perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENGARUH KOMBINASI BAHAN PENSTABIL CMC DAN GUM ARAB TERHADAP MUTU VELVA WORTEL (Daucus carota L.) VARIETAS SELO DAN TAWANGMANGU Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Oleh : AYU KUSUMA RINI H 0908011 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
52
Embed
PENGARUH KOMBINASI BAHAN PENSTABIL CMC DAN GUM ARAB .../Pengaruh... · Kombinasi Bahan Penstabil Cmc Dan Gum Arab terhadap Mutu Velva Wortel (Daucus carota L.) Varietas Selo dan Tawangmangu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH KOMBINASI BAHAN PENSTABIL CMC DAN GUM ARAB TERHADAP MUTU VELVA WORTEL
(Daucus carota L.) VARIETAS SELO DAN TAWANGMANGU
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Teknologi Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi
Ilmu dan Teknologi Pangan
Oleh :
AYU KUSUMA RINI
H 0908011
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, terima kasih ya Allah, rasanya ungkapan itu
yang pertama kali terbesit dalam benak penulis. Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Kombinasi Bahan Penstabil Cmc Dan Gum Arab terhadap Mutu Velva
Wortel (Daucus carota L.) Varietas Selo dan Tawangmangu”. Penulisan
skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa untuk
mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada program studi Ilmu dan Teknologi
Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ir. Bambang Sigit Amanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu dan Teknologi
Pangan.
3. Dwi Ishartani, S.TP., M.Si. selaku Pembimbing Utama skripsi sekaligus
Penguji yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
bimbingan, petunjuk, serta dorongan yang sangat berarti bagi penyusunan
skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Ir. Basito, M.Si selaku Pembimbing Pendamping Skripsi sekaligus Penguji
yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
bimbingan, petunjuk, serta dorongan yang sangat berarti bagi penyusunan
skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Rohula Utami, S.TP., M.P. selaku Penguji Skripsi yang telah memberikan
masukan dan bimbingan yang sangat berarti bagi penyusunan skripsi ini.
6. Ir. Windi Atmaka, M.P. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan serta semangat yang sangat berarti selama masa perkuliahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
7. Dosen Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan dan Dosen Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan
bantuannya selama masa perkuliahan penulis.
8. Pak Giyo dan Pak Joko, Staf TU Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, atas bantuannya dalam
mengurusi administrasi.
9. Bu Sri Liswardani, S.TP. dan Pak Slameto, Laboran Ilmu dan Teknologi
Pangan FP UNS dan Mba Ayun serta mas Teguh, Yoku Food Industry Kampus
Mesen atas bantuan dan masukannya selama penelitian.
10. Papa (Almarhum), skripsi ini saya persembahkan buat Papa. Adek bisa kuat
dan tegar selama ini hingga menjadi sarjana untuk membuat Papa bangga dan
tersenyum dari sana.
11. Ibu yang telah banyak sekali berjasa kepada saya dalam mendidik dan merawat
saya dengan kasih saying, serta menyekolahkan saya dari kecil hingga saya
dapat lulus menjadi Sarjana (S1). Terima kasih untuk setiap doa dan
dukungannya baik material dan spiritual. Semoga rahmat Allah SWT Tuhan
Yang Maha Esa yang kekal selalu melimpah kepada Ibu. Amin.
12. Mas saya, Toppaz Sunardi Atma dan Mba ipar saya, Rani Kurniawati, terima
kasih atas semua bantuan, nasihat, dan dukungannya selama ini sehingga
PENGARUH KOMBINASI BAHAN PENSTABIL CMC DAN GUM ARAB TERHADAP MUTU VELVA WORTEL (Daucus Carota L.) VARIETAS
SELO DAN VARIETAS TAWANGMANGU
Ayu Kusuma Rini H 0908011
RINGKASAN
Velva merupakan frozen dessert yang terbuat dari buah dan mempunyai kadar lemak yang jauh lebih rendah dari es krim. Wortel digunakan sebagai bahan baku karena mempunyai kandungan beta karoten yang tinggi, yaitu 9600 µg/100 gr. Penggunaan kombinasi bahan penstabil CMC (Carboxy Methyl Cellulose) dan gum arab bertujuan untuk memperbaiki kelemahan pada penggunaan salah satu jenis bahan penstabil tersebut dan memperbaiki mutu sensoris dan fisik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi kombinasi CMC dan gum arab terhadap sifat sensoris (warna, rasa, aroma, tekstur, dan overall) dan sifat fisik (overrun dan daya leleh) velva wotel (Daucus carota L.) varietas Selo dan Tawangmangu dan mengetahui sifat kimia (kadar air, lemak, padatan terlarut, serat, β-karoten) velva wotel (Daucus carota L.) yang terbaik dari varietas Selo dan Tawangmangu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 1 faktor, yaitu perbedaan perbandingan konsentrasi kombinasi bahan penstabil pada velva wortel varietas Selo dan Tawangmangu. Data dianalisis secara statistik dengan ANOVA, apabila hasil yang diperoleh ada beda nyata, maka dilanjutkan dengan uji DMRT dengan tingkat signifikasi 0,05.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kombinasi bahan penstabil CMC dan gum arab tidak berpengaruh pada tingkat kesukaan panelis terhadap warna, rasa, dan aroma velva wortel, tetapi berpengaruh terhadap tekstur dan overall velva wortel serta berpengaruh pada overrun dan resistensi velva wortel varietas Selo dan Tawangmangu. Uji pembobotan menunjukkan bahwa velva wortel yang terbaik adalah velva wortel dengan kombinasi bahan penstabil CMC:gum arab = 2:1. Nilai kadar air, kadar serat kasar, padatan terlarut, dan kadar betakaroten antara velva wortel varietas Selo dan Tawangmangu tidak berbeda nyata, sedangkan nilai kadar lemaknya berbeda nyata. Velva wortel Selo dan Tawangmangu berturut-turut mengandung kadar air 75,25 % dan 74,12 %, kadar lemak 0,08 % dan 0,04 %, padatan terlarut 19,25 % dan 18,75 %, kadar serat kasar 0,20 % dan 0,22 %, kadar beta karoten 1502,58 µg/100 gr dan 1432, 58 µg/100 gr Kata kunci: velva, wortel varietas Tawangmangu, wortel varietas Selo, CMC, gum arab.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
THE EFFECT OF CMC AND ARABIC GUM COMBINATION AS STABILIZER ON THE QUALITY OF CARROT VELVA (Daucus carota L.)
OF TAWANGMANGU AND SELO VARIETIES
Ayu Kusuma Rini H 0908011
SUMMARY
Velva is a frozen dessert which is made from fruit and its fat is much lower than ice cream’s. Carrot is used as a raw material because it has a high contain of beta carotene, which is 9600 µg/100 gr. The use of stabilizer combination of CMC (Carboxy Methyl Cellulose) and gum aims to fix the weaknesses in the use of one type of those stabilizers and improve the quality of sensory and physical. The purpose of this study was to determine the effect of the concentration of CMC and arabic gum to the sensory properties (color, flavor, taste, texture, and overall) and physical properties (overrun and melting power) on carrot velva (Daucus carota L.) of Selo and Tawangmangu varieties and to find out the chemical properties (moisture, fat, dissolved solids, crude fiber, beta carotene) from the best carrot velva (Daucus carota L.) of Selo and Tawangmangu varieties. This research applied Completely Randomized Design consist of one factor which is the concentration ratio of the stabilizers combination on carrot velva of Selo and Tawangmangu varieties. The data obtained then analyzed statistically by using ANOVA, when there is a real difference, then followed by DMRT test with a significance level of 0.05.
From the research results can be concluded that the stabilizer combination of CMC and arabic gum did not affect the preference level of the carrot velva’s color, taste, and flavor, but it affect the carrot velva’s texture, overall, resistance and overrun. The weighting test shows that the best carrot velva is carrot velva which use stabilizer combinations of CMC and gum arabic with ratio 2:1. The value of water content, crude fiber content, dissolved solids, and beta carotene content of carrot velva of Selo and Tawangmangu varieties were not significantly different, whereas the fat content is significantly different. Carrot velva of Selo and Tawangmangu variety consequently contain 75.25 % and 74.12 %, moisture, 0.08 % and 0.04 % fat, 19.25 % and 18.75 % dissolved solids, 0,20 % and 0.22 % crude fiber, 1502.58 µg/100 g and 1432, 58 µg/100 g beta carotene.
Keywords: velva, carrot of Selo variety, carrot of Tawaangmangu variety, CMC, arabic gum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Velva adalah salah satu jenis frozen dessert yang mempunyai tekstur mirip
es krim dan terbuat dari puree buah. Velva mempunyai kadar lemak yang jauh
lebih rendah dari es krim. Kandungan lemak yang rendah dari velva
memungkinkan untuk dijadikan alternatif pengganti es krim dan pilihan bagi
golongan vegetarian ataupun orang yang sedang diet rendah lemak. Selain itu
velva juga mengandung zat gizi yang tinggi.
Salah satu komponen penting dalam pembuatan velva adalah bahan
penstabil. Menurut Arbuckle and Marshall (1996), fungsi utama penggunaan
bahan penstabil pada produk es krim yaitu untuk menghasilkan produk dengan
tekstur yang lembut, mengurangi pembentukan kristal es yang kasar selama
penyimpanan, dan memberikan daya tahan yang baik terhadap pelelehan.
Bahan penstabil yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah CMC
(Carboxy Methyl Cellulose) dan gum arab. CMC adalah penstabil yang paling
banyak dipakai untuk mendapatkan tekstur yang baik. Penggunaan CMC akan
memberikan hasil yang baik apabila digunakan bersama-sama dengan satu atau
lebih bahan penstabil, misalnya gum arab. Produk es krim yang menggunakan
gum arab umumnya tidak cepat meleleh pada suhu ruang.
Penggunaan kombinasi bahan penstabil CMC dan gum arab bertujuan
utuk memperbaiki kelemahan-kelemahan pada penggunaan salah satu jenis
bahan penstabil tersebut. Menurut penelitian Noviana (2003), penggunaan
kombinasi CMC dan gum arab lebih meningkatkan overrun dan resistensi
velva kemang bila dibandingkan hanya menggunakan gum arab saja. Penelitian
juga menunjukkan bahwa velva kemang yang menggunakan CMC: gum arab =
2 :1 mampu menghasilkan overrun yang berkisar antara 14,70 % - 16,77 %,
relatif lebih tinggi dari nilai overrun yang menggunakan CMC saja.
Pada penelitian terdahulu, buah sirsak, kweni, kemang, jambu biji,
nanas, nangka, labu jepang, dan labu parang pernah dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan velva. Salah satu jenis komoditi lain yang bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan velva adalah wortel. Pembuatan
velva dengan bahan baku wortel varietas Lembang pernah dilakukan oleh
Nurjanah (2003). Pemanfaatan wortel sebagai bahan baku pembuatan velva
diharapkan dapat meningkatkan potensi pemasaran wortel sebagai produk
olahan yang memiliki nilai tambah. Selama ini pemanfaatan wortel di
masyarakat hanya terbatas sebagai campuran dalam pembuatan sayuran olahan
ataupun diolah menjadi sari buah.
Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1998), wortel
mempunyai kandungan seyawa fungsional, yaitu beta karoten yang bermanfaat
untuk kesehatan. Dalam 100 gram wortel, terkandung betakaroten sebesar 9600
µg. Betakaroten merupakan senyawa fungsional yang menjaga kesehatan,
menghambat penuaan, mencegah dan menekan pertumbuhan sel kanker.
Setiap tahunnya pertanian Indonesia menghasilkan ribuan ton buah dan
sayur yang beragam jenisnya, salah satunya adalah wortel. Menurut Badan
Pusat Statistik (2010), wortel merupakan komoditi yang ketersediaannya
melimpah di Jawa Tengah, bahkan mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Dalam tahun 2010, produksi wortel di Jawa Tengah mencapai 106951 ton.
Tawangmangu dan Selo adalah contoh daerah penghasil wortel di Jawa
Tengah. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dicoba untuk membuat velva
dengan bahan baku wortel varietas Selo dan Tawangmangu yang menggunakan
kombinasi CMC dan gum arab untuk menghasilkan produk yang optimal serta
untuk mengetahui pengaruh penggunaannya terhadap sifat fisik, kimia, dan
sensoris.
B. Perumusan masalah
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi kombinasi CMC dan gum arab terhadap
sifat sensoris (warna, rasa, aroma, tekstur, dan overall) dan sifat fisik
(overrun dan daya leleh) velva wotel (Daucus carota L.) varietas Selo dan
Tawangmangu?
2. Bagaimana sifat kimia (kadar air, lemak, padatan terlarut, serat, beta
karoten) velva wotel (Daucus carota L.) varietas Selo dan Tawangmangu
yang terbaik?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi kombinasi CMC dan gum arab terhadap
sifat sensoris (warna, rasa, aroma, tekstur, dan overall) dan sifat fisik
(overrun dan daya leleh) velva wotel (Daucus carota L.) varietas Selo dan
Tawangmangu.
2. Mengetahui sifat kimia (kadar air, lemak, padatan terlarut, serat kasar, beta
karoten) velva wotel (Daucus carota L.) varietas Selo dan Tawangmangu
yang terbaik.
D. Manfaat penelitian
1. Dapat memberikan informasi mengenai alternatif pengolahan sayuran
wortel (Daucus carota L.), yang dapat memberikan acuan sebagai upaya
diversifikasi pangan.
2. Dapat memberikan informasi ilmiah mengenai formulasi dan cara
pengolahan velva yang merupakan frozen dessert rendah lemak yang dapat
dijadikan alternatif pilihan bagi golongan masyarakat tertentu, misalnya
golongan vegetarian ataupun orang – orang yang sedang diet rendah lemak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Frozen dessert umumnya merupakan produk yang dibekukan, antara
lain es krim, water ices, sherbet, velva, dan berbagai produk olahan lainnya.
Biasanya bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan frozen dessert
meliputi lemak, protein, gula, penstabil, emulsifier, dan flavor. Definisi
berbagai jenis produk-produk frozen dessert menurut Medved (1986) dalam
Noviana (2003) adalah sebagai berikut:
a. Ice cream : merupakan makanan beku pencuci mulut yang dibuat dari
krim, gula pasir, dengan atau tanpa flavor dan
mengandung tidak lebih dari 14 % lemak susu.
b. Ice Milk
: merupakan makanan beku pencuci mulut yang mirip
dengan es krim dalam penyajiannya dan bahan-bahannya,
tetapi ice milk rendah kandungan lemaknya.
c. Mellorine : merupakan makanan beku pencuci mulut yang memiliki
total padatan dan berat yang hampir sama dengan es krim,
tetapi lemak yang digunakan dapat berasal dari hewan
maupun sayuran.
d. Water ices : merupakan makanan beku pencuci mulut yang dibuat dari
jus buah, air, dan gula atau juga boleh ditambahkan
flavor, pewarna, asam sitrat, dan penstabil.
e. Sherbet : merupakan makanan beku pencuci mulut yang dibuat dari
bahan-bahan yang sama dengan es, namun mengandung
susu.
f. Velva : merupakan makanan beku pencuci mulut yang terdiri dari
puree buah, gula, dan penstabil.
Sedangkan menurut Saleh (2004), frozen dessert dapat digolongkan
berdasarkan komposisinya, yaitu terdiri dari es krim, milk ice, sherbet, dan
water ice. Penggolongan frozen dessert berdasarkan komposisinya dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Tabel 2.1 Penggolongan Frozen Dessert Berdasarkan Komposisinya Jenis
Velva merupakan makanan beku (frozen dessert) dengan tekstur
lembut seperti es krim, dibuat dari campuran puree buah, gula, dan bahan
penstabil. Perbedaan utama antara velva dengan sherbet dan ices adalah pada
konsistensi buah yang digunakan. Velva menggunakan puree, sedangkan
sherbet dan ices menggunakan sari buah (Setianawati, 2002).
Velva mempunyai kelebihan dibandingkan es krim, yaitu velva
mengandung kadar lemak yang rendah karena tidak menggunakan lemak
tambahan yang berasal dari susu. Lemak yang terkandung hanya berasal dari
buah yang digunakan. Kandungan lemak yang rendah dari velva
memungkinkan untuk dijadikan sebagai alternatif pengganti es krim. Contoh
produk velva dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Velva Wortel
Velva terdiri dari beberapa komponen, yaitu puree buah atau sayur,
bahan penstabil, asam sitrat, dan gula (Setianawati, 2002).
1. Puree wortel
Puree adalah hancuran dari buah dengan konsistensi seperti bubur.
Tahap awal pembuatan puree adalah sortasi dengan membuang buah yang
cacat. Lalu buah dicuci, dikupas kulitnya, dan kotorannya dibuang. Mutu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
buah biasanya ditentukan berdasarkan keadaan fisik dan kimia. Keadaan
fisik bisa dilihat dari kekerasan, bau, warna, dan rasa dari buah tersebut.
Keadaan kimia buah dapat ditentukan dari kadar kandungan gizi terutama
vitamin dan mineral (Noviana, 2003).
Puree yang digunakan dalam pembuatan velva terbuat dari wortel.
Wortel (Daucus carota L.) adalah tanaman sayuran umbi semusim
berbentuk rumput. Batangnya sangat pendek berakar tunggang yang
kemudian berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi, bulat, dan
memanjang. Umbi wortel berkulit tipis dan berwarna kuning kemerah-
merahan karena mengandung karotenoid yang tinggi (Soewito, 1991).
Umbi wortel dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Umbi Wortel
Wortel biasanya ditanam setiap satu tahun sekali atau setiap dua
kali setahun. Tingginya dapat mencapai 20-50 cm dan pada saat berbunga,
tingginya mencapai 120-150 cm. Tanaman wortel berumur pendek, yaitu
berkisar antara 70-120 hari, tergantung varietasnya. Tanaman wortel
secara normal ditanam di daerah tropis pada ketinggian di atas 500 m
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dengan temperatur antara 16-24 °C. Tanahnya harus mendapat pengairan
yang baik dan subur dengan pH antara 6-6,5 (Soewito, 1991).
Wortel dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Umbellales
Famili : Umbelliferae (Apiceae)
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carota L.
(Ali dan Estu, 1994).
Novary (1999) mengemukakan ciri-ciri wortel yang bermutu baik,
yaitu wortel yang renyah, manis, dan berwarna kuning tua / jingga
kemerahan cerah, berkulit licin, mengkilap, bentuknya tidak berlekuk
lekuk, tidak bercabang, dan tidak lecet atau luka-luka. Sedangkan menurut
Direktorat Standarisasi, Normalisasi, dan Pengendalian Mutu (1981)
wortel mutu 1 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Kekerasan : umbi tidak lunak, lentur / keriput
Warna : warna asli sesuai dengan varietasnya tetapi tidak pucat
Permukaan : rata (tidak kasar, tidak bergelang-gelang, tidak berakar,
dan tidak banyak akar sekunder yang mempengaruhi
penampakannya)
Tekstur : tidak berkayu di bagian tengah, penampang melintang
bagian umbi yang besar
Kotoran : tidak terdapat kotoran / benda asing lainnya yang
menempel pada umbinya.
Menurut Nurjanah (2003), wortel merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang banyak mengandung provitamin A karotenoid terutama
beta karoten. Selain kandungan provitamin A yang tinggi, wortel juga
mengandung vitamin lain seperti vitamin C dan B. Di samping itu, wortel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
juga mengandung mineral, terutama besi dan fosfor. Kandungan gizi umbi
wortel segar dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.2. Kandungan Gizi per 100 gram Umbi Wortel Segar Kandungan Gizi Satuan Jumlah Energi Kal 42 Protein g 1,2 Lemak g 0,3 Karbohidrat g 9,3 Fosfor mg 37 Besi mg 1 β-karoten µg 9600 Karoten lain µg 2400 Total karoten µg 12000 Vitamin B1 mg 0,04 Vitamin C mg 6 Serat g 1 Abu g 0,6 Air g 89,9 Bagian yang dapat dimakan (BDD) % 80
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1998)
Wortel mengandung sebagian besar beta karoten, yaitu sebesar 60-
80 %, α–karoten sebesar 10-40 %, dan paling rendah adalah lutein, yaitu
sebesar 1-5 %. Kadar karotenoid dalam wortel yang berwarna kuning
muda berkisar antara 700-1200 µg/100 g dan kadar karotenoid dalam
wortel yang berwarna kuning tua sebesar 10000-17000 µg/100 g.
Kandungan β-karoten yang berbeda ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
varietas, musim tanam, dan metode analisis (Nurjanah, 2003). Gambar
struktur beta karoten dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Struktur β-karoten
(Astawan dan Kasih, 2008)
Wortel merupakan komoditi yang banyak dikonsumsi masyarakat
Indonesia. Ketersediaan wortel pun melimpah di Indonesia, khususnya di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Jawa Tengah. Di Jawa Tengah sendiri, ada beberapa daerah penghasil
wortel, contohnya adalah daerah Tawangmangu dan Selo. Dalam rentang
tahun 2004 – 2010 produksi wortel dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.3. Produksi Wortel Propinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah Produksi (Ton) 2004 69646 2005 65116 2006 63494 2007 76506 2008 74989 2009 72718 2010 106951
Sumber: Badan Pusat Statistik (2010)
2. Bahan penstabil
Bahan penstabil merupakan koloid hidrofilik yang efektif untuk
mengikat air sehingga dapat meningkatkan kekentalan dan cenderung
membatasi pengembangan adonan. Fungsi utama penggunaan bahan
penstabil pada produk velva yaitu untuk menghasilkan produk dengan
tekstur yang lembut, mengurangi pembentukan kristal es yang kasar
selama penyimpanan dan memberikan daya tahan yang baik terhadap
pelelehan (Arbuckle and Marshall, 1996).
Bahan penstabil yang digunakan dalam pembuatan velva wortel
adalah CMC dan gum arab.
a. CMC
Karboksimetilselulosa, yang sering dikenal dengan CMC,
adalah suatu zat penstabil sintesis yang merupakan turunan selulosa
yang paling banyak dipakai dalam industri makanan untuk
mendapatkan tekstur yang baik. Bubuk CMC yang telah dimurnikan
berwarna putih sampai krem, mengalir bebas, tidak berasa, dan tidak
berbau (Winarno, 1997). Viskositas CMC dipengaruhi oleh suhu dan
pH. Pada pH kurang dari 5, viskositas CMC akan menurun, sedangkan
CMC sangat stabil pada pH larutan 5-11. CMC larut air, baik air panas
maupun air dingin, tetapi tidak larut dalam pelarut organik. CMC juga
dapat larut dalam campuran air dan etanol ataupun aseton (Furia, 1975).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Bahan penstabil yang biasa digunakan pada pembuatan es krim
adalah CMC. CMC tidak memerlukan waktu aging seperti penstabil
lainnya sehingga mempersingkat waktu proses produksi. Kelebihan lain
dari CMC adalah harganya relatif lebih murah daripada karagenan dan
gum. CMC juga mempunyai kapasitas mengikat air dan mudah larut di
dalam adonan es krim (Arbuckle and Marshall, 1996).
b. Gum arab
Gum arab merupakan getah dari batang / ranting pohon akasia
(Acasia senegal) dan merupakan kompleks heteropolisakarida. Gum
mudah larut dalam air panas ataupun air dingin tetapi tidak larut dalam
alkohol dan pelarut organik lainnya. Gum arab adalah gum yang unik
dibandingkan dengan gum lainnya, karena kelarutannya tinggi,
viskositas larutannya rendah, dan larutan mengental pada konsentrasi
20 %. Gum arab dapat menstabilkan emulsi pada kisaran pH yang luas.
Pembentukan gel oleh gum arab disebabkan panas. Gel yang terbentuk
teksturnya kenyal dan cukup lembut (Nussinovitch, 1997)
Gum arab telah banyak digunakan sebagai bahan penstabil
untuk makanan beku pencuci mulut karena kemampuannya menyerap
air. Pada saat suhu air diturunkan, pelepasan panas akan mengakibatkan
pergerakan-pergerakan molekul air diperlambat dan volumenya
mengecil. Suatu pola baru ikatan hidrogen akan terbentuk bila air
didinginkan sampai suhu 4 °C (Winarno, 1997).
Selama pembekuan, es krim mengalami pengembangan adonan
sehingga mengandung banyak kristal es yang cenderung mengumpul
membentuk kristal es yang lebih besar dengan tekstur yang kasar.
Perubahan suhu selama penyimpanan dapat menyebabkan es krim cepat
meleleh dan membeku kembali sehingga kristal es yang terbentuk lebih
besar lagi. Penambahan gum arab bertujuan untuk mencegah
pembentukan kristal es yang lebih besar dengan cara mengikat sejumlah
besar air, cara ini dikenal dengan hidrasi air. Penggunaan gum arab juga
akan memberi tekstur yang lebih baik pada es krim. Es krim yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
menggunakan gum arab sebagai bahan penstabil umumnya tidak cepat
meleleh (Nussinovitch, 1997).
c. Kombinasi CMC dan gum arab
Penggunaan kombinasi bahan penstabil CMC dan gum arab
bertujuan utuk memperbaiki kelemahan-kelemahan pada penggunaan
salah satu jenis bahan penstabil tersebut. Menurut penelitian Noviana
(2003), penggunaan kombinasi CMC dan gum arab lebih meningkatkan
overrun dan resistensi velva kemang bila dibandingkan hanya
menggunakan gum arab saja. Penelitian juga menunjukkan bahwa velva
kemang yang menggunakan CMC : gum arab = 2 : 1 mampu
menghasilkan overrun yang berkisar antara 14,70 % - 16,77 %, relatif
lebih tinggi dari nilai overrun yang menggunakan CMC saja.
3. Gula
Fungsi utama gula adalah sebagai pemanis yang memegang
peranan penting karena dapat meningkatkan penerimaan dari suatu
makanan, yaitu dengan menutupi citarasa yang tidak menyenangkan. Rasa
manis dari sukrosa bersifat murni karena tidak ada after taste yang timbul.
Di samping itu, gula juga memperkuat citarasa karena menyeimbangkan
rasa asam, pahit, dan asin atau melalui reaksi kimia seperti karamelisasi
(Mathlouthi and Reiser, 1995).
Dalam produk es krim, selain meningkatkan penerimaan produk
melalui efek manis, sukrosa juga berfungsi untuk memperbaiki bentuk
serta berpengaruh pada tekstur produk. Konsentrasi gula minimum dalam
es krim adalah sekitar 15 %. Peningkatan kadar sukrosa akan
meningkatkan kekentalan dan kekuatan bentuk es krim yang dihasilkan
(Mathlouthi dan Reiser, 1995).
4. Asam sitrat
Asam sitrat merupakan asam organik yang banyak digunakan
dalam industri pangan karena mudah dicerna, mempertahankan rasa asam,
tidak beracun, dan mudah larut dalam air. Asam sitrat termasuk dalam
kelompok acidullant yang dapat bertindak sebagai penegas rasa, warna,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
atau dapat menyelubungi after taste yang tidak disukai. Sifat asam
senyawa ini juga dapat mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak
sebagai pengawet. Kemudian pH rendah buffer yang dihasilkannya
mempermudah proses pengolahan pangan. Bahan ini bersifat sinergis
terhadap antioksidan dalam mencegah ketengikan dan reaksi browning
(Winarno, 1997).
Proses pembuatan velva umumnya dimulai dengan blanching yang
berfungsi untuk menginaktifkan enzim baik oksidasi maupun hidrolisis serta
menurunkan jumlah mikroba yang hidup pada bahan. Blanching dapat
mencegah atau menghambat perubahan warna yang tidak dikehendaki,
memperbaiki flavor atau aroma, melunakkan atau melayukan jaringan bahan,
mengeluarkan udara dari jaringan bahan, serta menghilangkan getah /
kotoran. Blanching dengan media air mendidih memerlukan waktu yang lebih
singkat dibandingkan dengan uap air (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Setelah blanching, wortel dihaluskan dengan blender dan menjadi
puree. Tahap selanjutnya adalah pelarutan sejumlah gula ke dalam puree.
Bahan penstabil dicampur dengan air sampai larut. Selama penambahan
larutan bahan penstabil ke dalam puree, campuran harus terus diaduk untuk
mencegah terjadinya massa yang berserabut. Asam sitrat jugadicampur
dengan air sampai larut. Larutan asam ditambahkan dan diaduk. Kemudian
campuran ini dihomogenisasi dan dibekukan (Tressler and Evers, 1957).
Pembekuan bahan pangan bertujuan untuk memperbaiki palabilitas,
mendapatkan efek rasa dingin, dan meningkatkan umur simpan bahan. Proses
pembentukan kristal-kristal es pada tahap pembekuan berperan penting dalam
menentukan mutu bahan pangan. Daya pengawetan produk beku diperoleh
dengan mengkombinasikan suhu rendah, pengurangan aktivitas air, dan
perlakuan awal, yaitu blanching (Desrosier, 1988).
Proses pembekuan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama
pada suhu sekitar -4 °C. Pada tahap ini sebagian air dalam produk membeku.
Tahap kedua dikenal dengan pengerasan produk yang dilakukan pada suhu
sekitar -20 °C. Sisa air yang belum membeku pada pembekuan tahap pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
akan membeku selama pengerasan produk. Produk pangan beku dapat
disimpan selama beberapa minggu tanpa mengalami penurunan kualitas
nutrisi dan sensori yang signifikan. Penyimpanan dengan suhu rendah akan
menekan laju pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan laju kerusakan
yang dapat timbul lainnya (Canet, 1990 dalam Achtiaji, 2002).
Tingkat kehalusan tekstur bergantung pada kecepatan perpindahan
panas selama pembekuan, perbandingan air dan puree, dan proporsi, ukuran
partikel, serta distribusi dari padatan tidak terlarut. Jenis dan jumlah bahan
penstabil merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tekstur
terutama untuk produk-produk dengan total padatan dan kadar lemak yang
tergolong rendah (Tressler dan Evers, 1957).
Uji sensoris adalah suatu proses identifikasi, pengukuran ilmiah,
analisis dan interpretasi atribut-atribut produk melalui panca indra manusia.
Uji sensoris sangat penting untuk membantu memberikan informasi sebagai
bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Bahan pangan tidak akan
dikonsumsi jika memiliki rasa yang tidak enak, walaupun bahan makanan
tersebut memiliki nilai gizi yang tinggi dan higienis (Setyaningsih dkk, 2010).
Beberapa parameter yang diuji pada uji sensoris adalah warna, aroma,
tekstur, rasa, dan overall.
1. Warna
Warna berperan penting dalam penerimaan makanan. Warna
merupakan salah satu profil visual yang menjadi kesan pertama
konsumen dalam menilai bahan makanan. Suatu bahan yang dinilai
bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik, tidak akan dimakan apabila
memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan yang
telah menyimpang dari warna yang seharusnya. Warna produk-produk
pangan harus menarik dan menyenangkan konsumen, seragam, dan
tipikal sehingga mewakili citarasa yang ditambahkan. Warna juga dapat
digunakan sebagai indikator baik atau tidaknya cara pengolahan
(Winarno, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2. Aroma
Aroma dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat diamati
dengan indera pembau. Aroma adalah salah satu parameter identifikasi
flavor yang paling mudah dan paling sering dilakukan. Bahan pangan
dapat menghasilkan aroma jika senyawa yang menghasilkan bau dapat
menguap (Kartika dkk, 1988).
3. Tekstur
Tekstur secara umum diartikan sebagai persepsi dan sifat dari
produk setelah dipegang dan dimakan (Rosenthal, 1999). Tekstur yang
dimaksud dalam pengujian sensoris pada penelitian ini adalah tingkat
kelembutan es krim dalam mulut saat dikulum. Tekstur frozen dessert
yang ideal adalah tekstur yang sangat halus dan ukuran partikel
padatannya sangat kecil, sehingga tidak terdeteksi di dalam mulut
(Arbuckle, 1986).
4. Rasa
Rasa dari suatu makanan merupakan gabungan dari berbagai
macam rasa bahan-bahan yang digunakan dalam makanan tersebut. Rasa
merupakan sensasi yang terbentuk dari hasil perpaduan bahan
pembentukdan komposisinya pada suatu produk makanan yang ditangkap
oleh indra pengecap. Oleh sebab itu, rasa suatu produk makanan sangat
dipengaruhi oleh komposisi bahan penyusun formula dalam makanan.
Suatu produk dapat diterima oleh konsumen apabila memiliki rasa yang
sesuai dengan yang diinginkan (Kartika dkk, 1988).
5. Overall
Pengujian kesukaan keseluruhan ini merupakan penilaian
terhadap semua parameter mutu yang meliputi warna, aroma, tekstur, dan
rasa yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat panelis terhadap
produk.
Beberapa parameter velva yang diuji pada uji fisik adalah overun dan
resistensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Overrun adalah penambahan volume velva selama proses pembekuan
karena pengikatan udara dalam proses pembuihan dan pembekuan. Pada
prinsipnya pembuatan velva adalah membentuk rongga udara pada campuran
bahan sehingga diperoleh pengembangan volume. Overrun dapat diartikan
sebagai presentase antara volume adonan velva yang diperoleh dengan
volume adonan mula-mula pada satuan berat yang sama. Pengembangan
volume velva juga dibantu dengan adanya proses mixing atau pengocokan
(Padaga, 2005).
Resistensi merupakan waktu yang diperlukan velva pada volume
tertentu untuk mencair secara keseluruhan pada suhu ruang. Pelelehan velva
dikatakan baik apabila velva yang meleleh mempunyai sifat serupa dengan
adonan asalnya. Kristal es yang terdapat pada velva dapat meleleh apabila
menerima transfer panas dari suhu ruang sehingga mengakibatkan es mencair
(Jeremias, 1996).
Uji pembobotan yaitu suatu pengujian terhadap sejumlah parameter
dengan memberikan bobot tertentu pada setiap parameter yang ada sehingga
setiap bobot parameter jika dijumlahkan haruslah 100 %. Untuk pembobotan
sifat organoleptik, panelis diberikan kuisioner mengenai parameter sensoris
velva wortel, yaitu rasa, warna, aroma, dan tekstur, kemudian panelis diminta
untuk mengurutkan tiap parameter tersebut berdasarkan kepentingan terhadap
produk velva. Semua nilai dari masing-masing parameter diurutkan dari nilai
yang paling tinggi sampai nilai yang paling rendah, setelah itu dikalikan
dengan bobot yang telah ditentukan. Sedangkan untuk pembobotan sifat fisik,
pemberian bobot tergantung pada kualitas fisik velva. Semakin baik sifat
fisiknya, bobot yang dihasilkan juga akan semakin besar. Kemudian nilai
yang diperoleh dari sifat sensoris dan fisik dijumlahkan dan nilai yang
tertinggilah yang akan digunakan untuk dianalisis lebih lanjut kandungan
kimianya (Meyliana, 1996).
B. Kerangka Berpikir
Velva merupakan frozen dessert yang terbuat dari puree buah dengan
tekstur mirip es krim yang kadar lemaknya yang jauh lebih rendah dari es
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
krim, tetapi teksturnya tidak selembur es krim. Kandungan lemak yang
rendah dari velva memungkinkan untuk dijadikan sebagai alternatif pengganti
es krim dan pilihan bagi golongan vegetarian ataupun orang yang sedang diet
rendah lemak. Pemilihan wortel sebagai bahan baku pengganti buah
dikarenakan velva yang berasal dari sayuran belum banyak diteliti dan
dikembangkan. Pemanfaatan wortel di masyarakat hanya terbatas sebagai
campuran dalam pembuatan sayur olahan ataupun diolah menjadi sari buah.
Wortel sendiri banyak diproduksi di Jawa Tengah, misalnya daerah Selo dan
Tawangmangu. Pemanfaatan wortel sebagai makanan olahan diharapkan
dapat meningkatkan potensi pemasaran wortel sebagai produk olahan yang
memiliki nilai tambah. Kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 2.4.
C. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah kombinasi bahan penstabil CMC
dan gum arab meningkatkan kestabilan, serta memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan sensoris velva wortel varietas Selo dan Tawangmangu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gambar 2.4. Kerangka Berpikir
Dianalisis mutu sensoris (warna, rasa, aroma, tekstur, overall), fisik (overrun dan daya leleh), kimia (kadar
air, lemak, padatan terlarut, serat kasar, dan β-karoten)
Terbuat dari puree buah atau sayur dan tanpa
penambahan lemak susu
Velva Wortel
Teksturnya tidak sebagus es Krim dan
overrun rendah
Pemanfaatannya hanya terbatas sebagai campuran dalam pembuatan sayur
olahan ataupun diolah menjadi sari buah
Dijadikan bahan baku pembuatan velva
Velva dijadikan alternatif pengganti es krim
Produksinya tiap tahun mencapai ribuan ton di Jawa Tengah, contoh daerah penghasilnya
adalah Selo dan Tawangmangu
Penggunaan kombinasi bahan penstabil CMC
dan gum arab
Cocok untuk orang yang sedang diet rendah
lemak ataupun vegetarian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pangan dan Gizi;
Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,
Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Penelitian dilakukan dari bulan Maret sampai bulan Juni
tahun 2012.
B. Bahan dan Alat
1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan velva wortel yang utama
yaitu wortel varietas Selo dan Tawangmangu. Wortel dan gula diperoleh
dari pasar lokal di Surakarta. CMC, gum arab, dan asam sitrat diperoleh di
toko bahan kimia. Sedangkan bahan – bahan kimia yang digunakan untuk
analisis sifat kimia adalah aquades, eter, etanol, petroleum eter, dietil eter,
amonium pekat, H2SO4 0,255 N, NaOH 0,313 N, K2SO4aseton, alkohol,
larutan kloroform methanol (2:1), NaCl 0,38%, Na2SO4, dan heksana.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan velva wortel adalah blender,
mixer, freezer, alat-alat gelas, oven, desikator, pendingin balik, hot plate,
hand refractometer, vorteks, dan spektrofotometer.
C. Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap pokok kegiatan, yaitu tahap pertama
pelaksanaan penelitian pendahuluan untuk menentukan perbandingan puree
dan air yang terbaik. Tahap kedua adalah pelaksanaan penelitian utama yaitu
formulasi dan pembuatan velva. Tahap ketiga adalah pelaksanaan analisis
sensoris velva yang telah dibuat sebelumnya untuk menentukan sampel velva
yang paling disukai oleh konsumen dan kemudian dianalisis sifat fisik
(overrun dan daya leleh) dan kimia (kadar air, kadar lemak, padatan terlarut,
kadar serat kasar, dan kadar beta karoten).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan besarnya
konsentrasi kombinasi puree (perbandingan wortel dan air) dan
konsentrasi gula yang optimum dalam pembuatan velva. Perbedaan rasio
konsentrasi puree yang digunakan yaitu 1 : 1, 1 : 2, dan 2 : 1. Sedangkan
konsentrasi gula pasir yaitu 15%, 20% dan 25%.
2. Formulasi dan Pembuatan Velva
Tahapan penelitian kedua adalah pembuatan velva wortel. Wortel
dicuci, dikupas, dan dipotong. Wortel lalu diblanching dengan suhu 90 °C
selama 5 menit, lalu dihancurkan dengan blender. Setelah itu ditambah
gula pasir lalu dilarutkan. CMC, gum arab, asam sitrat, dan sari jeruk nipis
dicampur dengan adonan dan dimixer. Puree dibekukan dalam freezer
pada suhu -20 °C selama 3 jam, lalu dimixer selama 15 menit. Setelah itu
disimpan dalam freezer pada suhu -4 °C. Diagram alir pembuatan velva
wortel dapat dilihat pada Gambar 3.1.
3. Analisis Sifat Sensoris, Fisik, dan Kimia Velva Wortel
Tahapan penelitian ketiga yaitu analisis sifat sensoris, fisik, dan
kimia. Sifat Analisis sensoris dilakukan terhadap produk dengan parameter
warna, aroma, rasa, tekstur, dan overall menggunakan skala hedonik 1-5.
fisik yang diamati meliputi overrun dan daya leleh. Sedangkan sifat kimia
yang diamati meliputi kadar air, kadar lemak, padatan terlarut dan kadar
serat kasar, dan kadar beta karoten. Adapun metode analisis yang
digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Metode Analisis pada Penelitian No. Analisis Metode 1 Mutu sensoris Uji hedonik (Soekarto, 1985) 2 Overrun Lampert (1965) 3 Daya leleh Respati (1999) 4 Kadar air Thermogravimetri (Sudarmadji dkk, 1989)
5 Kadar lemak Metode Mojonnier (Mojonnier dan Troy, 1973)
6 Padatan terlarut Metode Refraktrometri (AOAC, 1995) 7 Kadar serat kasar Metode Asam Basa (Sudarmadji dkk, 1989) 8 Kadar beta karoten Spektrofotometri (Apriyantono dkk, 1989)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Velva
D. Perancangan Penelitian dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
terdiri dari 1 faktor, yaitu perbedaan perbandingan konsentrasi kombinasi
bahan penstabil pada velva varietas wortel Selo dan Tawangmangu. Data dari
pengaruh kombinasi bahan penstabil dianalisis secara statistik dengan one way
ANOVA, apabila hasil yang diperoleh ada beda nyata, maka dilanjutkan
Wortel
Penghancuran dengan blender selama ± 3 menit
Pemotongan dengan ketebalan ± 1 cm
Velva wortel
Pencucian dan pengupasan
CMC & gum arab
Pemblanchingan dengan suhu 90 ºC selama 5 menit
Air
Gula pasir
Pelarutan
Pembekuan dalam freezer pada suhu - 20 ºC selama 3 jam
Penghomogenisasian dengan mixer selama 5 menit
Penghomogenisasian dengan mixer selama 15 menit
Penyimpanan dalam freezer pada suhu - 4 ºC
Pelarutan dengan air mendidih
Sari jeruk nipis,
Asam sitrat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dengan uji DMRT dengan tingkat signifikasi 0,05. Sedangakan perbedaan
varietas wortel dianalisis secara statistik menggunakan T-Test. Adapun variasi
kombinasi bahan penstabil pada velva wortel disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Variasi Kombinasi Bahan Penstabil pada Velva Wortel Perbandingan Bahan Penstabil
- superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 0,05
- subscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 0,05
Perbedaan varietas tidak menunjukkan adanya pengaruh yang
berbeda nyata pada resistensi velva wortel. Sedangkan kombinasi
bahan pensatabil menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata
pada resistensi velva wortel. Pada velva wortel varietas Selo dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tawangmangu, nilai resistensi terbesar dihasilkan formula F4. Velva
wortel yang dihasilkan mempunyai daya leleh yang besarnya berkisar
antara 20,25 - 27,00 menit. Sedangkan besarnya daya leleh velva labu
parang yang menggunakan kombinasi bahan penstabil yang sama,
yang diteliti oleh Aisyah (2003) adalah 18,36 - 23,60 menit. Jika
dibandingkan, besarnya daya leleh tidak begitu jauh berbeda.
Pelelehan velva dikatakan baik apabila velva yang meleleh
mempunyai sifat serupa dengan adonan asalnya. Kristal es yang
terdapat pada velva dapat meleleh apabila menerima transfer panas
yang berasal dari suhu ruang sehingga mengakibatkan es mencair
(Jeremias, 1996). Hasil analisis resistensi velva wortel jika
digambarkan pada sebuah grafik maka akan terlihat seperti pada
Gambar 4.2.
Gambar 4.3 Grafik Resistensi Velva Wortel
Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa perlakuan kombinasi bahan
penstabil CMC (1) : gum arab (2) menghasilkan resistensi yang paling
tinggi. Pada velva yang menggunakan kombinasi bahan penstabil,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
nilai resistensinya lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
menggunakan kombinasi bahan penstabil. Pada velva yang
menggunakan kombinasi bahan penstabil, semakin tinggi
perbandingan gum arab yang digunakan, maka ada kecenderungan
nilai resistensinya semakin besar. Semakin tinggi perbandingan gum
arab yang digunakan pada kombinasi bahan penstabil, semakin
optimal dalam mengikat air dan kekentalan adonan meningkat
sehingga molekul-molekul air terperangkap dalam struktur yang
dibentuk kombinasi bahan penstabil (Setianawati, 2002). Produk es
krim yang menggunakan gum arab sebagai bahan penstabil umumnya
tidak cepat meleleh pada suhu ruang (Glicksman, 1983 dalam Aisyah
2003).
3. Uji Pembobotan
Berdasarkan hasil pengujian sensoris dan pengujian sifat fisik,
perlakuan kombinasi bahan penstabil yang menghasilkan velva wortel
terbaik ditentukan dengan uji pembobotan. Uji pembobotan dilakukan
untuk menentukan produk terbaik yang akan dianalisis sifat kimianya.
Data pengolahan uji pembobotan dapt dilihat pada Lampiran 4.4,
sedangkan hasil akhir uji pembobotan sifat sensoris dan fisik velva wortel
disajikan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Hasil Akhir Uji Pembobotan Sifat Sensoris dan Fisik Velva Wortel
Varietas Velva Wortel
Perlakuan Bahan Penstabil
Sifat Sensoris (50 %)
Sifat Fisik
(50 %)
Hasil Akhir
Selo CMC (1) : Gum Arab (0) 1,67 1,25 2,92 Selo CMC (0) : Gum Arab (1) 1,68 1,50 3,18 Selo CMC (1) : Gum Arab (1) 1,68 4,00 5,68 Selo CMC (1) : Gum Arab (2) 1,66 3,00 4,66 Selo CMC (2) : Gum Arab (1) 1,76 4,25 6,01
Tawangmangu CMC (1) : Gum Arab (0) 1,71 1,00 2,71 Tawangmangu CMC (0) : Gum Arab (1) 1,41 1,25 2,66 Tawangmangu CMC (1) : Gum Arab (1) 1,57 4,25 5,82 Tawangmangu CMC (1) : Gum Arab (2) 1,42 2,50 3,92 Tawangmangu CMC (2) : Gum Arab (1) 1,66 4,50 6,16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Hasil dari kuisioner menunjukkan bahwa panelis menempatkan
rasa pada urutan sangat penting, tekstur pada urutan penting, warna pada
urutan tidak penting, dan aroma pada urutan sangat tidak penting. Bobot
untuk parameter rasa, tekstur, warna, adan aroma berturut-turut adalah
34,194 %, 29,355 %, 18,388 %, dan 18,066 %. Bobot yang diperoleh
berasal dari penjumlahan nilai yang diberikan oleh panelis pada tiap
parameter, lalu dibagi dengan akumulasi skala penilaian (1 sampai 4).
Sedangkan untuk pembobotan skala fisik, parameter overrun dan
resistensi (daya leleh) sama-sama mempunyai bobot 50 %, hal tersebut
sesuai dengan penelitian Setianawati (2002) dan Noviana (2002) yang
memberikan bobot untuk overrun dan resistensi dengan bobot yang
besarnya sama. Selanjutnya nilai akhir dari sifat sensoris dan fisik ini
digabungkan, dengan pemberian bobot 50 % untuk masing-masing sifat
sensoris dan fisik. Pemberian bobot yang sama didasarkan pada
pertimbangan bahwa sifat sensoris dan sifat fisik mempunyai tingkat
kepentingan yang sama. Hasil tiap parameter dikalikan dengan bobotnya
masing-masing kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor penilaian.
Perlakuan yang mendapatkan nilai tertinggi dari panelis adalah produk
yang akan diuji sifat kimianya lebih lanjut. Produk yang terpilih dari
varietas Selo dan Tawangmangu adalah F5, yaitu dengan perlakuan
kombinasi bahan penstabil CMC dan gum arab dengan perbandingan 2:1.
4. Sifat Kimia Velva Wortel
Parameter yang diuji pada uij kimia adalah kadar air, kadar lemak,
padatan terlarut, kadar serat kasar, dan kadar beta karoten.
a. Kadar Air Kadar air sangat penting dalam menentukan daya awet dari
bahan makanan karena mempengaruhi sifat fisik, kimia, perubahan
mikrobiologi, dan perubahan enzimatis (Winarno, 1997). Hasil analisa
kadar air velva wortel dapat dilihat pada Tabel 4.9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 4.9. Hasil Analisa Kadar Air Velva Wortel
Sampel Velva Wortel Hasil Analisis
Kadar Air (% wb)
Varietas Selo 75,25a Varietas Tawangmangu 74,12a
Keterangan : Angka dengan notasi yang sama pada kolom yang sama, berarti tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 %.
Pada Tabel 4.9 terlihat bahwa kadar air velva wortel Selo
mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan velva wortel
Tawangmangu, yaitu 75,25 % dan 74,12 %. Setelah dilakukan analisa
statistik dengan menggunakan uji T-Test pada tingkat kepercayaan
95%, nilai kadar air menunjukkan tidak beda nyata antara velva wortel
varietas Selo dan Tawangmangu. Sedangkan kadar air pada velva
wortel yang diteliti Nurjanah (2003), velva labu jepang yang diteliti
Kusbiantoro, dkk (2005), dan velva labu parang yang diteliti Aisyah