i PENGARUH KOMPETENSI GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 11 KABUPATEN PURWOREJO SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh: AMI WIBAWANTI 122130071 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PENGARUH KOMPETENSI GURU DAN FASILITAS
BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 11
KABUPATEN PURWOREJO
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
AMI WIBAWANTI
122130071
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2016
iv
v
MOTTO
“Be your self and enjoy your life”
(Penulis)
“Seberat dan sesulit apapun sebuah tanggung jawab, jika kau selesaikan dengan
hatimu, maka akan terasa ringan”
(Penulis)
“Bukan karena kurang kemampuanmu, tapi kurang kesungguhanmu.
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tetapi ketakutan yang membuat kita
sulit”
Teruslah berjuang..
(Penulis)
Skripsi itu hanya sekali, maka kerjakan dengan senang hati
(kampus holic)
“Kuliah bukan perjuanganmu sendiri, ada harapan orangtua dan impian mereka
yang terselip dalam ijazah dan toga yang akan kau dapat nanti”
(hipwee)
vi
PERSEMBAHAN
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan petunjuk dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini kupersembahkan terutama kepada kedua orangtuaku Ayahanda
Supriyadi dan Ibunda Titik Nurmayati. Terima kasih untuk segala doa, cinta
dan kasih sayang serta kesabaran dan dukungannya dalam menyelesaikan
skripsi ini dan terima kasih untuk semua yang telah diberikan, serta
kubingkiskan untuk
1. Kakakku Priyo Adi Nugroho, S.Pd yang selalu membimbing dan
memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Sahabat-sahabat terbaikku, Eka Purwati, Laela Nur Fitriana, Nur Badriyah,
Agus Sri Wahyuni yang selalu menciptakan canda dalam setiap kisah dan
juga memberikan dorongan dan semangat.
3. Seluruh teman-teman reguler Pendidikan Ekonomi, terima kasih atas
segala dukungan, semangat, motivasi dan kenangan indah tak terlupakan.
4. Teman-teman UKM Hima dan PIKMa, terima kasih atas kebersamaannya
5. Almamaterku tercinta Universitas Muhammadiyah Purworejo
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Kompetensi Guru dan Fasilitas Belajar terhadap Prestasi Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 11 Kabupaten
Purworejo”.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di lembaga pendidikan
tinggi ini.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin untuk
mengadakan penelitian untuk penyusunan skripsi ini.
3. Prof. Dr. H. Sugeng Eko Putro Widoyoko, M.Pd selaku dosen
pembimbing I dan Dra. Hj. Sri Kustilah, M.Pd, selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Ekonomi sekaligus pembimbing II yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
4. Para dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan
ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat.
viii
ix
ABSTRAK
Ami Wibawanti. “Pengaruh Kompetensi Guru dan Fasilitas Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 11 Kabupaten Purworejo”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2016. Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi guru dan fasilitas belajar baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 11 Kabupaten Purworejo.
Penentuan jumlah sampel menggunakan tabel yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael dengan taraf kesalahan 5% dari populasi 64 siswa diambil sampel sebanyak 55 siswa. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan metode angket atau kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif.
Hasil analisis deskriptif dan kuantitatif menunjukkan bahwa kompetensi guru di SMA Negeri 11 Kabupaten Purworejo: 65,46% tergolong baik, 20% tergolong sangat baik dan 14,54% tergolong cukup. Berdasarkan korelasi parsial menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh positif dan signifikan kompetensi guru dengan prestasi belajar sebesar 11,76% (rx1y = 0,343; t = 732; sig< 0,05), (2) ada pengaruh positif dan signifikan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar sebesar 33,06% (rx2y = 0,575; t = 788; sig< 0,05). Hasil analisis korelasi ganda mengungkapkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama dari kompetensi guru dan fasilitas belajar sebesar 31,80% (R = 0,564; F = 565; sig< 0,05) terhadap prestasi belajar siswa SMA Negeri 11 Kabupaten Purworejo. Terdapat sumbangan yang berarti, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri dari kompetensi guru dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA Negeri 11 Kabupaten Purworejo. Kata kunci: kompetensi guru, fasilitas belajar, prestasi belajar.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii SURAT PERNYATAAN ................................................................................. iv MOTTO............................................................................................................ v PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi KATA PENGANTAR .....................................................................................vii ABSTRAK ...................................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR TAB ................................................................................................xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 5 C. Batasan Masalah ............................................................................... 6 D. Rumusan Masalah ............................................................................. 6 E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7 F.Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN A. RUMUSAN HIPOTESIS................................................................... 9
B. Kajian Teor ....................................................................................... 9 1. Prestasi Belajar ........................................................................... 9 2. Kompetensi Guru ....................................................................... 19 3. Fasilitas Belajar ......................................................................... 27
C. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 48 D. Kerangka Pikir ................................................................................. 50 E. Rumusan Hipotesis........................................................................... 51
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 53
A. Desain Penelitian ............................................................................. 53 B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 53 C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 54 D. Pengumpulan Data ........................................................................... 55 E. Instrumen Penelitia........................................................................... 56 F. Uji Instrumen Penelitian ................................................................... 59 G. Teknik Analisis Data ....................................................................... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 72
A. Deskripsi Data ................................................................................. 72 B. Analisis Data.................................................................................... 74 C. Pembahasan Hasil Peneliti ............................................................... 94
x
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 98 A. Kesimpulan...................................................................................... 98 B. Saran ................................................................................................ 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Populasi Kelas .......................................................................................... 54 Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kompetensi Guru ....................................... 57 Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Variabel Fasilitas Belajar .......................................... 58 Tabel 4. Pedoman Skor Alternatif Jawaban ............................................................ 59 Tabel 5. Ringkasan Validitas Instrumen Kompetensi Guru ..................................... 62 Tabel 6. Ringkasan Validitas Instrumen Fasilitas Belajar ....................................... 63 Tabel 7. Reliabilitas Instrumen Kompetensi Guru .................................................. 65 Tabel 8. Reliabilitas Instrumen Fasilitas Belajar ..................................................... 66 Tabel 9. Hasil Tanggapan Responden Kompetensi Guru ........................................ 76 Tabel 10. Kecenderungan Kompetensi Guru .......................................................... 78 Tabel 11. Hasil Tanggapan Responden Fasilitas Belajar ......................................... 80 Tabel 12. Kecenderungan Fasilitas Belajar ............................................................. 83 Tabel 13. Skor Nilai Prestasi Belajar Siswa ............................................................ 85 Tabel 14. Kecenderungan Prestasi Belajar Siswa ................................................... 87 Tabel 15. Hasil Uji t ............................................................................................... 90 Tabel 16. Koefisien Regresi ................................................................................... 91 Tabel 17. Hasil Uji F .............................................................................................. 92 Tabel 18. Analisis Regresi Ganda .......................................................................... 93
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Kecenderungan Kompetensi Guru .......................................... 79 Gambar 2. Diagram Kecenderungan Fasilitas Belajar ............................................. 83 Gambar 3. Diagram Kecenderungan Prestasi Belajar Siswa ................................... 88
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Lampiran 2. Permohonan Izin Penelitian Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian Lampiran 4. Surat Keputusan Penetapan Dosen Penguji Skripsi Lampiran 5. Angket Penelitian Kompetensi Guru dan Fasilitas Belajar Lampiran 6. Hasil Skor Variabel Kompetensi Guru Lampiran 7. Hasil Skor Variabel Fasilitas Belajar Lampiran 8. Daftar Nilai Prestasi Belajar Lampiran 9. Rekapitulasi Data Penelitian Lampiran 10. Validitas dan Relibilitas Kompetensi Guru Lampiran 11. Validitas dan Reliabilitas Fasilitas Belajar Lampiran 12. Hasil Uji Analisis Lampiran 13. Kartu Bimbingan Skripsi
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara
(UU Nomor 20 Tahun 2003). Seperti yang kita ketahui bahwa sekarang ini
kita berada pada era globalisasi, dimana perkembangan teknologi dan
informasi melaju secara signifikan, sehingga hubungan antar manusia pun
berlangsung semakin cepat. Sehingga pendidikan memiliki peran dan
fungsi yang sangat penting untuk melakukan tugas-tugasnya dengan
terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan.
Pendidikan yang berperan dalam penyiapan sumber daya manusia yang
berkualitas.
Dengan demikian, pendidikan memiliki kedudukan amat strategis
dan menentukan dalam membangun pribadi individu-individu dalam
masyarakat demi memajukan peradaban yang lebih maju. Oleh karena itu
pendidikan menjadi investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,
apalagi bagi bangsa yang sedang berkembang, seperti Negara Indonesia,
yang giat membangun negaranya. Pembangunan hanya dapat dilakukan
1
2
oleh manusia yang dipersiapkan melalui pendidikan. Pendidikan
merupakan bagian integral dalam pembangunan.
Begitu pentingnya pendidikan, maka perlu adanya peningkatan
mutu dalam dunia pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas
dari keberhasilan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tersebut
dipengaruhi oleh beberapa komponen, diantaranya guru dan fasilitas
belajar yang meliputi sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran.
Untuk mengimbangi peningkatan mutu pendidikan maka perlu adanya
peningkatan baik dari sisi guru ataupun sisi sarana dan prasarana atau
fasilitas yang mendukung pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan bukan hanya siswa yang dituntut untuk
mengembangkan potensi diri, akan tetapi peran guru juga dituntut untuk
memiliki kompetensi. Kompetensi menurut PP No.19 tahun 2005 Pasal 28
ayat (3) sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan usia dini.
Pendapat lain dari Mulyasa dalam Permadi, Dadi (2008: 26) mengatakan bahwa kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara kafah (menyeluruh) membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Kompetensi terkait dengan kemampuan beradaptasi terhadap
lingkungan kerja baru, di mana seseorang dapat menjalankan tugasnya
dengan baik berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Di sisi lain,
kompetensi merupakan tugas khusus yang berarti hanya dapat dilakukan
3
oleh orang-orang tertentu. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat diwujudkan dalam hasil
kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
Menurut UU No.20 Tahun 2003 yang dimaksud guru adalah pendidik profesional dengan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Menurut PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kompetensi guru meliputi: Kompetensi Pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional (Musfah Jejen, 2011:30). Selain kompetensi guru, keberhasilan dalam proses belajar
mengajar juga sangat ditentukan dengan tersedianya fasilitas belajar yang
mendukung dalam proses pembelajaran. Menurut pendapat Dimyati dan
Mudjiono (2013: 249) fasilitas belajar merupakan sarana dan prasarana
pembelajaran. Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang
belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan
olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat
dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pengajaran yang
lain. Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi
pembelajaran yang baik yang mampu mendukung terbentuknya prestasi
yang baik bagi siswa.
Prestasi merupakan lambang penting pada diri siswa dan untuk
menumbuhkan langkah selanjutnya dimasa-masa akan datang, untuk itu
4
siswa berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh prestasi, namun
kenyataan yang terjadi sering tidak sesuai dengan yang diharapkan dimana
hasil belajar siswa belum tentu dapat tercapai dengan baik.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas
bahwa kompetensi guru dan fasilitas belajar adalah dua komponen penting
dalam menunjang keberhasilan program pendidikan dan hal ini sudah
tentu akan berpengaruh untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dimana kesemuanya baik dari kompetensi yang dimiliki guru dan fasilitas
belajar yang mendukung akan berpengaruh terhadap prestasi siswa.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA Negeri 11
Kabupaten Purworejo, dalam kegiatan pembelajaran khususnya pelajaran
ekonomi masih ditemukan permasalahan mengenai kompetensi guru itu
sendiri, meliputi: kompetensi pedagogik dimana kemampuan guru dalam
pengelolaan proses pembelajaran peserta didik kurang variatif, kompetensi
kepribadian dimana guru tidak tepat waktu masuk kelas setelah bel
pergantian jam pelajaran berbunyi, kompetensi sosial dimana guru tidak
mampu bersosialisasi maupun berinteraksi antarpersonal, baik lingkungan
pendidikan maupun dalam kehidupan bermasyarakat, kompetensi
profesional dimana tidak menguasai materi secara luas dan mendalam
dalam pembelajaran. Disisi lain masih banyak keterbatasan dalam hal
fasilitas belajar untuk proses pembelajaran, misalkan guru mata pelajaran
ekonomi di SMA Negeri 11 Kabupaten Purworejo jarang menggunakan
fasilitas pembelajaran seperti misalkan LCD proyektor ketika proses
5
belajar mengajar berlangsung dan terkadang dalam metode
penyampaiannya masih menggunakan ceramah yang kurang menarik bagi
siswa, fasilitas buku dalam pembelajaran juga terkadang tidak semua
siswa memilikinya dan terkadang jumlah buku masih terbatas. Dengan
adanya permasalahan diatas akan mempengaruhi prestasi belajar siswa di
SMA Negeri 11 Purworejo. Hal itu terlihat dari antusisme siswa yang
rendah ketika siswa mengikuti pelajaran, ada siswa yang gaduh dan
bercerita dengan temannya, bahkan ada yang tidak mengikuti
pembelajaran dikelas.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis bermaksud menggali
lebih dalam terhadap segala permasalahan yang terjadi di SMA Negeri 11
Kabupaten Purworejo dengan mengadakan penelitian tentang “Pengaruh
Kompetensi Guru Dan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 11 Kabupaten Purworejo”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis dapat
mengidentifikasikan sebagai berikut:
1. Masih kurangnya kompetensi guru dalam mata pelajaran ekonomi di
SMA Negeri 11 Kabupaten Purworejo sehingga proses belajar
mengajar cenderung masih kurang variatif sehingga kurang mampu
menarik perhatian siswa untuk menyimak serta memahami pelajaran.
2. Guru masih sering terlambat masuk kelas.
6
3. Kurangnya penggunaan fasilitas belajar oleh guru mata pelajaran
ekonomi dalam kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 11 Kabupaten
Purworejo yang ditunjukkan dengan jarangnya penggunaan LCD
proyektor saat pembelajaran berlangsung.
4. Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi
ditunjukkan dengan nilai ulangan yang masih di bawah KKM.
C. Batasan Masalah
Sehubungan dengan banyaknya permasalahan yang teridentifikasi,
untuk menghindari kesalahpahaman dan penyimpangan yang berlebihan
terhadap permasalahan dan juga dengan berbagai keterbatasan yang ada,
maka penulis hanya membatasi penelitian ini pada pengaruh kompetensi
guru dan fasilitas belajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Negeri 11 Kabupaten Purworejo.
D. Rumusan Masalah
Dengan adanya pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi
guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi
siswa kelas X di SMA Negeri 11 Kabupaten Purworejo?
2. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas
belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi
siswa kelas X di SMA Negeri 11 Kabupaten Purworejo?
7
3. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama
antara kompetensi guru dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran ekonomi siswa kelas X di SMA Negeri 11
Kabupaten Purworejo?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk:
1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh yang positif dan signifikan antara
kompetensi guru terhadap prestasi belajar siswa kelas X di SMA
Negeri 11 Kabupaten Purworejo.
2. Mengetahui ada tidaknya pengaruh yang positif dan signifikan antara
fasilitas belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas X di SMA Negeri
11 Kabupaten Purworejo.
3. Mengetahui ada tidaknya pengaruh yang positif dan signifikan secara
bersama-sama antara kompetensi guru dan fasilitas belajar terhadap
prestasi belajar siswa kelas X di SMA Negeri 11 Kabupaten
Purworejo.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai acuan
penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan pengaruh
kompetensi guru dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar siswa.
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian ini dapat menambah wawasan
tentang dunia pendidikan dan menambah bekal untuk menajdi
calon pendidik yang berkompeten.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam mengambil
kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk
menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa agar memiliki
gambaran dan wawasan yang mengarah pada pencapaian prestasi
belajar siswa.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk
sekolah agar meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan
kualitas pendidikan, khususnya pengembangan kompetensi guru
dan fasilitas belajar yang lebih baik.
d. Bagi Universitas Muhammadiyah Purworejo
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi karya
ilmiah bagi mahasiswa, khususnya program studi pendidikan
ekonomi.
e. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan wawasan
guna menambah pengetahuan tentang karya ilmiah.
9
BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN RUMUSAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan
tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan
belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi
sebagai berikut:
1) Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono Menyatakan bahwa: Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
2) Slameto dalam buku Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mengemukakan: Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
3) Witheringthon dalam Nana Syaodih S Mengemukakan; Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
4) Crow and Crow dalam Nana Syaodih S Berpendapat bahwa belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan pengetahuan dan sikap baru.
5) Hilgard dalam Nana Syaodih S Mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi.
9
10
Melalui belajar, siswa akan mengalami perubahan dalam
tingkah lakunya, semakin sering melakukan pembelajaran maka
perubahan tingkah lakunya juga semakin besar.
b. Pengertian Prestasi Belajar
“Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan,
dikerjakan dan sebagainya.” (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2011: 390).
Pengertian lain menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
(2010: 445) Prestasi adalah hasil yang dicapai melebihi ketentuan.
Pencapaian prestasi belajar siswa seperti yang dikemukakan
di atas adalah dengan menampilkan data-data yang tertera pada
raport sebagai bukti bahwa siswa telah belajar sehingga terjadi
perubahan tingkah laku pada diri siswa tersebut.
Menurut pendapat Haryanto (2010) pengertian prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia
melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar
sekolah
Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi
belajar adalah pencapaian yang dicapai seorang siswa berupa suatu
kecakapan dalam bidang akademik ataupun ketrampilan tertentu
yang terjadi dari suatu proses usaha melalui latihan atau
pengalaman yang dicatat dalam raport pada tiap akhir semester.
11
c. Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 42-50), prinsip-
prinsip belajar terdiri dari:
1) Perhatian dan Motivasi Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang tua, teman, dan sebagainya. Motivasi juga terdiri atas motif intrinsik, artinya pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan dan motif ekstrinsik yaitu pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya.
2) Keaktifan Belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik misalnya membaca, mendengar, menulis dan kegiatan psikis yang susah diamati misalnya membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan sebagainya.
3) Keterlibatan Langsung/Berpengalaman Dalam belajar melalui pengamatan langsung sisw atidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
4) Pengulangan Menurut teori Psikologi Daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menaggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
5) Tantangan Dalam belajar, agar anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar
12
yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
6) Balikan dan Penguatan Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. nilai yang baik dapat merupakan penguatan positif. Format sajian dapat berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, penemuan merupakan cara belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.
7) Perbedaan Individual Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.
d. Unsur-Unsur Belajar
Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat
berbagai unsur yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan
perubahan tingkah laku. Tentang unsur-unsur belajar Chronbach
yang dikutip oleh Sukmadinata (2011: 157-158) mengungkapkan
bahwa adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yaitu:
1) Tujuan Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan itu muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Perubahan belajar diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan dan untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti bagi individu.
2) Kesiapan Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa
13
kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.
3) Situasi Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar. Kelancaran dan hasil dari belajar banyak dipengaruhi oleh situasi ini, walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu sesuatu aspek dari situasi belajar ini lebih dominan sedang pada individu atau waktu lain aspek lain yang lebih berpengaruh.
4) Interpretasi Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan di antara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan. Berdasarkan interpretasi tersebut mungkin individu sampai kepada kesimpulan dapat atau tidak dapat mencapai tujuan.
5) Respons Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respons. Respons ini mungkin berupa suatu usaha coba-coba (trial and error), atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan ataupun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut.
6) Konsekuensi Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi entah itu keberhasilan ataupun kegagalan, demikian juga dengan respons atau usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa senang, puas, dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha-usaha belajar berikutnya.
7) Reaksi Terhadap Kegagalan Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Peristiwa ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi siswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa bermacam-macam. Kegagalan bisa menurunkan semangat, dan memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya, tetapi bisa juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan
14
semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut. (Sukmadinata, 2007: 157-158)
e. Jenis-Jenis Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya macam-macam
kegiatan yang memiliki corak berbeda antara satu dengan yang
lainnya, baik dalam materinya, metodenya maupun dalam aspek
tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan.
Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan
sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga
bermacam-macam. Jenis-jenis belajar ialah:
1) Belajar Bagian (Part Learning, Fractioned Learning) Belajar umumnya dilakukan oleh seseorang bila dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif. Dalam hal ini, individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri
2) Belajar Dengan Wawasan (Learning by Insight) Wawasan berorientasi pada data yang bersifat tingkah laku (perkembangan yang lembut dalam menyelesaikan suatu persoalan dan kemudian secara tiba-tiba terjadi reorganisasi tingkah laku).
3) Belajar Diskriminatif (Discriminatif Learning) Ini diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi atau stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam bereksperimen, subyek diminta untuk berespon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang berlainan.
4) Belajar Global/keseluruhan (Global Whole Learning) Pada jenis ini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya. Metode ini sering disebut metode Gestalt.
5) Belajar Insidental (Incidental Learning) Dalam belajar insidental, indiviudu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Belajar disebut insidental bila tidak
15
ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak.
6) Belajar Instrumental (Instrumental Learning) Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Salah satu dalam bentuk belajar instrumental yang khusus adalah “pembentukan tingkah laku”.
7) Belajar Intensional (Intentional Learning) Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental. Pada belajar intensional individu ada kehendak untuk belajar dengan disertai instruksi ataupun petunjuk yang diberikan kepada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan.
8) Belajar Laten (Laten Learning) Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten. Dalam penelitian mengenai ingatan, belajar laten ini diakui memang ada yaitu dalam bentuk belajar insidental.
9) Belajar Mental (Mental Learning) Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi di sini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Ada yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain dan lain-lain.
10) Belajar Produktif (Productive Learning) Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoaln dalam satu situasi ke situasi lain.
11) Belajar Verbal (Verbal Learning) Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperimen klasik dari Ebbinghaus. Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal. (Slameto, 2013: 5-8)
16
f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada
dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern
adalah faktor yang ada di luar individu. Menurut Slameto (2013:
54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah
sebagai berikut:
1) Faktor Intern (Dalam Diri)
a) Faktor Jasmaniah (Fisiologi)
Baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh,
yang termasuk faktor ini adalah kesehatan dan cacat
tubuh.
b) Faktor Psikologis
Baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh,
terdiri atas: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kelelahan.
c) Faktor Kelelahan
Baik kelelahan jasmani maupun kelelahan rohani
(bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan
lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan
untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan
rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
17
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu hilang.
2) Faktor Ekstern (luar diri)
a) Faktor Keluarga
Diantaranya adalah cara orang tua mendidik, relasi
antara anggota keluarga, suasana rumah tangga,
keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar
belakang kebudayaan.
b) Faktor Sekolah
Terdiri atas metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran
diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas
rumah.
c) Faktor Masyarakat
Terdiri atas kegiatan siswa dalam masyarakat, media
massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor dari
dalam diri siswa yang meliputi kondisi jasmaniah, kondisi
psikologis dan kelelahan. Sedangkan faktor dari luar diri siswa
meliputi kondisi keluarga, sekolah dan masyarakat. Kompetensi
18
guru dan fasilitas belajar termasuk dalam golongan faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa dari luar diri siswa.
g. Mengukur Prestasi Belajar
Prestasi belajar pada siswa terutama mata pelajaran
ekonomi dapat diukur menggunakan pemikiran Bloom dalam
Dimyati dan Mudjiono ( 2013: 26-29) sebagai tujuan pengajaran,
yang dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom yang
penggolongannya terdiri atas tiga ranah, yaitu:
1) Ranah Kognitif
Ranah yang berkaitan dengan kemampuan intelektual atau
berfikir. Pada ranah ini terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu:
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
2) Ranah Afektif
Ranah yang berkaitan dengan aspek emosional. Pada ranah ini
terdiri atas lima perilaku, yaitu: penerimaan, partisipasi,
penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan
pola hidup.
3) Ranah Psikomotor
Ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi syaraf dan otot dan fungsi psikis. Pada ranah
ini terdiri atas tujuh jenis perilaku, yaitu: persepsi, kesiapan,
19
gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks,
penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
2. Kompetensi Guru
a. Pengertian Kompetensi Guru
Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan
dari bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan dan
kemampuan. (Echols dan Shadily, 2002: 132). Kompetensi adalah
kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus
dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar
mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.
Menurut Palan dalam Popi Sopiatin (2010: 57) menyatakan
bahwa kompetensi merujuk kepada karakteristik yang mendasari
perilaku yang menggambarkan motif, karakteristik pribadi, konsep
diri, nilai-nilai pengetahuan dan keahlian yang dibawa seseorang
yang berkinerja unggul di tempat kerja.
Definisi itu menyimpulkan bahwa kompetensi terdiri atas
beberapa jenis karakteristik yang berbeda yang dapat mendorong
perilaku seseorang. Artinya kompetensi memiliki lima jenis
karakteristik, yaitu sebagai berikut:
1. Motif: merupakan emosi, hasrat, kebutuhan psikologis, atau
dorongan-dorongan lain yang memicu tindakan.
20
2. Karakteristik pribadi: merujuk pada Karakteristik fisik dan
konsistensi tanggapan terhadap situasi atau informasi.
3. Konsep diri dan nilai-nilai: karakteristik ini merujuk pada
sikap, nilai-nilai dan citra diri seseorang, misalnya kepercayaan
guru terhadap kemampuannya dalam melaksanakan proses
belajar mengajar.
4. Pengetahuan: merujuk kepada kemampuan dan hasil
pembelajaran, misalnya pengetahuan seorang pendidik.
5. Keahlian atau keterampilan: merupakan keahlian pada
kemampuan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan,
misalnya kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar.
Menurut Mulyasa dalam Musfah, Jejen (2011: 27)
kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan
personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara
kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang
mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan
profesionalitas.
Menurut peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, pemerintah telah merumuskan empat
jenis kompetensi guru, yaitu:
21
1) Kompetensi Pedagogis
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 88) yang
dimaksud dengan kompetensi pedagogis adalah kemampuan
dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi:
a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
b) pemahaman tentang peserta didik.
c) pengembangan kurikulum/silabus.
d) perancangan pembelajaran.
e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
f) evaluasi hasil belajar.
g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
(Musfah Jejen, 2011: 30-31)
2) Kompetensi Kepribadian
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 88) yang
dimaksud dengan kompetensi kepribadian yaitu kemampuan
kepribadian yang:
a) Berakhlak mulia.
b) Mantap, stabil, dewasa.
c) Arif dan bijaksana.
d) Menjadi teladan.
e) Mengevaluasi kinerja sendiri.
f) Mengembangkan diri.
22
g) Religius.
(Musfah Jejen, 2011: 42-43)
Kompetensi kepribadian guru ini memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian peserta didik. Oleh sebab itulah, kompetensi ini
akan menjadi landasan bagi kompetensi guru lainnya. Dalam
arti kata guru tidak hanya dituntut untuk mampu memberikan
makna terhadap proses pembelajaran, tetapi juga sebagai
alat/sarana ampuh untuk membentuk kompetensi dan
peningkatan kualitas pribadi peserta didik (Permadi, D. dan
Arifin, D. (Eds) 2013: 27).
Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi yang
menunjukkan bahwa peran guru tidak hanya sekedar
penyampai ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pemeberi
teladan bagi siswa, sebagaimana pernyataan dari Lozanov
dalam Porter (1999): tindakan yang paling ampuh yang dapat
dilakukan oleh seorang guru untuk siswanya adalah
memberikan teladan tentang makna menjadi seorang pelajar.
Keteladanan, ketulusan, dan kesiapsiagaan guru akan
memberdayakan dan mengilhami siswa untuk membebaskan
dinamisasi sebagai siswa. Keteladanan membangun hubungan
potensi milik mereka sebagai pelajar. Kemampuan
berkomunikasi yang digabungkan dengan rancangan yang
23
efektif akan memberikan pengalaman belajar yang
memperbaiki kredibilitas dan meningkatkan pengaruh (Popi
Sopiatin. 2010: 67).
3) Kompetensi Sosial
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 88) yang
dimaksud kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik
sebagai bagian dari masyarakat untuk:
a) Berkomunikasi lisan dan tulisan.
b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional.
c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik.
d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
(Musfah Jejen, 2011: 52-53)
Dengan dimilikinya kompetensi sosial, diharapkan
antara seorang guru dan siswa akan terjalin komunikasi yang
baik sehingga siswa termotivasi untuk berprestasi, adanya
kerjasama yang baik antarguru yang akan membentuk
lingkungan kerja yang nyaman, dan dapat membentuk
hubungan yang baik antara guru dengan orang tua siswa (Popi
Sopiatin. 2010: 68).
24
4) Kompetensi Profesional
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 88) yang
dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang meliputi:
a) Konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang
menaungi/koheren dengan materi ajar.
b) Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah.
c) Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait.
d) Penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
e) Kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan
tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
Menurut Pedoman Pelaksanaan Pola Pembaharuan Sistem
Pendidikan Tenaga Kependidikan, terdapat 10 kompetensi
guru yang harus dikuasai dan dikembangkan, supaya
pelaksanaan tugas profesional guru mempunyai arahan
yang jelas. 10 kompetensi guru profesional tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum
sekolah
2. Mengelola program belajar mengajar
3. Mengelola kelas
4. Menggunakan media dan sumber belajar
25
5. Menguasai landasan-landasan kependidikan
6. Mengelola interaksi belajar mengajar
7. Menilai prestasi siswa
8. Mengenal fungsi dan program pelayanan dan
penyuluhan di sekolah
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10. Memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan.
Kompetensi-kompetensi di atas dapat disimpulkan
bahwa keempat kompetensi di atas saling terkait satu sama lain
sehingga diharapkan guru memahami tentang
psikologis/keadaan siswanya dan mampu merencanakan
pembelajaran sehingga siswa mudah memahami. Sebagai
makhluk sosial, guru harus memiliki kepribadian yang baik
agar dapat menjalin hubungan dengan masyarakat sehingga
tercipta komunikasi dan interaksi yang dapat membantu dalam
mendidik siswanya. Sebagai guru profesional maka guru harus
mampu menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan
bidangnya agar pelajaran tidak menyimpang dari bidangnya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kompetensi guru adalah keseluruhan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat
26
yang berwujud tindakan diiringi penuh rasa tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.
b. Faktor Pendukung dan Penghambat Kompetensi Guru
Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat kompetensi
guru, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri guru (internal) dan
faktor yang berasal dari luar diri guru (eksternal).
Adapun faktor internal meliputi: 1) Tingkat pendidikan 2) Keikutsertaan dalam berbagai pelatihan dan kegiatan ilmiah 3) Masa kerja dan pengalaman kerja 4) Tingkat kesejahteraan, dan 5) Kesadaran akan kewajiban dan panggilan hati nurani Sedangkan faktor eksternal meliputi: 1) Besar gaji dan tunjangan yang diterima 2) Ketersediaan sarana dan media pembelajaran 3) Kepemimpinan kepala sekolah 4) Kegiatan pembinaan yang dilakukan 5) Peran serta masyarakat
(Yusuf Hadi. 2009)
Faktor internal dan faktor eksternal di atas saling
melengkapi satu sama lain dan saling berkaitan, guru yang aktif
akan membawa dampak yang positif pula, misalkan guru yang ikut
serta aktif dalam berbagai kegiatan-kegiatan pelatihan ataupun
kegiatan ilmiah akan dapat meningkatkan jabatan akademiknya di
sekolah, disisi lain juga mampu menjadi teladan yang baik bagi
siswanya. Sedangkan untuk faktor eksternal memang terkadang
guru terkendala oleh ketersediaan sarana dan prasarana dan media
yang akan digunakan dalam proses pembelajaran efektif. Namun
27
alangkah lebih baik jika ada keseimbangan antara kedua faktor
tersebut.
3. Fasilitas Belajar
a. Pengertian Fasilitas Belajar
Fasilitas adalah sarana dan prasarana yang harus tersedia
untuk melancarkan kegiatan pendidikan di sekolah. Sarana adalah
semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara
langsung digunakan untuk proses pendidikan disekolah, meliputi
gedung, ruang belajar atau kelas, media belajar, meja dan kursi.
Sedangkan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan, meliputi halaman sekolah,
taman sekolah, dan jalan menuju sekolah (Sopiatin Popi, 2010: 73).
b. Ruang Lingkup Fasilitas Belajar
1) Perencanaan Pengadaan Lahan
Lahan adalah letak tanah tempat berdirinya bangunan
atau gedung. Letak tanah untuk mendirikan sekolah (lokasi
sekolah) mempunyai hubungan yang signifikan dengan dampak
pendidikan. Oleh karena itu, dalam merencanakan pengadaan
lahan untuk gedung sekolah perlu mempertimbangkan hal
berikut:
- Membuat perencanaan tanah, luas, dan lokasi yang sesuai
dengan kebutuhan.
28
- Melakukan survei untuk menentukan lokasi tujuan dan
perencanaan tat kota.
- Melakukan survei untuk melihat kondisi jalan, transportasi,
air,dan listrik.
- Harga tanah.
Pemilihan lahan atau tanah untuk bangunan sekolah
tergantung kepada jenis sekolah, kebutuhan peserta didik, dan
tujuan yang ditentukan secara institusional. Oleh karena itu
dalam pemilihan lahan atau tanah perlu dipertimbangkan
bahwa lahan atau tanah tersebut dapat dibangun dan
dikembangkan secara inovatif.
2) Bangunan Sekolah
Bangunan sekolah adalah semua ruangan yang didirikan
diatas lahan yang digunakan untuk kepentingan pendidikan.
Bangunan sekolah meliputi ruang kegiatan belajar/kelas,
kantor, perpustakaan, ruang laboratorium, usaha kesehatan
sekolah, kantin, gudang, dan kamar mandi. Sekolah merupakan
lembaga tempat untuk mendidik, melatih, dan mengembangkan
potensi peserta didik. Oleh karena itu diperlukan bangunan
yang memadai sehingga dapat menumbuhkan dan
meningkatkan kreativitas dan produktivitas, serta dapat
menumbuhkan rasa bangga dan betah bersekolah.
29
Secara rinci, menurut Mamusung (1981: 16) dalam Popi
Sopiatin menyatakan bahwa bangunan sekolah yang ideal
adalah dengan memenuhi kriteria berikut:
a) Memenuhi kebutuhan dan syarat pedagogis, artinya:
- Ukuran dan bentuk setiap ruangan disesuaikan dengan
kebutuhan
- Datangnya atau masuknya sinar matahari harus dari
sebelah kiri
- Tinggi rendahya tembok, letak kusen, dan jendela
disesuaikan dengan kondisi anak
- Penggunaan warna yang cocok.
b) Aman, artinya material dan konstruksi bangunan benar-
benar dapat dipertanggungjawabkan, baik kekuatan atau
kekokohan bangunan itu sendiri maupun pengaruh dari
lingkungannya, seperti pengaruh erosi, angin, getaran,
pohon yang berbahaya, dsb.
c) Menurut syarat kesehatan, sinar matahari cukup bagi setiap
ruangan, memungkinkan adanya pergantian udara yang
segar.
d) Menyenangkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan
pendidikan dan tak saling mengganggu.
e) Dapat memungkinkan untuk memperluas tanpa memakai
biaya lagi yang besar.
30
f) Fleksibel, artinya melihat kebutuhan hari depannya dan
pula dapat dirubah-rubah setiap saat diperlukan.
g) Memenuhi syarat keindahan.
h) Ekonomis, artinya luas setiap ruangan tepat dengan
kebutuhan, setiap ruangan dapat dipergunakan untuk
berbagai usaha, dari luas tanah yang ada biasanya 50%
dipergunakan untuk bangunan bagi kegiatan di dalam dan
50% merupakan halaman dan kebun untuk melakukan
kegiatan di luar.
3) Perlengkapan Sekolah
Perlengkapan sekolah diperlukan dalam upaya
memberikan pelayanan pendidikan yang baik dan
terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien.
Nawawi (1981) dalam Popi Sopiatin mengelompokkan
perlengkapan sekolah ke dalam dua kelompok:
a) Benda-benda habis pakai, yaitu benda-benda ini merupakan
perlengkapan yang dapat habis dalam waktu singkat jika
dipergunakan. Misalnya kertas, kapur tulis, dan bahan-
bahan untuk praktikum.
b) Benda-benda tahan lama, yaitu benda-benda ini merupakan
perlengkapan yang dapat dipergunakan untuk jangka waktu
cukup lama. Misalkan kursi, meja, dan alat peraga/media
belajar.
31
Secara garis besar, jenis perlengkapan di sekolah
terdiri atas sarana dan prasarana sekolah.
4) Media Pengajaran
a) Pengertian dan manfaat media pengajaran
Dalam proses komunikasi proses belajar mengajar
diperlukan media pengajaran sebagai salah satu sumber
belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajar terjadi (Sadiman, dkk. 1986).
Pendapat lain dari Corte (Angkowo dan Kosasih,
2007) mengartikan bahwa media pengajaran merupakan
sarana nonpersonal (bukan manusia) yang digunakan atau
disediakan oleh tenaga pengajar, dan memegang peranan
besar dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan
instruksional.
Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa media pengajaran merupakan suatu alat bantu
mengajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar
untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan
oleh guru dan bersifat sebagai pelengkap, jika dipandang
perlu untuk mempertinggi mutu proses belajar mengajar.
32
Media pengajaran yang digunakan pada proses belajar
mengajar mempunyai manfaat sebagai berikut:
(1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar
(2) Materi pelajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa
(3) Metode mengajar akan lebih bervariasi
(4) Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar
(belajar akan lebih fokus kepada siswa).
b) Kriteria Pemilihan Media Pengajaran
Dalam upaya memberikan pelayanan pada proses
belajar mengajar, menentukan media pengajaran harus
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
(1) Pelajar serta kelompok pelajar
(2) Substansi dan sasaran pelajaran
(3) Metode pengajaran
Menurut Sudjana dan Rivai (2005) dalam Popi Sopiatin
menyebutkan bahwa dalam memilih media pengajaran,
sebaiknya memperhatikan kriteria sebagai berikut:
(1) Ketepatan dengan tujuan pengajaran
(2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran
(3) Kemudahan dalam memperoleh media
(4) Keterampilan guru dalam menggunakannya
(5) Tersedia waktu untuk menggunakannya
33
(6) Sesuai dengan taraf berfikir siswa.
c) Jenis Media Pengajaran
Banyak media pengajaran yang dapat digunakan
untuk kegiatan belajar mengajar. Media yang lazim
digunakan pada kegiatan belajar mengajar adalah:
(1) Media dua dimensi (media grafis), misalnya grafik dan
diagram.
(2) Media tiga dimensi, yaitu media dalam bentuk model
padat, model penampang, model susun, model kerja,
dan diorama.
(3) Media proyeksi, misalnya slide film dan OHP.
(4) Lingkungan sebagai media pembelajaran.
Dengan perkembangan teknologi saat ini, kegiatan
belajar mengajar dapat menggunakan kombinasi dari
beberapa media yang disebut multimedia. Multimedia
pada dasarnya merupakan satu medium komunikasi yang
dikoordinasikan dengan medium yang lain untuk
menyalurkan informasi dengan menggabungkan beberapa
cara. Komponen utama multimedia adalah grafik, audio,
teks, dan interaktif. Multimedia dapat dibuat dari kombinasi
berikut:
(1) Paper based, misalnya buku, majalah, brosur.
(2) Light based, misalnya slideshow, OHP
34
(3) Audio based, misalnya CD player, cassette tape player,
radio.
(4) Moving image based, misalnya siaran televisi, video
cassette recorder, film
(5) Digitally based, misalnya komputer.
Jenis multimedia yang digunakan di dalam kelas
terdiri atas dua macam berikut:
(1) Classical Media Production Project. Multimedia ini
bersifat non digital (tidak berbasis komputer), namun
berbentuk the school newspaper dan the school play. Ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempelajari kemampuan komunikasi dan juga
memperkuat isi kurikulum tradisional.
(2) The Digital Multimedia Project. Ini menggunakan
beberapa software yang membolehkan guru dan siswa
untuk memanipulasi teks, grafik, audio, dan
memasukkan kegiatan ke dalam multimedia tersebut.
Misalnya power point project dan video school new
production project.
5) Sarana Perpustakaan
a) Pengertian Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan merupakan salah satu alat yang vital
dalam setiap program pendidikan, pengajaran dan
35
penelitian. Istilah perpustakaan berasal dari kata pustaka,
yang berarti buku-buku.
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada
dan dikelola oleh sekolah. Ciri-ciri perpustakaan sekolah
adalah:
(1) Penanggung jawab pengelolaan perpustakaan adalah
kepala sekolah
(2) Letaknya berada di lingkungan sekolah
(3) Koleksinya terdiri atas bahan bacaan tentang pelajaran
dan bacaan lainnya yang menunjang proses
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
(4) Pemakainya adalah warga sekolah
(5) Sumber dananya berasal dari anggaran belanja sekolah,
sumbangan orang tua dan sumber lain yang sah dan
tidak mengikat
(6) Bertujuan untuk memfasilitasi kegiatan belajar
mengajar dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
b) Fungsi Perpustakaan Sekolah
Fungsi dan daya guna perpustakaan sekolah adalah
sebagai tempat kegiatan belajar mengajar yang berorientasi
pada penggunaan sumber-sumber masyarakat. Oleh karena
itu, dalam perpustakaan sekolah disediakan buku-buku
bacaan yang berhubungan dengan kurikulum sekolah.
36
Hubungan kurikulum dengan pemanfaatan perpustakaan
sekolah adalah:
(1) Sebagai pusat informasi baik bagi guru, siswa, dan
petugas lainnya.
(2) Sebagai pusat sarana pengajaran yang dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas.
(3) Membantu memperluas dan memperdalam pengetahuan
para guru, siswa, dan pegawai lainnya
(4) Memberikan bimbingan dan bantuan dalam
menyelesaikan tugas tugas maupun dalam
pengembangan kurikulum.
c) Layanan Perpustakaan Sekolah
Ukuran keberhasilan sebuah perpustakaan terletak
pada proses layanan. Layanan perpustakaan yang baik
didasarkan kepada:
(1) Berorientasi kepada pelanggan
(2) Mekanismenya cepat, tepat, mudah, murah dan
sederhana
(3) Menciptakan kesan dan citra yang baik, menyenangkan
dan memberikan kepuasan
(4) Adanya standar mutu layanan minimal untuk dapat
menuju layanan prima.
37
Menurut Mudhofir (2001) dalam Popi Sopiatin, pelayanan
perpustakaan terdiri atas dua macam bentuk pelayanan,
yaitu:
(1) Pelayanan tidak langsung. Pelayanan ini merupakan
kerja pengorganisasian secara teratur untuk mencatat,
mengklasifikasikan, mengkatalog, memproses bahan
pustaka, serta menyusun semua bahan, baik yang masuk
maupun yang ada. Pelayanan tidak langsung disebut
juga sebagai pelayanan teknis, artinya petugas tidak
langsung berhadapan dengan pemakai.
(2) Pelayanan langsung. Pelayanan ini merupakan kerja
penyampaian segala fasilitas perpustakaan kepada siswa
dengan efektif dan efisien. Pada pelayanan langsung,
petugas perpustakaan berhadapan langsung dengan
siswa. Yang termasuk pelayanan langsung adalah
pelayanan pembaca, meliputi:
- Pelayanan Referensi
Adalah pelayanan perpustakaan untuk
membantu para pembaca mendapatkan sumber
informasi. Fungsi dari pelayanan ini adalah untuk
menciptakan layanan yang praktis dan efisien,
menjelaskan sumber yang tepat, merekomendasikan
bahan-bahan yang sesuai dengan subjek belajar.
38
- Pelayanan Sirkulasi
Merupakan pusat kegiatan pelayanan. Dalam
melancarkan pelayanan pada pelayanan sirkulasi ini
diperlukan administrasi peminjaman yang praktis
dan efisien, sistem prosedur yang sederhana, dan
pengontrolan yang efektif.
- Pelayanan Informasi
Bentuk pelayan informasi yang diberikan oleh
perpustakaan antara lain: mengadakan edaran
mengenai peraturan perpustakaan, memberikan
petunjuk penggunaan katalog perpustakaan,
mengedarkan daftar buku baru, menyebarkan
brosur-brosur tentang perpustakaan yang
bersangkutan.
Pelayanan perpustakaan mempunyai tiga karakteristik
berikut:
(1) Mudah dimengerti oleh siswa maupun petugasnya
sendiri
(2) Efisien dan ekonomis/menggunakan sedikit peralatan
(3) Mengusahakan tidak ada keterlambatan dalam melayani
siswa
39
d) Sarana dan Prasarana Perpustakaan Sekolah
Sarana dan prasarana perpustakaan mencakup
semua kebutuhan unit kerja, baik yang berupa fisik,
fasilitas, kemudahan, maupun perabot dan perlengkapan.
Dalam memberikan pelayanan perpustakaan diperlukan
berbagai sarana dan prasarana penunjang, yang meliputi
berikut ini:
(1) Gedung, bangunan dan sejumlah ruangan dengan
berbagai kelengkapan kerja dan sarana layanan
(2) Perabot dan perlengkapan atau inventaris, seperti
mebel, komputer dan mesin fotokopi
(3) Sarana komunikasi, seperti pesawat telepon, faxilime,
dan email
(4) Sarana transportasi
Penyediaan sarana dan prasarana perpustakaan
harus disesuaikan dengan ruang lingkup organisasi,
beban kerja, jumlah koleksi buku, jumlah karyawan,
kemampuan organisasi, dan pemakai yang dilayani,
sehingga perpustakaan dapat berdaya guna.
6) Pengelolaan Laboratorium
a) Pengertian Laboratorium
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
laboratorium merupakan tempat atau kamar tertentu yang
40
dilengkapi dengan peralatan untuk mengadakan percobaan,
sedangkan laboratorium bahasa merupakan ruangan yang
dilengkapi dengan alat-alat keperluan pengajaran bahasa,
berupa pita perekam, kaset, proyektor, dan piringan hitam
yang dipakai secara terpisah-pisah atau bersama-sama.
Dalam melaksanakan kegiatan di laboratorium
untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang bermutu
(Depdiknas, 1992: 2) terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu keselamatan kerja baik untuk guru
maupun siswa, ketertiban kerja, agar alat tidak rusak, dan
bahan–bahan berbahaya berada pada tempat semestinya,
laboratorium dapat digunakan untuk menyampaikan
konsep/subkonsep noneksperimen yang memerlukan alat
bantu (media pengajaran).
b) Organisasi Laboratorium
Orang-orang atau petugas yang terlibat langsung
dalam organisasi laboratorium adalah sebagai berikut:
(1) Kepala Sekolah
Tugas kepala sekolah adalah:
- Memberi tugas kepada penanggung jawab teknis
laboratorium, penanggung jawab mata pelajaran dan
laboran.
41
- Memberikan bimbingan, motivasi, pemantauan, dan
evaluasi kepada petugas-petugas laboratorium.
- Menyediakan dana keperluan operasional
laboratorium.
(2) Laboran
Laboran mempunyai tugas:
- Mengerjakan administrasi laboratorium
- Mempersiapkan dan menyiapkan kembali
alat/bahan yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar
- Bertanggung jawab atas kebersihan alat dan ruang
laboratorium beserta perlengkapannya.
(3) Koordinator Laboratorium
Koordinator mempunyai tugas:
- Mengkoordinir masing-masing guru mata pelajaran
- Mengusulkan kepada penanggung jawab
laboratorium untuk pengadaan alat/bahan
(4) Penanggung Jawab Teknis Laboratorium
Mempunyai tugas:
- Bertanggung jawab atas kelengkapan administrasi
laboratorium
- Bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan di
laboratorium
42
- Mengusulkan kepada kepala sekolah tentang
pengadaan alat/bahan laboratorium
- Bertanggung jawab tentang kebersihan,
penyimpanan, perawatan, dan perbaikan alat.
7) Kantin Sekolah
Kantin sekolah merupakan prasarana yang sangat
diperlukan dalam upaya menunjang kegiatan pendidikan di
sekolah, yaitu dengan menyediakan makanan yang terjamin
kualitasnya dan cukup mengandung gizi. Dengan tersedianya
kantin sekolah tersebut diharapkan siswa tidak lagi berkeliaran
mencara makanan ke luar lingkungan sekolah di saat jam
istirahat.
c. Fasilitas Sekolah Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Penyelenggaraan Sekolah Menengah Atas
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggaraan
Persekolah Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah merupakan
spesifikasi teknis sebagai patokan pelayanan minimal yang wajib
dilakukan dalam menyelenggarakan kegiatan persekolahan di
bidang pendidikan agar penyelenggaraan kegiatan pelayanan
persekolahan kepada masyarakat di bidang pendidikan dapat
mencapai hasil sesuai indikator yang ditentukan.
Berdasarkan Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan
43
Dasar dan Menengah Depdiknas Tahun 2003, bahwa fasilitas
sekolah menengah atas yang harus tersedia adalah sebagai berikut:
1) Lahan
Jenis lahan yang digunakan untuk SMA antara lain adalah:
a) Lahan terbangun adalah lahan yang di atasnya berisikan
bangunan
b) Lahan terbuka adalah lahan yang belum ada bangunan di
atasnya, termasuk taman, plaza, selasar dan lapangan
c) Lahan kegiatan praktik adalah lahan yang diperuntukkan
untuk pelaksanaan kegiatan praktik
d) Lahan pengembangan adalah lahan yang diperlukan untuk
kebutuhan pengembangan bangunan, kegiatan praktik dan
perumahan.
2) Ruang
Ditinjau dari fungsinya dapat dikelompokkan dalam:
a) Ruang Pendidikan
Ruang pendidikan berfungsi untuk menampung proses
belajar mengajar teori dan praktik, antara lain:
- Ruang teori
- Ruang laboratorium
- Ruang olahraga
- Ruang perpustakaan/media
- Ruang kesenian
44
- Ruang keterampilan.
b) Ruang Administrasi
Ruang administrasi berfungsi untuk melaksanakan berbagai
kegiatan kantor/administrasi, antara lain:
- Ruang kepala sekolah
- Ruang wakil kepala sekolah
- Ruang guru
- Ruang reproduksi/penggandaan
- Ruang tata usaha
c) Ruang penunjang
Ruang penunjang berfungsi untuk menampung kegiatan
yang mendukung PBM, antara lain:
- Ruang ibadah
- Ruang koperasi sekolah
- Ruang OSIS/pramuka/PMR
- Ruang bimbingan
- Ruang serbaguna/umum
- Ruang kamar mandi/WC
- Ruang UKS
3) Perabot
Secara umum, perabot sekolah mendukung tiga fungsi
utama sekolah, yaitu fungsi pendidikan, fungsi administrasi dan
fungsi penunjang. Jenis perabot sekolah dikelompokkan
45
sebagai perabot pendidikan, perabot administrasi dan perabot
penunjang.
4) Alat dan Media Pendidikan
Setiap SMA memiliki alat pendidikan sekurang-kurangnya,
berupa:
- Alat peraga/praktik bidang studi IPA
- Alat peraga/praktik bidang studi IPS
- Alat peraga/praktik bidang studi matematika
- Alat peraga/praktik bidang keterampilan
- Media pengajaran mata pelajaran lain.
Setiap SMA menyediakan
- Buku pelajaran pokok (untuk guru dan siswa)
- Buku pelajaran pelengkap
- Buku bacaan
- Buku sumber (referensi)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fasilitas
belajar sekolah adalah segala sesuatu yang memperlancar
proses pembelajaran di sekolah. Meliputi bangunan,
perlengkapan sekolah dan semua media pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran guna tercapainya proses
belajar mengajar yang efisien, efektif, dan kreatif.
46
Menurut Azhar Arsyad (2006: 25-26) manfaat
penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar
mengajar memberikan beberapa manfaat, yaitu:
a) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan
dan informasi sehingga dapat memperlancar dan
meningkatkan proses dan hasil belajar.
b) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi
belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan
lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar
sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
c) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera,
ruang, dan waktu:
(1) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan
langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar,
foto, slide, realita, film, radio, atau model.
(2) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak
oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop,
film, slide, atau gambar.
(3) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi
sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui
rekaman video, film, foto, slide, disamping secara
verbal.
47
(4) Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran
darah dapat ditampilkan secara konkret melalui film,
gambar, slide atau simulasi komputer.
(5) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan
dapat disimulasikan dengan media seperti komputer,
film, dan video.
(6) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi,
atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama
seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat
disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-
lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.
d) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan
pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di
lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya
interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan
lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-
kunjungan ke museum atau kebun binatang.
Berdasarkan uraian penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa fasilitas belajar memiliki fungsi dan
bermanfaat guna menunjang program pusat sumber belajar
agar kegiatan belajar efisien, mampu meningkatkan
konsentrasi dan perhatian siswa serta interaksi sesuai minat
48
siswa dan membuat siswa rajin dan tekun dalam belajar
sehingga meningkatkan proses dan prestasi belajar siswa.
B. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Rondi (2015) dengan judul
Pengaruh Kompetensi Guru dan Fasilitas Belajar Terhadap Motivasi
dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di MAN
Tempel Sleman. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan expost
facto, penentuan sampel dengan menggunakan stratified proportional
random sampling. Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas,
instrumen kompetensi guru dari 23 item soal dinyatakan 19 item soal
valid dan 4 item soal tidak valid dengan tingkat reliabilitas 0,871. Dan
untuk instrumen fasilitas belajar dari 18 item soal dinyatakan 16 item
soal valid dan 2 item soal tidak valid dengan tingkat reliabilitas 0,889.
Sedangkan untuk instrumen motivasi belajar dari 15 item soal
dinyatakan 14 item soal valid dan 1 item soal tidak valid dengan
tingkat reliabilitas 0,871. Dari penelitian diperoleh juga bahwa (1)
kompetensi guru berpengaruh secara langsung positif terhadap
motivasi belajar pada mata pelajaran ekonomi dengan nilai probability
0,000<0,05 dan nilai Standardized Regression Weights sebesar 0, 248;
(2) kompetensi guru berpengaruh secara langsung positif terhadap
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dengan nilai
probability 0,000 < 0,05 dan nilai Standardized Regression Weights
49
sebesar 0,268; (3) fasilitas belajar berpengaruh secara langsung positif
terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dengan
nilai probability 0,000<0,05 dengan nilai Standardized Regression
Weights sebesar 0,327; (4) fasilitas belajar berpengaruh secara tidak
langsung positif terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi dengan nilai probability 0,001<0,05 dan nilai Standardized
Regression Weights sebesar 0,228; (5) motivasi belajar berpengaruh
secara tidak langsung positif terhadap prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran ekonomi dengan nilai probability 0,000<0,05 dan nilai
Standardized Regression Weights sebesar 0,284.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Rizki Hartanti (2015) dengan
judul Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa
Kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK Batik Perbaik Purworejo
tahun Pelajaran 2014/2015. Pengambilan sampel dengan teknik sample
random sampling. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa
kompetensi guru pada kategori tinggi sekali sebesar 58,33% dan
prestasi belajar siswa pada kategori tinggi sekali sebesar 50%.
Sedangkan besarnya pengaruh (rx2y) sebesar 32,60%. Berdasarkan
analisis kuantitatif menunjukkan bahwa variabel kompetensi guru
secara positif dan signifikan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Hasil analisis regresi diperoleh Y= 67,126 + 0,316X dan uji t 4,713
dengan sig 0,000 < 0,05.
50
C. Kerangka Pikir
1. Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa.
Kompetensi guru dengan prestasi belajar sangat erat kaitannya.
Agar prestasi belajar siswa baik, maka perlu adanya kompetensi guru
yang baik pula. Kompetensi guru adalah keseluruhan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat yang berwujud
tindakan diiringi penuh rasa tanggung jawab dalam melaksanakan
tugas sebagai agen pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah
kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik. Seorang guru mengelola pembelajaran yang baik dan
menarik misalnya menggunakan strategi pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan sehingga siswa akan merasa senang dan tidak merasa
bosan sehingga siswa akan tertarik dengan mata pelajaran yang
disampaikan guru sehingga itu akan membawa dampak positif secara
psikologis sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Pengaruh Fasilitas Belajar terhadap Prestasi Belajar
Fasilitas belajar berpengaruh terhadap peningkatan hasil
prestasi belajar siswa. Fasilitas meliputi sarana dan prasarana guna
mendukung kegiatan pembelajaran, yang meliputi alat pembelajaran,
alat peraga, dan media pendidikan. Pemakaian media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan
minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan
51
belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
siswa sehingga dapat meningkatkan proses dan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, maka
dapat digambarkan paradigma penelitian sebagai berikut:
Gambar 1
Bagan Kerangka Pikir
Keterangan:
: Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individu
------ : Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama
X1 : Kompetensi Guru
X2 : Fasilitas Belajar
Y : Prestasi Belajar
D. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori, tinjauan pustaka, dan kerangka pikir di
atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
X1
X2
Y R xy
r x1y
r x2y
52
1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi guru
terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi siswa
kelas X di SMA Negeri 11 Kabupaten Purworejo.
2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar
terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi siswa
kelas X di SMA Negeri 11 Kabupaten Purworejo.
3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi guru dan
fasilitas belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi siswa kelas X di SMA Negeri 11 Kabupaten Purworejo.
53
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Sesuai permasalahan yang diangkat dan tujuan penelitian ini,
maka penelitian ini termasuk penelitian expostfacto, “yaitu suatu
penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi
dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor
yang dapat menyebabkan timbulnya kejadian tersebut” (Suharsimi,
2013: 17).
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan persepsi siswa tentang
kompetensi guru dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar mereka.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian
yang menggunakan data dalam bentuk angka. Pendekatan kuantitatif
digunakan untuk mengukur variabel bebas dan variabel terikat dengan
menggunakan angka-angka yang diolah melalui analisis statistik.
Sugiyono (2013: 14) mendefinisikan metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini sudah dilaksanakan di SMA Negeri 11
Kabupaten Purworejo kelas X semester I tahun pelajaran 2016/2017
53
54
yang beralamat di Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo. Peneliti
melakukan penelitian pada bulan Januari 2016.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya” (Sugiyono, 2015:117).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa X SMA
Negeri 11 Kabupaten Purworejo tahun pelajaran 2016/2017
disajikan dalam tabel 1 berikut ini:
Tabel 1 Populasi Kelas
No Kelas Banyak
Siswa
1 X-1 32
2 X-2 32
JUMLAH 2 64
Sumber: Data SMA Negeri 11 Kabupaten Purworejo
2. Sampel
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2015: 118)
Dalam pengambilan sampel, karena keterbatasan waktu
penelitian, maka peneliti hanya mengambil sebagian dari populasi
55
untuk dijadikan sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian dari siswa kelas X SMA Negeri 11 Kabupaten Purworejo
tahun pelajaran 2016/2017 yang menjadi wakil populasi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dilakukan secara acak, dari siswa yang
berjumlah 64 siswa diambil sampel dengan taraf kesalahan 5%
yaitu 55 siswa berdasarkan tabel penentuan jumlah sampel dari
populasi tertentu dengan taraf 1%, 5%, dan 10% (Sugiyono,
2015:128).
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu strategi atau cara yang
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan
dalam penelitiannya. Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan
untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan,
dan informasi yang dapat dipercaya (Widoyoko, Eko Putro. 2012:33).
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan
beberapa instrumen, yaitu:
1. Angket (kuesioner)
Angket atau kuisioner merupakan metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk diberikan respon sesuai dengan
permintaan pengguna. Angket yang digunakan dalam
56
penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang
jumlah item dan alternatif jawaban maupun responden
tinggal memilihnya sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya (Widoyoko Eko Putro. 2012: 33). Angket
dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur persepsi
siswa tentang kompetensi guru dan fasilitas belajar.
2. Analisis Dokumen
“Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan menganalisis isi dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam arti sempit berarti barang-barang atau benda-benda tertulis, sedangkan dalam arti yang lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud tulisan saja, tetapi dapat berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti dan simbol-simbol lainnya.”
(Widoyoko, Eko. 2012: 49-50)
Dalam penelitian ini, dokumen yang diambil adalah
data tentang prestasi belajar yang dapat diketahui dari nilai
hasil berupa nilai ulangan mata pelajaran ekonomi siswa.
Dengan demikian penyusun juga mengambil data dalam
penelitian ini dengan cara mengambil dokumen- dokuemn
yang ada yaitu nilai raport siswa SMA Negeri 11
Kabupaten Purworejo. Nilai ini merupakan variabel
pencapaian hasil belajar.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara
57
melakukan pengukuran (Widoyoko Eko Putro. 2013: 51). Untuk
memperoleh data tentang kompetensi guru dan fasilitas belajar siswa,
dikembangkan instrumen yang merupakan penjabaran dari setiap
indikator variabel. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan
angket yang berisi beberapa butir pertanyaan.
1. Kompetensi Guru
Untuk mengukur kompetensi guru, maka digunakan angket
atau kuisioner tertutup berskala kompetensi guru. Angket
kompetensi guru terdiri dari 15 butir pertanyaan yang
dikembangkan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan.
Distribusi angket berdasarkan indikator dituangkan dalam kisi-
kisi yang disajikan dalam tabel 2 berikut ini:
Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kompetensi Guru
Variabel Indikator Instrumen Sumber
Data
Banyak
Butir Nomor Butir
Kompetensi
guru
1. Kompetensi
Pedagogis
2. Kompetensi
Kepribadian
3. Kompetensi
Sosial
4. Kompetensi
Profesional
Angket Responden
(Siswa)
4
3
4
4
1, 2, 3,4
5, 6, 7
8, 9, 10, 11
12, 13, 14, 15
JUMLAH 15
Sumber: diperoleh dari hasil analisis kisi-kisi instrumen variabel kompetensi guru
58
2. Fasilitas Belajar
Untuk mengukur fasilitas belajar digunakan angket atau
belajar terdiri atas 15 butir pertanyaan yang dikembangkan
berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Distribusi angket
berdasarkan indikator yang diperlukan untuk mengungkap
fasilitas belajar dituangkan dalam kisi-kisi yang disajikan
dalam tabel 3 berikut ini:
Tabel 3 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Fasilitas Belajar
Variabel Indikator Instrumen Sumber
Data
Banyak
Butir
Nomor
Butir
Fasilitas
Belajar
1. Gedung
2. Ruang Kelas
3. Perpustakaan
4. Buku
Pelajaran
5. Perlengkapan
Pembelajaran
Angket
Responden
(Siswa)
3
3
3
3
3
1, 2, 3
4, 5, 6
7, 8, 9
10, 11, 12
13, 14, 15
JUMLAH 15
Sumber: diperoleh dari hasil analisis kisi-kisi instrumen variabel fasilitas belajar
59
Penilaian terhadap jawaban responden tentang pengaruh
kompetensi guru dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 11 Kabupaten
Purworejo disajikan dalam tabel 4 berikut ini:
Tabel 4 Pedoman Skor Alternatif Jawaban
No Jawaban Bobot Nilai
1 Selalu/Sangat Setuju 5
2 Sering/Setuju 4
3 Kadang-Kadang/Netral 3
4 Pernah/Tidak Setuju 2
5 Tidak Pernah/Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: diperoleh dari pedoman skor alternatif jawaban
F. Uji Instrumen Penelitian
Dalam penelitian, kedudukan data sangat penting karena data
merupakan gambaran variabel yang diteliti dan data berfungsi sebagai
alat untuk menguji hipotesis. Penelitian yang menggunakan kuisioner
atau angket sebagai alat ukur perlu dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas dari kuisioner yang dipakai. Data yang diperoleh melalui
prosedur pengumpulan data selanjutnya dianalisis menggunakan:
1. Uji Validitas
Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinggi. Untuk memperoleh instrumen yang valid peneliti harus
bertindak hati-hati sejak awal penyusunan. Dalam uji validitas ini,
metode yang dipakai adalah validitas konstruk.
60
Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori, yaitu menjadi dasar penyusunan instrumen. Definisi atau konsep yang diukur berasal dari teori yang digunakan. Oleh karena itu harus pembahasan mengenai teori variabel yang akan diukur menjadi dasar penentuan konstruk suatu instrumen. Berdasarkan teoti tentang variabel tersebut definisi operasional dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator tersebut kemudian dijabarkan menjadi butir-butir instrumen, baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan. Suatu butir instrumen dikatakan valid apabila memiliki sumbangan yang besar terhadap skor total. Dengan kata lain dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika skor pada butir mempunyai kejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan sebagai korelasi, sehingga untuk mengetahui validitas butir digunakan rumus korelasi product moment. Rumus korelasi product moment ada dua macam, yaitu rumus korelasi menggunakan deviasi atau simpangan, dan rumus korelasi menggunakan angka kasar. (Widoyoko, 2012: 145-147)
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan
komputer program SPSS for windows 17.0. Adapun rumus yang
digunakan adalah rumus product moment dengan angka kasar,
yaitu:
Keterangan: x : jumlah skor butir y : jumlah skor total N : jumlah sampel rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y (Widoyoko, 2012: 147)
61
Penafsiran harga koefisien korelasi dilakukan dengan membandingkan harga rxy dengan harga kritik. Adapun harga kritik untuk validitas butir instrumen adalah 0,3. Artinya apabila rxy lebih besar atau sama dengan 0,3 (rxy 0,3), nomor butir tersebut dapat dikatakan valid. Sebaliknya apabila rxy lebih kecil dari 0,3 (rxy 0,3), nomor butir tersebut dikatakan tidak valid. Penentuan batas minimal suatu butir instrumen dianggap valid apabila memiliki korelasi 0,3 terhadap skor total dengan asumsi bahwa besarnya pengaruh atau determinan butir terhadap total instrumen = (r)2 = (0,3)2 = 0,09, dibulatkan menjadi 0,1 atau 10%. Butir instrumen yang memiliki sumbangan terhadap total butir instrumen kurang dari 10% dianggap butir tersebut kurang bermakna terhadap keberadaan instrumen secara keseluruhan.
(Widoyoko, 2012: 149-150) Selanjutnya dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, Masrun (1979) dalam Sugiyono (2015: 188) menyatakan “Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3”. Jadi bila kurang dari 0,3 maka butir dinyatakan tidak valid.
62
Pengujian validitas instrumen dalam penelitian kompetensi
guru dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:
Tabel 5 Ringkasan Validitas Instrumen Kompetensi Guru
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 54.4364 38.584 .430 .875
Item2 53.9273 35.698 .720 .862
Item3 54.3818 37.018 .502 .872
Item4 54.3636 37.347 .576 .869
Item5 54.3818 37.166 .594 .868
Item6 54.2182 39.433 .359 .878
Item7 54.1636 38.769 .425 .875
Item8 53.8000 38.570 .380 .878
Item9 54.0364 38.147 .391 .878
Iem10 54.3818 37.166 .594 .868
Item11 53.9273 35.846 .702 .862
Item12 53.6000 36.541 .680 .864
Item13 54.4727 38.624 .443 .874
Item14 53.9636 35.332 .759 .860
Item15 54.7091 38.321 .447 .874
Dengan bantuan komputer program SPSS for windows 17,0
dapat diketahui ringkasan validitas instrumen kompetensi guru dapat
diketahui bahwa dari 15 item memiliki nilai validitas tertinggi yaitu
0,759 dan nilai validitas terendah yaitu 0,359 (0,359 > 0,3). Maka dapat
disimpulkan bahwa 15 item soal dinyatakan valid dan tidak ada item
yang gugur karena mempunyai nilai r > 0,3.
63
Pengujian validitas instrumen dari variabel fasilitas belajar
dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:
Tabel 6 Ringkasan Validitas Instrumen Fasilitas Belajar
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
B1 53.8364 36.399 .767 .866
B2 53.4727 37.587 .693 .870
B3 54.3455 39.638 .465 .880
B4 53.8364 36.399 .767 .866
B5 54.6000 39.578 .421 .882
B6 54.2545 38.341 .592 .875
B7 53.9091 39.529 .370 .885
B8 53.6727 39.891 .365 .885
B9 54.0545 39.682 .475 .879
B10 54.0909 40.603 .363 .884
B11 54.2545 38.341 .592 .875
B12 54.2364 38.517 .575 .875
B13 54.2545 38.119 .508 .879
B14 53.8364 36.399 .767 .866
B15 54.3273 39.632 .468 .880
Dengan bantuan komputer program SPSS for windows 17,0
dapat diketahui ringkasan validitas instrumen fasilitas belajar dapat
diketahui bahwa dari 15 item memiliki nilai validitas tertinggi yaitu
0,767 dan nilai validitas terendah yaitu 0,363 (0,363 > 0,3). Maka dapat
disimpulkan bahwa 15 item soal dinyatakan valid dan tidak ada item
yang gugur karena mempunyai nilai r > 0,3
64
2. Uji Reliabilitas
Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata
reliability dalam bahasa Inggris, berasal dari kata asal reliable
yang artinya dapat dipercaya (Widoyoko, 2012: 157) di mana suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai
alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen
yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data
yang dapat dipercaya juga (Arikunto, 2013: 221).
Dalam penelitian ini, digunakan rumus Alpha untuk
mencari reliabilitas instrumen pengukuran yang dalam sistem
skoringnya bukan 1 dan 0, tetapi bersifat gradual, yaitu ada
perjenjangan skor, mulai dari skor tertinggi sampai skor terendah
(Widoyoko, 2012 163).
Adapun rumusnya sebagai berikut:
Keterangan: r11 : reliabilitas instrumen k : banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal Ʃσb
2 : jumlah varians butir σ2t : varians total (Arikunto. 2010: 239)
65
Untuk menentukan reliabel tidaknya suatu instrumen
dilakukan dengan cara mengkonsultasikan dengan harga kritik atau
standar reliabilitas. Harga kritik untuk indeks reliabilitas instrumen
adalah 0,7. Artinya suatu instrumen dinyatakan reliabel jika
mempunyai nilai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7 (Kaplan,
1982: 106)
(Widoyoko, Eko Putro. 2013: 155)
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan komputer
program SPSS 17 for Windows dan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 7 Reliabilitas Instrumen Kompetensi Guru
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.878 15
Dari tabel 7 di atas hasil uji reliabilitas instrumen
menunjukkan variabel kompetensi guru mempunyai nilai
Cronbach’s Alpha yaitu 0,878 yang berarti nilai reliabilitas > 0,7.
Maka dapat disimpulkan bahwa instrumen kompetensi guru
dinyatakan reliabel atau dapat dipercaya.
66
Sementara hasil reliabilitas instrumen fasilitas belajar dapat
dilihat pada tabel 8 berikut ini:
Tabel 8 Reliabilitas Instrumen Fasilitas Belajar
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.884 15
Dari tabel 8 di atas hasil uji reliabilitas instrumen menunjukkan
variabel fasilitas belajar dapat diketahui nilai Cronbach’s Alpha yaitu
0,884 yang berarti nilai reliabilitas > 0,7. Maka dapat disimpulkan
bahwa instrumen fasilitas belajar dinyatakan reliabel atau dapat
dipercaya.
G. Teknik Analisis Data
Dalam menanganalisis data, penulis menggunakan teknik
analisis deskriptif dan analisis kuantitatif.
1. Analisis Deskriptif
“Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
atau generalisasi” (Sugiyono, 2015: 207-208).
Yang termasuk dalam statistik deskriptif dalam penelitian
ini antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram