما يتذك
Terjemahnya:
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan menghapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.1
Pendidikan mempunyai peran penting dalam membangun bangsa serta
masyarakat yang berkualitas. Pendidikan juga menjadi solusi bagi masyarakat dalam
meningkatkan sumber daya manusia yang unggul dan berperadaban. Dan dalam
suatu pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non-formal sangat
diperlukan adanya komunikasi. Menurut Bilingual dalam buku Methodology in tessol
a book of reading. “Education I mean the use of two languages as mediums of
instruction at some stage in a student’s educational career”.2 (Pendidikan maksud
saya adalah penggunaan dua bahasa sebagai media pengajaran pada tahap tertentu
dalam karir pendidikan seorang siswa).
Komunikasi dilakukan manusia bukan hanya untuk menyampaikan atau
saling bertukar pesan informasi, melainkan ada tujuan untuk membangun dan
memelihara relasi. Pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia tidak dapat
dipungkiri, begitupun juga halnya dalam suatu lembaga organisasi. Yang mana
dalam sebuah organisasi terdapat sekumpulan orang yang mempunyai kepentingan
dan tujuan yang sama, dimana dalam aktifitasnya tentu dibutuhkan komunikasi yang
baik antara anggotanya. Seperti dalam organisasi pendidikan dimana komunikasi
1Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 793.
2Michaeal H. Long, Jack C. Richard, Methodology In Tessol A Book Of Readings (New York:
Newbury House Publisher, 1987), h. 61.
3
yang dilakukan antara guru dan peserta didik yang bukan hanya proses pertukaran
dan penyampaian materi pelajaran, melainkan dimensi relasi antara guru dan peserta
didik.
Komunikasi sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik,
apabila seorang guru yang mampu berkomunikasi dengan baik dan benar secara
menyeluruh maka akan mempengaruhi motivasi belajar sehingga akan tercipta
pembelajaran yang bermakna dan penuh inspirasi. Pembelajaran saat ini diharapkan
peserta didik mampu memahami yang diterangkan oleh guru. Salah satu faktor yang
membuat peserta didik tertarik untuk belajar adalah guru yang mampu
berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi seperti ini lebih mengarah
kepada komunikasi interpersonal guru. Komunikasi interpersonal biasa juga
dikatakan sebagai komunikasi antara pribadi, yakni komunikasi yang terjadi antara
pribadi seorang guru dengan peserta didiknya. Komunikasi interpersonal bukan
hanya berlangsung diantara dua orang, melainkan bisa saja dalam kelompok kecil
yang memungkinkan semua anggota kelompok kecil itu bisa saling tatap muka dan
memiliki giliran untuk berbicara dan mendengarkan dalam suasana yang
akrab. Suasana relasi diantara mereka yang terlibat dalam komunikasi ini menjadi
ciri komunikasi interpribadi. Suasana informal, penuh persahabatan atau
kekeluargaan merupakan salah satu karakteristik komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal akan mempererat hubungan antara guru dan
peserta didik, guru sebagai motivator sangat berperan penting untuk meningkatkan
kegairahan dan mengembangkan kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Salah satu
cara pembimbingan tersebut yaitu melalui kemampuan komunikasi interpersonal
guru untuk memotivasi peserta didik.
4
Disisi lain, dengan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh guru maka
peserta didik akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki motivasi
untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan motivasi belajar peserta didik
merupakan salah satu cara untuk membangkitkan minat belajar peserta didik dengan
menghubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan peserta
didik.
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi dalam bukunya mengatakan bahwa motivasi
sangatlah berperan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun
peserta didik. Motivasi merupakan sebuah usaha yang disadari oleh pihak atau
peserta didik yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar.3 Guru perlu
menjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan peserta didik.
Menimbulkan motivasi belajar peserta didik sangatlah mudah yakni hanya
membutuhkan komunikasi interpersonal secara berkala dan terus menerus karena
hakikatnya inti komunikasi interpersonal pada dasarnya adalah bagaimana seorang
guru mampu meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan
maupun respon positif dari peserta didik. Pelajaran sesulit apapun itu jika seorang
guru berkompeten dalam mengkomunikasikan pembelajaran secara efektif maka
peserta didik akan tertarik untuk belajar. Oleh karena itu, dalam hal ini komunikasi
interpersonal guru dalam mengajar menjadi salah satu hal terpenting dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di MA DDI Lil-Banat Parepare,
diperoleh informasi bahwa terkait beberapa hal mengenai komunikasi antara guru
dan peserta didik yang belum maksimal, terutama komunikasi yang berlangsung
3Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1991), h. 10.
5
pada saat pembelajaran di dalam kelas. Sebagian guru masih kurang dalam
berinteraksi dengan peserta didiknya, seperti ketika peserta didik mengalami
kesulitan dalam belajar. Kurangnya komunikasi yang baik antara guru dan peserta
didik, dapat menyebabkan motivasi peserta didik menurun. Untuk itu sangat
diperlukan terjalinnya komunikasi interpersonal yang efektif antara guru dan peserta
didik.
Terkait dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan megangkat judul “Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap
Motivasi Belajar Peserta Didik MA DDI Lil-BANAT Kota Parepare”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti dapat merumuskan pokok masalah
sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana intensitas komunikasi interpersonal antara guru dan peserta didik
kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare?
1.2.2 Bagaimana tingkat motivasi belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat
Parepare?
1.2.3 Apakah terdapat pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi
belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare?
1.3 Tujuan Penelitian
Segala sesuatu yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan dapat tercapai setelah usaha atau
melakukan kegiatan. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan suatu usaha dan
proses yang memiliki tujuan yang ingin dicapai semaksimal mungkin. Penelitian ini
bertujuan untuk:
6
1.3.1 Mengetahui intensitas komunikasi interpersonal antara guru dan peserta didik
kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare.
1.3.2 Mengetahui tingkat motivasi belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat
Parepare.
1.3.3 Mengetahui ada tidaknya pengaruh komunikasi interpersonal terhadap
motivasi belajar peserta didik kelas X MA DDI Lil-Banat Parepare.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian adalah menjelaskan temuan peneliti yang bersifat
teoritis terhadap pengembangan ilmu pengetahuan maupun yang bersifat praktis
terhadap kehidupan masyarakat. Kegunaan penelitian diperoleh dari hasil analisa
data yang dikumpulkan berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan secara
umum.4 Adapun kegunaan penelitian ini diharapkan untuk:
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi pemikiran serta dapat
menambah khazanah pengetahuan, pemahaman dan wawasan ilmu pengetahuan
mengenai pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar peserta didik,
peneliti maupun bagi pembaca pada umumnya.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1.4.2.1 Bagi peserta didik, dapat memberikan informasi tentang pentingnya menjalin
komunikasi interpersonal, serta melatih diri untuk senantiasa menjalin
komunikasi yang baik khususnya dengan guru.
1.4.2.2 Bagi pendidik, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah
satu rujukan dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan serta memperkaya
4Saepudin, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Makalah dan skripsi (Edisi Revisi 2013; Stain
Parepare), h. 32.
7
khazanah keilmuan dalam setiap pembelajaran maupun berkomunikasi
dengan masyarakat terutama pada peserta didik.
1.4.2.3 Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsi
seperti kritik dan saran dalam memperbaiki komunikasi antara guru dan
peserta didik untuk kedepannya menjadi lebih baik.
1.4.2.4 Bagi peneliti, diharapkan mampu memberikan wawasan ilmu pengetahuan
yang baru serta dapat mengimplementasikannya kedalam sebuah pengalaman
yang dapat memberikan kesan terhadap orang lain. Serta secara langsung
dapat merubah diri menjadi lebih baik dalam berkomunikasi dengan guru,
orang tua, dan masyarakat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Pada hakikatnya semua manusia suka berkomunikasi, karena manusia
merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu ditandai dengan
pergaulan antara sesama manusia. Diantara manusia yang saling berkomunikasi, ada
yang saling berbagi informasi dan adapula yang berbagi gagasan atau sikap.
Kata “komunikasi” berasal dari bahasa inggris yaitu communion yang berarti
kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. Untuk ber-
communio, diperlukan usaha dan kerja. Dari kata itu dibuat kata kerja communicare
yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian kepada
seseorang, tukar-menukar, membicarakan sesuatu dengan seseorang, bercakap-cakap,
bertukar pikiran, berhubungan, dan berteman. Berdasarkan arti kata communicare
yang menjadi asal kata komunikasi, secara harfiah komunikasi berarti pemberitahuan,
pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran, atau hubungan.5
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya
membuat atau membangun kebersamaan antara dua orang atatu lebih. Komunikasi
juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin communico yang artinya membagi.
5Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan (Cet. I; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), h. 17.
9
Kemunikasi merupakan salah satu alat untuk mewujudkan interaksi antara
sesama manusia dalam rangka saling memberi informasi demi terciptanya saling
memahami dan sebagai bentuk penyatuan persepsi dari berbagai hal yang terjadi
dalam kehidupan.
Selain itu manurut kamus besar bahasa Indonesia, komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami.6
Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian
pesan dari sumber ke penerima pesan dengan maksud untuk memengaruhi penerima
pesan. Dari konsep di atas paling tidak ada dua hal yang memaknai komunikasi.
Pertama, komunikasi adalah suatu proses, yakni aktivitas untuk mencapai tujuan
komunikasi itu sendiri. Kedua, dalam proses komunikasi selamanya melibatkan tiga
komponen penting, yakni sumber pesan, yaitu orang yang akan menyampaikan atau
mengkomunikasikan sesuatu, pesan itu sendiri atau segala sesuatu yang ingin
disampaikan atau materi komunikasi, dan penerima pesan, yaitu orang yang akan
menerima informasi. Kedua komponen tersebut merupakan komponen dasar dalam
proses komunikasi. 7 Perhaps S.S. Stevens dalam buku Communication
mengemukakan bahwa: “Communication is the discriminatory response of an
organism to a stimulus”8
Proses komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan
6Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 585.
7Wina Sanjaya, Media Komunikasi Pembelajaran (Cet. II; Jakarta: PT Fajar Interpratama
Mandiri, 2014), h. 79.
8Macmillan Publishing, Communication (Printed In The United States of America, 1983), h.
7.
10
gagasan, informasi, opini yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa
keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan lain
sebagainya yang timbul dari lubuk hati.9
Dalam proses komunikasi itu sendiri terdapat lima unsur penting yang harus
diperhatikan, yaitu:
2.1.1.1 Sender, adalah pihak yang mengirim pesan atau berita yang disebut juga
komunikator.
2.1.1.2 Message, adalah pesan atau informasi yang hendak disampaikan kepada
pihak lain.
2.1.1.3 Medium, adalah sarana penyaluran pesan-pesan (media).
2.1.1.4 Receive, adalah pihak penerima pesan atau informasi yang disebut
komunikan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang dapat dikatakan
berkomunikasi apabila isi pesan yang disampaikan dari proses komunikasi itu dapat
dipahami.
Pada dasarnya komunikasi bertujuan untuk memberikan informasi, mendidik
dan menerangkan informasi bahkan untuk menghibur orang lain. Dan dalam
perspektif agama, bahwa komunikasi sangat penting perannya bagi kehidupan
manusia dalam bersosialisasi. Manusia dituntut agar pandai berkomunikasi.
Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S. Ar-Rahman/58: 1-4.
ن حم لم ٱلقرءان ١ٱلر ن ٢ نس لمه ٱلبيان ٣خلق ٱل ٤
9Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik (Bandung: Remadja Karya, 1988),
h. 14.
11
Terjemahnya:
Tuhan yang Maha Pemurah yang telah mengajarkan Al-Qur’an dan menciptakan manusia dan mengajarnya pandai berbicara.10
Dari ayat di atas bahwasanya Allah telah memberikan nikmat kepada
hambanya, salah satunya yaitu diajarkannya pandai membicarakan apa yang tergores
dalam jiwanya dan apa yang terfikir oleh otaknya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
suatu proses penyampaian informasi atau pesan dari seseorang kepada orang lain
melalui proses tertentu untuk tercapainya suatu respond an penerima pesan
sebagaimana yang dikehendakinya.
2.1.2 Konsep Komunikasi Interpersonal
2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi
interpersonal. Proses komunikasi interpersonal harus diciptakan dan diwujudkan
melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh setiap
guru dan peserta didik.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia istilah interpersonal terdiri atas dua
kata yakni “inter” yang berarti bentuk terikat antara dua dan “personal” yang berarti
bersifat pribadi atau perseorangan.11
Komunikasi interpersonal bisa juga dikatakan sebagai komunikasi
antarpribadi. Komunikasi antarpribadi yang dimaksud adalah proses komunikasi
yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang
10Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 793.
11Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 438.
12
dinyatakan R. Wayne Pace dalam buku Hafied Cangara bahwa: “interpersonal
communication is communication involving two or more people in a face to face
setting”.12 (Komunikasi interpersonal adalah komunikasi dua atau beberapa orang
secara tatap muka).
Jadi komunikasi interpersonal menurut pengertian di atas adalah komunikasi
atau interaksi yang terjalin secara langsung antara dua orang atau lebih tanpa ada
yang membatasi.
Komunikasi interpersonal bukan hanya berlangsung di antara dua orang. Bisa
saja dalam kelompok kecil, yang memungkinkan semua anggota kecil itu bias saling
tatap muka, memiliki giliran untuk berbicara dan mendengarkan dalam suasana yang
akrab.13
Komunikasi interpersonal merupakan proses pertukaran informasi dalam
sebuah bentuk interaksi yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan atau kesamaan
pemahaman. Namun Yosal Iriantara dalam bukunya mengatakan bahwa:
Komunikasi interpersonal merupakan satu bentuk komunikasi yang khusus yang terjadi ketika dua orang atau lebih saling berinteraksi secara simultan satu sama lain dan sama-sama saling memengaruhi satu sama lain. Interaksi dan saling memengaruhi tersebut tidak hanya dilakukan melalui kata-kata tetapi juga melalui pesan non verbal seperti kontak mata, senyum atau mimik wajah yang menyertai percakapan yang akrab di antara orang-orang yang terlibat.14
12Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Cet. X; Jakarta: PT Raja Gravindo Persada,
2009), h. 32
13Yosal Iriantara dan Usep Syafrudin, Komunikasi Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2012), h. 21.
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi
terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan
mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Ada tiga komponen utama dalam
motivasi yaitu: kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu
merasa ada ketidak seimbangan antara yang ia miliki dan ia harapkan. Dorongan
merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi
harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan
harapan atau pencapaian tujuan.21
Dalam hidup ini, motivasi merupakan salah satu hal yang sangat dibutuhkan
oleh setiap orang, sebab tanpa adanya motivasi seseorang tidak akan mungkin bisa
melaksanakan aktifitasnya dan setidaknya dengan motivasi ini bisa menentukan
intensitas pekerjaan seseorang.
Motivasi juga merupakan kekuatan yang tersembunyi di dalam diri kita yang
mendorong diri untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas.22
McDonald dalam buku Wasty Soemanto memberikan sebuah defenisi tentang
motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang di
tandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.
Defenisi ini berisi tiga hal, yaitu:
2.1.3.1.1 Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang.
2.1.3.1.2 Motivasi ini ditandai dengan dorongan afektif
2.1.3.1.3 Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan23
21Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Cet. IV; Jakarta: PT Asdi Mahsatya,
2009), h. 81.
22Ivor K Devies, Pengelolaan Belajar (Jakarta: CV. Rajawali, 1991), h. 214.
23Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Cet. IV; Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), h. 203.
18
Faktor yang mendorong manusia untuk melakukan kegiatan dalam mencapai
suatu tujuan adalah salah satunya dipengaruhi oleh adanya motivasi. Motivasi ini
terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan dari luar diri seseorang.
Jadi ketiga komponen yang terdiri atas motivasi, kegiatan dan tujuan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu disebut motivasi, yang
menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan
individu tersebut melakukan kegiatan mencapai suatu tujuan.24
Motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam dan komponen
luar. Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak
puas, dan ketegangan psikologis. Sedangkan komponen luar ialah apa yang
diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi komponen dalam
ialah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah
tujuan yang hendak dicapai.25
Berdasarkan pengertian dan analisis tentang motivasi, maka pada pokoknya
motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup didalam situasi belajar dan
menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan peserta didik. Motivasi ini sering juga disebut
sebagai motivasi murni. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri
peserta didik dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti
angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, medali pertentangan, dan hukuman. Motivasi
24Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Cet. IV; Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 61.
25Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2001), h.
159.
19
ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak
semuanya menarik minat peserta didik atau sesuai dengan kebutuhan siswa.26
Dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin bisa melakukan aktifitas
belajar. Seseorang yang melakukan aktifitas belajar terus menerus tanpa motivasi
dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsic yang sangat sangat penting dalam
aktifitas belajar.27 Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S. Ar-Ra’d/13: 11.
ل يغير ما بقوم حتى يغيروا ما ب بقوم سوءا فل مرد لهۥ إن ٱلل أنفسهم وإذا أراد ٱلل
ن دونهۦ من وال ١١وما لهم م Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknnya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.28
Berdasarkan ayat di atas, menggambarkan betapa pentingnya motivasi untuk
merubah nasib seseorang yang menginginkan dirinya menjadi lebih baik. Karena
sesungguhnya nasib setiap orang tidak akan berubah kecuali dirinya sendirilah yang
mengubahnya.
Dari beberapa penjelasan tentang defenisi motivasi di atas, maka dapat
diketahui bahwa motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan
kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau aktifitas dalam rangka mencapai
Hukuman merupakan reinforcement negative, tetapi jika dilakukan
dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan
efektif.
2.1.3.6.9 Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang ada dalam diir
siswa. Motivasi ekstrinsik sangant diperlukan agar hasrat untuk belajar itu
menjelma menjadi perilaku belajar.
2.1.3.6.10 Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Sisiwa yang berminat
untuk terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarimya dengan
sungguh-sungguh, karena ada daya Tarik baginya. Proses belajar akan
berjalan lancara jika disertai dengan minat.
2.1.3.6.11 Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat
motivasi yang cukup penting. Dengan memahami tujuan yang hendak
dicapai, akan timbul gairah untuk belajar
2.1.3.7 Pengertian Belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti
“berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Defenisi ini memiliki pengertian
bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Disini
usaha untuk mencapai suatu kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai
25
sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami,
mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.34
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan setiap jenjang Pendidikan. Ini
berarti, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung
pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan itu akan
nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefenisikan
sebagai berikut:
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.35
Artinya seorang telah dikatakan belajar ketika terjadi perubahan pada dirinya
yang dapat ditandai dengan perubahan pengetahuan atau sikap.
Menurut Hilgard an Bower belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan bawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan dan pengaruh obat.36
34Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Cet. VII; Jogjakarta
Ar-Ruzz Media, 2012), h. 13.
35Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Cet. IV; Jakarta: PT Asdi
Belajar itu merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang
dalam situasi tertentu yang diakibatkan oleh pengalaman-pengalaman yang telah
dialami dimana perubahan itu tidaka dapat dijelaskan karena merupakan sifat bawaan
seseorang. Sedangkan belajar menurut H. Douglas Brown bahwa: “Learning is
acquiring or getting of knowledge of a subject or a skill by study, experience, or
instruction”.37
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan
dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang
membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan manusia merupakan
bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik
di sekolah, di kelas, di jalan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya.38
Belajar itu berlangsung seumur hidup, tempat dan waktu terjadinya pun
kapan dan dimana saja. Belajar merupakan suatu hal atau ciri-ciri yang membedakan
manusia dengan makhluk lain seperti binatang. Serta belajar itu selalu dilandasi
iktikad dan maksud tertentu dimana seseorang mulai memahami sesuatu yang baru
dalam hidupnya yang kemudian hal tersebut dapat mengubah kehidupan pribadi
maupun sosialnya ke arah yang lebuh baik.
Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, namun dalam
pembahasan belajar ini masing-masing ahli memiliki pemahaman yang berbeda-beda,
walaupun secara praktis masing-masing kita sudah sangat mamahami apa yang
dimaksud belajar tersebut. Oleh karena itu berikut akan dikemukakan berbagai
defenisi belajar menurut para ahli.
37H. Douglas Brown, Principles of Language Learning and Teaching (Printed In The United
States of America, 1994), h. 7.
38 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Cet. I;
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), h. 155.
27
2.1.3.7.1 R. Gagne
Belajar dapat didefenisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dimaknai sebagai proses memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Gagne dalam teorinya yang disebut The Domains of Learning menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori: Keterampilan motoris, Informasi verbal, Kemampuan intelektual, Strategi kognitif, dan Sikap.
2.1.3.7.2 Burton
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
2.1.3.7.3 E.R. Hilgard “Belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap
lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan,
kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan
(pengalaman)”.39
Dari defenisi beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri-
ciri belajar, yaitu:
1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior).
Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku,
yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak terampil menjadi terampil.
2. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah
laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertenttu akan tetap atau tidak
berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang
seumur hidup.
39Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Cet. I; Jakarta: Fajar
Interpratama Mandiri: 2013), h. 1.
28
3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah
tingkah laku.40
Terdapat prinsip-prinsip belajar seperti yang dikemukakan oleh Alvin C.
Eurich dari Ford Foundation dalam buku Didi Supriadi dan Deni Darmawan, sebagai
berikut:
1. Hal apapun yang dipelajari oleh peserta didik, maka ia harus mempelajarinya
sendiri, tidak ada seorang pun dapat melakukan kegiatan tersebut untuknya.
2. Setiap peserta didik belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri, dan untuk
setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kegiatan belajar.
3. Seorang peserta didik belajar bilamana setiap langka segera diberikan
penguatan.
4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara
keseluruhan lebih berarti.
5. Apabila peserta didik diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri,
maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara
lebih baik.41
Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dapat ditandai dengan
adanya perubahan sebagai hasil dari belajar yang dapat dinyatakan dalam bentuk
40Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, h. 15.
41 Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran (Cet. I; Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), h. 30.
29
perubahan pandangan, pengetahuan, keterampilan dan sikap serta berbagai aspek
yang mencakup kehidupan sehari-hari.
Dari beberapa defenisi di atas mengenai belajar dapat disimpulkan bahwa
belajar bukan hanya menambah pengetahuan dan mengubah tingkah laku seseorang,
melainkan Allah juga akan meninggikan derajatnya. Sebagaimana firman Allah SWT.
dalam Q.S. Al-Mujadalah/58: 11.
لكم وإذا ق يل ياأيها الذين آمنوا إذا قيل لكم تفسحوا في المجالس فافسحوا يفسح هللا
بما وهللا الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجا انشزوا فانشزوا يرفع هللا
١١ون خبير تعمل
Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman. Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.42
2.1.4 Peserta Didik
2.1.4.1 Pengertian Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu. Dalam pendidikan Islam, yang menjadi peserta didik bukan
hanya anak-anak, melainkan juga orang dewasa yang masih berkembang, baik fisik
maupun psikis.43
42Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 793.
43Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Amzah, 2010), h. 103.
30
Dapat disimpulkan bahwasanya peserta didik adalah anak yang sedang
tumbuh dan berkembang baik secara fisik dan psikis yang berusaha mengembangkan
potensi dirinya melalui proses pembelajaran.
Adapun defenisi peserta didik dalam pendidik Islam, Dengan berpijak pada
paradigma “belajar sepanjang masa”, maka istilah yang tepat untuk menyebut
individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan anak didik. Peserta
didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga
orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi individu yang
berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa
lembaga pendidikan tidak hanya di sekolah (pendidikan formal), tetapi juga lembaga
pendidikan di masyarakat, seperti Majelis dan sebagainya.44
Sebutan untuk peserta didik sangat beragam. Di lingkungan rumah tangga
peserta didik disebut anak. Di sekolah atau madrasah ia disebut siswa. Pada tingkat
tinggi ia disebut mahasiswa. Dalam lingkungan pesantren disebut santri.45
Murid atau anak didik merupakan pribadi yang “unik” yang memiliki potensi
dan mengalami proses berkembang. Dalam proses berkembang itu anak atau murid
membutuhkan bantuan dari guru namun sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh
guru tetapi ditentukan oleh anak itu sendiri. Sehingga anak atau murid berkewajiban
menerima pelajaran, bimbingan serta arahan dari guru dan akan menentukan dirinya
sendiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.46
44Abdul Majid dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Prenada Media,
2006), h. 103.
45Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, h. 103. 46Zakiah Drajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.
268.
31
Berdasarkan beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik
adalah status yang di sandang oleh seseorang karena hubungannya dengan dunia
pendidikan yang diharapkan menjadi calon intelektual dan generasi penerus bangsa.
Oleh sebab itu dalam proses belajar mengajar yang diperhatikan pertama kali ialah
murid atau peserta didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu
menemukan komponen-komponen yang lain.
2.1.4.2 Hakikat Peserta Didik
Peserta didik merupakan unsur manusiawi yang penting dalam proses
pendidikan. Mereka berperan sebagai pokok persoalan dalam segala proses
pembelajaran. Disebabkan merupakan unsur pokok dalam pembelajaran, mereka
juga mempunyai kedudukan yang menentukan dalam suatu interaksi pendidikan.
Dengan kata lain, pendidik tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak ada peserta didik
sebagai subjek pendidikan.
Adapun hakikat peserat didik yang perlu diketahui, yaitu:
2.1.4.2.1 Peserta didik bukan miniature orang dewasa.
2.1.4.2.2 Peserta didik adalah manusia yang memiliki perbedaan dalam tahap-tahap
perkembangan dan pertumbuhannya.
2.1.4.2.3 Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang harus
dipenuhi, baik yang menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani.
2.1.4.2.4 Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual
baik yang disebabkan faktor bawaan maupun lingkungan tempat ia tinggal.
2.1.4.2.5 Peserta didik merupakan makhluk yang teerdiri dari dua unsur utama yaitu
jasmaniah dan rohaniah.
32
2.1.4.2.6 Peserta didik adalah makhluk Allah yang telah dibekali berbagai potensi
(fitrah) yang perlu dikembangkan secara terpadu.47
Jadi dlam proses belajar mengajar, hendaknya seorang pendidik bisa
memahami hakikat peserat didiknya sebagai subjek dan objek pendidikan. Kesalahan
dalam memahami hakikat peserta didik akan menjadikan kegagalan dalam proses
pendidikan.
2.1.4.3 Kedudukan Peserta Didik
Peserta didik merupakan unsur manusiawi yang penting dalam proses
pendidikan. Mereka berperan sebagai pokok persoalan dalam segala proses
pembelajaran. Disebabkan merupakan unsur pokok dalam pembelajaran, mereka
juga mempunyai kedudukan yang menentukan dalam suatu interaksi pendidikan.
Dengan kata lain, pendidik tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak ada peserta didik
sebagai subjek pendidikan.
Menurut Sinolungan yang dikutip dalam buku N. Yustisia menjelaskan
bahwa manusia termasuk mahluk totalitas (Homo trieka), termasuk di dalamnya
adalah peserta didik yang memiliki kedudukan sebagai berikut:
1. Sebagai mahluk religius yang menerima dan mengakui kekusaan Tuhan atas dirinya dan alam lingkungan sekitarnya.
2. Sebagai mahluk sosial yang memerlukan agar berkembang sebagai manusia. 3. Sebagai mahluk individual yang mempunyai cirri khas atau keunikan
tersendiri. Hal ini dapat membedakannya dari individu yang lain.48
Dalam berinteraksi pendidik dengan peserta didik hendaknya pendidik tidak
memerlakukan mereka secara terpisah antara yang satu dengan yang lainnya. Karena,
pada dasarnya setiap peserta didik mempunyai kedudukan yang sama.
47Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 120.
Ilyas, Amaliyah. 2004. “Korelasi Prestasi Belajar Siswa dengan Kemampuan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MTS DDI Pacongang Pinrang” Skripsi sarjana; Jurusan Tarbiyah: Parepare.
Kementerian Agama RI. 2012. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Cet. PT. Sinergi Pustaka Indonesia.
Komariah, Aan dan Engkoswara. 2011. Administrasi Pendidikan. Bandung,
Supriadie, Didi dan Deni Darmawan. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Cet.I; Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Umar, Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Cet.I; Jakarta: Amzah.
Uno, Hamza B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Cet.II; Jakarta: PT Bumi Aksara.
Usman, St.Rahmah. 2012. “Pengaruh Keakraban Siswa dengan Guru Agama Islam terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 1 Parepare” Skripsi sarjana; Jurusan Tarbiyah: Parepare.
Wahyuni, Esa Nur dan Baharuddin. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Cet.VII; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.