PENGARUH KOMBINASI TEA TREE OIL (Melaleuca alternifolia) DENGAN
MINYAK ATSIRI BIJI JINTEN PUTIH (Cumimum cyminum) TERHADAP Candida
albican
PROPOSAL
Karya Tulis IlmiahDiajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat untuk menempuh Program Pendidikan DIII FarmasiDisusun oleh
:
Dyah Ristiputri /12329 FAAKADEMI FARMASI NASIONAL
SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Candida albicans (C. albicans) merupakan salah satu organisme
komensal yang bertindak sebagai flora normal pada tubuh manusia dan
tidak berbahaya. Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena
kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu
sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan
menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. (Siregar,
2005)Candida merupakan flora normal dan banyak tersebar di dalam
tubuh terutama di membran mukosa saluran pencernaan (24 %) dan
mukosa vagina (5- 11 %). Jamur ini bersifat oportunistik dan
beberapa spesies Candida dapat menyebabkan infeksi seperti C.
tropicalis, C. glablata dan terutama C. Albicans sebagai spesies
yang paling sering menyebabkan infeksi. Sebanyak 70% infeksi.
Candida disebabkan oleh spesies ini. Penyakit yang disebabkan oleh
jamur ini dikenal sebagai Candidiasis dan sering terjadi pada
daerah orofaring dan vagina (Arenas, 2001; Narins et al, 2003;
Brooks et al, 2004; Kayser et al, 2005 ).Pengobatan yang perlu
dilakukan adalah menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor
predisposisi yang memicu timbulnya infeksi. Pengobatan
medikomantosa diberikan sesuai dengan lokasi infeksi. Ketokonazol
merupakan salah satu obat yang sering digunakan untuk pengobatan
candidiasis, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Orhon
dkk, bahwa sebanyak 91,4% C. albicans yang diisolasi dari
pasien-pasien infeksi oleh karena penggunaan kateter, vaginitis dan
infeksi oral masih sensitif terhadap ketokonazol (Orhon et al,
1999; Arenas, 2001; Narins et al, 2003; Brooks et al, 2004; Kayser
et al, 2005; Kuswadji, 2005).Seiring berkembangnya jaman mulai
banyak pengobatan dengan bahan alam, karena obat-obat standart
seperti ketokonazol sering terdapat efek samping bila digunakan
dalam jangka lama bila ketokonazol digunakan lebih dari 3 minggu
dapat menyebabkan efek samping berat seperti hepatotoksisitas serta
efek samping lain adalah gastrointestinal, sakit kepala, dan
lain-lain (Lynch, 1994). Oleh sebab itu perlu dilakukan
pengembangan terhadap pengobatan infeksi C. albican.Salah satu dari
obat tradisional yang sedang berkembang adalah minyak atsiri kulit
batang kayu putih (Melaleuca alternifolia) yang dikenal sebagai tea
tree oil. Sebelum perkembangan obat-obat antijamur tradisional tea
tree oil ini sering digunakan dalam campuran kosmetik untuk
mengatasi jerawat karena kemampuannya menghambat pertumbuhan
Propiobacterium acne. TTO ini mengandung zat aktif utama
monoterpen, sesquiterpen, dan turunan senyawa alkohol yang diduga
menyebabkan peningkatan permeabilitas sel, menghambat asidifikasi
media, dan menghambat rantai respirasi sel jamur Candida albican
(Hammer et al., 2001, 2004; Mondello, 2006).Selain itu terdapat
tanaman lain yang juga memiliki efek antijamur adalah ekstrak biji
jinten putih (Cumimum cyminum). Cumimum cyminum terdapat kandungan
minyak atsiri yang memiliki kemampuan sebagai antimikroba juga
terdapat senyawa lain seperti senyawa monoterpen yang sama halnya
seperti tea tree oil. Biji jinten putih juga mengadung senyawa
golongan aldehida, senyawa kuminaldehida, -simen, -pinen dan
-terpinen yang tidak terdapat dalam tree tea oil, sehingga bila
dikombinasi diharapkan memiliki efek yang lebih efektif menghambat
jamur Candida albican. Penelitian dua kombinasi ini belum diperoleh
dalam referensi.
Uraian diatas peneliti menganggap perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui apakah ada peningkatan efek dari antijamur minyak
atsiri kulit batang kayu putih dengan kombinasi ekstrak biji jinten
putih terhadap pertumbuhan Candida albican.B. Rumusan Masalah
Bagaimana efek kombinasi antijamur Tree Tea Oil dengan Ekstrak
Biji Jinten Putih terhadap pertumbuhan Candida albican?C. Tujuan
Penelitian
Untuk mengetahui efek kombinasi antijamur tree tea oil dengan
ekstrak biji jinten putih terhadap pertumbuhan Candida albican.
D. Manfaat PenelitianMemberikan informasi kepada masyarakat luas
efek kombinasi antijamur Tree Tea Oil (Melaleuca alternifolia)
dengan Ekstrak Biji jinten Putih (Cumimum Cyminum) terhadap
pertumbuhan Candida albican.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka1. Melaleuca alternifolia
a. Taksonomi
Kingdom: Palntae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtaceae
Famili
: Melaleuca
Genus
: Melaleuca
Spesies
: Melaleuca alternifoliab. Nama Lain
Melaleuca, tea tree
Kayu putihc. Morfologi Tanaman
1. Batang
Bentuk batang trgak dan bulat. Konsistensinya keras dengan
permukaan halus dan berwarna putih abu-abu.
2. Daun
Bentuk daun tunggal berseling dan berwarna hijau. Panjang daun
2-3 cm, dengan lebar 0,1-0,2 cm. Pertulangan daun membujur, daging
daun tipis dan permukaan halus
3. Bunga
Bunga majemuk dan tidak bertangkai. Mahkota bungan sebanyak 5
helai, berbrntuk bulat telur dan berwarna putih.
4. Akar
Tipe akar tunggang dan berwarna coklat. ( Depkes RI, 2006)
Gambar 1. Pohon Melaleuca alternifolia
(Sumber :
http://toptropicals.com/html/toptropicals/catalog/photo_db)d.
Aktivitas Antijamur
Tree tea oil TTO mengandung zat aktif utama monoterpen,
sesquiterpen, dan turunan senyawa aromatik yang diduga menyebabkan
peningkatan permeabilitas sel dan menghambat penurunan pH
lingkungan (Hammer et al., 2004). Terpen dalam TTO adalah senyawa
hidrokarbon aromatik yang bersifat volatil, dan termasuk golongan
polimer isoprene. Secara terperinci kandungan dari Melaleuca
alternifolia adalah sebagai berikut :Tabel 1. Komposisi kandungan
Melaleuca alternifolia
Hammer et al. (2004) juga menyebutkan komponen Tree tea oil yang
paling kuat menghambat pertumbuhan Candida albican adalah terpinen
4-ol, terpinen 4-ol ini merupakan komponen yang paling banyak dalam
minyak atsiri kulit batang Melaleuca alternifolia. Mekanisme
kerjanya terutama adalah meningkatkan permeabilitas membran Candida
albican dan menghambat asidifikasi medium pertumbuhannya.
Berdasarkan penelitian Paduch et al. (2007), mekanisme antijamur
dari senyawa-senyawa ini kurang lebih sama, yaitu:
1) Mempengaruhi struktur membran, meningkatkan permeabilitas
membran, dan mengganggu struktur protein membran.
2) Mengganggu rantai respirasi sel jamur.
3) Menghambat transformasi dari bentuk coccus menjadi filamen.2.
Cuminum cyminuma. Taksonomi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: SpermatophytaKelas
: DicotyledonaeOrdo
: UmnellalesFamili
: Apiaceae
Genus
: Cuminum
Spesies
: Cuminum cyminum (Harder, dkk,1965)b. Morfologi TanamanTanaman
jintan putih merupakan tanaman terna (tanaman yang batangnya lunak
karena tidak membentuk kayu), tinggi 1,5-5 meter. Batang
bergaris-garis, tidak berbulu, berbentuk pita, dan panjang 3-10 cm.
Bunga berbentuk payung, panjang mahkota bunga 1 milimeter, warna
putih atau merah. Panjang buah 5 mm-7, dan lebar 3 mm. Tanaman ini
mempunyai batang kayu dan daunnya bersusun melingkar dan bertumpuk.
Daun jintan putih mempunyai pelepah daun seperti ranting-ranting
kecil. Bentuk daun jintan putih tidak berwujud lembaran, tetapi
lebih mirip benang-benang kaku dan pendek. Warna dominan tumbuhan
ini hijau dan bunganya berukuran kecil berwarna kuning tua ditopang
oleh tangkai yang agak panjang (Heyne, 1987).Buah matang yang
kering berbentuk oval memanjang dengan ukuran panjang 5-6 mm, dan
berwarna sawo muda serta berbau aromatik. Baunya sangat khas dan
bila dikonsumsi memiliki rasa hangat.
Gambar 2. Biji jinten putih (Cuminum cyminum)c. Kandungan Kimia
Biji Jinten PutihBuah jintan putih mengandung minyak atsiri
sebanyak kurang lebih 2-5%. Komponen utama dalam minyak atsiri
tersebut adalah cuminal (32%) dan safranal (24%). Selain itu,
komponen lain yang terkandung dalam minyak jintan putih yaitu
p-cimene, -pinene, serta -fellandren (Guenther, 1990 ; Anonim,
2009).
d. Kegunaan Tumbuhan Berdasarkan hasil-hasil pengujian secara
praklinis, dapat disimpulkan bahwa jintan putih memiliki sifat
sebagai antibakteri, antikarsinogenik, antihiperglikemia,
antioksidan, antispasme, karminatif, dan digestif ( Anonim, 2009 ;
Agustaa, 2000).Berikut ini adalah beberapa senyawa aktif dalam
ekstrak biji jinten hitam (Nigella sativa) yang telah terbukti
efektif menghambat pertumbuhan Candida albican:1. Kuminal
dehida
2. Kuminal dehida adalah senyawa fitokimia komponen minyak
atsiri golongan aldehid yang terdapat dalam ekstrak biji jinten
putih (Cuminum cyminum) yang terbukti memiliki efek anti jamur
terhadap Candida albican. Mekanisme penghambatannya adalah dengan
dapat menyebabkan perubahan permeabilitas membran dan kerusakan
membran yang akhirnya menyebabkan kematian sel.
3. -terpinen, -pinen, -pinen-terpinen, -pinen, -pinen adalah
senyawa golongan monoterpen yang terdapat pada ekstrak biji jinten
putih. Memiliki kemampuan mengubah fungsi membran dari protein
integral sebagai senyawa aktif permukaan nonionik (surfaktan) dan
membentuk derivatif pirol dengan kelompok amina primer fosfatidil
etanol amin dan fosfatidilserin di lapisan luar membran plasma yang
mengganggu kerja membran plasma, masuk ke dalam sitoplasma dan
bereaksi dengan L-sistein yang terdapat didalam sitoplasma seperti
pada glutation, protein dan alkohol dehidrogenase
3. Candida albican
a. Taksonomi
Kingdom: Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas
: Saccharomycetes
Ordo
: Saccharomycetales
Famili : Saccharomycetaceae
Genus
: Candida
Spesies : Candida albicans (Hendrawati, 2008)
Gambar 3. Candida albican (Hendrawati, 2008)b. Sinonim Candida
stellatoidea dan Oidium albicans (Hendrawati, 2008)
c. MorfologiCandida albican merupakan jamur dimorfik karena
kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu
sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan
menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan
bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya
(Hendrawati, 2008). Bentuk khamir membuat Candida albicans lebih
mudah melakukan penyebaran daripada bentuk hifa, sementara bentuk
hifa memudahkan Candida albicans melakukan penetrasi ke tubuh inang
(Sherwood et al., 1992). Perubahan bentuk khamir ke hifa sangat
dipengaruhi oleh lingkungan mikro sel inang selama proses invasi.
(Brown and Gow, 1999). Candida albican yang patogen dapat membentuk
hifa intraseluler (Jong et al., 2001).
Sifat-sifat Candida albican yang bisa dijadikan acuan
identifikasi adalah jamur gram positif, terjadi fermentasi pada
medium glukosa, maltosa, dan sukrosa, terdapat pembentukan gas
dalam glukosa, maltosa, dan laktosa. Secara makroskopis didapatkan
koloni berwarna putih, bulat agak cembung dengan bau khas ragi.
Semua sifat tersebut sesuai dengan ciri-ciri Candida albican murni
(Hendrawati, 2008).Morfologi koloni Candida albican pada medium
padat Agar Sabouraud Dekstrosa umumnya berbentuk bulat dengan
permukaan sedikit cembung, halus, licin dan kadang-kadang sedikit
berlipat-lipat terutama pada koloni yang telah tua. Umur biakan
mempengaruhi besar kecil koloni. Warna koloni putih kekuningan dan
berbau asam seperti aroma tape. Dalam medium cair seperti glucose
yeast, extract pepton, Candida albican tumbuh di dasar tabung .d.
FisiologiCandida albican dapat tumbuh pada suhu 37C dalam kondisi
aerob atau anaerob. Pada kondisi anaerob, Candida albican mempunyai
waktu generasi yang lebih panjang yaitu 248 menit dibandingkan
dengan kondisi pertumbuhan aerob yang hanya 98 menit. Walaupun
Candida albican tumbuh baik pada media padat tetapi kecepatan
pertumbuhan lebih tinggi pada media cair dengan digoyang pada suhu
37C. Pertumbuhan juga lebih cepat pada kondisi asam dibandingkan
dengan pH normal atau alkali (Kusumaningtyas, 2008).e.
PatofisiologiCandida albican adalah mikroorganisme oportunis, dapat
dijumpai di seluruh badan, terutama dalam mulut, kolon, kuku,
vagina, dan saluran anorektal (Harahap, 2000). Kehamilan,
kontrasepsi oral, terapi antibiotik berspektrum luas, diabetes,
terapi dengan steroid, endocrinopathy, dan faktor-faktor yang
menyebabkan penurunan kekebalan tubuh dapat menyebabkan perubahan
Candida albican menjadi patogen (Habif, 2004).f. Pengobatan
Kandidiasis
Pengobatan kandidiasis meliputi pengobatan sistemik menggunakan
obat-obat yang diberikan secara oral dan pengobatan topikal.
Macammacam obatan antifungal adalah sebagai berikut :
1) Derivat Azol (Imidazol dan Triazol)
Derivat imidazol merupakan obat antifungal berspektrum luas.
Mekanisme kerjanya adalah dengan mengganggu sintesis komponen
dinding sel jamur, yaitu dengan menghambat kerja lanosterol 14-
demethylase, sitokrom P450 yang mengubah lanosterol menjadi
ergosterol. Berkurangnya ergosterol mengakibatkan instabilitas dan
hiperpermeabilitas membran (Wolf et al., 2008). Contoh obat anti
jamur derivat azol adalah ketokonazol, flukonazol, clotrimazol,
itrakonazol, dan mikonazol (Bahry dan Setiabudi, 1995).2) Derivat
Alilamin dan Benzilamin
Alilamin dan benzilamin memiliki mekanisme kerja yang sama,
yaitu menghambat squalene epoxidase. Squalene epoxidase ini adalah
suatu enzim yang mengubah squalen menjadi squalene oxide. Aktivitas
inhibisi squalen epoxidase ini termasuk aktivitas fungisidal,
karena akumulasi squalen di dalam sel jamur akan menyebabkan
kematian sel secara langsung, selain itu juga akan menyebabkan
hambatan dalam sintesis ergosterol (Wolf et al., 2008) Contoh obat
anti jamur dari derivat alilamin adalah naftifine dan terbinafin.
Sedangkan contoh obat anti jamur derivat benzilamin adalah
butenafin (Odom et al., 2000).3) Golongan Polyene
Dua obat golongan polyene adalah nystatin dan amphotericin B.
Mekanisme kerjanya adalah dengan mengikat sterol di membran sel
jamur secara irreversible,. Molekul polyene menunjukkan adanya
afinitas yang lebih tinggi terhadap sterol dari sel jamur daripada
sterol yang berasal dari tubuh manusia. Namun hasil penelitian
menunjukkan toksisitas selektif obat golongan ini kurang sempurna,
karena molekul polyene masih bisa mengikat sterol dari membran sel
manusia (Wolf et al., 2008).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental, karena
ekstrak biji jinten putih yang akan digunakan dalam penelitian
dikombinasikan dengan tree tea oil. Kemudian kombinasi yang
dihasilkan dilakukan pemeriksaan aktivitas antijamur Candida
albican.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di laboratorium Mikrobiologi Akademi
Farmasi Nasional Surakarta pada bulan November 2014-Februari
2015.C. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan adalah biji jinten putih yang kemudian
digunakan dalam bentuk ekstrak (minyak atsiri to?. Ekstrak biji
jinten putih diperoleh dari BPTO Tawangmangu. Tea Tree
Oilnya???Sampel yang digunakan adalah jamur Candida albican murni
diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Akademi Farmasi nasional
Surakarta. Sampel diambil secara random sampling. Sampel yang
dipilih adalah biakan Candida albican yang berumur 4 hari. Koloni
Candida albican diambil dari beberapa tempat secara random untuk
diencerkan dengan NaCl 0,9% sampai kekeruhannya ekuivalen dengan
standar 0,5 Mc Farland.D. Besar SampelPenelitian dibutuhkan ( besar
sampel tidak perlu dimasukkan
.E. Variabel PenelitianVariabel bebas
: Konsentrasi ekstrak biji jinten putih (Cymimum
cyminum) dan tea tree oilVariabel tergantung :Ukuran diameter
zona hambatan pertumbuhan Candida
albican.F. Kerangka Pikir
Gambar 4. Skema Kerangka PikirG. Jalannya Penelitian1. Uji
Pendahuluan
Gambar 3. Skema Alur Kerja Tahap Pendahuluan2. Tahap
Penelitian
Gambar 4. Skema Alur Kerja Tahap PenelitianH. Cara Kerja
1. Persiapan
a. Persiapan Tea Tree Oil
Sampel Tea Tree Oil didapat dari.TTO kemudian diencerkan dengan
seri pengenceran yang berbeda menggunakan etanol 70% dengan
konsentrasi 30%, 50%, dan 100%
b. Persiapan Minyak Atsiri Biji Jinten Putih
Sampel minyak atsiri biji jinten putih yang digunakan didapat
dari B2P2TO2T Tawangmangu dengan metode..
Minyak atsiri yang didapat kemudian diencerkan dengan seri
pengenceran yang berbeda menggunakan etanol 70% dengan seri
konsentrasi 30%, 50%, dan 100%c. Penyiapan Candida albican
Persiapan media
Media yang digunakan adalah SDA (Saboraud Dextrose Agar)
Setiap 19,5 gram Saboraud Dextrosa Agar bubuk ditambahkan dengan
300 ml aquades, diaduk kemudian dipanaskan.
Larutan kloramfenikol ditambahkan pada media SDA cair untuk
mencegah tumbuhnya kontaminan. Setiap 1000 mL SDA cair dibutuhkan
400 mg kloramfenikol. Maka kloramfenikol yang dibutuhkan untuk 300
mL SDA :
= 120 mg Tiap 250 mg kloramfenikol dilarutkan dalam 10 mL NaCl
0.9% maka NaCl yang diperlukan adalah :
= 4,8 mL SDA cair kemudian disterilkan dengan autoclave pada
suhu 1210C selama 15 menit. SDA cair dituang ke dalam cawan petri
yang sebeli=umnya telah disterilkan.
d. Pembuatan Suspensi Candida albican
Candida albican disuspensikan ke dalam larutan NaCl 0.9% steril
sampai didapatkan kekeruhan yang ekuivalen dengan standar 0.5 Mc
Farland.e. Pembuatan larutan Nistatin dengan konsentrasi 100 IU
Larutan Nystatin 100 IU dibuat dengan menimbang 2,841mg serbuk
Nystatin dalam labu ukur 100mL dan ditambahkan DMSO hingga batas
tanda. Kemudian dikocok hingga larut (Larutan A). Setelah itu
dipipet sebanyak 1mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 5mL lalu
ditambahkan DMSO hingga volumenya 5mL (Larutan B). Kemudian dari
larutan B dipipet 1mL ke dalam labu ukur 5mL dan dicukupkan
volumenya dengan DMSO hingga batas tanda (Larutan C). Terakhir
dipipet 1mL larutan C dalam labu ukur 5mL kemudian dicukupkan
volumenya dengan DMSO. Larutan D adalah Nystatin 100IU
(Suryadi,2012).
1. Tahap Pendahuluan
a. Penanaman Candida albicanBiakan Candida albican diambil
dengan oshe steril masukkan kedalam larutan NaCl 0.9% sampai
didapat tingkat kekeruhan yang sama dengan standart Mc Farland no
5. Lalu tuang 0,2 mL sampel cair Candida albican kedalam
masing-masing cawan petri yang berisi media SDA. Goyangkan agar
Candida albican merata.
b. TTo diencerkan dengan etanol 70% dengan konsentrasi 30%, 50%,
dan 100%. Lakukan hal yang sama dengan minyak atsiri biji jinten
putih (Cuminum cyminum).c. Tiap seri konsentrasi dibuat 3x
replikasi.
d. Kontrol negative diisi dengan 0,05 mL etanol 70%
e. Control positif diisi dengan 0,05 mL nistatin
2. Tahap Penelitiana. Pembuatan media Saboraud Dextrose Agar
dilakukan dengan cara yang sama seperti tahap pendahuluan.b.
Penanaman Candida albicanPenbiakan candida albican sama seperti
pada tahap uji pendahuluan SDA yang sudah jadi dipadatkan kedalam
cawan petri.c. TTO dicampur dengan minyak atsiri biji jinten putih
(Cuminum cyminum) dengan perbandingan (75:25), (50:50), (25:75) di
buat sebanyak 2 mL dengan pengenceran menggunakan etanol 70%.d.
Kemudian masing-masing cawan petri yang berisi medium SDA diisi
dengan 0,05 mL etanol 70% sebagai kontrol negative, 0,05 mL larutan
nistatin sebagai kontrol positif, serta kombinasi TTO dan minyak
atsiri biji jinten putih. e. Semua cawan petri kemudian dimasukkan
dalam incubator dengan suhu 37C selama 24 jam.f. Zona jernihyang
terbentuk pada sekeliling cakram diukur dengan jangka sorong.I.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan membandingkan zona hambat yang
dihasilkan dari metode difusi agar yang merupakan efek antijamur
kombinasi TTO (Melaleuca alternifolia) dengan minyak atsiri biji
jinten putih (Cuminum cyminum) terhadap kontrol positif, TTO, serta
minyak atsiri biji jinten putih. Pada penelitian ini data yang
diperoleh diolah menggunakan uji statistik yaitu One Way ANOVA
kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc Test LSD. ANOVA dilakukan
untuk membandingkan rata-rata diameter 5 kelompok perlakuan dan
untuk mengetahui apakah ada perbedaan ayang signifikan antara zona
hambat yang dihasilkan. Untuk membandingakn ke 5 kelompok perlakuan
dengan LSD. Data akan diolah dengan menggunakan Statistical Product
and Services Sollution (SPSS) 16.0DAFTAR PUSTAKA
Arenas R, Estrada R. Tropical Dermatology. Georgetown : Landes
Bioscience;2001. 17-22.
Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelbergs
Medical
Microbiology. 23rd Edition. Singapore : McGraw-Hill; 2004.
39-40, 58-9, 431-4.
Hammer, K. A, Carson, C F. & Riley, T. V. (1996).
Susceptibility of transient and commersial skin flora to the
essential oil of Melaleuca alternifolia (tree tea oil). American
Journal of Infection Control 24, 186-9.Kayser FH, Bienz KA, Eckert
J, Zinkernage RM. Medical microbiology. 10th
Edition. Stuttgart : Thieme; 2005. 362-4.
Lynch, M.A.1994. Burket's Oral Medicine. Diagnosis and
Treatment. Ed.Ke-9. Philadelphia. J.B.Lippincott Company.
203-213.
Siregar, 2005, Penyakit Jamur Kulit, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.Suryadi. 2012. Skrining fungi simbion dri alga hijau Ulva
reticulata sebagai penghasil senyawa antimikroba. Skripsi tidak
diterbitkan. Makassar. Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin.Tajy,T.H and Rahardja, K. 2003. Obat-obat Penting. 5th.
Penerbit PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.
91-104Minyak atsiri biji Jinten putih
Minyak atsiri kulit batang Melaleuca alternifolia
kuminaldehida
Terpinen 4-ol, terpinen-4ol,
terpinene, pinene, 1,8 cineol
-terpinen, -pinen, -
pinen
1. Menghambat sintesis ergosterol
2. Menghambat transformasi bentuk khamir menjadi filamen
3. Meningkatkan permeabilitas membran
4. Mengganggu rantai respirasi sel jamur
Menghambat pertumbuhan Candida albican
Meningkatkan kemampuan daya inhibisi Candida albican
Merubah permeabilitas membran dan merusak membran dan akhirnya
menyebabkan
kematian sel
Candida albican yang diekuivalen dengan 0.5 Mc Farland
Biakkan dengan SDA (Saboraud Dextrose Agar)
Kelompok 1
TTO 30%
(3x replikasi)
Kelompok 2
TTO 50%
(3x replikasi)
Kelompok 3
TTO 100%
(3x replikasi)
Kelompok 6
M.A Biji JInten Putih 100%
(3x replikasi)
Kelompok 4
M.A Biji JInten Putih 30%
(3x replikasi)
Kelompok 5
M.A Biji JInten Putih 50%
(3x replikasi)
Kelompok 8
Kontrol negatif Etanol 70%
Kelompok 7
Kontrol positif Nistatin
Seluruh cawan petri di inkubasi pada suhu 35 C selama 24 jam
Diameter zona hambat diukur dengan jangka sorong
Candida albican yang diekuivalen dengan 0.5 Mc Farland
Dibiakkan dengan SDA (Saboraud Dextrose Agar)
Dengan Metode Difusi Agar, SDA dicawan petri yang sudah memadat
di beri cakram steril diatas medium yang sudah dicelup dengan
etanol, TTO, Minyak atsiri Biji Jinten Putih, kombinasi TTO dan
Minyak atsiri biji jinten putih, dan Nistatin
Kelompok 1
Etanol 70%
Kelompok 2
Nistatin
Kelompok 5
Kombinasi TTO dan M.A Biji Jinten Putih perbandingan (25:75)
Kelompok 4
Kombinasi TTO dan M.A Biji Jinten Putih perbandingan (50:50)
Kelompok 3
Kombinasi TTO dan M.A Biji Jinten Putih perbandingan (75:25)
Seluruh cawan petri dimasukkan kedalam inkubator pada suhu 37C
selama 24 jam
Ukur diameter zona hambat yang diperoleh dengan jangka
sorong
Data yang diperoleh diolah dengan uji statistik