Pengaruh Kompetensi Wirausaha dan Lingkungan Bisnis terhadap Kesuksesan Wirausaha pada Usaha Kecil (Studi Kasus pada Bisnis Ritel di wilayah Jakarta Timur) Elysabeth Sihombing Fandis Ekyawan, S.E., M.M Program Studi S1 Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Latar belakang dari penelitian ini adalah wirausaha yang semakin banyak di Jakarta. Tujuan utama skripsi ini adalah mengetahui faktor kompetensi wirausaha yang dapat berpengaruh terhadap kesuksesan wirausaha. Faktor kompetensi wirausaha antara lain adalah kompetensi strategis, kompetensi konseptual, kompetensi peluang, kompetensi hubungan, kompetensi belajar, kompetensi pribadi, kompetensi etis, dan kompetensi familiisme. Semakin banyak kompetensi yang dimiliki wirausaha, semakin besar kesuksesan wirausaha tersebut secara finansial dan non finansial. Penelitian ini juga melihat seberapa besar pengaruh lingkungan bisnis terhadap hubungan tersebut. Dalam pengolahan data menggunakan SEM dengan memakai software LISREL. Hasil yang didapatkan di Jakarta Timur adalah para wirausaha ritel memiliki kompetensi-kompetensi tersebut. Kata kunci : kompetensi wirausaha; lingkungan bisnis; kesuksesan wirausaha The background from this research because entrepreneur at Jakarta. This research aim to determine the entrepreneurial competency factors can be impact for entrepreneurial success. The factor is strategic competency, conceptual competency, opportunity competency, relationship competency, learning competency, personal competency, ethical competency, and familism competency. Competency of entrepreneur can increase the entrepreneurial success (financial and non-financial). This study also observe at how much business environment influence that relationship. This research use SEM to analyze with LISREL as software. The result is entrepreneur at East Jakarta have these competencies. Key word : entrereneurial competency; business environment; entrepreneurial success 1. Latar belakang Kewirausahaan saat ini memainkan peran strategis untuk menjadi pendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara. Kewirausahaan sangatlah penting untuk menopang sendi-sendi perekonomian, bagaimana kewirausahaan menjadi pendorong penyebaran keuntungan ekonomi yang lebih baik, seperti peningkatan kesejahteraan, mengurangi tingkat pengangguran, mengurangi tingkat kriminalitas, meningkatkan standar hidup masyarakat dan juga mendistribusikan pendapatan secara lebih merata. Wirausaha sebagai penggerak roda perusahaan memegang peranan penting dalam menunjang tercapainya tujuan usaha. Dari artikel Consumedia Indonesia (2013), ritel tradisional masih Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
19
Embed
Pengaruh Kompetensi Wirausaha dan Lingkungan Bisnis ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Pengaruh Kompetensi Wirausaha dan Lingkungan Bisnis terhadap Kesuksesan Wirausaha pada Usaha Kecil
(Studi Kasus pada Bisnis Ritel di wilayah Jakarta Timur)
Elysabeth Sihombing
Fandis Ekyawan, S.E., M.M
Program Studi S1 Ekstensi
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Latar belakang dari penelitian ini adalah wirausaha yang semakin banyak di Jakarta. Tujuan utama skripsi ini adalah mengetahui faktor kompetensi wirausaha yang dapat berpengaruh terhadap kesuksesan wirausaha. Faktor kompetensi wirausaha antara lain adalah kompetensi strategis, kompetensi konseptual, kompetensi peluang, kompetensi hubungan, kompetensi belajar, kompetensi pribadi, kompetensi etis, dan kompetensi familiisme. Semakin banyak kompetensi yang dimiliki wirausaha, semakin besar kesuksesan wirausaha tersebut secara finansial dan non finansial. Penelitian ini juga melihat seberapa besar pengaruh lingkungan bisnis terhadap hubungan tersebut. Dalam pengolahan data menggunakan SEM dengan memakai software LISREL. Hasil yang didapatkan di Jakarta Timur adalah para wirausaha ritel memiliki kompetensi-kompetensi tersebut. Kata kunci : kompetensi wirausaha; lingkungan bisnis; kesuksesan wirausaha The background from this research because entrepreneur at Jakarta. This research aim to determine the entrepreneurial competency factors can be impact for entrepreneurial success. The factor is strategic competency, conceptual competency, opportunity competency, relationship competency, learning competency, personal competency, ethical competency, and familism competency. Competency of entrepreneur can increase the entrepreneurial success (financial and non-financial). This study also observe at how much business environment influence that relationship. This research use SEM to analyze with LISREL as software. The result is entrepreneur at East Jakarta have these competencies. Key word : entrereneurial competency; business environment; entrepreneurial success
1. Latar belakang
Kewirausahaan saat ini memainkan peran strategis untuk menjadi pendorong
meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara. Kewirausahaan sangatlah penting untuk
menopang sendi-sendi perekonomian, bagaimana kewirausahaan menjadi pendorong
penyebaran keuntungan ekonomi yang lebih baik, seperti peningkatan kesejahteraan,
mengurangi tingkat pengangguran, mengurangi tingkat kriminalitas, meningkatkan standar
hidup masyarakat dan juga mendistribusikan pendapatan secara lebih merata. Wirausaha
sebagai penggerak roda perusahaan memegang peranan penting dalam menunjang
tercapainya tujuan usaha. Dari artikel Consumedia Indonesia (2013), ritel tradisional masih
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
menguasai pasar sekitar 70%. Menurut I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian UKMK
Kementerian Koperasi dan UKM, mengatakan “pelaku usaha kecil menengah nasional perlu
dipersenjatai dengan peningkatan kompetensi dari inkubator bisnis dan teknologi milik
perguruan tinggi untuk mengahadapi pasar regional Asia Tenggara yang akan diberlukan
pada 2015”.
Kompetensi seorang pengusaha atau wirausaha merupakan salah satu faktor penting
dalam menentukan keberhasilan dalam berwirausaha. Kemampuan wirausaha dalam
mengelola usaha dengan baik dan harus didorong oleh ilmu pengetahuan yang cukup baik
pula akan berperan sebagai sumber tenaga kerja yang menjadi objek vital dalam pelaksanaan
kegiatan perusahaan. Agar keberhasilan perusahaan atau usaha yang diinginkan maksimal
didalam perusahaan harus didukung oleh kompetensi seorang pengusaha atau wirausaha itu
sendiri. Kompetensi seorang wirausaha sangat dibutuhkan oleh perusahaan/usaha dan
apabila hal tersebut tidak dilaksanakan, dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai masalah
bagi perusahaan/usaha yang dampaknya terhadap keberhasilan perusahaan itu sendiri atau
usaha yang sedang dijalankan. Untuk mencapai suatu keberhasilan usaha dalam berwirausaha
dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan adanya seorang
wirausaha yang kompeten dalam bidangnya, kebutuhan atau tujuan suatu usaha akan dengan
mudah tercapai.
Wirausaha yang kompeten tentunya mempunyai motivasi yang tinggi untuk mengelola
usahanya dengan baik, memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang
baik pula, sebab untuk mencapai suatu keberhasilan usaha itu tidaklah mudah untuk
dilakukan apabila tidak diiringi kemauan yang keras dan kemampuan untuk mencapai itu
semua. Ahmad et, al. (2010) mengemukakan kompetensi wirausaha dapat meningkatkan
kesuksesan wirausaha, dan menambahkan lingkungan usaha sebagai faktor moderasi untuk
mendukung kesuksesan wirausaha secara finansial dan non finansial.
Penelitian ini berfokus untuk menguji pengaruh dari kompetensi wirausaha terhadap
kesuksesan wirausaha, dan penelitian ini juga akan menguji pengaruh moderasi lingkungan
bisnis terhadap hubungan tersebut. Permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pengaruh kompetensi wirausaha pada lingkungan bisnis kondusif vs
kompetitif terhadap kesuksesan finansial wirausaha?
2. Apakah pengaruh kompetensi wirausaha pada lingkungan bisnis kondusif vs
kompetitif terhadap kesuksesan non finansial wirausaha?
3. Apakah pengaruh kompetensi wirausaha pada lingkungan bisnis stabil vs dinamis
terhadap kesuksesan finansial wirausaha?
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
4. Apakah pengaruh kompetensi wirausaha pada lingkungan bisnis stabil vs dinamis
terhadap kesuksesan non finansial wirausaha?
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Kewirausahaan dan Wirausaha
Menurut Suryana (2003), kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan
berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat,
dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. Wirausaha menurut Tunggal (2009) adalah
seseorang yang bertanggung jawab untuk mengorganisasi, mengelola, dan menanggung
risiko usaha.
2.2 Bisnis Ritel
Pedagang eceran memegang peranan yang sangat penting, baik ditinjau dari sudut
konsumen maupun dari sudut produsen. Menurut Sopiah dan Syihabudhin (2008), retailing
merupakan semua kegiatan penjualan barang secara langsung kepada konsumen akhir untuk
pemakaian pribadi dan rumah tangga, bukan untuk keperluan bisnis. Bisnis ritel atau disebut
juga perdagangan eceran secara umum bisa diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar,
yaitu perdagangan eceran besar dan perdagangan eceran kecil. Perdagangan eceran kecil
terdiri atas eceran kecil berpangkalan dan eceran kecil tidak berpangkalan.
2.3 Usaha Kecil
Menurut UU No. 9/1995, Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala
kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan.
Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah),
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp1.000.000.000,- (satu milyar
rupiah)
3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan
Usaha Menengah atau Usaha Besar; atau
5. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
2.4 Kompetensi Kewirausahaan
Menurut Suryana (2003), kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan individu yang langsung berpengaruh pada kinerja. Menurut Man (2001)
mengartikan kompetensi sebagai karakteristik mendasar seorang individu yang terkait dengan
kinerja yang efektif dan unggul dalam pekerjaan.
Menurut Bird (1995), kompetensi kewirausahaan didefinisikan sebagai karakteristik
yang mendasar seperti pengetahuan yang umum dan spesifik, motivasi, sifat, citra diri, peran
sosial dan keterampilan yang menyebabkan kelahiran usaha, kelangsungan hidup usaha dan
pertumbuhan usaha. Menurut Ahmad & Wilson (2006), kompetensi kewirausahaan adalah
karakteristik individu yang termasuk sikap dan kebiasaan, dimana wirausaha dapat mencapai
dan mempertahankan kesuksesan bisnisnya.
Kompetensi Strategis
Menjadi pemilik / manajer perusahaan, seorang wirausaha harus mengatur arah untuk
seluruh bisnisnya. Kategori kompetensi ini mengharuskan wirausaha untuk memiliki visi atau
gambaran besar dalam pikiran mereka untuk kelangsungan bisnisnya memiliki tujuan yang
jelas dalam pencapaian atau untuk merumuskan dan melaksanakan strategi untuk mencapai
visi dan tujuannya. Pada intinya, kompetensi strategi ini digunakanuntuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan pada perspektif yang lebih luas dan dalam jangka panjang
(Man, 2001).
Kompetensi Konseptual
Kompetensi konseptual merupakan kategori kompetensi yang tidak mudah
diidentifikasi perilakunya namun sering dianggap penting bagi keberhasilan kewirausahaan.
Yang masuk dalam kategori ini adalah kemampuan dalam membuat pemikiran kognitif dan
analitis, pembelajaran, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, berinovasi, dan
sikap dalam menghadapi ketidakpastian dan risiko masalah. Hal-hal tersebut memiliki
hubungan kuat dengan sifat kewirausahaan, melibatkan kegiatan konseptual tingkat tinggi,
meningkatkan efektivitas wirausaha dan tercermin dalam perilaku wirausaha ketika mereka
melakukan analisis, belajar, membuat keputusan dan memecahkan masalah. Hampir sama
dengan kompetensi strategis, kompetensi konseptual memerlukan tingkat kemampuan yang
lebih kompleks. Namun, tidak seperti kompetensi strategis, kompetensi konseptual lebih
focus terhadap perspektif jangka pendek, menyelesaikan masalah secara cepat, atau
membutuhkan respon intuitif (Man, 2001).
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
Kompetensi Peluang
Menurut Man (2001), salah satu kompetensi yang paling membedakan bagi wirausaha
adalah kompetensi yang terkait dengan peluang. Melihat dan bertindak atas peluang sebagai
salah satu kompetensi bagi wirausaha sukses, dan juga diakui wirausaha bahwa pikiran
tentang peluang merupakan salah satu karakteristik pentingnya. Salah satu peran
kewirausahaan yang paling penting adalah kemampuan untuk mengenali dan membayangkan
keuntungan dari peluang tersebut.
Kompetensi Hubungan
Seorang wirausaha tidak bekerja sendirian, juga tidak hanya untuk menghadapi
karyawannya saja. Sebuah tugas penting untuk dilakukan seorang wirausaha adalah dengan
menggunakan kontak dan koneksinya dan membuka jalan agar wirausaha mendapatkan
keuntungan. Untuk berhasil melakukannya, wirausaha perlu memiliki kompetensi dalam
membangun hubungan, komunikasi, persuasif, dan kemampuan interpersonal (Man, 2001).
Bird (1995) menggambarkan kegiatan pembangunan hubungan ini sebagai ikatan
kewirausahaan yang tidak hanya penciptaan hubungan, tetapi juga restrukturisasi hubungan
untuk tumbuhnya perusahaan atau kemitraan akan berakhir. Penelitian terbaru oleh Lau
(1999) yang dikutip oleh Man (2001), melaporkan kompetensi hubungan sebagai salah satu
kompetensi yang paling sering terjadi di antara Wiraswasta UKM di Hongkong.
Kompetensi Belajar
Dalam era dimana pengetahuan baru dengan cepat dibuat dan disebarluaskan,
wirausaha memerlukan kompetensi belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan. Belajar
dikatakan menjadi pusat proses kewirausahaan karena memungkinkan wirausaha untuk
menghasilkan pengetahuan yang membantu mereka mengurangi kemungkinan risiko dan
ketidakpastian (Ahmad & Wilson, 2006). Sebuah studi penelitian yang dilakukan oleh Stokes
dan Blackburn (2002) dikutipoleh Ahmad& Wilson (2006),berusaha untuk memahami
pemilik usaha yang mengalami kegagalan bisnis telah meningkatkan kemampuan mereka
dalam bidang manajemen pribadi yaitu mengatasi kemunduran, manajemen diri, dan
beradaptasi dengan perubahan setelah mengalami penutupan usaha. Penulis menyimpulkan
bahwa pemilik bisnis belajar cara yang sulit melalui penutupan usaha dan kegagalan (Ahmad
& Wilson, 2006).
Kompetensi Pribadi
Kompetensi pribadi dapat dikaitkan hubungannya dengan kesuksesan wirausaha.
Kompetensi pribadi dapat mencakup penetapan dan kepercayaan diri, kesadaran diri,
pengendalian diri dan toleransi tingkat stres, dan manajemen diri. Kekuatan pribadi yang
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
dimiliki wirausaha dipandang sebagai salah satu sumber daya yang penting dalam bisnis dan
hanya mereka yang memanfaatkan kompetensi ini secara efisien yang akan berhasil
(Ahmad& Wilson, 2006).
Kompetensi Etis
Area kompetensi baru yaitu kompetensi etis dibentuk untuk mewakili perilaku baru,
dimana perilaku ini dapat juga mempengaruhi kesepakatan bisnis. Literatur manajemen
umumnya semakin menyoroti pentingnya perilaku etis. Secara khusus, definisi dari perilaku
bisnis yang etis diusulkan oleh Lewis (1985) yang dikutip oleh Ahmad& Wilson (2006)
untuk mendefinisikan Kompetensi Etika adalah sebagai perilaku yang menunjukkan
penggunaan "aturan, standar, kode, atau prinsip-prinsip yang memberikan pedoman perilaku
sesuai dengan moral yang baik”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ahmad& Wilson
(2006), bahwa peserta menunjukkan penerapan aturan etika dan prinsip-prinsip dalam
konteks yang komersial dan menganggap hal-hal tersebut penting dalam menjalankan bisnis.
Kompetensi Familiisme
Menurut Ahmad& Wilson (2006), Familiisme didefinisikan sebagai "kasih sayang
dan kepedulian bagi keluarga yang dominan dan mendorong tindakan seseorang dalam
kehidupan sehari-hari". Hal ini diwujudkan dalam perilaku di mana sebuah keluarga
mendukung anggotanya dengan berbagi sumber dayadan bekerja sama dengan satu sama lain
untuk mencapai tujuan bersama mereka. Harrel (1985) yang dikutip oleh Ahmad& Wilson
(2006) menunjukkan bahwa ada nilai kewirausahaan yang mendorong orang untuk bekerja
keras dan menjadi sukses dalam bisnis merekayang sangat terkait dengan "keamanan
keluarga" dan untuk menunjukkan kepedulian bagi mereka yang menjadi milik "dalam satu
kelompok". Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ahmad& Wilson (2006), demonstrasi
perilaku yang mencerminkan kekeluargaan dalam mengatur bisnis mereka dikategorikan
sebagai Kompetensi Familiisme.
2.5 Lingkungan Bisnis
Kesuksesan bisnis (termasuk dalam usaha kecil dan menengah) dibatasi oleh peluang
dan ancaman dimana tempat usaha/bisnis itu dikelola. Menurut Bloodgood, Sapienza, dan
Carsrud (1995) yang dikutip oleh Ahmad & Wilson (2006), “kegagalan seorang wirausaha di
dalam faktor lingkungan dimana wirausaha membatasi dalam bertindak dikarenakan tindakan
tersebut dapat mereka pahami”. Ini menyoroti fakta bahwa setiap diskusi tentang pengaruh
dari kompetensi wirausaha atau perilaku dan keadaan lingkungan terhadap kesuksesan bisnis
tidak dapat dipisahkan dari pertimbangan lingkungan dimana kompetensi ditampilkan.
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
Dalam studi kasus ini, terdapat dua dimensi dari lingkungan bisnis. Lingkungan bisnis
tersebut dapat dijelaskan dalam lingkungan bisnis yang stabil versus dinamis dan lingkungan
bisnis kondusif versus kompetitif.
Lingkungan Stabil versus Dinamis
Dinamisme lingkungan mengacu pada tingkat perubahan tak terduga dalam
lingkungan organisasi. Menurut Sohi (1996) yang dikutip oleh Ahmad & Wilson (2006),
perubahan teknologi, preferensi pelanggan, dan tindakan pesaing adalah beberapa contoh
dinamika lingkungan. Peran dinamika lingkungan dapat memoderasi hubungan antara
variabel organisasi dan kinerja perusahaan.
Ketidakpastian lingkungan adalah bagian dari perusahaan kecil dalam lingkungan
bisnis, sehingga penting bagi wirausaha untuk memiliki kompetensi tertentu. Kebutuhan
penting untuk menjalankan bisnis dalam lingkungan yang sangat dinamis adalah kemampuan
untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang merupakan fleksibilitas dalam
memastikan keberhasilan dan kelangsungan hidup bisnis (Ahmad & Wilson, 2006).
Sebaliknya, menurut Lozada dan Calantone (1996) yang dikutip oleh Ahmad & Wilson
(2006), wirausaha yang beroperasi di lingkungan yang kurang dinamisatau stabil memiliki
kemewahan menambahkan stabilitas dan prediktabilitas perubahan lingkungan, serta
kemampuan yang lebih besar untuk bereaksi terhadapperubahanlingkungan. Ahmad &
Wilson (2006) menyimpulkan bahwa bagi suatu organisasi yang inginbertahan hidup
terutama di lingkungan yang penuh gejolak harus beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang
berubah.
Lingkungan Kondusif versus Kompetitif
Sebuah lingkungan yang kompetitif adalah sebuah lingkungan yang hadir dengan
ancaman untuk menjalankan perusahaan dan kegiatan strategis. Para kehadiran kompetitor
kuat dalam jenis lingkungan iniberkontribusi terhadap keganasan persaingan. Menurut Covin
& Slevin (1999), loyalitas pelanggan telah terbukti menjadi rendah dan ada perang harga.
Tekanan pada perusahaan begitu kuat bahwa salah satu keputusan yang buruk bisa dengan
mudah mengancam kelangsungan hidup bisnis dan tingkat kegagalan dari perusahaan di
lingkungan yang kompetitif ini cenderung tinggi. Dalam lingkungan bisnis ini, wirausaha
perlu membangun hubungan tertutup dengan pemasok, dalam rangka untuk mendapatkan
keuntungan pembelian dengan harga yang rendah.
Menurut Covin & Slevin (1999), menjelaskan lingkungan kondusif ditandai dengan
margin keuntungan yang relatif tinggi, loyalitas pelanggan, intensitas persaingan yang
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
rendah, dan adanya toleransi terhadap keputusan manajerial yang buruk. Umumnya, tingkat
kegagalan dalam lingkungan kondusif relatif rendah dan keberhasilan lebih mudah dicapai.
2.6 Kesuksesan Wirausaha
Saat ini tujuan dari sebuah bisnis adalah kesuksesannya, tidak masalah bagaimana
konsep kesuksesan bisnis tersebut. Menurut Watson, Newby, & Woodliff (2000) yang dikutip
oleh Ahmad & Wilson (2006), menunjukkan bahwa penting untuk memiliki ukuran
kesuksesan UKM yang valid dan reliabel dalam rangka untuk mengeksplorasi hubungan
antara variabel independen dan kesuksesan bisnis dan untuk mengembangkan model yang
masuk akal dari kesuksesan bisnis di perusahaan yang lebih kecil.
Menurut Ahmad et, al. (2010), kesuksesan wirausaha terdapat dua kesuksesan yaitu
kesuksesan secara finansial dan non-finansial.
Kepuasan dengan Kesuksesan Finansial
Menurut Chandler & Hanks (1993), kepuasan dengan kesuksesan finansial
mempunyai fungsi sebagai kinerja yang objektif untuk para pemilik bisnis. Oleh karena itu,
ada alasan untuk percaya bahwa orang yang berbeda mungkin tidak sama-sama puas dengan
tingkat kinerja yang sama, tetapi dengan kepuasan finansialnya.
Kepuasan dengan Kesuksesan non-Finansial
Hoque (2004) menyarankan ketika lingkungan yang sangat tidak pasti, manajemen
harus memikirkan bagaimana mengatasi ketidakpastian. Oleh karena itu, dalam situasi yang
sangat tidak pasti, mengukur efektivitas perusahaan membutuhkan lebih banyak
mengandalkan manajemen pada langkah-langkah non-finansial. Manajer mengendalikan
tindakan mereka sendiri, tetapi mereka tidak dapat mengontrol keadaan alamiah yang
menggabungkan dengan tindakan mereka untuk menghasilkan hasil.
3. Metode Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian sebab akibat.
Menurut Cooper (2006), analisis sebab akibat adalah bagaimana satu variabel mempengaruhi
atau bertanggung jawab atas perubahan yang terjadi pada variabel lain. Penelitian sebab
akibat adalah beberapa faktor eksternal mengakibatkan perubahan pada variabel terikat.
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu penelitian lapangan (field research) dan
studi pustaka (literature research). Metode pengolahan data yang digunakan adalah dengan
menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solutions) dan LISREL.
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
Sampling Frame
1. Kondisi Responden
Responden merupakan wirausaha bisnis ritel yang sudah membuka usahanya
minimal 1 tahun.
2. Jenis usaha
Jenis usahanya adalah usaha kecil. Diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil Pasal 1bahwa Usaha Kecil
adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan, dengan kriteria
pada pasal 5a, 5b, 5c adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak dua ratus
juta rupiah, memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak satu milyar rupiah,
milik Warga Negara Indonesia.
3. Domisili atau wilayah operasi
Bisnis ritel yang tergolong usaha kecil di wilayah Jakarta Timur.
Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling, yaitu Convenience
Sampling untuk memperoleh responden yang paling tepat sesuai sampling frame di area yang
mudah dijangkau atau yang paling mudah dikumpulkan datanya.
Model Penelitian
Model penelitian ini mengambil referensi dari riset yang telah dilakukan oleh Noor
Hazlina Ahmad, T. Ramayah, Carlene Wilson, dan Liz Kummerow (2010).
hubungan, kompetensi belajar, kompetensi pribadi, kompetensi etis, dan
kompetensi familiisme pada lingkungan bisnis stabil vs dinamis berpengaruh
signifikan terhadap kesuksesan wirausaha secara non finansial. . Hal ini
menunjukkan hasil yang konsisten dengan penelitian sebelumnya (Noor Hazlina
Ahmad, T. Ramayah, Carlene Wilson, dan Liz Kummerow, 2010). Dimana,
semakin kuat kompetensi seorang wirausaha dlingkungan stabil vs dinamis, maka
semakin tinggi kesuksesan non finansial wirausaha.
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
Saran dan Implikasi Managerial
Bagi wirausaha yang kurang memiliki kompetensi-kompetensi wirausaha tersebut:
• Diberikan pelatihan tambahan berupa materi tentang manajemen retil
modern yang dapat diterapkan di warung eceran tradisional termasuk cara
mendisplay barang yang baik dan menarik.
• Tata cara melayani konsumen dengan ramah.
• Materi pencatatan keuangan secara sederhana.
• Pelatihan logistik barang, agar stok barang tidak menumpuk, dan dapat
digunakan untuk diisi dengan stok barang lain.
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, ada beberapa keterbatasan penelitian yang
diharapkan dapat dilakukan untuk penelitian berikutnya, diantaranya adalah:
1. Dalam penelitian ini, peneliti hanya melakukan penelitian pada wilayah Jakarta
Timur saja. Oleh karena itu, peneliti menyarankan untuk memperluas wilayah
penelitian seperti menambahkan Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan
Jakarta Pusat atau wilayah lainnya seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi.
2. Dalam penelitian ini, penulis hanya melakukan penelitian terhadap usaha kecil
dan berjenis ritel. Peneliti meyarankan penelitian berikutnya untuk melibatkan
usaha mikro, menengah, dan usaha besar dan jenis usaha lain misalnya seperti
manufaktur dan jasa.
6. Referensi
Ahmad, N., Kummerow, L. and Wilson, C. (2006). A cross-cultural study of entrepreneurial competencies among business owners in SMEs: evidence from Australia and Malaysia. Paper presented at the 51st ICSB World Conference, Melbourne.
Ahmad, Noor Hazlina, et, al. (2010). Is entrepreneurial competency and business success relationship contingent upon business environment?. International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research. Vol. 16 No. 3, 2010, pp. 182-203.
Bird, B. (1995). Toward a theory of entrepreneurial competency. in Katz, J.A. and Brockhaus, R.H. (Eds), Advances in Entrepreneurship, Firm emergence, and Growth, Vol. 2, JAI Press, Greenwich, CT, pp. 51-72.
Chandler, G.N. and Hanks, S.H. (1993). Measuring the performance of emerging businesses: a validation study. Journal of Business Venturing, Vol. 8, pp. 391-408.
Chandler, G.N. and Jansen, E. (1992). The founder’s self-assessed competence and performance. Journal of Business Venturing, Vol. 7 No. 3, pp. 223-36.
Cooper, Donald R. And Pamela S. Schindler. (2006). Metode Riset Bisnis, Volume 1. Jakarta: PT Media Global Edukasi.
Pengaruh Kompetensi ..., Elysabeth Sihombing, FE UI, 2013
Covin, J., Slevin, D. and Heeley, M. (1999). Pioneers and followers: competitive tactics, environment, and firm growth. Journal of Business Venturing, Vol. 15 No. 2, pp. 175-210.
Cronbach, L.J. (1951). Coefficient Alpha and The Internal Structure of Tests. University of Illinois.
George dan Mallery. SPSS for Windows Step by Step, A Simple Guide and Reference Fourth Edition. http://wps.ablongman.com
Gliem, Joseph A. dan Gliem, Rosemary R. (2003). Calculating, Interpreting, and Reporting Cronbach’s Alpha Reliability Coefficient for Likert-Type Scales. Midwest Research to Practice Conference in Adult, Continuing, and Community Education
Hair, J.F., et al., (2000), Multivariate data analysis, New Jersey Hoque, Z. (2004). A contingency model of the association between strategy, environmental
uncertainty and performance measurement: impact on organizational performance. International Business Review, Vol. 13 No. 4, pp. 485-502
J. Reynaldo A. Santos (1999). Cronbach's Alpha: A Tool for Assessing the Reliability of Scales. www.joe.org
Malhotra, N. K. (2007), Marketing Research An Applied Orientation (5th ed.). New Jersey: Pearson Education.
Man, T.W.Y. (2001). Entrepreneurial competencies and the performance of small and Medium enterprises in the Hong Kong services sector. unpublished doctoral thesis, Hong Kong Polytechnic University, Hong Kong.
Naman, J.L. and Slevin, D.P. (1993). Entrepreneurship and the concept of fit: a model and empirical tests. Strategic Management Journal, Vol. 14 No. 2, pp. 137-53.
Sopiah, Syihabudhin. (2008). Manajemen Bisnis Ritel. Yogyakarta: ANDI. Suryana. (2003). Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: