Top Banner
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1 PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN KREDIBILTAS KOMUNIKATOR TERHADAP EFEKTIVITAS PEMERIKSAAN (Analisis Jalur Pengaruh Kompetensi Komunikasi dan Kredibilitas Komunikator Auditor BPK RI terhadap Efektivitas Pemeriksaan pada Pemerintah Kota Denpasar). Nugroho Agus Rianto Pembimbing I: Prof. Dr. Widodo Muktiyo, II: Drs. Y. Slamet, M.Sc., Ph.D. Program Studi Ilmu Komunikasi (Manajemen Komunikasi) Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret [email protected] PENDAHULUAN Instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah sebagai suatu organisasi perlu memiliki sistem pengawasan dan pemeriksaan dalam rangka mendukung terwujudnya pengelolaan keuangan yang baik. Sistem pengawasan dan pemeriksaan akan berperan untuk memastikan bahwa keuangan negara telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dengan mentaati peraturan perundangan yang berlaku. Adapun fungsi pengawasan dalam manajemen organisasi sebagai proses pengambilan tindakan preventif atau korektif untuk menjamin tercapainya tujuan secara efektif dan efisien. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pasal 6 BPK mempunyai tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Pemeriksaan Keuangan Negara yang dilakukan BPK bertujuan untuk mendorong terwujudnya pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan; dan menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan. Dalam melakukan pemeriksaan, auditor BPK RI harus dapat berkomunikasi dengan auditee dengan baik, boleh dibilang, awal dari kelancaran pemeriksaan ditentukan oleh bagaimana auditor berkomunikasi dengan auditee. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena melalui komunikasi, khususnya komunikasi interpersonal, auditor seringkali melakukan komunikasi tatap muka dalam mendapatkan dokumen pemeriksaan, mencari informasi, melakukan konfirmasi, sampai dengan melakukan pemeriksaan di lapangan. Keahlian komunikasi interpersonal dalam lingkungan kerja sangatlah penting, namun tidak banyak orang yang menguasai komunikasi interpersonal yang baik untuk mendukung pekerjaannya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sam H. DeKay (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Interpersonal Communication in the Workplace: A Largely Unexplored Region. Berdasarkan hasil penelitiannya, dari 38 tempat pelatihan komunikasi bisnis, 17 diantaranya, yaitu 44,7% dari total sampel, menyatakan permasalahan yang paling banyak ditemukan adalah kesulitan dalam melakukan percakapan (komunikasi). Proses dialog yang terjadi adalah individu-individu yang terlibat dalam proses dialog menjadi komunikator sekaligus sebagai komunikan. Masing-masing individu saling menyampaikan ide atau gagasan, saling membuat evaluasi serta saling mengantisipasi respon yang muncul, selama proses dialog berlangsung, pesan yang disampaikan harus dapat dipahami oleh individu lainnya (Littlejohn, 2008). Kesalahan dalam berkomunikasi dengan auditee akan menyebabkan adanya misscommunication, pesan yang disampaikan
12

PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN KREDIBILTAS …

Apr 17, 2022

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN KREDIBILTAS …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1

PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN KREDIBILTAS KOMUNIKATOR TERHADAP EFEKTIVITAS PEMERIKSAAN (Analisis

Jalur Pengaruh Kompetensi Komunikasi dan Kredibilitas Komunikator Auditor BPK RI terhadap Efektivitas Pemeriksaan pada Pemerintah Kota

Denpasar).

Nugroho Agus Rianto Pembimbing I: Prof. Dr. Widodo Muktiyo, II: Drs. Y. Slamet, M.Sc., Ph.D.

Program Studi Ilmu Komunikasi (Manajemen Komunikasi) Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret [email protected]

PENDAHULUAN Instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah sebagai suatu organisasi perlu memiliki sistem pengawasan dan pemeriksaan dalam rangka mendukung terwujudnya pengelolaan keuangan yang baik. Sistem pengawasan dan pemeriksaan akan berperan untuk memastikan bahwa keuangan negara telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dengan mentaati peraturan perundangan yang berlaku. Adapun fungsi pengawasan dalam manajemen organisasi sebagai proses pengambilan tindakan preventif atau korektif untuk menjamin tercapainya tujuan secara efektif dan efisien. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pasal 6 BPK mempunyai tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Pemeriksaan Keuangan Negara yang dilakukan BPK bertujuan untuk mendorong terwujudnya pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan; dan menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan. Dalam melakukan pemeriksaan, auditor BPK RI harus dapat berkomunikasi dengan auditee dengan baik, boleh dibilang, awal dari kelancaran pemeriksaan ditentukan oleh bagaimana auditor berkomunikasi dengan auditee. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena melalui komunikasi, khususnya komunikasi interpersonal, auditor seringkali melakukan komunikasi tatap muka dalam mendapatkan dokumen pemeriksaan, mencari informasi, melakukan konfirmasi, sampai dengan melakukan pemeriksaan di lapangan. Keahlian komunikasi interpersonal dalam lingkungan kerja sangatlah penting, namun tidak banyak orang yang menguasai komunikasi interpersonal yang baik untuk mendukung pekerjaannya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sam H. DeKay (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Interpersonal Communication in the Workplace: A Largely Unexplored Region. Berdasarkan hasil penelitiannya, dari 38 tempat pelatihan komunikasi bisnis, 17 diantaranya, yaitu 44,7% dari total sampel, menyatakan permasalahan yang paling banyak ditemukan adalah kesulitan dalam melakukan percakapan (komunikasi). Proses dialog yang terjadi adalah individu-individu yang terlibat dalam proses dialog menjadi komunikator sekaligus sebagai komunikan. Masing-masing individu saling menyampaikan ide atau gagasan, saling membuat evaluasi serta saling mengantisipasi respon yang muncul, selama proses dialog berlangsung, pesan yang disampaikan harus dapat dipahami oleh individu lainnya (Littlejohn, 2008). Kesalahan dalam berkomunikasi dengan auditee akan menyebabkan adanya misscommunication, pesan yang disampaikan

Page 2: PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN KREDIBILTAS …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2

oleh auditor diterima sebagian bahkan tidak diterima oleh pihak auditee. Selain itu, sikap auditor dalam menyampaikan atau berkomunikasi juga menentukan keberhasilan pemeriksaan. Sebagai contoh, ketika ada auditor yang mencari informasi dengan sikap sombong atau tidak sopan, maka pihak auditee akan sangat tidak nyaman dan cenderung menutup diri. Kemampuan interaksi dan pengembangan hubungan dapat tercipta dengan adanya kemampuan komunikasi yang dimiliki auditor. Kemampuan komunikasi, khususnya komunikasi interpersonal penting karena dalam proses audit, seorang auditor senantiasa berhubungan dengan auditee. Adapun hubungan antara auditor dengan auditee ini tentunya diarahkan pada suatu kerjasama agar proses audit dapat berjalan dengan lancar dan hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan kedua belah pihak. Donna D. Bobek dan kawan-kawan (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Resolving Audit Engagement Challenges through Communication menyatakan pentingnya komunikasi dalam melaksanakan pemeriksaan. Penelitian tersebut menginvestigasi keberhasilan auditor profesional dalam menghadapi tantangan audit. Penelitian tersebut melibatkan 197 auditor profesional, dan menghasilkan 130 informasi lengkap tentang identifikasi permasalahan yang telah dihadapi. Lebih dari 70% permasalahn tersebut dengan sukses dapat diatasi melalui komunikasi dengan auditor lain, dan terlebih lagi komunikasi dengan auditee. Bukan rahasia lagi jika seseorang diperiksa atau bahkan hanya dimintai keterangan oleh auditor BPK, orang tersebut akan merasa ketakutan lebih dahulu, meskipun tidak ada keterlibatan dalam suatu masalah. Hal ini dikarenakan karena kebanyakan orang menganggap auditor BPK ‘menakutkan’, dimana ada auditor BPK maka akan ada masalah. Hal tersebut menyebabkan adanya jarak antara auditor dan auditee yang dapat mempengaruhi efektivitas pemeriksaan, karena orang yang berada di bawah ketakutan akan bersifat defensif atau menutup diri. Keadaan tersebut menjadi salah satu masalah klasik bagi auditor dalam melakukan pemeriksaan. Melalui komunikasi interpersonal yang baik, persoalan tersebut dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan. Dengan komunikasi interpersonal yang baik antara auditor dan auditee maka akan tercipta suatu komunikasi dua arah yang baik, sehingga antara auditor dan auditee dapat menjadi mitra kerja, bukan sebagai ‘mandor’ dan ‘pekerja’. Kebanyakan temuan pemeriksaan yang ditemukan oleh auditor BPK bersifat ulangan, yaitu masalah yang menjadi temuan sudah pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Dengan berulangnya temuan yang sama boleh jadi menjadi indikasi bahwa komunikasi interpersonal auditor kepada auditee berjalan kurang baik. Dengan komunikasi interpersonal yang baik diharapkan dapat juga memperbaiki kesalahn-kesalahan yang dilakukan oleh auditee dan tidak terjadi lagi di masa depan. Hynes (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Improving Employees Interpersonal Communication Competence: A Qualitative Study menyatakan kompetensi komunikasi dalam melaksanakan pekerjaan merupakan pusat dan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas pekerjaan. Pentingnya komunikasi sebagai salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh pemeriksa dijabarkan dalam Serian Panduan: Wawancara dalam rangka Pemeriksaan yang terbitkan oleh BPK RI. Dimana dinyatakan bahwa selama proses pemeriksaan, komunikasi menjadi bagian yang selalu dilakukan mulai dari kegiatan perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan pemeriksaan. Dengan menerapkan keterampilan berkomunikasi, pelaksanaan pemeriksaan akan berjalan dengan efektif dan efisien, antara lain dalam hal memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam pengujian audit; mengendalikan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan tim pemeriksaan; meningkatkan mutu pemeriksaan; dan Memperbaiki citra pemeriksa. Dengan adanya komunikasi interpersonal yang baik diantara pemeriksa dan auditee, maka proses penyampaian informasi berupa data dokumenter maupun keterangan para pihak yang terkait akan terlaksana dengan baik. Selanjutnya pemeriksa akan dapat menuangkan kondisi pemeriksaan dalam bentuk temuan pemeriksaan, baik yang bersifat positif maupun negatif, secara lengkap, sesuai kenyataan (faktual) dan dapat

Page 3: PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN KREDIBILTAS …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3

dipertanggungjawabkan. Pada tahapan lebih lanjut, berdasarkan temuan pemeriksaan yang baik tersebut, maka akan dapat dirumuskan rekomendasi yang tepat dari BPK kepada auditee untuk segera ditindaklanjuti. Sesuai tujuan pemeriksaan maka tindaklanjut auditee ini harus diarahkan pada perbaikan/peningkatan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara yang diselenggarakan auditee. Kondisi bagaimana auditor dan auditee melakukan komunikasi dalam konteks pemeriksaan sangat menarik untuk diteliti karena banyaknya pertimbangan dan persepsi yang melatarbelakanginya sebagaimana telah dijabarkan diatas. Malalui penelitian ini, diharapkan dapat diketahui apakah ada pengaruh aspek-aspek komunikasi interpersonal antara auditor dan auditee terhadap efektivitas pemeriksaan, dan aspek-aspek mana yang berperan paling dominan. Dengan mengetahui pengaruh aspek-aspek komunikasi interpersonal antara auditor dan auditee terhadap efektivitas pemeriksaan, diharapkan dapat digunakan sebagai wacana bagi auditor BPK tentang bagaimana melakukan komunikasi interpersonal dengan auditee KAJIAN PUSTAKA Pengaruh Kompetensi Komunikasi dengan Efektivitas Pemeriksaan Untuk menggambarkan hubungan antara variabel kompetensi komunikasi (X1) dengan efektivitas pemeriksaan (Y), peneliti menggunakan teori hasil penelitian yang dilakukan oleh Hynes. Hynes (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Improving Employees Interpersonal Communication Competence: A Qualitative Study menyatakan bahwa kompetensi komunikasi dalam melaksanakan pekerjaan merupakan pusat dan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas pekerjaan. Dalam melakukan penelitian, Hynes menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara dengan 60 manajer senior dari berbagai perusahaan untuk menentukan kebutuhan pelatihan karyawan yang paling penting. Hasil wawancara tersebut berhasil mengidentifikasi delapan keahlian yang dipercayai oleh para manjer berpengaruh pada kinerja pegawai, dan keahlian komunikasi menduduki peringkat paling atas. Mereka percaya bahwa efektivitas pekerjaan sangat dipengaruhi oleh keahlian dalam berkomunikasi. Para manajer senior tersebut mengeluh bahwa para pegawai pada umumnya tidak nyaman ketika berkomunikasi, mengalami kesulitan dalam memahami tugas dan pekerjaan, dan berkomunikasi sesuatu yang tidak dipahami oleh rekan kerja. Berdasarkan hasil penelitian Hynes tersebut, penulis menggunakannya sebagai dasar teori untuk menggambarkan hubungan antara variabel kompetensi komunikasi (X1) dan efektivitas pemeriksaan (Y). Penelitian tersebut menyebutkan bahwa kompetensi komunikasi dalam melaksanakan pekerjaan merupakan pusat dan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas pemeriksaan. Jika dihubungkan dengan kompetensi komunikasi auditor, maka kompetensi komunikasi tersebut sangat berpengaruh dalam meningkatkan produktivitas auditor dalam melakukan pekerjaannya yaitu melakukan pemeriksaan. Pengaruh Kompetensi Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi Interpersonal Untuk menggambarkan hubungan antara variabel kompetensi komunikasi (X1) dengan efektivitas komunikasi interpersonal (Z), penulis menggunakan teori berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Joann Keyton dkk. pada tahun 2013. Hasil penelitian Keyton dkk. dipublikasikan melalui jurnal berjudul Investigating Verbal Workplace Communication Behaviors dalam Journal of Business Communication 50 (2). p152-169, DOI: 10.1177/0021943612474990. Menurut Keyton, kompetensi komunikasi merupakan efektivitas komunikasi. Semakin baik kompetensi yang dimiliki seseorang, semakin baik pula pesan informasi yang disampaikan diterima oleh rekan kerja. Dasar pemikirannya seringkali disebut sebagai kompetensi hubungan dan kompetensi komunikator. Penelitian ini meneliti perilaku komunikasi verbal manakah yang digunakan pada tempat kerja dan selanjutnya memetakan kompetensi komunikasi dari hubungan perseorangan fokus pada pendekatan kognitif sampai dengan pendekatan perilaku dan sebagai dasar dalam lingkungan kerja. Penelitian tersebut dilakukan dengan mengirimkan kuisioner terhadap

Page 4: PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN KREDIBILTAS …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4

331 responden, melalui e-mail dan pos dalam website sosial media dan area-area publik. Penelitian tersebut mengidentifikasi empat faktor perilaku komunikasi yang dipengaruhi oleh kompetensi komunikasi, yaitu pembagian informasi, menjaga hubungan, ekspresi emosi, dan kemampuan mengorganisasi. Dari keempat faktor tersebut kompetensi komunikasi paling berpengaruh secara positif terhadap pembagian informasi, selanjutnya kemampuan mengorganisasi, menjaga hubungan, dan berpengaruh secara negatif terhadap ekspresi emosi. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan kompetensi komunikasi sangatlah berpengaruh pada perilaku komunikasi pembagian informasi, yang notabene berpengaruh juga pada efektivitas komunikasi antarpegawai. Dengan kata lain, jika kompetensi komunikasi pegawai meningkat maka efektivitas komunikasi antarpegawai dalam hal ini berbagi informasi juga akan meningkat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menggunakannya sebagai dasar teori dalam menggambarkan hubungan antara variabel kompetensi komunikasi (X1) dengan efektivitas komunikasi interpersonal (Z). Seperti yang diungkapkan oleh Keyton, kompetensi komunikasi merupakan efektivitas komunikasi. Berdasarkan penelitian tersebut penulis menggunakan hasilnya sebagai dasar teori yang menggambarkan hubungan antara kompetensi komunikasi auditor BPK RI dengan efektivitas komunikasi interpersonal antara auditor dengan auditee yang diperiksanya. Semakin baik kompetensi komunikasi auditor maka seharusnya semakin efektif pula komunikasi yang dilakukan oleh auditor dan auditee, yaitu pesan-pesan yang dikirimkan oleh auditor kepada auditee dapat diterima dengan jelas, dan sebaliknya. Pengaruh Kredibilitas Komunikator dengan Efektivitas Pemeriksaan Teori yang digunakan oleh penulis untuk menggambarkan hubungan antara variabel kredibilitas komunikator (X2) dengan efektivitas pemeriksaan (Y) berdasarkan hasil penelitian Nedal Sawan dkk. pada tahun 2013. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan melalui jurnal berjudul Perceptions of Auditing and the Provision of Non-audit Services: Case Study in Libya dalam International Journal of Business and Management, Vol. 8, No. 14; 2013, ISSN 1833-3850, E-ISSN 1833-8199, yang dipublikasikan oleh Canadian of Science and Education. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji apakah faktor non-audit berhubungan dengan kualitas pemeriksaan. Penelitian tersebut dilakukan dengan metode kuantitatif dengan menggunakan kuisoner untuk mengumpulkan data. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid, penelitian tersebut melibatkan dua pihak, yaitu perusahaan minyak di Libya sebagai pihak yang diaudit dan kantor akuntan publik di Libya sebagai pihak yang melakukan audit. Penelitian tersebut melibatkan 147 responden mewakili perusahaan minyak dan 300 responden mewakili auditor. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa 84,2% responden perusahaan minyak setuju dengan pernyataan bahwa peningkatan kredibilitas auditor dengan meningkatkan pengalaman mengaudit bisnis pihak yang diperiksa dan memberikan akses yang lebih besar terhadap sistem akuntansi auditee sangat mempengaruhi kualitas pemeriksaan. Hasil analisis data dari responden perusahaan minyak tersebut sesuai dengan analisis data dari responden auditor yang menyatakan bahwa 72,5% responden setuju dengan pernyataan bahwa peningkatan kredibilitas auditor dengan meningkatkan pengalaman mengaudit bisnis pihak yang diperiksa dan memberikan akses yang lebih besar terhadap sistem akuntansi auditee sangat mempengaruhi kualitas pemeriksaan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menggunakannya sebagai dasar teori untuk menggambarkan hubungan antara variabel kredibilitas auditor (X2) dengan efektivitas pemeriksaan (Y). Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa dengan meningkatnya kredibilitas auditor maka diharapkan meningkat pula kualitas pemeriksaan yang akan meningkatkan pula efektivitas pemeriksaan. Pengaruh Kredibilitas Komunikator dengan Efektivitas Komunikasi Interpersonal Teori yang digunakan oleh penulis untuk menggambarkan hubungan antara variabel kredibilitas komunikator (X2) dengan efektivitas komunikasi interpersonal (Z) adalah Teori Kredibilitas Sumber (Source Credibility Theory). Teori ini dikemukakan oleh

Page 5: PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN KREDIBILTAS …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5

Hovland, Janis dan Kelley yaitu teori dalam buku Communication and Persuasion. Asumsi dasar dari teori ini adalah menyatakan bahwa seseorang dimungkinkan lebih mudah dipersuasi jika sumber-sumber persuasinya cukup kredibel. Kita biasanya akan lebih percaya dan cenderung menerima dengan baik pesan-pesan yang disampaikan oleh orang yang memiliki kredibilitas di bidangnya. Sumber dengan kredibilitas tinggi memiliki dampak besar terhadap opini audiens daripada sumber dengan kredibilitas rendah. Sumber yang memiliki kredibilitas tinggi lebih banyak menghasilkan perubahan sikap dibandingkan dengan sumber yang memiliki kredibilitas rendah. Ketika penerimaan bisa diterima dengan argumen dalam mendukung pandangan, maka keahlian dan kehandalan komunikator bisa menentukan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Keahlian komunikator adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Komunikator yang dinilai tinggi pada keahlian dianggap sebagai cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman, atau terlatih. Kepercayaan, kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan sumber informasi yang dianggap tulus, jujur, bijak dan adil, objektif,memiliki integritas pribadi, serta memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi. Hovland menggambarkan peranan kredibilitas dalam proses penerimaan pesan dengan mengemukakan bahwa para ahli akan lebih persuasif dibandingkan dengan bukan ahli. Suatu pesan persuasif akan lebih efektif apabila kita mengetahui bahwa penyampai pesan adalah orang yang ahli di bidangnya (Azwar, 2011). Seorang komunikator dalam proses komunikasi akan sukses apabila berhasil menunjukan source credibility, artinya menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang diterima komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan Kepercayaan bagi komunikan kepada komunikator ditentukan oleh keahlian komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Kredibilitas komunikator terbentuk oleh keahlian komunikator dalam menguasai informasi mengenai objek yang dimaksud dan memiliki keterpercayaan terhadap derajat kebenaran informasi yang ia sampaikan. Rakhmat mengatakan bahwa Seorang komunikator menjadi source of credibility disebabkan adanya “ethos” pada dirinya, yaitu apa yang dikatakan oleh Aristoteles, dan yang hingga kini tetap dijadikan pedoman, adalah good sense, good moral character dan goodwill. Adanya daya tarik adalah sebagai salah satu komponen pelengkap dalam pembentukan kredibilitas sumber. Apabila sumber merupakan individu yang tidak menarik atau tidak disukai, persuasi biasanya tidak efektif. Kadang-kadang efek persuasi yang disampaikan komunikator yang tidak menarik bahkan dapat mengubah ke arah yang berlawanan dengan yang dikehendaki (Azwar, 2011). Penulis menggunakan Teori Kredibilitas Sumber tersebut sebagai dasar untuk menjelaskan pengaruh kredibilitas auditor BPK RI terhadap efektivitas komunikasi interpersonal antara auditor dengan auditee. Dengan tingkat kredibilitas auditor yang tinggi diharapkan auditee akan lebih mudah untuk dipersuasi sehingga komunikasi interpersonal antara auditor dan auditee berjalan dengan efektif. Pengaruh Efektivitas Komunikasi Interpersonal dengan Efektivitas Pemeriksaan Untuk menggambarkan hubungan antara variabel efektivitas komunikasi interpersonal (Z) dengan efektivitas pemeriksaan (Y) penulis menggunakan Teori Perencanaan Komunikasi. Teori ini dibuat oleh Charles R. Berger pada tahun 2008 yang merupakan ringkasan bukunya yang berjudul “Planning Strategic Interaction: Attaining Goals Through Communication Action”. Judul bab tersebut dalam bahasa aslinya adalah Planning Theory of Communication dengan subjudul Goal Attainment Through Communicatioan Action merupakan teori komunikasi antarpribadi yang terpusat pada individu. Banyak ahli teori komunikasi berpendapat bahwa komunikasi merupakan alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Bahkan orang berbicara sekedar untuk berbicara, mereka rupanya menggunakan komunikasi untuk mencapai tujuan mereka, dalam hal ini

Page 6: PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN KREDIBILTAS …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6

mungkin untuk menghilangkan kebosanan. Kita seringkali menggunakan kata-kata dan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan tertentu, seperti untuk melakukan persuasi, untuk hiburan, dan untuk menginformasikan sesuatu pada pihak lain. Teori Perencanaan Komunikasi berusaha menjelaskan bagaimana individu-individu tiba pada sebuah pemahaman akan tindakan-tindakan dan pembicaraan terhadap satu sama lain dengan tujuan yang diarahkan, dan bagaimana individu-individu menghasilkan tindakan-tindakan dan pembicaraan yang memungkinkan mereka untuk mencapai tujuan-tujuan mereka sehari-hari (Budyatna, 2015). Teori perencanaan komunikasi dikembangkan sebagai jawaban atas gagasan bahwa komunikasi merupakan proses mencapai tujuan. Manusia tidak terlibat dalam kegiatan komunikasi hanya karena mereka memang melakukannya, mereka berkomunikasi untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Rencana-rencana kognitif memberikan panduan yang penting dalam menyusun dan menyebarkan pesan-pesan untuk mencapai tujuan. Rencana pesan yang canggung memungkinkan pelaku komunikasi mencapai tujuan mereka dengan lebih banyak dan lebih efisien, sehingga kompetensi komunikasi sangat bergantung pada kualitas rencana pesan individu. Oleh karena itu, perencanaan adalah proses rencana-rencana tindakan. Perencanaan pesan merupakan perhatian utama karena komunikasi sangatlah penting dalam meraih tujuan. Teori Perencanaan Komunikasi berorientasi pada post-positivist dan menggambarkan tradisi realisme kognitif. Teori ini berusaha menggambarkan struktur-struktur kognitif dasar dan proses-proses yang dapat memungkinkan atau mencegah berlangsungnya proses komunikasi. Secara umum kita mengetahui bahwa pesan-pesan persuasif jika disajikan oleh pihak yang dipersepsikan mempunyai keahlian di bidang tersebut maka orang lain akan mudah untuk dipersuasikan daripada apabila pesan yang sama disampaikan oleh pihak yang dipersepsikan kurang atau tidak mempunyai keahlian di bidang tersebut. Dengan demikian, bertambahnya kredibilitas sumber akan dirasakan bertambah pula dampak persuasi dalam hubungan tersebut. Dengan perencanaan komunikasi auditor yang baik maka diharapkan tercapai juga pesan-pesan yang disampaikan oleh auditor, dan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh auditee sehingga tujuan dari pelaksanaan pemeriksaan dapat tercapai dengan efektif. METODE Lokasi Penelitian Lokasi yang dijadikan sebagai obyek dalam penelitian ini adalah Pemerintah Kota Denpasar Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya digeneralisasikan, sehingga tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis. Instrumen Penelitian Metode yang digunakan adalah metode penelitian survei, yaitu metode riset dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen pengumpul data (Kriyantono, 2008). Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai Pemerintah Kota Denpasar, baik pejabat maupun staff yang bekerja di bagian administrasi atau keuangan, dan/atau mempunyai kesempatan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan auditor BPK RI, yaitu berjumlah 2.129 pegawai PNS aktif. Untuk menentukan sampel digunakan rumus Slovin sehingga didapat jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang. Metode Analisis Data Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kemampuan butir-butir pertanyaan kuesioner dalam membentuk seperangkat kuesioner yang valid. Data dinyatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation lebih besar

Page 7: PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN KREDIBILTAS …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7

dari r-tabel pada signifikansi 0,05. Uji validitas dilakukan dengan metode Pearosn atau metode product moment. Berdasarkan perhitungan dengan SPSS 20 diketahui nilai koefisien korelasi untuk variabel kompetensi komunikasi, kredibilitas komunikator, dan komunikasi interpersonal semuanya lebih besar dari 0,70, sehingga dapat disimpulkan masing-masing pertanyaan adalah valid. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten ketika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Menurut Nunnaly dalam Ghozali (2005), suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha >0,60. Berdasarkan perhitungan dengan SPSS 20 diketahui nilai Cronbach Alpha untuk variabel kompetensi komunikasi, kredibilitas komunikator, dan komunikasi interpersonal semuanya lebih besar dari 0,60, sehingga instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel. Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan analisis jalur perlu dilakukan uji asumsi klasik sebagai syarat apakah data tersebut telah layak untuk dianalisa. Uji asumsi klasik terdiri dari 5 jenis uji, yaitu: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji linearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Analisis Jalur Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui ada tidaknya hubungan sebab akibat baik secara langsung maupun tidak langsung antara variabel Kompetensi Komunikasi Auditor (X1), Kredibilitas Komunikator (X2), dan Efektivitas Komunikasi Interpersonal (Z) terhadap Efektivitas Pemeriksaan (Y).

Gambar 1. Model Analisis Jalur Dalam analisis jalur terdapat langkah-langkah analisa yang harus dipenuhi untuk mengetahui hubungan kausal antara variabel. Langkah-langkah tersebut adalah menentukan koefisien jalur, membuat persamaan struktural, menghitung koefisien korelasi, menentukan koefisien determinasi, uji signifikansi simultan, uji signifikansi parameter individual, menghitung total pengaruh variabel X terhadap Y, dan terakhir melakukan pengujian hipotesis. HASIL Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov) Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan SPSS 20 diketahui nilai signifikansi sebesar 0,632. Karena nilai signifikansi tersebut > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model yang diuji berdistribusi normal.

ρyz

ρyx

ρzx

ρzx

ρyx

ρzɛ1 ρyKompetensi Komunikasi

(X1)

Kredibilitas Komunikator

(X2)

Efektivitas Komunikasi Interpersonal

(Z)

Efektivitas Pemeriksaan

(Y)

ɛ ɛ2

Page 8: PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN KREDIBILTAS …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8

Uji Multikolinearitas Penelitian ini menggunakan nilai Variance Inflantion Factors (VIF) dan tolerance sebagai indikator ada tidaknya multikolinearitas diantara variabel bebas. Berdasarkan perhitungan SPSS diketahui tidak ada variabel bebas kompetensi komunikasi, kredibilitas komunikator, dan efektivitas komunikasi interpersonal yang mempunyai nilai Tolerance kurang dari 10% yang berarti tidak terdapat korelasi antar variabel bebas yang nilainya lebih dari 90%. Dan hasil VIF juga terlihat bahwa tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi. Uji Linearitas Berdasarkan perhitungan SPSS diketahui tingkat signifikansi hubungan antara variabel prediktor (X) dengan variabel kriterium (Y) kesemuanya memiliki tingkat signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05. Ini berarti bahwa terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel prediktor (X) dengan variabel kriterium (Y). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan terdapat hubungan linier secara signifikan antara variabel tersebut. Uji Autokorelasi (Durbin Watson – DW test) Berdasarkan perhitungan SPSS diketahui nilai DW=1,598. Nilai tersebut berada pada kisaran 1,55 < DW < 2,46, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi. Uji Heteroskedastisitas (Glejser) Berdasarkan perhitungan SPSS diketahui nilai Berdasarkan output di atas diketahui bahwa nilai sig. X1=0,150; sig. X2=0,787; dan sig. Z=0,122. Karena nilai signifikansi > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskesdastisitas. Analisis Jalur Berdasarkan kerangka teoritik yang menggambarkan adanya hubungan kausal antara kompetensi komunikasi (X1), kredibilitas komunikator (X2), komunikasi interpersonal (Z), dan efektivitas pemeriksaan (Y) maka disusunlah diagram jalur untuk memperjelas jenis dan arah hubungan antar variabel tersebut. Variabel kompetensi komunikasi (X1) sebagai variabel penyebab terhadap komunikasi interpersonal (Z) dilambangkan Pzx1, variabel kompetensi komunikasi (X1) sebagai variabel penyebab efektivitas pemeriksaan (Y) dilambangkan Pyx1, variabel kredibilitas komunikator sebagai variabel penyebab komunikasi interpersonal (Z) dilambangkan Pzx2, variabel kredibilitas komunikator sebagai variabel penyebab efektivitas pemeriksaan (Y) dilambangkan Pyx2, variabel komunikasi interpersonal (Z) sebagai variabel penyebab efektivitas pemeriksaan (Y) dilambangkan Pyz, dan hubungan antar variabel kompetensi komunikasi (X1) dan variabel kredibilitas komunikator (X2) bersifat korelasional yang dilambangkan rx1x2. Membuat Persamaan Struktural Berdasarkan diagram jalur tersebut dapat dibuat 2 persamaan, yaitu:

Tabel 1. Persamaan Struktural Analisis Jalur Persamaan 1 ... Z = Pzx1 + Pzx2 + Pze1 Persamaan 2 ... Y = Pyz + (Pyx1 + Pyx2) + Pye2

Menentukan Koefisien Determinasi Hasil pengolahan data pada persamaan 1 dengan SPSS diperoleh nilai R Square (R2) sebesar 0,447 dengan Standar error of estimate (SEE) sebesar 4,073 hal ini berarti 44,7% variasi komunikasi interpersonal dapat dijelaskan oleh variabel kompetensi komunikasi (X1) dan variabel kredibilitas komunikator (X2). Sedangkan sisanya 55,3% (100%-47%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Nilai koefisien residual e1 (Pe1) =

2R-1 = 0,744. Sedangkan pada persamaan 2, hasil pengolahan data dengan SPSS, diperoleh nilai R Square (R2) sebesar 0,372 dengan SEE sebesar 6,627, hal ini berarti

Page 9: PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN KREDIBILTAS …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9

37,2% variasi efektivitas pemeriksaan dapat dijelaskan oleh variabel kompetensi komunikasi (X1), kredibilitas komunikator (X2), dan komunikasi interpersonal (Z). Sedangkan sisanya 62,8% (100%-63,6%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.

Nilai koefisien residual e2 (Pe2)= 2R-1 = 0,792.

Uji signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS pada persamaan 1 menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (constant=0,002; X1=0,015 dan X2=0,000) sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen (X1 dan X2) secara individual mempengaruhi variabel komunikasi interpersonal (Z). Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan persamaan 2 menunjukkan nilai signifikansi ada yang lebih lebih kecil dan lebih besar dari 5% (constant=0,006; X1=0,375; X2=0,003; dan Z=0,035). Dari hasil perhitungan tersebut diketahui variabel kompetensi komunikasi (X1) tidak berpengaruh secara langsung terhadap efektivitas pemeriksaan (Y), untuk variabel X2 dan Z berpengaruh terhadap efektivitas pemeriksaan (Y).

Tabel 2. Nilai Koefisien Beta/Koefisien Jalur Pengaruh X1 terhadap Z (Pzx1) = 0,324 Sig = 0,015 Pengaruh X2 terhadap Z (Pzx2) = 0,460 Sig = 0,000 Pengaruh X1 terhadap Y (Pyx1) = 0,196 Sig = 0,375 Pengaruh X2 terhadap Y (Pyx2) = 0,520 Sig = 0,003 Pengaruh Z terhadap Y (Pyz) = 0,333 Sig = 0,035

Uji Trimming Dari hasil perhitungan diketahui variabel kompetensi komunikasi (X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas pemeriksaan (Y). Oleh karenanya dilakukan uji trimming dengan mengeluarkan variabel yang tidak signifikan dari model. Berdasarkan hasil analisis uji model trimming jalur struktur model 2, pada tabel 4.32 diperoleh nilai koefisien jalur X2 terhadap Y sebesar ρyx2 = 0,590 dan koefisien Z terhadap Y sebesar ρyz = 0,390, dengan koefisien determinan atau kontribusi pengaruh Rsquare (R2)= 0,367 dan

besar koefisien residu ρyɛ2 = 2R-1 = 0,367-1 = 0,796.

Uji Korelasi Berdasarkan perhitungan dengan SPSS diperoleh hasil analisis korelasi, menunjukkan bahwa korelasi antara variabel kompetensi komunikasi (X1) dan variabel kredibilitas komunikator (X2) sebesar 0,650. Nilai ini nantinya digunakan untuk menghitung pengaruh korelasi dan pengaruh palsu.

Gambar 2. Nilai koefisien jalur antar variabel setelah uji trimming

0,39

0,46

0,32

0,59

0,744 0,79Kompetensi Komunikasi

(X1)

Kredibilitas Komunikator

(X2)

Efektivitas Komunikasi Interpersonal

(Z)

Efektivitas Pemeriksaan

(Y)

ɛ1 ɛ2

0,650

Page 10: PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN KREDIBILTAS …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

PEMBAHASAN Pengaruh Kompetensi Komunikasi (X1) terhadap Efektivitas Pemeriksaan (Y) Pengaruh Langsung X1 terhadap Y Pengaruh langsung ditunjukkan oleh hubungan kausal X1 terhadap Y (Pyx1) yang berdasarkan hasil analisa diperoleh sebesar 0,196 dengan tingkat signifikansi 0,375. Karena nilai sig. di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung secara signifikan kompetensi komunikasi (X1) terhadap efektivitas pemeriksaan (Y). Pengaruh Tidak Langsung X1 terhadap Y melalui Z Pengaruh tidak langsung ditunjukkan oleh hubungan kausal X1 terhadap Y melalui Z. Besarnya pengaruh merupakan hasil perkalian antara koefisien beta X1 terhadap Z (Pzx1) dan koefisien beta Z terhadap Y (Pyz). X1 terhadap Y melalui Z = (Pyz) * (Pzx1) = 0,324 * 0,390 = 0,126 Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung X1 terhadap Y melalui Z yang nilainya sebesar 0,126. Dengan kata lain setiap kenaikan 1 poin X1 melalui Z akan meningkatkan Y sebesar 0,126 satuan. Pengaruh Korelasi X1 terhadap Y melalui X2 dan Z Pengaruh korelasi ditunjukkan oleh hubungan kausal X1 terhadap Y melalui X2 dan Z dengan perhitungan sebagai berikut: Correlated Effect = (Pyz) * (Pzx2) * (rx1x2) = 0,390 * 0,460* 0,650 = 0,117 Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan terdapat pengaruh X1 terhadap Y melalui X2 dan Z yang nilainya sebesar 0,117. Dengan kata lain setiap kenaikan 1 poin X1 melalui X2 dan Z akan meningkatkan Y sebesar 0,117 satuan. Pengaruh Palsu X1 terhadap Y melalui X2 Pengaruh palsu ditunjukkan oleh hubungan kausal X1 terhadap Y melalui X2 dengan perhitungan sebagai berikut: Spurious Effect = (Pyx2) * (rx1x2) = 0,590 * 0,650 = 0,384 Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan terdapat pengaruh X1 terhadap Y melalui X2 yang nilainya sebesar 0,384. Dengan kata lain setiap kenaikan 1 poin X1 melalui X2 akan meningkatkan Y sebesar 0,384 satuan. Pengaruh Total X1 terhadap Y Total pengaruh merupakan hasil penjumlahan dari pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh korelasi. Total Effect = Direct Effect + Indirect Effect + Correlated Effect + Spurious Effect = 0 + 0,126 + 0,117 + 0,384 = 0,627. Jadi total pengaruh kompetensi komunikasi (X1) terhadap efektivitas pemeriksaan (Y) sebesar 0,627, dengan kata lain setiap kenaikan 1 poin kompetensi komunikasi (X1) akan meningkatkan efektivitas pemeriksaan (Y) sebesar 0,627 satuan melalui komunikasi interpersonal (Z). Pengaruh Kredibilitas Komunikator (X2) terhadap Efektivitas Pemeriksaan (Y) Pengaruh Langsung X2 terhadap Y Pengaruh langsung ditunjukkan oleh hubungan kausal X2 terhadap Y (Pyx2) berdasarkan hasil analisa diperoleh sebesar 0,590 dengan tingkat signifikansi 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung X2 terhadap Y yang nilainya sebesar 0,672. Dengan kata lain setiap kenaikan 1 poin X2 akan meningkatkan Y sebesar 0,590 satuan.

Page 11: PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN KREDIBILTAS …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

Pengaruh Tidak Langsung X2 terhadap Y melalui Z Pengaruh tidak langsung ditunjukkan oleh hubungan kausal X2 terhadap Y melalui Z. Besarnya pengaruh merupakan hasil perkalian antara koefisien beta X2 terhadap Z (Pzx2) dan koefisien beta Z terhadap Y (Pyz). X2 terhadap Y melalui Z = (Pyz) * (Pzx2) = 0,390 * 0,460 = 0,179 Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung X2 terhadap Y melalui Z yang nilainya sebesar 0,179. Dengan kata lain setiap kenaikan 1 poin X2 melalui Z akan meningkatkan Y sebesar 0,179 satuan. Pengaruh Korelasi X2 terhadap Y melalui X1 dan Z Pengaruh korelasi ditunjukkan oleh hubungan kausal X2 terhadap Y melalui X1 dan Z dengan perhitungan sebagai berikut: Correlated Effect = (Pyz) * (Pzx1) * (rx1x2) = 0,390 * 0,324* 0,650 = 0,082 Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan terdapat pengaruh X2 terhadap Y melalui X1 dan Z yang nilainya sebesar 0,082. Dengan kata lain setiap kenaikan 1 poin X2 melalui X1 dan Z akan meningkatkan Y sebesar 0,082 satuan. Pengaruh Palsu X2 terhadap Y melalui X1 Pengaruh palsu ditunjuukan oleh hubungan kausal X2 terhadap Y melalui X1 (Pyx1)*(rx1x2). Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai rx1x2 sebesar 0,650 dan nilai Pyx1 sebesar 0,196 dengan tingkat signifikansi 0,375. Karena nilai sig. di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh palsu secara signifikan kredibilitas komunikator (X2) terhadap efektivitas pemeriksaan (Y) melalui kompetensi komunikasi (X1). Pengaruh Total X2 terhadap Y Total pengaruh merupakan hasil penjumlahan dari pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh korelasi. Total Effect = Direct Effect + Indirect Effect + Correlated Effect + Spurious Effect = 0,590 + 0,179 + 0,082 + 0 = 0,851. Jadi total pengaruh kredibilitas komunikator (X2) terhadap efektivitas pemeriksaan (Y) sebesar 0,851, dengan kata lain setiap kenaikan 1 poin kredibilitas komunikator (X2) akan meningkatkan efektivitas pemeriksaan (Y) sebesar 0,851 satuan melalui komunikasi interpersonal (Z). SIMPULAN Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Tidak terdapat pengaruh langsung (direct effect) kompetensi komunikasi auditor

BPK RI terhadap efektivitas pemeriksaan. Namun, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kompetensi komunikasi mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap efektivitas pemeriksaan melalui komunikasi interpersonal. Hal tersebut berarti, kompetensi komunikasi harus dibarengi dengan komunikasi interpersonal yang baik untuk dapat meningkatkan efektivitas pemeriksaan. Besarnya pengaruh tidak langsung (indirect effect) kompetensi komunikasi auditor BPK RI terhadap efektivitas pemeriksaan melalui komunikasi interpersonal adalah 0,126 yang artinya setiap kenaikan 1 satuan kompetensi komunikasi akan meningkatkan efektivitas pemeriksaan sebesar 0,126 satuan.

2). Kredibilitas komunikator BPK RI, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui komunikasi interpersonal berpengaruh terhadap efektivitas pemeriksaan. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) kredibilitas komunikator terhadap efektivitas pemeriksaan adalah 0,590 yang artinya setiap kenaikan 1 satuan kredibilitas komunikator akan meningkatkan efektivitas pemeriksaan sebesar 0,590 satuan. Besarnya pengaruh tidak langsung (indirect effect) kredibilitas komunikator terhadap efektivitas pemeriksaan melalui komunikasi interpersonal adalah 0,179

Page 12: PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DAN KREDIBILTAS …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

yang artinya setiap kenaikan 1 satuan kredibilitas komunikator akan meningkatkan efektivitas pemeriksaan sebesar 0,179 satuan.

3). Total pengaruh kompetensi komunikasi terhadap efektivitas pemeriksaan sebesar 0,627. Artinya, setiap kenaikan 1 satuan kompetensi komunikasi akan meningkatkan efektivitas pemeriksaan sebesar 0,627 satuan melalui pengaruh komunikasi interpersonal dan total pengaruh kredibilitas komunikator terhadap efektivitas pemeriksaan sebesar 0,851. Artinya setiap kenaikan 1 satuan kredibilitas komunikator akan meningkatkan efektivitas pemeriksaan sebesar 0,851 satuan melalui pengaruh komunikasi interpersonal.

4). Variasi pengaruh variabel kompetensi komunikasi, kredibilitas komunikator, dan komunikasi interpersonal terhadap efektivitas pemeriksaan hanya dapat dijelaskan oleh model sebesar 37,2%, sedangkan sisanya 62,8% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Hal ini berarti model tersebut kurang kuat dikarenakan terdapat variabel lain yang lebih dominan yang dapat mempengaruhi efektivitas pemeriksaan

DAFTAR RUJUKAN Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bobek, Donna D. et. al. 2012. Resolving Audit Engagement Challenges through Communication. Auditing: A

Journal of Practice & Theory, Vol. 31 No. 4, November 2012, p. 21-45 Budyatna, M. 2015. Teori-Teori Mengenai Komunikasi Antar-Pribadi. Jakarta: Prenadamedia Group DeKay, Sam H. 2012. Interpersonal Communication in the Workplace: A Largely Unexplored Region.

Business Communication Quarterly Journal, DOI: 10.1177/1080569912458966, p. 449-452 Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro Hynes, Geraldine E. 2012. Improving Employees Interpersonal Communication Competencies: A Qualitative

Study. Business Communication Quarterly Journal, DOI: 10.1177/1080569912458965, p. 466-474 Keyton, Joann et. al. 2013. Investigating Verbal Workplace Communication Behaviors. Journal of Business

Communication 50 (2) 152-169. DOI: 10.1177/0021943612474990, p. 152-169 Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta. : Kencana Prenada Media

Group.Littlejohn, Stephen W dan Karen W. Foss. 2008. Theories of Human Communication. Belmont: Wadsworth Publishing Co.

Sawan, Nedal et. al. 2013. Perceptions of Auditing and the Provision of Non-audit Services: Case Study in Libya. International Journal of Business and Management, Vol. 8, No. 14; 2013, ISSN 1833-3850